95572693-KTI-SUNGSANG

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak diantara ibu hamil dikategorikan tidak beresiko ternyata persalinan berlangsung tidak normal, karena itu pendekatan yang dilakukan adalah dengan menganggap bahwa semua kehamilan itu beresiko, untuk itu dianjurkan setiap ibu hamil agar mendapat pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan pelayanan obstetric yang aman dan bersih. Namun demikian kehamilan yang beresiko tinggi lebih diutamakan pertolongannya. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2006 menurut SDKI sebesar 253/100.000 kelahiran hidup. Penyebab AKI tersebut salah satunya komplikasi letak sungsang. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2003 menurut SDKI sebesar 40/1000 kelahiran hidup. Di Indonesia dilaporkan prognosis dan kelainan letak ini mengakibatkan kematian anak ± 14%, jika kematian karena prematuritas dikurangi kematian

Transcript of 95572693-KTI-SUNGSANG

Page 1: 95572693-KTI-SUNGSANG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak diantara ibu hamil dikategorikan tidak beresiko ternyata

persalinan berlangsung tidak normal, karena itu pendekatan yang dilakukan

adalah dengan menganggap bahwa semua kehamilan itu beresiko, untuk itu

dianjurkan setiap ibu hamil agar mendapat pertolongan persalinan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan pelayanan obstetric yang aman dan

bersih. Namun demikian kehamilan yang beresiko tinggi lebih diutamakan

pertolongannya. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2006

menurut SDKI sebesar 253/100.000 kelahiran hidup. Penyebab AKI tersebut

salah satunya komplikasi letak sungsang. Angka Kematian Bayi (AKB) di

Indonesia pada tahun 2003 menurut SDKI sebesar 40/1000 kelahiran hidup.

Di Indonesia dilaporkan prognosis dan kelainan letak ini mengakibatkan

kematian anak ± 14%, jika kematian karena prematuritas dikurangi kematian

anak dengan letak sungsang tetap tiga kali lebih besar dari pada kematian anak

dengan letak kepala. Frekuensinya adalah 34% pada persalinan yang

merupakan kelainan presentasi yang paling sering dijumpai, prognosis pada

bayi akibat persalinan presentasi sungsang ini jauh lebih jelek dibanding

dengan persalinan presentasi kepala.

Persalinan letak sungsang adalah persalinan dengan janin letak memanjang

dalam rahim, kepala di fundus dan bokong di bawah. Pada kehamilan sampai

Page 2: 95572693-KTI-SUNGSANG

kurang lebih usia 32 minggu jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga

memungkinkan janin untuk bergerak secara leluasa, dengan demikian janin dapat

menempatkan diri dalam rahim dengan letak kepala, letak sungsang dan letak

lintang. Pada kehamilan trimester terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah

air ketuban relatif berkurang, sehingga pada kehamilan cukup bulan janin sudah

dalam posisi menetap dan frekuensi sungsang lebih tinggi (Wiknjosastro, 2002).

Faktor-faktor yang memengang peranan dalam terjadinya letak sungsang adalah

usia gestasi, relaksasi uterus yang disebabkan oleh multiparitas, kehamilan ganda,

hidramnion, hidrosefalus, riwayat presentasi bokong, anomaly uterus, dan berbagai

tumor dalam panggul (Cuninngham, 2005).

Pada kehamilan setelah 37 minggu, didapatkan 5-7 % letak sungsang atau

presentasi bokong. Pada kehamilan trimester ke-2 (21-24 minggu) 33%. Pada awal

trimester ke-3 (29-32 minggu) 14%. Letak sunsang dapat mengakibatkan kejadian

mortalitas dan morbiditas perinatal yakni : hipoksia, trauma persalinan,

prematuritas dan kelainan kongenital. Mortalitas perinatal rnerupakan kematian

perinatal 13 kali lebih tinggi dari pada kematian perinatal pada presentasi kepala.

Sedangkan morbiditas perinatal rnerupakan 5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi

kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin, dan jenis presentasi

bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong adalah hipoksia,

trauma- persalinan, prematuritas, dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital

terdapat 6-18 pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presetasi kepala

(www.Geocities.Coni. Persalinan Sungsang).

Page 3: 95572693-KTI-SUNGSANG

Kelainan kongenital terdapat 6-18 pada presentasi bokong,

dibandingkan 2-3% pada presetasi kepala (www.Geocities.Corn, Persalinan

Sungsang).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja yang juga merupakan

rumah sakit rujukan di daerah Jakarta Utara, banyak menangani persalinan

sungsang. Pada tahun 2008 diperoleh data yaitu dari 2181 jumlah persalinan

terdapat 74 kasus persalinan sungsang. Mengingat bahaya-bahaya yang

diakibatkan oleh letak sungsang pada kehamilan, maka penulis berminat untuk

mengangkat gambaran karakteristik ibu bersalin dengan letak sungsang di

RSUD Koja Jakarta Utara sebagai judul karya tulis ilmiah, diharapkan

pertolongan persalinan letak sungsang yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang professional dilakukan dengan pelayanan obstetri yang aman dan bersih

akan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada bayi dan ibu.

1.2 Rumusan Masalah.

Dari data yang diperoleh diketahui dari 2181 jumlah persalinan di

RSUD Koja terdapat 3.39% persalinan sungsang. Oleh karena itu penulis

berminat mengangkat gambaran karakteristik ibu bersalin dengan letak

sungsang di RSUD Koja

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diperolehnya informasi mengenai karakteristik ibu bersalin dengan

letak sungsang di RSUD Koja Jakarta Utara.

Page 4: 95572693-KTI-SUNGSANG

2. Tujuan Khusus

a) Diperolehnya informasi distribusi ibu bersalin dengan letak sungsang

ditinjau dari masa gestasi.

b) Diperolehnya informasi distribusi ibu bersalin dengan letak sungsang

ditinjau dari paritas ibu.

c) Diperolehnya informasi distribusi ibu bersalin dengan letak sungsang

ditinjau dari keadaan jalan lahir.

d) Diperolehnya informasi distribusi bersalin dengan letak sungsang

detinjau dari keadaan janin.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian sebagai

peneliti pemula serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang diperoleh

selama kuliah khususnya mata ajaran metodelogi penelitian dalam rangka

mengetahui gambaran karakteristik ibu bersalin dengan letak sungsang.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan

bacaan dalam melengkapi perpustakaan bagi pendidikan.

3. Bagi Rumah Sakit

Dapat mengetahui karakteristik dari persalinan sunsang dan hal

tersebut berguna untuk mendeteksi secara dini janin letak sungsang pada

ibu dan rencana tindakan yang tepat pada saat proses supaya bisa

Page 5: 95572693-KTI-SUNGSANG

menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin akibat

persalinan sungsang.

1.5 Ruang Lingkup

Mengingat bahaya yang dapat diakibatkan oleh letak sungsang pada

kehamilan maka peneliti mencoba melakukan penelitian dan membatasi ruang

lingkup penelitian pada karakteristik ibu bersalin dengan letak sungsang

meliputimasa gestasi, paritas, keadaan jalan lahir, keadaan janin. di RSUD

Koja Jakarta Utara Tahun 2008. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009

dengan pengambilan data sekunder yaitu melihat medical record pasien.

Page 6: 95572693-KTI-SUNGSANG

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Letak Sungsang

2.1.1 Pengertian

a. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak

memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di

bagian bawah kavum uteri (Wiknjosastro, Hanifa, 2002).

b. Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana

bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada

fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah atau di

bagian pintu atas panggul (Saifiiddin, 2002).

Berdasarkan pengertian tersebut maka penulis menyimpulkan

bahwa letak sungsang adalah suatu keadaan dimana janin dalam letak

memanjang terhadap sumbu badan ibu dengan bokong sebagai bagian

terbawah di segmen bawah kavum uteri atau di bagian pintu atas

panggul.

2.1.2 Klasifikasi

Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan

beberapa bentuk letak sungsang sebagai berikut:

a. Letak bokong

b. Letak bokong kaki sempurna

c. Letak bokong kaki tak sempurna

Page 7: 95572693-KTI-SUNGSANG

2.1.3 Etiologi

a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air

ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar.

b. Hidroamnion karena anak mudah bergerak.

c. Plasenta previa karena mrnghalangi turunnya kepala ke dalam

pintu atas panggul.

d. Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bikornis.

e. Panggul sempit : walaupun panggul sempit sebagai penyebab letak

sunsang masih disangsikan oleh berbagai penulis.

f. Kelainan bentuk kepala, yaitu : Hidrosefalus, dan anensefalus

karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.

(Sulaiman, 2004)

2.1.4 Diagnosis

a. Subyektif

Seringkali wanita menyatakan bahwa kehamilannya terasa

lain daripada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh di

bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah.

b. Objektif

1) Pemeriksaan Luar

a) Palpasi

Di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras

dan bulat yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri.

Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi

Page 8: 95572693-KTI-SUNGSANG

kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat

digerakkan semudah kepala.

b) Auskultasi

Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan

setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.

2) Pemeriksaan Dalam

Ditandai dengan terabanya bokong yaitu adanya sacrum,

kedua tuber ossis iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus

dibedakan dengan tangan, pada kaki terdapat tumit, sedangkan

pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya sejajar dengan jari-

jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak

tangan. (Wiknjosastro, Hanifa, 2002)

3) Pemeriksaan Penunjang

USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan

klinis presentasi bokong dan bila mungkin untuk mengidentifikasi

adanya anomaly jari. Apabila persalinan direncanakan dengan

seksio sesarea, pemeriksaan sinar X tidak diindikasikan. Namun

bila dipertimbangkan untuk melahirkan pervaginam, tipe presentasi

bokong merupakan hal yang penting diperhatikan. (Cuningham,

2005)

Page 9: 95572693-KTI-SUNGSANG

2.1.5 Jenis Pimpinan Persalinan Sungsang

Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin

pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Persalinan Spontan (Spontaneous Breech)

Kelainan bayi sepenuhnya terjadi secara spontan tanpa

tarikan ataupun manipulasi selain untuk menyangga bayi. Cara ini

lazim disebut cara Bracht.

b. Manual Aid (Partial Breech Extraction, Assisted Breech Delivery)

Bayi dilahirkan secara spontan sampai umbilicus, tetapi

bagian tubuh lainnya diekstraksi atau dilahirkan dengan traksi oleh

penolong dan prasat-prasat untuk membantu yaitu :

1. Secara Klasik

2. Secara Muller

3. Secara Lovset

c. Ekstraksi Sunsang (Total Breech Extraction)

Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga

penolong (Saifuddin, 2002).

2.1.6 Prosedur Pertolongan Persalinan Spontan

a. Tahapan

1) Tahapan Pertama : Fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong

sampai pusar (scapula depan). Disebut fase lambat karena fase

ini hanya untuk melahirkan bokong yaitu bagian janin yang

tidak berbahaya.

Page 10: 95572693-KTI-SUNGSANG

1. Tahapan Kedua : Fase cepat, yaitu mulai

dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut disebut fase cepat karena

pada fase ini kepala janin mulai masuk pintu atas panggul sehingga

kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itu fase ini harus

segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan. Bila mulut

sudah lahir, janin dapat bernafas lewat mulut.

2. Tahapan ketiga : Fase lambat, yaitu mulai

lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat

karena kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi

(uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga

kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari

terjadinya perdarahan intra cranial (adanya rupture tentorium

serebral).

b. Tehnik

1) Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus

memperhatikan sekali lagi persiapan ibu, janin, maupun penolong.

Pada persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan cunam

piper.

2) Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedangkan penolong berdiri di

depan vulva, ketika timbul his ibu disuruh mengejan dengan

merangkul kedua paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva

(crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin intra muskulus. Pemberian

Page 11: 95572693-KTI-SUNGSANG

oksitosin ini ialah merangsang kontraksi rahim sehingga fase cepat

dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.

3) Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva

a) Prasat Bracht

(1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara

Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu

panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.

(2) Pada setiap his ibu disuruh mengejan pada waktu tali pusat

lahir dan tampak sangat teregang, tali pusat dikendorkan

lebih dahulu.

(3) Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan

janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu

punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya

mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga

gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan gaya berat

badan janin. Bersamaan dengan dimulainya gerakan

hiperlordosis ini, seorang asisten melakukan ekspresi

kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu

panggul. Maksud ekspresi kristeller ini ialah :

(a) Agar tenaga mengedan lebih kuat, sehingga fase cepat

dapat segera deselesaikan (berakhir).

(b) Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi.

Page 12: 95572693-KTI-SUNGSANG

(c) Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus

uterus dan kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan

menjungkit.

Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut

lahir pusar, perut, bahu dan lengan, dagu, mulut dan

akhirnya seluruh kepala.

(4) Janin yang baru lahir diletakkan di perut ibu, seorang

asisten segera menghisap lender dan bersamaan itu

penolong memotong tali pusat.

b) Manual Aid

(1) CaraKlasik

(a) Prinsip melahirkan bahu dan tangan secara klasik ini

ialah melahirkan lengan belakang lebih dahulu, karena

lengan belakang berada di ruangan yang lebih luas

(sacrum), baru kemudian melahirkan lengan lengan

depan yang berada di bawah simfisis. Tetapi bila

lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan

diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan

memutar gelang bahu ke arah belakang dan baru

kemudian lengan belakang ini dilahirkan.

(b) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan

penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke

Page 13: 95572693-KTI-SUNGSANG

arah sejauh mungkin, sehingga perut janin mendekati

perut ibu.

(c) Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong

dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari

tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai

pada fosa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan

dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap

muka janin.

(d) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada

pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan

penolong dan tank curam ke bawah sehingga

punggung janin mendekati punggung ibu.

(e) Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.

(f) Bila lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar

menjadi lengan belakang. Gelang bahu lengan yang

sudah lahir dicengkam dengan kedua tangan penolong

sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan

penolong terletak di punggung dan sejajar dengan

sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkam

dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin,

sehingga lengan depan terletak di belakang. Kemudian

lengan belakang ini dilahirkan dengan teknik tersebut

di atas.

Page 14: 95572693-KTI-SUNGSANG

(g) Deventer melakukan cara klasik ini dengan tidak

mengubah lengan depan menjadi lengan belakang.

Cara ini lazim disebut cara Deventer, keuntungan cara

klasik ialah pada umumnya dapat dilakukan pada

semua persalinan letak sunsang. Kerugiannya ialah

lengan janin masih relatif tinggi di dalam panggul,

sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan

lahir yang dapat menimbulkan infeksi.

(2) Cara Muller

(a) Prinsip melahikan bahu dan lengan secara Muller ialah

melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan

ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan

belakang.

(b) Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks

(Duimbekken greep) yaitu kedua ibu jari penolong

diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk

pada krista iliaka dan jari-jari lain mencengkam paha

bagian depan. Dengan pengangan ini badan janin

ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu

depan tampak di bawah simfisis, dan lengan depan

dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.

(c) Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka

badan janin yang masih dipengang secara femuro-

Page 15: 95572693-KTI-SUNGSANG

pelviks ditarik ke atas, sampai bahu belakang lahir. Bila

bahu belakang tidak lahir dengan sendirinya, maka

lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan

bawah dengan kedua jari penolong, keuntungan dengan

tehnik Muller ini ialah tangan penolong tidak masuk

jauh ke dalam jalan lahir, sehingga bahaya infeksi

minimal.

(3) Cara Lovset

(a) Prinsip persalinan secara Lovset ialah memutar badan

janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil

dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang

sebelumnya berada di belakang akhiraya lahir di bawah

simfisis. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa adanya

inklinasi antara pintu atas panggul dengan sumbu

panggul dan bentuk lengkungan depan lebih pendek

dari lengkungan di belakang, sehingga setiap saat bahu

belakang selalu dalam posisi lebih rendah dari bahu

depan.

(b) Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil

dilakukan traksi curam ke bawah badan janin diputar

setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi

bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan

janin diputar kembali ke arah yang berlawanan setengah

Page 16: 95572693-KTI-SUNGSANG

lingkaran, demikian seterusnya bolak-balik, sehingga

bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan

dapat dilahirkan.

(c) Bila lengan janin tidak dapat dilahirkan dengan

sendirinya, maka lengan janin ini dapat dilahirkan

dengan mengait lengan bawah dengan jari penolong.

(d) Keuntungan cara Lovset

Tehnik yang sederhana dan jarang gagal.

Dapat dilakukan pacta segala macam letak sunsang

tanpa memperhatikan posisi tengah lengan.

Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir,

sehingga bahaya infeksi minimal.

(e) Cara Lovset ini dianjurkan dalam memimpin persalinan

letak sunsang pada keadaan-keadaan dimana diharapkan

akan terjadi kesukaran, misalnya :

Primigravida

Janin yang besar

Panggul yang relatif sempit

(4) Cara Mauriceau

(a) Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin

dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari tengah

dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk, dan jari

keempat mencengkam fosa kanina, sedang jari lain

Page 17: 95572693-KTI-SUNGSANG

mencengkam leher. Badan anak diletakkan di atas

lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang

kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain

mencengkam leher janin dan arah punggung.

(b) Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke

bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi

kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh

tangan penolong yang mencengkam leher janin dari

arah punggung. Bila subocciput tampak di bawah

simflsis kepala janin dielevasi ke arah dengan

subocciput sebagai hipomoclion sehingga berturut-turut

dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan

akhirnya lahirnya seluruh kepala janin (Wiknjosastro,

Hanifa, 2005).

2.1.7 Pemeriksaan dan Pengawasan Pada Saat Hamil

Tujuan umumnya adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan

mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas

sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (PUSDINAKES-WHO-

JHPIEGO, 2003).

Tujuan khususnya adalah :

a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai

dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.

Page 18: 95572693-KTI-SUNGSANG

b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita

sedini mungkin.

c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.

d. Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan

keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.

2.1.8 Jadwal Pemeriksaan kehamilan

a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika

haidnya terlambat satu bulan.

b. Periksa ulang 1 x sebulan sampai kehamilan 7 bulan.

c. Periksa ulang 2 x sebulan kehamilan 9 bulan.

d. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.

e. Periksa khusus bila ada keluhan keluhan.

2.2 Gambaran Kejadian Letak Sungsang Pada Ibu Bersalin

2.21 Jenis Presentasi Letak Sungsang

a. Presentasi bokong sempurna (complete breech). Fetus berada dalam

posisi duduk dalam jalan lahir. Seluruh anggota gerak janin fleksi

sempurna (tungkai dan lutut fleksi)

b. Presentasi bokong tidak sempurna (incomplit breech). Letak

sungsang dimana selain bokong bagian terendah juga kaki dan lutut

c. Presentasi bokong murni (frank breech). Bagian terbawah dari fetus

adalah bokong, kedua tungkai dalam fleksi dan sejajar toraks (lutut

ekstensi).

Page 19: 95572693-KTI-SUNGSANG

d. Presentasi kaki (footlink breech). Salah satu atau kedua kaki lebih

inferior dibandingkan dengan bokong dan akan menjadi bagian

pertama lahir.

2.2.2 Masa Gestasi

Lamanya kehamilan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir

(HPHT), kadang-kadang kehamilan berakhir sebelum waktunya dan ada

kala yang melebihi waktu yang normal yaitu 280 hari atau 40 minggu.

Berakhirnya kehamilan menurut lamanya kehamilan dapat dibagi menjadi:

Tabel 1.1

No Lama Kehamilan Berat Anak Istilah

1

2

3

4

5

< 20 minggu

20-28 minggu

28-37 minggu

37-42 minggu

> 42 minggu

< 500 gram

500- 1000 gram

1000-2500 gram

> 2500 gram

Abortus

Partus Imatur

Partus Prematur

Partus Manor

Partus Serotinus

Gestasi atau usia kehamilan adalah salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap kelainan letak sunsang. Usia kehamilan yang

dimaksud adalah preterm. Menurut Sarwono Prawirohardjo (2002) bahwa

pada kehamilan kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih

banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan

demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak

sunsang atau letak lintang.

Page 20: 95572693-KTI-SUNGSANG

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan

jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua

tungkai yang terlihat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa

untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala

berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan

demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan,

frekuensi letak sunsang lebih tinggi (Wiknjosastro, Hanifa, 2002).

2.2.3 Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran

bayi dalam keadaan hidup dengan usia kehamilan lebih 28 minggu.

Walaupun berat badan < 1000 gram dan dapat hidup dengan kemajuan

teknologi maka berat badan bayi < 1000 gram masih digolongkan ke

dalam paritas (Varney, 2004). Paritas (multipara) adalah salah satu faktor

yang memegang peranan dalam terjadinya letak sunsang (Wiknjosastro,

Hanifa, 2005). Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm

sebanyak satu kali. Multipara (pleuripara) adalah wanita yang pernah

melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak

lebih dari lima kali. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan

janin aterm lebih dari lima kali.

2.2.4 Keadaan jalan lahir

Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting dalam proses

persalinan yang terdiri dari jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Proses

Page 21: 95572693-KTI-SUNGSANG

persalinan merupakan proses mekanis yang melibatkan tiga faktor, yaitu

jalan lahir, kekuatan yang mendorong, dan akhirnya janin yang didorong

dalam satu mekanis tertentu dan terpadu (Manuaba, 1998).

Jalan lahir merupakan komponen yang tetap, artinya dalam konsep

obstetri modern tidak diolah untuk dapat melancarkan proses persalinan

kecuali jalan lunak pada keadaan tertentu tanpa membahayakan janin.

Jalan lahir tulang mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. Pintu atas panggul dengan distansia transversalis kanan kiri lebih

panjang dari muka belakang.

b. Mempunyai bidang tersempit pada spina ischiadica.

c. Pintu bawah panggul terdiri dari dua segitiga dengan dasar pada tuber

ischii, ke depan dengan ujung simfisis pubis, ke belakang ujung

sacrum,

d. Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul, seolah-olah berputar

sembilan puluh derajat.

e. Jalan lahir depan panjang 4,5 cm sedangkan jalan lahir belakang

panjangnya 12,5 cm.

f. Secara keseluruhan jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke

depan, mempunyai bidang sempit pada spina ischiadica, terjadi

perubahan pintu atas panggul lebar kanan kiri menjadi pintu bawah

panggul dengan lebar ke depan dan belakang yang terdiri dari 2

segitiga.

Page 22: 95572693-KTI-SUNGSANG

Dengan demikian jalan lahir keras sangat menentukan proses

persalinan apakah dapat berlangsung melalui jalan biasa atau melalui

tindakan operasi dengan kekuatan dari luar. Yang perlu mendapatkan

perhatian bidan kemungkinan ketidakseimbangan antara kepala dan jalan

lahir dalarn bentuk disproporsi sefalopelvik. Sebagai kriteria kemungkinan

tersebut terutama pada primigravida dapat diduga bila dijumpai:

a. Kepala janin belum turun pada minggu ke 36 yang disebabkan janin

terlalu besar, kesempitan panggul, terdapat lilitan tali pusat dan

terdapat hidrosefalus.

b. Kelainan letak : letak lintang, letak sunsang.

c. Pada multipara kemungkinan kesempitan panggul dapat diperkirakan

persalinan akan mengalami kesulitan sehingga perlu dikonsultasikan

atau segera dirujuk agar mendapatkan penanganan yang adekuat.

2.2.5 Keadaan Janin

Keadaan janin merupakan bagian penting dalam proses persalinan.

Pada letak sunsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami

kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit.

Keadaaan tali pusat merupakan salah satu penyebab janin dengan

letak sunsang dimana tali pusat sangat penting artinya sehingga janin

bebas bergerak dalam uterus yang dilindungi oleh cairan amnion,

sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Pada

umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55 cm. Tali pusat

terpendek pernah dilaporkan sepanjang 2,5 cm, sedangkan terpanjang 300

Page 23: 95572693-KTI-SUNGSANG

cm. Tali pusat yang terlalu panjang dapat menimbulkan lilitan pada leher,

sehingga mengganggu aliran darah ke janin dan menimbulkan bahaya

asfiksia sampai kematian.

Selain keadaan tali pusat, persalinan preterm (prematuritas) juga

merupakan penyebab janin dengan letak sunsang, dimana pada

prematuritas letak sunsang disebabkan karena jumlah air ketuban relative

lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa

(Prawirohardjo, 2002).

Page 24: 95572693-KTI-SUNGSANG

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah gambaran

karakteristik ibu bersalin dengan letak sungsang yang ditinjau dari faktor

gestasi, paritas, keadaan jalan lahir, dan keadaan janin. Pola pemikiran yang

mendasari konsep penelitian digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel dependen

Kerangka konsep di atas dibuat berdasarkan penelitian dan tinjauan

pustaka dengan mempertimbangkan data sekunder (register medik).

1. Gestasi

2. Paritas

3. Keadaan Jalan Lahir

4. Keadaan Janin

Letak Sungsang

Page 25: 95572693-KTI-SUNGSANG

3.2 Definisi Operasional

No.Variable

bebasDefinisi Operasional Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Letak

sungsang

Keadaan dimana

janin letak

memanjang dengan

kepala difundus uteri

dan bokong dibawah

kavum iteri

Chek list Melihat

register

1. Persentasi bokong

murni

2. Persentasi bokong

sempurna

3. Persentasi bokong

tidak sempurna

4. Persentasi kaki

nominal

2 Gestasi Usia kehamilan

hingga ibu

melahirkan

Chek list Melihat

register

1. 28-37 minggu

2. 37-42 minggu

3. > 42 minggu

Ordinal

3 Paritas Jumlah kelahiran

yang dialami seorang

ibu dengan

menghasilkan

lahirnya bayi.

Chek list Melihat

register

1. 1 (primipara)

2 2-4 (multipara)

3. > 4 (grande

multipara)

Ordinal

4 Keadaan

jalan

Lahir

Komponen penting

dalam proses

persaiinan

Chek list Melihat

register

1. Normal

2. Kesempitan

panggul

Nominal

5 Keadaan

Janin

Bagian terpenting

dalam proses

persaiinan

Chek list Melihat

register

1. Tidak ada

kelainan

2. Tali pusat pendek

3. Lilitan tali pusat

4. Prematurutas

Nominal

Page 26: 95572693-KTI-SUNGSANG

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dengan

pendekatan Cross Sectonal yaitu pengumpulan variable independen dan

variable dependen secara bersamaan.

4.2 Populasi Dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek

yang akan diteliti mati atau hidup. (Notoatmodja, 1993)

Pada penelitian ini populasinya adalah ibu-ibu bersalin

dengan letak sungsang di RSUD Koja Jakarta Utara Tahun 2008

yaitu sebanyak 74 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti

dan dianggap memenuhi seluruh populasi. (Notoatmodjo, 1993)

Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari popolasi

pengambilan sampel N=n yaitu besarnya sama dengan jumlahnya.

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin dengan letak

sungsang di RSUD Koja Jakarta Utara Tahun 2008 yaitu sebanyak 74

orang.

Page 27: 95572693-KTI-SUNGSANG

4.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian menggunakan data sekunder,

dimana data diambil dari status pasien (medical record), yaitu ibu-ibu yang

bersalin dengan letak sunsang di RSUD Koja Jakarta Utara Tahun 2008.

4.4 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing atau Sortir Data

Dilakukan proses pemilihan data dilapangan sehingga dapal

menghasilakn data yang lebih akurat untuk pengolahan data selanjutnya.

Kegiatan yang dilaksanakan adalah memeriksa dan mengamati apakah

semua pertanyaan sudah terjawab, jawaban yang ada dapat dibaca dan

konsisten.

b. Pengkodean Data

Proses pemberian kode jawaban yang akan di analisa / dimasukan

kedalam pencatatan yang bertujuan untuk menyingkat data yang di dapat

dengan cara memberikan kode-kode tertentu dalam bentuk angka.

c. Pengelompokan Data

Setelah data di kumpulkan melalui formulir isian, data

dikeloinpokan sesuai kriteria penelitian.

d. Tabulasi Data

Setelah pengkodean, data dipisahkan kedalam master tabel

kemudian dikelompokan sesuai dengan variabel yang diteliti, data yang

telah dikelompokan kemudian ditabulasikan kedalam bentuk tabel

distribusi frekuensi

Page 28: 95572693-KTI-SUNGSANG

4.5 Penyajian Data

Dalam penyajian data yang digunakan adalah label distribusi

frekuensi dan dalam bentuk rangkaian kalimat untuk menerangkan kumpulan

data yang diperoleh.

4.6 Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisa secara univariat yaitu menjelaskan

distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Analisa ini dilakukan

dengan cara mentabulasi data, kemudian disusun dalam bentuk tabel sesuai

dengan variabel yang diteliti dan dihitung dengan presentasi.

Rumus: P= X 100%

Ket : P = Presentasi

F = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

FN

Page 29: 95572693-KTI-SUNGSANG

KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN LETAK SUNGSANG

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

TAHUN 2008

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian akhir Program Diploma III Kebidanan

DISUSUN OLEH

ANASTASIA TUTI SETIAWATI

150061054

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN M.H THAMRINPROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

JAKARTA2009

Page 30: 95572693-KTI-SUNGSANG

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat

rahmat dan hidayahnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini yang berjudul “Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Letak Sungsang di

RSUD Koja Jakarta Utara Periode Tahun 2008 “

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

syarat dalam rangka menyelesaikan Pendidikan di Akademi Kebidanan

MH.Thamrin. Agar Mahasiswa dapat menerapkan dan mendukung bermacam

ilmu yang didapat dibangku kuliah dalam bentuk karya Tulis Ilmiah.

Kegiatan penyusunan KTI ini dapat terlaksana berkat dukung dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuannya, baik moril maupun materiil sehingga

penulisan Karya Tulis ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis

sampaikan antara lain kepada :

1. Dr. H. Abdul rajak, DSOG, Selaku Ketua Yayasan Pendidikan MH.

Thamrin

2. Drs. Soerodo, Apt, Selaku Ketua STIKes MH.Thamrin

3. Ibu Karminingsih, S.Si.T, Selaku Ketua Program Studi Diploma III

Kebidanan STIKes MH.Thamrin

4. Ibu Ruslyana Manik, S.SiT, S.pd, Selaku Pembimbing tekhnik yang telah

memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan Karya Tulis ini

Page 31: 95572693-KTI-SUNGSANG

5. Ibu Yasinta Dewi Kristianti, S.Si.T, Selaku Pembimbing materi yang telah

memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini

6. RSUD Kja Jakarta Utara, sebagai tempat pengambilan data

7. Keluarga Tercinta yang telah memberikan doa restu dan dukungan moril

maupun materiil hingga terselesaiannya Karya Tulis ini

8. Sahabatku tersayang Yossi, Rangga, Yadi, Tris dan spesial Aldo yang

telah memberikan supportnya

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswi Akademi Kebidanan MH.Thamrin

Angkatan VI, yang telah memberikan supportnya

10. Teman-teman Kosan Wisma Kerinduan, Helen, Risna, Hani,asyka, suli,

tryas yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini dari sistematika penulisan

maupun dari segi isi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dn saran yang

bersifat membangun untuk kelengkapannya.

Jakarta, Agustus 2009

Penulis

Page 32: 95572693-KTI-SUNGSANG

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis ini telah disetujui oleh pembimbing dan dinyatakan dapat mengikuti ujian

Pembimbing Tehnik Penbimbing Materi

( Ruslyana Manik, S.SiT, S.pd ) ( Yasinta Dewi Kristianti, S.Si.T )

MengetahuiDirektur Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan

MH. THAMRIN

( Karminingsih, S.Si.T )

Page 33: 95572693-KTI-SUNGSANG

Ibu.............................Dikehidupan Selanjutnya.............Aku ingin menjadi anak mu lagi........................Lalu...Aku ingi menjadi anak yang baik Yang kau cintai...Aku mencintaimu ibu,,Sungguh mengasihimu..Tak akan pernah ada saat..Dimana kau akan meninggalkanku..Ibu...Terima Kasih telah menjadikanku seperti iniKaulah TERHEBAT yang pernah aku lihatSelama aku bernafas...........

Page 34: 95572693-KTI-SUNGSANG

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : Anastasia Tuti Setiawati

Tempat Tgl Lahir : Banuayu, 22 April 1989Agama : KhatolikSuku : Jawa

Status : Belum menikah

Alamat : Jl. Papanggo IIIB No. 10 Rt. 12 Rw. 05 Kelurahan Papanggo. Kecamatan Tanjung Priuk. Jakarta Utara

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2000 lulus SDN I Banuayu Sumatera selatan2. Tahun 2003 lulus SLTP N 63 OKU Sumatera Selatan3. Tahun 2006 lulus SMU N 18 Jakarta Utara 4. Tahun 2006 sampai sekarang mengikuti pendidikan di Program Studi

Kebidanan STIKES MH.Thamrin Jakarta

Page 35: 95572693-KTI-SUNGSANG

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANLEMBAR PENGESAHANLEMBAR PERSEMBAHANRIWAYAT HIDUPKATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR TABELBAB I PENDAHULUAN 1.1

Page 36: 95572693-KTI-SUNGSANG

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin dengan letak sungsang di

Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara

Periode Januari – Desember 2008Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi ibu bersalin dengan Letak Sungsang

Berdasarkan Umur Kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah

Koja Jakarta Utara Periode Januari – Desember 2008

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin dengan Letak Sungsang

Berdasarkan Paritas di Rumah Sakit Umum Daerah Koja

Jakarta Utara Periode Januari – Desember 2008

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Ibu bersalin dengan letak sungsang

Berdasarkan Keadaan jalan lahir di Rumah Sakit Umum Daerah

Koja Jakarta Utara Periode Januari – Desember 2008

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi ibu bersalin dengan letak sungsang

Berdasarkan Keadaan janin di Rumah Sakit Umum Daerah Koja

Jakarta Utara Periode Januari – Desember 2008