5_fenologi_mangrove__rhizophora_apiculata_r._mucronata_dan_r._stylosa_eni.pdf

5
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003 32 FENOLOGI MANGROVE : Rhizophora apiculata, R. mucronata, dan R. stylosa DI PULAU UNGGAS AIR BANGIS, PASAMAN, SUMATERA BARAT, INDONESIA Oleh : Eni Kamal Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera Ulak Karang Padang Abstrak Jumlah bunga yang dicatat untuk penelitian fenologi di pulau Unggas untuk R. apiculata adalah 1,037, bunga jatuh 812 (78.303%), jumlah bunga berkembang 84 (8.100%), jumlah buah 41 (3.954%), buah jatuh 36 (87.805%), dan hanya 12 buah yang menjadi propagul matang, spesies R. mucronata bunga 989, bunga jatuh 834 (84.328%), jumlah bunga berkembang 96 (9.706%), jumlah buah 14 (1.416%), buah jatuh 7 (50.00%) dan hanya 7 (0.550%) buah tinggal dan matang, sedangkan pada spesies R. stylosa jumlah bunga yang dicatat adalah 1001, bunga jatuh 927 (92.607%), jumlah bunga berkembang 62 (6.193%), jumlah buah 68 (6.793%), buah jatuh 45 (61.470%) dan hanya 23 (2.298%) buah yang jadi propagul matang. Waktu yang diperlukan spesies R. apiculata di pulau Unggas dari terbitnya bunga hingga menjadi buah matang adalah 22 bulan, untuk spesies R. mucronata adalah 19 bulan dan spesies R. stylosa 22 bulan, Kata kunci : Fenologi, propagul, bunga, R. apiculata, R. mucronata dan R. stylosa. PENDAHULUAN Informasi tentang fenologi mangrove secara berkesinambungan dan dalam jangka waktu yang panjang adalah sangat bermanfaat untuk menjawab beberapa masalah yang terjadi pada hutan mangrove, seperti kapan spesies tumbuhan pada hutan mangrove menghasilkan bunga, buah dan propagul, sehingga dapat ditentukan suatu kebijakan yang menyeluruh pada hutan bakau di suatu kawasan tertentu sehingga dapat diketahui keadaan regenerasi alami ke depannya, selain itu juga sangat diperlukan guna menjawab kerusakan hutan bakau oleh adanya pertambahan penduduk, penerokaan lahan perkebunan (land clearing), perpindahan penduduk (transmigrasi), penebangan pohon bagi pembuatan kapal, bahan konstruksi bangunan dan aktivitas pengalihan fungsi hutan bakau untuk pertambakan di kawasan pesisir. Penelitian tentang fenologi pada tumbuhan bakau mempunyai hubungan yang erat dengan waktu berbunga, berbuah dan produksi “propagule” serta musim “seasionality”. Informasi kajian dari fenologi tumbuhan bakau di kawasan tropika dan sub-tropika tentang musim berbunga tumbuhan bakau di Thailand telah diteliti oleh Sukwong (1975), Christensen dan Wium-Andersen (1978), Kongsangchai et al. (1982), Kongsangchai dan Havanond (1985). Di Florida oleh Gill dan Tomlinson (1986), Australia oleh Tomlinson et al. (1979), Serawak Malaysia oleh Chai (1982), dan Aksornkoae et al. (1991), sedangkan di Bali, Indonesia, baru dalam bentuk kajian awal fenologi tumbuhan beberapa spesies bakau seperti yang dilakukan Muthalib dan Hayashi (1994). Sedangkan Kajian lain fenologi tumbuhan pada hutan tropika secara umum telah dilakukan oleh Ewusie (1968) dan (1969), Groat (1969), Medway (1972), dan Frankie et al . (1974).

description

r

Transcript of 5_fenologi_mangrove__rhizophora_apiculata_r._mucronata_dan_r._stylosa_eni.pdf

Page 1: 5_fenologi_mangrove__rhizophora_apiculata_r._mucronata_dan_r._stylosa_eni.pdf

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003 32

FENOLOGI MANGROVE : Rhizophora apiculata, R. mucronata, dan R. stylosa DI PULAU UNGGAS AIR BANGIS, PASAMAN, SUMATERA BARAT, INDONESIA

Oleh :

Eni Kamal

Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta

Jl. Sumatera Ulak Karang Padang

Abstrak Jumlah bunga yang dicatat untuk penelitian fenologi di pulau Unggas untuk R. apiculata adalah 1,037, bunga jatuh 812 (78.303%), jumlah bunga berkembang 84 (8.100%), jumlah buah 41 (3.954%), buah jatuh 36 (87.805%), dan hanya 12 buah yang menjadi propagul matang, spesies R. mucronata bunga 989, bunga jatuh 834 (84.328%), jumlah bunga berkembang 96 (9.706%), jumlah buah 14 (1.416%), buah jatuh 7 (50.00%) dan hanya 7 (0.550%) buah tinggal dan matang, sedangkan pada spesies R. stylosa jumlah bunga yang dicatat adalah 1001, bunga jatuh 927 (92.607%), jumlah bunga berkembang 62 (6.193%), jumlah buah 68 (6.793%), buah jatuh 45 (61.470%) dan hanya 23 (2.298%) buah yang jadi propagul matang. Waktu yang diperlukan spesies R. apiculata di pulau Unggas dari terbitnya bunga hingga menjadi buah matang adalah 22 bulan, untuk spesies R. mucronata adalah 19 bulan dan spesies R. stylosa 22 bulan, Kata kunci : Fenologi, propagul, bunga, R. apiculata, R. mucronata dan R. stylosa. PENDAHULUAN Informasi tentang fenologi mangrove secara berkesinambungan dan dalam jangka waktu yang panjang adalah sangat bermanfaat untuk menjawab beberapa masalah yang terjadi pada hutan mangrove, seperti kapan spesies tumbuhan pada hutan mangrove menghasilkan bunga, buah dan propagul, sehingga dapat ditentukan suatu kebijakan yang menyeluruh pada hutan bakau di suatu kawasan tertentu sehingga dapat diketahui keadaan regenerasi alami ke depannya, selain itu juga sangat diperlukan guna menjawab kerusakan hutan bakau oleh adanya pertambahan penduduk, penerokaan lahan perkebunan (land clearing), perpindahan penduduk (transmigrasi), penebangan pohon bagi pembuatan kapal, bahan konstruksi bangunan dan aktivitas pengalihan fungsi hutan bakau untuk pertambakan di kawasan pesisir.

Penelitian tentang fenologi pada tumbuhan bakau mempunyai hubungan yang erat dengan waktu berbunga, berbuah dan produksi “propagule” serta musim “seasionality”. Informasi kajian dari fenologi tumbuhan bakau di kawasan tropika dan sub-tropika tentang musim berbunga tumbuhan bakau di Thailand telah diteliti oleh Sukwong (1975), Christensen dan Wium-Andersen (1978), Kongsangchai et al. (1982), Kongsangchai dan Havanond (1985). Di Florida oleh Gill dan Tomlinson (1986), Australia oleh Tomlinson et al. (1979), Serawak Malaysia oleh Chai (1982), dan Aksornkoae et al. (1991), sedangkan di Bali, Indonesia, baru dalam bentuk kajian awal fenologi tumbuhan beberapa spesies bakau seperti yang dilakukan Muthalib dan Hayashi (1994). Sedangkan Kajian lain fenologi tumbuhan pada hutan tropika secara umum telah dilakukan oleh Ewusie (1968) dan (1969), Groat (1969), Medway (1972), dan Frankie et al. (1974).

Page 2: 5_fenologi_mangrove__rhizophora_apiculata_r._mucronata_dan_r._stylosa_eni.pdf

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003 32

BAHAN DAN METODA Penelitian fenologi dilakukan di pulau Unggas, Pasaman selama dua tahun (Januari 1998 sampai Desember 1999). Spesies tumbuhan bakau yang diteliti adalah R. apiculata, R. mucronata dan R. stylosa. Metoda yang digunakan adalah dengan teknik penandaan “tagging”. Jumlah pohon sebagai sampel untuk setiap spesies diambil 10 pohon secara acak. Untuk setiap pohon diambil 10 tanda yang dipasang pada ranting yang terdapat bunga. Pencatatan data dilakukan setiap bulan. Untuk memudahkan pencatatan diambil gambar dan foto untuk mendapatkan informasi perkembangan dari setiap tahap yang dilalui oleh tumbuhan mulai dari mulainya waktu berbunga sampai menghasilkan buah. Data yang dicatat pada setiap tanda adalah jumlah bunga, jumlah bunga jatuh, perkembangan bunga kebuah, jumlah

buah jatuh dan jumlah buah tinggal yang membentuk propagul serta jumlah propagul tumbuh sempurna. HASIL DAN DISKUSI BUNGA DAN BUAH Jumlah bunga yang dicatat di pulau Unggas selama penelitian untuk spesies R. apiculata adalah 1,037, bunga jatuh 812 (78.303%), jumlah bunga berkembang 84 (8.100%), buah 41 (3.954%), buah jatuh 36 (87.805%), dan hanya 5 buah yang tinggal, pada spesies R. mucronata bunga 989, bunga jatuh 834 (84.328%), jumlah bunga berkembang 96 (9.706%), buah 14 (1.416%), buah jatuh 7 (50.00%) dan hanya 7 buah tinggal dan matang menjadi propagul matang. Jumlah bunga pada R. stylosa adalah 1001, bunga jatuh 927 (92.607%), bunga berkembang 62 (6.193%), jumlah buah 68 (6.793%), jumlah buah jatuh 45 (61.470%) dan jumlah buah tinggal dan menjadi propagul matang 23 (22. 298%), seperti Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Bunga, Bunga Jatuh, Jumlah Buah, Buah Jatuh, dan Buah Matang

Berdasarkan Spesies di Kawasan Air Bangis Pasaman, Indonesia Kawasan dan

Spesies Jumlah Bunga

Jumlah Bunga Jatuh

Jumlah Bunga Berkembang Jumlah Buah Jumlah Buah

Jatuh Jumlah Buah

Matang Pulau Unggas : R. apiculata 1,037 812 (78.303%) 84 (8.100%) 41(3.954%) 36 (87.805%) 12 (1.157%)*) R. mucronata 989 834 (84.328%) 96(9.7065) 14 (1.416%) 7 (50.00%) 7 (0.550%)*) R. stylosa 1001 927(92.607%) 62 (6.193%) 68 (6.793%) 45 (51.470%) 23 (2.298%)*)

*) dihitung dari jumlah bunga. Perbandingan jumlah bunga yang jatuh adalah cukup tinggi, yaitu 78.303% hingga 92.607%, sedangkan perbandingan bunga menjadi buah dari banyak bunga adalah 1.416% hingga 6.793% dan kejadian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Aksornkoae et al. (1991) menyatakan bahwa perbandingan bunga jatuh (abortion rates) pada spesies R. apiculata di Klang, Malaysia adalah 99.50%, bunga jatuh dari 194 bunga dan

hanya 1 propagul saja yang sampai matang (mature propagule) dan R. mucronata dari 428 bunga 99.40% adalah jatuh dan hanya 7 propagul saja yang sampai matang. Sedangkan Gill dan Tomlinson (1971) dalam penelitiannya menyatakan bahwa hanya 7.20% saja dari bunga menjadi propagul dari perkembangan bunga pada spesies R. mangle.

Page 3: 5_fenologi_mangrove__rhizophora_apiculata_r._mucronata_dan_r._stylosa_eni.pdf

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003 32

Christensen dan Wium Andersen (1976) menyatakan dalam penelitiannya pada spesies R. apiculata, hanya 7.00% saja bunga dapat berkembang dan 1 hingga 3% yang menjadi buah. Terjadinya perbedaan diantara spesies dikarenakan oleh letak dan pengaruh lingkungan di kawasan masing-masing, disamping itu juga faktor lainnya seperti yang dikatakan oleh Saenger (1983) bahwa kecilnya bunga yang sampai menjadi buah pada tumbuhan bakau disebabkan oleh adanya jamur (fungal), serangga dan juga faktor “morphogenetic” dari tumbuhan itu sendiri. WAKTU PEMBUNGAAN Waktu pembungaan pada spesies R. apiculata di pulau Unggas memerlukan 22 bulan untuk dapat menghasilkan satu buah propagul atau anak benih. Waktu yang lama terjadi pada berkembangnya tunas “Bud development” yaitu 10 bulan, waktu berkembangnya bunga 4 bulan,

berkembangnya buah dan berkembangnya propagul masing-masingnya 3 bulan. Untuk spesies R. stylosa adalah sama, yaitu untuk masing-masing spesies memerlukan waku 22 bulan, dimana waktu yang panjang adalah pada berkembangnya tunas, yaitu 11 bulan dan berkembangnya bunga 4 bulan. Sedangkan untuk spesies R. mucronata adalah 19 bulan dan waktu untuk berkembangnya tunas adalah 6 bulan dan berkembangnya bunga 3 bulan, seperti Tabel 2. Lamanya perkembangan bunga pada tumbuhan bakau hingga jatuhnya propagul pada spesies R. apiculata adalah 2-5 tahun, perkembangan bunga 4-6 bulan hampir sama dengan spesies R. mucronata (Christensen dan Wium-Andersen(1976).

Tabel 2. Waktu dan Siklus Fenologi Tumbuhan Bakau Menurut Spesies di Pulau

Unggas Air Bangis Pasaman, Indonesia

Kawasan dan Spesies

Pembentukan Inflorescence (Inflorescence

formation)

Perkembangan Tunas(Bud

develovment)

Bunga Berkembang

(Anthesis)

Perkembangan Buah (Fruit

develomment)

Perkembangan Propagul

(Propagule development)

Buah Matang Jatuh (Mature propagule fall)

P. Unggas : R. apiculata Feb 88 – Mac 88

(2 bulan) Apr 88 – Feb 89

(10 bulan) Mac 89 – Jun 89

(4 bulan) Jul 89 – Sep 89

(3 bulan) Okt 89 – Dis 89

(3 bulan) Dis 89

(Total 22 bulan) R. mucronata Feb 88 – Mei 88

(2 bulan) Jun 88 – Okt 88

(6 bulan) Nov 88 – Mac 89

( 3 bulan) Apr 89 – Jul 89

(4 bulan) Augt 89–Nov 89

(4 bulan) Nov 89

(Total 19 bulan) R. stylosa Feb 88 – Mac 88

(2 bulan) Apr 88 – Mac 89

(11 bulan) Apr 89 – Jul 89

(4 bulan)

Augt 89 – Sep 89 (2 bulan)

Okt 89 – Dis 89 (3 bulan)

Dis 89 (Total 22 bulan)

Kongsangchai dan Havanond (1985) menyatakan bahwa lamanya “reproductive cycle” pada R. apiculata dan R. mucronata adalah 18 dan 17 bulan. Gill dan Tomlinson, 1971) menyatakan bahwa lamanya waktu mulainya berbunga tumbuhan bakau pada famili Rhizophoraceae adalah mulai berumur 3 hingga 4 tahun, dan ini juga hampir sama dengan penelitian Chan et al. (1987) yang menyatakan bahwa pada tumbuhan bakau

baru mulai berbunga pada umur 3 tahun setelah pohon bakau ditanam (after planting). Untuk itu, kalau dipelajari fenomena kedepannya dari regenerasi alami dan dibandingkan dengan fenomena kerusakan hutan mangrove, terutama dari faktor kebijakan yang salah maka tidak memungkinkan lagi regenenerasi alami dan sudah seharusnya dilakukan

Page 4: 5_fenologi_mangrove__rhizophora_apiculata_r._mucronata_dan_r._stylosa_eni.pdf

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003 32

penanaman kembali (re-planting) untuk memulihkan kerusakan yang banyak terjadi sekarang ini. Kalau hal ini terlambat dilakukan maka akibatnya untuk memulihkan kembali kerusakan ekosistem

mangrove akan sulit diperbaiki, kalau hanya mengandalkan faktor regenerasi alami.

DAFTAR PUSTAKA

Aksornkoae, S., Wattayakorn, G. dan Kaitpraneet, W. 1991. Final report: physical and chemical properties of soil and water in mangrove forest at AmphoeKhlung, Changwat Chantaburi, Thailand.

Chai, Paul, P. K. 1982. Ecological studies

of mangrove forest in Sarawak. Unpub.Ph.D. Thesis, University of Malaya, 460 pp.

Chan, H., Nasir Husin, T., dan Chong, P.

F. 1987. Is there a need to eradicate Acrostichum aureum prior to planting of Rhizophora mucronata in logged-over mangrove forest areas. FRIM Occasional Paper No. 1/87, ISSN: 0128-0376, Forest Reserch Institute Malaysia.

Christensen, B dan Wium Andersen,

1976. Seasonal growth of mangrove trees in Southern Thailand. I. The phenology of Rhizophora apiculata Bl. Aquatic Botany 3: 281-286.

Ewusie, J. Y. 1968. Preliminary studies on

the phenology of some woody spesies of Ghana. Ghana Journal of Science, jl. 8. pp. 126-150.

Ewusie,J. Y. 1980. Elemets of tropical

ecology. In. Usman Tanuwidjaya (1990) Pengantar ekologi tropika. Penerbit ITB, Bandung, p. 369.

Frankie, G. W., Baker H. G., dan Opler, P.

A. 1974. Comparative phenological

studies of trees in tropical wet and dry forest in the lowland of Costa Rica, JE, jl. 62, pp. 881-919.

Gill, A. M. dan Tomlinson, P. B. 1971.

Studies on the growth of red mangrove (Rhizophora mangle) I. Habit and general morphology, Biotropica 1: 1-9.

Groat, T. B. 1969. Seasonal flowering

behaviour in central Panama. Annals of MissoriBotanicalGarden, pp. 295-307.

Kongsangchai, J., Panithsuko, S.,

Havanond, S., Laengthanawatankul, J., Supaphibool, K., dan Panitchart, S. 1982. Studies on phenology of some mangrove spesies in Thailand. Paper presented at the NRCT-JSPS Ranatakosin Bicentennial Joint Seminar on Science and Mangrove Resources, 2-6 August 1982, Phuket, Thailand.

Kongsangchai, J. dan Havanond, S. 1985.

Some phenological characteristics of Rhizophora mucronata. Paper presented at the Seminar on Mangrove Studies, NODAI Research Institute, Tokyo University of Agraculture, Japan, August 1985.

Medway, Lord, 1972. Phenology of a

tropical rain forest in Malaya. Bjls, pp. 47-146.

Page 5: 5_fenologi_mangrove__rhizophora_apiculata_r._mucronata_dan_r._stylosa_eni.pdf

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003 32

Muthalib, A. S dan Hayashi, S. 1994. Observasi fenologi bunga mangrove di kawasan hutan taman hutan raya Ngurah Rai, Denpasar Bali. Prosidings Seminar V Ekosistem Mangrove. Jember 3-6 Agustus, 1994: 63-72.

Saenger, P., Hegerl, E. J. dan Davie, D. J.

S. (eds). 1983. Global status of mangrove ecosystem.commision on ecology papers number 3. International union for Conservation of Nature Resources. 88 pp.

Sukwong, S. 1975. Status report on

floritics and forestry aspects of

mangrove forest in Thailand. Departement of Forest Biology College of Forest, Kasetsarst University. Mimeographed report, 7 pp.

Tomlinson, P. B., Primack dan Bunt, J. S.

1979. Preliminary observation on floral biology of mangrove Rhizophoracea. Biotropica 11: 256-277.

Tomlinson, P. B. 1986. The botany of

mangrove. Cambridge. Univ. Press, Cambridge, U. K., 419 p.