Hama Kelapa
-
Upload
deni-darmawan -
Category
Documents
-
view
49 -
download
8
description
Transcript of Hama Kelapa
I. PENDAHULUAN
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau
Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Kelapa memiliki nilai ekonomis
yang tinggi karena merupakan tanaman serbaguna. Seluruh bagian pohon kelapa dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan
(tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar, batang, daun dan buahnya dapat
dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari (Suhardiyono, 1993). Menurut catatan
Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo), rata-rata produksi buah kelapa Indonesia per tahun
adalah 15,5 miliar butir, yang mana 15% penggunaannya dalam bentuk kelapa segar, 60%
kopra dan minyak, 16% industri, dan 9% untuk kebutuhan lainnya (Lembaga Konsultasi
Kepabeanan, 2014).
Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia
berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika.
Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dari permukaan laut, namun akan
mengalami pelambatan pertumbuhan. Menurunnya minat petani untuk membudidayakan
komoditi kelapa sebenarnya merugikan secara nasional, karena tanaman kelapa mempunyai
kesesuaian syarat tumbuh hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Klasifikasi Kelapa
Kingdom :Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
Produktivitas Kelapa yang dihasilkan saat ini oleh perkebunan rakyat ( petani )
baru mencapai ± 1.054,42 kg/ha/tahun . Produktifitas ini sangat rendah bila
dibandingkan dengan potensi hasil dari berbagai varietas yang dianjurkan dan
direkomendasikan yang dapat mencapai 2 ton/ha.
Rendahnya produktivitas tersebut diatas disamping tanaman sudah tua , kurangnya
pemeliharaan dari petani , juga adalah adanya serangan Organisme Pengganggu
Tumbuhan ( OPT ). Menurut Kusmiati (2012) dalam pelaksanaan budidaya tanaman
perkebunan ada salah satu hambatan yang cukup berarti yaitu dengan adanya gangguan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT ), karena mengakibatkan rendahnya kualitas dan
produksi yang dihasilkan yang berimplikasi pada rendahnya pendapatan petani. Salah satu
OPT utama adalah Kumbang Kelapa atau Oryctes rhinoceros. Berkembang biaknya
hama ini erat kaitannya dengan kebersihan kebun. Oleh sebab itu pengertian dan
kesadaran petani adalah kunci dari pengendalian hama ini dan usaha ini hanya bisa
terlaksana kalau penyuluhan berjalan efektif .
II. ISI
II. 1. Klasifikasi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes rhinoceros
adalah sebagai berikut :
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta Ordo :
Coleoptera Famili : Scarabaeidae
Genus : Oryctes
Spesies : Oryctes rhinoceros L
Daerah sebaran Oryctes rhinoceros L Menurut Bedford (1980), Oryctes
rhinocerosmerupakan hama endemik pada daerah pertanaman kelapa di Asia seperti pakistan
barat, india, kepulauan maldive, ceylon, hainan, taiwan, hongkong, thailand, vietnam,
malayan peninsula, indonesia dan kepulauan philipina. Di Burma hama ini mungkin masuk
dari malaysia pada tahun 1895. hama ini masuk melalui introduksi tanaman kelapa dari
pasifik dan samudra hindia ke daerah produksi kopra di Asia Tenggara. Pada tahun 1909 dari
samoa barat ke Kepulauan Hawai. Selama perang dunia II perpindahan hama ini bertambah
luas setelah adanya pesawat terbang antar wilayah. Kumbang ini masik ke Keplauan Palau
tahun 1942, lalu ke Australia kemudian ke Irian Barat. Sedangkan menurut Mo (1957) bahwa
penyebaran hama ini meliputi seluruh Asia Tenggara dan pulau-pulau di Pasifik Barat Daya.
Oryctes rhinoceros merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna
yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago (Suhadirman 1996). Semua makhluk
hidup dalam proses pertumbuhan dan oerkembangannya dipengaruhi oleh sebagai faktor,
baik faktor luar maupun dari dalam: Iklim, musuh alami, makanan dan kegiatan manusia
merupakan faktor luar yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan serangga hama .
Lingkungan yang cocok bagi suatu serangga untuk hidup dan berkembang biak meliputi
beberapa komponen antara lain makanan, iklim, organisme dari spesies yang sama maupun
yang berbeda tempat dimana ia hidup ( Untung, 1993).
Perkembangan larva ini dipengaruhi oleh iklim dan keadaan gizi makanan. Pengaruh
faktor-faktor ini ialah pada ukuran larva dan waktu yang diperlukan untuk mematangkan
larva. Faktor-faktor fisik yang dipengaruhi perkembangan larva kumbang ini ialah suhu,
kelembaban, serta intensitas cahaya. Larva tertarik pada amonia dan aseton, tetapi
menghindari asam asetat (Anonim,1980).
II.2. Siklus Hidup Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Kumbang kelapa atau yang sering disebut kumbang tanduk Oryctes rhinoceros
merupakan hama utama pertanaman kelapa, terutama pertanaman ulang di areal sebelumnya
terserang berat dan tanaman dapat mati. Apabila hama ini dapat bertahan dalam areal
pertanaman maka hasil tanaman akan menurun, bahkan pada saat awal produksinya akan
tertunda (Chenon, et al., 1997). Kumbang tanduk betina bertelur pada bahan-bahan organik
seperti di tempat sampah, daun-daunan yang telah membusuk, pupuk kandang, batang kelapa,
kompos, dan lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun pada umumnya 4,7
bulan. Jumlah telurnya 30-70 butir atau lebih, dan menetas setelah lebih kurang 12 hari. Telur
berwarna putih, mula-mula bentuknya jorong, kemudian berubah agak membulat. Telur yang
baru diletakkan panjangnya 3 mm dan lebar 2 mm (Vandaveer, 2004 dan Hartono, 2008).
Larva Oryctes rhinoceros berkaki 3 pasang, Tahap larva terdiri dari tiga instar, masa
larva instar satu 12-21 hari, instar dua 12-21 hari dan instar tiga 60- 165 hari. Larva terakhir
mempunyai ukuran 10-12 cm, larva dewasa berbentuk huruf C, kepala dan kakinya berwarna
coklat (Mohan, 2006). Lundi yang baru Universitas Sumatera Utara menetas berwarna putih,
panjangnya 8 mm, lundi dewasa berwarna putih kekuning-kuningan kepalanya berwarna
merah coklat. Lundi-lundi yang telah dewasa masuk lebih dalam kedalam tanah yang sedikit
lembab (lebih kurang 30 cm) untuk berkepompong (Hartono, 2008).
Pupa berada di dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam kokon yang
dibuat dari bahan-bahan organik di sekitar tempat hidupnya. Pupa jantan berukuran sekitar 3-
5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa 8-13 hari. Masa kepompong berlangsung
antara 18-23 hari. Kumbang yang baru muncul dari pupa akan tetap tinggal di tempatnya
antara 5-20 hari, kemudian terbang keluar (Prawirosukarto dkk., 2003).
Imago berwarna hitam, ukuran tubuh 35-45 mm, sedangkan menurut Mohan (2002),
imago Oryctes rhinoceros mempunyai panjang 30-57 mm dan lebar 14-21 mm, imago jantan
lebih kecil dari imago betina. Oryctes rhinoceros betina mempunyai bulu tebal pada bagian
ujung abdomenya, sedangkan yang jantan tidak berbulu. Oryctes rhinoceros dapat terbang
sampai sejauh 9 km. Imago aktif pada malam hari untuk mencari makanan dan mencari
pasangan untuk berkembang biak (Prawirosukarto dkk., 2003 dan Mohan, 2006).
Gambar siklus hidup Oryctes rhinoceros
Telur Oryctes rhinoceros larva Oryctes rhinoceros
Pupa Oryctes rhinoceros Imago Oryctes rhinoceros
II.3. Gejala Serangan Oryctes rhinoceros L.
Kumbang badak Oryctes rhinoceros menyebabkan kerusakan dengan cara melubangi
tanaman, begitu juga menurut Loring (2007) tanda serangan terlihat pada bekas lubang
gerekan pada pangkal batang, selanjutnya mengakibatkan pelepah daun muda putus dan
membusuk kering. Sedangkan Prawirosukarto dkk. (2003) mengatakan, dengan dilakukannya
pemberian mulsa tandan kelapa menyebabkan masalah. Hama ini sekarang juga dijumpai
pada areal tanaman yang menghasilkan. Oryctes rhinoceros ini dapat merusak pertumbuhan
tanaman dan dapat mengakibatkan tanaman mati (Chong dkk., 1991).
Hama ini biasanya berkembangbiak pada tumpukan bahan organik yang sedang
mengalami proses pembusukan, yang banyak dijumpai pada kedua areal tersebut. Kumbang
dewasa akan menggerek pucuk kelapa. Gerekan tersebut dapat menghambat pertumbuhan
dan jika sampai merusak titik tumbuh akan dapat mematikan tanaman. Pada areal peremajaan
kelapa, serangan kumbang tanduk dapat mengakibatkan tertundanya masa produksi kelapa
sampai satu tahun dan tanaman yang mati dapat mencapai 25%. Akhir-akhir ini, serangan
kumbang tanduk juga dilaporkan terjadi pada tanaman kelapa tua sebagai akibat aplikasi
mulsa tandan kosong sawit (TKS) yang tidak tepat (lebih dari satu lapis). Serangan hama
tersebut menyebabkan tanaman kelapa tua, menurun produksinya dan dapat mengalami
kematian (Winarto, 2005). Pada pertanaman kelapa banyak batang tanaman kelapa
merupakan area perkembangan O.rhinoceros. Populasi Penyerangan oleh O.rhinoceros di
pengaruhi oleh pelindung tanaman yang merupakan hambatan fisik untuk perkembangbiakan
bagi kumbang badak (Wood, 1968).
Pucuk kelapa yang terserang, apabila nantinya membuka pelepah daunnya akan
kelihatan seperti kipas atau bentuk lain yang tidak normal atau berbentuk segitiga atau seperti
huruf V (Prawirosukarto dkk., 2003). Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) umumnya
menyerang tanaman kelapa muda dan dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS)
pada tahun pertama menghasilkan hingga 69%. Di samping itu, kumbang tanduk juga
mematikan tanaman muda sampai 25% (Pracaya, 2007).
Tandan kosong kelapa termasuk limbah yang mengandung lignoselulosa dengan
penyusun utama selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa merupakan fraksi yang terbesar
diantara ketiga komponen tersebut 45,95% basis kering atau 206 kg selulosa/tandan kosong.
Komponen tersebut merupakan sumber karbon bagi mikroorganisme yang dimamfaatkannya
sebagai bahan dasar pembuatan asam organik, etanol, protein sel tunggal atau bahan kimia
lainnya melalui biokonversi (Prawirosukarto dkk,2003).
II.4. Kerusakan Yang Ditimbulkan Pada Tanaman Kelapa
Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak
kebagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas tajuk . Biasanya ketiak
pelepah ketiga , empat atau lima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling
disukai. Jika tanaman kelapa beru berumur 1 tahun atau kurang , titik masuk mungkin
pada pangkal batang dipermukaan tanah . Setelah kumbang menggerek kedalam batang
tanaman , kumbang akan memakan pelepah daun muda yang dedang berkembang .
Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat , maka bekas gigitan akan
menyebabkan daun seakan – akan tergunting yang baru jelas terlihat sesudah daun
membuka . Bentuk guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa
Oryctes sp . Dalam suatu serangan kumbang akan makan selama satu minggu di
dalam tanaman dan dapat merusak 4 pelepah . Jumlah jaringan yang benar – benar
dimakan hanya sedikit dan kehilangan ini sedikit pengaruhnya terhadap tanaman
kelapa itu sendiri . Namun sebenarnya jaringan yang dirusak oleh kumbang ini jauh
lebih banyak dari yang dimakannya . Kumabng membuat gerekan masuk ( Horizontal )
lewat tangkai – tangkai pelepah . Kemudian setelah mencapai pangkal pucuk , baru
memakan jaringan muda yang berupa gerekan vertical kearah titik tumbuh . Kerusakan
pada pangkal pelepah , dapat menyebabkab pelepah patah sesudah membuka .
Karena kerusakan terjadi pada pelepah muda , maka beberapa ekor kumbang saja
sudah dapat menyebabkan kerugian yang besar . Lima ekor kumbang dalam tahap
makan per hektar sudah dianggap mendatangkan kerusakan berat .
Berikut adalah data kehilangan permukaan daun melemahkan tanaman kelapa yang
diserang dapat dilihat dari contoh berikut ;
1 : Rata – rata jumlah guntingan per pelepah
Rata – rata jumlah guntingan per
perpelepah
Penurunan produksiBuah ( % )
Jumlah kumbang dalam Tahap makan per ha ( ekor )
< 0,25
0,25
0,50
0,75
1.00
1,25
1,50
< 10 %
10 %
18 %
27 %
38 %
45 %
53 %
1 atau kurang
1 - 2
2 - 3
3 - 4
5 - 6
6 - 7
7 - 8
Dapat diketahui bahwa untuk menentukan rata – rata jumlah guntingan per pelepah
Pada tanaman muda , yang berumur 2 tahun atau kurang , kumbang akan merusak
titik tumbuh dan tanaman akan mati. Suatu populasi kumbang dalam tahap makan
sebanyak 5 ekor per ha dapat mematikan setengah dan tanaman yang baru ditanam.
II.5. Pengendalian hama Oryctes rhinoceros Pada Tanaman Kelapa
Pengendalian kumbang tanduk secara konvensional dilakukan dengan cara pengutipan
dan menggunakan insektisida kimiawi. Namun, cara tersebut dinilai tidak efektif dan
menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Selain menggunakan pengetahuan dan
perilakunya, pengendalian ini juga dapat didukung dengan memanfaatkan musuh-musuh
alaminya. Menurut Untung (2001).
Secara mekanis dilakukan dengan memusnahkan stadia telur, larva dan pupa dalam
sarang-sarang di permukaan tanah. Sistem pencacahan batang, pengutipan kumbang dan
larva, secara kimiawi dan hayati. Semua metode pengendalian di aplikasikan secara tunggal
maupun terpadu keterbatasan dalam skala besar (Dechenon, et al., 1997).
Secara hayati pengendalian Oryctes rhinoceros dapat dilakukan dengan menggunakan
M. Anisopliae dan Baculovirus oryctes. Sedangkan Santalus parallelus dan Platymerys
laevicollis merupakan predator telur dan larva Oryctes rhinoceros, sedangkan Agrypnus sp.
Merupakan predator larva..Selain itu juga terdapat beberapa binatang seperti tupai,tikus,
burung hantu, kadal dan gagak yang memakan uret atau kumbangnya. Selain itu Cendawan
Metarrhizium anisopliae yang menyebabkan kematian pada uret dan secara kimia yaitu
dengan menggunakan insektisida yaitu Diazinon 10G, Sevin 85 S dan Agrothion 50 (Pracaya,
2007).
Cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan feromon yang dapat digunakan sebagai
insektisida alami untuk mengendalikan kumbang tanduk dengan efektif, ramah lingkungan,
dan lebih murah dibandingkan dengan pengendalian secara konvensional. Feromon
merupakan bahan yang mengantarkan serangga pada pasangan seksualnya, sekaligus mangsa,
tanaman inang, dan tempat berkembang biaknya. Komponen utama feromon sintetis ini
adalah etil- 4 metil oktanoat. Penggunaan feromon cukup murah karena biayanya hanya 20%
dari biaya penggunaan insektisida dan pengutipan kumbang secara manual. Selain harganya
murah, cara aplikasinya di lapangan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja. Penggunaan
feromon di perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu alternatif yang sangat baik untuk
mengendalikan kumbang tanduk. Feromon adalah substansi kimia yang dilepaskan oleh suatu
organisme ke lingkungannya yang memampukan organisme tersebut mengadakan
komunikasi secara intraspesifik dengan individu lain. Feromon bermanfaat dalam monitoring
populasi maupun pengendalian hama (Nation, 2002). Ekstrak feromon kasar dapat diperoleh
dengan mengekstrak seluruh tubuh serangga atau hanya kelenjar-kelenjar yang mengandung
feromon saja seperti di ujung abdomen untuk serangga dari ordo lepidoptera atau usus bagian
belakang dari kumbang kulit kayu (bark beetle) (Ordo Coleoptera). Serangga dari ordo
Lepidoptera, feromon diekstrak menggunakan metil klorida. Ekstrak tersebut dapat dianalis
dengan menggunakan gas-liquid chromatography (Roelofs, 1995 dalam Jelfina, 2007).
Selain menggunakan feromon juga menggunakan insektisida butiran Marshal. Aplikasi
Marshal 5 GR dengan bahan aktif Karbosulfan 5% dilakukan pada tanaman muda dengan
interval 2 bulan sekali. Aplikasi dilakukan pada titik tumbuh tanaman dengan dosis 5 gr /
pohon. Hasil aplikasi ini dapat dilihat setelah satu hari aplikasi.
Keunggulan pengendalian hama dengan menggunakan perangkap feromon antara lain ,
aman , efektif dan ekonomis . Aman kerena feromon tidak beracun dan spesifik menangkap
satu jenis hama sasaran . Efektif karena perangkap feromon mampu menekan populasi hama
sasaran . Ekonomis karena perangkap feromon bekerja selama musim tanam , dan tenaga
kerja sebatas untuk pemasangan dan penambahan air deterjen pada perangkap .
II.6. Data serangan hama Oryctes rhinoceros Pada Tanaman Kelapa
No Nama OPT Perbandingan Persentase
LP:LSLuas Serangan Luas Pengendalian
1. O. rhinoceros 16507.05 2407.97 14.59%
2. R. ferrugineus 2340.12 228.39 9.76%
3. B. longissima 263.02 13.89 5.28%
(Sumber Data Bidang Proteksi BBPPTP SURABAYA, 2014)
Berdasarkan data luas serangan di atas maka dapat diketahui bahwa serangan hama
Oryctes rhinoceros merupakan hama utama pada tanaman kelapa di surabaya.
III. PENUTUP
Kesimpulan
Kelapa memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena merupakan tanaman serbaguna.
Penurunan produktivitas kelapa salah satunya disebabkan oleh faktor hama yang menyerang
tanaman kelapa. Hama utama pada tanaman kelpa adalah Kumbang badak Oryctes
rhinoceros, hama tersebut menyebabkan kerusakan dengan cara melubangi tanaman, Pucuk
kelapa yang terserang, apabila nantinya membuka pelepah daunnya akan kelihatan seperti
kipas atau bentuk lain yang tidak normal atau berbentuk segitiga atau seperti huruf V.
Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) umumnya menyerang tanaman kelapa muda dan dapat
menurunkan produksi tandan buah segar (TBS). Oryctes rhinoceros merupakan serangga
yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago.
Pengendalian kumbang tanduk secara konvensional dilakukan dengan cara pengutipan
dan menggunakan insektisida secara mekanis dilakukan dengan memusnahkan stadia telur,
larva dan pupa dalam sarang-sarang di permukaan tanah. Sistem pencacahan batang,
pengutipan kumbang dan larva, secara kimiawi dan hayati. Secara hayati pengendalian
Oryctes rhinoceros dapat dilakukan dengan menggunakan M. Anisopliae dan Baculovirus
oryctes. Sedangkan Santalus parallelus dan Platymerys laevicollis merupakan predator telur
dan larva Oryctes rhinoceros, sedangkan Agrypnus sp. Merupakan predator larva. Selain itu
juga terdapat beberapa binatang seperti tupai,tikus, burung hantu, kadal dan gagak yang
memakan uret atau kumbangnya. Selain itu Cendawan Metarrhizium anisopliae yang
menyebabkan kematian pada uret dan secara kimia yaitu dengan menggunakan insektisida
dan feromon yang dapat digunakan sebagai insektisida alami untuk mengendalikan kumbang
tanduk dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Heru , T . 2007 . Buku Operasional Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kelapa Sawit . Direktorad Perlindungan Perkebunan . Direktorad Jenderal Perkebunan . Departemen Pertanian Jakarta .
Jelfina C. Alouw. 2007.Feromon dan Pemanfaatannya dalam Pengendalian Hama Kumbang Kelapa Oryctes rhinoceros (Coleoptera:Scarabaeidae) Buletin Palma. Buletin Palma No. 32, Juni 2007.
Nation, L.N. 2002. Insect physiology and biochemistry. CRC Press. New York. 485 p.
Palawa , R . 2002 . Metode Pengamatan Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa dan Kelapa Sawit . Makala disampaikan pada Workshop Sistem Pengamatan dan Pengendalian OPT pada Petugas Proteksi Tanaman Perkebunan se – Sulawesi Selatan , 30 -31 Agustus 2002 . Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan , Makassar .
Purba, Razak.dkk. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.Purba. Y, Dkk. 2005., Hama-hama pada Kelapa Sawit, Buku 1 Serangga Hama pada Kelapa Sawit. PPKS, Medan.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009. Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense) dan Pengendaliannya. http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/psawit06.pdf.
Siregar, Junaedi . 2010. Tingkat Serangan Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.) Pada Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Berdasarkan Umur Tanaman. Bakti, Darma Marheni
Susanto, A, R.Y. Purba dan C. Utomo, 2005. Penyakit-Penyakit infeksi Pada Kelapa Sawit. Buku 1, PPKS, Medan.
Untung, K., 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada Uiversity Press, Yokyakarta
Wiryosoehardjo, Samino ; Budiman, Arif . 1985 . Situasi Hama Dan Penyakit Tanaman Kelapa Di Indonesia . Seminar Proteksi Tanaman Kelapa, Bogor, 8-10 Mei 1985 . PDII – umu
TUGAS TERSTRUKTUR
KLINIK TANAMAN
HAMA PADA TANAMAN KELAPA
Kumbang badak Oryctes rhinoceros
Semester:
Genap 2015
Oleh:
IMAM BAHRONI A1L012192
GAZIAN SATYA IHSAN A1L012194
DENI DARMAWAN A1L012195
ANNISA DIFANI A1L012204
GHANNI PRABAWATI A1L012207
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015