6680203200509124
-
Upload
raznan-raedy -
Category
Documents
-
view
561 -
download
2
Transcript of 6680203200509124
BAB IV
PEMBAHASAN TENTANG PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PADA PT.COCA-COLA BOTTLING SEMARANG
A. Deskripsi PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA
1. Sejarah Singkat PT. Coca-Cola Bottling Indonesia
Coca-cola yang di ciptakan oleh John Styth Pemberton pada 8 Mei 1886 di
Atlanta , Georgia, Amerika Serikat dan di Indonesia mulai diperdagangkan pada
tahun 1932 oleh De Netherlands Indische Mineraal Water fabriek Jakarta dibawah
manajemen Bernie Vonings dari Belanda. Setelah merdeka berganti nama menjadi
Indonesia Beverages Limited. Pada Oktober 1993, Coca-Cola Amatil Limited
(CCA) sebuah perusahaan publik dari Australia yang merupakan pabrik
pembotolan untuk pabrikasi, distribusi, dan pemasaran produk Coca-Cola
Company terbesar di dunia telah mengambil alih kepemilikan DBBC dan berubah
menjadi Coca-Cola Amatil Indonesia. Yang sehingga saat ini, CCAI didukung
oleh 11 pabrik pembotolan dan sekitar 9000 karyawan, melayani lebih dari
400.000 pelanggan di seluruh nusantara.
Perusahaan Coca-Cola di Jawa Tengah dirintis oleh dua orang pengusaha
yaitu Bapak Partogius Hutabarat dan Bapak H.Mugijanto. Nama yang dipilih
adalah PT. Pan Java Bottling Company, Yang resmi didirikan pada tanggal 1
November 1974, dan perusahaan baru mulai berproduksi pada tanggal 5
Desember 1976. dengan perkembangan yang begitu cepat pada bulan april 1992
PT. Pan Java Bottling joint venture dengan Coca-Cola Amatil Limited, Australia
sehingga sejak saat itu PT. Pan Java Bottling Co. berubah namanya menjadi PT.
COCA-COLA PAN JAVA. Pada tahun 2000 berubah menjadi PT. Coca-Cola
Bottling Semarang jumlah karyawan sekarang telah mencapai kurang lebih 1200
orang, Struktur organisasi pada CCBI Semarang adalah sebagai berikut :
(lampiran 1).
Perusahaan CCBI yang kini telah memiliki sertifikat ISO 14001 tersebut,
awalnya dengan perolehan penghargaan yang dapat dilihat sebagai berikut :
45
a. Lokal
1) Penghijauan dan pertamanan Pabrik se Prop. Jateng
2) Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) Kab. Semarang dan Prop.
Jateng
3) Partisipasi pengentasan Desa Tertinggal Jateng
4) Solo Customer Satifaction Index (SCSI) untuk The Hi-C, Tahun
2001 dan SCSI untuk COCA-COLA tahun 2002
b. Nasional
1) Sertefikat ISO 14001, tahun 2001
2) Piagam Menteri Negara Lingkungan Hidup
3) Piala Presiden untuk kecelakaan Nihil, tahun 1997
4) Mutu Pabrik Coca-Cola di Indonesia tahun 1977,1978, 1986, 1987,
1988, 1989, 1990, 1992, 1994, 1996
c. Internasional
1) Penghargaan Mutu Diantara Perusahaan Coca-Cola se Asia Timur
Jauh, Tahun 1978
2) Penghargaan Mutu Diantara Perusahaan Coca-Cola se Asia Pasific,
tahun 2000
2. Lokasi PT. COCA-COLA BOTLING INDONESIA
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Semarang yang beralamat di Jalan Raya
Soekarno-Hatta Km 30 Ungaran Seamarang Jawa Tengah. Dan berada dibawah
kaki gunung Ungaran, yang memiliki lokasi tempat yang strategis dan memiliki
sumber daya menusia yang handal dan berkualitas bagi pengembangan poroduksi
yang unggul dipasaran dan banyak diminati oleh masyarakat, PT.Coca-Cola
Bottling Semarang terletak juga di persimpangan yang menghubungkan jalan
Solo, Yogyakarta, dan Semarang. Untuk lebih jelas lagi dapat diketahui pada map
(peta) lokasi PT. Coca-Cola Bottling Semarang berikut: (Lampiran 2).
46
B. Deskripsi Permasalahan
1. Tinjauan Mengenai Pendidikan dan Latihan PT.COCA-COLA
BOTTLING INDONESIA SEMARANG
Seperti dikatakan pada bab terdahulu bahwa pengembangan sumber daya
manusia yang berkualitas dan memiliki tingkat performance dan kompetens,
secara kuantitas dan kualitas akan menunjang peningkatan produktifitas kerja
karyawan terhadap, mencapainya target perusahaan, Salah satu cara
meningkatkan manajemen sumber daya manusia adalah melalui pendidikan dan
latihan yang sangat efisien, sesuai dengan tujuan organisasi. Pada PT.Coca-Cola
Bottling Indonesia Semarang proses pembelajaran (Learning Development)
ditangani oleh Departemen Learning & Development atau education
departement yang dibawahi oleh Human Resources Departement (HRD) tugas
utamanya meliputi; memantau, menganalisa, serta mengevaluasi seberapa besar
tingkat kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge), sikap kerja (attitude),
yang menunjang kompetensi dan kinerja karyawan baik yang memiliki jabatan
manager, middle manager, dan supervisor atau operator. Training Need
Analyses (TNA) sebagai persiapan training berlaku bagi semua karyawan di
setiap masing- masing departemen yaitu; Finances, Human Resources, Technical
Operation, Sales Center, Supply, dan Public Relations yang berada pada PT.
Coca-Cola Bottling Indonesia Semarang.
Proses pengembangan sumber daya manusia terdapat pada hasil dari suatu
penilaian program pelatihan (Training) Bermanfaat untuk mengukur sejauhmana
manajer lini dan atau trainer Learning & Development mengetahui informasi
dalam merancang job description (rincian pekerjaan) dan ketidaksesuaian hasil
proses produktivitas kerja yang menyebabkan kemunduran kompetensi dan
produktivitas kerja yang kurang memenuhi kebutuhan, oleh sebab itu diperlukan
pelatihan (Training) hal ini membutuhkan biaya atau pengeluaran yang tidak
sedikit, seperti halnya yang menjadi objek peneliti pada PT. Coca-Cola Bottling
Indonesia Semarang adalah pendidikan dan pelatihan mengenai produktivitas
kerja salesman yaitu : “ Basics Sales Force Training (Refreshment)“, Program
47
Training pengembangan (development) pekerja/staff sales center. Pada tahap
awal kerja dalam pegembangan sumber daya manusia diharuskan mengikuti
Orientasi atau Sosialisasi dan Training Teknis yang mempunyai visi dan tujuan
pada proses pembelajaran pekerja baru, kepada tingkat fungsional pengembangan
(Development) individu, dapat dilustrasikan sebagai berikut :
1. Orientasi
Orientasi berarti penyediaan informasi dasar berkenaan dengan perusahaan
bagi pegawai, yaitu informasi yang mereka perlukan untuk melaksanakan pekerjaan
dengan memuaskan. Pada dasarnya orientasi merupakan salah satu komponen proses
sosialisasi pegawai, yaitu proses penanaman sikap, standar, nilai, dan pola prilaku
yang berlaku dalam perusahaan. Aktivitas orientasi biasanya dilaksanakan oleh
supervisor/penyelia dan Departemen Personalia (HRD).
b. Training Teknis
Training Teknis terdiri empat langkah yang diikhtisarkan sebagai berikut :
Analisis
Apakah masalahnya terletak Pada ketidakmampuan atau Ketidakmauan ?
PENYUSUNAN TUJUAN TRAININGTujuan hendaknya dapatDiamati dan dapat diukur
TRAINING
Teknik-teknik yang tercakup Dalam training dalam pekerjaan,Belajar terprogram.
EVALUASIMengukur reaksi prosesBelajar, perilaku, atau hasil
1) Analisis adalah untuk menentukan apakah terdapat kemunduran prestasi yang dapat diperbaiki dalam training
2) Tujuan Training yaitu menspesifikasikan prestasi yang dapat diamati dan diukur
48
3) Training yaitu teknik yang akan dilaksanakan 4) Evaluasi yaitu pembandingan antara prestasi sebelum dan prestasi sesudah
training ( Garry Dessler, hal 249, 1992 ).
Pada PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Semarang proses pembelajaran
pekerja lebih diutamakan pada Training Teknik (Operasional)/Fungsional
Development yang mampu membantu pekerja baru atau lama pada pengembangan
karier (kinerja kerja), sehingga tingkat profesionalisme pekerja dapat terarah dari
tahap “Unconscious Incompetent” (sadar, tidak mampu), pada tahap “ Conscious
Competent” (sadar, mampu) yang dapat menciptakan sumber daya manusia
(SDM) berkembang dan potensial bagi kemajuan perusahaan.
2. Langkah-langkah Program Pendidikan dan Latihan Salesman
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java
Pelaksanaan pendidikan dan latihan (Training ) Basic Sales Force Training
adalah program pelaksanaan pelatihan dan pengembangan pegawai salesman
terhadap peningkatan strategik pemasaran produk dan proses membangun
hubungan intensif dengan konsumen. Basic Sales Force Training memiiliki empat
aspek penting sebagai berikut :
a. Basic Salesmanship
b. A First Look At Selling Coca-Cola
c. A Day in The Life of a Coca-Cola Route Salesman
d. Route Sales Excellence terbagi atas :
1) Tercapainya Trade Math Fundamentals
2) Terlaksananya Route Sales Excellence
3) Terpenuhinya Selling Brands and Packages
4) Tercapainya Selling Display and Display Equipment
5) Terlaksananya Selling The Benefits of the Coca-Cola System
6) Tercapainya Making The Order
7) Tercapainya Post-Mix-Technical Skills
49
Setelah mengetahui aspek-aspak dalam “Basic Sales Force “ diatas, untuk
menentukan dilaksanakan training dengan baik peneliti menyusun perencanaan
sesuai dengan empat langkah teknik training yang disebutkan sebagai berikut :
a) Analisa Prestasi
Basic Sales Force Training program training pengulangan kembali
(Refreshment) peningkatan kompetensi salesman dalam mengelola manajemen
pemasaran dan pendistribusian produk yang efektif dan efisien kepada konsumen
(pembeli). Langkah awal sebelum dilaksanakan pelatihan Basic Sales Force
Training pada tahap analisis, program training ini dikhususkan pada Analisa
Prestasi yaitu menentukan kebutuhan training salesman. Analisa Prestasi
merupakan upaya verifikasi apabila terjadinya penurunan prestasi dan motivasi
yang cukup berarti, diadakannya program ini untuk mengulang kembali
(Refreshment) mengenai hasil prestasi dalam pekerjaan yang sudah dilaksanakan
oleh salesman baru maupun lama yang pelaksanaannya diadakan oleh Sales
Center Manager, dibawah bimbingan Departemen Personalia (Human Resources
Development Dept) sebagai upaya mengembangkan Kemampuan (Skill),
Pengetahuan (Knowledge), dan Sikap (Attitud) Salesmannya, mengenai hal-hal
berikut :
1) Hubungan Anda ( Salesman ) Dengan Diri Pribadi :
a) Pemahaman tentang manfaat serta keuntungan anda sebagai Salesman
Coca-Cola
b) Penampilan diri serta sikap anda dalam menjalankan tugas sehari-hari
c) Pemahaman terhadap Fungsi, Tugas dan Tanggung Jawab anda sebagai
Salesman Coca-Cola.
2) Hubungan Anda (Salesman) Dengan Kendaraan Anda :
a) Pemahaman pentingnya kendaraan dalam menjalankan tugas
b) Cara melakukan pemeliharaan dan perawatan kendaraan
3) Hubungan Anda (Salesman) Dengan Produk :
a) Pemahaman tentang arti keberadaan produk di Dister (Outlet)
b) Cara merencanakan kunjungan (Call Plan) dan rencana jumlah produk
yang di bawa ke pasar (Forkas Loading)
50
Menetapkan Standard Memotivasi Pegawai
c) Pengetahuan dan Ketrampilan tentang cara menata produk di outlet
(merchandising).
4) Hubungan Anda (Salesman) Dengan Dister Anda :
a) Pengetahuan dan Ketrampilan tentang cara mempraktekkan Kunjungan
Terencana di Outlet (Planned Call), terutama tentang Cara Menawarkan
Penambahan Stok (Making Order)
b) Cara bersikap sopan dan bersahabat yang benar terhadap dister
Analisa Prestasi memiliki prosedur terdiri atas 10 langkah yang dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
TABEL 4.1
Tabel Analisis prestasi
Analisa kebutuhan training pegawai
Langkah 1 Identifikasi Kesenjangan
Perilaku
Langkah 2 Analisis Biaya / Nilai
Langkah 3 Masalah Kemampauan atau Kemauan ?
- Tahukah apa yang akan dikerjakan ?
- Dapatkah Melakukannya apabila
Ada kemauan ?
- Maukah pegawai melakukan
Yang terbaik ?
Tidak Mampu Tidak Mau
51
Mengganti Pekerjaan
Training
Langkah 4 Langkah 10
Langkah 5
Langkah 6
Langkah 7
Langkah 8
Langkah 9
Langkah 1 : Penilaian prestasi ; adalah mengidentifikasikan kesenjangan
prestasi dan merupakan upaya menilai prestasi kerja
Langkah 2 : Biaya atau Nilai adalah menentukan apakah penanggulangan
masalah akan bermanfaat jika dibandingkan dengan waktu dan
upaya yang harus disediakan untuk melakukan program ini
Langkah 3 : Membedakan antara masalah kemampuan dengan masalah
kemauan
Tidak mampu seperti hal
Langkah 4 : Susun standar
Langkah 5 : Menyingkirkan hambatan dalam sistem; penggunaan alat bantu
pekerjaan
Langkah 6 : Praktek
Langkah 7 : Training
Langkah 8 : Mengubah pekerjaan
Langkah 9 : Memindahkan atau memberhentikan
Langkah 10 : Tidak mau seperti hal ganjaran atau hukuman
Pada langkah ini peran serta Manager lini pada divisi Sales center
melaksanakan peninjauan ulang dan mengevaluasi kebutuhan pekerja secara
52
Menghilangkan Hambatan Dalam Sistem
Praktek
Memindahkan Atau Memberhentikan
bertahap. Apa yang menjadi permasalahan organisasi perusahaan terutama pada
lingkungan (Stake Holder) internal terhadap pengembangan dan peningkatan
produktivitas kerja pekerja. Pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Semarang
setelah dilaksanakan analisa prestasi oleh Manager Lini/Manager Sales Center
selama berjenjang dan bertahap, selama para pekerja melaksanakan aktivitas kerja
yang di informasikan kepada departemen personalia (Human Resource
Department) ternyata pada peninjauan ulang diketahui :
- Kurangnya kemampuan pegawai (Salesman) memahami
strategi dan teknik pemasaran produk.
- Tidak adanya motivasi dan rasa ingin tahu (pembelajaraan)
sebagai salesman.
- Rendahnya pengetahuan mengenai dasar–dasar sebagai
salesman.
- Rendahnya Emosional Intellegensi memahami dister dan
konsumen
- Kurangnya kompensasi yang diberikan oleh perusahaan.
- Kurangnya pemeliharaan rasa tanggung jawab dan sopan
santun (Attitude) terhadap outlet.
3. Penyusunan Tujuan Training
Basic Sales Force Training (Refreshment)
Setelah analisa prestasi dlaksanakan, pada tahap kedua yaitu penyusunan
tujuan training. Penyusunan tujuan yang utama pada Basic Sales Force Trainig
adalah sebagai berikut :Sasaran Program
1. Garis Besar Program
2. Coca-Cola Dan Anda (Salesman)
3. Fungsi Dan Tugas Utama Salesman
4. Kendaraan Anda
5. Keberadaan Produk Di Pasar
6. Tidak Ada Stok Tidak Ada Penjualan
7. Laporan Penjualan Harian
53
8. Rencana Kunjungan Dan Forkas Loading
Basic Sales Force Training adalah merupakan pendidikan dan Latihan ( training )
Salesman jangka pendek program intensif selama lima hari dengan biaya
memadai bisa menyerap peserta internal lebih banyak, Selain dari Departemen
Sales Center juga dapat ikut serta. Program training ini dilaksanakn pada saat hari
kerja yang merupakan tujuan organisasi personalia dalam merevisi atau meninjau
ulang proses pengembangan kompetensi, performance dan produktivitas
salesman. yang menunjang peningkatan strategi dan tehknik pemasaran produk,
pembinaan intellegenci dan emosional intellegensi, maintenance, dan rasa bangga
salesman terhadap visi perusahaan. Seperti telah diilustrasikan pada penyusunan
tujuan training bahwa pelaksanaan Basic Sales Force Training terdiri beberapa
macam materi yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1.1 .SASARAN PROGRAM
Setelah selesai mngikuti program ini para peserta diharapkan akan memiliki
pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan tugas-tugas penjualan sehari-
hari, utamanya tugas-tugas yang menyangkut pengembangan pasar baik secara
vertical maupun secara horizontal, termasuk peningkatan mutu pelayanan
terhadap Dister ( Distribusi ).
1.2 .COCA-COLA DAN ANDA ( SALESMAN )
Faktor yang sangat penting dalam kita bekerja disamping
kemampuan,adalah kemauan dan semangat kerja.
Salah satu yang membuat kita bersemangat dalam bekerja adalah rasa
bangga terhadap perusahaan dimana kita bekerja.
Dan rasa bangga timbul karena kita menyadari manfaat yang bisa kita
peroleh dari perusahaan dimana kita bisa bekerja tersebut.
1.3 .FUNGSI DAN TUGAS UTAMA SALESMAN
Melayani dister dengan melakukan aktifitas menjual dan mengantar
produk Coca-Cola kepada dister.
Mengembangkan pasar baik secara horizontal maupun secara vertikal di
route masing-masing.
HORIZONTAL
54
Menambah jumlah dister
VERTIKAL
Menambah jumlah pengambilan / stok di dister
Tugas dan Tanggung Jawab Salesman ( Dalam Melaksanakan Fungsi
Utamanya )
A. Mengunjungi Dister secara terencana
B. Merencanakan dan membawa produk yang cukup ke pasar
C. Merawat kendaraan dan mengendarainya dengan sopan
D. Menawarkan penambahan stok ke Dister
E. Membuka Dister baru ( NOD )
F. Membantu Dister dalam meningkatkan keuntungan
G. Menawarkan peralatan display
H. Menawarkan POP material
I. Menawarkan program promosi
J. Melakukan merchandising di outlet
K. Melakukan transaksi penjualan yang benar
L. Memonitor pasar dan aktifitas pesaing
M. Melaporkan hasil penjualan
N. Melatih dan membimbing Helper
1.4. KENDARAAN ANDA ( SALESMAN )
Kendaraan anda merupakan salah satu “ jiwa “ yang menentukan
keberhasilan dalam anda ( Salesman ) menjalankan tugas, karena jika
kendaraan anda mogok atau rusak di jalan maka anda kehilangan
penjualan
Kendaraan anda adalah ruang kerja anda, dan rute dan adalah kantor anda,
oleh karena itu peliharalah kendaraan anda dengan sebaik-baiknya
Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan sehubungan dengan kendaraan anda
- Logo Coca- Cola harus dalam keadaan bersih dan menarik
- Produk yang dibawa harus tersusun rapi
- Kendaraan dalam keadaan bersih
- Semua peralatan standar yang di perlukan tersedia
55
1.5. KEBERADAAN PRODUK DI PASAR Yang dimaksud dengan keberadaan produk di pasar adalah bahwa pada
saat konsumen ingin membeli produk Coca-Cola, tidak ada alas an untuk
mengatakan “ tidak ada “
Produk Coca-Cola harus selalu tersedia dimana saja seperti di :
- Restauran
- Hotel
- Bioskop
- Sekolahan
- Tempat kerja dan rekreasi
- Pinggir jalan
- Etc
Tersediannya produk Coca-Cola di tempat- tempat tersebut di atas
tergantung pada kesiapan SALES, kesiapan KNDARAAN salesman, dan
ketersediaan PRODUK.
“ Home Market “ dan “ On-Premise Market “
- Home Market artinya : Outlet yang menjual produk Coca-
Cola untuk dibawa pulang oleh konsumen ke rumah ( home
)
- On-Premise Market artinya : Outlet yang menjual produk
Coca-Cola untuk diminum di tempat
- Bagi yang diminum di tempat, biasanya disediakan dalam
keadaan dingin, oleh sebab itu cara ini bisa disebut “ Cold
Drink Market “.
1.6. TIDAK ADA STOK TIDAK ADA PENJUALAN Stok yang cukup adalah stok yang jumlahnya 1,5 X potensi penjualan
diantara dua kunjungan, atau bisa juga 1,5 X potensi rata-rata dalam 6 kali
pengambilan terakhir
Potensi penjualan bisa dilihat dari data yang ada Route Card. Atau bagi
yang telah menggunakan system BASIS, bisa dilihat dari Delivery List
Ada 3 data penting yang harus diisi dalam Route Card yaitu TANGGAL,
kolom STOK dan kolom SALES.
56
- TANGGAL, adalah tanggal kunjungan
- STOK, adalah stok awal pada saat kunjungan
- SALES, adalah pengambilan oleh dister pada saat
kunjungan
Bagi yang telah menerapkan system BASIS, tidak perlu lagi mengisi data-
data stok dan penjualan di Route Card karena Route Card tidak diperlukan
lagi, tapi langsung menyerahkan faktur ke bagian Administrasi di Sales
Center untuk dimasukkan ( key- In ) ke komputer.
Untuk menghitung POTENSI PENJUALAN di antara dua kunjungan
adalah sebagai berikut :
[ Stok Awal ( minggu lalu ) + Pengambilan ( minggu
lalu ) ]- Stok awal ( minggu ini )
1.7. RENCANA KUNJUNGAN DAN FORKAS LOADING Rencana Kunjungan adalah sebuah perencanaan yang mencakup berapa
jumlah dister yang akan dikunjungi pada hari tertentu, dister mana saja,
dan produk apa saja dan berapa jumlahnya.
Forkas Loading adalah rencana jumlah produk dari berbagai merek dan
ukuran kemasan yang perlu di bawa ke pasar pada hari tertentu.
1.8. KUNJUNGAN TERENCANA ( PLANNED CALL ) Planned Call merupakan bagian dari Aktifitas Utama Salesman, yang
dilakukan di outlet
Ada 10 langkah Planned Call di outlet yaitu :
- Cek advertensi luar
- Beri salam hangat kepada pelanggan
- Cek advertensi dalam
- Cek cooler dan isi produk
- Cek stok dan botol kosong
- Cek display dan rapikan
- Sarankan jumlah stok yang dibutuhkan
- Beri waktu untuk menghitung botol kosong
- Serahkan produk dan rotasikan
57
- Terima pembayaraan, ucapan terima kasih, dan beritahu
kunjungan berikutnya.
Sebagai bagian dari Planned Call, yaitu aktifitas persiapan di Sales Center
pada pagi hari, yang disebut Pre-Call
Kunjungan Terencana ( Planned Call )
Berdasarkan penyusunan tujuan training program diatas, Manager Sales dan
Human Resource Department ( Departemen Personalia ) dapat melaksanakan
training yang diharapkan. Dengan adanya program pendidikan ini salesman baik
yang baru atau lama dapat menginstropeksi apa yang menjadi kekurangan dan
kebutuhan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam bekerja. Setelah
adanya penyusunan tujuan program training, selanjutnya Manager Sales dan
Departemen Personalia ( HRD ) menyusun Jadwal ( schedule ) dan memberikan
tanggung jawab modul penyusunan rincian Budget ( biaya ) kepada departemen
lini, atau divisi lain yaitu manajemen dan keuangan ( Finance) terhadap
pengeluaran perusahaan. Selanjutnya adanya pemberitahuan tertulis setiap akan
dilaksanakan pada program trainig. Adanya program Basic Sales Force Training
dapat terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas terhadap visi
perusahaan akan di berikan kompensasi yang sesuai dengan prestasi kerja dan
dedikasinya pada perusahaan. Akan tetapi dapat diketahui bahwa setelah adanya
perencanaan penetapan program ini, sangat perlu dilaksanakan untuk memenuhi
dan mengantisipasi adanya kekurangan kebutuhan salesman. Salesman sebagai
profesional pemasaran memerlukan training ini, meski tidak membutuhkan
budget karena Refreshment atau mengulang kembali program masih harus
diterapkan, dengan metode manajerial dan pengembangan dari kebijaksanaan
perusahaan yang baru. Sedangkan pada penyusunan tujuan training bagi pelatih
(trainer) seperti diilustrasikan pada tinjauan singkat sepuluh prinsip belajar
berikut:
1. Pada permulaan training, sajikan suatu tinjauan umum bahan yang akan
disampaikan kepada petatar.
2. Upayakan untuk menggunakan berbagai contoh yang dikenal pada waktu
menyajikan bahan kepada petatar.
58
3. Pilah bahan training menjadi bagian-bagian yang berarti daripada menyajikan
semuanya sekaligus.
4. Usahakan unuk menggunakan istilah dan konsep yang telah dikenal baik oleh
petatar.
5. Maksimalkan kesamaan antara situasi training dengan situasi kerja.
6. Beri tanda atau identifikasi bagian-bagian tugas yang penting.
7. Cara belajar petatar yang terbaik adalah dengan mangerjakan.
8. Memberkan penguatan secepat dan sesering mungkin.
9. Petatar memperoleh hasil belajar terbaik apabila mereka belajar sesuai dengan
kemampuan masimg-masing.
10. Para petatar harus dimotivasi untuk belajar.
Oleh sebab itu pelatih trainer) pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia
adalah pegawai yang berpengalaman atau Learning & Development dan
Instruktur dari eksternal division.
4. Proses Pelaksanaan Teknik-Teknik Training
PT. Coca-Cola Bottling Semarang
Dalam Teknik training yang digunakan apakah yang diterapkan pada
training dalam pekerjaan, belajar terprogram, atau lainnya bergantung pada
beberapa hal; termasuk hakikat tugas, ketrampilan yang akan dipelajari, jumlah
pegawai yang perlu dilatih, dan sumber daya perusahaan. Berikut ini disajikan
manfaat dan kelemahan teknik-teknik training :
a. Training Dalam Pekerjaan
Training dalam pekerjaan (TDP) adalah training di mana seseorang
mempelajari pekerjaan dengan melaksanakannya secara aktual dalam pekerjaan.
TDP memiliki beberapa manfaat yaitu :
1) Secara relatif TDP tidak
mahal
2) Petatar belajar pada saat
berproduksi
59
3) Tidak diperlukan fasilitas di
luar pekerjaan yang mahal
Beberapa kelemahan yamg perlu diperhatikan pada TDP adalah:
1) Para petatar harus dilatih dan
diberikan bahan training.
2) Petatar hendaknya juga
digilirkan untuk memanfaatkan kelebihan penatar lainnya.
3) Penatar dan petatar
hendaknya disesuaikan untuk memperkecil perbedaan latar belakang, bahasa
atau usia.
Langkah-langkah untuk mengadakan Training Dalam Pekerjaan ( TDP )
diikhtisarkan sebagai berikut :
Langkah 1 : Mempersiapkan Petatar
Langkah 2 : Menyajikan Operasi Perusahaan
Langkah 3 : Uji Coba Pelaksanaan
Langkah 4 : Tindak Lanjut
Metode mempunyai kelebihan karena memberi motivasi untuk belajar,
sebab pelatihan ini tidak berlangsung dalam situasi kelas yang artifisial. Jadi unit,
personalia mempunyai tanggung jawab utama untuk menjadikan setiap penyelia
sebagai seorang guru yang efektif.
b. Training Instruksi Pekerjaan
Training Instruksi Pekerjaan adalah proses belajar langkah demi langkah,
di setiap langkah dicantumkan petunjuk pokok yang menunjukkan cara
pelaksanaannya dan mengapa.
1) Ceramah
Penyampaian ceramah kepada petatar mamiliki beberapa manfaat. Ceramah
merupkan cara yang cepat dan sederhana untuk memberikan informasi kepada
kelompok besar petatar, seperti halnya pada saat menjelaskan bentuk khusus
produk baru kapada karyawan. Oleh karena itu ceramah merupakan bagian
integral dari program training.
2) Teknik-teknik Alat Peraga
60
Penyajian informasi kepada petatar dengan teknik alat peraga seperti film, TV
gelombang pendek, pita kaset, dan video sangat efektif, yang telah diganakan
sangat luas oleh semua peruhasaan.
3) Pembelajaraan Terprogram
Sasaran pengajaran terprogram itu berupa buku teks atau mesin, pembelajaran
terprogram terdiri dari tiga fungsi:
a) Penyajian pertanyaan, fakta, atau masalah kepada peserta.
b) Pemberian kesempatan bagi peserta untuk menanggapi.
c) Pemberian balikan tentang akurasi jawaban peserta.
Manfaat utama dari pembelajaran terprogram adalah bahwa teknik ini
mengurangi satu per tiga waktu training. Pada pembelajaraan terprogram
diperlukan pelatihan kecerdasaan emosional (EQ) dan tingkat kecerdasaan
otak (IQ) petatar yang disajikan melalui pretest (pertanyaan Tanya jawab)
dan postest (pertanyaan diskusi) untuk mengembangkan percaya diri dan
motivasi.
4) Training Vestibul atau
Simulasi
Training vestibul atau yang di simulasi adalah suatu teknik dimana petatar
belajar pada perlengkapan aktual atau yang disimulasi, yaitu perlengkapan
yang akan digunakan dalam pekerjaan nantinya. Training vestibul adalah
upaya yang dilakukan dengan menempatkan perlengkapan yang akan
digunakan pegawai dalam pelaksanaan pekerjaannya dalam ruang terpisah.
Pelaksanaan training ini sering dilakukan dengan menggunakan
perlengkapan pengganti (simulator). Manfaat utama pada training ini
adalah sebagai berikut:
a) Efisiensi belajar sangat efektif dan dapat berkonsentrasi.
b) Biaya sangat kecil dan terjangkau.
Program Basic Sales Force Training merupakan proses program pelatihan
(training) pengembangan motivasi salesman dapat menggunakan teknik-
teknik training diatas, tetapi pada Basic Sales Force Training lebih difokuskan
pada training dalam pekerjaan ( TDP), ceramah, teknik-teknik alat peraga, dan
61
pembelajaraan terprogram yang waktunya diatur pada lima kali pertemuan
dalam tiga session selama sebulan dan bertahap.
5. Evaluasi Program Training Pada PT. Co ca-Cola Bottling Indonesia
Semarang
Pada waktu mengevaluasi ada dua hal yang harus di perhatikan pada
program yang sudah dilaksanakan yaitu proses pengukuran kelompok kendali
(control) atau percobaan terkendali dan apa hasil training yang akan diukur.
Porses evaluasi training biasanya selama 6 bulan atau satu tahun. Dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
a. Percobaan Terkendali Atau Pengukuran Kelompok Kendali
Dalam percobaan terkendali, digunakan kelompok training dan kelompok
kendali (bukan training). Pada Kelompok training mengukur sejauh mana prestasi
merupakan akibat dari training itu, sedangkan pada kelompok kendali mengukur
bagaimana gaya kepemimpinan bagi atasan. Percobaan terkendali lebih efektif
dilaksanakan sebelum dan sesudah pelatihan selesai. Proses pengukuran ini
merupakan perbandingan antar dua kelompok training dan kendali dengan metode
“ pasca-pasca “ penelitian (“ post-post “ research design).
b. Penilaian Hasil Training
Terdapat empat katagori yang menjadi dasar assessment ( penilaian ) hasil
training yang dapat diukur :
1. Reaksi. Pertama-tama,
evaluasi reaksi petatar terhadap program.
2. Pembelajaraan. Kedua, anda
dapat menguji petatar untuk menemukan apakah mereka benar-benar telah
mempelajari prinsip-prinsip ketrampilan dan fakta-fakta yang harus dipelajari.
3. Perilaku. Ketiga, teliti apakah
perubahan perilaku petatar dalam pekerjaan disebabkan oleh program training.
62
4. Hasil. Keempat, mengetahui
program yang telah dilaksanakan telah mencapai tujuan yang diharapkan
petatar atau sebaliknya adanya kemunduran prestasi.
Evaluasi pelatihan dan pendidikan dapat diketahui juaga dari hasil /
pengukuran terhadap :
a. Kriteria evaluasi ; yaitu metode yang
digunakan, perolehan pengetahuan, perubahan sikap, sasaran pelatihan.
b. Pretest ; yaitu penyajian pertanyaan
lisan oleh trainer terhadap petatar (Tanya jawab).
c. Dilatih dan berkembang dalam
bekerja ; yaitu mempraktekkan (presentasi) berdasarkan intruksi trainer
(pelatih).
d. Postest ; yaitu penyajiaan pertanyaan
tertulis.
e. Peralihan dalam pekerjaan ; yaitu
penentuan atas bersikap dalam pekerjaan.
f. Tindak lanjut pembelajaraan ; yaitu
proses jangka panjang dangan melihat bagaimana pembelajaraan yang baik
dapat bertahan.
Selanjutnya proses pelaksanaan program Basic Sales Force Training yang
sesuai dengan langkah- langkah pada materi yang telah disusun dalam bentuk
modul (buku teks) yang dibagikan kepada para petatar yaitu salesman force (lama
atau baru), modul adalah buku pedoman atau peganggan peserta pelatihan yang
berisi pengantar program, materi program, postest, dan simulasi seperti ;
penayangan video, role play, diskusi, dan presentasi. Dalam program ini periode
pembelajaran yang diterapkan adalah team work dan peningkatan budaya kerja ,
program Basic Sales Force Training merupakan tanggung jawab sepenuhnya
Human Resource Departement (Departemen Personalia) biasa disingkat HRD
63
dibawah General Manager (GM) atau disebut Direksi. Kegiatan-kegiatan yang
ditangani oleh Human Resource Departement yaitu :
a. Training (pelatihan)
Training ini diperuntukkan bagi salesman baik lama maupun baru.
Keseluruhan dari metode, jenis pendidikan (pengembangan), dan system
evaluasi (penilaian) pelatihan ini peneliti jelaskan pada sub bab berikutnya.
b. Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau Magang
Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu usaha PT. Coca-
Cola Bottling Indonesia Semarang dalam menjalin kerjasama dengan sekolah-
sekolah kejuruan, universitas-universitas, dan lembaga- lembaga pendidikan.
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Semarang memberikan bantuan bagi para
pelajar/mahasiswa untuk menimba ilmu secara teori dan praktek.
Pada umumnya, para peserta PKL memanfaatkan sarana yang ada pada
perusahaan untuk dijadikan data-data dan bahan-bahan yang nantinya akan
menjadi bahan penyusunan laporan penelitian dan skripsi. Sehingga bahwa
program PKL di jelaskan pada Rancangan Undang-Undang Ketenagakerja
No. 13 Tahun 2003 pasal 22 ayat 1 dan 3 yang berbunyi sebagai berikut :
1) Pemagangan dilaksanakan atas dasar perjanjian pemagangan antara peserta dengan pengusaha yang dibuat secara tertulis.
2) Perjanjian pemagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya menurut ketentuan hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan.
3) Pemagangan yang diselenggarakan tidak melalui perjanjian pemagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh yang bersangkutan (Rancangan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13, 2003)
c. Kerjasama Dengan Universitas Dan
Lembaga Pendidikan
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Semarang juga menjalin kerjasama
dengan universitas atau lembaga-lembaga pendidikan yang tersebar di jawa
tengah (Central Java). Kerjasama ini memperkenalkan produk minuman
kemasan yang ringan dan menyegarkan.
64
Dan mempromosikan produk untuk event acara yang diselenggarakan
universitas atau lembaga pendidikan, serta memperkenalkan sarana dan
prasarana yang ada pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Semarang melalui
PKL atau kunjungan sebagai tempat belajar dan berkomunikasi.
C. PENDIDIKAN DAN LATIHAN BASIC SALES FORCE TRAINING
PADA DIVISI SALES CENTER PT. COCA-COLA BOTTLING
SEMARANG
1. Training Bagi Salesman Baru
Setelah adanya rangkaian kegiatan seleksi (recruitment) dan wawancara
(interview) selesai, maka salesman baru tersebut harus mengikuti masa percobaan
dan pendidikan (training).
Untuk salesman baru masa percobaan yang harus dilewati adalah tiga
bulan. Selama itu, salesman akan terus dibimbing dan dimonitor oleh supervisor
(salesman berpengalaman) yang dijadikan evaluasi (penilaian) sebagai data
laporan kepada manajer sales dan depatemen personalia (HRD). Selama tiga bulan
salesman baru mengikuti juga masa training (pelatihan).
Tetapi pada dasarnya, baik salesman baru atupun yang sudah
berpengalaman akan mendapatkan bentuk pelatihan yang tidak begitu jauh beda
yang disesuaikan dengan lamanya bekerja di perusahaan. Human Resource
Departement selaku penanggung jawab pelatihan, akan menyusun jadwal
(Schedule) yang dibantu manager Sales untuk masing-masing salesman baru.
Sesuai dengan kelompok yang ditempatinya, maka jadwal training itu nantinya
akan diserahkan kepada masing- masing trainer (pelatih)/supervisor pengalaman.
Sejalan dengan jumlah produk sekarang, maka ini modul (buku panduan)
yang telah dipersiapkan bagi salesman baru telah tersusun seperti berikut :
a. Modul Untuk Sales Center ( SC )
1) PT. Coca-Cola History
a) Coca-Cola In CENTRAL JAVA
b) Komitmen Perusahaan
65
c) Kemajuan yang telah dicapai PT. Coca-Cola Semarang hingga saat ini
2) Organization Chart
a) Stuktur organisasi perusahaan dan fungsi-fungsinya
b) Peraturan yang berlaku di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit
Semarang
Philosophy PT.Coca-Cola sebagai perusahaan yang peduli
lingkungan dan marketing oriented
Perencanaan dan pengembangan kebutuhan adanya program Basic
Sales Force Training
3). Spending Time
Mengenal dan mengetahui Sasaran Program terperinci
Mengetahui aspek-aspek yang dijelaskan dalam Garis Besar
Program Training
Mengetahui kompensasi – kompensasi yang diterapkan perusahaan
kepada salesman
4). Product Overview
( Coca-Cola / Fanta / Sprite / Ades / Hi-C Tea / Fres Tea )
Mengetahui setiap jenis produk / merek minuman dengan segala
kemampuan dan keunggulannya
Mengetahui keberadaan produk di pasar
Memantau Stok produk yang menyebar di setiap outlet
5). Training ( Lokal ).
a. Coca-Cola Dan Anda
Faktor motivasi apa saja yang menunjang salesman dalam bekerja
Pertanyaan postest mengenai “ manfaat yang anda rasakan bekerja
di coca-cola “ , dalam hal ini merefreshingkan kembali ingatan
Menyajikan pertanyaan postest setelah presentasi video
b. Fungsi Dan Tugas Utama Salesman
Mengatahui tugas dan tanggung jawab Salesman, dalam hal
melaksanakan fungsi utamanya
Pertanyaan postest tentang aktifitas Salesman Coca-Cola
66
c. Kendaraan Anda
Mengenal dan memahami segala hal yang berhubungan dengan
kendaraan anda
Disajikan pertanyaan postest , serta mempraktekkan pengisian chek
list mengenai kendaraan anda
d. Keberadaan Produk Di Pasar
Mengetahui pentingnya keberadaan produk di pasar
Mengenal keberadaan produk menurut jenis outlet dan apa yang
dimaksud “ Home Market “ dan “ On-Premise Market “
Disajikan pertanyaan postest mengenai “ Keberadaan “
e. Tidak Ada Stok Tidak Ada Penjualan
Mengetahui jumlah stok atau persediaan yang cukup
Disajikan pertanyaan postest tentang “ Tidak Ada Stok, Tidak Ada
Penjualan “
Latihan menghitung jumlah penambahan stok yang ditawarkan
f. Laporan Harian Penjualan
Latihan Menghitung seberapa besar hasil target penjualan dan jenis
merek atau kemasan apa saja yang digemari di pasar
g. Rencana Kunjungan Dan Forkas Loading
Memahami pegertian rencana kunjungan dan forkas loading
Mengetahui siapa dan kapan rencana kunjungan dan forkas loading
dikerjakan
h. Planned Call ( Kunujungan Terencana )
Mengetahui aktifitas utama dan persiapan yang dilaksankan, serta
uraian langkah- langkah dalam Planned Call
Object :
Bagaimana Bersikap Hangat, Sopan dan Bersahabat
Bagaimana Cara Menyarankan Jumlah Penambahan Stok Kepada
Dister
Bagaimana Melakukan Rotasi Stok
Bagaimana Menata Produk Di Outlet ( Merchandising )
67
6). Presentasi
Latihan program Mengatasi Tidak Ada Stok Tidak Ada Penjualan
dan diskusi kelompok
Latihan menghitung penambahan jumlah stok yang ditawarkan
didepan petatar
Latihan menghitung jumlah laporan harian penjualan
Produk baru yang akan dipasarkan
Latihan mendata dan membandigkan produk antara “ Home M
arket” dan “ On- Premise Market “
Mempraktekkan metode Role Play di depan petatar
Penayangan video
7). Field Tour
Turut ke Dister dan outlet dengan supervisor ( salesman lama ) untuk
mengetahui tekhnik pemasaran produk di lapangan
8). Probation Period ( dilakukan setelah lulus presentasi dan penilaian tiga bulan )
Langsung ke dister, outlet, dan konsumen seorang diri dan diharapkan dapat
menerapkan tekhnik dan kode etik sebagai salesman yang sementara ( masa
percobaan )
68
Gambar 2.2
Karyawan Sales Centre yang Mengikuti Basic Sales Force Training
Apabila setelah evaluasi field tour dan probation period kurang memenuhi standar
yang diharapkan oleh perusahaan, maka masa probationnya dapat di perpanjang
tiga bulan lagi.
Dari keseluruhan modul yang diberikan kepada salesman baru, maka dapat
disimpulkan bahwa jenis latihan ( training ) pengembangan SDM itu terdiri atas :
a. On- The Job Training
Selama masa training, hasil penilaian harian oleh trainer atau supervisor selalu
dicacat kedalam suatu “ Form Monitoring”. Hasil penilaian itu disusun
berdasarkan tahapan-tahapan dalam training, keseluruhan dari hasil penilaian
masing-masing trainer (instruktur) atau supervisor nantinya akan dikumpulkan
dan akhirnya akan disatukan kedalam “ Report Karyawan Baru “.
Hasil dari report tersebut, setelah ditambah penilaian non tekhnis, akan diajukan
kepada Sales Manager dan penilaian tersebut di proses oleh HRD (Human
Resource Departement) yang kemudian meminta persetujuan dari General
Manager ( GM ) sebagai pimpinanan perusahaan, yang menentukan keputusan
akhir untuk menyatakan kelanjutan dari status Salesman baru tersebut.
Adapun kriteria penilaian yang dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
1. Metode Diskusi Kelompok
2. Sopan Santun
3. Rasa Tanggung Jawab
69
4. Kemampuan Menangkap Suatu Masalah
5. Kemampuan Berinisiatif dan Kesungguhan ingin Mengetahui
6. Kecerdasan (IQ) dan Kecerdasan Emosional ( EQ )
7. Pengetahuan tentang Pekerjaan
8. Kepandaian Mengutarakan Pendapat
9. Disiplin Kerja
10. Kehadiran
11. Keselamatan Kerja
12. Pengertian dan Kemampuan Organisasi / Perencanaan
13. Pengertian dan Kemampuan Koordinasi
14. Memainkan Peranan
Contoh tabel yang dapat diilustrasikan langkah-langkah evaluasi atau
penilaian sesuai dengan kriteria training diatas sebagai berikut :
70
Gambar 2.3
Salesman Baru Mendengarkan Presentasi
Tabel . 4. 2
EVALUASI / PENILAIAN
BASIC SALES FORCE ( REFRESHMENT )
DI CCBI SEMARANG
Tekhnik Mengajar 1 2 3 4 5
1. Metode Kuliah
2. Metode Diskusi Kelompok
3. Memainkan Peranan ( Role Play )
4. Permainan Manajemen ( Bisnis Games )
5. Presentasi Video
6. Pengajaran Terprogram
7. Pelatihan Sensitivitas
8. Metode Study Kasus
9. Kecerdasaan (IQ) Dan Emosional ( EQ)
10. Metode Konferensi
11. Pengetahuan Tentang Pekerjaan
71
12. Kemampuan Menangkap Suatu Masalah
13.Yang lain-lain ( beri rinciannya )
Keterangan : nilai 1- sangat kurang 3- cukup 5- sangat baik
2- kurang 4- baik
72
2. Training Bagi Salesman Lama
Bagi salesman lama (Supervisor), pendidikan dan latihan yang diberikan
mempunyai pertimbangan dan alasan sebagai berikut :
d. Adanya produk atau merek minuman baru PT. Coca-Cola yang dikeluarkan
Bila suatu saat PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Semarang
memproduksi merek atau jenis minuman ringan baru, maka produk baru ini
harus dapat dipelajari dan diriset untuk membuktikan dapat layak di pasarkan
pada konsumen. Untuk itu diperlukan training bagi staff sales center
(supervisor) dan marketing mengenai produk baru yang akan dijual, agar
menguasai tekhnik-tekhnik pemasaran (Technical Order To Outlet).
e. Adanya Event Internal Ataupun Eksternal Yang Harus Ditangani
Jika pada saat adanya Event (Kegiatan) yang bersifat promosi produk
dan pengenalan produk pada dister, staff sales center (supervisor) harus
mendapat training lagi sebelum melaksanakan event yang berupa breaving
produk, pemasaran, dan pemeliharaan hubungan yang baik pada konsumen.
Agar tidak terjadinya kesalahan sekecil apapun.
f. Adanya Kenaikan Jabatan
Salesman lama (Supervisor) yang akan menduduki jabatan Sales
Manager atau pindah kedivisi lain, perlu juga mendapatkan training.
g. Untuk Penyegaran
Training juga diberikan untuk penyegaran dalam artikata untuk
mengingatkan kembali pengetahuan Salesman Lama (Supervisor) apa yang
telah ia peroleh dan untuk menambah pengetahuannya juga mengenai produk
baru dari Coca-Cola.
Jika tenaga trainer dari internal Sales Center tidak dapat mengatasi,
maka program pendidikan dan latihan ini dapat digantikan oleh trainer dari
Divisi lain seperti : Public Relation (PR), L & D (HRD), dan Finance staff di
lingkungan kantor PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Pusat, tetapi kadang
kala trainer (instruktur) juga dapat didatangkan dari PT. Coca-Cola Company
luar negeri.
73
Penentuan pegawai mana yang akan diberikan pendidikan dan latihan itu
tergantung dari divisinya masing-masing dalam hal ini para manager divisi
yang bertanggung jawab atas anak buahnya ( staff ) jika manager divisi
menggangap anak buahnya perlu diberikan pendidikan dan latihan dapat
menghubungi Human Resource Departement ( HRD ) untuk memberikan
pendidikan dan latihan bagi Staff nya. Masalah evaluasi ( penilaian ),
secara garis besar memiliki kriteria yang sama dan sederajat dengan
salesman baru terutama dalam penguasan materi.
Pada akhir program pelatihan penilai mengadakan catatan-catatan dari
setiap perubahan yang diuraikan dan peserta menyimpan salinannya, maka
beberapa bulan kemudian penilai mengunjungi tiap peserta untuk
menanyakan apakah salesman sukses dalam mengadakan perubahan
metode kerjanya. Dalam hal ini dapat diketahui dengan diadakannya :
1) Daftar Isian yang terdiri dari :
Peserta menilai pelaksanaan pekerjaanya sendiri
Supervisor menilai pelaksanaan pekerjaan peserta
Peserta menilai perubahan perilaku sendiri
Supervisor menilai perubahan prilaku peserta
Peserta dan supervisor menilai hasil pelatihan
2) Tiga Langkah Pendekatan Terhadap Studi Evaluasi
Pendekatan ini didasarkan atas langkah-langkah sebagai berikut :
Evaluasi oleh peserta segera setelah pelatihan dengan
menggunakan daftar isian
Evalusi oleh peserta 4 bulan setelah pelatihan dengan
menggunakan daftar isian
Evaluasi oleh peserta dan supervisornya 6 bulan setelah
pelatihan dan menggunakan tekhnik insiden kritis
3) Wawancara
Wawancara merupakan metode evaluasi dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tanpa mengadakan pengamatan.
Keuntungan metode ini ialah :
74
Dapat membuktikan secara mendalam bidang-bidang yang sulit
Dapat menjelaskan jawaban-jawaban yang kurang jelas.
Kerugian metode ini ialah :
Biaya mahal, khususnya apabila orang-orang yang
diwawancara banyak jumlahnya
Memakan waktu yang lama
4) Seminar atau Konferensi Peninjauan
Seminar atau konferensi ini dilaksanakan 1 tahun setelah pelatihan
dan diikuti oleh para alumni ( eks-peserta).
5) Buku Harian Pengamat
Pengamat mengamati perilaku peserta di tempat kerja dan
membuat catatan-catatan dalam buku hariannya mengenai apa-apa
yang dikerjakan oleh peserta selama pengamatan.
6) Sistem Evaluasi Pelaksanaan Pekerjaan
Dengan Tekhnik ini supervisor yang menjadi peserta pelatihan
berada dalam yang terbaik untuk mengevaluasikan pelaksanaan
pekerjaan.
7) Petujuk-petunjuk lain
Petunjuk-petunjuk ini memberikan jenis-jenis kenyataan kasar dan
sederhana bahwa pelatihan adalah efektif, dalam hal ini ada 2
faktor yang perlu diperhatikan :
Bagaimana peserta itu dipilih
Apabila peserta itu dipilih dengan baik, mempunyai
kemampuan yang luar biasa, maka ia dapat di promosikan
meskipun tidak mengikuti pelatihan
Data apakah yang kita miliki bahwa promosi itu terjadi karena
pegawai mengikuti suatu pelatihan
75
Gambar 2.5.
Salesman Lama Yang Mengikuti Pendidikan Dan Latihan
76
3. Pengembangan Diri dan Pelatihan Salesman Dalam
Peningkatan Produktivitas Kerja
Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya selalu ditentukan oleh
perangkat kerja yang lengkap, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kuantitas
dan kualitas manusia yang mengerjakannya. Oleh karena itu dalam usaha
meningkatkan produktivitas kerja karyawan, diperlukan suatu program
pembelajaran dan pengembangan diri (karier) yang berupa pengembangan dan
pelatihan, yang menunjang pada Perencanaan Strategik atau Corporate Planning
dari perusahaan agar lebih berkembang. Maka PT. Coca-Cola Bottling Indonesia
Unit Semarang sangat perlu adanya pengembangan kemampuan (Skill),
pengetahuan (Knowledge), dan sikap (Attitude) karyawannya melalui
pengembangan dan pelatihan. Pada hal ini peneliti mengambil contoh “Basic
Sales Force Training“ yaitu pelatihan mengulang kembali (Refreshment)
kecerdasan dan emosional kecerdasan, serta mengukur kompetensi dan motivasi
salesman terhadap peningkatan produktivitas kinerja pemasaran dan pembelajaran
pengembangan karier, selain itu mengatasi adanya permasalahan–permasalahan di
internal perusahaan. Pengembangan dan pelatihan dilaksanakan secara kontinue,
dan lebih efiesien secara berjangka yang digunakan untuk mengukur tingkat
produktivitas kerja seberapa besar peran aktif karyawan terhadap kebijaksanaan
dan kompensasi yang diterapkan perusahaan.
Sebelum lebih jauh lagi pembahasan mengenai hubungan pengembagan
dan pelatihan dengan produktivitas kerja, terlebih dahulu akan diuraikan jumlah
karyawan yang mengikuti trainig PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit
Semarang pada periode tahun 2002-2003 sebagai berikut :
77
Tabel.4.3
KARYAWAN YANG MENGIKUTI TRAINING PT.COCA-COLA
BOTTLING INDONESIA
UNIT SEMARANG – JAWA TENGAH
Periode 2002-2003
KIND OF ACTIVITIES Drt NoP No Of
MD
MANAGERIAL TRAINING
- Leadership for Team Building 3 130 390
- Leadership in CCA 3 130 390
- Basic Business Skll 2 130 260
- Train The Trainer for Supervisor 2 72 144
- Sales Management Fundamental 3 20 60
- Basic Production Management 3 5 15
- Managing Change 1 130 130
- Coaching Skill 2 130 260
- Super Management 2000 1 16 16
- Being Efective With People 3 130 390
- Interaction Management 3 72 216
- Communication Skill 2 130 260
- PROSDEM ( Problem Solving Decision
Making)
3 130 390
- Presentation Skill 3 40 120
- Report Writing 2 40 80
- Union Training / CLA 3 50 150
- Time Management 1 72 72
- Forcasting Skill 2 72 144
- Negotiation Skill 3 72 216
TECHNICAL / FUNGSIONAL
78
DEVELOPMENT
- Technical Training for Dister 1 100 100
- Technical Training for Cooler Mechanic 3 12 36
- Basic Sales Force Training (Refreshment) 5 277 1385
- Route Sales Excellence 5 24 120
- Leading The Sales Team 3 24 72
- Merchandising Standard 2 65 130
- Quality Journey Training 4 48 192
- Line Crews & Inspector Training for Operation 2 222 444
- Health, Safety & Sanitation Training 2 40 80
- Effective Route Ridding 3 24 72
- Effective Supervisor (for General Supervision) 3 130 390
- Basic Technical for new Operator 3 34 102
- Data for Action Training 3 24 72
- SRDE Training 5 24 120
J U M L A H 2619 7018
Sumber : PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java
Seberapa besar peran perusahaan dalam hal upaya peningkatan pngembangan
sumber daya manusia melalui proses pengembagan dan pelatihan yang membutuhkan
pegelolaan pada proses belajar dengan metode perbaikan yang berguna untuk para
pegawai, yang ditunjang dengan pemberian motivasi dan penilaian atas jasa
(kompensasi) dalam bekerja. Dari (tabel. 2) diatas dapat diketahui pada “ Basic Sales
Force Training mampu menyerap jumlah peserta petatar lebih banyak yaitu 277 (NOP :
jumlah peserta) dan dilaksanakan selama 5 hari (Drt : lamanya pelatihan) dengan total
seluruhnya yang tertampung hampir 1385 tanpa memerlukan biaya. (MO of MD :
jumlah peserta yang tersaring). Untuk itu Peran sumber daya manusia bukan lagi sekedar
melayani kebutuhan perkembangan perusahaan, melainkan ikut menentukan arah dan
gerak perusahaan di masa depan. Yang dalam hal ini mampu memahami bagaimana
kegiatan dan proses kerja dari setiap unit kerja dan karakteristik sumber daya manusia.
Pada dasarnya faktor pendukung terhadap peningkatan produktivitas kerja yang
ditunjang adanya sarana prasarana tekhnis dari perusahaan yang di gunakan secara
79
operasional dan efisien. Sehingga efesiensi harus selalu bersifat kuantitatif dan dapat
diukur (measurable), yang menyebabkan efisiensi menggunakan masukkan (input) akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi, yang merupakan tujuan dari setiap organisasi
perusahaan.
Oleh sebab itu pengembangan dan pelatihan adalah kegiatan belajar untuk
pengembangan individu pada tahap : ketregantungan (dependence), kebebasan
mandiri (independence), dan saling ketergantungan (interindependence) yang
merupakan proses berkembang unutk meningkatkan efektivitas produktivitas
kerja.
Pengembangan dan pelatihan merupakan program pengembangan karier
karyawan yang membantu menilai kebutuhan-kebutuhan karier internal sendiri
yang tersedia dalam organisasi perusahaan berkembang dalam hal menciptakan
tenaga yang kreatif dan mampu bersaing yang sehat (profesionalisme) dalam
lingkungan perusahaan.
Pengembangan dan pelatihan merupakan pengembangan karier yang lebih
mengarah ke depan (Forward Direction) ketimbang ke atas (Upward Direction),
karena ditinjau dari perusahaan maupun pribadi lebih baik dimulai dari
pengelolaan karier oleh diri sendiri (Personal Development). Produktivitas kerja
ditunjang juga dengan pemenuhan kebutuhan standarisasi dan penyederhanaan
pekerjaan Job Standardization and Simplification) didasarkan pada kajian kerja
(work study), setelah adanya pelaksanaan yang intensif pengembangan karier dan
proses pelaksanaan pendidikan dan latihan. Produktivitas kerja yang baik juga
ditentukan dengan adanya hak pekerja sebagai imbalan atas jasa atau penghargaan
yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan sesuai dengan
perjanjian kerja atau kesepakatan, serta termasuk tunjangan bagi pekerja dan
keluarganya, begitupun jaminan sosial tenaga kerja sebagai upaya peningkatan
mutu dan kesejahteraan pekerja.
80
a. Peran Pengembagan Sumber Daya Manusia Dengan Basic Sales Force
Training
Program “Basic Sales Force Training“ merupakan bagian dari
pengembangan sumber daya manusia, dengan mengukur performance dan kinerja
yang telah dilaksanakan dalam pekerjaan. Yang dapat dilihat dari Aptitude
menghasilkan buah pemikiran, sedangkan Attitude menghasilkan perilaku yang
keduanya saling menunjang akan meghasilkan kinerja yang baik. Tanpa adanya
penerapan pengembangan sumber daya manusia produktif belum tentu budaya
kerja dan visi perusahaan tercapai, pendukungnya salah satunya adalah aspek
training, education, dan development. Pada program BasicSales Force Training
dalam pengembangannya salesman dituntut mengulangi kembali pembelajaran
dan pengetahuan yang melatih kecerdasaan rational dan emosional, serta
peningkatan motivasi dibandingkan dengan training sebelumnya, karena program
ini memperluas strategic manajemen pemasaran dan pembinaan mutu kehidupan
kerja ( QWL ).
Pengembangan sumber daya menusia pada program ini dirancang oleh
organisasi perusahaan unutk memanage kebutuhan salesman baik lama maupun
baru pada proses perencanaan pengembangan karier yang secara khusus dapat
diketahui yaitu :
1) . Kecakapan kerja
2) . Keterbukaan sikap
3) . Percaya diri
4) . Loyalitas organisasi
5) . Pembimbing dan Pimpinan
6) . Kunci sebagai bawahan
7) . Kesempatan untuk maju
Sehingga kualitas dan efektivitas kerja dapat dikembangkan dengan terwujudnya
tenaga yang trampil dan professional , oleh sebab itu pembinaan yang berjenjang
harus diterapkan dan sesuai dengan kebijaksanaan persahaan.
Basic Sales Force Training ( Refreshment ) dengan pengembangan sumber daya
menusia saling terkait karena pada program ini tidak adanya permasalahan yang
81
berarti melainkan pemecahaan dari suatu masalah pada kebutuhan salesman akan
peningkatan kemampuan, pengetahuan, dan kecerdasaan memperluas
pemeliharaan dan integrasi antar salesman, sebagai kompensasi kepada
perusahaan dan mencegah adanya pemutusan hubungan kerja.
Bagi salesman program “ Basic Sales Force Training “ ini merupakan
proses pembelajaran merefleksikan kembali pengetahuan pada training yang lalu
dengan metode praktis yaitu on-job training yang brtujuan adanya pengelolaan
diri, perubahan sikap, mutu atau motivasi, peningkatan akreditasi dan dedikasi
dalam mengolah tekhnik-tekhnik pengembangan produktivitas pemasaran yang
baru, yang disesuaikan pada komitmen atau terprogram dalam job desk
personalia perusahaan dari tahap masa percobaan/penugasan sementara kepada
tahap sebagai karyawan tetap dan bekerja penuh dalam lingkungan internal
peusahaan.
Untuk itulah peran pengembangan sumber daya manusia dibutuhkan
dalam perencanaan dan pengorganisasian pendidikan dan latihan/training ini. Hal
ini juga dikatakan oleh David Megginson, dkk ; mengikhtisarkan bahwa dalam
hati setiap Manager masa kini harus :
a. Yang bertanggung jawab atas pelajarannya sendiri;b. Manager Lini memegang peranan penting;c. Akreditas;d. Memusatkan perhatian pada pengembangan;e. Menghubungkan pengetahuan dengan pekerjaan;f. Berfokus pada kepentingan kelompok;g. Berfokus pada pengetahuan perusahaanh. Menghubungkannya dengan strategis; (David Mengginson,
dkk ; 1999, hal 23).
Karakteristik di atas adalah program perencanaan atau tahapan sebagai
seorang manager untuk melaksankan pengembangan sumber daya menusia atau
pekerja di divisi lininya, dengan mengarahkan pekerjanya untuk ikut serta dalam
pendidikan dan latihan yang intensif dan kontinue sebagai penilaian atas hasil
kinerja dalam perusahaan, yang membutuhkan tenaga dan fikiran pekerja, agar
tercapainya misi dan visi perusahaan.
82
Oleh sebab itu pada program “Basic Sales Force Training“ kebutuhan
karakteristik atau pola tingkah laku diatas sebagai penunjang kognitif, afektif, dan
psikomotor sangat berpengaruh sebagai pembentukan emosional intellegensi dan
kecerdasaan berfikir, mengantisipasi timbulnya gejala apabila adanya masalah
kemunduran prestasi atau kurangnya tingkat produktivitas kerja. Pada program ini
aktivitas kerja sama dari setiap salesman diharapkan mampu membangun rasa
percaya dan rasa hormat timbal balik (mutual trust and respect) yang menunjang
pada lima tuntutan kemampuan berkembang yang berupa ; Cermat, Amanah,
Memiliki ketrampilan, Mampu berkomunikasi, dan Memiliki integritas dan
konsisten yang tinggi, sehingga timbul Kemampuan Penguasaan Diri (self-
mastery atau personal-mastery) dalam pengembangan karier di perusahaan.
D. TEMUAN STUDI
1. Pendidikan dan latihan pada PT. Coca-Cola Bottling Semarang proses
pelaksanaannya secara intensif, yang ditujukan pada peningkatan
produktivitas pekerja, untuk menjadi tenaga yang berkualitas secara fisik
maupun kuantitas memiliki wawasan yang luas, dengan meninjau kembali
kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge), kompetensi actual dan
requitment yang berpengaruh pada kinerja dan kredibilitas salesman
menguasai pemasaran produk, pasda program “ Basic sales Force Training
(Refreshment)”. Hali ini sesuai dengan pendapat Drs. Moekidjat menguraikan
tujuan diadakannya pendidikan dan latihan adalah :
b. Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
dengan lebih cepat dan lebih efektif
c. Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan secara rasional
d. Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama
dengan teman-teman pekerja dan manajemen atau pemimpin. ( Moekidjat,
1991, hal.38).
83
2. Hambatan dan kekurangan yang terjadi pada pekerja PT.Coca-Cola Bottling
Semarang banyaknya kecenderungan pekerja yang melalaikan perencanaan kerja
yang diberikan perusahaan dan rendahnya motivasi pekerja untuk mmengikuti
pendidikan dan latihan, maka penelitian ini mengambil objek para pekerja
pemasaran yaitu salesman, pada program training ini tidak terlalu vital yaitu: (1)
adanya kemunduran prestasi salesman dalam menguasai pemasaran produk yang
baru untuk mengenalkan pada konsumen dan (2) bagaimana upaya peningkatan
kinerja kerja, serta memelihara hubungan dengan outlet, (3) kurangnya kualitas
dan profesionalisme salesmen mengatasi pengaduan konsumen. Hal ini sesuai
dengan pendapat David mngginson,dkk; bahwa:
“ Hasil dari hambatan pendidikan dan latihan diperoleh dari hasil belajar
dengan pendekatan atau metode belajar pengalaman dan bagaimana
melakukan sesuatu yang baru” ( David Mengginson,dkk. 1999, hal.85).
3. Sebagai upaya peningkatan mutu produktivitas kerja yang berkualitas dan
memiliki tingkat profesional yang tinggi, maka dilaksanakan program
pelatihan (training) dalam memperbaiki performance kinerja dan kompetensi
actual dan requitment pekereja PT.Coa-Cola Bottling Semarang, yang dalam
penelitian ini objek pendidikan dan latihan pada pekerja pemasaran
(salesman) dalam hal ini program “Basic Sales Force Training (Refreshment)”
dengan menerapkan metode baru dan memadu dengan metode lama untuk
dapat menguasai pemasaran produk secara vertikal dan horizontal, untuk
mewujudkan profesionalisme tinggi dan memelihara hubungan yang baik pada
konsumen. Dan setelah mengikuti training memiliki manfaat yang
mempengaruhi terhadap jabatan, karena bisa menambah performance kinerja
dan kompetensi diri, yang menunjang wawasan dan peningkatan sumber daya
yang profesional tanpa batas bagi pekerja yang memberikan menjamin
kenaikan jabatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekidjo Notoadmojo,
dikatakan bahwa manfaat atau hasil pendidikan dan latihan:
a. pekerja lama maupun baru ini perlu penambahan kemampuan yang
diperlukan melalui pendidikan dan latihan
84
b. diperlukan penambahan dan peningkatan kemampuan yang diperlukan
dalam jabatan dengan mengikuti pendidikan dan latihan
c. adanya ganjaran atau parangsang yang berupa promosi yang dapat
menigkatkan produktivitas kerja bagi seseorang pakerja ( Soekidjo
Notoatmodjo, 1992, hal.29).
85