88257474 Cost Effectiveness
-
Upload
muhamad-fujaeri -
Category
Documents
-
view
228 -
download
5
Transcript of 88257474 Cost Effectiveness
1. Konsep Efektivitas
Efektifitas menggambarkan akibat (efek) yang diinginan dari suatu program,
kegiatan, institusi dalam usaha mengurangi masalah kesehatan. Efektifitas juga
digunakan untuk mengukur derajat keberhasilan dari suatu usaha tersebut dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Supriyanto, S. 1988).
Menurut Mahmudi (2005), efektifitas terkait dengan hubungan antara hasil
yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektifitas merupakan
hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap
pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan. Jika
ekonomi berfokus pada input dan efisiensi pada output atau proses, maka
efektifitas berfokus pada outcome (hasil).
Karena output yang dihasilkan organisasi sektor publik lebih banyak bersifat
output tak berwujud (intangible) yang tidak mudah dikuantifikasi, maka
pengukuran efektifitas sering menghadapi kesulitan. Kesulitan dalam pengukuran
efektifitas tersebut adalah karena pencapaian hasil (outcome) sering tidak bisa
diketahui dalam jangka pendek, kan tetapi jangka panjang setelah program
berakhir, sehingga ukuran efektifitas biasanya dinyatakan secara kualitatif dalam
bentuk pernyataan saja (judgement).
Value for money menghendaki organisasi bisa memenuhi prinsip ekonomi,
efisiensi dan efektifitas tersebut secara bersama-sama. Dengan pengertian lain,
value for Money menghendaki organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan
dengan biaya yang lebih rendah.
Bila dikaitkan dengan manajemen kinerja berbasis outcome, maka fokus
terpenting manajemen kinerja sektor publik adalah pada pencapaian efektifitas.
Untuk mencapai efektifitas, organisasi harus efisien. Sebaliknya suatu organisasi
yang efisien belum tentu efektif. Sebagai contoh, pemerintah membangun suatu
ruang rawat inap pada suatu puskesmas dengan dana yang efisien, namun
pembangunan ruang tersebut bisa jadi tidak efektif karena tidak digunakan secara
optimal karena rendahnya jumlah penderita yang memanfaatkan ruang rawat inap
tersebut karena puskesmas tersebut dekat dengan rumah sakit (RS). Dalam kasus
ini tingkat efektifitas ruang rawat inap yang rendah tersebut akan membutuhkan
biaya pemeliharaan yang merupakan biaya tetap.
Oleh karena itu, suatu organisasi dalam melakukan operasionalnya tidak
sekedar mempertimbangkan masalah efisiensi biaya (cost-efficiency), akan tetapi
juga harus mempertimbangkan dari sisi efektifitas biaya (cost-effectiveness). Hal
ini bisa dilakukan dengan cara selalu mengupayakan setiap biaya yang
dikeluarkan dapat mencapai hasil yang dikehendaki. Jika efektifitas biaya telah
terpenuhi, maka setiap biaya yang dikeluarkan tidak sia-sia.
Ada dua cara yang dapat dipakai untuk menganalisis outcome : yaitu dengan
menggunakan Quality Adjusted Life Years (QALYs) atau dengan menggunakan
Disability Adjusted Life Years (DALYs)
1.1. Quality Adjusted Life Years (QALYs)
QALYs adalah ukuran untuk mengukur kesehatan berdasarkan waktu
yang termasuk di dalamnya years of life lost atau untuk premature mortality
dan years of life lived dengan suatu keluaran kesehatan yang non fatal yang
dititikberatkan ada keluaran tersebut. QALYs mengukur perbaikan pada
level individu dan kelompok. QALYs memiliki beberapa ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Digunakan sebagai pengukuran effectiveness dalam CEA dan lebih
disukai daripada pengukuran burden.
2. QALYs yang menunjuk pada waktu yang berbeda di-discount untuk
perhitungan present value-nya.
3. Status kesehatan serial ditentukan, biasanya antara kesehatan yang baik
dan kematian. Preference weight diukur untuk setiap status. Skala
ditentukan, misalnya esehatan yang baik = 1 dan kematian = 0.
4. Preference weight untuk suatu status kesehatan tergantung pada lama
dari waktu yang dihabiskan untuk kesehatan (mutually utility
independence).
5. QALYs didasarkan pada asumsi proportional trade off property.
Pengukuran menggunakan QALYs sendiri memiliki beberapa
kelemahan, antara lain :
1. Asumsi bahwa preference weight untuk status kesehatan adalah bebas
dari durasi waktu yang dibelanjakan untuk suatu status kesehatan tidak
dipercaya kevalidannya.
2. Ada diskusi apakah future life years yang diperoleh statusnya di-
discount.
3. Individu preference weight akan bervariasi dan menggunakan preference
weight rata-rata yang mungkin menunjukkan keputusan yang salah pada
level individu.
4. CEA dengan menggunakan QALYs didasarkan pada individual
preference untuk kesehatan mereka sendiri. Kumpulan dari individual
preference diambil untuk mewakili nilai sosial. Hal ini merupakan
kendala jika dimaksud diperhitungkannya CEA untuk memutuskan
bagaimana sumber daya secara umum digunakan untuk kesejahteraan
sosial.
1.2. Dissability Adjusted Life Years (DALYs)
DALYs digunakan untuk menyimpulkan burden of disease menjadi
dampak dari penyakit baik fatal dan non fatal outcomes yang dapat dijelaskan
menggunakan weighting system yang sama dengan QALYs. Reduksi burden
of disease karena intervensi bisa juga diukur dengan DALYs.
DALYs terdiri dari dua macam komponen, yaitu Years of Life Lost
(YLL) dan Years Lived with Disability (YLD). DALYs lost dari beberapa
kondisi adalah penjumahan YLL dan YLD dari kondoso tersebut. YLD
adalah waktu yang tertinggal karenan status kesehatan lebih jelek daripada
perfect health dengan membobot masing-masing status kesehatan.
Menurut Sidharta dan Kosen (2001), masalah kesehatan pada umumnya
diukur menggunakan ukuran-ukuran epidemiologis yang berkaitan dengan
mortalitas atau morbiditas. DALYs juga memperhitungkan akibat dari
disabilitas selain kematian. Dengan demikian diharapkan dengan
menggunakan DALYs dapat diukur masalah kesehatan secara komprehensif.
Dalam penggunaannya DALYs dapat dipakai untuk :
1. Menentukan prioritas masalah kesehatan.
2. Menetukan paket esensial untuk pelayanan kesehatan.
3. Melakukan Cost-Effectiveness Analysis dari suatu program kesehatan.
Program Pilihan
Tujuan AProgram ABiaya A
Biaya BProgram B Tujuan B
2. Evaluasi Ekonomi
Analisis atas program-program kesehatan merupakan usaha penetapan teori
dan kaidah ekonomi dalam sektor kesehatan. Menurut Drummond et al 1997, ada
dua karakteristik ekonomi yang direkomendasikan untuk mendefinisikan evaluasi
ekonomi, yaitu analisis perbandingan berbagai alternatif program dengan biaya
dan tujuannya. Oleh karena itu tugas dasar evaluasi ekonomi adalah
mengidentifikasi, mengukur, menilai dan membandingkan biaya dan tujuan dari
alternatif yang dipertimbangkan.
Gambar 1 Diagram Ilustrasi Evaluasi Ekonomi antara Dua Program
Gambar 1 menunjukkan bahwa evaluasi ekonomi biasanya diformulasikan
dalam pemilihan alternatif program, dimana dipilih sebuah pilihan dari dua
alternatif yaitu program A dan program B. Komparator dari program A bukan
merupakan kegiatan aktif. Hal tersebut dapat tidak terlaksana jika dua kegiatan
aktif dibandingkan. Sangat penting untuk dipertimbangkan dasar untuk tidak
melakukan sesuatu atau melakukan kegiatan dengan biaya yang murah.
Kenyatannya, ada dua karakteristik yang dipakai untuk membedakan dan
menandai seluruh situasi ekonomi yang pada umumnya dihadapi dalam evaluasi
pelayanan kesehatan. Jawaban dari dua pertanyaan yaitu (1) apakah
Membedakan karakteristik dari evaluasi pelayanan kesehatan, apakah biaya dan dampak dari kedua alternatif diperiksa
membandingkan dua atau lebih alternatif dan (2) apakah kedua biaya (input) dan
tujuan (output) dari alternatif tersebut diuji. Berdasarkan pertannyaan tersebut
didapatkan enam sel matrik dari situasi evaluasi yang dapat dipakai untuk cara
pemilihan metode.
Drummond et al (1997) membedakan karakteristik evaluasi pelayanan
kesehatan dalam tabel 1 berikut :
Tabel 1
Apakah dibandingkan
dengan dua atau lebih alternatif?
NO YES
NO
Examines only consequences
Examines only costs
1A. Partial Evaluation 1B. 2. partial evaluation
Outcome Description Cost Description
Cost outcome description
YES
1A. Partial Evaluation 1B. 4. full economic evaluation
Efficacy or effectiveness evaluation
Cost analysis Cost minimization analysisCost Benefit analysisCost-effectiveness analysisCost utility analysis
Sumber : Methods For The Economic Evaluation Of Health Care Programmes, Drummond, N, F, 1998.Tabel 1 diatas menjawab dua pertanyaan yaitu :
1. Apakah kedua biaya dan dampak dari alternatif diuji ?
2. Apakah membandingkan dua atau lebih alternatif ?
Jawaban tabel diatas berupa enam sel matrik yaitu :
1. Pada sel 1A, 1B, dan 2 tanpa perbandingan dari alternatif berarti program
adalah tunggal. Untuk membuat program lebih teliti program dideskripsikan.
Pada sel 1A hanya dampak diuji, sehingga evaluasi disebut deskripsi dari
dampak. Sehingga pada sel 1B hanya biaya yang diuji sehingga evaluasi
siebut deskripsi dari biaya. Sebagai contoh ada beberapa kepustakaan
menulis mengenai biaya kesakitan, beban dari kesakitan termasuk kategori
deskripsi biaya.
2. Pada sel 3A dan 3B membandingkan alternatif dan situasi evaluasi, namun
tidak diuji secara bersamaan antara dampak dan biaya. Pada sel 3A hanya
dampak yang dibandingkan dan disebut evaluasi dari kegunaan atau efektif.
Sebagai contoh clinical trial atau trial klinik. Pada sel 3B hanya biaya yang
diuji dan disebut analisis biaya. Sebagai contoh adalah studi Lowson et al,
1981 yang membandingkan biaya dari tiga metode terapi oksigen jangkan
panjang yaitu silinder oksigen, cairan oksigen dan ekstrak oksigen. Pada sel
3A dan 3B evaluasi tidak lengkap sehingga disebut evaluasi sebagian.
Namun ini tidak berarti bahwa studi ini tidak penting, karena studi ini dapat
menggambarkan tingkat peralihan mengenai biaya dan dampak dari
pelayanan kesehatan atau program.
3. Pada sel 4 untuk menjawab yang efisien berupa evaluasi ekonomi.
Berdasarkan tabel 1, metode yang paling umum digunakan untuk
menganalisis ekonomi program kesehatan terbagi menjadi dua bagian pokok.
Pertama adalah analisis ekonomi parsial yaitu analisis yang diterapkan hanya pada
sisi input atau output saja dan tidak pada keduanya sekaligus. Metode kedua
disebut sebagai analisis ekonomi menyeluruh (fully economic analysis) yaitu
penganalisisan program kesehatan yang merangkum sekaligus input dan output
program tersebut (Torrance dalam Tjiptoherijanto, 1994).
Metode parsial lazim digunakan terutama yang membahas tentang analisis
biaya dan analisis efektifitas program. Analisis biaya menekankan
pembahasannya pada masalah struktur biaya serta bagaimana komposisi struktur
tersebut. Sementera itu analisis efektifitas lebih menekankan pada sejauh mana
teknis kesehatan tersebut dapat diandalkan keberhasilannya.
Soresen dan Grove dalam Mahmudi (2005) menyarankan bahwa organisasi
publik untuk menggunakan teknik penilaian kinerja yang berfokus pada analisis
cost outcome dan cost-effectiveness atas program pelayanan yang diberikan. Cost
outcome adalah biaya yang dipakai untuk menghasilkan outcome tertentu.
Sedangkan cost-effectiveness mengacu pada efektivitas biaya, yaitu seberapa
efektif biaya yang dikeluarkan mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Analisis
cost outcome dan cost-effectiveness tersebut diperlukan karena beberapa alasan :
1. Terkait dengan adanya dalam kegagalan indikator sosial dalam analisis biaya
manfaat (Cost Benefit Analysis atau CBA).
2. Adanya peran semakin besar bagi organisasi sektor publik dan tuntutan
akuntabilitas.
3. Tuntutan terhadap penilaian kinerja tidak saja berasal dari pihak eksternal
tetapi juga dari pihak internal. Manajer publik membutuhkan penilaian
terhadap pencapaian outcome atas program dan kegiatan yang dilakukan
serata penilaian manfaat dan dampak aktifitas tersebut terhadam sistem secara
holistik.
2.1. Cost Analysis (Analisis Biaya)
Cost Analysis (Analisis Biaya) dalam bidang pelayanan kesehatan
bermanfaat dalam menganalisis nilai ekonomis dari setiap pembiayaan
pelayanan kesehatan yang dianggarkan, efektifitas dari kebijakan
pengalokasian sumber daya. Ada beberapa pendekatan dalam cost analysis
tergantung dari tujuan pengukuran dan ketersediaan data maupun sumber
daya. Cost analysis digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi
semua total biaya dengan outcome :
Berikut adalah beberapa tipe pendekatan cost analysis :
1. Cost of Ilness Analysis : merupakan analisis penentuan dampak ekonomis
dari kondisi kesakitan, misalnya dampak merokok, arthritis, termasuk
juga biaya perawatan yang dikeluarkan.
2. Cost Minimization Analysis : merupakan analisis penentuan alternatif
program dengan biaya minimal namun memiliki outcome yang ekivalen.
3. Cost-Effectiveness Analysis : merupakan perbandingan dari total biaya
yang dikeluarkan dengan outcome yang dihasilkan. Misalnya analisis
program penurunan kematian.
4. Cost Utility Analysis : merupakan pengembangan dari cost efectiveness
analysis dimana membandingkan biaya yang dikeluarkan dengan
outcome dari manfaat utilitas program. Sebagai contoh kualitas hidup
pasien dinilai dengan QALY.
5. Cost Consequence Analysis : merupakan bentuk dari cost effectiveness
analysis dimana biaya dan outcome dibagi dalam kategori tanpa
menjumlahkan maupun menimbangnya.
6. Cost Benefit Analysis : membandingkan biaya dengan manfaat yang
diperoleh.
Sedangkan menurut Drummond, M. F., Brien, B. J., Stoddart, G. L.,
Torrance, G. W., 1998 evaluasi ekonomi kesehatan terdiri dari :
1. Cost Minimization Analysis (CMA) atau analisis minimalisasi biaya.
Analisis ekonomi ini mementingkan pencarian alternatif biaya yang
paling rendah. Russel et al, 1977 melakukan penyelidikan pada operasi
kecil hernia dan haemorrhoid pada kasus ini dan membandingkan
perawatan secara rawat jalan dan rawat inap dari pasien. Analisis
minimisasi biaya merupakan bentuk khusus dari analisis efektifitas biaya,
dimana dampak dari alternatif pengobatan yang dibandingkan diharapkan
sama. Dengan demikian output yang hendak dicapai diharapkan telah
ditentukan terlebih dahulu kemudian dicari upaya pelaksanaannya yang
akan menghasilkan biaya terkecil.
2. Cost-Effectiveness Analysis (CEA) atau analisis efektifitas biaya.
Dalam evaluasi ekonomi ini dampak dari program diukur mendekati cara
yang alami, atau unit fisik misalnya umur kehidupan yang dicapai atau
ketepatan diagnosis dari kasus. Tidak ada usaha yang dibuat untuk
memberi harga atau nilai pada dampak. CEA mempertimbangkan satu
unsur tunggal untuk dampak yaitu umur kehidupan yang dicapai, namun
ada beberapa CEA yang mempunyai beberapa dampak. CEA mencari
cara pencapaian output yang maksimal dengan jumlah biaya telah
ditentukan, berarti metode ini mencari maksimal output dengan biaya
yang tertentu.
3. Cost Utility Analysis (CUA) atau analisis penggunaan biaya.
Pada analisa ini dampak dari program disesuaikan oleh angka status
kesehatan, pilihan atau berat ringannya kegunaan. Secara umum ini
berarti bahwa seseorang dapat memperkirakan kualitas dari umur
kehidupan yang dicapai. Tidak hanya perhitungan yang kasar.
Pendekatan ini terutama berguna untuk beberapa pengobatan kesehatan
atau program-program yang memperpanjang kehidupan, misalnya obat
anti hipertensi atau kemoterapi untuk beberapa jenis kanker, atau
menurunkan angka kesakitan dari kematian. CUA adalah biaya
tambahan dari sustu program yang memberikan dampak tambahan
perbaikan kesehatan yang melengkapi program. Perbaikan kesehatan
tersebut diukur dalam bentuk Quality Adjusted Lie Years (QALY) atau
umur kehidupan yang disesuaikan kualitasnya. Hasilnya yaitu berupa
suatu rasio biaya.
4. Cost Benefit Analysis (CBA) atau analisis manfaat biaya.
CBA berusaha membuat nilai pada dampak dari program dalam bentuk
uang, sedemikian untuk membuat sama dengan biaya. CBA merupakan
bentuk terluas dari analisis ekonomi, dimana seseorang dapat
memastikan apakah dampak yang bermanfaat dari suatu program sesuai
dengan biayanya. CBA merupakan pemilihan cara tertentu dalam
memproduksi output semaksimal mungkin. Teknik CBA yang dipakai
dalam planning programming budgeting system (PPBS) menilai manfaat
maupun biaya dari suatu program dan menetapkan apakah program
tersebut menguntungkan atau tidak. Studi CBA ini membandingkan
beberapa program dengan tujuan yang berbeda.
Tabel 2 Pengukuran Biaya Dan Dampak Pada Evaluasi Ekonomi
Type of Study Measurement / valuation of costs in both alternatives
Identification of consequences
Measurement / valuation of consequences
Cost Minimization Analysis
Dollars Identical in all relevant respects
None
Cost Effecetiveness Analysis
Dollars Single effect of interest, common to
Natural units (e.g. life – years gained,
both alternatives, but achieved to different degrees
disability – days saved, points of blood pressure reduction, etc)
Cost Utility Analysis
Dollars Single or multiple effects, not necessarily common to both alternatives
Helthy years of (more often) quality – adjusted life years
Cost Benefit Analysis
Dollars Single or multiple effects, not necessarily common to both alternatives
Dollars
Sumber : Methods for the economic evaluation of health care programmes, 1998
Dua pendekatan utama untuk Cost Analysis adalah pendekatan rasio
(Ratio Approach) dan pendekatan manfaat (Benefit Approach). Pendekatan
rasio mengindikasikan jumlah manfaat atau outcome yang terealisasi.
Sedangkan pendekatan manfaat mengindikasikan jumlah absolut anggaran
yang tersisa maupun yang terpakai dalam kegiatan program (National
Information Center on Health Services Research and Health Care
Technology, 2008).
2.2. Cost Effectivenes Analysis
2.2.1. Pengertian
Cost effectiveness analysis selanjutnya disebut CEA merupakan cara
memilih untuk menilai program yang terbaik bila beberapa program yang
berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih (Thomson. 1980
dikutip Tjiptoherijanto, 1994). American college of physician
menyebutkan sebuah artikelnya bahwa CEA adalah sebuah teknik untuk
menyeleksi beberapa keinginan dimana sumber daya yang tersedia
terbatas. Sedangkan Neumann (2005) menjelaskan bahwa CEA bukan
sebuah alat cost containment tapi lebih mendekati kepada sebuah teknik
untuk memperbaiki (improve) nilai.
Menurut Rohmah (2005), CEA adalah teknik yang digunakan untuk
menilai alternatif program mana yang paling tepat dan murah dalam
menghasilkan output tertentu. Cara atau metodenya dengan cara
membandingkan output yang berhasil (objectives) dari masing-masing
alternatif program dengan biaya (cost) dari alternatif program tersebut.
Tujuan dari CEA adalah untuk menentukan jika nilai sebuah
investasi sangat ditentukan oleh biayanya. CEA meliputi lebih dari
sekedar penentuan biaya, tapi juga enentuan nilai dari outcome.
CEA merupakan suatu cara alternatif dalam mengevaluasi program
kesehatan. Metode ini menentukan biaya program yang relevan dan
membandingkan cara alternatif dalam menghasilkan suatu hasil tertentu.
Hal ini memberikan keuntungan bahwa hasil itu tidaklah dinyatakan
dalam dolar atau rupiah (Reinke, 1994).
CEA digunakan apabila Benefit sulit ditransformasikan dalam bentuk
uang. Karena itu CEA sangat baik untuk mengukur efisiensi di bidang
sosial, khususnya bidang kesehatan. Keuntungan CEA dibandingkan
dengan CBA (Cost Benefit Analysis) adalah perhitungan unsur biaya
lebih sederhana dan cukup peka sebagai salah satu alat pengambilan
keputusan (Supriyanto, 1988).
Jacobson PD dan Kana ML menulis bahwa Titlow et al 2000,
menyebutkan bahwa CEA berbeda dari CBA dan CUA (Cost Utility
Analysis) dari bagaimana Benefit diekspresikan. Dalam CEA, ukuran
umum adalah salah satu dari nonmonetary effectiveness, sementara CBA
diekspresikan dalam dolar dan CUA dalam Quality Adjusted Life Years
(QALY) CEA ini khususnya berguna dalam menganalisis program
kesehatan yang bersifat pencegahan yang ditujukan untuk memecahkan
berbagai masalah, mungkin dilakukan pada berbagai populasi target
(Reinke, 1994).
2.2.2. Ciri Pokok CEA
Beberapa ciri pokok CEA menurut Azwar, A (1989) adalah sebagai
berikut :
1. Bermanfaat untuk mengambil keputusan.
CEA berguna untuk membantu pengambilan keputusan dalam
menetapkan program terbaik yang akan dilaksanakan. Dengan ciri
ini jelaslah bahwa CEA terutama diterapkan sebelum suatu program
dilaksanakan, jadi masuk dalam tahap perencanaan.
2. Berlaku jika tersedia dua atau lebih program.
CEA tidak dapat dipergunakan jika berhadapan dengan satu program
saja. Perlu ada program lain sebagai perbandingan, misalnya
program butuh biaya Rp 1.000.000,- yang apabila dilaksanakan akan
berhasil menyembuhkan 300 pasien. Program B butuh biaya Rp
1.000.000,- yang apabila dilaksanakan akan berhail menyembuhkan
500 pasien. Dengan adanya program B sebagai pembanding akan
tampak bahwa program B lebih tepat dari program A karena dengan
biaya yang sama berhasil menyembuhkan pasien lebih banyak.
3. Mengutamakan unsur input (masukan) dan unsur output (keluaran).
Pada CEA yang diutamakan hanya unsur masukan yang dibutuhkan
oleh program serta unsur keluaran yang dihasilkan oleh program.
Unsur lainnya, seperti proses, umpan balik dan lingkungan agak
diabaikan. Unsur masukan dalam CEA dan CBA dinyatakan dalam
bentuk besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan
program, misalnya Rp 1.000.000,-, Rp 2.000.000,- dan seterusnya.
Unsur keluaran berupa manfaat (benefit) yang dihasilkan dinyatakan
dalam nilai uang, Sedang pada CEA unsur keluarannya berupa
ketepatan (effectiveness) dalam menyelesaikan masalah, dinyatakan
dalam ukuran tertentu yang untuk bidang kesehatan adalah berupa
parameter kesehatan (Jacobs, 1987).
Sesungguhnya untuk bidang kesehatan memberikan nilai rupiah bagi
setiap hasil yang diperoleh tidaklah mudah. Sekalipun misalnya dua
program sama-sama berhasil memperpendek atau mempersigkat
lama perawatan, misalnya dari lima menjadi dua hari, namun nilai
tiga hari yang berhasil ditekan tersebut tidak sama antara satu
program dengan program yang lain. Untuk orang yang kebetulan
tidak mempunyai pekerjaan, tentu nilai rupiahnya akan jauh lebih
kecil jika dibandingkan dengan seseorang yang kebetlan menjabat
menjadi seorang manajer. Karena kesulitan mengubah hasil program
kesehatan ke dalam bentuk nilai uang, maka tidak mengherankan
kalu bidang kesehatan banyak menggunakan teknik analisis
efektifitas biaya atau CEA.
4. CEA terdiri dari tiga proses, yaitu :
a. Analisis biaya dari setiap alternatif atau program.
b. Analisis efektifitas dari tiap alternatif atau program.
c. Analisis hubungan atau ratio antara biaya dan efektifitas
alternatif atau program.
CEA berbeda dengan CBA dalam perhitungan biaya dan alternatif
cara yang dibandingkan untuk mencapai hasil yang telah ditentukan.
Tujuan CEA tidak hanya menggunakan dana dengan lebih efisien tetapi
juga harus tercapainya output yang spesifik. Output dalam CEA tidak
dinyatakan dalam nilai uang, tetapi dalam satuan keberhasilan program
atau satuan status kesehatan. Nilai akhir yang diharapkan dari CEA
adalah ditemukannya alternatif atau program yang paling cost effective.
2.2.3. Dasar-dasar CEA
CEA merupakan sebuah teknik untuk membandingkan nilai relatif
atau program dari berbagai macam strategi klinik. Bentuk yang paling
umum adalah sebuah strategi baru dibandingkan dengan praktik
sebelumnya (the low-cost alternative) yang diformulasikan sebagai
berikut :
CE Ratio = Cost new strategy – Cost current practice
Effect new strategy – Effect current practice
Hasil yang bisa dipertimbangkan berupa harga dari penambahan
outcome dengan digantinya praktek sebelumnya ke strategi baru. Jika
harganya cukup rendah, maka strategi baru tersebut cost effective.
2.2.4. Langkah-langkah CEA
Untuk dapat melakukan CEA ada beberapa langkah yang harus
dilakukan. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah dan tujuan khusus.
Masalah yang dihadapi dalam bidang kesehatan banyak macamnya.
Rumusan masalah kesehatan yang baik harus bersifat spesifik, dalam
arti dapat diukur. Bila masalah telah berhail dirumuskan, dilanjutkan
dengan merumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai. Rumusan
tujuan khusus yang baik, juga harus dapat diukur.
2. Merumuskan alternatif program penyelesaian masalah.
Untuk menentukan alternatif atau program tidak semudah yang
diperkirakan. Sebagai pegangan ada beberapa hal yang dapat
dipakai, yaitu :
a. Memanfaatkan pengalaman dari penyelesaian masalah yang
serupa, jika hal ini dipergunakan harus hati-hati. Perbedaan
waktu pelaksanaan, lokasi, karakteristik penduduk atau
oraganisasi pelaksana harus ikut dipertimbangkan.
b. Memanfaatkan pengetahuan tentang munculnya masalah yang
dihadapi. Ddengan diketahui proses munculnya masalah,
terutama yang menyagkut hubungan sebab akibat, dapat disusun
berbagai alternatif atau program penyelesaian masalah.
3. Menghitung input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan dari
setiap alternatif atau program yang disusun.
a. Menghitung input
Menghitung input yang semuanya dinyatakan sebagai biaya
tidak semudah yang diperkirakan. Banyak faktor yang
mempengaruhi, termasuk perbedaan dalam menaksir besarnya
biaya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :
1. Biaya operasional dan biaya investasi atau biaya langsung
dan biaya tidak langsung.
2. Biaya karena terjadi hasil yang tidak diharapkan.
3. Biaya yang muncul karena hilangnya keuntungan dengan
tidak dipilihnya alternatif atau program lain sebagai
prioritas atau jalan keluar atau karena tidak
dimanfaatkannya dana yang tersedia untuk
menyelenggarakan alternatif atau rpogram lain yang disebut
opportunity cost.
b. Menghitung output
Setelah dilakukan perhitungan input kemudian dilakukan
perhitungan output atau pencapaian target dari masing-masing
alternatif atau program.
4. Membandingkan hasil perhitungan setiap alternatif atau program.
Membandingkan hasil perhitungan setiap alternatif atau program
dilakukan dengan membandingkan besaran biaya dan pencapaian
target serta dilihat program mana yang paling cost effective.