7.TERATOGENESIS
-
Upload
muhammad-badar-rudi -
Category
Documents
-
view
257 -
download
5
description
Transcript of 7.TERATOGENESIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hingga awal tahun 1940-an diduga bahwa cacat lahir hanya disebabkan oleh
faktor keturunan. Akan tetapi kemudian terbukti bahwa faktor lingkungan juga
memegang peranan sebagai faktor penyebab cacat lahir. Walaupun sebagian besar
penyebab cacat lahir belum diketahui dengan pasti, ternyata dari berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa 10% dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan
15% disebabkan oleh faktor genetik. Dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa
faktor lingkungan yang dapat menyebabkan cacat lahir, penyakit infeksi, penyakit
non infeksi yang menyerang ibu-ibu hamil, zat-zat kimia lingkungan, obat-obatan,
nutrisi, radiasi, dan faktor mekanis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teratogenesis ?
2. Bagaimana konsep cacat lahir ?
3. Apa saja faktor-faktor penyebab teratogenesis ?
4. Bagaimana mekanisme kerja teratogen dan apa saja zat-zat yang bersifat
teratogen ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian teratogenesis.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana konsep cacat lahir.
3. Mahasiswa dapat menyebutksn faktor-faktor penyebab teratogenesis.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme kerja teratogen dan dapat
mengetahui zat-zat yang bersifat teratogen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teratogenesis
Banyak kejadian yang dikehendaki untuk perkembangan dari organisme baru
yang memiliki kesempatan besar dalam tindakan tersebut untuk menjadi suatu
kesalahan. Pada kenyataannya, kira-kira satu dari tiga kali keguguran embrio pada
manusia, sering tanpa diketahui oleh si Ibu bahwa dia sedang hamil. Perkembangan
abnormal yang lain tidak mencelakakan embrio tetapi kelainan tersebut akan
berakibat pada anak. Kelainanan perkembangan ada dua macam, yaitu: kelainan
genetik dan kelainan sejak lahir. Kelainan genetik dikarenakan titik mutasi atau
penyimpangan kromosom dan akibat dari tidak ada atau tidak tepatnya produk
genetik selama meiosis atau tahap perkembangan. Kelainan sejak lahir tidak
diwariskan melainkan akibat dari faktor eksternal, disebut teratogen, yang
mengganggu proses perkembangan yang normal. Pada manusia, sebenarnya banyak
zat yang dapat dipindahkan dari sang ibu kepada keturunannya melalui plasenta,
yaitu teratogen potensial. Daftar dari teratogen yang diketahui dan dicurigai meliputi
virus, alkohol, dan beberapa obat, termasuk aspirin (Harris, 1992).
Teratogenesis merupakan proses yang menyebabkan terjadinya berbagai
bentuk kelainan perkembangan embrio selama periode embrional yang disebabkan
oleh faktor-faktor khemo-eksternal sehingga menyebabkan terjadinya cacat kelahiran
(Ciptono,2010).
Secara alami keadaan cacat sulit untuk dipastikan apa penyebabnya yang
khusus, mungkin sekali diakibatkan oleh gabungan atau kerjasama berbagai faktor
dari genetik dan lingkungan. Penyebab teratogenesis disebut faktor-faktor teratogen
dan kejadian cacat ini dapat dilakukan secara eksperimental yang disebut dengan
eksperimental teratogen. Ilmu yang mempelajari tentang teratogenesis adalah
teratologi, sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya teratogenesis
adalah teratogen
B. Konsep Cacat Lahir ( Malformasi Kongenital)
Malformasi kongenital atau cacat lahir adalah penyimpangan secara umum
struktur individu selama perkembangan prakelahiran. Penyimpangan ini
menimbulkan cacat kelahiran pada sebagian populasi manusia. Dalam beberapa hal
penyimpangan ini merupakn kejadian alamiah kualitatif dan hanya sedikit saja yang
merupakan penyimpangan kuantitatif. Cacat lahir merupakan penyebab kematian
kelima, kira-kira 21% dari semua kematian bayi (Ciptono, 2010).
Gangguan zat teratogen pada saat pembentukan janin dapat terjadi di seriap
tahap, diantarnaya adalah :
1. Embriologi
Setelah pembuahan, sel telur mengalami proliferasi sel, diferensiasi sel,
migrasi sel, dan organogenesis. Embrio kemudian melewati suatu
metamorfosis dan periode perkembangan janin sebelum dilahirkan (Lu,
1995).
2. Pradiferensiasi
Selama tahap ini, embrio tidak rentan terhadap zat teratogen. Zat ini dapat
menyebabkan kematian embrio akibat matinya sebagian besar sel embrio,
atau tidak menimbulkan efek yang nyata. Bahkan, bila terjadi efek yang agak
berbahaya, sel yang masih hidup akan menggantikan kerusakan tersebut dan
membentuk embrio normal. Lamanya tahap resisten ini berkisar antara 5 – 9
hari, tergantung dari jenis spesiesnya (Lu, 1995).
3. Embrio
Dalam periode ini sel secara intensif menjalani diferensiasi, mobilisasi, dan
organisasi. Selama periode inilah sebagian besar organogenesis terjadi.
Akibatnya, embrio sangat rentan terhadap efek teratogen. Periode ini
biasanya berakhir setelah beberapa waktu, yaitu pada hari ke-10 sampai hari
ke-14 pada hewan pengerat dan pada minggu ke-14 pada manusia. Selain itu,
tidak semua organ rentan pada saat yasng sama dalam suatu kehamilan (Lu,
1995).
4. Janin
Tahap ini ditandai dengan perkembangan dan pematangan fungsi. Dengan
demikian, selama tahapan ini, teratogen tidak mungkin menyebabkan cacat
morfologik, tetapi dapat mengakibatkan kelainan fungsi. Cacat morfologik
umumnya mudah dideteksi pada saat kelahiran atau sesaat sesudah kelahiran,
tetapi kelainan fungsi, seperti gangguan SSP, mungkin tidak dapat
didiagnosis segera setelah kelahiran (Lu, 1995).
Beberapa jenis anomali pada malformasi kongenital
1. Malformasi
Terjadi selama pembentukan struktur (organogenesis). Malformasi dapat
disebabkan faktor lingkungan dan genetik. Kebanyakan malformasi berawal dari
minggu ketiga sampai minggu kedelapan kehamilan. Anomali ini dapat
menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh struktur organ dan/atau perubahan-
perubahan konfigurasi normal.
2. Disrupsi
Mengakibatkan perubahan morfologi struktur organ setelah pembentukannya.
Penyebabnya adalah proses-proses yang merusak, seperti kecelakan pada pembuluh
darah yang menyebabkan atresia usus dan cacat yang ditimbulkan pita amnion.
3. Deformasi
Disebabkan oleh gaya-gaya mekanik dalam jangka waktu yang lama.
Deformasi sering kali mengenai sistem kerangka otot. Anomali ini dapat sembuh
setelah lahir.
4. Sindrom
Sekelompok cacat yang terjadi secara bersamaan, memiliki etiologi yang
spesifik dan sama. Istilah ini menunjukkan telah dibuat sebuah diagnosis dan risiko
terjadinya kembali telah diketahui.
C. Faktor Penyebab Teratogenesis
Cacat kelahiran dapat terjadi karena tiga faktor, antara lain adalah :
1. Cacat kelahiran yang disebabkan oleh sebab-sebab genetik. Dalam hal ini
melibatkan perubahan konstitusi genetik tertentu yang berupa gen mutants
dan pengagregasian kromosom. Mutasi dapat menimbulkan alel cacat,
sedangkan pengagregasian kromosom dapat menyebabkan berbagai macam
sindrom.
2. Cacat kelahiran sebagai akibat dari munculnya banyak faktor genetik secara
spontan dan faktor lingkungan tertentu, biasanya berupa interaksi dari banyak
gen dengan faktor-faktor lingkungan yang tidak diketahui dengan persis.
3. Cacat kelahiran yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan semata,
seperti :
Infeksi
Cacat dapat terjadi jika induk yang kena penyakit infeksi, terutama
virus.
Obat
Obat berbahaya yang diminum ibu sewaktu hamil dapat menimbulkan
cacat pada janinnya
Radiasi
Ibu hamil yang diradiasi dengan sinar X akan memungkinkan
melahirkan bayi yang cacat, karena mineral radioaktif yang ada
disekeliling berhubungan erat dengan kecacatan bayi yang dilahirkan.
Defisiensi
Ibu hamil yang mengalami defisiensi vitamin atau hormon dapat
menimbulkan cacat pada janin yang sedang dikandung (Ciptono,
2010).
Cacat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya yang penting adalah :
1. Gangguan pertumbuhan kuncup suatu alat (agenesis). Agenesis atau
terganggunya pertumbuhan suatu kuncup alat, menyebabkan adanya janin
yang tak berginjal, tak ada anggota, tak ada pigment (albino), dan sebagainya
2. Pertumbuhan terhenti di tengah jalan, terjadi cacat seperti sumbing atau
dengan langit-langit celah
3. Kelebihan pertumbuhan, terjadi gigantisme dan kembar dempet. Kembar
dempet yang ringan sering disebut kembar siam, sedangkan kembar yang
memiliki tingkat lebih serius lagi disebut duplex. Kembar dempet dapat
disebabkan karena tak sempurnanya pembelahan primitive streake kana kiri
dan tak sempurnanya lapis benih membelah. Jenis kembar dempet ada tiga,
diantaranya adalah :
Thoracopagus (dada bertaut)
Craniopagus (kepala bertaut)
Phgopagus (pinggul bertaut)
4. Salah arah differensiasi, terjadi pembentukan tumor (Yatim, 1994).
D. Mekanisme Kerja Teratogen
Kerentanan terhadap teratogen berbeda-beda menurut stadium perkembangan
saat paparan. Masa yang paling sensitif untuk menimbulkan cacat lahir pada manusia
adalah masa kehamilan minggu ketiga hingga kedelapan. Masing-masing sistem
organ mempunyai satu atau beberapa stadium kerentanan. Manifestasi perkembangan
abnormal tergantung pada dosis dan lamanya paparan terhadap suatu teratogen.
Teratogen bekerja dengan cara spesifik pada sel-sel dan jaringan ringan yang sedang
berkembang untuk memulai patogenesis yang abnormal. Manifestasi perkembangan
abnormal adalah kematian, malformasi, keterlambatan perkembangan, dan gangguan
fungsi.
Aksi suatu zat yang berakibat pada kecacatan selama kebuntingan
berhubungan erat dengan perkembangan fetus. Perkembangan fetus dibagi menjadi
blastogenesis, organogenesis, histogenesis dan pematangan fungsional. Pada fase
blastogenesis merupakan proses utama dalam pembelahan sel sehingga zat teratogen
dapat mengakibatkan kematian embrio dengan menghambat proses pembelahan sel.
Pada organogenesis, terjadi proses pembentukan organ sehingga zat teratogen akan
menyebabkan malformasi organ, jenis malformasi tergantung dari jenis teratogen.
Histogenesis dan pematangan fungsional tergantung pada suplai nutrisi dan diatur
berbagai sistem hormon (Kalant and Roschlau, 1989).
Banyak zat-zat kimia terbukti bersifat teratogen pada hewan coba tetapi tidak
pada manusia yang mungkin disebabkan manusia kurang rentan dan tingkat pajanan
yang tinggi pada manusia. Efek teratogenik suatu zat kimia dapat muncul berupa
tingkat kebuntingan yang rendah, jumlah anak per induk yang berkurang dan
ketahanan hidup janin yang rendah (Frank, 1995). Perkembangan tidak normal dapat
disebabkan oleh faktor genetik seperti mutasi dan aberasi serta faktor lingkungan
baik yang berasal dari obat, radiasi, infeksi, defisiensi dan emosi. Banyak zat kimia
mempengaruhi replikasi dan transkripsi asam nukleat atau translasi RNA. Teratogen
tertentu dapat mempengaruhi pasokan energi yang digunakan untuk metabolisme
dengan cara langsung mengurangi persediaan substrat dan analog seperti glukosa,
asam amino dan vitamin. Kondisi hipoksia juga bersifat teratogen dengan
mengurangi oksigen dalam proses metabolisme yang membutuhkan oksigen yang
dapat mengakibatkan ketidakseimbangan osmolaritas. Ketidakseimbangan ini
meyebabkan odema yang pada gilirannya dapat menyebabkan kelainan bentuk dan
iskemia jaringan (Yatim, 1982; Poernomo, 1999).
Kelainan teratogenik yang timbul ditentukan oleh tempat kerja (site of action)
dan tahap kerja (stage of action) dari perkembangan organ yang dipengaruhi.
Terdapat empat tingkatan aksi zat teratogen yaitu aksi primer yang terjadi pada
kompartemen intraseluler (intracellular compartement) pada rangkaian interaksi
antara inti dan sitoplasma pada produksi metabolit yang khas dari sel tersebut.
Kedua, aksi primer terjadi karena kelainan dalam struktur dan fungsi dari permukaan
sel (cell surface). Ketiga, terjadi karena ketidaknormalan pada matriks ekstraseluler
(celluler matrix). Keempat, pada lingkungan janin (fetus environment)
ketidaknormalan pada tingkat organisme atau dalam hubungan feto-maternal.
Tahap kerja (Stage of Action) pada perkembangan organ tubuh, tahap ini
merupakan tahap perkembangan organ selama embriogenesis berupa rangkaian
tingkat yang berbeda-beda yang dikontrol dengan tepat. Pada tahap ini akan
terbentuk susunan jaringan yang teratur dengan bentuk dan ukuran yang spesifik
serta stadium pertumbuhan ini sangat peka terhadap faktor genetik maupun faktor
lingkungan. Perubahan pada tiap tahap pertumbuhan mempunyai kepekaan terhadap
teratogen yang berbeda. Perkembangan suatu organ meliputi kejadian-kejadian yang
dapat dibedakan menjadi : determinasi, proliferasi, organisasi seluler, migrasi dan
kematian morfologik sel (Yatim, 1982).
E. Beberapa Teratogen Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan
1. Thalidomido, substansi ini terdapat pada berbagai obat penenang. Toksisitas
zat ini positif bagi embrio yang baru berkembang. Dosis teratogenik adalah
18 mg/kg berat badan dan dalam pemakaian 3 hari berturut-turut. Masa
paling kritis yang berpengaruh adalah pada umur kehamilan 35-50 hari atau
pada saat usia embrio 21-36 hari. Pengaruhnya adalah anomali anggota-
anggota badan, kecacatan daun telinga, kelainan jantung, kelainan sistem
digesti dan sistem urogenitalia. Pengaruh terhadap perkembangan mental
tidak begitu nyata.
2. Berbagai Hormon, salah satunya adalah hormon testosteron yang
pengaruhnya pada perkembangan embrio perempuan adalah terjadinya
female masculinization.
3. Pemakaian Tolbutamide, akan mengakibatkan infertilitas atau tidak
terjadinya kehamilan, selain itu juga dapat menyebabkan keguguran embrio.
4. Pemakaian Acetyl Salicylic Acid, pada awal kehamilan akan menyebabkan
terjadinya cacat kelahiran, berupa tidak sempurnanya pembentukan rangka
dan alat badan.
5. Penggunaan Phenillalanine dan Cyclohexylamine, akan menyebabkan
kecacatan mental pada fetus yang dikandung ibu yang bersangkutan
(Ciptono, 2010)
BAB III
KESIMPULAN
Teratogenesis merupakan proses yang menyebabkan terjadinya berbagai
bentuk kelainan perkembangan embrio selama periode embrional yang disebabkan
oleh faktor-faktor khemo-eksternal sehingga menyebabkan terjadinya cacat
kelahiran. Cacat kelahiran dapat disebabkan karena tiga faktor, antara lain adalah,
cacat kelahiran yang disebabkan oleh sebab-sebab genetik, cacat kelahiran sebagai
akibat dari munculnya banyak faktor genetik secara spontan dan faktor lingkungan
tertentu, dan cacat kelahiran yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan semata.
Cacat terjadi karena beberapa sebab, antara lain adalah gangguan
pertumbuhan kuncup suatu alat (agenesis), pertumbuhan terhenti di tengah jalan,
kelebihan pertumbuhan, dan salah arah differensiasi. Teratogen bekerja dengan cara
spesifik pada sel-sel dan jaringan ringan yang sedang berkembang untuk memulai
patogenesis yang abnormal. Manifestasi perkembangan abnormal adalah kematian,
malformasi, keterlambatan perkembangan, dan gangguan fungsi. Beberapa substansi
yang memiliki sifat teratogen antara lain adalah thalidomido, berbagai hormon,
pemakaian tolbutamide, pemakaian acetyl salicylic acid, dan penggunaan
phenillalanine dan cyclohexylamine.
DAFTAR PUSTAKA
Ciptono. 2010. Reproduksi Dan Embriologi Hewan. Yogyakarta : UIN Press.
Harris, C. L. 1992. Zoology. New York : Harper Collins Publishers Inc.
Lu, F. C. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko.
Jakarta : UI Press.
Poernomo, B. P. 1999. The Teratology Highlight. Post Graduate Programme
Airlangga University.
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Bandung : Penerbit Tarsito.