Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)
A. Konsep Teori Penyakit Tuberculosis (TB)
Transcript of A. Konsep Teori Penyakit Tuberculosis (TB)
5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Penyakit Tuberculosis (TB)
1. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebapkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis, yakni kuman aerob yang
dapat hidup terutama di paru ataudiberbagai organ tubuh
yang lainnya yang mempunyai tekanan parsila oksigen
yang tinggi.Kuman ini juga mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mengandung lemak
yang tinggi pada membrana selnya sehingga
menyebapkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam
dan pertumbuhan dari kumanya berlangsung dengan
lambat.(Tabrani, Rab:2010).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebapkan oleh
bakteri. Bakteriini terutama menginfeksi paru-paru,
meskipun juga dapat mempengaruhi organ-organ lain.
Pada bayi dan balita, infeksi Tuberkulosis latent
(latenttuberculosis infection/LTBI) yang merupakan
infeksi pertama denganbakteri Tuberkulosis (Ni
Ketut,2015:140).
2. Etiologi
Menurut Widago (2010:167) menyatakan bahwa
penyakit Tuberkulosis penyebapnya adalah
Myobacterium Tuberculosis termasuk dalam family
Mycobacterium ini juga termasuk juga
M.bovis,M.africanum,M.microti,danM.canetti.
Basil TB mempunyai sifattidak membentuk spora,tidak
bergerak,pleomorf,gram positif,tahan asam (basil tahan
6
asam-BTA),berbentuk batang dengan panjang 2-4 m dan
tebal 0,3-0,6 m,sebagian
besar kuman berupa lemak atau lipid,sehinggakuman tahan
terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik.
Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai
tinggi yaitu apikal/apeks paru. Daerah ini menjadi
predileksi pada penyakit Tuberkulosis,dinding sel
mengandung banyak lemak yang bermanfaatuntuk
pertahanan terhadap daya bakterisida dari antibodi dan
komplemen, penyakit ini menyebar saat penderita TB
batuk atau bersin dan orang lain menghirup droplet yang
dikelurkan, yang mengandung bakteri TB. Meskipun TB
menyebar dengan cara flu, penyakit ini tidak menular
dengan mudah, dibutuhkan kontak dalam waktu
beberapa jam dengan orang yang terinfeksi. Misalnya
infeksi TBC bisanya menyebar antara anggota keluarga
yang tinggal di rumah yang sama. Akan sangat tidak
mungkin bagi seseorang untuk terinfeksi dengan duduk
di samping orang yang terinfeksi.
3. Patofisologi
. Menurut (Widago,2010:169)
Tempat kuman TB masuk ke paru-paru yaitu di alveoli
atau duktus, disebut fokus primer atau fokus Ghon, disini
basil memperbanyak diri. Banyak kuman yang
dimusnahkan, dan sebagian yang hidup masuk makrofaq
inaktif dan kelenjar getah bening disekitar (kompleks
primer)termasuk kelenjar hilus dan kelenjar praktrakea.
Proses selanjutnya adalah terjadi nekrosis jaringan dan
pembentukkan simpai.
7
Penyembuhan kompleks primer sering terjadi dengan
pembentukkan jaringan fibrotik atau perkapuran. Proses
dapat berlanjut dan terjadilah pneumonitis atau pleuritis,
atau terjadi proses perkejuan (caseous formation) yang
isinya kemudian mengalami perlunakan dan mengalir ke
bronkus dengan meninggalkan satu karvena. Basil dapat
bertahan hidupdalam waktu lama bahkan puluhan Tahun.
Pembesaran kelenjar di hilus dan paratrakea dapat menekan
bronkus dan mengakibatkan hiperinflansi atau ateektasis
paru dibagian distalnya,terutama di lobus medialis (sindrom
Brock), dapat
pula mengakibatkan erosi dinding bronkus sehingga
terbentuk fistula atau TB endobronkial. Lesi berupa
gabungan dan pneumonitis dan atelektasis disebut lesi
segemental atau konsolidasi
kolap. Sepanjang perjalanan dari proses tersebut, basil
TB dapat menyebar secara hematogen atau limfogen ke
jaringan arau organ tubuh seperti sistem
retikuloendotelial,paru,otak,ginjal, dan tulang
Hal ini dapat terjadi bila jumlah basil TB sangat banyak
disertai dengan adanya keterbatasan respons imun dari
pasien.Bila jumlah basil tidak cukup banyak untuk
meninggalkan gejala klinik maka terbentuklah fokus
metastasis di berbagai Organ. TB meningitis merupakan
merupakan manifestasi dini dan terjadi pada bulan 2-6, TB
endobronkial dan kelenjar pada bulan ke 3-9, TB tulang dan
persendian dalam beberapa tahun kemudian,sedang TB
ginjal timbulnya paling akhir yaitu puluhan tahun setelah
mendapat infeksi. TB di luar paru tersebut dapat terjadi 23-
35 % dari kasus TB paru pada anak. TB pada perempuan
hamil menyandang risiko berupa bayi lahir prematur,berat
8
lahir rendah,retardasi tumbuh kembang, dan keatian
perinatal. Tuberkolosis kongnital adalah jarang dan terjadi
karena adanya lesi di plasenta lalu basil menyebar melalui
vena umbilikus melewati hati masuk ke sirkulasi janin dan
menimbulkaninfeksi dibanyak organ.Transmisi basil TB
dapat pula terjadi karena aspirasi atau menelannya cairan
ketuban yang terinfeksi secara imunologi infeksi TB
menyebapkan adanya respons antibodi humoral yang
kurang berperan dalam pertahanan tubuh. Di pihak
lain,dinding basil mengandung sulfatide yang mampu
menghalangi fusi antara fagosom dan lisosom sehingga
basil terhindar dari destruksi oleh ensim intraseluler
Dalam waktu 2-12 minggu setelah infeksi terbentuklah
cell mediatedimmunity dan juga hipersensitivitas
jaringan. Setelah basil masuk kemakrofag inaktif, naka
limfosit yang mengenal antigen TB mengadakan
proliferasi dan memproduksi limfokin dan mediator lain
yang dapat menarik limfosit dan makrofag untuk
menghasilkan enzim
lisis dalam kadar tinggi yang mampu meningkatkan
fungsi mikobakterisdida. Progresifitas infeksi TB
tergantung pada
keseimbangan antara jumlah antigen TB dengan cell
mediated immunity (meningkatkan penghancuran basil di
luar sel). Bila antigen TB lemah makan terbentuk
granumola dari
hasil pengorganisasian oleh limfosit,makrofag,dan
fibroblast. Bila kedua unsur adalah seimbang makan
terbentuk granumola yanag kurang terorganisasikan
disertai adanya daerah nekrosis dan perkejuan. Bila
hipersensitifitas jaringan lebih lama seperti pada anak
9
dengan immunocompromized, maka reaksinya adalah
difus dengan penyebaraninfeksi disertai destruksi
jaringan.
Seseorang yang dicurigai menghirup basil
mycobacterium tuberculosisakan menjadi terinfeksi.
Bakteri menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, dimana
pada daerah tersesbut bakteri bertumpuk dan berkembang
biak. Penyebaran basil ini bisa juga melalui sistem limfe
dan aliran darah kebagian tubuh lain
(ginjal,tulang,korteks serebri) dan area lain dari paru-
paru (lobus atas).
Sistem kekebalan tubuh berespons dengan melakukan
reaksi inflamasi.Neutrofil dan makrofa memfagositosis
(menelan) bakteri.Limfosist yang spesifik terhadap
tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan
jaringan normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan
terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah
bronkopenemonia.Infeksi awal biasanya timbul dalam
waktu 2-10 minggu.
Masa jaringan baru disebut granumola,yang berisi
gumpalan basil yang hidup dan yang mati, dikelilingi
pleh makrofag yang membentuk dinding. Granumola
berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian
tengah dari massa tersebut disebut Ghon Tubercle.
Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi
nekrotik, membentuk perkejuan (necrotizing caseosa).
Setelah itu akan terbentuk kalsifikasi,
membentuk jaringan kolagen. Bakteri menjadi non aktif
Penyakit ini berkembang menjadi aktif setelah infeksi
awal,karena respons sistem imun yang tidak adekuet.
10
Penyakit aktif dapat juga timbul akibat infeksi ulang atau
aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini
Penyakit ini berkembang menjadi aktif setelah infeksi
awal,karena respons sistem imun yang tidak adekuet.
Penyakit aktif dapat juga timbul akibat infeksi ulang atau
aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif.Pada kasus ini,
terjadi ulserasi pada ghon tubercle dan akhirnya menjadi
perkijuan. Tuberkel yang ulseri mengalami proses
penyembuhan
membentuk jaringan jaringan parut. Paru-paru yang
terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan
bronkopneumonia, pembentukkan tuberkel,dan seterusnya.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak dalam sel.
Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan
10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis serta
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan
fibroblast akan menimbulkan respons berbeda dan
akhirnya memebentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh
tuberkel, basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolus biasanya di inhalasi terdiri dari satu sampai tiga
gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan
disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak
menyebapkan penyakit setelah berada dalam ruang
alveolus biasanya dibagian bawah lobus atau paru-paru,
(Widago,2010:169).
11
PATOFIS TB PARU
Inveksi bakteri tuberkulosis via inhalasi
Penyebaran bakteri secara bronkogen,
limfogen, dan hematogenSembuh
Infeksi Primer
Sembuh dengan fokus Gon
Bakteri doman
Bakteri muncul beberapa tahun kemudian
1. Edema trakeal/ faringeal
2. Peningkatan produksi sekret
Penurunan jaringan efektif paru, atelektasi,
kerusakan membran alveolar-kapiler merusak
pleura, dan perubahan cairan intrapleura
Reaksi sistemis : Anoreksia, mual,
demem, penurunan berat badan dan
kelemahan
1. Batuk produktif Komplikasi Paru 1. Intake nuri tidak adekuat
2. Batuk darah 1. Efusi fleur 2. BB menurun
3. Sesak Nafas 2. Pencumotorak 3. Ketergantungan sehari-hari
4. Penurunan kemampuan batuk efektif 4. Kecemasan
5. Kurangnya informasi
Bersihan jalan nafas tidak efektifSesak napas penggunaan otot bantu nafas,
dan pola nafas tidak efektif 1. Ganguan pola tidur
2. Defisit Nutrisi
3. Kurangnya Informasi
1. Pola nafas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas
Reaksi infeksi/ inflamasi, membentuk kavitas dan merusak parenkim paru
12
4. Manifestasi klinis
Manifestasi dari infeksi TB pada sebagian besar anak
adalah asimtomatik dengan tidak pernah memperlihatkan
gejala apapun. Sebagian yang lain memperlihatkan gejala
demam tak tinggi, batuk ringan, maleis, gejala menyerupai
flu, dan gejala ini akan hilang dalam waktu seminggu,
diperkirakan terdapat 25-30% dari anak infeksi TB akan
mengalami TB ekstrapulmoner beberapa tanda gejala
Tuberkulosisadalah :
a. Infeksi Tuberkulosis Primer ini biasanya sembuh
sendiri seiring anak mengembangkan sistem
kekebalan tubuhnya selama periode 6 hingga 10
minggu. Namun dalam beberapa kasus, TB dapat
berkembang atau tersebar diseluruh paru-paru (TBC
progresif) atau ke organ lain tubuh. Ketika hal ini
terjadi anak akan menunjukkan beberapa gejala,
seperti demam, penurunan berat badan, kelelahan,
kehilangan nafsu makan, dan batuk.
b. Infeksi Tuberkulosis primer progresif ini biasanya
komplikasi yang berat dan jarang dari TB primer dan
terjadi bila fokus primer membesar secara konsisten
dan terbentuk suatu perkejuan luas,selanjutnya terjadi
karena disetai dengan terdapatnya basil TB dalam
jumlah banyak. Nekrosis dapat melibatkan bronkus
didekatnya dan timbul diseminasi intrapulmoner.
Gejalanya adalah demam tinggi, batuk kuat dan
banyak sputum,berat ban berkurang,dan keringat
malam. Secara fisis dijumpai suara nafas melemah,
ronki basah, pekak, dan timpani.
13
c. Infeksi Tuberkulosis reaktivasi ini biasanya bisa diatasi
namun anak belum benar-benar sembuh dari TB. Pada
TBC reaktivasi, bakteri menjadi tidak aktif atau
terhibernasi. Ketika kondisi tubuh mengalami
d. penurunan, misalnya karena penurunan kekebalan
tubuh, bakteri akan
aktif kembali. TB jenis ini paling banyak menyerang
anak usia sekolah dan orang dewasa. Gejala yang paling
menonjol adalah demam terus-menerus disertai keringat
berlebih pada malam hari.
Selain itu, gejala lain yang mengikuti adalah
penurunan berat badan dan kelelahan. Apabila
penyakit berkembang dan rongga terbentuk di paru-
paru, penderita akan mengalami batuk dan produksi
air liur, lendir, atau dahak, yang berpotensi
mengandung darah. Masa inkubasi (waktu yang
dibutuhkan bagi seseorang untuk menjadi terinfeksi
setelah terkena) bervariasi dari minggu ke tahun. (Ni
Ketut Mendri,2015:141).
5. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa tes digunakan untuk mendiagnosis tuberkulosis
(TB), tergantung pada jenis dugaan TB :
a. TB Paru
Diangnosis TB paru, bisa sulit dan beberapa tes
biasanya diperlukan.Pasien perlu menjalani
pemeriksaan sinar-X dada untuk mencari perubahan
pada gambaran infiltrasi paru-paru yang menandakan
TB. Sampel dahak juga akan sering diperiksa untuk
memastikan keberadaan bakteri TB. Tes ini penting
14
dalam membantu menentukan pengobatan yang
paling efektif.
b. TB Ekstrapulmoner
Beberapa tes dapat digunakan untuk mengonfirmasi
diangnosis dugaan TB ekstrapulmoner (TB yang
terjadi di luar paru-paru). Tes ini meliputi:
1) CT-Scan, pemindaian MRI atau pemindaian ultra
sound padabagian tubuh yang terkena.
2) Pemeriksaan bagian dalam tubuh menggunakan
endoskopi. Endoskopi dapat dimasukkan melalui
mulut dan melalui sayatan kecil yang dibuat di
kulit (laparkospi), jika ada kebutuhan untuk
memeriksa bagian tubuh yang lain.
3) Tes urine dan darah
4) Biopsi, sampel kecil jaringan atau cairan diambil
dari daerah yang terkena dan diuji untuk bakteri
TB.
5) Uji BCG reaksi positif jika setelah mendapatkan
suntikan BCG langsung terdapat reaksi lokal
yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari
setelah penyuntikan.
c. Pengujian untuk TB Laten
Dalam beberapa keadaan, perlu melakukan tes untuk
memeriksa TB laten:
1) Tes mantaoux
Tes mantaoux adalah tes yang banyak digunakan
untuk TB laten. Tes ini melibatkan penyuntikkan
sejumlah kecil zat yang disebut tuberkulin PPD
ke kulit lengan bawah.Tes iniKulit lengan
15
bawah.Tes ini juga dapat disebut Tuberculin Skin
Test (TST).(Ni Ketut Kardiyudiani).
6. Pentalaksanaan
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk
menyembuhkan atau mengobati penderita juga mencegah
kematian mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap
OAT serta memutuskan mata rantai penularan
pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu
a. Tahap intensif (2-3 bulan)
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat
setiap hari dan diawali langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutaama
rifampisin.Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya penderita menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu dua
minggu.
b. Tahap lanjutan (4-7 bulan)
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat
lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih
lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh
kuman persisten (dormant) sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Panduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO
adalahRifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisisn dan
Etambutol
(Wahid, 2013).
7. Komplikasi
Berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut:
16
a. Hemomtisis berat (perdarahan dan saluran nafas
bawah)yang dapat mengakibatkan kematian karena
syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
c. Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan
fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru.
B. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia
Setiap manusia mempunyai karakteristik yang unik, tetapi
tetap memiliki kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan
manusia, pada dasarnya meliputi dua kebutuhan dasar, yaitu
materi dan nonmateri.
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia dapat
digolongkan menjadi lima kebutuhan (five hierarchy of
needs), yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan
dan keamanan, kebutuhan cinta dan dicintai, kebutuhan
harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Menurutnya bahwa
kebutuhan ini akan senantiasa muncul, meskipun mungkin
tidak secara berututan. Artinya ada sebagian orang karena
suatu keyakinan tertentu memiliki “Hierarki Maslow”. Yang
memiliki susunan :
1. Kebutuhan fisiologi
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan
3. Kebutuhan cinta, memiliki dan dimiliki
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri
17
Pada kasus Tuberkulosis kebutuhan dasar mmanusia yang
terganggu adalah kebutuhan fisiologis: kebutuhan
oksigenasi, kebutuhan nutrisi, kebutuhan keselamatan dan
rasa aman, tepatnya kebutuhan oksigenisasi. Kebutuhan
fisiologis memiliki prioritas paling tinggi dalam Hierarki
Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa
kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dahulu memenuhi
kebutuhan fisiologinya dibandingkan kebutuhan lain
Pada pasien TB kebutuhan dasar yag paling terganggu
adalah: Kebutuhan dasar manusia.
1.Oksigenasi
Adanya gejala batuk-batuk,secret yang kental
mengakibatkan brsihan jalan nafas tidak efektif dan akhirnya
kebutuhan oksigen tidak terpenuhi secara optimal.Tanda dan
gejala lain yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada
kebuthan oksigenasi ialah sesak nafas,wheezing, batuk,
hingga btauk berdarah.
2.Nutrisi
Terjadinya penurunan berat badan akibat dari proses
metabolism yang meningkat serta timbulnya anorexia maka
akan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan nutrisi
yang kurang.
3.Pola aktifitas
Penurunan kadar oksigen dalam darah menyebabkan suplai
oksigen kejaringan menurun yang mengakibatkan proses
pembentukan ATP terhambat,akhirnya energy yang
dihasilkan sedikit,menyebabkan penderita TB Juga bias
mengalami rasa sakit kepala,meriang,lemah badan dan gejala
18
malaise lainnya sehingga mengakibatkan terjadinya
gangguan pada pola aktifitas
4.Gangguan kebutuhan rasa aman
Timbul perasaan cemas akan penyakita yang diderita dan
ancaman kematian,dan kekhawatiran penyakitnya akan
menular kepada orang
lain.Adanya rasa nyeri dada akibat dari batuk yang trus
menerus juga bias dirasakan pada psien TB Mengakibatkan
terjadinya gangguan rasa nyaman.
5.Gaangguan pemenuhan kebutuhan harga diri
Perasaan tidak berharga karena tidak bias melakukan peran
dan fungsinya akibat adanya rasa sakit(alimul,2014).
Oksigenisasi kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses
kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam proses
metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus
terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh
berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak
dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi
kematian, sistem yang berperan dalam proses pemenuhan
kebutuhan adalah sistem pernafasan, persyarafan, dan
kardiovaskular, masalah kebutuhan oksigen merupakan
masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Hal ini terbukti pada seseorang yang memiliki penyakit
tuberkulosis oksigenisasi adalah hal yang paling penting
karena penyakit tersebut menginfeksi paru-paru yang
menyebabkan pasien mengalami batuk dan sesak nafas serta
mengakibatkan penumpukan secret yang banyak pada
saluran pernafasan yang membuat pasien tersebut
kekurangan kebutuhan oksigenisasi.
19
Adanya ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi yang
meningkat mengakibatkan tubuh mengalami
defisiensi/kekurangan nutrisi sehingga terjadi pemecahan
masa lemak dan otot yang menyebabkan penurunan berat
badan sehingga timbulnya masalah deficit nutrisi pada pasien
Tubrkulosis paru(Nurarif dan Kusuma,2015)
Nutrisi adalah kebutuhan dasar manusia yang sangat
penting.Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan seumber
energi untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber
nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri, seperti
glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein
dan lemak dalam jaringan sumber lain yang berasal dari luar
tubuh seperti sehari-hari dimakan oleh manusia pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada anak akan sangat berguna dalam
membantu proses tumbuh-kembang tanda klinis yang
dialami pasien tuberkulosis berat badan10-20% dibawah
normal,tinggi badan dibawah ideal, lingkar kulit trisep
lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
Selain kebutuhan fisiologis kebutuhan keselamatan dan rasa
aman juga terganggu menurut Budiono&Sumirah (2015)
kebutuhan keselamatan adalah kebutuhan untuk melindungi diri
dari bahaya fisik. Ancaman terhadap
keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman
mekanis, kimiawi, termal dan bakteriologis. Kebutuhan akan
keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan
interpersonal diantaranya risiko infeksi,risiko trauma, risiko
komplikasi akibat tindakkan medis atau keperawatan. Salah
satu yang paling serius menjadi perhatian serius diperawatan
pasien puskesmas adalah masalah resiko infeksi (infeksi
nasokomial).Anak –anak adalah kelompok orang yang
20
rentan sekali terinfeksi,imunitas mereka belum seoptimal
atau sesempurna orang dewasa muda sehingga apabila
terpapar oleh penderita TB,akan berpeluang ikut terinfeksi.
Infeksi rentan mengalami invasi dan multipikasi organisme
patogenik yang dapat mengganggu kesehatan berisiko
mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik.(Nanda, 2017).
C. Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru pada anak
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dan proses
keperawatan, pengkajian adalah hal terpenting yang dilakukan
untuk memperoleh data-data yang akan digunakan sebagai dasar
untuk mengetahui masalah keperawatan pada pasien
(Budiono,2016), adapun hal-hal yang harus dikaji pada proses
pengkajian adalah sebegai berikut :
a. Identitas dan biodatapasien
Meliputi nama pasien (diinisialkan), umur pasien, jenis kelamian,
alamat pasien, agama, pekerjaan, dan juga dituliskan tanggal
pengkajian.
b. Keluhanutama
Pada saat pengkajian biasanya keluhan utama yang didapat pada
sebagian besar penderita tuberkulosis adalah batuk yang hilang
timbul,anorexia, atau kering disertai dengan sesak nafas, adanya
ronchi basah dan juga menyebabkan keengganan untuk makan .
c. Riwayat penyakitsekarang
Berisi uraian tentang bagaimana terjadinya penyakit, apa
penyebabnya dan pengobatan apa yang sudah diberikan kepada
pasien.
d. Riwayat tumbuhkembang
Pada anak penderita Tuberkulosis paru yang tidak tertangani
21
dengan baik sering ditemui gangguan tumbuh kembang, namun
hal ini jarang terjadi.
e. Riwayatimunisasi
Kelengkapan imunisasi dasar dan imunisasi tambahan tidak
mempengaruhi penyakit TB, hal ini dapat dibuktikan bahwa
mayoritas anak, atau halita yang menderita TB mempunyai
riwayat imunisasi yang lengkap.
f. Riwayat penyakitkeluaraga
Riwayat penyakit keluarga penting dilakukan untuk menelusuri
apakah ada keluarga yang menurunkan faktor genetik sebagai
salah satu pencetus terjadinya tuberculosis paru.
g. Pemeriksaan fisik/persistem
Adapun pemeriksaan fisik/persistem pada pasien Tuberkulosis
paru meliputi :
1) Sistempenafasan
Pada pasien yang mengalami tuberculosis paru hampir
semuanya didapati gejala sesak nafas, batuk kering (tidak
produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan
otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan
02, sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar
wheezing, ronchi dan pada pasien kelolaan hampir terdapat
semua tanda dan gejala tersebut.
2) Sistemcardiovaskuler
Hampir pada semua pasien yang mengalami penyakit TB
ditemukan tanda dan gejala diaporesis, tachicardia, dan
kelelahan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kerja
jantung akibat dari spasme pada otot-otot pernafasan.
3) Sistempersyarafan/neurologis
Pada TB yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran seperti
gelisah, rewel, cengeng, apatis, sopor, bahkan bisa pada
tingkat coma/
22
4) Sistem perkemihan
Produksi urin dapat mengalami penurunan jika intake melaui
oral kurang akibat sesak nafas.
5) Sistem Pencernaan /Gastrointestinal
Sering didapati nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi
terhadap makan dan minum, dan mukosa mulut kering.dan
pemeriksaan persisitem.
6) Sistem integumen
Hampir semua pasien yang mengalami tuberculosis paruakan
berkeringat akibat usaha pernapasan klien yang berat
terhadap sesak nafas. Peningkatan PCO2 dan penurunan 02,
sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar
wheezing, ronchi dan pada pasien kelolaan hampir terdapat
semua tanda dan gejala tersebut.
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang sering muncul pada anak yang menderita TB
menurut (Nurarif,2013) adalahsebagaiberikut :
a. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan
dengan Hiperskresi jalan nafas.
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrisi.
c. Defisi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
terpapar informasi tentang penyakit.
3. Rencana Keperawatan
Adapun uraian rencana keperawatan pada Tuberkulosis Paru
dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut:
23
Tabel 2.1
Rencana Keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN SLKI ( Luaran) SIKI ( intervensi)
1 2 3 4
1 Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan
sekresi yang tertahan (SDKI
HAL 18) Ditandai dengan:
Data objektif:
-Batuk
-sesak nafas
-bernafas pendek pendek
-bernafas dengan oto bantu
pernafasan
-frekuensi nafas cepat
-wheezing dan ronchi
Luaran utama: Bersihan jalan nafas
L.010001
Kriteria hasil:
-Produksi sputum menurun
-dispnea menurun/hilang
-Frekuensi nafas membaik
-Pola nafs membaik
Luaran tambahan:
Respon alergi ssistemik L,14132
Kriteria hasil:
-Bunyi nafas tambahn menurun
-sekresi mukus menurun
Intervensi utama:
Manajemen jalan nafas I,01011
Tindakan:
Observasi:
-Monitor pola nafas
-Monitor suara nafas tambahan
-Monitor sputum
Terapeutik:
-Posisikan pasien
-Berikan minum hangat
-Lakukan fisiotherapi dada
Edukasi:
- anjurkan asupan 2000ml/hari
Kolaborasi:
-Kolaborasipemberian
bronkoilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu
2. Defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient (SDKI
HAL 56) Ditandai dengan:
Data objektif:
-Berat badan menurun minimal
Luaran utama: Status nutrisi L.03030
Kriteria Hasil:
-porsi makan yang dihabiskan
meningkat
-Berat badan membaik
-Nafsu makan membaik
Intervensi utama:
Manajemen nutrisi I.03119
Tindakan:
Observasi:
-identifikasi status nutrisi
-identifikasi alegi dan intoleransi makanan
-identifikasi makanan yang disukai
24
1 2 3 4
10% dibawah rentang ideal
-nafsu makan menurun
-identifikasi kebutuhan kalori dan nutrient
-Monitor asupan makanan
-monitor berat badan
Terapeutik:
-FAsilitasi menentukan pedoman diet(mis paramida
makanan)
-sajikan makanan secara menarik dan suhu ynag sesuai
-berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
-Berikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi:
-lanjutkan posisi duduk, jika mampu
-ajarkan diet yang diprogramkn
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkn, jika perlu.
3 Defisit pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya terpapar informasi
tentang penyakit (SDKI HAL
246) ditandai dengan:
-menanyakan masalah yang
terjadi
-keluarga klien tampak
khawatir dengan kondisi klien
-keluarga klien tampak
bertanya
Luaran utama:Tingkat pengetahuan
L.12111
Kriteria hasil:
-prilaku sesuai anjuran meningkat
-kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu topic
meningkat
-kemampuan menggambarkan
pengalaman sebelumnya yang sesuai
topic meningkat
- Perilaku sesuai pengetahuan
meningkat
Intervensi utama:Edukasi kesehatan I.12383
Tindakan:
Observasi:
-identifikasi kesiapan dan kemampuan menrima informasi
-identifikasi factor –faktor yang dapa meningkatkan dan
menurunkan motivasi prilaku hidup bersih dan sehat.
Terapeutik:
-sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
-jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
-berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi:
-jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi keshatan
-ajarkan prilaku hidup bersihdan sehat
25
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana dari
keperawatan,ada beberapa kompenen yangharus di perhatikan dalam
proses implementasi yaitu: komponen waktu, merupakan penjelasan kapan
implementasi dilakukan,meliputi hari, tanggal dan jam pelaksanaan.
Kompenen tindakan merupakan penjelasan mengenai apa saja yang
dilakukan terhadap pasien sesuai dengan intervensi keperawatan meliputi
tindakan observasi,therapeuti, edukasi dan kolaborasi, dan disesuaikan
dengan intervensi yang telah ditetapkan,(Budiono 2016)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yang
meliputi observasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang
sudah dilakukan, berfungsi sebagai indikator keberhasilan dari
impelementasi keperawatan dan merupakan indikator untuk perencanaan
tindakan keperawatan selanjutnya, untuk menyelesaikan masalah
keperawatan yang belum teratasi(Budiono 2016)