7.Tri Harjaka Metarhizium 83-90p.pdf
Transcript of 7.Tri Harjaka Metarhizium 83-90p.pdf
-
PATOGENISITAS Metarhizium anisopliae TERHADAP LARVA Lepidiota stigma
83
PATOGENISITAS Metarhizium anisopliae TERHADAP LARVA Lepidiota stigma
Tri Harjaka, Arif Wibowo, F.X. Wagiman dan Muhammad W. Hidayat
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. Email : [email protected]
ABSTRAK
Lepidiota stigma F. (Coleoptera : Scarabaeidae) merupakan hama penting tanaman tebu yang dapat menyebabkan kehilangan hasil lebih dari 50%.
Pemanfaatan patogen serangga untuk pengendalian hama tersebut terus berkembang sebagai upaya peningkatan efektivitas dan kesehatan lingkungan. Metarhizium anisopliae merupakan salah satu patogen serangga yang telah digunakan untuk pengendalian berbagai jenis serangga hama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui patogenisitas jamur Metarhizium anisopliae terhadap larva L. stigma. Jamur M. anisopliae yang digunakan adalah hasil isolasi dari uret Phyllophaga helleri. Jamur diperbanyak menggunakan media jagung selama 30 hari, selanjutnya dipanen dan diinokulasikan pada serangga dengan metode kontaminasi
media dan pencelupan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa M. anisopliae mampu menginfeksi larva L. stigma instar ketiga dan menyebabkan mortalitas mencapai 90%. Kemampuan jamur M. anisopliae menyebabkan mortalitas 50% serangga uji (nilai LC50) melalui uji kontaminasi media tercapai pada kepadatan 1,27 x 10
6 konidia/gram tanah, sedangkan melalui uji pencelupan tercapai pada kerapatan 1,03 x 108 konidia/ml. Waktu yang
dibutuhkan jamur M. anisopliae untuk menyebabkan mortalitas 50% serangga uji (nilai LT50) melalui metode kontaminasi media adalah 107 hari,
dan melalui metode pencelupan mencapai 194 hari.
Kata kunci: Metarhizium anisopliae, Lepidiota stigma, patogenisitas.
PENDAHULUAN
Lepidiota stigma F. (Coleoptera : Scarabaeidae) merupakan salah
satu hama penting tebu di Indonesia. Hama ini banyak ditemukan pada
lahan tebu dengan jenis tanah berpasir dan tidak diketemukan pada lahan
berlempung. Di Indonesia, L. stigma tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa,
dan Bali (Kalshoven 1981). Selain tebu, hama tersebut pada fase larva
menyerang jagung, kopi dan juga ketela pohon. Sementara itu kumbangnya
makan daun dadap, mangga, beringin, Desmodium dan Crotalaria.
L. stigma merupakan salah satu jenis uret di Indonesia yang
-
Harjaka et al, Prosiding Semnas Pesnab IV, Jakarta, 15 Oktober 2011
84
termasuk dalam kelompok univoltine. Masa penerbangan kumbang secara
serentak terjadi di awal musim penghujan, selanjutnya perkembangan telur
sampai larva instar ketiga berlangsung selama 6-9 bulan. Pada fase
kepompong dan dewasa inaktif tetap berada dalam tanah sampai musim
penghujan berikutnya (Kalshoven 1981). Perkembangan telur sampai dewasa
aktif terbang bisa membutuhkan waktu 385 hari (Mahrub 1975). Larva L.
stigma instar kedua dan instar ketiga adalah stadia perusak akar tebu dan di
Jawa umumnya terjadi pada bulan Januari-April. Akibat serangan L. stigma
pada tanaman tebu menunjukkan gejala layu permanen dan berujung
kematian. Akibat serangan bisa menyebabkan penurunan produksi mencapai
50% (Setyaningsih 2010).
L. stigma termasuk hama yang musuh alaminya belum banyak
diketahui. Kalshoven (1981) menyebutkan bahwa pengujian beberapa jenis
patogen serangga belum berhasil mengendalikan hama tersebut. Akan tetapi
hasil penelitian Estioko dan Banas (1998) menyebutkan bahwa nematoda
Heterorhabditis sp. pada konsentrasi 1.000 juvenil/ml dapat menyebabkan
mortalitas 100% terhadap uret L. stigma di laboratorium. Hasil penelitian
Harjaka (2010) juga menunjukkan bahwa dalam pemeliharaan L. stigma
sangat peka terhadap infeksi jamur patogen yaitu Metarhizium anisopliae,
terutama fase telur dan larva instar pertama. Sementara itu larva instar
kedua, instar ketiga dan kumbang yang masih dalam selnya (kokon) di tanah
juga dapat terinfeksi. Selain itu, ada bakteri dan nematode entomopatogen
yang belum teridentifikasi juga menyebabkan mortalitas larva L. stigma.
Jamur M. anisopliae merupakan salah satu patogen serangga yang
telah banyak digunakan untuk pengendalian uret perusak akar tebu di
beberapa negara. Di Indonesia jamur tersebut lebih berkembang untuk
pengendalian kumbang perusak pucuk kelapa. Hasil penelitian Harjaka
(2006) menyebutkan bahwa jamur tersebut mampu mengendalikan uret
perusak akar padi gogo, dan pada tahun 2009 diuji juga mampu
menyebabkan mortalitas terhadap larva L. stigma instar ketig (Harjaka
2010). Sampai dengan akhir akhir tahun 2011 belum diketahui konsentrasi
konidia (spora) jamur M. anisopliae yang mampu menyebabkan mortalitas
tertinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui patogenisitas jamur M. anisopliae terhadap larva L. stigma instar
-
PATOGENISITAS Metarhizium anisopliae TERHADAP LARVA Lepidiota stigma
85
ketiga. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi
kemampuan jamur tersebut dalam menyebabkan mortalitas terhadap larva L.
stigma instar tiga yang disebut-sebut sebagai stadia paling merusak.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di laboratorium Pengendalian Hayati, Fakultas
Pertanian UGM sejak bulan April sampai dengan Agustus 2011. Jamur M.
anisopliae sebagai isolat yang diuji berasal dari koleksi laboratorium
Pengendalian Hayati, Fakultas Pertanian UGM yang sebelumnya diisolasi dari
larva Phyllophaga helleri (uret perusak akar padi gogo). Larva L. stigma
instar ketiga yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari lahan
pertanaman tebu di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakakarta.
Isolat jamur M. anisopliae diperbanyak pada medium agar kentang
(potato dextrose agar) dalam tabung reaksi selama 14 hari, selanjutnya
diperbanyak dengan media alami berupa jagung yang sudah disterilkan
dalam autoklaf pada suhu 120o C, tekanan 1 atm selama 15 menit. Jamur
pada media jagung diinkubasikan selama 20 hari sampai siap digunakan
untuk uji patogenisitas.
Larva L. stigma hasil koleksi dari lapangan dipelihara di laboratorium
secara individual dengan media tanah regosol dalam pot plastic volume 500
ml dan diberi pakan alami berupa wortel. Pemberian atau penggantian pakan
dilakukan setiap tujuh hari sebanyak 5 gram/larva. Untuk menjaga
kelembaban media diberikan air sebanyak 10 ml. Pemeliharaan dilakukan
selama 10 hari sebelum dilakukan pengujian untuk pemilihan serangga uji
yang betul-betul sehat.
Pengujian isolat jamur M. anisopliae dilakukan dengan metode
kontaminasi media dan pencelupan serangga uji. Pengujian dengan metode
kontaminasi media dilakukan dengan cara mencampur biakan jamur dengan
tanah sebagai media pemeliharaan larva L. stigma. Sedangkan pada
pengujian dengan metode pencelupan dilakukan dengan cara mencelupkan
larva L. stigma kedalam suspensi konidia jamur M. anisopliae hasil
perbanyakan pada media jagung. Isolat jamur M. anisopliae dipanen
kemudian dicampur dengan tanah dengan variasi konsentrasi yaitu 108, 107,
-
Harjaka et al, Prosiding Semnas Pesnab IV, Jakarta, 15 Oktober 2011
86
106, dan 105 konidia/gram untuk metode kontaminasi media. Untuk metode
pencelupan dibuat suspensi konidia dengan konsentrasi 108, 107, 106, dan
105 konidia/ml akuades. Untuk setiap seri konsentrasi diujikan sebanyak 10
ekor larva L. stigma instar ketiga dan masing-masing konsentrasi dengan
ulangan tiga kali. Pengamatan mortalitas larva L. stigma dilakukan setiap tiga
hari. Uji patogenisitas dilakukan untuk mengetahui nilai LC50 dan LT50. Nilai
LC50 dianalisis dengan analisis Probit dan nilai LT50 dihitung dengan regresi
linier. Data presentase mortalitas dianalisis dengan ANOVA dan dilakukan uji
DMRT pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa jamur M. anisopliae isolate P.
helleri mampu menginfeksi dan menyebabkan mortalitas larva L. stigma
instar ketiga. Larva yang terinfeksi jamur M. anisopliae menunjukkan gejala
mati kaku, selanjutnya berkembang miselium berwarna putih muncul dari
permukaan kutikula, dan akhir dari infeksi terjadi perubahan warna larva L.
stigma menjadi hijau gelap. Gejala tersebut adalah bentuk kahas dari infeksi
jamur M. anisopliae yaitu green muscardine (Butt et al. 2001).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
spora jamur M. anisopliae yang diperlakukan pada larva L. stigma instar
ketiga menyebabkan mortalitas yang semakin tinggi (Tabel 1), tetapi tidak
terjadi pada aplikasi dengan metode pencelupan. Perlakuan jamur pada
konsentrasi 105 konidia/gram tanah terbukti telah menyebabkan mortalitas
40%, dan pada konsentrasi 108 konidia/gram mampu menyebabkan
mortalitas 90%. Hal itu berbeda dengan perlakuan dengan metode
pencelupan yang belum mampu menyebabkan mortalitas sampai 40%
sampai pada konsentrasi 107 konidia/ml.
Perlakuan dengan metode tular media menghasilkan mortalitas yang
lebih tinggi dibandingkan metode pencelupan pada konsentrasi konidia yang
sama (Tabel 1). Perlakuan jamur M. anisopliae terhadap larva L. stigma
melalui metode pencelupan menunjukkan mortalitas, tetapi tidak
menunjukkan perbedaan antara perlakuan konsentrasi 105, 106 dan 107
konidia/ml. sementara itu perlakuan jamur M. anisopliae melalui metode tular
-
PATOGENISITAS Metarhizium anisopliae TERHADAP LARVA Lepidiota stigma
87
media menunjukkan perbedaan antara konsentrasi 105 dengan 107
konidia/gram.
Tabel 1. Tabel nilai persentase mortalitas L. stigma karena M. anisopliae.
Konsentrasi (konidia/gram dan
konidia/ml)
Mortalitas (%)
metode tular
media
Mortalitas (%)
metode
pencelupan
Kontrol 3,00 a 0,00 a
105 40,00 b 23,33 b
106 56.67 bc 13,33 ab
107 80,00 c 16,67 ab
108 90,00 d 73,33 c
Huruf yang mengikuti angka yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata berdasarkan uji DMRT 5%.
Berdasarkan hasil pengamatan mortalitas larva L. stigma dari dua
metode perlakuan, metode tular media dapat menggambarkan bahwa
perlakuan jamur M. anisopliae untuk pengendalian L. stigma lebih baik
dengan metode tular media, yaitu menaburkan konidia dalam bentuk tepung
atau formulasi padat dalam tanah. Ada dugaan bahwa melalui pembuatan
suspensi spora jamur M. anisopliae menyebabkan penurunan infektivitas
(kemampuan menginfeksi). Sebagai contoh, nilai mortalitas pada konsentrasi
107 konidia/gram pada metode tular media mencapai 80%, sedangkan pada
metode pencelupan hanya tercapai 16,67%.
Faktor penyebab yang diduga menjadi penyebab lebih rendahnya
infektivitas jamur M. anisopliae adalah biologi jamur dan biologi L. stigma.
Jamur M. anisopliae lebih dikenal sebagai jamur yang berhabitat di tanah
(soil fungi) sehingga lebih mapan jika diaplikasikan dalam bentuk konidia
dalam tanah dan bisa bertahan dengan struktur bertahannya. Sebaliknya
ketika dibuat suspensi dalam air konidia segera berkecambah dan kalau tidak
segera terjadi kontak dengan kutikula inang maka akan tidak berkembang
dan tidak infektif.
Faktor konsentrasi yang efektif dan waktu yang efektif tercapai
mortalitas sangat berkaitan dengan efektifitas pengendalian. Berdasarkan
hasil pengujian patogenisitas jamur M. anisopliae terhadap larva L. stigma
-
Harjaka et al, Prosiding Semnas Pesnab IV, Jakarta, 15 Oktober 2011
88
instar ketiga menunjukan nilai LC50 pada perlakuan kontaminasi media lebih
rendah dibanding metode pencelupan (Tabel 2). Nilai LC50 yang lebih rendah
menunjukkan bahwa dengan metode kontaminasi media lebih efektif dalam
menyebabkan mortalitas, dibandingkan metode pencelupan. Berdasarkan
hasil pengamatan perhitungan terhadap waktu terjadinya mortalitas juga
menunjukkan bahwa nilai LT50 pada metode kontaminasi media lebih rendah
dibadingkan dengan metode pencelupan (Tabel 2), artinya jamur M.
anisopliae yang diperlakukan dengan metode kontaminasi media lebih cepat
menyebabkan mortalitas.
Tabel 2. Patogenisitas M. anisopliae terhadap larva L. stigma
Metode inokulasi Nilai LC50 Nilai LT50
Tular media 1,27 x 106 konidia/gr 107 hari
Pencelupan suspensi 1,03 x 108 konidia/ml 203 hari
Populasi spora jamur M. anisopliae untuk dapat menyebabkan
mortalitas 50% larva L. stigma pada metode tular media tercapai pada
konsentrasi 1,27 x 106 konidia/gr tanah, dan lebih rendah dibandingkan
dengan konsentrasi yang diperlukan pada metode pencelupan (1,03 x 108
konidia/gram) (Tabel 2). Waktu yang dibutuhkan jamur M. anisopliae untuk
dapat menyebabkan mortalitas 50% larva L. stigma dengan metode
kontaminasi media tercapai pada 107 hari atau selama 3 bulan 27 hari, dan
lebih singkat dibandingkan pada metode pencelupan yang mencapai lebih
dari enam bulan (203 hari). Semakin rendah nilai LT50 menunjukkan bahwa
dengan metode kontaminasi media menjadi lebih cepat menyebabkan
mortalitas yang berarti jamur M. anisopliae lebih berkembang pada kondisi
sesuai tanah.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya menyebtkan bahwa aplikasi
jamur M. anisopliae untuk pengendalian uret adalah dengan cara penaburan
konidia dalam formulasi tepung (Fuji dan Yokoyama 1996) dan granular
(Milner et al. 2003). Hasil penelitian Harjaka (2010) juga menyebutkan
bahwa jamur M. anisopliae dapat menjadi kontaminan tanah yang digunakan
untuk pemeliharaan larva L. stigma sehingga terjadi infeksi. Berdasarkan
perbandingan nilai LC50 dan LT50 maka dapat diketahui bahwa metode
-
PATOGENISITAS Metarhizium anisopliae TERHADAP LARVA Lepidiota stigma
89
aplikasi yang efektif untuk jamur M. anisopliae sebagai agens pengendali
larva L. stigma sebagai hama tebu adalah dengan cara kontaminasi tanah
dengan konidia bentuk formulasi padat atau tepung.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jamur
M.anisopliae adalah patogenik terhadap larva L. stigma instar ketiga.
Konsentrasi efektif jamur M. anisopliae yang dapat menyebabkan mortalitas
50% larva L. stigma adalah 1,27 x 106 konidia/gram melalui metode
kontaminasi media, dan 1,03 x 108 konidia/ml melalui metode pencelupan
serangga uji.
DAFTAR PUSTAKA
Butt, T.M., C. Jackson dan N. Magan. 2001. Fungi as Biocontrol Agents. CABI Publishing.
Estioko, R.V. dan T.B. Banas. 1998. Biological control agents against white grubs of sugarcane. Regional Research and Development
Symposium, 15 Jul - 11 Sep 1998, Los Banos, Laguna (Philippines). http://www.fao.org/agris/search/. diakses 28 Desember 2008
Fujie, A. dan A. Yokoyama. 1996. Improvement and Use of Metarhizium anisopliae for Controling Anomala cuprea. Proceeding of the International Symposium on The Use of Biologcal Control Agents under Integrated Pest Management. Pp : 61-69
Harjaka, T. 2006. Isolasi Jamur Metarhizium anisopliae pada Hama Uret Perusak Akar Padi Gogo. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Pertanian. Fakultas Pertanian UGM Hal : 200-205
Harjaka, T. 2010. Susceptibility of Lepidiota stigma (F.) (Coleoptera: Scarabaeidae) to Metarhizium anisopliae (Metch.) (Hypocreales: Clavicipitaceae). Proceeding International Conference on Food Safety
& Food Security. Fakultas pertanian, Universitas Gadjah Mada. Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crop in Indonesia. P.T. Ichtiar Baru-Van
Hoeve. Jakarta.
Mahrub, E., Rasdiman, S. dan M. Prawirodisastro. 1975. Penelitian Biologi Lepidiota stigma di Laboratorium. Fakultas Pertanian UGM
Milner, R.J., P. Samson dan R. Morton. 2003. Persistence of Conidia of Metarhizium aaanisopliae in Sugarcane Fields: Effect of isolate and
http://www.fao.org/agris/search/display
-
Harjaka et al, Prosiding Semnas Pesnab IV, Jakarta, 15 Oktober 2011
90
formulation on persistence over 3.5 years. Biocontrol Science and Technology, 13 : 507-516
Setyaningsih, B.R. 2010. Hama Pemakan Akar Tebu Lepidiota stigma. ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?option=com_content&view=article&id=76:hama-pemakan-akar-tebu-lepidiota-
stigma&catid=15:home. diakses 13 April 2011.
Pertanyaan/komentar:
Meldi (Balittka)
T: Asal dan jenis isolate Metarhizium yang digunakan ?
J: UGM mempunyai 12 koleksi isolate Metarhizium, termasuk yang minor.