6. Solutio Anticoagulant Edt

11
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL SOLUTIO ANTICOAGULANT Disusun Oleh: Nama :1. Muchsin Adi Wiyogo (K 100 080 157) 2. Rena Nurhayati Setiyanto (K 100 080 164) 3. Fitria Nila Sistha (K 100 080 171) 4. Indah Meiningrum (K 100 080 179) Kelompok : G.3

description

6. Solutio Anticoagulant Edt

Transcript of 6. Solutio Anticoagulant Edt

Page 1: 6. Solutio Anticoagulant Edt

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI

SEDIAAN STERIL

SOLUTIO ANTICOAGULANT

Disusun Oleh:

Nama :1. Muchsin Adi Wiyogo (K 100 080 157)

2. Rena Nurhayati Setiyanto (K 100 080 164)

3. Fitria Nila Sistha (K 100 080 171)

4. Indah Meiningrum (K 100 080 179)

Kelompok : G.3

Korektor :

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2010

Page 2: 6. Solutio Anticoagulant Edt

SOLUTIO ANTICOAGULANT

I. TUJUAN

Memahami cara membuat larutan antikoagulan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia

terlarut kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.

Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi

syarat yang tertera pada injection. Wadah harus dapat dikosongkan

dengan cepat. Kemasan boleh lebih dari 1 liter.

( Anonym, 1979 )

larutan terjadi apabila suatu zat padat dapat bersinggungan

dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekuler

dalam cairan tersebut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam

farmasi adalah:

1. Dapat larut dalam air

Klorida, kecuali hydrargyrosi chloridum, pliumbi chloridum tidak

larut.

2. Tidak larut dalam air

Karbonat, kecuali kalii karbonas, ammonia carbonas, dan lithir

carbonas larut.

(Anif, Moh., 2000)

Larutan dektrosa sitrat adalah larutan steril asam sitrat, natrium

sitrat, dan dektrosa dalam air untuk obat suntik. Larutan dibuat

dengan menggunakan bahan-bahan, kemudian disaring sampai jernih,

dan kemudian cairan dipindahkan kewadah yang sesuai dan

disterilkan.

( Howard, C. ansel, 1989 )

Antikoagulan menghambat pembekuan darah dengan 2

mekanisme :

Page 3: 6. Solutio Anticoagulant Edt

1. Antikoagulansia langsung menginaktivasi factor pembekuan

tertentu.

2. Antikoagulansia tidak langsung menghambat sintesis factor

pembekuan darah.

Senyawa aktif yang tergolong dalam kelompok ini adalah :

1. 1,3-indandion

2. 4-hidroksikumarin

Dari keduanya strukturnya mirip naftakuinon (golongan vitamin

K ).

In vitro sebagai antikoagulan digunakan juga senyawa yang

menyebabkan penarikan ion kalsium yang esensial untuk pembekuan.

Melalui pembentukan kompleks dengan natrium sitrat atau EDTA dan

pengendapan natrium fluoride maka pmbentukan darah dicegah.

( Mayer, 1990 )

III. METODE KERJA

1. Alat dan Bahan

Alat :

- Timbangan

- Glassware

- Botol Bening

- Aotoclave

- Pipet tetes

- Kertas saring

Bahan :

- Acidum Citricum 1 H20

- Na Citrat Tribacicum 5 H2O

- Glukosa p.i anhydrous

- Aqua p.i

- HCl 0,1 N

- NaOH 0,1 N

- Karbo adsorben

2. Formula

Page 4: 6. Solutio Anticoagulant Edt

R/ Acidum Citricum 1 H2O 2,35

Na Citrat Tribacicum 5,5 H2O 8

Glukosa p.i anhydrous 12,5

Aqua p.i ad 500 ml

3. Cara Kerja

Didicek apakah larutan isotonis / tidak isotonis

Didihkan aqua, dilarutkan gula dalam keadaan panas

Dilarutkan bahan lainnya dalam keadaan dingin

Dicampur dengan larutan gula, kemudian ditambahkan sisa aquanya

Diatur pH larutan antara 5-6, jika kurang asam ditambah HCl 0,1 N

sedangkan jika kurang basa ditambah NaOH 0,1 N

Digojog larutan dengan karbo adsorben 0,1%, didiamkan, disaring

hingga jernih

Dimasukkan larutan dalam wadah yang sesuai dengan tutup

Disterilisasi dengan autoclave 1200C selama 20 menit

Diperiksa larutan terhadap : pH, uji kebocoran, partikel asing,

kejernihan

Diberi etiket

4. Pembahasan Cara Kerja

Langkah awal yang dilakukan adalah pengecekan larutan

isotonis/tidak isotonis. Karena jika tidak hipotonis atau tekanannya

lebih kecil dari cairan tubuh akan mengakibatkan cairan masuk ke

sel sehingga sel bengkak dan pecah, dan bersifat irreversible.

Sehingga perlu ditambahkan dengan NaCl. Jika larutan hipertonis

Page 5: 6. Solutio Anticoagulant Edt

(tekanan osmose lebih besar dari cairan tubuh ) akan

mengakibatkan sel mengkerut bersifat reversible.

Aqua dididihkan agar steril dan aseptis dari mikroorganisme

seperti bakteri, spora, dan pirogen, dan berfungsi untuk melarutkan

glukosa yang mempunyai sifat mudah larut dalam air panas.

Sedangkan bahan lainnya dilarutkan dalam keadaan dingin agar zat

aktif dari obat tidak hilang oleh panas. pH larutan diatur antara 5-6

agar pH larutan sesuai dengan pH darah. Kemudian digojog dengan

karbo adsorben 0,1% untuk menyerap partikel asing, pirogen,

sebelumnya karbo adsorben diaktifkan dahulu dengan cara

dipanaskan. Penambahan karbo adsorben jangan terlalu banyak

karena akan menyebabkan larutan menjadi keruh.

Larutan dalam botol dsterilisasi untuk mematikan

mokroorganisme. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan

autoclave 1200C karena bahan gelas ini tahan terhadap pemanasan

suhu tinggi.

5. Pemerian Bahan :

- Acidum citricum 1 H2O : tidak berbau, rasa sangat

asam, agak higroskopis, hablur tidak berwarna atau serbuk

putih, merapuh dalam udara kering dan panas.

- Na citrate tribacicum 5 H2O : hablur tidak berwarna atau serbuk

hablur halus putih.

- HCl : cairan tidak berwarna tetapi

segera menjadi kuning atau coklat karena terbebasnya iodium.

- NaOH : bentuk batang, butiran, masa

hablur atau keeping, kering, keras, rapuh, dan menunjukkan

turunan hablur, putih, mudah meleh basah, sangat alkalis dan

porosif segera menyerap karbondioksida.

- Injeksi dektrosa : mengandung glukosa, C6H12O6 .

H2O , tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 105,0 % dari

jumlah yang tertera pada etiket

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 6: 6. Solutio Anticoagulant Edt

1. Data Percobaan

Hasil Evaluasi :

No. Evaluasi Hasil Keterangan

1 pH + pH 5, sesuai yaitu pH 5-6

2 Kebocoran + Bocor, tidak sesuai

3 Partikel asing + Ada, tidak sesuai

4 Kejernihan + Tidak jernih, tidak sesuai

Kesimpulan :

Larutan antikoagulan tidak memenuhi syarat sediaan steril karena 3

syarat tidak terpenuhi (uji kebocoran, partikel asing dan

kejernihan).

2. Perhitungan

R/ Acidum Citricum 1 H2O 4,7 , BM; 210,4

Na Citrat Tribacicum 5,5 H2O 16 , BM;

294,10

Glukosa p.i anhydrous 25 , BM;

198,17

Aqua p.i ad 1000 ml

fAMA

xa+ fBMB

xb+ fCMC

xc=0,28

1,5210,4

x 4,7+ 1,8294,40

x16+ 1198,17

x25=0,28

0,034 + 0,098 + 0,126 = 0,28

0,26 < 0,28 (Hipotonis)

Untuk menjadikan larutan isotonis, maka perlu penambahan NaCl

0,9%

h=M hf h

x [0,28−( fAMA xa+ fBMB

xb+ fCMC

xc+ fDMD

xd)] glh = 32 x (0,28 – 0,26)

gl

Page 7: 6. Solutio Anticoagulant Edt

= 32 x 0,02 gl

= 0,64 gl

= 0,32 g

500ml

3. Analisis Data

Pada percobaan ini bertujuan untuk memahami cara

pembuatan solution antikoagulan dan uji sterilitasnya.

Solutio antikoagulan merupakan suatu obat anti

penggumpalan darah. Atas dasar inilah, antikoagulan diperlukan

untuk mencegah terbentuk dan meluasnya thrombus atau emboli

maupun untuk mencegah bekunya darah. Dalam hal ini,

antikoagulan dibuat dalam keadaan solution, yakni sediaan cair

yang mengandung bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain

sebagai pelarut digunakan air suling.

Formula yang digunakan dalam percobaan ini adalah

acidum citricum 1 H2O, Na Citrat Tribacicum 5 H2O, glukosa p.i

anhydrous, dan aqua p.i. Na Citrat Tribacicum 5 H2O berperan

sebagai zat aktif, dimana akann membentuk kompleks dengan

mengikat ion Ca+ darah sehingga pembekuan darah tidak terjadi.

Asam Sitrat bekerja sinergis dengan Na Citrat Tribacicum 5 H2O.

glukosa p.i anhydrous berfungsi sebagai zat pengisotonis dan

membantu meningkatkan ionisasi dari Na Citrat Tribacicum 5 H2O

dan Asan Sitrat. Sedangkan aqua p.i merupakan pelarut yang

berasal dari air suling segar yang disuling kembali, disterilkan

dengan sterilisasi A dan C. digunakan untuk pembuatan injeksi.

Pada pembuatan formula ini perlu penambahan NaCl atau

bahan yang cocok untuk pengisotonis karena larutan antikoagulan

yang dibuat bersifat hipotonis. Pada pemberian larutan injeksi yang

bersifat hipotonis akan terjadi peningkatan volume plasma darah

dari tubuh karena air melintasi membrane semipermeabel dan

eritrosit. Karena adanya peningkatan volume darah ini, maka

Page 8: 6. Solutio Anticoagulant Edt

tekanan dibagian dalam tubuh darah meninggi, sampai akhirnya

pecah dan terjadi hemolisis.

pH yang terukur setelah larutan telah dibuat adalah 7.

Keadaan ini tidak sesuai dengan kondisi pH dalam darah sehingga

pH diasamkan dengan dengan penambahan HCl sehingga pH

berkurang menjadi 5.

Pada uji larutan antikoagulan tidak menunjukan adanya

kesesuaian dengan syarat sediaan steril yaitu terdapat partikel

asing dan larutan tidak jernih. Adanya partikel asing dapat

menyumbat kapiler darah sehingga dapat membahayakan kondisi

pasien. Uji yang lain adalah uji kebocoran tehadap, botol. Hasil yang

diperoleh adalah wadah bocor.

V. KESIMPULAN

1. Solution antikoagulan adalah larutan anti penggumpalan darah.

2. Larutan antikoagulan dari percobaan tidak memenuhi syarat

sediaan steril untuk parenteral.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh.,2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik, Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, DepKes RI, Jakarta.

Howard, C, Ansel., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi

Keempat, UI Press, jakarta.

Shunack, W., Mayer, K., Haake, M., 1990, Senyawa Obat Buku

Pelajaran Kimia Farmasi, Edisi II, UGM Press, Yogyakarta.