Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan...

35
TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI KONSELING KONSELING RASIONAL BEHAVIOR EMOTIF THERAPI OLEH : KETUA : ASIS (11301001) PEMATERI : WA ODE NURWIDA (113010082) ANGGOTA : LA JUNA HARA (113010059) NASRI (113010060) LA HAEMI (1130100 ) MAIL (113010021) MUHAMMAD NAIM (1130100 ) ANI LA IBU (1130100 ) SEMESTER : IV KELAS : A

Transcript of Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan...

Page 1: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI KONSELING KONSELING RASIONAL BEHAVIOR EMOTIF THERAPI

OLEH :

KETUA : ASIS (11301001)PEMATERI : WA ODE NURWIDA (113010082)ANGGOTA : LA JUNA HARA (113010059)

NASRI (113010060)LA HAEMI (1130100 )MAIL (113010021)MUHAMMAD NAIM (1130100 )ANI LA IBU (1130100 )

SEMESTER : IVKELAS : A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU2015

Page 2: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan

yang bagaimana pun juah. Salam serta shalawat kita hanturkan kepada Nabiullah

SWT yang menghantarkan kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang

benderang dan telah menjadi suri tauladan bagi umat-Nya.

Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah mengenai “Konseling

Rasional Behavior Emotion Therapi)“.

Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan. Saran serta kritik penulis sangat harapkan dari pembaca agar pada

penulisan makalah berikutnya menjadi lebih baik lagi. Seperti kata pepatah tak ada

gading yang sempurnah, begitu juga dengan manusia sendiri.

Baubau, Mei 2015

Penulis

Page 3: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................

B. Rumusan Masalah..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................

A. Konsep Dasar.........................................................................................

B. Proses Berfikir........................................................................................

C. Tingkah Asumsi Laku Bermasalah........................................................

D. Teknik Konseling...................................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................

B. Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

Page 4: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah Rational-Emotive Behavior Therapy sukar diganti dengan istilah bahasa

indonesia yang mengena: Paling-paling dapat dideskripsikan dengan mengatakan:

Corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berfikir dan

akal sehat (Rational Thingking), Berperasaan (emotion), dan berperilaku (acting),

Serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara

berfikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan

berperilaku. Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah

pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan,

tingkah laku dan pikiran. pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) di

kembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. pandanagan dasar

pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk

berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Di samping itu,

individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional.

pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu mengubah pikiran-pikiran

irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori ABCDE.

Penulis memilih REBT yang dikembangkan oleh Albert Ellis ini sebagai bahan

pembahasan berdasarkan pemikiran bahwa REBT bisa menantang para mahasiswa

untuk berfikir tentang sejumlah masalah dasar yang mendasari konseling. REBT

terpisah secara radikal dari beberapa sistem lain yang disajikan didalam makalah ini,

yakni pendekatan-pendekatan psiko analitik, eksistensial-humanistik, client centered

dan gestal. REBT lebih banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi

kognitif-tinngkah laku-tindakan dalam arti menitik beratkan berfikir, menilai,

memutuskan, menganalisis, dan bertindak. REBT sangat didaktif dan sangat direktif

serta lebih banyak berurusan dengan dimensi-dimensi fikiran dari pada dengan

dimensi-dimensi perasaan.

Page 5: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

Dengan mengingat hal itu, kami dari penulis ingin mengupas teori REBT lebih

mendalam. Namun kami tetap memahami bahwa dalam penulisan ini banyak

mempunyai kekurangan, oleh karenanya kami tetap mengharap kritik dan saran dari

semua pihak.

B. Rumusan Masalah

1. Mendiskripsikan konsep dasar dalam REBT?

2. Menjelaskan pandangan dan cara berfikir dalam REBT?

3. Bagaimana tingkah asumsi laku bermasalah dalam REBT?

4. Bagaimana corak konseling RET?

Page 6: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar

Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki

kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan

bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir

dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional

seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang

disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut

merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi

yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal,

dan irasional.

Perkembangan kepribadian dimulai dari bahwasanya manusia tercipta dengan:

1. Dorongan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri.

2. Kemampuan untuk self-destruktive, hedonis buta dan menolak aktualisasi diri.

Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya

diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan

tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan

cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang

tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara

berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta

menggunakan cara verbalisasi yang rasional.

Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-

konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku

individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C).

Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.

Page 7: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

a. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar

individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau

sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi

masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.

b. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu

terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan

yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional

(irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir

atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu

menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau

system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran

itu tidak produktif.

c. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat

atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam

hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan

akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam

bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.

Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis

harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa

menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan

yang rasional.[3]

B. Proses Berfikir.

Menurut pandangan REBT individu memiliki tiga tingkatan berfikir yaitu berfikir

tentang apa yang terjadi berdasarkan fakta dan bukti-bukti, mengadakan penilaian

terhadap fakta dan bukti, dan keyakinan terhadap proses bukti-bukti dan evaluasi

(Froggatt, 2005). Ellis berpendapat bahwa yang menjadi sumber terjadinya masalah-

Page 8: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

masalah emosional adalah evaluative belief yang dikenal dengan istilah REBT adalah

Irasional bilief yang dapat dikategorikan menjadi empat yaitu:

1. Demamds (Tuntutan) adalah tuntutan atau Ekspekstasi yang tidak realitas dan

absolute terhadap kejadian atau individu yang dapat dikenal dengan kata-kata

seperti harus, sebaiknya dan lebih baik.

2. Awfulishing adalah cara melebih-lebihkan konsekuensi negative dari suatu

situasi sampai pada level yang ekstrim sehingga kejadian yang tidak

menguntungkan menjadi kejadian yang sangat menyakitkan.

3. Low Frustation Tolerance (LFT) adalah kelanjuta dari tuntutan yang selalu

berada dalam kondisi nyaman dan merefleksikan ketidak toleransian terhadao

ketidak nyamanan.

4. Global Evaluations of human worth, yaitu menilai keberhargaan diri sendiri dan

orang lain. Hal ini bernakma bahwa individu dapat diberi peringkat yang

berimplikasi bahwa pada asumsi bebera orang lebih buruk atau tidak berharga

dari yang lain (Wallen, 1992).

Selanjutnya, Ellis membagi fikiran individu dalam tiga tingkatan. yaitu:

a. Dingin (Cool), Pikiran dingin adalah pikiran yang bersifat deskriptif sendiri dan

mengandung sedikit emosi.

b. Pikiran yang hangat (Warm), adalah pikiran yang mengarah pada satu

preferensi atau keyakinan rasional, pikiran ini mengandung unsure evaluasi

yang mempengaruhi pembentukan perasaan.

c. Pikiran yang mengandung unsur evaluasi yang tinggi dan penuh dengan

perasaan (Nelson-Jones, 1995).

C. Tingkah Asumsi Laku Bermasalah

Dalam gantina dkk, Nelson Jones, 1995 mengatakan manusia dipandang memiliki

tiga tujuan fundamental, yaitu: Untuk bertahan hidup, untuk bebas dari kesakitan, dan

untuk mencapai kepuasan. Rasional Emotive behaviore Therapy (REBT) juga

berpendapat bahwa individu adalah hidonistik yaitu kesenangan dan bertahan hidup

Page 9: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

adalah tujuan pertama hidup. Hedonisme dapat diartikan sebagai pencarian

kenikmatan dan menghindari kesakitan. Bentuk hedonisme khusus yang

membutuhkan perhatian adalah penghindaran terhadap kesakitan dan

ketidaknyamanan. Dalam Gantina dkk, Wallen mengatakan Dalam REBT hal ini

menghasilkan low frustration tolerance (LFT). Individu yang memiliki LFT terrlihat

dari pernyataan-pernyataannya verbal seperti: Ini terlalu berat, saya pasti tidak

mampu, ini menakutkan, saya tidak bisa menjalani ini.

Dalam Gantina dkk, Gladding, 1992 mengatakan Ellis mengidentifikasi

sebelah keyakinan irasional individu yang dapat mengakibatkan masalah yaitu:

1. Dicintai dan setujui oleh orang lain adalah sesuatu yang sangat esensial

2. Untuk menjadi orang yang berharga individu harus kompeten dan mencapai

setiap usahanya.

3. Orang yang tidak bermoral, criminal dan nakal merupakan pihak yang harus

disalahkan.

4. Hal yang sangat buruk dan menyebalkan adalah bila sebagala sesuatu tidak

terjadi seperti yang saya harapkan.

5. Ketidak bahagiaan merupakan hasil dari pristiwa eksternal yang tidak dapat

dikontrol oleh diri sendiri.

6. Sesuatu yang membahayakan harus menjadi perhatian dan harus selalu diingat

dalam fikiran.

7. Lari dari kesulitan dan tanggung jawab dari pada menghadapinya.

8. Seseoramg harus memiliki orang lain sebagai tempat bergantung dan harus

memiliki seseorang yang lebih kuat yang dapat menjadi tempat bersandar.

9. Masa lalu menentukan tingkah laku saat ini dan tidak bisa diubah.

10. Individu bertanggaung jawab atas masalah dan kesulitan yang dialami oleh

orang lain.

11. Selalu ada jawaban yang benar untuk setiap masaslah. Dengan demikian,

kegagalan mendapatkan jawaban yang benar merupakan bencana.

Page 10: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia keliru berpikir

bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang

depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang

terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi,

melainkan menyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.

Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama

keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa keyakinan

tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang

muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan

menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.

Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah,

didalamnya merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang

irrasional.

Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :

a. Tidak dapat dibuktikan

b. Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang

sebenarnya tidak perlu

c. Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang

efektif

Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional disebabkan oleh:

1) Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara

kenyatan dan imajinasi

2) Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain

3) Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang

diajarkan kepada individu melalui berbagai media.

Indikator sebab keyakinan irasional adalah:

a) Manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang

lain dari segala sesuatu yang dikerjakan

Page 11: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

b) Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan

kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum

c) Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka,

bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus

dihadapi oleh manusia dalam hidupnya

d) Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada

berusaha untuk menghadapi dan menanganinya

e) Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa

individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan

penderitaan emosional tersebut

f) Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan

individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang

g) Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan

sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural

h) Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung

dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain

terhadap individu.

Menurut Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia memang

“diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam ini.

Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan

absolut. Ada beberapa jenis “pikiran-pikiran yang keliru” yang biasanya diterapkan

orang, di antaranya:

1. Mengabaikan hal-hal yang positif,

2. Terpaku pada yang negatif,

3. Terlalu cepat menggeneralisasi.

Secara ringkas, Ellis mengatakan bahwa ada tiga keyakinan irasional:

1. “Saya harus punya kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak

berguna”

Page 12: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

2. “Orang lain harus memahami dan mempertimbangkan saya, atau mereka akan

menderita”

3. Kenyataan harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa”.

D. Teknik Konseling

Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat

kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa

teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:

Teknik-Teknik Emotif (Afektif)

a. Assertive adaptive

Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk

secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan.

Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.

b. Bermain peran

Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-

perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga

klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

c. Imitasi

Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu

dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang

negatif.

E. Corak Konseling REBT

Corak konseling RET berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat

manusia dan tentang proses manusia dapat mengubah diri, yang sebagian bersifat

filsafat dan sebagian lagi bersifat psikologis, yaitu:

Page 13: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

1. Manusia adalah makhluk yang manusiawi, artinya dia bukan superman dan juga

bukan makhluk yang kurang dari seorang manusia. Manusia memunyai

kekurangan dan keterbatasan, yang dapat mereka atasi sampai taraf tertentu.

Selama manusia hidup di dunia ini, dia harus berusaha untuk menikmatinya

sebaik mungkin.

2. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh bekal keturunan atau pembawaan,

tetapi sekaligus juga tergantung dari pilihan-pilihan yang dibuat sendiri. Nilai-

nilai kehidupan (values) untuk sebagian ditentukan baginya, namun untuk

sebagian juga dibentuk sendiri serta dikejar sendiri. Salah satu nilai kehidupan

adalah kebahagiaan, yang dapat dipilih atau tidak dipilih sendiri sebagai tujuan

utama yang pantas dikejar. Tujuan utama ini terwujud dalam berbagai bidang

kehidupan, seperti merasa bahagia dengan dirinya sendiri, merasa bahagia

dalam berinteraksi dengan orang lain, merasa bahagia dalam kemandirian

ekonomis, dan merasa bahagia dalam menikmati berbagai kegiatan rekreaktif.

3. Hidup secara rasional berarti berfikir, berperasaan, dan berperilaku sedemikian

rupa sehingga kebahagiaan hidup dapat dicapai secara efisien dan efektif.

Bilamana orang berfikir, berperasaan, dan berperilaku sedemikian rupa,

sehingga segala tujuan yang dikejar tidak tercapai, mereka ini hidup secara tidak

rasional. Dengan demikian, berfikir rasional menunjuk pada akal sehat,

sehingga sungguh-sungguh membantu mencapai kebahagiaan di hidup ini.

Orang yang tidak mencapai kebahagiaan itu harus mempersalahkan dirinya

sendiri karena tidak menggunakan akal sehatnya secara semestinya; tidak

pantaslah mereka lalu mempersalahkan orang lain atau nasib hidup malang

sebagai biang keladi ketidakbahagiaan mereka.

4. Menusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk hidup secara rasional dan

sekaligus untuk hidup secara tidak rasional. Dia dapat berfikir dengan akal

sehat, tetapi juga dapat berfikir salah dan demikian menimbulkan kesukaran

bagi dirinya sendiri. Kesukaran ini menggejala dalam alam perasaannya dan

dalam caranya bertindak, tetapi pada dasarnya bersumber pada berfikir yang

Page 14: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

keliru atau berfikir yang disebut berfikir yang tidak rasional (irrasional thinking,

illogical thinking).

5. Orang kerap berpegang pada setumpuk keyakinan yang sebenarnya kurang

masuk akal atau irrasional (irrasional biliefs), yang ditanamkan sejak kecil

dalam lingkungan kebudayaan atau diciptakan sendiri. Mungkin juga

keyakinan-keyakinan itu merupakan gabungan dari pengaruh lingkungan social

dan gagasannya sendiri. Tumpukan keyakinan irrasional cenderung untuk

bertahan lama, bahkan orang cenderung memperkuatnya sendiri dengan

berbagai dalih.

6. Pikiran-pikiran manusia biasanya menggunakan berbagai lambang verbal dan

dituangkan dalam bentuk bahasa. Bila berfikir, manusia seolah-olah

mengucapkan kata-kata kepada diri sendiri. Orang memertahankan pikiran yang

rasional atau yang tidak rasional dengan berbicara kepada diri sendiri dan

mengucapkan dalam batinnya sendiri uraian kalimat tertentu, seperti yang

dirumuskan dalam butir (5).

7. Bilamana seorang merasa tidak bahagia dan mengalami berbagai gejolak

perasaan yang tidak menyenangkan serta membunuh semangat hidup, rasa-rasa

itu bukan berpangkal pada rentetan kejadian dan pengalaman kemalangan yang

telah berlangsung (activating event; activating experience), melainkan pada

tanggapannya yang tidak rasional terhadap kejadian dan pengalaman itu

(irrational beliefs). Tanggapan kognitif yang tidak masuk akal itu biasanya

terdiri atas beraneka tuntutan mutlak, perintah keras kepada diri sendiri dan

berbagai keharusan. Perasaan negative yang muncul sebagai akibat dari pikiran

irrasional itu, dipandang sebagai suatu reaksi perasaan yang tidak wajar

(inappropriate emotions), yang biasanya terdiri atas rasa depresif, rasa cemas

dan gelisah yang mendalam, rasa putus asa, rasa bermusuhan, dan rasa tak

punya harga diri. Perasaan yang demikian akan dapat menghambat orang dalam

mengahadapi tantangan/bantingan hidup dan membunuh semangat berusaha,

bahkan sering membuat keadaan orang lebih buruk. Sebaliknyalah tanggapan

Page 15: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

rasional (rational belief) disertai suatu reaksi perasaan yang wajar (appropriate

feelings). Tanggapan yang masuk akal biasanya terdiri atas berbagai keinginan,

aneka harapan, dan bermacam preferesi, sedangkan reaksi perasaan yang wajar

meliputi perasaan positif seperti rasa cinta, rasa bahagia, rasa tenteram, dan rasa

puas; serta perasaan negative seperti rasa sedih, rasa kesal, rasa kecewa, rasa

bosan, rasa tidak suka, dan rasa marah. Semua reaksi perasaan itu, baik yang

positif maupun yang neagtif, disebut wajar karena menimbulkan semangat

untuk berusaha mengubah hal-hal yang tidak diinginkan dan mengganggu

kebahagiaan hidup.

8. Untuk membant orang mencapai taraf kebahagiaan hidup yang lebih baik

dengan hidup secara lebih rasional, RET memfokuskan perhatiannya pada

perubahan pikiran irasional menjadi rasional. Maka pada dasarnya, konselor

yang menerapkan corak konseling ini mengusahakan rehabilitasi kognitif

(cognitive restructuring). Untuk itu, tidak perlu konselor menggali seluruh

sejarah kehidupan konseli, bahkan juga tidak mengorek keseluruhan asal-usul

permasalahan yang dihadapi sekarang dengan membongkar masa lampau.

9. Mengubah diri dalam berfikir irrasional bukan perkara yang mudah, karena

orang memiliki kecenderungan untuk memertahankan keyakinan-keyakinan

yang sebenarnya tidak masuk akal, ditambah dengan perasaan cemas tentang

ketidakmampuannya mengubah tingkah lakunya dan akan kehilangan berbagai

keuntungan yang diperoleh dari perilakunya. Misalnya, seorang mahasiswa

yang mengeluh kemana-mana bahwa dia selalu gugup dalam menempuh ujian,

mungkin saja memertahankan keluhannya dengan meyakinkan diri terus

menerus bahwa “Aku memang paling bodoh di antara teman-teman; seharusnya

aku pandai”. Hal demikian harus mendapatkan motivasi dari orang-orang yang

ada di sekitarnya untuk menghilangkan perasaan cemas tersebut. Meskipun

perubahan pada diri sendiri tidak mudah, patut diusahakan dengan menyerang

kekacauannya dalam berfikir dan melatih diri untuk mewujudkan landasan

pikiran yang lebih sehat dalam tingkah laku yang konkrit.

Page 16: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

10. Konselor RET harus berusaha membantu orang menaruh perhatian wajar pada

kebahagiaan batinnya sendiri, menerima tanggung jawab atas pengaturan

hidupnya sendiri tanpa menuntut secara mutlak dukungan dari orang lain;

memberikan hak kepada orang lain untuk berbuat salah tanpa menjatuhkan

neraka atas mereka sebagai manusia; menerima kenyataan, bahwa banyak hal

dalam kehidupannya tidak dapat diramalkan secara pasti; berfikir objektif

tentang diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain; berani mengambil

resiko yang wajar dan mencoba hal-hal yang baru; menerima diri sendiri dan

merasa puas dengan diri sendiri sehingga dapat menikmati hidup; dan mengakui

bahwa mustahillah tidak pernah mengalami rasa frustasi, rasa sedih, rasa kesal,

dan sebagainya.

11. Konselor harus membantu konseli mengbah pikirannya yang irasional dengan

mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang (Dispute). Dalam kaitan ini

konselor mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, mengajarkan tata

cara berfikir yang lain, memperolok-olok pikiran yang bodoh, memberikan

contoh-contoh tentang orang lain, menyuruh membayang-bayangkan, dan

sebagaimana yang ternyata efektif bagi konseli tertentu.

12. Diskusi itu akan menghasilkan efek-efek (effects), yaitu pikiran-pikiran yang

lebih rasional (cognitive effects), perasaan-perasaan yang lebih wajar

(emotional effects), dan berperilaku yang lebih tepat dan lebih sesuai

(behavioral effects). Misalnya, mahasiswa dalam butir (9) akan berfikir: “Siapa

bilang, bahwa aku orang yang apling bodoh? Kegagalan sampai sekarang tidak

berarti studiku sudah hancur! Aku tidak perlu mencapai taraf prestasi

segemilang beberapa teman. Aku dapat mencapai hasil sesuai dengan

kamampuanku, asal aku berusaha dengan sungguh-sungguh!”

Dalam melayani konseli, konselor berpegang pada urutan A-B-C-D-E. A adalah

kejadian atau pengalaman teretntu (Activating Event; Activating Experience), yang

ditanggapi oleh subjek dalam bentuk suatu interpretasi terhadap A atau suatu

keyakinan tentang B (Belief) yang dapat rasional atau irrasional. Reaksi emosional

Page 17: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

dan perilaku C (Consequences) merupakan akibat dari interpretasi atau keyakinan

kognitif , yang dapat berupa reaksi perasaan yang wajar atau tidak wajar dan perilaku

yang sesuai atau jelas tidak sesuai. Masalah klien timbul karena keyakinan-keyakinan

yang irrasional, yang pada gilirannya menimbulkan reaksi perasaan yang tidak wajar

dan tingkah laku yang salah suai. Dalam urutan A-B-C ini, A bukan sebab dari C,

melainkan B terhadap A menjadi sebab timbulnya C. kalau B adalah irasional dan

tidak masuk akal, akibatnya C akan tidak wajar dan salah suai; kalau B adalah

rasional dan masuk akal, akibatnya C akan wajar dan sesuai. Maka, bila ternyata

bahwa konseli berpegang pada B yang irrasional, konselor kemudian akan melangkah

ke D (Dispute) untuk menumbuhkan efek-efek yang diharapkan pada akhir proses

konseling, yaitu E (Effects). Dengan demikian terdapat rangkaian A-B-C-D-E.

sebagai contoh:

A: Seorang mahasiswa menerima surat dari seorang gadis, yang dianggapnya sebagai

pacar, cintanya yang pertama. Surat itu berisikan pesan “hubungan kita sampai di sini

saja”.

B: Mahasiswa menginterpretasikan kejadian ini sebagai malapetaka besar dan

berkata kepada diri sendiri: “Aku seharusnya mendapat tanggapan yang positif. Kamu

seharusnya tidak menolak saya. Ini musibah paling besar bagiku. Rasa harga diriku

diinjak-injak. Usahaku gagal total dank arena itu akulah pemuda yang brengsek!

Apakah masih ada arti dalam hidupku? Kenapa masih memertahankan hidupku di

dunia ini?”. Pikiran-pikiran semacam itu bercorak irasional dan tidak masuk akal.

(Corak berfikir yang lain ialah: “Ini tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Aku

tidak mengerti mengapa tiba-tiba dia memutuskan hubungan. Sebenarnya lebih baik

dia memberikan penjelasan. Tetapi, buat, kelihatannya sudah mantap pada

keputusannya”. Berpikir seperti itu ternyata lebih rasional).

C : Sebagai akibat dari pikiran irasional di atas, mahasiswa itu merasa putus asa serta

depresif dan tidak bersemangat hidup lagi. Reaksi emosional ini menggejala dalam

berbagai ungkapan ketegangan, misalnya sukar tidur, kehilangan nafsu makan, dan

Page 18: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

marah-marh pada teman-teman. Lalu dia tidak masuk kuliah 2 minggu dan

mengirimkan surat kepada penasiht akademik untuk minta izin karena sakit.

(Rasa emosional yang lain ialah ras kecewa, rasa frustasi, dan tidak suka akan

perlakuan yang demikian. Dia kemudian mengirimkan surat kepada pemudi itu untuk

minta penjelasan tentang hubungan akrab yang diputuskan. Namun, sementara itu dia

tetap melakukan kewajibannya sebagai mahasiswa. Kalau begitu, mahasiswa tidak

perlu menghadap konselor!).

D :Konselor menjelaskan kepada mahasiswa, bahwa perasaannya yang serba putus

asa adalah akibat dari caranya menanggapi kejadian penerimaan surat putus

hubungan; juga dijelaskan, bahwa aneka gejala gangguan perasaan adalah akibat dari

pikirannya yang tidak masuk akal, dan bahwa pengiriman surat minta izin bukan cara

penyelesaian masalah yang efektif. Kemudian konselor mulai menantang segala

pikiran irasional pada B di atas, misalnya dengan bertanya: “Siapa bilang bahwa

kamu seharusnya tidak ditolak? Apakah surat itu bermakna manjatuhkan Anda dalam

lembah kenistaan? Apakah seorang pemuda yang tidak berhasil dalam cintanya yang

pertama harus diangap sudah brengsek?”, dan sebagainya. Konselor jua menjelaskan,

bahwa dia dapat mengambul pelajaran dari pengalaman ini, misalnya: “Lain kali

jangan menaruh harapan dengan serba cepat. Kegagalan dalam cinta pertama

membuat orang lebih matang dalam menghadapi hubungan percintaan dengan orang

lain”, dan sebagainya.

E : Konseli berubah dalam caranya menganggapi A, misalnya pada butir B di atas, di

antara tanda ( ). Reaksi dalam alam perasannya berubah juga dan dia mengambil

tindakn lain, misalnya seperti pada butir C di atas, di antara tanda ( ).

Tentu saja proses konseling tidak mulai pada A, tetapi pada suatu saat setelah A-B-C

telah terjadi dan mahasiswa itu menyadari dia tidak mampu menyelesaikan masalah

ini tanpa bantuan seorang konselor. Selama proses konseling A-B-C akan menjadi

jelas dan konselor menangkap hubungan antara A-B-C. Kemudian konselor

menjelaskan peranan dari B yang irasional dan mulai menantangnya untuk mencapai

efek E. Namun, konselor biasanya tidak membiarkan konseli untuk mengutarakan

Page 19: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

kejadian atau pengalaman (A) dengan panjang lebar dan secara mendetail; hanya

secukupnya supaya menjadi jelas terhadap hal apa diberikan tanggapan kognitif (B).

Demikian pula, tidak dianggap berguna ungkapan perasaan seperti putus asa,

depresif, tidak bersemangat, dan bermusuhan diperpanjang, karena yang jauh lebih

penting adalah berbagai keyakinan irasional yang melandasi ungkapan perasaan itu.

Konselor menunjukkan sikap penerimaan, pemahaman, dan penghargaan sejauh

diperlukan untuk menciptakan suasana komunikasi antarpribadi tidak dianggap

sebagai satu-satunya kondisi yang mencukupi bagi keberhasilan konseling, seperti

pada Client Centered Counseling. Untuk melengkapi diskusi tentang rangkaian

keyakinan irasional yang harus diubah, konselor sering memberikan suati tugas

Pekerjaan Rumah (Homework), seperti melakukan sesuatu yang berlawanan dengan

keyakinannya yang tidak masuk akal; membayangkan reaksi perasaan yang wajar

untuk melawan yang tidak wajar (Rational Emotive Imagery); dan mengisi format

yang disebut Rational Self Help Form yang diterbitkan oleh The Institute for

Rational-Emotive Therapy di New York City.

RET menunjukkan baik kelebihan maupun kelemahan. Kelebihannya ialah

tekanannya pada peranan berbagai tanggapan kognitif terhadap timbulnya suatu

reaksi perasaan. Kelemahannya adalah kurangnya pengakuan terhadap perasaan nada

dasar (stemming) sebagai suatu faktor yang sangat dominan dalam kehidupan

manusia, yang tidak sebegitu mudah mengalami perubahan. Meskipun demikian,

corak konseling ini sangat bermanfaat untuk diterapkan oleh konselor sekolah

terhadap siswa remaja dan mahasiswa, yang mengalami reaksi-reaksi perasaan

negative yang kuat dan agak mewarnai suasana hati, seperti rasa cemas, rasa gelisah,

rasa putus asa, tidak bergairah, dan tidak bersemangat. Konselor menduga bahwa

ungkapan perasaan itu berkaitan dengan suatu pengalaman hidup, yang diberi

interpretasi negative berdasarkan cara berfikir yang kurang “sehat” dan/atau kurang

masuk akal.

Suatu sistematika lain yang juga mengusahakan rehabilitas kognitif (cognitive

restructuring) dikembangkan oleh Meichenbaum, yang terpusat pada pesan-pesan

Page 20: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

negative yang disampaikan oleh orang kepada diri sendiri dan cenderung

melumpuhkan kreativitasnya serta menghambat dalam mengambil tindakan

penyesuaian diri yang realitas. Menurut pandangan Meichenbaum orang

mendengarkan diri sendiri dan berbicara kepada diri sendiri, yang bersama-sama

menciptakan suatu dialog internal (internal dialogue) dan berkisar pada

mendengarkan pesan negative dari diri sendiri dan menyampaikan pesan negative

terhadap diri sendiri. Dialog internal yang berisikan penilaian negative terhadap diri

sendiri akan membuat orang lain akan merasa gelisah dalam mengahadapi tantangan

hidup dan kurang mampu mengambil tindakan penyesuaian diri yang tepat. Maka

perlulah mengubah penilaian diri yang negative itu menjadi yang lebih positif

sehingga keyakinan akan diri sendiri menguat dan kemampuan menyesuaikan diri

dengan situasi konkrit bertambah.

Siasat yang digunakan oleh konselor pada dasarnya sama dengan yang diterapkan

dalam RET, yaitu mengkaji ulang pola berfikir yang bercorak negative dan

menghasilkan tindakan penyesuaian diri yang kurang tepat. Hanyalah Albert Ellis

lebih memerhatikan pikiran irasional yang dapat berisikan lebih luas daripada pikiran

tentang diri sendiri, sedangkan Meichenbaum lebih menitikberatkan evaluasi diri

yang bercorak negative. Namun, dalam praktek konseling di institusi pendidikan

dapat dijumpai kasus corak berfikir negative terhadap diri sendiri yang sebenarnya

bersifat irasional (tidak masuk akal sehat); dalam kasus seperti itu penerapan

pendekatan RET mencakup pula rehabilitas kognitif terhadap corak berfikir tentang

diri sendiri yang melumpuhkan semangat hidup.

Page 21: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior

kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran.

pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) di kembangkan oleh Albert

Ellis melalui beberapa tahapan. pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia

adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya

didapat melalui belajar social. Di samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk

belajar kembali untuk berpikir rasional. pendekatan ini bertujuan untuk mengajak

individu mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori

ABCDE.

B. Saran

Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat

banyak kesalahan dan kekhilafan, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk pemakalah guna mengingatkan dan memperbaiki setiap

kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir

tidak lupa pemakalah mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima

kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah

Page 22: Web viewPuji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan yang

DAFTAR PUSTAKA

Amirah Diniaty (2009), Teori-Teori Konseling, Pekanbaru: Daulat Riau.

Gantina komalasari, Dkk. (2011). Teori Teknik Konseling, Jakarta: Indeks.

Gerald Corey (2009), Teori dan Praktek Konseling & Terapi, Bandung: Refika

Aditama

Muhammad Surya (1994), Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Bandung: Bhakti

Winaya

Muhammad Surya (2003), Teori-Teori Konseling, Bandung: C.V Pustaka Bani

Quraisy.

.Winkel, W. S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:

Grasindo