50637703-skripsi-skripsi-209.docx

78
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH DENGAN BANK KONVENSIONAL BERDASARKAN RASIO KEUANGAN A. LATAR BELAKANG Pada awal krisis moneter, Bank syariah merupakan bank yang belum begitu terkenal di masyarakat Indonesia. hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia hanya mengenal Bank hasil cetakan Negara kapitalis yaitu Bank Konvensional. Bank Konvensional adalah bank yang berasaskan sistem bunga. Dimana system bunga dalam islam haram hukumnya, karena termasuk riba. Bank syariah sendiri menganut asas sistem bagi hasil. Sistem tersebut mengatakan dimana kedua belah pihak terlebih dahulu melakukan akad atau perjanjian baik dari segi keuntungan maupun dari segi pembagian resiko andaikata mengalami kerugian. Di sistem ini tidak terdapat salah satu pihak diuntungkan atau dirugikan.

Transcript of 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

Page 1: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH DENGAN BANK KONVENSIONAL BERDASARKAN RASIO KEUANGAN

A. LATAR BELAKANG

Pada awal krisis moneter, Bank syariah merupakan bank yang belum begitu

terkenal di masyarakat Indonesia. hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia hanya

mengenal Bank hasil cetakan Negara kapitalis yaitu Bank Konvensional. Bank

Konvensional adalah bank yang berasaskan sistem bunga. Dimana system bunga

dalam islam haram hukumnya, karena termasuk riba. Bank syariah sendiri menganut

asas sistem bagi hasil. Sistem tersebut mengatakan dimana kedua belah pihak terlebih

dahulu melakukan akad atau perjanjian baik dari segi keuntungan maupun dari segi

pembagian resiko andaikata mengalami kerugian. Di sistem ini tidak terdapat salah

satu pihak diuntungkan atau dirugikan.

Perjalanan tumbuh kembangnya bank syariah di Indonesia dimulai sejak

disahkan pemerintah Indonesia untuk beroperasi di Indonesia sanpai saat ini berjalan

sangat pesat. Hal ini dapat kita lihat dari segi pendirian bank syariah, pencetus

pertama bank syariah adalah Bank Muamalat Indonesia (hasil bentukan MUI dan

Pemerintah). Bank umum pertama yang berbasis syariah yang sampai saat ini bisa

bertahan dan mengalami perkembangan yang signifikan. Bank-bank syariah lainnya

bermunculan baik dalam bentuk bank umum syariah maupun unit usaha syariah yang

merupakan perpanjangantangan bank konvensional. Segi aset. Aset yang dimiliki

Page 2: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

bank syariah dari awal berdiri baik bank pencetus bank syariah pertama atau pun

berdirinya bank-bank syariah lainnya sampai saat ini memang terbukti mengalami

peningkatan dan membantu perekonomian Indonesia.

Sebelumnya perkembangan bank syariah di Indonesia tidak diiringi

kepedulian dan minat masyarakat kita untuk menggunakan jasa bank tersebut. hal ini

terjadi karena masyarakat terbiasa menggunakan fasilitas bank konvensional yang

sudah dulu beroperasi di Indonesia. Selain itu, masyarakat kita masih belum mengerti

sistem yang digunakan bank syariah ditambah lagi istilah-istilah yang digunakan

mengunakan istilah-istilah bahasa arab. Walaupun demikian lambat laun masyarakat

kita saat ini sudah mulai tertarik menggunakan sistem bank syariah.

Pada saat ini bank-bank konvensional sudah mulai menggunakan sistem bank

syariah dengan mendirikan unit usaha syariah ataupun bank umum syariah. Hal ini

disebabkan karena jumlah penduduk dan agama yang dianut di Indonesia sendiri,

mayoritas penduduknya beragama Islam. Disitulah ceruk pasar perbankan syariah

yang diamati oleh eksekutif-eksekutif bank konvensional. Pada prinsipnya kedua

bank tersebut sama yang membedakan hanya pada sistem yang dianut itu sendiri,

bank syariah dengan sistem bagi hasil sedangkan bank konvensional dengan sistem

bunga.

Bank syariah begitu tahan banting terhadap gejolak ekonomi skala nasional

maupun internasional. Krisis ekonomi yang dialami Indonesia dimulai akhir tahun

1997 dan puncaknya tahun 1998 begitu fantastis, pertumbuhan ekonomi nasional

Page 3: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

anjlok, rupiah terhadap dolar melemah (nilai tukar rupiah menjadi kira-kira 10 kali

lipat dari biasanya), terjadinya gejolak politik dengan lengsernya presiden pada waktu

itu, penjarahan dimana-mana dan banyak efek lainnya. Bank-bank konvensional pada

masa itu banyak yang gulung tikar. Demi menyelamatkan Negara, pemerintah cepat

tanggap penyelamatan perbankan nasional dengan mengeluarkan regulasi-regulasi

memproteksi terjadinya kehancuran perbankan nasional. Disaat itu bank syariah lah

yang bertahan di dunia perbankan nasional dari gejolak krisis ekonomi seperti Bank

Muamalat Indonesia. Bukan berarti tidak sama sekali terpengaruh, tapi bank syariah

(Bank Muamalat Indonesia) mampu bertahan dari segi likuiditas bank.

Selain itu, seperti krisis keuangan internasional atau krisis ekonomi global

yang kita rasakan triwulan ketiga tahun 2008. Krisis ini dikarenakan banyak nya

kredit macet dalam hal ini kredit macet perumahan di Amerika Serikat Negara yang

notabene Negara Adikuasa, mungkin lebih tepatnya Negara kaya akan utang.

Dampaknya begitu luas, dirasakan seantero bumi, seperti anjloknya harga minyak

dunia dan komoditas lainnya, anjloknya indek harga saham di pasar saham dimana

indek harga saham di dunia saling berkaitan, nilai tukar rupiah melemah terhadap

dolar (Amerika Serikat), terhambatnya ekspor impor dikarenakan melonjaknya harga

dipasaran tidak seperti biasanya dan khusus pada perbankan nasional, terjadi

perlambatan pertumbuhan perbankan nasional dikarenakan meningkatnya kredit

macet dimana penghasilan masyarakat berkurang dan berhubungan langsung dengan

daya beli masyarakat itu sendiri.

Page 4: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

Aset bertambah, ekspansi besar-besaran bank-bank konvensional (khususnya

bank-bank konvensional yang bermodal besar, seperti Bank BRI, Mandiri, BCA dan

lainnya), perolehan laba yang kian periode kian bertambah, manajemen bank yang

tahan banting. Itu semua tidak datang begitu saja bak ketiban durian runtuh. Dibalik

itu semua yaitu adanya kerja keras manajemen bank. Upaya yang dilakukan salah

satu nya adalah meningkatkan kinerja operasional dalam hal ini kinerja keuangan

bank. Kinerja keuangan adalah gambaran baik buruknya nilai atau kesehatan suatu

bank. Kinerja keuangan dapat dianalisis menggunakan analisis rasio keuangan.

Dinilai kondisi kinerja keuangan suatu bank akan berdampak pada 1.)

meningkatnya DPK, 2.) loyalitas nasabah terjamin, 3.) meningkatnya kepercayaan

masyarakat pada bank tersebut, 4.) bagi bank itu sendiri nantinya dengan

kepercayaan tinggi bisa melakukan strategi ekspansi. Tapi jika sebaliknya, Dana

Pihak Ketiga (DPK) lambat laun akan menipis atau berkurang, begitu juga dengan

loyalitas nasabah, dan adanya ketakutan masyarakat nantinya jika sewaktu-waktu

bank tersebut kolaps, uang masyarakat (nasabah) tidak bisa kembali (sepenuhnya atau

sebahagian) yang berujung kerugian bank itu sendiri.

Penilaian kinerja keuangan bank dengan analisis rasio keuangan bertujuan

untuk menginformasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai kondisi

suatu bank dengan implikasi pihak tersebut nantinya berpikir apakah akan

mengunakan jasa bank tersebut dalam hal investasi, pinjaman dan lainnya, agar bank

dapat menilai kondisi keuangan bank nya apakah sudah berada pada posisi yang

Page 5: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

disyaratkan oleh otoritas perbankan yaitu Bank Indonesia atau belum mencapai titik

aman yang distandarkan Bank Indonesia, antisipasi strategi apa yang perlu dibuat dan

diputuskan supaya bank tersebut tidak dilikuidasi, bagaimana dampaknya di mata

masyarakat dan lain sebagainya.

Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya agar

dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah harus bersaing dengan

bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia.

Persaingan yang semakin tajam ini harus dibarengi dengan manajemen yang baik

untuk bisa bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan

oleh bank untuk bisa terus bartahan hidup adalah kinerja (kondisi keuangan) bank.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Berdasarkan Rasio Keuangan”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kinerja keuangan Bank Syariah jika dibandingkan dengan kinerja

Bank Umum konvensional untuk masing-masing rasio keuangan?

2. Adakah perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan perbankan syariah jika

dibandingkan dengan perbankan konvensional secara keseluruhan?

Page 6: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini antara lain:

1. Menganalisa kinerja keuangan Bank Syariah jika dibandingkan dengan Bank

Umum Konvensional untuk masing-masing rasio keuangan.

2. Menganalisa kinerja keuangan Bank Syariah jika dibandingkan dengan Bank

Umum Konvensional secara keseluruhan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian mengenai

perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional

antara lain:

1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh

pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai perbankan syariah

khususnya perbandinangan kinerja keuangan bank dan penelitian ini

nantinya bisa dijadikan perbandingan terhadap penelitian mendatang.

2. Bagi Bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk

mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki

apabila ada kelemahan dan kekurangan.

Page 7: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

3. Bagi bank konvensional, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

acuan atau pertimbangan untuk membentuk atau menambah Unit Usaha

Syariah atau bahkan mengkonversi menjadi bank syariah.

4. Bagi calon kreditur dan calon debitur, untuk memberikan informasi

tentang kondisi perusahaan sebagai pertimbangan melakukan investasi

dan peminjaman kredit.

E. KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan teori

1.1 Penelitian Terdahulu

Perkembangan teori ekonomi begitu dinamis dari teori ekonomi

klasik sampai teori ekonomi modern. Hal ini dikarenakan aktivitas dan

kebutuhan manusia semakin tua umur dunia semakin komplek sehingga

perlu solusi supaya tercipta sistem yang efektif dan efisien. Di dalamnya

terkandung teori manajemen keuangan. Teori ini mengatakan bagaimana

mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan perencanaan yang dicetus

sebelumnya. Teori manajemen keuangan memiliki banyak alternatif alat

pengukuran kinerja suatu bank, salah satunya rasio keuangan.

Beberapa studi yang berhubungan dengan penilaian kinerja

perusahaan perbankan dengan menggunakan indikator rasio keuangan

Thompson (1991), mengatakan bahwa dengan menguji manfaat rasio

Page 8: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

keuangan dapat digunakan dalam memprediksi terjadinya kebangkrutan

pada sebuah bank. Payamta dan Mas’ud Machfoedz, (1999) mengukur

kinerja keuangan perusahaan perbankan dengan menggunakan berbagai

rasio CAMEL (Capital adequacy, Asset quality, Management, Earning,

dan Liquidity). Eko Widodo (2001) dalam penelitiannya,berpendapat

bahwa dengan menggunakan rasio keuangan dapat digunakan untuk

mengukur asosiasi likuiditas, struktur modal, dan kualitas aktiva dengan

profitabilitas bank.

Penelitian tentang perbandingan kinerja bank sudah dilakukan oleh

beberapa orang peneliti, antara lain:

1. Ibnu Falah Rosyadi (2007), melakukan penelitian dengan

membandingkan kinerja keuangan Bank Syariah dengan Bank

Konvensional berdasarkan rasio keuangan. Studi kasus : BMI dan 7

(tujuh) Bank Umum Konvensional. Kriteria yang digunakan dalam

penelitian, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) dari Rasio

Permodalan), Non Performing Loan (NPL) dari Rasio Kualitas Aktiva

Produktif, Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) dari

Rasio Rentabilitas, Loan to Deposit Ratio (LDR) dari Rasio

Likuiditas, dan terakhir Beban Operasional Pendapatan Operasional

(BOPO) dari Rasio Efisiensi.

Page 9: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

1. Rasio permodalan, diwakili oleh rasio Capital Adequacy Ratio

(CAR)

CAR= Modal BankTotal ATMR

× 100 %

2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif, diwakili oleh rasio Non

Performing Loan (NPL).

NPL=Total Kredit BermasalahTotal Seluruh Kredit

100 %

3. Rasio Rentabilitas, diwakili oleh rasio Return On Asset (ROA) dan

Return On Equity (ROE).

ROA= Laba BersihTotal Aktiva

× 100 %

ROE= Laba BersihModal Sendiri

×100 %

4. Rasio Efisiensi, diwakili oleh Beban Operasional dibagi

Pendapatan Operasional (BOPO).

BOPO= BebanOperasionalPendapatanOperasional

× 100 %

5. Rasio Likuiditas, diwakili oleh Loan to Deposit Ratio (LDR).

LDR=Total Kredit yang DisalurkanDana Pihak Ketiga

×100 %

Page 10: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

Dengan menggunakan indikator kinerja keuangan diatas peneliti ini

menyimpulkan bahwa hasil penelitian secara keseluruhan kinerja BMI

lebih baik daripada kinerja bank umum konvensional meskipun

beberapa rasio memperlihatkan kinerja BMI tidak lebih baik daripda

kinerja bank umum konvensional. Hal ini terlihat dari kualitas Kualitas

CAR BMI masih dibawah bank umum konvensional. Hal ini

disebabkan karena modal yang dimiliki BMI jumlahnya relatif kecil.

Berbeda dengan bank umum konvensional yang rata-rata memiliki

jumlah modal lebih besar dibandingkan bank umum syariah.

Kualitas NPL BMI lebih baik dibandingkan dengan bank umum

konvensional. Hal ini dikarenakan penyaluran dana yang terbesar saat

ini masih terfokus pada pembiayaan mudharabah yang relatif

memiliki resiko yang relatif rendah sehingga timbulnya piutang

kurang lancar atau macet semakin kecil. Selain itu, rendahnya nilai

NPL BMI disebabkan aktivitas BMI yang tidak bermain disektor

property, sementara itu, pada saat yang sama hampir semua bank

umum konvensional mengalokasikan dananya pada sektor property

sehingga ketika krisis moneter melanda Indonesia banyak debitur yang

tidak mampu membayar hutangnya (kredit macet). Akibatnya kualitas

aktiva produktif bank umum konvensional menurun yang ditunjukkan

dengan angka rasio NPL yang tinggi.

Page 11: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

ROA BMI cenderung lebih rendah dibandingkan bank umum

konvensional. Hal ini disebabkan tingkat efisiensi bank yang

dibuktikan dengan beban operasional yang lebih besar dibandingkan

dengan pendapatan operasional. Beban operasional yang tinggi akan

mengakibatkan turunnya laba bersih.

Rasio ROE BMI pada penelitian ini cenderung lebih besar dari bank

umum konvensional. Hal ini disebabkan modal (ekuitas) BMI

tergolong masih kecil dibandingkan dengan bank umum konvensional

sehingga angka ROE yang merupakan perbandingan antara laba bersih

dengan total ekuitas menjadi lebih besar.

LDR BMI cenderung lebih baik dibandingkan dengan bank umum

konvensional. Hal ini dikarenakan filosofi bank sebagai lembaga

perantara dapat berfungsi dengan baik pada BMI. Sebagai perantara,

berarti simpanan dana pihak ketiga tidak boleh idle dan dana harus

berputar.

Kualitas BOPO BMI pada penelitian ini cenderung lebih rendah

dibandingkan dengan bank umum konvensional. Hal ini dikarenakan

beban operasional BMI lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan

operasional BMI. Tingginya beban operasional disebabkan oleh biaya

overhead yang besar pada BMI, seperti biaya personalia, beban umum,

Page 12: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

dan administrasi (sewa gedung, promosi, perbaikan/pemeliharaan dan

lain-lain).

2. Isna Rahmawati (2008), melakukan penelitian tentang Analisis

Komparasi Kinerja Keuangan Antara PT. Bank Syariah Mandiri Dan

PT. Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001. Indikator yang

digunakan dalam penelitian yaitu rasio keuangan antara lain rasio

solvabilitas diwakilkan oleh CAR, rasio rentabilitas diwakilkan oleh

ROA, ROE, dan BOPO. Dengan menggunakan indikator kinerja

keuangan diatas peneliti ini menyimpulkan bahwa hasil penelitian

menunjukkan terdapat perbedaan kinerja bank syariah madiri dengan

bank rakyat Indonesia. Tingkat kesehatan bank dapat dilihat dari rasio

solvabilitas. Dilihat dari CAR, Bank Syari’ah Mandiri tergolong lebih

sehat dibandingkan Bank Rakyat Indonesia selama periode 1999-2001.

Mencerminkan bahwa permodalannya semakin baik karena dapat

digunakan untuk menjamin pemberian kredit atau pembiayaan. Hal ini

dikarena equity capital atau modal sendiri yang dimiliki PT. Bank

Rakyat Indonesia untuk menjalankan operasionalisasinya pada periode

tersebut belum cukup mampu digunakan untuk menjamin pemberian

kredit, menutup setiap penurunan total asset yang dimilikinya, serta

menutup kredit atau pembiayaan usaha yang diberikannya. Selama

periode 1999-2000 PT. Bank Rakyat Indonesia mengalami negative

Page 13: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

spread sehingga ikut pula mempengaruhi permodalan yang

dimilikinya.

Dilihat dari rasio rentabilitasnya, ROA kedua bank tersebut pada tahun

1999 belum cukup profitabel. Sementara pada tahun 2000-2001 PT.

Bank Syari’ah Mandiri memiliki kinerja keuangan yang lebih baik

dibandingkan PT. Bank Rakyat Indonesia. Hal tersebut terjadi karena

selama tahun 1999-2000, PT. Bank Rakyat Indonesia mengalami

negative spread atau keuntungan minus akibat bunga yang dibayar

lebih tinggi daripada bunga yang diperolehnya. Sementara PT. Bank

Syari’ah Mandiri yang menggunakan prinsip bagi hasil dalam kegiatan

operasionalnya cukup mampu menghasilkan laba baik dari

pemanfaatan aset, modal, maupun operasional usahanya. Kualitas

ROE Bank Rakyat Indonesia yang lebih baik dibandingkan PT. Bank

Syari’ah Mandiri. Hal ini disebabkan karena modal yang dimiliki bank

syariah mandiri jumlahnya relatif kecil. Berbeda dengan bank rakyat

indonesia yang memiliki jumlah modal dan operasional usahanya lebih

besar dibandingkan bank syariah mandiri dimana total asset dan total

equity yang dimilikinya belum sebesar PT. Bank Rakyat Indonesia

yang telah puluhan tahun beroperasi. Berdasarkan nilai operating

rationya (BOPO), selama tahun 1999 kondisi kedua bank tergolong

kurang sehat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai operating ratio yang

Page 14: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

melewati dari standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu sebesar 94

% − 96 %. Sedangkan pada tahun 2000, Bank Syari’ah Mandiri

tergolong sehat dibandingkan Bank Rakyat Indonesia karena rasionya

lebih kecil dari standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Sementara pada tahun 2001, kedua bank ini tergolong cukup sehat.

Meskipun demikian, Bank Rakyat Indonesia lebih sehat karena nilai

operating rationya lebih kecil dibanding dengan Bank Syari’ah

Mandiri. Hal terjadi karena biaya operasi dan biaya non operasional

yang dikeluarkan oleh bank tersebut lebih besar dari pendapatan yang

diterima.

3. Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin. Peneliti melakukan penelitian

tentang analisis kinerja bank devisa dengan bank non devisa di

Indonesia periode tahun 2000-2001. Penelitian menggunakan analisis

keuangan dengan instrumen rasio keuangan, yaitu ROA dan ROE pada

rasio rentabilitas dan LDR pada rasio likuiditas. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada tahun 2000 tidak terdapat perbedaan kinerja

antara bank devisa dan non devisa jika dilihat dari ROA, ROE dan

LDR. Hal ini kemungkinan terjadi karena bank devisa tidak secara

maksimal memanfaatkan peluang memperoleh laba dari transaksi

dengan mempergunakan mata uang asing. Faktor lain adalah besarnya

Page 15: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

kredit macet yang dimiliki oleh bank devisa akibat melambungnya

tingkat suku bunga bank.

Hasil uji statistik untuk tahun 2001 juga menunjukkan tidak adanya

perbedaan kinerja antara bank devisa dengan bank non devisa jika

dilihat dari ROA dan ROE. Sedangkan untuk indikator LDR hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja yang cukup

signifikan antara bank devisa dan non devisa. Hal ini disebabkan oleh

membaiknya kondisi perekonomian Indonesia, yang diikuti penurunan

tingkat suku bunga perbankan sehingga berdampak positif untuk

sektor perbankan.

1.2 Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan Bank oleh Bank Indonesia

melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPND tanggal

14 Desember 2001.

Table dibawah akan menampilkan Pedoman Perhitungan Rasio

Keuangan Bank oleh Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank

Indonesia Nomor 3/30/DPND tanggal 14 Desember 2001. Tetapi

indikator kinerja keuangannya hanya yang penulis perlukan berkaitan

dengan penelitian ini bertujuan untuk membandingkan, menilai posisi

baik buruknya kinerja keuangan yang dibandingkan antara kinerja

keuangan bank syariah dengan bank konvensional.

Table 2.1 Perhitungan Rasio Keuangan oleh Bank Indonesia

Page 16: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

No Rasio Formula Keterangan

I. Permodalan

1. CAR(Modal terhadap ATMR)

Modal

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

Perhitungan Modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko dilakukan berdasarkan ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang berlaku

II. Aktiva Produktif1. NPL

(kredit bermasalah terhadap total kredit)

Kredit Bermasalah

Total Kredit

Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit pada bank lain).

Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

Kredit bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi PPAP).

Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan)

III. Rentabilitas1. ROA

(Return On Asset)Laba sebelum pajak

Rata-rata total aset

Perhitungan laba sebelum pajak disetahunkan. Contoh : untuk posisi Juni: (Akumulasi laba per posisi Juni/6) x 12

Rata-rata total asset. Contoh: untuk posisi Juni: (Penjumlahan total asset Januari – Juni)/6

2. ROE(Return On Equity)

Laba setelah pajak

Rata-rata Equity

Rata-rata equity: rata-rata modal inti (tier 1). Contoh: Untuk posisi Juni: (Penjumlahan modal inti Januari – Juni)/6

Perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang berlaku.

3. BOPO(Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi)

Total Beban

Operasional

Total Pendapatan

Operasional

Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan)

Page 17: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

IV. Likuiditas6. LDR

(Kredit terhadap dana pihak ketiga)

Kredit

Dana Pihak Ketiga

Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit pada bank lain).

Dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, deposito (tidak termasuk giro dan deposito antar bank)

Begitu banyak peneliti yang melakukan penelitian yang berkaitan

dengan kinerja keuangan perusahaan perbankan yang menggunakan

indikator rasio-rasio keuangan. Hasil yang diharapkan bisa membantu

pemerintah dalam mengatur regulasi perbankan yang merupakan

otoritas Bank Indonesia, supaya investor tidak salah menempatkan

dananya. Sedangkan bagi akademisi penelitian ini digunakan untuk

terus belajar dinamisasi ekonomi khususnya moneter dan bisa

memberikan sumbangsih berkelanjutan demi kemajuan ekonomi

moneter dan lain sebagainya. Sebagai penulis yang melakukan

penelitian ini, penulis telah mengatur dan menentukan rumusan

penggunaan penilaian penelitian analisa perbandingan kinerja

keuangan bank syariah dan bank konvensional dari berbagai referensi

baik dari peneliti terdahulu maupun panduan dari otoritas perbankan

nasional yaitu Bank Indonesia seperti yang telah diuraikan di atas.

Penulis dalam penelitian ini menggunakan rumusan perhitungan

kinerja keuangan perusahaan bank, yaitu menggunakan perhitungan

Page 18: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

atau rumusan yang digunakan peneliti terdahulu Ibnu Falah Rosyadi

(2007) dan didukung oleh peneliti-peneliti yang pada umumnya

menggunakan rumusan yang sama. Disamping itu, penelitian yang

penulis lakukan merupakan reflikasi penelitian yang dilakukan oleh

Ibnu Falah Rosyadi yaitu dengan judul penelitian yang sama.

1.3 Pengertian Bank

Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10

november 1998 tentang perbankan Kasmir (2007), mengatakan yang

dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

1.4 Pengertian Bank Konvensional

Bank Konvensional merupakan bank umum dan bank perkreditan

rakyat yang beroperasi secara konvensional sebagaimana yang dimaksud

dalam Undang-Undang tentang Perbankan.

Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian

bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998

dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”,

Page 19: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang

dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

1.5 Bank Syariah

1.5.1 Pengertian Bank Syariah

Bank syariah, atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari

perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariat

(hukum) Islam. Menurut Schaik (2001), Bank Islam adalah sebuah bentuk

dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah,

dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi

risiko sebagai metode utama, dan meniadakan keuangan berdasarkan

kepastian serta keuntungan yang ditentukan sebelumnya. Sudarsono

(2004), Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta

peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. Definisi

Bank Syariah menurut Muhammad (2002) dalam Donna (2006), adalah

lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa

lainnya dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang

pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat Islam. Perbankan Syariah

yaitu segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit

Page 20: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Bank Syariah merupakan Bank yang menjalankan kegiatan

usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas

Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum

Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya

disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum

Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit

yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit

kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi

sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit

syariah (UU No. 21 Tahun 2008 : Bank Syariah).

1.6 Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional

Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki

persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme

transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum

pembiayaan, dan lain sebagainya.

Page 21: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank

konvensional dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional.

Bank syariah Bank Konvensional 1. Melakukan investasi-investasi yang

halal saja. 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual

beli, atau sewa. 3. Berorientasi pada keuntungan (profit

oriented) dan kemakmuran dan kebahagian dunia akhirat

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.

5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

1. Investasi yang halal dan haram.

2. Memakai perangkat bunga.

3. Profit oriented

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur.

5. Tidak terdapat dewan sejenis.

1.7 Rasio Keuangan

1.7.1 Rasio Permodalan (Solvabilitas)

Penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala

kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank. Modal merupakan

factor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank. Bank Indonesia

sebagai otoritas moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban

penyediaan modal minimum yang harus selalu dipeertahankan setiap

bank. Ketentuan pemenuhan permodalan minimum bank disebut Capital

Adequacy Ratio (CAR).

Page 22: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan

seberapa jauh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan,

surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal

sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di

luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dll (Ahmad Faisol,

2007).

Rasio kecukupan modal (CAR) dalam suatu bank merupakan hal

yang penting. Karena, hal ini menyangkut indikator apakah bank tersebut

tergolong bank sehat atau tidak. Dengan rasio kecukupan modal ini dapat

menunjukkan keadaan bank tersebut secara keseluruhan. Bank yang

memiliki tingkat kecukupan modal dengan baik dapat menunjukkan

idikator sebagai bank yang sehat (Muhammad, 2005). CAR dihitung

berdasarkan jenis asset tertimbang menurut resiko. Penetapan CAR

minimum oleh Bank Indonesia merupakan suatu cara untuk memaksa

perbankan baik perbankan syariah maupun perbankan konvensional

menyediakan modal guna mengantisipasi kerugian yang ditanggung oleh

nasabah bank (Fadhil Arsil, 2007).

Menurut Zainul Arifin dalam Muhamad, 2002 Tingkat kecukupan

modal ini dapat diukur dengan cara :

a. Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga

b. Membandingkan modal dengan aktiva beresiko.

Page 23: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor

dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan

perincian sebagai berikut:

1. Modal Disetor

Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh

pemiliknya. Bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri

atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya.

2. Agio Saham

Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh

bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

3. Modal Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari

sumbangan saham atau uang oleh pihak lain, termasuk selisih nilai

yang tercatat dengan harga apabila saham dijual kembali.

4. Cadangan umum

Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba

bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum

pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran masing-masing.

5. Cadangan Tujuan

Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang

disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat

umum pemegang saham atau rapat anggota.

Page 24: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

6. Laba ditahan

Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang

oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk

tidak dibagikan.

7. Laba Tahun Lalu

Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah

dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum

pemegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang

diperhitungkan sebagai modal hanya sebesar 50%. Jika bank mempunyai

saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor

pengurang dari modal inti.

8. Laba Tahun Berjalan

Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku

berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku

berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika

bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut

menjadi faktor pengurang dari modal inti.

9. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya

dikonsolidasikan.

10. Bila dalam pembukuan bank terdapat Goodwill, maka jumlah modal

inti harus dikurangkan dengan nila Goodwill tersebut.

Page 25: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak

perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak

perusahaan tersebut. Anak perusahaan adalah bank dan Lembaga

Keuangan Bukan Bank (LKBB) lain yang mayoritas sahamnya dimiliki

oleh bank.

Modal pelengkap (jika ada) terdiri atas cadangan-cadangan yang

tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat

dipersamakan dengan modal, dengan perincian sebagai berikut:

1. Cadangan revaluasi aktiva tetap

Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk

dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat

persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.

2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan

Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan adalah

cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan.

Hal ini dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul

sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva

produktif.

3. Modal Pinjaman, yang mempunyai ciri-ciri:

Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan

dengan modal dan telah dibayar penuh.

Page 26: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan BI

Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal

memikul kerugian bank

Pembayaran bunga dapat ditangguhkan bila Bank dalam keadaan

rugi.

4. Pinjaman Subordinasi

Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi

berbagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi

pinjaman, mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka

5 tahun, dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan Bank

Indonesia.

Pinjaman Subordinasi mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:

Ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan bank

Mendapat persetujuan dari BI

Tidak dijamin oleh Bank yang bersangkutan

Minimal berjangka waktu 5 tahun

Pelunasan pinjaman harus dengan persetujuan BI

Hak tagih dalam hal terjadi liquidasi berlaku paling akhir

(kedudukannya sama dengan modal)

Bank syariah dalam menghimpun dana selalu berusaha berhati-hati

agar tidak tercampur hal-hal yang dianggap terlarang (haram), maka

Page 27: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

penggunaan modal pelengkap, khususnya modal pinjaman dan

subordinasi karena menggunakan bunga, pada bank syariah sedapat

mungkin dihindari.

Dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 Februari 1991

(Pakfeb’91), Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan

modal minimum sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

(ATMR). Presentase kebutuhan modal minimum ini disebut Capital

Adequacy Ratio (CAR).

Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal

bank (capital adequacy) didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara

modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

(ATMR). Aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum

dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana

tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau

komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga.

Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank

adalah sebagai berikut:

1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal

masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari

masing-masing pos aktiva neraca tersebut.

Page 28: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

2. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai

nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko

dari masing-masing pos rekening tersebut. Untuk bank syariah, ATMR

aktiva administratif (jaminan letter of credit (L/C), jaminan surat

berharga, kewajiban kembali membeli aktiva bank dengan

menggunakan kontrak pembelian kembali (repurchase agreement),

dan posisi netto kontrak berjangka pasar uang) tidak digunakan dalam

perhitungan disebabkan karena sebagian besar ATMR aktiva

administratif tersebut di atas masih menggunakan instrument bungan

dan untung-untungan (gharar).

3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif.

Untuk bank syariah hanya menggunakan total ATMR aktiva produktif.

4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal

bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut

dapat dirumuskan sebagai berikut:

CAR= MODAL BANKTOTAL ATMR

×100 %

Hasil perhitungan rasio diatas, kemudian dibandingkan dengan

kewajiban penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%). Berdasarkan

hasil perbandingan tersebut, dapatlah diketahui apakah bank yang

Page 29: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal) atau

tidak. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio modal dan

kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100% atau lebih,

modal bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR

(kecukupan modal). Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100%, modal

bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR.

1.7.2 Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang

Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam

Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga,

penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada

transaksi rekening administratif.

Kualitas Aktiva Produktif dinilai berdasarkan:

1. Prospek usaha

2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur

3. Kemampuan Membayar

Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai

prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan

Page 30: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas

kredit ditetapkan menjadi:

a. Lancar (Pass)

b. Dalam perhatian khusus (special mention)

c. Kurang lancar (sub standard)

d. Diragukan (doubtful)

e. Macet (loss)

Aktiva produktif bermasalah (NPL) merupakan aktiva produktif dengan

kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Non Performing Loan

(NPL) merupakan kredit bermasalah (kredit dengan kualitas kurang

lancer, diragukan, dan macet) terhadapt total kredit (kredit yang diberikan

kepada pihak ketiga; tidak termasuk kredit kepada bank lain). Besarnya

NPL dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPL=Total Kredit BermasalahTotal Seluruh Kredit

×100 %

Untuk bank syariah, instrument Non Performing Loan (NPL) yang

digunakan pada rasio likuiditas oleh bank umum konvensional memiliki

istilah yang berbeda yaitu Non Performing Financing (NPF). Akan tetapi,

pada dasarnya NPL dan NPF ini memiliki pengertian yang sama yang

membedakan hanya pada istilah kredit digunakan bank umum

Page 31: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

konvensional dan pembiayaan di bank syariah. Rasio NPF dapat

dirumuskan sebagai berikut:

NPF=Total Kredit BermasalahTotal Pembiayaan

×100 %

Pembiayaan = pembiayaan mudharabah & musyarakah, piutang

mudharabah ishtisna, salam dan qard

1.7.3 Rasio Rentabilitas (Earning)

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis

atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh

bank yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).

Perhitungan rasio rentabilitas dengan instrumen ROA dan ROE pada

system bank konvensional dan bank syariah itu sama, tidak terdapat

perbedaan sama sekali.

1. Return on Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin

besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang

Page 32: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi

penggunaan aset. Rumus yang digunakan adalah:

ROA= Laba BersihTotal Aktiva

× 100 %

2. Return on Equity (ROE)

ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal

sendiri. Rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROE= Laba BersihModal Sendiri

×100 %

Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik

pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para

investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang

bersangkutan (jika bank tersebut telah go public).

Dengan demikian rasio ROE merupakan indikator penting bagi

para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan

bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran

deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari

bank yang bersangkutan.

Page 33: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

1.7.4 Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional)

Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya

operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan

kegiatan operasinya. Untuk bank syariah, pendapatan operasional bank

terdiri atas pendapatan bagi hasil, keuntungan atas kontrak jual beli, serta

fee, biaya administrasi, dll. Rasio ini dapat dirumuskan dan dipakai baik

untuk bank umum konvensional dan bank syariah sebagai berikut:

BOPO= BiayaOperasionalPendapatanOperasional

× 100 %

1.7.5 Rasio Likuiditas (Liquidity)

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat

memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua

depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa

terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis

kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam

penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit

Ratio (LDR).

Page 34: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah

kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio

ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar

kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya

dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya.

Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

LDR=Total Kr edit yangdisalurkanDana Pihak Ketiga

Yang termasuk jumlah dana yang diterima (dana pihak ketiga)

oleh bank pada kriteria ini adalah, terdiri atas:

Kredit Likuiditas Bank Indonesia (jika ada)

Giro/Deposito dan tabungan masayarakat

Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih

dari 3 bulan.

Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu

lebih dari 3 bulan

Modal pinjaman

Modal inti

Untuk bank syariah, instrument Loan to Deposit Ratio (LDR)

yang digunakan pada rasio likuiditas oleh bank umum konvensional

Page 35: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

memiliki istilah yang berbeda yaitu Finance to Deposit Ratio (FDR).

Akan tetapi, pada dasarnya LDR dan FDR ini memiliki pengertian yang

sama yang membedakan hanya pada istilah kredit digunakan bank umum

konvensional dan pembiayaan di bank syariah. Loan to Deposit Ratio

(LDR) atau Finance to Deposit Ratio (FDR) yaitu rasio antara seluruh

jumlah kredit yang diberikan (pembiayaan) bank dengan dana yang

diterima (dana pihak ketiga) oleh bank. Rasio FDR dapat dirumuskan

sebagai berikut:

FDR= PembiayaanDana Pihak Ketiga

×100 %

Pembiayaan = pembiayaan mudharabah & musyarakah, piutang

mudharabah ishtisna, salam dan qard

DPK = giro dan tabungan wadiah, tabungan dan deposito

mudharabah dan kewajiban lainnya.

2. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji untuk mencapai tujuan penelitian adalah

sebagai berikut:

H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio permodalan.

Page 36: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

H2 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio kualitas aktiva

produktif.

H3 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio rentabilitas.

H4 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio efisiensi bank.

H5 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio likuiditas.

H6 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

dengan perbankan konvensional secara keseluruhan.

F. METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah dan

Bank Konvensional yang tercatat di Bank Indonesia.

Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yang diambil merupakan bank syariah dan bank umum

konvensional di Indonesia yang terdaftar di Bank Indonesia serta memiliki

laporan keuangan publikasi periode 2004-2008. Dari populasi yang ada akan

Page 37: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

diambil sampel dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah

pemilihan kelompok subjek didasarkan pada sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu

yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan sifat-sifat atau

cirri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel yang diambil

dalam penelitian yang menggunakan metode purposive sampling dengan

kriteria sampel, yaitu:

1. Bank Umum Syariah di Indonesia yang merupakan Bank Umum Swasta

Nasional Devisa dan memiliki total asset terbesar periode 31 Desember

2008

2. Bank Konvensional di Indonesia yang merupakan Bank Umum Swasta

Nasional Devisa, Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa, bank

pembangunan daerah, campuran dan bank asing yang memiliki total asset

yang hampir sama dan atau mendekati yang dijadikan sampel dari

populasi bank syariah devisa.

3. Memiliki asset yang hampir sama atau mendekati dengan bank yang

dibandingkan pada periode 31 Desember 2008

4. Bank yang mengeluarkan laporan keuangan publikasi berturut-turut

selama minimal lima tahun

5. Bank umum syariah dan bank umum konvensional yang memiliki data

keuangan dalam nilai rupiah, tidak dalam nilai mata uang asing.

Page 38: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

G. JENIS DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung melalui media

perantara. Data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah,

jurnal, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Datanya

berupa yaitu laporan keuangan tahunan publikasi bank periode tahun 2004-2008 yang

berupa neraca dan laporan laba rugi yang diperoleh dari website Bank Indonesia dan

bank yang dijadikan sampel penelitian.

H. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Beberapa teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan data. Teknik

pengumpulan data tergantung dari strategi dan sumber datanya. Berdasarkan

keterangan di atas, maka teknik pengumpulan data yaitu teknik pengumpulan basis

data dalam hal ini berupa data-data sekunder. Data sekunder berupa laporan keuangan

tahunan publikasi bank rentang waktu dari tahun 2004-2008.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan metode sesuai dengan

data yang diperlukan, metode yang dimaksud adalah:

a. Studi Pustaka

Studi ini dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti, dasar-dasar teoritis ini diperoleh dari literatur-literatur,

Page 39: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

majalah-majalah ilmiah maupun tulisan-tulisan lainnya yang berhubungan dengan

kinerja keuangan.

b. Laporan Perusahaan

Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan melihat dan mencatat data

yang bersumber dari Laporan Publikasi Perbankan Indonesia di website Bank

Indonesia dan website atau situs-situs bank yang diteliti serta pencarian data selain

situs Bank Indonesia dan masing-masing bank yang diteliti seperti mesin pencari

www.google.com atau www.pdf search engine.com sumber yang diperoleh di

internet.

I. DEVENISI VARIABEL

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan defenisi operasional variabel.

Definisi operasional adalah penentuan construct (abstraksi dari beberapa variabel)

sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi variabel menjelaskan cara

tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasikan construct, sehingga

memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan

cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.

Variabel-variabel tersebut yaitu rasio keuangan yang meliputi Capital Adequacy

Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas

aktiva produktif), Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio rentabilitas),

Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio efisiensi), dan

Page 40: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio likuiditas). Setelah itu, untuk mengetahui

kinerja bank secara keseluruhan dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh rasio

yang sebelumnya telah diberi bobot nilai tertentu.

1. Rasio Permodalan (Solvabilitas), diwakili oleh rasio Capital Adequacy Ratio

(CAR), yaitu rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang

mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)

ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari

sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dll.

Dengan kata lain, CAR adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang

dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan

resiko, misalnya kredit yang diberikan. Perhitungan rasio ini dirumuskan sebagai

berikut:

CAR= Modal BankTotal ATMR

× 100 %

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, Modal Bank terdiri dari modal inti, yaitu:

modal disetor, agio saham, cadangan umum, dan laba ditahan. Ditambah dengan

Modal pelengkap yang terdiri dari: cadangan revaluasi aktiva tetap. Sedangkan

ATMR terdiri atas ATMR neraca ditambah ATMR rekening administratif (jika

ada).

2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP), diwakili oleh rasio Non Performing

Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF). Aktiva produktif bermasalah

Page 41: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

(NPL) merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar,

diragukan, dan macet. Non Performing Loan (NPL) merupakan kredit bermasalah

(kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadapt total kredit

(kredit yang diberikan kepada pihak ketiga; tidak termasuk kredit kepada bank

lain).

Untuk bank syariah, instrument Non Performing Loan (NPL) yang digunakan

pada rasio likuiditas oleh bank umum konvensional memiliki istilah yang berbeda

yaitu Non Performing Financing (NPF). Akan tetapi, pada dasarnya NPL dan

NPF ini memiliki pengertian yang sama yang membedakan hanya pada istilah

kredit digunakan bank umum konvensional dan pembiayaan di bank syariah.

Rasio NPL/NPF dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPL /NPF= Total Kredit BermasalahTotal Kredit atauTotal Pembiayaan

×100%

Pembiayaan = pembiayaan mudharabah & musyarakah, piutang

mudharabah ishtisna, salam dan qard ( khusus Bank Syariah).

3. Rasio Rentabilitas, diwakili oleh rasio Return On Asset (ROA) dan Return On

Equity (ROE).

1. Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara

keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat

keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank

Page 42: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

tersebut dalam penggunaan asset. Perhitungan rasio ini dirumuskan sebagai

berikut:

ROA= Laba BersihTotal Aktiva

× 100 %

2. Return On Equity (ROE), yaitu perbandingan diantara laba bersih bank

dengan modal sendiri. ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi

para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank

dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembagian dividen.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

ROE= Laba BersihModal Sendir i

×100 %

4. Rasio Efisiensi, diwakili oleh Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional

(BOPO), yaitu perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan

operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank dalam

melakukan kegiatan operasinya. Untuk bank syariah, pendapatan operasional

bank terdiri atas pendapatan bagi hasil, keuntungan atas kontrak jual beli, serta

fee, biaya adminitrasi, dll. Rasio ini dapat dirumuskan dan dipakai baik untuk

bank umum konvensional dan bank syariah sebagai berikut:

BOPO= BebanOperasionalPendapatanOperasional

× 100 %

Page 43: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

5. Rasio Likuiditas, diwakili oleh Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu rasio antara

seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar

kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan

kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi

rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

LDR=Total Kredit yang DisalurkanDana Pihak Ketiga

×100 %

Yang termasuk jumlah dana yang diterima (dana pihak ketiga) oleh bank pada

kriteria ini adalah, terdiri atas:

Kredit Likuiditas Bank Indonesia (jika ada)

Giro/Deposito dan tabungan masayarakat

Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih

dari 3 bulan.

Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu

lebih dari 3 bulan

Modal pinjaman

Modal inti

Untuk bank syariah, instrument Loan to Deposit Ratio (LDR) yang digunakan

pada rasio likuiditas memiliki istilah yang berbeda yaitu Finance to Deposit Ratio

Page 44: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

(FDR). Akan tetapi, pengertian, fungsi dan tujuannya sama dimana Loan to

Deposit Ratio (LDR) sama dengan Finance to Deposit Ratio (FDR) yaitu rasio

antara seluruh jumlah kredit yang diberikan (pembiayaan) bank dengan dana yang

diterima (dana pihak ketiga) oleh bank. Rasio FDR dapat dirumuskan sebagai

berikut:

FDR= PembiayaanDana Pihak Ketiga

×100 %

Pembiayaan = pembiayaan mudharabah & musyarakah, piutang

mudharabah ishtisna, salam dan qard

DPK = giro dan tabungan wadiah, tabungan dan deposito

mudharabah dan kewajiban lainnya.

6. Kinerja Bank secara Keseluruhan

Kinerja bank secara keselurahan merupakan interpretasi kondisi perusahaan

perbankan yang sebagai sampel penelitian ini. Dalam hal ini yang menjadi

perhatian adalah pada kondisi keuangan masing-masing bank. Kinerja bank

secara keseluruhan diketahui dengan cara menjumlahkan seluruh rasio keuangan,

yaitu rasio CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR yang sebelumnya telah

diberi bobot nilai tertentu, perhitungan persentase dan bobot rasio-rasio tersebut

adalah:

Page 45: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

1. CAR

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia (BI) dimana sebuah Bank

berkewajiban memenuhi standar minimum CAR 8%. Jika sebuah Bank

memenuhi standar tersebut, maka bank dikatakan dalam kategori sehat

oleh BI sebagai otoritas moneter. Variabel ini memiliki estimasi bobot

dengan nilai 20%. Nilai CAR ditentukan sebagai berikut :

a. Kurang dari 8%, dengan nilai = 0

b. Antara 8% - 12%, dengan nilai = 80

c. Antara 12% - 20%, dengan nilai = 90

d. Lebih dari 20%, dengan nilai = 100

Contoh: Jika suatu Bank memiliki nilai CAR 33,84%, maka nilai akhir

CAR adalah 20%*100=20

2. NPL

Mengacu pada ketentuan Bank Indonesia (BI) yang mewajibkan sebuah

Bank memenuhi NPL dibawah 5%. Semakin kecil nilai NPL berarti

kualitas suatu Bank semakin baik. Semakin besar (melebihi 5%) nilai NPL

berarti kualitas suatu Bank memburuk. Variabel ini memiliki estimasi

bobot dengan nilai 20%. Nilai NPL ditentukan sebagai berikut:

a. Lebih dari 8%, dengan nilai = 0

b. Antara 5% - 8%, dengan nilai = 80

Page 46: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

c. Antara 3% - 5%, dengan nilai = 100

d. Lebih dari 2%, dengan nilai = 90

Contoh: Jika suatu Bank memiliki nilai NPL 33,84%, maka nilai akhir

NPL adalah 20%*100=20

3. ROA

Bank Indonesia menetapkan angka 2%, agar sebuah bank dapat dikatakan

sehat. Variabel ini memiliki estimasi bobot dengan nilai 15%. Nilai ROA

ditentukan sebagai berikut:

a. Kurang dari 0%, dengan nilai = 0

b. Antara 0% - 1%, dengan nilai = 80

c. Antara 1% - 2%, dengan nilai = 90

d. Lebih dari 2%, dengan nilai = 100

Contoh: Jika suatu Bank memiliki nilai ROA 2,07%, maka nilai akhir

ROA adalah 15%*100=15

4. ROE

Bank Indonesia menetapkan angka di atas 12%, agar sebuah bank

dikatakan dalam kondisi ideal atau sehat. Variabel ini memiliki estimasi

bobot dengan nilai 15%. Nilai ROE ditentukan sebagai berikut:

a. Kurang dari 8%, dengan nilai = 0

Page 47: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

b. Antara 8% - 10%, dengan nilai = 80

c. Antara 10% - 12%, dengan nilai = 90

d. Lebih dari 12%, dengan nilai = 100

Contoh: Jika suatu Bank memiliki nilai ROE 27,67%, maka nilai akhir

ROE adalah 15%*100=15

5. BOPO

Ketentuan Bank Indonesia menyatakan bahwa idealnya BOPO bernilai ±

92%. Variabel ini memiliki estimasi bobot dengan nilai 15%. Nilai BOPO

ditentukan sebagai berikut:

a. Lebih dari 125%, dengan nilai = 0

b. Antara 92% - 125%, dengan nilai = 80

c. Antara 85% - 92%, dengan nilai = 100

d. Kurang dari 85%, dengan nilai = 90

Contoh: Jika suatu Bank memiliki nilai BOPO 86,44%, maka nilai akhir

BOPO adalah 15%*100=15

6. LDR

Mengacu pada ketentuan Bank Indonesia (BI) yang menyatakan bahwa

LDR terbaik berada pada range 85% - 90%. Variabel ini memiliki

estimasi bobot dengan nilai 15%. Nilai LDR ditentukan sebagai berikut:

Page 48: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

a. Kurang dari 50%, dengan nilai = 0

b. Antara 50% - 85%, dengan nilai = 80

c. Antara 85% - 110%, dengan nilai = 100

d. Lebih dari 110%, dengan nilai = 90

Contoh: Jika suatu Bank memiliki nilai LDR 86,93%, maka nilai akhir

LDR adalah 15%*100=15

Langkah selanjutnya dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, nilai

masing-masing variabel tersebut dijumlahkan. Berdasarkan contoh diatas

maka total nilainya adalah 20+20+15+15+15+15=100. Setelah itu data-

data tersebut dikonversi ke dalam SPSS 12 untuk selanjutnya dianalisa

dengan menggunakan independent samples T-test.

J. METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis rasio

keuangan dan analisis statistik. Analisis rasio keuangan yang digunakan adalah

Capital Adequary Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset

(ROA), Return On Equity (ROE), Beban Operasi pada Pendapatan Operasi

(BOPO), dan Loan to Deposite Ratio (LDR). Analisis statistik dilakukan melalui

proses teknik statistik yaitu uji beda dua rata-rata (independent sample T-test).

Tujuan dari pengujian menggunakan independent sample T-test adalah untuk

Page 49: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

menentukan apakah diterima atau ditolaknya hipotesis-hipotesis yang dibangun

atau dibuat.

K. DAFTAR PUSTAKA

Antonio, S., 2001, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press, Jakarta.

Febriyani, A., dan Zulfadin, R., 2003, Analisis Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa

di Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4, Desember.

www.google.com

Darsono, dan Ashari, 2005, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Andi,

Yogyakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,

Jakarta.

Jogiyanto, 2004, Metodologi Penelitian Bisnis ; Salah Kaprah dan Pengalaman-

pengalaman, ed 2004/2005, BPFE, Yogyakarta.

Majalah Info Bank, 2008, Analisis-Strategi Perbankan & Keuangan, Vol. XXX, Juni.

Majalah Info Bank, 2009, Analisis-Strategi Perbankan & Keuangan, Vol. XXXI,

Maret.

Putra, H., P., 2008, Analisis Kinerja Bank Dilihat Dengan Metode CAMEL Sesudah

Dilakukan Fit And Proper Test (Analisis Pada PT. Bank Riau Pusat

Page 50: 50637703-skripsi-skripsi-209.docx

Pekanbaru), Skripsi S1, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”,

Yogyakarta.

Rindawati, E., 2007, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah

dan Perbankan Konvensional, Skripsi S1, Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta. www.google.com

Rosyadi, I., F., 2007, Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank

Konvensional Berdasarkan Rasio Keungan (studi kasus: BMI dan 7 (tujuh)

Bank Umum Konvensional, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami

(EKSIS), Vol. 3, No. 1 Januari-Maret.

Sawir, S., 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan

Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Siamat, D., 2005, Manajemen Lembaga Keuangan ; Kebijakan Moneter dan

Perbankan, ed. 5, LP-FEUI, Jakarta.

Sudarsono, H., 2004, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

Ekonisia-FE UII, Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah. www.bi.go.id