718-1075-1-PB

8
ARTIKEL Virus Marburg dan sebaga i virus yang M Virus Ebala Asia Oleh : Suharyono Wuryadi Puslit Penyakit Menular Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan ula-mula virus Marburg dan Ebola diusulkan untuk dimasukkan dalam terisolasi apabila diinokulasikan pada kera hijau lain yang sehat, ternyata juga tam iii Rhapdoviridae tetapi setelah menyebabka n sak it denga n geja la yan g s ama dilakuk an penelitian fisikokimia dan yaitu perdarahan dan kematian. morphologi kedua virus tersebut dimasukkan dalam famili filoviridae. Ebola diklasifikasikan sangat menular dan . dimasukkan dalam klasifikasi sebagai virus/pathogen dengan derajat biosafety 4, sehingga untuk rn e n a n qa ru ny a diperlukan laboratorium khusus tingkat 4. VIRUS MARBURG Pada tahun i 967 suatu wabah p eny akit panas dengan manifestasi perdarahan terjadi di Jerman dan Yugoslavia diantara pekerja laboratorium yang memproses ginjal kera hijau Afrika (Ceropithecus aethiops) untuk pembuatan biakan jaringan dan juga pekerja laboratorium yang lain yang datang menjenguk teman mereka yang sakit tersebut. Total ada 31 penderita termasuk 6 penderita yang jatuh sakit setelah mengunjungi teman mereka yang s akit tersebut. Tujuh orang meninggal. Dari darah dan jaringan penderita dapat diisolasi virus Marburg. Banyak kera dari kelompok pengiriman yang sama juga mati dengan gejala perdarahan. Virus Marburg yang

description

718-1075-1-PB

Transcript of 718-1075-1-PB

Page 1: 718-1075-1-PB

ARTIKEL

Virus Marburg dansebagai virus yang

M

Virus Ebala AsiaOleh : Suharyono Wuryadi

Puslit Penyakit Menular Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

ula-mula virus Marburg dan Ebola diusulkan untuk dimasukkan dalam

terisolasi apabila diinokulasikan pada kera hijau lain yang sehat, ternyata juga

tam iii Rhapdoviridae tetapi setelah menyebabkan sakit dengan gejala yang s amadilakukan penelitian fisikokimia dan yaitu perdarahan dan kematian.morphologi kedua virus tersebut dimasukkan dalam famili filoviridae.Ebola diklasifikasikansangat menular dan . dimasukkan dalam klasifikasi sebagai virus/pathogen dengan derajat biosafety 4, sehingga untuk rn e n a n qa ru ny a diperlukan laboratorium khusus tingkat 4.

VIRUS MARBURG

Pada tahun i 967 suatu wabah p eny akit panas dengan manifestasi perdarahan terjadi di Jerman dan Yugoslavia diantara pekerja laboratorium yang memproses ginjal kera hijau Afrika (Ceropithecus aethiops) untuk pembuatan biakan jaringan dan juga pekerja laboratorium yang lain yang datang menjengukteman mereka yang sakit tersebut. Total ada31 penderita termasuk 6 penderita yang jatuh sakit setelah mengunjungi teman mereka yang s akit tersebut. Tujuh orang meninggal.

Dari darah dan jaringan penderita dapat diisolasi virus Marburg. Banyak kera dari kelompok pengiriman yang sama juga mati dengan gejala perdarahan. Virus Marburg yang

Survai serologi yang dilakukan terhadap kera hijau dari daerah dimana kera yang sakit/mati tadi berasal yaitu dari daerah Uganda, ternyata tidak diketemukan zat kebal terhadap virus Marburg tersebut. Hal 101 berarti kera di daerah tersebut belum pernah kontak dengan virus tersebut. Dengan hilangnya penyakit ini asal usul dari virus tersebut juga tidak dapat ditelusuri.

Pada t a h u n 187S M8.rourg dil~.p0rke.~ dar! Johanesburg. Kali ini 3 penderita dilaporkan; dua orang meninggal setelah bepergian dari Zimbabwe. Yang seorang lagi adalah perawat yang merawat kedua orang tersebut, sembuh. Penelusuran asal usul virus ke daerah-daerah yang dikunjungi index case tidak mendapat kan hasil.

Pada tahun 1980 terjadi lagi kejadian Marburg. Dan kali ini di Kenya. Index case terinfeksi di Kenya Sarat, dan meninggal di Nai rob i. Dokter yang merawat penderita in i juga jatuh sakit dengan gejala perdarahan serupa tetapi sembuh setelah dirawat. Kejadian Marburg yang terakhir terjadi di

Media Litbangkes Vol. VI No. 01, 1996 15

Page 2: 718-1075-1-PB

16 Media Lltbangkes Vol. VI No. 01, 1996

Zaire diperkirakanSudan sekitar 51 Isolasi virus dapat

jaringan Vero.

Zimbabwe p e da tahun 1982. Seorang penderita dikonfirmasi menderita Marburg, penderita ini sembuh.

menjadi menular untuk orang lain penyakitnya telah betul betul (perdarahan).

apabila berat

VIRUS EBOLA AFRIKA Gejala utama dari kedua penyakit iruadalah : panas dan perdarahan, pusing, sakit

Pada tahun 1976 secara hampir bersamaanterjadi epidemi penyakit panas dengan perdarahan di Zaire dan Sudan .. Dilaporkan500 kasus dengan kematian leb-ih dari 430 di kedua negara tersebut. Dari p en der it a dapat diisolasi virus Ebola. Virus Inl secara Morfologi sam a dengan virus Marburg tetapi secara serologi berbeda. Angka kematian di

mencapai 880/0 sedang di%. Dilaporkan ditemui

beberapa kasus dengan gejala subklinis. Penyebaran pad a waktu epidemi terjadi melalui kontak yang dekat dengan penderita dan di Zaire dilaporkan melalui jarum suntik bekas penderita Ebola waktu dirawat di rumah sakit atau di klinik. Kedua epidemi dapat dengan cepat dikuasai melalui prasedur dasar karantina.

Pad a tahun 1979 terjadi lagi wabah Ebala Hemorrhagic fever di Sudan, lokasi di mana pada tahun 1976 terjadi wabah penyakit serupa, dilaporkan 34 kasus dengan 22 kematian. Salah satu index case yang dirawatdi rumah sakit menyebabkan empat infeksi nosokomial. Penyebaran kasus sekunder yang terjadi dalam keluarga semuanya disebabkan karena kontak langsung dengan penderita. Semua penyelidikan terhadap semua wabah gagal menentukan asal virus. Sero survai pada manusia yang tinggal di daerah rural Afrika Tengah menunjukkan prevalensi terhadap virus Ebola atau sejenisnya sebesar 18 0/0. Prevalensi rru menunjukkan adanya foki endemis dari virus ebola atau sejenisnya, tetapi bertolak belakang dengan hasil sero survai pada ribuan binatang (termasuk kera) yang menunjukkan hasil negatif baik virus maupun antibodi.

Pada awal bulan April tahun 1995 kembali terjadi wabah Ebola di Zaire, Afrika tepatnya di kota Kwikwit dan sekitarnya. Sampai bulanJuni 1995 tercatat 211 kasus dengan 164 kematian (75%). Seperti biasa wabah menurun dan menghilang.

Masa inkubasi penyakit Ebola bervariasi antara 2-21 hart dan untuk Marburg antara 3-10 hari. Penularan yang .diketahui sampai saat ini adalah melalui kontak yang lama, jarum suntik yang tercemar dengan darah, atau c arr an tubuh dari penderita. Penderita Ebola

otot, persendian, sakit didaerah epigastrium,bradycardia, konjuctivitis, nausea, muntah, hematemesis, diare, melena dan pharyngitis. Sering terjadi ruam maculopapular pada kulit. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukopeni, thrombocytopeni, SGOT dan SGPT naik dan adanya DIC (Dessiminated Intravascular Coagulation). Test serologi dilakukan dengan metode Flourescen Antibodi,s ec ar a tidak langsung.dilakukan den.gan biakan

Asal dari virus Ebola dan Marburg serta sejarahnya di alam masih merupakan misteri. Tampaknya virus tnl enzootik, manusia mendapatkan infeksi dari siklus transmisi yang ada pada binatang atau arthropoda. Sampai saat ini usaha untuk menelusuri kembali index case baik di Afrika maupun waktu wabah Marburg di Eropa selalu gagal mendapatkan host reservoir.

Survai s er olo qi pada manusia yang tinggaldi daerah rural Afrika Tengah menunjukkan 180/0 telah mempunyai antibodi terhadap virus Marburg, Ebola atau sejenisnya. Sebaliknya survai serupa di daerah yang sama yang dilakukan terhadap ribuan binatang, termasuk kera dan arthropoda menunjukkan hasil negatif.

Memang diketemukan antibodi terhadap Ebola pada hewan marmut yang dipelihara di Zaire. Tetapi rupanya hewan iru bukan merupakan reservoir, hanya sekedar men dapat infeksi seperti halnya manusia di daerah tersebut.

VIRUS EBOLA ASIA

Pada akhir tahun 1989 dunia dikejutkan dengan wabah penyakit menular pada kera cynomolgus (Macaca Fascicularis) dari tempat karantina kera di Reston, Virginia, Amerika Serikat. Kera di tempat penampung-an tersebut menderita sakit dengan gejala panas dan perdarahan, dan didapatkan kematian yang tinggi. Dari penelitian didapatkan bahwa sebagian kera tersebut menderita Simian Hemorrhagic Fever (SHF), suatu penyakit pada kera dengan gejala perdarahan dan kematian. Tetapi sebagian lagi pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron dari jaringan tubuhnya

Page 3: 718-1075-1-PB

meninggal. Tidak ditemukans ak it , juga tidak diketemukan

rnernp uny a: antibodi terhadap salah satu wabah penyakitfilovirus. kematian pada

diketemukan adanya filovirus, yang kemudian dapat diisolasi dan diidentifikasi sebagai virus Ebola.

Wabah penyakit dengan gejala serupa terjadi kemudian pada tempat penampungan kera di Pennsylvania dan kemudian juga di Texas Amerika Serikat. Kera-kera tersebut diimport dari Philipina dan berasal dari berbagai pemasok di Philipina. Dipastikanb ahwa kera-kera tersebut selama pengirimanke Amerika Serikat tidak pernah kontak dengan kera dari Afrika.

Pen eli t ian diP h iii pin a dar i man a k era - k e La yang sakit tersebut berasal menunjukkan, bahwa daerah di mana kera-kera itu berasal memang sedang terjadi adanya transmisi, dimana banyak kera yang sakit dan meninggal.

Pengamatan yang dilakukan terhadap orang-orang yang berhubungan dekat dengan kera yang sakit ditempat penampungan menunjukkan, tidak dijurnp ai adanya gejala sakit pada seorangpun dari mereka meskipun secara s er oloqi dijurnp ai beberapa. dari mereka menunjukkan adanya kenaikan titer zat kebal terhadap virus Ebola. Yang berarti telah terjadi infeksi pada mereka. Salah seorang dari mereka diamati secara cermat setelah mengalami luka di jarinya waktu menjalankan pembedahan pada salah satu kera yang

adanya gejalaVirus Ebola

didalam darahnya meskipun yang bersangkutan mengalami ·serokonversi. Survai serologi yang dilakukan terhadap mereka yang berhubungan dengan berbagai macam kera yang lain menunjukkan angka 7,6%

Di Philipina 6% dari orang-orang yang sering berhubungan dengan kera menunjukkan adanya antibodi terhadap filovirus tersebut. Tetapi tidak ada seorangpun yang meninggal atau sakit yang dapat dihubungkan dengan infeksi filovirus tersebut. Kera-kera tersebut diimport oleh Amerika Serikat dalam r ariqka untuk penelitian farmasi dan biomedis. Pada tahun 1989 negara tersebut mengimpor kera sebanyak 21.600 ekor yang mana 16.000 adalah kera cynomolgus. Dari jumlah tersebut70% diimport dari Indonesia. MengingatIndonesia merupakan pemasok kera terbesardi dunia maka penelitian juga dilakukan di Indonesia. Beberapa tempat penampungan kera di sekitar Jakarta dan juga di tempat penangkapan kera terbesar di Sumatra Selatan

diteliti oleh tim dari CDC Atlanta Amerika Serikat, Namru II Jakarta dan Badan Litbang Kesehatan, Departemen Kesehatan, Jakarta.

Hasil menunjukkan, bahwa tidak diketemu kan adanya kamatian kera yang mencolok, baik pada tempat penampungan di Jakarta maupun pada tampat penangkapan di Sumatera. Juga tidak dijumpai adanya angka kesakitan yang mencolok di tempat tempat yang disurvai tersebut. Jaringan limpa dan hati yang diambil dari 18 kera cynomolgus yang meninggal dalam periode karantina juga menunjukkan hasil negatif terhadap filovirus. Survai serologi terhadap 200 kera cynomolgus yang dilakukan oleh US Army Medical Research Institute for Infectious Diseases, dengan menggunakan tes Inderek Flouresen Antibodi Teknik menunjukkan hasil 11,50/0 mempunyai antibodi terhadap filovirus. Sedang survai serologi yang dilakukan oleh tim CDC Atlanta, Namru II dan Badan Litbang Kesehatan dengan mengguna-kan cara yangs arn a mendapatkan angka sebesar 8% (dari146 kera).

Pemeriksaan serologi yang dilakukan terhadap pemeliharaan dan pemegang kera didapatkan angka sebesar 7% terhadap filovirus. Tidak diketemukan hubungan penyakit atau sejarah pernah mengalami penyakit dengan perdarahan pada pemelihara dan pemegang kera ini. Adanya antibodi dari hasil serologi tersebut, baik pada kera maupun pada manusia menunjukkan, bahwa filovirus atau strain Ebola ya~g lain 'Ebola Asia' ada di Indonesia.

Pada bulan Maret 1992 kembali terjadi dengan perdarahan dan

kera yang didatangkan dari Philipina ditempat penampungan kera di Siena, Italia.

Dari beberapa kera yang sakit dapat dibuktikan adanya kenaikan antibodi terhadap Ebola, dan virus ini dapat diisolasi. Yang terakhir bulan April 1996 terjadi lagi kematian pada kera-kera yang didatangkan dari Philipina pada penampungan kera di Texas.

PEMBAHASAN

Selagi Marburg dan Ebola Afrika masih merupakan misteri, mendadak timbul Ebola. Meskipun kekhawatiran bahwa Ebola Asia akan merupakan ancaman bagi manusia, tidak menjadi kenyataan pada saat ini yaitu dengan tidak adanya manusra yang menjadi sakit

Media Litbangkes Vol. VI No. 01 J 1996 17

Page 4: 718-1075-1-PB

ARTIKEL

18

Media Litbangkes Vol. VI No. 01, 1996

pada kera Philipina s aj a.sejenis di Indonesia tidak

sampai saat iru. Tetapi perlu diwaspadai kemungkinan tersebut mengingat banyak hal yang belum diketahui dengan jelas.

Transmisi Ebola Asia juga terjadi pada kera Indonesia, hal mana terlihat dari diketemukannya antibodi Ebola pada kera Indonesia tetapi mengapa wabah Ebola ini hanya terjadiMengapa keramengalami wabah.

Mengapa wabah baru terjadi sekarang, padahal sebelumnya selama bertahun tahun kera yang didatangkan dari tempat yang s arn a tidak pernah mengalami kejadian ini.

Mungkinkah wabah iru baru merupakan suatu permulaan dar; berkembangnya penyakit baru dalam hal ini Ebola Asia?Apakah kera Asia merupakan reservoirnya? Apakah hanya kebetulan terinfeksi saja? Siapa kemudian reservoir virus Ebola Asia ini? Apakah virus Ebola Asia Inl baru saja mengalami mutasi sehingga menjadi patogenik untuk kera? Mungkinkah kemudian virus ebola yang sekarang hanya patogenik untuk kera berubah menjadi patogenik untuk manusia?

Perubahan lingkungan yang terjadi di bumi akhir-akhir rru memang cukup m e mp r i hatinkan. Lapisan ozon yang makin tipis, bumi makin panas, polusi udara, air, tanah yang makin meningkat karena limbah industri,p ert ani a n , radioaktif dan lain-lain, penggunaan obat/antibiotika yang tidak rasional dll, semuanya tidak mustahil akan dapat menyebabkan perubahan pada mahluk hidup dibumi termasuk virus. Perlu dilakukan banyak penelitian untuk dapat menjawab masalah tersebut di muka dan suatu program surveillance yang kuat perlu diadakan khususnya, terjadap kera-kera dan para pengelolanya untuk memonitor perubahan perubahan yang terjadi pada mereka. Sehingga apabila terjadi sesuatu perubahan yang membahayakan akan dapat diantisipasi dengan cepat. Untuk Indonesia surveillance terhadap kera-kera dan pengelolanya baik di t e m pat p e'n amp u n 9 a n m a u pun d i t e m pat penangkapan tidak hanya akan membantu melindungi manusia terhadap kemungkinan tertularnya penyakit tersebut, tetapi juga akan merupakan usaha untuk melindungi ekspor kera Indonesia yang banyak mendatangkan devisa. Seperti disebutkan Indonesia termasuk salah satu negara p en q eksp or kera terbesar di dunia. Kera-kera tersebut berasal dari berbagai tempat di Sumatra, Jawa dan lain-

lain. Dengan memonitor kesehatan kera kera tersebut melalui surveillance y a it u dengan melakukan survai serologi pada saat saat tertentu akan dapat diketahui kera kera dari daerah mana yang berprevalensi tinggi, daerah mana yang berprevalensi rendah terhadap Ebola tersebut.

Hal rru penting artinya bagi pemilihan daerah penangkapan kera yang akan diekspor, sebab negara penerima kera akan menolak kera-kera dengan prevalensi zat kebal Ebola yang tin99i atau bahkan kera dari daerah prevalensi tin9gi Ebola.

OAFTAR PUSTAKA

1. Murphy, F.A.(1985). Marburg and Ebo!e v iru s s e s, in fields, New York; Raven Press,1111-1118,

2, CDC. (1990). Update;filovirus infections among persons with occupational exposure to human primates.MMWR 39;266-267.

3. CDC (1990).Update;Filovirus infection in animalhandlers. MMWR 39;221-222.

4. CDC.(1990).Update;filovirus int ectlon asso ciated with contact with non hum an primates or their tissue. MMW R 39;221-222.

5. Miranda,M.E.G., et al , (1991). Seroepidemiolo-ical of filovirus related to Ebo/a in thePhilipines, Lancet 337; 425-426.

6. Jahrling,P. B., T. W .Geisbert, O. W. Oalgard, E. O.Joh nson,T.G.Ksiazek W.C.Hall,and C.J.Peters, (1990). Preliminary report; Isolation ot Ebola virus from monkeys imported to USA. Lancet335;502-505.

7. WHO (1978). Ebola Hemorrhagic Fever in Zaire,1976.Report of International Commission,

8. WHO.(1990).Ebola virus.Wkly Epidem. Ree. 65;45-47.

9. WHO.(1995).Ebola Hemorrhagic Fever.WklyEpidem. Rec.21; 149-151.

10. WHO. (1995). Ebola Hemorrhagic Fever. W klyEpidem. Ree .20; 147-148.

11. Filovirus investigations in Indonesia, May(1990).Team CDC Atlanta USA.