9 BAB II Tinjauan Pustaka - Perpustakaan Digital · PDF fileContoh dari multiple units ......
Transcript of 9 BAB II Tinjauan Pustaka - Perpustakaan Digital · PDF fileContoh dari multiple units ......
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini, akan dibahas tinjauan pustaka yang berkaitan dengan material
komposit secara umum, hingga standar pengujian mekanik dari spesimen rem
komposit. Pembahasan tinjauan pustaka dimulai dengan materi tentang konsep
dasar kereta api dan komponennya, pengereman pada kereta api, material
komposit secara umum dan aplikasinya untuk blok rem serta teori tentang
gesekan. Selanjutnya akan dibahas tentang konsep desain serta standar-standar
pengujian yang dilakukan pada penelitian ini.
II.1 Kereta Api
II.1.1 Definisi dan Jenis Kereta Api
Definisi kereta api adalah suatu kendaraan yang bergerak sepanjang jalur
tertentu (guide) untuk mengangkut barang atau penumpang dari suatu tempat ke
tempat yang lain (wikipedia.2007). Klasifikasi kereta api menurut sistem
propulsinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu penggerak tunggal dan multiple units
(MU). Kereta api penggerak tunggal adalah rangkaian kereta api yang digerakkan
oleh satu lokomotif ketika beroperasi. Sedangkan multiple units adalah rangkaian
kereta yang digerakkan oleh beberapa mesin propulsi. Contoh dari multiple units
adalah Kereta Rel Diesel (KRD) dan Kereta Rel Listrik (KRL).
Gambar 2. 1 Kereta penggerak tunggal (a), multiple units (b)
a b
11
Kedua jenis kereta api tersebut mempunyai kelebihan dan kekuarangan
masing-masing. Kereta api penggerak tunggal memiliki kelebihan antara lain
jarak tempuh yang jauh, lebih aman, daya mesin yang besar dan perawatan yang
lebih mudah. Sedangkan beberapa kekurangannya adalah konsumsi energi yang
lebih boros, percepatan yang rendah dan berat lokomotif yang besar.
Jenis lain dari kereta api adalah multiple units. Sistem propulsi dari MU
yang digunakan di Indonesia rata-rata memakai propulsi diesel (DMU), diesel
elektrik (DEMU) dan elektrik (EMU). Dari ketiga jenis multiple units tersebut,
jenis yang memiliki tingkat efisiensi paling tinggi adalah Electric Multiple Units.
Kelebihan dari multiple units antara lain adalah percepatan yang tinggi, efisiensi
energi yang tinggi dan penggunaan yang lebih mudah. Oleh karena kelebihan-
kelebihan tersebut, multiple units sering digunakan untuk kereta api jarak pendek.
Selain itu, multiple units juga memiliki kekurangan yaitu keamanan yang relatif
lebih rendah daripada kereta api penggerak tunggal karena mesin propulsi terletak
di beberapa kereta yang dinaiki oleh penumpang sehingga dapat membahayakan
penumpang jika sistem propulsi mengalami kegagalan. Selain itu, multiple units
lebih ringan sehingga dapat digunakan di rel yang mempunyai standar ukuran
yang lebih kecil.
Gambar 2. 2 Grafik perbandingan beberapa moda transportasi publik[12]
12
II.1.2 Sistem Pengereman Kereta Api
Pada subbab ini akan dijelaskan tentang sistem pengereman yang
diaplikasikan pada kereta api serta komponen-komponen yang terdapat pada
sistem pengereman tersebut. Menurut jenisnya, sistem pengereman pada kereta
api dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Rem yang mengalami keausan pada komponennya, yaitu :
Rem Tangan (hand brake)
Rem Udara Tekan (compressed air brake)
Rem Vakum (vacum brake)
Rem gesek mekanis
2. Rem yang bebas keausan pada komponennya, yaitu :
Rem Elektrodinamis (electrodynamic brake)
Rem Elektromagnetis (elektromagnetic brake)
Rem hidrodinamik (hydrodinamic brake)
Berikut ini adalah penjelasan tentang sistem pengereman yang masih
digunakan pada kereta api di Indonesia:
1. Rem Tangan (hand brake)
Rem tangan masih banyak digunakan pada gerbong barang, terutama
gerbong dua gandar (two axle wagon). Gaya rem antara blok rem dengan
permukaan bidang jalan roda, dibangkitkan dengan memutar roda tangan. Roda
tangan akan mempunyai batang yang mempunyai roda gigi untuk meneruskan
momen yang akan menimbulkan gaya tarik pada batang rem. Batang rem akan
menggerakkan tuas-tuas rem untuk menarik blok rem sehingga menekan roda.
Gerbong dengan rem tangan dalam rangkaian Kereta Api dibatasi
kecepatannya sampai maksimum 45 Km/jam, mengingat kapasitas gaya rem dan
reaksi pengereman tergantung pada jumlah dan kondisi petugas rem. Rem tangan
juga dipergunakan sebagai rem parkir (parking brake) pada kereta penumpang,
gerbong barang, lokomotif yang menggunakan rem udara tekan. Rem parkir
dioperasikan pada waktu kendaraan rel berhenti di emplasemen tanpa udara tekan
untuk menghindari peluncuran, namun fungsinya dapat digantikan dengan
pengganjal atau stop block pada rel.
13
2. Rem Udara Tekan
Rem udara tekan (compressed air brake) merupakan jenis rem standar pada
kendaraan rel di Indonesia. Pada pengadaan kendaraan rel baru seperti kereta
penumpang dan gerbong barang, diisyaratkan pengunaan rem udara tekan yang
tercantum dalam spesifikasi teknis PT KAI.
Pada masa lalu pernah digunakan jenis rem vakum sampai sekitar tahun
1960 kemudian digantikan dengan jenis rem udara tekan dengan pertimbangan
berbagai keunggulan seperti dimensi lebih kecil, gaya pengereman atau tekanan
yang dibangkitkan lebih besar, masalah kebocoran udara dan keandalan dalam
operasional. Lokomotif yang menarik kereta penumpang atau gerbong barang
dilengkapi dengan peralatan rem udara tekan agar dapat memberi komando
pengereman dan pelepasan pada rangkaian kereta api.
Pada kereta rel diesel hidrolik (DMU), digunakan rem udara tekan murni
sebagai sistem pengereman. Sedangkan pada Kereta Rel Listrik digunakan
kombinasi antara rem elektrodinamik dan rem udara tekan. Aplikasi rem
elektrodinamik dilakukan saat kereta melakukan pengereman pada kecepatan
tinggi, sedangkan rem udara tekan di aplikasikan ketika kereta melakukan
pengereman pada kecepatan rendah sampai berhenti.
Berikut ini adalah cara kerja dari sistem rem udara tekan pada saat kereta
melakukan pengereman:
a. Posisi Pengisian/Rem Lepas
Posisi pengisian terjadi pada saat pertama rangkaian KA disambung dengan
lokomotif atau setiap melepas rem (release). Saat pelepasan rem, udara tekan dari
tangki udara utama yang bertekanan 10 Kg/cm2 pada lokomotif disalurkan melalui
handel rem masinis ke pipa udara utama pada rangkaian kereta api. Udara tekan
ini akan mengisi tabung udara pembantu pada setiap kereta penumpang atau
gerbong barang melalui katup pengatur, sehingga mencapai tekanan 5 Kg/cm2
termasuk dalam pipa udara utama. Pada posisi pengisian ini balok rem dalam
posisi lepas dan tidak menekan roda. Udara pada silinder rem akan berhubungan
dengan udara luar.
14
b. Posisi Pengereman/Rem terikat
Pengereman terjadi pada saat masinis menggerakkan handel rem ke posisi
mengerem, sehingga udara dalam pipa utama rangkaian KA akan mengalir ke
udara luar di kabin lokomotif. Tekanan udara pada pipa turun dari 5 Kg/cm2 ke
suatu tekanan tertentu. Pada saat tersebut, katup pengatur akan bekerja
menghubungkan tangki udara pembantu ke silinder rem, sehingga tercapai
tekanan untuk mendorong piston dan batang rem yang selanjutnya terjadi
pengereman.
II.1.3 Gaya Pengereman pada Kereta Api
Pengereman pada kereta terjadi melalui mekanisme berupa batang
penghubung (link) yang menghantarkan gaya dari brake cylinder. Gambar 2.3
menunjukkan secara sederhana mekanisme pengereman pada satu kereta api.
Gambar detail jaringan batang-batang (leverage) pada satu roda dan
penyederhanaannya ditampilkan dalam Gambar 2.3.
Gambar 2. 3 Skema batang penghubung pada sistem pengereman kereta api
Mekanisme pengereman pada kereta api secara spesifik pada satu roda
ditunjukkan pada gambar berikut:
X
Ga
Siste
pemodelan
II.2 Mat
Mat
lebih mat
tersebut a
daripada m
ambar 2. 4 B
em batang
n sebagai be
Gambar 2
terial Kom
erial Komp
erial dalam
akan meng
material pen
Batang-batan
penghubun
erikut:
2. 5 Penyed
posit
posit adalah
m skala mak
ghasilkan k
nyusunnya.
ng penghubu
ng tersebut
derhanaan m
h material
kroskopik (
kualitas ko
Kelebihan t
ung yang terd
dapat dised
model sistem
yang terdir
(Robert M.
omposit ter
tersebut ada
dapat pada se
derhanakan
pengereman
ri dari kom
1995). Kom
rsebut men
alah:
etiap roda
n menjadi s
n
mbinasi dua
mbinasi ma
njadi lebih
15
sistem
a atau
aterial
baik
16
Kekuatan Umur fatigue
Kekakuan Berat
Ketahanan terhadap korosi Isolasi termal
Tahan aus Isolasi akustik
Gambar 2. 6 Tren penggunaan material komposit[1]
Material penyusun pertama biasanya disebut penguat (reinforcement), dan
yang lain adalah pengikat (matrix). Material penguat lebih kuat dan kaku, tetapi
lebih berat, dan mahal. Klasifikasi material komposit berdasarkan tipe geometri
dan orientasi dari material penguat adalah sebagai berikut (Robert M.1995):
17
Gambar 2. 7 Skema Klasifikasi Komposit[7]
Material penyusun komposit terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1. Particulate filler: penguat tersusun atas partikel-partikel
2. Discontinous fibers: penguat tersusun atas serat-serat terpotong
3. Continous fibers: penguat tersusun atas serat dalam matriks
Dari ketiga jenis komposit tersebut, jenis yang dapat digunakan sebagai rem
komposit adalah komposit partikulat. Hal ini dikarenakan komposit partikulat
terdiri dari bahan penyusun berukuran partikel sehingga bahan-bahan penyusun
komposit bervariasi dan dapat dimodifikasi dengan mudah.
II.3 Material Blok Rem Komposit
Material komposit untuk blok rem merupakan jenis komposit partikulat
(particulate composite). Komposit ini digunakan untuk blok rem karena material
komposit memiliki banyak kelebihan daripada material lain seperti besi cor.
18
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa kelebihan material
komposit dibanding besi cor. Kelebihan tersebut antara lain adalah:
1. Lima kali lebih ringan, sehingga mudah dipasang
2. Lima kali lebih tahan lama
3. Tingkat keausan yang lebih rendah
4. Waktu penggantian rem yang lebih cepat
5. Tingkat kebisingan yang lebih rendah
Penggunaan material gesek dari komposit ditujukan untuk memperbaiki
beberapa sifat dari material non komposit. Beberapa sifat yang diharapkan dari
sebuah material gesek terutama rem antara lain adalah:
Koefisien gesek yang stabil dalam berbagai kondisi lingkungan (basah dan
kering).
Kestabilan koefisien gesek pada temperatur tinggi.
Ketahanan terhadap temperatur tinggi.
Laju keausan yang rendah dan menghindari keausan pasangan material
geseknya misalnya roda kereta api.
Daya rekat yang baik pada material penumpunya (backing plate).
Ketahanan terhadap korosi.
Dapat kontak dengan baik dengan pasangan material geseknya.
Kemudahan dan keunggulan ekonomis dalam skala produksi massal.
Ketersediaan dan kemudahan akses terhadap sumber bahan baku.
Keamanan terhadap kesehatan manusia baik dalam proses pembuatan
maupun saat penggunaan.
Hebert Frood mengembangkan material untuk rem pertama kalinya dengan
menggunakan material cotton-based (Nicholson .1990). Penemuannya mengawali
berdirinya perusahaan rem Ferrodo Company hingga sekarang. Berikut ini adalah
perkembangan material yang digunakan sebagai rem:
19
Tabel 2. 1 Perkembangan material untuk rem kendaraan[6]
Material Aplikasi Tahun
Cast Iron Kendaraan rel 1870
Cotton Belting Kendaraan wagon dan perkembangan awal mobil 1897
Woven asbestos dengan kuningan dan kawat untuk meningkatkan kekuatan dan performa
Mobil dan truk 1908
Molded brake lining dengan serat chrysotile, partikel kuningan, dan low-ash bituminous coal
Mobil dan Truk 1926
Dry-mix molded material Kendaraan rel bawah tanah di London 1930
Material komposit dengan matriks resin Brake drum 1930 Resin-bonded metallic brake lining Industri penerbangan 1950 Serat gelas, serat mineral, serat logam, serat karbon dan serat buatan Mobil dan truk 1980
Non-asbestos (fiberglass) Brake drum 1980
Serat karbon Industri penerbangan, mobil dan kereta api 1991
Material penyusun rem komposit pada dasarnya dapat diklasifikasikan
menjadi 5 bagian berdasarkan jenis material penyusun rem komposit
(Nicholson.1990). Klasifikasi bahan penyusun rem komposit adalah sebagai
berikut:
1. Material Abrasif
2. Friction Modifier
3. Material Pengikat (binder)
4. Penguat (reinforcement)
5. Material Pengisi (filler)
Selain bahan penyusun utama tersebut, dapat juga ditambahkan bahan
penyusun tambahan (additive) yang mempunyai fungsi tertentu sehingga dapat
meningkatkan kualitas rem komposit. Akan tetapi penggunaan material tambahan
ini juga dapat mempengaruhi karakteristik lain dalam rem komposit tersebut
(Nicholson.1990).
Berikut ini adalah penjelasan dari klasifikasi bahan penyusun rem komposit:
20
1. Material Abrasif
Material abrasif memiliki peran yang penting sebagai material gesek dari
blok rem komposit yaitu sebagai penimbul gesekan (friction) antara blok rem
dengan roda kereta api. Gesekan ini akan mengakibatkan terjadinya perlambatan
pada kereta api. Beberapa material yang termasuk dalam klasifikasi material
abrasif adalah:
Tabel 2. 2 Material yang dapat digunakan sebagai material abrasif[2]
Material Keterangan Referensi
Oksida aluminium
(1) bentuk hindratnya ditambahkan sebagai pelapis, untuk ketahanan aus tetapi dapat menyebabkan fading. (2) bersifat abrasif
Nicholson (1995)
Oksida besi Hematite (Fe2O3) dan magnetite (Fe3O4) dapat berfungsi sebagai mild abrasive. Nicholson (1995)
Quartz Partikel mineral (SiO2) Erikson (2000) Silika Ditambahkan dalam bentuk alami maupun sintetis Hooton (1969) Zirconium silicate (ZrSiO4) Jang (2000)
2. Friction Modifiers
Friction modifiers berfungsi untuk memodifikasi atau mengatur nilai
koefisien gesek rem secara keseluruhan. Beberapa material yang dapat digunakan
sebagai friction modifiers pada rem komposit antara lain material karbon dan
material organik. Berikut ini adalah beberapa contoh material yang dapat
dijadikan friction modifiers pada rem komposit:
Tabel 2. 3 Material yang dapat digunakan sebagai friction modifier[2]
Material Keterangan Referensi
Antimony trisulfide Pelumas padat yang ditambahkan untuk meningkatkan kestabilan gesekan; kondisi operasi pelumasan di atas 450oC; Sb2S3 dapat bersifat racun.
Jang (2000); Nicholson {1995)
Karbon (grafit)
Murah dan banyak digunakan; tingkat gesekan dipengaruhi oleh kelembaban dan strukturnya; dapat terbakar pada suhu di atas 7000C; beberapa dapat mengandung kontaminasi material abrasif. Penambahan grafit meningkatkan ketahanan aus serta dapat mempengaruhi koefisien gesek. Kelemahannya antara lain mengurangi koefisien adhesif dan dapat meningkatkan kemungkinan karat pada rel.
Nicholson (1995), Spurr (1972), NABCO (1984)
Kuningan Typ. 62% Cu – 38% Zn, meningkatkan koefisien gesek basah; merupakan bahan tambahan yang biasa digunakan.
Nicholson (1995)
Keramik “microsphere”
Produk yang terdiri dari alumina-silica dengan kandungan oksida besi dan titanium; ukuran partikelnya 10-359 mikrometer; mampu mengontrol koefisien gesek. Mullite,
PQ Corporation (1993)
21
dengan susunan 3Al2O3-2SiO2 biasa digunakan di industri rem secara meluas sebagai material gesek.
Tembaga Digunakan sebagai serbuk untuk mengontrol aliran panas tetapi dapat menyebabkan keausan besi cor yang berlebihan.
Nicholson (1995)
Friction dust
Pada umumnya terdiri dari resin yang telah diproses, dapat mengandung karet dan bahan tambahan untuk mengurangi terjadinya pembakaran akibat panas yang berlebihan dan berfungsi untuk membantu proses dispersi partikel.
Nicholson (1995)
Friction powder Terdiri dari spons Fe (Fe Sponge). Kekerasan, kuantitas dan ukuran partikel dari serbuk besi dapat menentukan karakteristik performansi pengereman yang diinginkan.
Hoegenaes (1990)
Oksida timah PbO merupakan friction modifier tetapi bersifat racun. Hoegenaes (1990)
Metal-fluxing compounds
Pb, Sb, Bi, Mo digunakan sebagai fluxing compound yang membantu untuk mengikat oksigen untuk menjaga kestabilan friction-induced films dan menjaganya agar tidak terlalu tebal.
Hooton (1969)
Oksida logam Magnetit Fe3O4 dapat meningkatkan koefisien gesek pada keadaan dingin,; ZnO untuk fungsi lubrikasi; Cr2O3 berfungsi untuk meningkatkan koefisien gesek.
Nicholson (1995)
Bermacam-macam sulfida-logam
CuS, Sb2S3, PbS digunakan untuk menjaga kestabilan koefisien gesek rem.
Gudmand-Hoyer, et al (1999)
Mineral filler mullite, kyanite, sillimanite digunakan untuk mengontrol koefisien gesek dan berfungsi juga untuk mengotrol keausan yang terjadi.
Hooton (1969)
Molybdenum disulfida Pelumas layer-lattice-type yang umum digunakan Spurr (1972)
Petroleum coke Digunakan untuk mengurangi koefisien gesek dan menekan biaya produksi
Nicholson (1995)
Salah satu contoh dari Friction modifiers adalah grafit. Material grafit terdiri
dari atom karbon yang saling berikatan kuat dengan membentuk struktur kristal
hexagonal (Callister.1997). Grafit memiliki sifat-sifat antara lain: ketahanan dan
kestabilan terhadap zat-zat kimia pada temperatur tinggi, konduktivitas termal
yang tinggi, koefisien ekspansi termal yang rendah, dan ketahanan terhadap
thermal shock.
3. Material Pengikat (Binder)
Material pengikat memiliki peran penting dalam material komposit yaitu
sebagai pengikat antar material penyusun rem komposit tersebut. Pemilihan
material pengikat yang tepat sangat penting karena material pengikat dapat
mempengaruhi parameter-parameter yang ada pada rem komposit. Parameter yang
dapat dipengaruhi oleh material pengikat antara lain koefisien gesek, ketahanan
terhadap keausan, ketahanan panas, kebisingan pada saat pengereman, dan lain-
22
lain. Material pengikat yang biasa digunakan di rem komposit antara lain adalah
polimer sintetis dan elastomer.
Polimer adalah material yang terdiri dari gabungan beberapa monomer yang
tersusun secara berulang-ulang. Proses pembentukan polimer disebut juga
polimerisasi (Callister.1997). Jenis-jenis struktur polimer dapat dilihat sebagai
berikut:
Gambar 2. 8 Struktur polimer linear (a), bercabang (b), crosslinked (c)
dan network (d) [3]
4. Material Penguat (reinforcement)
Material penguat memiliki fungsi sebagai peningkat kekuatan, kekerasan
maupun kekakuan dari material komposit secara keseluruhan. Material yang
termasuk reinforcement antara lain adalah:
Tabel 2. 4 Material yang dapat digunakan sebagai reinforcement[2]
Material Keterangan
Serat Gelas Serat gelas biasa, baik dalam bentuk chopped (potongan-potongan kecil) maupun flakes (potongan yang agak panjang) dan disebarkan untuk menaikkan kekuatan tarik/bending dari rem. Rekatif murah dan tersedia
Serat Organik Serat organik seperti serat sabut kelapa, serat tumbuh-tumbuhan, serat kayu dapat digunakan sebagai material penguat.
Kevlar Lebih kuat dan ulet dibanding serat gelas, dengan ketahanan terhadap temperatur tinggi yang lebih baik. Material ini tergolong mahal.
23
5. Material Pengisi (filler)
Material pengisi berfungsi untuk menjaga komposisi keseluruhan material.
Material pengisi dapat berupa logam dan paduannya, keramik dan matrial organik.
Jenis-jenis material yang termasuk filler beserta fungsinya antara lain:
Tabel 2. 5 Material yang dapat dijadikan sebagai filler[2]
Material Keterangan Referensi
Antioksidan
Antioksidan berfungsi untuk menjaga ketebalan lapisan oksida pada blok rem pesawat. Jumlah antioksidan yang terlalu banyak akan menyebabkan koefisien gesek yang tidak stabil.
Hooton (1969)
Asbestos
Filler yang umum digunakan pada rem kompostit tetapi bersifat racun sehingga pada tahun-tahun terakhir ini di Negara maju dilarang penggunaannya. Asbestos dapat menyebabkan asbestosis (WHO,2000).
Spurr (1972). Rhee (1974), Nicholson (1995)
Barium sulfat
BaSO4 bersifat inert. Filler ini dapat meningkatkan kerapatan massa rem komposit serta dapat meningkatkan ketahanan aus rem komposit. Stabil pada temperatur tinggi.
Nicholson (1995)
Kalsium karbonat
Kalsium karbonat dapat digunakan sebagai pengganti barium sulfat karena lebih ekonomis. Filler ini tidak stabil pada temperatur tinggi
Nicholson (1995)
Cashew nut shell oil
Mengurangi suara yang dihasilkan pada saat pengereman. Nicholson (1995)
Kapas Fiber yang diperkuat untuk matriks. Spurr (1972)
Fiber-mixed oxide
Serat yang diperkuat, contoh komposisinya adalah sebagai berikut : silica (40-50 wt%), alumina (5-15 wt%), calcia (34-42 wt%), magnesia (3-10 wt%) dan bahan anorganik lainnya (0-7 wt%); fungsi filler ini antara lain adalah untuk mengontrol fading dan meningkatkan efektifitas pengereman
Sloss
Limestone Ca(OH)2 digunakan untuk menghindari korosi akibat penambahan additive Fe dan membantu untuk meningkatkan temperatur fading.
Nicholson (1995)
Potassium titanat
Material pengisi yang inert dapat digunakan sebagai insulator dan dapat menggantikan asbestos. Jang (2000)
Karet, nitrile
Karet berfungsi untuk mengurangi kekerasan rem komposit serta untuk meningkatkan kualitas kontak antara blok rem dengan permukaan roda. Kontak yang kurang baik antara permukaan roda dengan blok rem komposit akan menyebabkan hot spot dan crack. Karet yang biasa digunakan adalah karet jenis nitril yang memiliki ketahanan panas yang baik.
K.-C Gong et al.(1985)
II.4 Konsep Dasar Desain
Desain adalah proses untuk membuat suatu produk yang belum pernah ada
sebelumnya (Dieter. 2000). Desain mempunyai makna yang sangat lebar, tidak
hanya engineer saja yang melakukan proses desain tetapi ada banyak pihak yang
dapat melakukan proses desain seprti desainer baju, artis dan lain-lain.
24
Engineering design dapat didefinisikan sebagai membuat komponen, proses atau
sistem yang mempunyai fungsi spesifik lebih optimal dari sebelumnya (Dieter.
2000). Setiap desain pasti memiliki batasan dalam proses desainnya.
Mechanical design adalah salah satu bagian dari engineering design.
Mechanical design ini mencakup beberapa bagian yaitu sistem mekanik,
komponen dan produk. Produk dari mechanical design sangat bervariasi dari
sistem yang simple seperti baut atau poros sampai produk yang kompleks seperti
mobil, kereta dan pesawat terbang.
Menurut literatur yang ada (Dieter. 2000), terdapat beberapa kemampuan
dasar yang harus dimiliki pendesain. Di dalam konsep ini, pendesain harus dapat
berpikir secara bebas, terbuka dan kreatif. Terdapat empat C yang merupakan
aturan dasar dari konsep desain (Dieter. 2000) yaitu:
1. Creativity : Proses desain membutuhkan kreasi atau sesuatu yang
belum pernah ada sebelumnya.
2. Complexity : Proses desain memutuhkan keputusan dari banyak
variabel dan parameter.
3. Choise : Proses desain membutuhkan keputusan diantara
banyak kemungkinan di segala proses, dari konsep
dasar sampai detail bentuk.
4. Compromise : Proses desain membutuhkan keseimbangan pilihan
dari kemungkinan yang kadang-kadang
bertentangan.
Berikut ini adalah rangkuman dari kemampuan yang dibutuhkan dalam
mechanical design expert:
Engineering Analysis, kemampuan untuk menggunakan ilmu dasar
keteknikan untuk menganalisis komponen, sistem atau produk
yang akan di desain.
Production Process, kemampuan untuk menggunakan ilmu
produksi untuk membuat produk atau sistem yang akan di desain.
Di dalam proses desain, ada beberapa aturan yang harus diikuti oleh
pendesain. Berikut ini aturan dalam proses desain yang ditampilkan dalam bentuk
flowchart:
25
Gambar 2. 9 Flowchart dalam proses desain[5]
DESIGN PROBLEM
S T A R T
GATHER INFORMATION AND DATA
PROPOSE IDEA AND INITIATIVE
FIND ALTERNATIVE SOLUTIONS
CHOOSE THE DESIRED SOLUTION
ANALYZE AND SYNTHESIZE DESIGN, SUCH AS
STRENGTH OF MATERIAL, MATERIAL SELECTION,
SATISFYING SOLUTION
DESIGN DETAILS
PRODUCTION, TESTING, AND PROTOTYPE DEVELOPMENT
F I N I S H
yes
NO
II.5 Pen
Di d
Hal terseb
adalah str
saling mem
Dari
Untuk m
dilakukan
bagian, ya
1
2
3
4
gujian Mek
dalam ilmu
but menjadi
ruktur, sifat
mpengaruhi
Gam
i ketiga kon
engetahui
adalah pen
aitu:
1. Sifat Me
Kekuata
koefisien
2. Sifat Fis
Titik cai
3. Sifat Ki
Ketahan
4. Sifat Te
Mampu
kanik
material, te
konsep das
t dan prose
i satu sama
mbar 2. 10
nsep terseb
sifat-sifat
ngujian mat
ekanik
an tarik, ke
n gesek, dan
sik
ir, koefisien
imiawi
nan korosi
eknologi
bentuk, ma
erdapat tiga
sar dari ilm
s. Ketiga h
lain.
Tiga konsep
but, hal yan
yang dipun
erial. Pengu
ekuatan pu
n sebagainy
n muai, bera
ampu las, m
hal yang p
mu material.
hal dasar ter
p dasar ilmu m
ng akan dib
nyai oleh
ujian materi
untir, kekak
ya.
at jenis
mampu mesin
enting dan
Tiga konse
rsebut salin
material[9]
bahas adala
material, h
ial dibagi m
kuan, keule
n
saling berk
ep dasar ter
ng berkaitan
ah sifat mat
hal yang
menjadi beb
etan, keker
26
kaitan.
rsebut
n dan
terial.
harus
berapa
rasan,
27
Pengujian mekanik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik yang
dipunyai oleh material uji. Hasil pengujian lebih merupakan sifat spesimen
dibandingkan dengan sifat material atau konstruksi material. Berikut ini adalah
beberapa kriteria karakteristik pengujian yang baik:
1. Daerah tegangan yang merata
2. Dimensi spesimen (skala ke-homogen-an)
3. Tidak terdapat cacat lokal pada material
4. Minimisasi end-effect (cara memegang spesimen, ukuran dan
geometri spesimen)
5. Hasil pengujian yang berulang dan mewakili
6. Memenuhi standar pengujian umum (ASTM, JIS, DIN, ISO, Boeing,
MIL-HDBK, dan lain-lain)
Sebelum melakukan pengujian, perlu dilakukan persiapan yang cukup agar
hasil dari pengujian dapat mewakili nilai yang sebenarnya. Selain itu, pengujian
material biasanya memakan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu diperlukan
adanya perencanaan dan perancangan pengujian. Hal-hal tersebut adalah:
a. Sifat material yang dibutuhkan
b. Jenis pengujian yang dipilih
c. Jumlah pengujian (cukup untuk hasil yang akurat)
d. Jumlah pengujian (tidak terlalu banyak untuk memperkecil biaya)
Pengujian mekanik terdiri dari beberapa macam untuk mendapatkan
karakteristik yang diinginkan. Pengujian mekanik tersebut antara lain adalah:
1. Pengujian Statik
Uji Tarik (Tensile Test), Uji Tekan (Compression Test), Uji
Kekerasan (Hardness Test), Uji Bending (Flexural-Bending Test),
Uji Gesek (Friction Test)
2. Pengujian Dinamik
Uji Lelah (Fatigue Test)
3. Pengujian Kejut
Uji Impak (Impact Test) : Charpy, Izod, Drop weight, Ballistic
28
Dari banyak pengujian tersebut, pengujian yang dilakukan pada material
rem komposit adalah uji tekan, uji bending dan uji gesek. Berikut ini adalah
penjelasan dari masing-masing pengujian tersebut.
1. Pengujian Bending
Pengujian bending dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik akibat pembebanan bending pada setiap spesifikasi pembuatan spesimen. Dari beban yang diaplikasikan dan defleksi yang terjadi, maka dapat dibuat grafik tegangan regangan. Selain itu, kekuatan maksimal dari material juga dapat diketahui.
Gambar 2. 11 Prinsip uji bending[9]
Prinsip dasar pengujian ini adalah dengan memberikan beban pada material uji dengan arah radial. Beban tersebut akan menyebabkan material uji mengalami beban bending. Secara umum, pengujian bending mempunyai fungsi sebagai berikut:
Menentukan kekuatan material pada pembebanan lentur Menentukan modulus elastisitas material Sebagai acceptance test yang cepat untuk material getas
Berikut ini adalah diagram benda bebas, distribusi gaya dan momen yang terjadi pada material uji pada saat pengujian.
29
Gambar 2. 12 Diagram benda bebas material uji[9]
Diagram momen lentur yang terjadi di setiap penampang melintang dan diagram gaya geser transversal. Pada pembebanan di daerah elastis, momen lentur tersebut menyebabkan timbulnya tegangan pada penampang melintang. Perhitungan tegangan pada penampang melintang adalah sebagai berikut:
(2.1)
Dengan: σ : Tegangan normal Mb : Momen lentur di penampang melintang yang ditinjau C : Jarak dari sumbu netral ke elemen yang dituju I : Momen inersia penampang Spesimen rem komposit untuk pengujian bending mempunyai bentuk
penampang persegi panjang. Untuk spesimen yang mempunyai penampang segi empat, maka tegangan normal maksimum pada penampang adalah :
(2.2)
Dengan:
P : beban yang bekerja L : panjang sesimen
σI
=
P L h( ) ( )4 2
σ
12
=
PL L( )( )4 2
3bh
30
b : lebar spesimen h : tebal spesimen
Dari tegangan yang didapatkan tersebut, maka kekuatan maksimal tarik dari
material dapat diketahui. Hasil tegangan tersebut juga dapat digabungkan dengan
data regangan sehingga akan didapatkan kurva tegangan regangan seperti yang
dihasilkan pada uji tarik.
2. Pengujian Tekan
Pada prinsipnya, pengujian tekan hampir sama dengan pengujian tarik.
Perbedaan hanya terletak pada arah beban, pengolahan data, dan hasil akhir
pengujian yang berupa tegangan tekan terhadap regangan tekan. Sedangkan pada
pengujian tarik, hasil yang didapatkan adalah tegangan tarik terhadap regangan
tarik. Setelah didapatkan hasil tersebut, kekuatan maksimal dari material juga
akan dapat diketahui.
Gambar 2. 13 Pengujian tekan pada mesin uji
Perhitungan dalam uji tekan cukup sederhana. Berikut ini cara
perhitungannya:
Gambar 2. 14 Ilustrasi material uji pada saat uji tekan[9]
31
Rumus perhitungan tegangan (stress) maksimal:
.F Aσ = (2.3) Dengan: A = luas permukaan penampang material uji
F = beban maksimal pada saat pengujian tekan
Selain itu, hal yang perlu dihitung juga adalah regangan (stain). Rumus
perhitungannya adalah sebagai berikut:
/L Lε = Δ (2.4) Dengan: ΔL = Perubahan panjang dari material uji
L = Panjang awal dari material uji
Dari dua jenis data yang telah dihitung sebelumnya, data tersebut kemudian
di plot ke grafik tegangan regangan (stress strain curve). Contoh grafik dari hasil
pengujian tekan adalah sebagai berikut:
Gambar 2. 15 Contoh grafik hasil uji tekan[9]
Dari grafik tersebut, dapat diketahui kekuatan luluh (yield strength) dan
kekuatan maksimal (ultimate strength) dari material yang telah diuji akibat
pembebanan tekan. Kekuatan yang didapat dari uji ini adalah kekuatan tekan.
Berbeda dengan kekuatan tarik, kekuatan tekan biasanya mempunyai harga lebih
besar.
3. Pengujian Gesek
Pengujian gesek adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
koefisien gesek statik maupun kinetik. Koefisien gesek yang dibutuhkan untuk
analisis rem komposit adalah koefisien gesek kinetik. Koefisien gesek merupakan
parameter penting yang akan mempengaruhi parameter-parameter lainnya seperti
32
jarak pengereman, waktu pengereman kapasitas pengereman dan lain-lain pada
saat blok rem digunakan.
Berdasarkan hukum Newton, besar gaya gesek yang dialami oleh permukaan
sebuah benda dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Nf .μ= (2.5)
dengan : ƒ = gaya gesek (N)
μ = koefisien gesek
N = gaya normal (N)
Gambar 2. 16 Ilustrasi terjadinya gesekan[17]
Gaya gesek statik terjadi ketika balok diberi gaya dorong, namun balok
tersebut belum mengalami pergeseran. Besarnya gaya dorong tersebut lebih kecil
dari gaya gesek statik yang dialami balok tersebut. Gaya gesek statik maksimum
terjadi saat balok tersebut tepat akan bergerak. Sedangkan koefisien gesek kinetik
terjadi ketika balok tersebut telah mengalami pergeseran.
Dari prinsip gesekan di atas, pengujian gesekan dilakukan sehingga
didapatkan nilai koefisien gesek yang diinginkan. Berikut ini adalah gambar
mesin uji gesek:
Gam
pembeban
Titikmesin uji tempat dimerupakan
Anapada spesitersebut m
Perh
Ga
mbar beriku
nan pada spe
Gam
k A merupagesek dengimana terjan tempat ba
alisis ini dimimen uji jik
maka dilakuk
∑ F
∑ M
hitungan pem
∑ M
BN =
A
NA
ambar 2. 17
ut adalah s
esimen uji.
mbar 2. 18
akan titik tumgan mengguadi pembeatang AC dimaksudkan ka dilakukankan perhitun= 0F = 0M
mbebanan y100 ⇔=AM
CW7,2=
7 Mesin uji g
skema geo
Skema dime
mpu batangunakan samb
banan padiberi beban.untuk mengn pembebanngan denga
yang terjadi.00 −BNmm
B
NB
gesek
ometri batan
ensi pada bat
g AC yang dbungan eng
da spesimen getahui besanan pada titian menggun
i adalah seb.270− CWmm
ng yang d
tang carrier[10
dihubungkasel. Pada titn uji. Sed
ar pembebaik C. Untukakan persam
agai beriku0=C
Batang pe
Spesimen
Piringan G
digunakan u
0]
an dengan ratik B merup
dangkan tit
anan yang tek mengetahumaan beriku
ut:
emegang (ca
n
Gesek
C
33
untuk
angka pakan tik C
erjadi ui hal ut ini.
(2.6)
(2.7)
(2.8)
arrier)
C
Wc
34
NB dan WC dalam N.
Jika besar Nb dan Wc diketahui, maka besar koefisien gesek dapat diketahui
dengan menggunakan persamaan:
Nbfc
=μ
(2.9)
Besarnya fc dapat diketahui dari hasil keluaran alat uji.