6 . Bab II (1) Revisi Selesai
-
Upload
aristy-miranda -
Category
Documents
-
view
38 -
download
1
description
Transcript of 6 . Bab II (1) Revisi Selesai
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2.1.1. Sejarah dan Perkembangan Pabrik
Puspiptek didirikan pada tahun 1976 atas gagasan Menteri
Riset Republik Indonesia, saat itu, yakni Prof.Dr.Sumitro Djojohadikusumo dan
pelaksanaanya direalisasikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi RI Prof.
Dr.-Ing. B.J. Habibie. Dengan tujuan untuk mendukung proses industrialisasi di
Indonesia maka Puspiptek dirancang untuk menjadi kawasan yang mensinergikan
SDM terdidik dan terlatih, peralatan penelitian dan pelayanan teknis yang paling
lengkap di Indonesia serta teknologi dan keahlian yanq telah terakumulasikan
selama lebih dari seperempat abad.
P rogram fokus kementrian Ristek :
1. Pembangunan ketahanan pangan.
2. Penciptaan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan.
3. Pengembangan teknologi transportasi.
4. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.
5. Pengembangan teknologi kesehatan dan obat.
6. Pengembangan teknologi pertahanan.
7. Pengembangan material maju.
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) adalah
nama Kawasan Riset Terbesar di Indonesia yang dikenal sebagai Kawasan
Puspiptek. Kawasan Puspiptek terletak di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten
menempati areal seluas sekitar 660 hektar, terdiri dari dua lokasi utama:
Laboratorium, Kebun Propinsi dan Kompleks Perumahan Puspiptek. Institusi-
institusi yang berlokasi di Puspiptek dan lembaga risetnya antara lain :
1. LIPI
2. Pusat Penelitian Fisika.
3. Pusat Penelitian Kimia.
4
4. Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian.
5. Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi.
6. Pusat Penelitian Metalurgi.
7. BATAN
8. BPPT
9. Pusarpedal
Keseluruhan 35 Laboratorium telah beroperasi, dan merupakan
koordinasi teknis antara LIPI, BPPT, BATAN dari Kementerian Riset dan
Teknologi serta dua laboratorium dibawah Kementerian Lingkungan Hidup yaitu
Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Sarpedal), dan Pusdiklat Lingkungan.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (disingkat LIPI) merupakan
Lembaga Pemerintah Non Departemen Republik Indonesia yang dikoordinasikan
oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Kegiatan ilmiah di Indonesia
dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius, yang mempelajari flora Indonesia
dan Rompiusdengan karyanya yang terkenal berjudul Herbarium Amboinese.
Pada akhir abad ke-18 dibentuk Bataviaasch Genotschap van Wetenschappen.
Dalam tahun 1817, C.G.L. Reinwardt mendirikan Kebun Raya di Bogor. Pada
tahun 1928 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Natuurwetenschappelijk Raad
voor Nederlandsch Indie. Kemudian tahun 1948 diubah menjadi Organisatie voor
Natuurwetenschappelijk onderzoek (Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu
Pengetahuan Alam, yang dikenal dengan OPIPA). Badan ini menjalankan
tugasnya hingga tahun 1956. Pada tahun 1956, melalui UU no. 6 tahun 1956
pemerintah Indonesia membentuk Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI)
dengan tugas pokok:
1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Memberi pertimbangan kepada pemerintah dalam hal kebijaksanaan ilmu
pengetahuan.
Kemudian pada tahun 1962 pemerintah membentuk Departemen Urusan
Riset Nasional (DURENAS) dan menempatkan MIPI didalamnya dengan tugas
5
tambahan: membangun dan mengasuh beberapa Lembaga Riset Nasional. Dan
tahun 1966 pemerintah merubah status DURENAS menjadi Lembaga Riset
Nasional (LEMRENAS). Pada bulan Agustus 1967 pemerintah membubarkan
LEMRENAS dan MIPI dengan SK Presiden RI no. 128 tahun 1967, kemudian
berdasarkan Keputusan MPRS no. 18/B/1967 pemerintah membentuk Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan menampung seluruh tugas LEMRENAS
dan MIPI, dengan tugas pokok sebagai berikut:
1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berakar di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat
Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.
2. Mencari kebenaran ilmiah di mana kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian
serta kebebasan mimbar diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945.
3. Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
(sejak 1991 tugas pokok ini selanjutnya ditangani oleh Menteri Negara
Riset dan Teknologi dengan Keppres no. 179 tahun 1991).
Sejalan dengan perkembangan kemampuan nasional dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, organisasi lembaga-lembaga ilmiah di Indonesia telah
pula mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Oleh sebab itu dipandang perlu
untuk mengadakan peninjauan dan penyesuaian tugas pokok dan fungsi serta
susunan organisasi LIPI sesuai dengan tahap dan arah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka Keppres no. 128 tahun 1967, tanggal 23
Agustus 1967 diubah dengan Keppres no. 43 tahun 1985, dan dalam rangka
penyempurnaan lebih lanjut, tanggal 13 Januari 1986 ditetpkan Keppres no. 1
tahun 1986 tentang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan terakhir dengan
Keppres no. 103 tahun
Pusat Penelitian Fisika adalah nama baru dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Fisika Terapan (P3FT) yang sebelumnya merupakan perubahan
dari Lembaga Fisika Nasional (LFN) berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 1
6
tanggal 13 Januari 1986. Lembaga ini merupakan salah satu Pusat Penelitian
dibawah naungan Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). Tujuan dan lingkup Puslit Fisika diarahkan pada usaha untuk
mendukung pembangunan nasional melalui riset pengembangan sumber daya
alam, terutama yang terkait dengan ilmu fisika, menuju Indonesia sebagai negara
industri.
Badan Tenaga Nuklir Nasional, disingkat BATAN, adalah Lembaga
Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan tenaga
nuklir. Kepala BATAN sejak 5 Juli 2002 adalah Dr. Soedyartono Soentono, M.Sc.
yang menggantikan Ir. Ijos R Subki, M.Sc. Kepala Batan saat ini sdh dijabat Dr.
Hudi Hastowo.
Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di
Indonesia diawali dari pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan
Radioaktivitet tahun 1954. Panitia Negara tersebut mempunyai tugas melakukan
penyelidikan terhadap kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba
senjata nuklir di lautan Pasifik.
Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan
tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah
No. 65 tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga
Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi
Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5
Desember yang merupakan tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi
nuklir di Indonesia dan ditetapkan sebagai hari jadi BATAN.
Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di
bidang iptek nuklir, pada tahun 1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom
pertama (Triga Mark II) di Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun pula
beberapa fasilitas litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat penelitian, antara
lain Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta (1966), Pusat Penelitian
7
Tenaga Atom GAMA, Yogyakarta (1967), dan Reaktor Serba Guna 30 MW
(1987) disertai fasilitas penunjangnya, seperti: fabrikasi dan penelitian bahan
bakar, uji keselamatan reaktor, pengelolaan limbah radioaktifdanfasilitas nuklir
lainnya. Sementara itu dengan perubahan paradigma pada tahun 1997 ditetapkan
UU No. 10 tentang ketenaganukliran yang diantaranya mengatur pemisahan unsur
pelaksana kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir(BATAN)dengan unsur pengawas
tenaga nuklir (BAPETEN).
2.1.2. Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berukuran berukuran 5
km x 5 km, dengan posisi lokasi sekitar 6 19’30” - 6 22’12” LS dan 106 38’24” -
106 41’06” BT. Secara topografis daerah penelitian KNS-KPS dan sekitarnya
terletak pada ketinggian antara 44 m hingga 88 m di atas permukaan air laut rata-
rata. Daerah penelitian termasuk dalam wilayah Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang, Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten, dan
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat (Gambar 1).
Gambar 1. Peta situasi dan topografi daerah Serpong dan sekitarnya
8
Kawasan PUSPIPTEK Serpong dan sekitarnya, terletak di cekungan
Jawa Barat bagian utara yang merupakan daerah peralihan antara Zona Bogor
dengan dataran rendah Jakarta. Pemetaan Geologi Lingkungan Kawasan
Puspiptek Serpong dan Sekitarnya sebagai Penyangga Tapak Disposal Demo
umumnya berarah jurus barat laut-tenggara (NW-SE).
2.1.3. Struktur Organisasi dan Sistem Manajemen Perusahaan
Struktur organisasi dan sistem manajemen perusahaan Pusat
Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat dilihat pada gambar 2 di bawah
ini.
Gambar 2. Struktur Organisasi PUSPITEK
9
KEPALA PUSAT PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
(PUSPIPTEK)
BIDANG SARANA KAWASAN
SUBBID MANAJEMEN
SARANA KAWASAN
SUBBID SARANA TEKNIS
SUBBID SARANA PENUNJANG
BIDANG KEAMANAN DAN KESELEMATAN
SUBBID MANAJEMEN KEAMANAN DAN KESELAMATAN
SUBBID KEAMANAN
SUBBID KESELAMATAN
BIDANG KERJASAMA DAN BISNIS TEKNOLOGI
SUBBID PROMOSI DAN
KERJASAMA
SUBBID BISNIS TEKNOLOGI
SUBBID DATA DAN INFORMASI
BAGIAN TATA USAHA
SUBBAG HUMAS, HUKUM, DAN
PROTOKOL
SUBBAG KEPEGAWAIAN DAN RUMAH
TANGGA
SUBBAG PERENCANAAN
DAN KEUANGAN
2.1.4. Uraian Kegiatan
2.1.4.1 KUNJUNGAN DI PUSPIPTEK
a) PENGENALAN PUSPIPTEK
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) adalah nama
Kwasan Riset Terbesar di Indonesia yang dikenal sebagai Kawasan Puspiptek.
Kawasan Puspiptek terletak di Serpong, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
menempati areal sebesar 460 hektar. Puspiptek didirikan pada tahun 1976 atas
gagasan Menteri Riset Republik Indonesia, saat itu, yakni Prof. Dr. Sumitro
Djojohadikusumo dan pelaksananya direalisasikan oleh Menteri Negara Riset dan
Teknologi RI Prof. Dr. –Ing B.J Habibie. Kawasan Puspitek terdiri dari 3 lokasi
utama, yaitu: Laboratorium, Kebun Provinsi dan Kompleks Perumahan Puspiptek.
Adapun lembaga-lembaga non Departemen yang berlokasi di Puspiptek antara
lain:
b) KUNJUNGAN KE BPPT
Balai Pengkajian Bioteknologi (BPT) dibangun di atas tanah seluas 5 ha,
dengan luas bangunan 8000 , dikelola oleh Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) dan merupakan salah satu lembaga penelitian terlengkap dan
termodern di Indonesia.
Tugas Pokok dan Fungsi BPPT
1. Tugas Pokok BPPT
(1) Penguasaan bioteknologi industri dan pertanian modern di Indonesia
untuk mendorong pengembangan bioindustri.
(2) Mengembangkan jaringan kerja di bidang bioteknologi lain di dalam
maupun di liar negeri untuk mendorong aplikasi bioteknologi dalam
berbagai bidang pembangunan.
10
(3) Pelatiahn bioterknologi modern di bidang bioteknologi pertanian dan
industri
2. Fungsi BPPT
(1) Mengkaji, menrapkan, dan mengupayakan alih teknologi bidang
bioteknologi industri dan pertanian sesuai dengan kepentingan
nasional
(2) Mengkaji dan menerapkan bioteknologi baik yang konvensional
maupun yang maju untuk menghasilkan produk yang mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi.
(3) Mengkaji dan menerapkan biotekinologi rekayasa genetika untuk
meningkatkan produktifitas bioindustri dan kualitas tanaman.
(4) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatiahan tenaga ahli.
c) KUNJUNGAN KE BIOTEKNOLOGI xx
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup (bakteri, jamur, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alkohol,) dalam proses produksi untuk menghasilkanbarang dan jasa.
Macam-macam Bioteknologi adalah sebagai berikut :
(1) Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
Penggunaan bioteknologi pada masa lampau dikenal sebagai bioteknologi
konvensional. Bioteknologi konvensional meliputi meliputi bioteknologi yang
sudah lazim dan kuno.
Pemanfaatan mikrob dalam biotenologi juga digunakan untk membantu
proses mempelambat pembusukan pada makanan. Perlu diketahui, yogurt, keju,
bir, kecap, dan cuka merupakanproduk makanan dan minuman yang melibatkan
mikrob sehigga lebih resisten terhadap kerusakan dibandingkan dengan makanan
11
yang tidak diproses. Contoh mikrob tersebut adalah jamur (Penicillium roqueforti)
dan bateri (Propioni bacterium). Penicillium roqueforti dapat memberi rasa dan
aroma pada keju roquefort , sedang Propioni bacterium dapat mempengaruhi
tekstur pada keju swiss sehingga terbentuk lubang-lubang sebagai akibat
terperangkapnya .
Contoh Aplikasi Bioteknologi Konvensional
Keju Jamur atau bakteri memasakkan dadih susu, mikrob memberikan cita
rasa yang khas pada keju
Fermentasi Ragi memfermentasikan gula menjadi alkhohol, menghasilkan
minuman anggur (wine) atau bir, bakteri memfermentasikan jus buah
menjadi asam asetat (cuka)
Yogurt Fermentasi yang hasilnya diproduk oleh pertumbuhan bakteri di
dalam susu skim memberikan tekstur dan cita rasa yang khas
Kecap Bakteri dan jamur memfermentasi kedelai dan dadih kedelai
Bahan bakar Ganggang chlorella mengubah sampah menjadi minyak yang
mudah sekali terbakar
Beberapa bioteknologi konvensional yang memanfaatkan jasa dari mikrob:
Mikrob dapat mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain
Bakteri, virus, jamur, dan ganggang dikenal memiliki kemampua untuk
mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain. Hal tersebut dapat dilakukan
melalui proses fermetasi (aktivitas anaerobik). Dalam industri fermentasi, mikrob
tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya, membuat bir,
keju, mentega, tempe, oncom, tapai, dan makanan lainnya.
Mikrob dapat menghasilkan obat
Mikrob dapat dimanfaatkan sebagi vaksin
Vaksin merupakan semacam bibit penyakit yang sudah dilemahkan.
Penanaman vaksin ke dalam tubuh manusia dikenal dega istilah vaksinasi.
12
Vaksinasi dimaksudkan untuk pencegahan terhadap serangan penyakit (infeksi)
atau menimbulkan efek kekebalan pada tubuh manusia.
Secara tradisional, dikenal ada 2 tipe vaksin, yaitu berupa:
- Partikel virus virulen (virus yang dapat menyebabkan penyakit) yang
sudah diinaktifkan secara fisik dan kimiawi.
- Partikel virus yang dikurangi viral strainnya (nopatogenik)
Mikrob dapat dimanfaatkan untuk membasmi hama tanaman
Mikrob dapat memisahkan logam dari bijihnya
Mikrob dapat dimanfaatkan untuk memperoleh sumber alternatif
(2) Bioteknologi Modern
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara
maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi
semisal rekayasa genetika, kultur jaringan rekombinan DNA, pengembangan sel
induk, kloning dan lain-lain. Rekayasa genetika dapat diartikan sebagai seni atau
ilmu untuk menerapkan secara praktis pengetahuan ilmu murni genetika.
Rekayasa genetika modern pada dasarnya dapat mengubah genotipe makhluk
hidup dengan meletakan gen-gen yang tidak pernah dimiliki sebelumnya. Teknik
tesebut dapat dilakukan dengan menyisipkan ADN yang dikehendaki sifat-
sifatnya ke dalam plasmid. Teknologi penyisipan gen tersebut berlangsung sukses
sehingga menghasilkan tipe-tipe genetika baru yang stabil dari mikrob yang
bertindak sebagai “pabri-pabrik” mikroskopis. Teknologi demikian dikenal
dengan teknik ADN rekombinan.
Contoh Aplikasi Bioteknologi Modern
- Bidang Pertanian
Gen anti beku pada tanaman kentang
Tanaman dapat menembat nitrogen bebas dan kebal penyakit
Totipotensi
13
a. Totipotensi
Regenerasi merupakan demonstrasi Totipotensi alami. Totipotensi adalah
suatu potensial genetika dari satu tipe sel makhluk hidup multiseluler untuk
memberikan kemunculan beberapa tipe sel makhluk hidup yang sama atau
lengkap seperti penampakan keseluruhan makhluk hidup tersebut. Didalam sel
terdapat informasi genetika yang bertanggungjawab untuk aktivitas, tumbuh, dan
perkembangan. Informasi geetika tersebut biasa disimpan dalam inti sel. Jadi.
Setiap sel dapat menerima seluruh informasi secara lengkap dan memiliki potensi
dasar.
b. Kultur Jaringan
Totipotensi adalah dasar dalam pengembangan tumbuhan secara in vitro
(kultur jaringan). Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi suatu
bagian dari tanaman, seperti protoplasma sel, jaringan, dan organ, serta
membunuhkannya pada media buatan tertentu dengan kondisi aseptik. Dengan
demikian bagian-bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan
bergenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Contoh tanaman yang suda lazim
diperbanyak secara kltur jaringan adalah tanaman anggrek.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyankan tanaman denga teknik kultur
jaringan adalah:
Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunaka tergantung dengan jenis tanman yang
akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral,
vitamin, dan hormon. Mesia yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau
14
botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara
memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakn untuk kultur adalah tunas.
Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, yanitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat
yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunaka
etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi
yang melakukan kulturjaringan juga harus steril.
Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk
menghidari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan. Tabung reaksi yang ditanami eksplan diletakan pada rak-rak dan
ditempatkan ditempat yang steril.
Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukan adanya pertumbuhan
akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan
dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
prkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukan gejala seperti berwarna
putih atau biru (disebabkan oleh jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi
15
Aklimatisasi adalahkegiatan memindahkan eksplankeluar dari ruangan
aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu
dengan memberikan sungkub. Sungkub digunakan uanuk melindungi bibit dari
udara luar dan serangan hama penyakit kerena bibit hasil kultur jaringan sangat
rentan terhadap serangan hama penyakit dan uadara luar. Setelah bibit mampu
beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkub dilepaskan
dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan
bibit generaif.
Manfaat kultur jaringan:
• Pengadaan bibit tidak tergan tung pada musim
• Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif
lebih cepat (dari satu tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan
minimal 10000 planlet/bibit)
• Bibit yang dihasilkan seragam
• Bibit yang dihasilkan bebas penyakit menggunaka organ tertentu)
• Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan muadah
• Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan
lingkungan lainnya
• Memperoleh tanaman dengan sifat yang sama dengan induknya
d) KUNJUNGAN KE LIPI (Pusat Penelitian Fisika)
Pusat Penelitian Fisika adalah nama baru dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Fisika Terapan (P3FT) yang sebelumnya merupakan perubahan
dari Lembaga Fisika Nasional (LFN) berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 1
tanggal 13 Januari 1986. Lembaga ini merupakan salah satu Pusat Penelitian
dibawah naungan Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan
16
Indonesia (LIPI). Tujuan dan lingkup Puslit Fisika diarahkan pada usaha untuk
mendukung pembangunan nasional melalui riset pengembangan sumber daya
alam, terutama yang terkait dengan ilmu fisika, menuju Indonesia sebagai negara
industri.
e) KUNJUNGAN KE BATAN
Badan Tenaga Nuklir Nasional, disingkat BATAN, adalah Lembaga
Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan tenaga
nuklir. Kepala BATAN sejak 5 Juli 2002 adalah Dr. Soedyartono Soentono, M.Sc.
yang menggantikan Ir. Ijos R Subki, M.Sc. Kepala Batan saat ini sdh dijabat Dr.
Hudi Hastowo. BATAN mengoperasikan 3 buah reaktor nuklir di Indonesia, 2
buah reaktor Triga mark II dan sebuah reaktor nuklir 30 MW di Serpong.Kegiatan
pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia diawali dari
pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet tahun 1954.
Panitia Negara tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap
kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di lautan
Pasifik.Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan
tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah
No. 65 tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga
Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi
Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5
Desember yang merupakan tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi
nuklir di Indonesia dan ditetapkan sebagai hari jadi BATAN.Pada perkembangan
berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di bidang iptek nuklir, pada
tahun 1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom pertama (Triga Mark II) di
Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun pula beberapa fasilitas litbangyasa
yang tersebar di berbagai pusat penelitian, antara lain Pusat Penelitian Tenaga
Atom Pasar Jumat, Jakarta (1966), Pusat Penelitian Tenaga Atom GAMA,
Yogyakarta (1967), dan Reaktor Serba Guna 30 MW (1987) disertai fasilitas
17
penunjangnya, seperti: fabrikasi dan penelitian bahan bakar, uji keselamatan
reaktor, pengelolaan limbah radioaktifdanfasilitas nuklir lainnya.
2.2. PT Iglas (Persero)
2.2.1. Sejarah dan Perkembangan Pabrik
PT iglas adalah Perusahaan besar yang memproduksi gelas dengan
kualitas tinggi. Kepercayaan konsumen terhadap PT Iglas menjadi tolok ukur
dalam berkembangnya kesuksesan dalam berbagai bidang, baik produksi,
pemasaran, dll. Logo PT Iglas (Persero) dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Logo PT Iglas ( Persero )
Upaya pertama pendirian perusahaan sejak 2 Nopember 1955 atas
kerjasama antara Bank Industri Negara dengan Societe Mecanique Le Havre
Perancis dengan nama PT Industri Gelas atau disingkat PT IGLAS.
Perusahaan Negara Industri Gelas (PN. IGLAS) didirikan pada tahun 1956
sebagai hasil kerja-sama antara Bank Industri Negara dengan Siciete Mecanique
Verrieres Le Havre Perancis yang dinyatakan dalam Akte Notaris Mr. R. Pranowo
Soewandi Nomor : 88 tanggal 29 Oktober 1956 dan selanjutnya disahkan dengan
Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : JA.5/94/19 tanggal : 30 Desember
1956.
Pendirian pabrik ini bertujuan untuk memproduksi botol gelas dan gelas
minum serta sekaligus untuk mendidik putera-puteri negeri ini untuk menyerap
Transfer of Knowledge untuk pembuatan gelas dengan komposisi sesuai
ketentuan International Glass Standard dengan melalui tahapan teknologi
Batching – Mixing – Forming – Printing.
18
Pembangunan pabrik dimulai tahun 1956 dan selesai seluruhnya tahun
1959 untuk Furnace I (SB-1) dan Furnace II (SB-2) diselesaikan pada tahun 1960.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 38 tahun 1978,
maka sejak tahun 1979 bentuk usaha yang semula Perusahaan Negara (PN.
IGLAS) dilaihkan menjadi PT. IGLAS (Persero) hingga sekarang.
Pada tahun 1994 PT. IGLAS (Persero) mempersiapkan lahan seluas 15
(lima belas) hektare untuk merelokasi pabrik Surabaya ke kawasan Gresik, dan
pada tahun 1997 telah selesai pembangunan pabrik Gresik beroperasi dengan 2
(dua) Furnace G-1 & G-2 serta 6 (enam) mesin cetak botol gelas hingga sekarang.
Berdasarkan Master Plan Kota Surabaya pada tahun 2000 semua pabrik
yang lokasinya terletak di dalam kota diperintahkan harus pindah, namun dengan
adanya kebijakan Otonomi Daerah, PT. IGLAS (Persero) yang pabriknya berada
di Jl. Ngagel 153 Surabaya oleh Pemerintah Kota Surabaya disarankan untuk
dibatalkan rencana relokasinya ke Gresik dengan alasan untuk menambah PAD
Kota Surabaya.
Dan akhirnya PT. IGLAS (Persero) mengopeasikan pabriknya di 2 (dua)
kota, Surabaya dan Gresik hingga sekarang.
Sejarah singkat dari PT IGLAS :
Produksi komersial pertama tahun 1959 dengan kapasitas produksi 50
ton/hari
Tahun 1961, status berubah menjadi Perusahaan Negara IGLAS (PN
IGLAS)
Tahun 1979, status berubah menjadi PT IGLAS (Persero)
Kapasitas menjadi 465 ton /hari pabrik Surabaya dan Gresik
Tahun 2009, pindah ke Gresik dengan kapasitas 340 ton/hari (2 dapur
peleburan).
IGLAS bergerak di bidang industri kemasan gelas, yang terdiri dari 3 jenis
warna produk :
Flint
19
Hijau (emerald green)
Coklat (amber)
Dan juga PT IGLAS bertujuan utnuk memenuhi kebutuhan botol minuman,
makanan dan farmasi.
Visi dan Misi PT Iglas Persero
VISI PT Iglas Persero :
“Menjadi Market Leader Industri Kemasan di Indonesia”
MISI PT Iglas Persero :
Menghasilkan produk kemasan gelas yang terintegrasi dan berkualitas.
Memberikan pelayanan yang terbaik dan kepuasan kepada pelanggan.
Meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan teknologi.
Meningkatkan keterampilan SDM.
Memberikan kontribusi sosial dan ekonomi pada lingkungan sekitar
2.2.2. Lokasi dan Tata Letak Pabrik
PT Iglas Persero Kantor atau Pabrik terletak di Jl. Kapten Darmosugondho,
Segoromadu - Gresik 61153 Tel. +6231-3974484 (hunting) Fax. +6231-3974483.
Denah lokasi pabrik PT Iglas (Persero)dapat dilihat pada gambar 4 dan 5 di
bawah ini.
(a) (b)
Gambar 4. (a) Pabrik Surabaya 1,2 ha (b) Pabrik Gresik 14,5 ha
20
Gambar 5. Denah Pabrik Gresik
2.2.3. Struktur Organisasi dan Sistem Manajemen Perusahaan
Struktur organisasi yang baik sangat diperlukan dalam suatu perusahaan,
semakin besar perusahaan tersebut semakin kompleks organisasinya. Secara
umum dapat dikatakan, struktur organisasi merupakan suatu gambaran secara
skematis yang menjelaskan tentang hubungan kerja, pembagian kerja, serta
tanggung jawab dan wewenang dalam mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan semula. Kerangka struktur organisasi dan sistem manajemen PT Iglas
dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.
21
Gambar 6. Bagan Struktur Organisasi PT. Iglas ( Persero ) Gresik, Surabaya
PT. Iglas ( Persero ) Gresik, Surabaya secara struktural puncak
pimpinannya dipegang oleh seorang direktur yang dibantu oleh komisaris
perusahaan dan bagian – bagian kepala departemen perusahaan.
22
Sumber : Modul Training Pengenalan Unit Bisnis PT IGLAS 2010
Dep. Logistik
SPI
Dep. Produk
Distribusi
Dep. Teknik
Dep. Pemasaran
Dep. PMP
Departemen SDM Umum
Departemen Akuntansi
Komisaris
Departemen Keuangan
Departemen Produksi
Direktur
2.2.4. Uraian Proses
2.2.4.1 Bahan Baku
Ban baku dalam pembuatan gelas terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Bahan Baku Utama
Cullet / Beling
Cullet merupakan pecahan gelas atau produk gelas yang tidak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Cullet merupakan produksi
pabrik yang sudah diketahui komposisinya. Sedangkan cullet yang dibeli
dari luar diteliti terlebih dahulu komposisinya dan disesuaikan dengan
standar. Cullet yang berasal dari produk sendiri :
a. Cutting Yield : berasal dari pemotongan kaca bagian
samping.
b. Kaca Riject : berasal dari kaca-kaca yang cacat.
c. Serpihan cutting center : berasal dari sisa-sisa ukuran pemesanan.
d. Overflow cullet : berasal dari molten glass yang dikeluarkan
saat perbaikan yang keluar melalui ujung
bagian samping refiner sampai disemprot
air.
e. Medium cullet : cullet yang dibuang pada saat transisi
pergantian warna dimana pengembalian
berasal dari karoseri-karoseri.
Penggunaan cullet yang berlebihan (>65%) akan meningkatkan
viskositas dan retordasi, sehingga akan menimbulkan kecacatan pada kaca
yang disebut seeds & buble. Fungsi dari cullet adalah untuk mempercepat
proses peleburan karena panas peleburan cullet lebih rendah dari panas
peleburan batch.
23
Pasir Silika (SiO2)
Silica sand merupakan sumber utama penghasil SiO2 dan
merupakan sumber terbesar dalam pembuatan gelas atau kaca. Di
dalam silika sand terkandung butiran-butiran kaca yang berdiameter antara
0.7 mm sampai 0.1 mm. Jenis silica sand yang dipakai adalah washed
silica sand. Dalam setiap harinya dibutuhkan ± 34.220 Kg silica sand
untuk pembuatan kaca. Fungsi dari silica sand adalah sebagai penyusun
utama kaca dan memberikan pengaruh kekerasan dan kekuatan pada kaca.
Soda Ash (Na2CO3)
Soda Ash merupakan sumber Na2O yang berfungsi untuk
mempercepat peleburan bahan baku. Fungsi dari Soda Ash adalah untuk
menurunkan temperature devitrifikasi dan untuk mempermudah
proses refining. Bentuk dari soda ash ini adalah serbuk dan berwarna
putih.
Limestone (MgCO3, CaCO3)
Kandungan utama limestone adalah CaCO3 yang berfungsi sebagai
sumber kalsium untuk mempercepat pembentukan gelas. Bentuk
dari limestone ini adalah serbuk dan berwarna putih.
Dolomite (MgCO3, CaCO3)
Dolomite dapat diperoleh di daerah Tuban dan Gresik.
Dolomite merupakan mineral alam, sumber CaO dan Mg.
Dolomite berwarna putih kecoklatan, berbentuk serbuk dan biasanya
terdapat bersama batu kapur (CaCO 3) yang direaksikan dengan SiO2 untuk
pembuatan gelas atau kaca. Fungsi dari dolomite ini adalah untuk
memperkuatkaca, untuk mengurangi terjadinya devitrifikasi (pembentukan
kristal), dan untuk memberikan daya tahan kaca terhadap zat-zat kimia.
24
2. Bahan Baku Tambahan
Aluminium Hidroksida (Al(OH)3 ; Al2O3)
Sodium Sulfat (Na2SO4)
Sodium Bichromat (Na2Cr2O7)
Selenium (Se)
Arang (C)
2.2.4.2 Proses Produksi
Pembuatan gelas dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: penyiapan
bahan, peleburan bahan pembentukan, enealing, dan perbaikan bentuk. Skema
proses pembuatan gelas dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Flowsheet Proses Pembuatan Gelas
a. Penyiapan Bahan
Bahan-bahan untuk pembuatan gelas, sebelum diolah biasanya perlu
dibersihkan atau dimurnikan sehingga tidak mengandung bahan asing yang dapat
mengganggu dalam proses atau mutu gelasnya. Bahan-bahan untuk pembuatan
25
gelas, sebelum diolah biasanya perlu dibersihkan atau dimurnikan sehingga tidak
mengandung bahan asing yang dapat menggangu. Dalam proses dan mutu
gelasnya.
Bahan untuk gelas biasanya mengandung besi yang rendah (biasanya
kurang dari 0,5%) agar gelas yang dibuat berwarna bening cerah. Besi akan
menyebabkan warna gelas berwarna hijau. Bahan- bahan setelah digiling halus
dan dicampur menurut perbandingan sesuai menurut gelas yang akan dibuat,
dilebur dalam tungku peleburan. Bahan baku yang digunakan SiO2 yang berkadar
silika tinggi, sebagai sumber Na2O dipakai soda abu atau Natrium Karbonat.
Sebagai sumber CaO atau MgO dipakai batu kapur atau batu kapur Dolomit.
Sebagai sumber Al2O3 dipakai feldspar di mana di dalamnya terdapat Na2O atau
K2O. Bahan baku ditimbang sesuai komposisi kemudian diaduk di dalam mixer.
Berikut ini merupakan proses penimbangan dan pencampuran bahan (gambar 8).
WEIGHING MIXING
b. Peleburan
Proses peleburan bahan PT Iglas (Persero) dapat dilihat pada gambar 9.
26
Gambar 8. Proses Penimbangan dan pencampuran Bahan
Gambar 9. Proses Peleburan Bahan
Peleburan dilakukan dengan tungku bak yang terbagi menjadi dua ruangan,
ruang pertama untuk meleburkan, sedangkan ruang kedua untuk pengadukan,
sehingga massa gelas homogen dan bebas dari gelembung udara. Di dalam ruang
kedua ini juga berdekatan dengan ruang kerja pembentukan. Dalam pembuatan
botol, botol gelas tersebut dikeluarkan sedikit-sedikit secara kontinyu dengan
jumlah yang cukup untuk membentuk 1 benda.
Batch dipanasi hingga melebur pada temperatur ± 1530oC menggunakan
Burner dengan bahan bakar Natural Gas (NG). Berikut ini adalah dapur peleburan
(gambar 10)
Gambar 10. Dapur Peleburan
c. Pembentukan
27
Pembentukan gelas pada PT. IGLAS merupakan jenis gelas yang bermulut
kecil, pencetakan dilakukan dengan pencetakan. Pada proses floating massa gelas
dialirkan melaluli rol penggilas untuk membentuk dan ketebalannya diatur
menurut yang telah dikehendaki. Hasil gilasan yang biasanya memiliki lebar
tertentu kemudian dipotong-potong. Proses dimana gelas cair mengalir dalam
saluran Forehearth sambil dipanasi atau didinginkan untuk mendapatkan gelas
dengan temperatur tertentu dan homogen, proses pencetakan dan pembentukan
botol dapat dilihat pada gambar 11 dan 12 di bawah ini.
Gambar 11. Gelas cair mengalir dalam saluran Forehearth sambil dipanasi atau
didinginkan untuk mendapatkan gelas dengan temperatur tertentu dan homogen.
Gambar 12. Percetakan dan Pembentukan Botol
28
Gob didistribusikan pada cetakan di mesin secara bergantian dan ditiup udara
dalam 2 tahapan :
Tahap I : Pembentukan Parison pada cetakan blank.
Tahap II : Pembentukan akhir pada cetakan botol sesuai bentuk
botol yang dikehendaki.
d. Annealing
Annealing adalah suatu proses dimana benda gelas yang telah dibentuk,
perlu dipanasi pada suhu kurang lebih 500 atau 600oC, dan suhu diturunkan secara
perlahan-lahan. Sebab bila massa gelas di mana waktu dibentuk segera
mendingin di udara biasa, umumnya akan mudah pecah, akibat perubahan kejutan
suhu.
Dengan dilakukan proses annealing ini, keburukan tadi dapat dihindari.
Makin lama penurunan suhu kurang dari 600oC sampai suhu udara biasa, maka
ketahanan gelas terhadap perubahan suhu semakin baik. Dalam pabrik pembuatan
botol ini ruang annealing terpisah dari ruang peleburan. Peoses pendinginan botol
secara perlahan dan bertahap untuk mendapatkan gelasNon Kristaline yang bebas
tegangan (Strain-Stress) dapat dilihat pada gambar 13 di bawah ini.
Gambar 13. Pendinginan botol secara perlahan dan bertahap untuk mendapatkan
gelasNon Kristaline yang bebas tegangan (Strain-Stress).
29
e. Perbaikan bentuk
Setelah dibentuk, gelas biasanya masih memiliki sisi-sisi yang belum baik
atau tajam dan ini perlu diperbaiki. Misalnya pada mulut botol, biasanya digerinda
agar tidak tajam atau dipanasi agar meleleh. Pada perbaikan bentuk ini sering
terjadi bendagelas itu pecah, dan pecahan gelas itu disebut cullet, dikumpulkan
dan dileburkan lagi dalam tungku.
Di dalam proses produksi botol di PT IGLAS Surabaya. Salah satu faktor
yang mempengaruhi kualitas botol gelas adalah faktor kekuatan tekan botol
karena merupakan syarat mutlak yang diminta oleh konsumen. Untuk itu perlu di
tentukan standard tekan botol untuk mengetahui apakah botol yang dihasilkan
sudah memenuhi standard dan proses produksi yang berlangsung sudah dalam
keadaan terkontrol. Karena pada PT IGLAS seluruh proses produksi
menggunakan mesin dan prosesnya kontinyu, maka faktor-faktor yang mungkin
dapat mempengaruhinya adalah faktor mesin dan shift. Dengan menggunakan
analisa varian dua arah, maka dapat diketahui bahwa faktor mesin mempengaruhi
standard deviasi kekuatan tekan botol sedang faktor yang mempengaruhi rata-rata
kekuatan tekan tidak dapat diketahui. Karena itu penentuan standart rata-rata
kekuatan tekan botol dibuat per-mesin per-shif dengan menggunakan X chart dan
o chart. Selanjutnya dengan menggunakan model regresi dapat diketahui kapan
proses dari mesin Iini menghasilkan rata-rata kekuatan tekan dalam batas kontrol
dan dapat diketahui pula seberapa besar standard deviasi kekuatan tekan yang
dihasilkan oleh kedua mesin tersebut.
2.2.4.3 Sarana Produksi
Untuk menghasilkan mutu produksi yang baik, perusahaan beroperasi
selama 24 jam nonstop dengan dibagi atas 3 shift. Alat – alat utama yang
dipergunakan dalam proses produksi adalah:
1. Silo
Alat ini sebagai alat penampung dan pencampur bahan baku sebelum
dilebur ke dapur peleburan.
30
2. Tanur/Dapur (Furnace)
Berfungsi sebagai tempat untuk melebur bahan baku dan dilelehkan
menjadi cairan gelas (melting glass)
3. Mesin Pencetak (Forming), terdiri dari 5 buah mesin IS-Emhart Bahan gelas
yang telah cair kemudian dialirkan dan dibentuk menjadi potongan botol
sesuai dengan bentuk yang dikehendaki melalui mesin pembentuk dengan
cetakan (moulds)
4. Proses Sortir (Select)
Setelah terbentuk menjadi botol seperti yang dikehendaki, botol – botol yang
telah jadi melewati tempat pendinginan (anneal ngiehr) dan selanjutnya botol
keluar diperiksa mutunya. Proses sortir bertujuan memindahkan botol yang
memenuhi kualitas dengan yang cacat (re ec ) Botol yang tidak memenuhi
standar mutu akan didaur ulang sebagai bahan baku beling (cul e ) botol-
botol polos yang tidak memerlukan proses ACL langsung dikemas dan
dikirim.
5. Mesin Dekorasi (ACL)
Untuk botol – botol yang memerlukan label dilakukan dekorasi sesuai
pesanan kemudian masuk ke mesin pendingin untuk diperiksa hasil sortir atau
ab eng.
2.2.4.4. Kapasitas Produksi
PT. IGLAS (Persero) memiliki 3 dapur (furnace) yang terletak di Gresik
dan Surabaya.
1. Dapur G-1, terletak di Gresik dengan kapasitas 200 ton per day. Dalam
dapur ini terdapat 3 forming machine. Sejak tahun 2006, dapur ini sudah
tidak dapat beroperasi lagi.
2. Dapur G-2, juga terletak di Gresik dengan kapasitas 140 ton per day. Di
dalam dapur ini terdapat 3 forming machine.
3. Dapur SB-1, terletak di Surabaya dengan kapasitas 125 ton per day. Dalam
dapur ini hanya terdapat 2 forming machine.
Hingga saat ini, kapasitas produksi PT. IGLAS (Persero) hanya 265 ton per day.
31
2.2.4.5. Produk
PT. IGLAS (persero) memproduksi botol sesuai desain pesanan customer.
PT. IGLAS memproduksi kemasan gelas untuk berbagai keperluan industri seperti
farmasi, minuman ringan, minuman beralkohol dan kosmetika.
Kemas gelas dengan 3 (tiga) warna:
1. Bening (Flint)
2. Coklat (Amber)
3. Hijau UVA (UVA Green)
Selain itu Iglas juga mempunyai unit produk plastik yang mampu
memproduksi barang-barang berbahan baku plastik, baik berupa kemasan maupun
produk khusus/premium lainnya. Kami juga memberikan jasa desain produk
plastik maupun mold produk plastik. Mempertahankan kepuasan pelanggan
merupakan komitmen perusahaan dengan diwujudkan keterikatan kerjasama yang
terus terjalin antara pelanggan dengan PT IGLAS (Persero) hingga saat ini.
2.2.4.6 Pengelolah Lingkungan
Limbah yang dihasilkan industri kaca pada umumnya tidak
menimbulkan masalah karena sisa proses produksi sebagian besar berupa gas
dan dibuang ke udara melalui cerobong. Hal itu masih dalam batas normal
sehingga tidak mencemari udara sekitarnya. Sedangkan limbah berupa padat,
misalnya pecahan botol atau beling, digiling untuk proses pencampuran kembali
serta limbah cair berupa air buangan yang tidak mencemari lingkungan
sekitarnya.
2.2.4.7 Sistem Pemasaran
Dalam mewujudkan ketersediaan produk Botol sesuai keinginan
pelanggan, atas peran serta pemerintah, karnah perusahaan ini adalah perusahaan
Negara yang segala kepelanggan dibawa oleh negara. Proses akhir produksi PT
Iglas (Persero) dapat dilihat pada gambar 14 di bawah ini.
32
PENGEMASAN GUDANG
SHRINK WRAP DELIVERY
Gambar 14. Proses Akhir Produksi
2.3. PT Asahimas Chemical
2.3.1. Sejarah dan Perkembangan Pabrik
PT. Asahimas Chemical (PT. ASC) adalah perusahaan Penanaman modal
Asing (PMA) yang memproduksi beberapa jenis bahan kimia dasar untuk
memenuhi kebutuhan perkembangan industri nasional (dalam negeri) agar dapat
mengurangi ketergantungan pada produk impor.
Didirikan pada tanggal 8 September 1986 dengan nilai investasi awal
sebesar US $ 200 juta dengan lahan seluas 24 hektar, PT. ASC diresmikan oleh
presiden ke-II RI, Soeharto, pada tanggal 26 Agustus 1989. Sejak itu PT. ASC
secara bertahap telah melakukan pengembangan (ekspansi) beberapa kali yang
menjadikan kapasitas produksinya berlipat ganda dan meningkatkan nilai
investasinya sampai sebesar US $ 535 juta dengan luas lahan menjadi lebih dari
33
90 hektar. Saat ini PT.ASC adalah pabrik Chlor Alkali-Vinyl Chloride terpadu
terbesar di Asia Tenggara.
Beberapa bahan kimia dasar yang diproduksi seperti Caustic soda
(NaOH), Ethylene Dichloride (EDC), Vinyl Chloride Monomer (VCM),
Polyvinyl Chloride (PVC), Hydrochloride Acid (HCI), dan Sodium Hypochlorite
(NaClO) banyak dimanfaatkan oleh kalangan industri hilir. Produk-produk ini
merupakan bahan baku penting bagi sejumlah sektor industri di Indonesia.
Penyertaan modal PT. ASC dibentuk dengan komposisi kepemilikan
modal awal sebagai berikut:
1. Asahi Glass Co.Ltd (Jepang) sebesar 52,5%
2. Mitsubishi Corporation (Jepang) sebesar 11,5%
3. PT. Rodamas Co.Ltd, (Indonesia) sebesar 18%.
4. Ableman Finance Ltd di British (Virgin Island) sebesar 18%
PT. ASC berkantor pusat di Summitmas Tower I lt.9, Jl. Jend. Sudirman
Kav.61-62, Jakarta Selatan, sementara pabriknya terletak di kawasan Krakatau
Industrial Estate Cilegon (KIEC), Jl Raya Anyer Km.122 Cilegon 42447, Banten.
Beroperasi selama 24 jam sehari, PT. ASC memperkerjakan lebih dari
seribu orang karyawan yang mayoritas berasal dari lingkungan sekitar perusahaan,
termasuk dari daerah Cilegon dan Serang, Banten. Hal ini dimaksudkan sebagai
upaya mewujudkan kepedulian sosial terhadap lingkungan masyarakat secara
terus menerus, di samping menjalankan program padat karya, pembangunan
puskesmas, pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi, dan menyediakan
kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil, dll.
Di bidang mutu PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 9001, sedangkan di
bidang lingkungan PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 14001, dan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja PT. ASC juga telah meraih sertifikat OHSAS
18001 serta menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3). Semua pencapaian ini
membuktikan komitmen PT. ASC terhadap kualitas produknya demi
meningkatkan kepuasan pelanggan, pelestarian lingkungan hidup demi terjaganya
34
kualitas lingkungan di masa depan serta terhadap Keselamatan dan Kesehatan
Kerja karyawan dan orang lain yang bekerja untuk dan atas nama PT. ASC
2.3.2. Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Lokasi dan tata letak pabrik merupakan faktor yang harus
dipertimbangkan dalam membangun sebuah pabrik. Pabrik harus strategis dan hal
tersebut bergantung pada ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, ketersediaan
energi dan utilitas serta kemudahan sarana transportasi.
PT Asahimas Chemical merupakan industri kimia terintegrasi pertama di
Indonesia. Kantor pusat PT ASC terletak di Summitmas Tower lantai 9, Jalan
Jendral Sudirman Kavling 61-62 Jakarta sedangkan lokasi pabrik seluas 90 Ha
terletak pada Desa Gunung Sugih, Jalan Gunung Anyer Km 122, Kawasan
industri Cilegon, Banten.
Lokasi pabrik PT Asahimas Chemical yang sangat strategis dipilih
berdasarkan pertimbangan:
Ketersediaan bahan baku
Etilen sebagai bahan baku utama PT ASC diperoleh dari PT Chandra Asri
yang berlokasi tepat di depan PT ASC.
Tenaga Kerja
Kawasan industri Cilegon terletak di daerah Banten sehingga kebutuhan
tenaga kerja bisa diperoleh dari warga sekitar baik tenaga ahli maupun
non-ahli.
Ketersediaan energi dan utilitas
Persediaan air industri untuk PT ASC didapat dari PT Krakatau Tirta
Industri yang letaknya tidak jauh dari pabrik ASC. Lokasi pabrik ASC
yang berbatasan dengan laut memudahkan didapatnya air pendingin yang
menggunakan air laut. Kebutuhan listrik ASC disuplai oleh PLN, stasiun
pembangkit listrik Suralaya di daerah Merak mendukung pemenuhan
kebutuhan tenaga listrik sebagai salah satu bahan baku utama.
35
Kemudahan sarana transportasi
Sarana transportasi memudahkan proses pengiriman bahan baku dan hasil
produksi ke konsumen. Keuntungan PT ASC yang terletak di pinggir jalan
dan pinggir laut adalah mudahnya pengiriman melalui jalur darat maupun
jalur laut.
Pemasaran
Perizinan dan regulasi
2.3.3. Tata Letak Pabrik
Pabrik Asahimas Chemical terletak di Jalan Raya Anyer dan mempunyai
batasan-batasan sebagai berikut :
Sebelah utara : PT Sankyu dan industri-industri lainnya
Sebelah selatan : PT Lautan Otsuka Chemical dan PT Trypolita
Sebelah barat : Selat Sunda
Sebelah timur : Jalan Raya Anyer
Tata letak pabrik PT Asahimas Cemichal dapat dilihat pada gambar 15 di
bawah ini.
36
LPG
EthyleneTankyard
PVC-1 Plant
EDC VCM-1 Plant
PVC-3Plant
WWT
NEWWWT
Prod.W/H
Prod.W/H
Prod.W/H
CA-2 Plant
Salt Storage VCM-2Plant
L-Cl2
LPG
NaOHTank Yard
FUTURE AREA
TB-2
CAR PARKING
Gate-3
GWH 2
ADM.Bldg.
GATE-I
PLN
PURCH.W/H
VCM Tank Yard
LPGTB-1
WSP Plant
A BC
PVC-2 Plant
NaOHTank Yard
F-NaOHW/H
Fumigation Area
CA-3 Plant
TRUCKPARKING
TRUCK PARKING
AIRSeparator
SA
LT
ST
OR
AG
E
JETTY3
Gambar 15. Tata Letak Pabrik
Tata letak pabrik PT ASC adalah sebagai berikut :
1. Daerah Utilitas (Utility Area)
Daerah utilitas terletak pada pusat pabrik PT ASC dan dikelilingi oleh area
proses VCM di sebelah selatan, bengkel instrumen di sebelah timur dan
daerah klor di sebelah utara.
2. Daerah Pengolahan Limbah (Waste Water Treatment)
Daerah pengolahan limbah terletak di sebelah barat daya pabrik PT ASC
dan berada di dekat PVC plant.
3. Daerah Proses VCM (VCM Process Area)
Daerah ini terletak dekat dengan technical building dan PVC plant.
4. Daerah PVC (PVC Area)
37
Daerah ini merupakan daerah yang paling luas dari keseluruhan lokasi PT.
ASC. Daerah ini terletak di sebelah selatan daerah proses VCM. Di
sebelah timur daerah ini terdapat gudang penyimpanan PVC.
5. Gedung Administrasi
Gedung ini terletak dekat di gedung utama dan kantin
6. Gudang (Ware House)
Gudang terletak berdekatan dengan power station yang terletak di jalan
raya Cilegon-Anyer.
7. Tempat Parkir Kendaraan (Vehicle Parking)
Tempat parkir kendaraan baik angkutan karyawan maupun kendaraan staff
terletak di depan kantor keamanan tidak jauh dari gerbang tiga.
8. Pelabuhan Tepi Laut (Jetty)
Jetty yang dipakai untuk bongkar muat produk dan bahan baku di PT.
ASC terletak di sebelah barat PT. Asahimas Chemical.
2.3.3. Struktur Organisasi dan Sistem Manajemen Perusahaan
Untuk memastikan tercapainya tujuan perusahaan, PT. ASC menetapkan
pola kendali operasi perusahaan yang tercermin dalam struktur organisasi sebagai
berikut:
1. Dewan Komisaris, yang terdiri dari :
a. Presiden Komisaris
b. Wakil Presiden Komisaris
c. Komisaris
2. Dewan Direktur,yang terdiri dari :
a. Presiden Direktur
b. Wakil Presiden Direktur
c. Direktur, termasuk Manajer Pabrik (Plant Director)
d. Deputi Direktur
3. Manajer Divisi (Division Manager)
4. Asisten Manajer Divisi
5. Manajer Departemen (Departement Manager)
38
6. Kepala Seksi (Section Chief)
7. Staff, termasuk shift leader
8. Operator / Teknisi
Pemegang jabatan di dewan komisaris & dewan direktur merupakan para
wakil pemegang saham di PT. ASC.
Pengaturan dan Iklim Kerja
Dalam pengaturan kondisi kerja, Manajemen PT. Asahimas Chemical
bersama dengan Serikat Pekerja Kimia, Energi, Pertambangan Minyak, Gas Bumi
dan Umum (SP-KEP Unit Kerja PT. ASC) membuat kesepakatan bersama yang
menghasilkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Beberapa Ketentuan Pokok yang diatur antara lain:
a) Hubungan Kerja
b) Hari Kerja, Jam Kerja dan Jam Istirahat
Jadwal Jam Kerja Karyawan PT Asahimas Chemical dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel I. Jadwal Jam Kerja Karyawan PT Asahimas Chemical
Kelompok Kerja Hari Kerja Jam Kerja
Karyawan Daily Senin - Jum’at Daily : 07:30 - 16:30
Karyawan Shift Mengikuti pola Shift Shift 1: 22:45 – 07:00
Shift 2: 06:45 – 15:00
Shift 3: 14:45 – 23:00
c) Perjalanan Dinas
d) Sistem Pengupahan
e) Pemeliharaan Kesehatan
39
f) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
g) Jaminan Sosial Dan Kesejahteraan
h) Pendidikan Dan Latihan
i) Tata Tertib Kerja
j) dll. yang berhubungan dengan hak dan kewajiban bekerja.
2.3.4. Uraian Proses
2.3.4.1. Bahan Baku
1. Bahan baku umum
Bahan baku yang dibutuhkan di PT Asahimas Chemical adalah sebagai
berikut :
Garam Industri (raw salt)
Garam industri diimpor dari Australia dan India sebanyak 650.000
ton/tahun melalui kapal laut yang menepi pada jetty PT ASC. Garam tersebut
akan dipindahkan dengan conveyor ke tempat penyimpanan berupa lapangan
terbuka. Garam ini memiliki kemurnian tinggi dan kandungan pengotor yang
sedikit (95%-NaCl).
Air industri
Air industri diperoleh dari PT Krakatau Tirta Industri (KTI). Sebagian
penerimaan bahan baku dan distribusi hasil produksi, dilakukan dengan
menggunakan fasilitas pelabuhan khusus (Jetty) yang masing masing mempunyai
kapasitas 50.000 DWT, 30.000 DWT dan 4.000 DWT. Sedangkan sebagian
lainnya dilakukan melalui transportasi darat dengan menggunakan sarana fasilitas,
stasiun-stasiun pemuatan barang dengan truk tangki serta kontainer-kontainer
untuk kepentingan domestik maupun ekspor.
Energi Listrik
Sumber energi listrik PT Asahimas Chemical berasal dari PLTU
Suralaya, Merak yang disalurkan melalui stasiun penerimaan khusus yang
dibangun di bagian depan area PT Asahimas Chemical. Jumlah listrik yang dibeli
40
adalah 152 MVA. Energi listrik merupakan bahan baku yang sangat penting untuk
kelangsungan proses elektrolisis pada Chlor/Alkali plant. Sisa energi listrik
digunakan untuk kebutuhan kantor.
Etilen
Sumber etilen PT Asahimas Chemical berasal dari Timur Tengah dan PT
Chandra Asri Petrochemical Center (CAPC, Cilegon) dengan kapasitas 78.500
ton/tahun. Etilen dari Timur Tengah diangkut menggunakan kapal laut dan proses
transfer akan dilakukan pada jetty sedangkan etilen dari PT CAPC dialirkan
melalui pipa berisolasi sangat tebal. Seluruh etilen disimpan pada tangki storage
khusus yang dirancang mampu menahan tekanan tinggi dan panas penguapan dari
lingkungan agar etilen tetap berada pada fasa liquid. Storage tank diatur pada
temperatur -103C dan tekanan <1000 mmH2O.
Oksigen
Sumber oksigen berasal dari PT Air Liquid Indonesia (Alindo). Oksigen
sebenarnya bisa diperoleh dari utility dengan menggunakan alat fraksinasi namun
persediaannya terbatas.
2. Bahan Baku Utama Plant VCM-1
Bahan baku utama plant VCM-1 ada tiga macam, yaitu etilen, klorin dan
oksigen. Ketiganya disediakan dalam fasa gas.
a. Etilen
Etilen merupakan bahan baku utama plant VCM-1 yang dibeli dari Timur
Tengah dan PT CAPC. Kebutuhan etilen untuk plant ini sebanyak 78.500
ton/tahun. Kemurnian etilen sebesar 99,9%. Etilen disimpan pada temperatur -
103C dan tekanan <1000 mmH2O untuk menjaganya tetap pada fasa cair. Etilen
merupakan umpan reaktor pada OHC-EDC plant dan LP-EDC plant dan bereaksi
membentuk EDC. Konsumsi EDC pada OHC-EDC plant sebanyak 1300-1800
Nm3/jam sedangkan pada LP-EDC plant sebanyak 3500-5500 Nm3/jam.
Spesifikasi etilen yang dibutuhkan sebagai bahan baku yaitu :
41
Kandungan metana, etana dan propan maksimum 1000 ppm
Kandungan asetilen maksimum 5 ppm
Kandungan CO maksimum 5 ppm
Kandungan CO2 maksimum 7 ppm
Kandungan C3 & heavier maksimum 20 ppm
Kandungan H2 maksimum 10 ppm
Kandungan sulfur sebagai H2S maksimum 3 ppm
Kandungan air maksimum 10 ppm
Kandungan metanol maksimum 20 ppm
b. Gas Klorin
Gas klorin didapat melalui hasil elektrolisis C/A plant sebanyak 3000-
5000 Nm3/jam. Kemurnian yang dibutuhkan minimal 98,3%. Gas klorin disimpan
pada tekanan 3 kg/cm2G dan pada temperatur lingkungan. Klorin dibutuhkan
sebagai umpan LP-EDC plant. Spesifikasi klorin yang dibutuhkan sebagai bahan
baku yaitu :
Kandungan oksigen maksium 1,15%
Kandungan CO2 maksimum 0,3%
Kandungan air maksimum 50 ppm
Kandungan nitrogen maksimum 0,45%
c. Oksigen
Oksigen diperoleh dari utility plant/ air separation plant sebanyak 600-
1000 Nm3/jam. Kemurnian dari gas oksigen adalah 99,56%. Oksigen ditampung
pada vessel dengan tekanan 6,5 kg/cm2G dan temperatur minimal 15oC
maksimum 130oC. Spesifikasi oksigen yang dibutuhkan adalah kandungan
maksimum nitrogen 0,5%. Oksigen dibutuhkan sebagai OHC-EDC plant.
3. Bahan Baku Penunjang
Bahan baku penunjuang plant VCM-1 terdiri dari asam klorida, katalis
LP-EDC dan katalis OHC-EDC.
42
a. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida bersumber dari hasil reaksi samping proses EDC cracking
dari VCM plant. Kebutuhan asam klorida sebanyak 3000-6500 Nm3/jam.
Kemurnian HCl 99,9% dan menjadi umpan reaktor OHC-EDC plant.
b. Katalis LP-EDC
Katalis LP-EDC didapat dari Y.S. Corp di Alabama, USA. Kebutuhan
katalis sebanyak 262 kg/tahun (tergantung kebutuhan). Kualitas katalis (FeCl3)
minimal 95%-w anhidrat. Katalis LP-EDC digunakan digunakan pada reaktor.
c. Katalis OHC-EDC
Katalis OHC-EDC didapat dari Y.S. Corp di Alabama, USA. Kebutuhan
katalis sebanyak 315 kg/hari (tergantung kebutuhan). Kualitas katalis memiliki
spesifikasi sebagai berikut :
Kandungan tembaga (Cu) minimal 9,5%-wt
Kandungan kalium (K) minimal 8,2%-wt dengan luas permukaan
23-27m2/gr
Resistensi atrisi minimal 75%/0,5jam
Volatilitas (LOI) pada 150oC maksimum 2%-wt
Warna merah atau coklat
2.3.4.2. Deskripsi Proses
1. Pengolahan awal Etilen
Etilen disimpan pada satu storage tank yang dijaga pada temperatur -
104oC dan tekanan 620 mmH2O agar tetap berada pada fasa cair Tangki etilen
berbentuk anular dimana di antara diameter dalam dan diameter luar ditempatkan
isolasi berupa pearlite (CaCO3). Pearlite harus diganti 10 tahun sekali/ direngkah
kembali karena dalam jangka waktu tertentu pearlite akan memadat dan
mengendap sehingga bagian atas tangki tidak terisolasi. Tangki penyimpanan
etilen pada VCM-1 plant terhubung dengan tangki penyimpanan etilen pada
43
VCM-2 plant. Jika tangki sedang dikosongkan, etilen yang digunakan pada VCM-
1 plant akan akan diambil dari storage VCM-2 plant.
Etilen pada storage dipompakan menggunakan pompa yang memiliki tiga
belas impeller agar etilen bertekanan tinggi ( ± 40kG). Tekanan tinggi ini berguna
sebagai driving force ejektor pada plant OHC-EDC. Pada keluaran pompa
dipasang flow indicator control yang akan terbuka pada saat supply etilen sedikit
(minimal 11 m3) sehingga etilen akan dikembalikan ke storage tank untuk
mencegah agar pompa tidak rusak.
2. Brine System
Temperatur rendah etilen bisa dimanfaatkan sebagai media pendingin pada
brine system. Etilen akan dilewatkan pada heat exchanger-A pada sisi tube
sedangkan freon pada sisi shell sebagai penerima dingin. Pada heat exchanger-B,
freon akan dialirkan pada sisi shell dan brine pada sisi tube. Freon bisa mengalir
tanpa driving force karena adanya perbedaan temperatur – freon akan menguap
pada heat exchanger-B dan mengalami pendinginan pada heat exchanger-A.
Freon dibutuhkan pada brine system karena etilen tidak memungkinkan
untuk dikontakkan langsung dengan brine; Jika brine yang berupa campuran 50%
etilen glikol dan 50% air dikontakkan langsung dengan etilen, brine akan
membeku sehingga tidak bisa mengalir. Brine akan ditampung pada satu storage
tank yang dihubungkan dengan dua pompa, satu pompa untuk memompakan
brine bertemperatur 2oC ke heat exchanger pada OHC-EDC plant sedangkan
pompa yang lainnya akan memompakan brine bertemperatur -16oC ke heat
exchanger-B. Keluaran heat exchanger-B juga digunakan sebagai pendingin pada
heat exchanger yang terdapat pada LP-EDC plant dan VCM plant.
44
Etilen hasil pendinginan dari brine system digunakan untuk refrigerant
system. Refrigerant system terdiri dari dua heat exchanger yang sisi shell-nya
dialirkan etilen sedangkan freon dialirkan pada sisi tube. Sistem ini memiliki
sistem kompresor yang berguna sebagai driving force freon untuk kondensasi lalu
di-flash sehingga bertemperatur rendah. Freon berguna untuk mendinginakan
EDC pada sistem distilasi.
3. Distribusi Umpan ke Reaktor LP-EDC dan Reaktor OHC-EDC
Etilen yang dipompakan dari storage tank ada yang tidak dialirkan menuju
brine system tetapi menuju heat exchanger yang berfungsi sebagai preheater.
Keluaran heat exchanger bertekanan 32,5 kG dan memiliki 2 jalur. Jalur pertama
akan mengalirkan etilen menuju PIC yang akan menurunkan tekanan menjadi 3,5
kG. Setelah itu, etilen akan dialirkan melewati FIC yang berupa cascade control
sebelum masuk reaktor LP-EDC. Jalur kedua akan mengalirkan etilen menuju PIC
dengan tekanan keluaran sebesar 28 kG dan memasuki ke preheater dengan
keluaran ±150oC. Etilen akan diumpankan ke reaktor OHC-EDC yang bertekanan
±2kG sehingga tekanan etilen sebesar 28kG akan digunakan untuk menggerakkan
ejektor untuk pembuangan gas dari overhead reaktor.
4. Penanganan BOG (Boil of Gas)
Sebagian etilen pada storage tank menguap sehingga perlu disirkulasi agar
bisa digunakan kembali. Etilen dari storage tank akan mengalir ke heat exchanger
yang bertemperatur 99oC lalu menuju KO drum untuk memisahkan etilen gas dari
etilen cair. Etilen gas dialirkan ke kompresor dan umpan kompresor harus
dipastikan terbebas dari cairan karena akan mengakibatkan surging. Tekanan
kompresor harus dijaga pada tekanan positif.
Kompresor akan menaikkan tekanan etilen dan selanjutnya sebagian etilen
akan dialirkan ke reaktor LP-EDC dan sisanya akan dialirkan kembali ke heat
exchanger untuk menaikkan temperatur etilen yang mengalir dari storage tank.
Temperatur keluaran kompresor ±99-100oC sedangkan input reaktor LP-EDC
bertemperatur ±30oC. Temperatur gas etilen setelah keluar dari kompresor harus
45
diturunkan sehingga gas etilen dialirkan ke heat exchanger agar panasnya bisa
dimanfaatkan.
Pada saat supply listrik terhenti, etilen akan dialirkan ke kompresor lain
yang akan mengarahkan etilen ke jalur yang lain. Pada jalur tersebut, terdapat heat
exchanger yang juga berfungsi sebagai KO drum yang keluarannya akan menuju
ke vessel. Vessel tersebut diatur pada tekanan 18kG dan temperatur -32oC.
Keluaran vessel akan menuju heat exchanger tetapi terbagi dua jalur, jalur
pertama menuju sisi shell heat exchanger dan jalur kedua akan menuju sisi tube
heat exchanger.
Pada bagian shell, terjadi flash (penurunan tekanan dari 19kG menjadi
3,5kG) sehingga seluruh etilen akan menjadi gas. Gas etilen akan dialirkan
kembali untuk diumpankan ke kompresor. Etilen pada sisi tube akan mengalami
penurunan temperatur secara drastis sehingga etilen cair akan bertemperatur
sangat rendah sehingga dikembalikan ke storage tank.Heat exchanger ini juga
berfungsi sebagai KO drum agar input kompresor dipastikan berupa gas. Jika
kompresor kemasukan cairan, kompresor akan shutdown secara otomatis.
5. OHC-EDC Plant (Seksi 200)
Tujuan dari OHC-EDC plant adalah membentuk ethylene dichloride
dengan mereaksikan etilen, asam klorida dan oksigen. Produk dari OHC-EDC
plant akan disalurkan seluruhnya ke reaktor pada LP-EDC plant.
5.1. Sintesis EDC
Pada reaktor OHC-EDC, terdapat reaksi pembentukan EDC dari etilen,
asam klorida dan oksigen. Reaktor ini merupakan reaktor terfluidisasi yang
menggunakan katalis. Di dalam reaktor terdapat tubing untuk mengalirkan cooling
water berupa BFW yang bertemperatur ±100oC dan dijaga agar tidak terlalu
dingin supaya perbedaan temperatur dengan reaktor tidak terlalu drastis. Tubing
pada reaktor dihubungkan dengan steam drum yang bisa digunakan pada LP-EDC
plant. Pada saat start-up reaktor, katalis sudah dimasukkan ke dalam reaktor.
Reaktor dipanaskan dengan furnace sampai mencapai temperatur ±250oC karena
katalis akan bekerja sempurna pada temperatur tersebut. Umpan reaktor
46
dimasukkan dengan urutan asam klorida, etilen lalu oksigen dimana ketiga umpan
dipanaskan terlebih dahulu menggunakan heater sebelum memasuki reaktor. Pada
saat startup, blower digunakan untuk proses fluidisasi sampai reaktor berjalan
karena proses fluidisasi akan dilanjutkan dengan mengalirkan nitrogen.
Temperatur reaktor pada bagian bottom dijaga pada temperatur 280oC dan pada
bagian top pada temperatur >150oC.
6. Pengendapan Katalis
Gas hasil reaksi akan keluar dari reaktor dan mengalir ke cyclone
separator yang berguna untuk menangkap katalis yang terbawa. Katalis
mengandung air atau EDC yang terkondensasi sehingga disebut slurry. Cylone
menggunakan steam jacket yang berguna untuk pemanasan agar cyclone tetap
panas. Pemanas tersebut berguna untuk menjaga agar katalis tetap kering karena
bila tidak bisa mengakibatkan plugging (mampet) jika basah. Katalis yang
mengendap akan di pindahkan ke catalyst charge pot untuk menampung katalis.
Dumping katalis dilakukan seminggu sekali dan didapatkan katalis sebanyak dua
drum sedangkan make up katalis dilakukan sebanyak satu drum/hari. Cyclone
separator kurang efektif mengendapkan katalis sehingga keluarannya masih
mengandung katalis.
7. Kondensasi EDC
Gas keluaran cyclone separator didinginkan oleh empat heat exchanger
seri yaitu primary condenser, secondary condenser, tertiary condenser dan
refrigerated condensor dengan fluida keluaran masing-masing bertemperatur
80oC, 30oC, ±20oC dan 5oC. Primary, secondary dan tertiary condenser
menggunakan medium pendingin air laut sedangkan refrigerated condenser
menggunakan medium pendingin brine yang berasal dari ethylene system.
Keluaran refrigerated condenser sebagian berfasa cair dan berfasa gas
yang masih mengandung banyak etilen (± 40%) sehingga setelah ditampung pada
reactor condenser entrainment separator, gas akan di-recycle menuju umpan
reaktor atau dialirkan ke VCM-2 plant. Keluaran refrigerated condenser yang
berfasa cair akan dialirkan ke reactor degasser.
47
8. Pemisahan EDC
Reactor degasser akan mengalirkan fluida ke flasher sehingga fluida gas
akan mengalir ke vent header sedangkan fluida cair akan mengalir ke intermediate
crude EDC drum. Pada EDC drum, proses pemisahan antara EDC dengan air akan
terjadi. EDC akan berada di bawah sedangkan air akan berada di atas. Saat drum
semakin penuh, air akan mengalami overflow dan mengalir ke aqueous surge
drum yang berada di bawahnya. EDC pada bagian bawah EDC drum akan
dipompakan ke chloral treatment phase separator.
Sebelum memasuki chloral treatment phase separator, EDC akan
melewati chloral treatment reactor (piping item) yang diinjeksikan demineralized
water dan kaustik agar chloral terbunuh karena keberadaan chloral akan
menyulitkan proses stripping. Pada bagian ini, pH dijaga agar tetap pada kondisi
basa. Setelah chloral treatment, EDC akan dipompakan ke drying still feed tank
yang akan menjadi umpan drying still.
9. Drying still
Pada drying still akan dilakukan proses penghilangan air dari EDC sampai
konsentrasinya dibawah 100 ppm. Chloral dan etil klorida juga dikontrol
konsentrasinya. Umpan still akan melewati drying still feed bottoms economizer
karena bottom tower digunakan untuk memanaskan umpan tower. EDC yang
mencapai tingkat kemurnian yang diinginkan akan dialirkan ke drying still bottom
tank. Pada saat EDC diperlukan pada reaktor LP-EDC, EDC akan dipompakan
dari tank sebagai umpan reaktor.
2.3.4.3. Pengolahan Terakhir
1. Sintesis EDC pada Reaktor LP-EDC
Reaktor LP-EDC memiliki banyak umpan, yaitu gas etilen, gas klorin,
recycle EDC serta dehidrat yang berasal dari VCM-2 plant. EDC yang berasa dari
OHC-EDC plant dan mengandung katalis Fe3+ sebanyak 5000-7000 ppm
dijadikan cairan mother liquor. Reaktor LP-EDC dilengkapi dengan sparger
48
untuk menyebarkan umpan, boiling bed untuk meningkatkan turbulensi gas serta
demister untuk mencegah adanya cairan keluar dari reaktor.
Sebelum start-up, mother liquor dimasukkan terlebih dahulu ke dalam
reaktor. Setelah reaksi akan dimulai, etilen dimasukkan terlebih dahulu dan
dilanjutkan dengan klorin karena kontrol dilakukan terhadap rasio etilen per klorin
dengan excess etilen. Pada keadaan normal, rasio dijaga pada 1,05 dengan batas
terkecil adalah 0,75. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
C2H4 + Cl2 EDC + panas
Mother liquor berguna sebagai media reaksi karena reaksi spontan etilen
dan klorin bisa mengakibatkan ledakan. Pada prosesnya, sebagian EDC pada
reaktor ada yang mengendap. Oleh karena itu, diperlukan suatu kontrol untuk
menjaga level reaktor agar tidak kurang dari 48%. Selain itu, mother liquor juga
berfungsi untuk menjaga temperatur reaksi.
Overhead reaktor akan dialirkan ke separator yang mengandung packing
rashic ring dimana proses scrubbing klor dilakukan oleh cairan dari primary
bottoms drum. Cairan tersebut juga bisa digunakan sebagai refluks reaktor. Jika
level reaktor turun, LIC harus dibuka agar ada aliran masuk reaktor (biasanya
65%). Keluaran separator memiliki standar F-Cl2 maksimum 10 ppm dan akan
menjadi input primary still. Kandungan EDC pada primary bottoms drum
minimal 50% dan akan menjadi top tower heavies still.
2. Pemurnian EDC
a. Primary Still
Primary still merupakan tahap distilasi pertama yang memiliki 53 tray.
Pada primary still terjadi pemisahan antara EDC dengan komponen ringan dimana
komponen ringan akan naik ke overhead tower dan mengalir ke primary still
reflux drum sedangkan bottom tower akan mengalir ke primary bottoms drum.
Produk utama yang mengandung EDC 99% terdapat pada tray 40 yang akan
dialirkan ke product drum. Pada product drum seharusnya mengandung EC
maksimum 70 ppm tetapi sulit untuk mencapai konsentrasi tersebut.
49
b. Lights Still
Liquid light component pada primary still reflux drum akan dialirkan ke
lights still yang terdiri dari 56 tray. Hasil stripping light component akan dialirkan
ke lights still condenser lalu ke lights still refluks drum. Jika lights still refluks
drum masih banyak mengandung EDC, maka aliran akan dikembalikan lagi ke
light still. EDC pada bottom tower minimal 98% untuk mencegah light still
condenser terlalu panas. EDC akan dipompakan ke primary still sedangkan light
component akan dikirimkan ke vent scrubber.
Primary still reflux drum yang masih mengandung banyak gas etilen akan
didinginkan oleh vent condenser dengan pendingin brine lalu dialirkan ke vent
knock-out drum. Gas yang terkondensasi akan dikembalikan ke primary still
reflux drum sedangkan gas yang tidak terkondensasi akan dialirkan ke EDC vent
compressor. Gas tersebut mengandung etilen dan oksigen sehingga sebelum
memasuki kompresor, gas etilen harus disuntikkan dengan HCl dari VCM plant
agar konsentrasi oksigen menurun. Kandungan oksigen di kompresor harus
kurang dari 7% karena akan menimbulkan segitiga api. Keluaran kompresor akan
dialirkan ke reaktor OHC-EDC.
c. Heavies Still
Pada heavies still, produk bottom berupa tar (cairan hitam) diharapkan
mengandung EDC kurang dari 15%. Tar nantinya dialirkan ke storage tank pada
incinerator. Overhead heavies still berupa EDC yang akan dialirkan ke heavies
still overhead tank dan nantinya akan dialirkan lagi ke reaktor bersamaan dengan
EDC pada primary bottoms drum. Heavies still reboiler akan diganti pada saat tar
banyak mengandung EDC.
d. Stripper
EDC pada product drum memiliki dua jalur yaitu menuju stripper atau
furnace feed tank yang akan dialirkan ke furnace VCM plant. Stripper berfungsi
untuk memurnikan EDC dan memroduksi EDC saleable sebagai bottom product.
EDC saleable akan ditampung pada sales day tank untuk dianalisis. Jika spec
50
sesuai, akan dialirkan ke storage pada tank yard. Namun, VCM-1 plant
kekurangan EDC sehingga EDC saleable yang konsentrasi EC-nya hampir tidak
ada akan digunakan untuk mengencerkan EDC yang konsentrasi EC-nya lebih
tinggi dari yang diharapkan. Keberadaaan EC terlarut dalam EDC akan
mengakibatkan terbentuknya butadiene pada VCM plant. Kandungan EC pada
EDC maksimal 70 ppm. Overhead stripper akan dialirkan ke stripper overhead
drum untuk dialirkan ke incinerator.
3. VCM Plant (Seksi 400)
VCM plant bertujuan untuk membentuk VCM dari EDC dengan proses
EDC cracking. Produk dari VCM plant berupa VCM yang akan dijadikan bahan
baku pembuatan PVC
2.3.4.4. EDC Cracking dan Quenching
a. Furnace
EDC yang berasal dari storage LP-EDC plant akan dipompakan sampai
bertekanan 2 kG. Temperatur awal storage berkisar antara 40-60oC. EDC akan
mengalir ke heat exchanger-11 untuk dipanaskan sampai 110oC. Keluaran heat
exchanger akan dialirkan ke preheater agar dipanaskan 150oC tetapi saat ini
preheater tidak diaktifkan.
VCM plant memiliki dua furnace yang masing-masing memiliki dua pass
sehingga seluruhnya furnace memiliki empat pass. Pada umpan furnace terdapat
FIC yang berguna untuk menjaga agar flow rate tidak kurang dari 3,4 m3/jam.
Pada keadaan normal flow rate umpan adalah 14 m3/jam. Pada bagian bawah
furnace, terdapat input hidrogen yang didapat dari hasil elektrolisis C/A-1 plant
dan natural gas.
Umpan furnace masuk ke sisi konveksi yag bertemperatur 220oC. Bagian
konveksi berutujuan untuk memastikan bahwa EDC berfasa gas sebelum
memasuki bagian radiant. Bagian radiant bertemperatu 350oC yang merupakan
temperatur mulai cracking. Pada keadaan normal, bagian radiant diatur pada
51
temperatur 490-510oC. Jika temperatur berada dibawah 300oC maka cracking
tidak terjadi. Pada proses ini, oksigen dijaga hanya 2-4%.
Furnace dilapisi bata tahan api agar shell furnace tidak terbakar. Selain
itu, api yang ada di dalam furnace dikontrol agar tidak menyentuh tube karena
bisa mengakibatkan terjadinya hotspot sehingga pipa bisa bocor dan cepat
terbentuk coke. Furnace dibuat vakum sehingga gas bisa mengalir masuk ke
furnace tanpa driving force. Keluaran furnace berupa HCl dan VCM serta EDC
yang tidak terkonversi bertekanan 11kG dan akan menjadi umpan quenching
tower.
b. Quenching Tower
Masukan quenching tower berupa 50% EDC yang tidak mengalami
cracking, VCM dan HCl yang bertemperatur ±500oC. Temperatur bottom tower
diatur pada 150oC dan temperatur top tower lebih kecil dari bottom tower ±5oC.
Pada proses furnace cracking pasti terbentuk karbon/coke sehingga bottom tower
yang mengalir ke vessel perlu diberikan treatment.
Karbon yang mengalir ke vessel masih mengadung EDC dan VCM yang
bisa di-recover. Bottom vessel akan dibuang ke storage incinerator. Overhead
vessel akan dialirkan ke KO drum, dipanaskan oleh heat exchanger lalu dialirkan
ke vessel untuk penampungan. Sebagian gas yang ditampung akan disaring
karbonnya oleh filter saat refluks ke quenching tower.
Overhead quenching tower bertekanan 8,5kG mengalir ke economizer lalu
dialirkan ke kondensor parsial dan ditampung vessel. Sebagian isi vessel
digunakan sebagai refluks quenching tower sedangkan uapnya akan mengalir ke
absorber. Tube economizer berasal dari bottom stripper.
c. Pemurnian VCM
c.1. Absorber Tower
Abosorber tower berguna untuk memisahkan VCM dari HCl dengan
melarutkan VCM dengan lean oil (EDC). Tower memiliki sistem intercooler yaitu
pendinginan bertahap menggunakan empat heat exchanger. Sistem intercooler
52
mengakibatkan banyaknya refluks untuk kontrol temperatur pada bagian-bagian
tower. Overhead tower banyak mengandung HCl namun sedikit EDC dan VCM
dan bertemperatur 15oC serta bertekanan 7,5 kG. HCl akan mengalir ke heat
exchanger untuk didinginkan brine sampai ±-10oC lalu ditampung pada vessel.
HCl kemudian akan dialirkan ke heat exchanger-12. Bottom tower berupa EDC
yang mengandung VCM dan sedikit HCl dialirkan sebagai umpan stripping
tower.
c.2. Stripping Tower
Stripping tower berguna untuk stripping HCl dari campuran EDC dan
VCM. Bottom stripping tower diharapkan perbandingan EDC : VCM = 1:3
dengan konsentrasi HCl kurang dari 20ppm. Jika perbandingan tidak sesuai,
absorber tower akan terpengaruh dimana tower bisa memanas jika bottom
stripping tower banyak mengandung EDC. Overhead stripping tower akan
dialirkan ke bottom absorber tower sedangkan bottom stripping tower akan
dialirkan sebagai umpan product still tower. Reboiler stripping tower tidak
menggunakan steam namun menggunakan panas overhead quenching tower.
c.3. Product Still Tower
Umpan product still tower merupakan campuran antara EDC dan VCM
dengan sedikit HCl. Lean oil (EDC) sebagai bottom tower akan dialirkan ke
empat heat exchanger dengan medium pada shell dan tube adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Umpan sisi shell dan tube pada beberapa heat exchanger
heat exchanger shell tube11A feed furnace EDC11B feed furnace EDC12 HCl EDC13 EDC sea water
Lean oil 160oC dialirkan ke tube heat exchanger-11A dan heat
exchanger-11B sebagai medium pemanas feed furnace lalu dialirkan ke tube heat
exchanger-12 sebagai medium pemanas HCl yang berasal dari penampungan
53
overhead absorber tower. HCl diapanskan untuk keberluan heat exchanger dan
tower pada OHC-EDC plant, VCM-2 plant, incinerator pada startup/shutdown
dan sebagai M-HCl pada C/A plant.
Keluaran tube heat exchanger yang bertemperatur ±50oC, terbagi dua
aliran yaitu sebagai lean oil meruapakn absorber pada absorber tower dan
dialirkan ke VCM-2 plant, reaktor LP-EDC sebagai EDC recycle. Pada
startup/shutdown, EDC akan dialirkan ke storage tank dan sebelumnya
didinginkan oleh heat exchanger.
Produk VCM bisa didapatkan dari overhead tower yang dikontrol
bertemperatur kurang dari 50oC. VCM akan mengalir ke heat exchanger-9 dimana
produk akan didinginkan dengan seawater. Keluaran heat exchanger-9 akan
dialirkan ke vessel-9 keluarannya terbagi dua aliran, sebagian sebagai refluks ke
product still tower dengan rasio 1:1 sedangkan sebagian dialirkan humidifier.
Umpan product still tower yang berasal dari bottom stripping tower masih
mengandung sedikit HCl sehingga perlu ditambahkan WD (tergantung analisis)
agar reaksinya dengan kaustik pada neutralizer lebih cepat. Injek WD dilakukan
pada vessel-10, saat dibutuhkan diinjek nitrogen agar mengalir ke humidifier.
c.4. Neutralizer
Neutralizer merupakan batch kaustik yang terdiri dari flake kaustik yang
offspec dari C/A plant (±97%). Neutralizer tidak boleh banyak mengandung HCl
karena akan cepat rusak. Pada keadaan normal, keluaran neutralizer akan
mengalir ke filter yang dibersihkan empat jam sekali lalu menuju shift tank. Saat
shift tank penuh, VCM akan disirkulasi dan dianalisa. VCM yang sudah sesuai
kualitasnya, akan dialirkan ke ball storage pada VCM tank yard yang dijaga pada
tekanan 3,5kG dan temperatur ruang.
Jika humidifer atau neutralizer mengandung Fe hasil korosi HCl, setiap
empat bulan sekali kaustik harus diganti dan dilakukan dumping kaustik. Kaustik
yang awalnya ditampung pada vessel akan dialirkan ke pit. Pada saat diperlukan,
kaustik akan dipompakan ke storage untuk dialirkan kembali ke OHC-EDC plant
sebagai kaustik line mixer.
54
2.3.4.5. Incinerator
Incinerator berguna untuk mengolah tar yang banyak mengandung klorin
dengan proses pembakaran agar bisa dimanfaatkan kembali dan bisa diolah pada
pengolahan limbah. Adapun alat yang digunakan dalam proses ini adalah sebagai
berikut :
1. Furnace
Pada incinerator terdapat dua storage umpan furnace yaitu storage-1 yang
menampung heavies (karbon, coke, dll.) dari VCM plant, tar dengan kandungan
EDC <15% dari heavies still pada LP-EDC plant serta storage-6 yang
menampung keluaran vessel pada LP-EDC plant yang banyak mengandung Fe.
Kandungan Fe yang tinggi akan mengakibatkan produk incinerator tidak dapat
dikirim ke C/A plant. Kedua isi sotrage akan dialirkan ke furnace secara
bergantian atau bersamaan (bergantung pada komposisi limbah). Sebelum
memasuki furnace, filter-2 akan mensirkulasi aliran kembali ke storage
sedangkan filter-1 akan membawa tar ke furnace.
Sebelum memasuki furnace, tar dipersiapkan berbentuk kabut dengan
proses atomizing air oleh kompresor. Tar mengandung 80%-berat klorin dan
organik dimana reaksi pembakaran pada 1250oC yang terjadi adalah sebagai
berikut :
tar liquid + pembakaran Cl2 + CO2 + H2O
Cl2 yang terbentuk akan bereaksi dengan H2O membentuk HCl. Namun, jumlah
H2O hasil reaksi masih kurang untuk bereaksi dengan Cl2 sehingga steam diinjek
pada masukan furnace.
Furnace menggunakan blower untuk combustion air, LPG digunakan
untuk proses heating-up dan memiliki dua jalur sebagai pilot dan main burner.
Bagian pilot akan selalu menyala untuk menjaga agar api tetap ada sedangkan
main burner akan menyala tergantung temperatur furnace.
Panas pembakaran yang dihasilkan furnace dimanfaatkan heat exchanger
yang terhubung dengan steam drum yang akan dialirkan ke steam middle pressure
header. Input heat exchanger berupa BFW yang telah mendapatkan treatment
55
sehingga mengandung fosfat, silica, dll. untuk melindungi boiler. BFW harus
rutin di-blow karena dapat menyebabkan scaling pada heat exchanger.
2. Quencher
Pada quencher terdiri proses quenching oleh cairan dari bottom vessel dan
dipompakan ke top. Cairan ini bertemperatur 60oC digunakan untuk
mendinginkan keluaran heat exchanger yang bertemperatur 200oC. Side cut
quencher mengandung HCl, uap air, CO2, N2, dll. yang bertemperatur kurang dari
97oC akan mengalir ke bottom tower-1. Pada tower-1, absorpsi dilakukan dengan
WD dan produk keluar melalui sidecut bertemperatur 60oC Produk merupakan
HCl 19% ±2% yang akan mengalir ke storage-2.
Pada saat startup/shutdown, HCl akan mengalir ke storage-4 lalu dibuang
sebagai waste acid (produk yang buruk kualitasnya saat awal pembakaran).
Keluaran storage-2 akan dipompakan sebagian ke tower-1 sebagai control level
quencher, sebagian ke heat exchanger untuk didinginkan oleh cooling water
menjadi ±40oC.
Keluaran heat exchanger akan dibagi dua, sebagian menuju filter dan
sebagian ke storage-5. Filter berisi karbon aktif untuk adsorpsi Fe3+ atau Cl2 lalu
dialirkan ke storage-3 untuk dianalisis. Jika hasil analisis sesuai, HCl akan
dipompakan ke C/A plant sebagai M-B HCl. HCl yang dialirkan ke storage-5
akan terbag dua jalur yaitu ke C/A mud (sekarang tidak digunakan lagi) yang
memerlukan HCl sebagai pelarut dan pit pada WWT. Refluks quencher sebagian
mengalir ke storage-5 yang merupakan pembuangan waste HCL dan akumulasi
Fe di bawah quencher.
HCl dan Cl2 sisa tower-1 akan mengalami scrubbing pada tower-2
menggunakan WI (juga digunakan sebagai pelarut), natirum tiosulfit dan kaustik
20% dari C/A plant. Free chlorine akan membentuk NaClO yang akan dinetralisir
natrium tiosulfit sedangkan HCl akan dinetralisir oleh kaustik. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
HCl + NaOH NaCl + H2O
NaClO + Na2S2O3 Na2SO4 + NaCl
Bottom tower akan mengalir ke WWT dan dikontrol pHnya berkisar antara 8-10.
56
2.3.4.6. Produk Yang Dihasilkan
1. Produk Utama
Soda Kaustik (NaOH)
Soda kaustik (NaOH) merupakan produk utama yang berasal dari plant
chlor/alkali yang dihasilkan dalam bentuk liquid dan flake. Soda kaustik liquid
merupakan NaOH dengan konsentrasi minimum 48,3% yang diproduksi sebanyak
600.000 ton/tahun sedangkan soda kaustik flake merupakan NaOH dengan
konsentrasi minimum 98,2% dan diproduksi sebesar 30.000 ton/tahun. Masing-
masing jenis soda kaustik memiliki spesifikasi minimum sebagai berikut :
a. Soda kaustik liquid
kandungan NaCl maksimum 50 ppm
kandungan Fe maksimum 1 ppm
kandungan CO32- maksimum 0,04 %
kandungan NaClO3 maksimum 40 ppm
kandungan Na2SO4 maksimum 20 ppm
b. Soda kaustik flake
Na2CO3 maksimum 0,1%-berat
NaCl maksimum 90 ppm
Ni maksimum 2 ppm
Fe maksimum 5 ppm
Soda kaustik berguna pada industri tekstil, rayon, sabun/diterjen, pulp dan
kertas. Industri utama pengkonsumsi soda kostik adalah industri penyedap
makanan yaitu pembuatan monosodium glutamat dan aluminium. Selain itu soda
kaustik dapat digunakan dalam industri farmasi sebagai campuran dalam obat
pembersih luka.
Ethylene Dichloride (EDC)
EDC yang dihasilkan pada VCM plant sebagian digunakan sebagai bahan
baku bagi proses pembuatan VCM dan sebagian lagi ada yang dijual. Pada proses
pembutannya ada dua jenis EDC yang dihasilkan yaitu EDC saleable dan crude
EDC. EDC saleable memiliki kemurnian 99,8% dan EDC inilah yang dijual
57
sebagai produk sedangkan crude EDC akan dialirkan ke feed furnace untuk proses
EDC cracking. Spesifikasi EDC saleable dan crude EDC adalah sebagai berikut:
a. EDC saleable
Warna (APHA) maksimum 20
Kandungan H2O maksimum 200 ppm
Kandungan F-Cl2 maksimum 1 ppm
Kandungan HCl maksimum 10 ppm
Kandungan NaOH maksimum 10 ppm
Kandungan S-Fe maksimum 1 ppm
Kandungan LBC maksimum 500 ppm
Kandungan HBC maksimum 500 ppm
Tampilan bening dan tanpa material yang mengendap
b. EDC crude
Vinyl Chloride Monomer (VCM)
VCM merupakan produk utama yang dihasilkan dari VCM plant. VCM
memiliki kemurnian 99,9%-wt dan diproduksi sebesar 285.000 ton/tahun.
Spesifikasi minimum VCM adalah sebagai berikut :
Warna (APHA) tidak berwarna
Kandungan air maksimum 10 ppm
Kandungan HCl maksimum 0,5 ppm
Kandungan S-Fe maksimum 0,5 ppm
Kandungan NVM maksimum 30 ppm
Kandungan asetilen maksimum 0,5 ppm
Kandungan butadien maksimum 10 ppm
Kandungan metil klorida maksimum 100 ppm
Kandungan komponen T-dikloro maksimum 20 ppm
Tampilan bening dan tidak ada material yang mengendap
Resin Poly Vinyl Chloride (PVC)
58
Resin PVC dijual dengan nama dagang ASNYL yang merupakan produk
dari tiga plant PVC yaitu PVC I plant, PVC II plant, dan PVC III plant dan
memiliki lima tingkatan yang berbeda yaitu SM, SL-P, SE-S, SR dan SL-K.
Jumlah resin yang dihasilkan setiap harinya berjumlah 60 hingga 720 ton. Resin
yang dihasilkan mempunyai keunggulan-keunggulan sehingga bisa digunakan
pada banyak proses seperti calendaring, vaccum forming, extrusion, injection,
blow molding. Keunggulan resin PVC adalah sebagai berikut:
Daya serap plasticizer yang sangat baik
Kejernihan baik dan permukaan produk akhir bagus
Stabilitas panas tinggi dan kemudahaan pewarnaan
Kemampuan melebur yang cepat dan sifat mengalir yang baik
Spesifikasi Resin PVC PT Asahimas Chemical adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Spesifikasi Resin PVC
Grade SE SR SL-K SL-P SM
Nama dagang FJ-57 FJ-60 FJ-65R FJ-65S FJ-70
Derajat polimerisasi #700 #800 #1000 #1000 #1300
Penampakan Putih Putih Putih Putih Putih
Densitas 0.55 0.54 0.53 0.51 0.51
Ukuran partikel 42 mess 42 mess 42 mess 42 mess 42 mess
Materi volatile (%) Maks
0.3
Maks
0.3
Maks
0.3
Maks
0.3
Maks
0.3
Produk ini kemudian dipasarkan baik didalam negeri maupun ke luar
negeri khususnya berbagai negara di Asia dan Australia. Resin yang dihasilkan
digunakan pada beberapa industri seperti industri kulit, industri pipa, industri
plastik, alas kaki, dll.
59
2. Produk Samping
Pada proses pembuatan produk utama terdapat beberapa produk samping
yang dihasilkan. Produk samping ini digunakan lagi untuk menghasilkan produk
lain sehingga pabrik memiliki efisiensi yang tinggi.
Asam Klorida (HCl)
Asam khlorida merupakan produk samping dari C/A plant dan VCM
plant. Asam klorida memiliki konsentrasi 33%-wt dan mengandung maksimum 5
ppm. Hampir semua industri kimia menggunakan HCl antara lain industri galvani,
industri pengolahan air, industri seng klorida, dll.
Gas Klorin (Cl2)
Gas klorin merupakan produk samping dari C/A plant yang digunakan lagi
pada proses pembentukan EDC di plant VCM. Gas klorin memiliki konsentrasi
minimum 98,5%-volum (basis kering) dengan spesifikasi minimum sebagai
berikut :
Oksigen maksimum 1%-volum (basis kering)
CO2 maksimum 0,5%-volum (basis kering)
Tekanan 3,5 kg/cm2.G
Kelembaban <50 ppm
Temperatur masksimum 50oC
Klorin banyak digunakan pada industri pengolahan air, sebagai pemutih
dalam industri pulp dan kertas, campuran pada insektisida dan sebagai pelarut.
Natrium Hipoklorit (NaClO)
Natrium hipokhlorit merupakan produk samping dari plant C/A yang
memiliki konsentrasi 10%. Senyawa ini banyak digunakan sebagai bahan pemutih
pada industri benang, kapas, dan serat sintetis. Selain itu, natrium hipokhlorit juga
digunakan sebagai bahan campuran desinfektan.
60
Gas Hidrogen (H2)
Gas hidrogen merupakan produk samping dari C/A plant. Konsentrasi
minimum gas hidrogen adalah 99,9%-volum (basis kering) dengan spesifikasi
sebagai berikut:
O2 maksimum 0,1%-vol (dry base)
Tekanan 0,86 kg/cm2.G
Temperatur maksimum 50oC
2.3.4.7. Utilitas Dan Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan PT ASC terdiri dari padat, cair dan gas. Sebagian
besar limbah beracun dan berbahaya bagi lingkungan. Limbah padat berupa coke
dan tar yang memadat, limbah cair berupa waste organic dan waste water
sedangkan limbah gas berupa gas buang (vent gas) yang masih mengandung
klorin dan HCl.
1. Sistem Utilitas
Utilitas merupakan unit yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan
proses pada industri. Sistem utilitas menjadi pusat distribusi energi, air, steam,
sarana pengolahan limbah dan penyediaan bahan penunjang lainnya. Unit utilitas
yang terdapat pada PT ASC adalah :
Sistem Penyediaan Air
Sistem Penyediaan Uap
Sistem Penyediaan Bahan Bakar
Sistem Penyediaan Tenaga Listrik
Sistem Penyediaan Udara Bertekanan
Sistem Penyediaan Air
Bahan baku air yang dipergunakan di PT ASC diperoleh dari tiga sumber,
yaitu PT Krakatau Tirta Industri (KTI), air tanah/air sumur dan air laut. Air dari
sumber tersebut akan diolah pada unit pengolahan air sehingga didapatkan
beberapa jenis air sesuai dengan kebutuhan pabrik, yaitu air industri/industrial
61
water (AI), air demineralisasi/demineralized water (WD), air untuk rumah
tangga/portable water (WN) air pemadam kebakaran/fire water (WF), dan air
pendingin. Kondisi air sebagai bahan baku antara lain:
a. Laju alir maksimum 200 m3/jam
b. Tekanan minimum 1,0 kg/cm2G
c. Temperatur maksimum 35°C
d. Kapasitas normal 162 ton/jam, maksimum 180 ton/jam
Kualitas dan prasyarat air sebagai bahan baku meliputi:
a. Kesadahan total maksimum 178 mg/L
b. Kadar Ca2+ maksimum 142 mg/ L
c. Kadar Mg2+ maksimum 36 mg/ L
d. Kadar Na+ dan K+ maksimum 182 mg/ L
e. M Alkalinitas (HCO3) maksimum 148 mg/ L
f. Kadar SO42- maksimum 90 mg/ L
g. Kadar Cl- maksimum 122 mg/L
h. pH 6,5-8,5
i. Total Fe maksimum 36 mg/L
j. Kadar Mn3+ maksimum 0,05 mg/L
k. Kadar SiO2 maksimum 36 mg/L
l. CO2 bebas maksimum 15 mg/L
m. Residu Cl2 maksimum 0,5 mg/L
n. COD (Mn) maksimum 10 mg/L
o. Turbiditas maksimum 5-10 mg/L
p. Temperatur normal 30°C, maksimum 35°C
62
Air yang telah diolah di unit pengolahan air dibagi berdasarkan
kegunaannya dengan kapasitas yang berbeda-beda sebagai berikut :
Tabel 4. Kapasitas air pada unit pengolahan air
Jenis air kapasitas normal (ton/jam)
kapasitas maksimum (ton/jam)
Air filter/ filtered water
151,9 171
WI 114,6 133,2WD 56,5 73WN 10 30WF - 570
Air Industri (WI)
Air industri merupakan air yang kandungan organiknya sedikit. Air ini
banyak digunakan pada proses industri. Spesifikasi air industri adalah sebagai
berikut :
a) Turbiditas <1 mg/L
b) COD (Mn) <2 mg/L
c) Residu Cl2¬ <0,1 mg/L
Air yang disuplai dari KTI ditampung dalam basin dan diberi koagulan.
Bahan baku air dari basin dikirim ke coagulant filter untuk menyaring padatan
tersuspensi yang terkoagulasi. Gas Cl2 diinjeksikan ke dalam air untuk
mengontrol pertumbuhan makhluk hidup di dalamnya. Air yang sudah
diinjeksikan gas Cl2 dipompakan ke dalam tangki penampungan air industri
melewati karbon aktif. Zat organik dan Cl2 terserap oleh karbon aktif. Air hasil
proses ini ditampung dalam tangki penampungan air industri (WI). Air ini
biasanya digunakan untuk bahan baku air demineralisasi, bahan baku nonprocess
water, kebutuhan WI secara umum untuk proses produksi.
Air Demineralisasi (WD)
Air demineralisasi adalah air yang tidak mengandung mineral-mineral
terlarut seperti Ca2+, Mg2+ dan Na+, dan logam-logam lainnya. Air dari tangki
penyimpanan berkapasitas 900 m3 dimasukkan ke cation exchanger untuk proses
63
penyaringan Ca2+, Mg2+ dan Na+. Setelah itu, air dikirim ke decarbonator untuk
penyaringan gas-gas dalam air kemudian dilewatkan ke anion exchanger untuk
mengikat ion OH- dan dihasilkan WD. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Cation exchanger : R-H+ + M+ ----->R-M + H+
Decarbonator : HCO3- -----> H2O + CO2
Anion exchanger : H+ + R-OH + Na+ -----> R-N + H2O
Air demineralisasi yang digunakan harus memenuhi persyaratan :
a) Konduktivitas elektrik <10µS/cm (25°C)
b) Kadar silica <0,1 mg/L
c) Total Fe <0,05 mg/L
d) Padatan tersuspensi (SS) <0,1 mg/L
e) Residu oksigen <1 mg/L
Pada umumnya, air demineralisasi digunakan untuk air proses, regenerasi
dan proses backwash kolom resin pada C/A plant.
Neutralized Water (WN)
Neutralized water merupakan air yang dimanfaatkan untuk kebutuhan
rumah tangga seperti kantin, toilet, dan keperluan rumah tangga lainnya.
Pembuatan portable water relatif mudah dengan menambahkan chlorine 0,3 ppm
ke dalam air industri. Kapasitas tangki penampungan neutralized water adalah 30
m3.
Penyediaan Air Pendingin
Penyediaan air pendingin terdiri dari tiga unit, yaitu :
1. Water Cooling System
Bahan baku water cooling system adalah air pendingin yang telah
digunakan dan WI. WI disalurkan ke water cooling system menggunakan pompa
jet sebagai recycle. Air ini diproses dalam cooling tower. Cooling tower dikirim
ke unit-unit proses menggunakan pompa cooling tower.
64
Kegunaan utama cooling water adalah sebagai pendingin reaktor. Bahan-bahan
kimia tertentu ditambahkan pada cooling water secara berkesinambungan dengan
disuntikkan pada unit chemical injection.
2. Sea Water Supply (WSS)
Bahan baku sea water supply berupa air laut yang diambil langsung dari
laut dengan menggunakan pipa yang dihubungkan dengan pompa. NaClO
diinjeksikan ke dalam penampungan untuk mencegah pertumbuhan makhluk
hidup dalam sistem. Benda-benda yang mengapung dan padatan yang tersuspensi
disaring dengan menggunakan bar screen dan fine screen. Air laut yang
mengalami peningkatan temperatur akan dikembalikan lagi ke laut.
Kualitas air pendingin dikontrol dengan injeksi senyawa kimia tertentu dan
penyaringan padatan tersuspensi untuk melindungi permukaan heat exchanger
dari korosi, pergerakan dan pertumbuhan mikroorganisme. Air yang disirkulasi
hilang sebanyak ±0,05% dan volum air pendingin diasumsikan meningkat karena
adanya kenaikan temperatur.
3. Chilled Water
Bahan bakunya chilled water adalah air demineralisasi. Chilled water
digunakan sebagai pendingin terutama pada C/A plant, VCM-2 plant dan PVC
plant.
Sistem Penyediaan Uap
Penyediaan uap dihasilkan oleh steam boiler unit. Ada tiga unit boiler
yang digunakan, yaitu:
1. Boiler I dengan kapasitas maksimum 45 ton/jam
2. Boiler II dengan kapasitas maksimum 17,6 ton/jam
3. Boiler III dengan kapasitas maksimum 45 ton/jam
Bahan bakar yang digunakan pada boiler adalah campuran IDO (industrial
diesel oil) dan HO (heavy oil). Ketiga boiler tersebut menghasilkan:
• Steam bertekanan tinggi steam high pressure (SHP) yang bertekanan
15-17 kg/cm2G
65
• Steam bertekanan sedang/steam medium pressure (SMP) yang
bertekanan 10-12,5 kg/cm2G
• Steam bertekanan rendah/steam low pressure (SLP) yang bertekanan 4-
5 kg/cm2G
• Steam bertekanan sangat rendah/steam low low pressure (SLLP) yang
bertekanan 1,5 kg/cm2G
Sistem Penyediaan Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan PT ASC disediakan oleh departemen utilitas
meliputi :
1. Industrial Diesel Oil (IDO)
Industrial Diesel Oil digunakan sebagai bahan bakar boiler dan diesel.
2. Heavy Oil (HO)
Heavy oil disimpan dalam dua unit dengan densitas yang berbeda.
3. LPG
LPG digunakan untuk startup reaktor OHC-EDC, cracking furnace,
incinerator, startup boiler dan pembuatan flake NaOH.
Sistem Penyediaan Tenaga Listrik
Listrik sebagai sistem utilitas utama di C/A plant tidak ditangani oleh
departemen utilitas melainkan bersumber langsung dari PLN Suralaya melalui
stasiun penerimaan khusus. Listrik yang digunakan berkapasitas 55 MW dan
bertegangan 1500 kV. Daya listrik peralatan dari unit pusat utilitas PT ASC
dipasang pada tegangan 3,3 kV dan frekuensi 50 Hz. Tegangan yang dipakai
berbeda-beda tergantung besar penggunaannya. Selain daya listrik utama, pabrik
didukung dengan daya listrik darurat.
Sistem Penyedia Udara Bertekanan
Udara bertekanan diproses di unit pemisah udara atau air separation unit
(ASP). ASP terdiri dari tiga tahap, yaitu pemurnian udara, pemisahan udara dan
loop refrigeration.
66
Udara dialirkan ke kompresor untuk dikompresi sampai mencapai tekanan
8,5 kg/cm2 dan selanjutnya didinginkan. Air yang dihasilkan dipisahkan dan
diumpankan ke air cleaner absorber untuk dilakukan proses pemisahan uap air dan
CO2. Udara yang dihasilkan disaring agar tidak mengandung partikel padat.
Udara bersih didinginkan dan diumpankan ke high pressure tower untuk proses
pemisahan N2 dan oksigen rich air (ORA). ORA yang dihasilkan berfasa cair dan
diumpankan ke silica gel aborber untuk dilakukan proses pemisahan gas asetilen.
Fasa cair akan dihasilkan di bottom dan akan dipanaskan kembali untuk
menghasilkan gas O2.
Loop refrigeration merupakan sistem sirkulasi N2 yang berfungsi sebagai
pendingin pada bagian bawah pemisahan.
Udara bertekanan tersebut terdiri dari:
1. Instrument Air dan Plant Air
Instrument air dan plant air digunakan untuk menggerakkan peralata-
peralatan kontrol dan proses. Kapasitas dari instrument air adalah 1800 Nm3/jam
sedangkan plant air adalah 1530 Nm3/jam. Instrument air disediakan oleh unit
pusat utilitas dengan tekanan 4,5 kg/cm2G dan digunakan pada control valve,
rotary feeder, dan mesin pengemas. Plant air yang digunakan mempunyai tekanan
3,5 kg/cm2G dan biasa dipakai pada unit drying.
2. Nitrogen bertekanan tinggi dan rendah
Nitrogen bertekanan tinggi (HP nitrogen) dan nitrogen bertekanan rendah
(LP nitrogen diperoleh dari nitrogen cair hasil pemisahan udara.
High pressure nitrogen gas (NHH) mempunyai tekanan sebesar 4,5
kg/cm2G. NHH diperoleh dengan cara menekan NI, menggunakan kompresor
nitrogen. NHH disimpan dalam vessel. NHH digunakan sebagai reactor sealing
mekanis, poison tank bertekanan, zat kimia anti kerak dalam water sprayer yang
dimasukkan ke dalam reaktor.
Low pressure nitrogen gas (NL) digunakan untuk membilas air
murni yang diumpankan ke dalam reaktor, memilas air murni yang berisi VCM,
pembuatan seal water, sebagai penyekat antara tangki air murni dengan tangki
larutan SA. Nitrogen yang dihasilkan bertekanan 4 kg/cm2G.
67
3. Cracker Purge Air
Udara ini digunakan untuk proses pembakaran furnace pada VCM plant.
Kadar uap di udara dikurangi dengan mencampur purge air berkapasitas
maksimum 200 Nm3/ jam dengan udara instrumen. Purge air siap digunakan
setelah pencampuran selesai.
2. Sistem Pengolahan Limbah
Sistem Pengolahan Limbah Gas
Sistem koleksi gas buang merupakan sistem untuk mengumpulkan semua
gas buang yang mengandung VCM, HCl, klorin dan organik klorin untuk
dialirkan ke atmospheric vent scrubber. Atmospheric vent scrubber dioperasikan
untuk menghilangkan HCl dari aliran gas buang sebelum dibuang ke atomser.
Scrubber berupa packing dimana gas buang masuk dari bawah packing dan
mengalir ke atas. Air laut masuk dari bagian atas lalu mengalir melalui packing
dan kontak dengan gas buang secara counter current untuk mengangkap HCl. Air
laut yang di¬-supply harus cukup untuk membasahi packing agar proses
scrubbing atau pengambilan HCl lebih optimum.
HCl yang diabsorbsi oleh air laut akan mengalami kenaikan temperatur
yang dimonitor oleh termokopel dan dikendalikan oleh temperature control yang
dihubungkan dengan flow control air laut. Jika temperatur terlalu tinggi, aliran air
laut akan ditambahkan ke dalam scrubber.
Sistem Pengolahan Limbah Cair
Pembagian Line
Sistem pengolahan limbah cair memiliki plant terpisah karena proses
pengolahan limbah cair sangat kompleks. Pada plant WWT, terdapat berbagai
macam proses yang dibagi dalam 7 line dimana masing-masing line terdapat
limbah yang memiliki komposisi yang berbeda sehingga limbah tidak dapat
digabungkan menjadi satu pengolahan.
68
Pembagian line adalah sebagai berikut:
1. Air Tanah/Ground Water (Line 1)
Line 1 merupakan limbah yang berasal dari air yang terserap di dalam
tanah di sekitar pabrik. Air tanah dikirim ke kolam buffer untuk dilakukan proses
penghilangan senyawa organik dengan proses aerasi. Limbah dikirim ke selokan
untuk dicampur dengan limbah yang telah memenuhi spesifikasi.
Line ini umumnya terdiri senyawa organik berupa EDC, VCM,
trichloroethylene, dll. dengan konsentrasi total ±50 ppm. Akhir dari proses
memiliki tingkat keasaman (pH) sekitar 6-9.
2. Limbah Basa Organik Cu (Line 2)
Limbah basa organik Cu berasal dari limbah VCM-1 plant yang
mengadung tembaga dan senyawa organik. Limbah dikirim ke pit dan dilakukan
proses aerasi untuk menghilangkan senyawa organik lalu dialirkan ke tangki
untuk proses pengendapan suspended solid. Filtrat dialirkan ke pit untuk diolah
agar kandungan COD berkurang. Setelah itu, lumpur dikirim ke tangki dan
dicampur dengan lumpur lain untuk dilakukan proses penyaringan pada filter
press yang menghasilkan lumpur kering.
Umpan line 2 memiliki konsentrasi COD 1800 ppm, Cu 23 ppm, senyawa
organik 49 ppm, suspended solid 1037 ppm dengan tingkat keasaman ±12. Hasil
pengolahan limbah diharapkan memiliki konsentrasi COD 400 ppm, Cu 0,9 ppm,
senyawa organik 10 ppm dan suspended solid 45 ppm.
3. Limbah Basa (Line 3)
Limbah basa berasal dari regenerasi WD yang tidak memerlukan
penanganan khusus karena konsentrasi organik dan COD cukup rendah yaitu 3
ppm dan 20 ppm. Limbah dengan tingkat pH 11,5 perlu dinetralkan terlebih
dahulu sampai memiliki pH 6,5-8,5 sedangkan limbah yang mengandung
suspended solid 1000 ppm harus diolah agar konsentrasinya mencapai 30 ppm.
Limbah regenerasi WD ditampung di dalam kolam untuk dinetralisasi. Setelah
tingkat keasamannya cocok, limbah akan dikirim ke selokan. Limbah ini sering
mengandung suspended solid sehingga perlu dikirimkan ke line 6-1 untuk
dilakukan proses pengolahan lanjutan.
69
4. Limbah Asam Organik (Line 4)
Limbah asam organik bersifat sangat asam dan memiliki kandungan
senyawa organik ±300 ppm, suspended solid ±265 ppm dan COD 50,4 ppm.
Limbah ini dialirkan ke kolam untuk dinetralkan dengan NaOH lalu ditransfer ke
kolom distilasi untuk pemisahan limbah organik. Limbah yang telah terdistilasi
dikirim ke neutralizer dan clarifier. Keluaran diharapkan memiliki komposisi
senyawa organik 0.05 ppm.
5. Limbah Asam (Line 5)
Limbah asam merupakan limbah HCl 19%, solid waste incinerator dan air
yang mengandung HCl dari proses produksi. Umpan limbah mengandung Fe, Cu
dan suspended solid yang seluruhnya berjumlah ±605 ppm serta senyawa organik
kurang dari 5 ppm. Keluaran line 5 diharapkan mengandung Fe, Cu dan
suspended solid tidak lebih dari 50 ppm dengan tingkat keasaman netral.
Limbah dari line 5 akan dikirimkan ke kolam, untuk dicampur dengan limbah
sedimentasi. Campuran limbah akan dikirim untuk dilakukan pengaturan pH agar
mencapai keasaman yang diinginkan.
6. Slurry (Line 6)
Slurry mengandung COD lebih dari 700 ppm dan senyawa lainnya berupa
NaCl, NaHCO3, Na2SO4 dalam suasana basa. Limbah akan dioksidasi melalui
kontrol pH dengan menambahkan NaClO dan Na2SO3 dan diatur pH-nya dengan
menambahkan NaOH sebelum dibuang keluar melalui selokan. Setelah
pengolahan, kandungan limbah diharapkan berkurang menjadi 300 ppm dan
memiliki pH netral.
Sistem Pengolahan Limbah Padat
Tujuan pengolahan limbah padat adalah untuk membakar tar (chlorinated
hydrocarbon) yang merupakan produk samping dari proses pabrik VCM dari EDC
cracking. Tar tidak dapat di-recovery sehingga dibutuhkan proses insinerasi untuk
mengolahnya.
Pengolahan limbah padat dilakukan dengan cara mencampurkan tar
dengan bubuk gergaji agar tidak ada tar yang menempel di conveyor. Campuran
70