61063-2-237132311827

13
9 2 Single Test - Kraeplin Diah Widiawati, M.Psi Pada pertemuan pertama kemarin, kita sudah membahas mengenai Definisi Bakat, Faktor yang Mempengaruhi Bakat, Tujuan Mengetahui Bakat, Kedudukan Tes Bakat dalam Klasifikasi Tes Psikologi, Sejarah Munculnya Tes Bakat, Faktor yang Diungkap dalam Tes Bakat, dan Jenis-jenis Tes Bakat. Pada pertemuan kali ini, kita akan membahas mengenai Tes Kraeplin. Tes Kraeplin merupakan salah satu jenis Tes Bakat dari kelompok Single Test, seperti yang tergambar dalam gambar di bawah ini. SEJARAH TES KRAEPLIN Tes Bakat Kelompok Single Test Kelompok Battery Test DAT GATB FACT Tes Sensori Tes Artistik Tes Klerikal Tes Kreativitas Kraeplin Pauli

description

ekonomi

Transcript of 61063-2-237132311827

Page 1: 61063-2-237132311827

9

2Single Test - Kraeplin Diah Widiawati, M.Psi

Pada pertemuan pertama kemarin, kita sudah membahas mengenai Definisi Bakat,

Faktor yang Mempengaruhi Bakat, Tujuan Mengetahui Bakat, Kedudukan Tes Bakat

dalam Klasifikasi Tes Psikologi, Sejarah Munculnya Tes Bakat, Faktor yang Diungkap

dalam Tes Bakat, dan Jenis-jenis Tes Bakat.

Pada pertemuan kali ini, kita akan membahas mengenai Tes Kraeplin. Tes Kraeplin

merupakan salah satu jenis Tes Bakat dari kelompok Single Test, seperti yang

tergambar dalam gambar di bawah ini.

SEJARAH TES KRAEPLIN

Emil Kraeplin (Psikiater Jerman).

Pada akhir abad ke 19, Emil Kraepelin berhasil menciptakan alat tes

psikologi untuk mengungkap ketekunan, ketelitian dan daya tahan.

Pada awal pembuatan tes tersebut, ada beberapa aspek yang dapat

diungkap, yaitu : ingatan, hal-hal yang berhubungan dengan

kelelahan, distraksi atau gangguan.

Sebagai salah satu Tes Psikologi, Tes Kraeplin memiliki berbagai fungsi, sesuai dengan

konteks atau aplikasinya, yaitu :

Tes Bakat

Kelompok Single Test

Kelompok Battery Test

DAT GATB FACTTes Sensori Tes Artistik

Tes Klerikal Tes Kreativitas

KraeplinKraeplin Pauli

Page 2: 61063-2-237132311827

9

2Single Test - Kraeplin Diah Widiawati, M.Psi

1. Tujuan Awal – Dalam Konteks Klinis. Sifat dari Tes Kraeplin pada awalnya adalah

klinis. Artinya, Tes Kraeplin digunakan dalam konteks klinis, yaitu untuk membuat

deskripsi dan membedakan antara manusia yang normal dan yang abnormal.

2. Mengalami Perkembangan – Dalam Konteks Pendidikan atau Industri

Organisasi. Sesuai dengan perkembangan ilmu dan jaman, maka Tes Kraeplin

tidak hanya untuk membedakan manusia normal dan abnormal. Namun, Tes

Kraeplin berkembang menjadi Tes Bakat, dengan cara mengubah tekanan pada

proses skoring dan interpretasi.

3. Dalam Kondisi Saat Ini – Dalam Konteks Klinis, Pendidikan, Industri

Organisasi. Dalam masa sekarang ini, Tes Kraeplin digunakan dalam banyak

konteks atau bidang, yaitu sebagai :

a. Tes Bakat atau Tes Sikap Kerja . Tes Kraeplin sebagai Tes Bakat atau Tes Sikap

Kerja lebih menekankan pada skoring dan interpretasi secara objektif, bukan

pada arti proyektif. Berdasarkan hasil perhitungan objektif dapat diungkap empat

faktor bakat (Marcham dalam Frida Mangunsong, 1990), yaitu : faktor kecepatan,

ketelitian, keajegan, dan ketahanan seseorang.

b. Tes Kepribadian untuk menentukan tipe performance seseorang . Tes Kraeplin

sebagai Tes Kepribadian dapat digunakan untuk melihat nilai proyektif. Misalnya:

Penjumlahan rendah dibawah normal, menunjukkan kemungkinan gejala

depresi.

Terjadinya kesalahan hitung terlalu banyak, menunjukkan kemungkinan

distraksi mental.

Terjadinya ritme terlalu tajam (grafik turun-naik secara tajam), menunjukkan

kemungkinan epilepsi atau hilangnya ingatan sesaat pada waktu

mengerjakan tes.

Rentang ritme yang terlalu besar (titik tertinggi dan terendah terlalu jauh),

menunjukkan kemungkinan terjadinya gangguan emosional.

Sehingga, jika Sejarah Perkembangan Tes Kraeplin digambarkan dalam sebuah

gambar, maka hasilnya akan tampak seperti gambar dalam halaman berikut ini.

Page 3: 61063-2-237132311827

9

2Single Test - Kraeplin Diah Widiawati, M.Psi

PERSPEKTIF PARA TOKOH MENGENAI TES KRAEPLIN

Ada beberapa tokoh yang memberikan pendapat atau pandangan mengenai Tes

Kraeplin ini, yaitu :

1. Marcham Darokah. Marcham menyebutkan bahwa Tes Kraeplin dapat mengungkap

empat faktor bakat, seperti kecepatan, ketelitian, keajegan, dan ketahanan.

2. Guilford. Guilford menyatakan bahwa Tes Kraeplin ini dapat ditinjau dari dua sisi,

yaitu : (a) Dari Fungsi Mental, tes Kraeplin dengan penjumlahan item yang berupa

angka-angka satuan termasuk dalam kemampuan berpikir konvergen. Kemampuan

berpikir konvergen adalah kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah dengan

menggunakan suatu solusi yang benar dari informasi yang tersedia. Ellis dan Hunt

menyatakan bahwa berpikir konvergen adalah berpikir yang langsung mengarah

pada satu jawaban tunggal yang spesifik. Dengan perkataan lain, Guilford

menyatakan bahwa tes Kraeplin bukan termasuk kemampuan berpikir divergen.

Kemampuan berpikir divergen (kreativitas berpikir) adalah kemampuan untuk

menghasilkan sesuatu yang berbeda, dengan banyak cara pemecahan atau ide ;

kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban baru dan tidak biasa ; (b) Dari

Isi Item, tes Kraeplin termasuk dalam faktor Numerical Ability, yaitu kecakapan atau

kemampuan menggunakan angka dengan cepat dan teliti.

3. Anastasi. Anastasi menyatakan bahwa item dalam tes Kraeplin mengandung salah

satu kemampuan mental primer yaitu faktor bilangan atau angka, dimana di

Page 4: 61063-2-237132311827

9

2Single Test - Kraeplin Diah Widiawati, M.Psi

dalamnya terdapat keterampilan menghitung aritmatika sederhana dengan cepat

dan teliti. Konsep Kemampuan Mental Primer ini dikemukakan oleh Louis Leon

Thurstone dan Thelma Gwinn Thurstone. Mereka percaya bahwa tidak ada faktor g

dalam inteligensi. Mereka yakin bahwa inteligensi terdiri dari enam kemampuan

mental primer, yaitu : (a) Verbal : kata, kosakata, bahasa ; (b) Number : hitungan ;

(c) Spatial : mengenali bentuk visual ; (d) Word Fluency : mencerna cepat kata-kata

tertentu ; (e) Memory : mengingat ; (f) Reasoning : memecahkan masalah, menalar.

ADMINISTRASI TES KRAEPLIN

Dalam administrasi tes Kraeplin, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Bentuk Tes. Bentuk Tes Kraeplin berupa satu lembar kertas dobel kuarto

memanjang bolak-balik, yang terdiri atas empat halaman, yaitu : (1) Halaman

pertama berisi kolom identitas subjek dan contoh tes ; (2) Halaman kedua dan ketiga

berisi soal tes ; (3) Halaman keempat berisi kolom pembuatan grafik dan interpretasi.

Lembar tes Kraeplin ini adalah lembar tes yang hanya satu kali penggunaan.

2. Alat Tambahan. Selain lembar tes, dalam pelaksanaan Tes Kraeplin dibutuhkan

juga stopwatch dan alat tulis.

3. Stimulus Tes. Stimulus dalam Tes Kraeplin berupa angka-angka, dari 0 sampai 9,

yang tersusun dalam 50 lajur atau deret.

4. Tugas Testee. Dalam Tes Kareplin, testee diminta untuk menjumlahkan angka-

angka secara berurutan dari bawah ke atas, untuk dua angka yang berdekatan,

tanpa ada angka yang dilewati.

5. Waktu. Tes Kraeplin membutuhkan waktu sekitar 20 menit, dengan perincian

sebagai berikut : 4 menit untuk mengisi identitas, 2 menit untuk memberikan

instruksi, 1 menit untuk berlatih mengerjakan contoh tes, dan 12,5 menit untuk

mengerjakan tes yang sesungguhnya. Setiap deret atau lajur diberi waktu 15 detik,

dan setiap 15 detik tersebut akan ada aba-aba untuk segera pindah mengerjakan

deret atau lajur berikutnya.

6. Cara Penyajian. Tes Kraeplin dapat disajikan kepada testee, baik secara individual

atau Klasikal (Berkelompok).

7. Prosedur Tes. Tes Kraeplin memiliki prosedur pelaksanaan tes, yaitu :

a. Tester membagikan lembar tes Kraeplin kepada testee

Page 5: 61063-2-237132311827

9

2Single Test - Kraeplin Diah Widiawati, M.Psi

b. Tester meminta testee mengisi identitas diri di halaman 1.

c. Tester mengingatkan testee untuk tidak membuka lembar tes sebelum ada

instruksi dari tester.

d. Tester memberikan contoh cara pengerjaan tes di halaman 1, kemudian

meminta testee mengerjakan bagian contoh sebagai latihan.

e. Tester memberikan Instruksi Tes Kraeplin : “Dalam tes ini, anda akan

menghadapi angka-angka. Tugas anda adalah menjumlah angka dengan 1

angka di atasnya. Jadi anda menjumlahkan dari bawah ke atas. Dari hasil

penjumlahan, anda hanya tuliskan satuannya saja. Tuliskan angka satuan itu,

tepat di sebelah kanan, di antara dua angka yang anda jumlahkan tadi. Jika anda

membuat kesalahan penulisan jawaban, tidak perlu menghapus jawaban, tetapi

coret jawaban yang salah, kemudian perbaiki di sebelahnya. Setiap beberapa

saat, anda akan mendengar kata pindah. Itu artinya, anda harus pindah ke lajur

di sebelah kanan, untuk melakukan tugas yang sama.

SCORING TES KRAEPLIN

Dalam sebuah pengetesan dengan tes apapun, maka langkah kedua setelah

pelaksanaan tes adalah melakukan penilaian (scoring). Tidak terkecuali dalam hal ini

adalah Tes Kraeplin. Dalam Tes Kraeplin, ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam

tahap Scoring, yaitu :

1. Tester memeriksa semua hasil penjumlahan angka dalam setiap lajur satu per satu.

Angka penjumlahan yang salah (errors) dan terlewati (skipped) diberi tanda sendiri.

2. Tester menghitung prestasi testee di kolom bawah (∑ Benar, ∑ Salah, dan ∑

skipped pada masing-masing lajur).

3. Tester menghitung ∑ Benar pada keseluruhan lajur.

4. Tester menghitung ∑ Salah pada keseluruhan lajur.

5. Tester menghitung ∑ Skipped pada keseluruhan lajur.

6. Tester memasukkan ∑ Benar pada masing-masing lajur ke dalam kolom grafik di

halaman 4.

Page 6: 61063-2-237132311827

9

2Single Test - Kraeplin Diah Widiawati, M.Psi

7. Tester mencari Skor Kecepatan Kerja (PANKER) dari testee.

Skor Kecepatan Kerja adalah jumlah hasil penjumlahan yang benar pada seluruh

lajur, dibagi dengan jumlah seluruh lajur. Skor yang diperoleh merupakan Raw Score

/ Skor Kasar dari Kecepatan Kerja testee. Raw Score ini akan diubah ke Scale

Score. Untuk mengubah Raw Score menjadi Scale Score, diperlukan Tabel

PANKER, seperti yang terdapat di bawah ini.

Rumus Kecepatan Kerja : ∑ TB = Raw Score à Scale Sore

50

Tabel PANKER

RS 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

SS 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 99

Ket

Rendah Sekali Rendah Agak

Rendah

Sedang Cukup

Tinggi

Tinggi Tinggi Sekali

Kurang Sekali Kurang Cukup Baik Baik Sekali

8. Tester mencari Skor Ketelitian Kerja (TINKER) dari testee.

Skor Ketelitian Kerja adalah jumlah kesalahan penjumlahan dan jumlah angka yang

terlewati. Skor yang diperoleh merupakan Raw Score / Skor Kasar dari Ketelitian

Kerja testee. Raw Score ini akan diubah ke Scale Score. Untuk mengubah Raw

Score menjadi Scale Score, diperlukan Tabel TINKER, seperti yang terdapat di

bawah ini. Rumus Ketelitian Kerja = (∑ error + ∑ skipped) = Raw Score à SS

Tabel TINKER

RS 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 >20

SS 99 95 90 85 80 75 70 65 65 60 60 55 55 50 50 50 45 45 40 40 35

Ket

Tinggi Sekali Tinggi Cukup

Tinggi

Sedang Agak rendah Rendah Rendah

Sekali

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang

Page 7: 61063-2-237132311827

9

2Single Test - Kraeplin Diah Widiawati, M.Psi

Sekali

9. Tester mencari Skor Keajegan Kerja (JANKER) dari testee.

Skor Keajegan Kerja dapat dilihat dari grafik di halaman 4. Selain itu, Skor Keajegan

Kerja dapat diketahui dengan melihat jarak antara jumlah benar tertinggi dikurangi

jumlah benar terendah. Skor yang diperoleh merupakan Raw Score / Skor Kasar dari

Keajegan Kerja testee. Raw Score ini akan diubah ke Scale Score. Untuk mengubah

Raw Score menjadi Scale Score, diperlukan Tabel JANKER, seperti yang terdapat di

bawah ini. Rumus Keajegan Kerja = ∑ B tertinggi - ∑ B terendah = RS à SS.

Tabel JANKER

RS 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 >20

SS 99 99 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 50 45 40 35 30 25 20 15 10

Ket

Tinggi Sekali Tinggi Cukup

Tinggi

Sedang Agak

Rendah

Rendah Rendah Sekali

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

10. Tester mencari Skor Ketahanan Kerja (HANKER) dari testee.

Skor Ketahanan Kerja dapat dilihat dari grafik di halaman 4. Selain itu, Skor

Ketahanan Kerja dapat diketahui dengan menjumlahkan Scale Score Panker dengan

Scale Score Janker, kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dua. Skor yang

diperoleh merupakan Scale Score Ketahanan Kerja. Untuk mengetahui kategori

ketahanan kerja testee, maka dibutuhkan Tabel HANKER, seperti yang terdapat di

bawah ini.

Rumus Ketahanan Kerja = Scale Score Panker + Scale Score Janker

2

Tabel HANKER

SS 99 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0

Page 8: 61063-2-237132311827

9

2Single Test - Kraeplin Diah Widiawati, M.Psi

Ket

Tinggi Sekali Tinggi Cukup

Tinggi

Sedang Agak

Rendah

Rendah Rendah Sekali

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

INTERPRETASI TES KRAEPLIN

Langkah ketiga setelah proses penilaian, maka tester perlu melakukan interpretasi hasil

tes. Tes Kraeplin mengungkap empat aspek, yaitu :

1. Kecepatan. Dari aspek ini, tester dapat melihat bagaimana tempo kerja dari testee.

2. Ketelitian. Dari aspek ini, tester dapat mengetahui bagaimana kualitas dan

konsentrasi kerja testee. Jika testee memperoleh Raw Score > 8, maka skor ini

menunjukkan kecenderungan testee untuk bersikap tidak teliti, ceroboh, atau kurang

berkonsentrasi dalam bekerja. Jika testee memperoleh Raw Score < 8, maka skor ini

mengindikasikan bahwa testee memiliki ketelitian, kualitas kerja, dan konsentrasi

yang baik.

3. Keajegan. Dari aspek ini, tester dapat melihat bagaimana stabilitas emosi dari

testee. Stabilitas emosi adalah kemampuan mempertahankan emosi dan tidak

mudah terpengaruh oleh hal di sekitar yang mengganggu. Jika testee memperoleh

Raw Score > 8, maka skor ini menunjukkan bahwa testee cenderung memiliki emosi

yang tidak stabil. Jika testee memperoleh Raw Score < 8, maka skor ini

menunjukkan bahwa testee cenderung memiliki emosi yang stabil.

4. Ketahanan. Dari aspek ini, tester dapat melihat bagaimana daya tahan testee

terhadap situasi menekan (stres). Dari grafik, tester juga dapat melihat bagaimana

ketahanan kerja testee. Jika grafik tinggi dan cenderung stabil, maka ketahanan

kerja testee cenderung tinggi. Jika grafik rendah, maka ketahanan kerja testee

cenderung rendah. Jika grafik menanjak, maka motivasi testee dalam menghadapi

situasi menekan dan motivasi berprestasi semakin besar. Jika grafik menurun, maka

motivasi testee dalam menghadapi situasi menekan dan motivasi berprestasi

semakin rendah.

Setelah melakukan interpretasi, maka tester dapat membuat kesimpulan dari hasil tes

Kraeplin berdasarkan empat aspek tersebut. Dengan kesimpulan ini, tester dapat

melihat kekuatan dan kelemahan testee.

Page 9: 61063-2-237132311827

9

2Single Test - Kraeplin Diah Widiawati, M.Psi

PELAPORAN HASIL TES KRAEPLIN

Langkah terakhir yang diperlukan tester adalah membuat laporan, dengan format

tertentu, misalnya seperti format di halaman berikut ini.

Daftar Pustaka

Aiken, L.R & Groth-Marnat, G (2009). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi, Jilid 2, Edisi Kedua Belas. Jakarta : Indeks

Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta : PT Indeks.

Sugiyanto, dkk (1984). Informasi Tes, Khusus untuk Profesi Psikologi, Edisi Kedua. Yogyakarta : Unit Pengembangan Alat Tes Psikodiagnostika, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

LAPORAN TES KRAEPLIN

Tujuan Pemeriksaan :

Tanggal Pemeriksaan :

A. IDENTITAS SUBJEK

Nama :Jenis Kelamin :Tempat/Tanggal Lahir :Alamat :Suku/Agama :Pendidikan :

B. INTERPRETASI HASIL TES____________________________________________________________________________________________________________________________

C. KESIMPULAN____________________________________________________________________________________________________________________________

Mari kita sama-sama memegang Kode Etik Psikologi, dengan cara :

Tidak menyebarluaskan file ini kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

Tidak melakukan manipulasi dalam pelaksanaan tes, scoring, dan interpretasi tes.

Mari kita sama-sama memegang Kode Etik Psikologi, dengan cara :

Tidak menyebarluaskan file ini kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

Tidak melakukan manipulasi dalam pelaksanaan tes, scoring, dan interpretasi tes.