8. Rhinitis Atroficans

13
Pembimbing : dr. Juwono H., Sp.THT

description

rhinitis

Transcript of 8. Rhinitis Atroficans

Page 1: 8. Rhinitis Atroficans

Pembimbing :dr. Juwono H., Sp.THT

Page 2: 8. Rhinitis Atroficans

Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka. Secara klinis, mukosa hidung menghasilkan secret kental dan cepat mongering, sehingga terbentuk krusta berbau busuk. Sering mengenai masyarakat dengan tingkat social ekonomi lemah dan lingkungan buruk. Lebih sering mengenai wanita, terutama pada usia pubertas.

Page 3: 8. Rhinitis Atroficans

Ada dua jenis : 1. Foetida ( berbau) : Ozaena 2. Non Foetida (tidak berbau)

Page 4: 8. Rhinitis Atroficans

OZAENAEtiologi yang pasti belum jelasFaktor predisposisi a. Infeksi : Concobacillus ozaena Klebsiella ozaena b. Hereditair c. Malnutrition/avitaminosa A d. Gangguan hormonal : wanita muda e. Defisiensi Fe Faktor-faktor ini dianggap tidak berdiri

sendiri-sendiri, tapi bersama-sama menyebabkan penyakit ini.

Page 5: 8. Rhinitis Atroficans

Terdapat end arteritis dan peri-arteritis arteriole -> obliterasi -> terjadi atropi dari mukosa konka nasi, kelenjar dan saraf

• Insiden : wanita / laki-laki = 5 : 1

Page 6: 8. Rhinitis Atroficans

Banyak ditemukan pada wanita muda/pubertas.

Wanita : laki-laki = 5 : 1

Page 7: 8. Rhinitis Atroficans

Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya nafas berbau (sementara pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau, gangguan penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat.

Pada pemeriksaan THT ditemukan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media hipotrofi atau atrofi secret purulen hijau dan krusta berwarna hijau.

Page 8: 8. Rhinitis Atroficans

Dapat dilakukan transiluminasi, fotosinus para nasal, pemeriksaan mikro organisme uji resistensi kuman, pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Fe serum, dan serologi darah. Dari pemeriksaan histo patologi terlihat mukosa hidung menjadi tipis, silia hilang, metaplasia thoraks menjadi epitel kubik atau gepeng berlapis, kelenjar degenerasi dan atrofi, jumlahnya berkurang dan bentuknya mengecil.

Page 9: 8. Rhinitis Atroficans

sinusitis maxilaris : bisa unilateral dan konka nasi oedem, hiperemi --> cavum nasi sempit, sama-sama foetor

Page 10: 8. Rhinitis Atroficans

Belum adanya yang baku. Penatalaksanaan ditunjukkan untuk menghilangkan etiologi, selain gejalanya dapat dilakukan secara konservatif atau operatif. Secara konservatif dapat diberikan

1. Antibiotic presprektum luas atau sesuaiuji resistensi kuman

sampai gejala hilang. 2. Obat cuci hidung agar bersih dari krusta dan bau busuk

hilang dengan larutan betadine satu sendok makan dalam 100

cc air hangat. 3. Vitamin A 3x50.000 unit selama 2 minggu 4. Preparat Fe 5. Pengobatan sinusitis, bila terdapat sinusitis.

Page 11: 8. Rhinitis Atroficans

OPERASI Ada sarjana yang melakukan cara operasi

yaitu membuat cavum nasi menjadi sempit, dengan cara :

- Menebalkan septum nasi, atau - membesarkan concha nasi, dengan 0 Menyuntikkan submukosa paraffin atau teflon dalam pasta Glycerin 50% 0 Menyelipkan polythene atau cartilago submukoperi chonodrium. Akan tetapi terapi yang operatif ini tidak

selalu memberikan hasil yang memuaskan.

Page 12: 8. Rhinitis Atroficans

NON FOETIDA Penyebabnya di duga karena cavum nasi

terlalu lebar/luas. Misalnya setelah : 1. Conchotomi yang berlebihan 2. Ekstraksi polip, pada polip yang sangat besar atau multiple/banyak 3. Radiasi Perbedaannya dengan Ozaena ialah pada

penyakit ini tidak ada gejala anosmia, sekret tidak berbau.

Page 13: 8. Rhinitis Atroficans