72983112-koefisien-distribusi

9
ACARA I KOEFISIEN DISTRIBUSI A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM Tujuan Praktikum 1. Mengekstrak iod ke dalam pelarut organic 2. Menghitung harga K D Hari, Tanggal Praktikum Sabtu, 23 April 2011 Tempat Praktikum Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III Fakultas MIPA Universitas Mataram. B. LANDASAN TEORI Dari hasil pengukuran koefisien difusi dinamik dapat diperkirakan faktor retardasi, Rd, dan koefisien distribuasi, Kd, unsur dalam bentonit terkompaksi. Faktor retardasi, Rd, didefinisikan sebagai ratio koefisien difusi dalam badan air dan koefisien difusi dinamik dalam bentonit, seperti pada persamaan (8) berikut: dimana: Rd ialah faktor retardasi, Sedangkan Dp dan Da (m2.s-1) masing masing ialah koefisien difusi 3H dalam badan air dan koefisien difusi dinamik radionuklida dalam bentonit. Untuk memperoleh nilai koefisien difusi 3H dalam badan air, dapat dilakukan pendekatanmelalui pengukuran koefisien distribusi 3H pada bentonit. Menurut SATO [6], dengan test serapan secara catu koefisien distribusi 3H pada bentonit demikian kecil dan dapat diabaikan, karena itu koefisien difusi dalam badan air dapat diasumsikan sebagai koefisien difusi dinamik 3H dalam55 spesimen bentonit. Selanjutnya faktor retardasi dapat diperoleh dengan menggunakan koefisien difusi dinamik 3H seperti diberikan pada persamaan di atas (8). Koefisien difusi dinamik yang rendah memberikan koefisien retardasi yang tinggi, dan pelepasan radionuklida akan terhambat( Pratomo Budiman,2007). Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan

Transcript of 72983112-koefisien-distribusi

Page 1: 72983112-koefisien-distribusi

ACARA I

KOEFISIEN DISTRIBUSI

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

• Tujuan Praktikum

1. Mengekstrak iod ke dalam pelarut organic

2. Menghitung harga KD

• Hari, Tanggal Praktikum

Sabtu, 23 April 2011

• Tempat Praktikum

Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III Fakultas MIPA Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Dari hasil pengukuran koefisien difusi dinamik dapat diperkirakan faktor retardasi, Rd, dan koefisien distribuasi, Kd, unsur dalam bentonit terkompaksi. Faktor retardasi, Rd, didefinisikan sebagai ratio koefisien difusi dalam badan air dan koefisien difusi dinamik dalam bentonit, seperti pada persamaan (8) berikut:

dimana: Rd ialah faktor retardasi, Sedangkan Dp dan Da (m2.s-1) masing masing ialah koefisien difusi 3H dalam badan air dan koefisien difusi dinamik radionuklida dalam bentonit. Untuk memperoleh nilai koefisien difusi 3H dalam badan air, dapat dilakukan pendekatanmelalui pengukuran koefisien distribusi 3H pada bentonit. Menurut SATO [6], dengan test serapan secara catu koefisien distribusi 3H pada bentonit demikian kecil dan dapat diabaikan, karena itu koefisien difusi dalam badan air dapat diasumsikan sebagai koefisien difusi dinamik 3H dalam55 spesimen bentonit. Selanjutnya faktor retardasi dapat diperoleh dengan menggunakan koefisien difusi dinamik 3H seperti diberikan pada persamaan di atas (8). Koefisien difusi dinamik yang rendah memberikan koefisien retardasi yang tinggi, dan pelepasan radionuklida akan terhambat( Pratomo Budiman,2007).

Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan

Page 2: 72983112-koefisien-distribusi

terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organic dan air. Perbandingan konsentrasi solute di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi yang dinyatakan sebagai perbandingan antara fasa organic dan fasa air (Sodiq,2004:34).

Apabila suatu solute membagi diri diantara dua cairan yang tidak bercampur, maka hubungan tertentu antara kedua konsentrasi solute di dalam dua fasa pada keseimbangan. Nernst mengemukakan pernyataan pertama yang jelas tentang hokum distribusi (1891), suatu solute akan membagikan diri antara dua cairan yang tidak bercampur sedemikian rupa hingga perbandingan konsentrasi pada keseimbangan pada suhu tetap adalah tetap. Tapi dalam termodinamika, perbandingan perbandingan aktivitaslah yang seharusnya tetap. Aktivitas suatu zat kimia dalam suatu fasa mempertahankan suatu perbandingan yang tetap terhadap aktivitas zat sama dalam fasa cair yang lain ( Underwood,1983:451).

C. ALAT DAN BAHAN

• ALAT PRAKTIKUM

1. Gelas kimia 250 ml

2. Erlenmeyer 100 ml

3. Labu takar 250 ml

4. Gelas ukur 50mL

5. Erlenmeyer 250mL, 100 mL

6. Kaca arloji

7. Corong

8. Corong pisah

9. Pipet volum 5 ml

10. Pipet volum 10 ml

11. Pipet volum 25 ml

12. Pipet volum 50 ml

13. Pengaduk

Page 3: 72983112-koefisien-distribusi

14. Rubber Bulb

15. Buret 50 ml

16. Tiang statif

17. Pipet tetes

• BAHAN PRAKTIKUM

1. Larutan iod 0,01 M

2. Chloroform ( CHCl3 )

3. Asam sulfat 12 M

4. Larutan kanji 2%

5. Larutan Natrium Tiosulfat 0,01 M

6. Aquades

D. SKEMA KERJA

25 ml larutan iod

• diencerkan dengan aquades hingga 250 ml

• Ambil 50 ml larutan tersebut dan pindah ke

dalam corong pisah

• + 10 ml DCM

• Dikocok, dilakukan 2 – 5 kali

• Diamkan hingga larutan terpisah

Page 4: 72983112-koefisien-distribusi

Hasil

• Keluarkan lapisan organic

• Simpan di wadah yang lain

• Lapisan air ditampung dalam erlenmeyer

Lapisan air ( dalam Erlenmeyer )

• diasamkan dengan 0,6 ml H2SO4 12 M

• + 1 ml larutan kanji 2 %

• Dititrasi dengan Natrium Tiosulfat 0,01 M

( sampai warna biru tepat hilang )

Hasil

• Ditentukan konsentrasi iod awal untuk menghitung konsentrasi iod yang

terekstraksi dalam kloroform

• Hitung harga KD iod dalam system kloroform air

• Diulangi percobaan di atassebanyak 3 kali dengan larutan iod yang sudah di

encerkan pada awal percobaan

E. HASIL PENGAMATAN

PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN

• 25 ml larutan iodine 0,01M • Warna awal larutan iod adalah orange

Page 5: 72983112-koefisien-distribusi

diencerkan dengan air sampai

250 ml.

• Pipet 50 ml larutan tersebut

dan pindah dalam corong

pisah + 10 ml kloroform.

• Dikocok 2-5 kali, dan

diamkan sampai larutan

terpisah

• Kedua fase dipisahkan, dan

lapisan air + 0,6 ml asam

sulfat dan1 ml larutan kanji.

• Titrasi dengan larutan

Natrium tiosulfat 0,01M

(sampai warna biru tepat

hilang).

• Ulangi kegiatan diatas

sebanyak 3 kali dengan

larutan iod yang telah

diencerkan tadi.

pekat,Setelah diencerkan warna

larutan iod menjadi orange muda

• Terbentuk 2 fase dalam corong pisah.

Fase organic dibawah warna merah

muda dan air diatas berwarna orange

tua .

• Terbentuk dua fase, fase organic

dibawah berwarna pink tua( lebih tu

dan dari sebelumnya ) dan fase air

diatas berwarna putih keruh atau krem

• Larutan menjadi berwarna biru tua.

• Warna larutan kembali menjadi putih

keruh / krem, dengan volume titrasi

yang digunakan 0,5 ml.

• Pada percobaan ke-2 dan ke-3 hasil

yang didapat sama dengan titrasi

pertama

G. PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini bertujuan untuk mengekstrak iod ke dalam pelarut organic yang mana dalam hal ini digunakan DCM sebagai pengganti kloroform yang habis untuk menarik iod ke dalam Clnya. Selain itu, praktikan juga bertugas menghitung harga Kd yang didapat dari perhitungan sebagai penanda titik akhir titrasi.

Page 6: 72983112-koefisien-distribusi

Hal pertama yang dilakukan adalah mengencerkan iod dengan air hingga 250mL. hal ini dilakukan agar mengurangi kepekatan iod serta menghemat bahan karena perlakuan ekstraksi ini diulangi tiga kali. Baru setelah itu, 25 mL larutan diambil dan ditambahkan fasa organiknya, kemudian digojok untuk mempercepat terjadinya proses distribusi sempurna di kedua fasa.

Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organic dan air. Perbandingan konsentrasi solute di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi yang dinyatakan sebagai perbandingan antara fasa organic dan fasa air (Sodiq,2004:34).

Fasa organic yaitu DCM nya berada di bawah berwarna pink, karena lebih berat massa jenisnya daripada fasa airnya. Fasa air sendiri berwarna putih keruh. Setelah dipsahkan, fasa organiknya diasamkan dengan penambahan asam sulfat 2M untuk menambah kepekaan indicator yang digunakan sebagai penanda titk akhir titrasi, yaitu larutan kanji. Kanji akan membentuk kompleks kanji-iodium berwarna biru tua yang sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam daripada larutan yang netral. Mekanisme yang tepat dari pembentukan kompleks berwarna belum diketahui. Akan tetapi diduga bahwa molekul iodine ditahan pada permukaan β amilosa, sebuah unsure dari kanji(Underwood,1983:296).

Setelah mencapai titik akhir titrasi, warna biru hilang dengan volume penitran yang didapat pada ketiga ekstraksi adalah sama, yaitu 0,5 mL. Titik akhir titrasi adalah titik titrasi pada saat indicator berubah warna. Indicator sendiri adalah suatu zat kimia yang bertanggapnterhadap adannya itran berlebih dengan perubahan warna.

Dari data inilah nantinya didapat nilai Kd yang harganya sama dengan nilai D karena sama-sama menentukan bagian yang sama yaitu iodine. Sudah diulas di atas bahwa Kd adalah suatu koefisien distribusi pada perbandingan fasanya. Sedangkan nilai D adalah rasio perbandingan iodine secara keseluruhan atau menurut teori merupakan kumpulan dari Kd. Dari data distribusi diperoleh berapa persen bagian yang terekstrak ke dalam fasa organic, ternyata data yang didapat bernilai besar, yaitu 99 %.

H. KESIMPULAN

• Kd adalah koefisien distribusi suatu ion• D adalah rasio distribusi atau kumpulan dari Kd• Fasa organic (DCM) lebih berat daripada fasa air• Kanji merupaka indicator yang biasa digunakan dalam iodometri• Kanji-iodium membentuk kompleks biru tua• Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna biru tua larutan

Page 7: 72983112-koefisien-distribusi

• Hasil ekstraksi ke dalam pelarut organic sekitar 99%

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Pratomo.2007. Difusi Cobalt Dalam Na-Bentonit Dan Ca-Bentonit.

Page 8: 72983112-koefisien-distribusi

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif – BATAN: Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565Volume 10 Nomor 2 Desember 2007 (Volume 10, Number 2, December, 2007).

Ibnu,Shodiq.2004. Kimia Analitik II.Malang:UNM Press.

Underwood.1983.Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta:Erlangga.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN ANALITIK

KOEFISIEN DISTRIBUSI

Page 9: 72983112-koefisien-distribusi

OLEH

BAIQ DESY RATNASARI

G1C 009 047

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2011