735 1437-1-sm

15
Linda Permatasari, S.Kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang) Email : [email protected] 1 GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL YANG DIBERIKAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT Linda Permatasari 1 Aat Sriati 1 Metty Widiastuti 2 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat 2 Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ABSTRAK Sampai saat ini penanganan skizofrenia belum memuaskan dan salah satu penyebabnya adalah keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku penderita di rumah. Dukungan sosial yang diberikan keluarga terhadap penderita skizofrenia menjadi hal penting dalam proses penyembuhan penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan sosial yang diberikan keluarga dalam perawatan penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang merupakan hasil pengembangan dari teori Smet (1994:136), kepada 96 orang dari keluarga penderita skizofrenia. Dari pengumpulan data tersebut didapatkan hasil bahwa sebagian responden 48.96% memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia dan sebagian responden 51.04% tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia. Dukungan emosional menjadi persentasi tertinggi keluarga tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia. Kata Kunci : Dukungan Sosial, Keluarga, Skizofrenia, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ABSTRACT Until recently the treatment of schizophrenia has not been satisfying, the causing factor is due to nescience from family to treat patient at home. Social support from family to schizophrenia patient became important matter in the healing process. This research purpose is to study the social support given from family in the treatment process of schizophrenia patient in Ambulatory Installation of Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Data collection conduted using questionnaire, which is the developed result of Smet theory (1994:136), to 96 persons from schizophrenia patient’s family. Research results showed half amount of the respondents 48.96% provide social support in the treatment of patients with schizophrenia and half amount of the respondents 51.04% did not provide social support in the treatment of

description

 

Transcript of 735 1437-1-sm

Page 1: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

1

GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL YANG DIBERIKAN KELUARGA

DALAM PERAWATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI INSTALASI

RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

Linda Permatasari1 Aat Sriati

1 Metty Widiastuti

2

1Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat

2Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

ABSTRAK

Sampai saat ini penanganan skizofrenia belum memuaskan dan salah satu

penyebabnya adalah keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku penderita di

rumah. Dukungan sosial yang diberikan keluarga terhadap penderita skizofrenia

menjadi hal penting dalam proses penyembuhan penderita. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran dukungan sosial yang diberikan keluarga dalam

perawatan penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang

merupakan hasil pengembangan dari teori Smet (1994:136), kepada 96 orang dari

keluarga penderita skizofrenia. Dari pengumpulan data tersebut didapatkan hasil

bahwa sebagian responden 48.96% memberikan dukungan sosial dalam perawatan

penderita skizofrenia dan sebagian responden 51.04% tidak memberikan dukungan

sosial dalam perawatan penderita skizofrenia. Dukungan emosional menjadi

persentasi tertinggi keluarga tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan

penderita skizofrenia.

Kata Kunci : Dukungan Sosial, Keluarga, Skizofrenia, Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat

ABSTRACT

Until recently the treatment of schizophrenia has not been satisfying, the

causing factor is due to nescience from family to treat patient at home. Social support

from family to schizophrenia patient became important matter in the healing process.

This research purpose is to study the social support given from family in the

treatment process of schizophrenia patient in Ambulatory Installation of Rumah Sakit

Jiwa Provinsi Jawa Barat. Data collection conduted using questionnaire, which is the

developed result of Smet theory (1994:136), to 96 persons from schizophrenia

patient’s family. Research results showed half amount of the respondents 48.96%

provide social support in the treatment of patients with schizophrenia and half

amount of the respondents 51.04% did not provide social support in the treatment of

Page 2: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

2

patients with schizophrenia. Emotional support give the highest percentage of family

not to give social support in the treatment of patients with schizophrenia.

Keywords : Social Support, Family, Schizophrenia, Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat

PENDAHULUAN

Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah

gangguan jiwa skizofrenia. Tampak bahwa gejala-gejala skizofrenia menimbulkan

hendaya berat dalam kemampuan individu berfikir dan memecahkan masalah,

kehidupan afek dan menganggu relasi sosial. Kesemuanya itu mengakibatkan pasien

skizofrenia mengalami penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam menjalani

hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan

orang lain, (Arif, 2006).

Studi epidemiologi menyebutkan bahwa perkiraan angka prevalensi

skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 – 1 persen dan biasanya timbul pada usia sekitar

18 – 45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11 – 12 tahun sudah menderita

skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan

sekitar 2 juta jiwa menderita skizofrenia, (Sosrosumihardjo, 2000, dalam Arif, 2006).

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Alma Lucyati, penderita

gangguan jiwa di Jawa Barat tahun 2011 masih tertinggi secara nasional. Jawa Barat

menduduki peringkat pertama dengan angka mencapai 20% atau lebih besar dari

angka rata-rata nasional 11,6% atau sekitar 19 juta orang mengalami gangguan jiwa,

(http://www.seputar-indonesia.com, 2011). Pada dasarnya penderita gangguan jiwa

Page 3: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

3

kronis tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri misalnya kebersihan diri,

penampilan dan sosialisasi, (Keliat, 1992). Peran perawat dibutuhkan untuk

memberikan pendidikan, informasi dan dukungan kepada penderita serta keluarga

mengenai apa yang dibutuhkannya dalam pemenuhan perawatan diri sehingga

penderita mampu melaksanakan perawatan mandiri. Perawat dapat menggunakan

hubungan mereka dengan penderita untuk memberikan dukungan sosial yang

ditujukan untuk membantu penderita menanggulangi masalah dan secara tidak

langsung mendorong penderita untuk mencari sumber dukungan sosial lain, (Charles,

1997).

Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang

diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa

ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya, (Cohen & Syme,

1996:241, dalam Setiadi, 2008). Individu yang mendapat dukungan sosial terbukti

lebih sehat daripada individu yang tidak mendapat dukungan sosial, (Buchanan,

1995). Knisely dan Northouse (1994) dalam Videbeck (2008) juga mengungkapkan

dengan meminta serta menerima dukungan sosial ketika penderita membutuhkan

merupakan langkah vital dalam proses penyembuhan. Dukungan sosial yang dimiliki

oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang

dihadapi.

Keluarga sebagai sumber dukungan sosial dapat menjadi faktor kunci dalam

penyembuhan penderita gangguan jiwa. Walaupun anggota keluarga tidak selalu

merupakan sumber positif dalam kesehatan jiwa, mereka paling sering menjadi

Page 4: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

4

bagian penting dalam penyembuhan, (Kumfo, 1995, dalam Videbeck, 2008).

Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan penderita di

rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di

rumah yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat kembali (kambuh).

Peran serta keluarga sejak awal asuhan di rumah sakit akan meningkatkan

kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga kemungkinan kambuh

dapat dicegah, (Keliat, 1992).

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab

terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia adalah kurangnya peran serta dukungan

sosial yang diberikan keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang

menderita penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang

tidak tahu cara menangani perilaku penderita di rumah. Keluarga jarang mengikuti

proses keperawatan penderita karena jarang mengunjungi penderita di rumah sakit

dan tim kesehatan di rumah sakit juga jarang melibatkan keluarga, (Keliat, 1992).

Disinilah dukungan sosial sangat dibutuhkan dalam memberikan perawatan pada

penderita skizofrenia, karena dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga

dan akan menambah semangat hidupnya.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit

Jiwa Provinsi Jawa Barat, penderita gangguan jiwa skizofrenia semakin meningkat

setiap tahunnya, hal ini terlihat dari jumlah kunjungan pasien rawat jalan pada tahun

2010 berjumlah 12033 orang dan bertambah pada tahun 2011 menjadi 13967 orang.

Skizofrenia menempati urutan tertinggi dalam sepuluh besar diagnosa Rumah Sakit

Page 5: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

5

Jiwa Provinsi Jawa Barat tahun 2011 dengan kunjungan pasien di instalasi rawat

jalan berjumlah 11206 orang dimana jumlah pasien skizofrenia hebefrenik 5951

orang, skizofrenia residual berjumlah 3800 orang, skizofrenia paranoid berjumlah 942

orang, skizofrenia hebefrenik kronik berjumlah 424 orang, skizofrenia paranoid

kronik berjumlah 51 orang, skizofrenia ketatonik berjumlah 22 orang, skizofrenia tak

terinci 12 orang, skizofrenia berjumlah 2 orang, sisanya untuk skizofrenia YTT

berjumlah 1 orang dan skizofrenia residual kronik berjumlah 1 orang, (Rekam Medik

RSJ Prov. Jawa Barat, 2012).

Dari hasil wawancara peneliti dengan keluarga yang memiliki anggota

keluarga penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat, didapatkan data enam dari delapan keluarga penderita skizofrenia tidak

memberikan dukungan sosial dalam perawatan pada penderita. Beberapa keluarga

mengatakan merasa terbebani dengan kondisi seperti ini dan merasa penderita tidak

memiliki harapan untuk sembuh. Hampir semua penderita yang diwawancarai oleh

peneliti mengatakan lebih dari satu kali menjalani rawat inap di rumah sakit. Dari

hasil wawancara juga ditemukan kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit

penderita dan cara melakukan perawatan yang seharusnya pada penderita skizofrenia

di rumah. Beberapa penderita lebih senang berdiam diri di rumah, seperti tidur dan

melamun daripada melakukan aktifitas diluar rumah. Penderita juga tidak terbuka

dengan permasalahan yang dihadapinya.

Dari beberapa uraian diatas yang dikemukakan oleh peneliti yaitu bahwa

penderita skizofrenia yang mendapatkan dukungan sosial yang diperoleh dari

Page 6: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

6

keluarga mempunyai kesempatan berkembang kearah positif secara maksimal,

sehingga penderita skizofrenia akan bersikap positif, baik terhadap dirinya maupun

lingkungannya karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal.

Dengan dukungan sosial yang diberikan keluarga dalam perawatan penderita

skizofrenia yang seimbang diharapkan baginya agar dapat meningkatkan keinginan

untuk sembuh dan memperkecil kekambuhannya. Maka diambillah judul penelitian

“Gambaran Dukungan Sosial yang Diberikan Keluarga dalam Perawatan Penderita

Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang dukungan sosial yang

diberikan keluarga dalam perawatan penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Adapun tujuan khusus pada penelitian ini

untuk mengidentifikasi dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan

penilaian dan dukungan emosional yang diberikan keluarga dalam perawatan

penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif sedangkan variabel dalam penelitian ini adalah dukungan sosial yang

diberikan keluarga dalam perawatan penderita skizofrenia dan sub variabel penelitian

ini adalah dimensi yang terdapat pada dukungan sosial yaitu : (1) dukungan

instrumental, (2) dukungan informasi, (3) dukungan penilaian, dan (4) dukungan

emosional. Dukungan sosial pada penelitian ini adalah bagaimana dukungan sosial

Page 7: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

7

yang diberikan oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga penderita skizofrenia

dalam merawat penderita. Keluarga memiliki hubungan darah atau ikatan perkawinan

dan tinggal serumah dengan penderita skizofrenia.

Populasi pada penelitian ini adalah keluarga dari penderita skizofrenia yang

mendampingi penderita berobat ke Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat yang berjumlah 934 orang dengan menggunakan teknik consecutive

sampling didapatkan jumlah sampel dalam kurun waktu satu bulan sebanyak 96

orang.

Untuk menggali mengenai dukungan sosial yang diberikan keluarga pada

penderita skizofrenia digunakan kuesioner yang merupakan hasil pengembangan dari

teori Smet (1994:136) mengenai bentuk-bentuk dukungan sosial dengan

menggunakan skala likert. Pada uji validitas dan uji reliabilitas instrumen penelitian,

jumlah pernyataan yang valid dan reliabel pada kuesioner adalah sebanyak 22

pernyataan terdiri dari 19 pernyataan posotif dan 3 pernyataan negatif dengan nilai R-

Alpha sebesar 0.860.

Responden diminta untuk memberikan responnya pada 4 penilaian berskala

ordinal yaitu 1 = tidak pernah, 2 = kadang-kadang, 3 = sering, 4 = selalu, dengan

memberikan tanda √ (ceklis) pada kolom yang tersedia.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan informed concent kepada

petugas yang berada di ruang amnanesa (perawat), kemudian peneliti melihat status

pasien. Pasien yang dipilih oleh peneliti adalah pasien yang menderita skizofrenia,

kemudian pasien beserta keluarganya dipanggil untuk memasuki ruang amnanesa,

Page 8: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

8

keluarga yang sesuai dengan kriteria yang peneliti harapkan menjadi responden

dalam penelitian ini. Selanjutnya, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

kepada responden. Peneliti menjelaskan cara-cara pengisian kuesioner dan apabila

responden sudah mengerti lalu peneliti menanyakan kesediaannya untuk mengisi

kuesioner (bersedia atau tidak responden tetap mengisi informed concent dilembar

kuesioner). Setelah itu, peneliti membagikan kuesioner yang akan diisi oleh

responden. Selama pengisian kuesioner, responden akan didampingi oleh peneliti,

sehingga ketika ada hal-hal yang membingungkan responden akan segera dapat

dijelaskan oleh peneliti.

Data yang diperoleh selanjutnya diolah melalui proses editing, membuat

lembaran kartu kode, processing, kemudian data ditabulasi untuk mendapatkan skor

dari jawaban responden berdasarkan item pernyataan yang menggunakan skala likert

dengan menggunakan gradasi scoring, selalu, sering, jarang, tidak pernah. Untuk

setiap pernyataan, responden akan diberi skor sesuai dengan nilai skala katagori

jawaban yang diberikannya. Skor dari setiap pernyataan kemudian diubah ke dalam

skala interval. Skor responden pada setiap pernyataan kemudian dijumlahkan

sehingga merupakan skor responden pada skala sikap, (Azwar, 2011). Salah satu skor

standar yang digunakan dalam skala model Likert adalah skor T, yaitu:

Page 9: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

9

Selanjutnya dilakukan penentuan skor dengan kriteria:

1. Skor T ≥ 50, maka dukungan sosial dikatagorikan keluarga mendukung dalam

perawatan penderita skizofrenia (favorable).

2. Skor T < 50, maka dukungan sosial dikatagorikan keluarga tidak mendukung

dalam perawatan penderita skizofrenia (unfavorable).

Setelah itu data dikelompokkan kedalam masing-masing kategori subvariabel

dari responden dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi relatif atau f (%),

(Steven, 2005) :

Selanjutnya dari persentasi tersebut diinterpretasikan sebagai berikut :

0% : Tidak seorangpun dari responden

1% - 19% : Sangat sedikit responden

20% - 39% : Sebagian kecil dari responden

40% - 59% : Sebagian responden

60% - 79% : Sebagian besar dari responden

80% - 99% : Hampir seluruh responden

100% : Seluruh responden

(Al Rasyid, 1994)

Page 10: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari pengambilan data digambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial yang Diberikan Keluarga

dalam Perawatan Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Tabel 1. dapat disimpulkan bahwa 51.04% dinyatakan sebagian

responden tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia.

Dari hasil yang diperoleh, responden yang tidak mendukung lebih besar dibandingkan

responden yang mendukung, tetapi perbedaan jumlah responden yang tidak

mendukung dengan yang mendukung dalam perawatan penderita skizofrenia tidak

begitu signifikan dan terlihat cenderung seimbang. Dimana hasil penelitian

menunjukkan dukungan emosional (57.29%) menjadi persentasi tertinggi keluarga

tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita skizofrenia, kedua

pada dukungan informasi (53.13%), dan ketiga pada dukungan penilaian (51.04%).

Dari interpretasi hasil yang sudah disebutkan bahwa dari 96 responden,

sebanyak 49 responden (51.04%) dikategorikan tidak memberikan dukungan sosial

dalam perawatan penderita skizofrenia. Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang

bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya,

sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan,

Kategori F %

Mendukung 47 48.96

Tidak Mendukung 49 51.04

Jumlah 96 100

Page 11: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

11

menghargai dan mencintainya (Cohen & Syme, 1996:241). Menurut Smet (1994:136)

dalam Setiadi (2008) setiap bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga

mempunyai 4 bentuk dukungan antara lain: dukungan instrumental, dukungan

informasi, dukungan penilaian dan dukungan emosional. Dimana keempat bentuk

dukungan ini memiliki peran penting dalam proses penyembuhan penderita

skizofrenia.

Efek dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi

bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti

berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi

kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan

sosial yang diberikan keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam

kehidupan yang penuh dengan stres, (Setiadi, 2008). Knisely dan Northouse (1994)

dalam Videbeck (2008) juga mengungkapkan dengan meminta serta menerima

dukungan sosial ketika penderita membutuhkan merupakan langkah vital dalam

proses penyembuhan. Keluarga sebagai sumber dukungan sosial dapat menjadi faktor

kunci dalam penyembuhan klien gangguan jiwa. Walaupun anggota keluarga tidak

selalu merupakan sumber positif dalam kesehatan jiwa, mereka paling sering menjadi

bagian penting dalam penyembuhan, (Kumfo, 1995, dalam Videbeck, 2008).

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa responden yang tidak memberikan

dukungan sosial lebih besar dibandingkan responden yang memberikan dukungan

sosial. Dukungan emosional menjadi persentasi pertama keluarga tidak memberikan

dukungan sosialnya dalam perawatan penderita skizofrenia. Hal ini bisa disebabkan

Page 12: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

12

karena faktor dari pemberi dukungan dan faktor dari penerima dukungan, seseorang

terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada orang lain ketika ia sendiri tidak

memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain, atau tengah menghadapi stres,

harus menolong dirinya sendiri, atau kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga

tidak menyadari bahwa orang lain membutuhkan dukungan darinya, (Sarafino, 2004).

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa keluarga masih belum memahami

tentang dukungan emosional, dukungan informasi, serta dukungan penilaian. Hal ini

dikarenakan, keluarga masih belum memahami cara memperlakukan serta merawat

penderita skizofrenia. Keluarga jarang mengikuti proses keperawatan penderita

karena jarang mengunjungi penderita di rumah sakit dan tim kesehatan di rumah sakit

juga jarang melibatkan keluarga, (Keliat, 1992).

Dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah ini,

bukan hanya tanggung jawab pihak lembaga kesehatan semata, tetapi menjadi

tanggung jawab bersama. Keluarga dan masyarakat, agar tidak memberikan stigma

negatif dan mendiskrimisi seseorang yang memiliki masalah kejiwaan. Mereka juga

memiliki hak hidup layaknya orang normal. Oleh karena itu, diperlukan dukungan

sosial dari berbagai pihak agar mencegah terjadinya kekambuhan pada penderita

skizofrenia.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan bahwa

sebagian responden 48.96% memberikan dukungan sosial dalam perawatan penderita

Page 13: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

13

skizofrenia dan sebagian responden 51.04% tidak memberikan dukungan sosial

dalam perawatan penderita skizofrenia. Sebagian responden 57.29% dikategorikan

tidak memberikan dukungan emosional dalam perawatan penderita skizofrenia,

sebagian responden 53.13% dikategorikan tidak memberikan dukungan informasi

dalam perawatan penderita skizofrenia, sebagian responden 51.04% dikategorikan

tidak memberikan dukungan penilaian dalam perawatan penderita skizofrenia,

sedangkan sebagian responden 51.04% dikategorikan memberikan dukungan

instrumental dalam perawatan penderita skizofrenia. Dukungan emosional menjadi

persentasi tertinggi keluarga tidak memberikan dukungan sosial dalam perawatan

penderita skizofrenia.

SARAN

1. Bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

Disarankan kepada Instansi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat untuk

mengadakan pelayanan kesehatan terhadap keluarga yang datang ke rawat jalan

mendampingi penderita skizofrenia berobat, pelaksanaan dapat dilakukan dengan

dengan memberikan penyuluhan kepada keluarga terkait pengaruh dukungan

sosial terhadap kesehatan jiwa penderita skizofrenia serta melakukan pembinaan

dan pemberdayaan kesehatan keluarga dan penderita skizofrenia.

2. Bagi Perawat

Pada penelitian ini, terlihat bahwa banyak keluarga yang belum memahami cara

memperlakukan penderita skizofrenia di rumah, maka disarankan kepada perawat

Page 14: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

14

untuk memberikan pembinaan pada keluarga penderita skizofrenia dengan cara

konseling dan pendidikan mengenai dukungan sosial yang diberikan keluarga

baik secara dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penilaian dan

dukungan emosional serta meningkatkan pemberdayaan kesehatan keluarga dan

penderita skizofrenia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dalam penelitian ini menyinggung beberapa hal yang mempengaruhi dukungan

sosial, maka disarankan untuk diadakan penelitian lanjutan untuk membahas

faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial yang diberikan keluarga

dalam perawatan penderita skizofrenia.

DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyid, H. 1994. Dasar - Dasar Statistika Terapan. Program Pasca Sarjana.

Bandung : Universitas Padjadjaran.

Arif, I.S. 2006. Skizofrenia; Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung :

Refika Aditama.

Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Buchanan, J. (1995). Social support and schizophrenia: A review of the literature.

Archives of Psychiatric Nursing.Vol. IX, No. 2:68-76. Available at :

http://www.sciencedirect.com.ezp01.library.qut.edu.au/science/article/pii/S088

3941795800034 (diakses 18 November 2011).

Charles, A. 1997. Psikologi Sosial Untuk Perawat. Jakarta : EGC.

Haryudi dan Ulfah. 2011. Gangguan Jiwa di Jabar Tertinggi. Available at :

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/434822/ (diakses 29

Januari 2011).

Page 15: 735 1437-1-sm

Linda Permatasari, S.Kep

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor - Sumedang)

Email : [email protected]

15

Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia. Jakarta :

Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Keliat, B.A. 1992. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa.

Jakarta : EGC.

Sarafino, E.P. 2004. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions Third Edition.

New York : John Willey and Sons.

Setiadi. 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Steven, P. 2005. Pengantar Riset : Pendekatan Ilmiah Untuk Profesi Kesehatan.

Jakarta : EGC.

Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.