6 suharsono-kepakaan galur kedelai

10
Suharsono : Kepekaan Galur Kedelai Toleran Jenuh Air Terhadap Ulat Grayak Spodoptera Litura F. 13 KEPEKAAN GALUR KEDELAI TOLERAN JENUH AIR TERHADAP ULAT GRAYAK Spodoptera litura F. Suharsono Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Kotak Pos 66 Malang. ABSTRAK Serangan ulat grayak Spodoptera litura pada fase pertumbuhan vegetatif mampu menurunkan hasil sampai dengan 80%, namun pada keadaan tertentu ulat grayak mampu menimbulkan defoliasi sampai 100%. Untuk mendukung program pembentukaan varietas kedelai unggul toleran jenuh air dengan produksi tinggi dan toleran terhadap ulat grayak Spodoptera litura telah dilakukan evaluasi ketahanan 15 galur kedelai toleran jenuh air secara inokulasi buatan di dalam kurungan kasa, dan di lapangan berdasarkan populasi alami. Ke 15 galur yang diuji ditanam dalam polibag dengan 12 kg media tanah. Sebagai pembanding tahan adalah G 100 H dan varietas Ijen. Tiap polibag ditanam 2 tanaman. Tanam percobaan dilakukan dalam kurungan kasa yang berdimensi 2mx2mx5m pada bulan September 2010, di Balitkabi. Pada umur 30 Hari Setelah Tanam (HST) pada setiap polibag diinokulasikan 5 ekor ulat grayak instar 2-3. Pengamatan jumlah ulat yang ditemukan dan skor kerusakan daun dilakukan 3 hari sekali dimulai pada 1 Hari Setelah Inokulasi (HSI) sampai dengan 15 HSI. Selesai pengamatan seluruh tanaman disemprot dengan insektisida pifronil 2 ml/l untuk mencegah serangan hama daun yang lain. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok, 3 ulangan. Rata-rata tiap ulangan, serta rata-rata dan simpangan baku keseluruhan galur dihitung untuk menentukan kategori ketahanan. Untuk menentukan kelompok ketahanannya menggunakan metode Chiang dan Talekar (1980). Selain itu juga mengamati tingkat serangan hama Uji Multilokasi di Kabupaten Pasuruan dengan mengambil sampel pada umur 67 HST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ulat yang memilih galur yang disukai dan kerusakan daun di antara galur kedelai berbeda nyata. Pengamatan kerusakan daun dengan metode skor menunjukkan bahwa sampai dengan pengamatan 15 HSI, sebagian besar galur yang diuji rentan terhadap ulat grayak kecuali galur-galur Nan/Grob-172-2-409, Nan/Grob-R3-3-277, varietas Kawi, dan galur G 100 H konsisten bereaksi agak tahan sampai sangat tahan. Pada keadaan teraplikasi dengan pestisida, intensitas serangan daun rata-rata lebih rendah daripada intensitas kerusakan daun di rumah kasa. Namun galur Sib/Grob-V64-5-137, Sib/Grob-V79-5-167, Nan/Grob-R27-5-2-311, Nan/Grob-R 169-1-405, Nan/Grob-172-2-409, Sib/Grob-V61-5-127, Sib/Grob-V161-2-249, Nan/Grob-R172-3-410, dan varietas Grobogan dan varietas Kawi terserang pemakan daun lebih rendah dari 30%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa galur-galur kedelai toleran jenuh air rentan terhadap hama-hama pemakan daun dan hama pemakan polong, karena pembentukannya belum menggunakan tetua yang mempunyai sifat tahan terhadap hama daun dan hama penting yang lain. Kata kunci: galur kedelai, jenuh air, ketahanan ABSTRACT Foliar damage from common cut worm (CCW) Spodoptera litura at vegetative stage cause of 80% yield loss. However, in a certain condition damage of soybean due to CCW attack cause 100% of defoliation. To support high yielding of soybean breeding program and tolerance to CCW, 100 of soybean isolines were evaluated their resistance to CCW in screen cage by artificial inoculation. The 15 tested breeding lines were grown in polybag

Transcript of 6 suharsono-kepakaan galur kedelai

Page 1: 6 suharsono-kepakaan galur kedelai

Suharsono : Kepekaan Galur Kedelai Toleran Jenuh Air Terhadap Ulat Grayak Spodoptera Litura F.

  13

KEPEKAAN GALUR KEDELAI TOLERAN JENUH AIR TERHADAP ULAT GRAYAK Spodoptera litura F.

Suharsono Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Kotak Pos 66 Malang.

ABSTRAK

Serangan ulat grayak Spodoptera litura pada fase pertumbuhan vegetatif mampu menurunkan hasil sampai dengan 80%, namun pada keadaan tertentu ulat grayak mampu menimbulkan defoliasi sampai 100%. Untuk mendukung program pembentukaan varietas kedelai unggul toleran jenuh air dengan produksi tinggi dan toleran terhadap ulat grayak Spodoptera litura telah dilakukan evaluasi ketahanan 15 galur kedelai toleran jenuh air secara inokulasi buatan di dalam kurungan kasa, dan di lapangan berdasarkan populasi alami. Ke 15 galur yang diuji ditanam dalam polibag dengan 12 kg media tanah. Sebagai pembanding tahan adalah G 100 H dan varietas Ijen. Tiap polibag ditanam 2 tanaman. Tanam percobaan dilakukan dalam kurungan kasa yang berdimensi 2mx2mx5m pada bulan September 2010, di Balitkabi. Pada umur 30 Hari Setelah Tanam (HST) pada setiap polibag diinokulasikan 5 ekor ulat grayak instar 2-3. Pengamatan jumlah ulat yang ditemukan dan skor kerusakan daun dilakukan 3 hari sekali dimulai pada 1 Hari Setelah Inokulasi (HSI) sampai dengan 15 HSI. Selesai pengamatan seluruh tanaman disemprot dengan insektisida pifronil 2 ml/l untuk mencegah serangan hama daun yang lain. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok, 3 ulangan. Rata-rata tiap ulangan, serta rata-rata dan simpangan baku keseluruhan galur dihitung untuk menentukan kategori ketahanan. Untuk menentukan kelompok ketahanannya menggunakan metode Chiang dan Talekar (1980). Selain itu juga mengamati tingkat serangan hama Uji Multilokasi di Kabupaten Pasuruan dengan mengambil sampel pada umur 67 HST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ulat yang memilih galur yang disukai dan kerusakan daun di antara galur kedelai berbeda nyata. Pengamatan kerusakan daun dengan metode skor menunjukkan bahwa sampai dengan pengamatan 15 HSI, sebagian besar galur yang diuji rentan terhadap ulat grayak kecuali galur-galur Nan/Grob-172-2-409, Nan/Grob-R3-3-277, varietas Kawi, dan galur G 100 H konsisten bereaksi agak tahan sampai sangat tahan. Pada keadaan teraplikasi dengan pestisida, intensitas serangan daun rata-rata lebih rendah daripada intensitas kerusakan daun di rumah kasa. Namun galur Sib/Grob-V64-5-137, Sib/Grob-V79-5-167, Nan/Grob-R27-5-2-311, Nan/Grob-R 169-1-405, Nan/Grob-172-2-409, Sib/Grob-V61-5-127, Sib/Grob-V161-2-249, Nan/Grob-R172-3-410, dan varietas Grobogan dan varietas Kawi terserang pemakan daun lebih rendah dari 30%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa galur-galur kedelai toleran jenuh air rentan terhadap hama-hama pemakan daun dan hama pemakan polong, karena pembentukannya belum menggunakan tetua yang mempunyai sifat tahan terhadap hama daun dan hama penting yang lain. Kata kunci: galur kedelai, jenuh air, ketahanan

ABSTRACT

Foliar damage from common cut worm (CCW) Spodoptera litura at vegetative stage cause of 80% yield loss. However, in a certain condition damage of soybean due to CCW attack cause 100% of defoliation. To support high yielding of soybean breeding program and tolerance to CCW, 100 of soybean isolines were evaluated their resistance to CCW in screen cage by artificial inoculation. The 15 tested breeding lines were grown in polybag

Page 2: 6 suharsono-kepakaan galur kedelai

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011

  14

contained 12 kg soil media, 2 plants/polybag, and maintained in 2mx2mx5m screen cage. At 30 Days After Planting (DAP), each soybean isoline was inoculated by 5 larvae of 2-3 rd instars and field experiment based on natural infection. Number of larvae and rating damage of leaf were recorded at every three days at 1 Day After Inoculation (DAI) to 15 DAI. Then, all tested soybeans were sprayed with pifronil 2 ml/l to keep from other pests. The experiment was laid in Completely Randomized Design (CRD), 3 replicates. The average and standard deviation of leaf damage on isolines of were calculated. The level of resistance was determined using Chiang and Talekar (1980). In addition the level of resistance of multilocation exeperiment in Pasuruan were also recorded. The experiment showed that number of larvae and leaf damage among the isolines was significantly different. Based on leaves damage, up to 15 DAI most of tolerant water saturated soybean genotypes were susceptible to leaf feeding insect Spodoptera litura, except Nan/Grob-172-2-409, Nan/Grob-R3-3-277, G 100 H, and Kawi variety. These soybean consistently posseses some degree of resistance to the CCW. Under chemical control, leaf damage of in Pasuruan was lower than leaf damage in the screen house. The leaf damage from leaf feeding insects of some soybean breeding lines i.e Sib/Grob-V64-5-137, Sib/Grob-V79-5-167, Nan/Grob-R27-5-2-311, Nan/Grob-R 169-1-405, Nan/Grob-172-2-409, Sib/Grob-V61-5-127, Sib/Grob-V161-2-249, Nan/Grob-R172-3-410, and Grobogan and Kawi varieties were less than 30%. It was suggested that susceptibility of tolerant-water saturated soybean against leaf feeding insect pests due to their parents did not contain resistance gene. Key words: soybean genotypes, saturated waer, resistance

PENDAHULUAN

Jenis hama pemakan daun yang banyak menyerang pertanaman kedelai di Indonesia adalah ulat grayak Spodoptera litura F., ulat jengkal Plusia chalsites Esp., (Chrysodeixis chalsites Esp.), kumbang Longitarsus suturelinus. Selain itu hama kelompok pemakan polong yang ditemukan hampir sepanjang tahun yaitu penggerek polong Etiella zinckenella Tr., pengisap polong Nezara viridula L. (kepik hijau) dan Riptortus linearis F. (kepik coklat), Piezodorus hybneri, dan kutu kebul B. tabaci yang bertindak sebagai vektor penyakit virus.

Status hama dapat berubah oleh satu atau kombinasi beberapa faktor yaitu perubahan cara bercocok tanam, perubahan efisiensi musuh alami (patogen, parasitoid, dan predator), perubahan intensitas aplikasi insektisida, perubahan nilai komoditas sehingga berubah nilai tingkat kerusakan ekonomi (EIL), dan perubahan varietas yang ditanam.

Ulat grayak S. litura bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang yang luas sehingga berpotensi menjadi hama pada berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, buah dan perkebunan. Penyebaran hama ini sampai di daerah subtropik dan tropik. Serangan ulat grayak berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 1004 serangan ulat grayak mencapai 3.616 ha dengan intensitas serangan sekitar 14.40% (BPS, 1994) dan sampai dengan tahun 2007, luas serangan sementara mencapai 956 ha (Dir. Perlind. Tan., 2008) namun belum diketahui besarnya kerugian hasilnya.

Timbulnya strain yang tahan terhadap insektisida kimia adalah fenomena yang sering muncul pada serangga yang sering terpapar oleh insektisida kimia. Fenomena ini akan menurunkan keefektifan pengendalian kimiawi. Seperti yang dilaporkan oleh Marwoto dan Bedjo (1996) ketahanan/resistensi S. litura terhadap beberapa golongan insektisida telah ditemukan hampir di seluruh daerah produsen kedelai di Jawa Timur, karena 90% petani yang menggunakan insektisida sejenis dilakukan secara terus menerus dengan takaran yang kurang tepat.

Salah satu pendekatan untuk pengendalian OPT kedelai adalah melalui penggunaan varietas tahan. Ketahanan terhadap serangga hama merupakan salah satu sasaran program pemuliaan, namun upaya menciptakan varietas unggul hasil tinggi dan tahan terhadap serangga hama seperti yang dilakukan di AS bahkan di negara-negara lain masih perlu diintensifkan (Boerma dan Walker, 2005). Hasil penelitian di AS sejak ditemukannya sumber ketahanan pada tiga galur introduksi dari Jepang, yaitu PI 171451, PI 227687 dan PI 229358 pada tahun 1972, hasil persilangannya menunjukkan bahwa

Page 3: 6 suharsono-kepakaan galur kedelai

Suharsono : Kepekaan Galur Kedelai Toleran Jenuh Air Terhadap Ulat Grayak Spodoptera Litura F.

  15

pewarisan pada keturunannya bersifat kuantitatif dan memiliki karakter agronomik yang kurang baik karena gene linkage sehingga program tersebut masih perlu dilakukan lebih lanjut (Narvei et al., 2001). Keuntungan penggunaan varietas tahan adalah murah, mudah cara aplikasinya, bersifat ramah lingkungan, dapat dipadukan dengan cara pengendalian yang lain, dan dapat bertahan lebih lama.

Berdasarkan hasil penelitian Suharsono dan Tridjaka (1993); Suharsono (1986); Suharsono et al. (2008); Suharsono et al. (2007) dan Suharsono dan Suntono (2005) peluang besar terbuka untuk mendapatkan varietas tahan hama perusak daun khususnya terhadap ulat grayak, setelah dua galur introduksi dari Brazilia, yaitu IAC-100 dan IAC-80596-2 ditemukan tahan terhadap hama pengisap polong juga mempunyai tingkat ketahanan tertentu terhadap ulat grayak (Suharsono dan Suntono, 2007). Salah satu hasil persilangan yang juga mempunyai tingkat ketahanan lebih tinggi terhadap ulat grayak adalah G 100 H (Suharsono dan Suntono, 2007).

Salah satu pemanfaatan koleksi plasma nutfah kedelai adalah pengkayaan keragaman genetik dengan berbagai sifat atau potensi gen penyandi. Untuk mendukung perakitan varietas unggul tahan cekaman hama, evaluasi ketahanan galur-galur kedelai terhadap cekaman biotik, khususnya terhadap ulat grayak S. litura perlu dilakukan.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan september 2010, dengan menggunakan 15 galur yang terpilih toleran jenuh air, dengan pembanding tahan G 100 H dan varietas Ijen (Tabel 1). Seluruh galur yang diuji ditanam pada polibag yang berisikan media tanah 12 kg, tiap polibag ditanami 2 tanaman. Penanaman dilakukan dalam kurungan kasa yang berdimensi 2mx2mx5m. Pemeliharaan meliputi pengairan disesuaikan dengan kelembaban tanah, dan tiap polibag dipupuk 5 g NPK. Pada umur 30 hari setelah tanam (HST) tiap polibag diinokulasikan 5 ekor ulat grayak instar-2-3 hasil pembiakan di laboratorium dengan pakan daun jarak Ricinus sp. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) tiga ulangan.

Pengamatan intensitas serangan daun pada 3, 6, 9, 12 dan 15 hari setelah inokulasi (HSI) dengan menggunakan metode skor sebagai berikut:

Intensitas serangan daun dihitung menggunakan rumus :

I = %100)(

xZxN

nxv∑

Keterangan: I : Intensitas serangan n : jumlah daun dalam tiap kategori serangan v : nilai skala dari tiap kategori serangan Z : nilal skala dari kategori serangan tertinggi, N : jumlah daun yang diamati Skala serangan: 0 : tidak ada serangan 1 : luas daun yang dimakan mencapai 1-25 % 2 : luas daun yang dimakan mencapai 26-50% 3 : luas daun yang dimakan mencapai 51-75% 4 : luas daun yang dimakan mencapai 76-100% Pengelompokan ketahanan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Chiang dan Talekar (1980) sebagai berikut:

Page 4: 6 suharsono-kepakaan galur kedelai

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011

  16

<X-2SD :Sangat Tahan (ST) X-2SD sampai X-SD :Tahan (T) X-SD sampai X : Agak Tahan (AT) X sampai X+SD : Rentan (R) >X+SD : Sangat Rentan (SR)

Data yang diperoleh dari masing-masing waktu pengamatan dihitung nilai rata-rata dan simpangan bakunya, untuk selanjutnya dengan menggunakan metode Chiang dan Talekar (1980) dilakukan pengelompokan tingkat ketahanannya. Galur-galur yang konsisten menunjukkan kategori agak tahan (AT), tahan (T) dan sangat tahan (ST) ditentukan sebagai galur yang terpilih tahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi ulat. Populasi larva yang ditemukan pada galur-galur yang diuji berbeda nyata, dan populasi larva pada

semua galur cenderung menurun mulai 3 HSI sampai 9 HSI (Tabel 1). Penurunan ini disebabkan karena larva-larva yang diinfestasikan instar 2-3 yang berkisar umur 5-7 hari setelah menetas, sehingga pada pengamatan 12 HSI sebagian besar larva memasuki periode pre pupa sampai pupa karena larva telah mencapai umur 17-19 hari. Akibatnya hanya sebagian kecil saja dari 5 larva-larva yang diinfestasikan pada setiap tanaman dapat ditemukan. Seperti yang dikemukakan oleh Kalshoven (1981); Tengkano (1985) siklus hidup ulat grayak S. litura sekitar 21-25 hari. Ditemukannya larva-larva pada galur-galur kedelai sampai dengan 15 HSI diduga karena efek antibiosis akibat larva yang memakan galur tahan yang menyebabkan periode larva makin lama. Suharsono (1986) menyatakan bahwa ulat grayak yang memakan galur PI 17144, PI 227687 menyebabkan kematian larva yang tinggi, bobot larva dan pupa makin rendah dan perkembangan larva menjadi lebih lama.

Tabel 1. Populasi ulat grayak pada 3-9 hari setelah inokulasi (HSI), Balitkabi 2010

No Galur

3 HSI

6 HSI

9 HSI

Pop. Rata-rata (ekor)

1 Sib/Grob-V64-5-137 4.83 ab 2.0 ab 0.50 a 2.44 2 Sib/Grob-V79-5-167 4.50 abc 2.33 ab 1.17 a 2.67 3 Nan/Grob-R27-5-2-311 2.17 cd 2.67 a 1.50 a 2.11 4 Nan/Grob-R 169-1-405 6.17 a 2.00 ab 0.50 a 2.89 5 Nan/Grob-R169-406 4.50 abc 1.67 ab 0.83 a 2.33 6 Nan/Grob-172-2-409 3.17 bcd 2.33 ab 1.17 a 2.4 7 Nan/Grob-R230-1-428 4.83 ab 2.33 ab 0.50 a 2.55 8 Tgm/Anjs-T205-1-750 1.83 d 2.00 ab 0.50 a 1.44 9 Tgm/Grob-U37-4-510 2.50 bcd 1.67 ab 0.50 a 1.55 10 Sib/Grob-V61-5-127 1.50 d 2.33 ab 0.84 a 1.55 11 Sib/Grob-V161-2-249 3.83 abcd 1.00 b 0.50 a 1.77 12 Nan/Grob-R3-3-277 3.50 bcd 1.33 ab 0.50 a 1.77 13 Nan/Grob-R172-3-410 3.50 bcd 1.33 ab 0.50 a 1.77 14 Grobogan 3.17 bcd 1.33 ab 0.84 a 1.78 15 Kawi 2.83 bcd 2.00 ab 0.50 a 1.77 16 G 100 H 1.50 d 1.00 b 0.83 a 1.11 17 Ijen 2.50 bcd 1.00 b 0.50 a 1.33

Page 5: 6 suharsono-kepakaan galur kedelai

Suharsono : Kepekaan Galur Kedelai Toleran Jenuh Air Terhadap Ulat Grayak Spodoptera Litura F.

  17

Intensitas kerusakan daun. Penilaian ketahanan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanaman dan serangga baik dari aspek

pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh interaksi antara tanaman dengan serangga dan teknik serta rancangan yang digunakan tergantung pada jenis serangga dan jenis tanamannya (Singh, 1986). Dari aspek tanaman, ketahanan dapat didasarkan pada tingkat kerusakan tanaman batang, daun, bunga, buah, dan penurunan hasil. Dari aspek serangga yang dapat diamati adalah pengaruh tanaman terhadap aspek-aspek biologi serangga. Intensitas kerusakan daun pada 15 galur dengan metode skor, berbeda nyata baik pada 3 Hari Setelah Inokulasi (HSI) maupun pada 15 HSI. Intensitas kerusakan daun masing-masing berkisar dari yang terendah sampai tertinggi antara 15-30% pada 3 HSI, 16-42% pada 6 HSI , 17-53% pada 9 HSI, 20-53% pada 12 HSI, dan 23-53% pada 15 HSI (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata intensitas kerusakan daun (%) pada berbagai pengamatan hari setelah inokulasi (HSI) Balitkabi, 2010.

No Galur 3 HSI 6 HSI 9 HSI 12 HSI 15 HSI

1 Sib/Grob-V64-5-137 21,51 b 35,49 abcd 43,84 abcd 44,15 ab 46,31 ab 2 Sib/Grob-V79-5-167 21,94 a 35,73 abcd 46,59 ab 45,15 ab 48,96 ab 3 Nan/Grob-R27-5-2-311 22,01 ab 41,75 ab 53,09 a 53,33 a 53,84 a 4 Nan/Grob-R 169-1-405 16,50 b 39,48 ab 41,45 ab 46,23 ab 48,87 ab 5 Nan/Grob-R169-406 21,87 ab 35,53 abcd 39,68 ab 44,86 abc 46,14 ab 6 Nan/Grob-172-2-409 19,11 b 31,91 bcde 37,81 b 38,46 bcd 42,10 bc 7 Nan/Grob-R230-1-428 21,86 ab 34,31 b 35,66 abcd 40,73 bcd 42,46 abc 8 Tgm/Anjs-T205-1-750 16,92 b 34,70 b 38,07 abc 43,29 abcd 43,76 abc 9 Tgm/Grob-U37-4-510 16,08 b 27,40 def 36,74 b 44,30 abc 46,04 ab 10 Sib/Grob-V61-5-127 30,16 a 42,75 abcd 43,01 a 43,71 abc 53,89 a 11 Sib/Grob-V161-2-249 22,37 ab 34,79 abcd 35,61 bcd 38,14 bc 32.70 b 12 Nan/Grob-R3-3-277 20,34 b 31,58 bcde 36,74 b 39,58 bcd 41.61 bc 13 Nan/Grob-R172-3-410 17,11 b 30,74 cde 33,80 cd 39,39 ab 44,54 ab 14 Grobogan 23,44 ef 23,96 ab 35,38 bcd 39,80 ab 41,43 bc 15 Kawi 15,43 b 21,69 ef 32,48 d 32,48 cd 35,38 b 16 G 100 H 15,79 c 16,64 b 17,75 f 20,17 e 23,27 d 17 Ijen 22.12 ab 34,28 abcd 41,10 bcd 42,96 ab 46,24 ab

Berdasarkan data pengamatan intensitas kerusakan daun mulai 3 sampai dengan 15 HSI maka

rata-rata intensitas serangan daun terendah 15 % ditunjukkan oleh galur G 100 H sebagai pembanding tahan, dan tertinggi mencapai 53,89% ditunjukkan oleh galur Sib/Grob-V61-5-127. Intensitas serangan pada daun tergantung pada populasi ulat grayak. Makin tinggi populasi ulat grayak makin tinggi intensitas serangan akibat aktifitas ulat mengkonsumsi daun kedelai sebagai sumber pakan (Gambar 1). Pada galur PI 171444 yang tahan ulat grayak konsumsi pakan yang diukur dari luasan daun yang dimakan juga lebih rendah. Dari gambar tersebut terlihat bahwa sebagian besar intensitas serangannya tersebar di atas 30%.

Page 6: 6 suharsono-kepakaan galur kedelai

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011

  18

Gambar 1. Regresi antara jumlah larva dan intensitas serangan daun

Dengan menggunakan metode Chiang dan Talekar (1980) maka diperoleh kelompok-kelompok

ketahanan tertentu mulai dari galur yang termasuk dalam kategori sangat tahan (ST) sampai pada sangat rentan (SR) (Tabel 3 & 4). Dari tabel tersebut terlihat bahwa ragam tingkat kepekaan galur terhadap ulat grayak ditentukan oleh asal/sumber tetua yang digunakan. G 100 H adalah hasil pesilangan antara IAC-100 dan Himme merupakan kombinasi persilangan untuk ketahanan terhadap ulat gryak, sedangkan varietas Kawi (galur MSC9050-7-2 hasil persilangan G10050 xMSC 8306-1-M) berasal introduksi dari AVRDC-Taiwan. Sedangkan varietas Ijen yang dilepas tahan ulat grayak, pada hasil pengamatan ini varietas tersebut termasuk rentan terhadap ulat grayak.

Tabel 3. Intensitas serangan daun galur toleran genangan di greenhouse dan Pasuruan, 2010.

Intensitas serg. Daun (%) No Galur

Rumah kasa Pasuruan

Kriteria

Ketahanan

1 Sib/Grob-V64-5-137 46,31 ab 26.30 cde R 2 Sib/Grob-V79-5-167 48,96 ab 27.38 bcde R-SR 3 Nan/Grob-R27-5-2-311 53,33 a 29.31 abc R-SR 4 Nan/Grob-R 169-1-405 48,87 ab 28,01 bcde AT-SR 5 Nan/Grob-R169-406 46,14 ab 31.33 abc R 6 Nan/Grob-172-2-409 42,10 bc 29.72 abc AT 7 Nan/Grob-R230-1-428 42,46 abc 31.34 abc AT-R 8 Tgm/Anjs-T205-1-750 43,76 abc 34.74 a AT-R 9 Tgm/Grob-U37-4-510 46,04 ab 31.57 abc AT-R 10 Sib/Grob-V61-5-127 53,89 a 27.83 bcde R-SR 11 Sib/Grob-V161-2-249 32.70 b 23.45 de AT-R 12 Nan/Grob-R3-3-277 41.61 bc 32.14 ab AT 13 Nan/Grob-R172-3-410 39,39 ab 29.44 abc AT-R 14 Grobogan 39,80 ab 29.16 abcd AT-R 15 Kawi 35,38 b 22.75 e AT-ST 16 G 100 H 15,79 c - AT-ST 17 Ijen 42,96 ab - R

Page 7: 6 suharsono-kepakaan galur kedelai

Suharsono : Kepekaan Galur Kedelai Toleran Jenuh Air Terhadap Ulat Grayak Spodoptera Litura F.

  19

Tabel 4. Kelompok dan kriteria ketahanan galur-galur toleran genangan terhadap ulat grayak S. litura Balitkabi, 2010.

NO. Galur

3 HSI

6 HSI

9 HSI

12 HSI

15 HSI

1 Sib/Grob-V64-5-137 R R R R R 2 Sib/Grob-V79-5-167 R R SR SR R 3 Nan/Grob-R27-5-2-311 R SR SR SR SR 4 Nan/Grob-R 169-1-405 AT SR R R R 5 Nan/Grob-R169-406 R R R R R 6 Nan/Grob-172-2-409 AT AT AT AT AT 7 Nan/Grob-R230-1-428 R R R AT AT 8 Tgm/Anjs-T205-1-750 AT R R R AT 9 Tgm/Grob-U37-4-510 AT T R R AT 10 Sib/Grob-V61-5-127 SR SR R R SR 11 Sib/Grob-V161-2-249 R R AT AT AT 12 Nan/Grob-R3-3-277 AT AT AT AT AT 13 Nan/Grob-R172-3-410 AT AT T R R 14 Grobogan R T AT AT R 15 Kawi T ST T T AT 16 G 100 H AT ST ST ST ST 17 Ijen R R R R R

Keterangan : (R): rentan (AT) : agak tahan, (T): tahan, (ST): sangat tahan , (SR) : sangat rentan Hasil pengamatan intensitas serangan daun di lapangan (Pasuruan) beragam antar galur yang

diuji. Varietas Kawi, Sib/Grob-V64-5-137, Sib/Grob-V79-5-167,Nan/Grob-R27-5-2-311, Nan/Grob-R 169-1-405, Nan/Grob-172-2-409, Sib/Grob-V61-5-127, Sib/Grob-V161-2-249, Nan/Grob-R172-3-410,varietas Grobogan terserang hama pemakan daun lebih rendah (Tabel 3), yaitu di bawah 30%, lebih rendah dari pada varietas Ijen (hasil penelitian di rumah kasa). Tingkat serangan tersebut bermakna bahwa kerusakan daun pada masing-masing galur tersebut masih belum mencapai 50% dari luasan daun yang terserang. Reaksi ketahanan masing-masing galur beragam menurut waktu pengamatan, namun beberapa galur seperti Nan/Grob-172-2-409, varietas Kawi, dan Nan/Grob-R3-3-277 konsisten bereaksi tahan (Tabel 4) namun perlu dikaji lebih lanjut. Rendahnya populasi hama-hama penting diduga karena curah hujan yang tinggi di daerah Pasuruan, sehingga secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap populasi hama. Namun dapat dlilihat bahwa hama-hama pemakan polong seperti pengisap (Riptortus linearis, Piezodorus hybneri) dan penggerek polong (Etiella zinckenella) relatif lebih tinggi (Tabel 5). Hama pemakan daun yang ditemukan adalah ulat grayak, dan ulat jengkal dengan populasi yang lebih rendah.

Hasil pengamatan intensitas serangan hama pemakan polong (penggerek dan pengisap polong) menunjukkan bahwa seluruh galur mendapat serangan hama pemakan polong yang beragam merata rendah. Serangan hama pengisap polong relatif lebih tinggi daripada serangan hama penggerek polong (Tabel 6). Rendahnya intensitas serangan tersebut diduga karena adanya upaya pengendalian kimiawi dan faktor curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat menekan perkembangan hama. Namun hama pemakan polong hampir sepanjang pengamatan populasinya relatif tinggi Selain itu, umur masak yang beragam ini juga berpengaruh terhadap kelimpahan populasi serangga sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Pada saat pengamatan 30 % termasuk varietas Kawi daun masih berwarna hijau.

Page 8: 6 suharsono-kepakaan galur kedelai

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011

  20

Tabel 5. Intensitas serangan daun dan populasi hama penting pada galur-galur toleran jenuh air, Pasuruan 2010.

No Galur

Intent. Kerusakan daun (%)

Pop. Rip. linearis

Pop.E. zinckenella

Pop. P. hybneri

1 Sib/Grob-V64-5-137 26.30 cde 6.75 ab 6.51 c 4.05 b 2 Sib/Grob-V79-5-167 27.38 bcde 10.25 a 8.04 c 4.89 b 3 Nan/Grob-R27-5-2-311 29.31 abc 10.00 a 7.78 c 5.91 a 4 Nan/Grob-R 169-1-405 28,01 bcde 4.75 ab 9.94 abc 4.89 b 5 Nan/Grob-R169-406 31.33 abc 6.50 ab 9.74 abc 4.05 b 6 Nan/Grob-172-2-409 29.72 abc 7.75 ab 7.83 c 4.89 b 7 Nan/Grob-R230-1-428 31.34 abc 9.00 ab 8.39 bc 4.05 b 8 Tgm/Anjs-T205-1-750 34.74 a 6.50 ab 13.77 ab 4.89 b 9 Tgm/Grob-U37-4-510 31.57 abc 5.25 ab 11.86 abc 4.89 b 10 Sib/Grob-V61-5-127 27.83 bcde 3.50 b 10.85 abc 4.05 b 11 Sib/Grob-V161-2-249 23.45 de 6.00 ab 11.86 abc 4.05 b 12 Nan/Grob-R3-3-277 32.14 ab 5.25 ab 14.26 a 4.05 b 13 Nan/Grob-R172-3-410 29.44 abc 8.00 ab 9.19 abc 4.89 b 14 Grobogan 29.16 abcd 7.00 ab 7.86 c 4.05 b 15 Kawi 22.75 e 8.50 ab 8.85 bc 4.89 b

Tabel 6. Intensitas serangan hama penggerek dan pengisap polong pada galur toleran jenuh air di Pasuruan 2010.

Serangan penggerek Serangan pengisap polong No Galur Polong (%) Biji (%) Polong (%) Biji (%)

1 Sib/Grob-V64-5-137 11.16 de 6.76 defg 4.59 c 13.94 a 2 Sib/Grob-V79-5-167 9.24 de 6.19 defg 9.31 bc 20.10 a 3 Nan/Grob-R27-5-2-311 16.23 bcde 12.31 bcde 9.19 bc 21.58 a 4 Nan/Grob-R 169-1-405 11,44 de 9.92 cdef 5.71 c 19.33 a 5 Nan/Grob-R169-406 11.87 de 11.68 cdef 18.44 ab 24.20 a 6 Nan/Grob-172-2-409 29.61 a 29.23 a 21.10 a 24.30 a 7 Nan/Grob-R230-1-428 18.92 bcd 13.58 bcd 8.65 bc 17.64 a 8 Tgm/Anjs-T205-1-750 8.21 e 3.37 fg 13.02 abc 22.90 a 9 Tgm/Grob-U37-4-510 14.04 cde 8.55 defg 11.09 abc 20.80 a 10 Sib/Grob-V61-5-127 16.02 bcde 8.77 defg 16.70 ab 26.46 a 11 Sib/Grob-V161-2-249 24.90 17.59 bc 7.61 bc 21.87 a 12 Nan/Grob-R3-3-277 6.35 e 4.93 efg 8.14 bc 12.76 a 13 Nan/Grob-R172-3-410 14.48 bcde 12.43 bcde 9,44 bc 26.40 a 14 Grobogan 24.10 abc 20.28 b 9.66 bc 18.30 a 15 Kawi 7.780 e 1.76 g 14.88 abc 14.81 a

Apabila tetua yang dugunakan tidak mengandung sifat tahan seperti halnya varietas Nanti, Sibayak, Tanggamus dan Grobogan maka generasi hasil persilangannya bereaksi rentan terhadap ulat grayak kecuali varietas Kawi dan beberapa galur yang lain, namun hal ini masih perlu dikaji lebih lanjut. Hal yang menarik adalah varietas Ijen sebagai pembanding tahan di riumah kasa terbukti menjadi rentan terhadap ulat grayak dan G 100 H bereaksi tahan terhadap ulat grayak. Dari beberapa kali penelitian di lapang diketahui bahwa galur IAC- 100 konsisten tahan terhadap serangan hama pemakan daun, terutama ulat grayak (Suharsono dan Tridjaka, 1993; Suharsono et al., 2007; 2008). G 100 H merupakan hasil persilangan antara Himeshirazu yang juga dilaporkan tahan terhadap S.litura di

Page 9: 6 suharsono-kepakaan galur kedelai

Suharsono : Kepekaan Galur Kedelai Toleran Jenuh Air Terhadap Ulat Grayak Spodoptera Litura F.

  21

Jepang (Komatsu et al., 2010) walaupun memiliki antibiosis yang lebih rendah dibanding galur Bay (Nobuyuki et al., 2005) dengan galur IAC-100. Oleh sebab itu untuk membentuk varietas unggul tahan cekaman lingkungan tertentu (kekeringan, atau jenuh air) sekaligus toleran/tahan terhadap hama, maka dalam proses persilangannya harus memasukkan gen tahan dari tetua yang telah diketahui ketahanannya terhadap hama tertentu, meskipun peluang mendapatkan galur yang sangat tahan (ketahanan tinggi) terbatas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagian besar galur toleran jenuh air, rentan terhadap serangan hama pemakan daun dan pemakan polong. Oleh sebab itu dalam pembentukan varietas toleran cekaman lingkungan tertentu (sekaligus tahan terhadap hama disarankan perlu dirancang sejak seleksi dan persilangan tetua tahan dan kerjasama antara pemulia dengan disiplin yang lain.

Dalam deskripsi varietas yang akan dilepas sebaiknya sifat tidak tahan terhadap hama pemakan daun dapat dicantumkan, sehingga dalam pengembangan varietas tersebut di daerah endemik hama pemakan daun diperlukan pengelolaan hama yang lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Marwoto dan Bedjo, 1996. Resistensi hama ulat grayak terhadap insektisida di daerah sentra produksi kedelai di Jawa Timur. Seminar Hasil Penelitian Balai penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang. 1996.

Boerma, H. R. and D.R. Walker, 2005. Discovery and utilization of QTLs for insect resistance in soybean. Genetica 123 (1-2): 181-189. http://www.springerlink.com/content/q4606p40n766488j/ diases tanggal : 7/7/2010.

Chiang.H.S and N.S Talekar.1980. Identification of Source of Resistance to the Beanfly and Two Other Agromyzid Flies in Soybean and Mungbean.J.Econ. Entomol. 73.(2):1-5.

Badan Pusat Statistik. 1994. Survai Pertanian. Luas dan Intensitas Serangan Jasad pengganggu Padi dan Palawija di Jawa. BPS. Jakarta.

Dir. Perlind. Tanaman. 2008. Laporan Luas dan Serangan Hama dan Penyakit tanaman Pangan di Indonesia. Direktorat Perlindungan tanaman Pangan. Jakarta.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Revised and Translated by P.A. van der Laan. PT. Ichtiar Baru-van Hoeve Jakarta. 701 pp.

Komatsu,K.,S.Okuda., M. Takashi, and R. Matsunaga. 2004. Antibiotic effect of insect-resistance soybean on common cutworm Spodoptera litura and its heritance. Breed Sci. 54:27-32.

Narvei, James M, David R. Walker,Brian G. Rector, John N. All.,Wayne A. Parrot, and H. Roger Boerma, 2001. A Restrospective DNA marker assessment of the development of insect resistant soybean. Crop Science 41: 1931-1939. http://crop.scijournals.org/cgi/content/abstract/41/6/1931. 19/06/2006.

Nobuyuki, E.,W. Takashi.,T. Sumio. 2005. Plant Prot. Res. Vol. 51, p. 49-52.

Singh, D.P. 1986. Breeding for resistance to disease and insect pests. Crop Protection Monographs Springer-Verlag. 222 pp.

Suharsono, 1986. Kajian antibiosis tanaman kedelai terhadap terhadap Spodoptera litura dan Orgya sp. Penelitian Palawija 1(2) :58-63.

Page 10: 6 suharsono-kepakaan galur kedelai

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011

  22

Suharsono dan Tridjaka, 1993. Uji Ketahanan Varietas Kedelai terhadap Ulat Grayak Spodoptera litura. Makalah Seminar Regional HPTI Jawa Timur di UPN Veteran Surabaya 19 Desember 1993.

Suharsono dan Suntono, 2005. Efektivitas beberapa jenis insektisida kimia dan galur tahan untuk mengendalikan hama perusak daun. Laporan Hasil Penelitian Tahun 2005.

Suharsono, Muji Rahayu, Sri Hardaningsih, Wedanimbi Tengkano, Sri Wahyuni Indiati, Marwoto, Bedjo dan Y. Baliadi. 2007. Perbaikan dan evaluasi komponen teknologi pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) pada tanaman kedelai. 2007. Laporan Akhir Hasil Penelitian Tahun 2007.

Suharsono, Muji Rahayu, Sri Hardaningsih, Wedanimbi Tengkano, Sri Wahyuni Indiati, Marwoto, Bedjo dan Y. Baliadi. 2008. Perbaikan dan evaluasi komponen teknologi pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) pada tanaman kedelai. 2007. Laporan Akhir Hasil Penelitian Tahun 2008.

Tengkano, W. dan M. Suhardjan. 1985. Jenis hama utama pada berbagai fase pertumbuhan tanaman kedelai. Hlm. 295-318. Dalam Sadikin Somaatmaja, M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi (Eds.). Kedelai. Puslitbangtan Bogor.