95043672-refrat-GANGGUAN-KEPRIBADIAN
-
Upload
eka-f-andreyy -
Category
Documents
-
view
16 -
download
5
description
Transcript of 95043672-refrat-GANGGUAN-KEPRIBADIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan kepribadian memiliki jumlah terbanyak sekitar 5% dari hitungan secara kasar
tafsiran jumlah penduduk gangguan jiwa. Penelitian gangguan kepribadian pada remaja dan
dewasa awal di Desa Sedeng Pacitan, sampel yang digunakan adalah remaja dan dewasa awal
di desa Sedeng Pacitan yang berusia 18-25 tahun baik itu laki-laki dan perempuan
yang berjumlah 152 orang. Dari hasil penelitian prevalensi gangguan kepribadian, dapat di rinci
menurut delapan aspek yaitu gangguan kepribadian obsesif kompulsif sebanyak 32 orang(21.05%),
gangguan kepribadian shizoid sebanyak 26 orang (17.10%), gangguan kepribadian paranoid
sebanyak 27 orang (17.76%), gangguan kepribadian ambang sebanyak 22 orang(14.4%),
gangguan kepribadian anti sosial sebanyak 29 orang (19.07%) dan gangguan lain seperti
kondisi emosional sebanyak 37 orang (24.34%),depresi sebanyak 35 orang (23.02%) dan
impulsif sebanyak 28 orang (18.42%). Melihat tingginya prevalensi gangguan kepribadian
maka dapat disimpulkan bahwa status kesehatan masyarakat khususnya remaja dan dewasa
awal di desa Sedeng Pacitan menunjukkan pada tingkat rendah.
Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering
terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat dikantor tetangga
atau bahkan dengan suami/istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar
batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi.
Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan
tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus memahami defenisi dari kepribadian itu,
bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah
laku, teori tentang kepribadian agar terbentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga
gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KEPRIBADIAN
Kata “ kepribadian” (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin: persona .Pada mulanya kata
persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemainsandiwara di zaman
romawi dalam memainkan perannya. Lambat laun, kata persona(personality) berubah menjadi
satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari
kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan
atau sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya.
Kepribadian (Allport, 1971) adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik
dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku
yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian
relatif stabil dan dapat diramalkan(kaplan).
B. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita dapat
membedakannya dalam dua golongan :
1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalamkebudayaan
tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan seseorang dalam
masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita seseorang mempunyai hak dan
kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh orang yang
bersangkutan tetapi masih tetap terikat pada norma-norma masyarakat,misalnya jabatan
atau pekerjaan. Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya
diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan
dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena :
a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya(orang
tua, saudara, media massa dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap orang.
Setiap orang tua atau media massa mempunyai pandangan dan pendapatnya sendiri
sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan pendapat yang berbeda-beda itu
akan berbeda-beda pula pendiriannya.
b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang terjadi pada
dirinya sendiri.
2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu sendiri. Pengalaman ini
tidak tergantung pada status dan peran orang yang bersangkutan dalam masyarakat.
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi pengaruh yang
berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan pengalaman-
pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia membentuk dalam
dirinya suatu stuktur kepribadian yang tetap (permanen). Proses integrasi
pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin dewasa,
disebut proses pembentukan identitas diri.
Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu tingkat yang
harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang
lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara, guru, dan sebagainya. Pada masa remaja,
tahap identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungandan kekaburan akan peran sosial, karena
remaja-remaja cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus,
misalnya dengan ayahnya, bintang film kesayangannya, tokoh politik favoritnya dan
sebagainya. Kalau kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu
menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan menderita gangguan-gangguan kejiwaan
pada masa dewasanya. Karena itu penting sekali diusahakan agar remaja dapat menentukan
sendiri identitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap orang-orang
lain untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.
C. TEORI KEPRIBADIAN
Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja berbeda, yakni
teorikepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait), teori kepribadian behaviorisme, danteori
psikoligi kognitif.
1. Teori Kepribadian Psikoanalisis
Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangunmodel kepribadian
yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu samalain. Konflik dasar dari tiga
sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu. Energi dasar ini menjadi
kebutuhan instink individu yang menuntut pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan
superego.
Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera
impuls biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapaidengan
cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati nurani;suara hati) memiliki standar moral
pada individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, ego harus menghadapi konflik
antara id ( yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan super ego (yang berisi
larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan
realitas di dunia luar sebelum menampilkan perilaku tertentu.
Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya menghadapi konflik
antara id dan superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang datang dari ketidak
sadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dari masa generasi
yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi yang berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam
ketidaksadaran. Berbeda denganFreud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada dorongan seks.
Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan super ego, menurutnya, yang
terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik antara id dan superego. Bagi
Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan, dan perilakunya
dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti pada teori freud, dan merupakan
unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial dari pada
dorongan seksual.
2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)
Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankanaspek
kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap.
Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat-sifat tertentu,
yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini
menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi.
Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi
(personal disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu
satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik
sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang mungkin sama-sama jujur, namun berbeda
dalam hal kejujuran berkaitan dengan sifat lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan
orang lain, kadang-kadang menceritakan “ kebohongan putih” bagi orang ini, kepekaan
sensitivitas adalah lebih tinggi dari kejujuran. Adapun orang orang kedua menilai kejujuran
lebih tinggi, dan mengatakan apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang mungkin
pula memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-hati
karena ia takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin hati-hati karena mengekspresikan
kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup.
Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari WillimSheldom.
Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun demikian ia sebenarnya
menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya, manusia tidak dapat digolongkan dalam
tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya seseorang memiliki tiga komponen fisik
yang berbeda menurut derajat dan tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen
ini menimbulkan berbagai kemungkinan tipe fisik yang disebutnya sebagai somatotipe.
Menurut Sheldom adatiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai berikut :
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-
sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran,lamban, santai,
pandai bergaul.
b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat-sifatseperti
berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan aktivitas fisik
yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain,cenderung menguasai
dan membuat gaduh.
c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat tertutup
dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepadaorang lain, serta
memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia memiliki
reaksi yang cepat dan sulit tidur.
3. Teori Kepribadian Behaviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaantingkah
lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat
kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara
bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.
Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan polayang khas dari
kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yangdiperkuatnya.
Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengontrol
perilaku.
Tekhnik tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1) Pengekangan fisik (psycal restraints)
Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan fisik.Misalnya,
beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari menertawakan kesalahan
orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya dengan bentuk lain, seperti berjalan
menjauhi seseorang yang telah menghina kita agar tidak kehilangan kontrol dan
menyerang orang tersebut secara fisik.
2) Bantuan fisik (physical aids)
Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang tidak dinginkan.
Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang agar tidak mengatuk saat
menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan untuk memudahkan
perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang yang memiliki masalah penglihatan
dengan cara memakai kacamata.
3) Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggunggung jawab.Misalnya,
orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya
sehingga dapat mengekang diri sendiri.
4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)
Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional dalam diri kita
untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik meditasi untuk
mengatasi stess.
5) Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses)
Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang
membawa hukuman dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk menahan diri agar
tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan tindakan
yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.
6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)
Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurutSkinner,
adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas perilaku yang
patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah belajar
keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan menonton film yang bagus.
7) Menghukum diri sendiri (self punishment)
Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai tujuan
diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum dirinya sendiri karena gagal
melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan belajar kembali dengan giat.
4. Teori Psikologi Kognitif
Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari pandangan
psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam mempersepsi lingkungannya, manusia tidak
sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari penginderaannya, tetapi masukan dari
pengindraan itu, diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan
selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku.
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain
adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran
(kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya
termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor
diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran
seseorang.
C. GANGGUAN KEPRIBADIAN
1. Definisi
Gangguan kepribadian (Aksis II pada DSM-IV) merupakan suatu ciri kepribadian yang
menetap, kronis, dapat terjadi pada hampir semua keadaan,menyimpang secara jelas dari
norma-norma budaya dan maladaptif serta menyebabkan fungsi kehidupan yang buruk, tidak
fleksibel dan biasanya terjadi pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Hal ini disebabkan pada usia
ini masalah-masalah kepribadian sering bermunculan begitu luas dan komplek.
Orang yang mender i t a gangguan kep r ibadi an mempunya i s i f a t -
s i f a tkepribadian yang sangat kaku dan sulit menyesuaikan diri denganl ingkungan
sek i t a rnya . Akiba tnya . d i a akan menga lami “ kerusakan” bera t dalam
hubungan sosialnya atau dalam bidang pekerjaannnya atau dirinya t e rasa sanga t
mender i t a . Gejala-gejala dari orang dengan gangguan kepribadian biasanya
alloplastik. Artinya, orang dengan gangguan kepribadian akan berusaha merubah
lingkungan untuk disesuaikan dengan keinginannya. Selain itu,gejala-gejalanya
juga egosintonik. Artinya, orang dengan gangguankepribadian dapat menerima
dengan baik gejala-gejalanya. Umumnya orangdengarn gangguan kepribadian
menolak bantuan secara psikiatrik.
2. Etiologi
2.1 Faktor Genetik
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar
di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan
kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu
menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat
okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah
adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
2.2 Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan
gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya,anak-anak yang secara temperamental
ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.
2.3 Faktor Biologis
Hormon Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunukkan peningkatan
kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone. Neurotransmitter. Penilaian sifat kepribadian dan
system dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari
neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadar serotonin dengan obat seretonergik tertentu
seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahandramatik pada beberapa karakteristik
kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.
Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektro ensefalogram telah ditemukan
pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisocial dan
ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
2.4 Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan denganfiksasi pada salah
satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anak yang
berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan
sangat teliti.
3.Klasifikasi
Dalam Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders edisikeempat (DSMI-
IV), gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam 3 kelompok,yaitu:
a. Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid danskizotipal. Orang
dengan gangguan seperti ini sering kali tampak aneh dan eksentrik.
b. Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang,histrionik dan narsistik.
Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional, dan tidak menentu.
c. Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan obsesif-
kompulsif, dan satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian yang tidak
ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif dan gangguan
kepribadian depresif). Orang dengan gangguan ini sering tampak cemas atau
ketakutan.Menurut PPDGJ, klasifikasi gangguan kepribadian sebagai berikut:
3.1 Gangguan kepribadian khas
3.1.1 gangguan kepribadian paranoid
3.1.2 gangguan kepribadian skizoid
3.1.3 gangguan kepribadian dissosial
3.1.4 gangguan kepribadian emosional tak stabil
3.1.5 gangguan kepribadian histrionik
3.1.6 gangguan kepribadian anankastik
3.1.7 gangguan kepribadian cemas
3.1.8 gangguan kepribadian dependen
3.1.9 gangguan kepribadian khas lainnya
3.1.10 gangguan kepribadian YTT
3.2 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya
3.2.1 gangguan kepribadian campuran
3.2.2 gangguan kepribadian yang bermasalah
Berikut akan dijelaskan satu persatu beberapa tipe gangguan kepribadian yangtelah disebutkan
di atas:
G angguan Kepribadian Paranoid
Orang dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai dengan adanya perasaan curiga
yang berlebihan pada orang lain. Mereka menolak tanggung jawab atas perasaan mereka
sendiri dan melemparkan tanggung jawab pada orang lain. Mereka seringkali bersikap
bermusuhan, mudah tersinggung dan marah termasuk pasangan yang cemburu secara patologis.
Mereka seringkali bertanya tanpa pertimbangan, tentang loyalitas dan kejujuran teman atau
teman kerjanya atau cemburu dengan bertanya-tanya tanpa pertimbangan tentang kesetiaan
pasangan atau mitra seksualnya. Gangguan ini lebih sering terdapat pada laki-laki dibandingkan
wanita. Berdasarkan suatu penelitian menunjukkan bahwa paranoid personality disorder banyak
terdapat pada pasien dengan skizofrenia dan gangguan delusi (Nida UI Hasanat, 2004 : 11). Menurut
teori psikodinamika, gangguan ini merupakan mekanisme pertahanan ego proyeksi, orang
tersebut melihat orang lain mempunyai motif merusak dan negatif, bukan dirinya. Ada
kecenderungan untuk membanggakan dirinya sendiri karena menganggap dirinya mampu
berfikir secara rasional dan objektif, padahal sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orang
dengan kepribadian paranoid mungkin tampak sibuk dan efisisen, tetapi mereka seringkali
menciptakan ketakutan dan konflik bagi orang lain. Dan berdasarkan teori kognitif- behavioral, orang
dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaan waspada, karena tidak mampu membedakan
antara orang yang membahayakan dan yang tidak (Martaniah, 1999 :74).
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 sampai 2,5%. Orang dengan
gangguan kepribadian jarang mencari pengobatan sendiri. Gangguan adalah lebih sering pada
laki-laki dibandingkan wanita.
Gejala Klinis
Ciri penting dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecendrungan yang pervasif
dan tidak diinginkan untuk menginterpretasikan tindakan orang lain sebagai merendahkan atau
mengancam secara disengaja. Pasien mengeksternalisasikan emosinya sendiri dan menggunakan
pertahanan proyeksi yaitu mereka menghubungkan kepada orang lain impuls dan pikiran yang tidak dapat
diterimanya sendiri. Pasien dengan gangguan adalah terbatas secara afektif dan tampak tidak
memiliki emosi. Mereka membanggakan dirinya sendiri karena mampu rasional dan objektif,
tetapi sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orangdengan gangguan kepribadian paranoid
mungkin tampak seperti sibuk dan efisien, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan atau
konflik bagi orang lain.
Kr i t e r i a Diagnos t i k Gangguan Paranoid :
A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga
motif mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal
dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau
lebih) berikut :
1.Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan, membabayakan,atau
menghianati dirinya.
2.Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas ataukejujuran
teman atau rekan kerja.
3.Enggan untuk menceritakan rahasianya kepada orang lain karena rasa takut yang tidak perlu
bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya.
4.Membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan ataukejadian
yang biasa.
5.Secara persisten menanggung dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera, atau
kelalaian.
6.Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi oranglain dan
dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang.
7.Memiliki kecurigaan yang berlulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan pasanganatau
mitra seksual.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan ciri
psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi
medis umum.
Diagnosa Banding
- Gangguan delusional : karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan
kepribadian paranoid
- Skizofrenia paranoid : karena halusinasi dan fikiran formal tidak ditemukan
padagangguan kepribadian paranoid.
- Gangguan kepribadian ambang : karena pasien paranoid jarang mampu
terlibatsecara berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain
seperti pasienambang. Pas i en parano id t i dak memi l ik i ka rak ter
an t i sos i a l s epan j ang r iwaya t per i l aku an t i sos i a l .
- Gangguan schizoid : adalah menarik dan menjauhkan diri tetapi tidak
memilik igagasan paranoid.
Perjalanan penyakit dan prognosis
Tidak ada penelitian jangka panjang yang adekuat terhadap pasien gangguan
kepribadian paranoid yang telah dilakukan. Pada beberapa orang gangguan
kepribadian parano id ada lah t e r j ad i s eumur h idup . Pada o rang l a in ,
gangguan in i ada lah t anda dar i skizofrenia. Pada orang lain lagi, saat mereka
menjadi semakin matang dan stres menghilang, sifat paranoid memberikan jalan
untuk pembentukan reaksi, perhatian yang t epa t t e rhadap mora l i t a s dan
perha t i an a l t ru i s t i k .
Tetapi, pada umumnya, pasien dengangangguan kepribadian paranoid memiliki
masalah seumur hidupnya dan tinggal bersamaorang lain. Masalah pekerjaan dan
perkawinan adalah sering ditemukan.
Terap i :
- Psikoterapi. Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena
ituahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan harus
diingat bahwa kejujuran merupakan hal yang sangat penting bagi pasien. Ahli terapi
yangterlalu banyak menggunakan interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang
Gangguan Kepribadian Skizotipal
Orang dengan gangguan skizotipal adalah sangat aneh dan asing walaupun bagi orang awam
karena mereka memiliki gagasan yang aneh, pikiran magis, gagasan menyangkut diri sendiri,
waham dan derealisasi yang merupakan bagian dari dunia orang skizotipal setiap harinya.
Dunia mereka terisi oleh hubungan khayalan yang jelas dan ketakutan dan fantasi yang mirip
anak-anak. Ada kecenderungan bahwa mereka percaya jika mereka memiliki kekuatan pikiran
yang khusus. Mereka mungkin mengakui bahwa mereka memiliki ilusi perseptual atau
mikropsia atau orang terlihat oleh mereka sebagai kayu atau jadi-jadian. Pembicaraan dengan
orang yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal mungkin aneh atau janggal dan hanya
memiliki arti bagi diri mereka sendiri. Menurut David & Neale dalam Nida AI Hasanat, orang
tua dengan skizofrenia mempunyai resiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan
kepribadian skizotipal. Pada penemuan lain juga menunjukkan bahwa orang tua dengan
gangguan jiwa lain juga mempunyai resiko yang sama untuk memiliki anak dengan gangguan
kepribadian skizotipal.
Gejala Klinis
Dalam gangguan kepribadian skizotipal, pikiran dan komunikasi adalah terganggu. Orang
dengan gangguan kepribadian skizotipal mungkin tidak mengetahui perasaan mereka sendiri;
malah mereka sangat peka dalam mendeteksi perasaan orang lain, khususnya afek
negatif seperti kemarahan. Mereka mungkin percaya bahwa mereka memiliki kekuatan pikiran
dan tilikan yang khusus. Walaupun tidak ada gangguan berpikir yang jelas, pembicaraan
mereka mungkin sering memerlukan interpretasi. Pembicaraan orang dengan gangguan
kepribadian skizotipal mungkin aneh atau janggal dan hanya memiliki arti bagi diri mereka
sendiri. Mereka menunjukkan hubungan interpersonal yang buruk dan mungkin berkelakuan
secaratidak sesuai.
Kr i t e r i a Diagnos t i k Gangguan Kepribadian Skizotipal
A. Pola pervasif deficit sosial dan interpersonal yang ditandai oleh ketidak
senangan akut dengan, dan penurunan kapasitas untuk, hubungan erat dan juga
oleh peyimpangan kognitif atau persepsi dan perilaku eksentrik, dimulai pada
masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks , seperti yang ditunjukkan oleh lima
(atau lebih) berikut:
1.Gagasan yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference) kecuali waham yang menyangkut
diri sendiri.
2. Keyakinan aneh atau pikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan tidak konsisten dengan norma
cultural (misalnya, percaya takhyul), (superstitiousness), percaya dapat melihat apa yang akan
terjadi (clairvoyance), telepati, atau indera keenam, pada anak-anak dan remaja khayalan atau
preokupasi yang kacau)
3.Pengalaman persepsi yang tidak lazim, termasuk ilusi tubuh.
4.Pikiran dan bicara yang aneh (misalnya, samar-samar, sirkumstansialitas, metaforik,terlalu
berbelit-belit, atau stereotipik )
5.Kecurigaan atau ide paranoid.
6.Afek yang tidak sesuai atau terbatas.
7.Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik atau janggal.
8.Tidak memiliki teman akrab atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat pertama
9.Kecemasan sosial yang bertebihan yang tidak menghilang dengan keakraban dancenderung
disertai dengan ketakutan paranoid ketimbang pertimbangan negativetentang diri sendiri.
B.Tidak terjadi semata- mata selama perjalanan skizofrenia , suatu gangguan mood denganciri
psikotik lain , atau suatu gangguan perkembangan pervasif.
Diagnosa Banding
Secara teoritis, pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan
dari pasien gangguan kepribadian schizoid dan menghindar oleh adanya keanehan
dalam perilaku, pikiran, persepsi, dan komunikasi mereka dan kemungkinan oleh
riwayatkeluarga yang jelas adanya skizofrenia.
Pasien gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan dari pasien
skizofrenik o leh t i dak adanya ps ikos i s . J i ka ps ikos i s memang d i t emukan ,
ge j a la t e r sebu t ada lahsingkat dan terpecah.
Pasien gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan, tetapi
tidak memiliki perilaku yang aneh seperti pada pasien gangguan kepribadian
skizotipal.
Perjalanan penyakit dan prognosis
Penelitian jangka panjang oleh Thomas McGlashan melaporkan bahwa 10
persenorang dengan gangguan kepribadian skizotipal akhirnya melakukan bunuh
diri.Penel i t i an re t rospek t i f t e l ah menun jukkan bahwa banyak pas i en yang
d iperk i rakanmender i t a sk i zof ren i a sebenarnya mender i t a gangguan
kep r ibadi an sk i zo t ipa l dan pemikiran klinis sekarang ini adalah bahwa
skizotipe adalah kepribadian pramorbid dari pas i en sk i zof ren i a .
Te tap i banyak pas i en memper tahankan kep r ibad i an sk i zo t ipa l sepanjang
hidupnya dan menikah dan bekerja walaupun keanehan mereka.
Terap i :
-Psikoterapi : pikiran yang aneh dan ganjil dari pasien gangguan kepribadian
sk i zo t ipa l ha rus d i t angan i dengan berha t i - ha t i . Beberapa pas i en t e r l i ba t
da lam pemujaan, praktek religius yang aneh, dan okulitis. Ahli terapi tidak boleh
mener tawakan ak t i f i t a s t e r sebu t a tau mengad i l i kepercayaan a tau
ak t i f i t a s mereka .
-Farmakoterap i : med ikas i an t ip s iko t ik berguna un tuk menga tas i gagasan
mengena i diri sendiri, waham, dan gejala lain dari gangguan dan dapat digunakan
bersama-sama dengan psikoterapi. Hasil yang positif telah dilaporkan dengan
haloperidol. An t i dep resan d igunakan j i ka d i t emukan sua tu komponen
dep res i f da r i kep r ibad i an .
Gangguan Kepribadian Anti Soslal
Gangguan kepribadian antisosial ditandai oleh tindakan antisosial atau
kriminal.Gangguan ini lebih pada ketidakmampuan untuk mematuhi norma sosial yang
melibatkan banyak aspek perkembangan remaja dan dewasa pasien. Keadaan seperti ini paling
sering ditemukan perkotaan yang miskin dan diantara penduduk yang berpindah-pindah dalam
daerah tersebut. Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali menunjukkankesan
luar yang normal dan bahkan hangat dan mengambil muka.
Tetapi riwayat penyakitnya menemukan banyak daerah kehidupan yang mengalami
gangguan. Menurut David & Neale, gangguan ini muncul sebelum usia 15 tahun yang ditandai
dengan perilaku nakal, lari diri dari rumah, sering berbohong, mencuri, membakar, atau
merusak dengan cara lain.Pola ini akan berlanjut hingga dewasa yang ditandai dengan tidak
memiliki tanggung jawab, bekerja tidak konsisten, melawan hukum, agresif, gegabah,
impulsif,dan gagal dalam merencanakan sesuatu (Nida AL Hasanat, 2004 : 24).David & Neale
juga menambahkan psikopati (Sosiopati) disamping gangguan kepribadian antisosial. Orang
dengan psikopati dengan tidak memiliki rasa malu, miskin emosi baik emosi positif maupun
negatif & lsquo; Charming & rsquo dan memanipulasi orang lain untuk mencapai tujuannya.
Kurang mengalami kecemasan sehingga tidak belajar dari kesalahannya. Karena tidak memiliki
emosi positif, ia menjadi orang yang tidak memiliki tanggung jawab terhadap orang lain (Nida
AI Hasanat, 2004 : 26). Menurut teori biologis,gangguan ini disebabkan beberapa faktor, yaitu :
(a) kelebihan kromosom Y (laki-laki),menyebabkan pola XYY bukan XY yang normal pada
kromoson 23. tapi teori ini tidak diterima, (b) Testosteron menjadi penyebab agresivitas laki-
laki, (c) adanya keabnormalan pada otak, (d) karena kurang belajar dan perhatian yang neuropsikologis,
dan (e) karenafaktor keturunan. Sedangkan menurut teori psikologis, gangguan ini disebabkan
oleh : (1) kondisi keluarga yang dis harmoni dan ketidak konsistenan dalam pengasuhan anak,
(2) orangtua yang terlalu permisif dan kurang memperhatikan perilaku anak yang tidak benar,
(3) orang tua yang tidak menunjukkan afeksi, (4) pendidikan yang didapat kurang memadai,
dan(5) adanya pendapat bahwa antisosial datang dari semua kelas sosial yang ayahnya
antisosial.Juga adanya penelitian korelasional yang menunjukkan bahwa banyak orang
antisosial yang depresif dan cemas. Hanya saja belum ditemukan apakah itu penyebab atau
dampak dari gangguan kepribadian antisosial (Martaniah, 1999 : 71).
Epidemiologi
Preva l ens i gangguan kep r ibadi an an t i sos i a l ada lah 3 per sen pada l ak i -
l ak i dan 1 per sen pada wanita. Keadaan ini paling sering ditemukan pada daerah
perkotaan yang miskindan d i an ta ra penduduk yang berp indah -p indah da lam
daerah t e r sebu t . Onset gangguan ada lah sebelum us i a 15 t ahun . Anak
perempuan b i asanya memi l ik i ge j a l a sebelum pubertas dan anak laki-laki
bahkan lebih awal.
Geja l a k l in i s
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali menunjukkan kesan luar
yang normal dan bahkan hangat dan mengambil muka.
Te tap i r iwaya t penyaki tnya menemukan banyak daerah fungsi kehidupan yang
mengalami gangguan. Membohong, membolos, melarikan diri dari rumah,
mencuri, berkelahi, penyalahgunaan zat dan ak t iv i t a s i l ega l ada lah
penga laman t ip ika l yang d i l aporkan pas i en se j ak masa anak-anak .Pas i en
gangguan kep r ibad i an an t i sos i a l t i dak menun jukkan adanya kecemasan
a tau depresi yang mungkin sangat tidak sesuai dengan situasi mereka dan
penjelasan mereka send i r i t en tang per i l aku an t i sos i a l menyebabkannya
t erasa t i dak masuk aka l . Namundemikian, isi mental pasien mengungkapkan
sama sekali tidak ada waham dan tanda l a in p ik i ran i r as iona l . Mereka sanga t
man ipu la t i f dan ser ingka l i mampu berb i ca radengan o rang l a in un tuk
berperan ser t a da lam skema yang mel iba tkan ca ra mudah
un tuk mendapatkan uang atau untuk mencapai ketenaran, yang akhirnya dapat
menyebabkan kerugian finansial atau penghinaan sosial atau keduanya bagi
mereka yang tidak berhati-hati. Pasien gangguan kepribadian antisosial tidak
menceritakan kebenaran dan t i dak dapa t d ipercaya un tuk men ja lankan sua tu
tugas a tau t e r l i ba t da lam s tandar moralitas yang konvensional. Promiskuitas,
penyiksaan pasangan, penyiksaan anak ,mengendarai sambil mabuk adalah
peristiwa yang sering ditemukan dalam kehidupan pas i en . Sua tu t emuan yang
j e las ada lah t i dak adanya penyesa lan akan t indakan t er s ebu t ; yaitu pasien
tampak tidak menyadarinya.
Kr i t e r i a Diagnos t i k Gangguan Kelpribadian Anti Sosial
A.Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang
terjadisejak usia 45 tahun , seperti yang ditunjukkan oleh tiga ( atau lebih )
berikut :
1. Gagal untuk mematuhi norma sosial dengan menghormati perilaku sesuai hukum
seperti yang ditunjukkan dengan berulang kali melakukan tindakan yang menjadi
dasar penahanan.
2. Ketidakjujuran, seperti yang ditunjukkan oleh berulang kali berbohong,
menggunakan nama samaran, atau menipu orang lain untuk mendapatkan
keuntungan atau menipu orang lain untuk mendapatkan keuntungan atau
kesenangan pribadi.
3. Impuls iv i t a s a tau t i dak dapa t merencanakan masa depan
4.I r i t ab i l i t a s dan agres iv i t as , s eper t i yang d i tun jukkan o l eh perke lah i an
f i s ik a tau penyerangan yang berulang.
5 .Secar a sembrono mengaba ikan kese lamatan d i r i s endi r i a t au o rang l a in .
6.Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti ditunjukkan oleh
kegagalan berulang kali untuk mempertahankan perilaku kerja atau menghormati
kewajiban f i nanc ia l .
7.Tidak adanya penyesalan, seperti yang ditunjukkan oleh acuh tak acuh terhadap
atau mencari-cari alasan telah disakiti, dianiaya, atau dicuri oleh orang lain
B. Indiv idu sekurang-kurangnya berus i a 18 t ahun .
C.Terdapat tanda-tanda gangguan konduksi dengan onset sebelum usia 15 tahun.
D.Ter j ad inya per i l aku an t i sos i a l t i dak semata - mata se lama per j a lanan
sk i zof ren i a a tau suatu episode manik.
Diagnosa Banding
- Gangguan kepribadian antisosial dapat dibedakan dari perilaku illegal dimana
gangguan kepribadian antisocial melibatkan banyak bidang dalam kehidupan
ses eorang.
-Da lam mendiagnos i s gangguan kep r ibad i an an t i sos i a l , k l i n i s i ha rus
mempertimbangkan efek yang mengganggu dari status sosioekonomi, latar
belakang kultural, dan jenis kelamin pada manifestasinya, selain itu diagnosis
gangguan kep r ibadi an an t i sos i a l t i dak d iper lukan j ika r e ta rdas i men ta l ,
sk i zof ren i a , a t au man ia dapa t men je laskan gej a la .
Terapi
- Psikoterapi : Jika pasien merasa bahwa mereka berada diantara teman-teman
sebayanya,tidak adanya motivasi mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan
karena hal itulah kelompok yang menolong diri sendiri (selfhelp group) akan lebih
berguna dibandingkan di penjara dalam menghilangkan gangguan.
Tetapi, ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak pada
pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman, ahliterapi harus
menggagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain.
- Farmakoterapi : digunakan untuk menghadapi gejala yang diperkirakan akan timbul
seperti kecemasan, penyerangan, dan depresi.
Tetapi, karena pasien seringkali merupakan penyalahgunaan zat, obat harus digunakan secara
bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti-bukti adanya gangguan defisitatensi hiperaktivitas,
psikostimulan, seperti methylphenidate (Ritalin), mungkin digunakan. Harus dilakukan usaha
untuk mengubah metabolisme katekolamin dengan obat-obatan dan untuk mengendalikan perilaku
impulsif dengan obat antiepileptik, khususnya jika bentuk gelombang abnormal ditemukan pada
EEG.
Gangguan Kepribadian Ambang
Pasien gangguan kepribadian ambang berada pada perbatasan antara neurosis
dan psikosis dan ditandai oleh afek, mood, perilaku, hubungan objek, dan cinta dari yang sangat tidak stabil.
Pasien gangguan kepribadian ambang hampir selalu tampak berada dalam keadaan krisis.
Pergeseran mood sering dijumpai. Pasien dapat bersifat argumentatif pada suatu waktu dan
terdepresi pada waktu selanjutnya dan selanjutnya mengeluh tidak memiliki perasaan pada
waktu lainnya. Gangguan ini lebih banyak terdapat pada wanita dibandingkan laki-laki dan
berdasarkan penelitian biologis ditemukan pada keluarga dimana ada yang memiliki gangguan
yang sama.
Perilaku pasien gangguan kepribadian ambang sangat tidak bisa diramalkan; sebagai
akibatnya mereka jarang mencapai tingkat kemampuan mereka. Sifat menyakitkan dari
kehidupan mereka dicerminkan oleh tindakan merusak diri sendiri yang berulang, misalnya
dengan mengiris pergelangan tangannya sendiri atau melakukan tindakan mutilasi diri lainnya
untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan, atau untuk
menumpulkan mereka sendiri dari afek yang melanda. Karena mereka merasakan
ketergantungan dan permusuhan, pasien gangguan kepribadian ambang memiliki hubungan
interpersonal yang tidak baik. Mereka dapat bergantung pada orang lain yang dekat dengan
mereka, dan mereka dapat mengekspresikan banyak kemarahan pada teman dekatnya jika
mengalami frustasi. Dilihat dari pendekatan kognitif-behavioral, orang yang mengalami
gangguan ini evaluasi dirinya selalau negatif, kurang percaya diri dalam mengambil keputusan,
motivasi rendah dan tidak mampu mencari tujuan jangka panjang (Martaniah,1999 : 73)
Epidemiologi
Tidak ada penelitian prevalensi yang tersedia, tetapi gangguan kepribadian
ambang diperkirakan ada pada kira-kira 1 sampai 2 persen populasi dan dua kali
lebih sering pada wan i ta d iband ingkan l ak i - l ak i .
Geja l a k l in i s
Pas i en gangguan kep r ibadi an ambang hampi r se la lu t ampak berada
da lam keadaan k r i s i s . Perges er an mood ser ing d i j umpai . Pas i en dapa t
ber s ikap a rgumen ta t i f pada sua tu waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya
dan selanjutnya mengeluh tidak memiliki perasaan pada wak tu yang l a innya .
Pas i en mungkin memi l ik i ep i sode ps ik i a t r i k s i ngka t (disebut mikropsikotik),
bukannya serangan psikotik yang sepenuhnya dan gejala psikotik pada pasien
ganggguan kepribadian ambang hampir selalu terbatas, cepat atau meragukan .
S i f a t menyak i tkan dar i keh idupan mereka d i cerminkan o leh t i ndakan
merusak d i r i s end i r i yang beru lang. Pas i en t e r s ebu t mungk in mengi r i s
pergel angan tangannya sendiri dan melakukan tindakan mutilasi diri lainnya
untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan
atau untuk menumpulkan mereka sendiri dari afek yang melanda. Karena mereka
merasakan ketergantungan dan permusuhan, pasien gangguan kepribadian ambang
memiliki hubungan interpersonalyang rusuh . Secar a fungs iona l , pas i en
gangguan kep r ibad i an ambang mengacaukan hubungan mereka sekarang ini
dengan memasukkan setiap orang dalam kategori baik a tau j aha t .
Kr i t e r i a Diagnos t i k Gangguan Kepribadian Ambang
Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, dan
impulsivitas yang jelas pada dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai
konteks,seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :
1. Usaha mati-matian untuk menghindari ketinggalan yang nyata atau
khayalan.Ca ta t an t i dak t e rmasuk per i l aku bunuh d i r i a t au mut i l a s i
da r i yang d i t emukan da lam kr i t e r i a .
2. Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai
oleh perubahan an ta ra eks t r im-eks t r im idea l i sas i dan deva luas i .
3. Gangguan iden t i t a s : c i t r a d i r i a t au perasaan d i r i s end i r i yang
t i dak s tab i l s eca ra j e las dan per s i s t en .
4. lmpulsivitas pada sekurangnya dua bidang yang potensial membahayakan
diri s end i r i (mi sa lnya : berbelan j a , s eks , penya lahgunaan za t ,
ngebu t g i l a -g i l aan , pes tamakan). Catatan : tidak termasuk perilaku
bunuh diri atau mutilasi diri yang d i t emukan da lam kr i t e r i a .
5. Perilaku, isyarat, atau ancaman bunuh diri yang berulang kali, atau perilaku
mut i l a s i d i r i .
6. Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang jelas (misalnya,
disforia ep i sod ik kua t , i r i t ab i l i t a s a tau kecemasan b i asanya
ber langsung beberapa j am dan jarang lebih dari beberapa hari).
7. Perasaan kosong yang kronis.
8. Kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau kesulitan dalam
mengendalikan kemarahan (misalnya, sering menunjukkan temper, marah
terus menerus , perke lah i an f i s i k beru lang ka l i ) .
9. Ide paranoid yang transien dan berhubungan dengan stress, atau gejala
disosiatif yang parah.
Diagnosis Banding
- Pembedaan dari skizofrenia dilakukan berdasarkan tidak adanya episode
psikotik,gangguan p ik i ran , a tau t anda sk i zof ren i a k las ik l a innya
yang berkepan jangan yang dimiliki pasien ambang.
- Pasien gangguan kepribadian skizotipal menunjukkan pikiran yang sangat
aneh, gagasan yang aneh, dan gagasan menyangkut diri sendiri yang
rekuren.
- Pasien gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan yang
ekstrim. Pada umumnya, pasien gangguan kepribadian ambang menunjukkan
perasaan kekosongan yang kronis, impulsivitas, mutilasi diri, episode
psikotik singkat, usaha bunuh diri manipulatif, dan biasanya keterlibatan
yang menuntut dalam hubungan erat.
Perjalanan penyakit dan prognosis
Gangguan ini cukup stabil di mana pasien mengalami sedikit perubahan
dengan berjalannya waktu. Penelitian longitudinal tidak menunjukkan
perkembangan ke arah skizofrenia, tetapi pasien memiliki insidensi tinggi untuk
mengalami episode gangguan dep res i f bera t . Diagnos i s b i asanya d ibua t
s ebelum us i a 40 t ahun , j i ka pas i en berusaha mengambil pilihan pekerjaan,
perkawinan dan pilihan lain dan tidak mampu mengatasi stadium normal siklus
kehidupan tersebut.
Terapi
- Psikoterapi : Pendekatan berorientasi realitas lebih efektif dibandingkan
interpretasi bawah sadar secara mendalam.
Terapi perilaku digunakan pada pasien gangguan kepribadian ambang untuk mengendalikan
impuls dan ledakan kemarahan dan untuk menurunkan kepekaan terhadap kritik dan penolakan.
Latihan keterampilan sosial,khususnya dengan videotape, membantu pasien untuk melihat
bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain dan dengan demikian untuk
meningkatkan perilaku interpersonal mereka.
- Farmakoterapi : antidepresan memperbaiki mood yang terdepresi yang
sering ditemukan pada pasien. MAOI adalah efektif dalam memodulasi
perilaku impulsif pada beberapa pas i en . Benzod iazep in , khususnya
a lp razo lam, memban tu kecemasan dan dep res i , t e t ap i beberapa
pas i en menun jukkan d i s inh ib i s i dengan kel as oba t tersebut.
Antikonvulsan seperti karbamazepin, padat meningkatkan fungsi
global pada beberapa pasien. Obat serotonergik, seperti fluoxetine, adalah
membantu pada beberapa kasus.
Gangguan Kep r ibad i an Hi s t r i on ik
Gangguan kepribadian histrionik ditandai oleh perilaku yang bermacam-
macam,dramatik, ekstovert pada orang yang meluap-luap dan emosional.
Tetapi, menyertai penampilan mereka yang flamboyan, seringkali terdapat ketidakmampuan
untuk mempertahankan hubungan yang mendalam dan berlangsung lama. Pasien dengan
gangguan kepribadian histrionik menunjukkan perilaku mencari perhatian yang tinggi. Mereka
cenderung memperbesar pikiran dan perasaan mereka, membuat segalanya terdengar
lebih penting dibandingkan kenyataannya.Perilaku menggoda sering ditemukan baik pada pria
maupun wanita. Pada kenyataannya, pasien histrionik mungkin memiliki
disfungsi psikoseksual; wanita mungkin anorgasmik dan pria cenderung mengalami impotent.
Mereka mungkin bahwa melakukan impuls seksual mereka untuk menentramkan diri mereka
bahwa mereka menarik bagi jenis kelamin yang lain. Kebutuhan mereka akan ketentraman
tidak ada habisnya.
Tetapi, hubungan mereka cenderung dangkal dan pasien dapat gagal lagi tapi
asyik dengan diri sendiri dan berubah-ubah (Kaplan & Saddock, 1997 : 20).
Ditinjau dari teori psikoanalisa, gangguan ini dapat muncul karena adanya parental
seductiveness khususnya ayah terhadap anak perempuan. Orang tua yang mengatakan bahwa
seks adalah sesuatu yang kotor tapi tidak sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan
dimana perilaku menunjukkan bahwa seks itu adalah hal yang menyenangkan dan diinginkan
(NidaAl Hasanat, 2004 : 20).
Epidemiologi
Menuru t DSM- IVdata yang terbatas dari penelitian populasi umum
menyatakan suatu prevalensi gangguan kepribadian histrionik kira-kira 2 sampai 3
%. Angka kira-kira 10sampai 15% telah dilaporkan pada lingkungan kesehatan
mental rawat inap dan rawat j a lan j ika pemer iksaan t er s t ruk tu r d igunakan .
Keadaan in i l eb ih ser ing d id i agnos i s padawanita dibandingkan laki-laki.
Geja l a k l in i s
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik menunjukkan perilaku
mencari perhatian yang tinggi. Pada kenyataannya, pasien histrionik mungkin
memiliki disfungsi p s ikoseksua l : wan i ta mungk in anorgasmik dan l ak i - l ak i
mungk in impoten . Per tahanan u tama pas i en dengan gangguan kep r ibad i an
h i s t r i on ik ada lah rep res i dan d i sos i as i .
Kr i t e r i a Diagnos t i k Gangguan Kep r ibadi an Hi s t r i on ik
Pola pervasif emosionalitas dan mencari perhatian yang berlebihan, dimulai
pada masa dewasa muda dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh lima ( atau lebih ) berikut :
1. Tidak merasa nyaman dalam situasi dimana ia tidak merupakan pusat
perhatian.
2. Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan seksual yang tidak
pada tempatnya atau perilaku provokatif.
3. Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang
dangkal.
4. Secara terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik
perhatian kepada dirinya.
5. Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki
perincian.
6. Menunjukkan dramitasi diri, teatrikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan.
7. Mudah disugesti, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain atau situasi.
8. Menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan sebenarnya.
Diagnosis Banding
- Perbedaan antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan kepribadian ambang
adalah sukar. Pada gangguan kepribadian ambang, usaha bunuh diri, difusi identitas dan
episode psikotik singkat adalah lebih sering. Walaupun kedua kondisi dapat
didiagnosis pada pasien yang sama, klinisi harus memisahkan keduanya.
- Gangguan somatisasi sindroma Briquet dapat terjadi bersama-sama dengan gangguankepribadian
histrionik.
- Pasien dengan gangguan psikotik singkat dan gangguan disosiatif mungkin perlu
mendapatkan diagnosis penyerta gangguan kepribadian histrionik.
Perjalanan penyakit dan prognosis
Dengan bertambahnya usia, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik cenderung
menunjukkan gejala yang lebih sedikit, tetapi, karena mereka tidak memiliki energi yang sama
dengan yang dimilikinya saat masih muda. Pasien adalah pencari sensasi dan mungkin
mengalami masalah dengan hukum, penyalahgunaan zat dan bertindak kepada siapa saja.
Terapi
- Psikoterapi : Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak
menyadari perasaan mereka yang sesungguhnya; dengan demikian penjelasan dalam
(inner feeling) mereka adalah suatu proses yang penting. Psikoterapi berorientasi
psikoanalisis, baik dalam kelompok atau individual, adalah terapi yang terpilih untuk
gangguan kepribadian histrionik.
- Farmakoterapi : dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya
seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, obat
antiansietas untuk kecernasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.
Gangguan Kepribadian Narsistik
Orang dengan kepribadian narsistik ditandai oleh meningkatnya rasa kepentingan
dan perasaan kebesaran yang unik. Mereka menganggap dirinya sebagai orang yang khusus dan
penting. Mereka menanggapi kritik secara buruk dan mungkin menjadi marah sekali jika ada orang
yang berani mengkritik mereka, atau mereka mungkin tampak sama sekali acuh tak acuh
terhadap kritik. Yang mencolok adalah perasaan akan kebesaran nama mereka.Persahabatan
mereka rapuh dan mereka dapat menyebabkan orang lain marah karena mereka menolak
mematuhi aturan perilaku konvensional. Mereka tidak mampu menunjukkan empati,dan
mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Pasien
memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi.
Kesulitan interpersonal, penolakan, kehilangan dan masalah pekerjaan adalah stress-stress yang
sering dihasilkan oleh orang narsistik karena perilakunya. Stress-stress yang tidak mampu
dihadapi oleh mereka. Menurut pandangan psikoanalitik tradisonal, gangguan histrionik dan
narsistik merupakan variensi histeria. Dan bila dilihat dari sudut pandang psikoanalisis yang
kognitif, kedua gangguan ini (gangguan histrionik dan gangguan narsistik) adalah akibat dari
ketidak mampuan memfokuskan diri pada yang detail atau yang khusus, jadi dalam memahami
situasi dan problem dilakukan secara global (Martaniah, 1999 : 76).
Epidemiologi
Menurut DSM IV , perkiraan prevalensi gangguan kepribadian narsistik terentang antara 2
sampai 16 persen dalam populasi klinis dan kurang dari 1 persen dalam populasi umum.
Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik mungkin memiliki perasaan kebesaran
akan kepentingan dirinya. Mereka menganggap dirinya sendiri sebagai orang khusus dan
mengharapkan terapi yang khusus. Mereka tidak mampu menunjukkan empati dan
mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka sendiri.pasien sering
memanfaatkan orang lain. Pasien memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadapdepresi.
Kr i t e r i a Diagnos t i k Gangguan Kepribadian Narsistik
Pola perfasif kebesaran (dalam khayalan atau perilaku), membutuhkan
kebanggaan , dan t i dak ada empat i , d imula i pada masa dewasa awal dan
t ampak da lam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih)
berikut :
1. Memiliki rasa kepentingan diri yang besar (misalnya melebih-lebihkan
bakat dan kemampuannya, mengharap untuk dikenal sebagai seorang yang
hebat tapi tidak sepadan).
2. Preokupasi dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan, kecerdasan,
kecantikan,a tau c in ta idea l yang t i dak t e rba t as .
3. Yakin bahwa ia adalah khusus dan unik dan dapat dimengerti hanya oleh
atau harus berhubungan dengan orang lain (atau institusi) yang khusus atau
memiliki status tinggi.
4. Membutuhkan kebanggaan yang berlebihan
5. Memiliki perasaan bernama besar, yaitu harapan yang tidak beralasan akan
perlakuan khusus atau kepatuhan otomatis sesuai harapannya.
6. Eksploatif secara interpersonal, yaitu mengambil keuntungan dari orang lain
untuk mencapai tujuannya sendiri.
7. Tidak memiliki tempat, tidak mau mengenali atau mengetahui perasaan dan
kebutuhan orang lain.
8. Sering cemburu terhadap orang lain dan merasa orang lain juga cemburu
kepada dirinya.
9. Memperlihatkan kesombongan, sikap congkak dan sombong.
Diagnosis Banding
- Gangguan kepribadian ambang, histrionik dan antisosial sering ditemukan
bersama-sama dengan gangguan kepribadian narsistik, yang berarti bahwa
diagnosis bandingadalah sukar. Pasien dengan gangguan kepribadian
narsistik memiliki kecemasanyang lebih kecil daripada pasien dengan
gangguan kepribadian ambang dan kehidupan mereka cenderung kurang
kacau.
- Usaha bunuh diri juga lebih mungkin berhubungan dengan pasien gangguan
kepribadian ambang dibandingkan pasien gangguan kepribadian narsistik.
- Pasien gangguan kepribadian antisosial memberikan riwayat perilaku
impulsif, seringkali disertai dengan penyalahgunaan alkohol atau zat lain,
hal tersebut seringkali menyebabkan mereka mendapatkan masalah dengan
hukum.
- Dan pasien gangguan kepribadian histrionic menunjukkan ciri-ciri eksibisionisme dan
manipulativitas interpersonal yang mirip dengan pasien gangguan kepribadian narsitik.
Perjalanan penyakit dan prognosis
Gangguan kepribadian narsistik adalah kronis dan sukar untuk diobati. Pasien dengan
gangguan harus secara terus menerus berhadapan dengan aliran narsisme mereka
yangdiakibatkan oleh perilaku mereka sendiri atau dari pengalaman hidup.
Terapi :
- Psikoterapi : Mengobati gangguan kepribadian narsistik sukar, karena pasien harus
meninggalkan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan. Dokter psikiatric seperti
otto kernberg dan Heinz kohut menganjurkan pemakaian pendekatan
psikoanalitik untuk mendapatkan perubahan, tetapi banyak penelitian yang diperlukan
untuk mengabsahkan diagnosis dan untuk menentukan terapi yang terbaik.
- Farmakoterapi : lithium telah digunakan pada pasien yang memiliki pergeseran mood
sebagai bagian dari gambaran klinis. Karena pasien gangguan kepribadian
narsistik mentoleransi penolakan secara buruk dan rentan terhadap depresi, suatu anti
depresan mungkin juga digunakan.
Gangguan Kepribadian Menghindar
Orang dengan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan kepekaan yang ekstrim
terhadap penolakan, yang dapat menyebabkan penarikan diri dari kehidupan sosial. Sebenarnya mereka
tidak asosial karena menunjukkan keinginan yang kuat untuk berteman tetapi mereka malu;
mereka memerlukan jaminan yang kuat dan penerimaan tanpa kritik yang tidak lazim. Orang
dengan gangguan ini menginginkan hubungan dengan orang lain yang hangat dan aman tapi
membenarkan penghindaran mereka untuk membentuk persahabatan kerena perasaan
ketakutan mereka akan penolakan. Mereka mudah sekali keliru dalam mengartikan komentar
orang lain, seringkali komentar dari orang lain dianggap sebagai suatu penghinaan atau ejekan.
Pada umumnya sifat dari orang dengan gangguan kepribadian menghindar adalah seorang yang
pemalu. Menurut teori kognitif-behavioral, pasien sangat sensitive terhadap penolakan karena adanya
pengalaman masa kanak-kanak,misalnya : karena mendapat kritik yang pedas dari orang tua (Martaniah, 1999 :
77).
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1 sampai 10 persen; seperti
yangdidefinisikan, gangguan ini sering dijumpai.
Tidak ada informasi tentang rasio jenis kelamin dan pola familial.
Gejala klinis
Hipersensitivitas terhadap penolakan oleh orang lain adalah gambaran klinis inti dari gangguan
kepribadian menghindar. Orang dengan gangguan menginginkan hubungan denganorang lain
yang hangat dan aman tetapi membenarkan penghindaran mereka untuk membentuk
persahabatan karena perasaan ketakutan mereka akan penolakan. Saat berbicara dengan
seseorang, mereka mengekspresikan ketidakpastian dan tidak memiliki kepercayaan diri dan
mungkin berbicara dalam cara yang merendahkan diri sendiri. Orang dengan gangguan
biasanya tidak mau memasuki persahabatan kecuali mereka diberikan jaminan yang kuat secara
tidak biasanya akan penerimaan tanpa kritik. Sebagai akibatnya, mereka seringkali tidak
memiliki teman dekat atau teman kepercayaan. Pada umumnya, sifat kepribadian dasar mereka
adalah malu-malu.
Kriteria Diagnostik Gangguan kepribadian Menghindar
Pola perfasiv hambatan sosial, perasaan tidak cakap, dan kepekaan berlebihan terhadap
penilaian negatif, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti
yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Mengindari aktivitas pekerjaan yang memerlukan kontak interpersonal
yang bermakna karena takut akan kritik, celaan dan penolakan.
2. Tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disenangi.
3. Menunjukkan keterbatasan dalam hubungan intim karena rasa takut
dipermalukan a tau d i t e r t awai
4. Preokupasi dengan sedang dikritik atau ditolak dalam situasi sosial
5. Terhambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan tidak ada
kuat
6. Memandang d i r i s end i r i t i dak l ayak secar a sos i a l ka rena merasa
d i r inya t i dak menarik atau lebih rendah dari orang lain.
7. Tidak biasanya enggan untuk mengambil resiko pribadi atau melakukan
aktivitas baru karena dapat membuktikan penghinaan
Diagnosis Banding
- Pasien gangguan kepribadian menghindar menginginkan interaksi
sosial,dibandingkan dengan pasien gangguan kepribadian skizoid yang ingin
sendirian.
- Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah tidak menuntut, tidak
mudah marah,atau tidak dapat diramalkan seperti pasien gangguan
kepribadian ambang dan histrionik
- Gangguan kepribadian menghindar dan gangguan kepribadian dependen
adalah serupa. Pasien gangguan kepribadian dependen dianggap memiliki
ketakutan yang lebih tinggi akan penelantaran atau tidak dicintai
dibandingkan pasien gangguan kepribadian menghindar, tetapi gambaran
klinisnya mungkin tidak dapat dibedakan.
Perjalanan penyakit dan prognosis
Banyak pasien gangguan menghindar mampu untuk berfungsi, asalkan mereka dalam
lingkungan yang terlindungi. Penghindaran fobik adalah sering ditemukan, dan pasien
gangguan kepribadian menghindar mungkin memberikan riwayat fobia sosial atau berkembang
menjadi fobia sosial selama perjalanan penyakitnya.
Terap i :
- Psikoterapi : Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan
apayang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan
kegagalan.
Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih keterampilan sosial
yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien yang telah buruk.
Terapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka terhadap penolakan
pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang
dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk
meningkatkan harga diri mereka.
- Farmakoterapi : Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol (
Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung
tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, khususnya jika mereka
menghadapi situasi yang menakutkan.
Gangguan Kepribadian Dependen
Orang dengan gangguan kepribadian dependen, menempatkan kebutuhan mereka
sendiri dibawah kebutuhan orang lain. Meminta orang lain untuk mengambil tanggung jawab
untuk masalah besar dalam kehidupan mereka, tidak memiliki kepercayaan diri dan mungkin
mengalami rasa tidak nyaman yang kuat jika sedang sendirian lebih dari suatu periode yang
singkat. Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dan lebih sering
terjadi pada anak yang lebih kecil jika dibandingkan yang lebih tua. Gangguan kepribadian
dependen ditandai oleh ketergantungan yang pervasif dan perilaku patuh. Orang dengan
gangguan ini tidak mampu untuk mengambil keputusan tanpa nasehat dan pertimbangan
yang banyak dari orang lain. Pesimisme, keraguan diri, pasivitas, dan ketakutan
untuk mengekspresikan perasaan seksual dan agresif menandai perilaku gangguan kepribadian
dependen (Kaplan & Saddock, 1997 : 263-264). Menurut teori psikodinamika, gangguan ini
timbul karena adanya regresi atau fiksasi pada masa oral karena orang tua yang sangat
melindungi atau orang tua yang mengabaikan kebutuhan tergantung. Pendekatan
kognitif- behavioral mengemukakan bahwa penyebabnya adalah karena kurang asertif dan
kecemasan dalam membuat keputusan (Martaniah, 1999 : 77).
Epidemiologi
Gangguan kep r ibad i an dependen ada lah l eb ih ser ing pada wan i ta
d ibandingkan l ak i - laki. Satu penelitian mendiagnosis 2,5% dari semua gangguan
kepribadian masuk dalam kategori tersebut.
Geja l a k l in i s
Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh pola ketergantungan yang
pervasif dan perilaku patuh. Orang dengan gangguan tidak mampu untuk
mengambil keputusan tanpa nas iha t dan penen t raman yang banyak dar i
o rang l a in . Pas i en gangguan kep r ibad i an dependen menghindari posisi
tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk memegang peran
kepemimpinan. Mereka lebih senang tunduk. Jika mereka sendiria,mereka merasa
sukar untuk menekuni tugas tetapi merasa mudah melakukan tugas tersebut untuk
orang lain. Orang dengan gangguan tidak senang sendirian. Mereka mencari orang
lain pada siapa mereka dapat menggantung dan hubungan mereka dengan
demikian dikacaukan oleh kebutuhan mereka untuk melekat dengan orang
lain.Pesimisme, keraguan diri, pasivitas da ketakutan untuk mengekspresikan
perasaan seksual dan agresif menandai perilaku pasien gangguan kepribadian
dependen.
Kr i t e r i a Diagnos t i k Gangguan Kepribadian Dependen
Kebutuhan yang perpasiv dan berlebihan untuk diasuh, yang
menyebarkan perilaku tunduk dan menggantung dan rasa takut akan perpisahan,
dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh lima(atau lebih) berikut :
1. Memi l ik i kesu l i t an da lam mengambi l kepu tusan se t i ap har i t anpa
se jumlah besa r nasehat dan penenteraman dari orang lain.
2. Membutuhkan orang lain untuk menerima tanggung jawab dalam sebagian
besar bidang utama kehidupannya.
3. Memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ketidak setujuan pada orang lain. Catatan
:tidak termasuk rasa takut yang realistic akan ganti rugi.
4. Memiliki kesulitan dalam memulai proyek atau melakukan hal dengan dirinya sendiri
(karena tidak memiliki keyakinan diri dalam pertimbangan atau kemampuan
ketimbangtidak memiliki motivasi atau energi )
5. Berusaha berlebihan untuk mendapatkan asuhan dan dukungan dari orang lain,
sampai pada titik secara sukarela melakukan hal yang tidak meyenangkan.
6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena timbulnya rasa takut
tidak mampu merawat diri sendiri.
7. Segera mencari hubungan dengan orang lain sebagai sumber pengasuhan dan dukungan
jika hubungan dekatnya berakhir.
8. Secara tidak realistik terpreokupasi dengan rasa takut ditinggal untuk merawat dirinya
sendiri.
Diagnosis Banding
- Ketergantungan adalah faktor yang menonjol pada pasien gangguan kepribadian
histrionic dan ambang, tetapi pasien gangguan kepribadian dependen biasanya memiliki
hubungan jangka panjang dengan orang pada siapa mereka tergantung, bukannya pada
sejumlah orang, dan mereka tidak cenderung manipulatif Pasien gangguan kepribadian
schizoid dan skizotipal mungkin tidak dapat dibedakan dari pasien gangguan
kepribadian menghindar.
- Perilaku ketergantungan dapat terjadi pada pasien dengan agoraphobia, tetapi pasien
agorafobik cenderung memiliki tingkat kecemasan yang jelas atau bahkan panik.
Perjalanan penyakit dan prognosis
Terdapat kecendrungan untuk mengganggu fungsi pekerjaan, karena pasien memiliki
ketidakmampuan untuk bertindak secara mandiri dan tanpa pengawasan dari dekat.Hubungan
sosial adalah terbatas pada siapa orang dapat tergantung dan banyak yang menderita
penyiksaan mental atau fisik karena mereka tidak dapat menegaskan dirinya sendiri. Mereka
berada dalam risiko mengalami gangguan depresif berat jika mereka mengalami kehilangan
orang pada siapa mereka tergantung.
Tetapi, prognosis dengan pengobatan adalah cukup baik.
Terapi :
- Psikoterapi : Terapi gangguan kepribadian dependen seringkali berhasil, yaitu
dengan proses kognitif-behavioral, dengan menciptakan kemandirian pada pasien,
melatih ketegasan dan menumbuhkan rasa percaya diri.
Terapi perilaku, terapi keluarga dan terapi kelompok semuanya telah digunakan
dengan keberhasilan pada banyak kasus.
- Farmakoterapi : telah digunakan untuk mengatasi gejala spesifik seperti kecemasan
dandepresi, yang sering merupakan gambaran penyerta gangguan kepribadian
dependen. Pasien tersebut yang mengalami serangan panik atau yang memiliki tingkat
kecemasan perpisahan yang tinggi mungkin tertolong oleh imipramine (Tofranil ).
Benzodiazepine dan obat serotonergik juga telah berguna.Jika depresi atau gejala
menarik diri pada pasien berespon terhadap psikostimulan, obat tersebut digunakan.
Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif ditandai oleh penyempitan
emosional,ketertiban, kekerasan hati, sikap keras kepala dan kebimbangan. Gangguan ini
sering terjadi pada pria dan sering pada anak tertua. Orang dengan gangguan kepribadian obsesif-
kompulsif memiliki keasyikan dengan keteraturan, kebersihan, perincian dan pencapaian
kesempurnaan.Biasanya orang tersebut resmi dan serius dan seringkali tidak memiliki rasa
humor. Mereka memaksakan aturan supaya diikuti secara kaku dan tidak mampu untuk
mentoleransi apayang dirasakannya sebagai pelanggaran. Karena takut mereka melakukan
kesalahan, mereka mengalami kebimbangan dan berpikir dalam waktu yang lama untuk
mengambil suatu keputusan. Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif dapat bekerja dengan
baik dalam posisi yang membutuhkan pekerjaan metodologis, deduktif atau terperinci.
Tetapi mereka rentan terhadap perubahan yang tidak diharapkan. Dilihat dari teori kognitif-
behavioral, pasien gangguan ini mempunyai perhatian yang tidak realistic mengenai perfeksitas
dan penolakan terhadap kesalahan. Kalau gagal dalam mencapai perfeksitas, ia menganggap
dirinya tidak berharga (Martaniah, 1999 : 79).
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah tidak diketahui. Keadaan ini
lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita dan didiagnosis paling sering pada anak yang
tertua. Pasien seringkali memiliki latar belakang yang ditandai oleh disiplin yang keras. Freud
menghipotesiskan bahwa gangguan kepribadian ini adalah berhubungan dengan kesulitan pada
stadium anal dari perkembangan psikoseksual, biasanya di sekitar usia 2 tahun.
Tetapi, pada berbagai penelitian teori tersebut belum disahkan.
Gejala klinis
Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif memiliki keasikan dengan
aturan, peraturan, ketertiban, kebersihan, perincian dan pencapaian kesempurnaan.
Keterampilan interpersonal pasien gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah terbatas.
Mereka mengasingkan orang lain, tidak mampu untuk berkompromi dan memaksakan supaya
oranglain tunduk kepada mereka.
Tetapi mereka mudah memaafkan mereka yang dipandangnya sebagai lebih berkuasa
dibandingkan dirinya dan memenuhi keinginan mereka dalam cara penguasa.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
Pola pervasif preokupasi dengan urutan, perfeksionisme, dan pengendalian mental dan
interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi, dimulai pada
masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkanoleh empat (atau lebih) berikut :
1. Terp reokupas i dengan per inc i an , a tu ran , daf ta r , u ru tan , susunan
a tau j adwal sampai tingkat dimana aktivitas sesama hilang.
2. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas
misalnya, tidak mampu menyelesaikan suatu proyek karena tidak memenuhi
standarnya sendiri yangter la lu ke ta t .
3. Secara ber l eb ihan se t i a kepada peker j aan dan p roduk t iv i t a s sampai
mengaba ikan aktivitas waktu luang dan persahabatan (tidak disebabkan
oleh kebutuhan ekonomi yang besar)
4. Ter la lu berha t i - ha t i , t e l i t i , dan t i dak f l eks ibe l t en tang masa lah
mora l i t a s , e t i ka a tau n i l a i - n i l a i ( t i dak d i sebabkan o leh i den t i f i kas i
ku l tu ra l a t au re l i g ius )
5. Tidak mampu membuang benda-benda yang usang atau tidak berguna
walaupun tidak memi l ik i n i l a i s en t imen ta l .
6. Enggan untuk mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain
kecuali mereka tunduk dengan t epa t ca ranya menger j akan ha l
7. Memiliki gaya belanja yang kikir baik untuk dirinya sendiri maupun orang
lain, uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk rencana
dimasa depan.
8. Menunjukkan kekacauan dan keras kepala.
Diagnosis Banding
Jika ditemukan obsesi atau kompulsi yang rekuren, gangguan obsesif
kompulsif harus ditulis dalam aksis l. kemungkinan pembedaan yang paling sukar
adalah antara pasien rawat jalan dengan sifat obsesif-kompulsif dan pasien dengan
gangguankepribadian obsesif-kompulsif. Diagnosis gangguan kepribadian
bermakna dalam efektivitas pekerjaan atau sosialnya. Pada beberapa kasus,
gangguan delusional terjadi bersama-sama dengan gangguan kepribadian dan harus
dicatat.
Perjalanan penyakit dan prognosis
Perjalanan gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah bervariasi dan
tidak dapat diramalkan. Dari waktu ke waktu, obsesi atau kompulsi dapat
berkembang dalam perjalanan gangguan kepribadian. Beberapa remaja dengan
gangguan kepribadian obsesif kompulsif berkembang menjadi orang dewasa yang
hangat, terbuka dan ramah; tetapi orang lain, gangguan dapat mengawali
skizofrenia atau gangguan depresif berat.
Terapi :
- Psikoterapi :Tidak seperti gangguan kepribadian lainnya, pasien gangguan
kepribadianobsesif-kompulsif seringkali tahu bahwa mereka sakit dan mencari
pengobatan ataskemauan sendiri. Asosiasi bebas dan terapi yang tidak terlalu
mengarahkan sangatdihargai oleh pasien gangguan ini.
Terapi kelompok dan terapi perilaku biasanyamemberikan manfaat tertentu. Pada kedua
konteks, mudah untuk memutuskan pasien ditengah-tengah interaksi atau penjelasan
maladaptive mereka. Melengkapi perilaku kebiasaan mereka mencegah meningkatkan
kecemasan pasien dan menyebabkan mereka mudah mempelajari strategi baru.
- Farmakoterapi : Clonazepam (klonopin) adalah suatu benzodiazepine
dengan antikonvulsan, pemakaian obat ini telah menurunkan gejala pada
pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif parah. Apakah obat
ini digunakan pada gangguan kepribadian adalah tidak diketahui.
Clomipramine (anafranil) dan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine
mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-kompulsif timbul.
Gangguan Kepribadian Yang Tidak Ditentukan
Kategor i in i ada lah un tuk gangguan -gangguan fungs i kep r ibad i an
yang t i dak memenuh i k r i t e r i a un tuk gangguan kep r ibad i an spes i f ik .
Con tohnya ada lah adanya c i r i - ciri lebih dari satu gangguan kepribadian
spesitik yang tidak memenuhi kriteria lengkapun tuk sa lah sa tu gangguan
kep r ibadi an (kep r ibad i an campuran ) t e tap i ber sama- samamenyebabkan
penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam satu ataul eb ih
fungs i pen t ing (misa lnya , sos i a l a t au peker j aan) . Ka tegor i in i j uga
dapa tdigunakan jika klinis menganggap bahwa suatu gangguan kepribadian
spesifik yangtidak dimasukkan kedalam klasifikasi ini adalah sesuai. Contohnya
adalah gangguankepribadian pasif-agresif dan gangguan kepribadian depresif.
Gangguan Kepribadian Pasif - Agresif
G angguan Kep r ibad i an Dep res i f
Gangguan kepribadian sadomasokistik
BAB III
PENUTUP
Dari uraian di atas maka dapat dismpulkan bahwa siapa saja berpotensi
untuk mengalami gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak saja disebabkan
olehfaktor genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor temperamental,
faktor biologis (hormon, neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik
(yaituadanya fiksasi pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga
tergantungdari mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan).
Dalam DSM-IV, gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok dan masing-
masing kelompok terdapat beberapa gangguan kepribadian dengan karakteristik yang khasdan
berbeda-beda satu sama lain. Hampir semua gangguan kepribadian dapat disembuhkan baik
melalui psikoterapi (terapi kejiwaan) maupun farmakoterapi (terapi obat-obatan), denganteknik
penyembuhan yang berbeda-beda untuk masing-masing gangguan kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Evi Kristiyarini. Kecendrungan gangguan kepribadian pada remaja dan dewasa awaldi Desa Sedeng Pacitan. 2009. http://gdl.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2003-evikristiy-270&q=Health
2. Psikologi Kepribadian.http://www.slideshare.net/bocahbancar/psikologi-kepribadian
3. David, A Tomb. Buku Saku Psikiatri, Alih bahasa Martina Wiwie S Nasrun. Ed 6.Jakarta. EGC. 2003
4. Gangguan Kepribadian. 2010.http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/gangguan-kepribadian
5. Castillo, Heather.2003. Personality disorder; Temperament or Trauma. JessicaKingsley Publisher. London.
6. Maslim, Rusdi, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dariPPDGJ III, Jakarta
7. Kaplan & Saddock, 1997, Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku PsikiatriKlinis, Edisi ke-7, jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta.
8. Nida UI Hasanat, 2004, Print out Personality Disorder, Yogyakarta.
9. Sri Mulyani Martaniah, MA, Prof. Dr. 1999, Handout Psikologi Abnormal,Yogyakarta.