repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan...

256
Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (Kajian Terhadap Hak Cipta, Paten, dan Varietas Tanaman) 1. Latar Belakang Masalah Salah satu Perjanjian yang dicapai melalui Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement on Establishing the World Trade Organization, yang selanjutnya disingkat dengan WTO) adalah Perjanjian tentang Aspek-Aspek Hak Kekayaan Intelektual yang Terkait Perdagangan (Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights untuk selanjutnya disingkat TRIPs). 1 Melalui TRIPs negara-negara maju menghendaki agar pengaturan perlindungan dan penegakan aturan perlindungan di bidang Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat dengan HKI) dilakukan dalam kerangka sistem perdagangan dunia. Dengan demikian pengaturan dan penegakan aturan di bidang HKI tunduk pada prinsip-prinsip GATT (General Agreement on Tariff and Trade) yang menjadi dasar Persetujuan Pembentukan WTO, yaitu prinsip 1 ? Indonesia telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia melalui UU No.7 Tahun 1994. Konsekuensi dari meratifikasi Persetujuan ini, termasuk Perjanjian mengenai TRIPs di dalamnya, setiap negara yang meratifikasi diwajibkan untuk menyesuaikan semua peraturan perundang-undangan di bidang HKI dengan pengaturan yang ada dalam TRIPs.

Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan...

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (Kajian Terhadap Hak Cipta, Paten, dan Varietas Tanaman)

1. Latar Belakang Masalah

Salah satu Perjanjian yang dicapai melalui Persetujuan Pembentukan

Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement on Establishing the World Trade

Organization, yang selanjutnya disingkat dengan WTO) adalah Perjanjian tentang

Aspek-Aspek Hak Kekayaan Intelektual yang Terkait Perdagangan (Trade Related

Aspects of Intellectual Property Rights untuk selanjutnya disingkat TRIPs).1 Melalui

TRIPs negara-negara maju menghendaki agar pengaturan perlindungan dan

penegakan aturan perlindungan di bidang Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya

disingkat dengan HKI) dilakukan dalam kerangka sistem perdagangan dunia. Dengan

demikian pengaturan dan penegakan aturan di bidang HKI tunduk pada prinsip-

prinsip GATT (General Agreement on Tariff and Trade) yang menjadi dasar

Persetujuan Pembentukan WTO, yaitu prinsip National Treatment,2 Most Favoured

Nations3 dan Transparency.4 Prinsip National Treatment, menentukan bahwa

pemegang HKI dari negara lain akan mendapatkan perlindungan yang sama dengan

pemegang HKI warga negara dari negara anggota WTO. Prinsip Most Favoured

Nations menentukan perlakuan yang sama terhadap pemegang HKI dari negara-

negara lain. Prinsip transperancy mengharuskan negara-negara anggota WTO lebih

1 ?Indonesia telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia melalui UU No.7 Tahun 1994. Konsekuensi dari meratifikasi Persetujuan ini, termasuk Perjanjian mengenai TRIPs di dalamnya, setiap negara yang meratifikasi diwajibkan untuk menyesuaikan semua peraturan perundang-undangan di bidang HKI dengan pengaturan yang ada dalam TRIPs.

2

?Pasal 3 TRIPs 3

?Pasal 4 TRIPs4

?Pasal 41 TRIPs

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

terbuka dalam pengaturan dan pelaksanaan perundangan-undangan nasional dalam

bidang perlindungan HKI.

Secara umum Perjanjian dalam TRIPs meliputi: ketentuan mengenai jenis

HKI, standar minimum perlindungan atau rincian ketentuan mengenai ruang lingkup

perlindungan tersebut harus dilakukan oleh negara peserta, ketentuan mengenai

pelaksanaan kewajiban perlindungan HKI, ketentuan mengenai kelembagaan, dan

ketentuan mengenai penyelesaian sengketa.5 Dalam standar perlindungan minimum,

Perjanjian tersebut menetapkan norma-norma dan standar substantif minimum

terhadap HKI sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian-perjanjian atau

konvensi-konvensi yang sudah ada yang berada di bawah naungan World Intellectual

Property Organization (selanjutnya disingkat WIPO). Di samping itu Perjanjian

tersebut juga mewajibkan negara anggota untuk meratifikasi konvensi mengenai

perlindungan HKI yang terkait. Perjanjian ini juga menentukan bahwa negara

penandatangan konvensi di bidang HKI dapat memberlakukan perlindungan yang

melebihi dari yang diharuskan oleh Perjanjian dalam ketentuan nasionalnya dengan

syarat tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dalam Perjanjian, atau

memberlakukan peraturan yang ekstra teritorial. Hal ini dapat digunakan sebagai

sumber penekanan untuk meningkatkan perlindungan umum terhadap HKI melalui

tindakan resiprositas.6

Persetujuan GATT, termasuk TRIPs, merupakan negosiasi dan tarik-menarik

kepentingan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Perjanjian

akhir yang telah dicapai diasumsikan telah merepresentasikan kepentingan negara-

negara maju dan negara-negara berkembang, misalnya, ketentuan yang tercermin

5 ? H.L.M.S. Kartadjoemena, GATT, WTO dan Hasil Uruguay Round, Jakarta: UI Press, 1997, hlm. 253-276.6 ? H.OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: Rajawali Pers, 2004, hlm.35.

2

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

tujuan dan prinsip-prinsip TRIPs. Dalam Article 7 TRIPs tentang tujuan TRIPs,

ditentukan bahwa perlindungan dan pelaksanaan HKI harus memberikan kontribusi

pada pemajuan inovasi teknologi dan pengalihan serta penyebaran teknologi untuk

kemanfaatan timbal balik dari pihak yang menghasilkan pengetahuan teknologi dan

pengguna pengetahuan teknologi dengan cara yang mendukung untuk kesejahteraan

sosial dan ekonomi, dan untuk menyeimbangkan hak-hak dan kewajiban. Demikian

pula pada Article 8 tentang Prinsip-prinsip TRIPs, ditentukan bahwa negara-negara

anggota dapat, dalam merumuskan atau mengamandemen ketentuan-ketentuan hukum

dan peraturan-peraturannya, mengambil langkah-langkah yang perlu untuk

melindungi kesehatan dan nutrisi publik, dan untuk mengedepankan kepentingan

publik dalam bidang-bidang yang sangat penting untuk pengembangan sosio-ekonomi

dan teknologinya dengan syarat langkah-langkah tersebut sesuai dengan Perjanjian

TRIPs.

Demikian pula ditentukan bahwa negara-negara anggota dapat mengambil

langkah-langkah yang tepat, dengan syarat langkah-langkah tersebut sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian TRIPs, yang diperlukan untuk mencegah

penyalahgunaan HKI oleh para pemegangnya atau timbulnya praktik-praktik yang

secara tidak wajar menghalangi perdagangan atau secara bertentangan memengaruhi

alih teknologi internasional. Prinsip dan tujuan tersebut tercermin, misalnya, dalam

Article 30 mengenai Paten7 yang memberikan kemungkinan bagi negara-negara

anggota untuk memberikan pembatasan-pembatasan secara terbatas terhadap hak-hak

ekslusif yang diberikan kepada pemegang paten, sepanjang pengecualian-

pengecualian itu tidak bertentangan dengan pemanfaatan yang wajar dari paten dan

7 ?Pasalnya ini sering dijadikan dasar untuk pengaturan Lisensi Wajib dalam perundang-undangan paten nasional negara-negara anggota WTO. Di samping dimungkinkan dilakukannya Lisensi Wajib, juga tidak berlakunya hak ekslusif dalam hal paten tersebut berkaitan dengan kepentingan umum, penelitian dan pengembangan, demikian pula jika pemerintah suatu negara ingin melaksanakan sendiri paten tersebut.

3

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

secara tidak wajar merugikan kepentingan-kepentingan yang sah dari pemegang

paten, dan mempertimbangkan kepentingan yang sah dari pihak-pihak ketiga.8

Tujuan dan prinsip-prinsip TRIPs tersebut juga tercermin dalam pengaturan

HKI dalam perundang-undangan Indonesia. Misalnya, di dalam Pasal 16 Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (selanjutnya disebut UU No.14/2001),

yang mengatur hak eksklusif Pemegang Paten, ditentukan bahwa hak eksklusif untuk

melaksanakan Paten dan melarang pihak lain untuk menggunakan Paten tidak berlaku

dalam hal penggunaan Paten tersebut untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

percobaan, atau analisis sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari

Pemegang Paten. Demikian pula dalam Pasal 99 s/d Pasal 103 UU Paten diatur

mengenai Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah yang memungkinkan Pemerintah

melaksanakan Paten dengan alasan sangat penting artinya bagi pertahanan keamanan

Negara dan merupakan kebutuhan sangat mendesak untuk kepentingan masyarakat.

Ketentuan yang serupa juga terdapat dalam Pasal 10 UU No.29/2000 tentang

Perlindungan Varietas Tanaman (selanjutnya disingkat dengan UU PVT), yang

mengecualikan sebagai pelanggaran hak eksklusif Pemegang PVT dalam hal

penggunaan sebagian hasil panen dari varietas yang dilindungi, sepanjang tidak untuk

tujuan komersial; penggunaan varietas yang dilindungi untuk kegiatan penelitian,

pemuliaan tanaman, dan perakitan varietas baru; dan penggunaan oleh Pemerintah

atas varietas yang dilindungi dalam rangka kebijakan pengadaan pangan dan obat-

obatan dengan memperhatikan hak-hak ekonomi dari pemegang hak PVT.

Demikian pula dalam ketentuan UU No. 19/2002 tentang Hak Cipta

(selanjutnya disingkat dengan UU Hak Cipta) juga dikenal pembatasan terhadap hak

8Ketentuan serupa juga terdapat dalam Article 13 TRIPs yang mengatur tentang pembatasan dan pengecualian dalam perlindungan Hak Cipta, Article 17 tentang pengecualian perlindungan terhadap Merek, Article 26 (2) tentang pengecualian terhadap perlindungan Desain Industri, dan Article 9 Konvensi Roma 1961 tentang Perlindungan Varietas Tanaman Baru (International Convention for The Protection of New Varieties of Plants – UPOV).

4

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

eksklusif Pemegang Hak Cipta. Hal ini diatur dalam Pasal 14 s/d Pasal 18 UU Hak

Cipta yang mengatur tentang Pembatasan Hak Cipta.

Di samping itu dalam HKI dikenal juga prinsip exhaustion right (hak yang

maksimal) sebagaimana diatur dalam article 6 TRIPs. Article ini menentukan bahwa

“ For the purpose of dispute settlement under this agreement, subject to the

provisions of Article 3 and 4 nothing in this agreement shall be used to address the

issue of the exhaustion of intellectual property rights. Dengan demikian, tujuan

penyelesaian sengketa dalam TRIPs tidak dimaksudkan untuk menyelesaikan isu HKI

secara keseluruhan, kecuali yang diatur dalam prinsip National Treatment (article 3)

dan prinsip Most-Favourerd Nations (article 4). Berdasarkan prinsip exhaustion right

pemegang HKI hanya memiliki kontrol pada saat penjualan pertama kali dan haknya

dianggap sudah menyeluruha atau maksimal setelah penjualan pertama tersebut.

Dalam penjualan pertama dianggap yang bersangkutan telah memperoleh kompensasi

yang layak, sehingga yang bersangkutan telah memperoleh kompensasi yang layak.

Dengan demikian yang bersangkutan tidak dapat menggunakan hak ekskulisifnya

untuk melarang penjualan selanjutnya terhadap karya intelektualnya.9

Jika melihat tujuan dan prinsip-prinsip yang terdapat dalam TRIPs dan

ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan nasional di bidang HKI, sekilas

dapat disimpulkan bahwa secara normatif terdapat adanya keseimbangan pengaturan

antara kepentingan perlindungan hak eksklusif pemegang HKI dan kepentingan

perlindungan pengguna HKI dan kepentingan publik. Namun tidak dipungkiri bahwa

dalam pelaksanaannya prinsip kepentingan umum ini masih jauh dari yang

diharapkan.10

9Rahmi Jened, Hak Kekayaan Intelektual Penyalahgunaan Hak Eksklusif, Surabaya: Airlangga University Press, 2007, hlm. 46

10Banyak pembahasan mengenai keberlakuan lisensi wajib (compulsory licensing) dalam praktik, antara lain oleh Ms. Sumana Chatterjee, Flexibilities Under Trips [Compulsory Licensing]: The

5

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Jika asas kepentingan umum benar-benar telah menjiwai TRIPs, maka sekitar

sembilan juta orang di negara berkembang tidak harus mengalami kematian yang

mengenaskan karena penyakit-penyakit menular. Hal ini terjadi karena tidak

terjangkaunya harga obatan-obatan.11 Bahkan dikatakan bahwa TRIPs adalah

perjanjian yang paling kontroversial dalam WTO, karena ketentuan-ketentuan Paten

telah dikaitkan dengan biaya perawatan kesehatan yang meningkat, biaya yang sulit

dijangkau oleh negara-negara berkembang.12

Dalam konteks Perlindungan Varitas Tanaman, betapa perusahaan-perusahaan

bibit multinasional, seperti Monsanto, berusaha untuk memonopoli teknologi

pertanian, yang pada gilirannya merupakan perintang yang besar bagi para ilmuwan

Pharmaceutical Industry In India And Canada, SSRN: http://ssrn.com/abstract =1025386; Cameron Hutchison, Over 5 Billion Not Served: The TRIPS Compulsory Licensing Export Restriction, SSRN: http://ssrn.com/abstract =1012625; Peter K. Yu, TRIPS and Its Discontents, SSRN: http://ssrn.com/abstract = 578577; Professor Hans Henrik Lidgard and Professor Jeffery Atik Facilitating Compulsory Licensing under TRIPS in Response to the AIDS Crisis in Developing Countries, SSRN: http://ssrn.com/abstract =794228.

11

?Anupam Chander & Madhavi Sunder, Is Nozick Kicking Rawls’s Ass? Intellectual Property and Social Justice, UC Davis Legal Studies Research Paper Series Research Paper No. 108 May/2007 , p. 567. http://ssrn.com/abstract=982981. Sebagai perbandingan Maskus menyatakan bahwa: Perlindungan paten terhadap obat-obatan tidak mendorong banyaknya penelitian dan pengembangan secara global untuk menemukan pengobatan atau vaksin bagi penyakit-penyakit endemik seperti malaria, tuberkolosis, dan AIDS di negara-negara miskin. Semua penelitian global untuk penanganan infeksi HIV ditujukan untuk orang-orang yang berada di negara-negara maju. Hampir tidak ada satupun yang ditujukan untuk penyakit endemik yang terjadi di negara-negara Pegurunan Selatan Afrika dan Asia Selatan, di mana terdapat banyak penyakit endemik tersebut. Baca Keith E. Maskus, Intellectual Property Rights in the Global Economy,Washington: Institute For International Economics, 2000. hlm.229.

12Peter Drahos, An Alternative Framework for the Global Regulation of Intellectual Property Rights, Forthcoming publication in Austrian Journal of Development Studies, p.7., SSRN: http://ssrn.com/abstract =850751. Bandingkan, Thomas W. Pogge, Relational Conceptions of Justice: Responsibilities for Health Outcomes yang termuat dalam Sudhir Anand, Fabiene Peter, and Amartya Sen (Editors), Public Health, Ethics, and Equity, Oxford University Press, 2004, pp.135-159, yang salah satu pandangannya mengenai keadilan berkaitan dengan kesehatan adalah bahwa kekuatan pertimbangan-pertimbangan moral untuk mencegah dan mengurangi kondisi-kondisi medis tidak hanya bergantung pada faktor-faktor yang bersifat distribusi, seperti bagaimana parahnya orang-orang yang terpengaruh oleh kondisi-kondisi ini dalam jangka waktu yang absolut dan relatif, berapa biaya yang diperlukan untuk pencegahan dan penanganan dan berapa banyak pasien yang merasakan manfaat dari pengobatan tertentu. Namun itu juga bergantung pada faktor-faktor yang bersifat relasional, yaitu bagaimana keterkaitan kita dengan kondisi-kondisi medis yang diderita mereka. Berdasarkan faktor-faktor relational, menurut Pogge, negara maju juga bertanggung jawab atas kondisi-kondisi kesehatan di negara-negara berkembang jika negara-negara maju tersebut berkontribusi dalam menciptakan kondisi-kondisi tersebut. (hlm..135,139-140)

6

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

negara berkembang dalam mengakses teknologi pertanian (tanam-tanaman) yang baru

dan juga dalam mengembangbiakkan berbagai jenis tanaman yang menggunakan

teknologi baru.13 Monsanto telah banyak merugikan petani kecil dan miskin melalui

penguasaan teknologi rekayasa genetika di bidang pertanian, dengan membuat rekayasa

genetika terhadap bibit-bibit tanaman yang telah ada sebelumnya dan menuntut petani

yang melanggar hak-hak Monsanto atas paten rekayasa genetika bibit-bibit tersebut.14

Standar minimum perlindungan hukum yang diatur dalam TRIPs ternyata

tidak memenuhi kepentingan negara-negara maju. Hal ini membuat negara-negara

maju menghendaki standar perlindungan yang tegas, yang dikenal dengan standar

“TRIPs plus” melalui perjanjian-perjanjian investasi, perdagangan, dan treati-treati

WIPO, yang pada gilirannya memberikan tekanan pada negara-negara berkembang.15

Melalui “TRIPs plus” ini negara-negara maju dapat menghilangkan pembatasan-

pembatasan yang diakui dan dibolehkan dalam Perjanjian TRIPs dan membuat

pengaturan tersendiri, misalnya jangka waktu perlindungan HKI. Hal ini pada

hakikatnya menunjukkan kelemahan dari pengaturan standar perlindungan minimum

13A. Santosa, “Upaya Monsanto memanfaatkan TRIPs sebagai alat monopoli produk pertanian”, http://publikasi.umy.ac.id/index.php/hi/article/viewFile/295/760, hlm.3.

14Ibid. hlm.7. Dalam konteks Indonesia bisa dilihat pada kasus PT.BISI melawan Tukirin. Lihat Nurul Barizah, Intellectual Property Implications on Biological Resources Indonesia’s Adoption of International Intellectual Property Regimes and the Failure to Adequately address the Policy Challenges in the Area of Biological Resources, Jakarta: Nagara, 2010, note 89 at p.323. Salah satu kasus yang menunjukkan dominasi perusahaan bibit multinasional Monsanto atas petani ini adalah kasus Monsanto Canada Inc. v. Schmeiser (2004). Dalam kasus ini Monsanto dimenangkan dan mengakibatkan Schmeiser kehilangan haknya untuk mengusahakan kanola yang telah dikembangkannnya selama 50 tahun dan memusnahkan semua bibit kanola yang dimilikinya. Lihat Monsanto Canada Inc. v. Schmeiser (2004) 1 S.C.R. 90,. 2004 SCC 34, 239 D.L.R. (4th) 271, 31 C.P.R. (4th) 161.

15Lihat Emmanuel Dalle Mulle, How human rights can inform the WIPO Development Agenda , 2010 3D _ Trade – Human Rights – Equitable Economy, April 2010, hlm.8 sebagaimana yang diakses dalam http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/3.0 Interaksi antara perdagangan dan HKI serta akses pada obatan-obatan telah menyebabkan penerimaan terhadap Deklarasi Doha tentang Perjanjian TRIPs dan Kesehatan Publik (Doha Ministerial Declaration on the TRIPS Agreement and Public Health). Deklarasi ini menegaskan bahwa perjanjian TRIPS harus diinterpretasikan dan dilaksanakan dengan cara yang memungkinkan negara-negara untuk mengambil langkah-langkah melindungi kesehatan publik dan mengedepankan akses pada obat-obatan.

7

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

dalam TRIPs.16 Kelonggaran-kelonggaran yang meliputi antara lain penundaan

implementasi Perjanjian TRIPs, lisensi wajib, penggunaan paten oleh pemerintah,

impor paralel, pengecualian terhadap hak-hak paten, pengecualian terhadap dapat

dipatenkannya suatu invensi dan batas-batas mengenai perlindungan data,

penggunaannya sering dibatasi melalui perjanjian bilateral dan perjanjian regional

serta tekanan-tekanan dari negara-negara yang kuat.17

Amerika serikat, misalnya, menekan Chili dan Singapura untuk mengadopsi

ketentuan-ketentuan Digital Millenium Copyright Act18 dalam persetujuan

perdagangan bebas. Amerika juga memasukkan ketentuan-ketentuan yang melampaui

jangka waktu perlindungan Hak Cipta dalam persetujuan perdagangan bebas dengan

Singapura dan Australia, walaupun banyak dikritik oleh publik Amerika sendiri.19

Dalam persetujuan perdagangan bebas dengan Australia dan Maroko juga

dimasukkan larangan impor paralel terhadap obat-obatan generik yang murah.20

Sementara itu, perlindungan yang penting untuk kepentingan publik, seperti previlese

penggunaan yang wajar (fair use privilege) dalam Undang-Undang Hak Cipta

Amerika, tidak dimasukkan dalam persetujuan-persetujuan perdagangan bebas

tersebut.21

16

?Hal ini menimbulkan pemikiran untuk mengatur pemberlakuan standar perlindungan maksimum. Gagasan ini antara lain dikemukakan oleh Annette Kur & Henning Grosse Ruse – Khan, Enough is Enough – The Notion of Binding Ceilings in International Intellectual Property Protection, Max Planck Institute for Intellectual Property, Competition & Tax Law Research Paper Series No. 09-01 http://ssrn.com/abstract=1326429.

17

?Emmanuel Dalle Mulle, Ibid.

18Lihat Peter K. Yu, Currents and Crosscurrents in the International Intellectual Property Regime , Legal Studies Research Paper Series No. 02-12 p.44, http://ssrn.com/abstract=578572; Sebagai perbandingan lihat juga Peter K. Yu, Five Disharmonizing Trends in the International Intellectual Property Regime, Legal Studies Research Paper Series Research Paper No. 03-28, p.17, http://ssrn.com/abstract=923177

19Peter K. Yu, Currents and Crosscurrents in the International Intellectual Property Regime, Ibid.20

? Ibid.21

8

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Dalam konteks Hak Cipta, masih belum adanya standar dalam menentukan

batasan penggunaan Hak Cipta orang lain tanpa merugikan kepentingan yang wajar

dari pemegang Hak Cipta masih sering menimbulkan masalah. Fleksibilitas yang

disediakan oleh Article 13 ketentuan TRIPs bagi anggota-anggota WTO untuk

melakukan pengeculian dan pembatasan ini masih menimbulkan permasalahan dalam

hal penafsiran. Dasar pembatasan dan pengecualian yang dikenal dengan three steps

test ini telah menyebabkan ketentuan pembatasan dan pengecualian dalam Undang-

Undang Hak Cipta Amerika Serikat diajukan ke panel WTO oleh Masyarakat Eropa

(EC).22 Penafsiran panel WTO terhadap “three step test” dalam Konvensi Bern dan

TRIPs sangat ekstensif, dan berpeluang mengenyampingkan pengecualian dan

pembatasan yang diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta nasional, termasuk alasan

kepentingan umum.23

Gambaran di atas memperlihatkan betapa ketentuan-ketentuan TRIPs, dengan

syarat-syarat tertentu, yang sebenarnya memberikan kemungkinan bagi tiap negara

anggota WTO untuk melakukan upaya-upaya pembatasan dan pengecualian dalam

perundang-undangan HKI-nya terhadap hak eksklusif pemegang HKI, demi

kepentingan masyarakatnya atau kepentingan umum, menjadi ketentuan yang lemah.

Ketentuan-ketentuan TRIPs tersebut menjadi tidak efektif karena dengan mudah

dikesampingkan oleh negara-negara maju melalui perjanjian bilateral atau Perjanjian

Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement, yang selanjutnya disingkat dengan FTA). ?Ibid.22

? Lihat putusan panel WTO WT/DS160/. Bandingkan dengan R.Henning Grosse Ruse – Khan, Policy Space For Domestic Public Interest Measures Under TRIPS, Research Paper 22 South Centre July 2009, p. 20, http://ssrn.com/abstract=1542542 . Three steps test yang awalnya berasal dari Article 9 (2) Berne Convention yang kemudian diadopsi dalam Article 13, 17, 26 (2), dan 30 TRIPs dalam penerapannya telah menyebabkan Undang-Undang Paten Canada, Undang-undang Hak Cipta Amerika Serikat, dan Undang-undang Indikasi Geografis Uni Eropa diajukan ke panel WTO. Ibid.

23

?Lihat Bruno de Vuyst, Alea M Fairchild, and Gunther Meyer, Exceptions to Intellectual Property Rights: Lessons from WTO-Trips Panels, MurUEJL 31 Volume 10, Number 4 (December 2003). Bandingkan dengan Christophe Geiger, The Role of The Three-Step Test In The Adaptation of Copyright Law to The Information Society, e-Copyright Bulletin January - March 2007.

9

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Hal ini juga memperlihatkan betapa pengutamaan hak eksklusif pemegang HKI, yang

memperlihatkan individualisme yang kuat, mengatasi kepentingan-kepentingan

negara berkembang atau negara tertinggal yang diakomodasi dalam TRIPs.

Undang-undang HKI nasional, termasuk Indonesia, yang mengakomodasi

kepentingan umum dalam ketentuan-ketentuannya, juga menjadi tidak efektif lagi

dengan adanya perjanjian bilateral atau FTA. Ada kemungkinan perjanjian bilateral

atau FTA di bidang HKI yang dilakukan Indonesia dengan negara-negara maju, akan

mengabaikan prinsip-prinsip ekonomi yang terdapat UUD 1945 sebagai landasan

konstitusional dalam kegiatan ekonomi. Sebagai konstitusi ekonomi, UUD 1945 harus

dipahami sebagai kebijakan ekonomi tertinggi yang harus dijadikan acuan dan

rujukan dalam mengembangkan setiap kebijkan pembangunan ekonomi nasional.24

Dalam perspektif Indonesia sama dengan mempertimbangkan kepentingan nasional

Indonesia. Kebijakan-kebijakan perekonomian, yang dituangkan dalam bentuk

undang-undang dan peraturan pelaksanaannya, termasuk di bidang HKI, seharusnya

tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Filosofi individualisme, yang

mendasari perjanjian bilateral atau FTA, akan bertentangan prinsip-prinsip ekonomi

UUD 1945 yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, yang menekankan adanya

keseimbangan kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat atau kepentingan

umum.

Fakta-fakta tersebut di atas melahirkan isu hukum yang berkaitan dengan asas

kepentingan umum dalam ketentuan-ketentuan TRIPs, perjanjian internasional di

bidang HKI, maupun ketentuan-ketentuan hukum nasional di bidang HKI.

24Undang-undang Dasar (UUD) 1945 merupakan konstitusi ekonomi karena secara tegas mengatur kebijakan dasar di bidang ekonomi dan sosial. Lihat Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Ekonomi, Jakarta: Kompas, 2010, hlm. xi.

10

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan isu hukum yang dijelaskan dalam latar belakang di atas, dapat diajukan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah hakikat kepentingan umum dalam perlindungan HKI?

2. Apakah kepentingan umum merupakan landasan utama dalam perlindungan

HKI?

3. Apakah kriteria minimum kepentingan umum dalam pengaturan HKI di

Indonesia?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk menganilisis dan menemukan hakikat kepentingan umum dalam

perlindungan HKI.

2. Untuk menganalisis dan menemukan landasan utama dalam perlindungan HKI.

3. Untuk menganalisis dan menemukan kriteria minimum kepentingan umum dalam

pengaturan HKI di Indonesia.

3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Manfaat Teoretis

Memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan HKI

pada khususnya dalam menjelaskan eksistensi kepentingan umum dalam perlindungan

Hak Cipta, Paten, dan Varietas Tanaman.

11

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pemahaman eksistensi kepentingan umum dalam perlindungan Hak

Cipta, Paten, dan Varietas Tanaman, yang dapat digunakan sebagai dasar pemecahan

persoalan hukum yang terjadi pada saat ini ini dan di masa datang.

b. Membantu pembentuk undang-undang dalam melakukan revisi Undang-Undang

Hak Cipta, Paten, dan Varietas Tanaman.

4. Kerangka Teoretis

4.1 Hakikat Kepentingan Umum

Kepentingan umum adalah istilah atau rangkaian kata yang sering digunakan

atau terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Namun pengertian kepentingan

umum itu sendiri tidak pernah didefinisikan atau diberikan penjelasan. Hal ini karena

sulit untuk memberikan pengertian kepentingan umum itu sendiri. Definisi dan

hakikat kepentingan umum adalah bidang yang terus diperdebatkan di antara para ahli

dan praktisi administrasi negara.25 Walaupun tidak ada definisi atau pengertian

kepentingan umum yang dapat diterima secara universal, pengertian kepentingan

umum yang dikemukakan oleh beberapa sumber dapat digunakan sebagai pedoman

dalam menemukan pengertian kepentingan umum.

Kepentingan umum (public interest) di dalam Black’s Law Dictionary

diartikan sebagai “the general welfare of the public that warrants recognition and

protection” dan “something in which the public as a whole has a stake: especially, an

interest that justifies governmental regulation”.26 Jika diartikan secara bebas, maka

25

? King, Stephen.M, Bradley S. Chilton, and Gary E. Roberts, Reflection on Defining the Public Interest, http://m.aas.sagepub.com/content/41/8/954.abstract, diakses tgl.21 Juli 2012

26

?Bryan A. Garner, Chief Editor, Black’s Law Dictionary, Seventh Edition, St. Paul : West Publishing, 1999, hlm. 1244.

12

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

kepentingan umum adalah kesejahteraan publik secara umum yang berhak atas

pengakuan dan perlindungan atau sesuatu di mana publik secara umum mempunyai

kepentingan; terutama kepentingan yang membenarkan adanya peraturan pemerintah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepentingan umum adalah kepentingan

publik secara keseluruhan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat yang

pengakuan dan perlindungannya dapat dituangkan dalam peraturan yang dibuat oleh

pemerintah.

Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan dalam business dictionary,

yang menyatakan bahwa public interest (kepentingan umum) adalah welfare of the

general public (in contrast to the selfish interest of a person, group, or firm) in which

the whole society has a stake and which warrant recognition, promotion, and

protection by government and its agencies.27

Kepentingan umum juga dapat terkait dengan aktivitas pemerintah dalam

sektor publik, yang meliputi barang-barang publik, regulasi ekonomi, serta regulasi

sosial dan lingkungan.28 Menurut Maloney, barang-barang publik meliputi: a)

pertahanan nasional; b) pranata-pranata hukum, termasuk sistem hak kepemilikan dan

peradilan pidana; c) kesejahteraan, bantuan kemanusiaan, redistribusi pendapatan; d)

jalan tol, kanal, dan projek-projek pekerjaan publik lain, seperti retribusi sungai; e)

pendidikan; f) pelayanan penduduk kota seperti air, perlindungan kebakaran,

pembuangan sampah, dan pengumpulan sampah.29 Regulasi ekonomi bertujuan untuk

mencegah pasar ekonomi tidak dimonopoli.30 Sedangkan regulasi sosial dan

27Business Dictionary.com dalam http://www.businessdictionary.com/definition/public-interest.html

28Lihat Maloney, The Theory of Government, A Study in Property Rights dalam myweb.clemson.edu/maloney/827/19pdf (diakses 10 Juli 2012), hlm.1-3.

29Ibid, hlm.1-230

? Ibid, hlm.2

13

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

lingkungan meliputi bidang seperti tenaga kerja anak-anak, kekejaman terhadap

binatang, kondisi kerja, kesusilaan umum, dan lainnya yang serupa dengan ketentuan

barang-barang publik. Sementara regulasi adalah bentuk khusus dari ketentuan hak

kepemilikan.31

Dalam kaitannya dengan Hak Kekayaan intelektual, menurut Steven D. Jamar,

kepentingan umum (public interest) dapat ditinjau dari penentuan ruang lingkup

domain publik dan yang non- domain publik pada hak kekayaan intelektual.32

Sedangkan domain publik menurut Pamela Samuelson dapat didefinsikan sebagai “a

sphere in which contents are free from intellectual property rights.”33 Sementara yang

termasuk non-domain publik adalah pembatasan dan pengecualian terhadap

penggunaan hak eksklusif dalam HKI. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

salah satu perwujudan kepentingan umum dalam HKI adalah ketentuan-ketentuan

pengecualian dan pembatasan terhadap hak eksklusif pemegang hak.

Kepentingan umum pada dasarnya telah diatur dalam berbagai peraturan di

bidang HKI dan bidang-bidang hukum lainnya, walaupun tidak selalu dengan

mengggunakan istilah kepentingan umum. Namun, konsep kepentingan umum dalam

berbagai peraturan tersebut tidak jelas atau tidak menjelaskan makna kepentingan

umum itu sendiri.

Dalam hal Hak Cipta, misalnya, dalam UU No. 19/2002 tidak ditemukan

istilah kepentingan umum sebagai dasar pembatasan Hak Cipta, tetapi menggunakan

istilah kepentingan masyarakat luas. Hal ini sebagaimana yang terlihat dalam

konsideran huruf c UU No.19/2002 yang menyatakan bahwa “… peningkatan

perlindungan bagi Pencipta dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap memperhatikan 31 Ibid.

32 Steven D. Jamar, Copyright and The Public Interest from The Prespective of Brown v. Board of Education, Howard Law Journal Winter 2005, 48 How.L.J, hlm. 640.

33

? Ibid. hlm. 636.

14

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

kepentingan masyarakat luas.” Namun disayangkan bahwa definisi dari istilah

kepentingan masyarakat luas tersebut tidak ditemukan dalam keseluruhan naskah UU

No. 19/2002. Tidak adanya penjelasan pengertian istilah kepentingan masyarakat luas

ini dapat menimbulkan persoalan dalam penerapan undang-undang Hak Cipta ini.

Istilah kepentingan masyarakat luas dapat diidentikkan dengan kepentingan

umum, hal ini dengan merujuk pada UU No. 16/2004 jo.UU No. 5/1991 tentang

Kejaksaan RI, yang dalam Pasal 35 (c) menentukan: “Jaksa Agung mempunyai tugas

dan wewenang mengesampingkan perkara demi “kepentingan umum”. Penjelasan

pasal tersebut menyatakan “Kepentingan Umum” sebagai kepentingan bangsa/negara

dan/atau kepentingan masyarakat luas. Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa

kepentingan umum adalah indentik dengan “kepentingan negara”, “kepentingan

bangsa” atau “kepentingan masyarakat secara luas”.

Jika mengacu kepada undang-undang sebelumnya yaitu dalam UU No.6/1982,

istilah yang memiliki pengertian yang sepadan dengan istilah kepentingan masyarakat

luas adalah kepentingan umum. Pembatasan Hak Cipta menurut UU No. 6/1982

secara tegas dapat dilakukan dengan argumentasi kepentingn umum. Penjelasan

umum UU No. 6/1982 angka 2 menyatakan bahwa:

“…walaupun dalam Pasal 2 ditentukan bahwa Hak Cipta adalah hak khusus

tetapi sesuai dengan jiwa yang terkandung dalam Pasal 33 Undang-Undang

Dasar 1945, maka ia mempunyai fungsi sosial dalam arti ia dapat dibatasi

untuk kepentingan umum.

Hal ini dapat kiranya dilihat:

a. pada kemungkinan membatasi Hak Cipta demi

kepentingan umum/nasional dengan keharusan memberikan ganti

rugi pada penciptanya (Pasal 16);…”

15

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Kepentingan umum digunakan sebagai dasar pembentuk undang-undang untuk

melakukan pembatasan Hak Cipta, tetapi pengertian istilah kepentingan umum tidak

ada dalam undang-undang tersebut. Pembatasan Hak Cipta ditentukan tetapi dasar

untuk memberikan pembatasannya tidak secara eksplisit dapat dipahami. Hampir

dapat dipastikan bahwa pembentuk undang-undang dalam memberikan pembatasan

Hak Cipta dalam pasal-pasal UU No.6/1982 didasarkan pada suatu pengertian istilah

kepentingan umum yang asumtif.

Penggunaan istilah lain dari kepentingan umum juga terlihat dalam konsideran

huruf b UU No.14/2001 yang menyatakan bahwa …”yang diperlukan dalam rangka

menciptakan iklim persaingan usaha yang jujur serta memperhatikan kepentingan

masyarakat pada umumnya.” Namun seperti halnya UU No.19/2001, tidak ada

penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian kepentingan masyarakat pada umumnya.

Demikian pula dalam Pasal 7 huruf a yang menentukan bahwa “Paten tidak diberikan

untuk Invensi tentang proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau

pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan.” Namun tidak penjelasan lebih

lanjut apa yang dimaksud dengan ketertiban umum. Dalam penjelasan Pasal tersebut

hanya dinyatakan cukup jelas.

Hal yang sama juga terlihat dalam UU No. 29/2000. Undang-undang ini

memang tidak menggunakan kata kepentingan umum atau masyarakat luas, namun

menggunakan kata ketertiban umum.34 Dalam penjelasan Pasal 3 tersebut dijelaskan

bahwa “Yang dimaksud dengan varietas tanaman yang penggunaannya bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, kesehatan, kesusilaan, dan

lingkungan hidup, misalnya tanaman penghasil psikotropika, sedangkan yang

34Pasal 3 UU No.29/2000 menentukan bahwa “Varietas yang tidak dapat diberi PVT adalah varietas yang penggunaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, kesusilaan, norma-norma agama, kesehatan, dan kelestarian lingkungan hidup.”

16

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

melanggar norma agama misalnya varietas yang mengandung gen dari hewan yang

bertentangan dengan norma agama tertentu.” Penjelasan tersebut hanya memberikan

contoh tanaman yang dipandang bertentangan dengan ketertiban umum, tetapi

pengertian ketertiban umum itu sendiri tidak dijelaskan.

Istilah kepentingan umum dapat ditemui di dalam berbagai peraturan

perundang-undangan lainnya di Indonesia mulai dari zaman Belanda sampai

sekarang. Pada zaman Hindia Belanda telah dikenal pengertian kepentingan umum

dengan istilah “algemeen belang” (a.l. pas. 37 KUHD), “openbaaar belang” (a.l.

dalam S 1906 no.348), “ten algemeeene nutte” (a.l. pas.570 KUHPerd) atau “publiek

belang” (a.l. dalam S 1920 no.574).35

Peraturan perundang-undangan setelah kemerdekaan juga banyak memuat

istilah kepentingan umum. Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang tentang Pajak

Penghasilan,36misalnya, dalam penjelasan Pasal 4 Ayat 3 I menyatakakan bahwa

usaha-usaha yang semata-mata untuk kepentingan umum harus memenuhi syarat-

syarat: 1. semata-mata bersifat sosial dalam bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan

dan kebudayaan; 2. semata-mata bertujuan membantu meningkatkan kesejahteraan

umum. Pasal ini mengatur mengenai pembebasan pajak terhadap subjek hukum yang

menyelenggarakan kepentingan umum. Kriteria subjek pajak yang menyelenggarakan

kepentingan umum ditentukan dalam undang-undang ini, tetapi istilah kepentingan

umum sendiri tidak diberikan penjelasan. Penjelasan pasal ini konkret bahwa usaha-

usaha yang menyelenggarakan kepentingan umum meliputi bidang kegiatan khusus

yang telah ditentukan.

35

?Sudikno Mertokusumo, dalam sudiknoartikel.blogspot.com/2008/03/kepentingan-umum.html. Diakses 10 Juli 2012.

36Undang-undang ini telah diubah dan ditambah dengan diundangkannya UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Istilah “Kepentingan Umum” dalam undang-undang ini telah dihapuskan.

17

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Undang-Undang No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara juga

mengatur kepentingan umum. Dalam penjelasan Pasal 49 b dikatakan bahwa

kepentingan umum adalah “kepentingan bangsa dan Negara dan/atau kepentingan

masyarakat bersama dan/atau kepentingan pembangunan, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku”.

Demikian pula dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda

Cagar Budaya. Dalam Pasal 4 Ayat (1) ditentukan bahwa kepentingan umum harus

dapat menunjang pembangunan nasional di bidang ilmu pengetahuan, pendidikan,

pariwisata dan lain-lain.

Kepentingan umum juga diatur dalam Pasal 138 Ayat (3) huruf c dan 146 Ayat

(1) huruf a UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pada intinya Pasal 138

Ayat (3) huruf c menentukan bahwa pemeriksaan terhadap Perseroan Terbatas dapat

diajukan oleh Kejaksaan demi kepentingan umum.37 Penjelasan Pasal 138 Ayat (3)

UU No.40/2007 menyatakan “cukup jelas.” Pengaturan dalam pasal tersebut dari sisi

subjeknya pemohon memang telah jelas yaitu bahwa permohonan pemeriksaan

terhadap Perseroan Terbatas dapat diajukan oleh Kejaksaan, namun demikian dari sisi

alasan permohonan pemeriksaan tidak konkret dan tidak jelas yaitu kepentingan

umum. Pasal 146 Ayat (1) huruf a menyatakan bahwa Perseroan Terbatas dapat

dibubarkan jika melanggar kepentingan umum atau peraturan perundangan-undangan.

Kedua pasal tersebut di atas dalam penjelasannya dinyatakan “cukup jelas”, namun

tetap saja tidak ada kejelasan dari sisi alasan yang sebenarnya lebih substantif

sifatnya.

37Sejalan dengan ketentuan tersebut adalah Pasal 2 Ayat (2) Undang-undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang menentukan bahwa Permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat juga diajukan oleh Kejaksaan demi kepentingan umum.

18

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Peraturan terbaru yang memberikan pengertian kepentingan umum adalah

Undang-Undang No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum. Dalam Pasal 1 Angka 6, kepentingan umum diberikan

pengertian sebagai kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus

diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat. Dalam Pasal 10 ditentukan bahwa tanah untuk kepentingan umum adalah

tanah yang digunakan untuk pembangunan:

a. pertahanan dan keamanan nasional;b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi

kereta api;c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan

sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;g. jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;.hukumonline.comhwh. tempat pembuangan dan pengolahan sampah;i. rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;j. fasilitas keselamatan umum;k. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah;l. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;m. cagar alam dan cagar budaya;n. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa;o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta perumahan

untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;p. prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah;q. prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; danr. pasar umum dan lapangan parkir umum.

Dari beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan kepentingan umum di atas, terlihat betapa luasnya pengertian yang terkandung

dalam kepentingan umum. Kalau kepentingan umum itu adalah kepentingan

masyarakat luas, berapa luaskah? Kalau kepentingan umum itu adalah kepentingan

rakyat banyak, berapa banyakkah? Kalau kepentingan umum itu adalah kepentingan

Bangsa dan Negara apakah kepentingan umum itu sama dengan kepentingan

Pemerintah dan apakah setiap kepentingan Pemerintah adalah kepentingan umum?

Sedemikian luasnya pengertian kepentingan umum sehingga segala macam kegiatan

dapat dimasukkan dalam kegiatan demi kepentingan umum.

19

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Dari ketentuan-ketentuan di atas juga terlihat bahwa perumusan pengertian

kepentingan umum dilakukan melalui kata-kata yang umum dan melalui daftar

peruntukan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Michael B. Kitay,

bahwa perumusan kepentingan umum dapat dilakukan melalui pedoman umum

(general guide) dan ketentuan-ketentuan daftar (list provisions), walaupun dalam

praktik kedua pendekatan tersebut sering dikombinasikan..38

Menurut Maria W. Sarjono, konsep kepentingan umum selain harus memenuhi

“peruntukannya” juga harus dapat dirasakan “kemanfaatannya” (socially profitable

atau for public use, atau actual use by the public).39 Selanjutnya ditambahkan oleh

Oloan Sitorus, bahwa selain “peruntukannya” dan “kemanfaatannya”, juga harus ada

“siapakah” yang dapat melaksanakan kepentingan pembangunan untuk kepentingan

umum dan “sifat” dari pembangunan kepentingan umum tersebut.40

Kepentingan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan

untuk dipenuhi dan pada hakikatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan

dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya.41 Di dalam masyarakat terdapat

banyak sekali kepentingan, baik perorangan maupun kelompok, yang harus dihormati

dan dilindungi. Di sinilah tindakan Pemerintah harus ditujukan kepada pelayanan

umum, memperhatikan dan melindungi kepentingan orang banyak (kepentingan

umum). Memang itulah tugas Pemerintah, sehingga kepentingan umum merupakan

kepentingan atau urusan Pemerintah. Mengingat demikian banyak dan beragamnya 38Michael G. Kitay dalam Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah untuk Kepentingan

Umum, (Yogyakarta: Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, 2004), hlm.8 sebagaimana dikutip dalam Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 68-69.

39

?Maria W. Sarjono, “Telaah Konseptual terhadap Beberapa Aspek Hak Milik, Sebuah Catatan untuk Chadijdjah Dalimunte, sebagaimana dikutip dalam Adrian Sutedi, Ibid., hlm.69.

40

?Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, sebagaimana yang dikutip dalam Adrian Sutedi, Ibid.

41

? Sudikno, Loc.cit.

20

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

kepentingan di dalam masyarakat, maka dari sekian banyak kepentingan tersebut

harus dipilih dan dipastikan ada kepentingan-kepentingan yang harus didahulukan

atau diutamakan dari kepentingan-kepentingan yang lain. Penentuan kepentingan

yang satu lebih penting dari kepentingan lainnya dilakukan dengan menimbang-

nimbang bobotnya secara proporsional (seimbang) dengan tetap menghormati

masing-masing kepentingan dan kepentingan yang menonjol itulah yang merupakan

kepentingan umum.42

Tindakan Pemerintah dalam menentukan kepentingan mana yang lebih

penting atau utama dari kepentingan-kepentingan lain itu tentu harus berdasarkan

hukum dan mengenai sasaran atau bermanfaat. Kepentingan umum adalah

kepentingan yang harus didahulukan dari kepentingan-kepentingan yang lain dengan

tetap memperhatikan proporsi pentingnya dan tetap menghormati kepentingan-

kepentingan lain. Hal ini tidak berarti bahwa ada tingkatan atau hierarkhi yang tetap

antara kepentingan yang termasuk kepentingan umum dan kepentingan lainnya.

Mengingat akan perkembangan masyarakat atau hukum, maka apa yang pada suatu

saat merupakan kepentingan umum pada saat lain

bukan merupakan kepentingan umum. Makam yang merupakan bidang kepentingan

umum (UU No.2/2012) pada suatu saat nanti dapat digusur untuk kepentingan umum

yang lain.

Jika kepentingan umum merupakan kepentingan (urusan) Pemerintah, maka

dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepentingan Pemerintah belum tentu atau

tidak selalu merupakan kepentingan umum. Kepentingan (urusan) Pemerintah ada

kalanya harus mengalah terhadap kepentingan lain (kepentingan umum). Secara

teoretis dapatlah dikatakan bahwa kepentingan umum merupakan resultante hasil 42Ibid.

21

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

menimbang-menimbang sekian banyak kepentingan di dalam masyarakat dengan

menerapkan kepentingan yang utama menjadi kepentingan umum. Secara praktis dan

konkret akhirnya diserahkan kepada hakim untuk menimbang-nimbang kepentingan

mana yang lebih utama dari kepentingan yang lain secara proporsional (seimbang)

dengan tetap menghormati kepentingan-kepentingan yang lain.43

Apa yang dikemukakan Sudikno di atas sejalan dengan pemikiran Pound.

Pound membedakan kepentingan (interest) dalam tiga kategori, yaitu individual

interests (“claims or demands or desires involved immediately in the individual life

and asserted in title of that life”), public interests (“claims or demands or desires

involved in life in a politically organized society and asserted in title of that

organization”), dan social interests (“claims or demands or desires involved in social

life in civilized society and asserted in title of that life”).44 Menurut Pound, tidak ada

tingkatan yang tetap untuk ketiga kepentingan tersebut. Kepentingan tertentu mungkin

diprioritaskan pada saat tertentu dari pada yang lainnya, demikian pula kepentingan

lainnya harus diutamakan pada saat lainnya.45

Julius Stone, dalam The Province and Function of Law secara meyakinkan

telah membuktikan bahwa apa yang disebut dengan public interest melebur dalam

social interest atau individual interest atau dalam usaha negara mencari keseimbangan

di antara interests (kepentingan-kepentingan) tersebut. Dengan demikian secara sosio-

legal: “kepentingan umum adalah suatu keseimbangan antara kepentingan individu,

masyarakat, penguasa serta negara.” Secara yuridis, kepentingan umum dapat berlaku

sepanjang kepentingan tersebut tidak bertentangan dengan hukum positif maupun

43Ibid. 44

?Edgar Bodenheimer, Jurisprudence The Philosophy and Method of The Law, third printing, (Cambridge: Harvard University Press, 1979), hlm. 111.

45

?Ibid.

22

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

hukum yang tumbuh hidup dan berkembang di dalam masyarakat yang penerapannya

bersifat kasuistis. Sedangkan secara sosiologis, kepentingan umum adalah adanya

keseimbangan antara kepentingan individu, masyarakat, penguasa, dan negara yang

bertujuan untuk memelihara ketertiban dan mencapai keadilan di masyarakat yang

luas dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan,

pendidikan, dan kesehatan.46

Kepentingan umum menurut Jan Gijssel merupakan pengertian yang kabur,

sehingga tidak mungkin diinstitusionalisasikan dalam suatu norma hukum, yang

apabila dipaksakan akibatnya akan jadi norma kabur. Hal ini senada dengan apa yang

dikemukakan J.J.H. Bruggink bahwa kepentingan umum sebagai suatu pengertian

yang kabur, artinya suatu pengertian yang isinya tidak dapat ditetapkan secara tepat,

sehingga lingkupnya tidak jelas. Dengan demikian dalam memaknai pengertian

kepentingan umum yang kabur itu, dapat dilakukan dengan menemukan kriteria-

kriteria dari kepentingan umum, dalam hal ini untuk memudahkan pembentukan

normanya.47

Konsep kepentingan umum dalam hukum administrasi negara, dapat dilihat

dari kriteria yang digunakan. Dalam hal pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum, misalnya, dapat dilihat pada kriteria kepentingan umum apabila

tanahnya digunakan untuk pembangunan sarana-sarana yang dimaksud dalam Pasal

10 UU No.2/2012 sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Bukanlah hal yang

mudah untuk memberi batasan atau definisi yang konkret dan mutlak mengenai

kepentingan umum, dan seyogianya tidak dibuat demikian, karena kepentingan

manusia itu berkembang dan demikian pula kepentingan umum. Namun demikian 46Wahyu Wiriadinata, Kepentingan Umum, dalam

http://klipingcliping.wordpress.com/2009/11/18/kepentingan-umum/diakses tgl 21 Juli 2012.47

?Siti Kotijah, Konsep Kepentingan Umum untuk Tanah dalam Sudut Pandang Hukum Administrasi, terdapat dalam www.sitikotijah.com/2009/01/konsep-kepentingan-umum-untuk-tanah.html. Diakses pada tanggal 21 Juli 2012

23

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

tetap diperlukan suatu rumusan umum sebagai pedoman tentang pengertian

kepentingan umum yang dapat digunakan, terutama oleh hakim, dalam memutuskan

sengketa yang berkaitan dengan kepentingan umum, yang dinamis tidak tergantung

pada waktu dan tempat. Dengan demikian, tiap kasus harus dilihat secara kasuistis.

Dengan demikian adalah tepat jika pada akhirnya yang menentukan apa saja yang

termasuk pengertian kepentingan umum adalah hakim atau undang-undang

berdasarkan rumusan yang umum.

Pengertian kepentingan umum yang terdapat dalam berbagai peraturan

perundang-undangan yang ada jika dikaitkan dengan kepentingan umum yang tersirat

dalam undang-undang Hak Cipta, bukan terletak pada jenis karya ciptanya tetapi

kepentingan umum menunjuk pada peruntukannya atau bidang kegiatan yang

dilakukan. Jenis karya cipta hanya berpengaruh pada bagaimana hak itu dilaksanakan.

Dalam kaitannya dengan Paten, kepentingan umum menunjuk pada produk paten dan

peruntukan paten itu sendiri. Sementara dalam Varietas Tanaman, kepentingan umum

terkait dengan peruntukannya.

Kepentingan umum juga sering terkait dengan ketertiban umum. Kata

ketertiban umum (public policy, openbare orde, ordre public) hampir ditemukan

dalam setiap peraturan perundang-undangan di Indonesia. Misalnya, dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Undang-Undang 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa, Undang-Undang No. 14 Tahun 2001, Undang-Undang No. 19

Tahun 2002 tentang Hak Cipta, dan Undang-Undang No.29 Tahun 2000 tentang

Varietas Tanaman. Namun demikian, sangat disayangkan karena di dalam perundang-

undangan tersebut tidak dijelaskan mengenai definisi atau pengertian ketertiban

umum.

24

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Menurut Luhut M.P. Pangaribuan, untuk menafsirkan ketertiban umum maka

kita harus merujuk pada Undang-undang atau hukum yang dibuat oleh seorang

hakim.48 Lebih lanjut, Luhut mengatakan bahwa tidak ada batasan yang universal

mengenai ketertiban umum. Karenanya harus dilihat kasus per kasus. Pendapat yang

serupa dikemukakan oleh M. Yahya Harahap. Menurutnya, ketertiban umum

memiliki makna luas dan bisa dianggap dianggap mengandung arti mendua

(ambiguity), karenanya dalam praktik telah timbul berbagai penafsiran tentang arti

dan makna ketertiban umum.49 Penafsiran tersebut dapat dibagi dalam dua kategori,

yaitu penafsiran sempit dan penafsiran luas. Menurut penafsiran sempit, arti dan

lingkup ketertiban umum hanya terbatas pada ketentuan hukum positif saja. Dengan

demikian yang dimaksud dengan pelanggaran/bertentangan dengan ketertiban umum,

hanya terbatas pada pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan

saja. Oleh karena itu putusan arbitrase yang bertentangan dengan/melanggar

ketertiban umum ialah putusan yang melanggar/bertentangan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan Indonesia.50 Di sisi lain, penafsiran luas tidak

membatasi lingkup dan makna ketertiban umum pada ketentuan hukum positif saja,

tetapi juga meliputi segala nilai-nilai dan prinsip-prinsip hukum yang hidup dan

tumbuh dalam kesadaran masyarakat, termasuk di dalamnya nilai-nilai kepatutan dan

prinsip keadilan umum (general justice principle). Oleh karena itu, putusan arbitrase

asing yang melanggar/bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang hidup

48Luhut M.P.Pangaribuan, Definisi ‘Ketertiban Umum’ Masih Simpang Siur, Hukumonline.com, Minggu (29 Oktober 2000), diakses pada tanggal 19 Juli 2012.

49

?M.Yahya Harahap sebagai nara sumber dalam Talk!hukumonline-discussion dengan topik Problematika Eksekusi Putusan Aribtrase Asing di Indonesia, sebagaimana dikutip dalam m.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e3e380e0157a/apa-definisi-ketertiban-umum (Rabu, 2 November 2011), diakses tanggal 19 Juli 2012.

50 Ibid.

25

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

dalam kesadaran dan pergaulan lalu lintas masyarakat atau yang melanggar kepatutan

dan keadilan, tidak dapat dilaksanakan di Indonesia.51

Lingkup dan makna ketertiban umum berdasarkan penafsiran luas merupakan

penafsiran yang diterima dalam Hukum Perdata Internasional (HPI). Ketertiban

umum dalam HPI adalah ajaran yang menekankan bahwa jika pemakaian hukum

asing sangat bertentangan dengan perasaaan keadilan asasi dan sendi-sendi

fundamental dari sistem hukum dan tata usaha masyarakat sang hakim, maka secara

pengecualian hukum asing ini dapat dikesampingkan.52

Sebagaimana dipahami bahwa tujuan hukum pada dasarnya adalah

memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.53 Damai sejahtera adalah tujuan hukum.54

Dalam situasi damai sejahtera hukum melindungi kepentingan-kepentingan manusia

baik secara materiil maupun immaterial. Untuk menciptakan keadaan damai sejahtera

tersebut, hukum mempertimbangkan kepentingan-kepentingan secara cermat dan

menciptakan keseimbangan di antara kepentingan-kepentingan itu. Tujuan untuk

mencapai damai sejahtera itu dapat terwujud apabila hukum sebanyak mungkin

memberikan pengaturan yang adil, yaitu suatu pengaturan yang didalamnya terdapat

kepentingan-kepentingan yang dilindungi secara seimbang sehingga setiap orang

sebanyak mungkin memperoleh apa yang menjadi bagiannya.55

Dari uraian di atas dapat ditarik benang merah bahwa pada hakikatnya

kepentingan umum itu adalah kegiatan yang mempunyai sifat, bentuk, dan ciri atau

51

?Ibid. 52

?Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, (Jakarta: Bina Cipta, 1987), hlm. 134.

53H.R. Otje Salman S dan Anton F.Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan, dan Membuka Kembali, cet.2, (Bandung: Refika Aditama, 2005), hlm. 156.

54Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, cet.3, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.149.

55Ibid, hlm.151.

26

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

karakteristik khusus. Sifat, bentuk, dan ciri khusus inilah yang harus diatur secara

umum dalam peraturan perundang-undangan.

4.2 Kepentingan Umum sebagai Landasan Perlindungan HKI

Perlindungan HKI yang memberikan hak eksklusif kepada pemegang hak,

mempunyai landasan filosofis yang berbeda-beda – yang pada dasarnya terkait

dengan dasar filosofis pengakuan terhadap hak kekayaan/milik (property rights). Ada

beberapa dasar filosofis perlindungan HKI yang dikemukakan oleh para ahli.56 Dari

berbagai dasar filosofis yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, yang paling sering

dijadikan acuan adalah teori “hukum dan ekonomi” (yang dipelopori oleh Richard

Posner), teori usaha (labour theory) dari John Locke, dan teori kepribadian

(personality theory) dari G.W.F. Hegel.

Pendekatan “Hukum dan Ekonomi” terhadap kajian-kajian hukum pada

umumnya berkaitan dengan peran hukum dalam pengalokasian sumber-sumber daya

ekonomi secara efisien.57 Menurut pendukung pendekatan ini terdapat masalah

tertentu dalam penciptaan kekayaan intelektual. Mengingat sifatnya yang tidak

berwujud, kekayaan intelektual menghadapi apa yang disebut dalam ilmu ekonomi

sebagai masalah ‘barang-barang publik’. Untuk menghasilkan kekayaan intelektual

memerlukan pengorbanan biaya besar dan memakan waktu yang lama, dan

56 Jennifer Davis melihat ada dua dasar pembenaran perlindungan HKI, yaitu berdasarkan ‘Hukum dan Ekonomi’ dan berdasarkan ‘usaha’ (labour), lihat Jennifer Davis, Intellectual Property Law, Oxford: Oxford University Press.2005., h.4.; Anne Fitzgerald & Brian Fitzgeral berpendapat bahwa ada beberapa dasar pembenaran perlindungan HKI, yaitu: berdasarkan hak-hak alamiah dari ajaran John Locke, teori ekonomi/utilitarian, mendorong diseminasi informsi dan gagasan, efisiensi ekonomi, kepribadian, perencanan sosial atau pemajuan budaya, perlindungan konsumen, dan alih teknologi. Lihat Anne Fitzgerald & Brian Fitzgeral, Intellectual Property In Principle, Lawbook Co., 2004, hlm.10-12; Sementara Peter Drahos melihat dasar pembenaran perlindungan HKI dari teori ekonomi, teori usaha yang dikemukakan John Locke, teori kepribadian yang dikemukakan G.W.F. Hegel, dan teori materialisme historis dari Karl Marx, lihat Peter Drahos, A Philosophy of Intellectual Property, Sydney : Darmouth Publishing Company, 1996. (Selanjutnya disebut Peter Drahos II)

57 Jennifer Davis, ibid. Pendekatan ekonomi terhadap hukum ini dipopulerkan oleh Aliran Chicago yang dipelopori oleh Richard Posner. Lihat Peter Drahos II, Ibid. note 28 hlm.6

27

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

memerlukan tingkat kebaruan atau orisinalitas yang dapat diterima.58 Namun

demikian, ketika upaya intelektual ini telah diwujudkan dalam bentuk yang berwujud,

kekayaan intelektual relatif murah dan mudah untuk dibuat kembali. Di samping itu,

mungkin tidak ada batasan seberapa banyak kekayaan intelektual itu dapat ditiru,

dengan masing-masing tiruan bernilai sama dengan karya aslinya. Dengan demikian,

tanpa hak-hak kekayaan intelektual apa yang dapat dilakukan untuk mencegah pihak

lain untuk mengambil manfaat dari kekayaan intelektual ini, tanpa mengeluarkan

biaya-biaya yang sebenarnya?59 Oleh karena itu, menurut argumen ini, hak-hak

kekayaan intelektual menawarkan insentif yang penting untuk pembuatan kekayaan

intelektual yang baru. Tanpa hak-hak kekayaan intelektual, para individu dan

perusahaan-perusahaan akan terhalang untuk melakukan upaya baru dalam

menghasilkan kekayaan intelektual, dan karenanya pasar akan menjadi lemah. Di

samping itu, dalam jangka panjang, tanpa insentif untuk menghasilkan yang

ditawarkan melalui hak-hak kekayaan intelektual, akan terdapat biaya-biaya sosial.

Domain publik tak terelakkan akan berkurang, karena pada akhirnya kekayaan

intelektual ini diharapkan menjadi bagian dari domain publik dan menjadi dasar untuk

menghasilkan karya intelektual di masa datang.60

Pendekatan ‘Hukum dan Ekonomi’ terhadap hak-hak kekayaan intelektual ini

pada umunya didukung oleh para pendukung ekonomi pasar bebas. Pendekatan ini

mendasarkan pada asumsi bahwa individu-individu yang rasional akan berusaha untuk

memaksimalkan keuntungan-keuntungan ekonominya dan akan enggan untuk

bertindak jika mereka memperkirakan hanya akan mendapatkan keuntungan ekonomi

58

? Jennifer Davis, Ibid. 59

? Ibid.60 Ibid.

28

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

yang kecil. Oleh karena itu, diperlukan hak-hak kekayaan intelektual untuk

menyelesaikan problem barang-barang publik.

Berbeda dengan teori hukum dan ekonomi, teori usaha - yang didasarkan pada

gagasan-gagasan John Locke – lebih menekankan pada hak-hak. Pendekatan John

Locke, yang didasarkan pada karyanya Second Treaties of Government, bermula dari

premis: bahwa individu-individu mempunyai hak-hak terhadap hasil-hasil upayanya.61

Dengan kata lain, pendekatan ini mengasumsikan adanya ‘milik bersama’ yang belum

digarap, yang ditandai dengan banyaknya barang-barang. Hak-hak kebendaan

diberikan kepada mereka yang upayanya memberikan nilai tambah pada barang-

barang yang diambil dari milik bersama, dengan syarat bahwa, sebagai hasil

usahanya, persediaan milik bersama ini juga meningkat untuk dinikmati oleh orang

lain.62

Jika pandangan Locke ini diterapkan pada hak kekayaan intelektual, maka

milik bersama akan direpresentasikan melalui domain publik. Domain publik

memiliki benda-benda intelektual yang dapat dimiliki atau digunakan oleh siapapun,

atau sebaliknya, benda-benda intelektual yang bebas untuk diambilalih sebagai objek

kekayaan intelektual, dengan syarat diperlukan upaya atas benda-benda tersebut

(prasyarat substantif). Ini berarti bahwa ‘produk intelektual’ yang selesai akan lepas

dari milik publik ketika memenuhi kriteria hukum yang terkait untuk mendapatkan

perlindungan, misalnya karya yang mendapatkan Hak Cipta (tanpa

pendaftaran/otomatis) atau merek yang didaftarkan.63 Para pendukung pandangan

Lock ini umumya mempertahankan bahwa pengambilalihan dari domain publik

tersebut tidak akan melanggar syarat ‘kecukupan barang dan barang yang baik”.

61 Jennifer Davis, Ibid. Lihat juga Peter Drahos II, Op.cit. hlm.42.

62 Jennifer Davis. Ibid, p. 7. Bandingkan Peter Drahos II, Ibid, hlm. 43. 63

? Jennifer Davis. Ibid.

29

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Sebaliknya, pada gilirannya nanti, HKI sebenarnya akan berfungsi untuk memperkaya

domain publik. HKI akan mendorong individu-individu untuk untuk menempatkan

karya-karya mereka ke hadapan publik. Jika karya-karya ini menjadi publik, karya-

karya tersebut dengan sendirinya akan menimbulkan gagasan-gagasan baru dan

mendorong kreativitas lebih lanjut. Pada akhirnya, dengan sifat hak-hak kekayaan

intelektual yang dibatasi waktu, benda-benda intelektual ini akan kembali pada

domain publik.64 Teori yang dikemukakan oleh John Locke ini sangat berpengaruh di

negara-negara yang menganut tradisi Common Law System.65

Berbeda dengan teori hukum dan ekonomi serta teori usaha, teori personality

terhadap kebendaan/hak milik (termasuk kekayaan intelektual) yang dikembangkan

oleh G.W.F Hegel, dalam karyanya Philosophy of Right, melihat bahwa

kebendaan/hak milik (property) adalah perwujudan dari kepribadian (personality).66

Perwujudan itu bermula dari pengambilan sesuatu yang tidak berada dalam pemilikan

orang lain, yang dalam istilah Locke disebut mengambil dari publik.67

Inti dari Philosophy of Right Hegel adalah konsep mengenai kehendak yang

mengalami serangkaian transisi secara evolusi. Transisi-transisi ini berawal dari

kehendak yang tidak tersalurkan melalui hubungan-hubungan sosial dan berpuncak

pada kehendak umum yang menempatkan dirinya sendiri dalam konteks sejarah

negara dan dunia.68

64

? Ibid, hlm. 8

65 Rahmi Jened, Op.cit. hlm.15.

66

? Peter Drahos II, Op.cit., hlm. 75.

67 Ibid.68

? Ibid.

30

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Pada dasarnya kehendak adalah pemikiran yang dinyatakan dalam salah satu

dimensi dari dua dimensi yang berbeda. Perbedaan tersebut adalah antara pemikiran

secara abstrak, secara universal dan pemikiran secara partikular, secara jelas dalam

pelaksanannya.69 Bagi Hegel pikiran adalah bebas dan kepribadiannya berawal ketika

pikiran memiliki kesadaran diri yang tidak terhalangi oleh pembatasan apapun.

Bentuk kebebasan universal tetapi sederhana ini tidaklah cukup, karena kepribadian

harus mencapai suatu wujud yang konkret dalam dunia. Di sinilah kebendaan

berperan.70 Semakin nyata bentuk yang terjadi melalui pemilikan benda, maka

terdapat ‘hak absolut’ terhadap pemilikan benda tersebut.71 Termasuk dalam kategori

benda adalah ‘kecerdasan pikiran, pengetahuan , keterampilan artistik.’72 ‘Pemilikan-

pemilikan dalam diri’ ini, jika dieksternalisasi maka menjadi sesuatu yang memenuhi

syarat terhadap pemilikan secara hukum.73 Inilah yang menurut Hegel menjadi dasar

pembenaran HKI. Teori Kepribadian Hegel ini sangat berpengaruh pada negara-

negara yang menganut tradisi hukum Civil Law System.74

Ketiga teori di atas menjadi dasar bagi setiap individu untuk mendapatkan

pengakuan dan perlindungan terhadap karya intelektualnya yang merupakan hasil

upaya, perwujudan kehendak, dan mempunyai nilai ekonomi baginya. Dalam dunia

modern, pengakuan dan perlindungan terhadap karya intelektual tersebut secara

nasional diberikan oleh negara melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku,

69

? Ibid. hlm. 7670

? Ibid. Bandingkan Anthony D’Amato and Doris Estelle Long, International Intellectual Property Anthology, Cincinnati: Anderson Publishing Co., 1996, hlm. 32

71

? Ibid.72

? Ibid.73

? Ibid.74

? Rahmi Jened, Loc.cit.

31

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

dan secara internasional melalui konvensi-konvensi perlindungan HKI. Pengakuan

dan perlindungan tersebut dalam bentuk hak untuk menggunakan sendiri dan

melarang pihak lain untuk menggunakan karya intelektual tanpa izin dari pemegang

hak.

Filosofi perlindungan HKI yang telah dijelaskan di atas adalah filosofi yang

berasal dari negara-negara Eropa, yang filosofinya menitikberatkan pada hak-hak

individu.75 Namun demikian, walaupun ketiga teori tersebut menekankan pentingnya

pengakuan dan perlindungan HKI berdasarkan hak-hak individu, ketiga teori tersebut

juga menekankan pentingnya perlindungan kepentingan umum. Dalam teori hukum

dan ekonomi ditekankan tujuan perlindungan HKI untuk memperbanyak persediaan

barang-barang publik. Teori usaha menekankan bahwa hak untuk mengambil sesuatu

dari milik bersama itu tidak boleh menyebabkan ketidakcukupan persediaan barang

dengan kualitas yang baik. Teori kepribadiaan, juga mempertimbangkan

kemungkinan HKI dapat menimbulkan kemiskinan dan ketidakseimbangan dalam

sistem sosial.76

Sejarah tujuan pengaturan perlindungan HKI di Inggris, Amerika Serikat,

Perancis, dan Jerman – dengan perkembangan yang berbeda-beda – memperlihatkan

bahwa tujuan perlindungan Hak Cipta dan Paten adalah untuk kepentingan umum.77

Pengaturan Hak Cipta Anglo-Amerika, yang bersumberkan dari Statute of Anne

tahun 1710 di Inggris, tujuannya adalah pengedepanan kepentingan umum.78 Hal ini

selanjutnya dipertegas dalam konstitusi Amerika Serikat pada Article I § 8 (yang

75 Anthony D’Amato and Doris Estelle Long, Op.cit, hlm.34

76Peter Drahos, Op.cit., hlm.88

77Gillian Davies, Copyright and the Public Interest, second edition, London: Thomson Sweet & Maxwell, 2002, hlm. 32-74; 99-128; 145-177; 202-232.

78Oren Bracha, The New Intellectual Property of The Nineteenth Century, book review, Texas Law Review December, 2010 ( 89 Tex. L. Rev. 423), hlm.439

32

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

sering dirujuk sebagai klausul Hak Kekayaan Intelektual) yang menyatakan “The

Congress shall have the power... [t]o promote the Progress of Science and useful Arts,

by securing for limited Times to Authors and Inventors the exclusive Right to their

respective Writings and Discoveries.” Ketentuan dalam konstitusi ini dinterpretasikan

sebagai pengedepanan kemajuan dengan tujuan utama memberikan manfaat pada

publik.79 Pengedepanan prinsip kepentingan umum juga menjadi pendirian dari

Mahkamah Agung Amerika Serikat, yang berpendapat bahwa karena kepentingan

umum adalah “hukum yang utama”, maka setiap pertentangan antara kepentingan

publik dan kepentingan privat harus diselesaikan dengan mengutamakan kepentingan

publik.80

Tujuan pemberian perlindungan Hak Cipta, kepada pencipta, adalah untuk

memacu kreativitas dan lahirnya karya-karya baru yang pada gilirannya dapat

menambah tersedianya informasi yang dapat diakses oleh publik. Kepentingan umum

menghendaki tersedianya dan akses terhadap informasi oleh publik. Oleh karena itu,

persoalan keseimbangan pengaturan hak-hak yang dimiliki oleh pencipta dan

kepentingan publik secara umum merupakan persoalan yang penting dari masa ke

masa.81

Kepentingan umum dapat berupa pembatasan dan pengecualian terhadap hak

eksklusif yang dimiliki oleh pemegang HKI. Pembatasan dan pengecualian itu

merupakan penyeimbang terhadap perlindungan hak privat dan kepentingan umum.

Hal ini sebagaimana yang dikemukanan oleh Ning Lizhi, “…protection for private right

79 Donald P. Harris , TRIPS’ Rebound: An Historical Analysis of How The TRIPS Agreement Can Ricochet Back Against The United States, Northwestern Journal of International Law and Business Fall 2004 (25 Nw. J. Int'l L. & Bus. 99), hlm. 100.                            

80Mahkamah Agung Amerika Serikat berpendapat bahwa “[C]opyright statutes must serve public, not private, ends.” Lihat dalam putusan Eldred v. Ashcroft, 123 S. Ct. 769, 803 (2003) (Breyer, J., dissenting).

81

?Ibid, hlm.33

33

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

should be in the limit of balancing the interests. To maintain public interests is essential reason

for the reasonable existing of intellectual property law.”82

Kepentingan umum sebagai alasan pembatasan dan pengecualian terhadap hak

eksklusif pemegang HKI telah diakui dan diatur dalam Konvensi-konvensi dan

perundang-undangan nasional di bidang HKI. Hal ini secara jelas diakui dalam

Article 7 dan 8 TRIPs, tentang prinsip-prinsip TRIPs, yang memberikan kelonggaran

pada anggota WTO dalam merumuskan atau mengubah undang-undang dan

peraturan-peraturannya dengan membolehkan mengadopsi langkah-langkah yang

perlu untuk melindungi kesehatan dan nutrisi masyarakat, dan untuk mengedepankan

kepentingan umum pada sektor-sektor yang sangat penting bagi pembangunan

sosial-ekonomi dan teknologinya, dengan ketentuan bahwa langkah-langkah tersebut

sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian TRIPs. Hal ini juga diakui dalam

Konvensi Paris dan Konvensi Bern, yang memberikan kemungkinan negara peserta

konvensi untuk melakukan pembatasan-pembatasan dan pengecualian. Dalam

Konvensi Bern, negara-negara anggota dimungkinkan untuk melakukan pembatasan

dan pengecualian terhadap hak yang dimiliki pemegang Hak Cipta dengan syarat-

syarat tertentu, yang dikenal dengan three step test. Dalam preambul WIPO Copyright

Treaty, juga diakui pentingnya kepentingan umum, di mana ditegaskan bahwa salah

satu tujuan perlindungan Hak Cipta adalah “… the need to maintain a balance

between the rights of authors and the larger public interest, particularly education,

research and access to information”. Dalam hal perlindungan varietas tanaman,

Konvensi UPOV menentukan kepentingan umum adalah satu-satunya alasan yang

82

?Ning Lizhi, Law-economics Analysis for the Restriction of Intellectual Property Rights, Canadian Social Science Vol.2 No.6 December 2006, hlm.5

34

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

dapat digunakan untuk melakukan pembatasan terhadap hak yang dimiliki pemegang

varietas tanaman.

Pembatasan dan pengecualian dalam TRIPs dan konvensi-konvensi HKI

tersebut selanjutnya dijabarkan dalam perundang-undangan HKI nasional. UU

No.19/2002 mengatur pembatasan dan pengecualian terhadap hak eksklusif pemegang

Hak Cipta dalam Pasal 14 sampai dengan Pasal 23. Walaupun tidak secara khusus

menyebutkan kata kepentingan umum. Namun secara tersirat ketentuan dalam pasal

tersebut memenuhi kriteria sebagai kepentingan umum. Demikian pula dalam Pasal 7

dan Pasal 16 UU No.14/2001, diatur pembatasan tentang invensi yang tidak dapat

diberikan paten dan pengecualian terhadap hak eksklusif pemegang paten dalam hal

pemakaian paten untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisis

sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten. Selanjutnya

dalam Pasal 3 dan Pasal 10 UU No.29/2000 juga diatur mengenai pembatasan dan

pengecualian terhadap PVT.

Dalam TRIPs, konvensi-konvensi, dan perundang-undangan HKI di atas

tampak bahwa pertimbangan kepentingan umum sangat penting dalam pembatasan

dan pengecualian terhadap hak eksklusif pemegang hak. Dalam keadaan-keadaan

tertentu, kepentingan umum merupakan pengecualian dan tidak merupakan

pelanggaran terhadap kepentingan pemegang hak. Dengan kata lain, dengan

persyaratan tertentu, kepentingan umum lebih diutamakan dari pada kepentingan

pemegang hak. Dengan demikian, pada hakikatnya kepentingan umum adalah

keadaan atau kepentingan yang membatasi atau pengecualian terhadap pelaksanaan

hak eksklusif pemilik HKI. Karena sifatnya yang merupakan pembatasan atau

pengecualian, maka pertimbangan kepentingan umum hanya digunakan dalam hal-hal

yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

35

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Kepentingan umum juga dapat dijadikan pembelaan terhadap tindakan-

tindakan yang melibatkan materi yang dilindungi Hak Cipta dan Paten dalam

pengungkapan (disclosure) kepada publik.83 Dalam sistem hukum common law hal

ini disebut dengan public interest defence.84 Pengumuman materi yang dilindungi Hak

Cipta tanpa persetujuan dari pemegang hak, tidak dipandang sebagai pelanggaran Hak

Cipta jika kepentingan umum menghendaki agar materi tersebut diumumkan, karena

dengan pengumuman publik mengetahui kemungkinan bahaya yang ditimbulkan dari

materi yang dilindungi Hak Cipta.85 Demikian pula dalam hal paten, pengungkapan

sebelum pengajukan permohonan paten; setelah pengumuman permohonan paten

tetapi sebelum pemberian paten; dan pengungkapan setelah pemberian paten, tidak

dipandang sebagai pelanggaran jika pengungkapan tersebut untuk kepentingan

umum.86

Kepentingan umum sebagai pengecualian, tidak hanya dikenal dalam bidang

HKI. Di Amerika Serikat, dalam praktik peradilan dikenal juga yang namanya

“public-interest exception” yaitu “a legal principle which describes that an appellate

court may consider and decide a moot case even if such decisions are generally

prohibited, if the case involves a question of considerable public importance, the

question is likely to arise in the future, and the question has evaded appellate review.87

Uraian di atas memperlihatkan betapa kepentingan umum dikedepankan dalam

perlindungan HKI di negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat yang bahkan

83Lihat Yvonne Cripps, The Implications of Disclosure in the Public Interest, second edition, London: Thomson Sweet & Maxwell, 1994, hlm. 178-203

84

? Gillian Davies, Op.cit., hlm.63 85

?Lihat kasus Lion Laboratories v. Evans (1984) 3 WLR 539 sebagaimana yang diuraikan dalam Yvonne Cripps, Op.cit, hlm.186-187.

86

?Ibid, hlm. 193-198. 87

?http://definitions.uslegal.com/p/public-interest-exception/

36

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

memasukkannya dalam Konstitusi negaranya, dan didukung oleh pendirian

Mahkamah Agung yang mengutamakan kepentingan umum jika terjadi pertentangan

dengan kepentingan privat. Namun demikian, memang tidak dapat dipungkiri bahwa

secara bertahap telah terjadi pergeseran, yang terlihat melalui pendekatan Amerika

Serikat terhadap hak kekayaan intelektual internasional, yang dapat dilihat melalui

TRIPs. Melalui TRIPs, Amerika Serikat berusaha untuk mencari rezim hak kekayaan

intelektual internasional yang mengedepankan kepentingan privat, terutama

perusahaan-perusahaan farmasi.88 Menurut Donald Haris, pengutamaan TRIPs pada

kepentingan privat tidak hanya akan merugikan negara-negara berkembang, tetapi

juga akan berimbas pada Amerika Serikat, karenanya menimbulkan kerugian yang

besar.89 Titik berat TRIPs tidak sesuai dengan hukum hak kekayaan Amerika Serikat

yang lazim dan mandat Konstitusi bahwa hukum hak kekayaan intelektual

mengedepankan kemajuan untuk kemanfaatan publik. TRIPs tidak sesuai dengan

mandat ini karena perjanjian ini menempatkan penghargaan pada pemilik hak

kekayaan intelektual di atas kemanfaatan pada publik. Dengan demikian, dalam

menerapkan legislasi yang sesuai dengan TRIPs, Amerika Serikat gagal dalam

kewajibannya untuk mengkaji apakah, dan memastikan bahwa, legislasi tersebut

mengedepankan kemajuan dan untuk kepentingan publik.90

Prinsip kepentingan umum dalam perlindungan HKI, tidak hanya dikenal dan

diakui oleh negara-negara berkembang saja, namun juga diakui dan dikenal oleh

88

?Donald P. Haris, Op.cit, hlm. 101 89

?Ibid.

90Ibid, hlm.102. Donald P. Haris pada Catatan kaki 13, memberikan dua kategori kepentingan umum. Pertama, kepentingan umum yang dimaksud adalah kepentingan umum domestik Amerika Serikat. Kedua, kepentingan umum adalah kepentingan umum secara global. Dia menyamakan kepentingan umum secara global dengan negara-negara berkembang dan kemanfaatan masyarakat dunia secara keseluruhan. Negara-negara maju dapat disamakan dengan kepentingan privat dan negara-negara berkembang dapat disamakan dengan kepentingan umum.

37

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

negara-negara maju, yang secara teoretis mengutamakan hak-hak individu. Negara-

negara maju, baik yang menganut sistem hukum common law maupun yang menganut

civil law, telah memperhatikan kepentingan umum dalam pengaturan HKInya. Oleh

karena itu, negara-negara berkembang - termasuk Indonesia – seharusnya lebih berani

mengedepankan kepentingan umum sebagai landasan dalam pengaturan perlindungan

HKInya. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, seharusnya dapat dan

berani menggunakan kelonggaran-kelonggaran yang dimungkinkan oleh TRIPs dalam

ketentuan-ketentuan HKInya masing-masing. Dalam melakukan penyesuaian atau

harmonisasi perundang-undangan HKI nasionalnya, negara-negara berkembang harus

berani mengutamakan kepentingan umum atau kepentingan nasionalnya di atas

kepentingan privat pemegang HKI, jika terjadi pertentangan di antara keduanya.

Kesadaran untuk memperhatikan dan menyeimbangkan kepentingan umum

dengan hak eksklusif pemegang HKI telah dirasakan dan diperjuangkan oleh dunia

internasional. Hal ini terlihat dalam Washington Declaration on Intellectual Property

and the Public Interest, dalam pertemuan kongres global yang dihadiri oleh 180 ahli

dari 32 negara dari enam benua, yang bertujuan untuk mengartikulasi kembali

dimensi kepentingan umum dalam hak kekayaan intelektual dan kebijakan. Salah satu

pernyataan yang dihasilkan dalam deklarasi ini adalah bahwa tujuan utama

perlindungan HKI adalah untuk kepentingan umum. Oleh karena itu pembatasan dan

pengecualian terhadap hak pemegang HKI harus diperkuat.91

Melihat perkembangan internasional terhadap pentingnya dimensi kepentingan

umum dalam perlindungan HKI, dapat diasumsikan bahwa pertentangan antara paham

individualisme yang mendasari perlindungan HKI dengan paham yang menekankan

pada kepentingan umum semakin mengecil. Pertentangan nilai tersebut juga dapat

91 Washington Declaration on Intellectual Property and the Public Interest dalam

http://infojustice.org/wp-content/uploads/2011/09/washington-declaration.pdf.

38

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

dieliminasi dengan adanya kesadaran bahwa semua standar HKI internasional harus

tunduk pada checks and balances, termasuk persetujuan badan legislatif suatu negara

dan kemungkinan untuk hak uji materiil (judicial review).92

Pertentangan nilai yang dianut oleh negara-negara maju dan negara-negara

berkembang dalam perlindungan HKI dapat ditekan dengan melakukan harmonisasi

hukum. Harmonisasi hukum yang dimaksudkan di sini adalah upaya atau proses yang

hendak mengatasi batasan-batasan perbedaan, hal-hal yang bertentangan dan

kejanggalan dalam hukum.93 Dasar dan orientasi upaya harmonisasi hukum adalah

untuk tujuan harmonisasi, nilai-nilai, asas-asas hukum dan tujuan hukum (terjadinya

harmonisasi antara keadilan dan kepastian hukum).94 Oleh karena itu, dalam upaya

harmonisasi pengaturan kepentingan umum dalam perlindungan HKI, Indonesia harus

berani mengedepankan nilai-nilai yang mendasari kebijakan perekonomian Indonesia,

yaitu yang terdapat dalam UUD 1945 sebagai konstitusi ekonomi yang didasarkan

pada nilai-nilai Pancasila.

Sistem ekonomi Pancasila95 yang merupakan penjabaran dari UUD 1945

mempunyai posisi sendiri yang unik di antara bentuk-bentuk ekstrim falsafah dan

sistem ekonomi yang ada, yaitu individualisme serta ekonomi laissez faire di satu

pihak dan sosialisme radikal dan ekonomi kolektif murni di pihak lain. Walaupun

92 Deklarasi Washington menyatakan: “All new international intellectual property standards must be subject to democratic checks and balances, including domestic legislative approval and opportunities for judicial review”, ibid.

93 Kusnu Goesniadi, Harmonisasi Hukum Dalam Perspektif Perundang-undangan (Lex Spesialis suatu Masalah), (Surabaya: JP Books, 2006), hlm.71

94

? L.M. Gandhi, Harmonisasi Hukum Menuju Hukum Responsif, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tanggal 14 Oktober 1995, Jakarta, hlm.8-9. Dapat dilihat pada http://www.digilib.ui.ac.id

95Sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi Pancasila, yaitu sistem ekonomi yang dijiwai oleh kelima sila Pancasila. Lihat Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia, cet. kedua, LP3ES, 1990, hlm. 43 Untuk uraian lebih lanjut mengenai sistem ekonomi Pancasila, lihat Mubyarto, Ekonomi Pancasila, (Jakarta: LP3ES, 1987), hlm.38-42

39

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

sistem ekonomi Pancasila sering disebut juga sosialisme, tapi bukan sosialisme

radikal, dan juga lebih dari pada campuran kompromis dari kedua kubu yang

bertentangan tersebut.96 Kualitas pandangan Pancasila dan UUD 1945 dengan jelas

dan tegas menolak individualisme yang sepenuhnya tak sosial, tidak pernah menerima

sistem kemasyarakataan yang sepenuhnya diabdikan kepada kepentingan individu-

individu yang terlepas satu sama lain. Tapi juga yang menolak anggapan hanya

melihat masyarakat sebagai satu-satunya kenyataan dan individu sebagai fiksi dalam

sistem ekonomi. Dalam alam pandangan Pancasila dan UUD 1945, keduanya yaitu

individu dan masyarakat, berada dalam keselarasan dan keseimbangan, sebagai bagian

dari keselarasan dan keseimbangan yang lebih besar.97

4.3 Asas Keadilan

Hal yang selalu merupakan suatu conditio sine qua non dalam hukum adalah

persoalan keadilan. Dalam kaitan ini patut diperhatikan pendapat Gustav Radbruch

yang menegaskan bahwa cita hukum tidak lain dari keadilan.98 Keadilan adalah hal

yang selalu mengikuti peradaban dan pemikiran manusia. Walaupun bentuknya

dinamis, tetapi hakikat keadilan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia dan

hidup bermasyarakat.99

Persoalan keadilan meliputi dua hal yaitu menyangkut hakikat keadilan dan

menyangkut isi atau norma untuk berbuat secara konkret dalam keadaan tertentu.100

96Tom Gunadi, Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD’45, cet. kedua, Bandung: Angkasa, 1983 hlm. 38

97Ibid.

98

? Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2007, hlm. 23.99

? Ibid.100

? Sudikno Mertokusumo, Op.cit., hlm.77

40

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Hakikat keadilan adalah penilaian terhadap suatu perlakukan atau tindakan dengan

mengkajinya dengan suatu norma yang menurut pandangan subjektif (subjektif untuk

kepentingan kelompoknya, golongannya dan sebagainya) melebihi norma-norma lain.

Dalam hal ini ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak

yang menerima perlakuan.101

Menyangkut isi keadilan sukar untuk memberikan batasan. Aristoteles

membedakan adanya dua macam keadilan, yaitu justitia distributiva (distributive

justice, verdelende atau begevende gerechtigheid) dan justitia commutativa (remedial

justice, vergeldende atau ruilgerechtigheid).102 Justitia distributiva menuntut bahwa

setiap orang mendapat apa yang menjadi hak atau bagiannya: suum cuique tribuere

(to each his own). Bagian ini tidak sama untuk setiap orangnya, tergantung pada

kekayaan, kelahiran, pendidikan, kemampuan dan sebagainya; sifatnya adalah

proporsional.103 Sementara Justitia commutativa memberi kepada setiap orang sama

banyaknya. Di sini yang dituntut adalah kesamaan. Yang adil adalah apabila setiap

orang diperlakukan sama tanpa memandang kedudukan dan sebagainya.104

Sejalan dengan pengertian justitia distributiva dari Aristoteles, Upianus105

menggambarkan keadilan sebagai kehendak yang terus menerus dan tetap

memberikan kepada masing-masing apa yang menjadi haknya atau tribuere cuique

suum. Thomas Aquinas106 mengemukakan bahwa keadilan distributif pada dasarnya

merupakan penghormatan terhadap kemanusiaan seseorang (acceptio personarum)

101 Ibid, hlm.78. 102

? Ibid103

? Ibid.104

?Ibid. 79 105

? O. Notohamidjojo, Masalah: Keadilan. Semarang : Tirta Amerta, 1971, hlm.18-19.106

?E. Sumaryono, Etika Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas, Yogyakarta: Kanisius, 2002, hlm.90-91.

41

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

dan keluhurannya (dignitas). Penghormatan terhadap seseorang dapat terwujud

apabila ada sesuatu yang dibagikan/diberikan kepada seseorang sebanding dengan

yang seharusnya ia terima (praeter proportionem dignitas ipsius). Dengan dasar itu,

maka pengakuan terhadap seseorang harus diarahkan pada pengakuan terhadap

kepatutan (equity), selanjutnya pelayanan dan penghargaan didistribusikan secara

proporsional atas dasar harkat dan martabat manusia.

Pengarang modern juga tidak ketinggalan untuk melakukan pembagian

keadilan, antara lain John Boatright dan Manuel Velasquez107. Mereka membagi

keadilan dalam tiga macam, yaitu: keadilan distributif (distributive justice)

mempunyai pengertian yang sama pada pola tradisional, di mana benefits dan burdens

harus dibagi secara adil; keadilan retributif (retributive justice) berkaitan dengan

terjadinya kesalahan, dimana hukum atau denda dibebankan kepada orang yang

bersalah haruslah bersifat adil; dan keadilan kompensatoris (compensatory justice),

menyangkut juga kesalahan yang dilakukan, tetapi menurut aspek lain, di mana orang

mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada

pihak lain yang dirugikan.

TRIPs yang merupakan instrumen hukum dalam WTO yang mengatur aspek

perdagangan yang terkait dengan HKI juga tidak dapat dilepaskan dari persoalan

keadilan.108 Persoalan keadilan di sini tidak saja berkaitan dengan pihak-pihak yang

terlibat dalam perjanjian TRIPs, tetapi juga keadilan secara umum untuk

kemanusiaan.

107

?Ibid.108

?HKI merupakan bentuk Hak Milik (atas benda yang tidak berwujud). Pada dasarnya Hak Milik tidak dapat dipisahkan dari keadilan, bahkan mempunyai hubungan yang erat (dwitunggal). Purnadi Purbacaraka dan A.Ridwan Halim, Hak Milik, Keadilan, dan Kemakmuran tinjauan Falsafah Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, hlm.24.

42

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Banyak teori keadilan yang dikemukakan oleh para ahli. Namun dalam kaitan

dengan HKI ini, setidaknya ada dua pendapat ahli yang penting untuk dikemukakan,

yaitu teori keadilan oleh John Rawls109 dan Robert Nozick110, yang menunjukkan dua

kutub pemikiran yang berbeda, yang sama-sama bertitik tolak dari keadilan

distributif.111

John Rawls112 yang terkenal dengan teorinya justice as fairness, di mana di

dalamnya juga terdapat konsep keadilan distributif (distributive justice),

mengemukakan dua prinsip keadilan. Pertama prinsip greatest equal liberty, yaitu

bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama terhadap kebebasan dasar yang paling

luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua orang. Kedua, ketidaksamaan sosial dan

ekonomi diatur sedemikian rupa sehingga diharapkan memberikan keuntungan bagi

anggota masyarakat yang kurang beruntung (difference principle) dan setiap posisi

dan jabatan terbuka untuk semua pihak (principle of (fair) equality of opportunity).

Rawls juga mengemukakan prioritas terhadap prinsip-prinsip keadilannya.

Menurutnya, kebebasan individu yang sama (greatest equal liberty) lebih diutamakan

dari pada tuntutan-tuntutan prinsip kedua yang berkaitan kesamaan terhadap peluang

bagi semua pihak dan kesamaan dalam distribusi sumber-sumber bagi semua pihak.113

Dalam hal prinsip kedua, di mana ada dua tuntutan di dalamnya, maka prinsip

equality of opportunity lebih diprioritaskan dari pada prinsip difference principle.114

109

?Lihat John Rawls, A Theory of Justice, Revised Edition, Cambridge : The Belknap Press of Harvard university Press, 1999.

110

? Lihat gagasan Nozick tentang keadilan dalam karyanya Anarchy, State, and Utopia, Basic Books, 1974 yang ditulis sebagai kritik terhadap teori keadilan distributif John Rawls.

111

? Anupam Chander & Madhavi Sunder, Loc.cit.112

? John Rawls, Op.cit.. hlm. 53 ,107, dan 266. Bandingkan Amartya Sen, The Idea of Justice, Penguin Book, 2009, hlm. 59

113

? John Rawls, Ibid. hlm. 266.Bandingkan Amartya Sen, Ibid.,

114 John Rawls, Ibid. hlm. 266.Bandingkan Amartya Sen, Ibid, hlm. 60.

43

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Teori keadilan distributif Rawls sering disamakan juga teori keadilan sosial

(social justice).115 Dalam konteks HKI, berdasarkan teori keadilan sosial Rawls, perlu

keterlibatan negara yang lebih langsung untuk menata masyarakat yang lebih

egaliter.116 Di sisi lain Nozick berpendapat bahwa keadilan sosial menghendaki

campur tangan pemerintah yang sekecil mungkin terhadap pengaturan-pengaturan

privat. Nozick membedakan tiga masalah keadilan sosial dalam kepemilikan ke dalam

tiga isu:117 (a) Keadilan dalam perolehan awal, (b) Keadilan dalam pengalihan-

pengalihan berikutnya, dan (c) keadilan berkaitan dengan perbaikan-perbaikan

(remedies) untuk pelanggaran terhadap isu pertama dan isu kedua. Mengenai

perolehan awal, Nozick sebagian besar mengikuti John Locke, yang memberikan hak-

hak untuk memiliki terhadap apa yang dibuat seseorang dan untuk mengambilalih

apapun yang belum dimiliki, dengan syarat pengambilalihan tersebut meninggalkan

“cukup dan sama baiknya” bagi lainnya.118 Keadilan dalam pengalihan kemudian

sebagian besar tergantung pada pasar bebas; pemerintah harus menghindar untuk

campur tangan atau memaksa pengalihan (termasuk perpajakan, yang disamakan oleh

Nozick sebagai usaha yang dipaksakan). Keadilan dalam perbaikan (remedy) adalah

pemberian ganti kerugian pada pihak yang dirugikan yang disebabkan oleh pihak-

pihak lain.119

115

?Istilah ini banyak digunakan oleh para penulis yang terdapat dalam Sudhir Anand,Fabiene Peter, and Amartya Sen (Editors), Public Health, Ethics, and Equity, Oxford University Press, 2004. Demikian juga Anupam Chander & Madhavi Sunder, Is Nozick Kicking Rawls’s Ass? Intellectual Property and Social Justice, UC Davis Legal Studies Research Paper Series Research Paper No. 108 May/2007, hlm. 567. http://ssrn.com/abstract=982981.

116Anupam Chander & Madhavi Sunder, Ibid.117

?Ibid. 118

? Ibid.

119Ibid.

44

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Dengan kata lain, Nozick lebih menekankan pada nilai kebebasan (liberty),

yang dipandangnya sebagai kebebasan dari negara. Sementara Rawls mensyaratkan

keterlibatan negara. Lembaga-lembaga politik harus selalu berusaha untuk

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang banyak dalam masyarakat, dan

keberhasilan atau kegagalan mereka bergantung pada seberapa baik mereka mencapai

tujuan ini. Inilah perbedaan utama Rawls terhadap Nozick, yang menghendaki

lembaga-lembaga politik melindungi kepemilikan privat dan kontrak yang bebas,

dengan redistribusi yang sekecil-kecilnya.120

Dengan keadilan distributif melalui HKI kurang lebih sembilan juta orang di

negara berkembang dapat dicegah dari kematian karena penyakit-penyakit menular,

baik dengan menjual obat-obat yang ada dengan harga yang murah di negara-negara

berkembang atau menambah sumber-sumber daya yang ditujukan untuk penciptaan

vaksin-vaksin baru dan pengobatan-pengobatan terhadap penyakit-penyakit yang

ada.121 Berdasarkan prinsip keadilan distributif ini, negara-negara maju mempunyai

kewajiban terhadap negara berkembang dalam masalah kesehatan.122

Di samping perlu mempertimbangkan asas keadilan, perlindungan HKI juga

memperhatikan equity. Equity mempunyai peran yang unik dalam struktur hukum

karena terpisah dari norma-norma hukum tetapi merupakan bagian dari norma-norma

hukum.123 Keunikan lainnya adalah keberadaan equity yang tidak dapat dilepaskan

120Ibid, hlm. 568.121

?Ibid.122

? Ibid.123

?Ralph A.Newman (Editor), Equity In The World’s Legal Systems, Brussels: Etablissements Emile Bruylant, 1973, p. 15. Bandingkan, Patrick Parkinson (Editor), The Principles of Equity, second edition, Lawbook Co., 2003, hlm..4.

45

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

dari keberadaan keadilan.124 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa equity dan

keadilan sangat erat kaitannya.

Berdasarkan artinya equity mempunyai beberapa makna.125 Walaupun dalam

perkembangannya pengertian yang digunakan sering mengacu pada pengertian ke

empat, namun pada dasarnya substansi yang diterapkan adalah pengertian equity yang

kedua dan ketiga, yaitu bahwa equity adalah sekumpulan prinsip yang menentukan

apa yang patut dan benar atau prinsip-prinsip keadilan untuk memperbaiki atau

melengkapi hukum ketika diterapkan pada keadaan-keadaan tertentu.126

Jika perlindungan HKI harus memperhatikan asas keadilan, maka

perlindungan itu juga harus memperhatikan prinsip-prinsip equity. Dengan demikian,

dalam pelaksanaan perlindungan HKI juga harus memperhatikan nilai-nilai

kepatutan, nilai-nilai moral, nilai-nilai agama.127

4.4. Ruang Lingkup HKI dan Kepentingan Umum

Ruang lingkup bidang HKI sebagaimana yang diatur dalam TRIPs dan

perjanjian internasional HKI adalah Hak Cipta dan hak-hak yang terkait, Paten,

Merek, Desain Industri, Rahasia Dagang, Indikasi Geografis, Tata Letak Sirkuit 124

?Menurut Gustaf Radbruch equity adalah lebih baik dari pada keadilan dan karenanya tidak bertentangan dengan keadilan, lebih merupakan suatu jenis keadilan. Baca Ralp A. Newman, Ibid. pada catatan kaki 1.125

?Dalam Black’s Law Dictionary, equity mempunyai 4 makna: (1) kepatutan; ketidakberpihakan; hubungan yang adil; (2) sekumpulan prinsip yang menentukan apa yang patut dan benar; hukum alam; (3)perujukan pada prinsip-prinsip keadilan untuk memperbaiki atau melengkapi hukum ketika diterapkan pada keadaan-keadaan tertentu – juga disebut equity alamiah (natural equity); (4) sistem hukum atau sekumpulan prinsip yang berasal dari Peradilan Chancery Inggris (Court of Chancery) yang mengenyampingkan common law dan statute law jika keduanya bertentangan. Lihat Bryan A. Garner, Op.cit,hlm..560126

?Yang menurut Ralph A. Newman, equity digambarkan sebagai cara untuk memperbaiki kemalangan yang terjadi dalam hubungan-hubungan manusia berdasarkan standar-standar tindakan yang murah hati dan mulia yaitu fakta-fakta umum dari semua sistem etika, moral dan agama. Ketika standar-standar ini diterapkan dalam putusan-putusan peradilan terlihat bahwa standar-standar tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip itikad baik, kejujuran dan kemurahan hati, yang merupakan materi dasar pembentukan prinsip-prinsip dasar equity. Prinsip-prinsip tersebut didasari oleh konsep persaudaraan manusia (human brotherhood). Lihat. Ralph A.Newman, Op.cit., hlm. 27. Bandingkan, G.E. Dal Pont and D.R.C. Chalmers, Equity and Trusts in Australia, Lawbook Co., 2004, hlm. 3.127

?Yang pada intinya menekankan pada konsep persaudaraan manusia.

46

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Terpadu, dan Varietas Tanaman. Ruang lingkup bidang HKI dalam penelitian

disertasi ini dibatasi pada tiga bidang, yaitu Hak Cipta, Paten, dan Varietas Tanaman.

Berikut ini diuraikan dasar-dasar pengaturan perlindungan ketiga bidang HKI

tersebut.

4.4.1 Hak Cipta

a. Persyaratan Ciptaan,

Secara teoretis persyaratan suatu ciptaan dipengaruhi oleh pendekatan yang

dianut dalam perlindungan Hak Cipta. Pendekatan ini dapat dibedakan antara

pendekatan yang dianut oleh negara-negara dengan tradisi hukum Common Law

System dan Civil Law System. Common Law System menggunakan pendekatan

copyright system dengan menitikberatkan perlindungan pada Ciptaannya. Hak Cipta

dalam konteks ini adalah copyright atau right to copy atau hak untuk memperbanyak

Ciptaan. Dalam copyright sytem, Hak Cipta dipandang sebagai instrumen ekonomi

dan kebijaksanaan untuk meningkatkan pengetahuan dan mendukung perkembangan

sosial ekonomi.128 Tujuan Hak Cipta adalah sebagai perangsang (incentive) bagi

penciptaan lebih lanjut bagi produser, penerbit, dan promoter yang telah mengambil

risiko untuk pemasaran dan penjualan.129 Dalam sistem ini, suatu Ciptaan harus

memenuhi syarat perwujudan (fixation), orisinalitas (originality), dan kreativitas

(creativity).130 Pencipta dapat merupakan orang alamiah (natural person) atau badan

hukum (legal person). Hak Cipta hanya mencakup hak ekonomi (economic right).

128 Rahmi Jened, Op.cit, hlm. 56

129Ibid

130Ibid, hlm. 57

47

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Pendekatan di atas berbeda dengan pendekatan dalam Civil Law System yang

menggunakan pendekatan author right system yang memberikan perlindungan pada

Pencipta dan lebih menitikberatkan pada perlindungan Pencipta dari pada atas Ciptaan

itu sendiri. Dalam sistem ini tujuan Hak Cipta adalah memberikan penghargaan

(reward) bagi Pencipta, yang harus merupakan orang alamiah (natural person). Civil

Law System mensyaratkan suatu ciptaan harus memenuhi syarat orisinalitas

(originality) dan kreativitas (creativity) dengan tingkatan yang sangat tinggi, sehingga

mencerminkan kepribadian yang terpatri. Persyaratan perwujudan (fixation) tidak

mutlak. Hak Pencipta meliputi hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral

right).

Secara normatif, persyaratan Ciptaan diatur dalam berbagai ketentuan, baik

yang berlaku internasional maupun nasional. Tidak semua Ciptaan di bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra dapat dilindungi Hak Cipta. Dalam Pasal 9 Ayat (2)

TRIPs ditentukan bahwa: “Copyright protection shall extend to expression and not to

idea, procedures, methods of operation or mathematical concepts as such.

Perlindungan Hak Cipta hanya berlaku pada ekspresi dan bukan pada gagasan,

prosedur, metode operasi atau teori matematika. Sementara itu dalam Pasal 2

Konvensi Bern ditentukan bahwa Ciptaan yang dapat dilindungi Hak Cipta adalah

ekspresi dalam bidang sastra, ilmu pengetahuan dan seni,131 negara-negara peserta

dapat mensyaratkan agar suatu ciptaan telah diwujudkan dalam suatu bentuk yang

material (fixation).132 Sejalan dengan kedua ketentuan tersebut, UU 19/2002 pada

Pasal 1 Angka 2 dan 3 menentukan:

131

?Ayat (1): “the expression literary and artistic works”… shall include every production in the literary, scientific and artistic domain, whatever may be the mode or form of its expression,…”

132

?Ayat (2): “It shall, however, be a matter for legislation in the countries of the Union to prescribe that works in general or any specified categories of works shall not be protected unless they have been fixed in some material form.”

48

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. (Angka 2)

Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra. (Angka 3)

UU 19/2002 memberikan perlindungan Hak Cipta pada Ciptaan yang bersifat pribadi

yang memenuhi syarat keaslian (originality), yang dihasilkan berdasarkan

kemampuan pikiran, imajinasi, kreativitas (creativity), dan dituangkan dalam bentuk

yang khas (fixation). Dengan demikian standar perlindungan Hak Cipta dalam UU

19/2002 sesuai dengan teori standar perlindungan Hak Cipta seperti yang telah

dijelaskan di atas.

b. Ciptaan yang Dilindungi Hak Cipta

Dalam TRIPs tidak diatur secara definitif mengenai objek perlindungan Hak

Cipta, kecuali program komputer dan kompilasi data yang diatur dalam Pasal 10.

Berdasarkan Pasal 9 TRIPs, objek perlindungan Hak Cipta dalam TRIPs mengacu

pada Konvensi Bern. Mengacu pada Pasal 2 Ayat (1) sampai (8) Konvensi Bern,

objek perlindungan Hak Cipta meliputi ekspresi dibidang sastra, ilmu pengetahuan,

dan seni apapun cara dan bentuk ekspresinya, seperti: buku, pamflet, dan tulisan

lainnya; kuliah, pidato, ceramah dan karya lain yang serupa; karya drama atau drama

musikal, koreografi, dan seni pertunjukan dan pantomim; komposi musik dengan atau

tanpa syair; karya sinematografi; gambar, lukisan, arsitek, seni pahat, ukir dan

litografi; karya fotografi; seni terapan; ilustrasi, peta, rancangan, sketsa dan karya tiga

dimensi yang berhubungan dengan geografi, topografi, arsitektur atau ilmu

pengetahuan; terjemahan, adaptasi, aransemen musik dan pengalihwujudan terhadap

karya seni atau sastra; kumpulan karya sastra atau seni seperti ensiklopedia dan

49

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

antologi. Dengan demikian objek perlindungan Hak Cipta berdasarkan Pasal 2

Konvensi Bern, pada dasarnya terdiri atas: Ciptaan asli (original works) dan Ciptaan

turunan (derivative works) dalam karya sastra (literary), ilmu pengetahuan (scientific),

dan seni (artistic) apapun cara dan bentuk ekspresinya. Di samping itu negara peserta

juga diberikan kemungkinan untuk memperluas perlindungan Hak Cipta terhadap

karya seni terapan, desain dan model industri untuk dilindungi sebagai karya artistik.

Berdasarkan ketentuan TRIPs dan Konvensi Bern di atas, Pasal 12 UU

19/2002 secara terinci mengatur Ciptaan atau Karya yang dapat dilindungi Hak Cipta

sebagai berikut:

(1) Dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:

a. buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;

b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;e. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan

pantomim;f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni

kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;g. arsitektur;h. peta;i. seni batik;j. fotografi;k. sinematografi;l. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari

hasil pengalihwujudan.(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf l dilindungi sebagai Ciptaan

tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk juga

semua Ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan Perbanyakan hasil karya itu.

Berdasarkan rumusan ketentuan Pasal 12 terlihat bahwa Karya atau Ciptaan yang

dilindungi tidak terbatas pada Ciptaan yang disebut dalam pasal tersebut. Hal ini dapat

dilihat pada penggunan kalimat: “…Ciptaan tulis lain” atau “…Ciptaan lain yang

50

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

sejenis…” Dengan demikian karya intelektual pribadi lainnya yang memenuhi unsur

keaslian dan kreativitas, secara hukum harus dipandang sebagai Ciptaan.133 Di

samping itu, ketentuan Pasal 12 UU 19/2002 tidak membedakan antara Ciptaan yang

memenuhi persyaratan keaslian dan kreativitas yang tinggi sebagai Ciptaan utama

yang berada langsung di bawah Hak Cipta, dengan Ciptaan turunan yang sebenarnya

berada di bawah perlindungan Hak Terkait dengan Hak Cipta karena kurangnya

tingkat keaslian dan kreativitasnya. Sebagai contoh adalah ciptaan program komputer,

perwajahan, sinematografi, terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan

Ciptaan lain dari hasil pengalihwujudan.134

c. Perlindungan Hak Cipta bersifat Otomatis

Perlindungan Hak Cipta terhadap suatu Ciptaan lahir secara otomatis dan

seketika. Hal ini dapat terlihat dalam ketentuan Pasal 5 Ayat (2) Konvensi Bern:

The enjoyment and the exercise of these rights shall not be subject to any formality; such enjoyment and such exercise shall be independent of the existence of protection in the country of origin of the work. Consequently, apart from the provisions…the extent of protection…shall be governed by exclusively by the laws of the country where protection is claimed.

Prinsip tersebut juga dapat terlihat pada Pasal 2 UU No.19/2002 yang menentukan

bahwa: “Hak Cipta adalah Hak Pencipta untuk mengumumkan dan memperbanyak

yang timbul secara otomatis….” Selanjutnya di dalam Pasal 5 Ayat (1) huruf a

ditentukan bahwa: “Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap Pencipta adalah orang

yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat Jenderal…”

Dengan adanya kata-kata “kecuali terbukti sebaliknya” menegaskan bahwa pada

dasarnya Hak Cipta diperoleh bukan karena pendaftaran.

133Rahmi Jened, Op.cit, hlm. 66 134

? Ibid, hlm. 67

51

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Pendaftaran tidak merupakan suatu keharusan, karena tanpa pendaftaran Hak

Cipta telah ada, diakui, dan dilindungi. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan

oleh McKeough tentang kriteria timbulnya Hak Cipta di Australia:

“There are no formal requirements to obtaining copyright protection – it arises upon the fulfillment of certain criteria and does not require a registration process. The Copyright Act 1968 (Cth) protects certain types of subject matter in a material form that has been created by a qualified person (as defined by the Act) or published in Australia. Upon these four criteria being met the owner of the copyright gains certain exclusive rights which endure for a period of time and then finish.135

Menurut Holmes, walaupun pendaftaran tidak merupakan suatu keharusan, namun

pendaftaran penting karena beberapa alasan.136 Pertama, pendaftaran adalah prasyarat

undang-undang untuk menentukan adanya tindakan pelanggaran. Kedua, pendaftaran

adalah prasyarat untuk memperoleh ganti kerugian. Ketiga, sertifikat pendaftaran

merupakan bukti awal atau “prima facie” keabsahan Hak Cipta. Keempat, pendaftaran

diperlukan untuk pengalihan kepemilikan sebagai pemberitahuan secara tidak

langsung kepada pihak-pihak ketiga mengenai kepentingan penerima hak. Pengaturan

dalam Undang-Undang Hak Cipta Amerika Serikat tersebut, dalam hal sebagai bukti

awal kepemilikan dan dasar untuk menentukan adanya tindakan pelanggaran, sejalan

dengan Undang-undang Hak Cipta Indonesia. Hal ini dapat terlihat dalam ketentuan

Pasal 5 Ayat (1) a, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Tanpa pendaftaran,

Ciptaan tetap diakui dan dilindungi. Namun, dari segi pembuktian, tidak dapat

disangkal bahwa sangat sulit dan rumit untuk membuktikannya jika timbul sengketa.

Pemegang Hak Cipta harus mendayagunakan berbagai alat bukti untuk membuktikan

keabsahan haknya.

135Jill McKeough, Kathy Bowrey, and Philip Griffith, Intellectual Property Commentary and Materials, third edition, Lawbook Co., 2002, hlm.45

136

?William C.Holmes, Intellectual Property and Antitrust Law, New York: Clark Boardman Company, Ltd, 1983 , hlm. 4-8

52

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

d. Subjek Hak Cipta

Perundang-undangan Hak Cipta mengakui dan mengatur beberapa subjek

dengan hak yang berbeda. Pada dasarnya, subjek yang dinyatakan sebagai pencipta

adalah subjek yang sesungguhnya melahirkan suatu ciptaan atau karya. Dengan

demikian, terdapat hubungan yang nyata antara subjek hak dan ciptaan atau karya.

Melalui hubungan subjek dan ciptaan tersebut kemudian dapat ditentukan siapakah

pencipta suatu karya.137 Pengertian tersebut sejalan dengan tradisi Civil Law System

yang hanya mengenal orang alamiah (natural person) sebagai pencipta. Hanya orang

alamiah yang dapat menghasilkan suatu ciptaan dan mempunyai hubungan yang nyata

dengan ciptaannya.

Pendekatan yang berbeda digunakan dalam UU 19/2002 tentang Hak Cipta.

Hal ini terlihat dalam Pasal 5 UU 19/2002, yang dalam menentukan siapakah pencipta

suatu karya tidak menggunakan kriteria hubungan nyata antara subjek dengan

ciptaannya, tetapi didasarkan pada asumsi. Maksudnya disini adalah bahwa

pembentuk undang-undang menyatakan siapa sebagai pencipta tanpa perlu dibuktikan

adanya hubungan antara subjek dengan ciptaan.138

UU 19/2002 juga mengatur kemungkinan ciptaan yang dihasilkan oleh lebih

dari satu individu. Dalam Pasal 6 ditentukan bahwa jika suatu Ciptaan terdiri atas

beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih, yang dianggap

sebagai Pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh

Ciptaan itu. Jika tidak ada orang tersebut, yang dianggap sebagai Pencipta adalah

orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi Hak Cipta masing-masing atas

bagian Ciptaannya itu. Dalam hal ini dimungkinkan juga timbulnya kepemilikan

137Chryssantus Kastowo, Pembatasan dalam Perlindungan Hak Cipta, Ringkasan Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2011, hlm. 34.

138

?Ibid, hlm.35

53

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

bersama terhadap Ciptaan yang dihasilkan melalui kerja sama oleh dua orang atau

lebih Pencipta secara tidak terpisah.

Terdapat kemungkinan suatu Ciptaan dirancang oleh seseorang, tetapi

diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang

yang merancang. Dalam keadaan yang demikian yang menjadi Pencipta adalah orang

yang merancang Ciptaan tersebut (Pasal 7 UU 19/2002). Rancangan tersebut harus

diwujudkan dalam bentuk yang dikehendaki pemilik rancangan. Oleh karena itu,

perancang disebut Pencipta, apabila rancangannya itu dikerjakan secara detail

menurut desain yang sudah ditentukannya dan tidak sekadar gagasan atau ide saja.

(Penjelasan Pasal 7 UU No.19/2002).

Suatu Ciptaan juga mungkin lahir dalam hubungan dinas dengan pihak lain

dalam lingkungan pekerjaannya. Dalam keadaan yang demikian, Pemegang Hak Cipta

adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya Ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada

perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak Pencipta apabila

penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas (Pasal 8 Ayat (1)

UU 19/2002). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk Ciptaan yang dibuat pihak

lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas (Pasal 8 Ayat (2)).

Dengan demikian, Ciptaan yang dibuat oleh seseorang yang timbul dari hubungan

dinas dengan instansi Pemerintah atau dibuat berdasarkan pesanan instansi

pemerintah, maka Hak Cipta dipegang oleh instansi Pemerintah tersebut, kecuali

diperjanjikan lain. Sementara itu, jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau

berdasarkan pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta

dan Pemegang Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak (Pasal

8 ayat (3)). Ketentuan-ketentuan Pasal 8 UU No.19/2002, mengenai Ciptaan yang

lahir dari hubungan dinas atau kerja. Pertama, sesuai filosofis Hegel, Pencipta harus

54

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

selalu orang alamiah (natural person), sehingga jika instansi pemerintah atau swasta

yang mungkin berbentuk badan hukum (legal person/legal entity) sebagai pemberi

kerja dianggap sebagai Pemegang Hak Cipta, maka hal itu terjadi karena adanya

anggapan pengalihan hak eksploitasi yang dibuat melalui perjanjian, misalnya melalui

kontrak kerja.139 Kedua, tujuan penggunaan yang lahir dari hubungan yang demikian

bersifat terbatas, apabila penggunaan diperluas ke luar hubungan dinas, maka harus

ada izin dari Pencipta dan pemberian kompensasi yang layak kepada Pencipta.140

Untuk ciptaan yang merupakan pesanan (commission work atau work for hire),

pemesanan merupakan perjanjian, baik tertulis ataupun tidak tertulis. Adanya pesanan

bisa dianggap sebagai adanya pengalihan hak eksploitasi, sehingga pemesan menjadi

pemegang Hak Cipta atas Ciptaan pesanan. Contohnya, pasangan pengantin yang

meminta agar mereka difoto oleh fotografer. Meskipun Hak Cipta ada pada

fotografer, tetapi karena ia bertindak berdasarkan pesanan, maka dia harus

memperhatikan kepentingan yang bersifat pribadi dari pemesan. Ketentuan ini tetap

harus memperhatikan bahwa penggunaan Ciptaan yang dipesan harus sesuai dengan

tujuan pemesanannya.141

UU No.19/2002 juga mengakui keberadaan badan hukum sebagai Pencipta.

Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa Ciptaan berasal dari padanya dengan

tidak menyebut seseorang sebagai Penciptanya, badan hukum tersebut dianggap

sebagai Penciptanya, kecuali jika terbukti sebaliknya (Pasal 9). Ketentuan ini sangat

bertentangan dengan tradisi Civil Law System, yang hanya mengenal orang alamiah

sebagai Pencipta. Seharusnya dinyatakan bahwa badan hukum hanya sebagai

139Rahmi Jened, Op.cit, hlm.77 140

?Ibid.

141Ibid.

55

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Pemegang Hak Cipta yang bertindak untuk kepentingan Pencipta karena adanya

dugaan pengalihan hak eksploitasi.

Negara juga dapat menjadi pemegang Hak Cipta dalam hal Penciptanya tidak

diketahui. Hal ini dapat terjadi atas Ciptaan peninggalan prasejarah, sejarah, dan

benda budaya nasional lainnya. Demikian juga atas folklor dan hasil kebudayaan

rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad,

lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya. Untuk

mengumumkan atau memperbanyak Ciptaan tersebut, orang yang bukan warga negara

Indonesia harus terlebih dahulu mendapat izin dari instansi yang terkait dalam

masalah tersebut (Pasal 10 UU No. 19/2002).

Negara juga dapat menjadi pemegang Hak Cipta atas Ciptaan yang tidak

diketahui Penciptanya dan Ciptaan itu belum diterbitkan demi kepentingan

Penciptanya. Jika Ciptaan itu telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Penciptanya atau

pada Ciptaan tersebut hanya tertera nama samaran Penciptanya, Penerbit memegang

Hak Cipta atas Ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya. Dalam hal suatu

Ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Penciptanya dan/atau Penerbitnya,

maka Negara memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut untuk kepentingan

Penciptanya. (Pasal 11 UU No. 19/2002).

e. Hak Eksklusif Hak Cipta

Perlindungan Hak Cipta memberikan hak eksklusif bagi Pencipta atau

Pemegang Hak Cipta, yang meliputi hak moral (moral right) dan hak ekonomi

(economic right). Hak moral berkaitan dengan hubungan pribadi dan intelektual

Pencipta dengan Ciptaannya, sedangkan hak ekonomi terkait dengan

pengeksploitasian atau pemanfaatan Ciptaannya.

56

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Hak moral diatur dalam Pasal 6bis Konvensi Bern, yang meliputi hak atribusi

(the right of attribution), hak integritas (the right of integrity). Namun dalam TRIPs,

pengakuan hak moral Pencipta tidak merupakan suatu kewajiban. Hal ini sebagaimana

diatur dalam Pasal 9 Ayat (2) TRIPs yang menentukan:

“Members shall comply with Articles 1 through 21 of the Berne Convention (1971) and the Appendix thereto. However, Members shall not have rights or obligations under this Agreement in respect of the rights conferred under Article 6bis of that Convention or of the rights derived therefrom.”

Dengan demikian TRIPs menyerahkan kepada negara-negara anggota WTO untuk

mengakui hak moral atau tidak.

Dalam UU No.19/2002 hak moral diatur dalam Pasal 24 sampai dengan Pasal

26. Pasal-pasal tersebut pada dasarnya menentukan bahwa::

a. Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut Pemegang Hak Cipta supaya namaPencipta tetap dicantumkan dalam Ciptaannya.

b. Suatu Ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal Pencipta telah meninggal dunia.

c. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap perubahan judul dan anak judul Ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran Pencipta.

d. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.

e. Informasi elektronik tentang informasi manajemen hak Pencipta tidak boleh ditiadakan atau diubah.

f. Hak Cipta atas suatu Ciptaan tetap berada di tangan Pencipta selama kepada pembeli Ciptaan itu tidak diserahkan seluruh Hak Cipta dari Pencipta itu. Hak Cipta yang dijual untuk seluruh atau sebagian tidak dapat dijual untuk kedua kalinya oleh penjual yang sama. Dalam hal timbul sengketa antara beberapa pembeli Hak Cipta yang sama atas suatu Ciptaan, perlindungan diberikan kepada pembeli yang lebih dahulu memperoleh Hak Cipta itu.

Hak Ekonomi (economic right) diatur dalam Konvensi Bern, yang meliputi:

a. Pasal 8: Hak penerjemahan (right of translation)b. Pasal 9: Hak perbanyakan (right of reproduction)c. Pasal 11: Hak pertunjukan di muka umum, penyiaran serta hak-hak yang terkait

(right of public performance, broadcasting and related rights).d. Pasal 12: Hak Adaptasi (right of adaptation)e. Pasal 14 (1) (i): Hak mengizinkan pihak lain untuk melakukan adaptasi Ciptaan

sinematografi dan perbanyakan Ciptaan serta pendistribusiannya (right of

57

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

authorizing the cinematographic adaptation and reproduction of works and the distribution of the works thus adapted or reproduced)

f. Pasal 14 (1) (ii): Hak pertunjukan di muka umum dan pengomunikasian dengan kabel terhadap adaptasi Ciptaan film dan perbanyakannya (right of public performance and communication by wire of cinematographic adaptations and reproductions of works)

g. Pasal 14 ter (1): Hak penjualan kembali seniman (artists resale right)

Dari hak-hak ekonomi yang diatur dalam Konvensi Bern tersebut, yang paling

konvensional adalah hak penerjemahan (the right of translation) terhadap Ciptaan dan

hak perbanyakan (the right of reproduction). Hak eksklusif yang berupa hak-hak

ekonomi dalam Konvensi Bern tersebut kemudian dijabarkan dalam UU No. 19/2002

yang meliputi hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaan, atau

memberikan izin orang lain untuk mengumumkan atau memperbanyak (Pasal 1 angka

(1) dan Pasal 2).

Pengertian pengumumana dalam UU No.19/2002 mempunyai pengertian yang luas,

yaitu meliputi tindakan pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau

penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media

internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan dapat dibaca,

didengar, atau dilihat orang lain (Pasal Angka (5)). Sedangkan yang dimaksud

perbanyakan meliputi tindakan untuk penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik

secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan

bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara

permanen atau temporer.

legaJJlitas.orgf. Jangka Waktu Perlindungan

Setiap Ciptaan yang memenuhi syarat perlindungan Hak Cipta akan mendapat

perlindungna dalam jangka waktu tertentu. Konvensi Bern menentukan jangka waktu

perlindungan bagi Pencipta adalah seumur hidup Pencipta dan ditambah 50 (lima

58

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

puluh) tahun setelah Pencipta meninggal.142 Namun untuk Ciptaan tertentu, jangka

waktu perlindungan adalah 50 (lima puluh) tahun setelah dipublikasikannya atau 50

(lima puluh) tahun setelah dibuatnya suatu Ciptaan.143 Ketentuan Konvensi Bern

tersebut ditegaskan kembali dalam Pasal 12 TRIPs yang menentukan:

Whenever the term of protection of a work, other than a photographic work or a work of applied art, is calculated on a basis other than the life of a natural person, such term shall be no less than 50 years from the end of the calendar year of authorized publication, or, failing such authorized publication within 50 years from the making of the work, 50 years from the end of the calendar year of making.

Ketentuan Konvensi Bern dan TRIPs tersebut menjadi dasar penentuan jangka waktu

perlindungan dalam UU No. 19/2002. Untuk Ciptaan utama jangka waktunya adalah

selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun. Ciptaan

utama tersebut meliputi:144

a. buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain;b. drama atau drama musikal, tari, koreografi;c. segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung;d. seni batik;e. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;f. arsitektur;g. ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan sejenis lain;h. alat peraga;i. peta;j. terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai.

Jika Ciptaan tersebut dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, maka jangka waktu

perlindungannya berlaku selama hidup Pencipta yang meninggal dunia paling akhir

dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.145

142Pasal 7 Ayat (1) Konvensi Bern: “the term of protection granted by this convention shall be the life of the author and fifty years after his death.

143

? Pasal 7 Ayat (2) dan (3) Konvensi Bern.

144Pasal 29 Ayat (1) UU No. 19/2002 145

?Pasal 29 Ayat (2) UU No. 19/2002

59

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Sedangkan untuk Ciptaan turunan jangka waktu perlindungannya adalah 50

(lima puluh) tahun sejak pertama kali diterbitkan. Ciptaan tersebut meliputi:146

a. Program Komputer;b. sinematografi;c. fotografi;d. database; dane. karya hasil pengalihwujudan.

Jangka waktu yang sama juga berlaku untuk perwajahan karya tulis yang

diterbitkan.147

Ada kemungkinan pengumuman suatu Ciptaan tidak secara keseluruhan.

Untuk Ciptaan yang diumumkan bagian demi bagian jangka waktu berlakunya

dihitung mulai tanggal Pengumuman bagian yang terakhir.148 Demikian pula atas

Ciptaan yang terdiri atas 2 (dua) jilid atau lebih, juga ikhtisar dan berita yang

diumumkan secara berkala dan tidak bersamaan waktunya, di mana setiap jilid atau

ikhtisar dan berita itu masing-masing dianggap sebagai Ciptaan tersendiri.149

Penentuan jangka waktu perlindungan terkait dengan pembenaran secara

historis, untuk memenuhi kepentingan moril dan materiil dari Pencipta dan ahli

warisnya, termasuk pertimbangan bagi ahli waris dari Pencipta yang terlama hidupnya

agar Pencipta dan ahli warisnya menikmati manfaat ekonomi Hak Cipta sampai dua

generasi.150 Penentuan jangka waktu berlakunya Hak Cipta, juga merupakan

penjelmaan dari pandangan tentang hakikat pemilikan, dikaitkan dengan kedudukan

146

?Pasal 30 Ayat (1) UU No. 19/2002 147

?Pasal 30 Ayat (2) UU No. 19/2002

148 Pasal 32 Ayat (1) UU No.19/2002149

? Pasal 32 Ayat (2) UU No. 19/2002150

?Rahmi Jened, Op.cit, hlm.100

60

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk bermasyarakat di mana hak

milik itu dianggap mempunyai fungsi sosial.151

Pengaitan jangka waktu perlindungan dengan bidang Ciptaan yang dilindungi

juga sangat penting. Hal ini terkait dengan persepsi kelayakan suatu Ciptaan untuk

mendapat jangka waktu perlindungan tertentu. Misalnya, dalam UU No.19/2002

ditentukan jangka waktu perlindungan untuk program komputer adalah 50 (lima puluh

tahun). Hal ini merupakan penilaian teknologi yang berlebihan jika dihubungkan

dengan perkembangan teknologi program komputer yang sangat cepat berubah.

Jika jangka waktu perlindungan Ciptaan yang berkaitan dengan hak ekonomi

dibatasi untuk jangka waktu tertentu, tidak demikian halnya dengan hak moral. Jangka

waktu perlindungan hak moral berlangsung tanpa batas waktu.152

g. Kepentingan Umum dalam Hak Cipta

Pembatasan (limitation) merupakan keseimbangan dalam rezim perlindungan

Hak Cipta. Hal ini mengingat di satu sisi, Hak Cipta merupakan kekayaan (property)

dan monopoli terbatas pencipta atau pemegang hak yang harus dilindungi, di sisi lain

ada kepentingan umum (public interest) terhadap ketersediaan materi Hak Cipta.

Menurut Gillian Davies, pembatasan dan pengecualian terhadap Hak Cipta

merupakan jawaban terhadap kepentingan umum akan kemungkinan yang paling luas

terhadap ketersediaan materi yang mengandung Hak Cipta.153 Dengan demikian dapat

151

? O.K. Saidin, Op.cit, hlm 110.

152Pasal 33 UU No. 19/2002153

? Rahmi Jened, Hak Kekayaan Intelektual, Penyalahgunaan Hak Eksklusif, Surabaya: Airlangga University Press, 2007,hlm., 109. Bandingkan dengan Gwen Hinze yang berpendapat bahwa public policy (menurut penulis merupakan bentuk lain dari public interest) terpenuhi melalui pengecualian dan pembatasan. Lihat Gwen Hinze, Action needed to expand exceptions and limitations to copyright law, Third World Network Briefing Paper 49 July 2008, hlm.2

61

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

disimpulkan bahwa salah satu perwujudan kepentingan umum dalam hak kekayaan

intelektual adalah ketentuan-ketentuan pengecualian dan pembatasan terhadap hak

eksklusif pemegang hak.

Kepentingan umum sangat penting dalam kaitannya dengan perlindungan Hak

Cipta. Bahkan dikatakan bahwa dalam Hak Cipta, kepentingan umum adalah hal yang

utama dari pada kepentingan pencipta (author). Hal ini, misalnya, tampak dalam

putusan Mahkamah Agung Amerika Serikat dalam kasus Fox Film Corp. v. Doyal,

286 U.S. 123, 127 (1932) (“The sole interest of the United States and the primary

object in conferring the monopoly lie in the general benefits derived by the public

from the labors of authors.”); Sony Corp. v. Universal City Studios, Inc., 464 U.S.

417, 429 (1984) (“[T]he limited grant is a means by which an important public

purpose may be achieved.”)154 Dan jika ada pertentangan antara kepentingan

pemegang Hak Cipta dan kepentingan umum, maka kepentingan umum harus

diutamakan, seperti yang dinyatakan oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat dalam

kasus Aiken.155

Kepentingan umum telah diakui dan diatur dalam Konvensi Bern, TRIPs,

WIPO Copy Right Treaty, dan WIPO Performance and Phonogram Treaty. Konvensi

Bern memuat bermacam pengecualian dan membolehkan negara-negara

penandatangannya untuk menentukan pembatasan-pembatasan mengenai ruang

lingkup pengaturan perlindungan. Pengaturan pengecualian dan pembatasan dalam

Konvensi Bern secara berurutan dimulai dari Pasal 2bis. Pada Ayat (1) pasal ini diatur

kewenangan negara untuk mengecualikan dari objek perlindungan Hak Cipta terhadap

154 L. Ray Patterson, *703 Copyright in The New Millennium: Resolving The Conflict Between Property Rights and Political Rights, Ohio State Law Journal 2001 (62 Ohio St. L.J. 703), pada *710.

155Victor F. Calaba , *1Quibbles ‘N Bits: Making a Digital First Sale Doctrine Feasible, Michigan Telecommunications and Technology Law Review Fall 2002 (9 Mich. Telecomm. & Tech. L. Rev. 1), pada hal.18.

62

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

karya cipta yang berbentuk pidato politik dan pembelaan-pembelaan yang

dikemukakan pada proses peradilan. Ketentuan pengecualian dan pembatasan

selanjutnya terdapat dalam Pasal 9. Dalam Ayat (1) ditentukan bahwa pengarang atau

pencipta mempunyai hak eksklusif memberikan izin untuk membuat reproduksi atas

karya sastra dan karya seni dengan cara dan bentuk apapun. Namun dalam Ayat (2),

konvensi ini memberikan kewenangan pada negara penandatangan untuk membuat

ketentuan yang membolehkan reproduksi atas karya-karya tersebut dalam keadaan-

keadaan khusus yang tertentu, dengan ketentuan bahwa reproduksi tersebut tidak

bertentangan dengan penggunaan yang wajar dari karya tersebut dan tidak secara

tidak wajar merugikan kepentingan pengarang/pencipta. Ketentuan Pasal 9 ini sering

juga disebut dengan “three step test”. Dengan kata lain, tiga langkah pengujian ini

mempersyaratkan untuk tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta atau

yang dibeberapa negara dikenal juga dengan istilah “fair use” atau “fair dealing”.156

“Fair use” berkaitan dengan kepentingan umum karena membolehkan informasi dan

pengetahuan dikembangkan lebih lanjut tanpa pencipta kuatir berlebihan tentang

dikotomi ide/ekpresi dan membolehkan penciptaan karya baru yang diperoleh dari

atau mengambil materi dasarnya dari karya-karya yang mengandung Hak Cipta yang

ada sebelumnya.

Selanjutnya dalam Pasal 10 diatur mengenai pengecualian terhadap hak

eksklusif pemegang Hak Cipta, yang membolehkan pengutipan dari karya yang

dilindungi Hak Cipta asalkan sesuai dengan “fair practice” atau praktik yang wajar,

termasuk kutipan dari artikel surat kabar dan terbitan berkala dalam bentuk “press

summary” (Ayat 1). Pasal tersebut juga memberikan kewenangan pada negara peserta

untuk membuat aturan atau perjanjian khusus, yang membolehkan penggunaan karya

156Antara lain digunakan di Amerika Serikat, Canada, Australia.

63

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

sastra dan seni melalui ilustrasi dalam publikasi, penyiaran atau rekaman suara atau

gambar untuk tujuan pengajaran dengan ketentuan bahwa penggunaan tersebut sesuai

dengan praktik yang wajar (Ayat 2) dan menyebutkan sumbernya termasuk

pengarang/penciptanya (Ayat 3).

Konvensi Bern juga memberikan kewenangan bagi negara penandatangan

untuk membolehkan reproduksi melalui penerbitan, penyiaran atau komunikasi

kepada publik melalui kabel terhadap artikel yang diterbitkan dalam surat kabar atau

terbitan berkala tentang topik terkini di bidang ekonomi, politik atau agama, dan

menyiarkan karya-karya sejenis dalam hal reproduksi, penyiaran atau komunikasi

yang demikian tidak secara tegas dilarang. Dengan ketentuan hal tersebut dilakukan

dengan menyebutkan sumbernya. (Pasal 10bis Ayat 1). Negara penandatangan juga

diperbolehkan menentukan persyaratan - untuk tujuan pelaporan kejadian-kejadian

terkini melalui sarana fotografi, sinematografi, penyiaran atau komunikasi kepada

publik melalui kabel - dapat tidaknya karya sastra atau karya seni yang dilihat atau

didengar selama kejadian tersebut direproduksi dan dapat diakses publik. (Pasal 10bis

Ayat 2).

Dalam Pasal 11bis Ayat (1) juga dimungkinkan untuk menentukan

pengecualian dan pembatasan bagi penyiaran dan penyiaran kembali dengan

pemberian kompensasi. Selanjutnya dalam Pasal 13 diatur mengenai pembatasan dan

pengecualian terhadap hak eksklusif pencipta atas rekaman karya musik dan kata-kata

yang terkait di dalamnya dengan pemberian kompensasi. Terakhir, dalam lampiran

pada Pasal II konvensi ini diatur lisensi wajib khusus untuk reproduksi dan

terjemahan teks bagi negara berkembang berdasarkan persyaratan-persyaratan yang

ketat.

64

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Selain ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pengecualian dan

pembatasan hak eksklusif, yang merupakan perwujudan dari kepentingan umum,

ketentuan lain dalam Konvensi Bern yang secara tidak langsung berkaitan dengan

kepentingan umum adalah ketentuan tentang masa perlindungan Hak Cipta. Dalam

konvensi Bern, masa perlindungan Hak Cipta adalah seumur hidup ditambah lima

puluh tahun setelah pencipta meninggal untuk karya-karya sastra dan seni selain, dari

karya sinematografi, fotografi, dan seni terapan. Untuk karya sinematografi, masa

perlindungannya adalah lima puluh tahun sejak dipublikasikan atau lima puluh tahun

setelah dibuat. Untuk karya fotografi dan seni terapan masa perlindungannya adalah

selama dua puluh tahun sejak dibuatnya karya tersebut.157 Ketentuan ini secara tidak

langsung berkaitan dengan kepentingan umum, karena setelah berakhirnya masa

perlindungan Hak Cipta ini, karya cipta tersebut menjadi milik publik (public

domain). Salah satu fungsi utama domain publik adalah menyediakan bahan dasar

untuk karya-karya lainnya, karena sangat jarang suatu karya sepenuhnya lahir dari

gagasan sendiri.158 Domain publik yang terkait dengan Hak Cipta terutama mencakup

karya-karya yang termasuk kategori sebagai berikut: karya-karya yang Hak Ciptanya

telah berakhir; karya-karya yang Hak Ciptanya diserahkan kepada publik; dan bagian-

bagian dari karya yang tidak termasuk dalam ruang lingkup yang dapat dilindungi

Hak Cipta, seperti gagasan, fakta, formula, resep, proses, metode penggunaan,

penemuan, dan lainnya. Namun demikian harus diperhatikan bahwa walaupun hal-hal

tersebut merupakan domain publik terkait dengan Hak Cipta, beberapa dari hal

tersebut dapat (berdasarkan keadaan tertentu) dilindungi melalui paten (misalnya,

157 Lihat Article 7 Konvensi Bern.158

?Steven D. Jamar, op.cit, pada *638

65

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

proses) atau rahasia dagang (misalnya, formula), dan karenanya tidak dapat

sepenuhnya merupakan domain publik untuk semua keadaan.159

Ketentuan lain yang secara tidak langsung berkaitan dengan kepentingan

umum adalah ketentuan mengenai hak moral (moral rights).160 Ketentuan ini terkait

dengan kepentingan umum karena adanya pengakuan dan perlindungan terhadap

identitas diri dan keaslian karya pencipta. Dengan demikian masyarakat akan

mendapat informasi yang benar, baik mengenai jati diri pencipta maupun keaslian

karyanya. Hal ini terutama penting, ketika pencipta mengalihkan hak ekonominya

kepada pihak lain.161

Ketentuan-ketentuan dalam Konvensi Bern tersebut

selanjutnya diadopsi menjadi ketentuan-ketentuan TRIPs, dengan

beberapa tambahan pengaturan dan penegasan. Dengan demikian ketentuan

pengecualian dan pembatasan serta masa perlindungan Hak Cipta di dalam Konvensi

Bern berlaku sebagai ketentuan pengecualian dan pembatasan dalam TRIPs. Namun

demikian, pengaturan pembatasan yang dikenal sebagai “three step test” dalam

Konvensi Bern, yang hanya berkaitan dengan hak reproduksi dari pemegang hak,

agak berbeda dalam TRIPs. Tampaknya TRIPs mengadopsi ketentuan “three step

test” dalam Konvensi Bern tersebut tidak hanya berlaku terhadap hak reproduksi saja,

namun juga untuk hak-hak yang lainnya. Hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan

Article 13 TRIPs yang menentukan “Members shall confine limitations or exceptions

to exclusive rights to certain special cases which do not conflict with a normal

159

? Ibid.160

? Article 6bis Konvensi Bern161 Karena Hak Kekayaan Intelektual umumnya dieksploitasi bukan oleh pencipta atau inventor,

yang kreativitasnya semestinya diberikan penghargaan, tetapi umumnya oleh perusahaan-perusahaan yang berbasis informasi. Lihat Sol Picciotto, Defending the Public Interest in TRIPs and the WTO , terdapat dalam Peter Drahos dan Ruth Mayne, “Global Intellectual Property Rights, Knowledge, Access and Development”, Oxfam, bab 14.

66

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

exploitation of the work and do not unreasonably prejudice the legitimate interests of

the right holder.”

Terhadap hak-hak eksklusif yang mana Article 13 ini berlaku masih

menimbulkan banyak perdebatan.162 Ada yang berpendapat bahwa ketentuan ini

berlaku terhadap semua hak eksklusif dari pemegang Hak Cipta dan merupakan syarat

untuk penentuan pengecualian dan pembatasan Hak Cipta yang baru (hal ini terjadi

setelah Putusan Panel WTO berkaitan dengan ketentuan section 105 UU Hak Cipta

Amerika Serikat).163 Di sisi lain ada yang berpendapat bahwa ketentuan Article 13

TRIPs harus ditafsirkan secara sempit yaitu hanya berdasarkan pengecualian-

pengecualian yang ada di dalam Konvensi Bern, jika tes tersebut sesuai dengan

syarat-syarat yang terdapat dalam Konvensi Bern. Namun jika melihat sejarah

perjalanan negosiasi Konperensi Konvensi Bern di Stockholm tampak bahwa

pertemuan tersebut mendukung penafsiran bahwa “three step test” tidak berlaku

terhadap hal-hal di mana negara-negara anggota diberikan diskresi untuk membuat

pengecualian-pengecualian yang diakui dalam Konvensi Bern, seperti yang terdapat

dalam Article 10 (1) dan (2). Pandangan ini juga didukung oleh prinsip-prinsip

penafsiran yang standar dalam hukum internasional. Dengan demikian, terdapat

argumentasi yang logis bahwa negara-negara dapat membuat pengecualian untuk

tujuan pengajaran berdasarkan Article 10 (2) Konvensi Bern yang tidak harus

didasarkan pada pemenuhan syarat “three step test”.164

Ketentuan lain dalam TRIPs yang dapat dipandang sebagai pembatasan

terhadap hak eksklusif dari pemegang hak kekayaan intelektual adalah ketentuan

mengenai prinsip exhaustion. Yang dimaksud prinsip exhaustion adalah prinsip yang 162

?Gwen Hinze, op.cit. 163

?Ibid.

164Ibid, hlm.3

67

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

mengandung makna bahwa penjualan pertama yang sah terhadap barang-barang milik

pemegang hak kekayaan intelektual secara langsung menghilangkan hak pemilik

kekayaan intelektual untuk mengontrol penanganan selanjutnya terhadap barang-

barang tersebut.165 Dengan demikian, pembeli barang bebas untuk memperlakukan

barang-barang tersebut tanpa melanggar hak-hak pemegang hak kekayaan

intelektual.166 Dari pengertian dan keadaan di atas, pada satu sisi, prinsip ini

memberikan pembatasan pada pemilik hak kekayaan intelektual, dan juga, pada sisi

lain, memberikan hak yang tidak terbatas bagi pembeli barang tidak hanya untuk

menggunakannya tetapi juga untuk menjualnya. Keadaan yang demikian ini

menyiratkan adanya unsur kepentingan umum.

Di luar dari ketentuan-ketentuan di atas, kepentingan umum dalam TRIPs juga

tersirat dan tersurat dalam ketentuan-ketentuan umum dan prinsip-prinsip dasarnya

yang terdapat dalam Article 7 (tentang tujuan) dan Article 8 (tentang prinsip dasar).

Article 7 menyiratkan adanya kepentingan umum melalui penekanan bahwa

perlindungan dan penegakan hak-hak kekayaan intelektual harus memberikan

kontribusi terhadap alih teknologi dan penyebaran teknologi dengan memperhatikan

kepentingan yang seimbang antara penghasil pengetahuan teknologi dan pengguna

teknologi, dan dengan cara yang mendukung kesejahteraan sosial dan ekonomi dan

menyeimbangkan hak dan kewajiban.167 Kepentingan umum tersurat dengan tegas

dalam Article 8 yang menentukan bahwa negara-negara anggota WTO dimungkinkan

dalam menyusun atau mengubah undang-undang dan peraturannya, untuk mengambil

165

?Prinsip exhaustion dikenal juga sebagai “first sale doctrine”.166

?M. Hawin, Intellectual Property Law on Parallel Importation, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010, hlm. 25.

167 Menurut Profesor Gervais ketentuan ini dapat berfungsi untuk membenarkan pengecualian-pengecualian terhadap hak eksklusif, di mana pemegang hak telah gagal untuk berperan serta dalam pembangunan sosial dan ekonomi atau, dengan kata lin, telah menggunakan hak-haknya tanpa melaksanakan kewajibannya. Lihat Peter K. Yu, op.cit, 1028.

68

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

langkah-langkah yang perlu untuk melindungi kesehatan dan nutrisi publik, dan untuk

mengedepankan kepentingan umum dalam sektor-sektor yang sangat penting bagi

perkembangan sosial ekonomi dan teknologinya. Demikian pula dimungkinkan

negara-negara anggota WTO untuk mengambil langkah-langkah yang patut untuk

mencegah penyalahgunaan hak kekayaan intelektual oleh pemegang hak atau praktik-

praktik yang yang dapat mempengaruhi alih teknologi secara internasional. Namun

semuanya itu harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam

Perjanjian TRIPs.

Ketentuan pengecualian dan pembatasan yang dikenal dengan “three step test”

dalam Konvensi Bern ini juga diadopsi dalam WIPO Copy Right Treaty dan WIPO

Performance and Phonogram Treaty. Ketentuan pengecualian dan pembatasan dalam

WIPO Copy Right Treaty diatur dalam Article 10. Sementara dalam WIPO

Performance and Phonogram Treaty diatur pada Article 16.

Dalam konteks nasional, UU 19/2002 sebagai pengejawantahan konvensi dan

perjanjian internasional di bidang Hak Cipta, di samping mengakui adanya hak

eksklusif bagi pemegang Hak Cipta juga mengatur pembatasan dan pengecualian

terhadap hak eksklusif tersebut. Pengaturan pengecualian dan pembatasan terhadap

hak eksklusif sebagai wujud dari perlindungan kepentingan umum terdapat dalam

beberapa pasal UU 19/2002. .

Dalam Pasal 14 ditentukan bahwa tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak

Cipta pengumuman dan/atau perbanyakan lambang Negara dan lagu kebangsaan

menurut sifatnya yang asli. Demikian juga terhadap pengumuman dan/atau

perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan dan/atau diperbanyak oleh atau atas

nama Pemerintah, kecuali apabila Hak Cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan

peraturan perundang-undangan maupun dengan pernyataan pada Ciptaan itu sendiri

69

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

atau ketika Ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak. Juga tidak dianggap

pelanggaran Hak Cipta terhadap pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun

sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis

lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.

Dalam Pasal 15 juga diatur beberapa pengecualian dan pembatasan, yaitu

dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap

sebagai pelanggaran Hak Cipta:

1. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta;

2. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna

keperluan pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan;

3. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna

keperluan:

(i) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

atau

(ii) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan

tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta;

4. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf

braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat

komersial;

5. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan cara

atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu

pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-

mata untuk keperluan aktivitasnya;

70

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

6. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya

arsitektur, seperti Ciptaan bangunan;

7. pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program

Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.

Selanjutnya dalam Pasal 16 Ayat (1) ditentukan bahwa untuk kepentingan pendidikan,

ilmu pengetahuan, serta kegiatan penelitian dan pengembangan, terhadap Ciptaan

dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra, Menteri setelah mendengar pertimbangan

Dewan Hak Cipta dapat: a) mewajibkan Pemegang Hak Cipta untuk melaksanakan

sendiri penerjemahan dan/atau Perbanyakan Ciptaan tersebut di wilayah Negara

Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan; b) mewajibkan Pemegang Hak

Cipta yang bersangkutan untuk memberikan izin kepada pihak lain untuk

menerjemahkan dan/atau memperbanyak Ciptaan tersebut di wilayah Negara

Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan dalam hal Pemegang Hak Cipta

yang bersangkutan tidak melaksanakan sendiri atau melaksanakan sendiri kewajiban

sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c) menunjuk pihak lain untuk melakukan

penerjemahan dan/atau Perbanyakan Ciptaan tersebut dalam hal Pemegang Hak Cipta

tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam huruf b.

Dalam Ayat (2) ditentukan bahwa kewajiban untuk menerjemahkan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, dilaksanakan setelah lewat jangka waktu

3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya Ciptaan di bidang ilmu pengetahuan dan sastra

selama karya tersebut belum pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Lebih

lanjut dalam Ayat (3) ditentukan bahwa kewajiban untuk memperbanyak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah lewat jangka waktu:

71

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

a. 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang matematika dan ilmu

pengetahuan alam dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara

Republik Indonesia;

b. 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang ilmu sosial dan buku itu belum

pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia;

c. 7 (tujuh) tahun sejak diumumkannya buku di bidang seni dan sastra dan buku itu

belum pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia.

Dalam Ayat (4) ditentukan bahwa penerjemahan atau Perbanyakan

sebagaimana hanya dapat digunakan untuk pemakaian di dalam wilayah Negara

Republik Indonesia dan tidak untuk diekspor ke wilayah Negara lain. Kemudian

ditentukan bahwa penerjemahan atau perbanyakan oleh Pemegang Hak Cipta atau

orang lain yang ditunjuk harus disertai pemberian imbalan yang besarnya ditetapkan

dengan Keputusan Presiden. (Ayat 5). Sementara itu ketentuan tentang tata cara

pengajuan Permohonan untuk menerjemahkan dan/atau memperbanyak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan

Keputusan Presiden. (Ayat 6).

Selanjutnya dalam Pasal 17 diatur tentang kewenangan Pemerintah untuk

melarang Pengumuman setiap Ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan

Pemerintah di bidang agama, pertahanan dan keamanan Negara, kesusilaan, serta

ketertiban umum setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta. Ketentuan ini

dimaksudkan untuk mencegah beredarnya Ciptaan yang apabila diumumkan dapat

merendahkan nilai-nilai keagamaan, ataupun menimbulkan masalah kesukuan atau

ras, dapat menimbulkan gangguan atau bahaya terhadap pertahanan keamanan negara,

bertentangan dengan norma kesusilaan umum yang berlaku dalam masyarakat, dan

72

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

ketertiban umum. Misalnya, buku-buku atau karya-karya sastra atau karya-karya

fotografi.168

Demikian pula Pemerintah dapat mengumumkan suatu Ciptaan untuk

kepentingan nasional melalui radio, televisi dan/atau sarana lain dengan tidak

meminta izin kepada Pemegang Hak Cipta dengan ketentuan tidak merugikan

kepentingan yang wajar dari Pemegang Hak Cipta, dan kepada Pemegang Hak Cipta

diberikan imbalan yang layak. Lembaga Penyiaran yang mengumumkan Ciptaan

tersebut juga berwenang mengabadikan Ciptaan itu semata-mata untuk Lembaga

Penyiaran itu sendiri dengan ketentuan bahwa untuk penyiaran selanjutnya, Lembaga

Penyiaran tersebut harus memberikan imbalan yang layak kepada Pemegang Hak

Cipta yang bersangkutan. Hal tersebut di atas diatur dalam Pasal 18.

Pembatasan lain terdapat dalam Pasal 21 dan Pasal 22 mengenai pembatasan

Hak Cipta atas potret. Dalam Pasal 21 ditentukan bahwa tidak dianggap sebagai

pelanggaran Hak Cipta, pemotretan untuk diumumkan atas seorang Pelaku atau lebih

dalam suatu pertunjukan umum walaupun yang bersifat komersial, kecuali dinyatakan

lain oleh orang yang berkepentingan. Sementara Pasal 22 menentukan bahwa untuk

kepentingan keamanan umum dan/atau untuk keperluan proses peradilan pidana,

Potret seseorang dalam keadaan bagaimanapun juga dapat diperbanyak dan

diumumkan oleh instansi yang berwenang.

Mengenai masa perlindungan Hak Cipta, ketentuan UU 19/2002 hampir sama

dengan Konvensi Bern. Namun untuk karya fotografi UU 19/2002 memberikan masa

perlindungan selama 50 tahun, sementara Konvensi Bern hanya memberikan masa

perlindungan selama 20 tahun. Hal ini diatur dalam Pasal 30 UU 19/2002.

168

? Penjelasan Pasal 17.

73

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Di samping terdapat dalam ketentuan pembatasan, kepentingan umum juga

terdapat dalam ketentuan-ketentuan lain di dalam UU 19/2002. Pertama, ketentuan

mengenai Hak Cipta atas ciptaan yang tidak diketahui penciptanya. Pada Pasal 10

ditentukan bahwa negara memegang Hak Cipta atas karya peninggalan prasejarah,

sejarah, dan benda budaya nasional lainnya serta atas folklor dan hasil kebudayaan

rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad,

lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya. Jika ada

orang yang bukan warga negara Indonesia ingin mengumumkan atau memperbanyak

foklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, maka orang tersebut

harus terlebih dahulu mendapat izin dari instansi yang terkait dalam masalah tersebut.

Hak Cipta atas ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dipegang oleh negara,

sehingga tidak dipegang dan disalahgunakan oleh pihak-pihak lain. Demikian juga

adanya keharusan untuk mendapatkan izin dari pemerintah bagi warga negara asing

untuk mengumumkan atau memperbanyak foklor dan kebudayaan rakyat yang

menjadi milik bersama dimaksudkan untuk mencegah adanya monopoli atau

komersialisasi serta tindakan yang merusak atau pemanfaatan komersial tanpa seizin

negara Republik Indonesia sebagai Pemegang Hak Cipta. Dengan kata lain ketentuan

ini dimaksudkan untuk menghindari tindakan pihak asing yang dapat merusak nilai

kebudayaan tersebut.169 Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang

oleh Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, akan diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Selanjutnya dalam Pasal 11 diatur jika suatu Ciptaan tidak diketahui

Penciptanya dan Ciptaan itu belum diterbitkan, maka negara memegang Hak Cipta

atas Ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya. Jika Ciptaan telah diterbitkan

tetapi tidak diketahui Penciptanya atau pada Ciptaan tersebut hanya tertera nama 169 Lihat penjelasan Pasal 10 Ayat (2) UU 19/2002.

74

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

samaran Penciptanya, maka Penerbit memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut

untuk kepentingan Penciptanya. Dan jika suatu Ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak

diketahui Penciptanya dan/atau Penerbitnya, maka negara memegang Hak Cipta atas

Ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya. Ketentuan Pasal 11 ini secara tidak

langsung merupakan penjabaran dari Article 7 (3) Konvensi Bern yang melindungi

ciptaan yang tidak diketahui penciptanya.

Ketentuan lain terdapat dalam Pasal 13 yang mengatur mengenai tidak adanya

Hak Cipta untuk karya tertentu, yaitu: hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara;

peraturan perundang-undangan; pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;

putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau keputusan badan arbitrase atau

keputusan badan-badan sejenis lainnya. Hal ini merupakan pengaturan yang

didasarkan pada Article 2 dan 2bis Konvensi Bern.

Demikian pula dalam Pasal 24 yang mengatur tentang Hak Moral. Terakhir

adalah ketentuan tentang lisensi yang terdapat dalam Pasal 47, di mana ditentukan

perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang

merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan

persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Oleh karena itu perjanjian lisensi wajib dicatatkan di

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual agar dapat mempunyai akibat hukum

terhadap pihak ketiga, dan Direktorat Jenderal wajib menolak pencatatan perjanjian

lisensi yang memuat ketentuan sebagaimana dimaksud di atas.

Melihat pembahasan sebelumnya mengenai pengaturan kepentingan umum

dalam Konvensi Bern, TRIPs dan UU 19/2002, dapat terlihat ruang lingkup

pengaturannya dan kejelasan aturan yang ada. Secara umum dapat dikatakan bahwa

pengaturan kepentingan umum dalam Konvensi Bern terdapat dalam ketentuan-

75

Page 76: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

ketentuan pembatasan terhadap hak reproduksi dari pemegang Hak Cipta

sebagaimana, hak moral, dan masa perlindungan Hak Cipta yang terbatas. Namun

demikian ketentuan-ketentuan pembatasan dan masa perlindungan ini pengaturannya

diserahkan kepada masing-masing negara penandatangan konvensi. Oleh karena itu

ketentuan pembatasan dan masa perlindungan Hak Cipta dapat berbeda antara negara

yang satu dengan lainnya.

Pengaturan kepentingan umum dalam TRIPs berkaitan dengan Hak Cipta

secara umum mengacu pada ketentuan dalam Konvensi Bern. Namun demikian ada

beberapa perbedaan pengaturan antara keduanya. Pertama, perlindungan kepentingan

umum dalam bentuk hak moral yang diatur dalam Konvensi Bern tidak diatur dalam

TRIPs. Dengan demikian diserahkan kepada negara anggota WTO untuk mengakui

adanya hak moral atau tidak. Kedua, ketentuan pembatasan yang didasarkan pada

“three step test” dalam Pasal 13 TRIPs berlaku untuk semua hak eksklusif pemegang

Hak Cipta, sementara dalam Konvensi Bern hanya terkait dengan hak eksklusif

reproduksi. Ketiga, dalam TRIPs diatur prinsip exhaustion sementara dalam Konvensi

Bern tidak diatur. Keempat, TRIPs memuat ketentuan-ketentuan tentang tujuan dan

prinsip perjanjian TRIPs (Pasal 7 dan Pasal 8) yang didalamnya mengandung unsur

kepentingan umum, sementara di dalam Konvensi Bern tidak terdapat ketentuan yang

demikian.

Pengaturan kepentingan umum dalam UU 19/2002 yang tertuang dalam

ketentuan-ketentuan pengecualian dan pembatasan Hak Cipta, serta karya cipta yang

tidak dapat dilindungi pada dasarnya merupakan penjabaran atau implementasi dari

ketentuan yang diatur dalam Konvensi Bern. Namun demikian, jika mengacu pada

ketentuan-ketentuan yang terdapat UU 19/2002, pengaturan kepentingan umum dalam

UU 19/2002 lebih luas ruang lingkupnya dari pada yang diatur dalam Konvensi Bern

76

Page 77: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

dan TRIPs. Hanya saja ketentuan mengenai masa berlakunya perlindungan program

komputer dalam UU 19/2002 justru kurang mencerminkan adanya kepentingan

umum. Masa perlindungan untuk program komputer (tidak diatur dalam Konvensi

Bern), yang berdasarkan ketentuan TRIPs dipandang sebagai bagian karya sastra

sebagaimana yang diatur dalam Konvensi Bern, yang berlaku selama 50 tahun justru

tidak memperlihatkan adanya kepentingan umum. Hal ini mengingat perkembangan

program komputer yang begitu cepat dan mengingat teknologi tersebut kebanyakan

berasal dari luar Indonesia, sehingga dikuatirkan Indonesia akan membayar royalti

yang lebih besar dalam waktu yang cukup lama.

Prinsip exhaustion dalam TRIPs yang secara tidak langsung berkaitan dengan

kepentingan umum, tidak diadopsi dalam UU 19/2002. Justru sebaliknya impor

paralel sebagai konsekuensi prinsip exhaustion dilarang. Hal ini diatur dalam Pasal 2

Ayat (1) yang ditegaskan dalam Penjelasannya, bahwa hak eksklusif pemegang Hak

Cipta termasuk hak mengimpor barang-barang yang dilindungi Hak Cipta. Dengan

demikian, pemegang Hak Cipta dapat melarang pihak lain untuk melakukan impor

paralel terhadap barang-barang yang dilindungi Hak Cipta tanpa mendapat izin

darinya. Idealnya sebagai negara importir murni terhadap barang-barang yang

mengandung Hak Cipta, Indonesia seharusnya tidak melarang impor paralel, karena

impor paralel memberikan manfaat yang besar pada konsumen karena dapat

meningkatkan persaingan, memperbanyak pilihan produk, dan menurunkan harga.

Menurut M. Hawin, seharusnya Undang-Undang Hak Cipta Indonesia menerima

prinsip exhaustion nasional.170

170 M. Hawin, op.cit, hlm. 259. Prinsip exhaustion nasional ini terutama dapat diterapkan terhadap impor paralel di mana penjualan pertama kali barang-barang-barang yang mengandung Hak Cipta dilakukan di Indonesia. Sebaliknya larangan impor paralel dapat diberlakukan terhadap barang-barang yang penjualan pertama kalinya dilakukan di luar negeri.

77

Page 78: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Beberapa ketentuan pembatasan dan pengecualian terhadap Hak Cipta masih

memerlukan pengaturan lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Pemerintah maupun

Keputusan Presiden. Namun sangat disayangkan Peraturan Pemerintah dan Keputusan

Presiden yang dimaksud belum diterbitkan. Dengan demikian pelaksanaan dari

beberapa ketentuan pembatasan dan pengecualian tersebut masih dapat menimbulkan

ketidakjelasan dan keragu-raguan.

Pada dasarnya prinsip kepentingan umum telah diakui keberadaannya dalam

hukum kekayaan intelektual, baik secara internasional maupun nasional. Sebagaimana

telah dibahas pada bagian sebelumnya prinsip kepetingan umum terdapat dalam

beberapa ketentuan Konvensi Bern, TRIPs, dan UU 19/2002. Namun demikian,

walaupun secara normatif prinsip kepentingan umum telah diakui dan diatur dalam

ketentuan-ketentuan di atas, dalam praktiknya tidak selalu berjalan dengan mudah.

Ujian tiga tahap sebagaimana yang diatur dalam Konvensi Bern dan TRIPs,

yang salah satu unsurnya adalah penggunaan yang wajar (“fair use” atau “fair

dealing”), masih sering menimbulkan perbedaan dalam menafsirkannya. Hal ini telah

menyebabkan ketentuan pembatasan dan pengecualian dalam Undang-Undang Hak

Cipta Amerika Serikat diajukan ke panel WTO oleh Masyarakat Eropa (EC).171

Dalam lingkup penerapan di masing-masing negara juga masih belum ada

pedoman yang baku. Penggunaan yang wajar atau “fair use” masih diputuskan

berdasarkan kasus per kasus dengan prediktibilitas yang kecil.172 Di Amerika Serikat,

doktrin “fair use” telah terbentuk melalui putusan pengadilan yang selanjutnya

171Henning Grosse Ruse – Khan, Policy Space For Domestic Public Interest Measures Under TRIPS, Research Paper 22 South Centre July 2009, p. 20, http://ssrn.com/abstract=1542542 . Three steps test yang awalnya berasal dari Article 9 (2) Berne Convention yang kemudian diadopsi dalam Article 13, 17, 26 (2), dan 30 TRIPs dalam penerapannya telah menyebabkan Undang-Undang Paten Canada, Undang-undang Hak Cipta Amerika Serikat, dan Undang-undang Indikasi Geografis Uni Eropa diajukan ke panel WTO.

172

?Steven D. Jamar , Op.cit., pada hlm. 642

78

Page 79: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

diadopsi dalam Undang-Undang Hak Cipta.173 Untuk menilai apakah terdapat “fair

use” atau tidak, berdasarkan Section 107 US Copyright Act, pengadilan harus

memutuskan berdasarkan empat faktor. Pertama, tujuan dan sifat penggunaan.174

Pengadilan sangat mungkin memutuskan penggunaan adalah fair jika penggunaannya

untuk tujuan non-komersial, misalnya tinjauan buku. Kedua, sifat karya yang

mengandung Hak Cipta. Pengadilan sangat mungkin memutuskan penggunaan adalah

fair jika karya yang diperbanyak adalah karya faktual dari pada jika karya itu karya

kreatif. Ketiga, jumlah dan substansialitas porsi yang digunakan. Pengadilan sangat

mungkin memutuskan penggunaan adalah fair jika yang digunakan adalah jumlah

yang sedikit dari karya yang dilindungi. Jika jumlah yang digunakan adalah kecil

tetapi substansial dari segi pentingnya – inti dari karya yang diperbanyak – sangat

sulit untuk diputuskan sebagai penggunaan yang fair. Keempat, pengaruhnya terhadap

pasar karya asli.

Di Australia untuk menentukan apakah suatu penggunaan adalah “fair

dealing”, berdasarkan Section 40-43 Copyright Act 1968, harus memenuhi empat

syarat, yaitu:175 bertujuan untuk penelitian atau pendidikan (section 40); kritikan atau

tinjauan (section 41); pelaporan berita (section 42); atau proses peradilan atau

pemberian nasihat hukum secara profesional (section 43). Sementara untuk pedoman

implementasi dari keempat syarat tersebut diatur lebih lanjut pada pasal-pasal

berikutnya.176

Uni Eropa (European Union) juga mengenal prinsip “fair use” melalui

pembatasan yang diberlakukan terhadap hak eksklusif pemegang hak, di mana melalui

173 Lihat Holger Postel, The Fair use Doctrine in The U.S American Copyright Act and Similar Regulations in The German Law, 5 Chi.-Kent J. Intell. Prop. 142.

174Eric Allen Engle, When is Fair Use Fair? A Comparison of E.U. and U.S. Intellectual Property Law, Transnational Lawyer Spring 2002 (15 Transnat'l Law. 187), pada hlm. 194.

175Anne Fitzgerald & Brian Fitzgerald. Intellectual Property in principle.Lawbook Co. 2004, hlm. 168176

? Ibid., hlm.168-171

79

Page 80: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Copy Right Directive-nya membolehkan anggota-anggota Uni untuk membuat

pengecualian dan pembatasan dalam undang-undangnya pada Hak Cipta yang tidak

menggantikan pasar utama dari suatu ciptaan.177 Misalnya Uni membolehkan

pengecualian atau pembatasan terhadap hak reproduksi dan komunikasi dari

pemegang hak untuk tujuan-tujuan, antara lain: “penyertaan secara insidental” suatu

ciptaan dalam ciptaan lainnya; ilustrasi informasi yang bersifat non-komersial untuk

tujuan pengajaran atau penelitian ilmiah; perpustakaan umum yang mereproduksi atau

mengkomunikasikan bagian-bagian buku atau film; pelaporan atau penyiaran berita;

kutipan dalam kritikan atau tinjauan “sesuai dengan praktik yang wajar”; karikatur

atau parodi; penyebaran informasi mengenai pidato politik dan “kuliah umum atau

yang sejenisnya”; perayaan resmi atau keagamaan; arsitektur atau patung; demonstrasi

atau perbaikan peralatan; dan “hal-hal kurang penting tertentu lainnya jika

pengecualian atau pembatasan (non-digital) telah ada berdasarkan hukum nasional.”178

Di Indonesia prinsip “fair use” ini secara tegas diatur dalam UU 19/2002 pada

Pasal 15, 16, dan 18. Ketentuan yang mengandung prinsip “fair use”, terutama terlihat

pada Pasal 15. Pada Pasal tersebut ditentukan bahwa tidak dianggap sebagai

pelanggaran Hak Cipta dengan syarat harus disebutkan atau dicantumkan sumbernya,

penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta (Ayat 1). Demikian

juga terhadap. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian,

guna keperluan: (i) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu

pengetahuan; atau (ii) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran

177Hannibal Travis, *331 Opting Out of The Internet in The United States and The European Union: Copyright, Safe Harbors, and International Law, Notre Dame Law Review November, 2008 (84 Notre Dame L. Rev. 331) pada hlm.341.

178 Ibid.

80

Page 81: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta (Ayat 3).

Juga bukan merupakan pelanggaran, perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra,

kecuali jika Perbanyakan itu bersifat komersial (Ayat 4). Dan perbanyakan suatu

Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apa pun atau

proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau

pendidikan, dan pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan

aktivitasnya (Ayat 5).

Dari ketentuan Pasal 15 tersebut Ayat (1) dan Ayat (3) secara tegas

mensyaratkan prinsip “fair use” yaitu adanya kata-kata tidak merugikan kepentingan

yang wajar dari Pencipta. Sementara Ayat (4) dan (5) secara tersirat mensyaratkan

prinsip “fair use”, yaitu dengan adanya kata-kata jika perbanyakan yang dilakukan

tidak bersifat komersial. Dalam penjelasan Pasal 15 Ayat (1) dijelaskan yang

dimaksud dengan kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

adalah suatu kepentingan yang didasarkan pada keseimbangan dalam menikmati

manfaat ekonomi atas suatu Ciptaan.

Ketentuan-ketentuan tersebut di atas memperlihatkan bahwa pengaturan

prinsip “fair use” dalam UU 19/2002 hampir sama dengan ketentuan-ketentuan di

Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Australia. Hanya saja penerapan prinsip “fair use”

dalam UU 19/2002 lebih kuat dalam penekanan pada prinsip kepentingan umum. Hal

ini terlihat pada Ayat (4) yang memungkinkan perbanyakan suatu Ciptaan bidang

ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra

tanpa adanya pembatasan, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat komersial. Dengan

demikian, seberapapun banyaknya perbanyakan suatu ciptaan asalkan dalam huruf

Braille guna keperluan tunanetra bukan dianggap pelanggaran Hak Cipta. Ketentuan

81

Page 82: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

ini tidak sejalan dengan Ayat (5), yang mensyaratkan perbanyakan harus dilakukan

secara terbatas.

Berbeda halnya dengan praktik di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Australia,

pengujian pelaksanaan prinsip “fair use” dalam praktik hukum di Indonesia masih

sangat jarang. Oleh karena itu, penilaian terhadap pelaksanaan prinsip “fair use” di

Indonesia belum dapat dilakukan secara mendalam.

Walaupun ketentuan-ketentuan Konvensi Bern, TRIPs, dan Undang-Undang

Hak Cipta masing-masing negara secara normatif mengakui dan melindungi

kepentingan umum dalam perlindungan Hak Cipta, namun dewasa ini ada upaya

untuk menekan perlindungan kepentingan umum dalam hak kekayaan intelektual.

Konvensi Bern dan TRIPs yang mempertegas keberadaannya, hanya memberikan

pengaturan standar perlindungan minimum terhadap Hak Cipta. Hal ini membuat

negara-negara maju menghendaki standar perlindungan yang tegas, yang dikenal

dengan standar “TRIPs plus” melalui perjanjian-perjanjian investasi, perdagangan,

dan treati-treati WIPO, yang pada gilirannya memberikan tekanan pada negara-negara

berkembang.179 Melalui “TRIPs plus” ini negara-negara maju dapat menghilangkan

pembatasan-pembatasan yang diakui dan dibolehkan dalam Perjanjian TRIPs dan

membuat pengaturan tersendiri, misalnya jangka waktu perlindungan HKI. Hal ini

pada hakikatnya menunjukkan kelemahan dari pengaturan standar perlindungan

minimum dalam TRIPs.180

179Lihat Emmanuel Dalle Mulle, How human rights can inform the WIPO Development Agenda , 2010 3D _ Trade – Human Rights – Equitable Economy, April 2010, hlm.8 sebagaimana yang diakses dalam http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/3.0. Bandingkan pula Carolyn Deere, The Implementation Game The TRIPS Agreement and the Global of Intellectual Property Reform in Developing Countries, Oxford : Oxford University Press, 2009, hlm. 1.

180Hal ini menimbulkan pemikiran untuk mengatur pemberlakuan standar perlindungan maksimum. Gagasan ini antara lain dikemukakan oleh Annette Kur & Henning Grosse Ruse – Khan, Enough is Enough – The Notion of Binding Ceilings in International Intellectual Property Protection, Max Planck Institute for Intellectual Property, Competition & Tax Law Research Paper Series No. 09-01 http://ssrn.com/abstract=1326429.

82

Page 83: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Amerika serikat, misalnya, menekan Chili dan Singapura untuk mengadopsi

ketentuan-ketentuan Digital Millenium Copyright Act181 dalam persetujuan

perdagangan bebas. Amerika juga memasukkan ketentuan-ketentuan yang melampaui

jangka waktu perlindungan Hak Cipta dalam persetujuan perdagangan bebas dengan

Singapura dan Australia, walaupun banyak dikritik oleh publik Amerika sendiri.182

Sementara itu, perlindungan yang penting untuk kepentinga publik, seperti previlese

penggunaan yang wajar (fair use privilege) dalam Undang-Undang Hak Cipta

Amerika, tidak dimasukkan dalam persetujuan-persetujuan perdagangan bebas

tersebut.183

Dengan adanya TRIPs plus, maka perlindungan kepentingan umum yang

terdapat dalam Konvensi Bern, TRIPs dan Undang-Undang Hak Cipta nasional

masing-masing negara menghadapi tantangan yang berat. Posisi tawar masing-masing

negara sangat menentukan dalam mempertahankan kepentingan umum dalam

perlindungan Hak Cipta ketika membuat perjanjian dengan negara-negara maju.

4.4.2 Paten

a. Persyaratan Paten

Paten adalah bagian dari HKI yang berkaitan dengan hak kekayaan

perindustrian (industrial property rights), yang objeknya berkaitan dengan invensi di

bidang teknologi. Pada dasarnya semua invensi di bidang teknologi dapat diberikan

181

?Lihat Peter K. Yu, Currents and Crosscurrents in the International Intellectual Property Regime , Legal Studies Research Paper Series No. 02-12 p.44, http://ssrn.com/abstract=578572; Sebagai perbandingan lihat juga Peter K. Yu, Five Disharmonizing Trends in the International Intellectual Property Regime, Legal Studies Research Paper Series Research Paper No. 03-28, hlm.17, http://ssrn.com/abstract=923177

182Peter K. Yu, Currents and Crosscurrents in the International Intellectual Property Regime, Ibid.

183

?Ibid.

83

Page 84: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Paten, sepanjang memenuhi persyaratan yang ditentukan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Dalam Pasal 27 Ayat (1) TRIPs ditentukan persyaratan Paten

bahwa:

Subject to the provisions of paragraphs 2 and 3, patents shall be available for any inventions, whether products or processes, in all fields of technology, provided that they are new, involve an inventive step and are capable of industrial application.5 Subject to paragraph 4 of Article 65, paragraph 8 of Article 70 and paragraph 3 of this Article, patents shall be available and patent rights enjoyable without discrimination as to the place of invention, the field of technology and whether products are imported or locally produced.

Berdasarkan ketentuan tersebut, paten dapat diberikan untuk semua invensi, apakah

berupa produk atau proses, dalam semua bidang teknologi, sepanjang invensi tersebut

baru, mengandung langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam industri. Ketentuan

TRIPs tersebut menjadi dasar acuan bagi perundang-undangan paten seluruh negara

peserta WTO. Di Indonesia persyaratan paten diatur dalam Pasal 2 UU No. 14/2001,

yang menentukan: “Paten diberikan untuk Invensi yang baru dan mengandung

langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri.” Dengan demikian syarat paten

dalam UU No.14/2001 sama dengan ketentuan TRIPs.

Invensi di sini diartikan sebagai ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu

kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk

atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.184 Jadi ada

unsur kreativitas intelektual manusia yang timbul dari usaha untuk memecahkan

masalah teknis tertentu. Ada upaya untuk melakukan perubahan secara fisik.185

Selanjutnya mengenai syarat kebaruan (novelty) ditentukan bahwa suatu

invensi dianggap baru jika pada Tanggal Penerimaan, invensi tersebut tidak sama

dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya, yaitu teknologi yang telah

184 Pasal 1 Angka 2 UU No. 14/2001185

?Mark J. Davision, Ann L. Monotti, and Leanne Wiseman, Australian Intellectual Property Law, Cambridge University Press, 2008, hlm. 377.

84

Page 85: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

diumumkan di Indonesia atau di luar Indonesia dalam suatu tulisan, uraian lisan atau

melalui peragaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang ahli untuk

melaksanakan Invensi tersebut sebelum Tanggal Penerimaan atau tanggal prioritas.

Teknologi yang diungkapkan sebelumnya mencakup dokumen Permohonan yang

diajukan di Indonesia yang dipublikasikan pada atau setelah Tanggal Penerimaan

yang pemeriksaan substantifnya sedang dilakukan, tetapi Tanggal Penerimaan

tersebut lebih awal daripada Tanggal Penerimaan atau tanggal prioritas

Permohonan.186 Selanjutnya ditentukan bahwa suatu invensi tidak dianggap telah

diumumkan jika dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sebelum Tanggal

Penerimaan, invensi tersebut telah dipertunjukkan dalam suatu pameran internasional

di Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi atau dalam suatu

pameran nasional di Indonesia yang resmi atau diakui sebagai resmi atau invensi

tersebut telah digunakan di Indonesia oleh inventornya dalam rangka percobaan

dengan tujuan penelitian dan pengembangan. Invensi juga tidak dianggap telah

diumumkan apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebelum Tanggal

Penerimaan, ternyata ada pihak lain yang mengumumkan dengan cara melanggar

kewajiban untuk menjaga kerahasiaan invensi tersebut.187

Dengan syarat kebaruan terhadap suatu invensi yang akan diberikan paten,

diharapkan akan memberikan sesuatu yang baru pada masyarakat. Tidak ada paten

yang diberikan pada sesuatu yang telah diketahui.188 Pada dasarnya kebaruan dapat

dilihat dari tiga aspek, yaitu dari sisi teknologinya, dari sisi wilayah, dan dari sisi

tenggat waktu pendaftaran setelah adanya pengungkapan.189 Dari sisi teknologi, suatu

186

?Pasal 3 UU No. 14/2001

187Pasal 4 UU No. 14/2001 188

?Mark J. Davision, Loc.cit. 189

?Rahmi Jened, Op.cit, hlm. 118.

85

Page 86: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

invensi dikatakan baru jika bukan merupakan bagian dari teknologi yang telah

diungkapkan sebelumnya (prior art atau state of art) sebagai pembanding. Dari segi

wilayah, secara tradisional suatu negara biasanya hanya melihat antisipasi dari prior

art dalam wilayahnya sendiri. Namun dengan adanya perkembangan teknologi secara

internasional, ada kecenderungan untuk membedakan antisipasi prior art melalui

publikasi dokumen dan melalui penggunaan. Publikasi dokumen internasional (world

wide) merupakan antisipasi prior art atas invensi yang dapat menggugurkan nilai

kebaruan. Sedangkan antisipasi atas penggunaan hanya berlaku dalam wilayah negara

yang bersangkutan. Artinya jika seseorang mengajukan paten atas invensinya,

sepanjang tidak ada publikasi dokumentasi di negara-negara lain yang dapat dijadikan

prior art untuk mengantisipasi invensinya, maka invensinya dianggap memenuhi

unsur kebaruan. Sebaliknya, sepanjang tidak ada orang lain yang menggunakan

invensi yang sama di negaranya (walaupun di negara lain mungkin sudah ada), maka

invensinya tetap dianggap memenuhi unsur kebaruan.190 Sedangkan dari segi tenggat

waktu pendaftaran setelah pengungkapan (grace period), suatu invensi dianggap baru

jika permohonan pendaftaran paten (filling date) tidak melebihi 6 (enam) bulan dari

pengungkapan invensi yang bersangkutan.191

Selanjutnya suatu invensi dianggap mengandung langkah inventif jika suatu

invensi bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan

hal yang tidak dapat diduga sebelumnya. Penilaian bahwa suatu invensi merupakan

hal yang tidak dapat diduga sebelumnya harus dilakukan dengan memperhatikan

keahlian yang ada pada saat Permohonan diajukan atau yang telah ada pada saat

190Ibid, hlm. 119. 191

?Ibid.

86

Page 87: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

diajukan permohonan pertama dalam hal Permohonan itu diajukan dengan Hak

Prioritas.192

Suatu invensi dianggap dapat diterapkan dalam industri (industrial applicable)

jika invensi tersebut dapat dilaksanakan dalam industri sebagaimana yang diuraikan

dalam Permohonan.193 Jika Invensi tersebut dimaksudkan sebagai produk, produk

tersebut harus mampu dibuat secara berulang-ulang (secara massal) dengan kualitas

yang sama, sedangkan jika Invensi berupa proses, proses tersebut harus mampu

dijalankan atau digunakan dalam praktik.194

b. Cara Perolehan Paten

Di dunia dikenal dua sistem atau cara perolehan Paten, yaitu first to file system

(pihak yang pertama mengajukan pendaftaran) dan first to invent system (pihak yang

pertama menggunakan atau menemukan). Sistem first to file menyaratkan bahwa

perlindungan paten hanya diberikan kepada inventor yang pertama kali mengajukan

pendaftaran. Sistem ini dianut hampir seluruh negara di dunia, kecuali Amerika

Serikat.195 Sebaliknya, sistem first to use atau to invent menyaratkan bahwa

perlindungan paten hanya diberikan kepada inventor yang pertama kali memikirkan

suatu invensi dan menggunakannya. Dalam sistem first to invent pun masih ada

kewajiban untuk mendaftarkan. Hanya saja bagi pihak inventor pertama diberikan

kemungkinan untuk melakukan keberatan terhadap pihak yang mendaftarkan tersebut. 192

?Pasal 2 Ayat (2) dan (3) UU No. 14/2001193

?Pasal 5 UU No.14/2001 194

?Penjelasan Pasal 5 UU No.14/2001

195Namun dengan disahkan dan berlakunya Leahy-Smith Amerian Invents Act yang diundangkan 16 September 2011 dan mulai berlaku efektif 16 Maret 2012, Amerika Serikat juga menerapkan sistem first to file. Dengan demikian pada tgl 16 Maret 2013, seluruh negara di dunia telah menggunakan sistem pendaftaran sebagai dasar perlindungan paten. Lihat Reena Jain, America: Last in Line for First-to-File, The Columbia Science and Technology Law Review, 6 April 2012 sebagaimana yang diakses pada www.stlr.org/2012/04/america-last-in-line

87

Page 88: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Sistem ini mengatur pemberian prioritas jika terjadi dua atau lebih pemohon

perlindungan paten, yaitu dengan memberikan paten kepada pihak yang pertama kali

melakukan invensi dan bukan pada pihak yang pertama mendaftarkan invensi.

Permohonan paten dapat diajukan di setiap kantor paten negara yang dituju

atau secara internasional melalui kantor PCT dan dilakukan secara tertulis.196 Hal ini

sebagaimana diatur dalam Pasal 24 UU No.14/2001, yang menyaratkan sebagai

berikut:

(1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal.

(2) Permohonan harus memuat:a. tanggal, bulan, dan tahun Permohonan;b. alamat lengkap dan alamat jelas Pemohon;c. nama lengkap dan kewarganegaraan Inventor;d. nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa;e. surat kuasa khusus, dalam hal Permohonan diajukan oleh Kuasa;f. pernyataan permohonan untuk dapat diberi Paten;g. judul Invensi;h. klaim yang terkandung dalam Invensi;i. deskripsi tentang Invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara

melaksanakan Invensi;j. gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukanwww.legalitas.ok. untuk memperjelas Invensi; danl. abstrak Invensi

Permohonan juga dapat dilakukan dengan hak prioritas disertai dengan bukti hak

prioritas sebagaimana yang dipersyaratkan. Dalam lingkup internasional, Hak

prioritas diatur dalam Pasal 4 Konvensi Paris (Paris Convention) dan Pasal 8 PCT.

Dalam UU No. 14/2001 diatur dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 29. Pasal 4

Konvensi Paris menentukan:

A.(1) Any person who has duly filed an application for a patent, or for the registration of a

utility model, or of an industrial design, or of a trademark, in one of the countries of the Union, or his successor in title, shall enjoy, for the purpose of filing in the other countries, a right of priority during the periods hereinafter fixed.196

?Di beberapa negara maju dapat dilakukan pendaftaran secara on line, misalnya di Jepang, Amerika Serikat.

88

Page 89: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

C.(1) The periods of priority referred to above shall be twelve months for patents and utility

models, and six months for industrial designs and trademarks.(2) These periods shall start from the date of filing of the first application; the day of filing

shall not be included in the period.

Hak Prioritas adalah hak Pemohon untuk mengajukan Permohonan yang

berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention for the protection of

Industrial Property atau Agreement Establishing the World Trade Organization untuk

memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal

prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu

selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan

berdasarkan Paris Convention tersebut.197 Untuk dapat mengajukan klaim Hak

prioritas ada beberapa persyaratan formal yang harus dipenuhi, yaitu:198

a. Permohonan prioritas harus sama dengan permohonan pertama kali atas invensi yang

sama;b. Pemohon harus sama;c. Kedua permohonan harus untuk invensi yang sama;d. Permohonan hak prioritas diajukan dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan.

Permohonan paten, baik permohonan biasa maupun dengan hak prioritas, selanjutnya

akan diberikan tanggal penerimaan pendaftaran oleh Ditjen HKI, jika seluruh

persyaratan administratif yang dipersyaratkan telah terpenuhi. Tanggal penerimaan

sangat penting karena merupakan tanggal dimulainya perlindungan Paten, jika

permohonan pendaftarannya diterima dan Paten diberikan. Jika persyaratan

administratif telah terpenuhi, selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan substantif.

Pemeriksaan substantif ini berkaitan dengan syarat kebaruan, langkah inventif, dan

dapat diterapkannya dalam industri terhadap invensi yang dimohonkan paten.

197 Pasal 1 Angka 12 UU No.14/2001198

?Rahmi Jened, Op.cit., hlm. 125

89

Page 90: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Sebelum dilakukan pemeriksaan substantif, pemohon dapat mengajukan

perubahan terhadap permohonan, yaitu dengan cara mengubah deskripsi dan/atau

klaim dengan ketentuan bahwa perubahan tersebut tidak memperluas lingkup Invensi

yang telah diajukan dalam Permohonan semula.199 Permohonan juga dapat diubah dari

Paten menjadi Paten Sederhana atau sebaliknya oleh Pemohon dengan tetap

memperhatikan ketentuan undang-undang.200 Di samping dimungkinkan untuk

mengajukan perubahan, pemohon juga menarik kembali permohonannya dengan

mengajukannya secara tertulis kepada Direktorat Jenderal.201

Terhadap permohonan paten yang telah memenuhi persyaratan administratif,

serta tidak dilakukan perubahan dan penarikan kembali, akan dilakukan pengumuman.

Dalam hal Paten, segera setelah 18 (delapan belas) bulan sejak Tanggal Penerimaan

atau segera setelah 18 (delapan belas) bulan sejak tanggal prioritas apabila

Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas. Sedangkan dalam hal Paten Sederhana,

segera setelah 3 (tiga) bulan sejak Tanggal Penerimaan. Pengumuman dapat dilakukan

lebih awal atas permintaan Pemohon dengan dikenai biaya.202 Pengumuman

dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal diumumkannya

Permohonan Paten dan 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diumumkannya

Permohonan Paten Sederhana.203 Pengumuman ini dimaksudkan untuk memberikan

kesempatan kepada setiap pihak yang berkepentingan untuk dapat mengajukan secara

tertulis pandangan dan/atau keberatannya atas Permohonan dengan mencantumkan

alasannya dan Direktorat Jenderal segera mengirimkan salinan surat yang berisikan

199Pasal 35 UU No. 14/2001 200

?Pasal 37 UU No.14/2001

201Pasal 39 UU No.14/2001 202

?Pasal 42 UU No. 14/2001

203Pasal 44 UU No. 14/2001

90

Page 91: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

pandangan dan/atau keberatan tersebut kepada Pemohon. Atas pandangan dan

keberatan yang diajukan, Pemohon berhak mengajukan secara tertulis sanggahan dan

penjelasan terhadap pandangan dan/atau keberatan tersebut kepada Direktorat

Jenderal. Selanjutnya Direktorat Jenderal menggunakan pandangan dan/atau

keberatan, sanggahan, dan/atau penjelasan tersebut sebagai tambahan bahan

pertimbangan dalam tahap pemeriksaan substantif.204

Setelah dilakukan pengumuman, Pemohon paten dapat mengajukan

permohonan pemeriksaan substantif secara tertulis kepada Direktorat Jenderal dengan

membayar biaya.205 Permohonan tersebut diajukan paling lama 36 (tiga puluh enam)

bulan terhitung sejak Tanggal Penerimaan dan apabila permohonan pemeriksaan

substantif tidak diajukan dalam batas waktu sebagaimana dalam jangka waktu

tersebut atau biaya untuk itu tidak dibayar, Permohonan dianggap ditarik kembali.206

Selanjutnya Direktorat Jenderal berkewajiban memberikan keputusan untuk

menyetujui atau menolak Permohonan, yaitu untuk Paten paling lama 36 (tiga puluh

enam) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat permohonan pemeriksaan

substantif dan untuk Paten Sederhana, paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak

Tanggal Penerimaan.207 Jika permohonan paten dikabulkan, maka kepada pemohon

akan diberikan Sertifikat Paten. Sebaliknya jika permohonan ditolak, kepada pemohon

akan diberikan surat penolakan.208

204Pasal 45 UU No. 14/2001

205Pasal 48 UU No. 14/2001 206Pasal 49 UU No. 14/2001 207

?Pasal 54 UU No. 14/2001 208

?Pasal 55 sampai 57 UU No. 14/2001

91

Page 92: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Dalam hal permohonan ditolak, pemohon diberikan kesempatan untuk

mengajukan permohonan banding kepada Komisi Banding. Jika Komisi Banding

menerima dan menyetuji permohonan banding tersebut, maka Direktorat Jenderal

wajib melaksanakan keputusan Komisi Banding. Dalam hal Komisi Banding

menolak permohonan banding, Pemohon atau Kuasanya dapat mengajukan gugatan

atas keputusan tersebut ke Pengadilan Niaga. Terhadap putusan Pengadilan Niaga,

hanya dapat diajukan kasasi.209

c. Hak Eksklusif Paten

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas

hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan

sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk

melaksanakannya.210 Dengan demikian paten adalah pengakuan negara terhadap

kreasi intelektual berupa invensi di bidang teknologi. Mengenai hak eksklusif

pemegang Paten, Pasal 28 TRIPs menentukan:

1. A patent shall confer on its owner the following exclusive rights:(a) where the subject matter of a patent is a product, to prevent third parties not

having the owner’s consent from the acts of: making, using, offering for sale, selling, or importing6 for these purposes that product;

(b) where the subject matter of a patent is a process, to prevent third parties not having the owner’s consent from the act of using the process, and from the acts of: using, offering for sale, selling, or importing for these purposes at least the product obtaineddirectly by that process.

2. Patent owners shall also have the right to assign, or transfer by succession, the patent and to conclude licensing contracts.

Sejalan dengan Pasal 28 TRIPs tersebut, UU No. 14/2001 mengatur hal yang

sama dalam Pasal 16, yang pada prinsipnya memberikan hak eksklusif pada

209Pasal 62 UU No. 14/2001 210

?Pasal 1 Angka 1 UU No. 14/2001

92

Page 93: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Pemegang Paten untuk melaksanakan sendiri atau memberikan izin pada pihak lain

untuk melaksanakan Patennya. Hak eksklusif untuk melaksanakan sendiri atau

memberikan izin pihak lain melalui perjanjian lisensi adalah merupakah Hak

Ekonomi Pemegang Paten. Di samping memberikan Hak Ekonomi, Paten juga

mengandung Hak Moral, yaitu bahwa nama inventor tetap dicantumkan pada Paten

jika Paten dipegang oleh pihak lain yang bukan inventor.211

d. Kepentingan Umum dalam Perlindungan Paten

Kepentingan umum dalam perlindungan Paten telah diatur baik secara

eksplisit atau implist dalam Konvensi Paris, TRIPs, dan UU No. 14/2001. Konvensi

Paris yang ditandatangani pada tahun 1883, merupakan konvensi yang mengatur hak

milik perindustrian, yang meliputi Paten, Paten sederhana, Desain Industri, Merek,

Indikasi Asal, dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.212 Karena latar belakang lahirnya

konvensi ini adalah untuk melindungi pemegang hak milik perindustrian, tidak ada

ketentuan yang secara khusus mengatur pengecualian dan pembatasan terhadap hak

eksklusif. Namun demikian, ada beberapa ketentuan dalam konvensi ini yang dapat

dikatakan sebagai pengecualian dan pembatasan terhadap pemegang hak paten.

Dalam Pasal 5, misalnya, ditentukan bahwa negara peserta konvensi berhak untuk

mengatur pemberian lisensi wajib untuk mencegah penyalahgunaan yang mungkin

terjadi karena pelaksanaan hak eksklusif yang diberikan melalui paten, misalnya,

kegagalan untuk melaksanakan paten.213 Negara peserta juga dapat membatalkan

211Lihat Pasal 68 UU No.14/2001

212Indonesia meratifikasi Konvensi Paris pada tahun 1979 melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1979 sebagaimana yang diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1997 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1979 tentang Pengesahan Paris Covention for the Protection of Industrial Property dan Convention Establishing The World Intellectual Property Organization.

213 Pasal 5 Ayat (2)

93

Page 94: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

paten jika pemberian lisensi wajib tidak mampu untuk mencegah penyalahgunaan hak

eksklusif. Namun demikian, pembatalan atau pencabutan paten tersebut tidak dapat

dilakukan sebelum berahirnya dua tahun sejak pemberian lisensi wajib yang

pertama.214 Di samping itu, lisensi wajib tidak dapat diterapkan karena alasan

kegagalan untuk melaksanakan paten atau pelaksanaan yang tidak memadai sebelum

jangka waktu dua tahun sejak tanggal pengajuan permohonan paten atau tiga tahun

sejak tanggal pemberian paten, atau jangka waktu mana berakhirnya lebih lama; dan

lisensi wajib tersebut harus non-eksklusif dan tidak dapat dialihkan, meskipun dalam

bentuk pemberian sub-lisensi.215

Selanjutnya dalam Pasal 5ter diatur beberapa penggunaan yang tidak dianggap

sebagai pelanggaran terhadap hak eksklusif pemegang paten, yaitu: (1) penggunaan

pada kapal penumpang dari negara peserta lain terhadap peralatan yang dilindungi

paten pada badan kapal, mesin, katrol, persneling, dan perlengkapan lainnya, jika

kapal tersebut hanya sementara atau secara kebetulan memasuki perairan negara yang

bersangkutan, dengan ketentuan peralatan tersebut digunakan secara khusus untuk

kebutuhan kapal tersebut; (2) penggunaan peralatan yang dilindungi paten dalam

pembuatan atau pengoperasian pesawat terbang atau kendaraan darat dari negara

peserta lain, atau perlengkapan pesawat udara atau kendaraan darat tersebut, jika

pesawat udara atau kendaraan darat tersebut hanya sementara atau secara kebetulan

memasuki negara yang bersangkutan.

Ketentuan pengecualian di atas yang terbatas pada perlengkapan kapal laut,

pesawat udara, atau kendaraan darat, dapat dimaklumi mengingat perkembangan

teknologi saat dilahirkannya konvensi ini belum begitu pesat dan belum beragam

214 Pasal 5 Ayat (3)

215 Pasal 5 Ayat (4)

94

Page 95: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

bidang teknologinya. Namun yang pasti bahwa konvensi ini juga mengakomodasi

pengecualian dan pembatasan terhadap hak eksklusif pemegang paten.

Dalam TRIPs, pengakuan dan perlindungan terhadap kepentingan umum

dalam perlindungan paten diatur secara umum dalam Pasal 7 dan Pasal 8. Pada

prinsipnya kedua pasal TRIPs tersebut menentukan bahwa perlindungan hak kekayaan

intelektual, termasuk paten, harus dilakukan dengan cara yang mendukung

kesejateraan sosial dan ekonomi dan adanya keseimbangan hak dan kewajiban.

Demikian pula diberikan kelonggaran bagi negara-negara anggota WTO untuk

mengambil langkah-langkah yang perlu untuk melindungi kesehatan dan nutrisi

masyarakat, dan untuk mengedepankan kepentingan umum pada sektor-sektor yang

sangat penting bagi pembangunan sosial-ekonomi dan teknologinya, serta untuk

mencegah penyalahgunaan hak kekayaan intelektual oleh pemegang hak, dengan

ketentuan bahwa langkah-langkah tersebut sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam

Perjanjian TRIPs. Pasal 7 dan Pasal 8 ini merupakan titik pusat bagi implementasi dan

penafsiran Perjanjian TRIPs.216

Prinsip-prinsip yang terkandung dalam kedua pasal tersebut selanjutnya

diimplementasikan dalam ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan paten. Pada

Pasal 27 Ayat (2) dan Ayat (3), TRIPs memberikan kelonggaran pada negara-negara

anggota untuk tidak memberikan paten pada invensi-invensi tertentu untuk

melindungi ketertiban umum (ordre public) atau moralitas, termasuk untuk

melindungi kehidupan manusia, binatang atau tanaman atau kesehatan atau untk

menghindari kerusakan yang parah terhadap lingkungan, dengan ketentuan

pengecualian tersebut dibuat tidak semata-mata karena ekploitasi terhadap invensi

tersebut dilarang oleh hukumnya. Demikian juga terhadap metode-metode diagnostik,

216

?Peter K. Yu, Op.cit, hlm. 1018

95

Page 96: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

terapi, dan operasi untuk pengobatan terhadap manusia atau binatang, serta terhadap

tanaman dan binatang selain mikro-organisme.

Pengecualian di atas menimbulkan beberapa hal yang terkait dengan

implementasinya pada tingkat nasional. Makna moralitas dan ordre public kabur dan

berubah-ubah, dan muatannya tergantung pada pandangan pejabat kantor paten atau

hakim.217 Konsep ketertiban umum ini dapat saja ditafsirkan lebih sempit dari pada

“ketertiban umum” atau “kepentingan umum” (“public order” or “public interest”).

Misalnya saja, berdasarkan Pedoman Pemeriksaan Kantor Paten Eropa, ketertiban

umum dihubungkan dengan alasan keamanan seperti kerusuhan atau kekacauan

masyarakat, dan invensi-invensi yang dapat menimbulkan tindakan kriminal atau

tindakan kejahatan yang lain.218 Namun demikian, tidak ada pengertian ketertiban

umum yang telah diterima secara umum. Oleh karena itu, negara-negara anggota

WTO memiliki keleluasaan untuk menentukan keadaan yang termasuk dalam

ketertiban umum, bergantung pada konsepsi masing-masing negara terhadap

perlindungan nilai-nilai masyarakat. Pasal 27 Ayat (2) sendiri menunjukkan bahwa

konsep tersebut tidak terbatas pada alasan-alasan “keamanan”; pasal tersebut juga

berkaitan dengan perlindungan “manusia, kehidupan binatang dan tanaman atau

kesehatan” dan dapat diterapkan pada invensi-invensi yang dapat menimbulkan

“kerusakan yang parah terhadap lingkungan.” Demikian juga dengan konsep

“moralitas”, sangat bergantung pada nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Nilai-

nilai tersebut tidak sama dalam kultur dan negara yang berbeda, dan ada kemungkinan

nilai-nilai itu pada suatu saat mengalami perubahan. Untuk menentukan apakah suatu

217Carlos M. Correa, Intellectual Property Rights, the WTO and Developing Countries The TRIPS Agreement and Policy Options, London: Third World Network, hlm. 62. Bandingkan dengan Nurul Barizah, op.cit., hlm. 85 catatan kaki 269 yang menjelaskan asal usul konsep “ordre public” dan makna yang sesungguhnya.

218 Ibid.

96

Page 97: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

tindakan tertentu dapat dipandang bertentangan dengan nilai-nilai fundamental suatu

masyarakat adalah persoalan kebijakan publik nasional.219

Ketentuan TRPs lain yang secara tidak langsung berkaitan dengan kepentingan

umum adalah Pasal 29 tentang pengungkapan invensi (disclosure), yang harus

dilakukan dengan jelas dan lengkap. Tujuan pengungkapan ini adalah agar dapat

dipahami dan dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tersebut.

Bahkan TRIPS juga membolehkan negara anggota WTO untuk mensyaratkan agar

pemohon menunjukkan cara terbaik untuk melaksanakan invensi tersebut yang

diketahui oleh inventor. Hal ini bertujuan tidak hanya untuk menjamin dapat

direproduksinya invensi oleh orang yang memiliki keahlian umum, tetapi juga untuk

mencegah inventor memperoleh perlindungan ketika menyembunyikan perwujudan

invensi yang dinginkannya dari publik. Satu isu penting – yang tidak diatur oleh

Perjanjian TRIPs – adalah pengungkapan invensi yang berhubungan dengan

mikroorganisme, karena akses pada pengetahuan yang terkait hanyalah mungkin

melalui akses terhadap materi itu sendiri. Akses tersebut harus tersedia sesegera

mungkin, mulai dari pengumumuman permohonan, seperti yang diatur dalam hukum

Eropa.220

Selanjutnya TRIPs juga memberikan pengecualian-pengecualian terhadap hak

eksklusif pemegang paten, pengecualian mana dapat dipandang sebagai wujud

perlindungan kepentingan umum. Pasal 30 memberikan kemungkinan bagi negara-

negara anggota untuk memberikan pembatasan-pembatasan secara terbatas terhadap

hak-hak ekslusif yang diberikan kepada pemegang paten, sepanjang pengecualian-

pengecualian itu tidak bertentangan dengan pemanfaatan yang wajar dari paten dan

219 Kantor Paten Eropa telah beberapa kali menggunakan pertimbangan ketertiban umum dan moralitas dalam melakukan pemeriksaan terhadap permohonan paten. Lebih lanjut, lihat ibid, hlm.66

220 Carlos M. Correa, Ibid., hlm. 73. Bandingkan Nurul Barizah, op.cit., hlm. 106.

97

Page 98: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

secara tidak wajar merugikan kepentingan-kepentingan yang sah dari pemegang

paten, dan mempertimbangkan kepentingan yang sah dari pihak-pihak ketiga. Dari

kata-kata Pasal 30 yang sangat umum ini, terlihat bahwa pengecualian terhadap hak

eksklusif pemegang paten harus memenuhi tiga syarat, yaitu: bersifat terbatas, tidak

bertentangan dengan eksploitasi paten secara normal, dan tidak secara tidak wajar

merugikan kepentingan yang sah dari pemegang paten. Di samping ketiga syarat

tersebut, juga harus dipertimbangkan kepentingan yang sah pihak ketiga. Ketiga

persyaratan tersebut lazim juga disebut dengan “three step test” untuk paten.

Ketentuan Pasal 30 ini memerlukan penjelasan lebih lanjut, misalnya mengenai

istilah “penggunaan yang wajar” dan “kepentingan sah yang dimiliki oleh pemegang

paten dan pihak ketiga.” Persoalan pengertian kepentingan-kepentingan yang sah ini

telah dibawa ke forum Dispute Settlement Body WTO dalam kasus EU/Canada.

Dalam kasus tersebut DSB mendukung pengertian norma yang luas untuk

pertimbangan ekonomi, sosial, dan politik, yang terkait dengan konteks HIV/AIDS.221

Berdasarkan ketentuan tersebut, terdapat kebebasan yang memadai bagi

hukum masing-masing negara untuk menentukan jenis dan lingkup pengecualian

terhadap hak eksklusif pemegang paten. Namun demikian, ketentuan tersebut tidak

memberikan kebebasan tanpa batas dalam menentukan pengecualian di tingkat

nasional.222

Berdasarkan praktik di beberapa jurisdiksi, beberapa jenis pengecualian

diperbolehkan dalam lingkup Pasal 30, yaitu: kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara

pribadi dan bukan dalam lingkup komersial, atau bukan untuk tujuan komersial;

221

? WTO Panel Report on EU/Canada – Patent Protection of Pharmaceutical Products, WT/DS 114/R, March 17, 2000, www.docsonline.wto.org. Bandingkan dengan Hans Henrik Lidgard and Jeffery Atik, Facilitating Compulsory Licensing under TRIPS in Response to the AIDS Crisis in Developing Countries, SSRN: http://ssrn.com/abstract =794228, hlm.6.

222 Nurul Barizah, op.cit., hlm.98

98

Page 99: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

penggunaan invensi untuk penelitian; penggunaan invensi untuk tujuan pengajaran;

percobaan terhadap invensi untuk pengujian atau peningkatan terhadapnya;

pembuatan obat berdasarkan resep individu; percobaan-percobaan yang dilakukan

dengan maksud untuk mendapatkan persetujuan pengaturan bagi pemasaran suatu

produk setelah berakhirnya paten; penggunaan invensi oleh pihak ketiga yang telah

menggunakannya dengan iktikad baik sebelum tanggal permohonan paten; importasi

produk yang memiliki paten yang telah dipasarkan di negara lain dengan persetujuan

pemegang paten.223

Dari jenis-jenis pengecualian di atas, penggunaan pengecualian terhadap

percobaan atau penelitian dimungkinkan berdasarkan Pasal 30. Kebanyakan negara

menyediakan pengecualian ini, tetapi lingkup yang tepat dari pengecualian ini telah

menjadi bahan perdebatan yang seru di antara para pakar hukum.224 Di Amerika

pengecualian ini diterima, walaupun secara terbatas, umumnya untuk tujuan-tujuan

ilmiah.225 Di Eropa dan negara-negara lain, percobaan pada invensi tanpa persetujuan

pemegang paten juga diperbolehkan untuk tujuan-tujuan komersial. Konvensi Paten

Masyarakat Eropa, misalnya, menetapkan bahwa bukanlah merupakan pelanggaran

dalam hal “kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk tujuan percobaan yang

berhubungan dengan pokok invensi yang dipatenkan.”226 Di Jepang penggunaan

pengecualian percobaan didasarkan pada ketentuan undang-undang, tetapi tidak ada

rujukan lebih lanjut terhadap arti ‘percobaan’.227 Pada tahun 1991, Mahkamah Agung

Jepang memutuskan bahwa Test Ekuivalensi Biologi harus dipandang sebagai suatu

223 Carlos M. Correa, op.cit.,hlm. 75.

224 Nurul Barizah, op.cit., hlm. 100

225 Carlos M. Correa, op.cit, hlm. 76. Juga dapat dilihat pada Nurul Barizah, ibid..

226 Carlos M. Correa, ibid.

227 Nurul Barizah, Ibid, hlm. 102

99

Page 100: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

penggunaan percobaan berdasarkan Section 69 Undang-Undang Paten Jepang.228 Di

Australia, tidak terdapat ketentuan perundang-undangan mengenai penggunaan

percobaan sebagai pengecualian. Dengan tidak adanya ketentuan yang tegas dan

putusan pengadilan tentang penggunaan percobaan, menimbulkan ketidakpastian di

antara para peneliti. Sehingga banyak peneliti yang menganggap bahwa penggunaan

percobaan sebagai pengecualian adalah pengecualian tersirat dalam sistem paten

common law.

Dapat diterapkannya pengecualian terhadap percobaan lebih tidak jelas dalam

bidang bioteknologi. Misalnya, penggunaan informasi sekuensi cDNA untuk

menghasilkan protein tertentu dipandang sebagai pelanggaran di Amerika Serikat,

sementara hal itu tidak jelas berdasarkan kebijakan di Jepang dan Eropa.229 Pada sisi

lain, Undang-Undang Paten Meksiko mengatur pengecualian yang tegas berkaitan

dengan material yang hidup. Undang-Undang tersebut menentukan bahwa pemilik

paten tidak dapat mencegah pihak ketiga untuk menggunakan produk yang

dipatenkan, sebagai sumber awal atau perbanyakan untuk menghasilkan produk lain,

kecuali penggunaan yang demikian telah dilakukan sebelumnya.230

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis dan lingkup

penggunaan pengecualian terhadap hak eksklusif pemegang paten tergantung pada

kebijakan dan hukum yang berlaku di masing-masing negara anggota WTO,

sepanjang tidak merugikan kepentingan yang sah dari pemegang paten dan pihak

ketiga.

228 Ibid.

229 Ibid., hlm.104.

230 Ibid.

100

Page 101: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Ketentuan lain dalam TRIPs yang berhubungan dengan kepentingan umum

adalah Pasal 31. Ketentuan Pasal ini memberikan kemungkinan bagi negara-negara

anggota WTO untuk memberikan lisensi wajib (compulsory license). Perjanjian

TRIPs mengacu pada lima alasan untuk pemberian lisensi wajib, yaitu:231 penolakan

untuk melakukan perjanjian (refusal to deal), keadaan darurat atau sangat urgen,

praktik-praktik yang anti-kompetitif, penggunaan non-komersial, dan paten yang

terikat (dependent patent).

Walaupun TRIPs telah mengatur beberapa alasan untuk pemberian lisensi

wajib, namun TRIPs tidak membatasi hak negara-negara anggota WTO untuk

mendasarkan lisensi wajib pada alasan-alasan lain yang tidak secara langsung

disebutkan dalam Pasal 31, misalnya, untuk melindungi lingkungan atau alasan

“kepentingan umum”. Perjanjian TRIPs hanya menentukan syarat-syarat yang harus

dipenuhi untuk pemberian lisensi wajib tersebut. Sama halnya dengan ketentuan

Pasal 30, ketentuan dalam Pasal 31 juga kurang jelas mengenai beberapa hal.

Misalnya, ketentuan tersebut tidak menentukan kapan suatu keadaan darurat dapat

digunakan, sebesar apa upaya yang dilakukan untuk memperoleh perjanjian sukarela

dengan pemegang paten sebelum dikatakan gagal, berapa besarnya kompensasi royalti

yang harus diberikan kepada pemegang hak paten. Dengan demikian, semuanya

bergantung pada negara yang mengimpor. Sepanjang negara tersebut mengikuti

prosedur TRIPs, maka negara tersebut dapat menentukan sendiri keputusannya.232

Penggunaan lisensi wajib juga direkomendasikan oleh WHO dalam hal

penyalahgunaan paten atau keadaan darurat nasional dengan tujuan untuk memastikan

bahwa harga obat dapat terjangkau oleh daya beli setempat. Demikian pula, UNAIDS

231Carlos M. Correa, op.cit., hlm.89.

232Hans Henrik Lidgard and Jeffery Atik, op.cit., hlm.7

101

Page 102: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

juga menganjurkan penggunaan lisensi wajib, terutama di negara-negara di mana

penyebaran HIV/AIDS sangat tinggi.233 Berbeda dengan yang umumnya diharapkan,

negara-negara maju, yang memiliki sistem kesehatan publik yang baik, masih

menggunakan kemungkinan untuk memberikan lisensi wajib, sementara masih sedikit

lisensi wajib yang digunakan di negara-negara berkembang.234 Negara-negara maju

yang paling banyak menggunakan lisensi wajib, antara lain adalah Canada dan

Amerika Serikat.235 Pada sebagian besar negara yang menganut sistem civil law, telah

terdapat peraturan yang mengatur lisensi wajib, tetapi dalam kenyataannya

kesempatan tersebut jarang yang digunakan.236

Salah satu aspek yang dapat dipertimbangkan oleh negara-negara berkembang

adalah apakah lisensi wajib harus diberikan untuk pembuatan/manufaktur produk

yang dilindungi atau pengimporan. Dalam banyak situasi (seperti jika diperlukan

investasi yang besar, jika terdapat hambatan-hambatan yang menghalangi akses

terhadap teknologi yang mendukung, atau jika ada kebutuhan untuk memperbaiki

praktik-praktik yang anti-kompetitif atau untuk menghadapi situasi-situasi darurat),

satu-satunya cara yang efektif untuk menggunakan lisensi wajib adalah melalui

pengimporan.237

Ketentuan TRIPs lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan

kepentingan umum adalah masa perlindungan paten. Pada Pasal 32 TRIPs ditentukan

bahwa masa perlindungan paten adalah sekurang-sekurangnya 20 tahun. Setelah 233Nurul Barizah, op.cit, hlm.105.

234Kurangnya lisensi wajib digunakan di negara-negara berkembang disebabkan beberapa alasan, antara lain: kurangnya teknologi yang memadai dan kemampuan manufaktur, kurang tersedianya informasi yang lengkap dan handal mengenai paten-paten yang diberikan, prosedur yang rumit, dan adanya pandangan pemegang paten yang mengganggap lisensi wajib sebagai ancaman.

235 Nurul Barizah, ibid,

236 Hans Henrik Lidgard and Jeffery Atik, loc.cit.

237Carlos M. Correa, op.cit., hlm.93.

102

Page 103: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

berakhirnya masa perlindungan paten ini, maka teknologi yang ada menjadi milik

publik (public domain).

Terakhir adalah prinsip exhaustion yang diatur dalam Pasal 6 TRIPs. Yang

dimaksud prinsip exhaustion adalah prinsip yang mengandung makna bahwa

penjualan pertama yang sah terhadap barang-barang milik pemegang hak kekayaan

intelektual secara langsung menghilangkan hak pemilik kekayaan intelektual untuk

mengontrol penanganan selanjutnya terhadap barang-barang tersebut.238 Dengan

demikian, pembeli barang bebas untuk memperlakukan barang-barang tersebut tanpa

melanggar hak-hak pemegang hak kekayaan intelektual.239 Dari pengertian dan

keadaan di atas, pada satu sisi, prinsip ini memberikan pembatasan pada pemilik HKI,

dan juga, pada sisi lain, memberikan hak yang tidak terbatas bagi pembeli barang

tidak hanya untuk menggunakannya tetapi juga untuk menjualnya. Keadaan yang

demikian ini menyiratkan adanya unsur kepentingan umum.

UU No.14/2001 sebagai pengejawantahan konvensi dan perjanjian

internasional di bidang Paten, di samping mengakui adanya hak eksklusif bagi

pemegang hak paten juga mengatur pembatasan dan pengecualian terhadap hak

eksklusif tersebut. Pengaturan pengecualian dan pembatasan terhadap hak eksklusif

sebagai wujud dari perlindungan kepentingan umum terdapat dalam beberapa pasal

UU 14/2001.

Pertama, dalam Pasal 7 ditentukan bahwa Paten tidak diberikan untuk Invensi

yang terkait dengan proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau

pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan; metode pemeriksaan, perawatan,

pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan;

238Prinsip exhaustion dikenal juga sebagai “first sale doctrine”.

239M. Hawin, Op.cit., hlm. 25

103

Page 104: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau semua makhluk

hidup, kecuali jasad renik; proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman

atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikrobiologis.

Ketentuan Pasal 7 UU 14/2001 pada dasarnya sesuai dan sejalan dengan

ketentuan yang diatur dalam Pasal 27 Ayat (2) Perjanjian TRIPs. Secara substansial

tidak ada permasalahan dengan pembatasan ini. Namun yang menjadi persoalan

adalah apa yang dimaksud dengan bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai kata-kata

tersebut. Berbeda halnya dengan di Australia, walaupun tidak ada pengertian di dalam

perundang-undangan tentang kata bertentangan dengan perundang-undangan yang

berlaku, hal tersebut diatur dalam Buku Pedoman Pemeriksa. Bahkan di samping

memberikan pengertian dan penjelasan tentang hal tersebut, Buku Pedoman

Pemeriksa juga memberikan contoh-contoh invensi yang dikategorikan sebagai

“bertentangan dengan perundang-undangan”.240 Dengan tidak adanya penjelasan atau

buku pedoman, penentuan apakah invensi bertentangan dengan perundang-undangan

yang berlaku dapat dilihat melalui spesifikasi dan klaim tertulis yang diajukan.

Persoalan pengertian “bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku” di atas juga sama halnya dalam menentukan pengertian kata “ketertiban

umum” dan “moralitas agama”. Hal ini juga tidak diberikan pengertian dalam UU

14/2001 maupun penjelasannya. Dengan demikian penentuan makna kata-kata

tersebut bergantung pada penafsiran pegawai Kantor Paten dan hakim niaga. Dengan

tidak adanya Buku Pedoman atau bentuk lainnya, maka pegawai Kantor Paten dan

hakim niaga akan mengalami kesulitan dalam menafsirkan makna kata-kata tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya pemerintah Indonesia mengeluarkan

240Nurul Barizah, op.cit., hlm. 260.

104

Page 105: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

peraturan pemerintah atau buku pedoman yang dapat menjadi pedoman dalam

menentukan dan mengklasifikasi jenis invensi yang dipandang bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, dan ketertiban

umum.241

Persoalan lain yang terkait dengan ketentuan Pasal 7 adalah tidak dapat

dipatenkannya invensi yang terkait makhluk hidup, termasuk manusia, hewan atau

tanaman. Dalam Memori Penjelasan Umum UU 14/2001, dijelaskan bahwa ketentuan

yang diatur dalam Pasal 7 huruf d dimaksudkan untuk mengakomodasi usulan

masyarakat agar bagi Invensi tentang makhluk hidup (yang mencakup manusia,

hewan, atau tanaman) tidak dapat diberi Paten. Sikap tidak dapat dipatenkannya

Invensi tentang manusia karena hal itu bertentangan dengan moralitas agama, etika,

atau kesusilaan. Di samping itu, makhluk hidup mempunyai sifat dapat mereplikasi

dirinya sendiri.242 Pertanyaan yang dapat muncul dari ketentuan di atas, adalah apakah

invensi yang terkait dengan bagian dari makhluk hidup, misalnya gen, dapat

dipatenkan. Jika membaca ketentuan Pasal 7 huruf d (i) di atas dapat ditafsirkan

bahwa yang dikecualikan dari dapat dipatenkannya suatu invensi adalah manusia,

binatang, atau tanaman secara keseluruhan. Dengan demikian, jika hanya bagian dari

makhluk hidup itu maka dapat diberikan paten.243 Jadi invensi yang terkait dengan gen

dapat dipatenkan, demikian pula bagian dari tanaman dalam bentuk varietas tanaman

dapat dilindungi melalui Perlindungan Varietas. Jika penafsiran ini dapat diterima,

maka akan menimbulkan persoalan terkait dengan nilai-nilai moral dan agama yang

berlaku.244

241Ibid, hlm.261.

242 Ibid, hlm. 264

243Ibid, hlm. 265.

244Ibid.

105

Page 106: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Kedua, adalah ketentuan Pasal 16 Ayat (3). Ketentuan pasal tersebut

menyatakan bukan pelanggaran terhadap hak eksklusif pemegang paten pemakaian

paten untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisis sepanjang

tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten. Ketentuan in

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi pihak yang betul-betul memerlukan

penggunaan Invensi semata-mata untuk penelitian dan pendidikan.245 Pengaturan

pembatasan dengan alasan untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan percobaan ini

adalah sejalan dengan ketentuan Pasal 30 TRIPs, seperti yang telah dibahas

sebelumnya.

Ketiga, adalah ketentuan Pasal 42 – 47 tentang pengumuman. Ditentukan

bahwa adanya permohonan paten diumumkan dalam Berita Resmi Paten yang

diterbitkan secara berkala oleh Direktorat Jenderal dan/atau menempatkannya pada

sarana khusus yang disediakan oleh Direktorat Jenderal yang dengan mudah serta

jelas dapat dilihat oleh masyarakat (Pasal 43). Dengan adanya pengumuman yang

mudah dan jelas dapat dilihat oleh masyarakat ini, maka setiap pihak dapat melihatnya

dan dapat mengajukan secara tertulis pandangan dan/atau keberatannya atas

Permohonan yang bersangkutan dengan mencantumkan alasannya. (Pasal 45).

Keempat, adalah ketentuan Pasal 74-87 yang mengatur tentang Lisensi Wajib.

Yang dimaksud dengan lisensi wajib adalah Lisensi-wajib adalah Lisensi untuk

melaksanakan Paten yang diberikan berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal atas

dasar permohonan (Pasal 74). Untuk dapat diberikan lisensi wajib harus memenuhi

beberapa persyaratan, yaitu: Paten yang bersangkutan tidak dilaksanakan atau

dilaksanakan tidak sepenuhnya di Indonesia oleh Pemegang Paten. (Pasal 75 Ayat

(2)); paten telah dilaksanakan oleh Pemegang Paten atau Penerima Lisensi dalam

bentuk dan dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat (Pasal 75 Ayat (3)). 245Penjelasan Pasal 16 (3) UU 14/2001

106

Page 107: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Ketentuan Pasal 75 Ayat (3) ini juga terkait dengan Pasal 91 huruf c, yang

menentukan bahwa jika dalam jangka waktu dua tahun setelah lisensi wajib diberikan,

keberadaan lisensi wajib tersebut ternyata tidak mampu mencegah berlangsungnya

pelaksanaan Paten dalam bentuk dan cara yang merugikan kepentingan masyarakat,

paten tersebut dimintakan pembatalan melalui gugatan. Di samping persyaratan

di atas, pemohon juga harus memenuhi persyaratan lain, yaitu:246 mempunyai

kemampuan untuk melaksanakan sendiri Paten yang bersangkutan secara penuh;

mempunyai sendiri fasilitas untuk melaksanakan Paten yang bersangkutan dengan

secepatnya; dan telah berusaha mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu yang

cukup untuk mendapatkan Lisensi dari Pemegang Paten atas dasar persyaratan dan

kondisi yang wajar, tetapi tidak memperoleh hasil; dan Direktorat Jenderal

berpendapat bahwa Paten tersebut dapat dilaksanakan di Indonesia dalam skala

ekonomi yang layak dan dapat memberikan manfaat kepada sebagian besar

masyarakat. Selanjutnya ditentukan bahwa, ketentuan lebih lanjut mengenai lisensi

wajib akan diatur melalui peraturan pemerintah.247 Namun sangat disayangkan, hingga

kini peraturan pemerintah yang dimaksud belum diterbitkan.

Kelima, adalah ketentuan Pasal 99 yang mengatur tentang Pelaksanan Paten

oleh Pemerintah. Ditentukan bahwa pemerintah dapat melaksanakan sendiri suatu

paten apabila Pemerintah berpendapat bahwa suatu Paten di Indonesia sangat penting

artinya bagi pertahanan keamanan Negara dan terdapat kebutuhan sangat mendesak

untuk kepentingan masyarakat. Kebutuhan sangat mendesak untuk kepentingan

nasional mencakup, antara lain bidang kesehatan seperti obat-obatan yang masih

dilindungi Paten di Indonesia yang diperlukan untuk menanggulangi penyakit yang

246

? Pasal 76 UU 14/2001

247Pasal 87 UU 14/2001

107

Page 108: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

berjangkit secara luas (endemi). Demikian juga dalam bidang pertanian, misalnya

pestisida yang sangat dibutuhkan untuk menanggulangi gagalnya hasil panen secara

nasional yang disebabkan oleh hama. Sebagaimana diketahui, salah satu fungsi suatu

Paten adalah untuk menjamin kelangsungan hidup perekonomian negara serta

mengupayakan makin meningkatnya kesejahteraan masyarakat di negara yang

bersangkutan.248 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan paten oleh pemerintah

ini diatur lebih lanjut melalui Peraturan Presiden, yaitu Peraturan Presiden No. 27

Tahun 2004 tentang Penggunaan Paten oleh Pemerintah untuk Obat Anti-Retroviral.

Tentunya diharapkan pelaksanaan paten oleh pemerintah ini tidak hanya terbatas pada

Obat Anti-Retroveral saja, tetapi juga untuk obat-obatan penting lainnya.

.Keenam, adalah ketentuan Pasal 135. Dalam pasal ini ditentukan dua alasan

pengecualian terhadap tuntutan pidana terhadap pelanggaran paten. Pertama adalah

terkait dengan impor paralel produk farmasi (obat-obatan).249 Tujuannya adalah untuk

menjamin adanya harga yang wajar dan memenuhi rasa keadilan dari produk farmasi

yang sangat dibutuhkan bagi kesehatan manusia. Ketentuan ini dapat digunakan

apabila harga suatu produk di Indonesia sangat mahal dibandingkan dengan harga

yang telah beredar secara sah di pasar internasional.250 Kedua adalah memproduksi

produk farmasi yang dilindungi Paten di Indonesia dalam jangka waktu 2 (dua) tahun

sebelum berakhirnya perlindungan Paten dengan tujuan untuk proses perizinan

kemudian melakukan pemasaran setelah perlindungan Paten tersebut berakhir.251

Tujuan pengecualian ini adalah untuk menjamin tersedianya produk farmasi oleh

248Penjelasan Pasal 99 Ayat (1) UU 14/2001

249Pasal 135 huruf a

250Penjelasan Pasal 135 huruf a UU 14/2001

251Pasal 135 huruf b

108

Page 109: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

pihak lain setelah berakhirnya masa perlindungan Paten. Dengan demikian, harga

produk farmasi yang wajar dapat diupayakan.

Namun demikian, adanya ketentuan Pasal 135 tidak berarti UU 14/2001

membolehkan impor paralel terhadap produk farmasi yang dilindungi paten. Karena

dalam Pasal 130 ditentukan bahwa impor paralel adalah pelanggaran pidana.

Ketentuan tersebut hanya mengecualikan dari tuntutan pidana sebagaimana yang

diatur dalam Pasal 130, tetapi tidak menghilangkan hak pemegang paten untuk

menuntut ganti kerugian berdasarkan ketentuan Pasal 118, yang memberikan hak

kepada pemegang paten atau penerima lisensi untuk mengajukan gugatan ganti rugi

kepada Pengadilan Niaga terhadap tindakan impor paralel.252 Dengan demikian,

akibatnya tujuan Indonesia untuk mempermudah pengimporan paralel produk-produk

farmasi, sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Pasal 135 huruf a di atas, dapat

terhalang oleh ketentuan Pasal 118 Ayat (1) tersebut.253

Melihat ketentuan-ketentuan di atas, seharusnya Indonesia tidak hanya

mengecualikan impor paralel dari sanksi pidana, tetapi harus membuat hak importasi

pemegang hak berakhir setelah penjualan pertama terhadap produk-produk farmasi.

Hal ini didasarkan pada beberapa pertimbangan.254 Pertama adalah untuk

perlindungan konsumen. Indonesia harus membolehkan impor paralel produk-produk

farmasi untuk melindungi kepentingan konsumen yang memerlukan obat-obatan

dengan harga yang lebih murah. Penjelasan Umum UU 14/2001 sendiri menyatakan

bahwa tujuan pengecualian terhadap sanksi pidana adalah untuk menjamin agar harga

produk-produk farmasi yang dibutuhkan untuk kesehatan manusia adalah harga yang

wajar. Harga obat-obatan yang diimpor melalui distributor resmi di Indonesia sangat 252Pasal 118 Ayat (1)

253M. Hawin, Op.cit., hlm. 272

254Ibid, hlm. 272-275.

109

Page 110: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

mahal dibandingkan dengan kebanyakan negara lain. Misalnya, jumlah yang sama

terhadap antibiotik Amoxil, yang diproduksi oleh SmithKline Beecham, dijual dengan

harga 40 dolar AS, sementara harganya hanya 8 dolar AS di Pakistan, 14 dolar AS di

Canada, dan 36 dolar AS di Amerika Serikat.255 Harga obat-obatan yang tinggi di

Indonesia telah menciptakan situasi di mana sekitar 30-40% penduduk Indonesia tidak

mampu membelinya.

Alasan kedua adalah karena Perjanjian TRIPs tidak melarang negara anggota

WTO untuk membolehkan impor paralel produk-produk farmasi. Berdasarkan Pasal

28 (1) ditentukan bahwa pemegang hak paten berhak mengontrol importasi

produknya. Namun sesuai dengan ketentuan Pasal 6, seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, negara peserta dapat menundukkan hak eksklusif pada prinsip

exhaustion dalam artian bahwa pemegang hak kehilangan haknya setelah dia

menempatkan produknya di pasar. Dalam kaitannya dengan produk-produk farmasi,

interpretasi ini telah ditegaskan melalui Deklarasi tentang Perjanjian TRIPs dan

Kesehatan Publik yang dikeluarkan pada Pertemuan Menteri WTO keempat di Doha,

Qatar. Deklarasi tersebut menyatakan bahwa Perjanjian TRIPs tidak dapat digunakan

untuk menentang kebijakan yang mengizinkan impor paralel khususnya terhadap

obat-obatan yang penting. Berdasarkan kenyataan ini, Indonesia dapat mengadopsi

prinsip penjualan pertama produk-produk farmasi oleh pemegang paten atau dengan

persetujuannya menghilangkan haknya untuk mencegah tindakan selanjutnya dengan

produk-produk tersebut termasuk pengimporannya ke Indonesia.256

Alasan ketiga adalah Indonesia dapat menahan tekanan pihak luar terkait

dengan kebijakan pada pengimporan produk-produk farmasi. Salah satu pertimbangan

255Ibid, hlm. 272

256 Ibid.

110

Page 111: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

pelarangan impor paralel terhadap produk yang dilindungi paten adalah tekanan dari

pihak luar. Indonesia seharusnya mampu menahan tekanan pihak luar, khususnya dari

Amerika Serikat. Di samping dapat menggunakan kedua alasan di atas, Indonesia juga

dapat menggunakan alasan bahwa di Amerika Serikat sendiri terjadi tekanan yang

kuat melegalkan importasi obatan-obatan untuk mengurangi harga obat-obatan,

terutama untuk menolong orang-orang berusia lanjut. Kelompok Demokrat di

Kongres mengajukan usulan untuk membolehkan impor paralel obat-obatan dari

negara lain, seperti Canada dan Meksiko, jika harga obat-obatan di kedua negara ini

lebih murah dari pada harga di Amerika Serikat.257

Berdasarkan ketiga alasan di atas, pemerintah Indonesia harus berani

mengubah ketentuan-ketentuan impor paralel yang berkaitan dengan obat-obatan

dalam UU 14/2001.

4.4.3 Varietas Tanaman

a. Persyaratan Varietas Tanaman

Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) adalah merupakah hal yang baru dalam

rezim HKI. Hal ini dapat dilihat dari pengaturannya secara internasional yang baru

muncul pada tahun 1961, yaitu dengan diterimanya The International Union for the

Protection of New Varieties of Plants atau yang biasa disingkat dengan UPOP. UPOV

adalah singkatan yang berasal dari terjemahan bahasa Perancis untuk kata-kata ini,

yaitu ‘Union Internationale pour la Protection des Obstentions Vegetales’.258

Sebelum lahirnya konvensi UPOV ini, pada awal tahun 1930, Amerika Serikat

mengenalkan satu bentuk khusus hak eksklusif yang dinamakan paten tanaman, yang,

257 Ibid.

258Lihat http://www.upov.int/about/fr/index/html. Bandingkan WIPO, Op.cit, hlm.332.

111

Page 112: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

namun demikian, hanya berlaku untuk tanaman-tanaman yang dikembangbiakkan

tanpa penyerbukan.259 Selanjutnya sekelompok negara Eropa berkumpul pada tahun

1961 untuk mendirikan Konvensi bagi Perlindungan Varietas Tanaman Baru.260

Konvensi ini telah mengalami beberapa kali revisi, yaitu pada tahun 1972, 1978, dan

1991.261 Hasil revisi dari ketentuan konvensi ini pada tahun 1978 disebut dengan

Ketentuan 1978 (1978 Act), sementar untuk revisi tahun 1991 disebut dengan

Ketentuan 1991 (1991 Act). Setelah berlakunya Ketentuan 1991 pada tanggal 24

April 1998, keikutsertaan pada Ketentuan 1978 tertutup dengan pengecualian

terhadap negara-negara yang telah menginisiasi prosedur keikutsertaan pada saat itu.

Secara umum, walaupun tidak secara eksplisit, dasar pengaturan PVT juga

terdapat dalam TRIPs, sebagaimana yang terdapat Pasal 23 Ayat (3), yang

menentukan:

Members may also exclude from patentability:(a)…;(b) plants and animals other than micro-organisms, and essentially biological

processes for the production of plants or animals other than non-biological and microbiological processes. However, Members shall provide for the protection of plant varieties either by patents or by an effective sui generis system or by any combination thereof. The provisions of this subparagraph shall be reviewed four years after the date of entry into force of the WTO Agreement.

Dengan demikian negara anggota WTO berkewajiban memberikan perlindungan

varietas tanaman baik melalui paten maupun melalui sistem sui generis atau gabungan

dari keduanya. Dalam UU No. 14/2001 Pasal 7 d (ii) tidak disebutkan secara eksplisit

mengenai PVT, karena itu dapat disimpulkan bahwa perlindungan varietas tanaman

diberikan secara sui generis. Demikian pula, dalam lingkup internasional, walaupun

TRIPs tidak secara eksplisit maupun implisit menunjuk pada UPOV sebagai 259 WIPO, Ibid.

260Ibid. Bandingkan Nurul Barizah, Op.cit., hlm. 152.

261Lihat naskah UPOV, sebagaimana yang dapat diakses pada http://www.upov.int/upovlex/en/conventions/1991/w_up910_.html #_1

112

Page 113: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

ketentuan sui generis untuk PVT, namun karena dalam praktiknya UPOV adalah satu-

satunya konvensi internasional di bidang PVT, maka pengaturan sui generis PVT

didasarkan pada ketentuan-ketentuan UPOV. Hal ini juga dapat kita lihat dalam di

dalam dasar pertimbangan pembentukan UU No.29/2000 yang menyatakan bahwa

pengaturan perlindungan varietas tanaman melalui undang-undang di dasarkan pada

konvensi internasional. Walaupun tidak secara eksplisit menunjuk UPOV, tetapi

karena konvensi internasional satu-satunya tentang PVT adalah UPOV, maka sui

generis yang menjadi dasar pengaturan PVT dalam UU No.29/2000 adalah UPOV.

Hal ini lebih diperkuat dalam Penjelasan Umum Undang-Undang yang menyatakan

bahwa UU No.29/2000 adalah merupakan pelaksanaan kewajiban internasional, yang

salah satunya timbul dari UPOV.262

Semua varietas tanaman yang tidak dilindungi melalui paten dapat dilindungi

melalui PVT. Semua jenis tanaman dapat diberik hak PVT, baik yang berbiak secara

generatif maupun secara vegetatif, kecuali bakteri, bakteroid, mikoplasma, virus,

viroid dan bakteriofag.263 Namun varietas tanaman264 atau varietas tersebut harus

memenuhi persyaratan tertentu untuk mendapatkan perlindungan. Untuk mendapatkan

hak PVT berdasarkan UPOV, suatu varietas tanaman harus memenuhi syarat novelty

(baru), distinctiveness (berbeda), uniformity (seragam), stability (stabil), dan

denomination (diberi nama).265 Ketentuan UPOV tersebut tercermin dalam Pasal 2

Ayat (1) UU No.29/2000 yang menentukan bahwa: “ Varietas yang dapat diberi PVT

262Paragraf keempat UU 29/2000 263

?Penjelasan Pasal 2 UU 29/2000 264

?Varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

265Pasal 5 sampai 9 UPOV

113

Page 114: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

meliputi varietas dari jenis atau spesies tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan

diberi nama.”

Selanjutnya Pasal 2 Ayat (2) menentukan syarat kebaruan bahwa:

Suatu varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan permohonan hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panendari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia atau sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari empat tahun untuk tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan

Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa persyaratan kebaruan tergantung pada ada

tidaknya tindakan komersialisasi, baik di Indonesia maupun di luar negeri, dalam

jangka waktu tertentu. Dengan demikian masih dimungkinkan dalam periode tertentu

(grace period), pemulia tanaman menguji nilai jual atau komersialisasi varietas

tanamannya sebelum mengajukan permohonan pendaftaran perlindungan.

Untuk syarat unik, Pasal 2 Ayat (3) menentukan bahwa: “ Suatu varietas

dianggap unik apabila varietas tersebut dapat dibedakan secara jelas dengan varietas

lain yang keberadaannya sudah diketahui secara umum pada saat penerimaan

permohonan hak PVT.

Selanjutnya Pasal 2 Ayat (4) menentukan bahwa “suatu varietas dianggap

serangan apabila sifat-sifat utama atau penting pada varietas tersebut terbukti seragam

meskipun bervariasi sebagai akibat dari cara tanam dan lingkungan yang berbeda-

beda.”

Selanjutnya Pasal 2 Ayat (5) menentukan bahwa: “suatu varietas dianggap

stabil apabila sifat-sifatnya tidak mengalami perubahan setelah ditanam berulang-

ulang, atau untuk yang diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus, tidak

mengalami perubahan pada setiap akhir siklus tersebut.”

114

Page 115: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Terakhir Pasal 2 Ayat (6) menentukan bahwa untuk mendapatkan PVT, suatu

varietas harus diberi penamaan yang selanjutnya menjadi nama varietas tanaman yang

bersangkutan, dengan ketentuan bahwa:

a. nama varietas tersebut terus dapat digunakan meskipun masa perlindungan telah habis;b. pemberian nama tidak boleh menimbulkan kerancuan terhadap sifat-sifat varietas;c. penamaan varietas dilakukan oleh pemohon hak PVT dan didaftarkan pada Kantor

PVT;d. apabila penamaan menimbulkan kerancuan terhadap sifat-sifat varietas, maka

Kantor PVT berhak menolak penamaan tersebut dan meminta penamaan baru;e. apabila nama varietas tersebut telah dipergunakan untuk varietas lain, maka

pemohon wajib mengganti nama varietas tersebut;f. nama varietas yang diajukan dapat juga diajukan sebagai merek dagang sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Perolehan Hak dan Jangka Waktu Perlindungan Varietas Tanaman

Seperti halnya perolehan Paten, sistem perolehan hak PVT didasarkan pada

first to file system. Permohonan harus diajukan pada Kantor PVT di masing-masing

negara yang dituju. Untuk mendapatkan hak PVT di Indonesia, permohonan harus

diajukan kepada Kantor PVT secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan membayar

biaya. Surat permohonan hak PVT tersebut harus memuat:266

a. tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan;b. nama dan alamat lengkap pemohon;c. nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan penmulia serta nama ahli

waris yang ditunjuk;d. nama varietas;e. deskripsi varietas yang mencakup asal-usul atau silsilah, ciri-ciri

morfologi, dan sifat-sifat penting lainnya;f. gambar dan/atau foto yang disebut dalam deskripsi, yang diperlukan

untuk memperjelas deskripsinya.

Permohonan hak PVT dapat diajukan oleh pemulia, orang atau badan hukum

yang mempekerjakan pemulia atau yang memesan varietas dari pemulia, ahli waris,

266Pasal 11 Ayat (1) dan (2) UU No. 29/2000

115

Page 116: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

atau konsultan PVT. 267 Untuk permohonan yang diajukan oleh pemulia, orang atau

badan hukum, dan ahli waris yang tidak bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di

wilayah Indonesia, harus melalui Konsultan PVT di Indonesia selaku kuasa.268

Selanjutnya ditentukan bahwa permohonan hak PVT yang diajukan oleh orang atau

badan hukum selaku kuasa pemohon harus disertai surat kuasa khusus dengan

mencatumkan nama dan alamat lengkap kuasa yang berhak. Jika diajukan oleh ahli

waris harus disertai dokumen bukti ahli waris.269

Sebagaimana halnya dengan Paten, permohonan PVT juga dapat dilakukan

dengan menggunakan Hak Prioritas. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 12

UPOV yang menentukan:

Any breeder or his successor in title who has duly filed an application for protection of a new variety in one of the member States of the Union shall, for the purposes of filing in the other member States of the Union, enjoy a right of priority for a period of twelve months. This period shall run from the date of filing of the first application. The day of filing shall not be included in such period.

Permohonan dengan hak prioritas harus diajukan dalam waktu 12 (dua belas)

bulan dari permohonan pertama kali yang diajukan di negara peserta Konvensi UPOV

lainnya. Hak prioritas ini mulai berlaku sejak tanggal penerimaan permohonan yang

pertama kali. Klaim prioritas tergantung pada permohonan. Sejalan dengan ketentuan

UPOV tersebut, UU No. 29/2000 mengatur hak prioritas dalam Pasal 14 Ayat (1),

bahwa Permohonan hak PVT dengan menggunakan hak prioritas harus pula

memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. diajukan dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penerimaan pengajuan permohonan hak PVT yang pertama kali di luar Indonesia;

b. dilengkapi salinan surat permohonan hak PVT yang pertama kali dan disahkan oleh yang berwenang di negara dimaksud pada butir a paling lambat tiga bulan;

267

? Pasal 12 Ayat (2) UU No. 29/2000268

?Pasal 12 Ayat (3) UU No. 29/2000 269

?Pasal 11 Ayat (3) UU No. 29/2000

116

Page 117: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

c. dilengkapi salinan sah dokumen permohonan hak PVT yang pertama di luar negeri;d. dilengkapi salinan penolakan hak PVT, bila hak PVT tersebut pernah ditolak.

Seperti halnya dalam tahapan permohonan Paten, permohonan PVT yang telah

memenuhi persyaratan Administratif dan telah mendapatkan tanggal penerimaan

selanjutnya akan dilakukan pengumuman. Jika tidak ada tanggapan dan keberatan dari

pihak yang berkepentingan selama masa pengumuman, kantor PVT akan melakukan

pemeriksaan substantif. Pemeriksaan substantif dilakukan oleh Pemeriksa PVT,

meliputi sifat kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan varietas yang

dimohonkan hak PVT.270

Apabila laporan tentang hasil pemeriksaan atas varietas yang dimohonkan hak

PVT yang dilakukan oleh Pemeriksa PVT menyimpulkan bahwa varietas tersebut

sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang, Kantor PVT memberitahukan secara

resmi persetujuan pemberian hak PVT untuk varietas yang bersangkutan kepada

pemohon PVT. Hak PVT tersebut diberikan dalam bentuk Sertifikat hak PVT.271

Sebaliknya jika a permohonan hak PVT dan/atau hasil pemeriksaan yang dilakukan

oleh Pemeriksa PVT menunjukkan bahwa permohonan tersebut tidak memenuhi

syarat administratif dan substantif, maka Kantor PVT menolak permohonan hak PVT

tersebut dan memberitahukan penolakan secara tertulis kepada pemohon hak PVT.272

Terhadap penolakan permohonan hak PVT yang berkaitan dengan alasan dan dasar

pertimbangan mengenai hal-hal yang bersifat substantif dapat diajukan banding.

tersebut dapat diajukan banding. Permohonan banding diajukan secara tertulis oleh

pemohon hak PVT atau kuasa hukumnya kepada Komisi Banding PVT disertai uraian

secara lengkap keberatan terhadap penolakan permohonan hak PVT pengiriman

270Pasal 30 UU No. 29/2000 271

?Pasal 34 UU No. 29/2000 272

?Pasal 35 UU No. 29/2000

117

Page 118: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

alasannya selambat-lambatnya tiga bulan sejak tanggal pengiriman surat penolakan

permohonan hak PVT dengan tembusan kepada Kantor PVT.273

Berbeda halnya dengan putusan Komisi Banding dalam Paten, putusan

Komisi Banding dalam permohonan hak PVT bersifat final. Dalam hal Komisi

Banding PVT menyetujui permohonan banding, Kantor PVT wajib melaksanakan

keputusan Komisi Banding dan mencabut penolakan hak PVT yang telah dikeluarkan.

Apabila Komisi Banding PVT menolak permohonan banding, Kantor PVT segera

memberitahukan penolakan tersebut.274

Dalam hal permohonan hak PVT dikabulkan, maka pemegang hak PVT akan

mendapatkan perlindungan selama 20 (dua puluh) tahun untuk tanaman semusim dan

25 (dua puluh lima) tahun untuk tanaman tahunan. Jangka waktu perlindungan

tersebut dihitung sejak tanggal pemberian hak PVT.275

c. Hak Eksklusif Pemegang PVT

Dengan mendapatkan sertifikat Hak PVT setiap Pemegang hak PVT memiliki

hak untuk menggunakan dan memberikan persetujuan kepada orang atau badan

hukum lain untuk menggunakan varietas berupa benih hasil panen yang digunakan

untuk propagasi.276 Hak eksklusif Pemegang hak PVT tersebut tidak hanya berlaku

untuk varietas berupa benih hasil panen yang digunakan untuk propogasi, tetapi juga

berlaku untuk:277

273

?Pasal 36 UU No. 29/2000

274Pasal 38 UU No. 29/2000 275

?Pasal 4 UU No. 29/2000 276

?Pasal 6 Ayat (1) UU No. 29/2000 277

?Pasal 6 Ayat (2) UU No. 29/2000. Ketentuan di atas sejalan dengan Pasal 14 Ayat (5) UPOV 1991.

118

Page 119: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

a. varietas turunan esensial yang berasal dari suatu varietas yang dilindungi atau varietas yang telah terdaftar dan diberi nama;

b. varietas yang tidak dapat dibedakan secara jelas dari varietas yang dilindungi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1);

c. varietas yang diproduksi dengan selalu menggunakan varietas yang dilindungi.

Hak eksklusif untuk menggunakan varietas berupa benih hasil panen yang

digunakan untuk propogasi meliputi kegiatan:

a. memproduksi atau memperbanyak benih;b. menyiapkan untuk tujuan propagasi;c. mengiklankan;d. menawarkan;e. menjual atau memperdagangkan;f. mengekspor;g. mengimpor;h. mencadangkan untuk keperluan sebagaimana dimaksud dalam butir a,b, c, d, e, f, dan g.

www.legalitas.orgPenggunaan hasil panen yang digunakan untuk propogasi yang berasal dari

varietas yang dilindungi, harus mendapat persetujuan dari pemegang hak PVT.

Demikian pula penggunaan varietas turunan esensial harus mendapat persetujuan dari

pemegang hak PVT dan/atau pemilik varietas asal dengan ketentuan sebagai

berikut:278

a. varietas turunan esensial berasal dari varietas yang telah mendapat hak PVT atau me ndapat penanaman berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bukan merupakan varietas turunan esensial sebelumnya;

b. varietas tersebut pada dasarnya mempertahankan ekspresi sifat-sifat esensial dari varietas asal, tetapi dapat dibedakan secara jelas dengan varietas asal dari sifat-sifat yang timbul dari tindakan penurunan itu sendiri;

c. varietas turunan esensial sebagaimana dimaksud pada butir a dan butir b dapat diperoleh dari mutasi induksi, variasi somaklonal, seleksi individu tanaman, silang balik, dan transformasi dengan rekayasa genetika dari varietas asal.

d. Kepentingan Umum dalam Perlindungan Varietas Tanaman

Kepentingan umum dalam perlindungan varietas tanaman diatur dalam

Konvensi UPOV, TRIPs, dan UU 29/2000. Konvensi mengenai Perlindungan

Varietas Tanaman atau UPOV, pada awalnya dikemukaan dan dirancang untuk

278Pasal 6 Ayat (5) UU No. 29/2000

119

Page 120: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

kepentingan pemuliaan komersial bagi orang Eropa, dan menyeimbangkan

kepentingan-kepentingan ini dengan para petani Eropa.279 Titik beratnya adalah pada

perlindungan pemulia tanaman. Hal ini terlihat pada preambul konvensi yang

menyatakan pentingnya perlindungan varietas tanaman baru bukan hanya untuk

pengembangan pertanian di wilayah pemulia tanaman, tapi juga untuk melindungi

kepentingan pemulia. Titik berat pada perlindungan pemulia tanaman ini juga sangat

terlihat pada dasar pertimbangan lahirnya konvensi lainnya yaitu adanya kekuatiran

akan diterapkannya persyaratan kepentingan umum terhadap penggunaan hak

eksklusif pemulia tanaman. Dasar pertimbang tersebut kemudian dipertegas dalam

Pasal 1 yang mengatur tentang tujuan konvensi, yaitu untuk mengakui dan menjamin

hak pemulia tanaman atau pengganti haknya.280 Dengan dasar pertimbangan yang

demikian, maka tidak mengherankan jika ketentuan-ketentuan dalam konvensi UPOV

ini mengatur pembatasan terhadap hak eksklusif pemulia hanya dalam satu pasal.

Dalam Pasal 9 ditentukan bahwa:

“The free exercise of the exclusive right accorded to the breeder or his successor in title may not be restricted otherwise than for reasons of public interest. When any such restriction is made in order to ensure the widespread distribution of new varieties, the member State of the Union concerned shall take all measures necessary to ensure that the breeder or his successor in title receives equitable remuneration.”281

Dari ketentuan Pasal 9 tersebut, jelas bahwa penggunaan bebas hak eksklusif yang

diberikan kepada pemulia atau pengganti haknya tidak dapat dibatasi dengan alasan

apapun selain dari alasan kepentingan umum. Pembatasan untuk kepentingan umum

279

?Graham Dutfield, Food, Biological Diversity and Intellectual Property: The Role of the International Union for the Protection of New Varieties of Plants (UPOV), Global Economic Issue Intellectual Property Issue Paper Number 9, Quaker United Nations Office, February 2011, hlm.7

280UPOV 1961/1978

281Ibid, Pasal 9.

120

Page 121: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

ini hanya boleh dilakukan dengan memberikan remunerasi kepada pemulia atau

pengganti haknya.

Dengan adanya Pasal 9 tersebut, maka tidak dimungkinkan bagi negara peserta

konvensi untuk mengadakan pengecualian lain, selain alasan kepentingan umum.

Yang menjadi persoalan adalah tidak adanya penjelasan tentang apa yang dimaksud

dengan kepentingan umum dalam konvensi ini. Dengan demikian, pengertian dan

ruang lingkup kepentingan umum di sini tergantung pada penafsiran masing-masing

negara peserta. Hal ini bisa menimbulkan perselisihan di antara negara-negara peserta.

Konvensi ini memberikan kemungkinan perlindungan varietas tanaman

melalui dua bentuk, melalui perlindungan khusus atau paten.282 Namun demikian,

negara peserta yang hukum nasionalnya memberikan perlindungan berdasarkan kedua

bentuk ini dapat memberikan hanya satu bentuk perlindungan terhadap satu jenis

tanaman. Dengan demikian tidak ada kewajiban bagi negara peserta untuk hanya

memberikan satu bentuk perlindungan.

Hak eksklusif pemulia tanaman atau pewarisnya yang diberikan oleh Konvensi

UPOV 1961/1978 adalah pihak lain harus mendapat izin terlebih dahulu darinya

untuk pembuatan bahan reproduksi atau perbanyakan tanaman dari varietas baru

tersebut, jika dilakukan untuk tujuan penjualan komersial dan penawaran untuk

penjualan atau pemasaran terhadap bahan tersebut.283 Izin tersebut dapat diberikan

dengan persyaratan yang ditentukan oleh pemulia atau pewarisnya.284 Izin dari

pemulia atau pewarisnya tidak diwajibkan jika pemanfaatan varietas baru tersebut

sebagai sumber bahan awal untuk menciptakan varietas baru lainnya atau untuk

282 Ibid, Pasal 2

283 Pasal 5 Ayat (1)

284 Pasal 5 (2). Tidak jelas apakah dalam bentuk remunerasi atau bentuk lainnya.

121

Page 122: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

pemasaran varietas baru lainnya tersebut.285 Namun demikian izin dari pemulia

tanaman atau pewarisnya diperlukan jika penggunaan yang berulang terhadap varietas

baru tersebut diperlukan untuk produksi komersial varietas lainnya.

Dengan demikian, hak eksklusif pemulia tanaman atau pewaris yang diatur

dalam Konvensi UPOV 1961/1978 ini hanyalah pemberian izin pada pihak lain

dengan imbalan tertentu. Dengan demikian apabila perbanyakan benih varietas baru

tersebut bukan untuk tujuan komersial, maka perbanyakan tersebut bukanlah

merupakan pelanggaran hak pemulia tanaman. Demikian pula izin pemulia tanaman

tidak diberikan jika penggunaan varietas tanaman baru tersebut sebagai bahan dasar

untuk menciptakan varietas tanaman baru lainnya, kecuali jika penggunaan tersebut

harus dilakukan berulang-ulang. Dengan kata lain, secara tersirat, pengakuan terhadap

hak-hak petani (farmer’s right) dalam Konvensi ini cukup kuat.

Namun Konvensi UPOV 1961/1978 dianggap kurang melindungi kepentingan

pemulia tanaman, terutama pemulia tanaman yang berbentuk korporasi multinasional

(yang berasal dari negara-negara maju). Oleh karena itu kemudian UPOV/1978 ini

direvisi oleh UPOV 1991.286 Secara umum, ketentuan-ketentuan UPOV 1991 ini lebih

memperjelas dan mempertegas ketentuan-ketentuan dari UPOV 1961/1978, terutama

mempertegas dan memperkuat hak-hak pemulia tanaman. Hal ini dapat dilihat dari

lingkup perlindungan hak pemulia tanaman. Dalam konvensi 1991 ini, izin dari

pemulia tanaman tidak hanya diperlukan untuk produksi bagi tujuan pemasaran

komersial, penawaran untuk penjualan, dan pemasaran terhadap perbanyakan benih

285 Pasal 5 (3)

286Hal ini sesuai dengan pernyataan Francois Meiberg bahwa “UPOV 1991 does not seem to correspond to the needs of developing countries. Out of 15 developing countries (12 Latin American plus China, Kenya and South Africa) to which the 1978 Act applies, not one has ratified the 1991 Act. It would appear that UPOV 1978 serves their needs better. Ratification of UPOV 1991 by developing countries was made compulsory by trade agreements with OECD countries.” Lihat Graham Dutfield, op.cit., hlm. 9

122

Page 123: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

varietas baru, tetapi juga termasuk untuk persyaratan untuk tujuan

perbanyakan, pengeksporan, pengimporan, dan pencadangan untuk keenam kegiatan

sebelumnya.287

Penekanan perlindungan pada pemulia tanaman yang lebih kuat juga tampak

pada ketentuan Pasal 14 (2) yang mengatur tentang tindakan-tindakan yang terkait

dengan hasil panen. Ditentukan bahwa tindakan-tindakan yang terkait dengan ketujuh

tindakan sebagaimana diatur dalam Pasal 14 (1) yang berkaitan dengan hasil panen,

termasuk keseluruhan tanaman atau bagian tanaman, yang diperoleh melalui

penggunaan tanpa persetujuan terhadap propagasi varietas yang dilindungi harus

mendapatkan persetujuan dari pemulia, kecuali pemulia telah mendapat kesempatan

yang wajar untuk menggunakan haknya terhadap perbanyakan benih yang

dimaksud.288 Demikian pula tindakan-tindakan yang terkait dengan produk tertentu.

Ditentukan bahwa negara peserta dapat menentukan bahwa tindakan-tindakan yang

terkait dengan ketujuh tindakan sebagaimana diatur dalam Pasal 14 (1) yang

berkaitan dengan produk yang dibuat secara langsung dari hasil panen varietas yang

dilindungi yang termasuk dalam lingkup ketentuan Ayat 2 di atas melalui penggunaan

hasil panen tanpa persetujuan harus mendapatkan persetujuan pemulia tanaman,

kecuali pemulia telah mendapatkan kesempatan yang wajar untuk menggunakan

haknya terhadap hasil panen tersebut.289

Posisi pemulia tanaman yang semakin kuat dalam konvensi UPOV versi

terakhir ini juga terlihat dalam ketentuan yang memberikan kemungkinan bagi

negara-negara peserta untuk mensyaratkan persetujuan pemulia tanaman terhadap

287UPOV/1991, Pasal 14 Ayat (1) (a)

288 Pasal 14 Ayat (2)

289 Pasal 14 Ayat (3)

123

Page 124: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

tindakan-tindakan selain tujuh tindakan yang telah diatur pada ayat sebelumnya.290

Dan kuatnya posisi pemulia tanaman semakin tegas terlihat pada ayat selanjutnya.

Ditentukan bahwa ketentuan keempat ayat sebelumnya juga berlaku terhadap varietas

yang merupakan turunan esensial dari varietas yang dilindungi, dimana varietas yang

dilindungi itu sendiri bukanlah varietas turunan yang esensial; terhadap varietas yang

tidak jelas daya pembedanya terhadap varietas yang dilindungi; dan terhadap varietas

yang pembuatannya selalu memerlukan penggunaan varietas yang dilindungi.291

Dari ketentuan-ketentuan Pasal 14 tersebut di atas, tampak adanya upaya

untuk memperkuat dan memperluas hak-hak pemulia tanaman. Kecil sekali

kemungkinan bagi pihak lain, terutama petani, untuk menggunakan varietas tanaman

yang dilindungi, termasuk turunan esensial dari varietas yang dilindungi, tanpa izin

dari pemulia tanaman.292

Untuk menyeimbangkan hak-hak eksklusif pemulia tanaman dengan

kepentingan pihak lain, termasuk untuk kepentingan umum, konvensi UPOV versi

terakhir ini memberikan beberapa pengecualian dan pembatasan terhadap hak

eksklusif tersebut. Berbeda dengan konvensi tahun 1961/1978 yang menentukan

alasan pembatasan satu-satunya adalah kepentingan umum, konvensi 1991 ini

mengatur beberapa pengecualian. Pengecualian pertama adalah pengecualian yang

bersifat wajib bagi negara peserta, yaitu terhadap: tindakan-tindakan yang dilakukan

untuk tujuan pribadi dan non-komersial; tindakan-tindakan yang dilakukan untuk

tujuan percobaan; dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk tujuan pemuliaan

varietas lainnya serta tindakan-tindakan yang berkaitan dengan Pasal 14 (1) sampai

290 Pasal 14 Ayat (4)

291 Pasal 14 Ayat (5) (a)

292 Walaupun ketentuan-ketentuan Pasal 14 tersebut harus memperhatikan ketentuan Pasal 15 dan Pasal 16 yang mengatur tentang pengecualian hak eksklusif pemulia tanaman dan habisnya hak pemulia tanaman (exhaustion rights).

124

Page 125: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

(4) terkait dengan varietas lain tersebut, kecuali jika Pasal 14 (5) berlaku.293

Pengecualian kedua adalah pengecualian yang bersifat pilihan, yaitu memberikan

kemungkinan bagi negara-negara peserta, dalam batas-batas yang wajar dan tetap

melindungi kepentingan pemulia tanaman yang sah, membatasi hak pemulia yang

berkaitan dengan varietas apapun untuk mengizinkan petani menggunakan hasil

panen yang diperoleh melalui penanaman, di lahannya sendiri, varietas tanaman yang

dilindungi atau varietas esensial atau varietas yang tidak jelas perbedaannya dengan

varietas yang dilindungi, dengan tujuan untuk perbanyakan dan dilakukan dilahannya

sendiri.294

Dalam Pasal 17 diatur pembatasan terhadap hak eksklusif pemulia tanaman.

Sama halnya dengan konvensi versi 1961/1978, konvensi versi 1991 juga menentukan

alasan pembatasan satu-satunya terhadap hak eksklusif pemulia tanaman adalah

alasan kepentingan umum. Dan jika pelaksanaan kepentingan umum itu

menyebabkan pihak ketiga diberikan persetujuan untuk melaksanakan tindakan yang

seharusnya memperoleh persetujuan pemulia, negara peserta harus memastikan bahwa

pemulia menerima remunerasi yang adil. Ketentuan Pasal 17 konvensi menentukan

bahwa:

“Except where expressly provided in this Convention, no Contracting Party may restrict the free exercise of a breeder’s right for reasons other than of public interest. When any such restriction has the effect of authorizing a third party to perform any act for which the breeder’s authorization is required, the Contracting Party concerned shall take all measures necessary to ensure that the breeder receives equitable remuneration.295

Sama halnya dengan konvensi versi sebelumnya, konvensi versi 1991 ini juga tidak

memberikan pengertian dan lingkup dari kepentingan umum. Dengan demikian

293 Pasal 15 Ayat (1)

294 Pasal 15 Ayat (2)

295 Pasal 17 Ayat (1) dan (2)

125

Page 126: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

penafsiran pengertian dan lingkup kepentigan umum di sini tergantung pada masing-

masing negara.

Ketentuan lain dalam Konvensi UPOV 1991 yang tidak diatur dalam versi

sebelumnya adalah ketentuan mengenai prinsip exhaustion. Ditentukan bahwa hak

eksklusif pemulia tidak mencakup tindakan-tindakan yang berkaitan dengan benih

varietas yang dilindungi, atau varietas yang termasuk dalam pengaturan Pasal 14 (5)296

yang telah dijual atau dipasarkan oleh pemulia atau dengan persetujuannya di wilayah

negara peserta yang terkait, atau dengan benih yang berasal dari benih tersebut,

kecuali tindakan-tindakan tersebut melibatkan propagasi lebih lanjut terhadap varietas

bersangkutan atau melibatkan ekspor benih varietas, yang memungkinkan propagasi

varietas tersebut, ke negara yang tidak melindungi varietas tanaman yang merupakan

kelompok atau spesies varietas tersebut, kecuali benih yang diekspor digunakan untuk

tujuan penggunaan sendiri.297

Prinsip exhaustion ini biasanya terkait dengan impor paralel. Berbeda halnya

dengan impor paralel dalam paten, yang menghilangkan hak pemegang paten untuk

bertindak atas patennya setelah produk yang dilindungi paten dijual pertama kali ke

luar negeri, hak eksklusif pemulia tidak hilang jika pengimporan benih varietas yang

dilindungi ke suatu negara bukan untuk penggunaan sendiri. Dengan demikian

penggunaan prinsip exhaustion dalam varietas tanaman tidak sekuat penggunaan

prinsip exhaustion dalam paten.

Kuatnya perlindungan terhadap pemulia tanaman dalam konvensi UPOV versi

terakhir ini juga terlihat dalam kaitan dengan tindakan pengaturan perdagangan.

296 Yang meliputi varietas yang merupakan turunan esensial dari varietas yang dilindungi, di mana varietas yang dilindungi sendiri bukan merupakan varietas turunan esensial; varietas yang tidak jelas perbedaannya dengan varietas yang dilindungi; dan varietas yang pembuatannya selalu menggunakan varietas yang dilindungi.

297 Pasal 16

126

Page 127: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Ditentukan bahwa hak pemulia tidak terikat pada tindakan apapun yang diambil oleh

negara peserta untuk mengatur produksi, sertifikasi, dan pemasaran benih varietas

atau pengimporan atau pengeksporan benih tersebut. Dalam keadaan apapun,

tindakan-tindakan tersebut tidak boleh mempengaruhi penerapan ketentuan-ketentuan

konvensi.298 Dengan kata lain, negara peserta tidak boleh mencampuri mengenai

pengadaan, penentuan kualitas, dan pemasaran benih varietas yang dilindungi.

Semuanya diserahkan pada pemulia. Dengan demikian tergantung pada hukum pasar.

Sekali lagi, ketentuan ini memperlihatkan betapa kuatnya perlindungan hak pemulia

tanaman dalam Konvensi UPOV 1991 ini.

Ketentuan Pasal 19 Konvensi UPOV/1991 tentang masa perlindungan varietas

tanaman juga memperlihatkan kuatnya perlindungan terhadap hak pemulia tanaman.

Dalam Konvensi 1961/1978, masa perlindungan varietas tanaman sekurang-

kurangnya adalah 15 tahun untuk tanaman semusim, dan 18 tahun untuk tanaman

tahunan. Sementara itu dalam Konvensi 1991, masa perlindungannya adalah

sekurang-kurangnya 20 tahun, dan sekurang-kurangnya 25 tahun untuk tanaman

tahunan.

Dari seluruh ketentuan-ketentuan Konvensi UPOV 1991 yang dibahas di atas

memperlihatkan betapa kuatnya perlindungan hak eksklusif pemulia. Walaupun

konvensi ini juga memberikan pengecualian dan pembatasan terhadap penggunaan

hak eksklusif pemulia tanaman, namun pengecualian dan pembatasan tersebut

sifatnya sangat terbatas dan sama sekali tidak dapat merugikan kepentingan ekonomi

pemulia.

Dalam TRIPs, varietas tanaman tidak termasuk dalam bidang HKI yang diatur

secara khusus, seperti halnya bidang hak kekayaan intelektual lainnya. Namun

demikian dalam Pasal 27 Ayat (3) (b) nya, TRIPs mewajibkan anggota WTO untuk 298 Pasal 18

127

Page 128: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

memberikan perlindungan terhadap varietas tanaman, apakah melalui paten atau

ketentuan tersendiri (sui generis) atau kombinasi dari keduanya. Walaupun tidak ada

ketentuan di dalam TRIPs yang mengacu pada konvensi UPOV, namun demikian dari

fakta meningkatnya jumlah anggota UPOV dan semakin banyaknya undang-undang

PVT di negara-negara berkembang yang disusun berdasarkan pada ketentuan-

ketentuan UPOV, perlahan tapi pasti ketentuan khusus (sui generis) yang dimaksud

TRIPs mengacu pada Konvensi UPOV.299 Dengan demikian perlindungan varietas

tanaman dalam TRIPs dapat diinterpretasikan mengacu dan dapat pula diartikan tidak

mengacu pada ketentuan-ketentuan dalam UPOV.

Indonesia hingga saat ini belum meratifikasi Konvensi UPOV. Namun karena

adanya kewajiban berdasarkan Pasal 27 Ayat (3) (b) TRIPs, maka, sebagai anggota

negara WTO, Indonesia mengatur perlindungan varietas tanaman dalam peraturan

khusus, yaitu Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas

Tanaman.300 UU 29/2000 ini diundangkan setahun sebelum diundangkannya UU

14/2001 tentang Paten.301 Sebenarnya dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997,

varietas tanaman dimungkinkan dilindungi melalui paten, yaitu varietas tanaman yang

dihasilkan melalui proses non-biologis atau proses mikrobiologis sepanjang

memenuhi syarat-syarat untuk mendapatkan paten. Namun ketentuan tersebut

tampaknya tidak memadai untuk perlindungan varietas tanaman baru, karena UU

14/2001 hanya melindungi varietas tanaman yang dihasilkan melalui proses non-

299Lihat Nurul Barizah, Op.cit., hlm, 152-153.

300Secara tersirat, walaupun Indonesia tidak meratifikasi Konvensi UPOV, pengaturan varietas tanaman dalam undang-undang khusus ini juga mengacu pada Konvensi UPOV. Hal ini tersirat dalam dasar pertimbangan diundangkannya UU 29/2000 huruf e, yang menyatakan bahwa sesuai dengan konvensi internasional, perlindungan varietas tanaman perlu diatur dengan undang-undang. Kata-kata konvensi internasional secara tidak langsung mengacu pada Konvensi UPOV.

301UU 14/2001 merupakan pengganti Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten).

128

Page 129: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

biologis atau proses mikrobiologis, sementara varietas tanaman baru dapat dihasilkan

melalui proses yang lebih kompleks, baik secara biologis maupun non biologis seperti

melalui mutasi induksi, variasi somaklonal, seleksi individu tanaman, silang balik,

dan transformasi dengan rekayasa genetika dari varietas asal.302

Tujuan utama diundangkannya undang-undang ini adalah mewujudkan sistem

perlindungan bagi pemulia tanaman, yang didorong oleh beberapa pertimbangan,

antara lain: tersedianya varietas unggul untuk mendukung dan menunjang

pembangunan pertanian yang maju, efisien dan tangguh;303 pelestarian dan

pemanfaatan sumber daya plasma nutfah untuk merakit dan mendapatkan varietas

unggul tanaman guna mendorong industri perbenihan;304 untuk memberikan

perlindungan hukum yang memadai bagi pemulia tanaman, baik perorangan maupun

badan hukum;305 dan untuk mengimplementasikan konvensi internasional tentang

varietas tanaman ke dalam hukum nasional.306

Dasar alasan yang digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam memberikan

perlindungan terhadap varietas tanaman adalah sama dengan dasar pertimbangan

terhadap perlindungan paten - untuk meningkatkan inovasi dan mendorong

perkembangan teknologi – yaitu untuk mendorong semangat dan kreativitas di bidang

pemuliaan tanaman, sehingga dapat dihasilkan penemuan berbagai varietas unggul

yang sangat diperlukan masyarakat.307 Dasar pertimbangan lainnnya adalah untuk

302 Lihat Pasal 6 Ayat (5) huruf c.

303 Dasar pertimbangan huruf b

304 Dasar pertimbangan huruf c

305 Dasar pertimbangan huruf d

306 Dasar pertimbangan huruf e

307 Memori Penjelasan paragraph 4

129

Page 130: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

memfasilitasi perkembangan industri benih dan mendorong dunia usaha agar lebih

berperan dalam pengembangan varietas tanaman yang berkualitas unggul.308

Sama halnya dengan UU 14/2001, UU 29/2000 sebagai pengejawantahan

konvensi dan perjanjian internasional di bidang Varietas Tanaman, di samping

mengakui adanya hak eksklusif bagi pemegang hak varietas tanaman, juga mengatur

pembatasan dan pengecualian terhadap hak eksklusif tersebut. Pengaturan

pengecualian dan pembatasan terhadap hak eksklusif sebagai wujud dari perlindungan

kepentingan umum terdapat dalam beberapa pasal UU 29/2000.

Pertama, dalam Pasal 3 diatur mengenai varietas yang tidak dapat diberi PVT,

yaitu varietas yang penggunaannya bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, ketertiban umum, kesusilaan, norma-norma agama,

kesehatan, dan kelestarian lingkungan hidup. Berbeda halnya dengan pengecualian

yang sama dalam UU 14/2001 yang tidak memberikan penjelasan mengenai

pengertian bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

ketertiban umum, kesusilaan, norma-norma agama, UU 29/2000 memberikan

penjelasan bahwa yang dimaksud dengan varietas tanaman yang penggunaannya

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, kesehatan,

kesusilaan, dan lingkungan hidup, misalnya tanaman penghasil psikotropika,

sedangkan yang melanggar norma agama misalnya varietas yang mengandung gen

dari hewan yang bertentangan dengan norma agama tertentu.309 Penjelasan ini masih

bersifat umum dan memerlukan penjelasan lebih lengkap. Misalnya saja, apakah

memang tanaman penghasil psikotropika menganggu kelestarian lingkungan hidup.

Apakah gen-gen perusak atau genetic use restriction technology, yang digunakan

untuk memandulkan gen tanaman sehingga tidak dapat digunakan untuk menjadi bibit

308 Memori Penjelasan309 Penjelasan Pasal 3

130

Page 131: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

di kemudian hari, termasuk yang dikecualikan dari perlindungan PVT. Oleh karena

itu, persoalan yang timbul tentang pengecualian yang berhubungan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, moralitas, kesusilaan, dan

agama dalam Undang-undang tentang Paten juga dapat timbul dalam Undang-undang

tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

Kedua, adalah Pasal 10. Dalam Ayat (1) pasal ini ditentukan tindakan-

tindakan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak PVT, yaitu: (a) a. penggunaan

sebagian hasil panen dari varietas yang dilindungi, sepanjang tidak untuk tujuan

komersial; (b) penggunaan varietas yang dilindungi untuk kegiatan penelitian,

pemuliaan tanaman, dan perakitan varietas baru; dan (c) penggunaan oleh Pemerintah

atas varietas yang dilindungi dalam rangka kebijakan pengadaan pangan dan obat-

obatan dengan memperhatikan hak-hak ekonomi dari pemegang hak PVT. Sementara

itu ketentuan mengenai penggunaan oleh Pemerintah atas varietas yang dilindungi

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.310 Ketentuan dalam Pasal 10 Ayat (1)

huruf c ini sangat erat dengan kepentingan umum dan dimaksudkan untuk untuk

mengakomodasi kemungkinan terjadinya kerawanan pangan dan ancaman terhadap

kesehatan. Penggunaan oleh pemerintah setidaknya merupakan salah satu cara untuk

mengatasi ancaman tadi. Namun demikian pelaksanaannya harus tetap

memperhatikan kepentingan pemulia atau pemegang hak PVT, karenanya penetapan

tersebut harus dituangkan dalam bentuk Keputusan Presiden.311

Ketiga, adalah ketentuan yang berkaitan dengan lisensi wajib.312 Sebagaimana

dalam paten, lisensi wajib juga dimungkinkan dalam varietas tanaman. Ditentukan

310Pasal 10 Ayat (2). Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2004 tentang Syarat dan Tata Cara Pengalihan Varietas dan Penggunaan Varietas yang Dilindungi oleh Pemerintah.

311Penjelaan Pasal 10 Ayat (1) huruf c

312 Lisensi wajib dimungkinkan juga berdasarkan Pasal 17 Konvensi UPOV 1991

131

Page 132: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

bahwa setiap orang atau badan hukum, setelah lewat jangka waktu 36 (tiga puluh

enam) bulan terhitung sejak tanggal pemberian hak PVT, dapat mengajukan

permintaan Lisensi Wajib kepada Pengadilan Negeri untuk menggunakan hak PVT

yang bersangkutan.313 Namun permintaan lisensi wajib hanya dapat dilakukan dengan

alasan hak PVT yang bersangkutan tidak digunakan di Indonesia atau hak PVT telah

digunakan dalam bentuk dan cara yang merugikan kepentingan masyarakat.314 Dengan

adanya ketentuan lisensi wajib ini, pemegang hak PVT akan berusaha melaksanakan

haknya di Indonesia dan melaksanakannya dalam bentuk dan cara yang tidak

merugikan kepentingan masyarakat. Namun apa yang dimaksud dengan dilaksanakan

dalam bentuk dan cara yang merugikan kepentingan masyarakat tidak dijelaskan

dalam undang-undang ini. Dengan demikian penafsirannya dapat menimbulkan

permasalahan, sebagaimana halnya dengan makna ketertiban umum, moralitas, agama

dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Keempat, adalah Pasal 7 yang mengatur perlindungan terhadap varietas

lokal.315 Dalam pasal tersebut ditentukan bahwa varietas lokal milik masyarakat

dikuasai oleh Negara dan dilaksanakan oleh Pemerintah, dimana Pemerintah

berkewajiban memberikan penamaan terhadap varietas lokal tersebut.316 Selanjutnya

ketentuan penanaman, pendaftaran, dan penggunaan varietas lokal, serta instansi yang

diberi tugas untuk melaksanakannya, diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.317

313Pasal 44 Ayat (1)

314Pasal 44 Ayat (2)

315 Yang dimaksud varietas lokal adalah varietas yang telah ada dan dibudayakan secara turun temurun oleh petani, serta menjadi milik masyarakat

316 Ayat (1), (2), dan (3)

317 Ayat (4). Pemerintah mengatur lebih lanjut hal tersebut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2004 tentang Penamaan, Pendaftaran, dan Penggunaan Varietas Asal untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial.

132

Page 133: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Secara umum terlihat bahwa Perlindungan Varietas tanaman tidak

dimaksudkan untuk menutup kemungkinan bagi para petani kecil untuk menggunakan

varietas tanaman baru untuk pemakaian sendiri, dan tetap melindungi varietas lokal

untuk kemanfaatan dan kepentingan masyarakat secara luas. Hal ini sejalan dengan

Penjelasan Umum, yang menyatakan:

Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, perkembangan sistem agribisnis harus diarahkan untuk menggalang seluruh potensi bangsa dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati berupa plasma nutfah melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan varietas unggul baru yang bermanfaat bagi kesejahteraan petani dan masyarakat luas.

Namun demikian, dalam praktiknya undang-undang ini mempunyai kemungkinan

yang besar untuk membatasi peluang-peluang bagi petani.318

Terlepas dari adanya ketentuan pengecualian dan pembatasan terhadap hak

eksklusif pemegang PVT dalam undang-undang ini, tampaknya undang-undang ini

memberikan perlakuan yang tidak seimbang antara hak pemulia tanaman dan hak

petani, dan menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara kepentingan masyarakat

luas dan pemegang hak PVT.319 Undang-undang ini juga terkesan lebih ditujukan pada

hak-hak pemulia dari pada hak-hak petani. Hal ini tercermin dalam ketentuan Pasal 6

yang mengatur Hak dan Kewajiban Pemegang Hak Perlindungan Varietas Tanaman.

Dalam pasal tersebut ditentukan bahwa pemegang hak PVT memiliki hak untuk

menggunakan dan memberikan persetujuan kepada orang atau badan hukum lain

untuk menggunakan varietas berupa benih hasil panen yang digunakan untuk

propagasi.320 Dengan demikian pemegang hak PVT tidak hanya berhak atas benih

318Mengacu pada Penjelasan Umum UU 29/2000 yang menyatakan bahwa undang-undang ini disesuaikan dengan konvensi internasional, yang menyiratkan konvensi internasional yang dimaksud adalah Konvensi UPOV 1991. Sementara konvensi UPOV sangat membatasi hak-hak petani. Lihat pembasan Konvensi UPOV pada III B. bagian 1.

319Lihat Nurul Barizah, Op.cit, hlm. 280-281.

320 Ayat (1)

133

Page 134: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

saja, tetapi juga benih hasil panen. Hak tersebut tidak hanya berlaku terhadap benih

varietas saja, tetapi juga berlaku terhadap: (a) varietas turunan esensial yang berasal

dari suatu varietas yang dilindungi atau varietas yang telah terdaftar dan diberi nama;

(b) varietas yang tidak dapat dibedakan secara jelas dari varietas yang dilindungi; dan

(c) varietas yang diproduksi dengan selalu menggunakan varietas yang dilindungi.321

Ditentukan juga bahwa hak untuk menggunakan varietas meliputi kegiatan: (a)

memproduksi atau memperbanyak benih; (b) menyiapkan untuk tujuan propagasi; (c)

mengiklankan; (d) menawarkan; (e) menjual atau memperdagangkan; (f) mengekspor;

(g) mengimpor; dan (h) mencadangkan untuk keperluan sebagaimana dimaksud dalam

butir a, b, c, d, e, f, dan g.322 Selanjutnya UU 29/2000 menentukan bahwa penggunaan

hasil panen dari varietas yang dilindungi untuk tujuan propagasi, harus mendapatkan

persetujuan dari pemegang hak PVT.323 Ketentuan ini dimaksudkan untuk memastikan

bahwa sebagian hasil panen tidak digunakan untuk propagasi benih.324 Dengan

demikian satu-satunya hak yang diberikan kepada petani adalah hak untuk

menggunakan sebagian hasil panen dari varietas yang dilindungi, sepanjang tidak

digunakan untuk tujuan komersial.325 Yang dimaksudkan tidak untuk tujuan komersial

ini adalah kegiatan perorangan terutama para petani kecil untuk keperluan sendiri dan

tidak termasuk kegiatan menyebarluaskan untuk keperluan kelompoknya. Hal ini

untuk melindungi pangsa pasar varietas yang memiliki PVT dan tidak merugikan

kepentingan pemegang hak PVT.326

321 Ayat (2). Lihat juga Nurul Barizah, Op.cit, hlm. 283.

322 Ayat (3). Lihat juga Nurul Barizah, Ibid.

323 Ayat (4). Ketentuan-ketentuan di atas sama dengan ketentuan Pasal 14 Konvensi UPOV 1991, bahkan untuk pengaturan lingkup penggunaan hak eksklusif, UU 29/2000 lebih luas, dengan menambahkan penggunaan melalui pengiklanan.

324 Penjelasan Pasal 6 Ayat (4)

325 Pasal 10

326 Penjelasan Pasal 10 Ayat (1) huruf a

134

Page 135: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Ketentuan-ketentuan di atas sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai lokal

masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa turun-temurun melakukan pertukaran benih

antara komunitas petani. Pertukaran benih tersebut bukan untuk tujuan komersial,

melainkan untuk kesetiakawanan atau solidaritas sosial.327 Tentu saja kebiasaan

pertukaran benih tanaman ini tidak akan menimbulkan masalah, jika yang

dipertukarkan oleh para petani selama turun-temurun tersebut adalah benih

tradisional, dan bukan benih varietas baru yang dibeli dari pasar benih, sehingga tidak

masuk dalam lingkup berlakunya UU 29/2000. Namun demikian, kebiasaan

mempertukarkan bibit tersebut akan menimbulkan masalah jika ada petani yang

memperoleh bibit varietas yang dilindungi dan mempertukarkannya.328

Kondisi di atas menimbulkan dilema bagi para petani, karena jika mereka

mempertahankan penggunaan bibit tradisional, mereka tidak akan memperoleh

keunggulan pertanian yang ditawarkan oleh benih yang dilindungi, dan karenanya

menjadi kurang kompetitif. Untuk menjadi kompetitif, para petani harus

menggunakan benih yang dilindungi, tetapi karena hasil panen dari benih ini tidak

dapat dipertukarkan dan bahkan benih jenis tertentu tidak dapat ditanam kembali,

ketergantungan petani pada industri benih tidak dapat dihindari. Kendalanya adalah

tipikal petani Indonesia adalah petani kecil dengan lahan pertanian yang sempit dan

secara ekonomi terpinggirkan. Jika petani dipaksa untuk bergantung pada benih yang

327 Praktik pertukaran benih ini tanpa konpensasi ini bukan hanya khas Indonesia, tetapi juga merupakan hal yang biasa dilakukan di negara-negara berkembang pada umumnya. Lihat Rene Salazar, et.al., Protecting Farmers’ New Varieties: New Approaches to Right on Collective Innovatios in Plant Genetic Resources, World Development Vol. 35, 2007, hlm. 1520. Lihat juga, Stephen B. Brush, Farmers’ Rights and Protection of Traditional Agricultural Knowledge, World Development Vol. 35, No. 9, 2007, hlm. 1501.

328

?Nurul Barizah, Op.cit, hlm. 282.

135

Page 136: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

dibeli dari industri benih, besar kemungkinan hal itu akan merusak kehidupan

mereka.329

Salah satu prinsip dalam konvensi UPOV 1991 yang tidak diadopsi dalam UU

29/2000 adalah prinsip exhaustion. Seperti yang telah dibahas pada bagian

sebelumnya, pada dasarnya penerapan prinsip exhaustion adalah pembatasan terhadap

pemegang HKI, termasuk dalam hal pemegang hak PVT. Tentu sangat disayangkan

jika peluang untuk mendapatkan keuntungan dari konvensi internasional tidak

dimanfaatkan. Dengan adanya prinsip exhaustion, setidak-tidaknya petani di

Indonesia bisa memperoleh benih dari luar Indonesia yang harganya lebih murah,

walaupun benih tersebut tidak dapat digunakan untuk bahan propagasi.

4.5 HKI Sebagai Sistem Kepemilikan Benda

HKI atau Intellectual Property Right mengandung unsur hak dan kekayaan

atau kepemilikan (property) yang berkaitan dengan intelektual manusia. Oleh karena

itu, pembahasan tentang HKI tidak terlepas dari pemahaman tentang hak dan

kekayaan atau kepemilikan itu sendiri.

Untuk memahami konsep dasar hak milik atau kekayaan, sebagai salah satu

jenis hak, tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat pasal-pasal yang mengaturnya

dalam peraturan perundang-undangan. Pemahaman tersebut hanya dapat dilakukan

dengan melihat landasan teoretis dan filosofis yang mendasarinya. Pengertian hak

dapat dijumpai dalam teori mengenai hakikat hak. Menurut Lord Lloyd of Hamstead

dan M.D.A.Freeman, sebagaimana dikutip dalam Peter Mahmud Marzuki,330yaitu

teori kehendak yang menitikberatkan pada kehendak atau pilihan dan teori

329 Nurul Barizah, Op.cit., hlm. 282. Bandingkan Lauren Winter, Cultivating Farmers’ Rights: Reconciling Food Security, Indigenous Agriculture, and Trips, Vanderbilt Journal of Transnational Law January, 2010 (43 Vand. J. Transnat’l L. 223).

330Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 174 -175

136

Page 137: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

kepentingan atau kemanfaatan, yang keduanya berkaitan dengan tujuan hukum. Teori

kehendak dianut oleh mereka yang berpandangan bahwa tujuan hukum memberikan

sebanyak mungkin kepada individu kebebasan apa yang dikehendakinya. Teori ini

memandang bahwa pemegang hak dapat berbuat apa saja atas haknya. Sedangkan

teori kepentingan, salah satunya yang dikemukakan oleh Ihering, melihat hak sebagai

kepentingan-kepentingan yang dilindungi oleh hukum. Kepentingan itu sendiri

menurut Paton adalah suatu tuntutan atau keinginan individu atau kelompok indinvidu

yang ingin dipenuhi oleh individu atau kelompok invidividu tersebut.331 Sejalan

dengan pandangan Paton, Meijers mendefinisikan hak sebagai suatu kewenangan

seseorang yang diakui oleh hukum untuk menunaikan kepentingannya.332

Menurut Black’s Law Dictionary yang dimaksud hak (right) adalah:333

Noun. 1. That which is proper under law, morality, or ethics (know right from wrong); 2. Something that is due to a person by just claim, legal guarantee, or moral principle (the right of liberty); 3. A power, privilege, or immunity secured to person by law (the right to dispose of one’s estate; 4. A legally enforceable claim that another will do or not will not do a given act; a recognized and protected interest the violation of which is a wrong (a breach of duty that infringes one’s right); 5. (often plural) The interest, claim, or ownership that one has in tangible or intangible property ( a debtor’s rights in collateral; publishing rights).

Dari ke lima pengertian hak di atas, menurut hemat penulis, pengertian yang

paling terkait dengan HKI adalah pengertian yang keempat dan kelima, yaitu bahwa

hak merupakan tuntutan yang dapat ditegakkan agar orang lain melakukan atau tidak

melakukan suatu tindakan tertentu; bahwa hak adalah kepentingan, tuntutan, atau

kepemilikan yang dimiliki seseorang pada benda berwujud atau tidak berwujud

(misalnya, hak debitor atas barang jaminan; hak penerbitan). Sejalan dengan itu, 331

?Ibid, hlm. 176 332

?Ibid 333

?Bryan A. Garner, Chief Editor, Black’s Law Dictionary, Seventh Edition, St. Paul: West Publishing, 1999, hlm. 1322

137

Page 138: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa: “Hak adalah kepentingan yang dilindungi

oleh hukum. Kepentingan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan

untuk dipenuhi. Kepentingan pada hakikatnya mengandung kekuasaan yang dijamin

dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya”334 Sedangkan Purnadi

memberikan pengertian hak sebagai peranan bagi seseorang atau suatu pihak yaitu

pemegangnya untuk bertindak atas sesuatu yang menjadi objek dari haknya itu

terhadap orang lain.335 Berdasarkan pengertian tersebut lebih lanjut dijelaskan bahwa

hak merupakan hal yang “yang boleh dilaksanakan. Suatu kebolehan tidak dapat

dimaknai sebagai sesuatu yang harus, sehingga pemegang hak:

a. tidak dapat dipaksa agar menggunakan haknya jika ia tidak berkehendak

menggunakan haknya.

b. tidak dapat dihalang-halangi manakala ia akan mempergunakan haknya,

sepanjang penggunaannya itu dilakukan dengan sebagaimana mestinya dan

dalam pelaksanaannya tidak merugikan kepentingan orang lain.

Hak kepemilikan (hak milik), yang merupakan salah satu hak kebendaan,

memberikan kenikmatan sempurna bagi pemiliknya.336 Dalam Black’s Law

Dictionary kekayaan atau kepemilikan (property) diartikan sebagai:

1. The right to possess, use, and enjoy a determinate thing (either a tract of land or a chattel); the right of ownership (the institution of private property is protected from undue governmental interference). 2. Any external thing over which the rights of possession, use, and enjoyment are exercised (the airport is city property).

Secara bebas dapat diterjemahkan bahwa kekayaan atau kepemilikan adalah

hak untuk memiliki, menggunakan, dan menikmati suatu benda tertentu (apakah

334 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty, 1989, hlm.41.335

?Purnadi Purbacaraka dan Ridwan Halim, Hak Milik Keadilan dan Kemakmuran Tinjauan Falsafah Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, hlm.10

336

?Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional Jakarta: BPHN, hlm 45-47.

138

Page 139: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

sebidang lahan atau suatu benda bergerak); hak milik (pranata kepemilikan privat

dilindungi dari campur tangan pemerintah yang tidak perlu). Kekayaan adalah setiap

benda eksternal yang atasnya hak-hak kepemilikan, penggunaan, dan penikmatan

diterapkan (Bandar udara adalah kekayaan kota).

Sejalan dengan berbagai pengertian hak dan kekayaan atau kepemilikan di

atas, dapat diberikan pengertian HKI adalah kepentingan individu atau beberapa

individu yang dilindungi hukum dalam memiliki, menggunakan, dan menikmati hasil

karya intelektualnya.

Pengakuan terhadap kepemilikan atau hak milik (property) sebagai pranata

sosial dan pranata hukum, terutama terhadap hak milik pribadi (private property),

memiliki dasar teori yang berbeda-beda. Menurut Roscoe Pound, ada enam kelompok

utama teori yang mendasarinya, yaitu:337 (1) teori-teori hukum alam, (2) teori-teori

metafisikal, (3) teori-teori historis, (4) teori-teori positivis, (5) teori-teori psikologis,

dan (6) teori-teori sosiologis.

Teori hukum alam antara lain diwakili oleh Grotius dan Pufendorf. Menurut

Grotius, semua benda pada awalnya adalah res nullius (tidak ada pemiliknya). Tetapi

kemudian benda-benda tersebut dibagi-bagi oleh orang-orang dalam masyarakat

melalui persetujuan. Benda-benda yang tidak dibagi yang kemudian ditemukan oleh

individu-individu menjadi milik dari indinvidu yang menemukan dan tunduk pada

penguasaan individu.338 Jadi pembagian berdasarkan persetujuan tersebut menjadi

dasar adanya kepemilikan pribadi atau individu. Demikian pula penemuan dapat

menjadi dasar penguasaan atau pemilikan individu. Penguasaan pemilik terhadap

suatu benda memberikan kekuasaan sepenuhnya padanya, tidak hanya tidak hanya

337Roscoe Pound, An Introduction To Philosophy of Law, Eight Printing, Yale University Press, 1966, hlm. 114.

338Ibid, hlm.115.

139

Page 140: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

kekuasaan untuk memberikan inter vivos (hibah) tetapi juga kekuasaan untuk

menentukan pengalihan hak setelah kematian sebagai pemberian yang tertunda.339 Jadi

dasar dari kepemilikan individu berdasarkan hak-hak alamiah ini, secara langsung

atau tidak langsung, didasarkan pada persetujuan atau penemuan dan penguasaan

selanjutnya.340

Berbeda dengan Grotius, Pufendorf mendasarkan seluruh teorinya pada

persetujuan awal. Dia berpendapat bahwa pada mulanya terdapat ”komunitas negatif”

(untuk membedakan dengan kepemilikan yang tegas oleh pemilik), yaitu semua benda

pada awalnya adalah res comunes atau tidak seorangpun yang memilikinya, sehingga

benda-benda itu tunduk pada penggunaan oleh semua orang. Dia berpendapat bahwa

pemilikan pribadi terjadi melalui persetujuan bersama di antara anggota masyarakat.341

Landasan teori perolehan kepemilikan pribadi selanjutnya adalah teori-teori

kepemilikan metafisik, yang menggantikan teori-teori hak-hak alamiah abad

ketujuhbelas dan kedelapan belas, yang didasarkan pada hakikat manusia yang

abstrak atau pada perjanjian yang diasumsikan, melalui teori-teori metafisika.Teori

ini dipelopori oleh Immanuel Kant.342 Dia yang pertama kali menyatakan gagasan

yang abstrak mengenai kepemilikan yaitu gagasan tentang sistem “meum dan tuum”

terhadap benda yang ada di luar. Dia menegaskan bahwa kepribadian manusia

individu tidak boleh diganggu. Suatu benda adalah sah menjadi milik jika seseorang

memiliki hubungan yang erat dengan benda tersebut, sehingga jika ada orang lain

yang menggunakan benda tersebut tanpa persetujuannya dapat menimbulkan kerugian

padanya. Tetapi untuk memberikan justifikasi terhadap hak kepemilikan harus

339

?Ibid.340

?Ibid.

341Ibid, hlm.116 342Ibid, hlm. 117

140

Page 141: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

dibuktikan melalui hubungan kepemilikan, yaitu adanya hubungan fisik yang sangat

erat antara benda dan subjek, sehingga tatkala timbul gangguan terhadapnya oleh

orang lain hal itu merupakan penyerangan terhadap kepribadian orang tersebut.343

Berdasarkan teori sejarah, yang didasarkan pada prinsip Von Savigny,

dikemukakan bahwa milik sebagai suatu perwujudan kebebasan gagasan. Seseorang

mengambil benda sebagai miliknya untuk menyatakan kebebasannya memilih berbuat

atau tidak berbuat sesuatu. Tuntutan untuk adanya pembagian pemilikan secara sama

adalah suatu hal yang tidak wajar, hal ini karena meskipun manusia sebagai pribadi

yang sama, tetapi dapat memiliki kehendak yang berbeda atas benda-benda yang ada

di luar dirinya.344 Para juris penganut teori sejarah mempertahankan teorinya

berdasarkan dua proposisi:345

1. Konsepsi kepemilikan pribadi, seperti konsepsi kepribadian individu, telah

berkembang secara bertahap dari mula-mula hukum;

2. Kepemilikan individu telah berkembang dari hak-hak kelompok sebagaimana

kepentingan-kepentingan individu telah dipisahkan dari kepentingan-

kepentingan kelompok.

Berdasarkan teori ini ada tiga tahapan terkait dengan kekuasaan atau kemampuan

orang dalam mempengaruhi tindakan orang lainnya dalam hal benda-benda yang

berwujud.346 Pertama, penguasaaan secara fisik terhadap benda. Menurut juris

Romawi pengusaan ini disebut dengan penguasaan secara alamiah (natural possesion),

sedangkan juris Anglo Amerika menyebutnya kustodi. Kedua, tahap penguasaan

343

?Ibid. 344

?Oentoeng Soerapati, Hukum Kekayaan Intelektual dan Alih Teknologi, Salatiga: UKSW, 1999, hlm.12

345

? Roscoe Pound, Op.cit, hlm 123346

? Ibid, hlm.125

141

Page 142: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

secara hukum (juristic posession). Dalam penguasaan secara alamiah hukum

melindungi hubungan seseorang secara fisik terhadap objek, sedangkan dalam

penguasaan secara juridis hukum melindungi hubungan kehendak terhadap objek.

Ketiga, sebagai tingkatan tertinggi, adalah tahap pemilikan (ownership), di mana

hukum menjamin seseorang dalam menikmati secara eksklusif atau menguasai benda-

benda jauh melebihi apa yang dapat diperolehnya melalui kekuatan fisik dan melebihi

apa yang dapat mereka peroleh dengan bantuan negara. Penguasaan alamiah atau

penguasaan secara hukum adalah konsepsi mengenai fakta dan hukum, yang timbul

karena semata-mata hubungan fakta, terlepas dari dasar hukum tetapi dilindungi dan

dipertahankan oleh hukum tanpa memperhatikan kepribadian. Kepemilikan adalah

konsepsi hukum murni yang timbul dari dan bergantung pada hukum.347

Selanjutnya menurut teori positivis, yang didasarkan pada teori Spencer, pada

dasarnya milik (property) adalah suatu deduksi dari “hukum kebebasan setara” yang

fundamental yang dibenarkan atas observasi terhadap fakta-fakta di dalam masyarakat

yang masih sederhana (primitif).348 Berbeda halnya dengan para penganut teori

metafisika dan sejarah yang pada umumnya mendasarkan pada pengusaan terhadap

benda-benda tanpa pemilik, para penganut teori positivis lebih menitikberatkan pada

penciptaan benda-benda baru melalui usaha.349

Terakhir adalah teori sosiologis. Teori ini sebagian adalah positivis, sebagaian

adalah psikologis, sebagian utilitarian-sosial. Berdasarkan teori sosiologis yang

positivis, yang ditunjukkan oleh deduksi Duguit, terdapat saling ketergantungan

sosial melalui persamaan kepentingan dan melalui pembagian pekerjaan. Menurutnya

hukum hak milik menjadi memasyarakat, tetapi ini tidak berarti bahwa hak milik 347 Ibid.348

? Ibid, hlm. 122349

?Ibid, hlm. 123

142

Page 143: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

menjadi kolektif. Itu berarti kita tidak dapat lagi melihatnya dari segi hak privat, tetapi

memikirkannya dari segi fungsi sosial.350 Selanjutnya dia berpendapat bahwa hukum

hak milik adalah jawaban terhadap kebutuhan ekonomi untuk mewujudkan

kesejahteran melalui penggunaan hak milik oleh individu atau kolektif dan karenanya

masyarakat perlu menjamin dan melindungi penggunaan tersebut. Oleh karena itu,

menurutnya, hak milik adalah pranata sosial yang didasarkan pada kebutuhan

ekonomi dalam masyarakat yang terorganisasi melalui pembagian pekerjaan.

Teori sosiologis psikologis, terutama yang berkembang di Italia, melihat

landasan hak milik dalam insting atau dorongan untuk memperoleh hal yang baru,

dengan melihat perkembangan sosial atau pranata sosial berdasarkan insting atau

dorongan tersebut.351 Sedangkan teori utilitarian-sosial menjelaskan dan

membenarkan hak milik sebagai suatu pranata yang menjamin sebesar-besarnya

kepentingan atau memenuhi sebesar-besarnya keinginan, yang dipandang rekayasa

sosial yang cukup logis dan bijaksana jika mengacu pada hasil-hasilnya.352

Konsep harta kekayaan (property) menurut hukum Indonesia, meliputi benda

dan hubungan hukum untuk memperoleh benda tersebut. Dengan kata lain meliputi

benda (zaak) dan perikatan (verbintenis).353 Harta kekayaan adalah benda milik

seseorang yang memiliki nilai ekonomi.354 Berdasarkan Pasal 499 Burgerlijke

Wetboek (BW), pengertian benda (zaak) meliputi barang (good) dan hak (recht). Baik

harta kekayaan maupun hak yang melekat di atasnya diakui dan dilindungi

350Ibid, hlm. 130

351Ibid, hlm.131 352

?Ibid.

353Van Apeldoorn (terjemahan), Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 1973, hlm.63-71.

354Abdul Kadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1994, hlm.10-11.

143

Page 144: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

berdasarkan bukti yang sah. Sedangkan pengertian hak milik diatur dalam Pasal 570

BW, yang menentukan:

Hak kepemilikan adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu sepenuh-penuhnya asal tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkan dan tidak mengganggu hak-hak orang lain dengan tidak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka hak atas barang milik hanya berlaku

bagi barang bergerak, yang meliputi:

1. hak menguasai dengan bebas;

2. hak menikmati dengan sepenuhnya;

3. secara tidak bertentangan dengan undang-undang (yang diperluas tidak

bertentangan dengan hukum).

Pengertian hukum meliputi undang-undang, hukum tidak tertulis, kesusilaan,

dan ketertiban umum. Tidak bertentangan dengan hukum artinya sesuai dengan

hukum atau dapat dibenarkan dan diterima oleh pihak-pihak dalam masyarakat karena

penggunaan hak milik secara wajar, layak, dan patut. Keadilan, kelayakan, dan

kepatutan adalah esensi hukum. Menurut Pitlo ada penyalahgunaan hak, apabila

penggunaan hak itu sedemikian rupa, sehingga kerugian orang lain lebih besar dari

pada manfaat yang diperoleh pemilik yang menggunakan barang miliknya itu. Jadi,

konsep kebebasan dalam hak milik yang tidak bertentangan dengan hukum,

mengandung arti bahwa menguasai dan menikmati hak milik tidak boleh mengganggu

orang lain, atau menyalahgunakan hak yang merugikan orang lain.355

4.6 Penyelesaian Sengketa HKI

355Ibid, hlm. 38-39

144

Page 145: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Sengketa HKI dapat timbul karena pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban

yang diatur dalam TRIPs dan terhadap perundang-undangan nasional HKI. Sengketa

yang timbul karena pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban dalam TRIPs diatur

dalam Pasal 6 TRIPs, yang menentukan bahwa: “For the purpose of dispute

settlement under this agreement, subject to the provisions of Article 3 and 4 nothing in

this agreement shall be used to address the issue of exhaustion of intellectual property

rights.” Dengan demikian, penyelesaian sengketa yang diatur dalam TRIPs hanya

berkaitan dengan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan Pasal 3 dan 4 TRIPs,

yang menyaratkan berlakunya National Treatment (perlakuan nasional) dan Most

Favored Nations (perlakuan yang paling menguntungkan negara-negara).

Penyelesaian sengketa dalam perjanjian TRIPs tidak berkaitan dengan exhaustion

rights, yaitu prinsip yang menyatakan bahwa pemegang HKI hanya memiliki kontrol

pada saat penjualan pertama kali dan haknya sudah dianggap menyeluruh setelah

penjualan pertama tersebut. Dengan demikian penyelesaian sengketa mengenai

exhaustion rights tergantung pada perundang-undangan HKI masing-masing negara

anggota WTO.

Penyelesaian sengketa berdasarkan TRIPs diatur pada Bagian V TRIPs

mengenai Pencegahan dan Penyelesaian Sengketa (Dispute Prevention and

Settlement) dalam Pasal 63 dan Pasal 64. Ketentuan-ketentuan pencegahan terjadinya

sengketa menekankan pada transparansi atau keterbukan setiap perundangan-

undangan dan peraturan HKI, serta putusan-putusan peradilan yang telah mengikat

dan ketentuan-ketentuan administratif dari negara-negara anggota WTO dengan

memublikasikannya, serta memberitahukan pada Dewan untuk TRIPs (Council for

TRIPs).356 Sementara ketentuan penyelesaian sengketa TRIPs didasarkan pada

356Pasal 63 TRIPs.

145

Page 146: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

ketentuan-ketentuan Pasal XXII dan Pasal XXIII GATT tahun 1994, mengenai

Consultation dan Nullification atau Impairment, yang dijelaskan melalui Dispute

Settlement Understanding (DSU), berlaku untuk konsultasi dan penyelesaian sengketa

berdasarkan perjanjian TRIPs kecuali secara khusus ditentukan lain. DSU atau

Understanding on rules and procedures governing the settlement of disputes, yang

merupakan Lampiran II dari Perjanjian WTO, mengatur batas-batas dan tahapan

setiap proses penyelesaian sengketa. Ketentuan dan prosedur penyelesaian sengketa

ini dilaksanakan oleh Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body atau

DSB). DSB ini mempunyai kewenangan untuk membentuk panel, menerima laporan

panel dan lembaga/komisi banding (Appellate Body), melakukan pengawasan

pelaksanaan putusan-putusan dan rekomendasi-rekomendasi dan memberikan

otorisasi penghentian konsesi dan kewajiban lain berdasarkan perjanjian WTO.357

Tahapan penyelesaian sengketa berdasarkan DSU diawali dengan konsultasi di

antara para pihak yang bersengketa. Jika konsultasi tidak berhasil menyelesaikan

sengketa, setelah lewat waktu 60 hari sejak permohonan konsultasi, pihak yang

berkeberatan dapat mengajukan permohonan pembentukan panel.358 Setelah proses

konsultasi gagal menghasilkan penyelesaian sengketa, sebelum dibentuk panel, atas

kesepakatan para pihak yang bersengketa secara suka rela, dapat dilakukan

penyelesaian sengketa melalui jasa-jasa baik (good offices), konsiliasi, atau mediasi.

Penyelesaian sengketa melalui jasa-jasa baik, konsiliasi, atau mediasi juga dapat

dilanjutkan sementara prose penyelesaian sengketa oleh panel berlangsung.359 Panel

kemudian memeriksa perkara yang disengketakan dan memberikan laporan kepada

DSB. Laporan panel ini dapat diterima atau tidak diterima oleh DSB. Jika laporan 357 Pasal 2 Ayat (1) DSU358

? Pasal 4 Ayat (7) DSU359

?Pasal 5 DSU

146

Page 147: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

panel tidak diterima oleh DSB, atau diterima oleh DSB, tetapi pihak yang bersengketa

menolak laporan panel, maka DSB akan membentuk badan/komisi banding (appellate

body).360 Untuk kasus-kasus tertentu yang isu-isu terkaitnya telah secara jelas

ditentukan oleh para pihak, penyelesaian sengketanya dapat juga menggunakan

arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa.361 Jangka waktu penyelesaian

sengketa berdasarkan DSU ini, jika para pihak yang bersengketa tidak menentukan

lain, sejak tanggal pembentukan panel oleh DSB sampai dengan tanggal DSB

mempertimbangkan untuk menerima laporan panel atau badan banding, sebagai

ketentuan umum, tidak akan lewat dari sembilan bulan jika laporan panel tidak

disbanding atau dua belas bulan jika laporan panel dibanding.362

Penyelesaian sengketa HKI melalui forum WTO hanya dapat dilakukan oleh

pemerintah negara-negara peserta. Pemegang HKI tidak dapat secara langsung

menyelesaikan sengketanya melalui forum ini, tetapi harus diwakili oleh pemerintah

negaranya. Dengan demikian penyelesaian sengketa HKI melalui forum WTO adalah

antara pemerintah dengan pemerintah (government to government). Jika pemegang

HKI menghendaki untuk menegakkan sendiri hak-haknya, upaya yang dapat

dilakukan adalah melakukan tuntutan hukum berdasarkan peraturan perundang-

undangan HKI di suatu negara.

Dalam konteks peraturan perundang-undangan di Indonesia, ada beberapa

tuntutan hukum yang dapat dilakukan. Pertama, adalah tuntutan hukum perdata.

Pemegang HKI atau pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengajukan

gugatan ke Pengadilan Niaga.363 Kedua, adalah tuntutan pidana dengan melaporkan

360Pasal 16 Ayat (4) DSU 361

?Pasal 25 DSU.

362 ?Pasal 20 DSU363

?Pengadilan Niaga mengadili sengketa HKI yang berkaitan dengan Paten, Cipta, Merek, Indikasi Georgrafis, Desain Industri, dan Tata Letak Sirkuit Terpadu. Sementara untuk bidang Rahasia Dagang

147

Page 148: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

pelanggaran pidana kepada penyidik Polri atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(PPNS). Di samping dapat diselesaikan melalui gugatan ke Pengadilan Niaga dan

Pengadilan Negeri, sengketa HKI dapat juga diselaikan melalui Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa.364

5. Metode Penelitian

5.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dan doktrinal. Merupakan penelitian

normatif karena penelitian ini termasuk penelitian yang menganalisis norma-norma

hukum (ketentuan-ketentuan) yang ada.365 Juga merupakan penelitian doktrinal karena

penelitian ini penelitian yang membahas secara sistematis ketentuan-ketentuan yang

mengatur bidang hukum tertentu, menganalisis hubungan antara ketentuan-ketentuan,

mengkaji hambatan-hambatan yang dihadapi, dan kemungkinan memperkirakan

pengembangan-pengembangan di masa datang.366

5.2 Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pendekatan perundangan-undangan (statutory approach) adalah pendekatan

terhadap perundang-undangan nasional di bidang HKI yaitu Undang-Undang

dan Varietas Tanaman gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri. Lihat UU No.29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman dan UU 30/2000 tentang Rahasia Dagang.

364Hampir semua Undang-Undang HKI Indonesia memungkinkan adanya penyelesaian sengketa HKI melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. Lihat Pasal 84 UU 15/2001 tentang Merek, Pasal 47 UU 31/2000 tentang Desain Industri, Pasal 124 UU 14/2001 tentang Paten, Pasal 39 UU 32/2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan Pasal 65 UU19/2002 tentang Hak Cipta, dan Pasal 12 UU 30/2000 tentang Rahasia Dagang. Satu-satunya undang-undang HKI yang tidak mengatur kemungkinan penyelesaian sengketa melalui arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa adalah UU 29/2000 tentang Varietas Tanaman.

365

? Peter Mahmud Marzuki sebagaimana yang dikutip dalam Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Jakarta: Kencana, 2010, hlm.38.

366

? Terry Hutchinson, Researching and Writing in Law, Lawbook Co.: 2002, p. 9

148

Page 149: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Paten, Undang-Undang Perlindungan Varietas Tanaman, Undang-Undang Hak

Cipta, dan terhadap konvensi/perjanjian internasional di bidang HKI, yaitu

Konvensi Berne, Konvensi Paris, Konvensi Roma, WIPO Copyright Treaty, serta

TRIPs untuk melihat keberlakuan prinsip kepentingan umum

b. Pendekatan konseptual (conceptual approach) digunakan untuk mengkaji landasan

filosofis perlindungan HKI. Konsep yang digunakan adalah konsep HKI, hak

milik, kekayaan, kepentingan umum, keadilan, dan equity.

c. Pendekatan perbandingan (comparative approach) digunakan untuk

membandingkan prinsip-prinsip hukum dan aturan-aturan hukum dalam hal

perlindungan HKI di beberapa negara. Dalam hal ini dengan negara-negara Civil

Law dan Common Law yang sudah mapan sistem hukumnya.

5.3 Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer terdiri dari konvensi atau

perjanjian internasional dan peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang HKI,

yaitu The Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works; The

Paris Convention for the Protection of Industrial Property Rights; the Convention for

the Protection of New Varieties of Plants (UPOV); WIPO Copyright Treaty; TRIPs

Agreement; the International Covenant on Economic Social and Cultural Rights

(ICESCR). Peraturan perundang-undangan HKI yang terdiri dari UU No.19/Th.2002

tentang Hak Cipta, UU No. 14/Th. 2001 tentang Paten, dan UU No.29/ Th. 2000

tentang Perlindungan Varitas Tanaman. Sedangkan bahan hukum sekunder terdiri dari

referensi berupa buku, jurnal, artikel yang terkait dengan permasalahan penelitian.

5.4 Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

149

Page 150: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Pengumpulan bahan hukum telah peneliti lakukan dalam penelitian

pendahuluan sebelumnya di perpustakaan Universitas Airlangga. Bahan hukum yang

diperoleh, baik bahan hukum primer maupun sekunder, akan diidentifikasi dan

diinventarisasi. Identifikasi dan inventarisasi ini dilakukan dengan menggunakan

sistem kartu (card system) secara sistematis agar memudahkan runutan pembahasan

dalam penelitian ini.

5.5 Analisis Bahan Hukum

Setelah bahan hukum primer dan sekunder diidentifikasi dan diinventarisasi,

bahan-bahan tersebut dianalisis dengan menggunakan pendekatan perundang-

undangan, pendekatan konseptual, pendekatan komparatif, untuk memperoleh

gambaran yang sistematis dan komprehensif dari seluruh bahan hukum yang

diperoleh untuk menghasilkan preskripsi atau argumentasi hukum yang baru.

6. Sistematika Penulisan

Pembahasan hasil penelitian nantinya akan terdiri dari dari lima bab. Bab I

menguraikan latar belakang permasalahan yang berkaitan dengan prinsip kepentingan

umum dalam perlindungan Hak Cipta, Paten, dan Varietas Tanaman. Bab membahas

rumusan masalah pertama yaitu hakikat kepentingan umum dalam perlindungan Hak

Cipta, Paten, dan Varietas Tanaman. Bab III membahas rumusan masalah kedua

mengenai kepentingan umum sebagai landasan utama dalam perlindungan Hak Cipta,

Paten, dan Varietas Tanaman di dalam konvensi internasional, peraturan perundang-

undangan HKI negara lain, dan peraturan perundang-undangan Indonesia. Bab IV

Membahas rumusah masalah ketiga mengenai kriteria minimum kepentingan umum

dalam perlindungan Hak Cipta, Paten, dan Varietas Tanaman. Terakhir Bab V berisi

kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian.

150

Page 151: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

7. Orisinalitas Penelitian

Untuk menjamin kebaruan objek penelitian disertasi ini, telah dilakukan

penelusuran pustaka terutama terhadap beberapa disertasi yang berkaitan dengan Hak

Cipta, paten, dan varietas tanaman. Berdasarkan penelusuran terhadap disertasi yang

telah ditulis sebelumnya setelah diperbandingkan permasalahan yang dikaji di

dalamnya, permasalahan yang dikaji dalam disertasi ini tidak terdapat kesamaan.

Beberapa disertasi yang telah ditelusuri sebelumnya:

1. Chryssantus Kastowo, disertasi pada Universitas Airlangga, tahun 2011, dengan

judul “Pembatasan Dalam Perlindungan Hak Cipta.” Dalam disertasi ini dibahas

mengenai kepentingan umum sebagai salah satu pembatasan Hak Cipta, namun

pembahasannya tidak secara khusus terhadap kepentingan umum. Pengkajian

kepentingan umum dalam disertasi ini lebih mendalam dan meliputi bidang HKI

lainnya.

2. Candra Irawan, disertasi pada Universitas Padjajaran, tahun 2011, dengan judul

Politik Hukum Hak Kekayaan Intelektual Indonesia. Dalam disertasi ini

penekanannya pada politik hukum HKI Indonesia. Hal ini bukan merupakan

pembahasan dalam disertasi ini, yang secara khusus membahas mengenai

kepentingan umum.

3. Bambang Kesowo, disertasi pada Universitas Gadjah Mada, tahun 2005, dengan

judul “Lisensi Wajib di Bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan

Prospek Penerapannya di Indonesia. Disertasi ini membahas arti penting dan

fungsi lisensi, serta pengaturannya secara nasional internasional. Dalam disertasi

ini kepentingan umum bukan menjadi kajian utama.

4. Henry Soelistyo Budi, disertasi pada Universitas Gadjah Mada, tahun 2010,

dengan judul “Perlindungan Hak Moral Menurut Hukum Hak Cipta di Indonesia

151

Page 152: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Kajian Mengenai Konsepsi Perlindungan, Pengaturan dan Pengelolaan Hak

Cipta.” Kepentingan umum bukan merupakan kajian disertasi ini.

5. Nurul Barizah, disertasi pada University of Technoogy Sydney, tahun 2009,

dengan judul “Intellectual Property Implications on Biological Resources

Indonesia’s Adoption of International Intellectual Property Regimes and the

Failure to Adequately address the Policy Challenges in the Area of Biological

Resources. Dalam buku yang merupakan substansi disertasi penulisnya ini dibahas

pentingnya keseimbangan kepentingan inventor dan pengguna dalam kaitannya

dengan perlindungan sumber-sumber daya hayati (biological resources).

Kepentingan umum terkait perlindungan Varietas Tanaman bukan merupakan

kajian utama disertasi ini.

6. Rahmi Jened, disertasi pada Universitas Airlangga, tahun 2006, dengan judul “

Hak Kekayaan Intelektual, Penyalahgunaan Hak Eksklusif.” Dalam disertasi ini

pembahasannya lebih menitikberatkan pada aspek penyalahgunaan hak ekslusif

oleh pemegang hak kekayaan intelektual. Kepentingan umum dalam perlindungan

Hak Cipta disinggung dalam disertasi ini, namun bukan merupakan pembahasan

utama.

152

Page 153: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

DAFTAR BACAAN

Buku:

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi Ekonomi. Jakarta: Kompas, 2010.

Badrulzaman, Mariam Darus. Mencari Sistem Hukum Benda Nasional. Jakarta: BPHN, 1999.

Barizah, Nurul. Intellectual Property Implications on Biological Resources Indonesia’s Adoption of International Intellectual Property Regimes and the Failure to Adequately address the Policy Challenges in the Area of Biological ResourcesIndonesia. Jakarta: Nagara, 2010.

Bodenheimer, Edgar. Jurisprudence The Philosophy and Method of The Law. Third printing. Cambridge: Harvard University Press, 1979.

D’Amato, Anthony and Doris Estelle Long, International Intellectual Property Anthology, Cincinnati: Anderson Publishing Co., 1996.

153

Page 154: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Davis, Jennifer. Intellectual Property Law. Oxford: Oxford University Press,2005.

Davision, Mark J., Ann L. Monotti, and Leanne Wiseman. Australian Intellectual Property Law. Cambridge University Press, 2008.

Drahos, Peter. A Philosophy of Intellectual Property. Sydney: Darmouth Publishing Company, 1996.

Fitzgerald, Anne & Brian Fitzgerald. Intellectual Property in principle. Lawbook Co. 2004.

Garner, Bryan A. Chief Editor. Black’s Law Dictionary, Seventh Edition, St. Paul : West Publishing, 1999.

Gautama, Sudargo. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia. Jakarta: Bina Cipta, 1987.

Goesniadi, Kusnu. Harmonisasi Hukum Dalam Perspektif Perundang-undangan (Lex Spesialis suatu Masalah). Surabaya: JP Books, 2006.

Gunadi, Tom. Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD’45. Cet. 2. Bandung: Angkasa, 1983.

Hatta, Mohammad. Membangun Ekonomi Indonesia. Jakarta: Inti Idayu Press, 1985.

Hawin, M. Intellectual Property on Parallel Importation. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010.

Hernoko, Agus Yudha. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial. Jakarta: Kencana, 2010.

Holmes, William C. Intellectual Property and Antitrust Law. New York: Clark Boardman Company, Ltd, 1983.

Hutchinson,Terry. Researching and Wrinting in Law. Lawbook Co.: 2002.

Jened, Rahmi. Hak Kekayaan Intelektual Penyalahgunaan Hak Eksklusif. Surabaya: Airlangga University Press, 2007.

Kartadjoemena, H.L.M.S. GATT, WTO dan Hasil Uruguay Round. Jakarta: UI Press, 1997.

Kastowo, Chryssantus. Pembatasan dalam Perlindungan Hak Cipta, Ringkasan Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2011, hlm. 34.

LeFevre, Robert. The Philosophy of Ownership. Second Printing. Ludwig von Mises Institute, 1971.

154

Page 155: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

McKeough Jill, Kathy Bowrey, and Philip Griffith. Intellectual Property Commentary and Materials. Third edition. Lawbook Co., 2002.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2007.

..........Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2008

Maskus, Keith E. Intellectual Property Rights in the Global Economy.Washington: Institute For International Economics, 2000.

Mertokusumo, Sudikno. Mengenal Hukum Suatu Pengantar.Yogyakarta: Liberty, 2005.

Mubyarto. Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia. cet. kedua. LP3ES, 1990.

………… Ekonomi Pancasila. Jakarta: LP3ES, 1987.

Muhammad, Abdul Kadir. Hukum Harta Kekayaan. Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1994.

Neufeldt, Victoria. (Editor in Chief). Webster’s Third New International Dictionary. Prentice Hall, 1991.

Newman, Ralph A. (Editor), Equity In The World’s Legal Systems, Brussels: Etablissements Emile Bruylant, 1973.

Notohamidjojo O., Masalah: Keadilan. Semarang : Tirta Amerta, 1971.

Parkinson, Patrick. (Editor). The Principles of Equity, second edition, Lawbook Co., 2003.

Pogge, Thomas W. Relational Conceptions of Justice: Responsibilities for Health Outcomes termuat dalam Sudhir Anand, Fabiene Peter, and Amartya Sen (Editors), Public Health, Ethics, and Equity, Oxford University Press, 2004.

Pont, G.E. Dal and D.R.C. Chalmers, Equity and Trusts in Australia. Lawbook Co., 2004.

Pound, Roscoe. An Introduction To Philosophy of Law. Eight Printing. Yale University Press, 1966.

Purbacaraka, Purnadi dan A.Ridwan Halim. Hak Milik, Keadilan, dan Kemakmuran tinjauan Falsafah Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia,1982.

Raharjo,Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000.

Rawls. John. A Theory of Justice, Revised Edition. Cambridge : The Belknap Press of Harvard university Press, 1999.

155

Page 156: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Saidin, H.OK. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: Rajawali Pers, 2004.

Soerapati, Oentoeng. Hukum Kekayaan Intelektual dan Alih Teknologi. Salatiga: UKSW, 1999.

Soemadiningrat, H.R. Otje Salman dan Anton F.Susanto. Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan, dan Membuka Kembali. cet.2. Bandung: Refika Aditama, 2005.

Sumaryono, E.. Etika Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Sutedi, Adrian. Implementasi Prinsip Kepentingan Umum dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan. Cet.2. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Termorshuizen, Marjanne. Kamus Hukum Belanda-Indonesia. Jakarta: Jambatan, 1999.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi II. Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Wojowasito, S. Kamus Umum Belanda Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.

Artikel:

Aoki, Keith. “Free Seeds, Not Free Beer": Participatory Plant Breeding, Open Source Seeds, and Acknowledging User Innovation in Agriculture.” The Social Science Research Network Electronic Paper Collection: http://ssrn.com/abstract=1390273.

Beckerman-Rodau, Andrew. “Patent Law - Balancing Profit Maximization and Public Access to Technology.” Columbia Science & Technology Law Review, Vol. 4, No. 1, 2002. http://ssrn.com/abstract=704663.

Bracha, Oren. The New Intellectual Property of The Nineteenth Century. Book review. Texas Law Review December, 2010 ( 89 Tex. L. Rev. 423).

Brush,Stephen B. “Farmers’ Rights and Protection of Traditional Agricultural Knowledge”. World Development Vol. 35, No. 9, 2007.

Calaba, Victor F. “Quibbles ‘N Bits: Making a Digital First Sale Doctrine Feasible”. Michigan Telecommunications and Technology Law Review Fall 2002 (9 Mich. Telecomm. & Tech. L. Rev. 1)

156

Page 157: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Chander, Anupam & Madhavi Sunder. “Is Nozick Kicking Rawls’s Ass? Intellectual Property and Social Justice.” UC Davis Legal Studies Research Paper Series Research Paper No. 108 May/2007. http://ssrn.com/abstract=982981.

Chatterjee, Ms.Sumana. “Flexibilities Under Trips [Compulsory Licensing]: The Pharmaceutical Industry In India And Canada.” http://ssrn.com/abstract =1025386

Chiariglione, L. “Balancing Protection of Intellectual Property and its use.” Makalah ini disampaikan dalam: Automated Production of Cross Media Content for Multi-Channel Distribution, 2005. AXMEDIS 2005. First International Conference on.

Crowne-Mohammed, Emir Aly. University of Windsor - Faculty of Law and Cristina Mihalceanu. “Innovators and Generics: Proposals for Balancing Pharmaceutical Patent Protection & Accessing Cheaper Medicines in Canada (or, Don’t Noc the Players, Hate the Regulations).” http://ssrn.com/abstract=1665342

Drahos, Peter. “An Alternative Framework for the Global Regulation of Intellectual Property Rights.” Forthcoming publication in Austrian Journal of Development Studies. http://ssrn.com/abstract =850751

Dutfield, Graham.” Food, Biological Diversity and Intellectual Property: The Role of the International Union for the Protection of New Varieties of Plants (UPOV),” Global Economic Issue Intellectual Property Issue Paper Number 9, Quaker United Nations Office, February 2011.

Engle, Eric Allen.”When is Fair Use Fair? A Comparison of E.U. and U.S. Intellectual Property Law”. Transnational Lawyer Spring 2002 (15 Transnat'l Law. 187)

Gandhi, L.M. Harmonisasi Hukum Menuju Hukum Responsif. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tanggal 14 Oktober 1995, Jakarta. Dapat dilihat pada http://www.digilib.ui.ac.id

Geiger, Christophe. The Role of The Three-Step Test In The Adaptation of Copyright Law to The Information Society.E-Copyright Bulletin January - March 2007.

Harahap, M.Yahya sebagai nara sumber dalam Talk!hukumonline-discussion dengan topik Problematika Eksekusi Putusan Arbitrase Asing di Indonesia, sebagaimana dikutip dalam m.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e3e380e0157a/apa-definisi-ketertiban-umum (Rabu, 2 November 2011), diakses tanggal 19 Juli 2012

Harris, Donald P. “TRIPS’ Rebound: An Historical Analysis of How The TRIPS Agreement Can Ricochet Back Against The United States”. Northwestern Journal of International Law and Business Fall 2004 (25 Nw. J. Int'l L. & Bus. 99).

Hinze, Gwen. Action Needed to Expand Exceptions and Limitations to Copyright Law, Third World Network Briefing Paper 49 July 2008.

157

Page 158: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Http:academy.eurochambers.eu/upload/4b66b83a4f990.pdf. (diakses pada tanggal 20 Juli 2012).

Hutchison, Cameron. “Over 5 Billion Not Served: The TRIPS Compulsory Licensing Export Restriction.” http://ssrn.com/abstract =1012625

Jain, Reena. “America: Last in Line for First-to-File.” The Columbia Science and Technology Law Review, 6 April 2012 sebagaimana yang diakses pada www.stlr.org/2012/04/america-last-in-line

Jamar, Steven D. “Copyright and The Public Interest from The Prespective of Brown v. Board of Education.” Howard Law Journal Winter 2005, 48 How.L.J.

Kotijah, Siti. Konsep Kepentingan Umum untuk Tanah dalam Sudut Pandang Hukum Administrasi. Terdapat dalam www.sitikotijah.com/2009/01/konsep-kepentingan-umum-untuk-tanah.html. Diakses pada tanggal 21 Juli 2012.

Kur, Annette & Henning Grosse Ruse – Khan. “Enough is Enough – The Notion of Binding Ceilings in International Intellectual Property Protection.” Max Planck Institute for Intellectual Property, Competition & Tax Law Research Paper Series No. 09-01. http://ssrn.com/abstract=1326429.

Lidgard, Hans Henrik and Jeffery Atik. “Facilitating Compulsory Licensing under TRIPS in Response to the AIDS Crisis in Developing Countries.” http://ssrn.com/abstract =794228

Lizhi, Ning. Law-economics Analysis for the Restriction of Intellectual Property Rights, Canadian Social Science Vol.2 No.6 December 2006.

Maloney. The Theory of Government, A Study in Property Rights. myweb.clemson.edu/maloney/827/19pdf (diakses 10 Juli 2012).

Mertokusumo, Sudikno. sudiknoartikel.blogspot.com/2008/03/kepentingan-umum.html. Diakses 10 Juli 2012.

Mulle, Emmanuel Dalle. “How human rights can inform the WIPO Development Agenda”. 2010 3D _ Trade – Human Rights – Equitable Economy, April 2010. http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/3.0

Pangaribuan, Luhut M.P. Definisi ‘Ketertiban Umum’ Masih Simpang Siur, Hukumonline.com, Minggu (29 Oktober 2000), diakses pada tanggal 19 Juli 2012.

Patterson, L. Ray. “Copyright in The New Millennium: Resolving The Conflict Between Property Rights and Political Rights.” Ohio State Law Journal 2001 (62 Ohio St. L.J. 703)

158

Page 159: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Postel, Holger. “The Fair use Doctrine in The U.S American Copyright Act and Similar Regulations in The German Law”. 5 Chi.-Kent J. Intell. Prop. 142

Salazar, Rene. et.al. “Protecting Farmers’ New Varieties: New Approaches to Right on Collective Innovatios in Plant Genetic Resources”. World Development Vol. 35, 2007.

Santosa, A. “Upaya Monsanto memanfaatkan TRIPs sebagai alat monopoli produk

pertanian.” http//:www/ publikasi.umy.ac.id/index.php/hi/article/viewFile/295/760.

Sarjono, Agus. The Development of Indonesian Intellectual Property Laws in The Legal Reform Era: Between Need and Reality. Terdapat dalam http://d-arch.ide.go.jp/idedp/ASE/ASE007400_008.pdf (diakses pada tanggal 20 Juli 2012)

Sykes, Alan O. “TRIPs, Pharmaceuticals, Developing Countries, and the Doha “Solution” “. The Social Science Research Network Electronic Paper Collection: http://papers.ssrn.com/abstract=300834.

Travis, Hannibal. “Opting Out of The Internet in The United States and The European Union: Copyright, Safe Harbors, and International Law.” Notre Dame Law Review November, 2008 (84 Notre Dame L. Rev. 331)

Vuyst, Bruno de, Alea M Fairchild, and Gunther Meyer. Exceptions to Intellectual Property Rights: Lessons from WTO-Trips Panels. MurUEJL 31 Volume 10, Number 4 (December 2003).

Winter, Lauren. “Cultivating Farmers’ Rights: Reconciling Food Security, Indigenous Agriculture, and Trips.” Vanderbilt Journal of Transnational Law January, 2010 (43 Vand. J. Transnat’l L. 223).

Wiriadinata, Wahyu. Kepentingan Umum. http://klipingcliping.wordpress.com/2009/11/18/kepentingan-umum/diakses tgl 21 Juli 2012.

Yu, Peter K. “TRIPS and Its Discontents.” http://ssrn.com/abstract = 578577

…….. “Currents and Crosscurrents in the International Intellectual Property Regime, Legal Studies Research Paper Series No. 02-12: http://ssrn.com/abstract=578572

…….. “Five Disharmonizing Trends in the International Intellectual Property Regime, Legal Studies Research Paper Series Research Paper No. 03-28: http://ssrn.com/abstract=923177

Konvensi dan Perjanjian Internasional:

Perjanjian TRIPs

159

Page 160: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3466... · Web view Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak …Kepentingan Umum dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Konvensi Paris

Konvensi Bern

Konvensi Roma/UPOV

WIPO Treaty

Undang-Undang:

Undang-Undang No.29/2000 tentang Perlindungan Varitas Tanaman.

Undang-Undang No.14/2001 tentang Paten

Undang-Undang No.19/2002 tentang Hak Cipta

160