Hama Kelapa

22
I. PENDAHULUAN Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Kelapa memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena merupakan tanaman serbaguna. Seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar, batang, daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan sehari- hari (Suhardiyono, 1993). Menurut catatan Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo), rata-rata produksi buah kelapa Indonesia per tahun adalah 15,5 miliar butir, yang mana 15% penggunaannya dalam bentuk kelapa segar, 60% kopra dan minyak, 16% industri, dan 9% untuk kebutuhan lainnya (Lembaga Konsultasi Kepabeanan, 2014). Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dari permukaan laut, namun akan mengalami pelambatan pertumbuhan. Menurunnya minat petani untuk membudidayakan komoditi kelapa

description

free

Transcript of Hama Kelapa

Page 1: Hama Kelapa

I. PENDAHULUAN

Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau

Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Kelapa memiliki nilai ekonomis

yang tinggi karena merupakan tanaman serbaguna. Seluruh bagian pohon kelapa dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan manusia sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan

(tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar, batang, daun dan buahnya dapat

dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari (Suhardiyono, 1993). Menurut catatan

Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo), rata-rata produksi buah kelapa Indonesia per tahun

adalah 15,5 miliar butir, yang mana 15% penggunaannya dalam bentuk kelapa segar, 60%

kopra dan minyak, 16% industri, dan 9% untuk kebutuhan lainnya (Lembaga Konsultasi

Kepabeanan, 2014).

Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia

berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika.

Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dari permukaan laut, namun akan

mengalami pelambatan pertumbuhan. Menurunnya minat petani untuk membudidayakan

komoditi kelapa sebenarnya merugikan secara nasional, karena tanaman kelapa mempunyai

kesesuaian syarat tumbuh hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Klasifikasi Kelapa

Kingdom :Plantae (Tumbuhan) 

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) 

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) 

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) 

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Page 2: Hama Kelapa

Sub Kelas : Arecidae 

Ordo : Arecales 

Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L.

Produktivitas Kelapa yang dihasilkan saat ini oleh perkebunan rakyat ( petani )

baru mencapai ± 1.054,42 kg/ha/tahun . Produktifitas ini sangat rendah bila

dibandingkan dengan potensi hasil dari berbagai varietas yang dianjurkan dan

direkomendasikan yang dapat mencapai 2 ton/ha.

Rendahnya produktivitas tersebut diatas disamping tanaman sudah tua , kurangnya

pemeliharaan dari petani , juga adalah adanya serangan Organisme Pengganggu

Tumbuhan ( OPT ). Menurut Kusmiati (2012) dalam pelaksanaan budidaya tanaman

perkebunan ada salah satu hambatan yang cukup berarti yaitu dengan adanya gangguan

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT ), karena mengakibatkan rendahnya kualitas dan

produksi yang dihasilkan yang berimplikasi pada rendahnya pendapatan petani. Salah satu

OPT utama adalah Kumbang Kelapa atau Oryctes rhinoceros. Berkembang biaknya

hama ini erat kaitannya dengan kebersihan kebun. Oleh sebab itu pengertian dan

kesadaran petani adalah kunci dari pengendalian hama ini dan usaha ini hanya bisa

terlaksana kalau penyuluhan berjalan efektif .

Page 3: Hama Kelapa

II. ISI

II. 1. Klasifikasi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)

Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes rhinoceros

adalah sebagai berikut :

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta Ordo :

Coleoptera Famili : Scarabaeidae

Genus : Oryctes

Spesies : Oryctes rhinoceros L

Daerah sebaran Oryctes rhinoceros L Menurut Bedford (1980), Oryctes

rhinocerosmerupakan hama endemik pada daerah pertanaman kelapa di Asia seperti pakistan

barat, india, kepulauan maldive, ceylon, hainan, taiwan, hongkong, thailand, vietnam,

malayan peninsula, indonesia dan kepulauan philipina. Di Burma hama ini mungkin masuk

dari malaysia pada tahun 1895. hama ini masuk melalui introduksi tanaman kelapa dari

pasifik dan samudra hindia ke daerah produksi kopra di Asia Tenggara. Pada tahun 1909 dari

samoa barat ke Kepulauan Hawai. Selama perang dunia II perpindahan hama ini bertambah

luas setelah adanya pesawat terbang antar wilayah. Kumbang ini masik ke Keplauan Palau

tahun 1942, lalu ke Australia kemudian ke Irian Barat. Sedangkan menurut Mo (1957) bahwa

penyebaran hama ini meliputi seluruh Asia Tenggara dan pulau-pulau di Pasifik Barat Daya.

Oryctes rhinoceros merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna

yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago (Suhadirman 1996). Semua makhluk

hidup dalam proses pertumbuhan dan oerkembangannya dipengaruhi oleh sebagai faktor,

baik faktor luar maupun dari dalam: Iklim, musuh alami, makanan dan kegiatan manusia

merupakan faktor luar yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan serangga hama .

Lingkungan yang cocok bagi suatu serangga untuk hidup dan berkembang biak meliputi

Page 4: Hama Kelapa

beberapa komponen antara lain makanan, iklim, organisme dari spesies yang sama maupun

yang berbeda tempat dimana ia hidup ( Untung, 1993).

Perkembangan larva ini dipengaruhi oleh iklim dan keadaan gizi makanan. Pengaruh

faktor-faktor ini ialah pada ukuran larva dan waktu yang diperlukan untuk mematangkan

larva. Faktor-faktor fisik yang dipengaruhi perkembangan larva kumbang ini ialah suhu,

kelembaban, serta intensitas cahaya. Larva tertarik pada amonia dan aseton, tetapi

menghindari asam asetat (Anonim,1980).

II.2. Siklus Hidup Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)

Kumbang kelapa atau yang sering disebut kumbang tanduk Oryctes rhinoceros

merupakan hama utama pertanaman kelapa, terutama pertanaman ulang di areal sebelumnya

terserang berat dan tanaman dapat mati. Apabila hama ini dapat bertahan dalam areal

pertanaman maka hasil tanaman akan menurun, bahkan pada saat awal produksinya akan

tertunda (Chenon, et al., 1997). Kumbang tanduk betina bertelur pada bahan-bahan organik

seperti di tempat sampah, daun-daunan yang telah membusuk, pupuk kandang, batang kelapa,

kompos, dan lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun pada umumnya 4,7

bulan. Jumlah telurnya 30-70 butir atau lebih, dan menetas setelah lebih kurang 12 hari. Telur

berwarna putih, mula-mula bentuknya jorong, kemudian berubah agak membulat. Telur yang

baru diletakkan panjangnya 3 mm dan lebar 2 mm (Vandaveer, 2004 dan Hartono, 2008).

Larva Oryctes rhinoceros berkaki 3 pasang, Tahap larva terdiri dari tiga instar, masa

larva instar satu 12-21 hari, instar dua 12-21 hari dan instar tiga 60- 165 hari. Larva terakhir

mempunyai ukuran 10-12 cm, larva dewasa berbentuk huruf C, kepala dan kakinya berwarna

coklat (Mohan, 2006). Lundi yang baru Universitas Sumatera Utara menetas berwarna putih,

panjangnya 8 mm, lundi dewasa berwarna putih kekuning-kuningan kepalanya berwarna

merah coklat. Lundi-lundi yang telah dewasa masuk lebih dalam kedalam tanah yang sedikit

lembab (lebih kurang 30 cm) untuk berkepompong (Hartono, 2008).

Page 5: Hama Kelapa

Pupa berada di dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam kokon yang

dibuat dari bahan-bahan organik di sekitar tempat hidupnya. Pupa jantan berukuran sekitar 3-

5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa 8-13 hari. Masa kepompong berlangsung

antara 18-23 hari. Kumbang yang baru muncul dari pupa akan tetap tinggal di tempatnya

antara 5-20 hari, kemudian terbang keluar (Prawirosukarto dkk., 2003).

Imago berwarna hitam, ukuran tubuh 35-45 mm, sedangkan menurut Mohan (2002),

imago Oryctes rhinoceros mempunyai panjang 30-57 mm dan lebar 14-21 mm, imago jantan

lebih kecil dari imago betina. Oryctes rhinoceros betina mempunyai bulu tebal pada bagian

ujung abdomenya, sedangkan yang jantan tidak berbulu. Oryctes rhinoceros dapat terbang

sampai sejauh 9 km. Imago aktif pada malam hari untuk mencari makanan dan mencari

pasangan untuk berkembang biak (Prawirosukarto dkk., 2003 dan Mohan, 2006).

Gambar siklus hidup Oryctes rhinoceros

Telur Oryctes rhinoceros larva Oryctes rhinoceros

Page 6: Hama Kelapa

Pupa Oryctes rhinoceros Imago Oryctes rhinoceros

II.3. Gejala Serangan Oryctes rhinoceros L.

Kumbang badak Oryctes rhinoceros menyebabkan kerusakan dengan cara melubangi

tanaman, begitu juga menurut Loring (2007) tanda serangan terlihat pada bekas lubang

gerekan pada pangkal batang, selanjutnya mengakibatkan pelepah daun muda putus dan

membusuk kering. Sedangkan Prawirosukarto dkk. (2003) mengatakan, dengan dilakukannya

pemberian mulsa tandan kelapa menyebabkan masalah. Hama ini sekarang juga dijumpai

pada areal tanaman yang menghasilkan. Oryctes rhinoceros ini dapat merusak pertumbuhan

tanaman dan dapat mengakibatkan tanaman mati (Chong dkk., 1991).

Hama ini biasanya berkembangbiak pada tumpukan bahan organik yang sedang

mengalami proses pembusukan, yang banyak dijumpai pada kedua areal tersebut. Kumbang

dewasa akan menggerek pucuk kelapa. Gerekan tersebut dapat menghambat pertumbuhan

dan jika sampai merusak titik tumbuh akan dapat mematikan tanaman. Pada areal peremajaan

kelapa, serangan kumbang tanduk dapat mengakibatkan tertundanya masa produksi kelapa

sampai satu tahun dan tanaman yang mati dapat mencapai 25%. Akhir-akhir ini, serangan

kumbang tanduk juga dilaporkan terjadi pada tanaman kelapa tua sebagai akibat aplikasi

mulsa tandan kosong sawit (TKS) yang tidak tepat (lebih dari satu lapis). Serangan hama

tersebut menyebabkan tanaman kelapa tua, menurun produksinya dan dapat mengalami

Page 7: Hama Kelapa

kematian (Winarto, 2005). Pada pertanaman kelapa banyak batang tanaman kelapa

merupakan area perkembangan O.rhinoceros. Populasi Penyerangan oleh O.rhinoceros di

pengaruhi oleh pelindung tanaman yang merupakan hambatan fisik untuk perkembangbiakan

bagi kumbang badak (Wood, 1968).

Pucuk kelapa yang terserang, apabila nantinya membuka pelepah daunnya akan

kelihatan seperti kipas atau bentuk lain yang tidak normal atau berbentuk segitiga atau seperti

huruf V (Prawirosukarto dkk., 2003). Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) umumnya

menyerang tanaman kelapa muda dan dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS)

pada tahun pertama menghasilkan hingga 69%. Di samping itu, kumbang tanduk juga

mematikan tanaman muda sampai 25% (Pracaya, 2007).

Tandan kosong kelapa termasuk limbah yang mengandung lignoselulosa dengan

penyusun utama selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa merupakan fraksi yang terbesar

diantara ketiga komponen tersebut 45,95% basis kering atau 206 kg selulosa/tandan kosong.

Komponen tersebut merupakan sumber karbon bagi mikroorganisme yang dimamfaatkannya

sebagai bahan dasar pembuatan asam organik, etanol, protein sel tunggal atau bahan kimia

lainnya melalui biokonversi (Prawirosukarto dkk,2003).

II.4. Kerusakan Yang Ditimbulkan Pada Tanaman Kelapa

Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak

kebagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas tajuk . Biasanya ketiak

pelepah ketiga , empat atau lima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling

disukai. Jika tanaman kelapa beru berumur 1 tahun atau kurang , titik masuk mungkin

pada pangkal batang dipermukaan tanah . Setelah kumbang menggerek kedalam batang

tanaman , kumbang akan memakan pelepah daun muda yang dedang berkembang .

Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat , maka bekas gigitan akan

menyebabkan daun seakan – akan tergunting yang baru jelas terlihat sesudah daun

Page 8: Hama Kelapa

membuka . Bentuk guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa

Oryctes sp . Dalam suatu serangan kumbang akan makan selama satu minggu di

dalam tanaman dan dapat merusak 4 pelepah . Jumlah jaringan yang benar – benar

dimakan hanya sedikit dan kehilangan ini sedikit pengaruhnya terhadap tanaman

kelapa itu sendiri . Namun sebenarnya jaringan yang dirusak oleh kumbang ini jauh

lebih banyak dari yang dimakannya . Kumabng membuat gerekan masuk ( Horizontal )

lewat tangkai – tangkai pelepah . Kemudian setelah mencapai pangkal pucuk , baru

memakan jaringan muda yang berupa gerekan vertical kearah titik tumbuh . Kerusakan

pada pangkal pelepah , dapat menyebabkab pelepah patah sesudah membuka .

Karena kerusakan terjadi pada pelepah muda , maka beberapa ekor kumbang saja

sudah dapat menyebabkan kerugian yang besar . Lima ekor kumbang dalam tahap

makan per hektar sudah dianggap mendatangkan kerusakan berat .

Berikut adalah data kehilangan permukaan daun melemahkan tanaman kelapa yang

diserang dapat dilihat dari contoh berikut ;

1 : Rata – rata jumlah guntingan per pelepah

Rata – rata jumlah guntingan per

perpelepah

Penurunan produksiBuah ( % )

Jumlah kumbang dalam Tahap makan per ha ( ekor )

< 0,25

0,25

0,50

0,75

1.00

1,25

1,50

< 10 %

10 %

18 %

27 %

38 %

45 %

53 %

1 atau kurang

1 - 2

2 - 3

3 - 4

5 - 6

6 - 7

7 - 8

Dapat diketahui bahwa untuk menentukan rata – rata jumlah guntingan per pelepah

Pada tanaman muda , yang berumur 2 tahun atau kurang , kumbang akan merusak

Page 9: Hama Kelapa

titik tumbuh dan tanaman akan mati. Suatu populasi kumbang dalam tahap makan

sebanyak 5 ekor per ha dapat mematikan setengah dan tanaman yang baru ditanam.

II.5. Pengendalian hama Oryctes rhinoceros Pada Tanaman Kelapa

Pengendalian kumbang tanduk secara konvensional dilakukan dengan cara pengutipan

dan menggunakan insektisida kimiawi. Namun, cara tersebut dinilai tidak efektif dan

menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Selain menggunakan pengetahuan dan

perilakunya, pengendalian ini juga dapat didukung dengan memanfaatkan musuh-musuh

alaminya. Menurut Untung (2001).

Secara mekanis dilakukan dengan memusnahkan stadia telur, larva dan pupa dalam

sarang-sarang di permukaan tanah. Sistem pencacahan batang, pengutipan kumbang dan

larva, secara kimiawi dan hayati. Semua metode pengendalian di aplikasikan secara tunggal

maupun terpadu keterbatasan dalam skala besar (Dechenon, et al., 1997).

Secara hayati pengendalian Oryctes rhinoceros dapat dilakukan dengan menggunakan

M. Anisopliae dan Baculovirus oryctes. Sedangkan Santalus parallelus dan Platymerys

laevicollis merupakan predator telur dan larva Oryctes rhinoceros, sedangkan Agrypnus sp.

Merupakan predator larva..Selain itu juga terdapat beberapa binatang seperti tupai,tikus,

burung hantu, kadal dan gagak yang memakan uret atau kumbangnya. Selain itu Cendawan

Metarrhizium anisopliae yang menyebabkan kematian pada uret dan secara kimia yaitu

dengan menggunakan insektisida yaitu Diazinon 10G, Sevin 85 S dan Agrothion 50 (Pracaya,

2007).

Cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan feromon yang dapat digunakan sebagai

insektisida alami untuk mengendalikan kumbang tanduk dengan efektif, ramah lingkungan,

dan lebih murah dibandingkan dengan pengendalian secara konvensional. Feromon

merupakan bahan yang mengantarkan serangga pada pasangan seksualnya, sekaligus mangsa,

tanaman inang, dan tempat berkembang biaknya. Komponen utama feromon sintetis ini

Page 10: Hama Kelapa

adalah etil- 4 metil oktanoat. Penggunaan feromon cukup murah karena biayanya hanya 20%

dari biaya penggunaan insektisida dan pengutipan kumbang secara manual. Selain harganya

murah, cara aplikasinya di lapangan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja. Penggunaan

feromon di perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu alternatif yang sangat baik untuk

mengendalikan kumbang tanduk. Feromon adalah substansi kimia yang dilepaskan oleh suatu

organisme ke lingkungannya yang memampukan organisme tersebut mengadakan

komunikasi secara intraspesifik dengan individu lain. Feromon bermanfaat dalam monitoring

populasi maupun pengendalian hama (Nation, 2002). Ekstrak feromon kasar dapat diperoleh

dengan mengekstrak seluruh tubuh serangga atau hanya kelenjar-kelenjar yang mengandung

feromon saja seperti di ujung abdomen untuk serangga dari ordo lepidoptera atau usus bagian

belakang dari kumbang kulit kayu (bark beetle) (Ordo Coleoptera). Serangga dari ordo

Lepidoptera, feromon diekstrak menggunakan metil klorida. Ekstrak tersebut dapat dianalis

dengan menggunakan gas-liquid chromatography (Roelofs, 1995 dalam Jelfina, 2007).

Selain menggunakan feromon juga menggunakan insektisida butiran Marshal. Aplikasi

Marshal 5 GR dengan bahan aktif Karbosulfan 5% dilakukan pada tanaman muda dengan

interval 2 bulan sekali. Aplikasi dilakukan pada titik tumbuh tanaman dengan dosis 5 gr /

pohon. Hasil aplikasi ini dapat dilihat setelah satu hari aplikasi.

Keunggulan pengendalian hama dengan menggunakan perangkap feromon antara lain ,

aman , efektif dan ekonomis . Aman kerena feromon tidak beracun dan spesifik menangkap

satu jenis hama sasaran . Efektif karena perangkap feromon mampu menekan populasi hama

sasaran . Ekonomis karena perangkap feromon bekerja selama musim tanam , dan tenaga

kerja sebatas untuk pemasangan dan penambahan air deterjen pada perangkap .

Page 11: Hama Kelapa

II.6. Data serangan hama Oryctes rhinoceros Pada Tanaman Kelapa

No Nama OPT Perbandingan Persentase

LP:LSLuas Serangan Luas Pengendalian

1. O. rhinoceros 16507.05 2407.97 14.59%

2. R. ferrugineus 2340.12 228.39 9.76%

3. B. longissima 263.02 13.89 5.28%

(Sumber Data Bidang Proteksi BBPPTP SURABAYA, 2014)

Berdasarkan data luas serangan di atas maka dapat diketahui bahwa serangan hama

Oryctes rhinoceros merupakan hama utama pada tanaman kelapa di surabaya.

Page 12: Hama Kelapa

III. PENUTUP

Kesimpulan

Kelapa memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena merupakan tanaman serbaguna.

Penurunan produktivitas kelapa salah satunya disebabkan oleh faktor hama yang menyerang

tanaman kelapa. Hama utama pada tanaman kelpa adalah Kumbang badak Oryctes

rhinoceros, hama tersebut menyebabkan kerusakan dengan cara melubangi tanaman, Pucuk

kelapa yang terserang, apabila nantinya membuka pelepah daunnya akan kelihatan seperti

kipas atau bentuk lain yang tidak normal atau berbentuk segitiga atau seperti huruf V.

Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) umumnya menyerang tanaman kelapa muda dan dapat

menurunkan produksi tandan buah segar (TBS). Oryctes rhinoceros merupakan serangga

yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago.

Pengendalian kumbang tanduk secara konvensional dilakukan dengan cara pengutipan

dan menggunakan insektisida secara mekanis dilakukan dengan memusnahkan stadia telur,

larva dan pupa dalam sarang-sarang di permukaan tanah. Sistem pencacahan batang,

pengutipan kumbang dan larva, secara kimiawi dan hayati. Secara hayati pengendalian

Oryctes rhinoceros dapat dilakukan dengan menggunakan M. Anisopliae dan Baculovirus

oryctes. Sedangkan Santalus parallelus dan Platymerys laevicollis merupakan predator telur

dan larva Oryctes rhinoceros, sedangkan Agrypnus sp. Merupakan predator larva. Selain itu

juga terdapat beberapa binatang seperti tupai,tikus, burung hantu, kadal dan gagak yang

memakan uret atau kumbangnya. Selain itu Cendawan Metarrhizium anisopliae yang

menyebabkan kematian pada uret dan secara kimia yaitu dengan menggunakan insektisida

dan feromon yang dapat digunakan sebagai insektisida alami untuk mengendalikan kumbang

tanduk dengan efektif.

Page 13: Hama Kelapa

DAFTAR PUSTAKA

Heru , T . 2007 . Buku Operasional Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kelapa Sawit . Direktorad Perlindungan Perkebunan . Direktorad Jenderal Perkebunan . Departemen Pertanian Jakarta .

Jelfina C. Alouw. 2007.Feromon dan Pemanfaatannya dalam Pengendalian Hama Kumbang Kelapa Oryctes rhinoceros (Coleoptera:Scarabaeidae) Buletin Palma. Buletin Palma No. 32, Juni 2007.

Nation, L.N. 2002. Insect physiology and biochemistry. CRC Press. New York. 485 p.

Palawa , R . 2002 . Metode Pengamatan Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa dan Kelapa Sawit . Makala disampaikan pada Workshop Sistem Pengamatan dan Pengendalian OPT pada Petugas Proteksi Tanaman Perkebunan se – Sulawesi Selatan , 30 -31 Agustus 2002 . Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan , Makassar .

Purba, Razak.dkk. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.Purba. Y, Dkk. 2005., Hama-hama pada Kelapa Sawit, Buku 1 Serangga Hama pada Kelapa Sawit. PPKS, Medan.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009. Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense) dan Pengendaliannya. http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/psawit06.pdf.

Siregar, Junaedi . 2010. Tingkat Serangan Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.) Pada Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Berdasarkan Umur Tanaman. Bakti, Darma Marheni

Susanto, A, R.Y. Purba dan C. Utomo, 2005. Penyakit-Penyakit infeksi Pada Kelapa Sawit. Buku 1, PPKS, Medan.

Untung, K., 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada Uiversity Press, Yokyakarta

Wiryosoehardjo, Samino ; Budiman, Arif . 1985 . Situasi Hama Dan Penyakit Tanaman Kelapa Di Indonesia . Seminar Proteksi Tanaman Kelapa, Bogor, 8-10 Mei 1985 . PDII – umu

Page 14: Hama Kelapa

TUGAS TERSTRUKTUR

KLINIK TANAMAN

HAMA PADA TANAMAN KELAPA

Kumbang badak Oryctes rhinoceros

Semester:

Genap 2015

Oleh:

IMAM BAHRONI A1L012192

GAZIAN SATYA IHSAN A1L012194

DENI DARMAWAN A1L012195

ANNISA DIFANI A1L012204

GHANNI PRABAWATI A1L012207

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2015

Page 15: Hama Kelapa