repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4751... · Web view...
Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 4751... · Web view...
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan subsektor peternakan ayam ras pedaging mempunyai
potensi yang sangat besar sebagai sumber protein hewani asal unggas.
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan keseluruhan yang
bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur yang
bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan petani peternak, serta menambah
devisa dan memperluas kesempatan kerja.
Hal inilah yang mendorong pembangunan sektor peternakan sehingga
pada masa yang akan datang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata
dalam pembangunan perekonomian bangsa. Untuk mencapai pembangunan
pertanian pada umumnya dan sektor peternakan khususnya, maka sebagai
penunjang kebutuhan protein hewani yang merupakan bagian dari kebutuhan
dasar manusia perlu di usahakan produktifitas yang maksimal sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani peternak. Dalam upaya pemenuhan protein
hewani dan peningkatan pendapatan peternak, maka pemerintah dan peternak
telah berupaya mendayagunakan sebagian besar sumber komoditi ternak yang
dikembangkan, diantaranya adalah ayam pedaging (broiler).
Usaha peternakan ayam ras pedaging banyak diminati masyarakat karena
pemeliharaanya yang singkat. Saat ini peternakan ayam merupakan sektor
peternakan yang paling efisien dan paling cepat dalam menyediakan zat-zat
makanan bergizi tinggi dari sumber hewani. Ayam ras pedaging merupakan
1
penyumbang daging terbesar dari kelompok unggas terhadap produksi daging
nasional, sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha
yang menguntungkan. Produksi daging ayam meskipun menduduki ranking
pertama mengalahkan produksi daging sapi, tetapi sampai saat ini masih belum
mampu memenuhi tuntutan kebutuhan daging secara keseluruhan.
Sampai saat ini konsumsi daging unggas di Indonesia masih di utamakan
dalam pemenuhan permintaan daging dalam hal kuantitas. Hal ini disebabkan dari
tahun ketahun konsumsi daging unggas semakin meningkat sebagai akibat dari
pertumbuhan jumlah penduduk. Hal ini terjadi pula di Kabupaten Gowa. Namun
peternak tidak akan mungkin dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut
apabila dari tahun ketahun populasi ternak ayam ras pedaging didaerah ini
semakin merunun. Sehingga penurunan populasi tersebut berdampak pada
penurunan pendapatan peternak ayam ras pedaging dalam tiga periode terakhir
tahun 2011 dengan skala kepemilikan 1000 – 3000 ekor. Adapun penurunan
pendapatan peternak di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, dapat dilihat
pada Tabel 1.
Dilihat dari tabel 1, pendapatan peternak mengalami penurunan selama
tiga periode terakhir. Bedasarkan survey awal yang telah dilakukan, penurunan
pendapatan terjadi akibat tingginya tingkat mortalitas (kematian ternak) yang
terjadi.
2
Tabel 1. Pendapatan Rata-Rata Peternak Ayam Ras Pedaging Selama 3 Periode Produksi Tahun 20011, di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.
Periode Skala Total Penerimaan(Rp/Periode)
Total Pengeluaran(Rp/Periode)
Pendapatan(Rp/Periode)
10001 24,666,667 21,666,667 3,000,0002 23,333,333 20,666,667 2,666,6673 21,866,667 20,333,333 1,533,333
20001 49,333,333 43,333,333 6,000,0002 46,666,667 41,333,333 5,333,3333 43,733,333 40,666,667 3,066,667
30001 74,000,000 65,000,000 9,000,0002 70,000,000 62,000,000 8,000,0003 65,600,000 61,000,000 4,600,000
Sumber : Hasil Olah Data Primer, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa. 2012
Dari segi volume penjualan juga berpengaruh terhadap pendapatan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Astuti (2005) yang menyatakan bahwa semakin besar
volume penjualan ternak, maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh
peternak. Dengan meningkatnya volume penjualan, maka secara langsung
maupun tidak langsung akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh peternak.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka kami bermaksud
melakukan penelitian mengenai “ Pengaruh Volume Penjualan Terhadap
Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging, di Kecamatan Pallangga,
Kabupaten Gowa ”.
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat di atas dan pengamatan langsung di lokasi,
maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu :
1. Apakah volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
peternak ayam ras pedaging, di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa ?
2. Berapa besar kontribusi pengaruh volume penjualan terhadap pendapatan
peternak ayam ras pedaging, di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah volume penjualan berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan peternak ayam ras pedaging, di Kecamatan
Pallangga, Kabupaten Gowa
2. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pengaruh volume penjualan
terhadap pendapatan peternak ayam ras pedaging, di Kecamatan
Pallangga, Kabupaten Gowa.
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai sumber pengetahuan dan informasi bagi peneliti.
2. Sebagai bahan masukan bagi peternak bahwa seberapa besar pengaruh
volume penjualan terhadap pendapatan peternak ayam ras pedaging.
4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Ayam Ras Pedaging
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya
ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an di mana pemegang
kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada
saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal
masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah
bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan
menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang
bermunculan di berbagai wilayah Indonesia (Ahmad. R, 2010).
Menurut Titik ( 1993), yang menyataan bahwa, ayam tipe pedaging dapat
menghasilkann daging relatif lebih banyak dalam waktu yang cepat, ciri-ciri ayam
tipe pedaging adalah :
a. Ukuran badan pedaging relatif lebih besar, padat, kompak dan berdaging
penuh sehingga disebut tipe berat.
b. Jumlah telur relatif sedikit
c. Bergerak lamban dan tenang
d. Biasanya lebih lambat mengalami dewasa kelamin.
5
Beberapa peternak mengeluhkan bahwa memelihara ayam ras pedaging itu
repot dan tidak tahan penyakit. Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila
manajemen yang diterapkan benar. Ayam broiler dipasarkan pada bobot hidup
antara 1,3 – 1,6 kg per ekor ayam yang terlalu berat akan sulit terjual (Rasyaf,
2003).
Menurut Rasyaf (2003), yang menyatakan bahwa keunggulan ayam broiler
ini akan terbentuk bila didukung oleh lingkungan karena sifat genetis saja tidak
menjamin keunggulan itu akan terlihat. Hal-hal yang mendukung keunggulan
ayam ini sebagai berikut :
a. Makanan
Makanan menyangkut kualitas dan kuantitas. Pertumbuhan yang
sangat cepat tidak akan tampak bila tidak didukung dengan ransum
yang mengandung protein dan asam amino yang seimbang sesuai
kebutuhan ayam.
b. Temperatur Lingkungan
Ayam broiler ini akan tumbuh optimal pada temperatur lingkungan
190-210 C. Temperatur lingkungan diIndonesia lebih panas, apabila
didaerah pantai sehingga ayam akan mengurangi beban panas dengan
banyak minum dan tidak makan. Bila sudah demikian jumlah unsur
nutrisi dan keperluan nutrisi utama bagi ayam tidak masuk sehingga
kehebatan ayam tidak tampak.
6
c. Pemeliharaan
Bibit yang baik membutuhkan pemeliharaan yang baik pula. Apabila
ayam broiler dipelihara secara “swalayan” bagaikan ayam kampung
didesa-desa maka kehebatan tidak akan tampak, karena kehebatan
ayam memerlukan perawatan dan makanan yang baik.
d. Pemilihan DOC
Kini yang dihadapi sebagai peternak adalah DOC atau anak ayam
broiler usia sehari yang kecil-kecil. Ada beberapa pedoman untuk
memilih DOC.
Anak ayam berasal dari induk yang sehat agar tidak
membawa penyakit bawaan. Yang dapat menyebabkan
kematian
Ukuran dan bobot ayam itu. Apabila ukuran atau bobot
anak ayam relatif kecil maka sumber penyebabnya adalah
telur tetas ayam tersebut, telur tetas ayam yang besar akan
menghasilkan ayam yang besar pula, dan sebaliknya.
Anak ayam itu memperlihatkan mata yang cerah dan
bercahaya, aktif, serta tampak segar. Kecerahan mata inilah
yang paling mudah mendeteksi kondisi bangsa unggas.
Anak ayam tidak memperlihatkan cacat fisik, kaki
bengkok, mata buta, atau kelainan fisik lainnya yang
mudah dilihat. Bulunya halus dan kering.
Tidak ada lekatan tinja di duburnya.
7
Pakan
Pengelolaan pakan sangat penting, karena biaya pakan
pada peternakan ayam ras pedaging dapat mencapai 60-70
persen dan total biaya produksi. Ginting (2003) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa secara statistik pakan
merupakan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap
produksi ayam ras pedaging. Biaya produksi yang dikeluarkan
peternak setiap periode produksi mencapai 63,97 %. Pengelolaan
pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan dan konsentrasi
pakan yang diberikan pada ayam ras pedaging.
Menurut Rasyaf (2003), pakan ayam ras pedaging di
Indonesia umunya dibagi menjadi dua jenis sesuai dengan masa
pemeliharannya. Pakan ayam ras pedaging masa awal (pakan
starter) mempunyai kandungan nutrisi cukup tinggi yaitu untuk
protein sebesar 23 persen dan sumber energi lebih rendah dari
pakan finisher yaitu sebesar 300 kkal/kg, yang ditujukan untuk
memperoleh pertumbuhan masa awal yang baik. Pakan ini
berbentuk butiran pecah (crumble) untuk anak ayam umur satu
hari sampai empat minggu.
Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan
Banyak program pencegahan penyakit yang dapat
diaplikasikan di suatu kawasan peternakan ayam. Program
8
pencegahan penyakit tersebut diantaranya program sanitasi,
vaksin dan pengobatan dini pada umur tertentu, ketika gejala
ayam sakit mulai tampak. Program sanitasi (biosecurity)
merupakan program yang dijalankan di suatu kawasan
peternakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
perpindahan penyebab penyakit menular. Program sanitasi bisa
dilakukan dengan cara menjaga kebersihan dan menggunakan
desinfektan (Rikawati, 2011)
Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling
sering dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit di kawasan
peternakan. Semua program vaksin diiakukan berdasarkan
sejarah penyakit di peternakan tersebut atau wilayah sekitarnya.
Vaksin yang diberikan ke ternak ayam dapat berupa vaksin virus
hidup, vaksin yang dilemahkan dan vaksin yang dimatikan
(Rikawati, 2011).
2.2. Volume Penjualan
Volume penjualan adalah pendapatan yang diterima oleh para penjual dari
pembayaran atas barang yang dibeli konsumen. Nilainya adalah sama dengan
harga dikalikan dengan jumlah barang yang dibeli oleh pembeli. Kalau harga
berubah maka otomatis volume penjualan dengan sendirinya akan berubah
(Sukirno, 1997).
9
Analisis volume penjualan merupakan suatu studi mendalam tentang
masalah penjualan bersih dari laporan rugi laba perusahaan (laporan operasi).
Manajemen perlu menganalisis volume penjualan total dan juga volume itu
sendiri. Analisis tersebut dapat didasarkan pada product line dan segmen pasar
(teritorial, kelompok pembeli dan sebagainya) (Swastha, 2001).
Tingkat volume penjualan yang menguntungkan merupakan tujuan dari
konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh dari pemasaran konsumen.
Dengan laba perusahaan dapat memperkuat posisinya dalam membina
kelangsungan hidupnya, sehingga lebih leluasa menyediakan barang dan jasa yang
memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar kepada konsumen (Swastha,
2000).
2.3. Tinjauan Umum Pendapatan
Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang
atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia
bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap
anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai
gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat
diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunujukkan jumlah
seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka
waktu tertentu.
10
Dalam hal ini, pendapatan juga dapat diartikan sebagai pendapatan bersih
seseorang baik berupa uang atau natura. Secara umum pendapatan dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu :
1. Gaji dan upah
Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu
pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah.
2. Pendapatan dari kekayaan
Merupakan nilai total produksi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan
baik dalam bentuk uang atau lainnya, tenaga kerja keluarga dan nilai sewa
kapital untuk sendiri tidak diperhitungkan.
3. Pendapatan dari sumber lain
Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja
antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi pengangguran, menyewa
asset, bunga bank serta sumbangan dalam bentuk lain. Tingkat pendapatan
(Income Level) adalah tingkat hidup yang dapat dinikmati oleh seorang
individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan mereka atau
sumber-sumber pendapatan lain (Samuelson dan Nordhaus, 1996).
2.4. Tinjauan Umum Penerimaan
Bentuk umum penerimaan dari penjualan adalah TR = P . Q, dimana TR
adalah total revenue atau penerimaan, P adalah price atau harga jual per unit
produk, dan Q adalah quantity atau jumlah produk yang dijual. Dengan demikian,
besarnya penerimaan tergantung pada dua variabel harga jual dan variabel jumlah
11
produk yang dijual (Rasyaf, 1998). Selanjutnya dijelaskan bahwa apabila hasil
produksi peternakan dijual ke pasar atau ke pihak lain, maka diperoleh sejumlah
uang sebagai produk yang dijual tersebut. Besar atau kecilnya uang yang
diperoleh tergantung dari pada jumlah barang dan nilai barang yang dijual. Barang
yang dijual akan bernilai tinggi bila permintaan melebihi penawaran atau produksi
sedikit.
Penerimaan adalah perkalian antara jumlah penjualan dengan harga jual,
sedangkan keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya
yang dikeluarkan (Soekartawi, 2002).
2.5. Tinjauan Umum Biaya
Fuad (2001) menyatakan bahwa biaya adalah nilai dari semua korbaban
ekonomi yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produksi atau semua
pengeluaran yang dinyatakan dengan uang untuk menghasilkan suatu produksi.
Komponen biaya yang dimaksud adalah biaya bangunan, alat dan perkakas, tanah,
bunga modal, upah tenaga, sarana produksi habis pakai dalam satu kali produksi
adalah bibit, makanan, obat-obatan dan lain-lain.
Biaya merupakan korbanan ekonomi yang dikeluarkan dalam suatu usaha
disebut juga modal, yang menjadi modal tetap terdiri dari biaya pembuatan
kandang, perawatan barang tahan lama, dan lainnya. Biaya ini dihitung dalam
bentuk penyusutan pada setiap periode kegiatan pertahun. Sedangkan modal kerja
12
terjadi dari biaya produksi habis pakai dalam setiap kali produksi atau periode
pemeliharaan seperti biaya pembelian bibit, pakan, obat-obatan, upah tenaga
kerja, perbaikan kandang, dan kebutuhan lainnya (Rahardi, 2001).
Secara sederhana, biaya produksi dapat dicerminkan oleh jumlah uang
yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input yaitu secara akuntansi sama
dengan jumlah uang keluar yang tercatat. Di dalam ekonomi, biaya produksi
mempunyai pengertian yang lebih luas. Biaya dari input diartikan sebagai balas
jasa dari input tersebut pada pemakaian terbaiknya. Biaya ini tercermin dari biaya
korbanan (Opportunity Cost). Biaya korbanan terdiri dari biaya eksplisit adalah
biaya yang dikeluarkan dari kas perusahaan yang biasanya dicatat secara
akuntansi untuk membeli input dari pemasok untuk membayar listrik, membayar
bunga, membayar asuransi, dan lain-lain. Biaya implisit lebih sulit mengukurnya.
Biaya ini merupakan refleksi dari kenyataan bahwa suatu input dapat digunakan di
tempat lain atau untuk memproduksi output yang lain (Sugiarto, 2002).
Daniel (2002), menyatakan bahwa biaya sering kali jadi masalah bagi
petani, terutama dalam pengadaan input atau sarana produksi karena kurangnya
biaya yang tersedia, tidak jarang peternak mengalami kerugian dalam usahanya.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap umumnya didefiisikan sebagai biaya yang relative tetap
jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi yang diperoleh (Soekartawi, 2002).
13
Biaya tetap ( fixed cost) merupakan total yang dikeluarkan perusahaan,
walaupun tidak berproduksi, biaya tetap tidak dipengaruhi oleh setiap perubahan
kuantitas output. Biaya tersebut terdiri dari biaya seperti pembayaran kontrak atas
bangunan sewa perusahaan, pembayaran bunga atas utang, pembayaran gaji
pegawai tetap dan lain sebagainya (Samuelson & William, 1996).
Biaya tetap terjadi karena adanya sumber daya tetap. Biaya tetap adalah
biaya yang tidak berubah terhadap output dalam jangka pendek. Istilah lain untuk
biaya tetap adalah sun cost, karena biaya ini terjadi dalam jangka pendek
meskipun perusahaan tidak memproduksi sama sekali (Triandaru, 2001).
b. Biaya Variabel
Biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya yang bervariasi sesuai
dengan perubahan tingkat output termasuk biaya bahan baku, gaji dan bahan
bakar dan termasuk pula semua biaya yang tidak tetap (Samuelson & William,
1996).
Biaya variabel adalah biaya yang berubah dalam jangka pendek menurut
besarnya produksi seperti upah, bahan mentah, bahan bakar, tenaga, biaya
pengangkutan dan sebagainya (Kadariah, 1994).
Biaya variabel adalah biaya dari sumber daya variabel. Jika tidak
digunakan sumber daya variabel, maka input 0 dan biaya variabel juga 0. Dengan
demikian banyaknya sumber daya variabel yang digunakan, output naik dan biaya
variabel juga naik. Jumlah kenaikan biaya variabel tergantung pada jumlah
sumber daya variabel yang digunakan dan harga sumber daya tersebut (Triandaru,
2001).
14
Biaya tetap atau biaya variabel biasaya didefinisikan sebagai biaya yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contoh biaya untuk
sarana produksi (Soekartawi, 2002).
c. Biaya Total
Soekartawi (2002), menyatakan bahwa total biaya atau total cost (TC),
adalah penjumlahan dari biaya tetap Fixed Cost (FC) dan biaya tetap atau variabel
cost (VC) yang digunakan dalam usaha tani.
Selanjutnya dinyatakan bahwa fungsi biaya total ini merinci biaya total
yang dikenakan oleh perusahaan untuk memproduksi suatu output tertentu selama
satu kurun waktu tertentu. Para ahli ekonomi mendefenisikan biaya ditinjau dari
biaya alternatif atau opportunity cost. Doktrin biaya alternatif menetapkan bahwa
biaya dari satu faktor produktif merupakan nilai maksimum yang diproduksi oleh
faktor ini dalam suatu penggunaan alternatif.
2.6. Kerangka Pikir
Berkaitan dengan pendapatan, besar kecilnya pendapatan dipengaruhi
oleh. Volume penjualan, dimana volume penjualan mempengaruhi pendapatan
peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Astuti (2005) yang menyatakan bahwa
semakin besar volume penjualan suatu produk, maka semakin besar pula
pendapatan yang diperoleh peternak. Dengan meningkatnya volume penjualan,
maka secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pendapatan
yang diperoleh peternak.
15
Pemikiran tersebut secara skematis ditunjukkan dalam kerangka pikir
penelitian ini seperti Gambar 1.
Volume Penjualan rxy Pendapatan (X) (Y)
Gambar 1. Kerangka Pikir Pengaruh Volume Penjualan Terhadap Pendapatan
Keterangan :
r : koefisien korelasi untuk x
2.7. Hipotesa Penelitian
Hipotesa penelitian yang dapat diajukan pada penelitian ini adalah :
Ho : “Volume penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa”
(Ho : µ1 ≠ µ2).
Ha : “Volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak
ayam ras pedaging di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa” ( Ha :
µ1 = µ2 ).
16
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan yaitu dari bulan
Februari sampai Juni 2012 dengan rincian kegiatan pada jadwal penelitian
(terlampir). Tempat penelitian di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.
Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena Kecamatan Pallangga
merupakan kecamatan yang para peternaknya mengalami penurunan pendapatan.
3.2. Jenis Penelitian
17
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan
pengujian hipotesis (eksplanatori). Yang menjelaskan tentang hubungan kausal
antara variabel independen yaitu mortalitas dan volume penjualan terhadap
variabel dependen yaitu pendapatan peternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pallangga, Kabupaten Gowa.
3.3. Populasi dan Sampel
Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu peternak ayam ras pedaging
yang ada di Kecamatan Pallangga sebanyak 100 peternak. Berhubung dengan
besarnya populasi dan kemampuan peneliti maka dilakukan pengambilan sampel
dari masing-masing kelompok peternak . Untuk menentukan besarnya ukuran
sampel dilakukan statistik deskrektif dengan menggunakan rumus Slovin dalam
Umar (2001).
Nn =
1 + Ne2
Dimana :
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah Sampel
E = Tingkat Kelonggaran (10%)
Dari rumus tersebut, maka dapat diketahui jumlah sampel minimal yang dapat
digunakan yaitu :
n = N__ 1 + Ne2
= 100 ____
18
1 + 100(10%)2
= 100____ 1 + 100 (0,1)2
= 100 2
= 50
Adapun cara teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan
cara teknik (stratified random sampling) dari tiga strata dapat dilihat dari Tabel 2
tersebut (Sugiyono, 2010).
Tabel 2. Cara atau Teknik Pengembilan Sampel dan Jumlah Sampel.No Strata
(Ekor)Jumlah Populasi
(Peternak)Perhitungan
SampelJumlah Sampel
(Peternak)
1 1000 10 10/100 x 50 5
2 1500 15 15/100 x 50 8
3 2000 20 20/100 x 50 10
4 2500 25 25/100 x 50 12
5 3000 30 30/100 x 50 15
Jumlah 100 50
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2012.
3.4. Jenis dan Sumber Data
19
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
meliputi data pendapatan, data mortalitas dan data volume penjualan dalam satu
periode.
Adapun sumber data pada penelitian ini adalah :
a. Data primer yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara langsung
dengan peternak, yang meliputi identitas responden, tingkat kematian
ternak, volume penjualan dan data pendapatan peternak.
b. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari instansi terkait misalnya
dari laporan-laporan, Dinas Peternakan, Badan Pusat Statistik, yaitu
berupa data populasi ternak, dan dari kepustakaan lainnya.
3.5. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah :
a. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap lokasi
penelitian dan aktivitas peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pallangga,
Kabuaten Gowa.
b. Wawancara yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan peternak
ayam ras pedaging di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.
3.6. Analisa Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
20
1. Untuk statistik deskriptif digunakan dalam hal mendeskriptifkan
(menggambarkan) pendapatan peternak ayam ras pedaging.
Adapun untuk menghitung pendapatan menurut Soekartawi (2003),
rumusnya sebagai berikut :
Pd = TR – TC
Dimana :
Pd = Pendapatan yang diperoleh peternak ( Rp. / periode )
TR = Total penerimaan yang diperoleh peternak ( Rp. / periode )
TC = Total biaya yang dikeluarkan oleh peternak ( Rp. / periode )
2. Untuk statistik inferens parametrik digunakan untuk pengujian hipotesis
dengan menggunakan Regresi Linier Sederhana melalui program
komputer SPSS 17 dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + bx+ e
Dimana :
Y = Pendapatan peternak ayam ras pedaging ( Rp. / periode )
a = Konstanta
b = Koefisien regresi parsial untuk X
X = Volume penjualan ayam ras pedaging ( Kg / periode )
e = Kesalahan pengganggu (Standar Error)
3.7. Konsep Operasional
21
Volume penjualan adalah jumlah ternak yang terjual dalam satu periode
penjualan ( Kg / periode ).
Pendapatan adalah pendapatan bersih yang diterima oleh peternak (Rp /
periode).
Penerimaan adalah hasil keseluruhan yang diperoleh oleh peternak dalam
satu periode penjualan (Rp / periode).
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi. Contoh : biaya Pajak Bumi dan
Bangunan, biaya listrik, biaya pembuatan kandang, biaya penyusutan
peralatan (Rp / bulan).
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak bergantung
pada besar kecilnya penjualan dan produksi. Contoh : biaya tenaga kerja,
biaya pengangkutan, pembayaran air (Rp / bulan).
22
BAB IVKEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Pallangga
Kecamatan Pallangga merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Gowa
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Somba Opu
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bontomarannu
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bajeng
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Barombong.
Berdasarkan kondisi geografis Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
maka sebagian besar kondisi wilayah daerah tersebut adalah dataran . Kondisi ini
merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki wilayah tersebut dalam
membangun sector pertanian, termasuk subsector peternakan.
23
Jarak antara ibukota desa/kelurahan dengan ibukota Kecamatan Pallangga
cukup bervariasi antara 0 km sampai dengan 11 km. Adapun desa/kelurahan yang
memiliki jarak terdekat dengan ibukota kecamatan yaitu Desa Mangali dengan
jarak terjauh dari ibukota kecamatan adalah desa Julupamai dengan ibukota
desa/kelurahan yaitu Watu-watu, yaitu jaraknya sekitar 11 propinsi Sulawesi
Selatan. Kecamatan Pallangga secara administratif terbagi atas 16 desa/kelurahan .
Daerah ini terletak pada ketinggian antara 0 sampai dengan 499,9 meter diatas
permukaan laut.
4.2. Luas Wilayah
Adapun luas wilayah Kecamatan Pallangga berdasarkan Desa/Kelurahan
dapat dilihat pada Tabel 3:
Tabel 3. Luas wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
No Desa /Kelurahan Luas(Km)2 Persentase (%)
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.
JenetallasaTetebatuPallanggaBungaejaPanakkukaangJulukanayaJuluboriJulupamaiBontorambaKampiliToddotoaParangbanoaPangkabinangaBontoalaManggaliTaeng
3,222,434,073,022,153,084,322,715,094,112,084,211,892,331,672,32
6,614,998,366,204,416,328,875,5610,458,444,278,643,884,783,434,76
24
Jumlah 48,70 100,00
Sumber: Kecamatan Pallangga Dalam Angka 2011
Tabel 3. Terlihat bahwa luas wilayah Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa yaitu 48,70 Ha. Adapun desa/ kelurahan yang terbesar memiliki luas
wilayah terbesar yaitu Desa Bontoramba seluas 5,09 Ha atau sekita 10,45%
sedangkan desa/kelurahan yang memiliki luas wilayah terkecil yaitu Desa
manggalli dengan luas 1,67 Ha atau sekitar 3,43% luas wilayah yang dimiliki
oleh daerah tersebut merupakan salah satu modal utama dan faktor pendukung
dalam pengembangan pembangunan dari wilayah tersebut. Wilayah yang lus serta
di dukung oleh kondisi tanah yang subur menjadi faktor penentu dalam
peningkatan produksi sector pertanian pada umumnya dan peternakan ayam ras
pedaging pada khususnya.
4.3. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk suatu wilayah merupakan salah satu keuntungan yang
dimiliki wilayah tersebut , jika penduduk tersebut memiliki kualitas yang baik.
Penduduk suatu wilayah merupakan sumber daya yang dapat berpengaruh
terhadap perkembangan pembangunan suatu wilayah. Oleh karena itu maka
peningkatan kualitas penduduk suatu wilayah sangat penting dilakukan melalui
peningkatan pendidikan maupun pengetahuan serta keterampilannya.
Adapun komposisi penduduk di Kecamtan Pallangga Kabupaten Gowa
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
25
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
37.747
39.369
48,95
51,05
Jumlah 77.16 100,00
Sumber: Data Sekunder Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa,2011
Tabel 4. Terlihat bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa yaitu sebanyak 77,116 jiwa . Dari jumlah tersebut , sebagian
besar penduduk adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 39.369 jiwa,
sedangkan untuk penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 37.747
jiwa tau 48,95% . Berdasarkan jumlah tersebut maka dapat diketahui rasio jenis
kelamin penduduk di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa yaitu 95,88%.
Selanjutnya komposisi penduduk di Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisis Penduduk Berdasarkan Tingkatan Umur di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
No Umur (Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase(%)
1. 1.
2. 2
3. 3..
0 – 14
15 - 64
65 – keatas
27.404
47.027
2.685
35,6
60,98
3,5
Jumlah 77.116 100
Sumber: Data Sekunder Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, 2011
Tabel 5. Terlihat bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa berada pada umur 15 sampai dengan 64 tahun yaitu sebanyak
47,027 jiwa atau 60,98 % dari total penduduk di daerah tersebut, sedangkan yang
26
berumur 65 tahun keatas sebanyak 2.685 jiwa atau 3,48 % . Melihat kenyataan
tersebut berada pada usia produktif. Hal ini merupakan salah satu modal utama
yang dimiliki oleh daerah tersebut dalam pembangunan daerah.
Selanjutnya komposisi penduduk di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
berdasarkan jenis pekerjaan atau mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Terlihat bahwa penduduk di Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa terdiri atas petani,pegawai negeri sipil, pedagang , peternak jasa. Adapun
jumlah penduduk terbanyak yaitu penduduk yang memiliki mata pencaharian
sebagai petani sebanyak 25.365 jiwa atau 60,74 %, sedangkan penduduk. terkecil
yaitu penduduk dengan mata pencaharian sebagai peternak ayam ras pedaging
sebanyak 100 jiwa atau 0,23%.
Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan jenis pekerjaan di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
No Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase(%)
1.
2.
3.
4.
5.
Petani
PNS
Pedagang
Peternak ayam ras pedading
Jasa
25.365
3.546
8.103
100
4.644
60,74
8,49
19,40
0,23
11,12
Jumlah 41.758 100
Sumber: Data Sekunder Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, 2011
4.4. Penggunaan Lahan Pertanian
27
Keadaan lahan pertanian yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan salah
satu sumber daya alam yang dibutuhkan oleh dalam proses produksi . Hal ini
disebabkan karena lahan merupakan salah satu faktor produksi. Hal ini disebabkan
karena lahan merupakan salah satu faktor produksi dalam pertanian. Ketersediaan
lahan yang luas serta serta di dukung oleh kesuburan tanah menjadikan wilayah
tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, khususnya pada sector
pertanian, termasuk sub sector peternakan. Kondisi wilayah yang ada dapat
berpengaruh terhadap pola penggunaan lahan di suatu daerah.
Adapun luas lahan dan pola penggunaan lahan di Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pola Penggunaan dan Luas Lahan Pertanian di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
No Pola Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1.
2.
Sawah teknis
Sawah tadah hujan
1.740,85
1.041,79
62,56
37,4
Jumlah 2.782,64 100
Sumber: Badan Pusat statistik Kabupaten gowa, 2011
Pada tabel 7. Terlihat penggunaan lahan persawahan di daerah tersebut
sebagian besar sawah teknis yaitu seluas 1.740,85 Ha atau sekitar 62,56 %
sedangkan untuk sawah tadah hujan1.041,79 Ha atau sekitar 37,44 %. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan lahan tersebut dapat berpengaruh terhadap
jumlah produksi pangan.
4.5. Keadaan Pertanian dan Peternakan
28
Indonesia merupakan negara agraris. Hal ini berarti bahwa sebagian besar
wilayah Indonesia adalah wilayah pertanian. Demikian halnya dengan wilayah
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, sebagian besar wilayh daerah tersebut
adalah daerah pertanian. Hal ini tentunya akan berdampak pada produksi
pertanian daerah tersebut. Adapun produksi pertanian di Kecamatan Pallangga
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Produksi Rata-rata jenis Tanaman pangan di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa
No Jenis Tanaman Produksi (Ton) Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Padi
Jagung
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
21.341
419
11
3.637
1.774
710
76,51
1,50
0,04
13,04
6,36
2,55
Jumlah 2 7.892 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa, 2011
Tabel 8, terlihat bahwa jenis tanaman pangan yang diproduksi oleh
masyarakat di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa cukup bervariasi antara
lain padi, jagung ,kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Adapun
jenis tanaman yang memiliki produksi terbesar adalah padi yaitu sebanyak
21.341 ton pertahun sedangkan produksi terkecil yaitu kacang tanah hanya
sebesar 11 ton pertahun. Melihat kenyataan bahwa produksi sektor pertanian di
29
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa cukup tinggi., maka hal tersebut salah
satu faktor pendukung dalam pengembangan usaha peternakan ayam ras
pedaging , khususnya dalam penyediaan bahan pakan ternak.
Selain pertanian dan tanaman pangan, masyarakat di Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa, juga memiliki kebiasaan dalam memelihara ternak.
Adapun jenis dan populasi berbagai ternak jenis yang terdapat di
Kecamatan Pallangga dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Populasi Ternak Menurut Jenisnya di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
No Jenis Ternak Jumlah
(Ekor)
Persentase (%)
1.
2.
3.
4
5.
6.
7.
8.
Sapi
Kerbau
Kuda
Kambing
Ayam Buras
Ayam ras petelur
Ayam ras pedaging
Itik
1.431
783
-
383
81.778
28.600
279.000
25.874
0,34
0,19
0,00
0,09
19,57
6,84
66,67
6,19
Jumlah 417.849 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa, 2011
Tabel 9. Terlihat bahwa jenis ternak yang terdapat di Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa terdri atas sapi, kerbau, kambing dan unggas .
Adapun jenis ternak terbanyak adalah ayam ras pedaging yaitu sebanyak 279.000
30
ekor pada tahun 2012. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan yang dimiliki oleh
hampir sebagian besar masyarakat di daerah tersebut yang memiliki kegemaran
dalam memelihara ternak jenis ayam ras pedaging tersebut.
4.6 . Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana umum pendukung kelancaran aktivitas
masyarakat pada suatu daerah merupakan hal yang sangat penting. Sarana dan
Prasarana umum antara lain sarana ibadah, kesehatan, pendidikan ,
perekonomian dan lain sebagainya.
Adapun jenis dan jumlah sarana sosial yang terdapat di Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Sarana Pendidikan
Dalam upaya peningkatan kecerdasan bangsa maka salah satu faktor yang
penting untu diperhatikan yaitu ketersediaan sarana pendidikan yang sesuai
dengan keadaan penduduk setempat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
sangat dibutuhkan dalam masa pembangunan. Maka salah satu cara untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya kesadaran akan pentingnya
pendidikan sebagai perhatian utama yaitu dengan menyediakan sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai.
Adapun sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Pallangga sudah
cukup tersedia. Sarana pendidikan untuk menunjang peningkatan sumberberdaya
manusia seperti tersedianya sekolah mulai dari tingkat TK sampai SMU. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.
31
Pada Tabel 10. Terlihat bahwa total sarana pendidikan yang terdapat di
daerah tersebut sudah cukup tersedia. Hal ini dapat dilihat dari jenis sarana
pendidikan yang ada mulai dari tingkat taman Kanak-Kanak sampai dengan
tingkat Sekolah Menengah atas (SMA). Adapun jenis sarana pendidikan yang
terbanyak yaitu tingkat Sekolah Dasar / sederajat sebanyak 30 unit atau 57,69
sedangkan sarana pendidikan untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)/
sederajat hanya terdapat sebanyak 3 unit atau 5,77%.
Tabel 10. Sarana Pendidikan yang terdapat di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
No Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) Persentase (%)
1.
2.
3
4.
TK
SD/Sederajat
SLTP/Sederajat
SMA/Sederajat
13
30
6
3
25,00
57,69
11,54
5,77
Jumlah 52 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa, 2011
b. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan bagi masyarakat merupakan salah satu jenis sarana
sosial yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sarana kesehatan berperan
memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat. Selain itu sarana kesehatan
yang ada juga bertujuan memberikan pengobatan serta penyuluhan bagi
masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Adapun sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 11.
32
Tabel 11. Ketersediaan Sarana Kesehatan yang terdapat di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
No Sarana Kesehatan Jumlah (Unit) Persentase(%)1.2.3.4.5.6.7.
Rumah BersalinPuskesmasPuskesmas Pembantu (Pustu) Dokter PraktekPos Persalinan Desa (Polindes)PosyanduToko Obat
32416618
3,532,354,711,187,0671,769,41
Jumlah 85 100Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa, 2011
Pada Tabel 11, terlihat bahwa sarana kesehatan yang terdapat di
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa cukup banyak. Sarana kesehatan
tersebut antara lain; Rumah bersalin, Puskesmas, Puskesmas pembantu (Pustu),
Dokter Praktek, Pos Persalinan Desa (Polindes), Posyandu dan Toko Obat.
Adapun sarana kesehatan yang terbanyak yaitu posyandu sebanyak 61 unit atau
71,76%. Hal ini disebabkan karena posyandu tersebut terdapat disetiap desa
atau kelurahan. Melihat kenyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa
ketersediaan sarana kesehatan di daerah tersebut tersedia dengan baik.
c. Sarana Peribadatan
Sebagai upaya dalam peniongkatan keimanan dan ketakwaan serta
kehidupan keagamaan masyarat, serta untuk memperlancar pelaksanaan ibadah
masyrakat , maka ketersediaan sarana peribadatan merupakan hal yang sangat
dibutuhkan. Sarana peribadatan merupakan hal yang sangat dibutuhkan . Sarana
peribadatan yang terdapat disuatu daerah menunjukkan agama yang di anut oleh
masyarakat tersebut.
33
Adapun ketersediaan sarana peribadatan di Kecamatan pallangga
Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel. 12. Ketersediaan Sarana Peribadatan yang terdapat di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
No Sarana Peribadatan Jumlah (Unit) Persentase(%)
1.
2.
Mesjid
Surau/Langgar
89
4
95,70
4,30
Jumlah 93 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa,2011
Pada Tabel 12 , terlihat bahwa jenis sarana peribadatan yang terdapat di
Kecamatan Pallangga Kabupten Gowa yaitu terdiri atas mesjid dan surau atau
langgar . Hali ini disebabkan karena sebagian besar penduduk atau masyarakat di
Kecamatan Pallangga adalah pemeluk agama islam. Adapun jumlah mesjid di
daerah tersebut yaitu sebanyak 89 unit atau 95,70% dan hanya terdapat sebanyak
4 unit suray/langgar.
34
BAB VKEADAAN UMUM RESPONDEN
5.1 . Umur Responden
Umur dapat mempengaruhi kemampuan fisik dan pola pikir peternak
dalam mengelola usaha ternaknya. Kisaran umur responden yang diteliti berkisar
antara 35 tahun sampai dengan 64 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar peternak ayam ras pedaging merupakan angkatan kerja yang
tergolong produktif.
Menurut badan pusat statistik (BPS) , berdasarkan komposisi penduduk,
usia penduduk dikelompokklan menjadi 3 yaitu :
- Usia 0-14 tahun dinamakan usia muda / usia belim produktif
- Usia 15-64 tahun dinamakan usia dewasa / usia kerja/ usia produktif
- Usia +65 tahun dinamakan usia / tua usia tidak produktif / usia jompo
Seluruh responden peternak ayam ras pedaging yang ada di Kecamatan
Pallangga berada pada kisaran usia 15 – 64 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
35
sebaran kelompok umur dalam melakukan usaha budidaya ayam ras pedaging
seluruhnya dilakukan oleh peternak yang memiliki umur yang berkisar antara
umur 15 - 64 tahun dengan jumlah 50 orang atau 100 %. Hal ini berarti seluruh
peternak masih berada pada usia produktif untuk menjalankan usaha/pekerjannya.
5.2 . Tingkat Pendidikan Responden
Dari hasil pengumpulan data dilapangan, para peternak ayam ras pedaging
memiliki tingkat pendidikan yang relative bervariasi yaitu dari tingkat SD sampai
dengan SMA. Untuk melihat tingkat pendidikan dari responden dapat dilihat pada
Tabel.13. berikut ini
Tabel.13. Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.
NoPendidikan/
Sederajat Jumlah (orang) Persentase(%)
1 SD/Sederajat 21 422 SMP/Sederajat 25 503 SMA/Sederajat 4 8 Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Dari Tabel. 13. menunjukkan bahwa sebagian besar responden peternak
ayam ras pedaging memiliki tingkat pendidikan formal adalah tamat
SMP/Sederajat yaitu sekitar 25 orang atau sekitar 50 %, hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan formal responden sudah sangat tinggi. Sudah semakin
tingginya kesadaran peternak dalam mengenyam pendidikan hal ini akan
memudahkan mereka dalam penyerapan teknologi baru, terutama dalam bidang
peternakan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan usaha ayam ras pedaging
mereka. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak peternak tingkat pendidikannya
36
masih rendah dibandingkan yang tinggi dan lebih banyak pada pengalaman
sehari-hari dan ini akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang baru.
5.3. Jenis Kelamin Responden
Hampir seluruh peternak ayam ras pedaging yang ada di Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa, berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dipengaruhi bahwa
laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga yang bertugas sebagai pencari rejeki
untuk menghidupi keluarga mereka. Keadaan responden berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada Tabel. 14. berikut ini
Tabel. 14. Klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa
No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 46 922 Perempuan 4 8
Jumlah 50 100Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Dari Tabel.14, terlihat bahwa peternak dengan berjenis kelamin laki-laki
memiliki jumlah sekitar 46 orang atau sekitar 92 % dan untuk peternak yang
berjenis kelamin perempuan memiliki jumlah sebanyak 4 orang atau sekitar 8 %.
Tingginya jumlah laki-laki dalam usaha ayam ras pedaging menunjukkan bahwa
perempuan dalam usaha ayam ras pedaging kurang berfungsi, tapi terkadang
saling membantu dalam usahanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Swastha
(1996) yang mengatakan bahwa perempuan ataupun laki-laki dapat bekerja atau
saling membantu dalam kegiatan hasil panen usaha tani.
5.4. Skala Usaha yang Dimiliki Responden
37
Skala usaha ternak ayam ras pedaging dapat dibagi menjadi skala usaha
kecil, sedang dan besar. Usaha ternak skala kecil jika peternak plasma memiliki
jumlah sekitar kurang dari 1000 ekor, skala sedang jika peternak memiliki ternak
ayam ras pedaging 1000 – 10.000 ekor dan skala besar dengan jumlah
kepemilikan ternak ayam ras pedaging lebih dari 10.000 ekor. Adapun skala usaha
ayam ras pedaging yang dipelihara responden pada Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel.15. berikut
Tabel. 15. Klasifikasi responden berdasarkan skala usaha ayam ras pedaging di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa
No Strata Jumlah Populasi (Peternak)
Jumlah sampel (Peternak)
1 1000 ekor 10 52 1500 ekor 15 83 2000 ekor 20 104 2500 ekor 25 125 3000 ekor 30 15
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2012.
Pada Tabel.15. terlihat bahwa skala usaha yang digunakan 3000 ekor
yaitu sebanyak 15 orang atau sekitar 30 % , untuk skala usaha 1000 ekor juga
dimiliki oleh 5 orang peternak. Jumlah ayam ras pedaging yang diusahakannya
sangat bergantung pada kemampuan peternakan.
38
BAB VIHASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Biaya Tetap
Biaya yang dikeluarkan oleh peternak ayam di Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa berasal dari beberapa komponen. Secara umum komponen-
komponen tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biaya tetap (fixed
cost) dan biaya variabel (variable cost).
Biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan dari pembuatan kandang dan
pengadaan peralatan serta pajak yang besarnya tidak tergantung pada besar
kecilnya skala usaha. Biaya pembuatan kandang dikeluarkan sekali dengan masa
pemakaian selama sepuluh tahun, biaya pengadaan peralatan dikeluarkan sekali
dengan masa pemakaian selama lima tahun, sedang Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dikeluarkan sekali setahun. Selanjutnya, semua biaya dihitung pada satuan
waktu yang sama, yaitu satu periode pemeliharaan ayam mulai dari DOC sampai
dengan ayam yang siap dijual. Dalam satu tahun terdiri atas enam periode.
39
Besarnya biaya tetap relatif sangat kecil dibandingkan dengan biaya variabel.
Rincian besarnya biaya tetap untuk setiap peternak ayam yang terpilih sebagai
sampel dapat dilihat pada Lampiran 5.
Biaya tetap terbesar berasal dari biaya penyusutan kandang, yang diikuti
oleh biaya penyusutan peralatan dan pajak. Rata-rata komponen biaya tetap untuk
setiap skala usaha disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Rata-rata Komponen Biaya Tetap Untuk Setiap Skala Usaha Dalam Satu Periode
No. Skala Usaha(ekor)
Penyusutan(Rp.)
Pajak(Rp.)
Total Biaya Tetap(Rp.)Kandang Peralatan
1. 1000 243.333 72.667 5.200 321.200
2. 1500 335.417 111.250 6.063 452.729
3. 2000 506.667 158.667 14.693 680.027
4. 2500 583.333 191.111 21.069 795.514
5. 3000 762.222 239.222 23.822 1.025.266
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2012.
Berdasarkan Tabel 16. Rata-rata komponen biaya tetap berkisar antara
Rp. 321.200,- sampai sekitar Rp. 1.025.266,- satu periode. Meskipun tidak
tergantung pada besar kecilnya skala usaha, ada kecenderungan bahwa semakin
besar skala usaha semakin besar pula rata-rata biaya tetapnya. Hal ini disebabkan
karena semakin banyak jumlah ayam yang dipelihara akan semakin besar kandang
yang harus dibuat serta semakin banyak peralatan yang diperlukan. Begitu juga
besarnya PBB akan semakin besar.
40
6.2. Biaya Variabel
Biaya variabel terdiri atas komponen-komponen biaya yang berhubungan
langsung dengan besar kecilnya skala usaha peternakan ayam, yaitu biaya
pembelian DOC, pembelian pakan dan kesehatan (obat-obatan), listrik & air, alas
kandang, bahan bakar dan tenaga kerja. Rincian besarnya biaya variabel untuk
setiap peternak ayam yang terpilih sebagai sampel dapat dilihat pada Lampiran
10. Rata-rata komponen biaya variabel untuk setiap skala usaha disajikan pada
Tabel 17.
Tabel 17. Rata-rata Komponen Biaya Variabel Untuk Setiap Skala Usaha Dalam Satu Periode
No.
Skala Usaha(ekor)
Biaya VariabelBiaya DOC Pakan Kesehatan Listrik
& AirAlas
KandangBahan bakar
Tenaga kerja Total
1. 1000 5.020.000 11.105.000 52.600 39.000 25.800 92.000 870.000 17.204.400
2. 1500 7.537.500 19.109.375 66.250 41.250 25.812 121.250 906.250 27.807.688
3. 2000 10.600.000 24.647.500 70.000 39.400 35.500 172.500 970.000 36.534.900
4. 2500 12.687.500 27.837.500 81.416 42.833 40.417 196.250 976.666 41.862.583
5. 3000 15.220.000 34.378.333,33 104.666 45.800 50.167 245.000 986.000 51.029.966.67
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2012.
Berdasarkan Tabel 17 di atas bahwa Rata-rata komponen biaya variabel
dalam satu periode berkisar antara Rp 17 juta sampai sekitar Rp 51 juta.
Komponen terbesar dari biaya variabel berasal dari biaya pembelian DOC dan
pakan, yang besarnya mencapai lebih dari 95%. Komponen paling besar berasal
dari biaya pembelian pakan, yaitu sebesar 67 %. Hal ini sesuai dengan pendapat,
Ginting (2003) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara
41
statistik pakan merupakan faktor produksi yang berpengaruh
nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Biaya produksi
yang dikeluarkan peternak setiap periode produksi mencapai
63,97 %. Komponen terbesar kedua dari biaya variabel adalah biaya pembelian
DOC, yang besarnya berkisar antara 23,80%.
6.3 . Biaya Total
Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel yang
dikeluarkan oleh peternak ayam ras pedaging selama satu periode pemeliharaan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Dahlan (2008), bahwa Biaya tetap dan biaya
variabel ini jika dijumlahkan merupakan biaya total. Rincian besarnya biaya total
untuk setiap peternak ayam yang terpilih sebagai sampel dapat dilihat pada
Lampiran 11.
Tabel 18. Rata-rata Biaya Total Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
No.Skala Usaha (Ekor)
Rata-Rata Biaya Tetap
(Rp/Periode)
Rata-Rata Biaya Variabel (Rp/Periode)
Rata-Rata Biaya Total
(Rp/Periode)
1 1000 321.200 17.204.400 17.525.600
2 1500 452.729 27.807.688 28.260.417
3 2000 680.027 36.534.900 37.214.927
4 2500 795.514 41.862.583 42.658.097
5 3000 1.025.266 51.029.966.67 52.055.232,67
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2012
42
Berdasarkan Tabel 18 di atas bahwa komponen biaya terbesar berasal dari
biaya variabel yaitu sebesar 98 % sedangkan biaya tetap hanya sebesar 2% dari
total biaya produksi. Besarnya biaya variabel dipengaruhi oleh besarnya skala
usaha yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2002), yang
menyatakan bahwa, biaya tetap atau biaya variabel biasaya didefinisikan sebagai
biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contoh
biaya untuk sarana produksi.
6.4 . Penerimaan
Total penerimaan peternak ayam bersumber dari jumlah ayam yang dijual
dan penjualan feses. Lebih dari 99% penerimaan berasal dari penjualan ayam.
Rincian besarnya penerimaan dari setiap peternak dapat dilihat pada Lampiran 14.
sedang rata-rata penerimaan untuk setiap skala usaha disajikan pada Tabel 20.
Tabel 19. Rata-rata Penerimaan Untuk Setiap Skala Usaha Dalam Satu Periode
No.
Skala Usaha Rata-rata Penerimaan (Rp.)
(ekor) Ayam Feses Total1 1000 19.755.408 33.900 19.789.308
2 1500 30.833.872,5 76.125 30.909.997,5
3 2000 40.953.154 103.450 41.056.604
4 2500 47.165.286,67 159.208,33 47.324.495
5 3000 57.914.586,67 209.533,33 58.124.120
43
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2012.
Secara umum, total penerimaan peternak ayam dalam satu periode
berkisar antara Rp. 19.789 juta - Rp. 58.124 juta dengan rata-rata sebesar Rp.
39.440 juta. Tabel 21 menunjukkan bahwa semakin besar skala usaha semakin
besar pula penerimaan peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat, Rasyaf (1998),
yang menyatakan bahwa. Bentuk umum penerimaan dari penjualan adalah TR = P
x Q, dimana TR adalah total revenue atau penerimaan, P adalah price atau harga
jual per unit produk, dan Q adalah quantity atau jumlah produk yang dijual.
Dengan demikian, besarnya penerimaan tergantung pada dua variabel harga jual
dan variabel jumlah produk yang dijual.
6.5. Pendapatan
Pendapatan dapat diperoleh melalui hasil pengurangan antara total
penerimaan yang diperoleh dengan total biaya yang telah dikeluarkan oleh
peternak selama satu tahun terakhir. Dimana menurut Soekartawi (2003), yang
menyatakan bahwa, pendapatan adalah penerimaan ( TR) dikurang dengan biaya
total (TC). Rincian besarnya pendapatan untuk setiap peternak ayam yang terpilih
sebagai sampel dapat dilihat pada Lampiran 15.
Adapun pendapatan peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Pallangga, Kabupaten Gowa, dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Besar Rata-Rata pendapatan yang diperoleh peternak Ayam RasPedaging di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
No.Skala Usaha (Ekor)
Penerimaan (Rp/Periode)
Total Biaya (Rp/Periode)
Pendapatan (Rp/Periode)
44
1 1000 19.789.308 17.525.600 2.263.708
2 1500 30.909.997,5 28.260.417 2.649.581
3 2000 41.056.604 37.214.927 3.841.677
4 2500 47.324.495 42.658.097 4.666.398
5 3000 58.124.120 52.055.232,67 6.068.901
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2012
Pada Tabel 20 terlihat bahwa perhitungan rata-rata pendapatan peternak
Ayam Ras Pedaging Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa menunjukan nilai
yang baik karena, semakin besar skala usaha yang dimiliki maka pendapatan
akan semakin besar. Pendapatan rata-rata peternak berkisar antara Rp. 2.263 juta –
Rp. 6.068 juta-. Hal ini sesuai dengan pendapat. Riswandi, (2006) yang
menyatakan bahwa pendapatan peternak dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan
ternak yang dipelihara, biaya yang dikeluarkan dan jumlah hasil produksi.
6.6 . Volume Penjualan
Dari hasil penelitian maka didapatkan volume penjualan ayam ras
pedaging Di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Volume Penjualan Ayam Ras Pedaging Di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa
No Volume Penjualan (Ekor/Periode) Frekuensi Persentase (%)1.2.3.4.5.6.7.
952 – 1248,481248,49 – 1544,971544,98 – 1841,461841,47 – 2137,952137,96 – 2438,442438,45 – 2734,932734,94 – 2902
5801012015
101602024030
Total 50 100%Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2012.
45
Tabel 21, menunjukkan bahwa umumnya tingkat volume penjualan berada
pada kisaran 2734,94 – 2902 dengan persentase 30%. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar skala usaha maka akan semakin besar pula volume penjualan yang
ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Erik. M (2012), yaitu volume penjualan
adalah banyaknya penjualan atas barang atau jasa yang dilakukan oleh penjual.
Volume penjualan juga mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak
langsung atas pendapatan yang diterima oleh pedagang.
6.7 . Pendapatan
Dari hasil penelitian maka didapatkan pendapatan peternak ayam ras
pedaging Di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.
No Skala Usaha (Ekor) Pendapatan (Rp/Periode) Frekuensi Persentase (%)
1 1000 2.263.708 5 10
2 1500 2.649.581 8 15
3 2000 3.841.677 10 20
4 2500 4.666.398 12 25
5 3000 6.068.901 15 30
Total 50 100Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2012.
Tabel 22 menunjukkan bahwa, tingkat pendapatan rata-rata yang paling
tinggi yaitu Rp-, 6.068.901, yaitu dengan persentase sebesar 30 %. Hal ini sesuai
dengan pendapat. Riswandi, (2006) yang menyatakan bahwa pendapatan peternak
46
dipengaruhi oleh jumlah kepemilikan ternak yang dipelihara, biaya yang
dikeluarkan dan jumlah hasil produksi.
Analisis Regresi Linear Sederhana Pengaruh Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak
ayam ras pedaging Di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa digunakan analisis
regresi linear sederhana dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS
17,00 for windows. Adapun yang menjadi variabel pada penelitian ini yaitu terdiri
atas variabel bebas (independen) yaitu volume penjualan (X), Sementara untuk
variabel terikat (dependen) adalah pendapatan peternak ayam ras pedaging (Y).
Adapun hasil perhitungan analisis regresi linear sederhana dapat dilihat pada
Tabel 23.
Tabel 23. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Koefisien Regresi (B) Sig Keterangan
Konstanta
Volume Penjualan (X)
Pendapatan(Y)
-189804.231
2114.5190,000 Signifikan
Multiple R = 0,870 ; R Square = 0,752 ; Sign = 0,000 ;
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2012.
Hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 23, maka dapat diketahui
koefisien regresi masing-masing variabel bebas (independen) dan nilai konstanta
sehingga dapat dibentuk suatu persamaan sebagai berikut :
47
Y = -189804.231+ 2114.519 + e
Dari persamaan regresi linear sederhana diperoleh nilai koefisien regresi
yaitu volume penjualan (X) memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan,
artinya setiap kenaikan nilai volume penjualan maka akan menyebabkan kenaikan
nilai Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pallangga,
Kabupaten Gowa.
Hasil pengujian nilai koefisien regresi variabel volume penjualan (X)
sebesar 2114.519 hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan nilai volume
penjualan maka akan meningkatkan Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa sebesar Rp 2.114.519.
Adapun nilai konstanta sebesar -189804.231 menunjukkan bahwa pada
saat nilai variabel bebas volume penjualan (X) sama dengan nol, maka pendapatan
peternak (Y) akan bernilai Rp. -189804.231.
Nilai R menunjukkan korelasi, yaitu korelasi antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 – 1, jika mendekati 1, maka
hubungan semakin erat. Sebaliknya jika mendekati 0, maka hubungannya semakin
lemah. Angka R yang didapatkan 0,870, artinya korelasi antara variabel
independen volume penjualan (X) terhadap Pendapatan Peternak Ayam Ras
Pedaging di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa (Y) sebesar 0,870 Hal ini
berarti terjadi hubungan yang sangat erat karena mendekati 1.
Nilai R Square (R2) atau kuadrat R menunjukkan koefisien determinasi.
Angka ini akan diubah ke bentuk persen, artinya persentase sumbangan pengaruh
variabel independen (volume penjualan) terhadap variabel dependen (pendapatan)
48
sebesar 75,2 %, sedangkan sisanya sebesar 24,8% dipengaruhi oleh variabel lain
yang yang tidak dimasukkan dalam model ini.
49
BABVIIKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Volume penjualan berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak ayam
ras pedaging di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dilihat dari nilai
Rnya yaitu sebesar 0,870.
b. Volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak
ayam ras pedaging di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Dan
besarnya sumbangsih volume penjualan terhadap pendapatan peternak
ayam ras pedaging di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat
dilihat dari nilai R squarenya yaitu sebesar 75,2%.
B. Saran
Sebaiknya peternak ayam broiler lebih memperhatikan sistem
pemeliharaan yang dilakukan, baik dalam pemberian pakan. Maka dari itu Perlu
dilakukan penelitian tentang efisiensi pemberian pakan sehingga dapat diperoleh
pendapatan yang lebih besar.
50
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, 2003. Pemeliharaan Ayam Potong. http://www.wordpress.com. Diakses pada tanggal 22 Januari 2012.
Ahmad, M, 2010. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Ternak yama Ras Pedaging di Kabupaten Magelang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Astuti, 2005. Skripsi : Pengaruh Nilai Margin Pemasaran Terhadap Pendapatan Pengrajin Gula Kelapa di Desa Karang Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Badan Pusat Statistik http://www.bps.go.id/aboutus.php?id_subjek=06&tabel=1&fi=2.
Daniel, M, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian.penerbit Bumi Aksara. Diakses pada tanggal 26 Januari 2012.
Erik, M. 2012. Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong di Kota Makassar. Skripsi Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Ginting, M, 2003. Analisis Tingkat Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Prima Karsa. Skripsi Program Studi Ekonomi Petrnakan IPB, Bogor.
Kadariah, 1994. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Rahardi, 2001. Analisis Usaha Pemeliharaan Ayam Potong di Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiah. http://www.disnak.com. Diakses pada tanggal 26 Januari 2012.
Rasyaf, M., 1998. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
______, M, 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Rikawati, 2011. Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging. Jurusan Manajemen fakultas Ekomoni dan Manajemen IPB, Bogor.
Riswandi, M.2006. Analisis Keuntungan Usaha Peternakan Kambing Di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo. Universitas Hasanuddin. Makassar
51
Samuelson, A. Paul dan William D. Nordhalus, 1996. Mikroekonomi. Edisi Keempat Belas. Penerbit Erlangga, Jakarta
Soekartawi, 2002. Prinsip dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian Edisi Revisi. Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.
_________, 2003. Agribisnis, Teori, dan Aplikasinya. PT. Gajah Grafindo Persada, Jakarta.
Sugiarto, dkk., 2002. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprensif. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D. Alfabeta, Bandung
Sukirno, S., 1997. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. CV. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Swastha, B dan Handoko. 1996. Manajemen Pemasaran, Analisis Perilaku Konsumen. Liberty, Yogyakarta
__________, 2000. Manajemen Penjualan. PT. BPFE, Yogyakarta.
__________, 2001. Manajemen Penjualan. PT. BPFE, Yogyakarta.
Titik, S, 1993. Pembibitan Ayam Ras. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Triandaru S., 2001. Ekonomi Mikro. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Umar, H., 2001. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
52