5.Gazali-hama Penyakit Alami(1)
-
Upload
teguh-pribadi -
Category
Documents
-
view
30 -
download
2
description
Transcript of 5.Gazali-hama Penyakit Alami(1)
-
26 Media Sains, Volume 7 Nomor 1, April 2014 ISSN 2085-3548
STRUKTUR KOMUNITAS FAUNA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK YANG
DIAPLIKASI DENGAN PESTISIDA BOTANI
(Structure of Fauna Community in Organic Paddy Planting Which Applicated by Botanical
Pesticide)
Akhmad Gazali dan Helda Orbani Rosa
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Simpang Empat Banjarbaru, E-mail : [email protected]
ABSTRACT
The research aims to study the food web and its role in Integrated Pest management in
organic farming systems of rice plants in tidal land. The study was conducted on a tidal wetland. II
study in using survey methods with 5 (five) treatment and 4 (four) replications. Treatments are a)
Provision of manure, liquid organic fertilizer rich in N, P, and K as well as botanical pesticides
applied with a dose of 2 ml/liter of water; b) Provision of manure, liquid organic fertilizer rich in N,
P, and K as well as botanical pesticides applied with a dose of 4 ml/liter of water; c) Provision of
manure, liquid organic fertilizer rich in N, P, and K as well as botanical pesticides applied with a
dose of 6 ml/liter of water; d) Provision of manure, liquid organic fertilizer rich in N, P, and K
without application of botanical pesticides; and e) Provision of manure and inorganic fertilizers and
pesticides applied to the synthetic organic. Observed variable is the number of animals in each
experimental plot. Data tabulated by function or "guilds" in accordance with the objectives of the
study, made up of pests, predators, parasitoids, and other fauna, then made a graph of population
growth of fauna and fauna diagram illustrating the relationship between food web. To determine
the level of stability in the rice agroecosystem with organic farming systems use diversity index,
species richness index, dominance index, and the similarity index. From the research results
obtained are as follows a) At planting organic rice pest species found 9, 13 predator species, 9
species of parasitoids and four other fauna species, whereas the non-organic farming systems (using
synthetic pesticides) found nine species of pests, 12 species of predators, five species of parasitoid
and two other species of fauna; b) Fluctuations of animal populations in the development of
organic rice crop is smaller than the non-organic rice cultivation; c)The all trophic levels found in
the rice paddy planting organic and non organic; d) Ecosystem stability in the rice treated synthetic
pesticides is lower than that without applied with pesticides; e) Applied organic rice cultivation
with organic botanical pesticides with a concentration of 2 ml / l had a higher stability than that
applied to the concentration of 4 ml / l and 6 ml / l.
Keyword : Community of Fauna, Organic Paddy, Botanical Pesticide
PENDAHULUAN
Ekosistem persawahan pasang surut
merupakan ekosistem yang mencirikan
ekosistem pertanian sederhana dan
monokultur dilihat dari komunitas, pemilihan
vegetasi, diversitas spesies, diversitas
intraspesifik, persediaan unsur hara dan air,
serta risiko terjadinya letusan hama dan
penyakit (Southwood dan Way, 1980). Pada
hakikatnya ekosistem persawahan secara
teoritis merupakan ekosistem persawahan
yang tidak stabil dan rawan terhadap
-
27 Media Sains, Volume 7 Nomor 1, April 2014 ISSN 2085-3548
timbulnya gejala populasi organisme terutama
populasi hama dan penyakit.
Apabila dilihat dari pengalaman
Kalimantan Selatan pada tahun 2007, telah
terjadi letusan hama wereng cokelat hampir di
seluruh kabupaten Provinsi Kalimantan
Selatan, dengan luas serangan 3.699,5
hektar. Secara keseluruhan serangan hama
padi di persawahan padi di Kalimantan
Selatan 6.727,1 hektar, dengan serangan
tertinggi disebabkan oleh hama wereng
cokelat 3.699,5 hektar, hama tikus 478,6
hektar dan penggerek batang padi 306,3
hektar.
Di Kalimantan Selatan, untuk
mengendalikan hama tanaman padi masih
menggunakan cara-cara konvensional yaitu
menggunakan pestisida yang sangat berisiko
untuk membunuh musuh alami dan fauna
penting lainnya, sehingga berakibat terjadinya
penyederhanaan jaring makanan dan
menurunnya stabilitas populasi. Stabilitas
populasi dipengaruhi oleh stabilitas
ekosistem. Semakin tinggi diversitas
ekosistem maka stabilitas populasi makin
mantap. Southwood dan Way (1970)
berpendapat bahwa stabilitas sistem tidak
hanya ditentukan oleh diversitas struktur
tropi, tetapi juga oleh sifat aktual mata rantai
tropi terutama respon spesies-spesies yang
ada di aras tropi di atas terhadap peningkatan
populasi pada aras di bawahnya.
Untuk meningkatkan stabilitas
agroekosistem dapat dilakukan dengan
pemberian bahan organik tertentu pada lahan
pertanaman yang akan ditanami tanaman
tertentu. Menurut Himawan (2000)
pemberian bahan organik termasuk kompos
akan memberikan dampak terhadap
pelimpahan keanekaragaman hayati yang
akan membawa ekosistem pertanian menuju
keseimbangan alami yang secara tidak
langsung akan dapat mengendalikan
organisme pengganggu tanaman secara
ilmiah. Penerapan pertanian organik
merupakan salah satu alteratif untuk
meningkatkan stabilitas ekosistem pertanian
pasang surut.
Tujuan penelitian ini adalah a)
Melakukan identifikasi jenis hama, musuh
alami, dan fauna lain yang berada pada
agroekosistem pertanaman organik tanaman
padi pada lahan pasang surut; b) Mempelajari
perkembangan populasi fauna pada
pertanaman padi secara organik di lahan
pasang surut; c) Mempelajari susunan jaring-
jaring makanan pada pertanaman padi
organik dengan cara pengelolaan hama dan
penyakit dengan menggunakan pestisida
botani di lahan pasang surut; d)
Membandingkan stabilitas agroekosistem
pada pertanaman padi organik yang diaplikasi
dengan pestisida botani; e) Membandingkan
stabilitas agroekosistem pada pertanaman padi
yang diaplikasi dengan berbagai dosis
pestisida botani.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di sawah milik
petani di kabupaten Banjar provinsi Kal-Sel,
dengan waktu penelitian selama 8 bulan, dari
bulan Mei sampai Desember 2010. Bahan
yang digunakan terdiri dari benih padi varietas
cihereng, pupuk (urea, KCl, SP36, ZA), Bahan
untuk membuat pupuk organic terdiri dari
pukan sapi, 65 l urin sapi yang masih baru dan
dipanaskan di bawah sinar matahari, molase,
EM-4, batang pisang, nira, sabut kelapa, air.
Sedangkan bahan untuk membuat pestisida
botani terdiri dari umbi gadung, daun sirih,
daun mimba, daun tembakau, akar tuba.
Insektisida sintetik yang digunakan adalah
sipermetrin, .Alat yang digunakan terdiri dari
mikroskop binokuler, kamera, pisau,
timbangan, alat-alat pengolahan tanah, cawan
petri, erlenmeyer, kantung plastik gelas ukur,
tabung reaksi, Perangkap jebakan (Fitfall
trap), Perangkap corong, jaring serangga,
centrifuge, kain kasa, dan kertas label.
Cara membuat pupuk organic cair kaya
N adalah dengan masukkan 20 kg kotoran sapi
atau kerbau ke dalam karung yang terbuat dari
serat rami atau karung goni. Lalu bentuk
seperti kantung the dengan cara diikat tali.
Ikatkan kantung teh tersebut pada kayu
-
28 Media Sains, Volume 7 Nomor 1, April 2014 ISSN 2085-3548
sehingga menggantung di dalam drum. Isi
drum dengan 200 liter air sumur hingga
kantung terendam dan tutup dengan papan
kayu atau triplek. Kantung kotoran sapi
dibiarkan terendam selama seminggu sambil
dinaik-turunkan setiap hari agar nutrisi
teraduk merata. Setelah seminggu, pupuk siap
digunakan. Untuk penggunaan, 1 bagian
urin sapi, 3 bagian pupuk cair, dan 3 bagian
air dicampur dan disiramkan ke tanaman
setiap minggu pada masa vegetatif. Cara
membuat pupuk organic cair kaya kandungan
P adalah dengan memotong tipis-tipis 1 kg
batang pisang, lalu celupkan ke dalam 1 kg
nira. Cacahan batang pisang tersebut
ditempatkan di dalam tempayan, kemudian
sisa nira disiramkan ke atas tumpukan cacahan
batang pisang tersebut. Kemudian tempayan
ditutup rapat dan dibiarkan selama dua
minggu hingga busuk. Cacahan batang pisang
yang telah busuk tersebut diremas-remas dan
saring. Cara membuat pupuk organic kaya
kandungan K adalah dengan mencacah 5 kg
sabut kelapa, dan dimasukkan ke dalam drum
hingga separuh ketinggiannya. Drum yang
yang sudah mengandung cacahan sabut kelapa
diisi dengan 100 liter air hingga penuh dan
tutup rapat dengan plastik. Kemudian
ddiamkan selama dua minggu hingga air
rendaman sabut kelapa berwarna cokelat
kehitaman, kemudian disaring. Cara
Penggunaan adalah dengan mencampur 14
liter pupuk organik kaya K dengan dua sendok
makan pupuk organik cair dengan kandungan
P, kemudian disemprotkan pada tanaman
seminggu sekali. Pada masa generatif, pupuk
dengan kandungan N diberikan menjadi tiga
minggu sekali, sedangkan pupuk dengan
kandungan P dan K diberikan seminggu
sekali.
Penelitian menggunakan metode survei
dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan.
Perlakuannya yaitu :
a. Pemberian pupuk kandang, pupuk organik
cair kaya N, P, dan K serta diaplikasi
dengan pestisida botani dengan dosis 2
ml/liter air .
b. Pemberian pupuk kandang, pupuk organik
cair kaya N, P, dan K serta diaplikasi
dengan pestisida botani dengan dosis 4
ml/liter air .
c. Pemberian pupuk kandang, pupuk organik
cair kaya N, P, dan K serta diaplikasi
dengan pestisida botani dengan dosis 6
ml/liter air.
d. Pemberian pupuk kandang, pupuk organik
cair kaya N, P, dan K tanpa aplikasi
pestisida botani
e. Pemberian pupuk kandang dan pupuk
anorganik dan diaplikasi dengan pestisida
organik sintetik.
Satuan percobaan adalah berupa petak
tanaman padi dengan ukuran 5 x 5 m2.
Volume semprotnya adalah 500 l/ha
Persiapan lahan dilakukan dengan cara
memotong rerumputan dengan menggunakan
alat disebut tajak. Rerumputan yang telah
dipotong dibiarkan di lapang selama 15 hari,
kemudian dikumpulkan yang membentuk
tumpukan, kurang lebih tujuh hari kemudian
tumpukan tersebut dibalik agar proses
dekomposisi berjalan lebih cepat. Setelah
agak sempurna menjadi bahan organik,
kemudian disebarkan merata pada seluruh
permukaan lahan yang akan di tanami.
Semai dilakukan pada lahan kering di
sekitar persawahan. Setelah semaian berumur
30 hari, semaian ditanam. Pemeliharaan
tanaman padi dilakukan dengan menyiang
gulma yang tumbuh di sekitar pertanaman,
yaitu pada 21 hst, 30 hst, dan 60 hst.
Pengamatan dilaksanakan terhadap
komunitas musuh alami dan hama, serta fauna
lain dilakukan sejak tanaman berumur 14 hari
setelah tanam sampai panen, dengan interval
waktu pengamatan 14 hari. Pengambilan
sampel menggunakan metode mutlak (absolut)
dan metode nisbi (relatif) (Untung, 1996).
1. Metode Mutlak
Dalam satu petak percobaan ditentukan
9 unit sampel secara sistematis dengan sistem
diagonal. Unit sampel yang digunakan adalah
satuan luas pertanaman (1 m x 1 m).
Pengamatan dilakukan terhadap semua
-
29 Media Sains, Volume 7 Nomor 1, April 2014 ISSN 2085-3548
individu fauna (musuh alami, hama, maupun
fauna lain) pada unit sampel. Identifikasi
parasitoid dan predator, serta serangga hama
berdasarkan pada kunci identifikasi yang
dibuat Boucek (1988), Goulet dan Huber
(1993), Barrion dan Litsinger (1990), Barrion
dan Litsinger (1995), dan didukung oleh
deskripsi musuh alami oleh Yasumatsu et al.
(1982), Ballitan Banjarbaru (1986), dan
deskripsi famili serangga oleh Borror dan
White (1970).
2. Metode Nisbi
Pengamatan dilakukan dengan cara
menggunakan alat perangkap. Perangkap
yang digunakan di tiap lahan terdiri dari
perangkap jebakan (pitfall trap) sebanyak 5
buah, jaring ayun sebanyak 10 kali ayunan
ganda.
Data ditabulasi menurut fungsinya atau
guilds sesuai dengan tujuan penelitian, terdiri dari hama, predator, parasitoid, dan
fauna lain, kemudian dibikin suatu grafik
perkembangan populasi fauna, dan diagram
hubungan antar fauna yang menggambarkan
jaring-jaring makanan.
Untuk mengetahui tingkat stabilitas
agroekosistem di pertanaman padi dengan
sistem pertanian organik digunakan :
1. Indeks Dominasi (C)
C = (ni/N)2
ni : jumlah total individu dari suatu
spesies
N : jumlah total individu dari seluruh
spesies
2. Indeks keragaman (H) menurut Shannon Weaver (Southwood, 1978; Ludwig dan
Reynold, 1988)
H = - pi ln pi pi : proporsi spesies ke-i di dalam
sample total
3. Tingkat kesamaan (E) menurut Pilou (Ludwig dan Reynold, 1988)
E = H/ln S
H : indeks keragaman S : jenis seluruhnya
4. Kekayaan jenis (R) menurut Margalef (Ludwig dan Reynold, 1988)
R = S-1
Ln N
S : jenis seluruhnya
N : jumlah seluruhnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi Fauna
Dari hasil penelitian ditemukan 9
spesies hama, 13 spesies predator, 9
spesies parasitoid dan 4 spesies fauna lain
pada sistem pertanian organik(Tabel 1),
sedangkan dengan sistem pertanian non
organik (menggunakan pestisida sintetik)
ditemukan 9 spesies hama, 12 spesies
predator, 5 spesies parasitoid dan 2 spesies
fauna lain (Tabel 2). Dibandingkan
pertanaman non organik, pertanaman padi
organik mempunyai jumlah parasitoid dan
parasitoid yang lebih banyak. Hal ini karena
terjadinya kematian musuh alami akibat
perlakuan insektisida.
-
30 Media Sains, Volume 7 Nomor 1, April 2014 ISSN 2085-3548
Tabel 1. Fauna yang ditemukan di lahan padi organik
No. Nama Spesies Status dalam Agroekosistem
1. Trichogramma japonicum Parasitoid
2. Tetrastichus schoenobii Parasitoid
3. Xanthopimla sp. Parasitoid
4. Psedogonatopus nudus Parasitoid
5. Elasmus claripennis Parasitoid
6. Apanteles sp. Parasitoid
7. Telenomus rowani Parasitoid
8. Itoplectis narangae Parasitoid
9. Brachymeria lasus Parasitoid
10. Chillo supressalis Hama
11. Leptocorisa acuta Hama
12. Scirpophaga innotata Hama
13. Acalymma vittatum Hama
14. Cnaphalocrosis medinalis Hama
15. Locusta Hama
16. Scirpophaga incertulas Hama
17. Oxya chinensis Hama
18. Sesamia inferens Hama
19. Menochilus sexmaculatus Predator
20. Paederus fuscipes Predator
21. Lycosa pseudoannulata Predator
22. Oxypes javanus Predator
23. Micraspis sp. Predator
24. Ophionea ishi-ishi Predator
25. Crocothemis servilla Predator
26. Selenopsis geminate Predator
27. Agriocnemis femina-femina Predator
28. Methioche vittaricolli Predator
29. Ortherum sabina-sabina Predator
30. Conocephalus longipennis Predator
31. Argiope catenulate Predator
32. Muscidae -
33. Isotomidae -
34. Chironomidae -
35. Culicidae -
-
31 Media Sains, Volume 7 Nomor 1, April 2014 ISSN 2085-3548
Tabel 2. Fauna yang ditemukan di lahan padi non organik
No. Nama Spesies Status dalam Agroekosistem
1. Apanteles sp. Parasitoid
2. Telenomus rowani Parasitoid
3. Elasmus claripennis Parasitoid
4. Brachymeria lasus Parasitoid
5. Itoplectis narangae Parasitoid
6. Leptocorisa acuta Hama
7. Acalymma vittatum Hama
8. Chillo supressalis Hama
9. Cnaphalocrosis medinalis Hama
10. Scirpophaga innotata Hama
11. Locusta Hama
12. Scirpophaga incertulas Hama
13. Oxya chinensis Hama
14. Sesamia inferens Hama
15. Micraspis sp. Predator
16. Agriocnemis femina-femina Predator
17. Oxypes javanus Predator
18. Paederus fuscipes Predator
19. Conocephalus longipennis Predator
20. Lycosa pseudoannulata Predator
21. Selenopsis geminate Predator
22. Ophionea ishi-ishi Predator
23. Crocothemis servilla Predator
24. Ortherum sabina-sabina Predator
25. Methioche vittaricolli Predator
26. Argiope catenulate Predator
27. Muscidae -
28. Chironomidae -
2. Perkembangan Fauna pada
Pertanaman Padi Organik
Dari hasil pengamatan didapatkan
bahwa populasi fauna pada pertanaman padi
yang diaplikasi dengan pestisida sintetik
populasinya lebih tinggi dan gejolak
populasinya lebih besar, dibandingkan
dengan perlakuan tanpa pestisida sintetik.
-
32 Media Sains, Volume 7 Nomor 1, April 2014 ISSN 2085-3548
Keterangan : Series 1: Aplikasi pestisida botani 6 ml/l, Series 2:Aplikasi pestisida botani 4 ml/l,
series 3: Aplikasi pestisida botani 2 ml/l; Series 4 : Kontrol; Series 5: Menggunakan
pestisida sintetik.
Gambar 1. Perkembangan populasi fauna pada lahan padi organik dan nonorganik.
3. Jaring-Jaring Makanan
Jaring-jaring makanan pada
pertanaman padi organik dan pertanaman
padi non organik dapat dilihat pada gambar 2
dan gambar 3.. Secara alami akan terjadi
interaksi antara guilds hama, predator,
parasitoid dan serangga netral. Sebagai
faktor density dependent keberadaaan predator dan parasitoid tergantung pada
populasi mangsa (hama). Tetapi dalam
ekosistem alami, predator populasinya selalu
lebih tinggi dari waktu ke waktu. Keadaan
ini mungkin didukung oleh kepadatan
populasi serangga-serangga netral yang
umumnya merupakan sumber pakan bagi
predator ketika populasi mangsa utama
(hama) sangat rendah. Kondisi seperti ini
tidak dapat dipertahankan bila ada aplikasi
pestisida yang menyebabkan kematian
serangga netral dan arthropoda lain.
Sehingga rantai makanan pada pertaman padi
organic tanpa pestisida sintetik lebih
kompleks dibandingkan dengan pertanaman
padi yang diaplikasi dengan pestisida organic
sintetik.
4. Stabilitas Agroekosistem
Dari hasil analisis Indeks Keragaman
didapatkan bahwa stabilitas ekosistem pada
pertanaman padi yang diberi perlakuan
pestisida sintetik lebih rendah dibandingkan
dengan yang tanpa diaplikasi dengan
pestisida (Tabel 3).
po
pu
lasi
fau
na
(N)
waktu pengamatan
Series1 Series2
Series3 Series4
Series5
-
33 Media Sains, Volume 7 Nomor 1, April 2014 ISSN 2085-3548
Gambar 2. Jaring-Jaring makanan pada pertanaman padi organik di daerah pasang surut.
Tabel 3. Analisis stabilitas ekosistem antara pertanaman yang diaplikasi dengan pestisida sintetik
Perlakuan Indeks
Keragaman (H) Kekayaan
Jenis (R)
Kesamaan Jenis
(E)
Indeks Dominasi
(C)
Pemberian pupuk kandang dan
pupuk anorganik dan diaplikasi
dengan pestisida organik sintetik. 3,039 5,130 0,912 0,059
Pemberian pupuk kandang, pupuk
organik cair kaya N, P, dan K
tanpa aplikasi pestisida botani 3,419 6,597 0,962 0,037
Pemberian pupuk kandang, pupuk
organik cair kaya N, P, dan K serta
diaplikasi dengan pestisida botani
dengan dosis 2 ml/liter air
3,498 6,777 0,984 0,033
- TANAMAN
PADI
- GULMA
PREDATOR
- Menochilus
sexmaculatus
- Paederus fuscipes
- Argiope catenulata,
- Conocephalus
longipennis.
- Agriocnemis femina-
femina
- Lycosa pseudoannulata
- Oxypes javanus
- Ophionea ishi-ishi
- Micraspis sp.
- Selenopsis geminate,
Crocothemis servilla
- Ortherum sabina-sabina
- Methioche vittaricolli
HAMA
- Acalymma vittatum
- Oxya chinensis
- Sesamia inferens
- Leptocorisa acuta
- Cnaphalocrosis
medinalis
- Chillo supressalis
- Scirpophaga innotata
- Scirpophaga incertulas
- Locusta sp.
Parasitoid
- Xanthopimla sp.
- Psedogonatopus
nudus
- Trichogramma
japonicum
- Elasmus
claripennis
- Brachymeria
lasus
- Itoplectis
narangae
- Tetrastichus
schoenobii,
- Apanteles sp.,
- Telenomus rowani LAIN-LAINNYA
- Culicidae
- Muscidae
- Isotomidae
- Chironomidae
BAHAN ORGANIK
-
34 Media Sains, Volume 7 Nomor 1, April 2014 ISSN 2085-3548
Gambar 3. Jaring-Jaring makanan pada pertanaman padi nonorganik di daerah pasang surut.
Tanpa pestisida, keanekaragaman
hayati ekosistem dapat ditingkatkan sehingga
musuh alami yang ada di pertanaman dapat
berperan maksimal dalam mengatur populasi
hama. Pengurangan sampai dengan tanpa
penggunaan pestisida dapat meningkatkan
keanekaragaman hayati serangga dan peranan
musuh alami.
Dari hasil analisis keanekaragaman
maka dapat disimpulkan bahwa pertanaman
padi organik yang diaplikasi dengan pestisida
botani organik dengan konsentrasi 2 ml/l
mempunyai stabilitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang diaplikasi dengan
konsentrasi 4 ml/l dan 6 ml/l. Indeks
Keragaman (H), Kekayaan Jenis (R) dan Kesamaan Jenis (E) pertanaman padi organik
yang diaplikasi dengan konsentrasi 2 ml/l
lebih tinggi dibandingkan dengan pertanaman
padi dengan pertanaman yang tidak diaplikasi
pestisida sintetik organik yang diaplikasi
dengan konsentrasi 4 ml/l air.
- TANAMAN
PADI
- GULMA
PREDATOR
- Argiope catenulata,
- Lycosa pseudoannulata
- Oxypes javanus
- Paederus fuscipes
- Ophionea ishi-ishi
- Micraspis sp.
- Selenopsis geminate,
- Agriocnemis femina-
femina
- Crocothemis servilla
- Ortherum sabina-sabina
- Methioche vittaricolli
- Conocephalus
longipennis.
HAMA
- Oxya chinensis
- Scirpophaga innotata
- Leptocorisa acuta
- Acalymma vittatum
- Chillo supressalis
- Cnaphalocrosis
medinalis
- Scirpophaga incertulas
- Locusta sp.
- Sesamia inferens
Parasitoid
- Elasmus
claripennis
- Apanteles sp.,
- Telenomus rowani
- Itoplectis
narangae
- Brachemeria lasus
LAIN-LAINNYA
- Muscidae
- Chironomidae
-
BAHAN ORGANIK
-
35 Media Sains, Volume 7 Nomor 1, April 2014 ISSN 2085-3548
Tabel 4. Analisis Stabilitas Ekosistem pertanaman padi organik yang diaplikasi dengan berbagai
dosis pestida botani organik.
Perlakuan
Indeks
Keragaman
(H)
Kekayaan Jenis
(R)
Kesamaan Jenis
(E)
Indeks Dominasi
(C)
Pemberian pupuk kandang, pupuk
organik cair kaya N, P, dan K
serta diaplikasi dengan pestisida
botani dengan dosis 2 ml/liter air
3,498 6,777 0,984 0,033
Pemberian pupuk kandang, pupuk
organik cair kaya N, P, dan K
serta diaplikasi dengan pestisida
botani dengan dosis 4 ml/liter air
3,462 6,786 0,974 0,034
Pemberian pupuk kandang, pupuk
organik cair kaya N, P, dan K
serta diaplikasi dengan pestisida
botani dengan dosis 6 ml/liter air
3,435 6,708 0,966 0,035
Dibandingkan pertanaman non organik,
pertanaman padi organik mempunyai jumlah
parasitoid dan parasitoid yang lebih banyak.
Hal ini karena terjadinya kematian musuh
alami akibat perlakuan insektisida. Menurut
Killin et al., 1993, dan Soekarna, 1979,
penggunaan negatif insektisida, khususnya
dari golongan organofosfat berpengaruh
negatif terhadap musuh alami wereng cokelat,
dan penggerek batang yaitu yaitu Lycosa sp.,
Cyrtorhinus sp., Coccinella sp.,Paederus sp.,
Ophionea sp., Anagrussp., dan parasitoid
penggerek batang padi.
Lebih besarnya gejolak populasi pada
fauna pada pertanaman padi yang diberi
perlakuan pestisida organik sintetik karena
adanya pengaruh negatif pestisida sintetik
terhadap populasi musuh alami dan serangga
lainnya yang menguntungkan . Menurut Laba
(2001) menyatakan bahwa budidaya padi
tanpa pestisida dapat menstabilkan populasi
artropoda dan memberikan hasil yang relatif
sama dengan pendapatan yang lebih tinggi
daripada budidaya dengan
pestisida. Keanekaragaman hayati serangga
khususnya WBC dan PBP sebelum
pelaksanaan PHT relatif lebih tinggi
dibandingkan setelah pelaksanaan PHT. Hal
ini karena penggunaan pestisida setelah PHT
menurun, sehingga memberi kesempatan
lebih baik bagi parasitoid dan predator untuk
berkembang biak. Tingkat serangan WBC di
Indonesia sejak tahun 1968 s/d 1989 berkisar
antara 17.238-713.185 ha, sedangkan tingkat
serangan sejak 1990 s/d 1999 berkisar antara
2.112-84.491 ha. Tingkat serangan PBP
sejak tahun 1980 s/d 1989 berkisar antara
54.441-276.460 ha, sedangkan tingkat
serangan sejak 1990 s/d 1999 berkisar antara
21,746-94,744 ha. Persentase penurunan
serangan WBC adalah 94,4% dan PBP adalah
31,9%.
Rantai makanan pada pertaman padi
organic tanpa pestisida sintetik lebih
kompleks dibandingkan dengan pertanaman
padi yang diaplikasi dengan pestisida organic
sintetik.
Menurut Settle et al., (1996), di
Indonesia ekosistem padi sawah yang subur
bahan organik dan tidak tercemar oleh
pestisida, kaya keanekaragaman hayati.
Ekosistem padi sawah mengandung 765
spesies serangga dan arthropoda kerabatnya.
Keanekaragaman hayati tersebut terdiri dari
kelompok detrivora dan pemakan plankton
(larva Culicidae dan Chironomidae),
herbivore (termasuk serangga hama),
parasitoid, dan predator.
Tingginya stabilitas agroekosistem pada
pertanaman padi yang tidak diberi pestisida
-
36 Media Sains, Volume 7 Nomor 1, April 2014 ISSN 2085-3548
organik sintetik disebabkan pertanaman padi
yang tanpa aplikasi pestisida mempunyai
kekayaan jenis dan kesamaan jenis yang lebih
tinggi dan Indeks dominasi yang lebih rendah
dibandingkan dengan pertanaman padi yang
diaplikasi pestisida.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada pertanaman padi organik ditemukan
9 spesies hama, 13 spesies predator,
9 spesies parasitoid dan 4 spesies
fauna lain, sedangkan dengan sistem
pertanian non organik (menggunakan
pestisida sintetik) ditemukan 9 spesies
hama, 12 spesies predator, 5 spesies
parasitoid dan 2 spesies fauna lain.
2. Fluktuasi perkembangan populasi fauna
pada pertanaman padi organik lebih kecil
dibandingkan dengan pertanaman padi
non organik.
3. Keempat tingkat tropik ditemukan pada
pertanaman padi organik maupun
pertanaman padi non organik.
4. Stabilitas ekosistem pada pertanaman padi
yang diberi perlakuan pestisida sintetik
lebih rendah dibandingkan dengan yang
tanpa diaplikasi dengan pestisida sintetik.
5. Pertanaman padi organik yang diaplikasi
dengan pestisida botani organik dengan
konsentrasi 2 ml/l mempunyai stabilitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang diaplikasi dengan konsentrasi 4 ml/l
dan 6 ml/l.
DAFTAR PUSTAKA
Ballitan Banjarbaru. 1986. Beberapa
petunjuk ilustrasi musuh alami dari
hama serangga padi pada lahan
pasang surut dan rawa di Kalimantan
Selatan dan Tengah. Department of
Pest Management BARIF,
Banjarbaru.
Barrion, T. B., and J. A. Litsinger. 1990.
Taxonomy of rice insects pests and
antropod parasites and Predator.
IRRI. Manila.
Borror, D. J., and R. E. White. 1970. A
Field guide to the insects of America:
North of Mexico. Houghton Mifflin
Company. Boston.
Boucek, Z. 1988. Australian Chalcidoidea
(Hymenoptera); A Biosystematic
revision of genera of fourteen fourteen
families, with a reclasisification of
species. CAB International.
Wallintonford.
Goulet, H., and J. T. Hubber. 1993.
Hymenoptera of the world: An
identification guide to families.
Canada Research Branch. Canada.
Himawan, T. 2000. Sistem Pertanian
Organik. Makalah Penyuluhan
Pertanian. Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Bantur. Malang.
Kilin, D., I.W. Laba dan P. Panudju.
1993. Dampak negatif penggunaan
insektisida. Laporan Penelitian
1992/1993 Balittan Bogor.
Laba, I. W., 2001. Keanekaragaman hayati
arthropoda dan peranan musuh alami
hama utama padi pada ekosistem
sawah. Makalah Falsafah Sains.
Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Ludwig, J. A. and J. F. Renold. 1988.
Statistical Ecology. John Willey and
sons, New York.
Settle, W.H., H. Ariawan, E. Tri Astuti, W.
Cahyono, A.L. Hakim, D. Hidayana,
A. Sri Lestari and Pajarningsih.
1996. Managing tropical rice pest
through concervation of generalist
natural enemies and alternative prey.
Ecology, 77(7): 1975-1988.
-
37 Media Sains, Volume 7 Nomor 1, April 2014 ISSN 2085-3548
Soekarna, D. 1979. Pengaruh pestisida
bentuk EC dan WP terhadap
beberapa predator wereng coklat,
Nilaparvata lugens. Kongres
Entomologi I. Jakarta, 9-11 Januari
1979. 17 hlm.
Southwood, T. R. E. 1978. Ecological
methods. Second edition. Chapman
dan Hall. New York.
Southwood, T.R.E. and M.J. Way.
1980. Ecological background to pest
management. In Rabb, R.L., and
F.E.Guthrie (eds.). Concept of Pest
Management. North Caroline State
University. Releight, North Caroline.
Untung, K. 1992. Konsep dan strategi
pengendalian hama
terpadu. Makalah Simposium
Penerapan PHT. PEI Cabang
Bandung. Sukamandi, 3-4 September
1992. 17 hlm.
Untung, K. 1996. Pengantar Pengendalian
Hama Terpadu. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. 273
Hal.
Yasumatsu, K., T. Wongsiri, N. Wongsiri,
C. Tirawat, A. Lewvanich, and C.
Okama. 1982. An Illustrated guide to
some natural enemies of rice insect
pests in Thailand. Japan International
Cooperation (JICA), Japan.