americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan...

19
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas terselesaikan makalah mengenai sudut pandang Islam tentang etos kerja. Rasa syukur ini kami panjatkan pula seiring dengan salah satu tujuan penulisan makalah ini sebagai upaya mewujudkan tujuan daripada Pendidikan Agama Islam adalah menciptakan ‘manusia yang baik dan bertakwa ‘yang menyembah Allah dalam arti yang sebenarnya, yang membangun struktur pribadinya sesuai dengan syariah Islam serta melaksanakan segenap aktifitas kesehariannya sebagai wujud ketundukannya pada Tuhan. Pandangan hidup muslim antara lain terwujud secara konkret dalam bentuk berbagai tugas (kewajiban) yang harus dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi seorang pelajar muslim, tugas utama yang wajib diembannya setidaknya ada 3 (tiga): Pertama, menuntut ilmu-ilmu yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat . Tugas ini berkaitan dengan posisinya sebagai siswa yang aktivitas utamanya adalah belajar. Kedua, mengkaji Tsaqofah Islamiyah (ilmu-ilmu keislaman) . Tugas ini berkaitan dengan posisinya sebagai seorang muslim yang dengan sendirinya harus berpikir dan berperilaku secara Islami. Ketiga, mengemban dakwah Islamiyah . Tugas ini berkaitan dengan posisinya sebagai seorang muslim sebagai bagian dari keseluruhan umat Islam, yang harus mempunyai kepedulian terhadap keadaan umat dan harus berjuang untuk mengubah keadaan umat menuju keadaan yang lebih baik. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. ” (Qs. Ali ‘Imraan [3]: 19).

Transcript of americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan...

Page 1: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas terselesaikan makalah mengenai sudut pandang Islam tentang etos kerja. Rasa syukur ini kami panjatkan pula seiring dengan salah satu tujuan penulisan makalah ini sebagai upaya mewujudkan tujuan daripada Pendidikan Agama Islam adalah menciptakan ‘manusia yang baik dan bertakwa ‘yang menyembah Allah dalam arti yang sebenarnya, yang membangun struktur pribadinya sesuai dengan syariah Islam serta melaksanakan segenap aktifitas kesehariannya sebagai wujud ketundukannya pada Tuhan.

Pandangan hidup muslim antara lain terwujud secara konkret dalam bentuk berbagai tugas (kewajiban) yang harus dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi seorang pelajar muslim, tugas utama yang wajib diembannya setidaknya ada 3 (tiga):

Pertama, menuntut ilmu-ilmu yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Tugas ini berkaitan dengan posisinya sebagai siswa yang aktivitas utamanya adalah belajar.

Kedua, mengkaji Tsaqofah Islamiyah (ilmu-ilmu keislaman) . Tugas ini berkaitan dengan posisinya sebagai seorang muslim yang dengan sendirinya harus berpikir dan berperilaku secara Islami.

Ketiga, mengemban dakwah Islamiyah. Tugas ini berkaitan dengan posisinya sebagai seorang muslim sebagai bagian dari keseluruhan umat Islam, yang harus mempunyai kepedulian terhadap keadaan umat dan harus berjuang untuk mengubah keadaan umat menuju keadaan yang lebih baik.

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Qs. Ali ‘Imraan [3]: 19).

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Sebagai penutup, marilah kita tetap belajar sungguh sungguh, tiada waktu hanya untuk memperbaiki diri sendiri. Semoga kita semua menjadi orang –orang yang pandai bersyukur. Amin ya Rabbal alamin.

Terimakasih atas perhatiannya, kalau ada kesalahan itu adalah kelemahan kami, mohon di maafkan dan diperbaiki, dan sekiranya ada yang benar, itu adalah milik Allah semata.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Page 2: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

DAFTAR ISI

Kata Pengantar         ………………………………………………………….. 1

Daftar Isi         ……………………………………………………………………. 2

Bab I. Pendahuluan              ………………………………………………………….. 3

Bab II. Pandangan Islam Tentang Etos Kerja         ……………………. 6

Bab III. Konsep Kerja Dalam Islam……………………………..11

Bab IV. Penutup....................................................................................

Kesimpulan...........................................................................

Saran ...............................................................................

Daftar Pustaka          …………………………………………………………..12

Page 3: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

BAB I

PENDAHULUAN

Dan Katakanlah: “Bekerjalahah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. ( QS At Taubah 9:105 )

“Janganlah sekali-kali di antara kalian ada yang duduk-duduk dengan mencari karunia Allah, sambil berdoa,”Ya Allah, limpahkanlah karunia kepadaku”’ padahal ia telah mengetahui bahwa langit tidak pernah menurunkan hujan emas dan perak” (HR Bukhari Muslim)

Bekerja membuat manusia mampu mengeksplorasi segenap potensinya sehingga berhasil meraih kesuksesan. Sayangnya, itu tak cukup hanya dengan mau bekerja. Kesuksesan butuh lebih dari itu. Salah satu jawabnya adalah bekerja secara profesional.

“KETIKA bekerja, sesungguhnya engkau sedang mewujudkan mimpi terindah milik dunia, yang selalu menuntut kepadamu, kapan mimpi itu akan terwujud,” ujar Khalil Gibran dalam salah satu puisinya. Gibran juga berpendapat, orang akan tersingkir dari dunia apabila dia tidak bekerja. Tapi, kerja saja tidak cukup. Kecintaan pada pekerjaanlah yang membuat seseorang dapat mewujudkan mimpi terindah milik dunia ituPendapat Gibran barangkali ada benarnya. Apalagi manusia, siapa pun itu, dibekali Tuhan dengan beragam potensi yang seharusnya dapat diaktualisasikan ketika ia bekerja. Memang tidak semua orang memandang kerja sebagai sarana eksplorasi dan bagian dari aktualisasi diri.Sama seperti yang diungkapkan Gibran, ternyata bekerja saja tidak cukup. Paling tidak, pekerjaan yang dikerjakan dengan terpaksa tidak akan membuahkan kesuksesan. Bekerja pada dasarnya juga membutuhkan rasa cinta dan sebuah kesanggupan untuk bersikap profesional.Sebenarnya apa yang dimaksud dengan etos kerja? Mengapa ia begitu dibutuhkan dalam bekerja? Secara etimologi, etos berasal dari bahasa Yunani. Mula-mula artinya adat istiadat atau kebiasaan. Sejalan dengan waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna.Webster Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person, group or institution. Jadi, etos berarti : “Jiwa khas suatu kelompok manusia, yang pada gilirannya membentuk pandangan dasar bangsa tersebut tentang sesuatu yang baik dan yang buruk, yang akhirnya melahirkan etika dalam kehidupan kesehariannya”.

Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam Islam, iman banyak dikaitkan

Page 4: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

dengan amal. Dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan iman seseorang.

Makalah ini sendiri akan melihat bagaimana analisis etos kerja bangsa Jepang dibandingkan Etos kerja Islam sebagai manifestasi program mewujudkan tujuan hidup di muka bumi yakni mencari Ridha Allah dengan mewujudkan diri sebagai khalifah di muka bumi. dan kaitanya dengan etos kerja Bangsa Indonesia.

Page 5: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

BAB II

PANDANGAN ISLAM TENTANG ETOS KERJA

Islam memaknai tujuan bekerja tidak hanya dalam kehidupan duniawi tetapi juga berdimensi jangka panjang yaitu kehidupan akherat, dan dengan harapan masuk surga. Oleh sebab itulah dalam bekerja kita tidak menghalalkan segala cara namun mengikuti aturan dan mencari ridho Allah SWT.

Bekerja menjadi salah satu bagian dari syariat Islam dan keharaman berpangku tangan serta

bermalas-malasan bagi orang yang     berkemampuan untuk bekerja. Allah SWT berfirman:

Dan katakanlah : "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihatpekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata,lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan" (QS At-Taubah, 9 : 105)

“ Katakanlah : Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelakkamu akan mengetahui, siapakah (diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini.Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak akan mendapat keberuntungan” QS Al An’am (6) : 135

Suatu hari Nabi Muhammad saw menemui seorang sahabatnya bernama Sa’ad al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena bekerja sebagai tukang penghancur batu. Nabi bertanya “Wahai Saad, mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh ?” Saad menjawab, “tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku ya Rasul Allah”. Nabi yang mulia seketika mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata, “Demi Allah, Saad, tangan yang seperti ini tidak akan pernah tersentuh api neraka”.

Page 6: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

Begitu besarnya penghargaan Islam terhadap kesungguhan bekerja ini, hingga Islam (Allah swt) menempatkannya dalam kategori ibadah. Artinya, aktivitas kerja dalam pandangan Allah (Islam) merupakan bagian dari ibadah yang akan mendapatkan bukan saja keuntungan material, tetapi juga pahala dari sisi Allah swt. Bahkan dalam beberapa hadits dikatakan, bahwa bekerja dengan sungguh-sungguh dapat menghapuskan dosa yang tidak bisa dihapus oleh aktivitas ibadah ritual sekalipun.

“Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni.” [HR. Ahmad]

“Sesungguhnya, di antara perbuatan dosa ada dosa yang tidak bisa terhapus (ditebus) oleh pahala shalat, sedekah (zakat), ataupun haji, namun hanya dapat ditebus dengan kesusahan dalam mencari nafkah penghidupan.” [HR. Tabrani]

Seseorang akan dikenal dan diperhitungkan berdasarkan kerja yang dilakukan. Selain kerja sebagai usaha memenuhi kebutuhan, juga sebagai penunjukkan jati diri masyarakat dengan ideologi yang diyakininya. Masyarakat di beberapa negara maju asia seperti Jepang, Korea Selatan dan Hongkong dikenal sebagai masyarakat pekerja. Satu dengan yang lain saling berlomba untuk bisa menjadi yang terbaik di Asia. Itulah yang disebut dengan fighting Spirit (semangat bersaing) dalam rangka mencapai idealisme ideologi yang mereka anut.

Fighting Spirit sudah ada dalam sistem ajaran islam. Dianjurkan kepada pemeluknya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Allah berfirman :

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah : 148)

Berniat untuk bekerja dengan cara-cara yang sah dan halal menuju ridha Allah adalah visi dan misi setiap muslim. Berpangku tangan merupakan perbuatan tercela dalam agama Islam. Umar bin Khattab pernah menegur seseorang yang sering duduk berdo’a di mesjid tanpa mau bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya. Umar berkata, Janganlah salah seorang kamu duduk di mesjid dan berdo’a, “Ya Allah berilah aku rezeki”. Sedangkan ia tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan hujan perak. Maksud perkataaan Umar ini adalah bahwa seseorang itu harus bekerja dan berusaha, bukan hanya bedo’a saja dengan mengharapkan bantuan orang lain.

Ada tiga tahapan yang harus dilakukan seseorang agar prestasi kerja meningkat dan kerjapun bernilai ibadah.

Pertama, kerja keras. Ukuran kerja keras adalah kesempatan berbuat, tanpa pamrih.

Page 7: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

Kedua, kerja cerdas. Kepasifan dalam menghadapi pekerjaan membatasi seseorang tidak berusaha meningkatkan kemampuan profesionalismenya. Profesionalisme biasanya dijadikan ukuran dalam peningkatan prestasi di setiap pekerjaan.

Ketiga, ikhlas. Ukuran ikhlas berdasarkan ajaran Islam. Ikhlas dalam berkarya adalah kunci kejujuran. Banyak para pekerja yang dalam pekerjaannya tekun dan cerdas namun tidak ikhlas yang pada akhirnya menjadi petaka.

Dalam mengerjakan sesuatu, seorang muslim selalu melandasinya dengan mengharap ridha Allah. Ini berimplikasi bahwa ia tidak boleh melakukan sesuatu dengan sembrono, sikap seenaknya, dan secara acuh tak acuh. Sehubungan dengan ini, optimalisasi nilai hasil kerja berkaitan erat dengan konsep ihsan. Ihsan berkaitan dengan etos kerja, yaitu melakukan pekerjaan dengan sebaikmungkin, sesempurna mungkin atau seoptimal mungkin. Allah mewajibkan atas segala sesuatu, sebagaimana firman-Nya, “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya“. (QS. As-Sajdah [32]: 7).

Selain itu muslim pun diminta itqan dalam mengerjakan sesuatu. Itqan berarti membuat atau mengerjakan sesuatu secara sungguh-sungguh dan teliti sehingga rapi, indah, tertib dan bersesuaian dengan yang lain dari bagian-bagiannya. Allah SWT berfirman, “Seni ciptaan Allah yang membuat dengan teliti (atqana) segala sesuatu” (QS. An-Naml [27]: 88).

Dengan demikian, bila Allah melakukan ihsan kepada manusia, maka manusia pun dituntut melakukan ihsan dalam kehidupan. Tegasnya, perintah ihsan merupakan perintah kepada umat Islam untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Semangat ini akan melahirkan etos kerja umat Islam yang tinggi dalam setiap profesi yang mereka tekuni.

Monastisisme dan asketisisme dilarang dalam Islam. Monastisisme adalah pandangan atau sikap hidup menyendiri di suatu tempat dengan menjauhkan diri dari kehidupan masyarakat. Tujuannya hanya untuk bertapa tanpa niat untuk melakukan perubahan dan perbaikan masyarakat. Sedangkan asketisme adalah pandangan atau sikap hidup keagamaan yang menganggap pantang segala kenikmatan dunia atau dengan penyiksaan diri dalam rangka beribadat dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Semua yang dipaparkan diatas itu menuju kepada suatu nuktah yang amat fundamental dalam sistem ajaran islam, yaitu bahwa kerja atau amal, adalah bentuk keberadaan (mode of existence) manusia. Artinya, manusia ada karena kerja, dan kerja itulah yang membuat atau mengisi eksistensi kemanusiaan kita. Jadi jika failasuf  Perancis, Rene Descartes, terkenal dengan ucapannya, “Aku berpikir, maka aku ada” (Cogito ergo sum- Latin; Je pense, donc je suis – Perancis), karena berpikir baginya adalah bentuk wujud manusia,  maka sesungguhnya dalam ajaran islam ungkapan itu seharusnya berbunyi “Aku berbuat, maka aku ada. “

Pandangan ini sentral sekali dalam sistem ajaran Al Qur-an. Ditegaskan bahwa manusia tidak akan mendapatkan sesuatu apa pun kecuali yang ia usahakan sendiri.

Page 8: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

Itulah yang dimaksudkan dengan ungkapan bahwa kerja adalah bentuk eksistensi manusia. Yaitu bahwa harga manusia – yakni, apa yang dimilikinya – tidak lain ialah amal perbuatan atau kerjanya itu. Manusia ada karena amalnya, dan dengan amalnya yang baik itu manusia mampu mencapai harkat yang setinggi-tingginya, yaitu bertemu Robb nya dengan penuh keridhoan.

“Barangsiapa benar–benar mengharap bertemu Robbnya, maka hendaknya ia berbuat baik, dan hendaknya dalam beribadat kepada Robbnya itu ia tidak melakukan syirik” QS Al Kahfi (18) : 110

Melakukan syirik bermakna, ketika tujuan pekerjaan kita telah beralih tidak lagi kepada Alloh Swt yang seharusnya menjadi sumber nilai intrinsik pekerjaan manusia, tapi malah kepada selain Nya.  Na’udzu billahi min Dzalik

Page 9: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

BAB III

KONSEP KERJA DALAM ISLAM

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. Dengan itu, sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat penting serta patut untuk diberi perhatian. Amalan atau pekerjaan yang demikian selain memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat kelak; apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya.Istilah ‘kerja’ dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain, orang yang berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan tenaganya untukkebaikan diri, keluarga, masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain. Oleh karena itu, kategori ahliSyurga seperti yang digambarkan dalam Al-Qur’an bukanlah orang yang mempunyai pekerjaan/jabatan yang tinggi dalam suatu perusahaan/instansi sebagai manajer, direktur, teknisi dalam suatu bengkel dan sebagainya.Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah, khusyu sholatnya, baik tutur katanya, memelihara pandangan dan kemaluannya serta menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al Mu’minun : 1 – 11)Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai, supir, tukang sapu ataupun seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak. Jika membaca hadits-hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah, maka tidak heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan, mereka yang memelihara mata, telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna, tanpa melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanya. Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Umar r.a., berbunyi : ’Bahwa setiap amal itu bergantung pada niat, dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya …’ Dalam riwayat lain, Rasulullah SAWbersabda : ‘ Binasalah orang-orang Islam kecuali mereka yang berilmu. Maka binasalah golongan berilmu,kecuali mereka yang beramal dengan ilmu mereka. Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu merekakecuali mereka yang ikhlas. Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam keadaan bahaya yangamat besar …’ Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan dan pekerjaan manusia. Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini, 2 dapat bergerak dan bekerja dengan tekun dan

Page 10: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

mempunyai tujuan yang satu, yaitu ‘mardatillah’ (keridhaan Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan. Dari situlah akan lahir nilai keberkahan yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang banyak dari Allah. Inilah golongan yangdiistilahkan sebagai golongan yang tenang dalam ibadah, ridha dengan kehidupan yang ditempuh, serta optimis dengan janji-janji Allah.

Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAWRasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untukmenumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridaan Allah SWT.Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa'ad bin Mu'adz Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Sa'admelepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. "Kenapa tanganmu?," tanya Rasulkepada Sa'ad. "Wahai Rasulullah,"jawab Sa'ad, "Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengancangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku". Seketika itu beliaumengambil tanganSa'ad dan menciumnya seraya berkata, "Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka".Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah SAW. Orangtersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat kemudian bertanya, "Wahai Rasulullah,andaikata bekerja semacam orang itu dapat digolongkan jihad fi sabilillah, maka alangkah baiknya." Mendengaritu Rasul pun menjawab, "Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fisabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah fi sabilillah;kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidakmeminta-minta, itu juga fi sabilillah." (HR Ath-Thabrani).

Bekerja adalah manifestasi amal saleh. Bila kerja itu amal saleh, maka kerja adalah ibadah. Dan bila kerja ituibadah, maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari kerja. Bukankah Allah SWT menciptakan manusiauntuk beribadah kepada-Nya?Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya. Allah SWT berfirman:

, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah apa yang ada padadirinya. (QS Ar-Ra'd [13]: 11). Dalam ayat lain diungkapkan pula:

“dan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. (QS Al-Najm [53]: 39).

Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap kerja. Kerja apapun ituselama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan

Page 11: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

agama. Demikian besarnya penghargaan beliau, sampaisampaidalam kisah pertama, manusia teragung ini "rela" mencium tangan Sa'ad bin Mu'adz Al-Anshari yangmelepuh lagi gosong.Rasulullah SAW, dalam dua kisah tersebut, memberikan motivasi pada umatnyabahwabekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad.

Rasulullah SAW adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untukmelakukannya. Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah; teladan yang baik bagi seluruhmanusia. Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami, maka beliaulah orang yang paling pantas menjadirujukan. Dan berbicara tentang etos kerja Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicarabagaimana beliaumenjalankan peran-peran dalam hidupnya. Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW, yaitu :Pertama, sebagai rasul. Peran ini beliau jalani selama 23 tahun. Dalam kurun waktu tersebut beliau harusberdakwah menyebarkan Islam; menerima, menghapal, menyampaikan, dan menjelaskan tak kurang dari 6666ayat Alquran; menjadi guru (pembimbing) bagi para sahabat; dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai 3 pelik permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian.Kedua, sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen. Tatkala memegang posisi iniRasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik "negara-negara sahabat". Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu menyatukan kaum Muslimin, Nasrani, dan Yahudi, mengatur perekonomian, dan setumpuk masalah lainnya.Ketiga, sebagai panglima perang. Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy. Sebagai panglima perang beliau harus mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata. Harus memikirkan strategi perang, persedian logistik, keamanan, transportasi, kesehatan, dan lainnya.Keempat, sebagai kepala rumahtangga. Dalam posisi ini Rasul harus mendidik, membahagiakan, dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau, tujuh anak, dan beberapa orang cucu. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat perhatian terhadap keluarganya. Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat bercanda dan menjahit sendiri bajunya.Kelima, sebagai seorang pebisnis. Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam, negeri yang saat ini meliputi Syria, Jordan, dan Lebanon. Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain senior dalam perdagangan regional. Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan "terpikatnya" konglomerat Mekah, Khadijah binti Khuwailid, yang kemudian melamarnya menjadi suami. Afzalurrahman dalam bukunya, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000: 5-12), mencatat bahwa Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman, Oman, dan Bahrain. Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai usia 37 tahun.Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut dengan sempurna, bahkan menjadi yang terbaik. Tak heran bila para ilmuwan, baik itu yang Muslim maupun non-Muslim, menempatkan beliau sebagai orang yang paling berpengaruh, paling pemberani, paling bijaksana, paling bermoral, dan sejumlah paling lainnya.

Page 12: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

Apa rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW?Pertama, Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan. Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya".Kedua, dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.Ketiga, Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. "Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya," demikian beliau bersabda.Keempat, dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.Kelima, Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan berkualitas.Keenam, Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid yang percaya pada cita-cita bersama.Ketujuh, Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir, Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT. Inilah kunci terpenting. Semoga Allah SWT memberikan kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW.

Page 13: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan:

Seruan akan etos kerja dalam Islam sebenarnya sudah banyak diungkapkan brebagai ayat Al Quran atau diuraikan hadis. Kini saatnya menyadari makna al ihsan itu sehingga dari kesadaran yang berdasarkan pengetahuan itu akan lahir sebuah budaya yang melihat pekerjaan sebagai manifestasi pengabdian kepada Allah SWT.

Saran :

ummat Islam adalah ummat terbaik, sehingga seharusnya memiliki etos kerja terbaik, kerja keras, dan ikhlas adalah salah satu ciri etos kerja islam. orang islam sebagai ummat terbaik harusnya berada di depan dan menjadi suri tauladan ummat-ummat yang lain

Page 14: americanpronunciation.files.wordpress.com  · Web viewEtos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja

DAFTAR PUSTAKA

1. Situs Internet: http://aditya75.wordpress.com/2009/11/10/contoh-makalah-pend-agama-islam/

2. http://web.ipb.ac.id/~kajianislam/pdf/Etos