BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II...

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Pengertian Sengketa Pada hakikatnya sengketa berawal dari suatu keadaan dimana salah satu pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain. Sengketa dapat diartikan sebagai pertentangan dalam interaksi diantara para pihak. Perasaan tidak puas akan muncul ke permukaan apabila terjadi conflict of interest . Pihak yang merasa dirugikan akan menyampaikan ketidakpuasannya kepada pihak kedua. Apabila pihak kedua dapat menanggapi dan memuaskan pihak pertama, selesailah konflik tersebut. Sebaliknya, jika reaksi dari pihak kedua menunjukkan perbedaan pendapat atau memiliki nilai-nilai yang berbeda, terjadi yang dinamakan dengan sengketa (Suyud Margono, 2004:34). Sengketa timbul akibat konsekuensi dari tidak ada titik temu kepentingan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Menurut Schuyt konflik adalah suatu siutasi yang didalamnya terdapat dua pihak atau lebih yang mengejar tujuan-tujuan, yang satu dengan yang lain tidak dapat diserasikan dan mereka dengan daya upaya mencoba dengan sadar menentang tujuan-tujuan pihak lain (Jimmy Joses Sembiring, 2011:4). Demikian pula Bilder berpendapat, a dispute as a disagreement on a point of law or fact a conflict of legal views or interests between two persons (Ricard B Bilder, 1986:3).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kerangka Teori

a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa Pengertian

Sengketa

Pada hakikatnya sengketa berawal dari suatu keadaan

dimana salah satu pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain.

Sengketa dapat diartikan sebagai pertentangan dalam interaksi

diantara para pihak. Perasaan tidak puas akan muncul ke

permukaan apabila terjadi conflict of interest. Pihak yang merasa

dirugikan akan menyampaikan ketidakpuasannya kepada pihak

kedua. Apabila pihak kedua dapat menanggapi dan memuaskan

pihak pertama, selesailah konflik tersebut. Sebaliknya, jika reaksi

dari pihak kedua menunjukkan perbedaan pendapat atau memiliki

nilai-nilai yang berbeda, terjadi yang dinamakan dengan sengketa

(Suyud Margono, 2004:34).

Sengketa timbul akibat konsekuensi dari tidak ada titik

temu kepentingan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain.

Menurut Schuyt konflik adalah suatu siutasi yang didalamnya

terdapat dua pihak atau lebih yang mengejar tujuan-tujuan, yang

satu dengan yang lain tidak dapat diserasikan dan mereka dengan

daya upaya mencoba dengan sadar menentang tujuan-tujuan pihak

lain (Jimmy Joses Sembiring, 2011:4). Demikian pula Bilder

berpendapat, a dispute as a disagreement on a point of law or fact

a conflict of legal views or interests between two persons (Ricard B

Bilder, 1986:3).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dunia perbankan tidak jarang ditemukan konflik diantara

nasabah dan bank. Pengertian sengketa perbankan dalam PBI No.

10/1/PBI/2008 tentang Perubahan atas PBI No.8/5/PBI/2006

tentang Mediasi Perbankan adalah permasalahan yang diajukan

oleh nasabah atau Perwakilan Nasabah kepada penyelenggara

mediasi perbankan, setelah melalui proses penyelesaian pengaduan

oleh bank. Di dalam persengketaan, perbedaan pendapat yang

berkepanjangan biasanya menyebabkan kegagalan proses mencapai

kesepakatan. Oleh karena itu konflik merupakan sebuah proses

yang dimulai ketika suatu pihak memiliki persepsi bahwa pihak

lain telah mempengaruhi secara negatife sesuatu yang menjadi

kepedulian atau kepentingan pihak pertama (Edwin B Flippo,

1994:208).

1) Pengertian Alternatif Penyelesaian Sengketa

Alternatif penyelesaian sengketa sering kali disebut

Alternatif Dispute Resolution (ADR), Alternatif Dispute

Resolution (ADR) sering diartikan sebagai alternatife to

litigation dan alternatife to adjudication. Pemilihan

terhadap salah satu daru dua pengertian tersebut

menimbulkan implikasi yang berbeda. Alternatife to

litigation berarti semua mekanisme penyelesaian sengketa

di luar pengadilan. Sehingga dalam hal ini, arbitrase

termasu bagian dari Alternatif Dispute Resolution (ADR).

Sedangkan Alternatife to adjudication berarti mekanisme

penyelesaian sengketa bersifat consensus atau kooperatif,

tidak melalui prosesdu pengajuan gugatan kepada pihak ke

tiga yang berwenang mengambil keputusan. Termasuk

bagian Alternatif Dispute Resolution (ADR) adalah

konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan pendapat ahli,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sedangkan arbitrase bukan termasuk Alternatif Dispute

Resolution (ADR) (Bambang Sutiyoso, 2008: 21).

Berdasarkan Pasal 1 angka (10) Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaia Sengketa, Alternatif Dispute Resolution (ADR)

adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat

melalui prosesdur yang disepakati oleh para pihak, yakni

penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,

negosiasi, mediasi, konsolidasi dan penilaian ahli. Oleh

karena itu Alternatif Dispute Resolution (ADR) merupakan

kehendak sukarela antar pihak yang berkepentingan untuk

menyelesaikan sengketa di luar pengadilan.

2) Model Alternatif Penyelesaian Sengketa

Model alternatif penyelesaian sengketa telah diatur

didalam peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa

perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada

perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para

pihak yang bersengketa. Dalam Pasal 1 angka (10)

disebutkan bahwa Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah

lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui

prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di

luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,

konsiliasi, atau penilaian ahli. Pada umumnya terdapat

beberapa cara penyelesaian sengketa. Cara-cara tersebut

adalah sebagai berikut:

a) Negosiasi, yaitu cara untuk mencari penyelesaian

masalah melalui diskusi (musyawarah) secara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

langsung antara pihak-pihak yang bersengketa yang

hasilnya diterima oleh para pihak tersebut;

b) Mediasi, yaitu upaya penyelesaian sengketa dengan

melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral sebagai

mediator, yang tidak memiliki kewenangan

mengambil keputusan, yang hanya berwenang

membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai

penyelesaian (solusi/kesepakatan) yang diterima

oleh kedua belah pihak.

c) Pengadilan, adalah lembaga resmi kenegaraan yang

diberi kewenangan untuk mengadili, yaitu

menerima, memeriksa, dan memutus perkara

berdasarkan hukum acara dan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.;

d) Arbitrase, merupakan cara penyelesaian sengketa di

luar pengadilan, berdasarkan perjanjian arbitrase

yang dibuat oleh para pihak, dan dilakukan oleh

arbiter yang dipilih dan diberi kewenangan untuk

mengambil keputusan (Gatot Soemartono, 2006:1).

b. Tinjauan tentang Mediasi

1) Pengertian Mediasi

Mediasi merupakan salah satu bentuk dari alternatif

penyelesaian sengketa di luar Pengadilan, terdapat beberapa

pengertian mengenai mediasi sendiri dan banyak para ahli

memberikan pengertian mengenai pengertian mediasi. Kata

yang

artinya penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga

sebagai penengah atau penyelesaian sengketa secara

menengahi, yang menengahi dinamakan mediator atau

orang yang menjadi penengah (Rachmadi Usman, 2003:3).

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perantaraan pihak ketiga, yakni pihak yang memberi

masukan-masukan kepada para pihak untuk menyelesaikan

sengketa. Berbeda dengan arbitrase, keputusan arbiter atau

majelis arbitrase harus ditaati oleh para pihak, layaknya

keputusan pengadilan. Sedangkan mediasi, tidak terdapat

kewajiban dari masing-masing pihak untuk menaati apa

yang disarankan oleh mediator (Jimmy Joses Sembiring,

2011:28). Pengertian Mediasi menurut beberapa pendapat

para ahli, antara lain:

a)

masalah (sengketa) dimana suatu pihak luar, tidak

memihak, netral, tidak bekerja dengan para pihak

yang besengketa, membantu mereka (yang

bersengketa) mencapai suatu kesepakatan hasil

negosiasi yang memuaskan (Rachmadi Usman,

2003:79-80)

b) Pengertian mediasi berdasarkan Pasal 1 angka (5)

PBI No.10/1/PBI/2008 perubahan atas PBI

No.8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan,

yang melibatkan mediator untuk membantu para

pihak yang bersengketa guna mencapai

penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela

terhadap sebagian atau seluruh permasalahan yang

disengketakan.

Berdasarkan rumusan di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa pengertian tentang mediasi mengandung

unsur-unsur sebagai berikut (Suyud Margono. 2004:59),

pertama mediasi adalah sebuah proses penyelesaian

sengketa berdasarkan perundingan, kedua ediator terlibat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan diterima oleh para pihak yang bersengketa di dalam

perundingan, ketiga mediator bertugas membantu para

pihak yang bersengketa untuk mencari penyelesaian,

keempat mediator tidak mempunyai kewenangan membuat

keputusan selama perundingan berlangsung dan kelima

tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan

kesepakatan yang dapat diterima pihak-pihak yang

bersengketa guna mengakhiri sengketa.

Berdasarkan perundang-undangan Indonesia

ditegaskan ruang lingkup penyelesaian sengketa dapat

dijalankan melalui mediasi. Pengaturan mengenai mediasi

dapat dilihat dalam Pasal 6 Ayat (3) Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

atau beda pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

tidak dapat diselesaikan, maka atas kesepakatan tertulis

para pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan

melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun

disebutkan bahwa,

The mediator is protector of the process. A

mediation conducted skillfully will enable the

parties to share emotions, exchange information

and perspectives, explore and assess options,

and potentially reach resolution. Mediator

berperan sebagai pelindung.Sebuah mediasi

yang dilakukan terampil akan memungkinkan

para pihak untuk berbagi emosi, pertukaran

informasi dan perspektif, mengeksplorasi dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menilai pilihan, dan berpotensi mencapai

resolusi (Petrilla, 2010:18).

Oleh karena itu keberhasilan penggunaan sarana

mediasi untuk menyelesaikan sengketa sangat bergantung

pada kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman mediator

menangani berbagai jenis sengketa. Mediator sendiri dapat

terbagi beberapa tipologi, tipologi mediator dapat dilihat

sebagai berikut, (Wirawan, 2010:41)

Tabel 1.1 Tipologi Mediator

NOMEDIATOR HUBUNGAN

SOSIAL

MEDIATOR OTORITATIF

MEDIATOR MANDIRIMediator

Benevolent

Mediator Admistratif/Manajerial

Mediator Vested Interest

1 2 3 4 5 6Hubungan masa lalu dan masa depan yang diharapkan di antara pihak yang menyatu ke dalam hubungan social

Dapat memiliki atau tidak memiliki hubungan dengan para pihak

Memiliki hubungan otoritatif dengan padapihak sebelum dan sesudah sengketa berakhir

Memiliki hubungan dengan para pihak atau diharapkan memiliki hubungan masa depan dengan para pihak

Netral, tidak memihak mengenai hubungan dan hasil

Tidak harus tak berpihak, tetapi dipandang berlaku adil

Mencari penyelesaian terbaik bagi para pihak

Mencari penyelesaian yang diupayakan bersama-sama dengan para dengan para pihak dalam lingkup ukuran mandat atau kewenangannya

Mimiliki kepentingan yang kuat terhadap hasil akhir

Melayani para pihak

Lebih peduli pada upaya hubungan

Tidak berpihak dalam hal hasil substantif

Berwenang untuk memberi nasihat, saran

Mencari penyelesaian yang dapat

Dapat, tetapi tidak selalu mediator professional

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

jangka panjang diantara para pihak dan para pengikut, serta seringkali terlibat dalam implementasi kesepakatan

dan jika pada pihak tidak berhasil mencapai kesepakatan, ia juga berwenang memutuskan

memenuhi kepentingan mediator atau kepentingan pihak yang disukai

Umumnya memiliki hubungan dengan pada pihak

Mungkin memiliki sumberdaya untuk membantu pemantauan dan implentasi kesepakatan

Mungkin memiliki sumberdaya untuk membantu pemantauan dan implentasi kesepakatan

Mungkin memiliki sumberdaya untuk membantu pemantauan dan implentasi kesepakatan

Mencari penyelesaian tidak bersifat paksaan tetapi berdasarkan sukarela dan yang dapat diterima oleh para pihak

Dapat menggunakan pengarauh, wibawanya guna menakan pada pihak untuk mendorong para pihak agar menghasilkan kesepakatan

Memiliki kewenangan untuk membuat keputusan

Dapat atau mungkin menggunakan tekanan agar para pihak mencapai kesepakatan

Mungkin dilibatkan dalam pemantauan dan implementasi kesepakatan

Sama sekali tidak memiliki kewenangan untuk memaksakan sebuah kesepakatan

2) Ruang Lingkup Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi

Perbankan

Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Bank Indonesia

Nomor 8/5/PBI/2006 sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008 tentang

Mediasi Perbankan menyebutkan persyaratan pengajuan

penyelesaian sengketa pada mediasi perbankan yaitu,

sengketa yang diajukan merupakan sengketa

keperdataan.Berikutnya dalam Pasal 6 Peraturan Bank

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008

tentang Mediasi Perbankan menentukan bahwa:

a) Mediasi perbankan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 dilaksanakan untuk setiap Sengketa yang

memiliki nilai tuntutan finansial paling banyak Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

b) Nasabah tidak dapat mengajukan tuntutan finansial

yang diakibatkan oleh kerugian immaterial.

Dengan demikian ruang lingkup penyelesaian

sengketa yang dapat diajukan dan diselesaikan melalui

mediasi perbankan sesuai dengan kriteria dapat dapat

dirangkum, sebagai (Takdir Rahmadi, 2010:65):

a) Sengketa yang dapat dimediasi adalah sengketa

keperdataan yang timbul dari transaksi keuangan;

b) Sengekta yang timbul dari hasil penyelesaian

pengaduan nasabah oleh bank;

c) Nilai tuntutan finansial maksimal Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

d) Batas waktu pengajuan paling lambat 60 (enam

puluh) hari kerja sejak tanggal penyelesaian oleh

bank; dan

e) Nasabah mengajukan permohonan penyelesaian

secara tertulis kepada lembaga mediasi perbankan.

Oleh karena itu mediasi merupakan salah satu

penyelesaian sengketa yang lebih mengutamakan

pendekatan konsensus dan berusaha mempertemukan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kepentingan pihak-pihak yang bersengketa serta bertujuan

untuk mendapatkan hasil penyelesaian sengketa ke arah

win-win solution (Adi Sulistiyono,2006:5).

3) Proses Beracara Mediasi Perbankan

Dalam mengajukan suatu sengketa ke lembaga

mediasi perbankan, sebelumnya terdapat syarat-syarat

tertentu agar suatu sengketa dapat diselesaikan melalui

mediasi perbankan. Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 10/1/PBI/2008, menyatakan bahwa syarat-syarat

pengajuan penyelesaian sengketa melalui mediasi

perbankan adalah:

a) Diajukan secara tertulis dengan disertai dokumen

pendukung yang memadai;

b) Pernah diajukan upaya penyelesaiannya oleh

Nasabah kepada Bank;

c) Sengketa yang diajukan tidak sedang dalam proses

atau belum pernah diputus oleh lembaga arbitrase

atau peradilan, atau belum terdapat kesepakatan

yang difasilitasi oleh lembaga Mediasi lainnya;

d) Sengketa yang diajukan merupakan sengketa

keperdataan;

e) Sengketa yang diajukan belum pernah diproses

dalam mediasi perbankan yang difasilitasi oleh

Bank Indonesia; dan

f) Pengajuan penyelesaian sengketa tidak melebihi 60

(enam puluh) hari kerja sejak tanngal surat hasil

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penyelesaian pengaduan yang disampaikan bank

kepada nasabah.

Berdasarkan syarat-syarat pengajuan penyelesaian

sengketa diatas, maka sesuai dengan Surat Edaran Bank

Indonesia No.8/14/DPNP tentang Mediasi Perbankan setiap

sengketa yang hendak diajukan dan diselesaikan melalui

mediasi perbankan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a) Pengajuan penyelesaian sengketa kepada pelaksana

fungsi mediasi perbankan hanya dapat dilakukan

oleh nasabah atau perwakilan nasabah, termasuk

lembaga, badan hukum dan atau bank lain yang

menjadi nasabah bank tersebut;

b) Sengketa yang dapat diajukan penyelesaiannya

kepada pelaksana fungsi mediasi perbankan adalah

sengketa keperdataan yang timbul dari transaksi

keuangan;

c) Nilai tuntutan finansial dalam mediasi perbankan

diajukan dalam mata uang Rupiah dengan batas

paling banyak sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah);

d) Jumlah maksimum nilai tuntutan finansial

sebagaimana dimaksud pada angka 3 dapat berupa

nilai kumulatif dari kerugian finansial yang telah

terjadi pada nasaba, potensi kerugian karena

penundaan atau tidak dapat dilaksanakannya

transaksi keuangan nasabah dengan pihak lain, dam

atau biaya-biaya yang telah dikeluarkan nasabah

untuk mendapatkan penyelesaian sengketa;

e) Pengajuan penyelesaian sengketa dilakukan secara

tertulis dengan format sebagaimana tercantum

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam Lampiran 1 dengan menyertakan dokumen

berupa:

(1) Fotokopi surat hasil penyelesaian pengaduan

yang diberikan bank kepada nasabah; dan

(2) Fotokopi bukti identitas nasabag yang masih

berlaku;

f) Surat pernyataan yang ditandatangani diatas meterai

yang cukup bahwa sengketa yang diajukan tidak

sedang dalam proses atau telah mendapatkan

keputusan dari lemaga arbitrase, peradilan, atau

lembaga mediasi lainnya dan belum pernah diproses

dalam mediasi perbanan yang difasilitasi oleh Bank

Indonesia;

(1) Fotokopi dokumen pendukung yang terkait

dengan sengketa yang diajukan; dan

(2) Fotokopi surat kuasa, dalam hal pengajuan

penyelesaian sengketa dikuasakan.

g) Pengajuan penyelesaian sengketa sebagaimana

dimaksud pada angka 2 dilakukan paling lama 60

(enam puluh) hari kerja, yang dihitung sejak tanggal

surat hasil penyelesaian pengaduan nasabah dari

bank sampai dengan tanggal diterimanya pengajuan

penyelesaian. Sengketa oleh pelaksana fungsi

mediasi perbankan secara langsung dari nasabah

atau tanggal stempel pos apabila disampaikan

melalui pos;

h) Sengketa yang timbul dari hasil penyelesaian

pengaduan nasabah yang telah dilakukan oleh bank

sesuai ketentuan penyelesaian pengaduan nasabah

sebelum tanggal 1 Januari 2006 dapat diajukan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kepada pelaksana fungsi mediasi perbankan paling

lambat tanggal 30 Juni 2006;

i) Pengajuan penyelesaian sengketa oleh nasabah

ditujukan kepada Direktorat dan Mediasi

Perbankan, Bank Indonesia, Menara Radius Prawiro

lantai 19, Jalan M.H.Thamrin No. 2, Jakarta 10110

dengan tembusan disampaikan kepada bank yang

bersangkutan; dan

j) Pelaksana fungsi mediasi perbankan dapat menolak

pengajuan penyelesaian sengketa yang tidak

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada

angka 1 sampai dnegan angka 7 diatas.

Persyaratan diatas adalah syarat-syarat yang harus

dipenuhi agar suatu kasus dapat diajukan ke lembaga

mediasi perbankan yang dilaksanakan oleh bank Indonesia.

Setelah memenuhi syarat-syarat untuk menempuh

penyelesaian melalui mediasi perbankan maka akan

dimulailah tahapan-tahapan pelaksanaan mediasi perbankan

yang terdiri dari:

a) Verifikasi

Verifikasi bertujuan untuk memastikan

kasus memenuhi persyaratan. Verifikasi tersebut

dilakukan dengan cara menelaah secara mendalam

sengketa tersebut, memeriksa kelengkapan

dokumen, melakukan check list inti dari

permasalahan yang dialami.

b) Klarifikasi

Klarifikasi dilakukan untuk mendapatkan

gambaran sengketa secara komprehensif,

mengetahui harapan bank dan nasabah, dan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengidentifikasi kesepakatan dan/atau

ketidaksepahaman. Klarifikasi tersebut dilakukan

dengan cara wawancara dengan nasabah,

wawancara dengan bank, meminta kelengkapan

dokumen kepda bank dan/atau nasabah dan

meminta informasi dari narasumber terkait.

c) Perjanjian Mediasi

Perjanjian mediasi bertujuan untuk

memperoleh kesepakatan bersama dalam mediasi

yang dilakukan. Perjanjian mediasi dilakukan

dengan cara menjelaskan proses mediasi,

menjelaskan hak dan kewajiban bank dan nasabah,

penandatanganan perjanjian mediasi, dan penetapan

waktu dan tempat proses mediasi.

d) Proses Mediasi

Proses mediasi bertujuan untuk

mengupayakan fasilitas penyelesaian sengketa

secara win-win solution. Proses mediasi dilakukan

dengan cara mempertemukan para pihak, Joint

Meeting dan Separate Meeting, permintaan

keterangan dari narasumber dan penandatanganan

akta kesepakatan (sepakat penuh/sepakat

sebagian/sepakat untuk tidak sepakat). Teknik

proses mediasi terdapat empat teknik yaitu, empati,

kalimat positif, memvotivasi para pihak, menjaga

emosi, dan reframing.

e) Monitoring

Monitoring bertujuan untuk memastikan

pelaksanaan akta kesepakatan dengan cara meminta

laporan pelaksanaan kesepakatan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Tinjauan tentang Perlindungan Nasabah Bank

1) Hubungan Bank dengan Nasabah

a) Hubungan Kontraktual

Hubungan yang paling utama dan lazim

antara bank dan nasabah adalah hubungan

kontraktual. Hukum kontrak menjadi dasar terhadap

hubungan bank dan nasabah debitur bersumber dari

ketentuan-ketentuan KUH Perdata tentang kontrak

(buku ketiga). Berdasarkan Pasal 1338 ayat (1)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahwa

semua perjanjian yang dibuat secara sah

berkekuatan sama dengan undang-undang bagi

kedua belah pihak. Terdapat 3 (tiga) tingkatan dari

pemberlakuan hubungan kontraktual pada hubungan

antara nasabah pentimpanan dana dan pihak bank,

yaitu sebagai berikut:

(1) Sebagai hubungan debitur (bank) dan

kreditur (nasabah);

(2) Sebagai hubungan kontraktual lainnya yang

lebih luas dari hanya sekedar hubungan

debitur-kreditur; dan

(3) Sebagai hubungan implied contract, yaitu

hubungan kontrak yang tersirat (Munir

Fuady, 2003:100-101).

b) Hubungan non-kontraktual

Terdapat 6 (enam) jenis hubungan hukum

antara bank dan nasabah selaind ari hubungan

kontraktual sebagaimana disebutkan di atas yaitu

hubungan fidusia, hubungan konfidensial, hubungan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bailor-bailee, hubungan principal-agent, hubungan

mortgagor-mortgagee, dan hubungan trustee-

beneficiary.Hukum di Indonesia tidak dengan tegas

mengakui hubungan-hubungan tersebut, maka

hubungan-hubungan tersebut, baru dapat

dilaksanakan jika disebutkan dengan tegas dalam

kontrak untuk hal tersebut atau setidak-tidaknya ada

kebiasaan dalam praktek perbankan untuk mengakui

eksistensi kedua hubungan tersebut. Misalnya,

dalam hubungan dengan lembaga yang

merupakan salah satu kegiatan perbankan, maka

disamping keharusan penerapan kebijaksanaan bank

yang bersangkutan dengan lembaga

tersebut, juga dibutuhkan pengakuan dalam kontrak-

kontrak trust seperti yang diinginkan oleh kedua

belah pihak (Munir Fuady, 2003:102-103).

2) Mekanisme Perlindungan Nasabah

Keberadaan hukum dalam masyarakat guna

mengoordinasikan kepentingan-kepentingan yang

bertentangan satu sama lain. Sehingga terdapat mekanisme

perlindungan nasabah guna menjaga kepentingan antar

pihak dapat berupa,

a) Pembuatan Peraturan Baru

Pembuatan peraturan baru di bidang

perbankan atau merevisi peraturan yang sudah ada

merupakan salah satu cara untuk memberikan

perlindungan kepada nasabah suatu bank.

b) Pelaksanaan Peraturan yang ada

Pelaksanaan peraturan yang ada di bidang

perbankan secara lebih ketat oleh pihak otoritas

moneter, khususnya peraturan yang bertujuan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melindungi nasabah sehingga dapat menjamin

penegakan hukum (law enforcement).

c) Perlindungan Nasabah Deposaan Lewat Lembaga

Asuransi Deposito

Perlindungan nasabah, khususnya nasabah deposan

melalui lembaga asuransi deposito yang adil dan

predictable ternyata dapat juga membawa hasil

yang positif.

d) Memperketat Perizinan Bank

Memperketat pemberian izin untuk suatu pendirian

bank baru adalah satu cara agar bank tersebut kuat

dan qualified sehingga dapat memberikan keamanan

bagi nasabahnya.

1) Memperketat Pengaturan di Bidang Kegiatan Bank

Ketentuan-ketentuan yang menyangkut kegiatan

bank banyak juga secara langsung atau tidak

langsung bertujuan untuk melindungi pihak

nasabah.

2) Memperketat Pengawasan Bank

Guna meminimalkan resiko yang ada dalam bisnins

bank, maka pihak otoritas harus melakukan

tindakan pengawasan dan pembinaan terhadap

bank-bank yang ada, baik terhadap bank pemerintah

maupun bankn swasta. (Munir Fuady, 2003:104-

107).

d. Tinjauan tentang Perbankan

1) Pengertian Bank dan Perbankan

Pengertian bank sendiri diatur didalam Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998, berdasarkan Pasal 1 angka (2) Undang-undang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nomor 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, sedangkan

pengertian perbankan terdapat didalam Pasal 1 angka (1)

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, pengertian

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang

bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara

dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Pengertian bank menurut beberapa ahli seperti:

a) Adrian Sutedi

Bank merupakan bagian dari sistem

keuangan dan sistem pembayaran suatu negara,

bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga

telah menjadi bagian dari sistem keuangan dan

sistem pembayaran dunia.Pada saat suatu bank telah

memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas

moneter negara yang bersangkutan, bank tersebut

menjadi milik masyarakat.Eksistensinya bukan saja

harus dijaga oleh para pemilik bank itu sendiri,

tetapi juga oleh masyarakat nasional dan global

(Adrian Sutedi, 2007:1).

b) Malayu S.P. Hasibuan:

Bank adalah lembaga keuangan, berarti bank

adalah badan usaha yang kekayaannya terutama

dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta

bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya

mencari keuntungan saja. Bank adalah pencipta

uang, dimaksudkan bahwa bank menciptakan uang

giral dan mengedarkan uang kartal. Pencipta dan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengedar uang kartal (uang kertas dan uang logam)

merupakan otoritas tunggal bank sentral (Bank

Indonesia) sedangkan uang giral dapat diciptakan

bank umum. Bank adalah tulang punggung

pembangunan ekonomi. Oleh karena itu,

pengawasan dan pembinaan terhadap bank oleh

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral sangat

menentukan (Abdulkadir Muhammad dan Rilda

Murniati, 2000:34).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat

dikatakan bahwa pada dasarnya, Bank adalah suatu badan

usaha yang berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa

keuangan. Bank sebagai Badan Hukum berarti secara

yuridis adalah merupakan subyek hukum yang berarti dapat

mengingatkan diri dengan pihak ketiga, sedangkan hukum

perbankan pada dasarnya adalah serangkaian kaidah-kaidah

yang mengatur tentang badan usaha perbankan. Kaidah-

kaidah yang dimaksudkan disini adalah baik yang terdapat

dalam hukum positif maupun dalam praktik perbankan

(Sentosa Sembiring, 2000:3).

2) Fungsi dan Tujuan Perbankan

Fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

un

tercermin fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang

memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-

pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lacks of

funds). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai

financial intermediary dengan kegiatan usaha pokok

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dari unit

surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari

penabung kepada peminjam (Djoni S. Gazali dan Rachmadi

Usman, 2012:141).

Perbankan Indonesia disamping memiliki fungsi

juga mempunyai tujuan, berdasarkan Pasal 4 Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, tujuan perbankan ialah menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional

(Hermansyah, 2005:45).

e. Tinjauan tentang Independensi

Independen secara umum didefinisikan sebagai kebebasan

dari pengaruh, instruksi/pengarahan, atau kontrol dari pihak-pihak

lain. Menurut Meyer (2000) dalam ceramahnya yang berjudul The

Politics of Monetary Policy: Balancing Independence and

Accountability, independensi adalah kebebasan dari pengaruh,

instruksi/pengarahan, atau kontrol, baik dari badan eksekutif

maupun dari badan legislatif. Sebuah lembaga independen

diciptakan agar lembaga ini memiliki kedudukan yang berada di

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

luar lembaga pemerintah dan bebas dari campur tangan pemerintah

dan atau pihak lain (http:// www.federalreserve.gov /boarddocs/

speeches/ 2000/ 20001024.htm, diakses pada tanggal 8 Desember

2013, pada pukul 17.00 WIB).

Perumusan format Lembaga Mediasi Perbankan

Independen yang tepat sangat diperlukan untuk dapat menjadikan

lembaga ini independen dan bertahan lama. Independensi di sini

sangatlah penting karena bagaimanapun dalam proses mediasi para

pihak tidak boleh merasa tertekan baik secara langsung maupun

tidak langsung, sehingga kesepakatan yang dicapai adalah

kesepakatan murni karena dimasa mendatang seharusnya mediasi

perbankan akan menjadi alternatif penyelesaian sengketa yang

handal bagi nasabah maupun bank sehingga harus benar-benar

memikirkan kepentingan para pihak adalah setara, melindungi hak

dan kepentingan nasabah sekaligus melindungi kepentingan bank

sebagai pelaku usaha perbankan yang harus menjunjung nilai-nilai

perbankan yang sehat.

f. Tinjauan tentang Otoritas Jasa Keuangan

1) Latar Belakanag dan Masa Transisi Otoritas Jasa Keuangan

Amanat pembentukan OJK (Otoritas Jasa

Keuangan) sudah cukup lama menempel dalam rahim

Undang-Undang Bank Indonesia. Dalam Pasal 34 Undang-

undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,

disebutkan bahwa tugas Bank Indonesia (BI) sebagai

pengawas perbankan hanya sampai pada tahun 2002, yang

kemudian tugas mengawasi bank akan dilakukan LPJK

(Lembaga Pengawas Jasa Keuangan) yang independen dan

dibentuk undang-undang, Transisi OJK ialah (Adi

Sulistiyono, 2012:1) :

a) 22 November 2011 UU OJK disahkan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) 31 Desember 2012 Pengaturan dan pengawasan

Pasar Modal dan IKNB beralih ke OJK. 31

Desember 2013 Pengaturan dan Pengawasan

Perbankan beralih ke OJK

c) OJK beroperasi penuh Transisi dari BI dan

Bapepam-LK ke OJK meliputi transisi kewenangan,

SDM, dokumen dan penggunaan kekayaan. Selama

masa transisi BI dan Bapepam LK tetap

melaksanakan kewenangannya. Dapat dilihat tahap-

tahap masa transisi wewenang dari Bank Indonesia

ke Otoritas Jasa Keuangan sebagai berikut,

Gambar 1.1 Masa Transisi Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan

Catatan:

2015 Pengaturan dan Pengawasan LKM

31 Des 2013Pengaturan dan Pengawasan Perbankan beralih ke OJK

31 Des 2012 Pengaturan dan Pengawasan Pasar Modal & IKNB beralih ke OJK

22 Nov 2011UU OJK disahkan (Masa Transisi)

Pengawasan Perbankan Masih di Bank Indonesia

Pengawasan Pasar Modal dan IKNB masih berada di

Bapepam-LK

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Transisi dari Bank Indonesia dan Bapepam-LK ke OJK meliputi

transisi Kewenangan, SDM, dokumen, dan penggunaan kekayaan

Selama masa transisi, Bank Indonesia dan Bapepam-LK tetap

melaksanakan kewenangannya

Gambar 1.2 Masa Transisi Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan

Berdasarkan gambar diatas semakin mempertegas

tugas dalam pelaksanaan mediasi perbankan melalui

Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan daripada

Lembaga Mediasi Perbankan Independen yang didirikan

oleh asosiasi perbankan.

Berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2009 tentang Penetapan Perpu Nomor 2 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23

2018-2020

2015-2017

2012-2014

Tahap Ketiga

-Leading integrated regulator

- Peran strategis di level regionaldaninternasional

Tahap Kedua

- Transformasi organisasi

-Integrasi regulasi dan pengawasan LK

- LK yang lebih tangguh dan kontributif

Tahap Awal

-Mengelola masa transisi secara efektif

-Meletakkan fondasi organisasi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-

undang menyatakan:

f) Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh

lembaga pengawasan sektor jasa keuangan

yang independen, dan dibentuk dengan

Undang-undang.

g) Pembentukan lembaga pengawasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan

dilaksanakan selambat-lambatnya 31

Desember 2010.

Berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2009 tentang Penetapan Perpu Nomor 2 Tahun 2008

Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-

Undang diatas, merupakan dasar pembentukan lembaga

pengawas sektor jasa keuangan yang independen dengan

nama Otoritas Jasa Keuangan yang selambat-lambatnya

dibentuk akhir tahun 2010. Lembaga ini bertugas

mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun,

pasar modal, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan,

serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan

dana masyarakat (Sulistyandari, 2012:171).

2) Tujuan Otoritas Jasa Keuangan

Tujuan Otoritas Jasa Keuangan dapat dilihat

didalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyatakan

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar

keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan

akuntabel;

b) mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh

secara berkelanjutandan stabil; dan

c) mampu melindungi kepentingan Konsumen dan

masyarakat.

Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur

bahwa Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas

pengaturan dan pengawasan terhadap:

a) kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;

b) kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan

c) kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian,

Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga

Jasa Keuangan Lainnya.

3) Sistem Pengawasan Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keungan melaksanakan tugas

pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa

keuangan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian,

dana pension, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa

keuangan lainnya, antara lain melakukan pengawasan,

pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan

tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku,

dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana

dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor

jasa keuangan, termasuk kewenangan perizinan kepada

Lembaga Jasa Keuangan (Zaidatul Amina, 2012:8).

Dalam Pasal 40 dan Pasal 41 Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

disebutkan bahwa Bank Indonesia dapat melakukan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemeriksaan langsung terhadap bank dengan

menyampaikan pemberitahuan secara tertulis terlebih

dahulu kepada Otoritas Jasa Keuangan, tetapi dalam

pemeriksaan tersebut Bank Indonesia tidak dapat

memberikan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank.

Laporan hasil pemeriksaan bank yang dilakukan oleh Bank

Indonesia tersebut disampaikan kepada OJK, kemudian

OJK menginformasikan kepada Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) mengenai bank bermasalah yang sedang

dalam upaya penyehatan oleh OJK.Apabila bank tersebut

mengalami kesulitan likuiditas dan/atau kondisi

kesehatannya semakin memburuk, OJK segera

menginformasikan ke BI untuk melakukan langkah-langkah

sesuai dengan kewenangan Bank Indonesia (Zaidatul

Amina, 2012:9).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

UU No. 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Perpu No. 2 Tahun

2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia Menjadi UU

UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006

tentang Mediasi Perbankan

Fungsi Mediasi Perbankan

Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan (DIMP)

Bank Indonesia untuk sementara waktu

Lembaga Mediasi Perbankan Independen

Mengalami beberapa kendala

dalam pembentukan

Otoritas Jasa Keuangan

Optimalisasi Fungsi Medaisi Perbankan

Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum bagi

Konsumen/ Nasabah

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterangan:

Alur kerangka pemikiran diatas menjadi pegangan bagi Penulis guna

menjawab perumusan masalah yang telah dipaparkan dimuka. Pembahasan akan

dimulai dari pentingnya peran Bank Indonesia yang secara normatif dapat dikaji

pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Perpu Nomor 2

Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang. Berdasarkan Pasal 25

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Perpu Nomor 2 Tahun

2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang, dalam rangka melaksanakan

tugas mengatur bank, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-

ketentuan perbankan yang ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI).

Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 tentang

Mediasi Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 10/1/PBI/2008 berusaha mewujudkan pembentukan lembaga mediasi

perbankan yang independen guna melaksanakan fungsi mediasi perbankan.

Namun pada kenyataannya, lembaga mediasi perbankan independen yang

seharusnya selesai dibentuk pada 31 Desember 2007 tidak kunjung terwujud

karena beberapa kendala.Berbagai kendala dan persoalan tersebut menjadi alasan

kuat sehingga pelaksanaan mediasi perbankan masih dijalankan oleh Direktorat

Investigasi dan Mediasi Perbankan (DIMP) yang merupakan satu unit kerja

didalam Bank Indonesia untuk sementara waktu.

Pelaksanaan fungsi mediasi perbankan yang dijalankan oleh Direktorat

Investigasi dan Mediasi Perbankan (DIMP) yang merupakan satu unit kerja

didalam Bank Indonesia untuk sementara waktu dinilai sangat tepat karena

melihat aspek efisiensi, enforcement dan kredibilitas. Sejak disahkannya Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, setelah

pembentukan Otoritas Jasa Keuangan maka per 1 Januari 2014 maka setidaknya 8

(delapan) satuan kerja Bank Indonesia yang menangani pengawasan bank akan

dipindahkan ke Otortas Jasa Keuangan. Sehingga pelaksanaan mediasi perbankan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. … fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kerangka Teori a. Tinjauan tentang Alternatif Penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melalui Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan bukan lagi satu unit kerja

didalam Bank Indonesia tetapi merupakan satu unit kerja didalam Otoritas Jasa

Keuangan. Merujuk pada hal demikian, jika dikaitkan dengan pelaksanaan fungsi

mediasi perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan berlaku efektif

mulai 2014, maka pelaksanaan fungsi mediasi selama ini dapat dijadikan sebuah

perbandingan dan masukan positif jelang pengefektifan Otoritas Jasa Keuangan

terlebih tugas dan fungsi pengatur dan pengawas kinerja perbankan menuntut

Otoritas Jasa Keuangan menjadi lembaga yang independen dan bebas dari campur

tangan lembaga lain, namun perlu diingat pelaksanaan fungsi mediasi perbankan

dilaksanakan sepanjang lembaga mediasi perbankan independen belum terbentuk.

Dari situlah muncul pertanyaan mengenai bagaima konstruksi hukum

penyelesaian sengketa melalui mediasi perbankan setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan apakah

pembentukan lembaga mediasi perbankan independen berdasarkan Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan masih diperlukan.

Dan dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai sejauh mana

optimalisasi pelaksanaan fungsi mediasi perbankan selama ini agar terwujudnya

kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi konsumen atau nasabah bank.