7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Penanganan Keputihan Di Smp Negeri 5...

download 7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Penanganan Keputihan Di Smp Negeri 5 Singaraja

of 8

Transcript of 7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Penanganan Keputihan Di Smp Negeri 5...

  • 8/17/2019 7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Penanganan Keputihan Di Smp Negeri 5 Singaraja

    1/8

    PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU PENANGANANKEPUTIHAN DI SMP NEGERI 5 SINGARAJA

    Education Effect on Reproductive Health Behavior Management Leukore

    at SMP Negeri 5 Singaraja

    Ni Nyoman Ayuningsih1, Silvia Ni Nyoman Sintari2,Komang Sri Puspita Sari2 1RSUP Sanglah1

    2STIKes Wira Medika PPNI Bali2 

     ABSTRAKPendahuluan: Keputihan merupakan fenomena dari reproduksi wanita yaitu waktu terjadinya serta sifat dari keputihanyang terjadi. Penyakit ini menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir semua usia. Tujuan umumpenelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap perilaku penanganankeputihan di SMP Negeri 5 Singaraja. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah pra eksperimental dengandesain one-group pre-post test design. Jumlah sampel yang diambil adalah 155 responden dengan teknik pemilihansampel secara nonprobability sampling dengan total sampling. Pengumpulan data dengan pemberian kuesioner tentangperilaku dalam mengatasi keputihan. Teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis, yaitu Uji Wilcoxondengan tingkat kesalahan 5% (0,05). Hasil: Perilaku remaja putri sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatanmengalami peningkatan. Sebelum diberikan pendidikan kesehatan, siswi memiliki perilaku cukup yaitu 151 orang(97,4%) sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar remaja putri memiliki perilaku baik yaitu

    sebanyak 103 orang (66,4%). Diskusi: Nilai p sebesar 0,000 yang berarti p

  • 8/17/2019 7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Penanganan Keputihan Di Smp Negeri 5 Singaraja

    2/8

    Ni Nyoman Ayuningsih, dkk: Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi... 

    37

    Keputihan merupakan istilah yangsering dijumpai untuk keluarnya cairan berlebihdari jalan lahir atau vagina. Keputihan tidakselalu bersifat patologis, namun demikian padaumumnya orang menganggap keputihan padaremaja putri sebagai hal yang normal. Pendapatini tidak sepenuhnya benar, karena ada

    berbagai sebab yang dapat mengakibatkankeputihan. Keputihan yang normal memangmerupakan hal yang wajar. Keputihan yangnormal memang terjadi pada wanita, yaitu yangterjadi menjelang, pada saat, dan setelah masasubur. Keputihan normal itu akan hilang sendirimenjelang, pada saat, dan setelah menstruasi.Namun, keputihan yang tidak normal dapatmenjadi petunjuk adanya penyakit yang harusdiobati (Dechacare, 2010).

    Data keputihan tentang kesehatanreproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita didunia pasti mengalami keputihan paling tidaksekali seumur hidup dan 45% diantaranyamengalami keputihan sebanyak 2 kali ataulebih. WHO memperkirakan satu dari 20 remajadi dunia terjangkit PMS setiap tahunnya.Penelitian di Bagian Obstetri Ginekologi RSCM(Sianturi, 1990-1995) mendapatkan data 2%(usia 11-15 tahun), 12% (usia 16-20 tahun) dari223 remaja terinfeksi di daerah kemaluan(vulvo-vaginitis), mikroorganisme yangtergolong PMS.

    Di Jawa Tengah pada tahun 2009didapatkan jumlah kasus IMS (Infeksi MenularSeksual) adalah 12,678 kasus, yang sudahdiobati 9,864 (77,80%). Terdapat 2,351 orangkasus IMS (Infeksi Menular Seksual) diKabupaten Semarang dan sudah diobati 2,351(100%) (Profil DINKES Provinsi 2009).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukanoleh Cahyawati (2010) di SMA Sultan Agung 1Semarang diperoleh sebagian besar tidakmengetahui tentang keputihan yaitu sekitar 7orang (70%) dan yang mempunyaipengetahuan tentang keputihan sampaipenanganan sekitar 3 orang (30%). Penelitianyang dilakukan oleh Sari (2010) di SMA Negeri

    I Loceret Kabupaten Nganjuk tentang hubunganperilaku higiene pribadi (praktek kebersihan)dengan kejadian keputihan ditemukan hasilbahwa terdapat hubungan yang signifikanantara higiene pribadi dengan kejadiankeputihan.

    Berdasarkan hasil studi pendahuluanyang dilakukan di SMP Negeri 2 Singarajadengan menggunakan kuesioner perilakupenanganan keputihan, dari 175 siswi kelas

    VIII, yang saya berikan kuesioner dan sayawawancarai ada 15 siswi, dari 15 siswi tersebutada 12 siswi yang sudah mengetahui keputihanserta cara mengatasinya. SMP Negeri 2Singaraja juga sudah pernah mendapatpenyuluhan tentang kesehatan reproduksi, dari10 orang yang saya wawancarai di SMP Negeri

    5 Singaraja, 7 orang tidak mengetahui tentangkeputihan, gejala serta pengobatannya.Berdasarkan 2 SMP tersebut, didapat siswiyang lebih banyak mengalami keputihan adalahsiswi di SMP Negeri 5 Singaraja dan di sekolahtersebut belum pernah diadakan penyuluhantentang pendidikan kesehatan reproduksiterhadap prilaku penanganan keputihan, darialasan tersebut peneliti memilih SMP Negeri 5Singaraja. Mereka menyatakan merasa tidaknyaman saat mengalami keputihan, tetapimereka tidak berusaha untuk mencegahnyakarena mereka menganggap bahwa keputihanadalah hal yang wajar. Perilaku remaja dalammenghadapi keputihan yaitu mengganti celanadalam 2 kali/hari, dan menggunakan celana daribahan yang tidak mudah menyerap keringatdan ketat. Mereka juga membersihkan alatkelamin dengan sabun dengan pengharumataupun sabun khusus untuk membersihkanalat kelamin.

    Keputihan yang berlangsung lamamerupakan salah satu tanda infeksi alatreproduksi yang disebabkan oleh bakteri atau jamur. Faktor-faktor yang memicuberkembangnya PMS antara lain karenapengetahuan tentang PMS rendah, hubunganseksualnya cenderung lebih dari satu pasanganatau pasangannya punya lebih dari satu mitraseksual, hubungan seksual tidak amanmisalnya tidak memakai kondom. Selain itu,karena anatomi organ reproduksinyaperempuan lebih mudah tertular PMS dari pria,apalagi remaja yang secara biologik serviksnyabelum matang dan lebih mudah terkena infeksi.Kanker serviks merupakan keganasan yangpaling sering terjadi pada organ reproduksi.Kanker ini lebih sering terjadi pada wanita usia

    35-55 tahun.Berdasarkan uraian diatas penulistertarik untuk mengadakan penelitian tentangpengaruh pendidikan kesehatan reproduksiterhadap perilaku penanganan keputihan padaremaja di SMP Negeri 5 Singaraja gunameningkatkan pendidikan kesehatan reproduksidan mengubah perilaku penanganan keputihanpada remaja.

  • 8/17/2019 7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Penanganan Keputihan Di Smp Negeri 5 Singaraja

    3/8

    KMB, Maternitas, Anak dan Kritis Juli Vol. 2 No. 1 2015 

    38

    BAHAN DAN METODE

    Jenis Penelitian  ini adalah penelitianpra-eksperimental dengan rancangan one–group pra-post test design, yaitumengungkapkan hubungan sebab akibatdengan cara melibatkan satu kelompok subyek.

    Kelompok subyek diobservasi sebelumdilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagisetelah intervensi (Nursalam, 2009b).Rancangan desain penelitian pre eksperimentone group pra-post test design. Penelitiandilakukan di SMP Negeri 5 Singaraja. Penelitiandilakukan pada bulan April - Juni 2013.Populasi adalah subjek yang memenuhi yangtelah ditetapkan (Nursalam, 2008a). Populasidalam penelitian ini adalah siswi kelas VIII SMPNegeri 5 Singaraja yang berjumlah 155 orang.Sampel terdiri dari populasi terjangkau yangdapat dipergunakan sebagai subjek penelitian

    (Nursalam, 2008a). Persyaratan sampel yangbisa diikut sertakan dalam penelitian iniditetapkan berdasarkan kriteria inklusi danekslusi. Variabel bebas yaitu variabel yangdimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakansuatu dampak pada dependent  variabel.Variabel ini biasanya diamati, diukur untukdiketahui hubungannya dengan variabel lain(Setiadi, 2007), dalam penelitian ini dimanavariabel bebasnya adalah pendidikankesehatan reproduksi. Variabel terikat adalahvariabel respon atau output. Sebagai variabelrespon berarti variabel ini akan muncul sebagai

    akibat dari manipulasi suatu variabel bebas.(Setiadi, 2007) Dalam penelitian ini dimanavariabel dependent  adalah perilakupenanganan keputihan.

    Instrumen yang digunakan untukpengumpulan data yaitu berupa kuesionerperilaku penanganan keputihan. Kuesionerterdiri dari dua bagian yaitu bagian pertamatentang karakteristik responden dan keduatentang kuesioner yang dibagi menjadi tiga jenis kuesioner pengetahuan, sikap dantindakan dalam mengatasi keputihan.Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10 butir

    pertanyaan menggunakan skala Guttman yaitumemberikan pertanyaan dengan jawaban yangtegas yaitu berupa benar dan salah, untukpertanyaan yang dijawab dengan benar akandiberi skor satu dan jika salah diberikan skornol. Kuesioner sikap terdiri dari 10 butirpertanyaan dengan menggunakan skalaGuttman dengan dua pilihan jawaban setujudan tidak setuju, untuk pertanyaan yangdijawab dengan setuju (S) akan diberi skor 1,

    dan untuk tidak setuju (TS) akan diberi skor 0.Kuesioner tindakan berisi lima butir pertanyaanyang menggunakan skala Likert berisi tentangtindakan yang biasa dilakukan oleh siswi dalammengatasi keputihan untuk jawaban selalu (S)diberikan skor 2 (apabila anda melakukannya),kadang-kadang (KK) diberikan skor 1 (apabila

    anda pernah melakukannya minimal 3x), tidakpernah (TP) diberikan skor 0 (apabila andatidak pernah melakukannya sama sekaliataupun melakukannya paling banyak 2x).

     Analis data yang telah diolah disajikandalam bentuk tabel distribusi frekuensi yangdigunakan untuk mengorganisasikan datasecara sistematis dalam bentuk angka dariyang paling rendah ke paling tinggi, untukmengetahui perilaku responden dalampenanganan keputihan, setelah di analisa dandiolah dari jawaban responden didapatkantingkat perilaku penanganan keputihan yaitudikategorikan baik: 76% - 100%, cukup: 56% -75%, kurang: 0% - 55%.

    Setelah semua data terkumpul melaluiberbagai tahap, pengambilan sampel, tahappengambilan, tahap pengumpulan data makalangkah selanjutnya adalah pengolahan dananalisa data. Uji statistik yang digunakan untukmenguji diterima atau tidaknya hipotesis daripenelitian adalah dengan melakukan uji t (paired t-test) dengan bantuan aplikasikomputer. Pada penelitian ini tingkat signifikanditentukan sebesar 0,005. Kesimpulannya bilahasil perhitungan menunjukkan nilai signifikan p ≤ 0,000 dan nilai α ≤ 0,05 berarti Ho ditolak danhipotesa Ha diterima sehingga ada pengaruhpemberian pendidikan kesehatan reproduksiterhadap perilaku penanganan keputihan. Apabila data berdistribusi tidak normalmenggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test(Wsrt). Uji ini dipakai untuk menguji perbedaandistribusi dua kelompok sampel yangberpasangan dengan data yang diasumsikantidak berdistribusi normal. Prosedur uji Wrstadalah susun pasangan data dalam dua kolom,kurangkan data dengan data pasangannya,

    dengan tidak memperhatikan tanda aljabar (+atau -) berikan rank pada selisih yang didapat, jumlahkan rank dari data yang bertanda positifdan negatif sehingga diperoleh t hitung,tentukan nilai tabel dan kriteria tes: Ho ditolak jika t hitung ≤ t tabel, Ho diterima jika t hitung >nilai t tabel.

  • 8/17/2019 7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Penanganan Keputihan Di Smp Negeri 5 Singaraja

    4/8

    Ni Nyoman Ayuningsih, dkk: Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi... 

    39

    HASIL

    Hasil pengamatan terhadap obyek penelitianberdasarkan variabel penelitian

    Gambar 1. Distribusi Tingkat PengetahuanRemaja Putri tentang Keputihan sebelum

    diberikan Pendidikan Kesehatan

    Gambar 2. Distribusi Sikap Remaja Putritentang Keputihan sebelum diberikan

    Pendidikan Kesehatan

    Gambar 3. Distribusi Tindakan Remaja Putritentang Keputihan sebelum diberikan

    Pendidikan Kesehatan

    Gambar 4. Distribusi Tingkat PengetahuanRemaja Putri tentang Keputihan setelah

    diberikan Pendidikan Kesehatan

    Gambar 5. Distribusi Sikap Remaja Putritentang Keputihan setelah diberikan Pendidikan

    Kesehatan

    Gambar 6. Distribusi Tindakan Remaja Putritentang Keputihan setelah diberikan Pendidikan

    Kesehatan

    Gambar 7. Distribusi Perilaku Remaja Putritentang Keputihan setelah dan sebelum

    diberikan Pendidikan Kesehatan

    PEMBAHASAN

    Hasil penelitian tentang perilaku

    remaja sebelum diberikan pendidikankesehatan reproduksi tentang keputihandidapat sebagian besar responden 151 orang(97,4%) memiliki tingkat pengetahuan cukup. Adapun penjabaran dari hasil penelitiantersebut yaitu pengetahuan sebanyak 80 orang(51,7%), sikap 152 orang (98,1%), dan tindakan100 orang (64,5%).

    0

    20

    40

    60

    Baik Cukup Kurang

    48.3%   51.7%

    0

    0

    50

    100

    Baik Cukup Kurang

    1.9%

    98.1

    %

    0

    0

    20

    40

    6080

    Baik Cukup Kurang

    14.2%

    64.5%

    21.3%

    0

    50

    100

    Baik Cukup Kurang

    100%

    0 0

    0

    20

    40

    60

    80

    Baik Cukup Kurang

    66.4%

    33.6%

    0

    0

    20

    4060

    80

    Baik Cukup Kurang

    66.4%

    33.6%

    0

    0

    100

    Pretest Post Test

    2.6%

    66.4%

    97.4%

    33.6%

    0   0

    Baik Cukup Kurang

  • 8/17/2019 7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Penanganan Keputihan Di Smp Negeri 5 Singaraja

    5/8

    KMB, Maternitas, Anak dan Kritis Juli Vol. 2 No. 1 2015 

    40

    Hal tersebut sesuai dengan teoriMubarak dkk  (2006) yang menyatakan bahwainformasi merupakan salah satu faktor yangmempengaruhi pengetahuan seseorang dalammembentuk perilaku seseorang. Kuranginformasi tersebut dapat disebabkan olehkurangnya perhatian remaja putri tentang

    keputihan sehingga mereka merasa kurangperlu untuk mencari informasi khusus dalammengatasi keputihan. Hal ini dapat terjadikarena mereka menganggap keputihan sebagaihal yang umum, disamping itu rasa malu ketikamengalami keputihan membuat wanita tidakmau berkonsultasi ke dokter. Meskipuntermasuk penyakit yang sederhana,kenyataannya keputihan adalah penyakit yangtidak mudah disembuhkan. Penyakit inimenyerang sekitar 50% populasi perempuandan mengenai hampir semua usia (Purwanto,2004). Keputihan sebaiknya diobati sejak dini,begitu timbul gejala. Keputihan jika sudahkronis dan belangsung lama akan lebih susahdiobati. Selain itu keputihan yang dibiarkan bisamerembet ke rongga rahim kemudian kesaluranindung telur dan akhirnya ke rongga panggul.Tidak jarang wanita yang menderita keputihanyang kronis (bertahun-tahun) bisa menjadimandul bahkan bisa berakibat kematian,kehamilan diluar kandungan, terjadiperdarahan, mengakibatkan kematian dankeputihan adalah gejala awal dari kanker mulutrahim (Elistyawati, 2006). Data penelitiantentang kesehatan reproduksi wanitamenunjukkan 75% wanita di dunia pastimenderita keputihan paling tidak sekali seumurhidup dan 45% di antaranya bisa mengalamisebanyak 2 kali atau lebih (Elistyawati, 2006).

    Hasil penelitian yang dilakukan penelititentang pendidikan kesehatan reproduksitentang keputihan ini hampir sama denganpenelitian yang dilakukan oleh Eko Widiyanti diSMA Negeri 1 Cepiring yang menyatakan adahubungan antara pengetahuan dan sikaphigiene pribadi dengan kejadian keputihan.Kejadian keputihan terjadi pada semua siswi

    yang pengetahuannya buruk. Sebagian besarsiswi tidak tahu bagaimana cara membersihkangenitalia eksterna dengan cara yang benar.Mereka belum memahami bahaya dariantiseptik dan sabun sirih, sehinggakebanyakan menganggap membersihkangenitalia yang benar adalah denganmenggunakan antiseptik atau sabun sirih.Penggunaan antiseptik dapat mempengaruhikeseimbangan pH vagina yang akan

    menyebabkan flora normal terganggu danmerupakan tempat berkembang biak yangkondusif bagi pertumbuhan jamur.

    Pendapat peneliti secara teori wajarresponden memiliki pengetahuan yang kurangdalam penanganan keputihan, hal inidisebabkan terbatasnya akses informasi

    tentang pendidikan kesehatan reproduksikhususnya tentang keputihan.

    Perilaku remaja setelah diberikanpendidikan kesehatan reproduksi tentangkeputihan. Hasil penelitian tentang perilakuremaja setelah diberikan pendidikan kesehatanreproduksi sebagian besar responden memilikiperilaku yang baik dalam mengatasi keputihan. Adapun penjabarannya 155 orang (100,0%)siswi memiliki pengetahuan dalam kategori baikdan 102 orang (66,4%) memiliki sikap dalamkategori baik dan 102 (66,4%) dalam kategoribaik dalam menangani keputihan. Dilihat dari jumlah responden yang mengalami peningkatantingkat perilaku setelah diberikan pendidikankesehatan yaitu 75 orang (48,4%) yangmemiliki perilaku baik menjadi 155 (100,0%) halini menunjukkan terjadinya peningkatanperilaku yang besar pada responden.Pengetahuan merupakan domain yang sangatpenting dalam membentuk tindakan seseorang.Notoatmojo (2010) menyebutkan perilaku yangdidasari oleh pengetahuan akan lebih langgengdaripada perilaku yang tidak didasari olehpengetahuan. Sikap merupakan reaksi ataurespon dari seseorang terhadap stimulus atauobjek (Notoatmojo, 2010). Hal ini samadikemukakan oleh Sunaryo (2004), sikapmerupakan kecenderungan bertindak individu,berupa respon tertutup terhadap stimulusataupun objek tertentu. Berdasarkan penelitianyang telah dilakukan pada kelompokresponden, didapatkan hasil bahwa setelahdiberikan pendidikan kesehatan, siswi memilikisikap yang lebih baik tentang keputihan (66,4%)dibandingkan dengan sebelum diberikanpendidikan kesehatan memiliki sikap yangcukup (98,1%). Hal ini sejalan dengan apa yang

    di ungkapkan oleh Purwanto (1999) yangmenjelaskan bahwa sikap tidak dibawa sejaklahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkanpengalaman individu sepanjang perkembanganselama hidupnya. Pada manusia sebagaimahluk sosial, pembentukan sikap tidak lepasdari dari sebagai makhluk individu sehinggaapa yang datang dari dalam dirinya (internal)emosional. Purwanto (1999) menyebutkan,orang-orang yang mempunyai sikap-sikap yang

  • 8/17/2019 7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Penanganan Keputihan Di Smp Negeri 5 Singaraja

    6/8

    Ni Nyoman Ayuningsih, dkk: Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi... 

    41

    sama terhadap hal-hal yang sama lebih mudahdipersatukan dalam kelompok daripada orang-orang yang sikapnya berbeda. Perubahanperilaku tersebut disebabkan karena respondensudah menerima informasi dalam menanganikeputihan yang diberikan dengan mediabooklet. Booklet merupakan suatu media cetak

    untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatandalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupungambar (Notoatmodjo, 2007). Lebih lanjutNotoatmodjo menyatakan bahwa sebagianbesar pengetahuan manusia diperoleh melaluimata dan telinga. Media booklet memilikiberbagai kelebihan yaitu murah, mudah dibuat,lebih teperinci dan jelas, dapat dipelajari setiapsaat, informasi dapat dibagikan dengankeluarga atau teman, mengurangi kebutuhanmencatat, dan awet sehingga respondenmudah untuk memahami informasi yangterdapat pada booklet tersebut. Selain materitentang keputihan yang disajikan dalampenyuluhan dan media booklet tersebutmerupakan topik yang menarik dan sangatpenting untuk diketahui oleh remaja putri.Kondisi tersebut sesuai dengan teori Mubarakdkk (2006) yang menyatakan bahwa tujuan daripenggunaan media untuk memudahkansasaran memperoleh pengetahuan danketrampilan, karena dalam proses belajarmengajar kehadiran media memiliki arti cukuppenting, sebab ketidak jelasan bahan yangdisampaikan dapat dibantu denganmenghadirkan media sebagai perantara. Halyang menarik adalah tindakan siswi sebelum(64,5%) dan setelah (66,4%) diberikanpendidikan kesehatan dalam menanganikeputihan memiliki kategori cukup dan terjadifrekuensi penurunan, meskipun memilikipengetahuan yang baik serta sikap yang baik.Berdasarkan penelitian menggunakan metodemengingat kembali (recall) didapatkan hasil,beberapa responden menjawab menggunakantissue  harum setelah BAK/BAB dan jarangmemeriksakan diri ke dokter apabila mengalamikeputihan dengan rasa gatal dan bau.

    Beberapa faktor menjadi pendukung yaitulingkungan seperti hygiene yang buruk danketersediaan fasilitas dan sarana dalammengatasi keputihan. Fishbein dan Azjen(dalam Anwar, 2003) menyebutkan bahwapengetahuan seseorang tentang suatu hal akanmempengaruhi sikapnya. Sikap tersebut positifmaupun negatif tergantung dari pemahamanindividu tentang suatu hal tersebut, sehinggasikap ini selanjutnya akan mendorong individu

    melakukan perilaku tertentu pada saatdibutuhkan, tetapi kalau sikapnya negatif justruakan menghindari untuk melakukan perilakutersebut (Indriastuti, 2009).

    Hal ini sejalan dengan hasil penelitianyang dilakukan oleh Triana (2009) dengan judulpengaruh tingkat pengetahuan remaja putri

    tentang keputihan dengan sikap dalammengatasi keputihan di SMP Harapan Medandiperoleh hasil bahwa ada hubungan antaratingkat pengetahuan remaja putri tentangkeputihan dengan sikap dalam mengatasikeputihan. Hasil penelitian ini menunjukanadanya perbedaan dalam nilai post test  yanglebih besar daripada nilai pre test, inimembuktikan bahwa adanya pengaruhpendidikan kesehatan reproduksi tentangkeputihan terhadap perilaku siswi dalampenanganan keputihan.

    Pengaruh pendidikan kesehatanreproduksi terhadap perilaku remaja dalampenanganan keputihan. Setalah dilakukanpengolahan data dengan menggunakan Uji Wilcoxon antara perilaku siswi sebelumdiberikan pendidikan kesehatan reproduksi dansetelah diberikan pendidikan kesehatanreproduksi tentang keputihan, di dapat p valuesebesar 0,000 yang artinya lebih kecil darialpha 0,05 (α  = 5%). Ini berarti H0  ditolak danHa  diterima, maka ada perbedaan perilakusebelum diberikan pendidikan kesehatan dansetalah diberikan pendidikan kesehatanreproduksi tentang keputihan. Ini membuktikanbahwa ada pengaruh pendidikan kesehatanreproduksi terhadap perilaku penanganankeputihan pada siswi SMP Negeri 5 Singaraja.Pemberian pendidikan kesehatan pada remajayang dilakukan untuk memberikan informasidan pengetahuan yang berhubungan denganperilaku sehat bagi remaja, disampingmengatasi masalah yang ada (Depkes RI,2003). Pendidikan kesehatan, khususnya dalammengatasi keputihan pada remaja putri memilikipengaruh terhadap tingkat pengetahuan remajaputri tentang keputihan, hal tersebut terjadi

    karena karakteristik remaja sangat antusias,paling tahu dengan kebutuhannya, beradadalam tahap mudah belajar, lebih terbukadengan pemikiran-pemikiran baru, sangat pekadan mudah dipengaruhi, sangat fanatik merekayakin dengan sesuatu akan memegang teguhhal yang diyakini tersebut, kreatif sehinggamereka akan mencoba memahami semua isiyang berhubungan dengan kehidupan merekadengan cara kreatif. Belajar adalah salah satu

  • 8/17/2019 7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Penanganan Keputihan Di Smp Negeri 5 Singaraja

    7/8

    KMB, Maternitas, Anak dan Kritis Juli Vol. 2 No. 1 2015 

    42

    dasar memahami perilaku manusia, karenabelajar berkaitan dengan kematangan danperkembangan fisik, emosi, motivasi, perilakusosial dan kepribadian (Rita L. Atkinson, dkk).Melalui belajar orang mampu mengubahperilaku dari perilaku sebelumnya danmenampilkan kemampuannya sesuai

    kebutuhannya, dengan emosi seseorangterangsang untuk memahami objek atauperubahan yang disadari sehinggamemungkinkannya mengubah sifat atauperilakunya. Bentuk-bentuk emosi yangberhubungan dengan perubahan perilaku yaiturasa marah, gembira, bahagia, sedih, cemas,takut, benci, dan sebagainya. pengalaman-pengalaman yang dihasilkan melalui inderapenglihatan, pendengaran, penciuman, dansebagainya. Setiap orang memiliki persepsiyang berbeda meskipun objek persepsi sama.Melalui persepsi seseorang mampu untukmengetahui atau mengenal objek melalui alatpengindraan. Persepsi dipengaruhi oleh minat,kepentingan, kebiasaan yang dipelajari, bentuk,latar belakang (background), kontur kejelasan,atau kontur letak.

    Hasil penelitian ini didukung olehpenelitian yang dilakukan oleh Wiwin Mintarsih(2007), yang menyatakan bahwa pendidikankesehatan menggunakan booklet dapatmeningkatkan pengetahuan dan sikap remajaterhadap kesehatan reproduksi. Media yangpaling bermakna mempengaruhi peningkatanpengetahuan dan sikap adalah booklet.Pendapat serupa juga diungkapkan olehFadillah Ainin (2010) yang menyatakan bahwaterdapat pengaruh intervensi booklet  terhadaptingkat pengetahuan remaja tentang kesehatanreproduksi di Pesantren Darul Hikmah Medan.Pendapat peneliti sangat wajar mengalamipeningkatan perilaku siswi dalam penanganankeputihan melalui penyuluhan oleh peneliti, danmudahnya mengakses suatu informasi tentangkesehatan reproduksi terutama tentangkeputihan.

    SIMPULAN DAN SARANSimpulan

    Sebagian besar (97,4%) remaja putrimemiliki perilaku cukup tentang keputihansebelum diberikan pendidikan kesehatan dalammengatasi keputihan

    Sebagian besar (66,4%) remaja putrimemiliki perilaku baik tentang keputihan setelahdiberikan pendidikan kesehatan dalammengatasi keputihan. Terdapat pengaruh

    pendidikan kesehatan reproduksi terhadapperilaku penanganan keputihan dengan nilaisignifikan < 0,05 artinya ada pengaruhpendidikan kesehatan reproduksi denganperilaku penanganan keputihan pada siswi diSMP Negeri 5 Singaraja.

    SaranKepala sekolah SMP Negeri 5 Singaraja,

    agar dapat merencanakan pemberian informasimengenai kesehatan reproduksi tentang carapenanganan keputihan secara berkelanjutan,misalnya dengan memasukkan materikesehatan reproduksi ke dalam kurikulumpelajaran dan mengadakan kerjasama denganpetugas UKS di sekolah dengan petugaskesehatan dari Puskesmas terkait. Siswi SMPNegeri 5 Singaraja, diharapkan setelah memilikiperilaku yang baik dalam mengatasi keputihan,responden dapat memulai pola hidup sehatterutama dalam hal merawat kesehatanreproduksi khusunya untuk mencegahterjadinya keputihan dan menyebarkaninformasi seputar kesehatan reproduksi tentangkeputihan pada orang-orang terdekat danmasyarakat, mengingat pentingnya informasiseputar keputihan tersebut. Peneliti selanjutnyayang ingin melanjutkan penelitian ini diharapkanmenggunakan control group untuk dapatmembandingkan hasil penelitian dengankelompok yang tidak diberi perlakuan.

    KEPUSTAKAAN

     Anwar, 2003. Pendidikan Kecakapan Hidup.Bandung : Alfabeta

     Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. Edisi V. Jakarta :Rineka Cipta.

     Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C., &Hilgard, Ernest R., 1999. PengantarPsikologi (Ed. 8), Jilid 2. Jakarta:Penerbit Erlangga

    Denim, S., 2007. Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta : Bumi Aksara.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1993. Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta.

    Hamid Bahari, 2012. Cara Mudah AtasiKeputihan. Jogjakarta : Buku Biru.

  • 8/17/2019 7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Penanganan Keputihan Di Smp Negeri 5 Singaraja

    8/8

    Ni Nyoman Ayuningsih, dkk: Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi... 

    43

    Herri Zan Pieter, S.Psi. dan Dr. NamoraLumongga Lubis, M.Sc, 2010.Pengantar Psikologi dalamKeperawatan. Jakarta : KharismaPutra Utama.

    Indriastuti, P., 2009. Hubungan antaraPengetahuan Kesehatan Reproduksidengan Perilaku Hygienis RemajaPutri pada saat Menstruasi.Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    Katharini, 2009. Flour Albs Remaja. Jakarta.

    Kaplan, Harold I. Sadock, Benyamin J. Greeb,Jack A., 1997. Kaplan dan SadockSinopsis Psikiatri Ilmu PengetahuanPerilaku Psikiatri Klinis. Jakarta : BinaRupa Aksara.

    Manuaba I.B.G., 1999. Memahami KesehatanReproduksi Wanita. Jakarta : Arcan.

    Sukawana, 2008. Pengantar Statistik UntukPerawat. Denpasar : JurusanKeperawatan Poltekes Denpasar.

    Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan PerilakuKesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

    Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan danIlmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

    Nursalam, 2008a. Konsep dan MetodeKeperawatan. Jakarta : PenerbitSalemba.

    Nursalam, 2009b. Konsep dan MetodeKeperawatan. Jakarta : PenerbitSalemba.

    Pearch. E., 2002  Anatomi dan Fisiologi untukParamedis. Jakarta : Gramedia.

    Notoatmodjo, 2008a. Promosi Kesehatan danIlmu Perilaku. Jakarta : PT RinekaCipta.

    Notoatmodjo, 2003b. Ilmu KesehatanMasyarakat. Jakarta : PT RinekaCipta.

    Manuaba, dkk., 2009. Memahami KesehatanReproduksi Wanita. Edisi II. Jakarta :Buku Kedokteran EGC.

    Sarwono, S.W., 2011. Psikologi Remaja.Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

    Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan RisetKeperawatan. Edisi Pertama.Yogyakarta : Graha Ilmu.

    Sugiyono, 2009. Metode Penelitian KuantitatifKualitatif dan R&D. CetakanKedelapan. Bandung : Alfa Beta.

    Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : Alfabeta.

    Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan.

    Jakarta : EGC.

    Triana, 2009 Pengaruh tingkat pengetahuanremaja putri tentang keputihan dengansikap dalam mengatasi keputihan.SMP Harapan Medan

    Wiknjosastro, H., 2005. Ilmu Kandungan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.Sarwono Prawirohardjo.

    Wong, 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik,Volume 2, Edisi 6. Jakarta : EGC.