86345062 makalah-plasenta-previa

27
BAB I PENDAHULUAN Angka kematian ibu dan angka kematian bayi menjadi indicator tingkat kesejahteraan suatu Negara. Angka kematian ibu yang cukup tinggi di negara-negara berkembang menjadi salah satu masalah kesehatan penting yang menjadi perhatian dunia. Di Indonesia AKI mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu a tau sekitar menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. AKB di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni , pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Salah satunya adalah plasenta previa yang dapat menyebabkan pendarahan saat kehamilan pada trimester akhir/perdarahan intranatal dan mempersulit proses persalinan. Plasenta memiliki peranan berupa transport zat dari ibu ke janin, penghasil hormon yang berguna selama kehamilan, serta sebagai barier. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu dan janin karena plasenta previa rendah sekali,atau tidak sama sekali. Sejak diperkenalkannya penanganan pasif pada tahun 1945,kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian,hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama. Penanganan pasif maupun aktif memerlukan fasilitas tertentu,yang dicukupi pada banyak tempat. Tindakan-tindakan ini sekurang-kurangnya masih dianggap penting untuk menghentikan perdarahan dimana fasilitas SC belum ada. Dengan demikian tindakan- tindakan itu lebih banyak ditujukan demi keselamatan ibu dari pada janinnya.

Transcript of 86345062 makalah-plasenta-previa

BAB I

PENDAHULUAN

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi menjadi indicator tingkat kesejahteraan

suatu Negara. Angka kematian ibu yang cukup tinggi di negara-negara berkembang menjadi salah

satu masalah kesehatan penting yang menjadi perhatian dunia. Di Indonesia AKI mencapai 228

per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang

telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu

meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah

mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu atau sekitar menjadi 102/100.000

kelahiran hidup pada tahun 2015. AKB di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup.

Tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni , pendarahan,

hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Salah satunya adalah plasenta previa

yang dapat menyebabkan pendarahan saat kehamilan pada trimester akhir/perdarahan

intranatal dan mempersulit proses persalinan. Plasenta memiliki peranan berupa transport

zat dari ibu ke janin, penghasil hormon yang berguna selama kehamilan, serta sebagai

barier. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta

akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan.

Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu dan janin karena

plasenta previa rendah sekali,atau tidak sama sekali. Sejak diperkenalkannya penanganan

pasif pada tahun 1945,kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun

demikian,hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang

peranan utama.

Penanganan pasif maupun aktif memerlukan fasilitas tertentu,yang dicukupi pada

banyak tempat. Tindakan-tindakan ini sekurang-kurangnya masih dianggap penting untuk

menghentikan perdarahan dimana fasilitas SC belum ada. Dengan demikian tindakan-

tindakan itu lebih banyak ditujukan demi keselamatan ibu dari pada janinnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Plasenta

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan

tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk

lengkap pada kehamilan 16 minggu dengan ruang amnion membesar sehingga amnion

tertekan kearah korion.

Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak

ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas

korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-

tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk

menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu

ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di

atas. Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap

menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu.

Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung.

Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari

lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-

kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan

pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast.

B. Plasenta Normal

Setelah terjadinya fertilisasi ovum oleh sperma maka sel yang dihasilkan disebut

sebagai zygote. Kemudian terjadi pembelahan pada zygote sehingga menghasilkan apa

yang disebut sebagai blastomers, kemudian morula dan blastokist. Pada tahap-tahap

perkembangan ini, zona pellucida masih mengelilingi. Sebelum terjadinya implantasi,

zona pellucida menghilang sehingga blastosit menempel pada permukaan endometrium.

Dengan menempelnya blastokist pada permukaan endometrium maka blastosit menyatu

dengan epitel endometrium. Setelah terjadi erosi pada sel epitel endometrium,

trophoblast masuk lebih dalam ke dalam endometrium dan segera blastokist terkurung

di dalam endometrium. Implantasi ini terjadi pada daerah endometrium atas terutama

pada dinding posterior dari uterus

Endometrium sendiri sebelum terjadinya proses di atas terjadi perubahan untuk

menyiapkan diri sebagai tempat implantasi dan memberi makan kepada blastokist yang

disebut sebagai desidua. Setelah terjadi implantasi desidua akan dibedakan menjadi

:

1. Desidua basalis: desidua yang terletak antara blastokist dan miometrium

2. Desidua kapsularis: desidua yang terletak antara blastokist dan kavum uteri

3. Desidua vera: desidua sisa yang tidak mengandung blastokist

Bersamaan dengan hal ini pada daerah desidua basalis terjadi suatu degenerasi

fibrinoid, yang terletak diantara desidua dan trofoblast untuk menghalangi serbuan

trofoblast lebih dalam lagi. Lapisan dengan degenerasi fibrinoid ini disebut sebagai

lapisan Nitabuch

Pada perkembangan selanjutnya, saat terjadi persalinan, plasenta akan terlepas

dari endometrium pada lapisan Nitabuch tersebut.

C. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi atau tertanam pada segmen

bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium utri internum. Angka kejadian

plasenta previa adala 0,4 -0,6 % dari keseluruhan persalinan. Keadaan ini dibagi

menjadi empat bagian yaitu:

1. Plasenta previa totalis: dimana ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh

plasenta.

2. Plasenta previa parsialis: dimana ostium uteri internum sebagian ditutupi oleh

plasenta.

3. Plasenta previa marginalis: dimana bagian tepi dari plasenta berada di pinggir dari

ostium uteri internum.

4. Plasenta letak rendah: dimana plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim,

tetapi tepi dari plasenta tidak mencapai ostium uteri internum, namun berada

didekatnya.

Plasenta normal plasenta previa

Klasifikasi plasenta previa

Ada juga literatur yang membagi plasenta previa dengan menggunakan

pembagian grade I sampai grade IV, namun pada dasarnya pembagian tersebut

tidaklah berbeda jauh.

Tabel 1. Pembagian plasenta previa

Grade Deskripsi

I Plasenta berada pada segmen bawah rahim tetapi tepi

terbawah tidak mencapai ostium uteri internum

II Tepi terbawah dari plasenta letak rendah mencapai

ostium uteri internum tetapi tidak menutupinya

III Plasenta menutupi ostium uteri internum tetapi

asimteris

IV Plasenta menutupi ostium uteri internum secara

simetris

Dikutip dari Konje JC, Taylor DJ

Factor predisposisi

Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah sebagai berikut:

a. Multiparitas dan umur lanjut (≥ 35 tahun).

b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahanatrofik dan

inflamatorotik.

c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,Kuret, dll)

d. Chorion leave persisten.

e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerimahasil

konsepsi.

f. Konsepsi dan nidasi terlambat.

g. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.

Factor resiko

Riwayat plasenta previa sebelumnya

Riwayat SC

Riwayat aborsi

Kehamilan ganda

Umur ibu yang telah lanjut

Multiparitas

Diagnosa Banding

Solutio palcenta

Vasa previa

Laserasi vagina/serviks

Karsinoma serviks

DIC

Perdarahan karena laserasi serviks atau vagina dapat dilihat dengan

inspekulo.Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin

berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Hal ini dapat menyebabkan

ruptur pembuluh darah yang mengancam janin. Pada pemeriksaan dalam vagina diraba

pembuluh darah pada selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan

inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan

denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila

perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah.

Etiologi Plasenta Previa

Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Bahwasanya vaskularisasi yang

berkurang, atau perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat

menyebabkan plasenta previa tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa

plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas yang tinggi

atau sering melahirkan. Kondisi yang multifaktorial telah dipostulatkan berhubungan

dengan multipara, gestasi berkali-kali, umur kehamilan dini, kelahiran dengan sesarea

sebelumnya, abortus, dan mungkin merokok.

Ciri-ciri plasenta previa :

1. Perdarahan tanpa nyeri

2. Perdarahan berulang

3. Warna perdarahan merah segar

4. Adanya anemia dan renjatan yang

sesuai dengan keluarnya darah

5. Timbulnya perlahan-lahan

6. Waktu terjadinya saat hamil

7. His biasanya tidak ada

8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi

9. Teraba jaringan plasenta pada periksa

dalam vagina

10. Penurunan kepala tidak masuk pintu

atas panggul

11. Presentasi mungkin abnormal

Komplikasi pada ibu dan janin

Komplikasi pada janin Komplikasi pada ibu

BBLR

KJDR

Malformasi

Partus prematurus

Pertumbuhan janin terhambat

Anemia fetus

Perdarahan masif

Anemia

Perdarahan pasca persalinan

Komplikasi tindakan SC

Prolaps tali pusat

Prolaps placenta

Placenta acreta

Robekan jalan lahir

Pembukaan segmen rahim terjadi secara ritmik maka pelepasan plasenta berulang

dan semakin banyak perdarahan pendarahan tidak dapat dicegah sehingga terjadi

anemia, bahkan shock.

Segmen bawah rahim tipis maka jaringan trofoblas mudah menerobos

myometrium sehingga terjadi plasenta akreta atau inkreta sehingga terjadi

retensio plasenta dan pada bahagian plasenta yang terlepas akan menimbulkan

pendarahan kala III.

Serviks dan segmen bawah rahim rapuh dan kaya pembuluh darah mempunyai

potensial untuk robek jadi harus berhati-hati pada tindakan manual di daerah

ini.Bila terjadi pendarahan yang tidak terkendali dengan cara sederhana maka

dilakukan histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini merupakan

komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.

Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi, shingga sering

diambil tindakan operasi.

Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak dapat di hindarkan.

Masa rawat yang lebih lama, resiko tinggi untuk placental abruption, seksio

sesarea, perdarahan pasca persalinan, kematian maternal akibat perdarahanan

disseminated intravscular coagulation.

Kejadian infeksi akibat daripada pendarahan yang banyak

MANIFESTASI KLINIK

Pendarahan

Terjadi akibat dari segmen bawah rahim yang

bergesel dan lepasnya plasenta dari implantasi

Pendarahannya biasanya berulang tergantung

luas plasenta yang lepas dan melingkar lumen

ostium uteri

Pendarahan yang tidak sakit

Pendarahan akibat plasenta totalis

Pendarahan biasanya terjadi pada trimester kedua dan ke atas

Tertutupnya segmen bawah rahim oleh plasenta

Tertutpnya bahagian bawah uterus oleh plasenta sehingga menghalangi masuknya

bahagian terendah janin sehingga janin berkembang di atas panggul.

Dapat menimbulkan kelainan letak janin :

Letak sungsang

Letak lintang

Kepala miring

Dinding rahim tipis Perdarahan

Desidua lepas

dari plasenta

Laserasi

Merokok Riwayat kehamilan

(Caesar)

Usia ibu saat

kehamilan

Multiparitas,

gemeli

FaktorPendukung

Servik

membuka dan

mendatar

Implantasi embrio (embryonic

plate) pada bagian bawah

(kauda) uterus

Isthmus uteri tertarik

(melebar)menjadi dinding cavum

uteri (SBR/ Segmen Bawah Rahim )

Lahir tidak dapat

normal (lahir sesar)

anemia

Kelainan pada rahim

(atrofi, cacat)

Implantasi abnormal

Plasenta berkembang

menutupi ostium interna

Plasenta akan melekat

lebih kuat

Mudah diinvasi oleh

pertumbuhan trofoblas

Cemas

Bayi lahir dengan BB

rendah/ kematian

(gawat janin)

Resiko cedera hipoksia

Kekurangan

volume

cairan

Hipovolemia

Perubahan perfusi

jaringan

PATOFISIOLOGI PLASENTA

PREVIA

Diagnosis Plasenta Previa

Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa

pemeriksaan:

1. Anamnesis

Gejala pertama ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada

kehamilan lanjut (trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa

nyeri (painless), dan berulang (recurrent). Perdarahan timbul sekonyong-konyong

tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi

hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang

dengan volume yang lebih banyak sebelumnya.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan luar:

Inspeksi (penglihatan)

- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,

darah beku dan sebagainya

- Kalau telah bwrdarah banyak maka ibu kelihatan anemis (pucat)

Palpasi

- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah

- Sering dijumpai kesalahan letak janin

- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala

masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas

panggul

- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen

bawah rahim terutama pada ibu yang kurus.

Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan

kecuali fasilitas operasi segera tersedia.

Pemeriksaan dengan Alat:

- Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal

dari OUE atau dari kelainan serviks dan vagina,seperti erosion porsionis

uteri,karsinoma porsinis uteri,polipus serviks uteri,varieces vulva dan

trauma. Apabila perdarahan berasal dari OUE,adanya plasenta previa

harus dicurigai.

- Penentuan letak plasenta tidak langsung

Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

radiografi, radiosotopi dan ultrasonografi.

- Pemeriksaan USG

a. Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai 100

% identifikasi plasenta previa

b. Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %

c. MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta,

inkreta, dan plasenta perkreta.

- Perabaan fornices

Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam presentasi kepala.

- Pemeriksaan melalui kanalis sevikalis

Apabila kanalis servikalis telah terbuka,perlahan-lahan jari telunjuk

dimasukkan ke dalam kanalis servikalis dengan tujuan kalau meraba

kotiledon.

D. Penatalaksanaan Placenta Praevia

1. Perbaiki kekurangan cairan atau darah dengan infuse NaCl 0,9% atau RL

2. Lakukan penilaian jumlah darah

Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus,persiapkan SC tanpa

memperhitungkan usia kehamilan

Jika perdarahan sedikit atau sedikit dan fetus hidup tetapi prematur

pertimbangkan terapi ekspetatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan

banyak

Terapi Ekspektatif

Terapi ini dilakukan kalau janin masih kecil hingga kemungkinan hidup di

dunia luar baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan

kalau keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Dulu

anggapan kita ialah bahwa kehamilan dengan placenta previa harus segera diakhiri

untuk menghindarkan perdarahan yang fatal. Tapi sekarang terapi dapat dilakukan

dengan alasan :

1. Perdarahan pertama pada placenta previa jarang fatal

2. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas

Syarat :

- Kehamilam preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti

- Belum ada tanda inpartu,keadan umum ibu cukup baik (Hb dalam batas

normal)

- Janin masih hidup

- Rawat inap,tirah baring dan berikan AB Profilaksis

- Pemeriksaan USG

- Perbaiki anemia dengan Sulfat Ferosus atau Ferosus Fumarat per oral 60 mg

selama 1 bulan

- Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama

pasien dapat rawat jalan dengan pengawasan

- Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin

untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi

kehamilan

Tindakan yang kita pilih untuk pengobatan placenta previa dan kapan

melaksanakannya tergantung pada factor-faktor tersebut di bawah ini :

- Perdarahan banyak atau sedikt

- Keadaan Ibu dan anak

- Besarnya pembukaan

- Tingkat placenta praevia

- Paritas

Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil nullipara dan tingkat placenta

praevia yang berat mendorong kita melakukan SC, sebaliknya perdarahan yang

sedang, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan tingkat placenta praevia

yang ringan dan anak yang mati mengarahkan pada usaha pemecahan ketuban.

Pada perdarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil dipertimbangkan

terapi ekspektatif. Perlu dikemukakan cara manapun yang diikuti, persediaan darah

yang cukup sangat menentukan.

Terapi aktif

1. Rencanakan terminasi kehamilan jika:

- Janin matur

- Janin mati/menderita anomaly atau keadaan yang mengurangi

kelangsungan hidupnya

2. Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat

sedikit,persalinan pervaginam masih mungkin,jika tidak dilakukan SC

3. Jika persalinan dengan SC dan trjadi perdarahan dari tempat plasenta:

- Jahit tempat perdarahan dengan benang

- Pasang infuse oksitosin 10 unit NaCl atau RL dengan kecepatan 60 tetes

4. Jika perdarahan terjadi pasca persalinan,segera lakuakn penanganan yang

sesuai (ligasi arteri atau histerektomi)

1. Cara-cara vaginal terdiri dari :

- Pemecahan ketuban

- Versi Braxton Hicks

- Cunam Willet

Pemecahan Ketuban

Pemecahan ketuban dapat dilakukan pada placenta letak rendah, placenta

praevia marginalis dan placenta praevia lateralis yang menutup ostium kurang

dari setengah bagian. Kalau pada placenta praevia lateralis, placenta terdapat

di sebelah belakang maka lebih baik dilakukan SC karena dengan pemecahan

ketuban kepala kurang menekan pada placenta, karena kepala tertahan

promontorium yang dalam hal ini dilapisi lagi oleh jaringan placenta.

Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan karena :

- Setelah pemecahan ketuban uterus mengadakan retraksi hingga kepala

anak menekan pada placenta

- Placenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan

dinding rahim hingga tidak terjadi pergeseran antara placenta dan dinding

rahim.

Versi Braxton Hicks

Maksud dari perasat Braxton Hicks ialah temponnade placenta dengan

bokong. Versi Braxton hicks biasanya dilakukan pada anak yang sudah mati,

karena kalau dilakukan pada anak yang masih hidup, anak ini pasti akan lahir

mati. Mengingat bahayanya, yaitu robekan pada cervix dan pada segmen

bawah rahim.

Traksi dengan Cunam Willet

Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban

secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk

menekan placentadan seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala.

Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan

perdarahan yang tidak aktif.

2. Sectio Caesarea

Maksud Sectio Caesarea adalah :

- Mempersingkat lamanya perdarahan

- Mencegah terjadinya robekan cervix dan segmen bawah rahim.

Robekan mudah terjadi, karena cervix dan segmen bawah rahim pada placenta

praevia banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah. SC dilakukan pada

placenta praevia totalis dan pada placenta praevia lainnya jika terjadi

perdarahan hebat.

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian

Identitas pasien

Nama : Ny. A

Umur : 26 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl Juanda No 12,

Ciputat

Bangsa : Indonesia

Status perkawinan :Sudah menikah

Nama suami : Tn. B

Pekerjaan :pedagang

No. CM : 17132

MRS : 15 Maret 2012

Tanggal Pemeriksaan : 15 Maret 2012

II. Anamnesis

Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluar darah merah segar dari kemaluannya tidak

disertai nyeri perut

Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit ibu

- Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis maupun

HIV/AIDS.

- Ibu tidak pernah menderita penyakit kronis seperti jantung, TBC, dan DM.

- Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun seperti asma, DM dan hipertensi.

b. Riwayat penyakit keluarga

- Dalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit menular yaitu hepatitis.

- Dalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit menurun yaitu DM.

- Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit kronis seperti

jantung,hipertensi, dan TBC.

c. Riwayat menstruasi

Menarche : 12 tahun

Siklus/lama : 28 hari/7 hari

Jumlah/warna : Hari 1 warna coklat, ganti pembalut 2x/hari

Hari 2-3 warna merah, ganti pembalut 3x/hari

Dysminorhoe : jarang

Flour albus : 2 hari setelah menstruasi

HPHT : 20 Juni 2011

HPL : 27 Maret 1012

d. Riwayat kehamilan sekarang

GIP0A1

Usia kehamilan : Minggu

ANC : Tempat : BPS

Keberapa kali : jarang

Imunisasi TT : 1x

Keluhan hamil muda : Mual dan lemas

Keluhan hamil tua : Keluar darah merah segar

e. Riwayat perkawinan

Status kawin : 1 kali

Lama : 3 tahun

Usia saat kawin: 22 tahun

f. Riwayat KB

Jenis : pil

Lama : 1 tahun

Keluhan : -

g. Riwayat sosial spiritual

- Ibu, suami dan keluarga sangat mengharapkan kehamilan ini.

- Ibu merasa senang dengan kehamilannya dan merencanakan melahirkan di

rumah sakit.

- Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami.

Pola aktivitas sehari-hari

a. Nutrisi

Sebelum hamil : Ibu makan 3x sehari, porsi cukup, sayur-sayuran, lauk

pauk dan nasi. Minum air putih + 6-7 gelas perhari.

Selama hamil : Ibu makan 4x sehari, porsi sedikit-sedikit, sayur-

sayuran, lauk-pauk dan nasi. Minum air putih +7-8

gelas/hari.

b. Eliminasi

Sebelum hamil : BAK 4-5x, BAB 1xsehari, tidak ada keluhan.

Selama hamil : BAK lebih sering 5-6xsehari,BAB 1xsehari,tidak ada

keluhan.

c. Personal hiegiene

Sebelum hamil : Ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian, celana dalam,

setiap kali mandi dan gosok gigi 3x sehari.

Selama hamil : Ibu mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti pakaian,

ganti celana dalam setiap kali mandi atau jika merasa

lembab

d. Aktivitas

Sebelum hamil : Ibu melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.

Selama hamil : Ibu melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga.

e. Hubungan seksual

Sebelum hamil : Tidak ada keluhan

Selama hamil : Tidak ada keluhan

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis,

Tekanan Darah : 90/70 mmHg

Nadi : 115 x/menit

Respirasi : 28x/menit

Suhu tubuh : 36,4 °C

Tinggi badan : 155 cm

Berat badan: sebelum hamil 48 kg

Selama hamil 56 kg LILA : 27 cm

IV. Pemeriksaan khusus

Inspeksi

Kepala : Bersih, tidak ada benjolan abnormal,penyebaran rambut merata

Muka : pucat, tidak oedema.

Mata : Simetris, conjunctiva Anemis, sklera tidak kuning.

Hidung : Simetris, bersih tidak da sekret, tidak ada polip.

Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen.

Mulut : Bibir tidak stomatitis, tidak pucat, gigi tidak caries, gusi tidak

epulis.

Mammae : Simetris, bersih, papilla menonjol,hyperpigmentasi pada areola dan

papilla.

Abdoment : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra, terdapat striae

albicans dan striae lividae.

Genetalia : Tampak perdarahan pervaginam

Ekstremitas : Atas : Simetris, tidak ada oedema, tidak pucat.

Bawah : Simetris, tidak ada oedema, tidak varices.

Palpasi

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limphe dan kelenjar tiroid, serta

tidak ada bendungan vena jugularis.

Axila : Tidak ada pembesaran kelenjar limphe.

Mammae : Tidak ada benjolan yang abnormal, ASI sedikit

Abdomen :

Leopold I : TFU 3 jari bawah Px

Leopold II : Teraba punggung kiri (PUKI)

Leopold III : Teraba kepala belum masuk PAP U

Leopold IV : -

Auscultasi : DJJ 136x/ menit

Perkusi : Reflek patella kanan/kiri +/+

V. Data penunjang :

USG

Tampak janin presentasi kepala tunggal hidup, gerakan janin aktif.

TBJ : 2400 gr

Tampak plasenta plasenta letak rendah dengan tepi plasenta terletak pada bagian

pinggir ostium internum.

Laboratorium

Hb : 10,2 g/dl

Ht : 32,4 %

Leukosit : 11,800 ul

Trombosit : 286.000

GDS: 94 mg/dl

Gol Darah : O/ Rhesus +

VI. ANALISIS DATA

DO DS

Tekanan Darah : 90/70 mmH

Nadi : 115x/menit

Respirasi : 28x/menit

Suhu tubuh : 36,4 °C

Hb :

Tidak ada pembesaran kelenjar limphe

Tidak ada benjolan yang abnormal,

kolostrum (+)

Tidak ada luka bekas operasi, terdapat

linea nigra, terdapat striae albicans dan

striae lividae.

DJJ 136x/ menit

Klien mengatakan:

keluar darah merah segar dari

kemaluannya tidak disertai nyeri perut

tidak pernah menderita penyakit seperti

TBC, Hepatitis maupun HIV/AIDS.

jantung, TBC, asma, DM dan hipertensi

urin sedikit

pusing

kulit kering dan bersisik

ASI sedikit

tangan dan kaki dingin

Tampak perdarahan pervaginam

Lab Hb : 7 g/dl

Ht : 32,4 % Leukosit : 11,800 ul

Trombosit : 286.000 GDS : 94 mg/dl Gol Darah : O/ Rhesus +

CRF > 3 detik

Ekstremitas dingin

VII. Masalah Keperawatan

Problem Etiologi Symptom

Kekurangan volume

cairan

kehilangan vaskuler

berlebihan

DO :

- Hipotensi

- Peningkatan nadi 115x/menit

- Penurunan volume urin

- Membran mukosa kering

- CRF > 3 detik

- Klien terlihat pucat,

konjungtiva anemis

DS :

- Ibu mengatakan urin sedikit

- Ibu mengatakan pusing

- Ibu mengatakan kulit kering

dan bersisik

Perubahan perfusi

jaringan utero plasenta

hipovolemia DO :

- Ekstremitas dingin

- Perubahan tanda-tanda vital

Tekanan Darah: 90/70 mmH

Nadi : 115x/menit

Respirasi : 28x/menit

Suhu tubuh : 36,4 °C

- Penurunan produksi ASI

- CRF > 3 detik

DS :

- Ibu mengatakan ASI sedikit

- Ibu mengatakan tangan dan

kaki dingin

Ansietas Ancaman kematian pada

diri sendiri, janin

DO :

- Klien tampak tegang

- Klien menolak untuk makan

- Klien tampak pucat &

berkeringat

DS :

- Klien mengatakan jantung

berdebar kencang

- Klien mengatakan ingin

pingsan dan pusing

- Klien mengatakan takut

- Klien mengatakan terasa

tercekik

Resiko tinggi cedera

(ibu)

Hipoksia jaringan /

organ, profil darah

abnormal, kerusakan

sistem imun.

DO :

-

Diagnosa keperawatan Prioritas

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan.

2. Perubahan perfusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.

3. Ansietas b/d Ancaman kematian pada diri sendiri, janin.

4. Resiko tinggi cedera (ibu) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal,

kerusakan sistem imun.

Intervensi keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & KH Intervensi rasional

1. Kekurangan

volume cairan b/d kehilangan

vaskuler berlebihan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 1x24 masalah dapat

teratasi KH :

Mendemostrasikan

kestabilan / perbaikan keseimbangan

cairan yang dibuktikan oleh

tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat,

sensorium tepat dan haluaran serta

berat jenis urin adekuat secara individual.

Evaluasi, laporkan,

dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan

perhitungan pembalut Timbang pembalut

pengalas.

Perkiraan kehilangan

darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram

peningkatan berat pembalut sama

dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah.

Lakukan tirah baring. Instuksikan klien

untuk menghindari Valsalva manuver dan koitus.

Perdarahan dapat berhenti dengan

reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau

orgasme ( yang meningkatkan

aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan

Posisikan klien

dengan tepat, telentang dengan

panggul ditinggikan atau posisi semi – fowler. Hindari posisi

trendelenburg.

Menjamin

keadekuatan darah yang tersedia untuk

otak; peninggian panggul menghindari kompresi vena kava.

Posisi semi- fowler memungkinkan janin

bertindak sebagai tanpon.

Catat tanda – tanda vital Penisian kapiler

pada dasar kuku, warna menbran

mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentral, bila ada

Membantu menentukan beratnya

kehilangan darah, meskipun sianosis dan

perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda

lanjut dari kehilangan sirkulasi atau

terjadinya syok

Hindari pemeriksaan rectal atau vagina

Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya

bila plasenta previa marginal atau total

terjadi.

Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah

lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai

indikasi

Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-

gejala syok.

Siapkan untuk

kelahiran sesaria.

Hemoragi berhenti

bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.

2. Perubahan perfusi jaringan

utero plasenta b/d

Hipovolemia

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

masalah teratasi KH :

Mendemonstrasika

n perfusi adekuat, dibuktikan oleh

DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif

(NST).

Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume

darah.

Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan ,

kemungkinan menyebabkan

hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.

Auskultasi dan

laporkan DJJ , catat bradikardia atau takikardia. Catat

perubahan pada aktivitas janin

(hipoaktivitas atau hiperaktivitas)

Mengkaji berlanjutnya

hipoksia janin . Pada awalnya , janin berespon pada

penurunan kadar oksigen dengan

takikardia dan peningkatan gerakan . Bila tetap defisit,

bradikardia dan penurunan aktivitas

terjadi.

Anjurkan tirah baring pada posisi miring

kiri.

Menghilangkan tekanan pada vena

kava inferior dan meningkatkan

sirkulasi plasenta/janin dan pertukaran oksigen.

Berikan suplemen

oksigen pada klien

Meningkatkan

ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.

Ganti kehilangan darah/cairan ibu.

Mempertahankan volume sirkulasi yang

adekuat untuk transport oksigen.

Siapkan klien untuk intervensi bedah

dengan tepat.

Pembedahan perlu bila terjadi pelepasan

plasenta yang berat, atau bila perdarahan

berlebihan , terjadi penyimpangan oksigen janin, dan

kelahiran vagina tidak mungkin.

3. Ansietas b/d Ancaman

kematian pada diri sendiri, janin

Tujuan :

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 1x24 jam

masalah dapat berkurang

KH :

-Mendiskusikan ketakutan

mengenai diri,

Diskusikan situasi dan pemahaman tentang

situasi dengan klien dan pasangan.

Memberikan informasi tentang

reaksi individu terhadap apa yang terjadi.

Pantau respon verbal

dan nonverbal klien/pasangan.

Menandakan tingkat

rasa takut yang sedang dialami

klien/pasangan.

janin, dan masa depan kehamilan,

mengenai ketakutan yang

sehat dan tidak sehat. -Mengungkapkan

pengetahuan situasi yang akurat.

-Melaporakan/menunjukkan

berkurangnya ketakutan dan/atau

perilaku yang menunjukkan ketakutan.

Dengarkan masalah klien dan dengarkan

secara aktif

Meningkatkan rasa control terhadap

situasi dan memberikan

kesempatan pada klien untuk mengembangkan

solusi sendiri.

Berikan informasi dalam bentuk verbal

dan tertulis dan beri kesempatan klien

untuk mengajukan pertanyaan.Jawab pertanyaan dengan

jujur.

Pengetahuan akan membantu klien

mengatasi apa yang sedang terjadi dengan

lebih efektif.

Jelaskan prosedur dan arti gejala-gejala.

Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut

dan meningkatkan rasa control terhadap

situasi.

4. Resiko tinggi cedera (ibu) b/d Hipoksia

jaringan / organ, profil

darah abnormal, kerusakan

sistem imun

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam

masalah teratasi KH :

Menunjukkan

profil darah dengan hitung SDP, Hb,

dan pemeriksaan koagulasi DBN normal.

Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau tanda/gejala syok

Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup

klien atau mengakibatkan infeksi

pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal ginjal, atau

nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh

hipoksia jaringan dan malnutrisi.

Catat suhu, hitung

SDP, dan bau serta warna rabas vagina,

dapatkan kultur bila dibutuhkan

Kehilangan darah

berlebihan dengan penurunan Hb

meningkatkan risiko klien untuk terkena infeksi.

Catat masukan/haluaran

urin. Catat berat jenis urin.

Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan

penurunan haluaran urin

Berikan heparin, bila diindikasikan

Heparin dapat digunakan pada KID

di kasus kematian janin, atau kematian satu janin pada

kehamilan multiple, atau untukmemblok

siklus pembekuan dengan melindungi factor-faktor

pembekuan dan menurunkan hemoragi

sampai terjadi perbaikan pembedahan.

Berikan antibiotic

secara parenteral.

Mungkin

diindikasikan untuk mencegah atau

meminimalkan infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Leveno, Kenneth J at al . 2009. Obstetri Williams panduan ringkas Ed 21. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Obstetric Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Ed 2.

Jakarta: EGC

www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com... Diunduh pada tanggal 19

Maret 2012 pukul 21.00

http://www.tribunnews.com/2012/03/08/angka-kematian-ibu-di-indonesia-tertinggi-se-

asean Diunduh pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 21.00