,6%1balitek-agroforestry.org/btpaciadmin/content/publikasi_Fdownload/BUKU... · jenis pohon...

89

Transcript of ,6%1balitek-agroforestry.org/btpaciadmin/content/publikasi_Fdownload/BUKU... · jenis pohon...

ISBN : 978-602-17616-2-5

9 JENIS BURUNG PEKICAU ARBORETUM BALAI PENELITIAN

TEKNOLOGI AGROFORESTRY

Anas Badrunasar Hak cipta oleh Balai Penelitian Teknologi Agroforestry. Dilarang menggandakan buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk fotokopi, cetak, maupun bentuk lainnya, kecuali untuk keperluan pendidikan atau non komersial lainnya, dengan mencantumkan sumbernya sebagai berikut: Badrunasar, A. 2013. 9 Jenis Burung Pekicau Arboretum Balai

Penelitian Teknologi Agroforestry. Balai Penelitian Teknologi Agroforestry. Ciamis.

Diterbitkan oleh: Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar Km. 4 Pamalayan, Po. Box 5 Ciamis 46201 T : +62 (265) 771352 F : +62 (265) 775866 E : [email protected], [email protected]

Editor : Encep Rachman : M. Siarudin : Devy Priambodo Kuswantoro Disain cover : Anas Badrunasar ISBN : 978-602-17616-2-5

Halaman | i

KATA PENGANTAR

Arboretum Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA) dirintis

mulai tahun 2003, berlokasi di Ciamis, seluas 1,5 ha dengan 135

jenis pohon koleksi, dirancang dan dibangun membentuk suatu

ekosistem buatan mengikuti pola agroforestry.

Peruntukan dari arboretum itu sendiri, selain sebagai koleksi

tanaman terpilih (konservasi ex-situ), juga difungsikan untuk

pendidikan, penelitian dan sumber plasma-nutfah. Secara tidak

sadar, dalam perjalanannya, burung-burung liar mulai berdatangan.

Burung-burung ini adalah sebagai salah satu agen bio-indikator

terhadap kualitas suatu lanskap bervegetasi.

17 jenis burung telah teridentifikasi sering terlihat dan menetap di

areal arboretum BPTA, 9 jenis diantaranya merupakan jenis-jenis

burung pekicau. Pada kondisi ini areal arboretum BPTA berfungsi

ganda, selain mengkonservasi flora sebagai sumber plasma nutfah

juga mengkonservasi fauna (burung).

Pertelaan 9 jenis burung pekicau yang komprehensif akan

memudahkan pembaca, pengguna dan pemerhati untuk

mempelajarinya.

Akhirnya, kami ucapkan apresiasi yang tinggi terhadap penulis dan

semua pihak yang telah berusaha keras untuk menyusun buku ini.

Besar harapan, buku ini dapat bermanfaat bagi para praktisi,

pengajar, pelajar dan pengguna lainnya dalam upaya pengenalan

jenis burung pekicau yang sering hadir dan menetap di arboretum

BPTA.

Ciamis, April 2013

Kepala Balai

Ir.Harry Budi Santoso MP.

NIP.19590927 198703 1 002

Halaman | ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii

I. PENDAHULUAN 1 A. Peran Burung dalam Kehidupan Manusia dan Lingkungan 1 B. Konservasi Burung dan win-win solution 3 C. Jenis-jenis Burung Pekicau BPTA 4

II. KICAU BURUNG 5

III. PERTELAAN BURUNG PEKICAU PENGHUNI ARBORETUM BPTA 7 A. Kacamata jawa ( Zosterops plafus Horsfield) 7 B. Cinenen ( Orthotumus sutorius Pennat) 27 C. Ciblek ( Priniria familialis Horsfield) 32 D. Cipeuw ( Aeggithina tipia Linnaeus) 43 E. Pengisap Madu Sriganti ( Nectariana jugularis Linnaeus) 48 F. Tekukur ( Streptopelia chinensis Scopoli) 52 G. Kutilang ( Pycnonotus aurigaster Vieillot) 57 H. Cerucuk ( Pycnonotus goiavier Vieillot) 62 I. Kipasan Belang ( Rhipidura javanica Sparrman) 68

IV. NILAI EKONOMI BURUNG 76

V. PENUTUP 79

82 PUSTAKA ACUAN

Halaman | 1

BURUNG PEKICAU DI ARBORETUM BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI

AGROFORESTRY

I. PENDAHULUAN

A. Peran Burung dalam kehidupan manusia dan lingkungan

Burung merupakan salah satu bio-indikator kualitas suatu bentang lahan (lanskap) Ayat (2011), baik dalam bentuk hutan kota, RTH publik maupun privat. Hadirnya kelompok burung dari berbagai jenis dalam rangka mencari makan, berlindung dari terpaan hujan, panas matahari dan serangan predator, bersarang dan berkembang biak di suatu lanskap hal tersebut akan mengindikasikan bahwa daya dukung lanskapnya sangat kondusip untuk hadirnya keragaman burung, apalagi jika dikaitkan dengan sifat dari burung tersebut yang mobile bergerak dari satu bentang lahan ke bentang lahan lainnya. Burung juga dapat berperan sebagai vector penyerbukan bunga dan predator alami terhadap hama pengganggu tanaman yang dibudidayakan, Ayat (2011). Atraksi burung, merupakan destinasi tersendiri, karena prilaku dan lantunan suara merdu dari jenis burung pengicau dapat

Halaman | 2

memuaskan batin pendengarnya, pada kondisi ini, burung berfungsi sebagai media relaksi alternatif.

Burung juga sangat erat dengan kehidupan manusia, mulai dari lambang negara kita yang menggunakan burung Garuda (Spizaethus baltelsii), keping mata uang Rp. 200,- menggunakan burung jalak bali (Leucopsar rothschildi), keping Rp. 100,- menggunakan burung kakatua raja (Probosciger atterimus) sebagai ikon-nya bahkan burung juga sudah merasuk dalam budaya jawa, dimana bagi masyarakat jawa, khususnya burung perkutut berkaitan erat dengan filosofi yang mengikutinya, Widuri (2007). Burung perkutut digambarkan sebagai hewan yang mempunyai suara bagus dan merdu sehingga dapat menentramkan suasana. Jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maknanya adalah; kita harus selalu bersuara yang bagus agar didengar oleh orang lain, tidak selalu mengeluarkan suara yang bisa menyakiti hati orang lain. Filosofi adiluhung warisan leluhur yang mengambil perumpaan dari alam untuk diaflikasikan dalam kehidupan umat manusia sehari-hari dalam interaksi sosialnya sepertinya masih relepan sampai saat ini. Dalam perjalanan waktunya pilosofi jawa tersebut sudah mulai bergeser, karena sekarang tidak hanya burung perkutut saja yang menjadi incaran untuk dipelihara guna mendengarkan lantunan suara merdunya. Banyak jenis burung yang tadinya tidak

Halaman | 3

dilirik sama sekali untuk dijadikan hewan peliharaan sekarang diburu dan dicari. Keadaan ini diduga keras karena kelimpahan burung perkutut di alam sudah jarang, sehingga mencari spesies lain yang mempunyai ocehan suara yang merdu, atau memang pencinta cita rasa suara merdu ingin mencari sesuatu yang baru, seperti halnya ajang pencarian talenta-talenta baru di beberapa stasiun TV swasta nasional, dimana dalam satu program acaranya menayangkan Indonesian Idol, Thevoice, KDI, AVI, dan lain-lain. Hal demikian berlaku juga didunia “perburungan”, berbagai komunitas penggemar burung lokal, regional maupun nasional melakukan eksplorasi terhadap burung-burung “pekicau” lokal.

B. Konservasi Burung dan win-win solution

Langkah-langkah konservasi sejak dini perlu dipikirkan karena jika perburuan dialam terus berlanjut dikhawatirkan keragaman jenis burung Indonesia satu demi satu hilang dari daftar keanekaragaman jenis, hanya tinggal nama tanpa fisik yang hidup, padahal menurut data 17% jenis burung dunia ada di Indonesia. Disamping itu, win-win solution dalam bentuk penangkaran dengan pengawasan instansi terkait perlu ditempuh juga, karena sangat sulit memantau perburuan, ditambah lagi tidak semua jenis burung

Halaman | 4

masuk dalam daftar jenis yang dilindungi (PP No. 7 tahun 1999)

C. Jenis-jenis Burung Pekicau Arboretum BPTA

Arboretum BPTA dengan 135 jenis pohon koleksinya, merupakan lanskap RTH privat yang kondusip untuk hadirnya berbagai jenis burung dan diantaranya 9 jenis burung pekicau dari 17 jenis burung yang teridentifikasi hadir di areal arboretum BPTA. Sembilan jenis burung pekicau tersebut adalah sebagai berikut : kacamata jawa (Zosterops flavus Horsfield), cinenen (Orthotomus sepium Pennant), ciblek (Prinia familiaris Horsfield), cipeuw (Aegithina tiphia Linnaeus), pengisap madu sriganti (Nectariana jugularis Linnaeus), tekukur (Streptopelia chinensis Scopoli), kutilang (Pycnonotus aurigaster Vieillot), cerucuk (Pycnonotus goiavier Vieillot) dan kipasan belang (Rhipidura javanica Sparrman).

Pada kondisi ini, arboretum BPTA dapat berfungsi ganda, selain mengkonservasi tanaman sebagai sumber plasma nutfah juga sekaligus mengkonservasi jenis-jenis burung yang datang dengan sendirinya.

Halaman | 5

II. KICAU BURUNG

Pada saat pengamatan burung, suara atau kicauan burung merupakan pemandu untuk menemukan lokasi dimana burung tersebut berada. Dalam dunia burung (ornithology) kicauan difungsikan sebagai peringatan bahaya atau menjaga kelompoknya untuk tetap saling berhubungan, klaim atas teritorinya dan menarik perhatian pasangannya.Teknologi organ penghasil suara pada burung sangatlah canggih sehingga mampu menghasilkan suara polyphonic seperti halnya dering telepon seluler. Suara polyphonic ataupun biphonic dari kicauan burung diperoleh dengan cara mengatur dua sisi trachea secara terpisah, sehingga ada dua nada atau lebih yang berbeda dalam waktu bersamaan. Kicauan ini berasal dari organ burung yang disebut dengan syrinx. Syrinx ini merupakan kotak suara yang merupakan struktur tulang di dasar trachea. Syrinx berisi selaput yang bergetar dan menghasilkan gelombang suara saat udara dari paru-paru melewatinya. Otot-otot kontrol yang detail dari syrinx memproduksi kicauan; sementara burung dengan sistem otot vokal yang lebih rumit menghasilkan kicauan-kicauan yang lebih kompleks. Kicauan burung inilah yang ditangkap oleh pendengaran manusia sebagai suatu yang indah dan khas dari paduan suara orchestra dan

Halaman | 6

komponis alam. Berdasarkan hasil eksplorasi dan pemilihan ketat yang dilakukan oleh berbagai komunitas burung, salah satunya melalui perlombaan kontes burung pekicau baik lokal, regional maupun nasional, ternyata burung pekicau banyak dihasilkan oleh ordo Passeriformes (kelompok pekicau atau petengger). Ordo burung ini mempunyai refertoire (koleksi) variasi suara yang lebih banyak dan kompleks dibandingkan kelompok non-passeriformes. Aktor utama penghasil kicauan yang banyak variasinya tersebut kebanyakan dilakukan oleh burung jantan. Hal tersebut dimungkinkan karena burung jantanlah yang harus lebih aktif menarik perhatian sang betinanya melalui lantunan kicauan bernada merayu dan melankolis dengan disertai gerak anggota tubuh yang aktraktif.

Halaman | 7

III. PERTELAAN BURUNG PEKICAU PENGHUNI ARBORETUM BPTA

A. Kacamata jawa (Zosterops flavus Horsfield.)

Burung kacamata jawa diminati oleh penggemar burung semua strata sosial, disamping karena harganya terjangkau juga perawatannya mudah. Selain itu, burung ini mempunyai keistimewaan lain, yaitu suaranya yang indah. Burung ini, termasuk burung berkategori cerdas, karena dia berkemampuan merekam sekaligus menirukan suara burung pengicau dari jenis lain, seperti kenari (Serinus canaria). Adapun keunggulan lain yang menyebabkan orang suka memeliharanya adalah proses adaptasinya yang sangat cepat. Ukuran tubuhnya yang mungil dan mudah dibuat berkicau jika kondisinya sehat menjadi daya tarik lainnya. Sayangnya, burung ini punya kelemahan untuk dipelihara, yakni mudah terlepas dari sangkar, susah dikawinkan, sering mengacak-ngacak sarang buatan dan mudah mati.

1. Klasifikasi Ilmiah Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Passeriformes Famili : Zosteropidae Genus : Zosterops Spesies : Zosterops flavus Horsfields

Halaman | 8

2. Deskripsi

Burung kacamata jawa dikenal juga dengan nama pleci, opior, mata puteh (Malaysia), white eye (Inggris). Nama “kacamata”, white-eye merujuk pada lingkaran bulu-bulu kecil berwarna putih di sekeliling matanya. Tubuhnya berukuran kecil (10-11cm), dan badannya didominasi warna kuning. Tubuh bagian atas berwarna kuning zaitun, dan bagian bawah berwarna kuning biasa. Iris berwarna coklat, paruh dan kaki kehitaman. Mirip dengan kacamata laut, tapi kacamata jawa berukuran lebih kecil, warna lebih terang, dan tanpa bintik hitam pada kekang. Nama marganya berasal dari kata Yunani zosterops, yang berarti ”sabuk mata”. Kicauannya berupa desisan seperti nada kontak yang tinggi diantara anggota kelompok dan suara yang tajam.

3. Penyebaran dan habitat

Penyebaran burung ini di Kalimantan dan Jawa. Ia penetap dan endemik di dua wilayah tersebut, hutan mangrove, semak pantai, hutan pantai menjadi habitatnya. Selain itu, kacamata jawa juga tinggal di pinggiran hutan, rumpun bambu, hutan kota, ruang terbuka hijau (RTH) baik privat maupun publik dan kebun-kebun rakyat di Pulau Jawa.

Halaman | 9

4. Perilaku

Dalam mencari makan, kacamata jawa biasanya berkelompok dalam jumlah banyak. Makanan alaminya adalah nektar baik pada daun maupun bunga, serangga kecil, ulat dan buah-buahan.

Gambar : lingkaran bulu-bulu kecil berwarna putih di

sekeliling matanya sebagai penciri khas suku zosteropidae (Foto : Fatih, 2012)

Di areal arboretum Balai Penelitian Agroforestry (BPTA) Ciamis seluas 1,5 ha dengan 135 koleksi tanaman bentuk pohon, burung ini sering mengunjungi pohon albasia (Paraserianthes moluccana), petai (Parkia speciosa), mangium (Acacia mangium), beringin (Ficus benjamina), ki sabun (Filicium decipiens), huni (Anthidesma bunius).

Halaman | 10

Gambar : burung kacamata pada daun sengon muda sedang

mencari makan (Foto : Mariane N., 2012)

Diantara bulan Oktober sampai awal Maret setiap tahunnya kelompok besar burung ini hampir ditemui di pohon-pohon tersebut. Di bulan Oktober pohon-pohon tersebut bertunas dan serangga-serangga juga mulai menetas pada saat itu berbagai jenis burung pemakan nektar, telur serangga dan anak serangga serta ulat pasti berkumpul, termasuk di dalamnya burung kacamata. Desember sampai awal Maret gerombolan burung kacamata datang lagi dalam rangka makan buah beringin, ki sabun, dan buni, karena buah pohon-pohon tersebut sudah matang secara fisiologis. Pohon kersen (Muntingia calabura) hampir sepanjang tahun berbunga dan berbuah sehingga sudah dapat dipastikan burung-burung pemakan buah seperti burung kacamata hadir

Halaman | 11

disitu. Beberapa laporan mencatat burung ini mengunjungi pohon kayu putih dan pohon dadap. Pohon-pohonan bagi burung berfungsi sebagai tempat berlindung dari ancaman musuh, panas maupun hujan, mencari makan, bersosialisasi sesama jenis dan antar jenis serta membuat sarang.

Gambar :burung kacamata sedang mengisap nektar bunga

kayu putih (Asteromyrtus sympiocarpa). Foto :

Robertson

Halaman | 12

Gambar :burung kacamata sedang mengisap nektar dadap

merah (Erythrina cristagali) dan dadap bunga pink. Foto : Teo Siyang, 2012

Di Jawa, burung ini tercatat bertelur mulai dari Januari hingga Oktober. Telur kebanyakan berjumlah dua (2-5) butir, berwarna biru pucat, diletakkan pada sarang berbentuk cawan kecil setengah lingkaran diameter 5 cm dengan kedalaman antara 2-3 cm. Sarangnya terbuat dari akar-akaran, tangkai dan tulang daun, dan bahan-bahan tumbuhan lainnya, serta dihiasi dengan lumut atau serat sarang lebah. Pembuatan sarang ini dilakukan oleh pasangan burung tersebut. Lamanya membangun sarang berkisar antara 5-9 hari. Sarang diletakkan di percabangan ranting atau rumpun bambu, sekitar 2-4 m di atas tanah. Pengeraman telur berlangsung antara 10-12 hari, dilakukan oleh kedua pasangan tersebut secara bergantian. Burung muda akan mulai keluar sarang dan belajar terbang pada 12-13 hari kemudian, dan

Halaman | 13

pada saat-saat inilah rawan terhadap serangan predator.

Gambar : telur burung kacamata dalam sarang (Foto : W.Tarboton 2012)

Gambar : induk burung sedang memberi makan buah murbai

Halaman | 14

Gambar : Dari kiri-kanan ; induk sedang memberi makan anak semut kararangge, serangga dan ulat. Foto :

YC & Chan M., 2007.

Solusi penangkaran sebagai win-win solution

Untuk menjembatani tetap eksisnya keragaman burung di alam dan memenuhi keinginan dari para hobies burung akratif dan pengicau, maka langkah penangkaran dianggap paling sesuai sebagai win-win solution. Untuk menangkarkan burung kacamata jawa, maka pengetahuan dasar dalam membedakan antara burung jantan dan betina harus diketahui. Secara visual, burung jantan dan betina dapat dibedakan seperti berikut :

Jantan:

Ekor Panjang berbentuk huruf 'V'

Paruh tebal dan panjang

Kepala relatif lebih besar

Halaman | 15

Alis mata yang melingkar berwana putih lebih tebal

Badan panjang dan proposional.

Betina :

Ekor pendek (tidak membentuk huruf „V)

Paruh umumnya pendek dan tipis

Kepala relatif lebih kecil

Bola mata normal dan alis mata berwarna putih lebih tipis

Postur badan agak kecil bulat tidak panjang

Guna menghasilkan galur keturunan yang baik dikaitkan dengan tujuan akhir dari penangkaran, yaitu menghasilkan burung “pengkicau”, maka berdasarkan penciri di atas, langkah selanjutnya adalah pemilihan pasangan calon burung yang ideal, yaitu : kedua pasangan harus sehat, khusus jantan harus agresif dan teruji telah mengeluarkan lantunan suara yang merdu, betinanya minimal berumur satu tahun dan jantan berumur 1,5-2 tahun

Cara menjodohkan burung kacamata jawa

Sebelum pasangan burung kacamata jawa dimasukkan dalam satu kadang, perlu dilakukan terlebih dahulu proses adaptasi agar tidak terjadi perkelahian yang dapat berakibat fatal yaitu pleci yang kalah akan mati. Dalam proses ini, harus

Halaman | 16

disiapkan dua sangkar yang diletakkan berdampingan, atau satu sangkar yang disekat. Hal ini dilakukan agar terjadi interaksi baik dalam bentuk kicauan sang jantan maupun tingkah laku yang menarik perhatian sang betina. Proses ini biasanya berlangsung kurang lebih satu minggu, tergantung agresifitas sang jantan menggoda calon betinanya dan kesiapan dari betina menerima “lamaran” sang jantan. Ciri-ciri sang betina menerima lamaran sang jantan, adalah membalas setiap siulan sang jantan dan tingkah saling mendekatkan tubuh pada sisi sangkar/sekat, ketika tidur saling berdampingan pada tenggeran yang dipisahkan sekat, jika sudah demikian maka pasangan tersebut sudah dapat dimasukkan dalam satu sangkar. Penyatuan pasangan ini dilakukan pada sore hari (menjelang gelap).

Kandang Penangkaran burung

Kandang untuk penangkaran burung kacamata jawa yang ideal adalah 1 x 2 x 2 m. Kelengkapan kandang penangkaran adalah sebagai berikut :

Tanaman, atau cabang beranting kering sebagai tempat tangkringan agar kelihatan alami sehingga pasangan burung tersebut merasa nyaman berada di kandang.

Tempat mandi, karena burung ini termasuk burung yang suka mandi.

Halaman | 17

Kotak terbuat dari kayu dengan ukuran 40 x 30 x 30 cm dan diberi lubang untuk keluar masuk.

Di dasar kandang disediakan bahan untuk pembuatan sarang, seperti : akar-akaran, tangkai dan tulang daun, dan bahan-bahan tumbuhan lainnya seperti daun pinus kering.

Asupan pakan selama penangkaran

Selama proses perkawinan, asupan pakan untuk kedua pasangan tersebut harus menunjang, agar kondisi kedua pasangan tersebut prima serta telur dan embrio yang dihasilkannya juga baik. Pakan yang disarankan minimal sama dengan pakan alaminya, seperti dari kelompok serangga invertebrata (serangga tak bertulang belakang) diantaranya rayap tanah, ngengat, lebah, laba-laba, ulat daun, belalang, jangkrik, dan serangga kecil lainnya. Untuk memudahkan, ulat (ulat hongkong), kroto (telur semut kararangge) dan jangkrik dapat dibeli dari toko burung. Kelompok buah-buahan : pisang kepok, buah cente (Lantana camara), kersen (Muntingia calabura), beringin (Ficus benjamina), huni (Anthidesma bunius), arbei, anggur, jeruk. Jika susah mendapatkan buah-buahan tersebut maka minimal ada pisang kepok dan jeruk ditambah madu yang dilarutkan pada air minumnya. Madu dapat berfungsi sebagai pengganti nektar bunga maupun daun. Makanan instan buatan (pellet)

Halaman | 18

yang sudah mengandung unsur-unsur pakan burung harus tetap diberikan.

Setiap perkawinan, sepasang burung kacamata bertelur sebanyak 2 butir (maksimal 5 butir). Telur menetas selama 10-12 hari setelah dierami induknya secara bergantian. Burung muda akan mulai keluar sarang dan belajar terbang pada 12-13 hari kemudian. Jika pemberian pakan diserahkan pada induknya, maka menunya hampir sama dengan yang diberikan pada masa persiapan penangkaran. Jika menginginkan induknya bertelur lagi, maka langkah penyapihan dini harus ditempuh.

Langkah yang perlu siapkan dalam penyapihan ini adalah sebagai berikut :

a. Perlakuan terhadap anak burung : 1. Segera pungut anak burung yang masih berada

dalam sarang (pada saat itu kondisi matanya masih tertutup/buta) bulunya belum keluar

2. Pindahkan kedalam kotak inkubator. Kotak inkubator ini dapat dibuat sendiri dengan ukuran yang disesuaikan dengan jumlah anakan burung yang akan berada di dalamnya. Ukuran inkubator untuk 10 ekor anakan adalah 50 x 30 x 30 cm. Anakan burung kacamata akan berada di dalam kotak inkubator sampai mereka berumur 14 hari. Kotak ini dilengkapi dengan lampu berdaya 5 watt dan bahan-bahan sarang seperti

Halaman | 19

yang terdapat di dalam kotak penetasan. Bahan-bahan sarang harus secara rutin diganti dengan yang baru untuk menjaga kebersihan kotak inkubator.

3. Pemberian pakan Metode pemberian pakan adalah menggunakan tangan langsung (hand peeding). Peralatan dan bahan yang harus disediakan adalah : alat suntik tanpa jarum, karet angin (pentil ban sepeda, sendok plastik, thermometer, mangkuk kecil, kertas tissue, cangkir plastik, sendok makan dan blender. Bahan adonan pakan terdiri dari : pisang kepok, pepaya, buah kersen, jeruk, jangkrik, kroto, ulat hongkong, pellet (makanan burung).

Alat suntik

Alat ini digunakan sebagai pengganti tembolok induk. Berfungsi sebagai penyimpanan bahan makanan yang akan disuapkan ke anakan kacamata jawa. Gunakan ukuran 5 ml, untuk mendapatkan hasil yang pas bagi ukuran tembolok anakan kacamata jawa.

Karet angin

Karet angin atau istilah umumnya “pentil ban sepeda” berfungsi untuk menyalurkan adonan dari tabung jarum ke tembolok anakan burung kacamata jawa. Pentil ini sifatnya kenyal dan

Halaman | 20

lentur, sehingga tidak berbahaya meskipun masuk ke dalam kerongkongan anakan burung.

Sendok makan

Sendok dibutuhkan untuk mencampur dan mengaduk adonan yang akan diberikan kepada anakan burung kacamata jawa.

Termometer

Anakan burung kacamata jawa membutuhkan asupan makanan dalam suhu tertentu. Termometer berfungsi untuk mengukur suhu adonan yang akan disuapkan (dilolohkan) ke anakan burung kacamata jawa. Pada keadaan tertentu, indra perasa tangan juga dapat digunakan untuk mengecek panas tidaknya adonan, namun sangat lebih tepat bila menggunakan termometer. Suhu adonan yang terlalu panas dapat membakar kerongkongan dan tembolok anakan burung kacamata jawa.

Mangkuk kecil

Mangkuk berguna untuk mencampur adonan. Gunakan ukuran mangkuk kecil, sesuai dengan kuantitas adonan yang akan dibuat. Lebih baik membuat satu kali pakai adonan, daripada menyimpan sisa adonan.

Halaman | 21

Kertas tissue

Kertas tissue dibutuhkan sebagai alas tempat anakan-anakan burung yang akan disuap dan sekaligus pembersih adonan suapan yang tercecer pada tempat tersebut.

cangkir plastik

Gunakan gelas plastik atau semacam wadah dengan ukuran sedang untuk membilas alat-alat yang telah selesai digunakan.

Bahan adonan

Bahan adonan untuk anak burung kacamata jawa, harus memenuhi keterwakilan antara buah-buahan (sebagai unsur vitamin A, B dan C) dan unsur protein (kroto, anak jangkrik, ulat), air dan pellet untuk mengentalkan adonan.

Proses Hand Feeding

Langkah-langkah melakukan hand feeding atau penyuapan segera dapat dilakukan dengan urutan-urutan langkah seperti berikut ini :

Langkah pertama.

Siapkan beberapa lembar kertas tissue untuk alas anakan burung yang hendak disuap. Akan terdapat ceceran adonan yang tidak tertelan oleh anakan burung. Untuk menjaga kebersihan, maka alas

Halaman | 22

kertas tissue selalu dibutuhkan dalam setiap kali melakukan penyuapan.

Langkah kedua.

Ambil wadah untuk membuat adonan. Jangan membuat adonan terlalu banyak, perkirakan adonan akan habis dalam setiap jadwal penyuapan. Adonan dingin atau sisa sangat tidak dianjurkan diberikan kepada anak burung. Gunakan air panas untuk membuat adonan, air termos dapat digunakan dalam mencampur adonan tersebut. Suhu air untuk membuat adonan adalah berkisar 46-48°C. Setelah dicampur dengan formula bahan makanan dan menjadi adonan siap saji pastikan suhu berada pada kisaran 38-40°C. Biasanya anak burung yang berumur lebih muda lebih menyukai adonan yang lebih hangat, namun tidak demikian untuk anak burung yang lebih tua. Untuk penyuapan pertama kali buatlah adonan encer, kemudian berangsur-angsur ditambah kekentalan adonan seiring pertambahan umur anak burung. Ketepatan dalam menentukan kepekatan adonan sangat penting. Jika adonan terlalu pekat, maka anak burung akan mengalami kesulitan dalam mencernanya. Bila hal tersebut terjadi akan menimbulkan gangguan pencernaan yang ditandai dengan sembelit. Selain itu jika adonan terlalu pekat atau kental maka akan sulit untuk masuk ke tabung suntik. Ketepatan kepekatan adonan dapat

Halaman | 23

diukur dengan lancar dan tidaknya masuk ke dalam tabung suntik. Perbandingan yang dapat digunakan dalam mencampur air dan bahan adonan adalah 2 : 1. Setelah itu dapat diukur ketepatannya dengan menambah air sedikit demi sedikit.

Langkah ketiga

Hisap adonan dengan suntikan hingga memenuhi setengah isi tabung. Sebaiknya disediakan 2 buah suntikan agar anakan burung tidak terlalu lama menunggu giliran untuk segara mendapatkan suapan. Selain itu, apabila salah satu suntikan macet, maka segera dapat digunakan suntikan yang lain. Ambillah anak burung yang paling kecil. Setelah ditempatkan pada tempat yang telah disediakan maka sodorkan ujung suntikan ke mulut anakan tersebut. Besar kemungkinan anak yang pertama kali disuap tidak segera bereaksi melahap adonan yang disuapkan. Hal ini dimungkinkan karena masih dalam tahap penyesuaian. Dalam menyuapkan adonan dengan suntikan, peganglah kepala anak burung dengan ibu jari dan telunjuk dengan lembut, sodorkan ujung karet ke mulut anak burung dorong tabung suntikan dengan lembut dan pelan. Bila anakan burung mulai memasukkan karet ke dalam kerongkongannya, ikuti gerakan tersebut sambil mendorong adonan dalam tabung dengan

Halaman | 24

perlahan. Amatilah perubahan besar kecilnya tembolok anak burung yang sedang disuap. Hentikan penyuapan apabila tembolok telah penuh. Tempatkan anakan burung yang telah kenyang ke kotak inkubator dan lakukan penyuapan untuk anak burung berikutnya. Jangan lupa untuk menutup kotak inkubator, ketika terdapat anak burung yang ada di dalamnya. Dengan bertambahnya umur anak burung, mereka cenderung untuk berjalan atau mulai belajar meloncat dan terbang. Kelengahan dalam mengamankan anak dikhawatirkan burung tersebut keluar dari kotak. Jadwal penyuapan berikutnya, setiap 4 atau 5 jam sekali. Dalam kurun waktu tersebut tembolok anak burung ada dalam keadaan kosong. Dalam keadaan lapar anak burung akan menyantap makanan dengan lahap pada setiap jadwal makannya. Namun karakter setiap burung akan berbeda satu sama lain. Ada beberapa anakan burung yang begitu rakus. Selalu melahap tiap sodoran adonan ke dalam mulutnya meskipun tembolok mereka telah penuh, namun ada pula yang berhenti begitu tembolok mereka terisi adonan secukupnya.

b. Perlakuan pada induk burung kacamata jawa:

Mandikan induk burung tersebut dengan cara disemprot menggunakan hand-sprayer dengan stelan sprot halus hingga basah, biasanya dalam memandikan dengan semprot coba sediakan

Halaman | 25

cepuk atau tempat minum burung tersebut jangan di lepas, biasanya begitu badan dia basah dia akan mandi di tempat tersebut. Setelah bulu burung basah semua, jemur hingga bulu-bulunya kering seperti semula. Memandikan induk burung ini dilakukan sebagai relaksi setelah mengerami telur, dan untuk menghilangkan stres stelah anaknya diambil paksa.

Setiap pagi hari burung kacamata jawa dalam sangkar dibawa keluar rumah (di embunkan hingga keluar sinar matahari guna menghangatkan tubuhnya).

Angkat burung dalam sangkar tersebut dan taruh ditempat yang teduh, berikan ulat hongkong kecil yang berwarna putih (2-3 ulat hongkong yang sedang ganti kulit) tapi sebelumnya beri makan berupa buah baik pisang maupun buah lainnya juga boleh atau pellet (voer)

Untuk serangga bisa juga menggunakan ulat kandang, jangkrik kecil, atau kroto (kroto jangan setiap hari dan jangan banyak-banyak pemberiannya).

Boleh juga dengan memberikan madu ditempatkan khusus atau tempat yang kecil, atau bisa juga anda memberikan madu dengan mengolesnya di buah pisang tersebut (biasanya, jika sudah ada madu, pisang tidak akan dimakan)

Halaman | 26

Seminggu setelah perlakuan tersebut burung sudah siap untuk dijodohkan kembali.

Halaman | 27

B. Cinenen (Orthotomus sutorius Pennant)

Gambar : Cinenen pisang (Orthotomus sutorius Pennant). Foto : Vijay (2005)

Cinenen pisang adalah sejenis burung pengicau dari suku Sylviidae. Nama-nama lainnya dalam bahasa daerah adalah cinenen (Sunda), prenjak (Jawa), cici (Betawi) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Common Tailorbird, karena kebiasaannya menjahit dedaunan sebagai sarangnya.

1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Passeriformes Famili : Sylviidae Genus : Orthotomus Spesies : Orthotomus sutorius Pennant

Halaman | 28

2. Deskripsi

Postur tubuhnya kecil dan ramping. Panjang total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 10 cm. Bulu-bulu dahi dan mahkota (di atas kepala) berwarna merah karat, kekang dan sisi kepala keputihan, dengan alis kekuningan. Tengkuk keabu-abuan. Punggung, sayap dan ekor hijau zaitun. Tubuh bagian bawah putih, dengan sisi tubuh abu-abu. Jantan dan betina serupa, kecuali di musim berbiak, di mana bulu tengah ekor si jantan tumbuh memanjang. Iris mata kuning tua pucat; paruh sebelah atas kehitaman, sebelah bawah merah jambu keputihan; kaki merah jambu. Bulu paha agak kemerahan.

3. Kebiasaan dan Penyebaran

Gambar : sarang burung cinenen (Foto : Adityadha, 2012)

Halaman | 29

Bergerak dengan lincah di antara ranting-ranting dan dari pohon ke pohon, sering bersama dengan pasangannya. Burung ini memburu aneka serangga kecil-kecil, ulat dan laba-laba dari antara dedaunan. Cinenen pisang biasa didapati di pekarangan, kebun, hutan sekunder dan hutan-hutan lain yang terbuka. Bersarang di semak dan belukar, burung ini menjahit tepian satu atau beberapa helai daun lebar yang berdekatan, dengan serat tumbuhan atau jaring laba-laba; sehingga terbangun semacam kantung, di mana di tengahnya dianyam sarang berbentuk bola dari rumput, ranting yang lembut dan serat tumbuhan umumnya. Oleh sebab itu burung ini dikenal sebagai tailorbird (burung penjahit). Cinenen pisang meletakkan sekitar 2-3 butir telur yang berwarna putih kehijauan dengan bercak merah jambu. Di Jawa tercatat bersarang di bulan April, dan September-Januari.

Halaman | 30

Gambar : Telur (kiri atas) dan induk burung sedang ngasih makan anak-anakanya (kanan atas dan bawah, Foto : Devendra, 2003)

Bersuara nyaring dengan aneka lagu, te-cii te-cii te-cii... berulang-ulang; cuik-cuik-cuik-cuik-cuik... cepat dan monoton; cieciecieciecie..ciecie..cie..cie tiba-tiba, cepat dan makin lambat; cink-cink-cink... , ciew ! ..ciew ! memanggil; cwi.. cwi.. perlahan, atau suara tunggal twiiiii... agak panjang, serta aneka suara lainnya. Suara peringatan bahaya: cekcekcekcekcekcek-cek-cek-cek... .

Halaman | 31

Cinenen pisang menyebar mulai dari India hingga Tiongkok, Hainan, Asia Tenggara, Semenanjung Malaya, dan Jawa.

Halaman | 32

C. Ciblek (Prinia familiaris Horsfield)

Burung ciblek di pasaran saat ini ada dua jenis yaitu Prinia familiaris dan Prinia familiaris olivaces. Kalau masih muda akan sangat sulit membedakan keduanya, tetapi ketika sudah dewasa akan mudah sekali membedakannya apalagi ketika berkicau. Pada jenis Prinia familiaris warna bulu lebih gelap, garis putih di sayap lebih lebar, badan lebih lebar, dan dada tampak bidang, jantannya bersuara keras, tajam dan tebal membentuk vokal ciikrak…ciikrak.. yang dikombinasi suara cicitan, penyebarannya di daerah Jawa Timur, Bali dan Jawa Barat. Pada Prinia olivaces warna bulu tampak lebih terang atau lebih muda, garis putih di sayap lebih pendek dan agak kecil, tubuh tampak ramping, serta dada tidak terlalu bidang, bulu dada jantannya hitam yang tampak tipis atau samar, kicauannya lebih menonjolkan jeritan panjang satu nada dan tidak

Halaman | 33

membentuk vokal seperti ciikrak..ciikrak..cet..cet.. oleh karena vokal suaranya tidak terbentuk maka suara kicauannya terdengar tipis dan kurang keras. Penyebarannya di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera.

1. Habitat dan Penyebaran

Burung yang dimasukkan ke dalam keluarga Prinia (merujuk bulu sayap putih bertipe prinia) kini hanya tersisa di sebagian kecil pulau Jawa. Sumatera dan Bali. Di Sumatera tidak jarang sampai ketinggian 900 m dpl, sedangkan di Jawa dan Bali umum sampai ketinggian 1.500 m dpl.

2. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Passeriformes Famili : Cisticolidae Genus : Prinia Spesies : Prinia familiaris Horsfield 3. Deskripsi

Ciblek memiliki ukuran fisik yang tergolong kecil, hanya sekitar 12 cm mulai dari ujung paruh hingga ekor. Memiliki bulu punggung berwarna hijau ke abu abuan dengan bagian ujung ekor bermotif totol

Halaman | 34

kehitaman tipis. Pada bagian punggung ada dua macam warna. Untuk tipe ciblek tegalan/ kebun dicirikan dengan warna dada putih sedangkan ciblek sawah berwarna abu abu agak gelap. Ciblek dada putih memiliki intonasi yang panjang, keras dan lebih melengking dengan suara bersuara cap..cap..cap… sedangkan ciblek sawah berbunyi cip..cip..cip… Paruh burung ciblek berbentuk runcing dan kecil dengan bagian atas kehitaman dan bawah kekuningan. Kakinya sangat rapuh berwarna coklat kemerahan.

4. Prilaku

Burung ciblek hidup secara berkoloni kecil antara 3 hingga 12 ekor. Mereka mencari makanan di area terbuka seperti sawah, pekarangan, kebun atau bisa juga didaerah tertutup seperti pinggiran hutan dan kawasan bakau. Di alam bebas, ciblek akan berbunyi secara bersahut sahutan dengan kawanannya. Nyanyian tersebut sebagai tanda komunikasi dengan kelompoknya agar tidak terpisah dan juga sebagai tanda peringatan jika ada bahaya.

Halaman | 35

Gambar : Burung ciblek sedang makan kupu-kupu kecil (Foto : Yanen, 2008)

Saat bernyanyi, ciblek akan mengangkat pantat dan ekornya sehingga terlihat semakin cantik. Makanan alami yang paling disukai ciblek adalah serangga, seperti ulat daun, rayap, telur kupu-kupu, telur semut dan jenis serangga lainnya. Terkadang mereka akan turun ke tanah untuk mengambil cacing yang muncul di permukaan. Akan tetapi ciblek peliharaan berbeda lagi dalam hal selera makanan. Mereka dibiasakan mengkonsumsi voer, ulat hongkong atau kroto yang dicampur. Burung ciblek yang gagal beradaptasi dalam selera makanan buatan manusia biasanya akan mati mendadak.

Halaman | 36

Gambar : Burung ciblek sedang menyuapkan ulat pada anaknya (Foto : Yanen, 2008)

Seperti kebanyakan burung kecil lainnya, ciblek membuat sarang dengan menganyam rerumputan halus. Mereka memilih pohon yang tidak terlalu lebat dengan banyak batang. Sarang ciblek berukuran kecil kurang lebih berdiameter 15 cm dengan lubang kearah samping. Sarang diletakkan di batang dengan ketinggian minimum 2 meter. Mereka bertelur antara 3 hingga 5 butir. Ciblek termasuk burung yang pandai mengasuh anaknya,

Halaman | 37

terbukti dengan rendahnya angka kematian anak di sarang.

Gambar : tiga ekor anak burung ciblek dalam sarang (Foto : Fuad H. 2012)

5. Membedakan Ciblek Jantan dengan Ciblek Betina

Ciri-ciri ciblek jantan antara lain: badan lebih besar dan ekornya lebih panjang dari yang betina, bulu dada atas dan samping kanan kiri berwarna hitam, bulu dada ke bagian perut kuning keputih-putihan, atap kepala hingga ke sayap abu-abu gelap, untuk ciblek dewasa paruh bawah berwarna hitam,bunyi suara ciikrak…ciikrak..!! Sedangkan untuk ciri-ciri

Halaman | 38

ciblek betina adalah: badan lebih kecil serta ekor lebih pendek dari yang jantan, bulu dada kuning keputihan, bulu atap kepala hingga ke sayap abu-abu pucat, untuk burung dewasa paruh bawah berwarna putih, mempunyai alis berwarna putih di atas mata, serta bunyi suara cineniin…cineniin… 6. Daya Tarik burung Ciblek

Daya tarik burung ciblek umumnya pada suara kicauannya, meskipun senada kicauannya menarik dinikmati ketika berulang-ulang dan terus-menerus terlebih lagi apabila kicauannya pada tempo yang tinggi dalam waktu lama. 7. Ciri-ciri ciblek yang baik

Umumnya ciblek dikatakan baik apabila telah rajin berkicau, namun hal ini belum menjadi ukuran kalau ingin membawanya ke arena lomba, suara kicauannya dikatakan baik kalau volumenya besar, keras, tajam, cepat dan tebal, hal ini sangat tidak mungkin dperoleh pada ciblek bakalan atau baru ditangkap. Biasanya suara burung berkicau yang baik dapat ditandai dengan meliha paruhnya, paruh yang agak panjang dan tidak begitu tebal menandakan burung memiliki suara yang baik dan rajin berkicau, sementara paruh

Halaman | 39

yang pendek dan tipis biasanya kicauannya jarang dan ngambang. 8. Penanngkaran

Menjinakkan bakalan ciblek muda hutan dari hasil tangkapan atau membeli di pasar burung yang belum makan voer sangat mudah, beberapa langkah perawatannya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengkondisikan ciblek tersebut pada

sangkar barunya sebaiknya ciblek di masukkan sangkar yang ketiga sisinya (samping kiri kanan dan belakang) ditutup dengan koran ataupun kain, kemudian ditaruh di tempat yang sepi, selama kurang lebih 3 (tiga) hari ciblek dikasih kroto segar setiap pagi dan sore. Minuman bisa dicampur dengan multivitamin/ antistress untuk burung.

2. Hari selanjutnya adalah meracik campuran kroto dengan voer lembut ditambah air sedikit. 2-3 hari pertama komposisi kroto dengan voer adalah 75% : 25%; 2-3 hari kemudian 50% : 50%; 2-3 hari kemudian 25% : 75%. Pemberian campuran kroto dengan voer ini diberikan pada pagi dan sore hari, bisa ditambah dengan 2 (dua) ekor jangkrik kecil. Kira-kira 6-9 hari ciblek sudah mau makan voer, dengan melihat kotorannya yang sudah berwarna seperti warna

Halaman | 40

voer. Campuran kroto bisa diganti dengan ulat hongkong.

3. Setelah warna kotorannya sudah menyerupai warna voer langkah selanjutnya adalah memberikan voer kering 100% selama 1 minggu yang diselingi dengan pemberian extra fooding berupa kroto segar/ jangkrik/ ulat hongkong dengan jumlah terbatas setiap pagi dan sore, sekaligus membuka ketiga sisi sangkar yang tertutup. Hal ini dilakukan untuk membiasakan secara perlahan-lahan terhadap dunia barunya. Pada tahap ini ciblek sudah dapat makan voer secara total, namun karena burung ciblek adalah burung pemakan serangga alangkah baiknya jika ciblek diberikan selingan jangkrik/ kroto/ ulat hongkong walaupun 1 (satu) hari sekali dengan jumlah 2-3 ekor jangkrik kecil atau 3-4 ekor ulat hongkong atau ½ sendok teh kroto.

4. Untuk menjinakkan ciblek, trik selanjutnya adalah menaruh burung ciblek pada keramaian dengan menggantungkannya pada posisi yang agak tinggi kemudian setiap pekan berangsur-angsur semakin rendah, sambil dilatih pemberian extra fooding dengan tangan.

5. Setelah 3-4 bulan burung ciblek anda akan berkicau dengan riang. Pemberian kroto setiap hari akan merangsang burung ciblek cepat berkicau.

Halaman | 41

9. Perawatan burung ciblek supaya rajin berkicau

Untuk menjadikan burung ciblek anda rajin berkicau berikut tips perawatannya: 1. Pagi jam 05.00 WIB buka krodong, kemudian

digantang di luar rumah, para kicaumania sering menyebut diembun-embunkan, namun sebenarnya untuk semua jenis burung senang akan suasana pagi hari menjelang matahari terbit.

2. Jam 07.00 WIB ciblek diberikan extra fooding berupa jangkrik kecil 2-3 ekor, kroto ¼– ½ sendok teh, ulat hongkong 2-4 ekor (pemberian extra fooding bisa disesuaikan dengan settingan), kemudian disemprot dengan setelan semprotan lembut.

3. Penjemuran bisa dilakukan pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 09.00 WIB.

4. Setelah itu di gantang ditempat yang teduh. 5. Sore hari jam 16.00 WIB pemberian extrafooding

dengan jumlah yang sama dengan pemberian extra fooding pagi harinya.

6. Sore jam 17.00 WIB burung dikrodong.

Sebelum tahun 1990 an burung ini dibiarkan hidup bebas. Akan tetapi saat ini burung ciblek terus diburu. Penangkapan banyak dilakukan terutama di daerah pedesaan di pulau Jawa. Sifatnya yang tidak takut terhadap manusia, semakin mudah

Halaman | 42

untuk menjerat burung ciblek. Ada beberapa macam cara untuk menangkap burung ini. Pemburu tradisonal biasanya menggunakan pulut (getah nangka) yang di oleskan di daerah habitat ciblek.

Karena burung ini memiliki pola terbang pada daerah yang sama, pemburu dapat memprediksi titik titik burung ini akan hinggap kembali. Ada pula yang menangkap dengan membentangkan jarring di sawah. Bisa juga dengan meletakkan cermin atau anakan burung yang diambil dari sarangnya pada sangkar perangkap sehingga memancing indukan untuk datang dan masuk perangkap. Para penangkap burung yang terampil, bahkan, kerap hanya bermodalkan senter, dan kecepatan tangan untuk menangkap burung ciblek yang tidur di malam hari pada pohon pohon ketela.

Burung ciblek dikenal memiliki daya tahan yang rapuh terutama hasil tangkapan dewasa. Burung ciblek peliharaan yang sudah pandai berkicau berharga mahal mencapai rentang harga antara 200 hingga 500 ribu sedangkan untuk yang berkualitas biasa dihargai tiga puluh hingga tujuh puluh ribu. Burung ciblek kualitas bagus sering digunakan untuk memaster burung lomba kicauan karena suara ciblek bening dan tajam dan mudah ditirukan.

Halaman | 43

D. Cipeuw (Aegithina tiphia)

Gambar : burung cipeuw (Aegithina tiphia Linnaeus). Foto : Ryan M. (2012)

Burung cipeuw (Sunda) di daerah lain dikenal juga sebagai burung cipoh, sirtu, burung cipow, cito dan lainnya. Yang jelas burung ini memiliki kicauan yang indah beberapa oktap dan merdu serta unik sehingga banyak disukai orang. Burung cipeuw ini biasanya tinggal di tepian hutan atau pun disekitar pemukiman penduduk. 1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves

Halaman | 44

Ordo : Passeriformes Famili : Aegithinidae Genus : Aegithina Spesies : Aegithia tiphia Linnaeus 2. Deskripsi

Ukuran tubuh sekitar 14 cm. Warna bulu hijau dan kuning dengan dua garis putih mencolok pada sayap.Tubuh bagian atas hijau zaitun. Sayap kehitaman. Sisi bulu sayap putih. Lingkar mata kuning. Tubuh bagian bawah kuning. Ras masing-masing pulau bervariasi warna hijaunya. Iris putih keabu-abuan, paruh hitam kebiruan, kaki hitam kebiruan.

3. Prilaku

Hidup sendiri atau berpasangan. Berlompatan di cabang-cabang pohon kecil. Makanan: ulat kupu, semut, kumbang, laba-laba, telur serangga, biji-bijian. Sarang berbentuk cawan rapi, dari tumbuhan halus, diantara dahan pohon berdaun, biasanya hanya beberapa meter dari tanah. Telur beranekawarna putih, merah jambu, abu-abu, berbintik atau berbercak merah, abu-abu, coklat, nila, jumlah 2 butir. Berbiak bulan Maret-Juni.

Halaman | 45

Gambar : Burung cipeuw jantan sedang membuat sarang di pohon jeruk (Foto : Seshasayee, 2011)

Gambar : Sarang dan telur burung cipeuw bentuk cawan di

dahan pohon lengkeng (Foto : Souray M. 2009)

Halaman | 46

Gambar : Burung cipeuw sedang mengerami telurnya di

ranting pohon nangka (Foto : Redzlan AR., 2010)

Gambar : Burung cipeuw sedang member makan anak-

anaknya di ranting pohon sengon (Foto : Lee, TK. 2009)

Halaman | 47

4. Habitat dan Penyebaran

Hutan terbuka, hutan sekunder, hutan mangrove, taman. Penyebaran ; India, Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia, Palawan, Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali.

Halaman | 48

E. Pengisap madu sriganti (Nectariana jugularis L.)

Gambar : Burung pengisap madu (nectariana jugularis) jantan.

Foto: Janson, 2008

1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kels : Aves Ordo : Passeriformes Famili : Nectariniidae Genus : Nectariana Species : Nectariana jugularis Linnaeus 2. Deskripsi

Postur tubuh kecil (10 cm), warna bulu bagian perut kuning terang. Jantan bagian dagu dan dada berwarna hitam-ungu metalik. Punggung hijau

Halaman | 49

zaitun. Betina tanpa warna hitam, punggung hijau zaitun tubuh bagian bawah (perut) berwarna kuning terang. Alis kuning dan iris berwarna coklat tua. Paruh dan kaki berwarna hitam.

3. Habitat dan Penyebaran

Burung ini paling umum terdapat di dataran rendah terbuka kadang ditemukan sampai ketinggian 1700 m dpl. di seluruh Sunda Besar dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Penyebaran Global : Cina, Asia Tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Indonesia dan Australia. Penyebaran Lokal : Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

4. Prilaku

Selalu rebut dalam kelompok kecil, pergerakan lincah dari satu ranting pohon satu ke ranting pohon lainnya. Jantan satu dengan jantan lainnya selalu kejar-kejaran dengan manuver lincah dalam rangka memperebutkan atau mempertahankan teritori atau betinanya. Sering mendatangi pohon yang sedang berbunga, mulai dari pohon papaya (Carica papaya), ki acret (Spathodea campanula), dan pohon berbunga lainnya. Selain nectar burung ini mengkonsumsi juga serangga kecil lainnya.

Halaman | 50

Gambar : Burung pengisap madu sedang mengisap nectar

bunga (Foto: Jonson, 2008)

Sarang bentuk kantung, terbuat dari jalinan rumput yang tergantung pada dahan yang rendah dan diperkuat dengan kapas bunga alang-alang. Telur dua butir berwarna keputihan dengan bintik abu-abu keputihan. Berbiak sepanjang tahun.

Gambar : burung pengisap madu betina sedang membuat

sarang. (Foto: Jonson, 2008)

Halaman | 51

Kicauannya berupa krikan musical, “ciip, ciip, chii wiit”, dan suatu melodi pendek yang diakhiri dengan getaran nyaring.

Halaman | 52

F. Tekukur (Streptopelia chinensis Scopoli)

Gambar : Rupa burung tekukur (Streptopelia chinensis Scopoli) Foto : Noerdin 2011

Burung ini yang bahasa Inggrisnya dikenal dengan nama “turtle dove”, adalah merupakan symbol dari kasih sayang abadi dan perdamaian. Burung tekukur hidup dengan pasangan yang sama. Kalau diperhatikan burung ini akan tampak berduaan dan burung ini bertingkah laku manis, lembut, tidak ribut suaranya dan tidak kotor. Walaupun merpati juga dikenal hidup berpasangan, namun merpati cenderung membentuk kelompok besar, ribut serta kasar tingkah lakunya dan banyak kotorannya. Perbedaan utama antara merpati dan tekukur, keduanya adalah termasuk dalam keluarga Columbidae namun ada perbedaannya.

Halaman | 53

Merpati ukurannya lebih besar jika dibandingkan dengan tekukur. Merpati seringnya hidup sebagai binatang piaraan sedangkan tekukur cenderung burung liar. Burung tekukur yang hidup bebas di arboretum BPTA adalah jenis „spotted turtle doves‟ yang nama ilmiahnya adalah: Streptopelia chinensis atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Stigmatopelia chinensis. Jenis tekukur ini bisa jelas dilihat karena diatas lehernya mempunyai kerah berwarna hitam bertotol-totol putih.

1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Columbiformes Famili : Columbidae Genus : Streptopelia Spesies : Streptopelia chinensis Scopoli 2. Deskripsi

Tekukur biasa adalah burung dengan tubuh berukuran sedang (30 cm).Warnanya coklat kemerahjambuan. Ekor burung ini tampak panjang. Bulu ekor terluar dengan tepi putih tebal. Bulu sayap lebih gelap dibanding tubuh. Ada bercak-bercak hitam putih khas pada leher.Iris jingga, paruh hitam, kaki merah. Spesies ini mulanya termasuk dalam genus Streptopelia terapi

Halaman | 54

dalam studi pada tahun 2001 berdasarkan urutan molekul dan juga vokalisasi mengindikasikan bahwa spesies ini bersama dengan Streptopelia senegalensis yang mencolok dari taksa yang tersisa yang menyebabkan tekukur biasa masuk pada genus Streptopelia. Sebab inilah yang membuat peneliti membagi mereka pada genus yang terpisah. Carl Sundevall membuat genus Stigmatopelia dengan jenis senegalensis, sementara itu ia juga membuat genus Spilopelia (untuk chinensis, suratensis dan tigrina).

3. Prilaku

Hidup dekat dengan manusia. Mencari makan di permukaan tanah. Sering duduk berpasangan di tempat terbuka. Bila terganggu terbang rendah di permukaan tanah, dengan kepakan sayap pelan yang mempunyai paruh, berdarah panas, dan bereproduksi dengan cara bertelur.

Halaman | 55

Gambar : Dua butir telur tekukur dalam sarang (Foto : Joseph

C., 2009)

Gambar : Dua ekor anak burung tekukur dalam sarang di cabang pohon mangga

Seperti halnya burung merpati, burung tekukur tidak begitu suka berkelompok, dan biasanya

Halaman | 56

hidup soliter atau dengan pasangannya. Burung ini jinak dan begitu mendengar bunyi-bunyian yang tiba-tiba burung ini akan segera terbang. Manuver terbangannya sangat lugas, dengan kepakan yang tetap, dengan sekali sentakan sebagaimana pola kepakan burung merpati. Pola-pola penerbangan-nya serupa dengan Burung merpati jambul (Ocyphaps lophotes). Apabila mendarat, ekor burung ini miring ke permukaan tanah. Pada musim pembiakan, burung-burung jantan akan memiring-kan dengan sudut yang lebih curam dan mengelilingi burung bentina serta mengembang-kan sayap dan ekornya.

Kicauannya koo-koo-kroo yang rendah dan lembut, dengan penekanan pada nota yang terakhir. Kekadangannya, kicauan burung ini juga berbunyi "coo-coo krrroo, krook!"

4. Penyebaran

Jenis ini umum terdapat mulai dari India dan Cina ke selatan sampai Jawa, tetapi juga merupakan burung sangkar yang terkenal dan telah diintro-duksi secara luas di mana-mana.

Halaman | 57

G. Kutilang (Pycnonotus aurigaster Vieillot)

Kutilang adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Orang Sunda menyebutnya cangku-rileung, orang Jawa menamainya ketilang atau genthilang, mengikuti bunyi suaranya yang khas. Dalam bahasa Inggris burung ini disebut Sooty-headed Bulbul, sementara nama ilmiahnya adalah Pycnonotus aurigaster; mengacu pada bulu-bulu di sekitar pantatnya yang berwarna jingga (Gr.: aurum emas, gaster perut).

1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Passeriformes Famili : Pycnonotidae Genus : Pycnonotus Spesies : Pycnonotus aurigaster Vieillot 2. Deskripsi

Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih keabu-abuan. Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul, berwarna hitam. Tungging (di muka ekor) nampak

Halaman | 58

jelas berwarna putih, serta penutup pantat berwarna jingga. Iris mata berwarna merah, paruh dan kaki hitam.

3. Kebiasaan dan Penyebaran

Kutilang kerap mengunjungi tempat-tempat terbuka, tepi jalan, kebun, pekarangan, semak belukar dan hutan sekunder, sampai dengan ketinggian sekitar 1.600 m dpl. Sering pula ditemukan hidup meliar di taman dan halaman-halaman rumah di perkotaan. Burung kutilang acapkali berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis merbah yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain.

Seperti umumnya merbah, makanan burung ini terutama adalah buah-buahan yang lunak. Kutilang sering menjengkelkan petani karena kerap melubangi buah pepaya dan pisang yang telah masak di kebun. Namun sebaliknya burung ini menguntungkan petani karena juga memangsa pelbagai jenis serangga, ulat dan aneka hewan kecil lainnya yang menjadi hama tanaman.

Halaman | 59

Gambar : burung kutilang sedang makan buah beringin

(Ficus benjamina) Foto : Ariefrahman (2012)

Tanaman koleksi arboretum BPTA juga menyediakan tanaman yang hampir sepanjang tahun berbuah. Tanaman penghasil buah koleksi arboretum BPTA yang disukai burung ini selain beringin (Ficus benjamina), ada juga buni (Antidesma bunius), kersen (Muntingia calabura), sentul (Sodaricum koetjape), lampeni (Ardisia eliptica), gandaria (Bouea macrophylla), kareumbi (Homalanthus populneus), menteng (Baccaurea racemosa) dan duwet (Syzygium cuminii)

Kelompok burung ini acap terbang dengan ribut, berbunyi nyaring cuk, cuk, ..tuit,tuit! ; atau bersiul berirama yang terdengar seperti ke-ti-lang.. ke-ti-lang.. berulang-ulang di atas tenggerannya.

Halaman | 60

Burung Kutilang memiliki kebiasaan untuk berjemur dan mandi embun setiap pagi,hal ini berguna untuk menjaga bulunya yang terus di minyaki. Minyak ini berasal dari bagian belakang dekat ujung ekornya yang berhubungan dengan badan. Burung Kutilang juga memiliki kebiasaan

Gambar : Burung kutilang sedang mandi (Foto : aliftrinenda, 2012)

menaikan jambulnya bila senang maupun ingin buang air besar. Burung Kutilangpun memiliki masa "Mabung" yaitu saat dimana bulu yang lama rontok dan berganti bulu yang baru. Di saat Mabung burung Kutilang akan cenderung lebih diam baik secara suara maupun gerakan.

Sarang kutilang berbentuk cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun atau ranting yang

Halaman | 61

halus. Telur dua atau tiga butir, berwarna kemerah-jambuan berbintik ungu dan abu-abu. Tercatat bersarang sepanjang tahun kecuali Nopember, dengan puncaknya April sampai September.

Gambar : Burung kutilang sedang member makan anaknya di sarang, Pohon tempat bersarang adalah semak Ki rinyuh Euphatorium pallescens)

Burung kutilang menyebar luas di Tiongkok selatan dan Asia Tenggara (kecuali Malaysia), Jawa serta Bali. Diintroduksi ke Sumatra dan Sulawesi, beberapa tahun yang silam burung ini juga mulai didapati di Kalimantan.

Halaman | 62

H. Cerucuk (Pycnonotus goiavier)

Gambar : Burung Cerucuk (Pycnonotus goiavier) Foto : Guy, P. 2012

Cerucuk jogjog (Sunda) didaerah lain dikenal juga dengan nama merbah cerukcuk; terucuk, cerocokan mengacu pada bunyinya yang khas (Jawa); yellow-vented bulbul (Inggris) adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae.

1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Passeriformes Famili : Pycnonotidae

Halaman | 63

Genus : Pycnonotus Spesies : Pycnonotus goiavier Vieillot 2. Deskripsi

Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu gelap, sisi bawah (tenggorokan, dada dan perut) putih kusam. Mahkota kehitaman, alis dan sekitar mata putih, dengan kekang (garis di depan mata) hitam. Sisi lambung dengan coretan-coretan coklat, dan penutup pantat berwarna kuning. Iris mata berwarna coklat, paruh hitam dan kaki abu-abu merah jambu.

3. Prilaku

Cerukcuk menyukai tempat-tempat terbuka, semak belukar, tepi jalan, kebun, dan hutan sekunder. Burung ini sering berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri maupun dengan jenis cerucuk yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang lain. Tidur berkelompok dengan jenisnya, di ranting-ranting perdu atau pohon kecil. Makanan burung ini terutama adalah buah-buahan yang lunak. Di pekarangan, burung ini kerap melubangi buah pepaya dan pisang yang telah masak. Selain itu ia juga memangsa aneka serangga, ulat dan

Halaman | 64

hewan kecil lainnya seperti cacing. Merbah cerukcuk menghabiskan waktu lebih lama untuk mencari makanan di atas tanah daripada jenis merbah lainnya. Berbunyi nyaring dan berisik, cok, cok, ..cok-cok ! ; siulan pendek cuk-co-li-lek.. berulang, kadang-kadang dengan cepat; atau nyanyian bersuara lemah mirip gumam atau gerutuan burung. Sarang cerukcuk berbentuk cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun atau ranting yang halus, dijalin dengan serat tumbuhan dan menempel pada dahan. Pembuatan sarang ini dilakukan oleh kedua pasangan burung tersebut dan pembangunan sarang memakan waktu kurang lebih seminggu, Wee (2009). Di Jawa Tengah didapati pula sarang yang dibangun di sela-sela buah pisang. Telur dua atau tiga butir, berwarna keputihan berbintik coklat atau ungu. Tercatat bersarang sepanjang tahun, dengan puncaknya Maret sampai Juni.

Halaman | 65

Gambar : Dua butir telur cerucuk dalam sarangnya (Foto : Ian M,. 2010)

Telur dierami antara 12-13 hari, Wee (2009). Di hari ke 12 atau 13 telur telah menetas, dimana pada saat itu anak burung bulunya masih gundul dan matanya masih tertutup (buta), baru pada hari ke-tiga matanya sudah mulai terbuka dan bulu yang pertama kali tumbuh adalah pada bagian sayap. Pemberian pakan pada anaknya dilakukan oleh kedua pasangan burung tersebut secara bergantian. Berdasarkan pengamatan Wee (2009) pemberian pakan dilakukan mulai pagi-pagi sekali sampai menjelang sore hari, frekuensi pemberian pakan setiap interval 1-5 menit dan paling lama 10 menit sekali. Menu makanan yang diberikan pada anak burung oleh kedua pasang induknya bervariasi mulai dari berbagai macam buah-buahan sampai serangga.

Halaman | 66

Gambar : Burung cerucuk sedang mengerami telur (Foto : Bird Ecology Study Group, 2005)

Gambar : Burung cerucuk sedang menyuapi anaknya (Foto Vimeo, 2012)

4. Penyebaran

Burung ini menyebar luas di Asia Tenggara, Semenanjung Malaya dan Filipina. Di Indonesia

Halaman | 67

didapati di Sumatra dan pulau-pulau di bagian timurnya, Kalimantan, Jawa dan Bali. Diduga diintroduksi ke Lombok dan Sulawesi Selatan. Umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m dpl.

5. Konservasi

Meski bukan termasuk burung yang berharga mahal, cerukcuk termasuk salah satu jenis burung yang banyak diburu untuk dipelihara, terutama di desa-desa. Beberapa sebab di antaranya: (a) Disukai karena mudah jinak, terutama burung yang muda, (b) Relatif mudah didapati di sekitar pemukiman pedesaan, (c) Mudah dikenali tempat bersarangnya. Cerukcuk dan cucak kutilang mungkin merupakan burung yang paling banyak dipelihara oleh anak-anak di Jawa. Terutama yang disukai adalah burung yang masih muda atau masih kecil, sehingga dapat dijinakkan. Burung yang telah jinak kerap kali tidak akan pergi jauh dari kandangnya, walaupun dilepaskan dengan bebas. Setiap saat atau setidaknya sore hari akan kembali untuk meminta makanan kepada pemeliharanya. Dalam tangkaran, burung ini biasanya diberi makan buah-buahan seperti pepaya dan pisang, dan serangga kecil seperti ulat, belalang atau jangkerik.

Halaman | 68

I. Kipasan belang (Rhipidura javanica Sparrman) Gambar : Burung kipasan belang (Foto : Harrison, 2011)

Kipasan belang atau pied fantail (Rhipidura javanica) merupakan burung kecil yang unik. Ketika berkicau, dia akan mengembangkan bulu-bulu ekornya sehingga membentuk semacam kipas. Meski terlihat tidak menarik, karena warna bulu di tubuhnya hanya didominasi hitam, abu-abu jelaga, dan putih, beberapa keunikannya membuat siapapun yang melihat akan terpikat. Misalnya, ada

Halaman | 69

rambut panjang yang tumbuh di sekitar paruhnya seperti kumis.

1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Passeriformes Famili : Rhipiduridae Genus : Rhipidura Spesies : Rhipidura javanica Sparrman

2. Deskripsi

Kipasan belang memiliki tubuh berukuran sedang (19 cm). Dewasa: Tubuh bagian atas abu-abu jelaga. Alis, dagu, dan tenggorokan putih. Garis hitam khas pada dada. Tubuh bagian bawah putih. Ujung bulu ekor putih lebar. Remaja: tunggir dan penutup ekor atas kemerahan. Pita dada kurang terlihat. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam. Bersifat aktif, berpindah dari satu tenggeran ke yang lain. Kadang sendirian, berpasangan, atau kelompok keluarga. Kadang bergabung dalam kelompok campuran. Sarang berbentuk cawan, dari tumbuhan halus direkatkan dengan jaring laba-laba, pada dahan ramping atau tumbuhan merambat, dekat permukaan tanah. Telur berwarna kuning tua, berbintik abu-abu, jumlah 2 butir. Berbiak bulan Maret-Mei, April-Juni.

Halaman | 70

3. Habitat dan Penyebaran Daerah terbuka, hutan sekunder, hutan mangrove, pekarangan. Tersebar sampai ketinggian 1.500 m dpl. Penyebaran : Semenanjung Malaysia, Filipina, Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok. 4. Prilaku

Keunikan lain dari kipasan belang adalah secara rutin akan kembali ke daerah asal di mana dulu dia dilahirkan (istilah pada manusia pulang kampung/mudik). Belum diketahui secara pasti mengapa burung ini bisa memiliki kebiasaan tersebut. Selain itu, kipasan belang juga terkenal dengan karakternya yang sangat pemarah. Jadi, karakter burung pemarah itu bukan cuma angry bird saja. Ia bisa bersifat fighter saat berkembang biak, untuk melindungi wilayah bersarang serta akan menyerang hewan apa saja, termasuk kucing liar dan mamalia lainnya, yang melintas di sekitar pepohonan tempat mereka bersarang. Hal ini mengingatkan kita pada burung magpies di Australia yang menyerang siapapun di dekat sarangnya.

Halaman | 71

Gambar : Atraksi burung sikatan belang dengan ekor yang

mengembang di ranting pohon teh (Foto : Aries, M. 2013)

Pakan utama burung ini adalah serangga. Tidak seperti kerabat mereka, flycatcher, kipasan belang sering terlihat di dekat permukaan tanah dan bertengger pada cabang pohon yang rendah, untuk menangkap mangsa dengan sayapnya. Tangkapannya jarang meleset, karena paruhnya yang berkumis menjadi navigasi yang canggih saat mencari serangga, meski dalam cahaya yang sangar redup akibat tertutup semak belukar atau dedaunan rindang dari pepohonan. Mereka bergerak aktif di semak-semak, meluncur dari tempatnya bertengger dan melakukan manuver penerbangan penuh akrobatik. Saat berburu mencari mangsa, kipasan belang terkadang

Halaman | 72

melakukannya sendirian, tetapi terkadang bisa berpasangan. Gaya hiperaktifnya dalam memburu mangsa yang gila-gilaan itulah yang membuat burung kipasan belang dijuluki oleh masyarakat Melayu (termasuk di Malaysia) sebagai burung “murai gila“. 5. Membedakan jantan dan betina Sarang kipasan belang terlihat rapi, dibuat dari serat tanaman dan jaring laba-laba. Sarang dibangun pada cabang-cabang pohon rindang di tengah semak belukar, atau terkadang pada batang pohon bambu. Posisi sarang biasanya sangat rendah. Induk betina akan bertelur sebanyak 2 butir, dengan warna putih kekuningan dengan bintik-bintik kecoklatan. Gambar : Sarang dan dua butir telur sikatan belang (Foto

Amar S. 2011)

Halaman | 73

Gambar : burung sikatan belang sedang nangkap capung

(Foto : Mark at all. 2009)

Gambar : Induk sikatan belang sedang ngasih makan

anaknya (Foto Amar S. 2011)

Sexing pada burung ini bisa dilihat dari warna bulunya. Burung jantan memiliki warna hitam gelap di tubuhnya, sedangkan betina berwarna kecokelatan.

Halaman | 74

Gambar : Burung sikatan belang jantan, mengembangkan

ekor yang indah (Foto : Tay, 2009)

Masa berkembang biak di alam liar sekitar Februari sampai Juli. Pada bulan-bulan tersebut, mereka akan mulai mencari pasangan, kawin, bertelur, dan mengasuh anaknya. Beberapa penggemar burung kicauan di Indonesia pernah mencoba memelihara kipasan belang, tetapi pada akhirnya menyerah karena memang tak

Halaman | 75

mudah merawat burung ini. Burung ini mudah stres dan rentan mati, karena serangga harus sediakan setiap hari untuk kelangsungan hidupnya. Kipasan belang termasuk salah satu jenis burung yang dilindungi. Dari sisi populasi, sebenarnya burung ini masih aman. Dalam IUCN Red List, statusnya juga Least Concern (risiko rendah). Tetapi kita mesti taat hukum, karena Pemerintah RI telah menetapkannya sebagai burung dilindungi berdasarkan dua payung hukum berikut ini: (i). Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. (ii). Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Halaman | 76

IV. NILAI EKONOMI BURUNG Motif ekonomi adalah alasan ataupun tujuan seseorang sehingga seseorang itu melakukan tindakan ekonomi. Motif ekonomi terbagi dalam dua aspek : (i). motif intrinsik, disebut sebagai suatu keinginan untuk melakukan tidakan ekonomi atas kemauan sendiri. (ii). motif ekstrinsik, disebut sebagai suatu keinginan untuk melakukan tidakan ekonomi atas dorongan orang lain. Perburuan dan pemeliharaan burung dilatar belakangi kedua motif ekonomi tersebut

Pelaku usaha burung melibatkan beberapa rantai pemasaran, berdasarkan penelusuran di tiga kabupaten (Ciamis, Tasikmalaya dan Garut, Propinsi Jawa Barat) paling tidak melibatkan 3-4 pelaku usaha sebelum sampai ke konsumen utama, dimana marjin keuntungan bervariasi untuk setiap tingkatan. Ditingkat penjerat burung sebagai aktor utama, dimana kemampuan seorang pemikat menangkap burung berkisar antara 5-15 ekor per harinya tergantung kelimpahan burung tersebut di suatu lanskap bervegetasi. Sebagai contoh; burung kacamata yang berhasil ditangkap penjerat dari alam harga dilepas antara Rp.5.000-Rp.10.000,- per ekor ke pedagang pengepul (di desa atau ibu kota kecamatan), bandar, toko burung/pasar burung ataupun langsung ke konsumen utama/hobiis burung. Dari pengepul ke bandar, toko

Halaman | 77

burung/pasar burung ataupun langsung ke konsumen utama/hobiis burung dijual lagi dengan harga antara Rp. 7.500-Rp.12.500 per ekor. Dari bandar ke toko burung/pasar burung ataupun langsung ke konsumen utama/hobiis burung dijual lagi dengan harga antara Rp. 10.000-Rp.15.000 per ekor. Dari toko burung/pasar burung ke konsumen utama/hobiis burung dijual lagi dengan harga antara Rp. 25.000-Rp.35.000 per ekor.

Berikut harga-harga burung pekicau lokal di sentra pasar burung, Ciamis, Tasikmalaya dan Garut :

- Kacamata Jawa Rp. 25.000-Rp. 35.000,- - Cienen Rp. 25.000-Rp. 35.000,- - Ciblek Rp. 130.000 – Rp. 300.000,- - Cipeuw anakan Rp. 75.000,- - Cipeuw dewasa Rp. 40.000-Rp.50.000,- - Pengisap madu Rp. 60.000-Rp.100.000,- - Tekukur Rp. 15.000-Rp.100.000,- - Kutilang Rp. 20.000-Rp.50.000,- - Cerucuk Rp. 20.000-Rp.50.000,- - Kipasan Belang Rp. 45.000-Rp. 90.000,-

Margin keuntungan yang paling tinggi akan diperoleh oleh konsumen utama/hobiis burung, ketika burung peliharaannya tampil sebagai juara pada kontes burung yang diselenggarakan oleh komunitas burung, baik tingkat lokal, regional maupun nasional. Makin tinggi tingkat penghargaan yang diperoleh sang burung pekicau

Halaman | 78

maka akan meningkatkan harga tawar maupun jualnya. Sebagai gambaran burung kacamata jawa peraih juara pertama di regional Jawa Barat dihargai Rp. 10 juta (Adiguna, 2013)

Gambar : Rantai pemasaran burung

Halaman | 79

V. PENUTUP

Kehadiran burung pada suatu lanskap dalam rangka mencari tempat berlindung dari ancaman musuh, panas maupun hujan, mencari makan, bersosialisasi sesama jenis dan antar jenis serta membuat sarang dapat mengindikasikan bahwa lanskap tersebut sangat mendukung untuk hadirnya burung-burung tersebut. Jadi, secara ekologis, burung tersebut dapat berfungsi sebagai indikator kualitas suatu lanskap.

Burung juga dapat berperan sebagai vector penyerbukan bunga dan predator alami terhadap hama pengganggu bagi tanaman. Atraksi burung, merupakan destinasi tersendiri, karena prilaku dan lantunan suara merdu dari jenis burung pengicau dapat memuaskan bathin pendengarnya, pada kondisi ini, burung berfungsi sebagai media relaksi alternatif.

Perdagangan burung ini menggerakan roda perekonomian, serta melibatkan pelaku usaha mulai tingkat pedagang pengepul sampai pedagang besar yang bersifat masip, sejalan dengan kontes burung aktraktif dalam katagori suara; diperlombakan oleh berbagai komunitas penggemar burung baik regional maupun nasional di tanah air akhir-akhir ini. Jika hal ini berlanjut dikhatirkan kelimpahan burung di alam akan punah, sehingga langkah-langkah konservasi perlu

Halaman | 80

dipikirkan, disamping itu, win-win solution perlu ditempuh juga, karena sangat sulit memantau perburuan, ditambah lagi tidak semua jenis burung kacamata masuk dalam daftar jenis yang dilindungi. Berdasarkan PP No. 7 tahun 1999, dari 22 jenis keluarga Zosteropidae yang ada di Indonesia baru burung kacamata leher abu-abu (Lopozosterops javanica) yang sudah masuk daftar burung yang dilindungi.

Burung pekicau kipasan belang (Rhipidura javanica Sparrman) yang sering hadir di areal arboretum BPTA adalah jenis burung yang dilindungi Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jadi merupakan kebanggaan apabila burung tersebut betah tinggal di areal kampus BPTA. Karena masih sedikitnya burung pekicau yang dilindungi peraturan/undang-undang baik nasional maupun internasional, maka melalui komunitas burung pekicau lokal, regional dan nasional, agar mengarahkan para anggotanya untuk memelihara dan membeli burung yang berasal dari penangkaran bukan hasil penangkapan langsung dari alam dan burung pekicau yang diperlombakan harus dipersyaratkan berasal dari

Halaman | 81

penangkaran yang dibuktikan dengan sertifikat asal-usul burung dari instansi terkait. Diharapkan dengan perlakuan seperti tersebut mampu menahan laju kepunahan burung pekicau di alam.

Halaman | 82

PUSTAKA ACUAN ______, 1990. Undang-Undang (UU) Nomor 5

Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

______, 1999. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Adiguna, WP. 2013. Burung Kacamata Banyak Digemari orang. Bisnis Indonesia. bisnis-jabar.com

Adityadha. 2012. Orthomus sutorius. Common Tailorbird at Madhurawada, Visakhapatnam.

Aliftrinendra, 2012. Burung Kutilang Amama, FP., 2007. Dari mana datang suara ?.

Majalah Burung Indonesia No. 4. Edisi Maret 2007.

Amar Singh, 2011. Pied Faintail (Rhipidura javanica). Nest with eggs.

Ariefrahman, 2012. Pycnonotus aurigaster. Sooty-headed Bulbul feeding.

Aries, M. 2013. Burung kipasan belang alias “murai gila” yang unik.

Ayat, A. 2011. Panduan Lapangan. Burung-burung Agroforest di Sumatera. World Agroforestry Centre. Bogor-Indonesia.

BirdLife International. 2012. "Zosterops flavus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.1. International Union for Conservation of Nature.

Halaman | 83

BirdLife International. 2012. "Aegithina tiphia". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.1. International Union for Conservation of Nature.

Cheong, TG. 2008. Nesting of Common Iora. Bird Ecology Study Group.

Coates, B.J. and K.D. Bishop. 2000. Panduan lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea. BirdLife IP & Dove Publication. Bogor.

Devendra B. 2003. Nest feeding. Trek Nature. India. Fatih, PR. 2012. Javan White-Eye at Mangrove.

Surabaya. Indonesia Fuad Hasan, 2012. Info tentang Perenjak Jawa Guy Poisson, 2012. Yellow-vented Bulbul

(Pycnonotus goiavier). The Internet Bird Collection (IBC).

Harrison, JJ. 2011. Pied Fantail (Rhipidura javanica), Laem Phak Bia, Ban Laem, Phetchaburi, Thailand

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I-IV. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.

Ian Mardiana, 2010. Merbah Cerucuk. Telur. Kadugede 1 Kuningan, Jawa Barat. Foto Biodiversitas Indonesia (fobi).

Jonson, D. 2008. Olive-backed Sunbird hovering Joseph Chai, 2009. Feeding-Vertebrates, Nesting,

Pigeon-Dove. Spotted Dove Nesting. Bird Ecology Study Group.

Halaman | 84

King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-East Asia. Collins. London.

Lee Tiah Khee, 2009. Feeding Chicks. Common Iora and Chicks. Bird Ecology Study Group.

MacKinnon, J. 1984. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press.

MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta.

MacKinnon, J., K. Phillipps, and B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. LIPI dan BirdLife IP. Bogor.

Mariane de Nazareth, 2012. The Bird with the White Spectacles.

Redzlan AR. 2010. Common Iora, Nest. Ryan M. 2012. Burung Cipoh – Aegithina tiphia

(Aegithidae). Seshasayee, BT. 2011. Common Iora-Male building

nest. Oriental Bird Images. A Database of the Oriental Bird Club.

Souray Mahmud, 2009. Common Iora Aegithina tiphia-Nest with eggs. Oriental Bird Images. A Database of the Oriental Bird Club.

Tay M. 2009. Pied Fantail in Partial Moult. Bird Ecology Study Group.

Teo, S. 2012. Habitat, Sunbirds. in Feeding-plants. Bird-Plant Relationship at Singapore‟s Pungol Park Bird Ecology Study Group.

Halaman | 85

Wee, YC. 2009. Observations on the Behaviour of the Yellow-Vented Bulbul, Pycnonotus goiavier Scopoli In Two Instances of Failed Nesting. National University of Singapore. Nature in Singapore. 2: 347-352

Vijay, 2005. Male tailorbird Orthotomus sutorius Vimeo, 2012. Yellow Vented Bulbul feeding her

Nesting Chicks in Bangkok, Thailand. W.Tarboton, 2012. Nest and Eggs. Of Southern

Africant Bird. Widuri RT. 2007. Burung Peliharaan : Terkurung

dalam Sangkar Emas. Majalah Burung Indonesia No. 4. Edisi Maret 2007.

Yanen. 2008. Burung Ciblek (Prinia familiaris) Jakarta. Indonesia.

YC & Chan, M. 2007. Feeding the Chicks. Oriental

White-Eye. Bird Ecology Study Group.