6. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00483-TI Bab...

download 6. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00483-TI Bab 2.pdf · kompleks dimana hanya komponen-komponen yang relevan atau faktor-faktor ... o

If you can't read please download the document

Transcript of 6. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00483-TI Bab...

  • 27

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Riset Operasi

    Terdapat beberapa pengertian mengenai Riset Operasi:

    Secara global:

    Riset Operasi adalah penerapan metode-metode ilmiah terhadap masalah-

    masalah rumit yang muncul dalam pengarahan dan pengolahan dari suatu

    sistem besar manusia, mesin, bahan, dan uang dalam industri, bisnis,

    pemerintahan, dan pertahanan. Pendekatan khusus ini bertujuan untuk

    membentuk suatu model ilmiah dari sistem, menggabungkan ukuran-ukuran

    faktor-faktor seperti kesempatan dan risiko, untuk meramalkan dan

    membandingkan hasil-hasil dari beberapa keputusan, strategi, atau

    pengawasan. Tujuannya adalah membantu dalam pengambilan keputusan

    menentukan kebijakan dan tindakannya secara ilmiah.

    Morse dan Kimball:

    Riset Operasi adalah suatu metode ilmiah yang memungkinkan para manajer

    untuk mengambil keputusan mengenai kegiatan yang ditangani secara

    kuantitatif.

  • 28

    Churchman, Arkoff, dan Arnoff:

    Riset Operasi merupakan aplikasi metode-metode, teknik-teknik, dan

    peralatan ilmiah dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam

    operasi perusahaan dengan tujuan menemukan pemecahan yang optimal.

    Miller dan M. K. Star:

    Riset Operasi adalah peralatan manajemen yang menyatukan ilmu

    pengetahuan, matematika, dan logika dalam rangka memecahkan masalah

    yang dihadapi sehari-hari sehingga dapat terpecahkan secara optimal.

    Secara umum:

    Riset Operasi berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang optimal

    dalam penyusunan model dari sistem-sistem, baik deterministik maupun

    probabilistik, yang berasal dari kehidupan nyata.

    2.2 Model-Model dalam Riset Operasi

    Model merupakan abstraksi atau penyederhanaan realistis sistem yang

    kompleks dimana hanya komponen-komponen yang relevan atau faktor-faktor

    yang dominan dari masalah yang dianalisis diikutsertakan. Hal ini akan

    menunjukkan hubungan-hubungan dari aksi dan reaksi dalam pengertian sebab

    akibat. Karena sebuah model adalah suatu abstraksi realitas, maka ia akan tampak

    kurang kompleks jika dibandingkan dengan realitas itu sendiri. Model itu, agar

    menjadi lengkap, perlu mencerminkan semua realitas yang akan diteliti.

  • 29

    Salah satu alasan pembentukan model adalah untuk menemukan

    variabel-variabel yang penting atau menonjol. Penemuan variabel-variabel yang

    penting ini berkaitan erat dengan penyelidikan hubungan yang ada diantara

    variabel-variabel itu. Teknik-teknik kuantitatif seperti statistik dan simulasi

    digunakan untuk menyelidiki hubungan yang ada diantara banyak variabel dalam

    suatu model.

    Dalam Riset Operasi ini, dikenal beberapa bentuk model yang

    menggambarkan karakteristik dan bentuk sistem suatu permasalahan. Macam-

    macam model tersebut adalah:

    Model ikonik

    Merupakan penyajian tiruan fisik seperti tampak aslinya dengan skala yang

    lebih kecil. Model ikonik ini mudah untuk diamati, dibentuk, dan dijelaskan

    tetapi sulit untuk dimanipulasi dan tidak berguna untuk tujuan peramalan.

    Biasanya model ini menunjukkan peristiwa statistik. Model ini tidak

    mengikutsertakan segi-segi sistem nyata yang tidak relevan untuk analisa.

    Masih dimungkinkan membangun model ikonik sampai tiga dimensi, tetapi

    untuk persoalan dengan dimensi lebih tinggi adalah di luar jangkauan model

    ini, sebagai gantinya digunakan model matematik.

    Contoh : Maket gedung, model automotif, model pesawat.

  • 30

    Model analog

    Merupakan model fisik tetapi tidak memiliki bentuk yang mirip dengan yang

    dimodelkan atau lebih abstrak. Model analog lebih mudah untuk dimanipulasi

    dan menunjukkan suatu situasi yang dinamis. Model ini pada umumnya lebih

    berguna daripada model ikonik karena kapasitasnya yang besar untuk

    menunjukkan ciri-ciri sistem yang dipelajari.

    Contoh : termometer yang menunjukkan tinggi rendahnya temperatur.

    Model simbolik

    Merupakan model yang menggunakan simbol-simbol (huruf, angka, bentuk,

    gambar, dll) yang menyajikan kerakteristik dan properti dari suatu system.

    Contoh : jaringan kerja (network diagram), diagram alir, flow chart, dll.

    Model matematik

    Mencakup model-model yang mewakili situasi riil sebuah sistem yang berupa

    fungsi matematik. Diantara jenis model yang lain, model matematik memiliki

    sifat paling abstrak. Model ini menggunakan seperangkat symbol matematik

    untuk menunjukkan komponen-komponen dari sistem nyata. Contoh :

    nPn a Po= yang menyatakan model populasi makhluk hidup.

    Model ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu deterministik dan

    probabilistik. Model deterministik dibentuk dalam suatu situasi kepastian dan

    memerlukan penyederhanaan-penyederhanaan dari realitas karena kepastian

    jarang terjadi. Namun, keuntungan model ini adalah bahwa ia dapat

  • 31

    dimanipulasi dan diselesaikan dengan lebih mudah. Jadi, sistem yang rumit

    dapat dimodelkan dan dianalisa jika dapat diasumsikan bahwa semua

    komponen sistem itu dapat diketahui dengan pasti.

    Model probabilistik meliputi kasus-kasus dimana diasumsikan ketidakpastian.

    Meskipun penggabungan ketidakpastian dalam model dapat menghasilkan

    suatu penyajian sistem nyata yang lebih realitas, model ini umumnya lebih

    sulit untuk dianalisa.

    2.3 Penerapan Riset Operasi

    Sejalan dengan perkembangan dunia industri dan didukung dengan

    kemajuan di bidang komputer, Riset Operasi semakin diterapkan di berbagai

    bidang untuk menangani masalah yang cukup kompleks. Berikut ini adalah

    contoh-contoh penerapan Riset Operasi di beberapa bidang:

    Akuntansi dan keuangan:

    o Penentuan jumlah kelayakan kredit

    o Alokasi modal investasi dari berbagai alternatif

    o Peningkatan efektivitas akuntansi biaya

    o Penugasan tim audit secara efektif

    Pemasaran:

    o Penentuan kombinasi produk terbaik berdasarkan permintaan pasar

    o Alokasi iklan di berbagai media

  • 32

    o Penugasan tenaga penjual ke wilayah pemasaran secara efektif

    o Penempatan lokasi gudang untuk meminimumkan biaya distribusi

    o Evaluasi kekuatan pasar dari strategi pemasaran pesaing

    Operasi produksi:

    o Penentuan bahan baku yang paling ekonomis untuk kebutuhan

    pelanggan

    o Meminimumkan persediaan atau inventori

    o Penyeimbangan jalur perakitan dengan berbagai jenis operasi

    o Peningkatan kualitas operasi manufaktur

    2.4 Langkah-Langkah Analisis

    Dalam proses pemecahan masalah Riset Operasi, berikut ini langkah-

    langkah yang perlu dilakukan:

    1. Definisi masalah

    Pada langkah ini terdapat tiga unsur utama yang harus diidentifikasi:

    a) Fungsi Tujuan penempatan tujuan untuk membantu mengarahkan

    upaya memenuhi tujuan yang akan dicapai.

    b) Fungsi batasan/kendala batasan-batasan yang mempengaruhi persoalan

    terhadap tujuan yang akan dicapai.

    c) Variabel keputusan variabel-variabel yang mempengaruhi persoalan

    dalam pengambilan keputusan.

  • 33

    2. Pengembangan model

    Mengumpulkan data untuk menaksir besaran parameter yang berpengaruh

    terhadap persoalan yang dihadapi. Taksiran ini digunakan untuk membangun

    dan mengevaluasi model matematis dari persoalannya.

    3. Pemecahan model

    Dalam memformulasikan persoalan ini biasanya digunakan model analitis,

    yaitu model matematis yang menghasilkan persamaan, sehingga dicapai

    pemecahan yang optimum.

    4. Pengujian keabsahan model

    Menentukan apakah model yang dibangun telah menggambarkan keadaan

    nyata secara akurat. Jika belum, perbaiki atau buat model yang baru. Di

    samping solusi model, perlu juga mendapat informasi tambahan mengenai

    tingkah laku solusi yang disebabkan karena perubahan parameter sistem. Ini

    biasanya dinamakan sebagai analisa sensitivitas. Analisa ini terutama

    diperlukan jika parameter sistem tak dapat diduga secara tepat.

    5. Validasi model

    Menterjemahkan hasil studi atau perhitungan ke dalam bahasa sehari-hari agar

    mudah dimengerti. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pembentukan

    model harus absah, dengan kata lain, model harus diperiksa apakah ia

    mencerminkan berjalannya sistem yang diwakilinya. Suatu metode yang biasa

    digunakan untuk menguji validitas model adalah membandingkan

    performancenya dengan data masa lalu yang tersedia. Model dikatakan valid

  • 34

    jika dengan kondisi input yang serupa, ia dapat tersedia menghasilkan

    kembali performance seperti masa lalu, misalnya bahwa tidak ada yang

    menjamin performance masa depan akan berlanjut meniru cerita lama.

    6. Penerapan hasil akhir

    Tahap terakhir adalah menerapkan hasil model yang telah diuji. Hali ini

    membutuhkan suatu penjelasan yang hati-hati tentang solusi yang digunakan

    dan hubungannya dengan realitas. Suatu tahap kritis pada tahap ini adalah

    mempertemukan ahli RO (pembentuk model) dengan mereka yang

    bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem.

    2.5 Sejarah Singkat Linear Programming

    Menurut George B. Dantzing (seorang ahli matematik dari Amerika

    Serikat), dalam bukunya yang berjudul Linear Programming and Extension,

    meyebutkan bahwa ide linear programming ini berasal dari ahli matematik Rusia

    yang bernama L. V. Kantorivich yang pada tahun 1939 menerbitkan sebuah

    karangan denga judul Mathematical Methods in the Organization and Planning

    of Production. Dalam karangan itu, telah dirumuskan mengenai persoalan linear

    programming untuk pertama kalinya. Akan tetapi ide ini rupanya tidak dapat

    berkembang di Rusia. Ternyata dunia barat yang memanfaatkan ide ini

    selanjutnya. Kemudian pada tahun 1947, George B. Dantzing menemukan suatu

    cara untuk memecahkan persoalan linear programming tersebut dengan suatu

    metode yang disebut simplex method. Setelah saat itu, linear programming

  • 35

    berkembang dengan pesat sekali, mula-mula dalam bisang kemiliteran

    (penyusunan strategi perang, bombing pattern, dsb) maupun di bidang bisnis

    (maksimum profit, minimum cost).

    2.6 Linear Programming

    Linear programming adalah suatu teknik matematik dalam menentukan

    alokasi sumber-sumber untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

    Persoalan linear programming adalah suatu persoalan untuk

    menentukan besarnya masing-masing nilai variabel sedemikian rupa sehingga

    nilai fungsi tujuan (objective function) yang linier menjadi optimum (maksimum

    atau minimum) dengan memperhatikan pembatas-pembatas yang ada yaitu

    pembatas mengenai inputnya.

    Suatu persoalan dapat disebut sebagai linear programming apabila:

    Tujuan (objective) yang akan dicapai harus dapat dinyatakan dalam bentuk

    fungsi linier. Fungsi ini disebut fungsi tujuan (objective function)

    Harus ada alternative pemecahan. Pemecahan yang membuat nilai fungsi

    tujuan optimum (laba yang maksimum, biaya yang minimum, dsb) yang harus

    dipilih

    Sumber-sumber tersedia dalam jumlah yang terbatas (bahan mentah terbatas,

    modal terbatas, ruang penyimpanan terbatas, dsb). Pembatas-pembatas

    tersebut harus dinyatakan dalam ketidak samaan linier (linear inequality)

  • 36

    Dalam penggunaan teknik linear programming, akan didapati beberapa

    kesulitan, antara lain:

    Kesulitan dalam menetapkan suatu sasaran yang spesifik. Apakah maksimasi

    laba atau minimasi biaya. Kadang-kadang tujuan seseorang atau suatu

    organisasi berubah-ubah untuk suatu jangka waktu tertentu. Untuk jangka

    pendek mungkin suatu organisasi bertujuan meminimasi biaya, tetapi untuk

    jangka panjang ia bertujuan untuk memaksimalkan laba, sehingga diperlukan

    perhitungan yang berbeda-beda.

    Kadang-kadang sekalipun telah ditentukan tujuan yang spesifk, sukar

    diketahui faktor-faktor pembatas secara pasti dan tepat. Padahal faktor

    pembatas ini memegang peranan penting dalam penggunaan teknik linear

    programming.

    Kadang-kadang meskipun sudah ditentukan tujuan yang spesifik dan faktor-

    faktor pembatas yang akan dipakai dalam perhitungan, namun faktor-faktor

    pembatas tersebut tidak dapat diekspresikan sebagai ketidaksamaan linier.

    Banyaknya variabel-variabel yang tak terhingga, kadang-kadang menyulitkan

    pemakai linear programming untuk memilih variabel mana yang relevan.

    Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam linear programming:

    Kepastian (certainty) koefisien dalam fungsi tujuan ( jC ) dan fungsi

    kendala ( jia ) dapat diketahui dengan pasti dan tidak berubah.

  • 37

    Proporsionalitas (proportionality) dalam fungsi tujuan dan fungsi kendala:

    semua koefisien dalam for-mulasi, jC dan jia , merupakan koefisien yang

    bersifat variabel terhadap besarnya variabel keputusan

    Additivitas (additivity) total semua aktivitas sama dengan jumlah

    (additivitas) setiap aktivitas individual.

    Divisibilitas (divisibility) solusi permasalahan PL (dalam hal ini nilai jX )

    tidak harus dalam bilangan bulat (integer).

    Nonnegatif (nonnegativity) variabel keputusan tidak boleh bernilai negatif

    2.7 Bentuk Standar Linear Programming

    Beberapa aturan bentuk program linier baku/standar:

    Semua batasan/kendala adalah persamaan (dengan sisi kanan non-negative)

    Semua variable keputusan adalah non-negative

    Fungsi tujuan dapat berupa maksimasi dan minimasi

    n

    j jj=1

    n

    ij j ij 1

    j

    Max / Min Z= C X

    Subject to :

    a X b , untuk i=1,2,...,m

    X 0, untuk j=1,2,...,m=

    =

  • 38

    Karena semua kendala harus berbentuk persamaan, maka jika ada

    kendala yang berbentuk pertidaksamaan harus dikonversikan menjadi persamaan

    dengan memasukkan variabel semua slack atau surplus.

    Kendala

    Semua batasan yang bertanda atau dapat dikonversikan menjadi = dengan

    mengurangi variabel surplus (menambahkan variabel slack) terhadap sisi kiri

    batasan tersebut. Sebuah batasan dengan sisi kanan yang berharga negatif dapat

    diubah menjadi positif dengan mengalikan negatif satu.

    Variabel

    Variabel yang tidak dibatasi (bisa bernilai positif atau negatif), Xi dapat

    diekspresikan dalam bentuk dua variabel non-negative (Xi dan Xi) dengan

    menggunakan substitusi. Substitusi harus dilakukan baik pada fungsi kendala

    maupun fungsi tujuan. Masalah program linier biasanya dipecahkan dalam bentuk

    Xi dan Xi yang darinya ditentukan dengan substitusi balik.

    Fungsi Tujuan

    Meskipun model linear programming berjenis minimasi maupun maksimasi,

    terkadang bermanfaat untuk mengubah salah satu bentuk ke bentuk lain.

    Maksimasi dari suatu fungsi adalah ekuivalen dengan minimasi dari negatif

    fungsi yang sama, dan sebaliknya. Misalnya:

  • 39

    Max Z = 50X1 + 20 X2 + 80X3

    Ekuivalen secara matematis dengan

    Min -(Z = 50X1 + 20 X2 + 80X3)

    (-Z) = -50X1 - 20 X2 - 80X3

    Ekuivalen berarti bahwa untuk seperangkat kendala yang sama, nilai optimum

    X1, X2, dan X3 adalah sama.

    2.8 Metode Simpleks

    Apabila suatu persoalan program linier hanya mengandung dua kegiatan

    (variabel keputusan) saja, maka dapat dipecahkan dengan metode grafik, tetapi

    jika mengandung tiga atau lebih variabel keputusan, maka metode grafik tidak

    dapat digunakan lagi, sehingga diperlukan alternatif lain yaitu metode simpleks.

    Langkah pertama, metode simpleks mengharuskan agar setiap batasan

    ditempatkan dalam bentuk standar yang khusus dimana setiap batasan

    diekspresikan sebagai persamaan dengan menambahkan variabel slack dan

    surplus sebagaimana diperlukan. Jenis konversi ini umumnya menghasilkan

    sekelompok persamaan dimana jumlah variabel adalah lebih besar daripada

    jumlah persamaan, yang umumnya berarti bahwa persamaan-persamaan tersebut

    manghasilkan sejumlah titik pemecahan yang tidak terbatas. Titik ekstrim dari

    ruang ini dapat diidentifikasi secara aljabar sebagai pemecahan dasar (basic

    solution) dari sistem persamaan simultan tersebut. Dari teori aljabar linier, sebuah

    pemecahan dasar diperoleh dengan menetapkan beberapa variabel yang sebanyak

  • 40

    selisih antara jumlah total variabel dengan jumlah total persamaan memiliki nilai

    sama dengan nol dan lalu memecahkan variabel sisanya, dengan ketentuan bahwa

    kondisi tersebut menghasilkan satu pemecahan yang unik. Pada intinya, transisi

    dari prosedur grafik ke prosedur aljabar sepenuhnya bergantung pada keabsahan

    hubungan penting berikut:

    Titik ekstrim pemecahan dasar

    Dengan tidak adanya ruang pemecahan grafik untuk menuntun kita ke

    arah solusi optimal, kita memerlukan sebuah prosedur untuk mengidentifikasikan

    pemecahan-pemecahan dasar yang menjanjikan secara cerdas. Yang dilakukan

    oleh metode simpleks adalah mengidentifikasi suatu pemecahan dasar awal dan

    lalu bergerak secara sistematis ke pemecahan dasar lainnya yang memiliki potensi

    untuk memperbaiki nilai fungsi tujuan. Pada akhirnya, pemecahan dasar yang

    bersesuaian dengan nilai optimum akan diidentifikasi dan proses perhitungan

    berakhir. Pada gilirannya, metode simpleks merupakan prosedur perhitungan

    yang berulang (iterative) dimana setiap pengulangan (iterasi) berkaitan dengan

    satu pemecahan dasar.

    Penentuan pemecahan dasar dalam metode simpleks umumnya

    melibatkan perincian perhitungan yang menjemukan. Perincian seperti ini

    sebaiknya tidak mengalihkan perhatian kita dari gagasan dasar metode ini:

    menghasilkan beberapa pemecahan dasar secara berurutan dengan cara yang akan

    mengarahkan kita pada titik ekstrim optimum.

  • 41

    Pada masa sekarang, persoalan-persoalan program linier yang

    melibatkan banyak variabel keputusan dapat dengan cepat dipecahkan dengan

    bantuan paket program komputer yang sudah tersedia seperti MPSX dan

    SAS/OR, yang didesain untuk komputer besar (mainframe); LINDO, POM, QM,

    QS, dan LINIERSBA, mikro komputer pribadi yang berorientasi program linier;

    serta VINO dan WHATs BEST!, yang didesain untuk menunjang mikro

    komputer seperti Lotus 1-2-3, bahkan pada Microsoft Excel juga tersedia fungsi-

    fungsi untuk memecahkan persoalan program linier. Bila variabel keputusan yang

    dikandung tidak terlalu banyak, persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan

    suatu algoritma yang biasa disebut simpleks tabel.

    Langkah-langkah pemecahan linear programming dengan menggunakan

    metode simpleks:

    1. Formulasikan dan standarisasikan modelnya

    2. Bentuk tabel awal simpleks berdasarkan informasi model di atas

    3. Tentukan kolom kunci di antara kolom-kolom variabel yang ada, yaitu kolom

    yang mengandung nilai (cj-Zj) paling positif untuk kasus maksimasi dan

    mengandung nilai (cj-Zj) paling negatif untuk kasus minimasi

    4. Tentukan baris kunci di antara baris-baris variabel yang ada, yaitu baris yang

    memiliki rasio kuantitas dengan nilai positif terkecil

    5. Bentuk tabel berikutnya dengan memasukkan variabel perdata ke kolom

    variable dasar dan mengeluarkan variabel perantau dari kolom tersebut, serta

    lakukan transformasi baris-baris variabel

  • 42

    6. Lakukan uji optimalitas, dengan kriteria jika semua koefisien pada baris (cj-

    Zj) sudah tidak ada lagi yang bernilai positif (maksimasi) atau sudah tidak ada

    lagi yang bernilai negatif (minimasi), berarti tabel sudah optimal. Jika kriteria

    tersebut belum terpenuhi, maka diulang mulai dari langkah ke-3 sampai ke-6

    hingga terpenuhi kriteria tersebut.

    2.9 Integer Programming

    Integer Programming adalah program linear (Linear Programming) di

    mana variable-variabelnya bertipe integer. Integer Programming digunakan untuk

    memodelkan permasalahan yang variabel-variabelnya tidak mungkin berupa

    bilangan yang tidak bulat (bilangan real), seperti variabel yang merepresentasikan

    jumlah orang, karena jumlah orang pasti bulat dan tidak mungkin berupa pecahan.

    Integer Programming juga biasanya lebih dipilih untuk memodelkan suatu

    permasalahan karena program linear dengan variabel berupa bilangan real kurang

    baik dalam memodelkan permasalahan yang menuntut solusi berupa bilangan

    integer, misalnya keuntungan produksi 3 pesawat dibandingkan dengan

    keuntungan produksi 3.5 pesawat akan menghasilkan selisih keuntungan yang

    signifikan

  • 43

    2.10 Algoritma Branch and Bound

    Gambar 2.1 Flowchart Algoritma Branch and Bound untuk Integer Programming

    Optimasi Maksimum

  • 44

    Prinsip-prinsip dari teknik branch and bound:

    Mengurangi ruang solusi dengan menghilangkan cabang yang tidak fisibel

    Perlu menambahkan fungsi pembatas. Pembatas ini dipakai hanya sampai

    bila sudah diketahui cabang tersebut tidak fisibel lagi, kemudian diganti

    dengan fungsi pembatas yang baru

    Langkah-langkah algoritma B&B dengan mengasumsikan masalah

    maksimasi:

    1. Ukur/batasi. Pilih Lpi sebagai bagian masalah berikutnya untuk diteliti.

    Pecahkan Lpi dan coba ukur bagian masalah itu dengan menggunakan

    kondisi yang sesuai

    2. Percabangan. Pilih salah satu variabel Xj yang optimumnya Xj* dalam

    pemecahan Lpi tidak memenuhi batasan integer. Singkirkan bidang [Xj*] <

    Xj [Xj*] + 1 dengan membuat dua bagian masalah LP yang berkaitan

    dengan dua batasan yang tidak dapat dipenuhi secara bersamaan ini.

    Xj [Xj*] dan Xj [Xj*] + 1

    3. Kembali ke langkah 1.

    Walaupun metode B&B memiliki kekurangan, dapat dikatakan bahwa

    sampai sekarang, ini adalah metode yang paling efektif dalam memecahkan

    program-program integer dengan ukuran praktis.

  • 45

    2.11 Analisa Sensitivitas

    Analisa sensitivitas disebut juga sebagai analisa post-optimal, dirancang

    untuk mempelajari pengaruh perubahan dalam parameter model linear

    programming terhadap pemecahan yang optimum. Analisis seperti ini dipandang

    sebagai bagian integral dari pemecahan (yang diperluas) dari setiap masalah

    linear programming. Analisis ini memberikan karakteristik dinamis pada model

    yang memungkinkan seorang analis untuk mempelajari perilaku pemecahan

    optimum sebagai hasil dari perubahan dalam parameter model. Tujuan utamanya

    adalah untuk mengurangi perhitungan-perhitungan dan menghindari perhitungan

    ulang bila terjadi perubahan koefisien-koefisien pada model linear programming

    setelah dicapai tahap optimal. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk

    memperoleh informasi tentang pemecahan optimum yang baru dan yang

    dimungkinkan (yang bersesuaian dengan perubahan dalam parameter tersebut)

    dengan perhitungan tambahan yang minimal.

    Setelah dicapai tahap optimal, ada kemungkinan terjadi perubahan-

    perubahan pada berbagai persyaratan dalam model yang telah disusun untuk suatu

    permasalahan, seperti:

    1. Perubahan pada kapasitas sumber-sumber yang telah tersedia. Apabila terjadi

    perubahan ini, maka berarti nilai kanan dari fungsi-fungsi pembatas pada

    model akan mengalami perubahan. Perubahan dapat berarti penambahan

    maupun pengurangan kapasitas sumber-sumber yang tersedia.

  • 46

    2. Perubahan pada koefisien-koefisien fungsi tujuan. Perubahan ini

    menunjukkan adanya penambahan atau pengurangan kontribusi setiap satuan

    kegiatan terhadap tujuan.

    3. Perubahan pada koefisien-koefisien teknis fungsi-fungsi pembatas. Apabila

    perubahan ini terjadi, maka berarti bahwa bagian kapasitas sumber yang

    dikonsumsi oleh satu satuan kegiatan mengalami kenaikan atau penurunan.

    4. Penambahan variabel-variabel baru. Bila hal ini terjadi berarti jumlah variabel

    (misalnya x) yang dikobinasikan akan bertambah

    5. Penambahan batasan-batasan baru yang tentu saja perlu dicari akibatnya

    terhadap penyelesaian optimal.

    Kelima kemungkinan perubahan di atas dapat digambarkan secara

    skematis sebagai berikut:

    Gambar 2.2 Skema Perubahan Post-Optimal

  • 47

    Sebenarnya tidak semua perubahan-perubahan mendatangkan akibat

    yang sama terhadap penyelesaian optimal suatu persoalan linear programming.

    Akibat yang ditimbulkan dapat dikategorikan bermacam-macam, seperti:

    Jawaban optimal tidak mengalami perubahan, baik variabel-variabel dasar

    maupun nilai-nilainya

    Variabel-variabel dasar mengalami perubahan tetapi nilai-nilainya tidak

    berubah

    Jawaban optimal sama sekali tidak mengalami perubahan.

    Perubahan-Perubahan pada Tahap Post-Optimal

    1. Perubahan nilai kanan fungsi pembatas

    Perubahan nilai kanan suatu fungsi pembatas menunjukkan adanya pengetatan

    ataupun pelonggaran batasan tersebut. Makin besar nilai kanan suatu fungsi

    pembatas, berarti makin longgar, sebaliknya makin ketat batasan tersebut, bila

    nilai kanan fungsi pembatas diperkecil.

    2. Perubahan pada koefisien-koefisien fungsi tujuan

    Perubahan koefisien-koefisien fungsi tujuan menunjukkan adanya perubahan

    kontribusi masing-masing produk terhadap tujuan (misalnya maksimasi laba

    atau minimasi biaya). Perubahan koefisien-koefisien tersebut akan

    mempengaruhi koefisien-koefisien baris pertama (baris tujuan) dan tentu saja

    mempengaruhi optimality permasalahan tersebut.

  • 48

    3. Perubahan pada koefisien teknis fungsi-fungsi pembatas

    Perubahan-perubahan yang dilakukan pada koefisien-koefisien teknis fungsi-

    fungsi tujuan akan mempengaruhi sisi kiri dari dual-constraints (fungsi-fungsi

    pembatas pada dual problem), sehingga akan mempengaruhi penyelesaian

    optimal masalah yang bersangkutan.

    4. Penambahan variabel baru

    Dalam hal ini dapat digunakan anggapan bahwa variable tambahan sudah ada

    dengan koefisien nol. Akibatnya, penambahan variabel baru tersebut akan

    mempengaruhi penyelesaian optimal apabila memperbaharui penyelesaian

    optimal jika memperbaharui baris tujuan tabel optimal.

    5. Penambahan pembatas baru

    Penambahan pembatas baru akan mempengaruhi penyelesaian optimal apabila

    pembatas tersebut aktif, artinya: belum dicakup oleh pembatas-pembatas yang

    telah ada. Apabila pembatas baru tersebut tidak aktif (atau disebut redundant)

    maka tidak akan mempngaruhi penyelesaian optimal. Langkah pertama yang

    harus dilakukan dalam hal ini adalah memeriksa apakah pembatas baru

    tersebut dipenuhi oleh jawaban optimal. Bila ternyata jawaban optimal

    memenuhi pembatas baru, maka tidak perlu diperhatikan. Bila tidak, maka

    pembatas baru harus dimasukkan ke dalam permasalahan.

  • 49

    2.12 Perencanaan dan Pengendalian Persediaan

    Perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan suatu usaha

    pengaturan dan perencanaan segala sumber daya yang ada dan disimpan untuk

    digunakan guna memenuhi kebutuhan permintaan saat ini maupun yang akan

    datang. Perencanaan dan pengendalian persediaan meliputi pengendalian

    persediaan bahan baku, barang dalam proses (work in process), dan barang jadi.

    Secara umum, tujuan suatu perusahaan melakukan perencanaan dan

    pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh penghematan biaya yang

    berarti. Penghematan tersebut diperoleh dengan cara mengelola persediaan secara

    efektif dan efisien, artinya persediaan yang ada tidak berlebih ataupun kurang

    dalam memenuhi kebutuhan permintaan pasar.

    Manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan dalam melakukan sistem

    persediaan, yaitu :

    Untuk memenuhi permintaan konsumen yang telah diramalkan.

    Dapat memenuhi pesanan konsumen dalam waktu yang cepat.

    Untuk berjaga-jaga guna menjaga kelancaran produksi.

    Untuk menghindari resiko akibat kenaikan harga.

  • 50

    Untuk mendapatkan potongan harga jika membeli bahan baku dalam jumlah

    banyak.

    Untuk menekan harga pokok per unit barang.

    Berdasarkan barang yang disimpan, maka persediaan dapat

    dikelompokkan sebagai berikut :

    Persediaan Bahan baku (Raw Material Inventory)

    Persediaan berupa barang-barang berwujud yang digunakan sebagai bahan

    dasar dalam proses produksi yang diperoleh dari alam atau dibeli dari

    supplier.

    Persediaan Bahan pendukung (Support Material Inventory)

    Persediaan berupa bahan-bahan atau barang-barang yang diperlukan dalam

    proses produksi untuk mendukung keberhasilan kegiatan produksi, bukan

    merupakan komponen dari barang jadi.

    Persediaan Komponen produk (Parts/Components Inventory)

    Persediaan berupa bahan-bahan atau barang-barang yang ikut dirakit secara

    langsung dengan komponen lain untuk menghasilkan barang jadi, merupakan

    komponen dari barang jadi.

    Persediaan Barang dalam proses (Work In Process Inventory)

    Persediaan berupa barang-barang yang menjadi output dari suatu bagian

    proses produksi yang masih akan diolah lebih lanjut hingga menghasilkan

  • 51

    barang jadi. Adakalanya barang setengah jadi di suatu pabrik merupakan

    barang jadi bagi pabrik lain, karena memang proses produksinya hanya

    sampai tahap itu saja.

    Persediaan Barang jadi (Product Inventory)

    Persediaan berupa barang-barang yang telah selesai diproses atau barang-

    barang yang menjadi output terakhir dari suatu proses produksi yang siap

    untuk dijual ke pasar.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perencanaan dan pengendalian

    persediaan antara lain :

    Biaya persediaan barang (Inventory Costs)

    Biaya yang berkaitan dengan pemilikan barang dapat dibedakan sebagai

    berikut :

    a. Holding costs atau Carrying costs

    Biaya yang dikeluarkan karena memelihara barang atau opportunity costs

    karena melakukan investasi dalam barang dan bukan investasi lainnya.

    b. Ordering costs

    Biaya yang dikeluarkan untuk memesan barang dari supplier untuk

    mengganti barang yang telah dijual.

    c. Stock out costs

  • 52

    Biaya yang timbul karena kehabisan barang pada saat diperlukan.

    Sejauh mana permintaan barang oleh konsumen dapat diketahui. Jika

    permintaan barang dapat diketahui, maka perusahaan dapat menentukan

    berapa kebutuhan barang dalam suatu periode. Kebutuhan barang dalam

    periode inilah yang harus dapat dipenuhi oleh perusahaan.

    Lama penyerahan barang antara saat dipesan dengan barang tiba, atau disebut

    sebagai lead time atau delivery time.

    Terdapat atau tidak kemungkinan untuk menunda pemenuhan pesanan dari

    konsumen atau disebut sebagai backlogging.

    Kemungkinan diperolehnya diskon untuk pembelian dalam jumlah besar.

    Sistem persediaan yang akan dibahas disini adalah model Basic

    Economic order quantity.

    Model EOQ Dasar menggunakan beberapa asumsi, yaitu :

    Biaya yang relevan untuk perhitungan adalah ordering costs dan carrying

    costs.

    Lead time diketahui dan konstan.

    Sekali pesan sekali terima.

    Tidak ada potongan harga walaupun memesan dalam jumlah besar.

  • 53

    Rumus yang digunakan dalam metode EOQ dasar ini adalah:

    Untuk melakukan perhitungan EOQ

    EOQ = H

    S D 2

    Untuk menghitung frekuensi pesan dalam satu tahun

    m = EOQ

    D

    Untuk menghitung interval pemesanan

    t = m

    kerja/ thn Hari

    Untuk menghitung total cost

    Total cost = ( )

    +

    +

    2H EOQ

    EOQS D C D

    dimana:

    m = frekuensi pesan dalam satu tahun

    t = interval pemesanan

    D = Suplai bahan baku dalam 1 tahun

    S = Biaya pesan

    H = Biaya simpan/ Carrying cost = I x C

  • 54

    C = Harga beli/ Price

    I = Fraksi biaya simpan

    Re-order point (ROP)

    Dalam pendekatan ROP menghendaki jumlah persediaan yang tetap

    setiap kali melakukan pemesanan. ROP dilakukan apabila persediaan cukup untuk

    memenuhi kebutuhan selama tenggang waktu (lead time) pemesanan. Jumlah

    yang harus dipesan didapat berdasarkan perhitungan Economic Order Quantity

    (EOQ).

    Rumus yang digunakan dalam perhitungan re-order point adalah:

    ROP = kerja/thn Hari

    L D , dimana:

    D = Suplai bahan baku dalam 1 tahun

    L = lead time

    2.13 Safety Stock (Stok Pengaman)

    Safety stock atau stok pengaman atau buffer stock digunakan untuk

    mengantisipasi ketidakpastian permintaan. Ketidakpastian ini peling mungkin

    terjadi adalah permintaan yang bersifat independent. Safety stock adalah extra

    inventory yang dibuat untuk persediaan untuk mengantisipasi terjadinya

    stockout. Sedangkan stockout yang terjadi ada dua macam, yaitu:

    Backorder pelanggan mau menunggu

  • 55

    Lost sales pelanggan memilih menggunakan/membeli produk dari

    perusahaan lain yang menyebabkan terjadinya kehilangan penjualan

    Adanya stockout ini menyebabkan terjadinya stockout cost. Biasanya

    sulit bagi perusahaan untuk menentukan berapa jumlah stockout cost yang

    terjadi dan sangat sulit untuk mengestimasi hal itu. Berdasarkan kondisi ini,

    maka pihak manajemen perusahaan menetapkan service level sehingga titik

    pemesanan kembali (re-order point) dapat diketahui. Service level yang

    dimaksud di sini adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua

    kebutuhan permintaan pelanggan.

    Penentuan service level ini adalah murni dari subjektivitas dari

    manajemen perusahaan. Penentuan service level oleh pihak perusahaan ini

    menyiratkan secara tidak langsung berapa banyak terjadinya kegagalan dalam

    pelayanan pelanggan.

    Jika pelanggan selalu menerima barang ketika memesan, maka service

    levelnya adalah 100%, sedangkan untuk service level kurang dari 100%, berarti

    ada kemungkinan terjadi stockout. Kenyataannya, tidak mudah mencapai

    service level 100%.

    Service level yang digunakan pada perusahaan adalah service level per

    order cycle, dimana service level ini tidak menentukan seberapa besar

    terjadinya shortage, tetapi seberapa sering terjadi selama pemesanan

    berlangsung. Rumus yang digunakan adalah:

  • 56

    Safety Stock = S Ma M= ,

    dimana nilai Ma adalah titik re-order point yang didapat dari rumus:

    ROP (B) = Ma = M + z

    dimana nilai z didapat dari tabel distribusi normal z yang

    menunjukkan nilai service level yang dimiliki oleh perusahaan.