698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai...

21
698 Kepariwisataan Kalimantan Selatan PETA KALIMANTAN SELATAN

Transcript of 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai...

Page 1: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

698 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

PETA KALIMANTAN SELATAN

Page 2: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

699 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

A. UMUM

1. Dasar Hukum

Provinsi Kalimantan Selatan berdiri berdasarkan Undang undang Nomor 25 tahun 1956,

tertanggal 7 Desember 1956 dengan Ibukota Banjarmasin.

2. Lambang Provinsi

Perisai adalah alat penangkis dan bertahan yang melambangkan

kewaspadaan dan kesanggupan mempertahankan diri;

Warna Merah, melambangkan keberanian dan kepahlawanan yang

gagah perkasa, berjiwa hidup dan dinamis guna menegakkan

kebenaran perjuangan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan

dalam menuju "Masyarakat Adil dan Makmur yang Diridhai Allah";

Warna Hijau, melambangkan kesuburan dan harapan bagi Daerah

Tingkat I Kalimantan Selatan dihari yang akan datang;

Warna Kuning, pada sisi perisai, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan

mempunyai Keperibadian dan kerohanian yang luhur dengan penuh Keyakinan dan

kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Intan Berwarna Putih Berkilap Memancar

Intan, melambangkan penghasilan Daerah Kalimantan Selatan yang sudah terkenal

karena mempunyai mutu dan nilai yang sangat tinggi, yang merupakan sumber mata

pencaharian penduduk Daerah Kalimantan Selatan.

Warna Putih Berkilap Memancar, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan

kalau dipimpin dengan sungguh-sungguh akan sanggup mencapai kecerdasan dan

kemajuan serta sanggup pula melaksanakan segala pembangunan menuju kepada

kemuliaan dan keagungan Bangsa Indonesia.

Bintang Berwarna Kuning Emas

Melambangkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan perlambang keyakinan bahwa Tuhan

mengetahui segala-galanya tanpa ada yang tersembunyi bagi-Nya;

Rumah Banjar Berwarna Hitam

Rumah, berbentuk bangunan spesifik Kalimantan Selatan asli, melambangkan suatu

unsur kebudayaan yang dapat dibanggakan.

Warna Hitam, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan mempunyai

kebulatan tekad dan keunggulan menuju kearah pelaksanaan Pembangunan Nasional

Semesta Berencana.

Buah Padi dan Batang Karet

Melambangkan bagian terbesar dari penghasilan dan sumber kehidupan bagi penduduk

Kalimantan Selatan.

Buah padi sebanyak 17 [tujuh belas] buah, intan dengan 8 [delapan] pancaran dan

Batang Karet sebanyak 1 [satu] pohon dengan bergaris 9 [sembilan] yang tersusun 4

23 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Page 3: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

700 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

[empat] di sebelah kiri dan 5 [lima] di sebelah kanan adalah merupakan susunan angka

17-8-1945, angka ini melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan tetap setia

dan tetap Teguh mendukung Proklamasi 17-8-1945.

Pita Warna Putih

Melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan sanggup mengikat apa yang

dirasakan kesucian dan keikhlasan hati untuk berbuat secara jujur dan bertanggung

jawab dengan disertai semanggat kerja sama dan gotong royong.

Tulisan berupa semboyan "WAJA SAMPAI KAPUTING", melambangkan bahwa penduduk

Kalimantan Selatan telah tekun dalam bekerja melaksanakan segala sesuatunya dengan

penuh rasa kesanggupan dan konsekwen tanpa berhenti ditengah jalan.

3. Pemerintahan

Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari 11 Pemerintahan Kabupaten dan 2

Pemerintahan Kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

No. Kabupaten/Kota Ibu kota

1 Kabupaten Balangan Paringin

2 Kabupaten Banjar Martapura

3 Kabupaten Barito Kuala Marabahan

4 Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan

5 Kabupaten Hulu Sungai Tengah Barabai

6 Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai

7 Kabupaten Kotabaru Kotabaru

8 Kabupaten Tabalong Tanjung

9 Kabupaten Tanah Bumbu Batulicin

10 Kabupaten Tanah Laut Pelaihari

11 Kabupaten Tapin Rantau

12 Kota Banjarbaru Banjarbaru Kota

13 Kota Banjarmasin Banjarmasin

4. Letak Geografis dan Batas Wilayah

Secara geografis Kalsel terletak diantara 114o 19" 33" BT – 116

o 33' 28 BT dan 1

o 21' 49"

– 1o 10" 14" LS (http://www.kalselprov.go.id/selayang-pandang/letak-georafis) , dengan

batas wilayah sebagai berikut:

Utara : Kalimantan timur

Selatan : Laut Jawa

Barat : Kalimantan Tengah

Timur : Selat Makasar

5. Komposisi Penganut Agama

a. Islam = 98,2%

b. Kristen = 1,2%

c. Sisanya Hindu dan Budha

Page 4: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

701 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

6. Bahasa dan Suku Bangsa

Bahasa :

a. Bahasa Melayu Lokal:

o Bahasa Banjar (bjn)

� Dialek Banjar Hulu

� Dialek Banjar Kuala

� Bahasa Barangas)

o Bahasa Melayu Bukit (bvu)

b. Bahasa Barito

o Barito Barat

� Barito Barat bagian Selatan:

� Bahasa Bakumpai (bkr)

o Barito Timur

� Barito Timur bagian Utara:

� Bahasa Lawangan-Pasir(lbx)

� Barito Timur bagian Tengah dan Selatan

� Bagian Tengah:

� Bahasa Dusun Deyah (dun)

� Bagian Selatan:

� Bahasa Maanyan (mhy)

Suku bangsa :

Kelompok etnik berdasarkan urutan keberadaannya di Kalimantan Selatan adalah:

a. Austrolo-Melanosoid (sudah punah)

b. Dayak (rumpun Ot Danum)

c. Suku Dayak Bukit

d. Suku Banjar (1526)

e. Suku Bajau, Suku Bugis (1750) dan Suku Mandar

f. Suku Jawa dan Suku Madura

g. Etnis Tionghoa-Indonesia dan Etnis Arab-Indonesia

h. Etnis Eropa (1860-1942), umumnya sudah kembali ke Eropa

7. Budaya :

a. Lagu Daerah : Pasir Berantai, Saputangan Babuncu ampat, Ampar

ampar pisang.

b. Tarian Tradisional : Tari Baksa Kembang, Tari Radap Rahayu, Tari Tirik

c. Senjata Tradisional : Keris, mandau

d. Rumah Tradisional : Rumah Banjar

e. Alat Musik tradisional : Babun, Panting

f. Makanan khas daerah : Soto Banjar

8. Bandara dan Pelabuhan Laut

Bandara = Ssmdudin Noor

Pelabuhan laut = pelabuhan Banjarmasin

9. Industri dan Pertambangan :

Biji besi, batubara dan intan.

Page 5: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

702 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

B. OBYEK WISATA

1. Obyek Wisata Alam

a. Cagar Alam Pulau Kaget

Pulau Kaget merupakan salah satu

obyek wisata yang berada di kawasan

hutan di Kabupaten Barito Kuala.

Pulau ini adalah sebuah delta yang

terletak di dekat muara sungai Barito.

Pulau ini merupakan habitat bagi

Monyet Besar Berhidung Panjang atau

oleh penduduk setempat disebut

dengan Kera Belanda/Bekantan

(Nasalis Larvatus) karena hidungnya

panjang, mukanya merah serta

perutnya gendut. Di tempat ini juga

hidup beberapa jenis burung. Sejak tahun 1976, pulau seluas 85 Ha ini ditetapkan

sebagai cagar alam berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum11/1976.

Pada tahun 1990, pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menetapkan Bekantan

sebagai satwa maskot atau satwa identitas provinsi berdasarkan SK Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan No. 29, tanggal 16 Januari 1990 dan mendapat

persetujuan dari DPRD Tingkat I Kalimantan Selatan yang dituangkan dalam

persetujuan DPRD No. 162/112/DPRD, tanggal 28 Maret 1990.

Dengan dijadikannya Bekantan sebagai maskot daerah Kalimantan Selatan, maka

pulau Kaget sebagai habitat Bekantan mempunyai nilai strategis baik sebagai simbol

daerah maupun sebagai tempat wisata. Oleh karena menjadi habitat dari satwa yang

dilindungi dan menjadi simbol daerah, maka Cagar Alam Pulau Kaget menjadi salah

satu tujuan wisata alam tidak saja dari Kalimantan Selatan dan daerah lain di

Indonesia tetapi juga manca-negara.

Namun sayang, penebangan liar dan pencemaran lingkungan menyebabkan kondisi

alam pulau ini cukup kritis. Salah satu jenis pohon yang kondisinya semakin kritis

adalah pohon Rambai Padi (sonneratia caseolaris) yang merupakan sumber

makanan bagi Bekantan, sehingga menyebabkan jumlah satwa ini semakin hari

semakin sedikit.

Berkunjung ke tempat ini, para pengunjung akan menjumpai satwa yang dilindungi,

Bekantan. Perlindungan terhadap satwa ini dapat dilihat pada peraturan perundang-

undangan, yaitu: Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931, UU No.

5 Tahun 1990, SK Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991, SK Menteri Kehutanan

No. 882/Kpts-II/1992, dan PP No. 7 Tahun 1999. Secara internasional, satwa ini

dikategorikan rentan dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature

and Natural Resources) Red Data Book dan dimasukkan ke dalam Appendix I CITES

(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna).

Page 6: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

703 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

Pengunjung yang memasuki kawasan pulau

ini, khususnya yang berkunjung pertama

kali, akan terkaget-kaget atau akan

merangkul temannya ketika secara tiba-tiba

dari rerimbunan pepohonan terdengar

suara “nguuuk….nguuuuk, nguuuuuuk….”

dari kera-kera yang jumlahnya ratusan.

Kekagetan ini akan menyebababkan para

pengunjung akan selalu teringat pada

Bekantan yang ada di Pulau Kaget. Selain

itu, pengunjung juga akan semakin

terpesona menyaksikan kelincahan

binatang-binatang yang terkenal pemalu

dan hanya berada di Pulau Kalimantan ini berlompatan kegirangan dari satu pohon

ke pohon yang lain.

Pulau Kaget termasuk wilayah administratif Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala,

Kalimantan Selatan.

b. Pulau Kembang di Kabupaten Barito Utara

Pulau Kembang adalah sebuah delta

seluas 60 Ha yang terletak di tengah

sungai Barito dan merupakan habitat

kera ekor panjang (monyet) dan

beberapa jenis burung. Pada tahun

1976, pulau ini ditetapkan sebagai

hutan wisata berdasarkan SK. Menteri

Pertanian No. 788/Kptsum12/1976.

Menurut cerita, pulau Kembang

berasal dari kapal Inggris yang

dihancurkan oleh orang Biaju pada tahun 1750-an atas perintah sultan Banjar.

Puing-puing bekas kapal tersebut lambat laun ditumbuhi pepohonan dan berubah

menjadi sebuah pulau yang kemudian didiami sekelompok kera. Orang-orang desa

yang berada di sekitar pulau baru ini menganggap bahwa kera-kera tersebut

merupakan penjelmaan orang halus yang memakai sarungan kera. Kelompok kera

tersebut dipimpin oleh seekor kera yang sangat besar bernama si Anggur.

Munculnya keyakinan tersebut menjadikan pulau yang baru muncul ini dijadikan

sebagai tempat bernazar. Masyarakat sekitar datang ke pulau ini dengan membawa

sesajen seperti pisang, telor, nasi ketan, mayang-pinang, dan beberapa jenis

kembang. Oleh karena sering digunakan untuk tempat berhajat dan menabur

kembang, pulau baru tersebut lebih dikenal dengan sebutan Pulau Kembang.

Di dalam kawasan hutan wisata ini terdapat altar yang diperuntukkan sebagai

tempat meletakkan sesaji bagi "penjaga" pulau Kembang yang dilambangkan dengan

dua buah arca berwujud kera berwarna putih (Hanoman). Keberadaan altar

menunjukkan bahwa para pengunjung yang datang tidak sekedar berwisata melihat

kera, tetapi juga datang untuk keperluan berdoa, khususnya orang-orang Cina.

Page 7: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

704 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

Kera-kera di tempat ini yang berjumlah ratusan bahkan ribuan, sangat akrab

(walaupun ada juga yang ganas) dengan para pengunjung. Biasanya ketika para

wisatawan datang berkunjung, kera-kera tersebut banyak yang menunggu di

dermaga, menunggu para wisatawan memberi mereka makanan seperti pisang,

kacang dan sebagainya. Namun karena tidak semua kera-kera di tempat ini

bersahabat dengan para pengunjung, maka ada baiknya para pengunjung

memperhatikan hal-hal berikut ini:

Siapkan makan-makanan ringan seperti kacang kulit, pisang dan sebagainya untuk

diberikan kepada para kera.

Taruhlah barang bawaan seperti tas di tempat yang aman dan tersembunyi. Barang

bawaan atau tas terkadang direbut oleh sekelompok kera dan dibawanya kabur.

Berhati-hati juga menyimpan barang bawaan (tas atau sejenisnya) di dalam perahu

klotok, karena kera-kera tersebut bisa naik ke klotok dan mengobrak-abrik barang

bawaan para pengunjung.

Di lokasi wisata ini banyak peminta-minta, sehingga cukup bijaksana jika para

pengunjung menyiapkan uang receh.

c. Pantai Gedambaan

Pantai Gedambaan menawarkan

keindahan yang dapat memberikan

kepuasan batin kepada para

pengunjungnya. Selain pasir pantainya

berwarna putih yang berkilauan

tertimpa sinar matahari, pemandangan

alamnya juga akan menghipnotis para

pengunjung sehingga betah berlama-

lama di pantai ini. Dari pantai ini, para

pengunjung dapat menyaksikan sunrise

dan sunset dengan panorama air laut

yang berkilauan. Dengan keindahan tersebut, pantai ini menjadi pantai

(Ge)dambaan siapa saja yang akan dan pernah mengunjunginya.

Pada hari Ahad dan atau pada musim libur, ribuan pengunjung baik dari Kalimantan

Selatan sendiri atau dari luar Kalimantan akan memadati lokasi wisata ini. Pada hari-

hari libur ratusan bahkan ribuan kendaraan baik angkutan umum maupun

kendaraan pribadi akan memadati kawasan pantai ini.

Untuk menjaga kebersihan obyek wisata ini, tiap pekan dikerahkan karyawan

pemkab setempat secara bergiliran untuk melakukan aksi bersih-bersih. Selain itu,

fasilitas penunjang seperti: tempat istirahat, akuarium besar, taman buah dan

bunga, cermin seribu bayangan, sirkuit mini, ruang wahana fisika, studio rekaman

mini dan camping ground akan segera diadakan. Juga akan dibangun game stations

yang akan diisi tempat bowling dan beberapa sarana olahraga lainnya.

B. Keistimewaan

Pantai Gedambaan merupakan sedikit dari pantai yang ada di Indonesia yang masih

memiliki hutan mangrove. Hutan mangrove ini merupakan tempat habitat beberapa

spesies fauna, seperti: burung, kunang-kunang, dan lebah.

Keistimewaan lain dari Pantai Gedambaan adalah lokasinya yang berada di kaki

pegunungan Pulau Laut yang masih hijau dan juga berdekatan dengan beberapa

Page 8: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

705 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

objek wisata lainnya, seperti kolam renang dan Pemandian Air Panas Sigam. Dengan

kata lain, jika pengunjung telah puas menikmati keindahan Pantai Gedambaan,

maka dengan mudah dapat mengunjungi objek wisata lainnya.

d. Pantai Batakan

Bila anda berkunjung ke Provinsi

Kalimantan Selatan, sempatkanlah

bertamasya ke tempat-tempat wisata

yang terdapat di Kabupaten Tanah

Laut. Kabupaten yang beribukota di

Pelaihari ini terkenal dengan rekreasi

pantainya yang memesona. Pantai

Batakan salah satunya.

Pantai Batakan terletak di sebelah

selatan Kota Pelaihari, dan telah

ditetapkan sebagai tempat wisata pada tahun 1982 oleh H. Muhammad Said,

Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan kala itu. Meskipun terbilang baru, pantai ini

cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan, terutama pada akhir pekan dan hari-hari

libur lainnya. Sebagai salah satu tempat obyek wisata andalan, pemerintah daerah

setempat telah mengelola pantai yang menghadap ke Laut Jawa ini secara serius.

Hal ini terbukti dengan telah dibangunnya berbagai fasilitas pendukung di kawasan

pantai ini.

Rancak dan eksotik. Begitulah kira-kira kesan pertama ketika mengunjungi Pantai

Batakan. Hamparan pasir putih pantainya yang luas dan landai, serta panorama

alamnya yang memesona, membuat obyek wisata ini begitu spesial dikunjungi

bersama keluarga atau kolega. Angin yang bertiup sepoi-sepoi dan daun kelapa yang

melambai-lambai, serta diselingi oleh burung laut yang terbang rendah dan sesekali

menyambar air laut, menambah daya tarik kawasan wisata ini.

Pasir pantainya yang terbentang luas memberi cukup ruang kepada wisatawan

untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti berjemur dan membuat patung dari

pasir. Pasir pantainya yang halus sangat mendukung wisatawan yang ingin

berolahraga di sini, seperti main bola dan voli pantai. Sementara itu, ombak lautnya

yang relatif kecil mendukung wisatawan yang ingin berenang dan bermain ombak di

pantai ini.

Di sini juga tersedia jasa persewaan perahu motor dan kuda, sehingga dapat

digunakan oleh wisatawan yang ingin menikmati kawasan pantai sepanjang dua

kilometer ini dengan naik perahu dan naik kuda. Selain menikmati pantainya,

memancing juga merupakan salah satu tujuan wisatawan berkunjung ke Pantai

Batakan, karena di kawasan ini terdapat berbagai jenis ikan.

Setelah puas menikmati keindahan Pantai Batakan, para turis kemudian dapat

menyewa perahu motor untuk mengunjungi Pulau Datu, sebuah pulau seluas 10.000

kilometer persegi yang terletak di lepas Pantai Batakan. Pulau tersebut sering

dikunjungi orang yang ingin berziarah ke makam Datu Pamulutan, seorang

ulama/penyebar agama Islam di Kabupaten Tanah Laut yang semasa hidupnya

gemar sekali menangkap burung dengan pulut (getah).

Page 9: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

706 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

Pada sore hari, panorama kawasan pantai ini kian eksotik. Pelancong dapat

menikmati suasana matahari tenggelam (sunset) sambil bersantai di pondok-pondok

wisata, shelter-shelter, dan warung-warung yang terdapat di sana.

Keberadaan obyek wisata ini semakin lengkap dengan digelarnya ritual nelayan

kawasan Pantai Batakan pada bulan Juli atau Agustus setiap tahunnya. Ritual yang

dilakukan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan bagi nelayan tersebut ditaja

di Papadangan, sebuah tempat yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari Pantai

Batakan.

Secara administratif, Pantai Batakan masuk dalam wilayah Desa Batakan, Kecamatan

Penyipatan, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.

e. Pantai Pagatan

Mengunjungi Pantai Pagatan

terbilang istimewa, sebab pantai

ini memiliki panorama laut biru

berlatar langit yang juga biru,

deburan ombak yang relatif kecil,

pohon nyiur yang melambai-

lambai, dan angin laut yang

bertiup sepoi-sepoi. Bertamasya

bersama keluarga atau kolega ke

sini tentu akan terasa lebih

mengasyikkan lagi.

Pasir putih pantainya yang memanjang dari barat ke timur sekitar 1,5 kilometer,

serta luasnya yang mencapai 1,5 hektar, memberi cukup ruang kepada wisatawan

untuk melakukan berbagai kegiatan. Membuat patung dari pasir, berjemur,

menyusuri pantai, dan berolahraga (sepak bola pantai dan voli pantai), adalah di

antara aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan di pantai ini.

Sementara itu, gelombang lautnya yang relatif kecil dan didukung oleh air lautnya

yang jernih dan bersih, sangat mendukung wisatawan yang ingin berenang atau

hanya sekadar bermain kejar-kejaran dengan ombak di pantai. Memancing

merupakan kegiatan menarik lainnya yang bisa dilakukan wisatawan di sini, karena

kawasan di sekitar Pantai Pagatan terkenal sebagai salah satu sentra penghasil ikan

laut bagi Kabupaten Tanah Bumbu.

Pada sore hari, eksotisme Pantai Pagatan kian terasa. Detik-detik jelang matahari

terbenam (sunset) di sebalik ufuk cakrawala merupakan salah satu momen spesial

yang dapat dinikmati wisatawan di sini. Momen tersebut dapat dicerap oleh

wisatawan sambil bersantai di tepi pantai, shelter-shelter, atau dari pondok-pondok

wisata.

Bila bosan berada di pantai, pelancong dapat mengunjungi perkampungan nelayan

yang lokasinya tidak terlalu jauh dari pantai. Selain menyaksikan kehidupan nelayan

sehari-hari, pelancong juga dapat melihat ikan yang dibudidayakan di tambak,

kolam, dan keramba. Di sana juga dijual keripik ikan (amplang) sebagai oleh-oleh

untuk keluarga atau kolega.

Page 10: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

707 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

Sedangkan bagi Anda yang ingin menyaksikan ritual khas nelayan keturunan Bugis di

sekitar kawasan Pantai Pagatan, datanglah ke sana pada dua minggu terakhir bulan

April. Pesta pantai yang terkenal dengan ritual Mappanretasi/Mappanretase (Sea

Offering Ceremony) ini merupakan ekspresi rasa syukur nelayan Pantai Pagatan

kepada Yang Kuasa atas limpahan hasil laut dan sekaligus mohon perlindungan

selama berada di laut. Puncak acara yang juga dikenal dengan nama “Pesta Laut” ini

adalah melarungkan sesajen yang telah dimantrai ke tengah laut atau belarung saji.

Biasanya, ritual ini juga dimeriahkan dengan atraksi musik dan tari-tarian tradisional

dari daerah setempat.

Secara administratif, Pantai Pagatan masuk dalam wilayah Desa Pagatan, Kecamatan

Kusam Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.

2. Wisata Sejarah

a. Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Sabilal Muhtadin adalah nama Masjid

Raya yang terletak di Ibukota Provinsi

Kalimantan Selatan, Banjarmasin. Masjid

ini dibangun sebagai bentuk

penghormatan dan penghargaan

terhadap Ulama Besar Syekh

Muhammad Arsyad al-Banjari (1710 —

1812 M) yang selama hidupnya

memperdalam dan mengembangkan

agama Islam di Kerajaan Banjar

(Kalimantan Selatan). Ulama Besar ini

tidak saja dikenal di seluruh Nusantara

melainkan juga dikenal dan dihormati di luar batas negerinya, yakni sampai ke

Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istambul, dan Mesir.

Masjid Raya Sabilal Muhtadin dibangun pada tahun 1974 di atas tanah seluas

100.000 meter persegi. Letaknya berada di tengah-tengah kota Banjarmasin, yang

sebelumnya adalah Komplek Asrama Tentara Tatas. Pada zaman kolonialisme

Belanda, tempat ini dikenal dengan nama Fort Tatas atau Benteng Tatas.

Bangunan Masjid Sabilal Muhtadin terbagi atas bangunan utama dan menara.

Bangunan utama luasnya mencapai 5250 meter persegi yang terbagi menjadi dua

ruang tempat ibadah. Dua ruang tersebut memiliki luas 3250 meter persegi. Ruang

di bagian dalam yang sebagian berlantai dua memiliki luas mencapai 2000 meter

persegi. Menara masjid terdiri atas 1 menara besar yang tingginya 45 meter, dan

empat menara kecil, yang tingginya masing-masing 21 meter.

Pada bagian atas bangunan utama terdapat kubah besar dengan garis tengah 38

meter yang terbuat dari bahan aluminium sheet kalcolour berwarna emas yang

ditopang oleh susunan kerangka baja. Selain itu juga terdapat kubah menara kecil

dengan garis tengah 5 dan 6 meter.

Seperti masjid raya biasanya, Masjid Raya Sabilal Muhtadin ini juga memiliki hiasan

kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Qur’an dan Asmaul Husna, yaitu 99 nama untuk

Page 11: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

708 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

keagungan Tuhan serta nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam. Kaligrafi itu

seutuhnya dibentuk dari bahan tembaga yang dihitamkan dengan pemilihan bentuk

tulisan-arab (kaligrafi) yang ditangani secara cermat dan tepat untuk menampilkan

bobot dan makna yang tersirat dari ayat-ayat suci itu sendiri. Demikian juga hiasan

kaligrafi yang terdapat pada pintu, krawang dan railing, keseluruhannya dibuat dari

bahan tembaga dengan bentuk relief berdasarkan seni ragam hias yang banyak

terdapat di daerah Kalimantan.

Dinding serta lantai bangunan, menara dan plaza, juga sebagian dari kolam yang

terletak di halaman depan masjid, keseluruhannya berlapiskan marmer. Ruang

tempat mengambil air wudhu, dinding, dan lantai dilapisi porselain, sedang untuk

lantai plaza masjid keseluruhannya dilapisi dengan keramik. Dengan tata ruang

seperti tersebut di atas, Masjid Sabilal Muhtadin dapat menampung jemaah

sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian

halaman bangunan.

b. Museum Lambung Mangkurat

Museum Lambung Mangkurat

diresmikan penggunaannya pada

tahun 1979. Bangunan museum ini

berarsitektur Rumah tradisional

Banjar, Rumah Bubungan Tinggi,

yang dipoles dengan gaya modern.

Barang koleksi Museum terdiri dari

peninggalan Kesultanan Banjar,

Candi agung, dan Candi laras,

perkakas dari batu, ukiran kayu Ulin,

perkakas pertanian dan perabot

rumah tangga, alat musik tradisional dan sebagainya.

Museum Lambung Mangkurat, terdiri dari dua lantai. Lantai pertama terdiri dari tiga

ruang pameran (display), yaitu satu ruang pameran terbuka dan dua ruang pameran

tertutup. Di ruang pameran terbuka, para pengunjung dapat melihat tiga alat

transportasi sungai masyarakat Banjar yaitu: jukung sudur, perahu pandan liris, dan

jukung tambangan. Selain ketiga jenis kapal tersebut, pengunjung juga dapat

melihat beragam fosil fauna laut, seperti kerangka ikan paus (Rhineodon Typus

Cotaceae). Sedangkan di kedua ruang pameran tertutup, pengunjung akan dibawa

masuk ke zaman nan jauh sebelum kita lahir. Di salah satu ruangan tertutup ini,

pengunjung dapat menyaksikan peralatan yang digunakan pada masa prasejarah,

seperti: beliung, kapak bahu, pahat kapak lonjong, tuangan kapak perunggu dan

benda-benda lainnya. Sedangkan di ruang pamer tertutup yang lain, pengunjung

akan menyaksikan beragam peninggalan Kerajaan Banjar.

Pada lantai kedua, para pengunjung akan menyaksikan lukisan foto etnis dan peta

persebaran suku bangsa yang berdiam di wilayah Kalsel. Di tempat ini, para

pengunjung dapat menyaksikan berbagai bentuk rumah tradisional Banjar seperti:

Bubungan Tinggi, Gajah Manyusu, dan lain sebagainya. Selain itu, pengunjung juga

dapat menyaksikan etalase lengkap daur hidup masyarakat Banjar, dari fase

kelahiran, anak-anak, menjelang dewasa, menikah, melahirkan hingga meninggal

dunia. Fase-fase tersebut, dideskripsikan dalam bentuk upacara-upacara yang dekat

Page 12: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

709 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

dengan perkembangan Islam seperti tradisi Baayun Anak, Basunat, Baantar Jujuran,

Batamat Al Quran, Bakawinan, dan lain sebagainya.

Dengan memasuki museum Lambung Mangkurat, para pengunjung dibawa kemasa

lalu, yaitu masa sebelum Kalimantan Selatan berubah menjadi sebuah provinsi.

Museum ini dapat memberikan pemahaman kepada pengunjung tentang

perkembangan masyarakat Banjar dari zaman purba, yakni ketika masih

menggunakan perkakas dari batu, hingga perkembangan kerajaan-kerajaan yang

pernah ada dan berpengaruh di Kalimantan Selatan. Dengan melihat Genta Kencana

(tempat raja beristirahat), misalnya, pengunjung akan mengetahui bagaimana

peradaban yang dibangun masyarakat Banjar saat itu.

c. Masjid Sultan Suriansyah

Masjid Sultan Suriansyah adalah

salah satu masjid bersejarah dan

tertua di Kalimantan Selatan.

Masjid ini dibangun pada masa

pemerintahan Sultan Suriansyah,

yakni pada tahun 1526-1550 M.

Sultan Suriansyah adalah Raja

Kerajaan Banjar pertama yang

memeluk agama Islam. Masjid ini

letaknya berdekatan dengan

komplek makam Sultan Suriansyah

dan di seberangnya terdapat Sungai Kuin.

Dilihat dari bentuk arsitektur dan konstruksi panggungnya yang beratap tumpang,

menandakan bahwa masjid ini bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional

Banjar memiliki ciri pada bagian mihrabnya beratap sendiri dan terpisah dengan

bangunan induk.

Bentuk asli masjid ini dapat dilihat pada 2 buah inskripsi yang tertulis pada bidang

berbentuk segi delapan berukuran 50 cm x 50 cm, yang terletak di dua daun pintu

Lawang Agung. Pada daun pintu sebelah kanan terdapat 5 baris inskripsi Arab-

Melayu berbunyi : " Ba’da hijratun Nabi Shalallahu ’alahihi wassalam sunnah 1159

pada Tahun Wawu ngaran Sultan Tamjidillah Kerajaan dalam Negeri Banjar dalam

tanah tinggalan Yang mulia." Sedangkan pada daun pintu sebelah kiri terdapat 5

baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi: "Kiai Damang Astungkara mendirikan wakaf

Lawang Agung Masjid di Nagri Banjar Darussalam pada hari Isnain pada sapuluh hari

bulan Sya’ban tatkala itu (tidak terbaca)".

Kedua inskripsi ini menunjukkan bahwa pada hari Senin tanggal 10 Sya’ban 1159

telah berlangsung pembuatan Lawang Agung (renovasi masjid) oleh Kiai Demang

Astungkara pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I (1734-1759).

d. Masjid Agung Al karomah Martapura

Masjid Agung Al Karomah adalah masjid yang terletak di Martapura, Kabupaten

Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia. Masjid yang pada awalnya diberi nama

"Masjid Jami’ Martapura" ini dibangun pertama kali pada tahun 1863 Masehi atau

tahun 1280 Hijriah. Masjid ini adalah salah satu peninggalan Kerajaan Banjar yang

sekaligus menjadi saksi masa pemerintahan 12 sultan yang pernah memerintah di

Page 13: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

710 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

Kasultanan Banjar. Pada awalnya, masjid ini adalah bangunan berukuran 37,5 x 37,5

meter yang struktur utamanya yang terbuat dari kayu ulin dan beratap sirap.

Terdapat 4 buah tiang sokoguru (tiang

utama) dari kayu ulin setinggi 12 meter.

Pada saat pembangunan awal dinding dan

lantai masjid ini terbuat dari kayu ulin.

Kasultanan Banjar yang beribukota di

Martapura menjadikan Masjid Al Karomah

ini sebagai Pusat Da’wah Islam. Pada waktu

itu, masjid ini berfungsi sebagai tempat

peribadatan, tempat integrasi umat Islam

serta markas atau benteng pertahanan para pejuang dalam menantang penjajahan

Belanda.

Pada tahun 1280 Hijriyah atau 1863 Masehi terjadi pembakaran Kampung

Pasayangan dan Masjid Martapura yang saat itu masih berukuran kecil. Akibat

peristiwa ini muncul keinginan membangun masjid yang lebih besar. Pembangunan

kembali Masjid Martapura inilah yang menjadi cikal bakal pembangunan Masjid Al

Karomah hingga seperti sekarang.

Menurut riwayatnya, Datuk Landak dipercaya untuk mencari kayu ulin ke daerah

Barito Kalimantan Tengah untuk dijadikan tiang sokoguru masjid. Dilihat dari segi

arsitekturnya, bentuk Masjid Agung Al Karomah Martapura mengikuti Masjid Demak

Buatan Sunan Kalijaga. Miniatur Masjid Demak tersebut dibawa utusan Desa Dalam

Pagar. Miniatur tersebut memiliki skala yang sangat rapi dengan Masjid Demak asli

sehingga mudah disesuaikan.

Tiang sokoguru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella atau ruang keramat.

Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab. Secara

kosmologis, ruang cella tersebut lebih penting dari mihrab.

Konon, keempat tiang sokoguru ini ditarik beramai-ramai oleh Datuk Landak

bersama masyarakat dengan menggunakan tali atau seradang. Atas kuasa dan iradat

Allah SWT, keempat tiang sokoguru tersebut dapat berdiri tegak.

Pola ruang pada Masjid Agung Al Karomah juga mengadopsi pola ruang dari

arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama

Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan.

Sampai saat ini, bentuk bangunan masjid agung sudah tiga kali rehab. Dengan

mengikuti bentuk bangunan modern dan Eropa, sekarang Masjid Agung Al Karomah

Martapura terlihat lebih megah.

Meski bergaya modern, empat tiang Ulin yang menjadi sokoguru peninggalan

bangunan pertama Masjid masih tegak di tengah. Tiang ini dikelilingi oleh puluhan

tiang beton yang menyebar di dalam Masjid.

e. Makam Datu Sanggul

Datu Sanggul adalah seorang waliyullah yang makamnya terletak di desa Tatakan (14

km dari Rantau). Nama asli beliau adalah Abdussamad dan berasal dari Palembang.

Page 14: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

711 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

Menurut cerita masyarakat, setelah

mengaji ilmu dengan gurunya yang

bernama Datu Suban, Abdussamad

seringkali berkhalwat menunggu ilmu,

terutama pada malam-malam Lailatul

Qadar. Karena kebiasaan menunggu ilmu

atau manyanggul ilmu (dalam bahasa

Banjar) itulah beliau mendapat gelar Datu

Sanggul dan keistimewaan beliau mampu

salat setiap jumat ke Masjidil Haram

hingga bertemu dan saling mengangkat

saudara dengan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Peninggalannya yang terkenal

adalah kitab Hidayatus Salihin yang menjadi referensi rujukan kitab-kitab Salaf dan

dipelajari oleh ulama di beberapa negara di dunia.

Peziarah yang dating tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri

seperti Malaysia, Brunei, Arab Saudi, Suriah, India, dan lain-lain

f. Kompleks Makam Sultan Suriansyah

Sultan Suriansyah berasal dari keturunan

raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia

merupakan Raja Banjar pertama yang

memeluk Islam, dan sejak beliaulah agama

Islam berkembang resmi dan pesat di

Kalimantan Selatan. Untuk pelaksanaan dan

penyiaran agama Islam beliau membangun

sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid

Sultan Suriansyah yang merupakan masjid

tertua di Kalimantan Selatan. Menurut

sarjana Belanda J.C. Noorlander bahwa

berdasarkan nisan makam, maka umur kuburan dapat dihitung sejak lebih kurang

tahun 1550, berarti Sultan Suriansyah meninggal pada tahun 1550, sehingga itu

dianggap sebagai masa akhir pemerintahannya. Ia bergelar Susuhunan Batu Habang.

Menurut M. Idwar Saleh bahwa masa pemerintahan Sultan Suriansyah berlangsung

sekitar tahun 1526-1550. Sehubungan dengan hal ini juga dapat menetapkan bahwa

hari jadi kota Banjarmasin jatuh pada tanggal 24 September 1526.

3. Wisata Budaya

a. Upacara Adat Aruh Baharin

Upacara adat yang digelar selama tujuh

hari tujuh malam ini terdiri dari tiga

tahapan. Tahapan pertama adalah

tahapan persiapan. Pada tahapan ini,

kaum perempuan berbagi tugas dengan

kaum laki-laki untuk mempersiapkan

segala sesuatu yang berkaitan dengan

kelengkapan upacara. Kaum

perempuan bertugas membersihkan

dan membasuh beras, membuat

ketupat, memasak lemang, dan memasak sayur untuk keperluan upacara. Selama

Page 15: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

712 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

proses ini, kaum perempuan diwajibkan mengenakan tapih bahalai, yakni batik khas

untuk perempuan dari daerah tersebut. Sedangkan kaum laki-laki mempersiapkan

tempat pemujaan dan menghiasnya, mencari kayu bakar, dan memasak nasi.

Selama acara berlangsung, kaum laki-laki diharuskan mengenakan sentana parang

dan mandau yang diselipkan di pinggang.

Tahapan kedua adalah pemanggilan arwah leluhur agar mereka ikut menghadiri dan

merestui upacara. Tahapan yang dipimpin oleh beberapa orang balian (tokoh

spritual masyarakat Dayak) ini dilaksanakan pada malam ketiga hingga malam

keenam. Para balian menari (batandik) mengelilingi tempat pemujaan sembari

diiringi dengan bunyi-bunyian dari gendang dan gong. Untuk memanggil arwah para

leluhur, para balian tersebut akan menggelar beberapa ritual. Pertama, ritual Balai

Tumarang. Ritual pembuka ini ditujukan untuk memanggil sejumlah arwah yang

pernah memiliki kekuasaan hingga ke daerah tersebut, termasuk arwah para raja

dari Pulau Jawa. Kedua, ritual Sampan Dulang atau ritual Kelong. Ritual ini bertujuan

memanggil arwah leluhur orang Dayak, yakni Balian Jaya atau yang juga populer

dengan nama Nini Uri. Ketiga, ritual Hyang Lembang. Yakni memanggil arwah raja-

raja dari Kerajaan Banjar pada masa lampau. Keempat, ritual Dewata. Ritual ini

berisi kisah tentang Datu Mangku Raksa Jaya yang berhasil menembus alam dewa

dengan cara bertapa. Kelima, ritual Hyang Dusun. Yakni mengisahkan beberapa raja

Dayak yang mampu memimpin sembilan benua atau sembilan pulau.

Tahapan ketiga merupakan puncak upacara adat Aruh Baharin. Pada hari terakhir ini

ditampilkan berbagai atraksi kesenian khas masyarakat Dayak. Yang ditunggu-

tunggu para pengunjung adalah proses penyembelihan hewan (hadangan) berupa

beberapa ekor kerbau, kambing, dan ayam yang dipimpin oleh para balian. Uniknya,

warga saling memperebutkan darah hewan-hewan tersebut dan kemudian

mengoleskannya ke tubuh masing-masing. Mereka meyakini, darah hewan tersebut

dapat memberikan keselamatan. Sebagian dari daging hewan tersebut dimasak

untuk dimakan bersama-sama dan sebagiannya lagi dimasukkan ke dalam miniatur

perahu naga, rumah adat, dan tempat sesajian (ancak) yang digunakan untuk sesaji.

Sebelum dilarungkan ke Sungai Balangan, sesaji tersebut terlebih dahulu diludahi

oleh semua anggota kelompok masyarakat adat yang bertindak sebagai

penyelenggara upacara dan kemudian diberkati (mamangan) oleh para balian. Ini

merupakan simbol untuk membuang segala yang buruk dan supaya mereka

terhindar dari berbagai malapetaka.

Upacara Aruh Baharin dihelat di Desa Kapul, Kecamatan Halong, Kabupaten

Balangan

b. Upacara Adat Macceratasi

Macceratasi adalah sebutan untuk

pesta atau upacara adat

menumpahkan darah hewan ke laut

yang biasa dilakukan oleh masyarakat

pesisir Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Masyarakat pesisir Kotabaru

umumnya terdiri dari beberapa suku,

yaitu Bugis, Mandar, Banjar, dan

Bajau atau Bajo. Penduduk Kotabaru

ini biasanya mengadakan Upacara

Page 16: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

713 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

Adat Macceratasi setiap menjelang tahun baru Masehi (sekitar bulan Desember) di

Pantai Gedambaan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah

penghidupan dari laut.

Upacara ini memiliki kemiripan dengan upacara adat yang biasa dilakukan oleh

masyarakat nelayan di Nusantara, seperti Hajat Laut di Pantai Pangandaran, Jawa

Barat, Festival Galesong di Takalar, Sulawesi Selatan, Petik Laut di Malang, Jawa

Timur, serta Festival Samboja di Samboja, Kalimantan Timur. Umumnya, rasa syukur

para nelayan atas berkah rezeki dari laut diwujudkan dengan upacara melarungkan

benda, makanan, atau bagian tubuh hewan (seperti kepala atau darah hewan) ke

tengah laut. Hal ini dilakukan sebagai simbol memberikan “makanan” bagi laut,

dengan harapan laut akan selalu menjamin rezeki para nelayan yang

menggantungkan hidup darinya.

Upacara Adat Macceratasi dilaksanakan selama dua hari. Wisatawan dapat

mengikuti rentetan acara mulai dari upacara Tampung Tawar, penyembelihan

hewan, pelepasan berbagai macam sajian ke laut, hingga hiburan berupa kesenian

dan beladiri tradisional.

Pada hari pertama, sebelum ritual inti yakni menyembelih dan menumpahkan darah

hewan ke laut, masyarakat setempat dipimpin oleh seorang tokoh adat mengadakan

upacara Tampung Tawar, yaitu upacara memanjatkan doa kepada Tuhan. Dalam

prosesi ini, seorang tokoh adat memimpin doa dengan duduk di antara sesaji yang

terdiri dari berbagai bahan pokok mentah seperti beras, kelapa, gula, ayam yang

masih hidup, dan air kembang.

Seorang tokoh adat sedang memimpin doa

Sumber foto: cybertravel.cbn.net.id

Setelah doa selesai, tokoh adat akan memercik-mercikkan air kembang kepada

khalayak yang hadir sebagai simbol memohon berkah dan keselamatan. Upacara

kemudian dilanjutkan dengan menyembelih hewan, antara lain kerbau, kambing,

dan ayam. Darah dari hewan-hewan ini ditampung untuk kemudian ditumpahkan ke

laut, sementara dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang menghadiri upacara.

Usai menumpahkan darah ketiga hewan tersebut, upacara dilanjutkan dengan

hiburan berupa kesenian dan beladiri tradisional, seperti hadrah, pencak silat, dan

meniti di atas seutas tali. Salah satu hiburan yang cukup digemari oleh masyarakat

setempat adalah atraksi meniti di atas tali yang biasa dipertunjukkan oleh anggota

masyarakat dari suku Bajau. Dalam atraksi ini, salah seorang anggota suku Bajau

akan mempertontonkan kebolehannya meniti seutas tali yang diikatkan di antara

Page 17: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

714 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

dua buah kayu atau pohon di tepi pantai. Orang tersebut akan menunjukkan

kemahirannya mengatur keseimbangan sembari memeragakan gerakan silat,

menari, atau tiduran di atas tali.

Seorang anggota suku Bajau sedang unjuk kebolehan meniti di atas tali

Sumber foto: garudamagazine.com

Pada hari kedua, dilakukan ritual melepas miniatur bagang, yaitu perangkat

menangkap ikan berupa jaring yang dipasang di antara bambu-bambu penyangga di

tengah laut. Di dalam miniatur bagang ini diletakkan berbagai makanan yang sudah

matang untuk dilarung ke laut. Pelepasan bagang ini juga merupakan ungkapan

terima kasih akan karunia Tuhan yang telah memberikan kekayaan laut yang

melimpah. Selain mengikuti rangkaian Upacara Adat Macceratasi, wisatawan juga

dapat menikmati panorama Pantai Gedambaan yang merupakan obyek wisata

andalan Kabupaten Kotabaru.

Melepas miniatur bagang ke tengah laut

Sumber foto: cybertravel.cbn.net.id

Upacara Adat Macceratasi dilaksanakan di Pantai Gedambaan, Desa Gedambaan,

Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru.

c. Pesta Adat Mallassuang Manu

Keinginan agar mudah mencari jodoh

dapat melahirkan ekspresi budaya yang

khas. Kekhasan itulah yang dapat

disaksikan dalam Pesta Adat

Malassuang Manu. Ritual utama dalam

upacara ini, yaitu melepas ayam jantan

dan betina, dilaksanakan di atas

sebuah batu besar yang bagian

tengahnya terbelah sepanjang kira-kira

Page 18: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

715 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

10 meter. Dari atas batu itu, sepasang ayam tersebut dilemparkan sebagai tanda

permohonan kepada Tuhan supaya dimudahkan dalam mencari jodoh.

Usai melepas sepasang ayam tersebut, para muda-mudi ini kemudian mengikatkan

pita atau tali rafia (yang di dalamnya telah diisi batu atau sapu tangan yang indah) di

atas dahan atau ranting pepohonan yang terdapat di Pulau Cinta. Hal ini sebagai

perlambang, apabila kelak memperoleh jodoh tidak akan terputus ikatan tali

perjodohannya sampai maut menjemput.

Kelak, pita atau tali rafia tersebut akan diambil kembali bila permohonan untuk

bertemu jodoh telah terkabul. Pasangan yang telah berjodoh ini akan kembali ke

Pulau Cinta untuk mengambil pita atau tali rafia tersebut dengan menggunakan

perahu klotok yang dihias dengan kertas warna-warni. Makanan khas yang selalu

menjadi hidangan dalam ritual kedua ini adalah sanggar (semacam pisang goreng

yang terbuat dari pisang kepok yang dibalut dengan tepung beras dan gandum

dengan campuran gula dan garam), serta minuman berupa teh panas.

Pasangan ini akan diiringi oleh sanak saudara untuk mengadakan selamatan. Usai

memanjatkan doa, mereka kemudian melepaskan pita atau tali rafia yang dulu

diikatkan di dahan atau ranting pohon untuk disimpan sebagai bukti bahwa

keinginannya telah terkabul. Selain itu, ritual kedua ini juga merupakan permohonan

supaya dalam kehidupan selanjutnya selalu dibimbing menjadi keluarga yang

sejahtera.

Pesta adat yang pelaksanaannya didukung oleh pemerintah daerah setempat ini

juga dimeriahkan oleh tari-tarian adat dan berbagai macam perlombaan, seperti

voli, sepakbola, dan lain-lain. Berbagai event lomba tersebut biasanya akan

memperebutkan trophy Bupati Kotabaru atau Gubernur Kalimantan Selatan.

Pesta adat Mallassuang Manu diselenggarakan di Teluk Aru dan Pulau Cinta,

Kecamatan Laut Selatan, Kabupaten Kotabaru

4. Wisata Kuliner

a. Soto Banjar

Kuliner khas yang wajib dicoba bagi

wisatawan yang berkunjung ke Kalimantan

Selatan adalah Soto Banjar. Dari sekian

banyak restoran, rumah makan, maupun

warung yang menyediakan menu Soto

Banjar, Warung Soto Banjar Bang Amat

adalah salah satu warung yang

direkomendasikan. Setiap hari, apalagi

selepas jam istirahat siang, warung ini selalu

penuh sesak. Kesibukan karyawan yang

membawa piring soto dan gelas pesanan akan selalu dilihat.

Warung soto ini buka mulai pukul 07.00 Wita. Keramaian akan segera terlihat mulai

pukul 08.00 Wita. Supaya tidak terjadi antrian yang panjang, biasanya piring yang

sudah berisi bahan-bahan untuk soto disusun berjejer pada sebuah meja khusus.

Sehingga pada saat pengunjung datang, karyawan warung tinggal mengambil piring

dan memberinya kuah soto.

Page 19: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

716 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

Pemilik warung ini adalah H. Ahmad Lawwani. Supaya mudah diingat, H. Ahmad

lantas menyingkat namanya menjadi Amat untuk dijadikan nama warung sotonya.

lokasinya warungnya pun sangat eksotis, berada di tepi Sungai Pengambangan (anak

Sungai Martapura).

Sepiring Soto Banjar Bang Amat dapat dinikmati dengan nasi atau lontong. Agar

tidak salah pesan, jika pengunjung ingin makan soto dengan nasi, maka pesanlah

dengan menyebut nasi sop. Sedangkan, jika pengunjung memesan dengan

menyebut soto, itu berarti soto akan dihidangkan dengan lontong.

Dalam penyajiannya, Soto Banjar Bang Amat ini akan dilengkapi dengan irisan

separuh telur bebek rebus. Pengunjung juga bisa menambahkan sepotong paha

ayam jika berminat.

Menu tambahan yang sayang jika tidak dipesan adalah sate ayam. meskipun

Meskipun menu ini dapat dipesan terpisah tanpa soto, hampir semua pemesan soto

di warung ini menyandingkannya sebagai teman menikmati soto.

5. Wisata Belanja

a. Pasar Terapung muara Kuin

Pasar Terapung Muara Kuin

adalah pasar tradisional yang

berada di muara Sungai Kuin,

Banjarmasin, Kalimantan

Selatan. Di pasar ini, para

pedagang dan pembeli

melakukan aktivitas jual beli di

atas perahu tradisonal. Perahu

tersebut biasa disebut dengan

nama jukung. Adapula jenis

kapal bermotor yang ikut

meramaikan aktivitas pasar ini, yakni klotok.

Pasar Terapung Muara Kuin merupakan salah satu bentuk pola interaksi jualbeli

masyarakat yang hidup di atas air. Pasar ini dimulai setelah shalat Subuh dan akan

berakhir ketika matahari telah beranjak naik atau sekitar jam 09.00 Wita. Apabila

lewat dari jam tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa pasar bakal sepi. Hal ini

dikarenakan para pedagang telah berpencar menyusuri sungai-sungai kecil, untuk

menjual barang dagangnya kepada penduduk yang rumahnya berada di bantaran

sungai.

Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu dan merupakan sebuah bukti

aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air. Seperti halnya pasar-pasar yang ada

di daratan, di pasar terapung ini juga dilakukan transaksi jual beli barang seperti

sayur-mayur, buah-buahan, segala jenis ikan, dan berbagai kebutuhan rumah tangga

lainnya. Pembelian dari tangan pertama disebut dukuh, sedangkan tangan kedua

yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan.

Page 20: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

717 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

Namun sayang, kondisi aktraktif aktivitas jual-beli di atas perahu tersebut semakin

lama semakin pudar pamornya, baik karena jumlah jumlah pedagang yang semakin

sedikit, sikap penjual yang tidak lagi cukup bersahabat, ataupun kurangnya

dukungan dari pemerintah Kota Banjarmasin. Kebijakan pemerintah membangun

pasar di darat dekat dengan Pasar Terapung Kuin dan pembangunan ratusan

jembatan rendah yang menghalangi akses lalu lintas sungai, baik langsung atau

tidak, merupakan salah satu penyebab semakin memudarnya aktivitas jual-beli di

floating market ini.

Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para

pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk, sesuatu yang

unik dan langka.

Mengunjungi Pasar Terapung Muara Kuin akan memberikan kenangan tak

terlupakan tentang bagaimana masyarakat yang hidup di atas air memenuhi

kebutuhan hidupnya. Selain itu, pengunjung juga akan mengetahui pola transaksi

jualbeli yang telah berumur lebih dari 400 tahun. Oleh karenanya, pasar ini menjadi

saksi bisu perjalanan aktivitas ekonomi masyarakat Kalimantan Selatan. Sehubungan

denngan hal tersebut, maka muncul pameo belum ke Banjarmasin jika belum

mengunjungi Floating Market Muara Kuin.

Salah satu keunikan dari Pasar Terapung adalah desak-desakan antara perahu besar

dan perahu kecil yang mencari pembeli, serta penjual yang bersliweran kesana

kemari dan kapalnya yang dimainkan gelombang Sungai Barito. Pasar terapung tidak

memiliki organisasi seperti pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah

pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.

Suasana berdesak-desakan antara perahu besar di pasar terapung ini cukup unik

dan khas. Para pengemudi jukung dengan mahirnya mengayuh dan mengejar

pembeli atau penjual yang berseliweran kian kemari dan perahu mereka kerap oleng

dimainkan gelombang Sungai Barito. Bagi wisatawan yang datang dari kota-kota

besar, akan merasakan sensasi tersendiri ketika mengamati pedagang wanita dengan

topi lebarnya berperahu menjual hasil kebun atau makanan olahannya sendiri.

Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga

tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung, pembagian pedagang

berdasarkan barang dagangan, dan tempat berjualan yang selalu berpindah-pindah.

Bagi pengunjung yang hanya ingin bersantai, bisa menikmati secangkir teh atau

kopi, plus makanan/kue khas Banjar, sembari menikmati goyangan ombak yang

menerpa klotok yang ditumpangi. Pengunjung juga dapat menyaksikan rumah-

rumah terapung (Rumah Lanting) yang berada di sepanjang pinggiran sungai.

Pasar Terapung Muara Kuin terletak di aliran Sungai Barito, tepatnya di muara

Sungai Kuin, Kecamatan Banjarmasin Utara

Page 21: 698 Kepariwisataan Kalimantan Selatanujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/23-KALSEL.pdfBahasa Bakumpai (bkr) o Barito Timur Barito Timur bagian Utara: Bahasa Lawangan-Pasir(lbx) Barito

718 Kepariwisataan Kalimantan Selatan

b. Pasar Batu Permata dan Cenderamata Cahaya Bumi Selamat Martapura

Pasar Intan dan Cenderamata Cahaya Bumi Selamat boleh jadi adalah pasar intan

yang paling unik di dunia. Meskipun bernama Pasar Intan, namun situasi dan

kondisinya tidaklah semewah nama yang disandangnya. Suasana yang tercipta di

pasar ini sangat egaliter. Di sini tidak ada toko-toko dengan etalase super mewah

seperti lazimnya pasar intan lainnya. Merupakan hal yang wajar dan lumrah jika

wisatawan akan menjumpai beberapa toko di pasar tersebut lebih sering tutup

daripada buka. Hal ini dikarenakan pemilik toko tersebut lebih gemar menjual

intannya secara asongan.

Hanya sekitar 7 km dari pusat kota Martapura, tepatnya di Kecamatan Cempaka,

wisatawan dapat mengunjungi tempat pendulangan intan. Batu paling terkenal yang

pernah ditemukan di lokasi ini adalah intan trisakti yang ditemukan sekitar belasan

tahun yang lalu. Dengan ditemukannya intan ini, sang pendulang menjadi kaya

mendadak. Bahkan nama Trisakti diabadikan menjadi sebuah nama pelabuhan di

Banjarmasin.