54-50-1-PB

24
ANALISIS KEUNTUNGAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LABANGKA KECAMATAN BABULU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Vanya Rosvita ([email protected]) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Prof. Dr. Theresia Militina, S.E.,M.Si Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Drs. Obeth Banni, M.Si Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keuntungan rata-rata yang diperoleh usahatani padi sawah dalam satu kali musim tanam di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara. Jumlah sampel yang diambil adalah 40 responden dari 66 populasi yang semua merupakan petani di Desa Labangka. Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian lapangan, dokumentasi, wawancara dan kuisioner. Besarnya keuntungan yang diperoleh petani di Desa Labangka dalam satu kali musim tanam dapat diketahui dengan menggunakan alat analisis = TR TC. Pengujian hipotesis menggunakan uji satu rata-rata. Hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa keuntungan rata-rata petani padi sawah untuk satu kali musim tanam sebesar Rp. 4.333.725. Hasil uji satu rata-rata menunjukan t hitung lebih besar dari t tabel atau 27,35 > 1,96 pada tingkat kepercayaan 90%. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani padi sawah menguntungkan petani di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara. Tetapi keuntungan yang diperoleh lebih kecil bila dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh pada usahatani padi sawah di kabupaten atau kota lainnya. Kata Kunci : Keuntungan Usahatani, Keuntungan rata-rata, Padi Sawah ABSTRACT This research aimed at finding out the average profit of field rice farming in one planting season in Labangka Village, Babulu Sub-District, Penajam Paser Utara Regency. Sample taken for the research were 40 out 0f 66 populations, all of whom were farmers who lived in Labangka Village. Data were collected by observation, interviews, documentations and questionnaires. The profit the rice farmers of Labangka Village made in one planting season could be calculated by making use the analytical tool of π = TR TC. Meanwhile, to test the hypothesis, the researcher used a-one- averages test of difference. After being calculated, it was found out that the average profit of the rice farmers of Labangka Village in one planting season was Rp. 4.333.725,00. Test of difference also showed that t - account was higher than t - table 27,35 > 1,96 with level of accountability of 90%. From the analysis, it could be concluded that the rice farming of Labangka Village, Babulu Sub- District, Penajam Paser Utara Regency was profitable. And yet, the profit was lower when compared with the profit in county and other cities. Key Words : Farm Profits, Average Profit, Field Rice Farming

Transcript of 54-50-1-PB

  • ANALISIS KEUNTUNGAN USAHATANI PADI SAWAH

    DI DESA LABANGKA KECAMATAN BABULU

    KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

    Vanya Rosvita ([email protected])

    Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

    Prof. Dr. Theresia Militina, S.E.,M.Si

    Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

    Drs. Obeth Banni, M.Si

    Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

    ABSTRAK

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keuntungan rata-rata yang diperoleh usahatani padi

    sawah dalam satu kali musim tanam di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara.

    Jumlah sampel yang diambil adalah 40 responden dari 66 populasi yang semua merupakan petani di

    Desa Labangka. Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian lapangan, dokumentasi, wawancara dan

    kuisioner.

    Besarnya keuntungan yang diperoleh petani di Desa Labangka dalam satu kali musim tanam dapat

    diketahui dengan menggunakan alat analisis = TR TC. Pengujian hipotesis menggunakan uji satu rata-rata. Hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa keuntungan rata-rata petani

    padi sawah untuk satu kali musim tanam sebesar Rp. 4.333.725.

    Hasil uji satu rata-rata menunjukan t hitung lebih besar dari t tabel atau 27,35 > 1,96 pada tingkat

    kepercayaan 90%.

    Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani padi sawah menguntungkan petani di

    Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara. Tetapi keuntungan yang diperoleh lebih

    kecil bila dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh pada usahatani padi sawah di kabupaten atau kota

    lainnya.

    Kata Kunci : Keuntungan Usahatani, Keuntungan rata-rata, Padi Sawah

    ABSTRACT

    This research aimed at finding out the average profit of field rice farming in one planting season in

    Labangka Village, Babulu Sub-District, Penajam Paser Utara Regency.

    Sample taken for the research were 40 out 0f 66 populations, all of whom were farmers who lived in

    Labangka Village. Data were collected by observation, interviews, documentations and questionnaires.

    The profit the rice farmers of Labangka Village made in one planting season could be calculated by

    making use the analytical tool of = TR TC. Meanwhile, to test the hypothesis, the researcher used a-one-averages test of difference.

    After being calculated, it was found out that the average profit of the rice farmers of Labangka Village

    in one planting season was Rp. 4.333.725,00.

    Test of difference also showed that t - account was higher than t - table 27,35 > 1,96 with level of

    accountability of 90%.

    From the analysis, it could be concluded that the rice farming of Labangka Village, Babulu Sub-

    District, Penajam Paser Utara Regency was profitable. And yet, the profit was lower when compared with the

    profit in county and other cities.

    Key Words : Farm Profits, Average Profit, Field Rice Farming

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara adalah salah satu Kabupaten yang berada di provinsi

    Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara disebelah utara,

    sebelah timur berbatasan dengan Selat Makasar dan Kota Balikpapan, sebelah selatan

    berbatasan dengan Kabupaten Paser dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai

    Barat yang sangat berpotensial dengan usahatani padi karena didukung oleh iklim, sarana

    serta struktur tanah. Disini saya akan membahas dari sektor pertanian untuk Desa Labangka

    Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara sendiri.

    Kabupaten Penajam mempunyai potensi yang cukup besar dalam mengembangkan

    produksi padi salah satunya Kecamatan Babulu, padi merupakan sumber pendapatan sebagian

    besar penduduk disamping kegiatan lainnya. Hal ini tidak terlepas dari adanya peranan

    pemerintah setempat yang senantiasa memberikan bimbingan dan bantuan kepada para petani

    agar produksinya dapat ditingkatkan supaya pandapatan usaha padi juga meningkat.

    Petani padi sawah di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser

    Utara selama ini belum ada suatu analisis tentang usahatani padi sawah apakah

    menguntungkan atau tidak, walaupun bagi petani setempat tetap dilakukan karena menurut

    mereka menguntungkan.

    Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis terinspirasi untuk mengkaji lewat

    kajian empirik dengan judul : Analisis Keuntungan Usahatani Padi Sawah di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara. 1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka dirumuskan masalah

    sebagai berikut :

    Apakah usahatani padi sawah memberikan keuntungan rata-rata yang signifikan di Desa

    Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara?

    1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

    mengetahui keuntungan rata-rata yang signifikan dari usahatani padi sawah di Desa Labangka

    Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara.

    1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

    1. Sumber informasi bagi petani padi sawah guna meningkatkan produksi dan keuntungan. 2. Bahan informasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan

    usahatani padi sawah.

    3. Bahan referensi bagi peneliti berikutnya.

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Teori Produksi 2.1.1 Ekonomi Produksi Pertanian

    Ekonomi produksi pertanian menurut Soekartiwi (2003 : 3) adalah: Ilmu yang

    membahas tentang penggunaan faktor-faktor produksi dalam bidang pertanian. Pembagian

    faktor-faktor produksi kedalam tanah, tenaga kerja, dan modal adalah konvensional.

    Sumbangan tanah berupa unsur-unsur tanah yang asli dan sifat-sifat tanah yang tak dapat

    dirusakkan (original and indestructible properties of the soil) dengan hasil pertanian yang

    diperoleh (Mubyarto, 1994 : 69). Tetapi untuk memungkinkan diperolehnya produksi

  • 2

    diperlukan tangan manusia yaitu tenaga kerja petani. Akhirnya yang disebut modal adalah

    sumber-sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dapat dibuat oleh manusia. Kadang-kadang

    modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi non

    manusiawi termasuk tanah. Itulah sebabnya jika kita menunjuk pada modal dalam arti luas

    dan umum kita akan memasukan semua sumber ekonomi termasuk tanah diluar tenaga kerja.

    Menurut Assauri (2006 : 107) mendefinisikan produksi sebagai berikut : Produksi

    adalah merupakan segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu

    barang dan jasa. Selain itu produksi dapat juga diartikan sebagai kegiatan menghasilkan

    barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang

    (www.dikmenum.go.id). Selanjutnya menurut M.Fuad (2004 : 8) produksi adalah kegiatan

    atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output).

    2.1.2 Pengertian Usahatani Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang

    diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang

    dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan

    sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.

    Dalam ekonomi pertanian dibedakan pengertian produktivitas dan pengertian

    produktivitas ekonomis daripada usahatani. Dalam pengertian ekonomis maka letak atau jarak

    usahatani dari pasar penting sekali artinya. Kalau dua buah usahatani yang lebih dekat dengan

    pasar penting sekali artinya. Kalau dua buah usahatani mempunyai produktivitas fisik yang

    sama, maka usahatani lebih dekat dengan pasar mempunyai nilai lebih tinggi karena

    produktivitas ekonominya lebih besar.

    2.1.3 Pengertian Laba (Profit) Laba merupakan selisih antara pendapatan (penerimaan) kotor dan pengeluaran total

    (biaya total). Beberapa ahli mendefinisikan laba sebagai berikut: Menurut Ahyari (1981 : 205)

    bahwa laba adalah penerimaan bersih yang diterima pemilik usaha setelah semua biaya usaha

    dikeluarkan. Selanjutnya Adiwijaya (1982:168) menyatakan bahwa laba yang diperoleh

    seorang petani dari usahanya dapat berubah selisih lebih dalam perbandingan antara neraca

    pada permulaan usahanya dengan neraca pada akhir usahanya.

    Menurut (Tohir,1980:213) secara matematis laba (profit) dapat di tulis sebagai berikut:

    Profit () = TR - TC Karena TR = f (Y) dan TC = (Y), maka = f (Y) Keterangan:

    Profit = Laba yang diperoleh dari suatu satuan unit produksi.

    TR = Total revenue (total penerimaan produsen dari hasil penjuakan inputnya dikaitkan

    harga jual)

    TC = Total cost (total biaya yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap maupun tidak

    tetap)

    Y = Jumlah output (variable pilihan)

    = Penghasilan bersih

    2.1.4. Hasil dan Biaya Produksi

    Sebelum lebih lanjut perlu kita bedakan arti dan istilah yang sering digunakan secara

    serampangan, hasil dan produksi. Pada prinsipnya hasil merupakan terjemahan dari kata yield, yaitu keluaran (output) yang diperoleh dari penggunaan input produksi (sarana

    produksi) dari suatu usaha tani. Sedangkan produksi merupakan terjemahan dari kata

    production, yang merupakan sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Tetapi

  • 3

    dalam penggunaannya selama ini sering mengalami kerancuan, disadari karena ini sudah

    merupakan kebiasaan dan tiak ada atau jarang ada yang membantahnya.

    Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto yang

    diperolehnya. Semuanya kemudian dinilai dalam uang.tetapi tidak semua hasil ini diterima

    oleh petani. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya untuk biaya

    usaha tani seperti bibit, pupuk, obat-obatan, biaya pengolahan tanah, upah menanam, upah

    membersihkan rumput dan biaya panenan yang biasanya berupa bagi hasil (in natura). Setelah

    semua biaya tersebut dikurangkan barulah petani memperoleh apa yang disebut hasil bersih

    atau keuntungan.

    Biaya produksi adalah sebagai koompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-

    faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik

    secara tunai maupun tidak tunai. Menurut Suparmoko (1998 : 83) berpendapat bahwa biaya

    produksi adalah nilai dari semua masukan (input) yang digunakan dalam proses produksi.

    Doll dan Orazem (1998 : 28) berpendapat bahwa biaya produksi adalah nilai dari semua

    faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses

    produksi berlangsung.

    Dalam analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan sesuai dengan

    tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut:

    1. Biaya-biaya yang berupa uang tunai, misalnya upah kerja untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk membeli pupuk, pestisida

    dan lain-lain.

    2. Biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa

    uang. Sedangkan biaya variable adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung

    dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk dan

    sebagainya.

    3. Biaya rata-rata marginal. Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang

    dikeluarkan petani/ pengusaha untuk mendapatkan tambahan satu-satuan produk pada

    suatu tingkat produksi tertentu.

    2.2 Faktor Produksi Faktor produksi dalam usaha pertanian mencakup tanah, modal dan tenaga kerja.

    Sebagian ahli berpendapat dan memasukan factor keempat, yaitu manajemen atau

    pengelolaan (skill) kedalam faktor produksi. Dua pendapat ini sebenarnya tidak perlu jadi

    masalah dan untuk lebih jelasnya kita bahas lebih lanjut dalam bab berikutnya. Dua-duanya

    benar dan dapat dipakai, tergantung sekarang yang mana yang akan kita pilih atau kita

    gunakan.

    Menurut Sukirmo (2006 : 6) pengertian faktor produksi adalah benda-benda yang

    disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi

    barang dan jasa.

    Produksi pertanian yang optimal adalah produksi yang mendatangkan produk yang

    menguntungkan ditinjau dari sudut ekonomi ini berarti biaya faktor-faktor input yang

    berpengaruh pada produksi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh

    sehingga petani dapat memperoleh keuntungan dari usaha taninya.

    Faktor-faktor yang dimaksud adalah :

    a. Alam Alam merupakan semua kekayaan yang terdapat di alam untuk dimanfaatkan dalam

    proses produksi, karena sudah begitu saja ada pada kita dan sejak dulu dimanfaatkan untuk

  • 4

    produksi, maka SDA ini termasuk faktor produksi yang meliputi tanah, air, iklim, udara, dan

    sebagainya.

    b. Tenaga Kerja Dalam ilmu ekonomi (Daniel, 2002 : 86) yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu lat

    kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada

    usaha produksi. Tenaga kerja ternak atau traktor bukan termasuk faktor tenaga kerja, tetapi

    termasuk modal yang menggantikan tenaga kerja.

    c. Modal Modal/Kapital mengandung banyak arti, tergantung pada penggunaannya. Dalam arti

    sehari-hari, modal sama artinya dengan harta kekayaan yang dimilki seseorang yaitu semua

    harta berupa uang, tanah, mobil, dan lain sebagainya.

    Menurut Von Bohm Bawerk (Daniel, 2002 : 74), arti modal modal atau kapital adalah

    segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan

    masyarakat. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan

    sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barang-barang baru dan inilah yang disebut

    modal masyarakat atau modal sosial.

    d. Keahlian (Skill) Yang dimaksud dengan keahlian atau skill adalah manajemen atau kemampuan petani

    menentukan manfaat pengunaan faktor produksi dalam perubahan teknologi, sehinga usaha

    tani yang dikelolanya dapat memberikan hasil (output) yang lebih baik. Oleh karena itu

    kapada para petani harus diberikan penyuluhan dalam menggunakan dan memanfaatkan

    faktor-faktor produksi pada saat muncul teknologi baru yang dapat diterapkan dalam

    melakukan usaha tani, yang dapat menyebabkan biaya produksi dapat ditekan dan dapat

    meningkatkan produksi.

    2.3 Fungsi Produksi Di dalam ekonomi kita kenal apa yang disebut fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang

    menunjukan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi

    (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai berikut :

    Y = f ((1, 2. ) Di mana Y = adalah hasil produksi fisik

    1 = faktor-faktor produksi Berdasarkan fungsi diatas, petani dapat melakukan tindakan yang mampu

    meningkatkan produksi (Y) dengan cara berikut:

    1. Menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan. 2. Menambah beberapa jumlah input (lebih dari satu) yang digunakan.

    Dalam produksi pertanian misalnya produksi padi maka produksi fisik dihasilkan oleh

    bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Untuk

    dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan menganalisa peranan masing-

    masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor-faktot produksi itu salah sati faktor

    produksi kita anggap variable (berubah-ubah) sedangkan faktor-faktor produksi lainnya

    dianggap konstan.

  • 5

    y

    Produksi

    Fisik

    Faktor produksi tanah

    0 x

    Gambar 2.1 Fungsi Produksi

    Misalnya untuk menganalisa hubungan antara produksi padi dengan tanah harus kita

    anggap modal dan tenaga kerja sebagai faktor produksi yang tetap (konstan). Dalam bentuk

    grafik fungsi produksi merupakan kurva melengkung dari kiri bawah ke kanan atas yang

    setelah sampai titik tertentu kemudian berubah arah sampai titik makimum. Dan kemudian

    berbalik turun kembali. Hubungan fungsional seperti yang digambarkan di atas berlaku untuk

    semua faktor produksi yang telah disebut yaitu tanah, tenaga kerja dan modal, disamping

    faktor produksi keempat yaitu manajemen (koordinasi atau entrepreneurship) yang berfungsi

    mengkoordinasikan ketiga faktor produksi yang lain sehingga benar-benar mengeluarkan

    hasil produksi (output).

    2.4 Efisiensi Penggunaan Input Pengertian efisiensi sangat relative. Dalam tulisan yang disajikan di sini, efisiensi

    diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi

    yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat

    suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input

    (P) tersebut menurut (Soekartawi, 1995 : 48) dapat dituliskan:

    NPMx = Px; atau NPMx

    Px = 1

    Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px yang sering terjadi adalah

    sebagai berikut:

    a. (NPMx/Px) > 1; artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu ditambah.

    b. (NPMx/Px) < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk mejadi efisien, maka penggunaan input X perlu dikurangi.

    2.5 Definisi Konsepsional Sesuai dengan judul penelitian yaitu analisis keuntungan usahatani padi sawaah di

    Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara, agar tidak terjadi

    kesalahan dalam persepsi terhadap variable-variabel yang digunakan maka perlu diberi

    batasan-batasan sesuai dengan konsep atau teori yang sudah ada.

    Keuntungan merupakan selisih antara pendapatan (penerimaan) kotor dan pengeluaran

    total (biaya total). Beberapa ahli mendefinisikan keuntungan sebagai berikut :

    Menurut Ahyari (1981 : 205) bahwa Keuntungan adalah penerimaan bersih yang

    diterima pemilik usaha setelah semua biaya usaha dikeluarkan. Selanjutnya tingkat

  • 6

    keuntungan usahatani menurut Soekartawi (1991 : 48), diukur dengan pendapatan bersih

    usahatani. Besarnya penerimaan di dapat dari penjualan hasil produksi dan biaya yang di

    keluarkan untuk suatu proses produksi menunjukan keuntungan petani. Keuntungan petani

    yang besar ini di dapat pada tingkat produksi yang memberikan selisih yang besar antara

    penerimaan dengan biaya produksi.

    Menurut (Tohir, 1980 : 213) secara matematis keuntungan (profit) dapat di tulis

    sebagai berikut :

    Profit () = TR TC Karena TR = f (Y) dan TC = (Y), maka = f (Y) Keterangan :

    Profit = Keuntungan yang diperoleh dari suatu satuan unit produksi.

    TR = Total Revenue (total penerimaan produsen dari hasil penjualan inputnya dikalikan

    dengan harga jual).

    TC = Total Cost (total biaya yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap maupun tidak

    tetap).

    Y = Jumlah Output (variable pilihan).

    = Penghasilan bersih Keuntungan yang diperoleh seorang petani dari usahanya dapat berubah selisih lebih

    dalam perbandingan antara neraca pada permulaan usahanya dengan neraca pada akhir

    usahanya (Adiwilaga, 1982 : 168). Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam

    yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan

    air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan

    yang didirikan diatas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam

    atau memelihara ternak.

    Penerimaan pada bidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam bentuk

    uang sebelum dikurangi dengan biaya pengeluaran selama kegiatan usaha (Mosher, 1987 :

    151) Biaya Produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam

    bentuk benda maupun jasa selam proses produksi berlangsung.

    Pembagian biaya produksi berdasarkan sifatnya terdiri dari:

    1. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi seperti alat pertanian dan tenaga kerja.

    2. Biaya tidak tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah.

    2.6 Kerangka Pikir Peningkatan kesejahteraan masyarakat dilakukan melalui pembangunan di berbagai

    bidang, salah satunya pembangunan di bidang pertanian. Hal ini Nampak semakin

    digallakkannya pembangunan di bidang pertanian utamanya sub sektor pangan. Salah satu sub

    sektor pangan adalah usahatani padi sawah. Petani dalam melakukan proses produksi (Q)

    untuk menghasilkan output, diperlukan biaya pengeluaran-pengeluaran (TC) yang digunakan

    dalam mempertahankan kelangsungan proses produksi tersebut. Besarnya produksi padi (Q)

    ditentukan dari penggunaan faktor-faktor produksi seperti bibit, pupuk, tenaga kerja dan lahan

    serta pengolahan. Biaya Produksi (C) adalah banyaknya penggunaan faktor-faktor produksi

    dikali dengan harga masing-masing harga produksi, ditambah dengan biaya tetap seperti

    penyusustan alat-alat yang digunakan seperti: cangkul, parang, sprayer, arit dan lain-lain.

    Nilai produksi yang merupakan penerimaan kotor (TR) petani adalah banyaknya produksi (Q)

    dikali dengan harga jual (P). Selisih antara penerimaan kotor (TR) dengan biaya total (TC)

    adalah keuntungan () usahatani padi yang di peroleh petani. Uraian tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:

  • 7

    Skema Kerangka Pikir:

    Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

    2.7 Hipotesis

    Berdasarkan rumusan masalah dan teori yang diuraikan disusun hipotesis sebagai

    berikut : Usahatani padi sawah dapat memberikan keuntungan rata-rata yang signifikan terhadap petani di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara.

    BAB III

    METODE PENELITAN

    3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Dalam memahami isi penelitian ini, maka akan dikemukakan definisi operasional

    variable yang ada kaitannya dengan judul ini.

    1. Produksi (Q) adalah jumlah produk yang dihasilkan petani padi berupa gabah kering giling (GKG) yang diukur dengan kilogram (Kg) untuk satu kali panen.

    2. Biaya (C) adalah jumlah pengeluaran yang dikeluarkan petani secara riil dalam menghasilkan padi yang diukur dengan Rupiah (Rp). Biaya usaha tani diklasifikasikan

    menjadi dua yaitu : Biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (Variable cost).

    Sub Sektor dan Pangan

    Usaha Tani Padi Sawah

    Penerimaan TR = P.Q

    Biaya Produksi TC = TFC + TVC

    Pembangunan Pertanian

    Alat Analisis : - TR = P.Q

    - = TR TC - Uji Rata-rata

    Keuntungan/ Pendapatan

    TR = TC

    Produksi

  • 8

    3. Pendapatan bersih petani () adalah jumlah uang yang diterima petani padi dari hasil penjualan gabah setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan dalam setiap kegiatan produksi

    yang diukur dalam rupiah (Rp).

    4. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan kotor dengan seluruh biaya produksi usahatani padi sawah di Labangka untuk sekali musim tanam.

    3.2 Unit Analisis, Populasi Dan Sample

    3.2.1. Unit Analisis

    Pengambilan sampel yang digunakan adalah Sistem Acak Sederhana (Simple Random

    Sampling). Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa setiap responden mempunyai kesempatan

    yang sama dijadikan sampel, dengan tingkat kepercayaan 90%.

    3.2.2. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti, yang menjadi populasi dalam

    penelitian ini adalah semua petani padi sawah yang bertani padi sawah di Desa Labangka

    Kecamatan Babulu yang jumlahnya 66 orang.

    3.2.3. Sampel Sampel adalah objek yang diambil dengan cara mereduksi objek penelitian yan

    dianggap representatif terhadap populasi. Penentuan besarnya sampel digunakan rumus

    (Slovin, 2000 : 164) sebagai berikut :

    n =

    1+()2

    n = 66

    1+66 0,1 2

    n = 66

    1+0,66

    n = 66

    1,66

    n = 39,75 atau dibulatkan = 40

    Dimana :

    N = populasi

    n = jumlah sampel

    d = kesalahan baku

    Dari hasil perhitungan di atas dapat di buat data berdasarkan Strata dan Luas Lahan

    Pertanian yang dimiliki oleh petani di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam

    Paser Utara.

    3.3 Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer diperoleh dengan

    cara pengamatan langsung di lokasi penelitian dan mengadakan wawancara kepada petani

    responden dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disusun sesuai

    dengan tujuan penelitian sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, laporan

    instansi-instansi terkait dan data dari kantor kelurahan atau sumber-sumber lain yang

    mendukung penelitian ini. Sumber data berasal dari Kelompok Tani Desa Labangka,

    Kelurahan Desa Labangka dan Data Badan Pusat Statistik Penajam Paser Utara.

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa :

    a. Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengn mengamati langsung dilapangan. Teknik ini

    dilkukan melalui dua jalur yaitu observsi langsung dan observasi tidak langsung.

    Observasi langsung adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ditempat

    kejadian. Observasi tidak langsung adalah pengumpulan data melalui pengamatan dan

    pencatatan gejala-gejala pada obyek yang dilakukan secara langsung di tempat kejadian.

  • 9

    Observasi tidak langsung adalah pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan

    gejala-gejala pada obyek penelitian yang pelaksanannya tidak secara langsung pada

    obyeknya.

    b. Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan mengumpulkan data melalui

    keterangan secara tertulis yang merupakan dokumen-dokumen yang ada hubungannya

    dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

    c. Wawancara langsung dengan pihak yang berkompeten.

    d. Kuisioner yaitu suatu teknik atau alat pengumpulan data dengan jalan mengajukan daftar

    pertanyaan mengenai masalah yang hendak diteliti kepada responden untuk dijawab.

    3.5 Alat Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

    Analisis besarnya keuntungan usaha tani, menurut Tohir (1980 : 213) yakni :

    = TR TC = P. Q TFC -TVC

    Dimana : = keuntungan usahatani padi sawah TFC = biaya tetap

    TVC = biaya variable

    P = harga gabah kering

    Q = produksi padi sawah

    Untuk mengetahui nilai rata-rata digunakan rumus (Sri Mulyo, 1988 : 190)

    sesuai dengan penelitian :

    1 = 1

    1 = 1

    Dimana :

    = rata-rata pendapatan kotor Menghitung besarnya biaya total menggunakan rumus (Sri Mulyono,1998 : 189) sebagai

    berikut :

    TC = TFC + TVC

    Dimana :

    TC = biaya total

    TFC = biaya tetap

    TVC = biaya variabel

    Menghitung besarnya biaya rata-rata digunakan rumus (Sri Mulyono, 1998 : 189):

    2 = 2

    =

    Dimana :

    = biaya total rata-rata Menghitung besarnya laba (pendapatan bersih) digunakan rumus :

    = TR TC Kemudian dihitung

    =

    rata-rata tersebut di uji dengan uji rata-rata dengan rumus (Boediono, 1992 : 264) :

    21

    21

    11

    nns

    xxt

  • 10

    Dimana :

    t = hitung

    1 = rata-rata total penerimaan kotor usahatani padi sawah 2 = rata-rata total biaya usahatani padi sawah s = nilai varians variabel

    n1 = jumlah sampel x1

    n2 = jumlah sampel x2

    menguji signifikan atau tidak signifikan dibuatkan hipotesis sebagai berikut:

    H0 = 1 - 2 0 H0 artinya usahatani padi sawah tidak memberi keuntungan atau merugi.

    H1 = 1 2 > 0 H1 artinya usahatani padi sawah menguntungkan. Bila t hitung lebih besar dari t daftar pada tingkatan kepercayaan 90% dengan derajat

    kebebasan (n-1) maka menerima H1 dan menolak H0, sebaliknya bila t hitung lebih kecil dari t

    daftar pada tingkat kepercayaan 90% dengan derajat kebebasan (n-1) maka menolak H1 dan

    menerima H0.

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Desa Labangka termasuk dalam wilayah Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam

    Paser Utara, Kalimantan Timur. Jarak Desa Labangka dengan ibukota kecamatan sekitar 11

    kilometer dengan waktu tempuh selama kurang lebih setengah jam. Sedangkan jarak ke

    ibukota kabupaten sekitar 50 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih selama satu

    setengah jam. Batas-batas administrasi Desa Labangka adalah Desa Api-api di sebelah utara,

    Desa Babulu Darat di sebelah selatan, Desa Rintik di sebelah barat, dan Desa Babulu Laut di

    sebelah timur. Secara keseluruhan luas wilayah Desa Labangka adalah sekitar1.040,02 hektar

    yang terdiri atas 116,87 hektar (13.81%) lahan yang telah digunakan dan sekitar 918 hektar

    merupakan (86.19%) lahan terlantar. Gambaran secara rinci mengenai luas Desa Labangka

    berdasarkan penggunaan lahan ditunjukkan dalam Tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Penggunaan Lahan diDesa Labangka Menurut Luas Lahan

    Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase

    Sawah Irigasi Teknis 24.61 4.1

    Sawah Tadah Hujan 24.45 3.53

    Pemukiman Umum 60 5.69

    Pasar 1.2 0.02

    Tempat Ibadah 1.17 0.02

    Kuburan/Makam 3.7 0.17

    Tempat Rekreasi dan Olahraga 1.92 0.09

    Perkantoran Pemerintahan 1.74 0.07

    Sekolah/lainnya 3.23 0.12

    Lahan Terlantar 918 86.19

    TOTAL 1,040.02 100.00

    Sumber : Profil Desa Labangka, 2011.

    Topografi wilayah Labangka berada pada ketinggian 0-150 m diatas permukaan laut

    (dpl).Dengan tingkat lereng 15-40 % tersebar di wilayah bagian barat sedangkan bagian

    Timur memiliki tingkat lereng 0 5 persen.Suhu rata-rata di Labangka tahun 2009 berkisar antara 25

    0C dengan kecepatan angin rata-rata 3 knot/jam.Curah hujan merupakan faktor

    penting dalam pembentukan iklim suatu wilayah. Curah hujan pada tahun 2011 yang

  • 11

    dilaporkan dari 4 pos pengamatan di kecamatan rata-rata tercatat 221,75 mm, sedang rata-rata

    hari hujan pada tahun 2011 adalah 12 hari per bulan.

    4.2 Keadaan Penduduk

    Penduduk sebagai sumber daya manusia merupakan subyek dalam pembangunan yang

    harus mengenal karakteristiknya. Berdasarkan data dari kantor DesaLabangka, diperoleh

    rincian data jumlah penduduk yang dijabarkan sebagai berikut.

    4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

    Jumlah penduduk di desa Labangka sebanyak 1.724 jiwa yang terdiri dari 884 orang

    laki-laki dan 840 orang perempuan. Persentase jumlah penduduk Desa Labangka berdasarkan

    jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :

    Tabel 4.2 Persentase Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa Labangka

    Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara

    No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

    1 Laki-laki 884 51,28

    2 Perempuan 840 48,72

    Jumlah 1.724 100,00

    Sumber :Profil Desa Labangka, 2011

    Berdasarkan data pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa persentase perbandingan jumlah

    penduduk laki-laki dan perempuan, dimana penduduk laki-laki hampir sebanding dengan

    jumlah penduduk perempuan. Selisih jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 44

    jiwa atau sebesar 2,52 %.

    4.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Sebagian besar wilayah di Desa Labangka merupakan daerah pertanian, perhutani, dan

    usaha peternakan. Adapun rincian jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat

    dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut :

    Tabel 4.3 Karakteristik Penduduk Desa Labangka Berdasarkan Mata

    Pencaharian

    No. Keterangan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

    1 Petani & Perkebunan 425 47,69

    2 Pekerja di sekrot Jasa & Perdagangan 400 44,89

    3 PNS 53 5,94

    4 Pekerja di Sektor Industri 11 1,23

    5 Peternak 2 0,22

    Jumlah 891 100,00

    Sumber :Profil Desa Labangka, 2011

    Berdasarkan data pada Tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk desa

    Labangka sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani dan

    pekebun yaitu dengan presentase terbanyak 425 orang atau 47,69 %. Hal ini dikarenakan

    lahan pertanian dan perkebunan di desa Labangka masih cukup potensial untuk bidang

    tersebut.Sehingga untuk dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan perkebunan

    juga untuk mencukupi kebutuhan keluarga, maka diperlukan adanya peningkatan kegiatan di

    bidang pertanian dan perkebunan.Salah satunya yaitu kegiatan usahatani padi yang memang

    telah menjadi pekerjaan utama penduduk setempat, dengan luas lahan pertanian padi yang

  • 12

    mendukung untuk kegiatan usahatani.Apabila dilihat dari tingkat pendidikan penduduk,

    diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk desa Labangka juga mempengaruhi dalam

    pengambilan keputusan mengenai pilihan pada bidang pekerjaan mereka selain warisan turun

    temurun dari nenek moyang penduduk desa Labangka rata-rata para transmigran dari jawa

    yang dahulu juga adalah sebagai petani.

    Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Labangka Berdasarkan TingkatPendidikan

    No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

    1 SD/sederajat 497 40,53

    2 SMP/sederajat 513 41,84

    3 SMA/sederajat 203 16,55

    4 Perguruan tinggi 13 1,08

    Jumlah 1.226 100,00

    Sumber :Profil Desa Labangka, 2011.

    Dari segi pendidikan Desa Labangka tergolong rendah karena sebagian besar

    penduduk atau sekitar 40 persen penduduk hanya mengikuti pendidikan formal hingga tamat

    sekolah dasar. Sisanya sekitar 41 persen dari penduduk menyelesaikan pendidikan hingga

    tamat sekolah lanjutan pertama atau sederajat dan sekolah menengah atas sekitar 16 persen

    memenuhi program pendidikan wajib 9 tahun yang digerakkan pemerintah. Gambaran secara

    rinci tentang penduduk Desa Labangka berdasarkan tingkat pendidikan ditunjukkan dalam

    Tabel 4.4.

    Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat diketahui rata-rata tingkat

    pendidikan penduduk adalah SMP/sederajat dan tingkat pendidikan yang terendah adalah

    perguruan tinggi.Semakin menurunnya presentase tingkat pendidikan tersebut disebabkan

    karena semakin tingginya tingkat pendidikan maka biaya yang dikeluarkan untuk menempuh

    pendidikan semakin besar.Sehingga sebagian besar masyarakat di Desa Labangka lebih

    memilih untuk tidak meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi memilih untuk

    bekerja sebagai petani.Selain itu, kurangnya minat penduduk untuk menjadi warga yang

    berkembang dalam hal usaha pekerjaan juga dapat mempengaruhi motivasi penduduk dalam

    mencari lahan penghidupan untuk menyejahterakan keluarganya.

    4.3. Karakteristik Petani Responden

    Karakteristik petani responden akan diuraikan berdasarkan umur petani,tingkat

    pendidikan, status dan luas lahan garapan, pengalaman berusahatani padi, jumlah anggota

    keluarga, status usahatani padi sawah,pekerjaan sampingan, keputusan bertani padi sawah,

    dan kondisi tempat tinggal.Karakteristik petani responden selengkapnya sebagai berikut :

    1. Umur Petani

    Tenaga kerja produktif umumnya berada pada selang 25 hingga 40 tahun,sedangkan

    jika kurang atau lebih dari selang umur tersebut akan tergolong sebagaitenaga kerja kurang

    produktif tetapi masih termasuk dalam usia kerja.Karakteristik petani responden berdasarkan

    umur ditunjukkan pada Tabel 4.5.

    Tabel 4.5 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Umur

    Kelompok Umur

    (Tahun)

    Jumlah Responden

    (orang) Persentase (%)

    31 40 4 10,0

    41 50 19 47,5

    51 60 12 30

  • 13

    > 60 5 12,5

    Total 40 100,00

    Sumber data : Pengolahan Data Primer Tahun 2012

    Berdasarkan umur, sebagian besar responden terdiri atas petani darikelompok umur 41

    hingga 50 tahun yaitu sebanyak 19orang atau 47,5 persen dari keseluruhan responden.

    Sedangkan petani respondenyang paling sedikit berasal dari kelompok umur antara 31 hingga

    40 yaitu hanyasebanyak 4 orang (10 %). Petani responden lainnya yang juga

    jumlahnyatergolong sedikit berasal dari kelompok umur 51 hingga 60 tahun yang

    berjumlah12 orang (30 %) dan yang sudah berusia lanjut yaitu sebanyak 5 orang atau 12,5

    persen.

    2. Tingkat Pendidikan

    Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi dan inovasi

    yang sedang berkembang. Pada umumnya, semakin tinggi tingkatpendidikan, maka proses

    adopsi teknologi akan semakin cepat. Adapun tujuanteknologi dan inovasi adalah untuk

    memperbaiki usahatani baik dari segi produksiatau produktivitas.Berdasarkan tingkat

    pendidikan, petani responden lebih banyakterkonsentrasi pada kelompok tidak tamat SD yaitu

    sebanyak 18 orang (45 %) dankelompok yang tidak pernah mengikuti sekolah formal sama

    sekali yaitu sebanyak12 orang (30 %). Hanya satu orang diantara petani responden yang

    menyelesaikanpendidikan SLTP hingga tamat.Karakteristik petani responden

    berdasarkantingkat pendidikan selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.6.

    Tabel 4.6Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

    Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

    (orang) Persentase

    Tidak Pernah Sekolah 12 30.00

    Tidak Tamat SD 18 45.00

    Tamat SD 9 22.50

    Tamat SLTP 1 2.50

    Tamat SLTA 0 0.00

    Total 40 100.00

    Sumber :Profil Desa Labangka, 2011.

    3. Status dan Luas Lahan Garapan

    Semua petani responden merupakan petani pemilik karena petaniresponden

    menggarap lahan tanpa mengeluarkan biaya sewa lahan. Sementaraluas lahan garapan

    berpengaruh positif terhadap produktivitas usahatani dimanausahatani dengan luas lahan yang

    lebih besar akan memiliki produktivitas yangrelatif lebih tinggi daripada usahatani dengan

    luas lahan yang lebih kecil. Luaslahan garapan petani responden bervariasi mulai dari petani

    yang memiliki luaslahan garapan dari satu hektar hingga petani yang memiliki luas

    lahangarapan lebih dari satu hektar.Sebagian besar petani responden memiliki luaslahan

    garapan 1 hektar yaitu sebanyak 5 orang (12.5 %).Sedangkan petani yang memiliki luas lahan

    garapan satu setengah hektar sebanyak 12 orang (30 %). Petani responden yang memiliki luas

    lahan garapan2 hektar sebanyak 23 orang (57,5 %), dan tidak ada diantara petaniresponden

    yang memiliki luas lahan garapan lebih dari 2 hektar. Hasil produksi usahatani padi sawah

    berupa gabah kering simpan satu diantara penyebabnya adalah tergantung dari luas lahan.Data

    secara rincimengenai karakteristik petani responden berdasarkan luas lahan garapan

    disajikandalam Tabel 4.7.

    Tabel 4.7 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan

  • 14

    Garapan

    Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden

    (orang) Persentase (%)

    1 Ha 5 12,5

    1,5 Ha 12 30

    2 Ha 23 57,5

    Total 40 100.00

    Sumber :Profil Desa Labangka, 2011.

    4. Pengalaman Berusahatani Padi Sawah

    Petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama akan lebih baikdan lebih

    matang dalam hal perencanaan usahatani karena lebih memahamiberbagai aspek teknis dalam

    berusahatani. Demikian juga dengan berbagaimasalah non teknis yang biasanya dihadapi

    dalam berusahatani sehingga padaakhirnya produktivitasnya akan lebih tinggi.Kelompok

    petani responden dengan jumlah yang paling banyakberdasarkan pengalaman berusahatani

    adalah kelompok petani yang telahberusahatani padi sawah selama lebih dari 10 tahun yaitu

    sebanyak 15 orang (37.5%).Hanya sebagian kecil dari petani responden yang memiliki

    pengalamanberusahatani padi ladang kurang dari 5 tahun yaitu sebanyak 2 orang (5

    %).Sedangkan petani yang lain selebihnya tersebar dalam kelompok denganpengalaman

    berusahatani padi ladang antara 5 hingga 10 tahun sebanyak 6 orang(15 %). Kelompok antara

    11 hingga 15 tahun sebanyak 9 orang (22.5 %), dankelompok antara 16 hingga 20 tahun

    sebanyak 8 orang (20 %). Gambaran petaniberdasarkan pengalaman berusahatani secara rinci

    disajikan dalam Tabel 4.8.

    Tabel 4.8 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman

    Usahatani

    Pengalaman Berusahatani

    Padi Sawah (Tahun)

    Jumlah Responden

    (orang) Persentase

    < 5 2 5.00

    5 10 6 15.00

    11 15 9 22.50

    16 20 8 20.00

    > 20 15 37.50

    Total 40 100.00

    Sumber :Profil Desa Labangka, 2011.

    Seluruh petani responden menyatakan bahwa berusahatani padi sawah merupakan

    usaha pokok untuk memenuhi kebutuhan beras sehingga rumah tanggapetani tidak perlu

    membeli beras untuk pangan sehari- hari. Selain itu para petanijuga berusahatani padi sawah

    karena tidak memiliki keahlian lain selain bertanidan juga karena kondisi alam seperti

    ketersediaan air, kesuburan tanah, danketersediaan modal yang hanya sesuai dengan

    komoditas padi sawah. Bertanipadi sawah juga dilakukan secara turun temurun juga oleh

    karena faktor faktor yang telah disebutkan di atas.Petani yang memiliki usaha sampingan selainusahatani padi sawah memiliki usaha sampingan sebagai perangkat desa sepertiKetua

    RT ataupun sebagai Hansip atau Linmas (Perlindungan Masyarakat).

    5. Jumlah Anggota Keluarga

    Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerjadikaitkan

    dengan jumlah penggunaan (sumbangan) tenaga kerja terhadap kegiatanproduksi usahatani.

    Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakinbanyak pula tenaga kerja yang dapat

    digunakan dalam kegiatanproduksiusahatani sehingga produktivitas akan lebih tinggi, dan

  • 15

    demikian juga sebaliknya.Jumlah anggota keluarga juga akan berpengaruh terhadap jumlah

    tanggungankeluarga atau tingkat konsumsi rumahtangga.Sebagian besar responden atau

    sebanyak 27 rumahtangga (67.5 %)tergolong ke dalam kelompok dengan anggota keluarga

    antara 3 hingga 5 orang, dan hanya sebanyak 5 rumah tangga (12.5 % ) dari keseluruhan

    responden yangmemiliki anggota keluarga lebih dari 5 orang, sedangkan rata-rata rumah

    tangga petani responden memiliki sebanyak sekitar 4 orang. Gambaran secara rincimengenai

    karakteristik petani responden berdasarkan jumlah anggota keluargadisajikan dalam Tabel

    4.9.

    Tabel 4.9 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jumlah AnggotaKeluarga

    Kelompok Jumlah Anggota RT Persentase

    < 3 orang 8 20.00

    3 5 orang 27 67.50

    > 5 orang 5 12.50

    Total 40 100.00

    Sumber :Profil Desa Labangka, 2011.

    6. Status Usahatani Padi Sawah Status Usahatani padi sawah, dalam artian apakah usahatani padi sawah merupakan

    mata pencaharian utama atau sampingan, akan mempengaruhi sikap petani dalam

    menentukaan komoditi usahatani mana yang akan menjadi prioritas (fokus) yang mendapat

    perhatian atau alokasi sumberdaya yang relatif lebih besardan yang lebih kecil. Petani yang

    bermata pencaharian utama usahatani padi sawah akan lebih memfokuskan pekerjaan atau

    sumberdayanya terhadap usahatani padi sawah, sehingga petani akan lebih mengusahakan

    peningkatan produksi dan produktivitas padi sawah daripada komoditi yang menjadi

    usahatani sampingan. Seluruh petani yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka

    memilih berusahatani padi sawah sebagai mata pencaharian utama sehingga sumberdaya yang

    dimiliki petani dialokasikan terutama untuk usahatani padi sawah.

    7. Pekerjaan Sampingan

    Jenis pekerjaan sampingan yang dimiliki petani akan berpengaruhterhadap pendapatan

    tambahan yang diperoleh rumah tangga, sehingga tingkat pendapatan tersebut akan

    berpengaruh terhadap produktivitas usahatani.Pendapatan dari pekerjaan sampingan akan

    digunakan sebagai tambahan modal dalam penyediaan sarana produksi yang lebih banyak

    sehingga hasil produksiyang diperoleh akan lebih besar. Selain bertani, responden pada

    umumnya tidak

    memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan rumah tangga karena

    tidak mempunyai keahlian lain selain bertani. Sehingga sumber pendapatan yangmenjadi

    penunjang usahatani padi sawah adalah dengan dengan berkebun tetapi umumnya tidak

    dikelola secara baik atau tidak diusahakan secara kontinyu.

    8. Keputusan Bertani Padi Sawah

    Keputusan bertani padi sawah dalam menentukan jenis, pola tanam, danteknik

    produksi lainnya petani bebas menentukan sendiri atau dipengaruhi adatistiadat setempat yang

    mengikat kebebasan petani dalam mengambil keputusanusahatani. Keputusan yang diambil

    akan berpengaruh terhadap produktivitas dankemajuan usahatani karena petani yang dinamis

    akan lebih mampu mengadopsiteknologi usahatani.Teknologi dan inovasi bertujuan untuk

    meningkatkanproduktivitas padi sawah dan taraf hidup petani.Keseluruhan petani responden

    menyatakan bahwa keputusan dalamberusahatani diambil sendiri dengan kebebasan

    berdasarkan pemahaman danpengalaman petani dan tidak terikat dengan aturan atau adat

    istiadat setempat.Segala usaha yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas usahatani

  • 16

    terutamapadi sawahakan dilakukan petani sesuai dengan kemampuan sumberdayanyatanpa

    dipengaruhi faktor adat istiadat setempat.

    9. Kondisi Tempat Tinggal

    Rumah dikatakan layak sebagai tempat tinggal apabila rumah tersebut mempunyai

    atap, dinding dan lantai.Salah satu indikasi rumah sehat lainnya adalah kualitas rumah tinggal.

    Pada tahun 2011, persentase rumah tangga di Desa Labangka yang bangunan rumahnya

    permanen sebesar 28,38 persen, sedangkan yang tidak permanen sudah tidak ada lagi. Yang

    paling banyak adalah bangunan rumah semi permanen dimana jumlahnya mencapai 71,62

    persen. Sumber air minum tampaknya mengalami peningkatan di DesaLabangka hal ini

    terlihat dari persentase rumah tangga dengan sumber air minum pompa listrik/tangan naik

    menjadi 33,33persen pada tahun 2011, dimana pada tahun 2010 persentasenya sebesar 30,00

    persen.Yang terbesar persentase rumah tangga menggunakan air hujan (41,67 persen) naik

    dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 40,00 persen. Sedangkan air sungai/danau dan

    mata air pada tahun 2011 sudah tidak digunakan oleh rumah tangga.

    4.4 Budidaya Tanaman Padi Sawah

    Kegiatan berusahatani padi sawah di Desa Labangka dilakukan mulai darikegiatan

    persiapan lahan dalam dengan mengolah lahan pada saat datangnyamusim hujan sekitar

    bulanDesember tergantung perkiraan petaniberdasarkan pengalamannya sampai dengan masa

    panen sekitar bulan April.Kegiatan berusahatani padi sawah di Desa Labangka umumnya

    dilakukandengan sistem tanam gilir balik.Varietas padi sawah yang digunakan petani adalah

    jenis Inpari.Berdasarkan pengalaman petani diDesa Labangka varietas padi sawah jenis Inpari

    dapat memberikan hasil yangrelatif lebih tinggi jika ditanam di lahan kering daripada varietas

    padi sawahlainnya.Varietas jenis Inpari (IR64) juga dianggap sesuai dengan kondisi tanah

    daniklim di Desa Labangka oleh para petani.

    4.4.1. Persiapan Lahan

    Pada pengolahan pertama, mencangkul dilakukan sedemikian rupasehingga tanahnya

    terbalik, yaitu yang semula di atas atau di permukaan menjadidi bagian bawah dan demikian

    sebaliknya yang semula di bagian bawah menjadidi bagian atas.Kemudian disemprot dengan

    obat pembasmi rumput pada tumbuhan yang kecil seperti ilalang. Pengolahan ini

    dimaksudkan untuk mematikan dan membusukkanrerumputan yang semula terdapat di

    permukaan tanah dan kemudian akanterbenam ke bagian bawah tanah. Pembalikan tanah

    bagian bawah ke atasbertujuan untuk menganginkan tanah memberikan kesempatan bagi

    tanah untukmelepaskan racun-racun yang sangat mungkin terbentuk dalam tanah.Keadaaanini

    dibiarkan selama dua minggu hingga rerumputan yang terbenam dianggapsudah membusuk

    atau melapuk dan racun-racun yang ada sudah menguap keudara.

    4.4.2. Penanaman

    Penanaman dilakukan dengan menggunakan alat tugal yang terbuat darikayu untuk

    membuat lubang-lubang tanam pada kedalaman sekitar 2 hingga 5 cmpada lahan yang

    sebelumnya sudah diolah terlebih dahulu, kemudian ke dalamlubang dimasukkan sekitar 5

    sampai 7 bulir padi jenis Inpari dengan jaraktanam pada umumnya kira-kira 20 x 20

    sentimeter hingga 30 x 30 sentimeter.Setelah bulir ditugalkan ke dalam tiap-tiap lubang tanam

    kemudian ditutupkembali dengan maksud agar bulir yang ditugalkan tidak diganggu oleh

    burungatau binatang-binatang perusak atau pemakan bulir lainnya. Pola tanam yang

    umumnya digunakan petani responden adalah dengansistem tanam gilir balik dengan

    menanam padi sawah kemudianmenanam pisang di sekeliling lahan sebagai tanaman

    pencegah erosi.Penanamanpadi sawah pada umumnya dilakukan dengan sistem padi-palawija

  • 17

    atau padi-bera.Pola tanam padi-bera yang dilakukan sebagian petani responden

    disebabkanmodal awal untuk penanaman palawija setelah panen padi yang tidak

    mencukupisehingga setelah masa panen padi sawah para petani lebih banyak yangmembera-

    kan lahannya untuk kemudian ditanami padi lagi pada musim hujanberikutnya.

    4.4.3. Pemupukan

    Pemupukan sangat perlu dilakukan untuk memperoleh hasil gabah yangmaksimal

    terutama di lahan kering.Pertanaman padi sawah yang ideal yaitu yang mampu menghasilkan

    padi dalambentuk gabah kering sebanyak 4 ton per hektar.Agar lahan tetap subur dan hasil

    gabah tetap tinggi tanaman harus dipupuk (Hermawan, 2000).

    4.4.4. Pengendalian Hama

    Pengendalian hama dilakukan untuk mencegah atau membasmi hama dan

    penyakityang menyerang tanaman padi sawah. Pengendalian hama adalah pekerjaan yang

    paling sulit bagi petani karena serangan hama yang susah diprediksi dan jenis hama yang

    menyerang tanaman bermacam-macam, karena lahan pada umumnya berada pada pinggir

    hutan maka jenis hama bisa berupa binatang hutan seperti babi, monyet, tikus dan binatang

    lainnya. Jenis serangga seperti ulat, walang sangit dan belalang biasanya menggunakan

    pestisidaseperti :Matador dan V3 atau jenis lainnya tergantung pada jenis hama yang

    menyerang. Serangan hama tikusbiasanya menggunakan racun tikus seperti timex atau tablet

    racun tikus. Hama babi dan monyet biasanya di basmi dengan cara dihalau atau dibuatkan

    perangkap dan kadang-kadang juga menggunakan racun. Hama burung pipit dapat dihindari

    dengan menanam serentak tetapi bila ada serangan burung pipit dapat dihalau dengan

    kentongan-kentongan berupa kaleng bekas yag di gantung sekitar tanaman dan diberi tali agar

    dapat dibunyikan dari pondok cara lain adalah menakut-nakuti burung pipit dengan

    membentangkan tali-tali nilon diatas hambaran lahan.

    4.4.5. Penyiangan

    Penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma atau

    tanamanpengganggu tanaman utama (padi sawah). Proses penyiangan dilakukan

    sekitarsebulan setelah benih ditanamkan atau ditugalkan dengan menggunakan sabit dan

    cangkul. Pada periode ini benih mulai bertumbuh sehinggapertumbuhan tanaman pengganggu

    seperti rerumputan, semak belukar, akanmenjadi saingan berat bagi tanaman utama dalam

    memperoleh unsur hara daridalam tanah bahkan dapat mematikan tanaman utama, atau gulma

    jika tidaksegera dimusnahkan.Agar padi dapat tumbuh dengan baik dan tidak kekurangan zat

    makanan maka gulma atau tanaman pengganggu harus dibuang.Cara yang dilakukan adalah

    dengan mencabut rumput atau gulma tersebut atau disemprot dengan herbisida (obat

    pembunuh gulma/rerumputan).

    4.4.6. Pemanenan

    Setelah berumur 4 - 5 bulan padi sudah siap untuk di panen, tanda-tandanya adalah

    buah sudah berwarna kuning tua seluruhnya dan daun tangkai buah juga sudah

    kuning.Pemetikan dilakukan dengan cara menggunakan arit kemudian dikumpulkan dalam

    suatu wadah yang berukuran cukup besar, kemudian dirontokan dengan alat penggilingan

    padi cara ini adalah cara modern ini telah digunakan kurang lebih dari 3 tahun yang lalu.

    Setelah seluruh padi dalam bentuk gabah barulah gabah tersebut dijemur selama 2-3 hari

    hingga kering, pekerjaan berikutnya adalah membersihkan gabah yaitu memisahkan yang

    hampa dan yang berisi dengan cara ditampi atau disilir. Barulah dimasukan dalam karung dan

    dibawa pulang kerumah untuk disimpan dilumbung sebagai GKS (gabah kering simpan).Hasil

    panen padi sawah sebagian disimpan di lumbungpadi untuk nantinya digunakan sebagai benih

  • 18

    di musim tanam berikutnya jikatidak memiliki uang tunai untuk membeli benih dari kios atau

    toko dengan resikokualitas yang jelas lebih rendah.

    4.4.7 Hambatan-Hambatan Dalam Usahatani Padi Sawah

    Hasil wawancara dengan responden, hambatan-hambatan yang dihadapi petani di

    Desa Labangka kecamatan Babulu adalah faktor alam misalnya curah hujan yang sangat

    sedikit sehingga terkadang Padi kekeringan. Hal lain yang berhubungan dengan serangan

    hama baik yang berupa binatang maupun berupa serangga dan jenisnya bermacam-macam.

    Hambatan lainnya adalah membeli saprodi seperti bibit, obat-obatan dan pupuk dengan harga

    yang cukup tinggi.Pemasaran hasil produksi juga merupakan hambatan karena harga jual

    yang tidak menentu sehingga tidak member suatu rangsangan bagi petani untuk berproduksi

    yang lebih besar.

    4.5 Penggunaan Faktor Produksi dan Hasil Produksi

    4.5.1 Luas Lahan

    Hasil produksi usahatani padi sawah berupa gabah kering simpan satu diantara

    penyebabnya adalah tergantung dari luas lahan. Pada table berikut digambarkan distribusi

    responden berdasarkan luas lahan yang di garap oleh masing-masing petani di Desa Labangka

    adalah seperti terlihat pada tabel 4.10, berikut ini :

    Tabel 4.10 Distribusi Kepemilikan Luas Lahan di Desa Labangka Tahun 2011

    Kategori Frekuensi % % Kumulatif

    1 Ha 5 12,5 12,5

    1,5 Ha 12 30 42,5

    2 Ha 23 57,5 100,0

    Total 40 100,00 -

    Sumber data : Pengolahan Data Primer Tahun 2011

    Tabel 4.10 menunjukan bahwa luas lahan yang dimiliki dan diusahakan petani di Desa

    Labangka yaitu 12,5% hanya memiliki satu hektar. Luas lahan 2 Ha adalah luas yang

    terbanyak yaitu 57,5%. Sebagian besar petani di Desa Labangka sudah menggunakan

    peralatan modern seperti traktor dan mesin-mesin lainnya.Sewa traktor adalah salah satu

    komponen biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani untuk keperluan kegiatan pengolahan

    lahan secara borongan.Akan tetapi petani tersebut masih belum memiliki alat tersebut,

    sehingga petani menyewa traktor kepada gapoktan.

    4.5.2 Tenaga Kerja Setiap usaha pertanian akan memerlukan tenaga kerja. Tenaga kerja ini akan

    dinyatakan dalam ukuran Hari Orang Kerja (HOK). Nilai Koefisien HOK satu hari kerja bagi

    laki-laki dewasa sama dengan 1 HOK, sementara untuk seorang wanita dewasa adalah 0,8

    HOK. Cara perhitungan HOK ini dilakukan dengan menghitung jumlah tenaga kerja

    berdasarkan kelompok nilai koefisiennya, dikali dengan jumlah hari pada setiap proses

    produksi yang dilakukan oleh setiap responden. Berdasarkan pengalaman peneliti di lapangan,

    beberapa tahapan proses produksi adalah sebagai berikut:

    a. Perintisan (rata-rata memerlukan 7 15 HOK dengan jumlah tenaga kerja berkisar 2 4 orang, per musim tanam)

    b. Pembersihan (rata-rata memerlukan 2 5 HOK dengan jumlah tenaga kerja 2 6 orang) c. Penugalan atau penanaman (rata-rata memerlukan 2 3 HOK dengan jumlah tenaga kerja

    berkisar 10 16 orang, per musim tanam) d. Pemeliharaan (rata-rata memerlukan 3 5 HOK dengan jumlah tenaga kerja berkisar 2 3

    orang, per musim tanam)

  • 19

    e. Panen (rata-rata memerlukan 2 3 HOK dengan jumlah tenaga kerja berkisar 9 16 orang, per musim tanam)

    f. Penjemuran (rata-rata memerlukan 4 7 HOK dengan jumlah tenaga kerja berkisar 2 3 orang, per musim tanam)

    Umumnya, tenaga kerja usahatani di Desa Labangka berasal dari anggota keluarga

    sendiri, atau kerabat dan tetangga dekat.Biasanya dikerjakan dengan semangat gotong-royong

    dan kekeluargaan.Walaupun demikian, para tenaga kerja ini biasanya diberikan upah harian

    tergantung dari berat dan ringannya pekerjaan.Merintis dan membersihkan biasanya diberikan

    upah Rp. 50.000,- per hari. Sementara pekerjaan yang lebih ringan seperti menyiangi

    (pemberantasan gulma), menanam, menyemprot, dan memanen, akan mendapatkan upah

    sebesar Rp. 30.000,- per hari untuk laki-laki dan untuk tenaga kerja wanita sebesar Rp.

    25.000,- per hari.

    Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa besaran Hari Orang Kerja (HOK) para petani di

    Desa Labangka yang paling dominan berkisarantara 100-125 HOK, per musim tanam, yaitu

    sebesar 40 %, dari semua sampel yang menjadi responden penelitian. Setelah itu, baru diikuti

    oleh kelompok pengguna lainnya, yaitu >125 HOK, masing-masing sebesar 37,5 % dan 125 HOK 15 37,5 100

    Total 40 100,00 -

    Sumber data : Pengolahan Data Primer Tahun 2011

    4.5.3 Bibit

    Bibit atau benih padi yang digunakan para petani padi sawah pada umumnya adalah

    jenis lokal yan dipersiapkan sendiri oleh petani dari panenan sebelumnya, jenis-jenis tersebut

    dalam istilah setempat antara lain jenis IR64. Harga bibit tersebut berkisar antara Rp. 9.000,-

    hingga Rp. 10.000,- per kilogram.

    Dari tabel 4.11 atas penggunaan bibit antara 20 sampai 25 kilogram adalah yang

    terbanyak atau 60 % dari jumlah responden, dengan luas rata-rata responden 2 Hektar.

    Menyusul penggunaan bibit 25 kg.Jenis ini termasuk jenis padi unggul untuk

    padi sawah yang dikenal oleh para petani setempat oleh karena itu dihimbau agar pemerintah

    melalui instansi yang terkait dapat membantu petani padi sawah agar produksi dan kualitas

    semakin meningkat.Tabel 4.12 Menggambarkan Jumlah Benih atau Bibit Padi yang di tugal

    atau ditanam para petani padi sawah di Desa Labangka Kecamatan Babulu Kabupaten

    Penajam Paser Utara, untuk satu kali musim tanam, sebagai berikut:

    Tabel 4.12 Distribusi Penggunaan Bibit Padi Per Hektar per Satu Musim Tanam di

    Desa Labangka Tahun 2011

    Kategori Frekuensi % % Kumulatif

    25 Kg 2 5 100

  • 20

    Total 40 100,00 -

    Sumber data : Pengolahan Data Primer Tahun 2011

    4.5.4 Produksi

    Hasil produksi usahatani padi sawah di Desa Labangka, pada umumnya adalah satu

    kali setahun, biasanya mulai dari bulan Desember sampai April setiap tahun atau bertepatan

    dengan musim hujan. Tabel 4.12 memberikan gambaran bahwa mayoritas para petani

    menghasilkan gabah kering simpan > 2 Tonsebanyak 23 orang atau 57,5 % dari seluruh

    responden, antara 1,5 2 Ton sebanyak 16 orang atau 40% dari responden dan sebanyak 1 orang petani, di bawah 1,5 Ton atau 2,5 % dari responden. Pada lampiran produksi rata-rata

    petani dengan luas lahan 2 Hektar hanya rata-rata 2,110 Ton.Tabel 4.13 berikut ini

    menggambarkan hasil produksi berupa gabah kering simpan (GKS) yang dihasilkan para

    petani padi sawah di Desa Labangka.

    Tabel 4.13 Distribusi Hasil Produksi per Satu Musim Tanam di Desa Labangka

    Tahun 2011

    Kategori Frekuensi % % Kumulatif

    < 1,5 Ton 1 2,5 2,5

    1,5 2 Ton 16 40 42,5

    > 2 Ton 23 57,5 100

    Total 40 100,00 -

    Sumber data : Pengolahan Data Primer Tahun 2011

    4.5.5 Laba

    Laba adalah keuntungan yang diperoleh oleh petani padi sawah di Desa Labangka atau

    selisih dari penerimaan kotor atau TR dikurang seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani

    mulai dari perintisan hingga panen dalam satu musin tanam.

    Tabel 4.14 di bawah akan memberikan gambaran bahwa laba yang diperoleh para

    petani padi sawah di Desa Labangka sebagian besar hanya memperoleh dibawah empat juta

    rupiahuntuk sekali panen, yaitu 16 orang petani atau 40 % dari seluruh responden. Menyusul

    pada urutan kedua adalah petani memperoleh laba diatas lima juta rupiah yaitu13 petani atau

    32,5% dari seluruh responden. Penghasilan bersih antara 4 sampai 5 juta rupiah hanya 11

    orang dari 40 responden atau 27,5 %.Dari lampiran dapat dilihat bahwa dengan luas rata-rata

    2 hektar dapat menghasilkan produksi rata-rata 2,110 ton dengan keuntungan rata-rata Rp.

    4.333.725.

    Laba atau keuntungan yang diperoleh cukup bervariasi, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

    berikut :

    Tabel 4.14 Distribusi Laba atau Penghasilan Bersih Petani satu kali Tanam di Desa

    Labangka Tahun 2011

    Laba Frekuensi % % Kumulatif

    5 Juta Rupiah 13 32,5 100

    Total 40 100,00 -

    Sumber data : Pengolahan Data Primer Tahun 2011

    4.6 Analisis

    Analisis dan pengujian hipotesis diperlukan untuk memecahkan permasalahan yang

    telah dikemukakan pada bab terdahulu setelah semua data dan informasi yang diperlukan

  • 21

    sudah tersedia guna menguji hipotesis yang telah diajukan.Dari hasil perhitungan SPSS 16,

    dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut.

    Tabel 4.15 Paired Samples Statistics

    Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

    Pair 1 Total Revenue 10002000 40 1595280.218 252235.950

    Total Cost 5668275 40 793759.829 125504.449

    Sumber : Diolah (Lampiran)

    Dari hasil analisis tersebut maka langkah pertama yang diperlukan adalah menghitung

    besarnya rata-rata total revenue atau penerimaan kotor sebagai berikut :

    TR = TR

    n=

    400.080.000

    40= Rp. 10.002.000

    Selanjutnya menghitung besarnya total cost rata-rata atau besarnya rata-rata biaya

    yang diperlukan mulai dari persiapan lahan hingga panen dalam sekali musim sebagai berikut

    :

    TC =TC

    n=

    226.731.000

    40= 5.668.275

    Untuk menguji kedua rata-rata tersebut diatas apakah dapat mewakili rata-rata TR dan TC

    digunakan uji beda dua rata-rata dan dari hasil uji tersebut terdapat pada lampiran.

    Analisis lebih lanjut perbedaan rata-rata tingkat pendapatan kotor atau TR dengan

    rata-rata pengeluaran biaya atau TC mengindikasikan bahwa petani padi sawah di Desa

    Labangka memperoleh keuntungan Rp.4.333.725,00 dengan luas lahan rata-rata 2 ha berarti

    keuntungan petani sekali panen per ha adalah :

    Rp. 4.333.725,00: 2 = Rp. 2.166.862,5.

    Laba ini bila dihitung sebagai pendapatan per bulan maka harus dibagi dengan 5 bulan karena

    lamanya tanaman padi sawah mulai dari perintisan hingga panen memerlukan waktu 5 bulan

    diperoleh

    Rp. 2.166.862,5 : 5 = Rp. 433.372,5

    4.7 Pembahasan Keuntungan sebesar Rp 4.333.725,00 adalah suatu angka yang cukup apabila kita

    menghitung keuntungan per bulan responden sesuai denqan umur padi selama lima bulan

    berarti keuntungan per responden per bulan Rp 866.745. Bila dihitung keuntungan per

    responden per bulan per hektar diperoleh Rp 433.372,5.

    Bila di hitung besarnya pendapatan yang diperoleh petani padi sawah di Desa

    Labangka Kecamatan Babulu untuk sekali panen adalah upah rata-rata Rp 4.382.250,00

    ditambah dengan laba usahatani rata-rata Rp 4.333.725,00 menjadi Rp 8.715.975,00 berarti

    pendapatan rata-rata per bulan yang diperoleh petani dengan mata pencaharian usahatani padi

    sawah sebesar Rp 1.743.195 angka ini sudah mencukupi memenuhi kebutuhan hidup sehari-

    hari karena itu maka pada umumnya petani di Desa Labangka selain usahatani padi sawah

    juga melakukan usahatani lain seperti menanam sayur-sayuran untuk dijual ke pasar dan

    memenuhi kebutuhan sehari-hari.

  • 22

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan dapatdisimpulkan sebagai

    berikut :

    Usahatani padi sawah di Desa Labangka memberikan keuntungan rata-rata yang signifikan

    bagi petani yang ada di Desa Labangka, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser

    Utaradan rata-rata kelayakan usahatani di daerah penelitian telah layak untuk dikembangkan

    sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan.

    5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian maka peneliti menyarankan sebagai

    berikut:

    1. Usahatani padi sawah lebih ditingkatkan lagi supaya dapat memberikan keuntungan yang maksimal dengan cara mengoptimalkan penggunaan benih, pupuk, obat-obatan hama dan

    perawatan tanaman.

    2. Menambah penggunaan modal dalam usahatani padi sawah di Desa Labangka Kecamatan Babulu, dengan cara instansi terkait menambah besaran bantuan pinjaman (kredit) pada

    kelompok tani di Desa Labangka sehingga para petani dapat memproduksi padi sawah

    dengan kualitas maksimal.

    3. Penulis menyadari masih terdapat banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

    DAFTAR PUSTAKA

    AAK. 2005. Budidaya Tanaman Padi. Kanisus. Yogyakarta

    Anonymousa. 2009. Panduan Pelaksanaan: Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu

    (SL-PPT) Padi. Departemen Pertanian. Jakarta

    Arifin, Bustanul. 2000. Pembangunan Pertanian: Paradigma, Kinerja dan Opsi Kebijakan.

    Jakarta: Pustaka Indef. 192 Halaman.

    Arikunto, Suharsimi. 2002. Manajemen Penelitian. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta.

    Ashari. 2010. Peranan Perbankan Nasional Dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di

    Indonesia. (Online), (htpp://litbang.deptan.go.id/Ind/pdf), diakses 2 Juli 2012

    Budiono. 2002. Pemupukan di Lahan Sawah. Puslittanak, Badan Litbang Pertanian

    BPS (Badan Pusat Statistik). 2011. Kecamatan Babulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik

    Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda.

    Daniel, Moehar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara.Jakarta.

    Darwanto. 2010. Analisis Efisiensi Usatahani Padi Jawa Tengah (Penerapan Analisis

    Frontier). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

    Deptan, (2006). Program dan Kegiatan Departemen Pertanian Tahun 2007, (Online),

    (htpp://www.deptan.go.id/renbangtan/Progkeg). Diakses 28 Oktober 2012

  • 23

    Diperta. 2012. Produktivitas Tanaman Padi Lahan Sawah, (http://www.pertanianjatim.go.id).

    Diakses 28 Oktober 2012

    2009. Produksi Tanaman Padi Wilayah Madiun,

    (http://www.pertanianjatim.go.id). Diakses 28 Oktober 2012

    Diyah A. Suryaningrum. 2010. Analisis keuntungan dan Efisiensi Faktor-Faktor Produksi

    Pada Usahatani Padi (Oryza sativa L.) SRI (System Of Rice Intensification) di

    Kabupaten Jember. Universitas Brawijaya. Malang.

    Ghozali, Imam. 2008. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Undip Press.

    Semarang.

    Haryadi. 2008. Teknologi Pengolahan Beras. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

    Hidayat, Hamid. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Malang.

    Husein Umar, 2003. Metode Penelitian. Salemba Empat. Jakarta.

    Kasryno, Faisal. 1996. Meningkatkan Pemanfaatan Sumber Daya Pertanian dan

    Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Menuju Era Globalisasi Ekonomi, Litbang

    Pertanian, Jakarta.

    Kustiawati Ningsih, 2010. Analisis Resiko Produksi dan Efisiensi Alokasi Sumberdaya

    Usahatani Tembakau Madura (Studi Kasus di Kecamatan Pakang, Kab.

    Pamekasan). Tesis. Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian

    Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

    Muhammad, Nur. 2009. Tingkat Pengaruh Berbagai Faktor Terhadap Produksi Padi Sawah

    di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka. Jurnal Sumberdaya Insani. Universitas

    Muhamadiyah. Kediri

    Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo. Jakarta.

    Sastraadmaja, Entang. 1984. Ekonomi Pertanian Indonesia. Angkasa Anggota IKAPI.

    Bandung.

    Suharto, Edy. (2009) Pekerja Sosial di Dunia Industri. PT Refika Aditama. Bandung

    Soekartawi, Soeharjo, A., Dillon, L.John, Hardaker, J.Brian. 1986. Ilmu Usaha Tani dan

    Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Lembaga Penerbit Universitas

    Indonesia Press. Jakarta.

    Utomo, Yuni Prihadi. 2007. Eksplorasi data dan analisis Regresi dengan SPSS.

    Muhammadiyah University Press. Surakarta.

    Wibisono, Hariawan. 2011. Analisis Efisiensi Usahatani Kubis. Skripsi. Fakultas Ekonomi

    Universitas Diponegoro. Semarang.