97_Pdt.G_2013_PN._Plg
-
Upload
antonius-agil -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
description
Transcript of 97_Pdt.G_2013_PN._Plg
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
PUTUSAN
Nomor: 97/Pdt.G/2013/PN. PLG
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada
peradilan tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara gugatan b
\antara:
BAMBANG SUYUDHI, SH., umur 36 tahun, pekerjaan karyawan
swasta, alamat Jl. Sukorejo RT/RW 011/003, Kelurahan
Sukodoni, Kecamatan Sukarame, Palembang. Dalam hal
ini diwakili oleh Kuasanya Bahrul Ilmi Yakup,
SH.,MH.,CGL, Edi Iskandar, SH., Herlin Susanto,
Sairnudin, SH, Hj. Dodoy Suharyati, SH.,MH Asisten
Advokat, Patih Ahmad Rafie, SH.,MH, Asisten Advokat,
Anggie Tiara Melinda, SH Asisten Advokat Advocates
and Legal Consultant pada PALEMBANG
INTERNATIONAL Law Office, berkant0r Jl. Demang
Lebar Daun No.08-H. Telp/Faks 0711 444885, Palembang,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 2 Juni 2013,
disebut sebagai PENGGUGAT;
L a w a n
1. dr. SIlVIA TRIRATNA, SpA (K), dokter spesialis anak yang
bekerja di Rumah Sakit RK. Charitas dan melakukan perawatan
terhadap pasien bernama Davina Wahyudhi, beralamat di Rumah
Sakit RK. Charitas, Jalan Jendral Sudirman No. 1054
1|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Palembang-30129, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya Safitri H.
Saptogino, SH., MH., Zubaidah Jufri, SH., Niki Budiman, SH., dan
Caesar Aidil Fitri, SH., Erik G. Pandaptan, Sh., Gughi Gumielar, SH.,
Muhammad Shobirin, SH., Wirawan Bayu Aji, SH., dan Asdel Fira,
SH., para Advokat dan Konsultan Hukum pada kantor Hukum “SIP
Law Firm” yang beralamat kantor di No. 7 Building SIP Law Firm, Jl.
Buncit Raya No. 7 Jakarta Selatan 12760, berdasarkan surat
kuasa khusus tertanggal 15 Juli 2013, selanjutnya disebut
sebagai TERGUGAT I.
2. Rumah Sakit RK. Charitas, yang beralamat di Jalan Jendral
Sudirman No. 1054 Palembang-30129, dalam hal ini diwakili oleh
kuasanya H. Dindin Suudin, SH, MH., Ir. Samsul Bahri, SH., Helen
Arisandi, SH. dan Hahardika, SHI, para Advokat dan Pengacara
pada kantor Advokat dan Pengacara H. Dindin Suudin, SH.MH. dan
Rekan Jl. Kapten Anwar Sastro No. 1409 A Palembang, berdasarkan
surat kuasa khusus tertanggal 10 Juli 2013, selanjutnya disebut
sebagai TERGUGAT II;
PENGADILAN NEGERI tersebut;
Setelah membaca berkas perkara yang bersangkutan;
Setelah mendengar kedua belah pihak yang berperkara;
Setelah membaca surat-surat bukti dan mendengar saksi-saksi yang diajukan oleh
para pihak yang berperkara;
TENTANG DUDUK PERKARANYA
Menimbang, bahwa Penggugat mengajukan surat gugatan tertanggal 22 Juni 2013
yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Palembang tanggal 1 Juli 2013
dalam regester No. 97/Pdt.G/2013/PN.PLG dengan dalil-dalil sebagai berikut:
2
2
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
A. Tentang Peristiwa Hukum
1. Bahwa Penggugat memiliki seorang anak kandung yang bernama
Davina Wahyudi yang berumur lebih kurang 3,4 tahun;
2. Bahwa pada tanggal 4 Oktober 2012 sesampai di Palembang dari
perjalanan ke Belitang OKUT menggunakan moda transportasi
mobil, almarhum Davina Wahyudhi (anak Penggugat) mengalami
muntah-muntah yang pada awalnya diduga mengalami mabuk
perjalanan;
3. Bahwa pada malam harinya sekitar pukul 20.00 WIB, Penggugat membawa
almarhum Davina Wahyudi ke Dokter Umum (Dokter Mahmud) untuk
mendapatkan pengobatan;
4. Namun pada dini hari esoknya, hari Jumat tanggal 5 Oktober 2012 sekitar pukul
00.45 WIB, almarhum Davina Wahyudi (anak Penggugat) kembali mengalami
muntah-muntah, sehingganya Penggugat membawa almarhum Davina Wahyudi ke
Rumah Sakit RK Myria. Setiba di Rumah Sakit RK Myria, pihak RS RK Myria
langsung mengambil tindakan pertolongan dengan melakukan pemeriksaan dan
pemasangan infuse oleh petugas kesehatan kepada almarhum Davina Wahyudhi
(anak Penggugat);
5. Bahwa melihat kapasitas dan fasilitas Rumah Sakit RK Myria yang kurang
memadai, Penggugat berkonsultasi dengan Bidan Senior yang sedang berjaga di
Rumah Sakit RK Myria untuk memberikan rujukan rumah sakit yang mempunyai
fasilitas baik, akhirnya disarankan untuk dibawa ke Rumah Sakit RK Charitas,
dengan tarif biaya perawatan per hari lebih kurang Rp. 3.000.000,- (tiga juta
rupiah);
3|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
6. Setelah memperoleh surat pengantar (rujukan) dari RS RK Myria, Penggugat
membawa almarhum Davina Wahyudi (anak Penggugat) ke Rumah Sakit RK.
Charitas (Tergugat II) pada pukul 06.00 WIB pagi 5 Oktober 2012;
7. Oleh karena Penggugat ingin agar anaknya segera mendapatkan perawatan yang
maksimal dan baik, pada Pukul 07.00 WIB Penggugat telah selesai mengurus
semua proses administrasi biaya berobat bagi almarhum Davina Wahyudi (anak
Penggugat);
8. Namun, baru pada pukul 10.45 WIB (hampir lima jam kemudian)
anak Penggugat bisa dibawa ke ruang ICU dengan penanggung
jawab dr. Silvia Triratna, SpA (K) (Tergugat I);
9. Bahwa sejak pukul 06.00 WIB pagi sampai pukul 10.45 WIB (hampir lima jam)
Davina Wahyudi berada di ruang UGD dan hanya mendapat perawatan berupa tes
laboratorium sampel darah dan suntik dubur (pantat) untuk menahan rasa sakit
serta infuse. Almarhum belum mendapatkan penanganan dari dokter spesialis yang
ditunjuk oleh Rumah Sakit RK. Charitas yang bertanggung jawab untuk menangani
pasien yaitu dr Silvia Triratna, SpA (K) (Tergugat I);
10. Dr Silvia Triratna, SPA (K) (Tergugat I) baru datang pada
pukul 11.10 WIB langsung menanyakan kronologis sebelum pasien
sakit. Dr Silvia Triratna, SpA (K) /Tergugat I juga tidak memberikan
penjelasan apapun tentang kondisi yang dialami oleh pasien
maupun tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien, jadi hanya
melakukan pemeriksaan (visite) seadanya;
11. Bahwa, tindakan Tergugat I yang hanya melakukan
pemeriksaan dan perawatan seadanya tidaklah kompatible untuk
kondisi Davina Wahyudi yang berada di ruang ICU yang dalam
pandangan awam berada dalam kondisi kegawatan medis;
4
4
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
12. Tindakan Tergugat I sebagaimana diuraikan dalam butir 9, 10, dan 11 di atas secara
normatif bertentangan dengan ketentuan Peraturan menteri kesehatan nomor: 129/
Menkes/SK/II/2008 “Waktu tanggap dokter pelayanan dokter di gawat darurat:
kecepatan pelayanan dokter di gawat darurat adalah kecepatan pasien dilayani
sejak pasien datang sampai dapat pelayanan dokter standarnya ≤ 5 menit terlayani
setelah pasien datang”;
13. Bahwa tindakan Tergugat I dan Tergugat II jelas-jelas
bertentangan dengan Pasal 51 Undang-undang No.29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran yang mengatur bahwa “Dokter atau
dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban :
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan setandar
profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan
medis pasien;
b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan sesuatu pemeriksaan atau
pengobatan;
c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan
mampu melakukannya; dan
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan
ilmu kedokteran atau dokter gigi”;
5|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
14. Bahwa pada pukul 13.45 WIB Penggugat dipanggil suster
dan ditunjukkan beban nafas anak penggugat mulai berat, dengan
indikasi dadanya terangkat ketika menarik nafas;
15. Suster yang jaga menjelaskan bahwa penyebab sesak nafas yang dialami anak
Penggugat dikarenakan adanya cairan yang telah merendam paru-paru, yang
kemungkinan diakibatkan cairan infuse yang masuk tidak terkontrol. Secara kasat
mata, Penggugat memang melihat tidak ada cairan yang keluar dari kantong
penampungan cairan keluar yang dihubungkan melalui selang dan dimasukan
melalui vagina pasien. Penggugat sempat menanyakan masalah tersebut kepada
Suster jaga, namun tidak mendapatkan jawaban.;
16. Untuk membantu pernafasan serta mengurangi beban pernapasan Davina
Wahyudin, suster jaga menyarankan agar dilakukan pemasangan alat bantu nafas
yang dimasukan ke dalam mulut dengan biaya per hari Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah per hari) dan pemasangan akan dilakukan oleh dokter ahli dalam hal ini, dr.
Silvi Triratna, SpA (K) (Tergugat I) yang bertanggungjawab atas perawatan Davina
Wahyudi. Namun dijelaskan juga, bahwa jika terjadi kesalahan pemasangan alat
bantu tersebut maka akan berakibat fatal;
17. Bahwa ternyata pemasangan alat bantu nafas yang dimasukan melalui mulut tidak
dilakukan oleh dr. Silvi Triratna, SpA (K) (Tergugat I), melainkan hanya dilakukan
oleh perawat jaga yang selalu berkoordinasi melalui telpon untuk mendapatkan
instruksi pemasangan alat bantu pernapasan tersebut;
18. Perbuatan Tergugat I jelas-jelas bertentangan dengan Pasal 68 Undang-undang
No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengatur: “Pemasangan implant obat
dan / atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan tertentu”;
6
6
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
19. Bahwa sekitar pukul 15.30 WIB, Penggugat dipanggil oleh perawat jaga karena
pemasangan alat bantu pernapasan telah selesai dilakukan, namun kondisi denyut
jantung anak Penggugat justru mengalami penurunan, yang terlihat dari monitor
jantung yang ada;
20. Terhadap kondisi yang dialami Davina Wahyudi, perawat jaga mengambil
tindakan dengan memberikan bantuan pernafasan dengan pompa jantung secara
manual, namun usaha tersebut gagal sehingga anak Penggugat meninggal dunia;
A. Tentang Perbuatan Melawan Hukum
Tergugat I dan II:
B. 1. Tentang Perbuatan Melawan Hukum Tergugat I
1. Sebagaimana telah dijelaskan di muka, Tergugat I dalam
melakukan perawatan terhadap Davina Wahyudi (anak
Penggugat), telah melakukan tindakan sebagai berikut:
1.1. Melakukan perawatan seadanya yang tidak kompatibel
dengan keadaan Davina Wahyudi yang berada dalam
keadaan gawat medis. Tindakan Tergugat I tersebut
merupakan perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan
menelantarkan pasien. Secara kategoris, tindakan tersebut
merupakan tindakan yang bertentangan dengan kewajiban
hukumnya sebagai dokter;
1.2. Dalam mengambil tindakan medis dalam rangka merawat Davina Wahyudi,
Tergugat I tidak memberi penjelasan kepada Penggugat selaku orang tuanya
akan efek dan dampak tindakan medis yang dilakukan. Tindakan tersebut
merupakan perbuatan melawan hukum dalam hal ini melanggar
kewajibannya untuk memberi penjelasan atas tindakan yang akan diambil
7|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
tehadap pasien yang diatur asas informed consent dalam hubungan dokter
dengan pasien;
1.3. Sebagai penanggungjawab perawatan Davina Wahyudi,
Tergugat I tidak memasang alat bantu pernafasan melalui
mulut. Padahal, kesalahan pemasangan alat bantu
pernafasan tersebut akan berakibat fatal bagi pasien.
Dengan demikian, Tergugat I telah melanggar Pasal 68
Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang
mengatur: “Pemasangan implant obat dan / atau alat
kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan tertentu”;
B.2. Tentang Perbuatan Melawan hukum Tergugat II
1. Tergugat II telah menelantarkan Davina Wahyudi sejak pukul 06.00
WIB pagi sampai pukul 10.45 WIB (hampir lima jam) berada di
ruang UGD dan hanya mendapat perawatan seadanya berupa tes
laboratorium sampel darah dan suntik dubur (pantat) untuk
menahan rasa sakit serta infuse;
2. Selama lima jam tersebut, Davina Wahyudi tidak menerima perawatan sebagaimana
mestinya, yaitu tidak mendapatkan penanganan dari dokter spesialis yang ditunjuk
oleh Tergugat II/Rumah Sakit RK. Charitas yang bertanggung jawab untuk
menanganinya, yaitu dr Silvia Triratna, SpA (K) (Tergugat I);
3. Tindakan Tergugat II menelantarkan Davina Wahyudi tersebut merupakan
tindakan melawan hukum, yaitu bertentangan dengan kewajibannya dalam memberi
perwatan prima sesuai standar pelayanan medis;
8
8
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
A. Tentang Kerugian Penggugat
1. Bahwa, perbuatan melawan hukum Tergugat I dan Tergugat II
dalam memberi pelayanan medis kepada Davina Wahyudi secara
faktual telah menyebabkannya meninggal dunia;
2. Meninggalnya Davina Wahyudi merupakan kerugian luar biasa bagi Penggugat,
baik secara material maupun immaterial;
3. Atas kerugian material dan immaterial tersebut, sesuai ketentuan
Pasal 58 Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Penggugat berhak menuntut ganti rugi kepada Tergugat I dan
Tergugat II. Pasal 58 UU Kesehatan No.36 Th 2009 mengatur
bahwa: “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan, dan / atau penyelenggara yang
menimbulkan kerugian akibat kesehatan atau kelalaian pelayanan
kesehatan yang diterimanya”;
4. Besaran kerugian material dan immaterial yang diderita Penggugat adalah:
1. Kerugian material:
a. Biaya pengobatan rumah sakit sebesar Rp. 5.238.000,- (lima
juta dua ratus tiga puluh delapan ribu rupiah);
b. Biaya Pemakaman Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah);
c. Biaya takziah sampai dengan 40 hari Rp. 15.000.000,- (lima
belas juta rupiah);
Total seluruhnya sebesar Rp. 30.238.000,- (tiga puluh juta dua
ratus tiga puluh delapan ribu rupiah);
2. Kerugian Immaterial :
Secara kalkulatif matematis, tentu saja sulit untuk memastikan
jumlah kerugian immaterial yang diderita Penggugat.
Penggugat sangat sedih dan tergoncang melihat anaknya
9|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Davina Wahyudi ditelantarkan Tergugat I dan Tergugat II, yang
berunjung meninggal dunia. Peristiwa tersebut, telah
menimbulkan kesedihan yang teramat mendalam bagi
Penggugat dan keluarga. Derita Penggugat tersebut tentunya
tidaklah dapat dinilai dengan uang. Namun demikian, adalah
layak bila Penggugat menuntut agar Tergugat I dan Tergugat II
dihukum membayar ganti rugi immaterial kepada Penggugat
sebesar Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah)
secara tanggung renteng;
5. Oleh karena kerugian Penggugat tersebut dalam butir 5 di atas
merupakan akibat perbuatan melawan hukum Tergugat I dan
Tergugat II, maka seharusnyalah secara tanggung renteng
Tergugat I dan tergugat II dihukum membayar ganti rugi material
kepada Penggugat sebesar Rp. 30.238.000,- (tiga puluh juta dua
ratus tiga puluh delapan ribu rupiah; dan membayar ganti rugi
immaterial sebesar Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus
juta rupiah) secara tanggung renteng;
6. Bahwa, secara hukum, Penggugat sangat membutuhkan adanya
kepastian Tergugat I dan Tergugat II membayar ganti rugi kepada
Penggugat tepat waktu sesuai isi putusan perkara ini. Namun
demikian, sangat terbuka bagi Tergugat I dan Tergugat II untuk
membangkang terhadap isi putusan a quo. Guna melindungi
kepentingan hukum Penggugat serta menegakkan wibawa putusan
hakim dalam perkara ini, adalah beralasan hukum bila Penggugat
menuntut agar I dan Tergugat II secara tanggung renteng dihukum
membayar uang paksa (dwangsom) kepada Penggugat sebesar
Rp. 2.500.000,-(dua juta lima ratus ribu rupiah) per hari apabila
10
10
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Tergugat I dan tergugat II lalai memenuhi isi putusan ini terhitung
sejak putusan diucapkan dalam persidangan;
7. Bahwa, Penggugat memiliki kepentingan hukum agar gugatan
Penggugat tidak sia-sia (Illusoir), guna melindungi kepentingan
tersebut, serta guna memberi efek pengikat (binding effect) agar
Tergugat I dan Tergugat II melaksanakan isi putusan dalam perkara
ini secara taat dan konsekuen, maka seyogyanyalah Penggugat
mohon agar Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan
mengadili perkara ini berkenan meletakkan sita jaminan
(conservatoir beslag) tanah beserta bangunan Rumah Sakit RK.
Charitas yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman No. 1054
Palembang-30129;
8. Bahwa gugatan Penggugat telah didasarkan pada bukti absah, oleh karena itu,
cukup beralasan bila kami mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menyatakan putusan dalam perkara ini
dapat dilaksanakan terlebih dulu (uit voorbaar bij voerraad) walaupun ada upaya
hukum verzet, banding, maupun kasasi atau upaya hukum lainnya dari para
Tergugat;
Berdasarkan legal argument di muka, maka seyogyanyalah
Penggugat mohon kiranya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palembang,
berkenan memeriksa dan mengadili perkara ini seadil-adilnya, sesuai
ketentuan hukum dan moral keadilan, selanjutnya menjatuhkan putusan,
yang amarnya, antara lain berbunyi:
A. Dalam Sita Jaminan
1. Mengabulkan permohonan sita jaminan (revindicatoir beslag)
yang diajukan Penggugat terhadap tanah beserta bangunan
11|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
berupa Rumah Sakit RK. Charitas yang beralamat di Jalan Jendral
Sudirman No. 1054 Palembang-30129;
2. Menetapkan meletakkan sita jaminan terhadap tanah beserta
bangunan berupa Rumah Sakit RK. Charitas yang beralamat di
Jalan Jendral Sudirman No. 1054 Palembang-30129;
3. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah diletakkan juru sita terhadap
tanah beserta bangunan berupa Rumah Sakit RK. Charitas yang beralamat di Jalan
Jendral Sudirman No. 1054 Palembang-30129;
B. Dalam Pokok Perkara
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk
seluruhnya;
2. Menyatakan Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan Perbuatan
Melawan Hukum yang menyebabkan meninggalnya anak
Penggugat bernama Davina Wahyudi;
3. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng membayar ganti
rugi material kepada Penggugat sebesar Rp. 30.238.000,- (tiga puluh juta dua ratus
tiga puluh delapan ribu rupiah) secara tunai dan seketika;
4. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng membayar ganti
rugi immateril kepada Penggugat sebesar Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima
ratus juta rupiah) secara tunai dan seketika;
5. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tangung renteng membayar uang
paksa (dwangsom) kepada Penggugat sebesar Rp. 2.500.000,-(dua juta lima ratus
ribu rupiah) per hari, setiap hari Tergugat I dan II lalai memenuhi isi putusan
perkara ini terhitung sejak di ucapkan di persidangan;
12
12
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
6. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan terlebih
dahulu, walaupun ada upaya verzet, banding, kasasi atau upaya
hukum lainnya;
7. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng
membayar semua biaya yang timbul dalam perkara ini;
Dalam hal Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat lain, mohon putusan
yang seadil-adilnya, sesuai hukum dan moral keadilan (ex aequo et
bono);
Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan untuk
Penggugat hadir diwakili oleh Kuasanya, untuk Tergugat I dan Tergugat II
masing-masing hadir diwakili oleh kuasanya;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha untuk mendamaikan
kedua belah pihak melalui lembaga mediasi dengan mediator ELLY
NURYASMIN, SH, MH., Hakim Pengadilan Negeri Palembang, tetapi tidak
berhasil sesuai dengan laporan Hakim Mediator tersebut tertanggal 27 Agustus
2013, maka sidang dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan yang isinya
tetap dipertahankan oleh Penggugat;
Menimbang, bahwa terhadap surat gugatan Penggugat tersebut Tergugat
I dan Tergugat II masing-masing mengajukan jawaban tertanggal 19
September 2013 sebagai berikut:
Jawaban Tergugat I:
DALAM EKSEPSI
Bahwa Tergugat I dengan tegas menolak seluruh dalil-dalil Penggugat kecuali yang diakui
secara tegas dalam gugatan ini.
13|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
GUGATAN YANG DIAJUKAN PENGGUGAT BERSIFAT KABUR
(OBSCUUR LIBELLUM)
Surat Gugatan Tidak Terang Isinya
1. Bahwa Penggugat dalam menyusun gugatannya tidak terang
isinya, oleh karena antara satu dengan yang lain saling
kontradiksi, dengan sederhana hal ini dapat dilihat dari huruf B.1
angka 1 bagian 1.1 gugatan Penggugat, dimana satu sisi
Penggugat menyatakan Tergugat I telah melakukan perawatan
seadanya yang tidak kompatibel dengan keadaan Davina Wahyudi
yang berada dalam keadaan gawat medis yang menurut
Penggugat merupakan perbuatan melawan hukum, namun disisi
lain pada huruf B.1 angka 1 bagian 1.2 Penggugat menjelaskan
bahwa Tergugat I telah mengambil tindakan medis dalam rangka
merawat Davina Wahyudi, sehingga tidak jelas perbuatan
melawan hukum apa yang dituduhkan oleh Penggugat terhadap
Tergugat I;
2. Bahwa dengan formulasi gugatan Penggugat yang saling
bertentangan sebagaimana diuraikan diatas, jelas dan tidak
terbantahkan lagi gugatan Penggugat menjadi tidak jelas dan
menjadi kabur (obscuur libel);
3. Bahwa berdasarkan uraian di atas maka kami mohon kepada Yang
Mulia Majelis Hakim untuk menolak gugatan Penggugat atau
setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
diterima (niet ontvankelijk verklaard).
DALAM POKOK PERKARA
Tindakan Medis yang dilakukan oleh Tergugat I terhadap Davina
Wahyudi (anak Penggugat) telah memenuhi standar
14
14
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
operasional prosedur rumah sakit maupun standar operasional
prosedur dokter spesialis anak atau disebut telah lege artis;
1. Mohon perhatian Yang Mulia Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Palembang yang memeriksa perkara a quo, bahwa seluruh dalil-
dalil yang Tergugat I uraikan pada bagian Dalam Eksepsi, mohon
dianggap sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
bagian Dalam Pokok Perkara a quo;
2. Bahwa Tergugat I menyangkal dan menolak seluruh dalil-dalil yang
dikemukakan oleh Penggugat dalam gugatan a quo kecuali yang
secara tegas diakui kebenarannya oleh Tergugat I secara mutatis-
mutandis dan dianggap sebagai hal yang menguntungkan
Tergugat I;
3. Bahwa Tergugat I adalah dokter spesialis anak yang memiliki izin
praktek di Rumah Sakit Tergugat II;
4. Bahwa benar Davina Wahyudi (pasien/anak Penggugat) pernah
menjadi pasien Tergugat I yang mendapatkan perawatan di Rumah
Sakit Tergugat II pada tanggal 5 Oktober 2012 sejak pukul 06.35
WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB, yang sebelumnya
merupakan rujukan dari Rumah Sakit Myria Palembang;
5. Bahwa pasien pada pukul 06.35 WIB tiba di Bagian Gawat Darurat,
dengan keluhan demam selama 3 hari, muntah-muntah, mencret,
kejang-kejang disertai dengan suhu badan pasien mencapai 40º C
(empat puluh derajat celcius). Kedatangan pasien langsung
diterima oleh dokter jaga di Bagian Gawat Darurat (“BGD”) dan
dalam waktu kurang dari 2 menit dokter jaga langsung melakukan
assesmen klinis terhadap pasien;
15|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
6. Bahwa pada pukul 06.45 WIB Tergugat II melalui Dokter Jaga
menghubungi Tergugat I mengkonsultasikan kondisi pasien
sebagaimana angka 5 dan Dokter Jaga Tergugat II juga
menyampaikan bahwa pasien tiba-tiba kejang sehingga diberikan
obat anti kejang, obat penurun panas suppos (via dubur) serta
pemasangan catheter (sebagai monitoring cairan serta untuk
mengalirkan air kencing);
7. Bahwa atas informasi yang disampaikan oleh dokter jaga
sebagaimana angka 5 dan 6 diatas, Tergugat I menginstruksikan
secara terarah kepada dokter jaga untuk memberikan terapi-terapi
lanjutan infus yang berguna untuk menstabilkan cairan dalam
tubuh pasien, obat-obatan yang berguna untuk menurunkan
demam dan panas, serta menganjurkan agar dilakukan
pemeriksaan laboraturium untuk mengetahui penyebab demam
pasien, pemberian instruksi tersebut telah sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Penderita
di Ruang Darurat Non Bedah Rumah Sakit Tergugat II
Nomor 02/D.3/2005;
8. Bahwa setelah kondisi pasien stabil maka pada Pukul 09.25 WIB
pasien diantar ke ruang ICU (Intensive Care Unit), hal tersebut
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
berlaku di Rumah Sakit Tergugat II yang menghendaki agar
sebelum pasien masuk ke ruangan ICU (Intensive Care
Unit) harus dilakukan masa stabilisasi hemodinamik yang
merupakan proses menstabilkan gangguan pada tubuh
baik pada aliran darah maupun keseimbangan cairan tubuh
16
16
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pasien, hal demikian dapat dilakukan di Bagian Gawat Darurat
(BGD);
9. Bahwa pada Pukul 09.30 WIB pasien diterima oleh dokter jaga di
bagian ICU, selanjutnya dilakukan anamnesa kembali, dari hasil
anamnesa tersebut didapat informasi pasien suhu badan panas
tinggi, muntah-muntah, diare/mencret dan mengalami kejang.
Kemudian dokter melakukan pemeriksaan fisik ulang, didapatkan
keadaan umum pasien sakit berat, kesadaran menurun namun
masih dapat bereaksi, pernafasan reguler, nadi teraba cepat, isi
dan tekanan cukup, capillary refill time kurang dari 2 detik,
auskultasi vesikuler (suara nafas normal), perut tampak kembung,
terpasang O², infus pump di tangan kiri serta chateter, urin +
warna kuning jernih;
10. Bahwa selanjutnya pada pukul 09.35 WIB Tergugat I visit
ditempat pasien, setelah melihat kondisi fisik serta catatan medis
yang ada, pasien di diagnosa banding dengan hasil pasien
mengalami kejang dengan demam kompleks ec hyperpreksia
(panas sangat tinggi) + gastro enteriris (muntah berak) dengan
dehidrasi sedang-berat, encephalopathy metabolik ec
gastroenteris dehidrasi sedang-berat, encephalitis (radang otak),
oleh karenanya guna mengatasi penyakit pasien dimaksud,
Tergugat I memberikan instruksi kepada perawat untuk
memberikan infus dan injeksi, serta obat-obatan untuk mengatasi
demam, sedangkan untuk mengatasi kembung dilakukan
pemasangan NGT (nasogastric tube). Tergugat I selalu berpesan
baik kepada dokter jaga maupun kepada perawat agar kondisi
17|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pasien selalu dimonitor dan diperhatikan serta selalu dilaporkan
kepada Tergugat I;
11. Bahwa meskipun kondisi pasien selalu di observasi secara
ketat dan telah diberikan terapi-terapi yang sesuai, namun kondisi
pasien tidak sesuai dengan apa yang diinginkan termasuk pasien
mengalami sesak nafas. Atas kondisi tersebut, Tergugat I
mengusulkan untuk dipasang intubasi, orang tua pasien yang
berada di luar ICU dipanggil untuk diberikan penjelasan tentang
pentingnya pemasangan intubasi, resiko yang mungkin terjadi
serta besarnya biasa pemasangan, dan atas penjelasan tersebut
orang tua pasien menyetujui dan menandantangani surat
persetujuan (informed consent);
12. Bahwa selanjutnya Tergugat I melakukan pemasangan
intubasi serta fungsi setting ventilator dan kondisi pasien mulai
membaik. Namun Tergugat I tetap menyarankan agar perawatan
intensif tetap dilakukan serta memerintahkan agar dokter jaga di
ruang ICU selalu melakukan pemantauan serta melaporkan
perkembangan pasien kepada Tergugat I agar perawatan dapat
optimal;
13. Bahwa pada pukul 16.00 WIB Tergugat I mendapatkan berita
dari Tergugat II pasien telah meninggal dunia;
PENGGUGAT TELAH BERITIKAD BURUK DENGAN MEMANIPULASI
FAKTA YANG SENYATA-NYATANYA TERJADI
14. Bahwa dalil Penggugat pada gugatan huruf A angka 8
(delapan), yang menyatakan bahwa anak Penggugat (pasien) baru
pada pukul 10.45 WIB bisa dibawa ke ruang ICU adalah
pernyataaan yang salah, yang sebenarnya terjadi adalah
18
18
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
sebagaimana Jawaban Tergugat I pada angka 9 diatas yang
menyatakan bahwa pasien masuk ke Ruangan ICU pada pukul
09.30 WIB setelah pasien mendapatkan tindakan penstabilan
kondisi di ruang BGD. Jika Pasien langsung dimasukkan ke ICU
tanpa dilakukan tindakan penstabilan dulu, maka hal demikian
akan menyalahi SOP Rumah sakit;
15. Bahwa Para Tergugat selalu melakukan segala upaya
terbaik untuk kesembuhan pasien, tidak terkecuali kepada anak
Penggugat. Begitu pasien datang di Ruangan BGD, dokter dan
perawat telah siap untuk menangani pasien serta tindakan yang
sifatnya darurat segera dilakukan, jika hal tersebut diperlukan.
Terhadap pasien a quo selama di BGD juga telah dilakukan
serangkaian tindakan memberikan terapi-terapi sebagaimana
angka 6,7, 8 Jawaban Tergugat I diatas, oleh karenanya
pernyataan Penggugat pada huruf A angka 9 (sembilan) gugatan
Penggugat yang pada pokoknya menyatakan bahwa selama
pasien berada di ruang UGD hanya mendapatkan perawatan
berupa tes laboraturium sampel darah, suntik dubur serta infuse
adalah hal yang tidak berdasar;
16. Bahwa Tergugat I menolak dalil-dalil Penggugat pada huruf
A angka 8 (delapan) gugatan Penggugat, yang menyatakan bahwa
anak Penggugat (pasien) baru pada pukul 10.45 WIB bisa dibawa
ke ruang ICU, karena sebagaimana penjelasan Tergugat I pada
angka 9 diatas, perlu dilakukan penstabilan kondisi pasien
sebelum di bawa ke ICU, pasien mulai stabil pada pukul 09.25 dan
segera diantarkan ke ruang ICU (Intensive Care Unit);
19|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
17. Bahwa dalil Penggugat pada huruf A angka 9 (sembilan)
gugatan Penggugat, yang berbunyi sebagai berikut:
“...Bahwa sejak pukul 06.00 WIB sampai pukul 10.45
WIB (hampir lima jam) Davina Wahyudi berada di
ruang UGD dan hanya mendapat perawatan berupa
tes laboraturium sampel darah dan suntik dubur
(pantat) untuk menahan rasa sakit serta infuse.
Almarhum belum mendapatkan penanganan dari
dokter spesialis yang ditunjuk oleh Rumah Sakit RK.
Cahritas yang bertanggung jawab untuk menangani
pasien yaitu dr Silvia Triratna, Sp.A (K) (Tergugat I).”
Merupakan dalil yang tidak benar, karena sebelum Tergugat I
melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien pada pukul 09.35
WIB, Tergugat I melalui Dokter Jaga telah memberikan terapi-terapi
sebagaimana angka 7 Jawaban Tergugat I diatas yang telah sesuai
untuk kondisi klinis pasien dan sesuai Standar Operasional Prosedur
(SOP) keilmuan Tergugat I serta SOP yang berlaku di Rumah Sakit
Tergugat II;
18. Bahwa dalil Penggugat pada huruf A angka 10 (sepuluh)
gugatan Penggugat yang menerangkan sebagai berikut:
“...Dr. Silvia Triratna, Sp.A (K) (Tergugat I) baru datang
pada pukul 11.10 WIB langsung menanyakan
kronologis sebelum pasien sakit. Dr. Silvia Triratna,
Sp.A (K)/ Tergugat I juga tidak memberikan penjelasan
apapun tentang kondisi yang dialami oleh pasien
maupun tindakan yang akan dilakukan terhadap
20
20
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pasien, jadi hanya melakukan pemeriksaan (visite)
seadanya.”
Serta dalil Penggugat pada huruf A angka 11 (sebelas) gugatan
Penggugat yang menerangkan sebagai berikut:
“...Bahwa, tindakan Tergugat I hanya melakukan
pemeriksaan dan perawatan seadanya tidaklah
kompatible untuk kondisi Davina Wahyudi yang
berada di ruang ICU yang dalam pandangan awam
berada dalam kondisi kegawatan medis.”
Dalil Penggugat tersebut tidak sesuai dengan fakta yang senyata-
nyatanya terjadi, Tergugat I maupun Tergugat II telah memberikan
penjelasan baik secara lisan maupun tertulis kepada orang tua
pasien, disamping itu Tergugat I sebagai dokter penanggung jawab
pasien telah melakukan tindakan medis serta memberikan
pengobatan yang sesuai dengan kondisi klinis pasien, seluruh
tindakan medis yang dilakukan oleh Tergugat I terhadap pasien juga
telah mendapatkan persetujuan tertulis (informed consent) dari
keluarga pasien termasuk namun tidak terbatas pada pemasangan
intubasi;
19. Bahwa dalil Penggugat pada huruf A angka 12 gugatan,
Penggugat tampak tidak memahami maksud dari kutipan
Penggugat yang pada pokoknya menjelaskan bahwa tindakan
Tergugat I secara normatif telah bertentangan dengan ketentuan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/ SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit, Penggugat
mengartikan dengan salah maksud dari Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit bagian Gawat Darurat, karena pada Lampiran 1
21|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit angka 1
Jenis Pelayanan: Gawat Darurat, Indikator: Waktu tanggap
Pelayanan Dokter di Gawat Darurat, Standarnya ≤ 5 menit,
jelas mengartikan bahwa waktu tanggap tersebut ditangani
oleh dokter di Bagian Gawat Darurat bukan oleh Dokter
Penanggung Jawab Pasien atau Tergugat I in casu, Dokter
Jaga di Bagian Gawat Darurat Rumah Sakit Tergugat II memberikan
respon cepat kurang dari 2 menit sejak kedatangan pasien;
20. Bahwa dalil Penggugat pada huruf A angka 13 (tiga belas)
yang menyatakan bahwa tindakan Tergugat I dan Tergugat II jelas-
jelas bertentangan dengan Pasal 51 Undang-undang No. 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran yang mengatur bahwa:
“Dokter atau dokter gigi dalam melaksananakan praktik
kedokteran mempunyai kewajiban:
a. Memberikan pelayanan medis sesuia dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.
b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan sesuatu pemeriksaan atau pengobatan.
c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya; dan
22
22
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau dokter gigi.”6
Dalil Penggugat tersebut telah menuduh Tergugat I tanpa dasar
yang jelas, karena seluruh tindakan medis yang dilakukan oleh
Tergugat I terhadap pasien (anak Penggugat) telah sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di
Rumah Sakit Tergugat II maupun SOP bidang keilmuan
Tergugat I termasuk namun tidak terbatas telah melakukan
pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan terhadap
pasien, dan memberikan pengobatan yang sesuai dengan
kebutuhan medis pasien;
21. Bahwa dalil Penggugat pada angka 14 (empat belas) dan 15
(lima belas) adalah dalil yang menyesatkan, yang menyatakan
pada pukul 13.45 WIB Penggugat dipanggil suster dan ditunjukkan
bahwa beban nafas pasien mulai berat disebabkan adanya cairan
yang merendam paru-paru, karena pada pukul 13.00 WIB pada
saat dilakukan observasi termasuk dan tidak terbatas terhadap
kondisi paru-paru pasien vasikuler menunjukkan tidak adanya
cairan yang merendam paru-paru pasien;
22. Bahwa Tergugat I menolak dalil penggugat pada angka 17,
yang menyatakan:
“...Bahwa ternyata pemasangan alat bantu nafas yang
dimasukkan melalui mulut tidak dilakukan oleh Tergugat
I, melainkan hanya dilakukan oleh perawat jaga yang
selalu berkoordinasi melalui telpon untuk mendapatkan
instruksi pemasangan alat bantu pernafasan tersebut.”
23|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Dalil Penggugat tersebut sangat mengada-ada, manipulatif dan
tidak berdasar, karena pada pukul 13.30 WIB setelah dipersiapkan
seluruh peralatan untuk melakukan pemasangan intubasi
sebagaimana yang telah Tergugat I uraikan pada angka 11 dan 12
diatas, maka Tergugat I melakukan pemasangan alat bantu nafas/
intubasi terhadap pasien, dilakukan juga setting ventilator yang
dibantu oleh dokter jaga ICU dan perawat, keseluruhannya tercatat
dalam catatan keperawatan secara komputerisasi;
23. Bahwa dalil Penggugat pada huruf A angka 18 gugatan
Penggugat yang berbunyi sebagai berikut:
“...Perbuatan Tergugat I jelas-jelas bertentangan dengan
Pasal 68 Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan yang mengatur: Pemasangan implant obat
dan/ atau alat kesehatan kedalam tubuh manusia hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan
di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.”
Merupakan dalil yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi,
Tergugat I merupakan tenaga medis yang berkompeten dan
memiliki legalitas untuk melakukan tindakan medis yang diperlukan
guna membantu menyelamatkan pasien, termasuk melakukan
pemasangan alat bantu pernafasan/ intubasi yang sebelumnya telah
dijelaskan Tergugat I kepada orang tua pasien mengenai pentingnya
pemasangan, resiko yang mungkin terjadi dan mendapatkan
persetujuan. Kembali Tergugat I tegaskan bahwa seluruh tindakan
medis yang dilakukan terhadap pasien di lakukan sesuai dengan
SOP yang berlaku di Rumah Sakit Tergugat II;
24
24
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
24. Bahwa Tergugat I telah melakukan upaya yang maksimal
untuk menyelamatkan pasien, telah memberikan terapi-terapi
yang sesuai serta tindakan medis yang perlu dan berguna untuk
menyelamatkan pasien namun kondisi fisik pasien yang semakin
menurun menyebabkan nyawa pasien tidak dapat tertolong.
Mohon perhatian Yang Mulia Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Palembang yang memeriksa perkara a quo, bahwa hubungan
hukum antara dokter dengan pasien merupakan suatu
tindakan usaha yang maksimal (inspanningverbintenis),
dimana dokter tidak pernah menjanjikan kesembuhan
terhadap Pasiennya, namun baik dokter maupun pasien
saling berusaha semaksimal mungkin untuk mengupayakan
kesembuhan dan kesehatan Pasien, dimana hasil dari
usaha tersebut bergantung pada keadaan individual
masing-masing Pasien;
25. Bahwa setiap dan seluruh dalil-dalil yang telah dikemukan
oleh Penggugat dalam gugatan a quo secara keseluruhan
merupakan dalil-dalil yang dangkal, penuh kebohongan, tidak
berdasar dan tidak sesuai dengan seluruh fakta-fakta yang
senyata-nyatanya terjadi, dengan demikian Tergugat I, menolak
secara tegas seluruh dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat
dalam gugatan a quo, yang pada intinya menyatakan Tergugat I
melakukan Perbuatan Melawan Hukum terhadap Penggugat,
karena kembali Tergugat I tegaskan bahwa seluruh tindakan medis
yang dilakukan oleh Tergugat I terhadap Penggugat di Rumah Sakit
Tergugat II telah sesuai dengan Standar Profesi dan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku, dan dapat
25|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dipertanggung jawabkan secara hukum, selain itu tindakan medis
yang dilakukan oleh Tergugat I terhadap Penggugat bukan
merupakan indikasi Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana yang
didalilkan oleh Penggugat dalam gugatan a quo, karena seluruh
rangkaian tindakan medis yang telah dilakukan oleh Tergugat I
terhadap Penggugat sama sekali tidak memenuhi unsur-unsur
Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana ditentukan oleh hukum
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
26. Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah Tergugat I kemukakan
di atas, menjadi terang dan jelas kiranya bahwa seluruh dan setiap
dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat dalam gugatan a quo,
terbukti secara nyata merupakan dalil-dalil yang tidak mendasar,
penuh kebohongan dan tidak sesuai dengan fakta-fakta yang
senyata-nyatanya terjadi, yang telah dikemukakan oleh Penggugat
semata-mata demi mengaburkan pertimbangan hukum Yang Mulia
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palembang yang memeriksa
perkara a quo;
27. Dengan demikian sudah sepatutnya agar Yang Mulia Majelis
hakim Pengadilan Negeri Palembang yang memeriksa perkara a
quo, untuk mengabaikan seluruh dalil-dalil yang dangkal,
manipulatif, penuh kebohongan dan tidak berdasar yang telah
dikemukakan oleh Penggugat dalam gugatan a quo, atau setidak-
tidaknya menyatakan dalil-dalil tersebut tidak dapat diterima (niet
ontvankelijk verklaard);
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dengan ini Tergugat mohon kiranya
Yang Mulia Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palembang yang memeriksa
perkara a quo berkenan untuk memutuskan:
26
26
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
DALAM EKSEPSI
• Menerima eksepsi Tergugat I untuk seluruhnya;
• Menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan
gugatan yang Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk
verklaard);
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya atau setidak-
tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
diterima (niet ontvankelijk verklaard);
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya yang
timbul dalam perkara ini.
ATAU
Apabila Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palembang yang
memeriksa perkara a quo berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et
bono).
Jawaban Tergugat II;
DALAM EKSEPSI.
GUGATAN PENGGUGAT OBSCUUR LIBEL.
1. Bahwa dalil gugatan Penggugat yang pada pokoknya menyatakan Tergugat
II telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum, sedangkan hubungan
hukum antara anak Penggugat selaku Pasien dengan Tergugat I maupun
Tergugat II dalam suatu pelayanan kesehatan merupakan suatu
PERJANJIAN TERAPEUTIK, yaitu suatu Perjanjian dimana dokter
berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan pasien dari
27|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
penderitaannya atau lazim disebut dengan INSPANNING VERBINTENIS
yaitu suatu Perjanjian Usaha atau Ikhtiar, bukan yang pasti;
2. Bahwa perbedaan antara Perbuatan Melawan Hukum dengan suatu
Perjanjian, pada pokoknya adalah dimana dalam Perbuatan Melawan
Hukum –TIDAK PERNAH ADA KATA SEPAKAT - sedangkan didalam
Suatu Perjanjian –DIMULAI DENGAN KATA SEPAKAT - .
Oleh karena nya hubungan hukum antara Pasien Anak Penggugat dengan
Tergugat I dan Tergugat II dikatakan Suatu Perjanjian (Perjanjian Terapeutik),
karena dimulai dengan kata sepakat atau adanya INFORMED CONCENT
atau adanya PERSETUJUAN MEDIK, dimana Tergugat I dan Tergugat II
menyatakan bersedia melakukan Perawatan kepada pasien anak Penggugat
dan Penggugat telah menyatakan persetujuan agar anak Penggugat dirawat,
dan dilakukan tindakan medis umum, dan tindakan kedokteran, juga
persetujuan perawatan di ICU/ICCU. sebagaimana terbukti :
1. Penggugat telah memberikan Persetujuan untuk Rawat Inap, pada
tanggal 5-10-2012 (formulir RM 2J).
2. Penggugat telah memberikan Persetujuan Tindakan Medis Umum pada
tanggal 5-10-2012 (formulir RM.15).
3. Penggugat telah memberikan Persetujuan Rawat di ICU/ICCU, pada
tanggal 5-10-2012 (Formulir RM.17).
4. Penggugat telah memberikan Persetujuan Tindakan Kedokteran pada
tanggal 5-10-2012 (formulir RM.35).
3. Bahwa dengan dalil Penggugat yang mengatakan Tergugat II telah
melakukan Perbuatan Melawan Hukum menjadikan gugatan Penggugat
28
28
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Obscuur Libel, karena DALAM POSITA MENJADI TIDAK JELAS DASAR
HUKUMNYA.
Berdasarkan uraian diatas, kiranya Majelis Hakim secara hukum berkenan
menolak Gugatan Penggugat secara keseluruhan atau menyatakan Gugatan
Penggugat tidak dapat diterima, dan menghukum Penggugat untuk membayar
biaya perkara;
DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa dalil dalam Eksepsi diberlakukan pula dalam Pokok Perkara ini yang
merupakan satu kesatuan utuh tidak terpisahkan.
2. Bahwa Tergugat II menolak dengan keras seluruh dalil-dalil Gugatan
Penggugat karena tidak benar dan tidak berdasarkan hukum, kecuali yang
dinyatakan dengan tegas tentang kebenarannya oleh Tergugat II.
3. Bahwa dalil Penggugat pada Poin A tentang Peristiwa Hukum angka 6
sampai angka 13 yang mengatakan pada pokoknya “ bahwa sejak pukul
06.00 WIB sampai pukul 10.45 WIB (hampir lima jam) berada diruang UGD,
pasien anak Penggugat yang bernama Davina Wahyudi hanya mendapat
perawatan berupa tes laboratorium dan suntik dubur untuk menahan rasa
sakit serta infus dan baru pukul 10.45 WIB anak Penggugat dibawa keruang
ICU….adalah dalil yang tidak benar dan mengada-ada serta tidak
berdasarkan hukum, patut ditolak dengan tegas, karena FAKTA HUKUM
YANG SEBENARNYA sebagai berikut ;
Tanggal 5 Oktober 2012
Pukul 06.25 Wib
29|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Pasien (Davina Wahyudi) anak Penggugat datang ke BGD Rumah Sakit
RK. Charitas (Tergugat II) atas rujukan dari RS. Myria dengan terpasang
infuse D5% 100cc + 1gr ceftriaxone.
Pukul 06.27 Wib.
• Setiba di BGD Rumah Sakit RK. Charitas (Tergugat II) tersebut, dokter Jaga
BGD Tergugat II langsung melakukan assesmen klinis dan dilakukan
pengukuran tanda-tanda vital ; BB :31 Kg, Kesadaran : sadar penuh, Nadi :
135x/menit, TD : 130/64, RR : 45x/menit, Suhu : 400 C, GDS : 128 mg/dL.
Saat itu keluarga mengatakan pasien anak Penggugat sudah demam
selama 3 (tiga) hari, disertai muntah dan mencret, saat dirumah, anak
Penggugat sempat kejang.
Bahwa pada saat itu RESPON TIME dokter jaga dan perawat Tergugat II
cukup cepat yakni hanya berselang 2(dua) menit dari waktu kedatangan
pasien.
Pukul 06.35 Wib
• Pasien anak Penggugat tiba-tiba kejang, dokter jaga BGD Tergugat II
segera mengatasi kejang dengan pemberian anti kejang, obat penurun
panas suppose (via dubur), dan pemasangan catheter untuk monitoring
cairan.
Pukul 06.46 WIB.
• Dokter jaga BGD Tergugat II menghubungi dr. Silvia T, Sp.A (Tergugat I),
saran Tergugat I rawat di ICU, lalu Perawat Tergugat II melakukan
observasi tanda-tanda vital, TD : 114/65, Nadi : 181x/menit,
Pernafasan :53x/menit, Saturasi O2 : 99%;
30
30
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Dokter Jaga BGD Tergugat II kemudian menjelaskan kepada keluarga pasien,
bahwa pasien anak Penggugat perlu dirawat di ICU dan keluarga pasien
setuju.
Selama masa penstabilan hemodinamik di BGD, pasien anak Penggugat
lalu diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium, terapi sesuai
INSTRUKSI Tergugat I selaku dokter penanggung jawab dan selama itu
terus dilakukan monitoring tanda-tanda vital secara ketat oleh Tergugat
II.
Pukul 07.45 WIB.
• Pasien anak Penggugat dilakukan pengukuran tanda-tanda vital,
TD :114/65, Nadi : 181x/menit, Pernafasan : 38x/menit, Suhu : 40, 50C
Saturasi 02 :99%.
Pukul 08.40 WIB.
• Pasien anak Penggugat kejang lagi, oleh dokter jaga BGD Tergugat II,
pasien anak Penggugat diperiksa lagi dan diberi obat anti kejang.
Bahwa pada saat awal pasien anak Penggugat masuk Rumah Sakit Tergugat
II, keluarga pasien diminta untuk mengurus administrasi pendaftaran dan
TIDAK DIMINTA UNTUK MEMBERIKAN UANG MUKA/BIAYA
PERAWATAN. Dan selama di BGD Perawat dan dokter jaga Tergugat II,
telah memonitoring pasien anak Penggugat terus dilakukan secara
berkala dan sudah sesuai dengan prosedur dan standard pelayanan
perawatan dan pengobatan.
Pukul 09.25 WIB.
• Pasien anak Penggugat diantar keruang ICU.
31|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Pukul 09.30 WIB.
• Pasien anak Penggugat diterima di General ICU oleh dokter jaga ICU dan
perawat Tergugat II dan sesuai dengan PROTAP dilakukan pengkajian
perawatan, Anamnesa dilakukan kepada Ibu Pasien, Keluarga mengatakan
pasien kejang 1 kali pukul 03.00 subuh, pasien anak Penggugat tampak
gelisah dan akral teraba dingin.
Pukul 09.32 WIB,
• Dilakukan Observasi kesadaran pasien dengan keadaan umum sakit berat,
kesadaran spoor, GCS E2M5V2, pupil isokor 3mm/3mm reaksi (+),
pernafasan regular, auskultasi vesikuler, perut tampak kembung, terpasang
02 via NRM 2L/m, infuse pump ditangan kiri RL.20cc/jam, tangan kanan
20cc/jam, dari catheter urine mengalir urine kuning jernih,
Hasil AGD Asidosis metabolic terkompensasi sebagian PH : 7.335 ; pco2 :
19.4, p02 :96.4, HC03.10.4 ; BE : -15.7.
Bahwa dari sejak masuk ke BGD Tergugat II, pasien anak Penggugat sudah
diberi terapi yang sesuai yaitu pemberian obat anti kejang, obat penurun panas
dan kolaborasi dengan dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yaitu
Tergugat I.
Pukul 09.35 WIB.
• Dr. Silvia (Tergugat I) visite pasien, lalu memberi INSTRUKSI dan
menulis pada status awal diagnosa kerja sementara : kejang demam
kompleks + encephalopathy metabolic e.c GEAD sedang-berat + observasi
encephalitis.
INSTRUKSI dr. Silvia T, Sp.A (Tergugat I) dijalankan oleh perawat
Tergugat II yaitu infuse diganti asering 120cc/jam dan KAEN 3B 80cc/jam
32
32
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
(selama 3 jam), injeksi Midazolam 3.5mg IV dan injeksi Dilantin 1 ampul
dalam 50cc NaCI habis dalam 30 menit.
Bahwa pasien anak Penggugat diobservasi secara ketat oleh Perawat ICU
Tergugat II berkolaborasi dengan dokter jaga ICU Tergugat II, dimana tiap
perawat ICU Tergugat II khusus merawat 1-2 pasien saja.
Oleh karenanya, Pemeriksaan dan Perawatan serta tindakan kedokteran yang
dilakukan oleh Tenaga Kesehatan dari Tergugat II sudah tepat secara ketat
dan compatible dengan mengobsservasi tanda-tanda vital dan berkolaborasi
dengan Dokter Penanggung Jaqwab Pelayanan (DPJP) yaitu Tergugat I, untuk
melakukan tindakan life saving, Dan juga perawat beserta dokter jaga Tergugat
II selalu memberikan informasi mengenai tindakan-tindakan kedokteran yang
membutuhkan persetujuan dari keluarga pasien.
Dari uraian diatas, jelas secara hukum tindakan Tergugat II tidak
bertentangan atau TELAH SESUAI dengan Pasal 51 UU No.29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran.
4. Bahwa dalil Penggugat pada poin A tentang Peristiwa Hukum angka 14 dan
15 yang mengatakan pada pokoknya “…..pukul 13.45 WIB, Penggugat
dipanggil suster dan ditunjukan beban nafas anak Penggugat mulai
berat….penyebab sesak nafas dikarenakan cairan yang merendam paru-
paru, kemungkinan diakibatkan cairan infuse yang masuk tidak terkontrol…”
adalah dalil yang bohong dan mengada-ada, patut ditolak dengan
tegas, karena FAKTA HUKUM YANG SEBENARNYA sebagai berikut ;
Pukul 13.00 WIB.
33|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Pasien anak Penggugat diobservasi : keadaan umum tampak sakit berat,
kesadaran sopor GCS E2M4V1, Pupil isokor 3mm/3mm, reaksi (+)
auskultasi :
paru-paru vesikuler (menunjukan tidak adanya tanda cairan yang
merendam patu-paru), nafas sesak, terpasang oksigen 1 liter pe menit via
Rebreathing Mask, urin via catheter kuning jernih, cairan lambung yang
dialirkan berwarna kecoklatan, akral teraba dingin, nadi teraba lemah di A
Brachialis, TD. 126/61, Nadi ; 210-220x/menit, pernafasan 50-55x/menit,
saturasi oksigen 100%.
Berdasarkan observasi tersebut TIDAK ADA CAIRAN YANG MERENDAM
PARU-PARU Pasien Anak Penggugat seperti yang didalilkan dalam gugatan
Penggugat.
5. Bahwa dalil Penggugat pada poin A Tentang Peristiwa Hukum angka 16
sampai angka 20 yang mengatakan pada pokoknya “ …..untuk membantu
pernafasan, suster jaga menyarankan agar dilakukan pemasangan alat
Bantu nafas yang dimasukkan kedalam mulut yang akan dilakukan oleh
Tergugat I…..ternyata pemasangan alat bantu tersebut tidak dilakukan
oleh Tergugat I melainkan hanya dilakukan oleh perawat saja….” adalah
dalil bohong yang mengada-ada, patut ditolak dengan tegas, karena
FAKTA HUKUM YANG SEBENARNYA, sebagai berikut :
Pukul 13.13 WIB.
• Keluarga pasien (ayah dan ibu) dipanggil untuk diberikan keterangan oleh
dokter jaga ICU Tergugat II tentang kondisi pasien dan rencana tindakan
intubasi untuk memasang alat Bantu nafas, dimana juga dijelaskan bahwa
yang akan melakukan intubasi adalah dr, Silvia (Tergugat I), kepada
34
34
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
keluarga juga dijelaskan oleh perawat Tergugat II mengenai biaya
pemasangan alat ini.
Setelah keluarga berunding, keluarga memberi persetujuan dengan
menanda-tangani surat persetujuan tindakan kedokteran.
Pukul 13.25 WIB.
• Perawat ICU dan dokter jaga Tergugat II menyiapkan peralatan intubasi dan
ventilator.
Pukul 13.30 WIB.
• dr. Silvia (Tergugat I) datang untuk melihat pasien dan melakukan
intubasi sendiri, karena pasien anak Penggugat masih gelisah, dr.Silvia
(Tergugat I) menginstruksikan untuk diberi injeksi Midazolam 3,5mg intra
vena pelan, lalu dr.
Silvia (Tergugat I) melakukan intubasi dan dihubungkan dengan
ventilator (modus SIMV+PS), cairan lambung pasien yang mengalir via
NGT berwarna kecoklatan, lalu diberi injeksi Zantac 1 ampul IV.
Pukul 13.40 WIB.
• Pasien anak Penggugat selesai dilakukan intubasi oleh dr. Silvia
(Tergugat I) dan fungsi setting ventilator dilakukan oleh dr. Silvia
(Tergugat I), pengembangan dada tampak simetris TD./126/62, Nadi 125x/
menit, Sinus, saturasi oksigen 99%.
Dari Fakta hukum diatas, jelas Intubasi dan fungsi setting ventilator
dilakukan oleh Tergugat I, BUKAN oleh perawat Tergugat II.
Oleh karenanya TIDAK ADA KELALAIAN atau KESALAHAN yang
dilakukan oleh Perawat Tergugat II
35|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Maka jelas secara hukum Rumah Sakit RK. Charitas (Tergugat II) TIDAK ADA
MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM.
6. Bahwa dalil Penggugat pada Poin B Tentang Perbuatan Melawan Hukum
Tergugat II pada angka 1, 2 dan 3 yang mengatakan pada pokoknya “
Tergugat II telah menelantarkan pasien Dana Wahyudi hampir 5 (lima)
jam berada diruang BGD dan hanya mendapat perawatan seadanya…..,
dan tidak mendapatkan penanganan dari dokter spesialis yang ditunjuk oleh
Tergugat II…..” adalah dalil yang mengada-ada dan sangat tidak
berdasarkan hukum, patut ditolak dengan tegas, karena sebagaimana
telah diuraikan diatas, telah jelas secara hukum Perawat dan dokter jaga
BGD maupun dokter jaga ICU pada Tergugat II telah melakukan
pelayanan medis, SESUAI DENGAN STANDAR PELAYANAN MEDIS
dan SOP, oleh karenanya Tergugat II TIDAK ADA MELAKUKAN
PERBUATAN MELAWAN HUKUM.
Dan tindakan Tergugat II TELAH SESUAI dengan Pasal 45 UU No.29 Tahun
2004 tentang Praktek Kedokteran jo Pasal 2 Peraturan menteri Kesehatan
R.I. No.290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan tindakan
Kedokteran,
dimana Penggugat (orang tua pasien) :
1. TELAH MEMBERIKAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS UMUM pada
tanggal 5 -10- 2012 (formulir RM.15)
2. TELAH MEMBERIKAN PERSETUJUAN RAWAT DI ICU/ICCU pada
tanggal 5-10-2012 (formulir RM.17).
36
36
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3. TELAH MEMBERIKAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN pada
tanggal 5-10-2012 pukul 13.15 WIB.(formulir RM.35).
Dan Penggugat pun didalam menanda-tangani Surat Persetujuan
Tindakan Kedokteran dimaksud telah memahami dan menyadari bahwa
ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan tindakan
kedokteran bukanlah keniscayaan, melainkan sangat tergantung kepada
IZIN TUHAN YANG MAHA ESA.
7. Bahwa pelayanan kesehatan yang telah dilakukan oleh Tergugat II pun,
telah dilakukan Audit Medis oleh Komite Medis, dan KESIMPULAN dari
HASIL AUDIT MEDIS, sebagai berikut ;
• Bahwa pasien anak Penggugat Davina Wahyudi (3 tahun 4 bulan) yang
menjalani masa rawat inap masuk RS.RK. Charitas tanggal 5 Oktober 2012
Pukul 06.25 WIB sampai dengan Pukul 16.00 WIB (10 jam masa perawatan
di RS.RK.Charitas), masuk dengan diagnosa awal : kejang demam
kompleks + Encephalopathy Metabolik karena Gastroententis sedang, dan
diagnosa akhir Encephalitis + encephalopathy karena Gastroententis akut
dengan dehidrasi (diare infeksi yang berdampak terjadi proses di otak).
• Bahwa selama masa perawatan pasien anak Penggugat sudah dilakukan
assesmen klinis, monitoring, pemeriksaan penunjang, terapi dan evaluasi
dengan respon time yang baik dan sesuai dengan standard pelayanan
RS.RK. Charitas (Tergugat II).
• Bahwa pasien anak Penggugat meninggal akibat kegagalan kardiorespirasi
yang dalam perjalanan klinisnya tidak dapat diprediksi sebelumnya,
meskipun sudah dilakukan assesmen dan monitoring sesuai prosedur.
37|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa selama dirawat di ICU RS.RK. Charitas (Tergugat II), pasien anak
Penggugat sudah dikelola oleh Tim RS sesuai dengan standar pelayanan
medias;
Oleh karenanya, TERGUGAT II TIDAK ADA MELAKUKAN PERBUATAN
MELAWAN HUKUM DAN PERAWATAN YANG DILAKUKAN oleh Perawat
dan dokter jaga BGD ataupun dokter jaga ICU pada TERGUGAT II SUDAH
SESUAI DENGAN STANDAR PELAYANAN MEDIS DAN SOP.
8. Bahwa dalil Penggugat pada poin C Tentang Kerugian Penggugat, sangat
tidak berdasarkan hukum, patut ditolak dengan tegas, karena
sebagaimana telah diuraikan diatas, TELAH TERBUKTI SECARA FAKTA
HUKUM, bahwa baik Perawat maupun dokter jaga BGD ataupun dokter
jaga ICU pada Tergugat II TIDAK ADA MELAKUKAN KESALAHAN atau
TIDAK ADA MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM dan MAL
PRAKTEK.
Dan berdasarkan Pasal 45 ayat (2) UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit dengan jelas menyatakan “ Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam
melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia “.
Rumah Sakit baru dapat bertanggung jawab secara hukum terhadap
semua kerugian yang ditimbulkan oleh kelalaian yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di Rumah Sakit sebagaimana Pasal 46 UU No.44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, namun berdasarkan FAKTA HUKUM yang terurai
diatas, jelas secara hukum TIDAK ADA KELALAIAN ATAU KESALAHAN
yang ditimbulkan oleh Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit RK. Charitas
(Tergugat II).
38
38
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Oleh karenanya tuntutan ganti rugi, uang paksa, permohonan sita jaminan
yang didalilkan dan diajukan oleh Penggugat sangat tidak berdasarkan hukum
patut ditolak dengan tegas.
Dari uraian diatas, kiranya Majelis Hakim secara hukum berkenan menolak
Gugatan Penggugat secara keseluruhan dan menghukum Penggugat untuk
membayar biaya perkara;
Menimbang, bahwa selanjutnya Penggugat mengajukan Replik
pada tanggal 1 Oktotor 2013, Tergugat I mengajukan Duplik pada
tanggal 17 Oktober 2013, Tergugat II mengajukan Duplik pada tanggal
17 Oktober 2o13;
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil gugatannya
Pengugat mengajukan bukti surat dari P.1 s/ P.11, sebagai berikut:
1. Foto copy Akta kelahiran No.022993/519/T-1/III/2010 atas nama
Davinahyudi, diberi tanda P.1;
2. Foto copy Kartu Keluarga No.1671071112070002 atas nama Bambang
Suyudi, diberi tanda P.2 ;
3. Foto copy Kartu Tanda Penduduk atas nama Bambang Suyudi , diberi
tanda P.3 ;
4. Foto copy Kwitansi No.007807 biaya perawatan alm Davina Wahyudi
dari Rumas Sakit Myria KM.7 diberi tanda P.4 ;
5. Foto copy Kwitansi No.038466 Pembayaran Biaya perawatan alm
Davina Wahyudi dari Rumah Sakit Charitas ( Tergugat II ) diberi tanda
P.5 ;
39|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
6. Foto copy Foto Alm Davina Wahyudi saat dirawat di rumah sakit
Charitas ( Tergugat II ) diberi tanda P.6;
7. Foto copy Surat keterangan kematian diberi tanda P.7;
8. Foto copy Surat Penyerahan Jenazah Alm Davina Wahyudi, diberi tanda
P.8;
9. Foto copy putusan perkara No.174 / Pdt.G/ PN Plg, diberi tanda P.9;
10.Foto copy Putusan perkara No.105 / Pdt. G/ PT.Plg, diberi tanda P.10;
11.Foto copy Deklarasi Jenewa yang telah diadopsi standar pelayanan,
diberi tanda P.11;
Bahwa bukti P.1 sampai P.11. berupa poto copy telah dicocokkan ternyata
sesuai dengan aslinya, kecuali T.3 dan T.11 tidak ada aslinya dan telah diberi
materai yang cukup untuk itu;
Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti surat Penggugat juga
mengajukan 2 (dua) orang saksi dan 1 (satu) orang Ahli di bawah
sumpah memberikan keterangan yang pada pokonya sebagai berikut:
1. Saksi RAHMAD SYARIFUDDIN
• Bahwa saksi kenal dengan Penggugat Bambang Suyudi, adalah
rekan kerja;
• Bahwa saksi tahu pristiwa anak Penggugat bernama Davina
Wahyudi, waktu itu Jum’at tanggal 5 Oktober 2012, saksi diminta
tolong Penggugat untuk mengantar anaknya karena sakit ke
Rumah Sakit MK Myria;
• Bahwa anaknya Penggugat diantar dari rumahnya Penggugat Jln
Kukorejo, Palembang;
40
40
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa anak Penggugat bernama Davina berumur 3 (tiga)
tahunan;
• Bahwa anak Penggugat diantar ke Rumah Sakit MK Myria lewat
jam 12 malam;
• Bahwa di Rumah Sakit Myria ada tindakan dokter , diinfus dan
dirawat selama 5 jam, di rumah sakit Myria tidak ada probahan
pasen Davina di rujuk ke rumah sakit RK Charitas;
• Bahwa kata dokter rumah sakit Myria di sini peralatannya belum
lengkap maka dirujuk ke rumah sakit RK Charitas karena sakitnya
pasin Davina makin parah;
• Bahwa saksi ikut mengantar pasin ke rumah sakit RK Charitas tapi
tidak ikut ambulan yang bawa pasen davina dengan menggugakan
ambulan rumah sakit Myria;
• Bahwa sampai di rumah saki RK Charitas sekitar jam 6 pagi pasen
Davina langsung masuk ke UGD, sedangkan saksi tidak ikut masuk
dan hanya menunggu di ruang tunggu, kemudian tidak lama saksi
pulang karena mau kerja;
• Bahwa saksi tidak tahu tindakan apa yang dilakukan oleh rumah
sakit RK Charitas;
• Bahwa sekitar pulul 10.00 Wib saksi kembali ke rumah sakit RK
Charitas karena diminta Penggugat (Bambang) untuk mengantar
baju, saksi sempat ngobrol dengan Bambang, kata Bambang
dokter yang menangani pasen (Davina) dokter Silvia Triratna
belum datang, lalu kemudian saksi pulang;
• Bahwa pasien pulang ke rumahnya sudah meninggal;
41|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa sehari sebelumnya pasien Davina sudah sakit, muntah-
muntah dan waktu dibawa ke rumah saksi RK Myria dalam
keadaan pucat dan sewaktu dalam perjalanan pasien muntah-
muntah;
• Bahwa sehari sebelumnya (tanggal 4 Oktober 2012) pasen Davina
ikut perjalanan dari Belitang – pulang ke Palembang saksi yang
bawa/menyetir mobil, berangkat dari Belitang jam 5 sore, di
perjalanan sekitar selama 5 jam, Davina muntah-muntah dan
diberi minyak angin, kemudian jam 8 malam pasien dibawa
berobat ke dokter umum bernama dr. Mahmud olehnya dikasih
obat, karena tidak ada perubahan atas inisiatif orang tua pasien
(Bambang), pasien (Davina) dibawa kerumah sakit RM Myaria;
• Bahwa pada waktu ke Belitang saksi juga mengantar, di
perjalanan pasien Davina juga mabok-mabok;
• Bahwa pasen Davina dirawat di rumah sakit RK Charitas selama
sehari dan menjelang sore pasien Davita meninggal dunia,
sebelum meninggal pasien Davina sempat ditangani dokter;
• Bahwa pasien Davina sampai di rumah sakit RK Charitas jam 6
pagi, tidak ditangani dokter selama 5 jam karena pada jam 10 Wib
saksi kembali ke rumah sakit RK Charitas mengantar baju
Penggugat (Bambang), pasen Davina masih ada di UGD;
• Bahwa saksi tidak tahu tindakan apa saja yang dilakukan oleh
rumah sakit RK Charitas dan dokter;
2. Saksi ROMI RISDIANTORO
• Bahwa saksi kenal dengan Penggugat Bambang Suyudhi adalah
sepupu saksi;
42
42
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa Penggugat Bambang punya anak dua orang, bernama
Jusua dan Davina.
• Bahwa anak Penggugat yang bernama Davita telah meninggal
dunia pada jam 2 sore bulan Oktober 2012, tanggalnya saksi lupa,;
• Bahwa Davina meninggal dunia karena sakit diare, sudah dibawa
ke rumah sakit Myria;
• Bahwa pada waktu itu saksi ditelpon oleh Bambang katanya
anaknya sakit ada dirawat di rumah sakit Myria dan minta bantu
kepada saksi untuk dibawa dari rumah sakit Charitas;
• Bahwa saksi ke rumah sakit Myria pagi dan sempat membantu
memindahkan pasien Davina ke ambulan;
• Bahwa saksi tidak ikut ambulan tapi ikut mengiring dari belakang;
• Bahwa pasien Davina sampai di rumah sakit Charitas jam 6 Wib
pagi dan langsung masuk ke UGD dan langsung disuntik penenang
dan diinfus;
• Bahwa pasien Davina dibawa/dipindahkan ke rumah sakit Charitas
karena (mungkin) rumah sakit Myria tidak sanggup menangani;
• Bahwa yang menangani pasien di UGD Rumah sakit Charitas
adalah dokter malam;
• Bahwa sebelum pasien masuk di UGD (apa maksudnya ICU) saksi
sudah pulang, saksi pulang jam 8 pagi ( BA Wira jam 7.30) karena
mau kerja;
• Bahwa pasien Davina dibawa ke ICU jam 9 Wib;
• Bahwa pasien Davina dibawa pulang jam 5 sore , biaya rumah
saksit Rp. 5 juta;
43|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa waktu pasien di ICU saksi tidak tahu apakah ada dokter
atau tidak;
• Bahwa pada jam 12 siang saksi kembali ke rumah sakit Charitas
karena ditelp Bambang untuk mencari susu, karena disuruh
dokter (saksi tidak tahu dokter siapa);
• Bahwa yang bertanggungjawab di UGD rumah sakit Charitas (apa
maksudnya di ICU) adalah dokter Silvia;
• Bahwa kata Bambang dokter (Silvia ?) datang sekitar jam 10 an;
• bahwa infus dibawa dari rumah sakit Myria;
• Bahwa di rumah sakit Charitas pasien Davina diberi suntik
penenang, pasien Davina sudah bisa mengenal bapak dan ibunya
(sadar);
• Bahwa kondisi pasien Davina waktu itu kejang;
• Bahwa saksi dari jam 7.30 sampai jam 8 ada di rumah saki
Caritas;
• Bahwa dokter Silvia datang menurut Baambang pada jam 10.00
Wib.
• Bahwa pasien Davina meninggal jam 2 (jam 14) siang;
• Bahwa apakah pasien Davina jadi minum susu atau tidak saksi
tidak tahu;
• Bahwa dari rumah sakit Myria kondisi pasien kejang-kejang;
• Bahwa waktu di UGD saksi ikut masuk, pasien Davina di Infus dari
rumah sakit Myria tidak diganti;
• Bahwa pasien Davina masuk di UGD rumah sakit Charitas jam 6;
44
44
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
- Bahwa pasien Davina sakit mabok-mabok sejak perjalanan mudik
ke Belitang, tapi (sehat) masih mau makan dan masih bisa
ngomong-ngomong sampai ke Palembang, dengan perjalanan
selama 5 jam;
3. Ahli (saksi) MUHAMMAD SYARIFUDIN
• Bahwa saksi adalah dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
(Unsri), kekhususan hukum perdata, hukum kesehatan kedokteran
dan ikut diskusi membahas malpraktek kedokteran;
• Bahwa pendidikan saksi, S1 Fakultas Hukum UNSRI tahun 1997,
S2 di Usu, S3 di Unbrau (2008) kekhususan tentang HUKUM Rumah
Sakit, dengan judul Disertasi “ Menggagas Hukum Yumaniitas
Komersial;
• Bahwa ahli pernah jadi saksi ahli dalam perkara perdata di
Pengadilan Negeri Palembang, tapi dalam bidang malpraktek baru
sekarang ini;
• Bahwa untuk memahami Malpraktek kedokteran atau medis,
pertama harus dipahami Undang-Undang Praktek Kedokteran (UU
No. 29 Tahun 2004) dan Undang-Undang Rumah Sakit (UU No. 4
Tahun 2009) baru nanti dalam kaitan tanggungjawab hukum
merujuk pada ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata.
• Bahwa Malpraktek medis atau kedokteran adalah suatu perbuatan
aktif atau perbuatan pasif. Perbuatan aktif misalnya berbuat
sesuatu dengan menggerakkan tubuh. Perbuatan pasif yaitu tidak
melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan, perbuatan itu
mengandung unsur kesalahan atau kelalaian. Kelalaian bisa berat,
45|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
bisa kelalaian ringan. Perbuatan yang mengandung unsur
kesalahan ini sifatnya melanggar hukum dalam arti melanggar
ketentuan-ketentuan hukum atau tidak sesuai dengan ketentuan
hukum dalam arti luas yang sudah ditentukan.
• Bahwa Pertama sifat melawan hukum melanggar standar propesi
medis yang ditetapkan oleh propesi kedokteran, kemudian
melanggar standar prosedur operasional (SPO) yang ditetapkan
mengacu pada standar profesi. Logikanya tidak boleh standar
prosedur operasional bertentangan dengan standar profesi yang
telah ditetapkan;
• Kedua tidak boleh melanggar hukum atau tanpa wewenang,
melakukan perbuatan tanpa ada persetujuan tindakan medik
(PTM) atau tanpa persetujuan tindakan kedokteran (PTK).
• Ketiga menyalahi ketentuan tentang kewenangan yang berkaitan
keahlian, dokternya mempunyai Surat tanda registerasi (STR)
yang diberikan oleh Kounsil kedokteran Indonesia dan surat izin
praktek (SIP) yang diberikan oleh Pejabat Dinas Kesehatan (Kota).
Khusus terhadap dokter spesialis mesti ada surat izin dokter yang
diberikan oleh Kementerian Kesehatan RI.
• Bahwa sifat melawan hukum juga dapat terjadi kalau praktek
kedokterannya tidak sesuai dengan prinsif-prinsif propesional
kedokteran, termasuk orang ngomong kesusilaan juga nilai-nilai
yang dianut untuk dipatuhi dalam masyarakat, tapi itu sifat
melawan hukum, menimbulkan tanggungjawab hukum jika
menimbulkan kerugian bagi si pasien. Kerugian bagi si pasien
dapat berupa kerugian pisik, contoh cacat tubuh sehingga ada
46
46
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
sebagian kehilangan fungsi), cacat mentak atau kematian.
Keseluruhan yang telah dijelaskan tadi adalah malpraktek medis.
• Bahwa tindakan medik atau tindakan kedokteran yang dilakukan
oleh dokter yang melakukan praktek di rumah sakit memimbulkan
kewajiban-kewajiban hukum bagi rumah sakit dalam rangka
pelaksanaan tugas praktek kedokteran di rumah sakit yang
bersangkutan;
• Bahwa apa yang menjadi kewajiban bagi dokter wajib bagi rumah
sakit untuk mendukung pelayanan medis atau tindakan
kedokteran yang dilakukan, oleh karena itu nanti bagi rumah sakit
ada kewajiban-kewjiban tertentu harus dilakukan. Menurut UU
Rumah Sakit, Rumah Sakit harus membuat standar Kesehatan,
standar keselamatan pasien;
• Bahwa ada empat standar yang harus ditetapkan dan diterapka
dalam praktek kedokteran di rumah sakit, yaitu: 1. Standar
profesi, 2. standar prosedur operasional, 3. Standar pelayanan
kesehatan, dan 4. Standar keselamatan pasien;
• Bahwa jika standar-standar tersebut tidak dilaksanakan oleh
rumah sakit maka rumah sakit melakukan melanggar terhadap
hukumnya, termasuk apabila tindakan praktek kedokteran yang
dilakukan dokter itu kalau kemudian terbukti malpraktek medik
yaitu tidak sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional, standar pelayanan kesehatan dan standar
keselamatan pasien, maka berdasarkan Pasal 1367 KUHPerdata -
47|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
rumah sakit bertanggungjawaab terhadap kelalaian yang
dilakukan dokter jika kelalaian tersebut menimbulkan kerugian.
• Bahwa ada kewajiban hukum atau undang-undang bagi rumah
sakit untuk menetapkan 4 standar tersebut, jika standar-standar
tersebut tidak ditetapkan terjadi pelanggaran undang-undang,
merupakan suatu kesalahan mengandung sifat melawan hukum.
Jika praktek kedokteran dilakukan oleh dokter di rumah sakit tanpa
mengacu standar-standar tersebut merupakan perbuatan
melawan hukum, Rumah sakit dapat juga dimintakan tanggung
jawab kalau terjadi kelalaian, mengacu kepada Pasal 1367 ayat (3)
dan dalam undang-Undang Rumah Sakit pada Pasal 46
menyebutkan, pihak yang lebih tinggi bertanggungjawab terhadap
tindakan atau perbuatan yang dilakukan bawahan;
• Bahwa rumah sakit bertanggungjawab terhadap kerugian bagi
pasien atas perbuatan yang dilakukan oleh dokter yang bekerja
pada suatu rumah sakit tersebut, hubungan hukumnya adalah
perjanjian kerja;
• Bahwa tindakan malpraktek yang dilakukan dokter merupakan
tanggungjawab rumah sakit mesti tindakan dalam praktek
kedokteran dalam lingkup normal yaitu pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya;
• Bahwa dalam hubungan hukum antara dokter dengan rumah sakit
ternyata dokter melakukan kesalahan, dokter dan rumah sakit
dapat dimintakan pertanggungan jawab, yaitu merupakan
48
48
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
tanggungjawab bersama secara tanggung renteng dokter dan
rumah sakit;
• Bahwa dalam praktek kedokteran tidak dikenal dengan konsep
atau istilah penelantaran pasien;
• Bahwa dalam hubungan dokter dan pasien di suatu rumah sakit,
jika terjadi perawatan yang terlambat atau tidak memenuhi
prosedur yang sudah ditetapkan tadi, dalam kaitan kontrak
trapetik memuat prestasi yang harus dilakukan oleh dokter jika
terjadi wanprestasi menimbulkan kerugian maka hak pasien untuk
menuntut tanggungjawab;
• Bahwa dalam prakter kedokteran di rumah sakit, apakah
dibenarkan oleh hukum dokter dalam melakukan perawatan
mandat dengan perintah melalui handpone atau perawatan jarak
jauh, hal ini perlu dipahami apakah status pasien gawat darurat
atau non gawat darurat, karena mesti nanti pelayanan medis atau
peraktek kedokterannya berbeda;
• Bahwa khusus status non gawat darurat yang tidak mempunyai
kataristik sebagai pasien gawat darurat tidak ada jangka waktu
observasi dan pelayanan terbatas, keadaan pilik tidak mudah
terjadi dan segera dipridiksi, tidak menuntut mobilitas dokter atau
mesti standar keselamatan pasien yang ditetapkan rumah sakit
itu, kalau berbicara kebolehan, terhadap pasien non gawat darurat
boleh saja perintah atau petunjuk lewat telpon;
• Bahwa terhadap status pasien gawat darurat ada standar
keselamatan pasien, UU rumah Sakit mengharuskan adanya
49|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan
kesehatan, harus ada juga standar keselamatan pasien yang
berlaku untuk pasien gawat darurat. -
• Bahwa ciri-ciri pasien gawat darurat, suatu keadaan pinis (apa
pilis) yang memerlukan tindakan kedokteran, istilah
kedokterannya diperlukan pelayanan segera sesuai kebutuhan
pasien tanpa ada penundaan apalagi penundaan itu untuk
kepentingan dokter. Sebab standar keselamatan pasien harus
dapat mengantisipasi kataristik kegawat daruratannya. Ciri-ciri
pasien dawat darurat :
• jangka waktu obserpasi dengan pelayanannya sangat
singkat,
• Memerlukan mobilitas yang tinggi bagi dokter untuk
melakukan tindakan kedokteran’
• Perubahan pilis yang mendadak
• Kalau tidak ada mobilitas disitu tidak dapat dipridiksi, maka
standar keselamatan pasiennya mewajibkan rumah sakit dan
dokter segera melakukan tindakan kedokteran sesuai dengan
kebutuhan pasien dalam segala tindakan (tingkatan) dengan
segera tanpa penundaan dengan alasan kepentingan pribadi
dokter.
• Bahwa segera melakukan tindakan dokter tersebut merupakan
kewajiban hukum bukan berdasarkan kontrak prepentik, jadi
perintah yang timbul atas perintah Undang-Undang (diatur dalam
UU Praktek Keokteran);
50
50
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa khusus untuk pasien gawat darurat apakah petunjuk atau
perintah yang diberikan oleh dokter yang ditugaskan secara
konpron tadi dapat mengantisifasi tiga karateristik tersebut, jika
tidak dapat mengantisipasi ketiga karakter tersebut maka dapat
menimbulkan ketidak cermatan atau ketidak hati-hatian. Kalau
terjadi ketidak cermatan atau ketidak hati-hatian bisa tidak sesuai
dengan kebutuhan medis si pasien, jika menimbulkan kerugian
maka membutuhkan tanggungjawab bagi rumah sakit dan dokter;
• Bahwa ukuran apakah kemudian perintah oleh dokter yang
ditugaskan rumah sakit itu dapat menggantisipasi tindakan
tersembunyi tidak dapat dilakukan secara cermat dan teliti. Kalau
sebaliknya tentu saja standar keselamatan pasien tidak
menghendaki dilakukannya tindakan kedokteran atas perintah
dokter secara konpron (jarak jauh);
• Bahwa kalau melakukan perawatan pasien gawat darurat ternyata
rumah sakit tidak membuat SOP, kalau perintah membuat SOP
tersebut perintah UU maka hal itu melanggar UU;
• Bahwa rumah sakit dalam membuat SOP yang empat aspek
tersebut ternyata SOP tersebut tidak boleh bertentangan dengan
kaedah-kaedah hukumnya atau UU;
• Dalam bekerja menjalankan propesi, dokter tidak hanya dituntut
untuk memberi pelayanan terbaik tetapi juga menawarkan
kekuatan terbaik dalam standar propesi, dokter dituntut juga
untuk melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan dan tidak
melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan, dalam konsep
51|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
ini kita mengenal istilah itikel malpraktikm dan yuridikel
Marpraktik. Apabila seorang dokter mendelegasikan tugas dan
kewenangannya kepada orang lain yang notabene dalam
senyatanya tidak kwalipaif, dalam konset ini apakah dokter
tersebut melanggar istihah kewajiban delikti of dati ? (Pertanyaan
Kuasa Penggugat); Bahwa kewajiban-kewajiban hukum dalam
praktek kedokteran Palal 51 UU Rumah Sakit, pertama dalam
melakuklan tindakan kedokteran haus ada tiga kreteria, 1. Harus
ada kewenangan, 2. Harus ada kemampuan rata-rata
(pengetahuan) atau kompetensi atau , 3. Ketelitian yang umum;
- Bahwa Malperaktek diatur dalam Pasal 1365 sampai 1367 KHPerdata, UU
rumah sakit, UU Praktek Kedokteran;
- Bahwa mengenai malperaktek tidak diatur dalam undang undang, yang ada
kelelaian;
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil sangkalannya
Tergugat I mengajukan bukti surat dari T.I.1 s/d T.I-8, yaitu sebagai
berikut:
1. Foto copy Asli surat Petikan Putusan Walikota palembang No.069 tahun
2009 tentang pemberian izin Praktek Dokter Spesialis Anak, sesuai
dengan aslinya, diberi tanda T.I.1;
2. Foto copy Asli Surat Tanda Register Nomor Register
1621201212076862 an Silvia Triratna, sesuai dengan aslinya, diberi
tanda T.I.2;
52
52
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3. Foto copy hasil Audit Medis oleh Kometi Medis Rumah Sakit Charitas
tanggal 12 Februari 2013 terhadap kasus Davina Wahyudi, aslinya ada
di rumah sakit,diberi tanda T.I.3;
4. Foto copy Standar prosedur Bagian Gawat darurat Rumah Sakit
Charitas, asli ada di rumah sakit, diberi tanda T.I.4;
5. Foto copy Standar prosedur Bagian Gawat darurat Rumah Sakit Charitas,
aslinya ada di rumah sakit, diberi tanda T.I.5;
6. Foto copy surat persetujuan Tindakan Medis umum tanggal 5-10-2012
terhadap pasien Davina Wahyudi (anak penggugat), asli ada di Tergugat
II, diberi tanda T.I.6;
7. Foto copy surat persetujuan Tindakan Medis umum tanggal 5-10-2012
terhadap pasien Davina Wahyudi (anak Penggugat), asli ada pada
Tergugat II, diberi tanda T.I.7;
8. Foto copy Hasil pemeriksaan Radiologi atas nama DAVINA Wahyudi, asli ada
di Tergugat II, asli ada pada Tergugat II, diberi tanda T.I.8;
Bahwa bukti T.I.1 sampai dengan T.I.8 telah diberi materai
yang cukup untuk itu;
Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti surat Tergugat I
juga mengajukan 8 (delapan) orang saksi dan seorang ahli di bawah
sumpah memberi-kan keterangan yang pada pokonya sebagai berikut:
1. Saksi dr. C. Dian Susilowati
• Bahwa saksi adalah dokter yang bekerja di rumah
sakit Charitas sejak tahun 2009;
53|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa pada waktu saksi bertugas malam dari
pukul 21.00 Wib – 07.00 Wib, pada pukul 06.25
datang pasien bernama Davina Wahyudi (anak
Penggugat) langsung masuk BGD dalam kondisi
gelisah, kejang-kejang, badan kaki kaku dan mata
menatap keatas;
• Bahwa selang dua menit kemudian yaitu pada
pukul 07. 27 Wib saksi melakukan anamnesi dan
pemeriksaan fisik;
• Bahwa pasien Davina merupakan pasien rujukan
dari rumah sakit Myria, dalam surat rujukan anak
penggugat mengalami kejang berulang;
• Bahwa kemudian saksi melakukan tindakan
berupa pemberian oksigin, memasang monitor,
memberikan obat anti kejang, memberikan obat
penurun panas kepada pasien Davina;
• Bahwa setelah diberi obat anti kejang anak
Penggugat (pasien Davina) tenang dan tidur;
• Bahwa berdasarkan hasil diagnosa anak
Penggugat adalah kejang dan demam komplek;
• Bahwa menurut keluarga, anak penggugat
mengalami demam selama 3 hari, demam,
muntah, diare dan kejang;
• Bahwa atas kondisi anak Penggugat yang memiliki
riwayat kejang berulang, maka saksi konsultasikan
54
54
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kepada Dr. Silvia menyarankan untuk dirawat di
ICU;
• Dr. Silvia adalah dokter spesialis anak, konsultan
ICU;
• Bahwa saksi sebagai dokter jaga BGD
mempunyai kompetensi untuk me- nangani
pasien gawat darurat
• Bahwa pada saat anak Penggugat dirawat di BGD
maka pasien menjadi tanggungjawab saksi
sebagai dokter jaga;
1. Saksi Dr. Raden Ajeng M. Lusi, (dokter jaga BGD di Tergugat II)
- Bahwa saksi bekerja sebagai dokter Rumas Sakit Charityas sejak tahun
1997;
- Bahwa saksi pernah menangani anak Penggugat Davina Wahyud sekitar
bulan Oktober 2012;
- Bahwa saksi bertugas di BGD Rumah Sakit Charitas sejak pukul 07.00-
14.00 WIB;
- Bahwa pada saat saksi bertugas, kondisi anak Penggugat sakit berat
dengan diagnosa kejang demam dan dicurigai ada radang otak , diare
yang berkepanjangan, berdasarkan hasil rekam medik dari RS Myria;
- Bahwa pada saat saksi bertugas sekitar pukul 08.40 anak Penggugat
kembali mengalami kejang dan oleh saksi diberikan obat anti kejang, yang
kemudian kejang pada anak Penggugat reda;
- Bahwa setelah dinyatakan stabil tekanan darah, nadi dan pernafasan,
sekitar pukul 09.25 WIB anak Penggugat kemudian dipindah ke ICU
55|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3. Saksi Agustina (Perawat BGD Tergugat II
- Bahwa saksi telah bekerja sebagai perawat di Tergugat II selama 9 tahun;
- Bahwa saksi bertugas sejak pukul 20.30-06.30 WIB;
- Bahwa saksi pernah membantu dokter jaga menangani anak Penggugat;
- Bahwa dokter jaga melakukan pemeriksaan fisik, pemasangan selang oksigen dan
memberikan obat penenang;
.4. Saksi Andreas Nurbianto (Perawat BGD Tergugat II
• Bahwa saksi bekerja sebagai perawat di Tergugat II;
• Bahwa saksi bertugas sejak pukul 14.00-21.00 WIB;
• Bahwa saksi pernah membantu dokter jaga menangani anak Penggugat;
• Bahwa pada saat pemindahan anak Penggugat ke ICU dalam kondisi
stabil, dalam hal ini stabil tekanan darah, nadi dan Pernafasan.
5. Saksi Dr. Mario Yoseph (dokter jaga ICU Tergugat II),
• Bahwa saksi adalah dokter jaga ICU pada di Rumah Sakit Tergugat II;
• Bahwa saksi pernah menangani anak Penggugat pada tanggal 5 Oktober
2012;
• Bahwa anak Penggugat bernama DAVINA WAHYUDI masuk ke ICU
Rumah Sakit Charitas pada pukul 09.30 WIB;
• Bahwa saksi langsung menangani anak Penggugat, dengan melakukan
anamnesa /menanyakan kondisi pasien kepada orang tuanya, dan
melakukan pemeriksaan fisik;
• Bahwa dari hasil anamnesa saksi menemukan anak Penggugat masuk ICU
dengan riwayat kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam;
56
56
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa saksi melakukan pemeriksaan fisik, saat itu anak Penggugat dalam
kondisi sakit berat dengan kesadaran dan kondisi tanda-tanda vital stabil;
• Bahwa pada saat saksi melakukan pemeriksaan, pada pukul 09.35
Tergugat I masuk ke ruang ICU dan langsung melakukan pemeriksaan
kepada anak Penggugat;
• Bahwa Tergugat I melakukan anamnesa dan melakukan pemeriksaan fisik
anak Penggugat;
• Bahwa Tergugat I melakukan anamnesa kepada kedua orang tua pasien/
anak Penggugat;
• Bahwa saksi menyaksikan Tergugat I menerangkan kondisi pasien kepada
Penggugat dan Istri, bahwa anak Penggugat menderita kejang demam yang
disertai kemungkinan peradangan pada otak;
• Bahwa kemudian Tergugat I memberikan instruksi kepada saksi untuk
melakukan tindakan berupa pemasangan infus dan pemberian obat
antibiotic, obat anti kejang, obat penurun panas dan obat untuk pencernaan
anak Penggugat;
• Bahwa terhadap anak Penggugat dilakukan pemasangan alat bantu nafas/
intubasi;
• Bahwa alasan dilakukan intubasi karena pada sekitar pukul 13.00 WIB,
kondisi pasien mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan denyut
jantung cepat yaitu 150 kali/menit, dengan nafas makin cepat maka kondisi
pasien mengalami kelelahan dan berakibat berkurangnya pasokan oksigen
ke otak, dan berdasarkan kondisi tersebut saksi melaporkan ke Tergugat I
dan kemudian diputuskan untuk dilakukan intubasi;
57|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa atas rencana tindakan intubasi saksi telah menerangkan kepada
Penggugat dan istrinya sebagai orang tua pasien;
• Bahwa atas rencana tindakan intubasi disetujui oleh orang tua pasien
dengan menanda tangani Formulir Persetujuan Tindakan Medis (informed
consent);
• Bahwa yang melakukan pemasangan intubasi adalah Tergugat I sendiri
sekitar pada pukul 13.30 WIB;
• Bahwa kondisi anak Penggugat setelah dilakukan tindakan intubasi,
tensinya normal sekitar 110/60, denyut jantungnya normal kembali sekitar
dibawah 150 kali per menit, nafasnya juga normal sekitar 20-30 kali per
menit;
• Bahwa Tergugat I melakukan pemeriksaan atas anak Penggugat di ICU
sebanyak 3 kali;
• Bahwa pada saat yang bersamaan Tergugat I juga sedang menangani
pasien lain yang sedang di rawat pada Tergugat I;
• Bahwa tindakan medis yang dilakukan oleh dokter dan perawat sudah sesuai
dengan SOP Tergugat II;
6. saksi Dr. Santi (dokter jaga ICU Tergugat II),
• Bahwa saksi adalah dokter jaga ICU Tergugat II yang bertugas dari pukul
14.00-21.00 WIB;
• Bahwa saksi pernah menangani anak Penggugat di ICU pada tanggal 5
Oktober 2012;
58
58
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa pada saat saksi bertugas, anak Penggugat dalan kondisi sudah
terpasang intubasi, dengan kondisi mulai membaik;
• Bahwa anak Penggugat mengalami kejang kembali, yang kemudian
diberikan obat anti kejang oleh saksi;
• Bahwa setelah diberi obat anti kejang, kejang pada anak Penggugat hilang
namun 5 menit kemudian mengalami penurunan tekanan darah dan nadi;
• Bahwa saksi melaporkan kepada Tergugat I atas penurunan kondisi anak
Penggugat pada pukul 15.25 WIB, Tergugat I memberikan instruksi agar
anak Penggugat diberikan obat obatan guna meningkatkan tekanan darah
dan nadi;
• Namun setelah dilakukan tindakan-tindakan medis kondisi anak Penggugat
terus menurun sampai dengan berhentinya denyut jantung, dan atas
kondisi tersebut saksi melakukan resusitasi/penekanan pada dada,
pemberian bantuan nafas dan injeksi obat-obatan selama 30 menit, namun
tidak ada tanda-tanda kehidupan dari anak Penggugat;
• Bahwa pada pukul 16.00 WIB saksi menyatakan anak Penggugat
meninggal dengan sebab utama gagal jantung/gagal nafas yang merupakan
akibat dari proses penyakitnya yaitu radang otak;
7. Efri Puspita Sari (perawat jaga ICU Tergugat II),
• saksi bekerja sebagai perawat di Tergugat II sejak 2010;
• Bahwa saksi adalah perawat jaga ICU yang bertugas sejak pukul
07.00-14.00 WIB;
59|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa saski pernah mebantu dokter dalam menangani anak Penggugat di
ICU;
• Bahwa anak Penggugat masuk ICU pada pukul 09.30 WIB dan langsung
ditangani oleh dokter jaga ICU dan Tergugat I;
• Bahwa Tergugat I melakukan pemeriksaan atas anak Penggugat sebanyak 3 kali;
• Bahwa yang memasang alat intunbasi pada anak Penggugat adalah
Tergugat I;
• Bahwa sebelum pemasangan intubasi dokter jaga ICU menerangkan
rencana Intubasi kepada orang tua pasien dan disaksikan oleh saksi;
• Bahwa saksi tidak pernah menerangkan kondisi pasien kepada orang tua pasien;
8. Fransiskus Benni Susanto (perawat jaga ICU Tergugat II),
• Bahwa saksi bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Charitas (Tergugat II)
sejak tahun 2008;
• Bahwa saksi bertugas sebagai perawat ICU sejak pukul 14.00-21.00 WIB;
• Bahwa saksi pernah membantu di dokter menangani anak Penggugat di
ICU sekitar bula Oktober 2012;
• Bahwa kondisi anak Penggugat Davina Wahyudi pada saat saksi bertugas
sudah terpasang intubasi;
• Bahwa anak Penggugat Davina Wahyudi sempat mengalami kejang dan
oleh dokter jaga langsung diberi obat anti kejang;
60
60
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa setelah hilang kejangnya kondisi anak Penggugat Davina Wahyu
menurun hingga kemudian denyut jantunya berhenti;
• Bahwa saksi tidak pernah memanggil orang tua pasien maupun
menerangkan kondisi pasien kepada orang tuanya;
9. Saksi Dr. Msy. Rita Dewi A, Sp. A (K), Konsultan Syaraf Anak, (ahli dibawah
sumpah menerangkan yang pada pokoknya sebagai berikut)
• Bahwa saksi ahli adalah dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
dan dokter spesialis anak konsultan syaraf anak;
• Bahwa ruang lingkup keahlian ahli adalah mengatasi segala pengobatan
anak, terutama di bidang saraf anak, termasuk untuk mengatasi kejang,
mengatasi penurunan kesadaran, mengatasi kasus-kasus gangguan
perkembangan anak yang berhubungan dengan otak, misalnya gangguan
bicara, gangguan jalan dan juga gangguan tingkah laku, mengatasi sakit
kepala dan yang berhubungan dengan gangguan pada sakit kepala itu
sendiri.
• Bahwa dokter spesialis anak mempunyai sub spesialis lagi, yaitu : Gastro
Hepatologi, Neurologi, Kardiologi, Nefrologi, Tumbuh Kembang Anak,
Hematologi, Onkologi, serta Kegawat Daruratan Anak;
• Bahwa jenis-jenis kejang pada anak berdasarkan jenis kejang yaitu Kejang
umum berupa tonik klonik, tonik, myoklonik, klonik, absence. Kejang fokal
berupa tonik, klonik bisa fokal sekunder atau parsial atau fokal sederhana;
61|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa kejang berdasarkan lamanya kejang tersebut yaitu Kejang lama
yang jangka waktunya lebih dari 15 menit, dan Status epilepticus yaitu
kejang yang lebih dari 30 menit atau kejang berulang dengan diantara
kejang maupun setelah kejang anak tidak sadar. Status epileptikus bisa
konvulsivus dan non konvulsivus.
• Bahwa kejang yang terjadi dalam jangka waktu yang lama/
berulang akan menyebabkan terjadinya gangguan sirkulasi,
gangguan oksigenasi dan gangguan metabolisme yang akan
menyebabkan edema otak (bengkak otak) dan kerusakan jaringan
otak.
• Bahwa kejang, demam, diare disertai penurunan kesadaran bisa
disebabkan oleh ensefalitis, ensefalopati, meningitis.
• Bahwa kejang yang terjadi secara berulang atau status epilepticus,
terutama jika melebihi 15 menit atau bahkan lebih parah di atas 30
menit, maka akan berdampak pada semua sirkulasi, yaitu mengganggu
peredaran darah, mengganggu jantung serta berdampak pada aliran
darah ke otak;
• Bahwa kejang yang berulang juga berdampak pada metabolisme tubuh
yang akan membuat otak menjadi bengkak sehingga menyebabkan
kematian sel-sel didalam otak yang dapat menimbulkan kematian dan/
atau kecacatan;
• Bahwa selain berdampak pada sirkulasi dan metabolisme, kejang yang
terjadi secara berulang juga berdampak pada respirasi yaitu terjadinya
62
62
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
gangguan oksigenisasi sehingga oksigen tidak dapat bersirkulasi dengan
baik terutama ke otak.
• Bahwa kejang berulang bisa menyebabkan kematian vital, artinya
apabila otak telah bengkak maka batang otak tidak dapat menjalankan
fungsinya untuk mengatur seluruh peredaran darah sehingga dapat
menyebabkan kematian dalam arti vital;
• Bahwa selain menyebabkan kematian vital, kejang berulang juga dapat
menyebabkan kematian fungsional artinya dapat menyebabkan
kematian sel yang ada didalam otak oleh karena kurangnya oksigenisasi
dan aliran darah ke otak yang akan menyebabkan kematian sel-sel yang
ada dijaringan namun belum sampai ke batang otak, sehingga akan
berdampak pada kecacatan, seperti lumpuh atau tidak dapat berbicara.
• Bahwa yang dimaksud dengan vital sebagaimana tersebut diatas adalah
berkaitan dengan jantung dan paru-paru, oleh karena paru-paru
berhubungan dengan respirasi sedangkan jantung berhubungan dengan
sirkulasi, maka pada saat terjadinya kejang, aliran darah ke otak akan
berkurang dan akan berdampak sebagaimana tersebut diatas yang
menimbulkan penekanan dalam otak dan akan berhentinya detak
jantung;
• Bahwa seorang anak yang mengalami kondisi kejang berulang dan atau
lama, maka harus dirawat di ICU karena suatu saat akan membutuhkan
alat/mesin penunjang yang berfungsi untuk menjaga sirkulasi darah ke
Jantung dan oksigenisasi ke otak;
63|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa apabila ada pasien yang datang dengan kondisi panas, diare dan
kejang, maka kemungkinan telah terjadi gangguan sirkulasi pada tubuh
pasien tersebut, baik karena dehidrasi maupun infeksi, berupa infeksi
pada otak yang disebabkan oleh virus yang bisa berasal dari usus, yang
mana kondisi demikian dapat menyebabkan masa kritis pada pasien.
• Bahwa apabila cairan terlalu banyak keluar akan menyebabkan
gangguan elektrolit dan bisa menyebabkan radang otak, dengan
demikian apabila ada pasien dengan riwayat diare, kejang, dan
penurunan kesadaran, maka kemungkinan adanya keterlibatan otak;
• Bahwa penanganan terhadap kejang yang dilakukan oleh seorang
dokter anak, dokter ahli anak maupun dokter UGD di Rumah Sakit yaitu
dengan memberikan obat anti kejang, obat penurun panas, cairan infus
untuk menangani dehidrasi, juga pemberian obat asering 120 cc/jam dan
KN3B 80 cc/jam selama 3 jam, terus ada injeksi midazolam 3,5 mg dan
injeksi dilatin 1 ampul dalam 50 cc macl habis dalam 30 menit, dan
pemasangan NGT untuk mengontor cairan lambung, asupan cairan,
nutrisi dan mencegah resiko tersedak, sudah sesuai dan mencakup hal-
hal penting karena cairan yang dimasukkan berguna untuk
mempertahankan sirkulasi, obat-obatan berguna untuk mengatasi
kejangnya, serta KN3B berfungsi untuk mengatur sirkulasi, dan
kemungkinan kondisi dengan pengobatan tersebut sudah ada kondisi
dehidrasi dan gangguan sirkulasi pada pasien;
• Bahwa status epilepticus atau kejang lama, memiliki resiko kematian
yang tinggi.
64
64
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa dalam praktek kedokteran, seorang dokter konsultan tidak berkewajiban
untuk menunggui pasien selama 24 jam;
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil sangkalannya
Tergugat II mengajukan bukti surat dari T.II.1 s/d T.II.20, yaitu sebagai
berikut:
1. Foto copy surat rujukan dari Rumah Sakit Myria Palembang, tanggal 5
Oktober 2012 atas nama Pasien Davina, diberi tanda T.II.1;
2. Foto copy Rekaman Medis bagian Gawat Darurat Rumah Sakit RK
Charitas terhadap pasien Davina Wahyudi , diberi tanda T.II.2;
3. Foto copy Status Awal Davina Wahyudi, diberi tanda T.II.3;
4. Foto copy Catatan Keperawatan Bagian Gawat Darurat RS.RK Charitas
Pasien Davina Wahyudi, diberi tanda T.II.4;
5. Foto copy Perjalanan Penyakit, Perintah Dokter dan Pengobatan
terhadap pasien Wahyudi, diberi tanda T.II.5;
6. Foto copy Data pemasangan infus / form 1(RM.28), diberi tanda T.II.6;
7. Foto copy surat Data pemasangan infus / form 1 (RM.28) diberi tanda
T.II.7;
8. Foto copy Data pemasangan Dower Kateter/Form 2 (RM.29), diberi
tanda T.II.8;
9. Foto copy Data Pemasangan NGT / Form 3 ( RM30), diberi tanda T.II.9;
10.Foto copy Hasil AGD/Analisa Gasa Darah ( Sample Profile ) atas nama
pasien Davina Wahyudi, diberi tanda T.II.10;
65|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
11.Foto copy Hasil Laboratorium ( cek darah lengkap dan BSS) atas nama
Pasien Davina, diberi tanda T.II.11;
12.Foto copy Hasil Pemeriksaan Radiologi atas nama Pasien Davina
Wahyudi, diberi tanda T.II.12;
13.Foto copy persetujuan untuk Rawat Inap ( RM 2J ) atas nama Pasien
Davina, diberi tanda T.II.13;
14.Foto copy persetujuan Tindakan Medis Umum ( RM.15) atas nama
Pasien Davina, diberi tanda T.II.14;
15.Foto copy surat persetujuan Rawat di ICU/ICCU (RM17) atas nama
Pasien Davina Wahyudi, diberi tanda (T.II.15);
16.Foto copy surat pernyataan pasien Rawat di ICU/ICCU atas nama
Pasien Davina, diberi tanda (T.II.16);
17.Foto copy surat persetujuan Tindakan Kedokteran (RM.35) untuk an Pasien
Davina, diberi tanda T.II.17;
18.Foto copy Catatan Keperawatan ICU RS RK Charitas terhadap atas
nama Pasien Davina Wahyudi diberi tanda T.II.18;
19.Foto copy Catatan Keperawatan atas nama Pasien Davina Wahyudi
(RM.22) diberi tanda T.II.19;
20.Foto copy Hasil Audit Medis oleh Komite Medik, diberi tanda T.II.20;
Bahwa bukti surat tersebut T.II. 1 sampai dengan TII.20 berupa poto copy,
telah dicocokkan sesuai aslinya dan telah diberi materai yang cukup untuk
itu;
66
66
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa dalam perkara ini Tergugat II tidak
mengajukan saksi;
Menimbang, bahwa setelah proses pembuktian selesai Penggugat,
Tergugat I dan Tergugat II mengajukan kesimpulan, selanjutnya pihak-pihak
mohon putusan;
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini segala
sesuatu yang temuat dalam berita acara persidangan dianggap termuat pula
dalam putusan ini;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA
Dalam Eksepsi
Menimbang, bahwa Tergugat I dalam jawabannya disamping
jawabatan tentang pokok perkara juga mengajukan eksepsi yang menyatakan
bahwa gugatan Penggugat kabur (obscuur liellum) oleh karena tidak terang
isinya, dalil gugatan Penggugat satu dengan yang lain saling kontradiksi.
Pada satu sisi Penggugat menyatakan Tergugat I telah melakukan perawatan
seadanya yang tidak kompatibel dengan keadaan Davina Wahyudi yang
berada dalam keadaan gawat medis yang menurut Penggugat tindakan
Tergugat I tersebut merupakan perbuatan melawan hukum (huruf B.1 angka 1
bagian 1.1. gugatan Penggugat), namun disisi lain penggugat menyatakan
bahwa Tergugat I telah mengambil tindakan medis dalam rangka merawat
Davina Wahyudi (huruf B.1 angka 1 bagian 1.2.gugatan Penggugat), dengan
67|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
demikian tidak jelas perbuatan hukum apa yang dituduhkan oleh Penggugat
terhadap Tergugat I;
Menimbang, bahwa setelah membaca dan mencermati gugatan
Penggugat, Majelis Hakim berpendapat bahwa dalil gugatan Penggugat
bukanlah seperti yang disebutkan oleh Tergugat I dalam eksepsinya tersebut,
hal ini dapat dibaca pada gugatan Penggugat huruf B.1 angka 1 bagian 1.1.
dan 1.2. secara keseluruhan, lagi pula antara keduanya tidak saling
bertentangan, dengan demikian eksepsi Tergugat I tersebut tidak beralasan
hukum, oleh karenanya harus ditolak;
Menimbang, bahwa Tergugat II dalam jawabannya disamping
jawabatan tentang pokok perkara juga mengajukan eksepsi yang menyatakan
bahwa gugatan Penggugat abscuur libel (kabur), oleh karena dalil gugatan
Penggugat pada pokoknya menyatakan Tergugat II telah melakukan perbuatan
melawan hukum, sedangkan hubungan hukum antara anak penggugat selaku
pasien dengan Tergugat I maupun Tergugat II dalam suatu pelayanan
kesehatan merupakan perjanjian Terapeutik, yaitu suatu perjanjian dimana
dokter berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan pasien dari
penderitaannya yang lazim disebut INSPANNING VERBINTENIS yaitu
suatu perjanjian Usaha atau Ikhtiar, bukan yang pasti,. bahwa dengan
demikian dalil gugatan Penggugat yang menyatakan Tergugat II telah
melakukan Perbuatan Melawan Hukum menjadikan gugatan Obscuur Libel
karena posita tidak jelas dasar hukumnya;
68
68
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa setelah membaca dan mencermati gugatan
Penggugat, Majelis Hakim berpendapat bahwa dalil gugatan Penggugat
tidaklah kabur, oleh karena dalil gugatan Penggugat yang menyatakan
Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan hukum
adalah sudah tepat oleh karena gugatan didasarkan kepada dalil tidak
dilaksanakan kewajiban oleh Tergugat I (seorang dokter) dan Tergugat II
(rumah sakit) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 129/Menkes/
SK/II/2008, Undang-Undang Nomor: 29 Tahun 2004 Tentang Praktek
Kedokteran dan Undang-Undang Nomor: 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
maka dengan demikian eksepsi tergugat II tidak beralasan hukum, oleh
karenanya harus dinyatakan ditolak;
Dalam Pokok Perkara
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah
sebagaimana diuraikan di atas;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim membaca dan meneliti
surat gugatan Penggugat, maka menurut hemat Majelis Hakim pada intinya
gugatan Penggugat mendasarkan pada bahwa Tergugat I telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum, yaitu Dr. Silvia Triratna, SPA (K), dokter
spisialis yang ditunjuk oleh rumah sakit RK Charitas (Tergugat II) yang
beranggung jawab untuk menangani pasien baru datang pukul 11.10 WIB
langsung menanyakan kronologis sebelum pasien sakit, Tergugat I juga tidak
memberikan penjelasan apapun tentang kondisi yang dialami oleh pasien, juga
69|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
tidak menjelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien, jadi hanya
melakukan pemeriksaan (visite) dan perawatan seadanya, tidak kompatible
untuk kondisi pasien Davina Wahyudi yang berada di ruang ICU dalam
kondisi kegawatan medis, tindakan Tergugat I tersebut merupakan perbuatan
melawan hukum, yaitu menelantarkan pasien yang secara katogoris
merupakan tindakan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sebagai
dokter. Bahwa Tergugat I juga tidak memberikan penjelasan kepada
Penggugat selaku orang tua pasien Davina tentang efek dan dampak tindakan
medis yang akan dilakukan, tindakan tersebut merupakan perbuatan melawan
hukum yaitu melanggar kewajibannya untuk memberikan penjelasan atas
tindakan yang akan diambil terhadap pasien, Tergugat I juga tidak memasang
alat bantu pernapasan melalui mulut hal ini Tergugat I melanggar Pasal 68 UU
No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang mengatur: “Pemasangan
implant obat dan / atau alat kesehatan ke dalam tubuh
manusia hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan tertentu”;
Menimbang, bahwa Penggugat juga mendalilkan
bahwa Tergugat II juga telah melakukan perbuatan melawan
hukum telah menelantarkan Davina Wahyudi sejak pukul
06.00 WIB pagi sampai pukul 10.45 WIB (hampir lima jam)
berada di ruang UGD dan hanya mendapat perawatan
70
70
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
seadanya berupa tes laboratorium sampel darah dan suntik
dubur (pantat) untuk menahan rasa sakit serta infuse. Bahwa
selama lima jam tersebut, Davina Wahyudi tidak menerima perawatan
sebagaimana mestinya, yaitu tidak mendapatkan penanganan dari dokter
spesialis yang ditunjuk oleh Tergugat II/Rumah Sakit RK. Charitas yang
bertanggung jawab untuk menanganinya, yaitu dr Silvia Triratna, SpA (K)
(Tergugat I). Bahwa tindakan Tergugat II menelantarkan Davina Wahyudi
tersebut merupakan tindakan melawan hukum, yaitu bertentangan dengan
kewajibannya dalam memberi perawatan prima sesuai standar pelayanan
medis. Bahwa tindakan Tergugat I dan Tergugat II jelas-jelas
bertentangan dengan Pasal 51 Undang-undang No.29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran yang mengatur bahwa
“Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai kewajiban. Bahwa akibat perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I dan Terguggat
II pasien Devina Wahyudi (anak Penggugat) meninggal dunia
pada pukul 15.30 WIB;
Menimbang, bahwa Tergugat I dalam jawabanya
menyangkal dalil-dalil yang dikemukakan Penggugat tersebut
dan menyatakan bahwa tindakan medis yang dilakukan oleh
Tergugat I terhadap Davina Wahyudi (anak Penggugat) telah
memenuhi standar operasional prosedur rumah sakit maupun
71|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
standar operasional prosedur dokter spesialis anak atau
disebut telah Lege Artis;
Menimbang, bahwa Tergugat II dalam jawabanya
menyangkal dalil-dalil yang dikemukakan Penggugat tersebut
dan menyatakan bahwa tidak benar sejak pukul 06.00 WIB
sampai pukul 10.45 WIB (hampir lima jam) pasien berada di
ruang UGD dan hanya mendapat perawatan berupa tes
laboratorium dan suntik dubur untuk menahan rasa sakit serta
infus, dan baru pukul 10.45 WIB pasien (anak Penggugat)
dibawa ke ruang ICU;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil
gugatannya Penggugat mengajukan bukti surat yaitu dari P-1
sampai dengan P-11 yang secara detiel diuraikan diatas dan
terlampir dalam berkas perkara;
Menimbang, bahwa setelah meneliti bukti surat yang diajukan
oleh Penggugat tersebut Majelis Hakim berpendapat bahwa surat-surat
bukti yang dijukan oleh Penggugat tersebut tidak relepan dengan dalil
gugatan Penggugat yang menyatakan bahwa Tergugat I dan Tergugat II
telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum;
Menimbang, bahwa walaupun demikian Majelis Hakim akan
meneliti dan mempertimbangkan bukti lain berupa keterangan saksi
yang diajukan oleh Penggugat;
Menimbang, bahwa saksi Penggugat yang bernama Rahmad
Syarifuddin menerangkan, bahwa saksi ikut mengantar pasien Davina
72
72
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Wahyudi ke rumah sakit RK Charitas, sampai di RK Charitas pukul 06.00
WIB lansung dibawa masuk ke ruang UGD (BGD), saksi tidak ikut masuk
dan hanya menunggu di ruang tunggu, kemudian saksi pulang karena
mau kerja. Saksi tidak tahu tindakan apa yang dilakukan oleh rumah
sakit Charitas (Tergugat II). Sekitar pukul 10.00 WIB saksi kembali ke
rumah sakit Charitas untuk mengantar baju Penggugat, saksi sempat
ngobrol dengan Penggugat, Penggugat menerangkan dokter Silvia
Triratna belum datang;
Menimbang, bahwa saksi Penggugat yang bernama Romi
Risdiantoro menerangkan, saksi ikut mengantar anak Penggugat
(pasien Davina) ke rumah sakit Charitas, sampai di rumah sakit Charitas
pukul 06.00 WIB langsung masuk UGD dan ditangani oleh dokter jaga
malam langsung disuntik penenang dan diinfus, pada pukul 07.00 atau
08.00 WIB saksi pulang karena mau kerja. Pasien dibawa ke ICU pukul
09.00 WIB saksi tidak tahu di ICU ada dokter atau tidak. Pada pukul
12.00 WIB saksi kembali ke rumah sakit Charitas karena ditelpon
Penggugat untuk mencari susu (disusruh dokter), Penggugat
mengatakan kepada saksi dokter Silvia datang pukul 10.00 an;
Menimbang, bahwa dari keterangan dua orang saksi Penggugat
tersebut tidak ada persesuaian, saksi Rahmad Syaripuddin
menerangkan pukul 10.00 WIB dokter Silvia Triratna (Tergugat I) belum
datang, sedangkan saksi Romi Risdiantoro menerangkan dokter Silvia
Triratna datang pukul 10.00 WIB dan di dalam gugatan Penggugat
mendalilkan bahwa dokter Silvia Trioratna baru datang pukul 11.10 WIB,
dengan demikian Penggugat tidak dapat membuktikan dalil gugatannya
tersebut;
73|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa saksi Romi Risdiantoro menerangkan pukul
06.00 WIB pasien Davina langsung masuk UGD dan ditangani oleh
dokter jaga malam langsung disuntik penenang dan diinfus, hal ini
membuktikan bahwa sejak awal pasien Davina datang, Tergugat II
sudah mengambil tindakan;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil sangkalannya
Tergugat I mengajukan bukti surat yaitu dari T.I-1 sampai dengan T.I-8
sedangan Tergugat II mengajukan bukti surat dari T.II-1 sampai dengan
T.II-20 yang secara detiel diuraikan diatas dan terlampir dalam berkas
perkara;
Menimbang, bahwa setelah meneliti bukti surat yang diajukan
oleh Tergugat I dan Tergugat II tersebut Majelis Hakim berpendapat
bahwa surat-surat bukti yang dijukan oleh Tergugat I dan T II yang
sangat relepan dengan jawaban dan sangkalan Tergugat I dan Tergugat
II terhadap dalil gugatan Penggugat tersebut adalah T.I-3 poto copy
dari poto copy sama dengan T.II – 20 poto copy sesuai dengan aslinya
yaitu berupa AUDIT MEDIS KASUS KEMATIAN atas nama Davina
Wahyudi tertanggal 12 Februari 2013 yang ditanda tangani oleh dr.
Martima Ovinda S, Sekretaris Komite Medis yang diketahui oleh dr. Restu
Wijaya, Sp.B, Ketua Komite Medis;
Menimbang, bahwa uraian Audit Medis Kasus Kematian atas
nama pasien Davina Wahyudi tersebut adalah sebagai berikut:
• Tanggal 5 Oktober 2012, Pukul 06.25 Wib, Pasien datang ke BGD Rumah
Sakit RK. Charitas (Tergugat II) atas rujukan dari RS. Myria dengan
terpasang infuse D5% 100cc + 1gr ceftriaxone.
74
74
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Pada Pukul 06.27 Wib, dokter Jaga BGD langsung melakukan assesmen
klinis dan dilakukan pengukuran tanda-tanda vital ; BB :31 Kg, Kesadaran :
sadar penuh, Nadi : 135x/menit, TD : 130/64, RR : 45x/menit, Suhu : 400 C,
GDS : 128 mg/dL. Keluarga mengatakan pasien anak Penggugat sudah
demam selama 3 (tiga) hari, disertai muntah dan mencret, saat dirumah,
anak Penggugat sempat kejang. Respon Time dokter jaga cukup cepat
yakni hanya berselang 2(dua) menit dari waktu kedatangan pasien;
• Pukul 06.35 Wib pasien tiba-tiba kejang, dokter jaga BGD segera mengatasi
kejang dengan pemberian anti kejang, obat penurun panas suppose (via
dubur), dan pemasangan catheter untuk monitoring cairan;
• Pukul 06.46 WIB Dokter jaga BGD menghubungi dr. Silvia T, Sp.A dan
intruksi infus Ringer laktat 40cc/jam, trip antibiotik dihabiskan dalam 30
menit, injeksi Dormicum 3 mg tiap 8 jam secara intra vena, paracetamol syr
3x12cc per oral, dan cek laboratorium, saran dari dr. Silvia rawat di ICU,
Perawat lalu melakukan observasi tanda-tanda vital, TD : 114/65, Nadi :
181x/menit, Pernafasan :53x/menit, Saturasi O2 : 99%. Dokter Jaga lalu
menjelaskan kepada keluarga bahwa pasien perlu dirawat di ICU dan
keluarga pasien setuju. Selama masa penstabilan hemodinamik di BGD,
pasien lalu diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium, terapi sesuai
intruksi dr. Silvia Sp.A dan monitering tanda-tanda vital secara ketat;
• Pukul 07.45 WIB. pasien dilakukan pengukuran tanda-tanda vital,
TD :114/65, Nadi : 181x/menit, Pernafasan : 38x/menit, Suhu : 40, 50C
Saturasi 02 :99%;
• Pukul Pukul 08.40 WIB. pasien kejang lagi, oleh dokter jaga BGD pasien
diperiksa lagi dan diberi obat anti kejang;
75|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Pukul 09.25 WIB. pasien anak Penggugat diantar keruang ICU;
• Pukul Pukul 09.30 WIB. pasien diterima di General ICU oleh dokter jaga ICU
dan perawat dan sesuai dengan protap dilakukan pengkajian perawatan.
Anamnesa dilakukan kepada Ibu Pasien, Keluarga mengatakan pasien
kejang 1 kali pukul 03.00 subuh, pasien anak Penggugat tampak gelisah
dan akral teraba dingin;
• Pukul Pukul 09.32 WIB, dilakukan Observasi kesadaran pasien dengan
keadaan umum sakit berat, kesadaran spoor, GCS E2M5V2, pupil isokor
3mm/3mm reaksi (+), pernafasan regular, auskultasi vesikuler, perut tampak
kembung, terpasang 02 via NRM 2L/m, infuse pump ditangan kiri RL.20cc/
jam, tangan kanan 20cc/jam, dari catheter urine mengalir urine kuning
jernih. Hasil AGD Asidosis metabolic terkompensasi sebagian PH : 7.335 ;
pco2 : 19.4, p02 :96.4, HC03.10.4 ; BE : -15.7.
• Pukul 09.35 WIB. Dr. Silvia visite pasien memberi intruksi dan menulis pada
status awal. Diagnosa kerja sementara : kejang demam kompleks +
encephalopathy metabolic e.c GEAD sedang-berat + observasi encephalitis.
INSTRUKSI dr. Silvia T, Sp.A dijalankan oleh perawat yaitu infuse diganti
asering 120cc/jam dan KAEN 3B 80cc/jam (selama 3 jam), injeksi
Midazolam 3.5mg IV dan injeksi Dilantin 1 ampul dalam 50cc NaCI habis
dalam 30 menit. Pasien diobservasi secara ketat oleh Perawat ICU
Tergugat II berkolaborasi dengan dokter jaga ICU Tergugat II, dimana tiap
perawat ICU Tergugat II khusus merawat 1-2 pasien saja;
• Pukul 11.30 WIB pasien diobservasi, perut pasien tampak kembung, lalu
dijalankan intruksi dr. Sivia untuk memasang NGT (nasagastric tube) dan
NGT dialirkan untuk mengurangi tekanan dalar dalam lambung;
76
76
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Pukul 12.00 Wib Perawat menghubungi dr Silvia via telpon melaporkn
keadaa pasien. Kesadaran sopor GCS E2/M5V2 TS: 113/96. Nadi 202x/
menit, Pernafasan 44x/meit.Suhu 41.3oC. Intake 900cc, output urine 200cc
IWL/6jam 809 Hasil laboratorium: Hb; 14 g/dl, Leokosit: 11.200 uL, hidung
jenis: 0/0/65/23/12, LED: 5mm/jam, Trobosit: 280.000/uL, CRP kuantitatif:
40 mg/dl. Intruksi dr. Silvia pasien diberi paracetamol 3 sendok teh meelalui
NGT dan observasi pasien;
• Pukul 12.55 WIB, Sesuai dengan intruksi awal dr. Silvia, infus
diperhitungkan menjadi: Asering 80cc/jam dan KAEN 3B 40 cc/jam.
• Pukul 13.13 WIB. Keluarga pasien (ayah dan ibu) dipanggil untuk diberikan
keterangan oleh dokter jaga ICU tentang kondisi pasien dan rencana
tindakan intubasi untuk memasang alat Bantu nafas, yang diintruksikan dr.
Silvia, dimana juga dijelaskan bahwa yang akan melakukan intubasi adalah
dr, Silvia, kepada keluarga juga dijelaskan oleh perawat mengenai biaya
pemasangan alat ini, Setelah keluarga berunding, keluarga memberi
persetujuan dengan menanda-tangani surat persetujuan tindakan
kedokteran;
• Pukul Pukul 13.25 WIB perawat ICU dan dokter jaga menyiapkan peralatan
intubasi dan ventilator;
• Pukul 13.30 WIB. dr. Silvia datang untuk melihat pasien dan melakukan
intubasi sendiri. Karena pasien masih gelisah, dr.Silvia menginstruksikan
untuk diberi injeksi Midazolam 3,5mg intra vena pelan, lalu dr. Silvia
melakukan intubasi dan dihubungkan dengan ventilator (modus SIMV+PS),
cairan lambung pasien yang mengalir via NGT berwarna kecoklatan, lalu
diberi injeksi Zantac 1 ampul IV;
77|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Pukul Pukul 13.40 WIB. Pasien selesai dilakukan intubasi oleh dr. Silvia
(Tergugat I) dan fungsi setting ventilator dilakukan oleh dr. Silvia,
pengembangan dada tampak simetris TD./126/62, Nadi 125x/menit, Sinus,
saturasi oksigen 99%;
• Pukul 15.00 WIB Pasien kejang, pernafasan masih dibantu ventilator,
kolaborasi deng dokter jjaga ICU (dr Santi) pasien dienjeksi obat anti
kejang, lalu berhenti;
• Pukul 15.10 WIB, keadaan umum pasien semakin menurun, tekanan darah
tidak terekam monitor, nadi 80x/menit, akral teraba dingin, A. Carotis teraba,
dokter jaga ICU menghubungi dr. Silvia dan mendapat intruksi diberi cairan
Rl 20cc/kgBB (600cc/jam) bila tidak berespon lalu diberi Hemacel 500cc
habis dalam 30 menit, dan diberi drip dopamin 200mg diencerkan dalam
NaCI 0.9% 100 cc dimulai dengan 4 tetes/microdrip titrasi;
• Pukul 15.20 WIB, Gambaran ECG sinus bradikardi 57x/menit A.carotis
treaba, pasien diberi injeksi Sulfas atropin 0.5mg (2ampul) IV. Didapatkan
respon karena denyut nadi meningkat menjadi 90x/menit;
• Puluk 15.25 WIB Dr. Santi menghubungi dr. Slvia melaporkan hasil
pemeriksaan AGD, intruksi infus RL dilanjutkan;
• Pukul 15.30 WIB, Gambaran ECG asistole, lalu perawan bersama dokter
jaga ICU melakukan RJP dan pasien diberikan injeksi Adrenalin img/kgBB
dengan pengenceran 1/10.000. Adrenalin 1 mg diencerkan dengan water
injeksi 10cc, lalu diinjeksikan ke pasien 3cc IV;
• Pukul 15.32 WIB, Gambaran ECG sinus takilandi 125x/menit, A. carotis
teraba kuat;
78
78
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Pukul 15. 35 WIB. Gambaran ECG asistole, pasien dilakukan RJP lagi oleh
dokter jaga berkolaborasi dengan perawat ICU dan diberikan injeksi dengan
NaCI 0.9% 3cc. Resusitasi jantung paru sesuai dengan protap dilakukan
sampai pukul 15.55;
• Pukul 16.00 WIB. Pupil dilatasi maksimal, gambaran ECG asistole, pasien
tidak ada nafas spontan, A. Carotis dan A.Brachialis tidak teraba. Pasien
tidak memberikan respon terhadap resusitasi yang dilakukan, dan
dinyatakan meninggal di hadapan keluarga dan perawat oleh dokter jaga
ICU;
• Pukul 16.10 WIB Jenazah dibersihkan dan dilakukan perawatan jenazah;
• Pukul 16.30 WIB, Gelang identitas pasien dilepas, jenazah diserahkan
kepada keluarga;
Menimbang, bahwa kesimpulan Audit Medis Kasus Kematian pasien
Davina Wahyudi adalah bahwa selama masa perawatan pasien sudah dilakukan
assesmen klinis, monitoring, pemeriksaan penunjang, terapi dan evalusi dengan
respon time yang baik dan sesuai dengan standar pelayanan RS. RK Charitas.
Bahwa pasien (Davina Wahyudi) meninggal akibat kegagalan kardioresppirasi,
yang dalam perjalanan klinisnya tidak dapat diprediksi sebelumnya meskipun
sudah dilakukan assesmen dan monitoring sesuai prosedur. Bahwa selama
dirawat di ICU RS RK Charitas, pasien sudah dikelola oleh tim RS sesuai dengan
standar pelayanan medis;
Menimbang, bahwa bukti T.I – 3 sama dengan T.II – 20 diperkuat dengan
keterangan saksi Tergugat I yaitu:
1. dr. C. Dian Susilowati menerangkan, bahwa saksi adalah dokter jaga
BGD RS. RK Charitas (Tergugat II) pernah menangani pasien Davina
79|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Wahyudi (anak Penggugat) pada pukul 06.27 WIB yang hanya
berselang 2 menit sejak kedatangan pasien pada pukul 07.25 WIB di
BGD, saksi langsung melakukan anamnesa dan pemeriksaan pisik,
pasien dalam kondisi gelisah kemudian mengalami kejang, lalu saksi
melakukan tindakan berupa pemberian oksigen, memasang monitor,
memberikan obat anti kejang dan obat penurun panas reaksinya
pasien tenang dan tidur. Bahwa atas kondisi anak Penggugat pasien
Davina Wahyudi yang memiliki riwayat kejang berulang, maka saksi
konsulkan kepada dr. Silvia (dr. spesialis anak konsultan ICU), dr.
Silvia menyarankan agar pasien dirawat di ICU;
2. dr. Raden Ajeng M. Lusi menerangkan, bahwa saksi adalah dokter
jaga BGD RS Charitas (Tergugat II) pernah menangani pasien Davina
sekitar bulan Oktober 2012. Waktu itu saksi bertugas dari pukul 07.00
WIB sampai pukul 14.00 WIB. Pada saat saksi bertugas kondisi
pasien sakit berat dengan diagnosa kejang, demam dan dicurigai ada
radang otak, diare yang berkepanjangan (berdasarkan hasil rekam
medik dari RS Myria. Bahwa sekitar pukul 08.40 pasien (anak
Penggugat) kembali mengalami kejang dan oleh saksi diberi obat anti
kejang, reaksinya kejang pasien reda. Setelah dinyataka stabil
tekanan darah, nadi dan pernafasan, sekitar pukul 09.25 pasien (anak
Pengguggat dipindahkan ke ICU;
3. Agustina menerangkan, bahwa saksi adalah Perawat BGD RS RK
Charitas (Tergugat II) yang bertugas dari pukul 20.30 WIB sampai
pukul 06.30 WIB yang bertugas membantu dokter jaga menangani
pasien Davina (anak Penggugat), dokter jaga melakukan
80
80
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pemeriksaan fisik, pemasangan selang oksigen dan memberikan
obat penenang;
4. Andreas Nurbianto menerangkan, bahwa saksi adalah perawat BGD
RS RK Charitas (Tergugat II) yang bertugas dari pukul 14.00 WIB
sampai pukul 21.00 WIB, saksi pernah membantu dokter jaga
menangani dan memindahkan anak Penggugat (pasien Davina) ke
ICU dalam kondisi tekanan darah, nadi dan pernafasan stabil;
5. Mario Yosep menerangkan bahwa saksi adalah dokter jaga ICU
pada RS RK Charitas pernah menangani pasien Davina tanggal 5
Oktober 2012 yang masuk ICU pada pukul 09.30 WIB, saksi
langsung menangani pasien dengan melakukan anamnesa/
menanyakan kondisi pasien kepada orang tau pasien dan melakukan
pemeriksaan fisik , dari hasil amamnesa pasien masuk ICU dengan
riwayat kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Saat melakukan
pemeriksaan fisik pasien dalam kondisi sakit berat dengan kesadaran
dan kondisi tanda-tanda vital stabil. Pada saat saksi melakukan
pemeriksaan terhadap pasien pukul 09.35 Tergugat I (dr. Silvia)
masuk ke ruang ICU dan langsung melakukan anamnesa kepada
orang tua pasien dan melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien
Davina (anak Penggugat), Tergugat I (dr. Silvia) menerangkan
kondisi pasien kepada Penggugat dan istrinya bahwa anak
Penggugat menderita kejang demam yang dsertai kemungkinan
peradangan pada otak, kemudian Tergugat I memberikan intruksi
kepada saksi untuk melakukan tindakan pemasangan infus dan
pemberian obat antibiotik, obat anti kejang, obat penurun panas dan
81|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 81
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
obat untuk pencernaan. Terhadap pasien dilakukan pemasangan alat
bantu nafas/intubasi, karena sekitar pukul 13.00 WIB kondisi pasien
mengalami penurunan kesadaran, nafas cepat dan denyut jantung
cepat yaitu 150 kali/menit maka kondisi pasien mengalamikelelahan
dan berakibat berkurangnya pasokan oksigen ke otak, lalu saksi
melaporkan kepada Tergugat I dan diputuskan untuk dilakukan
intubasi, dan saksi terangkan kepada dan disetujui oleh Penggugat
dan istrinya sebagai orang tua pasien. Bahwa pemasangan intubasi
adalah Tergugat I sendiri sekitar pukul 13.30 WIB dan kondisi pasien
tensinya normal sekitar 110/60 denyut jantungnya nornal kembali
sekitar di bawah 150 kali per menit, nafasnya normal sekitar 20 – 30
kali per menit. Tergugat melakukan pemeriksaan terhadap anak
Penggugat (pasien Devina Wahyudi) di ICU sebanyak 3 (tiga) kali.
Pada saat yang bersamaam Tergugat I jug sedang menangani
pasien lain yang sedang dirawat pada Tergugat II. Bahwa tindakan
medis yang dilakukan oleh dokter dan perawan sudah sesuai dengan
SOP Tergugat II;
6. dr. Santi menerangkan bahwa saksi adalah dokter jaga ICU pada
RS RK Charitas yang bertugas dari pukul 14.00 wib – pukul 21.00
WIB, pernah menangani anak Penggugat (pasien Davina) pada
tanggal 5 Oktober 2012, pada saat saksi bertugas anak Penggugat
dalam kondisi sudah terpasang intubasi dengan kondisi mulai
membaik. Anak Penggugat mengalami kejang kembali, kemudia
saksi memberikan obat anti kejang, kejang menghilang, lima menit
kemudian pasien mengalami penunan tekanan darah dan nadi lalu
82
82
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 82
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
saksi laporkan kepada Tergugat I, Tergugat I memberikan intruksi
agar anak Pengggat diberi obat guna menigkatkan tekanan darah
dan nadi. namun kondisi pasien anak Pengggat terus menurun
sampai berhenti denyut jantung, lalu dilakukan resusitas/penekanan
pada dada , memberikan bantuan nafas dan injeksi obat-obatan
selama 30 menit namun tidak ada tanda-tanda kehidupan dari si
pasien (anak Penggugat), dan pada pukul 16 saksi menyatakan anak
Penggugat (pasien Devia) meninggal dunia dengan sebab utama
gagal jantung/gagal nafas yang merupakan akibat dari proses
penyakitnya yaitu radang otak;
7. Efri Puspita, menerangkan menerangkan bahwa saksi adalah
perawat jaga ICU pada RS RK Charitas yang bertugas dari pukul
07.00 – 14.00 WIB pukul 21.00 WIB, pernah membantu dokter
menangani anak Penggugat (pasien Davina) di ICU. Anak Penggugat
masuk ICU pukul 09.30 WIB dan langsung ditangani oleh dokter jaga
ICU dan Tergugat I melakukan pemasangan intubasi yang
sebelumnya telah diterangkan oleh dokter jaga ICU kepada orang
tua pasien. Tergugat I melakukan pemeriksaan terhadap anak
Penggugat pasien Davina Wahyudi sebanyak 3 (tiga) kali;
8. Fransiskus Benni Susanto, menerangkan bahwa saksi adalah
perawat jaga ICU RS Charits (Tergugat II) yang bertugas dari pukul
14.00 – 21.00 WIB, pernah membatu dokter yang menangani pasien
Davina anak Penggugat di ruang ICU tahun 2012, waktu saksi
bertugas pasien sudah terpasang intubasi. Waktu saksi bertugas
pasien mengalami kejang, oleh dokter jaga diberi obat anti kejang,
83|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 83
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
setelah hilang kejangnya kondisi pasien Davina menurun hingga
denyut jantungnya berhenti;
Menimbang, bahwa berdasarkan Bukti T.I-4 dan T.II-20 diperkuat pula
dengan keterangan saksi-saksi Tergugat I sebagaimana telah diuraikan di atas,
Majelis Hakim berpendapat bahwa Tergugat I dan Tergugat II telah dapat
membuktikan dalil-dalil sangkalannya, bahwa tergugat I dan Tergugat II tidak ada
melakukan kelalaian dan kesalahan dalam menangani pasien Davina Wahyudi
(anak Penggugat);
Menimbang, bahwa oleh karena tergugat I dan Tergugat II tidak ada
melakukan kelalaian dan kesalahan dalam menangani pasien Davina Wahyudi
(anak Penggugat) maka dengan demikian Tergugat I dan Tergugat II tidak terbukti
melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana didalilkan oleh Penggugat;
Menimbang, bahwa dengan demikian Penggugat tidak dapat membukti-
kan dalil-dalil gugatannya sedangkan Para Tergugat telah dapat membuktikan
dalil-dalil sangkalannya, oleh karenanya Majelis menolak gugatan Penggugat
untuk selurunya;
Menimbang, bahwa mengenai sita jaminan yang dimintakan oleh
Penggugat karena tidak beralasan dan tidak pernah dijalankan maka tidak perlu
dipertimbangkan lebih lanjut;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat ditolah untuk
seluruhnya maka Penggugat berada di pihak yang kalah harus dihukum untuk
membayar ongkos perkara yang besarnya akan ditentukan dalam amar putusan
ini;
Memperhatikan ketentuan pasal-pasal dalam RBg dan peraturan-
peraturan lainnya yang bersangkutan;
84
84
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 84
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
M E N G A D I L I
Dalam Eksepsi
- Menyatakan menolah eksepsi Terguggat I dan Tergugat II tersebut;
Dalam Pokok Perkara
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp. 521.000,-
(lima ratus dua puluh satu ribu rupiah);
Demikian diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Palembang hari Selasa tanggal 18 Pebruari 2014 dengan susunan ZUHAIRI, SH, MH,
selaku Ketua Majelis, MARTAHAN PASARIBU, SH,. M.Hum., dan RITA HERLINA,
SH, LLM., sebagai Hakim-Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan pada hari Kamis
tanggal 6 Maret 2014 dalam persidangan yang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis
tersebut didampingi oleh MARTAHAN PASARIBU, SH., M.Hum RITA HERLINA, SH,
LLM., Hakim-Hakim Anggota, dibantu oleh M. WIRADARMA, SH., Panitera Pengganti,
dihadiri oleh Kuasa Penggugat dan Kuasa Tergugata II tanpa dihadiri Kuasa Tergugat I;
Hakim-hakim Anggota, Ketua Majelis,
1. MARTAHAN PASARIBU, SH., M.Hum. ZUHAIRI, SH, MH.
2.RITA HERLINA, SH, LLM.
Panitera Pengganti,
M. WIRADARMA, SH,.
85|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 85
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Perincian Biaya Perkara:
- Pendaftaran : Rp. 30.000,-
- Biaya ATK : Rp. 50.000,-
- Biaya Panggilan : Rp. 400.000,-
- PNDP Relas : Rp. 30.000,-
- Materai : Rp. 6.000,-
- Redaksi : Rp. 5.000,-
Jumlah Panggil : Rp. 521.000,-
86
86
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 86
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
87|
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 87