936-1948-1-SM

391
JAME VOL. 2, NO. 2, Oktober 2014 Pengaruh Brand Image, Kualitas Produk, Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Pt Chandra Jaya Sukses (Produk Kursi Recliner Merek Lazboy) Florensy Natalia Menguji Dampak Pemilihan Tipe Endorser Terhadap Minat Beli ( Studi Pada Iklan Garnier Bb Cream ) Intan Rosetti Arimbi Perilaku Konsumen Dalam Membangun Intensi Pembelian Pada Produk Sepatu Converse Di Jakarta Barat Adi Prasetyo Widodo Peranan Unit Kerja Teller Bca Kcu Pasar Baru Dalam Terciptanya Keterikatan Nasabah Stephanus Taniadi Peranan Citra Merek Tdr Racing Dalam Pembentukan Loyalitas Konsumen Andy Hendri Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklanterhadap Efektivitas Iklan Televisi Kartu Im3 Versi “Play With Jkt48 & Cesar” Regina Perilaku Konsumen Dalam Membangun Kepuasan Dan Loyalitas Pada Produk Laptop Asus Di Universitas Esa Unggul Anggrahini Puspitasari Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Dan Struktur Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 Sampai Dengan 2011 Darwis Chayady Pengaruh Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di PT. JREAL Property Aprilia Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Akbar Pribadi Nurdin Putra Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Waktu Dan Harga Terhadap Relationship Quality ( Studi Kasus Pada Produk Tas PT Garmindo Co ) Caecillia Aditya Wijaya Pencatatan Selisih Kurs Atas Pembelian Dan Penjualan Pada Transaksi Valuta Asing Pada Laporan Keuangan ( Studi Kasus Pt Sarana Refrigeratama) Corry Friska Hutagaol Pengaruh Celebrity Endorser Dalam Iklan Freshcare Aromatherapy Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Di Wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat) Windi Asiani Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Nilai Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba Elis Kartika Analisis Bauran Pemasaran Mempengaruhi Keputusan Pembelian Smartphone Blackberry Di Universitas Esa Unggul (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif) Ferian Osman Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Industri Otomotif & Komponennya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2009 2011 Emi Karina Job Insecurity, Job Satisfaction, Komitmen Organisasi Dan Turnover Intention Di PT Tiffakasih Primatama Tangerang Fei Ie Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan (Studi Kasus Pada PT Purna Baja Harsco) Gumarang Ade Himawan Analisis Asosiasi Merek Dan Atmosfir Toko Mempengaruhi Niat Beli Produk Les Femmes (Study Kasus : Toko Les Femmes Di Mall Ciputra) Firly Rahayu Puspitaningrum Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian Bahan Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) Pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta Herman Sugianto Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian Bahan Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) Pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta Herman Sugianto Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio Dan Total Asset Turnover Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2007 2011 Agustina Cyntia Analisis Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Di Indomaret Nina Merdiana Analisis Pengaruh Suku Bunga Deposito Jangka Waktu 1 Bulan Terhadap ROA, LDR, Dan NPL Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009 2012 Pipit Tri Puspita Celebrity Endorser Iwan Fals Terhadap Keputusan Pembelian Top Coffee Di Wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat Nurchalim Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Di Universitas Swasta X) Rudy Setiawan Sikap Nasabah Dan Konstruk Technology Acceptance Model (TAM) Dalam Penerapan Penggunaan Sesungguhnya Internet Banking Oggi Makayasa Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan ( Study Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta ) Tika Permata Pengaruh Iklan Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Ponds (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif Angkatan 2010-2011) Kurniawan Sriprasetyo Pengaruh Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta. Ussy Annisa Darusman JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL

description

jurnal pemasaran vol 1 niat beli ulang

Transcript of 936-1948-1-SM

Page 1: 936-1948-1-SM

JAME VOL. 2, NO. 2, Oktober 2014

Pengaruh Brand Image, Kualitas Produk, Dan Harga Terhadap

Keputusan Pembelian Pada Pt Chandra Jaya Sukses (Produk Kursi

Recliner Merek Lazboy)

Florensy Natalia

Menguji Dampak Pemilihan Tipe Endorser Terhadap Minat Beli

( Studi Pada Iklan Garnier Bb Cream )

Intan Rosetti Arimbi

Perilaku Konsumen Dalam Membangun Intensi Pembelian Pada Produk

Sepatu Converse Di Jakarta Barat

Adi Prasetyo Widodo

Peranan Unit Kerja Teller Bca Kcu Pasar Baru Dalam Terciptanya

Keterikatan Nasabah

Stephanus Taniadi

Peranan Citra Merek Tdr Racing Dalam Pembentukan Loyalitas

Konsumen

Andy Hendri

Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi

Penayangan Iklanterhadap Efektivitas Iklan Televisi Kartu Im3 Versi

“Play With Jkt48 & Cesar”

Regina

Perilaku Konsumen Dalam Membangun Kepuasan Dan Loyalitas Pada

Produk Laptop Asus Di Universitas Esa Unggul

Anggrahini Puspitasari

Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Dan Struktur Kepemilikan Institusional

Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Otomotif Dan Komponen Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 Sampai Dengan 2011

Darwis Chayady

Pengaruh Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja

Karyawan Di PT. JREAL Property

Aprilia

Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Untuk Mengikuti Pendidikan

Profesi Akuntansi (PPAk)

Akbar Pribadi Nurdin Putra

Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Waktu Dan

Harga Terhadap Relationship Quality ( Studi Kasus Pada Produk Tas PT

Garmindo Co )

Caecillia Aditya Wijaya

Pencatatan Selisih Kurs Atas Pembelian Dan Penjualan Pada Transaksi

Valuta Asing Pada Laporan Keuangan ( Studi Kasus Pt Sarana

Refrigeratama)

Corry Friska Hutagaol

Pengaruh Celebrity Endorser Dalam Iklan Freshcare Aromatherapy

Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Di Wilayah Tanjung

Duren, Jakarta Barat)

Windi Asiani

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage Dan

Nilai Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba

Elis Kartika

Analisis Bauran Pemasaran Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Smartphone Blackberry Di Universitas Esa Unggul (Studi Kasus Pada

Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif)

Ferian Osman

Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba

Pada Industri Otomotif & Komponennya Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia (Bei) Periode 2009 – 2011

Emi Karina

Job Insecurity, Job Satisfaction, Komitmen Organisasi Dan Turnover

Intention Di PT Tiffakasih Primatama Tangerang

Fei Ie

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan (Studi Kasus

Pada PT Purna Baja Harsco)

Gumarang Ade Himawan

Analisis Asosiasi Merek Dan Atmosfir Toko Mempengaruhi Niat Beli

Produk Les Femmes (Study Kasus : Toko Les Femmes Di Mall Ciputra)

Firly Rahayu Puspitaningrum

Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian Bahan

Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) Pada PT

Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta

Herman Sugianto

Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian

Bahan Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) Pada PT

Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta

Herman Sugianto

Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio Dan

Total Asset Turnover Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Food

And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Pada Tahun 2007 – 2011

Agustina Cyntia

Analisis Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Di Indomaret

Nina Merdiana

Analisis Pengaruh Suku Bunga Deposito Jangka Waktu 1 Bulan

Terhadap ROA, LDR, Dan NPL Pada Bank Umum Yang Terdaftar

Di BEI Tahun 2009 – 2012

Pipit Tri Puspita

Celebrity Endorser Iwan Fals Terhadap Keputusan Pembelian Top

Coffee Di Wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat

Nurchalim

Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial

(Studi Kasus Di Universitas Swasta X)

Rudy Setiawan

Sikap Nasabah Dan Konstruk Technology Acceptance Model (TAM)

Dalam Penerapan Penggunaan Sesungguhnya Internet Banking

Oggi Makayasa

Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas

Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan ( Study Empiris Pada

Kantor Akuntan Publik Di Jakarta )

Tika Permata

Pengaruh Iklan Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Ponds

(Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas

Ekonomi Reguler Aktif Angkatan 2010-2011)

Kurniawan Sriprasetyo

Pengaruh Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas

Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment Pada Kantor

Akuntan Publik Di Jakarta.

Ussy Annisa Darusman

JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL

Page 2: 936-1948-1-SM

JAME

VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2014, HAL 1 – 384

Terbit 2 kali dalam setahun pada Bulan April dan Oktober. Berisi artikel yang diangkat dari hasil-hasil riset mahasiswa dalam bentuk Skripsi baik Manajemen dan Akuntansi.

KETUA PENYUNTING:

MF Arrozi

WAKIL KETUA PENYUNTING:

Dihin Septyanto

PENYUNTING AHLI:

Hasyim Achmad

Lia Amalia

Sugiyanto

PENYUNTING PELAKSANA:

Sri Handayani

Abdurrahman

Adrie Putra

Rina Anindita

STAFF ADMINISTRASI

Jaka Suharna

Delfian Aldeni

Evalina Silitonga

Alamat Penyunting : JAME Fakultas ekonomi Universitas Esa Unggul. Jalan Terusan Arjuna No 09 Kebon Jeruk Jakarta Barat. Gedung Utama Lantai 3. Email : [email protected]

JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL

Page 3: 936-1948-1-SM

Kebijakan Editorial dan Pedoman Penulisan Artikel

Kebijakan Editorial Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen Esa Unggul diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas

Esa Unggul setiap enam bulan sekali dengan tujuan sebagai media pertukaran informasi dan karya ilmiah staf pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat akademik yang tertarik pada penelitian dibidang akuntansi dan manajemen. Ruang Lingkup penelitian akuntansi dan manajemen yang dimuat dalam JAME meliputi bidang: akuntansi keuangan, pasar modal, akuntansi manajemen, akuntansi sektor publik, pemeriksaan akuntansi, perpajakan, sistem informasi (baik akuntansi dan manajemen), manajemen keuangan, manajemen pemasaran, manajemen sumberdaya manusia, manajemen operasional, manajemen bisnis, manajemen strategik, dan manajemen umum

JAME menerima naskah/artikel yang belum pernah dipublikasikan/diterbitkan oleh media lain. Penentuan naskah yang diterbitkan dalam JAME melalui proses blind review oleh dewan redaksi JAME dengan mempertimbangkan: 1) Sesuai standar baku publikasi jurnal, 2) Metodologi penelitian yang digunakan, 3) Kontribusi penelitian dengan pengembangan pendidikan di bidang akuntansi dan manajemen. Dewan redaksi bertanggung jawab untuk memberikan telaah konstrukstif dan jika perlu menyampaikan hasil evaluasi kepada penulis artikel. Penulisan artikell dikirimkan ke alamat:

JAME (Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen Esa Unggul)

Gedung Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Jakarta Ruang 301, Lantai 3 Jl. Arjuna Utara No. 9, Tol Tomang, Keboin Jeruk, Jakarta Barat.

Telp (021) 5674223 Fax (021) 5674248

Pedoman Penulisan Naskah/Artikel 1. Sistematika pembahasan dalam artikel yang dikirimkan memuat beberapa bagian sebagai berikut:

a. Abstrak memuat ringkasan penelitian yang terdiri: masalah dan tujuan penelitian, metode, temuan dan kontribusi hasil penelitian. Abstrak disajikan diawal teks dan terdiri antara 150 s/d 400 kata yang ditulis dalam satu paragrap( abstrak disajikan dalam Bahasa Inggris jika naskah /artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia, jika artikel ditulis dalam Bahasa Inggris maka abstrak disajikan dalam Bahasa Indonesia). Dalam abstrak terdapat kata kunci (key word) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel.

b. Pendahuluan memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kontribusi penelitian. c. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis memuat kerangka teoritis berdasarkan telaah

literatur yang menjadi landasan logis dan mengembangkan hipotesis atau preposisi dan model penelitian.

d. Metodologi Penelitian memuat metode pengumpulan data, pengukuran dan operasionalisasi variabel, dan metode analisis data.

e. Analisis data memuat analisis data penelitian dan statistik deskriptif . f. Pembahasan dan simpulan memuat pembahasan dan hasil temuan penelitian. g. Implikasi dan Keterbatasan memuat implikasi hasil temuan dan keterbasan penelitian serta saran-

saran yang diberikan peneliti terhadap penelitian di masa akan datang. h. Daftar Pustaka memuat sumber-sumber yang dikutip dalam penulisan artikel. Sumber yang dimuat

hanya yang diacu dalam penelitian yang bersangkutan. i. Lampiran memuat tabel, gambar dan instrumen(kuisioner) yang digunakan dalam penelitian tersebut.

2. Format Tulisan :

a. Artikel diketik dengan jarak baris dua pada kertas kuarto (8,5” x 11”). Kutipan langsung yang panjang(lebih dari tiga setengah baris) diketik dengan jarak baris satu dengan indent style (bentuk berinden).

b. Panjang artikel tidak lebih dari 15 sampai dengan 25 halaman kuarto. c. Margin atas, bawah, kiri dan kanan sekurang-kurangnya 1 inci. d. Halaman cover setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. e. Tabel dan gambar harus diberi judul dan keterangan yang jelas serta diberi nomor urut halaman.

Page 4: 936-1948-1-SM

f. Tabel dan gambar sebaiknya disajikan pada halaman terpisah (pada bagian akhir naskah) dan menyebutkan.

g. Kepustakaan yang diacu menggunakan sistem nama tahun yang mengacu pada daftar acuan. Jika dipandang perlu penulis dapat mencantumkan halaman karya acuan.

Contoh: 1) Satu sumber kutipan dengan satu penulis: ( Galbraith, 1997). Jika disertai nomor halaman:

(Galbraith,1997:23) 2) Satu sumber kutipan dengan dua penulis ( Smith dan Watts, 1992). 3) Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis ( Bathala et al, 1994 atau Bathala dkk, 1994) 4) Dua Sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Rozeff,1982; Easterbrook,1984) 5) Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama( Myer and Majluf, 1984a,1984b) 6) Sumber kutipan berasal dari institusi menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan,(IAI, 1999).

h. Daftar referensi hanya memuat sumber yang diacu serta disusun secara alfabetis sesuai dengan nama penulis atau nama institusi. Adapaun urutan susunan setiap referensi sebagai berikut: nama penulis, tahun publikasi, judul jurnal atau buku teks, nama jurnal atau penerbit, nomor halaman. Contoh: Anthony,R.N, and Vijay Govindarajan, 2000, Management Control System,Ninth Edition. Chicago,II:

Irwin. Bapepam,1996, Himpunan Peraturan Pasar Modal Indonesia Diana, Nur, 2002, Analisis Hubungan Kompleksitas Organisasi, Keterlibatan Tim, Diversitas Ukuran

Kinerja, Besar Kompensasi, Partisipasi Terhadap Kinerja Tim, Tesis, UGM, Tidak dipublikasikan. Mills,P.K, 1983, Sef Management: Its Control and Relationships to Other Organizational Properties.

Academy of Management Review : 445-453. Rizzo, J.R., R.J. House, and S.I.Lirzman, 1970, Role Conflict and Abiguity in Complex Organizations,

Administrative Science Quarterly, 150-163. Rockness, H.O, and M.D. Shields,1988. An Empirical Analysis of the Expenditure Budget in Research

and Development, Contemporary Accounting Research: 568 –581. 3. Artikel diserahkan dalam bentuk 3 (tiga eksemplar) cetakan.

Page 5: 936-1948-1-SM

JAME

VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2014

DAFTAR ISI Halaman

Pengaruh Brand Image, Kualitas Produk, Dan Harga Terhadap

Keputusan Pembelian Pada Pt Chandra Jaya Sukses (Produk Kursi

Recliner Merek Lazboy)

Florensy Natalia 1

Perilaku Konsumen Dalam Membangun Intensi Pembelian Pada Produk

Sepatu Converse Di Jakarta Barat

Adi Prasetyo Widodo 12

Peranan Citra Merek Tdr Racing Dalam Pembentukan Loyalitas Konsumen

Andy Hendri 18

Perilaku Konsumen Dalam Membangun Kepuasan Dan Loyalitas

Pada Produk Laptop Asus Di Universitas Esa Unggul

Anggrahini Puspitasari 34

Pengaruh Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Di PT. JREAL Property

Aprilia 42

Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Waktu Dan

Harga Terhadap Relationship Quality ( Studi Kasus Pada Produk Tas

PT Garmindo Co )

Caecillia Aditya Wijaya 54

Pengaruh Celebrity Endorser Dalam Iklan Freshcare Aromatherapy Terhadap Keputusan

Pembelian (Studi Kasus Di Wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat)

Windi Asiani 76

Analisis Bauran Pemasaran Mempengaruhi Keputusan Pembelian Smartphone Blackberry

Di Universitas Esa Unggul (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi)

Ferian Osman 84

Job Insecurity, Job Satisfaction, Komitmen Organisasi Dan Turnover Intention

Di PT Tiffakasih Primatama Tangerang

Fei Ie 93

Analisis Asosiasi Merek Dan Atmosfir Toko Mempengaruhi Niat Beli

Produk Les Femmes (Study Kasus : Toko Les Femmes Di Mall Ciputra)

Firly Rahayu Puspitaningrum 110

Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian

Bahan Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) P

ada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta

Herman Sugianto 125

JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL

Page 6: 936-1948-1-SM

Analisis Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Di Indomaret

Nina Merdiana 136

Celebrity Endorser Iwan Fals Terhadap Keputusan Pembelian Top

Coffee Di Wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat

Nurchalim 148

Sikap Nasabah Dan Konstruk Technology Acceptance Model (TAM)

Dalam Penerapan Penggunaan Sesungguhnya Internet Banking

Oggi Makayasa 161

Pengaruh Iklan Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian

Ponds (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa

Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif Angkatan 2010-2011)

Kurniawan Sriprasetyo 171

Menguji Dampak Pemilihan Tipe Endorser Terhadap Minat Beli

( Studi Pada Iklan Garnier Bb Cream )

Intan Rosetti Arimbi 179

Peranan Unit Kerja Teller Bca Kcu Pasar Baru Dalam Terciptanya

Keterikatan Nasabah

Stephanus Taniadi 195

Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan,

Frekuensi Penayangan Iklanterhadap Efektivitas Iklantelevisi

Kartu Im3 Versi “Play With Jkt48 & Cesar”

Regina 211

Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Dan Struktur Kepemilikan Institusional

Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Otomotif Dan Komponen

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 Sampai Dengan 2011

Darwis Chayady 221

Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Esa Unggul Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)

Akbar Pribadi Nurdin Putra 234

Pencatatan Selisih Kurs Atas Pembelian Dan Penjualan Pada Transaksi

Valuta Asing Pada Laporan Keuangan ( Studi Kasus Pt Sarana Refrigeratama)

Corry Friska Hutagaol 247

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage Dan

Nilai Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Empiris :

Pada Perusahaan Industri Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode Tahun 2008-2011)

Elis Kartika 259

Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba

Pada Industri Otomotif & Komponennya Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia (Bei) Periode 2009 – 2011

Emi Karina 274

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan ( Studi

Kasus Pada Pt. Purna Baja Harsco )

Gumarang Ade Himawan 284

Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian Bahan

Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) Pada

PT Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta

Herman Sugianto 306

Page 7: 936-1948-1-SM

Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio

Dan Total Asset Turnover Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan

Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Pada Tahun 2007 – 2011

Agustina Cyntia 317

Analisis Pengaruh Suku Bunga Deposito Jangka Waktu 1 Bulan

Terhadap ROA, LDR, Dan NPL Pada Bank Umum Yang Terdaftar

Di BEI Tahun 2009 – 2012

Pipit Tri Puspita 329

Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja

Manajerial (Studi Kasus Di Universitas Swasta X)

Rudy Setiawan 343

Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas

Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan ( Study Empiris Pada

Kantor Akuntan Publik Di Jakarta )

Tika Permata 355

Pengaruh Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas

Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment Pada Kantor

Akuntan Publik Di Jakarta.

Ussy Annisa Darusman 363

Analisis Profitabilitas, Keputusan Investasi, Dan Kebijakan Dividen

Terhadap Nilai Perusahaan Periode 2008-2012

Linawati 374

Page 8: 936-1948-1-SM

1

PENGARUH BRAND IMAGE, KUALITAS PRODUK, DAN HARGA

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PT CHANDRA

JAYA SUKSES (PRODUK KURSI RECLINER MEREK LAZBOY)

Florensy Natalia

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

ABSTRAKSI

PT Chandra Jaya Sukses merupakan distributor tunggal di Indonesia untuk kursi recliner

merek Lazboy, yang dimana merek Lazboy tersebut berasal dari Amerika Serikat yang hampir

mayoritas penduduk Amerika Serikat sudah mengenal produk kursi recliner merek Lazboy

tersebut, sedangkan di Indonesia sendiri untuk produk tersebut masih belum cukup dikenal oleh

masyarakat di Indonesia. Hal ini berdampak pada tingkat penjualan produk tersebut di

Indonesia yang masih sangat rendah dibandingkan Negara asalnya, sehingga dalam

pembahasan ini peneliti membahas dari sisi keputusan pembelian konsumen dimana brand

image, kualitas produk, dan harga yang menjadi faktor keputusan pembelian.

Pembahasan hasil penelitian ini dibuat dengan mendeskripsikan jawaban responden

sehingga mampu memberikan suatu gambaran menyeluruh mengenai pengaruh brand image,

kualitas produk, dan harga terhadap keputusan pembelian dalam membeli produk kursi recliner

merek Lazboy .

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah studi studi lapangan dengan melakukan

survey dan studi pustaka. Data primer yang dikumpulkan dari 100 responden melalui

penyebaran Kuesioner. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Sedangkan untuk analisis data penulis menggunakan analisis data

diskriminan dimana analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel tersebut

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada produk kursi recliner merek Lazboy.

Berdasarkan fungsi diskriminan dapat disimpulkan bahwa ternyata ketiga variabel tersebut

memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk kursi recliner merek Lazboy,

dan yang paling kuat mempengaruhi adalah harga.

Kata Kunci : Brand image, kualitas produk, harga, dan keputusan pembelian

PENDAHULUAN

Latar Belakang Di zaman era modern saat ini perkembangan gaya hidup masyarakat sudah berubah

sangat pesat. Kebutuhan demi kebutuhan dari masyarakat menjadi semakin banyak yang harus

dipenuhi. Di Indonesia yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar sehingga tingkat

kebutuhannya pun tinggi tercatat setiap tahunnya penduduk Indonesia bertambah sebanyak tiga

juta jiwa pertahun, sehingga kebutuhan akan tempat tinggal serta perlengkapan furniture rumah

akan meningkat juga untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat di Indonesia, Hal inilah yang

dijadikan peluang bagi beberapa perusahaan furniture, untuk dapat menggarap seluruh pasar

furniture di Indonesia karena jumlah penduduk di Indonesia yang terus meningkat.

Page 9: 936-1948-1-SM

2

Perusahaan sangat perlu untuk mengetahui faktor pendorong bagi pelanggan untuk dapat

memutuskan membeli suatu produk, hal ini akan berdampak dengan tingkat penjualan

perusahaan yang pada akhirnya juga akan berdampak pada laba dari sebuah perusahaan.

Perusahaan dalam bidang furniture pada saat ini membutuhkan sebuah penelitian yang lebih

khusus dalam bidang pemasaran karena pada zaman modern sekarang ini pesaing-pesaing di

bidang yang sejenis cukup banyak yang bermunculan dan perubahan demi perubahan pada

perilaku konsumen dalam memutuskan untuk membeli suatu produk atau jasa juga berubah-

ubah akibat dari perubahan zaman saat ini.

Penelitian inilah yang diperlukan PT Chandra Jaya Sukses untuk dapat bersaing dengan

produk-produk luar negri yang sudah lebih lama dalam penjualan brand asing di Indonesia

sebenarnya untuk produk kursi Lazboy memiliki keunggulan seperti kualitas produk yang sudah

diakui oleh American Chriropratic Assoociation, dan harga yang standart untuk ukuran furniture

import, hal inilah yang tidak dimiliki oleh beberapa pesaing lainnya,namun tingkat penjualan

dari kursi Lazboy di Indonesia masih jauh dari target penjualan perusahaan. Berdasarkan

uraian diatas, maka judul yang dipilih adalah “Pengaruh Brand image ,kualitas produk,dan

harga terhadap keputusan pembelian pada PT Chandra Jaya Sukses (produk kursi recliner

merek LA-Z-BOY)”.

Rumusan Masalah Dari Identifikasi masalah diatas maka penulis melakukan penelitian dengan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan mengenai brand image, kualitas produk, dan

harga terhadap keputusan pembelian pada produk kursi recliner merek Lazboy secara

partial ?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan mengenai brand image, kualitas produk, dan

harga terhadap keputusan pembelian pada produk kursi recliner merek Lazboy secara

bersama-sama?

3. Faktor mana yang lebih dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk

kursi recliner merek Lazboy?

Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian pada produk

kursi LA-Z-BOY

2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada

produk kursi LA-Z-BOY

3. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian pada produk kursi

LA-Z-BOY

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan

adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan mengenai pemasaran.

Dalam lingkungan bisnis ini yang berkembang semakin cepat,maka pemasaran memegang

peranan sebagai suatu faktor penting untuk tetap bertahan dalam menjalankan usaha dan

bergelut dalam dunia persaingan. Pemasaran merupakan faktor vital sebagai strategi perusahaan

dalam menjalankan usahanya, yang terutama berhubungan dengan konsumen. Kata pemasaran

sendiri berasal dari kata pasar, atau bisa juga diartikan dengan mekanisme yang

mempertemukan permintaan dan penawaran.

Mengenai pemasaran menurut Eva Zhoriva Yusuf dan Lesley Williams (2007 :26))

mengungkapkan bahwa pemasaran adalah sebuah keseluruhan system kegiatan bisnis yang

Page 10: 936-1948-1-SM

3

dirancang untuk menyediakan sesuatu bagi kelompok,individu, atau organisasi yang

memuasakan mereka, guna mencapai tujuan organisasi.

Brand Image(Citra Merek) Setiadi(2003:180) mengatakan bahwa citra merek merupakan representasi dari keseluruhan

presepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek

itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi

terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan

lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian

Brand image dapat dijadikan pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitas

pada merek tersebut. Brand image itu sendiri dibentuk oleh adanya asosiasi merek. Asosiasi

merek berfungsi sebagai, anatara lain (Keller Kevin Lane, 2000 : 332) :

1. Membantu proses penyusunan informasi Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek,

dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan

mudah dikenal oleh pelanggan.

2. Membedakan, suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat penting bagi usaha

pembedaan, asosisasi-asosiasi merek dapat memainkan peran yang sangat penting dalam

membedakan suatu merek dari merek yang lain.

3. Alasan membeli, pada umumnya asosiasi merek sangat membantu para konsumen untuk

mengambil keputusan guna membeli produk tersebut atau tidak.

4. Menciptakan sikap dan perasaan positif, asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif

yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan.

Kualitas Produk Menurut Dr. Eva Zhoriva yusuf dan Dr. Lesley Williams (2007:132) mengatakan bahwa

produk adalah sekumpulan atribut dasar yang dirangkai menjadi sebuah bentuk yang dapat

dikenali, seperti perahu, kursi, atau hiburan

Menurut Philip Kotler(Philip Kotler,2009:143), pengertian kualitas adalah totalitas fitur dan

karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya utuk memuasakan

kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kita dapat mengatakan bahwa ekspektasi pelanggan

yang memuaskan sebagian besar kebutuhan pelanggannya sepanjang waktu disebut perusahaan

berkualitas, tetapi kita harus membedakan antara kesesuaian dan kinerja (atau tingkat kualitas).

Berdasarkan klasifikasi Barang Konsumen , banyaknya jenis barang yang dibeli konsumen

dapat diklasifikasikan sebagai berikut(Philip Kotler,2009:451) :

a Barang Convenience adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli konsumen,

segera, dan dengan usaha yang minimum

b Barang Shopping adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan

berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan pembelian

c Barang Khusus (specialty goods) adalah barang-barang dengan karakteristik unik dan

identifikasi merek dimana untuk memperoleh barang-barang itu sekelompok pembeli

yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya.

d Barang Unsought adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau diketahui

namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya

Menurut Husein Umar(2005:30), pengertian kualitas adalah suatu produk baik yang berupa

barang maupun jasa perlu ditentukan melalui dimensi-dimensinya yaitu sebagai berikut :

1. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan

karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.

2. Features, yaitu aspek performasi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan

dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.

3. Reliability, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil

menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam

kondisi tertentu pula.

Page 11: 936-1948-1-SM

4

4. Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah

ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

5. Durability, Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai

barang.

Harga Philip Kotler(2003:430) menyatakan bahwa harga dalam arti sempit adalah sejumlah uang

yang dibayarkan atas barang atau jasa dan dalam arti luas harga adalah jumlah semua nilai yang

konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan

barang atau jasa . Sedangkan menurut Buchari Alma (2007:169) Harga adalah nilai suatu barang

yang dinyatakan dengan uang. Bagi konsumen, harga merupakan segala bentuk biaya moneter

yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah

kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk.Bagi perusahaan, penetapan harga

merupakan cara untuk membedakan penawarannya dari para pesaing (Ali Hasan 2009 : 298)

1. Penentuan harga produk dan jasa memainkan peran sebagai kunci strategis dalam

perusahaan. Munculnya penentuan harga sebagai konsekuensi dari derergulasi,

kompetisi global yang ketat, pertumbuhan yang lambat dan kesempatan bagi perusahaan

untuk memperkuat posisi pasar.

2. Harga mempengaruhi kinerja finansial dan memiliki pengaruh penting terhadap presepsi

pembeli dan penetapan merek.

3. Harga dapat menjadi pengganti dari ukuran kualitas produk ketika pembeli sulit

mengevaluasi produk yang kompleks.

4. Relasi antara permintaan dan harga mempengaruhi keputusan penentuan harga

MODEL PENELITIAN

Gambar Model Penelitian

HIPOTESIS Hipotesis adalah dugaan sementara yang kebenarannya masih harus dilakukan

pengujiannya. Hipotesis ini dimaksudkan untuk memberi arah bagi analisis penelitian Dari

perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan telah dituangkan dalam kerangka

pikir, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut

Page 12: 936-1948-1-SM

5

1. H1 = Diduga terdapat pengaruh yang signifikan pada brand image, kualitas produk dan

harga terhadap keputusan pembelian secara partial

2. H2 = Diduga terdapat pengaruh yang signifikan pada brand image, kualitas produk dan

harga terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama

3. H3 = Diduga bahwa faktor harga berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel Dimensi

Brand Image Merek terkenal

Merek mudah diingat

Merek memiliki citra yang positif

Kualitas Produk Daya Tahan

Keamanan

Kenyamanan

Harga Daftar harga

Potongan Harga

Keputusan pembelian Motivasi dan pengenalan kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Tingkah laku pasca membeli

Populasi dan Sampel Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 100 responden. Metode yang digunakan

adalah purposive sampling digunakan untuk pengambilan sampel yang memiliki beberapa

kriteria pada responden, dimana peneliti memilih sampel secara subjektif. Dalam penelitian ini

sampel yang digunakan adalah para pengunjung showroom Melandas furniture di Mall Taman

Anggrek yang sudah melakukan pembelian produk kursi recliner merek Lazboy. Hal ini sesuai

dengan tujuan dari penelitian yang ingin meneliti tentang keputusan pembelian produk kursi

recliner merek Lazboy

Metode Analisis Penelitian - Uji Validitas

- Uji Reliabilitas

- Uji Analisis Diskriminan

-

Page 13: 936-1948-1-SM

6

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Reliabilitas dan Validitas Berdasarkan pada hasil uji reliabilitas, menunjukkan bahwa semua variabel memiliki

Cronbach Alpha lebih besar dari standar Alpha yaitu sebesar0,749 sehingga dapat dikatakan

semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliable. Dan juga semua

indicator yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian

ini memiliki r hitung > r table dan tingkat signifikasi < 0,05, sehingga semua indikator yang

digunakan tersebut adalah valid.

Uji Analisis Diskriminan 1. Pengujian Variabel bebas

Pada analisis diskriminan yaitu menguji apakah semua variabel independent (bebas)

berbeda secara nyata dengan variabel dependent (tidak bebas), sehingga dapat diketahui

layak atau tidaknya dianalisis pada table dibawah ini:

a Dengan angka Wilk‟s lambda berkisar 0 sampai 1, jika angka mendekati 0 maka data

tiap group cenderung berbeda, sedangkan jika angka mendekati 1 group cenderung

sama. Dari table diatas dapat dilihat angka Wilk‟s lambda berkisar 0,572 sampai 0,843.

Dari kolom sig dapat dilihat bahwa variabel brand image, kualitas produk, dan harga

yang cenderung berbeda. Hal ini berarti brandimage, kualitas produk, dan harga untuk

kelompok membeli dan tidak membeli pada produk kursi recliner merek Lazboy

memiliki perbedaan secara nyata.

b Dengan F-test, jika sig >0,05 berarti tidak ada perbedaan antar group, sedangkan

sebaliknya jika sig <0,05 berarti terdapat perbedaan antar group yang cukup signifikan.

Dari hasil data SPSS tersebut maka dapat disimpulkan bahwa brand image, kualitas

produk, dan harga memiliki nilai sig 0,00 yaitu lebih kecil dari 0,05, sehingga terdapat

perbedaan antar group.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tiga variabel tersebut merupakan discriminant power

atau kekuatan yang membedakan perilaku pengelompokan keputusan yaitu brand image,

kualitas produk, dan harga. Dengan demikian ketiga variabel tersebut dapat dijadikan

sebagai model untuk memprediksikan apakah keputusan pembelian konsumen tergolong

membeli dan tidak membeli .

2. Tabel dibawah ini merupakan table yang menjelaskan korelasi antara variabel independen

dengan fungsi diskriminan yang terbentuk :

Tests of Equality of Group Means

Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.

brandimage .843 18.290 1 98 .000

kualitasproduk .759 31.102 1 98 .000

harga .572 73.219 1 98 .000

Page 14: 936-1948-1-SM

7

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa harga merupakan variabel yang paling erat

hubungannya dengan fungsi diskriminan karena nilai korelasi yang diperoleh merupakan

nilai paling tinggi yaitu 0,984.

3. Berikut ini disajikan table fungsi diskriminan dari variabel yang telah dimasukkan dalam

persamaan diskriminan.

Canonical Discriminant

Function Coefficients

Function

1

Brandimage .341

Kualitasproduk -.083

Harga .371

(Constant) -3.948

Sumber : Hasil OutputSPSS

Dari data diatas maka persamaan fungsi diskriminan yang terbentuk adalah sebagai berikut

:

Z score = -3,948+3,41(brand image)-0,83(kualitas produk)+0,371(harga)

4. Konsumen yang dijadikan responden terdapat 2 kelompok diskriminanyang disebut two

group discriminant, dan hal tersebut dapat dilihat pada table berikut :

Dari table diatas terlihat bahwa kelompok tidak membeli mempunyai nilai Z= 1,686, sedangkan

kelompok membeli mempunyai niai Z= - 448.

Dari table tersebut diatas dapat digambarkan kurva centroid sebagai berikut :

Terlihat dari gambar dihalaman sebelum ini, distribusi anggota tidak membeli dengan kategori 0

berjumlah 21 orang, sedangkan anggota kelompok membeli dengan kategori 1 berjumlah 79

orang.

Perhitungan Zcu (angka kritis) :

Functions at Group

Centroids

keputusanpemb

elian

Function

1

tidak membeli 1.686

membeli -.448

Page 15: 936-1948-1-SM

8

Dimana :

Zcu = angka kritis, berfungsi sebagai cut of score (nilai batas)

= jumlah sampel di grup A dan grup B

angka centroid pada grup A dan grup B

Perhitungan Zcu (angka kritis) :

atau praktis sama dengan -0,00

5. Pengujian secara simultan dapat dilihat pada output test result. Box‟s M menguji

homoginitas covariance matrik antar group.

Test Results

Box's M 5.211

F Approx. 5.124

df1 1

df2 9752.613

Sig. .024

.

Dari output tersebut terlihat bahwa model penelitian ini memiliki nilai signifikan

sebesar 0,024. Tingkat signifikan > 0,05 maka terima HA dan tolak HO, sehingga model ini

memberikan kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara brand image, kualitas

produk, dan harga terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama.

6. Untuk mengetahui ketepatan model persamaan diskriminan yang telah terbentuk, dapat

dilihat pada berikut ini :

Tabel 5.9 Classification Results

keputusanpem

belian

Predicted Group Membership

Total tidak membeli membeli

OriginaL Count tidak membeli 17 4 21

membeli 10 69 79

% tidak membeli 81.0 19.0 100.0

membeli 12.7 87.3 100.0

Cross-validateda Count tidak membeli 17 4 21

membeli 10 69 79

% tidak membeli 81.0 19.0 100.0

membeli 12.7 87.3 100.0

Sumber : Hasil Output SPSS

Page 16: 936-1948-1-SM

9

Pada table diatas, ditunjukkan bahwa pada bagian original terlihat bahwa mereka yang pada data

awal terdapat 21 orang yang tidak membeli, dengan model diskriminan diramalkan sebanyak 4

orang akan beralih prilakunya menjadi membeli dan 17 orang akan tetap berprilaku tidak

membeli. Sedangkan dari konsumen yang membeli sebanyak 79 orang namun diramalkan 70

orang akan tetap berprilaku membeli sedangkan sisanya hanya 9 orang diramalkan akan

berubah. Ketetepan fungsi diskriminan dapat dihitung dengan cara

17+69/100= 0,86 atau 86 %

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

a Ha1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan pada brand image, kualitas produk dan

harga terhadap keputusan pembelian secara partial

Dari nilai signifikansi(sig) yang ada, kita bandingkan dengan nilai 0,05. Bila Sig<0,05,

maka Ho ditolak dan terima Ha, artinya variabel tersebut layak masuk ke dalam model.

Dari data table Tests of Equality of Group Means pada bab sebelumnya brand image,

kualitas produk, dan harga memiliki nilai signifikan yang sama yaitu 0,00<0,05, maka

Ha diterima, sehingga ketiga variable tersebut memiliki pengaruh terhadap keputusan

pembelian secara partial.

b Ha2 : terdapat pengaruh yang signifikan antara brand image. kualitas produk dan harga

terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama.

Dari nilai signifikansi(sig) yang ada, kita bandingkan dengan nilai 0,05. Bila Sig<0,05,

maka Ho ditolak dan terima Ha, artinya variabel tersebut memiliki pengaruh secara

besama-sama dengan keputusan pembelian. Dapat dilihat pada hasil output SPSS pada

Tabel 5.8 Test Result. Dimana nilai signifikan 0,024 < 0,05 maka hasil kesimpulannya

adalah terima Ha dan ini berarti variable brand image, kualitas produk, dan harga dapat

mempengaruhi keputusan pembelian secara bersama-sama.

c Ha2b : Diduga bahwa faktor harga berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian

Dari nilai fungsi diskriminan pada table 5.5 Canonical diskriminant function

coefficients yaitu :

Z score = -3,948+3,41(brandimage)-0,83(kualitas produk)+0,371 (harga)

maka dapat dilihat nilai yang tertinggi yaitu Harga yang mencapai 0,371 maka hal ini

berarti Ho ditolak dan terima Ha, artinya varibel harga yang memiliki pengaruh

dominan terhadap keputusan pembelian dibandingkan variable brand image dan kualitas

produk.

Jadi kesimpulannya adalah faktor yang sangat menentukan keputusan pembelian adalah

faktor harga dimana hal ini sangat berpengaruh apabila ada potongan diskon dan promo harga

maka pelanggan tidak terlalu banyak berpikir dalam melakukan pembelian produk dan untuk

variable brand image, kualitas produk, dan harga memiliki pengaruh baik secara partial maupun

bersama-sama terhadap keputusan pembelian.

Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis ingin

memberikan saran-saran kepada PT Chandra Jaya Sukses sebagai distributor tunggal kursi

recliner merek Lazboy di Indonesia berupa masukkan dalam menentukan strategi-strategi

pemasaran yang tepat dalam meningkatkan penjualan, sebagai berikut:

Page 17: 936-1948-1-SM

10

1. PT Chandra Jaya sukses selaku distributor tunggal kursi recliner merek Lazboy di

Indonesia sebaiknya memperhatikan harga produk yang ditawarkan karena hal tersebut

sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam menentukkan pembelian

produk tersebut dan sebaiknya lebih sering mengadakan clearance sale dengan

memberikan potongan diskon untuk produk kursi yang sudah model lama, hal ini

dilakukan supaya konsumen yang tadinya tidak ingin membeli atau masih berpikir dulu

untuk membeli dapat berubah keputusan menjadi membeli karena adanya potongan

harga yang cukup menarik, hal ini akan meningkatkan penjualan produk secara tidak

langsung.

2. Faktor Brand image dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian

produk kursi recliner Lazboy, maka dengan ini penulis ingin memberikan saran kepada

perusahaan PT Chandra Jaya Sukses untuk tetap memperkenalkan brand produk

tersebut lebih lagi ke masyarakat Indonesia dengan memberikan kesan lebih yang

ekslusif pada produk. Hal ini dapat dengan cara mengadakan acara gathering untuk

kalangan atas dengan bertema acara gathering yang eksklusif untuk pengenalan brand

image produk kursi recliner Lazboy seperti dapat diadakan di mall-mall besar di

Indonesia, restaurant eksklusif, dan hotel-hotel berbintang, serta dalam membangun

brand image yang lebih baik lagi maka dapat juga dengan acara pameran-pameran, dari

hal-hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk kursi recliner merek

Lazboy di Indonesia.

3. Faktor kualitas produk juga mempengaruhi keputusan pembelian walaupun hanya

memiliki pengaruh yang sedikit akan tetapi perusahaan juga tetap harus memperhatikan

hal ini, dapat dengan cara memberikan garansi produk yang lebih lama untuk busa dan

bahan kayunya atau arc metal handle nya, hal ini dilakukan supaya konsumen merasa

lebih yakin lagi dengan kualitas produk tersebut dan diharapkan dapat meningkatkan

penjualan produk kursi recliner merek Lazboy.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Hasan, Marketing,Yogyakarta : Media Pressindo,2009

A.A. Anwar Prabu. M, Perilaku konsumen, Bandung: Refika Aditama, 2005

Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi ketujuh, Bandung:

Alfabeta, 2007,

Eva Z.Yusuf,Lesley Williams,Manajemen Pemasaran,Jakarta : Penerbit PPM ,2007

Fred R.David,Strategic Management,New Jersey : Pearson Prentice Hall,2009

Hanna. Nessim & Richard Wozniak,Consumer Behaviour : An Applied Approach, New

Jersey: Pretice Hall, 2001

Henry, Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Penerbit YKPN,2003

Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, edisi keempat, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama,2005

Page 18: 936-1948-1-SM

11

Husein Umar,Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen,cetakan pertama,Jakarta :PT

Gramedia Pustaka,2004,

Keller, Kevin Lane. Strategic Brand Management; Building Measuring and Managing

Brand Equity : Prentice Hall. New Jersey, 2000.,

Jurnal_fuad_asshiddieqi_c2a008066,Tahun 2012

Philip kotler,Dasar-dasar pemasaran,edisi kesembilan, jilid 1,Jakarta : PT indeks kelompok

Gramedia, 2003

Philip Kotler & Kevin L. Keller, Manajemen Pemasaran jilid 1, edisi ke 12, Jakarta: PT

indeks kelompok Gramedia, 2008

Setiadi, N. J. Perilaku konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian

Pemasaran, Jakarta: Prenada Media, 2003.

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller,Manajemen pemasaran, edisi 13 jilid 1, Jakarta : Penerbit

Erlangga, 2009

Pelton.Lou.E dkk, Marketing Channels : Relationship Management Approach, Edisi kedua,

New York: The McGraw-Hill Compines,2002

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran edisi 10, jilid 2, Jakarta : Pearson Education Asia Pte.

Ltd. Dan PT Prenhallindo, 2002

Suliyanto, Analisis Data : Dalam Aplikasi Pemasaran, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005

Tybout, A.M., Calkins, T. Kellog on Branding. New Jersey: John Wiley & Sons,In

Page 19: 936-1948-1-SM

12

PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBANGUN INTENSI

PEMBELIAN PADA PRODUK SEPATU CONVERSE

DI JAKARTA BARAT

Adi Prasetyo Widodo

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta Barat

[email protected]

ABSTRAKSI

Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi Terhadap Intensi Pembelian Sepatu

Converse di Jakarta Barat (dibimbing oleh Tantri Yanuar Rahmat Syah). Studi ini dibuat untuk

mengetahui pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi terhadap Intensi Pembelian

Sepatu Converse.

Pada penelitian ini populasinya adalah pengunjung toko Sepatu Converse di mall Daan Mogot,

Jakarta Barat, dalam hal ini populasi tidak diketahui. Karena tidak diketahui maka

menggunakan Quota Sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross

sectional.

Hasil Penelitian yang diperoleh bahwa produk dan distribusi berpengaruh terhadap intensi

pembelian dan secara bersamaan produk, harga, distribusi dan promosi berpengaruh terhadap

intensi pembelian.

Key Word : Product, Price, Distribution, Promotion, Purchase Intentions.

PENDAHULUAN

Converse merupakan salah satu merek dagang perusahaan sepatu asal Amerika yang

pertama kali memulai produksinya pada tahun 1908. Pada perkembangannya muncul saat sepatu

Converse dipakai oleh sebuah grup band yang sedang tenar pada tahun 1987 bernama Nirvana.

Salah seorang personelnya yaitu almarhum Kurt Cobain menjadi acuan dalam trend fashion bagi

para remaja pada zamannya. Dengan memakai kemeja flannel dan sepatu Converse serta

tampilan yang cuek terlihat liar seolah telah menjadi ciri khas dari seseorang dari aliran musik

Grunge. Keberadaan sepatu Converse di Indonesia dinilai cukup besar, hal tersebut terlihat

dengan dibangunnya 2 (dua) buah pabrik tempat pendistribusian sepatu Converse yang tepatnya

berada di daerah Tangerang dan Sukabumi. Seiring berjalannya waktu peningkatan penjualan di

Indonesia kurang terlihat adanya pertumbuhan. Hal ini terjadi ketika munculnya produk palsu,

memanfaatkan dari segi harga yang lebih terjangkau serta segi efektivitas sepatu Converse dapat

dipakai baik oleh wanita maupun pria dan dapat dipadukan dengan berbagai gaya busana.

Semakin menjamurnya produk sepatu Converse palsu telah menjadikan ancaman serius bagi

perusahaan yang berimbas pada penjualan. Ditengah persaingan antara sepatu adidas, nike

maupun puma, sepatu converse terbilang mampu bertahan dari gempuran brand-brand tersebut.

Selain daya tahan, kualitas dan style yang tidak terkalahkan, sepatu Converse juga mendulang

Page 20: 936-1948-1-SM

13

kesuksesan besar karena strategi marketingnya atau pemasarannya yang jitu tidak terkalahkan.

Setiap bisnis selalu akan menghadapi sebuah istilah yang namanya persaingan, dan setiap

pemain bisnis tentu akan selalu menginovasi baik strategi maupun produknya untuk tetap

bertahan di posisi atas terhadap pasar penjualan. Converse sendiri merupakan salah satu merek

sepatu yang berfokus pada satu niche saja, khususnya niche olahraga dengan merek sepatunya

sneakers. Merek ini sudah menjadi nama yang berkualitas bagus khususnya untuk sepatu bidang

olahraga karena mereka benar-benar berfokus untuk itu, selain itu harganya juga bersaing dan

cukup untuk semua kalangan.

Pada umumnya, perusahaan menggunakan promosi sebagai tambahan atas strategi

pemasaran yang lain seperti produk, penentuan harga dan tempat distribusi. Promosi merupakan

suatu bentuk komunikasi pemasaran. Aktivitas pemasaran tersebut, berusaha menyebarkan

informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan target audiens atas perusahaan

serta produk yang dapat diterima hingga membeli pada produk yang ditawarkan perusahaan.

Namun proses promosi yang telah dilakukan sebelumnya terbukti kurang efektif dikarenakan

tidak adanya informasi tentang perbedaan originalitas produk dalam mengurangi intensitas

pemalsuan yang dinilai dapat menurunkan laba penjualan (www.facebook.com/ ConverseID

diakses 12 Maret 2013). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan

Promosi Terhadap Iintensi Pembelian : Studi Kasus Pada Produk Sepatu Converse di

Jakarta Barat”. Maka tujuan penelitian ini sebagai berikut : a). Untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh produk terhadap intensi pembelian sepatu Converse, b). Untuk

mengetahui dan menganalisis pengaruh harga terhadap intensi pembelian sepatu Converse, c).

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh distribusi terhadap intensi pembelian sepatu

Converse, d). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh promosi terhadap intensi

pembelian sepatu Converse, e). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh produk, harga,

distribusi, dan promosi secara bersama - sama terhadap intensi pembelian sepatu Converse.

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a). Penelitian ini diharapkan menjadi

bahan masukan bagi manajemen perusahaan dalam usaha mengembangkan bisnisnya agar dapat

berjalan dengan baik sebagai bahan pertimbangan, b). Menambah wawasan dan pengetahuan

atas ilmu mengenai pengaruh bauran pemasaran terhadap intensi pembelian serta studi

perbandingan antara teori ilmu kenyataan yang terjadi dilapangan, c). Diharapkan hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan dan dokumentasi guna melengkapi sarana

yang diperlukan dalam penyediaan bahan studi bagi pihak - pihak yang berkepentingan.

TINJAUAN PUSTAKA

William J. Stanton dalam Basu Swasta “pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari

kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan

mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada

maupun pembeli potensial” (Swastha Basu, 1998:179). Menurut Kotler dan

Amstrong, bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali

yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya di pasar sasaran

(Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2008:62). Intensi merupakan suatu rencana yang disusun

sebelum kita melakukan pembelian. Sebelum pembelian, konsumen mulai dengan

mengumpulkan informasi produk berdasarkan pengalaman pribadi dan lingkungan eksternal.

Ketika jumlah informasi mencapai tingkat tertentu, konsumen mulai penilaian dan proses

evaluasi, dan membuat keputusan pembelian setelah perbandingan dan penilaian. Niat beli

sering digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen dalam studi terkait. Niat beli

konsumen berarti kecenderungan subjektif untuk memiliki produk tertentu, dan telah terbukti

menjadi faktor kunci untuk memprediksi perilaku konsumen (Chi, H. K., Yeh, H. R., dan Tsai,

Y. C, 2007).

Page 21: 936-1948-1-SM

14

METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan penelitian ini menggunakan metode cross

sectional. Pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan metode mall intercept. Adapun

lokasi penelitian ini adalah di Mall Daan Mogot, Jakarta Barat. Populasi dalam penelitian ini

adalah pengunjung toko sepatu converse di Mall Daan Mogot, Jakarta Barat. Sedangkan jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah

analisis Regresi Linier Berganda. Agar

dapat diperoleh gambaran yang jelas, maka pernyataan yang terdapat dalam definisi operasional

variabel tentang Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi terhadap Intensi

Pembelian sepatu Converse. Adapun penjelasan variabel dibahas dalam penulisan ini akan

dijelaskan sebagai berikut : a). Produk (X1) yang dimaksud dengan produk adalah sesuatu yang

ditawarkan oleh Converse untuk mempengaruhi konsumen agar tertarik untuk membeli produk

sepatu Converse. Adapun indikatornya produk menurut Philip Kotler sebagai berikut : kualitas,

desain dan citra merek, b). Harga (X2) yang dimaksud dengan harga adalah sejumlah uang

dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan sepatu Converse. Adapun indikator yang terkait

menurut Stanton sebagai berikut : keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas, dan

daya saing harga, c). Distribusi (X3) yang dimaksud dengan distribusi adalah sesuatu yang

ditawarkan oleh Converse agar konsumen mudah dalam memperoleh atau membeli Produk

sepatu Converse. Adapun indikator yang terkait menurut Bashu Swastha sebagai berikut :

mudah dijangkau, kelengkapan produk , dan jumlah gerai, d). Promosi (X4) yang dimaksud

dengan promosi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pihak Converse, agar para konsumen

dapat mengetahui Produk sepatu Converse. Adapun indikator yang terkait menurut Kotler

sebagai berikut : iklan, promosi penjualan, e). Intensi Pembelian (Y) yang dimaksud dengan

intensi pembelian adalah suatu proses pengambilan keputusan sebelum melakukan pembelian,

apakah konsumen tersebut akan membeli atau tidak membeli produk sepatu Converse.

Hipotesis

H1 : Semakin baik produk, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap produk

tersebut.

H2 : Semakin kompetitif harga, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap

produk tersebut.

H3 : Semakin baik saluran distribusinya, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen

terhadap produk tersebut.

H4 : Semakin menarik promosinya, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap

produk tersebut.

H5 : Secara keseluruhan Bauran Pemasaran berpengaruh terhadap Intensi Pembelian.

HASIL

Dalam penelitian ini, terdapat lima hipotesis yang diuji, dan berdasarkan hasil pengujian,

diperoleh kesimpulan bahwa hanya ada tiga hipotesis yang didukung oleh data, dan dua

hipotesis dinyatakan tidak didukung oleh data.

Page 22: 936-1948-1-SM

15

Tbel 5.3 Tabel Olahan Regresi

PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil analisis di atas, maka pembahasan yang diperoleh adalah sebagai berikut

:

a). Ho ditolak, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel produk (X1) secara

sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh

variabel produk (X1) yang memiliki nilai signifikansi 0,005 yang berarti < 0,05.

b). Ho diterima, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel harga (X2) secara

sendiri tidak berpengaruh terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh variabel harga

(X2) yang memiliki nilai signifikansi 0,276 yang berarti > 0,05.

c). Ho ditolak, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel distribusi (X3) secara

sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh

variabel distribusi (X3) yang memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05.

d). Ho diterima, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel promosi (X4) secara

sendiri tidak berpengaruh terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh variabel promosi

(X4) yang memiliki nilai signifikansi 0,977 yang berarti > 0,05.

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 1.627 .637

2.553 .014

PRODUK .253 .085 .345 2.973 .005

HARGA -.090 .082 -.126 -1.102 .276

TEMPAT .434 .107 .475 4.067 .000

PROMOSI .003 .094 .003 .029 .977

a.

Dependent Variable: INTENSI PEMBELIAN

Page 23: 936-1948-1-SM

16

e.) Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel produk, harga, distribusi, dan promosi secara bersama - sama berpengaruh

positif dan signifikan terhadap intensi pembelian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa : a). Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel produk mempengaruhi intensi pembelian sepatu converse, b). Dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga tidak mempengaruhi intensi pembelian

sepatu converse, c). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel distribusi mempengaruhi

intensi pembelian sepatu converse, d). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

promosi tidak mempengaruhi intensi pembelian sepatu converse, e). Dari hasil penelitian

menunjukan bahwa variabel Produk, Harga, Distribusi, dan Promosi secara bersama-sama

Mempunyai Pengaruh Terhadap Intensi Pembelian.

Adapun saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai produk, harga, distribusi

dan promosi terhadap intensi pembelian produk sepatu Converse. Hal ini dikarenakan dalam

penelitian hanya ada 3 hipotesis yang diterima yaitu produk terhadap intensi pembelian,

distribusi terhadap intensi pembelian dan bauran pemasaran secara bersama-sama terhadap

intensi pembelian. Dan Sebaiknya dilakukan penelitian lebih menyeluruh yang tidak hanya

berdasarkan lingkup produk, harga, distribusi dan promosi serta intensi pembelian. Perlu

dilakukan penelitian dengan variabel lain untuk melihat variabel apa saja yang dapat

mempengaruhi dan dapat meningkatkan intensi pembelian.

Persantunan

Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang tercinta yang telah membiayai kuliah saya dan

mendoakan saya selama saya kuliah.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, CV. Alfabeta;

Bandung.

Anoraga, Pandji. 2000. Manajemen Bisnis. Jakarta; PT Rineka Cipta.

Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep dan Strategi. Jakarata; PT.

Grafindo Persada.

Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.

Dr. Hasym, SE, MM, M.Ed dan Rina Anindita, SE, MM. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar

Metode Riset Bidang Pemasaran.Edisi Pertama. Jakarta; UIEU-University Press.

Engel, Blackwell, dan Miniard. 1995. Perilaku Konsumen. Jilid 2. Tanggerang; Binarupa

Aksara.

Grewal D. Levy M. 2008. Marketing. New York; McGraw-Hill Companies Inc.

Kevin Lane Keller. 2008. Manajemen Pemasaran Jilid Satu Edisi Keduabelas, Cetakan

Ketiga. Jakarta; Penerbit Indeks.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta; Erlangga.

Page 24: 936-1948-1-SM

17

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium jilid 1 dan 2, Jakarta;

Indeks.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Kesembilan. Jakarta;

Indeks.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2004. Prinsip – prinsip Pemasaran Jilid II. Jakarta;

Erlangga.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2006. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid 1.

Jakarta; Erlangga.

Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 11 Jilid 1 Jakarta; PT.Gramedia

Pustaka Utama.

Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Pengendalian,

Prentice Hall, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta; Salemba Empat.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi Ke-12 jilid 1.

Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 2 edisi ke-12.

Jakarta; Erlangga.

Mowen, John C dan Michael Miror. 2007. Perilaku Konsumen Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta;

PT. Penerbit Erlangga.

Prof. Dr. Sugiyono. 2010. metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan

R &D. Bandung; Cv. Alfa Beta.

Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif . Jakarta; Gramedia Pustaka

Utama.

Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Jakarta:PT.Indeks.

Swastha, Basu. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Jakarta; Prenhalinda.

Swastha, Basu dan Irawan. 2003. Manajemen Pemasaran Modern Edisi Kedua.Cetakan

kesebelas. Jakarta; Penerbit Liberty.

Swastha, Basu dan T Hani Handoko. 2010. Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku

Konsumen. Yogyakarta ; UGM.

Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung; PT. Remaja

Rosdakarya.

Tjiptono, Fandy. 2000. Strategi Pemasaran. Yogyakarta; Andi.

Tjiptono, Fandy. 2007. Strategi Pemasaran Edisi Ketiga. Yogyakarta; Andi.

Page 25: 936-1948-1-SM

18

PERANAN CITRA MEREK TDR RACING

DALAM PEMBENTUKAN LOYALITAS

KONSUMEN

Andy Hendri

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Perkembangan sepeda motor di Indonesia dari tahun ke tahun semakin tinggi.

Meningkatnya pengguna sepeda motor di Indonesia diiikuti juga oleh meningkatnya

permintaan atas produk spare part motor. Hal ini membuat persaingan dalam dunia

industri spare part motor di Indonesia menjadi semakin ketat karena bermunculan

merek-merek baru yang membuat pilihan semakin banyak. Perusahaan harus mampu

menciptakan Citra yang baik terhadap mereknya sehingga dapat membuat orang-orang

membeli produknya, sehingga pada akhirnya terciptalah kepuasan dan kepuasan itu

dapat terus berkembang menjadi loyalitas konsumen terhadap produk. Metode analisis

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji factor, uji realibilitas, uji ANOVA, dan uji

Structural Equation Model (SEM). Dimana hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa

citra merek yang dimiliki produk TDR Racing berhasil mempengaruhi terciptanya

kepuasan konsumen. Namun, citra merek yang dimiliki TDR Racing belum tentu

membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk TDR Racing, tetapi untuk membuat

konsumen menjadi loyal terhadap produk TDR Racing perusahaan harus mampu

menimbulkan rasa kepuasan konsumen terhadap produk TDR Racing terlebih dahulu.

Kata kunci : Citra Merek, Kepuasan Pelanggan, Loyalitas Konsumen

PENDAHULUAN

Pada saat ini kendaraan yang cocok untuk kondisi lalu lintas di kota Jakarta dan

yang dapat menunjang aktivitas masyarakat secara efektif dan efisien adalah sepeda

motor. Sepada motor dipilih oleh masyarakat karena lalu lintas yang padat dan lebih

mudah menerobos kemacetan. Hal-hal seperti itulah yang membuat perkembangan

penjualan sepeda motor di Indonesia semakin meroket. Dengan meningkatnya

pengguna sepeda motor setiap tahunnya, maka membuat hal tersebut juga diiringi

dengan meningkatnya permintaan terhadap spare part sepeda motor, khususnya bagi

spare part racing. Spare part racing motor menjadi daya tarik tersendiri bagi para

pengguna sepeda motor karena ada sebagian kalangan yang tidak puas terhadap

performa kecepatan motor yang telah dimilikinya sehingga membuat mereka

berkeinginan untuk menambah kecepatan mesin dengan mengganti spare part orisinil

dengan spare part racing. Penggunanaan spare part racing pada motor dapat

meningkatkan performa motor agar lebih baik lagi dan cepat. Oleh karena itu, banyak

Page 26: 936-1948-1-SM

19

dari pengguna sepeda motor yang kerap kali melakukan modifikasi – modifikasi spare

part pada motornya dan hal ini menjadi hobi baru tersendiri bagi mereka.

TDR racing merupakan salah satu merek spare part ternama yang ada di

Indonesia. Ada beberapa macam jenis produk spare part racing yang dimiliki mulai

dari untuk meningkatkan performa rem hingga knalpot racing. Banyak masyarakat di

Indonesia yang mencari spare part TDR Racing.Hal ini membuat merek dari TDR

Racing ini menjadi semakin terkenal. Namun sekarang ini, TDR Racing mulai

menghadapi persaingan yang sangat ketat karena mulai bermunculan beberapa

kompetitor yang mulai memposisikan pasar sebagai pasar yang kompetitif. Hal ini

berarti mengharuskan TDR Racing untuk selalu berinovasi dan mengembangkan

strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan volume penjualan nya.

Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh citra merek untuk TDR Racing

karena merupakan salah satu merek spare part yang memiliki produk-produk unggulan.

Dari hasil pengamatan, TDR Racing terkenal sebagai merek spare part yang diakui

memiliki kualitas bagus dibandingkan spare part racing merek lain nya. Dapat dilihat

bahwa TDR Racing dalam menghadapi persaingan dengan kompetitor nya tidak dengan

menawarkan harga yang lebih murah, namun lebih menjual kualitas dengan

mengutamakan kekuatan merek yang dimiliki nya, sehingga memberikan keyakinan

pada para konsumen nya.

Pemasar harus selalu mendesign program pembangunan citra merek dalam

aktivitas pemasaran dan melakukan kegiatan yang mendukung pemasaran guna

memperkuat merek.Kekuatan merek menyangkut dalam dua hal yaitu kepuasan

konsumen terhadap produk dan loyalitas konsumen terhadap produk. Seiring dengan

perkembangan persaingan antar produsen spare part racing dengan berbagai macam

keunggulan yang bertujuan untuk menaikkan volume penjualan, meraih kembali pasar

yang telah menurun, dan untuk mempertahankan pasar yang telah diperolehnya adalah

tantangan yang harus dihadapi.

Dipasar yang serba kompetitif seperti sekarang ini, merek mempunyai peranan

penting bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Apalagi pemasaran dimasa yang

akan datang lebih menjadi persaingan antar merek, yaitu persaingan untuk merebut

konsumen melalui merek. Selain itu, merek bukan hanya dianggap sebagai nama, logo

ataupun symbol, melainkan merek merupakan nilai yang ditawarkan sebuah produk

bagi konsumen yang memakai nya. Penelitian ini difokuskan pada persepsi kualitas

produk yang dirasakan konsumen menetukan loyalitas konsumen. Dengan demikian,

bisa terlihat bahwa citra merek memiliki pengaruh yang lebih spesifik pada persepsi

kualitas produk dan loyalitas konsumen.

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap

kepuasan konsumen TDR Racing.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap

loyalitas konsumen TDR Racing.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara kepuasan konsumen

terhadap loyalitas konsumen TDR Racing.

Page 27: 936-1948-1-SM

20

TINJAUAN PUSTAKA

1. Citra Merek

Menurut Keller (2008), citra merek didefinisikan sebagai persepsi konsumen

tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasimerek yang ada pada pikiran

konsumen. Sementara itu, definisi lain mengenai citra merek diungkapkan oleh

David A. Aaker (1991) sebagai kumpulan asosiasi yang diorganisir menjadi suatu

yang berarti.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah persepsi

konsumen tentang suatu merek yang terdiri dari sekumpulan asosiasi merek yang

ada pada pikiran konsumen yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap

suatu merek.

Untuk mendefinisikan merek sebagai suatu simbol yang kompleks terdapat

enam tingkatan pengertian, yaitu:

1. Attributes

Suatu merek membawa atribut tertentu ke dalam pikiran. Contoh: mahal, tahan

lama, prestise tinggi.

2. Benefit

Atribut harus dapat diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan

emosional.Contoh : atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan kedalam manfaat

fungsional sedangkan “mahal” dapat diterjemahkan kedalam manfaat emosional.

3. Values

Merek juga mengatakan sesuatu mengenai nilai produsen. Contoh: performa

tinggi, keamanan, prestise.

4. Culture

Suatu merek dapat merepresentasikan budaya tertentu. Contoh: budaya disiplin,

efisien dan lain-lain.

5. Personality

Suatu merek dapat memproyeksikan budaya tertentu.Contoh : enerjik, aktif, dan

lain-lain.

6. User

Merek memperkirakan konsumen macam apa yang akan membeli dan

menggunakan produk.

2. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan menurut Mowen dan Minor (2001) adalah keseluruhan

sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang dan jasa setelah mereka memperoleh

dan menggunakannya. Sedangkan menurut Tjiptono (1997) kepuasan konsumen

adalah perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Konsumen

yang puas, akan memperlihatkan peluang yang besar untuk melalukan pembelian

ulang atau membeli produk lain di perusahaan yang sama di masa yang akan datang.

Mereka juga akan mengungkapkan kebaikan akan produk dan perusahaan yang

bersangkutan kepada orang lain. Sedangkan konsumen yang merasa tidak puas akan

bereaksi dengan tindakan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ada yang

mendiamkan saja dan ada yang melakukan komplain atau keluhan. Menurut Kotler

dan Amstrong (2000) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai berikut suatu

tingkatan dimana produk dirasakan sesuai dengan harapan pembeli.Kepuasan

pelanggan terhadap pembelian tergantung pada kinerja produk aktual, sehingga

sesuai dengan harapan pembeli.Pelanggan memiliki berbagai macam tingkatan

Page 28: 936-1948-1-SM

21

kepuasan.Jika keberadaan suatu produk berada di bawah harapan pembeli, maka

pembeli tersebut tidak merasa puas.

Namun, tidak ada satu pun ukuran tunggal yang terbaik tentang kepuasan

pelanggan, meskipun demikian beragamnya cara mengukur kepuasan pelanggan

terdapat sebuah kesamaan yang setidaknya berada didalam enam konsep inti

mengenai objek pengukuran sebagai berikut :

1. Kepuasan Pelanggan Keseluruhan (Overall Costumer Satisfaction)

Cara yang paling sederhana untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah

langsung menanyakan kepada pelanggan seberapa puas mereka dengan produk

atau jasa spesifik tertentu. Biasanya, ada dua bagian dalam proses

pengukurannya .Pertama, mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap

produk atau jasa perusahaan yang bersangkutan.Kedua, menilai dan

membandingkannya dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan terhadap

produk atau jasa para pesaing.

2. Dimensi Kepuasan Pelanggan

Berbagai penelitian memilah kepuasan pelanggan ke dalam komponen-

komponennya.Umumnya, proses semacam ini terdiri atas empat langkah

Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan.Kedua,

meminta pelanggan menilai produk atau jasa perusahaan berdasarkan item-item

spesifik, seperti kecepatan layanan, fasilitas layanan, atau keramahan staf

layanan pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan menilai produk atau jasa

pesaing berdasarkan item-item spesifik yang sama. Dan Keempat, meminta

para pelanggan untuk menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka

penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan.

3. Konfirmasi Harapan ( Confirmation of Expectations)

Dalam konsep ini, kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpulkan

berdasarkan kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan

kinerja aktual produk perusahaan pada sejumlah atribut atau dimensi penting.

4. Minat Pembelian Ulang (Repurchase Intent)

Kepuasan pelanggan diukur secara behavioral dengan jalan menanyakan

apakah pelanggan akan berbelanja atau menggunakan jasa perusahaan lagi.

5. Kesediaan Untuk merekomendasi (Willingness to Recommend)

Dalam kasus produk yang pembelian ulangnya relatif sama atau bahkan hanya

terjadi satu kali pembelian (seperti pembelian mobil, broker rumah, asuransi

jiwa, tur keliling dunia, dan sebagainya). Kesediaan pelanggan untuk

merekomendasikan produk kepada teman atau keluarganya menjadi ukuran

yang penting untuk dianalisis dan ditindaklanjuti.

6. Ketidakpuasan Pelanggan (Costumer Dissatissfaction)

Beberapa macam aspek yang sering ditelaah guna mengetahui ketidakpuasan

pelanggan, meliputi :

a) komplain

b) retur atau pengembalian produk

c) biaya garansi

d) product recall (penarikan kembali produk dari pasar)

e) gethok tular negative

f) defections konsumen yang beralih ke pesaing.

Page 29: 936-1948-1-SM

22

3. Loyalitas Konsumen

Menurut Ratih (2005) definisi loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan

bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian

ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun

pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk

menyebabkan perubahan perilaku. Sedangkan menurut Griffin (2005) definisi

pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang memiliki ciri-ciri antara lain melakukan

pembelian secara berulang pada badan usaha yang sama, membeli lini produk dan

jasa yang ditawarkan oleh badan usaha yang sama, memberitahukan kepada orang

lain kepuasan-kepuasan yang didapat dari badan usaha dan menunjukkan kekebalan

terhadap tawaran dari pesaing.

Griffin (2005) mengemukakan pelanggan yang loyal memiliki karakteristik

sebagai berikut :

a. Melakukan pembelian berulang yang teratur

Hal ini menunjukkan bahwa konsumen setia untuk melakukan pembelian ulang

terhadap produk atau jasa tertentu dalam suatu periode tertentu.

b. Pembelian antarlini produk dan jasa

Konsumen yang loyal tidak hanya membeli suatu jenis produk atau jasa saja,

tetapi membeli lini produk atau jasa lain pada badan usaha yang sama.

c. Mereferensikan kepada orang lain

Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang setia akan merekomendasikan hal-

hal yang positif mengenai produk atau jasa dari perusahaan tertentu kepada

rekan dan keluarga, dan meyakinkan bahwa produk atau jasa tersebut merupakan

produk yang baik. Sehingga orang lain akhirnya ikut membeli dan menggunakan

produk atau jasa dari badan usaha tersebut.

d. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing

Hal ini menunjukkan bahwa pelanggan yang loyal akan menolak untuk

mempertimbangkan tawaran produk atau jasa dari pesaing karena produk atau

jasa yang dikonsumsi saat ini telah memberikan kepuasan yang akhirnya

berujungpada loyalitas terhadap produk atau jasa tersebut.

Dari karakteristik pelanggan yang loyal diatas terlihat bahwa pelanggan yang

loyal memenuhi karakteristik : melakukan pembelian ulang secara teratur, membeli

antarlini produk dan jasa, merekomendasikan kepada orang lain, dan menunjukkan

kekebalan dari daya tarik pesaing, dengan kata lain tidak mudah terpengaruh oleh

produk atau jasa dari pesaing.

4. Hipotesis

Definisi dari citra merek adalah persepsi konsumen tentang suatu merek yang

terdiri dari sekumpulan asosiasi merek yang ada pada pikiran konsumen yang

menghubungkan pemikiran konsumen terhadap suatu merek. Citra merek yang

positif dapat membuat orang yang sebelumnya belum mengkonsumsi produk menjadi

tertarik untuk mencoba untuk mengkonsumsi produk. Hal tersebut lah yang

diharapkan oleh kebanyakan perusahaan, dengan citra merek mereka yang positif

diharapkan semakin banyak orang yang menggunakan produk mereka, dan setelah

menggunakannya konsumen dapat mencapai pada titik dimanatimbul rasa kepuasan

atas produk yang dikonsumsi.

Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Astri Ayu Lutfiana, Saryadi, dan

Andi Wijayanto, Universitas Diponegoro Semarang, yang berjudul “Pengaruh Citra

Page 30: 936-1948-1-SM

23

Merek dan Kualitas Produk Dengan Kepuasan Konsumen Sebagai Variabel Antara

Terhadap Loyalitas Konsumen Air Minum Merek Aqua”. Pada penelitian ini

diketahui bahwa variable citra merek berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

konsumen, yang berarti bahwa citra merek yang baik akan mendasari peningkatan

kepuasan konsumen.

H1 : Terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap kepuasan

konsumen.

Memiliki konsumen yang loyal meupakan idaman dari seluruh perusahaan. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Melka Neria S, Universitas Indonesia, ”Pengaruh

Citra Merek Terhadap Loyalitas Konsumen Maskapai Penerbangan Garuda

Indonesia”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka ditarik

kesimpulan yaitu terdapat hubungan yang kuat dan positif antara variabel citra merek

terhadap loyalitas pelanggan maskapai Garuda Indonesia. Citra merek juga

berpengaruh terhadap pembentukan loyalitas pelanggan Garuda Indonesia.

H2 : Terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap loyalitas konsumen.

Selanjutnya mengenai pengaruh antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas

konsumen.Perusahaan selalu berharap bahwa konsumen yang sudah merasakan

kepuasan terhadap produk perusahaan dapat terus bekembang menjadi konsumen

yang loyal terhadap perusahaan. Penelitian yang mewakili hal tersebut telah

dipaparkan oleh Yulisa Gardenia, Universitas Gunadarma. Hasil dari penelitian itu

mengatakan variable loyalitas mempunyai hubungan yang signifikan dengan variable

kepuasan dilihat dari hasil uji regresi yang dilakukan.

H3 : Terdapat pengaruh positif antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas

konsumen.

METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah Toko Zoom Motor, jalan Kebon

Jeruk III no.35B, Jakarta Barat.

2. Populasi dan Sampel

Penelitian ini memilih konsumen yang membeli produk TDR Racing (produk –

produk yang posisi mereknya terlihat oleh umum) di toko Zoom Motor Kebon Jeruk,

Jakarta Barat, dan karena jumlahnya tidak diketahui secara pasti, maka dilakukan

pengambilan sampel untuk penelitian ini. Penentuan banyaknya jumlah sampel

sebagai responden harus disesuaikan dengan banyaknya jumlahitem pertanyaan yang

digunakan dalam kuisioner tersebut, dimana dengan mengasumsikan n observasi x 5.

Kuesioner dibagikan kepada konsumen yang membeli produk TDR Racing (produk –

produk yang posisi mereknya terlihat oleh umum) di toko Zoom Motor Kebon Jeruk,

Jakarta Barat. Dalam penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam kuisioner

adalah13 item pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur 3 buah variabel,

sehingga jumlah kuisioner yang digunakan adalah sebanyak 65 responden, namun

kuesioner yang dibagikan sebenarnya sebanyak 70 responden.

Page 31: 936-1948-1-SM

24

3. Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti, dimana untuk menguji

hipotesis penelitian ini, maka setiap variabel diukur dengan menggunakan instrumen

variabel tersebut. Adapun operasionalisasi dari variabel tersebut sebagai berikut :

Tabel 1 Definisi operasional variabel

Nama Variabel Konstruk

Indikator (Variabel Terukur) Ukuran

Citra Merek (Stephen L. Sondoh et al,2007)

A.Experential benefit 1. Menggunakan produk TDR Racing

membuat saya merasa hebat. B.Functional benefit 2. Performa produk TDR racing seperti

yang dijanjikan. 3. TDR Racing membuat motor lebih

kencang. C.Appearance enhances 4. TDR Racing memberikan solusi

yang sesuai dengan harapan saya.

Skala 1 s/d 5, dimana 1= sangat tidak setuju dan 5 = sangat

setuju

Kepuasan Pelanggan (Stephen L. Sondoh et al,2007)

D.Overall satisfaction 1. Saya pikir saya melakukan

keputusan yang tepat dengan menggunakan TDR Racing.

2. Saya yakin TDR Racing dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan.

3. Saya puas terhadap pilihan saya menggunakan produk TDR Racing.

4. Keputusan menggunakan TDR Racing adalah pilihan yang bijaksana.

5. TDR Racing dapat memuaskan kebutuhan saya.

Skala 1 s/d 5, dimana 1= sangat tidak setuju dan 5 = sangat

setuju

Loyalitas Pelanggan (Stephen L. Sondoh et al,2007)

E.Loyalty intention 1. Produk TDR Racing adalah pilihan

utama saya. 2. Saya berniat untuk terus

menggunakan produk TDR Racing. 3. Saya akan membeli kembali produk

TDR Racing. 4. Saya akan merekomendasikan

produk TDR Racing kepada teman-teman saya.

Skala 1 s/d 5, dimana 1= sangat tidak setuju dan 5 = sangat

setuju

Page 32: 936-1948-1-SM

25

4. Analisis Structural Equation Model

Analisis statistik ini digunakan untuk mengestimasi beberapa regresi yang terpisah

tapi saling berhubungan secara bersamaan (simultaneously). Berbeda dengan analisis

regresi, dalam SEM bisa terdapat beberapa variabel dependen, dan variabel dependen

ini bisa menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lain. SEM adalah

sebuah teknik statistik multivariat yang menggabungkan aspek-aspek dalam regresi

berganda (yang bertujuan untuk menguji hubungan dependen) dan analisis faktor

(yang menyajikan unmeasured concepts factors with multiple variables) yang dapat

digunakan untuk memperkirakan serangkaian hubungan dependen yang saling

mempengaruhi secara bersama-sama.

Ada 7 tahapan prosedur pembentukan dan analisis SEM yaitu :

1. Membentuk model teori sebagai dasar model SEM yang mempunyai justifikasi

teoritis yang kuat. Merupakan suatu model kausal atau sebab akibat yang

menyatakan hubungan antar dimensi atau variabel.

2. Membangun path diagram dari hubungan kausal yang dibentuk berdasarkan dasar

teori. Path diagram tersebut memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan

kausalitas yang diujinya.

3. Membagi path diagram tersebut menjadi satu set dari model pengukuran

(measurement model) dan model struktrural (structural model).

4. Pemilihan matrik data input dan mengestimasi model yang diajukan. Perbedaan

SEM dengan teknik multivariate lainnya adalah dalam input data yang akan

digunakan dalam pemodelan dan estimisinya. SEM hanya menggunakan matrik

varian / kovarian atau matrik korelasi sebagai data input untuk keseluruhan

estimasi yang dilakukan.

5. Menentukan the identification of the structural model. Langkah ini untuk

menentukan model yang dispesifikasikan bukan model yang under-indentified

atau unidentified. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut

ini :

a. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.

b. Program ini mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya

disajikan.

c. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya error varian yang negatif.

d. Muncul korelasi yang sangat tinggi atar korelasi estimasi yang didapat

(Misalnya lebih dari 0,9).

6. Mengevaluasi kriteria dari goodness of fit atau uji kecocokan. Pada tahap ini

kesesuaian model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of

fit sebagai berikut.

a. Ukuran sample minimal 100 dan dengan perbandingan 5 observasi untuk

setiap parameter estimate

b. Normalitas dan linearitas

c. Outliers

d. Multicolinierity dan singularity

7. Menginterpretasikan hasil yang didapat dan mengubah model jika diperlukan.

Page 33: 936-1948-1-SM

26

5. Model Penelitian

Gambar 1 Model Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengujian Validitas Faktor

Sesuai rekomendasi dari Hair et.al (1998) bahwa variabel pengamatan yang

layak digunakan sebagai indikator terhadap konstruk atau variabel latennya haruslah

memiliki muatan faktor yang lebih besar dari 0,5 sehingga model yang digunakan

mempunyai kecocokan yang baik, selain itu nilai-t muatan faktornya harus lebih

besar daripada nilai kritis (>1,96).

Pada hasil analisis validitas butir indikator pada tabel order construct

penelitian, variabel observasi dari citra merek memiliki 4 indikator, variabel

kepuasan pelanggan 5 indikator, dan variabel loyalitas pelanggan memiliki 4

indikator. Berikut hasil akhir dari analisis validitas indicator konstruk penelitian.

Tabel 2 Hasil Pengukuran Validitas Indikator Order construct

Indikator Konstruk

Loading Factor Nilai t

Keterangan

1 2 1 2

CM1

Citra

Merek

0,66 0,65 5,61 5,51 Digunakan

CM2 0,61 0,62 5,09 5,16 Digunakan

CM3 0,71 0,71 6,09 6,10 Digunakan

CM4 0,67 0,67 5,67 5,71 Digunakan

KP1

Kepuasan

Pelanggan

0,65 0,64 5,75 - Digunakan

KP2 0,79 0,79 7,54 5,41 Digunakan

KP3 0,66 0,67 5,93 4,74 Digunakan

H1

H2

H3

Page 34: 936-1948-1-SM

27

KP4 0,76 0,77 7,21 5,29 Digunakan

KP5 0,66 0,61 5,94 4,41 Digunakan

LP1

Loyalitas

Pelanggan

0,75 0,70 6,86 - Digunakan

LP2 0,83 0,87 7,88 6,08 Digunakan

LP3 0,54 0,58 4,54 4,42 Digunakan

LP4 0,37 - 3,02 - Tidak

Digunakan

2. Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk

Menurut Bagozi dan Yi. (1988) syarat reliabilitas yang baik adalah memiliki

construct reliability > 0,6 dan variance extracted > 0,5. Ghozali dan Fuad (2005)

menambahkan bahwa syarat reliabilitas dapat dilihat dari salah satu metode saja.

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa konstruk citra merek(CM), kepuasan

pelanggan (KP), dan loyalitas pelanggan (LP) seluruhnya memiliki reliabilitas yang

baik, diatas dari 0,6.

Tabel 3 Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk

Indikator Std.

Loading Error

Costruct Reliability Variance Extracted

CM1

0.65 0.57

0.76 0.44 CM2 0.62 0.62

CM3 0.71 0.5

CM4 0.67 0.55

KP1 0.64 0.59

0.83 0.49

KP2 0.79 0.37

KP3 0.67 0.55

KP4 0.77 0.41

KP5 0.61 0.62

LP1 0.7 0.51

0.77 0.53 LP2 0.87 0.24

LP3 0.58 0.66

Page 35: 936-1948-1-SM

28

3. Analisis Model Struktural

Tabel 4 Persamaan Modl Struktural

No. Persamaan

1

KP = 0.76*CM, Errorvar.= 0.42 , R² = 0.58

(0.17) (0.18)

4.54 2.31

2

LP = 0.86*KP + 0.038*CM, Errorvar.= 0.21 , R² = 0.79

(0.25) (0.19) (0.10)

3.37 0.20 2.06

Dari tabel diatas tersebut diatas dapat dilihat nilai R2 untuk masing-masing

persamaan. Nilai R2 ini berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh masing-masing

variabel independent mampu menjelaskan variabel dependent-nya. Hasil diatas

dapat dianalisis sebagai berikut :

1) Citra merekmempengaruhi kepuasankonsumen mempunyai R2 = 0,58. Hal ini

berarti 58% varian dalam kepuasan konsumen dapat dipengaruhi oleh citra

merek, sedangkan 42% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.

2) Kepuasan konsumen dan citra merek secara bersama – sama mempengaruhi

loyalitas pelanggan mempunyai R2= 0,79 atau 79% varian loyalitas pelanggan

dapat dipengaruhi oleh faktor kepuasan konsumen dan citra merek, sedangkan

21% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain diluar kepuasan konsumen dan citra

merek.

4. Analisis Goodness of Fit

Tabel 5 Analisa Goodness of Fit

Group Indicator Cut of Value Value Tingkat

Kecocokan

1

Degree of Freedom

Nilai yang kecil

p> 0,05

50

Chi-square 62,52

Baik

NCP 12,52

P 0,11

Page 36: 936-1948-1-SM

29

2 RMSEA RMSEA ≤ 0,08 0,060 Good Fit

P Value p ≥ 0,05 0,35 Baik

3

ECVI Model

ECVI Saturated

ECVI Independence

ECVI Model dekat

dengan ECVI

Saturated

1,72

2,26

6,28

Baik

4

AIC Model

AIC Saturated

AIC Independence

AIC Model dekat

dengan AIC

Saturated

118,52

156

433,49

Baik

CAIC Model

CAIC Saturated

CAIC Independence

CAIC Model dekat

dengan CAIC

Saturated

209,48

409,38

472,47

Kurang Baik

5

NFI NFI ≥ 0,90 0.83 Marginal Fit

CFI CFI ≥ 0,90 0.95 Good Fit

NNFI NNFI ≥ 0,90 0.93 Good Fit

IFI IFI ≥ 0,90 0.95 Good Fit

RFI RFI ≥ 0,90 0.78 Marginal Fit

PNFI Nilai Tinggi 0.63 Baik

6 Critical N CN ≥ 200 78,37 Kurang Baik

7

Standardized RMR RMR ≤ 0,05 0.067 Kurang Baik

GFI GFI ≥ 0,90 0.87 Marginal Fit

AGFI AGFI ≥ 0,90 0.80 Marginal Fit

PGFI PGFI ≥ 0,50 0.56 Baik

Pengujian 1 :Statistic Chi-Square

Chi Square (50) = 62,52, (p = 0,11) menunjukan kecocokan yang tidak mencukupi,

karena nilai Chi Square nya besarmeskipun propabilitas p p = 0,11 > 0,05.

NCP = 12,52 bernilai besar, menunjukkan kecocokan yangtidak mencukupi.

Pengujian 2 :Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

RMSEA = 0,060 menunjukkan good fit. Kecocokan model cukup baik.

Page 37: 936-1948-1-SM

30

P-value for test of close fit (RMSEA ≥0,05) = 0,35, kecocokan keseluruhan model

baik.

Pengujian 3 : Expected Cross Validation Index (ECVI)

ECVI model (1,72) dibandingkan dengan ECVI saturated model (2,26) dan ECVI

independence model (6,28)

ECVI model sedikit lebih dekat dengan ECVI saturated model dan jauh dari ECVI

independence, atau dengan kata lain ECVI model lebih mendekati saturated

daripada independence, Serta 90 % Confidence Interval adalah 1,54 sampai 2,07,

maka diperoleh kecocokan yang baik.

Pengujian 4 :Akaike Information Criterion (AIC) dan Consistent Akaike

Information Creterion (CAIC)

AIC model (118,52) dibandingkan dengan AIC saturated model (156) dan AIC

independence model (433,49). AIC modeldekat dengan AIC saturatedmodel dan

jauh dari AIC independence model. Maka menunjukkan kecocokan yang baik.

CAIC model (209,48) jauh lebih kecil dari CAIC saturated model (409,38) dan juga

lebih besar dari CAIC independence (472,47), maka menunjukkan kecocokan yang

tidak baik.

Pengujian 5 :Fit Index

Normed fit index (NFI) = 0.83 (dibawah 0,90) menunjukkan marginal fit.

CFI = 0,95 (lebih dari 0.90)menunjukkan model yang sesuai.

Tucker-Lewis Index atau Non normed fit index (NNFI) = 0,93 (diatas 0,90)

menunjukkan good-fit.

Incremental Fit Index (IFI) = 0,95 menunjukkan good-fit.

Relative Fit Index (RFI) = 0.78menunjukkan marginal fitdan Comparative Fit Index

(CFI) = 0,95 menunjukkan good-fit.

Parsimonius Normed Fit Index (PNFI) = 0.63 digunakan untuk perbandingan model,

menunjukkan kecocokan yang mencukupi.

Pengujian 6 :Critical N

Critical N (CN) = 78,37 => model tidak mewakili sampel data

Pengujian 7 :Goodness of Fit

Root mean Square Residual (RMR) merupakan nilai rata-rata residual yg dihasilkan

dari fitting antara variance-covariance matrix dari model dengan variance-

covariance matrix dari sampel data.

Standardized RMR = 0.067 (> 0.05) menunjukkan mediacore fit..

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.87menandakan model yang diuji memiliki

kesesuaian yang cukup baik dan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.80

menunjukkan marginal fit.

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.56 digunakan dalam perbandingan

model, menunjukkan nilai diatas 0,5 maka kecocokan mencukupi.

Dari analisis pada kelompok 1 sampai kelompok 7 beberapa pengujian

menunjukkan kecocokan yang tidak mencukupi namun lebih banyak pengujian yang

mencukupi kecocokannya. Karena itu dapat disimpulkan kecocokan keseluruh

model (goodness of fit ) model ini memenuhi syarat.

Page 38: 936-1948-1-SM

31

5. Pengujian Hipotesis

Tabel 6 Pengujian Hubungan Model Struktural

Hipotesis Pernyataan hipotesis Nilai-t Keterangan

H1 Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek

terhadap Kepuasan Konsumen. 4,54

Data

mendukunghipotesis

H2 Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek

terhadap Loyalitas Konsumen. 0,20

Data

tidakmendukung

hipotesis

H3 Terdapat pengaruh positif antara Kepuasan

Konsumen terhadap Loyalitas Konsumen. 3,37

Data mendukung

hipotesis

a. Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek terhadap Kepuasan Konsumen.

Hal ini didapat dari nilai t- values 4,54> 1,96, yang berarti hipotesis dapat

diterima. Hal tersebut membuktikan bahwaCitra Merek yang dimiliki oleh

produk TDR Racing mampu mempengaruhi atau membuat konsumen menjadi

puas terhadap produk TDR Racing.

b. Untuk hipotesis yang kedua tidak dapat diterima karena nilai t-values yang

didapatkan 0,20< 1,96. Hal tersebut berarti Citra Merek yang baik yang dimiliki

TDR Racing tidak menjamin membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk

TDR Racing. Hal ini mungkin dikarenakan terdapat faktor-faktor lain yang

membuat konsumen untuk menjadi loyal, salah satunya bisa saja dari segi

kualitas produk yang dimiliki TDR Racing.

c. Terdapat pengaruh positif antara Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas

Konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai T-values 3,37> 1,96. Yang

berartihal ini menunjukkan bahwa konsumen yang sudah puas terhadap produk

TDR Racing berkemungkinan besar menjadi konsumen yang loyal terhadap

produk TDR Racing

KESIMPULAN

Dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan uji structural equation

model (SEM), dari 3 hipotesis yang diajukan terdapat 2 hipotesis yang signifikan dan 2

hipotesis lainnya tidak signifikan. Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek

terhadap Kepuasan Konsumen. Hal ini menunjukkan bahwaCitra Merek yang dimiliki

oleh produk TDR Racing mampu mempengaruhi atau membuat konsumen menjadi puas

terhadap produk TDR Racing.

Tidak terdapat pengaruh positif antara Citra Merek terhadap Loyalitas Konsumen.

Hal ini menunjukkan Citra Merek yang baik yang dimiliki TDR Racing tidak menjamin

membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk TDR Racing. Hal ini mungkin

dikarenakan terdapat faktor-faktor lain yang membuat konsumen untuk menjadi loyal,

salah satunya bisa saja dari segi kualitas produk yang dimiliki TDR Racing.

Terdapat pengaruh positif antara Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas

Konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang sudah puas terhadap produk

Page 39: 936-1948-1-SM

32

TDR Racing berkemungkinan besar menjadi konsumen yang loyal terhadap produk

TDR Racing.

SARAN

Penulis mengusulkan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang sekiranya dapat

diimplementasikan di masa yang akan dating, seperti perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut mengenai pengaruh kualitas produk terhadap citra merek, kepuasan pelanggan,

dan loyalitas pelanggan. Kualitas produk merupakan salah satu aspek penting dalam

membangun citra yang positif dan menciptakan rasa puas konsumen yang akhirnya

berujung pada loyalitas.

PERSANTUNAN

Terima kasih disampaikan yang sebesar – besarnya kepada Dr. H. Tantri Yanuar

R. S, SE, MSM, atas waktu dan sumbangan pemikiran yang telah diberikan selama

penelitian ini berlangsung. Terima kasih juga disampaikan kepada pemilik toko Zoom

Motor Kebon Jeruk, Ibu Yenny Hendri, yang telah memberikan kesempatan untuk

dijadikan tempat penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A., Managing Brand Equity: Capitalizing On The Value of Brand Name.

Free Press, New York, 1991

Armstrong, Garry dan Philip Kotler, Marketin an Introduction, Edition 8.Pearson

Prentice Hall, New Jersey, 2007

Auda, Rima Zhuhriah, “Pengaruh Citra Merek Terhadap Intensi Membeli”. Skripsi.

Universitas Sumatera Utara. (2009)

Griffin, Jill, Customer Loyalty : Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan

Pelanggan. Erlangga, Jakarta, 2005

Haerudin, Heri, “Pengaruh Citra Merek Sepeda Motor Honda Terhadap Minat Beli

Konsumen”.Skripsi.Bandung : Universitas Pasundan. (2010)

Hair et.al, Multivariate Data Analysis, 7th

Edition.Pearson Prentice Hall, New Jersey,

2010

Hurriyati, Ratih, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Cetakan pertama.

Alfabeta, Bandung, 2005

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis.BPFE,

Yogyakarta, 2002

Jumhur, Adang, Metode Penelitian Kuantitatif. Pustaka Setia, bandung, 2012

Keller, Kevin Lane, Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing

Brand Equity 3rd

Edition. Pearson Education, Inc, Upper Saddle River, 2008

Kotler, Philip, Marketing Management 11th

Edition. International Prentice Hall, New

Jersey, 2003

, Manajemen Pemasaran, Edisi 11, Jilid 2. INDEKS, Jakarta, 2005

Kotler, Philip dan Gary Armstrong, Manajemen Pemasaran, Jilid 1.PT.Prenhallindo,

Jakarta, 2000

, Marketing An Introduction Eight Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey,

2007

Meenaghan, Tony, “The Role of Advertising in Brand Image Development”. Journal of

Product and Brand Management Vol.4 Iss.4, 1995

Mowen, J.C dan M. Minor, Perilaku Konsumen, Andi, Yogyakarta, 2001

Page 40: 936-1948-1-SM

33

Rahma, Eva Sheilla, “Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra merek Terhadap

Minat Beli dan Dampaknya Pada Keputusan Pembelian”.Skripsi.Semarang :

Universitas Diponegoro. 2007

Rangkuti, Freddy, Measuring Customer Satisf ication Teknik Mengukurdan Strategi

Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-JP,PT. Gramedia

PustakaUtama, Jakarta, 2002 Simamora, Bilson, Aura Merek (7 Langkah Membangun Merek Yang Kuat). PT.

Gramedia Pustaka Umum,Jakarta,2002

Stephen et.al, “The Effect of Brand Image on Overall Satisfaction and Loyalty Intention

In The Context Of Colour Cosmetic”. Asian Academy of Management Journal,

Vol.12, No.1.Malaysia, 2007

Taniredja, Tukiran dan Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif.Alfabeta, Bandung,

2011

Tjiptono, Fandy, Strategi Pemasaran, Edisi 1. Andi, Yogyakarta, 1997

, Strategi Pemasaran, Edisi 2. Andi, Yogyakarta, 2002

, Pemasaran Jasa, Edisi 1. Bayumedia, Malang, 2006

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=17&notab=12

Page 41: 936-1948-1-SM

34

PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBANGUN KEPUASAN

DAN LOYALITAS PADA PRODUK LAPTOP ASUS DI

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Anggrahini Puspitasari

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul,

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga dan kualitas produk terhadap

loyalitas konsumen melalui kepuasan konsumen produk Laptop Asus. Penelitian ini

dilakukan di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat, dengan jumlah sampel sebanyak

delapan puluh lima responden dimana pengambilan sampel menggunakan metode cross

sectional.

Dari hasil analisis yang diperoleh bahwa harga memberikan pengaruh positif terhadap

loyalitas konsumen, dan kepuasan konsumen memberikan pengaruh positif terhadap

loyalitas konsumen. Hal tersebut dapat menjadi positif karena Laptop Asus merupakan

salah satu produk yang paling banyak diminati oleh konsumen, khususnya pada Laptop

Asus.

Key Word : Price, Product Quality, Customer Loyalty, Customer Satisfaction.

PENDAHULUAN

Asus merupakan salah satu vendor pembuat perangkat komputer terbesar di

dunia. Perusahaan asal Taiwan ini memiliki banyak sekali portofolio produk notebook

maupun netbook yang telah diluncurkan produk notebook Asus terkenal tangguh

dengan harga relatif terjangkau sehingga banyak kalangan yang merekomendasikan

merk ini, kabar baiknya daftar harga laptop Asus cenderung lebih murah dibanding

merk lain meskipun spesifikasi yang ditawarkan setara atau bahkan lebih tinggi. Dewasa

ini memang penggunaan perangkat notebook atau laptop sudah umum dan lumrah

digunakan siapa saja mulai dari siswa sekolah hingga mahasiswa perguruan tinggi,

kalangan pekerja atau karyawan, penggiat bisnis kecil UKM, rumah tangga, hingga

profesional mudah yang membutuhkan perangkat komputer jinjing untuk menjalankan

aktifitasnya. Harga laptop Asus yang bermacam-macam jenis dan tipe, semua orang

dapat memilih tipe laptop berdasar kebutuhan dan budget yang dimilikinya. Ada laptop

untuk pelajar, laptop untuk pekerja berat misalnya rendering video dan menjalankan

program berat hingga laptop untuk hiburan seperti bermain game atau menonton film

berkualitas tinggi dan Asus menyediakan semuanya tinggal kita memilih mana yang

Page 42: 936-1948-1-SM

35

cocok ( www.asus.com diakses tanggal 13 juli 2014).

Oleh karena itu, dengan banyaknya manfaat yang diperoleh dari laptop

menyebabkan permintaan laptop meningkat dari kalangan mahasiswa. Banyaknya

merek laptop yang ada di Indonesia membuat mahasiswa dihadapkan pada berbagai

macam pilihan merek laptop yang saling mengunggulkan harga, kualitas produk, serta

desain produk yang menarik konsumen. Laptop sekarang ini sudah menjadi barang yang

sangat penting dalam dunia modern. Laptop merupakan penyempurnaan dengan bentuk

dan pembawaan yang lebih fleksibel dari komputer. Jika komputer menyala harus

dengan dialiri arus listrik, maka laptop bisa dibawa kemana-mana karena memakai

sumber tenaga berupa baterai. Namun, seiring waktu dalam penggunaannya, baterai

laptop menjadi komponen yang paling rawan untuk rusak (daya tahan yang menjadi

boros dan lemah). Hal ini dikarenakan arus yang mengaliri laptop tersebut tidaklah

stabil atau sering naik turun. Pasti

kita sering menjumpai beberapa orang yang suka mengeluh tentang daya kapasitas

baterai laptopnya yang terus mengalami penurunan. Ada yang dipakai satu setengah jam

saja, kemudian mati, ada yang sampai kurang dari 30 menit baterai laptop sudah mati,

bahkan ada juga yang parah, sampai baterai laptop tidak tahan sama sekali, dengan

kata lain notebook jika mau di nyalakan harus dihubungkan ke charger dan ke aliran

listrik. Ada beberapa fenomena yang terjadi di masyarakat sekitar kita yang banyak

mengeluhkan tentang baterai laptopnya yang sering mati mendadak, ataupun baterai

laptopnya yang tidak tahan lama jikalau dipakai ( www.kompasiana.com diakses

tanggal 13 juli 2014).

Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) mendefinisikan salah satu strategi tersebut

adalah strategi penentuan harga, yaitu bagaimana menentukan harga yang sesuai dengan

keadaan dari produk yang ditawarkan. Studi kasus pemilihan merek laptop ini dilakukan

di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan

mempertimbangkan pentingnya peranan laptop bagi mahasiswa dalam bidang

pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya mahasiswa yang

menggunakan laptop di kampus setiap Fakultas dan di area sekitar kampus Universitas

Esa Unggul.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis sangat tertarik untuk membahas

keadaan sebuah penelitian. Sehingga diputuskan mengambil judul ”Analisis Pengaruh

Harga dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Konsumen Melalui Kepuasan

Konsumen : Studi Pada Produk Laptop Asus di Universitas Esa Unggul”. Maka

tujuan penelitian ini sebagai berikut : a). Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh

antara harga terhadap kepuasan konsumen produk laptop ASUS, b). Untuk mengetahui

apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap kepuasan konsumen produk

laptop ASUS, c). Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kepuasan

konsumen terhadap loyalitas konsumen produk laptop ASUS, d). Untuk mengetahui

apakah terdapat pengaruh antara harga terhadap loyalitas konsumen produk laptop

ASUS, e). Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap

loyalitas konsumen produk laptop ASUS.

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a). Bagi Penulis, diharapkan

dapat menambah pengetahuan dan informasi yang sangat berguna mengenai pengaruh

Harga dan Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen

pada produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, b). Bagi Mahasiswa, dapat

Page 43: 936-1948-1-SM

36

dijadikan referensi apabila ingin mengadakan penelitian tentang pengaruh Harga dan

Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen pada

produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, c). Bagi Perusahaan, untuk

mengetahui keinginan konsumen tentang laptop dengan harga yang terjangkau tetapi

memiliki kualitas yang baik sehingga konsumen akan merasa puas akan produk Laptop

ASUS, dan berinovasi terhadap produk tersebut sehingga pelanggan tetap loyal.

TINJAUAN PUSTAKA

Apa yang disebut pemasaran? Banyak orang berfikir bahwa pemasaran hanyalah

menjual dan mengiklankan. Itu tidak mengherankan, karena setiap hari kita dibombardir

dengan iklan televisi, penawaran surat langsung, penawaran lewat telepon, dan melalui

internet. Sesungguhnya, penjualan dan iklan hanyalah puncak dari gunung es

pemasaran. Karena itu kita mendefinisikan pemasaran (marketing) sebagai proses

dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang

kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai

imbalannya ( Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2006). Dalam arti yang sempit, harga

(price) adalah jumlah yang ditagihkan atau suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi,

harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan

keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Sepanjang

sejarahnya, harga telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan para pembeli.

Dalam beberapa dekade terakhir, beberapa faktor di luar harga menjadi semakin

penting. Namun, harga tetap menjadi salah satu elemen yang paling penting dalam

menentukan pangsa pasar dan keuntungan suatu perusahaan (Philip Kotler dan Gary

Armstrong, 2006:345). Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu

perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh

perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa (

http://www.bny.web.id/media, diakses 8 Juli 2009). Kualitas adalah salah satu alat

pemasaran yang penting. Kualitas produk mempunyai dua dimensi yaitu tingkatan dan

konsistensi. Dalam mengembangkan produk, pemasar lebih dahulu harus memilih

tingkatan kualitas yang dapat mendukung posisi produk di pasar sasarannya. Dalam

dimensi tersebut kualitas produk berarti kualitas kinerja yaitu kemampuan produk untuk

melakukan fungsi-fungsinya. Selain tingkatan kualitas, kualitas yang tinggi juga dapat

berarti konsistensi tingkatan kualitas yang tinggi. Dalam konsisten yang tinggi tersebut

kualitas produk berarti kualitas kesesuaian bebas dari kecacatan dan kekonsistenan

dalam memberikan tingkatan kualitas yang akan dicapai/dijanjikan. Semua perusahaan

harus berusaha keras memberikan tingkatan kualitas kesesuaian yang tinggi. Dengan

demikian, sekarang banyak perusahaan yang mengubah kualitas yang ditentukan oleh

pelanggan menjadi senjata strategis yang ampuh. Mereka menciptakan kepuasan dan

nilai bagi pelanggan secara konsisten dan secara menguntungkan memenuhi kebutuhan

dan keinginan pelanggan akan kualitas. Saat ini, secara nyata kualitas telah menjadi

keharusan supaya dapat bersaing di abad dua puluh satu ini, hanya perusahaan yang

mempunyai kualitas yang terbaik yang akan berhasil. Oleh karena itu kualitas produk

adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya; kemampuan itu

meliputi daya tahan, kehandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan

dan diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan (Philip

Kotler dan Gary Armstrong, 2003:347).

Page 44: 936-1948-1-SM

37

Secara umum, kepuasan (satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang

yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil)

terhadap ekspektasi mereka (Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2008:139). Pelanggan

yang sangat puas biasanya tetap setia untuk waktu yang lebih lama, membeli lagi ketika

perusahaan memperkenalkan produk baru dan memperbaharui produk lama,

membicarakan hal-hal baik tentang perusahaan dan produknya kepada orang lain, tidak

terlalu memperhatikan merek pesaing dan tidak terlalu sensitif terhadap harga,

menawarkan ide produk atau jasa kepada perusahaan, dan biaya pelayanannya lebih

murah dibandingkan pelanggan baru karena transaksi dapat menjadi hal rutin ( Philip

Kotler dan Gary Armstrong, 2008:140). Rizan

mendefinisikan loyalitas adalah suatu komitmen yang kuat untuk melakukan pembelian

ulang atau berlangganan suatu produk atau pelayanan secara konsisten, serta tidak

mudah terpengaruh pada lingkungan yang ada atau upaya aktivitas pemasaran para

pesaing, serta aspek-aspek lain yang dapat mendorong pelanggan untuk beralih ke

perusahaan lain (Rizan, 2010:26). Menurut Kartajaya menyatakan pelanggan yang

paling loyal adalah pelanggan paling lama “bersama” perusahaan dan membeli produk

kita lebih banyak (Hermawan Kartajaya, 2007: 34).

METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan penelitian ini menggunakan metode

cross sectional. Teknik yang digunakan yaitu teknik convenience sampling. Adapun

lokasi penelitian ini adalah di Universitas Esa Unggul. Populasi dalam penelititan ini

adalah mahasiswa yang pernah menggunakan Laptop ASUS. Sedangkan jumlah sampel

dalam penelitian ini adalah 85 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah

analisis Structural Equation Modeling (SEM).

Operasionalisasi variabel sangat penting untuk memperoleh data yang dapat

menguji hipotesis dan melihat kecocokan model yang telah dibangun berdasarkan

konstruk teori. Operasionalisasi ini dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk

memudahkan dan mengarahkan penyusunan kuesioner. Adapun operasionalisasi dari

variabel tersebut sebagai berikut : a). Harga (X1) adalah sejumlah uang yang

dikeluarkan oleh konsumen untuk membeli produk Laptop ASUS yang dinyatakan

dalam uang, dimana laptop asus memberikan harga yang terjangkau, serta mendapatkan

potongan harga dari produk laptop asus, b). Kualitas Produk (X2) adalah sesuatu yang

ditawarkan oleh ASUS untuk mempengaruhi konsumen, dimana laptop asus memiliki

tampilan menarik, fitur, dan daya tahan produk laptop asus, c). Kepuasan Konsumen

(Y1) adalah perasaan senang atau tidak terhadap suatu produk yang kita inginkan

diantaranya pengalaman yang memuaskan dan memenuhi harapan konsumen laptop

asus, d). Loyalitas Konsumen (Y2) adalah respon konsumen dalam pembelian yang

konsisten terhadap laptop asus dengan indikator loyalitas konsumen yaitu mengatakan

hal-hal positif, merekomendasikan produk kepada orang lain dan percaya akan kualitas

yang diberikan oleh Laptop ASUS.

Page 45: 936-1948-1-SM

38

Model Penelitian

Harga

Kualitas

Produk

Kepuasan

Konsumen

Loyalitas

Konsumen

Hipotesis

H1 : Harga mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen.

H2 : Kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen.

H3 : Kepuasan konsumen mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen.

H4 : Harga mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen.

H5 : Kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen.

HASIL

Dalam penelitian ini, terdapat lima hipotesis yang diuji, dan berdasarkan hasil

pengujian, diperoleh kesimpulan bahwa hanya ada dua hipotesis yang didukung oleh

data, dan tiga hipotesis dinyatakan tidak didukung oleh data.

Tabel 5.12 Pengujian Hubungan Model Struktural

Hipotesis Pernyataan hipotesis Nilai-t Keterangan

H1

Harga mempunyai

pengaruh terhadap

kepuasan konsumen

0,58

Data tidak

mendukung

hipotesis

H2 Kualitas produk 1,49 Data tidak

Gambar 2.5 Model Konseptual

Page 46: 936-1948-1-SM

39

mempunyai pengaruh

terhadap kepuasan

konsumen

mendukung

hipotesis

H3

Kepuasan konsumen

mempunyai pengaruh

terhadap loyalitas

konsumen.

2,05 Data mendukung

hipotesis

H4

Harga mempunyai

pengaruh terhadap loyalitas

konsumen

2,70 Data mendukung

hipotesis

H5

Kualitas produk

mempunyai pengaruh

terhadap loyalitas

konsumen

-0,17

Data tidak

mendukung

hipotesis

PEMBAHASAN

Dari Tabel yang menggambarkan uji signifikasi, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

a). Harga (X1) tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen (Y1). Hal ini

disebabkan nilai T-value 0,58 tidak memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya harga

yang telah diberikan oleh ASUS kepada konsumen kurang sesuai sehingga tidak

menimbulkan kepuasan konsumen Laptop ASUS. Hasil studi ini bertentangan dengan

hasil studi Irawan yang melakukan penelitian tentang pengaruh harga terhadap kepuasan

konsumen. Hasil yang bertentangan ini dikarenakan salah satunya objek penelitian dan

responden yang berbeda dan perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan hasil

penelitian.

b). Kualitas Produk (X2) tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen (Y1). Hal ini

disebabkan nilai T-value 1,49 tidak memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya kualitas

Laptop ASUS kurang sesuai dengan yang diinginkan konsumen sehingga konsumen

tidak merasa puas. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Ridwan

Amiruddin yang melakukan penelitian tentang pengaruh kualitas produk terhadap

kepuasan konsumen. Hasil yang bertentangan ini dikarenakan salah satunya objek

penelitian dan responden yang berbeda dan perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan

hasil penelitian.

c). Kepuasan konsumen (Y1) berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y2). Hal ini

disebabkan nilai T-value 2,05 sudah memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya

konsumen sudah merasa puas dengan Laptop ASUS sehingga menimbulkan sikap loyal

Page 47: 936-1948-1-SM

40

terhadap Laptop ASUS. Hasil studi ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya oleh Taylor. Taylor juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara

kepuasan dan loyalitas konsumen.

d). Harga (X1) berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y2). Hal ini disebabkan nilai

T-value 2,70 sudah memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya kondisi ini dikarenakan

harga berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Hasil hipotesis ini sesuai dengan

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Aristo dan Ari Setyanigrum. Aristo

dan Ari Setyanigrum juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara harga dan

loyalitas konsumen.

e). Kualitas produk (X2) tidak berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y2). Hal ini

disebabkan nilai T-value -0,17 tidak memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya kualitas

Laptop ASUS kurang sesuai dengan konsumen sehingga tidak mempengaruhi

konsumen untuk loyal pada laptop asus. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian

sebelumnya oleh Gremler dan Brown yang melakukan penelitian tentang pengaruh

kualitas produk terhadap loyalitas konsumen. Dari hasil ini menunjukkan bahwa

kualitas produk mempengaruhi loyalitas konsumen.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Harga dan Kualitas Produk

terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen : Studi Pada Produk Laptop

ASUS di Universitas Esa Unggul Jakarta Barat, maka telah diperoleh kesimpulan

berdasarkan hasil pengolahan data sebagai berikut : a). Tidak terdapat pengaruh antara

harga terhadap kepuasan konsumen produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul,

Jakarta Barat, b). Tidak terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap kepuasan

konsumen produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat, c). Terdapat

pengaruh antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen produk Laptop ASUS

di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat d). Terdapat pengaruh antara harga terhadap

loyalitas konsumen produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat e).

Tidak terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap loyalitas konsumen produk

Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat.

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian lebih

menyeluruh yang tidak hanya berdasarkan lingkup harga dan kualitas produk, kepuasan

konsumen serta loyalitas konsumen. Perlu dilakukan penelitian dengan variabel lain

untuk melihat variabel apa saja yang dapat mempengaruhi dan dapat meningkatkan

loyalitas bagi para konsumen.

Persantunan

Terima kasih kepada kedua orang tua saya tercinta yang sangat luar biasa memberikan

semangat dan dorongan baik materi maupun dorongan moril serta tiada henti-hentinya

mendoakan saya agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 48: 936-1948-1-SM

41

DAFTAR PUSTAKA

Garvin, D. A. (1987). Managing Quality. New York: The Free Press.

Hasym dan Rina Anindita, 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang

Pemasaran.Edisi Pertama. Jakarta; UIEU-University Press.

Handi Irawan. 2006. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Cetakan ketujuh. Jakarta: Elex

Media Komputindo.

Kotler, Philip,1996. Marketing. Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia dari Marketing

Essentials. Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong (2004), Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan,

Indeks, Jakarta.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong (2004), Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan,

Indeks, Jakarta.

Kotler, P and Keller K. L. 2006. Marketing Management, Twelfth Edition, Perason

Education International, Singapore.

Stanton William J,1998. Prinsip Pemasaran. Erlangga, Jakarta.

Supranto, J. (2001), Pengukuran Tingkat Kepuasan pelanggan Untuk Menaikkan

Pangsa Pasar, Rineke Cipta, Jakarta.

Sugiyono. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Swastha, Basu DH, 1990. Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy. (2001). Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kelima.

ANDI OFFSET, Yogyakarta.

www.teknogadget.com, diakses tanggal 13 juli 2014

www.kompasiana.com, diakses tanggal 13 juli 2014

www.asus.com, diakses tanggal 13 juli 2014

Page 49: 936-1948-1-SM

42

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA

TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. JREAL PROPERTY

Aprilia

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKS

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah motivasi dan lingkungan kerja

mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk serta faktor

apakah yang paling signifikan yang berpengaruh antara motivasi kerja dan lingkungan

kerja terhadap kinerja karyawan PT. JReal Property, Tbk. Populasi dalam penelitian ini

adalah jumlah seluruh karyawan PT. JaReal Property, Tbk sebanyak 407 orang. Dari

populasi ini akan ditarik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai

responden.

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling.

Dengan menggunakan rumus Slovin maka dapat diketahui jumlah sampel 80 dengan

pembulatan menjadi 82. Metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah Analisis

Regresi Linier Berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan menunjukkan bahwa faktor motivasi dan lingkungan

kerja berpengaruh secara bersama-sama dengan nilai signifikan 0,007 < 0,05.

Sedangkan secara sendiri-sendiri faktor motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap

kinerja karyawan dengan nilai signifikan 0,005 < 0,05 dan faktor lingkungan kerja tidak

berpengaruh secara sendiri-sendiri terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikan

0,831 > 0,05. Dari hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan, nampak bahwa antara kedua variabel yang dianalisis, maka yang paling

dominan mempengaruhi kinerja karyawan adalah variabel motivasi. Hal tersebut

dibuktikan dengan hasil perhitungan thitung masing-masing variabel, dimana thitung

motivasi kerja (2,921) > thitung lingkungan kerja (0,241).

Kata Kunci: Motivasi Kerja, lingkungan kerja, dan kinerja karyawan.

Page 50: 936-1948-1-SM

43

PENDAHULUAN

Dalam mengembangkan perusahaan dunia bisnis saat ini dituntut untuk

menerapkan manajemen sumber daya manusia yang baik dan menghasilkan karyawan

yang berkualitas tinggi. Manajemen sumber daya manusia adalah pengembangan dan

pemanfaatan pegawai dalam rangka tercapainya tujuan dan sasaran individu, organisasi,

masyarakat, bangsa dan internasional yang efektif. Suatu perusahaan dikatakan berhasil

apabila perusahaan tersebut mampu mencapai target dan tujuan yang diinginkan, untuk

meraih apa yang diinginkan perusahaan, maka perusahaan perlu memiliki alat penggerak

utama yaitu karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi, disiplin waktu serta maksimal

dalam menjalankan job desk-nya. Dalam setiap aktivitasnya, karyawan membutuhkan

motivasi untuk dapat mencapai tujuan dari organisasi agar bekerja secara giat dan

optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Selain dari motivasi, lingkungan

kerja juga memiliki peran yang tak kalah penting untuk mendukung keseharian dari

karyawan tersebut bekerja. Apabila lingkungan kerja yang dirasakan baik serta nyaman,

maka kinerja karyawan akan meningkat, perhatian dari perusahaan dalam menciptakan

lingkungan kerja yang memadai merupakan hal penting dalam peningkatan kinerja

karyawannya. Salah satu faktor yang dapat mendorong meningkatnya produktibitas kerja

karyawan adalah upaya-upaya dalam peningkatan motivasi kerja yang memadai, seperti

pemenuhan kebutuhan baik yang bersifat eksternal ataupun internal, sehingga harus

disadari bahwa salah satu alasan karyawan bekerja di dalam suatu perusahaan adalah

keinginan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan ekonominya serta

kebutuhan akan berprestasi yang mendapat pengakuan dari orang lain, dan dengan

adanya kepastian dalam menerima upah atau gaji, sehingga karyawan merasa terjamin

untuk dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya, demikian pula pada

perkembangan karier sebagai kebutuhan dari karyawan untuk mengaktualisasi

kemampuan diri dan potensi yang dimiliki. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap

kinerja karyawan di dalam suatu perusahaan adalah lingkungan kerja. Meskipun

lingkungan kerja tidak melaksanakan proses kerja dalam suatu perusahaan, namun

lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap karyawan yang melaksanakan

proses kerja tersebut. Semakin baik lingkungan kerja, maka semakin baik pula kinerja

karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.

PT. JReal Property, Tbk merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan

yang menginginkan sumber daya manusia yang mempunyai kualitas tinggi dan potensial

dalam mencapai tujuan perusahaan dengan harapan para karyawan memiliki kinerja

karyawan yang maksimal. Persaingan dibidang property saat ini semakin meningkat

tajam, munculnya berbagai pesaing dalam bidang property menjadi acuan untuk

perusahaan menghasilkan serta mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas

di dalam perusahaan. Namun dalam upaya menciptakan kinerja karyawan yang tinggi

dan optimal, nampaknya masih terdapat berbagai masalah atau kendala yang membuat

perusahaan sulit untuk mencapai tujuan dari perusahaan itu sendiri. Kendala yang timbul

tersebut dapat menjadi ancaman namun bila diatasi dengan baik akan menjadi faktor

yang membuat perusahaan berhasil dalam pencapaian tujuan organisasi. Dari berbagai

masalah dan kendala inilah membuat saya selaku peneliti tertarik untuk meneliti

penelitian dengan judul “ Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan di PT. JReal Property, Tbk”

Page 51: 936-1948-1-SM

44

Perumusan Masalah 1. Apakah motivasi kerja berpengraruh terhadap kinerja karyawan?

2. Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

3. Faktor manakah diantara motivasi kerja dan lingkungan kerja yang mempunyai

pengaruh paling dominan terhadap kinerja karyawan?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan

2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan

3. Untuk mengetahui variabel mana yang mempunyai pengaruh paling dominan

terhadap kinerja karyawan

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. JReal Property Tbk.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014

Populasi dan Sample

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staff karyawan PT. JReal Property, Tbk yang

berjumlah 407 orang.

Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah :

Dalam pengambilan sampel sebagai responden pada penelitian ini menggunakan metode

simple random sampling. Metode ini digunakan karena objek yang diteliti tidak terlalu

besar. Ukuran sampel yang dijadikan dasar pengambilan sampel menggunakan rumus

Slovin, yaitu sebagai berikut:

n = N

1+Ne2

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = presentase kelonggaran ketidaktelitian yang masih dapat ditolerir

Dengan menggunakan rumus slovin diatas, maka dapat ditentukan

jumlah sampel minimal, yaitu:

407

n =

1+ (407) (0.1) 2

Page 52: 936-1948-1-SM

45

407

n =

5,07

= 80,2 = 80

Jadi sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 80 responden dan

dibulatkan menjadi 82 responden.

Populasi dan sampel amat penting dijelaskan dalam rancangan penelitian yang

dimaksudkan untuk menarik generalisasi (memberlakukan kesimpulan hasil penelitian

terhadap populasi). Dalam rancangan penelitian, perlu secara tegas dinyatakan mana yang

menjadi populasi penelitian beserta seberapa besar sampel yang akan diteliti, dan

bagaimana teknik beserta prosedur yang ditempuh di dalam penarikan sampel yang

dimaksud.

Karena di dalam perusahaan terdiri dari beberapa divisi atau unit, maka untuk

menentukan pengisisan dari kuisoner dalam setiap unit digunakan teknik Random

Sampling, ialah teknik penentuan pengisian sampel dimana semua individu dalam

populasi, diberi kesempatan yang sama untuk mengisi kuisoner. Pengambilan ini

ditentukan tanpa pilih-pilih dan didasarkan atas prinsip-prinsip matematis yang telah diuji

dalam praktek.

Metode Analisis Data

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahan

suatu istrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi dan

sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka istrumen tersebut kurang valid.

Rumus person product moment :

n(∑ XY) – (∑X ∑Y)

r =

√[n∑X2 – (∑X)2] [ n∑Y2 – (∑Y)2]

Keterangan :

r = korelasi respon product moment

n = jumlah data sample

X1 = variable terikat kualitas pelayanan

X2 = variable terikat kepuasan pelanggan

Y = variable terikat loyalitas pelanggan

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukan konsistensi suatu alat

pengukur didalam mengukur gejala yang sama . Setiap alat pengukur seharusnya

memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. dengan

menggunakan Cronbach,s Alpha, dengan Rumus :

Page 53: 936-1948-1-SM

46

2

2

11σt

σb1

1k

kr

Keterangan :

r11 = Reliabilitas intrumen

k = Banyak butir pertanyaan

t2 = Varian total

b2 = Jumlah varian butir

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk mengukur serta menguji pengaruh faktor-faktor terhadap peningkatan

kinerja karyawan, khususnya untuk variabel motivasi kerja (X1) dan lingkungan kerja

(X2), maka dilakukan pengolahan data dengan persamaan regresi linear berganda

dengan menggunakan bantuan IBM SPSS Statistics 21. Hasil dari olahan data tersebut

terangkum dalam tabel dibawah ini:

Standardized Coefficients

Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS

Dari tabel diatas, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana:

Y= 1,659 +0,377X1 + 0.028X2

a= 1,659 artinya jika tidak ada perubahan pada motivasi dan lingkungan kerja yang

termasuk dalam variabel bebas, maka nilai kinerja karyawan sebesar 1,659

sebagai nilai konstan untuk variabel terikat.

b1= 0,377 artinya setiap penambahan motivasi akan mempengaruhi peningkatan

kinerja karyawan sebesar 0,377.

b2= 0,028 artinya setiap penambahan lingkungan kerja akan mempengaruhi

peningkatan kinerja karyawan sebesar 0,028.

Hasil analisis regresi dari tabel diatas menunjukkan motivasi kerja memiliki

hubungan positif terhadap kinerja karyawan, ini ditunjukkan dengan koefisien

variabel dimana motivasi bertanda positif, begitupula dengan lingkungan kerja

memiliki hubungan positif terhadap kinerja karyawan.

a. Uji F

Untuk menguji pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama

diuji dengan menggunakan uji f. Berikut hasil penghitungannya:

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 1.659 .439 3.775 .000

X1 .377 .129 .334 2.921 .005

X2 .028 .129 .025 .214 .831

a. Dependent Variable: Y

Page 54: 936-1948-1-SM

47

Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS

Hasil pengujian uji f menyatakan pengaruh variabel motivasi kerja dan

variabel lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap variabel kinerja

karyawan ditunjukkan dengan hasil perhitungan nilai fhitung = 5,316 dan dalam

kolom signifikan 0,007. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05 maka

diperoleh nilai signifikansi dari uji f yang dilakukan 0,007 < 0,05 sehingga

menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel motivasi kerja dan lingkungan

kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan PT. JReal

Property, Tbk.

1.) Implikasi dari hasil pengujian uji f

Dalam penelitian ini, hasil yang didapatkan dari pengujian uji f bahwa

faktor-faktor yaitu motivasi kerja dan lingkungan kerja berpengaruh secara

bersama-sama terhadap kinerja karyawan, sehingga dalam penelitian ini

manajemen PT. JReal Property, Tbk harus menyelidiki apa yang dapat

meningkatkan kinerja karyawannya menyangkut faktor motivasi kerja dan

lingkungan kerja secara bersamaan. Hal ini dapat dikatakan karena dengan

adanya motivasi kerja yang tinggi dari karyawan serta lingkungan kerja

yang memadai akan berdampak terhadap meningkatnya kinerja karyawan.

Sehingga PT. JReal Property, Tbk dianjurkan lebih memperhatikan hal-hal

yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan di dalam

perusahaannya serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif serta

nyaman dan menyenangkan. Apabila perusahaan memberikan perhatian

lebih untuk meningkatkan motivasi kerja serta menciptakan lingkungan

kerja yang kondusif serta nyaman dan menyenangkan, maka akan

berdampak munculnya hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi kerja

karyawan dan membuat munculnya rasa nyaman dalam beraktifitas sehari-

hari di lingkungan kerja yang ada, yang kemudian akan menjadi suatu

kekuatan perusahaan dalam menghasilkan kinerja karyawan yang tinggi

dan optimal. Sedangkan tinggi rendahnya kinerja karyawan mempunyai

dampak dalam perkembangan dan kelangsungan hidup suatu perusahaan.

Hal ini dapat dilihat dari karyawan yang memenuhi standart kerja yang

ditentukan perusahaan, karyawan mampu mengambil inisiatif dalam

bekerja, karyawan selalu ingin memberikan yang terbaik untuk

perusahaan, sehingga kinerja yang diharapkan oleh organisasi atau

ANOVAa

Model Sum of Squares

df Mean

Square F Sig.

1

Regression 1.714 2 .857 5.316 .007b

Residual 12.738 79 .161

Total 14.452 81

a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X2, X1

Page 55: 936-1948-1-SM

48

perusahaan akan tercapai. Serta didukung pula dengan lingkungan yang

nyaman yang dapat mendukung aktivitas sehari-hari para karyawan di

dalam perusahaan seperti kebersihan tempat kerja yang lebih ditingkatkan,

penerangan yang cukup, suasana kerja karyawan yang nyaman, begitu

pula dengan kesejahteraan karyawan, dan bagaimana karyawan membina

hubungan yang baik dengan rekan kerja dan pimpinannya yang harus

selalu dipantau dan diimprovisasi menjadi lebih baik sehingga

memudahkan mereka dalam bekerja dan akan berdampak pada kinerja

yang dihasilkan nantinya.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya adalah untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel Y

(variable dependent). Nilai koefisien determinasi (R2) yang mendekati

satu berarti variabel-variabel independennya menjelaskan hampir semua

informasi yang dibutuhkan. Berikut tabel hasil peritungan koefisien

determinasi penelitian: Model Summary

Model R R

Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .344a .119 .096 .40155

a. Predictors: (Constant), X2, X1

Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS

Berdasarkan output SPSS tampak bahwa dari hasil perhitungan

diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) yang diliht dari Adjusted R

square sebesar 0,096 yang mengindikasikan bahwa sebesar 9,6% kinerja

karyawan dipengaruhi motivasi kerja dan lingkungan kerja. Sedangkan

sisanya sebesar 90,4% yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak

diteliti.

c. Uji t

Tujuan dari dilakukannya uji t adalah untuk melihat sejauh mana

pengaruh secara sendiri-sendiri masing-masing variabel bebas yaitu

motivasi kerja dan lingkungan kerja. Dengan uji t diperoleh informasi

variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan. Secara sendiri-

sendiri pengaruh dari kedua independen variabel terhadap kinerja

karyawan, dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Page 56: 936-1948-1-SM

49

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 1.659 .439 3.775 .000

X1 .377 .129 .334 2.921 .005

X2 .028 .129 .025 .214 .831

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS

Pengaruh dari masing-masing variabel bebas yaitu motivasi kerja dan

lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dapat terlihat arah tanda dan

tingkat signifikan (probabilitas). Uji t dilakukan dengan cara membandingkan

tingkat signifikan < 0,05. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh

nilai koefisien parsial dari masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependennya seperti yang terlihat pada tabel diatas. Terlihat bahwa

secara sendiri-sendiri variabel motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja

karyawan di dalam perusahaan dengan nilai signifikan 0,005 < 0,05,

sedangkan variabel lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja

karyawan secara sendiri-sendiri di dalam perusahaan dengan nilai signifikan

0,831 > 0,05.

1.) Implikasi dari hasil pengujian uji t

Dalam penelitian ini, hasil yang didapatkan dari pengujian uji t bahwa

variabel motivasi kerja berpengaruh secara sendiri-sendiri terhadap kinerja

karyawan dengan nilai signifikan 0,005 < 0,05 dan variabel lingkungan

kerja tidak berpengaruh secara sendiri-sendiri terhadap kinerja karyawan

dengan nilai signifikan 0,831 > 0,05. Sehingga dalam kasus ini manajemen

PT. JReal Property, Tbk dapat lebih memfokuskan pada variabel motivasi

kerja. Manajemen perusahaan dapat berusaha melakukan pelatihan untuk

para karyawan dan dengan demikian dapat mendorong kinerja karyawan

yang tinggi. Manajemen perusahaan dari PT. JReal Property, Tbk juga

harus dapat menentukan metode atau cara dalam menilai serta menghargai

apa yang telah karyawan kerjakan. Perusahaan pun tidak perlu takut

menghabiskan dana yang terbilang besar untuk memotivasi karyawannya

dengan menggunakan berbagai taktik atau strategi yang dapat dirasakan

efektivitasnya, seperti misalnya mengundang “pembicara motivasional

atau motivator” untuk menginspirasi para karyawannya, hal ini semata-

mata dilakukan untuk dapat menghasilkan kinerja karyawan yang tinggi

karena karyawan merupakan harta terbesar di dalam perusahaan.

Dalam penelitian ini variabel motivasi kerja (X1) dinyatakan terdapat

pengaruh terhadap variabel kinerja karyawan, hal ini terlihat dari thitung

motivasi kerja (2.921) > ttabel (1.667), maka dapat dikatakan bahwa

terdapat pengaruh yang nyata antara variabel motivasi kerja dengan

variabel kinerja karyawan. Disamping itu nilai probabilitas 0,005 < 0,05

menunjukkan bahwa X1 berpengaruh secara signifikan terhadap Y.

sehingga Ha1 yang menyatakan bahwa “diduga terdapat pengaruh yang

Page 57: 936-1948-1-SM

50

signifikan dari motivasi kerja terhadap kinerja karyawan” dapat diterima.

Sedangkan variabel lingkungan kerja dengan thitung (0,214) < ttabel (1.667)

dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel

lingkungan kerja dengan variabel kinerja karyawan. Disamping itu nilai

probabilitas 0,831 > 0,05 menunjukkan bahwa X2 tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap Y. Sehingga Ha2 yang menyatakan bahwa

“diduga terdapat pengaruh yang signifikan dari lingkungan kerja terhadap

kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk” ditolak karena lingkungan

kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan di perusahaan tersebut.

Selanjutnya penelitian ini mengungkapkan faktor diantara motivasi

kerja (X1) dan lingkungan kerja (X2) yang berpengaruh paling dominan

terhadap kinerja karyawan (Y) berdasarkan pengujian dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial terlihat

bahwa variabel yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja

karyawan PT. Jaya Real Property, Tbk adalah variabel motivasi kerja (X1)

dengan nilai thitung yang lebih besar dibandingkan dengan variabel

lingkungan kerja (X1) yaitu 2,921 > 0,214. Sehingga Ha2 yang

menyatakan “diduga motivasi kerja mempunyai pengaruh paling

signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk” dapat

diterima

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan menunjukkan bahwa faktor motivasi memiliki hubungan

atau berpengaruh terhadap kinerja karyawan secara sendiri-sendiri terhadap

kinerja karyawan PT. JReal Property, Tbk. Dan menurut hasil dari pengujian

uji f menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh secara bersama-sama

terhadap kinerja karyawan.

2. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan menunjukkan bahwa faktor lingkungan kerja tidak memiliki

hubungan atau tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. JReal

Property, Tbk. Dan menurut hasil dari pengujian uji f menunjukkan bahwa

lingkungan kerja berpengaruh secara bersama-sama.

3. Berdasarkan hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan, nampak bahwa antara kedua variabel yang dianalisis, yang

paling dominan atau paling kuat mempengaruhi kinerja karyawan adalah

variabel motivasi kerja. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan

thitung masing-masing variabel, dimana nilai thitung motivasi kerja (2,921) lebih

besar dibandingkan dengan nilai thitung lingkungan kerja (0,214)

Page 58: 936-1948-1-SM

51

Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran-saran

yang dapat peneliti berikan sebagai bahan masukan untuk perusahaan yaitu

sebagai berikut :

1. Dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk

sebaiknya pihak manajemen perusahaan dapat memberikan perhatian yang

lebih terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan serta

penciptaan lingkungan kerja yang nyaman, aman dengan fasilitas lengkap serta

menyenangkan untuk dapat menciptakan kinerja karyawan yang tinggi. PT.

JReal Property, Tbk juga dapat menganalisa, menambahkan serta

mengevaluasi faktor apa saja selain dari motivasi kerja dan lingkungan kerja,

yang memungkinkan lebih banyak terdapat pengaruh terhadap kinerja

karyawan, agar dapat benar-benar menilai kinerja karyawan yang optimal di

dalam perusahaannya.

2. Pihak dari manajemen PT. JReal Property, Tbk hendaknya lebih memfokuskan

atau menitikberatkan kebijakan yang berkaitan dengan motivasi kerja, karena

dari hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi kerja merupakan variabel

yang paling berpengaruh terhadap naik turunnya kinerja karyawan di

perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisty Herwidaningtyas Soeyitno, 2013, “Relationship Between Employee

Perceptions of Supervisor Participative Leadership Styles to Performance

in The Muji Rahayu Hospital Employees Surabaya”, Jurnal Psikologi

Industri dan Organisasi.

Arifin, Zainal, 2011, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,

Bandung: PT.RemajaRosdakarya.

Bernardin, John H., dan Joyce E.A Russel, 1993, Human Resource Management,

Singapore: Mc. Graw-Hill.

Ernawati dan Ambarini, 2010. “Pengaruh Hubungan Kerja dan Lingkungan

Kerja TerhadapKinerja Pegawai dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel

Moderating”, Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan.

Faisal, Sanapiah, 2008, Format-format Penelitian Sosial Dasar-dasar dan

Aplikasi, Jakarta: Rajawali Pers.

Ghozali, Imam, 2009, Ekometrika Teor, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hasibuan, Melayu, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Page 59: 936-1948-1-SM

52

Hasyim, dan Rina Anindita, 2009, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang

Pemasaran, Jakarta: UIEU-University Press.

Kiggundu, Moses N., 1989, Managing Organization in Developing Countries: An

Operation and Strategies Approach, West Harford: Kumarian Press Inc,.

Kussriyanto, Bambang, 1991, Meningkatkan Produktivitas Karyawan, Pustaka

Binaman Pressindo, Jakarta.

Mangkuprawita, Sjafri, 2011,Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Martono, Nanang, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisa Isi dan Analisa

Data Sekunder, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Maryoto, Susilo, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE-UGM,

Yogyakarta

Mathis, Robert L., dan John Harold Jackson, 2013, Human Resources

Management, Thomson Learning.

Ninuk Muljani, 2002, “Kompensasi sebagai Motivator untuk Meningkatkan

Kinerja Karyawan”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.

Nitisemito, Alex S., 1991, Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Samsudin, Sadili, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Pustaka

Setia.

Sarwono, Jonathan, dan Tutty Martodiredjo, 2008, Riset Bisnis untuk

Pengambilan Keputusan , Jakarta: C.V ANDI OFFSET,.

Sedarmayanti, 2001, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Mandar

Maju, Bandung.

Sulistiyani, Ambar Teguh, dan Rosidah, 2003, Manajemen SDM: Konsep, Teori

dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik, Yogyakara: Graha

Ilmu.

Sunyoto, Danang, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia,Yogyakarta: Center

of Academic Publishing Service.

Page 60: 936-1948-1-SM

53

Suwatno dan Donni Juni Priansa, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia,

Bandung: Alfabeta.

Teguh, Muhammad, 1999, Metodologi Penelitian Ekonomi, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Teman, Koesmono H., 2005, “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi

dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri

Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur”, Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan.

Umar, Husein, 2005,Evaluasi Kinerja Perusahaan, Jakarta: Gramedia

PustakaUtama.

Umar, Husein, 1998, Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Veitzal, Rivai, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Yani, H.M, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Mitrawacana

Media.

Page 61: 936-1948-1-SM

54

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS

PELAYANAN, WAKTU DAN HARGA TERHADAP

RELATIONSHIP QUALITY ( STUDI KASUS PADA PRODUK

TAS PT GARMINDO CO )

Caecillia Aditya Wijaya

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

ABSTRAK

Studi ini dibuat untuk mengetahui pengaruh Kualitas Produk, Kualitas

Pelayanan, Waktu dan Harga terhadap Relationship Quality produk tas pada PT

Garmindo Co. Penelitian ini dilakukan di PT Garmindo Co , Jakarta Utara,

dengan jumlah sampel sebanyak tiga puluh responden. Responden penelitian ini

adalah perusahaan yang pernah membeli dan menggunakan produk tas PT

Garmindo Co. Metode penelitian ini adalah metode analisis linear berganda.

Hasil Penelitian yang diperoleh bahwa kualitas pelayanan dan harga

adalah yang berpengaruh terhadap relationship quality. Sedangkan variaberl

kualitas produk, waktu dan interaksi tidak signifikan berpengaruh terhadap

relationship quality.

Kata kunci : Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Waktu, Harga, Interaksi,

Relationship Quality

PENDAHULUAN

Dalam bisnis yang semakin kompetitif, perusahaan dituntut untuk lebih

inovatif dan memiliki keunggulan yang bisa ditawarkan kepada para pelanggan

dan mitra bisnis. Salah satunya adalah konsep kerja sama business to business

(B2B). Bentuk kerja sama ini dapat membantu upaya efisiensi biaya pengadaan

barang dan yang paling penting adalah bisa memudahkan mitra bisnis. Pengertian

business to business adalah transaksi antara institusi bisnis (perusahaan) dengan

institusi bisnis lainnya.

Business-to-business (B2B) menggambarkan transaksi perdagangan antara

perusahaan, seperti antara produsen dan grosir, atau antara grosir dan pengecer.

Dalam B2B biasanya dilakukan customization sesuai dengan kebutuhan masing-

Page 62: 936-1948-1-SM

55

masing. Hal ini yang membuat hubungan antara pembeli dan penjual dalam B2B

terjalin hubungan personal yang lebih rapat.1

Bagi PT Garmindo Co, kepentingan pelanggan selalu menjadi nomor satu. Prinsip

ini menjadi nyata dalam penyediaan layanan business to business (B2B).

Peningkatan kualitas produk barang dan jasa semakin diperhatikan oleh

perusahaan karena dengan kualitas akan barang dan jasa dapat digunakan sebagai

tolak ukur untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Terwujudnya interaksi dapat memberikan manfaat yang baik bagi

perusahaan berupa terjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dan

pelanggan, dasar bagi pembelian ulang produk barang atau jasa atau

terbangunnya kualitas hubungan yang baik dan terjadinya rekomendasi berupa

word of mouth yang menguntungkan bagi perusahaan karena akan terjadi

pertambahan laba perusahaan.

Perkembangan teknologi dan semakin ketatnya persaingan sekarang ini

juga menuntut PT Garmindo Co sebagai perusahaan barang dan jasa memberikan

pelayanan dan kualitas terbaik bagi para pelanggan dan calon pelanggan PT

Garmindo Co dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan

tetap mempertahankan kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap barang

dan jasa yang ditawarkan kepada para konsumennya.

Ikatan sosial atau persahabatan akan membangun hubungan yang lebih

kuat dengan pelanggan dan masyarakat. Ikatan sosial atau persahabatan adalah hal

yang timbul akibat interaksi antara karyawan dengan pelanggan. Melalui ikatan

ini perusahaan berusaha memuaskan pelanggan dan selalu melakukan yang

terbaik demi kepentingan pelanggan dan masyarakat untuk jangka panjang. Oleh

karena itu, PT Garmindo Co sangat menjalin interaksi sebagai bentuk

persahabatan terhadap para konsumennya.

PT Garmindo Co sebagai perusahaan yang menyediakan produk barang

berupa tas dan barang- barang promosi serta jasa sablon ( pad print ), terkadang

juga mengalami kesulitan dalam memuaskan para pelanggannya dalam hal waktu,

karena terkadang pelanggan melakukan permintaan pembelian produk dengan

jadwal pengiriman sangat mepet. Namun, PT Garmindo Co secara maksimal

memberikan pelayanan yang terbaik dan tepat waktu bagi para pelanggannya agar

hubungan harmonis dengan pelanggan tetap terjalin dan kualitas hubungan tetap

terjaga.

Oleh karena itu PT Garmindo Co harus berusaha terus menerus

memperbaiki pelayanannya dan menjalin hubungan jangka panjang yang saling

menguntungkan dengan para pelanggannya dengan berusaha menciptakan

kepercayaan, kepuasan, dan komitmen sehingga diharapkan para pelanggan

tersebut bersedia menjalin hubungan jangka panjang dengan PT Garmindo Co.

Kualitas produk yang baik, kualitas pelayanan yang memuaskan, ketepatan

waktu yang diberikan sebanding dengan harga yang diberikan oleh PT Garmindo

Co kepada konsumennya serta adanya interaksi yang baik, menjadikan terciptanya

kualitas hubungan yang baik kepada para pelanggannya dan terus dipertahankan

oleh PT Garmindo Co.

1 http://ferdyfaisal.blogspot.com/2012/12/b2b-vs-b2c.html

Page 63: 936-1948-1-SM

56

Namun terkadang perusahaan mengalami kesulitan dalam

mempertahankan kualitas produk yang baik sesuai dengan standarisasi perusahaan

tetapi harus mengikuti standarisasi konsumen ( perusahaan yang memesan).

Standarisasi kualitas produk tersebut juga akan berpengaruh terhadap harga yang

akan diberikan kepada konsumen. Kemudian dalam menjaga dan

mempertahankan kualitas pelayanan, perusahaan masih kurang optimal misalnya

dalam hal merespon permintaan konsumen yang langsung menghubungi pemilik

perusahaan untuk melakukan pemesanan barang.

Menurut pemilik perusahaan, ia sangat memegang teguh komitmen yang

ia terapkan diperusahaan untuk setiap konsumen, dan sang pemilik percaya

dengan kualitas produk dan pelayanan yang baik akan memuaskan para

konsumennya serta adanya interaksi antara perusahaan dan konsumen akan

tercipta kualitas hubungan yang baik untuk kerja sama jangka panjang.

Maka dari itu, dengan permintaan yang beraneka ragam serta menghadapi

setiap konsumen yang berbeda selain kualitas produk dan pelayanan, perusahaan

juga memperhatikan pemberian harga yang semakin dipress oleh konsumen

namun tetap menjaga hubungan yang baik serta berusaha memberikan ketepatan

waktu dalam produksi dan pengiriman barang ke konsumen.

Karena hal inilah maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “ ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS

PELAYANAN, WAKTU DAN HARGA TERHADAP RELATIONSHIP

QUALITY : STUDI PADA PRODUK TAS PT GARMINDO CO.”

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dalam kaitannya dengan latar belakang yang telah penulis paparkan

diatas, maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yang ada

yaitu :

a. Kualitas Produk yang diinginkan setiap konsumen PT Garmindo Co

berbeda-beda.

b. Kualitas Pelayanan yang diberikan PT Garmindo Co sedikit kurang

optimal .

c. Harga yang diberikan PT Garmindo Co terkadang dipress oleh

konsumen.

d. PT Garmindo Co masih terkendala oleh deadline waktu yang sangat

mendesak.

e. Adanya Interaksi yang dilakukan oleh PT Garmindo Co diinginkan

oleh konsumennya .

f. Relationship Quality yang diwujudkan oleh PT Garmindo Co.

2. Pembatasan Masalah

a. Peneliti hanya membatasi tentang permasalahan mengenai pengaruh

kualitas produk dan pelayanan, harga, ketepatan waktu terhadap

Relationship Quality pada produk PT Garmindo Co.

b. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang pernah membeli

dan menggunakan produk PT Garmindo Co.

Page 64: 936-1948-1-SM

57

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap kualitas

hubungan PT Garmindo Co?

2. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kualitas

hubungan PT Garmindo Co?

3. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap kualitas hubungan PT Garmindo

Co?

4. Apakah interaksi akan berpengaruh terhadap kualitas hubungan PT

Garmindo Co?

5. Apakah terdapat pengaruh ketepatan waktu terhadap kualitas hubungan

PT Garmindo Co?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk

terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan

terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh harga terhadap kualitas

hubungan PT Garmindo Co.

4. Untuk mengetahui apakah interaksi berpengaruh terhadap kualitas

hubungan PT Garmindo Co.

5. Untuk mengetahui apakah ketepatan waktu mempengaruhi kualitas

hubungan PT Garmindo Co.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah referensi dibidang

karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.

b. Penelitian ini mungkin merupakan latihan dan pembelajaran dalam

menerapkan teori yang diperoleh sehingga menambah pengetahuan,

pengalaman dan dokumentasi ilmiah.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan informasi serta gambaran untuk dijadikan bahan

pertimbangan mengenai kualitas pelayanan yang diharapkan oleh

pelanggan atau konsumen sehingga mereka puas terhadap pelayanan

yang diberikan perusahaan.

b. Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan langsung dengan penelitian ini.

Page 65: 936-1948-1-SM

58

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kualitas Dewasa ini konsep kualitas telah menjadi faktor yang sangat dominan

terhadap keberhasilan suatu perusaaan. Kualitas menjadi pedoman utama

dalam pengembangan dan keberhasilan implementasi program-program

manajerial untuk mewujudkan tujuan-tujuan bisnis yang utama. Pertanyaan

mengenai “apakah produk atau jasa memenuhi atau bahkan melebihi

harapan pelanggan ?” merupakan aspek yang penting dalam kualitas. Konsep

kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu

produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian.

“Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas

kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi

persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetap”.2

Secara sederhana pengertian kualitas pelayanan dapat dinyatakan sebagai

perbandingan antara pelayanan yang diharapkan konsumen dengan pelayanan

yang diterimanya.3Kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk

tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai

ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan

produsen saat mengeluarkan suatu

“Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan”4.

“Kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu

produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan yang telah ditentukan atau yang bersifat laten.”5

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka pengertian kualitas dapat

diartikan bahwa “suatu hal yang dapat menerjemahkan tuntutan dan

kebutuhan pasar konsumen dalam suatu proses manajemen produksi barang

atau jasa secara terus menerus sehingga dapat memenuhi selera dan kebutuhan

pasar yang diinginkan konsumen.”

1. Kualitas Produk

Sekarang ini banyak perusahaan yang mengubah kualitas yang ditentukan

oleh pelanggan menjadi senjata strategis yang ampuh. Mereka

menciptakan kepuasan dan nilai bagi pelanggan secara konsisten dan

secara menguntungkan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan

akan kualitas. Hanya perusahaan yang mempunyai kualitas terbaik yang

akan berhasil.

2 Total Quality Management-Fandy Tjiptono & Anastasia Diana-Penerbit Andi)

3 (Parasuraman, Zeithami, dan Berry, 1988:240)

4 Goetsch & Davis 1994

5 Avilianti dan Wildfridus Elu,1997,Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui

Kualitas Pelayanan, Usahawan No.05 Tahun XXVI,Mei

Page 66: 936-1948-1-SM

59

Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu

standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk

yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga

konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang

bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang

ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga

penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar

memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga

yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan

pembelian terhadap produk.

Menurut Kotler and Amstrong arti dari kualitas produk adalah “the

ability of a product to perform its functions, it includes the product’s

overall durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and

other valued attributes” yang artinya kemampuan sebuah produk dalam

memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas,

reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga

atribut produk lainnya.6

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas

produk adalah keseluruhan barang dan jasa yang berkaitan dengan

keinginan konsumen yang secara keunggulan produk sudah layak

diperjualkan sesuai harapan dari pelanggan.

Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain

kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran

produk, dan lain-lain.7

Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu

produk, hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas

produk dengan segala spesifikasinya sehingga dapat menarik minat

konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut.

Berdasarkan bahasan di atas dapat dikatakan bahwa kualitas yang

diberikan suatu produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian

konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

2. Kualitas Pelayanan Dalam upaya memuaskan konsumen , perusahaan jasa berusaha untuk

memberikan pelayanan terbaik. Persaingan yang ketat dalam memperoleh

konsumen ataupun mempertahankan konsumen tidak dapat dihindari

ditambah dengan masyarakat yang semakin jeli dan pintar dalam membeli

suatu barang atau jasa dengan kuaklitas terbaik membuat perusahaan

melakukan beberapa strategi dan faktor pendukung lainnya untuk

memenuhi kualitas pelayanan untuk mencapai kepuasan pelanggan.

Menurut J.Paul Peter,dkk pelayanan didefiniskan sebagai “perilaku

penjual kepada pembeli dengan memberikan kepuasan kepada konsumen

agar konsumen merasa dihargai dan mendapatkan barang atau jasa sesuai

6 Kotler dan Gary Amstrong, 2008

7 Zeithalm, dalam Kotler,2009

Page 67: 936-1948-1-SM

60

dengan keinginannya”. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa

yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan,

hubungan, kemampuan dan keramahan yang ditujukan melalui sikap dan

sifat dalam memberikan pelayanan untuk keputusan pembelian. Pelayanan

dapat diartikan sebagai tindakan yang harus dilakukan dengan baik

didalam memenuhi kebutuhan maupun keinginan konsumen setiap saat

dan setiap waktu tanpa mementingkan ego dari si pemberi layanan.8

Kualitas pelayanan diartikan sebagai tingkat keunggulan yang

diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk

memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas pelayanan bukanlah dilihat dari

sudut pandang pihak penyelenggara atau penyedia layanan, melainkan

berdasarkan persepsi masyarakat (pelanggan) penerima layanan.

Pelangganlah yang mengkonsumsi dan merasakan pelayanan yang

diberikan, sehingga merekalah yang seharusnya menilai dan menentukan

kualitas pelayanan.9

Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan itu sesuai dengan

apa yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan

memuaskan. Jika pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan,

maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.

Sebaliknya jika pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang

diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. Dengan

demikian baik buruknya kualitas pelayanan tergantung kepada

kemampuan penyedia layanan dalam memenuhi harapan masyarakat (para

penerima layanan) secara konsisten.

Dengan demikian baik tidaknya kualitas layanan bukanlah

berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa/layanan melainkan

berdasarkan pada persepsi konsumen. Menurut Supranto untuk

mengetahui kinerja pelayanan, konsumen dapat mengukur tingkat kualitas

pelayanan dengan memperhatikan beberapa indikator-indikator sebagai

berikut :10

1. Bukti fisik (tangibles) yaitu bukti fisik dari jasa yang menunjang

penyampaian dan pemberian pelayanan;

2. Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan untuk menerikan pelayanan

yang dapat dijanjikan secara tepat dan akumulatif sesuaidengan

profesinya;

3. Daya tanggap (responsive) yaitu keinginan untuk membantu para

konsumen dan memberikan pelayanan sebaik mungkin;

4. Jaminan (assurance) yaitu pengetahuan dan sopan santunn para

karyawan serta kemampuan menumbuhkan rasa percaya bagi

konsumen;

8 J.Paul Peter,Jery C.Olson.Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid

II.Edisi IV,Erlangga,Jakarta 9 Wyckof (dalam Tjiptono, 1996:59)

10 Supranto, Johanes, 1997, Pengukuran Tingkat kepuasan Pelanggan untuk

menaikan Pangsa Pasar, Rineka Cipta, Jakarta.

Page 68: 936-1948-1-SM

61

5. Empati (emphaty) yaitu penjiwaan atau perhatian yang terfokus

diberikan kepada konsumen.

Dari definisi-definisi tentang kualitas pelayanan tersebut dapat

diambil kesimpulan bahwa kualitas pelayanan adalah segala bentuk

aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan

konsumen. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service

yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan,

hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap

dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen.

3. Waktu

Waktu adalah bagian dari sistem pengukuran yang digunakan

untuk acara urutan, untuk membandingkan jangka waktu kejadian dan

untuk mengukur tingkat perubahan seperti gerakan obyek.11

Waktu

menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam memutuskan suatu

pembelian sehingga memungkinkan konsumen merasa puas akan barang

atau jasa yang digunakan karena dapat memenuhi kebutuhan sesuai waktu

yang diinginkan serta dalam sebuah perusahaan ketepatan waktu menjadi

faktor penting dalam suatu pembelian barang atau jasa karena akan

mempengaruhi kegiatan aktivitas perusahaan.

4. Harga

Harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan

untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu

barang atau jasa. Harga merupakan salah satu faktor penting dalam

menentukan pangsa pasar dan keuntungan suatu perusahaan. Harga juga

menjadi salah faktor dalam menentukan atau mempengaruhi pilihan para

pembeli.

Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu

perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang

akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang

maupun jasa.12

Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan merek

yang berkaitan dengan keputusan membeli konsumen. Ketika memilih

diantara merek-merek yang ada konsumen akan mengevaluasi harga

secara tidak absolut akan tetapi dengan membandingkan beberapa standar

harga sebagai referensi untuk melakukan transaksi pembelian.

B. Kualitas Hubungan ( Relationship Quality )

Relationship Quality atau konsep kualitas hubungan dapat dinyatakan

sebagai multidimensi meta konstruksi yang mencerminkan sifat keseluruhan

dari hubungan antara perusahaan dan konsumen dan sebagai syarat untuk

11

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2174582-pengertian-

waktu/#ixzz2rF8lkr7d 12

http://www.bny.web.id/media diakses 8 Juli 2009

Page 69: 936-1948-1-SM

62

hubungan jangka panjang dan retensi pelanggan 13

untuk pembentukan kualitas

dalam hubungan pelanggan yang sedang berlangsung.

Kualitas hubungan mengacu pada persepsi pelanggan tentang seberapa baik

hubungan keseluruhan memenuhi harapan, prediksi, tujuan, dan keinginan

pelanggan. Gummesson mengidentifikasi dua dimensi kualitas hubungan

dalam layanan bertatap muka, yang didefinisikan sebagai hubungan

profesional dan hubungan sosial. Kualitas hubungan telah dilihat sebagai

konstruksi tatanan yang lebih tinggi terdiri dari setidaknya tiga dimensi:14

(1) kepercayaan

(2) kepuasan

(3 ) komitmen

Relationship quality didefinisikan sebagai sebuah konsep yang terdiri dari

berbagai pengaruh positif yang ditimbulkan oleh suatu hubungan yang

mencerminkan keseluruhan hubungan dan luasnya hubungan kepada pihak

yang dipenuhi kebutuhan dan harapannya, berkaitan dengan hal-hal yang

mencakup kepercayaan (trust), komitmen dan kesinambungan hubungan di

masa mendatang. Kualitas hubungan yang baik akan menurunkan level

konflik dan sebaliknya memperbesar kepercayaan, komitmen, berlanjutnya

hubungan jangka panjang.

Tujuan Perusahaan

Produk

Nilai Produk bagi

Pelanggan

Tingkat Kepuasan

Pelanggan

Harapan Pelanggan

Kebutuhan dan

Keinginan

Pelanggan

Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan

Sumber: Tjiptono (2008)

1. Kepercayaan Konsumen

13

Hennig-Thurau, T. and Klee, A. (1997), „„The impact of customer satisfaction

and relationship quality and customer retention: a critical reassessment and

model development‟‟, Psychology and Marketing, Vol. 14 No. 8, pp. 737-64 14

Gummesson, E. (1998), „„Implementation requires a relationship marketing

paradigm‟‟, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 26 No. 3

Page 70: 936-1948-1-SM

63

Banyak ahli yang telah mendefinsikan pengertian trust (kepercayaan).

Dalam konteks busines to business marketing, definisi kepercayaan

sebagai berikut: Trust as a belief that another company will perform

actions that will result in positive outcomes for the firm while not taking

actions that would result in negative outcomes. Berdasarkan definisi di

atas kepercayaan merupakan keyakinan suatu perusahaan terhadap

perusahaan lainnya bahwa perusahaan lain tersebut akan memberikan

outcome yang positif bagi perusahaan.15

Kepercayaan (trust) merupakan faktor paling krusial dalam setiap relasi,

sekaligus berpengaruh pada komitmen. Trust bisa diartikan sebagai

kesediaan untuk mengandalkan kemampuan, integritas dan motivasi pihak

lain untuk bertindak dalam rangka memuaskan kebutuhan dan kepentingan

seseorang sebagaimana disepakati bersama secara implisit maupun

eksplisit.16

Kepercayaan merupakan faktor penting dalam menjalin hubungan secara

timbal balik serta peranan kualitas pelayanan dan keterikatan pelangganlah

yang menimbulkan adanya kepercayaan. Dengan demikian, kepercayaan

dapat ditinjau sebagai komponen yang berharga dalam setiap keberhasilan

menjalin hubungan dan berfungsi sebagai upaya untuk mengurangi resiko

serta membangun hubungan jangka panjang dan meningkatkan komitmen

.17

2. Komitmen

Komitmen dalam membangun suatu kualitas hubungan dalam konteks

busines to business marketing adalah sebuah janji implisit dan eksplisit

atau kontinuitas relasional antara mitra kerja. Komitmen hubungan

merupakan keinginan abadi untuk menjaga hubungan dan saling

menghargai diantara mitra kerja. Komitmen juga merupakan pusat dari

pemasaran hubungan.

Konsumen merasakan sejumlah perasaan terhadap komitmennya pada

hubungan yang telah tercipta dengan para penyedia jasa (service

provider). Bentuk komitmen konsumen dibedakan atas continuance,

affective dan normative commitment. Continuance commitment dalam

hubungan pemasaran adalah komitmen yang timbul karena konsumen

terikat pada suatu perusahaan dan akan membutuhkan biaya dan waktu

apabila ia pindah ke perusahaan lain. Sedangkan yang dimaksud dengan

komitmen yang normatif (normative commitment) adalah komitmen yang

timbul karena konsumen merasa bahwa ia wajib menjalankan suatu usaha

bisnis dengan perusahaan tertentu. Affective commitment merupakan

komitmen yang muncul, karena masing-masing pihak yang berhubungan

merasa yakin bahwa di antara mereka terdapat nilai-nilai yang sejalan dan

15

Anderson dan Narus,1990 (dalam Rusdin, 2007) 16

Sheth dan Mittal (dalam Ciptono,2002) 17

http://sriwijayanti.wordpress.com/kepercayaan-trust/

Page 71: 936-1948-1-SM

64

timbulnya komitmen ini berdasarkan kesepakatan bahwa hubungan yang

saling menguntungkan ini perlu dilanjutkan.18

C. Interaksi

Interaksi menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan dalam

terwujudnya kepuasan konsumen, konsumen akan lebih merasa puas dan

dihargai jika produsen dapat melayani langsung kebutuhan yang diinginkan

oleh konsumen secara langsung dan mau ikut berperan dalam proses produksi

hingga pengiriman barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen.

Interaksi antara karyawan dengan pelanggan akan membangun hubungan yang

lebih kuat dengan pelanggan dan masyarakat. Interaksi adalah hal yang timbul

akibat adanya hubungan yang baik antara karyawan dengan pelanggan.

Melalui ikatan ini perusahaan berusaha memuaskan pelanggan dan selalu

melakukan yang terbaik demi kepentingan pelanggan dan masyarakat untuk

jangka panjang. Interaksi merupakan suatu kebutuhan memberi dan menerima

suatu perhatian dari dan untuk pelanggan dan masyarakat. Kebutuhan ini

antara lain hubungan antara pelanggan dengan penjual, hubungan antara

karyawan dengan masyarakat sekitar. 19

D. Kerangka Penelitian Kerangka berpikir dapat diartikan sebagai pandangan, atau model, atau pola

pikir yang dapat dijabarkan sebagai variabel dan pengaruhnya terhadap

variabel lain, sehingga akan mudah dalam merumuskan masalah penelitian,

perumusan teori yang relevan, rumusan yang diajukan, tehnis analisis yang

digunakan, serta kesimpulan yang diharapkan.

Pada penelitian ini penulis mencoba menguraikan kerangka pemikiran

penelitian, sebagai berikut :

1. Kualitas produk sangat menentukan dalam meningkatkan kualitas

hubungan dalam suatu organisasi.

2. Kualitas peayanan yang baik akan menentukan kualitas hubungan jangka

panjang dalam suatu jalinan mitra kerja.

3. Interaksi yang terjalin dengan baik akan mempengaruhi kualitas hubungan

dengan para mitra kerja.

4. Jika kualitas produk, kualitas pelayanan, ketepatan waktu dan harga yang

kompetitif secara bersamaan dilakukan secara maksimal dan

dipertahanakan maka akan berpengaruh pada kualitas hubungan.

5. Hasil dari penelitian, akan kami berikan kepada perusahaan PT Garmindo

Co sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan para

konsumennya.

Dari uraian di atas, maka dapat digambarkan kerangka berpikir tersebut

sebagai berikut :

18

(Fullerton dan Taylor, 2000, p.7). 19

http://id.wikipedia.org/wiki/interaksi

Page 72: 936-1948-1-SM

65

Kerangka Pikir Penulis

Sumber : Diolah sendiri

Gambar 2.3 Bagan Kerangka PikiR

E. Hipotesis

Pengertian hipotesis menurut Sugiyono adalah jawaban sementara terhadap

rumusan penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pernyataan.20

Hipotesis merupakan dugaan sementara

yang mungkin benar dan mungkin salah, sehingga dapat dianggap atau

dipandang sebagai konsklusi atau kesimpulan yang sifatnya sementara,

sedangkan penolakan atau penerimaan suatu hipotesis tersebut tergantung dari

hasil penellitian terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan, kemudian diambul

suatu kesimpulan.

Berikut ini adalah model penelitian agar mempermudah untuk menjelaskan

metode penelitian yang penulis buat :

20

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2012, hal 64

Page 73: 936-1948-1-SM

66

Gambar 2.4 Model Hipotesis

Kualitas hubungan menurut Thurau dan Klee adalah tingkat kesesuaian dalam

memenuhi kebutuhan pelanggan yang terkait dengan produk dan kualitas

produk secara keseluruhan. Sebuah produk yang memenuhi kebutuhan

pelanggan adalah produk yang memiliki kualitas yang tinggi. Kepercayaan

akan kualitas produk ini menjadi sangat penting peranannya dalam membina

hubungan, terutama pada usaha jasa yang penuh ketidakpastian, resiko, dan

kurangnya informasi diantara pihak-pihak yang saling berhubungan. Hal ini

yang menyebabkan konsumen menginginkan kepercayaan dan komitmen

penuh terhadap penyedia jasa.21

Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kualitas produk yang tinggi akan mempengaruhi pembinaan

kualitas hubungan dengan pelanggan.

Lovelock dalam Sharma dan Patterson, kualitas pelayanan merupakan suatu

perbedaan antara harapan dan persepsi konsumen terhadap kinerja pelayanan

yang mereka terima. Kualitas pelayanan berhubungan dengan hasil aktual

yang dipersepsikan dalam pelanggan. Dalam hal ini kualitas pelayanan

mengacu kepada kompetensi dari suatu perusahaan dalam mencapai tujuan

yang diharapkan dari konsumen. Tujuan tersebut dapat dijadikan sebagai

sebuah pembentukan kualitas hubungan antara perusahaan dengan

konsumen.22

Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

H2a : Kualitas pelayanan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan

kualitas hubungan.

21

http://jurnal.umk.ac.id/index.php/JAM/article/view/3/3 22

http://eprints.uns.ac.id/7978/1/144271308201009301.pdf

Page 74: 936-1948-1-SM

67

Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui melalui interaksi

penyedia dan pengguna jasa selama dan sesudah transaksi berlangsung.

Mengukur dan mendefinisikan kualitas pelayanan lebih sulit dibandingkan

kualitas suatu barang karena sifat dari jasa yang tidak berwujud (intangible).

Dalam pemasaran, kualitas pelayanan dan interaksi didalamnya sangat penting

karena konsumen tidak akan membeli produk itu lagi apabila konsumen

berpendapat bahwa kualitas yang diberikan tidak baik. Dengan memberikan

kualitas pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan dan akan terciptanya

kualitas hubungan yang baik kepada pelanggan.23

Berdasarkan pemikiran

dasar tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2b : Kualitas pelayanan yang disertai interaksi akan menciptakan

kualitas hubungan yang baik kepada pelanggan.

Waktu menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam memutuskan suatu

pembelian sehingga memungkinkan konsumen merasa puas akan barang atau

jasa yang digunakan karena dapat memenuhi kebutuhan sesuai waktu yang

diinginkan serta dalam sebuah perusahaan ketepatan waktu menjadi faktor

penting dalam suatu pembelian barang atau jasa karena akan mempengaruhi

kegiatan aktivitas perusahaan. Parasuraman, Zethaml, dan Barry

mengemukakan bahwa konsumen mengidentifikasi ketepatan waktu sebagai

suatu bagian integral dari evaluasi peningkatan kualitas hubungan. 24

. Semakin

tepat waktu semakin berpengaruh terhadap kualias hubungan yang baik.

Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka dapat dirimuskan hipotesis

sebagai berikut :

H3 : Semakin tepat waktu maka kualitas hubungan akan semakin

baik.

Harga adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum permintaan ( the

law of demand ), besar kecilnya harga mempengaruhi kuantitas produk yang

dibeli konsumen. Semakin mahal harga, semakin sedikit permintaan produk yang

bersangkutan dan sebaliknya. Harga mempengaruhi citra, kualitas hubungan dan

strategi positioning dalam pemasaran jasa prestisius yang mengutamakan ciri

kualitas, harga menjadi unsur penting. Konsumen cenderung mengasosiasikan

harga dengan tingkat kualitas jasa.25

Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H4 : Harga mempengaruhi kualitas hubungan dengan pelanggan.

23

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37397/4/Chapter%20II.pdf 24

http://eprints.lib.ui.ac.id/1482/1/108868-T%2020275-Analisis%20pengaruh.pdf 25

Chandra, 2002 dalam F.Tjiptono 2006

Page 75: 936-1948-1-SM

68

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Validitas

Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana point

pertanyaan yang ada pada lembar kuesioner dapat digunakan untuk

memperoleh data yang akurat dalam penelitian. Pertanyaan yang diuji

adalah sebanyak 52 pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Hasil

uji validitas dilihat dikatakan valid jika nilai KMO (Kaiser Mesyer Olkin)

dan MSA (Maesure Sampling Adequacy) diatas 0,5 (> 0,5).

Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas

No. Variabel No. Pertanyaan KMO MSA Keterangan

1 Kualitas Produk ( X1 ) 1

2

3

4

5

.596

.596

.596

.596

.596

.453

.515

.726

.547

.605

Tidak Valid ,

karena nilai

MSA <0,5 .

Valid

Valid

Valid

Valid

2

No.

Kualitas Pelayanan ( X2 )

Tangibles

Assurance

Variabel

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

No. Pertanyaan

.683

.683

.683

.683

.683

.683

.820

.820

.820

.820

KMO

.531

.579

.761

.774

.737

.658

.784

.825

.880

.792

MSA

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Keterangan

Realibility

Responsive

Emphaty

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

.820

.820

.627

.627

.627

.729

.729

.729

.729

.590

.590

.590

.590

.851

.817

.745

.600

.601

.828

.824

.672

.692

.584

.568

.593

.629

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

3 Harga ( X4 ) 29

30

31

.716

.716

.716

.695

.819

.641

Valid

Valid

Valid

Page 76: 936-1948-1-SM

69

32

33

34

.716

.716

.716

.713

.709

.722

Valid

Valid

Valid

4 Waktu ( X3 ) 35

36

37

.701

.701

.701

.712

.680

.712

Valid

Valid

Valid

5 Interaksi ( X5 ) 38

39

40

41

42

.789

.789

.789

.789

.789

.754

.813

.789

.754

.827

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

6 Relationship Quality ( X6 ) 43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

.836

.836

.836

.836

.836

.836

.836

.836

.836

.836

.812

.887

.783

.738

.901

.842

.878

.819

.779

.911

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Sumber : Data Primer yang diolah SPSS 20.0 Uji Validitas

Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan konsistensi alat

ukur yang digunakan atau sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan.

Hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel jika hasil perhitungan memiliki koefisien

keandalan (reliabilitas) sebesar Cronbach Alpha > 0,5.

Tabel 5.1 Hasil Uji Reliabelitas

No. Variabel Cronbach Alpha Keterangan

1 Kualitas Produk ( X1 ) .810 Reliabel

2 Kualitas Pelayanan ( X2 )

Tangibles

Assurance

Realibility

Responsive

Emphaty

.742

.834

.668

.765

.705

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

3 Waktu ( X3 ) .779 Reliabel

4 Harga ( X4 ) .856 Reliabel

5 Interaksi ( X5 ) .850 Reliabel

6 Relationship Quality ( X6 ) .915 Reliabel

Sumber : Data Primer yang diolah SPSS 20.0 Uji Reliabilitas

Page 77: 936-1948-1-SM

70

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-masing

variabel memiliki koefisien keandalan (reliabilitas) lebih besar dari 0,5

sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini

reliabel.

Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara

variabel independent yaitu kualitasproduk (X1), kualitas pelayanan(X2), Waktu

(X3), Harga (X4) , dan Interaksi ( X5 )terhadap variabel dependent yaitu

relationship quality. Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS versi 20.0.

Tabel 5.3 Tabel Olahan Regresi

Coefficientsa

Model Sig

1 ( constant ) .602

2 Kualitas Pelayanan .037

3 SQxInteraksi .413

4 Kualitas Produk .502

5 Harga .000

6 Waktu .545

Sumber : Data Primer yang diolah SPSS 20.0

Dari hasil tersebut didapatlah persamaan regresi sebagai berikut :

Y = -0,042+ 0,399 X1+0,052 X2 - 0,058 X3 + 0,544 X4+ 0,068X5+e

Keterangan :

Y = Relationship Quality

a = constanta

b = Koefisien

X1 = Variabel Kualitas Pelayanan

X2 = Variabel SQxInteraksi

X3 = Variabel Kualitas Produk

X4 = Variabel Harga

X5 = Variabel Waktu

e = error disturbances

Persamaan di atas mempunyai arti sebagai berikut :

1. Nilai konstanta (a) adalah -0,042 yang artinya jika kualitas produk, harga,

waktu dan kualitas pelayanan bernilai nol (0), maka relationship quality

bernilai -0,042.

2. Nilai koefisien regresi berganda variabel kualitas pelayanan bernilai positif

yaitu 0,399 yang artinya, setiap peningkatan variabel kualitas pelayanan

sebesar satu satuan akan meningkatkan relationship quality sebesar 0,399

dengan asumsi variabel lain bernilai tetap.

3. Nilai koefisien regresi berganda variabel harga bernilai positif yaitu 0,544

yang artinya, setiap terjadi peningkatan variabel harga sebesar satu satuan

akan meningkatkan relationship quality sebesar 0,544 dengan asumsi

variabel lain bernilai tetap.

Page 78: 936-1948-1-SM

71

1. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

(kualitas produk, kualitas pelayanan , waktu, harga, dan interaksi)

mempengaruhi variabel dependen relationship quality secara sendiri-

sendiri.

a. Variabel kualitas produk (X1) memiliki nilai signifikansi 0,502

yang berarti > 0,05. Kesimpulannya, variabel kualitas produk tidak

secara sendiri-sendiri berpengaruh signifikan terhadap relationship

quality.

b. Variabel kualitas pelayanan (X2) memiliki nilai signifikansi 0,037

yang berarti < 0,05. Kesimpulannya, variabel kualitas pelayanan

secara sendiri-sendiri berpengaruh terhadap relationship quality.

Dapat diartikan bahwa pelayanan yang diberikan PT Garmindo Co

kepada konsumennya sudah baik sehingga berpengaruh terhadap

keinginan membeli konsumen karena konsumen sudah merasa

puas dan percaya kepada PT Garmindo Co.

c. Variabel Harga (X3) memiliki nilai signifikan 0,000 yang berarti <

0,05. Kesimpulannya, variabel harga secara sendiri-sendiri

berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. Dapat

diartikan bahwa harga tas PT Garmindo Co dapat bersaing dengan

baik karena dikerjakan oleh tukang jahit sendiri maka para

konsumen ingin membeli produk tas PT Garmindo Co.

d. Variabel Waktu (X4) memiliki nilai signifikansi 0,545 yang berarti

> 0,05. Kesimpulannya, variabel waktu tidak berpengaruh terhadap

relationship quality. Dapat diartikan bahwa ketepatan waktu dari

PT Garmindo Co masih kurang optimal sehingga tidak

berpengaruh terhadap keinginan membeli konsumen dan tidak

terjalin hubungan yang baik terhadap PT Garmindo Co.

e. Variabel SQxInteraksi ( X2 ) memiliki nilai signifikansi 0,413

yang berarti > 0,05. Kesimpulannya, variabel SQxInteraksi tidak

secara sendiri–sendiri berpengaruh signifikan terhadap relationship

quality. Dapat diartikan bahwa tidak semua konsumen akan

menjalin hubungan baik kepada perusahaan walaupun adanya

interaksi antara konsumen dan perusahaan sehingga interaksi tidak

berpengaruh signifikan terhadap relationship quality.

Dari hasil pengolahan regresi dapat disimpulkan bahwa reponden pada

penelitian ini merupakan konsumen yang fanatik terhadap produk PT

Garmindo Co karena variabel kualitas pelayanan dan variabel harga

berpengaruh terhadap relationship quality.

Pembahasan Data

Berdasarkan dari hasil analisis di atas, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai

berikut :

Page 79: 936-1948-1-SM

72

1. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Relationship Quality

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel kualitas produk (X1) secara

individu tidak berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. Hal ini

ditunjukkan oleh variabel distribusi(X3) yang memiliki nilai signifikansi

0,502 yang berarti >0,05. Karena kualitas produk yang baik belum bisa

membuat konsumen menjalin hubungan baik terhadap perusahaan.

2. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Relationship Quality

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel kualitas pelayanan (X2)

secara sendiri berpengaru signifikan terhadap relationship quality. Hal ini

ditunjukkan oleh variabel kualitas pelayanan (X1) yang memiliki nilai

signifikansi 0,037 yang berarti < 0,05. Karena dengan pelayanan yang baik

dan pelayanan yang memuaskan maka konsumen merasa dihargai dan puas

serta percaya sehingga terjalin hubungan yang baik antara konsumen dan

perusahaan.

3. Pengaruh Waktu Terhadap Relationship Quality Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel waktu (X3) secara individu

tidak berpengaruh terhadap relationship quality. Hal ini ditunjukkan oleh

variabel waktu (X3) yang memiliki nilai signifikansi 0,545 yang berarti >

0,05. Karena PT Garmindo masih mengalami kendala dalam waktu proses

produksi yang mempengaruhi waktu pengiriman, sehingga keterlambatan

pengiriman masih belum bisa dihindari.

4. Pengaruh Harga Terhadap Relationship Quality

Variabel harga (X4) memiliki nilai signifikan 0,000 yang berarti < 0,05.

Kesimpulannya, variabel harga secara sendiri-sendiri ( individu )

berpengaruh positif dan signifikan terhadap relationship quality. Dapat

diartikan bahwa harga tas PT Garmindo dapat bersaing dan masih lebih

kompetitif dari perusahaan garmen lainnya. Harga murah yang diberikan oleh

perusahaan akan membuat konsumen tetap membeli barang pada perusahaan

tersebut dan akan tetap terjalin hubungan yang baik antara konsumen dan

perusahaan.

5. Pengaruh Interaksi Terhadap Relationship Quality

Karena nilai probabilitas > 0,05 yaitu 0,413 maka hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel interaksi (X5) secara individu tidak

berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. Interaksi ternyata

tidak selalu mempengaruhi hubungan antara konsumen dan perusahaan,

karena ada sebagian konsumen yang membatasi jarak antara konsumen dan

perusahaan sebatas hubungan pekerjaan.

Page 80: 936-1948-1-SM

73

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa variabel kualitas

pelayanan dan variabel harga yang secara signifikan mempengaruhi Relationship

Quality karena jika kualitas pelayanan baik maka hubungan yang baik akan

terjalin dan jika harga murah dan sesuai maka hubungan akan terjalin antara

perusahaan dengan konsumennya dan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas produk tidak

signifikan mempengaruhi relationship quality PT Garmindo Co.

2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan

mempengaruhi relationship quality PT Garmindo Co.

3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel waktu tidak mempengaruhi

relationship quality PT Garmindo Co.

4. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga mempengaruhi

relationship quality PT Garmindo Co.

5. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa variabel interaksi tidak signifikan

mempengaruhi relationship quality PT Garmindo Co.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis ingin memberikan

saran berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut :

1. Jika dilihat dari hasil penelitian, disarankan bagi PT Garmindo Co harus

mampu mempertahankan kualitas produknya agar tetap baik, serta harus

mempertahankan citra perusahaannya supaya tetap baik agar para pelanggan

tetap memiliki keinginan untuk membeli produk tas dari PT Garmindo Co.

Dari sisi ketepatan waktu, PT Garmindo Co harus membuat mekanisme kerja

yang lebih efisien agar produksi tas PT Garmindo Co dapat tepat waktu

diterima oleh konsumen.

2. Perlu diadakan penelitian ulang pada waktu mendatang setelah perusahaan

melakukan perubahan – perubahan kebijakan mengenai strategi pemasaran.

Saran ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih lanjut teori-teori yang berkaitan

dengan variabel yang mempengaruhi relationship quality.

3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih menyeluruh, tidak hanya berdasarkan

mengenai kualitas produk, kualitas pelayanan, waktu, harga, interaksi serta

relationship quality, karena masih ada variabel lain yang dapat mempengaruhi

dan dapat meningkatkan relationship quality.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik.

Jakarta : PT Rineka Cipta

Avilianti dan Wildfridus Elu, Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui Kualitas

Pelayanan, Usahawan No.05 Tahun XXVI, Mei 1997.

Page 81: 936-1948-1-SM

74

Azwar, Saifuddin, Reliabilitas dan Validitas (Edisi Ketiga), Pustaka Pelajar

Offset, Yogyakarta, 1997.

Crosby, L.A., Evans, K.R. and Cowles, D. Relationship Quality in Services

Selling : an Interpersonal Influence Perspective, Journal of Marketing,

Vol.54 No.3, 1990.

Fullerton , G., and Taylor,S. Service Quality and Satisfaction with Service

Reasearch. 2000.

Garvin, D.A. Managing Quality, The Free Press, New York. 1998.

Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Edisi

Kedua), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2001.

Ghozali, Imam. Model Persamaan Struktural, Penerbit Universitas Diponegoro,

Semarang, 2004.

Goetsch, D.L. and S, Davis. Introduction to Qualty, Productivity,

Competitivenessm, Englewood. Clifs, N.J.: Prentice Hall International,

Inc.1994.

Gummeson, E. Implementation Requires a Relationship Marketing Paradigm,

Journal of The Academy of marketing Science, Vol.26 No.3, 1998.

H. Djaslim Saladin, “Manajemen Pemasaran”, Salemba Empat, Jakarta, 2003.

Hasyim, Dr. SE, MM, M.Ed dan Rina Anindita,SE, MM, Metode Penelitian

untuk Pemasaran, 2009.

Hasyim, Dr. SE, MM, M.Ed dan Rina Anindita,SE, MM, Prinsip-prinsip Dasar

Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta,UIEU-University Press, 2009.

Hellier, P.K., Geursen, G.M., Carr, R.A. and Rickard, J.SA., Customer

Repurchase Intention a General Structural Equation Model, European

Journal of Marketing, Vol.37 No 11/12, 2003.

Hennig – Thurau, T and Klee, A. The Impact of Customer Satisfaction and

Realtionship Quality and Customer Retention :a Critical Reassessment

and Model Development, Psychology and Marketing, Vol.14 No.8,

1997.

Hicks, J.M., Page Jr, T.J., Behe, B.K, Dennis, J.H.,Fernandez, R. And Thomas.

Delighted Consumers Buy Again, Journal of Consumer Satisfaction,

Dissatisfaction and Complaining Behaviour, Vol.18, 2005.

Ibrahim, Buddy. TQM Panduan untuk Menghadapi Pasar Global, Djambatan,

Jakarta, 1997.

J.Paul Peter, Jery C.Olson. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid

II.Edisi IV, Erlangga, Jakarta.

Kotler, Phillip. Management Marketing ( 6th

Edition ). Prentice Hall inc

publishing, New Jersey, 2002.

Kotler, Phillip dan Armstrong, Gary . Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid I.

Erlangga, Jakarta, 2008.

Kotler, Phillip dan Kevin Lane Keller . Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid I.

Erlangga, Jakarta, 2008.

Parasuraman, A., Zeithaml, V.A., and Berry, L.L. A Multiple Item Scale for

Measuring Consumer Perceptions of Service Quality. 1988.

Rusdin. Teori, Masalah, dan Kebijakan dalam Praktik, Alfabeta, Bandung, 2007.

Page 82: 936-1948-1-SM

75

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedua. CV Alfa Beta, Bandung,

2000

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta,

Bandung, 2012.

Supranto, Johanes. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikan

Pangsa Pasar, Rineka Cipta, Jakarta, 1997.

Sutrisno Hadi, Meteologi Research, Yogyakarta : Andi Offset, cet. Ke-23, 1994.

Thamrin Abdullah, Prof. Dr. MM, M,Pd dan Francis Tantri, Dr. SE.,MM.

Manajemen Pemasaran, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia. Total Quality Management, Andi,

Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran, Andi-Offset, Yogyakarta, 1996.

Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran, Andi Press ,Yogyakarta, 2000.

Tjiptono, Fandy, dan Chandra, Gregorius. Service, Quality & Statisfaction, Andi

Press, Yogyakarta, 2005.

Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran Edisi III , Andi Press ,Yogyakarta, 2008.

Tse dan Wilton, Two Approaches to Service Quality Dimension, The service

Industry Journal, Vol.11 No.3, 1998.

Page 83: 936-1948-1-SM

76

PENGARUH CELEBRITY ENDORSER DALAM IKLAN

FRESHCARE AROMATHERAPY TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN (STUDI KASUS DI WILAYAH TANJUNG

DUREN, JAKARTA BARAT)

Windi Asiani

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara celebrity endorser

dalam iklan FreshCare Aromatherapy terhadap keputusan pembelian. Celebrity endorser

terdiri dari tiga atribut yang menjadi variabel independen yaitu : credibility,

attractiveness dan power. Dan keputusan pembelian menjadi variabel dependen. Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang membeli dan pernah

melihat iklan FreshCare Aromatherapy dengan Agnes Monica sebagai celebrity

endorsernya. Metode Analisis yang digunakan adalah regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa credibility memiliki nilai signifikan sebesar

0,000 (<0,05) dan power memiliki nilai signifikan sebesar 0,002 (<0,05), sehingga

credibility dan power memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian,

Sedangkan attractiveness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

pembelian, karena nilai signifikannya sebesar 0,971 (>0,05). Dan juga hasil penelitian

menunjukkan bahwa credibity, attractiveness dan power secara bersama-sama memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, karena nilai signifikannya

sebesar 0,000 (<0,05). Dari hasil tersebut dapat disarankan bahwa PT. Ultra Sakti

sebagai produsen FreshCare Aromatherapy harus mempertahankan penggunaan

celebrity endorser dengan kriteria yang memiliki wawasan luas dan berkharisma.

Kata kunci: credibility,attractiveness, power, keputusan pembeli.

PENDAHULUAN

Dari tahun ke tahun perkembangan dan persaingan di segala sektor

industri semakin meningkat, hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif

dalam menjalankan kegiatan usahanya. Strategi pemasaran akan berpengaruh

terhadap penjualan. Dengan kata lain banyak konsumen yang tertarik untuk

melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Salah satu strategi pemasaran

yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan aspek bauran pemasaran

yang berhubungan dengan tehnik-tehnik yang paling efektif untuk menjual produk

(Griffin : 2007).

Page 84: 936-1948-1-SM

77

Menurut Belch dan Belch, promosi merupakan suatu bentuk koordinasi

dari semua upaya yang dilakukan oleh penjual dalam rangka memberikan

informasi dan juga persuasi (belch : 2008).

Media promosi yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi

tentang produk adalah media periklanan.

Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam beriklan agar dapat menarik

perhatian konsumen untuk membeli produk tersebut. Salah satu cara kreatif dalam

beriklan adalah dengan menggunakan celebrity endorser. Selebriti sangat

berperan dalam membantu kelancaran aktivitas pemasaran. Selebriti akan

membantu membuat hubungan emosional yang lebih kuat dengan konsumen, serta

bisa membangun daya tarik merek dengan target pasar yang dituju.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hendra Saputra bahwa Variabel

independen (visibility, credibility, attraction, dan power) secara bersama-sama

dan parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Keputusan

pembelian). Dan variabel yang paling berpengaruh adalah credibility (Hendra :

2010).

Shimp mengatakan bahwa tidak semua merek yang menggunakan

celebrity endorser akan menjadi efektif iklannya (Shimp : 2007). Berdasarkan

penelitian terdahulu dan teori yang dikemukakan oleh Shimp, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Celebrity Endorser

Pada Iklan Minyak Angin FreshCare Aromatherapy Terhadap Keputusan

Pembelian”. Penelitian ini dilakukan di wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat.

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas,maka peneliti merumuskan

masalah pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apakah credibility celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian

pada produk FreshCare Aromatherapy?

2. Apakah attractiveness celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian

pada produk FreshCare Aromatherapy?

3. Apakah power celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian pada

produk FreshCare Aromatherapy ?

4. Apakah atribut celebrity endorser (Credibility, Attractiveness dan Power)

mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy.

MODEL PENELITIAN

Gambar 1 : Model Penelitian

Credibility

(X1)

Power

(X3)

Attractivenes

s (X2)

Keputusan

Pembelian

(Y)

Page 85: 936-1948-1-SM

78

HIPOTESA

H1: Diduga credibility celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian

pada produk FreshCare Aromatherapy

H2: Diduga attractiveness celebrity endorser mempengaruhi keputusan

pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy.

H3: Diduga power celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian pada

produk FreshCare Aromatherapy.

H4: Diduga atribut celebrity endorser (Credibility, Attractiveness dan Power)

mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy.

METODE PENELITIAN

1. Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini ada tiga variabel yang dibahas yaitu: credibility,

attractiveness , power dan keputusan pembelian. keempat variabel ini di

kelompokan menjadi dua bagian yaitu dependent variabel (Y) dan

independent variabel (X), keputusan pembelian adalah sebagai variabel

dependent (Y), credibility (X1), attractiveness (X2), power (X3) adalah sebagai

variabel Independent.

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan.

Oleh karena itu peneliti menggunakan alat yang disebut skala pengukuran.

Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat berkisar

pada bulan Desember 2013 – Februari 2014.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang membeli dan pernah melihat

iklan minyak angin FreshCare Aromatherapy dengan Agnes Monica sebagai

celebrity endorsernya. Dikarenakan populasi tidak diketahui jumlahnya, maka

sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang diperoleh

dengan menggunakan metode Hair et. Al.

Metode Analisis Data

1. Analsisi Regresi Berganda

variabel Regresi berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara

nilai variabel yang ada biasanya x dan y menampilkan simbol dari suatu

data dimana y sebagai variabel tergantung dan x sebagai variabel bebas,

nilai berganda dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +e

Keterangan:

Y : Keputusan Pembelian

a : Konstanta

b : Angka arah atau koefisian regresi

Page 86: 936-1948-1-SM

79

X1 : Credibility

X2 : Attractiveness

X3 : Power

e : standard error

2. Uji t, Uji F dan Kofisien Determinasi

- Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial atau secara sendiri-

sendiri (atau individu) variabel independen mempengaruhi variabel

dependen atau tidak (Hasyim dan Rina, 2009).

- Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam

analisa regresi sudah tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan

variabel independen mempengaruhi variabel dependen (Hasyim dan Rina,

2009).

- Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan variabel

bebas celebrity endorser (credibility, attractiveness, dan power) terhadap

keputusan pembelian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .127 .620 .205 .838

X1_CREDIBILITY .571 .114 .441 5.018 .000

X2_ATTRACTIVE

NESS .008 .230 .004 .036 .971

X3_POWER .446 .138 .364 3.228 .002

a. Dependent Variable:

Y_KEPUTUSAN_PEMBELIAN

Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui persamaan regresi

bergandanya adalah sebagai berikut :

Y = 0,127 + 0,571X1 + 0,008X2 + 0,446X3 + e

Page 87: 936-1948-1-SM

80

2. Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .127 .620 .205 .838

X1_CREDIBILIT

Y .571 .114 .441 5.018 .000

X2_ATTRACTIV

ENESS .008 .230 .004 .036 .971

X3_POWER .446 .138 .364 3.228 .002

a. Dependent Variable:

Y_KEPUTUSAN_PEMBELIAN

Dapat dilihat dalam tabel di atas, pada variabel credibility (X1)

memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka

Ho ditolak. Kesimpulannya, variabel credibility (X1) secara individual

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Nilai signifikansi variabel attractiveness (X2) pada tabel diatas yakni

0,971 yang berarti > 0,05 , dengan demikian maka Ho diterima.

Kesimpulannya, variabel attractiveness (X2) secara individual tidak

berpengaruh dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Nilai signifikansi variabel power (X3) pada tabel diatas yakni 0,002

yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya,

variabel power (X3) secara individual berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian.

3. Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regressio

n 17.283 3 5.761 18.698 .000

a

Residual 29.577 96 .308

Total 46.860 99

a. Predictors: (Constant), X3_POWER, X1_CREDIBILITY,

X2_ATTRACTIVENESS

b. Dependent Variable:

Y_KEPUTUSAN_PEMBELIAN

Page 88: 936-1948-1-SM

81

Berdasarkan hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel di atas

diperoleh F hitung sebesar 18,243 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena

nilai probabilitas <0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka model regresi dapat

digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y). Dapat pula

dikatakan bahwa variabel Credibility (X1), attractiveness (X2), dan power

(X3) secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap keputusan

pembelian (Y).

4. Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .607a .369 .349 .55507

a. Predictors: (Constant), X3_POWER,

X1_CREDIBILITY, X2_ATTRACTIVENESS

Dari tabel di atas terlihat tampilan output SPSS model summary besarnya

Adjusted R Square adalah 0,369. Hal itu berarti variabel independen (credibility,

attractiveness dan power) memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel

dependen (keputusan pembelian) sebesar 36,9%. Sedangkan sisanya (100%-

36,9% = 63,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan oleh penulis, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel independen dalam penelitian ini yakni credibility celebrity endorser

berpengaruh terhadap keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini

terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,000 dibawah 0,05 (<0,05) yang

menerangkan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan.

2. Variabel independen dalam penelitian ini yakni attractiveness celebrity

endorser tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian FreshCare

Aromatherapy. Hal ini terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,971

diatas 0,05 (>0,05) yang menerangkan bahwa variabel tersebut tidak

berpengaruh signifikan.

3. Variabel independen dalam penelitian ini yakni power celebrity endorser

berpengaruh terhadap keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini

terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,002 dibawah 0,05 (<0,05) yang

menerangkan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan.

4. Variabel independen dalam penelitian ini yakni (credibility, attractiveness dan

power) celebrity endorser berpengaruh secara bersama-sama terhadap

keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini terlihat dari nilai

signifikan variabel sebesar 0,000 dibawah 0,05 (<0,05) yang menerangkan

bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan secara bersama-sama. Dan

variabel independen dalam penelitian ini yakni (credibility, attractiveness dan

power) celebrity endorser memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel

Page 89: 936-1948-1-SM

82

dependen (keputusan pembelian) sebesar 34,9%. Sedangkan 65,1% dijelaskan

oleh sebab-sebab yang lain diluar variabel credibility, attractiveness dan

power.

1. Saran

Dilihat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka saran yang dapat

penulis ajukan kepada PT. Ultra Sakti selaku perusahaan yang memproduksi

minyak angin FreshCare Aromatherapy, adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan keputusan pembelian, disarankan kegiatan promosi

melalui media iklan dengan menampilkan seorang celebrity endorser tetap

dilakukan terus agar minat konsumen semakin tinggi dan tertarik untuk

membeli minyak angin FreshCare Aromatherapy.

2. Dalam promosi melalui iklan sebaiknya perusahaan menggunakan

celebrity endorser yang memiliki kharisma yang baik, selain itu yang

memiliki wawasan yang luas mengenai produk yang akan diiklankan,

sehingga dalam membawakan produk dalam periklanan dapat meyakinkan

dan menambah kepercayaan pada produk, yang pada akhirnya mampu

menarik minat beli konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Belch, George E and Michael A Belch.2008. Advertising and Promotions. New

York : Mc. Graw Hill

Bruno Hasson. 2008. Fashion Branding : 7 Jurus Sukses Branding Bisnis MLM

Fashion. Jakarta : Gramedia 2008

Fuad, Christine, dkk. 2006. “Pengantar Bisnis”. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama

Griffin, Ricky W dan Ebert, Ronald. 2007. Bisnis. Ed.8. Jilid Satu. Jakarta :

Erlangga

Hasyim dan Anindita, Rina. 2009 Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang

Pemasaran. Jakarta : UIEU-University Press

Heruwati, Eni. 2010. Analisis Pengaruh Daya Tarik, Kredibilitas, Dan Keahlian

Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor

Yamaha Mio. Semarang : Universitas Diponegoro

Indriani, Farida dkk. 2009 Studi Mengenai Efektifitas Iklan Terhadap Citra Merek

Maskapai Garuda Indonesia. Jurnal Sains Pemasaran Indnesia.

Kotler, Philip dan Amstrong. 2008 Dasar-dasar Pemasaran. Edisi 9. Jilid 1. Alih

Bahasa : Alexander Sindoro. Jakarta : PT. Index

Kotler, Philip dan Amstrong. “Prinsip-Prinsip Pemasaran”. Alih Bahasa : Bob

Sabran. Erlangga

Lee, Monlee dan Johnson, 2007. Carla. Prinsip-Prinsip Periklanan Dalam

Perspektif Global. Ed.1, Cet.2, Jakarta : Kencana

Morrisan. 2007. “Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Terpadu”. Jakarta :

Ramdina Prakarsa

Rizan, Muhammad, dkk. 2012. Pengaruh Brand Image dan Brand Trust

Terhadap Brand Loyalty Teh Botol Sosro.Jurnal Riset Manajemen Sains

Indonesia, Vol. 3. No. 1

Page 90: 936-1948-1-SM

83

Royan, Frans. 2005. Marketing Celebrities. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

Sapitri, Dwi Dkk. 2010 Pengaruh Celebrity Endorser Dian Sastrowardoyo

Terhadap Keputusan Pembelian Shampoo L‟oreal

Saputra, Hendra. 2010 Pengaruh Penggunaan Marketing Endorser Terhadap

Keputusan Pembelian Produk Pond’s. Jurnal Keuangan dan Bisnis

Setya, Hendri. 2013 Analisis Pengaruh Selebritis Pendukung Terhadap

Keputusan Pembelian ( Studi Kasus Pada PT. Harpindo Jaya, Kota

Purwodadi). Jurnal ilmiah USM

Schiffman dan Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Alih Bahasa : Zoelkifli

Kasip. Jakarta : Indeks

Sebayang dan Siahaan. 2008. Jurnal Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap

Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Yamaha Mio Pada Mio

Automatik Club (MAC) Medan, Fakultas Ekonomi USU, Jurnal

Manajemen Bisnis,Vol.1 No.3

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

Therence, Shimp. 2007. Periklanan dan Promosi. Jakarta : Erlangga

Page 91: 936-1948-1-SM

84

ANALISIS BAURAN PEMASARAN MEMPENGARUHI

KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE BLACKBERRY DI

UNIVERSITAS ESA UNGGUL (STUDI KASUS PADA

MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS

EKONOMI REGULER AKTIF)

Ferian Osman

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran terhadap

keputusan pembelian smartphone BlackBerry. Variabel independen terdiri atas

produk, harga, distribusi, dan promosi, sedangkan variabel dependen adalah

keputusan pembelian.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang responden.

Responden penelitian ini adalah mahasiswa universitas esa unggul fakultas

ekonomi regular aktif. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bauran pemasaran (produk, harga, distribusi,

dan promosi) secara bersama-sama berpengaruh signifikan dalam peningkatan

keputusan pembelian konsumen. Secara parsial, variabel produk dan promosi

mempunyai pengaruh terhadap keputusan itu.Sedangkan variabel yang paling

dominan adalah variabel produk.

Kata kunci: bauranpemasaran, keputusan pembelian

PENDAHULUAN

Pemasaran tidak lepas dari masalah produk, harga, distribusi dan promosi

yang harus dipikirkan perusahaan agar dapat meraih pasar yang

diinginkan.Konsumen menjadi faktor kunci penentu atas keberhasilan atau kegagalan

suatu perusahaan di dalam memasarkan produknya.

Page 92: 936-1948-1-SM

85

Perkembangan teknologi handphone dapat dilihat dengan banyaknya merek-

merek handphoneyang dipasarkan di Indonesia, baik dari luar negeri maupun dalam

negeri.Salah satu produsen yang ingin mengikuti perkembangan teknologi tersebut

adalah Blackberry. Blackberry berhasil menguasai pangsa pasar dengan

menghadirkan berbagai fitur yang canggih bagi konsumen di seluruh dunia.

Gambar 1. Mobile brands in emerging markets 2013-2014

Namun, dalam beberapa tahun terakhir posisi BlackBerry tergeser oleh

merek-merek baru yang menawarkan Smartphone yang berlayar sentuh dan fitur yang

lebih canggih,pengguna Blackberry mulai beralih ke Smartphone tersebut dan mereka

memilih Smartphoneatau tablet yang lebih menarik.

Hal ini dapat dilihat dari Survei yang melibatkan 4.504 konsumen di negara

berkembang termasuk Brasil, China, India, Nigeria, dan Vietnam. Grafik persaingan

antara smartphonedi bawah inimenunjukkan BlackBerry masih jauh pasar yang

dijangkau I-Phone dan Samsung.

Berdasarkan Gambar1 terlihat bahwa posisi puncak Top Brand Index tahun

2013-2014 diduduki oleh merek Samsung dan Apple, padahal tahun-tahun

sebelumnya BlackBerry dikenal sebagai market leader.Maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS BAURAN PEMASARAN

MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SMARTPHONE

BLACKBERRY DI UNIVERSITAS ESA UNGGUL”. (Studi Kasus Pada Mahasiswa

Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif)

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka peneliti merumuskan

masalah pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apakah produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian Smartphone

BlackBerry di Universitas Esa Unggul?

Page 93: 936-1948-1-SM

86

2. Apakah harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian Smartphone

BlackBerry di Universitas Esa Unggul?

3. Apakah lokasi/distribusi berpengaruh terhadap keputusan pembelian

Smartphone BlackBerry di Universitas Esa Unggul?

4. Apakah promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian Smartphone

BlackBerry di Universitas Esa Unggul?

5. Apakah produk, harga, lokasi, dan promosi secara bersama-sama

berpengaruhterhadap keputusan pembelian Smartphone BlackBerry di

Universitas Esa Unggul?

Model Penelitian

Gambar 2. Model Penelitian

Hipotesa

Pengaruh Produk Terhadap keputusan Pembelian

Produk merupakan hal penting dalam kegiatan pemasaran. Produk dapat

berupa barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan.Dalam membuat keputusan

pembelian, konsumen akan membeli barang atau jasa yang dirasakan perlu serta

bermanfaat baginya.

Menurut Kotler (2000), Atribut produk adalah bagian yang tak bisa

dipisahkan dari strategi produk yang dapat dikontrol langsung oleh perusahaan

Produk (X1)

Harga (X2)

Tempat (X3)

Promosi (X4)

Keputusan Pembelian

(Y)

Page 94: 936-1948-1-SM

87

sebagai suatu rangsangan yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam proses

keputusan pembelian.

Pengaruh harga Terhadap Keputusan Pembelian

Fandy Tjiptono (1997), menyatakan penentuan harga yang tepat harus

dilakukan perusahaan agar produk dapat bersaing dan dapat dipertahankan dipangsa

pasar. Harga yang ditetapkan perusahaan harus disesuaikan dengan kemampuan

konsumen.Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan

para pembeli.

Pengaruh Tempat Terhadap keputusan Pembelian.

Menurut Arfiyandi dan Adhilla (2010), kecepatan dan ketepatan dari saluran

distribusi yang dilakukan perusahaan akan sangat membantu konsumen dalam

mendapatkan produk perusahaan, hal ini agar dapat menaikkan citra keberadaan

produk dan perusahaan sendiri.

Pengaruh Promosi Terhadap Keputusan Pembelian

Perusahaan melakukan promosi untuk memperkenalkan produknya kepada

konsumen. Promosi penjualan adalah rangsangan langsung yang ditujukan kepada

konsumen untuk melakukan pembelian secara lebih cepat.Menurut Peter dan Olson

(2000) promosi penjualan adalah rangsangan langsung yang ditujukan kepada

konsumen untuk melakukan pembelian.

Metode Penelitian

Identifikasi Variabel Pada penelitian ini ada lima variabel yang dibahas yaitu: produk, harga, tempat,

promosi dan keputusan pembelian, variabel ini di kelompokan menjadi dua bagian

yaitu dependent variabel (Y) dan independent variabel (X), keputusan pembelian

adalah sebagai variabel dependent (Y), produk (X1), harga (X2), tempat (X3) dan

promosi (X4) adalah sebagai variabel independent.

Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan.Oleh karena

itu peneliti menggunakan alat yang disebut skala pengukuran.

Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan Universitas Esa Unggul Jakarta Barat berkisar pada

bulan Desember 2013 – Agustus 2014.

Page 95: 936-1948-1-SM

88

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalahyaitu mahasiswa yang sudah pernah membeli

dan menggunakan Smartphone Blackberry di Fakultas Ekonomi Universitas Esa

Unggul reguler aktif.Dikarenakan populasi tidak diketahui jumlahnya, maka sampel

yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang diperoleh dengan

menggunakan metode quota sampling.

Metode Analisis Data

a. Analsisi Regresi Berganda Variabel Regresi berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara nilai

variabel yang ada biasanya x dan y menampilkan simbol dari suatu data dimana y

sebagai variabel tergantung dan x sebagai variabel bebas, nilai berganda dapat

dicari dengan menggunakan rumus:

Y = a + b1X1 + b2X2 +e

Keterangan:

Y : Keputusan Pembelian

a: Konstanta

b: Angka arah atau koefisian regresi

X1: Produk

X2: Harga

X3: Tempat

X4: Promosi

e: Standard error

b. Uji F, Kofisien Determinasi (R2), dan Uji t

- Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam analisa

regresi sudah tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan variabel

independen mempengaruhi variabel dependen.

- Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan variabel bebas

(produk, harga, tempat dan promosi) terhadap keputusan pembelian.

- Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial atau secara sendiri-sendiri

(atau individu) variabel independen mempengaruhi variabel dependen atau tidak.

Page 96: 936-1948-1-SM

89

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji F

Tabel 1. Hasil Uji F

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 15.653 4 3.913 8.416 .000(a)

Residual 44.175 95 .465

Total 59.828 99

Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan tabel 5.13 hasil uji F diperoleh F hitung sebesar 8.416 dengan

tingkat signifikan 0.000 . Karena nilai probabilitas <0,05 yaitu (0.000< 0,05)

maka variabel produk (X1), harga (X2), distribusi (X3), dan promosi (X4) secara

bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y).

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 2.Hasil Analisa uji R Square

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .511(a) .262 .231 .6819

a Predictors: (Constant), promosi, distribusi, harga, produk

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan tabel 2 diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,262 atau 26,2%.

Hal ini menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen (Keputusan Pembelian) adalah sebesar 26,2%. Atau

variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan

sebesar 26,2% variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya sebesar 73,8%

dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model

penelitian ini.

Page 97: 936-1948-1-SM

90

Uji t

Tabel 3. Hasil Uji t

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 1.623 .466 3.486 .001

Produk .970 .176 .726 5.525 .000

Harga -.247 .140 -.190 -1.771 .080

Distribusi -.018 .060 -.029 -.307 .759

Promosi -.271 .122 -.263 -2.215 .029

Sumber :Data primer yang diolah, 2014

Dapat dilihat dalam tabel di atas, pada variabel produk (X1) memiliki nilai

signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak.

Kesimpulannya, variabel produk (X1) secara individual berpengaruh positif

keputusan pembelian.

Pada variabel promosi (X4) memiliki nilai signifikasi 0.029 yang berarti <0,05

dengan demikian, maka kesimpulannya, variabel promosi (X4) secara parsial

mempunyai pengaruh, tetapi tidak searah terhadap keputusan pembelian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Variabel Bauran Pemasaran(produk, harga distribusi, dan promosi) secara

bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian.Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa Bauran Pemasaran (produk, harga, distribusi, dan

promosi) berpengaruh signifikan dalam peningkatan keputusan pembelian

konsumen.

2. Variabel produk dan promosi secara parsial mempunyai pengaruh terhadap

keputusan pembelian.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua

variabel Bauran Pemasaran, ternyata hanya variabel produk dan promosi yang

mempengaruhi keputusan pembelian. Hal ini berarti bahwa semakin baik kualitas

produk dan promosi yang menarik akan mempengaruhi konsumen untuk membeli

Smartphone BlackBerry. Di lain pihak variabel harga dan distribusi tidak

signifikan artinya variabel harga dan distribusi tidak mempunyai pengaruh

terhadap keputusan pembelian BlackBerry.

Page 98: 936-1948-1-SM

91

3. Variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian.

Dari keseluruhan variabel Bauran Pemasaran (produk, harga, distribusi, dan

promosi), ternyata variabel produk yang dominan mempengaruhi keputusan

pembelian.

Saran

1. Menjaga dan meningkatkan kualitas produk karena terbukti bahwa faktor paling

dominan yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Smartphone

BlackBerry adalah faktor produk. Perusahaan perlu berinovasi dan menyesuaikan

produk dengan pangsa pasar yang ada pada masa kini. Masyarakat membutuhkan

produk yang inovatif, maka dari itu perusahaan BlackBerry harus mencari dan

mengembangkan fitur unggulan yang banyak diminati masyarakat dan untuk

bersaing dengan produk pesaing.

2. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu dalam penelitian ini, peneliti hanya

menggunakan empat faktor yaitu produk, harga, distribusi dan promosi untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen

padasmartphone BlackBerry. Maka perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen terhadapsmartphone BlackBerry. Dengan menggunakan

faktor-faktor selain produk, harga, distribusi, dan promosi.

DAFTAR PUSTAKA

Angipora, Marius P. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999

Arfiyandi dan Adhilla , Analisis bauran pemasaran terhadap perilaku keputusan

pembelian konsumen distribusi outlet mailbox di Yogyakarta , 2010

Bilson Simamora , Analisis Multivariat Pemasaran . PT Gramedia Pustaka Umum,

2005

Courtland L. Bovee, Michael J. Houstin, dan John V. Thill. Marketing . Edisi

2.UnitedStates of America: McGraw Hill , 1995

D. H, Basu Swasta dan T. Hani Handoko , Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku

Konsumen , Edisi Kelima , Yogyakarta : Penerbitan Liberty , 2004

Griffin, Ricky W dan Ronald J. Ebert .Bisnis Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga .

2007

Hasyim dan Rina Anindita, 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang

Pemasaran.Edisi Pertama. Jakarta; UIEU-University Press

Husein Umar, Metode Riset Bisnis, PT. Gramerdia Pustaka Utama: Jakarta. 2006

James F. Engel at. al , Consumer Behavior , 8th, Orlando Florida : Dryden Press –

Harcourt Brace Jovanovich,2001

Page 99: 936-1948-1-SM

92

Kotler dan Keller, Marketing Management Edisi 14, Global Edition.Pearson Prentice

Hall , 2012

Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran . PT. Prenhallindo, Jakarta ,2000

Kotler, Philip , Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok

Gramedia ,2005

Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Pengendalian,

Prentice Hall, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Salemba Empat , 2007

Leon G. Schiffman dan Leslie L. Kanuk , Consumer Behavior , Sixth Edition , New

Jersey : Prentice Hail International Inc , 2000

Page 100: 936-1948-1-SM

93

JOB INSECURITY, JOB SATISFACTION, KOMITMEN

ORGANISASI dan TURNOVER INTENTION di PT TIFFAKASIH

PRIMATAMA TANGERANG

Fei Ie

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRACT

This study aimed to test wheter the relationship between job insecurity, job

satisfaction, organizational commitment with the turnover intention of technical

service division at PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. There are three independent

variables, such as : job insecurity, job satisfaction dan organizational commitment

and one dependent variable is turnover intention. This research uses the quantitative

method.

The sample used in this research are 59 people employee from technical service

division in the organization of PT TIFFAKASIH PRIMATAMA Serpong Tangerang.

The data are analyzed using path analysis technique with the IBM SPSS statistics 20

program.

The research result shows that there is a significant relation between job insecurity

and job satisfaction with turnover intention and with organizational commitment. Job

satisfaction has a negative significant relationship with turnover intention and

organizational commitment does not have any significant relationship with the

turnover intention.

Keywords : job insecurity, job satisfaction, organizational commitment, turnover

intention

Page 101: 936-1948-1-SM

94

Pendahuluan

Sumber daya manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perusahaan,dan sumber

daya manusia memiliki peranan penting dalam pencapaian tujuan akhir suatu perusahaan. Resign

/ keluar nya karyawan berprestasi rendah dalam suatu perusahaan akan bermanfaat positif bagi

organisasi, namun dengan keluarnya sumber daya manusia (karyawan) yang berpotensi akan

merugikan perusahaan, sumber daya manusia yang berprestasi akan mengundang perusahaan

melakukan usaha dan mengeluarkan banyak biaya untuk merekrut karyawan baru agar mengisi

posisi yang kosong.

Devisi Technical Service di PT TIFFAKASIH PRIMATAMA, merupakan tulang punggung

yang menunjang berputarnya roda bisnis perusahaan. Bergerak di bidang supplier kimia untuk di

gunakan pada industri kertas di Indonesia, PT TIFFAKASIH PRIMATAMA memberikan service

langsung ke pabrik pabrik yang merupakan pelanggan sekaligus klien. Keahlian khusus

diperlukan dalam devisi technical service ini, dan bilamana terjadi turnover 94ntense yang tinggi,

akan menimbulkan kesulitan dalam penanganan masalah di lapangan.

Ketidak nyamanan dalam pekerjaan (job insecurity) merupakan suatu kondisi

ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja

yang mengancam. Ketidak nyamanan ini akan berdampak pada sikap kerja karyawan dan

keinginan untuk keluar dari organisasi ( turnover ) semakin besar. Persepsi ketidak nyamanan

dalam pekerjaan (job insecurity) yang pada beberapa penelitian (Ashford et al.,; Ameen et al.,;

Rosenblatt and Ruvio, ) ditemukan sebagai salah satu penyebab munculnya intense (keinginan)

keluar seseorang dari pekerjaannya. (nurwening, 2005)

Identifikasi dan pembatasan masalah

Pengamatan selama 3 tahun terakhir, yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, PT

TIFFAKASIH PRIMATAMA, serpong, mencatat peningkatan jumlah karyawan yang berpindah

kerja, adapun fenomena yang terjadi ;

Penyebab tingginya turnover intention hanya di identifikasi melalui “alasan” semu yang di

berikan, diantaranya : sakit, meneruskan pendidikan, membantu orang tua dan lain lain,

perusahaan belum pernah meneliti lebih lanjut penyebab sesungguhnya.

Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh ke tidak nyamanan kerja (Job Insecurity) terhadap kepuasan

kerja (job satisfaction).

2. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja (job satisfaction) terhadap komitmen

organisasi.

3. Untuk mengetahui pengaruh ketidak nyamanan kerja (Job insecurity) terhadap keinginan

karyawan untuk keluar / berhenti bekerja (turnover intention).

4. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja (Job Satisfaction) terhadap keinginan

karyawan untuk keluar / berhenti bekerja (turnover intention).

5. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap keinginan karyawan untuk

keluar / berhenti bekerja (turnover intention).

Manfaat penelitian

Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi :

Page 102: 936-1948-1-SM

95

1. Perusahaan, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan dalam

mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan meminimalisasi

intensitas perputaran keluar masuknya karyawan.

2. Bagi Universitas Esa Unggul, berharap hasil kajian ini dapat menambah kepustakaan

Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, terutama yang berkaitan dengan topik Sumber

Daya Manusia

3. Bagi peneliti selanjutnya, semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi

penelitian selanjutnya, dengan topik yang selaras.

4. Bagi penulis, penelitian ini akan membuka wawasan penulis mengenai keterkaitan antara

teori yang di pelajari di universitas dengan kenyataan di lapangan yang sesungguhnya.

Tinjauan Pustaka

Pengertian dan aktifitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Aktivitas SDM terdiri atas beberapa kelompok aktivitas yang saling berhubungan yang

terjadi dalam konteks organisasi (Mathis and Jackson, 2006), berikut ini adalah tinjauan singkat

tujuh aktivitas SDM :

1. Perencanaan dan analisa SDM

2. Peluang Pekerjaan yang sama

3. Pengangkatan pegawai

4. Pengembangan SDM

5. Kompensasi dan tunjangan

6. Kesehatan, keselamatan dan keamanan

7. Hubungan karyawan dan buruh / manajemen

Perencanaan dan analisa SDM, perencanaan SDM yang dilakukan manajer manajer

dilakukan untuk mengantisipasi kekuatan sumber daya manusia di perusahaan yang akan

mempengaruhi persediaan dan tuntutan para karyawan di masa depan. Sebagai bagian dari usaha

memepertahankan daya saing organisasional, harus ada analisa dan penilaian efektivitas SDM,

karyawan juga hendaknya di motivasi dengan baik dan diharapkan bersedia tinggal bersama

organisasi dalam jangaka waktu yang pantas. (Mathis and Jackson, 2006)

Menurut Cascio, manusia adalah sumber daya yang penting dalam industri dan organisasi,

oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia mencakup penyediaan tenaga kerja yang

bermutu, mempertahankan kualitas dan mengendalikan biaya ketenagakerjaan. (wendi, 2009)

Ketidaknyamanan kerja (Job Insecurity)

Secara umum, job insecurity adalah ketidakamanan dalam bekerja secara psikologis. Toly

menyampaikan dengan sederhana, job security merupakan ketidakberdayaan seseorang secara

terus menerus dalam mewujudkan keinginannya pada sebuah situasi kerja yang menakutkan. Nur

Wening menuliskan bahwa perasaan tidak aman akan membawa dampak pada cara kerja dan

sikap kerja karyawan, penurunan komitmen, bahkan keinginan untuk berpindah kerja semakin

besar.

Job insecurity dapat dilihat sebagai pertentangan antara tingkat keamanan yang dirasakan

oleh seseorang dengan tingkat keamanan yang diharapkan. Hal ini di nyatakan oleh Jacobson dan

Hartley dalam Kinnunen et al. (Toly, 2001).

Kepuasan Kerja(Job Satisfaction)

Page 103: 936-1948-1-SM

96

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang positif yang merupakan hasil dari evaluasi

pengalaman kerja seseorang ( Mathis and Jackson, 2006) Ketidakpuasan kerja muncul ketika

harapan seseorang tidak terpenuhi. Faktor faktor yang memepengaruhi kepuasan kerja adalah

imbalan (gaji), promosi (jenjang karir), rekan kerja, supervisi (pelatihan ketrampilan) dan

pekerjaan itu sendiri. Dalam beberapa kasus yang pernah terjadi di lapangan bisa diamati

terjadinya keluar masuknya karyawan terlihat dari beberapa indikasi, diantaranya : lewat absensi

yang meningkat, mulai malas bekerja / melakukan tanggung jawabnya, peningkatan terhadap

pelanggaran tatib kerja, sering melancarkan protes terhadap atasan, dan terlihat perilaku positif

yang sangat berbeda dari biasanya. Robin,“organizational behaviour” terjamahan mengatakan

istilah kepuasan kerja ( job satisfaction) merujuk ke sikap umum seorang individu terhadap

pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif

terhadap kerja itu; seorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif

terhadap kerja itu. (Wendi, 2009)

Komitmen organisasi

Sedangkan dalam sudut pandang Manajemen SDM, makna komitmen organisasi adalah

tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organsiasi dan mempunyai

keinginan untuk tetap ada di dalam organisasi yang pada akhirnya tergambar dalam statistik

ketidakhadiran serta keluar masuk tenaga kerja. Demikian dituliskan Mathis and Jackson, dalam

bukunya “Human Resource Management ; manajemen sumber daya manusia ( 2006 )

Dalam perkembangannya tentang komitmen organisasi, Meyer dan Allen memperkenalkan

tiga komponen model komitmen. (2003)

1. Komitmen organisasi afektif yang mengacu kecenderungan emosional karyawan, berdasarkan

keterikatan hati secara emosional individual dengan organisasinya, sehingga individu

cenderung untuk mengidentifikasikannya dan melibatkan diri dalam organisasi (want to).

2. Komitmen organisasi normatif, yang mengacu kepada kewajiban karyawan terhadap

organisasi., bahwa sebagai anggota organisasi mereka merasa wajib untuk tetap tinggal dalam

organisasi (ought to).

3. Komitmen organisasi continuance, yaitu mengacu pada biaya yang diperoleh selama hidup

dalam organisasi, berdasarkan pada untung rugi atau pertimbangan costs dan benefits individu

ketika meninggalkan suatu organisasi (need to)

Perputaran atau tingkat keluar masuk karyawan (Turnover Intention)

Perputaran (Turnover) atau tingkat keluar masuk karyawan terjadi ketika karyawan

meninggalkan organisasi dan harus digantikan (Mathis and Jackson, 2006). Teori lain

mengemukakan bahwa Turnover merupakan perilaku menarik diri atau keluarnya karyawan dari

satu organisasi kerja dan kemudian pindah ke organisasi kerja yang lain. (Wijayanti & Listyorini,

2013)

Tingkat turnover yang tinggi akan menimbulkan dampak negatif bagi organisasi, seperti

menciptakan ketidakstabilan terhadap kondisi tenaga kerja dan peningkatan biaya sumber daya

manusia. Keadaan tersebut menyebabkan organisasi menjadi tidak efektif karena kehilangan

karyawan berpengalaman. Pendapat tersebut didukung oleh Gregson T yang menyatakan dampak

negatif turnover terdapat pada kualitas dan kemampuan untuk menggantikan individu yang keluar

organisasi. ( Wijayanti ) Penyebab terjadinya turnover secara specifik dipengaruhi oleh

beberapa faktor intrinsik antara lain faktor ekonomi seperti kebutuhan untuk mendapatkan

penghasilan yang lebih baik, faktor organisasi seperti kurangnya keterpaduan dan komunikasi,

dan faktor individual seperti orientasi kognitif atau efektif karyawan dan ketidaknyamanan kerja

(Mobley dkk).

Page 104: 936-1948-1-SM

97

Kerangka pikir

PT Tiffakasih Primatama, adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan kimia

untuk industry kertas, perusahaan yang mulai berdiri pada tahun 1991 ini memasok bahan kimia

berupa kimia / preparat pada industry kertas dari berbagai negara, baik dari Singapura, China

maupun Perancis.

Kebutuhan sumber daya manusia untuk membantu perusahaan tetap berdiri dengan kokoh

adalah dengan melakukan service kepada customer secara rutin dan berkala, baik itu service

secara financial (yaitu : memperhatikan total cost yang dikeluarkan customer untuk biaya

produksi), secara hubungan marketing maupun melakukan service secara teknikal di lapangan.

Beberapa tahun terakhir ini, tahun 2010 hingga tahun 2012 tercatat peningkatan angka

turnover intention yang terjadi pada salah satu devisi dalam perusahaan, yaitu devisi technical

service. Yang berada di bawah supervisi devisi marketing dan manajemen sumber daya manusia

PT Tiffakasih Primatama.

Untuk itu penulis merasa tepat melakukan analisa penyebab terjadinya peningkatan turnover

intention tersebut. Seturut dengan teori teori yang ada dan penelitian penelitian yang sudah

dilakukan sebelumnya oleh beberapa orang, Penulis menduga peningkatan turnover intention

dipengaruhi oleh faktor job insecurity, job satisfaction dan komitmen organisasi.

Pembuktian dugaan tersebut penulis melakukan penelitian dengan menggunakan data primer

berupa pertanyaan yang di berikan kepada sample yang mewakili seluruh populasi, uji validitas

dan reliabilitas, dan analisis regresi.

Hipotesis

Pandangan sementara terhadap karyawan PT TIFFAKASIH PRIMATAMA devisi technical

service bahwa pengaruh ketidak-nyamanan kerja berpengaruh positif terhadap keinginan

berpindah kerja atau berhenti bekerja pada perusahaan.

H1 : diduga semakin rendah job insecurity maka akan menyebabkan semakin tinggi kepuasan

kerja.

Kondisi situasi kerja yang di alami technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA,

memperlihatkan ketidaknyamanan kerja mempengaruhi keinginan berpindah kerja melalui

kepuasan kerja pribadi karyawan juga komitmen kepada organisasi atau perusahaan.

H2 : diduga semakin tinggi job satisfaction / kepuasan kerja menyebabkan semakin tinggi

komitmen organisasi

3

4

5

1

2

Model Penelitian

Page 105: 936-1948-1-SM

98

Penilaian individu terhadap posisi sekarang dan merasakan tidak puas dapat memicu

seseorang untuk mencari pekerjaan lain. Lebih lanjut Hulin et al. dalam penelitiannya

menemukan bahwa ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya akan menimbulkan keinginan

untuk keluar dari organisasi. Temuan sejenis oleh peneliti lain yaitu Lum dkk juga

mengindikasikan hal yang sama, yaitu adanya hubungan negative antara kepuasan kerja dengan

turnover intention.

H3 : diduga semakin tinggi job insecurity yang dirasakan, semakin tinggi keinginan berpindah

kerja karyawan devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA

Karyawan yang merasa puas pada tugas dan lingkungannya akan merasakan adanya

persamaan dengan organisasi dan terlibat pada aktivitas perusahaan. Kepuasan kerja yang di

rasakan individu cenderung mempererat komitmen individu terhadap organisasi, dan loyalitas

karyawan PT TIFFAKASIH PRIMATAMA yang akhirnya akan menyebabkan rasa

ketergantungan dan tidak ingin keluar dari organisasi

H4 : di duga kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap turnover intention.

Hubungan antara komitmen organisasional dengan keinginan berpindah kerja, dari hasil

pengujian sebelumnya oleh Agus Arianto Toly, bahwa variabel komitmen organisasi dan variabel

turnover intention walau tidak berkorelasi kuat, namun terbukti dengan tingkat komitmen

organisasi yang tinggi akan sangat kecil keinginan pekerja untuk pindah keperusahaan lainnya.

H5 : diduga semakin tinggi komitmen organisasi, semakin rendah keinginan berpindah kerja.

METODE PENELITIAN

Tempat dan waktu penelitian

Nama perusahaan: PT TIFFAKASIH PRIMATAMA, Alamat lengkap: jl. Komplek

Multiguna kav D, jalan raya serpong, KM 7, Serpong Tangerang , Status kantor : Head Office,

Waktu Penelitian : Juli 2013 sampai dengan Agustus 2013

Jenis dan sumber data

Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif, Sumber data Sumber

perolehan data akan diambil dari pengisian angket pertanyaan yang di distribusikan kepada 59

orang karyawan yang masih bekerja pada PT TIFFAKASIH PRIMATAMA.

Populasi dan sample

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 59 orang karyawan yang masih bekerja

pada PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. Sampel dalam kesempatan ini peneliti menggunakan

seluruh populasi sebagai sampel. Yaitu 59 orang karyawan yang masih bekerja pada PT

TIFFAKASIH PRIMATAMA.

Metode analisis data

Berikut ini adalah metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

Uji Validitas untuk menguji keberartian koefisien rxy valid atau tidak valid akan digunakan uji t,

yang dilakukan dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel. Keputusan pengujian validitas

instrumen dengan menggunakan taraf signifikasi 5% adalah sebagai berikut:

1) Item instrumen dikatakan valid jika thitung lebih besar atau sama dengan t0,05; maka item

instrumen tersebut dapat digunakan.

2) Item instrumen dikatakan tidak valid jika thitung lebih kecil dari t0,05; maka item instrumen

tersebut tidak dapat digunakan.

Page 106: 936-1948-1-SM

99

Uji reabilitas di tunjukan untuk menguji sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten

apabila pengukuran di ulang dua kali atau lebih jadi reabilitas adalah indeks yang menunjukan

sejauh mana alat ukur dapat di percaya atau diandalkan jika alat ukur tersebut digunakan dua kali

untuk konsisten. Sebagaimana yang dinyatakan Rina Anindita dan Hasyim menyatakan:

“Jika koefisien reabilitas (Alpha) mendekati 1 sangat baik, jika berada diatas 0,8 baik, tetapi bila

berada di bawah nilai 0,6 tidak baik. Artinya, bila nilai Alpha berada di bawah 0,6, maka dapat

dikatakan bahwa pengukuran yang dilakukan tidak konsisten atau pengukuran kita tidak

reliable”.

Metode Analisis Jalur

Analisis Jalur digunakan untuk mengetahui apakah data mendukung teori, yang secara a-

priori dihipotesiskan, yang mencakup kaitan structural antar variabel terukur. Analisis jalur (path

analysis) digunakan untuk menguji pengaruh variabel intervening.

Analisis jalur diperuntukkan menentukan besarnya pengaruh suatu variabel ataupun beberapa

variabel terhadap variabel lainnya baik pengaruh yang sifatnya langsung maupun tidak langsung.

Diagram Jalur (Path Diagram)

Substruktur 1 persamaan regresi 1, adalah pengaruh Job Insecurity terhadap Job Satisfaction

X1 X2

Substruktur 2 persamaan regresi 2, adalah pengaruh Job Satisfaction terhadap Komitmen

Organisasi

Substruktur 3 persamaan regresi 3 adalah pengaruh Job Insecurity, Job Satisfaction dan

komitmen organisasi terhadap Turnover Intention

Y adalah variabel :Turnover Intention

Job

Insecurity

X2

X3

Job

Satisfaction

Job

Satisfaction

Komitmen

Organisasi

X1

Y

X2 X3

Page 107: 936-1948-1-SM

100

X1 adalah variabel:Job Insecurity

X2 adalah variabel :Job Satisfaction

X3adalahvariabel:KomitmenOrganisasi

Definisi Operational dan pengukuran Variabel

1. Job insecurity

didefinisikan Greenhalgh dan Rossenblatt dalam Utami dan Bonussyeani sebagai

ketidakberdayaan seseorang dalam mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi

kerja yang terancam. Job insecurity diukur dengan instrumen multidimensi dari Greenhalgh &

Rosenblatt dan Ashford et al. Jurnal Nur Wening dan jurnal Rony Setiawan dan Bram

Hadianto juga jurnal Utami Bonussyeani. Instrumen ini terdiri dari 7 butir pertanyaan dengan 7

poin skala likert.

2. Job Satisfaction

didefinisikan oleh Vandenberg dan Lance sebagai kondisi menyenangkan atau emosi

positif yang berasal dari penilaian seseorang atas pekerjaannya atau pengalaman kerjanya.

Instrumen kepuasan kerja di salin dari Hackman & Oldham dalam Nur Wening. Instrumen

terdiri dari 13 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert.

3. Komitmen organisasi,

Komitmen organisasi menggunakan dimensi Afektif, Normatif dan continuance.

Instrumen komitmen organisasi yang di adopsi dari Meyer & Allen dalam Iverson & Butigieg.

Jurnal Merry Christina dan Sunjoyo, terdiri dari 11 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert.

4. Turnover Intention,

Keinginan berpindah kerja didefinisikan oleh Suwandi dan Indriantoro dalam Utami dan

Bonussyeani, sebagai keinginan individu untuk meninggalkan organisasi dan mencari alternatif

pekerjaan lain. Keinginan berpindah kerja diukur dengan instrumen dari Kalber dan Forgarty

dalam Utami, Bonussyeani, yang terdiri dari 11 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert.

Latar Belakang Responden

Sebelum disajikan data hasil penelitian setiap variabel yang di uji dalam penelitian ini, terlebih

dahulu dideskripsikan latar belakang responden secara singkat. Latar belakang tersebut meliputi

jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja, jabatan saat ini, lokasi kerja dan pengalaman

kerja sebelumnya.

Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin 59 100

Usia (tahun)

< 25 27 45.76

26 - 30 12 20.34

31 – 35 2 3.39

Page 108: 936-1948-1-SM

101

(sumber : rekapitulasi penyebaran kuesioner penelitian)

Keinginan berpindah kerja didefinisikan oleh Suwandi dan Indriantoro dalam Utami dan

Bonussyeani, sebagai keinginan

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Sebelum dilakukan analisis maka terlebih dahulu, masing masing item pertanyaan diukur

melalui uji validitas menggunakan SPSS, nilai valid dinyatakan atau bisa dilihat dari nilai

probabilitas korelasi (signifikan) < dari taraf signifikan ( α ) sebesar 0,05. Pengujian ini di

berikan kepada 30 responden diluar sample.

Hasil pengujian validitas pertanyaan job insecurity

No Butir Nilai korelasi

(pearson correlation)

Prob. korelasi

[ sig. (2-tailed) ]

Kesimpulan

36 – 40 6 10.17

> 40 12 20.34

Pendidikan terakhir SMTP 1 1.694

SMU sederajat 52 88.14

D3 sederajat 3 5.08

S1 sederajat 3 5.08

lama bekerja < 1 tahun 5 8.48

1 – 3 tahun 23 38.98

3 – 5 tahun 14 23.74

> 5 tahun 17 28.8

jabatan saat ini Technical service junior 45 76.27

Technical service senior 5 8.47

Supervisor 4 6.78

Koordinator team 5 8.47

lokasi kerja Cikarang 14 23.73

Perawang 23 38.98

Jambi 6 10.17

Kerawang 3 5.08

Serang 5 8.47

Surabaya 4 6.78

pengalaman kerja sebelumnya Tidak diketahui masa lalunya 6 10.17

Tidak ada pengalaman kerja sebelumnya 44 74.58

Pengalaman kerja yang sesuai dengan tugas saat ini 4 6.78

Pengalaman kerja yang tidak sesuai dengan tugas saat ini 5 8.47

Page 109: 936-1948-1-SM

102

P1 aspek pekerjaan

0.679 0.000 Valid

P2 job event negative

0.558 0.001 Valid

P3 job event

0.104 0.583 Tidak valid

P4 ancaman

0.344 0.063 Tidak valid

P5 Ancaman

0.456 0.011 Valid

P6 job event

0.173 0.360 Tidak valid

P7 job event

0.603 0.000 Valid

Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan yang valid

dari variable job insecurity untuk diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 1, 2,5 dan 7

Hasil pengujian validitas job Satisfaction

No Butir Nilai korelasi

(pearson correlation)

Prob. korelasi

[ sig. (2-tailed) ] Kesimpulan

P1 Keanekaragaman ketrampilan 0.421 0.020 Valid

P2 Umpan balik 0.008 0.966 Tidak valid

P3 Identitas tugas 0.524 0.003 Valid

P4 Derajat pentingnya tugas 0.210 0.265 Tidak valid

P5 Derajat pentingnya tugas 0.342 0.064 Tidak valid

P6 Otonomi 0.349 0.058 Tidak valid

P7 Identitas tugas 0.196 0.299 Tidak valid

P8 Otonomi 0.479 0.007 Valid

P9 Umpan balik 0.617 0.000 Valid

P10 Otonomi 0.640 0.000 Valid

P11 Umpan balik 0.455 0.011 Valid

P12 Umpan balik 0.446 0.014 Valid

P13 Derajat pentingnya tugas 0.288 0.122 Tidak valid

Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan valid untuk

variable job satisfaction yang diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 1, 3,8,9,10,11 dan

12.

hasil pengujian validitas Komitmen organisasi

No Butir Nilai korelasi

(pearson correlation) Prob. korelasi

[ sig. (2-tailed) ] Kesimpulan

P1 Afektif 0.485 0.007 Valid

Page 110: 936-1948-1-SM

103

P2 Afektif 0.094 0.622 Tidak valid

P3 Afektif 0.470 0.009 Valid

P4 Afektif 0.253 0.177 Tidak valid

P5 Normative 0.296 0.112 Tidak valid

P6 Normative 0.381 0.038 Valid

P7 Normative 0.039 0.837 Tidak valid

P8 Continuance 0.581 0.001 Valid

P9 Normative 0.623 0.000 Valid

P10 Continuance 0.617 0.000 Valid

P11 Continuance 0.438 0.015 Valid

P12 Continuance 0.540 0.002 Valid

Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan valid untuk

variable komitmen organisasi yang diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 1,

3,6,8,9,10,11 dan 12.

hasil pengujian validitas turnover intention

No Butir Nilai korelasi

(pearson correlation) Prob. korelasi

[ sig. (2-tailed) ] Kesimpulan

P1 pribadi dengan

pekerjaan

0.012 0.949 Tidak valid

P2 alternative 0.280 0.135 Tidak valid

Page 111: 936-1948-1-SM

104

pekerjaan

P3 pribadi dengan

pekerjaan

0.403 0.027 Valid

P4 dengan

lingkungan 0.350 0.058 Tidak valid

P5 dengan

lingkungan 0.401 0.028 Valid

P6 alternative

pekerjaan 0.681 0.000 Valid

P7

pribadi

dengan

pekerjaan

0.496 0.005 Valid

P8 dengan lingkungan

0.543 0.002 Valid

P9 dengan

lingkungan 0.728 0.000 Valid

P10 alternative pekerjaan

0.340 0.066 Tidak valid

P11 alternative

pekerjaan 0.502 0.005 Valid

Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan valid

untuk variable turnover intention yang diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan

3,5,6,7,8,9 dan 11.

2. Uji Reliabilitas

Setelah data validitas diperoleh, maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Hasil uji

reliabilitas menunjukkan internal konsistensi reliabilitas yang bisa di katakan baik, hal ini di

tunjukkan dari nilai alpha yang rata rata lebih besar dari 0.60. Berikut ini hasil uji reliabilitas,

pada pengujian reliabilitas dengan 30 responden diluar sample, diperoleh nilai Cronbach’s

Alpha dari masing masing variabel sebagai berikut :

Variabel Cronbach's Alpha (Reliabilitas)

Job Insecurity 0,761

Job Satisfaction 0,818

komitmen Organisasi 0,761

Turnover Intention 0,476

sumber primer, diolah (2013)

Hasil uji reliabilitas dari 4 pertanyaan job insecurity, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha

0.761 hal ini menunjukkan pertanyaan untuk job insecurity pada tingkat reliabilitas yang

cukup tinggi / cukup reliabel.

Hasil uji reliabilitas dari 7 pertanyaan job satisfaction, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha

0.818 hal ini menunjukkan pertanyaan untuk variabel job satisfaction adalah reliabel.

Hasil uji reliabilitas dari 8 pertanyaan komitmen organisasi, ternyata diperoleh nilai

Cronbach’s Alpha 0.761 menunjukkan pertanyaan untuk mengukur variable komitmen

organisasi cukup reliabel.

Hasil uji reliabilitas dari 7 pertanyaan turnover intention, ternyata diperoleh nilai

Cronbach’s Alpha 0.476 menunjukkan pertanyaan pertanyaan yang mewakili pengukuran

variabel turnover intention reliabel tingkat sedang.

Page 112: 936-1948-1-SM

105

Hasil Penelitian dan Analisis Data

1. Substruktur 1 persamaan regresi 1, adalah pengaruh Job Insecurity terhadap Job

Satisfaction, Pengujian substruktur 1 bertujuan untuk membuktikan apakah kepuasan kerja

dapat berperan sebagai variabel intervening dalam hal pengaruh job insecurity terhadap

keinginan berpindah kerja.

Hasil analisa regresi untuk substruktur 1 untuk uji t pada substruktur 1

Hasil Analisa uji t pada Substruktur 1

Coefficients

a

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.069 .704 4.362 .000

Job Insecurity .363 .131 .344 2.764 .008

a. Dependent Variable: Job Satisfaction Sumber output SPSS

Interpretasi :

Pengaruh langsung dari X1 terhadap X2 = (0.344) (0.344) = 0.118

Yang berarti secara langsung job insecurity mempengaruhi job satisfaction sebesar 11.8%, dan

sisanya 88.2% dipengaruhi oleh variabel lainnya.

2. Substruktur 2 persamaan regresi 2, adalah pengaruh Job Satisfaction terhadap Komitmen

Organisasi,

Pengujian substruktur 2 bertujuan untuk membuktikan apakah komitmen organisasi dapat

berperan sebagai variabel intervening dalam hal pengaruh job satisfaction terhadap keinginan

berpindah kerja.

Hasil analisa regresi dengan melakukan uji t untuk substruktur 2, didapati

Hasil Analisa uji t untuk Substruktur 2

Coefficientsa

Model Unstandardiz

ed

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t Sig.

B Std. Err

or

Beta

1

(Constant) 1.751 .301 5.822 .00

0

Job

Satisfaction

.727 .060 .850 12.17

9

.00

0

a. Dependent Variable: Komitmen Organisasi Sumber output SPSS

Interpretasi :

Pengaruh langsung dari X2 terhadap X3 = (0.850) (0.850) = 0.7225

Page 113: 936-1948-1-SM

106

Yang berarti secara langsung job satifaction mempengaruhi komitmen organisasi sebesar

72.25 %, dan sisanya 27.75% dipengaruhi oleh variabel lain.

1. Substruktur 3 → persamaan regresi 3 adalah pengaruh job insecurity, job satisfaction dan

komitmen organisasi terhadap turnover intention, Pengujian substruktur 3 bertujuan untuk

membuktikan pengaruh dan besarnya pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y,

a. Hasil pengujian ketiga menunjukkan bahwa job insecurity secara negatif dan tidak

signifikan terbukti tidak mempengaruhi turnover intention. output SPSS memberikan

nilai standardized coefficients beta job insecurity pada persamaan sebesar - 0.120 dan

koefisien regresi = 0,395 ( > 0.05, tidak signifikan) yang berarti job insecurity tidak

mempengaruhi turnover intention secara langsung.

b. diketahui hasil output SPSS menunjukkan adanya hubungan kausal antara kepuasan

kerja (job satisfaction) dengan keinginan berpindah kerja (turnover intention)

memberikan nilai koefisien regresi yang signifikan pada 0,034 ( < 0.05 ) menunjukkan

variable job satisfaction mempengaruhi variable turnover intention. Dan nilai

standardized coefficients beta job satisfaction pada persamaan adalah sebesar - 0.520

dengan hubungan negatif.

c. Hasil regresi berikutnya, antara komitmen organisasi sebagai variable independent

dan turnover intention sebagai variable dependent, output SPSS menunjukkan ( β = -

0.156 ; t = -0.182 ; sig. = 0.469). hasil ini menggambarkan bahwa komitmen

organisasi berbanding terbalik dengan turnover intention namun tidak secara

signifikan.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut :

Secara langsung job insecurity mempengaruhi job satisfaction, namun pengaruh nya positive,

secara logika ketidak nyamanan kerja berpengaruh negative terhadap kepuasan kerja, semakin

nyaman semakin dirasakan kepuasan. Hasil penelitian substruktur 1 ini gagal mendukung

hipotesis 1 yang disajikan diawal. Ternyata karyawan devisi technical service di PT

TIFFAKASIH PRIMATAMA mampu meningkatkan antisipasi terhadap job insecurity.

Job satisfaction / Kepuasan kerja dapat juga berperan sebagai variabel intervening pada

pengaruh faktor job insecurity terhadap komitmen organisasi. Karyawan PT TIFFAKASIH

PRIMATAMA devisi technical service yang telah merasakan kepuasan kerja akan merasa aman

dan bebas dari perasaan terancam dalam bekerja, serta dapat berkomitmen pada perusahaan

dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa devisi technical service PT TIFFAKASIH

PRIMATAMA dapat mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja

dalam kekompakan organisasi. Pengujian melalui substruktur 2 menemukan kepuasan kerja (job

satisfaction) secara signifikan dan positif berpengaruh terhadap komitmen organisasi,

Hasil pengujian ketiga menunjukkan bahwa job insecurity secara negatif dan tidak signifikan

terbukti tidak mempengaruhi turnover intention. Temuan ini mendukung hasil pengujian Nur

Wening yang menunjukkan bahwa job insecurity secara signifikan dan negatif tidak berpengaruh

terhadap turnover. Namun dicatat dalam jurnal Nur Wening, penemuan Pasewark dan Strawser

menyatakan bahwa job insecurity bukan merupakan prediktor langsung terhadap keinginan

berpindah.

Ada hubungan kausal antara kepuasan kerja (job satisfaction) dengan keinginan berpindah

kerja (turnover intention), variable job satisfaction mempengaruhi variable turnover intention,

dengan hubungan negatif. Job satisfaction ( kepuasan kerja ) merupakan hal terpenting yang di

rasakan oleh karyawan devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. Hasil regresi

juga menunjukkan bahwa job satisfaction / kepuasan kerja dapat berperan sebagai variabel

intervening pada pengaruh faktor job insecurity terhadap keinginan berpindah kerja.

Page 114: 936-1948-1-SM

107

Hasil regresi berikutnya, antara komitmen organisasi sebagai variable independent dan

turnover intention sebagai variable dependent, menggambarkan bahwa komitmen organisasi

berbanding terbalik dengan turnover intention namun tidak secara signifikan. Hal ini

menunjukkan komitmen organisasi, kesetiaan terhadap organisasi atau perusahaan tidak

mempengaruhi keinginan karyawan devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA

untuk pindah kerja. Atau dengan kata lain komitmen organisasi bukan salah satu penyebab

keinginan berpindah kerja.

Saran bagi perusahaan

Melihat hasil pengolahan data kuesioner, terlihat bahwa subvariabel yang memiliki angka

tertinggi adalah kekhawatiran karyawan dalam hal melakukan dan mengantisipasti kesalahan,

atau kepuasan karyawan akan pekerjaan atau jobdes (tugas) mereka dan pengembangan karir. Hal

ini yang diharapkan dapat memenuhi dan memberikan perasaan aman dan nyaman bagi devisi

technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA dan dapat meningkatkan kepuasan kerja

Kepuasan kerja merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan kebutuhan di lingkungan kerja,

seperti kebutuhan terhadap pekerjaan, tingkat supervisi, hubungan sesama karyawan, kesempatan

promosi yang memadai. Berdasarkan hal hal tersebut maka penulis menyarankan kepada top

management PT TIFFAKASIH PRIMATAMA untuk melakukan hal hal sebagai berikut :

Memberikan kesempatan kenaikan jenjang atau tingkat jabatan, yang di iringi kenaikan gaji yang

sesuai dan jelas untuk devisi technical service, dengan melakukan evaluasi kerja team secara

berkala, agar karyawan memiliki motivasi kerja dan target jabatan, yang diharapkan akan

memacu semangat kerja yang pada akhirnya dapat melahirkan kinerja yang baik

Hasil analisa pengaruh komitmen organisasi terhadap turnover intention ternyata tidak

memperlihatkan signifikansi, komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi

melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja

dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja pada organisasi terntu memiliki tingakat

komitmen yang berbeda, di sarankan kepada perusahaan, melalui penelitian ini didapati besarnya

pengaruh job satisfaction terhadap turnover intention maupun komitmen organisasi

Saran penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini mempertimbangkan beberapa saran untuk penelitan selanjutnya

diantaranya adalah sebagai berikut :

Masalah turnover intention yang cukup komplek, sehingga ada banyak terdapat pengaruh

faktor lain yang belum di pertimbangkan untuk di amati. Agar dapat diperoleh hasil yang lebih

representative dan variabilitas data yang lebih banyak.

Jumlah sample penelitian kali ini relative sedikit, walaupun telah memenuhi batas minimal,

tapi tentunya mempengaruhi keandalan pengujian data. Jika memungkinkan untuk penelitian

selanjutnya dapat mengumpulkan lebih banyak sample yang diteliti.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui kuesioner, angket

berupa kalimat kalimat pertanyaan, kelemahan metode ini adalah memungkinkan terjadinya bias

oleh surveyor, ( common method bias ( Podsakoff et al.,)) tanggapan responden dimungkinkan

tidak sesuai dengan maksud pertanyaan dalam kuesioner, dan responden juga dimungkinkan

mengisi kuesioner secara asal dan tidak lengkap.

Terima Kasih

Segala Puji Sembah juga Syukur ku naikkan bagi MU TUHAN YESUS KRISTUS. Terima kasih

kedua orang tua saya, suami dan anak anak, dosen pembimbing saya ibu Rina Anindita, SE. MM.,

ketua program studi jurusan manajemen bapak Sugiyanto., serta teman-teman Fakultas Ekonomi

2013. Terima kasih atas dukungan serta doanya

Page 115: 936-1948-1-SM

108

Daftar Pustaka

Agus Arianto Toly;. (November 2001). "analisis faktor faktor yang mempengaruhi turnover

intentions pada staf kantor akuntan publik". Jurnal akuntansi dan keuangan volume 3, no.

2, 102-125.

Ariati, J. (Oktober 2010). Subjective well-being (kesejahteraan subjektif) dan kepuasan kerja

pada staf pengajar (dosen) di lingkungan fakultas psikologi Universitas Diponegoro.

Jurnal psikologi Undip vol. 8, no. 2, .

Becker, Thomas, et.al.;. (n.d.). "Employee Commitment : Implications for Job Performance".

Academy of Management Journal. Volume 39, no. 2, 464-482.

Bonaventura Ridya Putra;. (2012). "pengaruh job stressor terhadap turnover intention dengan

kepuasan kerja sebagai variabel pemediasi". Jurnal studi manajemen Indonesia, volume 1,

no. 2, 72-81.

Bram Hadianto, Rony Setiawan;. (Mei 2013). "job Insecurity dalam organisasi". staf pengajar

fakultas ekonomi jurusan manajemen Universitas Kristen Maranatha Bandung, di unduh.

Burich, B. a. (2010). " Creating Learning Organizations in Higher Education : applying a system

perspective". The Learning Organization Volume 17, no. 3.

Chien, Chi Tseng;. (2010). "The effects of Learning Organization on Organization Commitment

and Effectiveness for Small and Medium-Sized Enterprises in Taiwan". Graduate School

University of Minnesota.

Gaertner, S. (1999). , “structural determinants of job satisfaction and organizational commitment

in turnover models”. 479-493.

Husein Umar;. (1998). Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Husein Umar;. (2005). Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Imam Ghozali;. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, edisi

kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, ISBN 979.704.015.1.

Indi Djastuti;. (April 2011). "pengaruh karakteristik pekerjaan terhadap komitmen organisasi

karyawan tingkat managerial perusahaan jasa konstruksi di jawa tengah". Jurnal bisnis

dan akuntansi, volume 13, no. 1, 1-19.

Ivancevich, et.al. (2005). "organisasi" edisi ke tujuh, penterjemah Gina Gania. Jakarta: Erlangga.

Kristiana Haryanti, Estuning Ristaniar;. (mei 2013). " komitmen organisasi ditinjau dari kepuasan

kerja dan kualitas hubungan atasan - bawahan (Q-LMX). salatiga.

Lilis Endang Wijayanti, Inon Listyorini;. (February 2013). "pengaruh kepuasan kerja dan

komitmen organisasi terhadap turnover intentions". Universitas Teknologi Yogyakarta.

diakses dari perpustakaan jurnal universitas Esa Unggul.

Lin, Yan-Tsan, et.al.;. (2011). "The Effect of Organizational Commitment on Employee

Reactions to Educational training : An evaluation using the Kirk Patrick Four-level

Model". International Journal of Management. volume 28, no.3. , Part 2.

Luthans. (2006). "Perilaku Organisasi" edisi kesepuluh. Jogjakarta: Andi.

M. Nursalim, Rezky Yulia Safitri;. (2013). " hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen

organisasi dengan intensi turnover pada guru ". Character, volume 01, no. 02.

Mangaraja Agung;. (2007). "disonansi kognitif pada mantan narapidana anak yang bergabung

dalam LSM sahabat Andik". Disonansi Kognitif, F. Psi UI.

Meyer and Allen;. (2003). " A Three Component Conceptualization of Organization

Commitment". Human Resources Management Review. volume 1, 61-89.

Nur Endah Sumiwi Bonussyeani, Initiyas Utami;. (Juni 2009). "pengaruh job insecurity, kepuasan

kerja, dan komitmen organisasional terhadap keinginan berpindah kerja". Jurnal akuntansi

dan keuangan Indonesia, volume 6, no. 1, 117-139.

Page 116: 936-1948-1-SM

109

Okechukwu, E. A. (2009). “Job satisfaction and turnover intention relationship : The moderating

effect of job role centrality and life satisfaction". Moderating : Research and Practice in

Human Resource Management. 17(1),, 24-35.

Robbin, S. P. (2006). "Perilaku Organisasi" edisi kesepuluh, penterjemah Hadyana Pujaatmaka

dan Benyamin Molan, . Jakarta: Prenhalindo.

Sunjoyo, Merry Christiana;. (mei 2013). " pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen

organisasional yang di mediasi oleh identifikasi organisasional ". jurnal fakultas ekonomi

universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Thomas, K. a. (2006). " The Learning Organization : a Meta Analysis of themes in Literature".

The Learning Organization. volume 13, no. 2.

Tri Sugiarti;. (2001). " Pengaruh Karakteristik Individu dan Pekerjaan terhadap Komitmen

Organisasional". Jurnal Bisnis dan Manajemen, volume 1, no. 1, 42-55.

Trisnaningsih, S. (2009). " Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Akuntansi". UPN

Veteran jawa timur.

Ulrich, Dave;. (1998). " Human resources Champion. The Next Agenda for Adding Value and

Delivering Results". Boston. Massachussets.: Harvard Business Press.

Ursa, Majorsy;. (Desember 2007). "Kepuasan Kerja, Semangat Kerja dan Komitmen Organisasi

pada Staf Pengajar". Jurnal Psikologi, volume 1, no. 1, 67-79.

Usmara. (2007). "Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia". Jakarta: Amara.

Wening, Nur. (2005). "pengaruh ketidak amanan kerja (job insecurity), sebagai dampak

restrukturisasi terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi dan intensi keluar survivor".

Kinerja, volume 9, no.2,, 135-147.

Wening, Nur. (Oktober 2005). "pengaruh job insecurity pasca- restrukturisasi terhadap kepuasan

kerja, komitmen dan intensi turnover survivor". Usahawan no. 10 XXXIV.

Yen, Poh Ng. (2011). " Learning Organization Dimensions on Knowledge Sharing : A Study of

Faculty Members in the Private Universities in Malaysia". diunduh .

ANALISIS ASOSIASI MEREK DAN ATMOSFIR TOKO

MEMPENGARUHI NIAT BELI PRODUK LES FEMMES

(STUDY KASUS : TOKO LES FEMMES DI MALL CIPUTRA)

Firly Rahayu Puspitaningrum

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

[email protected]

ABSTRAKSI

Diera globalisasi saat ini, kekuatan persaingan adalah persaingan antar merek. Untuk itu

asosiasi merek suatu perusahaan harus semakin kuat. Dengan semakin kuatnya asosiasi merek

pada suatu produk, maka semakin kuat pula daya tarik produk tersebut dimata konsumen untuk

menimbulkan niat beli. Selain itu, faktor atmosfir toko dapat mempengaruhi niat beli pada

konsumen, dengan menciptakan toko yang berbeda dengan yang lain, menjadi daya tarik

tersendiri konsumen untuk berkunjung ke toko.

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh asosiasi merek yang terdapat pada

produk-produk Les Femmes dan atmosfir toko dari les femmes yang memiliki konsep yang

Page 117: 936-1948-1-SM

110

berbeda terhadap niat beli pengunjung toko Les femmes di Mall Ciputra. Penelitian ini bertujuan

untuk menjelaskan pengaruh asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap niat beli pada toko Les

femmes Mall Ciputra.

Kata kunci : Asosiasi Merek, Atmosfir Toko, Niat Beli

PENDAHULUAN

Di era modern ini, barang branded menjadi gaya hidup (life style) yang sangat di minati.

Perkembangan dunia fashion menjadi hal yang sangat penting di berbagai kalangan baik kalangan

muda maupun tua. Banyak orang yang ingin tampil menarik dan berbeda dari orang lain, apalagi

dalam pergaulan, penampilan sangat penting untuk diperhatikan, bahkan biasanya penampilan

tersebut harus didukung dengan produk bermerek yang eksklusif. Di dunia mode, merek-merek

dalam jajaran luxury brand bukanlah sekadar nama, juga bisa dibilang sebagai penunjang gaya

hidup sampai simbol status si pengguna.

Semakin ketatnya persaingan antar bisnis ritel modern, menyebabkan diperlukannya

peningkatkan kekuatan dalam perusahaaan agar mampu menarik niat beli konsumen yang dapat

dilakukan dengan cara memunculkan keunikan atau suatu ciri khas yang perusahaaan yang dapat

membedakan dengan para pesaing.Pada kondisi persaingan yang ketat, maka brand association

memegang peranan sangat penting. Nilai yang mendasari sebuah merek merupakan sekumpulan

asosiasinya, berarti makna merek tersebut bagi khalayak yang menjadi pijakan dalam

memutuskan pembelian. Namun disamping itu, atmosfir toko juga menjadi salah satu faktor yang

dapat menarik perhatian konsumen untuk berkunjung ke toko les femmes menciptakan store

atmosphere yang berbeda dengan toko fashion lainnya, oleh karena itu peneliti melakukan

penelitian ini untuk mengetahui faktor apa yang dapat meningkatkan niat beli konsumen pada

produk Les femmes karena Les femmes itu sendiri merupakan fashion store terbaru khususnya

dijakarta.

Rumusan masalah

1. Apakah asosiasi merek berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk Les Femmes?

2. Apakah atmosfir toko toko berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk Les Femmes?

3. Apakah asosiasi merek dan atmosfir toko berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk

Les Femmes secara serempak?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh asosiasi merek terhadap niat beli produk Les

Femmes.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh atmosfir toko terhadap niat beli produk Les Femmes.

3. Untuk mengetahui apakah asosiasi merek dan atmosfir toko berpengaruh terhadap niat beli

produk Les femmes secara serempak

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Asosiasi Merek

Page 118: 936-1948-1-SM

111

Rangkuti menyatakan bahwa: “asosiasi merek adalah segala hal berkaitan dengan ingatan

menegenai suatu merek. Asosiasi tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan.

Ketertarikan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau

terekspos dengan komunikasi dari pihak perusahaan. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen

dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek (brand image) di dalam benak

konsumen”.

Sedangkan menurut Susanto adalah : “ hal-hal lain yang penting dalam asosiasi merek

adalah asosiasi yang menunjukkan fakta bahwa produk dapat digunakan untuk mengekspresikan

gaya hidup, kelas sosial, dan peran professional atau yang mengekspresikan asosiasi-asosiasi

yang memerlukan aplikasi produk dan tipe-tipe orang yang menggunakan produk tersebut, toko

yang menjual produk atau wiraniaganya”.

Pengertian Atmosfir Toko

Store atmosphere merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki oleh setiap toko. Setiap

toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan pembeli untuk berputar-

putar didalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan toko yang harus membentuk suasana

terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk

membeli.

Lili Karmela dan Jujun Junaedi menjelaskan bahwa store atmosphere yaitu suasana

(atmosphere) merupakan kesan keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik toko, dekorasi

dan lingkungan sekitarnya

Pengertian Niat Beli

Niat beli Assael dalam Alex menyatakan bahwa niat beli merupakan perilaku yang

muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan

pembelian

Niat beli menurut Engel dalam Clyo dan Anik mengatakan bahwa niat umumnya dirujuk

sebagai pembelian yang terencana sepenuhnya. Konsumen akan lebih bersedia menginvestasikan

waktu dan energi dalam berbelanja dan membeli.

Fatima Gillani bahwa dalam pembelian niat yang datang ke dalam pertimbangan ketika

pelnggan mungkin mencoba untuk membeli beberapa produk atau jasa. Untuk pemasar pembelian

niat sangat penting sebagai perilaku konsumen ramalan mereka sangat tergantung pada niat

pembelian pelanggan.

Model dan Hipotesis Penelitian

Atmosfir Toko

(X2)

Niat Beli

(Y)

Assosiasi

Merek (X1)

(

Page 119: 936-1948-1-SM

112

Hipotesis :

H1: terdapat pengaruh positif asosiasi merek terhadap niat beli

H2: terdapat pengaruh positif atmosfir toko terhadap niat beli

H3 : terdapat pengaruh positif antara asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap niat beli

Waktu dan Lokasi Penelitian

Untuk pengumpulan data dan informasi data yang dibutuhkan, maka penulis dapat melakukan

penelitian ini di toko les femmes mall Ciputra dan yang dijadikan sebagai responden dalam

penelitian ini pengunjung wanita yang berada di toko les Femmes. Penelitian ini dilakukan pada

bulan April - Mei 2014.

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh pengunjung wanita yang berada di Mall

Ciputra.Sementara itu, karena jumlah populasi tidak diketahui secara pasti maka perhitungan

jumlah sampel didasarkan pada rumus sebagai berikut:

n = Z2

4 (Moe)2

Dimana :

Z = tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penelitian sampel

Moe = Margin of error, atau tingkat kesalahan maksimum yang

dapat ditolerir.

n = besarnya sampel. Untuk pengambilan sampel peneliti menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria

yang dibutuhkan peneliti adalah

1. Wanita berumur lebih dari 18 tahun.

2. Wanita yang mengunjungi gerai Les Femmes di Mall Ciputra.

Metode Pengumpulan Data

Uji Kaiser Mayer Olkin (KMO) dengan Uji Validitas

Kaiser Mesyer Olkin (KMO) digunakan untuk mengukur kecukupan pengambilan sampel.

Measure Sampling Adequacy (MSA) digunakan untuk memperhitungkan kecukupan penggunaan

analisis faktor. Nilai KMO yang kecil memperlihatkan bahwa analisis faktor tidak dapat

digunakan, karena korelasi antara pasangan-pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh

variabel-variabel lainnya. Bila nilai KMO dibawah 0,5 maka analisa faktor tidak dapat digunakan

atau diterima. Sedangkan nilai KMO yang dapat diterima adalah nilai di atas 0,5 yaitu 0,6 hingga

0,9. Nilai KMO 0,9 menunjukkan harga yang sangat memuaskan, sedangkan nilai KMO dibawah

0,5 maka analisis faktor tidak dapat diterima.

Page 120: 936-1948-1-SM

113

Uji Reliabilitas

Digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukurdalam penggunaannya, atau dengan

kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada

waktu yang berbeda.Ada beberapa metode pengujian reliabilitas diantaranya metode tes ulang,

formula belah dua dari Spearman-Brown, formula Rulon, formula Flanagan, Cronbach‟s Alpha,

metode formula KR-20, KR-21, dan metode Anova Hoyt.Uji signifikansi dilakukan pada taraf

signifikansi 0,05, artinya instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari r

kritis product moment. Atau kita bisa menggunakan batasan tertentu seperti 0,6. Menurut Sekara,

reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8

adalah baik.

Analisis Faktor Score

Faktor score spada dasarnya adalah upaya untuk membuat satu atau beberapa variable yang

lebih sedikit dan berfungsi untuk menggantikan variabel asli yang sudah ada. Faktor score, sama

dengan variabel aslinya, juga berupa angka sejumlah pada kasus yang ada. Pembuatan faktor score

akan berguna jika akan dilakukan analisis lanjutan, seperti analisis regresi atau analisis

deskriminan.

Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan

bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen

sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).

Persamaan regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Variabel dependent

a = Intercept (konstanta)

b1 = Koefisien regresi untuk X1

b2 = Koefisien regresi untuk X2

b3 = Koefisien regresi untuk X3

bn = Koefisien regresi untuk Xn

X1 = Variabel bebas pertama

X2 = Variabel bebas kedua

X3 = Variabel bebas ketiga

Xn = Variabel bebas ke-n

ε = Nilai residu

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Uji Validitas

Page 121: 936-1948-1-SM

114

Uji Validitas dari hasil Tabel untuk α 0.05 dan uji satu sisi

Tabel Hasil Uji Validitas Asosiasi Merek

Untuk uji validitas brand association yang terdiri dari 7 pernyataan. Dan semua

pernyataan dinyatakan valid.terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan signifikan, dan

pada anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.

Tabel Component Matrix Asosiasi Merek 1

Dilihat dari component matrix brand association diatas dapat dilihat bahwa asosiasi merek

memiliki 2 componen matrix, untuk menjadikan komponen menjadi satu maka pernyataan 1

dan pernyataan 4 tidak diikut sertakan karena pernyataan 1 dan 4 mengelompok ke dalam

komponen 2 dan dilakukan perhitungan ulang dan didapat nilai komponen tabel berikut ini:

Tabel Component Matrix Brand Association ke-2

Butir Pernyataan Anti Image Matrices MSA Keterangan

2 0,883 > 0,5 VALID

3 0,854 > 0,5 VALID

5 0,898 > 0,5 VALID

6 0,881 > 0,5 VALID

7 0,920 > 0,5 VALID

8 0,818 > 0,5 VALID

9 0,860 > 0,5 VALID

Component Matrixa

Pernyataan Component

1 2

Asosiasi Merek 1 .500 .508

Asosiasi Merek 2 .621 -.236

Asosiasi Merek 3 .750 -.312

Asosiasi Merek 4 .535 .710

Asosiasi Merek 5 .759 .248

Asosiasi Merek 6 .789 -.462

Asosiasi Merek 7 .603 -.033

Asosiasi Merek 8 .864 -.007

Asosiasi Merek 9 .878 -.057

Page 122: 936-1948-1-SM

115

Component Matrixa

Pernyataan Component

1

Asosiasi Merek 2 .635

Asosiasi Merek 3 .777

Asosiasi Merek 5 .729

Asosiasi Merek 6 .850

Asosiasi Merek 7 .609

Asosiasi Merek 8 .860

Asosiasi Merek 9 .880

Setelah dilakukan penghitungan ulang dengan tidak mengikutsertakan pernyataan 1 dan 4,

didapat 1 komponen matrix dengan nilai diatas 0,05 maka dapat dikatakan bahwa analisa

faktor ini dapat diterima dan di analisis lebih lanjut.

Tabel Hasil Uji Validitas Suasana Toko

Butir Pernyataan Anti Image Matrices MSA Keterangan

1 0,866 >0,5 VALID

2 0,784 >0,5 VALID

3 0,750 >0,5 VALID

4 0,788 >0,5 VALID

8 0,908 >0,5 VALID

9 0,816 >0,5 VALID

10 0,895 >0,5 VALID

11 0,932 >0,5 VALID

Untuk uji validitas suasana toko yang terdiri dari 8 pernyataan. Dan semua

pernyataan dinyatakan valid. Terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan sinifikan,

dan pada anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.

Tabel Component Matrix Atmosfir Toko

Component Matrixa

Pernyataan Component

1 2

Atmosfir Toko 1 .779 -.080

Atmosfir Toko 2 .817 -.155

Page 123: 936-1948-1-SM

116

Atmosfir Toko 3 .811 .040

Atmosfir Toko 4 .760 -.166

Atmosfir Toko 5 .618 .642

Atmosfir Toko 6 .535 .738

Atmosfir Toko 7 .414 .724

Atmosfir Toko 8 .778 -.231

Atmosfir Toko 9 .757 -.324

Atmosfir Toko 10 .852 -.195

Atmosfir Toko 11 .601 -.363

Dilihat dari data component matrix store atmosphere diatas dapat dilihat bahwa

suasana toko memiliki 2 component matrix, untuk menjadikan 1 komponen matrix maka

pernyataan atmofir toko 5, atmosfir toko 6, dan atmosfir toko 7 tidak diikutsertakan

karena pada pernyataan 5, 6 dan 7 mengelompok pada komponen 2.

Dan dilakukan penghitungan ulang maka di dapat nilai component tabel berikut

ini:

Tabel Component Matrix Suasana Toko ke-2

Component Matrixa

Pernyataan Component

1

Atmosfir Toko 1 .777

Atmosfir Toko 2 .842

Atmosfir Toko 3 .793

Atmosfir Toko 4 .773

Atmosfir Toko 8 .813

Atmosfir Toko 9 .805

Atmosfir Toko 10 .871

Atmosfir Toko 11 .654

Tabel Anti image matrices niat beli

Butir Pernyataan Anti Image Matrices MSA Keterangan

1 0,729 >0,5 VALID

2 0,724 >0,5 VALID

3 0,736 >0,5 VALID

Page 124: 936-1948-1-SM

117

4 0,744 >0,5 VALID

Untuk uji validitas niat beli yang terdiri dari 4 pernyataan. Dan semua pernyataan

dinyatakan valid. Terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan signifikan, dan pada

anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.

Tabel Componenet Matrix Niat beli

Untuk uji validitas minat beli yang terdiri dari 5 pernyataan. Dan semua pernyataan

dinyatakan valid. Terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan signifikan, dan pada

anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur kuisioner merupakan

indikator dari suatu variabel. Dengan asumsi suatu kuisioner dikatakan reliable apabila

nilai Alpha positif dan > 0,6 dikatakan reliable sedangkan apabila niali Alpha positif dan <

0,6 dikatakan tidak reliable. Daftar kategori reliabilitas:

0,0 – 0,2 Sangat tidak reliabel

0,21 – 0,4 Tidak reliabel

0,41 - 0,6 Cukup reliabel

0,61 – 0,8 Reliabel

0,81 – 1,0 Sangat reliable

Berikut hasil uji reliabilitas dari masing-masing variabel:

Tabel Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s

Alpha Keterangan

Asosiasi Merek 0,871 Sangat Reliabel

Atmosfir Toko 0,903 Sangat Reliabel

Niat Beli 0,913 Sangat Reliabel

Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS

Component Matrixa

Pernyataan Component

1

Niat Beli 1 .908

Niat Beli 2 .891

Niat Beli 3 .878

Niat Beli 4 .906

Page 125: 936-1948-1-SM

118

Terlihat nilai Cronbach‟s Alpha dari X1 sebesar 0,871 dimana > 0,61 maka dikatakan

pada uji reliabilitas asosiasi merek sangat reliable. Selanjutnya adalah uji reliabilitas untuk

variabel X2 yaitu suasana toko. Terlihat bahwa nilai Cronbach‟s Alpha dari variabel X2

sebesar 0,903 > 0,61 sehingga dapat dikatakan sangat reliable.Dan uji reliabilitas untuk

variabel Y yaitu niat beli terlihat bahwa nilai Cronbach‟s Alpha dari variabel Y yaitu niat

beli adalah 0,913 dimana > 0,61 maka dikatakan bahwa reliabilitas niat beli sangat

reliable.

3. Uji Faktor Score

Setelah dilakukannya uji validitas dan reliabilitas, berikutnya pengujian faktor

score. Pada uji ini, data yang digunakan adalah data real dengan jumlah responden

sebanyak 100 dengan . Kemudian dilakukan pengujian menggunakan faktor score

sehingga didapat hasil seperti dibawah ini:

1. Faktor Score Asosiasi Merek

Component Matrixa

Pernyataan Component

1

Asosiasi Merek 2 .620

Asosiasi Merek 3 .771

Asosiasi Merek 5 .612

Asosiasi Merek 6 .781

Asosiasi Merek 7 .629

Asosiasi Merek 8 .832

Asosiasi Merek 9 .874

Pada hasil data diatas didapat bahwa asosiasi mereek memiliki 1 componen matrix

dengan nilai diatas 0,05.

2. Faktor Score Atmosfir Toko

Component Matrixa

Pernyataan Component

1

Page 126: 936-1948-1-SM

119

Atmosfir Toko 1 .805

Atmosfir Toko 2 .791

Atmosfir Toko 3 .847

Atmosfir Toko 4 .553

Atmosfir Toko 8 .838

Atmosfir Toko 9 .803

Atmosfir Toko 10 .600

Atmosfir Toko 11 .599

Berdasarkan pengujian faktor score, atmosir toko memiliki component matrix 1 dengan

nilai diatas 0,05.

3. Faktor Score Niat Beli

Hasil pengujian faktor score, niat beli memiliki 1 nilai component matrix dan diatas 0,05.

Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variabel independent

yaitu asosiasi merek (X1), atmosfir toko (X2), terhadap variabel dependent yaitu niat beli.

Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS versi 2.1

Pengujian Uji F

Component Matrixa

Pernyataan Component

1

Niat Beli 1 .761

Niat Beli 2 .852

Niat Beli 3 .839

Niat Beli 4 .884

Page 127: 936-1948-1-SM

120

Untuk menguji pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama diuji dengan

menggunakan uji F. berikut hasil perhitungannya:

Tabel Hasil Uji ANNOVA

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Regression 49.402 2 24.701 48.308 .000b

Residual 49.598 97 .511

Total 99.000 99

a. Dependent Variable: NIAT BELI

b. Predictors: (Constant), ATMOSFIR TOKO, ASOSIASI MEREK

Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS

Hasil pengujian uji F menyatakan pengaruh variabel asosiasi merek dan atmosfir toko secara

bersama-sama terhadap variabel niat beli ditunjukkan dengan hasil perhitungan nilai dalam kolom

signifikan 0,000. Dengan menggunakan batas signifikan 0,005 maka diperoleh nilai signifikan

dari uji F yang dilakukan 0,000 < 0,005 sehingga menyatakan bahwa secara bersama-sama

variabel asosiasi merek dan atmosfir toko berpengaruh secara signifikan terhadap niat beli

konsumen Les Femmes di mall Ciputra.

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya adalah untuk mengatur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variabel-variabel Y (variabel dependent). Nilai koefisien determinasi

(R2) yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya menjelaskan hampir semua

informasi yang dibutuhkan. Berikut tabel hasil perhitungan koefisien detreminasi penelitian:

Tabel Koefisien Determinan (R2)

Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS

Berdasarkan angka-angka hasil perhitungan yang terlihat pada tabel diatas, maka dapat

diketahui bahwa pengaruh asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap niat beli pengunjung Les

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .706a .499 .489 .71506857

a. Predictors: (Constant), ATMOSFIR TOKO, ASOSIASI MEREK

Page 128: 936-1948-1-SM

121

Femmes Mall Ciputra sebesar 0,706dengan koefisien determinasi 0,499 atau 4,99%. Artinya

tingkat niat beli pengunjung dipengaruhi oleh variabel asosiasi merek dan atmosfir toko,

sedangkan sisanya 5,01% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel penelitian.

Pengujian Uji t

Tujuan dari dilakukannya uji t adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh secara sendiri-

sendiri masing-masing variabel bebas yaitu asosiasi merek dan atmosfir toko. Dengan uji t

diperoleh informasi variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan. Secara sendiri-

sendiri pengaruh dari kedua independen variabel terhadap niat beli pengunjung, dapat dilihat dari

tabel dibawah ini

Tabel Hasil Uji t

Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS

Pengaruh dari masing-masing variabel bebas yaitu asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap

niat beli dapat terlihat arah tanda dan tingkat signifikan (probabilitas). Uji t dilakukan dengan cara

membandingkan tingkat signifikan < 0,05. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh

nilai koefisien parsial dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya

seperti yang terlihat pada tabel diatas. Terlihat bahwa secara sendiri-sendiri variabel asosiasi

merek tidak berpengaruh terhadap niat beli secara sendiri-sendiri dengan signifikan 0,213> 0,05,

sedangkan variabel atmosfir toko berpengaruh terhadap niat beli dengan nilai signifikan sebesar

0,000 < 0,05.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 1.832E-17 .072 .000 1.000

ASOSIASI

MEREK .149 .119 .149 1.253 .213

ATMOSFIR

TOKO .582 .119 .582 4.910 .000

a. Dependent Variable: NIAT BELI

Page 129: 936-1948-1-SM

122

Dari hasil yang telah dikemukakan pada bab V, maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil

analisis tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli

menunjukkan bahwa faktor asosiasi merek tidak memiliki hubungan atau tidak berpengaruh

terhadap niat beli pada toko Les Femmes di mall Ciputra.

2. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli

menunjukkan bahwa faktor atmosfir toko memiliki hubungan atau berpengaruh terhadap niat

beli pada toko Les Femmes di Mall Ciputra.

3. Hasil analisis dari pengujian uji f, mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli

menunjukkan bahwa variable asosiasi merek dan atmosfir suasana toko berpengaruh terhadap

niat beli secara bersama-saama pada toko Les Femmes di mall Ciputra.

Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran-saran yang dapat peneliti

berikan sebagai bahan masukan untuk Les femmes yaitu sebagai berikut:

Dalam upaya meningkatkan niat beli pada toko Les Femmes, sebaiknya pihak manajemen toko

dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan asosiasi merek

karena secara sendiri-sendiri asosiasi merek tidak berpengaruh terhadap niat beli. Dalam hal ini

manajemen toko perlu melakukan inovasi terhadap produk-produk Les Femmes baik dari segi

kualitas produk maupun varian produk yang dijual untuk wanita sehingga pangsa pasar yang

ditujukkan lebih meluas tidak hanya untuk kalangan muda namun wanita dengan usia diatas 25

dengan berbagai macam profesi juga dapat menggunakan produk-produk dari Les Femmes tidak

hanya itu dalam penggunaannya produk-produk Les femmes harus dapat digunakan dalam jangka

waktu yang lama maka dari itu kualitas bahan harus diperhatikan dengan baik serta penciptaan

lingkungan toko yang indah,bersih,nyaman serta aman sehingga selain dapat menarik pengunjung

untuk datang juga membuat betah pengunjung yang berada didalamnya. Dengan merasa betah

dapat menimbulkan niat beli terhadap produk-produk yang dilihatnya. Tidak hanya itu,

keramahan dan perhatian karyawan terhadap pengunjung dalam melayani dan memberikan

informasi mengenai produk yang dijual dapat membangun hubungan yang baik antara Les

femmes dengan pelanggan dalam jangka panjang serta dengan hal tersebut membentuk citra yang

baik mengenai Les femmes dalam benak pelanggan.

DAFTAR PUSTAKA

Bilson Simamora,Aura Merek,PT.Ikrar Mandiri Abadi,Jakarta,2003

Bilson Simamora, Riset Pemasaran Falsafah, Teori dan Aplikasi, PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta,2004

Christian Hadi Wijaya,2013,”Pengaruh Store Image, Store Atmospherics, dan Store Theatrics

Terhadap Purchase Intention Pada The Body Shop Galaxy Mall Surabaya”hlm.3

Page 130: 936-1948-1-SM

123

Clyopaza Kartika dan Anik Lestari,2013,”Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek dan Harga

Terhadap Niat Beli Konsumen Pada Samsung Galaxy Tab”,Jurnal Ilmu

Manajemen,Vol.1,No.5,hlm.1419

Darmadi Durianto, Sugiarpto dan Tony Sitinjak,”Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas

dan Perilaku Merek”,PT. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2001,

Fandy Tjiptono,Brand Management and Strategy,Andi,Yogyakarta,2005,

Freddy Rangkuti, The Power of Brands:Tehnik Mengelola Brand Equity dan Strategi

Pengembangan Merek,PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2002

Hasyim, Rina Anindita, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta,UIEU-

University Press, 2009

Ida Bagus dan Ni Made,2013,”Pengaruh Atmosfir Toko,Kualitas Pelayanan,Kelengkapa Barang dan

Kewajaran Harga Terhadap Niat Beli Konsumen Seminyak Bali”,hlm 1243Pada Toko Painluva

Seminyak Bali”,hlm 1243

Kevin Lane Keller,Strategic Brand Management:Building,Measuring and Managing Brand Equity

Third Edition,Pearson Inter,USA,2008.

Lili Karmela dan Jujun Junaedi,2009,”Pengaruh Store Athmosphere terhadap Minat Beli Konsumen pada

Toserba Griya Kuningan”,Vol.5,No.9

Malhotra, N. K. (2004). Marketing Research : An Applied Orientation. Pearson Education. New

Jersey.hal. 364

Philip Kotler,Manajemen Pemasaran Edisi Milenium,PT.Prenhallindo,Jakarta,2002

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Marketing Management:Manajemen Pemasaran,Penerjemah

Benyamin Molan 2007,Edisi 12,Indeks,Jakarta,2006.

Resti Meldarianda dan Henky Lisan,2008,”Pengaruh Store Atmosphere terhadap Minat Beli pada

Resort Café Atmosphere Bandung

Reza Jalilvand, Neda Samiel dan Sayed Hassamaldin M,2011,”The Effect of Brand Equity on

Purchase Itention”,Vol.2,No.2

Rima Zhuhriah,2009,”Pengaruh Citra Merek Terhadap Intensi Membeli”,hlm.35

Singgih, Santoso, Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS untuk Statistik Multivariant,

Elex Media Komputindo, Jakarta, 2006

Susanto B.A dan Himawan Widjanarko, Power Branding:Membangun Merek Unggul dan

Organisasi Pendukungnya, Quantum Bisnis dan Manajemen (PT.Mizan Publika),Cetakan

Pertama,Jakarta,2004

Page 131: 936-1948-1-SM

124

PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP KEBIJAKAN PENGENDALIAN

PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER

QUANTITY (EOQ) PADA

PT PELANGI INDAH CANINDO Tbk, JAKARTA

Herman Sugianto

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul Jakarta

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Studi ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan

pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang

dilakukan perusahaan dalam mendukung efisiensi proses produksi. Hasilnya menunjukkan bahwa

variabel demand, lead time dan reorder level secara parsial mempengaruhi efisiensi proses

produksi. Variabel safety stock dan variabel stock out secara parsial tidak mempengaruhi

efisiensi proses produksi.

Pandangan responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku

terutama pada variabel safety stock dan variabel stock out belum secara jelas ditetapkan dan

dikomunikasikan pada seluruh karyawan. Dengan melakukan sosialisasi secara rutin penerapan

kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan menyediakan koordinasi yang dekat antara

karyawan perusahaan yang terlibat dalam proses produksi serta kegiatan produksi harus

dilakukan sesuai perencanaan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi proses produksi.

Kata Kunci : Sistem Pengendalian Bahan Baku

PENDAHULUAN

Page 132: 936-1948-1-SM

125

Dalam menghadapi kompetisi yang meningkat dan kemajuan teknologi yang cepat,

mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang baik dan mampu bekerja secara

efektif dan efisien. Agar suatu perusahaan dapat mempertahankan kontinuitas perusahaan dan

memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan harus dapat menentukan kebijakan persediaan

dan menjadikan sebuah senjata kompetitif.

Hampir semua jenis perusahaan memiliki berbagai bentuk persediaan. Suatu perusahaan

menyimpan persediaan untuk berbagai alasan penting. Dengan adanya pengendalian terhadap

persediaan bahan baku, diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan.

Karena dengan adanya pengendalian terhadap persediaan bahan baku yang secara optimal dapat

menentukan besarnya persediaan. Untuk itu persediaan menjadi hal yang penting, sebab sukses

tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan berpengaruh besar terhadap kelancaran

proses produksi, salah satunya pada penentuan keuntungan perusahaan.

Siklus berjalannya inventory dalam suatu perusahaan tergantung dari bagaimana bisnis

perusahaan tersebut berjalan. Semakin tinggi tingkat transaksi yang dilakukan perusahaan,

semakin tinggi tingkat pergerakan inventory-nya. Dalam hal ini, walaupun prosedur dan sistem

yang kita miliki sangat hebat tetapi jika kontrol dari pergerakan inventory tersebut tidak baik,

akan tetap merugikan perusahaan. Untuk itu ada beberapa tools inventory (alat bantu) untuk

mengontrol status, mengukur, perencanaan dan pengambilan keputusan berupa model seperti

EOQ, ROP, Periodic preview, Min Max analysis, ABC analysis, DRP dan MRP.26

Model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah salah satu teknik

kontrol persediaan yang tertua dan paling dikenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi

berdasarkan pada beberapa asumsi.27

1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen.

2. Waktu tunggu-yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan-diketahui dan konstan.

3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan

dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.

4. Tidak tersedia diskon kuantitas.

5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan)

dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan atau membawa).

Biaya-biaya ini telah dibahas pada bagian sebelumnya.

6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan

dilakukan pada waktu yang tepat.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan baku

dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan PT Pelangi Indah Canindo

Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi ?

2. Bagaimana pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses produksi

pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk ?

3. Bagaimana pengaruh dari ke lima indikator : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder

Level dan Stock Out. terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk

?

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah di atas adalah :

1. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan

baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan perusahaan PT

Pelangi Indah Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi.

26

Holy Icun Yunarto & Martinus Getty Santika, Business Concepts Implementation Series in Inventory Management,

PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005, p.31 27

Jay Heizer and Barry Render, Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, p.92

Page 133: 936-1948-1-SM

126

2. Untuk menganalisis pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses

produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk.

3. Untuk mengetahui dari ke lima indikator yang akan diteliti, yaitu : Permintaan Demand, Lead

Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out., indikator apa yang paling berpengaruh

terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi manajemen

perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam menentukan kebijakan mengenai masalah

perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor yang

berjudul “Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Proses Produksi

Pada PT Hantong Precision Manufacturing Batam”. Berdasarkan uji pengaruh dan uji regeresi

dari kelima variabel yang diteliti yaitu Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level, dan

Stock Out, maka ke lima indikator dinyatakan berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi

dan indikator Demand yang paling berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT

Hantong Precision Manufacturing.28

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian yang merupakan langkah-

langkah kegiatan penelitian untuk mempermudah menganalisis data yang digambarkan

melalui kerangka pemecahan masalah berikut :

Gambar Kerangka Pemecahan Masalah

Obyek penelitian ini adalah PT Pelangi Indah Canindo Tbk dengan waktu penelitian

periode Agustus 2013 sampai dengan selesai. Jenis data yang diperlukan penulis dalam

penelitian ini yaitu data kuantitatif. Sumber data yang digunakan oleh penulis berasal dari data

primer dan data sekunder. Data primer biasanya diperoleh dengan survei lapangan yang

28

Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, 2012, Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan

Baku Terhadap Proses Produksi Pada PT. Hantong Precision Manufacturing Batam,

www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada tanggal 29 Mei 2013, p.4

Mulai Data Kuesioner

Analisis SPSS

Kesimpulan Selesai

Page 134: 936-1948-1-SM

127

menggunakan semua metode pengumpulan data original. Metode pengumpulan data penelitian

ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (Field

research).

Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 277 orang

karyawan tetap dan masih bekerja pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, yang berkedudukan di Jl.

Daan Mogot Km.14 No.700, Jakarta 11840 – Indonesia.

Dalam kesempatan ini peneliti menggunakan populasi sebagai sampel, yaitu 60 orang

karyawan tetap di Divisi Operation, dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel Sampel Penelitian Pada PT Pelangi Indah Canindo Tahun 2013

No. Divisi Operation Jumlah Persentase

1 LOGISTIC 6 10 %

2 PRODUCTION 44 73 %

3 QA & QC 4 7 %

4 WAREHOUSE 4 7 %

5 DELIVERY 2 3 %

Total Responden 60 100 %

Sumber : PT Pelangi Indah Canindo

Metode pengambilan sampel (sampling) yang akan digunakan dalam penelitian ini penulis

menggunakan teknik judgment sampling atau purposive sampling. Adapun pertimbangan atau

kriteria calon responden pada penelitian ini, yaitu : Karyawan Divisi Operation yang mengetahui

dan menjalankan SOP penerapan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT Pelangi

Indah Canindo Tbk.

Operasional Variabel

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel dependen (terikat) yaitu efisiensi

proses produksi dan variabel independen (bebas) yaitu pengendalian persediaan bahan baku.

Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah Efisiensi Proses Produksi.

Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pengendalian persediaan

bahan baku yang menggunakan analisis metode EOQ (Economic Order Quantity). Variabel

independen terdiri dari sub variabel, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan

Stock Out.

Teknik Analisis Data

1. Uji Validitas

Page 135: 936-1948-1-SM

128

Uji Validitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan tujuan

untuk mengukur sah tidaknya suatu pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep, satu

pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mengukur indikator/dimensi setiap variabel

yang akan diukur. Secara statistik satu pertanyaan dianggap sah jika memiliki nilai tertentu.

Uji terhadap kualitas pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan disebarkan kepada

responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer dilakukan dalam bentuk

pra penelitian.29

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan

tujuan untuk mengukur konsistensi seluruh pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep,

pertanyaan dianggap konsisten jika menghasilkan jawaban yang sama atau hampir sama dari

kelompok responden yang berbeda. Secara statistik konsistensi pertanyaan jika memiliki nilai

tertentu. Uji terhadap konsistensi pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan disebarkan

kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer dilakukan dalam

bentuk pra penelitian.30

3. Analisis Deskriptif

Menjawab rumusan masalah deskriptif merupakan hal yang sangat mendasar dan

penting dalam penelitian, karena data utama dari penelitian akan dapat diketahui dengan jelas

dari hasil analisis deskriptif ini. Hasil penelitian ini akan dapat dideskripsikan lebih rinci

apabila setiap pertanyaan dalam setiap instrumen dihitung nilainya. Dengan demikian setiap

pertanyaan dari setiap instrumen untuk seluruh responden dapat diketahui mana yang

mendapat nilai rendah, nilai tinggi atau nilai rata-rata.31

4. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan

keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai

faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan

dilakukan bila jumlah variabel independen minimal dua.32

Persamaan garis regresi untuk regresi berganda dalam analisis ini adalah :33

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + Ei

Dimana :

Y = Efisiensi Proses produksi

X1 = Demand

X2 = Lead Time

X3 = Safety Stock

X4 = Reorder Level

X5 = Stock Out

bo, b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi

Ei = Error

Analisa Regresi Berganda dalam penelitian ini dianalisa meliputi : Uji koefisiensi

determinan (R2), uji statistik F dan uji statistik t.

29

Hasyim & Rina Anindita, Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama, UIEU -

University Press, Jakarta, 2009, p.92 30

Ibid, p.99 31

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &D, Alfabeta, Bandung, 2012, p.177 32

Ibid, p.211 33

Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, op.cit., p.25

Page 136: 936-1948-1-SM

129

Dengan menggunakan salah satu teknik pengendalian persediaan bahan baku, yaitu : metode

Economical Order Quantity (EOQ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan

pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dalam mendukung efisiensi

proses produksi, mengetahui pengaruh dari ke lima faktor yang akan diteliti, yaitu : Demand,

Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out terhadap efisiensi proses produksi dan

mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap efisiensi proses produksi.

Hipotesis

H1 : Diduga ada pengaruh antara Demand terhadap Efisiensi Proses Produksi

H2 : Diduga ada pengaruh antara Lead Time terhadap Efisiensi Proses Produksi

H3 : Diduga ada pengaruh antara Safety Stock terhadap Efisiensi Proses Produksi

H4 : Diduga ada pengaruh antara Reorder Level terhadap Efisiensi Proses Produksi

H5 : Diduga ada pengaruh antara Stock Out terhadap Efisiensi Proses Produksi

H6 : Diduga faktor yang paling berpengaruh Efisiensi Proses Produksi adalah Demand

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Uji Validitas

Hasil uji validitas menunjukkan nilai probabilitas korelasi (signifikan) < dari taraf

signifikan (α) sebesar 0,05 dan memiliki nilai korelasi minimal 0,361. Berikut ini hasil uji

validitas, pada pengujian validitas dengan 60 responden, sebagai berikut :

1. Y_1 Pearson Correlation adalah 0,853 dan signifikan 0,000 < 0,05.

2. Y_2 Pearson Correllation adalah 0,756 dan signifikan 0,000 < 0,05.

Page 137: 936-1948-1-SM

130

3. Y_3 Pearson Correllation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05.

4. Y_4 Pearson Correlation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05.

5. X1_5 Pearson Correllation adalah 0,892 dan signifikan 0,000 < 0,05

6. X1_6 Pearson Correlation adalah 0,781 dan signifikan 0,000 < 0,05.

7. X1_7 Pearson Correllation adalah 0,900 dan signifikan 0,000 < 0,05.

8. X1_8 Pearson Correllation adalah 0,883 dan signifikan 0,000 < 0,05.

9. X2_9 Pearson Correlation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05.

10. X2_10 Pearson Correllation adalah 0,562 dan signifikan 0,000 < 0,05

11. X2_11 Pearson Correlation adalah 0,635 dan signifikan 0,000 < 0,05.

12. X2_12 Pearson Correllation adalah 0,815 dan signifikan 0,000 < 0,05.

13. X3_13 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05.

14. X3_14 Pearson Correlation adalah 0,715 dan signifikan 0,000 < 0,05.

15. X3_15 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05

16. X3_16 Pearson Correlation adalah 0,702 dan signifikan 0,000 < 0,05.

17. X4_17 Pearson Correllation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05.

18. X4_18 Pearson Correllation adalah 0,881 dan signifikan 0,000 < 0,05.

19. X4_19 Pearson Correlation adalah 0,884 dan signifikan 0,000 < 0,05.

20. X5_20 Pearson Correllation adalah 0,782 dan signifikan 0,000 < 0,05

21. X5_21 Pearson Correlation adalah 0,828 dan signifikan 0,000 < 0,05.

22. X5_22 Pearson Correllation adalah 0,808 dan signifikan 0,000 < 0,05.

23. X5_23 Pearson Correllation adalah 0,783 dan signifikan 0,000 < 0,05.

24. X5_24 Pearson Correlation adalah 0,834 dan signifikan 0,000 < 0,05.

25. X5_25 Pearson Correllation adalah 0,939 dan signifikan 0,000 < 0,05.

26. X5_26 Pearson Correlation adalah 0,800 dan signifikan 0,000 < 0,05.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai alpha yang rata rata lebih besar dari 0,6 maka pada

tingkat reliabilitas yang baik. Berikut ini hasil uji reliabilitas, pada pengujian reliabilitas

dengan 60 responden, diperoleh nilai Cronbach‟s Alpha dari masing masing variabel, sebagai

berikut :

Hasil Uji Reliabilitas

3. Hasil Penelitian Analisis Deskriptif

Dimensi Jumlah Butir

Pertanyaan

Cronbach’s

Alpha Kesimpulan

Efisiensi Proses Produksi

Demand

Lead Time

Safety Stock Reorder

Level

Stock Out

4

4

4

4

3

7

0,834

0,888

0,640

0,691

0,851

0,922

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Jumlah 26

Page 138: 936-1948-1-SM

131

Hasil pengujian deskriptif menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap penerapan

pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan sangat sesuai atau sesuai

dalam mendukung Efisiensi Proses Produksi.

Berikut ini hasil pengujian deskriptif dengan 60 responden, sebagai berikut :

No. Butir Pertanyaan

Tanggapan Responden

Jumlah

Skor Kesimpulan

P1 Penerapan pengendalian persediaan bahan baku

yang dilakukan perusahaan 272 Sangat Setuju

P2 Kemampuan Perusahaan 275 Sangat Setuju

P3 Peranan Departemen PPC 277 Sangat Setuju

P4 Kelancaran proses produksi 271 Sangat Setuju

P5 Kesesuaian prosedur SOP terhadap permintaan

pelanggan 286 Sangat Setuju

P6 Kemampuan perusahaan memenuhi permintaan 283 Sangat Setuju

P7 Kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan 279 Sangat Setuju

P8 Perencanaan jumlah kebutuhan bahan baku 283 Sangat Setuju

P9 Kesesuaian prosedur SOP terhadap pengaturan

tenggat waktu 259 Sangat Setuju

P10 Kemampuan Perusahaan untuk menentukan tenggat

waktu agar tepat waktu 255 Sangat Setuju

P11 Jadwal tenggat waktu persediaan bahan baku 245 Setuju

P12 Perencanaan tenggat waktu persediaan bahan baku 260 Sangat Setuju

P13 Kesesuaian prosedur SOP terhadap persediaan

pengaman 285 Sangat Setuju

P14 Perusahaan memiliki persediaan pengaman bahan

baku 278 Sangat Setuju

P15 Perencanaan persediaan pengaman 276 Sangat Setuju

P16 Kesesuaian perencanaan persediaan pengaman

dengan sistem pengendalian persediaan bahan baku 283 Sangat Setuju

P17 Kesesuaian prosedur SOP terhadap tingkat

pemesanan kembali bahan baku 277 Sangat Setuju

P18 Perencanaan tingkat pemesanan kembali bahan

baku 273 Sangat Setuju

P19 Kesesuaian tingkat pemesanan kembali bahan baku

dengan sistem pengendalian persediaan bahan baku 276 Sangat Setuju

P20 Kesesuaian prosedur SOP terhadap mengantisipasi

kehabisan persediaan bahan baku 222 Setuju

P21 Perencanaan kehabisan persediaan bahan baku di

perusahaan 231 Setuju

P22 Kinerja Departemen PPC di perusahaan untuk

mengantisipasi stock out (kehabisan bahan baku) 237 Setuju

P23 Tanggung jawab departemen PPC untuk

mengantisipasi stock out 222 Setuju

P24

Kehabisan persediaan bahan baku merupakan faktor

yang paling berpengaruh terhadap kelancaran

proses produksi

230 Setuju

P25 Kinerja seluruh departemen di perusahaan untuk

mengantisipasi stock out 227 Setuju

P26 Tanggung jawab pimpinan perusahaan untuk

mengantisipasi stock out 233 Setuju

Page 139: 936-1948-1-SM

132

4. Hasil Penelitian Analisis Regresi Berganda

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil uji R Square menunjukkan bahwa nilai R2 (R Square) sebesar 0,941 yang

mendekati nilai satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Efisiensi Proses

Produksi). Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu

menjelaskan sebesar 94 % variasi variabel dependen (Efisiensi Proses Produksi).

Sedangkan sisanya sebesar 6 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model penelitian ini.

b. Uji F

Hasil uji statistik F menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time, Safety Stock,

Reorder Level dan Stock Out secara serempak mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi

dengan Nilai Fhitung sebesar 172,140 terhadap Ftabel sebesar 2,386, jadi Fhitung > Ftabel.

c. Uji t

Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time dan Reorder

Level signifikan terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara

signifikan terhadap Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden

memandang bahwa setiap kenaikan variabel Demand, Lead Time dan Reorder Level maka

efisiensi proses produksi akan meningkat.

Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak terbukti secara

parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap Efisiensi Proses

Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan bahwa setiap kenaikan

variabel Safety Stock dan Stock Out maka efisiensi proses produksi akan menurun.

Perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan, biaya modal yang akibat barang modal

menganggur dan tidak berputar dan kerugian kehilangan penjualan atau kehilangan

pelanggan, tetapi biaya ini akan sulit diperkirakan karena berhubungan dengan good will

perusahaan.

Dengan hasil nilai thitung maka dapat dilakukan pengurutan variabel bebas, ternyata yang

lebih dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah variabel Demand.

Nomor Urut Variabel T hitung Sig.

1 Demand 4,901 0,000

2 Reorder Level 4,199 0,000

3 Lead Time 3,815 0,000

4 Stock Out 1,934 0,058

5 Safety Stock 0,104 0,918

Page 140: 936-1948-1-SM

133

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan

yaitu sebagai berikut :

1. Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak terbukti secara

parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap Efisiensi Proses

Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan terhadap variabel Safety

Stock dan variabel Stock Out tidak mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi. Oleh karena itu

pandangan responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku terutama pada

variabel Safety Stock dan variabel Stock Out belum secara jelas ditetapkan dan

dikomunikasikan pada seluruh karyawan oleh manajemen perusahaan. Manajemen

perusahaan perlu melakukan sosialisasi secara rutin penerapan kebijakan pengendalian

persediaan bahan baku dan menyediakan koordinasi yang dekat antara karyawan perusahaan

yang terlibat dalam proses produksi serta kegiatan produksi harus dilakukan sesuai

perencanaan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi.

2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah variabel

Demand.

Keterbatasan

Hasil penelitian ini mempertimbangkan beberapa keterbatasan setelah di evaluasi oleh

peneliti. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penelitian hanya dilakukan pada satu perusahaan sehingga penelitian ini tidak dapat

digeneralisasikan pada semua perusahaan.

2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui kuesioner yang

memungkinkan terjadinya bias oleh tanggapan responden dimungkinkan tidak sesuai dengan

maksud pertanyaan dalam kuesioner, dan responden juga dimungkinkan mengisi kuesioner

secara asal dan tidak lengkap. Dengan demikian kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan

pada data yang dikumpulkan melalui penggunaan instrumen secara tertulis.

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan kepada perusahaan untuk :

1. Melakukan sosialisasi secara rutin penerapan pengendalian persediaan bahan baku untuk

mendukung efisiensi proses produksi agar tetap bisa menjaga serta mempertahankan

kelancaran proses produksi.

2. Meningkatkan pengendalian mutu, pemeliharaan dan pencegahan untuk meningkatkan

komitmen kerja karyawan dalam peningkatan kualitas dan produktivitas.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini hendaknya dilakukan

memberikan informasi awal mengenai variabel yang akan diuji atas kuesioner untuk

keseragaman makna dan maksud dari setiap butir pertanyaan, agar dapat di adaptasi dengan

baik dan sesuai maksud dari pertanyaan yang mewakili dimensi setiap variabel yang hendak

diukur. Hal ini dilakukan dengan harapan supaya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat

fokus dan dimengerti oleh responden, serta dapat dilakukan perbaikan apabila ada pertanyaan

yang kurang dimengerti oleh responden.

Page 141: 936-1948-1-SM

134

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S., Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh Kantor Akuntan Publik, Jilid I, Edisi Ketiga,

Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2004

Assauri, S., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi 2008, Lembaga Penerbit FEUI,

Jakarta, 2008

Baridwan, Z., Intermediate Accounting, Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 2004

Handoko, T.H., Dasar – Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Cetakan 13,

BPFE, Yogyakarta, 2000

Hansen, D.R. dan Mowen M.M., Akuntansi Manajerial, Edisi 8, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta,

2009

Hasyim & Anindita R., Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama,

UIEU - University Press, Jakarta, 2009

Heizer, J. and Render, B., Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006

Herjanto, E., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Ketiga, PT Grasindo, Jakarta, 2008

Keown, A.J., Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 13, Salemba Empat, Jakarta, 2004

Kuncoro, M., Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 2003

Nasution, A.H., & Prasetyawan Y., Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama,

Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008

Prihasdi, R. D. dan Rahardjo S.N., 2012, Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1, Nomor

1, Efisiensi Metode Economical Order Quantity (EOQ) Dalam Pengambilan Keputusan

Pembelian Bahan Baku Dan Pengaruhnya Terhadap Total Biaya Pembelian Pada PT

Amitex (Amanah Mitra Industri) Buaran Kabupaten Pekalongan, www.google.com,

diunduh pada tanggal 17 Februari 2013

Riyanto, B., Dasar–Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Buku 7, BPFE, Yogyakarta, 2001

Siregar, S., Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, Bumi Aksara, 2013

Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, 2012

Sukanto & Indriyo, Manajemen Produksi, BPFE, Jakarta, 2000

Supriyono RA.A., Manajemen Biaya, Buku Satu, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2000

Suswardji, E., Eman S., dan Ratnaningsih R., 2012, Journal Manajemen, Vol.1, No.1 Oktober

2012, Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT NT Piston Ring Indonesia

di Karawang, www.google.com / jurnal.feunsika.ac.id, diunduh pada tanggal 31 Juli 2013

Taylor III B.W., Introduction to management Science-Sains Manajemen, Edisi 8, Salemba Empat,

Jakarta, 2008, p.387

Weston, J.F., Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 1 ,PT Gelora Aksara, Jakarta, 2001

Wulandari, D.N. dan Banjarnahor H., Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Terhadap Proses Produksi Pada PT Hantong Precision

Manufacturing Batam, www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada

tanggal 29 Mei 2013

Yunarto, H.I. & Santika M.G., Business Concepts Implementation Serises in Inventory

Management, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005

Page 142: 936-1948-1-SM

135

ANALISIS RETAILING MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI

INDOMARET

Nina Merdiana

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi

keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Faktor Retailing

Mix (Store Design & Display) yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian di

Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang. Bagaimana kecenderungan keputusan

pembelian dimasa mendatang sesuai dengan persamaan diskriminan yang terbentuk. Faktor

Location, Merchandise Assortment, Pricing, Customer Service, Store Design & Display,

Communication Mix sebagai variabel independen dan keputusan pembelian sebagai variabel

dependen. Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang pernah

melakukan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Metode analisis

yang digunakan adalah diskriminan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor Store Design & Display dan Communication

Mix memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan faktor Customer Service tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, faktor Pricing tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, faktor Location tidak memiliki

pengaruh yang signifikan, dan faktor Merchandise Assortment tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan pembelian. Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi

keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang adalah faktor

Store Design & Display. Kemudian dilakukan analisis kualitatif diperoleh hasil bahwa responden

yang sering melakukan pembelian adalah perempuan usia dewasa dan karyawan swasta. Setelah

melakukan analisis diskriminan maka diperoleh hasil persamaan diskriminan Z Score = -11,588

+ 2,450 Store Design & Display + 2,545 Communication Mix.

Kata kunci : Retailing Mix, Keputusan Pembelian.

Pendahuluan

Latar Belakang

Perdagangan besar dan perdagangan eceran sangat penting dalam proses penyaluran

barang dan jasa. Tanpa usaha perdagangan besar dan eceran, sulit bagi produsen untuk

menyaluran barangnya walaupun produsen dapat langsung menyalurkan barang kepada

konsumen atau kepada pengecer. Perusahaan yang bergerak di bidang ritel atau perdagangan

eceran selalu berusaha memikat hati para konsumennya dengan memuaskan kebutuhan dan

keinginan konsumen melalui produk yang berkualitas, harga yang bersaing, program promosi

Page 143: 936-1948-1-SM

136

yang menarik, kenyamanan berbelanja serta pelayanan yang prima. Industri ritel modern terbagi

terbagi menjadi beberapa kelompok seperti hypermarket, supermarket dan minimarket. Segmen

bisnis ritel tersebut biasanya dikelompokkan berdasarkan luas area penjualan, jumlah item serta

jenis itemnya. Minimarket merupakan jenis ritel modern yang paling agresif memperbanyak

jumlah gerai, misalnya Indomaret . Tidak heran, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini

kita dapat melihat betapa menjamurnya pertumbuhan minimarket di sekitar kita.

Menurut Data Consult, kenaikan jumlah gerai ritel terutama dipicu oleh pertumbuhan

gerai minimarket yang fenomenal. Jika pada tahun 2007 total gerai minimarket hanya 8.889 maka

pada 2010 melonjak pesat hingga mencapai sekitar 15.538 gerai. Sedangkan pada 2011

diperkirakan akan meningkat menjadi 16.720 gerai.

Para peritel harus semakin memahami konsumen dalam berbelanja, khususnya Store

Design & Display mengenai kenyamanan dan penataan barang. Menurut Sopiah dan Syihabudin

di dalam bukunya mengatakan bahwa, desain toko merupakan 5 materi penting untuk

menciptakan suasana yang akan membuat pelanggan merasa berat berada disuatu toko. Pada

intinya, desain toko bertujuan memenuhi syarat fungsional sambil menyediakan pengalaman

berbelanja yang menyenangkan sehingga mendukung terjadinya transaksi.

Menurut Bob Foster di dalam bukunya mengatakan bahwa, Display adalah usaha yang

dilakukan untuk menata barang yang mengarahkan pembeli agar tertarik untuk melihat dan

membeli. Display atau presentasi atau memajang barang sangat penting dilakukan oleh toko

swalayan. Display yang baik akan membangkitkan minat pelanggan untuk membelinya. Definisi

umum display adalah usaha yang dilakukan untuk menata barang yang mengarahkan pembeli

agar tertarik untuk melihat dan memutuskan untuk membelinya.

Perdagangan eceran bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa

kepada konsumen akhir. Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang

dari produsen sampai kepada konsumen. Levy dan Weitz menyebutkan bahwa retailing adalah

himpunan kegiatan bisnis yang menambahkan nilai ke produk dan jasa yang dijual kepada

konsumen untuk penggunaan pribadi atau keluarga. Retailing memiliki elemen yaitu Location

(lokasi), Merchandise Assortment (ragam produk), Pricing (penetapan harga), Customer Service

(pelayanan konsumen), Store Design & Display (desain toko dan display) dan Communication

Mix (bauran komunikasi).

Mengingat keinginan konsumen yang beragam, penting bagi pihak perusahaan untuk

mengetahui dan memahami perilaku pembelian konsumen, sehingga perusahaan mampu

mengembangkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen. Perilaku konsumen adalah

studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan,

dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan

mereka.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian di

Indomaret (Studi kasus pada konsumen Indomaret di Perumahan Vila Tomang Baru,

Tangerang).

Rumusan Masalah

Page 144: 936-1948-1-SM

137

1. Faktor-faktor Retailing Mix (Location, Merchandise Assortment, Pricing, Customer Service,

Store Design & Display dan Communication Mix) manakah yang mempengaruhi keputusan

pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang ?

2. Manakah faktor Retailing Mix (Store Design & Display) yang dominan dalam mempengaruhi

keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang ?

3. Bagaimana kecenderungan keputusan pembelian dimasa mendatang sesuai dengan persamaan

diskriminan yang terbentuk ?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keputusan pembelian di

Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang.

2. Untuk mengetahui manakah faktor Retailing Mix (Store Design & Display) yang dominan

dalam mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru

Tangerang.

3. Untuk mengetahui bagaimana kecenderungan keputusan pembelian dimasa mendatang sesuai

dengan persamaan diskriminan yang terbentuk.

Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan berguna sebagai:

1. Bagi Perusahaan

Bahan masukan untuk perusahaan khususnya retailer untuk menentukan strategi dalam

memasarkan produk yang dihasilkan dengan lebih baik.

2. Bagi Pembaca

Bahan tambahan bacaan khusus untuk mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan pembelian produk yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi

sumber informasi yang selanjutnya dapat dijadikan dasar masukan bagi penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Digunakan sebagai langkah awal bagi peneliti untuk menerapkan pengetahuan berupa teori-

teori di bidang manajemen pemasaran yang didapat di bangku perkuliahan khususnya

berkaitan dengan masalah yang menjadi obyek penelitian dan penerapannya di lapangan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari 2014 sampai dengan Mei 2014 di

Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang

dikuantitatifkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan alat yang disebut dengan kuesioner.

Page 145: 936-1948-1-SM

138

Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan

dijawab oleh responden. Kuesioner bertujuan untuk mengukur persepsi responden digunakan

Skala Likert. Pertanyaan didalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-4 untuk

mewakili pendapat dari responden.

Studi pustaka adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku

literatur dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan untuk

mengetahui berbagai pengetahuan atau teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian. Sumber data yang diperoleh yaitu data primer yang merupakan data yang diperoleh

langsung dari objek penelitian yaitu dengan melalui penyebaran kuesioner dan menggunakan data

sekunder yang merupakan informasi yang diperoleh dari hasil publikasi dan diolah oleh pihak lain

berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data documenter).

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh konsumen yang sudah pernah melakukan

pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang yang jumlahnya tidak

diketahui.

Menetapkan populasi dalam penelitian ini menggunakan Quota Sampling dimana

pengambilan sampel ini dilakukan jika populasi tidak diketahui jumlahnya sehingga peneliti harus

menentukan sendiri jumlah sampel yang diinginkan. Metode pengambilan sampel yang

digunakan yaitu Purposive Sampling dimana pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan

kriteria-kriteria yang ditetapkan sendiri oleh peneliti sepanjang unsur-unsur yang akan diteliti

merupakan anggota populasi.

METODE ANALISA DATA

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan

tujuan untuk mengukur sah tidaknya suatu pertanyaan dalam penelitian.

Secara konsep, satu pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mengukur

indikator/dimensi setiap variabel yang akan diukur.Secara statistik satu pertanyaan dianggap

sah jika memiliki nilai tertentu.

Penentuan kevalidan suatu instrument diukur dengan membandingkan r-hitung dengan

r-tabel. Adapun penentuan disajikan sebagai berikut:

1) Nilai sig r < 0.05 dikatakan valid

2) Nilai sig r > 0.05 dikatakan tidak valid

Jika ada butir yang tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut dikeluarkan dan

proses analisis diulang untuk butir valid saja. Untuk menghitung nilai korelasi setiap pertanyaan

dengan total jawaban, menggunakan rumus teknik korelasi product moment sebagai berikut :

))(()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnr

Keterangan :

r = Koefisien korelasi

X = Jumlah skor total item

Y = Jumlah skor total item

n = Jumlah responden

Page 146: 936-1948-1-SM

139

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di

dalam mengukur gejala yang sama.

Salah satu angket dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. uji reliabilitas data digunakan

rumus cronbach alpha yaitu:

Reliabilitas instrumen

Banyaknya butir pertanyaan kuesioner

Jumlah varians butir

Varians total

Suatu instrument dapat dikatakan reliable bila memiliki nilai koefisien keandalan atau

alpha lebih dari atau sama dengan 0,6. Perhitungan uji reliabilitan ini juga dilakukan dengan

bantuan komputer dengan program SPSS for Windows.

Untuk menganalisa tingkat kecenderungan konsumen mengambil keputusan berdasarkan

variabel dependent yang dibagi menjadi dua pada diskriminan dengan keterangan sebagai

berikut :

Kode Nilai

0 Sering Membeli

1 Jarang Membeli

3. Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan adalah sebuah teknik untuk menganalisis data ketika criterion

atau variabel dependen bersifat kategoris dan prediktor atau variabel independen bersifat

interval. Teknik analisis diskriminan dijelaskan dengan sejumlah kategori yang dimiliki oleh

variabel kriterion. Bila variabel kriterion mempunyai dua kategori, teknik analisisnya dikenal

sebagai analisis diskriminan dua kelompok. Jika terdapat tiga atau lebih kategori, teknik

analisisnya dikenal dengan analisis diskriminan majemuk.

Perbedaan utama kedua jenis teknik ini adalah bahwa dalam analisis dua variabel,

dimungkinkan untuk menurunkan hanya satu fungsi diskriminan. Dalam analisis diskriminan

majemuk, dapat dihitung lebih dari satu fungsi.

Model analisis diskriminan terdiri dari kombinasi linier dari bentuk berikut :

D = b0 + b1 X + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6

Dimana :

D = Keputusan Pembelian

b = koefisien diskriminasi atau bobot

X1 = Location

X2 = Merchandise Assortment

X3 = Pricing

X4 = Customer Service

Page 147: 936-1948-1-SM

140

X5 = Store Design & Display

X6 = Communication Mix

Untuk memprediksi responden mana masuk golongan mana, kita dapat

menggunakan optimum cutting score. Rumus yang digunakan berbeda untuk grup yang

proporsional (kedua grup memiliki jumlah anggota yang sama) dan yang tidak

proporsional (jumlah anggota kedua grup berbeda). Untuk dua grup yang memilki anggota

yang sama, cutting score dinyatakan dengan rumus:

Zcu =BA

ABBA

NN

ZNZN

Dimana:

Zcu = Cutting score untuk nilai yang sama

NA = Jumlah anggota grup A

NB = Jumlah anggota grup B

ZA = Centoroid grup A

ZB = Centroid grup B

Definisi Operasional Variabel

Didalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : variabel dependent dan independent

yang termasuk variabel dependentnya adalah, keputusan pembelian sebagai (Y) dan yang

termasuk variabel independentnya adalah Retailing Mix.

Kerangka Pikir Penelitian

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

Bauran Eceran

(Retailing Mix)

(X)

Location

(X1)

1. Strategis

2. Mudah dijangkau

3. Tersedia lahan parkir

Merchandise

Assortment

(X2)

1. Rentang produk

2. Kualitas produk

Pricing

(X3)

1. Harga tetap (fixed price) yang tertera

jelas pada rak barang

2. Harga yang bersaing

Customer Service

(X4)

1. Jam operasional gerai

2. Menangani keluhan

3. Kemudahan pembayaran

4. Penyediaan trolley dan keranjang

dalam jumlah cukup

5. Jumlah kasir yang memadai

Store Design &

Display

(X5)

1. Kenyamanan

2. Penataan barang

Communication Mix

(X6)

1. Iklan

2. Promosi penjualan

3. Pemasaran langsung dan Pemasaran

interaktif

Keputusan Pembelian

(Y)

Keputusan Pembelian

Produk

Pertimbangan Akhir Sebelum Membeli

Produk

0 = Sering Membeli

1 = Jarang Membeli

Sumber : Data di olah peneliti

Indomaret

Keputusan Pembelian

Konsumen Indomaret

(Y)

0 = Sering Membeli

1 = Jarang Membeli

Analisis Data

• Uji Validitas

• Uji Reliabilitas

• Analisis Diskriminan

Hasil Analisis

PT. Indomarco Prismatama Konsumen Indomaret di

Perumahan Vila Tomang

Baru - Tangerang

Retailing Mix

(X)

Location (X1)

Merchandise Assortment (X2)

Pricing (X3)

Customer Service (X4)

Store Design & Display (X5)

Communication Mix (X6)

Page 148: 936-1948-1-SM

141

Sumber : Data diolah Peneliti

Hipotesis :

H1 : Terdapat pengaruh positif antara Location terhadap keputusan pembelian di Indomaret

Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.

H2 : Terdapat pengaruh positif antara Merchandise Assortment terhadap keputusan pembelian di

Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.

H3 : Terdapat pengaruh positif antara Pricing terhadap keputusan pembelian di Indomaret

Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.

H4 : Terdapat pengaruh positif antara Customer Service terhadap keputusan pembelian di

Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.

Berdasarkan hasil tabulasi pada kuesioner, pengujian validitas dan reliabilitas maka peneliti

melakukan uji diskriminan,untuk mengetahui faktor retailing mix manakah yang mempengaruhi

keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.

F

e

e

d

b

a

c

k

Analysis Case Processing Summary

Unweighted Cases N Percent

Valid 100 100,0

Excluded Missing or out-of-

range group codes

0 ,0

At least one missing

discriminating variable

0 ,0

Both missing or out-

of-range group codes

and at least one

missing discriminating

variable

0 ,0

Total 0 ,0

Page 149: 936-1948-1-SM

142

Tests of Equality of Group Means

Wilks'

Lambda F df1 df2 Sig.

Location ,992 ,750 1 98 ,389

Merchandise Assortment ,988 1,229 1 98 ,270

Pricing ,997 ,338 1 98 ,562

Customer Service ,997 ,324 1 98 ,570

Store Design & Display ,959 4,157 1 98 ,044

Communication Mix ,954 4,713 1 98 ,032

Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

Variables Entered/Removed

Step Entered

Min. D Squared

Statistic Between Groups

Exact F

Statistic df1 df2 Sig.

1 Communication

Mix

,190 Sering Membeli

and Jarang

Membeli

4,713 1 98,000 ,032

2 Store Design &

Display

,391 Sering Membeli

and Jarang

Membeli

4,786 2 97,000 ,010

Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

Structure Matrix

Function

1

Communication Mix ,698

Store Design & Display ,656

Pricinga ,305

Locationa -,071

Customer Servicea -,013

Merchandise Assortmenta ,005

Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

Page 150: 936-1948-1-SM

143

Pengaruh Keputusan Pembelian

Dari tabel diatas terlihat bentuk dari fungsi diskriminan yang terben

Untuk menjadi persamaan :

Z Score = -11,588 + 2,450 Store Design & Display + 2,545 Communication Mix.

Functions at Group Centroids

Keputusan Pembelian

Function

1

Sering Membeli ,281

Jarang Membeli -,344

Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

No. Faktor Fungsi

1. Communication Mix 0,698

2 Store Design & Display 0,656

Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

Canonical Discriminant Function Coefficients

Function

1

Store Design & Display 2,450

Communication Mix 2,545

(Constant) -11,588

Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

Jarang Membeli

Z = -0,344 Z = 0,281

N = 55 N = 45

Sering Membeli

Page 151: 936-1948-1-SM

144

Perhitungan :

Zcu =

= -0,06275 – berarti sama dengan 0.

Dari pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan analisis diskriminan. Dengan

demikian dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tidak terdapat pengaruh positif antara location terhadap keputusan pembelian di Indomaret

Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel location yang

memiliki tingkat signifikan 0,389 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat ditarik bahwa location

tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.

2. Tidak terdapat pengaruh positif antara merchandise assortment terhadap keputusan pembelian

di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel

merchandise assortment yang memiliki tingkat signifikan 0,270 > 0,05. Hasil kesimpulan

yang dapat ditarik bahwa merchandise assortment tidak signifikan dalam mempengaruhi

keputusan pembelian.

3. Tidak terdapat pengaruh positif antara pricing terhadap keputusan pembelian di Indomaret

Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel pricing yang

Kurva Titik Cutting Off

Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

55 x -0,344 + 45 x 0,281

55 + 45

=

0

Classification Results

Keputusan

Pembelian

Predicted Group

Membership

Total

Sering

Membeli

Jarang

Membeli

Original Count Sering Membeli 30 25 55

Jarang Membeli 13 32 45

% Sering Membeli 54,5 45,5 100,0

Jarang Membeli 28,9 71,1 100,0

Cross-validateda Count Sering Membeli 29 26 55

Jarang Membeli 13 32 45

% Sering Membeli 52,7 47,3 100,0

Jarang Membeli 28,9 71,1 100,0

Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

Page 152: 936-1948-1-SM

145

memiliki tingkat signifikan 0,562 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat ditarik bahwa pricing

tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.

4. Tidak terdapat pengaruh positif antara customer service terhadap keputusan pembelian di

Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel

customer service yang memiliki tingkat signifikan 0,570 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat

ditarik bahwa customer service tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.

5. Terdapat pengaruh positif antara store design & display terhadap keputusan pembelian di

Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel store

design & display yang memiliki tingkat signifikan 0,044 < 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat

ditarik bahwa store design & display signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.

6. Terdapat pengaruh positif antara communication mix terhadap keputusan pembelian di

Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel

communication mix yang memiliki tingkat signifikan 0,032 < 0,05. Hasil kesimpulan yang

dapat ditarik bahwa communication mix signifikan dalam mempengaruhi keputusan

pembelian.

7. Adapun faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret

Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang adalah faktor store design & display (kenyamanan,

penataan barang).

8. Fungsi diskriminan untuk kasus ini adalah :

Z Score = -11,588 + 2,450 Store Design & Display + 2,545 Communication Mix. Berdasarkan

fungsi ini kita dapat mengetahui bahwa kecenderungan seseorang untuk sering membeli dan

jarang membeli adalah karena mereka melihat dari sisi Store Design & Display dan

Communication Mix yang ada di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti ingin memberikan masukan

berdasarkan hasil kesimpulan yaitu :

1. Location mengenai letak yang strategis, mudah dijangkau dan tersedianya lahan parkir

menurut peneliti akan lebih baik jika suatu saat Indomaret menambah gerai agar ditempatkan

lebih dekat dengan tempat tinggal konsumen, gerai Indomaret bisa lebih dekat dengan

konsumen sehingga mempermudah konsumen untuk melakukan pembelian, memperluas

lahan parkir agar konsumen merasa aman ketika parkir saat berbelanja. Merchandise

Assortment mengenai rentang produk dan kualitas produk, perusahaan seharusnya lebih

memperbanyak jumlah produk yang dijual, menyediakan ukuran yang beragam pada tiap jenis

produk, lebih menseleksi produk-produk yang berkualitas.. Pricing mengenai harga tetap

(fixed price) yang tertera jelas pada rak barang dan harga yang bersaing, menurut peneliti

akan lebih baik jika Indomaret lebih teliti dalam mencantumkan harga pada produk-produk

yang dijual agar konsumen dengan mudah mengetahui, lebih cermat dalam memberikan

informasi mengenai harga produk, menjual produk dengan harga yang lebih bersaing, menjual

produk dengan harga yang lebih hemat. Customer Service yang meliputi jam operasional

gerai, menangani keluhan, kemudahan pembayaran, penyediaan trolley dan keranjang dalam

jumlah cukup, dan jumlah kasir yang memadai menurut peneliti akan lebih baik jika

Indomaret menambah jam operasional hingga 24 jam, lebih tepat waktu membuka toko,

karyawan Indomaret lebih memahami informasi setiap produk yang dijual oleh Indomaret

agar ketika konsumen bertanya dapat memperoleh informasi yang benar mengenai produk,

karyawan Indomaret semaksimal mungkin mampu memberikan solusi kepada konsumen

mengenai produk, menambah fasilitas cara pembayaran, lebih memperhatikan keranjang

belanja yang rusak kemudian menggantinya dengan yang lebih layak dan menambah jumlah

keranjang belanja, menambah jumlah kasir agar aktifitas bertransaksi lebih efektif dan

konsumen tidak terlalu lama antre. Store Design & Display menurut peneliti perusahaan tetap

Page 153: 936-1948-1-SM

146

mempertahankan mengenai kenyamanan dan penataan barang, akan lebih baik jika

ditambahkan iringan musik dalam format audio visual dan lebih diperhatikan kebersihan

lantai agar konsumen nyaman dalam berbelanja. Communication Mix, menurut peneliti

perusahaan harus tetap mempertahankan yang sudah dilakukan mengenai iklan, promosi

penjualan, pemasaran langsung dan pemasaran interaktif seperti melalui brosur, papan iklan,

undian berhadiah, potongan harga pada produk-produk tertentu, katalog dan website namun

akan jauh lebih baik jika perusahaan beriklan melalui media televisi.

Terima Kasih

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT serta junjungan nabi besar Muhammad SAW atas

rahmat dan hidayah-Nya. Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya Ibu Nani

Wijaya, Bapak RD. Rusdiyono, Adik saya Ferdy Rahadian, Dosen pembimbing saya Ibu Dra. I‟in

Endang Mardiani, S.E, M.E, Ketua program studi Bapak Drs. Sugiyanto, MM, Dekan Fakultas

Ekonomi Dr. MF Arrozi A, SE, M.Si, Akt, CA serta teman-teman Fakultas Ekonomi angkatan

2010. Terima kasih atas dukungan serta doanya.

DAFTAR PUSTAKA

Asep ST Sujana, 2013, Manajemen Minimarket, Jakarta : Raih Asa Sukses.

Bilson Simamora, 2002, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Bob Foster, 2008, Manajemen Ritel, Bandung: ALFABETA.

Data Consult, 2014, Perkembangan Bisnis Ritel Modern, http://www.datacon.id/Ritel-

2011ProfilIndustri.html.

Ecampinindonesia, 2014, Alasan Mengapa Indomaret dan Alfamart selalu

Berdekatan,http://www.ecampindonesia.com/5-alasan-mengapa indomaret-dan-

alfamart-selalu-berdekatan.

Hasyim dan Rina Anindita, 2009, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta

: UIEU-University Press.

Husein Umar, 2003, Metode Riset Bisnis, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

___________, 2005, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Indomaret, 2014, Profil Perusahaan, http://www.indomaret.co.id/profil-perusahaan.

Junitrianto Kantohe, Merlyn Karuntu. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam

Berbelanja pada Fiesta Pasar Swalayan Manado, Jurnal EMBA, Vol.2, No.1, Hal 66-

77.

Levy and Weitz, 2004, Retailing Manajemen, New York : Mc Graw Hill.

Naresh, Malhotra, 2010, Riset Pemasaran, Jilid 2, Jakarta : Indeks.

Philip Kotler and Kevin Lane keller, 2005, Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua Belas Alih

Bahasa Benyamin Molan, Jakarta : Indeks.

Page 154: 936-1948-1-SM

147

Philip Kotler and Gary Amstrong, 2006, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Kedua Belas, Jakarta :

Penerbit Erlangga.

____________________________, 2008, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Kedua Belas Jilid

Satu, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Page 155: 936-1948-1-SM

148

CELEBRITY ENDORSER IWAN FALS TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN TOP COFFEE DI WILAYAH RAWA BUAYA, JAKARTA

BARAT

Nurchalim

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta Barat

[email protected]

ABSTRAKSI

Penelitian ini dilakukan atas dasar gencarnya promosi iklan Top Coffee yang dilakukan

oleh PT Wings Food di berbagai media. Dalam penelitian sebelumnya, dihasilkan bahwa

penggunaan seorang celebrity endorser akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

dalam memberi barang, namun survey yang dilakukan oleh abi callysta dalam artikelnya yang

berjudul “Kuatnya Iklan Top Coffee belum mampu menggeser konsumen kopi sejati”,

mengatakan bahwa promosi melalui iklan yang dilakukan tersebut belum efektif. Penelitian

skripsi ini bertujuan untukmengetahui pengaruh celebrity endorser Iwan Fals terhadap

keputusan pembelian Top Coffee: Studi kasus di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat.

Dalam pengambilan sampel menggunakan Purposive Samplingdan penentuan banyaknya

jumlah sampel menggunakan quota samplingkarena jumlah populasi tidak diketahui. Data telah

diuji validitas dan reliabilitas dengan menyebarkan kuesionerdan dilakukan analisis selanjutnya.

Hasil analisis didapatkan bahwa 4 hipotesis yang diterima dari 5 hipotesis yang diajukan.

Hipotesis yang pertama yaitu atribut celebrity endorser secara serempak berpengaruh terhadap

keputusan pembelian, hipotesis yang kedua yaitu atribut credibility secara individu berpengaruh

terhadap keputusan pembelian,hipotesis yang ketiga yaitu atribut attractiveness secara

individuberpengaruh terhadap keputusan pembelian, hipotesis yang keempat yaitu

atributpowersecara individu berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Kata kunci : Credibility, Attractiveness, Power, dan Keputusan Pembelian

Pendahuluan

Disaat keadaan perekonomian yang semakin pelik ini banyak terjadi persaingan di

berbagai bidang kehidupan, yang juga termasuk di dalamnya persaingan dalam dunia

bisnis.Banyak perusahaan yang saling berlomba-lomba untuk mendapatkan konsumen atau

pangsa pasar, sehingga hal ini membuat perusahaan terus maju dalam memperbaiki bisnisnya

yang dengan maksud untuk mendapatkan profit.Selain itu dengan adanya kemajuan teknologi,

perusahaan dituntut pula untuk dapat mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal

dengan perusahaan lainnya.Dengan adanya keinginan serta kebutuhan manusia yang semakin

meningkat dan bermacam-macam sepanjang waktu, baik itu dalam kebutuhan primer, sekunder,

maupun tersier, hal tersebut dapat menjadi peluang bagi suatu pelaku industri dalam bidangnya.

Agar perusahaan dapat tumbuh serta berkembang sesuai tujuan, maka perusahaan harus

dapat mengantisipasi perkembangan ekonomi yang semakin kompetitif dengan melakukan

Page 156: 936-1948-1-SM

149

berbagai strategi yang tepat agar tidak tersisih dari persaingan bisnis. Selain itu perusahaan harus

juga harus dapat mengantisipasi kecenderungan ekonomi di masa yang akan datang dan harus

bisa bersaing dengan perusahaan lain yang berkecimpung di dalam jenis bisnis yang sama. Hal

tersebut perlu dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup serta kemajuan perusahaan

dalam dunia bisnis ini.

Saat memasarkan produknya, sebuah perusahaan memerlukan berbagai strategi yang jitu

agar dapat menjaring banyak konsumen, yaitu salah satunya melalui media apa perusahaan

memasarkan serta menggunakan siapa perusahaan dalam mengenalkan produk-produknya. Oleh

karena itu perusahaan harus menunjuk dengan tepat siapa orang yang paling pantas untuk menjadi

icon dari produk yang sedang diiklankannya, sehingga saat konsumen melihat orang tersebut

melalui berbagai media, dalam benaknya langsung mengingat serta menggambarkan produk

perusahaan yang pernah di perkenalkan olehnya.

Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memasarkan produknya

yaitu dengan menggunakan celebrity endorser.Banyak perusahaan yang rela menggelontorkan

uang banyak untuk menjadikan seorang selebriti terkenal sebagai endorser produknya. Dengan

adanya celebrity endorser ini diharapkan akan berdampak positif terhadap penjualan produk suatu

perusahaan, yang tentu saja perusahaan tersebut harus benar-benar memilih dengan tepat siapa

yang cocok. Karena celebrity endorser tersebut harus dapat menciptakan atau merubah persepsi

masyarakat terhadap suatu produk yang diwakilinya dan apabila perusahaan dengan gegabah

dalam menentukannya bisa saja hal tersebut akan menjadi bumerang bagi perusahaan itu sendiri.

Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hendra Saputra, penggunaan

celebrity endorser (visibility, credibility, attractivenessdan power) akan berpengaruh secara

signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen secara simultan dan secara parsial variabel

yang paling dominan adalah credibility.

Frans M. Royan menyatakan bahwa seorang selebriti akan sangat berpengaruh apabila

memiliki kredibilitas yang didukung faktor keahlian, sifat dapat dipercaya dan adanya kesukaan.

Serta menurutnya iklan yang menarik dan dibawakan oleh seorang selebriti yang sedang ngetop

akan mempengaruhi keberadaan produk dalam segi penjualan.

Dalam persaingan industri di Indonesia, salah satu perusahaan yang menggunakan

celebrity endorser adalah PT Wings Food melalui anak perusahaannya PT Harum Alam Segar

pada produknya yang bermerek Top Coffee.Dalam iklannya, Top Coffee menggandeng salah satu

musisi ternama di Indonesia sebagai celebrity endorser-nya yaitu Iwan Fals.

Keberanian PT Wings Food menggunakan salah satu legenda musik ternama di Indonesia

sebagai endorsernya, serta menampilkan iklan yang berulang kali di berbagai media, tentu saja

tidak menghabiskan biaya yang sedikit.Karakter Iwan Fals yang tegas dan selalu mencirikan

Indonesia dalam setiap karya lagu-lagu yang diciptakannya sesuai dengan visi maupun misi yang

dibawa oleh Top Coffee.

Namun, dalam artikel yang dimuat dalam www.kompasiana.com pada tanggal 14

Desember 2012, survey yang dilakukan oleh Abi Calliysta di kabupaten Jombang, hasilnya

menunjukkan bahwa gencarnya iklan dan hebatnya ide PT Wings Food dengan “mengawinkan”

ketenaran citra Iwan Fals dengan Top Coffee di berbagai media belum mampu meraih pangsa

pasar konsumen kopi instan, dan ia dalam surveynya menyimpulkan sesuai teori mowen bahwa

penikmat kopi sejati mulai beralih ke merek lain hanya karena alasan ingin mencoba-coba bukan

karena berpindah ekstrim 100%.

Berdasarkanpenelitian sebelumnya dan teori yang dikemukakan, serta adanya fenomena,

maka penulis tertarik untuk mengajukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan

Page 157: 936-1948-1-SM

150

Celebrity Endorser Iwan Fals Terhadap Keputusan Pembelian Top Coffee( Studi Kasus di

Wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat)”

Rumusan Masalah

1. Apakah celebrity endorser yang atributnya terdiri dari credibility (X1), attractiveness (X2),

dan power (X3), secara serempak berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) Top

Coffee?

2. Apakah credibility (X1) atribut dari celebrity endorser secara individu berpengaruh terhadap

keputusan pembelian (Y) Top Coffee?

3. Apakah attractiveness (X2) atribut dari celebrity endorser secara individu berpengaruh

terhadap keputusan pembelian (Y) Top Coffee?

4. Apakah power (X3) atribut dari celebrity endorser secara individu berpengaruh terhadap

keputusan pembelian (Y) Top Coffee?

5. Atribut celebrity endorser (Credibility (X1), attractiveness (X2), Power X3)) manakah yang

paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian (Y) Top Coffee?

Landasan Teori

Celebrity Endorser

Menurut Shimp (2004:6) yang dialih bahasakan oleh sahrial dan anikasari, Celebrity Endorser

adalah iklan yang menggunakan orang atau tokoh terkenal dalam mendukung suatu iklan.

Menurut Schlecht (2010:228) Celebrity Endorser adalah individu yang terkenal oleh publik atas

prestasinya selain daripada produk yang didukungnya. Peni Hapsari, seorang selebriti yang

digunakan sebagai endorser harus Menurut Belch dan belch (2001:172) yang dimuat dalam

penelitian Ajeng memiliki atribut credibility, attractiveness, danpower.

a. Credibililty

Kredibilitas selebritis menggambarkan persepsi konsumen terhadap keahlian,

pengetahuan, dan pengalaman yang relevan yang dimiliki endorser mengenai merek produk

yang diiklankan serta kepercayaan konsumen terhadap endorser untuk memberikan informasi

yang tidak biasa dan objektif, dan pada penelitian ini atribut credibility memiliki indikator

yaitu (1). Expertise, merupakan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dimiliki

endorser yang berkaitan dengan produk yang diiklankan, (2). Trustworthiness, mengacu pada

kejujuran, integritas, dapat dipercayainya seorang sumber.

b. Attractiveness

Attractiveness seorang endorser dengan tampilan fisik yang baik dan karakter yang

menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan minat audiens untuk menyimak iklan,

dan atribut attractiveness memiliki indikator, (1). similarity, merupakan persepsi khalayak

yang berkaitan dengan kesamaan yang dimiliki dengan endorser, kemiripan ini dapat berupa

karakteristik demografis, gaya hidup, kepribadian, masalah yang dihadapi sebagaimana yang

Page 158: 936-1948-1-SM

151

ditampilkan pada iklan, dan sebagainya. (2). familiarity yaitu pengenalan terhadap narasumber

melalui exposure atau sebagai contoh, penggunaan celebrity endorser dinilai berdasarkan

tingkat keseringan tampil di publik, dan (3). likability yaitu mengacu pada kesukaan audiens

terhadap narasumber karena penampilan fisik yang menarik, perilaku yang baik, atau karakter

personal lainnya.

c. Power

Power adalah kharisma yang dipancarkan oleh narasumber sehingga dapat mempengaruhi

pemikiran, sikap, atau tingkah laku konsumen karena pernyataan atau pesan endorser tersebut,

yaitu :

1) Responden paham bahwa Iwan Fals merupakan sosok selebritis yang patut responden

ikuti atau teladani.

2) Responden paham bahwa Iwan Fals merupakan sosok selebritis mampu dijadikan sebagai

idola acuan.

Keputusan Pembelian

Dalam sepanjang hidupnya, manusia akan terus menerus akan berusaha untuk memenuhi

segala keinginan serta kebutuhannya yang makin bervariasi dan beragam dalam kehidupan. Hal

tersebut menjadi peluang yang cukup menggiurkan bagi banyak produsen untuk mendapatkan

laba dengan selalu menciptakan produk-produk yang baru dengan disertai dengan inovasi juga ide

yang dapat menarik minat para konsumen untuk membeli. Namun, dengan banyaknya produsen

yang mengeluarkan variasi dari setiap jenis produknya, dapat membuat kosumen bingung

menentukan apa yang menjadi kebutuhannya.

Pengertian keputusan pembelian menurut Schiffman dan Kanuk (2007:485) adalah suatu

keputusan seseorang dimana dia memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada.

Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2008:179), saat menentukan keputusan dalam

membeli suatu produk, konsumen akan melalui beberapa proses dan proses tersebut meliputi

pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan

perilaku pasca pembelian.

a. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian diawali dengan pengenalan kebutuhan yaitu pembeli merasakan serta

menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan

internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang seperti rasa haus, lapar, seks dan

sebagainya timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan.

Kebutuhan juga bisa dipicu oleh rangsangan eksternal. Contohnya, suatu iklan atau

diskusi dengan teman bisa membuat anda berpikir untuk membeli motor baru. Pada tahap ini,

pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhsan atau masalah apa yang

timbul, apa yang menyebabkannya, dan bagaimana masalah itu bisa mengarahkan konsumen

pada produk tertentu.

b. Pencarian Informasi

Pencarian informasi yaitu tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen ingin

mencari informasi lebih banyak. Konsumen yang telah tertarik mungkin akan mencari lebih

banyak informasi atau mungkin tidak.

Page 159: 936-1948-1-SM

152

Jika keinginan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen

itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen konsumen akan

menyimpan kebutuhannya itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi yang

berhubungan dengan kebutuhan. Contohnya, setelah anda memutuskan bahwa memerlukan

mobil baru, paling tidak, anda mungkin lebih banyak mamperhatikan iklan mobil, mobil milik

teman, dan percakapan tentang mobil atau mungkin anda dengan aktif mencari bahan bacaan,

menelpon teman, dan mengumpulkan informasi dengan cara lain.

c. Evaluasi Alternatif

Pencarian informasi yaitu tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen

menggunakan informasi yang telah didapatkan untuk memilih serta mengevaluasi merek

alternatif dalam sekelompok pilihan.

Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif tergantung konsumen pribadi serta

situasi pembelian tertentu. Ada beberapa konsumen yang hanya sedikit melakukan evaluasi

atau bahkan tidak mengevaluasi sama sekali, yang kemungkinan mereka membeli berdasarkan

referensi dari keluarga, teman, ataupun tetangga.

Pemasar harus mengetahui dan mempelajari pembeli untuk menemukan bagaimana cara

mereka dalam mengevaluasi pilihan merek. Jika mereka tahu bagaimana proses evaluasi apa

yang dilakukan pembeli, pemasar dapat mengambil langkah untuk mendapatkan pembeli

tersebut agar membeli produk dari perusahaannya.

d. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian yaitu tahap proses dimana konsumen menjatuhkan keputusan dan

pilihannya untuk membeli produk.

e. Perilaku Pasca Pembelian

Perilaku pasca pembelian yaitu tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen

mengambil tindakan selanjutnya setelah membeli suatu produk dan hal tersebut didasarkan

pada kepuasan atau ketidakpuasan mereka.

Kewajiban seorang pemasar tidak berakhir ketika produknya telah dibeli oleh konsumen.

Mereka harus mengetahui dan memperhatikan apakah konsumen akan merasa puas atau tidak

terhadap produk yang baru saja dibelinya. Jika produk yang dibeli oleh konsumen tidak

memenuhi harapan berarti konsumen itu tidak puas. Jika produk yang dibeli memenuhi

harapannya berarti konsumen itu puas, sedangkan jika produk yang dibeli melebihi harapannya

berarti konsumen itu sangat puas.

(X3)) yang paling dominan mempengaruhi Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee adalah

Credibility (X1)

Page 160: 936-1948-1-SM

153

2.3 Model Konseptual Hipotesis

Ha1: Diduga atribut celebrity endorser (credibility (X1), attractiveness (X2), power (X3))

secara serempak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee

Ha2: Diduga credibility (X1) atribut dari Celebrity Endorser secara individu berpengaruh

terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee

Ha3: Diduga attractiveness (X2) atribut dari Celebrity Endorser secara individu berpengaruh

terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee

Ha4: Diduga power (X3) atribut dari Celebrity Endorser secara individu berpengaruh

terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee

Ha5: Diduga Atribut Celebrity Endorser (credibility (X1), attractiveness (X2), dan power

Metodelogi Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang dilakukan di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat.

Waktu yang digunakan dalam penelitian mulai dari pengambilan data, pra survey hingga

analisis data dilakukan pada bulan Maret–Mei 2014.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang

dikuantitatifkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan alat yang disebut skala pengukuran.

Skala pengukuran ini bertujuan untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif.

Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala semantic differensial dengan

bobot penilaian antara 1 sampai dengan 10 point.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sumber data primer yaitu

seluruh masyarakat di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat. Data sekunder diperoleh dari

Attractiveness

Credibility

Power

Keputusan

Pembelian

Pembelian

Ha1

Ha2

Ha3

Ha4

Ha5

Page 161: 936-1948-1-SM

154

buku-buku, jurnal, internet, dan sumber bacaan lainnya yang berhubungan dengan topik yang

sedang diteliti dan studi kepustakaan.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah Rawa

Buaya, Jakarta Barat. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu tidak diketahui.

Sampel

Dikarenakan populasi tidak diketahui, maka pengambilan sampel menggunakan teknik

quota sampling sebanyak 100 responden dengan menggunakan metode non probability sampling

dan menetapkan beberapa kriteria-kriteria (purposive sampling) untuk menentukan respondennya.

Cara menentukan responden yang menjadi sampel digunakan tehnik Purposive Sampling

yaitu pengambilan sampel berdasarkan keputusan dari peneliti sendiri, dengan menggunakan

kriteria-kriteria yang ditetapkan sendiri oleh si peneliti sepanjang unsur-unsur yang akan diteliti

merupakan anggota populasi. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Masyarakat yang berdomisili di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat

b. Berusia minimal 17 tahun

c. Pernah melihat iklan Top Coffee versi Iwan Fals

d. Pernah meminum Top Coffee

Metode Analisis Data

Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu instrument

(kuesioner) telah mengukur indikator dan variabel yang seharusnya diukur.

Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total. Korelasi

Rank Spearman jika data yang diperoleh adalah data ordinal, sedangkan jika data yang diperoleh

data interval kita bisa menggunakan produk moment. Valid tidaknya suatu instrument dapat

diketahui dengan membandingkan indeks korelasi sebagai nilai krisisnya dengan rumus sebagai

berikut:

Adapun penentuan disajikan sebagai berikut:

nilai sig r < 0.05 dikatakan valid

nilai sig r >0.05 dikatakan tidak valid

Jika ada butir yang tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut dikeluarkan dan proses

analisis diulang untuk butir valid saja.

Rumus Person Products Moment :

))(()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnr

Keterangan :

r = Koefisien korelasi

X = Jumlah skor total item

Y = Jumlah skor total item

Page 162: 936-1948-1-SM

155

n = Jumlah responden

Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah nilai yang menunjukkan konsistensi suatu instrumen terhadap

pengukuran indikator/variabel.

Salah satu angket dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas data digunakan

rumus cronbach alpha yaitu:

Reliabilitas instrumen

Banyaknya butir pertanyaan kuesioner

Jumlah varians butir

Varians total

Pengukuran reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan cara :

1. Ukur ulang (repeat measure) adalah pemberian pertanyaan kepada responden atau calon

responden dengan pertanyaan yang sama dalam waktu yang berbeda (sebulan lagi, dua

bulan lagi, atau seterusnya), dan kemudian dilihat apakah dia tetap konsisten dengan

jawabannya.

2. Ukur sekali (one shot) adalah pengukuran angket yang hanya dilakukan sekali dan

kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan yang lain. Dalam penelitian ini

pengukuran yang digunakan adalah cara ukur sekali.

Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara nilai variabel

yang ada biasanya variabel X dan Y menampilkan simbol dari suatu data dimana Y sebagai

variabel tergantung dan X sebagai variabel bebas, nilai berganda dapat dicari dengan

menggunakan rumus:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan:

Y :Keputusan Pembelian

a :Kostanta

b :Angka arah atau koefisian regresi

X1 :Credibility

X2 :Attractiveness

X3 :Power

Uji t, Uji f dan Koefisien Determinasi (R2)

Kriteria pengujian hipotesis terdiri atas uji t, uji f dan perhitungan besaran R2.

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial atau secara sendiri-sendiri (atau individu)

variabel independen mempengaruhi variabel dependen atau tidak.

Page 163: 936-1948-1-SM

156

Uji f digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam analisa regresi

sudah tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan variabel independen mempengaruhi

variabel dependen.

Perhitungan besarnya R2

(koefisien determinasi) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa

besar variabel brand image (keunggulan asosiasi merek, kekuataan asosiasi merek, keunikan

asosiasi merek) mempengaruhi loyalitas.

Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan brand image (keunggulan

asosiasi merek, kekuataan asosiasi merek, keunikan asosiasi merek) terhadap loyalitas.

Sebaliknya R2 yang mendekati 0% menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang diberikan

olehbrand image (keunggulan asosiasi merek, kekuataan asosiasi merek, keunikan asosiasi

merek) terhadap loyalitas.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Uji Validitas

Berkaitan dengan variabel credibility, attractiveness, power dan keputusan pembelian terdapat

20 butir pertanyaan. Hasil Uji Validitas menyatakan bahwa dari 20 butir pertanyaan terdapat 2

pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 1 dan 5 karena hasil signifikanya diatas 0,05

(R > 0.05). Sehingga pertanyaan yang tidak valid tersebut dihapus. Sedangkan 18 pertanyaan lain

yang memiliki nilai signifikannya dibawah 0,05 (R < 0.05 dianggap valid dan dapat digunakan

untuk penelitian ini.

Hasil Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan konsistensi alatukur yang digunakan atau

sejauh mana alat ukur dapat dipercaya ataudiandalkan. Hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel

jika hasil perhitunganmemiliki koefisien keandalan (reliabilitas) sebesar Cronbach Alpha > 0,6.

Tabel 5.2Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics Cronbach’s

Alpha

N of

Items

.905 20

Sumber: Data pengolahan SPSS 16.0

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-masing variabel

yang meliputi variabel credibiltity (X1), attractiveness (X2), power (X3), dan keputusan

pembelian (Y) memiliki koefisien keandalan (reliabilitas) lebih besar dari 0,6 (> 0.6)

sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini reliabel

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel

independent yaitu variabel credibiltity (X1), attractiveness (X2), power (X3), terhadap variabel

dependent yaitu keputusan pembelian (Y). Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS versi

20.0.

Page 164: 936-1948-1-SM

157

Tabel 5.3 Hasil Olahan Regresi

Coefficientsa

Sumber: Data pengolahan SPSS 20.0

Dari hasil tersebut didapatlah persamaan regresi sebagai berikut:

Y = -0,535+ 0,193 X1 + 0,247X2 + 0,578X3 + e

Keterangan :

Y = Keputusan Pembelian

A= constanta

b= Koefisien

X1 = Credibility

X2 = Attractiveness

X3= Power

e = error disturbances

Uji t

Tabel 5.4 Uji t

Coefficientsa

Sumber: Data pengolahan SPSS 20.0

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, pada variabel credibility (X1) memiliki nilai signifikansi 0,049

yang berarti < 0,05 dengan demikian, maka Ho ditolak. Kesimpulannya, bahwa variabel

credibility (X1) secara sendiri-sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian Top Coffee.

Pada variabel attractiveness (X2) memiliki nilai signifikansi 0,024 yang berarti < 0,05

dengan demikian, maka Ho ditolak. Kesimpulannya adalah variabel attractiveness (X2) secara

sendiri-sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Top Coffee.

Sedangkan pada variabel power (X3) memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti > 0,05

dengan demikian, maka Ho ditolak. Kesimpulannya adalah variabel power (X3) secara sendiri-

sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Top Coffee.

Model

Unstandard

ized

Coefficients Sig.

B

1. (constant) -,535 ,324

2. credibility ,193 ,049

3. Attractiveness ,247 ,024

4. Power ,578 ,000

Model

Unstandard

ized

Coefficients Sig.

B

1. (constant) -,535 ,324

2. credibility ,193 ,049

3. Attractiveness ,247 ,024

4. Power ,578 ,000

Page 165: 936-1948-1-SM

158

Uji F

Tabel 5.5 Hasil Uji f

ANOVAb

Sumber: Data pengolahan SPSS 20.0

Berdasarkan tabel 5.5 hasil uji f diperoleh F hitung sebesar 51,150 dengan tingkat

signifikan 0,000. Karena nilai probabilitas <0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka variabel credibility

(X1), attractiveness (X2) dan power (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap

keputusan pembelian Top Coffee (Y).

Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 5.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Sumber: Data pengolahan SPSS 20.0

Dari tabel 5.6 di atas nilai model summary besarnya R Square adalah 0,615. Hal ini

berarti bahwa variabel independen (celebrity endorser) memberikan kontribusi pengaruh

kepada variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar 61,5%, Sedangkan sisanya sebesar

38,5% (100%-61,5% = 38,5%). Menunjukan bahwa 38,5% adalah yang dipengaruhi oleh

faktor-faktor lainnya.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

3. Variabel Credibility, Attractiveness, Dan Power Secara Serempak Berpengaruh Terhadap

Keputusan Pembelian.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, memberikan hasil bahwa secara serempak atau

bersama-sama variabel credibility, attractiveness, dan power yang terdapat pada endorser

Iwan Fals mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam membeli Top Coffee.

4. Variabel Credibility Mempunyai Pengaruh Terhadap keputusan pembelian.

Model F Sig.

1. Regression 51.150 .000a

2. Residual

3. Total

Model R R Square Std. Error Of

The Estimate

1 ,784 ,603 ,98218

Page 166: 936-1948-1-SM

159

Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals memiliki kemampuan dalam menyampaikan dan

membawakan iklan, serta konsumen percaya atas informasi yang diberikan olehnya dalam

iklan Top Coffee.

5. Variabel Attractiveness Mempunyai Pengaruh Terhadap keputusan pembelian

Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals sebagai endorser Top Coffee merupakan selebriti yang

sudah terkenal dimata masyarakat, selain itu masyarakat pun banyak yang menyukai

kemunculan sosok Iwan Fals dalam iklan Top Coffee.

6. Variabel Power Secara individu Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa power seorang Iwan Fals sebagai

endorser mempengaruhi keputusan pembelian Top Coffee. Hal ini menunjukkan bahwa Iwan

Fals dengan pengaruh dan kharismanya telah dapat mempengaruhi keputusan pembelian Top

Coffee.

7. Variabel Power Sebagai Yang Paling Dominan Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals dengan pengaruh dan kharismanya dalam

membawakan iklan Top Coffee lebih dapat mempengaruhi konsumen dalam membeli,

dibandingkan dengan keahliannya dalam membawakan iklan, dipercayainya oleh masyarakat,

terkenal, serta disukainya Iwan Fals oleh masyarakat.

Saran

Saran dari penulis kepada perusahaan PT Wings Food sebagai berikut:

1. Disarankan bagi perusahaan PT Wings Food terlebih khususnya untuk produk Top Coffee,

agar tetap mempertahankan Iwan Fals sebagai celebrity endorser-nya, karena menurut hasil

analisis dalam penelitian ini bahwa seorang bintang iklan Top Coffee yaitu Iwan Fals yang

ditunjuk sebagai endorser mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam membeli

Top Coffee.

2. Saran dari penulis kepada peneliti selanjutnya sebagai berikut:

Dalam penelitian ini hanya fokus dalam variabel credibility, attractiveness dan power

terhadap keputusan pembelian. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar dimasukkan

variabel lainnya yang memungkinkan dapat mempengaruhi penelitian ini serta jumlah sampel

diperbesar atau diperluas.

DAFTAR PUSTAKA

Anindita, Rina. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa SMU Di Tangerang Dalam

Keputusan Pembelian Kartu IM3 Prabayar. Jurnal Ekonomi. 2010

Djatnika, Tjetjep. Komunikasi Pemasaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2007

Dwi Sapitri, Dkk. Pengaruh Celebrity Endorser Dian Sastrowardoyo Terhadap Keputusan

Pembelian Shampoo L‟oreal. 2010

Hasyim dan Anindita, Rina. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran. Jakarta :

Uieu-University Press 2009

Kata, Muli dan Siahaan. Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda

Motor Merek Yamaha Mio Pada Mio Automatic Club (MAC) Medan. Jurnal Manajemen

Bisnis. 2008

Page 167: 936-1948-1-SM

160

Kennedy, John dan Soemanagara, RD. Marketing Communication: Taktim dan Strategi. PT

Bhuana Ilmu Populer. Jakarta : 2006

Kotler, dan Keller, Kevin Lane. Marketing Management. Edisi Keempat Belas. New Jersey :

Prentice Hall International. 2012

Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta: 2008

Kotler, Philip. Dasar-Dasar Pemasaran: Principles Of Marketing. Pt Indeks Kelompok Gramedia

9th

Edition. Jakarta: 2003

Monle, Lee. dan Johnson Carla. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global.

Prenada. Jakarta: 2004

Morissan. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Ramdina Prakarsa. Jakarta: 2007

Morissan. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Prenada Media Group. Jakarta: 2007

Royan, Frans. Marketing Selebrities. Jakarta : Pt Elex Media Komputindo: 2004

Santara, Mutiara Ayu. Pengaruh Penggunaan Brand Ambassador Anggun C. Sasmi‟ Terhadap

Keputusan Pembelian Sampo Pantene. Jurnal Marketing Communication. 2012

Saputra, Hendra. Pengaruh Penggunaan Marketing Endorser Terhadap Keputusan Pembelian

Produk Pond‟s. Jural Keuangan Dan Bisnis. 2010

Schelect. The Basic Principles Of Marketing. Better Sconnoi. San Fransisco : 2008

Schiffman dan Kanuk. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Alih Bahasa : Zoelkifli Kasip. Indeks.

Jakarta. 2007

Sheyrent dan Leonid Julivan. Analisa Prediksi /Penilai Efektivitas Penggunaan Selebritis Sebagai

Brand Endorser Untuk Membangun Brand Image . Jurnal Manajemen Pemasaran. 2013

Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi, Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Shimp, Terence. Periklanan Promosi, Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu.

Erlangga. Jakarta: 2008

Soemanagara, Rd. Strategic Marketing Communication. Alfabeta. Bandung: 2006

Sulistya, Endang dan Widya, Dina. Pengaruh Agnes Monica Sebagai Celebrity Endorser Sebagai

Pembentukan Brand Image Honda Vario. Jurnal Bisnis Dan Manajemen. 2012

Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen. Bogor Selatan : PT Ghalia Indonesia. 2002

Page 168: 936-1948-1-SM

161

SIKAP NASABAH DAN KONSTRUK TECHNOLOGY ACCEPTANCE

MODEL (TAM) DALAM PENERAPAN PENGGUNAAN SESUNGGUHNYA

INTERNET BANKING

Oggi Makayasa

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Studi ini bertujuan utuk mengetahui pengaruh persepsi kemanfaatan dan persepsi

kemudahanpenggunaan terhadap penggunaan internet banking melalui sikap.

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Ciledug Kota Tangerang, dengan jumlah sampel seratus

responden dengan menggunakan quota sampling untuk menentukan jumlah sampel dan purposive

sampling untuk pemilihan kriteria responden dengan uji statistik menggunakan path analysis

menggunakan software SPSS v16.00.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif

terhadap sikap dan sikap berpengaruh positif terhadap penggunaan sesungguhnya internet

banking.

Hal tersebut dapat terjadi karena nasabah tidak melihat dari seberapa besar manfaat yang

didapat dari penggunaan internet banking namun dari seberapa mudah internet banking

digunakan, hal ini yang menentukan sikap nasabah dalam penerapan penggunaan internet

banking.

Keyword : Internet Banking, Technology Acceptance Model, Attitude

PENDAHULUAN

Perkembangan pada media teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kemajuan ini

didukung dengan berkembangnya jaringan internet di Indonesia dari kota besar hingga ke kota-

kota kecil. Dalam survei dilakukan pada 78 kabupaten/kota di 33 Propinsi Indonesia itu juga

terungkap bahwa pengguna internet di Indonesia hingga akhir tahun 2013 mencapai 71,19 juta

orang atau telah mencapai 28% dari total populasi.Naiknya penetrasi internet tidak lepas dari

upaya pemerintah dengan Pemerintah melalui Kemenkominfo yang sepanjang 2013 berhasil

memperkuat infrastruktur internet di daerah-daerah guna pemerataan akses informasi

ke masyarakat (www.metrotvnews.com/tekno diakses tanggal 18 januari 2014).

Dapat dipastikan untuk tahun 2014 pengguna internet di Indonesia terus bertumbuh

mengingat dari kegunaan internet saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat berbagai klangan,

baik dari pelajar hingga dunia Industri. Dengan didorong pertumbuhan pengguna

perangkat mobile khususnyajenis smartphone di Indonesia dari tahun ke tahunnya mengalami

pertumbuhan yang signifikan di dunia ini. Menurut hasil studi bertajuk "Getting Mobile Right"yang diprakarsai oleh Yahoo dan Mindshare, saat ini ada sekitar 41,3 juta

pengguna smartphone dan 6 juta pengguna tablet di Indonesia. Jumlah tersebut diyakini bakal

Page 169: 936-1948-1-SM

162

terus berkembang dengan pesat khususnya di wilayah perkotaan(http://tekno.liputan6.comdi

akses tanggal 23 Maret 2014). Di sisi lain pengguna personal computer (PC) baik dengan

menggunakan laptop dan computer saat ini masih mempertahankan eksistensinya walau

perkembangan dunia handphone dan tablet saat ini digandrungi oleh masyarakat umum.

Saat ini makin banyak bank yang menyediakan layanan internet banking dalam

menjalankan usahanya. Internet banking akan meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan

produktivitas serta memberikan pengalaman kenyamanan dan kemudahan dalam mengakses

internet banking sekaligus meningkatkan pendapatan baik itu nasabah maupun lembaga keuangan

melalui sistem penjualan yang jauh lebih efektif daripada sistem konvensional yang harus

mendatangi bank-bank cabang yang ada. Hal itu ditambah juga dengan penghematan biaya

transportasi maupun waktu. Tentu juga didukung dengan fitur internet banking yang semakin

komplit saat ini.Berdasarkan hasil survei MARS belum lama ini terungkap bahwa dari 1.710

nasabah di 5 kota (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan) yang disurvei, sebanyak

34,7% menyatakan aware atau melek internet banking. Meski jumlah ini masih kalah

dibandingkan dengan tingkat awareness mobile banking, tapi sudah ada tren peningkatan yang

cukup signifikan (http://newsletter.marsindonesia.com dikutip 24 Maret 2014).

Banyak hal yang dapat digunakan dengan menggunakan layanan i-banking walau di setiap

bank memiliki fitur yang berbeda dalam fitur layanan untuk nasabahnya, namun teknologi yang

sudah diberikan bank kepada nasabah dengan mempermudah kegiatan perbankan tidak diiringi

dengan penerimaan nasabah kepada teknologi yang diberikan. Karena penerimaan i-banking baik

dari sikap nasabah dan perilaku nasabahmasih dirasa belum maksimalmaka penulis merasa

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”PENGARUH PERSEPSI

KEMANFAATAN DAN KEMUDAHAN PENGGUNAAN TERHADAP PENGGUNAAN

SESUNGGUHNYA INTERNET BANKING MELALUI SIKAP PADA NASABAH BANK

DI KAWASAN CILEDUG, KOTA TANGERANG ”.Maka tujuan penelitian ini sebagai

berikut : 1). Untuk mengetahui pengaruh persepsikemanfaatan (Perceived Usefulness) dan

kemudahan penggunaan (perceived Ease of Use) dan terhadap sikap (Attitude Towards

Behaviour).2). Untuk mengetahui pengaruh persepsikemanfaatan (Perceived Usefulness) dan

kemudahan penggunaan (perceived Ease of Use)terhadap penggunaan sesungguhnya (Actual

System Usage) internet banking melalui sikap (Attitude Towards Behaviour). Manfaat yang diharapkandari hasil penelitian yang dilakukan adalah : 1). Bagi pembaca,

penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan sumber ilmu pengetahuan, khususnya bagi ilmu

Manajemen Pemasaran untuk akademis yang tertarik meneliti dan mengembangkan ilmu di

bidang e-commerce dan Technology Acceptance Model (TAM). 2). Bagi penelitian selanjutnya,

penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya

yang berkenaan dengan apabila ingin mengadakan penelitian mengenai sikap nasabah dalam

menggunakan i-banking dengan menggunakan kerangka technology acceptance model (TAM).

3). Bagi Perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan acuan bagi

lembaga keuangan mengenai layanan i-bankingyang dapat diterima oleh masyarakat secara lebih

luas.

TINJAUAN PUSTAKA

Model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model) merupakan suatu model

penerimaan system teknologi informasi yang akan digunakan oleh pemakai. Model penerimaan

teknologi atau technology acceptance model (TAM) dikembangkan oleh Davis et al. berdasarkan

model TRA oleh Fishben dan Ajzen .Model TRA dapat diterapkan karena keputusan yang

dilakukan oleh individu untuk menerima suatu teknologi system informasi merupakan tindakan

Page 170: 936-1948-1-SM

163

sadar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh minat perilakunya. TAM menambahkan dua

konstruk utama ke dalam model TRA. Dua konstruk utama ini adalah kemanfaatan persepsian

(Perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease to use).TAM

beragumentasi bahwa penerimaan individual terhadap system teknologi informasi ditentukan oleh

dua konstuk tersebut.

Kemanfaatan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian

(perceived ease of use) keduanya mempunyai pengaruh ke minat perilaku (behavioral intention).

Pemakai teknologi akan mempunyai minat menggunakan teknologi (minat perilaku) jika merasa

system teknologi bermanfaat dan mudah digunakan. Kegunaan persepsian (perceived usefulness)

juga mempengaruhi kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease to use) tetapi tidak

sebaliknya. Pemakai sistem akan menggunakan system jika system bermanfaat baik system itu

mudah digunakan atau tidak mudah digunakan. System yang sulit digunakan akan tetap

digunakan jika pemakai merasa bahwa system masih berguna.

Model dasar TAM yang dikembangkan oleh davis digambarkan pada Gambar Model

Technology Acceptance Model (TAM) :

Gambar 1

Model Technology acceptance model (TAM)Davis (1989)

Sumber : Hartono (2007:113)

Kemanfaatan persepsian (perceived usefulness) didefinisikan sebagaithe degree to which a

person believes that using a particular system would enchance his or her job performance(Davis,

1989:319-340). Dari definisinya, diketahui bahwa kemanfaatan persepsian (perceived usefulness)

merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan. Dengan demikian

jika seseorang merasa percaya bahwa system internet banking yang di gunakan dapat

memperabaiki kinerjanya maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa

percaya bahwa system internet banking kurang dapat memperabaiki kinerjanya maka dia tidak

akan menggunakannya.

Kemanfaatan Persepsian (Perceived Usefulness)

Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived

Ease of Use)

Sikap Terhaadap Perilaku (Attitude towards Behavior)

Minat Perilaku

(Behavior Intention)

Penggunaan Teknologi

Sesungguhnya (Actual

Technology Use)

Page 171: 936-1948-1-SM

164

Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) didefinisikan sebagaithe

degree to which a person believes that using a particular system would be free effort(Davis,

1989:319-340). Dari definisinya, diketahui bahwa konstruk kemudahan penggunaan persepsian

(perceived ease to use) ini juga merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses

pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa system internet banking mudah

digunakan maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa

system internet banking tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya.

Jogiyanto mendefinisikan sikap (attitude) adalah sebagai evaluasi kepercayaan (belief)

atau perasaan positip atau negatip dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan

ditentukan (Jogiyanto, 2007:36).Dengan demikian sikap (attitude) seseorang terhadap system

informasi menunjukkan seberapa jauh orang tersebut merasakan bahwa system informasinya baik

atau jelek. Didalam kenyataannya seseorang akan menunjukkan sikapnya terhadap suatu

penerimaan system informasi yang baru diterimanya dengan tindakannya terhadap system

informasi tersebut.

Penggunaan sesungguhnya merupakan aktualisasi dari perilaku seseorang terhadap

teknologi yang digunakannya.Perilaku (behavior) menurut Jogiyanto adalahtindakan yang

dilakukan oleh seseorang.Dalam konteks penggunaan system teknologi informasi, perilaku

(behavior) adalah pengunaan sesungguhnya (actual user) dari teknologi (Jogiyanto,

2007:117).Jogiyanto di dalam bukunya berpendapat penggunaan sesungguhnya tidak dapat di

observasi oleh peneliti yang menggunakan daftar pertanyaan, maka pengunaan sesungguhnya ini

banyak diganti dengan nama pemakaian persepsian (perceived usage).Namun tidak kepada

penelitian Eriksson et al bahwa variabel Actual Usage dapat di teliti dengan 2 dimensi yaitu

length of use dan frequency (Eriksson, 2005:200-216). Dimana Eriksson et al menyimpulkan

kedua dimensi ini ke dalam 2 pertanyaan yaitu seberapa sering dan berapa lama telah

menggunakan i-banking.Kedua pertanyaan berhubungan dengan pertimbangan analog dalam

studi asli Davis.

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian eksplanatori (explanatory

research). Dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan denganquota sampling di karenakan

jumlah populasi tidak diketahui sehingga peneliti menentukan sendiri jumlah sampel dalam

penelitian ini dan cara menentukan responden digunakan teknik purposive sampling. Adapun

lokasi pada penelitian ini adalah kawasan Ciledug kota Tangerang. Populasi pada penelitian ini

adalah seluruh nasabah perbankan yang ditemui dan pernah menggunakan fasilitas layanan

internet banking. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden. Teknik analisis yang

digunakan adalah analisis jalur (path analysis).

Operasionalisasi variabel digunakan untuk menguji hipotesis dan melihat kecocokan

model yang telah dibangun berdasarkan konstruk teori yang menjadi acuan pada penelitian ini.

Operasionalisasi ini dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memudahkan dan mengarahkan

penyusunan kuesioner berdasarkan dimensi maupun indikator yang ada. Adapun operasionalisasi

variabel pada penelitian ini sebagai berikut : a). Persepsi Kegunaan (XI), yaitu Sistem informasi

dari fasilitas internet banking apakah berguna bagi nasabah yang memakainya atau tidak. b).

Kemudahan Penggunaan (X2), yaitu system informasi yang dipercayai oleh nasabah apakah

Page 172: 936-1948-1-SM

165

system informasi tersebut mudah digunakan atau tidak. c). Sikap (Y1), merupakan penilaian

nasabah terhadap system informasi dari fasilitas internet banking yang mereka terima. d).

Penggunaan Sesungguhnya (Y2), merupakan suatu keinginan nasabah dari penerimaan system

informasi fasilitas internet banking.

Desain Penelitian

Gambar 2 Desain penelitian dimodifikasi oleh peneliti

Hipotesis

H1 : Diduga persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan

(perceived ease of use)berpengaruh terhadap sikap.

H2 : Diduga persepsi kemanfaatan (Perceived Usefulness) dan kemudahan penggunaan

(perceived Ease of Use) berpengaruh terhadap penggunaan sesungguhnya (Actual System Usage)

internet bankingmelalui sikap (Attitude Towards Behaviour).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menyebarkan sejumlah 100 kuesioner baik

secara face to face maupun media sosial yang terhubung oleh akun google drive milik peneliti.

Hasil pengumpulan data menunjukkan sejumlah 100 kuesioner terisi setelah melakukan

penyebaran data kurang lebih 2 bulan. Hasil menunjukkan bahwa dari 2 pengujian regresi yang

dilakukan secara parsial antar ke 4 variabel, hanya 2 variabel yang hasilnya didukung oleh data,

dan 2 variabel lainnya tidak didukung oleh data.

Persepsi Kegunaan

Persepsi Kemudahan

Sikap Penggunaan

Sesungguhnya Internet Banking

Page 173: 936-1948-1-SM

166

2 ρx1y= 0,121

(t = 1,243)

ρx2y = 0,257

t = 2,628

ρx1z = -0,126

(t = -1,278)

ρx2z = 0,005 (t = 0,053)

ρx2z = 0,253

t = 2,587

ρx1&y1= -0,008

(sig = 0,205)

0,9664 0,9674

1

Tabel 1 Pengujian Hubungan Struktural

No. Pernyataan Nilai-t Keterangan

1 Persepsi kegunaan mempunyai pengaruh

terhadap sikap

1,243 < 1,984 Tidak terdapat

pengaruh

2 Persepsi kemanfaatan mempunyai pengaruh

terhadap sikap

2,628 > 1,984 Terdapat

pengaruh

3 Persepsi kegunaan memiliki pengaruh terhadap

penggunaan sesungguhnya

-1,278 < 1,984 Tidak terdapat

pengaruh

4 Persepsi kemanfaatan memiliki pengaruh

terhadap penggunaan sesungguhnya

0,0005 < 1,984 Tidak terdapat

pengaruh

5 Sikap mempunyai perngaruh terhadap

penggunaan sesungguhnya

2,587 >1,984 Terdapat

pengaruh

1.

Gambar 3 Diagram Jalur Model II Hasil Perhitungan

Persepsi Kegunaan

(X1)

Persepsi Kemudahan

(X2)

Sikap

(Y)

Penggunaan Sesungguhnya Internet Banking

(Z)

Page 174: 936-1948-1-SM

167

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh Persepsi Kemudahan PenggunaanTerhadap Sikap

Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel Persepsi Kemudahan

Penggunaan(X1) secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sikap. Hal ini

ditunjukkan oleh variabel Persepsi Kemudahan Penggunaan(X1) yang memiliki nilai

signifikansi 0,010 yang berarti < 0,05, dan besarnya pengaruh yang diberikan sebesar 0,257

atau 25,7%. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian Mayasari yang menunjukan bahwa

persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif signifikan terhadap sikap. Tetapi

persepsi manfaat dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap. Hal ini

tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Maharsi dan Yuliani serta hasil penelitian

yang dilakukan oleh Arief yaitu persepsi kemanfaatan berpengaruh signifikan terhadap sikap.

Pada kenyataannya dengan memanfaatkan i-banking banyak keuntungan yang dapat diperoleh

nasabah terutama mengenai waktu dan tenaga yang dapat dihemat karena i-banking terbebas

dari antrian dan dapat dilakukan dimana saja selama nasabah memiliki sarana pendukung.

Namun, yang terjadi nasabah masih enggan menggunakan i-banking karena banyak faktor

seperti faktor keamanan dalam transaksi perbankan di internet rawan terhadap pengintaian

dan penyalahgunaan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Banyaknya kejadian pembobolan i-

banking karena komputer milik nasabah dapat disusupi virus dan trojan horse sehingga data-

data yang berada di komputer pengguna (seperti nomer PIN, nomor kartu kredit, dan kunci

rahasia lainnya) dapat disadap, diubah, dihapus dan dipalsukan. Hal ini salah satu faktor yang

membuat nasabah enggan memanfaatkan dari penggunaan fasilitas internet banking.

2. Pengaruh Sikap Terhadap Penggunaan Sesungguhnya

Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel sikap(Y) secara individual

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan sesungguhnya. Hal ini ditunjukkan

oleh nilai signifikansi variabel sikap (Y) sebesar 0,011 yang berarti < 0,05, dan besarnya

pengaruh yang diberikan sebesar 0,253 atau 25,3%. Hasil pengujian ini sesuai dengan

penelitian Ericsson dan Arief bahwa sikap berpengaruh positif terhadap penggunaan

sesungguhnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap nasabah kepada penggunaan

sesungguhnya i-banking adalah faktor kepercayaan. Seperti pada penelitian yang dilakukan

Risna yang membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan nasabah terhadap internet

banking, maka nasabah akan semakin mudah mengadopsi internet banking, begitu pula

sebaliknya. Salah satu bentuk ketakutan yang kerap terjadi adalah bahwa internet banking akan

mengarahkan orang untuk berurusan dengan lingkungan bisnis tanpa kertas.Nasabah takut

bahwa jika mereka tidak memiliki bukti terulis setiap melakukan transaksi, yang

mengakibatkan kekhawatiran jika terjadi sesuatu maka mereka tidak bisa mempunyai bukti

yang kuat. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor kurangnya kepercayaan nasabah akan

fasilitas internet banking yang mengakibatkan sikap mereka penuh dengan keraguan dalam

menggunakan fasilitas tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut : a). Model TAM yang diperkenalkan oleh Davis dapat digunakan

dalam penelitian ini, mengingat internet banking merupakan salah satu teknologi layanan

perbankan oleh bank kepada nasabah yang kemudian teknologi ini akan digunakan berdasarkan

Page 175: 936-1948-1-SM

168

kemanfaatan ataupun kemudahan penggunaan layanan oleh nasabah yang akan menentukan sikap

nasabah terhadap penggunaan sesungguhnya internet banking. b). Model akhir yang memenuhi

kriteria fit-nya model penelitian adalah hasil modifikasi terhadap model awal penelitian TAM. c).

Tidak signifikannya variabel kemanfaatan terhadap sikap dalam penelitian ini menjelaskan bahwa

tidak adanya pengaruh antara variabel kemanfaatan terhadap sikap. Meskipun responden merasa

bahwa internet banking memberikan manfaat dalam kegiatan perbankan mereka, namun hal ini

tidak meningkatkan sikap maupun keinginan mereka untuk menggunakan kembali internet

banking. Rasa takut akan keamanan fasilitas internet banking masih diragukan oleh nasabah

setelah melihat beberapa kejadian pembobolan data nasabah dengan dimasukinya ruang data oleh

pihak yang tidak bertanggung jawab. d). Persepsi kemudahan penggunaan membuat responden

memiliki sikap positif untuk menerima layanan internet banking. Hal ini dikarenakan nasabah

merasa mudah dalam menggunakan layanan internet banking dengan teknologi yang mereka

miliki seperti handphone, PC ataupun laptop. e). Variabel independen dalam penelitian ini yakni

persepsi kemudahan penggunaan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling besar.

Hal ini terlihat dari nilai Total Effect pada perhitungan pengaruh diagram jalur sebesar 0,489. f).

Masih rendahnya penggunaan layanan internet banking oleh nasabah perbankan ternyata selama

ini kebanyakan dari responden masih mempunyai persepsi yang kurang positif terhadap layanan

internet banking. Walaupun nasabah mengeri akan manfaat atas kontribusi layanan internet

banking terhadap kegiatan perbankan mereka, namun penggunaan internet banking masih minim

dilakukan oleh nasabah untuk melakukan kegiatan perbankan.

Dilihat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka saran yang dapat penulis ajukan

kepada perusahaan perbankan di Indonesia yang memberikan layanan internet banking kepada

para nasabahnya, adalah sebagai berikut : a). Saran dari penulis kepada perusahaan perbankan,

jika dilihat dari hasil penelitian terhadap nasabah yang ditemui oleh penulis yang menjadi

responden bahwa variabel persepsi kemudahan penggunaan yang memiliki pengaruh paling

besar. Perusahaan perbankan diharapkan dapat meningkatkan pengenalan dan memberikan

pengetahuan kepada para nasabah mengenai nilai yang didapatkan dalam menggunakan layanan

internet banking melalui publisitas maupun secara langsung kepada nasabah yang melakukan

kegiatan perbankan di kantor cabang suatu bank sehingga nasabah dapat mengetahui manfaat dari

penggunaan layanan internet banking. Perusahaan perbankan juga disarankan untuk

meningkatkan sosialisasi pengenalan dari fitur-fitur yang terdapat dalam layanan internet banking

lebih terperinci agar nasabah mengetahui akan suatu kegunaan dari fitur layanan internet banking

dan mulai beralih menggunakan internet banking di masa yang akan datang. b). Saran dari

penulis kepada peneliti selanjutnya, dalam penelitian ini yang diteliti hanya terbatas pada

pengaruh persepsi kemanfaatan dan kemudahan penggunaan terhadap penggunaan sesungguhnya

internet banking melalui sikap dimana pada penelitian ini hanya variabel persepsi kemudahan

penggunaan yang berpengaruh positif terhadapa sikap dan variabel sikap berpengaruh positif

terhadap penggunaan sesungguhnya internet banking,maka disarankan untuk penelitian

selanjutnya agar dimasukkan variabel-variabel lainnya seperi variabel kepercayaan dan keamanan

dimana dalam banyak penelitian sudah banyak dilakukan namun tidak pada penlitian ini serta

memodifikasi model penelitian dengan variabel lain yang memperkuat suatu hubungan variabel

yang satu dngan yang lainnya namun tetap mengacu kepada penelitian yang sudah ada serta

sampel dan populasi penelitian lebih diperluas.

Persantunan

Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan semangat dan

segalanya dalam menyelesaikan skripsi saya dan para dosen dalam menyalurkan ilmu mereka

Page 176: 936-1948-1-SM

169

sehingga saya dapat terapkan ilmu tersebt pada dunia nyata serta para teman dan sahabat

seperjuangan saya.

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior andHumanDecision

Processes. Vol. 50; 179-211.

B.A., Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005."

Davis, F.D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived ease of Use, and User Acceptance

ofInformation Technology. MIS Quarterly. Vol 13 (3); 319-340.

Deshpande, Rohit, and Gerald Zaltman. "A Comparison of Factors Affecting Use of Marketing

Information in Consumer and Industrial Firms." Journal of Marketing Research

(JMR) 24.1 (1987).Baca Online

(http://www.jstor.org/discover/10.2307/3151759?uid=3738224&uid=2&uid=4&sid=2110

3783165911)

Eriksson, Kent, Katri Kerem, and Daniel Nilsson. "Customer acceptance of internet banking in

Estonia." International Journal of Bank Marketing 23.2 (2005): 200-216.

Fiol, C. Marlene, and Marjorie A. Lyles. "Organizational learning." Academy of management

review 10.4 (1985): 803-813.

Fishbein, M and Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intentions and Behaviour: An Introduction

toTheory and Research. Addison-Wesely. Boston. MA.

Hartono, Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi

Hartono Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Bisni. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Jonathan Sarwono, Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Yogyakarta: CV. Andi Offset,

2007

Juwaheer, Thanika Devi, Sharmila Pudaruth, and Priyasha Ramdin. "Factors influencing the

adoption of internet banking: a case study of commercial banks in Mauritius." World

Journal of Science, Technology and Sustainable Development 9.3 (2013): 204-234.

King, William R., and Jun He. "A meta-analysis of the technology acceptance

model." Information & Management 43.6 (2006): 740-755.Baca Online

(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378720606000528)

Maharsi, Sri, and Yuliani Mulyadi. "Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Nasabah." Jurnal

Akuntansi dan Keuangan 9.1 (2008): pp-18.

Mayasari, F., Kurniawati, E. P., & Nugroho, P. I. (2011). Anteseden dan Konsekuen Sikap

Nasabah Dalam Menggunakan Internet Banking dengan Menggunakan Kerangka

Technology Acceptance Model (TAM)(Survey pada Pengguna KlikBCA). Semantik, 1(1).

Rahardjo, Budi. "Aspek Teknologi dan Keamanan dalam Internet Banking." PT Insan Indonesia.

PT INDOCISC (2001).

Ramadhani, Risna. "Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Nasabah Terhadap

Layanan Internet Banking di Semarang: Dengan Menggunakan Pendekatan TAM." Jurnal

Akuntansi Indonesia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia (2008).

Sarwono, Jonathan. 2012. Path Analysis. Jakarta: PT Elex Media Computindo

Sulistiyarini, Suci. "Pengaruh Minat Individu Terhdap Penggunaan Mobile Banking: Model

Kombinasi Technology Acceptance Model (TAM) dan Theory of Planned Behavior

(TPB). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 1.2 (2013). Tidak Dipublikasikan

Page 177: 936-1948-1-SM

170

Thanika, D. J., Pudaruth, S., & Ramdin, P. (2012). Factors influencing the adoption of internet

banking: A case study of commercial banks in mauritius. World Journal of Science,

Technology and

SustainableDevelopment, 9(3),204234.doi:http://dx.doi.org/10.1108/20425941211250552

Whiteside, John, et al. "User performance with command, menu, and iconic interfaces." ACM

SIGCHI Bulletin. Vol. 16. No. 4. ACM, 1985.Baca

Online.(http://dl.acm.org/citation.cfm?id=317490)

Wibowo, Arief. "Kajian Tentang Perilaku pengguna sistem informasi dengan pendekatan

technology acceptance model (TAM)." Program Studi Sistem Informasi, Fakultas

Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur Jl. Ciledug Raya, Petukangan Utara,

Jakarta Selatan (2008).

Wijayanti, Ratih. "Analisis Technology Acceptance Model (TAM) Terhadap Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penerimaan Nasabah Terhadap Layanan Internet Banking (Studi Empiris

Terhadap Nasabah Bank Di Depok)." (2012).

Page 178: 936-1948-1-SM

171

PENGARUH IKLAN DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN PONDS (STUDI KASUS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

ESA UNGGUL FAKULTAS EKONOMI REGULER AKTIF ANGKATAN

2010-2011)

Kurniawan Sriprasetyo

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklan dan citra merek terhadap keputusan

pembelian ponds. Variabel independen terdiri atas iklan dan citra merek, sedangkan variabel dependen

adalah keputusan pembelian. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang

responden. Responden penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi

regular aktif angkatan 2010 dan 2011 yang pernah melihat iklan dan menggunakan ponds. Metode

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 (<0,05) dan

citra merek memiliki nilai signifikan sebesar 0.035 (<0,05), sehingga iklan dan citra merek memiliki

pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan

dan citra merek secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian,

karena nilai signifikannya sebesar 0,000 (<0,05).

Kata kunci: iklan, citra merek dan keputusan pembelian

PENDAHULUAN

Perkembangan pada zaman sekarang menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis bagi

suatu perusahaan yang berada di seluruh dunia. Seiring perkembangan zaman dan tantangan

bisnis ini, salah satu implikasinya adalah dengan perdagangan bebas yang mengharuskan semua

pelaku bisnis baik yang bergerak dalam bidang industri perdagangan maupun jasa harus mampu

bersaing dalam dunia bisnis.

Tingginya tingkat persaingan, mengindikasikan banyaknya brand (merek) produk dengan

jenis yang sama, yang beredar di pasaran. Hal itu menyebabkan persaingan antar brand (merek)

menjadi sangat tinggi. Di lain pihak, para konsumen memilki sebuah sikap terhadap brand

(merek) yaitu mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi

ataupun tidak disenangi secara konsisten.

Nilai tambah ini sangat menguntungkan bagi produsen atau perusahaan. Karena itulah

perusahaan berusaha terus memperkenalkan merek yang dimilikinya dari waktu ke waktu,

terutama konsumen yang menjadi target marketnya. Untuk dapat memiliki mencapai itu semua,

secara tidak langsung, perusahaan wajib untuk membangun citra dari merek secara keseluruhan

yang baik, dan lalu menjaga citra tersebut.

Page 179: 936-1948-1-SM

172

Untuk memperkenalkan atau mengingatkan konsumen akan suatu produk maka

perusahaan perlu melakukan suatu promosi, salah satunya melalui iklan. Iklan merupakan salah

satu instrument pemasaran modern yang aktivitas didasarkan pada konsep komunikasi karena

merupakan bentuk komunikasi, maka keberhasilan dalam mendukung pemasaran merupakan

pencerminan keberhasilan komunikasi. Dalam penelitian ini akan dibahas hal-hal yang telah

dijelaskan diatas dengan menurutkan hal-hal yang telah dibahas tadi kedalam satu kasus yang

terjadi pada suatu produk yang ada di pasaran.

Sabun pembersih wajah, memang bukanlah sebuah produk yang bisa dikategorikan prduk

primer, namun seiring dengan berkembangnya jaman dan tuntutan orang untuk selalu

berpenampilan bersih, membuat sabun pembersih wajah menjadi salah satu komoditas perawatan

wajah yang dicari. Berikut adalah data beberapa merek sabun pembersih wajah yang beredar di

Indonesia dalam kurun waktu 2012-2013.

Tabel 1. Top Brand Index kategori sabun pembersih wajah tahun 2012-2013

Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa posisi puncak Top Brand Index tahun 2012-2013

diduduki masih berada oleh merek Pond‟s walaupun masih urutan top, pada tahun 2013 Pond‟s

hanya mendapatkan sebesar 34.9 %, padahal pada tahun 2012 mendapatkan sebesar 42.5 %.

Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Iklan dan Citra

Merekterhadap Keputusan Pembelian Pond‟s (Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Esa

Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif Angkatan 2010-2011 )”.

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah

pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh antara iklan terhadap keputusan pembelian Pond‟s?

2. Apakah terdapat pengaruh antara citra merek terhadap keputusan pembelian Pond‟s?

3. Apakah terdapat pengaruh antara iklan dan citra merek secara bersama-sama terhadap

keputusan pembelian Pond‟s?

No. Merek Top Brand Index

2012 2013

1 Pond‟s 43.5 % 34.9 %

2 Biore 25.3 % 25.4 %

3 Papaya

(RDL)

8.0 % 9.8 %

4 Shinzu‟i 2.7 % 4.0 %

5 Dove 3.4 % 3.0 %

6 Nivea 1.9 % 2.9 %

Page 180: 936-1948-1-SM

173

MODEL PENELITIAN

Gambar 1 Model Penelitian

HIPOTESA

Hubungan Iklan dan Keputusan Pembelian

Shimp mengatakan bahwa iklan yang efektif mampu membujuk pelanggan untuk membeli

produk dan jasa yang diiklankan. Dengan adanya iklan, konsumen akan lebih percaya dengan

produk yang diiklankan, sehingga timbul keyakinan untuk membeli produk tersebut.

Selain itu hasil penelitian Swati Bisht menyebutkan bahwa Iklan televisi memiliki

pengaruh terhadap keputusan pembelian remaja. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat

dikemukakan hipotesis pertama dalam penelitian ini sebagai berikut :

H1 :Diduga ada pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian Pond’s.

Hubungan Citra Merek dan Keputusan Pembelian

Pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian juga ditunjukan oleh penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Hendra Noky Andrianto dan Idris. Hasil penelitian menyimpulkan

bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara citra merek dengan keputusan pembelian.

Artinya semakin baik citra merek sebuah produk maka semakin tinggi pula konsumen melakukan

keputusan pembelian pada sebuah produk. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan

hipotesis kedua dalam penelitian ini sebagai berikut :

H2 : Diduga ada pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian Pond’s.

Hubungan Iklan dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian

Suatu produk yang diiklankan dan mempunyai citra merek yang baik, tentu saja akan

memberikan pengaruh yang baik, salah satunya adalah ketertarikan konsumen untuk membeli

produk tersebut. Artinya semakin baik iklan dan citra merek sebuah produk maka semakin tinggi

pula konsumen melakukan keputusan pembelian pada sebuah produk. Berdasarkan uraian tersebut,

maka dapat dikemukakan hipotesis ketiga dalam penelitian ini sebagai berikut :

H3 : Diduga ada pengaruh iklan dan citra merek terhadap keputusan pembelian Pond’s.

IKLAN

(X1)

CITRA MEREK

(X2)

KEPUTUSAN

PEMBELIAN

(Y)

Page 181: 936-1948-1-SM

174

METODE PENELITIAN

Identifikasi Variabel Pada penelitian ini ada tiga variabel yang dibahas yaitu: iklan, citra merek dan keputusan

pembelian, variabel ini di kelompokan menjadi dua bagian yaitu dependent variabel (Y) dan

independent variabel (X), keputusan pembelian adalah sebagai variabel dependent (Y), iklan

(X1), citra merek (X2) adalah sebagai variabel independent.

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan. Oleh karena itu peneliti

menggunakan alat yang disebut skala pengukuran.

Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan Universitas Esa Unggul Jakarta Barat berkisar pada bulan Desember

2013 – Februari 2014.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang membeli dan pernah melihat iklan produk ponds.

Dikarenakan populasi tidak diketahui jumlahnya, maka sampel yang digunakan dalam penelitian

ini berjumlah 100 orang yang diperoleh dengan menggunakan metode Hair et. Al.

Metode Analisis Data

Analsisi Regresi Berganda

Variabel Regresi berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara nilai variabel yang

ada biasanya x dan y menampilkan simbol dari suatu data dimana y sebagai variabel

tergantung dan x sebagai variabel bebas, nilai berganda dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Y = a + b1X1 + b2X2 +e

Keterangan:

Y : Keputusan Pembelian

a : Konstanta

b : Angka arah atau koefisian regresi

X1 : Iklan

X2 : Citra Merek

e : Standard error

Uji t, Uji F dan Kofisien Determinasi

- Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial atau secara sendiri-sendiri (atau individu)

variabel independen mempengaruhi variabel dependen atau tidak.

- Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam analisa regresi sudah

tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel

dependen.

- Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan variabel bebas (iklan dan citra

merek) terhadap keputusan pembelian.

Page 182: 936-1948-1-SM

175

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Regresi Berganda

Tabel 2 Hasil uji regresi berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .700 .398 1.759 .082

Iklan (X1) .585 .102 .529 5.737 .000

citra_merek

(X2)

.283 .133 .197 2.133 .035

a. Dependent Variable: keputusan_pembelian

Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui persamaan regresi bergandanya adalah

sebagai berikut :

Y = 0,7 + 0,585 X1 + 0,283X2 + e

Uji t

Tabel 3 Hasil uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .700 .398 1.759 .082

Iklan (X1) .585 .102 .529 5.737 .000

citra_merek

(X2)

.283 .133 .197 2.133 .035

a. Dependent Variable: keputusan_pembelian

Dapat dilihat dalam tabel di atas, pada variabel iklan (X1) memiliki nilai

signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya,

variabel iklan (X1) secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian.

Nilai signifikansi variabel citra merek (X2) pada tabel diatas yakni 0,035 yang

berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya, variabel power (X3)

secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Page 183: 936-1948-1-SM

176

Uji F

Tabel 4 Hasil uji f

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 13.749 2 6.874 37.325 .000a

Residual 17.865 97 .184

Total 31.614 99

a. Predictors: (Constant), citra_merek, iklan

b. Dependent Variable: keputusan_pembelian

Berdasarkan hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel di atas diperoleh F hitung sebesar

37,325 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05)

maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y). Dapat

pula dikatakan bahwa variabel iklan (X1) dan citra merek (X2) secara bersama-sama

berpengaruh secara nyata terhadap keputusan pembelian (Y).

KOEFISIEN DETERMINASI

Tabel 5 Hasil Koefisiensi determinasi

Dari tabel di atas terlihat tampilan output SPSS model summary besarnya Adjusted

R Square adalah 0,423. Hal itu berarti variabel independen (iklan dan citra merek)

memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar

43.5%. Sedangkan sisanya (100%-42.3% = 57.7%) 57.7 % dijelaskan oleh sebab-sebab

yang lain diluar model.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .659a .435 .423 .42916

a. Predictors: (Constant), citra_merek, iklan

Page 184: 936-1948-1-SM

177

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Variabel Iklan Mempunyai Pengaruh Terhadap Keputusan Pembelian.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan mempengaruhi keputusan pembelian. Hal ini

dikarenakan iklan yang baik akan mempengaruhi keputusan pembelian. Selain itu iklan-iklan

yang menarik dan mudah diingat konsumen biasanya mempengaruhi keputusan pembelian

konsumen.

2. Variabel Citra Merek Mempunyai Pengaruh Terhadap Keputusan Pembelian

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa citra merek mempengaruhi keputusan

pembelian.Hasil tersebut berarti bahwa ada hubungan yang kuat antara citra merek terhadap

keputusan pembelian kosumen. Semakin tinggi citra merek, maka akan semakin banyak

konsumen yang akan membeli produk yang ditawarkan.

3. Variabel Iklan Dan Citra MerekTerhadap Keputusan Pembelian

Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel iklan (X1) dan citra merek (X2) secara bersama-sama berpengaruh terhadap

keputusan pembelian (Y).Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2)menunjukkan bahwa

variabel independen (iklan dan citra merek) memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel

dependen (keputusan pembelian) sebesar 42.3%. Sedangkan sisanya sebesar (100%-42.3% =

57.7%) 57.7 %.

Saran

Dilihat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka saran yang dapat penulis ajukan

kepada PT. Unilever Indonesia selaku perusahaan yang memproduksi produk ponds. Disarankan

bagi perusahaan PT. Unilever Indonesia khususnya untuk produk ponds mengadakan kompetisi

untuk bertemu bintang ponds dan membuat jingle nada khusus untuk setiap iklan produk ponds.

DAFTAR PUSTAKA

Ananda Fortunisa dan Andrew Arief Agassi.“ Jurnal Pesan Iklan Televisi Dan Personal

Selling: Sebagai Alat Promosi Untuk Peningkatan Pembelian Rokok”.

Bisht, Swati. Impact of TV Advertisement On Youth Purchase Decision-Literature

Review. International Monthly Refereed Journal of Research In Management &

Technology.2013

Dewanti, Retno, dkk. “ Jurnal analisis pengaruh brand trust dan brand image

terhadap keputusan pembelian produk label pribadi dan dampaknya terhadap loyalitas

merek”.

Dwi Sapitri, Dkk. Pengaruh Celebrity Endorser Dian Sastrowardoyo TerhadapKeputusan

Pembelian Shampoo L‟oreal. 2010

E. Desi Arista, Sri Rahayu Tri Astuti, “Jurnal Analisis Pengaruh Iklan, Kepercayaan

Merek dan Citra Merek terhadap Minat Beli Konsumen”, tahun 2011.

Page 185: 936-1948-1-SM

178

Fuad, Christine, dkk. Pengantar Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2006.

Hasyim dan Rina Anindita. Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang

Pemasaran.Jakarta : UIEU-University Press 2009.

Hendra Noky Andrianto dan Idris. “ Jurnal Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek,

Harga Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Jenis MPV Merek

Toyota Kijang Innova Di Semarang”.

Jerry S. Wilson dan Ira Blumenthal.Managing Brand You: Seven Steps to Creating Your

Most Successful Self. (USA: AMACOM Div. American Management Ass 2008)

Kotler, Philip and Garry Amstrong.“Principles of Marketing”. New Jersey: Pearson

Education Limited, 2012

Kotler, Philip dan Amstrong.Prinsip-Prinsip Pemasaran.Edisi 12.Jilid 1. AlihBahasa :

Bob Sabran. Erlangga.Jakarta.2008.

Kotler, Philip dan Amstrong.Prinsip-Prinsip Pemasaran.Edisi 12.Jilid 1. Alih Bahasa :

Bob Sabran. Erlangga. Jakarta. 2008.

Michael Korchia. A New Typology of Brand Image, European Advance in Consumer

Research, Vol. 4, 1999.

Mohammad Rizan, Basrah Saidani, Yusiyana Sari, “Pengaruh Brand Image dan Brand

Trust terhadap Brand Loyaly The Botol Sosro”, 2012.

Morissan, “Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu”, Ramdina Prakasarsa,

Tangerang, 2007.

Muly Kata Sebayang dan Simon Darman O Siahaan, “ Jurnal Pengaruh Celebrity

Endorser terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Yamaha Mio pada

Mio Automatik Club (MAC) Medan.

Palantupen, Octaviani. “ Jurnal pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian produk

shampoo”.

Rangkuti, Freddy.“Creating Effective Marketing Plan”.PT. Gramedia PustakaSchiffman

& Kanuk. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Alih Bahasa : Zoelkifli Kasip. Indeks.

Jakarta. 2007.

Setyo Ferry Wibowo dan Maya Puspita Karimah, “ Jurnal Pengaruh Iklan Televisidan

Harga terhadap Keputusan Pembelian Sabun Lux”.

Shimp, Therence. Periklanan dan Promosi.Jakarta : Erlangga 2007.

Simamora. “Penerapan Prinsip-Prinsip Pemasaran”, Bumi Aksara, Jakarta. 2005.

Sugiyono, 2002.Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Suyanto, M. “Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia”.

Swastha, Basu dan Irawan, “Manajemen Pemasaran Modern”.Penerbit Liberty,

Yogyakarta. 2002.

Tjiptono,Fandy.”Pemasaran Jasa”, Malang, Bayumedia, 2005

www.pondsinstitute.co.uk/history.php.

Wahyuni, Sri. “ Jurnal Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas Produk, Citra Merek Dan

Dukungan Layanan Purna Jual Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli

Skuter Matik Merek Honda Di Kota Semarang”.

Zimri Remalya. Periklanan dan Citra Merek Pengaruhnya Terhadap Keputusan

Pembelian Kendaran Bermotor Yamaha. Jurnal EMBA 2013.

Page 186: 936-1948-1-SM

179

MENGUJI DAMPAK PEMILIHAN TIPE ENDORSER TERHADAP

MINAT BELI ( STUDI PADA IKLAN GARNIER BB CREAM )

Intan Rosetti Arimbi

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Semakin selektifnya konsumen dan di dalam pemilihan produk dan perkembangan arus informasi

yang sangat cepat ditunjang dengan keberadaan teknologi, membuat perusahaan harus tanggap

dengan keinginan konsumen. Strategi pemasaran menggunakan iklan hingga kini masih dianggap

cara paling efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia. Salah satu cara untuk

menarik perhatian konsumen pada iklan sebuah produk ini adalah untuk membuat penggunaan

endorser. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah interaksi antara daya tarik

(attractiveness) dan tipe endorser mempengaruhi minat beli, apakah interaksi antara kepercayaan

(trustworthiness)dan tipe endorser mempengaruhi minat beli, dan untuk mengetahui apakah keahlian

(expertise) dan tipe endorser mempengaruhi minat beli pada produk Garnier BB cream pada

mahasiswi angkatan 2011 dan 2012 reguler aktif dan eksekutif aktif Universitas Esa Unggul. Analisis

menggunakan metode deskriptif, dan Two-way ANOVA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel kredibilitas sumber yaitu; daya tarik

(attractiveness) , kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise) mempengaruhi minat beli.

Tetapi pada variabel kepercayaan (trustworthiness) dan keahlian (expertise) , tipe endorser tidak

mempengaruhi minat beli. Sedangkan pada variabel daya tarik (attractiveness), tipe endorser

mempengaruhi minat beli.

Kata kunci: daya tarik (attractiveness), kepercayaan (trustworthiness) , keahlian (expertise), minat

beli

Pendahuluan

Dewasa ini, konsumen semakin selektif di dalam pemilihan produk untuk digunakan atau

dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan arus informasi yang sangat cepat

ditunjang dengan keberadaan teknologi membuat konsumen dapat menyerap informasi serta

pengetahuan tentang keberadaan suatu produk dengan cepat. Dengan keadaan seperti ini,

perusahaan harus tanggap dengan keinginan konsumen, perusahaan harus dapat

mengkomunikasikan produknya secara tepat, perusahaan perlu memberikan informasi

tentang produknya dengan baik kepada konsumen sehingga konsumen akan memberikan

tanggapan yang positif terhadap produk. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan

adalah dengan melakukan bauran promosi yang mampu memberikan informasi kepada

konsumen yaitu iklan. Salah satu cara untuk menarik perhatian konsumen pada iklan sebuah

produk ini adalah untuk membuat penggunaan endorser. Menurut Byrene at al dalam Waldt

et al (2009 : 102) transfer karakteristik endorser ke produk dapat terjadi ke target konsumen

Page 187: 936-1948-1-SM

180

jika mereka seperti atau bercita-cita untuk memiliki karakter endorser tersebut dan hal itu

secara sengaja akan memanggil mereka untuk tindakan untuk membeli produk atau jasa.

Sosok endorser dapat berasal dari kalangan celebrity dan orang biasa / noncelebrity.

Endorser sebagai pemimpin pendapat (opinion leader) yang menyampaikan pesan hingga

sampai ke konsumen mengenai merek produk. Menurut Tom et al dalam Waldt et al ( 2009 :

102), khalayak sasaran umumnya memiliki perasaan positif terhadap celebrity endorser.

Byrne at al dalam Waldt et al ( 2009 ), menyatakan bahwa celebrity sering digunakan oleh

organisasi , karena mereka dapat dengan mudah meningkatkan merek organisasi dan

menghemat sumber daya dalam menciptakan kredibilitas melalui mentransfer nilai-nilai

mereka untuk merek . Ketika sebuah organisasi tidak dapat menemukan celebrityyang sesuai

dengan image merek organisasi , mereka dapat membuat sendiri "celebrity endorser“, yaitu

seorang juru bicara buatan (created spoke person/non celebrity endorser). Di sana dibuat dua

jenis juru bicara, sebuah organisasi dapat membuat ; baik orang-orang nyata memerankan

peran dan animasi / peran imajiner (Waldt et al, 2009, p.103).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Waldt et al (2009:111) , disisi lain

mengadakan perbandingan antara celebrity endorser dengan Juru bicara buatan (created

spokeperson) dengan hasil penelitian bahwa celebrity endorser dianggap lebih

berpengalaman dan dapat dipercaya dibandingkan dengan Juru bicara buatan (created

spokeperson). Juga, daya tarik celebrity endorser dan kredibilitas celebrity endorser dianggap

lebih menarik dibandingkan dengan Juru bicara buatan / created spokeperson (Waldt et al,

2009). Selain penelitian yang dilakukan oleh Waldt et al, penelitian yang dilakukan oleh

Pornpitakpan dalam Sertoglu et al (2014:74), menyatakan bahwa Kredibilitas endorser yang

terdiri dari; daya tarik (attractiveness), kepercayaan (trustworthiness), keahlian (expertise)

berpengaruh terhadap minat beli (purchase intention).

Di Indonesia, persaingan pasar produk perawatan kulit cukup marak. Banyak produk BB

cream yang menggunakan celebrity sebagai bintang iklan sebagai endorsernya. Untuk

mengkomunikasikan produk terbarunya, L‟oreal Indonesia juga meluncurkan dua versi iklan

Garnier BB cream yaitu dengan menggunakan celebity endorser dan typical-person endorser.

Versi pertama iklan Garnier BB cream yaitu iklan dengan menggunakan celebrity endorser

yaitu Pevita Pearce. Sedangkan versi kedua yaitu iklan menggunakan typical-person endorser

sebagai endorser.

Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ MENGUJI DAMPAK PEMILIHAN TIPE ENDORSER

TERHADAP MINAT BELI ” (STUDI PADA IKLAN GARNIER BB CREAM).

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Ohanian dalam Sertoglu et al (2014:68) , Kredibilitas sumber tersebut diukur

dengan 3 dimensi yaitu daya tarik (attractiveness), kepercayaan (trustworthiness), dan

keahlian (expertise). Ketiga dimensi ini dimaksudkan sebagai ukuran kredibilitas sumber

(source credibility).

Daya tarik (Attractiveness)

Menarik bukan hanya terbatas pada sesuatu yang indah atau bagus secara fisik, meskipun

hal tersebut merupakan salah satu atribut penting dalam pemilihan selebriti sebagai bintang

iklan. Namun, yang lebih penting adalah karakteristik seseorang yang dapat dijadikan

seorang pendukung seperti kemampuan intelektual, kepribadian, kepemilikan property, gaya

hidup, dan kecakapan atletis.

Page 188: 936-1948-1-SM

181

Daya tarik endorser merupakan berbagai daya tarik yang dimiliki endorser dalam berperan

sebagai endorser. Menurut Sertoglu et al (2014, p.69) daya tarik adalah stereotip asosiasi

positif pada orang dan tidak hanya mensyaratkan

daya tarik fisik tetapi juga karakteristik lain seperti kepribadian dan kemampuan atletik.

Endorser yang dianggap menarik lebih cenderung untuk memimpin maksud pembelian.

Daya tarik bisa menjadi pengaruh besar atas konsumen dibandingkan dengan yang kurang

menarik (Sertolu et al, 2014, p.69)

Kepercayaan (Trustworthiness)

Kepercayan merupakan salah satu atribut penting dalam mendukung kredibilitas sumber.

Tanpa adanya kepercayaan, atribut lainnya yang dimiliki oleh komunikator tidak akan efektif

dalam menghasilkan perubahan sikap. Kepercayaan adalah kejujuran , integritas dan

kepercayaan yang dimiliki endorser dalam menyampaikan pesan (Sertoglu et al, 2014, p.69)

Keahlian (Expertise)

Keahlian yang dimiliki oleh endorser memiliki peranan yang penting dalam menghasilkan

kredibilitas endorser itu sendiri. Keahlian adalah sejauh mana endorser yang dianggap

memiliki cukup pengetahuan, pengalaman, atau ketrampilan untuk mempromosikan produk

(Sertoglu et al, 2014, p. 69).

Keahlian seorang pendukung seperti seorang ahli terkadang bukan suatu hal yang penting,

namun masalahnya adalah bagaimana penonton dapat mempresepsikan selebriti tersebut

sebagai seorang ahli. Kepercayaan dan keahlian menunjukkan kredibilitas seseorang yang

dijadikan endorser pada produk tertentu.

Pengertian Endorser

Endorser diartikan sebagai : “Orang – orang yang terlibat dalam penyampaian pesan,

dapat secara langsung ataupun tidak langsung.” ( Bearden, Richard, Mary dalam Bruno

Hasson : 2008)

Pengertian Endorser yang dikemukakan oleh Shimp (2007:329) adalah “ Sebagai

pendukung iklan atau juga yang dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang

diiklankan. “

Shimp (2007) juga membagi endorser dalam 2 (dua) jenis, yaitu:

a. Celebrity Endorser, adalah orang terkenal dan dapat mempengaruhi karena prestasinya.

b. Typical-person Endorser, adalah orang-orang biasa yang tidak terkenal untuk

mengiklankan suatu produk.

Kedua jenis endorser di atas memiliki atribut dan karakteristik yang sama tetapi

dibedakan hanya dalam penggunaan orang sebagai pendukungnya, apakah tokoh yang

digunakan seorang tokoh terkenal atau tidak. Dalam hal ini, pembahasan hanya terfokus pada

penyampai pesan yang menggunakan celebrity endorser saja sedangkan untuk typical-person

endorser dianggap konstan.

Page 189: 936-1948-1-SM

182

Pengertian Celebrity & Celebrity Endorser

Menurut Shimp (2007:282) , celebrity adalah : “Orang (bintang film, penghibur, atau

atlet) yang dikenal masyarakat karena kemampuannya di suatu bidang yang dapat

mendukung produk yang dipromosikannya”. Selebriti banyak sekali diminta untuk menjadi

endorser dalam berbagai event marketing.

Menurut Schlect dalam Khatri Puja (2006:27), celebrity adalah orang-orang yang

menikmati pengakuan puBlik oleh saham besar dari kelompok orang tertentu sedangkan

atribut seperti daya tarik , gaya hidup yang luar biasa hanya contoh dan karakteristik umum

tertentu tidak dapat diamati meskipun dapat dikatakan bahwa dalam sesuai celebrity

kelompok sosial umumnya berbeda dari norma sosial dan menikmati tingkat tinggi kesadaran

masyarakat.

Berkiatan dengan definisi celebrity endorser, menurut Shimp (2007:458) yang dialih

bahasakan oleh Revyani Sjahrial dan Dyah Anikasari adalah : “Seorang aktor atau artis,

entertainer atau atlet yang mana dikenal atau diketahui umum atas keberhasilannya di

bidangnya masing-masing untuk mendukung sebuah produk yang diiklankan”.

Non Celebrity Endorser

Selain celebrity endorser, terdapat non celebrity endorser yang terbagi menjadi dua:

a. Typical Person Endorser

Selain celebrity endorser pemasar juga menggunakan typical-person endorser untuk

mendukung iklan, dengan alasan: Typical-person endorser biasanya digunakan sebagai

bentuk promosi testimonial untuk meraih kepercayaan konsumen. Typical-person dapat

lebih diakrabi oleh konsumen karena mereka merasa memiliki kesamaan konsep diri

yang aktual (actual-self concept), nilai-nilai yang dianut kepribadian, gaya hidup (life-

styles), karakter demografis, dan sebagainya. (Shimp, 2007, p.468)

b. Created Spokeperson Endorser

Ketika sebuah organisasi tidak dapat menemukan selebriti yang sesuai dengan image

merek organisasi , mereka dapat membuat sendiri " selebriti " endorser , yaitu seorang

juru bicara buatan (created spokeperson). Di sana terdapat dua jenis juru bicara buatan

yang dibuat organisasi ; baik orang-orang nyata memerankan peran atau animasi / peran

imajiner. (Wald et al, 2009, p.103)

Kerugian terbesar bila menggunakan Juru bicara buatan adalah bahwa endorser

tersebut akan hanya terkenal setelah organisasi memiliki menciptakan kesadaran dan

belanja iklan yang tinggi . Tom et al dalam Wald et al (2009:103) menunjukkan bahwa

pemasaran profesional harus memanfaatkan endorser buatan ketika tujuan iklan adalah

untuk membuat link jangka panjang antara endorser dan organisasi . Hal ini juga harus

dicatat bahwa selebriti akan menjadi pilihan yang lebih baik ketika organisasi hanya

tertarik dalam membangun jangka pendek tautan mengesankan.

Pada penelitian ini mengacu pada penggunaan non-celebrity endorser yaitu Typycal-

Person endorser.

Minat Beli

Assael (1998 : 41) mengemukakan bahwa Purchase Intention (minat beli ) merupakan

kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang

Page 190: 936-1948-1-SM

183

berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen

melakukan pembelian.

Menurut Bearman dalam Natalia & Leonid (2013:5) tumbuhnya minat beli seseorang

diakibatkan oleh unsur-unsur yangterdiri dari tiga tahapan:

1. Rangsangan, merupakan suatu syarat yang ditunjukan untuk mendorong terjadinya

sesuatu tindakan atau menyebabkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan.

2. Kesadaran merupakan sesuatu yang dapat memasuki pikiran seseorang dan biasanya

dipengaruhi oleh produk dan jasa itu sendiri.

3. Pencarian informasi, yaitu informasi intern yang bersumber dari data pribadi konsumen

itu sendiri dalam memilih suatu produk ataupun jasa yang dapat memberikan kepuasan

kepada dirinya. Informasi ekstern yang diperoleh dari luar konsumen yaitu, misalnya

melalui iklan ataupun sumber sosial (teman,keluarga,dan, kolega), hal ini dapat

memastikan sifat yang khas dari pemilihan yang ada, yaitu konsumen membandingkan

beberapa produk sejenis yang mampu memuaskannya.

Model Konseptual dan Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep Ohanian dalam Sertoglu et al yaitu

karakteristik tipe endorser yang terdiri dari Expertise, Trustworthiness dan Attractiveness

sebagai ukuran seorang Endorser dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Sehingga

model penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Model Konseptual. Menguji dampak pemilihan tipe endorser terhadap minat beli.

Attractiveness ( daya tarik) endorser terhadap minat beli

Baker et al dalam Sertoglu et al (2014:68) berpendapat bahwa orang-orang yang

berpendapat positif terhadap daya tarik sumber , dan sebagai hasilnya komunikator yang

menarik secara fisik lebih berhasil mengubah kepercayaan, sikap dan menghasilkan niat beli.

Kahle dan Homer dalam Sertolu et al (2014:68) berpedapat dalam pengunaan produk

yang dapat menarik orang, selebriti dengan penampilan fisik yang baik yang cukup efektif

dalam penarikan kembali produk, sikap produk, dan niat membeli. Holzwarth et al., dalam Ni

dan Komang (2014:940) menyatakan bahwa, penyertaan sebuah gambar dari endorser yang

menarik di situs web telah terbukti menghasilkan sikap konsumen yang menguntungkan dan

niat beli yang tinggi terhadap produk.

Trustworthiness

Attractiveness

Expertise

Purchase

Intention

H1

H2

H3

Page 191: 936-1948-1-SM

184

Trustworthiness(kepercayaan) celebrity endorser terhadap minat beli

Dalam studi yang dilakukan Atkin dan Blok dalam Sertoglu et al (2014:74) yang

menggunakan sebuah iklan dengan dua versi, satu menggunakan selebriti dan lainnya

selebriti buatan. Mereka menyatakan bahwa selebriti diterima lebih kompeten dan dapat

dipercaya karena versi ini dianggap lebih positif dibandingkan dengan versi lain.

Pornpitakpan dalam Sertoglu et al (2014:74) juga menemukan bahwa tiga dimensi

kredibilitas endorser(attractiveness,trustworthiness,expertise) semuanya berpengaruh

positif berhubungan dengan niat beli.

Expertise (keahlian) celebrity endorser dan minat beli

Menurut Ohanian dalam Sertoglu et al (2014:74) yang dalam studinya menganalisis

dampak kredibilitas juru bicara selebriti pada niat pembelian konsumen dan menemukan

bahwa terdapat hubungan antara keahlian selebriti dan niat beli. Menurut Hansudoh

dalam Ni dan Komang (2014:941) keahlian berpengaruh terhadap minat beli, dimana

keahlian dari seorang celebrity endorser dalam hal menyampaikan pesan dalam iklan

dengan baik, dapat memunculkan niat beli seseorang yang menyaksikan iklan tersebut.

Ohanian dalam Ni dan Komang (2014:941) menemukan bahwa, ketika seorang celebrity

endorser mendapatkan penilaian yang tinggi dari konsumen terhadap keahlian yang

dimilikinya, maka secara persuasif konsumen akan dengan mudah terbujuk untuk

menghasilkan niat pembelian positif.

Maka dari pertimbangan di atas terbentuklah dua tipe hipotesis:

a. Hipotesisuntuk Typical-Person endorser

H1a = Diduga daya tarik (Attractiveness) Typical-Person endorser akan berpengaruh

positif terhadap minat beli (Purchase Intention).

H1b = Diduga kepercayaan (Trustworthiness) Typical-Person endorser akan

berpengaruh positif terhadap minat beli (Purchase Intention).

H1c = Diduga keahlian (Expertise) Typical-Person endorser akan berpengaruh

positif terhadap minat beli (Purchase Intention).

b. Hipotesis untuk Celebrity endorser;

H2a = Diduga daya tarik (Attractiveness)Celebrity endorser akan berpengaruh positif

terhadap minat beli (Purchase Intention).

H2b = Diduga kepercayaan

(Trustworthiness) Celebrity endorser akan berpengaruh positif terhadap minat

beli (Purchase Intention).

H2c = Diduga keahlian (Expertise)

Celebrity endorser akan berpengaruh positif terhadap minat beli (Purchase

Intention)

Page 192: 936-1948-1-SM

185

Metodologi Penelitian

Tempat Penelitian dan Metode Pengumpulan Data

Populasi adalah adalah seluruh mahasiswi Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi

reguler aktif dan eksekutif aktif angkatan 2011-2012 dan bersedia untuk melihat iklan

Garnier BB Cream yang ditunjukkan oleh Peneliti.

Metode yang digunakan adalah convenience sampling dimana Pemilihan sampel

dilakukan dengan pembagian kuisioner secara langsung kepada responden. Dengan

menyebarkan kuisioner kepada responden, peneliti akan menampilkan video iklan Garnier

BB Cream yang dibintangi oleh Typical-Person Endorser dan Celebrity Endorser.

Pengambilan sampel sesuai dengan apa yang Dalam tabel yang ditulis Maholtra (2009:372)

berikut ini menggambarkan beberapa sampel yang dibutuhkan untuk masing-masing tipe

penelitian pemasaran: Tabel 4.1 Besaran sampel penelitian

Type of Study Minimum

size

Typical

Range

Problem

Identification

Research

500 1000-

2500

Problem-solving

Research

200 300-500

Product test 200 300-500

Test Marketing

Studies

200 300-500

Tv, Radio, or Print

Advertising

150 200-300

Test Market Audits 10 10-20

stores

Focus Groups 2 groups 4-12

groups

Sumber : Maholtra

Tipe penelitian ini adalah Tv, Radio or Print Advertising. Peneliti mengambil

sampel sebanyak 150 karena berdasarkan tabel Maholtra bahwa sampel tersebut sudah

cukup untuk mewakili populasi. Besaran sampel terbagi menjadi dua : 75 untuk celebrity

endorser dan 75 untuk typical person endorser.

Dalam penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam kuisioner adalah 18 item

pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur 3 buah variabel, sehingga jumlah

kuesioner yang digunakan adalah sebanyak 150 responden.

Page 193: 936-1948-1-SM

186

Dalam melakukan penelitiaan ini, metode pengumpulan data yang diperlukan yaitu :

penelitian lapangan, yaitu penelitian yang langsung dilakukan dengan mengunjungi

langsung objek penelitian.

Teknik pengumpulan data melalui kuisioner . Skala pengukuran variabel yang

digunakan adalah skala likert dengan 5 point. Jika responden sangat memahami objek

penelitian maka dapat menggunakan pemakaian skala yang tertinggi.

Berikut adalah pengolahan data dengan menggunakan SPSS yang

menggunakan uji ANOVA dengan metode two-way yaitu untuk melihat pengaruh lebih

dari satu faktor secara bersamaan (Anova) Interaksi terjadi ketika pengaruh-pengaruh

sebuah faktor terhadap variabel dependen bergantung pada tingkat (kategori) faktor-faktor

lain. Apabila nilai F hitung > F tabel atau nilai sig (p-value) < 0.1 maka tolak H0

Tabel 4.2 Two-way ANOVA

Indikator F Sig

Interaksi Tipe

Endorser dan

Attractiveness

3.316 .071

Interaksi Tipe

Endorser dan

Trustworthiness

.809 .370

Interaksi Tipe

Endorser dan

Expertise

.082 .775

Operasionalisasi Variabel

Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yang diteliti, dimana untuk menguji hipotesis

penelitian ini, maka setiap variabel diukur dengan menggunakan instrumen variabel tersebut.

Attractiveness (daya tarik)

Daya tarik, tidak hanya mensyaratkan daya tarik fisik tetapi juga karakteristik lain seperti

kepribadian dan kemampuan atletik , penulis menggunakan indikator berdasarkan dari

penelitian sebelumnya tentang menguji dampak pemilihan tipe endorser oleh Sertoglu et al

(2014). Sertoglu et al membagi 5 indikator yang digunakan untuk Attractivenes (daya tarik)

adalah : Attractive, Classy, Beautiful, Elegant, Sexy.

Trustworthiness (kepercayaan)

Kejujuran , integritas dan kepercayaan yang dimiliki endorser dalam menyampaikan pesan.

(Sertoglu et al : 2014) Ada 5 indikator yang digunakan untuk trustworthiness yaitu :

Dependable, Honest, Reliable, Sincere, Trustworthy.

Page 194: 936-1948-1-SM

187

Expertise (keahlian)

Expertise adalah sejauh mana endorser dianggap memiliki cukup pengetahuan , pengalaman

atau keterampilan untuk mempromosikan produk. (Sertoglu et al : 2014) Ada 5 indikator

yang digunakan : Expert, Experienced, Knowledgeable, Qualified, Skilled.

Minat Beli

Menurut pengertian yang disampaikan dalam Sertoglu et al (2014) minat beli adalah instruksi

diri konsumen untuk melakukan pembelian dengan melalui tahap perancanaan, mengambil

tindakan – tindakan yang relevan seperti mengusulkan (pemarkasa), merekomendasikan

(influencer), memilih dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.

Sertoglu et al membagi 3 indikator dari minat beli : Intention, Recommendation, Willingness.

Pelaksanaan Administrasi Survei

Jumlah kuisioner yang dibagikan berjumlah 150, dan yang dapat diolah lebih lanjut

berjumlah 150. Kuisioner dibagikan kepada mahasiswi reguler aktif dan eksekutif aktif

angkatan 2011 dan 2012 yang sedang berada di ruangan kelas di Universitas Esa Unggul.

Penyebaran kuisioner dilakukan dengan mendatangi responden langsung, kemudian peneliti

menampilkan video iklan Garnier BB Cream yang dibintangi oleh Typical-Person Endorser

(kuisioner diisi oleh 75 responden) dan Celebrity Endorser kepada para responden (kuisioner

diisi oleh 75 responden) . Waktu rata-rata yang diperlukan oleh responden untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner adalah 10 menit.

Penyiapan Data

Data valid yang diperoleh dari penyebaran kuesioner tidak dapat diolah secara langsung.

Untuk dapat diolah maka dibutuhkan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) memberikan

nomor urut setiap kuesioner, (2) pembuatan kode jawaban untuk setiap pertanyaan dalam

kuesioner, (3) memasukkan data ke dalam program Microsoft Excell, dan (4) menyusun data

siap olah.

Metode Deskriptif dilakukan untuk membantu menjawab perumusan masalah 1 – 3.

Metode deskriptif dilakukan dengan cara menghitung Nilai Rata-rata responden untuk

jawaban Attractiveness, Trustworthiness dan Expertise. Kemudian dilakukan

Pengelompokkan Responden responden terhadap masing-masing variabel tersebut. Sebagai

ilustrasi untuk Attractiveness :

Nilai Maksimum dari jawaban responden = 5

Nilai Minimum dari jawaban responden = 1

Range = 5 – 1 = 4

Kategori = 3 (Atrratctive, Biasa Saja, Tidak Attractive)

Maka jarak antar Kelas =

Page 195: 936-1948-1-SM

188

Tabel 3. Pengelompokkan jawaban responden untuk Attractiveness

Kelas Nilai Rata-

rata jawaban

Kelompok

1 1 - 2.32 Tidak

Attractive

2 2.33 - 3.65 Biasa Saja

3 3.66 - 5 Attractive

Dalam menentukan pengaruh lebih dari satu faktor secara bersamaan (Anova) Interaksi

terjadi ketika pengaruh-pengaruh sebuah faktor terhadap variabel dependen bergantung

pada tingkat (kategori) faktor-faktor lain. (Maholtra, 2009, 369)

Analisis Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis

deskriptif dan two-way ANOVA.

Pada hasil analisis validitas butir indikator menyatakan bahwa terdapat 18 pertanyaan dengan

n = 20 yang valid karena nilai r hitung > dari r tabel ( > 0,444 ), sehingga semua butir

pertanyaan tersebut layak digunakan dan dapat mengukur variabel yang akan diukur.

Tabel 4

Uji Validitas Endorser terhadap Minat Beli Garnier BB Cream

N

o Variabel

Nomor

Pertanyaan

Hasil

Korela

si

Keteran

gan

1 Attractiv

eness

(X1)

1.attractive 0.796 Valid

2. classy 0.933 Valid

3.beautiful 0.821 Valid

4.elegant 0.732 Valid

5.sexy 0.669 Valid

2 Trustwo

rthyness

(X2)

6.dependable 0.626 Valid

7.honest 0.737 Valid

8.sincere 0.603 Valid

9.reliable 0.709 Valid

10.trustworthy 0.810 Valid

3 Expertis

e (X3)

11.expert 0.917 Valid

12.experienced 0.814 Valid

13.knowledgea-

ble

0.918 Valid

14.qualified 0.834 Valid

15.skilled 0.446 Valid

4 Minat

Beli (Y)

16.intention 0.960 Valid

17.recommenda 0.874 Valid

Page 196: 936-1948-1-SM

189

-tion

18.willingness 0.961 Valid

Statistik Deskriptif

Tabel 6 Statistik Deskriptif Attractiveness

Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata yang

mendominasi minat beli responden adalah daya tarik (attractiveness) endorser tipe Typical

person (M=3.7500)

Tabel 7 Statistik Deskriptif

Trustworthiness Tipe

Endorser Attractiveness Mean

Typical

Person

Biasa Saja

Trustworthy

Total

3.1159

3.4713

3.2533

Celebrity Biasa Saja

Trustworthy

Total

3.2083

3.7597

3.5244

Total Biasa Saja

Trustworthy

Total

3.1538

3.6435

3.3889

Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata yang

mendominasi minat beli responden adalah kepercayaan (trustworthiness) endorser tipe

Celebrity (M=3.7597)

Tipe

Endorser Attractiveness Mean

Typical

Person

Tidak

Attractive

Biasa Saja

Attractive

Total

2.3333

3.1006

3.7500

3.2533

Celebrity Biasa Saja

Attractive

Total

3.3846

3.5538

3.5244

Total Tidak

Attractive

Biasa Saja

Attractive

Total

2.3333

3.1566

3.6016

3.3889

Page 197: 936-1948-1-SM

190

Tabel 5.2.3 Statistik Deskriptif

Expertise Tipe

Endorser Attractiveness Mean

Typical

Person

Tidak Expert

Biasa Saja

Expert

Total

3.7083

3.0808

3.3137

3.2533

Celebrity Biasa Saja

Expert

Total

3.2982

3.6012

3.5244

Total Tidak Expert

Biasa Saja

Expert

Total

3.7083

3.1603

3.4926

3.3889

Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata yang

mendominasi minat beli responden adalah keahlian (expertise) endorser tipe Celebrity

(M=3.6012)

Analisis Two Way Anova

1. Hasil Uji Anova menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel Attractiveness terhadap

variabel Minat Beli.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Salman Pakaya (2013),

Sugiarto (2012), Ni Md dan Komang (2014) yang melakukan penelitian tentang pengaruh

attractiveness terhadap minat beli.

Dari hasil penelitian tersebut memang terdapat pengaruh attractiveness terhadap minat

beli.

Selain itu penelitian dari Sertoglu et al (2014) mengenai Examining the Effect of Endorser

Credibility on the Consumer’s Buying Intentions : An Empirical Study in Turkey juga

menyatakan bahwa attractiveness mempengaruhi minat beli. Karena hal tersebut maka

semakin attractive (menarik) penampilan seorang endorser dalam iklan Garnier BB

Cream, maka akan semakin mempengaruhi minat beli konsumen.

Hasil uji Anova tersebut juga menunjukkan bahwa subyek yang berbeda tingkat

Attractiveness memiliki Minat beli yang berbeda pula. Hasil uji Anova juga menunjukkan

bahwa Tipe Endorser ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap minat beli, hal ini

membuktikan tidak adanya perbedaan minat beli antara iklan yang dibintangi oleh

Typical Person Endorser dan Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream.

2. Hasil Uji Anova menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel Trustworthiness terhadap

variabel Minat Beli.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ni Md dan Komang

(2014) yang melakukan penelitian tentang pengaruh trustworthiness (kepercayaan)

terhadap minat beli.

Dari hasil penelitian tersebut memang terdapat pengaruh trustworthiness terhadap

minat beli.

Page 198: 936-1948-1-SM

191

Selain itu penelitian dari Sertoglu et al (2014) mengenai Examining the Effect of Endorser

Credibility on the Consumer’s Buying Intentions : An Empirical Study in Turkey juga

menyatakan bahwa trustworthiness mempengaruhi minat beli. Karena hal tersebut maka

semakin trustworthy (terpercaya) penampilan seorang endorser dalam iklan Garnier BB

Cream, maka akan semakin mempengaruhi minat beli konsumen.

Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa subyek yang berbeda tingkat Trustworthy

memiliki Minat beli yang berbeda pula. Hasil uji Anova juga menunjukkan bahwa Tipe

Endorser ternyata memiliki pengaruh terhadap minat beli, hal ini membuktikan adanya

perbedaan minat beli antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person Endorser dan

Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Sertoglu et al (2014), dan Wald et al (209) bahwa terdapat

perbedaan Trustworthy (kepercayaan) antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person

Endorser dan Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream.

3. Hasil Uji Anova menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel Expertise terhadap

variabel Minat Beli. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ni

Md dan Komang (2014) yang melakukan penelitian tentang pengaruh Expertise

(keahlian) terhadap minat beli.

Dari hasil penelitian tersebut memang terdapat pengaruh expertise terhadap minat

beli.

Selain itu penelitian dari Sertoglu et al (2014) mengenai Examining the Effect of

Endorser Credibility on the Consumer’s Buying Intentions : An Empirical Study in

Turkey juga menyatakan bahwa expertise mempengaruhi minat beli. Karena hal tersebut

maka semakin expert (ahli) penampilan seorang endorser dalam iklan Garnier BB

Cream, maka akan semakin mempengaruhi minat beli konsumen.

Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa subyek yang berbeda tingkat Expertise

memiliki Minat beli yang berbeda pula. Tipe Endorser ternyata memiliki pengaruh

terhadap minat beli, hal ini membuktikan adanya perbedaan minat beli antara Typical

Person Endorser dan Celebrity Endorser. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

sebelumnya oleh Sertoglu et al (2014), dan Wald et al (209) bahwa terdapat perbedaan

expertise (keahlian) antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person Endorser dan

Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan penelitian “ Menguji dampak pemilihan tipe endorser terhadap minat beli”

pada mahasiswi di Universitas Esa Unggul, maka telah diperoleh kesimpulan.

1. Terdapat interaksi antara attractiveness dan tipe endorser pada minat beli konsumen.

Diperoleh nilai probabilitas (Sig) 0,071 < 0,1 maka H1 diterima. Dengan kata lain dapat

disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity

dipengaruhi oleh tingkat attractiveness.

2. Tidak terdapat interaksi antara trustworthiness dan tipe endorser pada minat beli

konsumen. Diperoleh nilai probabilitas (Sig) 0.370 > 0,1 maka H0 diterima. Dengan kata

lain dapat disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity

tidak dipengaruhi oleh tingkat trustworthiness.

Page 199: 936-1948-1-SM

192

3. Tidak terdapat interaksi antara expertise dan tipe endorser pada minat beli konsumen.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person

dan Celebrity tidak dipengaruhi oleh tingkat expertise.

4. Ketiga variabel kredibilitas sumber yaitu : attractiveness, trustworthiness, dan expertise

mempengaruhi minat beli. Tetapi pada variabel trustworthiness dan expertise tipe

endorser tidak mempengaruhi minat beli. Sedangkan pada variabel attractiveness, tipe

endorser mempengaruhi minat beli.

Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian maka diajukan saran-saran yaitu

sebagai berikut :

1. Saran untuk perusahaan (PT L‟oreal Indonesia)

a. Dalam promosi melalui iklan sebaiknya perusahaan tidak mengutamakan apakah

sosok endorser berasal dari tipe Typical-person atau Celebrity tetapi lebih

mempertimbangkan attractiveness, trustworthiness, expertise endorser dalam

menyampaikan pesan produk dalam sebuah iklan sehingga dapat meyakinkan

konsumen tentang manfaat dari produk dan menambah kepercayaan produk, yang

pada akhirnya mampu menarik minat beli konsumen.

b. Kepercayaan pada produk, yang pada akhirnya mampu menarik minat beli konsumen.

Diperoleh nilai probabilitas (Sig) 0.775 > 0,1 maka H0 diterima. Dengan kata lain dapat

disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity tidak

dipengaruhi oleh tingkat expertise.

2. Saran untuk penelitian selanjutnya:

a. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan mengambil sampel masyarakat umum agar

penelitian yang dilakukan lebih konkrit dan lengkap.

b. Perlu dilakukan penelitian dengan variabel lain untuk melihat variabel apa yang

mempengaruhi minat beli konsumen

Terima Kasih

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaannya. Terima kasih saya

ucapkan kepada kedua orang tua saya. Dosen Pembimbing saya Ibu Rina Anindita, SE, MM.

Ketua Program Studi saya Bapak Drs. Sugiyanto , MM, serta Dekan Fakultas Universitas Esa

Unggul Dr. MF. Arozzi, SE., M.si., Akt, CIA serta teman-teman Fakultas Ekonomi 2011.

Terima kasih atas dukungan serta doanya.

Daftar Pustaka

Ajeng, P. H. (2008). Analisis Perbandingan Penggunaan Celebrity Endorser Dan Typical-

Person Endorser Iklan Televisi Dan Hubungannya Dengan Brand Image Produk.

Bisnis dan Manajemen , 2-18.

Assael, H. (1998). Consumer Behavior & Marketing Action. 6 edition. International Edition.

New York: International Thomson Publishing.

Page 200: 936-1948-1-SM

193

Basu, S., & Irawan. (2002). Manajemen Pemasaran Modern.Cetakan 13. Yogyakarta:

Liberty.

Fandy, T. (2004). Strategi Pemasaran.

Edisi 2. Yogyakarta: Andi.

Griffin, R. W., & Ebert, R. J. (2008). Business.8 Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Gunarsa, & Yulia, S. (2005). Psikologis Praktisi Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK

Gunung Mulia Sab'atun.

Hasson, B. (2008). Fashion Branding: 7 Jurus Sukses Branding Bisnis MLM Fashion.

Jakarta: Gramedia.

Hasyim, & Rina, A. (2009). Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran. Jakarta:

UIEU-University Press.

Khatri, P. (2006). Celebrity Endorsement: A Strategic Promotion Perspective. Indian Media

Studies Journal. Vol.1. No. 1 .

Kotler, P. (2000). Marketing Management.Millenium Edition. New Jersey: Prentice Hall

International Inc.

Kotler, P. (1995). Marketing Management: An Asian Perspectif. New Jersey: Prentice Hall

Inc.

Kotler, P., & Keller, K. L. (2007). 12 edition. Dalam E. Terjemahan, Manajemen Pemasaran.

Jakarta: PT Indeks.

Kussudyarsana. (2004). Fenomen Selebritas Sebagai Model Iklan Dari Sudut Pandang

Sumber Pesan. Jurnal Benefit. Vol. 8 No.2. UMS Surakarta .

Lamb, H. M. (2001). Pemasaran.Buku 1.

Jakarta: PT Salemba Emban Raya.

M, S. (2005). Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta: Andi.

Maholtra, N. K. (2009). In Riset Pemasaran : Pendekatan Terapan. Ed Bahasa Indonesia, Ed

4 (jilid ke-1). Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Maria, A. R. (2002). Dasar-dasar Public

Relation. Jakarta: Grafindo.

Moh, A. (1991). Psikologi Industri. Edisi

4. Yogyakarta: Liberti.

Morrissan. (2007). Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Tanggerang: Ramafina

Prakarsa Taman.

Natalia, S., & Leonid, J. (2013). Analisa Credibility Celebrity Endorser Model: Sikap

Audience Terhadap Iklan Merek Serta Pengarhnya Pada Minat Beli "Top Coffee".

Jurnal Manajemen Pemasaran .

Page 201: 936-1948-1-SM

194

Ni Md Mahadewi, I., & Komang Agus Satria, P. (2014). Pengaruh Kredibilitas Celebrity

Endorser Dan Kewajaran Harga Terhadap Niat Beli Konsumen Wanita Pada Online

Shop Produk Pakaian. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana .

Renald, K. (1992). Manajemen periklanan dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT Pustaka

Utama.

Schiffman, L., & Kanuk, L. L. (2004). Consumer Behavior Seventh Edition. New Jersey:

Prentice-Hall, Inc.

Sertoglu, A. E., Catli, O., & Korkmaz, S. (2014). Examining the Effect of Endorser

Credibility on the Consumers' Buying Intentions: An Empirical Study in Turkey.

International Review of Management and Marketing , 66-77.

Shimp, T. A. (2007). Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran. Jilid 1.

Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Sri, K. (2007). Analisis Pengaruh Dead Endorser Terhadap Brand Personality Pada Iklan

Kompas Di Televisi. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.14 No.1. Yogyakarta.

Sutisna. (2003). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Waldt, V. D., Loggerenberg, M. V., & Weluneyer, L. (2009). Celebrity Endorsements Versus

Created Spokepersons In Advertising: A Survey Among Students. Departement of

Marketing and Communication Management, University of Pretoria , 100-114.

Page 202: 936-1948-1-SM

195

PERANAN UNIT KERJA TELLER BCA KCU PASAR BARU DALAM

TERCIPTANYA KETERIKATAN NASABAH

Stephanus Taniadi

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Tingkat persaingan di dalam dunia perbankan sekarang ini menjadi semakin ketat karena

banyaknya jumlah bank di Indonesia. Untuk menghadapi persaingan ini, bank dituntut untuk

mampu menjadi Relationship Banking. Relationship Banking mengharuskan bank untuk

membina hubungan seerat mungkin dengan para nasabahnya. Lini frontliner, khusunya teller,

harus mampu menciptakan hubungan yang seerat mungkin dengan nasabah sehingga tercipta

keterikatan antara bank dan nasabah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif dan

efisien interaksi yang dibangun oleh unit kerja teller kepada nasabah dalam rangka membentuk

keterikatan antara nasabah dengan bank. Metode analisis yang digunakan penelitian ini adalah

uji validitas, uji reliabilitas, uji ANOVA, dan uji structural equation model (SEM). Dimana

diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa interaksi yang dilakukan oleh teller kepada nasabah

berhasil menciptakan kepuasan kepada para nasabah nya. Namun, interaksi para teller belum

tentu dapat membuat hubungan antara nasabah dengan bank menjadi terikat satu sama lain.

Selain itu, kepuasan yang dirasakan oleh para nasabah juga tidak menjamin nasabah memiliki

hubungan keterikatan dengan bank, mungkin terdapat faktor lainnya yang dapat membuat

nasabah terikat dengan bank.

Kata kunci : Interaksi Pelanggan, Kepuasan Pelanggan, Keterikatan Nasabah

PENDAHULUAN

Krisis moneter yang sempat melanda Indonesia juga berimbas besar kepada dunia

perbankan Indonesia. Banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas dan banyak pula sampai

harus menutup banknya. Pasca krisis moneter jumlah bank di Indonesia terus menerus bertambah

seiring berjalannya waktu. Hal ini terjadi karena mulai pulihnya kepercayaan masyarakat

terhadap jasa bank. Banyaknya bank di Indonesia, membuat persaingan di dalam dunia

perbankan Indonesia semakin ketat. Setiap bank berusaha untuk memperkuat posisinya untuk

menjadi pemain utama di dunia perbankan Indonesia, baik dari segi produk, segi penyelesaian

pembayaran maupun dari segi penyaluran kredit. Setiap bank juga berlomba - lomba berusaha

untuk meningkatkan layanan mereka kepada nasabah sehingga nasabah merasakan kenyamanan

dan keamanan dalam melakukan transaksi. Apabila sebuah bank tidak dapat memberikan

pelayanan yang baik kepada nasabahnya, bank tersebut harus siap – siap akan ditinggalkan oleh

Page 203: 936-1948-1-SM

196

nasabahnya untuk beralih ke bank lainnya yang dianggap lebih memberikan solusi bagi nasabah

tersebut.

Pemberian pelayanan sebuah bank salah satunya melalui lini frontliner. Pekerja front liner

dalam bank terdiri dari Teller, Customer Service, Duty Officer, dan Security. Lini frontliner ini

merupakan ujung tombak dalam sebuah bank, khususnya unit kerja teller. Teller bukan hanya

bertugas untuk menyelesaikan transaksi keuangan nasabah, teller juga dapat menjadi perantara

bank untuk menyampaikan informasi – informasi terbaru dan juga dapat menyalurkan keluhan –

keluhan nasabah yang dapat menjadi bahan evaluasi sebuah bank.

Bank Central Asia (BCA) merupakan salah satu bank swasta serta bank transaksional

terbesar yang ada di Indonesia. Sebagai salah satu bank yang besar, BCA menyadari bahwa

tidaklah cukup hanya menjadi bank transaksional tetapi juga perlu mengembangkan keunggulan

kompetitif dalam bentuk relationship banking. Menjadi relationship banking berarti

mengharuskan BCA untuk memiliki hubungan seerat mungkin dengan nasabah – nasabahnya,

dan lini frontliner, khususnya teller, disini mulai melakukan peranannya sebagai penyalur

keinginan dari BCA. Hal ini terbukti dari adanya budaya pelayanan yang dimiliki oleh BCA

untuk memuaskan para nasabahnya, yang disebut SMART (Sigap Menarik Antusias Ramah

Teliti). SMART yang menjadi dasar perilaku BCA kemudian dikembangkan menjadi SMART

SOLUTION (Sigap Menarik Antusias Ramah Teliti Simak Open mind Lengkapi Telling solution

Inisiatif On time). Budaya service dan relationship yang lebih berpusat kepada nasabah. Teller

dituntut untuk menciptakan interaksi kepada nasabah, dengan tujuan nasabah tersebut merasa

aman serta nyaman sehingga yang pada akhir nya tercipta keterikatan (engagement) antara

nasabah dan BCA.

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui interaksi unit kerja teller BCA KCU Pasar Baru terhadap nasabah.

2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelayanan nasabah BCA KCU Pasar Baru.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi unit kerja teller BCA KCU Pasar Baru dalam

terciptanya keterikatan nasabah.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Interaksi Pelanggan

Bagi Thibaut dalam Haryanto (2011), Interaksi sendiri didefinisikan sebagai peristiwa

saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka

menciptakan hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Hal yang hampir serupa

juga dikatakan oleh Shaw dalam Haryanto (2011), yang mengatakan interaksi adalah suatu

pertukaran antarpribadi yang masing – masing orang menunjukkan perilakunya satu sama

lain dalam kehadiran mereka, dan masing – masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.

Sementara itu menurut Rambat (2006), pelanggan adalah seseorang yang secara

kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan

keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar

produk atau jasa tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa interaksi pelanggan adalah hubungan yang terjadi antara

organisasi atau perusahaan dengan individu membayar dan menggunakan produk atau jasa

tersebut, yang saling berkomunikasi dan mempengaruhi satu sama lain.

Page 204: 936-1948-1-SM

197

Terdapat empat tahapan di dalam interaksi pelanggan yang dirancang untuk

memastikan bisnis proses perusahaan dapat membentuk pengalaman pelanggan yang baik :

1. Initiation

Manajemen secara aktif menerima pelanggan baru dan memulai hubungan dengan

pelanggan tersebut.

2. Integration

Setelah tahapan initiation selesai, selanjutnya manajemen aktif dan menafsirkan produk

atau jasa. Tujuan utama pada tahapan integrasi ini adalah membangun keunggulan

operasional.

3. Kecerdasan (Intelligence)

Manajemen mengumpulkan seluruh pengalaman yang terjadi pada tahapan initiation dan

integrasi untuk dijadikan landasan untuk menetapkan langkah selanjutnya yang harus

dilakukan perusahaan dengan tujuan jangka panjang pelanggan.

4. Menciptakan Nilai (Value Creation)

Manajemen aktif mengembangkan hubungan dengan pelanggan untuk menjadikan

pelanggan sebagai bagian tak terpisahkan.

2. Kepuasan Pelanggan

Menurut Kotler (2008), kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai berikut perasaan

senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap

kinerja suatu produk dan harapan – harapannya.

Sedangkan menurut Fandy (2006),

menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia

terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli.

Sementara, untuk mengukur kepuasan konsumen atas jasa yang dikonsumsi menurut

Christian (1990), ada enam cara, yaitu sebagai berikut :

1. Keahlian dan Keterampilan (Profesionalism and Skills)

Konsumen menyadari bahwa reputasi dan pelayanan, sistem operasional dan sumber fisik

memiliki pengetahuan dan keahlian untuk menyelesaikan masalah mereka secara

profesional.

2. Sikap dan Tingkah Laku (Attitudes and Behaviour)

Konsumen merasa bahwa pelayanan jasa (orang yang berhubungan langsung)

memperhatikan mereka dan berminat dalam penyelesaian masalah secara ramah dan

sopan.

3. Mudah Disesuaikan (Accesibility and Flexibility)

Operasi, pelayanan jasa dan sistem operasional sebaikya dijalankan dengan cara yang

fleksibel sesuai permintaan dan pengharapan konsumen.

4. Menepati Janji (Reliability and Trustworthiness)

Konsumen mengetahui bahwa dimanapun tempatnya mereka untuk dapat bergantung

pada penyediaan jasa, pelayanan, sistem agar menepati janji.

5. Segera Mengambil Kendali (Recover)

Konsumen menyadri bahwa bagaimanapun sesuatu yang tidak terprediksi atau tidak dapat

diperkirakan, penyedia jasa akan secara spontan dan aktif mengambil tindakan dalam

mengendalikan situasi dan mencari solusi baru yang dapat diterima kedua belah pihak.

6. Dapat Dipercaya (Reputation and Credibility)

Page 205: 936-1948-1-SM

198

Konsumen percaya bahwa operasi dan penyedia jasa dapat dipercaya dan dapat

memberikan nilai baik material maupun spiritual dan hal ini adalah hasil dari suatu

performa yang baik yang dapat diberikan kepada konsumen dan juga kepada penyedia

jasa.

3. Keterikatan Nasabah

Roberts (2010) mendefinisikan Customer engagement adalah pelanggan yang loyal

terhadap produk perusahaan dan secara aktif merekomendasikan produk dan pelayanan

perusahaan kepada orang lain. Sedangkan Hans (2012) mengatakan customer engagement

adalah sebuah proses melibatkan customer dengan berinteraksi dengan mereka di dalam

sebuah dialog dan pengalaman untuk mendukung customer secara optimal yang

mempengaruhi keputusan mereka dalam melakukan pembelian. Keterlibatan terdiri dari hal

– hal seperti mendengarkan, mengerti dan berinteraksi secara individual. Dialog secara

individual, dengan waktu yang tepat, dan saluran yang tepat serta pesan yang tepat : konten

dan konteks menjadi penting, sangat dibutuhkan dalam customer engagement.

Untuk mengukur engagement pada dasarnya harus dilakukan dalam konteks strategi

perusahaan dan customer itu sendiri, dimana perilaku yang dipercayai oleh sebuah

perusahaan akan membentuk dan mengikat customer. Kunci utama untuk mempertahankan

profit di masa depan tidaklah semudah dengan menjaga customer, melainkan harus

memperdalam hubungan dengan mereka dan mengikat mereka sebagai suatu usaha yang

paling penting. Namun, ada empat dimensi kunci yang mendasari keterlibatan emosional

customer dengan organisasi dimana masing – masing dimensi mewakili aktifitas spesifik dari

kebutuhan emosional customer. Model ini digambarkan dalam sebuah piramida yang

menggambarkan urutan dimensi dari sebuah customer engagement. Dimensi pertama adalah

confidence. Hal ini berkaitan dengan apakah sebuah organisasi dapat dipercaya atau tidak

karena kepercayaan diri menjadi fondasi level yang lebih tinggi dari keterlibatan emosional

yang hendak dibangun. Tahap ini melingkupi kemampuan perusahaan untuk menyampaikan

pesan secara terpercaya dan tetap memegang janji. Dimensi kedua adalah integrity. Integritas

adalah melakukan sesuatu yang benar. Jika terjadi sebuah kesalahan atau masalah,

perusahaan mampu mengubah kesalahan menjadi kesempatan. Selalu memperlakukan dan

memberikan solusi – solusi kepada customer dengan adil. Dimensi ketiga adalah pride,

customer akan lebih merasa bangga bukan karena asosiasinya dengan perusahaan yang

menjadi konten, namun lebih kepada apa yang dikatakan kepada mereka adalah benar –

benar “mereka”. Dimensi ini merujuk pada perlakuan customer secara hormat, perasaan

bangga menjadi customer sebuah produk atau jasa atau perusahaan, dan rasa prestisius

mengenai sebuah produk, jasa, atau perusahaan tertentu. Dimensi yang terakhir adalah

passion, seorang passionate customer akan menggambarkan hubungan mereka sebagai

sesuatu yang tak tergantikan (iireplaceable) dan sebagai pasangan yang cocok (a prefect fit).

Page 206: 936-1948-1-SM

199

Gambar 1 Dimensi Emosional Customer

4. Hipotesis

Dalam penelitian ini jelas membahas hubungan interaksi yang terjadi diantara dua

kelompok, yaitu nasabah dan juga bank. Nasabah dan bank mencoba untuk melakukan

komunikasi satu sama lain yang bertujuan untuk mencapai hasil yang menguntungkan satu

sama lainnya. Bentuk interaksi nyata yang dilakukan oleh bank kepada nasabahnya yaitu

dari segi pelayanan. Bank berusaha untuk memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya

agar mencapai kepuasan yang maksimal pada nasabahnya.Seperti pada penelitian yang telah

dilakukan oleh Feronika Handayani, Institut Pertanian Bogor, 2006, yang bertema “Analisis

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Bank BNI Di

Kota Bogor”, hasil akhirnya diketahui bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan

nasabah terhadap pelayanan adalah keamanan, fasilitas yang diperoleh, lama pelayanan,

keramahan, kesigapan, dan penampilan petugas, sistem antrian.

H1 : Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka akan

semakin tinggi pula kepuasan nasabah.

Customer engagement merupakan puncak dari hubungan antara perusahaan dengan

customer atau nasabahnya. Hubungan kedekatan yang terjalin sudah menjangkau pada

tingkat kedekatan batin dan berjangka waktu panjang. Bank harus dapat memahami nasabah

yang berarti siap secara konsisten mengembangkan produk serta pelayanannya yang

berdasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, keinginan dan harapan konsumen.

Dalam pencapaiannya, diperlukan interaksi yang terjalin antara bank dengan nasabahnya

agar bank dapat mengetahui apa saja yang diinginkan oleh para nasabahnya, salah satunya

yaitu melalui pelayanan dari para pekerja frontliner bank, khususnya unit kerja teller. Salah

satu penelitian telah coba dilakukan oleh Fani Stiyanti, Universitas Indonesia, 2012, yang

berjudul “Pengaruh Iklim Layanan dan Pelayanan Prima SDM Terhadap Customer

Engagement Pada Nasabah Bank ABC Kantor Cabang X Unit Layanan Prioritas”. Melalui

beberapa uji statistika yang dilakukan dalam penelitian ini, ditariklah beberapa kesimpulan

dari penelitian tersebut. Yang pertama, Diketahui bahwa iklim layanan memiliki hubungan

terhadap customer engagement. Kedua, variabel pelayanan prima SDM memiliki hubungan

yang cukup kuat terhadap customer engagement. Ketiga, iklim layanan dan pelayanan prima

SDM memiliki pengaruh yang positif dan kuat terhadap customer engagement, sehingga

menimbulkan perubahan yang searah. Pengaruh pelayanan prima SDM lebih kuat

dibandingkan dengan iklim layanan.

Page 207: 936-1948-1-SM

200

H2 : Semakin baik kualitas interaksi yang terjalin maka nasabah akan semakin memiliki

keterikatan dengan BCA KCU Pasar Baru.

Nasabah yang loyal akan membawa banyak sekali manfaat bagi bank. Untuk mencapai

hal tersebut salah satu upaya yang diusahakan oleh bank yaitu dari segi pelayanan

frontlinernya, khususnya unit kerja teller, yang berusaha untuk memberikan pelayanan yang

terbaik hingga mencapai kepuasan konsumen. Namun, melayani nasabah tidak berhenti pada

konsep kepuasan konsumen semata, karena terdapat banyak pesaing yang mampu

memberikan kepuasan juga kepada nasabah. Nasabah yang puas ternyata tidak serta merta

menjadi nasabah yang loyal. Nasabah yang menyatakan diri puas bisa saja dengan

mudahnya berpindah pada produk atau jasa dari bank lain yang dinilai memiliki kualitas

yang sama. Pada level ini, relationship yang terbangun sudah merupakan campuran antara

aspek rasional dan emosional. Kualitas hubungan sudah menjangkau pada tingkat kedekatan

batin dan berdimensi jangka panjang.

Pada penelitian terdahulu yang berkaitan dengan loyalitas nasabah telah coba dilakukan

oleh Yulisa Gardenia, Universitas Gunadarma, 2009, dengan judul “Pengaruh Kepuasan

Terhadap Loyalitas Nasabah”. Di dalam penelitian tersebut variabel independen yang

diteliti ada dua, yaitu nilai (pelayanan, hadiah, produk, bunga), dan teknologi. Sedangkan

variabel dependennya yaitu kepuasan nasabah bank dan loyalitas nasabah. Dari hasil uji

regresi yang telah dilakukan menghasilkan faktor teknologi yang disediakan oleh bank yang

memiliki pengauh besar terhadap kepuasan nasabah dengan standar koefisien sebesar 0,230

dan bernilai lebih besar dibandingkan variabel nilai sebesar 0,181. Sementara itu, variabel

loyalitas yang menjadi variabel dependent mempunyai hubungan yang siginfikan dengan

variabel kepuasan nasabah dilihat dari hasil uji regresi yang menghasilkan standar koefisien

sebesar 0,492. Namun, variabel independent yang terdiri dari variabel nilai dan variabel

teknologi tidak berpengaruh langsung terhadap loyalitas nasabah melainkan berpengaruh

terhadap kepuasan nasabah.

H3 : Semakin puas nasabah maka nasabah akan semakin memiliki keterikatan kepada

BCA KCU Pasar Baru.

METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah Bank Central Asia (BCA) Kantor Cabang

Utama Pasar Baru, jalan K.H. Samanhudi no.8, Jakarta Pusat.

2. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan populasi adalah nasabah - nasabah yang

berinteraksi langsung dengan unit kerja teller BCA KCU Pasar Baru, yang jumlahnya tidak

diketahui secara pasti. Pengambilan sampel disesuaikan dengan banyaknya jumlah item

pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner tersebut, dimana dengan mengasumsikan n x 5

observasi. Dalam penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam kuisioner adalah 22 item

pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur 3 buah variabel, sehingga jumlah

kuisioner yang digunakan adalah minimal sebanyak 110 responden namun kuesioner yang

dibagikan kepada nasabahg yang berinteraksi langsung dengan teller BCA KCU Pasar Baru

sebenarnya sebanyak 117 responden.

Page 208: 936-1948-1-SM

201

3. Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti, dimana untuk menguji hipotesis

penelitian ini, maka setiap variabel diukur dengan menggunakan instrumen variabel tersebut.

Adapun operasionalisasi dari variabel tersebut sebagai berikut :

Tabel 1 Definisi operasional variabel

Nama Variabel

Konstruk Indikator (Variabel Terukur)

Ukuran

Interaksi (Customer Engagement Strategies, Inc, 2006)

1. Teller memberikan nasabah senyuman terbaik selama melayani.

2. Teller menanggapi pertanyaan dari nasabah dengan baik.

3. Teller berada dalam keadaan siap untuk melayani nasabah.

4. Teller semangat dalam melayani nasabah 5. Teller memberikan penjelasan yang mudah

dipahami 6. Teller menangani masalah nasabah dengan

cepat

Skala 1 s/d 5, dimana 1 = sangat tidak setuju dan 5

= sangat setuju

Kepuasan Nasabah (Christian Gronroos, 1990)

1. Teller memberikan layanan yang profesional. 2. Teller menyelesaikan transaksi dengan teliti. 3. Teller tulus dalam membantu nasabah. 4. Teller melayani nasabah dengan ramah. 5. Layanan teller sesuai dengan harapan

nasabah. 6. Layanan teller sesuai dengan standar

layanan BCA, yaitu SMART SOLUTION. 7. Teller memberikan solusi yang tepat bagi

nasabah. 8. Teller dapat dipercaya sebagai penyedia

layanan yang baik.

Skala 1 s/d 5, dimana 1 = sangat tidak setuju dan 5

= sangat setuju

Page 209: 936-1948-1-SM

202

Keterikatan Nasabah (Fani Stiyanti, 2012)

5. Tingkat kepercayaan nasabah kepada teller sangat tinggi

6. Nasabah selalu ingat terhadap teller. 7. Teller memberikan pelayanan yang sungguh

– sungguh kepada nasabah. 8. Teller memperlakukan nasabah dengan

hormat. 9. Teller membuat nasabah bangga menjadi

nasabah 10. BCA KCU Pasar Baru menjadi bank pilihan

utama bagi nasabah. 11. Teller merupakan yang terbaik bagi nasabah. 12. Nasabah akan merekomendasikan kepada

rekan kerja.

Skala 1 s/d 5, dimana 1 = sangat tidak setuju dan 5

= sangat setuju

9. Analisis Structural Equation Model

Analisis statistik ini digunakan untuk mengestimasi beberapa regresi yang terpisah tapi

saling berhubungan secara bersamaan (simultaneously). Berbeda dengan analisis regresi,

dalam SEM bisa terdapat beberapa variabel dependen, dan variabel dependen ini bisa

menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lain. Uji SEM adalah sebuah

teknik statistik multivariat yang menggabungkan aspek-aspek dalam regresi berganda (yang

bertujuan untuk menguji hubungan dependen) dan analisis faktor (yang menyajikan

unmeasured concepts factors with multiple variables) yang dapat digunakan untuk

memperkirakan serangkaian hubungan dependen yang saling mempengaruhi secara bersama-

sama.

Ada 7 tahapan prosedur pembentukan dan analisis SEM yaitu :

1. Membentuk model teori sebagai dasar model SEM yang mempunyai justifikasi teoritis

yang kuat. Merupakan suatu model kausal atau sebab akibat yang menyatakan hubungan

antar dimensi atau variabel.

2. Membangun path diagram dari hubungan kausal yang dibentuk berdasarkan dasar teori.

Path diagram tersebut memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang

diujinya.

3. Membagi path diagram tersebut menjadi satu set dari model pengukuran (measurement

model) dan model struktrural (structural model).

4. Pemilihan matrik data input dan mengestimasi model yang diajukan. Perbedaan SEM

dengan teknik multivariate lainnya adalah dalam input data yang akan digunakan dalam

pemodelan dan estimisinya. SEM hanya menggunakan matrik varian / kovarian atau

matrik korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukan.

5. Menentukan the identification of the structural model. Langkah ini untuk menentukan

model yang dispesifikasikan bukan model yang under-indentified atau unidentified.

Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini :

1) Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.

2) Program ini mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.

Page 210: 936-1948-1-SM

203

3) Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya error varian yang negatif.

4) Muncul korelasi yang sangat tinggi atar korelasi estimasi yang didapat (Misalnya lebih

dari 0,9).

6. Mengevaluasi kriteria dari goodness of fit atau uji kecocokan. Pada tahap ini kesesuaian

model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit seabagai berikut

:

a. Ukuran sample minimal 100 dan dengan perbadingan 5 observasi untuk setiap

parameter estimate

b. Normalitas dan linearitas

c. Outliers

d. Multicolinierity dan singularity

7. Menginterpretasikan hasil yang didapat dan mengubah model jika diperlukan.

10. Model Penelitian

Gambar 2 Model Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengujian Validitas Faktor

Sesuai rekomendasi dari Hair et al (1998) bahwa variabel pengamatan yang layak

digunakan sebagai indikator terhadap konstruk atau variabel latennya haruslah memiliki

muatan faktor yang lebih besar dari 0,5 sehingga model yang digunakan mempunyai

kecocokan yang baik, selain itu nilai-t muatan faktornya harus lebih besar daripada nilai

kritis (>1,96).

Pada awalnya variabel interaksi memiliki 6 indikator, variabel kepuasan pelanggan 8

indikator, dan variabel keterikatan nasabah terdapat 8 indikator. Berikut hasil akhir dari

analisis validitas indikator konstruk penelitian.

Page 211: 936-1948-1-SM

204

Tabel 2 Hasil Pengukuran Validitas Indikator Order Construct Indikator Konstruk Loading Factor Nilai t Keterangan

INT1

Interaksi

Pelanggan

0,63 6,61 Digunakan

INT2 0,49 4,85 Tidak Digunakan

INT3 0,47 4,63 Tidak Digunakan

INT4 0,52 5,29 Digunakan

INT5 0,59 6,14 Digunakan

INT6 0,37 3,64 Tidak Digunakan

SAT1

Kepuasan

Nasabah

0,46 4,67 Tidak Digunakan

SAT2 0,38 3,81 Tidak Digunakan

SAT3 0,42 4,34 Tidak Digunakan

SAT4 0,59 6,30 Digunakan

SAT5 0,55 5,77 Digunakan

SAT6 0,47 4,78 Tidak Digunakan

SAT7 0,53 5,64 Digunakan

SAT8 0,46 4,70 Tidak Digunakan

CE1

Keterikatan

Nasabah

0,53 5,58 Digunakan

CE2 0,46 4,75 Tidak Digunakan

CE3 0,56 5,96 Digunakan

CE4 0,65 7,19 Digunakan

CE5 0,58 6,23 Digunakan

CE6 0,58 6,28 Digunakan

CE7 0,56 6,02 Digunakan

CE8 0,58 6,27 Digunakan

2. Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk

Menurut Bagozi (1988) syarat reliabilitas yang baik adalah memiliki construct

reliability > 0,6 dan variance extracted > 0,5. Ghozali (2005) menambahkan bahwa syarat

reliabilitas dapat dilihat dari salah satu metode saja. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa

konstruk interaksi (INT) dan keterikatan nasabah (CE) memiliki reliabilitas yang baik diatas

dari 0,6, sedangkan pada konstruk kepuasan pelanggan (SAT) secara statistik memang tidak

Page 212: 936-1948-1-SM

205

memenuhi syarat reliabilitas namun penting secara teori jadi tetap disertakan didalam

penelitian.

Tabel 3 Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk

Indikator Std.Loading Error Construct Reliability Variance Extracted

INT1 0,75 0,44

0,7 0,40 INT4 0,46 0,79

INT5 0,65 0,58

SAT4 0,57 0,67

0,5 0,28 SAT5 0,54 0,71

SAT7 0,47 0,78

CE1 0,51 0,74

0,8 0,33

CE3 0,51 0,74

CE4 0,63 0,61

CE5 0,57 0,67

CE6 0,60 0,64

CE7 0,57 0,68

CE8 0,60 0,64

3. Analisis Model Struktural

Tabel 4 Persamaan Model Struktural

No. Persamaan

1

SAT = 0.69*INT, Errorvar.= 0.023 , R² = 0.63

(0.22) (0.015)

3.15 1.50

2

CE = 5.52*SAT - 2.00*INT, Errorvar.= 0.038, R² = 0.96

(2.87) (2.05) (0.32)

1.92 -0.97 0.12

Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai R2 untuk masing-masing persamaan. Nilai R

2 ini

berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh masing-masing variabel independent mampu

menjelaskan variabel dependent-nya. Hasil tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :

3) Interaksi pelanggan mempengaruhi kepuasan nasabah mempunyai R2 = 0,63. Hal ini

berarti 63% varian dalam kepuasan nasabah dapat dipengaruhi oleh interaksi pelanggan,

sedangkan 37% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.

4) Kepuasan nasabah dan interaksi pelanggan secara bersama – sama mempengaruhi

keterikatan nasabah mempunyai R2

= 0,96 atau 96% varian keterikatan nasabah dapat

dipengaruhi oleh faktor kepuasan nasabah dan interaksi, sedangkan 4% lainnya

dipengaruhi oleh faktor lain diluar kepuasan nasabah dan interaksi pelanggan.

Page 213: 936-1948-1-SM

206

4. Analisis Goodness of Fit

Tabel 5 Analisa Goodness of fit

Group Indicator Cut of Value Value Tingkat

Kecocokan

1

Degree of Freedom

Nilai yang kecil

p> 0,05

61

Chi-square 72,02

Baik

NCP 11,02

P 0,16

2 RMSEA RMSEA ≥ 0,08 0,039 Close Fit

P Value p ≥ 0,05 0,67 Baik

3

ECVI Model ECVI Saturated ECVI Independence

ECVI Model dekat dengan ECVI Saturated

1,14 1,57 3,66

Baik

4

AIC Model AIC Saturated AIC Independence

AIC Model dekat dengan AIC Saturated

132,02 182

424,86 Baik

CAIC Model CAIC Saturated CAIC Independence

CAIC Model dekat dengan CAIC Saturated

244,88 524,36 473,77

Kurang Baik

5

NFI NFI ≥ 0,90 0.81 Marginal Fit

CFI CFI ≥ 0,90 0.96 Baik

NNFI NNFI ≥ 0,90 0.94 Baik

IFI IFI ≥ 0,90 0.96 Baik

RFI RFI ≥ 0,90 0.76 Kurang Baik

PNFI Nilai Tinggi 0.64 Baik

6 Critical N CN ≥ 200 139,67 Kurang Baik

7

Standardized RMR RMR ≤ 0,05 0.067 Kurang Baik

GFI GFI ≥ 0,90 0.91 Baik

AGFI AGFI ≥ 0,90 0.87 Marginal Fit

PGFI PGFI ≥ 0,50 0.61 Baik

Pengujian 1 : Statistic Chi-Square

Chi Square (61) = 72,02, (p = 0,16) menunjukan kecocokan yang mencukupi, karena nilai

Chi Square nya kecil 72,02/61 = 1,18. NCP = 11,02 bernilai kecil, menunjukkan kecocokan

yang mencukupi.

Pengujian 2 : Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

RMSEA = 0,039 (< 0,05) menunjukkan close fit. P-value for test of close fit (RMSEA ≥

0,05) = 0,67, kecocokan keseluruhan model baik.

Pengujian 3 : Expected Cross Validation Index (ECVI)

ECVI model (1,14) dibandingkan dengan ECVI saturated model (1,57) dan ECVI

independence model (3,66). ECVI model sedikit lebih dekat dengan ECVI saturated model

Page 214: 936-1948-1-SM

207

dan jauh dari ECVI independence, atau dengan kata lain ECVI model lebih mendekati

saturated daripada independence, Serta 90 % Confidence Interval adalah 1,04 sampai 1,36,

maka diperoleh kecocokan yang baik.

Pengujian 4 : Akaike Information Criterion (AIC) dan Consistent Akaike Information

Creterion (CAIC)

AIC model (132,02) dibandingkan dengan AIC saturated model (182) dan AIC

independence model (424,86). AIC model dekat dengan AIC saturated model dan jauh dari

AIC independence model. Maka menunjukkan kecocokan yang baik. CAIC model (244,88)

jauh lebih kecil dari CAIC saturated model (524,36) dan juga lebih besar dari CAIC

independence (473,77), maka menunjukkan kecocokan yang tidak baik.

Pengujian 5 : Fit Index

Normed fit index (NFI) = 0,81 (dibawah 0,90) menunjukkan marginal fit. CFI = 0,96 (lebih

besar dari 0,90) menunjukkan model yang sesuai. Tucker-Lewis Index atau Non normed fit

index (NNFI) = 0,94 (diatas 0,90) menunjukkan good-fit. Incremental Fit Index (IFI) = 0,96

(diatas 0,90) menunjukkan good-fit. Relative Fit Index (RFI) = 0.76 menunjukkan kurang

baik dan Comparative Fit Index (CFI) = 0,96 menunjukkan good-fit. Parsimonius Normed

Fit Index (PNFI) = 0.64 digunakan untuk perbandingan model, menunjukkan kecocokan

yang mencukupi.

Pengujian 6 : Critical N

Critical N (CN) = 139,67 model tidak mewakili sampel data karena dibawah dari 200.

Pengujian 7 : Goodness of Fit

Root mean Square Residual (RMR) merupakan nilai rata-rata residual yg dihasilkan dari

fitting antara variance-covariance matrix dari model dengan variance-covariance matrix

dari sampel data. Standardized RMR = 0.067 (diatas 0,05) menunjukkan mediacore fit.

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.91 (lebih dari 0,90) menandakan model yang diuji memiliki

kesesuaian yang baik dan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) 0.87 (dibawah 0,90)

menunjukkan marginal fit. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.61 digunakan

dalam perbandingan model, menunjukkan nilai diatas 0,5 maka kecocokan mencukupi.

Dari analisis pada kelompok 1 sampai kelompok 7 beberapa pengujian menunjukkan

kecocokan yang tidak mencukupi namun lebih banyak pengujian yang mencukupi

kecocokannya. Karena itu dapat disimpulkan kecocokan keseluruh model (goodness of fit )

model ini memenuhi syarat.

5. Pengujian Hipotesis

Tabel 6 Pengujian Hubungan Model Struktural

Hipotesis Pernyataan Hipotesis Nilai-t Keterangan

H1

Semakin baik interaksi yang terjalin

antara teller dengan nasabah maka akan

semakin tinggi pula kepuasan nasabah.

3,15 Data mendukung

hipotesis

Page 215: 936-1948-1-SM

208

H2

Semakin baik kualitas interaksi yang

terjalin maka nasabah akan semakin

memiliki keterikatan dengan BCA KCU

Pasar Baru.

-0,97

Data tidak

mendukung

hipotesis

H3

Semakin puas nasabah maka nasabah

akan semakin memiliki keterikatan

kepada BCA KCU Pasar Baru.

1,92

Data tidak

mendukung

hipotesis

a. Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka akan semakin

tinggi pula kepuasan nasabah. Hal ini didapat dari nilai t- values 3,15 > 1,96, yang berarti

hipotesis dapat diterima. Interaksi yang baik yang dilakukan teller BCA KCU Pasar Baru

akan menciptakan kepuasan kepada para nasabah nya.

b. Untuk hipotesis yang kedua tidak dapat diterima karena nilai t-values yang didapatkan -

0,97 < 1,96. Hal tersebut berarti kualitas interaksi yang baik dari para teller BCA KCU

Pasar Baru belum tentu dapat membuat nasabah terikat dengan BCA KCU Pasar Baru.

c. Semakin puas nasabah maka nasabah tidak menjamin membuat nasabah semakin

memiliki keterikatan kepada BCA KCU Pasar Baru. Karena di dalam hasil penelitian

diperoleh nilai t nya adalah 1,92, oleh karena itu tidak dapat diterima karena nilai

minimum nya yaitu 1,96.

KESIMPULAN

Dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan uji structural equation model

(SEM), dari 3 hipotesis yang diajukan terdapat 1 hipotesis yang signifikan dan 2 hipotesis

lainnya tidak signifikan. Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka

akan semakin tinggi pula kepuasan nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai

kepuasan pelanggan yang tinggi maka teller harus menciptakan interaksi yang sebaik mungkin

dengan para nasabah. Interaksi yang baik antara teller dengan nasabah dapat membuat nasabah

merasakan keamanan serta kenyamanan melakukan transaksi di BCA KCU Pasar Baru. Jika

nasabah sudah merasakan hal tersebut maka kemungkinan besar nasabah akan datang berulang

kali kembali ke BCA KCU Pasar Baru.

Semakin baik kualitas interaksi yang terjalin tidak menjamin nasabah akan semakin

memiliki keterikatan dengan BCA KCU Pasar Baru. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang

baik belum tentu dapat membuat nasabah menjadi terikat. Terdapat faktor – faktor lain untuk

mencapai keterikatan dengan nasabah, nasabah bukan melihatnya dari seberapa baik teller

berinteraksi dengan para nasabah.

Semakin puas nasabah maka nasabah tidak menjamin semakin memiliki keterikatan

kepada BCA KCU Pasar Baru. Hal ini menunjukkan bahwa nasabah yang sudah merasakan puas

terhadap BCA KCU Pasar Baru belum tentu menjadikan nasabah tersebut memiliki keterikatan

dengan BCA KCU Pasar Baru. Hal ini mungkin dikarenakan oleh banyaknya bank lainnya juga

yang dapat memberikan kepuasan yang sama kepada para nasabah nya, sehingga nasabah merasa

kepuasan yang mereka rasakan merupakan perasaaan yang normal dan tidak ada yang berlebih.

Page 216: 936-1948-1-SM

209

SARAN

Penulis mengusulkan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang sekiranya dapat

diimplementasikan di masa yang akan datang, seperti :

1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh interaksi terhadap keterikatan nasabah

dan pengaruh kepuasan nasabah terhadap keterikatan nasabah. 2. Melakukan penelitian terhadap variabel – variabel lainnya yang dapat mempengaruhi

keterikatan nasabah. 3. Memfokuskan penelitiannya terhadap keterikatan nasabah terhadap perusahaan bukan kepada

personal 4. Melakukan penelitian pada bagian private banking.

PERSANTUNAN

Terima kasih disampaikan yang sebesar – besarnya kepada Dr. H. Tantri Yanuar R. S, SE,

MSM, atas waktu dan sumbangan pemikiran yang telah diberikan selama penelitian ini

berlangsung. Terima kasih juga disampaikan kepada BCA KCU Pasar Baru yang telah

memberikan kesempatan untuk dijadikan tempat penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. CV.Alfabeta, Bandung, 2004

Arief, Muhtosim, Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan. Bayumedia, Malang, 2006

Cook, Sarah, Customer Care Excellent: How to Create an Effective Customer Focus. Kogan

Page, London, 2011

Customer Engagement Strategies. Inc. “The Four Stages of Customer Interaction”. 12

Desember 2013.

http://www.customerengagement.com/next/Four%20Stages%20of%20Customer%20Inter

action.pdf

Gardenia, Yulisa, “Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah”. Jurnal Fakultas

Ekonomi Universitas Gunadarma, Depok.(2006)

Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro,

Semarang, 2005

Gronroos, Christian, Strategic Management Marketing In Service Sector. Mass, Cambridge,

1990

Hair et.al., Multivariate Data Analysis. 7th Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2010

Handayani, Feronika, “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah

Terhadap Pelayanan Bank BNI di Kota Bogor”. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian

Bogor.(2006)

Hari Wijanto, Setyo, Structural Equation Modeling dengan Lisrel 8.8, Graha Ilmu, Yogyakarta,

2008

Haryanto. “Pengertian Interaksi Sosial”. 29 Oktober 2013.

http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/

Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE, Yogyakarta,

2002

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi 12, Jilid 1. Erlangga,

Jakarta, 2008

Page 217: 936-1948-1-SM

210

Lupiyoadi, Rambat dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi 2. Salemba Empat,

Jakarta, 2006

Malayu, Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan. Bumi Aksara, Jakarta, 2006

Manurung, M, dan Rahardja, P, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta, 2004

Paulson, Dan, “I’m happy to be here – How Engaged Employees Improve Your Bottomline”,

Loyalty Management Vol.1 No.5, 2009

Payne, Adrian, The Essence of Services Marketing. Andi, Yogyakarta, 1993

Rangkuti, Freddy, Riset Pemasaran. PT Gramedia Pustaka, Jakarta, 1997

Robert, Christopher dan Frank Alpert, “Total Customer Engagement : Designing And Aligning

Key Strategies Elements To Achieve Growth”. Journal of Product and Brand

Management. Vol.19. Iss.3, 2010

Stiyanti, Fani, “Pengaruh Iklim Layanan Dan Pelayanan Prima SDM Terhadap Customer

Engagement Pada Nasabah Bank ABC Kantor Cabang X Unit Layanan Prioritas”.

Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia.(2012)

Sugiono, Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung, 2005

Tjiptono Fandy, dan Chandra, G, Service Quality Satisfaction. Andi, Yogyakarta, 2004

Umar, Husein, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia & JBRC, Jakarta, 2005

Willems, Hans. “Transitioning Into a Blueconomy. White Paper Customer Driven Online

Engagement”. Blueconic B.V. 5 Februari 2014. http://www.blueconic.com

Zeithaml, Valarie dan Mary Jo Bitner, Services Marketing, Integrating Customer Focus Across

The Firm, Second Edition. Tata McGraw – Hill Edition, New Delhi, 2000

Page 218: 936-1948-1-SM

211

ANALISIS PENGARUH DAYA TARIK IKLAN, KUALITAS PESAN

IKLAN, FREKUENSI PENAYANGAN IKLANTERHADAP EFEKTIVITAS

IKLANTELEVISI KARTU IM3 VERSI “PLAY WITH JKT48 & CESAR”

Regina

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Regina. Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan

terhadap Efektivitas Iklan Televisi Kartu IM3 Versi “Play With JKT48 dan Cesar” (Survei

Pemirsa Iklan Kartu IM3 Versi”Play With JKT48 dan Cesar” Pada Siswa/Siswi SMA Negeri 19

Kabupaten Tangerang). (Dibimbing oleh Abdurrahman).

Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui pengaruh daya tarik iklan, kualitas pesan

iklan, frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi “Play With JKT48

dan Cesar” pada Siswa/Siswi SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang. Analisis yang digunakan

pada penelitian ini menggunakan SPSS 16 dengan uji validitas, uji reliabilitas, dan regresi

linear berganda.

Dari hasil analisis yang diperoleh terdapat pengaruh tidak positif antara daya tarik iklan

terhadap efektivitas iklan, dan terdapat pengaruh positif antara kualitas pesan iklan terhadap

efektivitas iklan, frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas iklan. Daya tarik iklan tidak

terdapat pengaruh positif karena responden tidak melihat dari daya tarik iklan yang mungkin

menurut responden Iklan Kartu IM3 sama saja dengan iklan – iklan provider lainnya. Tetapi,

responden melihat dari bonus – bonus dan promo – promo yang ditawarkan oleh kartu IM3 dan

seringnya frekuensi penayangan iklan membuat responden lebih mudah mengingat iklan dan isi

pesan iklan.

Kata kunci : Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan, Efektivitas

Iklan.

Pendahuluan

Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju membuat persaingan usaha menjadi

semakin ketat dalam bidang ekonomi maupun perdagangan, sehingga banyak membuat

perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan sebuah strategi pemasaran yang efektif agar

produk yang mereka ciptakan dapat diterima oleh pasar. Perusahaan dapat mengenalkan produk

dengan menggunakan media informasi yaitu periklanan.

Salah satu media periklanan yang banyak diminati oleh pemasar adalah media televisi,

karena media ini merupakan media audio visual yang canggih dan menarik dengan sebuah

Page 219: 936-1948-1-SM

212

tayangan berdurasi kurang lebih 60 detik yang dapat disaksikan serentak oleh puluhan juta

bahkan ratusan dan ribuan juta pasang mata di seluruh dunia. Televisi dapat memberikan

tayangan yang bersifat informasi dan menghibur dan juga dijadikan sebagai media untuk

mempromosikan suatu produk.

Industri telekomunikasi di Indonesia memiliki beberapa perusahaan besar dan memiliki

pengguna yang cukup banyak, di antaranya seperti Telkomsel dengan produk yang ditawarkan

adalah adalah Simpati, Kartu As, Kartu Halo dan Telkom Flexi. Selanjutnya Indosat dengan

produk yang ditawarkan adalah Mentari, IM3, SmartOne, dan Matrix. XL dengan produk yang

ditawarkan adalah XL Bebas, XL Jempol. AXIS Telekom Indonesia dengan produk yang

ditawarkan seperti AXIS dan Hepi. Dengan adanya beberapa provider tersebut dapat mengubah

pola persaingan yang terjadi saat ini dan berbagai strategi diterapkan oleh perusahaan untuk

mengatasi persaingan tersebut.

Berikut adalah hasil survei Frontier Consulting Group dalam Majalah Marketing tentang

Top Brand Index yang diadakan setiap tahun dimulai dari tahun 2000 dengan pengukuran

berdasarkan tiga parameter yaitu Top Of Mind Awareness (40%), Last Used (30%), dan Future

Intention (30%).

Hasil survei Top Brand Index Produk Simcard Prabayar yang ada di Indonesia sejak tahun

2009 – 2013 dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:

Sumber :www.top.brand-award.com

Produk simcard GSM prabayar IM3 dari tahun 2009 – 2013 berada diperingkat ke- 2 dan

belum bisa menggeser simPATI yang berada di posisi atas. Semakin tingginya tingkat

persaingan yang terjadi pada saat ini, membuat IM3 harus memikirkan berbagai cara dan strategi

untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing, sehingga konsumen tertarik untuk melakukan

keputusan pembelian produk yang ditawarkan.

Kartu seluler bersaing untuk menambah jumlah pelanggannya dengan menawarkan jasa

terbarunya baik dalam tarif ataupun fitur melalui iklan di berbagai media massa, salah satunya

media televisi. Promosi melalui iklan menjadi suatu pilihan yang menarik, disamping sebagai

sumber informasi, iklan juga dipandang sebagai media hiburan dan media komunikasi pemasaran

yang efektif untuk menjangkau target pasar terutama jika ditayangkan di televisi.

Menurut Purnama tujuan dari pembuatan iklan harus dapat menginformasikan, membujuk

dan mengingatkan pembeli tentang produk yang ditawarkan oleh perusahaan melalui media iklan

tersebut.

Page 220: 936-1948-1-SM

213

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menentukan judul yaitu “Analisis

Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap

Efektivitas Iklan Televisi pada Siswa/SiswiSMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang”.

Masalah dalam penelitian ini yaitu Tingginya persaingan dunia pemasaran melalui

periklanan di televisi, ketidakmampuan Brand IM3 menggeser dominasi SimPATI, besarnya

biaya promosi iklan melalui televisi, dan siswa/siswi yang cenderung mudah dipengaruhi oleh

iklan-iklan baru.

Tujuan penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui model yang digunakan dalam penelitian sudah baik.

2. Untuk mengetahui pengaruh daya tarik iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi

“Play With JKT48dan Cesar”di Televisi.

3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pesan iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi

“Play With JKT48 dan Cesar” di Televisi.

4. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas iklan Kartu

IM3 Versi “Play With JKT48 dan Cesar”di Televisi.

5. Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi efektivitas

iklan Kartu IM3 Versi “Play With JKT48 dan Cesar”di Televisi.

Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan

efektivitas iklan Kartu IM3 dalam memasarkan produk melalui media periklanan khususnya

media televisi.

Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan agar menjadi bahan masukan untuk meningkatkan

efektivitas iklan Kartu IM3 dalam memasarkan produk melalui media periklanan khususnya

media televisi.

Tinjauan Pustaka A. Shopping Goods

Menurut Ali produk barang yang dibeli memerlukan penjajakan informasi mengenai kinerja,

harga dan sebagainya, misalnya produk elektronik, pakaian, perabot rumah tangga dan

seterusnya. Barang – barang yang dalam proses pembeliannya memerlukan evaluasi pilihan

pilihan dan perbandingan dari berbagai alternatif yang tersedia, seperti harga, kualitas, dan

model masing – masing barang. Contohnya alat – alat rumah tangga, pakaian, dan furniture.

B. Promosi

Menurut Ali Promosi merupakan proses mengkomunikasikan variabel bauran pemasaran

(marketing mix) yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan

produk. Kegiatan promosi adalah suatu bentuk kegiatan komunikasi pemasaran yang

berusaha untuk menyebarkan informasi, memengaruhi, mengingatkan pasar sasaran agar

bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan

(penjual dan pembeli).

C. Publisitas

Menurut Lawrence & Dennis L. Wilcox (pakar humas dari San Jose State University)

publisitasadalah informasi yang tidak perlu membayar ruang-ruang

pemberitaan/penyiarannya, namun disaat yang sama tidak dapat dikontrol oleh

individu/perusahaanyang memberikan informasi, sebagai akibatnya informasi dapat

mengakibatkan terbentuknya citra dan mempengaruhi orang banyak dan

Page 221: 936-1948-1-SM

214

dapatberakibataksidimanaaksiinidapatmenguntungkanataumerugikansaatinformasidipublikasi

kan.

D. Efektivitas Iklan

Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan EPIC model. EPIC model yang

dikembangkan oleh AC Nielsen, salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di

dunia, mencakup empat dimensi kritis yaitu empati, persuasi, dampak dan komunikasi

(Empathy, Persuasion, Impact and Communications).

E. Daya Tarik Iklan

Menurut Morissan daya tarik iklan digunakan untuk menarik perhatian konsumen dan

mempengaruhi perasaan mereka terhadap suatu produk (barang dan jasa). Menurut Eka dan

Saliman, daya tarik iklan harus mempunyai tiga karakteristik, yaitu :

1. Iklan harus bermakna (meaningful), yaitu menunjukkanmanfaat – manfaatyang membuat

produk lebih diinginkan atau lebih baik bagi konsumen.

2. Pesan iklan harus dapat dipercaya (believable), konsumen percaya bahwa produk tersebut

akan memberikan manfaat seperti yang dijanjikan dalam pesan iklan.

3. Daya tarik itu khas (distinctive), yaitu harus menyatakan apa yang membuat produk lebih

baik dari produk-produk pesaing.

F. Kualitas Pesan Iklan

Menurut Kotler pesan iklan harus menarik perhatian (attention), mempertahankan

ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakkan tindakan

(action). Menurut Durianto dan Liana (2004), untuk memformulasikan pesan iklan harus

memperhatikan apa yang akan dikatakan (isi pesan), bagaimana mengatakannya secara logis

(struktur pesan), bagaimana mengatakannya secara simbolis (format iklan), dan siapa

seharusnya yang mengatakan (sumber pesan). Pesan iklan dapat berupa angka, huruf, dan

kalimat yang dapat menjalankan suatu sistem. Pesan iklan sama seperti pendorong, yaitu

suatu kegiatan yang menunjukkan segala kebutuhan dari calon pembeli.

G. Frekuensi Penayangan Iklan

Menurut Jack Myers frekuensi penayangan iklan minimal sebanyak tiga kali lebih sesuai

untuk masyarakat yang tidak terlalu banyak terekspos pesan iklan lain. Konsumen diserbu

oleh ratusan bahkan bahkan ribuan pesan iklan setiap harinya yang berasal dari berbagai

media massa dan dari media iklan lainnya (poster, spanduk, billboard, dll). Penayangan iklan

minimal tiga kali akan cukup efektif jika target konsumen hanya menerima sekitar seribu

pesan iklan setiap harinya.Menurut Shimp, day part dibagi menjadi tiga bagian waktu yaitu

waktu utama (prime time), siang hari (daytime), dan waktu tambahan (fringe time).

Metode Analisis Data

Jenis penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah informasi yang

disusun dalam bentuk angka.

Sumber data yang digunakan dalam penelitianiniadalah data primer dan sekunder. Data

primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner pada sampel yang telah

ditentukan yang berisi tanggapan konsumen tentang daya tarik iklan, kualitas pesan iklan,

frekuensi penayangan iklan, dan efektivitas iklan pada produk kartu seluler IM3, sedangkan data

sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai bahan pustaka, baik berupa buku, jurnal-

jurnal, dan dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan materi kaji.

Page 222: 936-1948-1-SM

215

Populasidalampenelitianiniadalahseluruh siswa/siswi SMA Negeri 19 Kabupaten

Tangerang yang masih aktif berstatus sebagai siswa/siswi SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang

yang berjumlah 900 orang.

Pengambilansampel pada penelitian ini menggunakan metode slovin sebesar 10%, maka

jumlah sampel minimal 90 orang tetapi peneliti menetukan jumlah sampel sebanyak 200 orang

menggunakan purposive sampling dengan penentuan kriteria yaitu yang sudah pernah melihat

Iklan Kartu IM3 Versi “Play With JKT48 & Cesar” di Televisi.

Metodepengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuisioner yang dimana pernyataan - pernyataan dalam kuisioner dibuat dengan

menggunakan skala 1-4 untuk mendapatkan data yang bersifat likert. Setelah semua data-data

terkumpulmakaselanjutnya data-data tersebut dianalisis yaitu dengan uji validitas, ujirealibilitas,

dananalisis regresi linear berganda.

Berikut hipotesis yang diajukandalampenelitianini:

1. H1 : Diduga model yang digunakan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.

2. H2 : Diduga daya tarik iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.

3. H3 : Diduga ualitas pesan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.

4. H4 : Diduga frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan

5. H5 : Diduga variabel yang paling dominan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan

Makaterbentuklah model penelitiansebagaiberikut:

Daya Tarik Iklan

(X1)

Kualitas Pesan Iklan

(X2)

Frekuensi

Penayangan Iklan

(X3)

Efektivitas Iklan

(Y)

Page 223: 936-1948-1-SM

216

1. Hasil dan Pembahasan

1. AnalisisTabel 5.8 Model Summary

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .655a .429 .421 ,3007

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

Sumber : Data Pengolahan SPSS

Besarnya kontribusi variabel daya tarik iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2),

frekuensi penayangan iklan (X3) terhadap efektivitas iklan (Y) ditunjukkan dengan

koefisien determinan (Adjusted R Square) sebesar 0,421 atau 42.1%, artinya besarnya

pengaruh variable bebas yaitu daya tarik iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2), frekuensi

penayangan iklan (X3), terhadap efektivitas iklan (Y) danbesarnya pengaruh variabel bebas

tehadap variabel terikat dalam penelitian ini adalah 42.1%, sedangkan sisanya sebesar

57.9% dipengaruhioleh variabel lain diluar penelitian.

2. AnalisisTabelANOVA

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 13.334 3 4.445 49.171 .000a

Residual 17.717 196 .090

Total 31.052 199

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Pengolahan SPSS

Tabel Anova menunjukan bahwa signifikan 0.000 yang berarti variable daya tarik

iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2), frekuensi penayangan iklan (X3), mempengaruhi

variabel efektivitas iklan (Y). Signifikan menunjukan 0.000 yang berarti di bawah 0.05.

Page 224: 936-1948-1-SM

217

3. Analisis Tabel Coefficients

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.004 .136 7.361 .000

X1 .000 .004 -.014 -.259 .796

X2 .392 .057 .428 6.905 .000

X3 .260 .049 .329 5.282 .000

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Pengolahan SPSS

Dari hasil tersebut didapatlah persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 1.004 + 0.000X1 + 0,392X2 +0.260X3+ e

Keterangan :

Y = Efektivitas Iklan

a = constanta

b= Koefisien

X1= Variabel Daya Tarik Iklan

X2= Variabel Kualitas Pesan Iklan

X3 = Variabel Frekuensi Penayangan Iklan

e = error disturbance

Dari hasil analisis di atas, diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Daya tarik iklan (X1) menunjukan nilai signifikan 0.796 yang berarti lebih besar dari 0.05,

sehingga dapat disimpulkan variabel daya tarik iklan (X1) tidak signifikan atau tidak

memiliki pengaruh terhadap variabel efektivitas iklan (Y). Dengan demikian, maka H0

pada penelitian ini diterima. Artinya, mungkinresponden tidak melihat dari daya tarik iklan

Kartu IM3 karena iklan kartu IM3 sama saja dengan iklan – iklan provider lainnya dan

tidak menghibur.

2. Kualitas pesan iklan (X2) menunjukan nilai signifikan 0.000 yang berarti lebih kecil dari

0.05, sehingga dapat disimpulkan variabel kualitas pesan iklan (X2) signifikan atau

memiliki pengaruh terhadap variabel efektivitas iklan (Y) Dengan demikian, maka H0 pada

penelitian ini ditolak. Artinya responden tertarik dengan bonus – bonus dan promo – promo

yang diberikan oleh Kartu IM3 karena responden yang dipiliih yaitu anak SMA yang

belum memiliki pendapatan sendiri sehingga responden melihat dari segi harganya yang

murah. Didukung dengan teori Ali Hasan, shopping goods bahwa produk barang yang

dibeli memerlukan penjajakan informasi mengenai kinerja, harga dan sebagainya. Shopping

goods yang dimaksud adalah homogenous shopping goods yang artinya konsumen

Page 225: 936-1948-1-SM

218

menganggap bahwa kualitas produk sama tetapi harganya berbeda. Dengan demikian,

setiap provider memiliki kualitas produk yang sama tetapi dengan harga yang berbeda,

sehingga anak SMA melihat dari harga yang murah dan memiliki banyak bonus dan

promo.

3. Frekuensi penayangan iklan (X3) menunjukan nilai signifikan 0.000 yang berarti lebih

kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan variabel frekuensi penayangan iklan (X3)

signifikan atau memiliki pengaruh terhadap variabel efektivitas iklan (Y). Dengan

demikian, maka H0 pada penelitian ini ditolak. Artinya semakin tinggi tingkat frekuensi

penayangan iklan di televisi, maka pemirsa akan semakin sering melihat iklan tersebut.

Dengan demikian iklan yang berkali – kali akan membuat pemirsa lebih mudah mengingat

iklan dan pesan iklan akan cepat tersampaikan. Didukung dengan teori Morrisan, semakin

tinggi frekuensi penayangan iklan maka akan semakin banyak audien yang bisa dijangkau,

tetapi harus diingat bahwa penayangan iklan lebih dari sepuluh kali dinilai berlebihan

(overxposure), sedangkan iklan yang ditayangkan kurang dari tiga kali dinilai tidak

memiliki cukup jangkauan. Menurut Jack Myers, frekuensi penayangan iklan minimal

sebanyak tiga kali lebih sesuai untuk masyarakat yang tidak terlalu banyak terekspos pesan

iklan lain. Konsumen diserbu oleh ratusan bahkan bahkan ribuan pesan iklan setiap harinya

yang berasal dari berbagai media massa dan dari media iklan lainnya (poster, spanduk,

billboard, dll). Penayangan iklan minimal tiga kali akan cukup efektif jika target konsumen

hanya menerima sekitar seribu pesan iklan setiap harinya.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Hasil daripada analisis regresi linear berganda yang telah peneliti lakukan, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Model yang diajukan pada penelitian ini sudah layak karena daya tarik iklan (X1), kualitas

pesan iklan (X2), frekuensi penayangan iklan (X3) berpengaruh positif terhadap efektivitas

iklan (Y).

2. Pada uji yang dilakukan terdapat kesimpulan bahwa :

i. Daya tarik iklan tidak berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.

ii. Kualitas pesan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.

iii. Frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.

3. Kualitas pesan iklan adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi efektivitas iklan.

Saran

Setelah peneliti menganalisis penelitian ini, peneliti menyarankan beberapa hal berkaitan

dengan penelitian selanjutnya yaitu :

1. Perusahaan harus tetap menggunakan bintang iklan yang populer di kalangan anak muda,

karena dapat menjanjikan dan menarik perhatian pemirsa pada produk tersebut.

2. Perusahaan harus lebih banyak lagi menawarkan promo – promo dan bonus – bonus agar

tetap menarik minat konsumen karena prinsip konsumen jika ada yang murah kenapa cari

yang mahal.

Page 226: 936-1948-1-SM

219

3. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan variabel daya tarik iklan, kualitas pesan

iklan, dan frekuensi penayangan iklan. Peneliti berikutnya dapat menambahkan beberapa

variabel lagi seperti popularitas endorser, kreativitas iklan, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Afrian Mukti Ramdani, Pengukuran “ Efektivitas Iklan Kartu Seluler Axis Di Media Televisi

Dengan Pendekatan DRM Dan EPIC Model”, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Gunadarma.

Ali Hasan,SE,MM. Marketing dan kasus-kasus pilihan, cetakan pertama, 2013.

Cara Pandangku. Blog, Pengujian Hipotesis: Regresi Linier Berganda, Uji T, Uji F dan Uji R

Square (Penjelasan Lengkap), http://carapandangku.blogspot.com/2011/07/pengujian-hipotesis-

regresi-linier.html. Diakses tanggal 8 November 2013.

Faela Sufa, Bambang Munas.2012“Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan,

Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap (Survei Pemirsa

Iklan Mie Sedap Pada Mahasiswa Kost di sekitar Kampus Undip, Tembalang)”.Diponegoro

Journal Of Management,.Vol. 1, No. 1, 2012.

Faela Sufa,“Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan

Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap (Survei Pemirsa Iklan Mie Sedap Pada

Mahasiswa Kost di sekitar Kampus Undip, Tembalang)”, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

Universitas Diponegoro, Skripsi, 2012.

Gilar Rosandini, Augusty Tae Ferdinand, “Analisis Pengaruh Daya Tarik Media Luar Ruang,

Popularitas Endoser, dan Kreativitas Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Guna Menumbuhkan

Top Of Mind Produk Simcard GSM Prabayar Mentari (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro)”, Diponegoro Journal Of Management,

Vol. 1, No. 1, Tahun 2012.

Gema Pariwara, Metode ”EPIC Model” Untuk Mengukur Efektivitas Iklan,

http://gemapariwara.blogspot.com/2010/02/metode-epic-model-untuk-mengukur.html, diakses

tanggal 8 November 2013.

Hasyim, Rina Anindita, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta,UIEU-

University Press, 2009.

IM3 Indosat – providernya anak muda Indonesia, http://icity.indosat.com/t5/Indosat-IM3/IM3-

kartunya-anak-muda-nah-bagi-user-yang-sudah-tua/td-p/73998, diakses pada tanggal 25

November 2013

Ilmu Pengetahuan Teknologi, http://iptekindonesiae.blogspot.com/2013/10/efektivitas-

iklan.html, diakses pada tanggal 27 November 2013

Page 227: 936-1948-1-SM

220

Kompasiana, Mengapa Ada Istilah Ababil (ABG Labil), http://edukasi.kompasiana.com/ 2013/

06/04/mengapa-ada-istilah-ababil-abg-labil--565528.html, diakses tanggal 27 November

2013

Morrissan, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Tangerang, Ramdina Prakasa, 2007.

Muh Agung Rianto Said, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Iklan Media

Elektronik (TV) Produk Sepeda Motor Yahama Di Makassar, Fakultas Ekonomi Universitas

Hasanuddin, Skripsi, 2012.

Nugroho Ardhi Setiawan, I Made Bayu Dirgantara, “Analisis Faktor – faktor Yang

Mempengaruhi Efektivitas Iklan Televisi Axis “Penjual Gorengan”.

Oka Riansyah, “Efektivitas Penggunaan Humor Pada Iklan (Studi Korelasional Mengenai

Efektifitas Penggunaan Humor Pada Iklan Kartu As Versi “Sule, Ozo dan Widy di Dalam

Kereta Api”Dalam MembentukBrand Image ProdukDi Kalangan Siswa/Siswi SMA Mardi

Lestari Medan)”.

Sarjanaku.com, Pengertian Iklan, Definisi Adalah, Artikel, Makalah Menurut Para

Ahli,http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-iklan-definisi-adalah.html, diakses

tanggal 8 November 2013.

Statistic 4 life, Uji Realibilitas, http://ariyoso.wordpress.com/2009/10/31/uji-reliabilitas/, diakses

tanggal 8 November 2013.

Statistic 4 life, Uji Validitas, http://ariyoso.wordpress.com/2009/10/31/uji-validitas/, diakses

tanggal 8 November 2013.

SWA, Kuartal 1 2011 Mobil Mulai Melirik Iklan Televisi, http://swa.co.id/listed-

articles/kuartal-i-2011-mobil-mulai-melirik-iklan-televisi, diakses tanggal 27 November

2013

Top Brand Index, Kategori Telekomunikasi/IT Simcard GSM Prabayar, http://www.topbrand-

award.com/top-brand-survey/survey-result/top-brand-index-2009-2013, diakses tanggal 25

November 2013

Warta Digital News, Harga Iklan Di Televisi, http://kamerabaru. blogspot.com/2012/09/harga-iklan-

di-televisi-tv.html, diakses tanggal 8 November 2013.

Wikipedia, Publisitas, http://id.wikipedia.org/wiki/Publisitas, diakses tanggal 22 Januari 2014

Wikipedia, Indosat, http://id.wikipedia.org/wiki/Indosat, diakses tanggal 22 Januari 2014

Page 228: 936-1948-1-SM

221

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN STRUKTUR

KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP MANAJEMEN LABA

PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 SAMPAI DENGAN 2011

Darwis Chayady

Fakultas Ekonomi/Akuntansi

Universitas Esa Unggul

Jakarta

ABSTRACT

Earning management is an action taken by management to increase or decrease reported earning of

the unit of responsibility that has no relation with the increase or decrease in long-term profitability for

the company.

The purpose of this research is aimed to explore the quantitative effect of profitability, firm size, and

institutional ownership structure as independent variable toward earning management as dependent

variable.

The result of the study proved that there was a simultaneous influence among profitability, firm size, and

institutional ownership structure toward earning management on automotive and component in the

year2009-2011. Partially, profitability had negative influence toward earning management, firm size

there is no significant influence toward earning management, and institutional ownership structure had

positive influence toward earning management.

Keywords : profitability, firm size, institutional ownership structure, earning management.

PENDAHULUAN

Manajemen laba merupakan fenomena umum yang terjadi di sejumlah perusahaan. Praktik

manajemen laba dilakukan guna untuk mempengaruhi besaran laba. Dalam praktiknya dapat

terjadi secara legal maupun secara tidak legal. Usaha – usaha mempengaruhi besaran laba yang

dapat dikatakan legal adalah tidak bertentangan dengan aturan pelaporan keuangan dalam prinsip

– prinsip akuntansi yang berlaku umum, terlebih tidak bertentangan dengan standar akuntansi.

Beberapa cara untuk mempengaruhi besaran laba adalah dengan memanfaatkan peluang untuk

membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan dapat juga menggeser

periode pendapatan atau biaya. Sedangkan praktik manajemen laba yang dapat dikatakan tidak

legal adalah cara – cara yang tidak diperbolehkan dalam standar akuntansi yang berlaku,

misalnya dengan cara melaporkan transaksi – transaksi pendapatan atau biaya yang fiktif dengan

cara menambah atau mengurangi nilai transaksi, atau juga dengan tidak melaporkan sejumlah

transaksi, sehingga akan menghasilkan laba pada tingkat tertentu yang dikehendaki.

Page 229: 936-1948-1-SM

222

Fenomena terjadinya kecurangan akuntansi ini juga terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI),

yaitu kasus PT. Kimia Farma. Terjadi pada tahun 2002, perusahaan ini menaikan laba hingga Rp.

31 milyar. Skandal ini diduga terkait dengan manajemen lama yang menginginkan dirinya untuk

dipilih kembali oleh pemerintah dalam mengelola perusahaan farmasi tersebut.

Pada tahun 2004, PT. Indofarma melakukan praktik manajemen laba dengan menyajikan laba

bersih yang telah diperbesar nilainya, sebesar Rp. 28,8 Milyar. Hal ini sebagai dampak dari

penilaian persediaan barang dalam proses yang lebih tinggi dari yang seharusnya, sehingga harga

pokok penjualan tahun tersebut diperkecil. Tindakan menaikan laba yang dilakukan oleh PT.

Indofarma merupakan motif agar labanya lebih besar.

Penelitian mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi manajemen laba sudah banyak

dilakukan. Penelitian yang dilakukan Chtourou et al. dan Midiastuty dan Machfoedz tentang

hubungan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran dewan direksi

yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berhubungan

negatif dengan manajemen laba, sedangkan ukuran dewan direksi berhubungan positif dengan

manajemen laba. Hasil penelitian ini berkontradiksi dengan Boediono yang menyatakan bahwa

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komposisi dewan komisaris memberikan

pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (Andiany, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Halim dan Moses yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan memiliki hubungan positif dengan praktik manajemen laba. Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Marrakchi serta Veronica dan Siddharta menyatakan bahwa ukuran

perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba (Muliati, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Ika Kurnaini menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

positif terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya dorongan melakukan manajemen laba

dengan alasan perusahaan bsar mempunyai aktivitas operasional yang lebih kompleks selain itu

perusahaan besar juga dituntut untuk memenuhi ekspektasi investor yang lebih tinggi

Perusahaan – perusahaan otomotif dan komponen di Indonesia semakin berkembang, dengan

permintaan pasar yang semakin meningkat. Dengan ditemukan banyaknya fenomena – fenomena

perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba, ditemukan terdapat ketidakkonsistenan

penelitian – penelitian terdahulu, dan semakin berkembangnya sektor otomotif dan komponen ini

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian praktik manajemen laba dalam sector industri

tersebut.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba perusahaan –

perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009

sampai dengan 2011.

2. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba perusahaan –

perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009

sampai dengan 2011.

3. Untuk mengetahui pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen

Laba perusahaan – perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek

Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2011.

Page 230: 936-1948-1-SM

223

4. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan

secara simultan terhadap Manajemen Laba perusahaan – perusahaan otomotif dan

komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2011.

KAJIAN TEORI

1. Teori Keagenan

Teori keagenan dapat dipandang sebagai model kontraktual antara dua atau lebih pihak.

Dimana salah satu pihak dapat disebut agent (manajer) dan pihak lain disebut principal

(pemilik). Principal mendelegasikan pertanggung jawaban atas decision making kepada

agent. Hal tersebut dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada

agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati.

Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas

persetujuan bersama (Yushita, 2010).

Manajemen sebagai pihak yang diberikan amanah untuk menjalankan dana dari pemilik

atau principal, harus mempertanggung jawabkan apa yang telah dipercayakan kepadanya. Di

lain pihak, pemilik sebagai pemberi amanah akan memberikan insentif pada manajemen

berupa berbagai macam fasilitas baik secara financial dan non financial. Permasalahan

timbul ketika kedua belah pihak mempunyai persepsi dan sikap yang berbeda dalam hal

pemberian informasi yang akan digunakan oleh principal untuk memberikan insentif kepada

agent. Hal lain yang membuat permasalahan adalah persepsi kedua belah pihak dalam

menanggung resiko. Agent yang mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja

perusahaan secara riil dan menyeluruh, tidak akan memberikan seluruh informasi atas

kepemilikannya. Tetapi akses pada informasi selengkapnya. Keinginan pemilik tersebut

tersebut pada umumnya sangat sulit untuk dipenuhi. Dikarenakan adanya beberapa faktor

seperti biaya penyajian informasi, keinginan manajemen menghindari resiko untuk terlihat

kelemahannya. Waktu yang digunakan untuk menyajiakan informasi. Dan sebagainya.

Tetapi di satu sisi, pihak agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan

dengan pemilik di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry information. Informasi

yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan –

tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utility nya.

Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit mengontrol secara efektif

tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada.

Oleh karena itu, terkadang beberapa kebijakan - kebijakan yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor.

Masalah keagenan (agency Problem) sebenarnya muncul ketika pemilik kesulitan untuk

memastikan bahwa agen telah bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

Menurut dari teori keagenan, salah satu mekanisme yang secara luas digunakan dan

diharapkan dapat menyelaraskan tujuan pemilik atau agen adalah melalui mekanisme

pelaporan keuangan. Namun karena dalam akuntansi laba (biaya) yang sudah menjadi hak

(kewajiban) dalam periode sekarang, belum dibayarkan secara tunai. Maka angka - angka

dalam laporan keuangan mengandung komponen akrual. Komponen ini berada dibawah

kebijakan manajemen (discretionary) maupun tidak (non discretionary) seperti dikutip oleh

Sugiri dalam Yushita (2010). Oleh karena adanya kecenderungan manajer untuk mencari

keuntungan sendiri (moral hazard) dan tingkat asimetri informasi yang tinggi, ditambah

motif - motif tertentu, kemungkinan manajemen memanfaatkan pos - pos akrual guna

Page 231: 936-1948-1-SM

224

menyajikan laba yang sesuai dengan kepentingannya. Yang mungkin tidak sesuai dengan

kepentingan principal. Seperti pemilik, pemegang saham, atau pemberi pinjaman akan lebih

besar.

2. Asimetri Informasi

Schift dan Lewin dalam Yushita (2010), menyatakan bahwa agen berada posisi yang

mempunyai informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan serta

keseluruhan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa setiap individu

bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri. Maka dengan informasi asimetri

yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang

tidak diketahui principal. Sehingga dalam kondisi semacam ini principal seringkali pada

posisi yang tidak diuntungkan.

Merujuk agency theory, laporan keuangan disiapkan oleh manajemen sebagai

pertanggungjawaban manajemen kepada principal. Karena manajemen terlibat secara

langsung dalam kegiatan usaha perusahaan, maka pihak manajemen memiliki asimetri

informasi dengan melaporkan segala sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Creative

accounting sangat mungkin dilakukan oleh manajemen dengan asimetri informasi yang

dimilikinya akan leluasa untuk memilih alternatif metode akuntansi. Manajemen akaan

memilih metode akuntansi tertentu jika terdapat insentif dan motivasi untuk melakukan

tindakan tersebut. Cara yang paling sering digunakan adalah dengan manajemen laba,

karena laba seringkali menjadi fokus perhatian para pihak eksternal yang berkepentingan.

Ada dua tipe asimetri informasi :

a) Adverse selection

Adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan

atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki

informasi lebih dari pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang

seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam lainnya lebih mengetahui kondisi kini

dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.

b) Moral hazard

Adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan

suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan

mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya

tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan

pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.

3. Manajemen Laba

Manajemen laba adalah suatu tidakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang

menaikan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya

yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan dan penurunan profitabilitas perusahaan

untuk jangka panjang (Yushita, 2010).

Menurut Kurnaini (2009), terdapat tiga teknik dalam manajemen laba. Pertama,

memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Kedua, mengubah metode

akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi. Ketiga, menggeser periode biaya

atau pendapatan.

Page 232: 936-1948-1-SM

225

Penelitian mengenai manajemen laba menggunakan akrual diskresioner sebagai proksi

bagi manajemen laba. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha yang telah

dilakukan oleh para peneliti sebelumnya sebagian besar ditujukan pada berbagai pendekatan

yang bertujuan mengara pada usaha yang dilakukan untuk mengevaluasi keberadaan

manajemen laba.

Salah satu kelebihan dari pendeketan akrual diskresioner yaitu pendeketan tersebut

berpotensi untuk dapat mengungkap cara - cara untuk menurunkan atau menaikkan

keuntungan. Sebab cara-cara tersebut kurang mendapat perhatian untuk diketahui oleh pihak

eksternal. De Angelo seperti yang dikutip oleh Kurniawan (2012), menjelaskan bahawa

accounting accruals mencerminkan keputusan manajemen, antara lain untuk menghapuskan

assets, pengakuan atau penundaan pendapatan atau menganggap biaya atau modal suatu

pengeluaran. Ayres seperti dikutip oleh Kurniawan (2012) menambahkan cara-cara lain

untuk mempengaruhi tingkat keuntungan, yaitu dengan penerapan suatu kebijaksanaan

akuntansi yang wajib baik lebih awal dari tanggal berlakunya atau tepat waktu dan

perubahan-perubahan akuntansi secara sukarela.

METODE PENELITIAN

Model Penelitian

Gambar 1 Model Penelitian

Hipotesis Penelitian

Ha1 : Terdapat pengaruh negatif Profitabilitas terhadap Manajemen Laba.

Ha2 : Terdapat pengaruh negatif Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba.

Ha3 : Terdapat pengaruh positif Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen

Laba.

Ha4 : Terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan

Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba.

Struktur

Kepemilikan

Institusional

Ukuran Perusahaan

Manajemen

Laba

ROA

Page 233: 936-1948-1-SM

226

Pengumpulan Data

Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan secara sampling jenuh, yaitu

pengambilan sampel secara meneyeluruh dari data yang akan diuji. Populasi dalam penelitian ini

adalah perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),

periodisasi populasi penelitian ini mencakup data tahun 2009-2011. Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah sebanyak 36 sampel selama periode 2009-2011.

Tahun 2009 sebanyak 12 perusahaan.

Tahun 2010 sebanyak 12 perusahaan.

Tahun 2011 sebanyak 12 perusahaan.

Total sebanyak 36 perusahaan.

Metode Analisis Data

Langkah-langkah metode analisis data adalah sebagai berikut :

a. Deskriptif

Analisis yang bersifat uraian berdasarkan kondisi datanya. Analisis deskriptif ini digunakan

untuk menguraikan gambaran manajemen laba perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI,

serta menjelaskan hasil penelitian.

b. Kausalitas

Kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen terhadap

variabel dependen, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh profitabilitas yang

diwakilkan ROA tahun sebelumnya, ukuran perusahaan yang diukur dari pertumbuhan

penjualan, dan struktur kepemilikan institusional terhadap diskresioner akrual. Kemampuan

prediksi variabel-variabel tersebut akan dilakukan dengan melihat pengaruh variabel

independen tersebut terhadap variabel dependennya. Metode analisis kausalitas merupakan

analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan

variabel dependen. Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis kausalitas

(pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat) memiliki tahapan sebagai berikut,

antara lain:

(1) Uji kualitas data

Uji kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas

digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen dan

variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan normal

probability plot jika titik mendekati garis diagonal maka data tersebut dianggap.

(2) Uji Asumsi Klasik

(a) Uji Multikolinieritas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditentukan adanya

korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat

masalah multikolinieritas. Cara mendeteksi multikolinieritas berdasarkan rule of

thumb. Jika VIF >10, maka terjadi multikolinieritas dan jika VIF <10. maka tidak

terjadi multikolinieritas.

(b) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data

yang berdekatan. Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin

Page 234: 936-1948-1-SM

227

Watson melalui angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson diantara

du < DW < 4-du, maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak

memiliki autokorelasi dan sebaliknya.

(c) Uji Heterokedatisitas

Uji heteroskedastisitas untuk mengatahui apakah dalam model regresi ada

kesamaan atau ketidaksamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan

yang lain. Cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar titik-

titik yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

(3) Uji Hipotesis

(a) Uji F (simultan)

Uji F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh secara simultan antara

variabel independen yaitu Profitabilitas (X1), Ukuran Perusahaan (X2), Struktur

Kepemilikan Institusional (X3) terhadap variabel dependen yaitu Manajemen

Laba (Y1).

Dasar pengambilan keputusan:

a) jika Sig < 5%, maka Ha diterima

b) jika Sig > 5%, maka Ha ditolak

Bentuk regresi linier multiple (berganda) untuk loyalitas Lion Air dilambangkan

dalam model 1:

Y = a0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

Keterangan :

Y = Manajemen Laba

a = Konstanta

b1 – b3 = Koefisien regresi

X1 = Profitabilitas

X2 = Ukuran Perusahaan

X3 = Struktur Kepemilikan Institusional

e = error

(b) Uji t (parsial)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh Profitabilitas (X1),

Ukuran Perusahaan (X2), Struktur Kepemilikan Institusional (X3) terhadap

variabel dependen yaitu Manajemen Laba (Y1). secara parsial,

Dasar pengambilan keputusan:

a) jika Sig < 5%, maka Ha diterima

b) jika Sig > 5%, maka Ha ditolak

Page 235: 936-1948-1-SM

228

No. Perusahaan Akrual Diskresioner No. Perusahaan Akrual Diskresioner

1 Astra International Tbk 2009 (4.905.232.000.000,00) 19 Indospring Tbk 2010 (79.561.679.706,45)

2 Astra Auto Part Tbk 2009 (372.400.812.000,00) 20 Multi Prima Sejahtera Tbk 2010 (371.902.605,16)

3 Indo Kordsa Tbk 2009 (955.201.133.672,00) 21 Multistrada Arah Sarana Tbk 2010 (21.660.356.000,01)

4 Goodyear Indonesia Tbk 2009 (412.468.903.992,00) 22 Nipress Tbk 2010 (55.740.701.570,36)

5 Gajah Tunggal Tbk 2009 (715.697.480.000,00) 23 Prima alloy steel Universal Tbk 2010 (282.876.739.260,24)

6 Indomobil Sukses International Tbk 2009 51.852.907.595,59 24 Selamat Sempurna Tbk 2010 (402.372.405.266,86)

7 Indospring Tbk 2009 (32.437.579.489,41) 25 Astra International Tbk 2011 (3.290.036.000.000,02)

8 Multi Prima Sejahtera Tbk 2009 15.909.439.746,99 26 Astra Auto Part Tbk 2011 (951.242.284.000,01)

9 Multistrada Arah Sarana Tbk 2009 225.703.775.999,99 27 Indo Kordsa Tbk 2011 (944.638.049.448,00)

10 Nipress Tbk 2009 (60.357.844.876,63) 28 Goodyear Indonesia Tbk 2011 (376.082.248.261,62)

11 Prima alloy steel Universal Tbk 2009 (78.674.195.761,23) 29 Gajah Tunggal Tbk 2011 (2.209.104.656.000,01)

12 Selamat Sempurna Tbk 2009 (504.428.400.121,05) 30 Indomobil Sukses International Tbk 2011 1.327.956.578.487,57

13 Astra International Tbk 2010 25.291.044.000.000,00 31 Indospring Tbk 2011 216.407.688.921,48

14 Astra Auto Part Tbk 2010 (859.461.736.000,01) 32 Multi Prima Sejahtera Tbk 2011 6.727.632.800,60

15 Indo Kordsa Tbk 2010 (894.469.324.980,01) 33 Multistrada Arah Sarana Tbk 2011 (799.537.760.000,02)

16 Goodyear Indonesia Tbk 2010 (205.257.944.722,42) 34 Nipress Tbk 2011 (46.625.626.682,96)

17 Gajah Tunggal Tbk 2010 (1.764.677.656.000,01) 35 Prima alloy steel Universal Tbk 2011 (254.810.728.547,42)

18 Indomobil Sukses International Tbk 2010 395.466.432.602,26 36 Selamat Sempurna Tbk 2011 (521.624.096.050,55)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Statistik Deskriptif

Tabel 1 Hasil Perhitungan Angka Akrual Diskresioner

Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Mean Std. Deviation N

DA -262422267650,3430 253911901604,51300 36

ROA ,0617 ,06461 36

UP ,5358 2,37959 36

SKI ,0607 ,09243 36

Descriptive Statistics

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 36 perusahaan otomotif dan komponen yang

go public di Bursa Efek Indonesia periode 2009 sampai dengan 2011. Terindikasi secara

menyeluruh telah melakukan praktik manajemen laba dengan menurunkan laba rata – rata

sebesar 262.422.267.650,34.

2. Uji Kausalitas

3.

a. Uji Kualitas Data

Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Data

Page 236: 936-1948-1-SM

229

Dari hasil uji normal probability plot dapat dilihat bahwa titik – titik berada

mendekati garis diagonal pada gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji kualitas data

tersebut dengan menggunakan uji normalitas normal probability plot menunjukan bahwa

data tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Asumsi Klasik

(1) Uji Multikolinieritas

Tabel 3 Hasil Uji Multikolinieritas

Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa VIF < 10. Hai ini menjelaskan bahwa

tidak terdapat multikolinieritas.

(2) Uji Autokorelasi

Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi

Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa du < DW < 4-du = 1,6539 < 1,689 <

2,3461. Hai ini menjelaskan bahwa tidak terdapat autokorelasi, karena angka D-W

berada diantara du dan 4-du.

(3) Uji Heterokedastisitas

Gambar 3 Hasil Uji Heterokedastisitas

Standardiz

ed

Coefficient

s

B Std. Error Beta

Zero-

order Partial Part Tolerance VIF

(Constant) -160937043243,381 50978835662,782 -3,157 ,003

ROA -2441412683287,980 501375731218,654 -,621 -4,869 ,000 -,668 -,652 -,592 ,909 1,100

UP 10946417217,926 13247955858,661 ,103 ,826 ,415 ,027 ,145 ,100 ,960 1,042

SKI 712335960973,006 347324072317,130 ,259 2,051 ,049 ,419 ,341 ,249 ,926 1,080

1

a. Dependent Variable: DA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity

Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 ,726a ,527 ,482 182707652290,52500 ,527 11,865 3 32 ,000 1,689

a. Predictors: (Constant), SKI, UP, ROA

b. Dependent Variable: DA

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson

Page 237: 936-1948-1-SM

230

Dari hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat bahwa titik – titik menyebar pada

gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji heteroskedastisitas tersebut menunjukan

bahwa data tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Hipotesis

a. Uji Pengaruh Secara Parsial Antara Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Stuktur

Kepemilkan Institusional Terhadap Manajemen Laba

Tabel 4 Hasil Uji t

(1) Uji Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba

Ho1 : Tidak terdapat pengaruh antara profitabilitas dengan Manajemen Laba

Ha1 : Terdapat pengaruh negatif Profitabilitas terhadap Manajemen Laba.

Ha1 diterima

artinya terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba. Hal ini

dikarenakan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Laba yang terlalu besar pada suatu periode

digeser keperiode berikutnya untuk berjaga-jaga akan besaran laba/rugi pada periode

berikutnya. Hal ini dikarenakan ketidakpastian akan besaran laba atau rugi yang akan

diterima dalam periode mendatang. Dan jika profitabilitas perusahaan pada tahun

lalu besar maka akan menurunkan motivasi perusahaan untuk melakukan manajemen

laba, karena dari profitabilitas tersebut aset perusahaan dapat meningkat, dan investor

juga merasa tertarik untuk melakukan investasi karena melihat perusahaan dengan

aset yang baik.

(2) Uji Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba

Ho2 : Tidak terdapat pengaruh antara Ukuran Perusahaan dengan Manajemen

Laba

Ha2 : Terdapat pengaruh negatif Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba.

Ha2 ditolak

artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan Ukuran Perusahaan terhadap

Manajemen Laba. Hal ini dikarenakan nilai signifikan 0,415 > 0,05. Hal ini

kemungkinan disebabkan perusahaan yang semakin besar akan menjadi sorotan

publik sehingga cenderung untuk tidak melakukan manajemen laba, selain itu

transaksi pada perusahaan besar juga semakin kompleks sehingga praktik manajemen

laba sulit untuk dilakukan. Ketidaksignifikannya variabel ini juga memungkinkan

dari jenis industri yang dijadikan sampel, karena karakteristik perusahaan otomotif

Standardized

Coefficients

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

(Constant) -160937043243,381 50978835662,782 -3,157 ,003

ROA -2441412683287,980 501375731218,654 -,621 -4,869 ,000 -,668 -,652 -,592 ,909 1,100

UP 10946417217,926 13247955858,661 ,103 ,826 ,415 ,027 ,145 ,100 ,960 1,042

SKI 712335960973,006 347324072317,130 ,259 2,051 ,049 ,419 ,341 ,249 ,926 1,080

1

a. Dependent Variable: DA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity

Statistics

Page 238: 936-1948-1-SM

231

dan komponen kebanyakan memiliki keterkaitan atau memiliki kerjasama dalam

bisnis yang dijalaninya.

(3) Uji Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba

Ho3 : Tidak terdapat pengaruh antara Struktur Kepemilikan Institusional dengan

Manajemen Laba

Ha3 : Terdapat pengaruh positif Struktur Kepemilikan Institusional terhadap

Manajemen Laba.

Ha3 diterima

artinya terdapat pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen

Laba. Hal ini dikarenakan nilai signifikan 0,049 < 0,05. Hal ini dikarenakan tindakan

manajemen laba belum tentu dipandang negatif oleh investor. Manajemen laba

dilakukan perusahaan dengan salah satu tujuannya yaitu agar laba tidak fluktuatif.

Pada dasarnya investor lebih menyukai laba yang tidak fluktuatif atau stabil, dengan

harapan mendapatkan keuntungan atas investasinya. Selain itu dari dilihat dari

karakteristik perusahaannya yang kebanyakan kepemilikannya adalah lembaga atau

perusahaan, maka memudahkan perusahaan untuk melakukan praktik manajemen

laba. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya kepemilikan lembaga/perusahaan,

maka semakin sedikitnya pihak yang memantau perusahaan tersebut, sehingga

perusahaan semakin leluasa untuk melakukan praktik manajemen laba.

b. Uji Pengaruh Secara Simultan Antara Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Stuktur

Kepemilkan Institusional Terhadap Manajemen Laba

Tabel 5 Hasil Uji F

Ho4 : Tidak terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur

Kepemilikan Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba

Ha4 : Terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan

Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba.

Ha4 diterima

dilihat bahwa nilai signifikannya 0,000 < 0,05 maka dapat dijelaskan bahwa terdapat

pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Institusional

secara simultan terhadap Manajemen Laba.

Bentuk persamaan model regresi berganda (multiple regression) sebagai berikut :

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1188267123598210000000000,000 3 396089041199404000000000,000 11,865 ,000b

Residual 1068226758576490000000000,000 32 33382086205515300000000,000

Total 2256493882174700000000000,000 35

ANOVAa

Model

1

a. Dependent Variable: DA

b. Predictors: (Constant), SKI, UP, ROA

Page 239: 936-1948-1-SM

232

Y = -160.937.043.243,38 – 2.441.412.683.287,98 X1 + 10.946.417.217,93 X2 +

712.335.960.973,01 X3 + e

Model penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh Profitabilitas, Ukuran

Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Institusional secara simultan terhadap Manajemen

Laba adalah signifikan dengan melihat nilai sig dari uji anova sebesar 0,00 dibawah 0,05

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penelitian ini menemukan hal-hal sebagai berikut:

a. Variabel Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil ini

bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purnamawati, dan

didukung oleh penelitian yang dilakukan Nuvita.

b. Variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh dengan manajemen laba. Hasil ini tidak

sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Handayani, dan didukung oleh

penelitian yang dilakukan Nuvita.

c. Variabel Struktur Kepemilikan Institusional berpengaruh positif dengan

manajemen laba Hasil ini bertentangan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Andiany, dan didukung oleh penelitian yang dilakukan Nuvita.

d. Terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Institusional

secara simultan terhadap Manajemen Laba.

2. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini dan melihat kesimpulan yang diperoleh maka dapat

diajukan saran sebagai berikut :

a. Bagi Investor, agar lebih berhati – hati dalam menilai kualitas dari laba yang telah

dilaporkan, karena dari hasil penelitian ini membuktikan seluruh perusahaan yang diuji

melakukan praktik manajemen laba.

b. Bagi Emiten, dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan

mengingat laba dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang bersangkutan.

c. Bagi peneliti selanjutnya, dari faktor internal dapat menambahkan jumlah sampel pada

penelitian selanjutnya, dapat menambahkan jumlah variabel dan dapat diluar dari

perusahaan otomotif dan komponen agar hasilnya dapat lebih maksimal, dapat

menggunakan model manajemen laba diluar model Jones. Dari faktor eksternal dapat

menambahkan faktor inflasi, dan perubahan kurs.

DAFTAR PUSTAKA

Purnamawati, Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba,

2011

Kurniani, Ika. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2009

Indra Pujiningsih, Andiany. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik

Corporate Governance, dan Kopensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba, 2011

Page 240: 936-1948-1-SM

233

Muliati, Ni Ketut. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktik

Manajemen Laba di perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek, 2011

Yushita, A. Novi. Earning Management dalam Hubungan Keagenan, 2010

Kurniawan, Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham Perusahaan Food and Beverage

yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007 Sampai Dengan 2009,

2012

Subramanyam, Analisis Laporan Keuangan, 2010

Purnamawati, Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba,

2011

Handayani, Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba, 2009

Nuvita, Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan,

Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri Terhadap Praktek Perataan Laba pada Perusahaan

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2010, 2012

Page 241: 936-1948-1-SM

234

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP MINAT MAHASISWA JURUSAN

AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)

Akbar Pribadi Nurdin Putra

Fakultas Ekonomi/Akuntansi

Universitas Esa Unggul

Jakarta

([email protected])

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Motivasi Kualitas Dan Motivasi Ekonomi

Terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk

mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Ada tiga hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini (1) motivasi kualitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat

mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk), (2) motivasi

ekonomi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk

mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) dan (3) motivasi kualitas dan motivasi ekonomi

secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi

untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk).

Penelitian ini menggunakan responden 53 orang mahasiswa fakultas ekonomi jurusan akuntansi

S1 Universitas Esa unggul yang telah lulus mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua sampai

semester ganjil 2012-2013. Sampel diperoleh menggunakan metode purposive sampling. Data

penelitian ini diperoleh menggunakan lembar kuesioner dan selanjutnya dianalisis

menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian adalah (1) hipotesis pertama diterima karena motivasi kualitas mempunyai

pengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi

akuntansi (PPAk), (2) hipotesis kedua ditolak karena motivasi ekonomi tidak berpengaruh

signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi

(PPAk) dan (3) hipotesis ketiga diterima karena motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara

simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti

pendidikan profesi akuntansi (PPAk).

Kata kunci : motivasi kualitas, motivasi ekonomi, minat mahasiswa mengikuti pendidikan profesi

akuntansi (PPAk)

Page 242: 936-1948-1-SM

235

PENDAHULUAN

Akuntansi merupakan salah satu jurusan yang masih banyak diminati oleh para

mahasiswa di fakultas ekonomi pada saat ini karena masih banyak pekerjaan yang dapat diisi

oleh para lulusannya. Dari hasil penelitian Basuki (2006) menyebutkan bahwa rata-rata

mahasiswa memilih jurusan akuntansi, didorong oleh keinginan mereka untuk menjadi

profisional dibidang akuntansi. Selain itu mereka juga termotivasi oleh anggapan bahwa akuntan

dimasa mendatang akan sangat dibutuhkan oleh banyak organisasi dan perusahaan, khususnya di

Indonesia.

Menurut Sundem (2006), pendidikan akuntansi harus menghasilkan para akuntan yang

professional sejalan dengan perkembangan kebutuhan akan jasa akuntansi pada abad mendatang.

Pendidikan tinggi akuntansi yang tidak menghasilkan seorang profesional sebagai akuntan akan

tidak laku dipasaran tenaga kerja. Keraguan atas kualitas pendidikan tinggi akuntansi dalam

menghasilkan tenaga akuntan yang professional telah dikemukakan oleh Foo (2006) yang

mendeteksi pendidikan tinggi di Indonesia dan Singapura tentang proses pendidikan akuntan di

dua Negara tersebut. Di Indonesia menurut Foo (2011) proses pendidikan akuntansi

manghasilkan akuntan yang diskriminatif dan tidak profesional. Pemberian gelar akuntan di

Indonesia didasarkan atas Undang-Undang No. 43 tahun 1945, yang menyatakan bahwa gelar

akuntan diberikan kepada lulusan perguruan tinggi negeri atau swasta yang memenuhi syarat

untuk menghasilkan akuntan atas proses pendidikannya atau perguruan tinggi negeri yang

ditunjuk oleh pemerintah. Dengan adanya Undang-Undang tersebut maka perguruan tinggi

seperti Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Padjajaran, Universitas Air

langga, STAN, Universitas Brawijaya dan Univeritas Sumatera Utara akan menghasilkan

akuntan secara automatis.

Menurut Machfoed (2004) proses pemberian gelar akuntan yang bersifat deskriminatif

tersebut, akan mempunyai beberapa kelemahan di antaranya adalah tidak meratanya tingkat

profesionalisme para akuntan di pasaran tenaga kerja. Alasan inilah yang menyebabkan

organisasi profesi akuntan (Ikatan Akuntan Indonesia) dan Departemen Pendidikan Nasional dan

Kebudayaan melalui Dirjen Dikti merasa perlu meninjau kembali peraturan yang berlaku untuk

menghasilkan akuntan yang profesional. Melalui Surat Keputusan Mentri Pendidikan Nasional

Nomor. 179/U/2001 tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akutansi (PPAk), dan Surat

Keputusan Mendiknas No. 180/P/2001 tentang pengangkatan panitia ahli persamaan ijazah

akuntan, serta dengan ditandatangani Nota Kesepahaman (Mou) pada tanggal 28 Maret 2002,

antara Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan Dirjen Dikti Depdiknas atas pelaksanaan

Pendidikan Profesi Akuntansi, yang pada akhirnya Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) di

Indonesia dapat terealisasi setelah sekian lama ditunggu oleh berbagai kalangan khususnya para

penyelenggara pendidikan akuntansi yang lulusannya tidak secara automatis mendapat gelar

dengan sebutan akuntan.

Dengan dikeluarkannya kedua surat keputusan tersebut, pendidikan akuntansi di

Indonesia secara resmi memiliki pendidikan berbasis profesi. Selama ini pendidikan akuntansi

menitikberatkan pada aspek akademis sehingga aspek pendidikan profesi yang juga sangat

penting terkesan tidak mendapat perhatian dalam Samiaji (2011). Dengan dimulainya

pelaksanaan program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) sejak September 2002, maka gelar

akuntan bukan lagi dimonopoli oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tertentu yang diberikan hak

istimewa oleh Depdiknas, tetapi sudah menjadi hak bersama bagi seluruh perguruan tinggi negeri

maupun perguruan tinggi swasta. Dengan demikian dapat diharapkan para akuntan junior

Page 243: 936-1948-1-SM

236

maupun senior di masa akan datang, khususnya dalam era globalisasi ekonomi abad 21, akan

menjadi akuntan yang profesional dan siap menghadapi persaingan di tingkat global dan mampu

bersaing dengan akuntan belahan dunia lainnya. Berikut ini adalah tabel yang mencerminkan

Minat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul secara acak terhadap minat

menempuh PPAk:

Table 1.1

Minat Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Unversitas Esa Unggul Menempuh

PPAk

Mahasiswa yang minta PPAk 9 45%

Mahasiswa yang tidak minat PPak 11 55%

JUMLAH 20 100%

Sumber : Data diolah

Hasil survei sementara dari 20 mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah

pemeriksaan akuntansi dua secara acak di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas

Esa Unggul yang berminat dengan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah 45%, sedangkan

yang tidak berminat dengan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah 55%, dari hasil yang

didapat artinya masih banyak mahasiswa fakultas ekonomi di Universitas Esa Unggul yang tidak

berminat mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).

Banyak penelitian yang dilakukan oleh , Widyastuti, Suryaningrum dan Juliana (2004)

yang meneliti tentang pengaruh motivasi yaitu motivasi kualitas, motivasi ekonomi dan motivasi

karir terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk),

di enam perguruan tinggi yaitu UPN, STIE YKPN, UII, UAJY, Sanata Dharma dan UGM. Hasil

penelitian tersebut bahwa motivasi karir mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat

mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk, sedangkan motivasi kualitas dan motivasi ekonomi

tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk.

Penelitian Elly Benny dan Yuskar (2006) yang meneliti tentang pengaruh motivasi yaitu

motivasi kualitas, motivasi karir dan motivasi ekonomi terhadap minat mahasiswa akuntansi

untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) pada perguruan tinggi di Padang. Hasil

penelitian tersebut bahwa motivasi kualitas dan motivasi karir mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Sedangkan motivasi

ekonomi tidak pengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Ikbal (2011) yang meneliti pengaruh

motivasi yaitu motivasi kualitas, motivasi karir dan motivasi ekonomi terhadap minat mahasiswa

akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) di Universitas Diponogoro

Semarang. Dari hasil kuisioner penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Ikbal di Universitas

Diponogoro Semarang diperoleh skor rata-rata dari motivasi kualitas, motivasi karir dan motivasi

ekonomi masuk dalam kategori tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Riani Nurainah Lisnasari dan Fitriani (2006)

yang meneliti tentang faktor-faktor (yaitu motivasi karir, motivasi mencari ilmu, motivasi

ekonomi, motivasi gelar, motivasi mengikuti USAP, biaya pendidikan PPAk dan lama

pendidikan PPAk) yang mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan

Page 244: 936-1948-1-SM

237

profesi akuntansi (PPAk) di Universitas Indonesia. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa

motivasi karir dan motivasi mengikuti UAP berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa

akuntansi untuk mengikuti PPAk, sedangkan motivasi mencari ilmu, motivasi ekonomi, motivasi

gelar, biaya pendidikan dan masa studi PPAk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat

mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Hasil survei sementara dari 20 mahasiswa yang

telah mengambil mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua secara acak di Fakultas Ekonomi

Jurusan Akuntansi di Universitas Esa Unggul yang berminat dengan Pendidikan Profesi

Akuntansi (PPAk) adalah 45%, sedangkan yang tidak berminat dengan Pendidikan Profesi

Akuntansi (PPAk) adalah 55%, dari hasil yang didapat masih banyak mahasiswa fakultas

ekonomi di Universitas Esa Unggul yang tidak berminat mengikuti Pendidikan Profesi

Akuntansi (PPAk).

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Motivasi Kualitas berpengaruh signifikan terhadap Minat Mahasiswa

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk mengikuti Pendidikan

Profesi Akuntansi (PPAk).

2. Untuk mengetahui Motivasi Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Minat Mahasiswa

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk mengikuti Pendidikan

Profesi Akuntansi (PPAk).

3. Untuk mengetahui Motivasi Kualitas dan Motivasi Ekonomi secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa

Unggul untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).

KAJIAN TEORI

1. Motivasi Kualitas

Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana (2004), mendefinisikan motivasi kualitas

adalah “Dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk memiliki dan

meningkatkan kualitas atau kemampuan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dan

benar”

Adapun beberapa dimensi dari motivsi kualitas menurut Kusumaningsih (2010), yaitu

sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Pengetahuan tersebut dimaksudkan agar seseorang yang ahli dibidangnya harus

memiliki pengetahuan yang lebih baik, seperti untuk seorang akuntan harus memiliki

pengetahuan yang lebih dibidang akuntansi. Untuk memperoleh pengetahuan yang

lebih baik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mengikuti pendidikan

jenjang yang lebih tinggi, membaca, serta masih banyak cara lain untuk dapat

mengeksplorasi diri agar kualitas pengetahuan menjadi lebih baik. Dari dimensi

pengetahuan terdapat beberapa indikator, yaitu:

1) Mendapat pengetahuan tentang isu-isu kebijakan dan peraturan akuntansi terkini.

2) Meningkatkan pengetahuan perpajakan dan pengaruhnya terhadap keputusan

keuangan dan manajerial.

3) Meningkatkan pengetahuan organisasional dan lingkungan bisnis.

4) Meningkatkan pengetahuan dalam bidang keuangan.

Page 245: 936-1948-1-SM

238

5) Meningkatkan pengetahuan dalam akuntansi manajemen seperti penganggaran,

penelitian kinerja dan sebagainya.

b. Kemampuan

Kemampuan yang dimaksudkan dalam operasional variabel disini seperti

kemampuan seseorang dalam menganalisis, menyelesaikan masalah dan mengambil

keputusan yang terbaik. Selain itu, kemampuan interpersonal yang dimilikipun harus

dikembangkan seperti kemampuan bekerja sama dengan kelompok. Adapun beberapa

indikator dalam dimensi kemampuan, yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan kemampuan analitis, decision making dan problem solving.

2) Meningkatkan keahlian dalam mengaplikasikan pengetahuan akuntansi untuk

memecahkan masalah riil dalam kehidupan sehari-hari.

3) Meningkatkan kemampuan interpersonal, seperti kemampuan bekerja sama dalam

kelompok.

4) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun tertulis.

5) Meningkatkan kemampuan dalam praktek audit.

2. Motivasi Ekonomi

Selanjutnya Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana (2004), mendefinisikan

motivasi ekonomi adalah “Dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk

meningkatkan kemampuan pribadinya dalam rangka untuk mencapai penghargaan

finansial yang diinginkan”

Adapun beberapa dimensi Motivasi Ekonomi menurut Kusumaningsih (2010) yaitu

sebagai berikut:

a. Finansial

Dalam dimensi finansial ini sangat krusial sekali nilainya dimana dengan adanya

dorongan finansial yang tinggi tentu dapat mempengaruhi pola pikir seseorang untuk

mendapatkan finansial. Finansial tersebut dapat diperoleh melalui gaji besar, adanya

kenaikan gaji setiap periode tertentu, adanya bonus yang diberikan di akhir tahun

maupun target yang telah kita capai. Dari dimensi finansial terdapat beberapa

indikator yaitu:

1) Memperoleh pekerjaan dengan gaji jangka panjang yang besar.

2) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan tunjangan keluarga.

3) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan gaji tambahan (diluar gaji pokok,

seperti honor) yang tinggi.

4) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan kenaikan gaji setiap periode tertentu.

5) Mendapatkan pekerjaan dengan starting salary atau gaji awal tinggi.

6) Mendapatkan pekerjaan yang memiliki kebijakan yang jelas dalam pemberian gaji

yang lembur.

7) Mendapatkan bonus akhir tahun yang besar.

b. Fasilitas

Fasilitas merupakan inventaris yang didapatkan atas hasil kerja atau usaha yang telah

kita lakukan. Fasilitas ini banyak sekali jenisnya seperti opsi saham, rumah dinas,

Page 246: 936-1948-1-SM

239

kendaraan dan masih banyak lagi fasilitas yang diberikan oleh perusahaan maupun

instansi tertentu. Selanjutnya dari dimensi fasilitas terdapat beberapa indikator yaitu:

1) Memperoleh pekerjaan dengan fasilitas yang memadai, seperti mobil dan rumah

dinas.

2) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan fasilitas opsi saham.

3) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan program dana pensiun.

3. Minat Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008) minat yaitu

kecenderungan hati yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Selanjutnya

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa mendefinisikan minat sebagai keinginan

untuk memperhatikan atau melakukan sesuatu.

Selanjutnya Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana (2004), mendefinisikan minat

adalah “Keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati dan

membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya”

Sandjaja (2011) mendefinisikan minat adalah “Suatu kecenderungan yang

menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas

dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif terhadap aspek-aspek

lingkungan. Selain itu, minat juga merupakan kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas disertai dengan rasa senang”.

Stiggins (2011) mendefinisikan minat adalah “Salah satu dimensi dari aspek aktif

yang banyak berperan dalam kehidupan seseorang. Aspek efektif adalah aspek yang

mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi dan kehendak

yang mempengaruhi pikiran dan tindaka seseorang”.

Dalam dimensi efektif tersebut ada beberapa hal yaitu :

a. Berhubungan dengan perasaan mengenai obyek yang berbeda.

b. Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral ke kubu yang

berlawanan, tidak positif dan tidak negative.

c. Berbagai perasaan yang memiliki intensitas yang berbeda, dari kuat ke sedang ke

lemah.

Adapun beberapa dimensi Minat Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)

menurut kusumaningsih (2010), yaitu sebagai berikut:

a. Peningkatan Kualitas Karir

Peningkatan kualitas karir ini berhubungan dengan adanya perkembangan bagi

profesi akuntan. Karena dengan adanya kualitas yang baik dari segi pendidikan

tentunya akan mendapatkan kualitas profesi akuntan yang baik pula. Pendidikan yang

cukup serta kesiapan mental untuk dapat menghadapi isu-isu yang ada didalam dunia

profesi akuntansi. Dari dimensi peningkatan kualitas karir ada bebrapa indikator yaitu:

1) Pendidikan Profesi Akuntansi dapat membantu perkembangan profesi akuntansi.

2) Tertarik untuk mengikuti PPAk karena PPAk dapat meningkatkan kualitas calon

akuntan.

3) Tertarik entuk mengikuti PPAk karena PPAk dapat membantu kesuksesan karir

dalam profesi akuntansi.

Page 247: 936-1948-1-SM

240

4) Akan mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi setelah studi selesai.

b. Peningkatan Kualitas Ekonomi

Dengan adanya pendidikan yang lebih tinggi tentunya mempengaruhi finansial

yang diperoleh oleh orang tersebut. Karena pada dasarnya seseorang yang memiliki

pendidikan lebih tinggi, dan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan prosedur

yang berlaku tentunya mendapatkan finansial yang besar. Adapun indikator dari

dimensi peningkatan kualitas ekonomi, yaitu:

1) Tertarik untuk mengikuti PPAk karena PPAk merupakan saranan untuk

mendapatkan pekerjaan yang memberikan pembayaran finansial yang besar.

Menurut Muhamad Ikbal (2011) Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah

”pendidikan khusus yang diselenggarakan bagi seseorang setelah menempuh strata satu

program studi akuntansi dengan tujuan untuk mendapatkan gelar akuntan (AK)”. Hal ini

sesuai dengan keputusan Mendiknas Nomer 179/U/2001 menyebutkan pendidikan profesi

akuntansi adalah pendidikan tambahan pada pendidikan tinggi setelah program sarjana

Ilmu Ekonomi pada program studi akuntansi. Keputusan Mendiknas ini merupakan awal

kelahiran PPAk di Indonesia.

METODE PENELITIAN

1. Hipotesis Penelitian

Ha1 : Motivasi Kualitas mempunya pengaruhi yang signifikan terhadap minat mahasiswa

akuntansi untuk mengikut pendidikan profesi akuntansi (PPAk).

Ha2 : Motivasi Ekonomi mempunya pengaruhi yang signifikan terhadap minat mahasiswa

akuntansi untuk mengikut pendidikan profesi akuntansi (PPAk).

Ha3 : Motivasi kualitas dan motifasi ekonomi secara simultan mempunya pengaruh yang

signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikut pendidikan profesi

akuntansi (PPAk).

2. Pengumpulan Data

Teknik penentuan jumlah sampel menggunakan metode slovin method yang

menghasilkan sampel sebanyak 53 responden dari jumlah populasi 109 responden.

Sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu

sehingga dapat mewakili populasinya. Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel

berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian ini, karena

sampel penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi yang

berkuliah di Universitas Esa Unggul. Kriteria Responden Mahasiswa sebagai berikut:

a. Mahasiswa masih aktif di semester ganjil 2012/2013.

b. Mahasiswa program Reguler Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Esa

Unggul Jakarta.

c. Mahasiswa Jurusan Akuntansi yang telah lulus Mata Kuliah Pemeriksaaan Akuntansi

Dua.

3. Metode Analisis Data

Langkah-langkah metode analisis data adalah sebagai berikut:

Page 248: 936-1948-1-SM

241

a. Uji Kualitas Instrumen (Validitas dan Reliabilitas alat ukur)

1) Uji Validitas

Validitas bersal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Maka Uji Validitas

adalah suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini digunakan teknik

korelasi product moment dengan melakukan pengujian terhadap 30 responden pada

saat pra survey, dengan taraf signifikansi 5% (r tabel = 0,361). Maka kuesioner

dinyatakan valid jika r hitung > 0,361.

2) Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah tingkat keandalan suatu indeks yang menunjukkan angka

konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur jawaban responden. Teknik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik Cronbach Alpha dengan

melakukan pengujian awal terhadap 30 responden pada saat pra survey, maka

kuesioner disebut reliabel, jika nilai cronbach alpha 0,61-0,80.

b. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif merupakan analisis yang bersifat uraian mengenai subjek

penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh dari responden. Metode ini

dinyatakan dalam bentuk uraian dari masing-masing variabel yang dilakukan sebelum uji

hipotesis. Analisis deskriptif ini menggunakan rentang skala untuk menetapkan kategori

persepsi dari tiap item pernyataan.

c. Analisis Regresi Ganda

Analisis regresi digunakan untuk mempresdiksi pengaruh lebih dari satu variabel

bebas terhadap satu variabel terikat, baik secara parsial maupun secara simultan.

Mengingat penelitian ini menggunakan dua variabel bebas, maka persamaan regresinya

sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + е

Keterangan:

Y = Minat Mengikuti PPAk

α = Bilangan konstanta

β1...βn = Koefisien arah regresi

X1 = Motivasi Kualitas

X2 = Motivasi Ekonomi

e = Koefisien error

Page 249: 936-1948-1-SM

242

Interprestasi dari hasil analisis regresi sebagai berikut:

1) Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh secara simultan antara

variabel independen yaitu Motivasi Kualiatas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2)

terhadap variabel dependen yaitu Minat Mengikuti PPAk (Y).

2) Uji t

Hasil uji t ini digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut

mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara parsial antar variabel

independen yaitu Motivasi Kualitas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2) terhadap

variabel dependen yaitu Minat Mengikuti PPAk (Y), dengan menganggap variabel

lainnya konstan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH

Pada penelitian ini, sebelumnya dilakukan pra survey sebanyak 30 responden dengan tujuan

untuk menguji kualitas kuesioner, yaitu untuk uji validitas dan reliabilitas. Selanjutnya setelah uji

validitas dan ujii reliabilitas, maka dilakukan survey yang sesungguhnya sebanyak 53 responden.

5) Uji Persyaratan Analisis Regresi

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan pada 30 responden pada saat pra survey. Berdasarkan hasil uji

validitas, Dari hasil uji Validitas tersebut diatas terlihat bahwa dari 10 item pertanyaan

untuk variabel Motivasi Kualitas tiap item pertanyaan dinyatakan valid, 10 item

pertanyaan untuk variabel Motivasi Ekonomi tiap item pertanyaan dinyatakan valid dan 5

item pertanyaan untuk variabel Minat Mengikuti PPAk tiap item pertanyaan valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden pada saat pra survey. Berdasarkan hasil

ujii reliabilitas, nilai cronbach alpha pada kuesioner adalah sebesar 0,944. Maka

kuesioner tersebut dinyatakan sangat reliabel.

6) Hasil Analisis Desktiptif

Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan dari tiap variabel, diketahui skor

rata-rata dari variabel Motivasi Kualitas masuk kedalam kategori tinggi, skor rata-rata dari

variabel Motivasi Ekonomi masuk kedalam kategori tinggi dan skor rata-rata dari variabel

Minat Mengikuti PPAk juga masuk kedalam kategori tinggi.

7) Uji Hipotesis

a. Uji Pengaruh Secara Parsial Antara Motivasi Kualitas dan Motivasi

Ekonomi Terhadap Minat Mahasiswa Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi

Akuntansi (PPAk)

Pengujian ini digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut

mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara parsial antar variabel independen

yaitu Motivasi Kualitas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2) terhadap variabel dependen

Page 250: 936-1948-1-SM

243

yaitu Minat Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (∆Y). Jika hasil

uji t lebih kecil nilai signifikannya dari 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel independen

secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut ini merupakan tabel hasil

uji statistik pengaruh secara parsial :

Tabel 5.8

Uji t

Standardiz

ed

Coefficient

s

B

Std.

Error Beta

Zero-

order Partial Part

Toleranc

e VIF

(Constant) 1.013 .532 1.902 .063

X1 .793 .182 .663 4.364 .000 .594 .525 .494 .556 1.797

X2 -.103 .151 -.103 -.681 .499 .338 -.096 -.077 .556 1.797

1

a. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity

Statistics

1) Hipotesis 1

Ho1 : Tidak terdapat pengaruh antara motivasi kualitas dengan minat mengikuti

PPAk

Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan motivasi kualitas terhadap minat mahasiswa

mengikuti PPAk

Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima artinya

terdapat pengaruh Motivasi Kualitas terhadap Minat Mahasiswa Mengikuti PPAk.

Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05.

2) Hipotesis 2

Ho2 : Tidak terdapat pengaruh antara motivasi ekonomi dengan minat

mahasiswa mengikuti PPAk

Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan motivasi ekonomi terhadap minat mahasiswa

mengikuti PPAk

Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa Ha2 ditolak artinya tidak

terdapat pengaruh yang signifikan Motivasi Ekonomi terhadap Minat Mahasiswa

Mengikuti PPAk. Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya 0,499 > 0,05.

b. Uji Pengaruh Secara Simultan Antara Motivasi Kualitas Dan Motivasi Ekonomi

Terhadap Minat Mahasiswa Mengikuti PPAk

Uji F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh secara simultan antara variabel

independen yaitu Motivasi Kualitas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2) terhadap Minat

Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (∆Y). Jika hasil uji F lebih

kecil nilai signifikannya dari 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel independen secara

simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikuti ini merupakan tabel hasil uji

f, pengaruh secara simultan sebagai berikut:

Page 251: 936-1948-1-SM

244

Tabel 5.9

Uji F

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Regressio

n

6.982 2 3.491 13.975 .000b

Residual 12.490 50 .250

Total 19.472 52

ANOVAa

Model

1

a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X2, X1

a. Hipotesis 3

Ho3 : Tidak terdapat pengaruh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara

simultan terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk

Ha3 : Terdapat pengaruh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan

terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk

Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa Ha3 diterima artinya terdapat

pengaruh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan terhadap minat

mahasiswa mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Hal ini dikarenakan

nilai signifikansinya 0,000 < 0,05. Adapun persamaan regresi yang dapat disajikan

sebagai berikut:

Y = 1,013 + 0,793 X1 – 0,103 X2 + е

Dari hasil uji asumsi diatas, maka pembahasan sebagai berikut:

1. Dari persamaan regresi berganda tersebut diketahui nilai konstanta sebesar 1,013.

Hal ini menunjukan bahwa jika variabel independen dalam keadaan tetap atau 0.

Maka minat mahasiswa mengikuti PPAk naik sebesar 1,013.

2. Dengan tingkat koefisien 0,793 untuk motivasi kualitas menunjukan bahwa

apabila motivasi kualitas naik sebesar 1 dan motivasi ekonomi dianggap konstan

maka minat mahasiswa mengikuti PPAk akan naik sebesar 0,793.

3. Dengan tingkat koefisien -0,103 untuk motivasi ekonomi menunjukan bahwa

apabila motivasi ekonomi naik sebesar 1 dan motivasi kualitas dianggap konstan,

maka minat mahasiswa mengikuti PPAk akan turun sebesar 0,103, tetapi tidak

berpengaruh secara signifikan.

4. Keterbatasan Penelitian

Mengingat luasnya aspek pembahasan maka penelitian ini dibatasi oleh motivasi

kualitas dan motivasi ekonomi, selain itu juga penelitian ini dibatasi pada minat dengan

responden mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Esa Unggul yang telah lulus

mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua pada semester ganjil 2012-2013.

Page 252: 936-1948-1-SM

245

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada Bab

V, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil pengujian hipotesis pertama (H1) disimpulkan bahwa motivasi kualitas

mempunya pengaruh yang signifikan terhadapa minat mahaiswa mengikuti

pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya

0,000 < 0,05.

2. Dari hasil pengujian hipotesis kedua (H2) disimpulkan bahwa motivasi motivasi

ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa mengikuti

pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya

0,499 > 0,05.

3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) disimpulkan bahwa motivasi

kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap minat mahasiswa mengikuti penddikan profesi akuntansi

(PPAk). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi untuk masing-masing variabel

independen 0,000 < 0,05.

6. Implikasi Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya mahasiswa kelas reguler tetapi

mengikut sertakan mahasiswa kelas karyawan jurusan akuntansi di Universitas Esa

Unggul, sehingga pengungkapan penelitian terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti

pendidikan profesi akuntansi (PPAk) lebih luas dibandingkan penelitian terdahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Oleh Akuntan Publik, Edisi

Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Arens & Loebbecke. 1996. Auditing Pendekatan Terpadu, Diterjemahkan Oleh Amir Abadi

Jusuf, Edisi Indonesia, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta.

Azwar. Repository. Usu. Ac. Id/Bistream/123456789/19289/4/Chapter II. Pdf.

Benny, Elly dan Yuskar. 2006. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk

Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Ppak). Simposium Nasional Akuntansi IX.

Ikbal, Muhamad. 2011. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk

Mengikuti Pendidikan PPAk. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.

Kusumaningsum, Nana Wulansari. 2010. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa

Akuntansi Universitas Bina Nusantara Angkatan 2006 Untuk Mengikuti Pendidikan

Profesi Akuntansi (PPAk). Skripsi Universita Bina Nusantara.

Page 253: 936-1948-1-SM

246

Lisnasari, Riani Nurainah dan Fitriany. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Ppak). Accounting

Conference, Doctoral Colloqocium dan Accounting Workshop.

Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi keempat, Penerbit Pt.

Gramedia Pustaka Utama.

Prawita, Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, Cetakan Pertama,

Penerbit AR – Ruzz Media.

Rahayu, Sri dan R. Wedi Rusmawan. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Untuk Mengikuti Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Simposium Nasional

Akuntansi XIII.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2012. Pengantar Psikologi Umum, Cetakan Keempat, Pt. Raja

Grafindo Persada.

Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keprilakuan, Edisi Pertama, Penerbit C.V. Andi.

Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana. 2004. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa

Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Simposium Nasional

Akuntansi VII.

Page 254: 936-1948-1-SM

247

PENCATATAN SELISIH KURS ATAS PEMBELIAN DAN

PENJUALAN PADA TRANSAKSI VALUTA ASING PADA

LAPORAN KEUANGAN ( STUDI KASUS PT SARANA

REFRIGERATAMA)

Corry Friska Hutagaol

Fakultas Ekonomi/Akuntansi

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh atas pencatatan menurut

perusahaan dan PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan dengan

transaksi valuta asing pada laporan keuangan. Hasil perbandingan dari pencatatan perusahaan

dan PSAK No.10 menggunakan kurs yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu pada kurs

transaksi dan kurs saat tutup buku. Jenis data yang digunakan menggunakan data secara

kuantitatif, yaitu langsung mengambil data dari perusahaan dan hasil wawancara manager.

Metode analisis data dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan PT Sarana Refrigeratama

dengan membandingan metode pencatatan selisih kurs yang digunakan dan Laporan keuangan

menurut PSAK No.10 periode selama tahun 2011. Kesimpulan dari hasil penelitian pencatatan

menurut perusahaan dan PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas transaksi valuta asing tidak

mempunyai pengaruh pada laporan keuangan.

Kata Kunci : Transaksi Valuta Asing, Kurs Tengah BI, Kurs Pajak, PSAK No.10, PSAK No.11

PENDAHULUAN

Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang

fungsional dari suatu entitas. Mata uang fungsional, mata uang yang digunakan oleh suatu

perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang

negara dimana perusahaan itu berlokasi atau mata uang yang berlaku di suatu wilayah negara.

Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing dalam 2 (dua) cara

yaitu pertama melakukan transaksi mata uang asing dalam pembelian atau menjual barang atau

jasa, dan kedua adalah melakukan kegiatan usaha diluar negeri. Transaksi dalam mata uang asing

terjadi pada saat perusahaan membeli atau menjual dengan pembayaran yang dilakukan mata

uang asing dimana suatu mata uang asing dapat berdenomasi dalam suatu mata uang asing tetapi

ditukar atau dicatat dalam mata uang yang lain. Pengaruh mata uang dalam berkaitan dengan

transaksi dalam mata uang asing yaitu transaksi penjualan dan pembelian barang atau jasa

terhadap mata uang asing pelaporan yang dihasilkan dari proses tersebut. Mata uang asing

Page 255: 936-1948-1-SM

248

adalah mata uang selain mata uang fungsional. Di Indonesia akuntansi untuk transaksi dalam

mata uang asing di atur dalam Standar Akuntasi Keuangan Tahun 2009 yaitu PSAK No10

tentang transaksi dalam mata uang asing dan IFRS (International Financial Reporting

Standards). Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang

meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs

valuta asing dalam laporan keuangan. Kurs adalah perbandingan nilai antara satu mata uang

dengan mata uang lainnya. Dimana terdapat jenis – jenis kurs yang digunakan dalam transaksi

valuta asing yaitu : Spot rate, Current rate, Hyitorical rate, Forward rate dan Kurs BI tengah.

Selisih kurs (exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata

uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda. Mata uang pelaporan

adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan.

Demikian pula yang dilakukan oleh PT Sarana Refrigeratama yang merupakan perusahaan

dagang dimana sebagai distributor tunggal di Indonesia yang memiliki principle di Negara Italy

dan Thailand. PT Sarana Refrigeratama sebagai perusahaan importir, melakukan kegiatan

pembelian barang dari negara lain dimana menggunakan uang mata uang asing dalam melakukan

pembayaran atas pembelian impor. Dan PT Sarana refrigeratama melakukan penjualan di dalam

negeri dengan menggunakan mata uang fungsional ( IDR) dan mata uang asing asing (USD dan

EURO). Atas transaksi tersebut yang menimbulkan pencatatan tentang kurs pada saat transaksi,

pada akhir periode dan pada saat pembayaran atau penerimaan piutang sehingga mengakibatkan

selisih kurs. Perlakuan atas selisih kurs yang timbul untuk transaksi pembelian dan penjualan

dalam pencatatan laporan keuangan, menjadikan dasar untuk peneliti untuk mengkaji akun

selisih kurs atas laporan keuangan oleh PT Sarana Refrigeratama apakah sesuai dengan PSAK

No. 10 tahun 2009 dan IFRS tahun 2012.

Untuk itu peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pencatatan Selisih Kurs Atas Pembelian

dan Penjualan Pada Transaksi Valuta Asing dan Pengaruhnya Terhadap Laporan

Keuangan (Studi Kasus PT Sarana Refrigeratama)”.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pencatatan menurut perusahaan terhadap selisih kurs atas pembelian

dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan ?

2. Bagaimana pengaruh pencatatan sesuai PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian

dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan ?

3. Bagaimana hasil perbandingan pencatatan perusahaan dengan pencatatan sesuai PSAK No.10

terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan pada transaksi valuta asing pada laporan

keuangan ?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui mempunyai pengaruh atas pencatatan menurut perusahaan terhadap

selisih kurs atas pembelian dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan

keuangan.

2. Untuk mengetahui mempunyai pengaruh atas pencatatan sesuai PSAK No.10 terhadap selisih

kurs atas pembelian dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan.

Page 256: 936-1948-1-SM

249

3. Untuk mengetahui mempunyai pengaruh antara perbandingan menurut pencataan perusahaan

dengan pencatatan sesuai PSAK No.10 pada selisih kurs atas pembelian dan penjualan

valuta asing pada laporan keuangan.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Standar Akuntansi International

Menurut Weirich et.at (Belkaoui, 1985) mendefiniskan akuntansi international

adalah mencakup semua perbedaan prinsip, metode dan standar akuntansi semua negara.

Termasuk di dalamnya prinsip akuntansi (GAAP) yang ditetapkan di tiap negara sehingga

akuntan harus menguasai semua prinsip di semua negara jika mempelajari akuntansi

international, Tidak ada maksud untuk memiliki prinsip yang berlaku umum sedunia.

Perbedaan ini diakui karena adanya perbedaan geografis, social, ekonomi, politik dan

hokum. Perkembangan akuntansi international semakin cepat dan memberikan secara

khusus terhadap masalah profesi akuntan. Terdapat tiga pengertian akuntansi international,

yaitu : Pertama, accounting for foreign subsidiary bahwa akuntansi international hanya

menyangkut proses penyusunan laporan konsolidasi dari perusahaan induk dengan

perusahaan cabang yang berada di berbagai negara. Kedua, international accounting atau

comparative yang menekankan pada upaya mempelajari dan mencoba memahami

perbedaan akuntansi di berbagai negara. Di sini menyangkut pengakuan terhadap

perbedaan akuntansi dan praktik pelaporan, pengakuan terhadap prinsip dan praktik

akuntansi di masing – masing negara dan kemampuan mengetahui dampak perbedaan

dalam laporan keuangan. Ketiga, universal atau world accounting merupakan konsep di

mana kita memiliki satu konsep akuntansi dunia termasuk dalam teori dan prinsip

akuntansi yang berlaku di semua negara. Klasifikasi kegiatan usaha luar negeri menurut

PSAK No.11 adalah metode yang digunakan untuk menjabarkan laporan keuangan

bergantung pada cara pendanaan dan operasi perusahaan pelapor. Kegiatan usaha luar

negeri yang hanya menjual barang – barang yang diimpor dari perusaahaan pelapor dan

mengirimkan hasilnya ke perusahaan pelapor, maka dalam keadaan tersebut terjadi suatu

perubahaan dalam nilai mata uang pelaporan. Sehingga memiliki dampak langsung pada

arus kas dari operasi perusahaan pelapor. Perubahaan dalam nilai tukar mempengaruhi

masing – masing pos moneter pada kegiatan usaha luar negeri daripada neto perusahaan

pelapor dalam operasi tersebut.

2. Transaksi Mata Uang Asing

Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang

fungsional dari suatu entitas. Pengertian lain, mata uang yang bukan merupakan alat

pembayaran yang syah di suatu negara di sebut mata uang asing atau valuta asing. Di

Indonesia dalam Akuntansi untuk transaksi mata uang asing diatur dalam Standar

Akuntansi Keuangan tahun 2009 yaitu PSAK No.10 tentang transaksi dalam mata uang

asing dan PSAK No.11 tentang penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang

meliputi penentuan kurs. Mata uang dalam suatu negara menyediakan standar nilai, media

pertukaran atau suatu alat tukar menukar dan unit sebagai pengukuran dalam transaksi

Page 257: 936-1948-1-SM

250

ekonomi. Sedangkan dalam negara yang berbeda mata uang menyediakan unit

pengukuran untuk aktivitas ekonomi dan sumber daya dari negaranya masing – masing.

Setiap transaksi tersebut dalam catatan keuangan, transaksi itu harus diukur dalam mata

uang. Mata uang yang digunakan untuk mencatat transaksi dan yang diperlukan untuk

menyelesaikan transaksi tersebut adalah sama. Jika sebuah perusahaan melakukan

transaksi membeli dan menjual barang dagangan dengan mata uang asing maka

perusahaan tersebut harus mentranslasikan transaksi pembelian dan penjualan kedalam

mata uang yang berlaku di negara tersebut. Contohnya PT X melakukan transaksi

pembelian dan penjualan mengunakan mata uang asing USD dan EURO maka ketika

mentranslasikan mata uang asing ke dalam laporan keuangan haruslah mengunakan mata

uang rupiah karena PT X mendirikan perusahaan di negara Indonesia maka mata uang

yang berlaku adalah rupiah. Apabila timbul piutang atau utang dalam transaksi pembelian

dan penjualan barang dengan mata uang asing, akan terjadi penerimaan dan pengeluaran

mata uang asing tersebut untuk menyelesaikannya. Piutang atau utang itu

didenominasikan (denominated) dalam suatu mata uang apabila akan dicatat pada laporan

keuangan dalam mata uang fungsional. Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah rasio

antara unit dari satu mata uang dan jumlah mata uang lainnya di mana unit tersebut dapat

ditukarkan pada suatu waktu tertentu.34

Beberapa jenis kurs antara lain :

a. Kurs Spot (Spot Rate) adalah kurs yang disepakati pada saat transaksi atau kurs

tunai yang berlaku pada saat transaksi.

b. Kurs Sekarang (Current Rate) adalah Nilai tukar pada saat di susunnya laporan

keuangan yaitu pada saat neraca atau kurs dimana satu unit mata uang dapat

dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca.

c. Kurs Historis (Hyitorical Rate) adalah Nilai tukar pada nilai tertentu di masa lalu atau

kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi.

Kurs Masa Depan (Forward Rate) adalah Nilai tukar yang disepakatin pada tanggal tertentu

di masa akan datang atau kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam kontrak

berjangka.

Metode dalam translasi valuta asing dapat digunakan berbagai metode antara lain :

1. Metode Single Rate Menjabarkan semua saldo valuta asing dengan kurs current yang

akan menghasilkan suatu keuntungan maupun kerugian pada setiap perubahaan kurs

pada saat ditranslasikan. Penyesuaian tersebut yang akan mengakibatkan penyimpangan

dari laporan keuangan. Kondisi ini sering terjadi akan mengakibatkan keuntungan dan

kerugian karena tidak direalisasikan secara penuh sebab perubahaan kurs pertukaran

sering berbanding balik arah.

2. Metode Multiple Rate Memiliki 2 (dua) jenis yaitu pertama metode current non current

adalah asset lancar dan kewajiban lancer ditranslasikan dalam laporan keuangan

perusahaan induk dengan menggunakan kurs yang berlaku. Aset dan kewajiban tidak

lancer ditranslasikan dengan kurs historis, ternasuk unsur - unsur dalam laporan

keuangan kecuali beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan memakai kurs rata – rata

dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Kedua metode moneter nonmoneter

34

Floyd A. Beams, dkk, Akuntansi Lanjutan (Advanced Accounting) Jilid 2, Erlangga, 2009, Hal 2.

Page 258: 936-1948-1-SM

251

merupakan asset dan kewajiban moneter (kas, piutang dan utang ternasuk utang jangka

panjang) ditranslasikan memakai kurs berlaku. Unsur – unsur non moneter (asset tetap,

investasi jangka panjang dan persedian) ditranslasikan menggunakan kurs historis.

3. Metode Temporal, Hutang, piutang dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan

ditranslasikan memakai kurs berlaku pada tanggal neraca. Aset dan kewajiban yang dapat

diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada

tanggal yang berkenan dengan harga uang tersebut. Jadi unsur – unsur non moneter harus

ditranslasikan sesuai dengan basis pengukuran aslinya, secara khususnya asset yang

tercatat dalam laporan keuangan valuta asing berbasis biaya historis ditranslasikan

memakai kurs historis.

3. Perlakuan Akuntansi Selisih Kurs Menurut PSAK No.10

Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan

penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu

perusahaan:

a. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata

uang asing.

b. Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu

mata uang asing.

c. Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana.

d. Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban yang

didenominasi dalam suatu mata uang asing.

Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata

uang dalam keadaan tidak tersedia fasilitas hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak

terselesaikan akibat perolehan aktiva yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi dalam

mata uang asing. Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying

amount) aktiva tersebut sepanjang nilai tercatat aktiva yang transaksi dalam mata uang asing

PSAK No. 10 telah disesuaikan tidak melebihi jumlah terendah antara biaya pengganti

(replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (amount recoverable) dari

penjualan atau penggunaan aktiva tersebut. Alternatif yang dipilih harus diungkapkan

secukupnya. Selisih kurs tidak termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva jika tersedia

fasilitas hedging hutang valuta asing yang timbul dari perolehan aktiva. Tetapi, kerugian

akibat perubahan kurs adalah bagian yang secara langsung dapat diatribusikan pada biaya

perolehan aktiva jika kewajiban tidak dapat diselesaikan dan tidak terdapat alat praktis

untuk hedging, contohnya, jika sebagai hasil dari pengendalian valuta asing, terdapat

penundaan dalam memperoleh mata uang asing. Maka dalam keadaan demikian biaya

perolehan aktiva termasuk selisih kurs.

4. Pengungkapan

Perusahaan harus mengungkapkan:

a) Jumlah selisih kurs yang diperhitungkan dalam laba neto atau kerugian untuk periode

tersebut.

Page 259: 936-1948-1-SM

252

b) Selisih kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang

terpisah, dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode.

c) Jumlah selisih kurs yang timbul selama periode, yang termasuk dalam nilai tercatat suatu

aktiva sesuai dengan perlakuan alternatif yang diizinkan dalam paragraf 20.

5. Pengakuan awal

Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya

transaksi.

6. Pelaporan pada tanggal neraca berikutnya pada setiap tanggal neraca:

1) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang

rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca.

2) Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca

tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.

3) Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan

dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut

ditentukan.

7. Pengakuan selisih kurs

Selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal

neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau

dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan.

8. Kurs Tengah Bank Indonesia35

BI rate merupakan acuan suku bunga yang berlaku di Indonesia. BI rate adalah suatu

suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang

ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Dimana BI rate memiliki

fungsi sebagai media yang dapat menaikkan BI rate apabila terjadi inflasi yang dikemudian

hari akan terjadi kenaikan melebihi sasaran yang telah ditetapkan. Bahkan dapat sebaliknya

BI rate dapat diturunkan apabila inflasi mengalami penurunan dari sasaran yang telah

ditetapkan. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubenur Bank Indonesia setiap bulanan dan

diimplementasi pada kegiatan moneter melalui pengelolan likuiditas dipasar uang untuk

mencapai sasaran operasional moneter. Kebijakan sasaran operasional moneter dicerminkan

melalui pergerakan suku bunga pasar uang antar bank, pergerakan ini dapat diikuti oleh

perkembangan suku bunga deposito dan selanjutnya suku bunga kredit perbankan.

35

Bank Indonesia, 2008, Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga Acuan,

http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Penjelasan+BI+Rate, diakses tanggal 25 November 2012

Page 260: 936-1948-1-SM

253

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian, penulis memilih PT Sarana Refrigeratama yang berkedudukan di Jalan

Tomang Raya No.20C Jakarta Barat sebagai tempat penelitian guna memperoleh data – data

yang dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Waktu penelitian ini penulis menggunakan

data – data perusahaan selama periode tahun 2011, dimana penulis mengobservasi,

mengumpulkan dan menganalisa dari mulai bulan Januari 2012 sampai bulan Januari 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan data secara kuantitatif, yaitu

langsung mengambil data dari perusahaan PT Sarana Refrigeratama atau mengambil data dari

sumber internal dan hasil wawancara manager perusahaan PT Sarana Refrigeratama. Untuk data

kualitatif seperti sejarah perusahaan atau gambaran umum perusahaan hanya digunakan sebagai

bahan pelengkap. Sumber data berasal dari data internal perusahaan, dimana penulis terlibat

langsung dalam perusahaan PT Sarana Refrigeratama sehingga data langsung dari sumbernya

dan laporan keuangan perusahaan.

Metode Pengumpulan Data

1. Studi kepustakaan

Dilakukan dengan mengumpulkan data teoritis guna menunjang pembahasan masalah,

membaca atau mempelajari buku – buku literatur maupan tulisan – tulisan ilmiah

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dan melalui mata kuliah yang telah didapatin

selama perkuliahan guna menambah bahan skripsi ini.

2. Studi Lapangan

Metode pengumpulan data dengan terlibat secara langsung dan menganalisa serta

mendokumentasi data – data yang diperlukan guna menunjang penelitian dan melalui

wawancara dalam memberikan informasi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

Metode Analisa Data

Metode analisis data dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan PT Sarana

Refrigeratama dengan metode pancatatan selisih kurs yang digunakan dan Laporan keuangan

menurut PSAK No.10 dalam pencatatan selisih kurs dalam periode selama tahun 2011. Penulis

juga menyajikan perbandingan laporan keuangan menurut perusahaan dan PSAK No.10 dalam

pencatatan selisih kurs sehingga terlihat dampak dalam laporan keuangan.

Definisi Operasional Variabel

1) Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang

sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda.

2) Pembelian adalah Suatu kegiatan membeli barang dagang atau jasa untuk memenuhi suatu

kebutuhan dapat dilakukan baik secara tunai atau kredit.

3) Penjualan adalah Suatu transaksi yang menghasilkan penerimaan dari hasil pengiriman

barang atau penyertaan jasa baik yang diterima secara tunai atau kredit.

Page 261: 936-1948-1-SM

254

4) Transaksi valuta asing adalah transaksi penjualan dan pembelian barang atau jasa atau

pembayaran peminjaman atau penerimaan, dimana proses penjabaran jumlah atau hitungan

menggunakan satu mata uang yang dipilih antara dua mata uang.

5) Laporan keuangan adalah Catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu peiode

akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Selisih kurs menurut pencatatan perusahaan

Selisih kurs pada transaksi penjualan tahun 2011

Penjualan Perusahaan (RP)

Transaksi Tutup Buku Selisih kurs

€ 318.538,64 3.892.161.156 3.888.117.535 (4.043.621)

$ 1.500.321,68 13.185.257.505 13.172.394.032 (12.863.473)

Total 17.077.418.661 17.060.511.567 (16.907.094)

Jurnal pada saat transaksi dan tutup buku

Tanggal Akun Debet (RP) Kredit (RP)

01/01 – 01/12‟11 Pembelian 11.317.232.874

01/01 – 01/12‟11 Hutang 11.317.232.874

01/01 – 01/12‟11 Piutang 17.077.418.661

01/01 – 01/12‟11 Penjualan 17.077.418.661

31/01 – 31/12‟11 Rugi selisih kurs 87.716.599

31/01 – 31/12‟11 Hutang 87.716.599

31/01 – 31/12‟11 Rugi selisih kurs 16.907.094

31/01 – 31/12‟11 Piutang 16.907.094

Pembelian Perusahaan (RP)

Transaksi Tutup Buku Selisih kurs

€ 225.246,23 2.725.063.328 2.785.699.856 (60.636.528)

$ 978.004,70 8.592.169.546 8.619.249.617 (27.080.071)

Total 11.317.232.874 11.404.949.473 (87.716.599)

Page 262: 936-1948-1-SM

255

Transaksi Laba / Rugi selisih kurs

Tanggal Akun Debet (RP) Kredit (RP)

31/01 – 31/12‟11 Rugi kurs 87.716.599

31/01 – 31/12‟11 Rugi kurs 16.907.094

Jumlah 104.623.694

Selisih kurs menurut pencatatan PSAK No.10

Pembelian PSAK No.10 (RP)

Transaksi Tutup Buku Selisih kurs

€ 225.246,23 2.779.689.395 2.785.699.856 (6.010.461)

$ 978.004,70 8.756.459.652 8.619.249.617 137.210.035

Total 11.536.149.048 11.404.949.473 131.199.575

Selisih kurs pada transaksi penjualan tahun 2011

Penjualan PSAK No.10 (RP)

Transaksi Tutup Buku Selisih kurs

€ 318.538,64 3,955,078,613 3.888.117.535 (66.961.078)

$ 1.500.321,68 13.362.856.755 13.172.394.032 (190.462.722)

Total 17.317.935.368 17.060.511.567 (257.423.801)

Jurnal pada saat transaksi dan tutup buku

Tanggal Akun Debet (RP) Kredit (RP)

01/01 – 01/12‟11 Pembelian 11.536.149.048

01/01 – 01/12‟11 Hutang 11.536.149.048

01/01 – 01/12‟11 Piutang 17.317.935.368

01/01 – 01/12‟11 Penjualan 17.317.935.368

31/01 – 31/12‟11 Hutang 131.199.575

31/01 – 31/12‟11 Laba selisih

kurs

131.199.575

31/01 – 31/12‟11 Rugi selisih

kurs

257.423.80

31/01 – 31/12‟11 Piutang 257.423.801

Page 263: 936-1948-1-SM

256

Transaksi Laba / Rugi selisih kurs

Tanggal Akun Debet (RP) Kredit (RP)

31/01 – 31/12‟11 Laba kurs - 131.199.575

31/01 – 31/12‟11 Rugi kurs 257.423.801 -

Jumlah 126.224.226

Hasil Perbandingan Laporan Keuangan Menurut Perusahaan dan PSAK No.10

Laporan

Keuangan

(RP)

Perusahaan

(RP)

PSAK No.10

(RP)

Selisihnya

(RP)

Total Penjualan 16.984.469.376 17.224.986.083 240.516.707

HPP 12.761.176.071 12.980.092.244 218.916.173

Laba Kotor

Penjualan

4.223.293.305 4.244.893.839 21.600.534

Total Biaya Usaha 2.078.158.808 2.078.158.808 0

Laba /Rugi Usaha 2.145.134.497 2.166.735.031 21.600.534

Laba /Rugi diluar

Usaha

976.317.536 954.717.004 21.600.532

Laba Bersih

Sebelum Pajak

Penghasilan

3.121.452.033 3.121.452.035 2

Transaksi valuta asing atas pembelian dan penjualan pada saat terjadinya transaksi dan

pelaporan pada waktu tutup buku, menghasilkan selisih kurs mempengaruhi pada laporan

keuangan . Hasil perbandingan laporan keuangan berdasarkan perusahaan dan PSAK No. 10 atas

pembelian dan penjualan pada transaksi valuta asing dapat terlihat laba bersih sebelum pajak

penghasilan menurut pencatatan perusahaan adalah Rp 3.121.452.033. Dan laba bersih sebelum

pajak penghasilan menurut pencatatan PSAK No.10 sebesar Rp 3.121.452.035 maka perbedaan

laba bersih menurut PSAK No.10 beda tipis dibandingkan laba bersih menurut perusahaan,

sehingga terdapat selisihnya Rp 2.

Selisih kurs atas pembelian dan penjualan pada saat transaksi dan pelaporan menghasilkan laba

selisih kurs atau rugi selisih kurs dikelompokkan pada pendapatan dan biaya diluar usaha, yaitu

menurut perusahaan sebesar Rp 976.317.536 sedangkan berdasarkan PSAK No.10 sebesar Rp

954.717.004 sehingga terdapat selisihnya adalah Rp 21.600.532 maka pendapatan dan biaya

diluar usaha menurut perusahaan lebih besar dibandingkan pendapatan dan biaya diluar usaha

menurut PSAK No.10.

Terakhir dapat dibandingakan hasil laba kotor penjualan menurut pencatatan perusahaan

dengan pencatatan PSAK No.10 yaitu laba kotor penjualan menurut perusahaan sebesar Rp

4.223.293.305 dan laba kotor penjualan menurut PSAK No.10 sebesar Rp 4.244.893.839 maka

Page 264: 936-1948-1-SM

257

terdapat selisihnya sebesar Rp 21.600.534. Dapat dilihat bahwa laba kotor penjualan menurut

PSAK No.10 lebih besar dibandingkan laba kotor penjualan menurut perusahaan.

Hasil perbandingan pencatatan menurut perusahaan dan PSAK No.10 menghasilan laba kotor

penjualan adalah Rp 21.600.534 dan laba rugi diluar usaha menhasilkan Rp 21.600.532. Jadi

dapat terlihat perbedaannya Rp 2 suatu nilai yang sangat kecil terhadap selisih kurs atas

pembelian dan penjualan transaksi valuta asing.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pencatatan menurut perusahaan dimana pada transaksi menggunakan kurs pajak dan pada

pelaporan menggunakan kurs tengah BI sesuai dengan tanggal neraca. Perbedaan selisih kurs

yang terjadi antara kurs yang digunakan saat transaksi dan pelaporan menimbulkan laba

selisih kurs pada transaksi valuta asing. Sehingga pencatatan menurut perusahaan terhadap

selisih kurs atas pembelian dan penjualan valuta asing tidak mempengaruhi laporan keuangan

suatu perusahaan.

2. Pengaruh pencatatan sesuai PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan

pada transaksi valuta asing terhadap laporan keuangan tidak mempengaruhi kinerja laporan

keuangan suatu perusahaan. Pada saat transaksi pembelian dan penjualan valuta asing

menggunakan kurs BCA dan saat pelaporan menggunakan kurs tengah BI sehingga

menghasilkan rugi selisih kurs, dapat diakui atau ditangguhkan pada laba rugi diluar usaha.

Dan selisih kurs yang terjadi mempengaruhi saldo akhir pada hutang dan piutang.

3. Hasil perbandingan pencatatan menurut perusahaan dan PSAK No.10 terhadap selisih kurs

atas pembelian dan penjualan pada transaksi valuta asing, keduanya tidak mempengaruhi

laporan keuangan suatu perusahaan. Nilai tukar atau kurs dapat saja ditetapkan oleh

pemerintah atau dibiarkan fluktuasi (mengambang) mengikuti di pasar mata uang asing atau

valuta asing. Pergerakan mata uang asing di pasar pasti akan selalu mengalami perubahaan

naik (menguat) atau menurun (melemah). Di Negara Indonesia, pemerintah menggunakan

kurs resmi atau kurs tetap (fixed exchange rates) , kurs yang ditetapkan oleh pemerintah dan

tidak akan berubah merskipun terjadi perubahaan di pasar valuta asing. Metode pencatatan

yang digunakan terhadap transaksi valuta asing menggunakan metode Multiple Rate.

Sehingga perbandingan pencatatan menurut perusahaan dan PSAK No. 10 perbedaannya

tidak jauh dan keduanya menggunakan kurs yang sama – sama ditetapkan oleh pemerintah

yaitu kurs pajak dan kurs tengah BI.

Saran

Setiap transaksi sebaiknya perusahaan konsisten menggunakan kurs, yaitu kurs pajak dan

kurs tengah BI saat transaksi dan pada waktu pelaporan selama periode berjalan dalam

transaksi pembelian dan penjualan valuta asing, apabila sulit untuk melakukan hedging pada

transaksi tersebut.

Page 265: 936-1948-1-SM

258

DAFTAR PUSTAKA

Bank Sentral Republik Indonesia. (2008). Penjelasan BI Rate sebagai Suku

Bunga Acuan. BI Rate. Diperoleh 25 November 2012

Dari http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Penjelasan+BI+Rate.

Bragg, S.M., IFRS Made Easy, Indeks, Jakarta, 2012

Choi, F.D.S. dan Meek, G.K., Akuntansi International, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2010

Donald, E.K., Weygandt, J.J., dan Warfield, T.D., Akuntansi Intermediate, Edisi 5,

Erlangga, Jakarta, 2010

Germon, H., dan Meek, G.K., Akuntansi Perspektif International, Jilid 5, Andi,

Yogyakarta, 2007

Mursyidi, Akuntansi Dasar, Edisi 1, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010

Rudianto, Pengantar Akuntansi, Erlangga, Jakarta, 2009

Syafri, S., Teori Akuntansi, Edisi Revisi 2011, PT Rajagrafindo Persada Jakarta, 2011

Syakur, A.S., Intermediate Accounting, Jilid 1, Av Publisher, Jakarta, 2009

Zebua, F., Akuntansi International, Jilid 1, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2008

Website : www.saranarefrigeratama.com

Page 266: 936-1948-1-SM

259

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN,

LEVERAGE DAN NILAI PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK

PERATAAN LABA (STUDI EMPIRIS : PADA PERUSAHAAN

INDUSTRI FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE TAHUN 2008-2011)”.

Elis Kartika

Fakultas Ekonomi/Akuntansi

Universitas Esa Unggul

Jakarta

ABSTRAKSI

Penelitian dilakukan pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan farmasi melakukan praktik

perataan laba serta untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel profitabilitas, ukuran

perusahaan, leverage, dan nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba.

Perataan laba (Income Smoothing) dapat dilihat dari income smoothing index dimana jika

coefficients of variation of earnings (CV ΔI ≤ CV ΔS), maka perusahaan dikatakan melakukan

perataan laba. Profitabilitas dengan menggunakan ROE yaitu laba atau rugi bersih setelah pajak

tahun sebelumnya dibagi modal sendiri tahun sebelumnya. Perhitungan ukuran perusahaan yaitu

total penjualan tahun sekarang dikurang total penjualan tahun sebelumnya dibagi total

penjualan tahun sebelumnya, varibel leverage dengan menghitung total hutang tahun

sebelumnya dibagi total aktiva tahun sebelumnya, dan untuk perhitungan nilai perusahaan yaitu

harga saham tahun sekarang dibagi nilai buku tahun sebelumnya.

Hasil penelitian diperoleh berdasarkan Uji Wald (Uji Parsial) dimana hasilnya adalah hanya

variabel nilai perusahaan saja yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan

berdasarkan Uji Omnibus Test of Model Coefficients (Uji Simultan) variabel profitabilitas,

ukuran perusahaan,leverage, dan nilai perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap

praktik perataan laba.

Kata kunci : Perataan laba, profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, nilai

perusahaan

PENDAHULUAN

Salah satu fenomena yang menarik dalam akuntansi yang berkaitan dengan laba yaitu

tindakan perataan laba (income smoothing) tindakan ini dilakukan perusahaan agar laba yang

dihasilkan setiap tahunnya stabil dengan demikian dapat menarik investor dalam berinvestasi.

Menurut Belkaoui yang dikutip Ghozali dan Chariri (2007) perataan laba merupakan normalisasi

laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu. Selain itu

menurut Sri Sulistyanto perataan laba adalah Upaya perusahaan mengatur agar laba relatif sama

selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan dengan mempermainkan pendapatan dan biaya

Page 267: 936-1948-1-SM

260

periode berjalan menjadi lebih tinggi atau lebih rendah daripada pendapatan atau biaya

sesungguhnya.

Salah satu perusahaan yang melakukan praktik perataan laba di Indonesia ialah PT. Kimia

farma. Dalam blog David Parsaoran diduga PT. Kimia farma melakukan manipulasi laba bersih

dalam laporan keuangan tahun 2001 dalam laporan keuangan tersebut PT. Kimia farma

menghasilkan laba sebesar Rp. 132 Miliar. Tetapi kecurangan tersebut akhirnya terbongkar juga,

karena setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 dalam laporan keuangan yang baru,

keuntungan PT. Kimia farma yang sebenarnya hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah

sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan Diduga PT. Kimia farma

melakukan kecurangan dengan menaikkan laba itu adalah untuk menarik minat investor agar

menanamkan modalnya di PT. Kimia farma.

Penelitian tentang praktik perataan laba sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti,

diantaranya oleh Nuvita Dwi Cahyani (2012) yang meneliti tentang pengaruh profitabilitas,

resiko keuangan, nilai perusahaan, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan jenis industri

terhadap praktek perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI, dari hasil penelitiannya

profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan, dan struktur kepemiliikan terbukti terdapat

pengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan ukuran perusahaan dan jenis industri tidak

berpengaruh terhadap praktek perataan laba.

Hasil penelitian Nuvita Dwi Cahyani tidak konsisten dengan penelitian Yudho Aji dan

Farah Mita (2010) tentang pengaruh profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan dan struktur

kepemilikan terhadap praktek perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,

terbukti resiko keuangan dan nilai perusahaan berpengaruh terhadap praktek perataan laba,

sedangkan profitabilitas dan struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap praktek perataan

laba. hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap

praktek perataan laba menurut Aji dan Mita (2010) dengan melakukan perataan laba maka

variabilitas laba dan resiko saham dari perusahaan akan semakin menurun variabilitas laba yang

minim itulah yang berusaha dipertahankan oleh perusahaan agar disukai oleh investor dan agar

nilai pasar perusahaan tetap tinggi atau stabil sehingga mempermudah perusahaan untuk menarik

sumber daya ke dalam perusahaan.

Perusahaan industri farmasi di Indonesia pada saat ini memiliki perhatian lebih oleh

investor, karena berdasarkan pernyataan wakil sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Farmasi

Indonesia yang dikutip oleh Yudi Astuti (2012) Kendrariadi Suhanda menyatakan pada tahun

2010 total nilai industri farmasi di Indonesia mencapai US$ 3,7 Miliar, tahun 2012 angka itu

diperkirakan meningkat menjadi US$ 4,7 Miliar. Rata – rata industri farmasi tumbuh 13,4% per

tahun. Kalangan pengusaha memperkirakan pada tahun 2014 angka tersebut naik menjadi US$

6,1 Miliar.

TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Praktik Perataan Laba

pada perusahaan indutri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun

2008-2011.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan

Laba pada perusahaan indutri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan

tahun 2008-2011.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Leverage terhadap Praktik Perataan Laba pada

perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun 2008-

2011.

Page 268: 936-1948-1-SM

261

4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Praktik Perataan

Laba pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan

tahun 2008-2011.

5. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage,

dan Nilai Perusahaan secara simultan terhadap Praktik Perataan Laba pada perusahaan

industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun 2008-2011.

KAJIAN TEORI

1. Teori Keagenan (Theory Agency)

Teori keagenan (Theory Agency) merupakan salah satu teori yang sangat erat

hubungannya dengan praktik perataan laba yang merupakan salah satu tindakan dari

manajemen laba. Teori agensi menurut Zulkarnaini yang dikutipoleh Amanza (2012) adalah

hubungan atau kontrak antara pemilik (principal) dan manajer (agent). Masalah yang

mendasari teori keagenan (agency theory) adalah konflik kepentingan antara pemilik dan

manajer. Pemilik disebut principal dan manajer disebut agent, merupakan dua pihak yang

masing-masing saling memiliki tujuan yang berbeda dalam mengendalikan perusahaan

terutama menyangkut bagaimana memaksimalkan kepuasan dan kepentingan dari hasil yang

dicapai melalui aktivitas usaha.

Di dalam teori ini, menurut Komalasari yang dikutip oleh Amanza (2012) bahwa salah

satu kunci dari teori agensi adalah adanya perbedaan tujuan antara prinsipal dan agen,

sehingga semua individu berusaha untuk bertindak sesuai dengan kepentingannya masing-

masing. Adanya tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda, di mana setiap individu ingin

mengoptimalkan kepentingannya pribadi, menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal

dengan agen. Pihak principal termotivasi untuk melakukan kontrak dalam rangka

mensejahterakan dirinya melalui profitabilitas yang pada umumnya diharapkan selalu

meningkat. Sedangkan menurut Widyaningdyah dalam penelitian Amanza (2012) agen

termotivasi untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya. Perbedaan tujuan

prinsipal dan agen inilah yang menimbulkan konflik keagenan dalam perusahaan.

2. Manajemen Laba

Menurut Sri Sulistyanto secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya

manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi – informasi dalam

laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui

kinerja dan kondisi perusahaan. Menurut Schipper Manajemen laba adalah campur tangan

dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk

memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses

Ada alasan mendasar mengapa manajer melakukan manajemen laba. Harga pasar saham

suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, resiko, dan spekulasi. Oleh sebab

itu perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke periode secara

konsisten akan mengakibatkan resiko perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar

dibandingkan prosentase kenaikan laba. Secara umum motivasi yang mendorong manajer

untuk berperilaku oportunis, yaitu motivasi bonus, kontrak, politik, pajak, perubahan CEO,

IPO, atau SEO dan mengkomunikasikan informasi ke investor. Menurut Watts dan

Zimmerman yang dikutip oleh Valentine (2012) pengelompokkan ini sejalan dengan tiga

hipotesis utama dalam teori akuntansi positif (positive accounting theory), yang menjadi

dasar pengembangan pengujian hipotesis untuk mendeteksi manajemen laba, yaitu hipotesis

bonus, hipotesis biaya politik, dan hipotesis perjanjian hutang.

3. Perataan laba

Salah satu fenomena yang menarik dalam akuntansi yang berkaitan dengan laba

yaitu tindakan perataan laba (income smoothing) tindakan ini dilakukan perusahaan agar laba

Page 269: 936-1948-1-SM

262

yang dihasilkan setiap tahunnya stabil dengan demikian dapat menarik investor dalam

berinvestasi. Menurut Belkaoui dalam penelitian Ghozali dan Chariri (2007) perataan laba

merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level

laba tertentu. Sedangkan menurut Sri Sulistyanto, perataan laba adalah upaya perusahaan

mengatur agar laba relatif sama selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan dengan

mempermainkan pendapatan dan biaya periode berjalan menjadi lebih tinggi atau lebih

rendah daripada pendapatan atau biaya sesungguhnya. Menurut Heyworth dalam penelitian

Salno dan Baridwan yang dikutip oleh Dhiar Ratnasari (2012) mengungkapkan bahwa

manajer melakukan perataan laba karena ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomis

dan psikologis, yaitu :

a. Mengurangi total pajak yang terutang.

b. Meningkatkan kepercayaan diri manajer karena penghasilan yang stabil mendukung

kebijakan dividen yang stabil.

c. Meningkatkan hubungan antar manajer dan karyawan karena pelaporan laba yang

meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah.

d. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dengan gelombang

optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.

Tujuan perataan laba menurut Foster dalam penelitian Suwito dan Herawaty (2005) adalah

sebagai berikut:

a. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut memiliki

risiko yang rendah.

b. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa

mendatang.

c. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.

d. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen.

e. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.

4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba

Profitabilitas adalah tingkatan keuntungan bersih yang dicapai perusahaan. Rasio

profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kinerja operasional perusahaan, Zuhro

dalam Syafriont By yang dikutip Dhiar Ratnasari (2012) menyatakan bahwa sebagian besar

investor dan kreditor menggunakan profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menilai seberapa

efektif perusahaan mengelola sumber-sumber yang dimilikinya dan juga merupakan bahan

pertimbangan utama bagi investor dan kreditor dalam mengambil keputusan baik dalam

menginvestasikan dana maupun dalam meminjamkan dana pada suatu perusahaan.

Menurut Carlson dan Bathala yang dikutip dalam penelitian Darma Yudho Aji dan

Aria Farah Mita (2010) menyimpulkan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan

merupakan faktor yang mempengaruhi tindakan pengelolaan laba yang dilakukan oleh

manajemen, karena sesuai dengan hipotesa biaya politik bahwa tingkat profitabilitas

yang semakin tinggi akan mengakibatkan tingginya harapan dari regulator dan

masyarakat kepada perusahaan tersebut untuk memberikan kompensasi kepada mereka

berupa pembayaran pajak kepada regulator dan program sosial kepada masyarakat.

Kondisi tersebut menyebabkan manajemen untuk melakukan perataan laba yang

merupakan salah satu tindakan manajemen laba terhadap laporan keuangannya, salah

satunya yaitu menurunkan profitabilitas yang tinggi menjadi rendah hal ini bertujuan

agar perusahaan terhindar dari pajak yang terlalu tinggi dan kompensasi untuk karyawan

dan juga masyarakat

5. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Menurut Machfoeds yang dikutip oleh Eddy Suwito dan Arleen Herawaty

(2005) dalam penelitiannya ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat

Page 270: 936-1948-1-SM

263

diklasifikasikan besar, kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva,

log size, nilai pasar saham, dan lain – lain. Pada dasarnya ukuran hanya perusahaan

terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan

perusahaan kecil. Selain itu menurut Moses dalam penelitian Eddy Suwito dan Arleen

Herawaty dalam penelitiannya (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan –

perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan

perataan laba dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan yang lebih kecil karena

perusahaan – perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan)

yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum. hal tersebut menyebabkan

perusahaan – perusahaan besar cenderung melakukan perataan laba hal tersebut

bertujuan untuk menghindari pajak yang tinggi, karena perusahaan – perusahaan besar

biasanya memiliki kekayaan dan sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan

perusahaan – perusahaan kecil sehingga perusahaan – perusahaan yang lebih besar akan

dikenakan pajak yang tinnggi sehingga banyak perusahaan – perusahaan besar

cenderung melakukan perataan laba untuk menghindari terkena pajak yang tinggi.

6. Leverage

Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang memiliki biaya-

biaya operasi tetap (misal penyusutan gedung, peralatan kantor dsb). Martono dan Harjito

(dalam Dhiar Ratnasari : 2012) pengaruh yang timbul dengan adanya biaya operasi tetap

yaitu adanya perubahan dalam volume penjualan yang menghasilkan perubahan keuntungan

atau kerugian operasi yang lebih besar dari proporsi yang telah ditetapkan. Leverage operasi

juga memperlihatkan pengaruh penjualan terhadap laba operasi atau laba sebelum bunga dan

pajak (EBIT) yang diperoleh.

Dari hasil penelitian Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti empiris

bahwa leverage berpengaruh positif terhadap perataan laba, karena tingkat leverage yang

tinggi akan mempersulit perusahaan untuk menarik investor dan mendapatkan pinjaman dari

kreditor, sehingga perusahaan akan meratakan tingkat leverage agar menjadi turun atau relatif

samadengan tingkat leverage periode sebelumnya, sehingga mempermudah perusahaan untuk

mendapatkan pinjaman dari kreditor dan menarik investor.

7. Nilai Perusahaan

Menurut Salvatore yang dikutip oleh Rahmawati (2012) tujuan utama perusahaan

menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan

(value of the firm). Menurut Euis dan Taswan yang dalam penelitian Rahmawati (2012)

memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena

dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran

pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.

Dari hasil penelitian Aji dan Mita (2010) menemukan hasil bahwa nilai perusahaan

berpengaruh positif terhadap perataan laba, karena dengan melakukan perataan laba

variabilitas laba dan resiko saham dari perusahaan akan semakin menurun variabilitas laba

yang minim itulah yang berusaha dipertahankan oleh perusahaan agar disukai oleh investor

dan agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi atau stabil sehingga mempermudah perusahaan

untuk menarik sumber daya ke dalam perusahaan.

Page 271: 936-1948-1-SM

264

METODE PENELITIAN

1. Model Penelitian

Gambar 1 Model Penelitian

2. Hipotesis Penelitian

Ha1 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Praktik Perataan Laba.

Ha2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Praktik Perataan Laba.

Ha3 : Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Praktik Perataan Laba

Ha4 : Nilai Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba.

Ha5 : Profitabilitas, Ukuran Perusahaan. Leverage, Nilai Perusahaan berpengaruh

signifikan secara simultan terhadap Praktik Perataan Laba.

3. Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sampling jenuh, yaitu

pengambilan sampel secara meneyeluruh dari data yang akan diuji. Populasi dalam penelitian

ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), periodisasi

populasi penelitian ini mencakup data tahun 2008-2011. Jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah sebanyak 36 sampel selama periode 2008-2011.

Tahun 2008 sebanyak 9 perusahaan

Tahun 2009 sebanyak 9 perusahaan.

Tahun 2010 sebanyak 9 perusahaan.

Tahun 2011 sebanyak 9 perusahaan.

Total sebanyak 36 perusahaan.

4. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Deskriptif

Analisis yang bersifat uraian berdasarkan kondisi datanya. Analisis deskriptif ini

digunakan untuk menguraikan gambaran perataan laba perusahaan farmasi yang terdaftar

di BEI, serta menjelaskan hasil penelitian.

b. Kausalitas

Uji kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh

profitabilitas yang diwakilkan ROE tahun sebelumnya, ukuran perusahaan yang diukur

dari pertumbuhan penjualan tahun sebelumnya, leverage tahun sebelumnya yang diukur

dengan debt to total assets dan nilai perusahaan tahun sebelumnya yang diukur dengan

PBV terhadap variabel dependen yaitu perataan laba. Kemampuan prediksi variabel-

variabel tersebut akan dilakukan dengan melihat pengaruh variabel independen tersebut

Profitabilitas

Ukuran Perusahaan

Nilai Perusahaan

Leverage

Perataan Laba

Page 272: 936-1948-1-SM

265

terhadap variabel dependennya.Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis

kausalitas (pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat) memiliki tahapan

sebagai berikut, antara lain:

(1) Uji kualitas data

Uji kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas

digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen

dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan

normal probability plot jika titik mendekati garis diagonal maka data tersebut

dianggap normal.

(2) Uji Asumsi Klasik

(a) Uji Multikolinieritas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditentukan adanya

korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat

masalah multikolinieritas. Cara mendeteksi multikolinieritas berdasarkan rule of

thumb. Jika VIF >10, maka terjadi multikolinieritas dan jika VIF <10. maka tidak

terjadi multikolinieritas.

(b) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data

yang berdekatan. Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin

Watson melalui angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson diantara

du < DW < 4-du, maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak

memiliki autokorelasi dan sebaliknya.

(3) Uji Hipotesis

(a) Uji Hosmer dan Lmeshow’s Goodness of Fit

Dalam penelitian ini uji Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit digunakan

untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model

(tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan

fit).

Dasar pengambilan keputusan :

Jika Sig > α 0.05 (5%), maka Ha ditolak

Jika Sig ≤ α 0.05 (5%), maka Ha diterima

(b) Uji Wald (Uji Parsial)

Uji Wald dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah masing –

masing koefisien regresi logistik signifikan maka digunakan Uji Wald.

Dasar pengambilan keputusan :

Jika Sig > α 0.05 (5%), maka Ha ditolak

Jika Sig ≤ α 0.05 (5%), maka Ha diterima

(c) Omnibus Tests of Model Coefficients (Uji Simultan)

Uji ini dapat dilihat dibawah nilai Chi-square goodness-of-fit test untuk menguji

apakah dengan memasukkan variabel independen kedalam model akan menambah

kemampuan prediksi model regresi logistik

Dasar pengambilan keputusan :

Jika Sig > α 0.05 (5%), maka Ha5 ditolak

Jika Sig ≤ α 0.05 (5%), maka Ha5 diterima

Metode statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis yaitu binary

logistic regression yaitu jika variabel dependen merupakan variabel dummy yang

berskala nominal sementara variabel independennya dapat berskala nominal,

interval, dan rasio. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :

Ln P = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4 x4

1 – P

Dimana :

Page 273: 936-1948-1-SM

266

P = probabilitas perusahaan melakukan perataan laba dengan variabel

bebas profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai

perusahaan.

β0 = koonstanta

β1 - β4 = koefisien

x1 = Profitabilitas

x2 = Ukuran Perusahaan

x3 = Leverage

x4 = Nilai Perusahaan

(d) Negelkerke R2 Square

Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen

menjelaskan variabel dependen digunakan koefisien Negelkerke R2 Square

Dasar pengambilan keputusan :

Jika Sig > α 0.05 (5%), maka Ha ditolak

Jika Sig ≤ α 0.05 (5%), maka Ha diterima

(4) Pengukuran variabel dependen Perataan Laba

Pengukuran perataan laba dalam penelitian ini sama seperti pengukuran perataan laba

pada penelitian Suwito dan Herawaty (2005) menggunakan rumus Indeks Eckel,

sebagai berikut :

Indeks Eckel = CV ΔI

CV ΔS

Keterangan:

CV : Koefesien variasi variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang

diharapkan, dari laba tahun tertentu.

ΔI : perubahan laba dalam satu periode

ΔS : perubahan penjualan dalam satu periode

Nilai CV ΔI dan CVΔS dihitung dengan rumus

CV ΔI atau CVΔS = √∑ (Δx−ΔX)2 −1 : ΔX

Keterangan:

Δx : perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1

ΔX : rata-rata perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau penjualan (S) antara

tahun n dengan n-1

n : banyaknya tahun yang diamati

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengukuran Perusahaan yang melakukan Perataan Laba dan Yang Tidak

Melakukan Perataan Laba

Tabel 1 Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba dan yang Tidak Melakukan Perataan

Laba

Keterangan 2008 2009 2010 2011 Prosentase

Perata Laba 5 4 4 6 52,78 %

Bukan Perata Laba 4 5 5 3 47,22 %

Page 274: 936-1948-1-SM

267

Dari hasil perhitungan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 52, 78%

perusahaan sampel mealakukan praktik perataan laba, atau bisa dikatakan rata – rata

perusahaan sampel banyak yang melakukan praktik perataan laba.

2. Statistik Deskriptif

Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan sebanyak 36 sampel dari 9 perusahaan farmasi yang

terdaftar di BEI periode tahun 2008 – 2011. Dari hasil penelitian rata – rata profitabilitas

dari perusahaan sampel sebesar 45%, dan rata – rata ukuran perusahaan sampel sebesar

41,7%, sedangkan leverage perusahaan sampel rata – rata sebesar 16,3%, dan untuk nilai

perusahaan rata – rata perusahaan sampel sebesar 39,36%.

3. Uji Kausalitas

a. Uji Kualitas Data

Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Data

Dari hasil uji normal probability plot dapat dilihat bahwa titik – titik berada mendekati

garis diagonal pada gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji kualitas data tersebut

dengan menggunakan uji normalitas normal probability plot menunjukan bahwa data

tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Asumsi Klasik

(1) Uji Multikolinearitas

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation

PROFIT 36 45,0556 114,67792

UP 36 41,7222 173,94492

LEV 36 16,3333 17,09469

NP 36 393,6944 285,85069

PL 36 ,5278 ,50631

Valid N (listwise) 36

Page 275: 936-1948-1-SM

268

Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients

a

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order

Partial Part Tolerance

VIF

1

(Constant) ,089 ,163 ,545 ,590

PROFIT ,001 ,001 ,123 ,799 ,430 ,057 ,142 ,122 ,983 1,018

UP ,001 ,000 ,200 1,285 ,208 ,153 ,225 ,196 ,967 1,034

LEV ,002 ,005 ,076 ,491 ,627 ,058 ,088 ,075 ,971 1,030

NP ,001 ,000 ,507 3,258 ,003 ,462 ,505 ,498 ,966 1,035

a. Dependent Variable: PL

Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa VIF < 10. Hal ini menjelaskan bahwa

tidak terdapat multikolinearitas.

(2) Uji Autokorelasi

Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,525a ,276 ,183 ,45774 2,358

a. Predictors: (Constant), Nilai Perusahaan, Leverage, PROFIT, Ukuran Perusahaan

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat nilai Durbin Watson sebesar 2.358 yang

berarti menjauhi angka 2 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regeresi

terjadi masalah autokorelasi. Sehingga dalam penelitian ini diperlukan tabel Durbin

Watson yaitu dengan melihat tabel Durbin Watson. Apabila angka DU < DW < 4 –

DU maka dapat dikatakan aman.

Hasil dari tabel Durbin Watson pada penelitian ini terdapat pada

kategori tidak aman karena angka DU 1.7245 < DW 2.358 < 4 – 1.7245 =

2,2755, sehingga dapat disimpulkan DU 1,7245 < DW 2,358 > 2,2755,

hasil tersebut menandakan bahwa data terkena gejala autokorelasi. Tetapi

karena data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

nonparametrik , dimana data berskala nominal dan rasio sehingga uji

asumsi klasik dalam penelitian ini tidak wajib dilakukan pada data

nonparametrik. Selain itu terdapat pernyataan dalam buku Statistik

Nonparametrik yang menyatakan bahwa statistik nonparametrik tidak

mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi. Statistik nonparametrik

dapat digunakan pada data yang memiliki sebaran normal atau tidak.

Statistik nonparametrik biasanya digunakan untuk melakukan analisis

pada data nominal atau ordinal. Sehingga berdasarkan pernyataan tersebut

maka penelitian ini dapat dilanjutkan karena data yang digunakan

merupakan data nonparametrik.

Page 276: 936-1948-1-SM

269

4. Uji Hipotesis

a. Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit

Tabel 5 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test

Dari hasil tabel diatas Nilai Hosmer and Lemeshow’s sebesar 13.172 dan

signifikan sebesar 0.068 lebih besar α = 0.05, maka hipotesis Ha ditolak berarti model

tidak mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model tidak dapat

diterima karena tidak cocok dengan data observasinya.

b. Uji Wald (Uji Parsial) Tabel 6 Hasil Uji Wald ( Uji Parsial)

a. Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba secara parsial.

Dari hasil tabel diperoleh hasil Sig 0,444 yang berarti lebih besar dari α = 0,05,

sehingga profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan

laba atau Ha1 ditolak.

Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi maka akan lebih menjadi sorotan

publik dan mendapat pengawasan serta perhatian lebih keat dari investor dan publik,

sehingga perusahaan tersebut harus memberikan laporan keuangan lebih berhati – hati

dan lebih transparan, dengan demikian perusahaan tidak akan melakukan perataan laba

yang akan membahayakan kredibilitas perusahaannya.

b. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba secara parsial.

Hasil Sig sebesar 0,467 yang berarti lebih besar dari α = 0,05 dan berarti ukuran

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba atau Ha2 ditolak.

Perusahaan dengan ukuran besar biasanya mendapat perhatian dan pengawasan

yang lebih ketat dari publik dan investor, sehingga perusahaan tersebut harus

memberikan informasi laporan keuangannya lebih berhati – hati dan lebih

menunjukkan keinformatifan informasi yang terkandung didalamnya serta lebih

transparan sehingga perusahaan tidak akan melakukan perataan laba yang akan

membahayakan kredibilitas perusahaannya.

c. Pengaruh Leverage terhadap Perataan Laba secara parsial.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-

square

df Sig.

1 13,172 7 ,068

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

PROFIT ,002 ,003 ,587 1 ,444 1,002

UP ,004 ,005 ,529 1 ,467 1,004

LEV ,012 ,022 ,286 1 ,593 1,012

NP ,004 ,002 7,348 1 ,007 1,004

Constant -1,941 ,852 5,191 1 ,023 ,144

a. Variable(s) entered on step 1: PROFIT, UP, LEV, NP.

Page 277: 936-1948-1-SM

270

Hasil Sig menunjukkan sebesar 0.593 lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha3 ditolak

atau leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.

Leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba, karena apabila tingkat

leverage tinggi tetapi produktivitas perusahaan baik maka perusahaan tidak perlu

melakukan perataan laba

d. Pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Perataan Laba secara parsial.

Hasil Sig menunjukkan 0,007 lebih kecil dari α = 0,05, yang berarti nilai perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap perataan laba atau Ha4 diterima.

Perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang tinggi berarti perusahaan

tersebut menghasilkan produk yang berkualitas. Produk yang berkualitas akan diminati

oleh banyak masyarakat sehingga menyebabkan permintaan produk akan meningkat,

dengan meningkatnya permintaan produk berarti penjualan perusahaan tersebut juga

akan meningkat. Penjualan yang meningkat tersebut akan menghasilkan laba yang

meningkat juga, tingkat laba yang cenderung meningkat ini oleh perusahaan akan

diratakan atau perusahaan akan melakukan perataan laba agar laba yang dihasilkan

relatif sama dengan laba periode sebelumnya, sehingga laba yang dilaporkan akan

stabil setiap periodenya. Dengan demikian nilai perusahaan akan menjadi baik atau

stabil, nilai perusahaan yang baik dan stabil ini akan meningkatkan tingkat kepercayaan

investor dan kreditor terhadap perusahaan tersebut. Sehingga dengan dengan demikian

perusahaan akan mudah menarik investor ke dalam perusahaan karena investor lebih

menyukai berinvestasi pada perusahaan yang labanya stabil dan juga yang memiliki

nilai perusahaan yang baik karena investor dan kreditor akan merasa aman apabila

menanamkan dananya diperusahaan tersebut.

Dari Uji Wald model regresi logistik biner yang terbentuk adalah :

c. Uji Omnibus Test of Model Coefficients (Uji Simultan)

Tabel 7 Hasil Uji Omnibus Test of Model Coefficients

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-

square

df Sig.

Step

1

Step 10,987 4 ,027

Block 10,987 4 ,027

Model 10,987 4 ,027

Dari hasil tersebut ternyata Sig sebesar 0,027 yang berarti lebih kecil dari pada α

= 0,05, maka menunjukkan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai

perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba atau Ha5 diterima.

d. Uji Negelkerke R2 Square

Tabel 8 Hasil Uji Negelkerke R2 Square

Model Summary

Ln P = -1,941 + 0,002 x1 + 0.004 x2 + 0.012 x3 + 0.004x4

1 – P

D

Page 278: 936-1948-1-SM

271

Hasil tabel diatas terdapat -2 Log Likelihood sebesar 38,809 dan hasil perhitungan

koefisien Negelkerke R2 sebesar 0,351 yang menunjukkan bahwa variabel independen

hanya mampu menjelaskan 35,1 % variabilitas variabel dependen sedangkan sisanya 64,9

% menjelaskan oleh variabel lainnya atau faktor lainnya diluar model penelitian ini

seperti struktur kepemilikian, jenis usaha, Devident payout, opini auditor, inventory turn

over, dan lain – lain.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik

perataan laba. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh hasil uji Wald ( Uji Parsial) dimana

nilai signifikansi variabel sebesar 0,444 lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha1

ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suwito & Herawaty(2005)

dan Yudi Astuti (2012), tetapi tidak konsisten dengan penelitian Budi Asih yang

dikutip dalam penelitian Yudi Astuti (2012).

2. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba, hal

ini dapat dibuktikan dengan hasil uji Wald (uji parsial) dimana nilai signifikansi

variabel sebesar 0,467 lebih besar dari α = 0,05 yang berarti Ha2 ditolak. Hasil ini

konsisten dengan penelitian Salno Baridwan, Jatingrum dan Suwito & Herawaty yang

dikutip dalam penelitian Suwito & Herawaty (2005), dan sebaliknya penelitian ini

tidak sesuai dengan Budiasih dan Yudi Astuti yang dikutip dalam penelitian Yudi

Astuti (2012)

3. Hasil dari nilai signifikansi leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan

laba, hasil tersebut dapat dilihat dari hasil uji Wald (uji parsial) sebesar 0,593 yang

berarti lebih besar dari α = 0,05 berarti Ha3 ditolak. Hasil penelitian ini konsisten

dengan hasil penelitian dan Yudi Astuti namun sebaiknya penelitian ini tidak sesuai

dengan penelitian Ni Luh Putu & Gerianti yang dikutip oleh Yudi Astuti (2012)

dalam penelitiannya.

4. Variabel nilai perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan

laba, hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji Wald (uji parsial) dimana nilai signifikansi

sebesar 0,007 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti Ha4 diterima. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian Dhamar Yudho Aji & Aria Farah Mita (2010).

5. Profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai perusahaan berpengaruh

signifikan secara simultan terhadap praktik perataan laba. Hal ini dapat dibuktikan

dengan melihat hasil Uji Omnibus Test of Model Coeficcient ( Uji Simultan) dimana

nilai signifikansinya sebesar 0,027 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti Ha5 diterima.

Kemampuan variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai

perusahaan menjelaskan gejala praktik perataan laba sebesar 35,1% dan sisanya

64,9% dijelaskan oleh faktor – faktor lain diluar model penelitian.

Step -2 Log

likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 38,809a ,263 ,351

a. Estimation terminated at iteration number 5

because parameter estimates changed by less than

,001.

110

Page 279: 936-1948-1-SM

272

2. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian, maka saran yang diajukan oleh peneliti

sebagai berikut :

1. Perusahaan farmasi pada penelitian ini terdeteksi banyak yang melakukan perataan laba,

untuk perusahaan sebaiknya tidak melakukan praktik perataan laba karena tindakan

perataan laba merupakan tindakan manipulasi data laporan keuangan perusahaan yang

sangat penting bagi para penggunanya, sehingga tindakan tersebut dapat menyesatkan

para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

2. Bagi investor dan kreditor sebaiknya harus lebih berhati – hati dalam melihat laporan

keuangan suatu perusahaan, investor dan kreditor seharusnya bisa belajar menghitung

indeks eckel, agar perusahaan dapat mengetahui perusahaan – perusahaan yang

melakukan perataan laba, sehingga investor dan kreditor tidak tersesat dan salah dalam

mengambil keputusan untuk berinvestasi atau memberikan pinjaman dana kepada suatu

perusahaan. Sehingga informasi yang didapat investor dan kreditor benar – benardapat

dipercaya.

3. Sebaiknya pemerintah harus lebih tegas terhadap perusahaan yang melakukan perataan

laba dengan memberikan sanksi dan denda kepada perusahaan yang melakukan perataan

laba. Dan pemerintah membuat aturan – aturan yang lebih ketat tentang laporan keuangan

serta pengungkapan setiap laporan keuangan harus lebih luas dalam hal perataan laba.

4. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar sampel perusahaan dan jumlah sampel

perusahaan yang digunakan berbeda dan lebih banyak dari penelitian sebelumnya agar

mengetahui perusahaan apa saja yang melakukan praktik perataan laba selain perusahaan

farmasi dan hasil penelitian yang didapat lebih akurat.

5. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel yang berbeda dan teknik analisis

yang berbeda dari penelitian ini agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dibandingkan .

DAFTAR PUSTAKA

Aji Dhamar Yudho dan Mita Aria Farah, Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Niliai

Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek Perataan Laba: Studi

Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, SNA XIII, Purwokerto :

2010

Amanza Arya Hagaganta, Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba

(Income Smoothing) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

BEI Tahun 2006-2010), Universitas Diponegoro, Semarang : 2012

Astuti Yudi, Analisa Pengaruh Profitabilitas, Total Assets, Inventory Turnover, Financial

Leverage, Dan Opini Auditor Terhadap Praktik Perataan LabaPada Perusahaan

Farmasi Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2007-2010,Jakarta : 2012

Budiasih Igan, Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba, Fakultas Ekonomi

Universitas Udayana.

Davidparsaoran‟s Blog, Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk, 04

November 2009

Dewinnya-ardiksupriyadi. Blog, proposal.scribd, factor-faktor yang berhubungan dengan

perataan laba

Dewi Ratih Kartika, Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba

(Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan Yang Terdaftar Di

BEI (2006-2010), Universitas Diponegoro, Semarang : 2011.

Ghozali Iman dan Chariri Anis, Teori Akuntansi Edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro

: 2007

Harahap Sofyan Syafri, Teori Akuntansi. Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2007

H. Sri Sulistyanto, Manajemen Laba Teori dan Model Empiris, PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, Jakart : 2008

Page 280: 936-1948-1-SM

273

H. Sri Sulistyanto, Teori dan Model Empiris Manajemen Laba, Penerbit PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia, Jakarta: 2008

H. Sutrisno, Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi), PT. Ekonisia Kampus Fakultas

Ekonomi UII Yogyakarta, Yogyakarat : 2007

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juni 2012, Jakarta : 2012

Kurniawan Mukhlas Deddy, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba Pada

Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Surabaya : 2012

Kustono Alwan Sri, Pengaruh Ukuran, Devidend Payout, Resiko Spesifik, dan Pertumbuhan

Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba Studi Empiris pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2006, Jurnal Ekonomi

Bisnis, Tahun 14, Nomor 3, November : 2009

Martani Dwi, PSAK – 1 Penyajian Laporan Keuangan IAS – 1 Presentatio of Financial

Statement, Departemen Akuntansi FEUI.1

Mursalim, Income Smoothing Dan Motivasi Investor Studi Empiris Pada Investor Di BEJ,

Universitas Muslum Indonesia : 2005

Ningsih Kurnia, Faktor – Faktor Fundamental Yang Mempengaruhi Harga Saham Pada

Perusahaan Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia, Universitas

Pembangunan Nasional, Jakarta : 2011

Rahmawati Apriliana Nuzul, Analisis Kebijakan Hutang Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan

(Studi Pada Perusahaan ManufakturYang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2010,

Universitas Diponegoro : 2012

RR Sri Handayani & Agustono Dwi Rachadi, Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap

Manajemen Laba, Program Magister Ilmu Akuntansi Universitas Diponegoro, Jurnal

Bisnis dan Akuntansi Vol II No.1, : 2009

Rastilla May Prasetya, Deteksi Perataan Laba Pada Perusahaan Jasa Telekomunikasi (Studi

Kasus PT. Excelcomindo Pratama Tbk Dan PT. Indonesian Satellite Corpooration,

Tbk), Universitas Narotama, Surabaya : 2010

Ratnasari Dhiar, Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007 – 2010,

Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro : 2012

Statistik Nonparametrik ; Aplikasi Dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian, BAB 1 Statistik

Parametrik dan Nonparametrik.

Sugiono Arief, Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan, Penerbit PT Gramedia

Widiasarana Indonesia, Jakarta : 2009

Suranta Eddy dan Merdistusi Pratana Puspita, Income Smoothing, Tobins’ Q, Agency Problems

dan Kinerja Perusahaan, SNA VII Denpasar, Bali : 2004

Suwito Edy dan Herawaty Arleen, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdafter Di Bursa

Efek Jakarta, SNA 8 Solo : 2005

Taman Abdullah dan Nugroho Bily Agung, Determinan Kualitas Implementasi Corporate

Governance Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode

2004-2008, Universitas Negeri Yogyakarta : 2012.

Valentine, Analisis Pengaruh Perataan Laba (Income Smoothing), Debt Ratio, Total Assets

Terhadap Ekspektasi Laba Masa Depan (Studi Empiris Pada Perusahaan Industri

Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan Tahun 2008-

2009), Jakarta : 2012

Yadiati Winwin, Teori Akuntansi, PT Kencana Prenada Media Group, Jakarata : 2007

Zulkarnaini, Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri Terhadap Praktek Perataan Laba

Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia, Journal Ichsan Gorontalo Vol 2 No 1

Februari – April, Gorontalo : 2007

Page 281: 936-1948-1-SM

274

PENGARUH ASIMETRIS INFORMASI TERHADAP PRAKTIK

MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI OTOMOTIF &

KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

(BEI) PERIODE 2009 – 2011

Emi Karina

Fakultas Ekonomi/Akuntansi

Universitas Esa Unggul

Jakarta

([email protected])

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Asimetris Informasi terhadap praktik

Manajemen Laba pada industri otomotif & komponennya yang terdaftar Bursa Efek

Indonesia (BEI) dengan periode selama 3 tahun, (2009-2011). Pengukuran menggunakan

metode analisis data yang terdiri dari: uji kulitas data, uji normalitas data, uji asumsi klasik,

uji statistik deskriptif, dan analisis regeresi sederhana.

Data penelitian ini menggunakan 12 industri otomotif dengan menggunakan metode

sampling jenuh. Asimetris Informasi diukur dengan relative bid-ask spread sebagai variabel

independen, dan Manajemen Laba diukur dengan DACC (discretionary accrual)

menggunakan modified jones model sebagai variabel dependen. Analisis dalam penelitian

ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan tingkat signifikansi 5%,

kesimpulan pengujian diambil berdasarkan hasil uji F.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan Asimetris Informasi tidak berpengaruh

positif signifikan terhadap Manajemen Laba dengan nilai signifikan 0,335 > 0,05. Hal ini

mengidentifikasi bahwa adanya kemungkinan investor tidak bersifat rasional, setra ada

kemungkinan manajemen tidak berupaya dalam memaksimalkan utilitasnya.

Kata Kunci : Asimetris Informasi, Manajemen Laba.

PENDAHULUAN

Masalah agensi telah menjadi bahasan yang sangat menarik untuk diteliti oleh para

peneliti di bidang akuntansi keuangan. Menurut Andika Wisnumurti, yang di kutip dari Jensen

dan Meckling menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara manajer

selaku agent dengan pemilik sebagai principal perusahaan. Principal memberikan

kewenangan dan otoritas kepada agent untuk menjalankan perusahaan demi kepentingan

principal. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus memberikan informasi

mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang disampaikan oleh manajer

Page 282: 936-1948-1-SM

275

terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung

untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Keadaan yang seperti ini dikenal

dengan asimetri informasi yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk

melakukan praktik manajemen laba (earning management) Richardson, dalam Andika

Wisnumurti .

Asimetri informasi yang terjadi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal)

memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu demi memperoleh

keuntungan pribadi menurut Ujiyanto, yang dikutip oleh Andika Wisnumurti. Asimetri

informasi inilah yang kemudian menjadi pemicu munculnya praktik manajemen laba di

perusahaan. Asimetri informasi ini dapat dikurangi dengan cara transparansi dalam

penyampaian laporan keuangan terhadap principal.

TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui secara empiris asimetris informasi pada industri otomotif di Bursa

Efek Indonesia tahun 2009-2011.

2. Untuk mengetahui secara empiris praktik Manajemen Laba pada industri otomotif di

Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.

3. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh sigifikan antara Asimetris Informasi terhadap

Manajemen Laba pada industri otmotif di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.

KAJIAN TEORI

1. Teori Keagenan

Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu model kontraktual antara dua atau

lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut

principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada

agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada

agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah

disepakati. Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak

kerja atas persetujuan bersama. Menurut scoot, yang dikutip oleh Ni Ketut Mualiati

menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja

antara perusahaan dengan para manajernya dankontrak pinjaman antara perusahaan

dengan krediturnya. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility

masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki

informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain,

sehingga menimbulkan adanya asimetry information. . Informasi yang lebih banyak

dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan- tindakan sesuai dengan

keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitasnya.

2. Manajemen Laba

Manajemen Laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal

dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu

faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, Manajemen Laba

menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan

keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa

rekayasa. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba

Page 283: 936-1948-1-SM

276

adalah intervensi manajemn terhadap laporan keuangan, yang berupa pilihan yang

dilakukan oleh manajemen terhadap kebijakan-kebijakan akuntansi, yang diperkenankan

dalam proses pelaporan keuangan eksternal untuk mencapai tujuan/maksud tertentu,

sehinggga dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan.

Faktor- faktor Pendorong Manajemen Laba

Positive accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya

manajemen laba menurut Watt dan Zimmerman, yang dikutip oleh Ni Ketut Muliati

yaitu:

1. Bonus Plan Hypothesis

Manajemen akan memilih metoda akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu

bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan

earnings lebih banyak menggunakan metoda akuntansi yang meningkatkan laba yang

dilaporkan.

2. Debt Covenant Hypothesis

Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung

memilih metoda akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba menurut

Sweeney , yang dikutip oleh Rahwati. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam

pandangan pihak eksternal.

3. Political Cost Hypothesis

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut

memilih metoda akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan

laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya : mengenakan

peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.

Teknik Manajemen Laba

Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na‟im, yang dikutip oleh Ni

Ketut Mulaiti menyatakan bahwa ,dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:

1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi

Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi

akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu

depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi,

dan lain-lain.

2. Mengubah metoda akuntansi

Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh

: merubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka tahun ke

metoda depresiasi garis lurus.

3. Menggeser perioda biaya atau pendapatan.

Contoh rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain:

mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada

perioda akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai

periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan,

mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.

Kondisi Untuk Praktik Manajemen Laba

Menurut Richardso, yang dikutip oleh Ni Ketut Muliati, menunjukkan bukti

hubungan antara ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang

diajukan adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi tingkat

Page 284: 936-1948-1-SM

277

manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Hasil penelitian Richardson

menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara ukuran ketidakseimbangan

informasi (bid-ask spreads dan analyst’ forecast dispersion) dan manajemen laba setelah

mengendalikan faktor lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba, seperti variabilitas

aliran kas, ukuran, risiko, dan pengungkapan keuangan perusahaan.

Pola Manajemen Laba Pola manajemen laba menurut Scott yang dikutip oheh Ni Ketut Muliati, menyatakan bahwa

dapat dilakukan dengan cara:

1. Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan

melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat

meningkatkan laba di masa datang.

2. Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga

jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan

mengambil laba periode sebelumnya.

3. Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan

untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola

ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.

4. Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat

mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih

menyukai laba yang relatif stabil.

3. Discretionary Accrual

Model jones dimodifikasi (modified jones model) merupakan modifikasi dari Jones

yang didesain untuk mengeliminasi kecenderungan untuk menggunakan perkiraan yang

bisa salah dari model Jones untuk menentukan discreationary accrual ketika discreation

melebihi pendapatan. Model ini banyak digunakan dalam penelitian-penelitian akuntansi

karena dinilai merupakan model yang balik dalam mendeteksi Manajemen Laba dan

memberikan hasil paling robust.

Sama halnya model Manajemen Laba berbasis aggregate accruals yang lain model

ini menggunakan discreationary accrual sebagai proksi Manajemen Laba. Kelebihannya,

model ini memecah total akrual menjadi empat komponen utama akrual, yaitu

discreationary current accruals, discreationary long-term accruals, nondiscreationary

current accruals, dan nondiscreationary long-term accruals. Discreationary current

accruals dan discretionary long-term accruals merupakan akrual yang berasal dari aktiva

lancar (current assets), sedangkan nondiscreationary current accruals dan

nondiscretionary long-term accruals merupakan akrual yang berasal dari aktiva tidak

lancar (fixed assets).

4. Asimetris Informasi dan Teori Bid-Ask Spread

Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses

informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Agency

theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agen) dalam hal ini

adalah pihak bank-bank komersial/umum dengan pemilik (prinsipal) yaitu Bank

Indonesia.

Page 285: 936-1948-1-SM

278

Menurut Ika Kurnaini yang dikutip dari penelitian Jensen dan Meckling

menambahkan bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-

orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk

meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan

prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen

dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang.

Ada dua tipe Asimetris Informasi yaitu : adverse selection dan moral hazard

a. Adverse Selection

Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih

yang melangsungkan/akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha

potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain.

b. Moral Hazard

Moral hazard adalah jenis Asimetri Informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang

melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha

potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelisaian transaksi-

transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak.

Teori Bid-Ask Spread

Literatur mikrostrukstural mengenai bid-ask spread menyatakan bahwa terdapat suatu

komponen spread yang turut memberikan kontribusi terhadap kerugian yang dialami

dealer ketika bertransaksi dengan pedagang terinformasi tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kos pemrosesan pesanan (order processing cost), terdiri dari biaya yang dibebankan

oleh pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya mempertemukan pesanan pembelian

dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas

guna menyelesaikan transaksi.

2) Kos penyimpanan persediaan (inventory holding cost), yaitu kos yang ditanggung oleh

pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat diperdagangkan

sesuai dengan permintaan.

3) Adverse selection component, menggambarkan suatu upah (reward) yang diberikan

kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan

investor yang memiliki informasi superior. Komponen ini terkait erat dengan arus

informasi di pasar modal.

Berkaitan dengan bid-ask spread, fokus perhatian akuntan adalah pada komponen

adverse selection karena berhubungan dengan penyediaan informasi ke pasar modal.

Pembahasan lebih lanjut mengenai spreads dikemukakan oleh menurut Cohen

dkk dalam Ika Kurnaini . Menekankan bahwa riset mengenai kos transaksi/kos

kesegeraan (immediacy cost) harus membedakan antara spread dealer dan spread pasar.

Ia menjelaskan bahwa spread dealer untuk suatu saham merupakan perbedaan harga bid

dan ask yang ditentukan oleh dealer secara individual ketika ia hendak

memperdagangkan saham tersebut, sedangkan spread pasar untuk suatu saham

merupakan perbedaan harga bid tertinggi dan ask terendah diantara beberapa dealer yang

sama-sama melakukan transaksi untuk saham tersebut. Berdasarkan perbedaan tersebut,

maka spread pasar dapat lebih kecil dibandingkan dengan spread dealer.

METODE PENELITIAN

1. Model Penelitian

Dalam model analitis manajemen laba, Due (1988) dan Trueman & Titman (1988),

Page 286: 936-1948-1-SM

279

yakin bahwa asimetri informasi sebagai keadaan untuk manajemen laba. Dye (1988)

berasumsi terdapat tumpang tindih didalam pemilik. Pemegang saham penjualan

menginstruksikan manajemen untuk mengikuti beberapa strategi manajemen laba untuk

menciptakan impress yang menguntungkan dalam grup pembelian. Dalam model ini,

manajer mengetahui sesuatu tentang earnings yang pemegang saham tidak

mengetahuinya. Diasumsikan propietory cost dari pengungkapan, peraturan akuntansi

dan institusi lain dan pemaksaan kontrak mengusulkan terdapat hambatan komunikasi

antara manajemen dan pemegang saham. Asimetri informasi tidak terhambur sepanjang

waktu karena bentuk informasi yang terhalang tidak dapat dieliminasi oleh perubahan

perjanjian kontrak (Schipper, 1989).

Gambar 1 Model Penelitian

2. Hipotesis Penelitian

Ho1: Asimetris Informasi berpengaruh positif signifikan terhadap praktik

Manajemen Laba

3. Pengumpulan Data

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan teknik sampling jenuh, yaitu

pengambilan sampel berdasarkan bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut atau teknik sampel bila semua anggota dijadikan sebagai sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI), periodisasi populasi penelitian ini mencakup data tahun 2009-2011.

4. Metode Analisis Data

Langkah-langkah metode analisis data adalah sebagai berikut :

a. Uji Kualitas Data

Tujuan dari uji kualitas data adalah agar besaran atau koefisien statistik yang

diperoleh benar-benar merupakan penduga parameter yang memang dapat

dipertanggung jawabkan atau akurat. Sehingga, koefisien statistik tidak bias dan

persamaan regresinya dihasilkan benar-benar dapat dipercaya untuk memprediksi. Uji

kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas

digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen

dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan

pendekatan kolmogorov-smirnov. Data berdistribusi normal apabila mempunyai

signifikan diatas 5% atau >0,05.

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas untuk mengatahui apakah dalam model regresi ada

kesamaan atau ketidaksamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan

yang lain. Dampak dari adanya heteroskedastisitas adalah kesalahan baku

koefisien regresi akan berpengaruh sehingga akan memberikan indikasi yang

salah dan koefisien determinasi memperhatikan daya penjelasan yang terlalu

SPREAD

D

DACC

Page 287: 936-1948-1-SM

280

besar. Cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar titik-titik

yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

2) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data

yang berdekatan. Autokorelasi adalah korelasi antara serangkaian observasi yang

diurutkan menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross sectional). Cara

mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin Watson melalui angka D-W

adalah apabila nilai statistik Durbin Watson mendekati angka 2, maka dapat

dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi dan

sebaliknya.

3) Uji Hipotesis

Menggunakan regresi linier sederhana digunakan untuk menguji apakah ada

pengaruh secara simultan antara variabel independen yaitu Asimetris Informasi

terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba (∆Y) . Dasar pengambilan

keputusan :

a) Jika sig < 0,05 maka Ha diterima.

b) Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak.

Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan regresi sederhana persamaan

regresinya adalah sebagai berikut :

∆Y = a + b1 X1+e

Dimana :

∆Y = Manajemen Laba

a = Konstanta/ Intercept Persamaan Regresi

b1 = Koefisien regresi variabel independent

= Asimetris Informasi

e = Koefisien error

Besarnya proporsi variasi dependen yang dijelaskan oleh variabel independen

dapat dilihat dari koefisien determinasi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan perhitungan Manajemen Laba dengan Model jones

dimodifikasi (modified jones model), yaitu discreationary current accruals, discreationary

long-term accruals, nondiscreationary current accruals, dan nondiscreationary long-term

accruals. Lalu mencari Asimetris Informasi yaitu selisih antara harga tertinggi saham dan

terendah saham, lalu diregresikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti

price,trans, var,depth lalu hasil yang didapatkan ADJSPREAD.

Page 288: 936-1948-1-SM

281

1. Uji Persyaratan Analisis Regresi

a. Uji Kualitas Data

Tujuan dari uji kualitas data adalah agar besaran atau koefisien statistik yang

diperoleh benar-benar merupakan penduga parameter yang memang dapat

dipertanggung jawabkan atau akurat. Sehingga, koefisien statistik tidak bias dan

persamaan regresinya dihasilkan benar-benar dapat dipercaya untuk memprediksi. Uji

kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas

digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen

dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan

pendekatan kolmogorov-smirnov. Data berdistribusi normal apabila mempunyai

signifikan diatas 5% atau >0,05.

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Heteroskedastisitas

Dari hasil uji heteroskedastisitas yang sudah di outlier dapat dilihat bahwa titik –

titik tidak menyebar pada gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji

heteroskedastisitas tersebut menunjukan bahwa data tersebut tidak terjadi

heteroskedastisitas. Karena menurut Wolfowitz merupakan orang yang pertama

kali menggunakan uji nonparametrik, menggungkapkan metode statistik

nonparametrik merupakan metode statistik yang dapat digunakan dengan

mengabaikan asumsi-asumsi yang melandasi penggunaan metode statistik

parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi normal.

2) Uji Autokorelasi

Dari hasil uji autokorelasi yang sudah dioutlier tersebut dapat terlihat, nilai

Durbin-Watson yang diperoleh adalah sebesar 1,753. Nilai tersebut

terletak diantara dU (1,5136) dan 4-dU = 2,4864 , maka persamaan dari

uji Durbin-Watson ini yaitu 1,5136 < 1,753 < 2,4864. Dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian ini.

2. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini, Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Serta Pengujian ini

digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut mempunyai

pengaruh yang signifikan atau apakah terdapat pengaruh secara simultan antar

variabel independen yaitu Asimetris Informasi (X1), terhadap variabel dependen

yaitu Manajemen Laba (∆Y).

a) Jika Sig < 0,05, maka Ha diterima

b) Jika Sig > 0.05, maka Ha ditolak

a. Pengaruh Secara Simultan Antara Asimetris Informasi Terhadap Manajemen

Laba

Page 289: 936-1948-1-SM

282

Adapun hasil output pengujian secara simultan dari aspek-aspek variabel

independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut:

Tabel 1Hasil Uji Regresi

1) Hipotesis

Ho1 :Tidak terdapat pengaruh positif signifikan antara Asimetris

Informasi terhadap Manajemen Laba.

Ha1 :Terdapat pengaruh negatif signifikan antara Asimetris

Informasi terhadap Manajemen Laba.

Maka : Ho1 ditolak

artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikann Asimetris Informasi

terhadap Manajemen Laba. Hal ini dikarenakan nilai signifikan 0,335 >

0,05.

Adapun Persamaan Regresi linier sederhana dapat disajikan sebagai berikut:

Y = -13.309.127.172,998 - 31.569.148.290,914 + e

Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana diatas dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Dari persamaan regresi berganda tersebut diketahui nilai konstanta sebesar

-13.309.127.172,998. Hal ini menunjukan bahwa jika variabel independen

dalam keadaan tetap atau bernilai 0 , maka perusahaan melakukan

manajemen laba dengan cara menurunkan laba sebesar

13.309.127.172,998.

2. Koefisien regresi b1, adalah negatif sebesar - 31.569.148.290,914 untuk

Asimetris Informasi, yang berarti apabila variabel Asimetris Informasi

naik sebesar 1 atau setiap penambahan 1 maka akan menurunkan

Manajemen Laba sebesar - 31.569.148.290,914.

3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya meneliti pengaruh Asimetris Informasi terhadap praktik

Manajemen Laba, ini merupakan salah satu dari dampak Manajemen Laba.

Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel independ

lainnya seperti ukuran perusahaa, corporate governance, kinerja masa datang, dan

lain-lain, sehingga untuk dapat mengetahui lebih banyak lagi faktor apa saja yang

dapat mempengaruhi Manajemen Laba itu sendiri. Disamping itu penelitian ini

juga mengandung kelemahan seperti, jumlah sampel yang sedikit.

4. Implikasi Bagi Penelitian Berikutnya

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -13309127172,998 2009597542,601 -6,623 ,000

ADJSPREAD -31569148290,914 32277929808,935 -,170 -,978 ,335

a. Dependent Variable: DACC

Page 290: 936-1948-1-SM

283

Karena beberapa kelemahan penelitian ini, maka diharapkan pada penelitian

selanjutnya perlu dimasukkan faktor-faktor atau variabel-variabel lain serta

menambah jumlah sampel penelitian. Serta untuk menghitung Manajemen Laba

menggunakan Modified Jones Model, sebenarnya masih banyak cara untuk

mendeteksi Manajemen Laba, seperti model Healy.model De Angelo, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Andika Wisnumurti, Analisis Pengaruh Corporate Goverance terhadap hubungan

Asimetris Informasi dengan praktik Manajemen Laba, Skripsi, 2010.

Aprillia Yunita Sari, Pengaruh Asimetris Informasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap

Manajemen Laba di Perusahaan Food and Beverage yang Go Public di BEI, Skripsi ,

2010.

Dwi Retno Wahyuningsih, Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan Reaksi pasar Pasar

Pengumumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta,

Universitas Diponegoro, Semarang, Skripsi, 2007.

Eva Andriani, Pengaruh Rasio Probabilitas, Rasio Solvabilitas, dan Risiko Sistematis

terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mnaufaktur yang Terdaftar di BEI,

Skripsi,2011.

Ika Kunaini, Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada

Perusahaan Manufkatur yang Terdapat di BEI, Skripsi, 2009.

Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,

Jakarta,2002.

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan ,Cetaka Pertama, Ikatan Akuntan

Indonesia, 2012

J. Supranto,M.A, Statistik, Erlangga, Jakarta,2001.

Ni Ketut Muliati, Pengaruh Asimetris Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktek

Manajemen Laba di Perusahaan Perbangkan yang ada di BEI, Tesis, 1998.

Rahmawati dkk, Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba

Pada Perusahaan Perbangkan Publik Yang Terdaftar di BEJ, Jurnal Simponsium

Nasional Akuntansi XII ,2006.

Sulistyanto Sri, Manajemen Laba, Grasindo , Jakarta, 2008.

______________,2007. Statistik Nonparametrik Aplikasi Dalam Bidang Sosial Ekonomi

Pertanian. http//www.google.co.id

Page 291: 936-1948-1-SM

284

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN ( STUDI KASUS PADA PT. PURNA

BAJA HARSCO )

Gumarang Ade Himawan

Fakultas Ekonomi/Akuntansi

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAK

PT.Purna Baja Harsco sebagai satu perusahaan joint venture antara perusahaan local (PT.Purna

Sentana Baja) dengan Harsco (Amerika) yang berada dikawasan Industri Cilegon sebagai

perusahaan jasa pendaur ulang limbah baja dari proses peleburan besi baja PT. Krakatau Steel,

tidak luput dari pengaruh dunia usaha sehingga tingkat pendapatan, rentabilitas dan net profit

margin berfluaktif.

Dari hasil analisa, Pendapatan dan Biaya PT. Purna Baja Harsco untuk tahun 2008 pendapatan

sebesar -11,02% dan biaya operasional sebesar 44,08%, tahun 2009 pendapatan sebesar 16,91% dan

biaya operasional sebesar 14,22%, tahun 2010 pendapatan sebesar 11,31% dan biaya operasional

sebesar 13,43%, tahun 2011 pendapatan sebesar -2,20% dan biaya operasional sebesar 7,53%, tahun

2012 pendapatan sebesar 0,85% dan biaya operasional sebesar 10,37%, dapat disimpulkan bahwa

pendapatan dan biaya perusahaan kecenderungan berfluaktif

Dari hasil analisa, Rentabilitas PT. Purna Baja Harsco untuk tahun 2008 sebesar 28,51%, tahun

2009 sebesar 46,89%, tahun 2010 sebesar 32,54%, tahun 2011 sebesar 18,11%, tahun 2012 sebesar

9,06%, dapat disimpulkan bahwa rentabilitas perusahaan kecenderungan fluktuatif dan menurun.

Dari hasil analisa, Net Profit Margin PT. Purna Baja Harsco untuk tahun 2008 sebesar 22,09%,

tahun 2009 sebesar 45,58%, tahun 2010 sebesar 29,67%, tahun 2011 sebesar 15,69%, tahun 2012

sebesar 7,35%, dapat disimpulkan bahwa Net Profit Margin perusahaan kecenderungan fluktuatif

dan menurun.

Atas kecenderungan menurunya rentabilitas dan net profit margin tersebut, sebaiknya perusahaan

menambah atau mengganti peralatan untuk meningkatkan pendapatan dengan menekan biaya

produksi seminimal mungkin dan mencari alternative untuk tidak bergantung pada PT. Krakatau

Steel.

Kata kunci : Pendapatan dan Biaya, Rentabilitas, Net Profit Margin,

PENDAHULUAN Dalam persaingan bisnis yang ketat, inovasi teknologi yang semakin maju dan era globalisasi

pada abad ini, memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya.

Perubahan strategi bisnis diperlukan agar perusahaan-perusahaan dapat terus bertahan. Perusahaan

tidak hanya berfokus pada aset dan finansial yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based

business), inovasi teknologi juga perlu dikembangkan.

Aset terdiri dari aset lancar dan aset tetap. Secara umum, dibutuhkan aset lancar yang teratur

dan permanen untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Begitu pula dengan aset tetap,

Page 292: 936-1948-1-SM

285

aset ini juga begitu penting bagi kegiatan produksi karena tanpa adanya peralatan, mesin, bangunan,

kendaraan dan tanah, tidak akan ada kegiatan produksi dalam industri manufaktur.

Tidak hanya aset yang berperan dalam penciptaan nilai dalam perusahaan. Finansial sebagai

sumber pendanaan perusahaan juga memiliki peran yang penting bagi kehidupan perusahaan. Dari

sudut pandang kreditor, finansial adalah jumlah pinjaman yang tertanam diperusahaan. Semakin baik

kinerja perusahaan di mata kreditor maka semakin tinggi tingkat kepercayaan kreditor untuk

meminjamkan dananya kepada perusahaan. Selain dari sudut pandang kreditor, finansial juga dapat

dilihat dari sudut pandang pemegang saham. Para pemegang saham akan menanamkan investasinya

pada perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Bagi pihak manajemen, penilaian kinerja keuangan

perusahaan akan mempengaruhi dalam penyusunan rencana perusahaan yang akan diambil untuk

masa depan demi kelangsungan hidup perusahaan

Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap

prestasi yang dapat dicapai atas tujuan perusahaan. Perusahaan yang mampu mengelola aset, dan

finansial diyakini mampu menciptakan menciptakan keunggulan bersaing dengan melakukan inovasi,

penelitian dan pengembangan yang akan bermuara terhadap peningkatan kinerja perusahaan.

Kinerja perusahaan yang baik dapat dinilai dari sejauh mana perusahaan mengelola modal

sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal

atau pemegang saham perusahaan. Dan seberapa baik atau mampu perusahaan dalam mengoptimalkan

modal untuk menghasilkan pendapatan. Kinerja pasar juga menggambarkan kinerja perusahaan yang

menunjukan keefektifan, presentasi atau keatraktifan pasar suatu produk perusahaan.

PT. Purna Baja Harsco merupakan salah satu industri Join Venture yang berada di kawasan

industri Cilegon sebagai perusahaan jasa penampung limbah yang dihasilkan oleh PT. Krakatau Steel,

belakangan ini tingkat pendapatan mengalami penurunan selama kurun waktu lima tahun terakhir.

Penurunan tingkat pendapatan perusahaan ini harus segera diatasi agar dapat kembali ditingkatkan

guna menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Penurunan pendapatan ini berdampak pada kinerja

perusahaan, sehingga tidak ada investor yang mau menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

Faktor eksternal juga bisa mempengaruhi perubahan pendapatan seperti kalah saingnya

penjualan baja di pasar dikarenakan perdagangan bebas sudah masuk di Indonesia sehingga baja dari

luar harganya lebih murah dibandingkan harga didalam negeri.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dibuatlah penelitian tentang analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi perubahan pendapatan terhadap kinerja perusahaan ( Studi kasus terhadap

PT. Purna Baja Harsco )

Identifikasi dan Pembatasan Masalah

1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dia atas, identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Perubahan pendapatan pada perusahaan dengan akibat yang dipengaruhinya.

b. Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan pendapatan itu sendiri seperti menambah atau

mengganti peralatan untuk meningkatkan pendapatan.

2. Pembatasan Masalah Dalam penyusunan skripsi ini penulis mecoba membatasi permasalahan mencakup terjadinya

perubahan pendapatan periode 2007 - 2012 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti

faktor internal dan faktor eksternal.

Rumusan Masalah Seperti yang telah di uraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah

sebagai berikut.

1. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap faktor internal?

2. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap faktor eksternal?

3. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap faktor eksternal dan faktor internal ?

Page 293: 936-1948-1-SM

286

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan pendapatan terhadap faktor internal.

b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan pendapatan terhadap faktor eksternal.

c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan pendapatan terhadap faktor eksternal

dan faktor internal.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak

diantaranya :

a. Perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi penting sebagai

bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan.

b. Penulis

Pelaksanaan penelitian dan hasilnya diharapkan berguna bagi penulis sebagai wahana

pengembangan teori, kelengkapan wawasan dan pengetahuan intelektual serta

bertambahnya pengalaman dibidang kajian ilmiah.

c. Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan perbandingan dan kajian

lebih lanjut dibidang keuangan dimasa yang akan datang.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pendapatan

Pendapatan dalam suatu kegiatan usaha dapat merupakan bagian dari perwujudan

prestasi yang dicapai sesuai dengan didirikannya perusahaan yaitu memperoleh laba. Laba

dapat diperoleh jika pendapatan lebih besar dibanding dengan biaya operasi yang

dikeluarkan. Dengan demikian pendapatan adalah salah satu faktor yang teramat penting

dalam menjalankan usaha. Tanpa adanya pendapatan, perusahaan mustahil dapat tumbuh dan

berkembang.

Mengenai pendapatan dapatlah diberikan pengertian menurut sumber sebagai berikut:

Menurut Sofyan Syafri Harahap, pendapatan didefinisikan sebagai berikut:

“suatu penghasilan akan diakui sebagai pendapatan pada periode kapan kegiatan utama

yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai”

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan lebih lanjut bahwa pendapatan

sebagai nilai pendapatan yang diterima baik dengan cara tunai maupun kredit sebagai akibat

adanya transaksi dari pihak penjual dan pembeli.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan

Pendapatan suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor-faktor

tersebut sebagai berikut:

a. Skala Produksi Yang dicapai

b. Besar kecilnya perusahaan

c. Harga

d. Tingkat Bunga

Page 294: 936-1948-1-SM

287

e. Resiko usaha

Laporan keuangan

Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan

sebagai alat komunikasi yang berkaitan erat dengan bidang akuntansi secara umum, dalam

arti kata bahwa laporan keuangan disajikan untuk semua pihak yang memiliki kebutuhan dan

kepentingan dalam suatu transaksi ekonomi. Pihak pihak yang berkepentingan tersebut

adalah pemilik, kreditur, investor, calon investor, karyawan, lembaga pemerintah, dan

masyarakat umum.

Menurut Efraim Ferdinan Giri, laporan keuangan didefinisikan sebagai berikut:

“Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur mengenai posisi keuangan dan

kinerja keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna

laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi ”

Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan

kondisi keuangan dan kinerja perusahaan yaitu neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas.

Neraca memberikan gambaran mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas para pemilik

perusahaan untuk periode tertentu. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih

dari kegiatan operasi perusahaan selam periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan

informasi dari neraca dan laporan laba rugi utnuk menggambarkan sumber penggunaan kas

selama periode tertentu dalam sejarah hidup perusahaan.

1. Tujuan Laporan Keuangan

Secara umum laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi

yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan

ekonomi.

Sedangkan berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan, laporan keuangan

disusun dengan maksud :

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahaan

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

dalam pengambilan keputusan

b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar

pemakai. Akan tetapi, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang

mungkin dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum

menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan

untuk menyediakan informasi non keuangan.

Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip

akuntansi pada umumnya, posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan lain dalam posisi

keuangan.

Para pengguna laporan keuangan memerlukan informasi yang dapat memberikan

gambaran tentang hubungan dan ketergantungan bank terhadap berbagai pihak seperti

pihak lain, pelaku pasar uang lainya dan penyimpanan.

Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep biaya perolehan dan akrual, kecuali

untuk efek-efek diperdagangkan, obligasi rekapitilasi diperdagangkan dan tersedia untuk

dijual dan tagihan.

Page 295: 936-1948-1-SM

288

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan cirri yang membuat informasi

dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pihak yang berkepentingan dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan,

karakteristik kualitatif laporan keuangan meliputi:

a. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami. Dalam hal ini, para pemakai diasumsikan

memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi

serta kemauan untuk mempelajari informasi yang dibutuhkan dengan ketekunan yang

wajar.

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam

proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi

tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai dengan membantu mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau

mengkoreksi hassil evaluasi mereka dimasa lalu.

c. Dapat Diperbandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk

mengidentifikasikan kecendrungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus

dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi

keuangan serta perubahan posisi keuangan secara relative. Untuk memenuhi kualitas

tersebut, maka pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa

lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar

periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan dijelaskan melalui arti masing-masing kata. Analisis yaitu

menguraikan suatu unit menjadi berbagai unit yang lebih kecil. Sedangkan laporan keuangan

adalah neraca, laporan laba, arus kas, dan dana. Dengan menggabungkan dua pengertian ini,

maka analis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan mejadi unit

informas yang lebih kecil dan melihat hubungannya bersifat signifikan atau mempunyai

makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif

dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam

proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Ada dua metode analisis yang dapat digunakan yaitu:

1. Analisis Horizontal

Analisis horizontal yaitu analsis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan

untuk beberapa periode sehinggga dapat diketahui perkembangannya.

2. Analisis Vertical

Analisis Vertical dilakukan apabila laporan keuangan yang dianalsis hanya meliputi satu

periode, yaitu dengan cara membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya

dalam laporan keuangan tersebut sehuingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau

hasil operasi pada periode itu saja.

Page 296: 936-1948-1-SM

289

Metode analisis horizontal adalah metode analsis yang dilakukan dengan cara

membadingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode) sehingga dapat diketahui

perkembangan dan kecenderungannya. Disebut analisis horizontal karena anlisis ini

membandingkan pos yang sama untuk periode berbeda. Teknik analsis yang termasuk pada

metode ini antara lain analsis perbandingan analis trend (index), analisis sumber dan

penggunaan dana.

Metode anasisli vertical adalah metode analiss yang dilakukan denga cara

menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan

antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun

(periode) yang sama. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain

analsis prosentase per komponen (Common Size), analisis rasio dan analisis impas.

Kondisi Keuangan Perusahaan

Hasil akhir dari analisa laporan keuangan yaitu mengetahui bagaimana kondisi keuangan

suatu perusahaan. Secara umum kondisi keuangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu

apakah perusahaan dalam kondisi yang baik dimana perusahaan akan terus beroprasi dan

mempertahankan kelangsungan aktivitasnya (going concern) atau perusahaan dalam kondisi

yang tidak sehat (sedang menuju kebangkrutan).

Asumsi going concern

Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern

maka suatu entitas dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka

panjang atau tidak akan diliquidasi dalam jangka pendek.

Suatu entitas dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan

operasinya dan memenuhi kewajibanya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan

memenuhi kewajibanya dengan menjual asset dalam jumlah besar, perbaikan operasi yang

dipaksakan dari luar, merestrukturasi hutang, atau dengan kegiatan serupa lain, hal demikian

akan menimbulkan keruguan besar terhadap going concern perusahaan.

Rasio Keuangan

Sasaran utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang prestasi perusahaan yang

disajikan melalui pengukuran laba dan komponennya. Laba perusahaan diperlukan untuk

kepentingan kelangsungan hidup perusahaan dan ketidakmampuan perusahaan dalam

mendapatkan laba akan menyebabkan tersingkirnya perusahaan dari perekonomian. Untuk

memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional

ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Sumber daya perusahaan

tercantum di dalam neraca. Hubungan antara unsur-unsur yang membentuk neraca dapat

ditunjukkan oleh rasio keuangan.

Selain menilai kondisi kinerja perusahaan dengan melakukan analisis rasio keuangan

serta pengolahan yang baik, maka ada satu alat pengukur untuk mengetahui profitabilitas

perusahaan serta nilai perusahaan dimata pemegang saham, berapa besar perusahaan

memberikan keuntungan dalam bentuk deviden kepada pemegang saham. Pengukuran

profitabilitas perusahaan diukur dari kinerja perusahaan dalam satu periode waktu.

Profitabilitas ini diukur oleh satu alat yang sudah digunakan secara universal, yakni Return

On Investemnt (ROI).

ROI mengaitkan pendapatan dengan modal modal yang ditanam (Total Asset). ROI

memberikan standard untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dalam hal ini efisiensi dari

perusahaan dalam mengelola setiap rupiah yang ditanamkan dalam aset perusahaan dananya

dari pemilik saham atau dari kreditur.

Page 297: 936-1948-1-SM

290

Perhitungan ROI diukur dengan menggunakan rumus:

Laba Operasi

ROI = ------------------ x 100% = …. %

Jumlah harta yang tertanam

Dalam perusahaan

Penilaian ini masih kurang komprehensif, karena hanya memberikan nilai keuntungan yang

dapat dicapai oleh perusahaan dari total assetnya. Masalahnya kita ingin mengetahui tiap

rupiah yang ditanamkan dalam perusahaan, berapa keuntungan yang dicapai, selain itu kita

juga menginginkan penjelasan mengenai apa saja yang terkait didalamnya.

Dalam rasio diatas, kita tidak mengetahui bagaimana perputaran aset dan profitabilitas

yang dapat dihasilkan atas aset itu. Penanaman dana yang berlebihan pada aset yang tidak

sebanding dengan peningkatan laba merupakan pemborosan dana.

Rasio diatas mengkombinasikan laporan Laba Rugi dan neraca kedalam suatu ukuran

guna pengukuran kinerja perusahaan. Rasio Laba Penjualan menggambarkan profitabilitas

perusahaan atau efisiensi operasi yang lebih jauh lagi menggambarkan berapa rupiah

keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Sebaliknya Perputaran harta

menggambarkan bagaimana perusahaan mengelola asetnya dalam menghasilkan penjualan.

Faktor internal dan eksternal

Faktor internal adalah faktor yang terjadi didalam perusahaan seperti kurangnya

kendaraan, kurangnya orang dilapangan, kurang baiknya manajemen di perusahaan.

Faktor eksternal adalah faktor yang terjadi diluar perusahaan sehingga bisa

menyebabkan konflik didalam perusahaan, seperti adanya persaingan globalisasi sehingga

menyebabkan harga dan kualitas dalam negeri tidak bisa bersaing dengan produk dari luar

sehingga barang dalam negeri tidak bisa terkendalikan karena kalah saing dengan produk

dari luar dengan kualitas dan harga yang jauh lebih murah dibandingkan produk dalam

negeri.

Page 298: 936-1948-1-SM

291

Optimalisasi Produksi

Optimalisasi merupakan pendekatan alternatif dengan mengidentifikasi penyelesaian

terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu

fungsi tujuan. Secara umum, optimalisasi merupakan pencapaian suatu keadaan yang terbaik.

Apabila dikaitkan dengan produksi, maka pengertian optimalisasi produksi berarti pencapaian

suatu keadaan terbaik dalam kegiatan produksi. Optimalisasi produksi diperlukan oleh

perusahaan dalam rangka mengoptimalkan sumber daya yang digunakan agar suatu produksi

dapat menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang diharapkan sehingga

perusahaan dapat mencapai tujuan. Optimalisasi produksi juga bisa diartikan sebagai

penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Faktor-faktor produksi

tersebut adalah modal, mesin, peralatan, bahan baku utama, bahan baku penolong, dan tenaga

kerja.

Optimalisasi yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuanya yaitu memperoleh

keuuntungan maksimum, dapat ditempuh melalui dua cara yaitu:

1. Maksimisasi, yaitu optimalisasi produksi dengan menggunakan atau mengalokasikan

masukan ( biaya ) yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuuntungan maksimum.

2. Minimisasi, yaitu optimalisasi produksi untuk menghasilkan tingkat output tertentu

dengan menggunakan masukan ( biaya ) yang paling minimal.

Kerangka pikir penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan PT. Purna Baja

Harsco. Untuk mendapatkan data keuangan tahun 2007 - 2012 (laba/rugi). Kerangka pikir

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 299: 936-1948-1-SM

292

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Tempat : PT. Purna Baja Harsco, yang berlokasi di Jl N2, Cigading, kawasan PT

Krakatau Steel Cilegon, Banten.

2. Waktu

Waktu : bulan april 2012 sampai dengan selesai.

Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan data

kuantitatif. Berikut sumber data tersebut yaitu :

a. Data kualitatif

Secara kualitatif, maksudnya yaitu informasi yang dikumpulkan dari suatu penelitian

yang tidak dapat di uji dengan variabel, seperti : sejarah perusahaan, struktur

organisasi perusahaan, dengan wewenang dan tanggung jawab, serta visi dan misi

perusahaan.

b. Data kuantitatif

Secara kuantitatif, maksudnya informasi dari suatu penelitian adalah berupa data-data

keuangan perusahaan, seperti laporan keuangan, rasio keuangan.

2. Sumber data

Penelitian ini menggunakan data sekunder (data penelitian yag diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara atau data tersebut sebelumnya telah diperoleh dan

dicatat, oleh pihak lain). Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data laporan keuangan

b. Refrensi buku

c. Jurnal-jurnal ekonomi sebagai gambaran penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Riset keperpustakaan

Pengumpulan data melalui riset keperpustakaan dilakukan dengan cara membaca buku-

buku literature yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

2. Riset Lapangan

Riset ini dilakukan untuk memperoleh data yang menyangkut dengan penelitian yang

dilakukan, penelitian dilakukan di PT. Purna Baja Harsco dengan mengambil data yang

diperlukan.

3. Wawancara

Melakukan wawancara pada personalia yang banyak kaitannya dengan pemenuhan

kebutuhan data penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini diperlukan data yang

mendukung penelitian. Dalam menganalisa data tersebut penulis menggunakan beberapa

metode yaitu:

Page 300: 936-1948-1-SM

293

1. Deskriptif Kuantitatif

Metode deskriptif kuantitatif adalah metode analisa yang menggunakan perhitungan-

perhitungan dan metode-metode penerapan yang bisa dinilai dengan satuan tertentu

sehingga hubungan antara suatu variable dengan variable lainya dapat dinilai

berdasarkan kuantitasnya. Tujuanya adalah agar pembaca dapat memahami permasalahan

dan mengintepretasikan dengan akurat. Analisa kuantitatif dilakukan dengan perhitungan

rasio-rasio yang dibandingkan selama 5 tahun.

2. Metode DuPont

Metode DuPont sudah dikenal sebagai pengusaha sukses. Dalam bisnisnya ia memiliki

cara sendiri dalam menganalisis laporan keuanganya.caranya sebenarnya hampir sama

dengan analisis laporan keuangan biasa, namun pendekatanya lebih integrative dan

menggunakan komposisi laporan keuangan sebagai elemen analisisnya

Definisi Operasional Variabel

Variable adalah suatu objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti

dengan tujuan untuk memperoleh informasi agar bisa ditarik suatu kesimpulan. Variable-

variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan

perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen

dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data

keuangan perusahaan.

2. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan seperti

kurangnya kendaraan pada saat dibutuhkan atau kendaraan tersebut sudah tidak layak

jalan sehingga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

3. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi kinerja keuagan dari luar perusahaan,

seperti di jaman perdagangan bebas ini Krakatau Steel sudah tidak mampu lagi

memproduksi baja sendiri dikarenakan kalah saing harga, harga baja dari luar lebih murah

dari Krakatau Steel namun kualitas hampir sama sehingga Krakatau Steel harus membeli

baja dari luar negeri otomatis ini berdampak untuk perusahaan Purna Baja Harsco, limbah

yang yang dihasilkan oleh Krakatau Steel tidak lah sebanyak memproduksi sendiri

sehingga mempengaruhi kinerja keuangan dilihat dari sisi factor eksternal.

4. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya,

kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan

kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima

setelah dikurangi pengeluaran.

Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk

dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga

pertumbuhan keuntungan, dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik

melalui saham untuk menarik investor.

Page 301: 936-1948-1-SM

294

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Perusahaan

Pada awalnya PT. Krakatau Steel dalam upaya pengadaan bahan berupa Scrap dan

pembersihan sisa-sisa hasil produksinya yang berupa limbah baja itu dikelola oleh

perusahaan itu sendiri, namun karena dalam pengelolaannya dirasakan mengalami kendala-

kendala atau kesulitan-kesulitan, maka pada tanggal 12 agustus 1983 PT. Krakatau Steel

mendirikan PT. Purna Baja Heckett yang mengkhususkan bergerak pada bidang pengelolaan

dan pembuangan limbah baja tersebut. Yang kemudian diresmikan oleh Presiden Republik

Indonesia yaitu Bapak Soeharto pada tanggal 02 Nopember 1983 dimana perusahaan itu

kepemimpinannya dijabat oleh Bapak Soejoto Sadino dari Indonesia dan kantor pusatnya

berkedudukan di Amerika.

Perusahaan ini merupakan joint venture antara dua negara yaitu antara Negara

Indonesia yaitu PT. Purna Sentana Baja (PT. PSB) yang bertempat di Cilegon dengan Harsco

Corporation Amerika Serikat (Harsco). Perusahaan Amerika yaitu Harsco Corporation

memegang sahm sebesar 40% dan perusahaan Indonesia yaitu PT. Purna Sentana Baja

memegang saham sebesar 60%. PT. Purna Sentana Baja adalah perusahaan yang bergerak

dalam bidang perdagangan dan Service yang merupakan badan usaha dari Yayasan Dana

Pensiun PT. Kraktau Steel.. Sedangkan Harsco adalah sebuah perusahaan Internasional yang

bergerak di berbagai bidang yang berpusat di Butler, Pensylvania USA.

Bidang usaha terbesar dari Harsco adalah pelayanan di bidang peleburan baja melalui

anak perusahaannya yakni Hecket Multiserv. Hecket Multiserv beroperasi di 30 negara yang

meliputi 120 lokasi dan merupakan perusahaan terbesar yang beroperasi dalam pelayanan

pabrik peleburan baja di seluruh dunia.

PT. Purna Baja Heckett bekerja berdasarkan Kontrak perjanjian Kerja dengan PT.

Krakatau Steel. Adapun Tujuan didirikannya PT. Purna Baja Heckett ini untuk membantu

PT. Krakatau Steel dalam pengelolaan limbah baja khususnya pada masalah pembersihan

sisa-sisa hasil produksi dan pengadaan bahan scrap yang telah terbuang, yaitu dengan cara

mengambil sisa-sisa hasil produksi dari PT. Krakatau Steel yang berupa Slag, Tundish dan

Scrap yang sudah tidak terpakai lagi, yang kemudian bahan-bahan tersebut diproses oleh PT.

Purna Baja Heckett menjadi produk yang menjadi bahan baku tambahan yang dapat

dipergunakan lagi oleh PT. Krakatau Steel dalam membantu proses produksinya.

Sedangkan lingkup kegiatan PT. Purna Baja Heckett adalah merupakan perusahaan yang

bergerak dalam pengelolaan limbah baja yang berasal dari PT. Krakatau Steel dan kemudian

diolah melalui beberapa aktivitas pemerosesan sehingga menghasilkan produk bahan baku

PT. Krakatau Steel.

Hasil pemerosesan bahan-bahan limbah tersebut menjadi beberapa jenis barang

produksi diantaranya Scrap yang berupa scull yang berasal dari limbah besi, Scullpit yang

berupa limbah baja, sedangkan Tundish berupa balokan besi serta Slag yang berupa batuan

kecil (berupa batu split) yang dapat digunakan untuk pengerasan pada jalan raya, pengurugan

rawa-rawa dan masih banyak lagi kegunaan-kegunaan lainnya

PERUBAHAN NAMA :

HARSCO adalah perusahaan dunia yang bergerak dibeberapa bidang. HECKETT

adalah anak perusahaan HARSCO yg bergerak dalam bidang MILL SERVICE (perawatan

pabrik peleburan baja). PT. PURNA BAJA HECKETT dengan komposisi saham mayoritas

dipegang oleh YAYASAN DANA PENSIUN PT. KRAKATAU STEEL Indonesia dan

minoritas dipegang HARSCO Amerika, untuk tujuan komersial, PT.PURNA BAJA

HECKETT dirubah kepada induk HECKETT menjadi PT.PURNA BAJA HARSCO.

Komersial yang dituju adalah salah satunya pabrik baja KRAKATAU-POSCO yang akan

Page 302: 936-1948-1-SM

295

segera dibangun pada saat itu, untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian selama

ini. Nama baru tersebut secara resmi diberlakukan pada tanggal 1 Mei 2013.

Visi dan Misi Perusahaan

Visi : Memberi Nilai Tambah

Misi : Memberikan pelayanan secara professional dan aman kepada pelanggan, serta

menghasilkan produk ramah lingkungan dengan mematuhi peraturan dan standar

Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT. Purna Baja Harsco merupakan struktur yang membentuk garis

dan staff dasar dari bentuk organisasi ini adalah organisasi yang dilengkapi dengan hubungan

vertikal dan hubungan horizontal. Hubungan vertikal yaitu hubungan wewenang yang

mengalir dari atas ke bawah, selanjutnya membentuk garis dari tingkat yang paling atas

sampai tingkatan yang paling bawah dalam struktur organisainya, sedangkan hubungan

horizontal yaitu hubung mendatar yang bersifat penyelenggaraan bantuan bagi unsure

pimpinan yang disebut staff.

PT. Purna Baja Harsco mempunyai 139 orang karyawan yang dibagi dalam 3 (tiga )

departemen yaitu :

1. Departemen Keuangan dan Administrasi.

2. Departemen Operasi.

3. Departemen Komersial.

Page 303: 936-1948-1-SM

296

Masing-masing departemen dipimpin oleh seorang Manager Departemen, dan setiap

Manager Departemen bertanggung jawab pada Presiden Direktur.

1. Manager Keuangan dan Administrasi

membawahi antara lain :

a. Akuntansi

b. Keuangan

c. IT

2. Manager Operasi membawahi antara lain :

a. Operasi

b. Perawatan pabrik dan alat

c. Keteknikan

3. Manager Komersial membawahi antara

lain :

a. Pengembangan SDM

b. Pemasaran dan pengadaan barang

Tugas Pokok Masing-Masing Departemen :

1. Departemen Keuangan dan Adminsitrasi

Tugas utama departemen ini adalah mengurusi semua masalah administrasi, personalia

serta semua urusan keuangan.

2. Departemen Operasi

Departemen ini bertanggung jawab terhadap tugas-tugas operasional sebagai berikut :

a. Melaksanakan tugas pelayanan sehari-

hari terhadap PT. Krakatau Steel.

b. Mengoperasikan semua peralatan

untuk mendukung pelayan maupun

tugas produksi.

c. Melakukan pemerosesan Limbah PT.

Krakatau Steel sesuai ruang lingkup

pekerjaan diatas.

3. Departemen komersial

Departemen ini mempunyai tugas pokok sebagai berikut :

a. Melakukan pengembangan sumber

daya manusia di perusahaan.

b. Memasarkan barang sesuai

kebutuhan yang ada pada PT.

Krakatau Stell atau pada yang

membutuhkanya.

c. Menyediakan barang dan jasa sesuai

dengan kebutuhan.

Ruang Lingkup Pekerjaan

Kegiatan Operasi PT. Purna Baja Harsco yang dilakukan dalam pengolahan limbah

dari proses peleburan PT. Krakatau Steel menggunakan alat yang spesifik antara lain adalah :

Page 304: 936-1948-1-SM

297

1. Wheel Loader

berfungsi untuk memuat bahan material sisa-sisa proses peleburan yang akan diolah

kembali di area PT.Purna Baja Heckett.

2. Slag Pot Carrier (Kress)

Berfungsi untuk mengangkut slag pot dari dapur peleburan ke area pemrosesan slag di

site PT.Purna Baja Heckett.

3. Ladle Wrecker

Berfungsi untuk membantu proses desculling yaitu membersihkan di dalam ladle.

4. Excavator

Berfungsi untuk membantu proses Scrap Recovery material sisa peleburan dan memuat

ke Dump Truck dalam kegiatan Scrap Handling.

5. Processing Plant

Berfungsi untuk memproses slag dari slag fresh (bongkahan) menjadi beberapa ukuran

(size distribusi) serta menaikkan kandungan metal (recovery proses).

6. Cutting Equipment

Berfungsi untuk memotong material (Tundish, Skull, Hob) menjadi ukuran yang sesuai

dengan yang diinginkan dan siap dikirimkan ke dapur peleburan.

7. Lowbed

Berfungsi untuk mengankut material (Spill, Skull atau Tundish) yang belum diproses dari

pabrik peleburan ke area site PT.Purna Baja Heckett.

8. Grader

Berfungsi untuk merawat dan merapikan jalan diarea operasi sekitar PT.Purna Baja

Heckett

9. Magnetic Crane

Berfungsi untuk mengolah Spill atau Skull dengan cara mengangkat dan menumbukkan

bola besi keatas material tersebut.

10. Dump Trailer

Berfungsi untuk mengangkut Scrap Recovery dan Scrap Import dari area penumpukan ke

dapur peleburan PT.Karakatau Steel.

11. Dump Truck

Walau sama-sama sebagai alat angkut namun Dump Truck berbeda dengan Dump Trailer

dilihat dari segi pisiknya, Dump Truck antara kepala dan ekor tidak terpisahkan,

sedangkan Dump Trailer antara kepala dan ekor terpisah.

Berfungsi untuk alat angkut dalam proses slag, scrap recovery dan angkutan scrap pada

kegiatan scrap handling.

12. Tangki Penyiraman

Berfungsi untuk melakukan penyiraman secara rutin jalan-jalan di lingkungan operasi

PT.Purna Baja Heckett untuk mengurangi emisi debu.

Sedangkan kaitannya dengan pelayanan terhadap PT. Krakatau Steel adalah sebagai

berikut :

1. Slag Handling

2. Slag Processing

3. Scrap Recovery

4. Scrap Handling

5. Ladle Deskulling

Page 305: 936-1948-1-SM

298

Penjelasan secara garis besar pekerjaan-pekerjaan diatas yaitu :

1. Slag Handling

Slag adalah salah satu limbah peleburan baja, yang sering disebut juga kerak baja.

Didalam proses peleburan baja, kotoran-kotoran yang terkumpul dibagian atas tungku

peleburan dapur

PT. Krakatau Steel, kemudian dialirkan ketempat penampungan yang berada dibawah

tungku peleburan. Tempat penampungan slag tersebut dinamakan Slag Pot. Slag yang

ditampung didalam slag pot tersebut masih berupa cairan slag panas dengan temperatur

kira-kira 600 C. Pekerjaan slag handling yang dilakukan olh PT. Purna Baja Harsco

adalah mengangkut slag cair tersebut dari pabrik peleburan ketempat areal pembuangan

yang berlokasi di PT. Purna Baja Harsco. Pengankutan ini dilakukan dengan alat transport

khusus yang dinamakan Slag Pot Carrier.

2. Slag Processing

Slag Processing adalah kegiatan memproses Slag cair setelah dituang dan didinginkan

Kegiatan ini dilakukan pada fasilistas Metal Recovery Plant. Tujuan dari kegiatan ini

adalah memisahkan antara bahan-bahan yang masih mengandung besi (disebut Scrap).

Scrap yang telah diproses dan dipisahkan tadi dikirim ke PT. Krakatau Steel sebagai

bahan baku besi.

Sedangkan Slag (berbentuk menyerupai batu split) yang sudah tidak mengandung besi

dapat dijual keluar PT. Krakatau Steel untuk dimanfa‟atkan sebagai bahan pembuat jalan,

pengurugan pantai, tempat parkir dan lain sebagainya.

3. Scrap Recovery

Scrap Recovery adalah proses yang dilakukan terhadap material limbah padat ex

proses peleburan (Spill, Skull, Hob, Tundish) untuk menaikan kandungan metal material

tersebut. Proses recovery dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Magnetic Balling Crane

b. Lancing System

Pada system Balling (penumbukan) material diproses menggunakan alat Magnetic

Crane yaitu dengan menjatuhkan / menumbukan bola besi (10 – 15 ton) ke atas material

yang diproses sehingga diharapkan kotoran akan terpisah dari material tersebut dan

menghasilkan produk dengan kandungan metal yang tinggi (80 – 90%) untuk dapat

dikirim kembali ke dapur peleburan.

Sedang lancing system, material diproses menggunakan Cutting Equipment yaitu alat

potong dengan memakai oksigen bertekanan tinggi. Sistem ini digunakan untuk

memproses material dengan kandungan metal yang tinggi (Tundish) sehingga hanya

memerlukan proses pengecilan ukuran. Material dipotong dengan ukuran maksimum 100

cm kemudian diangkut ke area pabrik peleburan sebagai salah satu bahan baku dapur

peleburan. Jadi pada dasarnya jenis pengelolaan limbah PT. Krakatau Steel yang dikelola

oleh PT. Purna baja Harsco adalah pengumpulan, penumpukan dan penyimpanan

sementara. Jenis dan spesifikasi bahan yang diolah PT.Purna Baja Heckett yaitu :

a. Spill

Baja cair yang tercecer ke lantai kerja (casting bay) pada proses peleburan, system

pengolahan dengan sizing Magnet balling dan lancing.

b. Skull

Page 306: 936-1948-1-SM

299

Baja yang melekat pada dinding dan pada bibir ladle, system pengolahan dengan

sizing Magnet balling dan lancing.

c. Hob

Sisa baja dari Ladle yang ditampung dalam Pot, system pengolahan dengan sizing

Magnet balling dan lancing.

d. Tundish

Sisa baja yang terperangkap dan menempel pada saat proses casting, system

pengolahan dengan sizing Magnet balling dan lancing.

4. Scrap Handling

Scrap handling adalah aktivitas penataan, penyimpanan serta pengangkutan Scrap dari

area PT. Purna Baja Harsco ke Scrap Yard pabrik PT. Krakatau Steel. Scrap yang

diangkut adalah besi scrap yang berasal dari luar negeri (imported scrap). Scrap tersebut

merupakan sebagian bahan baku pembuatan baja, sedangkan bagian terbesar bahan baku

adalah besi sponge yang diolah oleh PT. Krakatau Steel sendiri.

5. Ladle Deskulling Ladle adalah tempat menampung baja cair dari tungku peleburan untuk dibawa ke

tempat pencetakan baja. Sedangkan Ladle deskulling adalah pekerjaan pembersihan ladle

dari sisa-sisa baja yang menempel pada dasar dinding ataupun bibir ladle. Pekerjaan ini

dilakukan pada sa‟at ladle dalam kondisi panas maupun kondisi dingin.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu

periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan. Laporan

keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan.

Untuk dapat menilai kondisi dan prestasi suatu perusahaan, penganalisa keuangan

memerlukan beberapa tolak ukur yang biasa digunakan. Alat tolak ukur tersebut yang biasa

digunakan adalah analisa rasio, yang menghubungkan dua data keuangan yang dapat

memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan serta prestasi perusahaan.

Perusahaan PT. Purna Baja Harsco menyediakan laporan yang merupakan hasil dari

proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak yang

berkepentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan, yang disajikan dalam

neraca dan laporan laba rugi.

Neraca adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada

suatu periode akuntansi yang menunjukan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode.

Neraca terdiri dari tiga unsur yaitu aktiva, kewajiban, dan modal.

Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang

dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan

beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba atau rugi bersih.

Page 307: 936-1948-1-SM

300

Tabel 5.1 Perkembangan Pendapatan Dan Biaya PT. Purna Baja Harsco Periode 2008 –

2012

Sumber DataRugi Laba PT. Purna Baja Harsco Periode 2008 s/d 2012, Dalam Rupiah

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat dikatakan bahwa selama tahun 2009 pertumbuhan

pendapatan sebesar 3,26% sedangkan biaya operasional sebesar 2.52% dibanding tahun 2008,

tahun 2010 pertumbuhan pendapatan sebesar 2,47% sedangkan biaya operasional sebesar

2.73% dibandingkan tahun 2009, tahun 2011 mengalami penurunan pendapatan sebesar –

0,47% sedangkan biaya operasional mengalami kenaikan sebesar 1.67% dibanding tahun

2010.

Pada tahun 2012 mengalami kenaikan pendapatan sebesar 0.18% sedangkan biaya

operasionalnya terus naik sebesar 2,55% dibanding tahun 2011.

Pada tahun 2009 pendapatan PT. Purna Baja Harsco mengalami kenaikan

dibandingkan ditahun 2008 yang menyebabkan pendapatan meningkat 3,26% dikarenakan

PT. Krakatau Steel memproduksi baja lumayan banyak sehingga limbahnya juga lumayan

banyak, ditahun 2009 dan 2010 pendapatan mengalami kenaikan dikarenakan PT. Krakatau

Steel produksinya stabil sehingga pendapatan masih merangkak naik, ditahun 2011

pendapatan sedikit menurun -0,47% dikarenakan sudah dimulainya perdagangan bebas di

ASEAN sehingga banyak baja dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dalam negeri,

dan juga harga jual yang tidak stabil sehingga menyebabkan PT. Krakatau Steel menjual baja

mejadi tidak menentu sehingga produksi PT. Krakatau Steel mulai dikurangin sehingga

limbah yang di terima oleh PT. Purna Baja Harsco mengalami penurunan, di tahun 2012

pendapatan mulai kembali naik 0,18% sedangkan biaya operasional tiap tahun mengalami

kenaikan.

Analisa Metode Deskriptif Kuantitatif, Metode Optimalisasi dan Metode DuPont.

1. Deskriptif Kuantitatif

Metode deskriptif kuantitatif adalah metode analisa yang menggunakan perhitungan-

perhitungan dan metode-metode penerapan yang bisa dinilai dengan satuan tertentu

Page 308: 936-1948-1-SM

301

sehingga hubungan antara suatu variable dengan variable lainya dapat dinilai

berdasarkan kuantitasnya.

2. Optimalisasi

Optimalisasi dapat diartikan sebagai menjalankan bisnis untuk memaksimalkan

keuntungan dan efisiensi serta meminimalkan kerugian, biaya atau resiko. Keinginan

untuk memecahkan masalah dalam model optimalisasi secara umum dapat digunakan

pada hampir semua bidang aplikasi.

Model optimalisasi telah pada masa sekarang ini menjadi sangat mencolok jika ingin

mengembangkan bisnis menjadi sangat besar dan rumit. Para insinyur pun menjadi makin

ambisius. Dalam banyak keadaan, tidak lagi mungkin untuk membuat keputusan tanpa

model optimalisasi.

Untuk model yang besar, dengan segala kerumitan yang ada, akan sedikit bermasalah

jika tidak dapat diselesaikan, persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk

membuat suatu nilai fugsi beberapa variable menjadi maksimum atau minimum dengan

memperhatikan pembatasan-pemabatasan yang ada. Biasanya pembatasan-pembatasan

tersebut meliputi tenaga kerja, uang dan material yang merupakan input serta waktu dan

ruang.

Saat ini, ada banyak masalah optimalisasi dimana tidak terdapat metode yang pasti atau

metode komputerisasi deterministic terlalu rumit untuk diterapkan.

3. Du Pont

Du Pont merupakan analisi yang mencakup rasio aktivitas dan margin keuntungan atas

penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Dari analisis ini juga

dapat diketahui efisiensi atas penggunaan aktiva perusahaan.

Yang dapat di uraikan dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROI (Rate of

Return on Investment) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang

diperoleh perusahaan dengan besarnya total aktiva perusahaan.

Analisis ini biasanya digunakan oleh perusahaan perusahaan besar. Diharapkan

melalui Du Pont, perusahaan dapat menilai kinerja keuangan, departemen perusahaan.

a. Keunggulan dan kelemahan analisis Du Pont.

Adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain :

1) Sebagai salah satu teknis analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen

bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aktiva.

2) Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing masing produk yang

dihasilkan oleh perusahaan sehingga diketahui produk mana yang potensial.

3) Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan yang lebih

integrative dan menggunakan laporan keungan sebagai elemen analisisnya.

Kelemahan dari analisis Du Pont antara lain :

1) ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROI perusahaan lain yang sejenis,

karena adanya perbedaan praktek akuntansi yang digunakan.

2) Dengan menggunakan ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan

perbandingan antara 2 perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang

memuaskan.

Pada tahun 2009 kenaikan rentabilitas sebesar 18.38% dibanding tahun 2008 ini

disebabkan karna harga masih stabil dan tingkat produksi Krakatau Steel masih banyak,

tahun 2010 mengalami penurunan yang tajam sebesar 14.35% dibandingkan tahun 2009

Page 309: 936-1948-1-SM

302

disebabkan karena pemasukan laba operasi lebih sedikit dibandingkan total aset yang

bertambah dan perawatan untuk kendaraan dilakukan sehingga memakan biaya yang

lumayan banyak, tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 14.43% dibanding tahun 2010 ini

disebabkan sudah mulainya perdagangan bebas di Indonesia sehingga pendapatanya pun

menurun sementara perawatan untuk kendaraan trus dilakukan dan di cek secara berkala

karena sudah harus diremajakan tetapi belum ada dana yang mencukupi untuk membeli

kendaraan, Pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 9.05% dibanding tahun 2011 ini

juga disebabkan harga yang sudah tidak stabil dan order pun berkurang sehingga mengalami

penurunan yang tajam. Dengan adanya rentabilitas perusahaan maka bisa diukur tingkat

kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan dari penjualan, apabila faktor ini

melemah maka akan memberikan indikator yang paling dominan terhadap kebangkrutan

perusahaan, karena berjalannya suatu perusahaan bergantung pada laba yang diperoleh oleh

perusahaan.

Tabel 5.3 Perhitungan Net Profit Margin PT. Purna Baja Harsco

Sumber Data : Rugi Laba PT. Purna Baja Harsco Periode 2008 s/d 2012

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2008 persentase

keuntungan bersih sebesar 22,09%, pada tahun 2009 persentase keuntungan sebesar 45,58%

dengan begitu pada tahun 2009 mengalami kenaikan net profit margin sebesar 23.49%,

kenaikan net profit margin tersebut disebabkan karena penjualan yang masih relative stabil,

dan harga pun masih stabil sehingga net profit margin atau keuntungan bersih , di tahun 2010

persentase keuntungan sebesar 29,67% pada tahun 2009 persentase keuntungan sebesar

45.58% dengan begitu pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 15.91% dibandingkan

tahun 2009 hal ini disebabkan laba operasi yang menurun dibandingkan pendapatan yang

mengalami kenaikan, tahun 2011 persentase keuntungan yang didapat sebesar 15,69% pada

tahun 2010 persentase keuntungan sebesar 29,67% dengan begitu mengalami penurunan

sebesar 13.98% dibanding tahun 2010 hal ini disebabkan laba operasi dan pendapatan yang

berkurang karena adanya perdagangan bebas di indonesia, Pada tahun 2012 persentase

keuntungan sebesar 7,35% pada tahun 2011 persentase keuntungan sebesar 15,69% dengan

begitu mengalami penurunan sebesar 8.34% dibanding tahun 2011. Hal ini disebabkan

Page 310: 936-1948-1-SM

303

karena adanya perdagangan bebas yang menyebabkan terjadinya penurunan laba operasi

selama 2 tahun.

Beberapa Faktor Penyebab Perubahan Pendapatan dan Biaya Perusahaan

Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan pendapatan yang dialami

PT. Purna Baja Harsco selama ini sebagai berikut:

1. Faktor Internal

a. Penjualan/pendapatan

Perusahaan bergantung pada pertumbuhan kegiatan PT. Krakatau Steel. Selama

kondisi perekonomian mengalami penurunan, menyebabkan melesunya kegiatan

operasional PT. Krakatau Steel yang ditandai dengan berkurangnya Order selama

kurun waktu 2 tahun terahir ini pada PT. Purna Baja Harsco, sehingga menyebabkan

pula penjualan perusahaan ikut mengalami perubahan yang menurun. Seharusnya

perusahaan mencari alternative lain jangan tergantung dari PT. Krakatau Steel

sehingga apabila perusahaan tersebut mengalami penurunan produksi PT. Purna Baja

Harsco masih bisa stabil pendapatanya, apabila PT. Purna Baja Harsco ini masih

tergantung pada PT. Krakatau Steel seandainya terjadi kebangkrutan maka PT. Purna

Baja Harsco pun ikut bangkrut.

b. Biaya Produksi Tinggi

Efisiensi dan peningkatan produktifitas yang diperbaiki dan dapat diraih belum

mampu mengatasi tingginya kenaikan biaya suku cadang (dampak depresiasi rupiah

yang berkelanjutan), kenaikan harga bahan bakar dan energi telah mendorong

kenaikan harga bahan-bahan pembantu lainnya dan dilanjutkan juga dengan

peningkatan upah minimum regional (UMR) yang cukup tinggi. Kondisi peralatan

yang semangkin menuntut perawatan yang lebih intensif, sementara rencana

peremajaan belum memungkinkan direalisasi sejak lima tahun terakhir berhubung

usaha saat ini masih belum dapat memberikan prospek pertimbangan investasi yang

dapat dipertanggung jawabkan sehingga peralatan yang ada saat ini sudah tidak

bekerja dengan maksimal karena banyak yang harus diperbaiki.

c. Kendaraan

Kendaraan di PT. Purna Baja Harsco berumur lebih dari 5 tahun, ini menyebabkan

terhambatnya pekerjaan dikarenakan perlu dilakukanya perawatan berkala yang bisa

memakan waktu yang lama dan biaya yang besar belum lagi kendaraan yang tidak

bisa diperbaiki, seharusnya PT. Purna Baja Harsco melakukan peremajaan agar

pekerjaan tersebut bisa maksimal dan juga meningkatkan pendapatan.

d. Manajemen perusahaan.

Dengan menurunya pendapatan 2 tahun belakanga ini seharusnya perusahaan mencari

alternative yang bisa menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan, apabila

perusahaan mengalami kebangkrutan banyak karyawan yang di PHK dan belum tentu

karyawan di yang di PHK tersebut bisa mendapatkan pekerjaan kembali karna

dijaman sekarang tidak mudah untuk mencari pekerjaan bagi yang sudah berumur

lebih dari 30 tahun, apabila manajemen tidak punya alternative lain maka perusahaan

PT. Purna Baja Harsco akan mengalami kebangkrutan, banyak karyawan yang di

PHK dan juga pengangguran akan bertambah.

Page 311: 936-1948-1-SM

304

Faktor Eksternal

a. Seiring dengan adanya perdagangan bebas di indonesia yang menyebabkan masuknya

baja dari luar ke Indonesia yang kualitasnya sama bagusnya dari baja Krakatau Steel dan

harganya pun lebih murah maka Krakatau Steel kalah saing dari baja luar sehingga

Krakatau Steel pun terpaksa membeli baja dari luar sehingga produksinya dibatasi, hal ini

menyebabkan menurunya pendapatan PT. Purna Baja Harsco yang mendapatkan limbah

sedikit dari Krakatau Steel yang membeli baja yang sudah jadi.

b. UMR ( Upah Minimum Regional)

UMR di banten pada tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp. 2.200.000, hal ini menyebabkan

beban perusahaan bertambah, dengan adanya kenaikan UMR ini tidak seimbang dengan

pendapatan perusahaan yang menurun sehingga beberapa karyawan harus di berhentikan

untuk kelangsungan hidup perusahaan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dengan berdasarkan hasil analisa, dapatlah disimpulkan bahwa selama kurun waktu 5

tahun terakhir ini perkembangan pendapatan PT. Purna Baja Harsco sebagai berikut:

1. Perkembangan pendapatan dan biaya PT. Purna Baja Harsco selama ini memiliki

kecenderungan yang semakin meningkat, dimana pertumbuhan pendapatan untuk tahun

2008 sebesar 16,06% dan biaya operasional sebesar 15,17%, untuk tahun 2009

pendapatan meningkat sebesar 19,32% dan biaya operasional sebesar 17,69%, tahun 2010

pendapatan sebesar 21,79% dan biaya operasional sebesar 20,42%, tahun 2011

pendapatan sebesar 21,32% dan biaya operasional sebesar 22,09%, ditahun 2012

pendapatan sebesar 21,50% dan biaya operasional sebesar 24,64%.

2. Perkembangan rentabilitas PT. Purna Baja Harsco selama 5 tahun berfluaktif menurun,

dimana rentabilitas untuk tahun 2008 sebesar 28,51%, tahun 2009 sebesar 46,89%, tahun

2010 sebesar 32,54%, tahun 2011 sebesar 18,11%, tahun 2012 sebesar 9,06%.

3. Perkembangan laba bersih PT. Purna Baja Harsco selama 5 tahun berfluaktif menurun,

dimana laba bersih tahun 2008 sebesar 22,09%, tahun 2009 sebesar 45,58%, tahun 2010

sebesar 29,67%, tahun 2011 sebesar 15,69%, tahun 2012 sebesar 7,35%.

Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan saran yang mudah-

mudahan dapat berarti untuk pertimbangan jangka panjang perusahaan, dimana saran yang

dapat diberikan sebagai berikut:

1. Bagi PT. Purna Baja Harsco

a. Dengan hasil perkembangan pendapatan yang semakin naik disarankan perusahaan

menambah daya produksi yang tidak hanya terbatas pada kinerja PT. Krakatau Steel saja,

melainkan merambah pada industri lain disekitar kawasan industri berat cilegon agar

pendapatanya lebih maksimal.

b. Atas dasar kecenderungan menurunnya rentabilitas tersebut, sebaiknya perusahaan

menambah aktiva tetap yang dalam hal ini mesin pengolahan agar dapat meningkatkan

luas produksi normal yang dapat meningkatkan pendapatan.

c. Sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan penekanan biaya produksi terutama biaya

maintenance dan subkontraktor yang selama ini dirasakan cenderung meningkat.

Page 312: 936-1948-1-SM

305

2. Penelitian Selanjutnya

a. Untuk penelitian selanjutnya ditambahkan variabel-variabel untuk bisa lebih spesifik

lagi agar bisa dilihat kecenderungan menurun atau naiknya pendapatan, rentabilitas dan

laba bersih tersebut.

b. Diharapkan menambahkan uji metode, karena metode yang sudah ada kurang

spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

Choi, F. D. S., dan Meek G. K., International Accounting, Edisi Keenam,Cetakan Kedua,

Salemba Empat, Jakarta, 2010.

Darsono, Manajemen Keuangan Pendekatan Praktis, Cetakan Pertama, Diadit Media,

Jakarta, 2006.

Efraim Ferdinan Giri, Akuntansi keuangan menengah 1, Edisi pertama, Bumi Askara, Jakarta,

2012.

Fraser, L., dan Ormiston A., Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh, Cetakan

Pertama, Indeks, Jakarta, 2008.

Harahap, S. S., Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Rajawali pers, Jakarta,

2010.

Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorcard Pendekatan Teori, Kasus, dan

Riset Bisnis, Cetakan Kedua, Bumi Askara, Jakarta, 2011.

Priatna, R. B., Abdillah, J,. dan Suryana, Akuntansi Keuangan, Cetakan Pertama, Ghalia

Indonesia, Bandung, 2010.

Anugrahani, E., 2007, Analisis DuPont System Dalam Mengukur Kinerja Keuangan

Perusahaan (Studi Pada PT. Aqua Golden Mississipi Tbk, PT. Mayora Indah Tbk,.

PT. Ultra Jaya Milk Tbk), Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Loanda, R., 2011, Analisa kesehatan Keuangan PT. Timah, Tbk tahun 2005-2009,

Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi, Jakarta.

Tardin A., 2007, Analisa Perubahan Pendapatan Terhadap Perkembangan Rentabilitas

Perusahaan, Skripsi Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.

Tri Nurindah yanti Yulian, Analisis Pengaruh Earning Per Share, Book Value dan Debt

Equity Ratio Terhadap Harga Saham, Jurnal Ekonomi Vol.1 No.1, Jakarta, 2004.

Page 313: 936-1948-1-SM

306

PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP KEBIJAKAN PENGENDALIAN

PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE ECONOMICAL

ORDER QUANTITY (EOQ) PADA

PT PELANGI INDAH CANINDO Tbk, JAKARTA

Herman Sugianto

Fakultas Ekonomi/Manajemen

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Studi ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian

persediaan bahan baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan

perusahaan dalam mendukung efisiensi proses produksi. Hasilnya menunjukkan bahwa

variabel demand, lead time dan reorder level secara parsial mempengaruhi efisiensi proses

produksi. Variabel safety stock dan variabel stock out secara parsial tidak mempengaruhi

efisiensi proses produksi.

Pandangan responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku terutama

pada variabel safety stock dan variabel stock out belum secara jelas ditetapkan dan

dikomunikasikan pada seluruh karyawan. Dengan melakukan sosialisasi secara rutin

penerapan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan menyediakan koordinasi

yang dekat antara karyawan perusahaan yang terlibat dalam proses produksi serta kegiatan

produksi harus dilakukan sesuai perencanaan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi

proses produksi.

Kata Kunci : Sistem Pengendalian Bahan Baku

PENDAHULUAN

Dalam menghadapi kompetisi yang meningkat dan kemajuan teknologi yang cepat,

mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang baik dan mampu bekerja

secara efektif dan efisien. Agar suatu perusahaan dapat mempertahankan kontinuitas

perusahaan dan memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan harus dapat menentukan

kebijakan persediaan dan menjadikan sebuah senjata kompetitif.

Hampir semua jenis perusahaan memiliki berbagai bentuk persediaan. Suatu perusahaan

menyimpan persediaan untuk berbagai alasan penting. Dengan adanya pengendalian terhadap

persediaan bahan baku, diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan.

Karena dengan adanya pengendalian terhadap persediaan bahan baku yang secara optimal

dapat menentukan besarnya persediaan. Untuk itu persediaan menjadi hal yang penting,

Page 314: 936-1948-1-SM

307

sebab sukses tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan berpengaruh besar

terhadap kelancaran proses produksi, salah satunya pada penentuan keuntungan perusahaan.

Siklus berjalannya inventory dalam suatu perusahaan tergantung dari bagaimana bisnis

perusahaan tersebut berjalan. Semakin tinggi tingkat transaksi yang dilakukan perusahaan,

semakin tinggi tingkat pergerakan inventory-nya. Dalam hal ini, walaupun prosedur dan

sistem yang kita miliki sangat hebat tetapi jika kontrol dari pergerakan inventory tersebut

tidak baik, akan tetap merugikan perusahaan. Untuk itu ada beberapa tools inventory (alat

bantu) untuk mengontrol status, mengukur, perencanaan dan pengambilan keputusan berupa

model seperti EOQ, ROP, Periodic preview, Min Max analysis, ABC analysis, DRP dan

MRP.36

Model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah salah satu

teknik kontrol persediaan yang tertua dan paling dikenal. Teknik ini relatif mudah digunakan,

tetapi berdasarkan pada beberapa asumsi.37

1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen.

2. Waktu tunggu-yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan-diketahui dan

konstan.

3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain,

persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.

4. Tidak tersedia diskon kuantitas.

5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya

penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan

atau membawa). Biaya-biaya ini telah dibahas pada bagian sebelumnya.

6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika

pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan baku

dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan PT Pelangi Indah

Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi ?

2. Bagaimana pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses

produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk ?

3. Bagaimana pengaruh dari ke lima indikator : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder

Level dan Stock Out. terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo

Tbk ?

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah di atas

adalah :

1. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan

baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan perusahaan PT

Pelangi Indah Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi.

2. Untuk menganalisis pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi

proses produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk.

3. Untuk mengetahui dari ke lima indikator yang akan diteliti, yaitu : Permintaan Demand,

Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out., indikator apa yang paling

berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk. 36

Holy Icun Yunarto & Martinus Getty Santika, Business Concepts Implementation Series in Inventory

Management, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005, p.31 37

Jay Heizer and Barry Render, Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, p.92

Page 315: 936-1948-1-SM

308

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi manajemen

perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam menentukan kebijakan mengenai masalah

perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor yang

berjudul “Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Proses Produksi

Pada PT Hantong Precision Manufacturing Batam”. Berdasarkan uji pengaruh dan uji

regeresi dari kelima variabel yang diteliti yaitu Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder

Level, dan Stock Out, maka ke lima indikator dinyatakan berpengaruh terhadap Efisiensi

Proses Produksi dan indikator Demand yang paling berpengaruh terhadap Efisiensi Proses

Produksi pada PT Hantong Precision Manufacturing.38

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian yang merupakan langkah-

langkah kegiatan penelitian untuk mempermudah menganalisis data yang digambarkan

melalui kerangka pemecahan masalah berikut :

Gambar Kerangka Pikir Penelitian

Obyek penelitian ini adalah PT Pelangi Indah Canindo Tbk dengan waktu penelitian

periode Agustus 2013 sampai dengan selesai. Jenis data yang diperlukan penulis dalam

penelitian ini yaitu data kuantitatif. Sumber data yang digunakan oleh penulis berasal dari

data primer dan data sekunder. Data primer biasanya diperoleh dengan survei lapangan yang

menggunakan semua metode pengumpulan data original. Metode pengumpulan data

penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian

lapangan (Field research).

Populasi dan Sampel

38

Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, 2012, Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan

Baku Terhadap Proses Produksi Pada PT. Hantong Precision Manufacturing Batam,

www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada tanggal 29 Mei 2013, p.4

Mulai Data Kuesioner

Analisis SPSS

Kesimpulan Selesai

Page 316: 936-1948-1-SM

309

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 277 orang

karyawan tetap dan masih bekerja pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, yang berkedudukan

di Jl. Daan Mogot Km.14 No.700, Jakarta 11840 – Indonesia.

Dalam kesempatan ini peneliti menggunakan populasi sebagai sampel, yaitu 60 orang

karyawan tetap di Divisi Operation, dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel Sampel Penelitian Pada PT Pelangi Indah Canindo Tahun 2013

No. Divisi Operation Jumlah Persentase

1 LOGISTIC 6 10 %

2 PRODUCTION 44 73 %

3 QA & QC 4 7 %

4 WAREHOUSE 4 7 %

5 DELIVERY 2 3 %

Total Responden 60 100 %

Sumber : PT Pelangi Indah Canindo

Metode pengambilan sampel (sampling) yang akan digunakan dalam penelitian ini

penulis menggunakan teknik judgment sampling atau purposive sampling. Adapun

pertimbangan atau kriteria calon responden pada penelitian ini, yaitu : Karyawan Divisi

Operation yang mengetahui dan menjalankan SOP penerapan pengendalian persediaan bahan

baku yang dilakukan PT Pelangi Indah Canindo Tbk.

Operasional Variabel

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel dependen (terikat) yaitu

efisiensi proses produksi dan variabel independen (bebas) yaitu pengendalian persediaan

bahan baku.

Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah Efisiensi Proses Produksi.

Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pengendalian

persediaan bahan baku yang menggunakan analisis metode EOQ (Economic Order Quantity).

Variabel independen terdiri dari sub variabel, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock,

Reorder Level dan Stock Out.

Teknik Analisis Data

1. Uji Validitas

Uji Validitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan

tujuan untuk mengukur sah tidaknya suatu pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep,

satu pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mengukur indikator/dimensi setiap

variabel yang akan diukur. Secara statistik satu pertanyaan dianggap sah jika memiliki

nilai tertentu. Uji terhadap kualitas pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan

Page 317: 936-1948-1-SM

310

disebarkan kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer

dilakukan dalam bentuk pra penelitian.39

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan

tujuan untuk mengukur konsistensi seluruh pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep,

pertanyaan dianggap konsisten jika menghasilkan jawaban yang sama atau hampir sama

dari kelompok responden yang berbeda. Secara statistik konsistensi pertanyaan jika

memiliki nilai tertentu. Uji terhadap konsistensi pertanyaan harus dilakukan sebelum

pertanyaan disebarkan kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas

data primer dilakukan dalam bentuk pra penelitian.40

3. Analisis Deskriptif

Menjawab rumusan masalah deskriptif merupakan hal yang sangat mendasar dan

penting dalam penelitian, karena data utama dari penelitian akan dapat diketahui dengan

jelas dari hasil analisis deskriptif ini. Hasil penelitian ini akan dapat dideskripsikan lebih

rinci apabila setiap pertanyaan dalam setiap instrumen dihitung nilainya. Dengan

demikian setiap pertanyaan dari setiap instrumen untuk seluruh responden dapat diketahui

mana yang mendapat nilai rendah, nilai tinggi atau nilai rata-rata.41

4. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud

meramalkan keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel

independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis

regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independen minimal dua.42

Persamaan garis regresi untuk regresi berganda dalam analisis ini adalah :43

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + Ei

Dimana :

Y = Efisiensi Proses produksi

X1 = Demand

X2 = Lead Time

X3 = Safety Stock

X4 = Reorder Level

X5 = Stock Out

bo, b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi

Ei = Error

Analisa Regresi Berganda dalam penelitian ini dianalisa meliputi : Uji koefisiensi

determinan (R2), uji statistik F dan uji statistik t.

Kerangka Pemikiran

39

Hasyim & Rina Anindita, Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama, UIEU -

University Press, Jakarta, 2009, p.92 40

Ibid, p.99 41

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &D, Alfabeta, Bandung, 2012, p.177 42

Ibid, p.211 43

Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, op.cit., p.25

Page 318: 936-1948-1-SM

311

Dengan menggunakan salah satu teknik pengendalian persediaan bahan baku, yaitu :

metode Economical Order Quantity (EOQ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kebijakan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dalam

mendukung efisiensi proses produksi, mengetahui pengaruh dari ke lima faktor yang akan

diteliti, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out terhadap

efisiensi proses produksi dan mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap

efisiensi proses produksi.

Hipotesis

H1 : Diduga ada pengaruh antara Demand terhadap Efisiensi Proses Produksi

H2 : Diduga ada pengaruh antara Lead Time terhadap Efisiensi Proses Produksi

H3 : Diduga ada pengaruh antara Safety Stock terhadap Efisiensi Proses Produksi

H4 : Diduga ada pengaruh antara Reorder Level terhadap Efisiensi Proses Produksi

H5 : Diduga ada pengaruh antara Stock Out terhadap Efisiensi Proses Produksi

H6 : Diduga faktor yang paling berpengaruh Efisiensi Proses Produksi adalah Demand

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Uji Validitas

Hasil uji validitas menunjukkan nilai probabilitas korelasi (signifikan) < dari taraf

signifikan (α) sebesar 0,05 dan memiliki nilai korelasi minimal 0,361. Berikut ini hasil uji

validitas, pada pengujian validitas dengan 60 responden, sebagai berikut :

1. Y_1 Pearson Correlation adalah 0,853 dan signifikan 0,000 < 0,05.

2. Y_2 Pearson Correllation adalah 0,756 dan signifikan 0,000 < 0,05.

Page 319: 936-1948-1-SM

312

3. Y_3 Pearson Correllation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05.

4. Y_4 Pearson Correlation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05.

5. X1_5 Pearson Correllation adalah 0,892 dan signifikan 0,000 < 0,05

6. X1_6 Pearson Correlation adalah 0,781 dan signifikan 0,000 < 0,05.

7. X1_7 Pearson Correllation adalah 0,900 dan signifikan 0,000 < 0,05.

8. X1_8 Pearson Correllation adalah 0,883 dan signifikan 0,000 < 0,05.

9. X2_9 Pearson Correlation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05.

10. X2_10 Pearson Correllation adalah 0,562 dan signifikan 0,000 < 0,05

11. X2_11 Pearson Correlation adalah 0,635 dan signifikan 0,000 < 0,05.

12. X2_12 Pearson Correllation adalah 0,815 dan signifikan 0,000 < 0,05.

13. X3_13 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05.

14. X3_14 Pearson Correlation adalah 0,715 dan signifikan 0,000 < 0,05.

15. X3_15 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05

16. X3_16 Pearson Correlation adalah 0,702 dan signifikan 0,000 < 0,05.

17. X4_17 Pearson Correllation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05.

18. X4_18 Pearson Correllation adalah 0,881 dan signifikan 0,000 < 0,05.

19. X4_19 Pearson Correlation adalah 0,884 dan signifikan 0,000 < 0,05.

20. X5_20 Pearson Correllation adalah 0,782 dan signifikan 0,000 < 0,05

21. X5_21 Pearson Correlation adalah 0,828 dan signifikan 0,000 < 0,05.

22. X5_22 Pearson Correllation adalah 0,808 dan signifikan 0,000 < 0,05.

23. X5_23 Pearson Correllation adalah 0,783 dan signifikan 0,000 < 0,05.

24. X5_24 Pearson Correlation adalah 0,834 dan signifikan 0,000 < 0,05.

25. X5_25 Pearson Correllation adalah 0,939 dan signifikan 0,000 < 0,05.

26. X5_26 Pearson Correlation adalah 0,800 dan signifikan 0,000 < 0,05.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai alpha yang rata rata lebih besar dari 0,6 maka

pada tingkat reliabilitas yang baik. Berikut ini hasil uji reliabilitas, pada pengujian

reliabilitas dengan 60 responden, diperoleh nilai Cronbach‟s Alpha dari masing masing

variabel, sebagai berikut : HASIL UJI RELIABILITAS

Dimensi Jumlah Butir Pertanyaan Cronbach’s Alpha Kesimpulan

Efisiensi Proses Produksi

Demand

Lead Time

Safety Stock Reorder

Level

Stock Out

4

4

4

4

3

7

0,834

0,888

0,640

0,691

0,851

0,922

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Jumlah 26

3. Hasil Penelitian Analisis Deskriptif

Hasil pengujian deskriptif menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap penerapan

pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan sangat sesuai atau sesuai

dalam mendukung Efisiensi Proses Produksi.

Berikut ini hasil pengujian deskriptif dengan 60 responden, sebagai berikut :

Page 320: 936-1948-1-SM

313

No. Butir Pertanyaan

Tanggapan Responden

Jumlah

Skor Kesimpulan

P1 Penerapan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan

perusahaan 272 Sangat Setuju

P2 Kemampuan Perusahaan 275 Sangat Setuju

P3 Peranan Departemen PPC 277 Sangat Setuju

P4 Kelancaran proses produksi 271 Sangat Setuju

P5 Kesesuaian prosedur SOP terhadap permintaan pelanggan 286 Sangat Setuju

P6 Kemampuan perusahaan memenuhi permintaan 283 Sangat Setuju

P7 Kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan 279 Sangat Setuju

P8 Perencanaan jumlah kebutuhan bahan baku 283 Sangat Setuju

P9 Kesesuaian prosedur SOP terhadap pengaturan tenggat waktu 259 Sangat Setuju

P10 Kemampuan Perusahaan untuk menentukan tenggat waktu agar

tepat waktu 255 Sangat Setuju

P11 Jadwal tenggat waktu persediaan bahan baku 245 Setuju

P12 Perencanaan tenggat waktu persediaan bahan baku 260 Sangat Setuju

P13 Kesesuaian prosedur SOP terhadap persediaan pengaman 285 Sangat Setuju

P14 Perusahaan memiliki persediaan pengaman bahan baku 278 Sangat Setuju

P15 Perencanaan persediaan pengaman 276 Sangat Setuju

P16 Kesesuaian perencanaan persediaan pengaman dengan sistem

pengendalian persediaan bahan baku 283 Sangat Setuju

P17 Kesesuaian prosedur SOP terhadap tingkat pemesanan kembali

bahan baku 277 Sangat Setuju

P18 Perencanaan tingkat pemesanan kembali bahan baku 273 Sangat Setuju

P19 Kesesuaian tingkat pemesanan kembali bahan baku dengan

sistem pengendalian persediaan bahan baku 276 Sangat Setuju

P20 Kesesuaian prosedur SOP terhadap mengantisipasi kehabisan

persediaan bahan baku 222 Setuju

P21 Perencanaan kehabisan persediaan bahan baku di perusahaan 231 Setuju

P22 Kinerja Departemen PPC di perusahaan untuk mengantisipasi

stock out (kehabisan bahan baku) 237 Setuju

P23 Tanggung jawab departemen PPC untuk mengantisipasi stock

out 222 Setuju

P24 Kehabisan persediaan bahan baku merupakan faktor yang

paling berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi 230 Setuju

P25 Kinerja seluruh departemen di perusahaan untuk

mengantisipasi stock out 227 Setuju

P26 Tanggung jawab pimpinan perusahaan untuk mengantisipasi

stock out 233 Setuju

4. Hasil Penelitian Analisis Regresi Berganda

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil uji R Square menunjukkan bahwa nilai R2 (R Square) sebesar 0,941 yang

mendekati nilai satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Efisiensi

Proses Produksi). Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model

mampu menjelaskan sebesar 94 % variasi variabel dependen (Efisiensi Proses

Produksi). Sedangkan sisanya sebesar 6 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

2. Uji F

Hasil uji statistik F menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time, Safety

Stock, Reorder Level dan Stock Out secara serempak mempengaruhi Efisiensi Proses

Produksi dengan Nilai Fhitung sebesar 172,140 terhadap Ftabel sebesar 2,386, jadi Fhitung

> Ftabel.

Page 321: 936-1948-1-SM

314

3. Uji t

Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time dan

Reorder Level signifikan terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi

secara signifikan terhadap Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden

memandang bahwa setiap kenaikan variabel Demand, Lead Time dan Reorder Level

maka efisiensi proses produksi akan meningkat.

Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak

terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap

Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan

bahwa setiap kenaikan variabel Safety Stock dan Stock Out maka efisiensi proses

produksi akan menurun. Perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan, biaya

modal yang akibat barang modal menganggur dan tidak berputar dan kerugian

kehilangan penjualan atau kehilangan pelanggan, tetapi biaya ini akan sulit

diperkirakan karena berhubungan dengan good will perusahaan.

Dengan hasil nilai thitung maka dapat dilakukan pengurutan variabel bebas, ternyata

yang lebih dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah variabel Demand.

Nomor Urut Variabel T hitung Sig.

1 Demand 4,901 0,000

2 Reorder Level 4,199 0,000

3 Lead Time 3,815 0,000

4 Stock Out 1,934 0,058

5 Safety Stock 0,104 0,918

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan

yaitu sebagai berikut :

1. Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak terbukti

secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap Efisiensi

Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan terhadap

variabel Safety Stock dan variabel Stock Out tidak mempengaruhi Efisiensi Proses

Produksi. Oleh karena itu pandangan responden terhadap penerapan pengendalian

persediaan bahan baku terutama pada variabel Safety Stock dan variabel Stock Out

belum secara jelas ditetapkan dan dikomunikasikan pada seluruh karyawan oleh

manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan perlu melakukan sosialisasi secara

rutin penerapan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan menyediakan

koordinasi yang dekat antara karyawan perusahaan yang terlibat dalam proses

produksi serta kegiatan produksi harus dilakukan sesuai perencanaan untuk

meningkatkan efisiensi proses produksi.

2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah

variabel Demand.

B. Keterbatasan

Hasil penelitian ini mempertimbangkan beberapa keterbatasan setelah di evaluasi

oleh peneliti. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

Page 322: 936-1948-1-SM

315

1. Penelitian hanya dilakukan pada satu perusahaan sehingga penelitian ini tidak dapat

digeneralisasikan pada semua perusahaan.

2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui kuesioner yang

memungkinkan terjadinya bias oleh tanggapan responden dimungkinkan tidak sesuai

dengan maksud pertanyaan dalam kuesioner, dan responden juga dimungkinkan

mengisi kuesioner secara asal dan tidak lengkap. Dengan demikian kesimpulan yang

diambil hanya berdasarkan pada data yang dikumpulkan melalui penggunaan

instrumen secara tertulis.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan kepada perusahaan untuk :

1. Melakukan sosialisasi secara rutin penerapan pengendalian persediaan bahan baku

untuk mendukung efisiensi proses produksi agar tetap bisa menjaga serta

mempertahankan kelancaran proses produksi.

2. Meningkatkan pengendalian mutu, pemeliharaan dan pencegahan untuk

meningkatkan komitmen kerja karyawan dalam peningkatan kualitas dan

produktivitas.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini hendaknya dilakukan

memberikan informasi awal mengenai variabel yang akan diuji atas kuesioner untuk

keseragaman makna dan maksud dari setiap butir pertanyaan, agar dapat di adaptasi

dengan baik dan sesuai maksud dari pertanyaan yang mewakili dimensi setiap

variabel yang hendak diukur. Hal ini dilakukan dengan harapan supaya pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan dapat fokus dan dimengerti oleh responden, serta dapat

dilakukan perbaikan apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S., Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh Kantor Akuntan Publik, Jilid I, Edisi

Ketiga, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2004

Assauri, S., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi 2008, Lembaga Penerbit FEUI,

Jakarta, 2008

Baridwan, Z., Intermediate Accounting, Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 2004

Handoko, T.H., Dasar – Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Cetakan

13, BPFE, Yogyakarta, 2000

Hansen, D.R. dan Mowen M.M., Akuntansi Manajerial, Edisi 8, Buku 2, Salemba Empat,

Jakarta, 2009

Hasyim & Anindita R., Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi

Pertama, UIEU - University Press, Jakarta, 2009

Heizer, J. and Render, B., Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta,

2006

Herjanto, E., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Ketiga, PT Grasindo, Jakarta, 2008

Keown, A.J., Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 13, Salemba Empat, Jakarta, 2004

Kuncoro, M., Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 2003

Nasution, A.H., & Prasetyawan Y., Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama,

Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008

Prihasdi, R. D. dan Rahardjo S.N., 2012, Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1,

Nomor 1, Efisiensi Metode Economical Order Quantity (EOQ) Dalam Pengambilan

Keputusan Pembelian Bahan Baku Dan Pengaruhnya Terhadap Total Biaya

Page 323: 936-1948-1-SM

316

Pembelian Pada PT Amitex (Amanah Mitra Industri) Buaran Kabupaten Pekalongan,

www.google.com, diunduh pada tanggal 17 Februari 2013

Riyanto, B., Dasar–Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Buku 7, BPFE, Yogyakarta, 2001

Siregar, S., Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, Bumi Aksara, 2013

Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, 2012

Sukanto & Indriyo, Manajemen Produksi, BPFE, Jakarta, 2000

Supriyono RA.A., Manajemen Biaya, Buku Satu, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2000

Suswardji, E., Eman S., dan Ratnaningsih R., 2012, Journal Manajemen, Vol.1, No.1 Oktober

2012, Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT NT Piston Ring

Indonesia di Karawang, www.google.com / jurnal.feunsika.ac.id, diunduh pada

tanggal 31 Juli 2013

Taylor III B.W., Introduction to management Science-Sains Manajemen, Edisi 8, Salemba

Empat, Jakarta, 2008, p.387

Weston, J.F., Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 1 ,PT Gelora Aksara, Jakarta, 2001

Wulandari, D.N. dan Banjarnahor H., Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan

Baku Terhadap Proses Produksi Pada PT Hantong Precision Manufacturing Batam,

www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada tanggal 29 Mei 2013

Page 324: 936-1948-1-SM

317

PENGARUH CURRENT RATIO, NET PROFIT MARGIN, DEBT TO

EQUITY RATIO DAN TOTAL ASSET TURNOVER TERHADAP

PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN

2007 – 2011

Agustina Cyntia

Fakultas Ekonomi/Akuntansi

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Laba menjadi indikator untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang mengalami kenaikan

atau penurunan melalui perbandingan secara horizontal. Perubahan ini memberikan dampak

terhadap kebijakan keuangan untuk kegiatan selanjutnya. Bagi pihak eksternal, laba sering

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Rasio keuangan bisa digunakan untuk memberikan

gambaran kondisi perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba.

Objek penelitian ini adalah perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2007 – 2011. Perubahan laba merupakan

variable dependen yang digunakan, sedangkan Current Ratio, Net Profit Margin, Debt to Equity

Ratio dan Total Asset Turnover adalah variable independennya. Pengujian statistic menggunakan

pendekatan analisa regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%, kesimpulan pengujian diambil

berdasarkan uji F dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Current Ratio, Debt to Equity Ratio

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan Net Profit Margin, dan Total

Asset Turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

Kata Kunci : Perubahan Laba, Rasio Keuangan, Current Ratio, Net Profit Margin, Debt to Equity

Ratio, Total Asset Turnover.

PENDAHULUAN

Salah satu tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba yang maksimal. Oleh

sebab itu laba dinilai sebagai salah satu bukti hasil kinerja manajemen dalam mengelola

perusahaan. Namun dalam prakteknya, laba yang dihasilkan oleh perusahaan belum tentu

sama ataupun naik dari laba yang dihasilkan di periode sebelumnya.

Perusahaan food and beverages merupakan tipe usaha yang mudah untuk dimasuki,

dan hal itu menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Menurut Ketua Umum Gabungan

Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia Adhi S. Lukman, mengatakan

“konsumen Indonesia dikenal lebih mudah dan terbuka untuk mencoba produk-produk

Page 325: 936-1948-1-SM

318

baru.”44

Dengan iklim persaingan yang begitu ketat, manajemen perusahaan perlu menarik

minat investor untuk melakukan investasi di perusahaan yang mereka kelola agar bisa

menambah modal yang dapat mengembangkan kegiatan operasional perusahaan. Umumnya

investor mengukur kinerja dari tingkat pertumbuhan laba. Namun pada faktanya, terjadi

fluktasi pertumbuhan laba rata – rata perusahaan food and beverages pada tahun 2007 –

2011.

Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi menurunnya kondisi keuangan suatu

perusahaan, baik dari sisi eksternal maupun dari sisi eksternal. Menurut Gabungan Pengusaha

Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) ada beberapa hal yang terkait yang menjadi

suatu tantangan bagi industri makanan dan minuman, diantaranya : belum sinerginya

peraturan perpajakan dan retribusi, tingginya harga bahan baku dan kemasan, kebijakan

energi nasional, keterbatasan infrastruktur, dan tingginya suku bunga kredit / pinjaman di

Indonesia.3 Dari sisi internal, bisa disebabkan karena adanya efektif dan efisiennya strategi

yang ditetapkan oleh manajemen. Agar bisa tetap bertahan di tingkat persaingan yang ketat,

manajemen perusahaan food and beverages harus bisa menarik minat para investor dengan

memberikan informasi keuangan yang baik.

Masa yang akan datang selalu penuh dengan ketidakpastian, sehingga pihak eksternal

terutama para investor perlu membuat prediksi. Untuk dapat membuat prediksi dimasa yang

akan datang diperlukan pengetahuan tertentu untuk menganalisis informasi keuangan dimasa

sekarang dan masa yang akan datang. Hal itu yang memotivasi peneliti untuk melakukan

penelitian ini. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam menganalisa laporan keuangan

adalah menggunakan analisa rasio.

LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Laporan Keuangan

Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu pengajian

terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan

adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus

kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam

pembuatan keputusan investasi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada

mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi

mengenai entitas yang meliputi asset, liabilites, ekutias serta pendapatan dan beban termasuk

keuntungan dan kerugian berserta arus kas.

Laba

Menurut SFAC No 6, laba adalah kenaikan modal atau aktiva bersih yang berasal dari

transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha selama satu

periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.

Perubahan Laba

44 Investasi Asing Di Industri Makanan Diyakini Bisa Naik Lebih Dari 100%,

http://www.gapmmi.or.id/index.php?pilih=lihat&id=97, diakses 10 September 2013, jam 14.00 WIB.

Page 326: 936-1948-1-SM

319

Pengertian perubahan laba adalah kenaikan atau penurunan laba per tahun. Penilaian

tingkat keuntungan investasi oleh investor didasarkan oleh kinerja keuangan perusahaan,

dapat dilihat dari tingkat perubahan laba dari tahun ke tahun. Para investor dalam menilai

perusahaan tidak hanya melihat laba dalam satu periode melainkan terus memantau

perubahan laba dari tahun ke tahun.45

Rumus untuk menghitung perubahan laba adalah :

Keterangan:

Δ Y = Perubahan Laba

Y t = Laba perusahaan tertentu pada periode tertentu

Y t-1= Laba perusahaan tertentu pada periode sebelumnya

Current Ratio

Current ratio mengambarkan sejauh mana aktiva lancar, menutupi kewajiban –

kewajiban lancar.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin

tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

Rumus untuk menghitung current ratio adalah :

Net Profit Margin

Dari segi rasio profitabilitas, akan menjadi perhatian utama para analis dan investor.

Tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolak ukur bagaimana perusahaan tersebut

menjadi tolok ukur bagaimana perusahan tersebut mampu bertahan dalam bisnisnya dengan

memperoleh return yang memadai dibanding dengan risikonya. Net profit margin mengukur

kemampuan perusahaan dalam rangka memberikan return kepada pemegang saham.

Debt to Equity Ratio

Dari segi rasio solvabilitas, penggunaan utang jangka pendek akan mempengaruhi

likuiditas. Penggunaan utang jangka panjang akan mempengaruhi solvabilitas. Pada akhirnya

utang jangka panjang yang jatuh tempo akan mempengaruhi likuiditas juga. Salah satu

karakteristik utang jangka panjang adalah

menimbulkan bunga. Bunga menjadi beban tetap perusahaan, sementara laba berfluktuasi

sesuai dengan kinerja perusahaan. Salah satu cara menghitung solvabilitas adalah

membandingkan utang dengan equity saja.

45 Andriyani, Lusiana Noor, “Analisis Kegunaan Rasio-Rasio Keuangan Dalam Memprediksi

Perubahan Laba (Studi Empiris: Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI)”.

Semarang: Universitas Diponegoro, 2008

Page 327: 936-1948-1-SM

320

Total Asset Turnover

Total asset turnover merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh asset. Rasio

ini cukup sering digunakan karena cangkupannya yang menyeluruh. Tanpa memandang jenis

usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa baik dukungan seluruh aset untuk

memperoleh pendapatan. Rumus untuk menghitung total asset turnover :

Perumusan Hipotesis

H1 Current Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba

H2 Net profit margin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba.

H3 Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba.

H4 Total asset turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba.

H5 Current ratio, net profit margin, debt to equity ratio dan total asset turnover memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba secara simultan.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sedangkan sumber data

laporan keuangan food and beverages yang dijadikan sampel dalam penelitian ini diperoleh

dari laporan keuangan perusahaan food and beverages yang ada di BEI pada tahun 2007-

2011 yang diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) 2008 - 2012.

Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu perubahan laba merupakan

variabel dependen dan beberapa variabel independen yang terdiri dari current ratio, net profit

margin, debt to equity ratio dan total asset turnover.

Analisis Statistik Deskriptif

Page 328: 936-1948-1-SM

321

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah objek yang diteliti (N) adalah 70

sampel untuk tahun 2007 - 2011. Sebelum data diolah, terlebih dahulu variabel CR (Current

Ratio), NPM (Net Profit Margin), DER (Debt to Equity), dan LABA (Perubahan Laba)

ditransformasikan ke bentuk Logaritma Natural untuk mendapatkan satuan yang sama, yaitu

kali.

Berikut ini adalah deskripsi hasil analisis :

a. LnLaba (Logaritma Natural Laba) Mean sebesar 3.0134 dan LnLaba Standard Deviation

sebesar 1.58164 64

b. LnCR (Logaritma Natural Current Ratio ) Mean sebesar 5.1405 dan LnCR Standard

Deviation sebesar 0.50325

c. LnNPM (Logaritma Natural Net Profit Margin) Mean sebesar 5.1405 dan LnNPM

Standard Deviation sebesar 1.05186

d. LnDER (Logaritma Natural Debt to Equity Ratio) Mean sebesar 4.7377 dan LnDER

Standard Deviation sebesar 0.93421

e. TATO (Total Asset Turonver) Mean sebesar 1.3690 dan TATO Standard Deviation sebesar

.061697

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Singkat Objek Penelitian

Perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan food and

beverages yang listing di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2011, dan mempunyai

data yang lengkap. Diperoleh data dalam penelitian ini sebanyak 70 (14x5) perusahaan.

Uji Kualitas Data

1. Pengujian Normalitas Data

Menggunakan Uji One Sampel Kolmogorov-Smirnov, jika nilai signifikasi > 0.05

maka data tersebut berdistribusi normal.Dan jika signifikasi < 0.05 maka data tidak

berdistribusi normal.

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas

Page 329: 936-1948-1-SM

322

Dapat dijelaskan bahwa model regresi linear berganda tersebut layak dan baik

digunakan dalam penelitian ini, karena semua variabel memiliki Asymp.Sig > 0.05 yang

berarti residual data berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas, yaitu

dimana keadaan antara dua variable independen atau lebih pada suatu model regresi terjadi

hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna. Salah satu cara untuk

medeteksi ada tidaknya multikolineritas dengan cara melihat nilai Tolerance dan VIF.

Hasil output uji multikolineritas sebagai berikut :

Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolineritas

Berdasarkan table 5.4 di atas, terlihat bahwa masing – masing variabel independen

memiliki nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerance diatas 0.1.

3. Uji Autokolerasi

Autokolerasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk

pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu. Salah

satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokolerasi dengan menggunakan uji Durbin

Watson. Hasil output uji autokolerasi menujukan nilai Durbin Watson sebesar 1.777.

Petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokolerasi, adalah :

1) Nilai Durbin-Watson yang didapat dari hasil regresi adalah 1.777.

2) Nilai dL dan dU setelah dilihat pada tabel Durbin-Watson dengan tingkat

signifikansi 0.05, n=70, dan k=4, adalah dL = 1.4943, dU = 1.7351 dan 4-dU

adalah 2.2649

3) Dari hasil yang diketahui bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1.777 terletak pada

daerah dL < DW < 4-dU (1.4943< 1.777 < 2.2649) maka dapat disimpulkan bahwa

model regresi tidak terjadi autokolerasi.

Page 330: 936-1948-1-SM

323

4. Uji Heterokesdasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model

regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskesdatisitas.

Pada gambar hasil pengujian dapat terlihat bahwa titik – titik menyebar secara acak serta

tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi heteroskedasititas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.

Uji Hipotesis

1. Uji Adjusted R2

Tabel Hasil Uji Adjusted R2

Dari output tabel model summary dapat diketahui nilai R2 adalah 0,132. Jadi

pengaruh dari Variabel Independen (Current Ratio, Net Profit Margin, Debt to Equity

Ratio, Total Asset Turnover) yaitu 13,2%, sedangkan sisanya sebesar 86,8% dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak diteliti.

2. Uji Statistik F

Uji anova dilakukan dengan melihat hasil uji signifikansi F test yaitu apakah hasil

uji signifikansi tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar

Page 331: 936-1948-1-SM

324

0.05. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Ha5 menyatakan Net Profit

Margin, Debt to Equity Ratio dan Total asset turnover memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perubahan laba secara simultan.

Tabel Hasil Uji F

Dari tabel diatas terlihat angka F sebesar 3.624 dan kolom sig terlihat angka

0.010 < a (0.05) artinya koefisien regresi tersebut signifikan. Maka Ha5 dalam

penelitian ini diterima artinya Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Debt to

Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TATO) secara simultan memiliki

pengaruh secara signifikan terhadap perubahan laba.

3. Uji t

Uji parsial dimaksudkan untuk menguji parameter β yaitu apakah variabel bebas

ln Current Ratio, ln Net Profit Margin, ln Debt to Equity Ratio, dan Total Asset

Turnonver dapat dipakai sebagai penduga yang signifikan terhadap variabel terikat ln

Laba dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05.

Tabel Hasil Uji t

1) Pengujian Hipotesis 1

Page 332: 936-1948-1-SM

325

Ha1 menyatakan bahwa Current Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik, besar nilai t hitung 2.254 lebih

besar dari t table, pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ha1 diterima dan

menolak Ho. Artinya current ratio berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

2) Pengujian Hipotesis 2

Ha2 menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh signifikan terhadap perubahan

laba. Berdasarkan hasil parameter statistik t hitung 1.065 lebih kecil dari t tabel pada

tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ho diterima dan menolak Ha2. Artinya

net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

3) Pengujian Hipotesis 3

Ha3 menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap

perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik t hitung 3.631 lebih besar dari t

tabel pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ha3 diterima dan menolak Ho.

Artinya debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

4) Pengujian Hipotesis 4

Ha4 menyatakan bahwa total asset turnover berpengaruh signifikan terhadap

perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik t hitung -0.888 lebih kecil dari t

tabel pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ho diterima dan menolak Ha4.

Artinya total asset turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

Analisa Persamaan Model Regresi Berganda

Bentuk persamaan linear berganda penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Nilai konstanta (a) sebesar -6.922 artinya apabila tidak ada pengaruh Current Ratio

(CR) X1, Net Profit Margin (NPM) X2, Debt to Equity Ratio (DER) X3, dan Total

Asset Turnover (TATO) X4, maka perusahaan mengalami penurunan sebesar -6.922

%

2. Nilai koefisien b1 (CR) sebesar 1.021 artinya setiap kenaikan 1% (CR) X1 sementara

variabel independent lainnya konstan, maka terjadinya kenaikan labasebesar 1.021 %.

3. Nilai koefisien b2 (NPM) X2 sebesar 0.207 artinya setiap kenaikan 1% (NPM) X2

sementara variabel independent lainnya konstan, maka terjadinya kenaikan laba

sebesar 0.207 %.

Page 333: 936-1948-1-SM

326

4. Nilai koefisien b3 (DER) X3 sebesar 0.933 artinya setiap kenaikan 1 satuan (NPM)

X3 sementara variabel lainnya konstan, maka perusahaan akan mengalami perubahan

laba sebesar 0.933 %.

5. Nilai koefisien b4 (TATO) X4 sebesar -0.31 artinya setiap kenaikan 1% (TATO) X4

sementara variabel independen lainnya konstan, maka terjadi penurunan laba sebesar

0.31%.

Pembahasan

1. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan antara current ratio dengan

perubahan laba karena current ratio digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai

kemampuan perusahaan dalam membayar semua utang jangka pendeknya. Adanya

peningkatakan kinerja perusahaan juga menambah peluang meningkatnya pertumbuhan

laba. Hal ini membuktikan bahwa tingkat likuiditas perusahaan cukup baik dan

memberikan pengaruh yang positif terhadap perubahan laba. Artinya, semakin tinggi

kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala utang jangka pendeknya. Hasil penelitian

ini mendukung penelitian yang dilakukan Tumurin (2004) membuktikan bahwa CR

berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

2. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit

margin dengan perubahan laba karena Net Profit Margin yang dimiliki perusahaan food

and bevarages mempunyai angka yang kecil disebabkan oleh harga pokok produksi yang

besar. Efisiensi pengeluaran biaya untuk kedepannya disarankan agar lebih menekan

dalam segi harga pokok produksi agar laba bersih yang dihasilkan dapat menutup semua

biaya lain sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya. Hal tersebut mendukung penelitian Syamsudin (2008) yang membuktikan

bahwa net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

3. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio

dengan perubahan laba, karena perusahaan mampu memutarkan modal yang berupa

pinjaman secara efektif. Walaupun bunga dan angsuran yang dibayar menambah beban

perusahaan, tetapi perusahaan mampu memaksimalkannya sehingga bisa menambah

potensi bertambahnya laba. Hal ini tidak sama dengan penelitian Syamsudin (2008) yang

membuktikan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan

laba.

4. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara total asset

turnover terhadap perubahan laba, perusahaan food and beverages kurang memaksimalkan

penggunaan aktiva yang dimiliki, agar bisa lebih efektif dalam meningkatkan pendapatan

perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat bahwa walau perusahaan memiliki asset

yang besar, bukan berarti akanmenghasilkan pendapatan yang meningkat. Hal ini

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Juliana dan Sulardi (2003), serta Meythi

(2005).

Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

1) Secara simultan, Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio

(DER), dan Total Asset Turnover (TATO) memiliki pengaruh yang signifikan

Page 334: 936-1948-1-SM

327

terhadap perubahan laba perusahaan. Dilihat dari pengaruh variabel independent

terhadap perubahan laba yang siginifikan.

2) Terdapat pengaruh yang signifikan antara current ratio dengan perubahan laba karena

current ratio digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai kemampuan perusahaan

dalam membayar semua utang jangka pendeknya. Hal ini membuktikan bahwa tingkat

likuiditas perusahaan cukup baik dan memberikan pengaruh yang positif terhadap

perubahan laba. Artinya, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memenuhi.

3) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin dengan perubahan

laba karena Net Profit Margin yang dimiliki perusahaan food and bevarages

mempunyai angka yang kecil disebabkan oleh harga pokok produksi yang besar.

Efisiensi pengeluaran biaya untuk kedepannya disarankan agar lebih menekan dalam

segi harga pokok produksi agar laba bersih yang dihasilkan dapat menutup semua

biaya lain sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam menjalankan

kegiatan operasionalnya.

4) Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perubahan laba.

5) Total Asset Turnover (TATO) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perubahan laba.

2. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1) Bagi Perusahaan food and beverages, current ratio dalam perusahaan menunjukan

angka tinggi dan berarti banyak dana yang menganggur disarankan agar dipergunakan

untuk berinvestasi guna meningkatkan laba perusahaan. Net Profit Margin yang

dimiliki perusahaan food and beverages mempunyai angka yang kecil disebabkan

oleh harga pokok produksi yang besar, untuk kedepannya disarankan agar lebih

menekan dalam segi harga pokok produksi agar laba bersih yang dihasilkan dapat

menutup semua biaya lain sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam

menjalankan kegiatan operasionalnya. Terhadap penggunaan assets, perusahaan food

and beverages harus lebih memaksimalkan seluruh assets yang dimiliki agar

penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan mampu menutupi semua beban yang

dikeluarkan oleh perusahaan, dan meminimalisir terjadinya kerugian.

2) Bagi investor dalam menentukan keputusan investasi dalam perusahaan food and

beverages sebaiknya tidak hanya didasari oleh informasi keuangan. Jika ingin

melakukan investasi, bisa menggunakan perbandingan harta lancar dengan utang

lancar, dengan melihat tingkat likuiditas dari perusahaan yang bersangkutan.

3) Untuk penelitian yang lebih lanjut diharapkan agar memperluas sampel penelitian

bukan hanya dari perusahaan food and beverages tetapi juga perusahaan lainnya

sebagai contoh manufaktur, perbankan, trading, dan lain – lainya serta menambahkan

variabel yang lain dari penelitian yang telah teruji kebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Lusiana Noor. 2008. Analisis Kegunaan Rasio-Rasio Keuangan Dalam

Memprediksi Perubahan Laba (Studi Empiris: Pada Perusahaan Perbankan

Yang Terdaftar Di BEI)”. Semarang: Universitas Diponegoro.

Page 335: 936-1948-1-SM

328

Ang, Robert. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia.Jakarta : Mediasoft Indonesia,

1997.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan ke

IV,Semarang : Badan Penerbit UNDIP, 2009.

Harahap, Sofyan Syafri. Analisis Kritis atas laporan keuangan keuangan.Jakarta :

Raja Grafindo Persada, 2007.

http:// junaidichaniago.wordpress.com

Ikatan Akuntan Indonesia.Standar Akuntansi Keuangan .Jakata : Salemba Empat,

2009

Kuswandi.Memahami Rasio – Rasio Keuangan bagi Orang Awam. Jakarta : Elex

Media Komputindo, 2006.

Mardiyanto, Handono. Inti Sari Manajemen.Jakata :Grasindo, 2009

Meythi. 2005. Rasio Keuangan Yang Paling Baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan

Laba, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume XI Nomor 2.

Parawiyati.2000.Penggunaan Informasi Keuangan untuk memprediksi keuntungan

investasi bagi investor di Pasar Modal.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol

3 No 2, 215.

Prihadi, Toto. Mudah Memahami Laporan Keuangan, Toto Prihadi. Jakarta : PPM,

2007

Priyatno, Duwi. Mandiri Belajar SPSS (saistical Product and service solution) Untuk

Analisis Data Dan Uji Statistik. Jakarta : MediaKom, 2008.

PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2007

PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2008

PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2009

PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2010

PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2011

Sugiono, Arief. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan.Jakarta :Grasindo,

2009.

Soemarso S. R. Akuntansi Suatu Pengantar . Buku satu. Edisi lima. Jakata : SalembaEmpat,

2004.

Stella. 2009.Pengaruh PER, DER, ROA dan PBV terhadap harga pasar saham,

Jurnal Bisnis dan Akuntansi.

Suwardjono.Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.Yogyakarta: BPFE, 2008.

Wild, John J. Analisis LaporanKeuangan 1.Jakarta : Salemba 4, 2005.

www.gapmmi.or.id

Page 336: 936-1948-1-SM

329

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA DEPOSITO JANGKA WAKTU 1

BULAN TERHADAP ROA, LDR, DAN NPL PADA BANK UMUM YANG

TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009 – 2012

Pipit Tri Puspita

Fakultas Ekonomi/Akuntansi

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka

waktu 1 bulan terhadap Return on Assets (ROA),Loan to Deposit Ratio (LDR) Non

Perfoming Loan (NPL) Pada Bank Umum.

Desain penelitian menggunakan kausalitas-komparatif dimana sumber data adalah data

sekunder.Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 perusahaan perbankan

yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012.Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling.Unit analisis adalah perusahaan.Analisis data

menggunakan regresi linear sederhana dengan alat bantu Statistical Package for the Social

Science(SPSS)

Hasil penelitian pengujian menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negative signifikan

terhadap ROA, ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset bank

tersebut. Semakin besar nilai ROA maka semakin baik besar pula kinerja perusahaan, karena

return yang didapat perusahaan semakin besar. danSukubungaberpengaruh

secarapositiftidak signifikan terhadap LDR artinyaSemakin kecil tingkat suku bunga LDR,

maka akan semakin bagus untuk pencetakan laba yang akan diperoleh. KinerjaLDR yang

sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi

pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian.Sebaliknya,

Semakinbesaratautinggitingkatsukubunga LDR, makaakansemakinkuranglaba yang

akandiperoleh.sedangkanvariabel Suku bunga berpengaruh negatif tidak

signifikanterhadapNon Perfoming Loan (NPL)artinyaNPL yang tinggi menyebabkan

timbulnya masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (utang

tidak bisa ditagih), ataupun solvabilitas (modal berkurang).

Kata kunci : Kinerja perusahaan, Good Corporate Governance, profitabilitas, ukuran

perusahaan.

PENDAHULUAN

Awal tahun 2012, perekonomian di Indonesia menghadapi situasi dimana suku bunga

deposito berjangka mengalami gejolak. Karena Indonesia saat ini masih memiliki tingkat

kesejahteaan penduduk yang relatif rendah. Trend rendahnya tingkat inflasi dan penurunan

Page 337: 936-1948-1-SM

330

suku bunga induk (BI-rate) hingga level 5,75% pada awal maret 2012 (terendah sejak

pemberlakuan suku bunga induk) oleh Bank Indonesia, seharusnya dapat menjadi berita

gembira untuk semua kalangan seperti pengusaha, debitur kredit pemilikan rumah (KPR) dan

Kredit Usaha Rakyat (KUR) karena diharapkan kebijakan bank sentral ini akan diikuti

dengan penurunan bunga kredit bank. Dalam 1 tahun terakhir ini suku bunga deposito

berjangka terus mengalami penurunan dan cenderung stabil. Keadaan ini mengakibatkan

penurunan suku bunga kredit dan pinjaman pada bank umum di Indonesia.

Suku bunga deposito sebagai daya tarik utama penduduk Indonesia untuk

merencanakan dan menyimpan uang mereka pada bank-bank umum di Indonesia. Dan dalam

mengelola dananya, setiap masyarakat harus benar-benar mengetahui resiko yang akan

diperoleh. Dan untuk bank harus pintar serta cermat melihat peluang bisnis dana segar seperti

deposito atau dana pihak ketiga. Tingkat bunga yang terlalu rendah akan membuat

masyarakat sulit atau ragu-ragu menabung atau ikut menginvestasikan dana mereka. Dan

apabila suku bunga yang diberikan kepada masyarakat terlalu tinggi, itu akan berpengaruh

terhadap suku bunga kredit yang ada di bank tersebut.

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan suku bunga deposito dan kredit industri

perbankan terus menunjukkan penurunan. Rata-rata suku bunga deposito 1 bulan pada April

2012 turun hingga 24 bps. Sedangkan suku bunga kredit turun tipis 8 bps. Demikian hasil

Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter BI bulan Juni 2012 penurunan suku bunga perbankan

masih terus berlanjut. Penurunan suku bunga kredit yang lebih terbatas dibandingkan dengan

suku bunga deposito menyebabkan selisih (spread) di antara kedua suku bunga mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan selisih pada bulan sebelumnya

Selisih yang masih relatif lebar tersebut masih memberikan ruang bagi penurunan suku

bunga kredit lebih lanjut sejalan dengan efisiensi penyaluran dana perbankan serta perbaikan

efisiensi operasional perbankan. Berdasarkan kelompok bank, BI mengungkapkan penurunan

terbesar suku bunga deposito 1 bulan tercatat pada kelompok BPD yang memiliki level suku

bunga paling tinggi dibandingkan dengan kelompok bank lainnya. Penurunan suku bunga

deposito 1 bulan pada kelompok BPD tercatat sebesar 40 bps, sedangkan kelompok bank

asing, bank swasta dan bank persero masing-masing tercatat sebesar 20, 25 bps, dan 20 bps.

Untuk suku bunga kredit, penurunan terbesar terjadi pada kelompok bank asing yang juga

memiliki level suku bunga paling tinggi dibandingkan dengan kelompok bank lainnya. Pada

April 2012, kelompok bank asing menurunkan suku bunga KMK dan KK masing-masing

sebesar 21 dan 37 bps. Sementara itu, kelompok bank swasta, BPD dan bank persero

menurunkan suku bunga kreditnya masing-masing sebesar 5, 6, dan 10 bps.

Pada dasarnya tingkat suku bunga yang tinggi belum tentu bagus bagi kinerja

perbankan meskipun mendapatkan dana segar dari masyarakat yang besar, perbankan tidak

bisa dan mampu bertahan selama modal mereka terus menerus keluar karena pengaruh

negative spread 9 selisih bunga deposito dengan kredit ). Umumnya perusahaan didirikan

untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memperoleh laba yang optimal dengan pengorbanan

yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu adanya perencanaan dan pengendalian dalam

setiap aktivitas usahanya agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang

berlangsung secara terus menerus.Atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini bertujuan

untuk mencari tahu seberapa besar pengaruh kinerja utama keuangan perbankan berupaROA

(Return on Assets), LDR (Loan on Deposi Ratio)dan NPL(Non Perfoming Loan),yang

dipengaruhi tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan pada Bank Umum di

Indonesia.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

Page 338: 936-1948-1-SM

331

1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap

Return on Assets (ROA) Pada Bank Umum. 2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap

Loan to Deposit Ratio (LDR) Pada Bank Umum. 3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap

Non Perfoming Loan (NPL) Pada Bank Umum.

LANDASAN TEORI

A. Laba

Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara, yang pertama laba dalam ilmu

ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil

penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman

modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan).

1. Pengertian Laba Optimal

Pergerakan seluruh sumber daya untuk menghasilkan laba. Laba usaha atau laba

optimal merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih antara pemasukan dengan

biaya serta pengeluaran dalam kegiatan normal perusahaan.

2. Pengertian Optimalisasi Laba

Ukuran yang lain menyangkut profitabilitas, yaitu angka laba harta atau laba

investasi, yang berasal dari perbandingan angka laba (dipetik dari laporan laba rugi)

dan total harta atau total asset.

B. BANK

Kata bank berasal dari bahasa Itali banca atau uang. Biasanya bank menghasilkan untung

dari biaya transaksi atau jasa yang diberikan dan bunga pinjaman. Menurut Undang-

Undang No.10 tahun 1998, bank adalah badan usaha menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk-bentuk

kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Berdasarkan definisi – definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank adalah

lembaga keuangan yang mempunyai kegiatan pada jasa penghimpunan dana dari

masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut untuk digunakan sebagai pemberian

kredit kepada nasabah bank tersebut.

1. Sumber Dana Bank

a. Dana Sendiri

Meskipun untuk suatu usaha bank, porporasi dana sendiri relatif kecil apabila

dibandingkan dengan total dana yang dihimpun ataupun total aktivanya, dana sendiri

ini tetap merupakan hal yang penting bagi kelangsungan usahanya.

b. Sumber Dana Pihak Pertama

Sumber Dana Pihak Pertama adalah modal, yaitu sejumlah dana yang diinvestasikan

untuk mendirikan suatu bank oleh pemegang saham. Modal merupakan factor yang

sangat penting bagi bank yaitu sebagai alat penampung resiko kerugian (Riyadi,

2006).

Pengertian modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia

menurut Paket Kebijakan 29 Mei 1993 terdiri atas modal inti dan modal pelengkap dengan

penjelasan sebagai berikut :

Page 339: 936-1948-1-SM

332

a. Modal inti

1) Modal disetor

Modal disetor adalah sejumlah dana yang disetorkan secara berkala oleh pemilik saat

pendirian bank, dan biasa digunakan untuk menyediakan tanah, gedung, peralatan

kantor dan kegiatan promosi untuk kepentingan perusahaan.

2) Agio saham

Nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh pemilik baru dibandingkan dengan

nilai nominal saham.

3) Modal sumbangan

Modal sumbangan yaitu modal yang didapat dari sumbangan saham, termasuk selisih

antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut terjual.

4) Cadangan – cadangan

Sebagian keuntungan bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan

cadangan lain yang digunakan untuk menampung risiko yang dapat terjadi di masa

yang akan datang.

5) Laba ditahan

Laba ditahan merupakan laba bersih yang didistribusikan kepada para pemegang

saham.

6) Cadangan Umum

Cadangan umum yaitu cadangan dan penyisihan laba yang ditahan atau dari laba

bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat pesetujuan rapat umum pemegang

saham atau rapat angota.

7) Cadangan tujuan

Cadangan tujuan yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk

tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau

rapat anggota.

8) Laba tahun lalu

Laba tahun lalu yaitu seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak dan

belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umu pemegang saham atau rapat

anggota.

9) Laba tahun berjalan

Laba tahun berjalan yaitu 50% dari laba tahun buku berjalan setelah dikurangi.

b. Modal Pelengkap

1) Cadangan revaluasi aktiva tetap

Cadangan revaluasi aktiva tetap yaitu cadangan yang dibentuk dan selisih

penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat

Jenderal Pajak.

2) Penyisihan penghapusan aktiva produktif

Penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu cadangan yang dibentuk dengan

cara membebani laba rugi tahun berjalan.

3) Modal pinjaman

Modal pinjaman yaitu hutang yang didukung oleh isntrumen atau warkat yang

memliki sifat seperti modal.

4) Pinjaman subordinasi

Pinjaman subordinasi yang mempunyai ciri – cirri adanya perjanjian tertulis antara

bank dengan pemberi pinjaman.

Page 340: 936-1948-1-SM

333

c. Return on Assets ( ROA )

Return on Assets ( ROA ) keuangan perusahaan yang berkaitan dengan profitabilitas.

ROA berfungsi untuk megukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar

ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan,semakin efisien penggunaan aktiva

sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor karena

perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi.Return On Asset

menentukan jumlah pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset-aset perusahaan

dengan menghubungkan pendapatan bersih ke total aset-aset.(Keown, Martin, Petty,

dan Scott JR, 2004:77). Nilai Return on Assets dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Analisis ROA dapat digunakan sebagai tolak ukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan menggunakan seluruh total kekayaan yang

dimilikinya, dengan menyesuaikan beban – beban yang digunakan untuk membiayai

assetnya.

d. Loan to Deposit Ratio ( LDR )

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (2005:116) menyatakan bahwa

loan to deposit ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank

dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian

likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang

dilakukan nasabah deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan sebagai

sumber likuiditasnya. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari

LDR suatu bank adalah sekitar 85%. Akan tetapi, batas toleransi berkisar antara 85% -

100%. Tetapi menurut kasmir (2003 : 272 ), batas aman untuk LDR menurut peraturan

pemerintah adalah maksimum 110%.

e. Non Perfoming Loan (NPL) Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola

kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang

diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit

bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (Almilia

dan Herdiningtyas, 2005). Menurut Riyadi (2006), risiko kredit yaitu risiko yang timbul

apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang

harus dibayarnya.

Menurut Kuncoro dan Suharjono (2001) :“Kredit bermasalah adalah suatu keadaan

dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya

kepada bank sesuai dengan perjanjian. Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank

Page 341: 936-1948-1-SM

334

Indonesia merupakan kredit yang digolongkan kedalam kolektibilitas kurang lancar,

diragukan dan macet. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

NPL = X 100%

f. Suku Bunga

Menurut Budiono (1996 : 76), suku bunga adalah harga yang harus dibayar

apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti.

Adanya kenaikan suku bunga yang tidak wajar akan menyulitkan dunia usaha

untuk membayar beban bunga dan kewajiban, karena suku bunga yang tinggi akan

menambah beban bagi perusahaan sehingga secara langsung akan mengurangi

profit perusahaan. Jadi suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk

menggunakan daya belinya. Suku bunga merupakan salah satu variable dalam

perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang

luas. Bunga mempengaruhi secara langsung hehidupan masyarakat keseharain dan

mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian mulai dari segi

konsumsi, kredit, obligasi, serta tabungan. Edmister mengemukakan tiga istilah

yang berkaitan dengan suku bunga yaitu

g. Kerangka Pikir Penelitian

h. Hipotesis Penelitian

Ha1: Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat suku bunga

terhadap Return on Assets ( ROA )

ROA berfungsi untuk megukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin

besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, semakin efisien penggunaan

aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor

karena perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi.

Ha2: Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat suku bunga

terhadap Loan to Deposit Ratio ( LDR )

Total NPL

Total Kredit

Suku Bunga

Deposito (X)

ROA (Y1)

LDR (Y2)

NPL (Y3)

Page 342: 936-1948-1-SM

335

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali

penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang

diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan

indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.

Dengan banyaknya dana bank yang berasal dari deposito nasabah maka sektor

formal dalam kegiatan perbankan akan berjalan dengan baik dan tidak

menimbulkan kelesuan kegiatan operasional bank. Semakin kecil tingkat suku

bunga, maka akan semakin bagus untuk pencetakan laba yang akan diperoleh.

Ha3: Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat suku bunga

terhadap Non Perfoming Loan ( NPL )

Non Perfoming Loan adalah salah satu cara untuk menilai kinerja fungsi bank

dalam mengelola bisnisnya. NPL berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan.

Semakin tinggi NPL maka semakin menurun kinerja atau profitabilitas perbankan

dimana adanya kredit bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan aktiva

produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan

(income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh

buruk pada rentabilitas (profitabilitas) bank.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai tempat penelitian

untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, yaitu pada perusahaan Perbankn umum

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2012. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 - 2012.

Diketahui bahwa pada tahun 2009 ada 32 Perusahaan Perbankan umum yang terdaftar di BEI

pada tahun 2010 ada 34 Perusahaan Perbankan umum yang terdaftar di BEI, dan tahun 2011

ada 31 perusahaan perbankan umum yang terdaftar di BEI, sedangkan untuk tahun 2012 ada

32 perusahaan perbankan umum yang terdaftar di BEI. Berdasarkan kreteria tersebut maka

diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 14 sampel, yang terdiri dari sampel tahun

2009 sampai dengan 2012.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi sederhana

analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara 2 variabel saja, dimana terdiri dari 1

variabel independent (bebas), dan variable dependent (terikat) dan juga digunakan untuk

membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut umtuk membuat perkiraan

(prediction). Namun sebelumnya harus dilakukan Uji Kausalitas data dengan pengujian

Normalitas dan Uji Asumsi Klasik dengan alat bantu SPSS (Statistical Product and Service

Solution) yang berguna untuk membantu pengujian secara statistik.

1. Uji Kualitas data

Uji Kualitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Normalitas. Uji Normalitas

digunakan untuk mengetahui apakah dalam metode regresi, variabel terikat dan variabel

bebas keduanya mempunyai berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini Uji

Normalitas menggunakan grafik normal probability plot.

2. Uji Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana adalah pengaruh antara 2 variabel saja, dimana terdiri dari 1

variabel independent (bebas), dan variable dependent (terikat) dan juga digunakan untuk

membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut umtuk membuat perkiraan

(prediction).

3. Pengujian Hipotesis

Uji Parsial (Uji-t)

Page 343: 936-1948-1-SM

336

Uji-t merupakan pengujian masing-masing variabel bebas secara sendiri-sendiri yang

dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dengan menganggap variabel independen lain konstan (cateris paribus). Dasar

pengambilan keputusannya adalah, Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ha diterima, Jika

nilai signifikan > 0,05, maka Ha ditolak.

Adapun model regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ket:

Y 1,2,3 = Kinerja Return on assets (ROA) Loan to Deposit Ratio (LDR)

dan Non Perfoming Loan (NPL) yang dipengaruhi oleh tingkat

suku bunga deposito Berjangka.

a = konstanta

b = koefisien regresi, merupakan besarnya perubahan variabel

terikat akibat perubahan tiap-tiap unit variabel bebas.

x = Tingkat suku bunga deposito berjangka

e = Kesalahan residual (error)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Regresi Sederhana Y1

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .673 .188 3.578 .001

SUKU_BUNGA -7.672 3.006 -.311 -2.552 .013

a. Dependent Variable: ROA

Sumber : Hasil olah data SPSS, 2013

Penelitian ini menggunakan industri perbankan berjumlah 16 bank yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 - 2012 sebagai sampel penelitian. Data yang

digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan tahunan, laporan keuangan perusahaan.

jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 64. dari kedua variabel yang

dimasukkan kedalam model yaitu (ROA dan Suku Bunga) mendapatkan hasil uji regresi

sederhana yang signifikan pada α = 5%. Maka dapat diperoleh persamaan regresi sederhana

sebagai berikut :

Y1 = a + bx

+ e

Y2 = a + bx

+ e

Y3 = a + bx

+ e

Page 344: 936-1948-1-SM

337

Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data tersebar di sepanjang garis

diagonal dan grafik memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal, artinya

model regresi memenuhi asumsi normalitas. Berdasarkan tabel hasil pengujian menunjukan

bahwa tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%).

Adapun hasil output pengujian secara parsial dari aspek-aspek variabel independen terhadap

variabel dependen adalah sebagai berikut:

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .673 .188 3.578 .001

SUKU_BUNGA -7.672 3.006 -.311 -2.552 .013

a. Dependent Variable: ROA

a. Pengujian Hipotesis antara tingkat suku bunga terhadap ROA ( Return On Asset )

Ha1:Terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap ROA (

Return On Asset )

H01:Tidak terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap ROA

( Return On Asset )

Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar -2.552 dengan nilai p-value (Sig) sebesar

0.013 berada lebih kecil dari level of significance 0.05 (5%), sehingga hipotesis pertama

berhasil menolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga secara

satistik berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA ( Return On Asset ). Artinya Hal ini

menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negative signifikan terhadap ROA. Return

on assets merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur

efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset

yang dimilikinya.

Uji Regresi Sederhana Y2

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .792 .086 9.261 .000

SUKU_BUNGA .060 1.361 .006 .044 .965

a. Dependent Variable: LDR

ROA = 0,673-7,672x + ε

Page 345: 936-1948-1-SM

338

Dari kedua variabel yang dimasukkan kedalam model yaitu (LDR dan Suku Bunga

Deposito Bank) mendapatkan hasil yang tidak signifikan karena > α = 5% (0,05).Maka

dapat diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut :

Berdasarkan hasil Uji normalitas data yang dilakukan dengan uji statistic non-parametik

Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan melihat apakah distribusi data mempunyai

perbedaan yang signifikan atau tidak dengan nilai standar baku. Jika terdapat perbedaan

yang signifikan (taraf signifikansi < 0,05) maka distribusi data berbeda dengan standar

baku atau dinyatakan tidak normal. Sedangkan jika tidak terdapat perbedaan yang

signifikan (taraf signifikansi > 0,05) maka distribusi data tidak berbeda dengan standar

baku atau terdistribusi secara normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SUKU_BUNGA LDR

N 64 64

Normal Parametersa,b Mean .061525 .796195

Std. Deviation .0130621 .1399758

Most Extreme Differences

Absolute .153 .059

Positive .153 .042

Negative -.069 -.059

Kolmogorov-Smirnov Z 1.224 .468

Asymp. Sig. (2-tailed) .100 .981

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Dari hasil uji normalitas diatas maka dinyatakan data tersebut tidak normal, jadi dari data

diatas untuk LDR dan Suku Bunga Deposito Bank dinyatakan memenuhi asumsi

normalitas karena nilainya di atas dari 0,05.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .792 .086 9.261 .000

SUKU_BUNGA .060 1.361 .006 .044 .965

a. Dependent Variable: LDR

a. Pengujian Hipotesis antara tingkat suku bunga terhadap LDR (Loan to Deposite Ratio )

Ha2:Terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap LDR(

Loan to Deposite Ratio )

H02:Tidak terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap

LDR (Loan to Deposite Ratio ).Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar 0.044

dengan nilai p-value (Sig) sebesar 0.965 berada lebih besar dari level of significance

0.05 (5%), sehingga hipotesis kedua menolak Ha dan menerima H0.Sehingga dapat

LDR = 0,792 + 0,60x + ε

Page 346: 936-1948-1-SM

339

disimpulkan tingkat suku bunga secara satistik berpengaruh positif tidak signifikan

terhadap LDR (Loan to Deposite Ratio ).LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan

deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan

likuiditas bank yang bersangkutan. Dengan banyaknya dana bank yang berasal dari

deposito nasabah maka sektor formal dalam kegiatan perbankan akan berjalan dengan

baik dan tidak menimbulkan kelesuan kegiatan operasional bank. Semakin kecil tingkat

suku bunga LDR, maka akan semakin bagus untuk pencetakan laba yang akan

diperoleh. Kinerja LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko tidak

tertagihnya pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian.

Sebaliknya, Semakin besar atau tinggi tingkat suku bunga LDR, maka akan semakin

kurang laba yang akan diperoleh.

Uji Regresi Sederhana Y3

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -3.347 .909 -3.682 .001

SUKU_BUNGA -19.987 14.471 -.177 -1.381 .172

a. Dependent Variable: LN_NPL

dari kedua variabel yang dimasukkan kedalam model yaitu (NPL dan Suku Bunga

Deposito Bank) mendapatkan hasil yang tidak signifikan karena > α = 5% (0,05).

Maka dapat diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut :

Berdasarkan hasil Uji normalitas data yang dilakukan dengan uji statistic non-

parametik Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan melihat apakah distribusi

data mempunyai perbedaan yang signifikan atau tidak dengan nilai standar baku. Jika

terdapat perbedaan yang signifikan (taraf signifikansi < 0,05) maka distribusi data

berbeda dengan standar baku atau dinyatakan tidak normal. Sedangkan jika tidak

terdapat perbedaan yang signifikan (taraf signifikansi > 0,05) maka distribusi data

tidak berbeda dengan standar baku atau terdistribusi secara normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LN_NPL SUKU_BUNGA

N 61 61

Normal Parametersa,b

Mean -4.5755 .061461

Std. Deviation 1.47978 .0131030

Most Extreme Differences Absolute .153 .157

NPL = 0,54-0,020x + ε

Page 347: 936-1948-1-SM

340

Positive .153 .157

Negative -.147 -.068

Kolmogorov-Smirnov Z 1.193 1.227

Asymp. Sig. (2-tailed) .116 .098

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Dari hasil uji normalitas diatas maka dinyatakan data tersebut tidak normal, jadi dari

data diatas untuk NPL dan Suku Bunga Deposito Bank dinyatakan memenuhi asumsi

normalitas karena nilainya di diatas dari 0,05.

Pengujian Hipotesis antara tingkat suku bunga terhadap NPL (Non Performing Loan )

Ha3:Terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap NPL

(Non Performing Loan )

H02:Tidak terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap

LDR (Loan to Deposite Ratio ).Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar -1,381

dengan nilai p-value (Sig) sebesar 0.172 berada lebih besar dari level of significance

0.05 (5%), sehingga hipotesis kedua menolak Ha dan menerima H0.Sehingga dapat

disimpulkan tingkat suku bunga secara satistik berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap NPL (Non Performing Loan ).NPL yang tinggi menyebabkan timbulnya

masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (utang tidak

bisa ditagih), ataupun solvabilitas (modal berkurang). Semakin tinggi suku bunga maka

resiko tingkat terjadinya kredit macet akan rendah, karena nasabh tidak tertarik untuk

mengajukan kredit sehingga akan menurunkan kinerja perbankandan profitabilitas

perbankan dimana adanya kredit bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan

aktiva produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan

(income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh buruk

pada rentabilitas (profitabilitas) bank. Agar kinerja berapor biru, maka setiap bank

harus menjaga NPL-nya di bawah 5%. Hal ini sejalan dengan ketentuan bank

Indonesia.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -3.347 .909 -3.682 .001

SUKU_BUNGA -19.987 14.471 -.177 -1.381 .172

a. Dependent Variable: LN_NPL

Page 348: 936-1948-1-SM

341

KESIMPULAN

1. Secara Statistik diketahui Terdapat pengaruh negatif signifikan antara Suku bunga

terhadap ROA (Return On Asset). Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh

negative signifikan terhadap ROA

2. Secara Statistik penelitian dihasilkan kalau Suku Bunga terbukti berpengaruh secara

positif tidak signifikan terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).

3. Secara Statistik penelitian dihasilkan kalau variabel Suku bunga berpengaruh negatif tidak

signifikan NPL (Non Performing Loan)

SARAN

Beberapa keterbatasan mempengaruhi hasil penelitian dan perlu menjadi

bahan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Adapun saran dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya menambah jumlah periode penelitian.

2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambahkan objek penelitian tidak

hanya pada lembaga keuangan bank, melainkan mencakup pula lembaga keuangan

lainnya, misalnya lembaga keuangan pembiayaan kredit (finance) di Indonesia sehingga

hasilnya dapat digunakan untuk menggeneralisasi seluruh industri keuangan. Serta

menambahkan sumber pendapatan bank yang lain. Contoh : DPK ( Dana Pihak Ketiga),

Biaya admin, dll.

3. Jika perusahaan perbankan ingin mengoptimalisasikan labanya bisa menggunakan variabel

lain dan semoga penelitian ini bisa menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica dan Anton Wahyu Utomo, 2006, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia, Jurnal Ekonomi

dan Bisnis ANTISIPASI, Vol.10, No. 1.

Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Eko, Yohannes Yuni, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia 2006-2008, SKRIPSI Manajemen

UNDIP

Hardono Mardiyanto,2008,”Intisari Manajemen Keuangan,Jakarta:Granindo.

Hasibuan, H. Malayu S.P., 2007, Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Herdaru Purnomo – detik finance Rabu,13/06/2012, http://finance.detik.com/read/2012/06/13

J.Supranto.2001,”Statistik”,Jakarta:Erlangga.

Kasmir. 2006. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 349: 936-1948-1-SM

342

Kasmir, SE, MM, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta : PT.RajaGrafindo

Persada, 2008)

Keown J Arthur, John D Martin, J William Petty & David F Scoot,Jr.2004, Manajemen

Keown J

Arthur, John D Martin, J William Petty & David F Scoot,Jr.2004, Manajemen Keuangan

(prinsip dan penerapan). Cetakan Pertama.Edisi10. Jilid 1.PT Indeks.

Mia Lasmi Wardiah.2013,”Dasar-Dasar Perbankan”,Bandung:PustakaSetia.

Prof.Dr.Husaini Usman,M.Pd.,M.T dan R Purnomo Setiady Akbar,M.Pd,.2006,”Edisi

Kedua,Jakarta:PT Bumi Aksara.

Siamat, Dahlan, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Badan Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Sova Sandrawati.2012,8 Mei 2012 http://www.sinarpaginews.com

Yohanes Yuni Eko Nugroho,2010,”Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2006 –

2008”,Semarang.

Page 350: 936-1948-1-SM

343

PENGARUH KARAKTERISTIK SASARAN ANGGARAN TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL (Studi Kasus di Universitas Swasta X)

Rudy Setiawan

Fakultas Ekonomi/Akuntansi

Universitas Esa Unggul

Jakarta

([email protected])

ABSTRAKSI

Penelitian ini dilakukan pada salah satu Universitas Swasta yang ada berlokasi di Jakarta

Barat, Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

karakteristik sasaran anggaran yang terdiri atas partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan

sasaran anggaran, evaluasi sasaran anggaran, umpan balik sasaran anggaran, dan kesulitan

sasaran anggaran berpengaruh secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap

kinerja manajerial.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode survey, Jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang terdiri dari data primer. Data

primer pada penelitian ini, berasal dari hasil kuisioner yang telah diisi oleh para pemegang

anggaran di setiap departemen dan fakultas di Universitas Swasta X. Pengujian dalam

penelitian ini menggunakan uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, Uji-t dan Uji-F.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Karakteristik Sasaran Anggaran secara parsial

hanya variable kejelasan sasaran anggaran dan umpan balik sasaran anggaran yang

mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, sedangkan partisipasi

penyusunan anggaran, evaluasi dan kesulitan sasaran anggaran tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Secara simultan karakteristik sasaran anggaran

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial di Universitas Swasta X.

Kata kunci: Karakteristik Sasaran Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Kesulitan

Sasaran Anggaran, Evaluasi Sasaran Anggaran, Umpan Balik Sasaran

Anggaran, Kesulitan Sasaran Anggaran, dan Kinerja Manajerial

PENDAHULUAN

Sistem perencanaan/penganggaran merupakan komponen yang sangat penting dalam

sebuah organisasi yang berdasarkan pada fungsi perencanaan keuangan. Menurut Rudianto

dalam bukunya menjelaskan bahwa di dalam suatu organisasi terdapat empat fungsi pokok

anggaran, yaitu Planning (perencanaan), Organising (pengorganisasian), Actuating

(menggerakkan), dan Controlling (pengendalian). Dengan adanya empat fungsi pokok

anggaran diharapkan organisasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien dari waktu kewaktu

baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Selain fungsi anggaran terdapat

Budgetary Goal Characteristics BGC yang menjelaskan secara langsung hubungan antara

anggaran dengan manajemen. Menurut Kenis (1979) ada lima Budgetary Goal Characteristics

(BGC)/ Karateristik Sasaran Anggaran (KSA), yaitu partisipasi penyusunan anggaran

Page 351: 936-1948-1-SM

344

(budgetary participation), kejelasan sasaran anggaran (budget goal clearity), umpan balik

anggaran (budgetary feedback), evaluasi anggaran (budgetary evaluation) dan kesulitan

sasaran anggaran (budget goal difficulty).

Dalam beberapa penelitian sebelumnya, pembahasan mengenai karakteristik sasaran

anggran terhadap kinerja manajerial pernah dilakukan dan hasil penelitian menunjukkan

ketidak konsistenan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ida dan

Ketut (2008) menyatakan bahwa Budgetary Goal Characteristic tidak berpengaruh terhadap

kinerja manajerial pada rumah sakit pemerintah di Kota Denpasar.

Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kornelius (2008)

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan partisipasi manajer dalam penganggaran

berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dan komuniaksi. Kemudian dalam penelitian

yang dilakukan oleh Renny (2008) menunjukkan bahwa partisipasi manajer dalam

penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajeril. Selanjutnya penelitian yang

pernah dilakukan oleh Andy (2009) menyatakan bahwa keadilan procedural berpengaruh

positif terhadap kinerja manajerial dan melalui budgetary goal characteristics menunjukkan

pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.

Dengan temuan ketidak konsistenan dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan

masih belum banyaknya penelitian mengenai ke kelima kompenen karateristik sasaran

anggaran yang saling berkaitan satu sama lain. Maka dapat dirumuskan pernyataan penelitian

: apakah Kejelasan Sasaran Anggaran yang terdiri dari partisipasi penyusutan, kejelasan

sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran dan kesulitan anggaran

berpengaruh terhadap kinerja manajerial Universitas Swasta X?

Dengan demikian maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “

Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial” studi kasus

pada Universitas Swasta X.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan diatas, makan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengkaji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja

manajerial.

2. Untuk mengkaji pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial

3. Untuk mengkaji pegaruh evaluasi anggaran terhadap kinerja manajerial.

4. Untuk mengkaji umpan balik anggaran terhadap kinerja manajerial.

5. Untuk mengetahui pengaruh kesulitan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial..

KAJIAN TEORI

1. Landasan Teori

Teori yang akan di uji dalam penelitian ini ada Goal Setting Theory. Yang mana

teori ini digunakan oleh Kenis sebagai dasar teori penelitiannya. Menurut Edwin Locke

dalam sebuah situs online mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat

macam mekanisme motivasional yakni:

Page 352: 936-1948-1-SM

345

1. Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian.

2. Tujuan-tujuan mengatur upaya.

3. Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi.

4. Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

2. Karakteristik Anggaran

Untuk memperoleh konsep yang lebih jelas mengenai anggaran, berikut ini diuraikan

karateristik anggaran menurut Mulyadi (1997) sebagai berikut:

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.

2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

3. Anggaran berisis komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para

manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang

ditetapkan dengan anggaran.

4. Usulan anggaran ditelaah dan diisesuaikan oleh pihak yang berwenang lebih tinggi

dari penyusunan anggaran.

5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.

6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan

selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

3. Kinerja Manajerial

Mahoney, Jerdee dan Carol (1965) dalam Badriah dkk (2013) mendefinisikan kinerja

manajerial berdasarkan fungsi-fingsi manajemen yang ada dalam teori manajemen klasik,

yaitu seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam

meliputi:

1. Perencanaan yaitu menentukan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya

dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan

datang.

2. Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan

dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuat laporan, sehingga

mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang

telah dilakukan.

3. Koordinasi, menyelenggarakan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan

orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dean

menyesuaikan program yang akan dijalankan.

4. Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan olah pimpinan terhadapat rencana yang telah

dibuat, dan ditujunka untuk menilai pegawai dan cacatan hasil kerja sehingga dari hasil

penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan.

5. Supervisi, yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan.

6. Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja,

meyeleksi pekerjaan baru, menetapkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam

unitnya atau unit kerja lainnya.

7. Negoisasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan

atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.

8. Perwakilan, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi dan kegiatan-kegiatan

organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan

kantor-kantor lain.

Page 353: 936-1948-1-SM

346

METODE PENELITIAN

1. Hipotesis

H1 : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial

H2 : Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

H3 : Evaluasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

H4 : Umpan balik anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

H5 : Kesulitan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

H6 : Partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, evaluasi

sasaran anggaran, umpan balik sasaran anggaran dan kesulitan sasaran

anggaran terhadap kinerja manajerial

2. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode Survei, Jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang terdiri dari data primer. Data

primer pada penelitian ini, berasal dari hasil kuisioner yang telah diisi oleh karyawan

disetiap departemen Universitas Swasta X

3. Metode Analisis Data

a) Uji Kualitas Data

Menurut (Huck dan Cormier 1996), kualitas data dalam sebuah penelitian

dapat dievaluasi dengan melakukan uji reliabilitas dan validitas.

1) Uji Validitas

Uji validitas, digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.

Uji ini maksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah instrument penelitian yang

telah disusun benar-benar akurat sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya

diukur didalam kuesioner. Menurut (Ghozali, 2002), jika r hitung untuk tiap butir

dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r table

dan nilai pisitif, maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid.

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas, merupakan uji yang menunjukkan sejauh mana suatu hasil

pengukuran relatif konsisten jika diulangi beberapa kali (Supramono dan Utami

2004). Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut

Uma Sekaran, pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas sebagai berikut

(Sekaran 2003):

1) Cronbach‟s alpha < 0,6 = reliabilitas buruk

2) Cronbach‟s alpha 0,6 – 0,79 = reliabilitas diterima

3) Cronbach‟s alpha 0,8 = reliabilitas baik

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu statistik.

b) Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji Asumsi Klasik dengan Uji Normalitas data dilakukan sebelum data diolah

berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas bertujuan

untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal.

2) Uji Multikolinieritas

Page 354: 936-1948-1-SM

347

Uji Asumsi Klasik dengan Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

di antara viriabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabel-variabel

tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan.

3) Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara

variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode

sebelumya. Autokorelasi timbul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lain.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana terjadi ketidaksamaan varian

dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Model regresi yang

baik adalah tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Dalam hal ini penulis akan

menggunakan metode grafik regresi sebagai alat uji untuk mengetahui apakah

terjadi masalah heteroskedastisitas.

c) Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, terdapat 5 variable independen (X) dan 1 variable

dependen (Y) maka untuk menguji hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi

berganda dengan menggunakan bantuan Statistical Product and Service Solution

(SPSS). Regresi ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu variable dengan

variable lain.

Budgetary Goal Characteristic (BGC) terdiri dari 5 karakteristik, pengujian

dilakukan dengan menguji karakteristik BGC dengan variable Kinerja Manajerial

dengan persamaan regresinya adalah:

Y = a + b1X1 +b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + …. bkXk + e

Dimana:

Y = Kinerja Manajerial

a = Konstanta

X1 = Partisipasi Penyusunan Anggaran

X2 = Kejelasan Sasaran Anggaran

X3 = Evaluasi Anggaran

X4 = Umpan Balik Anggaran

X5 = Kesulitan Sasaran Anggaran

X6 = Secara Simultan

b1,..b6 = Koefisien Regresi

e = Eror

1) Uji T Test (Uji Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu

parameter (bi) sama dengan nol, atau :

H0 : bi = 0

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen.

Page 355: 936-1948-1-SM

348

Hipotesis alternatifnya (H1) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,

atau:

HA : bi ≠ 0

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

dependen

2) Uji Analysis of Variance (Anova) / Uji F Test (Uji Simultan/Uji Global)

Uji F adalah uji yang dilakukan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari

variable bebas (X1, X2, …Xk) dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau

keragaman variable terkait (Y). Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

semua variable bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol.

Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji adalah apakah semua parameter dalam

model sama dengan nol, atau:

H0 : b1 = b2 = … bk = 0

Artinya, apakah semua variable independen bukan merupakan penjelasan yang

signifikan terhadap variable independen.

Hipotesis alternatif (H1) tidak semua parameter secara simulan sama dengan

nol, atau

H1 : b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

1. Data Kuesioner

Hasil survei dari 39 kuesioner yang diberikan kepada responden di Universitas

Swasta X, hanya 33 kuesioner yang kembali dan diolah dalam penelitian ini sehingga

dalam penelitian ini memperoleh respon rate sebesar 84,6%, hal ini dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Data Hasil Kuesioner

Keterangan Jumah

Kuesioner yang dikirim 39

Kuesioner yang kembali 33

Kuesioner yang tidak kembali 6

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian 33

Tingkat pengembalian (Respon rate) 84,6%

2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan bagaimana cara

mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguaraikan, data sehingga

mudah dipahami. Dalam penelitian ini, statistik deskriptif dilihat dari nilai rata-rata

(mean), maksimum, minimum dan standar deviasi suatu variabel. Hasil statistik

deskriptif dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 356: 936-1948-1-SM

349

Tabel 2. Statistik Deskriptif

Pada table 2 di atas menggambarkan variabel-variabel yang diteliti baik independen

maupun variabel dependen. Di bawah ini merupakan penjelasan dari tabel 5.2 statistik

deskriptif.

a. N dalam tabel menunjukkan banyaknya data. Data dalam penelitian ini berjumlah 30

sampel, yang berarti semua data mengenai partisipasi penyusunan anggaran (PPA),

kejelasan sasaran anggaran (KSA), umpan balik sasaran (UBA), evaluasi sasaran

anggaran (ESA), kesulitan sasaran anggaran (KESA) dan kinerja manajerial (KM) .

b. Maximum adalah nilai tertinggi dari setiap pengamatan. Data maximum dari PPA (21),

KSA (12), UBA (143), ESA (36), KESA (23) , dan KM (6,52).

a. Mean (rata-rata) merupakan jumlah seluruh angka pada data dibagi dengan

jumlah data yang ada. Mean dari PPA (14,87), KSA (9,13), UBA (9,17), ESA

(27,63), KESA (17,10) dan KM (1,3862).

Standar deviasi dalam tabel menggambarkan variasi dari variabel-variabel tersebut.

3. Hasil Pengujian Hipotesis

Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial

Sumber : Lampiran Uji Regresi

Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis Anova Secara Simultan (F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 289.491 5 57.898 3.926 .010b

Residual 353.976 24 14.749

Total 643.467 29 a. Dependent Variabel: KM b. Predictors: (Constant), KESA, UBA, KSA, ESA, PPA

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 11.932 4.808 2.482 .020 PPA .005 .337 .004 .016 .988 .406 2.464

KSA 1.438 .473 .530 3.038 .006 .753 1.329

UBA .803 .386 .377 2.078 .049 .695 1.439

ESA -.042 .182 -.052 -.230 .820 .449 2.228

KESA -.028 .284 -.021 -.099 .922 .505 1.980

a. Dependent Variabel: KM

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 11.932 4.808 2.482 .020 PPA .005 .337 .004 .016 .988 .406 2.464

KSA 1.438 .473 .530 3.038 .006 .753 1.329

UBA .803 .386 .377 2.078 .049 .695 1.439

ESA -.042 .182 -.052 -.230 .820 .449 2.228

KESA -.028 .284 -.021 -.099 .922 .505 1.980

a. Dependent Variabel: KM

Page 357: 936-1948-1-SM

350

4. Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil analisis

determinasi dapat dilihat pada tabel 5.10.

Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar 0,450 atau 45%. Hal ini

menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh Variabel independen, yaitu

Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Umpan Balik Anggaran,

Evaluasi Sasaran Anggran dan Kesulitan Sasaran Anggaran terhadap Variabel Kinerja

Manajerial sebesar 45%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan dalam model

mampu menjelaskan sebesar 45% variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya 55%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

a. Model Summary

Hasil analisi regresi pada tabel 5 menunjukkan R sebesar 0.671 yang berarti bahwa

korelasi atau hubungan antara karakteristik sasaran anggaran dengan kinerja

manajerial mempunyai hubungan yang kuat sebesar 67,1%, dikatakan kuat karena

angaka tersebut berada di atas 0,5 atau diatas 50%. Untuk nilai R Square atau nilai

koefisien determinasi sebesar 0,450 yang berarti bahwa Variabel dependen (kinerja

manajerial) mempu menjelaskan Variabel independen (partisipasi penyusunan

anggran, kejelasan sasaaran anggran, umpan balik sasaran anggran, evaluasi sasaran

anggaran dan kesulitan sasaran anggaran) sebesar 45%. Dan selebihnya 55% (100% -

45%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diikutkan dalam

penelitian ini.

b. Uji t Test

Untuk hasil penelitian secara parsial pada tabel 3 hasil penelitian menunjukkan

bahwa Variabel yang tidak mempunyai pengaruh signifikan adalah Variabel

partisipasi penyusunan anggaran (X1), evaluasi anggaran (X4) dan kesulitan sasaran

anggaran (X5) Sedangkan untuk Variabel yang mempunyai pengaruh signifikan

adalah Variabel kejelasan sasaran anggaran (X2) dan umpan balik anggaran (X3).

1) Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1)

Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Partisipasi Penyusunan

Anggaran (X1) tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t

hitung sebesar 0,016 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa

dalam partisipasi penyusunan anggaran di Universitas Swasta X kepala

departemen tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan sasaran

anggaran di departemennya (tidak adanya feedback antara kepala departemen

dengan bawahan). Penetapan sasaran anggaran oleh kepala departemen tidak

berada di bawah kendali kepala departemen.

2) Kejelasan Sasaran Anggaran (X2)

Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Kejelasan Sasaran

Anggaran (X2) berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t hitung

sebesar 3,038 lebih besar dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa dalam

penentuan sasaran anggaran di Universitas X kepala departemen mengetahui

dengan jelas dan spesifik sasaran anggaran yang ingin dicapai, kepala departemen

memiliki pemahaman yang jelas atas sasaran anggaran yang prioritas dan bukan

prioritas dan sasaran anggaran disetiap departemen jelas dan tidak mendua.

3) Umpan Balik Anggaran (X3)

Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Umpan Balik

Anggaran (X3) berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t hitung

Page 358: 936-1948-1-SM

351

sebesar 2,078 lebih besar dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa dalam

Universitas Swasta X, Kepala departemen menerima cukup banyak umpan balik

mengenai pencapaian sasaran di setiap departemen, serta pengarahan atas

penyimpangan anggaran yang terjadi.

4) Evaluasi Sasaran Anggaran (X4)

Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Evaluasi Sasaran

Anggaran (X4) tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t

hitung sebesar -0,230 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa

tidak ada evaluasi anggaran yang dilakukan oleh kepala departemen dalam

Universitas Swasta X. Hal ini bisa terjadi karena tidak adanya penjelasan

mengenai penyimpangan anggaran didalam evaluasi kerja, kepala departemen

tidak menjelaskan atas item-item yang melampaui anggaran yang berada diluar

kendali. Tidak ada feedback antara atasan dengan bawahan atas ketidakpuasan

hasil yang dicapai didalam departemen masing-masing.

5) Kesulitan Sasaran Anggaran (X5)

Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Kesulitan Sasaran

Anggaran (X5) tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t

hitung sebesar -0,099 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa

tidak ada kesulitan dalam sasaran anggaran di Universitas Swasta X. hal ini bisa

terjadi jika didukung dengan tidak adanya kesulit dalam mencapai sasaran

anggaran, tidak ada keahlihan kusus atau pengetahuan yang tinggi dalam

pencapaian sasaran anggaran, serta sangat longgarnya sasaran di setiap

departemen.

c. Uji F Test

Untuk hasil penelitian secara simultan pada tabel 4 menunjukkan bahwa

Karakteristik Sasaran Anggaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Kinerja Manajerial di Universitas Swasta X. Secara keseluruhan fakultas dan

departemen-departemen yang memegang anggaran direfleksikan dalam Karakteristik

Sasaran Anggaran dan memiliki persepsi yang dapat diterima terhadap partisipasi

penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik

anggaran dan kesulitan sasaran sasaran anggaran dalam mengkomunikasikan kinerja

di Universitas Swasta X.

SARAN DAN KESIMPULAN

1. Kesimpulan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan, landasan teori, hasil analisis data, pengujian

hipotesis, dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Karakteristik Sasaran

Anggaran secara parsial hanya variable kejelasan sasaran anggaran dan umpan balik

sasaran anggaran yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial,

sedangkan partisipasi penyusunan anggaran, evaluasi dan kesulitan sasaran anggaran

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Secara simultan

karakteristik sasaran anggaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

manajerial di Universitas Swasta X.

2. Saran Penelitian

1. Menambah jumlah sampel atau objek dalam penelitian sehingga hasil penelitian lebih

dapat terwakili.

Page 359: 936-1948-1-SM

352

2. Diharapkan penelitian berikutnya juga tidak hanya melakukan metode survei tetapi

juga melakukan wawancara secara langsung sehingga salah persepsi dalam

pertanyaan dikuesioner dapat dihindari

3. Penelitian selanjutnya menambahkan beberapa variable lain seperti variable

komunikasi, goal commitment, keadilan prosedural dan variable intervening. Karena

kinerja manajerial tidak hanya diukur dengan karakteristik sasaran anggaran saja.

DAFTAR PUSTAKA

Analisis Regresi Linier Berganda

http://duwiconsultant.blogspot.com/2011/11/analisis-regresi-linier- berganda.html

pada 30 Agustus 2013, pukul 16.

Apa Itu Uji Asumsi Klasik?

http://olahdatainstan.com/apa-itu-uji-asumi-klasik/

Badriah, Nurul., Pengaruh Partisipaso Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran

Anggaran, Kesulitan Sasaran Anggaran, Evaluasi Anggaran dan Umpan

Balik Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial, Jurnal Skripsi, Universitas

Riau, January, 2013.

Bawono, Andy Dwi Bayu., Peran Budgetary Peran Budgetary Goal Characteristics

Sebagai Variable Intervening Dalam Hubungan Antara Keadilan Prosedural

dan Kinerja Manajerial (Studi pada Pejabat Eselon III dan IV pada

Pemerintah Daerah se-Eks Keresidenan Surakarta), Megister Sains

Akuntansi, Universitas Diponogoro, Semarang, 2009.

Damarik, Ayu Zulaini, 2011. Pengaruh Budgetary Goal Characteristics dan Keadilan

Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Pada Eselon

III dan IV Pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi), Tesis Magister, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Darsono & Purwati. A., Penganggaran Perusahaan, Teknik Mengetahui dan Memahami

Penyajian sebagai Pedoman Pelaksanaan dan Pengendalian Aktivitas Bisnis. Jakarta, 2008.

Dickey, T., Dasar-Dasar Anggaran, Menyusun Perencanaan Keuangan Usaha. Penerbit

PPM. Jakarta, 2004.

Ghozali I. 2007, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. BP Universitas

Diponogoro Semarang.

,2009., Ekonometrika : Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. BP

Universitas Diponogoro Semarang.

Harefa, Kornelius., Analisis Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran

Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komunikasi Sebagai Variable

Moderating Pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk Di Medan, Tesis,

Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008.

Kenis I., Effects of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitudes and

Performance. The Accounting Review Vol. LIV, No. 4. October. 1979.

Page 360: 936-1948-1-SM

353

Nurdini, Allis. (2008). ”Cross-Section Vs Longitudinal : Pilihan Rancangan Waktu

Dalam Penelitian Perumahan Permukiman”. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 34,

No 1, Juli 2008: 52 – 59.

Maisyarah, Renny., Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja

Manajerial Dengan Komunikasi dan Komitmen Sebagai Variable Moderating

Pada PDAM Propinsi Sumatera Utara, Tesis, Universitas Sumatera Utara,

Medan, 2008.

Mulyadi., Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Bagian Penerbit

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. January. 1997.

Munandar. M., Budgeting, Perencanaan Kerja Pengkoordinasian Kerja Pengawasan

Kerja. Yogyakarta.

Murthi, Ida Ayu Mas M. dan Sujana, I Ketut. (2008). “Pengaruh Budgetary Goal

Characteristics Terhadap Kinerja Manajerial Pada Rumah Sakit Pemerintah

Di Kota Denpasar”. Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana Bali.

Dipublikasikan.

Pendidikan Ekonomi, Konsep Dasar Penganggaran – Pengertian Anggaran.

http://www.pendidikanekonomi.com/2012/11/konsep-dasar-penganggaran-

pengertian.html.

Pengertian Statistik, Uji Hipotesis, Regresi Linier Berganda

http://andiwijayanto.blog.undip.ac.id/ pukul 16.42 pada 06 Agustus 2013.

Pengertian Statistik

http://definisipengertian.com/2011/pengertian-statistik

Ramandei, Philipus., Karakteristik Sasaran Anggaran, Sistem Pengendalian Internal dan

Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah, Jurnal Maksi, Vol. 10. January, 2010.

Populasi dan Sample

http://asropi.wordpress.com/tag/cluster-sampling/ diakses pada 20 juli 2013, pukul

01.00.

Rudianto., Penganggaran, Konsep dan Teknis Penyusunan Anggaran. Penerbit Erlangga.

Ciracas, Jakarta.

Shim J.K dan Siegel J.G., Budgeting, Pedoman Lengkap Langkah-langkah

Penganggaran. Penerbil Erlangga. Jakarta. Februari 2000.

Suharyadi dan Purwanto., Statistik untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Penerbit

Salemba Empat. Jagakrsa, Jakarta. 2009.

Teknik Pengujian Validitas dan Reliabilitas

http://marsonobejosuwito.files.wordpress.com/2011/04/spss_3.pdf

31 Juli 2013. pukul.10.32.

Tunggal. A.W., Pokok-Pokok Budgeting. Penerbit Harvarindo, 2008.

Uji Kualitas Data : Uji Validitas dan Reliabilitas Suatu Konstruk Atau Konsep

kk.mercubuana.ac.id/files/99022-11-157641443672.doc

Page 361: 936-1948-1-SM

354

Uji Validitas dan Realibilitas Item Pernyataan Penelitian dilengkapi dengan contoh

Pengerjaan dengan SPSS 16 wajibstat.blogspot.com/2013/04/uji-validitas- dan-

realibilitas-item.html pada 23 Agustus 2013, pukul 16.31.

Welsch. G.A dkk., Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba. Penerbit Salemba

Empat, Jakarta, 2000.

Page 362: 936-1948-1-SM

355

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP TINGKAT

MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

( Study Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta )

Tika Permata

Fakultas Ekonomi/Akuntansi

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat

materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan baik secara parsial maupun simultan.

Jenis penelitian ini adalah kausalitas menggunakan data primer melalui penyebaran

kuesioner pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Responden adalah auditor, pengambilan

sample dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Unit analisis adalah individu.

Data analisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian

Kewajiban Soaial, Keyakinan Terhadap Pofesi, dan Hubungan Dengan Sesama Profesi

berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat materialitas, sedangkan variabel

Kemandirian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat materialitas. R Square

menunjukan 67,9 % sedangkan sisanya 32,1 % dipengaruhi oleh variabel lain.

Kata kunci : Pengabdian pada Profesi, Pengabdian Kewajiban Sosial, Kemandirian,

Keyakinan Terhadap Profesi, Hubungan Sesama Profesi dan Materialitas.

PENDAHULUAN

Penelitian ini mengangkat isu bahwa auditor eksternal yang memiliki pandangan

profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para

pengambil keputusan. Pemeriksaan atas laporan keuangan oleh pihak luar diperlukan,

khususnya untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh

manajemen profesional yang ditunjuk oleh para pemegang saham. Biasanya satu tahun sekali

dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), para pemegang saham akan meminta

pertanggung jawaban perusahaan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Laporan

keuangan merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan dan perlu diaudit oleh auditor

eksternal yang merupakan pihak ketiga yang independen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sejak awal September 2009 hingga kini

telah menetapkan pemberian sanksi pembekuan izin usaha kepada delapan akuntan publik

(AP) dan kantor akuntan publik (KAP). Departemen Keuangan dalam pengumuman yang

diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan, penetapan sanksi pembekuan izin usaha itu berdasar

Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Salah satu

dari Akuntan Publik (AP) yang terkena sanksi adalah Drs. Hans Burhanuddin Makarao. Yang

bersangkutan dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena belum sepenuhnya

mematuhi Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam

Page 363: 936-1948-1-SM

356

pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon tahun buku 2008, yang dinilai

berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen.

Contoh kasus yang terjadi adalah kasus yang menimpa Bank Century, kasus yang

terjadia dalah penyimpangan yang dilakukan oleh Bank Century terhadap Laporan Keuangan

yang dikeluarkan. Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Bank Century yang dianggap

menyesatkan ternyata berisi banyak sekali kesalahan material. Disini peran auditor sangat

dibutuhkan untuk memeriksa laporan keuangan tersebut. Hasil audit BPK tentang Century

dianggap menyesatkan antara lain dikarenakan audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan

memuat "dosa" LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) yang belum secara resmi menetapkan

perhitungan perkiraan biaya penanganan Bank Century secara keseluruhan. Hal tersebut

dapat muncul karena adanya penghilangan informasi fakta material, atau adanya pernyataan

fakta material yang salah harus dikumpulkan.

Materialitas pada tingkat laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji

minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan

keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku umum. Dalam konteks ini, salah saji bias diakibatkan oleh penerapan prinsip

akuntansi secara keliru, tidak sesuai dengan fakta, atau karena hilangnya informasi penting

(Haryono, 2001). Sebagai contoh, jika auditor berkeyakinan bahwa salah saji secara

keseluruhan yang berjumlah kurang lebih Rp 100.000.000,00 akan memberi pengaruh

material terhadap pos pendapatan, namun baru akan mempengaruhi neraca secara material

apabila mencapai angka Rp200.000.000,00 adalah tidak memadai baginya untuk merancang

prosedur audit yang diharapkan dapat untuk mendeteksi salah saji yang berjumlah Rp

200.000.000,00 saja (Hastuti et al., 2003).

Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Auditing

Konrath mendefinisikan auditing sebagai “Suatu proses sistematis untuk secara objektif

mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan

kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut

dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak

yang berkepentingan”.

2. Jenis-jenis Audit

Audit Laporan Keuangan

Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

secara keseluruhan, yaitu informasi-informasi kuantitatif yang diaudit, telah disusun

sesuai dengan kriteria yang digunakan adalah Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum

(PABU).Audit ini dilakukan oleh auditor independen.

Audit Ketaatan

Tujuan dari audit ketaatan adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah

mengikuti prosedur atau peraturan dan kebijakan tertentu yang ditetapkan oleh pihak

yang berwenang baik dari pihak intern maupun pihak ekstern. Pemeriksaan dapat

dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik, bagian internal audit dapat dilakukan oleh

Kantor Akuntan Publik, bagian internal audit dalam perusahaan, kreditor, maupun

pemerintah.

Audit Operasional

Audit operasional merupakan pengkajian (review) atas setiap bagian dari prosedur dan

metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi

dan efektivitas.Audit operasional juga sering disebut sebagai audit manajemen

(management audit) atau audit kinerja (performance audit).

Page 364: 936-1948-1-SM

357

Audit Forensik

Audit forensik merupakan jenis audit yang terspesialisasi penugasannya karena

tujuannya adalah untuk menilai bukti terjadinya fraud atau kecurangan.

3. Pengertian Materialitas

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi

akuntansi, dilihat dari keadaan ynag melingkupinya, yang mungkin dapat mengakibatkan

perubahan pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas

informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.

Peran konsep materialitas itu adalah untuk mempengaruhi kualitas dan kuantitas

informasi akuntansi yang diperlukan oleh auditor dalam membuat keputusan yang

berkaitan dengan bukti. Konsep mateialitas menyatakan bahwa tidak semua informasi

keuangan diperlukan atau tidak semua informasi seharusnya dikomunikasikan. Dalam

laporan keuangan, hanya informasi yang materialitas yang seharusnya disajikan.

Informasi yang tidak material sebaiknya diabaikan atau dihilangkan. Materialitas

seharusnya tidak hanya dikaitkan dengan keputusan investor, baik hanya berdasarkan tipe

informasi tertentu maupun metode informasi yang disajikan. Beberapa penelitian tentang

pertimbangan tingkat materialitas berfokus pada penemuan tentang jumlah konsisten

yang ada diantara para profesional dalam membuat pertimbangan tingkat materialitas.

Ada juga penelitian yang dilakukan, yang berkaitan dengan materialitas memeriksa

pengaruh satu variabel (ukuran suatu item seperti presentase pendapatan) dalam

pertimbangan materialitas.

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah KAP yang terdaftar di IAPI,

sedangkan sampel penelitian adalah para auditor yang bekerja di KAP yang terdaftar di IAPI.

Analisis data yang diguakan yaitu menggunakan analisis:

1. Regresi yang menggunakan analisis regresi berganda, perhitungan yang diunakan yaitu :

Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4 + b5X5

dimana :

Y = Tingkat Materialitas.

a = Konstanta.

b1 = Koefisien Regresi.

X1 = Pengabdian Pada Profesi.

b2 = Koefisien Regresi.

X2 = Kewajiban Sosial.

b3 = Koefisien Regresi.

X3 = Kemandirian.

b4 = Koefisien Regresi.

X4 = Keyakinan Profesi.

b5 = Koefisien Regresi.

X5 = Hubungan Dengan Rekan Seprofesi.

2. Uji Asumsi Klasik yang terdiri dari Uji Normalitas, Uji Multkolineritas, Uji

Heteroskedastisitas, dan Uji Autokorelasi.

3. Uji Hipotesis yang telah ditetapkan, maka perlu diadakan pengujian hipotesis dengan

menggunakan Uji t yang merupakan uji yang dilakukan secara parsial untuk menguji

Page 365: 936-1948-1-SM

358

hubungan variabel secara individu, dan Uji F yang merupakan uji yang dilakukan secara

simultan untuk menguji hubungan variabel secara bersama-sama. Adapun ketentuan yang

digunakan untuk pengujian di atas yaitu:

Uji t = Jika thitung< ttabel maka Ho diterima

Uji F = Jika thitung> ttabel maka Ho ditolak

HASIL

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas menggunakan P-P Plot, dengan criteria apabila titik-titik padaP-

P Plot berada pada garis lurus, maka dapat dinyatakan bahwa distribusi data berasal

dari poplasi yang terdistribusi normal.

Gambar 5.1 Uji Normalitas Data

Berdasarkan hasl diagram P-P Plot dapat diketahui bahwa titik-titik berada pada garis

lurus, seperti tampak pada gambar diatas. Hal ini berarti bahwa data penelitian ini

telah diambil dari poulasi yang terdistribusi normal.

b. Uji Multikolineritas

Tabel 5

Hasil Uji Multikolenieritas Variabel colinearity

tolerance VIF

Pengabdian Pada Profesi 0,324 3,091

Pengabdian Kewajiban Soaial 0,508 1.970

Kemandirian 0,739 1.353

Keyakinan Terhadap Pofesi 0,766 1.306

Page 366: 936-1948-1-SM

359

Hubungan Dengan Sesama Profesi 0,443 2.257

Materialitas 0,324 3.091

Tabel diatas menggambarkan bahwa tidak ada problem multikolinieritas. Hal

ini dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIP)< 10 dan nilai

tolenrance(TOL) yang lebih besar dari 0,10 yaitu pada variabel Pengabdian pada

Profsesi nilai tolenrance sebesar 0324 > 0,10 sedangkan nilai VIF 3,091 < 0,10.

Variabel Pengabdian Kewajiban Sosial nilai tolenrance sebesar 0,508 > 0,10

sedangkan nilai VIF 1,970 < 10. Variabel Kemandirian nilai tolenrance sebesar

0739 > 0,10 sedangkan nilai VIF 1,353 < 0,10. Variabel Keyakinan terhadap

Profesi nilai tolenrance sebesar 0,766 > 0,10 sedangkan nilai VIF 1,306 < 0,10.

Variabel Materialitas nilai tolenrance sebesar 0,324 > 0,10 sedangkan nilai VIF

3,091 < 0,10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar scatterplot terlihat bahwa titik menyebar secara acak serta

tersebar dengan baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini

dpat disimpilkan tidak terjadi Heterokedastisitas pada model regresi berganda.

d. Uji Autokorelasi

Table 5.16

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .815a .664 .639 4.975 1.356

Page 367: 936-1948-1-SM

360

a. Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00003, VAR00004,

VAR00002, VAR00001

a. Dependent Variable: VAR00006

Dari hasil pengujian tersebut nilai Durbin-Watson sebesar 1,356 dan angka

tersebut berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi pada

model regresi.

2. Uji Hipotesis

a. Uji t

Table 5.18

Hasil uji regresi secara parsial ( uji t )

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 21.646 6.302

3.435 0.001

Pengabdian 0.53 0.213 0.308 2.491 0.015

Pks 0.687 0.323 0.21 2.126 0.037

Kemandirian -0.13 0.526 -0.02 -

0.247

0.806

Keyakinan 1.181 0.342 0.277 3.452 0.001

Hubungan 0.558 0.237 0.249 2.358 0.021

Sumber : data primer yang diolah

Hasil uji t diatas menunjukan, bahwa Keyakinan terhadap profesi mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat materialitas, sebab nilai thitung lebih

besar dari ttabel dan taraf signifikan berada dibawah nilai signifikan yaitu 0,05

b. Uji F

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3253.539 5 650.708 27.457 .000a

Residual 1540.433 65 23.699

Total 4793.972 70

a. Predictors: (Constant), Hubungan, Kemandirian, Keyakinan, Pks, Pengabdian

Page 368: 936-1948-1-SM

361

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel atas menunjukkan bahwa nilai

signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-value) 0,05

(0,000 < 0,05). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Pengabdian Pada Profesi,

Pengabdian Kewajiban Soaial, Kemandirian, Keyakinan Terhadap Pofesi dan

Hubungan Dengan Sesama Profesi secara bersama-sama (simultan) mempunyai

pengaruh signifikan terhadap Tingkat Materialitas.

Dengan demikian persamaan regresi yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:

Y = 21.646 + 0.530 Pengabdian Pada Profesi + 0.687 Pengabdian

Kewajiban Sosial + (-0,130) Kemandirian + 1.181 Keyakinan Terhadap

Pofesi + 0.558 Hubungan Dengan Sesama Profesi

Dimana: Y : Tingkat Meterialitas

a : konstanta

b : koefisien regresi

X1 : Pengabdian Pada Profesi

X2 : Pengabdian Kewajiban Sosial

X3 : Kemandirian

X4 : Keyakinan Terhadap Pofesi

X5 : Hubungan Dengan Sesama Profesi

Disini yang memiliki tanda positif yaitu Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian

Kewajiba Sosial, Keyakinan Terhadap Pofesi, Hubungan Dengan Sesama Profesi, dan

yang memiliki tanda negative hanya Kemandirian saja.

PEMBAHASAN

Pembahasan Hipotesis 1

Variabel Pengabdian Pada Profesi adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas

signifikannya sebesar 0.015 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho1 diterima.

Pembahasan Hipotesis 2

Variabel Pengabdian Kewajiban Soaial adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas

signifikannya sebesar 0.037 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho2 diterima.

Pembahasan Hipotesis 3

Variabel Kemandirian adalah tidak signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas signifikannya

sebesar 0.806 lebih besar dari 0,05 yang berarti Ho3 ditolak.

Pembahasan Hipotesis 4

Variabel Keyakinan Terhadap Pofesi adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas

signifikannya sebesar 0.001 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho4 diterima.

Pembahasan Hipotesis 5

Variabel Hubungan Dengan Sesama Profesi adalah signifikan, hal ini dapat dilihat

probabilitas signifikannya sebesar 0.021 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho5 diterima.

Dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat materialitas dipengaruhi oleh variabel Pengabdian

Pada Profesi, Pengabdian Kewajiban Soaial, Keyakinan Terhadap Pofesi, dan Hubungan

Dengan Sesama Profesi.

b. Dependent Variable: Materialitas

Page 369: 936-1948-1-SM

362

KESIMPULAN

Berdasarkan atas hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa (1) pada uji regresi secara parsial, Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian

Kewajiban Soaial, Keyakinan Terhadap Pofesi, Hubungan Dengan Sesama Profesi yang

berpengaruh secara parsial terhadap materialitas. Sedangkan variabel lainnya seperti

Kemandirian, tidak berpengaruh terhadap materialitas. (2) pada uji regresi secara simultan,

dapat diketahui bahwa semua variabel independen yaitu Pengabdian Pada Profesi,

Pengabdian Kewajiban Soaial, Kemandirian, Keyakinan Terhadap Pofesi, dan Hubungan

Dengan Sesama Profesi secara bersama-sama berpengaruh terhadap materialitas.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S. (2008). Auditing, Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Publik. Jakarta: LPFE-UI.

Arens, Alvin A., Randal J. Elder & Mark S. Beasley.Auditing & Assurance Services An

Integrated Approach. 10th edition.Prentice Education International. 2010.

Boynton, William C., and Raymond N. Johnson., 2006, “Modern Auditing”, United States of

America:John Wiley & Sons, Inc.

Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia,Bogor.

Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ikhsan, Arfan. (2007). “Profesionalisme Auditor pada Kantor Akuntan Publik dilihat dari

Perbedaan Gender, Kantor Akuntan Publik dan Hirarki Jabatnnya”. Jurnal Bisnis dan

Akuntansi, Vol.9, No.3., Desember, hlm.199-222

Jusuf, Amir Abadi., 2011, “ Jasa Audit dan Assurance”, Jakarta:Salemba Empat.

Kieso, D.E., & Weygandt, J.J. 2001.Intermediate Accounting (10th ed.). Toronto: John Wiley

&Sons, Inc.

Mulyadi. 2008. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta

Wahyudi, Hendro & Aida Ainul Mardaniyah. 2006.“Pengaruh Profesionalisme Auditor

Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Laporan Keuangan”. Jurnal Simposium

Nasional Akuntansi. Padang: 23-26 Agustus.

Lawrence P, Kalbers dan Timothi J, Fogart., 1995,” Profesionalism and its Consequences: A

study Of Internal Auditors, Auditing: A Journal of Practice and Theory “.

Page 370: 936-1948-1-SM

363

PENGARUH GENDER, TEKANAN ANGGARAN WAKTU,

KOMPLEKSITAS TUGAS DAN PENGALAMAN AUDITOR

TERHADAP AUDIT JUDGMENT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

DI JAKARTA.

Ussy Annisa Darusman

Fakultas Ekonomi/Akuntansi

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan simultan

antara gender, tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor

terhadap audit judgment.

Subyek penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Metode

pengumpulan data, kuesioner dibagikan langsung kepada responden dan sebagian dibagikan

melalui mail survey. Dari 92 kuesioner yang di kirim ke responden hanya 50 kuesioner yang

dapat digunakan untuk menganalisis data. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis

regresi linier beganda. Yang diolah menggunakan software SPSS 21.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa gender tidak berpengaruh terhadap

audit judgment, tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh terhadap audit judgment,

kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgment, pengalaman auditor

berpengaruh terhadap audit judgment dan secara simultan gender, tekanan anggaran waktu,

kompleksitas tugas dan pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment.

Kata kunci : Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas, Pengalaman Auditor,

Audit Judgment.

PENDAHULUAN

Seorang auditor dalam menjalankan proses audit akan memberikan opini dengan

judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu perusahaan dimasa lalu,

sekarang, dan masa yang akan datang. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada

seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya, harus berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian

dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal laporan keuangan audit.

Aspek perilaku individu, sebagai salah satu faktor yang banyak mempengaruhi pembuatan

audit judgment, sekarang ini semakin banyak menerima perhatian dari para praktisi akuntansi

Page 371: 936-1948-1-SM

364

ataupun dari akademisi. Namun demikian meningkatnya perhatian tersebut tidak diimbangi

dengan pertumbuhan penelitian di bidang akuntansi perilaku di mana dalam banyak

penelitian tidak menjadi fokus utama. (Meyer, 2001).

Gender menjadi salah satu faktor individu yang dapat berpengaruh terhadap kinerja

yang memerlukan judgment dalam berbagai kompleksitas tugas. Wanita lebih efisien dan

efektif dalam memproses informasi pada saat ada kompleksitas tugas dalam pengambilan

keputusan dibandingkan dengan pria. Isu mengenai pengaruh gender meningkat di

lingkungan kerja ketika terjadi perubahan komposisi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin di

perusahaan, tetapi sampai sekarang wanita belum menunjukan keberhasilannya dalam

menempati jabatan puncak dalam perusahaan hal ini disebabkan karena masih terdapat

diskriminasi perlakuan yang berbeda terhadap hasil kerja atau kinerja auditor wanita

dibandingkan dengan auditor pria. Beberapa penelitian sebelumnya mengatakan bahwa

gender tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment karena perbedaan karakter dan

sifat auditor tersebut tidak berpengaruh terhadap audt judgment.

Anggaran waktu yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada auditor adalah

untuk mengurangi biaya auditnya. Tekanan Anggaran waktu ini dapat menyebabkan perilaku

menyimpang auditor, yang dapat memberikan implikasi yang serius bagi kualitas audit, etika

dan kesejahteraan auditor. (Liyanarachichi dan McNamara, 2007). Beberapa penelitian

sebelumnya manyatakan bahwa tekanan anggaran waktu berdampak negatif terhadap kinerja

auditor. Terkadang waktu yang dianggarkan seorang auditor untuk menyelesaikan tugasnya

sangat sedikit, tidak sebanding dengan tugas yang harus ditanganinya. Semakin kompleks

tugas yang dihadapi oleh seorang auditor maka akan semakin sulit baginya untuk

memberikan penilaian yang cepat dan akurat. Dengan adanya kompleksitas tugas yang tinggi

dapat mempengaruhi judgment yang dibuat oleh auditor. Pengalaman auditor juga dapat

mempengaruhi kemampuan seorang auditor dalam memprediksi kecurangan yang terjadi

dalam sebuah perusahaan. Dari pengalaman, auditor dapat belajar bagaimana cara yang tepat

dalam melakukan suatu penilaian atau judgment. Auditor yang berpengalaman dalam membuat

suatu judgment tidak mudah dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan. Pada

kasus Perusahaan Enron Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Anderson sudah melanggar

kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam menjalankan tugasnya. Pelanggaran

tersebut awalnya bagi Perusahaan Enron sangat menguntungkan, tetapi akhirnya pelanggaran

ini dapat menjatuhkan kredibilitas Enron dan profesionalisme Kantor Akuntan Publik (KAP)

Arthur Anderson. Akibat dari kasus tersebut Enron mengalami kebangkrutan dan memiliki

banyak utang kepada para pemegang sahamnya, sedangkan Kantor Akuntan Publik (KAP)

Arthur Anderson kehilangan kepercayaan dan keindependensiannya dari klien dan

masyarakat terhadap Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan opini (judgment).

Motivasi penulis melakukan penelitian ini dikarenakan terdapat hasil penelitian yang

berbeda – beda oleh karena itu, penulis ingin mengetahui apakah gender, tekanan anggaran

waktu, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor dapat mempengaruhi audit judgment.

Dengan demikian berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini mengambil judul

“Pengaruh Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor

Terhadap Audit Judgment Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta”.

TINJAUAN PUSTAKA

a. Teori Auditing

Menurut Sekar Mayangsari dan Puspa Wandanarum (2013) auditing adalah suatu

proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang

berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi

untuk menentutukan tingkatan kesesuaian antara asersi-asersi tersebut. dengan kriteria

Page 372: 936-1948-1-SM

365

yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

Menurut Alvins A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley dan Amir Abadi Jusuf

(2011) auditing merupakan pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi

untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-

kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang

kompeten dan independen.

Menurut Sukrisno Agoes (2012) auditing merupakan suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan

keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan

bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut.

b. Audit Judgment

Menurut Jamilah (2007) Audit Judgment adalah kebijakan auditor dalam

menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu

gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status atau jenis

peristiwa lainnya. Audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap

seluruh bukti-bukti. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan

keuangan audit, jadi dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari

pemeriksaan audit. Auditor membuat judgment dengan kesadaran bahwa penilaiannya

akan ditinjau dan akan dimintai keterangan.

c. Gender

Gender dapat diartikan sebagai pembedaan peran antara pria dan wanita yang juga

mengacu pada sistem hubungan sosial dan masyarakat kemudian menjadikannya budaya.

Gender juga diduga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi audit judgment terlihat

dari bagaimana klien lebih percaya pada auditor wanita karena akan lebih teliti dalam

menginvestigasi bukti-bukti audit, sedangkan kepada auditor pria klien kurang percaya

karena cenderung berpikir logis dalam menanggapi keterangan klien tanpa

memperhatikan isyarat nonverbal maupun bahasa tubuh dari kliennya.

d. Tekanan Anggran Waktu

Seorang auditor yang bekerja dalam tekanan anggaran waktu sangat mempengaruhi

kinerjanya untuk memperoleh hasil audit yang berkualitas. Jangka waktu audit yang

terlalu lama akan menyebabkan cost audit yang semakin besar, akibatnya klien yang akan

menanggung fee audit yang besar juga. Hal tersebut akan dapat merugikan auditor atau

KAP.

e. Kompleksitas Tugas

Tingkat kesulitan tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas

tersebut. Audit menjadi semakin kompleks dikarenakan tingkat kesulitan yang semakin

tinggi. Dengan adanya tugas yang semakin kompleks akan mendorong seorang auditor

untuk melakukan tugasnya tidak semudah yang dibayangkan.Semakin kompleks tugas

seorang auditor maka, dapat mempengaruhi judgment yang akan diberikan.

f. Pengalaman Auditor

Semakin berpengalaman seorang auditor maka ia akan semakin mampu

menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam melakukan pemeriksaan. Pengalaman audit

Page 373: 936-1948-1-SM

366

dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat auditor bekerja, tahun

pengalaman, gabungan antara jenjang jabatan dan tahun pengalaman, keahlian yang

dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah

diikuti oleh auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor.(Gusnardi, 2003).

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang dilakukan adalah Kantor Akuntan Publik di Jakarta yang

terdaftar pada direktori IAPI 2012 dan waktu peniitan dilakukan dari bulan Desember 2012

sampai dengan selesai.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh

langsung dari responden dan sumber data diperoleh langsung dari sumber yang berupa

jawaban kuesioner dari responden.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor

Akuntan Publik (KAP) di Jakarta dan sampel pada penelitian ini dilakukan secara random

sampling, yang didasarkan pada kriteria sebagai berikut : (1) auditor yang bekerja pada

Kantor Akuntan Publik di Jakarta yang terdaftar pada direktorat Kantor Akuntan Publik, (2)

level auditor senior. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 50 responden.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan cara

disampaikan langsung dan sebagian melalui mail survey ke Kantor Akuntan Publik yang ada

di Jakarta. kuesioner berisi persyaratan untuk mendapatkan informasi tentang gender, tekanan

anggaran waktu auditor, kompleksitas tugas, pengalaman auditor, dan juga audit judgment.

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi

linier berganda. Model fungsi persamaan dalam penelitian ini adalah:

Y= + + + + +

Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Dependen (Audit Judgment)

Audit judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil

auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan. Skala

pengukuran yang digunakan adalah skala likert lima poin yaitu 1 = rendah sekali, 2 =

rendah, 3 = netral, 4 = tinggi, dan 5 = sangat tinggi.

2. Variabel Independen

a. Gender (X1)

Di dalam penelitian ini gender dibedakan dalam 2 kategori yaitu pria dan wanita.

Gender merupakan variabel dummy dimana 1 = pria dan 0 = wanita. Variabel ini

diukur dengan menggunakan skala nominal.

Page 374: 936-1948-1-SM

367

b. Tekanan Anggran Waktu (X2)

Tekanan anggaran waktu merupakan situasi yang muncul dari keterbatasan sumber

daya yang ditunjukkan untuk auditor dalam melakukan efisiensi terhadap waktu.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert yaitu 1 = sangat tidak setuju, 2 =

tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju.

c. Kompleksitas Tugas

Kompleksitas tugas adalah tingkat kesulitan tugas yang selalu dikaitkan dengan

banyaknya informasi tentang tugas tersebut. Variabel ini diukur dengan menggunakan

skala likert, 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, dan 5 =

sangat setuju.

d. Pengalaman Auditor

Pengalaman auditor merupakan pengalaman yang dimiliki oleh seorang auditor dalam

melakukan audit atas laporan keuangan suatu entitas. Variabel ini diukur dengan

menggunakan skala likert, 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 =

setuju, dan 5 = sangat setuju.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Statistik Deskriptif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tekanan anggaran waktu,

kompleksitas tugas, pengalaman auditor dan audit judgment, yang akan diuji secara statistik

deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 5

Tabel 5 Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Tekanan Anggaran Waktu 1 50 1 5 3.36 0.851

Tekanan Anggaran Waktu 2 50 1 5 3.38 0.878

Tekanan Anggaran Waktu 3 50 1 4 3.28 0.927

Tekanan Anggaran Waktu 4 50 1 5 3.24 0.822

Tekanan Anggaran Waktu 5 50 1 5 3.06 0.935

Tekanan Anggaran Waktu 6 50 1 5 3.10 1.015

Kompleksitas Tugas 1 50 1 5 3.02 1.000

Kompleksitas Tugas 2 50 1 5 3.24 0.894

Kompleksitas Tugas 3 50 1 5 3.24 0.870

Kompleksitas Tugas 4 50 2 5 3.16 0.817

Kompleksitas Tugas 5 50 1 5 3.26 0.922

Kompleksitas Tugas 6 50 1 5 3.24 0.847

Pengalaman Auditor 1 50 1 5 3.18 0.896

Pengalaman Auditor 2 50 1 5 3.04 1.009

Pengalaman Auditor 3 50 1 4 2.92 0.922

Pengalaman Auditor 4 50 1 5 3.38 0.855

Pengalaman Auditor 5 50 1 5 3.06 0.890

Pengalaman Auditor 6 50 1 4 2.88 0.849

Audit Judgment 1 50 1 5 3.16 0.949

Page 375: 936-1948-1-SM

368

Audit Judgment 2 50 1 4 3.18 0.748

Audit Judgment 3 50 2 5 3.26 0.723

Audit Judgment 4 50 1 5 3.12 0.849

Audit Judgment 5 50 1 5 3.22 0.790

Audit Judgment 6 50 2 5 3.42 0.731

Valid N (listwise) 50

Pada tabel 5 menjelaskan bahwa pada variabel tekanan anggaran waktu rata-rata

total jawaban responden sedang, dapat diartikan bahwa auditor yang bekerja dalam tekanan

anggaran waktu sangat mempengaruhi kinerjanya untuk memperoleh hasil audit yang

berkualitas tetapi jika tekanan anggaran waktu digunakan secara tepat dapat memberikan

metode yang lebih efisien dalam mengaudit, auditor kadang merasa mendapat tekanan untuk

memenuhi anggaran waktu yang menunjukan efisiensinya sebagai auditor.

Untuk variabel kompleksitas tugas rata-rata total jawaban responden sedang, dapat

diartikan bahwa semakin kompleks tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan semakin

sulit untuk memberikan penilaian yang cepat dan akurat tetapi dengan adanya kompleksitas

tugas auditor dapat mengetahui tingkat kesulitan tugas tersebut sehingga auditor dapat

menyelesaikan tugas dengan baik dan benar.

Dan pada variabel pengalaman auditor rata-rata total jawaban responden sedang,

dapat diartikan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor maka ia akan semakin mampu

menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam melakukan pemeriksaan dan mampu mencari

penyebab yang terkait dengan kekeliruan dan pelanggaran yang terjadi didalam laporan

keuangan.

Sedangkan pada variabel audit judgment rata-rata total jawaban responden sedang,

dapat diartikan bahwa auditor yang mempunyai tekanan anggaran waktu yang efisien,

tugas audit yang bemacam-macam dan pengalaman yang baik dapat memberikan

judgment (opini) dengan lebih hati-hati, teliti dan kompeten.

Uji Kualitas Data

1. Uji Validitas

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation. Suatu model

dikatan valid jika tingkat signifikannya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut

dapat dikatakan valid. Berikut ini akan disajikan hasil uji validitas dari empat variabel

yang digunakan pada penelitian ini, yaitu tekanan anggaran waktu dengan pertanyaan

sebanak 6 item, kompleksitas tugas dengan pertanyaan sebanyak 6 item, pengalaman

auditor dengan pertanyaan sebanyak 6 item dan audit judgment dengan pertanyaan

sebanyak 6 item.

Tabel 5-2-1 Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Anggaran Waktu

Pertanyaan Pearson

Corelation

Sig (2-

Tailed) Keteranagan

Tekanan Anggaran Waktu 1 0,753** 0,000 Valid

Tekanan Anggaran Waktu 2 0,829** 0,000 Valid

Tekanan Anggaran Waktu 3 0,765** 0,000 Valid

Page 376: 936-1948-1-SM

369

Tabel 5-2-2 Hasil Uji Validitas Variabel Kompleksitas Tugas

Tabel 5-2-3 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Auditor

U

j

i

V

a

l

i

d

i

t

a

s

V

\

Tekanan Anngaran Waktu 4 0,765** 0,000 Valid

Tekanan Anggaran Waktu 5 0,834** 0,000 Valid

Tekanan Anggaran Waktu 6 0,809** 0,000 Valid

Pertanyaan Pearson

Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Kompleksitas Tugas 1 0,787** 0,000 Valid

Kompleksitas Tugas 2 0,805** 0,000 Valid

Kompleksitas Tugas 3 0,843** 0,000 Valid

Kompleksitas Tugas 4 0,733** 0,000 Valid

Kompleksitas Tugas 5 0,678** 0,000 Valid

Komplekstas Tugas 6 0,808** 0,000 Valid

Pertanyaan Pearson

Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Pengalaman Auditor 1 0,662** 0,000 Valid

Pengalaman Auditor 2 0,794** 0,000 Valid

Pengalaman Auditor 3 0,688** 0,000 Valid

Pengalaman Auditor 4 0,697** 0,000 Valid

Pengalaman Auditor 5 0,787** 0,000 Valid

Pengalaman Auditor 6 0,735** 0,000 Valid

Page 377: 936-1948-1-SM

370

Tabel 5-2-3 Hasil Uji Validitas Variabel Audit Judgment

B

B

Berdasarkan tabel uji validitas di atas dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi dibawah 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semua

indikator pada penelitian ini valid.

2. Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel jika nilai conbranch’s alpha

berada diatas 0,6. Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat

dalam tabel 5.3 berikut ini.

T

Tabel 5.3 menunjukan nilai cobranch’s alpha atas tekanan anggaran

waktu sebesar 0,909, kompleksitas tugas sebesar 0,925, pengalaman auditor

sebesar 0,922 dan audit judgment sebsar 0,934. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai

nilai conbranch’s alpha lebih besar dari 0,6.

Pertanyaan Pearson

Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan

Audit Judgment 1 0,715** 0,000 Valid

Audit Judgment 2 0,688** 0,000 Valid

Audit Judgment 3 0,793** 0,000 Valid

Audit Judgment 4 0,811** 0,000 Valid

Audit Judgment 5 0,816** 0,000 Valid

Audit Judgment 6 0,755** 0,000 Valid

Variabel Conbranch's

Alpha Keterangan

Tekanan Anggaran Waktu 0,909 Reliabel

Kompleksitas Tugas 0,925 Reliabel

Pengalaman auditor 0,922 Reliabel

Audit Judgment 0,934 Reliabel

Page 378: 936-1948-1-SM

371

A. Uji Regresi Linier Berganda

P

e

Persamaan regresi pada penelitian ini adalah:

Y= 4,480 - 0,291X1

+ 0,183X2

+ 0,246X3

+ 0,365X4

+ e

Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Nilai konstanta (constant) sebesar 4,480 dengan signifikasi 0,006 atau 0,6 > 5%

berarti jika nilai gender, tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas dan

pengalaman auditor 0 maka nilai konstantaya sebesar 4,480.

2. Nilai koefisien regresi gender sebesar -0,291 dengan signifikansi 0,643 atau

64,3% > 5% berarti gender tidak berpengaruh signifikan terhadap audit

judgment.

3. Nilai koefisien regresi tekanan anggaran waktu sebesar 0,183 dengan

signifikansi 0,298 atau 29,8% > 5% berarti tekanan anggran waktu tidak

berpengaruh sgnifikan terhadap audit judgment.

4. Nilai koefisien regresi kompleksitas tugas sebesar 0,246 dengan signifikansi

0,092 atau 0,92% > 5% berarti kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan

terhadap audit judgment.

5. Nilai koefisien pengalaman auditor sebesar 0,365 dengan signifikasi 0,19 atau

19% < 5% berati pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap audit

judgment.

B. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji peruh secara simultan antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut:

Dari hasil uji ANOVA pada table 5.6 diatas menunjukan bahwa nilai signifikan

untuk uji F adalah 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa gender, tekanan angaran waktu,

kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor secara bersama – sama berpengaruh

signifikan terhadap audit judgment.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 4.480 1.555 2.882 .006

Gender -.291 .624 -.040 -.466 .643

Tekangwkt .183 .174 .208 1.054 .298

Komp_Tugas .246 .143 .280 1.720 .092

Peng_Auditor .365 .150 .396 2.426 .019

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 445.909 4 111.477 24.637 .000b

Residual 203.611 45 4.525

Total 649.520 49 a. Dependent Variable: Audit_Judgment b. Predictors: (Constant), Peng_Auditor, Gender, Komp_Tugas, Tekangwkt

Page 379: 936-1948-1-SM

372

C. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Uji hipotesis Ha1

Hasil uji t pada gender dengan audit judgment mempunyai nilai signifikansi

0,643 > 0,05. berarti bahwa gender tidak berpengaruh signifikan terhadap

audit judgment.

2. Uji hipotesis Ha2

Hasil uji t pada tekanan anggaran waktu dengan audit judgment mempunyai

nilai signifikansi 0,298 > 0,05 berarti bahwa tekanan anggaran waktu tidak

berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.

3. Uji hipotesis Ha3

Hasil uji t pada kompleksitas tugas dengan audit judgment mempunyai nilai

signifikansi 0,298 > 0,05 berarti bahwa kompleksitas tugas tidak

berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.

4. Uji hipotesis Ha4

Hasil uji t pada kompleksitas tugas dengan audit judgment mempunyai nilai

signifikansi 0,298 > 0,05 berarti bahwa kompleksitas tugas tidak

berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Gender tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.

2. Tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.

3. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifkan terhadap audit judgment.

4. Pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.

b. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diberikan saran sebagai berikut:

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 4.480 1.555 2.882 .006

Gender -.291 .624 -.040 -.466 .643

Tekangwkt .183 .174 .208 1.054 .298

Komp_Tugas .246 .143 .280 1.720 .092

Peng_Auditor .365 .150 .396 2.426 .019

a. Dependent Variable: Audit_Judgment

Page 380: 936-1948-1-SM

373

1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan memperluas wilayah sampel penelitian,

menambah jumlah responden yang akan dijadikan sampel, menambah variabel-

variabel (tekanan ketaatan,pengetahuan dan situasi audit).

2. Bagi kantor akuntan publik diharapkan memberikan pendidikan bagi auditor ke

jenjang yang lebih tinggi dan sertifikasi untuk auditor yang berpengalaman dan upaya

untuk mengatasi persoalan anggaran waktu bukanlah hal yang tepat karena akan

berdampak pada tingginya cost audit, sehinnga klien akan pindah ke KAP lain.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012 “Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan

Publik”, Jilid 1, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Anonim., “ Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit

Judgment pada Kantor Akuntan Publik di Bali”.

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, dan Amir Abadi Jusuf. 2011. “Jasa

Audit dan Assurance”. Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.

Dwiorphen. 2012. “Kasus Enron dan KAP Arthur Anderson”,

http://dewiorphen.blogspot.com/2012/01/kasus-enron-dan-kap-andersen.html, diakses

Januari 2012.

Idris, F,S,. 2012, “Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kopleksitas Tugas, Pengetahuan dan

Persepsi Etis terhadap Audit Judgment”. Universitas Diponegoro, Semarang.

Iramustika. 2008. “Skandal Enron dan KAP Arthur Anderson”,

http://iramustika.wordpress.com/2008/04/24/skandal-enron-dan-arthur-andersen/,

diakses tanggal 24 april 2008.

Jamilah. S., Zaenal Fanani dan Grahita Chandrarin, 2007, “Pengaruh Gender Tekanan

Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment” SNA X, Makasar, 26-

28 Juli 2007.

Mayangsari S. dan Puspa Wandanarum, 2013. “Pendekatan Sektor Publik dan Privat”, buku

1, Jakarta: Media Bangsa.

“Pengaruh independensi terhadap kinerja auditor eksternal pada tujuh kap di

Bandung”,http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/444/jbptunikompp-gdl-sellyandit-

22198-1-unikom_s-i.pdf

Praditaningrum. A.S., 2012, “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit

Judgment” Universitas Diponegoro Semarang.

Susetyo, Budi. 2009. “Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Pertimbangan Auditor

Dengan Kredibilitas Klie Sebagai Variable Moderating”. Tesis, Magister Sains

Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang.

Tielman, E.M.A,. dan Pamudji. S.H,. “Pengaruh Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran

Waktu, Kompleksitas Tugas, Pengertahuan Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit

Judgment”.

Zulaikha. 2006. “Prngaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas, dan Pengalaman Auditor

Terhadap Audit Judgment”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang,

Page 381: 936-1948-1-SM

374

ANALISIS PROFITABILITAS, KEPUTUSAN INVESTASI, DAN

KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

PERIODE 2008-2012

Linawati

Fakultas Ekonomi/Jurusan Akuntansi

Universitas Esa Unggul

Jakarta

[email protected]

ABSTRAKSI

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh profitabilitas, keputusan investasi dan

kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Untuk mengukur profitabilitas diukur

menggunakan Return On Equity, sementara untuk keputusan investasi menggunakan Market

Book Value of Equity Ratio, kebijakan dividen dengan menggunakan variabel dummy.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 perusahaan food and beverages yang

sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai dengan 2012, dengan

menggunakan regresi berganda untuk mengetahui profitabilitas, keputusan investasi dan

kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan penelitian regresi berganda dapat diperoleh dengan melihat dari tabel

Coefficients dengan nilai Beta dan Sig dengan tingkat Signifikansi 5%. Profitabilitas

berpengaruh positif signifikan. Keputusan investasi berpengaruh positif signifikan. Dan

kebijakan dividen berpengaruh negatif tidak signifikan.

Kata Kunci : Profitabilitas, Keputusan Investasi, Kebijakan Dividen, Nilai Perusahaan

PENDAHULUAN

Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai saham. Nilai pemegang saham akan

meningkat apabila nilai perusahaan meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian

investasi yang tinggi kepada pemegang saham. Bagi perusahaan yang masih bersifat private

atau belum go public, nilai perusahaan ditetapkan oleh lembaga penilai atau apprisial

company. Bagi perusahaan yang akan go public nilai perusahaan dapat diindikasikan atau

tersirat dari jumlah variabel yang melekat pada perusahaan tersebut. Misalnya saja asset yang

dimiliki perusahaan, keahlian manajemen mengelola perusahaan.

Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat

dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Menurut signaling theory, pengeluaran investasi

memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang,

sehingga dapat meningkatkan harga saham yang digunakan sebagai indikator nilai

perusahaan.

Harga saham di pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan

dan penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan

sebagai proksi nilai perusahaan. Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui

pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil

akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan.

Page 382: 936-1948-1-SM

375

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui secara simultan pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan

Dividen terhadap Nilai Perusahaan 2008 - 2012.

2. Mengetahui secara simultan pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan

Dividen terhadap Nilai Perusahaan 2008 – 2012.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Pada

dasarnya, akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan, pelaporan dan

penganalisaan data keuangan suatu organisasi yang aktivitasnya berhubungan dengan

produksi dan pertukaran barang atau jasa. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan

sumber informasi bagi para pemakainya dan juga sebagai pertanggungjawaban

(accountability) manajemen. Laporan keuangan juga menjadi indikator kesuksesan

perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk

pengambilan keputusan ekonomis. Para pemakai laporan keuangan akan

menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan

yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.

Dimana Komponen Laporan Keuangan antara lain : Laba Rugi Komperensif, Laporan

Perubahan Modal, Posisi Keuangan, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan

Keuangan.

Dan pengguna laporan keuangan itu sendiri ialah : Manajer atau pimpinan

perusahaan, Pemegang sahm atau pemilik pemilik perusahaan, Pemerintah, Kreditor,

Karyawan serta masyarakat luas.

2. Signaling Theory

Menurut teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk

pasar modal. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan

memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan..

Menurut Jama‟an Signaling Theory adalah tentang bagaimana seharusnya sebuah

perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa

informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk mewujudkan

keinginan pemilik perusahaan. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang

menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.

Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk

mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan

bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba

yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan

menaikkan laba secara tidak wajar dan membantu pengguna laporan keuangan dengan

menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

3. Nilai Perusahaan

Menurut Fakhrudin dan Hadianto, Nilai Perusahaan merupakan persepsi investor

terhadap perusahan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi

Page 383: 936-1948-1-SM

376

membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga saham merupakan harga yang terjadi saat

saham diperdagangkan di pasar.

Menurut Soliha dan Taswan (2002), nilai perusahaan sering diindikasikan dengan

price to book value. Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas

prospek perusahaan ke depan. Hal ini juga menjadi keinginan para pemilik perusahaan,

sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga

tinggi.

Longbrake (1972) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai harapan investor atas

investasi yang dilakukan dan kebijakan keuangan perusahaan. Teori ini menjelaskan

bahwa nilai perusahaan adalah fungsi dari dividen dan tingkat return dari suatu ekuitas.

Teori ini pula memberikan pemahaman bahwa besaran perusahaan yang

direpresentasikan melalui total asset akan mempengaruhi kebijakan keuangan perusahaan

dan mempengaruhi nilai perusahaan

4. Profitabilitas

Menurut Copeland dan Weston, Profitabilitas atau kemampulabaan merupakan hasil

akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Sedangkan Menurut Brigham dan

Weston Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.

Menurut Sujoko dan Soebintoro (2007), Profitabilitas merupakan kemampuan

perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti

kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.

Profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang baik, sehingga investor

akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat.

Profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian

prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan

selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para

penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang

menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Bentuk paling mudah

dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih)

yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca.

5. Keputusan Investasi

Menurut Martono dan Agus, (2005) merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh

suatu perusahaan ke dalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan

dimasa yang akan datang.

Menurut Darminto (2008), keputusan investasi merupakan keseluruhan proses

perencanaan dan pengambilan keputusan berbagai bentuk investasi yang jangka waktu

kembalinya modal lebih dari satu tahun.

Menurut Murtini (2008), investasi merupakan suatu tindakan mengeluarkan dana saat

sekarang yang diharapkan untuk memperoleh arus kas masuk pada waktu-waktu yang

akan datang selama umur proyek itu.

Keputusan investasi merupakan keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan

keputusan berbagai bentuk investasi yang jangka waktu kembalinya modal lebih dari satu

tahun (Sutrisno, 2003). Investasi sebagai penanaman modal dalam aktiva dengan harapan

memperoleh pendapatan di masa yang akan datang. Perusahaan dalam melakukan

aktivitas operasional membutuhkan investasi barang modal (capital investment) yaitu

Page 384: 936-1948-1-SM

377

berupa aset nyata seperti pabrik, mesin, peralatan, persediaan dan aset berwujud lainnya

untuk menghasilkan setiap unit penjualan dalam jangka panjang Elmasry (2004).

6. Kebijakan Dividen

Hermuningsih dan Wardani (2009) menyatakan kebijakan dividen adalah kebijakan

yang dikaitkan dengan penentuan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan

kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba

ditahan. Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat

penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang

mempunyai kepentingan berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham, dan pihak

kedua perusahaan itu sendiri.

Stice et al. (2005) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada para

pemegang saham perusahaan secara proporsional dengan jumlah saham yang dipegang

oleh para pemegang saham. Arifin (2005) menyatakan bahwa kebijakan dividen

merupakan keputusan perusahaan mengenai berapa besar dividen kas yang harus

dibayarkan dalam satu tahun. Sedangkan Ahmad (2004) menyebutkan, kebijakan dividen

diartikan secara umum sebagai pembayaran laba kepada pemegang sahamnya.

Mahadwartha dan Hartono (2002) dalam Mursalim (2011) juga menyatakan

manajemen menggunakan dividen sebagai sinyal prospek perusahaan. Demikian pula

Hatta (2002) menyatakan bahwa kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal bagi

investor dalam menilai baik buruknya perusahaan. Hal ini disebabkan kebijakan dividen

dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

METODE PENELITIAN

1. Model Penelitian

Model yang digunakan pada penelitian adalah berdasarkan gagasan yang disampaikan

oleh beberapa pakar marketing. Model penelitian disusun berdasarkan hipotesis-hipotesis

yang menyatakan adanya hubungan di antara elemen-elemen penelitian. Elemen-elemen

yang dikaji dalam penelitian ini adalah Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan

Dividen. Secara skematis, model dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Model Penelitian

2. Hipotesis

Nilai

Perusahaan

Profitabilitas

KebijakanDividen

Keputusan Investasi

Page 385: 936-1948-1-SM

378

Ha1 : Variabel Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen secara

parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI perode 2008-2012.

Ha2 : Variabel Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen secara

parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI perode 2008-2012.

3. Pengumpulan Data Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling yaitu

pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan disesuaikan dengan tujuan

penelitian ini, adapun kriteria pengambilan sampel sebagai berikut:

a. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2008 sampai tahun

2012.

b. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk

kategori industri manufaktur sektor makanan dan minuman.

c. Perusahaan tidak mengalami kerugian dalam kurun waktu penelitian

4. Metode Analisis Data

a. Deskriptif

Metode analisis Deskriptif merupakan analisis yang bersifat uraian berdasarkan

kondisi datanya. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menguraikan gambaran umum

perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI, serta menjelaskan hasil

penelitian.

b. Kausalitas

Kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen, dalam memprediksi pengaruh manajeman laba terhadap

pengungkapan laporan keuangan. Metode analisis kausalitas merupakan analisis yang

digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel

dependen.

1) Uji kuasalitas data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi

variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau

dengan menggunakan P-plot, dengan melihat gambar terlihat bahwa titik-titik

menyebar disekitar garis diagonal dan ini menunjukkan indikasi data itu normal.

2) Uji asumsi klasik

(1) Uji Autokorelasi

Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin Watson melalui

angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson diantara

maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tidak

memiliki autokorelasi dan sebaliknya.

(2) Uji Heteroskedastisitas

Dampak dari adanya heteroskedastisitas adalah kesalahan baku koefisien

regresi akan berpengaruh sehingga akan memberikan indikasi yang salah dan

koefisien determinasi memperhatikan daya penjelasan yang terlalu besar. Cara

mendeteksi adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar titik-titik yang ada

menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Teknik Analisis

Page 386: 936-1948-1-SM

379

1) Analisis Regresi Berganda

Metode regresi digunakan dalam penelitian ini adalah melelui persamaan regresi

sederhana yang dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + B1 X1 + B2 X2 + B3 X3 + ε Dimana:

Y = Nilai Perusahaan

a = Konstanta

B1 B2 B3 B4 = Koefisien regresi

X1 = Profitabilitas

X2 = Keputusan Investasi

X3 = Kebijakan Dividen

ε = Error

.

d. Definisi Variabel

Variabel dalam penelitian initerdiri atas dua variabel yaitu variabel independen

dan dependen. Identifikasi dan pengukuran dari masing-masing variabel dijelaskan

sebagai berikut :

1) Variabel dependen, yaitu Nilai perusahaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan

melalui Price Book Value (PBV). PBV merupakan perbandingan antara harga

pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham.

2) Variabel independen (X)

Dalam penelitian ada tiga variabel independen yang akan diuji yaitu :

a. Profitabilitas (X1) dengan menggunakan Return On Equity (ROE),

merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan

pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan perbandingan laba bersih

setelah pajak dengan total ekuitas.

b. Keputusan Investasi (X2) dengan menggunakan Market to Book Value of

Equity Ratio (MVE/BVE), mencerminkan bahwa pasar menilai return dari

investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari

ekuitasnya.

c. Kebijakan Dividen (X3) dengan menggunakan variabel dummy, dimana jika

perusahaan melakukan pembagian dividen maka mendapat nilai 1,

sedangkan yang tidak melakukan pembagian dividen mendapat nilai 0.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan Profitabilitas, Keputusan Investasi dam

Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan food and beverages sebanyak 9 perusahaan

selama periode 2008-2012. Selanjutnya setelah dihitung dan didapatkan hasilnya, maka hasil

dari kelima variabel tersebut akan diregresikan.

1. Statistik Diskripsi Hasil Penelitian

Tabel 5.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statis tics

45 .62 39.47 4.0327 7.80139

45 5.22 449.09 41.8220 71.21453

45 .05 47.28 4.2349 8.63310

45 .00 1.00 .4444 .50252

45

Nilai Perusahaan

Prof itabilitas

Keputusan Investasi

Kebijakam Deviden

Valid N (lis tw ise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Page 387: 936-1948-1-SM

380

Dari tabel 5.1 menunjukan hasil uji statistik deskriptif dengan jumlah sampel yang

diteliti adalah sebanyak 45.

1. N atau jumlah data yang valid (sah untuk diproses) adalah 45 sampel penelitian.

Berarti semua data tentang Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Keputusan Investasi dan

Kebijakan Dividen.

2. Minimun adalah nilai terendah dari seluruh sampel penelitian. Nilai minimum dari

indeks Nilai Perusahaan sebesar 0.62, Profitabilitas sebesar 5.22, Keputusan

Investasi sebesar 0.05, dan Kebijakan Dividen sebesar 0.00.

3. Maximum adalah nilai tertinggi dari seluruh sampel penelitian. Nilai maximum dari

ikdeks Nilai Perusahaan sebesar 39.47, Profitabilitas sebesar 449.09, Keputusan

Investasi sebesar 47.28, dan Kebijakan Dividen sebesar 1.00.

4. Mean adalah nilai rata-rata dari seluruh sampel penelitian. Nilai mean dari indeks

Nilai Perusahaan sebesar 4.0327, Profitabilitas sebesar 41.8220, Keputusan

Investasi sebesar 4.2349, dan Kebijakan Dividen sebesar 0.4444.

2. Uji Kausalitas

Kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh

Manajemen Laba terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan.

a. Uji Kausalitas Data

Uji kuasalitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji

Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi

variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak

dengan menggunakan metode grafik. Berdasarkan hasil uji normalitas residual

dengan menggunakan metode grafik pada gambar di atas terlihat titik-titik

menyebar disekitas garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Hal ini

menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi akan terjadi jika terdapat hubungan yang signifikan antara

dua data yang berdekatan. Cara mendeteksinya dengan Durbin Watson melalui

angka D-W, apabila nilai statistik Durbin Watson mendekati angka D-W

adalah jika nilai statistik Durbin Watson diantara , maka

dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi

dan sebaliknya.

2) Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas untuk mengetahui apakah model regresi ada

kesamaan atau tidak kesamaan varian antara satu pengamatan dengan

pengamatan yang lain. Cara untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas

apabila pada gambar titik-titik yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Berganda Pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi Kebijakan

Dividen Secara Parsial.

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity

Statistics

Page 388: 936-1948-1-SM

381

B Std.

Error

Beta Tolerance VIF

1

(Constant) ..022 .090 .245 .808

Profitabilitas

Kp. Investasi

Keb. Dividen

..017

..781

.-.054

.002

.014

138

.159

.864

-.003

10.476

57.450

-.392

.000

.000

.697

.308

.314

898

3.243

3.187

1.114

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Sumber: Hasil uji pengolahan data statistic 1) hasil pengujian menunjukkan bahwa Profitabilitas memiliki tingkat signifikan

sebesar 0.000 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan

Ha1.1 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara

Profitabilitals dengan Nilai Perusahaan.

2) hasil pengujian menunjukkan bahwa Keputusan Investasi memiliki tingkat

signifikan sebesar 0.000 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka

kesimpulan Ha1.2 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara

Keputusan Investasi dengan Nilai Perusahaan.

3) hasil pengujian menunjukkan bahwa Kebijakan Dividen memiliki tingkat

signifikan sebesar 0.697 karena lebih besar dari tingkat signifikan 0.05 maka

kesimpulan Ha1.3 ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan

antara Kebijakan Dividen dengan Nilai Perusahaan.

b. Analisis Regresi Berganda Pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi dan

Kebijakan Dividen Secara Simultan.

ANNOVAb

Model Sum Of

Squares

Df Mean Of

square

F Sig.

1

Reggresion 2670.118 3 890.039 4682.616 .000 (a)

Residual

Total

7.793

2677.911

41

44

.190

a. Predictor (s): Profitabilitas, Kep. Investasi, Kebijakan Dividen

b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Sumber: Hasil uji pengolahan data statistic Berdasarkan tabel Annova di atas, maka hasil uji F menunjukkan bahwa nilai

signifikan sebesar 0.000 karena nilai signifikan lebih kecil dari 0.05,

kesimpulannya Ha2 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara

Profitabilitas, Keputusan Investasi, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai

Perusahaan secara simultan.

c. Uji Keberartian Persamaan Regresi (Uji Determinasi)

Koefisien determinan ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Jika

bernilai satu (1) menandakan hampir semua informasi yang dibutuhkan oleh

variabel dependen.

Tabel Koefisien Determinan Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the

Page 389: 936-1948-1-SM

382

Square Estimate

1 .999a .997 .997 .43597

a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Kep. Investasi, Kebijakan Dividen

b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Sumber: Hasil Uji Pengolahan Data Statistik

Dari tabel koefisien, menunjukkan bahwa R square sebesar 0.997 artinya

99.7% variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel

independen yaitu Profitabilitas, Keputusan Investasi, dan Kebijakan Dividen.

Sedangkan sisanya sebesar 0.3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang digunakan

diluar variabel yang digunakan.

4. Analisis dan Pembahasan Variabel dari Hasil Penelitian

Hasil pengujian terhadap perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2008-2012.

Profitabilitas yang tinggi pada perusahaan mempunyai arti bahwa perusahaan dapat

menghasilkan keuntungan yang tinggi akibat operasionalnya. Hal ini memberikan hal

yang positif terhadap pasar modal dan investor karena profitabilitas yang dihasilkan

tinggi ini memberikan kabar baik untuk pasar modal dan investor. Dari kabar baik yang

dihasilkan ini maka secara tidak langsung akan meningkatkan permintaan akan saham

perusahaan yang berdampak pada naiknya harga saham sehingga nilai perusahaan akan

naik juga. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan, Hasil penelitian ini konsisten dengan

Signaling theory yang menyatakan bahwa kabar baik dari perusahaan akan berpengaruh

baik terhadap permintaan, Profitabilitas yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap

Harga Saham karena semakin tinggi Profitabilitas maka permintaan terhadap saham akan

meningkat dan akan meningkatkan Nilai Perusahaan.

Keputusan Investasi ialah proses prencanaan dan pengembalian berbagai bentuk

investasi yang jangka waktu pengembalian modalnya lebih dari satu tahun. Keputusan

investasi ini pada perusahaan sangat berpengaruh dikarnakan jika perusahaan salah

melakukan investasi maka hasil dari investasi ini tidak dapat dinikamati. Keputusan

investasi yang baik merupakan suatu hal yang baik juga karna bagi pihak perusahaan

ataupun investor melihat perusahaan yang melakukan investasi dengan baik ini

mempunyai arti bahwa perusahaan akan terus berkembang dengan baik akibat dari

investasi-investasi yang dimilikinya. Dari keputusan investasi yang baik ini memberikan

suatu sinyal yang baik untuk pasar modal dan investor, sehingga para investor tertarik

untuk membeli saham perusahaan. Akibat dari permintaan yang naik maka harga saham

juga akan naik sehingga meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri. Hasil penelitian ini

menunjukan Keputusan Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Dari data tahun 2008 sampai 2012, menunjukkan bahwa perbandingan antara Nilai

Perusahaan dengan Kebijakan Dividen berbanding terbalik, dimana jika Nilai Perusahaan

mengalami peningkatan maka Kebijakan Dividen mengalami penurunan. Karna itulah

antara Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen berpengaruh negatif tidak seperti

berdasarkan Signaling Theory.

Secara simultan variabel Profitabilitas, Keputusan Investasi, dan Kebijiakan Dividen

berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.

5. Keterbatasan Penelitian

Page 390: 936-1948-1-SM

383

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu dengan hanya menggunakan Profitabilitas,

Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen. Dengan peride waktu penelitian 5 tahun.

6. Implikasi Penelitian

Untuk Profitabilitas yang diproyeksikan dengan ROE menunjukkan hasil yang

signifikan, maka diharapkan perusahaan tetap mempertahankan profitabilitas seperti 5

tahun kebelakang ini supaya tetap memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

Untuk Keputusan Investasi yang diproyeksikan dengan MVE/BVE menunjukkan

hasil yang signifikan, maka diharapkan supaya perusahaan melakukan investasi yang baik

agar pasar tetap meresponnya sebagai suatu sinyal yang baik serta mempengaruhi

permintaan dan menaikan harga saham sehingga nilai perusahaan ikut naik.

Untuk Kebijakan Dividen agar dapat mempunyai pengaruh secara signifikan,

perusahaan harus peka terhadap apa yang ada dilapangan. Jika Nilai Perusahaan

mengalami peningkatan usahakan agar pembagian dividen tetap terjadi agar pasar

meerespon dengan positif, sehingga Signaling Theory pada hakikatnya akan terjadi tidak

seperti pada 5tahun belakangan ini dimana jika Nilai Perusahaan mengalami peningkatan

Kebijakan Dividen mengalami penurunan ataupun sebaliknya.

Terima Kasih

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan yang dilimpahkan-

Nya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua saya, Alm. suami saya,

dan anak saya tersayang, yang menjadi pendorong dan semangat bagi saya untuk terus

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Rudianto, SE, MM,

Ak. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dan seluruh

dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Esa Unggul serta teman-teman saya

yang selalu mendukung saya.

DAFTAR PUSTAKA

Analisa, Yangs. 2011. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan Kebijakan

Deviden terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009)”. Universitas Diponogoro, Semarang.

Budi Rahardjo, Keuangan Dan Akuntansi Untuk Manajer Keuangan, Graha Ilmu, 2007.

Brigham dan Weston. Dasar-Dasar Menejemen Keuangan. Edisi kesembilan.

Darminto. 2010. Pengaruh faktor eksternal dan berbagai keputusan keuangan terhadap nilai

perusahaan. Jurnal Akuntansi Manajemen, Vol. 8, No. 1, Febuari 2010.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi

Kelima. Semarang; Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadri Mulya, Memahami Akuntansi Dasar, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media Jakarta,

2008.

Harjito, A., dan Martono,.2005. “Manajemen Keuangan”. Yogyakarta. Hasnawati, Sri. 2005.

Dampak set peluang investasi terhadap nilai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta.

Jurnal Akuntansi Auditing Indonesia, vol. 9, no. 2, hlm: 117 – 126.

Hermuningsih, Sri dan Dewi Kusuma. Wardani. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi

nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia dan Bursa

Efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13, No.1, hlm 173-183.

http://ekonomi.kabo.biz/2011/07/teori-sinyal.html

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuanga, Jakarta: Salemba Empat.

Page 391: 936-1948-1-SM

384

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis: Edisi Pertama.

Yogyakarta; BPFE-Yogyakarta.

Murtini, Umi. 2008. Pengaruh kebijakan manajemen keuangan terhadap nilai perusahaan.

Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 1, hlm 32-47.

Purnamasari, Linda, Sri Lestari Kurniawati dan Melliza Silvi. 2009. Interpendensi antara

keputusan investasi, keputusan pendanan dan keputusan dividen. Jurnal Keuangan

dan Perbankan, Vol. 13, No. 1, hlm 106-119.

Rahmawati Aprilia Nuzul, “Analisis Faktor Kebijakan Hutang yang Mempengaruhi Nilai

Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar tahun 2006-2010)”

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba

Empat.

Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan: Edisi Kedua. Mitra Wacana Media.

Jakarta.

Sofyan Syafri Harahap, 2007. Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Cetakan Keempat, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Sofyaningsih, Sri, dan Dewi Kusuma Wardani. 2009. Struktur kepemilikan, kebijakan

dividen, kebijakan hutang dan nilai perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan,

Vol. 3, No. 1, hlm 68-87.

Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh struktur kepemilikan saham, leverage, faktor

intern dan faktor ekstern terhadap nilai perusahaan. Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, Hlm 41-48.

Susanti, Rika. 2010. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Universitas Diponogoro, Semarang.

Weston dan Copeland. 1999. Menejemen Keuangan. Edisi ke delapan. Jilid 1.

Wijaya, Lihan Rini Puspo, Bandi dan Anas Wibawa. 2010. Pengaruh keputusan investasi,

keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Simposium

Nasional Akuntansi, XIII, Purwerkerto.

Zaki Baridwan, 2004, Intermediate Accounting, Edisi kedelapan, Cetakan Pertama, BPFE,

Yogyakarta.