A S P A R I - Perpustakaan...

68
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK IBADAH HAJI MELALUI MODEL PICTURE TO PICTURE PESERTA DIDIK KELAS V MIM WONOSARI SIMO BOYOLALI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh: A S P A R I NIM: 073111212 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of A S P A R I - Perpustakaan...

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK IBADAH HAJI

MELALUI MODEL PICTURE TO PICTURE PESERTA DIDIK

KELAS V MIM WONOSARI SIMO BOYOLALI SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:

A S P A R I NIM: 073111212

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

ii

NOTA PEMBIMBING

iii

KEMENTERIAN AGAMA R.I.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Telp. 024-7601295 Fax 7615387 Semarang

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan:

Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK

IBADAH HAJI MELALUI MODEL PICTURE TO PICTURE

PESERTA DIDIK KELAS V MIM WONOSARI SIMO

BOYOLALI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

Nama : A S P A R I

NIM : 073111212

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Semarang, 14 Juni 2012

DEWAN PENGUJI

Penguji I,

Dr. Musthofa, M.Ag.

NIP. 19710403 199603 1002

Penguji II,

Dwi Mawanti, M.A.

NIP. 19761207 200501 2002

Penguji III,

H. Machfudz Siddiq, Lc. MA.

NIP. 19680227 200301 1001

Penguji IV,

H. Ahmad Maghfurin, M.A. M.Ag

NIP. 19750120 200003 1002

Pembimbing

Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd.

NIP. 19520208 197612 2001

iv

ABSTRAK

ASPARI (NIM: 073111212). “Peningkatan Hasil Belajar Materi

Pokok Ibadah Haji Melalui Model Picture to Picture Peserta Didik Kelas V

MIM Wonosari Simo Boyolali Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010”. Skripsi. Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik

Kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali dalam mata pelajaran Fiqih khususnya

pada materi pokok Ibadah Haji dengan penerapan model Picture to Picture.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

research) yang melibatkan 16 siswa sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan

dengan metode observasi langsung, yaitu pengamatan saat terjadi interaksi belajar

mengajar, baik antara siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru. Penelitian

dilakukan melalui 3 siklus, yaitu: (1) Pra Siklus, (2) Sikuls I, dan (3) Siklus II.

Hasil penelitian menunjukkan, pada kondisi Pra Siklus, kemampuan

proses pembelajaran dalam kriteria rendah mencapai 6,25%, kriteria cukup

mencapai 75%, dan kriteria tinggi mencapai 18,75%. Hasil ini memberikan

gambaran tentang proses pembelajaran bahwa proses pembelajaran masih

didominasi pada kriteria cukup sehingga proses pembelajaran belum bisa

maksimal. Pada Kondisi Siklus I, kemampuan proses pembelajaran dalam kriteria

rendah mencapai 6,25%, kriteria cukup mencapai 50%, dan kriteria tinggi

mencapai 43,75%. Hasil ini memberikan gambaran tentang proses pembelajaran

masih didominasi pada kriteria cukup sehingga proses pembelajaran belum bisa

maksimal. Pada Siklus II didaptkan hasil, bahwa kemampuan proses pembelajaran

dalam kriteria rendah mencapai 0%, kriteria cukup mencapai 12,50%, dan kriteria

tinggi mencapai 87,50%. Hasil ini memberikan gambaran bahwa proses

pembelajaran di siklus kedua berada dalam kriteria tinggi sehingga proses

pembelajaran sudah maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

picture to picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MIM Wonosari,

Simo, Boyolali, khususnya pada materi pokok Ibadah Haji.

Kata Kunci: Hasil belajar, Picture to Picture, Siklus.

v

ABSTRACT

ASPARI (NIM: 073111212)."Learning Outcomes Improvement In

Hajj Subject Matter Through Picture to Picture Model In Class V Students of

MIM Wonosari Simo Boyolali Semester I Lesson Year 2009/2010". Thesis.

Semarang: Study Program of Strata I, Islamic Education Department, Tarbiyah

Faculty, IAIN Walisongo of Semarang 2010.

This research aims are to improve the Class V MIM Wonosari Simo

Boyolali students learning outcomes in Fiqh lesson, especially in Hajj subject

matter through Picture to Picture (P to P) model application.

This research is classroom action research that involved 16 students as

sample. Data was collected through direct observation method, which is observed

during the teaching and learning interactions, both between students and students,

and students with teachers. The study was conducted through 3 cycles, namely:

(1) Pre-Cycle, (2) Cycle I, and (3) Cycle II.

The results showed, on the condition of Pre Cycle, the ability of learning

process is in low criterion reached 6.25%; adequate reach the 75%, and high

achieving 18.75%. These results provide an overview of the process of learning

that the learning process is still dominated by the less adequate criterion, so that

the learning process can’t be maximized yet. At Cycle I condition, the ability of

the learning process in low criterion reaches 6.25%, adequate criterion reaches

50%, and high criterion reaches 43.75%. These results provide an overview of

learning process still dominated by adequate criterion, so that the learning process

can’t be maximized yet. Be obtained on the Cycle II results, the ability of the

learning process in the low criterion reaches 0%, adequate criterion reaches

12.50%, and high criterion reaches 87.50%. These results illustrate that the

learning process in the Cycle II was in higher criterion, so, that the learning

process has been maximum.

Based on these results, the writer may concludes that, Picture to Picture

model be able to improve learning outcomes in Class V students of MIM

Wonosari, Simo, Boyolali, especially in Hajj subject matter.

Keywords: Learning outcomes, Picture to Picture, Cycle.

vi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi

dalam referensi yang penulis jadikan pedoman dan bahan rujukan.

Semarang, 30 Maret 2012

Deklarator,

A S P A R I

073111212

vii

MOTTO

...

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah......”

(Qs. Al Baqarah, 196)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini sebagai sebuah karya sederhana yang

penulis persembahkan kepada:

1. Ayah dan Ibu

2. Saudara-saudaraku se-Iman dan sejalan

3. Seseorang yang selama ini mengisi hatiku

4. Almamaterku

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesai-

kan skripsi ini.

Shalawat dan salam yang selalu penulis curahkan kepada Rasulullah,

Muhammad SAW sebagai Nabi yang syafaatnya selalu ditunggu-tunggu oleh

semua ummat,sahabat dan para pengikutnya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran-

saran, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sekali

lagi penulis mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, Rektor IAIN WAlisongo Semarang.

2. Dr. Suja'i, M.Ag., Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang

telah memberikan ijin dan restunya atas penulisan skripsi ini.

3. Nasirudin, M.ag., selaku Ketua Jurusan PAI yang telah memberikan dosen

pembimbing yang tepat bagi penulis.

4. Drs. H. Sudiyono, M.Pd. selaku dosen Wali yang selalu memberikan

bimbingan, pengarahan, serta dukungan moril bagi penulis.

5. Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan

pikiran beliau demi memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran-saran

kepada penulis

6. H.M. Tasim, A.Ma. Selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

(MIM) Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali, yang telah memberikan izin

bagi penulis untuk melakukan penelitian pada Madrasah yang beliau pimpin.

7. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan tulus ikhlas, baik

materiil maupun spirituil kepada penulis.

x

8. Teman-teman Guru MIM Wonosari, atas kebersamaan dan kemudahan-

kemudahan yang diberikan kepada penulis selama ini.

9. Teman-teman Kelas B Mahasiswa Kualifikasi Guru Madrasah dan RA

Fakulktas Tarbiyah Angkatan 2007 Jurusan PAI – IAIN Walisongo.

10. Teman-teman Tim PPL MI Al Khoiriyah Bulu (Kota Semarang).

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu.

Kepada semua pihak yang terkait, penulis tidak dapat memberikan sesuatu

apapun, selain hanya ucapan terima kasih dengan tulus dan iringan doa, semoga

Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan

Rahmat, Taufiq serta HidayahNya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan,

ibarat tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu penulis menerima segala kritik

dan saran yang membangun, demi langkah perbaikan bagi penulis. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan

pembaca yang budiman, pada umumnya. Amin.

Semarang, Maret 2012

Penulis

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

DEKLARASI ................................................................................................. vi

MOTTO .......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8

BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................. 9

A. Kajian Pustaka .......................................................................... 9

1. Pengertian Belajar ............................................................... 10

2. Prestasi Belajar .................................................................... 11

3. Penegasan Istilah ................................................................. 12

4. Teori-teori Belajar ............................................................... 16

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi hasil Belajar ................ 17

6. Pengertian Fiqih .................................................................. 20

7. Sejarah Fiqih ....................................................................... 20

8. Ruang Lingkup Bidang Studi Fiqih .................................... 22

xii

9. Tujuan Kurikuler ................................................................. 22

10. Indikasi Keberhasilan ......................................................... 22

11. Fungsi ................................................................................ 23

12. Karakterisik Mata Pelajaran Fiqih .................................... 24

13. Model Picture to Picture .................................................... 24

B. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 03

A. Materi Penelitian ...................................................................... 30

B. Setting Penelitian .................................................................... 30

C. Rancangan Penelitian .............................................................. 30

D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ........................... 33

E. Indikator Penelitan .................................................................. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 36

A. Hasil Penelitian ....................................................................... 36

B. Hasil Tindakan ........................................................................ 49

C. Pembahasan ............................................................................ 50

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 51

A. Simpulan ................................................................................ 51

B. Saran ....................................................................................... 51

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

01 Keadaan Guru di MIM Wonosari .......................................................... 37

02 Hasil Tes Kondisi Awal Materi Ibadah Haji ......................................... 39

03 Hasil Tes Siklus I ................................................................................... 43

04 Hasil Tes Siklus II ................................................................................. 47

05 Deskripsi Hasil Tindakan ...................................................................... 51

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

01 Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas ............................................... 35

02 Hasil Proses Pembelajaran di Kondisi Awal ......................................... 41

03 Hasil Proses Pembelajaran di Siklus I ................................................... 45

04 Hasil Proses Pembelajaran di Siklus II .................................................. 49

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang

wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia

merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah,

mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang

tinggi, yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama.

Pendidikan Agama selain sebagai mata pelajaran tersendiri, maka setiap

mata pelajaran yang lain juga perlu di beri muatan keagamaan yang

mendukung peningkatan keimanan dan ketakwaan para siswa. Bahan

pengajaran pendidikan agama di Madrasah Ibtidaiyah meliputi beberapa mata

pelajaran; seperti fiqih, Al Qur’an, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan

islam, dan Bahasa Arab.

Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan Agama Islam

yang berguna untuk kesempurnaan amalan ajaran Islam bagi siswa. Fiqih

dapat diartikan sebagai ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat

amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang khusus. Ruang

lingkup hukum fiqih mencakup segala bentuk perbuatan, perkataan dan

tindakan para mukallaf dari segi hukum, termasuk hukum-hukum yang

mensyifati perbuatan para mukallaf itu, seperti wajib, haram, sunah, makruh,

dan mubah.

Secara garis besar fiqih terdiri dari dua bagian yaitu ibadah dan

muamalah. Ibadah meliputi tata aturan mengenai hubungan manusia dengan

Allah dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam bagian ini antara

lain di bahas mengenai pelaksanaan rukun Islam, seperti syahadat, sholat,

puasa, zakat, haji, aqiqah, qurban, dan lain-lain. Sedangkan muamalah

meliputi tata aturan yang berkaitan dengan perbuatan, perkataan, dan tindakan

para mukallaf dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya.

1

2

Imam Syafi’i1 menjelaskan bahwa fiqih secara istilah mengandung dua

arti, yaitu: pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan

perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan

syari’at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci,

berupa nash-nash al Qur’an dan As sunnah serta yang bercabang darinya yang

berupa ijma’ dan ijtihad. Yang kedua yaitu, hukum-hukum syari’at itu sendiri.

Jadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama di gunakan

untuk mengetahui hukum-hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui apakah

suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah,

ditinjau dari dalil-dalil yang ada), sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-

hukum syari’at itu sendiri (yaitu hukum apa saja yang terkandung dalam

shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun,

kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran

fiqih merupakan materi yang sangat penting bagi siswa, karena menyangkut

segala perbuatan yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik

dalam berhubungan dengan Allah Sang Pencipta, maupun berhubungan

dengan sesama manusia. Oleh sebab itu mata pelajaran fiqih ini harus

diajarkan pada siswa di semua jenjang pendidikan termasuk di Madrasah

Ibtidaiyah. Akan tetapi, ruang lingkup fiqih yang sangat luas namun jam

pelajaran yang sedikit dalam seminggu (2 jam) menyebabkan kurangnya

pengetahuan tentang fiqih bagi anak didik, sehingga menyebabkan anak didik

belum mampu memahami dan mengamalkan pelajaran fiqih.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 tahun 2008 tentang

Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan

Bahasa Arab di Madrasah menyebutkan bahwa mata pelajaran fiqih

mempunyai standar kompetensi lulusan yaitu siswa mengenal dan

melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun Islam mulai dari

ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, salat, puasa, zakat, sampai

dengan pelaksanaan ibadah hají, serta ketentuan tentang makanan dan

1 Imam Syafi’i. 1999. Majalah Fatawa. Dipublikasikan kembali oleh www.muslim.or.id

3

minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam

meminjam.

Dengan demikian, siswa perlu menambah pengetahuan fiqih dengan

cara membaca. Memperdalam pengetahuan agama (seperti mempelajari fiqih

ini) sangat dianjutkan oleh Islam, bahkan dalam situasi dan kondisi apapun.

Hal ini tertulis dalam sebuah ayat yang berbunyi.

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara

mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka

tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya

apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat

menjaga dirinya (Qs. At Taubah, 122). (Depag RI, 1990.301-302).

Ayat di atas menekankan bahwa dalam situasi perang sekalipun, fiqih

(dan ilmu agama pada umumnya) harus tetap dipelajari dan diajarkan kepada

umat Islam. Sebab dengan memperdalam ilmu agama (fiqih) itulah mereka

dapat menjaga diri baik dalam keadaan perang maupun setelah perang. Oleh

karena itu fiqih harus diajarkan kepada generasi muda Islam sejak mereka

masih duduk di sekolah.

Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk belajar di

kelas agar menjadi orang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Sebagian

besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak dididik untuk belajar,

tidak mesti di sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang disediakan untuk

kepentingan belajar. Tidak ada hari tanpa belajar adalah ungkapan yang tepat

bagi anak didik.

Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti

mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Guru mengharapkan

agar siswa berhasil dalam belajarnya, dan siswa pun mengharapkan guru dapat

mengajar dengan baik sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang baik.

4

Dalam kenyataan, harapan itu tidak selalu terwujud, sebab masih banyak

siswa yang tidak memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Ada siswa yang

mendapatkan nilai tinggi, ada pula yang mendapatkan nilai rendah, dan

bahkan ada pula siswa yang harus tinggal dalam mencapai tujuan belajar.

Prestasi belajar adalah “hasil yang dicapai setelah siswa mendapat

pengajaran dalam waktu tertentu dan hasil pengajaran dapat dikatakan berhasil

apabila pengajaran itu mencapai tujuan yang ingin diraih yaitu tujuan belajar"

Prestasi belajar juga sangat ditentukan oleh materi pelajaran yang diberikan

oleh guru. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menghasilkan keluaran

(output) lulusan dengan kualitas yang baik dan berusaha mempertahankan

kelangsungannya dalam waktu jangka panjang. “Prestasi belajar sebagai

perubahan tingkah laku yang meliputi tiga domain yaitu kognitif

(pemahaman), afektif (sikap), psikomotor (ketrampilan)” (Hudi, 2005:15).

Prestasi belajar adalah hasil penilaian, hasil usaha kegiatan belajar

yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf yang

mencerminkan hasil yang sudah dicapai anak dalam periode tertentu

(Tirtonegoro, 1994:43).

Belajar merupakan suatu proses di mana siswa berada didalamnya.

Keberhasilan siswa dalam belajar di samping dipengaruhi oleh dirinya sendiri

(internal) maupun dari luar diri (eksternal) individu. Pengenalan terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam

rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya

(Ahmadi 2004:138). Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap

anak didik jika mereka dapat belajar secara aktif, terhindar dari berbagai

ancaman, hambatan dan gangguan.

Sesuai dengan kebijakan pengembangan kurikulum baru yang

memberikan keleluasaan pada satuan pendidikan (Madrasah) untuk

mengembangkan diri sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat

setempat, maka materi Fiqih yang dikembangkan adalah materi esensial atau

materi pokok. Oleh karena itu, para guru di Madasah bersama Komite

Madrasah dapat memperdalam, memperluas, atau mempertajam bahasan yang

5

tersaji sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.2 Dalam

penyampaian materi tersebut tidak lepas dari penggunaan metode pengajaran

yang tepat dan menarik. Mata pelajaran Fiqih sebagai mata pelajaran esensial

pada Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah, khususnya di

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Wonosari, Simo, Boyolali. Kurikulum

Madrasah tersebut mengharuskan para peserta didik untuk dapat menghafal

masalah-masalah terkait dengan materi pokok Ibadah Haji. Metode yang

digunakan untuk menyampaikan materi tersebut adalah ceramah dan

mencatat.

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang

didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Sebagai upaya

meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran pada masa sekarang, telah

banyak dikembangkan metode-metode yang bersifat behavioristik

(memanusiakan manusia), seperti: student active learning, quantum learning,

quantum teaching, dan accelerated learning.3 Seluruh metode tersebut

digunakan dalam rangka revolusi belajar yang melibatkan guru dan siswa

sebagai satu kesatuan yang mempunyai hubungan timbal balik. Peran guru

sebagai pengajar/fasilitator, sedangkan siswa merupakan individu yang

belajar.

Ayat yang terkait secara langsung tenang dorongan untuk memilih

metode secara tepat dalam proses pembelajaran adalah.

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

2 Muchsan, H. S.Ag., dkk., Fiqih untuk Kelas V Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Yudhistira.

2007, Hlm. 25 3 Mel Siberman, 2009. Active Learning. Yogyakarta: Insan Madani

6

yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. An Nahl, 125)4

Selain ayat tersebut di atas, landasan metode pembelajaran yang

didasarkan oleh Hadis Nabi adalah sebagai berikut:

Artinya: “Dari Anas RA bahwa Nabi SAW bersabda: Mudahkanlah dan

jangan kamu persulit. Gemberikanlah dan janganlah kamu membuat

lari.” (HR. Bukhari)5

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar,

gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu

dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan

membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan

pelajaran tersebut. Akan tetapi, guru masih dalam sekedar penyampai materi

saja, belum lebih dari sentral pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru

jarang menggunakan alat bantu pembelajaran.

Menurut para tenaga pendidik di Madrasah tersebut, model

pembelajaran diatas memiliki kelemahan, sehingga dinyatakan kurang

berhasil, salah satu penyebabnya adalah siswa yang bermalas-malasan ketika

mencatat dan mendengarkan ceramah guru. selain itu, dilihat dari segi

kemampuan siswanya akan menimbulkan hasil yang berbeda antar satu

siswa dengan siswa yang lain, sehingga hasil pembelajaran kurang

maksimal.

Hambatan lain yang muncul yaitu masalah durasi waktu

pembelajaran aktif di Kelas V untuk mata pelajaran Fiqih hanya 35 menit

untuk setiap pertemuan, menurut keterangan salah satu guru, hal tersebut

menambah kekurang efektifan dalam hasil belajar, termasuk prestasi hasil

4Terjemah Al Qur’an, 2002. Depag RI.

5Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Indonesia, Maktabah Dahlan, tt),

juz I, hlm. 43

7

belajar Fiqih. Padahal dari kurikulum yang berlaku di Madrasah tersebut

materi yang wajib untuk dikuasai bukan hanya pokok-pokok Ibadah Haji,

melainkan permasalahan-permasalahan lain yang terkait dengan pelaksanaan

ibadah haji. Meski demikian para guru masih mengupayakan untuk

menambah proses kegiatan belajar dengan memberikan tugas tambahan

berupa pekerjaan rumah (PR), akan tetapi hal tersebut masih belum dapat

memberikan hasil yang maksimal.

Berdasarkan observasi awal peneliti terhadap proses pembelajaran

Fiqih di MIM Wonosari Simo, menunjukkan bahwa pembelajaran ditempat

tersebut masih kurang efektif, karena menjenuhkan, suasana kelas gaduh dan

membosankan, sehingga siswa jadi malas untuk menghafal, hal tersebut

dikarenakan metode yang digunakan masih bertumpu pada kemandirian

siswanya untuk mencatat atau mendengar ceramah Guru tanpa bimbingan

yang baik. Padahal siswa kelas V Madrasah masih memerlukan

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Menurut peneliti kegiatan

belajar mengajar tersebut akan lebih maksimal apabila ada variasi metode

pembelajaran, dalam metode ini bukan hanya siswa saja yang mencatat, akan

tetapi guru juga ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Hal tersebut akan coba peneliti terapkan dengan menerapkan metode

pembelajaran teknik Picture to Picture (P to P). Menurut Soeparno (1988),

metode pembelajaran adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk

menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber

(resource) kepada penerimanya (receiver).6 Melihat peran yang begitu vital,

maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan.

Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan

tidak membosankan. Metode pembelajaran sebagai jembatan yang akan

membantu peserta didik menemukan di dalamnya. Metode yang digunakan

peneliti dalam pembelajaran Fiqih adalah metode Picture to Picture (P to P).

yang berupa urutan gambar-gambar yang merupakan rangkaian urutan

peristiwa.

6 Soeparno, Media Pembelajaran. Klaten: Intan Pariwara, 1988. hlm. 1.

8

B. Perumusan Masalah

Permasalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah peningkatan hasil belajar materi pokok ibadah Haji melalui

model Picture to Picture pada peserta didik Kelas V MIM Wonosari Simo

Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan berbasis kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki

tujuan sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas V MIM Wonosari

Simo Boyolali dalam mata pelajaran Fiqih.

b. Untuk meneapkan model Picture to Picture pada materi pokok Ibadah

Haji.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sebuah sumbangan pemikiran dan pengabdian guru dalam

turut serta mencardaskan kehidupan bangsa.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan

untuk meningkatkan kwalitas pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Kompetensi peserta didik pada mata pelajaran Fiqih, khususnya materi

pokok Ibadah Haji dapat dicapai.

b. Adanya inovasi model pembelajaran Fiqih dari dan oleh guru yang

menitik beratkan pada penerapan model pembelajaran Picture to

Picture (P to P).

c. Siswa mendapatkan pembelajaran dengan kwalitas yang lebih baik.

d. Membantu guru untuk dapat memperbaiki media pembelajaran yang

sesuai dengan kondisi siswa.

9

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka, merupakan fase yang tidak bisa ditinggalkan dalam

penelitian, penelusuran Pustaka dimaksudkan untuk mempertajam

metodologi, memperkuat kajian teoritis, dan memperoleh informs mengenai

penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain.

Penelitian di tempat yang sama, yaitu pada MI Wonosari, Bendungan,

Simo, Boyolali, telah dilakukan oleh Muntianah, (2009) UNU Surakarta

dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Jig Saw untuk meningkatkan

prestasi belajar Aqidah Akhlaq pada siswa kelas IV tahun pelajaran

2008/2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan model

pembelajaran Jig Saw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan rata-

rata nilai 6,2 pada Siklus pertama, kemudian meningkat menjadi 7,4 pada

Sikluis kedua. Sedangkan penelitian sejenis juga dilakukan oleh Wagimin

(2008), Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta dengan judul: Upaya

Peningkatan Minat Belajar Bahasa Indonesia dengan model pembelajaran

Picture to Picture pada siswa Kelas VI MIM Congol, Simo, Boyolali.

Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (Class Action Research),

dilakukan dengan dua siklus, dengan hasil bahwa penerapan model

pembelajaran P to P dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VI pada

mata pelajaran Bahasa Arab.

Hanya dengan melihat deretan skor yang masih berserakan, belum

dapat menentukan ranking atau prestasi seseorang dalam kelompoknya. Untuk

itu maka skor tersebut harus terlebih dahulu disusun, urut dari skor tertinggi

sampai ke skor yang paling rendah, dengan urutan ke bawah.11

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata „prestasi‟ adalah hasil

yang telah dicapai. Jadi prestasi belajar siswa, adalah hasil yang telah dicapai

11 Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, Yogyakarta:

Bumi Aksara, 2006. Hlm. 260

10

oleh peserta didik, setelah siswa tersebut menempuh proses belajar mengajar

pada mata pelajaran tertentu.12

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.13

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat

maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri

seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Ernest R. Hilgard yang di kutip oleh Abu Ahmadi memberikan

definisi belajar sebagai berikut:

“learning is the procedures (wheter in the laboratory o in the

natural environ ment) as distinguished from changes by factors not

atribut able to training”.14

Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang yang belajar

kelakuanya akan berubah dari pada sebelum itu. jadi belajar tidak hanya

mengenai bidang intelektual, akan tetapi ikatakan mengenai seluruh

pribadi anak.

Dalam kamus pedagogik dikatakan bahwa belajar adalah berusaha

memiliki pengetahuan atau kecakapan baru. Seseorang telah mempelajari

sesuatu dengan perbuatanya. Ia baru dapat melakukan sesuatu hanya dari

hasil proses belajar sebelumnya.

Proses belajar/kegiatan belajar dapat di hayati (dialami) oleh orang

yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat di amati oleh

orang lain. Belajar yang di hayati oleh seorang pembelajar (guru). Pada

satu sisi, belajar yang dialami oleh pembelajar terkait dengan

pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan

belajar yang juga perkembangan mental tersebut juga di dorong oleh

12 Suharso, Retnoningsih, Kamus Besar bahasa Indonesia, Semarang: CV. Widya Karta, 2009. hlm. 390.

13 Slamet, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 1995,

hal.2. 14

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta: PT.Rineka Cipta Cetakan Kedua, 1999, hal.280.

11

tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dari segi siswa, belajar yang

dialaminya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mental akan

menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring. Selanjutnya dampak

pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai

perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru.

kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau

pembelajaran.proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang di

kehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan amat tergantung pada proses belajar yang di alami oleh peserta

didik baik ketika ia berada di sekolah ataupun di lingkungan rumah atau

keluarga sendiri.

Hal ini sesuai pada surat Al Mujadalah ayat 11 di sebutkan sebagai

berikut:

Artinya : Niscaya Allah akan meniggikan orang- orang yang beriman

di antaramu dan orang- orang yang di beri pengetahuan

beberapa derajat”.15

2. Prestasi Belajar

Proses belajar menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah

penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang di kembangan oleh mata

pelajaran, lazimnya di tunjukan dengan nilai tes atau angka nilai tes atau

angka nilai yang di berikan oleh guru.16

Prestasi adalah suatu bukti keberhasilan usaha yang di capai.17

Adapun yang di maksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini yaitu

15

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, hal. 910 16

Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, OP. Cit. hal.51. 17

Dewa Ketut Sukardi, Op. Cit. hal.51

12

kemampuan siswa dalam mengusai materi pelajaran yang di berikan guru

setelah mengikuti proses belajar mengajar selama periode tertentu.

Robert Gegne meninjau prestasi belajar yang harus di capai oleh

siswa dalam kategori:

1. Informasi Verbal

Yaitu tingkat pengetahuan yang di miliki seseorang yang di

ungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain.

Siswa harus mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan baik yang

bersifat praktis maupun teoritis.

2. Kemahiran Intelektual

Kemahiran intelektual menunjuk pada pada “knowing how”,

yaitu bagaimana seseorang berhubungan dengan lingkungan hidup

dan dirinya sendiri. Gagne membagi kemahiran intelektual menjadi

empat kategori yaitu di urutkan secara hearkis, yaitu sub

kemampuman yang di bawah menjadi landasan bagi sub kemampuan

yang di atasnya. Adapun empat sub kemampun tersebut adalah:

a. Diskriminasi jamak (Multiple discrimination), yaitu kemampuan

seseorang dalam membedakan objek yang satu dengah objek yang

lain.

b. Konsep (Concept), yaitu satuan arti yang mewakili sejumlah objek

yang mempunyai ciri-ciri yang sama, yang dapat di lambangkan

dalam bentuk kata.

c. Kaidah (Rule), dua konsep atau lebih yang jika di huhungkan satu

sama lain, maka terbentuk suatu ketentuan yang mewakili suatu

keteraturan.

d. Prinsip (Higher-order-rule), yaitu terjadinya kombinasi dari

beberapa kaidah yang lebih tinggi dan lebih kompleks.

3. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran pada istilah-

istilah dalam judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Pokok Ibadah Haji

melalui model Picture to Picture Peserta Didik Kelas V MIM Wonosari

13

Simo Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010” maka perlu

adanya penegasan istilah atau arti dari penegasan judul tersebut. Adapun

istilah yang perlu ditegaskan antara lain:

a. Peningkatan

Dalarn kamus besar bahasa Indonesia, kata “Meningkatkan”

adalah menaikkan (derajat atau taraf, mempertinggi, memperhebat,

dsb) adapun dalam penelitian ini “Upaya Meningkatkan” akan

diartikan sebagai usaha dalam rangka meningkatkan prestasi belajar

siswa kelas V MI Wonosari.

b. Hasil Belajar

Menurut bahasa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya

ditunjukan dengan tes dan nilai yang diberikan guru18

.

Hasil ini

merupakan bukti dari usaha yang dicapai19

. Dalam penelitian ini yang

dimaksud mengerjakan sesuatu adalah pada saat menyelesaikan soal-

soal evaluasi di bidang studi fiqh dan pada saat ulangan harian.

c. Bidang Studi Fiqih

Fiqih adalah salah satu pelajaran pada Pendidian Agama Islam

Kelas V Madrasah Ibtidaiyah. Pemilihan materi Ibadah Haji pada

penelitian ini berdasarkan pada alasan sebagai berikut:

a. Siswa kelas V belum ada yang menguasai materi Ibadah Haji.

b. Ibadah Haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib

dilaksanakan oleh kaum Muslimin yang mampu.

c. Penyampaian materi pokok Ibadah Haji masih memiliki

hambatan, terutama dalam hal metode pembelajaran yang tepat.

d. Model Picture to Picture (P to P)

Model Picture to Picture (P to P) merupakan strategi

pembelajaran dengan menyusun gambar, yang mana strategi ini dapat

membantu peserta didik untuk memfokuskan perhatian secara mental,

18 Ibd. Hal 51

19 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, Bina Aksara, Jakarta, 1988, Hal. 51.

14

menimbulkan pertanyaan-pertanyaan serta merangsang minat untuk

berdiskusi. Strategi ini mempunyai efek pada pemusatan perhatian

dan membuat suatu kelompok yang kohesif (saling berhubungan).

Adapun prosedur pelaksanaan teknik Picture to Picture adalah

sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

Pada langkah ini guru menyampaiakan Kompetensi Dasar

mata pelajaran yang bersangkutan. Disamping itu guru juga harus

menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD.

2) Guru Menyajikan materi sebagai pengantar

Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat

penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan

pembelajaran. Motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian

materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang

materi yang dipelajari.

3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan

berkaitan dengan materi

Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut

terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap

gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Ingatlah

bahwa “jika dapat divisualkan” kenapa harus memakai kata-kata.

Dengan Picture/gambar guru akan menghemat energy, dan siswa

akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/

meng-urutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk

diurutan, dibuat, atau dimodifikasi. Jika menyusun, bagaiaman

susunananya, jika melengkapi gambar, mana gambar atau

bentuknya yang harus dilengkapi.

5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

15

e. Peserta Didik Kelas V MI Wonosari Simo Boyolali

Peserta didik/siswa berasal dari satu rombongan belajar

(Rombel), yaitu kelas V MI Wonosari, dengan jumlah siswa 16 anak

(10 Laki-laki dan 6 Perempuan).

f. Pengaruh Kegiatan Kognitif

Kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan berfikir. Orang

yang mampu mengatur dan mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri

dalam bidang kognitif akan dapat menggunakan semua konsep dan

kaidah yang pernah di pelajari jauh lebih efisien dan efektif, dari pada

orang yang tidak berkemampuan demikian.

g. Sikap

Sikap tertentu seseorang terhadap objek.

h. Ketrampilan Motorik

Ketrampilan motorik yaitu seseorang yang mampu melakukan

suatu rangkaian gerak-gerik berbagai anggota badan secara terbagai

anggota badan secara terpadu.20

Bloom mengemukakan ada tiga tipe prestasi belajar, yaitu:

1) Kognitif

Adalah keberhasilan belajar yang diukur oleh taraf

penguasaan intelektualitas, keberhasilan ini biasanya dilihat

dengan bertambahnya pengetahuan siswa .

2) Afektif

Adalah keberhasilan belajar yang di ukur dalam taraf sikap

dan nilai. Tipe hasil belajar efektif tampak pada siswa dalam

berbagai tingkah laku seperti berakhlak mulia, disiplin, menaati

norma - norma yang baik.

20

Sri Esti Wuryanti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2008, hal. 217

16

4. Teori - teori Belajar

Belajar sebagai proses psikologi terjadi dalam diri seseorang, oleh

karena itu sukar di ketahui secara pasti bagaimana terjadinya. Karena

prosesnya begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar.

Abu Ahmadi secara global mengklasifikasikan ada tiga teori belajar yakni:

a. Teori belajar menurut Faculty Psychology (Ilmu Jiwa Daya)

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya

berpikir, mengenal, mengingat dan lain - lainya. Daya – daya ini dapat

berkembang dan berfungsi apabila di latih dengan bahan – bahan dan

cara – cara tertentu. Berdasarkan pandangan ini, maka yang di maksud

dengan belajar ialah usaha melatih daya - daya itu agar berkembang,

sehingga kita dapat befikir, mengingat dan sebagainya. Cara yang

digunakan ialah menghafal, memecahkan soal - soal dan berbagai

kegiatan lainya.

b. Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

Menurut teori ini,jiwa manusia terdiri dari asosiasi dari berbagai

tanggapan yang masuk ke dalam jiwa kita. Asosiasi itu biasanya

terbentuk berkat adanya hubungan stimulus-response, disingkat S-R.

Menurut pandangan ini,belajar berarti membentuk hubungan-

hubungan stimulus response dan melatih hubungan itu agar pertalian

erat, Belajar sifatnya mekanis, seperti mesin dan akhirnya akan

terbentuk kebiasaan – kebiasaan dan sejumlah ilmu pengetahuan,

Penyelidik aliran ini ialah E.I. Thorndike.

c. Teori belaajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt (organis)

Menurut teori ini jiwa manusia merupakan satu keseluruhan

yang bulat, bukan tanggapan – tanggapan (elemen – elemen). Jiwa

manusia bersifat hidup dan aktif, berinteraksi dengan lingkungan,

karena itu belajar menurut pandangan ini berarti mengalami, bereaksi

perbuatan berfikir secara kritis.

17

Beberapa asas belajar yang di kemukakan teori ini adalah :

1) Keseluruhan lebih dari jumlah bagian - bagian

2) Belajar adalah suatu proses perkembangan.

3) Belajar adalah reorganisasi pengalaman

4) Belajar lebih berhasil apabila berhubungan dengan minat,

keinginan dan tujuan anak .

Belajar adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus.21

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.

Dalam pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhinya, baik

faktor internal yang datang dari indifidu maupun faktor eksternal yang

datang dari lingkungan individu. Faktor eksternal yang mempengaruhi

hasil belajar terdiri dari dua aspek, yaitu fisiologis (yang bersifat

jasmaniah) dan aspek psikologis. Faktor – faktor psikis memiliki peran

yang sangat menentukan di dalam belajar.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

a. Faktor Intern

Faktor yang berasal dari anak itu sendiri, yang meliputi:

1) Faktor Psikologis

a) Tingkat intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam

situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/

menggunakan konsep - konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi

besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, tinggi rendahnya

intelegensi siswa akan mempengaruhi hasil belajar.

b) Minat

Minat merupakan kecenderungan untuk memperhatikan

dan berbuat sesuatu, minat siswa terhadap pelajaran akan

banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan belajarnya.

21

Abu Ahmadi, Op. Cit., hal. 281

18

c) Bakat

Merupakan kemampuan potensi pada anak, yang akan

menjadi actual jika melalui proses belajar/ latihan. Dengan

adanya bakat membuat anak hanya memerlukan waktu sedikit

dalam menyelesaikan sesuatu, termasuk dalam hal pencapaian

prestasi belajar.

d) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan

mempengaruhi dalam setiap usaha dan kegiatan seseorang. Hal

ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya dalam belajar

yang pada akhirnya akan memungkinkan pencapaian prestasi

belajar yang tinggi.

e) Kematangan

Kematangan merupakan kondisi siap baik jasmani maupun

rohani untuk melakukan aktivitas belajar. Tanpa adanya

kematangan akan menyulitkan proses belajar. Kematangan tiap

anak untuk melakukan aktifitas belajar tidaklah sama, di

samping faktor umur juga karena faktor pembawaan.

f) Konsentrasi dan perhatian

Hanya dengan perhatian dan konsentrasi anak dapat

memahami dan menyerap pelajaran. Anak dengan kemampuan

konsentrasi tinggi dan perhatian yang terfokus terhadap belajar

akan lebih mudah sukses, dari pada anak yang kurang

mempunyai daya konsentrasi dan kekuatan perhatian.

g) Kepribadian

Kepribadian seseorang seperti ketekunan, daya saing,

ketabahan, atau kondisi pribadi yng mudah putusasa, takut

gagal, cemas, rendah diri, besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan belajar.

19

2) Faktor Fisik

Faktor fisik yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar

diantaranya adalah:

a) Kesehatan, penyakit kronis

b) Cacat fisik

c) Gangguan pancaindera

d) Kelelahan

Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang

memungkinkan seorang anak untuk dapat belajar, dan sangat besar

pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar, karena belajar tidak

hanya melibatkan aspek piker dan psikologis lainya, namun yang

tak kalah penting adalah adanya keterlibatan aspek fisik.

b. Faktor Ekstern

Merupakan faktor yang bersal dari luar diri anak, yang termasuk

faktor ekstern adalah:

1) Keadaan keluarga

Keadaan keluarga yang turut berpengaruh terhadap

keberhasilan belajar antara lain kondisi ekonomi, status anak dalam

keluarga, pendidikan orang tua, hubungan antar anggota keluarga

dan sebagainya.

2) Faktor sekolah

Banyak faktor dari sekolah yang berperan mempengaruhi

keberhasilan belajar, diantaranya adalah kualitas guru, pengajar,

hubungan antar anggota sekolah, kurikulum yang di pakai,

kedisiplinan yang di tegakkan di sekolah, kondisi gedung dan

fasilitas sekolah, suasana lingkungan sekolah dan sebagainya.

3) Lingkungan masyarakat

Anak sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari interaksi

dengan orang lain beserta lingkungan. Lingkungan yang turut

mempengaruhi belajar antara lain, teman pergaulanya, kebiasaan

20

masyarakatnya, kondisi alam tempat tinggalnya serta tata tertib yang

berlaku di masyarakat.

6. Pengertian Fiqh

Bidang studi Fiqh adalah suatu proses pendidikan yang di arahkan

untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina murid

untuk mengetahui memahami, menghayati dan mengamalkan hukum

islam, baik yang bersifat ibadat (hubungan manusia dengan alam sekitar)

7. Sejarah Fiqih

a. Masa Nabi Muhammad saw

Masa Nabi Muhammad saw ini juga disebut sebagai periode

risalah, karena pada masa-masa ini agama Islam baru didakwahkan.

Pada periode ini, permasalahan fiqih diserahkan sepenuhnya kepada

Nabi Muhammad saw. Sumber hukum Islam saat itu adalah al-Qur'an

dan Sunnah. Periode Risalah ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

periode Makkah dan periode Madinah. Periode Makkah lebih tertuju

pada permasalah akidah, karena disinilah agama Islam pertama kali

disebarkan. Ayat-ayat yang diwahyukan lebih banyak pada masalah

ketauhidan dan keimanan.

Setelah hijrah, barulah ayat-ayat yang mewahyukan perintah

untuk melakukan sholat, zakat dan haji diturunkan secara bertahap.

Ayat-ayat ini diwahyukan ketika muncul sebuah permasalahan, seperti

kasus seorang wanita yang diceraikan secara sepihak oleh suaminya,

dan kemudian turun wahyu dalam surat Al-Mujadilah. Pada periode

Madinah ini, ijtihad mulai diterapkan, walaupun pada akhirnya akan

kembali pada wahyu Allah kepada Nabi Muhammad saw.22

b. Masa Khulafaur Rasyidin

Masa ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad saw sampai

pada masa berdirinya Dinasti Umayyah ditangan Mu'awiyah bin Abi

Sufyan. Sumber fiqih pada periode ini didasari pada Al-Qur'an dan

22

Dr. Muhammad Salam Madkur, Manahij Al Ijtihad Fi Al Islam, (Kuwait : Univ. Kuwait),

hal. 43

21

Sunnah juga ijtihad para sahabat Nabi Muhammad yang masih hidup.

Ijtihad dilakukan pada saat sebuah masalah tidak diketemukan dalilnya

dalam nash Al-Qur'an maupun Hadis. Permasalahan yang muncul

semakin kompleks setelah banyaknya ragam budaya dan etnis yang

masuk ke dalam agama Islam.

Pada periode ini, para faqih mulai berbenturan dengan adat,

budaya dan tradisi yang terdapat pada masyarakat Islam kala itu.

Ketika menemukan sebuah masalah, para faqih berusaha mencari

jawabannya dari Al-Qur'an. Jika di Al-Qur'an tidak diketemukan dalil

yang jelas, maka hadis menjadi sumber kedua . Dan jika tidak ada

landasan yang jelas juga di Hadis maka para faqih ini melakukan

ijtihad. Menurut penelitian Ibnu Qayyim, tidak kurang dari 130 orang

faqih dari pria dan wanita memberikan fatwa, yang merupakan

pendapat faqih tentang hukum.23

c. Masa Awal Pertumbuhan Fiqih

Masa ini berlangsung sejak berkuasanya Mu'awiyah bin Abi

Sufyan sampai skeitar abad ke-2 Hijriah. Rujukan dalam menghadapi

suatu permasalahan masih tetap sama yaitu dengan Al-Qur'an, Sunnah

dan Ijtihad para faqih. Tapi, proses musyawarah para faqih yang

menghasilkan ijtihad ini seringkali terkendala disebabkan oleh tersebar

luasnya para ulama di wilayah-wilayah yang direbut oleh Kekhalifahan

Islam.

Mulailah muncul perpecahan antara umat Islam menjadi tiga

golongan yaitu Sunni, Syiah, dan Khawarij. Perpecahan ini

berpengaruh besar pada ilmu fiqih, karena akan muncul banyak sekali

pandangan-pandangan yang berbeda dari setiap faqih dari golongan

tersebut. Masa ini juga diwarnai dengan munculnya hadis-hadis palsu

yang menyuburkan perbedaan pendapat antara faqih.

Pada masa ini, para faqih seperti Ibnu Mas'ud mulai

menggunakan nalar dalam berijtihad. Ibnu Mas'ud kala itu berada di

23

Ibnu Al Qayyim, I’lam Al Muwaqqi’in, (Kairo : Dar Al Kutub Al Haditsah), I, hal. 12

22

daerah Iraq yang kebudayaannya berbeda dengan daerah Hijaz tempat

Islam awalnya bermula. Umar bin Khattab pernah menggunakan pola

yang dimana mementingkan kemaslahatan umat dibandingkan dengan

keterikatan akan makna harfiah dari kitab suci, dan dipakai oleh para

faqih termasuk Ibnu Mas'ud untuk memberi ijtihad di daerah di mana

mereka berada.24

8. Ruang Lingkup Bidang Studi Fiqh

Ruang lingkungan Bidang Studi Fiqh untuk Madrash Ibtidaiyah

meliputi Syahadad, Thoharoh, Sholat, Puasa, Zakat, Ibadah Haji, Makanan

dan Minuman, Muamalat, Jenazah dan Mawaris.

Pengarahan Bidang Studi Fiqh di madrasah menganut sistem Spiral,

yakni semua pokok- pokok hukum Islam di ajarkan, namun pendalaman

dan keluasan materi di sesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan

jenjang pendidikan.

9. Tujuan Kurikuler

Setelah menyelesaikan seluruh program bidang studi Fiqh pada

Madrasah Ibtidaiyah, siswa diharapkan dapat mengetahui, memahami,

menghayati hukum-hukum Islam serta mampu melaksanakannya dalam

kehidupan sehari-hari.

10. Indikasi Keberhasilan

Keberhasilan pendidikan bidang studi Fiqh di Madrasah Ibtidaiyah

dalam mencapai tujuanya dapat di ukur dari indikator sebagai berikut:

1. Siswa memahami pengetahuan dasar dan cara- cara melaksanaan Rukun

Islam serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan.

2. Siswa memahami Pokok-pokok pengajaran Islam tentang hukum

makanan dan minuman serta penyembelihan dan mampu

menerapkannya dalam kehidupan.

3. Siswa memahami pokok-pokok syariat Islam tentang Muamalat dan

bersedia serta mampu menerapkan dalam kehidipan.

24

Ibnu Al Qayyim, Ibid.,

23

4. Siswa memahami pokok- pokok syariat Islam tentang penyelenggaraan

jenazah dan pembagian warisan serta terdorong menaatinya.

11. Fungsi

Dalam pendidikan agma Islam bidang Studi Fiqh berfungsi:

1. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan (Habit Vorming) dalam

melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan terlaksananya ketentuan

ketentuan agama dengan ikhlas dan tuntunan akhlak mulia.

2. Mendorong tumbuh dan menebalnya Iman.

3. Mendorong tumbuhnya semangat untuk mengolah alam sekitar yang

merupakan anugerah dari Allah.

4. Mendorong untuk mensyukuri nikmat Allah

5. Mendorong terlaksananya ibadah kepada Allah dan terlaksananya

syariat Islam untuk diri pribadi, keluarga dan masyarakat.

6. Sebagai kumpulan pelaksanaan materi syariat yang bersumber dari Al

Quran dan Hadist. Hal sesuai dengan Hadist Rasulullah SAW :

يفقهه في الذ ين, و انماالعلم بالتعلم. )البخاري( امن ير داهلل به خير

Artinya : Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang,

maka dia di beri pendalaman dalam ilmu agama,

Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar.

(HR.Bukhari)25

Fiqih sebagai salah satu ilmu-ilmu Islam yang dipelajari di

sekolah, baik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, maupun di tingkat

Perguruan Tinggi. Di MIM Wonosari Simo Boyolali mata pelajaran

Fiqih di ajarkan 1 jam pelajaran (1 x 35 menit) dalam seminggu.

Sebagai bentuk pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam di

tingkat sekolah dasar.

25

Muhammad Faiz Almath, Qobasun Min Nuri Muhammad saw, Darul Kutub Alaarbiyah

Damsik, Syiria, 1974, hal. 36

24

Berdasarkan uraian di atas maka prestasi belajar fiqih adalah

hasil akhir dari suatu proses belajar fiqih yang dijalani oleh siswa akan

yang dinilai dengan angka atau huruf. Jika seseorang anak melakukan

belajar dengan sungguh-sungguh dalam proses belajarnya maka akan

diperoleh nilai yang tinggi. Sebaliknya jika seseorang anak dalam

proses belajarnya tidak sungguh-sungguh dan hanya bermalas-malasan

maka nilai yang diperolehnya akan kurang memuaskan.

12. Karakteristik Mata Pelajaran Fiqih

Fiqih sering juga diartikan sebagai mata pelajaran ibadah. Ibadah

artinya menghambakan diri kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup

manusia di dunia, karena itu manusia yang beribadah kepada Allah disebut

„abdullah atau hamba Allah. Tujuan ibadah adalah membersihkan dan

menyucikan jiwa dengan mengenal dan mendekatkan diri serta beribadat

kepada Allah.

Arif Furqan26

menyatakan bahwa ibadah (fiqih) terdiri dari ibadah

khusus dan ibadah umum. Ibadah secara khusus adalah bentuk ibadah

langsung kepada Allah yang tata cara pelaksanaannya telah diatur dan

ditetapkan oleh Allah dan telah dicontohkan oleh Rasulullah. Macam-

macam ibadah khusus adalah taharah, salah, puasa, zakat dan haji.

Sedangkan ibadah umum dalam bentuk hubungan manusia dengan

manusia atau manusia dengan alam yang memiliki makna ibadah.

13. Metode Picture to Picture (P to P)

Peran guru sebagai pengajar/fasilitator, sedangkan siswa

merupakan individu yang belajar. Ayat yang terkait secara langsung

tenang dorongan untuk memilih metode secara tepat dalam proses

pembelajaran adalah.

26

Arif Furqan. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Tp.

2002:173

25

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. An Nahl, 125)27

Selain ayat tersebut di atas, landasan metode pembelajaran yang

didasarkan oleh Hadis Nabi adalah sebagai berikut:

Artinya: “Dari Anas RA bahwa Nabi SAW bersabda: Mudahkanlah dan

jangan kamu persulit. Gemberikanlah dan janganlah kamu membuat

lari.” (HR. Bukhari)28

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar,

gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu

dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan

membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan

pelajaran tersebut. Akan tetapi, guru masih dalam sekedar penyampai materi

saja, belum lebih dari sentral pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru

27Terjemah Al Qur’an, 2002. Depag RI. 28Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Indonesia, Maktabah Dahlan,

tt), juz I, hlm. 43

26

jarang menggunakan alat peraga sehingga siswa manjadi pasif. Padahal, pada

hakekatnya, KTSP mengedepankan siswa manjadi aktif dalam belajar.

Belajar aktif adalah satu cara untuk mengikat informasi yang baru

kemudian menyimpannya dalam otak. Karena, salah satu faktor yang

menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah kelemahan otak manusia.

Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa

kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang

lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan seorang

filosof Cina bernama Konfusius, Dia mengatakan: “Apa yang saya dengar,

saya lupa, apa yang saya lihat, saya ingat, apa yang saya lakukan, saya

paham.” (Hisyam, dkk., 2008:xiv).

Metode Picture to Picture (P to P) merupakan strategi pembelajaran

dengan menyusun gambar, yang mana strategi ini dapat membantu peserta

didik untuk memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-

pertanyaan serta merangsang minat untuk berdiskusi. Strategi ini mempunyai

efek pada pemusatan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif

(saling berhubungan). Adapun prosedur pelaksanaan teknik Picture to Picture

adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

Pada langkah ini guru menyampaiakan Kompetensi Dasar mata

pelajaran yang bersangkutan. Disamping itu guru juga harus

menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD.

2. Guru Menyajikan materi sebagai pengantar

Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting,

dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Motivasi

dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa

untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan

dengan materi

Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat

aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang

27

ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Ingatlah bahwa “jika dapat

divisualkan” kenapa harus memakai kata-kata. Dengan Picture/gambar

guru akan menghemat energi dan siswa akan lebih mudah memahami

materi yang diajarkan.

4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/meng-

urutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk

diurutan, dibuat, atau dimodifikasi. Jika menyusun, bagaiaman

susunananya, jika melengkapi gambar, mana gambar atau bentuknya yang

harus dilengkapi.

5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar

kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar

sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru

menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan

refleksi. Adapun kebaikan metode ini adalah (a) Guru lebih mengetahui

kemampuan masing-masing siswa, (b) Melatih berpikir logis dan

sistematis. Sementara itu, kekurangannya adalah (a) Memakan banyak

waktu, (b) Banyak siswa yang pasif.29

Hasil belajar fiqih merupakan hasil akhir dari suatu proses belajar

fiqih yang dijalani oleh siswa akan yang dinilai dengan angka atau huruf.

Jika seseorang anak melakukan belajar dengan sungguh-sungguh dalam

proses belajarnya maka akan diperoleh nilai yang tinggi. Sebaliknya jika

seseorang anak dalam proses belajarnya tidak sungguh-sungguh dan hanya

bermalas-malasan maka nilai yang diperolehnya akan kurang memuaskan.

Fiqih dapat diartikan sebagai ilmu tentang hukum-hukum syar‟i

yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang

khusus. Ruang lingkup hukum fiqih mencakup segala bentuk perbuatan,

perkataan dan tindakan para mukallaf dari segi hukum, termasuk hukum-

29

Wijaya Kusumah, Model-model Pembelajaran. April 2008.

http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-model/page/3/

28

hukum yang mensyifati perbuatan para mukallaf itu, seperti wajib, haram,

sunah, makruh, dan mubah.

Secara garis besar fiqih terdiri dari dua bagian yaitu ibadah dan

muamalah. Ibadah meliputi tata aturan mengenai hubungan manusia dengan

Allah dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam bagian ini antara

lain di bahas mengenai pelaksanaan rukun Islam, seperti syahadat, sholat,

puasa, zakat, haji, aqiqah, qurban, dan lain-lain. Sedangkan muamalah

meliputi tata aturan yang berkaitan dengan perbuatan, perkataan, dan tindakan

para mukallaf dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya.

Hasil belajar secara nyata dapat dilihat dalam bentuk kuantitatif yaitu

nilai hasil belajar untuk dalam periode tertentu diperoleh dengan mendapatkan

raport prestasi belajar siswa, kenyataannya antara siswa yang satu dengan

yang lain tidak sama, siswa yang mendapat perhatian dari orang tua lebih,

maka akan cenderung untuk mendapatkan prestasi yang tinggi, sebaliknya

apabila siswa kurang mendapatkan perhatian dari orang tua maka akan

cenderung untuk mendapatkan prestasi yang rendah. Prestasi belajar

merupakan hasil kegiatan belajar yang kita kehendaki pada suatu proses

belajar mengajar. Berhasil atau tidaknya proses belajar dapat dilihat dari

prestasi belajar yang dicapai. Belajar dikatakan berhasil apabila siswa didalam

kegiatan belajarnya dapat memberikan suatu hasil yang tinggi, hal ini

ditentukan oleh sikap dan kelambanan atau kesungguhan minat dan faktor lain

seperti faktor lingkungan keluarga dan masyarakat.

Ibadah Haji merupakan salah satu materi Pokok dari mata pelajaran

Fiqih. Indikator pencapaian kompetensi pada materi Ibadah Haji meliputi:

Menyebutkan pengertian haji

Menunjukkan hukum haji

Menyebutkan waktu pelaksanaan haji

Menyebutkan syarat haji

Menyebutkan rukun haji

Menyebutkan wajib haji

Menyebutkan sunnah haji

29

Memperagakan cara memakai kain ihram

B. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Model Picture to

Picture dapat meningkatkan hasil belajar belajar materi pokok ibadah haji

pada peserta didik Kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali.

30

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Materi Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian dan permasalahan yang hendak

diteliti, dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan

kelas (classroom action research), seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi

Arikunto18

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang

secara khusus diamati terus menerus, dilihat plus minusnya, kemudian

diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk

tindakan yang paling tepat. Sedangkan menurut Rochiati Wiriaatmadja19

bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu tindakan mengorganisasikan

kondisi praktek pembelajaran dengan mencobakan suatu gagasan perbaikan

dalam praktek pembelajaran dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Secara

umum penelitian tindakankelas adalah suatu bentuk penelitian yang berulang-

ulang dan bersifat sistematis dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran yang terjadi.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada awal Semester Genap tahun 2009/

2010, tepatnya awal Juli 2009 hingga Mei 2010. Sedangkan objek penelitian

adalah siswa MIM Wonosari, kelurahan Bendungan, Kecamatan Simo,

Kabupaten Boyolali.

C. Rancangan Penelitian

1. Prosedur Tindakan Pada Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini, selain menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran juga membuat media, instrumen tes, dan lembar

observasi.

18

Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Hlm. 3.

19 Wiriaatmadja, Rochiati. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Remaja Rosdakarya. 2008.

Hlm. 13

31

b. Tindakan

Tindakan merupakan pelaksanaan terhadap rencana

pelaksanaan pembelajaran yang sudah dipersiapkan.

c. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan dengan mengamati

kegiatan peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan respon

peserta didik terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

d. Refleksi

Hasil yang diperoleh dari siklus I digunakan sebagai dasar

perbaikan pada siklus II. Tahap refleksi ini peneliti mengamati dan

mempertimbangkan hasil dan dampak pembelajaran Fiqih dengan

metode Picture to Picture tersebut.

2. Prosedur Tindakan Pada Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus II ini peneliti menyiapkan hal-

hal yang akan dilaksanakan pada siklus II, dengan memperbaiki hasil

refleksi pada siklus I.

b. Tindakan

Pada pembelajaran siklus II ini lebih ditekankan pada

peningkatan penguasaan materi Fiqih dan lebih baik dari siklus I.

Langlah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada siklus II adalah:

(1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Pada langkah

ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi

Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. (2) Menyajikan

materi sebagai pengantar. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu

yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan

pembelajaran, (3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar

kegiatan berkaitan dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru

mengajar peserta didik ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran

dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru, atau

memvisualkan materi. (4) Guru menunjuk/memanggil peserta didik

32

secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi

urutan yang logis, (5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan

gambar tersebut. Setelah itu mengajak peserta didik menemukan jalan

cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai, (6) Dari

alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/

materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

c. Observasi

Observasi pada siklus II juga masih sama dengan siklus I, yaitu

dilakukan melalui data tes dan lembar observasi. Pengamatan melalui

data tes dilakukan satu kali. Peserta didik menjawab pertanyaan yang

berhubungan materi dan telah diterapkan metode Picture to Picture (P

to P). Kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta didik, maupun

kelemahan-kelemahan yang masih muncul juga menjadi data sasaran

dalam observasi.

d. Refleksi

Refleksi pada siklus II dilakukan dengan menganalisis hasil tes

dan observasi pada siklus I, yaitu untuk mengetahui keberhasilan

pelaksanaan perbaikan tindakan pada siklus II. Kekurangan-

kekurangan pada siklus I, dapat di atasi atau tidak pada siklus II, hasil

tes sudah memenuhi nilai target yang ditentukan atau belum. Apabila

semua telah tercapai maka pembelajaran Fiqih dengan metode Piture

to Picture (P to P) telah berhasil karena mencapai target yang

ditentukan.

Keterkaitan keempat komponen tersebut dapat dipandang sebagai

suatu siklus yang digambarkan sebagai berikut:

33

planning

(perencanaan)

reflecting acting

(refleksi) (tindakan)

observing

(observasi)

Gambar 01. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas

D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Menurut Arikunto, sumber penelitian adalah subjek dari mana

data penelitian diperoleh.20

Sumber data dari Penelitian Tindakan

Kelas ini adalah peserta didik Kelas V Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah (MIM) Wonosari, Simo, Boyolali.

Untuk memperoleh data sesuai apa yang diharapkan dalam

memecahkan masalah, maka penulis menggunakan berbagai macam

metode. yaitu:

1) Metode Tes

Tes adalah alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur

kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.21

Instrumen yang

digunakan untuk mengukur prestasi belajar bidang studi fiqih

adalah tes tertulis.

20

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi,

Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Hlm. 107. 21

Suharsimi Arikunto, Ibid., 2003:198

34

2) Studi Dokumen

Obyek dari metode ini berupa catatan transkrip buku-buku

tentang sekolah yang telah didokumentasikan.

3) Metode Observasi

Observasi merupakan suatu penyelidikian yang dijalankan

secara sistematik dan sengaja dengan menggunakan alat indera

(terutama mata) terhadap kejadian-kejadian yang langsung

ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi.22

Metode ini untuk

mendapatkan keadaan umum sekolah dan data-data yang

diperlukan dalam penelitian ini.

2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang

dikumpulkan adalah.

a. Secara Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Hasil

analisis data kualitatif ini akan memberikan gambaran mengenai siswa.

Kegiatan ini dapat mengatasi kesulitan siswa serta untuk melihat

efektivitas penggunaan metode picture to picture untuk meningkatkan

pemahaman siswa dalam pelajaran fiqih materi ibadah haji.

b. Secara Kuantitatif

Analisi data tes secara kuantitatif atau deskriptif presentase ini

dengan langkah-langkah sebagi berikut.

a. Menghitung nilai masing-masing aspek;

b. Merekap nilai siswa;

c. Menghitung nilai rata-rata;

d. Mengitung presentase nilai.

22

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Andi Offset, Yogyakarta, 1995,

hal. 49

35

Presentase ini dihitung menggunakan rumus berikut.

NP = %100xSM

R

Keterangan:

NP : nilai dalam persen

R : skor yang dicapai siswa

SM : skor maksimal ideal

Hasil perhitungan dengan pendekatan picture to picture dari

masing-masing siklus dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran

mengenai presentase peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran

fiqih materi pokok ibadah haji dengan menggunakan metode picture to

picture.

E. Indikator Penelitian

Indikator dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar

Materi Pokok haji peserta didik Kelas V, yang ditandai dengan:

1. Rata-rata Kelas di atas 65

2. Ketuntasan Klasikal di atas 75

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum MIM Wonosari Simo Boyolali

Berdirinya MI Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali adalah atas

inisiatif para tokoh masyarakat di Wilayah Kecamatan Simo khususnya di

Dusun Wonosari Desa Bendungan dan belum adanya lembaga pendidikan

tingkat Dasar, maka timbullah ide untuk mendirikan MI Wonosari. MI

Wonosari adalah singkatan dari Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

Wonosari. Para tokoh masyarakat yang mempelopori berdirinya MI Wonosari,

Bendungan, Simo, Boyolali adalah:

1. Bp. Iman Sari

2. Bp. Darmorejo

3. Bp. Makmuri

4. Bp. Muhson

5. Bp. Rohman

MI Wonosari didirikan di Dusun Wonosari Desa Bendungan

Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, tepatnya pada tahun 1972, dengan

beaya gotong-royong dan donatur para putra daerah. Tanah yang ditempati MI

Wonosari adalah tanah Wakaf dari Bp. Iman Sari, dengan luas ± 900m2.

Pertama berdiri, bangunan Madrasah masih sangat seserhana, namun

sudah dapat berjalan proses belajar mengajar dengan baik. Pada tahun 2006,

oleh Departemen Agama Kabupaten Boyolali, MI Wonosari Simo telah

terakreditasi dengan nilai B. Hingga sekarang MI Wonosari telah mengalami

banyak kemajuan dan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

Jumlah tenaga pendidik sejumlah 6 orang guru. Jumlah siswa sebanyak

98 siswa, terdiri dari laki-laki = 45 siswa dan perempuan 53 siswa.

1. Letak Geografis

Berdasarkan letak geografis, MI Wonosari, Bendungan, Simo,

Boyolali terletak di sebelah tenggara desa Bendungan, dengan lingkungan

37

yang kondusif serta masyarakat yang mendukung untuk berlangsungnya

proses belajar mengajar.

Letak MI Wonosari:

a. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Sambi

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Sambi

c. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Nogosari

d. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Klego (Peta Terlampir)

2. Keadaan Guru di MIM Wonosari

Tabel 01

Keadaan Guru di MIM Wonosari

No Nama Status Guru Bidang Studi/Mapel

yang diampu

1 H. M. TASIM, A.Ma Non PNS KA.MI

2 MUHSON, A.Ma. Non PNS WA KA MI

3 ASPARI PNS Guru Kelas V

4 WIDODO, S.Pd.I Non PNS Guru Kelas IV

5 MUNTIANAH, S.Pd.I Non PNS Guru Kelas II

6 SUWARNI, S.Pd.I Non PNS Guru Kelas I

7 ACEP HARYANTO Non PNS Guru Kelas III

8 SUNARDI, S.Pd.I Non PNS Guru Kelas VI

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru di MI

Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali masih Non PNS.

3. Sarana dan Prasarana

Dalam rangka untuk menunjang tujuan pendidikan di MI

Wonosari, diperlukan sarana dan prasana yang memadai serta

pemanfaatannya secara optimal.

Adapun sarana dan prasaran yang dimiliki Wonosari, Bendungan,

Simo, Boyolali, antara lain:

a. 6 Ruang kelas

b. 1 Ruang kepala Sekolah

c. 1 Ruang Kantor Guru

d. 1 Ruang Tamu

e. 1 Ruang Tata Usaha

38

f. 3 Kamar Mandi / WC Siswa

g. 1 Kamar mandi / WC Guru

h. Tempat Ibadah / Mushola

i. 1 Ruang Pepustakaa

Sarana yang dimiliki Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali selain

ruangan sebagaimana tersebut di atas, ditambah peralatan olahraga, sarana

ibadah dan alat administrasi seperti ketik manual, komputer dan lain

sebagainya.

4. Pembelajaran Fiqih di Kelas V MIM Wonosari

Pembelajaran fiqih di kelas V MIM Wonosari saat ini masih menggunakan

metode ceramah. Sehingga dinyatakan kurang berhasil, salah satu

penyebabnya adalah siswa yang bermalas-malasan ketika mencatat dan

mendengarkan ceramah guru. selain itu, dilihat dari segi kemampuan

siswanya akan menimbulkan hasil yang berbeda antar satu siswa dengan

siswa yang lain, sehingga hasil pembelajaran kurang maksimal.

5. Deskripsi Data dan Analisis Tahap Pra Siklus

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam rangka untuk

mengetahui apakah dengan menggunakan metode picture to picture dapat

meningkatkan prestasi hasil belajar bidang studi fiqih pada materi pokok

ibadah haji. Adapun kondisi awal sebelum diadakan penelitian tindakan

kelas bahwa dalam kesehariannya proses pembelajaran dilakukan dengan

cara konvensional melalui metode ceramah dan tanya jawab, serta

pemberian tugas. Metode ini belum efektif untuk meningkatkan prestasi

hasil belajar bidang studi fiqih pada materi pokok ibadah haji pada siswa,

sehingga memerlukan metode baru. Metode yang dipergunakan peneliti

untuk mengatasi masalah tersebut adalah metode picture to picture.

6. Deskripsi hasil belajar

Pada pembelajaran mata pelajaran PAI khususnya fiqih terdapat

satu hal yang saat ini menjadi momok bagi siswa yaitu ibadah haji karena

sulit sekali di demonstrasikan, sehingga pada akhir pelajaran nilai anak

selalu rendah. Saat ini, dalam pelaksanaan pembelajaran, masih

39

mengandalkan metode konvensional seperti ceramah dan pemberian tugas.

Namun pada akhirnya, siswa masih belum bisa mengembangkan materi

ibadah haji Hal ini dapat dilihat pada hasil tes tentang materi ibadah haji

sebagai berikut:

Tabel 02

Hasil Tes Kondisi Awal Materi Ibadah Haji

NO NIS Nama Siswa L/P Kondisi Awal

1 1523 Adi Sartono L 60

2 1554 David Catur S. L 70

3 1567 Putri Widiana P 50

4 1550 Indah Setiani P 80

5 1574 Fatur Andra R. L 40

6 1575 Galang Wahyu S. L 60

7 1577 Ismail Asidik L 40

8 1578 Joko Susilo L 50

9 1579 Febri Setyawan L 40

10 1580 Sri Nur Hidayati P 60

11 1581 Ardi Bagus Saputro L 50

12 1582 Habib Nur Rohman L 60

13 1627 Didik Setyawan L 60

14 1628 Ayu Dwi Ria Hayuti P 70

15 1637 Lusiana Indah Lestari P 30

16 1655 Sherlin Windiana S. P 50

Jumlah 870

Rata-rata 54.375

Nilai Tertinggi 80

Nilai Terendah 30

Perolehan KKM 3

Persentase KKM 18.75%

Berdasarkan tabel 02 di atas ditunjukkan bahwa nilai rata-rata pada

kondisi awal sebelum dilakukan penelitian dengan menggunakan metode

ceramah adalah sebesar 54,375 dengan nilai tertinggi 80 dan terendah 30

sehingga siswa yang berada di dalam standar KKM (65) mencapai

18,75%. Hasil ini masih sangat kurang.

40

Dengan bepijak kenyataan yang ada pada siswa, peneliti

melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan siswa

tentang materi ibadah haji.

7. Deskripsi proses pembelajaran

Pengukuruan kemampuan siswa pada kondisi awal adalah

penilaian siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes kondisi

awal digunakan untuk mengetahui keadaan awal kemampuan siswa. Tes

awal/pre test yang dilakukan adalah tes tertulis tentang materi ibadah haji.

Pada pelaksanaan proses pembelajaran di awal pertemuan, peneliti

memasuki ruang kelas. Ketua kelas memimpin doa. Peneliti melakukan

presensi. Peneliti mengadakan tes awal yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan siswa sebelum proses pembelajaran dengan cara pre test.

Dalam kondisi ini, peneliti tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu

bagaimana cara membaca dengan benar, sehingga hasil dalam proses

pembelajaran ini merupakan hasil murni dari para siswa. Adapun hasil

dalam proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

Rendah Cukup Tinggi

Gambar 02

Hasil Proses Pembelajaran di Kondisi Awal

41

Gambar di atas menunjukkan bahwa kemampuan proses

pembelajaran dalam kriteria rendah mencapai 6,25%, kriteria cukup

mencapai 75%, dan kriteria tinggi mencapai 18,75%. Hasil ini

memberikan gambaran tentang proses pembelajaran bahwa proses

pembelajaran masih didominasi pada kriteria cukup sehingga proses

pembelajaran belum bisa maksimal. Dengan hasil ini maka perlu adanya

metode untuk mendukung kemampuan siswa dalam materi ibadah haji.

8. Deskripsi Hasil Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

a. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini peneliti menyiapkan kelas, siswa, gambar-

gambar tentang ibadah haji (manasik haji)

b. Tahap Tindakan

Peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan

metode picture to picture dengan memberikan penjelasan

materi dengan baik dan murid memperhatikannya

c. Tahap Observasi

Peneliti mengamati kegiatan belajar siswa dalam

menggunakan membuat catatan untuk diolah sebagai data yang

digunakan acuan tahap berikutnya.

d. Tahap Refleksi

Mengumpulkan dan memberikan hasil penelitian, mengolah

data yang berhasil dikumpulkan kemudian menyusun data tersebut

yang digunakan pada perencanaan berikutnya.

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I, peneliti memberikan

penjelasan tentang pokok-pokok ibadah haji seperti ihram, mabit,

musdalifah, wukuf, melempar jumroh, tahallul, dll. yang perlu

diketahui oleh siswa, tentunya dengan menggunakan gambar-gambar.

Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui dan memahami serta

mengerti tentang kegiatan ibadah haji.

42

Kegiatan tersebut terus dilakukan sampai siswa betul-betul

mengerti dan memahami serta dapat menunjukkan secara benar nama

gambar-gambar tersebut. Dalam hal ini, guru terus membimbinng dan

membantu siswa secara benar. Kemudian di akhir pembelajaran siswa

diberi post test.

3. Hasil Pengamatan

a. Hasil belajar

Dari putaran pertama ini diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 03

Hasil Tes Siklus I

NO NIS Nama Siswa L/P Siklus I

1 1523 Adi Sartono L 60

2 1554 David Catur S. L 80

3 1567 Putri Widiana P 80

4 1550 Indah Setiani P 90

5 1574 Fatur Andra R. L 60

6 1575 Galang Wahyu S. L 50

7 1577 Ismail Asidik L 30

8 1578 Joko Susilo L 50

9 1579 Febri Setyawan L 60

10 1580 Sri Nur Hidayati P 60

11 1581 Ardi Bagus Saputro L 80

12 1582 Habib Nur Rohman L 70

13 1627 Didik Setyawan L 40

14 1628 Ayu Dwi Ria Hayuti P 100

15 1637 Lusiana Indah Lestari P 50

16 1655 Sherlin Windiana S. P 70

Jumlah 1030

Rata-rata 64.375

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 30

Perolehan KKM 7

Persentase KKM 43.75%

Berdasarkan tabel 03 di atas menunjukkan nilai tertinggi 100

dan terendah 30 sehingga siswa yang berada di dalam standar KKM

(65) mencapai 43,75%. Pada siklus I ini terjadi peningkatan nilai rata-

rata sebesar 10%, (dari 54,375 pada Pra siklus, menjadi 64,375 pada

43

Siklus I). Masih rendahnya ketuntasan mengajar pada siklus I

disebabkan karena siswa belum banyak memahami dan mengetahui

tentang materi pelajaran yang telah disampaikan dalam pembelajaran,

sehingga perlu pendalaman materi lagi pada siklus II.

b. Proses pembelajaran

Pembelajaran pada putaran pertama ini dimulai dengan salam

dan peneliti juga menjelaskan materi yang akan dipelajari hari ini.

Walaupun tidak secara gamblang, peneliti memotivasi siswa dengan

menyampaikan tujuan dari pembelajaran dan gambaran umumnya.

Dalam pembelajaran, peneliti menggunakan kegiatan yang menarik

yaitu dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok diskusi kecil.

Dalam menyampaikan materi ajar, peneliti tidak mengalami

kesulitan. Penyampaiannya juga telah sesuai RPP yang telah dibuat.

Setelah selesai menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi yang

dipelajari, peneliti membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari tiga

orang setiap kelompoknya. Pembentukan kelompok didasarkan pada

kemampuan awal. Setiap kelompok di beri gambar-gambar tentang

ibadah hajio (manasik haji). Masing-masing kelompok diberi

kesempatan untuk mendiskusikan gambar-gambar tersebut.

Kegiatan pembelajaran untuk kegiatan pertama berlangsung

selama kurang lebih lima belas menit. Saat berkelompok ada sebagian

siswa yang aktif dan ada pula yang diam saja. Pada menit-menit

pertama sebagian siswa masih berbicara sendiri sehingga suasana kelas

menjadi gaduh. Peneliti berkeliling menenangkan siswa dan

memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Saat

peneliti berkeliling tidak ada siswa yang bertanya kepada peneliti dan

kebanyakan mereka bertanya kepada teman masing-masing. Selain

mereka bertanya dengan teman sekelompoknya, para siswa juga

bertanya dengan kelompok diskusi yang lain. Kebanyakan mereka

bertanya tentang maksud gambar tersebut.

44

Setelah selesai berkelompok, lembar gambar dikumpulkan dan

dibahas bersama-sama dengan peneliti. Peneliti membahas bersama

dengan memberikan penjelasan terkait materi. Kemudian, peneliti

menyuruh siswa maju satu per satu untuk mendeskripsikan gambar

tersebut. Setelah selesai semua siswa untuk maju, kemudian peneliti

menyimpulkan kembali materi pelajaran. Di akhir proses pembelajaran

peneliti memberikan post tes untuk siklus I.

Adapun hasil dalam proses pembelajaran pada siklus pertama

ini adalah sebagai berikut:

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

50.00%

Rendah Cukup Tinggi

Gambar 03

Hasil Proses Pembelajaran di Siklus I

Gambar di atas menunjukkan bahwa kemampuan proses

pembelajaran dalam kriteria rendah mencapai 6,25%, kriteria cukup

mencapai 50%, dan kriteria tinggi mencapai 43,75%. Hasil ini

memberikan gambaran tentang proses pembelajaran bahwa proses

pembelajaran masih didominasi pada kriteria cukup sehingga proses

pembelajaran belum bisa maksimal. Dengan hasil ini maka perlu

45

adanya meningkatkan bimbingan untuk meningkatkan kemampuan

siswa tentang materi ibadah haji.

4. Refleksi

Dari putaran pertama diidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh

siswa, berkaitan dengan keaktifan yang masih cenderung rendah sehingga

sebagian besar nilai siswa berada dalam kategori cukup. Permasalahan

tersebut adalah perasaan malu dengan peneliti dan juga teman sekelas.

Rasa malu ini timbul karena khawatir jika salah.

9. Deskripsi Hasil Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan kegiatan siklus II dibuat dengan memperhatikan hasil

tes siklus I. Tahap perencanaan siklus II ini meliputi: (1) menyempurnakan

RPP pada siklus I, (2) memperbaiki pedoman observasi, (3)

mempersiapkan alat evaluai, (4) mempersiapkan alat dokumentasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tindakan siklus II ini, peneliti mengawali pembelajaran

dengan memberikan salam dan mempresensi siswa serta mengkondisikan

siswa agar tidak ramai. Peneliti menyampaikan apersepsi pembelajaran

sama seperti pada siklus I. Kemudian, peneliti bertanya pada siswa

mengenai materi pertemuan kemarin. Peneliti bersama siswa mengulas

kembali sedikit materi pertemuan yang lalu. Dengan tujuan untuk

memancing ingatan siswa mengenai materi ibadah haji yang telah

diajarkan oleh peneliti.

46

3. Hasil Pengamatan

a. Hasil belajar

Dari putaran kedua ini diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 04

Hasil Tes Siklus II

NO NIS Nama Siswa L/P Siklus II

1 1523 Adi Sartono L 70

2 1554 David Catur S. L 70

3 1567 Putri Widiana P 70

4 1550 Indah Setiani P 90

5 1574 Fatur Andra R. L 60

6 1575 Galang Wahyu S. L 80

7 1577 Ismail Asidik L 70

8 1578 Joko Susilo L 60

9 1579 Febri Setyawan L 80

10 1580 Sri Nur Hidayati P 70

11 1581 Ardi Bagus Saputro L 90

12 1582 Habib Nur Rohman L 80

13 1627 Didik Setyawan L 70

14 1628 Ayu Dwi Ria Hayuti P 80

15 1637 Lusiana Indah Lestari P 70

16 1655 Sherlin Windiana S. P 70

Jumlah 1180

Rata-rata 73.75

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 60

Perolehan KKM 14

Persentase KKM 87.50%

Berdasarkan tabel 04 di atas menunjukkan nilai tertinggi 90

dan terendah 60. Diketahui jumlah siswa yang berada di dalam standar

KKM (65) mencapai 87,50%. Pada sikuls ini terjadi peningkatan nilai

rata-rata sebesar 9% (dari 64,375 pada Siklus I menjadi 73,375 pada

Siklus II). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang

signifikan daripada hasil siklus I.

47

b. Proses pembelajaran

Pembelajaran pada putaran kedua diawali dengan menyapu

ruang kelas karena masih dalam keadaan kotor. Pembelajaran dimulai

dengan penyampaikan tujuan pembelajaran dan bagaimana proses

pembelajaran pada hari ini. Setelah menyampaikan tujuan

pembelajaran, peneliti mengingatkan siswa untuk mencatat di buku

masing-masing dan mengingatkan bahwa buku akan dikumpulkan

diakhir pembelajaran.

Pada bagian pendahuluan ini peneliti memberikan apersepsi

pembelajaran. Dengan tujuan untuk mengkondisikan siswa agar siap

menerima pelajaran dengan baik. Setelah itu peneliti menjelaskan

materi, siswa diminta memperhatikan dan mencatat hal-hal yang

disampaikan. Saat peneliti menjelaskan, terdapat siswa yang aktif

mencatat, konsentrasi mendengarkan, ada yang ramai sendiri, dan ada

pula yang mengantuk. Oleh karena itu peneliti memberikan perhatian

khusus kepada siswa yang ramai dan mengantuk dengan cara diminta

untuk mengungkapkan kembali materi yang telah disampaikan atau

peneliti memanggil namanya untuk sekedar bertanya sekilas mengenai

materi yang telah disampaikan. Dengan begitu siswa kemudian akan

memperhatikan karena takut tidak bisa menjawab saat ditanya.

Pada kegiatan inti ini, peneliti menyampaikan materi ibadah

haji dengan cara seperti siklus I. Setelah peneliti selesai

menyampaikan materi, siswa diberi kesempatan bertanya tentang

materi yang belum jelas. Siswa tidak ada yang bertanya dan mereka

bilang sudah jelas.

Adapun hasil dalam proses pembelajaran pada siklus kedua ini

adalah sebagai berikut:

48

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

Rendah Cukup Tinggi

Gambar 04

Hasil Proses Pembelajaran di Siklus II

Gambar di atas menunjukkan bahwa kemampuan proses

pembelajaran dalam kriteria rendah mencapai 0%, kriteria cukup

mencapai 12,50%, dan kriteria tinggi mencapai 87,50%. Hasil ini

memberikan gambaran tentang proses pembelajaran bahwa proses

pembelajaran di siklus kedua ini berada dalam kriteria tinggi sehingga

proses pembelajaran sudah maksimal. Dengan demikian, metode

picture to picture mampu mendukung kemampuan siswa dalam

memahami materi ibadah haji.

4. Refleksi

Refleksi pada siklus II merupakan tahap akhir dalam penelitian ini.

Peneliti dapat melihat respon siswa terhadap pembelajaran materi ibadah

haji dengan baik. Hal ini dilihat dari hasil pembelajaran yang sudah berada

dalam kriteria tinggi. Selain peningkatan hasil tes tentang materi ibadah

haji ini diikuti pula adanya perubahan perilaku pada siswa kearah positif.

Siswa sudah tidak ada lagi yang bersikap negatif.

49

Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat

sebagai berikut.

a. Pembelajaran siklus II lebih baik jika dibandingkan dengan

pembelajaran tindakan kelas siklus I. Hal ini dapat dilihat

meningkatkan nilai rata-rata siswa.

b. Keaktifan siswa lebih meningkat dari putaran I. Hal ini terlihat dengan

adanya siswa yang mendapat nilai kategori sangat baik.

c. Bimbingan peneliti kepada siswa lebih menyeluruh. Hal ini membuat

siswa merasa diperhatikan dan tidak dibeda-bedakan.

d. Kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas mulai nampak.

e. Pemusatan perhatian peserta didik dalam pembelajaran lebih optimal

dari siklus I.

B. Hasil Tindakan

Hasil tindakan dari penelitian ini menunjukkan peningkatan yang

signifikan dari nilai rata-rata tiap siklus. Dimana pada kondisi awal sebelum

diadakan penelitian, nilai rata-rata dalam materi pelajaran ibadah haji

diperoleh sebesar 54,375 dengan siswa yang memenuhi standar KKM

sebanyak 3 orang (18,75%). Hal ini menunjukkan nilai rata-rata yang masih

rendah. Di siklus pertama, sudah terjadi peningkatan pada nilai rata-rata siswa

yakni sebesar 64,375 dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 7

orang (73,75%). Di dalam siklus pertama ini peneliti perlu mengembangkan

metode Picture to Picture dengan lebih berinovasi lagi. Hasilnya, di dalam

siklus kedua diperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada siklus pertama

yaitu sebesar 73,75 dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 14

orang (87,50%). Hasil pada siklus kedua ini menunjukkan bahwa metode

Picture to Picture mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami

materi ibadah haji.

50

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 05

Deskripsi Hasil Tindakan

Keterangan

Kondisi

Awal Siklus I Siklus II

Rata-rata 54.375 64.375 73.75

Nilai Tertinggi 80 100 90

Nilai Terendah 30 30 60

Perolehan KKM 3 7 14

Persentase KKM 18.75% 43.75% 87.50%

C. Pembahasan

Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti

mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Guru mengharapkan

agar siswa berhasil dalam belajarnya, dan siswa pun mengharapkan guru dapat

mengajar dengan baik sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang baik.

Dalam kenyataan, harapan itu tidak selalu terwujud, sebab masih banyak siswa

yang tidak memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Ada siswa yang

mendapatkan nilai tinggi, ada pula yang mendapatkan nilai rendah, dan bahkan

ada pula siswa yang harus tinggal dalam mencapai tujuan belajar.

Hasil di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode picture

to picture, terdapat peningkatakan hasil belajar. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian sejenis dilakukan oleh Wagimin (2008) bahwa

penerapan model pembelajaran P to P dapat meningkatkan minat belajar siswa

kelas VI pada mata pelajaran Bahasa Arab.

51

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model picture to picture dapat meningkatkan hasil belajar materi

pokok ibadah haji siswa kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali Semester I

Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil ini dapat diketahui dari peningkatan nilai

rata-rata. Di dalam Pra Siklus diperoleh sebesar nilai rata-rata 54,375 dengan

siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 3 orang (18,75%). Di Siklus I,

terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar (10%) dari 54,375 (Pra Siklus)

menjadi 64,375 (Siklus I) dengan siswa yang memenuhi standar KKM

sebanyak 7 orang (73,75%). Pada Siklus II diperoleh peningkatan nilai rata-

rata yang lebih tinggi (9%) dari siklus pertama (64,375), menjadi 73,75

(Siklus II) dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 14 orang

(87,50%).

B. Saran

Saran-saran yang berkaitan dengan kesimpulan di atas adalah sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Siswa perlu mendapatkan materi dengan metode-metode pembelajaran

yang lain selain picture to picture baik di mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam maupun yang lain.

2. Bagi Guru

Guru perlu menerapkan model picture to picture maupun model-model

pembelajaran lain dalam mengajarkan hal-hal yang bisa di mediakan. Jadi

tidak hanya mengandalkan metode konvensional yang berupa ceramah,

mengingat model picture to picture mampu mengantarkan siswa

memahami materi sehingga siswa mempunyai daya kualitas dan handal

dalam bidang ilmi pengetahuan khususnya Pendidikan Agama Islam.

51

36

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model picture to picture dapat meningkatkan hasil belajar materi

pokok ibadah haji siswa kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali Semester I

Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil ini dapat diketahui dari peningkatan nilai

rata-rata. Di dalam Pra Siklus diperoleh sebesar nilai rata-rata 54,375 dengan

siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 3 orang (18,75%). Di Siklus I,

terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar (10%) dari 54,375 (Pra Siklus)

menjadi 64,375 (Siklus I) dengan siswa yang memenuhi standar KKM

sebanyak 7 orang (73,75%). Pada Siklus II diperoleh peningkatan nilai rata-

rata yang lebih tinggi (9%) dari siklus pertama (64,375), menjadi 73,75

(Siklus II) dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 14 orang

(87,50%).

B. Saran

Saran-saran yang berkaitan dengan kesimpulan di atas adalah sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Siswa perlu mendapatkan materi dengan metode-metode pembelajaran

yang lain selain picture to picture baik di mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam maupun yang lain.

2. Bagi Guru

Guru perlu menerapkan model picture to picture maupun model-model

pembelajaran lain dalam mengajarkan hal-hal yang bisa di mediakan. Jadi

tidak hanya mengandalkan metode konvensional yang berupa ceramah,

mengingat model picture to picture mampu mengantarkan siswa

memahami materi sehingga siswa mempunyai daya kualitas dan handal

dalam bidang ilmi pengetahuan khususnya Pendidikan Agama Islam.

51

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta: PT.Rineka Cipta Cetakan Kedua, 1999.

Arif Furqan. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum.

Tp. 2002.

Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Edisi

revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi,

Yogyakarta: Bumi Aksara, 2006.

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Andi Offset, Yogyakarta,

1995.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI.

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, Bina Aksara, Jakarta, 1988.

Dr. Muhammad Salam Madkur, Manahij Al Ijtihad Fi Al Islam, (Kuwait : Univ.

Kuwait).

Ibnu Al Qayyim, I’lam Al Muwaqqi’in, (Kairo : Dar Al Kutub Al Haditsah), I.

Imam Syafi’i. 1999. Majalah Fatawa. Dipublikasikan kembali oleh

www.muslim.or.id

Mel Siberman, 2009. Active Learning. Yogyakarta: Insan Madani

Muchsan, H. S.Ag., dkk., Fiqih untuk Kelas V Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta:

Yudhistira. 2007.

Muhammad Faiz Almath, Qobasun Min Nuri Muhammad saw, Darul Kutub

Alaarbiyah Damsik, Syiria, 1974

Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Indonesia, Maktabah

Dahlan, tt), juz I

Slamet, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta,

1995

Soeparno, Media Pembelajaran. Klaten: Intan Pariwara, 1988.

Sri Esti Wuryanti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2008.

Suharso, Retnoningsih, Kamus Besar bahasa Indonesia, Semarang: CV. Widya

Karta, 2009.

Wijaya Kusumah, Model-model Pembelajaran. April 2008.

http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-

model/page/3/

Wiriaatmadja, Rochiati. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

2008.