86459270 BAB II Docxdit

295
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan Normal adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 20 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. (Saifuddin,2008 hal : 89) Kehamilan adalah masa dimulai dari timbulnya ovulasi dimana lamanya hamil normal adalah kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu), kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan mater (cukugp

Transcript of 86459270 BAB II Docxdit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan Normal adalah masa kehamilan dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 20 hari

(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid

terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan

keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9

bulan. (Saifuddin,2008 hal : 89)

Kehamilan adalah masa dimulai dari timbulnya ovulasi dimana

lamanya hamil normal adalah kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak

lebih dari 300 hari (43 minggu), kehamilan 40 minggu ini disebut

kehamilan mater (cukugp bulan), bila kehamilan lebih dari 43 minggu

disebut kehamilan post mater. (Wiknjosastro, 2007 hal 125).

Kehamilan terjadi jika ada penyatuan ovum( oosit sekunder)

dan spermatozoa yang boasanya berlangsung diampula tuba (Sarwono,

2008 hal :141).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine

mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan,

dimana lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung

sejak hari pertama haid terakhir.

b. Etiologi

Untuk setiap kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan

ovum (konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi. Tiap spermatozoa terdiri

dari tiga bagian yaitu : kaput/kepala yang berbentuk lonjong agak

gepeng dan mengandung bahan nucleus, ekor, dan bagian yang

silindrik menghubungkan kepala dengan ekor, dan getaran ekor

spermatozoa dapat bergerak cepat (Hanifa Wiknjosastro,2008 hal :139)

c. Fisiologi

1) Fertilisasi

- Proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi didaerah

ampula tuba fallopii.

- Sekitar 100-120 juta tiap cc sperma berhasil mencapai telur,

namun hanya 1 sperma yang dapat membuahi sel telur.

Terdapat berbagai rintangan yang menghambat jalan sperma,

lapisan keras yang melindungi ovum sangat sukar untuk

ditembus, namun sperma dilengkapi sistem khusus untuk

membantunya memasuki sel telur yaitu di bawah lapisan

pelindung pada kepala sperma terdapat kantung-kantung kecil

yang berisi enzim-enzim pelarut yaitu enzim-enzim

hyaluronidase

- Sperma melepas enzim-enzim hyaluronidase untuk menembus

zona pellusida yaitu sebuah perisai glikoprotein disekeliling sel

telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan

sperma dan menginduksi reaksi akrosom.

- Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit,

kedua selaput plasma sel menyatu. Karena selaput plasma yang

membungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi

akrosom. Reaksi akrosom yaitu reaksi yang terjadi setelah

penempelan ke zona pellusida dan induksi oleh protein-protein

zona. Penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput

oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma.

Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki

sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertinggal di permukaan

oosit. Sementara spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat

sekali dengan pronukleus wanita. Intinya membengkak dan

membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya lepas dan

berdegenerasi. Sperma melepaskan ekornya dan memasuki sel

telur dan melepaskan kromosom melalui lubang yang ia buka.

Sesudah itu pronukleus pria dan wanita saling rapat erat dan

kehilangan selaput inti mereka. Selama masa pertumbuhan,

baik pronukleus pria maupun wanita (haploid), masing-masing

pronukleus harus menggandakan DNA-nya. (Harry

Oxon.dkk.2010)

Gambaran 5. Sperma yang memasuki ovum

Gambaran 6. Skematik ketiga penetrasi oosit

2) Perkembangan Embrio

a) Pembelahan Zigot

Setelah pembuahan terjadi mulailah pembelahan zigot. Hal

ini dapat berlangsung karena sitoplasma ovum mengandung

banyak zat asam amino dan enzim. Setelah zigot mencapai

tingkat dua sel, ia menjalani pembelahan mitosis,

mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel

yang menjadi semakin kecil ini disebut blastomer dan sampai

tingkat delapan sel, sel-selnya membentuk sebuah gumpalan

longgar. Segera setelah pembelahan ini terjadi, maka

pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar,

dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang sama

besarnya. Sel-sel embrio yang termanfaatkan kemudian

membelah lagi, kemudian hasil konsepsi berada pada stadium

morula dengan 16 sel. Morula terdiri dari inner cell mass

(kumpulan sel-sel sebelah dalam, yang akan tumbuh menjadi

jaringan embrio sampai janin) dan outer cell mass (lapisan

sebelah luar yang akan membentuk trofoblas yang akan tumbuh

menjadi plasenta).

Gambar 7. Pembelahan Zigot

Pada stadium morula energi untuk pembelahan ini

diperoleh dari vitellus, hingga volume vitellus makin berkurang

dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona

pellusida tetap utuh, dengan kata lain, besarnya hasil konsepsi

tetap sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi

disalurkan melalui bagian tuba yang sempit dan terus kearah

kavum uteri. Kira-kira pada waktu morula memasuki rongga

rahim, cairan mulai menmbus zona pellusida masuk kedalam

ruang antar sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur

ruang antar sel menyatu, dan akhirnya terbentuklah sebuah

rongga, blastokel. Pada saat ini mudigah disebut blastokista.

Sel-sel didalam massa sel dalam, yang sekarang disebut

embrioblas, terletak pada salah satu kutub, sedangkan sel-sel di

massa sel luar atau trofoblas, menipis dan membentuk dinding

epitel blastokista. Zona pellusida sekarang menghilang,

sehingga implantasi dapat dimulai. Dengan demikian,

menjelang akhir minggu pertama perkembangan, zigot manusia

telah melewati tingkat morula dan blastokista dan sudah mulai

berimplantasi di selaput lendir rahim ( Sarwono,2008)

b) Proses Implantasi

Kemudian blastula tersebut berimplantasi dalam

endometrium, dengan bagian dimana bagian inner cell mass

berlokasi. Hal inilah yang menyebabkan tali pusat berpangkal

sentral atau para sentral. Bila nidasi terjadi mulailah

diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel yang lebih kecil, yang dekat

dengan ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac,

sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ektoderm dan

membentuk ruang amnion.

Setelah minggu pertama (hari 7-8), sel-sel trofoblas yang

terletak di atas embrioblas yang berimplantasi di endometrium

dinding uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi

menjadi dua lapis yang berbeda :

(1) sitotrofoblas : terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas,

inti tunggal, di sebelah dalam (dekat embrioblas).

(2) sinsitiotrofoblas : terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas,

di sebelah luar (berhubungan dengan stroma endometrium).

Unit trofoblas ini akan berkembang menjadi plasenta.

hasil konsepsi

Gambar 8. Proses implantasi

Gambaran 9. Embrio yang berimplantasi pada endometrium

Gambaran yang memperlihatkan blastokista manusia

berusia 7 hari, sebagian terbenam didalam stroma

endometrium. Rongga amnion tampak sebagai sebuah celah

sempit.

Gambar 10. Inner cell mass dari embrio

c) Perkembangan Trofoblas

(1) Pembentukan Plasenta

Gambar 11. Plasenta dewasa

(a). Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan

luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap pada

usia kehamilan sekitar 16 minggu. (gambar).

(b). Plasenta mengelilingi embrio dalam rahim ibu.

(c). Plasenta berfungsi sebagai ginjal, paru-paru dan liver

buatan ia memiliki fungsi ini pada saat yang

bersamaan. Tugas lain plasenta ialah melindungi

embrio.

(d). Sel-sel bagian luar dari plasenta membentuk semacam

saringan yang terletak antara pembuluh darah ibu dan

embrio yang berfungsi mencegah bahaya dari luar.

Saringan ini meloloskan sel-sel makanan dan menahan

sel-sel imunitas.

PLASENTA DEWASA

(e). Dalam tali plasenta terdapat satu pembuluh darah vena

dan dua pembuluh darah arteri. Pembuluh darah vena

membawa makanan dan oksigen ke embrio dan

pembuluh darah arteri mengeluarkan karbon dioksida

dan sisa-sisa sampah dari tubuh sang bayi.

Gambar 12. Plasenta yang mengelilingi janin

(2) Tali Pusat

(a). Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki

kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang

menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut

akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal

perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk

usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak

ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat.

(b). Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai

kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak

dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam

connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses

semakin bersatunya amnion dengan korion.

(c). Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning

telur dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat

akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal

( 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis) yang

menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta.

Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh

mukopolisakarida yang disebut Wharton’s jelly.

(3) Selaput Janin (Amnion dan Korion)

(a). Pada minggu-minggu pertama perkembangan,

villi / jonjot meliputi seluruh lingkaran

permukaan korion. Dengan berlanjutnya

kehamilan:

1. jonjot pada kutub embrional membentuk

struktur korion lebat seperti semak-semak

(chorion frondosum sementara)

2. jonjot pada kutub abembrional mengalami

degenerasi, menjadi tipis dan halus disebut

korion leave.

(b).Seluruh jaringan endometrium yang telah

mengalami reaksi desidua, juga mencerminkan

perbedaan pada kutub embrional dan

abembrional :

1. Desidua di atas korion frondosum menjadi

desidua basalis

2. Desidua yang meliputi embrioblas / kantong

janin di atas korion laeve menjadi desidua

kapsularis.

3. Desidua di sisi / bagian uterus yang

abembrional menjadi desidua parietalis.

(c). Antara membran korion dengan membran

amnion terdapat rongga korion. Dengan

berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup

akibat persatuan membran amnion dan membran

korion. Selaput janin selanjutnya disebut sebagai

membran korion-amnion Kavum uteri juga terisi

oleh konsepsi sehingga tertutup oleh persatuan

chorion laeve dengan desidua parietalis.

(d).Cairan Amnion

Rongga yang diliputi selaput janin disebut

sebagai Rongga Amnion. Di dalam ruangan ini

terdapat cairan amnion (likuor amnii). Asal

cairan amnion : diperkirakan terutama disekresi

oleh dinding selaput amnion / plasenta,

kemudian setelah sistem urinarius janin

terbentuk, urine janin yang diproduksi juga

dikeluarkan ke dalam rongga amnion.

Tabel 1. Perkembangan organ fetus sesui usia kehamilan ( Sinopsis

Obstetri,2008)

Umur

Kehamilan

Panjang

fetusPembentukan organ

4 minggu 7,5-10 mm Rudimental mata, telinga dan

hidung

8 minggu 2,5 cm Hidung, kuping, jari-jemari mulai

di bentuk. Kepala menekuk ke

dada.

12 minggu 9 cm Daun telinga lebih jelas, kelopak

mata melekat, leher mulai

terbentuk, alat kandungan luar

terbentuk namun belum

berdiferensiasi.

16 minggu 16-18 cm Genitalia eksterna terbentuk dan

dapat di kenal, kulit tipis dan warna

merah.

20 minggu 25 cm Kulit lebih tebal, rambut mulai

tumbuh di kepala dan rambut halus

(lanugo) tumbuh di kulit.

24 minggu 30-32 cm Kedua kelopak mata tumbuh alis

dan bulu mata serta kulit keriput.

Kepala besar. Bila lahir, dapat

bernapas tapi hanya beberapa jam

saja.

28 minggu 35 cm Kulit warna merah di tutupi verniks

kaseosa. Bila lahir, dapat bernapas,

menangis pelan dan lemah.

32 minggu 40-43 cm Kulit merah dan keriput. Bila lahir,

kelihatan seperti orang tua dan

kecil.

36 minggu 46 cm Muka berseri tidak keriput. Bayi

premature.

40 minggu 50-55 cm Bayi cukup bulan. Kulit licin,

verniks kaseosa banyak, rambut

kepala tumbuh baik, organ-organ

baik.

Tabel 2. Perkembangan Bentuk Janin

Gambar Keterangan

JANIN PADA BULAN KE-3

Pada akhir bulan ketiga, panjang tubuh

janin mencapai kira-kira 3 inci (7,62 cm) dan

berat badan kira-kira 1ons. Lengan, hasta dan

jari-jarinya, serta kedua kaki dan jemarinya

sudah ada, sedangkan kuku mulai terbentuk.

Demikian pula bagian luar telinga sudah ada

pada fase ini. Pangkal gigi pun mulai

terbentuk pada tulang rahang yang kecil, dan

Gambar Keterangan

organ-organ sex yang bagian dalam sudah

mulai tumbuh.

JANIN PADA BULAN KE-4

Pada fase ini, detak jantung janin sudah

dapat terdengar dengan menggunakan alat

khusus (dopller). Kepala yang bersambung

dengan bagian tubuh lainnya menjadi

bertambah besar pada bulan keempat, dan

panjang janin akan segera bertambah.

Pada akhir bulan keempat, panjang

tubuh janin akan mencapai kira-kira 7 inci

917,78 cm) dan berat badannya mencapai 4

ons. Ia sudah memiliki rambut, alis dan bulu

mata, serta mulai mengisap ibu jari tangannya.

JANIN PADA BULAN KE-5

Sepanjang bulan kelima, berat badan

janin berkisar pada 1/2 hingga 1 pon (0,24

hingga 0,45 kg) dan panjang tubuhnya antara

10 hingga 12 inci (25,4 hingga 30,5 cm).

Otot-ototnya sudah mulai berfungsi, sehingga

ia senantiasa bergerak. Biasanya pada bulan

kelima ini gerakan janin jelas dapat dirasakan

oleh ibunya.

Panjang tubuh janin berkisar antara 11

hingga 14 inci (27 hingga 35,5 cm) dan berat

Gambar Keterangan

JANIN PADA BULAN KE-6

badannya antara 1,5 hingga 2 pon (0,67

hingga 0,9). Kulitnya mengerut dan berwarna

kemerahan, serta dilapisi sejenis pelindung

yang disebut Vernix Caseosa.

JANIN PADA BULAN KE-7

Selama bulan ini janian terus tumbuh

dan bergerak. Apabila pada bulan ini janin

lahir maka masih dapat hidup, akan tetapi

harus dibantu dengan alat-alat pembantu dan

dampak lain dari kelairan janin pada bulan ini

adalah keadaanya masih lemah dan bayi

BBLR (Berat badan bayi lahir rendah),

sehingga harus di hangatkan kedalam

incubator agar suhu badan bayi bias mencapai

suhu yang normal.

JANIN PADA BULAN KE-8

Pada bulan ini janian sudah menjadi

lebih panjang dan lebih gemuk keadaannya.

Panjang tubuhnya mencapai 18 inci (45,7

sampai 5 pon atau 2,27 kg). Apabila janin

lahir pada fase ini, peluang untuk hidup lebih

besar, karena pertumbuhanya relative

sempurna.

Sepanjang bulan ini janin akan terus

tumbuh dan pada akhir bulan ini berat badan

Gambar Keterangan

JANIN PADA BULAN KE-9

janin umumnya berkisar antara 7 hingga 7,5

pon (3,18 hingga 3,40 kg) dan panjang

tubuhnya sekitar 20 inci 50 cm. Kulitnya

masih dilapisi cairan pelindung (liquor

Amnion). Posisi janin berubah sebagai

persiapan untuk lahir dan mulai turun

kebawah dengan kepala berada pada bagian

bawah dan janin sudah siap untuk dilahirkan.

(www.cakulobstetri.com).

d. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil

trimester I, II, III

System reproduksi dan payudara

1) Perubahan uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah

pengaruh estrogen dan progrsteron yang kadarnya meningkat.

Pembesran ini pada dasrnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos

uterus, disamping itu, serabut-serabut kolagen yang adapun

menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga

uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Bila ada kehamilan

ektopik, uterus akan membesar pula, karena pengaruh hormon-

hormon itu. Begitu pula endometrium menjadi desidua.

Berat uterus normal lebih kurang 30 gram, pada akhir

kehamilan (40 minggu) berat uterus ini menjadi 1000 gram, dengan

panjang lebih kurang 20 cm, dan dinding lebih kurang 2.5 cm.

Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah

advokat, agak gepeng. Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk

bulat. Selanjutnya, pada akhir kehamilan kembali seperti bentuk

semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus

dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui, antara lain

untuk membuat diagnosis apakah wanita tersebut hamil fisiologi,

atau hamil ganda, atau menderita penyakit seperti mola hidatidosa,

dan sebagainya.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dinding uterus terdiri

dari 3 lapisan otot. Lapisan otot longitudinal paling luar, lapisan

oto sirkuler paling luar, lapisan oto sirkuler paling dalam, dan

lapisan otot yang berbentuk oblik di antara kedua lapisan otot luar

dan dalam.ketika ada kehamilan ketiga lapisan ini tampak lebih

jelas.

Lapisan otot oblik berbentuk suatu anyaman seperti tikar,

memegang peranan penting pada persalinan disamping kedua

lapisan oto lainnya. Sinus-sinus pembuluh darah beraada diantara

anyaman otot oblik ini. Pospartum uterus berkontraksi dan pada

ketika ini sinus-sinus pembuluh darah yang terbuka terjepit,

sehingga perdarahan postpartum dapat dicegah.

Uterus pada wanita tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam.

Pada kehamilan uterus tumbuh secara teratur, kecuali jika ada

gangguan pada kehamilan tersebut. Pada kehamilan 8 minggu

uterus membesar sebesar telur bebek, dan pada kehamilan 12

minggu kira-kira sebesar telur angsa. Pada saat ini fundus uteri

telah dapat diraba dari luar diatas simpisis. Pada pemeriksaan ini

wanita harus mengosongkan kandung kemihnya dahulu.

Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengadakan

hipertropi seperti korpus uteri. Hipertropi ismus pada triwulan

pertama membuat ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal ini

dikenal dalam obstetri dengan tanda Hegar.

Pada kehamilan 16 minggu kavum uteri diisi oleh ruang

amnion yang berisi janin, dan ismus menjadi bagian korpus uteri.

Pada kehamilan 16 minggu besar uterus kira-kira sebesar kepala

bayi atau sebesar tinju orang dewasa. Dari luar fundus uteri kira-

kira terletak diantara setengah jarak pusat ke simpisis.

Pada kehamilan 20 minggu fundus uteri kira-kira terletak

dipinggir bawah pusat, sedangkan pada kehamilan 24 minggu

fundus uteri tepat berada dipinggir atas pusat.

Tanda Hegar

Pada kehamilan 28 minggu fundus uteri terletak kira-kira 3

jari diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosesus

xifoideus. Pada kehamilan 32 minggu fundus uteri terletak diantara

setengah jarak pusat dan prosesus xipoideus. Kehamilan 36 minggu

fundus uteri terletak kira-kira 1 jari dibawah prosesus xipoideus.

Dalam hal ini kepala bayi masih diatas pintu atas panggual.

Pemeriksaan tinggi fundus uteri dikaitkan dengan umur kehamilan

perlu pula dikaitkan dengan besarnya dan beratnya janin.

Dibawah ini ukuran tinggi fundus uteri dalam cm dikaitkan

dengan umur kehamilan dan berat bayi sewaktu dilahirkan.

Gambar 13. Tinggi fundus uteri dikaitkan dengan umur kehamilan

dan berat bayi sewaktu dilahirkan. Perhatikan kurve

bayi yang dilahirkan dengan berat badan 2500 g

Bila pertumbuhan janin normal maka tinggi fundus uteri pada

kehamilan 28 minggu sekurangnya 25 cm, pada 32 minggu 27 cm,

pada 36 minggu 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu fundus uteri

turun kembali dan terletak kira-kira dibawah prosesus xipoideus.

Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang pada primigravida turun

dan masuk kedalam rongga panggul.

Pada triwulan terakhir ismus lebih nyata menjadi bagian

korpus uteri, dan berkembang menjadi segmen bawah uterus. Pada

kehamilan tua karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus,

segmen bawah uterus menjadi lebih lebar dan tipis, tampak batas

yang nyata antra bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah

yang lebih tipis. Batas itu dekaenal sebagai lingkaran retraksi

fisiologik. Dinding uterus diatas lingkaran ini jauh lebih tebal dari

pada dinding segmen bawah uterus.

Gambar 14. Perkembangan uterus pada beberapa tingkat

kehamilan; isinus uteri mulai menjadi bagian korpus

uteri

Gambar 15. Pembesaran uterus sampai kehamilan

Pada persalinan segmen bawah uterus lebih melebar lagi, dan

lingkaran retraksi fisiologik menjadi lebih tinggi. Postpartum pada

pemeriksaan dalam hanya dapat dikenal bagian atas uterus yang

berkontraksi baik, sedangkan bagian bawah uterus terba sebagai

bagian kantong yang lembek. Pada partus lama lingkaran retraksi

itu dapat naik tinggi sampai setengah pusat dan simfisis. .

(Sarwono Prawirohardjo 2007, hal.89-93)

Gambar 16. Kepala janin mulai masuk ruang panggul pada

kehamilan

Gambar 17. Ismus uteri berkembang menjadi segmen bawah uterus

2) Serviks uteri

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan

karena hormon estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih

banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak mengandung

jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks

ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen menigkat

dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks

menjadi lunak.

Serviks yang terdiri terutama atas jaringan ikat dan hanya

sedikit mengandung jaringan otot tidak mempunyai fungsi sebagai

sfingter. Pada partus serviks membuka saja mengikuti tarikan-

tarikan korpus uteri keatas dan rekanan bagian bawah janin

kebawah. Sesudah partus dapat pula dinyatakan bahwa serviks itu

berlipat-lipat dan tidak menutup seperti ditemukan pada sfingter.

Pada multipara dengan porsio yang bundar, porsio tersebut

mengalami cedera berupa lecet dan robekan, sehingga pospartum

tampak adanya porsio yang terbelah dua dan menganga. Hal ini

lebih jelas pada pemeriksaan postnatal, 6 minggu postpartum.

Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin

pada kehamilan, akan tetapi yang memeiksa hendaknya hati-hati

dan tidak dibenarkan melaksanakan secara kasar sehingga dapat

mengganggu kehamilan.

Kelenjar-kelenjar diserviks akan berfungsi lebih dan akan

mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang

sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih

banyak. Keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan

keadaan yang fisiologik. (Sarwono Prawirohardjo 2007, hal.94).

Dalam persiapan persalinan, estrogen dan hormon plasenta

relaksin membuat serviks lebih lunak. Sumbat mucus yang disebut

operculum terbentuk dari sekresi kelenjar serviks pada kehamilan

minggu ke-8. Sumbat mucus tetap berada dalam serviks sampai

persalinan dimulai, dan pada saat itu, dilatasi dilatasi serviks

menyebabkan sumbt tersebut terlepas. Terlihat mucus serviks

merupakan salah satu tanda dini persalinan (Harry

Oxon,dkk.2010).

3) Segmen Bawah Uterus

Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis

servikalis setinggi ostium interna bersama-sama isthmus uteri.

Segmen bawah lebih tipis dari pada segmen atas dan menjadi lunak

serta berdilatasi selama berminggu-minggu terakhir kehamilan

sehingga memungkinkan segmen tersebut menampung presenting

part janin. Serviks bagian bawah baru menipis dan menegang

setelah persalinan terjadi (Harry Oxon,dkk.2010).

4) Kontraksi Braxton – Hicks

Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa

nyeri di sepanjang kehamilan. Kontraksi ini barangkalimembantu

sirkulasi darah dalam plasenta (Harry Oxon.dkk.2010).

5) Vagina dan Vulva

Vagina dan serviks akibat hormone esterogen mengalami

perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina

dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan (livide)

Disebut tanda Chadwick. Vagina: Membiru karena pelebaran

pembuluh darah, PH 3.5-6 merupakan akibat meningkatnya

produksi asam laktat karena kerja lactobaci Acidophilus,

Keputihan, Selaput lender vagina mengalami edematous,

Hypertrophy, lebih sensitif meningkat seksual terutama triwulan III

(Prawirohardjo, 2007).

Pada awal kehamilan, vagina dan seriks memiliki warna

merah yang hampir biru (normalnya, bagian ini pada wanita yang

tidak hamil adalah merah muda). Warna kebiruan ini disebabkan

oleh dilatasi vena yang terjadi akibat kerja hormon progesteron

(Harry Oxon,dkk.2010).

Thrus merupakan infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan

jamur Candida Albicans secara berlebihan. Kehamilan dengan

kadar esterogen dan glukosa yang tinggi dalam sirkulasi darah

merupakan kondisi yang mendukung pertumbuhan candida dan

peningkatan pertumbuhan jamur ini menyebabkan iritasi lokal,

produksi sedikit secret yang berwarna seperti keju, timbulnya

bercak merah yang kadang-kadang terlihat pada dinding vagina

serta keluhan priritis hebat (Harry Oxon,dkk.2010).

6) Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih didapat korpus luteum

graviditas samai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16

minggu. Korpus luteum graviditas berdiameter kira-kira 3 cm. Lalu

ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Ditemukan pada awal

ovulasi hormon relaxing, suatu immunoreaktive inhibin dalam

sirkulasi maternal. Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan

hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm.

7) Mammae

Mammae akan membesar tegang akibat hormon

somatomammotropin, estrogen dan progesteron akan tetapi belum

mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak

sehingga mammae menjadi lebih besar. Apabila mammae akan

membesar, lebih tegang dan tampak lebih hitam seperti seluruh

areola mammae karena hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12

minggu keatas dari putting susu dapat keluar cairan berwarna putih

agak jernih disebut colostrums.

Perubahan pada payudara yang membawa kepada fungsi

laktasi disebabkan oleh peningkatan kadar esterogen,

progesterone, laktogen plasental, dan prolaktin. Stimulasi

hormonal ini menimbulkan proliferasi jaringan, dilatasi pembuluh

darah dan perubahan sekretorik pada payudara, peningkatan

sensitivitas dan rasa geli mungkin dialami, khususnya oleh

primigravida pada kehamilan minggu ke-4 minggu, cairan yang

jernih ditemukan dalam payudara pada usia kehamilan 4 minggu

dan colostrum dapat diperah keluar pada usia kehamilan 16 minggu

(Harry Oxon,dkk 2010).

Payudara terus tumbuh disepanjang kehamilan dan ukuran

serta beratnya meningkat hingga mencapai

500 gram untuk masing-masing payudara. Areola menjadi

lebih gelap dan dikelilingi oleh kelenjar-kelenjar sebasea yang

menonjol (tuberkel Montgomery), kelenjar ini terlihat pada

kehamilan sekitar 12 minggu (Harry,Oxon .dkk 2010).

e. Tanda dan gejala kehamilan (diagnosa kehamilan) :

Tabel 3. Tanda dan gejala kehamilan

Minggu 0 4 8 12 16 20 24 26 32 36 40

Kehamilan Possible

- Tidak datang haid

- Payudara terasa geli

- Morning sickness

- Pembesaran payudara

- Sering buang air kecil

- Pigmentasi putting

- Kolostrum dalam payudara

- Quickening

Kehamilan Probable

- Tes kehamilan positif

- Uterus dapat diraba lewat

perut

- Kontraksi Braxton Hicks

Kehamilan Positif

- Denyut jantung janin

terdengar (auskultasi)

- Gerakan jantung janin

teraba oleh pemeriksa

- Bagian-bagian janin teraba

- Hasil pemeriksaan

radiologi yang

membuktikan kehamilan

- Hasil pemeriksaan USG

yang membuktikan

kehamilan

√ √ √ √ √ √ √ √

1) Tanda Tidak Pasti Kehamilan

Subyektif

a) Amenorhoe

Berhentinya menstruasi pada seorang wanita yang sebelumnya

telah mengalami menstruasi sangat mendukung tenda

kehamilan. Oleh karena itu wanita harus mengetahui hari

pertama haid yang terakhir (HPHT) untuk dapat menentukan

umur kehamilan dan tanggal tafsiran persalinan (HTP). Apabila

HPHT dapat dipastikan maka dengan menggunakan rumus

Neegle, HTP juga dapat ditentikan. Cara menghitung dengan

rumus Neegle adalah sbb, tanggal HPHT ditambahkan dengan

7 dan bulannya dikurang 3.

Walaupun amenorhoe merupakan tanda penting untuk

mendiagnosa suatu kehamilan, tetapi kehamilan dapat juga

terjadi tanpa didahului dengan menstruasi, seperti pada :

(1) Seorang gadis yang menikah dini atau melakukan

hubungan seksual sebelum menarche. Kemungkinan

konsepsi/fertilisasi terjadi waktu ovulasi pertama kali.

(2) Ibu menyusui yang biasanya tidak menstruasi dalam masa

laktasi.

(3) Kadang-kadang terjadi pada wanita yang merasa yakin

telah menopause.

Amenorhoe dapat juga terjadi pada wanita yang tidak hamil,

hal ini dapat disebabkan oleh :

(4) Anovulasi (akibat dan adanya gangguan emosi, perubahan

lingkungan dan penyakit kronis)

(5) Pemakaian alat kontrasepsi hormonal.

b) Mual dengan atau tanpa muntah

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan

menghilang pada akhir triwulan pertama. Oleh karena sering

terjadi pada pagi hari disebut dengan “morning sickness” atau

sakit pagi.

Mual (emesis) dan muntah (vomiting) yang normal pada

kehamilan biasanya tidak menimbulkan gangguan pada

metabolisme tubuh. Bila mual dan muntah berlebihan, terlalu

sering sehingga mengakibatkan gangguan pada metabolisme

tubuh, hal ini disebut sebagai hiperemesis

c) Ngidam

Ibu hamil sering menginginkan makan makanan dan atau

minuman tertentu, terutama pada bulan-bulan pertama

kehamilannya.

d) Sering kencing

Biasanya terjadi pada triwulan pertama yang disebabkan oleh

penekanan kandung kencing oleh pembesaran uterus. Gejala ini

akan berkurang sampai hilang pada triwulan kedua dan muncul

kembali pada akhir kehamilan yang disebabkan penekanan

kandung kencing oleh penurunan bagian terendah janin (kepala

atau bokong)

e) Konstipasi atau obstipasi

Ini disebabkan karena menurunnya tonus otot khusus oleh

pengaruh hormone steroid.

Objektif

a. Sinkope/pingsan

Terjadi oleh karena peningkatan jumlah volume darah

pencairan darah yang disebut sebagai hidremia.

b. Payudara tegang

Mamma akan membesar dan tegang akibat hormone

somatomammotropin, estrogen, dan progesteron.

Estrogen menimbulkan hipertrofi system caluran sedangkan

progesteron menambah ses-sel asinus pada mamma.

Somatomammotropin juga mempengaruhi pertumbuhan sesl-

sel asinus dan menimbulkan perubahan-perubahan dalam sel-

sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin, dan

laktoglobulin, dimana tujuannya adalah untuk mempersiapkan

mamma untuk laktasi.

c. Pigmentasi kulit

Terjadi penumpukan melanin pada kulit dibagian tubuh

tertentu terutama dibagian pipi dan dahi yang disebut dengan

cloasma gravidarum.

Garis middle abdomen juga mengalami perubahan warna

menjadi lebih gelap yang disebut dengan linea nigra.

d. Epulis

Sering terjadi pada triwulan pertama yang disertai

pembengkakan dan perdarahan gusi. Pada keadaan wanita

hamil yang kekurangan vitamin C juga dapat terjadi

perdarahan pada gusi.

e. Varices

Sebagai pengaruh hormone, pelebaran pembulun darah juga

sering terjadi.

f. Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan

Setelah 12 minggu kehamilan, uterus biasanya dapat diraba

melalui dinding abdomen, tepat diatas symfisis sebagai sebuah

tumor/massa. Kemudian uterus akan bertambah besar seiring

dengan tuanya umur kehamilan. Pada dasarnya pembesaran ini

disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus, disamping itu

serabut-serabut kolagen yang adapun menjadi higroskopik

akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat

mengikuti pertumbuhan janin. Bila ada kehamilan ektopik,

uterus tetap membesar karena pengaruh hormone tersebut

begitupula dengan endometrium yang menjadi desidua.

g. Perubahan pada organ pelvic.

Terjadinya peningkatan suplay darah keorgan pelvic,, dan

pengaruh hormon-hormon steroid reproduksi menyebabkan

adanya perubahan pada organ pelvic, seperti :

1) Tanda Chadwick

Vagina dan vula mengalamipeningkatan pembuluh darah

karena pangaruh estrogen sihingga nampak makin merah

dan kebiru-biruan.

2) Tanda Piskascek

Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama kesemua arah,

terjadi pertumbuhan yang cepat didaerah implantasi

plasenta, sehingga rahim bentuknya tidak sama.

3) Kontraksi Braxton Hicks

Perimbangan hormone estrogen dan progesteron

mengakibatkan perubahan konsentrasi sehingga

progesteron mengalami penurunan dan menimbulkan

kontraksi rahim. Kontraksi Braxton Hicks tidak dirasakan

sakit dan terjadi bersamaan diseluruh rahim, kontraksi ini

akan berkelanjutan menjadi kontraksi untuk persalinan.

4) Tanda Goodells

Seviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan

karena hormone estrogen. Jika korpus uteri mengandung

lebih banyak jaringan otot, maka serviks uteri lebih

bangyak mengandung jaringan ikat,hanya 10% jaringan

otot. Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung

kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan

adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks

menjadi lunak.

5) Tanda Hegar

Pada minggu-minggu pertama kehamilan, ishmus uteri

mengadakan hipertrofi seperti pada korpus uteri. Hipertrofi

ishmus pada triwulan pertama membuat ishmus menjadi

panjang dan lunak.

6) Teraba Ballottement

Jika uterus diketuk, maka akan terjadi pantulan pada

tempat impalntasinya.

h. Pemeriksaan Tes biologis kehamilan positif

Pada kehamilan ditemukan peningkatan kadar HCG dalam

urine. Sebagian kemungkinan postif palsu.

2) Tanda-tanda mungkin kehamilan

Reaksi kehamilan positif : Dasar dari tes kehamilan adalah

pemeriksaan hormon Chorinik gonadotropin sub unit beta (beta

heg) dalam urine. Jika terjadi kehamilan terjadi reaksi antigen-

antibodi dengan beta heg, sebagai anti gen beta heg dapat di

deteksi dalam darah dan urine mulai enam hari setelah implantasi

(penanaman embrio di dalam rongga rahim).

Cara khas yang dipakai untuk menentukan adanya Human

Chorionic Gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing

pertama pagi hari. Dengan tes kehamilan tertentu air kencing pagi

hari ini dapat membantu membuat diagnosis kehamilan sedini-

dininya (Yuni kusmiati, 2008).

Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi terus antara

37,2°C sampai 37, 8°C adalah salah satu tanda akan adanya

kehamilan. Gejala ini sering dipakai dalam pemeriksaan

kemandulan (Winkjosastro dalam Prawirohardjo, 2008).

a. Tanda Hegar yaitu segmen bawah rahim melunak, tanda ini

terdapat pada dua pertiga kasus dan biasanya muncul pada

minggu ke enam dan sepuluh serta terlihat lebih awal pada

perempuan yang hamilnya berulang. Pada pemeriksaan

bimanual, segmen bawah uterus terasa lebih lembek. Tanda ini

sulit diketahui pada pasien gemuk / dinding abdomen tegang.

b. Tanda Chadwick. Biasanya muncul pada minggu ke delapan

dan terlihat lebih jelas pada wanita yang hamil berulang. Tanda

ini merupakan perubahan warna. Warna pada vagina dan vulva

menjadi lebih merah dan agak kebiruan timbul karena adanya

vaskularisasi pada daerah tersebut.

c. Tanda Goodell. Biasanya muncul pada minggu ke enam dan

terlihat lebih awal pada wanita yang hamilnya berulang. Tanda

ini berupa serviks menjadi lebih lunak dan jika dilakukan

pemeriksaan dengan speculum, serviks terlihat berwarna lebih

kelabu kehitaman.

d. Tanda Piscaseck. Uterus membesar secara simetris menjauhi

garis tengah tubuh (setengah bagian terasa lebih keras dari yang

lainnya) bagian yang lebih besar tersebut terdapat pada tempat

melekatnya (implantasi) tempat kehamilan. Sejalan dengan

bertambahnya usia kehamilan, pembesaran uterus menjadi

semakin simetris. Tanda piscaseek, dimana uterus membesar ke

salah satu jurusan hingga menonjol ke jurusan pembesaran

tersebut (Winkjosastro dalam Prawirohardjo, 2008).

e. Tanda Braxton Hicks. Yaitu bila uterus dirangsang mudah

berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil.

Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada

kehamilan misalnya mioma uteri, tanda ini tidak ditemukan.

3) Tanda pasti kehamilan

Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan :

a. Kerja jantung janin

Denyut jantung janin, dengan stetoskop pada usia kehamilan 17

– 19 minggu, dengan Doppler pada usia kehamilan 10 minggu,

dengan ecokardiografi dapat mendeteksi sejak 48 hari setelah

HPHT terakhir.

b. Persepsi gerakan janin

Gerakan janin terdeteksi oleh pemeriksa setelah usia kehamilan

sekitar 20 minggu.

c. Deteksi kehamilan secara ultrasonografik

Setelah 6 minggu, denyut jantung sudah terdeteksi. Kantung

gestasi mulai dapat dilihat sejak usia kehamilan 4 – 5 minggu

sejak menstruasi terakhir, dan pada minggu ke-8 , usia gestasi

dapat diperkirakan secara cukup akurat.

(Yuni kusmiati,2008).

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan

1) Faktor fisik : status kesehatan, status gizi, gaya hidup

Status kesehatan, kondisi kesehatan sangat penting dalam

kehamilan, baik kondisi kesehatan sebelum atau selama kehamilan.

Kehamilan dapat lebih berbahaya lagi jika wanita tersebut sedang

sakit. Serangan penyakit sebelum dan selama kehamilan yang

dapat membahayakan janin terbagi atas dua kategori utama, yaitu

penyakit umum seperti diabetes, anemia berat, penyakit ginjal

kronik, dan penyakit menular antara lain rubella, dan sifilis.

Status gizi. Selama kehamilan ibu merupakan sumber nutrisi

bagi bayi yang dikandungnya. Apa yang ibu makan akan

mempengaruhi kondisi bayi. Apabila wanita hamil memiliki status

gizi kurang selama kehamilannya maka ia berisiko memiliki bayi

dengan kondisi kesehatan yang buruk. Dan wanita dengan status

gizi baik akan melahirkan bayi yang sehat.

Gaya hidup seperti perokok, mengkonsumsi obat-obatan,

alkohol, adalah hal yang sangat berbahaya bagi ibu dan bayinya.

Semua benda tersebut dapat terserap dalam darah bayi melalui

system sirkulasi plasenta selama kehamilan.

Terpapar zat kimia berbahaya. Diketahui bahwa beberapa zat

cukup berbahaya bagi wanita hamil. Zat tersebut sering berkaitan

dengan kerusakan pada janin. Golongan zat tersebut antara lain zat

fisik misalnya radiasi, fibrasi, pana, dan kebisingan. Zat kimia

seperti toluene (bahan perekat) dan timah. Untuk itu ibu hamil

perlu melindungi bayinya dari zat berbahaya dengan menghindari

lingkungan kerja yang terpapar polusi ataupun tidak menggunakan

bahan kimiawi berbahaya di rumah.

Hamil diluar nikah dan kehamilan yang tidak diharapkan.

Pada kehamilan tidak diharapkan dengan berbagai alasan dapat

menimbulkan berbagai masalah klinis yang dapat memberatkan

kehamilan. Misalnya “morning sickness” berlebihan yang dapat

menyebabkan hiperemesis gravidarum yang memerlukan

perawatan khusus hingga melahirkan bayi BBLR. Selain itu, usaha

untuk menggugurkan kandungannya akan membahayakan diri dan

dapat menyebabkan infeksi, cacat yang akhirnya justru akan

menjadi beban keluarga.

2) Faktor psikologi, stressor internal, eksternal, substance abuse,

partner abuse

a) Stressor internal dan external

Faktor psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan dapat

berasal dari dalam diri ibu hamil (internal) dan dapat juga

berasal dari faktor luar diri ibu hamil. Faktor psikologis yang

berasal dari dalam diri ibu dapat berupa latar belakang

kepribadian ibu dan pengaruh perubahan hormonal yang terjadi

selama kehamilan. Sedangkan faktor psikologis yang berasal

dari luar diri ibu dapat berupa pengalaman ibu dan gangguan

emosi baik berupa stress atau depresi yang dialami pada

trimester pertama kehamilan akan berpengaruh pada janin.

b) Dukungan keluarga

Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat

berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu

akan mempengaruhi keadaan keluarga. Oleh sebab itu ibu

memerlukan dukungan keluarga agar kehamilan dapat berjalan

dengan lancer, antara lain : memberkan dukungan pada ibu

untuk menerima kehamilannya, memberikan dukungan pada

ibu untuk menerima dan mempersiapkan peran sebagai ibu,

memberikan dukungan pada ibu untuk menghilangkan ras takut

dan cemas terhadap persalinan, member dukungan pada ibu

untuk menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang

dikandungnya melalui perawatan kehamilan dan persalinan

yang baik, menyiapkan keluarga lainnya untuk menerima

kehadiran anggota keluarga baru.

c) Dukungan suami

Orang yang paling penting bagi wanita hamil adalah suaminya.

Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yang

diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan

akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih

mudah melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan

sedikit resiko komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karena

ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita hamil

selama hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan

dihargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya

terhadap anaknya.

3) Faktor lingkungan, sosial budaya, fasilitas kesehatan, ekonomi

a) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain karena

kemiskinan, kurangnya pelayanan medik, kurang pendidikan

dan pengetahuan, termasuk pengaruh sosial budaya berupa

kepercayaan yang merugikan atau membahayakan. Dalam hal

ini bidan perlu melibatkan keluarga dan masyarakat agar

memperhatikan kebutuhan dan keselamatan ibu hamil.

b) Kebiasaan adat istiadat

Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau

mempunyai kepercayaan atau adat kebiasaan tabu setempat

yang berpengaruh terhaadap kehamilan. Kemudian menilai

apakah hal tersebut bermanfaat, netral (tidak berpengaruh

terhadap keamanan atau kesehatan), tidak jelas (efek tidak

diketahui/tidak dipahami) atau membahayakan. Terutama bila

faktor budaya tersebut dapat menghambat pemberian asuhan

yang optimal bagi ibu hamil. Bidan harus mampu mencari jalan

untuk menolongnya atau meyakinkan ibu untuk merubah

kebiasaan-kebiasaan dengan member penjelasan yang benar.

c) Fasilitas kesehatan

Hal ini berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan

pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya

sampai ibu dapat melahirkan dengan aman. Maka dari itu harus

tersedia fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak yang

mudah terjangkau akan member kemudahan bagi ibu hamil

untuk sering memeriksakan kehamilannya dan untuk

mendapatkan penanganan dalam keadaan darurat.

d) Sosial ekonomi

Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ibu

selama kehamilan antara lain makanan sehat, bahan persiapan

kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan, dan transportasi/

sarana angkutan.

Kebutuhan fisik ibu hamil

a. Oksigen

Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat sebagai repon

tubuh terhadap akcelerasi metabolisme rate perlu untuk menambah

masa jaringan pada payudara, hasil konsepsi, dan masa uterus, dll.

b. Nutrisi

Diharapkan wanita hamil dapat meningkatkan asupan nutrisinya

dua kali lipat sebelum hamil, karena ibu hamil harus membagi dua

makanan yang dikonsumsinya.

c. Personal hygiene

Personal hygiene ini berkaitan dengan perubahan system pada

tubuh ibu hamil karena selama hamil PH vagina menjadi asam

akibatnya vagina mudah terkena infeksi, selain itu wanita juga

mengeluarkan keputihan. Oleh sebab itu wanita hamil diharapkan

dapat menjaga kebersihan diri dan pakaiannya.

d. Pakaian

Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman tanpa sabuk,

harus longgar, dan tidak terlalu ketat. Pakaian wanita hamil harus

ringan dan menarik karena wanita hamil tubuhnya akan tambah

menjadi besar. Sepatu pun harus terasa pas, tidak bertumit tinggi

dan tidak berujung lancip. Desain BH harus disesuaikan agar dapat

menyangga payudara yang tambah menjadi besar pada kehamilan

dan memudahkan ibu ketika akan menyusui. Kemudian korset

yang khusus untuk ibu hamil dapat membantu menekan perut

bawah yang melorot dan mengurangi nyeri punggung.

e. Eliminasi

Berkaitan dengan adaptasi gastrointestinal sehingga menurunkan

tonus dan motility lambung dan usus terjadi reabsorbsi zat

makanan peristaltic usus lebih lambat sehingga menyebabkan

obstipasi. Selain itu penekanan kandung kencing karena pengaruh

hormon estrogen dan progesteron sehingga menyababkan ibu

hamil sering kencing.

f. Seksual

Meningkatnya vaskularisasi pada vagina dan visera pelvis dapat

mengakibatkan meningkatnya sensitifitas seksual sehingga

meningkatkan hubungan intercourse.

g. Istirahat/tidur

Berhubungan dengan kebutuhan kalori pada masa kehamilan,

mandi air hangat sebelum tidur, tidur dalam posisi miring ke kiri,

letakkan beberapa bantal untuk menyangga, pada ibu hamil

sebaiknya banyak menggunakan waktu luangnya untuk banyak

istirahat atau tidur walau bukan tidur betulan hanya baringkan

badan untuk memperbaiki sirkulasi darah, jangan bekerja terlalu

capek dan berlebihan.

h. Mobilisasi dan body mekanik

Pada ibu selama hamil terjadi pembesaran perut sehingga pusat

gravitasi berubah dan postur tubuh berubah. Terjadi perubahan

postur tubuh menjadi lordosis fisiologis. Penekanan pada ligament

dan pelvic, cara baring, duduk, berjalan, dan berdiri dihindari

jangan sampai mengakibatkan injuri karena jatuh.

i. Exercise

Pada wanita hamil terjadi peregangan otot-otot, perlunakan

ligament-ligament, dan perlonggaran persendian sehingga area

yang paling bawah terpengaruh adalah tulang belakang, otot-otot

abdominal, dan otot dasar panggul. Disini ibu hamil diharapkan

dapat mengikuti senam hamil yang berfungsi untuk menjaga

kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam proses

mekanisme persalinan.

Kebutuhan psikologis ibu hamil trimester I, II, dan III

a. Support keluarga dan support dari tenaga kesehatan

1) Dukungan suami

Dukungan suami yang diharapkan istri antara lain : suami

sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami

senang mendapat keturunan, suami menunjukkan kebahagiaan

pada kehamilan ini, suami memperhatikan kesehatan istri yakni

menanyakan keadaan istri/janin yang dikandung, suami tidak

menyakiti istri, suami menghibur/menenangkan ketika ada

masalah yang dihadapi istri, suami menasehati istri agar tidak

terlalu capek bekerja, suami membantu tugas istri, suami

berdoa untuk kesehatan istrinya dan keselamatannya, suami

menunggu ketika istrinya melahirkan, suami menunggu ketika

istrinya dioperasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita

yang tidak mengalami depresi pada paska persalinan jika tidak

mengalami kepuasan dalam perkawinannya. Sebaliknya,

wanita yang mengalami depresi selama hamil dapat membaik

pasca persalinan apabila dalam perkawinan ia mengalami

kepuasan.

2) Dukungan keluarga

Ayah dan ibu kandung maupun mertua sangat mendukung

kehamilan ini, ayah dan ibu kandung serta mertua sering

berkunjung dalam periode itu, seluruh keluarga berdoa untuk

keselamatan ibu dan bayi walaupun ayah, ibu, dan mertua ada

di daerah lain, sangat didambakan dukungan melalui telepon,

surat ataupun doa dari jauh.

3) Dukungan lingkungan

Diperolehnya dari ibu-ibu pengajian/perkumpulan/kegiatan

yang berhubungan dengan keagamaan/sosial dalam bentuk doa

untuk kesehatan ibu hamil dan bayinya, membicarakan dan

menasehati tentang pengalaman hamil dan melahirkan, adanya

diantara mereka yang mau mengantarkan ibu hamil untuk

periksa, menunggu ketika melahirkan, mereka dapat menjadi

seperti saudara bagi ibu hamil.

Trimester I

Suami dapat memberikan dukungan dengan mengerti dan

memahami setiap perubahan yang terjadi pada istrinya,

memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang dan berusaha

untuk meringankan beban kerja istri. Sebagai tenaga kesehatan

dapat memberikan dukungan dengan menjelaskan dan meyakinkan

pada ibu bahwa apa yang terjadi padanya adalah sesuatu yang

sangat normal, sebagian besar wanita merasakan hal yang serupa

pada trimester pertama. Membantu ibu untuk memahami setiap

perubahan yang terjadi padanya baik fisik maupun psikologis.

Yakinkan bahwa kebanyakan ibu akan mulai merasa lebih baik dan

berbahagia pada trimester kedua.

Trimester II

Dukungan yang diberikan oleh suami dan keluarga pada trimester

ini adalah bersama-sama dengan ibu untuk merencanakan

persalinan, ikut mewaspadai adanya komplikasi dan tanda-tanda

bahaya, dan bersama-sama mempersiapkan suatu rencana apabila

terjadi komplikasi. Karena ibu merasa lebih sehat dan

menginginkan kehamilannya, petugas kesehatan dapat memberikan

dukungan dengan mengajarkan kepada ibu tentang nutrisi,

pertumbuhan bayi, tanda-tanda bahaya, rencana kelahiran, dan

rencana kegawatdaruratan, karena saat ini merupakan waktu dan

kesempatan yang paling tepat.

Trimester III

Keluarga dan suami dapat memberikan dukungan dengan

memberikan dukungan dengan memberikan keterangan tentang

persalinan yang akan ibu lalui dan itu hanya masalah waktu saja.

Tetap memberikan perhatian dan semangat pada ibu selama

menunggu persalinannya. Bersama-sama mematangkan persiapan

persalinan dengan tetap mewaspadai komplikasi yang mungkin

terjadi. Sebagai seorang petugas kesehatan dapat memberikan

dukungan dengan memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan

oleh ibu adalah normal. Kebanyakan ibu memiliki perasaan dan

kekhawatiran yang serupa pada trimester ini. Menenangkan ibu

dengan mengatakan bahwa bayinya saat ini merasa senang berada

dalam perut ibu dan tubuh ibu secara alamiah akan menyiapkan

kelahiran bayi.

b. Rasa aman dan nyaman selama kehamilan

Selama kehamilan mungkin ibu mengeluhkan bahwa ia mengalami

berbagai ketidaknyamanan, yang walaupun bersifat umum dan

tidak mengancam keselamatan jiwa, tapi itu tetap saja dapat

menyulitkan ibu. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus

mendengarkan ibu, membicarakan tentang berbagai macam

keluhan dan membantunya mencari cara untuk mengatasinya

sehingga ibu dapat menikmati kehamilannya dengan aman dan

nyaman. Keluarga dapat memberikan perhatian dan dukungan

sehingga ibu merasa aman dan tidak sendiri dalam menghadapi

kehamilannya.

Persiapan menjadi orang tua dan persiapan sibling

a. Persiapan menjadi orang tua

1) Bersama-sama dengan pasangan selama kehamilan dan saat

melahirkan untuk saling berbagi pengalaman yang unik tentang

setiap kejadian yang dialami oleh masing-masing.

2) Berdiskusi dengan pasangan tentang apa yang akan dilakukan

untuk menghadapi status sebagai orang tua seperti akomodasi

bagi calon bayi, menyiapkan tambahan penghasilan, bagaimana

apabila nanti bila tiba saat ibu harus kembali bekerja, apa saja

yang diperlukan untuk merawat bayi. Hubungan ini dapat

memperkokoh perasaan diantara pasangan, bahwa memiliki

bayi berarti saling membagi tugas. Yang tidak kalah penting

adalah persiapan psikologis dalam menghadapi perubahan

status dari hanya hidup berdua dengan pasangan, sekarang

datang anggota baru yang memiliki berbagai keunikan.

b. Persiapan sibling

Jika memutuskan untuk mempunyai bayi lagi, kekuatan dari ikatan

batin antara ibu dan anak pertama akan terbukti sangat penting.

Anak-anak yang lebih tua, yang telah membentuk semacam

independensi dan ikatan batin yang kuat biasanya tidak begitu

merasa terancam oleh kedatangan bayi baru daripada anak-anak

yang belum mencapai kekuatan ikatan batin yang sama. Untuk

mempersiapkan sang kakak dalam menerima kehadiran adiknya

dapat dilakukan dengan : ceritakan mengenai calon adik yang

disesuaikan dengan usia dan kemampuannya untuk memahami, tapi

tidak pada usia kehamilan muda karena anak akan cepat bosan,

jangan sampai dia mengetahui tentang calon adiknya dari orang

lain, biarkan dia merasakan gerakan dan bunyi jantung adiknya,

gunakan gambar-gambar mengenai cara perawatan bayi, sediakan

buku yang menjelaskan dengan mudah tentang kehamilan,

persalinan, dan perawatan bayi, menunjukkan foto anak semasa

bayi, sehingga dapat membantunya membayangkan kecilnya tubuh

adiknya, mengajaknya menengok teman yang mempunyai bayi,

sehingga anak dapat menyentuhnya dan melihat bagaimana bayi

disusui, diganti pakaiannya, dan dimandikan.

Asuhan kehamilan kunjungan awal

a. Tujuan kunjungan

Mengumpulkan informasi mengenai ibu hamil yang dapat

membantu bidan dalam membina hubungan yang baik dan rasa

saling percaya antara ibu dan bidan, mendeteksi komplikasi yang

mungkin terjadi, menggunakan data untuk menghitung usia

kehamilan, dan tafsiran tanggal persalinan, merencanakan asuhan

khusus yang dibutuhkan ibu. Tujuannya adalah memfasilitasi hasil

yang sehat dan positif bagi ibu dan bayi, menegakkan hubungan

saling percaya, mendeteksi komplikasi-komplikasi kehamilan,

mempersiapkan kelahiran, memberikan pendidikan.

b. Pengkajian data subyektif ibu hamil

1) Informasi biodata, identitas ibu dan suami (nama, umur, suku,

agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan alamat)

2) Riwayat kehamilan sekarang (HPHT, siklus menstruasi,

gerakan janin, masalah dan tanda-tanda bahaya, keluhan-

keluhan lazim pada kehamilan, penggunaan obat-obatan

termasuk jamu, kakhawatiran yang dirasakan).

3) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu (jumlah

kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang aterm,

persalinan yang prematur, keguguran atau kegagalan

kehamilan, persalinan dengan tindakan, riwayat perdarahan

pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, berat bayi

sebelumnya, masalah-masalah lain yang dialami).

4) Riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang dan dulu

(masalah kardiovaskuler, hipertensi, diabetes, malaria, PMS,

HIV/AIDS, imunisasi TT)

5) Riwayat sosial ekonomi (status perkawinan, respon ibu dan

keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan

keluarga, kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi dengan

fokus pada vitamin A dan zat besi, kebiasaan hidup sehat

meliputi kebiasaan merokok, minum obat atau alkohol, beban

kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat melahirkan, dan

penolong yang diinginkan).

c. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan fisik umum : tinggi badan, berat badan, tanda-

tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi).

2) Kepala dan leher : kepala meliputi

bersih/kotor,benjolan,lesi ,edema di muka, ikterus pada mata,

bibir pucat, leher meliputi pembengkakan kelenjar limfe dan

tiroid.

3) Payudara : ukuran, simetris, puting payudara menonjol/masuk,

keluarnya kolostrum atau cairan lain, retraksi, massa, nodul

axilla.

4) Abdomen : luka bekas operasi, tinggi fundus uteri (jika > 12

minggu), letak, presentasi, posisi, dan penurunan kepala (kalau

> 36 minggu), mendengar denyut jantung janin (kalau > 18

minggu).

5) Tangan dan kaki : edema di jari tangan, kuku jari pucat, varises

vena, refleks patella.

6) Genitalia luar (externa) : varises, perdarahan, luka, cairan yang

keluar, kelenjar bartholin, bengkak (massa).

7) Genitalia dalam (interna) : serviks meliputi cairan yang keluar,

luka, kelunakan, posisi, mobilisasi, tertutup atau terbuka,

vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah, ukuran

adneksa, bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan, massa (pada

trimester pertama).

d. Tes laboratorium

1) Haemoglobin : normalnya 10,5-14,0

2) Protein urin : normalnya bening (-)

3) Glukosa urin : normalnya biru (-)

4) VDRL : normalnya (-)

5) Faktor rhesus : normalnya RH +

6) Gol darah

7) HIV

8) Rubella

9) Tinja/cacingan

e. Menentukan diagnosa, menetapkan normalitas kehamilan,

membedakan antara ketidaknyamanan dalam kehamilan dan

kemungkinan komplikasi, mengidentifikasi kemungkinan

kebutuhan belajar.

Diagnosis dibuat untuk menentukan hal-hal sebagai berikut :

1) Kehamilan normal dengan gambaran ibu sehat, tidak ada

riwayat obstetric buruk, ukuran uterus sama/sesuai usia

kehamilan, pemeriksaan fisik dan laboratorium normal.

(Saifuddin, 2008).

2) Kehamilan dengan masalah khusus, seperti masalah keluarga

atau psikososial, kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan

financial.

3) Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan

rujukan untuk konsultasi dan atau kerjasama penanganannya.

Seperti hipertensi, anemia berat, pre-eklampsia, pertumbuhan

janin terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin, dan

kondisi lain-lain yang dapat memburuk selama kehamilan.

4) Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang

membutuhkan rujukan segera. Seperti perdarahan, eklampsia,

ketuban pecah dini, atau kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain

pada ibu dan bayi.

f. Mengembangkan perencanaan asuhan yang komprehensif,

menetapkan kebutuhan.

g. Melaksanakan asuhan sesuai dengan kebutuhan.

h. Menetapkan jadwal kunjungan sesuai dengan perkembangan

kehamilan.

Asuhan kehamilan kunjungan ulang

a. Pengkajian data fokus : riwayat

Riwayat kehamilan sekarang, menanyakan perasaan ibu saat ini,

menanyakan masalah yang mungkin timbul, pemeriksaan keadaan

umum, emosi, dan tanda-tanda vital.

b. Deteksi komplikasi

Perlu ditanyakan ada tidaknya komplikasi pada kehamilan, seperti

perdarahan dari vagina, pengeluaran cairan yang baunya berbeda

dengan bau urin dari vagina, nyeri yang hebat, gerakan janin yang

abnormal, tidak ada gerakan janin, suhu tubuh yang tinggi, demam,

menggigil, sakit kepala hebat, penglihatan kabur, pembengkakan

pada kaki, tangan, dan wajah.

c. Ketidaknyamanan

d. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum, emosi, dan tanda-tanda vital, mengukur TFU,

palpasi abdomen, menghitung DJJ.

e. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan ulang terhadap kadar protein urin, hemoglobin.

f. Mengembangkan rencana sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan kehamilan.

Penatalaksanaan pelayanan antenatal

Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan

sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal :

1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14

minggu),

2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28),

3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36

dan sesudah minggu ke 36).

Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk “8TSN” :

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan

Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai yang

seringan-ringannya. Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester III

dinyatakan ibu kurus kemungkinan melahirkan bayi dengan berat

badan lahir rendah. Ukuran tinggi badan ibu hamil juga harus

diperhatikan, untuk dapat mengatahui apakah ibu dapat melahirkan

normal atau tidak.

2. Ukur Tekanan Darah

Untuk mengatahui setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan

mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta

mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

3. Nilai Status Gizi (Ukur LILA )

Mengukur lila ( Lingkar lengan ) pada ibu hamil harus dilakukan untuk

mengatahui status gizi ibu. Ukuran yaitu 23,5 cm.

4. Ukur Tinggi Fundus Uteri

Mengukur tinggi fundus uteri dengan menggunakan meteran kain

( sesudah kehamilan ) dari 24 minggu TFU dalam cm di ukur dari

sympisis pubis sampai fundus uteri ( Rukiayah dkk, 2009 )

5. Tentukan Presentasi Janin Dan DJJ

Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk

memperkirakan usia kehamilan serta bila umur kehamilan bertambah,

memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke

dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan

rujukan tepat waktu. Serta melakukan pemeriksaan DJJ untuk

mengatahui kesejahtraan janin.

6. Pemberian Imunisasi Tetanusteksoid

Pemberian imunisasi TT sesuai dengan ketentuan TT1 diberikan pada

kunjungan antenatal pertama, TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1.

7. Pemberian Tablet Zat Besi, Minimum 90 Tablet Selama

Kehamilan.

Dimulai dengan pemberian satu tablet sesudah makan, tiap tablet

mengandung Fe.So4 Mg ( zat besi 60 mg ) dan asam folat 500 mg,

minimal 90 tablet, Tablet besi ini sebaiknya tidak diminum bersama

the atau kopi karena mengganggu penyerapan. ( saifuddin,2007)

8. Tes Laboratorium

Tes laboratorium penting juga dilakukan untuk digunaan menilai

adanya masalah pada ibu hamil dan jika tertangani, maka akan

mencegah kematian dan kesakitan pada ibu dan anak.

Tes yang dilakukan yaitu Haemoglobin (Hb), protein urine, Glukosa

dalam urine, VDRL/RPL, Golongan darah, Human Immunodeficiency

virus ( HIV), Rubella, tinja untuk ova/telur cacing dan parasit

( Rukiyah dkk, 2009).

9. Tatalaksana Kasus

Perubahan Paradigma menunggu terjadinya dan menangani kasus

komplikasi menjadi pencegahan terjadinya komplikasi dan dapat

membawa perbaikan kesehatan bagi kaum ibu di Indonesia.

Penyesuaian ini sangat penting dalam upaya menurunkan angka

kematian ibu dan bayi baru lahir karena sebagian besar persalinan di

Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dimana

tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan difasilitas

pelayanan tersebut masih belum memadai. Deteksi dini dan

pencegahan komplikasi dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian ibu serta bayi baru lahir, jika semua tenaga penolong

persalinan dilatih agar mampu untuk mencegah atau deteksi dini

komplikasi yang mungkin terjadi, merupakan asuhan persalinan secara

tepat guna dan waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi dan

segera melakukan rujukan saat kondisi masih optimal, maka para ibu

akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.

10. Temu wicara

Dalam persiapan rujukan termasuk perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi serta KB pasca persalinan melakukan

anamnesis riwayat dan mengisi kartu ibu hamil/buku KIA secara

lengkap, dan memastikan bahwa kehamilan ibu diharapkan ( Rukiyah

dkk, 2009).

Cara menentukan umur kehamilan :

a. Naegele, yaitu hari + 7, bulan – 3, tahun + 1. Rumus ini digunakan

jika seorang wanita memiliki siklus haid yang teratur.

b. Jika seorang wanita memiliki siklus haid 35 hari, menurut rumus

Neagle HPHTnya akan ditambah 14 hari bukan 7 hari dan wanita

dengan siklus haidnya 21 hari, HPHTnya tidak perlu ditambah.

(Sarwono,2008)

c. Jika HPHT lupa, menggunakan patokan gerakan janin primigravida

dirasakan ibu pada kehamilan 18 minggu, multigravida pada

kehamilan 16 minggu. Dapat pula sebagai pegangan dipakai

perasaan nausea yang biasanya hilang pada kehamilan 12 – 14

minggu.

d. Penentuan umur kehamilan dengan ultrasonografi. Penentuan

kehamilan dengan ultrasonogtafi atau transabdomen dapat

digunakan pada usia kehamilan atau usia gestasinya kira-kira 5

minggu setelah hilangnya haid. (Linda Walsh, 2007, hal 101)

e. Tinggi fundus dengan menggunakan jari – jari tangan sesuai

dengan usia kehamilan (dengan cara leopold) :

Posisi uterus diketengahkan, letakkan ujung meteran pada simfisis,

kemudian diukur sampai fundus uteri maka akan terlihat hasil dalam

cm. TFU dengan cm dihitung mulai umur kehamilan >22 minggu.

Gambar 18. TFU menurut Mc. Donal dengan cm

Tabel 4. Tingggi Fundus Uteri diukur dengan jari

Umur

kehamilanTFU Keterangan

8 mgg Blm teraba Sebesar telur bebek

12 mgg 3 jari atas simfisis Sebesar telur angsa

16 mgg ½ pusat – simfisis Sebesar kepala bayi

20 mgg 3 jari bawah pusat -

24 mgg Sepusat -

28 mgg 3 jr ats pusat -

32 mgg ½ pusat – Px -

36 mgg 1 jr di bwh Px Kepala masih berada di atas

pintu panggul.

40 mgg 3 jr bwh Px Fundus uteri turun kembali,

karena kepala janin masuk ke

rongga panggul.

f. Tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur sesuai dengan

umur kehamilan pertama kali diperkenalkan oleh Mac Donald

pada dekade pertama abad ke-20.

Di bawah ini ukuran tinggi fundus uteri dalam cm dikaitkan

dengan umur kehamilan dan berat badan bayi sewaktu dilahirkan :

Bila pertumbuhan janin normal maka tinggi undus uteri pada

kehamilan pada 28 minggu 25 cm, pada 32 minggu 27 cm dan 36

minggu 30 cm. pada kehamilan 40 minggu fundus uteri turun

kembalidan terletak kira-kira 3 jari bawah Px, hal ini disebabkan

oleh kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk ke

dalam rongga panggul. (Wiknjosastro, 2008 hal. 91)

Gambar 19 : posisi tangan untuk pengukuran tinggi fundus uteri

menggunakan pita pengukur

Palpasi abdomen :

Pemeriksaan Leopold :

Gambar 20. Leopold 1 sampai 4

Leopold I :

Gambar 21. Leopold 1

Untuk menentukan tinggi fundus uteri, menentukan usia kehamilan,

menentukan bagian janin yang ada pada fundus uteri.

Cara : Petugas menghadap kemuka ibu, uterus dibawa ketengah,

tentukan tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terdapat di

dalam fundus

Hasil : Kepala teraba benda bulat dan keras

Bokong teraba tidak bulat dan lunak

Leopold II :

Gambar 22. Leopold 2

Untuk menetukan bagian yang ada di samping uterus, menetukan

letak.

Cara : Uterus didorong kesatu sisi sambil meraba bagian janin yang

berada disisi tersebut dengan cara yang sama pada sisi uterus

yang lain.

Hasil : Punggung janin teraba membujur dari atas kebawah pada

letak kepala. Pada letak lintang dapat ditemukan kepala.

Leopold III :

Gambar 23. Leopold 3

Menentukan bagian janin yang berada di uterus bagian bawah.

Cara : Tangan kanan diletakan diatas simfisis dengan ibu jari

disebelah kanan ibu dengan empat jari lainnya disebelah kiri

ibu sambil meraba bagian bawah tersebut.

Hasil : Teraba kepala/bokong/bagian kecil janin.

Leopold IV :

Gambar 24. Leopold 4

Menetukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin masuk ke

dalam panggul.

(www.merck.com/.../MMPE_OBGYN_260_01_eps.gif)

PENURUNAN KEPALA DENGAN PERLIMAAN DAN

GAMBARNYA

Cara menentukan taksiran persalinan :

Menentukan tanggal perkiraan partus, dengan rumus Naegele , yaitu

hari + 7, bulan – 3, tahun + 1.

Jika HPHT lupa, menggunakan patokan gerakan janin primigravida

dirasakan ibu pada kehamilan 18 minggu, multigravida pada

kehamilan 16 minggu. Dapat pula sebagai pegangan dipakai perasaan

nausea yang biasanya hilang pada kehamilan 12 – 14 minggu.

Palpasi abdomen :

Pemeriksaan Leopold :

a. Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri, menentukan

usia kehamilan, menentukan bagian janin yang ada

pada fundus uteri.

b. Leopold II : Untuk menetukan bagian yang ada di samping

uterus, menetukan letak.

c. Leopold III : Menentukan bagian janin yang berada di uterus

bagian bawah.

d. Leopold IV : Menetukan seberapa jauh bagian terendah bagian

janin masuk ke dalam panggul.

Cara menghitung berat badan janin dalam kandungan :

Menghitung perkiraan berat badan janin (PBBJ) menurut cara

Jonson:

a. Bila bagian terendah janin masuk pintu atas panggul :

PBBJ = ( TFU –11 ) x 155

b. Bila bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul :

PBBJ = ( TFU – 12 ) x 155

Cara menghitung denyut jantung janin :

Auskultasi :

Dengan stetoskop Laennec bunyi jantung janin baru dapat didengar

pada kehamilan 18 – 20 minggu. Dengan dopler dapat terdengar sejak

usia kehamilan 12 minggu.

DJJ = 1 menit penuh ( 60 detik)

Pemeriksaan hemoglobin :

Pemeriksaan Hb dilakukan 2 kali selama kehamilan, pada trimester

pertama dan pada kehamilan 30 minggu, karena pada usia 30 minggu

terjadi puncak hemodilusi. Ibu dikatakan anemia ringan Hb < 11 gr%,

dan anemia berat < 8 gr%. Dilakukan juga pemeriksaan golongan

darah, protein dan kadar glukosa pada urine. Untuk saat ini anemia

dalam kehamilan di Indonesia ditetapkan dengan kadar Hb < 11 gr%

pada trimester I dan III atau Hb < 10,5 gr% pada trimester. Anjuran

program nasional Indonesia adalah pemberian 60 mg/hari elemental

besi dan 50 g asam folat untuk profilaksis anemia. Program Depkes

memberikan 90 tablet besi selama 3 bulan. (Pengurus IBI, 2008)

Pertambahan berat badan selama hamil :

1) Pertambahan berat total selama kehamilan pada primigravida sehat

yang makan tanpa batasan adalah sekitar 12,5 kg. Dengan

distribusi pertambahan berat badan sebagai berikut :

(a). Payudara : 0,5 kg

(b).Fat/lemak : 3,5 kg

(c). Plasenta : 0,6 kg

(d).Fetus : 3,4 kg

(e). Cairan ketuban (amniotic fluid) : 0,6 kg)

(f). Pembesaran uterus : 0,9 kg

(g).Penambahan darah : 1,5 kg

(h).Cairan ekstraseluler : 1,5 kg

Total : 12,5 kg

(Cunningham, 2007)

2) Kenaikan berat badan wanita hamil rata – rata antara 6,5 kg sampai

16 kg. Bila berat badan naik lebih dari semestinya anjurkan untuk

mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat. Lemak

jangan dikurangi, terlebih – lebih sayur mayur dan buah-buahan.

(Wiknjosastro, 2008)

3) Kenaikan BB per Trimester :

Triwulan pertama 1.000 – 1.500 gr

Triwulan kedua 4.500 gr

Triwulan ketiga 5.000 – 5.500 gr

10.000 – 12.000 gr

(Sarwono,2008)

Kebutuhan gizi ibu hamil :

1) Trimester I (minggu 1-13)

Kebutuhan gizi masih tetap seperti biasa.

2) Trimester II (minggu 14-28)

Ibu memerlukan tambahan kalori 285 kal, protein lebih tinggi

dari biasa yaitu 1,5 gr/kg BB

3) Trimester III (minggu 28-lahir)

Kalori sama dengan trimester II tapi protein naik menjadi 2 gr/kg

BB.

4) Indeks Masa Tubuh (IMT)

Berat Badan

IMT = --------------------------------

Tinggi badan 2 (m)

Tabel 8. IMT Ibu Hamil

Sumber Data Kategori Rekomendasi kenaikan

berat

Depkes RI Normal (18,5 – 25

kg)

10 – 13 kg

Institute Of

Medicine

Rendah < 19,8 kg

Normal 19,8 – 26

kg

Tinggi > 26 kg

12,5 – 18 kg

11,5 – 16 kg

7 – 11,5

Sumber: Gizi Ibu Hamil, Edisi 1,3 G Publisher 2009, Jakarta

Tabel 5 . Kebutuhan gizi ibu hamil dalam ukuran rumah tangga

Bahan

Makanan

Ukuran Rumah

Tangga

Tidak

Hamil

Ibu hamil

TW I TW II TW III

Nasi

Ikan

Tempe

Sayuran

Buah

Gula

Susu

Air

Minyak

Piring

Potong

Potong

Mangkuk

Potong

Sdk mkn

Gelas

Gelas

Sdk mkn

3 ½

1 ½

3

1 ½

2

5

1

4

4

3 ½

1 ½

3

1 ½

2

5

1

4

4

4

2

4

3

2

5

1

6

6

3

3

5

5

2

5

1

6

6

(Gizi dalam Kespro,2009)

Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk ibu hamil sesuai dengan

Gizi dalam kespro ,Gizi Ibu Hamil adalah:

c. Kalori : 2185 kal

d. Protein : 56 gram

e. Kalsium : 900 mg

f. Fosfor : 650 mg

g. Besi (Fe) : 46 µg

h. Iodium : 175 mg

i. Magnesium : 950 mg

j. Seng : 20 mg

k. Vitamin A : 750 RE

l. Vitamin B : 400-600 IU

m. Vitamin C : 60 mg

n. Vitamin B12 : 1,3 mg

o. Asam Folik : 300 µg

p. Casein : 10,2 mg

q. Riboflavin : 2,3 mg

r. Piridoksin : 2,6 mg

Contoh Menu Sehari Serta Nilai Gizi Yang Dikandungnya Untuk

Kehamilan Triwulan III

Tabel 6. Menu sehari serta nilai gizi untuk kehamilan triwulan III

Makanan Bahan Berat URT Kalori Protein Lemak HA

Sarapan

Pagi

Nasi

Telur

dadar

Teh manis

Beras

Telur ayam

Minyak

Teh dan gula

50

50

10

10

1 gls

1 btr

1 sdm

1 sdm

180

81

87

36,4

3,4

6,4

0,1

0,05

0,35

6

9,8

-

39,4

0,35

-

9,4

Jam

10.00

Pagi

Susu sapi Susu 10 2 sdm 6,1 6,32 0,35 0,45

Biskuit Gula

Biskuit

10

25

1 sdm

2,5 buah

36,4

114,5

-

1,725

-

36

9,4

18,77

Makan

Siang

Nasi

Empal

daging

Tempe

bacem

Sayur sop

Pepaya

Beras

Daging sapi

Minyak

Tempe

Wortel,

Kentang,

Buncis/kol

Pepaya

100

50

10

50

10

10

10

100

2 gls

1ktk korek

1 sdm

1 ktk korek

1 ptg bsr

1 buah bsr

1 genggam

1 ptg bsr

360

103,5

87

74,5

2,4

4,2

3,5

46

6.8

9,4

0,1

9,1

0,14

0,12

0,24

0,5

0,7

7

9,8

2

0,02

0,03

0,02

-

78,9

-

-

6,3

0,53

0,93

0,7

12,2

Jam

16.00

Teh manis

Jagung

rebus

Teh dan gula

Jagung muda

10

50

1 sdm

1 buah

36,4

64,5

-

2,5

-

0,65

9,4

15,15

Makan

Malam

Nasi

Daging

ayam

Telur

ceplok

Beras

Daging ayam

Minyak

Telur ayam

Minyak

100

50

10

50

10

2 gls

1 paha

1 sdm

1 btr

1 sdm

360

151

87

81

87

6,8

9,1

0,1

6,4

0,1

0,7

12,5

9,8

6

9,8

78,9

-

-

0,35

-

Sayur

urap

Pisang

Kacang pnjng

Toge

Kelapa

Pisang

50

25

15

30

1 genggam

1 genggam

1 genggam

1 buah

22

5,6

17

40

1,35

0,5

0,2

0,6

0,15

0,05

0,2

0,1

3,9

1,2

3,5

12,5

Jam

21.00

Singkong

rebus

Air Putih

Singkong

Air putih

50

200

1 ptg sdg

1 gelas

73

-

0,6

-

0.15

-

17

-

J U M L A H 2247,30 77 79,17 319,36

g. Prosedur Diagnostik

Prosedur Diagnostik dilakukan meliputi :

1) Anamnesa

a) Riwayat Kehamilan

b) Riwayat Kebidanan

c) Riwayat Kesehatan

d) Riwayat Sosial

2) Pemeriksaan Umum (Keseluruhan)

3) Pemeriksaan Kebidanan (Luar)

a) Inspeksi

b) Palpasi

c) Auscultasi

d) Perkusi

4) Pemeriksaan Kebidanan (Dalam)

5) Pemeriksaan Laboratorium

6) Pemeriksaan Penunjang : USG dan CTG

h. Prognosa dan Komplikasi

1) Prognosa

Setelah pemeriksaan selesai maka atas dasar pemeriksaan

harus dapat dibuat prognosa atau ramalan apakah nanti

kehamilannya akan berakhir dengan persalinan normal atau tidak.

Prognosa atau ramalan perlu untuk menentukan apakah

nantinya ibu hamil harus bersalin di Rumah Sakit atau boleh

melahirkan dirumah.

Berikut ini 19 penapisan dalam merujuk pasien, antara

lain:

a) Riwayat bedah besar

b) Perdarahan Pervaginam

c) Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37

minggu)

d) Ketuban pecah dengan mekonium kental

e) Ketuban pecah lama

f) Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan

kurang dari 37 minggu)

g) Ikterus

h) Anemia berat

i) Tanda / gejala infeksi

j) Preeklampsi / Hipertensi dalam kehamilan

k) Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih

l) Gawat janin

m) Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala

masih 5/5

n) Presentasi bukan letak belakang kepala

o) Presentasi majemuk

p) Kehamilan gemeli

q) Tali pusat menumbung

r) Syok

s) Serotinus

2) Komplikasi

Pada kehamilan komplikasi yang sering ditemukan :

a) Perdarahan nidasi merupaskan hal yang fisiologis bila

jumlahnya sedikit, sebentar dan tidak berpengaruh buruk pada

kehamilan

b) Abortus

c) Kehamilan unembrionik (Blighted Ovom) dimana sejak awal

mudigah terbentuk kemudian mati

d) Molahidatidosa

e) Kehamilan Ektopik

f) Hiperemesis gravidarum

g) Preeklampsia dan Eklampsia

h) Perdarahan antepartum

i) Kehamilan kembar

j) Kelainan dalam lamanya kehamilan

k) Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin

i. Kesimpulan hasil pemeriksaan hamil (Sarwono,2008 )

Setelah melakukan pemeriksaan dengan seksama, hasil akhir harus dapat

menjawab pertanyaan berkaitan dengan keadaan hamil sebagai berikut :

1) Umur ibu ( hanya dicantumkan bila umur ibu kurang dari 20 tahun

dan lebih dari 35 tahun )

a) Wanita hamil dibawah usia 20 tahun mempunyai resiko komplikasi

kehamilan dan persalinan yang lebih tinggi. Mereka lebih mungkin

menderita hipertensi yang diinduksi kehamilan atau anemia dan

melahirkan bayi dengan BBLR

b) Primigravida tua (diatas 35 tahun ) mempunyai resiko lebih tinggi

menderita hipertensi essensial, hipertensi yang diinduksi kehamilan

diabetes kehamilan dan perdarahan antepartum. Kemungkinanan

mendapatkan bayi Down syndrome juga lebih besar serta

melahirkan dengan secio caesaria juga lebih besar.

2) Primigravida atau Multigravida

a) Definisi

Nuligravida : seorang wanita yang belum pernah hamil

Primigravida : seorang wanita yang hamil pertama kalinya

Multigravida : seorang wanita yang hamil dua kali atau lebih

b) Cara membedakan antara primigravida dan multigravida

Tabel 8: Perbedaan primigravida dengan multigravida

Primigravida Multigravida

Payudara tegang

Putting susu runcing

Perut tegang, menonjol

Stirae livide

Perineum utuh

Vulva tertutup

Vagina sempit dan rugae

Portio runcing, tertutup

Hamil pertama kali

Payudara lembek dan

menggantung

Putting susu tumpul

Perut lembek dan bergantung

Stirae livide dan albican

Perineum terdapat bekas robekan

Vulva terbuka

Vagina longgar dan tanpa rugae

Portio tumpul dan terbagi dalam

bibir depan belakng

Pernah hamil dan melahirkan

bayi genap bulan

Pada multigravida dilakukan pertanyaan tentang

persalinannya yang lampau, sebagai gambaran kerjasama antara 3

P, yaitu power( kekuatan his dan mengejan), passenger(besar dan

beratnya janin serta plasenta), passage( jalan lahir lunak dan tulang

panggul). Bila kehamilan dan persalinan yang lampau dijumpai

keadaan :

(1) Kehamilan dengan komplikasi atau penyakit

(2) Pernah mengalami keguguran

(3) Persalinan prematurus

(4) Kehamilan mati dalam rahim

(5) Persalinan dengan tindakan operasi

(6) Persalinan berlangsung lama, melebihi 24 jam

(7) Kehamilan lewat waktu

Dapat disimpulkan bahwa kehamilan yang sekarang

mempunyai resiko yang lebih tinggi.

3) Hamil atau tidak hamil

Untuk dapat menjawab pertanyaan ini perlu ditetapkan tanda –

tanda kehamilan, sebagai berikut :

a) Tanda kemungkinan kehamilan

(1) Tanda subyektife hamil

(a). Terlambat datang bulan

(b). Terdapat mual muntah

(c). Terasa sesak

(d). Terasa gerakan janin dalam perut

(e). Sering kencing

(2) Tanda obyektife hamil

(a). Pembesaran dan perubahan konsistensi rahim, dengan

memperhatikan tanda piskacek dan tanda hegar

(b).Perubahan warna dan konsistensi serviks

(c). Kontraksi braxton hicks

(d).Terdapat ballotement

(e). Teraba bagian janin

(f). Terdapat kemungkinan pengeluaran colostrum

(g).Terdapat hiperpigrmentasi kulit

(h).Terdapat warna kebiruan pada vagina / selaput lendir vulva

(tanda chadwik)

(i). Tes biologis positif

b) Tanda pasti kehamilan

1) Teraba gerakan janin dalam rahim

2) Terdengar denyut jantung janin

3) Pemeriksaan rontgen terdapat kerangka janin

4) Pemeriksaan USG

4) Umur kehamilan

Cara menentukan umur kehamilan (Manuaba, 2008. hal :120 )

a) Mempergunakan rumus naegle

(1) Hari + 7, Bulan +3, Tahun +1

(2) Hari + 7, Bulan + 9

b) Perkiraan tinggi fundus uteri

Tabel 9: Umur kehamilan berdasarkan TFU

Umur

kehamilan

TFU Keterangan

8 mgg Blm teraba Sebesar telur bebek

12 mgg Di atas simfisis Sebesar telur angsa

16 mgg ½ pusat - simfisis Sebesar kepala bayi

20 mgg Di pinggir bawah pusat --

24 mgg 24 minggu tepat di atas --

pinggir pusat

28 mgg 3 jr ats pusat / 1/3 pusat

– Px

--

32 mgg ½ pusat – Px --

36 mgg 1 jr di bwh Px Kepala masih

berada di atas pintu

panggul.

40 mgg 3 jr bwh Px Fundus uteri turun

kembali, karena

kepala janin masuk

ke rongga panggul.

(Wiknjosastro, 2008 hal. 91)

c) Dengan USG

Penentuan umur kehamilan dengan menggunakan USG

memerlukan ilmu pengetahuan yang lebih mendetail dan hanya

bisa dilakukan oleh orang atau ahli yang berkompeten didalam

bidangnya

5) Intrauterine atau ekstrauterine

a) Kehamilan diluar cavum uteri (ektopik ) sebagian besar tidak dapat

berlangsung sampai aterm dan pecah sampai umur hamil muda

b) Kehamilan intrauterine sejak hamil muda dapat dipastikan yaitu

perkembangan rahim sesuai dengan tuanya kehamila, janin teraba

intrauterine, dan pada palpasi terjadi kontraksi braxton hicks

c) Kehamilan abdominal yang mencapai aterm dapat dipastikan

dengan :

(1) gerakan janin terasa nyeri

(2) palpasi janin teraba dibawah kulit abdomen

(3) kontraksi braxton hicks tidak ada

(4) di samping janin teraba uterus yang kosong

(5) pemeriksaan USG didapatkan rahim kosong

(6) percobaan oksitosin 2 unit IV, kantung janin tidak terjadi

kontraksi

(7) foto rontgen dengan keras dan sonde ternyata rahim kosong

6) Tunggal atau ganda

Menetapkan kehamilan ganda pada umur kehamilan muda sulit

dilakukan, kecuali dengan USG. Dengan anamnesa dapat diduga hamil

kembar (ganda ) yaitu :

a) Perut cepat membesar

b) Gejala emesis gravidarum lebih cepat

c) Perut dirasakan lebih berat

d) Gerakan janin lebih banya

e) Dapat disertai sesak nafas

f) Pada hamil tua dengan pemeriksaan dijumpai gejala hamil ganda

yaitu:

(1) perut lebih besar dari tuanya kehamilan

(2) teraba tiga bagian besar atau dua bagian besar yang

berdampingan

(3) teraba banyak bagian kecil

(4) sering disertai hidramnion

(5) terdengar dua punctum maksimum denyut jantung janin dalam

perbedaan sekitar 10 denyutan

(6) dengan pemeriksaan USG dapat dipastikan hamil kembar,

dimana terdapat dua kepala dan kerangka janin, dan dua denyut

jantung janin berdenyut.

7) Hidup atau mati

a) Janin hidup

(1) TFU sesuai dengan umur kehamilan

(2) Palpasi janin dalam rahim jelas

(3) Terdengar DJJ

(4) Terasa adanya gerkan janin

b) Kematian janin dalam rahim dapat dilakukan pemeriksaan :

(1) Kehamilan sangat muda kurang dari 12 minggu

(a). Pemeriksaan USG

- bentuk kantong janin tidak normal, keriput

- air ketuban berkurang

- tidak terdapat denyut jantung janin

(b).Tes biologis negative setelah kehamilan mati dalam rahim

sekitar 10 hari

(2) Kehamilan diatas 16 minggu

(a). TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan / fundus uteri

mengecil

(b).Palpasi janin dalam rahim tidak jelas

(c). Tidak terdengar denyut jantung janin

(d).Tidak terasa gerakan janin

(e). Pemeriksaan USG dan foto abdomen :

- Air ketuban berkurang

- Tanda spalding positif

- denyut jantung janin tidak ada

- kerangka janin sangat melengkung

- terdapat gelembung gas dalam usus janin

8) Letak anak

Letak janin dapat diketahui dengan :

a) Palpasi abdomen : Leopold I dan III

b) Mendengarkan tempat dimana paling jelas denyut jantung janin

terdengar

(1) Bila DJJ terdengar diatas pusat, maka letak janin adalah letak

sungsang

(2) Bila DJJ terdengar dibawah pusat, maka letak janin adalah

letak kepala

c) Pemeriksaan USG

9) Keadaan umum ibu dan janin

a) Pemeriksaan kesehatan umum ibu hamil dilakukan melalui

anamnese, pemeriksaan kesehatan umum ibu hamil dilakukan

melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboraturium

dasar.keadaan umum ibu dikatakan baik apabila hasil anannesa

pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak didapatkan hasil

abnormal.

b) Sedangkan keadaan umum janin dikatakan baik apabila gerkan

janin dirasakan aktif oleh ibu dan DJJ dalam batas normal.

10) Kesan panggul

Fungsi Umum Panggul Wanita yang terdiri bagian keras

panggul wanita berfungsi untuk : Panggul Besar (pelvis mayor)

fungsinya adalah untuk sangga isi abdomen; Panggul kecil (pelvis

minor) fungsinya membentuk jalan lahir, serta merupakan tempat alat

genetalia; Bagian Lunak panggul wanita berfungsi: Membentuk

lapisan dalam jalan lahir, Menyangga alat genetalia dalam posisi

normal, Saat persalinan berperan dalam proses kelahiran (Prawiro-

hardjo, 2008).

Bentuk Panggul Wanita

Panggul Gynekoid: merupakan bentuk yang khas bagi wanita ukuran

diameter transversa kira-kira sama panjangnya dengan ukuran diameter

antero posterior hingga bentuk pintu atas panggul mendekati

Gambar 25. Panggul

lingkaran/bulat.

Panggul Android: segmen anterior sempit dan berbentuk segitiga,

sacrum letaknya ke depan, hingga ukuran diameter anteroposterior

sempit pada pintu atas panggul dan pintu bawah panggul.

Panggul Antropoid: ukuran antero posterior dari pintu atas panggul

lebih besar dari ukuran diameter transversa hingga bentuk pintu atas

panggul lonjong ke depan.

Panggul Platipeloid: seperti panggul gynekoid yang picak, ukuran

diameter antero posterior lebih kecil, ukuran diameter transversa biasa

(wijossastro 2008).

Ukuran Panggul Yang Sering Dipakai Dalam Kebidanan Ukuran

Panggul Dalam

a) Pintu Atas Panggul: Conjugata Vera (CD-1,5) yaitu Jarak dr tepi

atas symph-promont dengan ukuran normal : 11 cm, Conjugata

Diagonalis Jarak dad tepi bawah sympisis-promontorium.

b) Pemeriksaan Dalam Untuk Menentukan Ukuran dan Bentuk

Panggul Dalam: Apakah promontorium teraba; Apakah tidak ada

tumor; Apakah linea inominata teraba '/2 atau 1/3 bagian; Apakah

tulang sakrum mempunyai inklinasi ke depan atau ke belakang;

Apakah sudut arkus pubis cukup luas atau tidak.

c) Ukuran Panggul yang sering dipakai dalam kebidanan: ukuran

panggul luar. Distansia Spinarum merupakan jarak antara Spina

Iliaka Anterior Superior (SIAS) kiri dan kanan (Indonesia. 23cm,

Eropa. 26 cm). Distansia Cristarum: Jarak terjauh antara Crista

Iliaka kanan dan kiri (Indonesia 26 cm, Eropa. 29 cm). Conjugata

Eksterna: Jarak pinggir atas sympisis dan ujung Processus

Spinosus tulang lumbal ke-V (Indonesia 18 cm, Eropa 20 cm).

Lingkar Panggul: dari pinggir atas sympisis ke pertengahan antara

SIAS dan Trochanter Mayor sepihak dan kembali melalui tempat-

tempat yang sama di pihak lain. (Indonesia 80 cm, Eropa 90 cm)

(Wijosastro 2008)

Pada dasarnya pemeriksaan panggul tidak perlu dilakukan kecuali

jika adanya dugaan sempit panggul atau kelainan panggul, bila:

a) Pada primigravida, pada kehamilan 36 minggu atau lebih kepala

belum masuk PAP

b) Pada primigravida pada kehamilan aterm terdapat kelainan letak

c) Perasat osborn menunjukan hasil positif

Pada mutigravida pada kehamilan dahulu dengan secsio caesaria

oleh karena panggul sempit atau bayi besar

Cara menghitung perkiraan berat badan janin (PBBJ )

Dengan menggunakan rumus jhonson :

(1) Bila bagian terendah janin sudah masuk PAP :

(TFU – 11 ) X155

(2) Bila bagian terendah janin belum masuk PAP :

(TFU – 12 ) X 155

11) Penyulit atau penyerta ( seperti anemia, pre-eklampsia / eklampsia,

dan lain-lain).

2. Persalinan

a. Pengertian

1) Persalinan merupakan proses fisiologis normal yang diawali oleh

kontraksi dengan frekuensi lama serta nyeri yang meningkat, yang

memungkinkan pendataran dan pembukaan servik, sehingga janin

dapat melintas melewati jalan lahir dan selamat dilahirkan.

( Atlas tehnik kebidanan, 2007. hal. 21 )

2) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

a) Persalinan immaturus kurang dari 28 minggu, lebih dari 20

minggu dengan berat janin antara 500-1000 gram.

b) Persalinan prematurus adalah lahinya bayi yang dapat hidup

namun belum cukup bulan.berat janin antara 1000-2500 gram

atau usia kehamilan antara 28-36 minggu.

c) Partus postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi 2

minggu atau lebih dari waktu partus yang diperkirakan.

(Wiknjosastro, H. 2008. hal. 180).

3) Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik,dan

janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana

janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir.

(Saifuddin, AB. 2008, hal. 100).

4) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18

jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

(Saifuddin, AB. 2008, hal. 100).

5) Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia

kehamilan cukup bulan,letak memanjang atau sejajar sumbu badan

ibu, persentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala

bayi, dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri.pada

persalinan normal dapat berubah menjadi persalinan patologi

apabila kesalahan dalam penilaian kondisi ibu dan janin atau juga

akibat kesalahan dalam memimpin proses persalinan.

(Saifuddin, AB. 2008, hal. 450)

6) Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik,

lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu.

(Asuhan persalinan normal, halaman 2-1).

7) Persalinan adalah pengeluaran hasil suatu proses

pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hudup dari dalam

uterus melalui vagina kedunia luar.(Sarwono

Prawirohardjo, 2008. hal 180)

b. Etiologi

Sampai sekarang sebab-sebab mulai timbulnya persalinan tidak

diketahui dengan jelas, banyak teori yang dikemukakan antara lain :

Menurut (Wiknjosastro, 2008 hal 181) beberapa teori mengemukakan

etiologi dari persalinan adalah :

1) Penurunan kadar hormon estrogen dan progesterone

2) Pengaruh prostaglandin

3) Struktur uterus

4) Sirkulasi uterus

5) Pengaruh saraf dan nutrisi

Sedangkan menurut (Sarwono Prawirohardjo, 2008. hal. 181) sebab

terjadinya persalinan masih menjdi teori yang kompleks.

1) Faktor-faktor humoral

2) Pengaruh prostaglandin

3) Struktur uterus

4) Sirkulasi uerus

5) Pengaruh syaraf dan nutrisi

c. Fisiologis persalinan

(Wiknjosastro, 2008 hal 181)

Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang

komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah

banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain

penurunan kadar hormon progesterone dan estrogen. Progesteron

merupakan penenang bagi otot – otot uterus. Menurunnya kadar

hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar

prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi myometrium.

Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan iskemi

otot – otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga

plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus

frankenhauser di belakang servik menyebabbkan uterus berkontraksi.

d. Tahap-Tahap Persalinan

Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:

1) Kala I

Disebut juga kala pembukaan dimulai dengan pembukaan serviks

sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks

disebabkan oleh his pesalinan/kontraksi. Tanda dan gejala kala I :

a. His sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit

b. Penipisan dan pembukaan serviks

c. Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah

Kala I dibagi dalam 2 fase:

a) Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan servik secara bertahap, pembukaan servik

kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung hingga 8 jam.

Prosedur dan diagnostik :

Untuk menentukan apakah persalinan sudah pada waktunya:

(Saifuddin AB. Buku acuan nasional pelayanan maternal dan

neonatal.2008) maka:

(1). Tanyakan riwayat persalinan :

Permulaan timbulnya kontraksi; pengeluaran pervaginam

seperti lendir, darah, dan atau cairan ketuban; riwayat

kehamilan; riwayat medik; riwayat social; terakhir kali

makan dan minum; masalah yang pernah ada.

(2). Pemeriksaan Umum :

Tanda vital, BB, TB, Oedema; kondisi puting susu;

kandung kemih.

(3). Pemeriksaan Abdomen :

Bekas luka operasi; tinggi fundus uteri; kontraksi;

penurunan kepala; letak janin; besar janin; denyut jantung

janin.

(4). Pemeriksaan vagina :

Pembukaan dan penipisan serviks; selaput ketuban

penurunan dan molase; anggota tubuh janin yang sudah

teraba.

(5). Pemeriksaan Penunjang :

Urine: warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain;

darah: Hb, BT/CT, dan lain-lain.

(6). Perubahan psikososial

Perubahan prilaku; tingkat energi; kebutuhan dan

dukungan.

b) Fase aktif

Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus umumnya meningkat

(kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih),

serviks membuka dari 4 cm ke 10 cm, biasanya kecepatan 1 cm

atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap ( 10 cm ) dan

terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan :

Penggunaan Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif

persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah

untuk :

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan

dengan menilai pembukaan serviks melalui

pemeriksaan dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan

secara normal. Dengan demikian , juga dapat

melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan

terjadinya partus lama

.

Halaman depan partograf untuk mencatat atau memantau :

(1). Kesejahteraan janin

Denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna air ketuban

(setiap pemeriksaan dalam), penyusupan sutura (setiap

pemeriksaan dalam).

(2). Kemajuan persalinan

Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam),

pembukaan serviks (setiap 4 jam), penurunan kepala

(setiap 4 jam).

(3). Kesejahteraan ibu

Nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan temperatur tubuh

(setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan protein (setiap 2

sampai 4 jam), makan dan minum.

2) Kala II (Kala Pengeluaran)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Wanita merasa hendak buang air besar karena tekanan pada

rektum. Perinium menonjol dan menjadi besar karena anus

membuka. Labia menjadi membuka dan tidak lama kemudian

kepala janin tampak pada vulva pada waktu his.

Pada primigravida kala II berlangsung 1,5-2 jam, pada multi 0,5-1

jam.

Tanda dan gejala kala II :

(a). Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

(b).Perineum terlihat menonjol.

(c). Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan

atau vaginanya.

(d).Ibu meraakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau

vaginanya.

(e). Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat emmbuka.

(f). Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

3) Kala III (Kala uri)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Wiknjosastro,

2008).

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai dengan lahirnya placenta

( 30 menit). Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus

uteri sepusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi

untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta

lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan plasenta keluar

spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (dorsokranial).

Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta)

membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Tanda – tanda pelepasan plasenta :

d. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.

e. Tali pusat memanjang

f. Semburan darah tiba – tiba

Manejemen aktif kala III :

Tujuannya adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih

efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III dan

mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan

penatalaksanaan fisiologis, serta mencegah terjadinya retensio

plasenta.

Tiga langkah manajemen aktif kala III :

g. Berikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu dua menit setelah

bayi lahir, dan setelah dipastikan kehamilan tunggal.

h. Lakukan peregangan tali pusat terkendali.

i. Segera lakukan massage pada fundus uteri setelah plasenta

lahir.

4) Kala IV (2 jam post partum)

Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitudo

60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh

interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan

membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan

pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran darah post

partum. Kekuatan his dapat dirasakan ibu saat menyusui bayinya

karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior

Tanda dan gejala kala IV : bayi dan plasenta telah lahir, tinggi

fundus uteri 2 jari bawah pusat.

Selama 2 jam pertama pascapersalinan :

Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan

perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama

dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala IV. Jika ada temua

yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian secara lebih

sering.

Lamanya persalinan pada primigravida dan multigravida :

Tabel 10. Lamanya persalinan pada primigravida dan multigravida

Primigravida Multigravida

Kala I 10 – 12 jam 6-8 jam

Kala II 1-1,5 jam 0,5-1 jam

Kala III 10 menit 10 menit

Kala IV 2 jam 2 jam

Jumlah

(tanpa memasukkan kala IV

yang bersifat observasi)

12-14 jam 8-10 jam

e. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Power : His dan tenaga mengejan.

2) Passage : Ukuran panggul dan otot-otot persalinan.

3) Passenger : Terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban.

4) Personality (kepribadian) : yang diperhatikan kesiapan ibu dalam

menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi selama proses

persalinan.

5) Provider (penolong) : dokter atau bidan yang merupakan tenaga

terlatih dalam bidang kesehatan. (Wiknjosastro, 2008).

f. Mekanisme persalinan

1) Pengertian

Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu

bagian dari bagian depan janin terhadap jalan lahir.

Hipomoklion adalah titik putar atau pusat pemutaran.

2) Mekanisme persalinan letak belakang kepala

a. Engagement (fiksasi) = masuk

Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar (diameter

Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala janin

mulai turun pada umur kehamilan kira-kira 36 minggu,

sedangkan pada multigravida pada kira-kira 38 minggu,

kadang-kadang baru pada permulaan partus. (Wiknjosastro,

2008, h.129). Engagement lengkap terjadi bila kepala sudah

mencapai Hodge III. Bila engagement sudah terjadi maka

kepala tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga posisinya

seolah-olah terfixer di dalam panggul, oleh karena itu

engagement sering juga disebut fiksasi. Pada kepala masuk

PAP, maka kepala dalam posisi melintang dengan sutura

sagitalis melintang sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong.

Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis

akan tetap berada di tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi

kenyataannya, sutura sagitalis dapat bergeser kedepan atau

kebelakang disebut Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2

jenis:

- Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura

sagitalis bergeser mendekati promontorium.

- Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura

sagitalis mendekati symphisis.

Gambar 26. Engagement

b. Descensus = penurunan

Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor-

faktor yng mempengaruhi descensus : tekanan air ketuban,

dorongan langsung fundus uteri pada bokong janin, kontraksi

otot-otot abdomen, ekstensi badan janin.

Gambar 27. Penurunan kepala

c. Fleksi

Ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum

sehingga lingkaran kepala menjadi mengecil suboksipito

bregmatikus (9,5 cm). Fleksi terjadi pada waktu kepala

terdorong His kebawah kemudian menemui jalan lahir. Pada

waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas

mendapat dorongan, maka kepala bergerak menekan ke

bawah.

Gambar 28. Fleksi

d. Putaran Paksi Dalam (internal rotation)

Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun -

ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor

yang mempengaruhi : perubahan arah bidang PAP dan PBP,

bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulat dan

lonjong.

Gambar 29. Putaran paksi dalam

e. Ekstensi

Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor

yang menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan

panggul sebelah depan lebih pendek dari pada yang belakang.

Pada waktu defleksi, maka kepala akan berputar ke atas

dengan suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion)

dibawah symphisis sehingga berturut – turut lahir ubun –

ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.

Gambar 30. Ekstensi

f. Putaran paksi luar (external rotation)

Ialah berputarnya kepala menyesuaikan kembali dengan

sumbu badan (arahnya sesuai dengan punggung bayi).

Gambar 31. Putaran paksi Luar

g. Expulsi : lahirnya seluruh badan bayi.

Gambar 32. Ekspulsi

(Sarwono,2008)

g. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala persalinan yaitu :

Kala I

1) His sudah teratur dan frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit

2) Penipisan dan pembukaan servik

3) Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah.

Kala II

1) Ibu ingin meneran/mengejan

2) Perineum menonjol

3) Vulva dan anus membuka

4) Meningkatnya pengeluaran lendir

5) Kepala telah turun pada dasar panggul

Kala III

1) Tali pusat memanjang, terasa adanya pelepasan plasenta

2) Semburan darah tiba-tiba

Kala IV

Tingginya fundus uteri sepusat atau 1 jari dibawah pusat

(Asuhan Persalinan Normal, 2008 hal : 3-2)

h. Prosedur Diagnostik

Untuk menentukan persalinan sudah pada waktunya adalah :

(Saifuddin, AB. 2008 hal : 106)

1) Tanyakan :

a) Permulaan timbulnya kontraksi

b) Pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah, dan atau cairan

ketuban

c) Riwayat kehamilan

d) Riwayat medik

e) Riwayat sosial

f) Terakhir kali makan dan minum

g) Masalah yang pernah ada

2) Pemeriksaan Umum :

a) Tanda vital, BB, TB. Oedema

b) Kondisi puting susu

c) Kandung kemih

3) Pemeriksaan Abdomen :

a) Bekas luka operasi

b) Tinggi Fundus Uteri

c) Kontraksi

d) Penurunan Kepala

e) Letak janin

f) Besar janin

g) Denyut jantung janin

4) Pemeriksaan vagina :

a) Pembukaan dan penipisan servik

b) Selaput ketuban penurunan dan molase

c) Anggota tubuh janin yang sudah teraba

5) Pemeriksaan Penunjang :

a) Urine : warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain

b) Darah : Hb, BT/CT, dan lain-lain.

i. Asuhan dalam persalinan

Tujuan Asuhan Persalinan :

Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat

kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya

yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip

keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang

optimal (Asuhan persalinan normal, 2008, hal. xiii)

Kala I

1) Memberikan dorongan emosional

Anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk

mendampingi ibu selama proses persalinan

2) Membantu pengaturan posisi

Anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu

berganti posisi. Ibu boleh berdiri, berjalan-jalan, duduk, jongkok,

berbaring miring, merangkak dapat membantu turunnya kepala

bayi dan sering juga mempersingkat waktu persalinan

3) Memberikan cairan / nutrisi

Makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan

memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Apabila

dehidrasi terjadi dapat memperlambat atau membuat kontraksi

menjadi tidak teratur dan kurang efektif.

4) Keleluasaan ke kamar mandi secara teratur

Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih sering

jika ibu ingin berkemih. Jika kandung kemih penuh dapat

mengakibatkan :

a) Memperlambat penurunan bagian terendah janin dan

mungkin menyebabkan partus macet

b) Menyebabkan ibu merasa tidak nyaman

c) Meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang

disebabkan oleh atonia uteri

d) Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu

e) Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan

5) Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi sangat penting dalam penurunan kesakitan

dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan ketrampilan

menjelaskan prosedur pencegahan infeksi yang baik melindungi

penolong persalinan terhadap resiko infeksi

6) Pantau kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan

sesuai partograf

(Asuhan Persalinan Normal, 2008, hal : 2-5)

Kala II

1) Berikan terus dukungan pada ibu

2) Menjaga kebersihan ibu

3) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan

atau ketakutan ibu

4) Mengatur posisi ibu

5) Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk

berkemih

6) Berikan cukup minum terutama minuman yang manis

7) Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk

mengambil nafas diantara kontraksi

8) Perikda DJJ setiap selesai kontraksi

9) Minta ibu mengedan saat kepala bayi nampak divulva

10) Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu

cepat

11) Tahan perineum dengan satu tangan yang lain

12) Jika kepala telah lahir, usap dengan kasa dari lendir dan darah

13) Periksa adanya lilitan tali pusat

14) Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan

sendirinya

15) Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi

16) Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk melahirkan

bahu anterior lalu keatas untuk melahirkan bahu posterior.

17) Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian

dengan tangan yang lain menyusuri badan bayi sampai

seluruhnya lahir.

18) Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai

pernafasannya (Score APGAR) dalam menit pertama

19) Lakukan pemotongan tali pusat

20) Pastikan bayi tetap hangat

Kala III

1) Pastikan tidak ada bayi yang kedua

2) Berikan oksitosin 10 IU dalam 2 menit pertama segera setelah

bayi lahir.

3) Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan

menegangkan tali pusat sementara tangan kiri dengan arah

dorsokranial mencengkram uterus.

4) Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik

tali pusat kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir

sampai plasenta nampak divulva lalu tangan kanan menerima

plasenta kemudian memutar kesatu arah dengan hati-hati

sehingga tidak ada selaput plasenta yang tertinggal dalam jalan

lahir

5) Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase

fundus uteri untuk menimbulkan kontraksi

6) Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya

7) Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina

hingga perineum. Lakukan perbaikan/penjahitan jika diperlukan.

Kala IV

1) Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman

2) Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah

dehidrasi

3) Berikan bayinya pada ibu untuk disusui

4) Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada

jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.

5) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :

a) Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan

kontraksi.

b) Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

6) Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pertama

Tanda-tanda bahaya dalam persalinan (Abdul Bari Saefudin, 2008)

Tabel 11. Tanda-tanda bahaya dalam Persalinan

ParameterTemuan

AbnormalTindakan Mandiri

Tindakan

dengan dokter

Tekanan

darah

>140/90 mmHg

dengan sedikitnya

tanda/gejala

preeklampsia

Rujuk ibu dengan

membaringkan

ibu miring kekiri

sambil diinfus

Sama seperti

tanpa dokter

Temperatur >38ºC Kompres,

rehidrasi, rujuk

Sama seperti

tanpa dokter

Nadi >100 ×/menit Rehidrasi, rujuk Sama seperti

tanpa dokter

DJJ <100×/menit atau

>180×/menit

Rehidrasi, ganti

posisi ibu tidur

terlentang atau

miring kekiri

Sama seperti

tanpa dokter

Kontraksi <3×/10 menit,

berlangsung <40

detik dan waktu

palpasi lemah

Ambulasi, ubah

posisi, kosongkan

kandung kemih

jika perlu dengan

kateterisasi.

Lakukan stimulasi

Sama seperti

tanpa dokter

putting susu,

berikan makan

minum, jika

partograf

melewati garis

waspada rujuk

Serviks Partograf

melewati garis

waspada

Rehidrasi, rujuk Sama seperti

tanpa dokter

Cairan amnion terdapat

mekonium, darah

dan berbau

Tetap monitor

DJJ, antisipasi

bayi, mengisap

lendir saat lahir.

Rehidrasi, rujuk

dengan posisi

miring kekiri dan

berikan antibiotik

Sama seperti

tanpa dokter

Urin Volume sedikit

dan pekat

Rehidrasi, jika

tidak ada

kemajuan setelah

4 jam, periksa dan

lakukan rujukan

Sama seperti

tanpa dokter

Penggunaan Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.(APN, 2008

hal 55).

Tujuan utama dan penggunaan partograf adalah untuk:

(APN, 2008 hal 55)

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan

demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan ter adinya

partus lama.

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi

bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa

yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik

dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan

secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi barn

lahir.

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan

membantu penolong persalinan untuk: (APN,2008 hal 55)

a. Mencatat kemajuan persalinan

b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya

c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran

d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan

e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik

yang sesuai dan tepat waktu.

Partograf harus digunakan: (APN,2008 hal 55)

a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan

elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk

semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat

membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan

membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun

yang tidak disertai dengan penyulit.

b. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas,

klinik bidan swasta, rumah sakit, d1l).

c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan

persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri,

Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran).

Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu

dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu

Berta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam

keselamatan jiwa mereka. (APN,2008 hal 55).

A. Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu Persalinan

Seperti yang sudah dibahas di awal bab ini, kala satu persalinan

terdiri dan dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif yang diacu pada

pembukaan serviks: (APN,2008 hal 55).

1. Fase laten : Pembukaan serviks kurang dan 4 cm

2. Fase aktif : Pembukaan serviks dan 4 sampai 10 cm

Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan

harus dicatat. Hal ini dapat direkam secara terpisah, baik di catatan

kemauan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil.

Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan

selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus

dicatatkan. (APN,2008 hal 56).

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara

seksama, yaitu: (APN,2008 hal 56)

a. Denyut jantung janin: setiap 1/2jam

b. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 1/2 jam

c. Nadir setiap 1/2 j am

d. Pembukaan serviks: setiap 4 jam

e. Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam

f. Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam

g. Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam

Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu

dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai

apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan.

Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama,

nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak

ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan

instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur,

intensitasnya makin k-uat dan frekuensinya meningkat. Apabila asuhan

persalinan dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh

meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam

kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi

kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi

kontraksi. (APN,2008 hal 56)

Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten

berlangsung lebih dan 8 jam. (APN,2008 hal 56)

B. Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan: Partograf

Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai

pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk

mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu:

(APN,2008 hal 56)

Informasi tentang ibu:

1. Nama, umur;

2. Gravida, para, abortus (keguguran);

3. Nomor catatan medik/nomor puskesmas;

4. Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan

waktu penolong persalinan mulai merawat ibu);

5. Waktu pecahnya selaput ketuban.

Kondisi janin:

a. DJJ;

b. warna dan adanya air ketuban;

c. penyusupan (molase) kepala janin.

Kemajuan persalinan:

a. pembukaan serviks;

b. penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;

c. garis waspada dan garis bertindak.

Jam dan waktu:

a. waktu mulainya fase aktif persalinan;

b. waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

Kontraksi uterus:

a. frekuensi dan lamanya.

b. lama kontraksi (dalam detik)

Obat-obatan dan cairan yang diberikan:

a. oksitosin;

b. obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

Kondisi ibu:

a. nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh;

b. urin (volume, aseton atau protein).

Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat

dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan

persalinan). (APN,2008 hal 56)

C. Mencatat temuan pada Partograf

1. Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat

memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai:

'jam atau pukul' pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu

datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.

(APN,2008 hal 57)

2. Kondisi janin (APN,2008 hal. 57)

Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan

denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala

janin).

a. Denyut jantung janin (APN,2008 hal 57)

Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan

pada bagian Pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat

denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika

ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas

partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di

sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan

memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang

menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan

titik lainnya dengan garis dan bersambung. (APN,2008 hal 57)

Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara

garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong

harus waspada bila DJJ mengarah hingga di bawah 120 atau di

atas 160. Lihat Tabel 2-1 untuk tindakantindakan segera yang

harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat

tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di

salah satu clan kedua sisi partograf. (APN,2008 hal 58)

b. Warna dan adanya air ketuban (APN,2008 hal 58)

Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa

dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.

Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur

DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:

a. U : selaput ketuban utuh (belum pecah)

b. J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

c. M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium

d. D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

darah

e. K: selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak

mengalir lagi ("kering")

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu

menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium,

pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda

gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda

gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180 kali per

menit) maka ibu harus segera dirujuk. (APN,2008 hal 58)

Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu

ke tempat yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat

darurat obstetri dan bayi baru lahir. (APN,2008 hal 58)

c. Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian

keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan

atau tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan

risiko disproporsi kapala-panggul (CPD). Ketidak-mampuan

untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui

derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat

sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk

dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul

maka penting untuk tetap memantau kondisi janin Berta

kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal

yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-

panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan. (APN,2008 hal

58)

Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan

antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di

kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. (APN,2008 hal

58)

Gunakan lambang-lambang berikut ini: (APN,2008 hal 58)

0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat dipalpasi

1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi

masih dapat dipisahkan

3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan

Kemajuan Persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk

pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0 – 10 yang tertera di

kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setup

angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan

centimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.

Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain

untuk menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm.

Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian

terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan

metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

(Menentukan Penurunan Janin). Setiap kota segi empat atau

kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatan waktu

pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus dan

frekuensi nadi ibu. (APN,2008 hal 59)

1. Pembukaan serviks (APN,2008 hal 59)

Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di

bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat

pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika

ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif

persalinan, catat pada partograf setiap temuan dan setiap

pemeriksaan. Tanda 'X' hares dicantumkan di garis waktu

yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.

Perhatikan: (APN,2008 hal 59)

a. Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks

yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada

fase aktif persalinan yang diperoleh dan hasil periksa

dalam.

b. Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan,

temuan (pembukaan serviks) dan hasil periksa dalam

harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang

sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan

cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau titik silang garis

dilatasi serviks dan garis waspada

c. Hubungkan tanda 'X' clan setiap pemeriksaan dengan

garis utuh (tidak terputus).

Contoh: Perhatikan contoh partograf untuk Ibu

Rohati

Pada pukul 17. 00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu

ada dalam fase aktif Pembukaan serviks dicatat di

"garis waspada" dan waktu pemeriksaan tuIiskan di

bawahnya. (APN,2008 hal 59)

2. Penurunan bagian terbawah janin

Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di

bagian Pemeriksaan Fisik. Setiap kali melakukan periksa

dalam (setiap 4 jam), atau lebih Bering (jika ditemukan

tanda-tanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan

penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa

jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga

panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan

serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah

janin. Tapi adakalanya, penurunan bagian terbawah janin

baru ter adi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.

(APN,2008 hal 60)

Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dan

0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan

serviks. Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu

yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi

kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda

"0" di garis angka 4. Hubungkan tanda '0' dan setiap

pemeriksaan dengan garis tidak terputus.(APN,2008 hal 60)

Contoh: catatan penurunan kepala pada partograf untuk Ibu

Rohati

Pada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5

Pada pukul 2 1. 00 penurunan kepala 1/5

3. Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4

cm dan berakhir pada titik di mana lengkap diharapkan

terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan

selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.

Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis

waspada (pembukaan kurang dan 1 cm per jam), maka

harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif

yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik,

d1l.). Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi

bermanfaat yang diperlukan, misalnya: persiapan rujukan ke

fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas)

yang memiliki kemampuan untuk menatalaksana penyulit

dan gawat darurat obstetri. Garis bertindak tertera sejajar

dan di sebelah kanan (bedarak 4 jam) garis waspada. Jika

pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah

kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu

dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.

Sebaiknya, Ibu harus sudah berada di tempat rujukan

sebelum garis bertindak terlampaui. (APN,2008 hal 61)

Jam dan waktu

1. Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan

Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan

penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12.

Setiap kotak menyatakan sate jam sejak dimulainya fase

aktif persalinan. (APN,2008 hal 61)

2. Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian

Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif,

tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat

pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu

jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga

puluh menit yang berhubungan dengan lajur untuk

pencatatan pembukaan serviks. DJJ di bagian atas dan

lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah. Saat ibu

masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan

pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan

waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang

sesuai. (APN,2008 hal 61)

Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan

pembukaan serviks adalah 6cm pada pukul 15.00,

cantumkan tanda X di garis waspada yang sesuai dengan

lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri

dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di

bawah lajur pembukaan (kotak ketiga dan kiri).

(APN,2008 hal 61)

Kontraksi uterus

Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak

dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar

kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu

kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah

kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam

satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi

dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak

kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka

yang mencenninkan temuan dan hasil pemeniksaan

kontraksi. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3

kontraksi dalam waktu satu kah 10 menit, maka lakukan

pengisian pada 3 kotak kontraksi. (APN,2008 hal 61)

Nyatakan lamanya kontraksi dengan:

Beri titi-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi lamanya kurang dari 20 detik.

Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lamanya 20 – 40 detik

Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi

yang lamanya lebih dari 40 detik.

Dalam waktu 30 menit pertama terjadi dua

kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 20

detik

Dalam waktu 30 menit kelima terjadi tiga kontraksi

dalam waktu 10 menit dan lamanya menjadi 20-40 detik

Dalam waktu 30 menit ketujuh terjadi lima kontraksi

dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik

(APN,2008 hal 63)

Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit dalam

5

4

3

2

1

0

persalinan aktif (APN,2008 hal 62)

INGAT:

1. Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama

fase laten dan setiap 30 menit selama fase aktif.

2. Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit

observasi

3. Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai:

< 20 detik 20-40 detik > 40 detik

4. Catat temuan-temuan di kotak yang sesuai dengan waktu

penilaian.

(APN,2008 hal 62)

Obat-obatan dan cairan yang diberikan (APN,2008 hal 63)

Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur

kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.

1. Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan

setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume

cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.

2. Obat-obatan lain dan cairan IV

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau

cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

Kondisi Ibu (APN,2008 hal 63)

Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan

partograf, terclapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan

dan kenyamanan ibu selama persalinan.

1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh (APN,2008 hal 63)

Angka di sebelah Uri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi

dan tekanan darah ibu.

a. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif

persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri

tanda titik (•) pada kolom waktu yang sesuai

b. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif

persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri

tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai:

c. Nilai clan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi

peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam

clan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.

2. Volume urin, protein atau aseton (APN,2008 hal 63)

Ukur clan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap

2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali

ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.

Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan

klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah

tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu

saat membuat catatan persalinan. (APN,2008 hat 63)

Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:

a. Jumlah cairan per oral yang diberikan

b. Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur

c. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin,

bidan, dokter umum)

d. Persiapan sebelum melakukan rujukan

e. Upaya Rujukan

INGAT: (APN,2008 hal 64)

1. Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks

kurang dari 4 cm. Biasanya fase laten berlangsung tidak lebih

dari 8 jam.

2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pemeriksaan selama

fase laten persalinan pada catatan kemajuan persalinan yang

dibuat secara terpisah atau pada kartu KMS.

3. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks

dan 4 sampai 10 cm. Biasanya pembukaan serviks selama fase

aktif sedikitnya 1 cm/jam.

4. Saat persalinan maju dan fase laten ke fase aktif, catatkan hasil

periksa dalam (pembukaan serviks) pada garis waspada di

partograf.

5. Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan, langsung

catatkan pembukaan serviks pada garis waspada.

6. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks

umumnya tidak akan melewati garis waspada.

D. Pencatatan pada lembar belakang Partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat

hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta

tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi

baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan.

Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas

(terutama pada kala empat persalinan) untuk memungkinkan penolong

persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik

yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting, terutama untuk membuat

keputusan klinik (misalnya, pencegahan perdarahan pada kala IV

persalinan). Selain itu, catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat

digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan

persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan. (APN,2008 hal 64)

Catatan persalinan adalah terdiri dan unsur-unsur berikut:

(APN,2008 hal 64)

a. Data atau Informasi Umum

b. Kala I

c. Kala 11

d. Kala III

e. Bayi baru lahir

f. Kala IV

Cara pengisian:

Berbeda dengan pengisian halaman depan (harus segera diisi di

setiap pemeriksaan), pengisian data di lembar belakang partograf baru

1. Tanggal: .......................................................................................

2. Nama bidan...................................................................................3. Tempat persalinan:.......................................................................

Rumah Ibu PuskesmasPolinde Rumah SakitKlinik Swasta Lainnya: .......................................................

4. Alamat tempat persalinan.............................................................

5. Catatan: rujuk, kala: I/II/111/IV...................................................

6. Alasan merujuk.............................................................................7. Tempat rujukan.............................................................................8. Pendamping pada saat merujuk-...................................................

bidan temansuami dukun

9. partograf melewati garis bahaya : Y/T………………………........10. Masalah lain, sebutkan : ………………………………………….11. Penatalaksanaan masalah tersebut ……………………….………12. Hasilnya : …………………………………………………………

dilengkapi setelah seluruh proses persalinan selesai Informasi yang

dicatatkan di halaman belakang partograf akan meliputi unsur-unsur beikut

ini: (APN,2008 hal 64)

Data dasar

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,

alamat tempat persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan

pendamping pada saat merujuk. Isikan data pada masing-masing tempat

yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di

samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 5,lingkari jawaban

yang sesuai dan untuk pertanyaan nomor8 jawaban bisa lebih dari satu.

(APN,2008 hal 67) Data dasar yang perlu dipenuhi adalah sebagai berikut:

Kala I

Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang Partograf saat

melewati garis waspada, masalah-masalah lain yang timbul,

penatalaksanaannya, dan basil penatalaksanaan. tersebut. Untuk

pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan lainnya

hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam persalinan.

Pertanyaan pada kala I adalah sebagai berikut: (APN,2008 hal 67)

Kala II

Kala II terdiri dan episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,

distosia bahu, masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya. Beri

tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Bila

pertanyaan nomor 13, jika jawabannya "Ya", tulis indikasinya. Untuk

nomor 15 dan 16 jika jawabannya "Ya", isi jenis tindakan yang

dilakukan. Khusus pada nomor 15 tambahkan ruang barn untuk

menekankan upaya deteksi dini terhadap gangguan kondisi kesehatan

janin, atau tidak dapat dievaluasi). Bagian ini dapat menjadi pelengkap

bagi informasi pada kotak 'Ya' maupun 'Tidak' untuk pertanyaan nomor

15. Jawaban untuk pertanyaan nomor 14, mungkin lebih dan 1. Untuk

`masalah lain' pada normor 17 hares dijelaskan jenis masalah yang

terjadi. (APN,2008 hal 68)

Kala III

WaktuTekanan

darahNadi Suhu

Tinggi fundusUteri

Kontraksiuterus

Kandungkemih

Perdarahan

Data untuk Kala III terdiri dari lamanya kala 111, pemberian oksitosin,

penegangan tali pusat terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan

plasenta saat dilahirkan, retensio plasenta yang > 30 menit, laserasi,

atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan

hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda

pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25,26 dan 28

lingkari jawaban yang benar. (APN,2008 hal 69)

perdarahan pascapersalinan. Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15

menit dalam I jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit

pada satu jam berikutnya. Isikan hasil pemeriksaan pada kolom atau

ruang yang sesuai. Bila timbul masalah selama kala IV, tuliskan jenis

dan cara menangani masalah tersebut pada bagian masalah kala IV dan

bagian berikutnya. Bagian yang digelapkan tidak usah diisi. (APN,2008

hal 70)

Tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.

Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai

deteksi dini risiko atau kesiapan penolong mengantisipasi komplikasi

Catatan semua temuan selama persalinan kala empat di bagian ini:

(APN,2008 hal 71)

Masalah kala IV: .................................................................................

Penatalaksanaan masalah tersebut-

Hasilnya-

3. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL) adalah asuhan yang diberikan

pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran walaupun

sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses

tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka

penatalaksanaan suatu persalinan baru dikatakan berhasil apabila

selama ibu dan bayi yang dilahirkannya juga dalam kondisi yang

optimal. (Buku Panduan Praktis Yankes Maternal dan Neonatal, 2008).

Neonatal adalah masa bayi selama 28 hari pertama setelah bayi

lahir (usia 0-28 hari). (Pusdiknakes, 2008)

b. Fisiologi

Saat bayi dilahirkan dan sirkulasi fetoplasenta berhenti

berfungsi, bayi mengalami perubahan fisiologis yang besar sekali dan

sangat cepat. Segera setelah pola pernafasan bergeser dari satu

inspirasi episodic dangkal menjadi pola inhalasi lebih dalam dan

teratur.

Neonatus mulai bernafas dan menangis segera setelah lahir

yang menunjukkan terbentuknya mekanisme pada thoraks sewaktu

melalui jalan lahir. Penurunan kadar oksigen dan kenaikan

karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis (stimulasi

kimiawi) dan rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang

permulaan gerakan pernafasan (stimulasi sensorik).

Dengan terpotongnya tali pusat bayi maka sirkulasi plasenta

terhenti. Aliran darah ke atrium kanan menurun sehingga tekanan

jantung menurun, tekanan darah di aorta hilang sehingga tekanan

jantung kiri meningkat. Paru-paru mengalami retensi dan aliran darah

keparu-paru meningkat yang menyebabkan tekanan ventrikel kiri

meningkat. Hal tersebut mengakibatkan duktus botalii tidak berfungsi

dan foramen ovale menutup.

Dalam 24 jam pertama neonatus akan mengeluarkan tinja yang

berwarna hijau kehitam-hitaman. Ini dinamakan mekonium. Frekuensi

pengeluaran tinja pada neonatus dipengaruhi oleh pemberian makanan

atau minuman. Enzim pada saluran pencernaan biasanya sudah ada

pada neonatus kecuali enzim amilase.

Enzim hepar pada neonatus belum aktif betul misalnya enzim

G6PD yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sehingga neonatus

memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.

Neonatus memiliki luas permukaan tubuh yang luas sehingga

metabolisme perkilogram berat badannya besar. Pada jam-jam

pertama, energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada hari

kedua energi berasal dari pembakaran lemak.

Apabila neonatus mengalami hipotermia, tubuhnya akan

mengadakan penyesuaian suhu terutama dengan cara pembakaran

cadangan lemak coklat yang memberikan energi lebih banyak dari

pada lemak biasa.

Hormon yang didapatkan dari ibu masih berfungsi, hal ini

terlihat dari adanya pembesaran kelenjar mammae, kadang-kadang

adanya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai darah haid.

Ginjal pada neonatus baru bisa memproses air yang didapat

setelah 5 hari kelahiran. Ginjal pada neonatus belum sepenuhnya

berfungsi karena jumlah nefronnya masih belum sebanyak orang

dewasa dan tidak seimbangnya antara luas permukaan glomerulus dan

volume tubulus proksimal. Aliran darah ginjal pada neonatus relatif

kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.

c. Penilaian Klinik

Tujuannya adalah mengetahui derajat vitalitas dan mengukur

reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi adalah

kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan

kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti

pernapasan, denyut jantung, sirkulasi dan refleks-refleks primitif

seperti menghisap dan mencari putting susu.

d. Penanganan bayi baru lahir

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah:

1) Membersihkan jalan napas

2) Memotong dan merawat tali pusat

3) Mempertahankan suhu tubuh bayi

4) Identifikasi

5) Pencegahan infeksi

Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata dan

identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam

keadaan kritis dan dokter memberikan instruksi khusus.

e. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi baru lahir

Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan sistem nilai APGAR/Apgar

Score yaitu:

Tabel 12. Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan sistem nilai

APGAR/Apgar Score

NoAspek Yang

Dinilai

Nilai

0 1 2

1

2

3

4

5

Apperence

(Penampilan)

Pulse (Denyut

jantung)

Grimace (Reaksi

terhadap

rangsangan)

Activity (Otot)

Respiration

(Pernafasan)

Biru/pucat

Tidak ada

Tidak ada

Lemas

Tidak

bernafas

Badan merah,

ekstremitas

biru

Tidak teratur

<100x/mnt

Menyeringai

Fleksi sedikit

Lemah

Seluruh badan dan

ekstremitas merah

Teratur >100x/mnt

Menangis kuat

Aktifitas kuat

Teratur

Batasan normal ukuran kepala :

1) Diameter suboksipito – bregmatika (± 9,50 cm), bila dilahirkan

dalam presentasi belakang kepala.

2) Diameter oksipito – frontalis (± 11,75 cm), bila dilahirkan dalam

presentasi puncak kepala.

3) Diameter oksipito – mentalis (± 13,50 cm), bila dilahirkan dalam

presentasi dahi.

4) Diameter submento – bregmatikus (± 9,50 cm), bila dilahirkan

dalm presentasi muka.

5) Diameter biparietalis (± 9,50 cm).

6) Diameter bitemporalis (± 8 cm)

Disamping diameter-diameter yang merupakan garis lurus

terdapat sirkumferensia yang merupakan ukuran lingkaran pada bidang

yang bersangkutan, dinamakan :

1) Sirkumferensia suboksipito – bregmatikus (32 cm)

2) Sirkum ferensia submento – bregmatikus (± 32 cm)

3) Sirkumferensia oksipito – frontalis (± 34 cm)

4) Sirkumferensia mento – oksipitalis (± 35 cm)

Letak, presentasi, posisi dan sikap badan janin:

1) Letak janin ialah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu

ibu, yaitu letak memanjang, letak lintang atau letak oblik (miring)

2) Sikap badan (attitude) hubungan bagian-bagian janin terhadap

sumbunya, khususnya terhadap tulang punggungnya, misalnya

fleksi.

3) Presentasi ialah bagian janin yang ada dibawah uterus, misalnya

presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan

presentasi muka.

4) Posisi ialahuntuk menetapkan apakah bagian janin yang ada di

bawah uterus sebelah kiri,sebelah kanan, sebelah belakang atau

depan terhadap sumbu tubuh ibu, misalnya ubun-ubun kiri depan.

Menilai refleks pada bayi :

a. Refleks babinski : menggores permukaan plantar kaki dengan

benda runcing, (+) bila ibu jari akan terangkat, jari lainnya

meregang.

b. Refleks rooting : menyentuhkan sesuatu ke sudut mulut. (+) bila

bayi menengok ke arah rangsangan dan berusaha memasukannya

ke dalam mulut.

c. Refleks suching : (+) bila bayi menghisap kuat.

d. Grasp refleks : meletakkan sesuatu di telapak tangan bayi, (+) bila

bayi menggenggam benda yang diletakkan pada telapak tangan.

e. Refleks moro : mengejutkan bayi, (+) bila kaget disertai lengan

direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan tangan disertai

gerakan lengan adduksi dan fleksi.

f. Refleks tonic neck : menengokkan kepala bayi ke kiri/ ke kanan,

(+) bila kepala ditengokkan ke kanan, (+) bila kepala ditengokkan

ke kanan, anggota gerak bagian kanan akan melakukan ekstensi

dan anggota gerak lainnya melakukan fleksi.

g. Refleks plantar grasp : meletakkan sesuatu pada telapak kaki bayi,

(+) bila terjadi fleksi pada jari – jari kaki.

h. Refleks palmar grasp : meletakkan sesuatu pada telapak tangan

bayi, (+) bila terjadi felksi pada jari – jari tangan.

Pemeriksaan fisik :

a. Kepala

1) Lingkar kepala oksipito – frontal harus selalu diukur dan

dicatat pada semua neonatus.

2) Deteksi apakah ada caput suksedanum (cairan efusion terletak

di atas periosteum dan terdiri dari cairan edema, melewati batas

sutura, tidak tamapk jelas), atau sefalohematoma (cairan yang

berupa darah terletak di bawah periosteum dan tidak melewati

sutura, tamapk jelas dan lembek jika diraba).

3) Sutura tulang tengkorak harus diperiksa untuk melihat apakah

sutura melebar atau tumapng tindih. Fontanella yang terbuka

penuh menunjukkan adanya kenaikan tekanan intrakranial

(TIK) yang bisa disebabkan oelh perdarahan intrakranial,

edema otak, atau hidrosefalus.

4) Periksa adanya massa massa di garis tengah yang keluar dari

tulang kepala mungkin suatu omfalokel dan perlu pemeriksaan

yang lengkap.

5) Ubun – ubun yang cekung menandakan bayi dehidrasi dan

terlalu cembung disertai badan demam menandakan bayi

terkena infeksi.

b. Mata

6) Adanya perdarahan subkonjungtiva, mata yang menonjol,

katarak, kesimetrisan kedua mata, keluarnya sekret mata,

pergerakan kelopak mata yang seimbang.

c. Telinga

1) Posisi, rotasi dan letak telinga harus dicatat. Letak telinga yang

lebih rendah harus cepat diperiksa dengan teliti kemungkinan

adanya tanda dismorfik lainnya.

2) Pada bayi sangat prematur, pinnanya pendek, datar, dan mudah

terlipat ke belakang.

3) Pada bayi matur, heliks luar dari pinna akan membentuk

kurvatura yang jelas.

4) Telinga harus diamati dengan teliti untuk memastikan tidak ada

kelainan pada kanalis auditoris eksterna.

d. Mulut

Pemeriksaan yang harus diperiksa meliputi lengkung palatum dan

bibir (labioskisis atau labiognatopalatoskisis), bentuk dan gerakan

lidah, adanya massa abnormal di daerah mulutdan faring

membutuhkan perhatian segera terhadap kemungkinan terjadi

obstruksi jalan nafas.

e. Leher

Apakah ada gumapalan atau pembengkakan pada leher, deteksi

adanya kemungkinan hematoma sternokleidomastoideus, duktus

tiroglosus, higroma koli.

f. Dada

1) Bentuk, pembesaran buah dada, adanya massa pada dinding

dada.

2) Pernafasan : nafas yang bunyi (grunting) terjadi karena udara

yang dikeluarkan bayi mengenai glotis yang tertutup sebagian

dan merupakan petunjuk terjadinya proses – proses yang

menyebabkan kolaps atau atelektasis. Stridor terjadi karena

berbagai sebab obstruksi jalan nafas, akan tetapi pada bayi

yang pernapasannya sangat lemah mungkin tidak terdengar

atau sulit didiagnosis.

3) Gerakan dinding dada yang asimetris pada pernafasan tterjadi

pada beberapa lesi diafragma atau ruangan intra pleura

unilateral. Retraksi supra sernal bisa terjadi pada distres

respirasi berat.

4) Mendengarkan suara jantung bayi dengan menggunakan

stetoskop, irama dan keteraturannya untuk mendeteksi kelainan

bunyi jantung, normal : 120 – 160 kali/menit.

5) Pernafasan normalnya : 40-60 kali/menit.

g. Abdomen

1) Inspeksi apakah ada pembesaran pada perut ( membuncit yang

terjadi kemungkinan karena pembesaran hati, limfe, tumor,

asites). Pembesaran hati tampak dari pemebesaran 1-2 cm di

bawah batas kosta kanan. Sedang limpa biasanya tidak teraba.

2) Hernia diafragmatika dapat menyebabkan abdomen

membentuk skapoid akibat protrusi isi abdomen ke dalam

rongga toraks. Usu yang tampak di permukaan usus

memberikan adanya obstruksi usus, khususnya bila terjadi

emesis bilius (muntah empedu)atau aspirat lambung.

3) Periksa tali pusat, jangan sampai terjadi pedarahan dari tali

pusat, bernanah, ataupun berbau. Permukaan tali pusat juga

perlu diperhatikan, warna kemerahan disertai suhu meningkat

merupakan tanda infeksi tali pusat.

h. Alat kelamin

1) Wanita : bila cukup bulan. labia mayora lebih menonjol

dibandingkan labia minora dan umumnya menutupi labia

minora. Tonjolan mukosa vagina umumnya tejadi karena

pengaruh hormonalibu terhadap janin. Pada bayi prematur,

labia minoranya lebih menonjol dan klitoris relatif mengalami

protusi ke dalam lipatan labia. Pada bayi wanita normalnya

gonad berada dalam kanalis inguinalis atau lipatan labia yang

tidak teraba.

2) Laki – laki : harus diperiksa apakah ada hipospadia atau

epispodia. Penis yang terlalu kecil menunjukkan

hipopituitarisme. Testis bayi laki – laki cukup umur biasanya

berada dalam kantong skrotum. Penurunan skrotum yang tidak

komplet dan testis pada kanalis inguinalis dapat diketahui

melalui palpasi.

3) Pastikan pula, bahwa tidak ada kelainan, misalnya bayi wanita

tidak mengalami maskulinisasi, atau bayi yang memiliki alat

kelamin dua, jenis kelamin tidak dapat ditentukan samapi

dilakukan pemeriksaan yang lebih komplit lagi.

i. Punggung

Punggung harus diinspeksi dan kolumna vertebralis harus

dipalpasi. Harus dicatat keabnormalannya seperti:

meningomielokel, skoliosis dan defek kulit pada linea mediana.

Deteksi pula adanya spina bifida, pilonidal sinus atau dimple.

j. Ekstremitas

Inspeksi yang cermat biasanya cukup untuk memastikan apakah

bentuk ekstremitas baik. Beberapa abnormalitas struktur yang jelas

atau pemendekkan anggota gerak dapat dievaluasi lebih lanjut

dengan palpasi dan pemeriksaan radigrafi. Harus dicatat juga

kontraktur sendi, asimetris, atau distorsi. Abnormalitas jari – jari

(pemendekkan, lancip, sindaktili, polidaktili), lipatan palmar,

hipoplasi kuku merupakan petunjuk penting adanya sindrom

dismorfik.

k. Anus

Diperhatikan apakah ada lubang pada anus atau tidak, ini bisa kita

tunggu sampai bayi mengeluarkan mekonium dalam 24 jam

(asuhan sayang bayi). Pastikan tidak terjadi atresia ani dan

obstruksi usus.

l. Kulit

1) Pada bayi prematur (usia kehamilan 23 –28 minggu) dengan

sedikit lemak subkutan, kulit bayi akan transulen dan terlihat

vena –vena superfisial. Karena stratum korneum sangat tipis,

kulit bayi prematur mudah terluka oleh karen atindakan atau

manipulasi yang tampaknya tidak berbahaya sehingga

menyebabkan kerusakan stratum korneum dan permukaan

kasar.

2) Saat usia kehamilan 35 –36 minggu bayi dilapisi verniks.

Lapisan verniks tipis muncul pada kehamilan matur dan

biasanya menghilang pada postmatur.

3) Bayi postmatur memiliki kulit seperti kertas dengan kerut –

kerut tajam pada badan dan ekstremitas. Pada bayi postmatur

juga terdapat kuku jari atau pengelupasan kulit pada distal

ekstremitas.

4) Kulit bayi juga ditumbuhi oleh lanugo, yang banyak terdapat

pada punggung.

5) Perlu diinspeksi seluruh kulit untuk mencari adanya tanda lahir,

ataupun bercak-bercak pada kulit seperti milia (papula

keputihan 1 –2 mm, umumnya ditemukan pada wajah bayi) dan

bercak mongol (suatu daerah hiperpigementasi yang tidak

menonjol (datar), lebih banyak terjadi di seluruh pantat atau

badan; umumnya terjadi pada bayi kulit hitam atau oriental.

f. Penatalaksanaan

1. Segera setelah bayi lahir, nilai pernafasannya. Letakkan bayi diatas

perut ibu

2. Keringkan bayi dengan kain bersih dan kering. Periksa ulang

pernafasan bayi

3. Klem tali pusat dengan 2 klem dan potong diantara kedua klem dan

pertahankan kebersihannya

4. Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi

dengan kulit ibu

5. Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi dengan

selimut hangat

6. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki bayi

setiap 15 menit

7. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya

8. Berikan obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk

mencegah penyakit karena klamidia

9. Hindari memandikan bayi dalam 24 jam pertama

10. Lakukan perawatan tali pusat :

a) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena

udara dan tutupi dengan kain bersih yang longgar

b) Cuci tali pusat dengan sabun dan air bersih lalu keringkan

sampai betul-betul kering

11. Ajarkan tanda-tanda bahaya dan segera rujuk apabila ditemukan

tanda bahaya

a) Pernafasan sulit atau > 60x/mnt

b) Hipotermi atau hipertermia

c) Hisapan lemah dan atau muntah

d) Tali pusat merah, bengkak, bernanah dan atau berbau busuk

e) Tidak buang air kecil dalam 24 jam, tinja lembek, kering serta

terdapat lendir dan darah dalam tinja

f) Aktivitas lemah, lunglai, atau kejang

12. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayinya sehari-hari

a) Berikan ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam mulai hari

kelima

b) Pertahankan bayi selalu dengan ibu

c) Jaga bayi selalu dalam keadaan bersih

d) Jaga tali pusat agar selalu bersih dan kering

e) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit

f) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi

g. Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatdaruratan

Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda

kegawatan/kelainan yang menunjukkan suatu penyakit. Bayi baru lahir

dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-

tanda berikut:

1. Sesak napas

2. Frekuensi pernapasan 60 kali/menit

3. Gerak retraksi di dada

4. Malas minum

5. Panas atau suhu badan bayi rendah

6. Kurang aktif

7. Berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum

Tanda-tanda bayi sakit berat

Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda-tanda berikut:

1. Sulit minum

2. Sianosis sentral (lidah biru)

3. Perut kembung

4. Periode apneu

5. Kejang/periode kejang-kejang kecil

6. Merintih

7. Perdarahan

8. Sangat kuning

9. Berat badan lahir < 1500 gram

h. Prognosa dan Komplikasi

Prognosis

Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin dalam uterus,

kualitas pengawasan antenatal, penyakit-penyakit yang diderita ibu

saat hamil serta penanganan persalinan dan perawatan sesudah lahir .

Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada neonatus yaitu :

a) Infeksi neonatal

b) Ikterus neonatal

c) Kesulitan bernafas

d) Perdarahan

e) Muntah

f) Sianosis

g) Kejang/tremor

h) Tidak mau menetek

a. Perubahan Patofisiologis dan Gambaran Klinik

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung pada kondisi janin

pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu

menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi.

Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor

pusat pernafasan agar terjadi „Primary Gasping“yang kemudian akan

berlanjut dengan pernafasan teratur (Jumes. 1958).

Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi

adaptasi bayi dapat mengatasinya. Bila terdapat gangguan pertukaran

gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan atau persalinan akan

terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi

fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.

Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apne disertai

dengan penurunan frekuensi jantung, selanjutnya bayi akan diikuti

pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat usaha bernafas ini

tidak nampak dan bayi selanjutnya berada pada periode kedua. Pada

tingkat ini disamping bradikardi ditemukan pula penurunan tekanan

darah. Disamping adanya perubahan klinis akan terjadi pula gangguan

metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi.

b. Tanda dan Gejala

1. Pernafasan cuping hidung.

2. Pernafasan cepat.

3. Nadi cepat.

4. Nilai apgar < 6.

c. Penatalaksanaan

1. Menerima bayi dengan kain hangat.

2. Letakkan bayi pada meja resusitasi.

3. Berikan O2 2 ltr/mnt, bila berhasil teruskan perawatan selanjutnya.

4. Bila belum berhasil, rangsang pernafasan dengan menepuk-nepuk

telapak kaki, bila tidak berhasil juga pasang penlon masker

dipompa 60 x/mnt.

5. Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis, biasanya

diberikan terapi natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc

disuntikkan melalui vena umbilikalis, masukkan perlahan-lahan

untuk mencegah terjadinya perdarahan intrakranial karena

perubahan PH darah mendadak.

1. Pelayanan Kesehatan Neonatal

Tabel 13. Asuhan Neonatal

Saat lahirKN1

Pada 6-48 jam

KN2

Hari ke 3-7

KN3

Hari ke 8-28

1. Manajemen

2. Inisiasi asfiksia

bayi

3. Pemeriksaan

segera saat lahir

4. Menjaga bayi

tetap hangat

5. Salep

mata,vitamin

K1 injeksi &

imunisasi

Hepatitis B

6. Konseling

1. Pemeriksaan

bayi baru

lahir

2. ASI eksklusif

3. Menjaga

bayi tetap

hangat

4. Perawatan

bayi

5. Tanda sakit

dan bahaya

6. Konseling

1. Pemeriksaan

ulang

2. ASI ekslusif

3. Tanda sakit

dan bahaya

4. Konseling

1. Pemeriksaan

ulang

2. ASI ekslusif

3. Tanda sakit

dan bahaya

4. Konseling

5. Nifas

a. Pengertian

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus

selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Hanifa W, 2007: hal

237).

Istilah puerperium (berasal dari kata puer artinya anak, parele

artinya melahirkan) menunjukkan periode 6 minggu yang berlangsung

antara berakhirnya periode persalinan dan kembalinya organ-organ

reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil (Anik

Maryunani, 2009 hal : 5)

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas berlangsung selama kira-

kira 6 minggu (Saiffudin, 2008 hal : 122).

Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan setelah

kelahiran. Namun secara popular, diketahui istilah tersebut mencakup

6 minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal.

(Cunningham FG. 2008, hal. 443).

b. Etiologi

Lahirnya hasil konsepsi

c.Fisiologi

Setelah plasenta dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat,

segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira ± 2 jari di

bawah pusat. Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran

panjang ± 15 cm, lebar ± 12 cm, dan tebal ± 10 cm. Sedangkan pada

bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Korpus uteri

sekarang sebagian besar merupakan miometrium yang dibungkus

serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan posterior menempel

dengan tebal masing-masing 4-5 cm. Oleh karena adanya kontraksi

rahim, pembuluh darah tertekan sehingga terjadi ischemia. Selama 2

hari berikut uterus tetap dalam ukuran yang sama baru 2 minggu

kemudian turun kerongga panggul dan tidak dapat diraba lagi diatas

symfisis dan memncapai ukuran normal dalam waktu 4 minggu.

Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1

minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu

kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi

100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak hanya saja

ukuran selnya yang berubah.

Setelah 2 hari persalinan desidua yang tertinggal dalam uterus

berdeferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik

terkelupas keluar bersama lochea sementara lapisan basalis tetap utuh

menjadi sumber pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi

endometrium berlangsung cepat kecuali tempat plasenta. Seluruh

endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga.

Segera setelah persalinan tempat plasenta kira-kira berukuran

sebesar telapak tangan. Pada akhir minggu kedua ukuran diameternya

2-4 cm.

Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak

pembuluh darah yang mengalami trombus. Setelah kelahiran, ukuran

pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-

kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil.

Servik dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang tipis,

kolaps dan kendur setelah kala II persalinan. Mulut servik mengecil

perlahan-lahan. Selama beberapa hari setelah persalinan, porsio masih

dapat dimasuki 2 jari, sewaktu mulut servik sempit, servik kembali

menebal dan salurannya akan terbentuk kembali.

Miometrium segmen bawah uterus yang sangat tipis

berkontraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Beberapa minggu

kemudian segmen bawah menjadi isthmus uteri yang hampir tidak

dapat dilihat.

Vagina dan pintu keluar vagina akan membentuk lorong yang

berdinding lunak yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil.

Rugae terlihat kembali pada minggu ketiga, hymen muncul kembali

sebagai potongan jaringan yang disebut sebagai carunculae

mirtiformis.

Pada dinding kandung kencing terjadi edema dan hyperemia,

disamping itu kapasitasnya bertambah besar dan relatif tidak sensitif

terhadap tekanan cairan intravesika.

d. Tanda dan Gejala

Nifas ditandai dengan :

(Saifuddin AB, 2008 hal : 122)

1) Adanya perubahan fisik

a) Uterus (Rahim)

Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1

minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir

minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu

kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang

banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.

Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak

pembuluh darah yang mengalami trombus. Setelah kelahiran,

ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama

atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil.

b) Serviks (Leher rahim)

Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari.

Namun ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk

mulut servik yang bulat menjadi agak memanjang dan akan

kembali normal dalam 3-4 bulan.

c) Vagina

Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan

kembali seperti semula setelah 3-4 minggu.

d) Abdomen

Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio

pada perut sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan

otot-otot perut. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan

hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah warna

menjadi keputihan.

e) Payudara

Payudara yang membesar selama hamil dan menyusui akan

kembali normal setelah masa menyusui berakhir. Untuk

menjaga bentuknya dibutuhkan perawatan yang baik.

f) Kulit

Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga

hiperpigmentasi pada muka, leher, payudara dan lainnya akan

menghilang secara perlahan-lahan.

2) Involusio uterus dan pengeluaran lochea

Dengan involusio uteri, maka lapisan lapisan luar dari

desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik.

Desidua yang mati akan keluar bersama-sama dengan sisa cairan,

campuran antara darah yang dinamakan lochea. Biasanya

berwarna merah, kemudian semakin lama semakin pucat, dan

berakhir dalam waktu 3-6 minggu.

a) Lochea Rubra

Sesuai dengan namanya yang muncul pada hari pertama post

partum sampai hari keempat. Warnanya merah yang

mengandung darah dan robekan/luka pada tempat perlekatan

plasenta serta serabut desidua dan korion.

b) Lochea Serosa

Berwarna kecoklatan, mengandung lebih sedikit darah,

banyak serum, juga lekosit. Muncul pada hari kelima sampai

hari kesembilan.

c) Lochea Alba

Warnanya lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan

mengandung leukosit, selaput lendir servik serta jaringan

yang mati. Timbulnya setelah hari kesembilan.

3) Laktasi atau pengeluaran ASI

Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron

menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiferus

didalam payudara dan juga merangsang produksi kolostrum.

Namun produksi ASI akan berlangsung sesudah kelahiran bayi

saat kadar hormon estrogen dan progesteron menurun.

Pelepasa ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin,

rangsangan sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang

produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel mioepitel

Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus

mammae melalui duktus kesinus lactiverus.

Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya

melahirkan adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang

lebih kaya akan protein, mineral, dan antibody daripada ASI yang

telah mature. ASI yang mature muncul kira-kira pada hari ketiga

atau keempat setelah kelahiran.

4) Perubahan sistem tubuh lain

a) Endokrin

Endokrin diproduksi oleh kelanjar hypofise anterior,

meningkat dan menekan produksi FSH (Folicle Stimulating

Hormon) sehingga fungsi ovarium tertunda. Dengan

menurunnya hormon estrogen dan progesteron, kondisi ini

akan mengembalikan fungsi ovarium kepada keadaan semula.

b) Hemokonsentrasi

Volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali

normal dengan adanya mekanisme kompensasi yang

menimbulkan hemokonsentrasi, umumnya terjadi pada hari

ketiga dan kelima.

e.Aspek Psikologis Post Partum

Dibagi dalam beberapa fase yaitu :

1) Fase “Taking In”

a) Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini

berlangsung selama 1-2 hari.

b) Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan kontak

dengan bayinya. Ibu hanya memerlukan informasi tentang

bayinya.

c) Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta istirahat/tidur.

2) Fase “Taking Hold”

a) Fase mencari pegangan, berlangsung ±10 hari.

b) Ibu berusaha mandiri dan berinisistif.

c) Perhatian terhadap kemampuan diri untuk mengatasi fungsi

tubuhnya seperti kelancaran bab, bak, duduk, jalan dan lain

sebagainya.

d) Ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya.

e) Timbul rasa kurang percaya diri.

3) Fase “Letting Go”

a) Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya.

b) Ibu mandapatkan peran dan tanggung jawab baru

c) Terjadi peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri dan

bayinya.

d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga dan bayinya

Ada yang membagi aspek psikologis masa nifas adalah sbb :

1) Fase Honeymoon

Yaitu fase setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama

antara ibu, ayah dan anak pada fase ini.

a) Tidak memerlukan hal-hal yang romantis

b) Saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan

yang baru.

2) Bonding and Attachment

Menurut Nelson Attachment, bonding adalah dimulainya interaksi

emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir.

Menurut Nelson Attachment adalah ikatan aktif yang terjadi antara

individu.

3) Post Partum Blues

Adalah dimana wanita :

a) Kadang-kadang mengalami kekecewaan yang berkaitan dan

mudah tersinggung dan terluka

b) Nafsu makan dan pola tidur terganggu, biasanya terjadi di

Rumah Sakit karena adanya perubahan hormon dan perlu

transisi.

c) Adanya rasa ketidaknyamanan, kelelahan, kehabisan tenaga

yang menyebabkan ibu tertekan

d) Dapat diatasi dengan menangis. Bila tidak teratasi dapat

menyebabkan depresi.

e) Dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan sebelumnya

bahwa hal tersebut diatas adalah normal.

f. Tahapan Masa Nifas

Nifas terbagi menjadi tiga tahap :

1. Puerperium dini

2. Kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berj alan-

jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja

setelah 40 hari.

3. Puerperium intermedial

4. Kepulihan dari alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu 3.

Remote puerperium

5. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,

bulanan, tahunan.

(Eny Ratna Ambarwati dan Diah Wulandari, 2009: hal 3-4).

g. Asuhan masa nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai

standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga

kesehatan, untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan

pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan

kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu

Tabel 14. Kunjungan masa nifas

KUNJUNGAN WAKTU ASUHAN

I 6 jam - 3 hari

PP

a. Mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan perawatan

penyebab lain perdarahan serta

melakukan rujukan bila

perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu

atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubungan antara ibu

dan bai baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan

cara pencegahan hipotermia

g. Jika petugas kesehatan menolong

persalinan, ia harus tinggal

dengan ibu dan bayi baru lahir

untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran, atau sampai ibu dan

bayi dalam keadaan stabil.

II 2 minggu PP

(8 – 14 hari)

a. Memastikan involusi uterus

barjalan dengan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, tinggi

fundus uteri di bawah umbilikus,

tidak ada perdarahan abnormal.

b. Menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi dan perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup

makanan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda-tanda

penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat

dan merawat bayi sehari-hari.

III 6 minggu PP

(36 – 42 hari)

a. Menanyakan pada ibu tentang

penyulit-penyulit yang ia alami.

b. Memberikan konseling KB

secara dini.

(Suherni, Perawatan Masa Nifas. 2009).

Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu hamil :

(Suherni, Perawatan Masa Nifas. 2009).

1) Kebersihan diri

a) Anjurkan ibu bagaiman membersihkan daerah kelamin

dengan air dan sabun didaerah vulva terlebih dahulu, dari

depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah

anus. Dibersihkan setiap kali setelah selesai buang air kecil

dan buang air besar.

b) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali

sehari

c) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dengan air

mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah

kemaluan.

d) Jika ibu mempunyai luka operasi atau laserasi, tidak

diperkenankan untuk menyentuh daerah luka.

2) Istirahat

a) Anjurkan kepada ibu untuk beristirahat dengan cukup guna

mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu tidur pada saat

bayinya juga tidur.

b) Sarankan ia kembali ke kegiatan rumah tangga biasa secara

bertahap.

3) Latihan

a) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan

panggul, kembali seperti keadaan sebelum hamil.

b) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari

akan sangat membantu, seperti misalnya latihan kegel.

4) Gizi

a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari

b) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup

c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu minum

setiap kali setelah selesai menyusui)

d) Pil besi harus di minum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca persalinan

e) Minum kapsul vitamin A (200.000 IU)

5) Perawatan payudara

a) Menjaga payudara tetap bersih

b) Menggunakan bra yang menyokong payudara

c) Rawat payudara bila bengkak atau lecet

6) Hubungan intim (suami istri)

Begitu darah merah sudah tidak lagi keluar, dan ibu tidak merasa

ada ketidaknyamanan, maka hubungan intim sudah dapat dimulai

atau sesuai dengan kepercayaan yang dianut ibu.

h. Prognosa dan Komplikasi

1) Prognosis

Masa nifas normal, jika involusio uterus, pengeluaran lochea,

pengeluaran ASI dan perubahan sistem tubuh, termasuk keadaan

psikologis ibu normal. (Saifuddin AB. 2008 hal : 122)

2) Komplikasi

Komplikasi pada masa nifas yang biasa terjadi adalah :

a. Infeksi nifas

b. Kelainan atau gangguan pada mammae

1) Mastitis

2) Bendungan ASI

3) Kelainan puting susu

c. Sub involusio

d. Perdarahan nifas skunder

e. Tromboflebitis

4. Keluarga Berencana (KB)

a. Pengertian

Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,

pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan.

(Perawatan Ibu Paska Melahirkan, 2008 haL: 107)

b. Tujuan

(WHO Expert Commite 2007)

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau

pasangan suami istri untuk :

1) Mendapatkan obyek tertentu

2) Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan

3) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

4) Mengatur interval diantara kehamilan

5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami

istri

6) Menentukan jumlah anak yang diinginkan

c. Macam-macam Macam-macam metode kontrasepsi

1) Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral, suntikan, dan mekanik.

Kontrasepsi oral adalah kombinasi dari hormon estrogen dan

progestin atau hanya progestin-mini pil. Suntikan dan kontrasepsi

implant (mekanik) mengandung progestin saja atau kombinasi

progestin dan estrogen.

(a). Kontrasepsi oral kombinasi (pil) : Mengandung sintetik

estrogen dan preparat progestin yang mencegah kehamilan

dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur

oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH,

mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan

menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi

ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang

mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi

biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat

tertentu (terutama obat epilepsy). Selain untuk kontrasepsi, oral

kombinasi dapat digunakan untuk menangani dismenorea

(nyeri saat haid), menoragia, dan metroragia. Oral kombinasi

tidak direkomendasikan untuk wanita menyusui, sampai

minimal 6 bulan setelah melahirkan. Pil kombinasi yang

diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu

dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon

dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi.

Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang

hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi

pembentukan air susu. Wanita yang tidak menyusui harus

menunggu setidaknya 3 bulan setelah melahirkan sebelum

memulai oral kombinasi karena peningkatan risiko

terbentuknya bekuan darah di tungkai. Apabila 1 pil lupa

diminum, 2 pil harus diminum sesegera mungkin setelah ingat,

dan pack tersebut harus dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau

lebih pil lupa diminum, maka pack pil harus tetap dihabiskan

dan metode kontrasepsi lain harus digunakan, seperti kondom

untuk mencegah kehamilan.

Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12

minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung

digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28

minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB

mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi

dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu

sebelum pil KB mulai digunakan. Pil KB tidak berpengaruh

terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan

antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil

KB. Obat anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) bisa

menyebabkan meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita

pemakai pil KB. Beberapa kondisi dimana kontrasepsi oral

kombinasi tidak boleh diigunakan pada wanita dengan :

menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan, usia

>35 tahun dan merokok 15 batang sehari, faktor risiko multipel

untuk penyakit jantung (usia tua, merokok, diabetes, hipertensi)

, tekanan darah sistolik ≥ 160 atau TD diastolik ≥ 100 mmHg,

riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru, operasi besar

dengan istirahat lama di tempat tidur , riwayat sakit jantung

iskemik, stroke, penyakit jantung katup komplikasi, migrain

dengan gejala neurologi fokal (dengan aura), migrain tanpa

gejala neurologi fokal dan usia = 35 tahun, riwayat kanker

payudara, diabetes dengan nefropati, retinopati, neuropati,

penyakit vaskular, atau diabetes > 20 tahun, sirosis berat,

kanker hati

1) Efektivitas  : kehamilan terjadi pada 0,1 – 5 per 100 wanita

pada 1 tahun penggunaan pertama

2) Keuntungan : sangat efektif, mencegah kanker indung telur

dan kanker endometrium, menurunkan ketidakteraturan

menstruasi dan anemia yang berkaitan dengan menstruasi,

menghaluskan kulit dengan jerawat sedang.

3) Kerugian     : tidak direkomendasikan untuk menyusui,

tidak melindungi dari Penyakit Menular Seksual (PMS),

harus diminum setiap hari, membutuhkan resep dokteran.

4) Efek samping lokal  : mual, nyeri tekan pada payudara,

sakit kepala.

5) Efek samping : perdarahan tidak teratur (umumnya

menghilang setelah 3 bulan pemakaian), meningkatkan

tekanan darah (dapat kembali normal bila oral kombinasi

dihentikan), bekuan darah pada vena tungkai (3-4 kali pada

pil KB dosis tinggi), meningkatkan faktor risiko penyakit

jantung, risiko stroke (pada wanita usia > 35 tahun).

6) Pengembalian kesuburan : ketika dihentikan maka

kesuburan akan kembali seperti semula. Kesuburan ini

bervariasi, dalam waktu 3-12 bulan setelah dihentikan maka

tidak ada perbedaan kesuburan antara wanita yang memakai

kontrasepsi oral dan yang tidak.

(b).Kontrasepsi oral progestin (pil) : Dimana suatu pil yang

berisi hormon estrogen dan progesteron atau progesteron saja

yang diminum setiap hari selama 21 atau 28 hari yang bekerja

menekan ovulasi  yang akan mencegah lepasnya sel telur

perempuan dari indung telur, mengendalikan lendir mulut

rahim sehingga sel mani/sperma tidak dapat masuk ke dalam

rahim, dan menipiskan lapisan endometrium/ selaput lendir di

vagina dengan tingkat keberhasilan/ efektivitas 92-99%.

Kontrasepsi ini diberikan pada wanita yang menginginkan

kontrasepsi oral namun tidak bisa menggunakan oral kombinasi

karena pengaruh estrogen dapat membahayakan, misalnya pada

wanita yang sedang menyusui.

Gambar 33. pil KB

1) Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,5 – 5 per 100 wanita

pada 1 tahun penggunaan pertama.

2) Keuntungan : mula kerja cepat (24 jam setelah pemakaian

pil), menurunkan kejadian menoragia dan anemia. Dapat

digunakan pada wanita menyusui. Mencegah terjadinya

kanker endometrium, tidak memiliki efek samping yang

berkaitan dengan estrogen (bekuan darah di vena tungkai).

3) Kerugian  : harus diminum di waktu yang sama setiap hari,

kurang efektif dibandingkan oral kombinasi, membutuhkan

resep dokter.

4) Efek samping : penambahan berat badan, jerawat,

kecemasan, angka kejadian terjadinya perdarahan tidak

teratur tinggi.

5) Pengembalian kesuburan cepat ketika pil dihentikan

(c). Kontrasepsi suntikan progestin: Hormon progesteron yang

disuntikkan ke bokong/otot panggul lengan atas setiap 3 bulan

atau hormon estrogen yang disuntikkan setiap satu bulan sekali.

Cara kerja suntikan adalah mencegah lepasnya sel telur dari

indung telur perempuan, mengentalkan lendir mulut rahim

sehingga spermatozoa (sel mani) tidak masuk ke dalam rahim,

menipiskan endometrium/selaput lendir sehingga tidak siap

untuk hamil. Dengan tingkat keberhasilan/efektifitas lebih dari

99%. Mencegah kehamilan dengan mekanisme yang sama

seperti progestin pil namun kontrasepsi ini menggunakan

suntikan intramuskular (dalam otot <bokong atau lengan

atas>). Yang sering digunakan adalah medroxyprogesterone

asetat (Depo-Provera), 150 mg yang diberikan setiap 3 bulan.

1) Efektivitas  : kehamilan terjadi pada 0,3 per 100 wanita

pada 1 tahun penggunaan pertama.

2) Keuntungan : mula kerja cepat dan sangat efektif, bekerja

dalam waktu lama, tidak mengganggu menyusui, dapat

dipakai segera setelah keguguran atau setelah masa nifas.

3) Kerugian      : suntikan harus dilakukan oleh tenaga

kesehatan secara teratur, tidak melindungi dari PMS.

4) Efek samping  lokal          : peningkatan berat badan,

rambut rontok.

5) Efek samping     : tulang menjadi keropos, kelainan

metabolisme lemak, ketidakteraturan menstruasi termasuk

menometroragi (umumnya beberapa bulan pertama) dan

amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB

dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali

terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun.

6) Pengembalian kesuburan 5-7 bulan setelah penghentian

suntikan

(d).Kontrasepsi suntikan  estrogen-progesteron : suntikan ini

diberikan secara intramuskular setiap bulan, mengandung 25

mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg estradiol

cypionat. Mekanisme kerja, efek samping, kriteria, dan

keamanan sama seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus

menstruasi terjadi lebih stabil setiap bulan. Pengembalian

kesuburan tidak selama kontrasepsi suntikan progestin.

Gambar 34. Kontrasepsi Suntikan

(e). Implant progestin : Satu kapsul, dua kapsul dan enam kapsul

yang dimasukkan ke bawah kulit lengan atas secara perlahan

melepaskan hormon progesteron selama 3 atau 5 tahun.

Dengan cara kerja menghambat terjadinya ovulasi,

menyebabkan endometrium/selaput tidak siap untuk

nidasi/menerima pembuahan, mempertebal lendir

serviks/rahim, menipiskan lapisan endometrium/selaput lendir

dengan tingkat keberhasilan 97-99%. Yang mengandung 36mg

levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam kulit lengan wanita.

Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan

jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu dilakukan

penjahitan. Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran

darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun.

Mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya

ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur), mempertebal

lendir mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan saluran

tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium.

Kontrasepsi ini efektif dalam waktu 48 jam setelah diimplan

dan efektif selama 5-7 tahun.

Gambar 35. Implant

1) Efektivitas   : kehamilan terjadi pada 0,05 per 100 wanita

pada 1 tahun  penggunaan pertama.

2) Keuntungan  : Sangat efektif, bekerja untuk jangka waktu

lama.

3) Kerugian      : Membutuhkan prosedur  operasi kecil untuk

pemakaian dan pelepasan, tidak melindungi dari PMS.

4) Efek samping lokal  : Sakit kepala, payudara menjadi keras,

peningkatan berat badan, kerontokan rambut, jerawat,

perubahan mood.

5) Efek samping     :  Gangguan metabolisme lemak,

hirsutisme, gangguan  menstruasi (memanjang, tidak

teratur).

6) Kesuburan baru kembali 1 bulan setelah kapsul diambil

2) Kontrasepsi Barrier (penghalang)

(a). Kondom (pria dan wanita) àdalah metode yang

mengumpulkan air mani dan sperma di dalam kantung

kondom dan mencegahnya memasuki saluran reproduksi

wanita. Kondom pria harus dipakai setelah ereksi dan

sebelum alat kelamin pria penetrasi ke dalam vagina yang

meliputi separuh bagian penis yang ereksi. Tidak boleh

terlalu ketat (ada tempat kosong di ujung untuk menampung

sperma). Kondom harus dilepas setelah ejakulasi.

Cara pemakaian kondom :

1) Gunakan kondom seiap kali berhubungan seksual

2) Buka kondom secara perlahan untuk mencegah kerusakan

(jangan menggunakan gigi atau benda tajam)

3) Pasang kondom dalam keadaan penis ereksi dan sebelum

kontak dengan pasangan

4) Pastikan tidak ada udara yang terjebak di ujung kondom

5) Pastikan penggunaan pelumas yang cukup (dapat

menggunakan pelumas tambahan)

6) Gunakan hanya pelumas dengan bahan dasar air ketika

menggunakan kondom (pelumas dengan bahan dasar

minyak dapat melemahkan lateks)

7) Pegang kondom dengan hati-hati setelah ejakulasi, dan

untuk mencegah terlepasnya kondom, keluarkan kondom

dari vagina dalam keadaan penis ereksi

8) Efktivitas : kehamilan terjadi pada 3-14 per 100 wanita

pada     1 tahun penggunaan pertama

9) Keuntungan  : dapat digunakan selama menyusui, satu-

satunya kontrasepsi yang mencegah PMS, infeksi GO,

klamidia

10) Kerugian  : kegagalan tinggi bila tidak digunakan dengan

benar, alergi lateks pada orang yang sensitif

Gambar 37. Kontrasepsi Kondom

(b).Diafragma dan cervical cap : kontrasepsi penghalang yang

dimasukkan ke dalam vagina dan mencegah sperma masuk

ke dalam saluran reproduksi. Diafragma terbuat dari lateks

atau karet dengan cincin yang fleksibel. Diafragma

diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks

(leher rahim) tertutupi semuanya. Diafragma harus diletakkan

minimal 6 jam setelah senggama. Cervical cap (penutup

serviks) adalah kop bulat yang diletakkan menutupi leher

rahim dengan perlekatan di bagian forniks. Terbuat dari karet

dan harus tetap di tempatnya lebih dari 48 jam

1) Efektivitas : kehamilan terjadi pada 6-40 per 100 wanita

pada 1 tahun penggunaan pertama

2) Keuntungan : dapat digunakan selama menyusui, tidak

ada risiko gangguan kesehatan, melindungi dari PMS

3) Kerugian  : angka kegagalan tinggi, peningkatan risiko

infeksi, membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan,

ketidaknyamanan

Gambar 38. Kontrasepsi Diafragma dan Cervical Cap

3) Spermisida

Agen yang menghancurkan membran sel sperma dan

menurunkan motilitas (pergerakan sperma). Tipe spermisida

mencakup foam aerosol, krim, vagina suposituria, jeli, sponge

(busa) yang dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual.

Terutama mengandung nonoxynol 9

(a). Efektivitas  : kehamilan terjadi pada 6-26 per 100 wanita

pada 1 tahun penggunaan pertama

(b).Keuntungan : tidak mengganggu kesehatan, berfungsi

sebagai pelumas, dapat mencegah PMS bakterial

(c). Kerugian : angka kegagalan tinggi, dapat meningkatkan

transmisi virus HIV, hanya efektif  1-2 jam.

4) Metode amenorea menyusui

Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi

menyebabkan perubahan hormonal dimana hipotalamus

mengeluarkan GnRH yang menekan pengeluaran hormone LH

dan menghambat ovulasi. Ini adalah metode yang efektif bila

kriteria terpenuhi : menyusui setiap 4 jam pada siang hari, dan

setiap 6 jam pada malam hari. Makanan tambahan hanya

diberikan 5-10% dari total.

(a). Efektivitas : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada 6

bulan setelah melahirkan, 6 per 100 wanita setelah 6-12

bulan setelah melahirkan

(b).Keuntungan : pencegahan kehamilan segera setelah

melahirkan, tidak mengganggu kesehatan, ekonomis,

merangsang seorang wanita untuk menyusui

(c). Kerugian : tidak sepenuhnya efektif, harus memenuhi

criteria, tidak melindungi dari PMS.

5) Kontrasepsi darurat

(a). Kontrasepsi darurat hormonal àdalah estrogen dosis tinggi

atau progestin diberikan dalam waktu 72 jam setelah

senggama tidak terproteksi, dengan cara kerja mencegah

ovulasi dan menyebabkan perubahan di endometrium. 4 pil

kombinasi yang mengandung 30-35μg ethinyl estradiol,

diulangi 12 jam kemudian. 2 pil kombinasi mengandung

50μg levonorgestrel, diulangi 12 jam kemudian. Tidak boleh

digunakan pada wanita yang alergi kontrasepsi pil hormonal.

Tidak boleh digunakan sebagai kontrasepsi rutin.

1) Efektivitas : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada

bila digunakan dalam waktu 72 jam

2) Keuntungan : sangat efektif untuk situasi darurat

3) Kerugian : mual hebat dan perdarahan

(b).Kontrasepsi darurat IUD àdalah dimasukkan 5 hari setelah

senggama tidak terproteksi untuk mengganggu implantasi,

kehamilan terjadi kurang dari 1 per 100 wanita bila

dimasukkan dalam waktu 5 hari.

Gambar 39. Pemasangan IUD

6) Sterilisasi / KONTAP

(a).Pengertian

Kontrasepsi mantap (kontap ) adalah suatu tindakan untuk

membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak

terbatas; yang dilakukan terhadap salah seorang dari

pasangan suami  isteri atas permintaan yang bersangkutan,

secara mantap dan sukarela. Kontap dapat diikuti baik oleh

wanita maupun pria.  Tindakan kontap pada wanita disebut

kontap wanita atau  MOW (Metoda Operasi Wanita ) atau

tubektomi, sedangkan pada pria MOP (Metoda Operasi Pria)

atau vasektomi.

Kontrasepsi mantap pada wanita  atau  MOW

(Metoda Operasi Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan

pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak

dapat dibuahi oleh sperma. Kontrasepsi mantap pada pria

atau MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi., yaitu

tindakan pengikatan dan pemotongan  saluran benih agar

sperma tidak keluar dari buah zakar.

(b).Cara Kerja

- Tubektomi (MOW) Perjalanan sel telur terhambat

karena saluran sel telur tertutup

Gambar 40. Tubektomi (MOW)

- Vasektomi (MOP)

Gambar 41. Vasektomi (MOP)

Saluran benih tertutup, sehingga tidak dapat menyalurkan

sperma

(c). Keuntungan

Secara umum keuntungan kontap wanita dan pria

dibandingkan dengan kontrasepsi lain adalah : Lebih aman,

karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan cara

kontrasepsi lain, Lebih praktis, karena hanya memerlukan

satu kali tindakan saja, Lebih efektif, karena tingkat

kegagalannya sangat kecil dan merupakan cara

kontrasepsi yang permanen, Lebih ekonomis, karena hanya

memrlukan biaya untuk satu kali tindakan saja. Secara khusus

keuntungan kontap wanita dan pria adalah :

Keuntungan Tubektomi(MOW) :

1) Sangat efektif dan “permanen”

2) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%

3) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

4) Tidak mempengaruhi proses menyusui

5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi

lokal

6) Tidak menggangu hubungan seksual

Keuntungan Vasektomi (MOP)

1) Sangat efektif dan “permanen”

2) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

3) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%

4) Tidak menggangu hubungan seksual

5) Tindakan bedah yang aman dan sederhana

(d).Kerugian

Tubektomi (MOW)

1)  Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek

setelah tindakan

2)  Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan

Vasektomi (MOP)

1) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin

memiliki  anak

2)  Harus ada tindakan pembedahan minor.

(e). Syarat

Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat, yaitu:

1) Sukarela

Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela

menerima pelayanan kontap; artinya sedcara sadar dan

dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai cara

kontraseps

2) Bahagia

Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat

bahagia : artinya : calon peserta tersebut dalam

perkawinan yang sah dan harmonis dan  telah dianugerahi

sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan

jasmani, bila hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak

yang terkecil paling sedikit, umur sekitar 2 tahun,  umur

isteri paling muda sekitar 25 tahun

3) Kesehatan

Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat

kesehatan; artinya tidak ditemukan adanya hambatan atau

kontraindikasi untuk menjalani kontap. Oleh karena itu

setiap calon peserta harus diperiksa terlebih dahulu

kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah

cukup sehat untuk dikontap atau tidak. Selain itu juga

setiap calon peserta kontap harus mengikuti konseling

(bimbingan tatap muka) dan menandatangani formulir

persetujuan tindakan medik (Informed Consent).

(f). Yang Dapat Menjalani

Tubektomi (MOW)

1) Usia lebih dari 26 tahun

2) Sudah punya anak cukup (2 anak), ank terkecil harus

berusia  minimal 5 (lima) tahun

3) Yakin telah mempunyai keluarga yag sesuai dengan

kehendaknya

4) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko

kesehatan yang  serius

5) Ibu pasca persalinan

6) Ibu pasca keguguran

7) Vasektomi (MOP) Untuk laki-laki subur sudah punya

anak cukup (2 anak) dan istri beresiko tinggi

(g).Yang Sebaiknya Tidak Menjalani

1) Tubektomi ( MOW )

(a).  Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)

(b). Menderita tekanan darh tinggi

(c). Kencing manis (diabetes)

(d).  Penyakit jantung

(e).  Penyakit paru-paru

(f).  Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga

harus dievaluasi)

(g). Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga

masalah itu disembuhkan atau dikontrol)

(h).  Ibu yang tidak boleh menjalani pembedahan

(i).  Kurang pati mengenai keinginannya untuk fertilisasi

di masa depan

(j).  Belum memberikan persetujuan tertulis

2) Vasektomi (MOP)

(a). Infeksi kulit atu jamur di daerah kemaluan

(b). Menderita kencing manis

(c). Hidrokel atau varikokel yang besar

(d). Hernia inguinalis

(e). Anemia berat, ganguan pembekuan darah atau sedang

menggunakan antikoagulansia.

(h). Waktu pelaksanaan

1) Tubektomi (MOW)

(a). Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini

secara  rasional klien tersebut tidak hamil

(b).Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi

(c). Pascapersalinan

(d).Minilap: di dalam  waktu 2 hari atau setelah 6 minggu

atau 12 minggu

(e). Laparoskopi: tidak tepat unntuk klie-klien pasca

persalinan

(f). Pasca keguguran

(g).Triwulan pertama: dalam wakru 7 hari sepanjang tidak

ada  bukti infeksi pelvik) minilap atau laparoskopi)

(h).Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak

ada bukti infeksi pelvik (minilap saja)

2) Vasektomi (MOP)

(a).  Tidak ada batasan usia, dapat dilaksanakan bila

diinginkan.  Yang penting sudah memenuhi syarat

sukarela, bahagia, dan  kesehatan.

(b). Istri beresiko tinggi

(i). Tempat Pelayanan

1) Tubektomi (MOW)

Rumah sakit. Jika ada keluhan, pemakai harus ke Rumah

Sakit

2) Vasektomi (MOP)

Rumah Sakit, puskesmas dan klinik KB.

(j). Persiapan Sebelum Tindakan

1) Tubektomi (MOW)

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap

wanita adalah:

(a). Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau

sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi. Bagi

calon akseptor yang menderita Maag (kelaianan

lambung agar makan obat maag sebelum dan

sesudah puasa

(b).Mandi dan membersihkan daerah kemaluan dengan

sabun mandi sampai bersih, dan juga daerah perut

bagian bawah

(c). Tidak memakai perhiasan, kosmetik, cat kuku, dll

(d).Membawa surat persetujuan dari suami yang sudah

ditandatangani atau di cap jempol

(e). Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu

(f). Datang ke rumah sakit tepat pada waktunya, dengan

ditemani anggota keluarga; sebaiknya suami.

2) Vasektomi (MOP)

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap pria

adalah:

(a). Tidur dan istirahat cukup

(b). Mandi dan memebersihkan daerah sekitar kemaluan

(c). Makan terlebih dahulu sebelum berangkat ke klinik

(d). Datang ke klinik tempat operasi dengan pengantar

(e). Jangan lupa membawa surat persetujuan isteri yang

ditandatangani atau cap jempol.

(k).Perawatan Setelah Tindakan

Tubektomi (MOW)

1. Istirahat selama 1-2 hari dan hindarkan kerja berat selama

7 hari

2. Kebersihan harus dijaga terutama daerah luka operasi

jangan sampai terkena air selama 1 minggu (sampai 

benar -benar kering)

3.  Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur

sesuai petunjuk

4. Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu

setelah luka operasi kering. Tetapi bila tubektomi

dilaksanakan setelah melahirkan atau keguguran,

senggama baru boleh dilakukan setelah 40 hari

Vasektomi (MOP)

1. Istirahat selama 1-2 hari dan hindarkan kerja berat selama

7 hari

2. Jagalah kebersihan dnegan membersihkan diri secara

teratur dan jaga agar   luka bekas operasi tidak terkena air

atau kotoran

3. Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur sesuai

petunjuk

4. Pakailah celana dalam yang kering dan bersih, dan jangan

lupa menggantinya setiap hari

5. Janganlah bersenggama bila luka belum sembuh. Boleh

berhubungan seksual setelah tujuh hari setelah operasi. 

Bila isteri tidak menggunakan alat  kontrasepsi, senggama

dilakuakn dengan memakai kondom sampai 3 bulan 

setelah operasi. Vasektomi dan sterilisasi tuba adalah

metode kontrasepsi permanen dan hanya dilakukan pada

pria maupun wanita yang sudah diberikan penjelasan

mengenai metode ini dan berkeinginan untuk secara

permanen mencegah kehamilan.

Beberapa metode sterilisasi ada yang bersifat

reversibel tergantung dari panjang saluran tuba, usia wanita,

dan jangka waktu antara sterilisasi dan pengembalian

kesuburan. Sterilisasi pada pria dilakukan melalui vasektomi,

sedangkan pada wanita dilakukan prosedur ligasi tuba

(pengikatan saluran tuba). Vasektomi sendiri dilakukan

dengan bius lokal sedangkan ligasi tuba menggunakan

prosedur intraabdominal. Konseling sebelum melakukan

prosedur ini sangat diperlukan. Bukan hanya konseling

mengenai risiko ataupun keuntungan operasi, namun juga

kemungkinan menyesali keputusan ini di masa depan nanti.

7) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

1. Profil

Gambar 42. IUD

a. Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (dalam

sampai 10 tahun : CuT 380A)

b. Haid menjadi lebih lama dan banyak

c. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan

d. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi

e. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada

Infeksi Menular Seksual (IMS)

2. Jenis

a. AKDR CuT-380A

Gambar 43. AKDR CuT-380A

Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk

huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari

tembaga Cu. Tersedia di Indonesia dan terdapat di mana-

mana.

b. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T

(Schering)

c. Selanjutnya yang akan dibahas adalah khusus CuT-

380A

3. Cara kerja

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba

falopii.

b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kacum

uteri.

c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum

bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk

kedalam sel alat reproduksi perempuan dan mengurangi

kemampuan sperma untuk fertilisasi.

d. Memungkinkan untuk mencegah implementasi telur

dalam rahim

4. Keuntungan

a. Sangat kontrasepsi, efektivitas tinggi.

b. Sangat efektif → 0,6 – 0,8 kehamilan /100 perempuan

dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170

kehamilan ).

c. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

d. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A

dan tidak tidak perlu diganti).

e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

f. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

g. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu

takut untuk hamil.

h. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah

abortus (apabila tidak terjadi infeksi)

i. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

j. Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih

setelah haid terakhir)

k. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR

(CuT-380A)

l. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.

m. Membantu mencegah kehamilan ektopik.

5. Kerugian

a. Efek samping yang umum terjadi :

1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama

dan akan berkurang setelah 3 bulan )

2) Haid lebih lama dan banyak

3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi

4) Saat haid lebih sakit

b. Komplikasi lain

1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari

setelah pemasangan.

2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab anemia.

3) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila

pemasangannya banar).

4) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

5) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan

dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memici

infertilitas.

6) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan

dalam pemasangan AKDR, seringkali perempuan takut

selama pemasangan.

7) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera

setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam

1 – 2 hari.

8) Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri, dan hanya

boleh di lepas oleh petugas kesehatan yang terlatih.

9) Tidak mencegah kehamilan ektopik karena fungsi

AKDR untuk mencegah kehamilan normal.

10) Pasien harus memeriksakan posisi benang AKDR dari

waktu ke waktu. Untuk melakukan ini pasien harus

memasukkan jarinya ke dalam vagina. Sebagian

perempuan tidak mau melakukan hal ini.

6. Persyaratan pemakaian

a. Yang dapat mengguanakan

1) Usia produktif

2) Keadaaan nulipara

3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka

panjang.

4) Menyusui yang menginginkan menggunakan

kontrasepsi

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.

6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya

infeksi.

7) Resiko rendahdari IMS

8) Tidak menghendaki metode hormonal.

9) Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap

hari.

10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari

senggama ( lihat kontrasepsi darurat).

Pada umumnya ibu dapat mengguanakan AKDR Cu dengan

aman dan efektif. AKDR dapat digunakan pada ibu dalam

segala kemungkinan keadaaan misalnya :

1) Perokok

2) Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak

terlihat adanya infeksi.

3) Sedang memakai antibiotik atau anti kejang

4) Gemuk ataupun kurus

5) Sedang menyusui

Begitu juga dalam keadaan seperti dibawah ini dapat

memggunakan AKDR :

1) Penderita tumor jinak payudara

2) Penderita kanker payudara

3) Tekanan darah tinggi

4) Varises tungkai atau di vulva.

5) Penderita penyakit jantung

6) Pernah menderita stroke

7) Penderita Diabetes

8) Penderita penyakit hati atau empedu

9) Malaria

10) Skistosomiasis (tanpa anemia)

11) Penyakit tiroid

12) Epilepsi

13) Nonpelvik TBC

14) Setelah kehamilan ektopik

15) Setelah pembedahan pelvik.

7. Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR

a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).

b) Perdarahan vagina yang tidan diketahui

c) Sedang menderita infeksi genital ( vaginitis, servisitis)

d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering

menderita PRP atau abortus septik.

e) Kelainan bawaan utedapat mempengaruhi kavum uteri.

f) Penyakit trofoblas yang ganas

g) Diketahui menderita TBC pelik

h) Kanker alat genital

i) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

8. Waktu penggunaan

a) Setiap waktu dalam siklus haid yang dapat dipastikan klien

tidak hamil.

b) Hari pertama sampai ke 7 siklus haid.

c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau

setelah 4 minggu pasca persalinan : 6 bulan apabila

menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). Perlu

diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau

selama 48 jam pasca persalinan.

d) Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari)

apabila tidak ada gejala infeksi.

e) Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak

dilindungi.

9. Petunjuk bagi klien

a) Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu

pemasangan AKDR

b) Selama bulan pertama menggunakan AKDR, Periksalah

benang AKDR secara rutin setelah haid, mengalami :

(1).Kram/kejang diperut bagian bawah

(2).Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah

senggama.

(3).Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan

mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan

seksual.

c) Cupper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan,

tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila dilakukan.

d) Kembali ke klinik apabila :

(1).Tidak dapat meraba benang AKDR

(2).Merasakan bagian yang keras dari AKDR

(3).AKDR terlepas

(4).Siklus terganggu/meleset

(5).Terjadi pengeluaran dari vagina yang mencurigakan.

(6).Adanya infeksi

10. Informasi Umum

a. AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan

b. AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khusus

selama beberapa bulan pertama.

c. Kemungkinan terjadi perdarahan (spooting) beberapa hari

setelah pemasangan.

d. Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih

banyak.

e. AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien.

f. Jelaskan pada klien jenis AKDR apa yang digunakan, kapan

akan dilepas dan berikan kartu tentang semua informasi ini.

g. AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS termasuk virus

AIDS, apabila pasangan berisiko, mereka harus

mengguanakan kondom seperti halnya AKDR.

B. Konsep Manajemen Pendokumentasian SOAP

1. Pendokumentasian SOAP

Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan

kebidanan. Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secar benar, jelas,

singkat, logis dalam suatu metode pendokumentasian.

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang

dapat mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah

dilakukan pada seorang klien, yang dialamnya tersirat proses berpikir yang

sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah-

langkah dalam proses manajemen kebidanan.

Menurut Helen Varney, alur berpikir saat menghadapi klien

meliputi 7 langkah.Untuk orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan

oleh seorang bidan melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan

dalam bentuk SOAP, yaitu :

S = Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnese sebagai langkah I Varney.

O = Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam

data focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

A = Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi

data subyaktif dan obyektif dalam suatu identifikasi :

a. Diagnosa/masalah.

b. Antisipasi diagnosa/masalah potensial.

c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/

kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4

Varney.

P = Plan

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan Evaluasi

perencanaan (E) berdasarkan assesmen sebagai langkah 5, 6, dan 7

Varney.

Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :

1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan perkembangan informasi

yang sistematis yang mengorganisi penemuan dan konklusi anda

menjadi suatu rencana.

2. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan

untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.