624

33
ISSN 0215 - 8250 PENGARUH PENERAPAN MODEL BELAJAR BERDASARKAN MASALAH DAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DIPANDU STRATEGI KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA oleh Ida Bagus Putu Arnyana Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Telah dilakukan penelitian eksperimental dengan tujuan mengetahui pengaruh (1) model belajar berdasarkan masalah dan model pengajaran langsung terhadap hasil belajar, (2) strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD terhadap hasil belajar, dan (3) interaksi antara model belajar (model belajar berdasarkan masalah dan model pengajaran langsung) dengan strategi kooperatif (strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD) terhadap hasil belajar siswa. Rancangan penelitian ini adalah rancangan penelitian faktorial 2x2. Rancangan penelitian ini setara dengan rancangan penelitian eksperimen semu (quasi) Pretes-postest non-equivalent control group design. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri ___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006 695

description

MM

Transcript of 624

PENGEMBANGAN PERANGKAT MODEL BELAJAR

ISSN 0215 - 8250

PAGE 714ISSN 0215 - 8250

PENGARUH PENERAPAN MODEL BELAJAR BERDASARKAN MASALAH DAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DIPANDU STRATEGI KOOPERATIF TERHADAP HASIL

BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA

oleh

Ida Bagus Putu Arnyana

Jurusan Pendidikan Biologi

Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri SingarajaABSTRAK

Telah dilakukan penelitian eksperimental dengan tujuan mengetahui pengaruh (1) model belajar berdasarkan masalah dan model pengajaran langsung terhadap hasil belajar, (2) strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD terhadap hasil belajar, dan (3) interaksi antara model belajar (model belajar berdasarkan masalah dan model pengajaran langsung) dengan strategi kooperatif (strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD) terhadap hasil belajar siswa. Rancangan penelitian ini adalah rancangan penelitian faktorial 2x2. Rancangan penelitian ini setara dengan rancangan penelitian eksperimen semu (quasi) Pretes-postest non-equivalent control group design. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Singaraja sebanyak 2 kelas dan siswa kelas X SMA Negeri 4 Singaraja sebanyak 2 kelas. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan analisis statistik ANACOVA. Berdasarkan hasil analisis data dan hasil pembahasan dapat dibuat simpulan berikut ini. (1) Model belajar berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan model pengajaran langsung. (2) Strategi kooperatif GI dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan strategi kooperatif STAD. (3) Interaksi model belajar berdasarkan masalah dengan strategi kooperatif GI memberikan pengaruh paling baik dalam meningkatkan hasil belajar, diikuti berturut-turut oleh interaksi model belajar berdasarkan masalah dengan strategi kooperatif STAD, dan interaksi model pengajaran langsung dengan strategi kooperatif GI.

Kata Kunci : belajar berdasarkan masalah, pengajaran langsung, kooperatif GI, kooperatif STAD, hasil belajar.

ABSTRACT

The experimental research has been conducted to know the effect of the (1) Problem-Based Learning (PBL) model and Direct Instruction (DI) model toward the learning outcome, (2) GI cooperative learning strategy and the STAD cooperative learning strategy toward the learning outcome, (3) recognizing the effect of interaction between the models (PBL and DI model) and cooperative learning strategy (GI cooperative learning strategy and STAD cooperative learning strategy) towards the learning outcome. The experimental research was conducted by using a factorial design 2x2 version of pretest-postest non-equivalent control group design. The subject of this research were the 1st year students of SMAN 1 Singaraja (two classes) and the 1st year students of SMAN 4 Singaraja (two classes). The technique of analyzing data was using descriptive analysis and statistic analysis (ANACOVA). Based on the data analysis and the discussion, it can be concluded as follows: (1) The PBL model can increase better for the students learning outcome rather than DI Model. (2) GI cooperative learning strategy can increase better for the students learning outcome rather than STAD cooperative strategy. (3) The interaction of PBL model with GI cooperative learning strategy gives the best effect in increasing the learning outcome, and followed by PBL model with STAD cooperative learning strategy, and the interaction of DI models with GI cooperative learning strategy, respectively.

Key Words : problem-based learning, direct instruction, GI cooperative learning, STAD cooperative learning, learning outcome.

1. Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dilakukan di Bali, khususnya Singaraja, lebih menekankan pada kegiatan mengajar (teaching) dibandingkan belajar (learning). Pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Arnyana, (2001) menemukan pembelajaran yang dilaksanakan pada mata pelajaran biologi lebih menekankan pada pemberian informasi. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan hanya seperti resep yang merupakan penuntun kegiatan untuk menguji konsep atau teori yang ada di dalam buku atau yang disampaikan guru. Hasil belajar yang diperoleh berupa hafalan atau mengingat informasi.

Model pembelajaran yang dilaksanakan selama ini mengikuti model Pengajaran Langsung (MPL) atau Direct Instruction (DI). Model pembelajaran ini memiliki sintaks: guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendemonstrasikan pengetahuan, membimbing latihan, memberikan umpan balik, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan konsep, prinsip, dan teori. Guru menyuruh siswa mengerjakan tugas-tugas secara berkelompok. Kelompok belajar yang dilakukan adalah kelompok belajar biasa yang masih merupakan kelompok kompetitif.

Mulai tahun pelajaran 2004/2005 pada pendidikan dasar sampai pendidikan menengah diadakan perubahan kurikulum dari Kurikulum 1994 ke Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004. Kedua kurikulum ini memiliki perbedaan yang sangat prinsip. Perbedaan di antara keduanya, ada pada filosofi, tujuan, materi, proses pembelajaran, dan cara penilaian. Pembelajaran yang diharapkan KBK adalah siswa aktif membangun pengetahuannya melalui kegiatan belajar. Peran guru adalah memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasannya. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, sedangkan guru bertanggung jawab dalam membuat kondisi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar.

Joyce and Weil (1996) mengemukakan tujuan belajar di sekolah adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar. Nur dan Muclas (1996) mengemukakan pembelajaran yang dilaksanakan adalah membantu anak agar aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya yang menekankan pada proses berpikir dan proses mental anak. Ibrahim dan Nur (2000) menekankan aspek sosial pada pembelajarannya melalui pembelajaran kooperatif.

Uraian di atas menunjukkan terjadinya kesenjangan proses pembelajaran, khususnya pembelajaran biologi di SMA antara proses pembelajaran yang dilakukan guru dan proses pembelajaran yang diharapkan, yaitu agar guru lebih menekankan proses belajar dibandingkan mengajar. Salah satu model belajar yang dipilih untuk diterapkan guna menjembatani kesenjangan itu adalah model Belajar Berdasakan Masalah (BBM) atau Problem Based Learning (PBL) yang dipandu degan strategi kooperatif.

Pelaksanaan BBM memiliki ciri siswa bekerja sama dalam kelompok untuk bersama-sama memecahkan masalah. Jones (1999); Bloom (1998); Wang, et al., (1998); Ommundsen (2001) mengemukakan BBM sangat penting dipasangkan dengan strategi kooperatif karena melalui pembelajaran kooperatif siswa berpeluang berbagi keterampilan, berdialog, mengembangkan kecakapan sosial, dan keterampilan berpikir.

Strategi kooperatif yang dipilih untuk dipasangkan dengan BBM dalam penelitian ini adalah strategi kooperatif Student Team Achievement Divisions (STAD) dan strategi kooperatif Group Investigation (GI). Kedua strategi kooperatif ini dipilih dengan alasan berikut ini. (1) Strategi kooperatif STAD merupakan strategi kopoeratif yang paling sederhana, behavioristik, dan masih ada nuansa guru menyampaikan materi pelajaran. Guru biologi SMA di Singaraja belum pernah menerapkan strategi kooperatif sehingga sangat baik bila diterapkan pada penelitian yang dilaksanakan di Singaraja. (2) Strategi kooperatif GI merupakan strategi kooperatif yang sangat konstruktivistik, dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi, merupakan strategi kooperatif yang paling kompleks. Penerapan model BBM yang dipandu dengan strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD, dalam penelitian eksperimental dibandingkan dengan Model Pengajaran Langsung (MPL), yaitu model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru. Model MPL juga dipandu dengan strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD. Rumusan masalah yang dikaji pada penelitian eksperimental adalah berikut ini. (1) Apakah ada pengaruh penerapan model BBM dan MPL terhadap hasil belajar kognitif siswa? (2) Apakah ada pengaruh penerapan strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD terhadap hasil belajar siswa? (3) Apakah ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran (model BBM dan MPL) dan strategi kooperatif (strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD) terhadap hasil belajar siswa? Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh penerapan model BBM dan MPL terhadap hasil belajar siswa; (2) mengetahui pengaruh penerapan strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD terhadap hasil belajar siswa; dan (3) mengetahui pengaruh interaksi antara model pembelajaran (model BBM dan MPL) dan strategi kooperatif (strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD) terhadap hasil belajar kognitif siswa.2. Metode PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2004/2005. Rancangan penelitian ini adalah rancangan eksperimen faktorial 2x2. Bagan rancangan penelitian seperti Gambar 1.

Model

Pembelajaran Strategi Kooperatif

GI (Y1)STAD (Y2)

BBM (X1)X1Y1X1Y2

MPL (X2)X2Y1X2Y2

Gambar 1. Rancangan Eksperimen Faktorial 2x2Rancangan penelitian ini setara dengan rancangan penelitian semu (quasi) pretest-postest nonequivalent control group design (Tuckman, 1999). Berdasarkan rancangan eksperimen faktorial 2x2 dan the pretest-postest nonequivalent control group design, rancangan ini dapat dikemukakan seperti Gambar 2.

O1 X1Y1 O2

O3 X2Y1 O4

O5 X1Y2 O6

O7 X2Y2 O8

Gambar 2. Prosedur Rancangan Eksperimen Nonequivalent Control Group Design(Tuckman, 1999:175)

(O1; O3; O5; O7= prates, O2; O4; O6; O8=pascates, X1=Model BBM, X2=Model MPL, Y1=Strategi Kooperatif GI, Y2=Strategi Kooperatif STAD)

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri yang ada di Singaraja, yaitu SMA Negteri 1 Singaraja sebanyak 80 orang (2 kelas) dan SMA Negeri 4 singaraja sebanyak 80 orang (2 kelas). Satu kelas diajarkan dengan perangkat BBM dipandu strategi kooperatif GI, satu kelas diajarkan dengan perangkat model BBM dipandu strategi kooperatif STAD, satu kelas diajarkan dengan perangkat MPL dipandu strategi kooperatif GI, dan satu kelas diajarkan dengan perangkat MPL dipandu strategi kooperatif STAD. Ditetapkannya SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 4 Singaraja sebagai tempat penelitian eksperimental, didasarkan pada kemampuan siswa antara kedua SMA tersebut relatif sama. Penetapan sekolah tempat penerapan perangkat model BBM dan MPL dilakukan dengan sistem undian. Berdasarkan hasil undian, SMA Negeri 1 Singaraja ditetapkan sebagai tempat penerapan perangkat model BBM dan SMA Negeri 4 Singaraja sebagai tempat penerapan perangkat MPL. Dari setiap sekolah ditentukan kelas tempat penerapan strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD dengan sistem undian pula. Berdasarkan sistem penetapan subjek penelitian seperti ini, penerapan model pembelajaran BBM dan MPL yang dipandu strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Penerapan Model Pembelajaran dan Strategi Kooperatif pada Subyek Penelitian

Model Pembelajaran

Strategi Kooperatif

GISTAD

SekolahKelasJumlahSekolahKelasJumlah

BBMSMAN 1

SingarajaX340

orangSMAN 1

SingarajaX540

orang

MPLSMAN 4

SingarajaX240

orangSMAN 4

SingarajaX340

orang

Data hasil penelitian dikumpulkan dengan menggunakan bentuk tes yang diadaptasi dari SOLO (Structured of the Observed Learning Outcome) Taxonomy oleh Collis and Davey (1986). Tes ini menyangkut materi ekologi dan lingkungan yang dibagi menjadi 2 perangkat, yaitu tes menyangkut materi ekologi dan aksi interaksi dan tes menyangkut materi lingkungan dan daur ulang sampah. Kedua tes ini diuji validitas isi, reliabilitas, sensitivitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya.

Data hasil penelitian ini, yaitu hasil belajar kognitif masing-masing dianalisis secara deskriptif dan statistik inferensial, yaitu teknik analisis ANACOVA, dengan asumsi, datanya berdistribusi normal, dan varian antar kelompok homogen. Data yang dianalisis adalah skor rata-rata dari kedua tes tersebut. Skor hasil belajar setiap siswa antara 0-80.

Skor hasil belajar dapat dikonversi menjadi nilai dengan mengadaptasi dari Grondlund and Linn (1990) seperti Tabel 2.

Tabel 2. Pedoman Konversi Skor Hasil Belajar

No.NilaiRentangan persentaseRentangan SkorKategori

1.A95%-100%76,0080,00Sangat Baik

2.B85%-94%68,0075,99Baik

3.C75%- 84%60,0067,99Sedang

4.D62%-74%52,0059,99Kurang

5.E< 62%< 52,00Sangat kurang

(Diadaptasi dari: Gronlund and Linn, 1990: 442-443)

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil Penelitian

Data hasil penelitian eksperimental terdiri dari hasil pretes dan postes. Postes dilaksanakan dalam 2 kali tes, yaitu tes pertama menyangkut materi ekologi dan aksi interaksi yang diturunkan setelah siswa belajar materi ekologi dan aksi interaksi dan tes manyangkut materi lingkungan dan daur ulang sampah setelah siswa belajar materi lingkungan dan daur ulang sampah.

Rata-rata skor hasil belajar kelompok siswa yang belajar dengan model BBM, MPL, strategi kooperatif GI, strategi kooperatif STAD, beserta interaksi antara model belajar dan strategi kooperatif ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rata-Rata Skor Prates dan Pascates Hasil Belajar

VariabelRata-Rata Skor

PratesPascates

SkorKategoriSkorKategor

Model BBM17,91sangat kurang69,35baik

Model MPL17,71sangat kurang55,35kurang

Strategi kooperatif GI17,59sangat kurang67,39sedang

Strategi kooperatif STAD17,85sangat kurang57,53kurang

Interaksi BBM-GI17,88sangat kurang72,64baik

Interaksi BBM-STAD17,96sangat kurang66,52sedang

Interaksi MPL-GI17,31sangat kurang62,13sedang

Interaksi MPL-STAD18,14sangat kurang48,57sangat kurang

Hasil analisis kovarian data hasil belajar adalah berikut ini. (1) Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan perangkat model BBM dan MPL (F=772,55; p=0,00) dan siswa yang belajar dengan perangkat model BBM memiliki hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan perangkat MPPL. (2) Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD (F=391,57; p=0,00) dan siswa yang belajar dengan strategi kooperatif GI hasil belajarnyanya lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar dengan startegi kooperatif STAD. (3) Terjadi interaksi antara perangkat model belajar dengan strategi kooperatif (F=60,52; p=0.00). Interaksi antara perangkat model BBM dengan strategi kooperatif GI memberi pengaruh paling baik dalam meningkatkan hasil belajar, diikuti oleh interaksi BBM-STAD, MPL-GI, dan MPL-STAD.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Pengaruh Model BBM dan Model MPL terhadap Hasil Belajar

Hasil analisis univariat (ANACOVA) menunjukkan secara signifikan model BBM dan MPL memberikan pengaruh berbeda terhadap hasil belajar. Model BBM secara signifikan memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan MPL dalam meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat dijelaskan berikut ini.

Model BBM memiliki dasar filosofi konstruktivisme. Ibrahim dan Nur (2000) mengemukakan bahwa filosofi yang mendasari model BBM adalah filosofi konstruktivisme. Dalam pembelajaran yang berlandaskan filosofi konstruktivisme, siswa membangun pengetahuan di benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide. Guru dapat memberikan tangga yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga itu (Nur dan Wikandari, 2000). Pada model BBM, siswa dihadapkan pada masalah-masalah aktual untuk diangkat dan dipecahkan melalui kegiatan investigasi. Buku digunakan sebagai sumber belajar yang dapat mendukung sebagai referensi dalam memecahkan masalah. Peranan guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam belajar. Dengan demikian, siswa membangun sendiri pengetahuannya dan sekaligus memanfaatkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang ada di sekitar lingkungannya. Siswa yang membangun pengetahuannya sendiri dan sekaligus mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata membuat pembelajaran menjadi sangat bermakna karena siswa dapat mengingat, memahami, dan menerapkan ilmu yang dipelajari, melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap segala sesuatu yang dipelajari.

Model BBM, di samping bertujuan meningkatkan hasil belajar, juga melatih siswa berpikir tingkat tinggi. Hasting (2001); Duch, Allen, and White (2002) menemukan bahwa model BBM secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Kemampuan berpikir tingkat tinggi erat kaitannya dengan hasil belajar. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dengan baik 1) memikirkan ide-ide yang tidak umum, 2) mencetuskan banyak ide, 3) merencanakan, 4) memetakan kemungkinan-kemungkinan, 5) memadukan fakta-fakta, prinsip, konsep, dan teori, dan 6) merumuskan masalah secara jelas (Bayer 1988, dalam Nur dan Wikandari, 2000). Lawrence (1999); Edward and Briers (2000) mengemukakan analisis, sintesis, dan evaluasi merupakan bagian dari koponen berpikir tingkat tinggi. Gunter, et al. (1990) mengemukakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir akan menguasai materi pelajaran dengan baik. Berdasarkan pandangan para pakar di atas, tampak model BBM dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya tentang pengaruh penerapan model BBM terhadap hasil belajar. Duch (1996) menemukan, pada penerapan model BBM dalam pelajaran fisika, bahwa penerapan konsep-konsep ilmiah dalam memecahkan masalah sehari-hari memberikan pengalaman kepada siswa melakukan kegiatan ilmiah serta menghubungkan hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal yang akan dipelajari sehingga meningkatkan pemahaman siswa akan prinsip-prinsip fisika yang abstrak. Sujanam (2002) yang melakukan penelitian penerapan Model BBM pada pelajaran fisika SMA di Singaraja menemukan bahwa model BBM dapat meningkatkan hasil belajar kogitif siswa.

3.2.2 Pengaruh Strategi Kooperatif terhadap Hasil Belajar

Hasil analisis univariat (ANACOVA) menunjukkan strategi kooperatif GI secara signifikan memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan strategi kooperatif STAD dalam meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat dijelaskan berikut ini.

Strategi kooperatif GI memiliki dasar filosofi konstruktivisme. Seperti dikemukakan di atas, dalam pembelajaran yang dasar filosofinya konstruktivisme, siswa membangun sendiri pengetahuannya dan peranan guru hanya sebagai fasilitator. Dalam strategi kooperatif GI, kelompok siswa dihadapkan pada masalah, menentukan sendiri masalah yang akan dibahas, merancang investigasi, melakukan investigasi, menganalisis data/informasi hasil investigasi, dan menarik simpulan. Setiap siswa terlibat aktif baik jasmani maupun mental pada setiap aspek kegiatan sehingga pemahaman siswa akan materi pelajaran dapat diharapkan menjadi lebih baik. Hal ini mendukung pendapat Slavin (1995) bahwa dalam proses pembelajaran strategi kooperatif GI terjadi peningkatan kemampuan dalam melakukan analisis dan sintesis terhadap segala informasi, sehingga penguasaan akan materi pelajaran menjadi lebih baik. Dengan melihat proses belajar seperti itu, siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya dan secara langsung menggunakan pengetahuannya untuk membahas permasalahan yang diangkat, sehingga pembelajaran menjadi sangat bermakna.

Strategi kooperatif GI mendorong terjadinya kerjasama yang sangat intensif antaranggota kelompok dalam segala aspek kegiatan sehingga hubungan sosial di antara anggota kelompok menjadi sangat erat. Hal ini mendukung pendapat Slavin (1995) bahwa kegiatan pembelajaran dengan strategi kooperatif GI dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan akademis siswa. Meningkatnya keterampilan sosial akan memicu terjadinya komunikasi yang lebih baik antar anggota kelompok. Akibatnya, terjadi pertukaran pengetahuan yang sangat baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan penguasaan materi yang sedang dipelajarinya.

Strategi kooperatif, khususnya strategi kooperatif GI dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. Hal ini mendukung pendapat Ellis and Fouts (1993); Harvey (1998); Lord (2001) bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar akademik siswa. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama-sama menyelesaikan tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, sehingga kelompok bawah akan mendapat bantuan khusus dari teman sebaya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama, sedangkan siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberikan pelayanan. Sebagai tutor mereka membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat dalam suatu materi pelajaran. Menurut teori elaborasi kognitif, pada pembelajaran dengan strategi kooperatif, siswa pintar akan memberikan penjelasan kepada siswa kurang pintar. Akibatnya, penguasaan materi pelajaran pada siswa pintar maupun kurang pintar menjadi lebih baik (Slavin, 1995). Lawrence and Haevey (1998); Tejada (2002) menemukan strategi kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar karena motivasi belajar semua anggota kelompok meningkat berkat dorongan belajar dari setiap anggota kelompok. Siswa lemah akan termotivasi karena setiap anggota kelompok tertantang untuk saling mengemukakan ide-idenya.

3.2.3 Pengaruh Interaksi Model Belajar dan Strategi Kooperatif terhadap Hasil Belajar

Kombinasi antara model belajar, model BBM dan MPL dengan strategi kooperatif, yaitu strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD merupakan sesuatu yang sangat menarik, karena dalam model BBM dipersyaratkan agar dalam kegiatan pembelajarannya siswa harus berkolaborasi dengan yang lainnya di dalam kelompok kecil. Kombinasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara model BBM dan strategi kooperatif GI, model BBM dan strategi kooperatif STAD, MPL dan strategi kooperatif GI, dan MPL dan strategi kooperatif STAD.

Hasil analisis univariat (ANACOVA) menunjukkan bahwa terjadi perbedaan hasil belajar yang signifikan sebagai akibat dari interaksi antara model belajar (model belajar BBM dan MPL) dan strategi kooperatif (strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD). Uji lanjut menunjukkan kombinasi model dengan strategi kooperatif yang paling baik dalam meningkatkan hasil belajar adalah model BBM dengan strategi kooperatif GI, kemudian berturut-turut diikuti oleh model BBM dengan strategi kooperatif STAD, MPL dengan strategi kooperatif GI, dan yang paling rendah hasil belajarnya adalah MPL dengan strategi kooperatif STAD.

Kombinasi model BBM dengan strategi kooperatif GI memberikan pengaruh yang paling baik dalam meningkatkan hasil belajar (skor 72,64, dengan rentangan 68%-75,99%). Hal ini dapat dijelaskan berikut ini. Model BBM dan strategi kooperatif GI secara terpisah, masing-masing memberikan pengaruh yang sangat baik dalam meningkatkan hasil belajar. Dengan dikombinasikannya model BBM dan strategi kooperatif GI, akan ada pengaruh yang saling mendukung antara yang satu dengan yang lainnya. Di atas dikemukakan, model BBM dan strategi kooperatif GI dasar filosofinya adalah konstruktivisme. Dengan dikombinasikannya model BBM dan strategi kooperatif GI akan membuat proses pembelajaran benar-benar menantang bagi siswa untuk terlibat secara fisik dan mental untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Kombinasi antara model BBM dan strategi kooperatif STAD dan kombinasi MPL dengan strategi kooperatif GI masing-masing menghasilkan skor 66,52 dan 62,12, keduanya berada pada katagori sedang dengan hasil belajar berada pada rentangan 75% 84%. Dari hasil ini tampak bahwa model BBM, baik dikombinasinkan dengan strategi kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Jones (1996); Bloom (1998); Herreid (2000) yang menunjukkan bahwa dalam belajar berdasarkan masalah siswa diharapkan berkolaborasi dalam memecahkan masalah. Dalam proses pemecahan masalah seperti ini siswa secara bersama-sama dan saling membatu terlibat dalam proses memperoleh informasi dan membangun pengetahuan mereka bersama. Ibrahim dan Nur (2000); Ismail (2002); Ommundsen (2001) mengungkapkan dalam menerapkan model BBM, siswa hendaknya bekerja berpasangan dalam kelompok kecil untuk bersama-sama memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini akan memotivasi siswa secara berkelanjutan utuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran. Burrowes (2003) menemukan pererapan model konstruktivis yang dipadukan dengan strategi kooperatif dapat meningkatkan penguasaan materi biologi pada mahasiswa. Kombinasi antara MPL dan strategi kooperatif GI, juga memberikan hasil yang cukup baik. Hal ini telah dijelaskan di depan bahwa strategi kooperatif GI dapat meningkatkan hasil belajar.

4. Penutup

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian, dapat dibuat beberapa simpulan berikut ini. (1) Model belajar berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan model pengajaran langsung. (2) Strategi kooperatif GI dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan strategi kooperatif STAD. (3) Interaksi model belajar berdasarkan masalah dengan strategi kooperatif GI memberikan pengaruh paling baik dalam meningkatkan hasil belajar, diikuti berturut-turut oleh interaksi model belajar berdasarkan masalah dengan strategi kooperatif STAD, interaksi model pengajaran langsung dengan strategi kooperatif GI, dan interaksi model pengajaran langsung dengan strategi kooperatif STAD.

Saran yang dapat diajukan kepada guru biologi SMA adalah berikut ini. (1) Guru dapat menerapkan model belajar berdasarkan masalah dipandu strategi kooperatif GI atau strategi kooperatif STAD dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. (2) Guru hendaknya menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam sehingga dapat membimbing siswa dalam belajar berdasarkan masalah dipandu strategi koopersatif. (3) Guru menyiapkan fasilitas belajar yang diperlukan sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan skenario pembelajaran. (4) Peranan guru dalam proses pembelajaran lebih diharapkan sebagai fasilitator dibandingkan menginformasikan setiap materi kepada siswa. Dengan demikian, siswa dapat membangun pemahamannya sendiri melalui proses belajar.

DAFTAR PUSTAKAArnyana, I.B.P. 2001. Optimalisasi Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Melalui LKS Eksperimen dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa SMU N 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2000/2001. Hasil Penelitian Tidak Diterbitkan. Singaraja: IKIP N SINGARAJA.

Blom, T. O. 1998. Integration of Information Skills In Problem Based Curicula. (Online). http://searchyahoo.com/search?p=problem+ based+learning. Diakses 9 Maret 2003.

Burrowes, P .A. 2003. Astudent-Centered Approach to Teaching General Biology That Really Work: Lords Constructivist Model. The American Biology Teacher. 65(7) September: 491-501.

Collis, K.F., and Davey, H.A. 1986. A Technique for Evaluating Skills in High School Science. Journal of Research in Science Teaching. 23(7): 651-663.

Duch, B.J. 1996. Problem-Based Learning in Physics: The Power of Students Teaching Students. Journal of College Science Teacher (JCST). 25(5): 326-329.

Duch, B. J. Allen, D. E. and. White, H. B. 2002. Problem-Based Learning: Preparing Students to Succeed in the 21st Century. (Online). http://www. pondnetwork.org. Diakses 9 Maret 2003.

Edwards, M.C., and Briers, G.E. 2000. Higher-Order and Lower-Order Thinking Skill Achievement in Secondary-Level Animal Science: Does Block Scheduling Pattern Influence End-OF-Course Learner Performance. Journal of Agricultural Education. 41(4): 2-14.

Ellis, A. K., Fouts J.T. 1993. Reserch and Educational Inovation. USA: Eye on Educational Inc.

Gunter, A. L., et al. 1990. Instruction a Model Approach. London: Allyn and Bacon.

Gronlund, N.E. and Linn, R.L. 1990. Measurement and Evaluation in Teaching . (6th Ed.). New York: Macmillan Publishing Company.

Harvey, 1998. Cooperative Learning Strategies and Children. EERIC Digest. (Online). http:ericae.net/edo/ED306003.htm. Diakses 9 Maret 2003.

Hastings, D. 2001. Case Study: Problem-Based Learning and the Active Classroom. (Online), (http://www.cstudies.ubc.ca/facdev/services/newsletter/index/ html. Diakses 9 Maret 2003).

Herreid, C. F. 2000. AIDS and the Duesberg Phenomenon: A Problem-Bsed Learnig Case Study. (Online). http://searchyahoo.com/search? p=problem+based+learning. Diakses 9 Maret 2003.

Ibrahim, M. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University Press.

Ismail. 2002. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction): Apa, Bagaimana, dan Contoh pada Subpokok Bahasan Statistika. Proseding Seminar Nasional Paradigma Baru Pembelajaran MIPA. Kerjasama Dirjen Dikti Depdiknas dengan (JICA-IMSTEP) 5 Agustus 2002. Hal. 121-129.

Jones, D. 1999. What Is Problem-Based Learning? The California State University. (Online). (http://edweb.sdsu.edu/clirt/learningtree/ PBL/edvantages.html. diakses 9 Maret 2003).

Joyce, B. and Weil, M. 1996. Models of Teaching. (3rd.Ed.) Singapore: Allyn and Bacon.

Lawrence, T.E. 1999. Strategic Thinking. http://www.ndu.edu/inss/ book%20-1999/strategic% 20leadershi/pt2ch9.htm. Diakses 29-11-2002.

Lord, T. R. 2001. 101 Reasons for Using Cooperative Learning in Biology Teaching. The American Biology Teacher. 63(1) January 2001: 30-37.

Nur, M. dan Muclas, S. 1996. Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Depdikbud.

Nur, M., dan Wikandari, P. R. 2000. Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA Dekolah Universitas Negeri Surabaya.

Ommundsen, P. 2001. Problem-Based Learning in Biology With 20 Case Examples. (Online), (http://www.saltspring.com/capewest/pbl.htm. Diakses 27 maret 2003).

Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. (2nd Ed.). Singapore: Allyn and Bacon.

Sujanam, R. 2002. Optimalisasi Pendekatan STM dengan Strategi Belajar Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Listrik Statis dan Dinamo Sebagai Upaya Mengubah Miskonsepsi dan Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Kelas II SMU Negeri 1 Singaraja. Penelitian IKIP Negeri Singaraja (Tidak Dipublikasi).

Tejada, C. 2002. Define and Describe Cooperative Learning. hhtp://condor.admin.ccny.cuny.edu/-eg9306candy%20research.htm. Diakses 26 April 2003.

Tuckman, B. W. 1999. Conducting Educational Research. (5th Ed.). New York: Harcourt Brace College Publeshers.

Wang, H. C. A. 1998. Essential Components of Problem-Based Learning for the K-12 Inquiry Science Instruction. (Online), (http://searchyahoo.com/search?p=problem+based+learning. diakses 9 Maret 2003).___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006

___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006