9. Intususesception
-
Upload
gustianballack -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of 9. Intususesception
-
7/30/2019 9. Intususesception
1/11
INTUSUSEPSI
Alpha Fardah A., IG. M. Reza Gunadi
Ranuh, Subijanto Marto Sudarmo
BATASAN
Intususepsi merupakan keadaan yang
terjadi apabila masuknya segmen
proksismal dari usus (intususeptum) ke
dalam segmen usus yang lebih distal
(intususipiens) dengan membawa serta
mesenterium yang berhubungan.
PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya intususepsi
sebagian besar tidak diketahui. Dua
puluh persen dari kasus intususepsi
timbul setelah infeksi virus (infeksi
pernafasan bagian atas, gastroenteritis)
yang menimbulkan pembesaran dari
jaringan limfoid ileum distal.
Intususeptum akan didorong masuk oleh
peristalsis ke dalam usus yang lebih
distal dengan mesenterium dariintusuesptum ikut terjepit masuk. Hal ini
kemudian diikuti terjadinya sembab,
kongesti vena dan linfa yang akan
menyebabkan keluarnya tinja yang
berwarna kemerahan akibat darah yang
tercampur mukus (current jelly stool).
Selanjutnya, jika tekanan kongesti
melampaui tekanan arteri maka akan
terjadi nekrosis.
GEJALA KLINIS
- kebanyakan terjadi pada anak
dengan gizi baik, laki-laki, pada usia < 1
tahun
- sebagian besara terjadi pada
daerah ileosekal
- crampy abdominal pain yang
mendadak dan intermiten, disertai
dengan tangisan yang tidak dapat
dihentikan dan tungkai yang ditarik ke
arah perut
- Muntah
- Tinja yang berbentuk seperti jeli
kemerahan (current jelly stool)
- Masa abdomen berbentuk seperti
sosis pada kuadran kanan atas atau
epigastrium tengah
CARA PEMERIKSAAN/DIAGNOSIS
- Sebagian besar cukup dengan
pemeriksaan fisik
- Foto polos abdomen :
menunjukkan kepadatan pada daerah
intususepsi
- Ultrasonografi
- Enema barium menunjukkan
defek pengisian (filling defect). Enema
barium dapat pula digunakan sebagai
terapi
DIAGNOSA BANDING
Obstruksi intestinal lain (volvulus,
malrotasi), gastroenteritis, purpura
Henoch Schonlein.
PENYULIT
Nekrosis usus yang dapat menyebabkan
perforasi dan peritonitis.
PENATALAKSANAAN
a. Resusitasi dengan cairan fisiologis
intravena dan pengosongan lambung
dengan pipa nasogastrik
b. Puasa untuk persiapan operasi.
c. Reduksi radiologik bilamemungkinkan.
-
7/30/2019 9. Intususesception
2/11
d. Reduksi operatif atau reseksi
DAFTAR PUSTAKA
1. Ein, S. and A. Daneman (2003).Intussusception. Operative Pediatric
Surgery. M. Zicgler, R. Azizkhan and T.
Weber. New York, Mc Graw-Hill
Professional : 647-689.
2. Ifran, E., B. Lombay, et al. (2000).
"Intussuception in children.
Ultrasonography in the diagnosis and
non-operative management." Peaditr
Indones 40 : 1-7.
3. King, L. (2001). "Intussuception" E-
Medicine 2 : 7.
Invaginasi undefined
undefined
Invaginasi merupakan suatu keadaan
dimana bagian usus masuk ke bagian
usus (www. Pediatric .com, 2003).
Invaginasi merupakan suatu kegawat
daruratan medis. Jika tidak diatasi
secepatnya. Bisa menyebabkan
komplikasi yang berat seperti infeksi
bahkan kematian (familydoctor.org,
1999)
Kebanyakan pasien bisa pulih jika
dirawat sebelum 24 jam. Kematian
dengan terapi sekitar 1-3 %. Jika tanpa
terapi, 2-5 hari akan berakibat fatal
(emedicine.com.inc, 2003).
Keluarga khususnya orang tua. Selaku
pihak pertama yang mengetahui adanya
kelainan pada anak dan tim medis serta
paramedis, sebaiknya mengetahui lebih
banyak tentang invaginasi dan gejala-
gejala yang tampak, serta apa saja yang
menyebabkan invaginasi. Sehingga baik
orang tua maupun tim medis,
paramedis, dapat menentukan tindakan
yang harus diambil secara cepat dantepat. Pengambilan tindakan yang cepat
dan tepat dapat meningkatkan
kemungkinan keberhasilan terapi dan
mengurangi kemungkinan komplikasi
dan efek fatal yang lain.
II.1. Definisi
Intususepsi atau invaginasi adalah suatu
keadaan masuknya segmen usus ke
segmen bagian distalnya yang umumnya
akan berakhir dengan obstruksi usus
strangulasi (Mansjoer. R. 2000)
Saat invaginasi terjadi, akan terbentuk
obstruksi pada usus besar dimana
dinding usus akan menekan bagian
lainnya (kidshealth. org, 2001)
II.2. Insidensi
Intutusepsi kebanyakan terjadi pada
bayi, dengan mayoritas kasus terjadi
pada anak antara 5 bulan sampai 1
tahun.
Intususepsi terjadi pada 1-4 bayi dari
1000 bayi kelahiran hidup.
Intususepsi juga menyebabkan kegawat
daruratan pada abdomen, kebanyakan
terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun.
(kidshealth. org, 2001).
Intususepsi lebih sering terjadi pada laki-
laki daripada perempuan (Mansjoer. R.
2000). Angka kejadian pada anak laki-
laki 3 kali lebih besar bila dibandingkan
anak perempuan (kidshealth. org, 2001).
Seiring dengan pertambahan umur,
perbedaan kelamin menjadi bermakna.
Pada anak usia lebih dari 4 tahun, rasio
insidensi anak laki-laki dengan anak
perempuan adalah 8 : 1. (emedicine,
2001)
II.3. Etiologi
-
7/30/2019 9. Intususesception
3/11
Penyebab pasti intususepsi belum
diketahui. Ini mungkin berhubungan
dengan infeksi pada anak, pengaruh dari
pweubahan diet, pemberian makanan
padat (www.gosh, 2002)
Infeksi virus pada anak-anak
menyebebkan pembesaran kelenjar
cerna, yang pada akhirnya
menyebabkan intususepsi
(www.pediatrik.com, 2003). Inveksi virus
bisa menimbulkan perlawanan jaringan
limphe terhadap infeksi sehingga
mukosa usus tidak rata. Ini membuka
peluang usus untuk memasuki bagian
usus itu sendiri selama proses
mencerna. (kidshealth.org, 2001).
Pemberian makanan selain susu ketika
umur kurang dari 4 bulan akan berakibat
buruk terhadap bayi, karena sistem
pencernaan bayi pada usia ini belum
tumbuh kembang sempurna. Pemberian
makanan pada usia itu berpeluang
terjadinya invaginasi usus halus.
(groups.yahoo.com, 2003).
Pada bayi lebih dari 3 tahun, bisa
disebabkan faktor mekanik, seperti :
- Meckel diverticulum
- Polip pada untestinum
- Lymposarcoma intestinum
- Trauma tumpul pada abdominal
dengan hematom
- Hemangioma (emedicine.com, 2003).
Baru-baru ini diduga ada hubunganantara rotavirus dan intususepsi,
walaupun laporan kasus terjadinya
intususepsi selama bayi difaksin sangat
kecil. (emedicine.com, 2003).
Rotavirus merupakan penyebab
gastroenteritis berat pada bayi dan anak
usia di bawah 5 tahun di USA. Selama 1
September 1998 sampai 7 Juli 1999,
dilaporkan ke VAERS (Vaccine Adverse
Event Reporting System) 15 kasus
intususepsi pada bayi yang menerima
vaksin Rotavirus.
Pada studi Prelisensi, 5 kasus intususepsi
terjadi pada 10.054 penerima vaksin dan
1 kasus pada 4.633 kontrol. Secara
statistik perbedaannya tidak signifikan. 3
dari 5 kasus pada anak dengan vaksinasi
terjadi selama 6-7 hari setelah
divaksinasi Rotavirus (www.cdc.gov,
1999)
II.4. Gejala Klinis
Gejala yang tampak adalah nyeri perut
yang hebat, mendadak dan hilang timbul
dalam waktu beberapa detik hingga
menit dengan interval waktu 5-15 menit.
Diluar serangan, anak tampak sehat.
(www.pediatrik.com, 2003). Bayi dengan
intususepsi akan mengalami nyeri
abdomen yang sangat mendadak
sehingga mereka menangis dengan
sangat kesakitan dan keras. Bayi
tersebut akan menarik lututnya ke dada.
(kidshealth.org, 2001)
Anak sering muntah dan dalam fesessering ditemukan darah dan lendir.
Secara bertahap anak akan pucat dan
lemas, bisa menjadi dehidrasi, merasa
demam, dan perut mengembung.
(www.gosh, 2002).
Selain itu, ada gejala-gejala seperi anak
menjadi cepat marah, nafas dangkal,
mendengkur, konstipasi (kidshealth.org,
2001).
II.5. Diagnosis
Anamnesa dengan keluarga dapat
diketahui gejala-gejala yang timbul dari
riwayat pasien sebelum timbulnya
gejala, misalnya sebelum sakit, anak ada
riwayat dipijat, diberi makanan padat
padahal umur anak dibawah 4 bulan.
(kidshealth.org, 2001).
-
7/30/2019 9. Intususesception
4/11
Pemeriksaan fisik, pada palipasi
diperoleh abdomen yang mengencang,
massa seperti sosis (kidshealth.org,
2001).
Pemeriksaan penunjang dilakukan X-ray
abdomen untuk melihat obstruksi
(kidshealth.org.2001).
Pemeriksaan ultrasound bisa melihat
kondisi secara umum dengan
menggunakan gelombang untuk melihat
gambaran usus di layar monitor
(www.gosh, 2002).
II.6. Penatalaksanaan
Pertama kali dibawa ke runak sakit, bayi
kemungkinan mengalami dehidrasi dan
memerlukan terapi cairan intravena
secepatnya. NGT bisa digunakan pada
bayi dengan perut yang kosong
(www.gosh, 2002). Reduksi invaginasi
dilakukan dengan barium enema yang
menggunakan prinsip hidrostatik.
Reduksi dengan barium enema hanya
dilakukan bila tidak ada distensi yang
hebat, tanda peritonitis, dan demamtinggi. Akan tampak gambaran cupping
dan coiled spring yang menghilang
bersamaan dengan terisinya ileum oleh
barium. Reduksi dengan barium enema
dikatakan berhasil bila barium cukup
jauh mengisi ileum atau tampak jendela
kolon. (Mansjoer. R, 2000).
Selain barium enema, terdapat metode
udara enema, cara kerja kedua metode
ini sama. (kidshealth,org, 2001)
Jika metode ini berhasil, bayi sudah bisa
minum dan bisa pulang dalam beberapa
hari (www.gosh, 2002).
Jika metode ini tidak berhasil perlu
dilakukan operasi (www.gosh, 2001).
Invaginasi cenderung menyumbat usus
dan menghentikan aliran darah ke usus,
sehingga perlu dilakukan pembedahan
darurat (www.medicastore.com, 2003)
Kebanyakan anak yang dirawat sebelum
dari 24 jam sembuh dari intususepsi
tanpa komplikasi (kidshealth.org, 2001)
Dalam 48 jam setelah operasi anak akan
dimonitor, anak akan menggunakan
mesinuntuk memonitor temperatur,
denyut jantung dan respirasi.
Setidaknya selama 48 jam pertama,
anak tidak bisa makan atau minum agar
ususnya istirahat. Anak akan
mendapatkan terapi cairan untuk
mencegah dehidrasi.
Anak juga akan mendapat NGT untuk
mengambil cairan di dalam perut. Saat
cairan dari NGT bersih dan jumlah cairanberkurang, anak bisa mulai makan
sesuatu (www.gosh, 2002).
II.7. Komplikasi
Jika invaginasi terlambat atau tidak
diterapi, bisa timbul beberapa
komplikasi berat, seperti kematian
jaringan usus, perforasi usus, infeksi dan
kematian (kidshealth.org, 2001).
II.8. Diagnosis
Invaginasi dengan terapi sedini mungkin
memiliki prognosis yang baik. Terdapat
resiko untuk kambuh lagi
(familidoctor.org, 2003)
II.9. Differensial Diagnosis
- Trauma Abdomen
- Appendisitis Akut
- Hernia
- Gastroenteritis
- Torsi testis
- Perlengketan jaringan
-
7/30/2019 9. Intususesception
5/11
- Volvulus
- Meckel diverticulum
- Perdarahan G 1
- Proses-proses yang menumbuhkannyeri abdomen (emedicine.com, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
(1) Anonim, 2003, Intutusepsi,
http : // www.pediatrik.com / kanal
tips / intususepsi.htm.
(2) American Academy Of Family
Physician, 1999,
http : // familydoctor.org / III-xml.
(3)
http : // www.emidicine.com
(4) Mansjoer.R, 2000, Kapita Selekta
Kedokteran, Ed. III,
Cet 2, Media Aesculapius, Jakarta.
(5)
http : // kidshealth.org / parent /
system / surgical / intususception.
(6)
http : www.gosh.nhs.uk / med /
index.html
(7)
http : // groups.yahoo.com / group /
halal-baik.enak / message
(8)
http : // www.cdc.gov / epo / mmwr /
preview / mnwrhtml / mm 4827 al.htm.
INTUSUSEPSI
1.1. Latar Belakang
Intususepsi adalah masuknya segmen
usus proksimal (ke arah oral) ke rongga
lumen usus yang lebih distal (ke arahanal) sehingga menimbulkan gejala
obstruksi berlanjut strangulasi usus.
Invaginasi atau intususepsi merupakan
hal yang sering ditemukan pada anak
dan agak jarang pada orang muda dan
dewasa.
Invaginasi pada anak biasanya bersifat
idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Pemberian makanan
selain susu ketika umur kurang dari 4bulan akan berakibat buruk terhadap
bayi, karena sistem pencernaan bayi
pada usia ini belum tumbuh kembang
sempurna. Pemberian makanan pada
usia itu berpeluang terjadinya invaginasi
usus halus. Tujuh puluh persen bahkan
lebih terjadi pada penderita berumur di
bawah 1 tahun. Umur penderita
tersering sekitar 6-7 bulan. Intususepsi
terjadi pada 1-4 bayi dari 1000 bayi
kelahiran hidup. Intususepsi lebih seringterjadi pada laki-laki daripada
perempuan.
Invaginasi pada anak dan bayi sering
memberikan gejala-gejala klinik klasik
berupa nyeri perut yang bersifat
serangan (kolik), keluarnya lendir dan
darah peranum (currant jelly stool) tanpa
faeces dan pada palpasi perut teraba
massa tumor seperti pisang (sausage
shape mass.
.
Untuk menegakkan diagnosis invaginasi
pada anak dan bayi, selain gejala klinik
diperlukan pemeriksaan radiologi. Pada
pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan barium enema selain
bertujuan diagnostik juga dapat
berperan sebagai terapi. Pada invaginasi
anak dan bayi, bila belum terlambat
(belum ada dehidrasi, peritonitis,distensi abdomen yang berlebihan),
-
7/30/2019 9. Intususesception
6/11
dapat. dilakukan reposisi dengan
tekanan hidrostatik barium enema.
Bilamana reposisi dengan barium enema
tidak berhasil atau dijumpai gejala
invaginasi lebih dari 48 jam, peritonitis,
distensi abdomen yang berlebihan,invaginasi rekuren, maka tindakan yang
diambil adalah reposisi operatif.
2.1. Anatomi Usus Halus
Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu
duodenum, yeyunum dan ileum. Panjang
duodenum 26 cm, sedangkan yeyunum
dan ileum 6 m, dimana 2/5 bagian
adalah yeyunum. Sedangkan panjang
usus halus manusia dewasa adalah 5-6
m. Batas antara duodenum dan
yeyunum dapat dibedakan dari :
1. Lekukan-lekukan yeyunum terletak
pada bagian atas rongga atas
peritoneum di bawah sisi kiri mesocolon
transversum; ileum terletak pada bagian
bawah rongga peritoneum dan dalam
pelvis.
2. Yeyunum lebih besar, berdinding lebih
tebal dan merah karena lipatan mukosa
yang lebih permanen, yaitu plica
sircularis lebih besar, lebih banyak dan
pada yeyunum lebih berdekatan.
Sedangkan pada bagian atas ileum
melebar, dan pada bagian bawah lipatan
ini tidak ada.
3. Mesenterium yeyunum melekat pada
dinding posterior abdomen di atas dan
kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum
melekat di bawah dan kanan aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium hanya
membentuk satu atau dua arcade
dengan cabang-cabangyang panjang
dan jarang yang berjalan ke dinding usus
halus. Ileum menerima banyak
pembuluh darah yang pendek, yang
berasal dari 3 atau 4 atau lebih arcade.
5. Pada uung mesenterium yeyunum,
lemak disimpan dekat pangkalan dan
lemak jarang ditemukan di dekat dinding
usus halus. Pada ujung mesenterium
ileum lemak disimpan di seluruh bagian,
sehingga lemak ditemukan dari pangkalsampai dinding usus halus.
6. Kelompokan jaringan limfoid (Agmen
Feyer) terdapat pada mukosa ileum
bagian bawah sepanjang pinggir anti
mesentrik.
Perbedaan usus halus dan usus besar
pada anatomi adalah :
Perbedaan eksterna :
- Usus halus (kecuali duodenum) bersifat
mobil, sedangkan colon asenden dan
colon desenden terfiksasi tidak mudah
bergerak.
- Ukuran usus halus umumnya lebih kecil
dibandingkan dengan usus besar.
- Usus halus (kecuali duodenum)
mempunyai mesenterium yang berjalan
ke bawah menyilang garis tengah,
menuju fossa iliaka kanan.
- Otot ongitudinal usus halus
membentuk lapisan kontinyu sekitar
usus. Pada usus besar (kecuali appendik)
otot longitudinal tergabung dalam tiga
pita yaitu taenia coli.
- Usus halus tidak mempunyai kantong
lemak yang melekat pada dinding usus.
Usus besar mempunyai kantong lemak
yang dinamakan appandices
epiploideae.
- Dinding usus kecil adalah halus,
sedangkan dinding usus besar sakular.
Perbedaan interna :
-
7/30/2019 9. Intususesception
7/11
- Mukosa usus halus mempunyai lipatan
yang permanen yang dinamakan plica
sircularis, sedangkan pada usus besar
tidak ada.
- Mukosa usus halus mempunyai fili
sedangkan mukosa usus besar tidak
punya.
- Kelompokan jaringan limfoid (Agmemn
feyer) ditemukan pada mukosa usus
halus, jaringan limfoid ini tidak
ditemukan pada usus besar.
2.2. Definisi
Intususepsi adalah masuknya segmen
usus progsimal (ke arah oral) ke rongga
lumen usus yang lebih distal (ke arah
anal) sehingga menimbulkan gejala
obstruksi berlanjut strangulasi usus.
Definisi lain invaginasi atau intususepsi
yaitu masuknya segmen usus
(intusuceptum) ke dalam segmen usus di
dekatnya (intususcipient). Pada
umumnya usus bagian proksimal yang
mengalami invaginasi (intusuceptum)
memasuki usus bagian distal(intususcipient), tetapi walaupun jarang
ada juga yang sebaliknya atau
retrograde. Paling sering masuknya
ileum terminal ke colon. Intususeptum
yaitu segmen usus yang masuk dan
intususipien yaitu segmen usus yang
dimasuki segmen lain.
Intususepsi merupakan keadaan yang
umum terjadi pada anak-anak, dan
merupakan kejadian yang jarang padaorang dewasa.
2.3. Insidensi
Invaginasi dapat terjadi pada setiap
umur, bahkan dapat terjadi intrauterine.
Tujuh puluh persen bahkan lebih terjadi
pada penderita berumur di bawah 1
tahun. Umur penderita tersering sekitar
6-7 bulan. Intususepsi terjadi pada 1-4bayi dari 1000 bayi kelahiran hidup.
Intususepsi lebih sering terjadi pada laki-
laki daripada perempuan. Angka
kejadian pada anak laki-laki 3 kali lebih
besar bila dibandingkan anak
perempuan. Seiring dengan
pertambahan umur, perbedaan kelaminmenjadi bermakna. Pada anak usia lebih
dari 4 tahun, rasio insidensi anak laki-
laki dengan anak perempuan adalah 8 :
1.
2.4. Patofisiologi
Penyebab pasti intususepsi belum
diketahui. Ini mungkin berhubungan
dengan infeksi pada anak, pengaruh dariperubahan diet, pemberian makanan
padat. Pemberian makanan selain susu
ketika umur kurang dari 4 bulan akan
berakibat buruk terhadap bayi, karena
sistem pencernaan bayi pada usia ini
belum tumbuh kembang sempurna.
Pemberian makanan pada usia itu
berpeluang terjadinya invaginasi usus
halus.
Invaginasi terjadi karena adanya sesuatu
di usus yang menyebabkan peristaltik
berlebihan biasanya terjadi pada anak-
anak tetapi dapat juga terjadi pada
dewasa. Pada anak-anak 95% penyebab
tidak diketahui, hanya 5% yang memiliki
kelainan pada usus, misalnya
divertikulum Meckeli, polip,
hemangioma. Dua puluh persen dari
kasus intususepsi timbul setelah infeksi
virus (infeksi pernafasan bagian atas,
gastroenteritis) yang menimbulkan
pembesaran dari jaringan limfoid ileum
distal. Intususeptum akan didorong
masuk oleh peristalsis ke dalam usus
yang lebih distal dengan mesenterium
dari intususeptum ikut terjepit masuk.
Hal ini kemudian diikuti terjadinya
sembab, kongesti vena dan limfa yang
akan menyebabkan keluarnya tinja yang
berwarna kemerahan akibat darah yang
tercampur mukus (current jelly stool/red
current jelly). Selanjutnya, jika tekanan
kongesti melampaui tekanan arteri makaakan terjadi nekrosis.
-
7/30/2019 9. Intususesception
8/11
Baru-baru ini diduga ada hubungan
antara rotavirus dan intususepsi,
walaupun laporan kasus terjadinya
intususepsi selama bayi difaksin sangat
kecil. Rotavirus merupakan penyebab
gastroenteritis berat pada bayi dan anakusia di bawah 5 tahun di USA. Selama 1
September 1998 sampai 7 Juli 1999,
dilaporkan ke VAERS (Vaccine Adverse
Event Reporting System) 15 kasus
intususepsi pada bayi yang menerima
vaksin Rotavirus.
Pada studi Prelisensi, 5 kasus intususepsi
terjadi pada 10.054 penerima vaksin dan
1 kasus pada 4.633 kontrol. Secara
statistik perbedaannya tidak signifikan. 3
dari 5 kasus pada anak dengan vaksinasi
terjadi selama 6-7 hari setelah
divaksinasi Rotavirus
Daerah secara anatomis paling mudah
mengalami invaginasi adalah ileocoecal,
diman ileum yang lebih kecil dapat
masuk dengan mudah dalan caecum
yang longgar. Invaginasi dapat
menyebabkan obstruksi usus baik parsial
maupun total yang merupakan keadaan
gawat darurat, dimana bila tidakditangani segera akan menimbulkan
komplikasi lanjut.
2.5. Klasifikasi
Intususepsi dapat diklasifikasikan dalam
tiga tipe : enteroenterik, kolokolik, dan
enterokolik. Intususepsi enterokolik
hanya melibatkan usus halus.
Intususepsi kolokolik hanya terjadi padakolon, sigmoid, dan rektum. Sedangkan
intususepsi enterokolik melibatkan
kedua usus halus dan kolon, ini adalah
tipe yang paling sering terjadi.
2.6. Gejala Klinis
- kebanyakan terjadi pada anak dengan
gizi baik
- usia < 1 tahun
- sebagian besar terjadi pada daerah
ileosekal
- Crampy abdominal pain (kolik) yang
mendadak dan intermiten, disertai
dengan tangisan yang tidak dapat
dihentikan dan tungkai yang ditarik ke
arah perut
- Muntah
- Tinja yang berbentuk seperti jeli
kemerahan (current jelly stool/red
current jelly)
- Secara bertahap anak akan pucat dan
lemas, bisa menjadi dehidrasi, merasa
demam, dan perut mengembung.
- Masa abdomen berbentuk seperti sosis
pada kuadran kanan atas atau
epigastrium tengah
Selain itu, ada gejala-gejala seperi anak
menjadi cepat marah, nafas dangkal,
mendengkur, konstipasi.
Trias invaginasi :
- Anak mendadak kesakitan episodik,
menangis dan mengangkat kaki (craping
pain), berlanjut sakit kontinyu
- Muntah warna hijau (cairan lambung)
- Defekasi feses campur lender
(kerusakan mukosa) atau darah (lapisan
dalam) current jelly stool
2.7. Cara Pemeriksaan/Diagnosis
Anamnesis :
Anamnesis dengan keluarga dapat
diketahui gejala-gejala yang timbul dari
riwayat pasien sebelum timbulnya
gejala, misalnya sebelum sakit, anak ada
riwayat dipijat, diberi makanan padat
padahal umur anak dibawah 4 bulan.
-
7/30/2019 9. Intususesception
9/11
Pemeriksaan fisik :
- Obstruksi mekanik ditandai darm
steifung dan darm counter
- Teraba massa seperti sosis di daerah
subcostal yang terjadi spontan
- Nyeri tekan (+)
- Dance sign (+) sensasi kekosongan
pada kuadran kanan bawah akibat
masuknya sekum pada kooln asenden
- RT : pseudo portio (+) sensasi seperti
portio vagina akibat invaginasi usus
yang lama, lender berdarah (+)
Radiologis :
- Foto abdomen tiga posisi. Tanda
obstruksi (+) : distensi, air fluid level,
hearing bone (gambaran plica circularis
usus)
- Ultrasonografi
- Barium enema (Colon in loop)
menunjukkan defek pengisian (filling
defect), cupping sign dan letak
invaginasi. Barium enema dapat puladigunakan sebagai terapi reposisi
dengan tekanan tinggi, bila belum ada
tanda-tanda obstruksi dan kejadian
dibawah 24 jam. Reposisi dianggap
berhasil bila setelah rectal tube ditarik
dari anus barium keluar bersama feses
dan udara.
2.8. Penatalaksanaan
Pertama kali dibawa ke rumah sakit, bayi
kemungkinan mengalami dehidrasi dan
memerlukan terapi segera, yaitu :
a. Koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit (resusitasi dengan cairan
fisiologis intravena)
b. Pengosongan lambung dengan pipa
nasogastrik (menghilangkan peregangan
usus dan muntah)
c. antibiotika
d. Reduksi radiologik bila memungkinkan
e. Reduksi operatif atau reseksi dengan
laparatomi eksplorasi
Penatalaksanaan suatu kasus invaginasi
pada bayi dan anak sejak dahulu
mencakup dua tindakan:
1. Reduksi hidrostatik
Metode ini dengan cara memasukkan
barium melalui anus menggunakan
kateter dengan tekanan tertentu.
Pertama kali keberhasilan dikemukakan
oleh Ladd tahun 1913 dan diulang
keberhasilannya oleh Hirschprung tahun
1976.
Syaratnya adalah keadaan umum
mengizinkan, tidak ada gejala dan tanda
ransangan peritoneum, anak tidak
toksik, dan tidak terdapat obstruksi
tinggi.
Tekanan hidrostatik tidak boleh melewati
satu meter air dan tidak boleh dilakukan
pengurutan atau penekanan manual diperut sewaktu dilakukan reposisi
hidrostatik ini. Pengelolaan berhasil jika
barium kelihatan masuk iileum. Reposisi
pneumostatik dengan tekanan udara
makin sering digunakan karena lebih
aman dan hasilnya lebih baik daripada
reposisi dengan barium enema.
Jika reposisi konservatif tidak berhasil,
terpaksa diadakan reposisi operatif.
2. Reduksi manual (milking) dan reseksiusus
Pasien dalam keadaan tidak stabil,
didapatkan peningkatan suhu, angka
leukosit, mengalami gejala
berkepanjangan atau ditemukan sudah
lanjut yang ditandai dengan distensi
abdomen, feses berdarah, gangguan
sistem usus yang berat sampai timbul
syok atau peritonitis, pasien segera
dipersiapkan untuk operasi. Laparatomidengan insisi transversal interspinal
-
7/30/2019 9. Intususesception
10/11
merupakan standar yang ditetapkan di
RS. Sardjito. Dilakukan eksplorasi
keadaan sampai tampak intussuseptum
dan intussusipien, jika tidak ada
perforasi dilakukan milking sampai usus
bebas dari invaginasi, cek viabilitas ususdan pasase usus sampai distal. Lakukan
appendektomi. Jika ada pembesaran
limfonodi dilakukan biopsi dan dilakukan
pemeriksaan PA. Tindakan selama
operasi tergantung pada penemuan
keadaan usus, reposisi manual dan
milking usus harus dilakukan dengan
halus dan sabar, juga bergantung pada
keterampilan dan pengalaman operator.
Reseksi usus dilakukan apabila pada
kasus yang tidak berhasil direduksi
dengan cara manual, bila viabilitas usus
diragukan atau ditemukan kelainan
patologis sebagai penyebab invaginasi.
Setelah usus direseksi dilakukan
anastomose end to end apabila hal ini
memungkinkan, bila tidak mungkin
maka dilakukan eksteriosasi atau
enterostomi.
Komplikasi operasi :
Saat operasi :
- Perdarahan
- Perdarahan saat operasi, umumnya bila
menciderai pembuluh darah segera
lakukan kontrol perdarahan dengan
meligasi pembuluh darah
Pasca operasi :
- Kembung
- Gangguan keseimbangan elektrolit
- Sepsis
Mortalitas
Kurang dari 2%
Perawatan Pascabedah
Dilakukan pengawaan ketat keadaan
umum dan tanda vital. Dalam 48 jam
setelah operasi anak akan dimonitor,
anak akan menggunakan mesin untuk
memonitor temperatur, denyut jantung
dan respirasi. Setidaknya selama 48 jam
pertama, anak tidak bisa makan atau
minum agar ususnya istirahat. Anak
akan mendapatkan terapi cairan untuk
mencegah dehidrasi. Anak juga akan
mendapat NGT untuk mengambil cairan
dari dalam perut. Saat cairan dari NGT
bersih dan jumlah cairan berkurang,
anak bisa mulai makan sesuatu
Follow-up
Dengan menilai adakah tanda-tanda
kesulitan bernafas, infeksi pernafasan
berulang dan apakah terjadi invaginasi
berulang.
2.9. Diagnosis Banding
- Obstruksi intestinal lain (volvulus,
malrotasi)
- Trauma Abdomen
- Appendisitis Akut
- Hernia
- Gastroenteritis
- Torsi testis
- Perlengketan jaringan
- Volvulus
- Meckel diverticulum
- Perdarahan G 1
- Proses-proses yang menumbuhkan
nyeri abdomen
-
7/30/2019 9. Intususesception
11/11
2.10. Prognosis
Keberhasilan penatalaksanaan
invaginasi ditentukan oleh cepatnya
pertolongan yang diberikan, jika
pertolongan kurang dari 24 jam dari
serangan pertama, maka akan
memberikan prognosis yang lebih baik.
Kematian dengan terapi sekitar 1-3 %.
Jika tanpa terapi, 2-5 hari akan berakibat
fatal.
2.11. Komplikasi
Jika invaginasi terlambat atau tidak
diterapi, bisa timbul beberapa
komplikasi berat, seperti kematian
jaringan usus, perforasi usus, infeksi dan
kematian
KESIMPULAN DAN SARAN
Invaginasi merupakan suatu keadaan
dimana bagian usus masuk ke bagian
usus. Invaginasi merupakan suatu
kegawat daruratan medis. Jika tidak
diatasi secepatnya. Bisa menyebabkan
komplikasi yang berat seperti infeksi
bahkan kematian.
Kebanyakan pasien bisa pulih jika
dirawat sebelum 24 jam. Kematian
dengan terapi sekitar 1-3 %. Jika tanpa
terapi, 2-5 hari akan berakibat fatal.
Keluarga khususnya orang tua. Selaku
pihak pertama yang mengetahui adanya
kelainan pada anak dan tim medis serta
paramedis, sebaiknya mengetahui lebih
banyak tentang invaginasi dan gejala-
gejala yang tampak, serta apa saja yang
menyebabkan invaginasi. Sehingga baik
orang tua maupun tim medis,
paramedis, dapat menentukan tin
dakan yang harus diambil secara cepat
dan tepat. Pengambilan tindakan yang
cepat dan tepat dapat meningkatkan
kemungkinan keberhasilan terapi dan
mengurangi kemungkinan komplikasi
dan efek fatal yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
A, alpha Fardah, Ranuh, IG. M Reza
Gunadi, Sudarmo, Marto Sudarmo. 2008.
Intususepsi. www.pediatrik.com.
Diunduh tanggal 28 Januari 2010.
De Jong, Wim, Syamsuhidayat, R. 2005.
Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. Hal.
627-628.
Ein, S. and A. Daneman. 2003.
Intussusception, Operative Pediatric
Surgery. M. Zicgler, R. Azizkhan and T.
Weber. New York, Mc Graw-Hill
Professional Page. 647-689.
Ifran, E., B. Lombay, et al. 2000.
Intussusception in children.
Ultrasonography in the diagnosis and
non-operative management. Pediatri
Indonesia Volume 40. Hal. 1-7.
Invaginasi. 2005. www.bedahugm.net.
Diunduh tanggal 28 Januari 2010.
King, L. 2001. Intussusception. E-
Medicine 2 : 7.
Operasi pada Invaginasi Laparatomi-
Milking. 2008.
bedahumum.wordpress.com. Diunduh
tanggal 28 Januari 2010.
Spalding, Shaun C, Evans, Bruce. 2004.
Intussusceptions. Diunduh dari
www.emedmag.com tanggal 28 Januari
2010.