54-50-1-PB
-
Upload
richo-purpleboyz -
Category
Documents
-
view
50 -
download
15
Transcript of 54-50-1-PB
-
ANALISIS KEUNTUNGAN USAHATANI PADI SAWAH
DI DESA LABANGKA KECAMATAN BABULU
KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA
Vanya Rosvita ([email protected])
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Prof. Dr. Theresia Militina, S.E.,M.Si
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Drs. Obeth Banni, M.Si
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keuntungan rata-rata yang diperoleh usahatani padi
sawah dalam satu kali musim tanam di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara.
Jumlah sampel yang diambil adalah 40 responden dari 66 populasi yang semua merupakan petani di
Desa Labangka. Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian lapangan, dokumentasi, wawancara dan
kuisioner.
Besarnya keuntungan yang diperoleh petani di Desa Labangka dalam satu kali musim tanam dapat
diketahui dengan menggunakan alat analisis = TR TC. Pengujian hipotesis menggunakan uji satu rata-rata. Hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa keuntungan rata-rata petani
padi sawah untuk satu kali musim tanam sebesar Rp. 4.333.725.
Hasil uji satu rata-rata menunjukan t hitung lebih besar dari t tabel atau 27,35 > 1,96 pada tingkat
kepercayaan 90%.
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani padi sawah menguntungkan petani di
Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara. Tetapi keuntungan yang diperoleh lebih
kecil bila dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh pada usahatani padi sawah di kabupaten atau kota
lainnya.
Kata Kunci : Keuntungan Usahatani, Keuntungan rata-rata, Padi Sawah
ABSTRACT
This research aimed at finding out the average profit of field rice farming in one planting season in
Labangka Village, Babulu Sub-District, Penajam Paser Utara Regency.
Sample taken for the research were 40 out 0f 66 populations, all of whom were farmers who lived in
Labangka Village. Data were collected by observation, interviews, documentations and questionnaires.
The profit the rice farmers of Labangka Village made in one planting season could be calculated by
making use the analytical tool of = TR TC. Meanwhile, to test the hypothesis, the researcher used a-one-averages test of difference.
After being calculated, it was found out that the average profit of the rice farmers of Labangka Village
in one planting season was Rp. 4.333.725,00.
Test of difference also showed that t - account was higher than t - table 27,35 > 1,96 with level of
accountability of 90%.
From the analysis, it could be concluded that the rice farming of Labangka Village, Babulu Sub-
District, Penajam Paser Utara Regency was profitable. And yet, the profit was lower when compared with the
profit in county and other cities.
Key Words : Farm Profits, Average Profit, Field Rice Farming
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara adalah salah satu Kabupaten yang berada di provinsi
Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara disebelah utara,
sebelah timur berbatasan dengan Selat Makasar dan Kota Balikpapan, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Paser dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai
Barat yang sangat berpotensial dengan usahatani padi karena didukung oleh iklim, sarana
serta struktur tanah. Disini saya akan membahas dari sektor pertanian untuk Desa Labangka
Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara sendiri.
Kabupaten Penajam mempunyai potensi yang cukup besar dalam mengembangkan
produksi padi salah satunya Kecamatan Babulu, padi merupakan sumber pendapatan sebagian
besar penduduk disamping kegiatan lainnya. Hal ini tidak terlepas dari adanya peranan
pemerintah setempat yang senantiasa memberikan bimbingan dan bantuan kepada para petani
agar produksinya dapat ditingkatkan supaya pandapatan usaha padi juga meningkat.
Petani padi sawah di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser
Utara selama ini belum ada suatu analisis tentang usahatani padi sawah apakah
menguntungkan atau tidak, walaupun bagi petani setempat tetap dilakukan karena menurut
mereka menguntungkan.
Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis terinspirasi untuk mengkaji lewat
kajian empirik dengan judul : Analisis Keuntungan Usahatani Padi Sawah di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut :
Apakah usahatani padi sawah memberikan keuntungan rata-rata yang signifikan di Desa
Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui keuntungan rata-rata yang signifikan dari usahatani padi sawah di Desa Labangka
Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara.
1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Sumber informasi bagi petani padi sawah guna meningkatkan produksi dan keuntungan. 2. Bahan informasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan
usahatani padi sawah.
3. Bahan referensi bagi peneliti berikutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Produksi 2.1.1 Ekonomi Produksi Pertanian
Ekonomi produksi pertanian menurut Soekartiwi (2003 : 3) adalah: Ilmu yang
membahas tentang penggunaan faktor-faktor produksi dalam bidang pertanian. Pembagian
faktor-faktor produksi kedalam tanah, tenaga kerja, dan modal adalah konvensional.
Sumbangan tanah berupa unsur-unsur tanah yang asli dan sifat-sifat tanah yang tak dapat
dirusakkan (original and indestructible properties of the soil) dengan hasil pertanian yang
diperoleh (Mubyarto, 1994 : 69). Tetapi untuk memungkinkan diperolehnya produksi
-
2
diperlukan tangan manusia yaitu tenaga kerja petani. Akhirnya yang disebut modal adalah
sumber-sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dapat dibuat oleh manusia. Kadang-kadang
modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi non
manusiawi termasuk tanah. Itulah sebabnya jika kita menunjuk pada modal dalam arti luas
dan umum kita akan memasukan semua sumber ekonomi termasuk tanah diluar tenaga kerja.
Menurut Assauri (2006 : 107) mendefinisikan produksi sebagai berikut : Produksi
adalah merupakan segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu
barang dan jasa. Selain itu produksi dapat juga diartikan sebagai kegiatan menghasilkan
barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang
(www.dikmenum.go.id). Selanjutnya menurut M.Fuad (2004 : 8) produksi adalah kegiatan
atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output).
2.1.2 Pengertian Usahatani Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang
dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan
sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.
Dalam ekonomi pertanian dibedakan pengertian produktivitas dan pengertian
produktivitas ekonomis daripada usahatani. Dalam pengertian ekonomis maka letak atau jarak
usahatani dari pasar penting sekali artinya. Kalau dua buah usahatani yang lebih dekat dengan
pasar penting sekali artinya. Kalau dua buah usahatani mempunyai produktivitas fisik yang
sama, maka usahatani lebih dekat dengan pasar mempunyai nilai lebih tinggi karena
produktivitas ekonominya lebih besar.
2.1.3 Pengertian Laba (Profit) Laba merupakan selisih antara pendapatan (penerimaan) kotor dan pengeluaran total
(biaya total). Beberapa ahli mendefinisikan laba sebagai berikut: Menurut Ahyari (1981 : 205)
bahwa laba adalah penerimaan bersih yang diterima pemilik usaha setelah semua biaya usaha
dikeluarkan. Selanjutnya Adiwijaya (1982:168) menyatakan bahwa laba yang diperoleh
seorang petani dari usahanya dapat berubah selisih lebih dalam perbandingan antara neraca
pada permulaan usahanya dengan neraca pada akhir usahanya.
Menurut (Tohir,1980:213) secara matematis laba (profit) dapat di tulis sebagai berikut:
Profit () = TR - TC Karena TR = f (Y) dan TC = (Y), maka = f (Y) Keterangan:
Profit = Laba yang diperoleh dari suatu satuan unit produksi.
TR = Total revenue (total penerimaan produsen dari hasil penjuakan inputnya dikaitkan
harga jual)
TC = Total cost (total biaya yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap maupun tidak
tetap)
Y = Jumlah output (variable pilihan)
= Penghasilan bersih
2.1.4. Hasil dan Biaya Produksi
Sebelum lebih lanjut perlu kita bedakan arti dan istilah yang sering digunakan secara
serampangan, hasil dan produksi. Pada prinsipnya hasil merupakan terjemahan dari kata yield, yaitu keluaran (output) yang diperoleh dari penggunaan input produksi (sarana
produksi) dari suatu usaha tani. Sedangkan produksi merupakan terjemahan dari kata
production, yang merupakan sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Tetapi
-
3
dalam penggunaannya selama ini sering mengalami kerancuan, disadari karena ini sudah
merupakan kebiasaan dan tiak ada atau jarang ada yang membantahnya.
Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto yang
diperolehnya. Semuanya kemudian dinilai dalam uang.tetapi tidak semua hasil ini diterima
oleh petani. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya untuk biaya
usaha tani seperti bibit, pupuk, obat-obatan, biaya pengolahan tanah, upah menanam, upah
membersihkan rumput dan biaya panenan yang biasanya berupa bagi hasil (in natura). Setelah
semua biaya tersebut dikurangkan barulah petani memperoleh apa yang disebut hasil bersih
atau keuntungan.
Biaya produksi adalah sebagai koompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-
faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik
secara tunai maupun tidak tunai. Menurut Suparmoko (1998 : 83) berpendapat bahwa biaya
produksi adalah nilai dari semua masukan (input) yang digunakan dalam proses produksi.
Doll dan Orazem (1998 : 28) berpendapat bahwa biaya produksi adalah nilai dari semua
faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses
produksi berlangsung.
Dalam analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan sesuai dengan
tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut:
1. Biaya-biaya yang berupa uang tunai, misalnya upah kerja untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk membeli pupuk, pestisida
dan lain-lain.
2. Biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa
uang. Sedangkan biaya variable adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung
dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk dan
sebagainya.
3. Biaya rata-rata marginal. Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang
dikeluarkan petani/ pengusaha untuk mendapatkan tambahan satu-satuan produk pada
suatu tingkat produksi tertentu.
2.2 Faktor Produksi Faktor produksi dalam usaha pertanian mencakup tanah, modal dan tenaga kerja.
Sebagian ahli berpendapat dan memasukan factor keempat, yaitu manajemen atau
pengelolaan (skill) kedalam faktor produksi. Dua pendapat ini sebenarnya tidak perlu jadi
masalah dan untuk lebih jelasnya kita bahas lebih lanjut dalam bab berikutnya. Dua-duanya
benar dan dapat dipakai, tergantung sekarang yang mana yang akan kita pilih atau kita
gunakan.
Menurut Sukirmo (2006 : 6) pengertian faktor produksi adalah benda-benda yang
disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi
barang dan jasa.
Produksi pertanian yang optimal adalah produksi yang mendatangkan produk yang
menguntungkan ditinjau dari sudut ekonomi ini berarti biaya faktor-faktor input yang
berpengaruh pada produksi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
sehingga petani dapat memperoleh keuntungan dari usaha taninya.
Faktor-faktor yang dimaksud adalah :
a. Alam Alam merupakan semua kekayaan yang terdapat di alam untuk dimanfaatkan dalam
proses produksi, karena sudah begitu saja ada pada kita dan sejak dulu dimanfaatkan untuk
-
4
produksi, maka SDA ini termasuk faktor produksi yang meliputi tanah, air, iklim, udara, dan
sebagainya.
b. Tenaga Kerja Dalam ilmu ekonomi (Daniel, 2002 : 86) yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu lat
kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada
usaha produksi. Tenaga kerja ternak atau traktor bukan termasuk faktor tenaga kerja, tetapi
termasuk modal yang menggantikan tenaga kerja.
c. Modal Modal/Kapital mengandung banyak arti, tergantung pada penggunaannya. Dalam arti
sehari-hari, modal sama artinya dengan harta kekayaan yang dimilki seseorang yaitu semua
harta berupa uang, tanah, mobil, dan lain sebagainya.
Menurut Von Bohm Bawerk (Daniel, 2002 : 74), arti modal modal atau kapital adalah
segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan
masyarakat. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan
sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barang-barang baru dan inilah yang disebut
modal masyarakat atau modal sosial.
d. Keahlian (Skill) Yang dimaksud dengan keahlian atau skill adalah manajemen atau kemampuan petani
menentukan manfaat pengunaan faktor produksi dalam perubahan teknologi, sehinga usaha
tani yang dikelolanya dapat memberikan hasil (output) yang lebih baik. Oleh karena itu
kapada para petani harus diberikan penyuluhan dalam menggunakan dan memanfaatkan
faktor-faktor produksi pada saat muncul teknologi baru yang dapat diterapkan dalam
melakukan usaha tani, yang dapat menyebabkan biaya produksi dapat ditekan dan dapat
meningkatkan produksi.
2.3 Fungsi Produksi Di dalam ekonomi kita kenal apa yang disebut fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang
menunjukan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi
(input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai berikut :
Y = f ((1, 2. ) Di mana Y = adalah hasil produksi fisik
1 = faktor-faktor produksi Berdasarkan fungsi diatas, petani dapat melakukan tindakan yang mampu
meningkatkan produksi (Y) dengan cara berikut:
1. Menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan. 2. Menambah beberapa jumlah input (lebih dari satu) yang digunakan.
Dalam produksi pertanian misalnya produksi padi maka produksi fisik dihasilkan oleh
bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Untuk
dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan menganalisa peranan masing-
masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor-faktot produksi itu salah sati faktor
produksi kita anggap variable (berubah-ubah) sedangkan faktor-faktor produksi lainnya
dianggap konstan.
-
5
y
Produksi
Fisik
Faktor produksi tanah
0 x
Gambar 2.1 Fungsi Produksi
Misalnya untuk menganalisa hubungan antara produksi padi dengan tanah harus kita
anggap modal dan tenaga kerja sebagai faktor produksi yang tetap (konstan). Dalam bentuk
grafik fungsi produksi merupakan kurva melengkung dari kiri bawah ke kanan atas yang
setelah sampai titik tertentu kemudian berubah arah sampai titik makimum. Dan kemudian
berbalik turun kembali. Hubungan fungsional seperti yang digambarkan di atas berlaku untuk
semua faktor produksi yang telah disebut yaitu tanah, tenaga kerja dan modal, disamping
faktor produksi keempat yaitu manajemen (koordinasi atau entrepreneurship) yang berfungsi
mengkoordinasikan ketiga faktor produksi yang lain sehingga benar-benar mengeluarkan
hasil produksi (output).
2.4 Efisiensi Penggunaan Input Pengertian efisiensi sangat relative. Dalam tulisan yang disajikan di sini, efisiensi
diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi
yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat
suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input
(P) tersebut menurut (Soekartawi, 1995 : 48) dapat dituliskan:
NPMx = Px; atau NPMx
Px = 1
Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px yang sering terjadi adalah
sebagai berikut:
a. (NPMx/Px) > 1; artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu ditambah.
b. (NPMx/Px) < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk mejadi efisien, maka penggunaan input X perlu dikurangi.
2.5 Definisi Konsepsional Sesuai dengan judul penelitian yaitu analisis keuntungan usahatani padi sawaah di
Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara, agar tidak terjadi
kesalahan dalam persepsi terhadap variable-variabel yang digunakan maka perlu diberi
batasan-batasan sesuai dengan konsep atau teori yang sudah ada.
Keuntungan merupakan selisih antara pendapatan (penerimaan) kotor dan pengeluaran
total (biaya total). Beberapa ahli mendefinisikan keuntungan sebagai berikut :
Menurut Ahyari (1981 : 205) bahwa Keuntungan adalah penerimaan bersih yang
diterima pemilik usaha setelah semua biaya usaha dikeluarkan. Selanjutnya tingkat
-
6
keuntungan usahatani menurut Soekartawi (1991 : 48), diukur dengan pendapatan bersih
usahatani. Besarnya penerimaan di dapat dari penjualan hasil produksi dan biaya yang di
keluarkan untuk suatu proses produksi menunjukan keuntungan petani. Keuntungan petani
yang besar ini di dapat pada tingkat produksi yang memberikan selisih yang besar antara
penerimaan dengan biaya produksi.
Menurut (Tohir, 1980 : 213) secara matematis keuntungan (profit) dapat di tulis
sebagai berikut :
Profit () = TR TC Karena TR = f (Y) dan TC = (Y), maka = f (Y) Keterangan :
Profit = Keuntungan yang diperoleh dari suatu satuan unit produksi.
TR = Total Revenue (total penerimaan produsen dari hasil penjualan inputnya dikalikan
dengan harga jual).
TC = Total Cost (total biaya yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap maupun tidak
tetap).
Y = Jumlah Output (variable pilihan).
= Penghasilan bersih Keuntungan yang diperoleh seorang petani dari usahanya dapat berubah selisih lebih
dalam perbandingan antara neraca pada permulaan usahanya dengan neraca pada akhir
usahanya (Adiwilaga, 1982 : 168). Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam
yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan
air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan
yang didirikan diatas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam
atau memelihara ternak.
Penerimaan pada bidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam bentuk
uang sebelum dikurangi dengan biaya pengeluaran selama kegiatan usaha (Mosher, 1987 :
151) Biaya Produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam
bentuk benda maupun jasa selam proses produksi berlangsung.
Pembagian biaya produksi berdasarkan sifatnya terdiri dari:
1. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi seperti alat pertanian dan tenaga kerja.
2. Biaya tidak tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah.
2.6 Kerangka Pikir Peningkatan kesejahteraan masyarakat dilakukan melalui pembangunan di berbagai
bidang, salah satunya pembangunan di bidang pertanian. Hal ini Nampak semakin
digallakkannya pembangunan di bidang pertanian utamanya sub sektor pangan. Salah satu sub
sektor pangan adalah usahatani padi sawah. Petani dalam melakukan proses produksi (Q)
untuk menghasilkan output, diperlukan biaya pengeluaran-pengeluaran (TC) yang digunakan
dalam mempertahankan kelangsungan proses produksi tersebut. Besarnya produksi padi (Q)
ditentukan dari penggunaan faktor-faktor produksi seperti bibit, pupuk, tenaga kerja dan lahan
serta pengolahan. Biaya Produksi (C) adalah banyaknya penggunaan faktor-faktor produksi
dikali dengan harga masing-masing harga produksi, ditambah dengan biaya tetap seperti
penyusustan alat-alat yang digunakan seperti: cangkul, parang, sprayer, arit dan lain-lain.
Nilai produksi yang merupakan penerimaan kotor (TR) petani adalah banyaknya produksi (Q)
dikali dengan harga jual (P). Selisih antara penerimaan kotor (TR) dengan biaya total (TC)
adalah keuntungan () usahatani padi yang di peroleh petani. Uraian tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:
-
7
Skema Kerangka Pikir:
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian
2.7 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan teori yang diuraikan disusun hipotesis sebagai
berikut : Usahatani padi sawah dapat memberikan keuntungan rata-rata yang signifikan terhadap petani di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara.
BAB III
METODE PENELITAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Dalam memahami isi penelitian ini, maka akan dikemukakan definisi operasional
variable yang ada kaitannya dengan judul ini.
1. Produksi (Q) adalah jumlah produk yang dihasilkan petani padi berupa gabah kering giling (GKG) yang diukur dengan kilogram (Kg) untuk satu kali panen.
2. Biaya (C) adalah jumlah pengeluaran yang dikeluarkan petani secara riil dalam menghasilkan padi yang diukur dengan Rupiah (Rp). Biaya usaha tani diklasifikasikan
menjadi dua yaitu : Biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (Variable cost).
Sub Sektor dan Pangan
Usaha Tani Padi Sawah
Penerimaan TR = P.Q
Biaya Produksi TC = TFC + TVC
Pembangunan Pertanian
Alat Analisis : - TR = P.Q
- = TR TC - Uji Rata-rata
Keuntungan/ Pendapatan
TR = TC
Produksi
-
8
3. Pendapatan bersih petani () adalah jumlah uang yang diterima petani padi dari hasil penjualan gabah setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan dalam setiap kegiatan produksi
yang diukur dalam rupiah (Rp).
4. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan kotor dengan seluruh biaya produksi usahatani padi sawah di Labangka untuk sekali musim tanam.
3.2 Unit Analisis, Populasi Dan Sample
3.2.1. Unit Analisis
Pengambilan sampel yang digunakan adalah Sistem Acak Sederhana (Simple Random
Sampling). Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa setiap responden mempunyai kesempatan
yang sama dijadikan sampel, dengan tingkat kepercayaan 90%.
3.2.2. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti, yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah semua petani padi sawah yang bertani padi sawah di Desa Labangka
Kecamatan Babulu yang jumlahnya 66 orang.
3.2.3. Sampel Sampel adalah objek yang diambil dengan cara mereduksi objek penelitian yan
dianggap representatif terhadap populasi. Penentuan besarnya sampel digunakan rumus
(Slovin, 2000 : 164) sebagai berikut :
n =
1+()2
n = 66
1+66 0,1 2
n = 66
1+0,66
n = 66
1,66
n = 39,75 atau dibulatkan = 40
Dimana :
N = populasi
n = jumlah sampel
d = kesalahan baku
Dari hasil perhitungan di atas dapat di buat data berdasarkan Strata dan Luas Lahan
Pertanian yang dimiliki oleh petani di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam
Paser Utara.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer diperoleh dengan
cara pengamatan langsung di lokasi penelitian dan mengadakan wawancara kepada petani
responden dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disusun sesuai
dengan tujuan penelitian sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, laporan
instansi-instansi terkait dan data dari kantor kelurahan atau sumber-sumber lain yang
mendukung penelitian ini. Sumber data berasal dari Kelompok Tani Desa Labangka,
Kelurahan Desa Labangka dan Data Badan Pusat Statistik Penajam Paser Utara.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa :
a. Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengn mengamati langsung dilapangan. Teknik ini
dilkukan melalui dua jalur yaitu observsi langsung dan observasi tidak langsung.
Observasi langsung adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ditempat
kejadian. Observasi tidak langsung adalah pengumpulan data melalui pengamatan dan
pencatatan gejala-gejala pada obyek yang dilakukan secara langsung di tempat kejadian.
-
9
Observasi tidak langsung adalah pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan
gejala-gejala pada obyek penelitian yang pelaksanannya tidak secara langsung pada
obyeknya.
b. Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan mengumpulkan data melalui
keterangan secara tertulis yang merupakan dokumen-dokumen yang ada hubungannya
dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
c. Wawancara langsung dengan pihak yang berkompeten.
d. Kuisioner yaitu suatu teknik atau alat pengumpulan data dengan jalan mengajukan daftar
pertanyaan mengenai masalah yang hendak diteliti kepada responden untuk dijawab.
3.5 Alat Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Analisis besarnya keuntungan usaha tani, menurut Tohir (1980 : 213) yakni :
= TR TC = P. Q TFC -TVC
Dimana : = keuntungan usahatani padi sawah TFC = biaya tetap
TVC = biaya variable
P = harga gabah kering
Q = produksi padi sawah
Untuk mengetahui nilai rata-rata digunakan rumus (Sri Mulyo, 1988 : 190)
sesuai dengan penelitian :
1 = 1
1 = 1
Dimana :
= rata-rata pendapatan kotor Menghitung besarnya biaya total menggunakan rumus (Sri Mulyono,1998 : 189) sebagai
berikut :
TC = TFC + TVC
Dimana :
TC = biaya total
TFC = biaya tetap
TVC = biaya variabel
Menghitung besarnya biaya rata-rata digunakan rumus (Sri Mulyono, 1998 : 189):
2 = 2
=
Dimana :
= biaya total rata-rata Menghitung besarnya laba (pendapatan bersih) digunakan rumus :
= TR TC Kemudian dihitung
=
rata-rata tersebut di uji dengan uji rata-rata dengan rumus (Boediono, 1992 : 264) :
21
21
11
nns
xxt
-
10
Dimana :
t = hitung
1 = rata-rata total penerimaan kotor usahatani padi sawah 2 = rata-rata total biaya usahatani padi sawah s = nilai varians variabel
n1 = jumlah sampel x1
n2 = jumlah sampel x2
menguji signifikan atau tidak signifikan dibuatkan hipotesis sebagai berikut:
H0 = 1 - 2 0 H0 artinya usahatani padi sawah tidak memberi keuntungan atau merugi.
H1 = 1 2 > 0 H1 artinya usahatani padi sawah menguntungkan. Bila t hitung lebih besar dari t daftar pada tingkatan kepercayaan 90% dengan derajat
kebebasan (n-1) maka menerima H1 dan menolak H0, sebaliknya bila t hitung lebih kecil dari t
daftar pada tingkat kepercayaan 90% dengan derajat kebebasan (n-1) maka menolak H1 dan
menerima H0.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Labangka termasuk dalam wilayah Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam
Paser Utara, Kalimantan Timur. Jarak Desa Labangka dengan ibukota kecamatan sekitar 11
kilometer dengan waktu tempuh selama kurang lebih setengah jam. Sedangkan jarak ke
ibukota kabupaten sekitar 50 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih selama satu
setengah jam. Batas-batas administrasi Desa Labangka adalah Desa Api-api di sebelah utara,
Desa Babulu Darat di sebelah selatan, Desa Rintik di sebelah barat, dan Desa Babulu Laut di
sebelah timur. Secara keseluruhan luas wilayah Desa Labangka adalah sekitar1.040,02 hektar
yang terdiri atas 116,87 hektar (13.81%) lahan yang telah digunakan dan sekitar 918 hektar
merupakan (86.19%) lahan terlantar. Gambaran secara rinci mengenai luas Desa Labangka
berdasarkan penggunaan lahan ditunjukkan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan diDesa Labangka Menurut Luas Lahan
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
Sawah Irigasi Teknis 24.61 4.1
Sawah Tadah Hujan 24.45 3.53
Pemukiman Umum 60 5.69
Pasar 1.2 0.02
Tempat Ibadah 1.17 0.02
Kuburan/Makam 3.7 0.17
Tempat Rekreasi dan Olahraga 1.92 0.09
Perkantoran Pemerintahan 1.74 0.07
Sekolah/lainnya 3.23 0.12
Lahan Terlantar 918 86.19
TOTAL 1,040.02 100.00
Sumber : Profil Desa Labangka, 2011.
Topografi wilayah Labangka berada pada ketinggian 0-150 m diatas permukaan laut
(dpl).Dengan tingkat lereng 15-40 % tersebar di wilayah bagian barat sedangkan bagian
Timur memiliki tingkat lereng 0 5 persen.Suhu rata-rata di Labangka tahun 2009 berkisar antara 25
0C dengan kecepatan angin rata-rata 3 knot/jam.Curah hujan merupakan faktor
penting dalam pembentukan iklim suatu wilayah. Curah hujan pada tahun 2011 yang
-
11
dilaporkan dari 4 pos pengamatan di kecamatan rata-rata tercatat 221,75 mm, sedang rata-rata
hari hujan pada tahun 2011 adalah 12 hari per bulan.
4.2 Keadaan Penduduk
Penduduk sebagai sumber daya manusia merupakan subyek dalam pembangunan yang
harus mengenal karakteristiknya. Berdasarkan data dari kantor DesaLabangka, diperoleh
rincian data jumlah penduduk yang dijabarkan sebagai berikut.
4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di desa Labangka sebanyak 1.724 jiwa yang terdiri dari 884 orang
laki-laki dan 840 orang perempuan. Persentase jumlah penduduk Desa Labangka berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Persentase Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa Labangka
Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara
No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 884 51,28
2 Perempuan 840 48,72
Jumlah 1.724 100,00
Sumber :Profil Desa Labangka, 2011
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa persentase perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan, dimana penduduk laki-laki hampir sebanding dengan
jumlah penduduk perempuan. Selisih jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 44
jiwa atau sebesar 2,52 %.
4.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Sebagian besar wilayah di Desa Labangka merupakan daerah pertanian, perhutani, dan
usaha peternakan. Adapun rincian jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat
dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Karakteristik Penduduk Desa Labangka Berdasarkan Mata
Pencaharian
No. Keterangan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Petani & Perkebunan 425 47,69
2 Pekerja di sekrot Jasa & Perdagangan 400 44,89
3 PNS 53 5,94
4 Pekerja di Sektor Industri 11 1,23
5 Peternak 2 0,22
Jumlah 891 100,00
Sumber :Profil Desa Labangka, 2011
Berdasarkan data pada Tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk desa
Labangka sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani dan
pekebun yaitu dengan presentase terbanyak 425 orang atau 47,69 %. Hal ini dikarenakan
lahan pertanian dan perkebunan di desa Labangka masih cukup potensial untuk bidang
tersebut.Sehingga untuk dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan perkebunan
juga untuk mencukupi kebutuhan keluarga, maka diperlukan adanya peningkatan kegiatan di
bidang pertanian dan perkebunan.Salah satunya yaitu kegiatan usahatani padi yang memang
telah menjadi pekerjaan utama penduduk setempat, dengan luas lahan pertanian padi yang
-
12
mendukung untuk kegiatan usahatani.Apabila dilihat dari tingkat pendidikan penduduk,
diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk desa Labangka juga mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan mengenai pilihan pada bidang pekerjaan mereka selain warisan turun
temurun dari nenek moyang penduduk desa Labangka rata-rata para transmigran dari jawa
yang dahulu juga adalah sebagai petani.
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Labangka Berdasarkan TingkatPendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 SD/sederajat 497 40,53
2 SMP/sederajat 513 41,84
3 SMA/sederajat 203 16,55
4 Perguruan tinggi 13 1,08
Jumlah 1.226 100,00
Sumber :Profil Desa Labangka, 2011.
Dari segi pendidikan Desa Labangka tergolong rendah karena sebagian besar
penduduk atau sekitar 40 persen penduduk hanya mengikuti pendidikan formal hingga tamat
sekolah dasar. Sisanya sekitar 41 persen dari penduduk menyelesaikan pendidikan hingga
tamat sekolah lanjutan pertama atau sederajat dan sekolah menengah atas sekitar 16 persen
memenuhi program pendidikan wajib 9 tahun yang digerakkan pemerintah. Gambaran secara
rinci tentang penduduk Desa Labangka berdasarkan tingkat pendidikan ditunjukkan dalam
Tabel 4.4.
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat diketahui rata-rata tingkat
pendidikan penduduk adalah SMP/sederajat dan tingkat pendidikan yang terendah adalah
perguruan tinggi.Semakin menurunnya presentase tingkat pendidikan tersebut disebabkan
karena semakin tingginya tingkat pendidikan maka biaya yang dikeluarkan untuk menempuh
pendidikan semakin besar.Sehingga sebagian besar masyarakat di Desa Labangka lebih
memilih untuk tidak meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi memilih untuk
bekerja sebagai petani.Selain itu, kurangnya minat penduduk untuk menjadi warga yang
berkembang dalam hal usaha pekerjaan juga dapat mempengaruhi motivasi penduduk dalam
mencari lahan penghidupan untuk menyejahterakan keluarganya.
4.3. Karakteristik Petani Responden
Karakteristik petani responden akan diuraikan berdasarkan umur petani,tingkat
pendidikan, status dan luas lahan garapan, pengalaman berusahatani padi, jumlah anggota
keluarga, status usahatani padi sawah,pekerjaan sampingan, keputusan bertani padi sawah,
dan kondisi tempat tinggal.Karakteristik petani responden selengkapnya sebagai berikut :
1. Umur Petani
Tenaga kerja produktif umumnya berada pada selang 25 hingga 40 tahun,sedangkan
jika kurang atau lebih dari selang umur tersebut akan tergolong sebagaitenaga kerja kurang
produktif tetapi masih termasuk dalam usia kerja.Karakteristik petani responden berdasarkan
umur ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Umur
Kelompok Umur
(Tahun)
Jumlah Responden
(orang) Persentase (%)
31 40 4 10,0
41 50 19 47,5
51 60 12 30
-
13
> 60 5 12,5
Total 40 100,00
Sumber data : Pengolahan Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan umur, sebagian besar responden terdiri atas petani darikelompok umur 41
hingga 50 tahun yaitu sebanyak 19orang atau 47,5 persen dari keseluruhan responden.
Sedangkan petani respondenyang paling sedikit berasal dari kelompok umur antara 31 hingga
40 yaitu hanyasebanyak 4 orang (10 %). Petani responden lainnya yang juga
jumlahnyatergolong sedikit berasal dari kelompok umur 51 hingga 60 tahun yang
berjumlah12 orang (30 %) dan yang sudah berusia lanjut yaitu sebanyak 5 orang atau 12,5
persen.
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi dan inovasi
yang sedang berkembang. Pada umumnya, semakin tinggi tingkatpendidikan, maka proses
adopsi teknologi akan semakin cepat. Adapun tujuanteknologi dan inovasi adalah untuk
memperbaiki usahatani baik dari segi produksiatau produktivitas.Berdasarkan tingkat
pendidikan, petani responden lebih banyakterkonsentrasi pada kelompok tidak tamat SD yaitu
sebanyak 18 orang (45 %) dankelompok yang tidak pernah mengikuti sekolah formal sama
sekali yaitu sebanyak12 orang (30 %). Hanya satu orang diantara petani responden yang
menyelesaikanpendidikan SLTP hingga tamat.Karakteristik petani responden
berdasarkantingkat pendidikan selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
(orang) Persentase
Tidak Pernah Sekolah 12 30.00
Tidak Tamat SD 18 45.00
Tamat SD 9 22.50
Tamat SLTP 1 2.50
Tamat SLTA 0 0.00
Total 40 100.00
Sumber :Profil Desa Labangka, 2011.
3. Status dan Luas Lahan Garapan
Semua petani responden merupakan petani pemilik karena petaniresponden
menggarap lahan tanpa mengeluarkan biaya sewa lahan. Sementaraluas lahan garapan
berpengaruh positif terhadap produktivitas usahatani dimanausahatani dengan luas lahan yang
lebih besar akan memiliki produktivitas yangrelatif lebih tinggi daripada usahatani dengan
luas lahan yang lebih kecil. Luaslahan garapan petani responden bervariasi mulai dari petani
yang memiliki luaslahan garapan dari satu hektar hingga petani yang memiliki luas
lahangarapan lebih dari satu hektar.Sebagian besar petani responden memiliki luaslahan
garapan 1 hektar yaitu sebanyak 5 orang (12.5 %).Sedangkan petani yang memiliki luas lahan
garapan satu setengah hektar sebanyak 12 orang (30 %). Petani responden yang memiliki luas
lahan garapan2 hektar sebanyak 23 orang (57,5 %), dan tidak ada diantara petaniresponden
yang memiliki luas lahan garapan lebih dari 2 hektar. Hasil produksi usahatani padi sawah
berupa gabah kering simpan satu diantara penyebabnya adalah tergantung dari luas lahan.Data
secara rincimengenai karakteristik petani responden berdasarkan luas lahan garapan
disajikandalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan
-
14
Garapan
Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden
(orang) Persentase (%)
1 Ha 5 12,5
1,5 Ha 12 30
2 Ha 23 57,5
Total 40 100.00
Sumber :Profil Desa Labangka, 2011.
4. Pengalaman Berusahatani Padi Sawah
Petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama akan lebih baikdan lebih
matang dalam hal perencanaan usahatani karena lebih memahamiberbagai aspek teknis dalam
berusahatani. Demikian juga dengan berbagaimasalah non teknis yang biasanya dihadapi
dalam berusahatani sehingga padaakhirnya produktivitasnya akan lebih tinggi.Kelompok
petani responden dengan jumlah yang paling banyakberdasarkan pengalaman berusahatani
adalah kelompok petani yang telahberusahatani padi sawah selama lebih dari 10 tahun yaitu
sebanyak 15 orang (37.5%).Hanya sebagian kecil dari petani responden yang memiliki
pengalamanberusahatani padi ladang kurang dari 5 tahun yaitu sebanyak 2 orang (5
%).Sedangkan petani yang lain selebihnya tersebar dalam kelompok denganpengalaman
berusahatani padi ladang antara 5 hingga 10 tahun sebanyak 6 orang(15 %). Kelompok antara
11 hingga 15 tahun sebanyak 9 orang (22.5 %), dankelompok antara 16 hingga 20 tahun
sebanyak 8 orang (20 %). Gambaran petaniberdasarkan pengalaman berusahatani secara rinci
disajikan dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman
Usahatani
Pengalaman Berusahatani
Padi Sawah (Tahun)
Jumlah Responden
(orang) Persentase
< 5 2 5.00
5 10 6 15.00
11 15 9 22.50
16 20 8 20.00
> 20 15 37.50
Total 40 100.00
Sumber :Profil Desa Labangka, 2011.
Seluruh petani responden menyatakan bahwa berusahatani padi sawah merupakan
usaha pokok untuk memenuhi kebutuhan beras sehingga rumah tanggapetani tidak perlu
membeli beras untuk pangan sehari- hari. Selain itu para petanijuga berusahatani padi sawah
karena tidak memiliki keahlian lain selain bertanidan juga karena kondisi alam seperti
ketersediaan air, kesuburan tanah, danketersediaan modal yang hanya sesuai dengan
komoditas padi sawah. Bertanipadi sawah juga dilakukan secara turun temurun juga oleh
karena faktor faktor yang telah disebutkan di atas.Petani yang memiliki usaha sampingan selainusahatani padi sawah memiliki usaha sampingan sebagai perangkat desa sepertiKetua
RT ataupun sebagai Hansip atau Linmas (Perlindungan Masyarakat).
5. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerjadikaitkan
dengan jumlah penggunaan (sumbangan) tenaga kerja terhadap kegiatanproduksi usahatani.
Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakinbanyak pula tenaga kerja yang dapat
digunakan dalam kegiatanproduksiusahatani sehingga produktivitas akan lebih tinggi, dan
-
15
demikian juga sebaliknya.Jumlah anggota keluarga juga akan berpengaruh terhadap jumlah
tanggungankeluarga atau tingkat konsumsi rumahtangga.Sebagian besar responden atau
sebanyak 27 rumahtangga (67.5 %)tergolong ke dalam kelompok dengan anggota keluarga
antara 3 hingga 5 orang, dan hanya sebanyak 5 rumah tangga (12.5 % ) dari keseluruhan
responden yangmemiliki anggota keluarga lebih dari 5 orang, sedangkan rata-rata rumah
tangga petani responden memiliki sebanyak sekitar 4 orang. Gambaran secara rincimengenai
karakteristik petani responden berdasarkan jumlah anggota keluargadisajikan dalam Tabel
4.9.
Tabel 4.9 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jumlah AnggotaKeluarga
Kelompok Jumlah Anggota RT Persentase
< 3 orang 8 20.00
3 5 orang 27 67.50
> 5 orang 5 12.50
Total 40 100.00
Sumber :Profil Desa Labangka, 2011.
6. Status Usahatani Padi Sawah Status Usahatani padi sawah, dalam artian apakah usahatani padi sawah merupakan
mata pencaharian utama atau sampingan, akan mempengaruhi sikap petani dalam
menentukaan komoditi usahatani mana yang akan menjadi prioritas (fokus) yang mendapat
perhatian atau alokasi sumberdaya yang relatif lebih besardan yang lebih kecil. Petani yang
bermata pencaharian utama usahatani padi sawah akan lebih memfokuskan pekerjaan atau
sumberdayanya terhadap usahatani padi sawah, sehingga petani akan lebih mengusahakan
peningkatan produksi dan produktivitas padi sawah daripada komoditi yang menjadi
usahatani sampingan. Seluruh petani yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka
memilih berusahatani padi sawah sebagai mata pencaharian utama sehingga sumberdaya yang
dimiliki petani dialokasikan terutama untuk usahatani padi sawah.
7. Pekerjaan Sampingan
Jenis pekerjaan sampingan yang dimiliki petani akan berpengaruhterhadap pendapatan
tambahan yang diperoleh rumah tangga, sehingga tingkat pendapatan tersebut akan
berpengaruh terhadap produktivitas usahatani.Pendapatan dari pekerjaan sampingan akan
digunakan sebagai tambahan modal dalam penyediaan sarana produksi yang lebih banyak
sehingga hasil produksiyang diperoleh akan lebih besar. Selain bertani, responden pada
umumnya tidak
memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan rumah tangga karena
tidak mempunyai keahlian lain selain bertani. Sehingga sumber pendapatan yangmenjadi
penunjang usahatani padi sawah adalah dengan dengan berkebun tetapi umumnya tidak
dikelola secara baik atau tidak diusahakan secara kontinyu.
8. Keputusan Bertani Padi Sawah
Keputusan bertani padi sawah dalam menentukan jenis, pola tanam, danteknik
produksi lainnya petani bebas menentukan sendiri atau dipengaruhi adatistiadat setempat yang
mengikat kebebasan petani dalam mengambil keputusanusahatani. Keputusan yang diambil
akan berpengaruh terhadap produktivitas dankemajuan usahatani karena petani yang dinamis
akan lebih mampu mengadopsiteknologi usahatani.Teknologi dan inovasi bertujuan untuk
meningkatkanproduktivitas padi sawah dan taraf hidup petani.Keseluruhan petani responden
menyatakan bahwa keputusan dalamberusahatani diambil sendiri dengan kebebasan
berdasarkan pemahaman danpengalaman petani dan tidak terikat dengan aturan atau adat
istiadat setempat.Segala usaha yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas usahatani
-
16
terutamapadi sawahakan dilakukan petani sesuai dengan kemampuan sumberdayanyatanpa
dipengaruhi faktor adat istiadat setempat.
9. Kondisi Tempat Tinggal
Rumah dikatakan layak sebagai tempat tinggal apabila rumah tersebut mempunyai
atap, dinding dan lantai.Salah satu indikasi rumah sehat lainnya adalah kualitas rumah tinggal.
Pada tahun 2011, persentase rumah tangga di Desa Labangka yang bangunan rumahnya
permanen sebesar 28,38 persen, sedangkan yang tidak permanen sudah tidak ada lagi. Yang
paling banyak adalah bangunan rumah semi permanen dimana jumlahnya mencapai 71,62
persen. Sumber air minum tampaknya mengalami peningkatan di DesaLabangka hal ini
terlihat dari persentase rumah tangga dengan sumber air minum pompa listrik/tangan naik
menjadi 33,33persen pada tahun 2011, dimana pada tahun 2010 persentasenya sebesar 30,00
persen.Yang terbesar persentase rumah tangga menggunakan air hujan (41,67 persen) naik
dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 40,00 persen. Sedangkan air sungai/danau dan
mata air pada tahun 2011 sudah tidak digunakan oleh rumah tangga.
4.4 Budidaya Tanaman Padi Sawah
Kegiatan berusahatani padi sawah di Desa Labangka dilakukan mulai darikegiatan
persiapan lahan dalam dengan mengolah lahan pada saat datangnyamusim hujan sekitar
bulanDesember tergantung perkiraan petaniberdasarkan pengalamannya sampai dengan masa
panen sekitar bulan April.Kegiatan berusahatani padi sawah di Desa Labangka umumnya
dilakukandengan sistem tanam gilir balik.Varietas padi sawah yang digunakan petani adalah
jenis Inpari.Berdasarkan pengalaman petani diDesa Labangka varietas padi sawah jenis Inpari
dapat memberikan hasil yangrelatif lebih tinggi jika ditanam di lahan kering daripada varietas
padi sawahlainnya.Varietas jenis Inpari (IR64) juga dianggap sesuai dengan kondisi tanah
daniklim di Desa Labangka oleh para petani.
4.4.1. Persiapan Lahan
Pada pengolahan pertama, mencangkul dilakukan sedemikian rupasehingga tanahnya
terbalik, yaitu yang semula di atas atau di permukaan menjadidi bagian bawah dan demikian
sebaliknya yang semula di bagian bawah menjadidi bagian atas.Kemudian disemprot dengan
obat pembasmi rumput pada tumbuhan yang kecil seperti ilalang. Pengolahan ini
dimaksudkan untuk mematikan dan membusukkanrerumputan yang semula terdapat di
permukaan tanah dan kemudian akanterbenam ke bagian bawah tanah. Pembalikan tanah
bagian bawah ke atasbertujuan untuk menganginkan tanah memberikan kesempatan bagi
tanah untukmelepaskan racun-racun yang sangat mungkin terbentuk dalam tanah.Keadaaanini
dibiarkan selama dua minggu hingga rerumputan yang terbenam dianggapsudah membusuk
atau melapuk dan racun-racun yang ada sudah menguap keudara.
4.4.2. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menggunakan alat tugal yang terbuat darikayu untuk
membuat lubang-lubang tanam pada kedalaman sekitar 2 hingga 5 cmpada lahan yang
sebelumnya sudah diolah terlebih dahulu, kemudian ke dalamlubang dimasukkan sekitar 5
sampai 7 bulir padi jenis Inpari dengan jaraktanam pada umumnya kira-kira 20 x 20
sentimeter hingga 30 x 30 sentimeter.Setelah bulir ditugalkan ke dalam tiap-tiap lubang tanam
kemudian ditutupkembali dengan maksud agar bulir yang ditugalkan tidak diganggu oleh
burungatau binatang-binatang perusak atau pemakan bulir lainnya. Pola tanam yang
umumnya digunakan petani responden adalah dengansistem tanam gilir balik dengan
menanam padi sawah kemudianmenanam pisang di sekeliling lahan sebagai tanaman
pencegah erosi.Penanamanpadi sawah pada umumnya dilakukan dengan sistem padi-palawija
-
17
atau padi-bera.Pola tanam padi-bera yang dilakukan sebagian petani responden
disebabkanmodal awal untuk penanaman palawija setelah panen padi yang tidak
mencukupisehingga setelah masa panen padi sawah para petani lebih banyak yangmembera-
kan lahannya untuk kemudian ditanami padi lagi pada musim hujanberikutnya.
4.4.3. Pemupukan
Pemupukan sangat perlu dilakukan untuk memperoleh hasil gabah yangmaksimal
terutama di lahan kering.Pertanaman padi sawah yang ideal yaitu yang mampu menghasilkan
padi dalambentuk gabah kering sebanyak 4 ton per hektar.Agar lahan tetap subur dan hasil
gabah tetap tinggi tanaman harus dipupuk (Hermawan, 2000).
4.4.4. Pengendalian Hama
Pengendalian hama dilakukan untuk mencegah atau membasmi hama dan
penyakityang menyerang tanaman padi sawah. Pengendalian hama adalah pekerjaan yang
paling sulit bagi petani karena serangan hama yang susah diprediksi dan jenis hama yang
menyerang tanaman bermacam-macam, karena lahan pada umumnya berada pada pinggir
hutan maka jenis hama bisa berupa binatang hutan seperti babi, monyet, tikus dan binatang
lainnya. Jenis serangga seperti ulat, walang sangit dan belalang biasanya menggunakan
pestisidaseperti :Matador dan V3 atau jenis lainnya tergantung pada jenis hama yang
menyerang. Serangan hama tikusbiasanya menggunakan racun tikus seperti timex atau tablet
racun tikus. Hama babi dan monyet biasanya di basmi dengan cara dihalau atau dibuatkan
perangkap dan kadang-kadang juga menggunakan racun. Hama burung pipit dapat dihindari
dengan menanam serentak tetapi bila ada serangan burung pipit dapat dihalau dengan
kentongan-kentongan berupa kaleng bekas yag di gantung sekitar tanaman dan diberi tali agar
dapat dibunyikan dari pondok cara lain adalah menakut-nakuti burung pipit dengan
membentangkan tali-tali nilon diatas hambaran lahan.
4.4.5. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma atau
tanamanpengganggu tanaman utama (padi sawah). Proses penyiangan dilakukan
sekitarsebulan setelah benih ditanamkan atau ditugalkan dengan menggunakan sabit dan
cangkul. Pada periode ini benih mulai bertumbuh sehinggapertumbuhan tanaman pengganggu
seperti rerumputan, semak belukar, akanmenjadi saingan berat bagi tanaman utama dalam
memperoleh unsur hara daridalam tanah bahkan dapat mematikan tanaman utama, atau gulma
jika tidaksegera dimusnahkan.Agar padi dapat tumbuh dengan baik dan tidak kekurangan zat
makanan maka gulma atau tanaman pengganggu harus dibuang.Cara yang dilakukan adalah
dengan mencabut rumput atau gulma tersebut atau disemprot dengan herbisida (obat
pembunuh gulma/rerumputan).
4.4.6. Pemanenan
Setelah berumur 4 - 5 bulan padi sudah siap untuk di panen, tanda-tandanya adalah
buah sudah berwarna kuning tua seluruhnya dan daun tangkai buah juga sudah
kuning.Pemetikan dilakukan dengan cara menggunakan arit kemudian dikumpulkan dalam
suatu wadah yang berukuran cukup besar, kemudian dirontokan dengan alat penggilingan
padi cara ini adalah cara modern ini telah digunakan kurang lebih dari 3 tahun yang lalu.
Setelah seluruh padi dalam bentuk gabah barulah gabah tersebut dijemur selama 2-3 hari
hingga kering, pekerjaan berikutnya adalah membersihkan gabah yaitu memisahkan yang
hampa dan yang berisi dengan cara ditampi atau disilir. Barulah dimasukan dalam karung dan
dibawa pulang kerumah untuk disimpan dilumbung sebagai GKS (gabah kering simpan).Hasil
panen padi sawah sebagian disimpan di lumbungpadi untuk nantinya digunakan sebagai benih
-
18
di musim tanam berikutnya jikatidak memiliki uang tunai untuk membeli benih dari kios atau
toko dengan resikokualitas yang jelas lebih rendah.
4.4.7 Hambatan-Hambatan Dalam Usahatani Padi Sawah
Hasil wawancara dengan responden, hambatan-hambatan yang dihadapi petani di
Desa Labangka kecamatan Babulu adalah faktor alam misalnya curah hujan yang sangat
sedikit sehingga terkadang Padi kekeringan. Hal lain yang berhubungan dengan serangan
hama baik yang berupa binatang maupun berupa serangga dan jenisnya bermacam-macam.
Hambatan lainnya adalah membeli saprodi seperti bibit, obat-obatan dan pupuk dengan harga
yang cukup tinggi.Pemasaran hasil produksi juga merupakan hambatan karena harga jual
yang tidak menentu sehingga tidak member suatu rangsangan bagi petani untuk berproduksi
yang lebih besar.
4.5 Penggunaan Faktor Produksi dan Hasil Produksi
4.5.1 Luas Lahan
Hasil produksi usahatani padi sawah berupa gabah kering simpan satu diantara
penyebabnya adalah tergantung dari luas lahan. Pada table berikut digambarkan distribusi
responden berdasarkan luas lahan yang di garap oleh masing-masing petani di Desa Labangka
adalah seperti terlihat pada tabel 4.10, berikut ini :
Tabel 4.10 Distribusi Kepemilikan Luas Lahan di Desa Labangka Tahun 2011
Kategori Frekuensi % % Kumulatif
1 Ha 5 12,5 12,5
1,5 Ha 12 30 42,5
2 Ha 23 57,5 100,0
Total 40 100,00 -
Sumber data : Pengolahan Data Primer Tahun 2011
Tabel 4.10 menunjukan bahwa luas lahan yang dimiliki dan diusahakan petani di Desa
Labangka yaitu 12,5% hanya memiliki satu hektar. Luas lahan 2 Ha adalah luas yang
terbanyak yaitu 57,5%. Sebagian besar petani di Desa Labangka sudah menggunakan
peralatan modern seperti traktor dan mesin-mesin lainnya.Sewa traktor adalah salah satu
komponen biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani untuk keperluan kegiatan pengolahan
lahan secara borongan.Akan tetapi petani tersebut masih belum memiliki alat tersebut,
sehingga petani menyewa traktor kepada gapoktan.
4.5.2 Tenaga Kerja Setiap usaha pertanian akan memerlukan tenaga kerja. Tenaga kerja ini akan
dinyatakan dalam ukuran Hari Orang Kerja (HOK). Nilai Koefisien HOK satu hari kerja bagi
laki-laki dewasa sama dengan 1 HOK, sementara untuk seorang wanita dewasa adalah 0,8
HOK. Cara perhitungan HOK ini dilakukan dengan menghitung jumlah tenaga kerja
berdasarkan kelompok nilai koefisiennya, dikali dengan jumlah hari pada setiap proses
produksi yang dilakukan oleh setiap responden. Berdasarkan pengalaman peneliti di lapangan,
beberapa tahapan proses produksi adalah sebagai berikut:
a. Perintisan (rata-rata memerlukan 7 15 HOK dengan jumlah tenaga kerja berkisar 2 4 orang, per musim tanam)
b. Pembersihan (rata-rata memerlukan 2 5 HOK dengan jumlah tenaga kerja 2 6 orang) c. Penugalan atau penanaman (rata-rata memerlukan 2 3 HOK dengan jumlah tenaga kerja
berkisar 10 16 orang, per musim tanam) d. Pemeliharaan (rata-rata memerlukan 3 5 HOK dengan jumlah tenaga kerja berkisar 2 3
orang, per musim tanam)
-
19
e. Panen (rata-rata memerlukan 2 3 HOK dengan jumlah tenaga kerja berkisar 9 16 orang, per musim tanam)
f. Penjemuran (rata-rata memerlukan 4 7 HOK dengan jumlah tenaga kerja berkisar 2 3 orang, per musim tanam)
Umumnya, tenaga kerja usahatani di Desa Labangka berasal dari anggota keluarga
sendiri, atau kerabat dan tetangga dekat.Biasanya dikerjakan dengan semangat gotong-royong
dan kekeluargaan.Walaupun demikian, para tenaga kerja ini biasanya diberikan upah harian
tergantung dari berat dan ringannya pekerjaan.Merintis dan membersihkan biasanya diberikan
upah Rp. 50.000,- per hari. Sementara pekerjaan yang lebih ringan seperti menyiangi
(pemberantasan gulma), menanam, menyemprot, dan memanen, akan mendapatkan upah
sebesar Rp. 30.000,- per hari untuk laki-laki dan untuk tenaga kerja wanita sebesar Rp.
25.000,- per hari.
Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa besaran Hari Orang Kerja (HOK) para petani di
Desa Labangka yang paling dominan berkisarantara 100-125 HOK, per musim tanam, yaitu
sebesar 40 %, dari semua sampel yang menjadi responden penelitian. Setelah itu, baru diikuti
oleh kelompok pengguna lainnya, yaitu >125 HOK, masing-masing sebesar 37,5 % dan 125 HOK 15 37,5 100
Total 40 100,00 -
Sumber data : Pengolahan Data Primer Tahun 2011
4.5.3 Bibit
Bibit atau benih padi yang digunakan para petani padi sawah pada umumnya adalah
jenis lokal yan dipersiapkan sendiri oleh petani dari panenan sebelumnya, jenis-jenis tersebut
dalam istilah setempat antara lain jenis IR64. Harga bibit tersebut berkisar antara Rp. 9.000,-
hingga Rp. 10.000,- per kilogram.
Dari tabel 4.11 atas penggunaan bibit antara 20 sampai 25 kilogram adalah yang
terbanyak atau 60 % dari jumlah responden, dengan luas rata-rata responden 2 Hektar.
Menyusul penggunaan bibit 25 kg.Jenis ini termasuk jenis padi unggul untuk
padi sawah yang dikenal oleh para petani setempat oleh karena itu dihimbau agar pemerintah
melalui instansi yang terkait dapat membantu petani padi sawah agar produksi dan kualitas
semakin meningkat.Tabel 4.12 Menggambarkan Jumlah Benih atau Bibit Padi yang di tugal
atau ditanam para petani padi sawah di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten
Penajam Paser Utara, untuk satu kali musim tanam, sebagai berikut:
Tabel 4.12 Distribusi Penggunaan Bibit Padi Per Hektar per Satu Musim Tanam di
Desa Labangka Tahun 2011
Kategori Frekuensi % % Kumulatif
25 Kg 2 5 100
-
20
Total 40 100,00 -
Sumber data : Pengolahan Data Primer Tahun 2011
4.5.4 Produksi
Hasil produksi usahatani padi sawah di Desa Labangka, pada umumnya adalah satu
kali setahun, biasanya mulai dari bulan Desember sampai April setiap tahun atau bertepatan
dengan musim hujan. Tabel 4.12 memberikan gambaran bahwa mayoritas para petani
menghasilkan gabah kering simpan > 2 Tonsebanyak 23 orang atau 57,5 % dari seluruh
responden, antara 1,5 2 Ton sebanyak 16 orang atau 40% dari responden dan sebanyak 1 orang petani, di bawah 1,5 Ton atau 2,5 % dari responden. Pada lampiran produksi rata-rata
petani dengan luas lahan 2 Hektar hanya rata-rata 2,110 Ton.Tabel 4.13 berikut ini
menggambarkan hasil produksi berupa gabah kering simpan (GKS) yang dihasilkan para
petani padi sawah di Desa Labangka.
Tabel 4.13 Distribusi Hasil Produksi per Satu Musim Tanam di Desa Labangka
Tahun 2011
Kategori Frekuensi % % Kumulatif
< 1,5 Ton 1 2,5 2,5
1,5 2 Ton 16 40 42,5
> 2 Ton 23 57,5 100
Total 40 100,00 -
Sumber data : Pengolahan Data Primer Tahun 2011
4.5.5 Laba
Laba adalah keuntungan yang diperoleh oleh petani padi sawah di Desa Labangka atau
selisih dari penerimaan kotor atau TR dikurang seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani
mulai dari perintisan hingga panen dalam satu musin tanam.
Tabel 4.14 di bawah akan memberikan gambaran bahwa laba yang diperoleh para
petani padi sawah di Desa Labangka sebagian besar hanya memperoleh dibawah empat juta
rupiahuntuk sekali panen, yaitu 16 orang petani atau 40 % dari seluruh responden. Menyusul
pada urutan kedua adalah petani memperoleh laba diatas lima juta rupiah yaitu13 petani atau
32,5% dari seluruh responden. Penghasilan bersih antara 4 sampai 5 juta rupiah hanya 11
orang dari 40 responden atau 27,5 %.Dari lampiran dapat dilihat bahwa dengan luas rata-rata
2 hektar dapat menghasilkan produksi rata-rata 2,110 ton dengan keuntungan rata-rata Rp.
4.333.725.
Laba atau keuntungan yang diperoleh cukup bervariasi, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.14 Distribusi Laba atau Penghasilan Bersih Petani satu kali Tanam di Desa
Labangka Tahun 2011
Laba Frekuensi % % Kumulatif
5 Juta Rupiah 13 32,5 100
Total 40 100,00 -
Sumber data : Pengolahan Data Primer Tahun 2011
4.6 Analisis
Analisis dan pengujian hipotesis diperlukan untuk memecahkan permasalahan yang
telah dikemukakan pada bab terdahulu setelah semua data dan informasi yang diperlukan
-
21
sudah tersedia guna menguji hipotesis yang telah diajukan.Dari hasil perhitungan SPSS 16,
dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut.
Tabel 4.15 Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Total Revenue 10002000 40 1595280.218 252235.950
Total Cost 5668275 40 793759.829 125504.449
Sumber : Diolah (Lampiran)
Dari hasil analisis tersebut maka langkah pertama yang diperlukan adalah menghitung
besarnya rata-rata total revenue atau penerimaan kotor sebagai berikut :
TR = TR
n=
400.080.000
40= Rp. 10.002.000
Selanjutnya menghitung besarnya total cost rata-rata atau besarnya rata-rata biaya
yang diperlukan mulai dari persiapan lahan hingga panen dalam sekali musim sebagai berikut
:
TC =TC
n=
226.731.000
40= 5.668.275
Untuk menguji kedua rata-rata tersebut diatas apakah dapat mewakili rata-rata TR dan TC
digunakan uji beda dua rata-rata dan dari hasil uji tersebut terdapat pada lampiran.
Analisis lebih lanjut perbedaan rata-rata tingkat pendapatan kotor atau TR dengan
rata-rata pengeluaran biaya atau TC mengindikasikan bahwa petani padi sawah di Desa
Labangka memperoleh keuntungan Rp.4.333.725,00 dengan luas lahan rata-rata 2 ha berarti
keuntungan petani sekali panen per ha adalah :
Rp. 4.333.725,00: 2 = Rp. 2.166.862,5.
Laba ini bila dihitung sebagai pendapatan per bulan maka harus dibagi dengan 5 bulan karena
lamanya tanaman padi sawah mulai dari perintisan hingga panen memerlukan waktu 5 bulan
diperoleh
Rp. 2.166.862,5 : 5 = Rp. 433.372,5
4.7 Pembahasan Keuntungan sebesar Rp 4.333.725,00 adalah suatu angka yang cukup apabila kita
menghitung keuntungan per bulan responden sesuai denqan umur padi selama lima bulan
berarti keuntungan per responden per bulan Rp 866.745. Bila dihitung keuntungan per
responden per bulan per hektar diperoleh Rp 433.372,5.
Bila di hitung besarnya pendapatan yang diperoleh petani padi sawah di Desa
Labangka Kecamatan Babulu untuk sekali panen adalah upah rata-rata Rp 4.382.250,00
ditambah dengan laba usahatani rata-rata Rp 4.333.725,00 menjadi Rp 8.715.975,00 berarti
pendapatan rata-rata per bulan yang diperoleh petani dengan mata pencaharian usahatani padi
sawah sebesar Rp 1.743.195 angka ini sudah mencukupi memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari karena itu maka pada umumnya petani di Desa Labangka selain usahatani padi sawah
juga melakukan usahatani lain seperti menanam sayur-sayuran untuk dijual ke pasar dan
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
-
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan dapatdisimpulkan sebagai
berikut :
Usahatani padi sawah di Desa Labangka memberikan keuntungan rata-rata yang signifikan
bagi petani yang ada di Desa Labangka, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser
Utaradan rata-rata kelayakan usahatani di daerah penelitian telah layak untuk dikembangkan
sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan.
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian maka peneliti menyarankan sebagai
berikut:
1. Usahatani padi sawah lebih ditingkatkan lagi supaya dapat memberikan keuntungan yang maksimal dengan cara mengoptimalkan penggunaan benih, pupuk, obat-obatan hama dan
perawatan tanaman.
2. Menambah penggunaan modal dalam usahatani padi sawah di Desa Labangka Kecamatan Babulu, dengan cara instansi terkait menambah besaran bantuan pinjaman (kredit) pada
kelompok tani di Desa Labangka sehingga para petani dapat memproduksi padi sawah
dengan kualitas maksimal.
3. Penulis menyadari masih terdapat banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2005. Budidaya Tanaman Padi. Kanisus. Yogyakarta
Anonymousa. 2009. Panduan Pelaksanaan: Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SL-PPT) Padi. Departemen Pertanian. Jakarta
Arifin, Bustanul. 2000. Pembangunan Pertanian: Paradigma, Kinerja dan Opsi Kebijakan.
Jakarta: Pustaka Indef. 192 Halaman.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Manajemen Penelitian. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta.
Ashari. 2010. Peranan Perbankan Nasional Dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di
Indonesia. (Online), (htpp://litbang.deptan.go.id/Ind/pdf), diakses 2 Juli 2012
Budiono. 2002. Pemupukan di Lahan Sawah. Puslittanak, Badan Litbang Pertanian
BPS (Badan Pusat Statistik). 2011. Kecamatan Babulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda.
Daniel, Moehar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara.Jakarta.
Darwanto. 2010. Analisis Efisiensi Usatahani Padi Jawa Tengah (Penerapan Analisis
Frontier). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Deptan, (2006). Program dan Kegiatan Departemen Pertanian Tahun 2007, (Online),
(htpp://www.deptan.go.id/renbangtan/Progkeg). Diakses 28 Oktober 2012
-
23
Diperta. 2012. Produktivitas Tanaman Padi Lahan Sawah, (http://www.pertanianjatim.go.id).
Diakses 28 Oktober 2012
2009. Produksi Tanaman Padi Wilayah Madiun,
(http://www.pertanianjatim.go.id). Diakses 28 Oktober 2012
Diyah A. Suryaningrum. 2010. Analisis keuntungan dan Efisiensi Faktor-Faktor Produksi
Pada Usahatani Padi (Oryza sativa L.) SRI (System Of Rice Intensification) di
Kabupaten Jember. Universitas Brawijaya. Malang.
Ghozali, Imam. 2008. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Undip Press.
Semarang.
Haryadi. 2008. Teknologi Pengolahan Beras. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Hidayat, Hamid. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Malang.
Husein Umar, 2003. Metode Penelitian. Salemba Empat. Jakarta.
Kasryno, Faisal. 1996. Meningkatkan Pemanfaatan Sumber Daya Pertanian dan
Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Menuju Era Globalisasi Ekonomi, Litbang
Pertanian, Jakarta.
Kustiawati Ningsih, 2010. Analisis Resiko Produksi dan Efisiensi Alokasi Sumberdaya
Usahatani Tembakau Madura (Studi Kasus di Kecamatan Pakang, Kab.
Pamekasan). Tesis. Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Muhammad, Nur. 2009. Tingkat Pengaruh Berbagai Faktor Terhadap Produksi Padi Sawah
di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka. Jurnal Sumberdaya Insani. Universitas
Muhamadiyah. Kediri
Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Sastraadmaja, Entang. 1984. Ekonomi Pertanian Indonesia. Angkasa Anggota IKAPI.
Bandung.
Suharto, Edy. (2009) Pekerja Sosial di Dunia Industri. PT Refika Aditama. Bandung
Soekartawi, Soeharjo, A., Dillon, L.John, Hardaker, J.Brian. 1986. Ilmu Usaha Tani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Lembaga Penerbit Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Utomo, Yuni Prihadi. 2007. Eksplorasi data dan analisis Regresi dengan SPSS.
Muhammadiyah University Press. Surakarta.
Wibisono, Hariawan. 2011. Analisis Efisiensi Usahatani Kubis. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro. Semarang.