repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter...

27
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue 2.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue Dengue Fever (DF) adalah penyakit febris-virus akut, sering kali disertai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leucopenia sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue (DHF) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama: demam tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan hepatomegali dan, pada kasus berat, tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat mengalami syok hipovolemik yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut sindrom syok dengue (DSS) dan dapat menjadi fatal (WHO, 1997). Pada beberapa epidemik, DBD dapat disertai dengan komplikasi perdarahan, seperti epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan gastrointestinal, hematuria dan menoragi. Biasanya perdarahan dapat menimbulkan kematian pada kasus ini (WHO, 1997). 2.1.2 Pola Penyakit Demam Berdarah Dengeu Pola dari penyakit DBD adalah sebagai berikut 1. Interaksi Virus-Pejamu Menurut WHO (2001) untuk memahami berbagai situasi epidemiologi yang muncul, penting untuk mengenali beberapa aspek dasar interaksi virus-penjamu. Aspek-aspek tersebut meliputi: Universitas Sumatera Utara

Transcript of repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter...

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue

Dengue Fever (DF) adalah penyakit febris-virus akut, sering kali disertai

dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leucopenia sebagai

gejalanya. Demam berdarah dengue (DHF) ditandai oleh empat manifestasi klinis

utama: demam tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan hepatomegali dan, pada

kasus berat, tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat mengalami syok

hipovolemik yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut sindrom syok

dengue (DSS) dan dapat menjadi fatal (WHO, 1997).

Pada beberapa epidemik, DBD dapat disertai dengan komplikasi perdarahan,

seperti epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan gastrointestinal, hematuria dan

menoragi. Biasanya perdarahan dapat menimbulkan kematian pada kasus ini (WHO,

1997).

2.1.2 Pola Penyakit Demam Berdarah Dengeu

Pola dari penyakit DBD adalah sebagai berikut

1. Interaksi Virus-Pejamu

Menurut WHO (2001) untuk memahami berbagai situasi epidemiologi yang

muncul, penting untuk mengenali beberapa aspek dasar interaksi virus-penjamu.

Aspek-aspek tersebut meliputi:

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

a. Infeksi dengue jarang menimbulkan kasus ringan pada anak.

b. Infeksi dengue pada orang dewasa sering menimbulkan gejala yang sering tidak

dikenali sebagai kasus dengue dan menyebar tanpa terlihat didalam masyarakat.

c. Infeksi primer maupun sekunder dengue pada orang dewasa mungkin

menimbulkan perdarahan gastrointestinal yang parah. Contoh, tahun 1988 di

Taiwan banyak orang dewasa yang mengalami perdarahan yang berat yang

dihubungkan dengan DEN(dengue)-1 juga mengalami penyakit ulkus peptikum.

2. Faktor-Faktor Determinan pada DBD

Menurut WHO (2001), infeksi sekunder dengue merupakan faktor risiko

untuk DBD, termasuk juga antibodi-pasif pada bayi. Strain virus juga merupakan

faktor risiko untuk terkena DBD; tidak semua tipe liar virus berpotensi menimbulkan

epidemic atau mengakibatkan kasus yang parah. Faktor-faktor risiko pada Demam

Berdarah Dengue adalah: status imun setiap individu, strain/serotype virus yang

menginfeksi, usia pasien dan latar belakang genetik pasien. Terakhir, usia pasien dan

genetik penjamu juga termasuk faktor risiko terhadap DBD. Walaupun DBD dapat

dan memang menyerang orang dewasa, kebanyakan kasusnya ditemukan pada anak-

anak yang berusia >15 tahun, dan bukti tidak langsung memperlihatkan bahwa

beberapa kelompok di masyarakat mungkin justru lebih rentan terhadap sindrom

pecahnya pembuluh darah dari pada kelompok lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

2.1.3 Etiologi

Penyakit Demam Berdarah Dengue pada seseorang dapat disebabkan oleh

virus Dengue termasuk family Flaviviridae dan harus dibedakan dengan demam yang

disebabkan virus Japanese Encephalitis dan Yellow Fever (Demam Kuning)

(Soegijanto, 2008).

Virus dengue termasuk family Flaviviridae, genus Flavivirus, terdirin dari 4

serotip, yaitu DEN (dengue)-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotype virus

ini terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotype virus DEN-3 sering

menimbulkan wabah (Soegijanto, 2008).

Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang relatif labil terhadap suhu

dan faktor kimiawi lain serta masa viremia yang pendek, sehingga keberhasilan

isolasi dan identifikasi virus sangat bergantung kepada kecepatan dan ketepatan

pengambilan (Soegijanto, 2008).

2.1.4 Patofisiologi dan Patogenesis

Patofisiologi primer DBD adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler

yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga

menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasma

menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, hal ini didukung penemuan post-

mortem meliputi efusi serosa, efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.

Terjadinya lesi destruktif nyata pada vaskuler, menunjukan bahwa perubahan

sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja singkat. Jika penderita

sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorpsi dengan cepat,

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

menimbulkan penurunan hemotrokit. Perubahan hemostasis pada DBD melibatkan 3

faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopeni, dan kelainan koagulasi (Soegijanto,

2008).

Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Ae.

aegypti atau Ae. albopictus. Organ sasaran dari virus adalah organ hepar, nodus

limfaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukan

bahwa sel-sel monosit dan makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini.

Dalam peredaran darah, virus tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer

(Soegijanto, 2008).

Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam sel

tersebut. Infeksi virus dengue dimulai dengan menempelnya virus genomnya masuk

ke dalam sel dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk

komponen-komponennya, baik komponen antara maupun komponen structural virus.

Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses

perkembangbiakan virus DEN terjadi di sitoplasma sel (Soegijanto, 2008).

2.1.5 Tanda dan Gejala Klinis

Menurut WHO (2001), manifestasi klinis dari DBD adalah:

1. Demam: awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung selama 2 – 7 hari.

2. Setiap manifestasi perdarahan (termasuk juga uji tourniquet positif): petekia,

purpura, ekimosis, epistaksis, gusi berdarah, dan hematemesis dan/atau malena.

3. Pembesaran hati (hepatomegali) tampak pada beberapa tahap penyakit yaitu

sekitar 90-98% pada anak-anak.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

4. Syok, ditandai dengan denyut yang cepat dan lemah disertai tekanan denyut yang

menurun (20 mmHg atau kurang), atau hipotensi, juga dengan kulit yang

lembab, dingin dan gelisah.

2.1.6 Nyamuk Penular DBD

Di Asia Tenggara, Ae. aegypti merupakan vektor utama epidemik virus

dengue. Ae. albopictus merupakan vektor sekunder, yang juga penting dalam

mempertahankan keberadaan virus (WHO, 2001).

1. Aedes aegypti

a. Status taksonomi

Ae. aegypti memperlihatkan spektrum pola sisik yang bersambungan di

sepanjang penyebarannya mulai dari bentuk yang gelap, yang dikaitkan dengan

perbedaan perikunya.

b. Distribusi

Ae. Aegypti tersebar luas di wilayah tropis dan subtropis Asia Tenggara, dan

terutama di sebagian besar wilayah perkotaan. Penyebaran Ae. Aegypti di

pedesaan akhir-akhir ini relatif sering terjadi yang dikaitkan dengan

pembangunan sistem persediaan air pedesaan dan perbaikan sistem transportasi.

Ae. Agypti ternyata lebih stabil dan ditemukan di daerah perkotaan, pinggiran

kota, dan daerah pedesaan karena kebiasaan penyimpanan air secara tradisional.

Selain itu urbanisasi cenderung menambah jumlah habitat yang sesuai untuk Ae.

Aegypti. Ae. Aegypti ternyata juga dapat berada di rumah yang kumuh, rumah

toko (ruko), dan di rumah susun dengan banyak kamar.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

c. Ketinggian

Ketinggian merupakan faktor yang penting untuk membatasi penyebaran nyamuk

Ae. aegypti. Pada ketinggian yang berkisar dari nol meter sampai 1000 meter

diatas permukaan laut nyamuk Ae. aegypti dapat ditemukan. Ketinggian yang

rendah (kurang dari 500 meter) memiliki tingkat kepadatan populasi nyamuk

sedang sampai berat. Sementara daerah pegunungan (diatas 500 meter) memiliki

populasi nyamuk yang rendah.

d. Perilaku Istirahat

Ae. aegypti suka beristirahat ditempat yang gelap, lembab dan tersembunyi di

dalam rumah atau bangunan, termasuk dikamar tidur, kamar mandi, kamar kecil,

maupun didapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah, di tumbuhan atau

di tempat terlindung lainnya. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang

mereka suka adalah di bawah furniture, benda yang tergantung seperti baju dan

gorden, serta di dinding.

e. Jarak terbang

Penyebaran nyamuk Ae. aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor

termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi tampaknya terbatas

sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan. Akan tetapi, penelitian terbaru di

Puerto Rico menunjukan bahwa nyamuk ini dapat menyebar sampai lebih dari

400 meter terutama untuk mencari tempat bertelur. Transportasi pasif dapat

berlangsung melalui telur dan larva yang ada dalam penampung.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

f. Penyebaran virus

Nyamuk Ae. aegypti dewasa memiliki rata-rata lama hidup hanya delapan hari.

Selama musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih panjang, risiko penyebaran

virus semakin besar.

2. Aedes albopictus

Aedes albopictus termasuk dalam subgenus yang sama dengan Ae. Aegypti

(Stegomyia). Spesies ini tersebar luas di Asia dari Negara beriklim tropis sampai

yang beriklim subtropics.

Ae. albopictus pada dasarnya adalah spesies hutan yang beradaptasi dengan

lingkungan manusia di pedesaan, pinggiran kota, dan perkotaan. Nyamuk

bertelur dan berkembang di lubang pohon, ruas bambu, dan pangkal daun sebagai

habitat hutannya; serta penampung buatan di daerah perkotaan. Nyamuk ini

merupakan penghisap darah yang acak dan lebih zoofagik (memilih hewan) dari

pada Ae. aegypti. Jarak terbangnya bisa mencapai 500 meter. Tidak seperti Ae.

aegypti, beberapa strain dari spesies ini berhasil beradaptasi dengan cuaca dingin

di wilayah Asia Utara dan Amerika, saat telurnya menghabiskan musim dingin

dengan beristirahat.

Nyamuk ini telah menjadi hama yang signifikan di banyak masyarakat karena

erat hubungannya dengan manusia (bukan hidup dilahan basah), dan biasanya

makan di siang hari selain disenja dan fajar (Wikipedia,2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian DBD

2.2.1 Perilaku

Green menganalisis bahwa kesehatan itu dipengaruhi oleh dua faktor pokok

yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor non perilaku (non behavior

causes). Sedangkan perilaku itu sendiri, khusus perilaku kesehatan dipengaruhi atau

ditentukan oleh 3 (tiga) factor yakni:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya dari seseorang.

b. Faktor-faktor penunjang (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan

fisik (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas kesehatan).

c. Faktor-faktor pendukung atau reinforcing factor yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan dan petugas-petugas lainnya termasuk

didalamnya keluarga dan teman sebaya.

Green kemudian berkesimpulan bahwa setiap perilaku kesehatan dapat dilihat

sebagai fungsi dari pengaruh kolektif ketiga faktor. Gagasan penyebab kolektif itu

penting terutama karena perilaku merupakan suatu fenomena yang majemuk.

Jika menelaah dari ketiga faktor tersebut maka terlihat bahwa perubahan

perilaku yang berkaitan dengan rekayasa perilaku akan sangat berhubungan dengan

faktor-faktor sebagai berikut:

a. Kepercayaan terhadap kesehatan dengan dimensi pembentukan (determinan)

adalah pengetahuan dan sikap. Kedua dimensi ini berkaitan erat dengan

karakteristik demografis individu.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

b. Kemampuan mendapatkan informasi, kemudahan mendapatkan pelayanan serta

ketersediaan alat dan bahan dalam melakukan pencegahan.

Pengetahuan dan sikap manusia (masyarakat) yang kurang mengetahui tentang

tanda/gejala, cara penularan dan pencegahan penyakit DBD mempunyai risiko

terkena penyakit DBD. Dengan demikian upaya peningkatan pengetahuan mengenai

gejala/tanda, cara penularan dan pencegahan serta pemberantasan penyakit DBD

perlu mendapat perhatian utama agar masyarakat lebih berperan aktif untuk

melakukan pembersihan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kebiasaan

menggantungkan pakaian di dalam rumah merupakan habitat kesenangan nyamuk

Aedes aegypti. Sedangkan kebiasaan tidur siang mempunyai risiko untuk terjadinya

DBD (Depkes RI, 1992).

2.2.2 Lingkungan

Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit DBD dengan

manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit DBD. Hal-hal yang

diperhatikan di lingkungan yang berkaitan dengan vektor penularan DBD antara lain:

a. Sumber air yang digunakan

Air yang di gunakan dan tidak berhubungan langsung dengan tanah merupakan

tempat perindukkan yang potensial bagi vektor DBD.

b. Kondisi tempat penampungan air (TPA)

Tempat penampungan air yang berjentik lebih besar kemungkinan terjadinya

DBD di bandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak berjentik.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

c. Kebersihan lingkungan

Kebersihan halaman dari kaleng kaleng/ban bekas, tempurung dan lain-lain

juga merupakan faktor terbesar terjadinya DBD (Depkes RI, 1997).

2.2.3. Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk diartikan dengan perpindahan (Kusnadi, 2010), sementara

menurut Prasetyo (2010) pengertian lain dari mobilitas penduduk adalah perpindahan

penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Dalam ilmu sosiologi mobilitas dibagi menjadi 3 (Prasetyo, 2010) yaitu:

1. Mobilitas horizontal adalah perpindahan penduduk dari satu lapangan hidup

kelapangan hidup yang lain.

2. Mobilitas vertikal adalah perpindahan penduduk dari cara-cara hidup tradisional

ke cara-cara hidup yang lebih moderen.

3. Mobilitas geografis adalah berpindahnya seseorang dari satu tempat ke tempat

atau daerah yang lain.

Mobilitas horizontal disebut juga dengan migrasi. Migrasi penduduk adalah

perpindahan penduduk dari tempat ke satu tempat yang lain melewati batas

administrative dengan tujuan menetap (Kusnadi, 2010).

Migrasi penduduk terbagi 2 jenis yaitu migrasi internasional dan migrasi

nasional. Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk yang melewati batas

suatu negara. Migrasi nasional adalah migasi yang terjadi dalam batas wilayah suatu

negara. Migrasi nasional terbagi dua migrasi sirkuler dan migrasi momuter. Migrasi

sirkuler yaitu perpindahan penduduk sementara karena mendekati tempat pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

Migrasi komuter adalah pergi ke tempat atau kota lain di pagi hari dan pulang disore

hari ataupun malam hari (Prasetyo, 2010).

2.3 Pengaruh Perilaku

2.3.1 Konsep Perilaku

Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

atau mahkluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). Segala kegiatan yang

dilakukan mahkluk hidup dalam kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan

kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan kehidupannya disebut dengan perilaku.

Menurut Skiner (1938), seorang ahli psikologi yang dikutip didalam buku

Notoatmodjo (2010), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku

manusia terjadi melalui proses: Stimulus → Organisme → Respon, sehingga teori

Skinner ini disebut teori “SOR”.

Berdasarkan Teori SOR, maka perilaku manusia dapat dikelompokan menjadi

dua, yakni:

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum

dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas

dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap

stimulus.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa

tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar.

Berdasarkan pembagian domain oleh Bloom, dan untuk kepentingan

pendidikan praktis, dikembangkan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2010):

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimiliknya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya).

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

3. Tindakan atau praktik (Practice)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk

bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana

dan prasarana.

2.3.2 Perilaku Kesehatan

Menurut Skiner (1938), perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman,

dan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau

kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat

diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan.

2.3.3 Konsep Dasar Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut WHO pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau

pengalaman orang lain. Selanjutnya menurut Poedjawijatna (1991), orang yang tahu

disebut mempunyai pengetahuan. Jadi pengetahuan adalah hasil dari tahu. Dengan

demikian pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian Rogers (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

tahapan pengetahuan dalam diri orang tersebut terjadi adalah sebagai berikut:

a. Knowledge (pengetahuan), yakni orang tersebut mengetahui dan memahami akan

adanya sesuatu perubahan baru.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

b. Persuasion (kepercayaan), yakni orang mulai percaya dan membentuk sikap

terhadap perubahan tersebut.

c. Decision (keputusan), yakni orang mulai membuat suatu pilihan untuk

mengadopsi atau menolak perubahan tersebut.

d. Implementation (pelaksanaan), orang mulai menerapkan perubahan tersebut

dalam dirinya.

e. Confirmation (penegasan), orang tersebut mencari penegasan kembali terhadap

perubahan yang telah diterapkan, dan boleh merubah keputusannya apabila

perubahan tersebut berlawanan dengan hal yang diinginkannya.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerima

perubahan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku itu tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Bloom (1908), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,

dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap

suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan menjadi landasan penting untuk menentukan suatu tindakan.

Pengetahuan, sikap dan perilaku akan kesehatan merupakan faktor yang menentukan

dalam mengambil suatu keputusan. Orang yang berpengetahuan di dalam kehidupan

sehari-hari (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya suatu tindakan seseorang (overt behavior) dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang dasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), ada beberapa faktor yang memengaruhi

pengetahuan yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan didalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari

orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan

sangat erat kaitan dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak

berarti mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh pada

pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang

akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.

b. Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan

tersedia bermacam-macam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

memengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru

bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

c. Sosial budaya dan ekonomi

d. Lingkungan

e. Pengalaman

f. Usia

2.4.1 Konsep Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

(Notoatmodjo, 2007).

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni (Notoatmodjo, 2007):

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan, bahwa orang (subjek) mau dan memerhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas

pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi

2.5.1 Konsep Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Tingkat-tingkat praktik:

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai contoh adalah

indikator praktik tingkat dua.

3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat

tiga.

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

Penelitian yang dilakukan oleh Tedy,B (2005) menunjukan bahwa ada

perbedaan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian DBD,

responden yang berpengetahuan kurang baik lebih besar 3,077 kali

dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik. Dengan interval

kepercayaan 95% untuk OR=3,077 adalah 1,218-7,776. Sikap responden

terhadap kejadian DBD adalah bahwa risiko kejadian DBD bagi responden

yang bersikap kurang baik lebih besar 2,738 kali dibandingkan dengan

responden yang sikapnya baik. Dengan interval kepercayaan 95% untuk

OR=2,738 adalah 1,196 - 6,269. Sedangkan hasil penelitian tindakan terhadap

kejadian DBD menunjukan bahwa risiko kejadian DBD bagi responden yang

tindakannya kurang baik lebih besar 4,487 kali dibandingkan dengan

responden yang tindakannya baik. Dengan interval kepercayaan 95% untuk

OR=4,487 adalah 1,822 – 11,051.

2.4. Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Kejadian DBD

Lingkungan adalah sekeliling tempat organisasi, berorganisasi, termasuk

udara, air, tanah, sumber daya alam, flora, fauna, manusia serta hubungan didalamnya

(Notoatmodjo, 2007).

Lingkungan fisik (physical environment) adalah istilah yang mencakup semua

benda hidup dan tidak hidup yang terjadi secara alami di bumi atau bagiandarinya.

Istilah ini mencakup beberapa komponen kunci yaitu: unit bentang alam lengkap

yang berfungsi sebagai sistem alami tanpa intervensi manusia yang berlebihan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

termasuk semua tumbuhan, binatang, batuan dan fenomena alami yang terjadi dalam

batas unit bentang alam tersebut. Sumber daya alam bersifat universal dan fenomena

fisik yang bersifat lintas batas, seperti udara, air, iklim dan juga energi, radiasi, yang

tidak berasal dari aktivitas manusia (Ling-geo, 2009).

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status

kesehatan yang optimal pula (Notoatmodjo, 2007).

Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup:

perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan

sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang), dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang

Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk

memerbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup optimum bagi manusia yang

hidup didalamnya (Notoatmodjo, 2007).

Manajemen lingkungan yang dapat mencegah atau meminimalkan

perkembangbiakan vektor sehingga kontak antara manusia dan vektor berkurang

adalah (WHO, 2001):

1. Perbaikan persediaan air

Jika persediaan air pipa tidak adekuat dan hanya keluar pada jam-jam tertentu

atau tekanan airnya rendah, ada anjuran untuk penyimpanan air dalam berbagai

jenis wadah. Hal ini akhirnya akan memperbanyak tempat perkembangbiakan

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

nyamuk Ae. aegypti. Sebagian besar wadah yang digunakan memiliki ukuran

yang besar dan berat (misal: gentong air) dan tidak mudah untuk dibuang atau

dibersihkan.

2. Drainase instalasi persediaan air

Tumpah/bocornya air dalam bangunan pelindung, dari pipa distribusi, katup air,

pintu air, hidran kebakaran, meteran air dan sebagainya menyebabkan air

mengenang dan dapat menjadi habitat yang penting untuk larva Ae. aegypti jika

tindakan pencegahan tidak dilakukan.

3. Penyimpanan air rumah tangga

Sumber utama perkembangbiakan Ae. aegypti disebagian besar daerah

perkotaan Asia Tenggara adalah wadah penyimpanan air untuk kebutuhan rumah

tangga yang mencakup gentong air dari tanah liat,keramik serta teko semen yang

dapat menampung 200 liter air, drum logam berkapasitas 210 liter (50 galon),

dan wadah yang berukuran lebih kecil untuk menampung air bersih atau air

hujan. Wadah penyimpanan air harus ditutup dengan tutup yang pas dan rapat

yang harus ditempatkan kembali dengan benar setelah mengambil air.

4. Pot/vas bunga

Pot bunga dan vas bunga merupakan tempat utama perkembangbiakan Ae.

aegypti. Benda-benda tersebut harus dilubangi untuk saluran air keluar. Tindakan

lainya, bunga hidup dapat ditempatkan diatas wadah yang berisi pasir dan air.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

5. Perkembangbiakan Ae.aegypti di genangan air incidental

Pendingin air tempat kering (water (evaporasi) cooler), wadah penampungan

hasil kondensasi dibawah lemari es, dan pendingin udara (air conditioner) harus

diperiksa, dikeringkan dan dibersihkan secara teratur. Pendingin air tempat

kering yang biasa dipakai di wilayah gersang/semigersang.

6. Bagian luar bangunan

Dilakukan pemeriksaan berkala terhadap bangunan selama musim Desain

bangunan penting untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes. Pipa

aliran dari talang atap sering tertsumbat dan menjadi lokasi perkembangbiakan

nyamuk Aedes. Dengan demikian perlu hujan untuk menemukan lokasi

potensial perkembangbiakan.

7. Pembuangan sampah padat

Sampah padat, seperti kaleng, botol, ember, atau benda tak terpakai lainnya yang

berserakan di sekeliling rumah harus dibuang dan dikubur di tempat penimbunan

sampah. Barang-barang pabrik dan gudang yang tak terpakai harus disimpan

dengan benar sampai saatnya dibuang. Peralatan rumah tangga dan kebun

(ember, mangkuk, dan alat penyiram tanaman) harus disimpan dalam kondisi

terbalik untuk mencegah tergenangan air hujan.

8. Pengelolaan ban

Ban bekas kendaraan merupakan lokasi utama perkembangbiakan nyamuk Aedes

di daerah perkotaan sehingga menimbulkan satu masalah kesehatan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

yang penting. Ban bekas harus ditutup untuk mencegah tergenangnya air hujan

dalam ban.

9. Pengisian rongga pada pagar

Pagar yang terbuat dari kayu berongga seperti bambu harus dipotong di bagian

beton agar tidak menjadi habitat larva Aedes.

10. Botol kaca dan kaleng

Botol kaca, kaleng dan wadah lainnya harus di timbun di tempat penimbunan

sampah atau dihancurkan dan didaur ulang untuk industri.

11. Jarak rumah

Jarak rumah adalah ukuran yang menunjukan seberapa jauh antara satu rumah

dengan rumah lainnya.

12. Tata rumah

Tata rumah adalah susunan peletakan peralatan/perabotan didalam rumah.

Penelitian yang dilakukan oleh Roose (2005) menunjukan bahwa kemungkinan

orang menderita DBD jarak rumahnya < 5 m dengan tetangga sebelah

menyebelah 1,78 kali lebih besar dibandingkan dengan tidak DBD. Tidak ada

perbedaan risiko terkena DBD pada responden yang tata rumahnya baik dengan

yang tata rumahnya tidak baik. Kemungkinan orang yang menderita DBD di

lingkungan rumahnya terdapat penampungan air 0,33 kali lebih besar

dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

Penelitian yang dilakukan oleh sitorus (2005) menunjukan bahwa ada

kemungkinan orang yang menderita DBD ditemukan ada jentik di rumahnya 5,8 kali

dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD.

2.5. Landasan Teori

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat komplek, yang saling

berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pula

pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya

sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah

‘sehat-sakit’ atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang memengaruhi kesehatan,

baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini Hendrik L.

Blum (1974) mengatakan bahwa faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan

pelayanan masyarakat disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga

saling berpengaruh satu sama lainnya (Notoatmodjo, 2007).

Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit

disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent) dan

lingkungan (environment). Perubahan dari sektor lingkungan akan memengaruhi

host, akan timbul penyakit secara individu maupun keseluruhan populasi yang

mengalami perubahan tersebut. Demikian juga dengan kejadian penyakit DBD yang

berhubungan dengan lingkungan.

Selain itu perubahan dari perilaku dan lingkungan akan memengaruhi

individu, sehingga akan timbul penyakit secara individu maupun keseluruhan

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

populasi yang mengalami perubahan tersebut. Demikian juga dengan kejadian

penyakit DBD yang berpengaruh dengan individu dan lingkungan. Pada prinsipnya

status kesehatan individu di pengaruhi oleh perilaku, lingkungan, keturunan dan

pelayanan kesehatan.

Gambar 2.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Status Kesehatan Menurut

Hendrik L. Blum

Keturunan: - Faktor biologik - Penyakit alergi

Lingkungan: - Lingkungan fisik - Lingkungan non

fisik

Pelayanan Kesehatan : - Jarak ketempat

pelayanan kesehatan - Fasilitas kesehatan - Petugas kesehatan

Perilaku : - Pengetahuan - Sikap - Keterampilan

Status Kesehatan Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 65488 › Chapter II.pdf?sequence=3... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue2.1.3 Etiologi . Penyakit Demam

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori maka peneliti merumuskan kerangka konsep

penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Pengaruh Perilaku Individu dan Lingkungan

Fisik terhadap Kejadian DBD

Kejadian DBD

Perilaku Individu - Pengetahuan - Sikap - Tindakan

Lingkungan Fisik

- Jarak antar rumah - Tata rumah (pengaturan barang

dalam rumah) - Tempat penampungan air (TPA) - Tempat penampungan air alami - Keberadaan Jentik

Universitas Sumatera Utara