53435653-LAPORAN-AAS

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Praktikum Penetuan kadar dari suatu senyawa kimia dengan AAS. 1.2 Prinsip Kerja Praktikum Dengan mengukur intensitas radiasi yang diteruskan (Transmitancy) atau mengukur intensitas radiasi yang diserap (Absorbancy) berdasarkan panjang gelombang tertentu maka konsentrasi unsur dalam larutan dapat diketahui. 1.3 Teori Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas. Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitafif dari unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah dilakukan. AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja.Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS terdiri

Transcript of 53435653-LAPORAN-AAS

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Tujuan Percobaan Praktikum

    Penetuan kadar dari suatu senyawa kimia dengan AAS.

    1.2 Prinsip Kerja Praktikum

    Dengan mengukur intensitas radiasi yang diteruskan

    (Transmitancy) atau mengukur intensitas radiasi yang diserap (Absorbancy)

    berdasarkan panjang gelombang tertentu maka konsentrasi unsur dalam

    larutan dapat diketahui.

    1.3 Teori

    Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang

    digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan

    metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom

    bebas.

    Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis

    kuantitafif dari unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai

    bidang karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah,

    sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks

    yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah

    dilakukan. AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur,

    spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan double

    beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal fotometer

    nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat memancarkan sinar

    terutama unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan

    adalah lampu katoda cekung yang mana penggunaanya hanya untuk analisis

    satu unsur saja.Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom.

    Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu,

    tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada

    perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS terdiri

  • atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur

    fotometerik.Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini

    disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan

    unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan

    kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang

    diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak

    61 logam.Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu

    katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan

    ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudia

    radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper

    digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan

    radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus

    (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber

    radiasi atau sampel. Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai

    radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan

    elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau

    tereksitasi.Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan

    mempercepat gerakan elektron sehinggaelektron tersebut akan tereksitasi ke

    tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula.

    Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan

    oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang

    gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom

    tersebut.

    Bagian-Bagian pada AAS

    a. Lampu Katoda

    Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu

    katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam.

    Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda

    tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa

  • digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi

    dua macam, yaitu :

    1. Lampu Katoda Monologam :Digunakan untuk mengukur

    1 unsur Lampu

    2. Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran

    beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.

    Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih

    menonjol digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda

    pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang

    hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi

    lainnya. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk

    memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah

    tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk

    keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila

    ada gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada

    lingkungan sekitar. Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah

    selesai digunakan, maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS,

    dan lampu diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan

    dus penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai

    penggunaan, lamanya waktu pemakaian dicatat.

    b. Tabung Gas

    Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas

    yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu

    20000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas

    dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30000K. regulator pada tabung

    gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan

    dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada

    bagian kanan regulator. Merupakan pengatur tekanan yang berada di

    dalam tabung. Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung

    gas tersebut, yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas

    dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau

  • udara, maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang

    keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan

    sedikit air sabun pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada

    gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut

    positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan

    minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat.

    Gas didalam tabung dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung

    pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat gas akan

    mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.

    c. Ducting

    Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap

    atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada

    cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang

    dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap

    yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di

    dalam ducting, agar ppolusi yang dihasilkan tidak berbahaya.

    Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara

    horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada

    serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting.

    Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam

    ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat. Penggunaan

    ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena

    bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting

    berfungsi untuk menghisap hasil pembakara yang terjadi pada AAS, dan

    mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting

    d. Kompresor

    Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit,

    karena alat iniberfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan

    digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor

    memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak

  • hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah

    merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi

    sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakan

    tombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan

    disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan

    sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS. Alat

    ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke

    kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri meerupakan posisi

    tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat

    mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya

    pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan

    lap, agar lantai tidak menjadi basah., dan uap air akan terserap ke lap.

    e. Burner

    Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit,

    karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan

    aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api

    secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan

    lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses

    pengatomisasian nyala api. Perawatan burner yaitu setelah selesai

    pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke dalam botol yang

    berisi aquabides selama 15 menit, hal ini merupakan proses pencucian

    pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator

    digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar

    yang akan diuji.

    Selang aspirator berada pada bagian selang yang berwarna

    oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan

    selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji

    merupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih

    dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang

    berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke

    energi tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang

  • berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada

    tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka

    menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru,

    merupakan warna api yang paling baik, dan paling panas, dengan

    konsentrasi

    f. Buangan pada AAS

    Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan

    terpisah pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang

    dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak

    naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses

    pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva

    yang dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen)

    ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan lampu indicator.

    Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api

    pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya

    proses pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga

    berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila

    buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi

    disisakan sedikit, agar tidak kering.

    Prinsip analisis dengan SSA adalah interaksi antara energi radiasi

    dengan atom unsur yang dianalisis. AAS banyak digunakan untuk

    analisis unsur. Atom suatu unsur akan menyerap energi dan terjadi

    eksitasi atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini tidak stabil

    dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau

    seluruh tenaga eksitasinya dalam bentuk radiasi. Frekuansi radiasi yang

    dipancarkan karakteristik untuk setiap unsur dan intensitasnya sebanding

    dengan jumlah atom yang tereksitasi yang kemudian mengalami

    deeksitasi. Teknik ini dikenal dengan SEA (spektrofotometer emisi

    atom). Untuk SSA keadaan berlawanan dengan cara emisi yaitu,

    populasi atom pada tingkat dasar dikenakan seberkas radiasi, maka akan

    terjadi penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada

  • tingkat dasar tersebut. Penyerapan ini menyebabkan terjadinya

    pengurangan intensitas radiasi yang diberikan. Pengurangan

    intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat

    dasar tersebut.

    Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di

    dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala rnengandung

    atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan

    tereksitasi secara termal oleh ayala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal

    sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom

    ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber

    radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang

    gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan

    panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini

    mengikuti hukum Lambert-Beer. yakni absorbansi berbanding lurus

    dengan panjang uyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam

    nyala. Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala

    dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung

    dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel. Teknik-teknik

    analisisnya sama seperti pada spektrofotometri UV -Vis yaitu standar

    tunggal, kurva kalibrasi dan kurva adisi standar.

    SISTEM ATOMISASI1. SISTEM ATOMISASI NYALA

    Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen

    utama sistem introduksi sampel dan sumber (source) atomisasi. Untuk

    kebanyakan instrumen sumber atomisasi ini adalah nyala dan sampel di

    introduksikan dalarn bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam

    bentuk aerosol. Aerosol biasanya dihasilkan oleh Nebulizer (pengabut)

    yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray).

    Ada banyak variasi nyala yang telah diapakai bertahun-tahun

    untuk spektrometri atom. Namun demikian. yang saat ini menonjol dan

  • dipakai secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan

    nitrous oksida- asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis

    yang sesuai untuk kebanyakan ana!it (unsur yang dianalisis) dapat

    ditentukan dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan

    juga fluoresensi.

    1) Nyala udara-asetilen

    Biasanya menjadi pilihan untuk analisis menggunakan AAS,.

    temperarur nyala-nya yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom

    netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari

    banyak unsur dapat diminimalkan.

    2) Nitrous oksida-asetilen

    Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah

    membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan temperatur nyala

    yang dihasilkan relative tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo,

    Si, So, Ti, V danW.

    Proses atomisasi adalah proses pengubahan sample dalam bentuk

    larutan menjadi spesies atom dalam nyala. Proses atomisasi ini akan

    berpengaruh terhadap hubungan antara konsentrasi atom analit dalam

    larutan dan sinyal yang diperoleh pada detektor dan dengan demikian

    sangat berpengaruh terhadap sensitivitas analisis. Langkah-langkah

    proses atomisasi melibatkan hal-hal kunci sebagaimana diberikan pada

    Gambar 3. Secara ideal fungsi dari sistem atomisasi (source) adalah :

    1) Mengubah sembarang jenis sampel menjadi uap atom fasa-

    gas dengan sedikit perlakuan atau tanpa perIakuan awal.

    2) Me!akukan seperti pada point 1) untuk semua elemen

    (unsur) dalam sampel pada semua level konsentrasi.

    3) Agar diperoleh kondisi operasi yang identik untuk setiap

    elemen dan sampel.

    4) Mendapatkan sinyal analitik sebagai fungsi sederhana dari

    konsentrasi tiap-tiap elemen. yakni agar gangguan(interfererisi) dan

    penganih matriks (media) sampel menjadi minimal.

  • 5) Memberikan analisis yang teliti (precise) dan tepat (accurate).

    6) Mendapatkan harga beli, perawatan dan pengoperasian yang murah.

    7) Memudahkan operasi.

    2. SISTEM ATOMISASI DENGAN ELEKTROTHERMAL

    (TUNGKU)

    Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS

    dapat mengatasi kelemahan dari sistem nyala seperti, sensitivitas, jumlah

    sampel dan penyiapan sampel. Ada tiga tahap atomisasi dengan tungku

    yaitu:

    a. Tahap pengeringan atau penguapan larutan

    b. Tahap pengabuan atau penghilangan senyawa-senyawa organik dan

    c. Tahap atomisasi

    Unsur-unsur yang dapat dianalsis dengan menggunakan GFAAS

    adalah sama dengan unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan

    sistem nyala. Beberapa unsur yang sama sekali tidak dapat

    dianalisis dengan GFAAS adalah tungsten, Hf, Nd, Ho, La, Lu, Os,

    Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y dan Zr, hal ini disebabkan karena unsur

    tersebut dapat bereaksi dengan graphit.

    Petunjuk praktis penggunaan GFAAS:

    1. Jangan menggunakan media klorida, lebih baik gunakan nitrat

    2. Sulfat dan fosfat bagus untuk pelarut sampel, biasanya setelah

    sample ditempatkan dalam tungku

    3. Gunakan cara adisi sehingga bila sampel ada interferensi dapat

    terjadi pada sampel dan standard.

    3. BAGAN ALAT AAS

    Karena komponen lain dalam instrumentasi AAS telah disinggung

    sebelumnya kecuali hollow cathode lamp: HCL (Iampu katoda cekung),

    maka selanjutnya hanya akan dibahas komponen HCL yang merupakan

    kunci berkembang pesatnya AAS dan sekaligus penjelasan mengapa

    metode AAS merupakan metode analsis yang sangat selektif.

  • 4. LAMPU HCL (HOLLOW CHATODE LAMP)

    Lampu ini merupakan sumber radiasi dengan spektra yang tajam

    dan mengemisikan gelombang monokhromatis. Lampu ini terdiri dari

    katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang akan

    ditentukan atau campurannya (alloy) dan anoda yang terbuat dari

    tungsten. Elektroda-elektroda ini berada dalam tabung gelas dengan

    jendela quartz karena panjang gelombang emisinya sering berada pada

    daerah ultraviolet. Tabung gelas tersebut dibuat bertekanan rendah dan

    diisi dengan gas inert Ar atau Ne. Beda voltase yang cukup tinggi

    dikenakan pada kedua elektroda tersebut sehingga atom gas pada anoda

    terionisasi. Ion positif ini dipercepat kearah katoda dan ketika menabrak

    katoda menyebabkan beberapa logam pada katoda terpental dan berubah

    menjadi uap, Atom yang teruapkan ini, karena tabrakan dengan ion gas

    yang berenergi tinggi, tereksitasi ke tingkat energi elektron yang lebih

    tinggi; ketika kembali ke keadaan dasar atom-atom tersebut

    memancarkan sinar dengan yang karakteristik untuk unsur katoda

    tersebut. Berkas sinar yang diemisikan bergerak melalui nyala dan

    berkas dengan tertentu yang dipilih dengan monokromator akan

    diserap oleh uap atom yang ada dalam nyala yang berasal dari sampel.

    Sinar yang diabsorpsi paling kuat biasanya adalah sinar yang berasal dart

    transisi elektron ke tingkat eksitasi terendah. Sinar ini disebut garis

    resonansi.

    Sumber radiasi lain yang sering digunakan adalah "Electrodless

    Discharge Lamp ".Lampu ini mempunyai prinsip kerja hampir sama

    dengan HCL, tetapi mempunyai output radiasi lebih tinggi dan biasanya

    digunakan untuk analisis unsur-unsur As dan Se, karena lampu HCL

    untuk unsur-unsur ini mempunyai sinyal yang lemah dan tidak stabil.

    Adapun bahan bakar yang biasa digunakan dalan AAS ini serta

    temperature nyalanya dapat dilihat dalam table berikut:

  • Tabel Temperatur nyala

    Bahan bakar Oksidan udara Oksidan oksigen N2OHidrogen 2100 2780 -Asetilen 2200 3050 2955Propana 1950 2800 -

    Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah

    propane,butane,hydrogen,dan asetilen, sedangkan oksidatornya adalah

    udara,oksigen, N2O, dan asetilen. Berikut ini table yang menunjukkan

    temperature maksimum berbagai nyala.

    Eksitasi pada berbagai temperatur

    Unsur Panjang

    gelombang

    2000oK 3000oK 4000oK

    Cs 852 4 x 10-4 7 x 10-3 3 x 10-3Na 590 1 x 10-5 6 x 10-4 4 x 10-3Ca 420 1 x 10-7 4 x 10-3 6 x 10-4Zn 210 1 x 10-15 6 x 10-20 2 x 10-2

    Logam-logam yang mudah diuapkan seperti Cu, Pb, Zn, Cd,

    umumnya ditentukan pada suhu rendah sedangkan untuk unsure-unsur

    yang tak mudah diatomisasi diperlukan suhu tinggi. Suhu tinggi dapat

    dicapai dengan menggunakan suatu oksidator bersama dengan gas

    pembakar, contohnya atomisasi unsure seperti Al, Ti, Be, tanah jarang perlu

    menggunakan nyala oksiasetilena atau nyala nitrogen oksidaasetilena

    sedangkan untuk atomisasi unsure alkali yang membentuk refraktori harus

    menggunakan campuran asetilena udara.Atomatisasi sempurna sampai

    saat ini sulit tercapai, meskipun sudah banyak kombinasi bermacam gas.

    Belakangan ini ada kecenderungan untuk menggunakan tungku grafit yang

    dengan mudah dalam beberapa detik dapat mencapai temperature 2000-

    3000oK. Berbagai kondisi optimum penentuan logam secara AAS pada

    berbagai panjang gelombang.

    Ditinjau dari hubungan antara konsetrasi dan absorbansi, maka

    hokum Lambert-Beer dapat digunakan jika sumbernya adalah

    monokromatis. Pada AAS , panjang gelombang garis absopsi resonansi

  • identik dengan garis-garis emisi disebabkan keserasian transisinya. Untuk

    bekerja pada panjang gelombang ini diperlukan suatu monokromator celah

    yang menghasilkan lebar puncak sekitar 0,002- 0,005 nm. Jelas pada

    teknik AAS, diperlukan panjang gelombang yang tepat sama pada proses

    absopsinya. Dengan efek ini pelebaran puncak dapat dihindarkan.

    Gangguan Pada analisa AAS

    Penyebab: faktor matriks sample dan faktor kimia

    Faktor matriks sample dapat berupa:

    - pengendapan unsure yang dianalisa,

    Penyebab : hidrolisis ion-ion logam dalam air dan reaksi dg anion lain

    Pencegahan: mengasamkan larutan (mencegah hidrolisa)

    - Jumlah cuplikan dan standar yang mencapai nyala tidak sama

    Penyebab : perbedaan sifat-sifat fisik larutan cuplikan dan standar

    Faktor kimia:

    a. Disosiasi tak sempurna dari senyawa-senyawa

    Pembentukan senyawa refraktori, seperti : kalsium fosfat,

    senyawa-senyawa fosfat, silikat, aluminat, dan oksida-oksida dari logam

    alkali tanah dan Mg.

    Contoh : analisis logam kalsium, jika terdapat silikat dalam larutan maka

    akan terjadi:

    CaO + MO.SiO2 CaO(SiO2)x + hasil reaksi lainnya

    Penanggulangan:

    - Penggunaan nyala yang lebih tinggi suhunya

    - Penambahan unsur pembebas (releasing agent)

    Contoh: Sr dan La, akan mengikat fosfat

    -Ekstraksi unsur pengganggu atau unsure yang akan dianalisa

    b. Ionisasi atom-atom di dalam nyala

    Penanggulangan : menambahkan zat-zat yang memiliki potensial

    ionisasi lebih rendah dari zat yang dianalisa dalam jumlah yang cukup

    besar, baik dalam cuplikan maupun larutan standar

    c. Penyerapan non atomic

  • Penyebab : konsentrasi cuplikan tinggi

    Suhu nyala kurang tinggi

    Panjang gelombang molekul berimpit dengan puncak atau garis serapan

    atom unsur yang dianalisa

    Penanggulangan:

    1. Bekerja pada panjang gelombang yang lebih tinggi

    2. Dengan menggunakan nyala yang suhunya lebih tinggi

    3. Mengukur besarnya penyerapan non atomic

    Koreksi terhadap adanya penyerapan non atomic dapat dilakukan

    dengan cara:

    1. Absorban cuplikan diukur seperti biasa dengan menggunakan lampu

    hollow katoda

    2. Dilakukan lagi pengukuran absorban pada pjg gelombang yang sama

    tetapi menggunakan sinar lampu hydrogen, sehingga yang diukur

    adalah absorban non atomic

    3. Absorban atomic = selisih hasil pengukuran 1 dan 2.

    Keuntungan metode AAS

    Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer

    biasa yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa

    mengukur unsur-unsur yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap

    contoh, output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat

    diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari

    ppm sampai %). Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana

    AAS tidak mampu menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh

    fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak

    hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang

    yang sama, serta pengaruh matriks misalnya pelarut.

    BAB II

    PROSEDUR KERJA

  • 2.1 Alat dan bahan

    a. Alat yang digunakan

    1. Sumber sinar

    2. Atomizer

    3. Detektor

    b. Bahan yang digunakan

    1. Larutan logam Pb 0,05 ppm

    2. Larutan logam Pb 1 ppm

    3. Larutan logam Pb 2 ppm

    4. Larutan unknown

    2.2 Prosedur kerja

    Sebelum penekanan power swith

    1. Display switch ke check

    2. Scan speed switch ke manual

    3. Expansi knop skala 1,00 (x 1)

    4. A.A Zero skala 10,00

    5. Mode ke FE

    6. lamp current ke skala 0

    7. FE Zero kea rah jarum jam (habis)

    Pengukuran

    1. Putar mode switch dari FE ke AA

    2. Sambil mengaspirasikan solvent (air) ke check tepatkan dengan AA Zero

    sehingga skala meteran menunjukkan antar 0 100 (=75). Maka zero

    monitor menjadi padam.

    3. Putar display ke average 1, jika pada saat itu skal meteran diluar normal (-)

    tekan zero set.

    4. Sambil aspirasi air, check sinar zero monitor jika tidak terang maka tekan

    zero set, secara kontiniu aspirasi solvent sehingga zero set menjadi padam.

    Jika sinar zero monitor terang atur dengan AA Zero dengan aspirasi

    solvent (air) sehingga air menjadi padam.

  • 5. Aspirasi sample dan tekan average start.

    6. Sesudah average start padam, stop aspirasi dan tekan zero set baca skala

    pembacaan absorbansi.

    Pembuatan larutan

    Buat larutan cuplikan atau larutan standart keasaaman sedemikian rupa sehingga

    PH larutan sekitar 2.

    Larutan harus disimpan dalam botol polietilen yang bersih, bila disimpan dalam

    botol gelas ion-ion logam akan teradsorbsi pada dinding gelas walaupun

    larutannya bersifat asam. Larutan-larutan standart untuk analisa dengan

    konsentrasi lebih kecil dari 1 ppm harus dibuat pada saat analisa dilakukan.

    Pembuatan larutan standart logam.

    Buat larutan standart logam dengan konsentrasi yang sesuai dengan absorbansi

    AC larutan standart yang diketahui konsentrasinya biasanya dibuat kurva kalibrasi

    suatu grafik antar A vs C. Pembuatan larutan cuplikan dilakukan menurut

    prosedur diatas. Dan konsentrasi larutan cuplikan dapat ditentukan dengan

    bantuan grafik standart.

    BAB III

    GAMBAR RANGKAIAN

  • 3.1. Gambar Peralatan

    3.2. Gambar Rangkaian

  • 3.3. Keterangan Gambar Rangkaian

    a. Lampu Katoda

    Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda

    memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda

    pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan

    diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran

    unsur Cu.

    b. Tabung Gas

    Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi

    gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20000K, dan

    ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen,

    dengan kisaran suhu 30000K.

    c. Ducting

  • Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa

    pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap

    bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak

    berbahaya bagi lingkungan sekitar.

    d. Burner

    Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena

    burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides,

    agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik

    dan merata

    e. Kompresor

    Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat

    iniberfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh

    AAS, pada waktu pembakaran atom

    f. Dioda laser

    Spektroskopi penyerapan atom juga dapat dilakukan oleh laser, dioda laser

    terutama karena sifat baik mereka untuk spektrometri penyerapan sinar

    laser. Teknik ini kemudian juga disebut sebagai dioda laser spektrometri

    penyerapan atom (DLAAS atau DLAS), atau, karena panjang gelombang

    modulasi paling sering digunakan, spektrometri penyerapan panjang

    gelombang modulasi.

    g. Buangan pada AAS

    Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada

    AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar

    sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas,

    karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api

    pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat

    buruk.Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga

    dilengkapi dengan lampu indicator

    Detectors

  • Atomizers

    BAB IV

    DATA PENGAMATAN

    NO

    KONSENTRASI ABSORBANSI1 0,00 0,0002 0,05 0,0033 0,10 0,0184 0,15 0,0275 0,17 0,0346 0,20 0,049

  • BAB V PENGOLAHAN DATA

    5.1 Perhitungan Regresi Linear Sederhana

    Konsentrasi

    (ppm)

    (X)

    Absorbansi

    (Y)X . Y X2 Y2

    0,00 0,000 0 0 00,05 0,003 0,00015 0,0025 0,0000090,10 0,018 0,0018 0.01 0,0003240,15 0,027 0,00405 0,0225 0,0007290,17 0,034 0,00578 0,0289 0,0011560,20 0,049 0,0098 0,04 0,002401

    X =0.67 Y= 0.131XY=0.02158 X2= 0.1039

    Y2 = 0.004619

  • 5.1 persamaan regresi linier sederhana

    ( )( ) ( )( )

    ( ) ( )

    234.01745.004171.0

    4489.06234.008777.012948.0

    67.01039.06131,067.00.0215862

    22

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    +=

    b

    b

    b

    b

    xxn

    yxxynb

    xbya

    bxaY

    ( )( )

    xybxay

    aaa

    x

    y

    xbya

    234,000433,0

    00433,002613,00218,0

    1116667,0234,00218,0

    1116667,0667,0

    0218,06131,0

    +=

    +=

    =

    =

    =

    ==

    ==

    =

  • 5.2 Perhitungan Koefisien Korelasi

    ( )( ) ( )( )( ) ( )( )

    ( ) ( ) ( )( )( )

    ( )( )

    ( )( )

    1030,0

    4049,004171,0

    163947,004171,0

    010553,01745,004171,0

    017161,0027714,04489,06234,004171,0

    131,0004619,0667,01039,06131,067,00,021586

    22

    2222

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    =

    R

    R

    R

    R

    R

    R

    yynxxn

    yxxynR

  • Koefisien Faktor

    R2 = Kp

    Kp = (0,1030)2

    Kp = 0,01061

    Grafik Absorbansi vs- Konsentrasi

    0

    0.01

    0.02

    0.03

    0.04

    0.05

    0.06

    0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

    Series1

  • BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1. AAS adalah alat yang dapat digunakan untuk menganalisa kandungan

    logam berat antara lain : Pb, Cd, Cu, Cr, Fe, Zn, Mn, Ni dan lain-lain, baik

    berupa sampel Padat, Cair, Gas Makanan dan Tanaman.

    2. Dari persamaan regresi, diperoleh harga X dari hasil perhitungan yang

    mendekati nilai X pada hasil percobaan.

    3. AAS dapat menganalisa dengan cepat,Ketelitiannya sampai tingkat rumit

    dan tidak memerlukan pemisahan pendahuluan

    4. Semaki tinggi konsentrasi, maka nilai adsorbansi akan semakin tinggi juga

    5. Dalam metode spektrofotometer serapan atom, prinsip kerja yang

    dilakukan adalah dengan cara penyinaran sample yang akan diuji dengan

    menggunaka alat spektrofotometer.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Darmono, 1995, Logam dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup, UI Press Jakarta

    Gani, A. A., 1997, Studi Penentuan Kadar Timbal (Pb) dalam Rambut, UNEJ,Jember

    Gosner K. L., 1971, Guide to Identification of Marine and EstuarineInvertebrates, Wiley Interscience, a Division of John Wiley and Sons, INC.,New York

    Purwati, Sri, 2001, Analisa Protein dalam Kupang, UNEJ, Jember

    Supranto J, 1992, Tehnik Sampling, Rineka Cipta, Jakarta

    Sutanto, Haris, 2002, Profil Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Seng (Zn)dalam Daging Kupang Beras (Tellina versicolor), UNEJ, Jember