repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter...

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Signalling (Signalling Theory) Signalling theory adalah bagaimana akuntansi dapat digunakan untuk menyatakan sinyal informasi tentang perusahaan. Laporan keuangan sering digunakan untuk memberikan sinyal tentang perusahaan, terutama ketika trend pendapatan menjadi sorotan untuk mengindikasikan kemungkinan pendapatan di masa depan (Godfrey et.al., 2010:395). Teori signalling menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak eksternal dan adanya dorongan perusahaan untuk memberikan informasi tersebut kepada pihak eksternal. Dalam kaitannya dengan teori signaling, kualitas audit memberikan sinyal kualitas dari perusahaan dan juga sahamnya (Datar, Feltham, dan Hughes, 1991). Kualitas perusahaan dideskripsikan dari kemampuannya bertahan hidup dalam masa yang panjang (going concern). Kondisi ini akan membantu meyakinkan investor untuk berinvestasi dalam perusahaan. Seperti yang telah disebutkan pada latar belakang bahwa opini going concern akan menimbulkan self-fulfilling propechy dimana opini ini akan menjadi sinyal bahwa perusahaan akan diragukan kemampuannya untuk tetap bertahan hidup. Ketika auditor yang memiliki kualitas audit yang baik menyatakan opini going concern atas sebuah perusahaan, maka hal ini akan berpengaruh terhadap keputusan investasi calon investor dan juga Universitas Sumatera Utara

Transcript of repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter...

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Teori Signalling (Signalling Theory)

Signalling theory adalah bagaimana akuntansi dapat digunakan untuk

menyatakan sinyal informasi tentang perusahaan. Laporan keuangan sering

digunakan untuk memberikan sinyal tentang perusahaan, terutama ketika trend

pendapatan menjadi sorotan untuk mengindikasikan kemungkinan pendapatan di

masa depan (Godfrey et.al., 2010:395). Teori signalling menekankan kepada

pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan

investasi pihak eksternal dan adanya dorongan perusahaan untuk memberikan

informasi tersebut kepada pihak eksternal.

Dalam kaitannya dengan teori signaling, kualitas audit memberikan sinyal

kualitas dari perusahaan dan juga sahamnya (Datar, Feltham, dan Hughes, 1991).

Kualitas perusahaan dideskripsikan dari kemampuannya bertahan hidup dalam

masa yang panjang (going concern). Kondisi ini akan membantu meyakinkan

investor untuk berinvestasi dalam perusahaan. Seperti yang telah disebutkan pada

latar belakang bahwa opini going concern akan menimbulkan self-fulfilling

propechy dimana opini ini akan menjadi sinyal bahwa perusahaan akan diragukan

kemampuannya untuk tetap bertahan hidup. Ketika auditor yang memiliki kualitas

audit yang baik menyatakan opini going concern atas sebuah perusahaan, maka

hal ini akan berpengaruh terhadap keputusan investasi calon investor dan juga

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

investor yang sebelumnya telah berinvestasi dalam perusahaan. Berdasarkan

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit akan memberikan sinyal

terkait kualitas perusahaan, kualitas saham perusahaan, dan kualitas investasi dari

perusahaan tersebut yang berkaitan pula dengan kemampuan perusahaan untuk

dapat going concern.

Publikasi laporan tahunan yang menunjukkan kondisi perusahaan yang

profitable memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik di

masa mendatang dan sinyal ini tentu bernilai positif (good news). Ketika

perusahaan mempunyai profitabilitas yang tinggi diharapkan memperoleh laba

yang tinggi sehingga kemungkinan kecil bagi perusahaan mendapat opini audit

going concern (Januarti, 2008). Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi

membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat agar segera

dapat memberitahukan kabar baik kepada publik dan mendapat respon positif dari

publik. Publikasi yang melewati batas ketentuan Bapepam (90 hari) memberikan

sinyal bahwa perusahaan memiliki masalah dalam laporan keuangan yang

kemungkinan dikarenakan auditor membutuhkan ARL yang lama.

2.1.2 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, patuh artinya suka menurut (perintah, dsb.); taat (pada perintah, aturan,

dsb.) dan berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat patuh, ketaatan. Kepatuhan terhadap

ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan publik di

Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

dalam Peraturan Bapepam Nomor X.E.1 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar

Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-06/BL/2006 tentang Kewajiban

Penyampaian Laporan Berkala oleh Perusahaan Efek; dan Peraturan Bapepam

Nomor X.K.2 Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan Nomor: KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan

Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik.

Peraturan-peraturan tersebut mengisyaratkan terdapat kepatuhan setiap

individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal

Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara

tepat waktu kepada Bapepam. Ketepatan waktu ini berhubungan dengan audit

report lag. Jika ARL yang dibutuhkan lama, penyampaian laporan keuangan akan

tidak tepat waktu.

Kepatuhan terhadap masa perikatan audit (audit tenure) telah diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 yang menjelaskan bahwa

pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan

oleh KAP paling lama untuk enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang

Akuntan Publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut. Sesuai dengan

standar auditing yang telah ditetapkan oleh IAI bahwa selain memberikan opini

audit, auditor juga harus bertanggung jawab dalam pengungkapan going concern

entitas. Jika auditor melakukan penyimpangan dengan tidak mengungkapkan atau

berusaha menutupi masalah going concern entitas, tentu hal ini akan bertentangan

dengan teori kepatuhan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

Teori kepatuhan dapat membuat seseorang lebih patuh pada peraturan

yang berlaku, sama seperti perusahaan yang berusaha tepat waktu dalam

menyampaikan laporan keuangannya karena selain sebagai kewajiban, juga

bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan (Sulistyo, 2010). Sama halnya

dengan auditor yang berusaha untuk memberikan kinerja terbaiknya berupa

kualitas audit. Auditor juga harus patuh dalam memenuhi tugas sesuai dengan

jangka waktu audit tenure-nya.

2.1.3 Auditing

ASOBAC (A Statement of Basic Accounting Concepts) mendefinisikan

auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi

bukti audit secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan

kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuian antara asersi-asersi

tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada

para pemakai yang berkepentingan. Menurut Agoes (2000:1), auditing atau

pengauditan adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara krisis dan sistematis

oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh

manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan

tujuan dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, auditing dapat dikatakan sebagai proses

pemeriksaan sistematis dan kritis terhadap laporan keuangan perusahaan oleh

auditor independen yang bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran

laporan keuangan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

Hasil audit yang telah dilakukan oleh auditor dilaporkan dalam laporan

audit yang merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan opininya atas

laporan keuangan, atau dalam kasus tertentu dapat menyatakan tidak memberikan

opini, dan menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar

auditing yang telah ditetapkan oleh IAI. Opini yang diberikan merupakan

pernyataan kewajaran, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha,

perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia (SA Seksi 110 paragraf 01). Tuanakotta (1982:7)

menyebutkan prinsip auditing antara lain: kebenaran dasar (basic truth) yang

menunjukkan bagaimana tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Prinsip-prinsip

lainnya adalah prinsip pemberian informasi secara lengkap dan tidak menyesatkan

(full disclosure); prinsip konsistensi (consistency) yaitu penerapan prinsip

akuntansi yang sama tahun ini dengan tahun sebelumnya agar informasi dapat

dibandingkan; prinsip materialitas (materiality) yang membedakan penting atau

tidaknya suatu hal tergantung dari sifat dan/atau besarnya hal tersebut; dan prinsip

lainnya.

Adapun tahapan kegiatan audit yang dilakukan, baik untuk perusahaan

besar maupun kecil adalah sebagai berikut (Jusup, 2001:169).

1. Penerimaan penugasan audit Tahap awal dimulainya proses audit adalah dengan mengambil keputusan menerima (atau menolak) suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau melanjutkan menjadi auditor bagi klien yang sudah ada. Dengan mengambil keputusan untuk menerima kesempatan menjadi auditor, tahap selanjutnya yaitu mengadakan perjanjian perikatan. Dalam perikatan audit, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor menyangggupi untuk melaksanakan pekerjaan audit sesuai kompetensi profesionalnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

Pada umumnya, keputusan untuk menerima (atau menolak) sudah dilakukan sejak enam bulan hingga sembilan bulan sebelum tahun akhir buku yang akan diperiksa. Dalam tahap ini, yang perlu diterapkan adalah standar umum dari standar auditing.

2. Perencanaan dan perancangan audit Perencanaan dan perancangan penugasan audit yang baik harus bisa menghasilkan pendekatan audit yang efektif dengan biaya yang masuk akal (Rahayu dan Suhayati, 2009:107). Pada tahap ini, standar umum dan standar pekerjaan lapangan adalah standar yang perlu diterapkan. Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan perancangan audit biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan entitas dan pembahasan dengan personel lain dalam kantor auditor dan personel klien tersebut.

3. Pelaksanaan pengujian audit Tahap ini sering disebut sebagai tahap pelaksanaan pekerjaan lapangan dan merupakan bagian penting dalam proses audit. Pengujian ini dilakukan tiga sampai empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu samapi tiga bulan setelah akhir tahun buku. Standar yang diterapkan dalam tahap ini adalah satndar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing. Tujuan utama dilaksanakannya tahap pelaksanaan pengujian audit ini adalah mendapatkan bukti audit mengenai efektivitas Struktur Pengendalian Intern (SPI) klien dan kewajaran laporan keuangannya.

4. Penyelesaian dan pelaporan hasil audit Tahap ini adalah tahap akhir dalam proses audit. Tahap ini merupakan proses yang sangat subyektif dan sangat bergantung pada pertimbangan profesional auditor (Rahayu dan Suhayati, 2010:115). Pada tahap pelaporan hasil audit harus menerapkan standar umum dan standar pelaporan dari standar auditing.

2.1.4 Auditor

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 17 Tahun 2008

tentang Jasa Akuntan Publik, akuntan publik atau auditor adalah seseorang yang

berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan telah memperoleh izin dari Menteri

Keuangan untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam peraturan ini. Jasa

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

yang disediakan auditor adalah jasa atestasi dan yang termasuk dalam jasa atestasi

adalah :

a) Jasa audit umum atas Laporan Keuangan,

b) Jasa pemeriksaan atas Laporan Keuangan Prospektif,

c) Jasa pemeriksaan atas pemeriksaan informasi keuangan performa,

d) Jasa review atas laporan keuangan, dan

e) Jasa atestasi lainnya seperti tercantum dalam SPAP.

Auditor independen (independent auditors), yang dikenal sebagai auditor

eksternal, adalah akuntan publik bersertifikat (certified public accountant; CPA)

yang mempunyai kantor praktik sendiri dan menawarkan jasa audit serta jasa lain

kepada klien (Guy, Alderman, dan Winters, 2002:11). Auditor independen

mengaudit seluruh laporan keuangan perusahaan terbuka dan banyak perusahaan

tertutup. Adapun hasil akhir dari proses auditing adalah pelaporan hasil auditing

yang berisi opini auditor atas pemeriksaan laporan keuangan klien.

Auditor internal (internal auditor) adalah karyawan tetap yang

dipekerjakan oleh suatu entitas untuk melaksanakan audit dalam organisasi

tersebut. Tugas utama auditor internal adalah melaksanakan audit ketaatan

(compliance audit) dan audit operasional (operational audit). Auditor internal

biasanya melaporkan kepada dewan direktur organisasi, yaitu pengguna utama

hasil kerja auditor internal.

Auditor pemerintah (government auditor) adalah auditor yang menentukan

ketaatan dengan hukum, peraturan perundangan, kebijakan, dan prosedur yang

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

digunakan oleh berbagai badan pemerintahan. Aktivitas yang dilakukan oleh

auditor pemerintah adalah (Rahayu dan Suhayati, 2010:14):

a) Audit keuangan (financial audits):

1. Audit laporan keuangan,

2. Audit atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan

b) Audit kinerja (performance audits):

1. Audit ekonomi dan efisiensi operasi organisasi

2. Audit atas program pemerintahan dan BUMN (efektivitas)

2.1.5 Opini Audit

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa auditor bertugas

memberikan opininya sebagai hasil pemeriksaan laporan keuangan klien. Opini

tersebut yaitu (Mulyadi, 2002):

a. Opini wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

b. Opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang

ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified Opinion with

Explanatory Language)

c. Opini wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)

d. Opini tidak wajar (Adverse Opinion)

e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion atau No

Opinion).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

2.1.6 Keberlangsungan Usaha (Going Concern)

Menurut Belkaoui (2006:271), going concern adalah dalil yang

menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka

waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta

aktivitas-aktivitasnya yang tiada henti. Kesinambungan operasi entitas akan

menghasilkan laporan keuangan yang bersifat sementara sesuai periode aktivitas

dan akan saling berhubungan satu dengan yang lainnya secara berkelanjutan.

Postulat going concern digunakan sebagai dasar bahan pertimbangan pada saat

penyusunan laporan keuangan atau pada saat akuntansi menghadapi berbagai

pilihan dalam proses penyusunan standar akuntansi karena kenyataan bahwa

kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang sifatnya tidak pasti

(Riduwan, 2007).

Purba (2009) menyebutkan ada beberapa kondisi yang berujung pada

ketidakmampuan entitas bisnis mempertahankan kelangsungan hidupnya (going

concern):

1. Keuangan Kondisi keuangan perusahaan merupakan kunci utama untuk melihat apakah perusahaan akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya atau tidak pada masa mendatang. Kondisi keuangan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam pelunasan bunga pinjaman kepada kreditur dan memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat. Apabila kondisi keuangan memburuk, maka kemungkinan perusahaan untuk going concern pun akan menurun pula. Demikian sebaliknya, jika kondisi keuangan mengalami perkembangan ke arah yang positif atau mengalami kestabilan, kemungkinan going concern-nya akan meningkat.

2. Moneter Kendala moneter, selain memengaruhi pinjaman luar negeri dan ekspor sebuah negara, khususnya dalam perekonomian Indonesia, juga memengaruhi ekonomi mikro jika banyak entitas bisnis memiliki pinjaman dalam mata uang asing.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

a. Sosial Risiko kerawanan sosial adalah risiko yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, dapat timbul sebagai dampak sampingan, misalnya tingkat kriminalitas tinggi dan penyakit sosial lainnya.

b. Politik Perusahaan adalah bagian dari sebuah rezim yang berkuasa sebagai pihak regulator. Hal ini berakibat pada iklim investasi suatu negara yang pasti akan dipengaruhi oleh situasi politik negara tersebut.

c. Pasar Kemampuan perusahaan menguasai pasar sangat memengaruhi keberhasilan perusahaan menghasilkan laba. Apabila sebuah perusahaan kehilangan kemampuan menguasai pangsa pasar, maka secara otomatis kemampuan going concern-nya akan mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh daya saing, regulasi, jalur produksi, inovasi produk, teknologi, dan lain sebagainya.

d. Teknologi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan harus mampu mempertahankan dan memperluas pangsa pasarnya. Hal ini menuntut perusahaan untuk menguasai teknologi agar dapat berhubungan dengan lingkungan bisnisnya.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai

kemampuan perusahaan dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya

(Arens,2002 : 66), antara lain: (a) kerugian operasi atau kekurangan modal kerja

yang berulang dan signifikan, (b) ketidakmampuan perusahaan untuk membayar

kewajibannya ketika jatuh tempo, (c) kehilangan pelanggan utama, terjadi

bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi, banjir, atau

masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa, dan (d) perkara pengadilan, perundang-

undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat

membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi. Jika auditor meragukan

kemampuan perusahaan untuk going concern, maka auditor akan menyatakan

opini audit going concern. Meskipun auditor tidak bertanggungjawab terhadap

kelangsungan hidup sebuah perusahaan, tetapi dalam melakukan audit,

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

kelangsungan hidup perlu menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini

(Dewayanto, 2011).

2.1.7 Opini Audit Going Concern

Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat

kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun

sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2001: SA Seksi 341

paragraf 2). IAI (2001) memaparkan langkah-langkah yang akan ditempuh auditor

dalam mengevaluasi kemampuan going concern perusahaan dengan cara berikut

ini.

1) Auditor mempertimbangkan apakah seluruh hasil prosedur yang dilaksanakannya menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pas. Mungkin diperlukan informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.

2) Jika auditor yakin terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:

a. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut,

b. mengevaluasi apakah rencana tersebut efektif dilaksanakan. 3) Setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor mengambil

kesimpulan apakah masih terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.

Pernyataan Standar Auditing (PSA) 29 paragraf 11 huruf d (IAI, 2001: SA

Seksi 508, paragraf 11) menyatakan bahwa keraguan yang besar tentang

kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf

penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak

mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang

dinyatakan oleh auditor. SA Seksi 341 paragraf 06 menjelaskan bahwa auditor

dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang

menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih

dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit).

IAI (2001) mencontohkan kondisi atau peristiwa yang berkaitan adalah

sebagai berikut.

1) Tren negatif, misalnya kerugian operasi yang terjadi berulang,

kurangnya modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha,

jeleknya rasio keuangan yang penting.

2) Kemungkinan adanya financial distress, misalnya kegagalan

memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan

pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok atas pengajuan

permintaan kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk

mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan besar

sebagian aktiva.

3) Masalah intern, misalnya pemogokan kerja atau kesulitan hubungan

perburuhan yang lain, ketergantungan besar atau sukses proyek

tertentu, komitmen jangka panjang yag tidak bersifat ekonomis,

kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

4) Masalah luar yang telah terjadi, misalnya pengaduan gugatan

pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah lain yang

kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi,

kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan

pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar

seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan

atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak

memadai.

2.1.8 Audit Quality

Kualitas audit (audit quality) menurut DeAngelo (1981) adalah

probabilitas error dan irregularities yang dapat dideteksi dan dilaporkan.

Probabilitas pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang merujuk pada audit yang

dilakukan oleh auditor untuk menghasilkan pendapatnya. Isu-isu yang

berhubungan dengan isu audit adalah kompetensi auditor, persyaratan yang

berkaitan dengan pelaksanaan audit, dan persyaratan pelaporan.

Banyak penelitian sebelumnya yang menggunakan reputasi auditor dan

afiliasi auditor dengan KAP big four sebagai proksi dari kualitas audit. Hal ini

didasari oleh opini yang menyatakan bahwa auditor yang memiliki reputasi baik

akan cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar reputasinya terjaga

dan tidak kehilangan klien. Kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan

proksi yang sama dengan penelitian Praptitorini dan Januarti (2007) yaitu auditor

industry specialization.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

O’Keefe (1994) berpendapat bahwa auditor industry specialization

berhubungan positif dengan kualitas audit diukur dengan penilaian kepatuhan

auditor terhadap GAAS. Auditor yang memiliki banyak klien dalam industri yang

sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang risiko audit khusus

yang mewakili industri tersebut, tetapi akan membutuhkan pengembangan

keahlian lebih daripada auditor pada umumnya. Tambahan keahlian ini akan

menghasilkan return positif dalam fee audit. Sehingga, para peneliti memiliki

hipotesis bahwa auditor dengan konsentrasi tinggi dalam industri tertentu akan

memberikan kualitas yang lebih tinggi (Deis dan Giroux, 1992). Auditor dengan

spesialisasi industri tertentu memiliki pengetahuan yang spesifik tentang industri

klien sehingga dapat memahami karakteristik perusahaan dalam industri tersebut

secara lebih komprehensif dan mampu meningkatkan kemampuan untuk

mendeteksi kesalahan yang terjadi. Spesialisasi dalam industri tertentu menjadi

sebuah tren, dan para peneliti menemukan bahwa auditor dengan spesialisasi

menghasilkan penghematan finansial dan keuntungan dalam kualitas (Hogan and

Jeter, 1999).

2.1.9 Audit Tenure

Auditor client tenure atau audit tenure merupakan jumlah tahun dimana

KAP atau auditor melakukan perikatan audit dengan klien yang sama. Saat auditor

dan klien menjalin hubungan kerja sama dalam jangka waktu yang relatif lama,

hal ini akan memberikan manfaat bagi klien maupun auditor. Bagi auditor,

menjalin kerja sama dalam jangka panjang akan memberikan pemahaman yang

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

lebih mengenai industri dan kondisi keuangan klien yang ditanganinya sehingga

akan lebih mudah mendeteksi masalah going concern, atau malah sebaliknya.

Perikatan audit yang lama akan menjadikan auditor kehilangan independensinya,

sehingga kemungkinan untuk memberikan opini going concern justru akan sulit.

Selain mengaburkan skeptisme profesional auditor, audit tenure yang lama akan

menimbulkan masalah lain, seperti adanya keinginan menyelesaikan masalah

yang dihadapi oleh klien demi menjaga hubungan baik yang telah terjalin, dan

adanya anggapan auditor bahwa hasil proses audit yang sedang berlangsung akan

sama seperti hasil sebelumnya. Bagi klien, menjaga hubungan kerja sama yang

panjang dengan auditor dianggap akan lebih ekonomis.

Untuk tetap menjaga independensinya beberapa negara menetapkan

peraturan mengenai rotasi KAP. Peraturan di Indonesia mengharuskan adanya

pergantian Kantor Akuntan Publik lima tahun dan auditor tiga tahun yang

mengaudit sebuah perusahaan secara berturut-turut (Bapepam, 2002). Peraturan

Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik

disebutkan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu

entitas dilakukan oleh KAP paling lama enam tahun buku berturut-turut dan oleh

seorang akuntan publik paling lama tiga tahun berturut-turut. Akuntan Publik

dapat menerima kembali penugasan audit untuk klien tersebut setelah satu tahun

buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

2.1.10 Audit Report Lag

Audit Report Lag (ARL) didefinisikan sebagai periode waktu penyelesaian

audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun fiskal perusahaan hingga tanggal

diterbitkannya laporan audit. Menurut Lai dan Cheuk (2005), “An audit report lag

or audit delay is a period from a company’s year-end date to the audit report

date”. Definisi tersebut menyimpulkan bahwa semakin lama waktu yang

dibutuhkan auditor menyelesaikan proses audit, semakin lama pula audit report

lag-nya.

Menurut Abdula (1996), semakin panjang waktu yang dibutuhkan di

dalam mempublikasikan laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu

perusahaan milik klien, maka semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut

bocor kepada investor tertentu atau bahkan bisa menyebabkan insider trading dan

rumor-rumor lain di bursa saham. Lamanya ARL yang dibutuhkan selama proses

pengauditan mempengaruhi publikasi laporan keuangan. ARL yang lama akan

mengakibatkan berkurangnya kualitas isi informasi yang terkandung dalam

laporan keuangan sehingga mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang

didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Penelitian Ahmad et. al.(2005)

menyatakan ARL dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu client cycle time

(CCT) yang didefinisikan sebagai durasi waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan

untuk menyelesaikan atau menutup pembukuan transaksi perusahaan; dan firm

cycle time (FCT) yang didefinisikan sebagai durasi waktu yang dibutuhkan

auditor untuk menyelesaikan tanggung jawab audit atas laporan keuangan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

perusahaan. Knechel dan Payne (2001) dalam penelitiannya membagi ARL dalam

3 komponen, yaitu :

1. Scheduling Lag, yaitu selisih waktu antara akhir tahun fiskal

perusahaan dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor.

2. Fieldwork Lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan

lapangan dan saat penyelesaiannya.

3. Reporting Lag, yaitu selisih waktu antara saat penyelesaian

pekerjaan lapangan dengan tanggal laporan auditor.

2.1.11 Profitabilitas

Profitabilitas adalah jumlah relatif laba yang dihasilkan dari sejumlah

investasi atau modal yang ditanamkan dalam suatu usaha. Profitabilitas sebagai

indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba memiliki

pengaruh dalam publikasi laporan keuangan. Rasio ini menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dalam hubungannya

dengan penjualan, asset, maupun modal saham tertentu. Semakin tinggi

profitabilitas, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan Net Profit

Margin Ratio (NPMR), dimana laba bersih sebelum pajak dibagi dengan

penjualan bersih.

NPMR mengindikasikan seberapa baiknya perusahaan mengkonversikan

penjualan menjadi laba setelah semua beban dikeluarkan. Semakin besar NPMR

berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

sehubungan dengan kegiatan usahanya. Sejalan dengan hal yang disebutkan

sebelumnya, semakin besar NPMR maka kinerja perusahaan akan semakin

produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan

modalnya pada perusahaan tersebut. Peningkatan kepercayaan investor untuk

berinvestasi ini memiliki efek positif pada kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan keberlangsungan usahanya. Secara umum, ketika margin laba

bersih perusahaan menurun dari waktu ke waktu, segudang masalah bisa jadi

penyebabnya, mulai dari penurunan penjualan, kurangnya hubungan dengan

pelanggan, sampai adanya manajemen pengeluaran yang tidak memadai.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Knechel dan Vanstraelen (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh

audit tenure dan audit quality terhadap opini going concern dengan variabel

kontrol ukuran perusahaan klien, audit report lag, prediksi model kebangkrutan,

ukuran KAP, dan usia perusahaan. Hasil penelitiannya adalah auditor tidak

menjadi kurang independen dari waktu ke waktu juga tidak menjadi lebih baik

dalam memprediksi kebangkrutan. Sebaliknya, bukti untuk masa perikatan baik

dalam meningkatkan atau menurunkan kualitas audit lemah.

Pada penelitian Praptitorini dan Januarti (2007) yang menguji pengaruh

kualitas audit, debt defaultt, dan opinion shopping terhadap penerimaan opini

audit going concern menunjukkan hasil bahwa debt default dan opinion shopping

berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern, sedangkan kualitas

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

audit yang diproksi dengan auditor industry specialization tidak berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Penelitian Santosa dan Wedari (2007) menguji pengaruh kualitas audit,

kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan

perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini going concern.

Hasil penelitiannya adalah kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak

berpengaruh terhadap opini going concern. Opini audit sebelumnya berpengaruh

positif terhadap opini going concern sedangkan ukuran perusahaan dan kondisi

keuangan berpengaruh negatif terhadap opini going concern.

Januarti dan Fitrianasari (2008) menguji rasio keuangan (rasio likuiditas,

rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio pertumbuhan penjualan,

rasio nilai pasar) dan rasio non keuangan (ukuran perusahaan, reputasi KAP, opini

audit tahun sebelumnya, auditor client tenure, audit lag) yang mempengaruhi

auditor dalam memberikan opini going concern pada auditee. Hasil pengujiannya

adalah hanya satu rasio keuangan yaitu rasio likuiditas dan dua rasio non

keuangan (opini audit tahun sebelumnya dan audit lag) yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap pemberian opini going concern oleh auditor pada auditee.

Penelitian Januarti (2009) menguji pengaruh kondisi keuangan

perusahaan, debt default, ukuran perusahaan, audit lag, opini audit tahun

sebelumnya, auditor client tenure, kualitas audit, opinion shopping, kepemilikan

manajerial dan institusional terhadap penerimaan opini going concern. Hasil yang

diperoleh dari pengujian ini adalah kondisi keuangan perusahaan, debt default,

ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, kualitas audit, auditor client

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

tenure berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern

sedangkan audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

Kartika (2012) menguji kondisi keuangan perusahaan, kualitas audit, opini

audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan opinion shopping terhadap

penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujiannya adalah Kondisi

keuangan, kualitas audit, dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap

penerimaan opini going concern sedangkan opini audit tahun sebelumnya dan

pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Agustina dan Zulaikha (2013) yang

menguji pengaruh ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya, penjualan

perusahaan, indikator kerugian operasi perusahaan, audit lag, debt default, rasio

kecukupan arus kas, dan rasio lancer terhadap opini audit going concern. Hasil

pengujiannya adalah ukuran KAP tidak berpengaruh positif terhadap opini going

concern, opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going

concern, sedangkan penjualan perusahaan, indikator kerugian operasi perusahaan,

audit lag, debt default, rasio kecukupan arus kas, dan rasio lancar tidak

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

penulis menggunakan auditor industry specialization sebagai proksi dari kualitas

audit (audit quality), penghitungan tenure menggunakan tenure auditor 3 tahun

sebagai proksi audit tenure, dan menggunakan net profit margin ratio sebagai

proksi dari profitabilitas.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

Tinjauan penelitian terdahulu terangkum dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

No Peneliti/ Tahun

Variabel Dependen

Variabel Independen

Alat Analisis Hasil Penelitian

1. Knechel dan Vanstraelen (2007)

Going concern opinions

Variabel independen: Audit quality dan audit tenure Variabel 29ontrol: Client Size (LNSALES), Audit Report Lag, D-score, Audit Firm Size (Big 6), Age of The Company Measured in Years.

Regresi logistik

Auditor tidak menjadi kurang independen dari waktu ke waktu juga tidak menjadi lebih baik dalam memprediksi kebangkrutan. Sebaliknya, bukti untuk masa perikatan baik dalam meningkatkan atau menurunkan kualitas audit lemah.

2. Praptitorini dan Januarti (2007)

Penerimaan opini going concern

Kualitas audit, debt defaultt, dan opinion shopping.

Regresi logistik

Debt default dan opinion shopping berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern, sedangkan kualitas audit yang diproksi dengan auditor industry specialization tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

3. Santosa dan Wedari (2007)

Penerimaan opini audit going

Kualitas audit, kondisi keuangan

Regresi logistik

Kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

concern perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan.

berpengaruh terhadap opini going concern. Opini audit sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini going concern sedangkan ukuran perusahaan dan kondisi keuangan berpengaruh negatif terhadap opini going concern.

4. Januarti dan Fitrianasari (2008)

Opini audit going concern

Rasio likuiditas , profitabilitas, aktivitas, leverage, pertumbuhan penjualan, nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure, dan audit lag

Regresi logistik

Rasio likuiditas, opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio pertumbuhan penjualan, rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP, dan auditor client tenure tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.

5. Januarti (2009)

Penerimaan Opini Audit Going

Debt default, ukuran perusahaan,

Regresi logistik.

Debt default, ukuran perusahaan,

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

Concern auditor client tenure, opini tahun sebelumnya, kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional

auditor client tenure, opini tahun sebelumnya, kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern, sedangkan kondisi keuangan perusahaan, audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

6. Kartika (2012)

Penerimaan opini going concern

Kondisi keuangan, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, opinion shopping

Regresi logistik

Kondisi keuangan, kualitas audit, dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern sedangkan opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

7. Agustina dan Zulaikha (2013)

Opini going concern

Ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya,

Regresi logistik

Ukuran KAP tidak berpengaruh positif terhadap opini going

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

penjualan perusahaan, indikator kerugian operasi perusahaan, audit lag, debt default, rasio kecukupan arus kas, dan rasio lancar.

concern, opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, sedangkan penjualan perusahaan, indikator kerugian operasi perusahaan, audit lag, debt default, rasio kecukupan arus kas, dan rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

2.3 Kerangka Konseptual

Penelitian ini memiliki empat variabel independen dan satu variabel

dependen. Variabel independen yang digunakan adalah audit quality, audit tenure,

audit report lag, dan profitabilitas. Variabel dependen yang digunakan adalah

opini audit going concern.

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Audit Quality (X1)

Audit Tenure (X2)

Audit Report Lag (X3)

Profitabilitas (X4)

Opini Audit Going Concern (Y)

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

Laporan keuangan adalah sumber informasi yang menunjukkan kondisi

keuangan entitas dan akan digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan

ekonomi. Dari laporan keuangan dapat dilihat rasio-rasio keuangan yang

menggambarkan kinerja manajemen, termasuk di dalamnya rasio net profit

margin (NPMR). Dalam kaitannya dengan teori signaling, kualitas audit yang

diberikan auditor spesialis yang digambarkan melalui laporan audit akan menjadi

sinyal mengenai kondisi perusahaan yang diauditnya. Jika auditor spesialis

menerbitkan opini going concern atas perusahaan yang diauditnya, maka akan

berdampak pada keputusan investasi investor maupun calon investor karena opini

tersebut memberi sinyal bahwa kondisi perusahaan untuk bertahan hidup

diragukan.

Ketepatan waktu pengumuman laba/profit (good news) kepada publik

merupakan hal yang penting dan merupakan sinyal yang bagus karena kondisi ini

menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan berada dalam kondisi yang baik.

Laporan keuangan yang dipublikasikan tepat waktu juga menunjukkan kepatuhan

entitas atas peraturan yang ditetapkan Bapepam sebagai lembaga yang berwenang.

Penundaan publikasi laporan keuangan dapat menyebabkan manfaat dari

pengungkapan informasi menjadi kurang relevan bagi pengguna informasi

keuangan terutama yang berhubungan dengan informasi mengenai kelangsungan

hidup (going concern) perusahaan. Hal ini menjadi sinyal bahwa laporan

keuangan mengalami masalah sehingga auditor membutuhkan ARL yang lebih

lama.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

Auditor bertanggung jawab memberikan opini audit atas laporan keuangan

dan pengungkapan kemampuan perusahaan untuk going concern. Opini yang

dikeluarkan auditor harus berkualitas dan tanpa rekayasa. Kepatuhan auditor

untuk melaksanakan tanggung jawab ini erat kaitannya dengan teori kepatuhan.

Pemahaman auditor, kemampuan auditor menguasai karakteristik lingkungan

bisnis sebuah industri, dan pengalaman mengaudit banyak entitas yang berada

dalam satu industri tertentu (spesialisasi industri auditor) akan membuat opini

audit lebih berkualitas dan auditor lebih mudah memprediksi masalah going

concern-nya sebuah entitas. Jika kualitas audit yang dimiliki auditor tinggi maka

perikatan audit antara auditor dengan klien akan diperpanjang.

Dalam pengungkapan masalah going concern entitas, auditor tidak boleh

dipengaruhi oleh lamanya audit tenure yang terjalin dengan entitas. Dua argumen

yang mendukung hubungan negatif lama audit tenure dengan kualitas audit yang

berkaitan dengan pengungkapan masalah going concern entitas, yaitu (a) adanya

erosi independensi auditor yang disadari atau tidak, muncul karena ikatan loyalitas

yang berpengaruh kepada obyektivitas auditor; dan (b) berkurangnya kapabilitas

auditor untuk bersikap kritis akibat familiaritas yang dirasakan auditor sehingga

pendekatan pengujian audit kreatif yang sering terjadi saat awal perikatan audit

semakin terbatas juga (Wibowo dan Rosietta, 2008).

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang

mungkin benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau

Universitas Sumatera Utara

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut (Susanti, 2010 :

229). Menurut Sugiyono (2006 : 51)

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Dari pengertian di atas, pengembangan hipotesis yang dapat dirumuskan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.4.1 Pengaruh audit quality terhadap opini audit going concern

Audit quality adalah gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat

menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi

klien. Vanstraelen (1999) menyatakan bahwa mengidentifikasi masalah going

concern perusahaan berkaitan dengan kompetensi seorang auditor. Kompeten atau

tidaknya seorang auditor dapat dinilai dari pengalaman audit, pengetahuan, dan

pemahaman spesifik tentang industri yang ditangani oleh auditor. Jika seorang

auditor memiliki kompetensi dalam menangani industri tertentu, dapat

disimpulkan bahwa dia adalah auditor spesialis industri tersebut.

Auditor yang memiliki spesialisasi industri akan lebih mudah mendeteksi

kesalahan maupun penyelewengan yang terdapat dalam sistem akuntansi kliennya.

Auditor juga akan lebih mudah mendeteksi dan mengungkapkan kemampuan

going concern klien dengan menggunakan spesialisasinya. Kualitas audit yag

Universitas Sumatera Utara

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

tercermin dalam opini audit ini dapat menjadi sinyal yang menunjukkan kondisi

perusahaan yang nantinya akan menjadi pertimbangan auditor dalam mengambil

keputusan bisnis. Mayangsari (2003) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa

spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H1 : Audit quality berpengaruh terhadap opini audit going concern

2.4.2 Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern

Vanstraelen (1999) menyebutkan memutuskan untuk mengungkapkan

keraguan atas going concern-nya sebuah perusahaan merupakan hal yang

berkaitan dengan independensi seorang auditor. Independensi auditor erat

kaitannya dengan jangka waktu dan keakraban hubungan kerja sama auditor

dengan klien-nya dan akan mempengaruhi kualitas audit yang akan diberikan.

Tingkat kualitas audit dan juga kepatuhan auditor dapat diukur dari

objektivitasnya dalam pengungkapan opini going concern.

Semakin lama audit tenure yang terjalin, independensi auditor akan

mengabur, dan kemampuan untuk mengungkapkan masalah ketidakmampuan

untuk going concern yang dimiliki klien juga akan semakin rendah. Hasil

penelitian Junaidi dan Hartono (2009) menemukan bukti bahwa audit tenure

berpengaruh terhadap penerbitan opini audit modifikasi going concern oleh

auditor.

Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis dirumuskan sebagai berikut.

H2 : Audit tenure berpengaruh terhadap opini audit going concern

Universitas Sumatera Utara

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

2.4.3 Pengaruh audit report lag terhadap opini audit going concern

Audit report lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya laporan

keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan yang muncul karena

adanya kebutuhan informasi dan pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup

memadai. Semakin lama waktu penyelesaian proses audit, semakin lama pula

ARL sebuah perusahaan dan dapat mengakibatkan keterlambatan dalam publikasi

laporan keuangan. Lamanya proses audit ini memungkinkan aditor untuk

menemukan kecukupan bukti yang mengarah pada penerbitan opini going

concern. Ketepatan waktu dalam publikasi laporan keuangan kepada Bapepam

menunjukkan kepatuhan perusahaan dan auditor terhadap peraturan yang ada.

McKeown et al. (1991) menyebutkan bahwa opini audit going concern lebih banyak

ditemui ketika pengeluaran opini terlambat. Penelitian Januarti dan Fitrianasari

(2008) menunjukkan bahwa audit lag berpengaruh positif terhadap penerimaan opini

going concern.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis selanjutnya sebagai berikut:

H3 : Audit report lag berpengaruh terhadap opini audit going concern.

2.4.4 Pengaruh profitabilitas terhadap opini audit going concern

Analisis profitabilitas bertujuan mengukur tingkat efisiensi usaha dan

mengetahui hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada di neraca perusahaan

bersangkutan guna menganalisis efisiensi dan profitabilitas perusahaan

bersangkutan. Semakin tinggi profitabilitas (diproksikan dengan rasio NPM),

Universitas Sumatera Utara

Page 30: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 44102 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori ...menghasilkan laporan

diharapkan laba yang diperoleh perusahaan semakin tinggi sehingga kecil

kemungkinan perusahaan mendapat opini going concern. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan Komalasari (2004), profitabilitas cenderung mempengaruhi

auditor dalam memberikan opini audit. Net Profit Margin Ratio (NPM) diperoleh

dengan membagi laba/ rugi bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi

manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang

diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha,

serta meyakinkan investor untuk tetap berinvestasi dalam perusahaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis dirumuskan sebagai berikut.

H4 : Profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Universitas Sumatera Utara