A. Konsep Teori Penyakit Tuberculosis (TB)

21
5 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Penyakit Tuberculosis (TB) 1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebapkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru ataudiberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsila oksigen yang tinggi.Kuman ini juga mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mengandung lemak yang tinggi pada membrana selnya sehingga menyebapkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumanya berlangsung dengan lambat.(Tabrani, Rab:2010). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebapkan oleh bakteri. Bakteriini terutama menginfeksi paru-paru, meskipun juga dapat mempengaruhi organ-organ lain. Pada bayi dan balita, infeksi Tuberkulosis latent (latenttuberculosis infection/LTBI) yang merupakan infeksi pertama denganbakteri Tuberkulosis (Ni Ketut,2015:140). 2. Etiologi Menurut Widago (2010:167) menyatakan bahwa penyakit Tuberkulosis penyebapnya adalah Myobacterium Tuberculosis termasuk dalam family Mycobacterium ini juga termasuk juga M.bovis,M.africanum,M.microti,danM.canetti. Basil TB mempunyai sifattidak membentuk spora,tidak bergerak,pleomorf,gram positif,tahan asam (basil tahan

Transcript of A. Konsep Teori Penyakit Tuberculosis (TB)

5

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit Tuberculosis (TB)

1. Pengertian

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebapkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis, yakni kuman aerob yang

dapat hidup terutama di paru ataudiberbagai organ tubuh

yang lainnya yang mempunyai tekanan parsila oksigen

yang tinggi.Kuman ini juga mempunyai tekanan parsial

oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mengandung lemak

yang tinggi pada membrana selnya sehingga

menyebapkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam

dan pertumbuhan dari kumanya berlangsung dengan

lambat.(Tabrani, Rab:2010).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebapkan oleh

bakteri. Bakteriini terutama menginfeksi paru-paru,

meskipun juga dapat mempengaruhi organ-organ lain.

Pada bayi dan balita, infeksi Tuberkulosis latent

(latenttuberculosis infection/LTBI) yang merupakan

infeksi pertama denganbakteri Tuberkulosis (Ni

Ketut,2015:140).

2. Etiologi

Menurut Widago (2010:167) menyatakan bahwa

penyakit Tuberkulosis penyebapnya adalah

Myobacterium Tuberculosis termasuk dalam family

Mycobacterium ini juga termasuk juga

M.bovis,M.africanum,M.microti,danM.canetti.

Basil TB mempunyai sifattidak membentuk spora,tidak

bergerak,pleomorf,gram positif,tahan asam (basil tahan

6

asam-BTA),berbentuk batang dengan panjang 2-4 m dan

tebal 0,3-0,6 m,sebagian

besar kuman berupa lemak atau lipid,sehinggakuman tahan

terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik.

Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai

tinggi yaitu apikal/apeks paru. Daerah ini menjadi

predileksi pada penyakit Tuberkulosis,dinding sel

mengandung banyak lemak yang bermanfaatuntuk

pertahanan terhadap daya bakterisida dari antibodi dan

komplemen, penyakit ini menyebar saat penderita TB

batuk atau bersin dan orang lain menghirup droplet yang

dikelurkan, yang mengandung bakteri TB. Meskipun TB

menyebar dengan cara flu, penyakit ini tidak menular

dengan mudah, dibutuhkan kontak dalam waktu

beberapa jam dengan orang yang terinfeksi. Misalnya

infeksi TBC bisanya menyebar antara anggota keluarga

yang tinggal di rumah yang sama. Akan sangat tidak

mungkin bagi seseorang untuk terinfeksi dengan duduk

di samping orang yang terinfeksi.

3. Patofisologi

. Menurut (Widago,2010:169)

Tempat kuman TB masuk ke paru-paru yaitu di alveoli

atau duktus, disebut fokus primer atau fokus Ghon, disini

basil memperbanyak diri. Banyak kuman yang

dimusnahkan, dan sebagian yang hidup masuk makrofaq

inaktif dan kelenjar getah bening disekitar (kompleks

primer)termasuk kelenjar hilus dan kelenjar praktrakea.

Proses selanjutnya adalah terjadi nekrosis jaringan dan

pembentukkan simpai.

7

Penyembuhan kompleks primer sering terjadi dengan

pembentukkan jaringan fibrotik atau perkapuran. Proses

dapat berlanjut dan terjadilah pneumonitis atau pleuritis,

atau terjadi proses perkejuan (caseous formation) yang

isinya kemudian mengalami perlunakan dan mengalir ke

bronkus dengan meninggalkan satu karvena. Basil dapat

bertahan hidupdalam waktu lama bahkan puluhan Tahun.

Pembesaran kelenjar di hilus dan paratrakea dapat menekan

bronkus dan mengakibatkan hiperinflansi atau ateektasis

paru dibagian distalnya,terutama di lobus medialis (sindrom

Brock), dapat

pula mengakibatkan erosi dinding bronkus sehingga

terbentuk fistula atau TB endobronkial. Lesi berupa

gabungan dan pneumonitis dan atelektasis disebut lesi

segemental atau konsolidasi

kolap. Sepanjang perjalanan dari proses tersebut, basil

TB dapat menyebar secara hematogen atau limfogen ke

jaringan arau organ tubuh seperti sistem

retikuloendotelial,paru,otak,ginjal, dan tulang

Hal ini dapat terjadi bila jumlah basil TB sangat banyak

disertai dengan adanya keterbatasan respons imun dari

pasien.Bila jumlah basil tidak cukup banyak untuk

meninggalkan gejala klinik maka terbentuklah fokus

metastasis di berbagai Organ. TB meningitis merupakan

merupakan manifestasi dini dan terjadi pada bulan 2-6, TB

endobronkial dan kelenjar pada bulan ke 3-9, TB tulang dan

persendian dalam beberapa tahun kemudian,sedang TB

ginjal timbulnya paling akhir yaitu puluhan tahun setelah

mendapat infeksi. TB di luar paru tersebut dapat terjadi 23-

35 % dari kasus TB paru pada anak. TB pada perempuan

hamil menyandang risiko berupa bayi lahir prematur,berat

8

lahir rendah,retardasi tumbuh kembang, dan keatian

perinatal. Tuberkolosis kongnital adalah jarang dan terjadi

karena adanya lesi di plasenta lalu basil menyebar melalui

vena umbilikus melewati hati masuk ke sirkulasi janin dan

menimbulkaninfeksi dibanyak organ.Transmisi basil TB

dapat pula terjadi karena aspirasi atau menelannya cairan

ketuban yang terinfeksi secara imunologi infeksi TB

menyebapkan adanya respons antibodi humoral yang

kurang berperan dalam pertahanan tubuh. Di pihak

lain,dinding basil mengandung sulfatide yang mampu

menghalangi fusi antara fagosom dan lisosom sehingga

basil terhindar dari destruksi oleh ensim intraseluler

Dalam waktu 2-12 minggu setelah infeksi terbentuklah

cell mediatedimmunity dan juga hipersensitivitas

jaringan. Setelah basil masuk kemakrofag inaktif, naka

limfosit yang mengenal antigen TB mengadakan

proliferasi dan memproduksi limfokin dan mediator lain

yang dapat menarik limfosit dan makrofag untuk

menghasilkan enzim

lisis dalam kadar tinggi yang mampu meningkatkan

fungsi mikobakterisdida. Progresifitas infeksi TB

tergantung pada

keseimbangan antara jumlah antigen TB dengan cell

mediated immunity (meningkatkan penghancuran basil di

luar sel). Bila antigen TB lemah makan terbentuk

granumola dari

hasil pengorganisasian oleh limfosit,makrofag,dan

fibroblast. Bila kedua unsur adalah seimbang makan

terbentuk granumola yanag kurang terorganisasikan

disertai adanya daerah nekrosis dan perkejuan. Bila

hipersensitifitas jaringan lebih lama seperti pada anak

9

dengan immunocompromized, maka reaksinya adalah

difus dengan penyebaraninfeksi disertai destruksi

jaringan.

Seseorang yang dicurigai menghirup basil

mycobacterium tuberculosisakan menjadi terinfeksi.

Bakteri menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, dimana

pada daerah tersesbut bakteri bertumpuk dan berkembang

biak. Penyebaran basil ini bisa juga melalui sistem limfe

dan aliran darah kebagian tubuh lain

(ginjal,tulang,korteks serebri) dan area lain dari paru-

paru (lobus atas).

Sistem kekebalan tubuh berespons dengan melakukan

reaksi inflamasi.Neutrofil dan makrofa memfagositosis

(menelan) bakteri.Limfosist yang spesifik terhadap

tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan

jaringan normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan

terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah

bronkopenemonia.Infeksi awal biasanya timbul dalam

waktu 2-10 minggu.

Masa jaringan baru disebut granumola,yang berisi

gumpalan basil yang hidup dan yang mati, dikelilingi

pleh makrofag yang membentuk dinding. Granumola

berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian

tengah dari massa tersebut disebut Ghon Tubercle.

Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi

nekrotik, membentuk perkejuan (necrotizing caseosa).

Setelah itu akan terbentuk kalsifikasi,

membentuk jaringan kolagen. Bakteri menjadi non aktif

Penyakit ini berkembang menjadi aktif setelah infeksi

awal,karena respons sistem imun yang tidak adekuet.

10

Penyakit aktif dapat juga timbul akibat infeksi ulang atau

aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini

Penyakit ini berkembang menjadi aktif setelah infeksi

awal,karena respons sistem imun yang tidak adekuet.

Penyakit aktif dapat juga timbul akibat infeksi ulang atau

aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif.Pada kasus ini,

terjadi ulserasi pada ghon tubercle dan akhirnya menjadi

perkijuan. Tuberkel yang ulseri mengalami proses

penyembuhan

membentuk jaringan jaringan parut. Paru-paru yang

terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan

bronkopneumonia, pembentukkan tuberkel,dan seterusnya.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya.

Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau

berkembang biak dalam sel.

Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening.

Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih

panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel

epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan

10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis serta

jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan

fibroblast akan menimbulkan respons berbeda dan

akhirnya memebentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh

tuberkel, basil tuberkel yang mencapai permukaan

alveolus biasanya di inhalasi terdiri dari satu sampai tiga

gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan

disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak

menyebapkan penyakit setelah berada dalam ruang

alveolus biasanya dibagian bawah lobus atau paru-paru,

(Widago,2010:169).

11

PATOFIS TB PARU

Inveksi bakteri tuberkulosis via inhalasi

Penyebaran bakteri secara bronkogen,

limfogen, dan hematogenSembuh

Infeksi Primer

Sembuh dengan fokus Gon

Bakteri doman

Bakteri muncul beberapa tahun kemudian

1. Edema trakeal/ faringeal

2. Peningkatan produksi sekret

Penurunan jaringan efektif paru, atelektasi,

kerusakan membran alveolar-kapiler merusak

pleura, dan perubahan cairan intrapleura

Reaksi sistemis : Anoreksia, mual,

demem, penurunan berat badan dan

kelemahan

1. Batuk produktif Komplikasi Paru 1. Intake nuri tidak adekuat

2. Batuk darah 1. Efusi fleur 2. BB menurun

3. Sesak Nafas 2. Pencumotorak 3. Ketergantungan sehari-hari

4. Penurunan kemampuan batuk efektif 4. Kecemasan

5. Kurangnya informasi

Bersihan jalan nafas tidak efektifSesak napas penggunaan otot bantu nafas,

dan pola nafas tidak efektif 1. Ganguan pola tidur

2. Defisit Nutrisi

3. Kurangnya Informasi

1. Pola nafas tidak efektif

2. Gangguan pertukaran gas

Reaksi infeksi/ inflamasi, membentuk kavitas dan merusak parenkim paru

12

4. Manifestasi klinis

Manifestasi dari infeksi TB pada sebagian besar anak

adalah asimtomatik dengan tidak pernah memperlihatkan

gejala apapun. Sebagian yang lain memperlihatkan gejala

demam tak tinggi, batuk ringan, maleis, gejala menyerupai

flu, dan gejala ini akan hilang dalam waktu seminggu,

diperkirakan terdapat 25-30% dari anak infeksi TB akan

mengalami TB ekstrapulmoner beberapa tanda gejala

Tuberkulosisadalah :

a. Infeksi Tuberkulosis Primer ini biasanya sembuh

sendiri seiring anak mengembangkan sistem

kekebalan tubuhnya selama periode 6 hingga 10

minggu. Namun dalam beberapa kasus, TB dapat

berkembang atau tersebar diseluruh paru-paru (TBC

progresif) atau ke organ lain tubuh. Ketika hal ini

terjadi anak akan menunjukkan beberapa gejala,

seperti demam, penurunan berat badan, kelelahan,

kehilangan nafsu makan, dan batuk.

b. Infeksi Tuberkulosis primer progresif ini biasanya

komplikasi yang berat dan jarang dari TB primer dan

terjadi bila fokus primer membesar secara konsisten

dan terbentuk suatu perkejuan luas,selanjutnya terjadi

karena disetai dengan terdapatnya basil TB dalam

jumlah banyak. Nekrosis dapat melibatkan bronkus

didekatnya dan timbul diseminasi intrapulmoner.

Gejalanya adalah demam tinggi, batuk kuat dan

banyak sputum,berat ban berkurang,dan keringat

malam. Secara fisis dijumpai suara nafas melemah,

ronki basah, pekak, dan timpani.

13

c. Infeksi Tuberkulosis reaktivasi ini biasanya bisa diatasi

namun anak belum benar-benar sembuh dari TB. Pada

TBC reaktivasi, bakteri menjadi tidak aktif atau

terhibernasi. Ketika kondisi tubuh mengalami

d. penurunan, misalnya karena penurunan kekebalan

tubuh, bakteri akan

aktif kembali. TB jenis ini paling banyak menyerang

anak usia sekolah dan orang dewasa. Gejala yang paling

menonjol adalah demam terus-menerus disertai keringat

berlebih pada malam hari.

Selain itu, gejala lain yang mengikuti adalah

penurunan berat badan dan kelelahan. Apabila

penyakit berkembang dan rongga terbentuk di paru-

paru, penderita akan mengalami batuk dan produksi

air liur, lendir, atau dahak, yang berpotensi

mengandung darah. Masa inkubasi (waktu yang

dibutuhkan bagi seseorang untuk menjadi terinfeksi

setelah terkena) bervariasi dari minggu ke tahun. (Ni

Ketut Mendri,2015:141).

5. Pemeriksaan Diagnostik

Beberapa tes digunakan untuk mendiagnosis tuberkulosis

(TB), tergantung pada jenis dugaan TB :

a. TB Paru

Diangnosis TB paru, bisa sulit dan beberapa tes

biasanya diperlukan.Pasien perlu menjalani

pemeriksaan sinar-X dada untuk mencari perubahan

pada gambaran infiltrasi paru-paru yang menandakan

TB. Sampel dahak juga akan sering diperiksa untuk

memastikan keberadaan bakteri TB. Tes ini penting

14

dalam membantu menentukan pengobatan yang

paling efektif.

b. TB Ekstrapulmoner

Beberapa tes dapat digunakan untuk mengonfirmasi

diangnosis dugaan TB ekstrapulmoner (TB yang

terjadi di luar paru-paru). Tes ini meliputi:

1) CT-Scan, pemindaian MRI atau pemindaian ultra

sound padabagian tubuh yang terkena.

2) Pemeriksaan bagian dalam tubuh menggunakan

endoskopi. Endoskopi dapat dimasukkan melalui

mulut dan melalui sayatan kecil yang dibuat di

kulit (laparkospi), jika ada kebutuhan untuk

memeriksa bagian tubuh yang lain.

3) Tes urine dan darah

4) Biopsi, sampel kecil jaringan atau cairan diambil

dari daerah yang terkena dan diuji untuk bakteri

TB.

5) Uji BCG reaksi positif jika setelah mendapatkan

suntikan BCG langsung terdapat reaksi lokal

yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari

setelah penyuntikan.

c. Pengujian untuk TB Laten

Dalam beberapa keadaan, perlu melakukan tes untuk

memeriksa TB laten:

1) Tes mantaoux

Tes mantaoux adalah tes yang banyak digunakan

untuk TB laten. Tes ini melibatkan penyuntikkan

sejumlah kecil zat yang disebut tuberkulin PPD

ke kulit lengan bawah.Tes iniKulit lengan

15

bawah.Tes ini juga dapat disebut Tuberculin Skin

Test (TST).(Ni Ketut Kardiyudiani).

6. Pentalaksanaan

Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk

menyembuhkan atau mengobati penderita juga mencegah

kematian mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap

OAT serta memutuskan mata rantai penularan

pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu

a. Tahap intensif (2-3 bulan)

Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat

setiap hari dan diawali langsung untuk mencegah

terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutaama

rifampisin.Bila pengobatan tahap intensif tersebut

diberikan secara tepat, biasanya penderita menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu dua

minggu.

b. Tahap lanjutan (4-7 bulan)

Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat

lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih

lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh

kuman persisten (dormant) sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan.

Panduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan

obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai

dengan rekomendasi WHO

adalahRifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisisn dan

Etambutol

(Wahid, 2013).

7. Komplikasi

Berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut:

16

a. Hemomtisis berat (perdarahan dan saluran nafas

bawah)yang dapat mengakibatkan kematian karena

syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

c. Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan

fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses

pemulihan atau reaktif) pada paru.

B. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia

Setiap manusia mempunyai karakteristik yang unik, tetapi

tetap memiliki kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan

manusia, pada dasarnya meliputi dua kebutuhan dasar, yaitu

materi dan nonmateri.

Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia dapat

digolongkan menjadi lima kebutuhan (five hierarchy of

needs), yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan

dan keamanan, kebutuhan cinta dan dicintai, kebutuhan

harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Menurutnya bahwa

kebutuhan ini akan senantiasa muncul, meskipun mungkin

tidak secara berututan. Artinya ada sebagian orang karena

suatu keyakinan tertentu memiliki “Hierarki Maslow”. Yang

memiliki susunan :

1. Kebutuhan fisiologi

2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan

3. Kebutuhan cinta, memiliki dan dimiliki

4. Kebutuhan harga diri

5. Kebutuhan aktualisasi diri

17

Pada kasus Tuberkulosis kebutuhan dasar mmanusia yang

terganggu adalah kebutuhan fisiologis: kebutuhan

oksigenasi, kebutuhan nutrisi, kebutuhan keselamatan dan

rasa aman, tepatnya kebutuhan oksigenisasi. Kebutuhan

fisiologis memiliki prioritas paling tinggi dalam Hierarki

Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa

kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dahulu memenuhi

kebutuhan fisiologinya dibandingkan kebutuhan lain

Pada pasien TB kebutuhan dasar yag paling terganggu

adalah: Kebutuhan dasar manusia.

1.Oksigenasi

Adanya gejala batuk-batuk,secret yang kental

mengakibatkan brsihan jalan nafas tidak efektif dan akhirnya

kebutuhan oksigen tidak terpenuhi secara optimal.Tanda dan

gejala lain yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada

kebuthan oksigenasi ialah sesak nafas,wheezing, batuk,

hingga btauk berdarah.

2.Nutrisi

Terjadinya penurunan berat badan akibat dari proses

metabolism yang meningkat serta timbulnya anorexia maka

akan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan nutrisi

yang kurang.

3.Pola aktifitas

Penurunan kadar oksigen dalam darah menyebabkan suplai

oksigen kejaringan menurun yang mengakibatkan proses

pembentukan ATP terhambat,akhirnya energy yang

dihasilkan sedikit,menyebabkan penderita TB Juga bias

mengalami rasa sakit kepala,meriang,lemah badan dan gejala

18

malaise lainnya sehingga mengakibatkan terjadinya

gangguan pada pola aktifitas

4.Gangguan kebutuhan rasa aman

Timbul perasaan cemas akan penyakita yang diderita dan

ancaman kematian,dan kekhawatiran penyakitnya akan

menular kepada orang

lain.Adanya rasa nyeri dada akibat dari batuk yang trus

menerus juga bias dirasakan pada psien TB Mengakibatkan

terjadinya gangguan rasa nyaman.

5.Gaangguan pemenuhan kebutuhan harga diri

Perasaan tidak berharga karena tidak bias melakukan peran

dan fungsinya akibat adanya rasa sakit(alimul,2014).

Oksigenisasi kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan

manusia kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses

kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam proses

metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus

terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh

berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak

dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi

kematian, sistem yang berperan dalam proses pemenuhan

kebutuhan adalah sistem pernafasan, persyarafan, dan

kardiovaskular, masalah kebutuhan oksigen merupakan

masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Hal ini terbukti pada seseorang yang memiliki penyakit

tuberkulosis oksigenisasi adalah hal yang paling penting

karena penyakit tersebut menginfeksi paru-paru yang

menyebabkan pasien mengalami batuk dan sesak nafas serta

mengakibatkan penumpukan secret yang banyak pada

saluran pernafasan yang membuat pasien tersebut

kekurangan kebutuhan oksigenisasi.

19

Adanya ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi yang

meningkat mengakibatkan tubuh mengalami

defisiensi/kekurangan nutrisi sehingga terjadi pemecahan

masa lemak dan otot yang menyebabkan penurunan berat

badan sehingga timbulnya masalah deficit nutrisi pada pasien

Tubrkulosis paru(Nurarif dan Kusuma,2015)

Nutrisi adalah kebutuhan dasar manusia yang sangat

penting.Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan seumber

energi untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber

nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri, seperti

glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein

dan lemak dalam jaringan sumber lain yang berasal dari luar

tubuh seperti sehari-hari dimakan oleh manusia pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada anak akan sangat berguna dalam

membantu proses tumbuh-kembang tanda klinis yang

dialami pasien tuberkulosis berat badan10-20% dibawah

normal,tinggi badan dibawah ideal, lingkar kulit trisep

lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.

Selain kebutuhan fisiologis kebutuhan keselamatan dan rasa

aman juga terganggu menurut Budiono&Sumirah (2015)

kebutuhan keselamatan adalah kebutuhan untuk melindungi diri

dari bahaya fisik. Ancaman terhadap

keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman

mekanis, kimiawi, termal dan bakteriologis. Kebutuhan akan

keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan

interpersonal diantaranya risiko infeksi,risiko trauma, risiko

komplikasi akibat tindakkan medis atau keperawatan. Salah

satu yang paling serius menjadi perhatian serius diperawatan

pasien puskesmas adalah masalah resiko infeksi (infeksi

nasokomial).Anak –anak adalah kelompok orang yang

20

rentan sekali terinfeksi,imunitas mereka belum seoptimal

atau sesempurna orang dewasa muda sehingga apabila

terpapar oleh penderita TB,akan berpeluang ikut terinfeksi.

Infeksi rentan mengalami invasi dan multipikasi organisme

patogenik yang dapat mengganggu kesehatan berisiko

mengalami peningkatan terserang organisme

patogenik.(Nanda, 2017).

C. Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru pada anak

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dan proses

keperawatan, pengkajian adalah hal terpenting yang dilakukan

untuk memperoleh data-data yang akan digunakan sebagai dasar

untuk mengetahui masalah keperawatan pada pasien

(Budiono,2016), adapun hal-hal yang harus dikaji pada proses

pengkajian adalah sebegai berikut :

a. Identitas dan biodatapasien

Meliputi nama pasien (diinisialkan), umur pasien, jenis kelamian,

alamat pasien, agama, pekerjaan, dan juga dituliskan tanggal

pengkajian.

b. Keluhanutama

Pada saat pengkajian biasanya keluhan utama yang didapat pada

sebagian besar penderita tuberkulosis adalah batuk yang hilang

timbul,anorexia, atau kering disertai dengan sesak nafas, adanya

ronchi basah dan juga menyebabkan keengganan untuk makan .

c. Riwayat penyakitsekarang

Berisi uraian tentang bagaimana terjadinya penyakit, apa

penyebabnya dan pengobatan apa yang sudah diberikan kepada

pasien.

d. Riwayat tumbuhkembang

Pada anak penderita Tuberkulosis paru yang tidak tertangani

21

dengan baik sering ditemui gangguan tumbuh kembang, namun

hal ini jarang terjadi.

e. Riwayatimunisasi

Kelengkapan imunisasi dasar dan imunisasi tambahan tidak

mempengaruhi penyakit TB, hal ini dapat dibuktikan bahwa

mayoritas anak, atau halita yang menderita TB mempunyai

riwayat imunisasi yang lengkap.

f. Riwayat penyakitkeluaraga

Riwayat penyakit keluarga penting dilakukan untuk menelusuri

apakah ada keluarga yang menurunkan faktor genetik sebagai

salah satu pencetus terjadinya tuberculosis paru.

g. Pemeriksaan fisik/persistem

Adapun pemeriksaan fisik/persistem pada pasien Tuberkulosis

paru meliputi :

1) Sistempenafasan

Pada pasien yang mengalami tuberculosis paru hampir

semuanya didapati gejala sesak nafas, batuk kering (tidak

produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan

otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan

02, sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar

wheezing, ronchi dan pada pasien kelolaan hampir terdapat

semua tanda dan gejala tersebut.

2) Sistemcardiovaskuler

Hampir pada semua pasien yang mengalami penyakit TB

ditemukan tanda dan gejala diaporesis, tachicardia, dan

kelelahan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kerja

jantung akibat dari spasme pada otot-otot pernafasan.

3) Sistempersyarafan/neurologis

Pada TB yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran seperti

gelisah, rewel, cengeng, apatis, sopor, bahkan bisa pada

tingkat coma/

22

4) Sistem perkemihan

Produksi urin dapat mengalami penurunan jika intake melaui

oral kurang akibat sesak nafas.

5) Sistem Pencernaan /Gastrointestinal

Sering didapati nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi

terhadap makan dan minum, dan mukosa mulut kering.dan

pemeriksaan persisitem.

6) Sistem integumen

Hampir semua pasien yang mengalami tuberculosis paruakan

berkeringat akibat usaha pernapasan klien yang berat

terhadap sesak nafas. Peningkatan PCO2 dan penurunan 02,

sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar

wheezing, ronchi dan pada pasien kelolaan hampir terdapat

semua tanda dan gejala tersebut.

2.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang sering muncul pada anak yang menderita TB

menurut (Nurarif,2013) adalahsebagaiberikut :

a. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan

dengan Hiperskresi jalan nafas.

b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorpsi nutrisi.

c. Defisi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

terpapar informasi tentang penyakit.

3. Rencana Keperawatan

Adapun uraian rencana keperawatan pada Tuberkulosis Paru

dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut:

23

Tabel 2.1

Rencana Keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN SLKI ( Luaran) SIKI ( intervensi)

1 2 3 4

1 Bersihan jalan nafas tidak

efektif berhubungan dengan

sekresi yang tertahan (SDKI

HAL 18) Ditandai dengan:

Data objektif:

-Batuk

-sesak nafas

-bernafas pendek pendek

-bernafas dengan oto bantu

pernafasan

-frekuensi nafas cepat

-wheezing dan ronchi

Luaran utama: Bersihan jalan nafas

L.010001

Kriteria hasil:

-Produksi sputum menurun

-dispnea menurun/hilang

-Frekuensi nafas membaik

-Pola nafs membaik

Luaran tambahan:

Respon alergi ssistemik L,14132

Kriteria hasil:

-Bunyi nafas tambahn menurun

-sekresi mukus menurun

Intervensi utama:

Manajemen jalan nafas I,01011

Tindakan:

Observasi:

-Monitor pola nafas

-Monitor suara nafas tambahan

-Monitor sputum

Terapeutik:

-Posisikan pasien

-Berikan minum hangat

-Lakukan fisiotherapi dada

Edukasi:

- anjurkan asupan 2000ml/hari

Kolaborasi:

-Kolaborasipemberian

bronkoilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu

2. Defisit nutrisi berhubungan

dengan ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrient (SDKI

HAL 56) Ditandai dengan:

Data objektif:

-Berat badan menurun minimal

Luaran utama: Status nutrisi L.03030

Kriteria Hasil:

-porsi makan yang dihabiskan

meningkat

-Berat badan membaik

-Nafsu makan membaik

Intervensi utama:

Manajemen nutrisi I.03119

Tindakan:

Observasi:

-identifikasi status nutrisi

-identifikasi alegi dan intoleransi makanan

-identifikasi makanan yang disukai

24

1 2 3 4

10% dibawah rentang ideal

-nafsu makan menurun

-identifikasi kebutuhan kalori dan nutrient

-Monitor asupan makanan

-monitor berat badan

Terapeutik:

-FAsilitasi menentukan pedoman diet(mis paramida

makanan)

-sajikan makanan secara menarik dan suhu ynag sesuai

-berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

-Berikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein

Edukasi:

-lanjutkan posisi duduk, jika mampu

-ajarkan diet yang diprogramkn

Kolaborasi:

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrien yang dibutuhkn, jika perlu.

3 Defisit pengetahuan

berhubungan dengan

kurangnya terpapar informasi

tentang penyakit (SDKI HAL

246) ditandai dengan:

-menanyakan masalah yang

terjadi

-keluarga klien tampak

khawatir dengan kondisi klien

-keluarga klien tampak

bertanya

Luaran utama:Tingkat pengetahuan

L.12111

Kriteria hasil:

-prilaku sesuai anjuran meningkat

-kemampuan menjelaskan

pengetahuan tentang suatu topic

meningkat

-kemampuan menggambarkan

pengalaman sebelumnya yang sesuai

topic meningkat

- Perilaku sesuai pengetahuan

meningkat

Intervensi utama:Edukasi kesehatan I.12383

Tindakan:

Observasi:

-identifikasi kesiapan dan kemampuan menrima informasi

-identifikasi factor –faktor yang dapa meningkatkan dan

menurunkan motivasi prilaku hidup bersih dan sehat.

Terapeutik:

-sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

-jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

-berikan kesempatan untuk bertanya.

Edukasi:

-jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi keshatan

-ajarkan prilaku hidup bersihdan sehat

25

4. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana dari

keperawatan,ada beberapa kompenen yangharus di perhatikan dalam

proses implementasi yaitu: komponen waktu, merupakan penjelasan kapan

implementasi dilakukan,meliputi hari, tanggal dan jam pelaksanaan.

Kompenen tindakan merupakan penjelasan mengenai apa saja yang

dilakukan terhadap pasien sesuai dengan intervensi keperawatan meliputi

tindakan observasi,therapeuti, edukasi dan kolaborasi, dan disesuaikan

dengan intervensi yang telah ditetapkan,(Budiono 2016)

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yang

meliputi observasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang

sudah dilakukan, berfungsi sebagai indikator keberhasilan dari

impelementasi keperawatan dan merupakan indikator untuk perencanaan

tindakan keperawatan selanjutnya, untuk menyelesaikan masalah

keperawatan yang belum teratasi(Budiono 2016)