76458429-indomie-1

18

Click here to load reader

Transcript of 76458429-indomie-1

Page 1: 76458429-indomie-1

MAKALAH

BIAYA KUALITAS INDOMIE

DisusunOleh Kelompok 3

1. Haris Suparyanto NIM: 1011019742. Ach. Zainuddin NIM: 1011019653. Albertus NIM: 1011019494. Saiful NIM: 1011019615. Purwadi NIM: 1011019676. Lina Florida NIM: 1011019797. Ach. Habibillah NIM: 1011019708. Wahyu Sugeng NIM: 1011019569. Noby Ardiyanuar NIM: 10110195110. Moch. Afik Saiful NIM: 10110196411. M. Jainul Abidin NIM: 101101958

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS 45 SURABAYA

ANGKATAN XVIII2011

Page 2: 76458429-indomie-1

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi Karunia dan Rahmatnya kepada kami semua yang tiada henti untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di susun agar pembaca mengetahui seberapa pentingnya biaya kualitas bagi perusahaan demi menjaga dan mempertahankan eksistensinya dan tetap mendapat mangsa pasar sehingga dapat memenuhi harapan pelanggan bahkan melampauinya.

Kami juga mungucapkan banyak terima kasih kepada

Bpk. Wiratna (selaku dosen pembimbing Akuntansi Manajemen) Temen-temen Angkatan 17

Yang telah membimbing kami dan banyak membantu menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangannya, untuk itu kami mohon kritik dan saran pembaca dari berbagai pihak untuk memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya pada umumnya,serta pada penulis pada khususnya. Sehingga hal ini bisa sama-sama diterapkan dalam pekerjaan kita masing-masing.

Surabaya 1 November 2011

Penulis

Terima Kasih

Page 3: 76458429-indomie-1

DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN…………………………………………………………………….iKATA PENGANTAR…………………………………………………………………..iiDAFTAR ISI……………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Apakan Indomie Itu………………………………………………………….2 2.2 Alasan Indomie Ditarik Dari Pasar Taiwan…………………………………..2

2.3 Apa Zat Methyl Phy-Droxybenzoate dan Benzoid Acid…………………….3 2.3.1 Penggunaan Untuk Kosmetik………………………………………..3 2.3.2 Penggunaan untuk Farmasi…………………………………………..4

2.3.3 Penggunaan untuk makanan…………………………………………42.4 Hikmah Adanya Kasus Indomie……………………………………………....5 2.4.1 Persaingan Dagang…………………………………………………...5 2.4.2 Uji Laboratorium……………………………………………………..5

2.4.3 Sistem Pengawasan…………………………………………………..6 2.4.4 Membahayakan………………………………………………………6 2.5 Dampak Negatif Terhadap Indomie…………………………………………..7 2.5.1 Kanker Payudara……………………………………………………..8 2.5.2 Infertilitas (Ketidak Suburan) Pada Pria……………………………..8 2.5.3 Alergi…………………………………………………………………8 2.5.4 Gangguan Pencernaan………………………………………………..8 2.5.5 Gangguan Pernafasan………………………………………………...8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………………………………...9 Saran……………………………………………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….10

Page 4: 76458429-indomie-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Banayak orang Indonesia yang belum merasakan makan kalau tak menyantap nasi. Namun Indomie bukan Cuma berhasil menjadi substitusi makanan utama, tapi pada segelintir orang juga kerap menjadi makanan utama atau menjadi lauknya nasi. Terobosan yang diciptakan Indomie adalah membuat orang sebelumnya tidak makan mie menjadi makan mie.

Awalnya Indomie dengan harga lebih murah Rp 500 dari pada harga seporsi nasi.Karena harganya lebih murah, orang yang membutuhkan makanan berkarbohidrat dan cepat saji lebih memilih Indomie ketimbang nasi yang perlu waktu lama untuk memasaknya. Sekarang market size Industri mie instan di Indonesia mencapai 12 Miliar bungkus/tahun. Terlebih kenaikan bahan bakar minyak (BBM) membuat kebanyakan orang menghemat untuk kebutuhan pangan sehari-hari.

Page 5: 76458429-indomie-1

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 APAKAH INDOMIE ITU ?

Indomie merupakan merek mie instan yang sangat terkenal di Indonesia. Indomie adalah salah satu produk PT Indofood CBP Sukses Makmur. Produk mie instan Indomie merupakan produk tersukses dari perusahaan milik Sudono Salim.Produk Indomie mulai diluncurkan ke pasar sejak 1982.Selain dijual di Indonesia, Indomie didistribusikan di mancanegara, antara lain di Amerika Serikat, Australia, sebagian Asia dan Afrika, serta beberapa negara Eropa.Indomie merupakan salah satu dari sedikit produk asli Indonesia yang mampu menembus pasar internasional. Di Indonesia, sebutan "Indomie" sudah umum digunakan sebagai istilah yang merujuk pada mie instan. Produk mie instan ini sangat digemari oleh masyarakat karena harganya ekonomis dan cita rasa yang telah disesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia.Perusahaan pembuat Indomie mengklaim bahwa Indomie termasuk makan sehat dan bergizi.Indomie disebut memiliki kandungan gizi, seperti protein, energi, asam folat, mineral besi, natrium, dan berbagai vitamin.Akan tetapi, mengkonsumsi Indomie secara terus-menerus sangat tidak dianjurkan karena Indomie mengandung pewarna /tartrazine/ yang tidak baik bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Bahkan akhir-akhir ini ada berita yang sangat mengejutkan, bahwa Indomie di tarik dari pasar Taiwan oleh Pemerintah Taiwan. Kenapa bias terjadi ???

2.2 ALASAN INDOMIE DI TARIK DARI PASAR TAIWAN ??

Pemerintah Taiwan dan Hong Kong membuat “kejutan” dengan menarik produk mie instan Indomie karena disinyalir mengandung pengawet. Diperlukan penyelidikan terbuka terhadap semua proses produksi di Indofood, produsen Indomie. Pihak berwenang Taiwan mengumumkan penarikan semua produk mie instan Indomie dari pasaran karena diduga mengandung sejumlah unsur yang berbahaya. Selain di Taiwan, jaringan supermarket di Hong Kong juga untuk semen-tara waktu tidak menjual mie instan asal Indonesia itu.

Harian Hong Kong, The Standard, menyebutkan, dua supermarket terkemuka di Hong Kong, ParknShop dan Wellcome, menarik semua produk Indomie dari rak-rak mereka. Selain itu, Pusat Keselamatan Makanan di Hong Kong tengah melakukan pengujian atas Indomie dan akan me-nindaklanjutinya dengan pihak importir dan dealer.

Taiwan menganggap Indomie yang dijual di negara tersebut mengandung dua bahan pengawet terlarang, yaitu methyl phy-droxybenzoate dan benzoic acid.Dua unsur itu hanya boleh digu-nakan untuk membuat kosmetik.Penggunaan dua bahan pengawet itu dilarang digunakan untuk membuat makanan. Selain di Taiwan, larangan juga berlaku di Kanada dan Eropa.

Page 6: 76458429-indomie-1

Masih dikutip dari harian The Standard, bila bahan-bahan tersebut dikonsumsi, maka konsumen bisa berisiko muntah-muntah. Selain itu, bila dikonsumsi secara rutin atau dalam jumlah subs-tansial, konsumen akan menderita asidosis metabolik, atau terlalu banyak asam di dalam tubuh.

Menanggapi hal ini, pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak menyangkal bila mie instan produk Indonesia itu mengandung bahan kimia.Namun, kadarnya masih wajar.

Kepala BPOM Kustantinah mengakui, ada kandungan <i>nipagin di mie instan itu.Zat pengawet tersebut berada dalam kecap yang juga bagian dari mie instan.Jika mengkonsumsi yang berle-bihan bisa muntah-muntah dan berisiko kena penyakit kanker.

Menurutnya, dalam kecap dari produk mie instan, batas penggunaan Napigin  250 miligram (mg) per kg. Dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan unggas, batas maksimal 1.000 mg per kg.

2.3 APA SIH ZAT METHYL PHY-DROXYBENZOATE DAN BENZOID ACID?

Produk mie instan milik Indomie dicekal di Taiwan dan Hong Kong karena alasannya mengunakan Methylparaben atau Methyl P-Hydroxybenzoate (E218) sebagai pengawetnya.Apa itu zat pengawet E218? Benarkah berbahaya?

Departemen Kesehatan dan badan pengawas makanan di Taiwan melakukan razia di sejumlah supermarket untuk menarik produk Indomie sejak pekan lalu.

Departemen Kesehatan Taiwan beralasan Indomie menggunakan zat pengawet Methyl P-Hydroxybenzoate yang tidak boleh digunakan untuk makanan.Di Taiwan zat ini hanya digunakan untuk produk kosmetik agar tidak berjamur.

Seperti apa sebenarnya Methyl P-Hydroxybenzoate itu?

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration (FDA) seperti dilansir Ehow, Senin (11/10/2010) memasukkan Methyl P-Hydroxybenzoate sebagai zat pengawet yang aman.

Bahan ini memang diperbolehkan untuk digunakan pada produk kosmetik, produk farmasi atau obat serta produk makanan.

2.3.1 Penggunaan untuk kosmetikSelama lebih dari 80 tahun, metil telah digunakan sebagai pengawet dalam industri kosmetik yang sering ditemukan pada pelembab wajah, produk anti-penuaan, pewarna rambut, produk pemutihan kulit, gel cukur, pembersih wajah, spray, shampo dan conditioner, maskara, eye shadow dan alas bedak.

Page 7: 76458429-indomie-1

2.3.2 Penggunaan untuk farmasiDalam industri farmasi, metil telah digunakan untuk melindungi obat sejak 1924. Metil digunakan untuk anti-bakteri seperti pada antibiotik topikal, kortikosteroid dan obat tetes mata.Beberapa antibiotik seperti penggunaan methylparaben pada penisilin mencegah kontaminasi mikroorganisme.

2.3.3 Penggunaan untuk makananKarena sifatnya yang anti jamur, metil digunakan sebagai penghambat ragi dalam produk makanan. FDA mengatakan produk ini aman digunakan dalam jumlah kecil. Pada makanan metil ditemukan pada berbagai produk susu beku, minyak dan lemak, selai, sirup dan bumbu-bumbu.

Sebagai pengawet makanan, FDA menggolongkan Methylparaben dalam kategori Generally Recognized as Safe (GRAS).Artinya, bahan kimia ini bisa dan aman untuk digunakan pada sebagian besar produk makanan.

Sebagai pengawet makanan, Methylparaben memiliki keunggulan dibanding pengawet lain yaitu lebih mudah larut air. Oleh karenanya, senyawa ini sering dipakai karena dinilai lebih aman saat terlibat kontak dengan cairan.

Kelebihan lainnya, Methylparaben tidak hanya mencegah pertumbuhan bakteri pada makanan instan dan awetan.Lebih dari itu, senyawa ini juga bisa membantu menjaga kestabilan rasa sehingga makanan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Di dalam tubuh, senyawa ini juga relatif aman karena mudah dimetabolisme.Karena mudah diserap, baik melalui saluran pencernaan maupun kulit, senyawa ini juga lebih cepat dikeluarkan dari dalam tubuh.

Dalam penggunaan untuk kosmetika, Methylparaben jarang menimbulkan iritasi meski dapat memicu alergi pada sebagian orang.Senyawa ini tergolong senyawa non-toxic, yang tidak beracun sekalipun terserap melalui permukaan kulit maupun pencernaan.

Meski ada beberapa penemuan soal bahaya metil namun hingga kini penemuan tersebut belum sepenuhnya diuji.Penelitian Cosmetic Safety Database metil telah dikaitkan dengan kanker, alergi, gangguan endokrin, keracunan atau perubahan tingkat sel. Namun penemuan ini masih harus dibuktikan.

Sementara beberapa penelitian menunjukkan metil dapat bereaksi dengan paparan ultraviolet B sehingga mengakibatkan peningkatan kerusakan DNA dan penuaan kulit.Namun seperti ditegaskan FDA sepanjang jumlah yang dipakai tidak melebihi dosis produk ini cukup aman.

Asam benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama asam ini berasal dari gum benzoin (getah kemenyan), yang dahulu merupakan satu-satunya sumber asam benzoat.Asam lemah ini beserta garam turunannya digunakan sebagai pengawet makanan.Asam benzoat adalah prekursor yang penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya.

Page 8: 76458429-indomie-1

2.4 HIKMAH ADANYA KASUS INDOMIE INI

2.4.1 Persaingan Dagang

Kasus penarikan produk mi instan hasil ekspor Indonesia ke berbagai belahan dunia itu wajar menyulut perhatian publik karena masyarakat Taiwan sudah mengkonsumsinya sejak lebih dari 15 tahun.Sulit dibantah ketika muncul kecurigaan adanya faktor yang mengarah pada trade competition (persaingan dagang).Dalam perspektif bisnis, penarikan produk Indomie dari pusat-pusat penjualan di Taiwan memang kental dengan aroma persaingan dagang.Dalam era globalisasi, faktor persaingan sangat dominan karena mekanisme ekspor – impor produk dari dan ke satu negara tidak lagi memiliki sekat-sekat yang berpotensi menghambat sistem perdagangan karena para pelaku bisnis wajib mengikuti dan tunduk pada kesepakatan perdagangan bebas.

Produk mi instan bukan hanya digemari dan menjadi salah satu produk makanan yang beredar luas di Indonesia, tetapi banyak penduduk di negara-negara maju mengkonsumsinya sebagai makanan utama.Terlebih lagi bagi etnis Mandarin, termasuk Taiwan sudah sejak lama menjadikan mi sebagai kebutuhan pangan keluarga sehari-hari. Dalam sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh pemerntah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) atau Cina tahun 2007, hampir 90 persen penduduk Negeri Tirai Bambu itu mengkonsumsi mi sebagai makanan pokok sehari-hari. Penjualan jenis mi instan di seluruh wilayah Cina pada saat dilakukan penelitian tersebut merata dan cenderung terus meningkat.

2.4.2 Uji Laboratoium

Kasus penarikan produk Indomie di Taiwan memang perlu diambil hikmahnya oleh pemerintah Indonesia bagi kelangsungan produksi mi instan di masa mendatang.Pemerintah Singapura sendiri saat ini sedang melakukan uji laboratoriun untuk memastikan apakah kandungan ripagin dan benzoicacid yang biasa dipakai sebagai bahan pembuat kosmetik memang benar terdapat dalam produk Indomie.Tudingan pemerintah Taiwan atas kandungan zat berbahaya yang digunakan oleh produsen Indomie mungkin dilandasi adanya ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas kesehatan sebagai acuan dalam memproteksi penduduk negara tersebut dari kemungkinan keracunan akibat salah mengkonsumsi produk makanan tertentu.

Kemajuan ilmu dan teknologi (iptek) memungkinkan berbagai produk kemasan makanan, kosmetik, dan lain-lain memanfaatkan zat-zat kimia untuk campuran bahan pengawet. Risikonya memang akan ditanggung oleh konsumen sebagai user (pemakai) apabila proses produksi tidak diawasi secara prosedural dan proporsional. Sebagai negara berkembang, produsen di Indonesia tentu memiliki kontribusi yang cukup besar dalam kerangka mengembangkan produksi lokal dan nasional untuk memperkuat landasan ekonomi yang menjadi tulang punggung pembiayaan pembangunan bangsa.Di balik itu, keselamatan masyarakat juga wajib dilindungi oleh negara, termasuk risiko akibat kesalahan dalam penggunaan zat berbahaya oleh produsen makanan dan minuman yang mengancam jiwa masyarakat konsumen.

Page 9: 76458429-indomie-1

2.4.3 Sistem Pengawasan

Titik lemah birokrasi yang memiliki kewenangan untuk memberikan izin kepada pengusaha sebagai produsen adalah sistem pengawasan dalam kelanjutan proses produksi. Selama ini, pengujian laboratorium dan pengawasan produksi biasanya hanya dilakukan pada saat produsen mulai menghasilkan produk untuk dipasarkan, selebihnya aparat terkait lebih banyak mengawasi dan memberikan perpanjangan izin dari balik meja tanpa melihat perkembangan dan proses produksi di lapangan.

Mekanisme ini sangat berbahaya, apalagi sebuah pabrik sudah berproduksi puluhan tahun, sehingga kapasitas maupun kualitas sarana dan prasarana yang dimanfaatkan sebagai penunjang produksi sudah mengalami penyusutan. Termasuk kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang kemungkinan mengalami kejenuhan selain faktor bertambahnya usia secara alamiah. Banyak hal bisa dipetik dari kasus ditariknya Indomie dari peredarannya di Taiwan, selain faktor persaingan bisnis secara eksternal (antarnegara), juga masalah yang menyangkut internal di dalam negeri.Pemerintah dan masyarakat tidak seharusnya panik menyikapi fenomena ini, tetapi justru meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan peningkatan sistem pembinaan sekaligus pengawasan terhadap seluruh industri yang beroperasi di Indonesia.

2.4.4 Membahayakan

Belum hilang dari ingatan publik ketika aparat berwajib menemukan banyak peredaran produk palsu yang membahayakan masyarakat. Seperti minuman beralkohol (mikol) oplosan dan palsu, jenis kudapan/camilan yang mengandung zat pewarna di atas ambang toleransi, makanan dengan pengawet yang kedaluwarsa, selang dan kompor gas tanpa label Standar Nasional Indonesia (SNI), bahan bakar minyak (BBM) oplosan, daging glonggongan, kosmetik palsu, dan sebagainya yang semuanya membahayakan dan mengancam keselamatan penuduk.

Selain aspek menjaga keselamatan jiwa masyarakat, kredibilitas bangsa di mata dunia internasional dan kelangsungan industri dalam negeri, seyogyanya kasus Indomie yang merebak di negara Taiwan menjadi pelajaran berharga dan diambil hikmahnya untuk menjaga stabilitas perdagangan dan perekonomian lebih kondusif di masa mendatang.

Page 10: 76458429-indomie-1

2.5 Dampak Negatif Terhadap Indomie

Kurangi Makan Mie Instant ya…

Dani & Danu Umur 10 bulan

Ini artikel menarik dari detik, saya copy di sini sebagai pengingat diri sendiri dan keluarga yang memang hobi makan mie instant. Intinya, sayangi keluarga dan kurangi makan mie instant. Segala sesuatu yang instan memang tidak baik.

Risiko di Balik Zat Pengawet MethylparabenHampir semua orang sepakat makanan yang diproses secara kimiawi akan berbahaya bagi tubuh jika digunakan secara berlebihan. Begitu juga dengan Methylparaben (Methyl P-Hydroxybenzoate atau E218) tetap ada risiko di balik manfaatnya.

Methylparaben jadi buah bibir terkait masalah pencekalan produk mi instan Indomie di Taiwan. Zat ini memang bermanfaat untuk mencegah pembusukan dan kontaminasi dari jamur dan bakteri sehingga produk tahan dalam beberapa jangka waktu.

Zat ini dikenal sebagai ester dari asam para-hidroksibenzoat yang bahan dasarnya dikembangkan dari asam organik dan alkohol. Walaupun paraben adalah produk alam, namun karena penggunaannya massal paraben diproduksi secara sintetis.

Meski Methylparaben bisa larut dalam air dan mudah diserap oleh saluran usus atau kulit tetap saja ada risiko jika penggunaannya berlebih.

Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan memberikan ambang batas aman untuk produk ini yang batas maksimum penggunaan diijinkan misalnya pada kecap adalah 250 mg/kg. Dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan unggas, batas maksimum penggunaan adalah 1000 mg/kg.

Page 11: 76458429-indomie-1

Tapi menurut temuan yang dipublikasikan pada Journal of Applied Toxicology, penggunaan yang berlebihan dalam jangka waktu lama dapat membahayakan tubuh, karena Methylparaben tidak selalu dipecah dan dikeluarkan oleh tubuh.

Dilansir dari beberapa jurnal kesehatan yakni Journal of Applied Toxicology dan Journal of Reproductive Toxicology yang dikutip Selasa (12/10/2010), ada beberapa efek negatif kesehatan dari zat pengawet Methylparaben yang digunakan secara berlebihan:

2.5.1 Kanker payudaraPenggunaan Methylparaben secara berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat membahayakan tubuh. Zat pengawet yang tidak dipecah dan dikeluarkan tubuh dapat bertindak sebagai estrogen yang kemudian menumpuk di organ reproduksi. Pada perempuan, hal ini dapat memicu kanker payudara.

Berdasarkan hasil studi yang telah diterbitkan dalam Journal of Applied Toxicology pada tahun 2004, pada beberapa kasus kanker payudara ditemukan adanya sejumlah paraben pada jaringan kanker payudara yang di biopsi.

2.5.2 Infertilitas (ketidak suburan) pada priaParaben menyerupai hormon estrogen pada wanita dalam tubuh. Menurut studi Januari 2009 yang diterbitkan dalam Journal of Reproductive Toxicology, penggunaan paraben secara berlebihan dapat menyebabkan kemandulan dan kanker prostat pada pria.

Studi tersebut melaporkan bahwa sifat estrogenik ringan pada bahan pengawet ini dapat mengubah kesehatan sel-sel di testis, yang pada gilirannya menyebabkan jumlah sperma lebih rendah dan potensi reproduksi berkurang.

2.5.3 AlergiPada sebagian orang yang sentisif terhadap Methylparaben dapat menyebabkan alergi. Orang yang alergi paraben bisa mengalami dermatitis dan iritasi kulit bila mengalami kontak dengan zat pengawet tersebut.

Meski hal ini tidak terjadi pada kebanyakan orang, beberapa individu yang rentan terhadap alergi kulit, eksim dan rosacea (kondisi kulit kronis yang ditandai dengan kemerahan) sebaiknya menghindari penggunaan produk dengan zat pengawet paraben.

2.5.4 Gangguan pencernaanPenggunaan Methylparaben dalam dosis tinggi juga dapat menyebabkan gangguan pada saluran percernaan seperti asam lambung meningkat dan tukak lambung.

2.5.5 Gangguan pernapasanSelain gangguan pencernaan, penggunaan Methylparaben dalam dosis tinggi juga dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan, seperti menyebabkan sakit tenggorokan, batuk dan kesulitan bernapas.

Page 12: 76458429-indomie-1

BAB III PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa pentingnya kualitas dapat membuat perusahaan tersebut menjadi lebih konpetetif, karna dengan peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktifitas. maka dari itu untuk menekan biaya salah satu cara yaitu dengan peningkatan kualitas.

Saran

Setelah mempelajari materi diatas, semoga kita dapat memahami dan mengaplikasikan mengenai pentingnya kualitas dalam memenuhi harapan pelanggan.

Page 13: 76458429-indomie-1

DAFTAR PUSTAKA

Ahire, S.L., Landeros, R. and Golhar, D.Y. (1995), Total quality management: a literature review and an agenda for future research, Production and Operations Management, Vol. 4 No. 3, pp. 277-306.

Al-khalifa, K.M. and Aspinwall, E.M. (2001), Using the competing values framework to investigate the culture of Qatar industries, Total Quality Management, Vol. 12 No. 4, pp. 417-28.

Allen, R.S. and Kilmann, R.H. (2001), The role of the reward system for a TQM based strategy. Journal of Organizational Change Management, Vol. 14 No 2, pp. 110-131.

Appelbaum, E. & Berg, P. (1999), Key issues in the debate of work restructuring. Presentation at the Critical Management Studies Seminar, Academy of Management

Meetings, Chicago.

Argyris, C. (1964), Integrating the individual and the organization. New York, Wiley.

Arthur, J.B. (1992), The link between business strategy and industrial relations systems in American steel minimills. Industrial and Labor Relations Review. 45(3), 488-506.

Bae, J. & Lawler, J.J. (2000), Organizational and HRM strategies in Korea: impact on firm performance in an emerging economy. Academy of Management Journal, 43(3), 502-517.

Banker, R.D., Potter, D., & Srinivasan, D. (2000), An empirical analysis of an incentive plan that includes non financial performance measures. The Accounting Review, 75(1), 65-92.

Barlow, G. (1989), Deficiencies and the perpetuation of power: latent functions in management appraisal. Journal of Management Studies, 26(5), 499-517.

Batten, J. (1993), A total quality culture, Management Review, Vol. 83 No. 5, p. 61.

Barney, J. (1991) Firm resources and sustained competitive advantage. Journal of Management,17(1), 99-120.