60692858 Etika Rumah Sakit

8
Etika Rumah Sakit : Tentang identifikasi masalah dan mekanisme untuk pemecahannya Etika rumah sakit adalah etika terapan (applied ethics) atau etika praktis (practical ethics), yaitu moralitas atau etika umum yang diterapkan pada isu-isu praktis, seperti perlakuan terhadap etnik- etnik minoritas, keadilan untuk kaum perempuan, penggunaan hewan untuk bahan makanan atau penelitian, pelestarian lingkungan hidup, aborsi, etanasia, kewajiban bagi yang mampu untuk membantu yang tidak mampu, dan sebagainya. Jadi, etika rumah sakit adalah etika umum yang diterpakan pada (pengoperasian) rumah sakit. Oleh karena itu, mendahului diskusi tentang etika rumah sakit perlu ada uraian singkat tentang etika umum. Baru kemudian tentang etika institusional rumah sakit dan potensi masalahnya. Uraian pendahuluan itu perlu untuk landasan identifikasi dan kemudian upaya pemecahan masalah-masalah etika rumha sakit. Etika (Umum) Etika (umum) ; Istilah dengan aneka ragam arti Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas. Moralitas adalah ha-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. Franz Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak ? Peter Singer, filusf kontemporer dari Australia menilai kata etika dan moralitas sama artinya, karena itu dalam buku-bukunya ia menggunakan keduanya secara tertukar-tukar. Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat. Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan pada tingkat akhir walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit. Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk diterapkan dan

description

Etika Rumah Sakit

Transcript of 60692858 Etika Rumah Sakit

  • Etika Rumah Sakit : Tentang identifikasi masalah dan mekanisme untuk pemecahannya

    Etika rumah sakit adalah etika terapan (applied ethics) atau etika praktis (practical ethics), yaitu moralitas atau etika umum yang diterapkan pada isu-isu praktis, seperti perlakuan terhadap etnik-etnik minoritas, keadilan untuk kaum perempuan, penggunaan hewan untuk bahan makanan atau penelitian, pelestarian lingkungan hidup, aborsi, etanasia, kewajiban bagi yang mampu untuk membantu yang tidak mampu, dan sebagainya.

    Jadi, etika rumah sakit adalah etika umum yang diterpakan pada (pengoperasian) rumah sakit. Oleh karena itu, mendahului diskusi tentang etika rumah sakit perlu ada uraian singkat tentang etika umum. Baru kemudian tentang etika institusional rumah sakit dan potensi masalahnya. Uraian pendahuluan itu perlu untuk landasan identifikasi dan kemudian upaya pemecahan masalah-masalah etika rumha sakit.

    Etika (Umum)

    Etika (umum) ; Istilah dengan aneka ragam arti

    Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas. Moralitas adalah ha-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. Franz Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak ? Peter Singer, filusf kontemporer dari Australia menilai kata etika dan moralitas sama artinya, karena itu dalam buku-bukunya ia menggunakan keduanya secara tertukar-tukar.

    Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat.

    Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan pada tingkat akhir walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit.

    Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk diterapkan dan

  • dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.

    Hal-hal yang bukan etika

    Untuk melengkapi tentang etika, perlu juga ditambahkan tentang apa yang menurut Peter Singer sebenarnya bukan etika (What ethics is not)

    1. Etika bukan seperangkat larangan khusus yang hanya berhubungan dengan perilaku seksual.

    2. Etika bukan sistem yang ideal, luhur dan baik dalam teori, namun tidak ada gunanya dalam praktek.Agaknya, penilaian demikianlah yang apriori diberikan oleh masyarakat jika ada kasus kejadian klinis yang tidak dinginkan dibawa ke MKEK.

    3. Etika bukan sesuatu yang hanya dapat dimengerti dalam konteks agama. Ini tentulah pemikiran sekuler. Menurut ajaran agama, sesuatu yang secara moral 'baik' adalah sesuatu yang sangat disetujui dan disenangi Tuhan. Sedangkan Singer berpendapat (sama dengan Plato 2000 tahun sebelumnya), suatu perbuatan manusia adalah baik karena disetujui Tuhan, bukan sebalikny karena disetujui Tuhan perbuatan itu mnejadi baik. Kontradiksi pendapat tentang ini sudah berlangsung berabad-abad, dan mungkin akan berlangsung terus.

    4. Etika bukan sesuatu yang relatif atau subjektif. Sangkalan Singer terhadap anggapan keempat ini tidak dijelaskan lebih lnajut disini, karena elaborasinya dari sudut historis dan falsafah yang panjang dan rumit.

    Dapat dilihat, bahwa empat hal yang dianggap bukan etika di atas adalah sanggahan Peter Singer terhadap apa yang dianggapnya sistem nilai umum dalam masyarakat.

    Jenjang perkembangan dari ajaran moral sampai kode etik

    1. Ajaran moral : Ajaran tentang bagaimana manusia harus hidup dan berbuat agar menjadi manusia yang baik

    2. Moral : Sistem nilai atau konsensus sosial tentang motivasi, perilaku dan perbuatan tertentu dinilai baik atau buruk.

    3. Falsafah moral : Falsafah atau penalaran moral yang menjelaskan mengapa perbuatan tertentu dinilai baik, sedangkan perbuatan lain buruk.

    4. Falsafah moral menghasilkan teori-teori etika. 5. Teori-teori etika : Kerangka untuk berpikir tentang apakah suatu perbuatan dapat

    diterima dinilai dari pendekatan moral. Dua teori etika klasik yang paling terkenal adalah Utilitiarisme dan Deontologi. Teori utilitiarisme menilai baik-buruknya suatu tindakan dari hasil atau dampak tindakan itu. Jika hasilnya baik (the greatest good for the greates number), secara moral tindakan itu adalah baik. Teori Deontologi berkata lain ; lakukan kewajiban (Deon = Kewajiban), jangan lihat hasil atau dampaknya.

    6. Asas-asas etika : Penerapan teori-teori etika dalam praktek. Dua asas etika klasik adalah beneficence (kewajiban untuk berbuat baik) dan normaleficence (kewajiban untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan oranglain). Dua asas etika kontemporer adalah menghormati manusia (respect for reason) dan keadilan (justice).

    7. Aturan-aturan etika : Seperangkat standar atau norma yang diturunkan dari asas-asas etika dan bertujuan mengatur perilaku perbuatan manusia.

    8. Kode etik profesi : Seperangkat aturan etika khusus sebagai consensus semua anggota asosiasi profesi, yang memuat amar dan larangan yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh semua anggota asosiasi dalam menjalankan fungsi dan kegiatan profesionalnya. Perlu pemahaman tentang jenjang dan hubungan antara konsep-konsep seperti yang ditayangkan pada bagian di atas, terutama tentang beberapa teori etika yang utama, tentang asas-asas etika, dan kode etik.

  • Oleh karena -seperti akan di elaborasi lebih lanjut di belakang nanti- terutama asas-asas etika dan kode etik profesi adalah alat pengukur untuk menilai apakah dalam kasus tertentu di Rumah Sakit terjadi pelanggaran etika atau tidak.

    Kelahiran Etika Rumah Sakit

    Etika Rumah Sakit yaitu etika praktis yang dikembangkan untuk Rumah Sakit sebagai suatu institusi lahir pada waktu yang hampir bersamaan dengan kehadiran etika biomedis. Atau dapat juga dikatakan etika institusional rumah sakit adalah pengembangan dari etika biomedika (bioetika). Karena masalah-masalah atau dilema etika yang baru sama sekali sebagai dampak atau akibat dari penerapan kemajuan pesat ilmu dan teknologi biomedis, justru terjadi di rumah sakit. Sebagai contoh, dapat disebut kegiatan reproduksi dibantu transplantasi organ.

    Penggunaan alat-alat medis teknologi tinggi untuk menunjang hidup, operasi ganti kelamin, penelitian serta uji-coba klinis, dan beberapa terobosan baru lain dari revolusi biomedis sejak tahun 1960-an yang semuanya dilaksanakan di Rumah Sakit.

    Komponen-komponen etika Rumah Sakit

    Etika rumah sakit terdiri atas dua komponen :

    Etika administratif Etika biomedis

    Klasifikasi ini sesuai dengan dua bidang governance di rumah sakit :corporate governance dan clinical governance dengan wilayah tumpang tindih di antara keduanya. Dapat dikatakan pada banyak masalah etika biomedis ada aspek etika administratifnya dan pada semua kegiatan klinis ada potensi isu etisnya. Isu-isu atau potensi masalah etika yang terkait dengan masing-masing komponen etika rumah sakit itu didiskusikan berikut ini :

    Isu-isu etika administratif

    Potensi isu etika administratif yang pertama terkait dengan kepemimpinan dan manajemen di rumah sakit. Fungsi manajemen mencakup antara lain kegiatan menentukan obyektif, menentikna arah dan memberi pedoman pada organisasi. kegiatan-kegiatan kepemimpinan dan manajemen ini paling sensitif secara etis. Artinya dalam pelaksanaannya seorang pemimpin yang manajer puncak sangat mudah-disadari atau tidak melanggar asas-asas etika beneficence, nonmaleficence, menghormati manusia dan berlaku adil.

    Apalagi jika Direktur Rumah Sakit berprilaku diskrimatif dan menerapkan standar ganda; ia menuntut orang lain mematuhi standar-standar yang ditetapkan. Sedangkan ia sendiri tidak mau memberi teladan sesuai dengan standar-standar itu

    Potensi isu etika administratif berikutnya adalah tentang privasi. Privasi menyangkut hal-hal konfidensial tentang pasien, seperti rahasia pribadi, kelainan atau penyakit yang diderita, keadaan keuangan, dan terjaminnya pasien dari gangguan terhadap ketersendirian yang menjadi haknya. Adalah kewajiban etis rumah sakit untuk menjaga dan melindungi privasi dan kerahasiaan pasiennya. Harus diakui, hal itu tidak selalu mudah.

  • Misalnya kerahasiaan rekam medis pasien sukar dijaga, karena rumah sakit modern data dan informasi yang terdapat di dalamnya terbuka bagi begitu banyak petugas yang karena kewajibannya memang berhak punya akses terhadap dokumen tersebut. Dapat juga terjadi dilema etika administratif, jika terjadi keterpaksaan membuka kerahasiaan karena suatu sebab di satu pihak lain kewajiban moral untuk menjaganya

    Persetujuan tindakan medis (Informed consent). Masalah etika administratif dapat terjadi, jika informed consent tidak dilaksanakan sebagaimana seharusnya, yaitu persetujuan yang diberikan secara sukarela oleh pasien yang kompeten kepada dokter untuk melakukan tindakan medis tertentu pada dirinya, setelah ia diberi informasi yang lengkap dan dimengerti olehnya tentang semua dampak dan resiko yang mungkin terjadi sebagai akibat tindakan itu atau sebagai akibat sebagai tidak dilakukan tindakan itu. Dalam banyak hal, memang tidak terjadi banyak masalah etika, jika intervensi medis berjalan aman dan outcome klinis sesuai dengan apa yang diharapkan semua pihak.

    Tetapi, dapat saja terjadi suatu tindakan invansif ringan yang rutin dikerjakan sehari-hari- misalnya-apendektomi- berakibat fatal. Kasus demikian dapat menjadi penyesalan berkepanjangan.Dapat juga terjadi dilema etik pada dokter dirumah sakit, yang tega mengungkapkan informasi yang selengkapnya kepada pasien, karena ia tahu jika itu dilakukan pasien akan jadi bingung, fanik, dan takut sehingga ia minta dipulangkan saja untuk mencari pengobatan alternatif. padahal dokter percaya bahwa tindakan medik yang direncanakan masih besar kemungkinannya untuk menyelamatkan pasien.

    Dilema etika administratif berikutnya di rumah sakit dapat terjadi berhubung dengan faktor-faktor situasi keuangan. Contoh-contoh berikut ini terjadi sehari-hari.

    1. Apakah kemampuan pasien membayar uang muka adalah faktor yang mutlak bagi rumah sakit untuk memberikan pertolongan kepadanya. karena pertimbangan tertentu, pemilik atau manajeman rumah sakit mengalokasikan dana yang terbatas untuk proyek tertentu,dan dengan demikian mengakibatkan kebutuhan lain yang mungkin lebih mendesak, lebih besar manfaatnya, dan lebih efektif biaya.

    2. Bagaimana sikap rumah sakit terhadap dokter tertentu sangat tinggi tarif jasanya. Jika ditegur ia pasti akan marah, dan mungkin akan hengkang kerumah sakit lain. padahal ia patient getter yang merupakan 'telur emas'bagi rumah sakit.

    3. Bagaimana sikap terhadap pasien yang kurang tepat waktu melunasi piutang periodiknya, padahal ia sangat memerlukan tindakan khusus lanjutan.

    4. Untuk rumah sakit milik pemodal, bagaimana sikap manajemen jika ada konflik kepentingan antara kebutuhan pasien dengan keingginan pemegang saham yang melihat sesuatu hanya dari perhitungan bisnis.

    5. Bagaimana jika ada konflik kepentingan antara pemilik, manajemen dan para klinis yang akar masalahnya adalah soal keuangan dan pendapatan. Bagaimana sikap manajemen terhadap dokter tertentu yang dapat diduga melakukan moral hazard dengan berkolusi dengan PBF.

    6. Bagaimana sikap rumah sakit terhadap teknologi mahal;disatu pihak diperlukan untuk meningkatkan posisi dan citra rumah sakit, di pihak lain potensi moral hazard juga tinggi demi untuk membayar cicilan kredit atau/easing.

    Isu-isu Etika Biomeidis

    isu etika biomedis di rumah sakit menyangkut persepsi dan perilaku profesional dan instutisional terhadap hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada saat-saaat sejak lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi penyakit atau cidera, menjadi tua,sampai saat-saat menjelang akhir hidup,kematian,dan malah beberapa waktu setelah itu.

    Sebenarnya pengertian etika biomedis dalam hal ini masih perlu dipilah lagi dalam:

  • Isu-isu etika biomedis atau bioetika yang lahitr sebagai dampak revolusi biomedis sejak tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah dan dilema baru sama sekali bagi para dokter dalam menjalankan propesinya.

    Etika biomedis dalam arti ini didefinisikan oleh International association of bioethics sebagai berikut; Bioetika adalah studi tentang isu-isu etis,sosial,hukum,dan isu-isu lainyang timbul dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biolagi(terjemahan oleh penulis).

    Isu-isu etika medis'tradisional' yang sudah dikenal sejak ribuan tahun, dan lebih banyak menyangkuthubungan individual dalam interaksi terapeutik antara dokter dan pasien. Kemungkinan adanya masalah etika medis demikianlah yang dalam pelayanan di rumah sakit sekarang cepat oleh masyarakat (dan media masa) ditunding sebagai malpraktek.

    Isu-Isu Bioetika

    Beberapa contoh yang dapat dikemukakan tentang isu etika biomedis dalam arti pertama (bioetika) adalah antara lain terkait dengan: kegiatan rekayasa genetik,teknologi reproduksi,eksperimen medis, donasi dan transpalasi organ, penggantian kelamin, eutanasia, isu-isu pada akhir hidup, kloning terapeutik dan kloning repraduktif. Sesuai dengan definisi di atas tentang bioetika oleh International Association of Bioethics ,kegiatan-kegiatan di atas dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biologi tidak hanya menimbulkan isu-isu etika,tapi juga isu-isu sosial, hukum, agama, politik, pemerintahan, ekonomi,kependudukan,lingkungan hidup,dan mungikin juga isu-isu di bidang lain.

    Dengan demikian,identifikasi dan pemecaha masalah etika biomedis dalam arti tidak hanya terbatas pada kepedulian internal rumah sakit saja-misalnya Komite Etika Rumah Sakit dan para dokter saja seperti halnya pada penanganan masalah etika medis 'tradisional'- melainkan kepedulian dan bidang kajian banyak ahlimulti- dan inter-displiner tentang masalah-masalah yang timbul karena perkembangan bidang biomedis pada skala mikro dan makro,dan tentang dampaknya atas masyarakat luas dan sistemnilainya,kini dan dimasa mendatang (F.Abel,terjemahan K.Bertens).

    Studi formal inter-disipliner dilakukan pada pusat-pusat kajian bioetika yang sekarang sudah banyak jumlahnya terbesar di seluruh dunia.Dengan demikian,identifikasi dan pemecahan masalah etika biomedis dalam arti pertama tidak dibicarakan lebih lanjut pada presentasi ini. yang perlu diketahui dan diikuti perkembangannya oleh pimpinan rumah sakit adalah tentang 'fatwa' pusat-pusat kajian nasional dan internasional,deklarasi badan-badan internasional seperti PBB, WHO, Amnesty International, atau'fatwa' Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional (diIndonesia;AIPI) tentang isu-isu bioetika tertentu, agar rumah sakit sebagai institusi tidak melanggar kaidah-kaidah yang sudah dikonsesuskan oleh lembaga-lembaga nasional atau supranasional yang terhormat itu. Dan jika terjadi masalah bioetika dirumah sakit yang belum diketahui solusinya,pendapat lembaga-lembaga demikian tentu dapat diminta.

    Isu-Isu Etika Medis

    Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika medis tradisional dalam pelayanan medis dirumah sakit kita lebih banyak dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya malpraktek, terutama oleh dokter. Padahal, etika disini terutama diartikan kewajiban dan tanggung jawab institusional rumah sakit. Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat berdasar pada ketentuan hukum (Perdata, Pidana, atau Tata Usaha Negara) atau pada norma-norma etika.

    Malpraktek (medis) sebenarnya adalah istilah hukum yang berarti kesalahan dalam menjalankan profesi. Berkhouwer dan Borstman (dikutip oleh Veronica Komalawati) mengatakan,seorang dokter melakukan kesalahan profesi, apabila ia tidak memeriksa, tidak membuat penilaian, tidak

  • melakukan tindakan atau tidak menghindari tindakan (tertentu), sedangkan dokter-dokter yang baik pada umumnya pada situasi yang sama akan melakukan pemeriksaan, membuat penilaian, melakukan tindakan atau menghindari tindakan (tertentu).

    Kita dapat melihat:Pertama, bahwa definisi ini bersifat relatif.baik buruknya seorang dokter menjalankan profesinya dibandingkan dengan rata-rata dokter lain. Tentu ini ada kelemahan-kelemahannya ; dapat saja seorang dokter yang inovatif di tuduh melakukan malpraktek karena ia melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan kebanyakan dokter lain, padahal yang ia lakukan adalah baik dan bermanfaat bagi pasien. Soal standar profesi tidak disinggung dalam devinisi itu,mungkin karena belum ada,karena buku dua ahli hukum Belanda itu diterbitkan lebih daripada setengah abad yang lalu dalam tahun 1950.

    Kedua. Walaupun tidak secara eksplisit dinyatakan, dalam definisi ini dengan kesalahan profesional ditonjolkan tentang kelainan; dokter tentu tidak melakukan pemeriksaan. tidak membuat penilaian, tidak melakukan tindakan, dan tidak menghindari tindakan tertentu. Ini sesuai dengan pemahaman, bahwa malpraktek adalah sama dengan negligence.

    Sesuai dengan konteks makalah ini, tentang malpraktek dengan latar belakang pelanggaran hukum tidak dibicarakan lebih jauh. Fokus utama adalah pada masalah etika medis di rumah sakit. Terkait dengan itu, untuk kejelasan wacana uraian rekapulatiif berikut ini kiranya diperlukan:

    1. Etika dalam hal ini diartikan sebagai kewajiban dan tanggung jawab. 2. Etika rumah sakit adalah etika institusi, jadi kewajiban dan tanggng jawab itu adalah

    institusional,bukan individual. 3. Namun, eksekutif puncak rumah sakit- sebagai yang oleh pemilik melalui Governing

    Body (Badan Pengampu, Majelis Wali Amanah, Dewan Pembina, atau nama jenis yang lain) diberi kekuasaan mengelola dan tanggung jawab rumah sakit, dengan sendirinya juga adalah penanggung jawab moral dan etika institusional.

    4. Etika medis berhubungan dengan hidup dan kesehatan. Objek kewajiban dan tanggung jawab pada etika medis adalah hidup dan kesehatan manusia dan kelompok manusia dilingkungan luar rumah sakit. itu berarti pasien staf serta karyawan rumah sakit,dan masyarakat.

    5. Masalah etika rumah sakit timbul apabila terjadi pelanggaran terhadap asas-asas etika (umum)dan Kode Etik Rumah Sakit, yang adalah uraian lebih operasional dari asas-asas etika.

    6. Asas-asas etika yang diterapkan pada etika rumah sakit sebagai etika praktis adalah: o Rumah sakit berbuat kebaikan (benifecence)dan tidak menimbulkan mudharat

    atau cidera (nonmalifecence)pada pasien,staf dan karyawan,masyarakat umum,serta lingkungan hidup.

    Dua asas etika klasik ini sudah ada dalam lafal Sumpah Hipprokrates sejak lebih 23 abad yang lalu. Dua asas ini adalah juga ajaran semua agama. Ajaran islam hampir selalu menyebut dua asas itu dalam satu kalimat (Amar ma 'arupnahi mungkar).dalam ajaran agama hindu, nonmaleficence adalah Ahimsa.

    o Asas menghormati manusia (respect for persons) berarti menghormati pasien,staf dan karyawan,serta masyarakat dalam hal hidup dan kesehatan mereka. itu berarti menghormati otonomi (hak untuk mengambil keputusan tentang diri sendiri),hak-hak asasi sebagai warga negara, hak atas informasi,hak atas privasi,hak atas kerahasiaan,seta harkat dan mertabat mereka sebagai manusia dan lain-lain.

  • o Asas keadilan (justice): keadilan sosial, keadilan ekonomi, dan perlakuan yang 'fair'terhadap pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat umum.

    Identifikasi Masalah Etika Di Rumah Sakit

    Kurt Darr mengatakan, bahwa seorang eksekutuf rumah sakit tidak perlu sampai mengikuti kursus tentang pilosofi atau etika untuk dapat mengidentifikasikan masalah etika, walaupun kursus-kursus demikian akan banyak menolong. yang penting,harus ada kepekaan, kebiasaan melakukan refleksi (an inquiring mind), dan etika pribadi (personal etics)yang cukup baik. tiga pertanyaan berikut ini dianjurkan diajukan pada diri sendiri untuk mengidentifikasikan kemungkinan adanya etika pada kasus tertentu.

    Apakah pasien, staf dan karyawan, atau masyarakat umum dalam kasus tertentu itu diperlakukan seperti saya ingin diperlakukan dalam kasus seperti itu? ini dinamakan The Golden Rule.

    Apakah pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat umum cukup dilindungi terhadap kemungkinan cidera dalam keberadaan dan pelayanan di rumah sakit?

    Apakah penjelasan tentang informed conset kepada pasien cukup memberi informasi baginya tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya?

    Jika salah satu atau lebih dari tiga pertanyaan itu terjawab dengan "tidak",ada indikasi masalah etika pada kasus yang dihadapi. Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya adalah:

    Adakah pasal-pasal dalam Kode Etik Rumah Sakit yang dilanggar? Adakah asas-asas etika umum yang dilanggar? Jika masih perlu untuk lebih memastikan: Teori etika mana yang dapat dipakai untuk

    pembenaran keputusan atau tindakan rumah sakit yang menimbulkan masalah etika administratif atau etika biomedis.

    Sama halnya dengan proses pemecahan masalah secara umum, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat adalah bagian penting proses itu.

    Pemecahan Masalah Etika Di Rumah Sakit

    Setelah berhasil mengidentifikasikan adanya masalah etika administratif, masalah bioetika, masalah medis tradisional, atau gabungan berbagai masalah etika itu dirumah sakit, langkah berikutnya adalah mencari solusi untuk masalah-masalah itu. Perlu segera ditambahkan, bahwa pemecahan masalah etika secara umum tidak mudah. Pada dasarnya ada dua model untuk pemecahan masalah secara umum; model terprogram (rasional) dan model tak terprogram.

    Model rasional terprogram mungkin dapat diterapkan pada pemecahan banyak masalah manajemen umum, tetapi rasio saja tidak selalu berhasil diterapkan pada pemecahan masalah etika. Masalah etika administratif tertentu di rumah sakit yang menyangkut proses atau prosedur mungkin dapat lebih mudah dipecahkan secara rasional. Tetapi, masalah etika biomedis yang menyangkut substansi atau prinsif sering kali sangat sensitif, karena itu rasio saja tidak selalu efektif. Diperlukan kebijaksanaan yang umumnya tidak dapt diprogramkan.

    Dianjurkan langkah langkah umum sebagai berikut untuk pemecahan masalah etika rumah sakit:

    1. Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi kedalam komponen-komponennya, menganalisis komponen-komponen itu sehingga ditemukan akar masalah.Akar masalah adalah penyebab paling dasar dari masalah etika yang terjadi. Ia dapat berupa kelemahan pada manusia, kepemimpinan,manajemen, budaya organisasi, sarana, alat, sistem, prosedur, atau faktor-faktor lain.

  • 2. Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah ditemukan (root cause analysis),untuk menetapkan arah pemecahannya.

    3. Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar masalah. 4. Memilih alternatif yang situasional terbaik untuk pemecahan masalah itu. 5. Memantau dan mengevaluasi penerapan upaya pemecahan yang sudah dilaksanakan. 6. Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum terpecahkan atau terulang lagi

    terjadi. Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah jika manusia sebagai penyebab akar masalah yang berulang-ulang dikeluarkan dari rumah sakit.

    Kesimpulan

    Telah disampaikan tentang etika umum dan etika rumah sakit sebagai etika terapan atau etuka praktis. Juga uraian tentang jenis atau kelompok etika di rumah sakit, mekanisme untuk mengidentifikasi masalah-masalah etika, serta langkah-langkah umum untuk pemecahanya. Pemecahan masalah etika lebih rumit dan sulit daripada pemecahan masalah manajemen umum.

    Oleh : Dr. Samsi Jacobalis (Ketua Makersi Pusat)