97_Pdt.G_2013_PN._Plg

87
hkama ahkamah Agung Republ Mahkamah Agung Republik Indonesia mah Agung Republik Indonesia ublik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id PUTUSAN Nomor: 97/Pdt.G/2013/PN. PLG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada peradilan tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara gugatan b \antara: BAMBANG SUYUDHI, SH., umur 36 tahun, pekerjaan karyawan swasta, alamat Jl. Sukorejo RT/RW 011/003, Kelurahan Sukodoni, Kecamatan Sukarame, Palembang. Dalam hal ini diwakili oleh Kuasanya Bahrul Ilmi Yakup, SH.,MH.,CGL, Edi Iskandar, SH., Herlin Susanto, Sairnudin, SH, Hj. Dodoy Suharyati, SH.,MH Asisten Advokat, Patih Ahmad Rae, SH.,MH, Asisten Advokat, Anggie Tiara Melinda, SH Asisten Advokat Advocates and Legal Consultant pada PALEMBANG INTERNATIONAL Law Oce, berkant0r Jl. Demang Lebar Daun No.08-H. Telp/Faks 0711 444885, Palembang, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 2 Juni 2013, disebut sebagai PENGGUGAT; L a w a n 1. dr. SIlVIA TRIRATNA, SpA ( K), dokter spesialis anak yang bekerja di Rumah Sakit RK. Charitas dan melakukan perawatan terhadap pasien bernama Davina Wahyudhi, beralamat di Rumah Sakit RK. Charitas, Jalan Jendral Sudirman No. 1054 1 | Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

description

perdata

Transcript of 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Page 1: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PUTUSAN

Nomor: 97/Pdt.G/2013/PN. PLG

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

peradilan tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara gugatan b

\antara:

BAMBANG SUYUDHI, SH., umur 36 tahun, pekerjaan karyawan

swasta, alamat Jl. Sukorejo RT/RW 011/003, Kelurahan

Sukodoni, Kecamatan Sukarame, Palembang. Dalam hal

ini diwakili oleh Kuasanya Bahrul Ilmi Yakup,

SH.,MH.,CGL, Edi Iskandar, SH., Herlin Susanto,

Sairnudin, SH, Hj. Dodoy Suharyati, SH.,MH Asisten

Advokat, Patih Ahmad Rafie, SH.,MH, Asisten Advokat,

Anggie Tiara Melinda, SH Asisten Advokat Advocates

and Legal Consultant pada PALEMBANG

INTERNATIONAL Law Office, berkant0r Jl. Demang

Lebar Daun No.08-H. Telp/Faks 0711 444885, Palembang,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 2 Juni 2013,

disebut sebagai PENGGUGAT;

L a w a n

1. dr. SIlVIA TRIRATNA, SpA (K), dokter spesialis anak yang

bekerja di Rumah Sakit RK. Charitas dan melakukan perawatan

terhadap pasien bernama Davina Wahyudhi, beralamat di Rumah

Sakit RK. Charitas, Jalan Jendral Sudirman No. 1054

1|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 2: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Palembang-30129, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya Safitri H.

Saptogino, SH., MH., Zubaidah Jufri, SH., Niki Budiman, SH., dan

Caesar Aidil Fitri, SH., Erik G. Pandaptan, Sh., Gughi Gumielar, SH.,

Muhammad Shobirin, SH., Wirawan Bayu Aji, SH., dan Asdel Fira,

SH., para Advokat dan Konsultan Hukum pada kantor Hukum “SIP

Law Firm” yang beralamat kantor di No. 7 Building SIP Law Firm, Jl.

Buncit Raya No. 7 Jakarta Selatan 12760, berdasarkan surat

kuasa khusus tertanggal 15 Juli 2013, selanjutnya disebut

sebagai TERGUGAT I.

2. Rumah Sakit RK. Charitas, yang beralamat di Jalan Jendral

Sudirman No. 1054 Palembang-30129, dalam hal ini diwakili oleh

kuasanya H. Dindin Suudin, SH, MH., Ir. Samsul Bahri, SH., Helen

Arisandi, SH. dan Hahardika, SHI, para Advokat dan Pengacara

pada kantor Advokat dan Pengacara H. Dindin Suudin, SH.MH. dan

Rekan Jl. Kapten Anwar Sastro No. 1409 A Palembang, berdasarkan

surat kuasa khusus tertanggal 10 Juli 2013, selanjutnya disebut

sebagai TERGUGAT II;

PENGADILAN NEGERI tersebut;

Setelah membaca berkas perkara yang bersangkutan;

Setelah mendengar kedua belah pihak yang berperkara;

Setelah membaca surat-surat bukti dan mendengar saksi-saksi yang diajukan oleh

para pihak yang berperkara;

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa Penggugat mengajukan surat gugatan tertanggal 22 Juni 2013

yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Palembang tanggal 1 Juli 2013

dalam regester No. 97/Pdt.G/2013/PN.PLG dengan dalil-dalil sebagai berikut:

2

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 3: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

A. Tentang Peristiwa Hukum

1. Bahwa Penggugat memiliki seorang anak kandung yang bernama

Davina Wahyudi yang berumur lebih kurang 3,4 tahun;

2. Bahwa pada tanggal 4 Oktober 2012 sesampai di Palembang dari

perjalanan ke Belitang OKUT menggunakan moda transportasi

mobil, almarhum Davina Wahyudhi (anak Penggugat) mengalami

muntah-muntah yang pada awalnya diduga mengalami mabuk

perjalanan;

3. Bahwa pada malam harinya sekitar pukul 20.00 WIB, Penggugat membawa

almarhum Davina Wahyudi ke Dokter Umum (Dokter Mahmud) untuk

mendapatkan pengobatan;

4. Namun pada dini hari esoknya, hari Jumat tanggal 5 Oktober 2012 sekitar pukul

00.45 WIB, almarhum Davina Wahyudi (anak Penggugat) kembali mengalami

muntah-muntah, sehingganya Penggugat membawa almarhum Davina Wahyudi ke

Rumah Sakit RK Myria. Setiba di Rumah Sakit RK Myria, pihak RS RK Myria

langsung mengambil tindakan pertolongan dengan melakukan pemeriksaan dan

pemasangan infuse oleh petugas kesehatan kepada almarhum Davina Wahyudhi

(anak Penggugat);

5. Bahwa melihat kapasitas dan fasilitas Rumah Sakit RK Myria yang kurang

memadai, Penggugat berkonsultasi dengan Bidan Senior yang sedang berjaga di

Rumah Sakit RK Myria untuk memberikan rujukan rumah sakit yang mempunyai

fasilitas baik, akhirnya disarankan untuk dibawa ke Rumah Sakit RK Charitas,

dengan tarif biaya perawatan per hari lebih kurang Rp. 3.000.000,- (tiga juta

rupiah);

3|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 4: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

6. Setelah memperoleh surat pengantar (rujukan) dari RS RK Myria, Penggugat

membawa almarhum Davina Wahyudi (anak Penggugat) ke Rumah Sakit RK.

Charitas (Tergugat II) pada pukul 06.00 WIB pagi 5 Oktober 2012;

7. Oleh karena Penggugat ingin agar anaknya segera mendapatkan perawatan yang

maksimal dan baik, pada Pukul 07.00 WIB Penggugat telah selesai mengurus

semua proses administrasi biaya berobat bagi almarhum Davina Wahyudi (anak

Penggugat);

8. Namun, baru pada pukul 10.45 WIB (hampir lima jam kemudian)

anak Penggugat bisa dibawa ke ruang ICU dengan penanggung

jawab dr. Silvia Triratna, SpA (K) (Tergugat I);

9. Bahwa sejak pukul 06.00 WIB pagi sampai pukul 10.45 WIB (hampir lima jam)

Davina Wahyudi berada di ruang UGD dan hanya mendapat perawatan berupa tes

laboratorium sampel darah dan suntik dubur (pantat) untuk menahan rasa sakit

serta infuse. Almarhum belum mendapatkan penanganan dari dokter spesialis yang

ditunjuk oleh Rumah Sakit RK. Charitas yang bertanggung jawab untuk menangani

pasien yaitu dr Silvia Triratna, SpA (K) (Tergugat I);

10. Dr Silvia Triratna, SPA (K) (Tergugat I) baru datang pada

pukul 11.10 WIB langsung menanyakan kronologis sebelum pasien

sakit. Dr Silvia Triratna, SpA (K) /Tergugat I juga tidak memberikan

penjelasan apapun tentang kondisi yang dialami oleh pasien

maupun tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien, jadi hanya

melakukan pemeriksaan (visite) seadanya;

11. Bahwa, tindakan Tergugat I yang hanya melakukan

pemeriksaan dan perawatan seadanya tidaklah kompatible untuk

kondisi Davina Wahyudi yang berada di ruang ICU yang dalam

pandangan awam berada dalam kondisi kegawatan medis;

4

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 5: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

12. Tindakan Tergugat I sebagaimana diuraikan dalam butir 9, 10, dan 11 di atas secara

normatif bertentangan dengan ketentuan Peraturan menteri kesehatan nomor: 129/

Menkes/SK/II/2008 “Waktu tanggap dokter pelayanan dokter di gawat darurat:

kecepatan pelayanan dokter di gawat darurat adalah kecepatan pasien dilayani

sejak pasien datang sampai dapat pelayanan dokter standarnya ≤ 5 menit terlayani

setelah pasien datang”;

13. Bahwa tindakan Tergugat I dan Tergugat II jelas-jelas

bertentangan dengan Pasal 51 Undang-undang No.29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran yang mengatur bahwa “Dokter atau

dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai

kewajiban :

a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan setandar

profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan

medis pasien;

b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang

mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik,

apabila tidak mampu melakukan sesuatu pemeriksaan atau

pengobatan;

c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

pasien bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;

d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,

kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan

mampu melakukannya; dan

e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan

ilmu kedokteran atau dokter gigi”;

5|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 6: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

14. Bahwa pada pukul 13.45 WIB Penggugat dipanggil suster

dan ditunjukkan beban nafas anak penggugat mulai berat, dengan

indikasi dadanya terangkat ketika menarik nafas;

15. Suster yang jaga menjelaskan bahwa penyebab sesak nafas yang dialami anak

Penggugat dikarenakan adanya cairan yang telah merendam paru-paru, yang

kemungkinan diakibatkan cairan infuse yang masuk tidak terkontrol. Secara kasat

mata, Penggugat memang melihat tidak ada cairan yang keluar dari kantong

penampungan cairan keluar yang dihubungkan melalui selang dan dimasukan

melalui vagina pasien. Penggugat sempat menanyakan masalah tersebut kepada

Suster jaga, namun tidak mendapatkan jawaban.;

16. Untuk membantu pernafasan serta mengurangi beban pernapasan Davina

Wahyudin, suster jaga menyarankan agar dilakukan pemasangan alat bantu nafas

yang dimasukan ke dalam mulut dengan biaya per hari Rp. 5.000.000,- (lima juta

rupiah per hari) dan pemasangan akan dilakukan oleh dokter ahli dalam hal ini, dr.

Silvi Triratna, SpA (K) (Tergugat I) yang bertanggungjawab atas perawatan Davina

Wahyudi. Namun dijelaskan juga, bahwa jika terjadi kesalahan pemasangan alat

bantu tersebut maka akan berakibat fatal;

17. Bahwa ternyata pemasangan alat bantu nafas yang dimasukan melalui mulut tidak

dilakukan oleh dr. Silvi Triratna, SpA (K) (Tergugat I), melainkan hanya dilakukan

oleh perawat jaga yang selalu berkoordinasi melalui telpon untuk mendapatkan

instruksi pemasangan alat bantu pernapasan tersebut;

18. Perbuatan Tergugat I jelas-jelas bertentangan dengan Pasal 68 Undang-undang

No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengatur: “Pemasangan implant obat

dan / atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di

fasilitas pelayanan kesehatan tertentu”;

6

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 7: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

19. Bahwa sekitar pukul 15.30 WIB, Penggugat dipanggil oleh perawat jaga karena

pemasangan alat bantu pernapasan telah selesai dilakukan, namun kondisi denyut

jantung anak Penggugat justru mengalami penurunan, yang terlihat dari monitor

jantung yang ada;

20. Terhadap kondisi yang dialami Davina Wahyudi, perawat jaga mengambil

tindakan dengan memberikan bantuan pernafasan dengan pompa jantung secara

manual, namun usaha tersebut gagal sehingga anak Penggugat meninggal dunia;

A. Tentang Perbuatan Melawan Hukum

Tergugat I dan II:

B. 1. Tentang Perbuatan Melawan Hukum Tergugat I

1. Sebagaimana telah dijelaskan di muka, Tergugat I dalam

melakukan perawatan terhadap Davina Wahyudi (anak

Penggugat), telah melakukan tindakan sebagai berikut:

1.1. Melakukan perawatan seadanya yang tidak kompatibel

dengan keadaan Davina Wahyudi yang berada dalam

keadaan gawat medis. Tindakan Tergugat I tersebut

merupakan perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan

menelantarkan pasien. Secara kategoris, tindakan tersebut

merupakan tindakan yang bertentangan dengan kewajiban

hukumnya sebagai dokter;

1.2. Dalam mengambil tindakan medis dalam rangka merawat Davina Wahyudi,

Tergugat I tidak memberi penjelasan kepada Penggugat selaku orang tuanya

akan efek dan dampak tindakan medis yang dilakukan. Tindakan tersebut

merupakan perbuatan melawan hukum dalam hal ini melanggar

kewajibannya untuk memberi penjelasan atas tindakan yang akan diambil

7|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 8: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tehadap pasien yang diatur asas informed consent dalam hubungan dokter

dengan pasien;

1.3. Sebagai penanggungjawab perawatan Davina Wahyudi,

Tergugat I tidak memasang alat bantu pernafasan melalui

mulut. Padahal, kesalahan pemasangan alat bantu

pernafasan tersebut akan berakibat fatal bagi pasien.

Dengan demikian, Tergugat I telah melanggar Pasal 68

Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang

mengatur: “Pemasangan implant obat dan / atau alat

kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan

kesehatan tertentu”;

B.2. Tentang Perbuatan Melawan hukum Tergugat II

1. Tergugat II telah menelantarkan Davina Wahyudi sejak pukul 06.00

WIB pagi sampai pukul 10.45 WIB (hampir lima jam) berada di

ruang UGD dan hanya mendapat perawatan seadanya berupa tes

laboratorium sampel darah dan suntik dubur (pantat) untuk

menahan rasa sakit serta infuse;

2. Selama lima jam tersebut, Davina Wahyudi tidak menerima perawatan sebagaimana

mestinya, yaitu tidak mendapatkan penanganan dari dokter spesialis yang ditunjuk

oleh Tergugat II/Rumah Sakit RK. Charitas yang bertanggung jawab untuk

menanganinya, yaitu dr Silvia Triratna, SpA (K) (Tergugat I);

3. Tindakan Tergugat II menelantarkan Davina Wahyudi tersebut merupakan

tindakan melawan hukum, yaitu bertentangan dengan kewajibannya dalam memberi

perwatan prima sesuai standar pelayanan medis;

8

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 9: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

A. Tentang Kerugian Penggugat

1. Bahwa, perbuatan melawan hukum Tergugat I dan Tergugat II

dalam memberi pelayanan medis kepada Davina Wahyudi secara

faktual telah menyebabkannya meninggal dunia;

2. Meninggalnya Davina Wahyudi merupakan kerugian luar biasa bagi Penggugat,

baik secara material maupun immaterial;

3. Atas kerugian material dan immaterial tersebut, sesuai ketentuan

Pasal 58 Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

Penggugat berhak menuntut ganti rugi kepada Tergugat I dan

Tergugat II. Pasal 58 UU Kesehatan No.36 Th 2009 mengatur

bahwa: “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap

seseorang, tenaga kesehatan, dan / atau penyelenggara yang

menimbulkan kerugian akibat kesehatan atau kelalaian pelayanan

kesehatan yang diterimanya”;

4. Besaran kerugian material dan immaterial yang diderita Penggugat adalah:

1. Kerugian material:

a. Biaya pengobatan rumah sakit sebesar Rp. 5.238.000,- (lima

juta dua ratus tiga puluh delapan ribu rupiah);

b. Biaya Pemakaman Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah);

c. Biaya takziah sampai dengan 40 hari Rp. 15.000.000,- (lima

belas juta rupiah);

Total seluruhnya sebesar Rp. 30.238.000,- (tiga puluh juta dua

ratus tiga puluh delapan ribu rupiah);

2. Kerugian Immaterial :

Secara kalkulatif matematis, tentu saja sulit untuk memastikan

jumlah kerugian immaterial yang diderita Penggugat.

Penggugat sangat sedih dan tergoncang melihat anaknya

9|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 10: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Davina Wahyudi ditelantarkan Tergugat I dan Tergugat II, yang

berunjung meninggal dunia. Peristiwa tersebut, telah

menimbulkan kesedihan yang teramat mendalam bagi

Penggugat dan keluarga. Derita Penggugat tersebut tentunya

tidaklah dapat dinilai dengan uang. Namun demikian, adalah

layak bila Penggugat menuntut agar Tergugat I dan Tergugat II

dihukum membayar ganti rugi immaterial kepada Penggugat

sebesar Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah)

secara tanggung renteng;

5. Oleh karena kerugian Penggugat tersebut dalam butir 5 di atas

merupakan akibat perbuatan melawan hukum Tergugat I dan

Tergugat II, maka seharusnyalah secara tanggung renteng

Tergugat I dan tergugat II dihukum membayar ganti rugi material

kepada Penggugat sebesar Rp. 30.238.000,- (tiga puluh juta dua

ratus tiga puluh delapan ribu rupiah; dan membayar ganti rugi

immaterial sebesar Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus

juta rupiah) secara tanggung renteng;

6. Bahwa, secara hukum, Penggugat sangat membutuhkan adanya

kepastian Tergugat I dan Tergugat II membayar ganti rugi kepada

Penggugat tepat waktu sesuai isi putusan perkara ini. Namun

demikian, sangat terbuka bagi Tergugat I dan Tergugat II untuk

membangkang terhadap isi putusan a quo. Guna melindungi

kepentingan hukum Penggugat serta menegakkan wibawa putusan

hakim dalam perkara ini, adalah beralasan hukum bila Penggugat

menuntut agar I dan Tergugat II secara tanggung renteng dihukum

membayar uang paksa (dwangsom) kepada Penggugat sebesar

Rp. 2.500.000,-(dua juta lima ratus ribu rupiah) per hari apabila

10

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 11: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Tergugat I dan tergugat II lalai memenuhi isi putusan ini terhitung

sejak putusan diucapkan dalam persidangan;

7. Bahwa, Penggugat memiliki kepentingan hukum agar gugatan

Penggugat tidak sia-sia (Illusoir), guna melindungi kepentingan

tersebut, serta guna memberi efek pengikat (binding effect) agar

Tergugat I dan Tergugat II melaksanakan isi putusan dalam perkara

ini secara taat dan konsekuen, maka seyogyanyalah Penggugat

mohon agar Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan

mengadili perkara ini berkenan meletakkan sita jaminan

(conservatoir beslag) tanah beserta bangunan Rumah Sakit RK.

Charitas yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman No. 1054

Palembang-30129;

8. Bahwa gugatan Penggugat telah didasarkan pada bukti absah, oleh karena itu,

cukup beralasan bila kami mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang

memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menyatakan putusan dalam perkara ini

dapat dilaksanakan terlebih dulu (uit voorbaar bij voerraad) walaupun ada upaya

hukum verzet, banding, maupun kasasi atau upaya hukum lainnya dari para

Tergugat;

Berdasarkan legal argument di muka, maka seyogyanyalah

Penggugat mohon kiranya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palembang,

berkenan memeriksa dan mengadili perkara ini seadil-adilnya, sesuai

ketentuan hukum dan moral keadilan, selanjutnya menjatuhkan putusan,

yang amarnya, antara lain berbunyi:

A. Dalam Sita Jaminan

1. Mengabulkan permohonan sita jaminan (revindicatoir beslag)

yang diajukan Penggugat terhadap tanah beserta bangunan

11|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 12: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berupa Rumah Sakit RK. Charitas yang beralamat di Jalan Jendral

Sudirman No. 1054 Palembang-30129;

2. Menetapkan meletakkan sita jaminan terhadap tanah beserta

bangunan berupa Rumah Sakit RK. Charitas yang beralamat di

Jalan Jendral Sudirman No. 1054 Palembang-30129;

3. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah diletakkan juru sita terhadap

tanah beserta bangunan berupa Rumah Sakit RK. Charitas yang beralamat di Jalan

Jendral Sudirman No. 1054 Palembang-30129;

B. Dalam Pokok Perkara

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk

seluruhnya;

2. Menyatakan Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan Perbuatan

Melawan Hukum yang menyebabkan meninggalnya anak

Penggugat bernama Davina Wahyudi;

3. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng membayar ganti

rugi material kepada Penggugat sebesar Rp. 30.238.000,- (tiga puluh juta dua ratus

tiga puluh delapan ribu rupiah) secara tunai dan seketika;

4. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng membayar ganti

rugi immateril kepada Penggugat sebesar Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima

ratus juta rupiah) secara tunai dan seketika;

5. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tangung renteng membayar uang

paksa (dwangsom) kepada Penggugat sebesar Rp. 2.500.000,-(dua juta lima ratus

ribu rupiah) per hari, setiap hari Tergugat I dan II lalai memenuhi isi putusan

perkara ini terhitung sejak di ucapkan di persidangan;

12

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 13: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

6. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan terlebih

dahulu, walaupun ada upaya verzet, banding, kasasi atau upaya

hukum lainnya;

7. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng

membayar semua biaya yang timbul dalam perkara ini;

Dalam hal Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat lain, mohon putusan

yang seadil-adilnya, sesuai hukum dan moral keadilan (ex aequo et

bono);

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan untuk

Penggugat hadir diwakili oleh Kuasanya, untuk Tergugat I dan Tergugat II

masing-masing hadir diwakili oleh kuasanya;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha untuk mendamaikan

kedua belah pihak melalui lembaga mediasi dengan mediator ELLY

NURYASMIN, SH, MH., Hakim Pengadilan Negeri Palembang, tetapi tidak

berhasil sesuai dengan laporan Hakim Mediator tersebut tertanggal 27 Agustus

2013, maka sidang dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan yang isinya

tetap dipertahankan oleh Penggugat;

Menimbang, bahwa terhadap surat gugatan Penggugat tersebut Tergugat

I dan Tergugat II masing-masing mengajukan jawaban tertanggal 19

September 2013 sebagai berikut:

Jawaban Tergugat I:

DALAM EKSEPSI

Bahwa Tergugat I dengan tegas menolak seluruh dalil-dalil Penggugat kecuali yang diakui

secara tegas dalam gugatan ini.

13|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 14: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

GUGATAN YANG DIAJUKAN PENGGUGAT BERSIFAT KABUR

(OBSCUUR LIBELLUM)

Surat Gugatan Tidak Terang Isinya

1. Bahwa Penggugat dalam menyusun gugatannya tidak terang

isinya, oleh karena antara satu dengan yang lain saling

kontradiksi, dengan sederhana hal ini dapat dilihat dari huruf B.1

angka 1 bagian 1.1 gugatan Penggugat, dimana satu sisi

Penggugat menyatakan Tergugat I telah melakukan perawatan

seadanya yang tidak kompatibel dengan keadaan Davina Wahyudi

yang berada dalam keadaan gawat medis yang menurut

Penggugat merupakan perbuatan melawan hukum, namun disisi

lain pada huruf B.1 angka 1 bagian 1.2 Penggugat menjelaskan

bahwa Tergugat I telah mengambil tindakan medis dalam rangka

merawat Davina Wahyudi, sehingga tidak jelas perbuatan

melawan hukum apa yang dituduhkan oleh Penggugat terhadap

Tergugat I;

2. Bahwa dengan formulasi gugatan Penggugat yang saling

bertentangan sebagaimana diuraikan diatas, jelas dan tidak

terbantahkan lagi gugatan Penggugat menjadi tidak jelas dan

menjadi kabur (obscuur libel);

3. Bahwa berdasarkan uraian di atas maka kami mohon kepada Yang

Mulia Majelis Hakim untuk menolak gugatan Penggugat atau

setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat

diterima (niet ontvankelijk verklaard).

DALAM POKOK PERKARA

Tindakan Medis yang dilakukan oleh Tergugat I terhadap Davina

Wahyudi (anak Penggugat) telah memenuhi standar

14

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 15: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

operasional prosedur rumah sakit maupun standar operasional

prosedur dokter spesialis anak atau disebut telah lege artis;

1. Mohon perhatian Yang Mulia Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Palembang yang memeriksa perkara a quo, bahwa seluruh dalil-

dalil yang Tergugat I uraikan pada bagian Dalam Eksepsi, mohon

dianggap sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan

bagian Dalam Pokok Perkara a quo;

2. Bahwa Tergugat I menyangkal dan menolak seluruh dalil-dalil yang

dikemukakan oleh Penggugat dalam gugatan a quo kecuali yang

secara tegas diakui kebenarannya oleh Tergugat I secara mutatis-

mutandis dan dianggap sebagai hal yang menguntungkan

Tergugat I;

3. Bahwa Tergugat I adalah dokter spesialis anak yang memiliki izin

praktek di Rumah Sakit Tergugat II;

4. Bahwa benar Davina Wahyudi (pasien/anak Penggugat) pernah

menjadi pasien Tergugat I yang mendapatkan perawatan di Rumah

Sakit Tergugat II pada tanggal 5 Oktober 2012 sejak pukul 06.35

WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB, yang sebelumnya

merupakan rujukan dari Rumah Sakit Myria Palembang;

5. Bahwa pasien pada pukul 06.35 WIB tiba di Bagian Gawat Darurat,

dengan keluhan demam selama 3 hari, muntah-muntah, mencret,

kejang-kejang disertai dengan suhu badan pasien mencapai 40º C

(empat puluh derajat celcius). Kedatangan pasien langsung

diterima oleh dokter jaga di Bagian Gawat Darurat (“BGD”) dan

dalam waktu kurang dari 2 menit dokter jaga langsung melakukan

assesmen klinis terhadap pasien;

15|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 16: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

6. Bahwa pada pukul 06.45 WIB Tergugat II melalui Dokter Jaga

menghubungi Tergugat I mengkonsultasikan kondisi pasien

sebagaimana angka 5 dan Dokter Jaga Tergugat II juga

menyampaikan bahwa pasien tiba-tiba kejang sehingga diberikan

obat anti kejang, obat penurun panas suppos (via dubur) serta

pemasangan catheter (sebagai monitoring cairan serta untuk

mengalirkan air kencing);

7. Bahwa atas informasi yang disampaikan oleh dokter jaga

sebagaimana angka 5 dan 6 diatas, Tergugat I menginstruksikan

secara terarah kepada dokter jaga untuk memberikan terapi-terapi

lanjutan infus yang berguna untuk menstabilkan cairan dalam

tubuh pasien, obat-obatan yang berguna untuk menurunkan

demam dan panas, serta menganjurkan agar dilakukan

pemeriksaan laboraturium untuk mengetahui penyebab demam

pasien, pemberian instruksi tersebut telah sesuai dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Penderita

di Ruang Darurat Non Bedah Rumah Sakit Tergugat II

Nomor 02/D.3/2005;

8. Bahwa setelah kondisi pasien stabil maka pada Pukul 09.25 WIB

pasien diantar ke ruang ICU (Intensive Care Unit), hal tersebut

sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang

berlaku di Rumah Sakit Tergugat II yang menghendaki agar

sebelum pasien masuk ke ruangan ICU (Intensive Care

Unit) harus dilakukan masa stabilisasi hemodinamik yang

merupakan proses menstabilkan gangguan pada tubuh

baik pada aliran darah maupun keseimbangan cairan tubuh

16

16

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 17: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pasien, hal demikian dapat dilakukan di Bagian Gawat Darurat

(BGD);

9. Bahwa pada Pukul 09.30 WIB pasien diterima oleh dokter jaga di

bagian ICU, selanjutnya dilakukan anamnesa kembali, dari hasil

anamnesa tersebut didapat informasi pasien suhu badan panas

tinggi, muntah-muntah, diare/mencret dan mengalami kejang.

Kemudian dokter melakukan pemeriksaan fisik ulang, didapatkan

keadaan umum pasien sakit berat, kesadaran menurun namun

masih dapat bereaksi, pernafasan reguler, nadi teraba cepat, isi

dan tekanan cukup, capillary refill time kurang dari 2 detik,

auskultasi vesikuler (suara nafas normal), perut tampak kembung,

terpasang O², infus pump di tangan kiri serta chateter, urin +

warna kuning jernih;

10. Bahwa selanjutnya pada pukul 09.35 WIB Tergugat I visit

ditempat pasien, setelah melihat kondisi fisik serta catatan medis

yang ada, pasien di diagnosa banding dengan hasil pasien

mengalami kejang dengan demam kompleks ec hyperpreksia

(panas sangat tinggi) + gastro enteriris (muntah berak) dengan

dehidrasi sedang-berat, encephalopathy metabolik ec

gastroenteris dehidrasi sedang-berat, encephalitis (radang otak),

oleh karenanya guna mengatasi penyakit pasien dimaksud,

Tergugat I memberikan instruksi kepada perawat untuk

memberikan infus dan injeksi, serta obat-obatan untuk mengatasi

demam, sedangkan untuk mengatasi kembung dilakukan

pemasangan NGT (nasogastric tube). Tergugat I selalu berpesan

baik kepada dokter jaga maupun kepada perawat agar kondisi

17|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 18: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pasien selalu dimonitor dan diperhatikan serta selalu dilaporkan

kepada Tergugat I;

11. Bahwa meskipun kondisi pasien selalu di observasi secara

ketat dan telah diberikan terapi-terapi yang sesuai, namun kondisi

pasien tidak sesuai dengan apa yang diinginkan termasuk pasien

mengalami sesak nafas. Atas kondisi tersebut, Tergugat I

mengusulkan untuk dipasang intubasi, orang tua pasien yang

berada di luar ICU dipanggil untuk diberikan penjelasan tentang

pentingnya pemasangan intubasi, resiko yang mungkin terjadi

serta besarnya biasa pemasangan, dan atas penjelasan tersebut

orang tua pasien menyetujui dan menandantangani surat

persetujuan (informed consent);

12. Bahwa selanjutnya Tergugat I melakukan pemasangan

intubasi serta fungsi setting ventilator dan kondisi pasien mulai

membaik. Namun Tergugat I tetap menyarankan agar perawatan

intensif tetap dilakukan serta memerintahkan agar dokter jaga di

ruang ICU selalu melakukan pemantauan serta melaporkan

perkembangan pasien kepada Tergugat I agar perawatan dapat

optimal;

13. Bahwa pada pukul 16.00 WIB Tergugat I mendapatkan berita

dari Tergugat II pasien telah meninggal dunia;

PENGGUGAT TELAH BERITIKAD BURUK DENGAN MEMANIPULASI

FAKTA YANG SENYATA-NYATANYA TERJADI

14. Bahwa dalil Penggugat pada gugatan huruf A angka 8

(delapan), yang menyatakan bahwa anak Penggugat (pasien) baru

pada pukul 10.45 WIB bisa dibawa ke ruang ICU adalah

pernyataaan yang salah, yang sebenarnya terjadi adalah

18

18

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 19: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sebagaimana Jawaban Tergugat I pada angka 9 diatas yang

menyatakan bahwa pasien masuk ke Ruangan ICU pada pukul

09.30 WIB setelah pasien mendapatkan tindakan penstabilan

kondisi di ruang BGD. Jika Pasien langsung dimasukkan ke ICU

tanpa dilakukan tindakan penstabilan dulu, maka hal demikian

akan menyalahi SOP Rumah sakit;

15. Bahwa Para Tergugat selalu melakukan segala upaya

terbaik untuk kesembuhan pasien, tidak terkecuali kepada anak

Penggugat. Begitu pasien datang di Ruangan BGD, dokter dan

perawat telah siap untuk menangani pasien serta tindakan yang

sifatnya darurat segera dilakukan, jika hal tersebut diperlukan.

Terhadap pasien a quo selama di BGD juga telah dilakukan

serangkaian tindakan memberikan terapi-terapi sebagaimana

angka 6,7, 8 Jawaban Tergugat I diatas, oleh karenanya

pernyataan Penggugat pada huruf A angka 9 (sembilan) gugatan

Penggugat yang pada pokoknya menyatakan bahwa selama

pasien berada di ruang UGD hanya mendapatkan perawatan

berupa tes laboraturium sampel darah, suntik dubur serta infuse

adalah hal yang tidak berdasar;

16. Bahwa Tergugat I menolak dalil-dalil Penggugat pada huruf

A angka 8 (delapan) gugatan Penggugat, yang menyatakan bahwa

anak Penggugat (pasien) baru pada pukul 10.45 WIB bisa dibawa

ke ruang ICU, karena sebagaimana penjelasan Tergugat I pada

angka 9 diatas, perlu dilakukan penstabilan kondisi pasien

sebelum di bawa ke ICU, pasien mulai stabil pada pukul 09.25 dan

segera diantarkan ke ruang ICU (Intensive Care Unit);

19|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 20: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

17. Bahwa dalil Penggugat pada huruf A angka 9 (sembilan)

gugatan Penggugat, yang berbunyi sebagai berikut:

“...Bahwa sejak pukul 06.00 WIB sampai pukul 10.45

WIB (hampir lima jam) Davina Wahyudi berada di

ruang UGD dan hanya mendapat perawatan berupa

tes laboraturium sampel darah dan suntik dubur

(pantat) untuk menahan rasa sakit serta infuse.

Almarhum belum mendapatkan penanganan dari

dokter spesialis yang ditunjuk oleh Rumah Sakit RK.

Cahritas yang bertanggung jawab untuk menangani

pasien yaitu dr Silvia Triratna, Sp.A (K) (Tergugat I).”

Merupakan dalil yang tidak benar, karena sebelum Tergugat I

melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien pada pukul 09.35

WIB, Tergugat I melalui Dokter Jaga telah memberikan terapi-terapi

sebagaimana angka 7 Jawaban Tergugat I diatas yang telah sesuai

untuk kondisi klinis pasien dan sesuai Standar Operasional Prosedur

(SOP) keilmuan Tergugat I serta SOP yang berlaku di Rumah Sakit

Tergugat II;

18. Bahwa dalil Penggugat pada huruf A angka 10 (sepuluh)

gugatan Penggugat yang menerangkan sebagai berikut:

“...Dr. Silvia Triratna, Sp.A (K) (Tergugat I) baru datang

pada pukul 11.10 WIB langsung menanyakan

kronologis sebelum pasien sakit. Dr. Silvia Triratna,

Sp.A (K)/ Tergugat I juga tidak memberikan penjelasan

apapun tentang kondisi yang dialami oleh pasien

maupun tindakan yang akan dilakukan terhadap

20

20

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 21: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pasien, jadi hanya melakukan pemeriksaan (visite)

seadanya.”

Serta dalil Penggugat pada huruf A angka 11 (sebelas) gugatan

Penggugat yang menerangkan sebagai berikut:

“...Bahwa, tindakan Tergugat I hanya melakukan

pemeriksaan dan perawatan seadanya tidaklah

kompatible untuk kondisi Davina Wahyudi yang

berada di ruang ICU yang dalam pandangan awam

berada dalam kondisi kegawatan medis.”

Dalil Penggugat tersebut tidak sesuai dengan fakta yang senyata-

nyatanya terjadi, Tergugat I maupun Tergugat II telah memberikan

penjelasan baik secara lisan maupun tertulis kepada orang tua

pasien, disamping itu Tergugat I sebagai dokter penanggung jawab

pasien telah melakukan tindakan medis serta memberikan

pengobatan yang sesuai dengan kondisi klinis pasien, seluruh

tindakan medis yang dilakukan oleh Tergugat I terhadap pasien juga

telah mendapatkan persetujuan tertulis (informed consent) dari

keluarga pasien termasuk namun tidak terbatas pada pemasangan

intubasi;

19. Bahwa dalil Penggugat pada huruf A angka 12 gugatan,

Penggugat tampak tidak memahami maksud dari kutipan

Penggugat yang pada pokoknya menjelaskan bahwa tindakan

Tergugat I secara normatif telah bertentangan dengan ketentuan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/ SK/II/2008

tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit, Penggugat

mengartikan dengan salah maksud dari Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit bagian Gawat Darurat, karena pada Lampiran 1

21|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 22: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008

tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit angka 1

Jenis Pelayanan: Gawat Darurat, Indikator: Waktu tanggap

Pelayanan Dokter di Gawat Darurat, Standarnya ≤ 5 menit,

jelas mengartikan bahwa waktu tanggap tersebut ditangani

oleh dokter di Bagian Gawat Darurat bukan oleh Dokter

Penanggung Jawab Pasien atau Tergugat I in casu, Dokter

Jaga di Bagian Gawat Darurat Rumah Sakit Tergugat II memberikan

respon cepat kurang dari 2 menit sejak kedatangan pasien;

20. Bahwa dalil Penggugat pada huruf A angka 13 (tiga belas)

yang menyatakan bahwa tindakan Tergugat I dan Tergugat II jelas-

jelas bertentangan dengan Pasal 51 Undang-undang No. 29 Tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran yang mengatur bahwa:

“Dokter atau dokter gigi dalam melaksananakan praktik

kedokteran mempunyai kewajiban:

a. Memberikan pelayanan medis sesuia dengan standar profesi dan

standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.

b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai

keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu

melakukan sesuatu pemeriksaan atau pengobatan.

c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien

bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,

kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu

melakukannya; dan

22

22

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 23: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran atau dokter gigi.”6

Dalil Penggugat tersebut telah menuduh Tergugat I tanpa dasar

yang jelas, karena seluruh tindakan medis yang dilakukan oleh

Tergugat I terhadap pasien (anak Penggugat) telah sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di

Rumah Sakit Tergugat II maupun SOP bidang keilmuan

Tergugat I termasuk namun tidak terbatas telah melakukan

pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan terhadap

pasien, dan memberikan pengobatan yang sesuai dengan

kebutuhan medis pasien;

21. Bahwa dalil Penggugat pada angka 14 (empat belas) dan 15

(lima belas) adalah dalil yang menyesatkan, yang menyatakan

pada pukul 13.45 WIB Penggugat dipanggil suster dan ditunjukkan

bahwa beban nafas pasien mulai berat disebabkan adanya cairan

yang merendam paru-paru, karena pada pukul 13.00 WIB pada

saat dilakukan observasi termasuk dan tidak terbatas terhadap

kondisi paru-paru pasien vasikuler menunjukkan tidak adanya

cairan yang merendam paru-paru pasien;

22. Bahwa Tergugat I menolak dalil penggugat pada angka 17,

yang menyatakan:

“...Bahwa ternyata pemasangan alat bantu nafas yang

dimasukkan melalui mulut tidak dilakukan oleh Tergugat

I, melainkan hanya dilakukan oleh perawat jaga yang

selalu berkoordinasi melalui telpon untuk mendapatkan

instruksi pemasangan alat bantu pernafasan tersebut.”

23|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 24: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dalil Penggugat tersebut sangat mengada-ada, manipulatif dan

tidak berdasar, karena pada pukul 13.30 WIB setelah dipersiapkan

seluruh peralatan untuk melakukan pemasangan intubasi

sebagaimana yang telah Tergugat I uraikan pada angka 11 dan 12

diatas, maka Tergugat I melakukan pemasangan alat bantu nafas/

intubasi terhadap pasien, dilakukan juga setting ventilator yang

dibantu oleh dokter jaga ICU dan perawat, keseluruhannya tercatat

dalam catatan keperawatan secara komputerisasi;

23. Bahwa dalil Penggugat pada huruf A angka 18 gugatan

Penggugat yang berbunyi sebagai berikut:

“...Perbuatan Tergugat I jelas-jelas bertentangan dengan

Pasal 68 Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan yang mengatur: Pemasangan implant obat

dan/ atau alat kesehatan kedalam tubuh manusia hanya

dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan

di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.”

Merupakan dalil yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi,

Tergugat I merupakan tenaga medis yang berkompeten dan

memiliki legalitas untuk melakukan tindakan medis yang diperlukan

guna membantu menyelamatkan pasien, termasuk melakukan

pemasangan alat bantu pernafasan/ intubasi yang sebelumnya telah

dijelaskan Tergugat I kepada orang tua pasien mengenai pentingnya

pemasangan, resiko yang mungkin terjadi dan mendapatkan

persetujuan. Kembali Tergugat I tegaskan bahwa seluruh tindakan

medis yang dilakukan terhadap pasien di lakukan sesuai dengan

SOP yang berlaku di Rumah Sakit Tergugat II;

24

24

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 25: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

24. Bahwa Tergugat I telah melakukan upaya yang maksimal

untuk menyelamatkan pasien, telah memberikan terapi-terapi

yang sesuai serta tindakan medis yang perlu dan berguna untuk

menyelamatkan pasien namun kondisi fisik pasien yang semakin

menurun menyebabkan nyawa pasien tidak dapat tertolong.

Mohon perhatian Yang Mulia Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Palembang yang memeriksa perkara a quo, bahwa hubungan

hukum antara dokter dengan pasien merupakan suatu

tindakan usaha yang maksimal (inspanningverbintenis),

dimana dokter tidak pernah menjanjikan kesembuhan

terhadap Pasiennya, namun baik dokter maupun pasien

saling berusaha semaksimal mungkin untuk mengupayakan

kesembuhan dan kesehatan Pasien, dimana hasil dari

usaha tersebut bergantung pada keadaan individual

masing-masing Pasien;

25. Bahwa setiap dan seluruh dalil-dalil yang telah dikemukan

oleh Penggugat dalam gugatan a quo secara keseluruhan

merupakan dalil-dalil yang dangkal, penuh kebohongan, tidak

berdasar dan tidak sesuai dengan seluruh fakta-fakta yang

senyata-nyatanya terjadi, dengan demikian Tergugat I, menolak

secara tegas seluruh dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat

dalam gugatan a quo, yang pada intinya menyatakan Tergugat I

melakukan Perbuatan Melawan Hukum terhadap Penggugat,

karena kembali Tergugat I tegaskan bahwa seluruh tindakan medis

yang dilakukan oleh Tergugat I terhadap Penggugat di Rumah Sakit

Tergugat II telah sesuai dengan Standar Profesi dan Standar

Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku, dan dapat

25|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 26: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dipertanggung jawabkan secara hukum, selain itu tindakan medis

yang dilakukan oleh Tergugat I terhadap Penggugat bukan

merupakan indikasi Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana yang

didalilkan oleh Penggugat dalam gugatan a quo, karena seluruh

rangkaian tindakan medis yang telah dilakukan oleh Tergugat I

terhadap Penggugat sama sekali tidak memenuhi unsur-unsur

Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana ditentukan oleh hukum

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

26. Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah Tergugat I kemukakan

di atas, menjadi terang dan jelas kiranya bahwa seluruh dan setiap

dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat dalam gugatan a quo,

terbukti secara nyata merupakan dalil-dalil yang tidak mendasar,

penuh kebohongan dan tidak sesuai dengan fakta-fakta yang

senyata-nyatanya terjadi, yang telah dikemukakan oleh Penggugat

semata-mata demi mengaburkan pertimbangan hukum Yang Mulia

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palembang yang memeriksa

perkara a quo;

27. Dengan demikian sudah sepatutnya agar Yang Mulia Majelis

hakim Pengadilan Negeri Palembang yang memeriksa perkara a

quo, untuk mengabaikan seluruh dalil-dalil yang dangkal,

manipulatif, penuh kebohongan dan tidak berdasar yang telah

dikemukakan oleh Penggugat dalam gugatan a quo, atau setidak-

tidaknya menyatakan dalil-dalil tersebut tidak dapat diterima (niet

ontvankelijk verklaard);

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dengan ini Tergugat mohon kiranya

Yang Mulia Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palembang yang memeriksa

perkara a quo berkenan untuk memutuskan:

26

26

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 27: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

DALAM EKSEPSI

• Menerima eksepsi Tergugat I untuk seluruhnya;

• Menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan

gugatan yang Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk

verklaard);

DALAM POKOK PERKARA

1. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya atau setidak-

tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat

diterima (niet ontvankelijk verklaard);

2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya yang

timbul dalam perkara ini.

ATAU

Apabila Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palembang yang

memeriksa perkara a quo berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et

bono).

Jawaban Tergugat II;

DALAM EKSEPSI.

GUGATAN PENGGUGAT OBSCUUR LIBEL.

1. Bahwa dalil gugatan Penggugat yang pada pokoknya menyatakan Tergugat

II telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum, sedangkan hubungan

hukum antara anak Penggugat selaku Pasien dengan Tergugat I maupun

Tergugat II dalam suatu pelayanan kesehatan merupakan suatu

PERJANJIAN TERAPEUTIK, yaitu suatu Perjanjian dimana dokter

berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan pasien dari

27|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 28: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

penderitaannya atau lazim disebut dengan INSPANNING VERBINTENIS

yaitu suatu Perjanjian Usaha atau Ikhtiar, bukan yang pasti;

2. Bahwa perbedaan antara Perbuatan Melawan Hukum dengan suatu

Perjanjian, pada pokoknya adalah dimana dalam Perbuatan Melawan

Hukum –TIDAK PERNAH ADA KATA SEPAKAT - sedangkan didalam

Suatu Perjanjian –DIMULAI DENGAN KATA SEPAKAT - .

Oleh karena nya hubungan hukum antara Pasien Anak Penggugat dengan

Tergugat I dan Tergugat II dikatakan Suatu Perjanjian (Perjanjian Terapeutik),

karena dimulai dengan kata sepakat atau adanya INFORMED CONCENT

atau adanya PERSETUJUAN MEDIK, dimana Tergugat I dan Tergugat II

menyatakan bersedia melakukan Perawatan kepada pasien anak Penggugat

dan Penggugat telah menyatakan persetujuan agar anak Penggugat dirawat,

dan dilakukan tindakan medis umum, dan tindakan kedokteran, juga

persetujuan perawatan di ICU/ICCU. sebagaimana terbukti :

1. Penggugat telah memberikan Persetujuan untuk Rawat Inap, pada

tanggal 5-10-2012 (formulir RM 2J).

2. Penggugat telah memberikan Persetujuan Tindakan Medis Umum pada

tanggal 5-10-2012 (formulir RM.15).

3. Penggugat telah memberikan Persetujuan Rawat di ICU/ICCU, pada

tanggal 5-10-2012 (Formulir RM.17).

4. Penggugat telah memberikan Persetujuan Tindakan Kedokteran pada

tanggal 5-10-2012 (formulir RM.35).

3. Bahwa dengan dalil Penggugat yang mengatakan Tergugat II telah

melakukan Perbuatan Melawan Hukum menjadikan gugatan Penggugat

28

28

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 29: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Obscuur Libel, karena DALAM POSITA MENJADI TIDAK JELAS DASAR

HUKUMNYA.

Berdasarkan uraian diatas, kiranya Majelis Hakim secara hukum berkenan

menolak Gugatan Penggugat secara keseluruhan atau menyatakan Gugatan

Penggugat tidak dapat diterima, dan menghukum Penggugat untuk membayar

biaya perkara;

DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa dalil dalam Eksepsi diberlakukan pula dalam Pokok Perkara ini yang

merupakan satu kesatuan utuh tidak terpisahkan.

2. Bahwa Tergugat II menolak dengan keras seluruh dalil-dalil Gugatan

Penggugat karena tidak benar dan tidak berdasarkan hukum, kecuali yang

dinyatakan dengan tegas tentang kebenarannya oleh Tergugat II.

3. Bahwa dalil Penggugat pada Poin A tentang Peristiwa Hukum angka 6

sampai angka 13 yang mengatakan pada pokoknya “ bahwa sejak pukul

06.00 WIB sampai pukul 10.45 WIB (hampir lima jam) berada diruang UGD,

pasien anak Penggugat yang bernama Davina Wahyudi hanya mendapat

perawatan berupa tes laboratorium dan suntik dubur untuk menahan rasa

sakit serta infus dan baru pukul 10.45 WIB anak Penggugat dibawa keruang

ICU….adalah dalil yang tidak benar dan mengada-ada serta tidak

berdasarkan hukum, patut ditolak dengan tegas, karena FAKTA HUKUM

YANG SEBENARNYA sebagai berikut ;

Tanggal 5 Oktober 2012

Pukul 06.25 Wib

29|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 30: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Pasien (Davina Wahyudi) anak Penggugat datang ke BGD Rumah Sakit

RK. Charitas (Tergugat II) atas rujukan dari RS. Myria dengan terpasang

infuse D5% 100cc + 1gr ceftriaxone.

Pukul 06.27 Wib.

• Setiba di BGD Rumah Sakit RK. Charitas (Tergugat II) tersebut, dokter Jaga

BGD Tergugat II langsung melakukan assesmen klinis dan dilakukan

pengukuran tanda-tanda vital ; BB :31 Kg, Kesadaran : sadar penuh, Nadi :

135x/menit, TD : 130/64, RR : 45x/menit, Suhu : 400 C, GDS : 128 mg/dL.

Saat itu keluarga mengatakan pasien anak Penggugat sudah demam

selama 3 (tiga) hari, disertai muntah dan mencret, saat dirumah, anak

Penggugat sempat kejang.

Bahwa pada saat itu RESPON TIME dokter jaga dan perawat Tergugat II

cukup cepat yakni hanya berselang 2(dua) menit dari waktu kedatangan

pasien.

Pukul 06.35 Wib

• Pasien anak Penggugat tiba-tiba kejang, dokter jaga BGD Tergugat II

segera mengatasi kejang dengan pemberian anti kejang, obat penurun

panas suppose (via dubur), dan pemasangan catheter untuk monitoring

cairan.

Pukul 06.46 WIB.

• Dokter jaga BGD Tergugat II menghubungi dr. Silvia T, Sp.A (Tergugat I),

saran Tergugat I rawat di ICU, lalu Perawat Tergugat II melakukan

observasi tanda-tanda vital, TD : 114/65, Nadi : 181x/menit,

Pernafasan :53x/menit, Saturasi O2 : 99%;

30

30

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 31: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dokter Jaga BGD Tergugat II kemudian menjelaskan kepada keluarga pasien,

bahwa pasien anak Penggugat perlu dirawat di ICU dan keluarga pasien

setuju.

Selama masa penstabilan hemodinamik di BGD, pasien anak Penggugat

lalu diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium, terapi sesuai

INSTRUKSI Tergugat I selaku dokter penanggung jawab dan selama itu

terus dilakukan monitoring tanda-tanda vital secara ketat oleh Tergugat

II.

Pukul 07.45 WIB.

• Pasien anak Penggugat dilakukan pengukuran tanda-tanda vital,

TD :114/65, Nadi : 181x/menit, Pernafasan : 38x/menit, Suhu : 40, 50C

Saturasi 02 :99%.

Pukul 08.40 WIB.

• Pasien anak Penggugat kejang lagi, oleh dokter jaga BGD Tergugat II,

pasien anak Penggugat diperiksa lagi dan diberi obat anti kejang.

Bahwa pada saat awal pasien anak Penggugat masuk Rumah Sakit Tergugat

II, keluarga pasien diminta untuk mengurus administrasi pendaftaran dan

TIDAK DIMINTA UNTUK MEMBERIKAN UANG MUKA/BIAYA

PERAWATAN. Dan selama di BGD Perawat dan dokter jaga Tergugat II,

telah memonitoring pasien anak Penggugat terus dilakukan secara

berkala dan sudah sesuai dengan prosedur dan standard pelayanan

perawatan dan pengobatan.

Pukul 09.25 WIB.

• Pasien anak Penggugat diantar keruang ICU.

31|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 32: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pukul 09.30 WIB.

• Pasien anak Penggugat diterima di General ICU oleh dokter jaga ICU dan

perawat Tergugat II dan sesuai dengan PROTAP dilakukan pengkajian

perawatan, Anamnesa dilakukan kepada Ibu Pasien, Keluarga mengatakan

pasien kejang 1 kali pukul 03.00 subuh, pasien anak Penggugat tampak

gelisah dan akral teraba dingin.

Pukul 09.32 WIB,

• Dilakukan Observasi kesadaran pasien dengan keadaan umum sakit berat,

kesadaran spoor, GCS E2M5V2, pupil isokor 3mm/3mm reaksi (+),

pernafasan regular, auskultasi vesikuler, perut tampak kembung, terpasang

02 via NRM 2L/m, infuse pump ditangan kiri RL.20cc/jam, tangan kanan

20cc/jam, dari catheter urine mengalir urine kuning jernih,

Hasil AGD Asidosis metabolic terkompensasi sebagian PH : 7.335 ; pco2 :

19.4, p02 :96.4, HC03.10.4 ; BE : -15.7.

Bahwa dari sejak masuk ke BGD Tergugat II, pasien anak Penggugat sudah

diberi terapi yang sesuai yaitu pemberian obat anti kejang, obat penurun panas

dan kolaborasi dengan dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yaitu

Tergugat I.

Pukul 09.35 WIB.

• Dr. Silvia (Tergugat I) visite pasien, lalu memberi INSTRUKSI dan

menulis pada status awal diagnosa kerja sementara : kejang demam

kompleks + encephalopathy metabolic e.c GEAD sedang-berat + observasi

encephalitis.

INSTRUKSI dr. Silvia T, Sp.A (Tergugat I) dijalankan oleh perawat

Tergugat II yaitu infuse diganti asering 120cc/jam dan KAEN 3B 80cc/jam

32

32

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 33: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(selama 3 jam), injeksi Midazolam 3.5mg IV dan injeksi Dilantin 1 ampul

dalam 50cc NaCI habis dalam 30 menit.

Bahwa pasien anak Penggugat diobservasi secara ketat oleh Perawat ICU

Tergugat II berkolaborasi dengan dokter jaga ICU Tergugat II, dimana tiap

perawat ICU Tergugat II khusus merawat 1-2 pasien saja.

Oleh karenanya, Pemeriksaan dan Perawatan serta tindakan kedokteran yang

dilakukan oleh Tenaga Kesehatan dari Tergugat II sudah tepat secara ketat

dan compatible dengan mengobsservasi tanda-tanda vital dan berkolaborasi

dengan Dokter Penanggung Jaqwab Pelayanan (DPJP) yaitu Tergugat I, untuk

melakukan tindakan life saving, Dan juga perawat beserta dokter jaga Tergugat

II selalu memberikan informasi mengenai tindakan-tindakan kedokteran yang

membutuhkan persetujuan dari keluarga pasien.

Dari uraian diatas, jelas secara hukum tindakan Tergugat II tidak

bertentangan atau TELAH SESUAI dengan Pasal 51 UU No.29 Tahun 2004

tentang Praktek Kedokteran.

4. Bahwa dalil Penggugat pada poin A tentang Peristiwa Hukum angka 14 dan

15 yang mengatakan pada pokoknya “…..pukul 13.45 WIB, Penggugat

dipanggil suster dan ditunjukan beban nafas anak Penggugat mulai

berat….penyebab sesak nafas dikarenakan cairan yang merendam paru-

paru, kemungkinan diakibatkan cairan infuse yang masuk tidak terkontrol…”

adalah dalil yang bohong dan mengada-ada, patut ditolak dengan

tegas, karena FAKTA HUKUM YANG SEBENARNYA sebagai berikut ;

Pukul 13.00 WIB.

33|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 34: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Pasien anak Penggugat diobservasi : keadaan umum tampak sakit berat,

kesadaran sopor GCS E2M4V1, Pupil isokor 3mm/3mm, reaksi (+)

auskultasi :

paru-paru vesikuler (menunjukan tidak adanya tanda cairan yang

merendam patu-paru), nafas sesak, terpasang oksigen 1 liter pe menit via

Rebreathing Mask, urin via catheter kuning jernih, cairan lambung yang

dialirkan berwarna kecoklatan, akral teraba dingin, nadi teraba lemah di A

Brachialis, TD. 126/61, Nadi ; 210-220x/menit, pernafasan 50-55x/menit,

saturasi oksigen 100%.

Berdasarkan observasi tersebut TIDAK ADA CAIRAN YANG MERENDAM

PARU-PARU Pasien Anak Penggugat seperti yang didalilkan dalam gugatan

Penggugat.

5. Bahwa dalil Penggugat pada poin A Tentang Peristiwa Hukum angka 16

sampai angka 20 yang mengatakan pada pokoknya “ …..untuk membantu

pernafasan, suster jaga menyarankan agar dilakukan pemasangan alat

Bantu nafas yang dimasukkan kedalam mulut yang akan dilakukan oleh

Tergugat I…..ternyata pemasangan alat bantu tersebut tidak dilakukan

oleh Tergugat I melainkan hanya dilakukan oleh perawat saja….” adalah

dalil bohong yang mengada-ada, patut ditolak dengan tegas, karena

FAKTA HUKUM YANG SEBENARNYA, sebagai berikut :

Pukul 13.13 WIB.

• Keluarga pasien (ayah dan ibu) dipanggil untuk diberikan keterangan oleh

dokter jaga ICU Tergugat II tentang kondisi pasien dan rencana tindakan

intubasi untuk memasang alat Bantu nafas, dimana juga dijelaskan bahwa

yang akan melakukan intubasi adalah dr, Silvia (Tergugat I), kepada

34

34

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 35: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

keluarga juga dijelaskan oleh perawat Tergugat II mengenai biaya

pemasangan alat ini.

Setelah keluarga berunding, keluarga memberi persetujuan dengan

menanda-tangani surat persetujuan tindakan kedokteran.

Pukul 13.25 WIB.

• Perawat ICU dan dokter jaga Tergugat II menyiapkan peralatan intubasi dan

ventilator.

Pukul 13.30 WIB.

• dr. Silvia (Tergugat I) datang untuk melihat pasien dan melakukan

intubasi sendiri, karena pasien anak Penggugat masih gelisah, dr.Silvia

(Tergugat I) menginstruksikan untuk diberi injeksi Midazolam 3,5mg intra

vena pelan, lalu dr.

Silvia (Tergugat I) melakukan intubasi dan dihubungkan dengan

ventilator (modus SIMV+PS), cairan lambung pasien yang mengalir via

NGT berwarna kecoklatan, lalu diberi injeksi Zantac 1 ampul IV.

Pukul 13.40 WIB.

• Pasien anak Penggugat selesai dilakukan intubasi oleh dr. Silvia

(Tergugat I) dan fungsi setting ventilator dilakukan oleh dr. Silvia

(Tergugat I), pengembangan dada tampak simetris TD./126/62, Nadi 125x/

menit, Sinus, saturasi oksigen 99%.

Dari Fakta hukum diatas, jelas Intubasi dan fungsi setting ventilator

dilakukan oleh Tergugat I, BUKAN oleh perawat Tergugat II.

Oleh karenanya TIDAK ADA KELALAIAN atau KESALAHAN yang

dilakukan oleh Perawat Tergugat II

35|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 36: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Maka jelas secara hukum Rumah Sakit RK. Charitas (Tergugat II) TIDAK ADA

MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM.

6. Bahwa dalil Penggugat pada Poin B Tentang Perbuatan Melawan Hukum

Tergugat II pada angka 1, 2 dan 3 yang mengatakan pada pokoknya “

Tergugat II telah menelantarkan pasien Dana Wahyudi hampir 5 (lima)

jam berada diruang BGD dan hanya mendapat perawatan seadanya…..,

dan tidak mendapatkan penanganan dari dokter spesialis yang ditunjuk oleh

Tergugat II…..” adalah dalil yang mengada-ada dan sangat tidak

berdasarkan hukum, patut ditolak dengan tegas, karena sebagaimana

telah diuraikan diatas, telah jelas secara hukum Perawat dan dokter jaga

BGD maupun dokter jaga ICU pada Tergugat II telah melakukan

pelayanan medis, SESUAI DENGAN STANDAR PELAYANAN MEDIS

dan SOP, oleh karenanya Tergugat II TIDAK ADA MELAKUKAN

PERBUATAN MELAWAN HUKUM.

Dan tindakan Tergugat II TELAH SESUAI dengan Pasal 45 UU No.29 Tahun

2004 tentang Praktek Kedokteran jo Pasal 2 Peraturan menteri Kesehatan

R.I. No.290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan tindakan

Kedokteran,

dimana Penggugat (orang tua pasien) :

1. TELAH MEMBERIKAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS UMUM pada

tanggal 5 -10- 2012 (formulir RM.15)

2. TELAH MEMBERIKAN PERSETUJUAN RAWAT DI ICU/ICCU pada

tanggal 5-10-2012 (formulir RM.17).

36

36

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 37: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. TELAH MEMBERIKAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN pada

tanggal 5-10-2012 pukul 13.15 WIB.(formulir RM.35).

Dan Penggugat pun didalam menanda-tangani Surat Persetujuan

Tindakan Kedokteran dimaksud telah memahami dan menyadari bahwa

ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan tindakan

kedokteran bukanlah keniscayaan, melainkan sangat tergantung kepada

IZIN TUHAN YANG MAHA ESA.

7. Bahwa pelayanan kesehatan yang telah dilakukan oleh Tergugat II pun,

telah dilakukan Audit Medis oleh Komite Medis, dan KESIMPULAN dari

HASIL AUDIT MEDIS, sebagai berikut ;

• Bahwa pasien anak Penggugat Davina Wahyudi (3 tahun 4 bulan) yang

menjalani masa rawat inap masuk RS.RK. Charitas tanggal 5 Oktober 2012

Pukul 06.25 WIB sampai dengan Pukul 16.00 WIB (10 jam masa perawatan

di RS.RK.Charitas), masuk dengan diagnosa awal : kejang demam

kompleks + Encephalopathy Metabolik karena Gastroententis sedang, dan

diagnosa akhir Encephalitis + encephalopathy karena Gastroententis akut

dengan dehidrasi (diare infeksi yang berdampak terjadi proses di otak).

• Bahwa selama masa perawatan pasien anak Penggugat sudah dilakukan

assesmen klinis, monitoring, pemeriksaan penunjang, terapi dan evaluasi

dengan respon time yang baik dan sesuai dengan standard pelayanan

RS.RK. Charitas (Tergugat II).

• Bahwa pasien anak Penggugat meninggal akibat kegagalan kardiorespirasi

yang dalam perjalanan klinisnya tidak dapat diprediksi sebelumnya,

meskipun sudah dilakukan assesmen dan monitoring sesuai prosedur.

37|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 38: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa selama dirawat di ICU RS.RK. Charitas (Tergugat II), pasien anak

Penggugat sudah dikelola oleh Tim RS sesuai dengan standar pelayanan

medias;

Oleh karenanya, TERGUGAT II TIDAK ADA MELAKUKAN PERBUATAN

MELAWAN HUKUM DAN PERAWATAN YANG DILAKUKAN oleh Perawat

dan dokter jaga BGD ataupun dokter jaga ICU pada TERGUGAT II SUDAH

SESUAI DENGAN STANDAR PELAYANAN MEDIS DAN SOP.

8. Bahwa dalil Penggugat pada poin C Tentang Kerugian Penggugat, sangat

tidak berdasarkan hukum, patut ditolak dengan tegas, karena

sebagaimana telah diuraikan diatas, TELAH TERBUKTI SECARA FAKTA

HUKUM, bahwa baik Perawat maupun dokter jaga BGD ataupun dokter

jaga ICU pada Tergugat II TIDAK ADA MELAKUKAN KESALAHAN atau

TIDAK ADA MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM dan MAL

PRAKTEK.

Dan berdasarkan Pasal 45 ayat (2) UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit dengan jelas menyatakan “ Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam

melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia “.

Rumah Sakit baru dapat bertanggung jawab secara hukum terhadap

semua kerugian yang ditimbulkan oleh kelalaian yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan di Rumah Sakit sebagaimana Pasal 46 UU No.44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit, namun berdasarkan FAKTA HUKUM yang terurai

diatas, jelas secara hukum TIDAK ADA KELALAIAN ATAU KESALAHAN

yang ditimbulkan oleh Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit RK. Charitas

(Tergugat II).

38

38

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 39: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Oleh karenanya tuntutan ganti rugi, uang paksa, permohonan sita jaminan

yang didalilkan dan diajukan oleh Penggugat sangat tidak berdasarkan hukum

patut ditolak dengan tegas.

Dari uraian diatas, kiranya Majelis Hakim secara hukum berkenan menolak

Gugatan Penggugat secara keseluruhan dan menghukum Penggugat untuk

membayar biaya perkara;

Menimbang, bahwa selanjutnya Penggugat mengajukan Replik

pada tanggal 1 Oktotor 2013, Tergugat I mengajukan Duplik pada

tanggal 17 Oktober 2013, Tergugat II mengajukan Duplik pada tanggal

17 Oktober 2o13;

Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil gugatannya

Pengugat mengajukan bukti surat dari P.1 s/ P.11, sebagai berikut:

1. Foto copy Akta kelahiran No.022993/519/T-1/III/2010 atas nama

Davinahyudi, diberi tanda P.1;

2. Foto copy Kartu Keluarga No.1671071112070002 atas nama Bambang

Suyudi, diberi tanda P.2 ;

3. Foto copy Kartu Tanda Penduduk atas nama Bambang Suyudi , diberi

tanda P.3 ;

4. Foto copy Kwitansi No.007807 biaya perawatan alm Davina Wahyudi

dari Rumas Sakit Myria KM.7 diberi tanda P.4 ;

5. Foto copy Kwitansi No.038466 Pembayaran Biaya perawatan alm

Davina Wahyudi dari Rumah Sakit Charitas ( Tergugat II ) diberi tanda

P.5 ;

39|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Page 40: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

6. Foto copy Foto Alm Davina Wahyudi saat dirawat di rumah sakit

Charitas ( Tergugat II ) diberi tanda P.6;

7. Foto copy Surat keterangan kematian diberi tanda P.7;

8. Foto copy Surat Penyerahan Jenazah Alm Davina Wahyudi, diberi tanda

P.8;

9. Foto copy putusan perkara No.174 / Pdt.G/ PN Plg, diberi tanda P.9;

10.Foto copy Putusan perkara No.105 / Pdt. G/ PT.Plg, diberi tanda P.10;

11.Foto copy Deklarasi Jenewa yang telah diadopsi standar pelayanan,

diberi tanda P.11;

Bahwa bukti P.1 sampai P.11. berupa poto copy telah dicocokkan ternyata

sesuai dengan aslinya, kecuali T.3 dan T.11 tidak ada aslinya dan telah diberi

materai yang cukup untuk itu;

Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti surat Penggugat juga

mengajukan 2 (dua) orang saksi dan 1 (satu) orang Ahli di bawah

sumpah memberikan keterangan yang pada pokonya sebagai berikut:

1. Saksi RAHMAD SYARIFUDDIN

• Bahwa saksi kenal dengan Penggugat Bambang Suyudi, adalah

rekan kerja;

• Bahwa saksi tahu pristiwa anak Penggugat bernama Davina

Wahyudi, waktu itu Jum’at tanggal 5 Oktober 2012, saksi diminta

tolong Penggugat untuk mengantar anaknya karena sakit ke

Rumah Sakit MK Myria;

• Bahwa anaknya Penggugat diantar dari rumahnya Penggugat Jln

Kukorejo, Palembang;

40

40

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Page 41: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa anak Penggugat bernama Davina berumur 3 (tiga)

tahunan;

• Bahwa anak Penggugat diantar ke Rumah Sakit MK Myria lewat

jam 12 malam;

• Bahwa di Rumah Sakit Myria ada tindakan dokter , diinfus dan

dirawat selama 5 jam, di rumah sakit Myria tidak ada probahan

pasen Davina di rujuk ke rumah sakit RK Charitas;

• Bahwa kata dokter rumah sakit Myria di sini peralatannya belum

lengkap maka dirujuk ke rumah sakit RK Charitas karena sakitnya

pasin Davina makin parah;

• Bahwa saksi ikut mengantar pasin ke rumah sakit RK Charitas tapi

tidak ikut ambulan yang bawa pasen davina dengan menggugakan

ambulan rumah sakit Myria;

• Bahwa sampai di rumah saki RK Charitas sekitar jam 6 pagi pasen

Davina langsung masuk ke UGD, sedangkan saksi tidak ikut masuk

dan hanya menunggu di ruang tunggu, kemudian tidak lama saksi

pulang karena mau kerja;

• Bahwa saksi tidak tahu tindakan apa yang dilakukan oleh rumah

sakit RK Charitas;

• Bahwa sekitar pulul 10.00 Wib saksi kembali ke rumah sakit RK

Charitas karena diminta Penggugat (Bambang) untuk mengantar

baju, saksi sempat ngobrol dengan Bambang, kata Bambang

dokter yang menangani pasen (Davina) dokter Silvia Triratna

belum datang, lalu kemudian saksi pulang;

• Bahwa pasien pulang ke rumahnya sudah meninggal;

41|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Page 42: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa sehari sebelumnya pasien Davina sudah sakit, muntah-

muntah dan waktu dibawa ke rumah saksi RK Myria dalam

keadaan pucat dan sewaktu dalam perjalanan pasien muntah-

muntah;

• Bahwa sehari sebelumnya (tanggal 4 Oktober 2012) pasen Davina

ikut perjalanan dari Belitang – pulang ke Palembang saksi yang

bawa/menyetir mobil, berangkat dari Belitang jam 5 sore, di

perjalanan sekitar selama 5 jam, Davina muntah-muntah dan

diberi minyak angin, kemudian jam 8 malam pasien dibawa

berobat ke dokter umum bernama dr. Mahmud olehnya dikasih

obat, karena tidak ada perubahan atas inisiatif orang tua pasien

(Bambang), pasien (Davina) dibawa kerumah sakit RM Myaria;

• Bahwa pada waktu ke Belitang saksi juga mengantar, di

perjalanan pasien Davina juga mabok-mabok;

• Bahwa pasen Davina dirawat di rumah sakit RK Charitas selama

sehari dan menjelang sore pasien Davita meninggal dunia,

sebelum meninggal pasien Davina sempat ditangani dokter;

• Bahwa pasien Davina sampai di rumah sakit RK Charitas jam 6

pagi, tidak ditangani dokter selama 5 jam karena pada jam 10 Wib

saksi kembali ke rumah sakit RK Charitas mengantar baju

Penggugat (Bambang), pasen Davina masih ada di UGD;

• Bahwa saksi tidak tahu tindakan apa saja yang dilakukan oleh

rumah sakit RK Charitas dan dokter;

2. Saksi ROMI RISDIANTORO

• Bahwa saksi kenal dengan Penggugat Bambang Suyudhi adalah

sepupu saksi;

42

42

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Page 43: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa Penggugat Bambang punya anak dua orang, bernama

Jusua dan Davina.

• Bahwa anak Penggugat yang bernama Davita telah meninggal

dunia pada jam 2 sore bulan Oktober 2012, tanggalnya saksi lupa,;

• Bahwa Davina meninggal dunia karena sakit diare, sudah dibawa

ke rumah sakit Myria;

• Bahwa pada waktu itu saksi ditelpon oleh Bambang katanya

anaknya sakit ada dirawat di rumah sakit Myria dan minta bantu

kepada saksi untuk dibawa dari rumah sakit Charitas;

• Bahwa saksi ke rumah sakit Myria pagi dan sempat membantu

memindahkan pasien Davina ke ambulan;

• Bahwa saksi tidak ikut ambulan tapi ikut mengiring dari belakang;

• Bahwa pasien Davina sampai di rumah sakit Charitas jam 6 Wib

pagi dan langsung masuk ke UGD dan langsung disuntik penenang

dan diinfus;

• Bahwa pasien Davina dibawa/dipindahkan ke rumah sakit Charitas

karena (mungkin) rumah sakit Myria tidak sanggup menangani;

• Bahwa yang menangani pasien di UGD Rumah sakit Charitas

adalah dokter malam;

• Bahwa sebelum pasien masuk di UGD (apa maksudnya ICU) saksi

sudah pulang, saksi pulang jam 8 pagi ( BA Wira jam 7.30) karena

mau kerja;

• Bahwa pasien Davina dibawa ke ICU jam 9 Wib;

• Bahwa pasien Davina dibawa pulang jam 5 sore , biaya rumah

saksit Rp. 5 juta;

43|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Page 44: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa waktu pasien di ICU saksi tidak tahu apakah ada dokter

atau tidak;

• Bahwa pada jam 12 siang saksi kembali ke rumah sakit Charitas

karena ditelp Bambang untuk mencari susu, karena disuruh

dokter (saksi tidak tahu dokter siapa);

• Bahwa yang bertanggungjawab di UGD rumah sakit Charitas (apa

maksudnya di ICU) adalah dokter Silvia;

• Bahwa kata Bambang dokter (Silvia ?) datang sekitar jam 10 an;

• bahwa infus dibawa dari rumah sakit Myria;

• Bahwa di rumah sakit Charitas pasien Davina diberi suntik

penenang, pasien Davina sudah bisa mengenal bapak dan ibunya

(sadar);

• Bahwa kondisi pasien Davina waktu itu kejang;

• Bahwa saksi dari jam 7.30 sampai jam 8 ada di rumah saki

Caritas;

• Bahwa dokter Silvia datang menurut Baambang pada jam 10.00

Wib.

• Bahwa pasien Davina meninggal jam 2 (jam 14) siang;

• Bahwa apakah pasien Davina jadi minum susu atau tidak saksi

tidak tahu;

• Bahwa dari rumah sakit Myria kondisi pasien kejang-kejang;

• Bahwa waktu di UGD saksi ikut masuk, pasien Davina di Infus dari

rumah sakit Myria tidak diganti;

• Bahwa pasien Davina masuk di UGD rumah sakit Charitas jam 6;

44

44

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Page 45: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Bahwa pasien Davina sakit mabok-mabok sejak perjalanan mudik

ke Belitang, tapi (sehat) masih mau makan dan masih bisa

ngomong-ngomong sampai ke Palembang, dengan perjalanan

selama 5 jam;

3. Ahli (saksi) MUHAMMAD SYARIFUDIN

• Bahwa saksi adalah dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

(Unsri), kekhususan hukum perdata, hukum kesehatan kedokteran

dan ikut diskusi membahas malpraktek kedokteran;

• Bahwa pendidikan saksi, S1 Fakultas Hukum UNSRI tahun 1997,

S2 di Usu, S3 di Unbrau (2008) kekhususan tentang HUKUM Rumah

Sakit, dengan judul Disertasi “ Menggagas Hukum Yumaniitas

Komersial;

• Bahwa ahli pernah jadi saksi ahli dalam perkara perdata di

Pengadilan Negeri Palembang, tapi dalam bidang malpraktek baru

sekarang ini;

• Bahwa untuk memahami Malpraktek kedokteran atau medis,

pertama harus dipahami Undang-Undang Praktek Kedokteran (UU

No. 29 Tahun 2004) dan Undang-Undang Rumah Sakit (UU No. 4

Tahun 2009) baru nanti dalam kaitan tanggungjawab hukum

merujuk pada ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata.

• Bahwa Malpraktek medis atau kedokteran adalah suatu perbuatan

aktif atau perbuatan pasif. Perbuatan aktif misalnya berbuat

sesuatu dengan menggerakkan tubuh. Perbuatan pasif yaitu tidak

melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan, perbuatan itu

mengandung unsur kesalahan atau kelalaian. Kelalaian bisa berat,

45|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Page 46: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

bisa kelalaian ringan. Perbuatan yang mengandung unsur

kesalahan ini sifatnya melanggar hukum dalam arti melanggar

ketentuan-ketentuan hukum atau tidak sesuai dengan ketentuan

hukum dalam arti luas yang sudah ditentukan.

• Bahwa Pertama sifat melawan hukum melanggar standar propesi

medis yang ditetapkan oleh propesi kedokteran, kemudian

melanggar standar prosedur operasional (SPO) yang ditetapkan

mengacu pada standar profesi. Logikanya tidak boleh standar

prosedur operasional bertentangan dengan standar profesi yang

telah ditetapkan;

• Kedua tidak boleh melanggar hukum atau tanpa wewenang,

melakukan perbuatan tanpa ada persetujuan tindakan medik

(PTM) atau tanpa persetujuan tindakan kedokteran (PTK).

• Ketiga menyalahi ketentuan tentang kewenangan yang berkaitan

keahlian, dokternya mempunyai Surat tanda registerasi (STR)

yang diberikan oleh Kounsil kedokteran Indonesia dan surat izin

praktek (SIP) yang diberikan oleh Pejabat Dinas Kesehatan (Kota).

Khusus terhadap dokter spesialis mesti ada surat izin dokter yang

diberikan oleh Kementerian Kesehatan RI.

• Bahwa sifat melawan hukum juga dapat terjadi kalau praktek

kedokterannya tidak sesuai dengan prinsif-prinsif propesional

kedokteran, termasuk orang ngomong kesusilaan juga nilai-nilai

yang dianut untuk dipatuhi dalam masyarakat, tapi itu sifat

melawan hukum, menimbulkan tanggungjawab hukum jika

menimbulkan kerugian bagi si pasien. Kerugian bagi si pasien

dapat berupa kerugian pisik, contoh cacat tubuh sehingga ada

46

46

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46

Page 47: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sebagian kehilangan fungsi), cacat mentak atau kematian.

Keseluruhan yang telah dijelaskan tadi adalah malpraktek medis.

• Bahwa tindakan medik atau tindakan kedokteran yang dilakukan

oleh dokter yang melakukan praktek di rumah sakit memimbulkan

kewajiban-kewajiban hukum bagi rumah sakit dalam rangka

pelaksanaan tugas praktek kedokteran di rumah sakit yang

bersangkutan;

• Bahwa apa yang menjadi kewajiban bagi dokter wajib bagi rumah

sakit untuk mendukung pelayanan medis atau tindakan

kedokteran yang dilakukan, oleh karena itu nanti bagi rumah sakit

ada kewajiban-kewjiban tertentu harus dilakukan. Menurut UU

Rumah Sakit, Rumah Sakit harus membuat standar Kesehatan,

standar keselamatan pasien;

• Bahwa ada empat standar yang harus ditetapkan dan diterapka

dalam praktek kedokteran di rumah sakit, yaitu: 1. Standar

profesi, 2. standar prosedur operasional, 3. Standar pelayanan

kesehatan, dan 4. Standar keselamatan pasien;

• Bahwa jika standar-standar tersebut tidak dilaksanakan oleh

rumah sakit maka rumah sakit melakukan melanggar terhadap

hukumnya, termasuk apabila tindakan praktek kedokteran yang

dilakukan dokter itu kalau kemudian terbukti malpraktek medik

yaitu tidak sesuai dengan standar profesi, standar prosedur

operasional, standar pelayanan kesehatan dan standar

keselamatan pasien, maka berdasarkan Pasal 1367 KUHPerdata -

47|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47

Page 48: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

rumah sakit bertanggungjawaab terhadap kelalaian yang

dilakukan dokter jika kelalaian tersebut menimbulkan kerugian.

• Bahwa ada kewajiban hukum atau undang-undang bagi rumah

sakit untuk menetapkan 4 standar tersebut, jika standar-standar

tersebut tidak ditetapkan terjadi pelanggaran undang-undang,

merupakan suatu kesalahan mengandung sifat melawan hukum.

Jika praktek kedokteran dilakukan oleh dokter di rumah sakit tanpa

mengacu standar-standar tersebut merupakan perbuatan

melawan hukum, Rumah sakit dapat juga dimintakan tanggung

jawab kalau terjadi kelalaian, mengacu kepada Pasal 1367 ayat (3)

dan dalam undang-Undang Rumah Sakit pada Pasal 46

menyebutkan, pihak yang lebih tinggi bertanggungjawab terhadap

tindakan atau perbuatan yang dilakukan bawahan;

• Bahwa rumah sakit bertanggungjawab terhadap kerugian bagi

pasien atas perbuatan yang dilakukan oleh dokter yang bekerja

pada suatu rumah sakit tersebut, hubungan hukumnya adalah

perjanjian kerja;

• Bahwa tindakan malpraktek yang dilakukan dokter merupakan

tanggungjawab rumah sakit mesti tindakan dalam praktek

kedokteran dalam lingkup normal yaitu pekerjaan yang ditugaskan

kepadanya;

• Bahwa dalam hubungan hukum antara dokter dengan rumah sakit

ternyata dokter melakukan kesalahan, dokter dan rumah sakit

dapat dimintakan pertanggungan jawab, yaitu merupakan

48

48

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48

Page 49: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tanggungjawab bersama secara tanggung renteng dokter dan

rumah sakit;

• Bahwa dalam praktek kedokteran tidak dikenal dengan konsep

atau istilah penelantaran pasien;

• Bahwa dalam hubungan dokter dan pasien di suatu rumah sakit,

jika terjadi perawatan yang terlambat atau tidak memenuhi

prosedur yang sudah ditetapkan tadi, dalam kaitan kontrak

trapetik memuat prestasi yang harus dilakukan oleh dokter jika

terjadi wanprestasi menimbulkan kerugian maka hak pasien untuk

menuntut tanggungjawab;

• Bahwa dalam prakter kedokteran di rumah sakit, apakah

dibenarkan oleh hukum dokter dalam melakukan perawatan

mandat dengan perintah melalui handpone atau perawatan jarak

jauh, hal ini perlu dipahami apakah status pasien gawat darurat

atau non gawat darurat, karena mesti nanti pelayanan medis atau

peraktek kedokterannya berbeda;

• Bahwa khusus status non gawat darurat yang tidak mempunyai

kataristik sebagai pasien gawat darurat tidak ada jangka waktu

observasi dan pelayanan terbatas, keadaan pilik tidak mudah

terjadi dan segera dipridiksi, tidak menuntut mobilitas dokter atau

mesti standar keselamatan pasien yang ditetapkan rumah sakit

itu, kalau berbicara kebolehan, terhadap pasien non gawat darurat

boleh saja perintah atau petunjuk lewat telpon;

• Bahwa terhadap status pasien gawat darurat ada standar

keselamatan pasien, UU rumah Sakit mengharuskan adanya

49|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49

Page 50: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan

kesehatan, harus ada juga standar keselamatan pasien yang

berlaku untuk pasien gawat darurat. -

• Bahwa ciri-ciri pasien gawat darurat, suatu keadaan pinis (apa

pilis) yang memerlukan tindakan kedokteran, istilah

kedokterannya diperlukan pelayanan segera sesuai kebutuhan

pasien tanpa ada penundaan apalagi penundaan itu untuk

kepentingan dokter. Sebab standar keselamatan pasien harus

dapat mengantisipasi kataristik kegawat daruratannya. Ciri-ciri

pasien dawat darurat :

• jangka waktu obserpasi dengan pelayanannya sangat

singkat,

• Memerlukan mobilitas yang tinggi bagi dokter untuk

melakukan tindakan kedokteran’

• Perubahan pilis yang mendadak

• Kalau tidak ada mobilitas disitu tidak dapat dipridiksi, maka

standar keselamatan pasiennya mewajibkan rumah sakit dan

dokter segera melakukan tindakan kedokteran sesuai dengan

kebutuhan pasien dalam segala tindakan (tingkatan) dengan

segera tanpa penundaan dengan alasan kepentingan pribadi

dokter.

• Bahwa segera melakukan tindakan dokter tersebut merupakan

kewajiban hukum bukan berdasarkan kontrak prepentik, jadi

perintah yang timbul atas perintah Undang-Undang (diatur dalam

UU Praktek Keokteran);

50

50

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50

Page 51: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa khusus untuk pasien gawat darurat apakah petunjuk atau

perintah yang diberikan oleh dokter yang ditugaskan secara

konpron tadi dapat mengantisifasi tiga karateristik tersebut, jika

tidak dapat mengantisipasi ketiga karakter tersebut maka dapat

menimbulkan ketidak cermatan atau ketidak hati-hatian. Kalau

terjadi ketidak cermatan atau ketidak hati-hatian bisa tidak sesuai

dengan kebutuhan medis si pasien, jika menimbulkan kerugian

maka membutuhkan tanggungjawab bagi rumah sakit dan dokter;

• Bahwa ukuran apakah kemudian perintah oleh dokter yang

ditugaskan rumah sakit itu dapat menggantisipasi tindakan

tersembunyi tidak dapat dilakukan secara cermat dan teliti. Kalau

sebaliknya tentu saja standar keselamatan pasien tidak

menghendaki dilakukannya tindakan kedokteran atas perintah

dokter secara konpron (jarak jauh);

• Bahwa kalau melakukan perawatan pasien gawat darurat ternyata

rumah sakit tidak membuat SOP, kalau perintah membuat SOP

tersebut perintah UU maka hal itu melanggar UU;

• Bahwa rumah sakit dalam membuat SOP yang empat aspek

tersebut ternyata SOP tersebut tidak boleh bertentangan dengan

kaedah-kaedah hukumnya atau UU;

• Dalam bekerja menjalankan propesi, dokter tidak hanya dituntut

untuk memberi pelayanan terbaik tetapi juga menawarkan

kekuatan terbaik dalam standar propesi, dokter dituntut juga

untuk melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan dan tidak

melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan, dalam konsep

51|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51

Page 52: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ini kita mengenal istilah itikel malpraktikm dan yuridikel

Marpraktik. Apabila seorang dokter mendelegasikan tugas dan

kewenangannya kepada orang lain yang notabene dalam

senyatanya tidak kwalipaif, dalam konset ini apakah dokter

tersebut melanggar istihah kewajiban delikti of dati ? (Pertanyaan

Kuasa Penggugat); Bahwa kewajiban-kewajiban hukum dalam

praktek kedokteran Palal 51 UU Rumah Sakit, pertama dalam

melakuklan tindakan kedokteran haus ada tiga kreteria, 1. Harus

ada kewenangan, 2. Harus ada kemampuan rata-rata

(pengetahuan) atau kompetensi atau , 3. Ketelitian yang umum;

- Bahwa Malperaktek diatur dalam Pasal 1365 sampai 1367 KHPerdata, UU

rumah sakit, UU Praktek Kedokteran;

- Bahwa mengenai malperaktek tidak diatur dalam undang undang, yang ada

kelelaian;

Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil sangkalannya

Tergugat I mengajukan bukti surat dari T.I.1 s/d T.I-8, yaitu sebagai

berikut:

1. Foto copy Asli surat Petikan Putusan Walikota palembang No.069 tahun

2009 tentang pemberian izin Praktek Dokter Spesialis Anak, sesuai

dengan aslinya, diberi tanda T.I.1;

2. Foto copy Asli Surat Tanda Register Nomor Register

1621201212076862 an Silvia Triratna, sesuai dengan aslinya, diberi

tanda T.I.2;

52

52

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52

Page 53: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. Foto copy hasil Audit Medis oleh Kometi Medis Rumah Sakit Charitas

tanggal 12 Februari 2013 terhadap kasus Davina Wahyudi, aslinya ada

di rumah sakit,diberi tanda T.I.3;

4. Foto copy Standar prosedur Bagian Gawat darurat Rumah Sakit

Charitas, asli ada di rumah sakit, diberi tanda T.I.4;

5. Foto copy Standar prosedur Bagian Gawat darurat Rumah Sakit Charitas,

aslinya ada di rumah sakit, diberi tanda T.I.5;

6. Foto copy surat persetujuan Tindakan Medis umum tanggal 5-10-2012

terhadap pasien Davina Wahyudi (anak penggugat), asli ada di Tergugat

II, diberi tanda T.I.6;

7. Foto copy surat persetujuan Tindakan Medis umum tanggal 5-10-2012

terhadap pasien Davina Wahyudi (anak Penggugat), asli ada pada

Tergugat II, diberi tanda T.I.7;

8. Foto copy Hasil pemeriksaan Radiologi atas nama DAVINA Wahyudi, asli ada

di Tergugat II, asli ada pada Tergugat II, diberi tanda T.I.8;

Bahwa bukti T.I.1 sampai dengan T.I.8 telah diberi materai

yang cukup untuk itu;

Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti surat Tergugat I

juga mengajukan 8 (delapan) orang saksi dan seorang ahli di bawah

sumpah memberi-kan keterangan yang pada pokonya sebagai berikut:

1. Saksi dr. C. Dian Susilowati

• Bahwa saksi adalah dokter yang bekerja di rumah

sakit Charitas sejak tahun 2009;

53|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53

Page 54: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa pada waktu saksi bertugas malam dari

pukul 21.00 Wib – 07.00 Wib, pada pukul 06.25

datang pasien bernama Davina Wahyudi (anak

Penggugat) langsung masuk BGD dalam kondisi

gelisah, kejang-kejang, badan kaki kaku dan mata

menatap keatas;

• Bahwa selang dua menit kemudian yaitu pada

pukul 07. 27 Wib saksi melakukan anamnesi dan

pemeriksaan fisik;

• Bahwa pasien Davina merupakan pasien rujukan

dari rumah sakit Myria, dalam surat rujukan anak

penggugat mengalami kejang berulang;

• Bahwa kemudian saksi melakukan tindakan

berupa pemberian oksigin, memasang monitor,

memberikan obat anti kejang, memberikan obat

penurun panas kepada pasien Davina;

• Bahwa setelah diberi obat anti kejang anak

Penggugat (pasien Davina) tenang dan tidur;

• Bahwa berdasarkan hasil diagnosa anak

Penggugat adalah kejang dan demam komplek;

• Bahwa menurut keluarga, anak penggugat

mengalami demam selama 3 hari, demam,

muntah, diare dan kejang;

• Bahwa atas kondisi anak Penggugat yang memiliki

riwayat kejang berulang, maka saksi konsultasikan

54

54

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54

Page 55: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kepada Dr. Silvia menyarankan untuk dirawat di

ICU;

• Dr. Silvia adalah dokter spesialis anak, konsultan

ICU;

• Bahwa saksi sebagai dokter jaga BGD

mempunyai kompetensi untuk me- nangani

pasien gawat darurat

• Bahwa pada saat anak Penggugat dirawat di BGD

maka pasien menjadi tanggungjawab saksi

sebagai dokter jaga;

1. Saksi Dr. Raden Ajeng M. Lusi, (dokter jaga BGD di Tergugat II)

- Bahwa saksi bekerja sebagai dokter Rumas Sakit Charityas sejak tahun

1997;

- Bahwa saksi pernah menangani anak Penggugat Davina Wahyud sekitar

bulan Oktober 2012;

- Bahwa saksi bertugas di BGD Rumah Sakit Charitas sejak pukul 07.00-

14.00 WIB;

- Bahwa pada saat saksi bertugas, kondisi anak Penggugat sakit berat

dengan diagnosa kejang demam dan dicurigai ada radang otak , diare

yang berkepanjangan, berdasarkan hasil rekam medik dari RS Myria;

- Bahwa pada saat saksi bertugas sekitar pukul 08.40 anak Penggugat

kembali mengalami kejang dan oleh saksi diberikan obat anti kejang, yang

kemudian kejang pada anak Penggugat reda;

- Bahwa setelah dinyatakan stabil tekanan darah, nadi dan pernafasan,

sekitar pukul 09.25 WIB anak Penggugat kemudian dipindah ke ICU

55|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55

Page 56: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. Saksi Agustina (Perawat BGD Tergugat II

- Bahwa saksi telah bekerja sebagai perawat di Tergugat II selama 9 tahun;

- Bahwa saksi bertugas sejak pukul 20.30-06.30 WIB;

- Bahwa saksi pernah membantu dokter jaga menangani anak Penggugat;

- Bahwa dokter jaga melakukan pemeriksaan fisik, pemasangan selang oksigen dan

memberikan obat penenang;

.4. Saksi Andreas Nurbianto (Perawat BGD Tergugat II

• Bahwa saksi bekerja sebagai perawat di Tergugat II;

• Bahwa saksi bertugas sejak pukul 14.00-21.00 WIB;

• Bahwa saksi pernah membantu dokter jaga menangani anak Penggugat;

• Bahwa pada saat pemindahan anak Penggugat ke ICU dalam kondisi

stabil, dalam hal ini stabil tekanan darah, nadi dan Pernafasan.

5. Saksi Dr. Mario Yoseph (dokter jaga ICU Tergugat II),

• Bahwa saksi adalah dokter jaga ICU pada di Rumah Sakit Tergugat II;

• Bahwa saksi pernah menangani anak Penggugat pada tanggal 5 Oktober

2012;

• Bahwa anak Penggugat bernama DAVINA WAHYUDI masuk ke ICU

Rumah Sakit Charitas pada pukul 09.30 WIB;

• Bahwa saksi langsung menangani anak Penggugat, dengan melakukan

anamnesa /menanyakan kondisi pasien kepada orang tuanya, dan

melakukan pemeriksaan fisik;

• Bahwa dari hasil anamnesa saksi menemukan anak Penggugat masuk ICU

dengan riwayat kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam;

56

56

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56

Page 57: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa saksi melakukan pemeriksaan fisik, saat itu anak Penggugat dalam

kondisi sakit berat dengan kesadaran dan kondisi tanda-tanda vital stabil;

• Bahwa pada saat saksi melakukan pemeriksaan, pada pukul 09.35

Tergugat I masuk ke ruang ICU dan langsung melakukan pemeriksaan

kepada anak Penggugat;

• Bahwa Tergugat I melakukan anamnesa dan melakukan pemeriksaan fisik

anak Penggugat;

• Bahwa Tergugat I melakukan anamnesa kepada kedua orang tua pasien/

anak Penggugat;

• Bahwa saksi menyaksikan Tergugat I menerangkan kondisi pasien kepada

Penggugat dan Istri, bahwa anak Penggugat menderita kejang demam yang

disertai kemungkinan peradangan pada otak;

• Bahwa kemudian Tergugat I memberikan instruksi kepada saksi untuk

melakukan tindakan berupa pemasangan infus dan pemberian obat

antibiotic, obat anti kejang, obat penurun panas dan obat untuk pencernaan

anak Penggugat;

• Bahwa terhadap anak Penggugat dilakukan pemasangan alat bantu nafas/

intubasi;

• Bahwa alasan dilakukan intubasi karena pada sekitar pukul 13.00 WIB,

kondisi pasien mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan denyut

jantung cepat yaitu 150 kali/menit, dengan nafas makin cepat maka kondisi

pasien mengalami kelelahan dan berakibat berkurangnya pasokan oksigen

ke otak, dan berdasarkan kondisi tersebut saksi melaporkan ke Tergugat I

dan kemudian diputuskan untuk dilakukan intubasi;

57|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57

Page 58: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa atas rencana tindakan intubasi saksi telah menerangkan kepada

Penggugat dan istrinya sebagai orang tua pasien;

• Bahwa atas rencana tindakan intubasi disetujui oleh orang tua pasien

dengan menanda tangani Formulir Persetujuan Tindakan Medis (informed

consent);

• Bahwa yang melakukan pemasangan intubasi adalah Tergugat I sendiri

sekitar pada pukul 13.30 WIB;

• Bahwa kondisi anak Penggugat setelah dilakukan tindakan intubasi,

tensinya normal sekitar 110/60, denyut jantungnya normal kembali sekitar

dibawah 150 kali per menit, nafasnya juga normal sekitar 20-30 kali per

menit;

• Bahwa Tergugat I melakukan pemeriksaan atas anak Penggugat di ICU

sebanyak 3 kali;

• Bahwa pada saat yang bersamaan Tergugat I juga sedang menangani

pasien lain yang sedang di rawat pada Tergugat I;

• Bahwa tindakan medis yang dilakukan oleh dokter dan perawat sudah sesuai

dengan SOP Tergugat II;

6. saksi Dr. Santi (dokter jaga ICU Tergugat II),

• Bahwa saksi adalah dokter jaga ICU Tergugat II yang bertugas dari pukul

14.00-21.00 WIB;

• Bahwa saksi pernah menangani anak Penggugat di ICU pada tanggal 5

Oktober 2012;

58

58

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58

Page 59: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa pada saat saksi bertugas, anak Penggugat dalan kondisi sudah

terpasang intubasi, dengan kondisi mulai membaik;

• Bahwa anak Penggugat mengalami kejang kembali, yang kemudian

diberikan obat anti kejang oleh saksi;

• Bahwa setelah diberi obat anti kejang, kejang pada anak Penggugat hilang

namun 5 menit kemudian mengalami penurunan tekanan darah dan nadi;

• Bahwa saksi melaporkan kepada Tergugat I atas penurunan kondisi anak

Penggugat pada pukul 15.25 WIB, Tergugat I memberikan instruksi agar

anak Penggugat diberikan obat obatan guna meningkatkan tekanan darah

dan nadi;

• Namun setelah dilakukan tindakan-tindakan medis kondisi anak Penggugat

terus menurun sampai dengan berhentinya denyut jantung, dan atas

kondisi tersebut saksi melakukan resusitasi/penekanan pada dada,

pemberian bantuan nafas dan injeksi obat-obatan selama 30 menit, namun

tidak ada tanda-tanda kehidupan dari anak Penggugat;

• Bahwa pada pukul 16.00 WIB saksi menyatakan anak Penggugat

meninggal dengan sebab utama gagal jantung/gagal nafas yang merupakan

akibat dari proses penyakitnya yaitu radang otak;

7. Efri Puspita Sari (perawat jaga ICU Tergugat II),

• saksi bekerja sebagai perawat di Tergugat II sejak 2010;

• Bahwa saksi adalah perawat jaga ICU yang bertugas sejak pukul

07.00-14.00 WIB;

59|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59

Page 60: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa saski pernah mebantu dokter dalam menangani anak Penggugat di

ICU;

• Bahwa anak Penggugat masuk ICU pada pukul 09.30 WIB dan langsung

ditangani oleh dokter jaga ICU dan Tergugat I;

• Bahwa Tergugat I melakukan pemeriksaan atas anak Penggugat sebanyak 3 kali;

• Bahwa yang memasang alat intunbasi pada anak Penggugat adalah

Tergugat I;

• Bahwa sebelum pemasangan intubasi dokter jaga ICU menerangkan

rencana Intubasi kepada orang tua pasien dan disaksikan oleh saksi;

• Bahwa saksi tidak pernah menerangkan kondisi pasien kepada orang tua pasien;

8. Fransiskus Benni Susanto (perawat jaga ICU Tergugat II),

• Bahwa saksi bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Charitas (Tergugat II)

sejak tahun 2008;

• Bahwa saksi bertugas sebagai perawat ICU sejak pukul 14.00-21.00 WIB;

• Bahwa saksi pernah membantu di dokter menangani anak Penggugat di

ICU sekitar bula Oktober 2012;

• Bahwa kondisi anak Penggugat Davina Wahyudi pada saat saksi bertugas

sudah terpasang intubasi;

• Bahwa anak Penggugat Davina Wahyudi sempat mengalami kejang dan

oleh dokter jaga langsung diberi obat anti kejang;

60

60

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60

Page 61: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa setelah hilang kejangnya kondisi anak Penggugat Davina Wahyu

menurun hingga kemudian denyut jantunya berhenti;

• Bahwa saksi tidak pernah memanggil orang tua pasien maupun

menerangkan kondisi pasien kepada orang tuanya;

9. Saksi Dr. Msy. Rita Dewi A, Sp. A (K), Konsultan Syaraf Anak, (ahli dibawah

sumpah menerangkan yang pada pokoknya sebagai berikut)

• Bahwa saksi ahli adalah dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

dan dokter spesialis anak konsultan syaraf anak;

• Bahwa ruang lingkup keahlian ahli adalah mengatasi segala pengobatan

anak, terutama di bidang saraf anak, termasuk untuk mengatasi kejang,

mengatasi penurunan kesadaran, mengatasi kasus-kasus gangguan

perkembangan anak yang berhubungan dengan otak, misalnya gangguan

bicara, gangguan jalan dan juga gangguan tingkah laku, mengatasi sakit

kepala dan yang berhubungan dengan gangguan pada sakit kepala itu

sendiri.

• Bahwa dokter spesialis anak mempunyai sub spesialis lagi, yaitu : Gastro

Hepatologi, Neurologi, Kardiologi, Nefrologi, Tumbuh Kembang Anak,

Hematologi, Onkologi, serta Kegawat Daruratan Anak;

• Bahwa jenis-jenis kejang pada anak berdasarkan jenis kejang yaitu Kejang

umum berupa tonik klonik, tonik, myoklonik, klonik, absence. Kejang fokal

berupa tonik, klonik bisa fokal sekunder atau parsial atau fokal sederhana;

61|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61

Page 62: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa kejang berdasarkan lamanya kejang tersebut yaitu Kejang lama

yang jangka waktunya lebih dari 15 menit, dan Status epilepticus yaitu

kejang yang lebih dari 30 menit atau kejang berulang dengan diantara

kejang maupun setelah kejang anak tidak sadar. Status epileptikus bisa

konvulsivus dan non konvulsivus.

• Bahwa kejang yang terjadi dalam jangka waktu yang lama/

berulang akan menyebabkan terjadinya gangguan sirkulasi,

gangguan oksigenasi dan gangguan metabolisme yang akan

menyebabkan edema otak (bengkak otak) dan kerusakan jaringan

otak.

• Bahwa kejang, demam, diare disertai penurunan kesadaran bisa

disebabkan oleh ensefalitis, ensefalopati, meningitis.

• Bahwa kejang yang terjadi secara berulang atau status epilepticus,

terutama jika melebihi 15 menit atau bahkan lebih parah di atas 30

menit, maka akan berdampak pada semua sirkulasi, yaitu mengganggu

peredaran darah, mengganggu jantung serta berdampak pada aliran

darah ke otak;

• Bahwa kejang yang berulang juga berdampak pada metabolisme tubuh

yang akan membuat otak menjadi bengkak sehingga menyebabkan

kematian sel-sel didalam otak yang dapat menimbulkan kematian dan/

atau kecacatan;

• Bahwa selain berdampak pada sirkulasi dan metabolisme, kejang yang

terjadi secara berulang juga berdampak pada respirasi yaitu terjadinya

62

62

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62

Page 63: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

gangguan oksigenisasi sehingga oksigen tidak dapat bersirkulasi dengan

baik terutama ke otak.

• Bahwa kejang berulang bisa menyebabkan kematian vital, artinya

apabila otak telah bengkak maka batang otak tidak dapat menjalankan

fungsinya untuk mengatur seluruh peredaran darah sehingga dapat

menyebabkan kematian dalam arti vital;

• Bahwa selain menyebabkan kematian vital, kejang berulang juga dapat

menyebabkan kematian fungsional artinya dapat menyebabkan

kematian sel yang ada didalam otak oleh karena kurangnya oksigenisasi

dan aliran darah ke otak yang akan menyebabkan kematian sel-sel yang

ada dijaringan namun belum sampai ke batang otak, sehingga akan

berdampak pada kecacatan, seperti lumpuh atau tidak dapat berbicara.

• Bahwa yang dimaksud dengan vital sebagaimana tersebut diatas adalah

berkaitan dengan jantung dan paru-paru, oleh karena paru-paru

berhubungan dengan respirasi sedangkan jantung berhubungan dengan

sirkulasi, maka pada saat terjadinya kejang, aliran darah ke otak akan

berkurang dan akan berdampak sebagaimana tersebut diatas yang

menimbulkan penekanan dalam otak dan akan berhentinya detak

jantung;

• Bahwa seorang anak yang mengalami kondisi kejang berulang dan atau

lama, maka harus dirawat di ICU karena suatu saat akan membutuhkan

alat/mesin penunjang yang berfungsi untuk menjaga sirkulasi darah ke

Jantung dan oksigenisasi ke otak;

63|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63

Page 64: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa apabila ada pasien yang datang dengan kondisi panas, diare dan

kejang, maka kemungkinan telah terjadi gangguan sirkulasi pada tubuh

pasien tersebut, baik karena dehidrasi maupun infeksi, berupa infeksi

pada otak yang disebabkan oleh virus yang bisa berasal dari usus, yang

mana kondisi demikian dapat menyebabkan masa kritis pada pasien.

• Bahwa apabila cairan terlalu banyak keluar akan menyebabkan

gangguan elektrolit dan bisa menyebabkan radang otak, dengan

demikian apabila ada pasien dengan riwayat diare, kejang, dan

penurunan kesadaran, maka kemungkinan adanya keterlibatan otak;

• Bahwa penanganan terhadap kejang yang dilakukan oleh seorang

dokter anak, dokter ahli anak maupun dokter UGD di Rumah Sakit yaitu

dengan memberikan obat anti kejang, obat penurun panas, cairan infus

untuk menangani dehidrasi, juga pemberian obat asering 120 cc/jam dan

KN3B 80 cc/jam selama 3 jam, terus ada injeksi midazolam 3,5 mg dan

injeksi dilatin 1 ampul dalam 50 cc macl habis dalam 30 menit, dan

pemasangan NGT untuk mengontor cairan lambung, asupan cairan,

nutrisi dan mencegah resiko tersedak, sudah sesuai dan mencakup hal-

hal penting karena cairan yang dimasukkan berguna untuk

mempertahankan sirkulasi, obat-obatan berguna untuk mengatasi

kejangnya, serta KN3B berfungsi untuk mengatur sirkulasi, dan

kemungkinan kondisi dengan pengobatan tersebut sudah ada kondisi

dehidrasi dan gangguan sirkulasi pada pasien;

• Bahwa status epilepticus atau kejang lama, memiliki resiko kematian

yang tinggi.

64

64

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64

Page 65: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa dalam praktek kedokteran, seorang dokter konsultan tidak berkewajiban

untuk menunggui pasien selama 24 jam;

Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil sangkalannya

Tergugat II mengajukan bukti surat dari T.II.1 s/d T.II.20, yaitu sebagai

berikut:

1. Foto copy surat rujukan dari Rumah Sakit Myria Palembang, tanggal 5

Oktober 2012 atas nama Pasien Davina, diberi tanda T.II.1;

2. Foto copy Rekaman Medis bagian Gawat Darurat Rumah Sakit RK

Charitas terhadap pasien Davina Wahyudi , diberi tanda T.II.2;

3. Foto copy Status Awal Davina Wahyudi, diberi tanda T.II.3;

4. Foto copy Catatan Keperawatan Bagian Gawat Darurat RS.RK Charitas

Pasien Davina Wahyudi, diberi tanda T.II.4;

5. Foto copy Perjalanan Penyakit, Perintah Dokter dan Pengobatan

terhadap pasien Wahyudi, diberi tanda T.II.5;

6. Foto copy Data pemasangan infus / form 1(RM.28), diberi tanda T.II.6;

7. Foto copy surat Data pemasangan infus / form 1 (RM.28) diberi tanda

T.II.7;

8. Foto copy Data pemasangan Dower Kateter/Form 2 (RM.29), diberi

tanda T.II.8;

9. Foto copy Data Pemasangan NGT / Form 3 ( RM30), diberi tanda T.II.9;

10.Foto copy Hasil AGD/Analisa Gasa Darah ( Sample Profile ) atas nama

pasien Davina Wahyudi, diberi tanda T.II.10;

65|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65

Page 66: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

11.Foto copy Hasil Laboratorium ( cek darah lengkap dan BSS) atas nama

Pasien Davina, diberi tanda T.II.11;

12.Foto copy Hasil Pemeriksaan Radiologi atas nama Pasien Davina

Wahyudi, diberi tanda T.II.12;

13.Foto copy persetujuan untuk Rawat Inap ( RM 2J ) atas nama Pasien

Davina, diberi tanda T.II.13;

14.Foto copy persetujuan Tindakan Medis Umum ( RM.15) atas nama

Pasien Davina, diberi tanda T.II.14;

15.Foto copy surat persetujuan Rawat di ICU/ICCU (RM17) atas nama

Pasien Davina Wahyudi, diberi tanda (T.II.15);

16.Foto copy surat pernyataan pasien Rawat di ICU/ICCU atas nama

Pasien Davina, diberi tanda (T.II.16);

17.Foto copy surat persetujuan Tindakan Kedokteran (RM.35) untuk an Pasien

Davina, diberi tanda T.II.17;

18.Foto copy Catatan Keperawatan ICU RS RK Charitas terhadap atas

nama Pasien Davina Wahyudi diberi tanda T.II.18;

19.Foto copy Catatan Keperawatan atas nama Pasien Davina Wahyudi

(RM.22) diberi tanda T.II.19;

20.Foto copy Hasil Audit Medis oleh Komite Medik, diberi tanda T.II.20;

Bahwa bukti surat tersebut T.II. 1 sampai dengan TII.20 berupa poto copy,

telah dicocokkan sesuai aslinya dan telah diberi materai yang cukup untuk

itu;

66

66

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66

Page 67: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa dalam perkara ini Tergugat II tidak

mengajukan saksi;

Menimbang, bahwa setelah proses pembuktian selesai Penggugat,

Tergugat I dan Tergugat II mengajukan kesimpulan, selanjutnya pihak-pihak

mohon putusan;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini segala

sesuatu yang temuat dalam berita acara persidangan dianggap termuat pula

dalam putusan ini;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA

Dalam Eksepsi

Menimbang, bahwa Tergugat I dalam jawabannya disamping

jawabatan tentang pokok perkara juga mengajukan eksepsi yang menyatakan

bahwa gugatan Penggugat kabur (obscuur liellum) oleh karena tidak terang

isinya, dalil gugatan Penggugat satu dengan yang lain saling kontradiksi.

Pada satu sisi Penggugat menyatakan Tergugat I telah melakukan perawatan

seadanya yang tidak kompatibel dengan keadaan Davina Wahyudi yang

berada dalam keadaan gawat medis yang menurut Penggugat tindakan

Tergugat I tersebut merupakan perbuatan melawan hukum (huruf B.1 angka 1

bagian 1.1. gugatan Penggugat), namun disisi lain penggugat menyatakan

bahwa Tergugat I telah mengambil tindakan medis dalam rangka merawat

Davina Wahyudi (huruf B.1 angka 1 bagian 1.2.gugatan Penggugat), dengan

67|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67

Page 68: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

demikian tidak jelas perbuatan hukum apa yang dituduhkan oleh Penggugat

terhadap Tergugat I;

Menimbang, bahwa setelah membaca dan mencermati gugatan

Penggugat, Majelis Hakim berpendapat bahwa dalil gugatan Penggugat

bukanlah seperti yang disebutkan oleh Tergugat I dalam eksepsinya tersebut,

hal ini dapat dibaca pada gugatan Penggugat huruf B.1 angka 1 bagian 1.1.

dan 1.2. secara keseluruhan, lagi pula antara keduanya tidak saling

bertentangan, dengan demikian eksepsi Tergugat I tersebut tidak beralasan

hukum, oleh karenanya harus ditolak;

Menimbang, bahwa Tergugat II dalam jawabannya disamping

jawabatan tentang pokok perkara juga mengajukan eksepsi yang menyatakan

bahwa gugatan Penggugat abscuur libel (kabur), oleh karena dalil gugatan

Penggugat pada pokoknya menyatakan Tergugat II telah melakukan perbuatan

melawan hukum, sedangkan hubungan hukum antara anak penggugat selaku

pasien dengan Tergugat I maupun Tergugat II dalam suatu pelayanan

kesehatan merupakan perjanjian Terapeutik, yaitu suatu perjanjian dimana

dokter berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan pasien dari

penderitaannya yang lazim disebut INSPANNING VERBINTENIS yaitu

suatu perjanjian Usaha atau Ikhtiar, bukan yang pasti,. bahwa dengan

demikian dalil gugatan Penggugat yang menyatakan Tergugat II telah

melakukan Perbuatan Melawan Hukum menjadikan gugatan Obscuur Libel

karena posita tidak jelas dasar hukumnya;

68

68

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68

Page 69: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa setelah membaca dan mencermati gugatan

Penggugat, Majelis Hakim berpendapat bahwa dalil gugatan Penggugat

tidaklah kabur, oleh karena dalil gugatan Penggugat yang menyatakan

Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan hukum

adalah sudah tepat oleh karena gugatan didasarkan kepada dalil tidak

dilaksanakan kewajiban oleh Tergugat I (seorang dokter) dan Tergugat II

(rumah sakit) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 129/Menkes/

SK/II/2008, Undang-Undang Nomor: 29 Tahun 2004 Tentang Praktek

Kedokteran dan Undang-Undang Nomor: 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,

maka dengan demikian eksepsi tergugat II tidak beralasan hukum, oleh

karenanya harus dinyatakan ditolak;

Dalam Pokok Perkara

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah

sebagaimana diuraikan di atas;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim membaca dan meneliti

surat gugatan Penggugat, maka menurut hemat Majelis Hakim pada intinya

gugatan Penggugat mendasarkan pada bahwa Tergugat I telah melakukan

Perbuatan Melawan Hukum, yaitu Dr. Silvia Triratna, SPA (K), dokter

spisialis yang ditunjuk oleh rumah sakit RK Charitas (Tergugat II) yang

beranggung jawab untuk menangani pasien baru datang pukul 11.10 WIB

langsung menanyakan kronologis sebelum pasien sakit, Tergugat I juga tidak

memberikan penjelasan apapun tentang kondisi yang dialami oleh pasien, juga

69|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69

Page 70: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tidak menjelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien, jadi hanya

melakukan pemeriksaan (visite) dan perawatan seadanya, tidak kompatible

untuk kondisi pasien Davina Wahyudi yang berada di ruang ICU dalam

kondisi kegawatan medis, tindakan Tergugat I tersebut merupakan perbuatan

melawan hukum, yaitu menelantarkan pasien yang secara katogoris

merupakan tindakan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sebagai

dokter. Bahwa Tergugat I juga tidak memberikan penjelasan kepada

Penggugat selaku orang tua pasien Davina tentang efek dan dampak tindakan

medis yang akan dilakukan, tindakan tersebut merupakan perbuatan melawan

hukum yaitu melanggar kewajibannya untuk memberikan penjelasan atas

tindakan yang akan diambil terhadap pasien, Tergugat I juga tidak memasang

alat bantu pernapasan melalui mulut hal ini Tergugat I melanggar Pasal 68 UU

No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang mengatur: “Pemasangan

implant obat dan / atau alat kesehatan ke dalam tubuh

manusia hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di

fasilitas pelayanan kesehatan tertentu”;

Menimbang, bahwa Penggugat juga mendalilkan

bahwa Tergugat II juga telah melakukan perbuatan melawan

hukum telah menelantarkan Davina Wahyudi sejak pukul

06.00 WIB pagi sampai pukul 10.45 WIB (hampir lima jam)

berada di ruang UGD dan hanya mendapat perawatan

70

70

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70

Page 71: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

seadanya berupa tes laboratorium sampel darah dan suntik

dubur (pantat) untuk menahan rasa sakit serta infuse. Bahwa

selama lima jam tersebut, Davina Wahyudi tidak menerima perawatan

sebagaimana mestinya, yaitu tidak mendapatkan penanganan dari dokter

spesialis yang ditunjuk oleh Tergugat II/Rumah Sakit RK. Charitas yang

bertanggung jawab untuk menanganinya, yaitu dr Silvia Triratna, SpA (K)

(Tergugat I). Bahwa tindakan Tergugat II menelantarkan Davina Wahyudi

tersebut merupakan tindakan melawan hukum, yaitu bertentangan dengan

kewajibannya dalam memberi perawatan prima sesuai standar pelayanan

medis. Bahwa tindakan Tergugat I dan Tergugat II jelas-jelas

bertentangan dengan Pasal 51 Undang-undang No.29 Tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran yang mengatur bahwa

“Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik

kedokteran mempunyai kewajiban. Bahwa akibat perbuatan

melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I dan Terguggat

II pasien Devina Wahyudi (anak Penggugat) meninggal dunia

pada pukul 15.30 WIB;

Menimbang, bahwa Tergugat I dalam jawabanya

menyangkal dalil-dalil yang dikemukakan Penggugat tersebut

dan menyatakan bahwa tindakan medis yang dilakukan oleh

Tergugat I terhadap Davina Wahyudi (anak Penggugat) telah

memenuhi standar operasional prosedur rumah sakit maupun

71|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71

Page 72: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

standar operasional prosedur dokter spesialis anak atau

disebut telah Lege Artis;

Menimbang, bahwa Tergugat II dalam jawabanya

menyangkal dalil-dalil yang dikemukakan Penggugat tersebut

dan menyatakan bahwa tidak benar sejak pukul 06.00 WIB

sampai pukul 10.45 WIB (hampir lima jam) pasien berada di

ruang UGD dan hanya mendapat perawatan berupa tes

laboratorium dan suntik dubur untuk menahan rasa sakit serta

infus, dan baru pukul 10.45 WIB pasien (anak Penggugat)

dibawa ke ruang ICU;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil

gugatannya Penggugat mengajukan bukti surat yaitu dari P-1

sampai dengan P-11 yang secara detiel diuraikan diatas dan

terlampir dalam berkas perkara;

Menimbang, bahwa setelah meneliti bukti surat yang diajukan

oleh Penggugat tersebut Majelis Hakim berpendapat bahwa surat-surat

bukti yang dijukan oleh Penggugat tersebut tidak relepan dengan dalil

gugatan Penggugat yang menyatakan bahwa Tergugat I dan Tergugat II

telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum;

Menimbang, bahwa walaupun demikian Majelis Hakim akan

meneliti dan mempertimbangkan bukti lain berupa keterangan saksi

yang diajukan oleh Penggugat;

Menimbang, bahwa saksi Penggugat yang bernama Rahmad

Syarifuddin menerangkan, bahwa saksi ikut mengantar pasien Davina

72

72

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72

Page 73: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Wahyudi ke rumah sakit RK Charitas, sampai di RK Charitas pukul 06.00

WIB lansung dibawa masuk ke ruang UGD (BGD), saksi tidak ikut masuk

dan hanya menunggu di ruang tunggu, kemudian saksi pulang karena

mau kerja. Saksi tidak tahu tindakan apa yang dilakukan oleh rumah

sakit Charitas (Tergugat II). Sekitar pukul 10.00 WIB saksi kembali ke

rumah sakit Charitas untuk mengantar baju Penggugat, saksi sempat

ngobrol dengan Penggugat, Penggugat menerangkan dokter Silvia

Triratna belum datang;

Menimbang, bahwa saksi Penggugat yang bernama Romi

Risdiantoro menerangkan, saksi ikut mengantar anak Penggugat

(pasien Davina) ke rumah sakit Charitas, sampai di rumah sakit Charitas

pukul 06.00 WIB langsung masuk UGD dan ditangani oleh dokter jaga

malam langsung disuntik penenang dan diinfus, pada pukul 07.00 atau

08.00 WIB saksi pulang karena mau kerja. Pasien dibawa ke ICU pukul

09.00 WIB saksi tidak tahu di ICU ada dokter atau tidak. Pada pukul

12.00 WIB saksi kembali ke rumah sakit Charitas karena ditelpon

Penggugat untuk mencari susu (disusruh dokter), Penggugat

mengatakan kepada saksi dokter Silvia datang pukul 10.00 an;

Menimbang, bahwa dari keterangan dua orang saksi Penggugat

tersebut tidak ada persesuaian, saksi Rahmad Syaripuddin

menerangkan pukul 10.00 WIB dokter Silvia Triratna (Tergugat I) belum

datang, sedangkan saksi Romi Risdiantoro menerangkan dokter Silvia

Triratna datang pukul 10.00 WIB dan di dalam gugatan Penggugat

mendalilkan bahwa dokter Silvia Trioratna baru datang pukul 11.10 WIB,

dengan demikian Penggugat tidak dapat membuktikan dalil gugatannya

tersebut;

73|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73

Page 74: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa saksi Romi Risdiantoro menerangkan pukul

06.00 WIB pasien Davina langsung masuk UGD dan ditangani oleh

dokter jaga malam langsung disuntik penenang dan diinfus, hal ini

membuktikan bahwa sejak awal pasien Davina datang, Tergugat II

sudah mengambil tindakan;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil sangkalannya

Tergugat I mengajukan bukti surat yaitu dari T.I-1 sampai dengan T.I-8

sedangan Tergugat II mengajukan bukti surat dari T.II-1 sampai dengan

T.II-20 yang secara detiel diuraikan diatas dan terlampir dalam berkas

perkara;

Menimbang, bahwa setelah meneliti bukti surat yang diajukan

oleh Tergugat I dan Tergugat II tersebut Majelis Hakim berpendapat

bahwa surat-surat bukti yang dijukan oleh Tergugat I dan T II yang

sangat relepan dengan jawaban dan sangkalan Tergugat I dan Tergugat

II terhadap dalil gugatan Penggugat tersebut adalah T.I-3 poto copy

dari poto copy sama dengan T.II – 20 poto copy sesuai dengan aslinya

yaitu berupa AUDIT MEDIS KASUS KEMATIAN atas nama Davina

Wahyudi tertanggal 12 Februari 2013 yang ditanda tangani oleh dr.

Martima Ovinda S, Sekretaris Komite Medis yang diketahui oleh dr. Restu

Wijaya, Sp.B, Ketua Komite Medis;

Menimbang, bahwa uraian Audit Medis Kasus Kematian atas

nama pasien Davina Wahyudi tersebut adalah sebagai berikut:

• Tanggal 5 Oktober 2012, Pukul 06.25 Wib, Pasien datang ke BGD Rumah

Sakit RK. Charitas (Tergugat II) atas rujukan dari RS. Myria dengan

terpasang infuse D5% 100cc + 1gr ceftriaxone.

74

74

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74

Page 75: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Pada Pukul 06.27 Wib, dokter Jaga BGD langsung melakukan assesmen

klinis dan dilakukan pengukuran tanda-tanda vital ; BB :31 Kg, Kesadaran :

sadar penuh, Nadi : 135x/menit, TD : 130/64, RR : 45x/menit, Suhu : 400 C,

GDS : 128 mg/dL. Keluarga mengatakan pasien anak Penggugat sudah

demam selama 3 (tiga) hari, disertai muntah dan mencret, saat dirumah,

anak Penggugat sempat kejang. Respon Time dokter jaga cukup cepat

yakni hanya berselang 2(dua) menit dari waktu kedatangan pasien;

• Pukul 06.35 Wib pasien tiba-tiba kejang, dokter jaga BGD segera mengatasi

kejang dengan pemberian anti kejang, obat penurun panas suppose (via

dubur), dan pemasangan catheter untuk monitoring cairan;

• Pukul 06.46 WIB Dokter jaga BGD menghubungi dr. Silvia T, Sp.A dan

intruksi infus Ringer laktat 40cc/jam, trip antibiotik dihabiskan dalam 30

menit, injeksi Dormicum 3 mg tiap 8 jam secara intra vena, paracetamol syr

3x12cc per oral, dan cek laboratorium, saran dari dr. Silvia rawat di ICU,

Perawat lalu melakukan observasi tanda-tanda vital, TD : 114/65, Nadi :

181x/menit, Pernafasan :53x/menit, Saturasi O2 : 99%. Dokter Jaga lalu

menjelaskan kepada keluarga bahwa pasien perlu dirawat di ICU dan

keluarga pasien setuju. Selama masa penstabilan hemodinamik di BGD,

pasien lalu diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium, terapi sesuai

intruksi dr. Silvia Sp.A dan monitering tanda-tanda vital secara ketat;

• Pukul 07.45 WIB. pasien dilakukan pengukuran tanda-tanda vital,

TD :114/65, Nadi : 181x/menit, Pernafasan : 38x/menit, Suhu : 40, 50C

Saturasi 02 :99%;

• Pukul Pukul 08.40 WIB. pasien kejang lagi, oleh dokter jaga BGD pasien

diperiksa lagi dan diberi obat anti kejang;

75|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75

Page 76: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Pukul 09.25 WIB. pasien anak Penggugat diantar keruang ICU;

• Pukul Pukul 09.30 WIB. pasien diterima di General ICU oleh dokter jaga ICU

dan perawat dan sesuai dengan protap dilakukan pengkajian perawatan.

Anamnesa dilakukan kepada Ibu Pasien, Keluarga mengatakan pasien

kejang 1 kali pukul 03.00 subuh, pasien anak Penggugat tampak gelisah

dan akral teraba dingin;

• Pukul Pukul 09.32 WIB, dilakukan Observasi kesadaran pasien dengan

keadaan umum sakit berat, kesadaran spoor, GCS E2M5V2, pupil isokor

3mm/3mm reaksi (+), pernafasan regular, auskultasi vesikuler, perut tampak

kembung, terpasang 02 via NRM 2L/m, infuse pump ditangan kiri RL.20cc/

jam, tangan kanan 20cc/jam, dari catheter urine mengalir urine kuning

jernih. Hasil AGD Asidosis metabolic terkompensasi sebagian PH : 7.335 ;

pco2 : 19.4, p02 :96.4, HC03.10.4 ; BE : -15.7.

• Pukul 09.35 WIB. Dr. Silvia visite pasien memberi intruksi dan menulis pada

status awal. Diagnosa kerja sementara : kejang demam kompleks +

encephalopathy metabolic e.c GEAD sedang-berat + observasi encephalitis.

INSTRUKSI dr. Silvia T, Sp.A dijalankan oleh perawat yaitu infuse diganti

asering 120cc/jam dan KAEN 3B 80cc/jam (selama 3 jam), injeksi

Midazolam 3.5mg IV dan injeksi Dilantin 1 ampul dalam 50cc NaCI habis

dalam 30 menit. Pasien diobservasi secara ketat oleh Perawat ICU

Tergugat II berkolaborasi dengan dokter jaga ICU Tergugat II, dimana tiap

perawat ICU Tergugat II khusus merawat 1-2 pasien saja;

• Pukul 11.30 WIB pasien diobservasi, perut pasien tampak kembung, lalu

dijalankan intruksi dr. Sivia untuk memasang NGT (nasagastric tube) dan

NGT dialirkan untuk mengurangi tekanan dalar dalam lambung;

76

76

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76

Page 77: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Pukul 12.00 Wib Perawat menghubungi dr Silvia via telpon melaporkn

keadaa pasien. Kesadaran sopor GCS E2/M5V2 TS: 113/96. Nadi 202x/

menit, Pernafasan 44x/meit.Suhu 41.3oC. Intake 900cc, output urine 200cc

IWL/6jam 809 Hasil laboratorium: Hb; 14 g/dl, Leokosit: 11.200 uL, hidung

jenis: 0/0/65/23/12, LED: 5mm/jam, Trobosit: 280.000/uL, CRP kuantitatif:

40 mg/dl. Intruksi dr. Silvia pasien diberi paracetamol 3 sendok teh meelalui

NGT dan observasi pasien;

• Pukul 12.55 WIB, Sesuai dengan intruksi awal dr. Silvia, infus

diperhitungkan menjadi: Asering 80cc/jam dan KAEN 3B 40 cc/jam.

• Pukul 13.13 WIB. Keluarga pasien (ayah dan ibu) dipanggil untuk diberikan

keterangan oleh dokter jaga ICU tentang kondisi pasien dan rencana

tindakan intubasi untuk memasang alat Bantu nafas, yang diintruksikan dr.

Silvia, dimana juga dijelaskan bahwa yang akan melakukan intubasi adalah

dr, Silvia, kepada keluarga juga dijelaskan oleh perawat mengenai biaya

pemasangan alat ini, Setelah keluarga berunding, keluarga memberi

persetujuan dengan menanda-tangani surat persetujuan tindakan

kedokteran;

• Pukul Pukul 13.25 WIB perawat ICU dan dokter jaga menyiapkan peralatan

intubasi dan ventilator;

• Pukul 13.30 WIB. dr. Silvia datang untuk melihat pasien dan melakukan

intubasi sendiri. Karena pasien masih gelisah, dr.Silvia menginstruksikan

untuk diberi injeksi Midazolam 3,5mg intra vena pelan, lalu dr. Silvia

melakukan intubasi dan dihubungkan dengan ventilator (modus SIMV+PS),

cairan lambung pasien yang mengalir via NGT berwarna kecoklatan, lalu

diberi injeksi Zantac 1 ampul IV;

77|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77

Page 78: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Pukul Pukul 13.40 WIB. Pasien selesai dilakukan intubasi oleh dr. Silvia

(Tergugat I) dan fungsi setting ventilator dilakukan oleh dr. Silvia,

pengembangan dada tampak simetris TD./126/62, Nadi 125x/menit, Sinus,

saturasi oksigen 99%;

• Pukul 15.00 WIB Pasien kejang, pernafasan masih dibantu ventilator,

kolaborasi deng dokter jjaga ICU (dr Santi) pasien dienjeksi obat anti

kejang, lalu berhenti;

• Pukul 15.10 WIB, keadaan umum pasien semakin menurun, tekanan darah

tidak terekam monitor, nadi 80x/menit, akral teraba dingin, A. Carotis teraba,

dokter jaga ICU menghubungi dr. Silvia dan mendapat intruksi diberi cairan

Rl 20cc/kgBB (600cc/jam) bila tidak berespon lalu diberi Hemacel 500cc

habis dalam 30 menit, dan diberi drip dopamin 200mg diencerkan dalam

NaCI 0.9% 100 cc dimulai dengan 4 tetes/microdrip titrasi;

• Pukul 15.20 WIB, Gambaran ECG sinus bradikardi 57x/menit A.carotis

treaba, pasien diberi injeksi Sulfas atropin 0.5mg (2ampul) IV. Didapatkan

respon karena denyut nadi meningkat menjadi 90x/menit;

• Puluk 15.25 WIB Dr. Santi menghubungi dr. Slvia melaporkan hasil

pemeriksaan AGD, intruksi infus RL dilanjutkan;

• Pukul 15.30 WIB, Gambaran ECG asistole, lalu perawan bersama dokter

jaga ICU melakukan RJP dan pasien diberikan injeksi Adrenalin img/kgBB

dengan pengenceran 1/10.000. Adrenalin 1 mg diencerkan dengan water

injeksi 10cc, lalu diinjeksikan ke pasien 3cc IV;

• Pukul 15.32 WIB, Gambaran ECG sinus takilandi 125x/menit, A. carotis

teraba kuat;

78

78

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78

Page 79: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Pukul 15. 35 WIB. Gambaran ECG asistole, pasien dilakukan RJP lagi oleh

dokter jaga berkolaborasi dengan perawat ICU dan diberikan injeksi dengan

NaCI 0.9% 3cc. Resusitasi jantung paru sesuai dengan protap dilakukan

sampai pukul 15.55;

• Pukul 16.00 WIB. Pupil dilatasi maksimal, gambaran ECG asistole, pasien

tidak ada nafas spontan, A. Carotis dan A.Brachialis tidak teraba. Pasien

tidak memberikan respon terhadap resusitasi yang dilakukan, dan

dinyatakan meninggal di hadapan keluarga dan perawat oleh dokter jaga

ICU;

• Pukul 16.10 WIB Jenazah dibersihkan dan dilakukan perawatan jenazah;

• Pukul 16.30 WIB, Gelang identitas pasien dilepas, jenazah diserahkan

kepada keluarga;

Menimbang, bahwa kesimpulan Audit Medis Kasus Kematian pasien

Davina Wahyudi adalah bahwa selama masa perawatan pasien sudah dilakukan

assesmen klinis, monitoring, pemeriksaan penunjang, terapi dan evalusi dengan

respon time yang baik dan sesuai dengan standar pelayanan RS. RK Charitas.

Bahwa pasien (Davina Wahyudi) meninggal akibat kegagalan kardioresppirasi,

yang dalam perjalanan klinisnya tidak dapat diprediksi sebelumnya meskipun

sudah dilakukan assesmen dan monitoring sesuai prosedur. Bahwa selama

dirawat di ICU RS RK Charitas, pasien sudah dikelola oleh tim RS sesuai dengan

standar pelayanan medis;

Menimbang, bahwa bukti T.I – 3 sama dengan T.II – 20 diperkuat dengan

keterangan saksi Tergugat I yaitu:

1. dr. C. Dian Susilowati menerangkan, bahwa saksi adalah dokter jaga

BGD RS. RK Charitas (Tergugat II) pernah menangani pasien Davina

79|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79

Page 80: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Wahyudi (anak Penggugat) pada pukul 06.27 WIB yang hanya

berselang 2 menit sejak kedatangan pasien pada pukul 07.25 WIB di

BGD, saksi langsung melakukan anamnesa dan pemeriksaan pisik,

pasien dalam kondisi gelisah kemudian mengalami kejang, lalu saksi

melakukan tindakan berupa pemberian oksigen, memasang monitor,

memberikan obat anti kejang dan obat penurun panas reaksinya

pasien tenang dan tidur. Bahwa atas kondisi anak Penggugat pasien

Davina Wahyudi yang memiliki riwayat kejang berulang, maka saksi

konsulkan kepada dr. Silvia (dr. spesialis anak konsultan ICU), dr.

Silvia menyarankan agar pasien dirawat di ICU;

2. dr. Raden Ajeng M. Lusi menerangkan, bahwa saksi adalah dokter

jaga BGD RS Charitas (Tergugat II) pernah menangani pasien Davina

sekitar bulan Oktober 2012. Waktu itu saksi bertugas dari pukul 07.00

WIB sampai pukul 14.00 WIB. Pada saat saksi bertugas kondisi

pasien sakit berat dengan diagnosa kejang, demam dan dicurigai ada

radang otak, diare yang berkepanjangan (berdasarkan hasil rekam

medik dari RS Myria. Bahwa sekitar pukul 08.40 pasien (anak

Penggugat) kembali mengalami kejang dan oleh saksi diberi obat anti

kejang, reaksinya kejang pasien reda. Setelah dinyataka stabil

tekanan darah, nadi dan pernafasan, sekitar pukul 09.25 pasien (anak

Pengguggat dipindahkan ke ICU;

3. Agustina menerangkan, bahwa saksi adalah Perawat BGD RS RK

Charitas (Tergugat II) yang bertugas dari pukul 20.30 WIB sampai

pukul 06.30 WIB yang bertugas membantu dokter jaga menangani

pasien Davina (anak Penggugat), dokter jaga melakukan

80

80

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80

Page 81: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pemeriksaan fisik, pemasangan selang oksigen dan memberikan

obat penenang;

4. Andreas Nurbianto menerangkan, bahwa saksi adalah perawat BGD

RS RK Charitas (Tergugat II) yang bertugas dari pukul 14.00 WIB

sampai pukul 21.00 WIB, saksi pernah membantu dokter jaga

menangani dan memindahkan anak Penggugat (pasien Davina) ke

ICU dalam kondisi tekanan darah, nadi dan pernafasan stabil;

5. Mario Yosep menerangkan bahwa saksi adalah dokter jaga ICU

pada RS RK Charitas pernah menangani pasien Davina tanggal 5

Oktober 2012 yang masuk ICU pada pukul 09.30 WIB, saksi

langsung menangani pasien dengan melakukan anamnesa/

menanyakan kondisi pasien kepada orang tau pasien dan melakukan

pemeriksaan fisik , dari hasil amamnesa pasien masuk ICU dengan

riwayat kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Saat melakukan

pemeriksaan fisik pasien dalam kondisi sakit berat dengan kesadaran

dan kondisi tanda-tanda vital stabil. Pada saat saksi melakukan

pemeriksaan terhadap pasien pukul 09.35 Tergugat I (dr. Silvia)

masuk ke ruang ICU dan langsung melakukan anamnesa kepada

orang tua pasien dan melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien

Davina (anak Penggugat), Tergugat I (dr. Silvia) menerangkan

kondisi pasien kepada Penggugat dan istrinya bahwa anak

Penggugat menderita kejang demam yang dsertai kemungkinan

peradangan pada otak, kemudian Tergugat I memberikan intruksi

kepada saksi untuk melakukan tindakan pemasangan infus dan

pemberian obat antibiotik, obat anti kejang, obat penurun panas dan

81|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 81

Page 82: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

obat untuk pencernaan. Terhadap pasien dilakukan pemasangan alat

bantu nafas/intubasi, karena sekitar pukul 13.00 WIB kondisi pasien

mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan denyut jantung

cepat yaitu 150 kali/menit maka kondisi pasien mengalamikelelahan

dan berakibat berkurangnya pasokan oksigen ke otak, lalu saksi

melaporkan kepada Tergugat I dan diputuskan untuk dilakukan

intubasi, dan saksi terangkan kepada dan disetujui oleh Penggugat

dan istrinya sebagai orang tua pasien. Bahwa pemasangan intubasi

adalah Tergugat I sendiri sekitar pukul 13.30 WIB dan kondisi pasien

tensinya normal sekitar 110/60 denyut jantungnya nornal kembali

sekitar di bawah 150 kali per menit, nafasnya normal sekitar 20 – 30

kali per menit. Tergugat melakukan pemeriksaan terhadap anak

Penggugat (pasien Devina Wahyudi) di ICU sebanyak 3 (tiga) kali.

Pada saat yang bersamaam Tergugat I jug sedang menangani

pasien lain yang sedang dirawat pada Tergugat II. Bahwa tindakan

medis yang dilakukan oleh dokter dan perawan sudah sesuai dengan

SOP Tergugat II;

6. dr. Santi menerangkan bahwa saksi adalah dokter jaga ICU pada

RS RK Charitas yang bertugas dari pukul 14.00 wib – pukul 21.00

WIB, pernah menangani anak Penggugat (pasien Davina) pada

tanggal 5 Oktober 2012, pada saat saksi bertugas anak Penggugat

dalam kondisi sudah terpasang intubasi dengan kondisi mulai

membaik. Anak Penggugat mengalami kejang kembali, kemudia

saksi memberikan obat anti kejang, kejang menghilang, lima menit

kemudian pasien mengalami penunan tekanan darah dan nadi lalu

82

82

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 82

Page 83: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

saksi laporkan kepada Tergugat I, Tergugat I memberikan intruksi

agar anak Pengggat diberi obat guna menigkatkan tekanan darah

dan nadi. namun kondisi pasien anak Pengggat terus menurun

sampai berhenti denyut jantung, lalu dilakukan resusitas/penekanan

pada dada , memberikan bantuan nafas dan injeksi obat-obatan

selama 30 menit namun tidak ada tanda-tanda kehidupan dari si

pasien (anak Penggugat), dan pada pukul 16 saksi menyatakan anak

Penggugat (pasien Devia) meninggal dunia dengan sebab utama

gagal jantung/gagal nafas yang merupakan akibat dari proses

penyakitnya yaitu radang otak;

7. Efri Puspita, menerangkan menerangkan bahwa saksi adalah

perawat jaga ICU pada RS RK Charitas yang bertugas dari pukul

07.00 – 14.00 WIB pukul 21.00 WIB, pernah membantu dokter

menangani anak Penggugat (pasien Davina) di ICU. Anak Penggugat

masuk ICU pukul 09.30 WIB dan langsung ditangani oleh dokter jaga

ICU dan Tergugat I melakukan pemasangan intubasi yang

sebelumnya telah diterangkan oleh dokter jaga ICU kepada orang

tua pasien. Tergugat I melakukan pemeriksaan terhadap anak

Penggugat pasien Davina Wahyudi sebanyak 3 (tiga) kali;

8. Fransiskus Benni Susanto, menerangkan bahwa saksi adalah

perawat jaga ICU RS Charits (Tergugat II) yang bertugas dari pukul

14.00 – 21.00 WIB, pernah membatu dokter yang menangani pasien

Davina anak Penggugat di ruang ICU tahun 2012, waktu saksi

bertugas pasien sudah terpasang intubasi. Waktu saksi bertugas

pasien mengalami kejang, oleh dokter jaga diberi obat anti kejang,

83|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 83

Page 84: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

setelah hilang kejangnya kondisi pasien Davina menurun hingga

denyut jantungnya berhenti;

Menimbang, bahwa berdasarkan Bukti T.I-4 dan T.II-20 diperkuat pula

dengan keterangan saksi-saksi Tergugat I sebagaimana telah diuraikan di atas,

Majelis Hakim berpendapat bahwa Tergugat I dan Tergugat II telah dapat

membuktikan dalil-dalil sangkalannya, bahwa tergugat I dan Tergugat II tidak ada

melakukan kelalaian dan kesalahan dalam menangani pasien Davina Wahyudi

(anak Penggugat);

Menimbang, bahwa oleh karena tergugat I dan Tergugat II tidak ada

melakukan kelalaian dan kesalahan dalam menangani pasien Davina Wahyudi

(anak Penggugat) maka dengan demikian Tergugat I dan Tergugat II tidak terbukti

melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana didalilkan oleh Penggugat;

Menimbang, bahwa dengan demikian Penggugat tidak dapat membukti-

kan dalil-dalil gugatannya sedangkan Para Tergugat telah dapat membuktikan

dalil-dalil sangkalannya, oleh karenanya Majelis menolak gugatan Penggugat

untuk selurunya;

Menimbang, bahwa mengenai sita jaminan yang dimintakan oleh

Penggugat karena tidak beralasan dan tidak pernah dijalankan maka tidak perlu

dipertimbangkan lebih lanjut;

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat ditolah untuk

seluruhnya maka Penggugat berada di pihak yang kalah harus dihukum untuk

membayar ongkos perkara yang besarnya akan ditentukan dalam amar putusan

ini;

Memperhatikan ketentuan pasal-pasal dalam RBg dan peraturan-

peraturan lainnya yang bersangkutan;

84

84

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 84

Page 85: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

M E N G A D I L I

Dalam Eksepsi

- Menyatakan menolah eksepsi Terguggat I dan Tergugat II tersebut;

Dalam Pokok Perkara

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menghukum Penggugat untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp. 521.000,-

(lima ratus dua puluh satu ribu rupiah);

Demikian diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Palembang hari Selasa tanggal 18 Pebruari 2014 dengan susunan ZUHAIRI, SH, MH,

selaku Ketua Majelis, MARTAHAN PASARIBU, SH,. M.Hum., dan RITA HERLINA,

SH, LLM., sebagai Hakim-Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan pada hari Kamis

tanggal 6 Maret 2014 dalam persidangan yang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis

tersebut didampingi oleh MARTAHAN PASARIBU, SH., M.Hum RITA HERLINA, SH,

LLM., Hakim-Hakim Anggota, dibantu oleh M. WIRADARMA, SH., Panitera Pengganti,

dihadiri oleh Kuasa Penggugat dan Kuasa Tergugata II tanpa dihadiri Kuasa Tergugat I;

Hakim-hakim Anggota, Ketua Majelis,

1. MARTAHAN PASARIBU, SH., M.Hum. ZUHAIRI, SH, MH.

2.RITA HERLINA, SH, LLM.

Panitera Pengganti,

M. WIRADARMA, SH,.

85|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 85

Page 86: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Perincian Biaya Perkara:

- Pendaftaran : Rp. 30.000,-

- Biaya ATK : Rp. 50.000,-

- Biaya Panggilan : Rp. 400.000,-

- PNDP Relas : Rp. 30.000,-

- Materai : Rp. 6.000,-

- Redaksi : Rp. 5.000,-

Jumlah Panggil : Rp. 521.000,-

86

86

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 86

Page 87: 97_Pdt.G_2013_PN._Plg

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

87|

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 87