90 86 87...dimana Pemerintah menargetkan akses sanitasi pada tahun 2019 dapat mencapai target 100%....

8
PT Sarana Mul Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2017 SMI’s Insight 2017 - Triwulan IV 1 “Dengan target akses sanitasi sebesar 100% di tahun 2019, diperlukan kerja keras untuk dapat mencapai target tersebut khususnya bagaimana mencari alternaf sumber dana selain dana APBN yang jumlahnya terbatas” Sanitasi Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dan pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan oleh Pemerintah, sektor sanitasi perlu mendapat perhaan serius. Sebab, sebagaimana laporan yang dirilis oleh WHO dan UNICEF dalam Joint Monitoring Program (JMP) di tahun 2017, peringkat access coverage sanitasi Indonesia termasuk yang paling rendah di ASEAN dan Asia pada umumnya. Pada tahun 2015, baru sekitar 61% penduduk yang memperoleh akses sanitasi. Peringkat tersebut lebih rendah disbanding Singapura (100%), Malaysia (96%), Thailand (93%), Vietnam (78%), Tiongkok (77%), dan Filipina (74%) namun masih lebih baik dibandingkan dengan Kamboja (42%) dan India (40%). Namun demikian, secara besaran coverage capaian di tahun 2015 sudah mengalami kenaikan sebesar 26% dari capaian di tahun 1990 dimana hanya 35% penduduk yang memiliki akses sanitasi. Kenaikan tersebut merupakan realisasi dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah. Namun demikian, capaian saat ini belumlah cukup, dimana Pemerintah menargetkan akses sanitasi pada tahun 2019 dapat mencapai target 100%. Dengan luasnya wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, tentu saja diperlukan sebuah kerja keras untuk dapat mencapai target tersebut, khususnya berbagai sumber pendanaan selain dari APBN yang jumlahnya sangat terbatas. Sumber: World Bank, WHO, UNICEF diolah (2017) Gambar 1. Hanya sekitar 61% penduduk yang dapat mengakses sanitasi di Indonesia, angka tersebut masih merupakan salah satu yang terendah di ASEAN dan Asia, hanya lebih baik dari Kamboja dan India. Untuk mengejar keternggalan dibanding negara lain, Pemerintah telah mencanangkan target 100% akses sanitasi di tahun 2019. 99 86 87 36 48 57 35 3 17 100 96 93 78 77 74 61 42 40 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Singapura Malaysia Thailand Vietnam Tiongkok Filipina Indonesia Kamboja India 1990 2015 Sumber: The Guardian

Transcript of 90 86 87...dimana Pemerintah menargetkan akses sanitasi pada tahun 2019 dapat mencapai target 100%....

Page 1: 90 86 87...dimana Pemerintah menargetkan akses sanitasi pada tahun 2019 dapat mencapai target 100%. Dengan luasnya wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, tentu

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2017

SMI’s Insight 2017 - Triwulan IV

1

“Dengan target akses sanitasi sebesar 100% di

tahun 2019, diperlukan kerja keras untuk dapat

mencapai target tersebut khususnya bagaimana

mencari alternatif sumber dana selain dana APBN

yang jumlahnya terbatas”

Sanitasi

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dan pembangunan infrastruktur yang terus

dilakukan oleh Pemerintah, sektor sanitasi perlu mendapat perhatian serius. Sebab, sebagaimana laporan yang

dirilis oleh WHO dan UNICEF dalam Joint Monitoring Program (JMP) di tahun 2017, peringkat access coverage

sanitasi Indonesia termasuk yang paling rendah di ASEAN dan Asia pada umumnya. Pada tahun 2015, baru sekitar

61% penduduk yang memperoleh akses sanitasi. Peringkat tersebut lebih rendah disbanding Singapura (100%),

Malaysia (96%), Thailand (93%), Vietnam (78%), Tiongkok (77%), dan Filipina (74%) namun masih lebih baik

dibandingkan dengan Kamboja (42%) dan India (40%).

Namun demikian, secara besaran coverage capaian di tahun 2015 sudah mengalami kenaikan sebesar 26% dari

capaian di tahun 1990 dimana hanya 35% penduduk yang memiliki akses sanitasi. Kenaikan tersebut merupakan

realisasi dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah. Namun demikian, capaian saat ini belumlah cukup,

dimana Pemerintah menargetkan akses sanitasi pada tahun 2019 dapat mencapai target 100%. Dengan luasnya

wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, tentu saja diperlukan sebuah kerja keras untuk

dapat mencapai target tersebut, khususnya berbagai sumber pendanaan selain dari APBN yang jumlahnya sangat

terbatas.

Sumber: World Bank, WHO, UNICEF diolah (2017)

Gambar 1. Hanya sekitar 61% penduduk yang dapat mengakses sanitasi di Indonesia, angka tersebut masih

merupakan salah satu yang terendah di ASEAN dan Asia, hanya lebih baik dari Kamboja dan India. Untuk

mengejar ketertinggalan dibanding negara lain, Pemerintah telah mencanangkan target 100% akses sanitasi di

tahun 2019.

99

86 87

36

48

57

35

3

17

100

9693

78 7774

61

4240

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Singapura Malaysia Thailand Vietnam Tiongkok Filipina Indonesia Kamboja India

1990 2015

Sumber: The Guardian

Page 2: 90 86 87...dimana Pemerintah menargetkan akses sanitasi pada tahun 2019 dapat mencapai target 100%. Dengan luasnya wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, tentu

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2017

2

Review Kondisi Sanitasi di Indonesia

Saat ini, secara capaian akses sanitasi Indonesia masih jauh dari target 100% di tahun 2019. Sebagai contoh, un-

tuk akses air limbah di tahun 2015 masih berada di posisi 62,14%, sementara untuk akses persampahan tercatat

sebesar 86,73% dan akses terhadap drainase baru mencapai 58,85%. Kendati masih terdapat gap yang cukup

besar terhadap target, namun masih terjadi peningkatan akses setiap tahunnya.

Menurut kajian WHO (2015) yang dirilis dalam website UNICEF (2017) lebih dari 50 juta orang Indonesia belum

menggunakan toilet sebagai sarana sanitasinya. Angka tersebut tercatat menempati rangking kedua tertinggi di

dunia setelah India. Setidaknya 20% orang Indonesia masih buang air besar (BAB) di tempat terbuka. Hal inilah

yang kemudian menyebabkan kontaminasi pada air minum yang membuat penyakit diare. Setidaknya 88% ke-

matian bayi yang meninggal akibat diare diakibatkan oleh kondisi air dan sanitasi.

Sebuah survey yang dilakukan oleh

Kementerian Kesehatan dan UNICEF di

Provinsi Jogja pada tahun 2015 menemukan

hasil yang cukup mengkhawatirkan. 2 dari 3

air minum yang dijadikan sampel mengandung

bakteri e-coli akibat terpapar sanitasi yang bu-

ruk. Air yang telah terkontaminasi menyebab-

kan dampak kesehatan yang buruk bagi anak-

anak. Setidaknya sekitar 9 juta anak Indo-

nesia mengalami stunting. Peluang terjadinya

stunting 1,4 kali lebih besar akibat sanitasi

yang buruk. Oleh karena itu, menurut Patunru

(2015) peningkatan dan perbaikan akses sani-

tasi jauh lebih penting dibandingkan dengan

peningkatan akses air.

Beberapa studi lain seperti yang pernah dil-

akukan oleh World Bank (2006) menyebutkan

bahwa setidaknya Indonesia mengalami

kerugian sebesar Rp 66,6 triliun setiap tahun

atau sekitar 2,3% dari PDB akibat sanitasi yang

buruk. Dampak terbesar dari sanitasi yang bu-

ruk tersebut terlihat dari kerugian bagi

kesehatan, dampak bagi ketersediaan air mi-

num yang aman untuk dikonsumsi, dampak

bagi lingkungan, dampak bagi pariwisata di

daerah sekitar daerah yang tercemar serta

dampak-dampak lain akibat kondisi sanitasi

yang buruk. Oleh karenanya, tidak

mengherankan perbaikan sanitasi harus men-

jadi suatu program prioritas nasional untuk

mengurangi dampak-dampak negatif yang

akan semakin besar.

Sumber: BPS, Riskesdas, 2015 diolah

Gambar 2. Berdasarkan capaian di tahun 2015 di beberapa

lingkup sanitasi seperti air limbah, persampahan, dan drainase

masih terdapat gap terhadap target 100% di tahun 2019.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Air Limbah Persampahan Drainase

62,14%

86,73%

58,85%

Sumber: World Bank, 2006

Gambar 3. Indonesia setiap tahun setidaknya mengalami

kerugian sebesar Rp 66,6 Triliun akibat dampak sanitasi yang

buruk yang mengakibatkan kerugian di sisi kesehatan, penye-

diaan air minum, lingkungan, pariwisata serta dampak lain.

2,78 10,7

29,513,3

0,8 1,510,8

55,9

Kesehatan Air Minum Lingkungan Pariwisata Dampak Lain Total

Rp

Tri

liu

n

Kerugian Finansial Kerugian Ekonomi

Page 3: 90 86 87...dimana Pemerintah menargetkan akses sanitasi pada tahun 2019 dapat mencapai target 100%. Dengan luasnya wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, tentu

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2017

3

Strategi Pembangunan Sektor Sanitasi di Indonesia

Gambar 4. Strategi pemenuhan target akses sanitasi sebesar 100% di tahun 2019 akan ditempuh dengan

beberapa langkah diantaranya melalui pencanangan target 100% pelayanan air limbah, target 100% pelayanan

sampah, dan 100% pelayanan drainase lingkungan.

Sumber: Kementerian PU-PERA, 2017, diolah

Pemerintah melihat sektor sanitasi sebagai salah satu sektor yang sangat penting untuk ditingkatkan,

sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2020-2024 yang

berbunyi: ”Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya

kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan,

transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi”. Selain itu, tercantum pula

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang berbunyi: “Meningkatnya

akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah, dan drainase lingkungan) menjadi 100 %

pada tingkat kebutuhan dasar melalui penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan,

baik di perkotaan maupun di pedesaan”.

Untuk dapat memenuhi target dalam RPJMN 2015-2019, Pemerintah telah menyiapkan berbagai strategi,

di antaranya adalah dengan menerapkan indikator-indikator keberhasilan pada subsektor sanitasi, antara lain

pemenuhan 85% pemenuhan akses layak dan 15% pemenuhan akses dasar. Dari sisi target untuk pemenuhan

akses dasar di daerah pedesaan ditargetkan mencapai 100%. Dengan luasnya wilayah Indonesia, tentu saja hal

tersebut menjadi tantangan tersendiri dan juga memerlukan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak antara

lain dengan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, Pemerintah telah mengeluarkan slogan PHBS (Perilaku

Hidup Sehat dan Bersih) untuk mengguggah kesadaran masyarakat tentang pentingnya memiliki perilaku dan

sikap hidup yang sehat antara lain dengan mengurangi perilaku BAB terbuka. Di sisi lain, tantangan juga datang

dari sisi pendanaan, dimana menurut estimasi dalam RPJMN 2015-2019 dibutuhkan anggaran sekitar

Rp 273 Triliun untuk pembangunan sektor sanitasi.

Page 4: 90 86 87...dimana Pemerintah menargetkan akses sanitasi pada tahun 2019 dapat mencapai target 100%. Dengan luasnya wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, tentu

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2017

4

Belanja pemerintah di sektor sanitasi memang relatif minim. Selama periode tahun 1970-1999, total investasi

pemerintah pusat dan daerah untuk sanitasi hanya 200 rupiah per kapita per tahun. Angka ini memang mening-

kat selama 2000-2004 menjadi 2.000 rupiah dan selama 5 tahun terakhir ini investasi sanitasi per kapita terus

ditingkatkan menjadi 5.000 rupiah per tahun. Sayangnya, jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan ideal yaitu

sekitar 47.000 rupiah per kapita per tahun (studi Bappenas, 2008).

Selain peran Pemerintah Pusat, peran Pemerintah Daerah juga menjadi krusial pasca otonomi daerah.

Terbatasnya dana serta tidak diprioritaskannya sanitasi karena tidak popular mengakibatkan terbatasnya alokasi

dana dalam APBD untuk pembangunan dan pelayanan sanitasi di sebagian besar pemerintah Kabupaten/Kota.

Namun demikian sejak tahun 2006 sampai tahun 2010 telah terjadi kenaikan alokasi anggaran sanitasi yang

cukup signifikan. Apabila pada tahun 2006 rata-rata alokasi sanitasi pada APBD Kabupaten/Kota masih dibawah 1

persen dari total belanja APBD, maka pada tahun 2010 rata-rata alokasi belanja sanitasi telah mencapai angka

rata-rata 1,5 persen dari total belanja APBD. Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri telah berkomitmen

mendorong alokasi belanja APBD untuk sanitasi mencapai 2%. Namun demikian, baru sekitar 119 Kabupaten dari

365 Kabupaten atau 32,5% yang menerapkannya (Kemendagri, 2017)

Pendanaan merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan target 100% akses sanitasi di tahun 2019.

Bappenas memperkirakan kebutuhan pendanaan yang diperlukan adalah sebesar Rp 273,7 triliun selama tahun

2015-2019. Dari jumlah tersebut, porsi pemerintah pusat sebesar 35%, Pemerintah daerah sebesar 25%,

Masyarakat sebesar 15%, Swasta sebesar 15%, dan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) sebesar 10%.

Namun demikian, dari target porsi 35%, Pemerintah tampaknya hanya mampu memenuhi sekitar 19% atau

sekitar Rp 35,645 triliun.

Gambar 5. Kebutuhan pendanaan untuk pembangunan sektor sanitasi periode 2015-2019 diperkirakan ber-

jumlah Rp 273,7 triliun. Dari jumlah tersebut, APBN hanya mampu menyediakan dana sebesar Rp35,645 triliun.

Dengan demikian, diperlukan sumber-sumber lain untuk dapat mencapai target kebutuhan pendanaan tersebut.

Kebutuhan Pendanaan Sektor Sanitasi 2015-2019

Sumber: Kementerian PU-PERA, 2017, diolah

Page 5: 90 86 87...dimana Pemerintah menargetkan akses sanitasi pada tahun 2019 dapat mencapai target 100%. Dengan luasnya wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, tentu

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2017

5

Peluang Investasi di Bidang Sanitasi

Dengan besarnya gap kebutuhan pendanaan sektor sanitasi, Pemerintah membuka ruang bagi investasi

swasta untuk dapat berinvestasi di sektor tersebut. Hal ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 38 tahun

2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dan Peraturan

Menteri PPN Nomor 4 tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Untuk sektor sanitasi pada khususnya, terdapat 3 subsektor antara

lain sebagai berikut: infrastruktur SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) Terpusat, infrastruktur SPAL

setempat, dan juga infrastruktur persampahan.

Sumber: Kementerian PU-PERA, 2017

Gambar 6. Peraturan Menteri PPN Nomor 4 tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama

Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur telah membagi peluang investasi di sektor

sanitasi menjadi 3 subsektor yakni infrastruktur SPAL terpusat, infrastruktur SPAL setempat dan infrastruktur

persampahan.

Namun demikian, saat ini investasi swasta di sektor sanitasi hampir tidak ada. Penyebabnya antara lain

terkait dengan tingkat pengembalian (return) yang tidak menarik bagi investor swasta. Biasanya pengembang

perumahan swasta lebih memilih untuk mem-bundling sanitasi dengan pembangunan propertinya sehingga

lebih menguntungkan. Apalagi saat ini, peran pemerintah daerah juga penting dalam penentuan tarif bagi

saluran pembuangan air limbah (SPAL). Sebagai gambaran, untuk DKI Jakarta sesuai Keputusan Gubernur DKI

Jakarta Nomor 991 tahun 2012 tentang Penetapan Tarif Jasa Pelayanan Pembuangan Air Limbah dan Biaya

Penyambungan Pipa Air Limbah Perusahaan Daerah PAL Jaya tarif air limbah bervariasi berdasarkan golon-

gan pengguna mulai dari Rp131/m² luas bangunan untuk Rumah Tangga tipe A (daya listrik 450 Watt) hingga

Rp788/m² untuk industri besar. Di kota-kota lain kondisinya jauh lebih rendah, seperti misalnya di Kota Me-

dan, tarif air limbah mulai dari Rp98/m² luas bangunan untuk Rumah Tangga tipe A hingga Rp325/m² untuk

industri besar, hal ini tercantum dalam Keputusan Direksi PDAM Tirtanadi No. 06/KPTS/2017. Dengan kondisi

yang ada saat ini dan semangat untuk mengejar akses sanitasi mencapai 100% di tahun 2019, mengandalkan

investasi swasta semata tampaknya akan sangat sulit dilakukan sehingga diperlukan terobosan lain antara

lain mengombinasikan investasi swasta dengan dana-dana perbantuan dari donor sehingga tarif layanan

tetap dapat dijangkau oleh masyarakat dengan tetap mempertahankan keberlanjutan usaha dari

penyelenggara (investor).

Page 6: 90 86 87...dimana Pemerintah menargetkan akses sanitasi pada tahun 2019 dapat mencapai target 100%. Dengan luasnya wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, tentu

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2017

6

Skema Blended Finance Untuk Pembiayaan Sektor Sanitasi

Gambar 7. Perbedaan skema blended finance dengan skema konvensional terletak dalam susunan investor,

dimana yayasan, donor dan philanthropist dapat ikut berpartisipasi baik sebagai pemegang saham tipe senior,

mezzanine, atau junior. Dengan kombinasi tersebut, skema ini dapat didorong untuk mendanai proyek-proyek

yang tidak memberikan return tinggi namun berdampak besar pada masyarakat seperti sanitasi.

Sumber: Innpact, 2017

Blended finance adalah pembiayaan yang bersumber dari dana filantropi yang dihimpun masyarakat untuk

memobilisasi dana swasta untuk investasi jangka panjang. Konsep blended finance mulai diperkenalkan se-

bagai salah satu solusi untuk menutupi gap pendanaan pembangunan khususnya di negara-negara berkem-

bang pasca konferensi internasional untuk pembiayaan pembangunan yang dilaksanakan pada bulan Juli

2015. Bahkan World Economic Forum (2016) telah melakukan survey dimana potensi sumber pendanaan

blended finance di dunia mencapai US$25,4 Milyar (~Rp337, 82Triliun) dari sekitar 74 institusi.

Dalam skema blended finance, peran dari Lembaga donor akan sangat dioptimalkan baik dalam bentuk porsi

penyertaan modal maupun porsi pemberian dukungan teknis (technical assistance). Dengan potensi yang

sangat besar tersebut dan cocok dengan karakteristik pembangunan sanitasi, opsi pembangunan infrastruktur

melalui skema blended finance perlu dipertimbangkan. Apalagi sektor sanitasi merupakan salah satu yang

menjadi perhatian para donor untuk pembangunan di negara-negara berkembang seperti di Indonesia.

Skema seperti ini telah dikembangkan dan diaplikasikan oleh beberapa negara khususnya terkait sektor air

minum dan sanitasi seperti di India. (lihat case study)

Dalam satu ilustrasi struktur dalam skema Blended finance sebagaimana tercermin dari gambar 7 di atas,

terlihat bahwa susunan investor nantinya tidak hanya berasal dari investor institusi ataupun Lembaga keu-

angan atau fund manager tetapi dapat pula berasal dari yayasan, Lembaga donor, atau individu philanthropist

yang berkenginan untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur. Selain sebagai investor,

yayasan, Lembaga donor, atau individu philanthropist dapat pula berperan dalam memberikan hibah berupa

technical assistance untuk penyiapan proyek atau dalam bentuk lainnya. Karena merupakan dana filantropis,

pengembalian investasi dalam skema blended finance kebanyakan bernilai rendah. Kendati demikian, tetap

ada keuntungan yang harus diraih agar proyek tersebut tetap terus bergulir. Biasanya proyek-proyek yang

menarik para donor dengan skema ini terkait dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Page 7: 90 86 87...dimana Pemerintah menargetkan akses sanitasi pada tahun 2019 dapat mencapai target 100%. Dengan luasnya wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, tentu

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2017

Studi Kasus: Berhampur Solid Waste Management

Gambar 8. Kombinasi antara pinjaman lunak dengan hibah telah mendorong kelayakan proyek sanitasi di dae-

rah Berhampur, negara bagian Odisha, di India.

Sumber: IFC, World Bank, 2017

7

Sistem pengelolaan limbah padat di Berhampur, sebuah kota di negara bagian Odisha di India, tidak lagi me-

madai untuk memenuhi kebutuhan penduduknya dan tidak sesuai dengan peraturan nasional. Dengan tidak

adanya pengumpulan limbah primer di kota, banyak warga, terutama di daerah berpendapatan rendah,

terkena risiko kesehatan akibat polusi, kontaminasi air, dan limbah padat yang tidak diobati. Departemen Pe-

rumahan dan Pembangunan Perkotaan Pemerintah Odisha dan Berhampur Municipal Corporation, mencari

solusi yang terjangkau untuk memberikan layanan pengelolaan limbah yang lebih baik kepada warganya.

Mereka mencoba mencari terobosan dengan melibatkan investor swasta. Namun demikian, tarif layanan

merupakan sumber pendapatan utama bagi operator. Untuk menutupi biaya operasional, biaya pendanaan,

dan mencakup margin keuntungan, tarif layanan harus sangat tinggi yang berdampak kepada tidak akan ter-

jangkaunya tarif layanan oleh pemerintah Kota.

Sehingga mereka mencari cara agar proyek tetap dapat terjangkau dan juga memastikan kelayakan finansial

dari proyek, mereka mengajukan pinjaman lunak selama konstruksi dan hibah. Dana hibah dan pinjaman

lunak disediakan oleh Odisha Urban Infrastructure Development Fund (OUIDF), trust fund yang dibiayai oleh

KfW Jerman sehingga tarif layanan itu tetap pada tingkat yang terjangkau bagi pemerintah. Pinjaman lunak

ditetapkan sebesar 25 persen dari biaya proyek awal. Dengan kombinasi pinjaman lunak dan hibah, proyek

menjadi layak secara finansial. Meskipun kelayakan finansial proyek telah berjalan, beberapa peserta tender

masih memperhatikan risiko pembayaran dari pemerintah kota. Untuk mengatasi hal ini, IFC (World Bank

Group) selaku penasehat keuangan memperkenalkan mekanisme escrow account dengan cadangan tiga bu-

lan dan pelepasan dana secara otomatis setelah menerima faktur secara bulanan. Kewajiban pembayaran

kotamadya didukung oleh jaminan berupa comfort letter dari Departemen Perumahan dan Pembangunan

Perkotaan Pemerintah Odisha. Konsorsium UPL Environmental Engineers Limited selaku pemenang lelang

mendapatkan konsesi selama 20 tahun.

Page 8: 90 86 87...dimana Pemerintah menargetkan akses sanitasi pada tahun 2019 dapat mencapai target 100%. Dengan luasnya wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, tentu

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2017

Disclaimer

All information presented were taken from multiple sources and considered as true by the time they were

written to the knowledge of PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) can

not be held responsible from any inacuracy contained in the material.

Any complaint can be submitted to:

Corporate Secretary PT SMI

Tel : +62 21 8082 5288

Fax : +62 21 8082 5258

Email : [email protected]

Public complaints on PT SMI service will be kept strictly confidential and handled by a special committee to

ensure that complaints are addressed appropriately.

Bappenas. 2015. Roadmap 2015-2019: Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). http://

www.usdp.or.id/wp-content/uploads/2015/02/PPSP-2015-2019.pdf

Innpact. 2017. Dedicated to Impact Finance. Presentation Materials.

International Finance Corporation (IFC). 2013. Public-Private Partnership Stories: Berhampur Solid Waste Management.

New York: IFC Advisory Services.

Kementerian Kesehatan. 2011. Tuntaskan Strategi, Siapkan Investasi Sektor Sanitasi. http://www.depkes.go.id/

development/site/jkn/index.php?cid=1552&id=tuntaskan-strategi-siapkan-investasi-sektor-sanitasi.html. Diakses: Janu-

ari 2018.

Kementerian Dalam Negeri. 2017. Dua Persen dari APBD harus Dialokasikan untuk Air Minum dan Sanitasi. http://

www.kemendagri.go.id/news/2017/10/18/dua-persen-dari-apbd-harus-dialokasikan-untuk-air-minum-dan-sanitasi. Di-

akses: Januari 2018

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2018. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Air Minum dan

Sanitasi. Disampaikan pada acara Seminar Diseminasi Kajian Tematik Efisiensi dan Efektivitas Pembangunan Infrastruktur

Jalan, Jembatan, Perumahan, Sumber Daya Air dan Sanitasi. Hotel Borobudur: Jakarta.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2017. Kebijakan dan Strategi Bidang PPLP. http://

ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/resources/ws_transperancy_framework/r4_05_kemenpupera.pdf.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2012. Pola dan Peluang Investasi Bidang Cipta Karya Sektor Air

Minum dan Sanitasi. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 991 Tahun 2012 tentang Penetapan Tarif Jasa Pela-

yanan Pembuangan Air Limbah dan Biaya Penyambungan Pipa Air Limbah Perusahaan Daerah PAL Jaya.

Moersid, M. 2015. Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015–2019. Disampaikan pada acara Kick-off Meeting Na-

sional Program PPSP 2015.

OUIDF. http://www.ouidf.in/background.php. Diakses: Januari 2018

Patunru, Arianto. 2015. Access to Safe Drinking Water and Sanitation in Indonesia. Asia & the Pacific Policy Studies, vol.

2, no. 2, pp. 234–244

Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik

Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam

Penyediaan Infrastruktur.

UNICEF. https://www.unicef.org/indonesia/wes.html. Diakses: Januari 2018

WHO/UNICEF. 2017. Progress on Drinking Water, Sanitation, and Hygiene: 2017 Update. New York and Geneva: WHO &

UNICEF.

World Bank. 2016. Water and Sanitation Program Report: End of Year Report, Fiscal year 2016.

World Bank. 2015. Water Supply and Sanitation in Indonesia: Turning Finance into Service for the Future.

World Bank. 2013. Indonesia Country Study: East Asia Pacific Region Urban Sanitation Review.

World Bank. 2008. Economic Impact of Sanitation in Indonesia: Water and Sanitation Program Report.

World Economic Forum. 2016. Insights from Blended Finance Investment Vehicles & Facilities.

8

Referensi