7.pdf

8
                 

Transcript of 7.pdf

  • Hasil Penelitian REKA Agroindustri Vol.I No.1 Tahun 2013

    JURNALREKA Agroindustri 56Media Teknologi dan Manajemen Agroindustri

    Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Proses Produksi TempeProduk UMKM di Kabupaten Sidoarjo

    MujiantoProgram Studi Teknologi Industri Pertanian, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

    Jl. Dukuh Kupang XXV/54 Surabaya 60225, [email protected]

    ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara beberapa faktor yang

    mempengaruhi proses produksi tempe produk UMKM di kabupaten Sidoarjo, faktor-faktor tersebut antaralain kedelai, air proses, ragi tempe, fermentasi, sarana dan prasarana proses serta tenaga kerja.Penelitian dilakukan dengan teknik pengambilan sampling secara purposive sampling dengan membagisampling sesuai dengan kapasitas produksi UMKM di Kabupaten Sidoarjo, mulai dari kapasitas produksi0-600 kg/bln, 750-900 kg/bln, 1050-1950 kg/bln, 2100-2700 kg/bln dan 3000 kg/bln sehingga diperoleh 83(delapan puluh tiga) responden. Semua responden menggunakan kedelai import (4.5422) karena selalutersedia dalam jumlah yang cukup, air proses yang digunakan untuk produksi memilih air sumur(4.3012) dengan alasan murah dan layak, menggunakan ragi tempe yang siap pakai (4.4096). Lamafermentasi dan suhu fermentasi berkorelasi sangat nyata sebesar 0.417, lama fermentasi jugaberkorelasi dengan perebusan kedelai tahap ke 1 (satu). Sebagian besar UMKM menggunakan tungkukayu bakar (83.1%) dengan panci terbuat dari Aluminium (42.2% dari 83 responden), untuk kegiatanpengupasan kulit ari kedelai sebagian menggunakan mesin pengupas kulit (39.7% dari 73 responden) .Keahlian tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh variabel kedisiplinan (0,269), motivasi dalam bekerja(0.190) dan berbanding terbalik dengan ketersediaan tenaga kerja baru pengganti (-0.132).Keyword : analisis faktor, UMKM Tempe, kabupaten Sidoarjo.

    PENDAHULUANMenurut Hermana (1985), Tempe

    merupakan produk olahan kedelai yang nilaigizinya menjadi meningkat terutama protein,lemak, karbohidrat dan vitamin. Kandungan gizitempe juga menjadi mudah larut dalam airsehingga mudah dicerna bila dibanding dengankedelai, keuntungan yang lain terjadinyakerusakanzat-zat anti nutrisi pada kedelai.

    Tahap pengolahan kedelai menjaditempe meliputi perebusan tahap ke 1 (satu),penghilangan kulit ari, perebusan tahap ke 2(dua), pematusan kadar air, Inokulasi ragi tempe(peragian), pembungkusan, fermentasi danpenjualan. Adapun beberapa bahan penolongyang memberi pengaruh sangat signifikanterhadap kualitas tempe yang dihasilkan antaralain air proses, ragi tempe, fermentasi, saranadan prasarana proses serta tenaga kerja.

    Tujuan dari analisis faktor adalah untukmenemukan sejumlah faktor yang mendasariatau yang mempengaruhi proses produksi tempedi UMKM Kabupaten Sidoarjo. Penggunaananalisis faktor dapat digunakan untukmengidentifikasi beberapa faktor yang memberipengaruh secara langsung maupun tak langsungterhadap proses produksi tempe di UMKM.

    METODOLOGIPenelitian dilakukan dengan teknik

    pengambilan sampling secara purposivesampling dengan membagi sampling sesuaidengan kapasitas produksi UMKM di KabupatenSidoarjo, mulai dari kapasitas produksi 0-600kg/bln, 750-900 kg/bln, 1050-1950 kg/bln, 2100-2700 kg/bln dan 3000 kg/bln sehingga diperoleh83 (delapan puluh tiga) responden. Adapunfaktor-faktor yang dianggap mendasari yang

  • Hasil Penelitian REKA Agroindustri Vol.I No.1 Tahun 2013

    JURNALREKA Agroindustri 57Media Teknologi dan Manajemen Agroindustri

    berpengaruh terhadap kualitas tempe antara lainkedelai, air proses, ragi tempe, fermentasi,sarana dan prasarana proses, tenaga kerja danfaktor manajerial. Analisis faktor dilakukandengan pendekatan statistik deskripsi, analisiskorelasi, analisis varian dan analisis regresi.

    HASIL DAN PEMBAHASANFaktor Bahan Baku (Kedelai, Air Proses danRagi Tempe).

    Kedelai merupakan bahan baku utamadalam proses pembuatan tempe, untuk membuattempe dengan kualitas rasa yang enakdibutuhkan beberapa persyaratan bahan bakukedelai, disamping itu juga diperlukan adanyaketersedian kedelai yang cukup untuk menjaminkelangsungan usaha. Beberapa parameterkedelai yang diamati dalam penelitian ini antaralain ; ketersedian kedelai, pengiriman kepengrajin, kualitas kedelai, tempat penyimpanan,berat 100 biji, dan asal kedelai (lokal/import).Tabel 1. Analisis Deskripsi Kedelai

    Dari data pada tabel 1, beberapaparameter kedelai yang mempunyai pengaruhyang besar terhadap bahan baku kedelai antaralain ketersedian kedelai, kualitas kedelai,pengiriman (kelangsungan/kontinuitas) dankedelai import.

    Kedelai lokal mempunyai peranan yangkecil bila dibandingkan dengan peran kedelaiimport, ini disebabkan ketersedian kedelai lokalyang tidak cukup memadai untuk kelangsunganusaha UMKM Tempe di Kabupaten Sidoarjo,disamping beberapa kendala yang lain sepertikesulitan untuk mendapatkan akses kedelai lokal,ini barangkali disebabkan belum adanyapedagang besar dan perusahaan yang secarakhusus bergerak di bidang budidaya kedelai diIndonesia ini.

    Berdasarkan hasil kuisioner yangdilakukan di Kabupaten Sidoarjo diketahui bahwaketersediaan kedelai sebagai bahan baku diUMKM Tempe, tersebut berkorelasi sangat nyata(signifikan) terhadap kualitas kedelai (0.434),kontinuitas pengiriman (0.467), tempatpenyimpanan (0.284) dan kedelai import (0.353)artinya ketersedian kedelai untuk memenuhikebutuhan bahan baku tempe di KabupatenSidoarjo, sangat tergantung dengan kedelaiimport yang bisa menjamin ketersediaan kedelaiserta jaminan kontinuitas dengan kualitas yangbaik dan memadai untuk UMKM Tempe. Tempatpenyimpanan kedelai di sentra UMKM Tempetersebut dikelola dengan model manajemenpergudangan oleh Primkopti (Primer KoperasiTahu dan Tempe Indonesia) sehinggamempunyai korelasi yang sangat nyata(signifikan) dengan kegiatan UMKM Tempe.

    Hasil analisis varian terhadap modelregresi dengan dependen variabel ketersediaankedelai dan independen variabel kedelai import(X4), kedelai lokal (X3), kontinuitas pengiriman(X2) dan kualitas kedelai (X1), menghasilkan nilaiF hitung sebesar 9,840 (berbeda sangat nyata).Persamaan regresi nya adalah:

  • Hasil Penelitian REKA Agroindustri Vol.I No.1 Tahun 2013

    JURNALREKA Agroindustri 58Media Teknologi dan Manajemen Agroindustri

    Y = 0.919 + 0.185 X1 + 0.263 X2 +0.135 X3 + 0.275 X4 (1)Kedelai lokal memberi pengaruh langsungterhadap model regresi diatas karenasebenarnya kedelai lokal mempunyai nilaikeunggulan komparatif yang lebih baik biladibanding kedelai import karena secaraorganoleptik rasanya lebih gurih dan enak.

    Parameter TDS (total dissolved solids)air untuk proses produksi di kabupaten Sidoarjoberkisar antara 450 650 ppm. Dari tabel.2.diketahui bahwa semua UMKM Tempe diKabupaten Sidoarjo menggunakan air sumur(90.4%) sebagai air untuk proses produksi(4.3012) dengan pertimbangan jumlah airnyacukup (3.8902) dan warna airnya masih bisaditerima (3.3780). Berdasarkan hasil analisisterhadap 83 (delapan puluh tiga) responden yangberhubungan dengan air proses, 8% menyatakanragu-raguTabel 2. Analisis Deskripsi Air Proses

    menggunakan air sumur, 50.6% setujumenggunakan air sumur dan 39.8% sangatsetuju menggunakan air sumur sebagai airproses. Air PDAM menjadi pilihan keduaresponden di Kabupaten Sidoarjo, sebanyak24.1% menyatakan sangat tidak setuju, 7.2%tidak setuju, 20.5% ragu-ragu, 38.6% setuju, dan

    3.6% sangat setuju menggunakan air PDAMsebagai bahan baku proses pembuatan tempe.Secara umum UMKM Tempe tidak menggunakanair sungai (1.8462) sebagai bahan baku dalamproses pembuatan tempe, karena resiko peluangtempenya menjadi rusak sangat besar. Analisisdeskripsi terhadap 78 responden menyatakan55.4% sangat tidak setuju menggunakan airsungai, 15,7% tidak setuju, 10.8% ragu-ragu,6.0% setuju, dan 6.0% sangat setujumenggunakan air sungai sebagai bahan bakuproses pembuatan tempe.

    Hasil analisis statistik deskripsimenyatakan bahwa 91.6% pengrajin tempe diKabupaten Sidoarjo menggunakan ragi tempesiap pakai (4.4096), dibeli dari primkopti untukproses pembuatan tempe. Beberapa alasanmengapa lebih suka menggunakan ragi tempesiap pakai karena alasan kemudahan sertapraktis dan selalu tersedia. Berdasarkanpengalaman responden, ragi siap pakai jugamempunyai peluang keberhasilan yang semakinbesar bila dibanding dengan menggunakan ragiracikan sendiri atau campuran.Tabel 3. Analisis Deskripsi Ragi Tempe

    Ragi tempe merupakan bahan baku yangmempunyai peranan sangat penting dalam

  • Hasil Penelitian REKA Agroindustri Vol.I No.1 Tahun 2013

    JURNALREKA Agroindustri 59Media Teknologi dan Manajemen Agroindustri

    proses pembuatan tempe, ragi tempe dengandaya tumbuh yang rendah akan mengakibatkankegagalan dalam proses, karena itu parapengrajin tempe tidak berspekulasi dalammemilih jenis ragi tempe ini bisa dilihat dariindikasi nilai varian yang sangat kecil (0.416),namun demikian dari sejumlah responden dikedua wilayah masih ada yang menggunakanbahan campuran untuk ragi seperti tepung beras,gamblong, karak atau jagung (nilai varian 1.444).

    Ragi tempe merupakan sediaanfermentasi atau dikenal dengan stater yangmengandung mikroorganisme yang mempunyaiperan penting dalam fermentasi tempe,mikroorganisme tersebut berasal dari jeniskapang Rhizopus diantaranya Rhizopusoligosporus, Rhizopus oryzhae, dan Rhizopusstolonifer. Beberapa sifat specifik dari ordoRhizopus ini antara lain menggunakan sucrose,stachyose atau raffinose dalam metabolisme,memerlukan oksigen atau bersifat aerobic,tumbuh dengan cepat membentuk mycelia padasuhu 300 420C, bersifat proteolytic dan lipolyticserta menggunakan asam lemak (fatty acids)yang merupakan turunan dari lipids sebagaisumber energi. Ragi tempe dengan kualitasyang baik akan menghasilkan tempe yangberkualitas antara lain berbentuk padatankompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan danberbau khas tempe. Ragi tempe yangberkualitas baik harus mengandung mikroflora107 sampai 108 cfu (colony forming units ) pergram ragi tempe. Ragi tempe yang digunakanoleh UMKM di daerah pelaksanaan penelitiandari 83 responden teryata 42.2% menyatakansetuju menggunakan ragi tempe siap pakai,49.4% sangat setuju menggunakan ragi tempe

    siap pakai dan 8.4% menyatakan ragu-ragumenggunakan ragi tempe siap pakai. Ragi tempeyang terbuat dari campuran ragi, bekatul dantepung jagung, sebanyak 59.0% menyatakansangat tidak setuju, 21.7% tidak setuju dilakukan,2.4% ragu-ragu menggunakan dan 9.6%menyatakan setuju menggunakan campuran ragi,bekatul dan tepung jagung.

    Faktor Proses Pengolahan.Teknik pembuatan tempe di UMKM

    Kabupaten Sidoarjo secara umum terdiri daritahap perebusan ke 1, pengupasan, perendamandan pengasaman, perebusan ke 2, pematusanair, inokulasi menggunakan ragi tempe,pembungkusan dan fermentasi. Beberapa faktordalam proses pengolahan diperkirakanmempunyai pengaruh yang sangat nyata(signifikan) terhadap kualitas tempe, faktor-faktortersebut antara lain perebusan, ruang fermentasi,kadar air kedelai, pematusan air, kelembabanruang fermentasi, suhu fermentasi, lamafermentasi, rak fermentasi dan jenis bahanpembungkus (plastik, pelepah pisang, daunpisang, dan kertas).

    Menurut Shurtleff and Aoyagi (1979),suhu inkubasi selama proses fermentasi tempeberkisar antara 250C-300C, dengan kelembabanrelatif (RH) 70%-85% dan waktu inkubasi selama24-48 jam. Lama fermentasi (4.2048) yangcukup memberi pengaruh langsung terhadapkualitas tempe, apabila waktu fermentasinyakurang maka tempe yang terbentuk strukturnyatidak padat, warnanya tidak putih keabu-abuandan tidak berbau khas tempe. Hasil analisisterhadap 83 responden menunjukkan bahwa39.8% menyatakan sangat setuju lama

  • Hasil Penelitian REKA Agroindustri Vol.I No.1 Tahun 2013

    JURNALREKA Agroindustri 60Media Teknologi dan Manajemen Agroindustri

    fermentasi berpengaruh terhadap kualitas tempe,41.0% setuju, dan 19.3% menyatakan ragu-ragu.Lama fermentasi juga berkorelasi sangat nyata(signifikan) dengan suhu fermentasi (0.417),pematusan air dan pendinginan (0.367), bahanpembukus plastik (0.280) dan ruang fermentasi(0.341).

    Hasil analisis varian terhadap modelregresi dengan dependen variabel lamafermentasi dan independen variabel suhufermentasi (X1), kelembaban ruang (X2),pematusan air dan pendinginan (X3), perebusankedelai ke 1 (X4), dan perebusan kedelai ke2(X5), menghasilkan nilai F hitung sebesar 8.578(berbeda sangat nyata). Persamaan regresi nyaadalah:

    Y = 2.567 + 0.433 X1 0.254 X2 +0.204 X3 + 0.374 X4 0.368 X5 . (2)

    Suhu fermentasi (0.433) memberipengaruh langsung terhadap lama fermentasi,keduanya berhubungan secara kausal (sebab-akibat), sebab suhu fermentasi meningkat,karena waktu fermentasi yang semakin lama.Lama fermentasi berbanding lurus dengan suhufermentasi. Lama fermentasi yang optimumsupaya dicapai suhu yang optimum untuk prosesfermentasi adalah selama 24-48 jam, denganwaktu inkubasi sebesar itu akan dicapai suhufermentasi sebesar 250C-300C.

    Faktor lain yang memberi pengaruhlangsung terhadap lama fermentasi adalahperebusan kedelai ke 1 (0.474) dan ke 2 (-0.368),secara umum tujuan perebusan adalah untukmemudahkan hidrasi air ke dalam biji kedelai danmembuat beberapa senyawa kompleks berantaipanjang seperti protein dan karbohidrat berubahmenjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana

    dengan rantai yang lebih pendek sehinggamenjadi nutrisi yang mudah larut (solublenutrients) serta menginaktifkan mikroorganismeyang tidak dikehendaki selama prosesfermentasi. Perebusan juga membuat senyawatrypsin inhibitor terdenaturasi, senyawa ini dalamkeadaaan aktif bisa menjadi faktor anti nutrisi(anti-nutritional factor). Pada proses perebusanke 2, disamping dilakukan pemanasan jugadilakukan pendinginan dengan meniupkan udarasehingga kedelai menjadi kering angin (drainedand dried ).

    Proses fermentasi sebenarnya sudahterjadi setelah pelepasan kulit (de-hulling )kemudian dilakukan perendaman (soaking ),sewaktu dilakukan perendaman beberapamikroorganisme dari kelompok bakteri grampositip dan gram negatip, diantaranyaLactobacillus casei, bakteri asam laktat darienterococci, staphylococci, streptococci, bacilli,Enterobacter, Klebsiella dan coliform yang lain,dari kapang (yeasts) beberapa diantaranyaPichia, Saccaromyces dan candida, selamaproses perendaman sucrose, stachyose atauraffinose dengan cara difusi keluar dari bijikedelai dan larut ke dalam air. Senyawa sucrose,stachyose atau raffinose selanjutnya digunakanuntuk mendorong (support growth) bagipertumbuhan mikroflora, akibatnya pada akhirproses perendaman (20 sampai 24 jam padasuhu 200C) total mikroflora yang tumbuhmencapai 109 cfu per ml atau bisa lebih tinggi.Apabila dilakukan isolasi mikroorganisme padaakhir proses perendaman teryata yang banyaktumbuh antara lain lactobacilli, enterococci danstreptococci, nilai pH air rendaman turun hingggamencapai 4.5 sampai 5.0, kebanyakan dalam

  • Hasil Penelitian REKA Agroindustri Vol.I No.1 Tahun 2013

    JURNALREKA Agroindustri 61Media Teknologi dan Manajemen Agroindustri

    bentuk senyawa asam laktat dan campuranasam-asam yang lain.Tabel 4. Analisis Deskripsi Proses Pengolahan

    Fermentasi yang terjadi selama prosesperendaman mempunyai peranan yang penting,karena menyebabkan perubahan formasi asam-asam organik dan menurunnya nilai pH(keasaman). Penurunan nilai pH dapatmengontrol pertumbuhan patogen sepertiSalmonella typhimurium, Yersinia enterocolitica,Staphylococcus aureus dan Clostridiumbotulinum. Nilai pH yang rendah jugamenghambat pertumbuhan Bacillus, Enterobacter, dan mikroorganisme lain yang secara potensialbisa menimbulkan kegagalan dalam prosespembuatan tempe.

    Faktor Sarana dan Prasarana ProsesPengolahan

    Sarana dan prasarana dalam prosespengolahan tempe yang dimiliki oleh UMKM diKabupaten Sidoarjo, secara umum masih bersifattradisional dan berskala industri rumah tangga.

    Untuk keperluan perebusan kedelai dari83 responden yang diamati, teryata 36.1%sangat setuju menggunakan tungku kayu bakar,47.0% menyatakan setuju, 13.3% ragu-ragu dan

    hanya 3.6% yang menyatakan tidak setujumenggunakan tungku kayu bakar. Ini artinya83.1% pengrajin tempe di Kabupaten Sidoarjomenggunakan tungku kayu bakar sebagai saranadan prasarana perebusan kedelai, lebih lanjutmenurut responden, energi yang dihasilkan daripembakaran kayu masih lebih tinggi dan lebihekonomis bila dibanding sumber energi yang lainseperti minyak, LPG dan batubara.

    Disamping sumber energi untuk prosespengolahan, sarana dan prasarana lain yangpenting untuk mendukung kualitas/mutu tempeyang dihasilkan antara lain panci perebusan, darihasil pengamatan terhadap 83 responden, 3.6%menyatakan sangat setuju menggunakan panciAluminium, 42.2% setuju, 41.0% ragu-ragu, 3.6%tidak setuju dan 9.6% sangat tidak setujumenggunakan panci Aluminium. Kajian lebihlanjut terhadap responden yang menyatakantidak setuju dan sangat tidak setujumenggunakan panci Aluminium, mempunyaialasan bahwa penggunaan panci Aluminiummembuat proses fermentasi awalnya menjadilebih lama (2 hari), sedangkan apabilamenggunakan panci atau kwali dari bahan tanah,proses fermentasinya menjadi lebih pendek (1hari).

    Penggunaan kompor batubara sebagaienergi alternatif pengganti minyak dan kayubakar juga masih belum tersosialisasi denganbaik di UMKM Tempe, dari 78 (tujuh puluhdelapan) responden, 2.4% menyatakan setujumenggunakan kompor batubara, 12.0% ragu-ragu, 18.1% tidak setuju dan 61.4% menyatakansangat tidak setuju menggunakan komporbatubara, alasan UMKM yang menyatakan tidaksetuju karena ketersediaan batubara yang masih

  • Hasil Penelitian REKA Agroindustri Vol.I No.1 Tahun 2013

    JURNALREKA Agroindustri 62Media Teknologi dan Manajemen Agroindustri

    sulit dijangkau, jenis kompor batubara yang adadipasaran masih belum tepat guna sehinggatidak diminati oleh UMKM Tempe.Tabel 5. Analisis Deskripsi Sarana & Prasarana

    Sarana dan prasarana yangberhubungan dengan peningkatan produktivitas,UMKM Tempe di Kabupaten Sidoarjo, yang perlumendapat perhatian adalah mesin pengupaskulit, dari 78 (tujuh puluh delapan) respondenmenyatakan 3.6% sangat setuju menggunakanmesin pengupas kulit, 36.1% menyatakan setuju,14.5% ragu-ragu, 14.5% tidak setuju dan 25.3%menyatakan sangat tidak setuju menggunakanmesin pengupas kulit. Alasan responden yangmenyatakan tidak setuju dan sangat tidak setujumenggunakan mesin pengupas kulit, karenaproduksinya masih kecil sehingga merasa belummemerlukan alat tersebut.

    Faktor Tenaga KerjaDalam proses produksi tenaga kerja

    mempunyai peranan yang sangat dominan biladibandingkan dengan faktor-faktor produksi yanglain dalam proses pembuatan tempe. Faktortenaga kerja menjadi dominan karena tidak

    adanya subtitusi sumber daya yang lain, antaralain karena tidak semua UMKM menggunakanmesin pengupas kulit dan pencacah biji.Beberapa parameter tenaga kerja yang diamatidari 83 responden tersebut antara lain; keahliandalam hal ini maksudnya tenaga kerja terlatih(4.0843), kedisiplinan (3.8795), kebersihan(3.8675), komunikasi (3.8313), motivasi (3.6386),ketersediaan (3.5663), ketidakhadiran (2.9390),dan tenaga kerja baru pengganti (2.6627).

    Hasil analisis varian terhadap modelregresi dengan dependen variabel keahlian danindependen variabel tenaga kerja baru pengganti(X1), motivasi (X2), dan kedisiplinan (X3),menghasilkan nilai F hitung sebesar 8.583(berbeda sangat nyata).Persamaan regresi nya adalah:

    Y = 2.696 + 0.269 X1 + 0.190 X2 0.132 X3 (3)

    Keahlian tenaga kerja sangatdipengaruhi oleh variabel kedisiplinan (0,269),motivasi dalam bekerja (0.190) dan berbandingterbalik dengan ketersediaan tenaga kerja barupengganti (-0.132). Berdasarkan hasil analisislebih lanjut terhadap parameter kedisiplinanteryata dari 83 (delapan puluh tiga) responden,22.9% menyatakan sangat setuju kedisiplinanmembuat tenaga kerja menjadi ahli, 47.0%setuju, 25.3% ragu-ragu dan 4.8% menyatakansangat tidak setuju. Motivasi juga memberipengaruh yang besar terhadap keahlian, dari 83responden, teryata 9.6% menyatakan sangatsetuju, 48.2% setuju, 38.6% ragu-ragu dan 3.6%menyatakan tidak setuju bahwa motivasimemberi sumbangan terhadap keahlian.Ketersediaan tenaga kerja baru pengganti kontraproduktif dengan keahlian tenaga kerja, semakin

  • Hasil Penelitian REKA Agroindustri Vol.I No.1 Tahun 2013

    JURNALREKA Agroindustri 63Media Teknologi dan Manajemen Agroindustri

    banyak tersedia tenaga kerja baru penggantimaka makin mendorong seseorang menjadi tidakahli.

    KESIMPULANFaktor-faktor yang saling berhubungan

    secara kausalitas (sebab-akibat), yangmempengaruhi proses produksi tempe produkUMKM di kabupaten Sidoarjo antara lain adalahkedelai import (4.5422) karena selalu tersediadalam jumlah yang cukup, air proses yangdigunakan untuk produksi memilih air sumur(4.3012) dengan alasan murah dan layak,menggunakan ragi tempe yang siap pakai(4.4096). Lama fermentasi dan suhu fermentasiberkorelasi sangat nyata sebesar 0.417, lamafermentasi juga berkorelasi dengan perebusankedelai tahap ke 1 (satu). Sebagian besar UMKMmenggunakan tungku kayu bakar (83.1%)dengan panci terbuat dari Aluminium (42.2% dari83 responden), untuk kegiatan pengupasan kulitari kedelai sebagian menggunakan mesinpengupas kulit (39.7% dari 73 responden) .Keahlian tenaga kerja sangat dipengaruhi olehvariabel kedisiplinan (0,269), motivasi dalambekerja (0.190) dan berbanding terbalik denganketersediaan tenaga kerja baru pengganti (-0.132).

    UCAPAN TERIMAKASIHPenelitian ini dibiayai oleh Badan Penelitian danPengembangan Provinsi Jawa Timur, melaluiproyek Hibah Swakelola Tahun 2012. Untuk ituTim Peneliti Mengucapkan terima kasih.

    DAFTAR PUSTAKAHermana (1985), Pengolahan Kedelai menjadi

    Bahan Makanan, di dalam

    S.Somaatmadja, M.Ismunadji, Sumarno,M.Syam, S.O. manurung (ed), Kedelai,Pusat Penelitian PengembanganTanaman Pangan, Bogor.

    Kasmidjo, R. (1996): Tempe, Mikrobiologi danBiokimia Pengolahan sertaPemanfaatan, PAU Pangan dan Gizi,UGM, Yogyaakrta.

    Suryabrata, S., 1994. Metodologi Penelitian. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

    Santoso S (2002), Buku latihan SPSS StatistikMultivariat, PT Elex Media Komputindo,Jakarta

    Sarwono, J. (2006), Analisis Data PenelitianMenggunakan SPSS, Penerbit Andi,Yogyakarta.

    Shurtleff,W. and A.Aoyagi (1979), The Book ofTempeh, Harper and Row Publisher,New York.