91799369-LAPAROSKOPI-OPERATIF
-
Upload
zyad-kemal -
Category
Documents
-
view
47 -
download
1
Transcript of 91799369-LAPAROSKOPI-OPERATIF
TINDAKAN LAPAROSKOPI
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Obstetri Operatif
KELOMPOK 6
Disusun Oleh :
Selvina Situmorang 130 103 100 045
Nella Marsella 130 103 100 046
Vely Maretiany S 130 103 100 059
Yunita Budiman 130 103 100 060
Deska dianputeri z 130 103 100 062
Ditha Mutilayalia 130 103 100 076
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
BANDUNG
2012
ISI MATERI
A. PENGERTIAN
Laparoskopi adalah suatu teknik operasi yang menggunakan alat-
alat berdiameter 5 hingga 12 mm untuk menggantikan tangan dokter bedah
melakukan prosedur bedah di dalam rongga perut. Untuk melihat organ di
dalam perut tersebut digunakan kamera yang juga berukuran mini dengan
terlebih dahulu dimasukkan gas untuk membuat ruangan di rongga perut
lebih luas. Dokter bedah melakukan pembedahan dengan melihat layar
monitor dan mengoperasikan alat-alat tersebut dengan kedua tangannya.
Atau dapat diartikan tindakan bedah yang tidak membutuhkan
sayatan lebar karena menggunakan alat bantu kamera kecil yang dapat
dimasukkan dalam rongga abdomen untuk melihat lambung, hati, dan
organ-organ lain. Metode ini dikatakan makin berkembang dengan
didukung oleh peralatan canggih yang disebut Endo Alfa.
Gambar. Endo Alpha
Alat ini merupakan yang pertama di Indonesia dan yang ketiga di
Asia, selain Jepang dan Hongkong. Endo Alfa dilengkapi dengan
teknologi Narrow Brand Image (NBI) yang menangkap warna yang lebih
spesifik dalam pemeriksaan. Dengan gambar yang lebih jelas, dokter dapat
dengan tepat dan cepat mendeteksi keganasan kanker sejak dini.
B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI (SEARCH LAGI YANG BAG.
OBSTETRI)
1. Terdapat banyak indikasi laparoskopi diantara lain:
a. Diagnosis, contohnya anomali uteri,endometriosis,biopsi tumor
ovarii,omentum,limpa atau hati, dan membedakan kehamilan
ektopik dengan salpingitis, atau nyeri panggul organik dengan
psikogenik.
b. Evaluasi, contohnya pada pemeriksaan infertilitas, misalnya uji
patensi tuba dan penilaian respons terhadap pengobatan pada
wanita dengan kanker ovarium atau kanker pelvis lainnya.
c. Terapi
Sterilisasi tuba dengan fulgurasi,pemasangan cincin Silastik
atau klip logam
Memisahkan pelekatan
Eliminasi gangguan misalnya fulgurasi endometriosis
Pengeluaran benda asing,misalnya AKDR yang keluar dari
kavum uteri.
2. Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut laparoskopi adalah abstruksi usus dan
peritonitis umum. Penyakit jantung atau paru berat adalah
kontrindikasi relatif
C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BEDAH LAPARASKOPI
Gambar.Suasana kamar operasi laparoskopi
1. Keuntungan
Rasa nyeri minimal karena luka operasi kecil dan tidak melukai
otot.
Pemulihan dan penyembuhan lebih cepat sehingga waktu perawatan
di rumah sakit lebih singkat dan cepat kembali ke aktivitas normal.
Luka kecil mengakibatkan perut bekas operasi hampir tidak terlihat.
2. Kerugian
Teknik operasi ini tidak dapat dilakukan pada pasien-pasian yang
pernah operasi perut sehingga terjadi perlengketan hebat di dalam
rongga perut.
Memerlukan biaya yang cukup mahal karena alatnya sekali pakai.
Bila bedah laparaskopi tidak memungkinkan, maka dilakukan
tindakan pembedahan biasa dengan sayatan yang lebih besar.
D. RESIKO
Jarang terjadi penyulit yang serius akibat laparoskopi diagnostik
maupun operatif. Risiko utama dari tindakan ini adalah kerusakan usus,
kandung kemih, ureter, pembuluh darah besar atau organ lain, yang
kemungkinan memerlukan tindakan operatif segera. Kemungkinan
terjadinya risiko adalah sekira dua sampai empat per 1.000 tindakan.
Cedera organ dapat terjadi saat memasukkan alat-alat untuk laparoskopi
melalui dinding perut, atau saat pelaksanaan tindakan. Selain itu, terdapat
beberapa keadaan yang dapat meningkatkan risiko penyulit saat
laparoskopi. Hal tersebut meliputi adanya riwayat operasi daerah perut
sebelumnya (terutama operasi usus), endometriosis, infeksi panggul,
obesitas, ataupun badan yang sangat kurus.
Terdapat beberapa penyulit lain yang dapat timbul akibat tindakan
laparoskopi seperti pembentukan hematoma (terkumpulnya darah di luar
pembuluh), perdarahan, infeksi rongga perut atau panggul, kerusakan
saraf, reaksi alergi, dan penyulit akibat tindakan pembiusan. Penyulit yang
mungkin timbul pascaoperasi antara lain infeksi saluran kemih, infeksi
pada luka sayatan, retensio urine atau trombosis vena. Risiko kematian
saat laparoskopi sangat jarang, yaitu antara satu sampai lima kejadian per
1.000, masih lebih rendah dibandingkan angka kematian akibat kehamilan
E. CONTOH PENGGUNAAN LAPAROSKOPI (SEARCH LAGI
YANG BAG. OBSTETRI)
Kista ovarium, cukup populer di telinga wanita khususnya jika ini
menyangkut kesehatan reproduksi. Jangan panik dulu jika Anda
didiagnosis mengidap kista, karena kista banyak jenisnya dan tidak selalu
berbahaya. Namun kista tetap perlu diwaspadai karena tanda dan gejalanya
sering kali tidak disadari dan baru terdeteksi saat seseorang memeriksakan
dirinya atau berkonsultasi kepada dokter.
Keluhan atau sakit biasanya dirasakan utama sakit waktu
menstruasi yang tak kunjung mereda atau gangguan pada siklus haid. Ada
juga kista yang sifatnya ganas dan dapat berkembang menjadi kanker.
Menurut dr Med Hardi Susanto, SpOG dari Siloam Hospitals
Kebon Jeruk, Jakarta Barat, kista ovarium merupakan benjolan yang
membesar, seperti sebuah balon yang berisi cairan, yang tumbuh di indung
telur. Cairan ini bisa berupa air, darah, nanah, atau cairan coklat kental
seperti darah menstruasi yang disebut kista coklat atau kista endometriosis.
Karena tumbuh di indung telur, kista ini lazim disebut kista ovarium. Kista
banyak terjadi pada wanita di usia subur atau reproduksi dan biasanya
dapat mengecil atau hilang dengan sendirinya setelah wanita memasuki
masa menopause, karena menurunnya aktivitas indung telur.
Penanganannya tidak selalu harus dengan tindakan operasi, kecuali
jika kista dianggap berbahaya, ukurannya makin membesar, lebih dari 5
cm, benar- benar mengganggu dan menimbulkan sakit yang luar biasa
pada si penderita, terutama apabila kista terpuntir atau pecah," ungkapnya.
Walaupun kista tidak selalu menjadi ganas atau mengarah kepada kanker,
namun demikian pemeriksaan tetap perlu dilakukan untuk mengetahui
indikasi dan penanganan yang lebih tepat. Belum ada jawaban yang pasti
mengapa kista dapat timbul, apalagi seringnya kista tidak memberikan
tanda dan gejala khusus, sehingga si penderita tidak menyadarinya dan
baru diketahui secara kebetulan pada saat memeriksakan diri ke dokter
dengan ultrasonografi atau USG (ultrasonografi).
F. METODE LAPAROSKOPI
Terapi bedah atau operasi merupakan tindakan yang dilakukan
pada pasien apabila kista tidak menghilang, memiliki ukuran besar,
menimbulkan keluhan- keluhan seperti rasa nyeri perut, nyeri haid atau
gangguan siklus dan infertilitas. Dibandingkan dengan metode
konvensional, dimana pasien dibedah dengan sayatan yang lebar di sekitar
perut untuk pengangkatan kista, metode laparoskopi merupakan metode
terkini (Gold Standard) dalam dunia kedokteran.
Laparoskopi merupakan teknik pembedahan atau operasi yang
dilakukan dengan membuat dua atau tiga lubang kecil (berdiameter 5-12
milimeter) di sekitar perut pasien. Satu lubang pada pusar digunakan untuk
memasukkan sebuah alat yang dilengkapi kamera untuk memindahkan
gambar dalam rongga perut ke layar monitor, sementara dua lubang yang
lain untuk peralatan bedah yang lain.
Teknik ini disebut juga teknik operasi minimal invansif (Minimal
Invansive Surgery). Namun, teknik ini tetap memiliki resiko bagi pasien,
terutama karena saat melakukan operasi tersebut, dokter yang menangani
memerlukan ruang dalam rongga perut sehingga memerlukan gas
karbondioksida (CO2) untuk mengembangkan rongga perut, antara lain
risiko yang dapat terjadi jika gas bertekanan tinggi tersebut masuk ke
dalam pem- buluh darah.
Untuk meminimalkan risiko-risiko dalam tindakan laparoskopi,
dirancang dan diciptakan suatu alat untuk mendukung teknik laparoskopi
ini, sehingga operasi bisa dilakukan tanpa gas karbondioksida. Penyediaan
ruang di rongga perut tidak lagi menggunakan gas, melainkan dengan kait
baja untuk menarik dinding perut, selanjutnya dokter melakukan langkah-
langkah laparoskopi seperti biasa.
"Teknik laparoskopi tanpa gas (gasless laparoscopy) merupakan
teknik yang paling canggih dan elegan dari semua teknik yang pernah
dilakukan untuk tindakan operasi, sehingga risiko dapat diminimalkan”.
Selain meminimalkan risiko, teknik ini juga mempercepat pemulihan dan
mengurangi nyeri luka pascaoperasi, mempersingkat waktu rawat inap
sehingga hanya dalam satu atau dua hari saja pasien sudah dapat pulang
dan melakukan aktivitasnya, permukaan perut pasien tidak akan
memerlukan jahitan yang lebar sehingga tidak mengurangi estetika, dan
meminimalkan biaya yang dikeluarkan.
G. LAPAROSKOPI OPERATIF (SEARCH LAGI YANG BAG.
OBSTETRI)
Cara ini dipopulerkan oleh Patrick Steptoe pada akhir tahun 1960-an.
Gunanya untuk memeriksa kemungkinan sumbatan pada saluran telur,
dengan cara menyuntikan zat pewarna khusus kedalam rahim, kemudian
memeriksa alirannya melalui rahim dan keluarnya dari saluran telur. Alat
laparoskopi berupa tabung fiberglass yang lentur berisi lampu dan lensa
untuk memeriksa rongga-rongga di dalam tubuh, yang di masukkan
melalui sayatan kecil pada dinding perut dekat pusar. Dengan zat kontras
tersebut di atas dapat dilihat seberapa ukuran luasnya penutupan, parut
yang terjadi, maupun kondisi pelengketan pada saluran telur. Juga bisa
diketahui kondisi indung telur. Pemeriksaan dilakukan di bawah
pembiusan menyeluruh, dan biasanya dilakukan sebelum ovulasi untuk
mencegah kerusakan sel telur.
Dengan laparoskopi operatif, beberapa kelainan dalam rongga perut
dapat ditangani bersamaan saat diagnosis ditegakkan. Biasanya dokter
akan memasukkan alat-alat seperti gunting, alat biopsi, alat bedah elektro
atau laser, melalui dua atau tiga sayatan kecil pada dinding perut. Pilihan
teknik atau alat sangat bergantung pada pengalaman dan keahlian dokter,
lokasi penyakit, dan ketersediaan alat.
Beberapa kelainan yang dapat diatasi dengan laparoskopi operatif
meliputi pembebasan perlekatan sekitar saluran dan indung telur,
membuka saluran telur yang tersumbat, pengangkatan kista indung telur,
pengangkatan jaringan endometriosis, dan pengangkatan jaringan
kehamilan ektopik. Pada beberapa keadaan, dapat dilakukan pengangkatan
mioma uterus.
Terkadang diperlukan lebih dari satu kali prosedur laparoskopi. Hal
ini yang dikenal sebagai second-look laparoscopy, biasanya dilakukan
dalam beberapa hari, minggu, atau bulan setelah laparoskopi atau
pembedahan pertama. Pada second-look laparoscopy ini dokter akan
melihat hasil dari pembedahan sebelumnya, seperti apakah perlekatan
yang telah dibebaskan timbul kembali, atau apakah jaringan endometriosis
yang telah diangkat ternyata tumbuh kembali. Bila ditemukan keadaan
demikian, langsung dilakukan tindakan operatif kembali
Dengan laparoskopi operatif, beberapa kelainan dalam rongga
perut dapat ditangani bersamaan saat diagnosis ditegakkan. Biasanya
dokter akan memasukkan alat-alat seperti gunting, alat biopsi, alat bedah
elektro atau laser, melalui dua atau tiga sayatan kecil pada dinding perut.
Pilihan teknik atau alat sangat bergantung pada pengalaman dan keahlian
dokter, lokasi penyakit, dan ketersediaan alat. Beberapa kelainan yang
dapat diatasi dengan laparoskopi operatif meliputi pembebasan perlekatan
sekitar saluran dan indung telur, membuka saluran telur yang tersumbat,
pengangkatan kista indung telur, pengangkatan jaringan endometriosis,
dan pengangkatan jaringan kehamilan ektopik.
Pada beberapa keadaan, dapat dilakukan pengangkatan mioma
uterus. Kadangkala diperlukan lebih dari satu kali prosedur laparoskopi.
Hal ini yang dikenal sebagai second-look laparoscopy, biasanya dilakukan
dalam beberapa hari, minggu, atau bulan setelah laparoskopi atau
pembedahan pertama. Pada second-look laparoscopy ini dokter akan
melihat hasil dari pembedahan sebelumnya, seperti apakah perlekatan
yang telah dibebaskan timbul kembali, atau apakah jaringan endometriosis
yang telah diangkat ternyata tumbuh kembali. Bila ditemukan keadaan
demikian, langsung dilakukan tindakan operatif kembali.
Setelah laparoskopi, biasanya daerah pusat akan terasa nyeri dan
memar. Gas yang digunakan dalam laparoskopi biasanya menyebabkan
rasa kembung dan nyeri pada daerah perut dan bahu. Selain itu, dapat pula
timbul rasa pusing dan mual akibat tindakan pembiusan. Derajat
ketidaknyamanan yang terjadi biasanya bergantung pada jenis dan luasnya
tindakan laparoskopi. Biasanya dalam beberapa hari pasien dapat
beraktivitas normal kembali. Walaupun demikian, pasien diminta agar
waspada bila timbul nyeri perut yang hebat, mual, dan muntah terus-
menerus, peningkatan suhu badan di atas 38 derajat Celsius, atau
perdarahan yang terus menerus dari bekas sayatan. Bila ditemukan hal-hal
tersebut, pasien harus segera datang ke pusat pelayanan kesehatan.
H. PERSIAPAN ALAT
.