Hukum kepariwisataan

59
HUKUM KEPARIWISATAAN IKOMATUSSUNIAH, SH., MH FH UNTIRTA 2012

description

 

Transcript of Hukum kepariwisataan

Page 1: Hukum kepariwisataan

HUKUM KEPARIWISATAAN

IKOMATUSSUNIAH, SH., MHFH UNTIRTA2012

Page 2: Hukum kepariwisataan

PENGERTIAN KEPARIWISATAAN (UU NO 10/2009)

wisata: perjalanan orang ke suatu tujuan yang dilakukan seorang atau berkelompok

pariwisata: berbagai macam kegiatan pariwisata didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat pengusaha, pemerintah dan pemda

Page 3: Hukum kepariwisataan

industri pariwisata, antara lainnya sebagai kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalanannya. (Yoeti, 1985, p.9).

Page 4: Hukum kepariwisataan

industri pariwisata adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian. (Kusudianto, 1996, p.11)

Page 5: Hukum kepariwisataan

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (Yoeti, 1997, p.194).

merupakan suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata

Page 6: Hukum kepariwisataan

Sedangkan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an integrated system and can be viewed in terms of demand and supply. The demand is made up of domestic and international tourist market. The supply is comprised of transportations, tourist attractions and activities, tourist facilities, services and related infrastructure, and information and promotion. Visitors are defined as tourist and the remainder as same-day visitors”.

Page 7: Hukum kepariwisataan

Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi dan promosi.

Page 8: Hukum kepariwisataan

Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

Page 9: Hukum kepariwisataan

Dalam kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah. (Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia, hal. 3)

Page 10: Hukum kepariwisataan

kepariwisataan: keseluruhan kegiatan yg terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan, pemerintah, pengusaha dan pemda

Page 11: Hukum kepariwisataan

LINGKUP PEMBANGUNAN KEPARIWISATAANA. industri pariwisata: daya saing produk,

kedibilitas bisnis, dstB. destinasi pariwisata: pemberdayaan

masyarakat, pemberdayaan daya tarik wisata, pemberdayaan prasarana, penyediaan fasilitas umum, dst

C. pemasaran: promosi secara terpadu & berkesinambungan dengan melibatkan seluruh stakeholder

D. kelembagaan pariwisata: organisasi pemerintah, pemda, swasta, masyarakat regulasi, sumber daya, dst

Page 12: Hukum kepariwisataan

KONSEP

a. waktu luang: waktu yg tersisa setelah kebutuhan dasar terpenuhi

b. rekreasi: kegiatan saat waktu luang, jenisnya: rumahan, harian, pelancongan (sehari penuh) dan wisata (lebih dari 24jam)

Page 13: Hukum kepariwisataan

SISTEM KEPARIWISATAAN

A. wisatawan: pihak yg melakukan kegiatan pariwisata

B. dunia usaha: penyedia fasilitas penunjangpemerintah: menciptakan kesejahteraan melalui kepariwisataan. pemberi surat2 izin

C. masyarakat: penduduk setempat yg tinggal di suatu daerah tujuan wisata. secara langsung menerima dampak kegiatan kepariwisataan

Page 14: Hukum kepariwisataan

PRASARANA KEPARIWISATAAN

prasarana perhubungan isntalasi listrik dan air bersih instalasi bahan bakar perairan dan irigasi perbankan dan moneter pelayanan pos dan telekomunikasi pelayanan kesehatan, keamanan dan

pendidikan

Page 15: Hukum kepariwisataan

sarana kepariwisataan/main tourism superstructures. sangat bergantung kepada aurs kedatangan orang yg melakukan perjalanan wisata

A. obyek daya tarik wisataB. travel agent & tour operatorC. angkutan wisataD. AkomodasiE. bar, rumah makan & restoran

Page 16: Hukum kepariwisataan

wisatawan: mereka yg mengadakan perjalanan untuk senang2, mengunjungi keluarga, pertemuan karena tugas tertentu (tugas negara, diplomasi, agama, olahraga), untuk usaha, mengikuti perjalanan kapal laut (meski kurang dari 24 jam)

bukan wisatawan: berkunjung untuk mencari kerja, mencari tempat tinggal, penduduk perbatasan, numpang lewat

Page 17: Hukum kepariwisataan

KLASIFIKASI WISATAWAN

A. resident: tinggal lebih dari 12 bulan atau jika kurang, ingin kembali lagi kurang dari 12 bulantourist/overnight visitor: pengunjung masih dalam suatu negara dan menginap paling tidak semalam

B. visitor/wisnus:/ tinggal di suatu negara, melakukan perjalanan masih dalam negaranya dengan tujuan tidak mencari nafkah dan tidak lebih dari 12 bulan selama di tempat tersebut

C. same-day visitor: tidak meninap

Page 18: Hukum kepariwisataan

JENIS WISATAWAN

A. foreign tourist: orang dari negara lain

B. domestic foreign tourist: bertempat tinggal di negara lain karena tugas, lalu berwisata

C. domescit tourist: tidak keluar batas negara

D. indegenus foreign tourist: WN tertentu yg karena tugas pulang ke negara asal dan berwisata di ‘kampung’nya

Page 19: Hukum kepariwisataan

PRODUK WISATA

Burkat & Medlik: produk wisata dapat merupakan suatu susunan produk yg terpadu yg terdiri dari obyek & daya tarik wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan (tiap unsur produk pariwisata dipersiapkan oleh masing2 perusahaan dan ditawarkan secara terpisah)Medlik & Middleton: produk wisata terdiri dari suatu paket yg satu sama lainnya tidak terpisah serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke tempat tujuannya dan kembali lagi ke tempat asalnya3 unsur produk wisata:

A. attraction/atraksi, B. amenities/fasilitas danC. accessibilities/kemudahan

Page 20: Hukum kepariwisataan

CIRI2 PRODUK WISATA

tidak dapat dipindahkan tidak perlu perantara untuk mencapai

kepuasan tidak dapat ditimbun/disimpan sangat dipengaruhi faktor non ekonomis tidak dapat dicicip sangat tergantung pada faktor manusia memiliki resiko tinggi di investasi tidak punya standar objektif dalam menilai

mutu produk

Page 21: Hukum kepariwisataan

UNSUR PRODUK WISATA YG MEMBENTUK PAKET PARIWISATA obyek & daya tarik wisata travel agent & tour operator perusahaan angkutan pelayanan akomodasi, restoran,

rekreasi & hiburan travel agent & tour operator lokal jasa transportasi lokal jasa souvenir jasa perusahaan pendukung

Page 22: Hukum kepariwisataan

produk wisata: bentukan yg nyata dan tidak nyata, dikemas dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yg hanya dapat dinikmati apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yg baik bagi orang yg melakukan perjalanan tersebut

Page 23: Hukum kepariwisataan

TIPOLOGI

A. alam: pantai, gua, sungai, danau, hutan dll

B. buatan manusia: umum (situs arkeologi, peninggalan sejarah).

C. pariwisata (resort wisata, taman), tidak dapat disimpan

D. kegiatan khusus: pekan olahraga, festival budaya, pekan raya, dagang

Page 24: Hukum kepariwisataan

Objek Wisata

a. Wisata alamb. Wisata belanjac. Wisata budayad. Wisata keagamaan

Page 25: Hukum kepariwisataan

Regulasi Visa

Pada 1 Februari 2004, Indonesia meluncurkan kebijakan yang memperketat regulasi visa. Walaupun visa turis gratis dan berlaku selama 60 hari, wisatawan dari berbagai negara kini diwajibkan untuk membeli satu dari dua Visa On Arrival (VOA): US$15 yang berlaku untuk 10 hari atau US$25 untuk 30 hari

Page 26: Hukum kepariwisataan

Nama Kementrian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011-

sekarang) Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata

(Kemenbudpar) (2009-2011) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

(Depbudpar) (2005-2009) Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata

(Kemenegbudpar) (2001-2005) Kementerian Negara Pariwisata dan Kesenian

(Kemengparsen) (1999-2001) Kementerian Negara Pariwisata, Seni, dan Budaya

(Kemenegparsenbud) (1998-1999) Departemen Pariwisata, Seni, dan Budaya

(Depparsenbud) (1998) Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi

(Depparpostel) (1983-1998)

Page 27: Hukum kepariwisataan

Negara - negara yang termasuk dalam kebijakan ketat ini antara lain:Argentina,Australia, Brazil, Kanada, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Hungaria, Italia, Jepang, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Afrika Selatan, Swiss, Taiwan, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan Britania Raya.[60] Pada 14 Juli 2004, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia menambah daftar negara untuk VOA diantaranya Iran, Arab Saudi, Kuwait, Belgia, Spanyol, Portugal, Rusia,Mesir, Austria, Irlandia, Qatar dan Luxemburg

Page 28: Hukum kepariwisataan

Pembangunan kepariwisataan di Indonesia dapat ditingkatkan hasilnya dengan pemberdayaan hukum melalui perubahan hukum positif (lus Constitutum) secara konseptual. Ketertinggalan (Lag) dan kesenjangan serta hukum tidak efektif (Soft Development) dalam penyelenggaraan kepariwisataan secara empirik menjadi dasar perubahan hukum.

Page 29: Hukum kepariwisataan

Konsep politik hukum nasional menjadi dasar panduan untuk melakkan perubahan hukum yang dimaksud, menghasilkan konsep hukum kepariwisataan modern yang mampu mengantisipasi paradigma otonomi daerah dan globalisasi tersebut ialah hukum yang mengatur upaya-upaya yang dilakukan untuk melayani/ memenuhi kebutuhan wisatawan sejak datang dari daerah asal wisatawan (DAW) hingga destinasi (DTW) dan kembali ke daerah asal, dengan tujuan agar wisatawan dapat menikmati tujuan dari kunjungannya itu.

Page 30: Hukum kepariwisataan

HUKUM BISNIS PARIWISATA

BISNIS PARIWISATAKEGIATAN KEPARIWISATAAN MERUPAKAN SISTEM PERDAGANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS, BEROBYEK JASA DAN MENDAPAT DUKUNGAN DARI SISTEM LAINNYA.

Page 31: Hukum kepariwisataan

BISNIS PARIWISATA ADALAH ASPEK KEGIATAN KEPARIWISATAAN YANG BERORIENTASI PADA PENYEDIAAN JASA PARIWISATA. BISNIS PARIWISATA MELIPUTI SELURUH KEGIATAN PENYEDIAAN JASA (SERVICES) YANG DIBUTUHKAN WISATAWAN. KEGIATAN INI MELIPUTI JASA PERJALANAN (TRAVEL) DAN TRANPORTASI (TRANPORTATION), PENGINAPAN (ACCOMODATION), JASA BOGA (RESTAURANT), REKREASI (RECREATION). MONEY CHANNGER DAN JASA HIBURAN.

Page 32: Hukum kepariwisataan

SIFAT KHAS PERDAGANGAN JASA PARIWISATA TERLETAK PADA SIFAT DAN BENTUK OBYEKNYA, YAITU JASA. KARAKTERISTIK LAINNYA TERLETAK PADA POSISI JASA PARIWISATA SEBAGAI OBYEK HUKUM. BISNIS PARIWISATA MERUPAKAN SISTEM TERSENDIRI YANG MEMBUTUHKAN SISTEM HUKUM SUI GENERIS YAITU SISTEM KHUSUS SESUAI DENGAN KARAKTER OBJEKNYA.

Page 33: Hukum kepariwisataan

TRADISI HUKUM DALAM KEGIATAN

BISNIS PARIWISATA

COMMON LAW SYSTEM; MAIL BOX

THEORY

CIVIL LAW SYSTEM; ARRIVAL THEORY

Page 34: Hukum kepariwisataan

HUKUM BISNIS PARIWISATA

ADALAH PERANGKAT KAIDAH, AZAS-AZAS,

KETENTUAN, INSTITUSI DAN

MEKANISMENYA, NASIONAL MAUPUN

INTERNASIONAL, YANG DIGUNAKAN

SEBAGAI DASAR UNTUK MENGATUR

PERDAGANGAN JASA PARIWISATA

Page 35: Hukum kepariwisataan

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BISNIS PARIWISATA: UU KEPARIWISATAAN; UU NO. 10/ 2009 UU PENGESAHAN AGREEMENT

ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION, UU NO.7/1994 DIMANA TERCAKUP DIDALAMNYA GATS

PERATURAN PERUNDANGAN YANG TERLETAK PADA BIDANG HUKUM LAINNYA

Page 36: Hukum kepariwisataan

PERMODALAN

MODAL WNI

MODAL ASING ATAU MODAL DALAM

NEGERI

MODAL ASING DAN MODAL DALAM

NEGERI (JOIN VENTURE)

Page 37: Hukum kepariwisataan

PRINSIP-PRINSIP GATS MOST FAVOURED NATION TREATMENT TRANSPARANSI PERLAKUAN KHUSUS UNTUK NEGARA BERKEMBANG KERJASAMA DENGAN NEGARA BUKAN ANGGOTA KETENTUAN DOMESTIK STANDAR MONOPOLI HAMBATAN PENGECUALIAN UMUM AKSES PASAR KOMITMEN INDONESIA UNTUK GATS DIBIDANG

PARIWISATA

Page 38: Hukum kepariwisataan

PENYELEDAIAN SENGKETA BISNIS MANAJEMEN SENGKETA BISNIS

A. PENCEGAHAN (PREVENTION) MELALUI DESAIN BISNIS DAN BERKONTRAK DENGAN CERMATB. SETTELMENT (PENYELESAIAN) MELALUI PENEMPATAN LITIGASI (PENGADILAN) DAN LEMBAGA-LEMBAGA NON LITIGASI ATAU LEMBAGA-LEMBAGA ALTERNATIF SEPERTI KONSULTASI , MEDIASI, KONSILIASI DAN ATRIBASE, TETAPI TETAP SALURAN ALTERNATIF BARU KEMUDIAN LITIGASI.

Page 39: Hukum kepariwisataan

BADAN PENYELESAIAN SENGKETA (DIPUTE SETTELMENT BODY) MENYELESAIKAN SENGKETA MELALUI MEKANISME:1. CONSULTATION2. GOOD OFFICES, CONSOLIDATION AND MEDIATION3. PANELS4. APELLATE5. COMPENSATION

Page 40: Hukum kepariwisataan

ASPEK HUKUM INVESTASI KEGIATAN BISNIS PARIWISATA

UU PENANAMAN MODAL UU NO 25 TAHUN 2007

Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. (PASAL 1 A.1)

Page 41: Hukum kepariwisataan

Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Page 42: Hukum kepariwisataan

INVESTASI ATAU INVESTMEN (PENANAMAN MODAL ) MERUPAKAN KONSEP EKONOMI PADA UMUMNYA BERINTIKAN TINDAKAN YAN GMENGAOLKASIKAN SUMBER-SUMBER YANG DIDASARKAN PADA ANALISIS BAHWA ALOKASI TERSEBUT AKAN MENDATANGKAN HASIL YANG MEMUASKAN. HASIL ANALISIS DITUANGKAN DALAM SUATU RENCANA DAN PROYEKSI-PROYEKSI SESUAI TINGKATANNYA.

Page 43: Hukum kepariwisataan

JENIS INVESTASI BERDASARKAN

ASPEK PELAKUNYA:

AUTONOMOUS INVESTMENT

INDUCED INVESTMENT

Page 44: Hukum kepariwisataan

POKOK-POKOK HUKUM INVESTASI

KEPARIWISATAAN:

ASAS PADA PASAL 2 UU NO 10/2009

FUNGSI PASAL 3

TUJUAN PASAL 4

USAHA PARIWISATA PASAL 14

Page 45: Hukum kepariwisataan

HAK, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB PENANAMAN MODAL

Pasal 14 Setiap penanaman modal berhak mendapat :

a. kepastian hak, hukum, dan perlindungan;b. informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya; c. hak pelayanan; dan d. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -undangan

Page 46: Hukum kepariwisataan

Pasal 15Setiap penanam modal berkewajiban :

a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

b. melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan; c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal. d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dane. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.

Page 47: Hukum kepariwisataan

Pasal 16 Setiap penanam modal bertanggung jawab : a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;d. menjaga kelestarian lingkungan hidup;e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; danf. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.

Page 48: Hukum kepariwisataan

FASILITAS PENANAMAN MODAL Pasal 18 (1) Pemerintah memberikan fasilitas kepada

penanam modal yang melakukan penanaman modal. (2) Fasilitas penanaman modal sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada penanaman modal yang : a. melakukan peluasan usaha; atau b. melakukan penanaman modal baru.

Page 49: Hukum kepariwisataan

(3) Penanaman modal yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah yang

sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut ini :

a. menyerap banyak tenaga kerja; b. termasuk skala prioritas tinggi; c. termasuk pembangunan infrastruktur; d. melakukan alih teknologi; e. melakukan industri pionir; f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal,

daeraH perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu;

g. menjaga kelestarian lingkungan hidup; h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan,

dan inovasi; i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah,atau

koperasi; atau j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam Negeri.

Page 50: Hukum kepariwisataan

(4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman

modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dapat berupa : a. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu; b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri;

Page 51: Hukum kepariwisataan

(4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman

modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dapat berupa : a. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu; b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri;

Page 52: Hukum kepariwisataan

(5) Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang merupakan industri pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional.

(6) Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung yanG melakukan penggantian mesin atau barang modal lainnya, dapat diberikan fasilitas berupa keringanan atau pembebasan bea masuk.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sampai

dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Page 53: Hukum kepariwisataan

Pasal 19 Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 ayat (4) dan ayat (5) diberikan berdasarkan kebijakan industri nasional yang ditetapkan ole h Pemerintah.

Pasal 20 Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 tidak berlaku bagi penanaman modal asing yang tidak berbentuk perseroan terbatas.

Page 54: Hukum kepariwisataan

Pasal 21 Selain fasilitas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18, Pemerintah memberikan kemudahan

pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh :a. hak atas tanah;b. fasilitas pelayanan keimigrasian; danc. fasilitas perizinan impor.

Page 55: Hukum kepariwisataan

ASPEK HUKUM PERTANAHAN DALAM BISNIS PARIWISATA Pasal 22 UU No.25/2007 (1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak

atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal, berupa:a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun

Page 56: Hukum kepariwisataan

b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; danc. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua puluh lima) tahun

Page 57: Hukum kepariwisataan

(2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus untuk kegiatan penanaman modal, dengan persyaratan antara lain: a. Penanaman modal yang dilakukan dalam

jangka panjang dan terkait dengan perubahan

struktur perekonomian Indonesia yang lebih berdaya saing;

Page 58: Hukum kepariwisataan

b. Penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang memerlukan pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan ; c. Penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas; d. Penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah negara; dane. Penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum.

Page 59: Hukum kepariwisataan

(3) Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi bahwa tanahnya masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak.

(4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan sekaligus di muka dan yang dapat diperbarui sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum, menggunakan atau memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.