a panacea

download a panacea

of 3

description

something to learn during Ramadan

Transcript of a panacea

  • a panacea, djf.

    di penghujung Ramadhan ini, saya mau blabber satu hal: belajar mengikhlaskan.

    ceritanya di bulan Ramadhan ini karyawan Politel rutin menggelar sholat Dhuhur berjamaah yang

    dilanjut taushiyah, atau kultum, atau sharing di Aula kampusatau kadang di mushola lantai 3.

    rasanya sayang kalau salah satu sharing favorit saya ngga saya post di words of my world.

    so, here it goes.

    cerita ini datang dari Bapak Eka Widhi, salah seorang dosen Politel, tentang persiapan perjalanan beliau

    ke Tanah Suci. dikisahkannya, satu hal yang susaaah banget dari berangkat haji adalah: mengikhlaskan

    hati.

    dari apa?

    well, menurut beliau sih, dari banyak hal.

    dari keraguan, kekhawatiran, pertanyaan demi pertanyaan.

    gimana dengan anak-anak yang masih kecil?

    masih cukupkah harta yang ditinggalkan?

    gimana kalau nanti pergi dan tak akan kembali?

    apa kabar amanah-amanah yang tertunda?

    dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tak tersebutkan.

    memenuhi pikiran.

    mencipta kegalauan.

    bukan, bukan galau picisan yang sejenis dengan masalah sepele sekelas ngga punya temen malem

    mingguan.

    di antara kegalauan yang pekat, katanya, hati juga punya argumen lain.

  • ini pun amanah!, ucap hatinya.

    berhaji sudah jadi kewajiban ketika predikat mampu sudah di tangan.

    akhirnya, keputusan itu diambil.

    beliau pun meneguhkan hati.

    anak, harta, dititipkannya pada Yang Maha Kuasa.

    Yang Maha Menjaga.

    Yang Maha Mengatur segalanya.

    alhamdulillah.

    dengan izin Allah beliau berangkat, dengan izin Allah juga beliau kembali.

    dan akhirnya bisa membagi cerita ini buat kita semua. :)

    beliau menambahkan.

    ikhlas itu memang sulit. sangaaat sulit.

    tapi, harus kita lakukan. harus kita usahakan.

    dan, hey!

    bukan cuma naik haji.

    keluar rumah, apapun alasannya, mau yang jauh buat naik haji, berangkat ke kantor, atau sekadar ke

    warung, apa bedanya?

    toh, kita sama-sama ngga tahu apa yang akan terjadi setelahnya.

    sedekat apapun, sejauh apapun, bisa saja langkah kita meninggalkan rumah adalah langkah terakhir kita

    di dunia.

    so, apapun alasannya, dimanapun, kapanpun, mari belajar mengikhlaskan!

    karena siapa tahu, mungkin penghujung Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir yang bisa kita nikmati.

    karena siapa tahu di detik berikutnya, kita akan pergi, dan tak akan kembali. :)

  • ah!

    post ini juga mungkin bisa jadi post terakhir saya di words of my world.

    setelah saya mengetik kalimat ini, mungkin saya ngga akan bisa lagi blabber banyak.

    untuk entah berapa puluh ribu kata yang tercipta di sini.

    yang mungkin sudah menyakiti entah berapa puluh yang membaca.

    saya mau memohon keihklasan semuanya.

    untuk menetralkan semua rasa.

    kesal, sakit, benci, jijik, dendam. ZENBU.

    semoga, apapun rasanya, semuanya berkenan mengikhlaskan hatinya untuk memaafkan saya, yang

    seenaknya berkata-kata tanpa tahu akibatnya.

    wholeheartedly, hontou ni, gomennasai.

    semoga setelah membaca ini, hati kita menjadi ikhlas.

    dan kalau suatu saat lupa pernah baca post ini.

    semoga Allah selalu berkenan mengingatkan kita dengan banyak hal.

    entah dengan cobaan, ujian, atau titipan berkah-Nya.

    untuk selalu ingat mengikhlaskan.

    semoga di Ramadhan kali ini kita bisa meraih kemenangan.

    menjadi bagian dari beberapa hamba-Nya yang kembali fitri di 1 Syawal nanti.

    aamiin.

    innaa lilaahi wa innaa ilaihi raajiiuun.

    sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali.

    Q.S. Al Baqarah: 156