75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

76
KELOMPOK 8A ANAK 2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam dekade terakhir ini ada kecenderungan kasus alergi pada anak meningkat. Masalah alergi akan menjadi masalah yang cukup dominan pada kesehatan anak di masa yang akan datang. Kasus alergi pada anak belum banyak diperhatikan dengan baik dan benar baik oleh para orang tua. Penderita yang datang ke Pusat Pelayanan Kesehatan Anak lainnya tampaknya semakin didominasi oleh kelainan alergi pada anak. Ada kecenderungan bahwa diagnosis alergi ini belum banyak ditegakkan. Pada umumnya tanda dan gejala alergi itu sendiri masih banyak yang belum diungkapkan oleh para petugas kesehatan. Sehingga penanganan penderita alergi belum banyak dilakukan secara benar dan sempurna. Beberapa orang tua yang mempunyai anak alergi sering terlihat putus asa karena penyakit tersebut sering kambuh dan terulang padahal anak sudah berkali-kali minum obat bahkan antibiotika yang paling ampuh sekalipun. Alergi pada anak tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Penyakit ini bukan sekedar dapat mengakibatkan batuk, pilek, sesak dan gatal melainkan dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan

description

gdgdgdgdfg

Transcript of 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

Page 1: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam dekade terakhir ini ada kecenderungan kasus alergi pada anak

meningkat. Masalah alergi akan menjadi masalah yang cukup dominan pada kesehatan

anak di masa yang akan datang. Kasus alergi pada anak belum banyak diperhatikan

dengan baik dan benar baik oleh para orang tua.

Penderita yang datang ke Pusat Pelayanan Kesehatan Anak lainnya tampaknya

semakin didominasi oleh kelainan alergi pada anak. Ada kecenderungan bahwa

diagnosis alergi ini belum banyak ditegakkan. Pada umumnya tanda dan gejala alergi

itu sendiri masih banyak yang belum diungkapkan oleh para petugas kesehatan.

Sehingga penanganan penderita alergi belum banyak dilakukan secara benar dan

sempurna. Beberapa orang tua yang mempunyai anak alergi sering terlihat putus asa

karena penyakit tersebut sering kambuh dan terulang padahal anak sudah berkali-kali

minum obat bahkan antibiotika yang paling ampuh sekalipun.

Alergi pada anak tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Penyakit ini

bukan sekedar dapat mengakibatkan batuk, pilek, sesak dan gatal melainkan dapat

menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki

dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Alergi pada anak

sangat beresiko untuk mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Resiko dan tanda alergi dapat diketahui sejak anak dilahirkan bahkan sejak

dalam kandunganpun kadang-kadang sudah dapat terdeteksi. Alergi itu dapat dicegah

sejak dini dan diharapkan dapat mengoptimalkan Pertumbuhan dan perkembangan

Anak secara optimal

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan etiologi dari alergi ?

2. Apa jenis-jenis alergi pada anak ?

3. Bagaimana manifestasi klinis alergi pada anak ?

4. Bagaimana patofisiologi terjadinya alergi pada anak ?

Page 2: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 2

5. Bagaimana tes pemeriksaan diagnostik alergi ?

6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita alergi ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan

asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita alergi.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi alergi

2. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis alergi pada anak

3. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis alergi pada anak

4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi terjadinya alergi

5. Mahasiswa mampu menjelaskan tes-tes pemeriksaan diagnostik alergi

6. Mahasiswa mampu melakukan tindakan perawatan pada klien anak yang

menderita alergi.

Page 3: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alergi

2.1.1 Definisi

Alergi berasal dari kata allos yang berarti suatu penyimpangan atau

perubahan dari cara semula atau cara biasa. Benda asing yang masuk ke tubuh dan

menyebabkan perubahan reaksi tersebut, dinamakan allergen

( Dian.H.Mahdi,1993)

Alergi merupakan suatu perubahan reaksi (menyimpang) dari tubuh

seseorang terhadap lingkungan berkaitan dengan peningkatan kadar

immunoglobulin (Ig)E, suatu mekanisme sistem imun (Retno W.Soebaryo,2002)

Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak teapat dan seringkali

membahayakan terhadapa substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi

merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen

dan antibodi ( Brunner & Suddarth, 2002)

Alergi adalah suatu perubahan reaksi, atau respon pertahanan tubuh yang

menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya

(Robert Davies, 2003)

Reaksi alergi tidak selalu di ikuti dengan peningkatan kadar Imunoglobulin

E.Istilah tersebut dibedakan dengan sensitif, yaitu perubahan reaksi terhadap

bahan yang secara normal aman. Istilah lain yang juga harus dibedakan ialah

intoleransi, yaitu penyimpangan reaksi yang tidak berdasarkan reaksi imun. (Retno

W.Soebaryo,2002)

Alergi adalah suatu reaksi kekebalan yang menyimpang atau berubah dan

normal yang dapat menimbulkan gejala yang merugikan tubuh.

Alergi adalah perubahan spesifik di dapat pada reaktivitas hospes yang

diperantarai oleh mekanisme imunologis dan menyebabkan respon fisiologis yang

tidak menguntungkan.

Page 4: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 4

Alergi adalah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera

atau dalam rentang waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat tertentu

(alergen)

Penyakit alergi adalah suatu penyimpangan reaksi fisiologis yang

diakibatkan oleh interaksi antigen dengan antibody humoral dan / sel limfoid

2.1.2 Klasifikasi alergi

Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan

antibodi humoral, sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat oleh

antibodi seluler.

1. Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini)

Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di tubuh akan dibentuk

antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya, akan

terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator

(histamin, serotonin, brdikinin, SRS (Slow Reacting Substances of anaphylaxis)

akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi

terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan

mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan permeabilitas (ketembusan)

dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma darah akan meresap keluar dari

pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan pengentalan darah dengan efek

klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau tanda-tanda dari reaksi dini

anafilaktis ialah: - shok anafilaktis - urtikaria, edema Quincke -

kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale - rinitis vasomotorica

2. Macam/type II (reaksi imun sitotoksis)

Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM dengan bagian-

bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga mengakibatkan

terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi darah,

morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan

penyakit-penyakit autoimun.

Page 5: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 5

3. Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune complex =

precipitate)

Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat

(Type Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah

alergen. Proses ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini

terbentuk komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya

kematian atau nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus, serum sickness,

lupus eritematodes, periarteriitis nodosa, artritis rematoida.

4. Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin)

Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai beberapa hari setelah

terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah

tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan

seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-pembuluh

yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa),

contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis, colitis

ulcerosa) dll.)

2.1.3 Macam-macam alergen

Alergen adalah bahan yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Alergen dapat

dibagi menjadi :

a. Alergen inhalatif, yaitu alergen yang masuk melalui udara yang kita hirup dan

masuk melalui saluran pernafasan, seperti bulu hewan, kapuk, serbuk sari

tumbuh-tumbuhan (rumput, macam-macam pohon, dsb.), spora jamur

(aspergillus, cladosporium, penicillium, alternaria dsb.), debu atau bubuk

bahan-bahan kimia atau dari jenis padi-padian/gandum-ganduman (gandum,

gandum hitam dsb.), uap formalin dll.

b. Alergen ingestif/makanan, yaitu alergen yang masuk melalui saluran

pencernaan, seperti; susu, telur, ikan laut atau ikan air tawar, udang, makanan

asal tumbuhan (kacang-kacangan, arbei, madu dsb.), obat-obat telan, dll.

c. Alergen kontak, yaitu alergen yang menimbulkan reaksi saat bersentuhan

dengan kulit atau selaput lendir melalui kontak langsung, misalnya zat-zat

kimia (obat gosok, salep, kosmetik, dll), zat-zat sintetik (plastik, obat-obatan,

Page 6: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 6

bahan desinfeksi dll.), bahan-bahan yang berasal dari hewan (sutera, woll dll.)

atau dari tumbuh-tumbuhan (jamur, getah atau damar dsb.).

d. Alergen suntik atau sengatan, yaitu alergen yang masuk ke tubuh melalui

sengatan atau disuntikkan dan biasanya dipakai pada prosedur pengobatan,

misalnya antibiotik, serum, antitoksin, serta racun atau bisa dari serangga

seperti lebah atau semut merah.

e. Alergen implant, yaitu alergen yang berasal dari bahan sintetik atau logam

tertentu atau bahan yang digunakan dokter gigi untuk mengisi lubang di gigi

f. Auto alergen, yaitu zat dan organik itu sendiri yang keluar dari sel-sel yang

rusak atau pada proses nekrosa jaringan akibat infeksi ( reaksi toksik)

2.1.4 Etiologi

Secara umum semua benda di lingkungan (pakaian, makanan, tanaman,

perhiasan, alat pembersih, dsb) dapat menjadi penyebab alergi, namun faktor lain

misalnya (a) perbedaan keadaan fisik setiap bahan, (b) kekerapan pajanan, (c)

daya tahan tubuh seseorang, (d) adanya reaksi silang antar bahan akan

berpengaruh terhadap timbulnya alergi. (Retno W.Soebaryo,2002)

2.1.5 Manifestasi Klinis

Keluhan alergi terjadi secara berulang dan berubah-ubah. Ahli alergi

modern berpendapat bahwa serangan alergi atas dasar target organ (organ

sasaran). Reaksi alergi merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh proses

alergi dalam tubuh seorang anak yang dapat menggganggu semua sistem tubuh.

(Widodo judarwanto,2007)

Tabel 1. Manifestasi Alergi Pada bayi Baru lahir hingga 1 Tahun

  ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA

1 Sistem Pernapasan Bayi lahir dengan sesak (Transient

Tachipneu Of The newborn), cold-like

respiratory congestion (napas

berbunyi/grok-grok).

2 Sistem Pencernaan sering rewel/colic malam hari, hiccups

Page 7: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 7

(cegukan), sering “ngeden”, sering mulet,

meteorismus, muntah, sering flatus, berak

berwarna hitam atau hijau, berak timbul

warna darah. Lidah sering berwarna putih.

Hernia umbilikalis, scrotalis atau

inguinalis.

3 Telinga Hidung Tenggorok Bersin, Hidung berbunyi, kotoran hidung

berlebihan, cairan telinga berlebihan,

tangan sering menggaruk atau memegang

telinga.

3 Sistem Pembuluh Darah dan

jantung

Palpitasi, flushing (muka ke merahan),

nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah

rendah

4 Kulit Erthema toksikum, dermatitis atopik,

diapers dermatitis,

urticaria, insect bite, keringat berlebihan.

5 Sistem Saluran Kemih berkemih, nyeri saat berkemih, bed wetting

(ngompol) Frequent, urgent or painful

urination, inability to control bladder;

bedwetting, vaginal discharge, itching,

swelling, redness or pain in genitals,painful

intercourse.

6 Sistem Susunan Saraf Pusat Sensitif, sering kaget dengan rangsangan

suara/cahaya, gemetar, bahkan hingga

kejang.

7 Mata Mata berair, mata gatal, kotoran mata

berlebihan, bintil pada mata, conjungtivitis

vernalis.

 

Page 8: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 8

Tabel 2. Manifestasi Alergi Pada Anak Usia Lebih dari 1 tahun

  ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA

1 Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin, hidung buntu,

sesak(astma), sering menggerak-

gerakkan /mengusap-usap hidung

2 Sistem Pencernaan

 

 

Nyeri perut, sering buang air besar (>3

kali/perhari), sulit buang air besar

(kotoran keras, berak, tidak setiap hari,

berak di celana, berak berwarna hitam

atau hijau, berak ngeden), kembung,

muntah, sulit berak, sering flatus,

sariawan, mulut berbau.

3 Telinga Hidung Tenggorok Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung

gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis,

salam alergi, rabbit nose, nasal creases

Tenggorok : tenggorokan

nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara

parau/serak, batuk pendek (berdehem),

Telinga : telinga terasa penuh/

bergemuruh/berdenging, telinga bagian

dalam gatal, nyeri telinga dengan

gendang telinga kemerahan atau normal,

gangguan pendengaran hilang timbul,

terdengar suara lebih keras, akumulasi

cairan di telinga tengah, pusing,

gangguan keseimbangan.

3 Sistem Pembuluh Darah dan

jantung

Palpitasi, flushing (muka kemerahan),

nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan

Page 9: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 9

darah rendah.

4 Kulit Sering gatal, dermatitis, urticaria,

bengkak di bibir, lebam biru kehitaman,

bekas hitam seperti digigit nyamuk,

berkeringat berlebihan.

5 Sistem Susunan Saraf Pusat NEUROANATOMIS :Sering sakit

kepala, migrain, kejang gangguan tidur.

NEUROANATOMIS FISIOLOGIS:

Gangguan perilaku : emosi berlebihan,

agresif, impulsif, overaktif, gangguan

belajar, gangguan konsentrasi, gangguan

koordinasi, hiperaktif hingga autisme.

6 Mata Mata berair, mata gatal, sering belekan,

bintil pada mata (timbilan). Allergic

shiner (kulit di bawah mata tampak ke

hitaman).

 

2.1.6 Patofisiologi

Reaksi alergi yang kompleks dapat digambarkan sebagai berikut: reaksi

diawali dengan pajanan terhadap alergen yang ditangkap oleh Antigen

Presenting Cell (APC), dipecah menjadi peptida-peptida kecil, diikat molekul

HLA (MHC II), bergerak ke permukaan sel dan dipresentasikan ke sel Th-2 . Sel

Th-2 diaktifkan dan memproduksi sitokin-sitokin antara lain IL-4 dan IL-13

yang memacu switching produksi IgG ke IgE oleh sel B, terjadi sensitisasi sel

mast dan basofil, sedangkan IL-5 mengaktifkan eosinofil yang merupakan sel

inflamasi utama dalam reaksi alergi. Antibodi IgE (antibody tersensitisasi)

melekat pada sel mast dan basofil. Bila ada alergen masuk dalam tubuh maka

akan terbentuk ikatan kompleks alergen dengan IgE. Ikatan tersebut

Page 10: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 10

menyebabkan masuknya ion Ca++ ke dalam sel mast dan terjadi perubahan pada

membran sel mast dan basofil. Akibatnya terjadi degranulasi sel mast yang

kemudian menimbulkan pelepasan histamin serta mediator peradangan lainnya.

Selain itu sel residen juga melepas mediator dan sitokin yang juga menimbulkan

gejala alergi.

Mediator-mediator ini menyebabkan vasodilatasi perifer dan

pembengkakan ruang intestinum sehingga permeabilitas kapiler meningkat dan

terjadi perembesan cairan dan protein plasma ke jaringan yang pada akhirnya

menimbulkan oedem dan hipovolemik.

Pada sistem pernafasan histamin menyebabkan bronkokonstriksi yang

menyebabkan dispnoe. Pada saluran pencernaan pengeluaran histamin pada

fundus lambung mengaktifkan sel parietas yang meningkatkan produksi asam

lambung dan menyebabkan mual muntah dan diare. Reseptor histamin juga

terdapat di ujung saraf sensori yang dapat menimbulkan rasa nyeri dan gatal,

sedangkan pada mata menyebabkan mata gatal dan kemerahan.

Reaksi alergi yang berat dapat menyebabkan penurunan tekanan darah,

keadaan ini biasa disebut syok anafilaktik yang ditandai dengan gatal, kram

abdomen, kulit kemerahan, gangguan saluran cerna dan sulit bernafas.

Page 11: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 11

Gb. Mekanisme reaksi hipersensitifitas

2.1.7 Penyakit Alergi Pada Anak

1. Asma Bronkiale

Asma bronkial atau disebut juga bengek adalah suatu penyakit kronis

yang di tandai adanya peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai

rangsang dari luar (debu, serbuk bunga udara dingin, makanan, dll) yang

menyebabkan penyempitan saluran napas yang meluas dan dapat sembuh

spontan atau dengan pengobatan. Keadaan ini dapat menyebabkan gejala sesak

napas, napas berbunyi dan batuk yang sering di sertai lendir. Keadaan yang

berat dapat menimbulkan kegagalan pernapasan sampai kematian. Sebagian

besar asma pada anak adalah karena alergi.

Penyakit asma pada anak mempunyai dampak yang luas terhadap

pertumbuhan dan perkembangan anak. Kekurangan oksigen yang menahun

pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuha badan maupun

intelektualnya. Penyakit asma ini merupakan salah satu penyebab seringnya

anak tidak masuk sekolah. Selain dampak terhadap ekonomi akibat besarnya

biaya pengobatan, asma pada anak juga dapat mengganggu irama kehidupan

keluarga akibat seringnya anak mendapat serangan asma.

Gejala klinis asma bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Gejala

khas asma adalah adanya sesak napas yang berulang disetai napas berbunyi.

Batuk kering merupakan gejala awal yang biasanya terjadi pada malam dan

menjelang pagi hari. Selanjutnya batuk disertai dahak yang kental. Gejala ini

sering disertai pilek-pilek (rinitis alergika). Gejala ini biasanya terjadi setelah

4-8 jam kontak dengan bahan alergen seperti debu rumah dan tungau nya,

serbuk bunga, bulu binatang, dll. Gejala asma juga dapat di cetuskan oleh

Page 12: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 12

latihan fisik dan bila banyak tertawa. Penanganan asma yang terpenting hádala

pencegahan terjadinya serangan asma.

2. Rinitis alergika

Rinitis alergika adalah suatu gejala alergi yang terjadi pada hidung.

Angka ini bergantung kepada iklim dan letak geografis masing-masing negara.

Kejadian rinitis alergi pada anak usia yang sangat muda rendah akan tetapi

secara progresif meningkat pada anak usia yang lebih tua. Sekitar 57%

penderita rinitis alergika mempunyai riwayat alergi dalam keluarganya. Rinitis

alergika yang timbul pada masa anak biasanya menetap sanpai usia dewasa

dan akan berkurang pada usia lanjut. Sekitar 15-25% penderita akan sembuh

spontan setelah 5-7 th.

Gejala rinitis alergika berupa bersin-bersin disertai gatal-gatal pada

hidung dengan ingus yang encer sebanyak kurang lebih 20 ml setiap jam.

Gejala ini sering disertai gejala hidung tersumbat yang menyebabkan anak

rewel dan sulit tidur. Rasa gatal kadang-kadang terasa pada langit-langit dan

telinga. Gejala-gejala gatal, merah dan berair pada mata sering menyertai

gejala rinitis alergika. Kadang-kadang gejala rinitis alergika ini disertai gejala

sinusitis yaitu peradangan sinus (rongga udara) di sekitar hidung. Prinsip

pengobatan rinitis alergika juga sama dengan prinsip pengobatan penyakit

alergi pada umumnya yaitu menghindari faktor penyebab (debu rumah, serbuk

bunga, makanan tertentu, dll).

3. Urticaria

Urticaria (bidur, kaligata) merupakan statu kelainan alergi pada kulit yang

berbentuk bentol berwarna merah disertai rasa gatal dengan usuran diameter

yang berfariasi dari 2 mm sampai beberapa cm. Urticaria ini dapat tersebar

pada berbagai tempat di kulit. Urticaria akut ini juga dapat terjadi pada orang

sehat akibat infeksi virus parasit atau tanpa sebab yang jelas. Pada penderita

alergi, urticaria akut dapat terjadi akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan

tertentu, bahan-bahan alergen seperti makanan, debu, tungau debu rumah, atau

gigitan serangga. Selain oleh karena alergi,urticaria juga dapat disebabkan oleh

suhu yang dingin, panas, tekanan, goresan, dll.

Page 13: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 13

Gejala urticaria ini dapat terjadi segera atau beberapa hari setelah kontak

dengan bahan penyebab. Sebagian besar yaitu sekitar 75 % urticaria yang

kronik sulit diketahui sebabnya. Madang-kadang gejala urticaria dapat menjadi

berat dengan gejala penyerta yaitu syok anafilaksis yang dapat menyebabkan

kematian. Pengobatan pada urticaria umumnya sama dengan penyakit alergi

lanilla yaitu menghindari factor penyebab.

4. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah status gejala eksim terutama timbul pada masa

kanak-kanak. Gejala ini biasanya timbul pada usia sekitar 2 bulan sampai 1

tahun dan sekitar 85 % pada usia kurang dari 5 tahun. Pada keadaan akut,

gejalanya berupa kulit kemerahan, kulit melenting berisi cairan, basah dan

sangat gatal. Kadang-kadang disertai infeksi sekunder yang menimbulkan

nanah.

Gejala dermatitis atopik pada bayi berupa kemerahan pada kulit bentol-

bentol kemerahan, berisi cairan, keropeng disertai kulit pecah-pecah atau lecet.

Gejala ini sering mengenai pipi, siku dan tepi pinggir kulit anggota gerak

bawah dan selanjutnya dapat menyebar ke daerah selakangan. Pada usia

selanjutnya, kelainan ini terdapat pada lipat siku, lipat lutut, tengkuk dan

pergelangan tangan. Kulit menjadi lebih kering dan tebal, mengelupas dan

pada penymebuhna meninggalkan warna yang lebih pucat atau kehitaman.

Pada anak yang lebih tua kelainan ini dapat mengenai kulit kelopak mata,

telapak tangan dan kaki. Kadang-kadang dapat disertai katarak ( kekeruhan

lensa mata ) serta radang mata. Infeksi sekunder dapat terjadi oleh kuman yang

menimbulkan nanah.

Untuk mengobati penyakit ini yang paling penting adalah mengatasi

rasa gatal dengan pemberian obat golongan antihistamin, menghindari udara

yang terlalu panas dan kering serta mengurangi pengeluaran keringat. Garukan

sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan kelainan yang lebih hebat dan

infeksi sekunder. Untuk mencegah kekeringan dapat diberikan lanolin. Pada

Page 14: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 14

kelainan yang hebat dapat digunakan kasa steril untuk menutup kulit yang

terkena. Antibiotika diberikan bila terjadi infeksi sekunder.

5. Konjungtiva alergika

Konjugntivitas alergika adalah suatu bentuk kelainan laergi pada mata

yang mengenai kedua mata dan terjadi berulang. Gejala penyakit ini berupa

gatal kemerahan,banyak keluar air mata dan penglihatan silau. Kadang-kadang

penderita merasa ada sesuatu yang mengganjal pada mata. Kelainan ini sering

mengeai anak usia 5 sampai 10 tahun, terutama pada anak laki-laki. Mengenai

pengobatan alergi pada mata, untuk menghilangkan gejala biasanya diberikan

obat tetes mata golongan steroid dosis rendah.

6. Alergi makanan

Antigen makanan terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak. Alergi

makanan terutama disebabkan oleh glikoprotein yang terkandung di dalamnya.

Berdasarkan urutan kekerapan, jenis makanan yang berpotensi antigenik antara

lain telur, kacang tanah, susu, kedelai, kacang polong, ikan, udang, dan

gandum. Alergi terhadap telur, kedelai, susu, dan gandum( pada anak-anak)

biasanya dapat dihilangkan setelah eliminasi ketat selama 1 tahun atau lebih,

walaupun Ig E nya masih bertahan. Sedangkan alergi terhadap kacang tanah,

kacang polong, udang dan ikan tetap bertahan dalam jangka waktu yang lama

sehingga banyak dijumpai baik pada populasi anak maupun dewasa.

2.2 Alergi Makanan

2.2.1 Definisi

1. Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ

dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. (Widodo

Judarwanto, 2007)

2. Alergi makanan merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh (reaksi imun)

terhadap makanan atau unsur makananpada seseorang yang mempunyai

bakat alergi. (Retno W.Soebaryo,2002)

3. Alergi makanan adalah suatu reaksi imunologis terhadap makanan atau

bahan aditif makanan yang terjadi hanya pada individu tertentu dan tidak

Page 15: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 15

berhubungan dengan efek fisiologis dari makanan atau bahan aditif makanan

tersebut.(Antonius H.W,2002)

4. Alergi makanan adalah reaksi adverse terhadap makanan yang terjadi

melalui suatu mekanisme imunologis.(Ari baskoro, 2007)

Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan merupakan

reaksi alergi murni. Batasan lebih jelas dibuat oleh American Academy of Allergy

and immunology,The National Institute of Allergy and infections disease yaitu:

1. Reaksi simpang makanan (Adverse food reactions)

Reaksi adverse terhadap makanan adalah reaksi yang tidak dikehendaki yang

timbul setelah mukosa saluran makanan terpapar suatu makanan atau bahan

tambahan yang terkandung dalam makanan tersebut.

2. Alergi makanan (Food Allergy)

Alergi makanan adalah reaksi imunologik (kekebalan tubuh) yang menyimpang

karena masuknya bahan penyebab alergi dalam tubuh. Sebagian besar reaksi ini

melelui reaksi hipersensitivitas tipe 1.

3. Intoleransi Makanan (Food intolerance)

Page 16: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 16

Intoleransi makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan

penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat

disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan karena kontaminasi toksik

(misalnya toksin yang disekresi oleh Salmonella, Campylobacter dan Shigella,

histamine pada keracunan ikan), zat farmakologik yang terkandung dalam

makanan misalnya tiramin pada keju, kafein pada kopi atau kelainan pada

pejamu sendiri seperti defisiensi lactase, maltase atau respon idiosinkrasi pada

pejamu. Menurut cepat timbulnya reaksi maka alergi terhadap makanan dapat

berupa reaksi cepat (Immediate Hipersensitivity/rapid onset reaction) dan reaksi

lambat (delayed onset reaction). Reaksi cepat, reaksi terjadi berdasarkan reaksi

kekebalan tubuh tipe tertentu. Terjadi beberapa menit sampai beberapa jam

setelah makan atau terhirup pajanan alergi. Reaksi Lambat, terjadi lebih dari 8

jam setelah makan bahan penyebab alergi. ( Widodo judarwanto,2007)

2.2.2 Prevalensi

BBC tahun 1999 melaporkan penderita alergi di Eropa memiliki

kecendurangan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat pesat dalam

20 tahun terakhir, 30% orang berkembang menjadi penderita alergi setiap saat.

Anak usia sekolah lebih dari 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai

astma, 6 juta orang menderita dermatitis dan 9 juta orang menderita hay fever

Tahun 2000 Inggris dilaporkan 70% penderita alergi mengalami serangan

alergi lebih dari 7 tahun, sekitar 50% orang dewasa diketahui mengalami gejala

alergi dalam waktu 5 tahun, sebanyak 80% penderita alergi mengalami gejala

seumur hidupnya.

Di Amerika penderita alergi makanan pada orang dewasa sekitar 2 – 2,5%,

pada anak-anak sekitar 6 – 8%. Setiap tahunnya diperkirakan 100 hingga 175

orang meninggal karena alergi makanan. Penyebab kematian tersebut

disebabkan oleh anafilaktik syok. Lebih dari 160 makanan dikaitkan dengan

alergi makanan. Para ahli berpendapat penderita alergi di Negara berkembang

mungkin lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat

Prof Wüthrich tahun 2001 melaporkan bahwa kenaikan angka kejadian

alergi pada anak di Eropa meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir,

terutama dalam 10 tahun terakhir meningkat sangat pesat.

Page 17: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 17

Di Indonesia angka kejadian alergi pada anak belum diketahui secara pasti,

tetapi beberapa ahli memperkirakan sekitar 25-40% anak pernah mengalami

alergi makanan. Di Negara berkembang angka kejadian alergi yang dilaporkan

masih rendah. Hal ini berkaitan dengan masih tingginya kesalahan diagnosis

atau under diagnosis dan kurangnya perhatian terhadap alergi dibandingkan

dengan penyakit infeksi saluran pernapasan atau diare yang dianggap lebih

mematikan.(Widodo judarwanto,2007)

Dalam suatu survei terhadap lebih dari 1700 anak-anak usia 1 tahun di

Denmark dilaporkan bahwa dari 6,7 % anak-anak yang mengalami gejala alergi

susu sapi, hanya 2,2 % yang dapat dibuktikan melalui uji paparan langsung.

Survei yang lain melaporkan bahwa pada populasi umum , prevalensi alergi

makanan berkisar antara 0,3 % hinggga 7,5 % dan lebih jarang dijumpai pada

orang dewasa. ( Ari Baskoro, 2007)

2.2.3 Etiologi

Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik,

imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.

1. Faktor genetik

Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau keluarga penderita . Bila ada

salah satu orang tua atau keluarga yang menderita gejala alergi maka dapat

menurunkan resiko pada anak sekitar 17 – 40%,. Bila ke dua orang tua alergi

maka resiko pada anak meningkat menjadi 53 - 70%.(Widodo Judarwanto,2007)

Kecenderungan alergi ditentukan oleh gen(DNA) yang diwariskan dari

orang tua. Gen (factor internal ) saja tidak cukup, perlu pengaruh dari lingkungan

sebagai factor eksternal tubuh yang akan saling berinteraksi untuk menimbulkan

penyakit.( Retno W. Soebaryo, 2002)

2. Imaturitas usus

Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan

pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan

enzim pencernaan menyebabkan denaturasi alergen. Secara imunologis, IgA pada

permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal alergen

masuk ke dalam tubuh. Pada usus yang imatur, sistem pertahanan tubuh masih

Page 18: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 18

lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh.

(Widodo Judarwanto,2007)

 

3. Pajanan alergi

Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik dapat terjadi sejak

bayi dalam kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap

penisilin, gandum, telur dan susu. Pajanan juga terjadi pada masa bayi. Pemberian

ASI eksklusif mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif terhadap makanan pada

tahun pertama kehidupan, sedangkan pemberian PASI dapat meningkatkan angka

kejadian alergi pada bayi. (Widodo Judarwanto,2007)

4. Faktor Pencetus

Beberapa hal yang mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor pencetus.

Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan

dan factor psikis seperti cemas, sedih, stress atau takut.

Faktor pencetus bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya

serangan alergi. Bila terdapat pencetus alergi disertai paparan alergi maka keluhan

atau gejala alergi yang timbul menjadi lebih berat. Bila tidak terpapar penyebab

alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Penjelasan

tersebut dapat menjelaskan mengapa pada saat dingin, kehujanan atau kelelahan

seorang penderita asma tidak kambuh, hal ini disebabkan pada saat itu penderita

tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu dan

sebagainya.(Widodo judarwanto,2007)

 Alergen Dalam Makanan

Alergi makanan merupakan salah satu masalah alergi yang penting pada

anak. Sekitar 20% anak usia 1 tahun pertama pernah mengalami reaksi terhadap

makanan yang diberikan termasuk yang disebabkan reaksi alergi. Sebetulnya semua

makanan dapat menimbulkan alergi, akan tetapi antara satu makanan dengan

makanan yang lain mempunyai derajat alergenitas berbeda. Yang satu mungkin

lebih menimbulkan alergi dibandingkan dengan yang lainnya. Susu sapi yang

merupakan protein asing utama bagi bayi pada bulan-bulan awal kehidupan, dapat

Page 19: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 19

menimbulkan reaksi alergi yang pertama dengan gejala-gejala pada saluran cerna,

seperti diare dan muntah. Protein susu sapi dapat menimbulkan alergi yang

menetap sampai akhir masa kanak-kanak baik dalam bentuk susu murni atau

bentuk lain seperti es krim, keju, kue-kue dan lain-lain. Anak yang mempunyai

alergi terhadap susu sapi tidak selalu alergi terhadap daging sapi maupun bulu sapi.

Telur ayam juga sering merupakan allergen yang penting pada anak

terutama anak yang menderita dermatitis atopik. Anak yang mempunyai alergi

terhadap telur ini juga belum tentu mempunyai alergi terhadap daging ayam

maupun bulu ayam, akant etapi dapat timbul reaksi alergi bila diberikan vaksin

yang ditanam pada kuning telur seperti vaksin campak.

Ikan merupakan allergen yang kuat terutama ikan laut. Bentuk reaksi alergi

yang sering ialah berupa urtikaria atau asma. Pada anak yang sangat sensitive

dengan hnya mencium bau ikan yang sedang dimasak dapat juga menimbulkan

sesak napas atau ebrsin-bersin. Jenis makanan laut yang lain (seafood) yang sering

menimbulkan alergi adalah udang kecil, udang besar (lobster) dan kepiting. Gejala

yang sering timbul malah urtikaria. Alergi terhadap makanan ini tidak selalu berarti

alergi terhadap ikan laut.

Kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang mede dan sejenisna dapat

menyebabkan reaksi akan tetapi biasanya bersifat ringan. Gejalanya biasanya

berupa gatal-gatal di tenggorokan.

Sayur dan buah-buahan juga dapat menimbulkan reaksi alergi yang berupa

gatal-gatal pada mulut. Sifat alerginya biasanya hilang bila dimasak selama 2 menit

atau diletakkan dalam freezer selama 2 minggu. Alergen terhadap sayur dan buah-

buahan ini sering terdapat pada penderita rhinitis alergika yang mempunyai alergi

terhadap serbuk bunga tanaman. Anak yang mempunyai alergi terhadap sayur dan

buah-buahan biasanya juga alergi terhadap kacang-kacangan, apel, pech, cherry,

pear dan wortel. Jeruk sering juga menyebabkan kemerahan pada kulit bayi dan

anak.

Kacang kedelai dan sejenisnya mempunyai sifat allergen yang rendah.

Kacang kedelai sering digunakan sebagai pengganti susu sapi pada anak yang

mempunyai alergi terhadap susu sapi. Sifat alergenitasnya akan berkurang dengan

pemanasan.

Page 20: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 20

Gandum biasanya dapat menimbulkan reaksi alergi dalam bentuk tepung

bila dihirup. Bila dimakan tidak selalu menimbulkan reaksi alergi akrena gandum

akan dicernakan oleh enzim pencernaan di lambung

Pengolahan makanan dapat mengubah antigenitas beberapa jenis makanan tertentu.

Beberapa protein dalam susu mengalami denaturasi pada saat di olah dan

dipanaskan, beberapa yang lain berubah menjadi lebih alergenik. Alergen dalam

ikan mengalami perubahan dalam proses pengalengan. Penderita yang tidak tahan

terhadap ikan segar mungkin dapat menerima ikan dalam kaleng. Liofilisasi juga

dapat mengubah sifat allergen ikan. Hanya allergen kacang tanah yang relative

bertahan terhadap segala jenis proses pengolahan.

Macam – macam makanan yang dapat menimbulkan alergi

 Tabel.3 Jenis Makanan yang Menyebabkan Alergi

MAKANAN YANG TERKADANG PENYEBAB ALERGI 

 

AYAM, ITIK, IKAN LAUT SALMON/TUNA, ALKOHOL

JERUK, PISANG, PEAR , JAGUNG, TELOR ITIK, KECAP

 

MAKANAN TERSERING PENYRBAB ALERGI 

 

IKAN LAUT (CUMI, UDANG, KEPITING, IKAN LAUT LAINNYA)

COKLAT, KACANG TANAH, KACANG HIJAU, SUSU SAPI, KEJU, TELOR

Page 21: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 21

AYAM/PUYUH,

BUAH-BUAHAN (TERUTAMA MELON, SEMANGKA, MANGGA, RAMBUTAN ,

NANAS, TOMAT, DURIAN, KORMA, DUKU DLL). SEMUA MAKANAN OLAHAN

YANG TERKANDUNG

 

 

2.2.4 Patofisiologi

Di samping protein makanan, saluran makanan terpapar pada begitu banyak

protein asing, termasuk bakteri, parasit, dan virus. Fungsi utama saluran makanan

adalah untukm mencernakan makanan menjadi bahan-bahan yang mudah diserap

dan selanjutnya di olah menjadi energy. Dalam proses tersebut, saluran makan

harus dapat memberikan perlindungan menghadapi sejumlah pathogen yang masuk,

namun pada saat yang sama harus mampu menerima protein-protein yang

terkandung dalam makanan. Terdapat bebrapa perlindungan non imunologis dan

imunologis pada saluran makanan yangb berfungsi untuk mengurangi paparan

sistematik mantigen asing.

Perlindungan non imunologis atau perlindungan mekanis meliputi sekresi

asam lambung dan enzim-enzim proteolotik yang mencernakan protein menjdai

molekul-molekul yang bersifat kurang antigenic, abaik dengan cara memperkecil

ukuran molekulnya maupun dengan cara mengubah strukturnya.

Perlindungan imunologis pada saluarn makanan berupa system pertahanan

local yang disebut gut associated lymphoid tissue (GALT). Sistem ini terdiri dari (1)

kumpulan folikel limfoid yang tersebar merata pada mukosa usus, termasuk Peyer’s

patch pada apendiks (2) sel-sel limfosit intraepitelial (3) sel-sel limfosit, sel plasma,

dan sel mast yang tersebar pada lamina propia (4) kelenjar getah bening

mesentarika. Setelah makanan ditelan terjadi peningkatan produksi dan pelepasan

antibody Ig A dalam saluaran makanan. Sementara produksi Ig G, Ig M, dan Ig E

justru berkurang. Ig A sekretorik yang tersusun dalam bentuk dimer mengikat

protein makanan menjadi senyawa kompleks dan denga demikian mengurangi laju

absorbsinya. Ig A banyak dijumpai dalam mucus dan merupakan perlindungan

tambahan. Sistem imun local dan sistemik memiliki peran yang penting dalam

Page 22: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 22

terjadinya toleransi oral. Antigen dalam makanan diproses sedemikian rupa

menjadi struktur nonalargenik atau tolerogenik yang mampu merangsang sel T

regulator yang pada gilirannya menekan timbulnya respon imun. Percobaan-

percobaan untuk mengurangi jumlah sel T reg., mengeliminasi sel – sel limfoid

atau meningkatkan presentasi antigen terbukti menghalangi terjadinya toleransi

oral. Hipersensitivitas terhadap makanan timbul akibat hilangnya atau

berkurangnya toleransi oral. Tingginya insiden alergi makanan pada bayi dan anak-

anak menimbulkan dugaan bahwa hal tersebut disebabkan belum matangnya

system imun dan fungsi fisiologis saluran makanan. Berkurangnya Ig A pada

saluaran makanan yang belum matang ditambah kurangnya jumlah sel T reg. atau

penekan aktivitas makrofag pada usia nak-anak berperan dalam peningkatan

insiden alergi makanan pada anak-anak yang memiliki kecenderungan genetik.

Pada ank-anak sekresi asam lambung lebih sedikit dibandingkan dengan

orang dewasa, sekresi mucus kurang efektif, glikoproteinnya memiliki sifat

kimiawi dan fisik yang berbeda, denga aktivitas enzim lebih rendah. Semuanya

dapat meningkatkan resiko timbulnya alergi. Terganggunya perlindungan fisik

maupun imunologi pada saluran makanan dapat meningkatkan absorbsi molekul

makro dan meningkatkan produksi antibody sistemik. Pada penderita dengan

kecenderungan atopi, hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi Ig E dan

timbulnya reaksi hipersensitivitas terhadap makanan pada paparan berikutnya.

Reaksi Alergi Makanan yang Dimediasi Oleh Ig E

Reaksi hipersensitivitas terhadap makanan yang dimediasi oleh Ig E

merupakan akibat dari pelepasan mediator oleh sel mast dan basofil. Ig E spesifik

terhadap allergen makanan terikat pada sel mast atau basofil melalui reseptor

berafinitas tinggi. Bila terjadi ikatan silang antara suatu antigen dengan dua

fragmen pengikat antigen (Fab) dari dua struktur Ig E yang berdekatan maka akan

terjadi degranulasi sel mast dan basofil. Dalam proses tersebut dilepaskan

mediator-mediator yang yang telah terbentuk sebelumnya (misalnya Histamin)

maupun yang baru dibentuk (misalnya leukotrien dan Prostaglandin). Mediator-

mediator tersebut selanjutnya menyebabkan kontraksi otot polos, vasodilatasi,

peningkatan permeabilitas kapiler, dan sekresi mucus. Selain itu diproduksi pula

beberapa jenis sitokin yang diduga mempunyai peran penting pada respons fase

Page 23: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 23

lanjut yaitu pengerahan sel-sel eosinofil, monosit, dan limfosit, serta merangsang

pelepasan sitokin-sitokin dan mediator inflamasi lainnya.

Manifestasi klinis reaksi alergi makanan yang dimediasi oleh Ig E tergantung

pada sistem organ yang terkena. Reaksi tersebut dapat mengenai satu organ saja,

kombinasi lebih dari satu organ, hingga reaksi anafilaksis sistemik.

Manifestasi Kulit

Manifestasi kulit merupakan reaksi yang paling sering dijumpai. Reaksinya

bervariasi muali dari urtikaria akut dan/atau angiodema hingga bercak-bercak kulit

yang menyerupai lesi morbilli.

Manifestasi Gastrointestinal

Gejala gastrointestinal merupakan manifestasi terbanyak kedua, berupa mual-

mual, muntah, diare, nyeri dan kram perut. Gejala-gejala tersebut dapat muncul

tersendiri atua bersamaan denga gejala–gejala dari system organ yang lain. Data

pemeriksaan cineradiography menunjukan adanya perubahan motilitas

gastrointestinal pada penderita alergi makanan setelah paparan allergen spesifik.

Pemeriksaan endoskopi pada mukosa lambung menunjukan adanya hyperemia,

edema, bercak-bercak perdarahan (petechie), peningkatan sekresi mucus, dan

penurunan peristalsis setelah papran allergen makanan. Beberapa contoh

manifestasi alergi makanan yang dimediasi oleh Ig E, meliputi sindroma alergi oral

dan gastroentyeropati eosinofilik alergik.

Manifestasi Respiratorik

Gejala respiratorik biasanya merupakan bagian dari reaksi anafilaksis

sistemik, dapat berupa bersin-bersin, keluar ingus (rhinorrhea), rasa gatal pada

mata, telinga, atau langit-langit, spasme otot-otot polos bronkus, dan edema laring.

Gejala respiratorik muncul secara tersendiri dan jarang sekali disebabkan oleh

alergi makanan.

Page 24: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 24

Reaksi Alergi Makanan Yang Tidak Dimediasi Oleh Ig E

Manifestasi klinis alergi makanan yang tidak dimediasi oleh Ig E, meliputi

food-induced enterocolitis, food-induced colitis, sindroma malabsorbsi dan

penyakit celiac. Pada food-induced enterocolitis gejala yang timbul dalam waktu 1

hingga 8 jam setelah paparan allergen berupa diare kronis, eosinofilia,dan

malabsorbsi. Gejala penyakit yang parah dapat menyebabkan dehidrasi. Gejala

yang didapatkan pada food-induced colitis serupa dengan enterocolitis namun

hanya segmen kolon yang terkena. Gejala lebih ringan, biasanya tidak didapatkan

diare atau dehidrasi namun dapat terjadi hematochezia atau perdarahan tersamar

pada feces. Penyebab alergi yang tersering adalah susu sapid an kedelai.

Pemeriksaan feces menunjukan adanya eritrosit, netrofil, eosinofil dan zat-zat

pereduksi. Biopsi pada segmen usus halus yang terken menunjukan atropi parsial

pada villi-villi usus, infiltrasi sel-sel limfosit dan sel-sel plasma yang mengandung

Ig M dan IG A. Sedangkan biopsi segmen kolon menunjukan gambaran khas

infiltrasi eosinofil pada epitel kripta dan lamina propia, disertai kerusakan pada

kripta. Hasil uji tusuk kulit umunya negative, sesuai dengan mekanismenya yang

tidak melibatkan Ig E.

Hipersensitivitas terhadap makanan berkaitan dengan malabsorbsi. Susu sapi,

kedelai, telur, dan gandum merupakan penyebab tersering. Manifestasinya

bervariasi mulai feces yang mengandung lemak, hingga diare, berat badan yang

tidak bertambah dan kegagalan tumbuh kembang.

Alergi Makanan Yang Tidak Diketahui Pasti Penyebabnya

Reaksi alergi terhadap bahan tambahan dalam makanan seperti bahan

pewarna atau antioksidan relatif jarang. Beberapa gejalanya menyerupai intoleransi

makanan namun tidak dapat dikonfirmasi dengan uji paparan makanan tersamar

ganda. Pada suatu studi terhadap 132 penderita yang menyatakan dirinya alergi

terhadap bahan pewarna makanan, hanya 3 di antaranya yang dapat dibuktikan

dengan uji paparan tersamar ganda. Uji paparan tersamar ganda juga gagal

membuktikan adanya reaksi alergi terhadap metabisulfit dan aspartame yang

dilaporkan oleh beberapa penderita.

2.3 Pemeriksaan Diagnostik

Page 25: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 25

1. Uji Kulit Alergi

Uji kulit membantu mendiagnosis suatu alergi. Sejumlah kecil allergen yang

dicurigai disuntikkan ke bawah kulit . Orang yang alergi terhadap allergen

tersebut akan bereaksi dengan memperlihatkan eritema yang mencolok,

pembengkakan, dan gatal di tempat penyuntikan.

Analisis imunologis serum dapat mengisyaratkan peningkatan hitungan basofil

dan eusinofil

Uji kulit dapat dilakukan dengan uji gores (scratch test), uji tusuk (prick test)

dan uji suntik intradermal (intrademal test).

2. Uji Kulit Intradermal ( intra dermal test )

Sejumlah 0,02 ml ekstrak alergen dalam 1 ml spuit tuberkulin disuntikkan

secara superfisial pada kulit sehingga timbul 3 mm gelembung. Dimulai dengan

konsentrasi terendah yang menimbulkan reaksi, kemudian ditingkatkan

berangsur masing-masing dengan konsentrasi 10 kali lipat sampai menimbulkan

indurasi 5-15 mm. Setelah beberapa waktu, jika ternyata positif, maka pada

alergen tersebut akan timbul indurasi yang dikelilingi bercak merah.

Tergantung garis tengah indurasi masing-masing, maka gradasi atau tingkat

kepekaan terhadap alergen tersebut disebutkan dengan: negatif/tidak

pasti/lemah/positif/ positif kuat atau dengan - / (+) / + / ++ / +++ / ++++ Uji

intradermal ini seringkali digunakan untuk titrasi alergen pada kulit.

Tes Alergi Intra Dermal

Page 26: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 26

3. Uji tusuk (pricktest)

Uji tusuk dapat dilakukan dalam waktu singkat dan sesuai untuk anak.

Tempat uji kulit yang paling baik adalah pada daerah volar lengan bawah

dengan jarak 2 cm dari lipat siku dan pergelangan tangan. Setetes ekstrak

alergen dalam gliserin (50% gliserol) diletakkan pada permukaan kulit.

Lapisan superfisial kulit ditusuk dan dicungkil ke atas memakai lanset atau

jarum yang dimodifikasi, atau dengan menggunakan jarum khusus untuk uji

tusuk.

Ekstrak alergen yang digunakan 1.000-10.000 kali lebih pekat daripada yang

digunakan untuk uji intradermal. Dengan menggunakan sekitar 5 ml ekstrak

pada kulit, diharapkan risiko terjadinya reaksi anafilaksis akan sangat rendah.

Uji tusuk mempunyai spesifitas lebih tinggi dibandingkan dengan uji

intradermal, tetapi sensitivitasnya lebih rendah pada konsentrasi dan potensi

yang lebih rendah.

Faktor yang mempengaruhip

Antihistamin dapat mengurangi reaktivitas kulit. Oleh karena itu, obat yang

mengandung antihistamin harus dihentikan paling sedikit 3 hari sebelum uji

kulit. Pengobatan kortikosteroid sistemik mempunyai pengaruh yang lebih

kecil, cukup dihentikan 1 hari sebelum uji kulit dilakukan. Obat golongan

agonis β juga mempunyai pengaruh, akan tetapi karena pengaruhnya sangat

kecil maka dapat diabaikan. Usia pasien juga mempengaruhi reaktivitas kulit

walaupun pada usia yang sama dapat saja terjadi reaksi berbeda. Makin muda

usia biasanya mempunyai reaktivitas yang lebih rendah. Uji kulit terhadap

alergen yang paling baik adalah dilakukan setelah usia 3 tahun.

4. Tes eksposisi inhalatif

Pada penderita yang dicurigai menderita ekstrinsik atau alergik

bronkial asma, seharusnya dilaksanakan tes eksposisi inhalatif dengan alergen

tertentu (inhalatif provokatif tes spesifik), karena hasil tes intra- atau epikutan

yang positif belum membuktikan seratus persen, bahwa sistem pernafasan

Page 27: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 27

sudah terkena. Kecuali jika dalam anamnesa sudah benar-benar nyata, bahwa

pada eksposisi dengan alergen tersebut penderita menderita sesak nafas. Dalam

hal ini bahkan tes eksposisi inhalatif dengan alergen tersebut tidak dianjurkan,

karena jelas berbahaya.

Tes eksposisi inhalatif spesifik ini tentunya harus dilaksanakan dengan

persiapan yang teliti, terutama persiapan untuk kedaan gawat-darurat yang bisa

terjadi, yaitu reaksi yang parah dengan sesak nafas berat yang bisa sampai

menyebabkan kematian. Karena itu sebelum tes ini harus dipastikan, bahwa

obat-obatan seperti kortison, antihistaminikum, epinefrin, cairan infus serta

alat-alat untuk resusitasi termasuk intubasi sudah tersedia lengkap.

Pelaksanaan tes eksposisi inhalatif:

Setelah persiapan-persiapan di atas, pemeriksaan dimulai dengan

pelaksanaan spirometri. Jika ternyata pada pasien sudah dapat dibuktikan

adanya obstruksi bronkial, maka tes tidak boleh dilaksanakan. Kecuali kalau

obstruksinya hanya ringan sekali. Dalam hal ini dan jika tidak ada obstruksi,

maka tes bisa dimulai dengan menyemprotkan alergen ke lubang hidung atau

pasien harus menghirup alergen tersebut dari nebulizer.

 

 

 

Tes provokasi inhalatif Spirometri

Setelah beberapa waktu, spirometri diulangi lagi dan jika tenyata

timbul obtsruksi, maka harus diberikan bronkolitikum/betamimetikum. Tes ini

bisa dilakukan di praktik, tetapi sebaiknya pasien tidak diijinkan pulang

selama 1 - 2 jam untuk menjaga-jaga timbulnya reaksi lambat, yang terkadang

juga bisa berat.

5. Uji provokasi Makanan Persiapan

Page 28: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 28

Sebelum melakukan uji provokasi makanan, harus diberikan penjelasan rinci

kepada pasien atau orang tua pasien tentang prosedur pemeriksaan,

keuntungan dan kegunaan pemeriksaan, serta komplikasi yang mungkin

terjadi.

Eliminasi makanan. Eliminasi makanan diperlukan sebelum melakukan

provokasi. Eliminasi dilakukan selama 3 minggu dengan bentuk diet yang

disesuaikan dengan anamnesis, pemeriksaaan fisis, dan pemeriksaan

laboratorium. Ada 5 bentuk diet yang telah disebutkan di dalam bab tentang

alergi makanan. Jika diet eliminasi berhasil menyembuhkan semua gejala

alergi maka setelah 3 minggu dari awal diet dapat dilakukan uji provokasi.

Penghentian obat tertentu. Menjelang provokasi maka beberapa jenis obat

yang dapat mengganggu penilaian uji provokasi makanan harus disingkirkan

dalam selang waktu tertentu, yaitu antihistamin (96 jam), agonis β ( 12 jam),

teofilin ( 12 jam), dan kromolin ( 12 jam).

Metode dan cara uji provokasi. Ada 2 macam cara uji provokasi makanan,

yaitu uji provokasi makanan terbuka (open food challenge), dan uji provokasi

makanan buta ganda (double blind placebo controlled food

challenge=DBPCFC).

Uji provokasi makanan terbuka. Jika uji kulit negatif dan riwayat reaksi

terhadap makanan meragukan maka uji provokasi makanan terbuka dapat

dilakukan setelah melakukan diet eliminasi selama 3 minggu.

Uji provokasi makanan buta ganda. Cara ini merupakan cara yang ideal

untuk menentukan adanya reaksi terhadap makanan. Untuk memenuhi

persyaratan buta ganda maka vehikulum harus memenuhi syarat sebagai

berikut, 1) menghilangkan bau, 2) menghilangkan rasa, 3) menghilangkan

penampilan, dan 4) dapat memuat sejumlah banyak makanan hingga dapat

dilak provokasi multipel dalam beberapa jam. Vehikulum tersebut dapat

berupa kapsul, es kering, es krim, saus apel, hamburger, atau campuran tapioka

dengan buah dan sop. Kapsul yang dipakai umumnya ukuran 00 terbuat dari

Page 29: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 29

gelatin buram dengan bintik-bintik titanium oksida. Untuk 5 gram tepung telur

kering biasanya memerlukan 10-15 kapsul. Setelah diisi, kapsul disalut dengan

bubuk gula sehingga rasanya sama dengan kapsul plasebo. Plasebo yang

dipilih sesuai dengan vehikulum yang dipakai.

Pemberian makanan secara buta

Pemberian harus bertahap mulai dari jumlah yang diperkirakan tidak

menyebabkan serangan gejala alergi, kemudian ditingkatkan 2 kali lipat setiap

15-60 menit sampai timbul gejala yang nyata, atau dihentikan setelah

mencapai 8-10 gram makanan kering atau 60-100 gram makanan basah dosis

tunggal. Cukup jelas bahwa ketika dosis mencapai 8-10 gram makanan kering,

berarti pasien mendapat dosis total sebesar 15-20 gram sejak dari awal sampai

akhir. Jika provokasi buta ganda sampai 8 gram makanan kering hasilnya

negatif maka makanan tersebut boleh dicoba secara terbuka yang dianjurkan

dilakukan dengan pengawasan. Kadang-kadang pada pemberian provokasi

makanan secara terbuka terjadi gejala alergi. Hal ini disebabkan karena nilai

ambang serangan alergi lebih tinggi daripada provokasi buta, alergenisitas

makanan mungkin berbeda karena perbedaan penyajian, dan faktor psikologis

berpengaruh pada provokasi terbuka.

2.4 Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa dan

pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian

makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi

dan provokasi. Diagnosis alergi makanan tidak ditegakkan berdasarkan test

alergi, karena validitasnya sangat terbatas. Hasil tes alergi positif belum tentu

mengalami alergi makanan. Demikian pula sebaliknya hasil negative belum

tentu tidak alergi makanan tersebut.

Jenis alergi makanan di tiap Negara berbeda tergantung usia dan

kebiasaan makan makanan tertentu. Alergi makanan pada bayi di Amerika

Serikat terbanyak disebabkan karena protein susu sapi, sereal, telur, ikan dan

kedelai. Pada usia lebih tua coklat, kacang tanah lebih berperanan.

Data yang diperlukan pada evaluasi alergi makanan (Ari Baskoro, 2007):

Page 30: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 30

1. Makanan yang dicurigai

2. Banyaknya bahan makanan yang diperlukan untuk memicu timbulnya

reaksi

3. Adanya riwayat timbulnya reaksi pada setipa kali paparan

4. Waktu antara paparan hingga timbulnya reaksi

5. Manifestasi klinis yang sesuai dengan alergi makanan

6. Hilangnya gejala setelah bahan makanan yang dicurigai

dihindari/dieliminasi

7. Lama berlangsungnya gejala

8. Pengobatan yang diperlukan untuk mengatasi masalah

2.5 Tindakan pencegahan terjadinya alergi

Ada 3 hal utama dalam tindakan pencegahan terjadinya alergi yaitu :

1. Penghindaran

Tindakan penghindaran akan berhasil bila penyebab / pencetus terjadinya

alergi diketahui. Salah satu cara untuk mengetahui pencetus alergi ialah dengan

melakukan uji kulit ( tes alergi ) di samping hasil pengamatan yang cermat sehari-

hari oleh orang tua penderita. Dari hasil pemeriksaan tes alergi dapat diketahui zat-

zat yang menimbulkan alergi. Beberapa zat terutama makanan kadang-kadang tidak

ada hubungan yang jelas antara hasil tes dengan gejala alergi. Hal ini disebabkan

anak yang mempunyai alergi terhadap makanan belum tentu karena laergi terhadap

makanan itu sendiri, akan tetapi alergi terhadap zat-zat hasil pemecahan /

metabolisme makanan dalam tubuh. Selain tes alergi pada kulit, juga dapat

dilakukan pemeriksaan kadar immunoglobulin E yang spesifik dalam darah

terhadap zat-zat tertentu yang dicurigai menimbulkan alergi.

Hindari makanan tambahan sebelum si kecil mencapai usia 4 bulan, karena

untuk mengefektifkan ASI eksklusif untuk meningkatkan daya tahan tubuh si kecil.

Hindari penggunaan pewangi ruangan/pembersih ruangan yang harus

disemprotkan ke seluruh ruangan. Jangan merokok/membiarkan orang lain

merokok di sekitar si kecil. Jangan biarkan binatang peliharaan seperti anjing,

kucing, burung berada di dalam rumah sebelum anak menginjak usia 1 tahun.

2. Cara hidup yang baik

Page 31: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 31

Cara hidup yang baik perlu diperhatikan pada penderita alergi yaitu cukup

istirahat, olahraga teratur, disiplin dalam diet yang ditetapkan serta hidup dalam

lingkungan dengan zat allergen yang minimal

3. Pemakaian obat-obatan

Obat-obatan pencegahan diberikan pada penderita alergi yang kronis/berat

atau yang sering kambuh.Pemberian imunoterapi/desensitisasi (pengebalan

terhadap allergen) hanya berhasil bila penderita hanya mempunyai alergi terhadap

satu zat saja. Ibu hamil yang mempunyai riwayat alergi dalam keluarga sebaiknya

melakukan diet pencegahan terhadap makanan yang sering menimbulkan alergi

untuk mencegah terjadinya reaksi alergi pada bayi yang dilahirkan. Diet ini

dilakukan pada akhir triwulan kehamilan.

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan alergi makanan harus secara benar dan berkesinambungan,

saat ini penatalaksanaan yang paling ideal adalah menghindari pencetus  yang bisa

menimbulkan keluhan alergi tersebut. Namun, masih banyak perbedaan dan

kontroversi diantara para ahli atau peneliti dalam sistem penanganan alergi makanan

yang sesuai. Sehingga banyak tercipta pola dan variasi pendekatan diet yang dilakukan

oleh para ahli dalam menangani alergi makanan dan autisme. Banyak kasus

pengendalian alergi makanan tidak berhasil dengan optimal, karena penderita

menghindari beberapa makanan yang dianggap sebagai penyebab alergi dari hasil

pemeriksaan yang bukan merupakan pemeriksaan baku atau “Gold Standard”.

Penatalaksanaan alergi dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Terapi Non Farmakologis:

a. Terapi desentisasi.

Berupa penyuntikan berulang alergen (yang dapat mensentisasi pasien)

dalam jumlah yang sangat kecil dapat mendorong pasien membentuk

antibodi IgG terhadap alergen. Antibodi ini dapat bekerja sebagai antibodi

penghambat (blocking antibodies). Sewaktu pasien tersebut kembali

terpajan ke alergen , maka antibodi penghambat dapat berikatan dengan

alergen mendahului antibodi IgE. Karena pengikatan IgG tidak

Page 32: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 32

menyebabkan degranulasi sel mast yang berlebihan, maka gejala alergi

dapat dikurangi.

b. Terapi probiotik (preparat sel mikroba atau komponen mikroba yang dapat

mempertahankan kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan dalam flora

usus).

Salah satu pendekatan terbaru yang digunakan dalam penatalaksanaan

alergi makanan. Penelitian yang dilakukan oleh Trapp et al. (1993)

menunjukkan bahwa responden yang diberikan yoghurt memiliki penurunan

konsentrasi IgE dalam darah dan frekuensi alergi yang rendah. Matsuzaki et

al (1998) menunjukkan bahwa pemberian bakteri probiotik Lactobacillus

casei (L. casei) secara oral terhadap tikus, dapat menghambat pembentukan

IgE oleh ovalbumin. Namun, informasi terhadap efektivitas probiotik dalam

penatalaksanaan alergi makanan sangat terbatas, untuk itu perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut (Isolauri et al., 1999; Kirjavainen et al., 1999).

c. Payung ASI Eksklusif

Risiko alergi makanan pada bayi dapat dikurangi dengan peran aktif

ibu memberi ASI eksklusif selama 6 bulan penuh. Jangan kenalkan

makanan tambahan apapun pada periode ini, terlebih susu formula berbahan

dasar sapi serta produk-produk turunan susu. Mengenalkan makanan padat

pada usia terlalu dini, yaitu 4 bulan pertama kehidupan anak, dihubungkan

dengan peningkatan risiko alergi hingga usia 10 tahun. Bayangkan

dampaknya pada anak. Anjuran studi Dr Fiocchi yang dimuat di jurnal

Annals Allergy, Asthma & Immunology disarankan mengenalkan makanan

satu persatu. Para peneliti juga mengingatkan bahwa makanan padat harus

dikenalkan dalam jumlah kecil terlebih dahulu. Jangan langsung memberi

bayi campuran beberapa jenis bahan makanan. Sebab, dengan begini akan

sulit diketahui apakah bayi Anda alergi terhadap bahan makanan tertentu.

d. Diet

Diet dilakukan selama 3 minggu, setelah itu dilakukan provokasi

dengan 1 bahan makanan setiap minggu. Makanan yang menimbulkan

Page 33: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 33

gejala alergi pada provokasi ini dicatat. Disebut alergen kalau pada 3 kali

provokasi menimbulkan gejala alergi. Waktunya tidak perlu berturut-turut.

Jika dengan salah satu regimen diet tidak ada perbaikan padahal sudah

dilakukan  dengan benar, maka diberikan regimen yang lain. Sebelum

memulai regimen yang baru, penderita diberi ”carnaval” selama seminggu,

artinya selama 1 minggu itu semua makanan boleh dimakan (pesta).

Maksudnya adalah memberi hadiah setelah 3 minggu diet dengan baik,

dengan demikian ada semangat untuk menjalani diet berikunya. Selanjutnya

diet yang berikutnya juga dilakukan selama 3 minggu sebelum dilakukan

provokasi. Ada beberapa regimen diet yang bisa digunakan :

- ”ELIMINATION DIET”: beberapa makanan harus dihindari yaitu Buah,

Susu, Telur, Ikan dan Kacang, di Surabaya terkenal dengan singkatan

BSTIK (data BSTIK terlampir). Merupakan makanan-makanan yang

banyak ditemukan sebagai penyebab gejala alergi, jadi makanan-makanan

dengan indeks alergenisitas yang tinggi. Indeks ini mungkin lain untuk

wilayah yang lain, sebagai contoh dengan DBPFC mendapatkan telur,

kacang tanah, susu sapi, ikan, kedelai, gandum, ayam, babi, sapi dan

kentang, sedangkan Bischop mendapatkan susu, telur, kedelai dan kacang.

- ”MINIMAL DIET 1” (Modified Rowe’s diet 1): terdiri dari beberapa

makanan dengan indeks alergenisitas yang rendah. Berbeda dengan

”elimination diet”, regimen ini terdiri dari beberapa bahan makanan  yang

diperbolehkan yaitu : air, beras, daging sapi, kelapa, kedelai, bayam,

wortel, bawang, gula, garam dan susu formula kedelai. Bahan makanan

lain tidak diperbolehkan.

- ”MINIMAL DIET 2” (Modified Rowe’s Diet 2): Terdiri dari makanan-

makanan dengan indeks alergenisitas rendah yang lain yang

diperbolehkan, misalnya : air, kentang, daging kambing, kacang merah,

buncis, kobis, bawang, formula hidrolisat kasein, bahan makanan yang

lain tidak diperkenankan.

- ”EGG and FISH FREE DIET”: diet ini menyingkirkan telur termasuk

makanan-makanan yang dibuat dari telur dan semua ikan. Biasanya

diberikan pada penderita-penderita dengan keluhan dengan keluhan utama

urtikaria, angionerotik udem dan eksema.

Page 34: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 34

- ”HIS OWN’S DIET”: menyingkirkan makanan-makanan yang

dikemukakan sendiri oleh penderitanya sebagai poenyebab gejala alergi.

2. Terapi Farmakologis:

Obat alergi secara optimal hanya dapat menekan reaksi alergi dalam waktu

12-24 jam. Bila reaksi itu berkurang maka akan timbul gejala lagi dan harus

minum obat lagi. Bahkan meskipun sudah minum obat kadang hanya dapat

menekan gejala alergi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali dan umumnya

mempunyai efisiensi rendah. Bila diet tidak bisa dilaksanakan  maka harus diberi

farmakoterapi dengan obat-obatan seperti yang tersebut di bawah ini :

a. Prescription antihistamines, dapat menghambat degranulasi sel mast sehingga

dapat mengurangi gejala-gejala alergi tanpa menyebabkan rasa kantuk.

Pengobatan ini dilakukan sesaat si penderita mengalami reaksi alergi. Jangka

waktu pemakaian hanya dalam satu hari, 24 jam. Diantaranya adalah;

H1-Reseptor antagonis

H1 reseptor antagonis generasi kedua tidak ada efek samping

CNS. Setirizin bisa digunakan pada anak mulai umur 1 tahun dan tidak

ada efek samping kardiovaskular, dapat digunakan jangka lama. H1

reseptor antagonis generasi pertama efek antikolinergiknya dapat

memperburuk gejala asma karena pengentalan mukus. Pada dosis

tinggi efek samping pada CNS sangat membatasi penggunaanya dalam

pengobatan asma. Obat-obatan yang sering dipakai misalnya;

Difenhidramin (diberikan dengan dosis 0,5 mg/kg/dosis, 3 kali/24

jam) CTM (diberikan dengan dosis 0,09 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam)

Setirizin (dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun: 2.5

mg/dosis,1 kali/hari;  > 6 tahun : 5-10 mg/dosis,1 kali/hari), Loratadin

(dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun : 2.5 mg/dosis,1

kali/hari;  > 6 tahun : 10 mg/dosis,1 kali/hari), Feksofenadin (dosis

pemberian sesuai usia anak adalah : 6-11 tahun : 30 mg/hari, 2

kali/hari;  > 12 tahun : 60 mg/hari, 2 kali/hari atau 180 mg/hari, 4

kali/hari), Azelastine (dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 5-11

tahun : 1 semprotan 2 kali/hari;  > 12 tahun : 2 semprotan, 2 kali/hari)

Page 35: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 35

Pseudoephedrine (dosis pemberian sesuai usia anak adalah : 2-6 tahun

: 15 mg/hari, 4 kali/hari; 6-12 tahun : 30 mg/hari, 4 kali/hari;  > 12

tahun : 60 mg/hari 4 kali/hari), dan Ipratropium bromide 0.03%

(dosis 2 semprotan 2-3 kali/hari).

b. Steroid atau Kortikosteroid yang dihirup (Nasal corticosteroid semprot) atau

sistemik bekerja sebagai obat anti peradangan dan dapat mengurangi gejala

suatu alergi. Cara pengobatan ini yaitu dengan dimasukkan ke dalam mulut atau

melalui injeksi. Obat ini bekerja cukup ampuh dan aman dalam penggunaan,

pengobatan ini tidak menyebabkan efek samping. Orang yang mengidap alergi

perlu menggunakan obat-obat ini dalam jangka waktu yang cukup lama

sebelum obat menjadi efektif. Kortikosteroid inhalansif hanya berefek di

saluran nafas dan tidak menimbulkan efek sistemik. Contoh:

Glukokortikoid.

Digunakan terutama bila ada gejala asma. Steroid oral pada asma akut

digunakan pada yang gejala dan PEF nya makin hari makin memburuk, PEF

yang kurang dari 60%, gangguan asma malam dan menetap pada pagi hari,

lebih dari 4 kali perhari, dan memerlukan nebulizer serta bronkodilator

parenteral darurat. menggunaan bronkodilator. Steroid oral yang dipakai

adalah : metil prednisolon/hidrocortison (dengan dosis 4-10 mg/kg/dosis tiap

4-6 jam sampai kegawatan dilewati disusul rumatan prednison oral),

prednisolon dan prednison (diberikan sebagai dosis awal adalah   1-2

mg/kg/hari dosis tunggal pagi hari sampai keadaan stabil kira-kira 4 hari

kemudian diturunkan sampai 0,5 mg/kg/hari, dibagi 3-4 kali/hari dalam 4-10

hari). Steroid hirupan digunakan bila ada gejala asma dan rinitis alergika

diantaranya adalah; fluticasone (Flonase), mometasone (Nasonex), dan

triamcinolone (Nasacort).

c. Beta Arenergic Agonist

Digunakan untuk relaksasi otot polos bronkus. Epinefrin subkutan bisa

diberikan dengan dosis 0,01 mg/kg/dosis maksimum 0,3 mg/dosis. Biasanya

digunakan untuk penanganan syok anafilaktik.

Page 36: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 36

d. Metil Xantin (Beta 2 Agonist)

Digunakan sebagai bronkodilator. Obat yang sering digunakan adalah

aminofilin dan teofilin, dengan dosis awal 3-6/kg/dosis, lanjutan 2,5

mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam.

e. Simpatomimetika

        Efedrin                  : 0,5 – 1,0 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam

        Orciprenalin         : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

        Terbutalin : 0,075  mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

        Salbutamol            : 0,1 – 0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

f. Leukotrien antagonis

LTC4 dan LTD4 menimbulkan bronkokonstriksi yang kuat pada

manusia, sementara LTE4 dapat memacu masuknya eosinofil dan netrofil ke

saluran nafas. Dapat digunakan pada penderita dengan asma persisten ringan.

Namun pada penelitian dapat diberikan sebagai alternatif peningkatan dosis

kortikosteroid inhalasi, posisi anti lekotrin mungkin dapat digunakan pada

asma persisten sedang, bahkan pada asma berat yang selalu membutuhkan

kortikosteroid sistemik, digunakan dalam kombinasi dengan xantin, beta-2-

agonis dan steroid. Preparat yang sudah ada di Indonesia adalah Zafirlukast

yang diberikan pada anak sebesar 20 mg/dosis 2 kali/24jam.

g. Kromolin dan Nedokromil.

Dipakai terutama pada penderita dengan gejala asma dan rinitis

alergika. Kromolin umumnya efektif pada alergi makanan dengan gejala

Dermatitis Atopi yang disebabkan alergi makanan. Dosis kromolin untuk

penderita asma berupa larutan 1% solution (20 mg/2mL) 2-4 kali/hari untuk

nebulisasi atau berupa inhalasi dengan metered-dose inhaler 1,6 mg (800

µg/inhalasi) 2-4 kali/hari.  Untuk rinitis alergik digunakan obat semprot 3-4

kali/hari yang mangandung kromolin 5.2 mg/semprot. Untuk konjungtivitis

diberikan tetes mata 4% 4-6 x 1 tetes mata/hari. Nedokromil untuk

nebulisasi tak ada. Yang ada berupa inhalasi dengan metered-dose inhaler

Page 37: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 37

dan dosis untuk asma adalah 3,5 mg (1,75 mg/inhalasi) 2-4 kali/hari. Untuk

konjungtivitis diberikan tetes mata nedokromil 2% 4-6 x 1-2 tetes mata/hari.

Komplikasi yang sangat berbahaya pada pasien dengan alergi

(hipersensitivitas) adalah Syok Anafilaktik yang dapat menyebabkan

kematian Syok Anafilaktik adalah gangguan perfusi jaringan akibat adanya

reaksi antigen-antibodi yang mengeluarkan histamine, dengan akibat

peningkatan permeabilitas membrane kapiler dan terjadi dilatasi arteriole,

sehingga venous return menurun. Untuk itu diperlukan manajemen yang

baik pada syok anafilaktik yang tepat untuk menghindari kematian.

Penatalaksanaan syok anafilaktik.

Syok Anafilaktik.

Pertahankan jalan nafas

Beri suntikan epinefrin/adrenalin (0,01 mg/kg/dosis maksimum 0,3

mg/dosis) di Subcutan.

Beri oksigen

Pemberian metil prednisolon/hidrocortison (dengan dosis 4-10 mg/kg/dosis

tiap 4-6 jam sampai kegawatan dilewati disusul

rumatan prednison oral)

Pemberian Difenhidramin (diberikan dengan dosis 0,5 mg/kg/dosis, 3

kali/24 jam).BRONKOSPASME HIPOTENSI

Pemberian Metil Xantin (Beta 2 Agonist)

Digunakan sebagai bronkodilator. Obat

yang sering digunakan adalah aminofilin

dan teofilin, dengan dosis awal

3-6/kg/dosis, lanjutan 2,5 mg/kg/dosis, 3-4

kali/24 jam.

Pemberian posisi trendelenbrug (30-45 derajat).

Manajemen cairan yang benar (pemberian infuse cairan kristalloid atau colloid)

EVALUASI

Page 38: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 38

(DIET BSTIK)

NO PANTANGANBAHAN

YANG TIDAK DAPAT DIMAKANPENGGANTI

BAHAN YANG DAPAT

DIMAKAN

1 Buah-buahan

- semua buah- semua bahan makanan yang

mengandung buah Contohnya:

- sayur asam, saos tomat, sambal- rawon, sayur nangka (gudeg),

sayur labu- coklat, keripik melinjo

Umbi-umbian

- Kentang, wortel, bengkuang, ketela pohon, tales, gembili, gadung, semua sayur dan sebagainya.

2 Susu sapi

Susu sapi dan bahan bahan makanan yang mengandung susu sapi, contohnya;- Permen- Es krim- Biscuit- Keju,- Chiki, chitos dst

Susu kedelaiSusu kedelai yang ada di pasaran: - Nutrilon Soya- Nursoy, probee

3Telur unggas

dan daging unggas

Telur ayam/ bebek/burung dan daging ayam/bebek/burung, contohnya;- Mie telur, Indomie, Supermie,

Sarimi, Makaroni, roti, kue dan sebagainya.

Tahu dan TempeDaging kambing, gule, sate kambing, daging sapi dst.

4Ikan, kepiting,

Udang dan Rajungan

Ikan air laut/tawar, kepiting, udang, rajungan, dan bahan makanan yang mengandung ikan/udang/kepiting, contohnya:

- Petis- Kerupuk - terasi

Daging sapi, kambing, kerbau

5 Kacang Tanah dan Kacang

Hijau

Termasuk:- bumbu gado-gado,sate, dan

rujak.

Kacang sayur, kacang kedelai, buncis, kacang panjang,

Mie mihun dari (beras) bisa digunakan sebagai

Page 39: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 39

- Kecambah (Kacang tanah dan Kacang hijau).

- Bahan dari kacang hijau (tepung hungkue dan mie Su’un)

kacang merah, kacang beras.

pengganti Su’un.

Keterangan :

1. Selama 3 minggu, hindari makanan pantangan, termasuk makan dengan pewarna dan

pengawet.

2. Setelah berpantang 3 minggu dan gejala alergi hilang, setiap minggu dapat mencoba 1

jenis makanan pantangan, diberikan sedikit demi sedikit.

3. Bila muncul gejala alergi, berarti anak alergi dengan jenis makanan tersebut. Hentikan

makanan yang dicobakan dan obati gejala.

4. Bila tidak muncul gejala alergi, berarti anak tidak alergi dan makanan boleh

dikonsumsi.

Page 40: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 40

2.7 WOC

Ig E melekat pada sel mast & basofil

Allergen berikatan dg IgE

Ion Ca++ masuk sel mast

Perubahan membran sel mast & basofil

Degranulasi sel mast

Pengeluaran mediator , pelepasan histamin

pajanan allergen : bahan makanan, obat-obatan, tungau, debu, dll

Ditangkap APC ( antigen precenting cell)

Peptide-peptida kecilHLA ( MHC )

IL-5

Sel B memproduksi IgE

Produksi IL-4 dan IL-13

Th-2 aktif

Presentasi ke sel Th 2

Sensitifitas tidak terjadi

Sel B memproduksi IgG

Th-2 inaktif

Eosinofil aktif

Sensitifitas sel mass dan basofil

Page 41: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

B4B3

Mk : - Resti Kekurangan Vol Cairan- Nutrisi kurang dari kebutuhan

KELOMPOK 8A ANAK 2 41

k

Mk : pola nafas inefektif

B1

Bronkokonstriksi

Dispnoe

Respon system imune

Pengeluran secret pada

mukosa

Mk : bersihan jalan nafas inefektif

Tidak ditemukan

masalah

B5

Histamin pd fundus lambung

Aktivasi sel parietal

Pe↑ asam

lambung

Mual / muntah

B2

Vasodilatasi perifer &

pembengkakan ruang intertisium

Permeabilitas kapiler ↑

Perembesan cairan & protein

plasma ke jaringan

Oedem

MK: Ggn. Perfusi Jaringan

B6

Reseptor pd ujung

saraf sensori

gatal

MK: - Ggn Integritas kulit- Ggn Rasa Nyaman

urtikari

Vasodilatasi pembuluh darah

Hipoksia jar otak

hipotensi

Kehilangan keseimbangan

Mk :Resiko cidera

Komplikasi

Pe↓ TD

Syok Anafilaktik

Tanda :Gatal, kram abdomen, kemerahan kulit, gangguan saluran cerna, sulit bernafas

Page 42: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 42

dampak hospitalisasi

Mk : koping keluarga inefektif

anakkeluarga

Dampak hospitalisasi

hospitalisasialergi

Kurang informasi tentang masalah yang terjadi

Mk : ansietas

Mk : perubahan proses keluarga

Aktifitas sosioekonomi keluarga terganggu

Page 43: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 43

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Contoh Kasus

Kasus I

An. N (1,5 tahun). Datang ke RSDS karena batuk pilek. Pada leher dan seputar

bibirnya lantas timbul kemerahan dan gatal. Ia mengalami hal itu jika setelah makan bahan

makanan yang mengandung telur. Riwayat nutrisi selepas ASI eksklusif, orang tua

mengenalkannya pada berbagai makanan. Ia juga mulai sering batuk dan pilek semenjak

itu terutama bila makan dari bahan yang mengandung telur. Saat dibawa ke dokter, batuk

dan pileknya diobati. Sementara gatal kemerahannya dikasih bedak saja. An.N juga suka

makan keju. Ayah An.N juga mengalami gatal dan kemerahan jika makan sop buntut.

Dokter menyarankan An.N menjalani tes alergi dan memberinya terapi diit BSTIK.

3.2. Pengkajian

A. Anamnesa

1. Onset munculnya gejala

Umur saat terjadinya onset pada symptom dapat membedakan apakah alergi

tersebut diperantarai IgE.

2. Karakter, durasi, frekuensi dan keparahan dari symptom

3. Sifat sementara dari symptom

Apakah alergi tersebut terjadi intermitten, sepanjang tahun, pada musim-

musim tertentu, atau sepanjang tahun tapi menjadi lebih buruk saat musim

tertentu.

4. Sifat topologi dari symptom

Apakah alergi tersebut menjadi lebih buruk saat berada di rumah, sekiolah,

tempat kerja, atau di tempat-tempat lainnya. Hal tersebut dapat

Page 44: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 44

mengindikasikan bahwa alergen yang menyebabkan reakasi hipersensitivitas

terdapat pada tempat tersebut.

5. Faktor pencetus

Substansi-substansi pada lingkungan dapat menginisiasi dan mempertambah

buruk alergi. Faktor-faktor tersebut anatara lain : kelembapan, temperatur, dan

prubahan tekanan udara.

6. Faktor-faktor tingkah laku dan aktivitas

Aktivitas fisik dapat menjadi faktor pencetus dari asma dan anafilaksis.

Kegiatan di luar rumah dapat menjadi faktor prediposisi terkena eksposure dari

alergen dan gigitan serangga. Merokok juga dapat memperparah penyakit alergi

pada sistem pernafasan.

7. Akibat dari penyakit pada pasien

Apakah akibat penyakit dapat mengganggu aktivitas harian dan performa

pasien saat di sekolah atau tempat kerja. Kualitas hidup pasien merupakan

outcome yang harus selalu dievaluasi dan dimonitor.

8. Riwayat atopik pada keluarga

B. Pemeriksaan Fisik

TTV : TD : 110/70 mmHg Nadi : 107x/menit Suhu Badan : 37,70C

RR : 25x/menit

Breath : RR = 25x/menit, ronchi, pengeluaran sekret sedikit, bewarna bening,

klien tidak bisa batuk efektif.

Blood : CRT<2 detik, tidak ada kelainan kardiovaskular

Brain : GCS=4,5,6. refleks fisiologis normal.

Bladder : jumlah urine 800cc/hari, warna kuning jernih, bau khas.

Bowel : porsi makan 3x sehari diit BSTIK, BAB 1x sehari, lembek, kuning

kecoklatan, bau aromatik.

Page 45: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 45

Bone : ada pruritus di leher dan sekitar mulut, terasa gatal. Pergerakan sendi

normal

3.3. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d. proses penyakit ditandai dengan batuk tak

efektif dan pengeluaran mukus.

2. Perubahan kenyamanan b.d. proses penyakit sekunder terhadap reaksi alergi.

3. Kurang pengetahuan b.d. kurangnya informasi mengenai regimen terapi dan proses

penyakit.

4. Risiko kerusakan integritas kulit b.d. perubahan sensasi sekunder terhadap ruam

3.4. Intervensi

1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d. proses penyakit ditandai dengan batuk tak

efektif dan pengeluaran mukus.

Tujuan : Sputum dapat dikeluarkan dengan adekuat.

Kriteria Hasil : Individu tidak mengalami aspirasi

RR=20-35x/menit, ronchi berkurang atau menghilang.

Intervensi Rasional

1. Ajarkan pada anak untuk berkumur

dengan air garam hangat tiap 2-4

jam dan setelah batuk.

2. Tingkatkan masukan cairan sampai

2/4-3/4x jumlah normal jika tak ada

kontraindikasi.

3. Biarkan anak untuk istirahat setelah

batuk dan makan.

4. Beritahukan pada orang tua tentang

1. Air hangat dapat mengencerkan

mukus dan garam dapat

menghilangkan rasa tidak nyaman

di mulut.

2. Dehidrasi dapat membantu

mengencerkan mukus.

3. Anak dapat memulihkan tenaga

untuk kegiatan selanjutnya.

4. Meminimalkan cemas pada

Page 46: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 46

tindakan suction dan fisioterapi

nafas.

5. Kolaborasikan pemberian

expectorant, nebulizing atau

tindakan suction dan fisioterapi

nafas bila diperlukan.

keluarga serta melibatkan orang tua

dalam pengambilan keputusan.

5. Expectorant, nebulizing, suction,

dan fisioterpai nafas dapat

membantu mengeluarkan mukus.

2. Kurang pengetahuan b.d. kurangnya informasi mengenai regimen terapi dan proses

penyakit.

Tujuan : Menghindari pemajanan atau konsumsi etiologi dari

hipersensitivitas.

Kriteria Hasil : Orang tua klien akan menggambarkan strategi untuk mencegah

pemajanan atau konsumsi etiologi dari hipersensitivitas

Intervensi Rasional

1. Jelaskan mekanisme dari reaksi

hipersensitivitas secara jelas kepada

orang tua klien.

2. Informasikan pada orang tua klien

mengenai etiologi dan faktor

pencetus yang bisa menyebabkan

reaksi hipersensitivitas.

3. Informasikan mengenai produk-

produk turunan dari etiologi reksi

hipersensitivitas.

1. Meningkatkan pengetahuan orang

tua mengenai reaksi

hipersensitivitas.

2. Meningkatkan pengetahuan orang

tua mengenai etiologi dan faktor

pencetus hipersensitivitas.

3. Meningkatkan kewaspadaan oarang

tua pada produk-produk turunan

dari etiologi hipersensitivitas.

4. Perubahan kenyamanan b.d. proses penyakit sekunder terhadap reaksi alergi.

Tujuan : Meningkatkan kenyamanan klien.

Kriteria Hasil : Klien/ibu klien mengungkapkan penurunan pruritus/kemerahan.

Page 47: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 47

Intervensi Tindakan

1. Pertahankan hygine tanpa

menjadikan kulit kering (mandi 3x

sehari), lalu berikan bedak pada

lipatan-lipatan kulit.

2. Cegah kekeringan yang berlebihan,

dengan mengoleskan lotion atau

baby oil.

3. Anjurkan untuk tidak menggaruk

dengan kuku bila terasa gatal,

anjurkan untuk menggosok dengan

telapak tangan atau menekan area

yang gatal. Berikan sarung tangan

atau kaos kaki bila perlu dan potong

kuku anak untuk mencegah cidera

pada area kulit yang gatal.

4. Jelaskan pada anak dan orang tua

mengapa tidak diperbolehkan untuk

menggaruk.

5. Kolaborasikan untuk pemberian

antihistamin, salep atau krim

kortikosteroid topikal

1. Meminimalkan terjadinya pruritus

baru dan berkembangnya

mikroorganisme patogen di kulit.

2. Mempertahankan kelembapan kulit

normal sehingga flora normal kulit

dapat berkembang debgan optimal.

3. Menggaruk dengan kuku akan

menimbulkan perlukaan pada kulit.

4. Meningkatkan rasa percaya anak

dan orang tua dan pemahaman

terhadap intervensi yang kita

lakukan.

5. Pemberian antihistamin dapat

mengurangi pruritas serta

mengurangi rasa gatal.

5. Risiko kerusakan integritas kulit b.d. perubahan sensasi sekunder terhadap ruam

Tujuan : Mempertahankan integritas kulit.

Kriteria Hasil : Klien dapat mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah

kerusakan kulit.

Page 48: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 48

Intervensi Rasional

1. Berikan perawatan kulit sering dan

jaga kelembapan kulit normal.

2. Ajarkan pada anak untuk

menggosok area yang gatal dengan

telapak tangan, dan melarang

menggaruknya dengan kuku.

3. Kolaborasikan pemberian

obat/salep.

1. Keadaan kulit yang terlalu kering

atau terlalu lembab berisiko untuk

merusak integritas kulit.

2. Membuat anak paham bahwa

menggaruk dengan kuku dapat

merusak integritas kulit.

3. Salep yang mengandung

antihistamin dapat mengurangi

ruam dan gatal pada kulit.

Page 49: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 49

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian dalam makalah ini, dapat diambil kesimpulan bahwa kasus alergi dapat

menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki

dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Belakangan terungkap

bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat

mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita.

Patofisiologi penyakit alergi melibatkan pengerahan berbagai sel efektor dari

sirkulasi, rangsangan sumsum tulang/sistemik. Reaksi alergi yang sistemik menunjukkan

respons di berbagai organ seperti saluran napas atas dan bawah, kulit dan saluran cerna.

Oleh karena itu terapi harus diarahkan terhadap manifestasi lokal dan sistemik.

Sehingga, perawat harus mengetahui dan paham mengenai bagaimana mekanisme

dan jenis penyakit alergi yang muncul pada anak sebagai acuan saat melakukan tindakan.

Penentuan diagnosa keperawatan yang akurat akan mempercepat proses keperawatan.

Sehingga akan mempercepat proses penyembuhan atau meninimalkan komplikasi lebih

lanjut.

4.2 Saran

1. Perawat perlu terampil menentukan keadaan kedaruratan serta memberikan asuhan

keperawatan yang tepat pada anak dengan Alergi, baik alergi makanan, debu, dll.

2. Perlu pembelajaran terpadu berkenaan dengan ketrampilan dalam mendiagnosa

maupun dalam melakukan tindakan.

3. Melalui intervensi yang aktif, intensif dan efektif diharapkan dapat meminimalkan

komplikasi lebih lanjut.

Page 50: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 50

Daftar Pustaka

Anonimus. 2007. Alergi Dan Penyebabnya.

www.balita-anda.indoglobal.com/pdf.php?id=376. Rabu, 11 Maret 2009 : 02 :54

WIB

Arwin, AP. 2001. Pendekatan Imunologis berbagai penyakit alergi & Infeksi.

Jakarta :Balai Penerbit FKUI

Behrman, Richard E., dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, vol.3. Jakarta :

EGC

Boediharja, Siti A., dkk.2002. Alergi Kulit Pada Bayi dan Anak. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI

Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.1.Jakarta :

EGC

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Davies, Robert.2003. Bimbingan Dokter Pada Alergi. Jakarta : Dian Rakyat

Mahdi, Dina. 1993. Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Surabaya : Airlangga

University Press

Suyono, Slamet. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Edisi 3.Jakarta : Balai

penerbit FKUI

Tjokroprawiro, Askandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya :

Airlangga University Press

Judarwanto, Widodo. Alergi Makanan pada Anak Mengganggu Semua Organ

Tubuh Anak. http://www.puterakembara.com. Jum’at, 13 Maret 2009 : 16:01 WIB

Judarwanto, Widodo. 2009. Pemeriksaan alergi-allergy test.

http://www.childrenallergyclinic.wordpress.com.

Judarwanto, Widodo. 2009. Tes Alergi Apakah Sudah memastikan

http://childrenallergyclinic.wordpress.com. Sabtu, 14 Maret 2009 : 15.03 WIB

Page 51: 75664416-59340036-makalah-ALERGI-8A

KELOMPOK 8A ANAK 2 51