A. Kerangka Teori 1. 1. 1
Transcript of A. Kerangka Teori 1. 1. 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerangka Teori
1. Pengertian-pengertian umum
1. 1 Definisi instagram
Instagram adalah sebuah aplikasi untuk memotret, mengedit dan “menyebar” foto tersebut
ke komunitas pengguna instagram lainnya.1 Begitu pula dengan Instagram yang dapat
mengunggah foto dengan menggunakan jaringan internet, sehingga informasi yang disampaikan
dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram berasal dari kata “instan-telegram”.2
Berdasarkan pengertian instagram dalam forum Frequently Asked Question (FAQ) dari situs
resmi instagram, menjelaskan bahwa Instagram is a fun and quirky way to share your life with
friends through a series of pictures.3 untuk dapat menggunakan apilaksi instagram maka
diperlikan sebuah akun dan menyetujui Terms and Conditions dari pihak instagram.
1. 2 Akun Instagram Sebagai Virtual Property
Virtual secara sederhana dapat didefinisikan sebagai:4 a. Existing or resulting in essence or
effect though not in actual fact, form, or name; berarti terdapat atau menghasilkan esensi atau
efek meskipun tidak dalam kenyataan, bentuk, atau nama; b. Existing in the mind, especially as a
product of the imagination. Used in literary criticism of a text; yang berarti adalah terdapat
dalam pikiran, terutama sebagai produk dari imajinasi. Digunakan dalam kritik dari teks. c.
Computer Science Created, simulated, or carried on by means of a computer or
computernetwork. Yang berarti ciptaan computer, disimulasi atau dijalankan oleh komputer atau
1 Jubilee Enterprise, Instagram untuk Fotografi Digital dan Bisnis Kreatif, Elex Media Komputindo, Jakarta,2014,
hal.,2. 2 Miliza Ghazali, Buat Duit Dengan Facebook dan Instagram : Panduan Menjana Pendapatan dengan Facebook
dan Instagram, Loc.Cit. Hal., 8. 3 Instagram, “FAQ”, https://www.instagram.com/about/faq/, diakses pada tanggal 18 September 2019 Pukul 01:33
WIB. 4 The Free Dictionary, https://www.thefreedictionary.com/virtual diambil 13 November 2019, pukul 21:44 WIB.
jaringan komputer. Property, dapat diartkan sebagai:5 a. Something owned; a possession; yang
berarti sesuatu yang dapat dimiliki atau suatu harta. b. A piece of real estate; yang berarti adalah
bagian dari harta. c. Something tangible or intangible to which its owner has legal title; yang
berarti sesuatu yang berwujud atau tidak berwujud yang pemiliknya memiliki kepastian hukum.
d. Possessions considered as a group; yang berarti bagian dari kelompok harta.
Menurut Joshua A. T. Fairfield, virtual property adalah sebuah code yang dibuat
menggunakan sistem komputer dan internet yang berada di dunia cyber, dibentuk sedemikian
rupa dan diperlakukan sama dengan benda-benda yang ada di dunia nyata.6 Fairfield juga
menjelaskan macam-macam virtual property seperti akun email, website, Uniform Resource
Locator (URL), Chat Room atau ruang obrolan virtual, akun bank, akun media online.7 Selain
itu, Dr. Richard A. Bartle mengatakan bahwa virtual property adalah benda-benda virtual,
karakter, mata uang virtual, virtual estate, akun dan hal-hal lainnya yang meliputi: perizinan,
keanggotaan, peta, dan lain sebagainya.8 Maka berdasarkan hal tersebut, sebuah akun media
sosial dalam hal ini Akun Instagram dapat dikategorikan sebagai Virtyal Property.
2. Selebgram
1.1 Definisi Selebgram
Selebgram atau selebriti instagram atau dalam istilah lain dapat dikenal dengan Celebrity
Endorser seperti yang didefinisikan oleh McCracken, dimana Celebrity endoser is defined as any
individual who enjoys public recocnitin and who uses this recognition on behalf of a consumer
5 The Free Dictionary, https://www.thefreedictionary.com/property, diambil pada 13 November 2019, Pukul 22:57
WIB 6 Joshua A. T. Fairfield, Virtual Property (Boston University Law Review) Vol.85- 1047), Boston University,
Boston, 2005, hlm. 148. 7 Ibid, hlm. 1056-1058. 8 Richard A Bartle, Pitfalls Of Virtual Property, The Termis Group, 2004, hal. 5-7.
good by appearing with it an advesriment.9 Yang artinya, selebgram merupakan orang-orang
yang menikmati pengakuan publik oleh sebagian besar kelompok orang tertentu dan mereka
memiliki keunikan yang berbeda yang terkadang menggunakan pengakuan itu atas nama
konsumen baik dengan tampil bersama dalam iklan. Sedangkan menurut Shimp, endorser adalah
pendukung iklan atau yang dikenal juga sebagai bintang iklan untuk mendukung suatu produk.10
dan selebriti adalah tokoh (aktor, penghibur atau atlet) yang dikenal karena prestasinya di dalam
bidang-bidang yang berbeda dari produk yang đidukungnya.11 menurutnya Selebriti dipandang
sebagai individu yang disenangi oleh masyarakat dan memiliki keunggulan atraktif yang
membedakannya dari individu lain. Shimp berpendapat bahwa celebrity endorser adalah
menggunakan artis sebagai bintang iklan di media-media, mulai dari media cetak, media sosial,
maupun media telivisi.12
Selain kegiatan promosi menggunakan jasa celebrity endorser atau selebgram juga dikenal
dengan istilah influencer. Menurut Shane Barker, dimana dia juga sebagai digital marketing
konsultan dimana menutnya perbedaan utama antara celebrity endorser atau selebgram dan
influencer ialah “One major difference between celebrities and influencers is that influencers are
content creators. In the case of celebrity endorsements, the brand or marketing agency comes up
with an idea and a storyline for promoting the product. The celebrity only plays their role and
contributes their influence to the campaign.”13 Yang berarti, perbedaan antara selebgram dengan
influencer yakni influencer dikatakan sebagai konten creator (pembuat konten) akan tetapi,
9 Grant David McCracken, Research Affiliate Grant David McCracken, Culture and Consumption II: Markets,
Meaning, and Brand Management Volume 2 Culture and consumption, Grant David McCracken,Op.,Cit.,hal.,97. 10 A, Shimp,Terence, Periklanan Promosi & Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran.Terpadu, Jilid I edisi 5,
Erlangga, Jakarta, 2003, hal., 459. 11 Ibid, hal., 460. 12 Ibid. 13 Shane Braker, “Why is Influencer Marketing Better than Celebrity Endorsements?”, 31 Januari 2017,
https://shanebarker.com/blog/influencer-marketing-celebrity-endorsements/, diambil pada 25 Juli 2019 Pukul 17:30
WIB.
berdasarkan hal tersebut juga dapat diartikan bahwa kedudukan antara celebrity endorser dan
influencer dapat disamakan.
1.2 Selebgram dalam hukum Indonesia
Selebgram atau selebriti instagram dapat di kategorikan sebagi suatu subjek hukum,
penulis berpendapat bahwa selebgram juga merupakan subjek hukum karena, R, Soeroso,
menyebutkan bahwa Subjek Hukum adalah sesuatu yang menurut hukum berhak/ berwenang
untuk melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk bertindak
dalam hukum.14 Dia juga mendefinisikan bahwa subjek hukum adalah segala sesuatu yang
mempunyai hak dan kewajiban. R. Soeroso juga menyebutkan ada 2 macam pengertian orang
sebagai subjek hukum yakni Natuurlijk Person atau manusia dan Recht Person atau subjek
hukum dalam bentuk badan hukum. Maka selebgram dapat dikategorikan sebagai subjek hukum
karena selebgram termasuk Natuurlijk Person.15. Menurut Dyah Hapsari, Manusia adakah
pendukung hak dan kewajiban oleh karena itu, manusia adalah subjek hukum.16
Dari sisi perundang-undangan Pada dasarnya manusia mempunyai hak sejak dalam
kendungan (Pasal 2 KUH Perdata), namun tidak semua manusia mempunyai kewenangan dan
kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum, orang yang dapat melakukan perbuatan hukum
adalah orang yang sudah dewasa (berumur 21 tahun atau sudah kawin), sedangkan orang-orang
yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum adalah ; orang yang belum dewasa, orang yang
ditaruh dibawah pengampuan, seorang wanita yang bersuami (Pasal 1330 KUH Perdata). Akan
tetapi, apabila seorang selebgram melum memenuhi syarat kecakapan hukum agara dapat
14 14 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum. Cet. VII, Sinar Grafika, Jakarta. 2005, hal.,227-228. 15 Ibid. 16 Dyah Hapsari Prananingrum, Telaah Terhadap Esensi Subjek Hukum Manusia dan Badan Hukum, Refleksi
Hukum Jurnal Ilmu Hukum, Universitas Kristen Satyawacana, Vol 8 , No. 1, April 2014. Hal.,75.
dimintai pertanggung jawaban pidana , berdasarkan asas pada hukum pidana bahwa sanksi
pidana tidak dapat dialihkan.
Hal tersebut dapat dilihat pada pasal Pasal 55 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) ditegaskan bahwa pelaku tindak pidana yang bisa dikenakan pidana adalah:
1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan
perbuatan;
2. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan
kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan
memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya
melakukan perbuatan.
Pada dasarnya setiap manusia atau Natuurlijk Person memiliki kecakapan kecuali undang-
undang menyatakan lain. Kewenangan subjek hukum sangat terkait dengan kewenangan yang
dimiliki-nya berdasarkan peraturan yang ada. Masalah kecakapan dan kewenangan hukum
sangat terkait dengan sah tidaknya perbuatan hukum yang dilakukan subjek hukum tersebut.17
Dengan demikian seebgram sebagai manusia atau Natuurlijk Perso dapat dikategorikan sebagai
subjek hukum.
3. Endorsement
1.1 Definisi Endorsement
Endorsement berdasarkan KBBI yakni pengesahan, dukungan18, endorsement menurut
kamus oxford yakni the issue of full independence received overwhelming endorsement’
‘cheques requiring endorsement’ [count noun] ‘the package was regarded as an endorsement of
the government's reform programme’ ‘the entertainer made millions from Pepsi endorsements’
17 Dyah Hapsari Prananingrum, Telaah Terhadap Esensi Subjek Hukum Manusia dan Badan Hukum, Refleksi
Hukum Jurnal Ilmu Hukum, Universitas Kristen Satyawacana, Vol 8 , No. 1, April 2014. Hal.,76. 18 http://www.kamuskbbi.id/inggris/indonesia. diambil pada 9 September 2019 pukul 02:42 WIB.
Endorsement adalah suatu hubungan timbal-balik, dan bisa menjadi promosi yang
menguntungkan baik segi sang artis, maupun bagi produsen.19 Istilah “endorse” umum
digunakan masyarakat dalam menggambarkan aktivitas promosi produk yang dilakukan oleh
sosok terkenal dan berpengaruh seperti artis atau selebgram di media sosial, khususnya
Instagram.20
2. Produk Endorsement
2.1 Definisi produk
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperlihatkan, dipakai,
dimiliki atau dikonsumsukan.21 Definisi produk menurut Kolter yang dikutip M. Ananf
Firmansya dalam buikunya yakni produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan , dimiliki,
digunakan ataupun dikonsumsi sehingga mampu memuaskan keinginan dan kebutuhan termasuk
di dalamnya berupa fisik , tempat. Orang, jasa, gagasan, serta organisasi.22 Menurut H. Djasalim
Saladin, produk dapat diartikan ke dalam 3 pengertian yaitu:23
1. Dalam pengertian yang sempit, produk merupakan sekumpulan sifat fisik dan kimia
yang berwujud dan dihimpun dalam sebuah bentuk serupa dan telah dikenal.
2. Dalam pengertian yang luas, produk merupakan sekelompok sifat yang berwujud
maupun tidak berwujud yang di dalamnya memuat harga, warna, kemasan, prestice
pengencer, prestis pabrik, serta pelayanan yang diberikan oleh produsen dan pengencer
kepada konsumen atas apa yang diinginkannya.
19 David Ellefson, Making music your Bussines Panduan Memasuki Bisnis Musik, Gramedia Pustaka, Jakarta, 2003,
hal.,163. 20 https://www.labana.id/wp-content/uploads/2018/03/The-State-of-Influencer-Marketing-2018-in-Indonesia-Kupas-
Tuntas-Tren-Pemasaran-Endorse.pdf diambil 9 September 2019 Pukul 3:08 WIB 21 M. Anang Firmansyah, Pemasaran Produk adna Merek; Planning dan Strategy, Qiara Media,Pasuruan-Jawa
timur, 2019, hal., 1 22 Ibid, hal., 3 23 Ibid, hal., 3-4
3. Dalam pengertian secara umum , produk dapat diartikan secara ringkas sebagai setiap
hal yang mampu memenuhi dan juga memuaskan kebutuhan atau pun keinginan
manusia, baik memiliki wujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible)
2.2 Legalitas Produk
2.2.1 Perizinan
Legalitas suatu produk dapat dilihat dari perizinananya. Perizinan adalah pemberian
legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun
tanda daftar usaha. Izin ialah salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam hukum
administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku para warga.24 Selain itu izin juga dapat diartikan
sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan. Terdapat juga pengertian izin
dalam arti sempit maupun luas:25
a. Izin dalam arti luas yaitu semua yang menimbulkan akibat kurang lebih sama, yakni
bahwa dalam bentuk tertentu diberi perkenaan untuk melakukan sesuatu yang mesti
dilarang.
b. Izin dalam arti sempit yaitu suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan
tujuan agar ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenaan dapat dengan teliti
diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus.
Berdasarkan pertaturan BOPM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) mendefinisikan izin
edar. Izin Edar adalah izin untuk Obat dan Makanan yang diproduksi oleh produsen dan/atau
diimpor oleh importir Obat dan Makanan yang akan diedarkan di wilayah Negara Republik
Indonesia berdasarkan penilaian terhadap keamanan, mutu, dan kemanfaatan Selain itu, dalam
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Pelayanan
24 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya: Yuridika, 1993, hlm.2 25 Ibid., hlm. 2-3.
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Obat Dan Makanan pada Pasal 3 ayat
(1) Jenis perizinan sektor Obat dan Makanan terdiri atas permohonan:
a. Izin Edar Obat;
b. Izin Edar Obat Tradisional;
c. Izin Edar Suplemen Kesehatan;
d. Izin Edar Kosmetik;
e. Izin Edar Pangan Olahan;
f. Sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik;
g. sertifikat Cara Distribusi Obat yang Baik;
h. Surat Keterangan Ekspor Obat/Certificate of Pharmaceutical Product (CPP);
i. Analisa Hasil Pengawasan (AHP) Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi;
j. sertifikat Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik;
k. sertifikat Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik;
l. Surat Keterangan Ekspor Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik;
m. sertifikat Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik;
n. Surat Keterangan Ekspor pangan dan kemasan pangan; dan
o. Surat Keterangan Impor Obat dan Makanan
2.2.2 Legalitas produk berdasar BPOM
Badan pengawas obat dan makan ( BPOM) adalah sebuah lembaga di Indonesia yang
bertugas mengawasi peredaran obatobatan dan makan di Indonesia. Sistem pengawasan obat dan
makanan ( Sis POM ) yang efektif dan efesien yang mampu mendeteksi, mencegah dan
mengawasi produk-produk dnegan tujuan untuk melindungi keamanan, keselamatan dan
kesehatan konsumenya baik didalam maupun diluar negeri. Untuk itu telah dibentuk badan POM
yang memiliki jaringan nasional dan internasional serta kewenagan penegakan hukum dan
memiliki kredibilitas profesional yang tinggi. Menurut peraturan kepala badan pengawas obat
dan makanan RI nomor HK.00.05.1.23.3516 tentang edar produk obat, obat tradisional,
kosmetik, suplemen dan makanan. Dalam setiap kemasan makanan, obat-obatan dan kosmetik
ditemukan nomor izin edar BPOM. BPOM adalah badan resmi yang dibentuk oleh pemerintah
untuk mengawasi peredaran produk obat dan makanan, termasuk kosmetik di wilayah Indonesia.
BPOM berwenang memberikan atau menarik izin produksi terhadap suatu produk berdasarkan
hasil survei, penelitian dan pengujian terhadap suatu produk. Di Indonesia, setiap produk obat,
makanan, dan kosmetik yang diproduksi dan diedarkan di masyarakat harus memiliki izin
produksi dan izin edar dari BPOM. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan
Ke Dalam Wilayah Indonesia Pasal 1 Angka (14), izin edar adalah bentuk persetujuan
pendaftaran obat dan makanan yang diberikan oleh Kepala Badan untuk dapat diedarkan di
wilayah Indonesia. Hampir sama dengan yang tercantum dalam Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.1.23.3516 Tentang Izin Edar
Produk Obat, Obat Tradisional, Kosmetik, Suplemen Makanan dan Makanan yang bersumber,
Mengandung, Dari Bahan Tertentu dan atau Mengandung Alkohol Pasal 1 Angka (1), izin edar
adalah bentuk persetujuan registrasi bagi produk obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen
makanan, dan makanan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia agar produk tersebut secara sah dapat diedarkan di wilayah Indonesia. Dengan adanya
Izin Edar dari BPOM maka produsen tidak dapat seenaknya memproduksi sesuatu, apalagi yang
mengadung bahan berbahaya yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Serangkaian
proses panjang yang biasanya disebut proses registrasi produk harus dilalui untuk mendapatkan
nomor izin edar BPOM. kandungan bahan tersebut aman atau tidak, lolos uji dan sebagainya.
Jika sudah keluar nomor registrasinya akan diberi barcode.26
2.2.3 Kelayakan produk berdasar izin edar
Dalam pasal 20 ayat 1 UU No. 7 1996 menyebutkan Setiap orang yang memproduksi
pangan untuk diperdagangkan wajib menyelenggarakan sistem jaminan mutu, sesuai dengan
jenis pangan yang diproduksi. Selain pada sector pangan, permerintah junga mengeluarkan
aturan yang berisi keamanan untuk kosmetik yakni pada Peraturan yang di keluarkan oleh
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1176/MenKes/PER/VIII2010 tentang Notifiksai
Kosmetika passal 2, setiap kosmetika yang beredar wajib memenuhi standar dan/atau persyarat
mutu keamanan dan kemanfaatan sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan27 Menurut
Ondri Dwi Sampurno, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk
Komplemen BPOM, ada dua jenis kosmetik ilegal, yaitu kosmetik tanpa izin edar (TIE) dan
kosmetik palsu. Kosmetik yang tergolong kosmetik TIE adalah yang tidak memiliki nomor
notifikasi dari BPOM. Sedangkan kosmetik palsu adalah kosmetik yang dibuat dengan tidak
memenuhi kaidah cara pembuatan kosmetik yang baik (CPKB) dan menggunakan bahan-bahan
yang tidak seharusnya digunakan.28 Penggunaan produk tanpa ijin edar telah melanggar
ketenyuan hak-hak konsumen berdasar pasal 4 Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen yaitu, ha katas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa dan hak untuk mendapat informasi yang benar, jelas dan
jujur mengenai kondisi dan jaminann barang dan/atau jasa.
26 Priscilla Stevany, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang
Mencantumkan Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat Dan Makanan Palsu (Studi Pada : Bpom Medan), Skripsi,
Universitas Sumatera Utara, di ambil di http://repository.usu.ac.id pada Minggu, 8 September 2019 pukul 21:38
WIB 27 Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1176/MENKES/VIII/2010 tentang Notifikasi
Kosmetika. 28https://www.femina.co.id/trending-topic/ini-beda-kosmetik-ilegal-dan-kosmetik-palsu-janganterjebak-. Diakses
hari selasa, tanggl 9 September 2019 Pukul 00:00 Wib.
3. Pelaku Usaha
5.1 Definisi pelaku usaha
Produsen sering diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam
pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir, leveransir, dan pengecer profesional, yaitu
setiap orang/badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan
konsumen.29Definisi pelaku usaha berdasarkan pasal 1 ayat 3 UU No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan konsumen yakni “pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan
atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi”
5.2 Pelaku usaha Periklanan
Pelaku usaha periklanan merupakan perusahaan yang menjual jasa periklanan untuk
barang dan/atau jasa. Pelaku usaha dapat menggunakan jasa pelaku usaha periklanan dalam hal
pembuatan iklan suatu barang yang diproduksi pelaku usaha dan pelaku usaha periklanan akan
membuat iklan sesuai permintaan dari pelaku usaha yang akan ditayangkan pada media
periklanan. Pelaku usaha periklanan hanya memberikan ide-ide kreatif dan waktu penayangan
yang tepat bagi iklan tersebut, sedangkan keputusan tetap berada di tangan pelaku usaha.30
Kewajiban pelaku usaha periklanan diatur dalam Pasal 17 ayat (1) UUPK :
a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan,keguaan dan harga brang
dan/atau tariff jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa;
29 Harry Duintjer Tebbens, 1980, International Product Liability, Sijthoff & Noordhaff International Publishers,
Netherland, hlm. 4. 30 F. Indra Santoso A, Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dikaitkan Dengan Iklan-Iklan
Yang Menyesatkan Konsumen, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta, Juni 2010, hal.,41.
b. Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;
c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa;
d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa;
e. Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau
persetujuan yang bersangkutan;
f. Melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
periklanan”.
5.2.1 Selebgram sebagai pelaku usaha periklanan
Iklan dalam hukum positif Indonesia diatur secara sporadis dalam berbagai regulasi –
regulasi, diantaranya Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, Peraturan Pemerintah Nomor 69
Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan. Khusus dalam hal pertanggungjawaban pelaku
usaha periklanan dalam memberikan informasi yang lengkap dan benar secara garis besar diatur
dalam Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (yang
selanjutnya disingkat dengan UUPK), khusunya dalam Pasal 20 yang menyatakan bahwa
“pelaku usaha periklanan bertanggungjawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang
ditimbulkan oleh iklan tersebut”.
Merujuk pada ketentuan tersebut belum jelas siapa yang dimaksud dengan pelaku usaha
periklanan tersebut, lebih lanjut dalam penjelasan Pasal ini juga hanya dirumuskan frase cukup
jelas. Menurut A.Z Nasution, meskipun dalam Undang – undang tidak di jelaskan tentang siapa
pelaku usah periklanan itu, namun bila berpedoman pada Tata Krama dan Tata Cara Periklanan
Indonesia maka yang dimaksud dengan pelaku usaha periklanan itu adalah mereka yang terdiri
dari pengiklan, biro iklan, dan media periklanan.31 Pada tataran hukum di Indonesia yakni pada
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tidak dijelaskan secara jelas
siapa yang dimaksud dengan pelaku usaha periklanan, hanya saja pada pasal 20 disebutkan
bahwa pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang di produksi dan segala akibat
yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Selain itu berdasarkan EPI (Etika Pewira Indonesia)
disebutkan bahwa “Penganjur (endorser); ialah tokoh ataupun orang biasa yang ditampilkan
dalam sesuatu pesan periklanan untuk mengajak orang lain menggunakan atau mengkonsumsi
sesuatu produk yang diiklankan tersebut, tanpa mengesankan bahwa dia sendiri pernah
menggunakan atau mengkonsumsi produk terkait.”32 Dengan cara tersebut, seorang selebgram
dapat menawarkan jasanya dengan mengendorse. Selain itu, selebgram juga menawarkan jasa
paid promote. paid promote lebih bersifat ‘mempromosikan’ Contohnya, usaha X ingin
selebgram Y untuk mempromosikan akun X. Yang dilakukan Y adalah mengajak para
followersnya untuk follow akun usaha Y sekaligus membeli produk-produknya. Hal ini bisa
dilakukan lewat post foto di Instagram maupun story Instagram.33
4. Iklan
6.1 Definisi periklan
31 Anak Agung Sagung Ngurah Indradewi, 2014, Tanggung Jawab Yuridis Media Penyiar Iklan, Udayana
University Press, Denpasar, hal.167. 32 Dewan Periklan Indonesia, Etika Periwara Indonesia, Hal.,53. 33 Mary Angeline,” Dari Manakah Sumber Penghasilan Para Selebgram?”, Zalora, 2017,
https://thread.zalora.co.id/dari-mana-selebgram-mendapatkan-uang-26224f5d5a82, diambil pada 25 September
2019, Pukul 14:47 WIB
Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah
bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai
pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media.
Sedangkan periklanan (advertising) adalah segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk
melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa34
Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive yang diarahkan
kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya
yang semurah-murahnya35 Sedangkan iklan adalah promosi barang, jasa, perusahaan, dan ide
yang harus dibayar oleh sponsor36 Periklanan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang
didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk yang disusun
sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran
seseorang untuk melakukan pembelian37 Tindakan promosi yang dilakukan dengan endorse
selebgram tersebut beragam. Ada yang memang hanya menjalankan promosi, informasi produk
datag dari pengiklan itu sendiri dan selebgram hanya bertugas untuk mempromosikan di akun
pribadinya. Namun selebgram dapat pula melakukan iklan suatu produk dikarenaan pengiklan
hanya memberikan produk tersebut. Hal tersebut sangat tergantung terhadap kesepakatan kedua
belah pihak dan hal tersebut pula membawa konsekuensi tersendiri apabila terdapat materi iklan
yang menyimpang dari aturan apabila terdapat kerugian terhadap konsumen maka pihak yang
bertanggung jawab juga berbeda.
6.2 Fungsi periklan
34 Gary Amstrong, & Kotler Philip,. 2002. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 1, Alih Bahasa Alexander Sindoro dan
Benyamin Molan. Jakarta: Penerbit Prenhalindo. 35 Frank Jefkins, Periklanan,Jakarta: Erlangga, 1997,hal.,5. 36 Wahyu Supriyanto, Teknologi Informasi Perpustakaan, Kanisius, Yogyakarta, 2008, hal.,19. 37 Tjiptono, Fandy, Service Management Mewujudkan Layanan Prima, Edisi 2. Yogyakarta, 2011
Secara umum, periklanan dihargai karena dikelan sebagai pelaksana beragam fungsi
komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya, antara lain:38
1. Informing (memberi informasi)
Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, mendidik
mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan merek yang
positif. Karena merupakan suatu bentuk komunikasi yang efekti, kemampuan menjangkau
khalayak luas dengan biaya per kontak yang relatif rendah, periklanan memfasilitasi pengenalan
(introduction) merek-merek baru, meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek-merek yang
telah ada, dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA-top of mind
awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang matang. Periklanan
menampilkan peran informasi bernilai lainnya baik untuk merek yang diiklankan maupun
konsumennya dengan mengajarkan manfaat-manfaat baru dengan merek-merek yang telah ada.
2. Persuading (Persuasi)
Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba
produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang persuasi berbentuk mempengaruhi permintaan
primer, yakni menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Lebih sering iklan
berupaya mambangun permintaan sekunder, yakni pernintaan bagi merek-merek perusahaan
yang spesifik.
3. Reminding
Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan konsumen. Periklanan
yang efektif juga meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian
sebuah merek yang mungkin tidak akan dipilihnya. Periklanan lebih jauh, didemonstrasikan
38 A, Shimp,Terence, Periklanan Promosi & Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran.Terpadu, Jilid I edisi 5,
Erlangga, Jakarta, 2003, hal., 357
untuk mempengaruhi pengalihan merek (brand swictching) dengan mengingatkan para
konsumen yang akhir-akhir ini belum membeli suatu merek yang tersedia dan mengandung
atribut-atribut yang menguntungkan.
4. Adding Value
Terdapat tiga cara mendasar dimana perusahaan bisa member nilai tambah bagi
penawaran-penawaran mereka : inovasi, penyempurnaan kualitas, atau mengubah persepsi
konsumen. Ketiga komponen nilai-tambah tersebut benar-benar independen. Inovasi tanpa
kualitas adalah semata-mata hal yang baru. Persepsi konsumen tanpa kualiatas dan/atau inovasi
adalah semata-mata reklame yang berlebihan. Dan keduanya, inovasi dan kualitas, jika tidak
diterjemahkan ke dalam persepsi-persepsi konsumen, seperti suara pohon terkenal yang tumbang
dihutan yang kosong. Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi
persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang sebagai lebih
elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing
5. Bantuan untuk upaya lain perusahaan
Peran lain dalam periklanan adalah membantu perwakilan penjualan. Iklan mengawali
proses penjualan produk-produk perusahaan dan memberikan pendahuluan yang bernilai bagi
wiraniaga sebelum melakukan kontak personal dengan para pelanggan yang prospektif. Upaya,
waktu, dan biaya periklanan dapat dihemat karena lebih sedikit waktu yang diperlukan untuk
member informasi kepada prosperk tentang keistimewaan dan keuntungan produk. Terlebih lagi,
iklan melegitimasi atau membuat apa yang dinyatakan (klaim) oleh perwakilan penjualan
menjadi lebih kredibel (lebih dapat dipercaya).
6.3 Pihak dalam periklanan
Merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan penyampaian iklan.39 Berdasarkan EPI, pihak-pihak dalam periklanan adalah:40
1. Pengiklan; ialah pemrakarsa, penyandang dana, dan pengguna jasa periklanan.
2. Perusahaan Periklanan; ialah suatu organisasi usaha yang memiliki keahlian untuk
merancang, mengkoordinasi, mengelola, dan atau memajukan merek, pesan, dan
atau media komunikasi pemasaran untuk dan atas nama pengiklan dengan
memperoleh imbalan atas layanannya tersebut.
3. Media; ialah sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan periklanan kepada
konsumen atau khalayak sasaran.
4. Khalayak; ialah orang atau kelompok orang yang menerima pesan periklanan dari
sesuatu media.
5. Lembaga Penegak Etika; ialah organisasi independen dan nirpamong yang bertugas
dan berwenang untuk menegakkan etika periklanan, dan bernaung di bawah Dewan
Periklanan Indonesia atau asosiasi pengemban EPI.
6.4 Jenis-Jenis Iklan
Iklan sendiri adalah setiap bentuk komunikasi nonpersonal menegenai suatu organisasi,
produk, jasam atau ide yang dibayar oleh suatu sponsor yang diketahui.41 Pada pasal 1 UUPK
juga tidak didefinisikan iklan atau penyebarluasaan informasi suatu baran dan/atau jasa untuk
menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan sedang diperdagangkan.42
Menurut Etika Pewira Indonesia yang disebut juga EPI, iklan terbagi atas 3 kategori yakni, iklan
korporat,iklan layanan masyarakat, dan iklan promo program. Dewasa ini kita juga mengenal
39Kasali, Rhenal,. 1993. Manajemen Periklanan. Bandung PT Citra Aditya Bakti. 40 Dewan Pewira Indonesia, Etika Pewira Indonesia, hal.,14 41 Morrisan,Priklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, Kencana, Jakarta, 2007. 42 Ibid
istilah iklan testimoni. Dalam pengaturan EPI, iklan testimoni diartikan sebagai pernyataan
seseorang tentang pengalaman oleh seorang tokoh atapun orang biasa yang pernah mengunakan
atau mengkonsumsi produk tersebut.43 EPI, memberikan atauran terkait pemberian testimony
dari seseorang, yakni:44
1) Pemberian kesaksian hanya dapat dilakukan atas nama perorangan, bukan mewakili
lembaga, kelompok, golongan atau masyarakat luasa;
2) Kesaksian konsumen harus merupakan kejadian yang benar-benar dialami, tanpa
maksud melebih-lebihkannya;
3) Untuk produk-produk yang hanya dapat memberi manfaat atau bukti kepada
konsumennya dengan penggunaan yang teratur dan atau dalam jangka waktu tertentu,
maka pengalaman sebagaimana dimaksud dalam butir 2 diatas juga harus telah
memenuhi syarat-syarat ketentuan jangkwa waktu tersebut;
4) Kesaksian konsumen harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditanda
tangani oleh konsumen tersebut;
5) Identitas dan alamat pemberi kesaksian jika diminta oleh lembaga pengrrak etika, harus
dapat diberika secara lengkap. Pemberi kesaksian pun harus bisa dihubungi pada hari
dan jam kantor biasa.
B. Teori-Teori
1. Teori Hubungan Hukum
43 Dewan Periklanan Indonesia, Etika Pewira Indonesia, 2007, Hal., 52. 44 Ibid, Hal., 23
Hubungan hukum menurut Sudikno Mertokusumo hubungan hukum terdiri dari ikatan-
ikatan antara individu san masyarakat dan antar individu itu sendiri.45 Menurut Soeroso, Pada
prinsipnya hukum mengatur hubungan antara orang satu dengan yang lainnya. Semua hubungan
dalam masyarakat tidak mungkin di lepaskan dari hukum. Oleh karena itu Hubungan hukum
ialah hubungan antara dua atau lebih subyek hukum. Dalam hubungan hukum ini hak dan
kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban yang lain.46 Menurut Ishaq,
Hubungan hukum adalah setiap hubungan yang terjadi antara dua subyek hukum atau lebih di
mana hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban di pihak lain.47
Berdasarkan definisi tersebut, pada dasarnya hukum memiliki dua segi, yaitu segi
kekuasaan/kewenangan atau hak (bevoegheid) dan segi kewajiban (plicht). Hak dan kewajiban
ini timbul akibat adanya suatu peristiwa yang diatur oleh hukum seperti perikatan (verbintenis),
yang timbul akibat adanya suatu perjanjian (overeenkomst).48
1.1 Teori Perikatan sebagai Hubungan Hukum
Letak hukum perikatan dalam sistematika KUHPerdata dapat ditemukan dalam Buku III
KUH Perdata.49 Perikatan terjemahan dari istilah dalam bahasa Belanda verbintenis. Perikatan
artinya hal yang mengikat antara orang yang satu dan orang yang lain. Untuk istilah “hukum
perikatan” ini, dalam istilah hukum Belanda disebut dengan “verbintenis.” Istilah lain dalam
bahasa Indonesia adalah “hukum perhutangan.” Hukum perikatan ini sebenarnya dimaksudkan
seluruh perikatan yang terdapat dalam buku ke-3 di KUHPerdata Indonesia. Perikatan
merupakan hubungan hukum antara dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak
menuntut dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu. Apabila
45 Sudikno Merokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar,Liberty, Yogyakarta, 2007, hal.,40. 46 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum. Cet. VII, Sinar Grafika, Jakarta. 2005, hal., 269. 47 Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Cet. I. Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal., 84. 48 R.Soeroso,Loc.cit. 49 Dyah Hapsari dan Christina Tri Budhiyanti, Hukum Kontrak, Griya Media, Salatiga, 2018, hal.,32.
di masingmasing pihak hanya ada satu orang, sedangkan sesuatu yang dapat dituntut hanya
berupa suatu hal, dan penuntutan ini dapat dilakukan seketika, maka perikatan ini merupakan
bentuk yang paling sederhana.50
Dalam buku III BW tentang perikatan (Verbintenis) tidak memberikan definisi tentang apa
yang dimaksud dengan perikatan itu. Namun justru diawali dengan pasal 1233 BW mengenai
sumber-sumber perikatan yaitu kontrak atau perjanjian dan undang-undang. Dengan demikian,
kontrak atau perjanjian merupakan salah satu dari dua dasar hukum yang ada selain dari undang-
undang yang dapat menimbulkan perikatan.51
Menurut Sri Harini Dwiyatmi, Hukum perikatan memiliki sifat sebagai hukum pelengkap.
Artinya, apabila ada pihak yang mengatur sendiri atas perikatan yang dibuatnya maka itu
menjadi hukum bagi pihak-pihak yang membuatnya dan aturan dalam buku ketiga tentang
perikatan KUH Perdata bias disampingi atau tidak digunakan. Tetapi bila pihak tidak membuat
aturannya sendiri, maka buku ketiga ini berlaku sebagai hukum. 52
Dalam perikatan terdapat subjek. Subjek dari perikatan adalah dua individu atau lebih baik
pribadi maupun badan hukum. Dalam perikatan maupun kontrak dikenal mngenai prestasi.
Prestasi diatur dalam pasal 1234 KUHPerdata. Prestasi merupakan kewajiban yang berupa
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.53
Dalam perikatan ada hal yang mengikat, yakni peristiwa hukum. Peristiwa hukum tersebut
menciptakan hubungan hukum antara pihak yang satu dan pihak yang lain. Dalam hubungan
hukum tersebut, setiap pihak memiliki hak dan kewajiban timbal balik. Pihak yang satu
50 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005, hlm. 23. . 51 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian, Prenada Media, Jakarta, 2019, hal., 19. 52 Sri Harini Dwiyatmi, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grifika, Bogor, 2013, hal., 60. 53 Dyah Hapasari dan Christina Tri Budhiyanti, Op.,cit hal.,12
mempunyai hak untuk menuntut sesuatu terhadap pihak lainnya dan pihak lain itu wajib
memenuhi tuntutan itu, juga sebaliknya. .
1.2 Unsur-Unsur Perikatan
Terdapat empat unsur perikatan yakni:54
1. Hubungan hukum, artinya perikatan yang dimaksud disini adalah bentuk hubungan
hukum yang menimbulkan akibat hukum;
2. Bersifat harta kekayaan, artinya sesuai dengan tempat pengaturan perikatan di Buku
III BW yang termasuk di dalam sistematika HukumHarta Kekayaan (vermogens
recht), maka hubungan hukum yang terjalin antara para pihak tersebut berorientasi
pada harta kekayaan.;
3. Para pihak, dalam hubungan hukum tersebut melibatkan pihak-pihak sebagai subjek
hukum.
4. Prestasi, artinya dalam hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban-kewajiban
(prestasi) kepada para pihaknya (prestasi-kontra-prestasi), yang pada kondisi tertentu
dapat dipaksakan pemenuhannya, bahkan apabila diperlukan menggunakan alat
Negara.
2. Teori Perbuatan Melawan Hukum
2.1 Definisi perbuatan hukum
Perbuatan hukum adalah perbuatan subjek hukum yang ditunjukkan untuk menimbulkan
akibat hukum yang sengaja dikehendaki oleh subjek hukum.55 Pada asasnya akibat hukum ini
ditentukan juga oleh hukum. Unsur-unsur perbuatan hukum ini ditentukan juga oleh kenyataan
54 Agus Yudha Hernoko, Loc.cit. 55 Sudikno Merokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar,Op.,Cit.,hal.,51.
kehendak yang sengaja ditunjukan untuk menimbulkan akibat hukum.56 Perbuatan hukum dapat
bersifat aktif maupun pasif. Perbuatan hukum dapat dibagi menjadi perbuatan hukum sepihak
dan perbuatan hukum ganda. Perbuatan hukum sepihak hanya memerlukan kehendak dan
pernyataan kehendak untuk menimbulkan akibat hukum dari suatu subjek hukumsaja. Contoh
perbuatan hukum sepuhak misalnya penerimaan atau penolakan wasiat (pasal 1048, 1057 BW).57
Sedangkan perbuatan hukum ganda memerlukan kehendak dan pernyataan kehendak dari
sekurang-kurangnya dua subjek hukum yang ditunjukan kepada akibat hukum yang sama.
Contoh perbuatan hukum ganda adalah pembuatan perjanjian atau pendirian perseroan terbatas.58
2.2 Perbuatan melawan hukum
Perbuatan melawan hukum tidak hanya mencakup perbuatan yang bertentangan dengan
undang-undang pidana saja tetapi juga jika perbuatan tersebut bertentangan dengan undang-
undang lainnya dan bahkan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan
perundang-undangan dari perbuatan melawan hukum bertujuan untuk melindungi dan
memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan. Setiap perbuatan pidana selalu dirumuskan
secara seksama dalam undang-undang, sehingga sifatnya terbatas. Sebaliknya pada perbuatan
melawan hukum adalah tidak demikian. Undang-undang hanya menetukan satu pasal umum,
yang memberikan akibat-akibat hukum terhadap perbuatan melawan hukum. 59 Perbuatan
melawan hukum dalam bahasa Belanda disebut dengan onrechmatige daad dan dalam bahasa
Inggris disebut tort. Kata tort itu sendiri sebenarnya hanya berarti salah (wrong). Akan tetapi,
khususnya dalam bidang hukum, kata tort itu sendiri berkembang sedemikian rupa sehingga
berarti kesalahan perdata yang bukan berasal dari wanprestasi dalam suatu perjanjian kontrak.
56 Ibid. 57 Ibid. 58 Ibid hal.,52. 59 Rachmat Setiawan, Tinjauan Elementer Perbuatan Melawan Hukum, Alumni, Bandung, 1982, hlm. 15
Jadi serupa dengan pengertian perbuatan melawan hukum disebut onrechmatige daad dalam
sistem hukum Belanda atau di negara-negara Eropa Kontinental lainnya. Kata ” tort ” berasal
dari kata latin ” torquere ” atau ” tortus ” dalam bahasa Perancis, seperti kata ” wrong ” berasal
dari kata Perancis ” wrung ” yang berarti kesalahan atau kerugian (injury). Sehingga pada
prinsipnya, tujuan dibentuknya suatu sistem hukum yang kemudian dikenal dengan perbuatan
melawan hukum ini adalah untuk dapat mencapai seperti apa yang dikatakan dalam pribahasa
bahasa Latin, yaitu juris praecepta sunt luxec, honestevivere, alterum non laedere, suum cuique
tribuere (semboyan hukum adalah hidup secara jujur, tidak merugikan orang lain, dan
memberikan orang lain haknya).
2.3 Unsur-unsur perbuatan melawan hukum
Perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata), berbunyi: “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.” Dari bunyi Pasal tersebut, maka dapat
ditarik unsur-unsur PMH sebagai berikut:
1. ada perbuatan melawan hukum;
2. ada kesalahan;
3. ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan;
4. ada kerugian.
Unsur perbuatan melawan hukum tersebut ditafsirkan yakni:
1. Ada perbuatan melawan hukum
Kata perbuatan meliputi perbuatan positif, yang bahasa aslinya “daad” (Pasal 1365 KUH
Perdata) dan perbuatan negatif, yang dalam bahasa aslinya bahasa Belanda “nalatigheid”
(kelalaian) atau “onvoorzigtigheid” (kurang hati – hati) seperti ditentukan dalam Pasal 1366
KUHPerdata. Dengan demikian, Pasal 1365 KUHPerdata itu untuk orang–orang yang betul–
betul berbuat, sedangkan Pasal 1366 KUHPerdata itu untuk orang yang tidak berbuat.
Pelanggaran dua Pasal ini mempunyai akibat hukum yang sama, yaitu mengganti kerugian60
1. Perbuatan melawan hukum berarti adanya perbuatan atau tindakan dari pelaku yang
melanggar/melawan hukum. Sejak tahun 1919, ada putusan Mahkamah Agung Belanda
dalam kasus Arrest Cohen-Lindenbaum (H.R. 31 Januari 1919), yang kemudian telah
memperluas pengertian melawan hukum tidak hanya terbatas pada undang-undang
(hukum tertulis saja) tapi juga hukum yang tidak tertulis, sebagai berikut:61
2. Melanggar Undang-Undang, artinya perbautan yang dilakukan jelas-jelas melanggar
undang-undang.
3. Melanggar hak subjektif orang lain, artinya jika perbuatan yang dilakukan telah
melanggar hak-hak orang lain yang dijamin oleh hukum (termasuk tapi tidak terbatas
pada hak yang bersifat pribadi, kebebasan, hak kebendaan, kehormatan, nama baik
ataupun hak perorangan lainnya.
4. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, artinya kewajiban hukum baik
yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk hukum publik.
5. Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu kaidah moral (Pasal 1335 Jo Pasal 1337
KUHPerdata)
60 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal., 4. 61 Putusan Mahkamah Agung Belanda dalam kasus Arrest Cohen-Lindenbaum (H.R. 31 Januari 1919) ini telah
menjadi yurisprudensi dan sudah diketahui umum telah juga menjadi rujukan bagi hukum di Indonesia.
6. Bertentangan dengan sikap kehati-hatian yang sepatutnya dalam masyarakat.
Kriteria ini bersumber pada hukum tak tertulis (bersifat relatif). Yaitu perbuatan yang
dilakukan bertentangan dengan sikap yang baik/kepatutan dalam masyarakat untuk
memperhatikan kepentingan orang lain.
2. Unsur adanya Kesalahan
Untuk dapat dituntut berdasarkan perbuatan melawan hukum, pasal 1365 KUHPerdata
mensyaratkan adanya kesalahan, syarat 47 kesalahan ini dapat diukur secara objektif dan
subjektif. Secara objektif harus dibuktikan bahwa dalam keadaan seperti itu manusia yang
normal dapat menduga kemungkinan timbulnya akibat dan kemungkinan ini akan mencegah
manusia yang baik untuk berbuat atau tidak berbuat. Secara subjektif harus diteliti, apakah si
pembuat berdasarkan keahlian yang ia miliki dapat menduga akan akibat dari perbuatannya.62
Kesalahan ini ada 2 (dua), bisa karena kesengajaan atau karena kealpaan. Kesengajaan
maksudnya ada kesadaran yang oleh orang normal pasti tahu konsekuensi dari perbuatannya itu
akan merugikan orang lain. Sedang, Kealpaan berarti ada perbuatan mengabaikan sesuatu yang
mestinya dilakukan, atau tidak berhati-hati atau teliti sehingga menimbulkan kerugian bagi orang
lain63
3. Unsur adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan (Hubungan
Kausalitas)
Untuk memecahkan hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian,
terdapat dua teori, yaitu:64
1) Condition sine qua non (Von Buri)
62 R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Cetakan ke-6, Putra A Bardin, Bandung, 1999, hal., 84. 63 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum: Pendekatan Kontemporer, Loc.ci, Hal., 73 64 Ibid, hal.. 86-87
Menurut teori ini, orang yang melakukan perbuatan melawan hukum selalu
bertanggungjawab, jika perbuatannya condition sine qua non menimbulkan kerugian. Dalam
kehidupan sehari-hari, demikian juga redaksi Pasal 1365 KUHPerdata bahwa yang dimaksud
dengan sebab adalah suatu fakta tertentu. Akan tetapi dalam kenyataannya bahwa suatu peristiwa
tidak pernah disebabkan oleh suatu fakta saja, namun oleh fakta-fakta yang berurutan dan fakta-
fakta ini pada gilirannya disebabkan oleh fakta-fakta lainnya, sehingga merupakan satu mata
rantai daripada fakta-fakta kausal yang menimbulkan suatu akibat tertentu.
2) Adequate veroorzaking (Von Kries)
Menurut teori ini si pembuat hanya bertanaggung jawab untuk kerugian, yang selayaknya
dapat diharapkan sebagai akibat dari pada perbuatan melawan hukum. Terdapat hubungan
kausal, jika kerugian menurut aturan pengalaman secara layak merupakan akibat yang dapat
diharapkan akan timbul dari perbuatan melawan hukum.
4. Unsur adanya kerugian
Kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum dapat berupa:65
1) Kerugian materiil, dapat terdiri dari kerugian yang nyata-nyata diderita dan keuntungan yang
seharusnya diperoleh. Hoge Raad berulang-ulang telah memutuskan, bahwa Pasal 1246-
1248 KUHPerdata tidak langsung dapat diterapkan untuk kerugian yang ditimbulkan oleh
perbuatan melawan hukum, akan tetapi penerapan secara analogis diperkenankan. Pada
umumnya diterima bahwa si pembuat perbuatan melawan hukum harus mengganti kerugian
tidak hanya untuk kerugian yang nyata-nyata diderita, juga keuntungan yang seharusnya
diperoleh;
2) kerugian idiil, perbuatan melawan hukum pun dapat menimbulkan kerugian yang bersifat
idiil: ketakutan, sakit, dan kehilangan kesenangan hidup.
65 Ibid, hal., 85-86
2.4 Kategori perbuatan melawan hukum
Perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad) diatur dalam Buku III KUHPerdata.
Rumusan perbuatan melawan hukum terdapat pada Pasal 1365 KUHPerdata yaitu: “Tiap
perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan orang
yang karena kesalahannya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut” Menurut
Pasal 1365 KUHPerdata, yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum adalah perbuatan
yang melawan hukum yang dilakukan oleh seorang yang karena salahnya telah menimbulkan
kerugian bagi orang lain. Dalam ilmu hukum dikenal 3 (tiga) katgori perbuatan melawan hukum,
yaitu sebagai berikut :66
a. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan.
b. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan maupun kelalaian)
c. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian.
3. Teori pertanggung jawaban
3.1 Definisi tanggung jawab
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab adalah kewajiban
menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan
diperkarakan. Dalam kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu keseharusan bagi seseorang
untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya.67 Menurut hukum tanggung jawab
adalah suatu akibat atas konsekuensi kebebasan seorang tentang perbuatannya yang berkaitan
dengan etika atau moral dalam melakukan suatu perbuatan.68Tanggung jawab adalah wajib,
menanggung, wajib memikul beban, wajib memenuhi segalaakibat yang timbul dari perbuatan,
66 Ibid,hal. 3. 67 Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, 2005. 68 Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm.
rela mengabdi, dan rela berkorban untuk kepentingan pihak lain.69Menurut Titik Triwulan
pertanggung jawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang menyebabkan timbulnya hak
hukum bagi seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban
hukum orang lain untuk memberi pertanggungjawabannya.70
Menurut hukum perdata dasar pertanggungjawaban dibagi menjadi dua macam, yaitu
kesalahan dan risiko. Dengan demikian dikenal dengan pertanggungjawaban atas dasar
kesalahan (lilability without based on fault) dan pertanggungjawaban tanpa kesalahan yang
dikenal (lilability without fault) yang dikenal dengan tanggung jawab risiko atau tanggung jawab
mutlak (strick liabiliy).71
3.2 Teori tanggung jawab hukum
Hans kalsen mengemukakan dalam teorinya mengenai pertanggung jawaban , yaitu
sesorang bertanggung jawab secara hukum terhadap suatu perbuatan tertentu, atau karna ia
memikul tanggung jawab hukum tersebut, berarti ia bertanggung jawab apabila ia melakukan
suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum.72 Menurut Abdulkadir Muhammad teori
tanggung jawab dalam perbuatan melanggar hukum (tort liability) dibagi menjadi beberapa teori,
yaitu :73
a. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja
(intertional tort liability), tergugat harus sudah melakukan perbuatan sedemikian rupa
sehingga merugikan penggugat atau mengetahui bahwa apa yang dilakukan tergugat akan
mengakibatkan kerugian.
69 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti Bandung, 2000, hal.,94. 70 Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2010, hlm 48. 71 ibid. hlm. 49 72 Hans Kelsen, Genenral Theory of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum
Normatif sebagai Ilmu Hukum Deskriptif empiric, Penerjemah Somardi, BEE Media, Jakarta, 2013, hal., 95. 73 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, 2010, hlm. 503.
b. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan karena kelalaian
(negligence tort lilability), didasarkan pada konsep kesalahan (concept of fault) yang
berkaitan dengan moral dan hukum yang sudah bercampur baur (interminglend).
c. Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum tanpa mempersoalkan
kesalahan (stirck liability), didasarkan pada perbuatannya baik secara sengaja maupun tidak
sengaja, artinya meskipun bukan kesalahannya tetap bertanggung jawab atas kerugian yang
timbul akibat perbuatannya.
3.3 Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab
Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum
perlindungan konsumen. Secara umum prinsip-pronsip tanggungjawab dalam hukum dapat
dibedakan sebagai berikut:74
1. Prinsip pertanggung jawaban berdasarkan unsur kesalahan (Liability Based On Fault)
Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (Fault liability) atau (liability based
on fault) adalah prinsip yang cukup umum yang berlaku dalam hukum pidana dan perdata.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya pasal 1365,1366, dan 1367, prinsip ini
dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintai pertanggung
jawaban secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Secara Common Sense, asas
pertanggung jawaban ini dapat diterima karena adalah adil bagi ornag yang berbuat salah untuk
mengganti kerugian bagi pihak korban. Mengenai pembagian beban pembuktiannya, asas ini
mengikuti ketentuan pasal 163 Herziene Indonesische Reglement (HIR) atau pasal 283
Rechtsreglement Buitengewesten (RBG) dan pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Disitu dikatakan, barang siapa yang mengaku mempunyai suatu hak harus membuktikan adanya
hak atau peristiwa itu (actorie incumbit probatio)
74 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Loc.Cit hal., 72.
2. Prinsip Praduga untuk selalu bertanggung jawab (Presumption of liability principle)
Prinsip ini menyatakan, tergugat dianggp selalu bertanggung jawab (preseumption of
liability principle), sampai ia dapat membuktikan ia tiak bersalah. Jadi beban pembuktian berada
pada si tegugat. Berkaitan dengan prinsip tersebut, tampak beban pembuktian terbalik (omkering
van bewijlast) diterima pada prinsip tersebut. Undang-undang perlindungan konsumen Indonesia
juga mengadopsi system pembuktian terbalik ini, sebagaimana ditegaskan dalam pasal 19, 22,
23.75
3. Prinsip praduga unruk tidak selalu bertanggung jawab (presumption of monsbility
principle)
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip praduga untuk tidak selalu
bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan
pembatasan demikian secara common sense dapat dibenarkan.
4. Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability)
Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) sering diidentfikasikan dengan prinsip
tangggung jawab absolut (absolute liability). Menurut R.C Hoeber, biasanya prinsip tanggung
jawab mutlak ini diteapkan karena (1) konsumen tidak dalam posisi menguntungkan untuk
membuktikan adanya kesalahan dalam suatu proses produksi dan distribusi yang kompleks, (2)
diasumsikan produsen lebih dapat mengantisipasi jika sewaktu-waktu ada gugatan atas
kesalahannya, misalnya dengan asuransi atau dengan menambah komponen biaya tertentu pada
harga produknya, (3) asas ini dapat memaksa produsen lebih berhati-hati. Prinsip tanggung
jawab mutlak dalam perlindungan konsumen secara umum digunakan untuk menjerat pelaku
usaha khususnya produsen barang, yang memasarkan produknya yang merugikan konsumen.
5. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (Limitation of liability principle)
75 Lihat ketentuan pasal 28 UU Perlindungan Konsumen.
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitatiton of liability principle) merupakan
prisip yang sangat disukai oleh pelaku usaha untuk dicantumkan dalam klausula eksonerasi
dalam pertanjian standar yang dibuatnya. Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan
konsumen bila diterapkan secara sepihak oleh pekau usaha. Jika ada pembatasan mutlak harus
berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang jelas.
C. Temuan Data
C.1 Pertanggung Jawaban Selebgram Terhadap Produk Endorsement
Berdasarkan wawancara penulis dengan salah satu selebgram yang berdomisili di
Yogyakarta yang bernama Gayatri pada 22 Oktober 2019. Pada kegiatan endorsement
dengan selebgram tersebut ialah Gayatri Hutami Putri dengan akun instagram @gayaatri
dengan jumlah pengikut atau Folowers 42,421 ribu pada akun instagramnya, mengatakan
bahwa untuk kegiatan endorsement dengan brand Nasional terdapat kontrak tertulis. Akan
tetapi untuk kerjasama dengan dengan online shop pada umumnya hanya menggunakan
kesepakatan pada akun line at (line@) milik Gayatri tersebut. Selain itu, narasumber juga
menjelaskan bahwa ketika menjalani kerja sama endorsement terdapat beberapa ketentuan
yang telah disepakati bersama dengan clientnya tersebut yakni tidak mengambil
endorsement yang serupa dalam jangka waktu sebulan, selain itu, perihal caption76 dan
bagaimana teknis dalam endorse itu sendiri seperti tema dari endorse tersebut. Selain itu,
perihal kontrak endorsement, narasumber juga menjelaskan isi dari kontrak tersebut.
Dimana, kontrak tersebut berisi tentang apa saja yang selebgram (dalam hal ini Gayatri)
akan dapatkan (fee) dan apa saja yang client akan peroleh. Akan tetapi, dari penggalian data
76 Caption adalah penjelasan yang disisipkan pada sebuah gambar. Kata ini banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti pada dunia jurnalistik atau fotografi, caption didefinisikan sebagai keterangan untuk
mendeskripsikan gambar yang ditampilkan.
secara in depth interview narasumber menunjukkan kontrak tertulisnya, tetapi dalam
penelitian ini penulis tidak memperoleh kontrak tersebut, tetapi bisa membacanya. 77
Selain melakukan wawancara bersama dengan Gayatri, penulis juga melakukan wawncara
dengan seorang selebgram yang dulunya aktif menerima endorsement yakni Regina Eldinia
Rahayu, dengan akun instagram @reginaeldinia dengan jumlah pengikut atau followers 40,775rb
pada akun instagrmnya, yang berdomisili di Bandung. Penulis melakukan kegiatan wawancara
melalui Direct Message pada aplikasi Twitter. Narasumber menjelaskan, untuk melakukan
kegiatan endorsement itu sendiri tidak menggunakan kontrak tertulis seperti yang dilakukan
narasumber sebelumnya, akan tetapi hanya melalui contact person yang disediakan. Narasumber
juga menjelaskan, sekalipun tidak menggunakan kontrak tertulis hanya terdapat kesepakatan
bersama, juga terdapat Statement of Work (SOW)78 dan Syarat dan Ketentuan. Narasumber
menjelaskan bawa terdapat beberapa ketentuan yang dibuat atas dasar kesepakatan bersama
dengan client (seller/pihak yang ingin melakukan kerjasama endorsement) diantaranya,
kesepakatan mengenai caption, tema dan bentuk endorsement itu sendiri. Dimana, kesepakatan
tersebut juga berpengaruh terhadap fee yang akan mereka dapatkan. Selain itu, narasumber juga
menjelaskan mengenai kesepakatan terhadap produk apa saja yang akan diendorse. Untuk yang
berkaitan dengan produk, beliau sangat berhati-hati dalam kegiatan enodorsement khususnya
produk kecantikan.79
Selain kedua narasumber tersebut, penulis juga melakukan kegiatan wawancara melalui
Direct Message pada aplikasi Instagram oleh Dian Indri, yang dalam hal ini Narasumber
77 Hasil wawancara penlis pada 22 Oktober 2019 78 STATEMENT OF WORK (SOW) adalah deskripsi dari pekerjaan yang diinginkan untuk pengadaan
(diambilhttp://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Chapter_12_Manajemen_Pengadaan_dalam_Proyek.pdf pada 30
Oktober 2019 Pukul 1:22 WIB) 79 Hasil wawancara penulis pada 28 Oktober 2019
meminta penulis untuk tidak mencantumkan akun instagramnya. Narasumber pernah melakukan
kegiatan endorsement menggunakan produk yang tidak memiliki legalitas (tidak memiliki
BPOM), hal tersebut diakui olehnya jika dia pernah melakukan endorsement terhadap produk
pemutih wajah. Awlanya, Dian mendapatkan tawaran untuk mengendorse produk tersebut dan
mendapatkan fee yang tidak disebutkan olehnya tanpa adanya syarat atau term and conditons
tertentu. Endorse yang dilakukan dengan membuat sebuah cerita (IG Stories) dan menggunggah
pada akun instagramnya tanpa adanya permintaan khusus atau dalam artian ide kreasi terhadap
endorsement tersebut dibuat atas dasar ide dan kreasi Dian tersebut. Beliau melakukan enodrse
produk pemutih tersebut sebelumnya tidak dicoba terlebih dahulu dengan alasan salah satu teman
Dian merupakan pengguna produk tersebut juga yang mengakibatkan beliau (Dian) mempercayai
produk tersebut, selain itu, beliau berpikir apabila mencoba produk tersebut terlebih dahulu akan
memakan waktu yang lama atau dianggap kurang efektif.
C.2 Bentuk Tanggung Jawab Selebgram Terhadap Produk Endorsement
Pada temuan data untuk analisis rumusan masalah kedua, penulis masih melakukan
wawancara bersma dengan narasumber seperti pada temuan data pertama yang dimulai dengan
narasumber Gayatri Hutami Putri dengan akun instagram @gayaatri. Beliau mengungkapkan
mengenai pertanggung jawaban terhadap endorsement yang dilakukannya yakni ketika
melakukan endorsement terhadap suatu produk, maka dalam kurun waktu 30 hari atau sebulan
dia (Gayatri) tidak menerima endorsement dengan produk yang mirip dengan apa yang terlebih
dahulu di endorsenya dan dengan konsekuensi apabila dia melanggar hal tersebut maka beliau
harus membayar atau mengembalikan semua fee yang telah dibayarkan kepadanya. Selain itu,
Gayatri juga mengungkapkan adanya rasa tanggung jawab terhadap followersnya atau
pengikutnya ketika menerima tawaran endorse yang menyebabkan beliau sangat memilah produk
yang akan dia endorse. Gayatri juga mengungkapkan bahwa, dia kerap kali menerima tawaran
endorse berupa produk seperti pemutih, pelanging dan juga tawaran endorse produk minyak
seperti minyak bulus. Akan tetapi, beliau tidak mengambil tawaran tersebut dikarenakan belum
adanya legalitas pada produk yang ditawarkan kepadanya, selain itu, kesadaran akan pengaruh
dari endorsement juga menjadi alasan beliau untuk tidak menerima endorse produk tersebut.
Selain hal tersebut, beliau juga mengungkapkan bahwa alasan kenapa menolak untuk menerima
tawaran endorsement tersebut yakni adanya ketakutan untuk mencoba produk yang langsung
dengan badan. Karna menurut beliau, sebelum dia melakukan endorse pada suatu produk, beliau
akan mencoba produk tersebut.
Selain narasumber pertama, Regina Eldinia Rahayu, dengan akun instagram @reginaeldinia
juga mengungkapkan mengenai pertanggung jawabannya terhadap seller atau client ketika
melakukan kegiatan endorsement, beliau mengungkapakan bentuk pertanggung jawabananya
yakni dengan mengembalikan seluruh fee yang telah dibayarkan kepadanya. Selain itu, sama
seperti narasumber pertama, beliau juga pernah mendapatkan tawaran untuk mengendorse
produk pemutih seperti Cream HN. Akan tetapi, beliau tidak menerima tawaran tersebut dengan
alasan produk tersebut tidak memiliki jaminan keamanan atau tidak memiliki legalitasnya.
Beliau juga mengungkapkan bahwa sebelum melakukan kegiatan endorsement, beliau akan
menggunakan produk tersebut.
Untuk narsumber yang ketiga, Dian Indri saat ditanya mengenai pertanggung jawaban akibat
endorsement yang dilakukannya, beliau merasa tidak ada keterkaitannya antara kegiatan endorse
yang dilakukannya dengan kerugian konsumen yang membeli produk akibat endorse yang
dilakukannya. Beliau beranggapan bahwa ketidak cocokan produk atau efek samping dari sebuah
produk pada masing-masing orang itu berbeda. Beliau juga menegaskan bahwa sebagai
konsumen juga harusnya berhati-hati dalam memilih sebuah produk, karena reaksi sebuah
produk pada kulit seseorang itu berbeda-beda dan hal ini dianggap wajar olehnya. Jadi, beliau
merasa tidak bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukkannya (endorsement).
D. Analisis
1. Pertanggungjawaban Selebgram Terhadap Produk yang Ditawarkan
Di Indonesia, belum adanya aturan yang mengatur secara eksplisit mengenai endorsement
yang mengakibatkan para selebgram di Indonesia menerima tawaran untuk di endorse beberapa
produk yang masuk kategori menyesatkan. Akan tetapi, Inggris dan Amerika telah
mengeluarkan aturan mengenai etika para selebgram terhadap endorsement. Di Amerika dengan
adanya Federal Trade Commission 16 CFR Part 255 Guides Concerning the Use of
Endorsements and Testimonials in Advertising dan The Competition and Markets Authority
(CMA) agar mereka mengatakan kalau mereka dibayar untuk mengunggah produk di akun
instagram mereka. Dan di Inggris, telah menerapkan aturan yang sama yakni dengan
mengeluarkan surat panggilan untuk Ellie Goulding,Rita Ora, Alexa Chung, Rosie Huntington-
Whiteley, Michelle Keegan , Millie Mackintosh dan Megan McKenna dan beberapa nama
lainnya yang dipanggil oleh The Competition and Markets Authority (CMA) agar mereka
mengatakan kalau mereka dibayar untuk mengunggah produk di akun instagram mereka “The
Competition and Markets Authority (CMA) has secured formal commitments from 16 celebrities
to ensure they will now say clearly if they have been paid or received any gifts or loans of
products which they endorse.”80 Menurut penulis, kedua Negara tersebut menjadikan selebgram
memiliki tanggung jawab terhadap endorsement mereka.
Sendangkan dari tataran hukum di Indonesia, belum adanya aturan yang eksplisit yang
menegaskan bahwa selebgram bertanggung jawab, maka untuk penulis menganalisis apakah
mereka bertanggung jawab maka, penulis mengklasifikasikan selebgram terhadap dua kategori,
80 https://www.gov.uk/government/news/celebrities-pledge-to-clean-up-their-act-on-social-media diambil pada 17
Juni 2019 Pukul 15:11 WIB
yang pertama adalah selebgram yang memiliki kedudukan sebagai pelaku usaha periklanan dan
yang kedua selebgram sebagai individu pemilik akun instagram.
a. Kedudukan Selebgram sebagai pelaku usaha periklanan
Berdasarkan salah satu skripsi yang ditulis oleh Rahmania Fathorani yang berjudul Analisa
Yuridis Tentang Selebgram Sebagai Pelaku Usaha Periklanan. Dimana, selebgram yang
memanfaatkan akunnya untuk jasa endorsement bekerja atas perjanjian yang telah dibuatnya
dengan pelaku usaha baik mengenai tarif jasa endorsement, jenis produk, dan jumlah produk
yang akan dikirimkan kepada selebgram.81 Bentuk perjanjian antara selebgram dengan pelaku
usaha tunduk pada pasala 1313 BW yang menyebutkan suatu persetujuan adalah suatu perbuatan
dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih. Tindakan promosi
yang dilakukan selebgram tersebut beragam, ada yang memang hanya menjalankan promosi
namun semua ide, bentuk promosi, infoemasi produk datang dari pengiklan itu sendiri dan
selebgram hanya bertugas mempromosikan di akun pribadinya saja. Namun selebgram dapat
pula melakukan iklan suatu produk atas idenya sendiri karena memang pengiklan hanya
menyerahkan produknya tanpa ada arahan khusus. Hal tersebut tergantung dari syarat dan
ketentuan yang telah dibuat oleh selebgram terkait jasanya sebagai endorser, sehingga pelaku
usaha sebagai pihak pengiklan dapat memilih bentuk perjanjian seperti apa yang hendak
dilakukannya sengan selebgram. Terkait hal ini tentu membawa konsekuensi tersendiri apabila
terdapat materi iklan yang menyimpang dan menyalahi aturan karena pihak yang bertanggung
jawab apabila muncul kerugian konsumen akan berbeda.
Selebgram yang hanya menerima produk dan materi iklan dari pelaku usaha dapat dikatakan
bahwa dia bertindak hanya sebagai model atau dalam EPI mereka disebut sebagai rekan lain
81 Rahmania Fathorani, Analisa Yuridis Tentang Selebgram Sebagai Pelaku Usaha Periklanan, Skripsi, Universitas
Airlangga, Surabaya, 2019.
yang bertugas melaksanakan sebagian kegiatan periklanan. Sementara bagi para selebgram yang
membuat suatu iklan produk atas ide dan kreasinya sendiri, sementara pengiklan hanya memberi
informasi umum mengenai produknya tanpa ada arahan khusus bagaimana iklan tersebut
hendaknya dibuat maka, posisi selengram dilihat dari tugasnya dapat dipersamakan dengan
perusahaan periklanan yang tugasnya adalah memproduksi sebuah iklan. Penulis setuju dengan
analisis pada skripsi tersebuyn yang memberikan klasifikasi terhadap selebgram yang melakukan
produksi iklan didudukkan sebagai pelaku usaha periklanan.
Dalam hal ini, Gayatri Hutami Putri dengan akun instagram @gayaatri, juga mengungkapkan
bahwa dalam melakukan kegiatan endorse, dia hanya mendapatkan beberapa inti dari produk
yang akan dipromosikannya selanjutnya untuk bagaimana tema dari endorsemen tersebut
ditentukan olehnya.82 Selain bersama dengan Gayatri, penulis juga mewawancarai seorang
selebgram yang bernama Regina Eldinia Rahayu, dengan akun instagram @reginaeldinia, beliau
(Regina) juga mengaku kepada penulis bahwa untuk melakukan kegiatan endorsement, tidak
menggunakan kontrak tertulis akan tetapi menggunakan kesepakatan melalui kontak beliau. Kata
“sepakat” dalam hal ini, penulis mengartikan bahwa untuk melakukan endorsement dengan
perjanjian tidak tertulis, karena adanya kata sepakat yang sebagaimana dalam pasal 1320
KUHPerdata yang merupakan syarat sahnya suatu perjanjian maka, penulis berpendapat “kata
sepakat” yang dilakukan oleh Regina dapat dijadikan dasar dari perjanjian tidak tertulis. Regina,
dalam melakukan perjanjian endorse, juga memberikan kebebasan kepada Seller pihak yang
membutuhkan jasa endorse, bagaimana teknis endorse yang akan dilakukannya. Selain Regina,
Dian sebagai narasumber ketiga dalam skripsi ini juga tidak menggunakan perjanjian tertulis dan
membebaskan beliau untuk berkreasi terhadap endorsement yang dilakukannya. Akan tetapi,
setiap narasumber mengaku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang mereka posting pada
82 Wawancara Penulis
akun instagram mereka, karena mereka bernaggapan bahwa setiap produk memiliki reaksi yang
berbeda. Akan tetapi, pendapat mereka tidak sejalan dengan pendapat penulis. Penulis yang
sependapat dengan skripsi yang ditulis oleh Rahmania Fathorani yang berjudul Analisa Yuridis
Tentang Selebgram Sebagai Pelaku Usaha Periklanan bahwa seorang selebgram yang
memproduksi iklan sendiri, sebagaimana telah dijelaskan penulis di atas, maka perbuatan
selebgram tersebut dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum. Dimana, tindakan perbuatan
melawan hukum itu sediri dapat terjadi karena adanya suatu perikatan (verbintenis) ataupun
karena undang-undang.
Dalam kasus endorsement, dimana selebgram yang memproduksi iklan tersebut terjadi
karena adanya Undang-Undang yakni pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen pada pasal
17 ayat (1) dan pasal 20 terkait dengan pelaku usaha periklanan yang menyebutkan bahwa
pelaku usaha periklanan bertanggung jawab terhadap iklan yang dibuatnya. Maka dalam hal ini
dapat dikatakan pula bahwa selebgram yang dikategorikan sebagai pelaku usaha periklanan
bertanggung jawab terhadap iklan yang telah dibuatnya.
b. Kedudukan Akun Instagram sebagai Benda
Seorang selebgram dapat dikatakan sebagai pelaku usaha periklanan akan bertanggung
jawab sebagaimana aturan terkait pertanggung jawaban pelaku usaha periklanan. Akan tetapi,
terdapat selebgram yang bukan pelaku usaha periklanan. Penulis mengkalsifikasikan selebgram
sebagai individu yang memiliki akun instagram dan memanfaatan akun tersebut untuk
melakukan kegiatan endorsement. Jika selebgram yang dapat dikategorikan sebagai pelaku
usaha periklanan yakni selebgram yang memiliki ide dan kreasi terhadap iklan tersebut, maka
terdapat pula kategori selebgram yang ketika melakukan kegiatan endorsement, dia hanya
mengikuti arahan dari clientnya, atau dalam hal ini disebut pihak yang membutuhkan jasa
endorse. Hal tersebut seperti yang dijelaskan salah satu narasumber penulis yakni Regina,
dimana dia pernah menerima bentuk kerjasama endorsement dengan pihak client atau seller yang
menentukan segala ide dari endorsement tersebut. Maka untuk mengetahui apakah selebgram
seperti ini bertanggung jawab, maka penulis menggunakan akun instagram sebagai benda yang
memili hak kebendaan untuk mengetahui hal tersebut. Pada dasaranya, akun instagram dapat
diklasfikasi sebagai sebuah beda dimana dikenal dengan istilah virtual property. Joshua A. T.
Fairfield menjelaskan, bahwa virtual property sebuah code yang dibuat menggunakan sistem
komputer dan internet yang berada di dunia cyber, dibentuk sedemikian rupa dan diperlakukan
sama dengan objek-objek yang ada di dunia nyata.83Macam-macam virtual property adalah akun
email, website, Uniform Resource Locator (URL), Chat Room atau ruang obrolan virtual, akun
bank, akun media online.84 Fairfield juga mengatakan mengatakan bahwa virtual property
memiliki 3 (tiga) sifat, yaitu Rivalrousness, Persistence, dan Interconnectivity.85 Rivalrousness
maksudnya adalah eksklusif, yaitu tidak dapat digunakan oleh orang lain selain si pemilik virtual
property, Persistence artinya adalah tetap, yaitu virtual property tetap akan ada dan tidak akan
berubah, dan Interconnectivity artinya adalah saling terhubung, yaitu setiap virtual property
saling terhubung antara satu dengan yang lainnya melalui teknologi komputer dan internet.
Fauzi Waskitho dalam skripsinya menyimpulkan virtual property merupakan kode-kode
pada teknologi komputer yang dibuat berdasarkan rumus algoritma dengan sedemikian rupa dan
dibuat dengan meniru objek-objek yang ada pada dunia nyata. Dibuat dengan meniru objek-
objek yang ada pada dunia nyata dikarenakan objek-objek virtual ini hanya muncul pada sebuah
83 Joshua A. T. Fairfield, “Virtual Property”, Boston University Law Review, Vol. 85:1047, hal. 148. 84 Ibid, hal. 1056-1058. 85 Op. Cit, hal. 1053-1054
dunia yang juga diciptakan melalui teknologi komputer yaitu Dunia siber. Dunia siber ini pun
merupakan dunia yang tidak nyata atau virtual.86
Selain itu, Indtagram dapat dikategorikan sebagai benda dalam kedudukan hukum benda di
Indonesia juga telah tersirat dalam KUHPerdata. Jika dicermati pada Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yakni pada Buku Ke-II yang mengatur tentang Barang. Berdasarkan KUH
Perdata, Akun instagram tersebut dapat dikategorikan sebagaisuatu benda yang dapat
menimbulkan hak kebendaan. Pada pasal 499 KUH Perdata menjelaskan bahwa barang adalah
tiap benda dan tiap hak yang dapat menjadi objek dari hak milik. Dan pada pasal 503
KUHPerdata juga dijelaskan bahwa benda terbagi atas 2 yakni benda bertubuh dan tidak
bertubuh. Berdasarkan pasal 499 KUHPerdata juga dapat diartikan bahwa benda yakni sesuatu
yang dapat dikuasai oleh hak milik yang berarti dapat dijaminkan dan bernilai ekonomis. Konsep
hak milik pada benda seperti yang diuraikan dalam pasal 570 KUHPerdata, “Hak milik adalah
hak untuk menikmati suatu barang secara kebih leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap barang
itu sepenuhnya, asal tidak menggangu hak; hak orang lain; kesemuanya itu tidak mengurangi
kemungkinana pencabutan hak demi kepentingan umum dan penggantian kerugian yang pantas,
berdasarkan ketentuan perundang-undangan.” Benda sebagai sesuatu yang dapat dimiliki atau
dijadikan objek hak milik maksudnya adalah segala sesuatuyang dapat diberikan atau diletakkan
suatu hak diatasnya.87 Untuk mendapatkan hak milik suatu benda dapat ditempuh dengan cara
seperti Pengakuan, Penemuan, Penyerahan, Dalursa, Pewarisan, Penciptaan, dan Ikutan atau
turunan.88
86 FAUZI WASKITHO, KEDUDUKAN VIRTUAL PROPERTY DALAM HUKUM BENDA DI INDONESIA,
Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, hal., 80. 87 Soebekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta, Internus, 2001, hal. 60. 88 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010, hal.,142.
Keterkaitan dengan Virtual Property, penulis sependapat dengan salah satu skripsi yang
ditulis oleh Dio Ariesky yang berjudul “Virtual Property Dalam Hukum Benda Indonesia”
dimana, apabila melihat definisi Virtual property sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
merupakan suatu kode-kode pada teknologi komputer yang dibuat berdasarkan rumus algoritma
dengan sedemikian rupa dan dibuat dengan meniru objek-objek yang ada pada dunia nyata.
Dibuat dengan meniru objek-objek yang ada pada dunia nyata dikarenakan benda-benda virtual
ini hanya muncul pada sebuah dunia yang juga diciptakan melalui teknologi komputer yaitu
dunia siber. Virtual property merupakan hasil dari ide manusia yang ingin menciptakan sebuah
hal baru di dalam kehidupannya. Dengan kata lain virtual property merupakan suatu hasil
penciptaan manusia dengan berdasarkan ide-ide yang dimiliki manusia yang diwujudkan
menggunakan teknologi komputer dan Internet. Sebelumnya juga telah dijelaskan mengenai cara
memperoleh hak milik atas suatu benda salah satunya adalah melalui penciptaan. Penciptaan ini
maksudnya adalah seseorang dapat memperoleh hak milik atas suatu benda baru yang
diciptakannya. Di atas telah disebutkan bahwa virtual property merupakan hasil ciptaan manusia
yang dibuat dengan menggunakan teknologi komputer dan Internet. Karena virtual property
merupakan suatu objek ciptaan, maka, si pencipta virtual property berhak memperoleh hak milik
atas objek ciptaannya yaitu virtual property tersebut. Oleh karena itu, virtual property dapat
dijadikan objek hak milik atau dilekati hak milik. Selain melalui penciptaan, salah satu cara lain
memperoleh hak milik atas suatu benda adalah melalui penyerahan. Penyerahan merupakan hak
kebendaan yang diperoleh karena penyerahan berdasar pada alas hak (rechstitel) tertentu,
misalnya, berupa jual-beli, hibah, dan sebagainya. Apabila melihat pada penggunaan virtual
property oleh manusia sekarang, virtual property tidak hanya digunakan saja namun juga
diperjual-belikan.89 Melihat aspek tersebut untuk dapat menggunakan Instagram, terlebih dahulu
89 Dio Ariesky, Virtual Property Dalam Hukum Benda Indonesia, Skripsi, UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA,
calon pengguna membuat sebuah akun atau dalam hal ini dapat dikatakan menciptakan sebuah
akun, dapat dikatakan bahwa Akun Instagram adalah sebuah benda (Virtual Property) yang tidak
bertubuh karena akun instagram memenuhi unsur-unsur tersebut.
Selain itu, sebelum membuat sebuah akun instagram selebgram dengan Pihak Instagram
juga memiliki hubungan hukum kontraktual yang secara tidak langsung mengikat para selebgram
sebagai pengguna akun instagram. Hubungan tersebut dapat dilihat dari sisi perjanjian selebgram
ketika membuat akun instagram atau dengan kata lain terms of use. Pada terms of use instagram
secara otomatis disetujui apabila kita membuat akun instagram. Istilah terms of use atau term of
service atau ada sebagian negara menyebutnya Acceptable Use Policy (“AUP”) adalah
pernyataan sepihak yang biasanya diterapkan sebagai kebijakan bahkan aturan sebuah layanan
agar pengguna mematuhi aturan-aturan sebelum atau pada saat menggunakan layanan tersebut.
ToS ada yang dimintakan persetujuan dalam bentuk statementpersetujuan yang harus di-klik atau
di-“centang” oleh pengguna, namun ada juga yang meletakkannya dalam tampilan link web
site atau aplikasi dan menganggap semua pengguna telah membaca dan menyetujuinya.90Terms
of use juga dapat dikategorikan sebagai klausula baku, dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (“UUPK”), klausula baku diartikan
sebagai setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan
terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen
dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Pada aplikasi Instagram,
Terms of use dilihat ketika kita-klik tombol mendaftar. Pada aplikasi Instagram tersebut klausula
baku berbunyi “Dengan mendaftar, Anda menyetujui Ketentuan, Kebijakan Data, dan Kebijakan
Yogtakarta, 2016 90 Teguh Arifiyadi, Apakah ‘Term of Service’ Bisa Membebaskan Penyedia Layanan dari Hukum?, 9 Oktober 2017,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4f26da047affd/apakah-term-of-service-bisa-membebaskan-
penyedia-layanan-dari-hukum/, diambil pada 8 Agustus 2019 pukul 14:00 WIB.
Cookie kami.” Dalam aplikasi instagram, terdapat klausula tentang ketentuan penggunaan yang
dimana berisi “Pihak yang Bertanggung Jawab Jika Terjadi Sesuatu.” Pada bagian tersebut,
pihak instagram tidak bertanggung jawab terhadap konten yang diunggah. Selain itu, pada basic
terms Instagram telah disebutkan “You are solely responsible for your conduct and any data,
text, information, screen names, graphics, photos, profiles, audio and video clips, links
("Content") that you submit, post, and display on the Instagram service”. Maka dengan
menyetujui term of use tersebut, maka secara langsung kita telah melakukan sebuah perjanjian
yang dapat menyebabkan hubungan hukum. Dengan demikian, selebgram bertanggung jawab
terhadap apa yang dia posting termasuk kegiatan endorsement tersebut. Maka dengan demikian
seorang selebgram yang memiliki kedudukan sebagai individu pengguna akun instagram, dapat
bertanggung jawab terdap bendanya yakni Akun instagramnya.
2. Bagaimana Pertanggug jawaban selebgram terhadap produk endorsement
Untuk menganalisis rumusan masalah ini, penulis mengklasifikasi antara bagaiman
pertanggung jawaban selebgram yang berkedudukan sebagai pelaku usaha periklanan dan
bagaimana pertanggung jawaban seorang selebgram yang berkedudukan sebagai individu
pemilik instagram.
a Pertanggung jawaban selebgram sebagai pelaku usaha periklanan
Seorang selebgram yang berkedudukan sebagai pelaku usaha periklanan, berdasarkan
Undang-Undang yakni pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen pada pasal 17 ayat (1)
dan pasal 20 terkait dengan pelaku usaha periklanan yang menyebutkan bahwa pelaku usaha
periklanan bertanggung jawab terhadap iklan yang dibuatnya. Artinya, seorang selebgram yang
berkedudukan sebagai pelaku usaha periklanan data dikenakan sanksi berupa sanksi administratif
maupun sanksi pidana seperti yang tertuang dalam pasal 60-63 UU Perlindungan Konsumen.
b Pertanggung jawaban selebgram sebagai individu pengguna Instagram
Sebagai individu pengguna instagram yang terikat term and condition yang dimana, pada
akun instagram terdapat term and condition yakni pada bagian “Pihak yang Bertanggung
Jawab Jika Terjadi Sesuatu.” Pada bagian tersebut, pihak instagram tidak bertanggung jawab
terhadap konten yang diunggah. Selain itu, pada basic terms Instagram telah disebutkan “You
are solely responsible for your conduct and any data, text, information, screen names, graphics,
photos, profiles, audio and video clips, links ("Content") that you submit, post, and display on
the Instagram service”yang berarti pemilik akun tersebut bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap segala sesuatu yang diunggah dan ditampilkan pada Instagram. Lantas akan muncul
pertanyaan bagaimana bentuk pertanggung jawaban apabila pengguna akun instagram tersebut
melanggar atau melakukan sesuatu yang merugikan meggunakan akun instagramnya tersebut.
Maka, dalam penulisan ini penulis berpendapat apabila terdapat hal demikian, maka seseorang
yang melakukan tersebut dapat dikanakan sanksi baik sanksi administrative maupun sanksi
pidana.
Instagram pada hakikatnya dikatakan sebagi benda atau dalam hal ini sebagai Virtual
Property, yang berarti memiliki hak kebendaan. Maka apabila hal tersebut terjadi, maka pemilik
dri benda tersebut bertanggung jawab terhadap benda yang dimilikinya. Dalam kegiatan
endorsement selebgram yang sebagai pihak yang melakukan enodorsement tersebut yang
membawa kerugian yang diimbulkan dapat dimintai pertanggung jawaban baik secara pidana
dan atau secara perdata. dalam skripsi ini penulis akan lebih menganalisis pertanggung jawaban
secara keperdataan.
Terjadinya suatu endorsement yang merugikan karena adanya kelalaian atau kesengajaan
yang menimbulkan kerugian atu menimbulkan akibat hukum. Kelalaian selebgram tersebut, juga
diakui oleh salah satu narasumber penulis Dian, yang juga melakukan endorsement terhadap
produk pemutih yang diakuinya pula tidak berBPOM. Dalam bidang hukum perdata, hal ini
dikenal sebagi perbuatan melawan hukum yang diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata yang
berbunyi “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan
kerugian tersebut”. Pasal diatas memuat ketentuan bahwa terdapat hubungan kausal antara
perbuatan dan kerugian. Dari segi kacamata yuridis, konsep ganti rugi dalam hukum dikenal
dalam dua bidang hukum, yaitu sebagai berikut:91
a. Konsep ganti rugi karena wanprestasi;
b. Konsep ganti rugi karena perikatan berdasarkan undang-undang termasuk ganti rugi
karena perbuatan melawan hukum.
Dalam hal ini, selebgram dapat dikategorikan melakukan perbuatan mewalan hukum
karena telah melakukan kelalaian maupun kesengajaan atau dalam hal ini melakukan kegiatan
endorsement yang mana kegiatan tersebut membawa kerugian pada konsumen, karena atas
rekomendasi atau atas unggahan berupa endorse yang dilakukannya.
Dalam kasus endorsement, para selebgram juga dapat dikenai sanksi pidana yakni
penipuan, Penipuan berasal dari kata tipu yang berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur
atau bohong, palsu dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali atau mencari
keuntungan. Tindakan penipuan merupakan suatu tindakan yang merugikan orang lain sehingga
91 Munir Fuady, 2013, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Bandung, Citra Aditya Bakti, hal. 134.
termasuk dalam tindakan yang dapat dikenakan hukum.92 Kejahatan penipuan di dalam
bentuknya yang pokok diatur dalam Pasal 378 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:
“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk menyerahkan barang atau sesuatu
kepadanya, atau memberikan hutang atau menghapus piutang, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun” Kejahatan penipuan terdapat dalam Buku II Bab XXV. Keseluruhan
pasal pada Bab XXV ini dikenal dengan nama bedrog atau perbuatan curang. Bentuk pokok dari
bedrog atau perbuatan curang adalah Pasal 378 KUHP tentang penipuan. Berdasarkan rumusan
tersebut di atas, maka Tindak Pidana Penipuan memiliki unsur pokok, yakni : 93
1. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum.
Secara sederhana penjelasan dari unsur ini yaitu tujuan terdekat dari pelaku artinya pelaku
hendak mendapatkan keuntungan. Keuntungan itu adalah tujuan utama pelaku dengan jalan
melawan hukum, jika pelaku masih membutuhkan tindakan lain, maka maksud belum dapat
terpenuhi. Dengan demikian maksud ditujukan untuk menguntungkan dan melawan hukum,
sehingga pelaku harus mengetahui bahwa keuntungan yang menjadi tujuannya itu harus
bersifat melawan hukum.
2. Dengan menggunakan salah satu atau lebih alat penggerak penipuan (nama palsu, martabat
palsu/keadaan palsu, tipu muslihat dan rangkaian kebohongan). Maksudnya adalah sifat
penipuan sebagai tindak pidana ditentukan oleh cara-cara dengan mana pelaku mengerakkan
orang lain untuk menyerahkan barang
92 Suduthukum.com , Pengertian tindak pidana penipuan, www.suduthukum.com/2017/04/pengertian-tindak-pidana-
penipuan.html, Selasa 2 September 2019,
14.21 wib. 93 R.Soenarto Soerodibroto.KUHP dan KUHAP .Jakarta..Rajawali Pers. 1992.hlm.241
Sebagai cara penipuan dalam Pasal 378 KUHP, menurut M. Sudrajat Bassar menyebutkan
:94
1. Menggunakan nama palsu Nama palsu adalah nama yang berlainan dengan nama yang
sebenarnya, akan tetapi kalau si penipu itu menggunakan nama orang lain yang sama
namanya dengan ia sendiri, maka ia tidak dapat dikatakan menggunakan nama palsu, tetapi
ia dapat dipersalahkan melakukan “tipu muslihat” atau “susunan belit dusta”.
2. Menggunakan kedudukan palsu Seseorang dapat dipersalahkan menipu dengan
menggunakan kedudukan palsu.
3. Menggunakan tipu muslihat Yang dimaksud dengan tipu muslihat adalah perbuatan-
perbuatan yang dapat menimbulkan kepercayaan atas pengakuan-pengakuan yang
sebenarnya bohong, dan atas gambaran peristiwa-peristiwa yang sebenarnya dibuat
sedemikian rupa sehingga kepalsuan itu dapat mengelabuhi orang yang biasanya berhati-
hati.
4. Menggunakan susunan belit dusta Kebohongan itu harus sedemikian rupa berbelit-belitnya
sehingga merupakan suatu keseluruhan yang nampaknya seperti benar atau betul dan tidak
mudah ditemukan dimana kepalsuannya. Akal tipu ini suka bercampur dengan tipu muslihat
yang tersebut dalam butir 3, dan oleh karenanya sukar dipisahkan. Untuk mengetahui tindak
pidana penipuan dalam bentuk pokok yang lebih mendalam, maka penulis akan
menguraikan unsur-unsur tindak pidana penipuan dalam Pasal 378 KUHP
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dalam analisis ini berpendapat bahwa seorang
selebgram yang melakukan endorsement dapat dikenakan sanksi penipuan yang berlandaskan
pada tipu muslihat. Dimana, mereka (selebram) menggunggah/memposting/ sebuah produk yang
seakan-akan digunakan oleh dia dengan memberikan testimonial, atau mendukung (endorse)
94 Bassar, Sudrajat, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Dalam KUHP, (Bandung : Remaja Karya, 1986), hlm. 81.
produk tersebut. Selain melanggar ketentuan pidana, seorang selebgram Turut meng-endorse
barang yang illegal atau palsu diketahui melanggar Pasal 100 Undang-Undang No. 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. “Setiap orang yang tanpa hak menggunakan merek
yang sama dengan merek terdaftar pihak lain untuk barang yang diperdagangkan
dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak dua miliar rupiah.
Selanjutnya, dalam pasal 28 ayat(1) UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik menjelaskna bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.
Artinya, apabila seorang selebgram melakukan kegiatan endorsement dengan berbohong
terhadap hasil, produk, atau informasi yang berkaitan dengan kebenaran produk dan atau
bertindak seolah-olah menggunakan produk tersebut maka selebgram tersebut telah memenuhi
unsur bohong yang terdapat dalam pasal 28 (1) UU No. 11 Tahun 2008 tersebut.
Penjelasan terkait dengan endorsement yang memiliki unsur bohong maka penulis
mengutip penjelasan yang dikemukakan Mugiyati, S.H., M.H. (Penyuluh Hukum Madya BPHN)
Kata “bohong” dan “menyesatkan” adalah dua hal yang berbeda. Dalam frasa “menyebarkan
berita bohong” yang diatur adalah perbuatannya, sedangkan dalam kata “menyesatkan” yang
diatur adalah akibat dari perbuatan ini yang membuat orang berpandangan salah/keliru. Selain
itu, untuk membuktikan telah terjadi pelanggaran terhadap Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana yang telah
diubah oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, maka semua unsur dari pasal
tersebut haruslah terpenuhi. Terkait dengan rumusan Pasal 28 ayat (1) UU ITE yang
menggunakan frasa “menyebarkan berita bohong”, sebenarnya terdapat ketentuan serupa dalam
Pasal 390 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) walaupun dengan rumusan yang
sedikit berbeda yaitu digunakannya frasa “menyiarkan kabar bohong”. Pasal 390 KUHP
berbunyi sebagai berikut “Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau
orang lain dengan melawan hak menurunkan atau menaikkan harga barang dagangan, fonds atau
surat berharga uang dengan menyiarkan kabar bohong, dihukum penjara selama-lamanya dua
tahun delapan bulan.” Menurut R.Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, terdakwa hanya dapat
dihukum dengan Pasal 390 KUHP, apabila ternyata bahwa kabar yang disiarkan itu adalah kabar
bohong. Yang dipandang sebagai kabar bohong, tidak saja memberitahukan suatu kabar yang
kosong, akan tetapi juga menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian.95
Selanjutnya masih mengutip jawaban dari Mugiyati, kata “bohong” dan “menyesatkan”
adalah dua hal yang berbeda. Dalam frasa “menyebarkan berita bohong” yang diatur adalah
perbuatannya, sedangkan dalam kata “menyesatkan” yang diatur adalah akibat dari perbuatan ini
yang membuat orang berpandangan salah/keliru. Selain itu, untuk membuktikan telah terjadi
pelanggaran terhadap Pasal 28 ayat (1) UU ITE maka semua unsur dari pasal tersebut haruslah
terpenuhi. Unsur-unsur tersebut yaitu:96
a. Setiap orang.dengan sengaja dan tanpa hak. Terkait unsur ini, dosen Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran Danrivanto Budhijanto, S.H., LL.M. dalam artikel Danrivanto
Budhijanto, "UU ITE Produk Hukum Monumental" diunduh dariwww.unpad.ac.id)
menyatakan antara lain bahwa perlu dicermati (unsur, ed) “perbuatan dengan sengaja” itu,
apakah memang terkandung niat jahat dalam perbuatan itu. Periksa juga apakah perbuatan
itu dilakukan tanpa hak? Menurutnya, kalau pers yang melakukannya tentu mereka punya
95 Mugiyati, Legal Smart Chenel, diambil di https://lsc.bphn.go.id/konsultasiView?id=987 pada 25 November 2019,
Pukul 15:33 WIB 96 Ibid .
hak. Pendapat ini, tidak sejalan dengan penulis, karna menurut penulis tidak ada seorang
pun yang memiliki hak untuk menyebarkan berita bohong.
b. Menyebarkan berita bohong dan menyesatkan. Karena rumusan unsur menggunakan kata
“dan”, artinya kedua unsurnya harus terpenuhi untuk pemidanaan, yaitu menyebarkan
berita bohong (tidak sesuai dengan hal/keadaan yang sebenarnya) dan menyesatkan
(menyebabkan seseorang berpandangan pemikiran salah/keliru). Apabila berita bohong
tersebut tidak menyebabkan seseorang berpandangan salah, maka menurut hemat kami
tidak dapat dilakukan pemidanaan.
c. Yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik. Unsur yang terakhir
ini mensyaratkan berita bohong dan menyesatkan tersebut harus mengakibatkan suatu
kerugian konsumen. Artinya, tidak dapat dilakukan pemidanaan, apabila tidak terjadi
kerugian konsumen di dalam transaksi elektronik.
Maka, dapat diartikan kegiatan endorsement yang dilakukan selebgram apabila memenuhi
untur tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penuntutan atau sebagai bentuk
pertanggung jawaban selebgram terhadap endorsement yang dilakukan. Yang artinya, apabila
unsur dalam pasal 28 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2008 tersebut telah terpenuhi maka, sanski yang
terdapat dalam pasal 45A ayat (1) UU No. 19 Tahun 2016 Tentang PerubahanAtas Undang-
Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi “Setiap
orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
konsumen yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik sebagaimana
dimaksud dalam pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan /atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Berdasarkan uraian diatas, maka seorang selebgram yang memenuhi semua unsur yang telah
ditentukan, maka dapat dikenakan sanksi baik sanksi pidana umum, pidana telematika maupun
sanksi yang lain berdasarkan peraturan yang ada. Dengan demikian, seorang selebgram
diharuskan berhati-hati dalam melakukan kegiatan endorsement.