83958209520

8
Desa Nelayan di Provinsi Banten 1. Desa Muara A. Letak Geografis 1. Secara Administrasi Pemerintahan Desa Muara terletak di Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pemerintahan Desa Muara terdiri dari 7 RW dan 27 RT. 2. Batas Wilayah Desa Muara Sebelah Utara : Desa Cipedang, Kecamatan Wanasalam Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Desa Cikiruh Wetan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang Sebalah Timur : Desa Wanasalam, Kecamatan Wanasalam B. Kondisi Geografis Wilayah Desa Muara berada di pinggir Pantai Samudera Indonesia dan muara sungai Binuangeun. 1. Luas Wilayah : ±3.546 Ha a. Pemukiman : ±1.210 Ha b. Pekarangan : ±1.100 Ha c. Sarana Umum : ± 413,5 Ha d. Perkantoran : ± 312 Ha e. Perkebunan : ± 187 Ha f. Persawahan : ± 16 Ha g. Taman : ± 300 Ha h. Pekuburan Umum : ± 7,5 Ha

description

907755

Transcript of 83958209520

Page 1: 83958209520

Desa Nelayan di Provinsi Banten

1. Desa Muara

A. Letak Geografis

1. Secara Administrasi PemerintahanDesa Muara terletak di Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pemerintahan Desa Muara terdiri dari 7 RW dan 27 RT.

2. Batas Wilayah Desa MuaraSebelah Utara : Desa Cipedang, Kecamatan WanasalamSebelah Selatan : Samudera IndonesiaSebelah Barat : Desa Cikiruh Wetan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten

PandeglangSebalah Timur : Desa Wanasalam, Kecamatan Wanasalam

B. Kondisi Geografis

Wilayah Desa Muara berada di pinggir Pantai Samudera Indonesia dan muara sungai Binuangeun.

1. Luas Wilayah : ±3.546    Ha

a. Pemukiman : ±1.210    Hab. Pekarangan : ±1.100    Hac. Sarana Umum : ±   413,5 Had. Perkantoran : ±   312    Hae. Perkebunan : ±   187    Haf. Persawahan : ±     16    Hag. Taman : ±   300    Hah. Pekuburan Umum : ±       7,5 Ha

2. Ketinggian Wilayah             : 1 – 3 m dari permukaan laut

3. Curah Hujan                         : ± 3000 mm/tahun

4. Suhu Udara rata-rata : 29°C-33°C

Page 2: 83958209520

C. Keadaan Penduduk

1. Jumlah Penduduk : 10.177 jiwaLaki – laki :   5.229 jiwaPerempuan :   4.948 jiwa

2. Jumlah Kepala Keluarga : 2.521 KK

D. Tingkat Pendidikan Penduduk

1. Lulusan Pendidikan Umum

Penduduk Buta Huruf :        5 orangTidak tamat SD :    611 orangTamat SD : 1.265 orangTamat SLTP : 1.370 orangTamat SLTA :    982 orangAkademik (D1) :       7  orangAkademik (D2) :      39 orangAkademik (D3) :      14 orangSarjana (S1) :      35 orangSarjana (S2)                 :        5 orang

2. Lulusan Pendidikan KhususPonpes                         : 1.562 orangMadrasah                    :    230 orangKursus                          :        5 orang

E. Etnis Penduduk

1. Aceh                : 2 orang2. Sunda               : 8.062 orang3. Jawa                : 2.100 orang4. Madura           : 2 orang5. Makassar         : 28 orang

F. Mata Pencaharian Penduduk

1. Petani                                                :  405 orang2. Buruh Tani                                        :  841 orang3. Pegawai Negeri Sipil                        :  270 orang4. Pengrajin Industri Rumah Tangga    :  35 orang5. Pedagang Keliling                             :  150 orang6. Nelayan                                             : 5.530 orang7. Montir                                               :  25 orang

Page 3: 83958209520

8. Bidan Swasta                                     :  4 orang9. Pembantu Rumah Tangga              :  120 orang10. TNI                                                    : 6 orang11. POLRI                                                : 15 orang12. Pensiunan PNS/POLRI/TNI               : 57 orang13. Pengusaha Kecil dan Menengah      : 1.752 orang14. Dukun Kampung terlatih                  : 5 orang15. Jasa Pengobatan Alternatif           : 1 orang16. Dosen Swasta                                    : 3 orang17. Pengusaha Besar                              : 17 orang18. Seniman                                            : 7 orang19. Karyawan Perusahaan Swasta          : 70 orang20. Karyawan Perusahaan Pemerintah  : 5 orang

G. Sarana dan Prasarana

1. Sarana Ibadah

Jumlah Mesjid :   3 buahJumlah Mushola : 17 buah

2. Sarana Olahraga

Lapangan Sepak Bola                    :    5 buahLapangan Volley Ball                    :  14 buahLapangan Basket                           :    -  buahLapangan bulutangkis                   :    7 buahLapangan Tenis Meja                    :    5 buah

3. Prasarana Kesehatan

Puskesmas :   1 unitApotek :   1 unitPosyandu                                       :  12 unit

4. Prasarana Pendidikan

TK                                                  :    2 unitSD                                                  :    3 unitSLTP                                               :    1 unitSLTA                                               :    1 unitMI                                                  :    1 unit

Page 4: 83958209520

H. Kondisi Alam

Nelayan Desa Muara-Binuangeun mengenal adanya dua musim yang mempengaruhi aktivitas mereka saat mencari ikan dilaut. Dua musim tersebut diantaranya adalah musim angin selatan dan musim angin barat.

Musim angin selatan biasanya disebut dengan musim paceklik atau paila. Pada musim ini, intensitas tiupan angin sangat kencang dan ketinggian ombak sangat tinggi. Jarak tempat melaut pun menjadi lebih dekat bahkan banyak nelayan yang memutuskan untuk tidak pergi melaut. Hal ini berakibat pada menurunnya pendapatan nelayan.

Sedangkan musim angin barat adalah musim yang merupakan berkah bagi para nelayan Musim angin barat biasanya disebut sebagai musim panen ikan. Pada musim ini, kondisi alam sangat memungkinkan bagi nelayan untuk melaut. Intensitas tiupan angin dan ketinggian ombak pun relatif stabil sehingga memungkinkan nelayan untuk beraktivitas di laut untuk menangkap ikan. Seorang mantan nelayan, KYH (59 tahun) menuturkan bahwa :

“Nelayan penghasilanana jadi along (melimpah/banyak) lamun usim barat atawa usim teu caang bulan. Tapi mun caang bulan mah atawa usim hujan gede, biasana tara menang lauk jeng jarang nelayan nu ka laut da laukna geh sieuneun kana guludug jadi nyaramuni na karang.”

Nelayan akan menghasilkan ikan dengan jumalah yang sangat banyak di musim barat atau tidak sedang terang bulan. Tetapi apabila musim terang bulan atau musim hujan, biasanya akan menjadi sedikit. Pada musim ini biasanya banyak nelayan yang memutuskan untuk tidak pergi melaut karena berbahaya dan pada musim hujan biasanya ikan tidak ada yang mau keluar karena takut petir. Ikan akan bersembunyai di dalam karang sampai hujan reda. Akhirnya pendapatan nelayan menjadi kurang bahkan tidak berpendapatan sama sekali.

I. Budaya Masyarakat yang Konsumtif

Kebiasaan yang terjadi pada nelayan di Desa Muara ternyata hampir sama dengan kebiasaan nelayan lain pada umumnya. Sikap pemborosan dan membeli barang-barang yang disukai pada musim barat (musim panen ikan), merupakan salah satu karakteristik dari masyarakat setempat. Sangat jarang sekali masyarakat yang menyisihkan uangnya untuk kebutuhan pada musim paceklik atau sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya mendesak. Jika musim paila tiba, barang-barang tersebut akan dijual kembali dengan harga yang jauh lebih murah dari harga yang layak diterimanya. Terkadang hasil penjualan tersebut tidak mencukupi kebutuhan nelayan sementara musim paceklik masih berlangsung. Akhirnya, jalan satu-satunya untuk menyambung hidup dan agar dapat bertahan, nelayan terpaksa benyak yang terlibat dalam Langgan.

J. Sikap Ketergantungan Nelayan Pada Alam

Sebagian besar masyarakat pesisir di Desa Muara-Binuangeun bermata pencaharian sebagai nelayan. Profesi sebagai nelayan dipilih karena  mata

Page 5: 83958209520

pencaharian ini dipandang yang paling potensial untuk dilakukan. Di sisi lain, mata pencaharian sebagai nelayan ini dipilih karena sebenarnya masyarakat tidak memilki kemampuan lain selain sebagai nelayan. Inilah yang menyebabkan masyarakat sangat bergantung pada alam.

Seiring perkembangan zaman, dimana jumlah penduduk semakin bertambah dan kebutuhan mulai meningkat sementara sumber daya di laut yang bisa dimanfaatkan sangat terbatas bahkan tidak potensial lagi, akhirnya masyarakat sering kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan nelayan yang bergantung dan dikendalikan oleh alam tidak lagi menjanjikan secara ekonomi. Sementara ketergantungan ini sudah membudaya dan sulit untuk dilepaskan, akhirnya terjadi kemiskinan pada nelayan.

K. Program Pemerintah yang Tidak Mendukung Nelayan dan Tidak Tepat Sasaran

Pemerintah dengan berbagai kebijakannya berusaha untuk mensejahterakan masyarakat. Akan tetapi, realita di lapangan menunjukkan kebijakan ini justru tidak tepat sasaran bahkan dinilai cenderung tidak memihak masyarakat nelayan sebagai masyarakat sasaran. Hal ini terbukti dari lembaga keuangan atau koperasi yang merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu masyarakat, ternyata tidak dapat mengakomodir kebutuhan nelayan.

Selain itu, adanya Temapat Pelelangan Ikan (TPI), di satu sisi memang menguntungkan bagi nelayan karena membantu dalam melakukan pendataan dan standarisasi hasil tangkapan sehingga akan mengurangi tindakan kecurangan oleh pihak yang akan membeli hasil tangkapan nelayan. Akan tetapi di sisi lain, TPI melakukan pemotongan beberapa persen sebagai balas jasa dan sebagai simpanan nelayan yang katanya akan dikembalikan kepada nelayan saat nelayan membutuhkannya. Kurang begitu jelas simpanan itu dialokasikan. Buktinya pada musim paceklik, tidak sedikit nelayan yang kesulitan secara ekonomi. Sebenarnya, ada atau tidaknya TPI, tidak dapat memberi perubahan ke arah yang lebih baik secara besar pada nelayan.

Kebijakan lain yang dinilai merugikan adalah naiknya harga BBM. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan kebutuhan pokok nelayan untuk melaut. Pada saat harga BBM naik di pasaran, sementara tidak diimbangai dengan naiknya harga tangkapan, menyebabkan pendapatan nelayan menjadi berkurang.